HUKUM DAGANG
Dosen Pengampu :
Galuh Widitya Q, S.H.I., M.H.I
Disusun Oleh :
Semester I
Hukum Bisnis Syariah B
Fakultas Keislaman
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2019
KATA PENGANTAR
Dengan puji syukur kehadirat Allah Swt. Atas berkat, rahmad serta
ini dengan judul “HUKUM DAGANG‘’. Makalah ini berisi tentang sejarah
hukum dagang.
Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada teman – teman kami
yang telah mendukung dan bekerja sama dalam menyusun makalah ini sehingga
Saya menyadari jika dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang dapat kami
koreksi agar dalam pembuatan makalah untuk kedepannya kami lebih baik lagi
penyusunan kata, atau kata yang tidak berkenan di hati pembaca kami memohon
maaf yang sebesar – besarnya, karena manusia tidak luput dari kesalahan.
PENULIS
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... 1
DAFTAR ISI .................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 4
1.3 Tujuan ................................................................................................ 5
BAB II PEMBASAN
2.1 Sejarah Hukum Dagang ..................................................................... 6
2.2 Pengertian Hukum Dagang ................................................................ 7
2.3 Sumber Hukum Dagang ..................................................................... 9
2.4 Fungsi Hukum Dagang ...................................................................... 9
2.5 Sistematika Hukum Dagang .............................................................. 10
2.6 Perkembangan Hukum Dagang di Indonesia ..................................... 12
2
KATA PENGANTAR
teman serta pembaca dapat memahami materi ini dan dapat memperkaya
penulis, namun penulis yakin bahwa manusia itu tak ada yang sempurna.
Seandainya dalam penulisan makalah ini ada yang kurang, maka itulah bagian
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini dan kepada pembaca
yang telah meluangkan waktunya untuk membaca makalah ini.Untuk itu saya
selalu menantikan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sejak manusia hidup dalam alam primitif, adalah dagang tukar menukar. Apabila
seseorang memiliki barang yang tidak ia perlukan maka ia akan menukar barang
saat itu, yang bisa ditukar hanya barang dan barang saja “pertukaran in natura”
seperti menukar padi dengan gandum. Dalam hal ini, pertukaran dibatasi, belum
ada hubungan pertukaran yang tetap karena belum adanya sebuah pasar.
kesulitan, seperti nilai pertukaran yang harus sama antara barang yang dimiliki
dan barang yang akan ditukar. Kesulitan yang terjadi diakibatkan oleh
apabila terjadi pelanggaran dalam proses perdagangan. Hukum inilah yang akan
menindak langsung apabila terjadi pelanggaran dan memberi sanksi yang sesuai
dengan KUHD.
B. Rumusan Masalah
4
C. Tujuan
Indonesia
5
BAB II
PEMBAHASAN
membuat “Burgerlike Wet Boek (Kuh-Perdata) Dan Wet Boek Van Koophandel
(KUH-Dagang)”
Kemudian karena saat itu (tahun 1838 Indonesia sedang dijajah oleh
1
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, Yogyakarta: Deepublish, 2015, h.3
2
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, Yogyakarta: Deepublish, 2015, h.5
6
B. Pengertian Hukum Dagang
Hukum dagang adalah hukum yang mengatur tingkah laku manusia yang
mengatur hubungan hukum antara manusia dan badan-badan hukum satu sama
dari hukum dagang. Bahwa pembagian tersebut bukanlah bersifat asasi, dapat
kita lihat dalam ketentuan yang tercantum dalam Pasal 1 KUHD yang
Oleh karena itu, definisi hukum dagang sepenuhnya diserahkan pada pendapat
perikatan yang diatur dalam Buku II BW. Dengan kata lain, hukum dagang
dengan orang lain dalam kegiatan perusahaan yang terutama terdapat dalam
3
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, Yogyakarta: Deepublish, 2015, h.1
4
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, Yogyakarta: Deepublish, 2015, h.1
5
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, Yogyakarta: Deepublish, 2015, h.6
6
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, Yogyakarta: Deepublish, 2015, h.6
7
Achmad Ichsan, mengatakan “hukum dagang adalah hukum yang
mengatur soal-soal perdagangan yaitu soal-soal yang timbul karena tingkah laku
hukum mengenai perusahaan dalam lalu lintas perdagangan, sejauh mana diatur
hukum yang mengatur tentang tata cara pelaksanaan urusan kegiatan dagang,
barang atau jasa dihubungkan dengan produksi atau pertukaran barang atau jasa
dengan menempatkan uang dalam risiko tertentu dengan usaha tertentu dengan
rumusan hukum dagang, yakni serangkaian norma yang timbul khusus dalam
dunia usaha atau kegiatan perusahaan. Norma tersebut dapat bersumber pada
7
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, Yogyakarta: Deepublish, 2015, h.6
8
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, Yogyakarta: Deepublish, 2015, h.6
9
Farida Hasyim, Hukum Dagang, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, h.13
10
Farida Hasyim, Hukum Dagang, h.14
8
C. Sumber Sumber Hukum Dagang
Hukum dagang di Indonesia tidak tercipta begitu saja, melainkan berdasarkan pada
sumber. Terdapat tiga jenis sumber yang menjadi rujukan dari hukum dagang, yakni hukum
tertulis yang sudah dikodifikasikan, hukum tertulis yang belum dikodifikasikan dan hukum
kebiasaan.
Pada hukum tertulis yang sudah dikodifikasikan, hal yang menjadi acuan adalah
KUHD yang mempunyai 2 kitab dan 23 bab. Dalam KUHD dibahas tentang dagang
umumnya sebanyak 10 bab serta hak-hak dan kewajiban sebanyak 13 bab. Selain KUHD,
sumber lainnya adalah Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata) atau juga
dikenal dengan istilah Burgerlijk Wetboek (BW). Salah satu bab pada BW membahas
tentang perikatan.
menjadi acuan. Keempat UU itu adalah Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, Undang-
undang Nomor 32 tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi dan Undang-
Adapun pada hukum kebiasaan, hal yang menjadi sumber adalah Pasal 1339 KUH
Hukum Dagang sebagai pranata di bidang kegiatan bisnis juga tidak lepas
dari usaha pemerintah untuk menggunakan cabang hukum ini sebagai sarana
hukum pada periode ini lebih banyak dipergunakan sebagai sarana untuk
11
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, Yogyakarta: Deepublish, 2015, h.7
9
E. Sistematika Hukum Dagang
atas dua buku dan 23 bab. Buku I terdiri dari 10 bab, berjudul : Perihal
Perdagangan pada Umumnya. Buku II terdiri dari 13 bab, berjudul :Hak dan
terdiri atas tiga buku. Buku III berjudul : Perihak Ketentuan-ketentuan dan
maka buku III ini dihapus, karena buku III WVK di Negeri Belanda juga dihapus
dengan Staatsblad Nederland 1896 No. 9. Buku III ini di Negeri Belanda diganti
140. di Indonesia kemudian buku III KUHD dihapus dengan Staatsblad 1906
No. 348 dan diganti dengan peraturan peraturan tersendiri. Pereturan tersendiri
12
Sudut Hukum “Sistematika Hukum Dagang” https://suduthukum.com/2017/10/sistematika-
kuhd.html Pada tanggal 03 September 2019 Pukul 13:09
10
Bab IX : Tentang Asuransi atau pertanggungjawaban pada umumnya.
Bab X : Tentang pertanggungan terhadap bahaya kebakaran, terhadap bahaya
yang mengancam hasil pertanian di sawah dan tentang pertanggungan
jiwa.
pula dalam KUH Perdata, yaitu dalam buku III-nya tentang perikatan pada
umumnya dan perikatan yang timbul dari persetujuan dan Undang-undang. Yang
11
3. persetujuan/perjanjian uang.
Secara khusus materi hukum dagang yang belum atau tidak diatur dalam
KUHD dan KUH Perdata, ternyata dapat ditemukan dalam berbagai peraturan
terjadi di Negara dan kota-kota di Eropa, pada saat itulah perkembangan hukum
(1838) telah menyusun hukum dagang tersendiri dari hukum sipil yang ada yaitu
(Code De Commerce) pada tahun 1807 di Prancis. Di dalam KUHD Belanda ada
3 kitab dan tidak mengenal peradilan dan kitab I (C.S.T. Kansil, 1985 : 14), yang
ini berasal dari KUHS Nederlands yang dikodifikasikan pada 5 Juli 1830 dan
12
juga maka pada 1 Mei 1948 di Indonesia diadakan KUHS. KUHS Belanda ini
berasal dari KUHD Prancis (Code Civil) dan Code Civil ini bersumber pula pada
kodifikasi Hukum Romawi “Corpus Iuris Civilis” dari Kaisar Justinianus (527-
Tetapi pada saat itu Hukum Romawi (Corpus Iuris Civilis) tidak dapat
disamping hukum Romawi yang berdiri sendiri pada abad ke-16 dan ke-17 yang
Pada abad ke-17 diadakan kodifikasi dalam hukum dagang oleh Menteri
keuangan oleh Raja Louis XIV (1613-1715) yaitu Corbert dengan peraturan
yaitu hukum dagang KUHD Belanda, dan pada tahun 1819 direncanakan dalam
KUHD ini ada 3 kitab dan tidak mengenal peradilan khusus. Dan pada tahun
1807 di Prancis dibuat hukum dagang tersendiri dari hukum sipil yang ada yaitu
(1673) dan Ordonnance du la Marine (1838). Lalu pada tahun 1838 akhirnya
disahkan.
1896). Dan sampai sekarang KUHD Indonesia memiliki 2 kitab yaitu, tentang
13
dagang umumnya dan tentang hak-hak dan kewajiban yang tertib dari
pelayaran. Itu karena Belanda 1838 menjadi contoh bagi pembuatan KUHD di
(S. 1847-23), yang mulai berlaku pada tanggal 1 Mei 1848. KUHD itu hanya
turunan belaka dari “Wetboek van Koophandel”, Belanda, yang dibuat atas dasar
azas korkondansi (pasal 131 I.S). Berdasarkan pasal 2 aturan peralihan UUD
van Koophandel berlaku mulai tanggal 1 Oktober 1838 dan 1 Januari 1842 (di
dari “Code du Commerce” Prancis 1808, tetapi anehnya tidak semua lembaga
hukum yang diatur dalam “Code du Commerce” Prancis itu diambil alih oleh
13
Afriska, “Perkembangan hukum dagang di Indonesia”
http://afriska12.blogspot.com/2015/05/perkembangan-hukum-dagang-di-indonesia.html?m=1 pada
tanggal 03 September 2019 pukul 12:57
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
dagang yang tertulis dalam KUHD dan pelaku-pelaku dalam usaha dagang
15
DAFTAR PUSTAKA
Sudut Hukum, (27 oktober 2017). “Sistematika Hukum Dagang”, diakses Pada tanggal 03
September 2019 melalui https://suduthukum.com/2017/10/sistematika-
kuhd.html
16