Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HUKUM DAGANG

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pengantar Hukum Indonesia

Dosen Pengampu :
Galuh Widitya Q, S.H.I., M.H.I

Disusun Oleh :

Ahmad Alfian (190711100058)


Imam Hanafi (190711100114)
Lala Alvianah Dara (190711100107)
Fanisa Salsabilla Nuria (190711100095)

Semester I
Hukum Bisnis Syariah B
Fakultas Keislaman
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2019
KATA PENGANTAR

Dengan puji syukur kehadirat Allah Swt. Atas berkat, rahmad serta

hidayahnya yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat

menyelesaikan tugas makalah pada mata pelajaran pengantar hukum indonesia

ini dengan judul “HUKUM DAGANG‘’. Makalah ini berisi tentang sejarah

hukum dagang, pengertian hukum dagang , fungsi hukum dagang, sumber

hukum dagang, perkembangan hukum dagang di indonesia, serta sitematika

hukum dagang.

Saya mengucapkan banyak – banyak terima kasih kepada dosen yang

telah membimbing kami dalam kegiatan belajar mengajar.

Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada teman – teman kami

yang telah mendukung dan bekerja sama dalam menyusun makalah ini sehingga

makalah ini bisa selesai dengan tepat waktu.

Saya menyadari jika dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang dapat kami

koreksi agar dalam pembuatan makalah untuk kedepannya kami lebih baik lagi

dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Demikian makalah ini kami susun, apabila ada kekurangan dalam

penyusunan kata, atau kata yang tidak berkenan di hati pembaca kami memohon

maaf yang sebesar – besarnya, karena manusia tidak luput dari kesalahan.

Bangkalan, 1 September 2019

PENULIS

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... 1
DAFTAR ISI .................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 4
1.3 Tujuan ................................................................................................ 5

BAB II PEMBASAN
2.1 Sejarah Hukum Dagang ..................................................................... 6
2.2 Pengertian Hukum Dagang ................................................................ 7
2.3 Sumber Hukum Dagang ..................................................................... 9
2.4 Fungsi Hukum Dagang ...................................................................... 9
2.5 Sistematika Hukum Dagang .............................................................. 10
2.6 Perkembangan Hukum Dagang di Indonesia ..................................... 12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 16

2
KATA PENGANTAR

Pertama-tama mari panjatkan Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa karena berkat Rahmat-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan.

Dengan membaca makalah ini penulis berharap dapat membantu teman-

teman serta pembaca dapat memahami materi ini dan dapat memperkaya

wawasan pembaca. Walaupun penulis telah berusaha sesuai kemampuan

penulis, namun penulis yakin bahwa manusia itu tak ada yang sempurna.

Seandainya dalam penulisan makalah ini ada yang kurang, maka itulah bagian

dari kelemahan penulis.Mudah-mudahan melalui kelemahan itulah yang akan

membawa kesadaran kita akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada semua

pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini dan kepada pembaca

yang telah meluangkan waktunya untuk membaca makalah ini.Untuk itu saya

selalu menantikan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi

perbaikan penyusunan makalah ini.

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bentuk perdagangan yang pertama kali berlangsung pada zaman dahulu

sejak manusia hidup dalam alam primitif, adalah dagang tukar menukar. Apabila

seseorang memiliki barang yang tidak ia perlukan maka ia akan menukar barang

tersebut dengan barang lainnya yang diperlukannya, begitupun sebaliknya. Pada

saat itu, yang bisa ditukar hanya barang dan barang saja “pertukaran in natura”

seperti menukar padi dengan gandum. Dalam hal ini, pertukaran dibatasi, belum

ada hubungan pertukaran yang tetap karena belum adanya sebuah pasar.

Dewasa ini, dagang dengan cara tukar menukar mengalami berbagai

kesulitan, seperti nilai pertukaran yang harus sama antara barang yang dimiliki

dan barang yang akan ditukar. Kesulitan yang terjadi diakibatkan oleh

meningkatnya kebutuhan manusia. Oleh karena itu, untuk mengurangi tingkat

kesulitan didirikannya hukum perdagangan agar dapat mengatur dan menata

apabila terjadi pelanggaran dalam proses perdagangan. Hukum inilah yang akan

menindak langsung apabila terjadi pelanggaran dan memberi sanksi yang sesuai
dengan KUHD.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah terbentuknya hukum dagang?

2. Apa yang dimaksud dengan hukum dagang?

3. Darimana sumber hukum dagang itu berasal?

4. Apa saja fungsi terbentuknya hukum dagang?

5. Apa saja sistematika hukum dagang?

6. Bagaimana Perkembangan hukum dagang di Indonesia?

4
C. Tujuan

1. Agar pembaca bisa memahami tentang sejarah hukum dagang

2. Agar pembaca bisa memahami tentang maksud dari hukum dagang

3. Agar pembaca bisa memahami tentang Sumber hukum dagang

4. Agar pembaca bisa memahami tentang fungsi terbentuknya hukum dagang

5. Agar pembaca bisa memahami tentang Sistematika hukum dagang

6. Agar pembaca bisa memahami tentang perkembangan hukum dagang di

Indonesia

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Hukum Dagang

Pada Tahun 1807 Kaisar Napoleon di Perancis mengkodifikasikan 2

Kitab Undang Undang Hukum :


1. Kitab Undang Undang Hukum Perdata Perancis ( Code Civil des Francais )
2. Kitab Undang Undang Hukum Dagang Perancis ( Code Du Commerce )

Kebetulan pada saat itu Belanda dijajah oleh Perancis (1809-1813)

sehingga hukum Perancis itu diberlakukan di Belanda sesuai dengan Asas

Konkordansi I ( Concordantie Beginsel L).1


Tapi pada tanggal pada tanggal 1 Oktober 1838 Belanda berhasil

membuat “Burgerlike Wet Boek (Kuh-Perdata) Dan Wet Boek Van Koophandel

(KUH-Dagang)”

Kemudian karena saat itu (tahun 1838 Indonesia sedang dijajah oleh

Belanda maka Burgerlike Wetboek DAN Wetboek Van Kophandel

diberlakukan di Indonesia (Hindia Belanda) sejak tahun 1848 yang

diterjemahkan dengan nama KUH PERDATA (KUHP) DAN KITAB

UNDANG UNDANG HUKUM DAGANG (KUHD).2

1
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, Yogyakarta: Deepublish, 2015, h.3
2
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, Yogyakarta: Deepublish, 2015, h.5

6
B. Pengertian Hukum Dagang

Hukum dagang adalah hukum yang mengatur tingkah laku manusia yang

turut melakukan perdagangan untuk memperoleh keuntungan atau hukum yang

mengatur hubungan hukum antara manusia dan badan-badan hukum satu sama

lainnya dalam lapangan perdagangan.3

Pembagian hukum privat (sipil) ke dalam hukum perdata dan hukum

dagang sebenarnya bukanlah pembagian yang asasi, tetapi pembagian sejarah

dari hukum dagang. Bahwa pembagian tersebut bukanlah bersifat asasi, dapat

kita lihat dalam ketentuan yang tercantum dalam Pasal 1 KUHD yang

menyatakan: “Bahwa peraturan-peraturan KUHS dapat juga dijalankan dalam

penyelesaian soal-soal yang disinggung dalam KUHD terkecuali dalam

penyelesaian soal-soal yang semata-mata diadakan oleh KUHD itu”.4

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)/Wetboel van

Koophandel (WvK) tidak memberikan pengertian mengenai hukum dagang.

Oleh karena itu, definisi hukum dagang sepenuhnya diserahkan pada pendapat

atau doktrin dari para sarjana.5

Soekardono, mengatakan “hukum dagang adalah bagian dari hukum


perdata pada umumnya, yakni yang mengatur masalah perjanjian dan perikatan-

perikatan yang diatur dalam Buku II BW. Dengan kata lain, hukum dagang

adalah himpunan peraturan-peraturaan yang mengatur hubungan seseorang

dengan orang lain dalam kegiatan perusahaan yang terutama terdapat dalam

kodifikasi KUHD dan KUHPerdata”.6

3
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, Yogyakarta: Deepublish, 2015, h.1
4
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, Yogyakarta: Deepublish, 2015, h.1
5
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, Yogyakarta: Deepublish, 2015, h.6
6
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, Yogyakarta: Deepublish, 2015, h.6

7
Achmad Ichsan, mengatakan “hukum dagang adalah hukum yang

mengatur soal-soal perdagangan yaitu soal-soal yang timbul karena tingkah laku

manusia dalam perdagangan atau perniagaan”.7

Fockema Andreae (Kamus Istilah Hukum Belanda-Indonesia),

mengatakan hukum dagang atau Handelsrecht adalah keseluruhan dari aturan

hukum mengenai perusahaan dalam lalu lintas perdagangan, sejauh mana diatur

dalam KUHD dan beberapa undang-undang tambahan.8

Munir Fuady mengartikan Hukum Bisnis, “suatu perangkat kaidah

hukum yang mengatur tentang tata cara pelaksanaan urusan kegiatan dagang,

industri atau keuangan yang dihubungkan dengan produksi atau pertukaran

barang atau jasa dihubungkan dengan produksi atau pertukaran barang atau jasa

dengan menempatkan uang dalam risiko tertentu dengan usaha tertentu dengan

optik adalah untuk mendapatkan keuntungan tertentu”.9

Dari pengertian para sarjana diatas, dapat dikemukakan secara sederhana

rumusan hukum dagang, yakni serangkaian norma yang timbul khusus dalam

dunia usaha atau kegiatan perusahaan. Norma tersebut dapat bersumber pada

aturan hukum yang sudah dikodifikasikan, yaitu KUHPerdata dan KUHD


maupun diluar kodifikasi.10

7
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, Yogyakarta: Deepublish, 2015, h.6
8
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, Yogyakarta: Deepublish, 2015, h.6
9
Farida Hasyim, Hukum Dagang, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, h.13
10
Farida Hasyim, Hukum Dagang, h.14

8
C. Sumber Sumber Hukum Dagang

Hukum dagang di Indonesia tidak tercipta begitu saja, melainkan berdasarkan pada

sumber. Terdapat tiga jenis sumber yang menjadi rujukan dari hukum dagang, yakni hukum

tertulis yang sudah dikodifikasikan, hukum tertulis yang belum dikodifikasikan dan hukum

kebiasaan.

Pada hukum tertulis yang sudah dikodifikasikan, hal yang menjadi acuan adalah

KUHD yang mempunyai 2 kitab dan 23 bab. Dalam KUHD dibahas tentang dagang

umumnya sebanyak 10 bab serta hak-hak dan kewajiban sebanyak 13 bab. Selain KUHD,

sumber lainnya adalah Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata) atau juga

dikenal dengan istilah Burgerlijk Wetboek (BW). Salah satu bab pada BW membahas

tentang perikatan.

Pada hukum tertulis yang belum dikodifikasikan, ada 4 Undang-undang yang

menjadi acuan. Keempat UU itu adalah Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas, Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, Undang-

undang Nomor 32 tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi dan Undang-

undang Nompr 8 tahun 1997 tentang dokumen perusahaan.

Adapun pada hukum kebiasaan, hal yang menjadi sumber adalah Pasal 1339 KUH

Perdata dan Pasal 1347 KUH Perdata.11

D. Fungsi Hukum Dagang

Hukum Dagang sebagai pranata di bidang kegiatan bisnis juga tidak lepas

dari usaha pemerintah untuk menggunakan cabang hukum ini sebagai sarana

untuk menciptakan iklim bisnis yang mendukung pembangunan. Jadi fungsi

hukum pada periode ini lebih banyak dipergunakan sebagai sarana untuk

memfasilitasi kegiatan bisnis.

11
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, Yogyakarta: Deepublish, 2015, h.7

9
E. Sistematika Hukum Dagang

KUHD yang berlaku 1 Mei 1848 melalui Staasblad No. 23 terdiri

atas dua buku dan 23 bab. Buku I terdiri dari 10 bab, berjudul : Perihal

Perdagangan pada Umumnya. Buku II terdiri dari 13 bab, berjudul :Hak dan

Kewajiaban yang Timbul Karena Perhubungan Kapal. Pada awalnya KUHD

terdiri atas tiga buku. Buku III berjudul : Perihak Ketentuan-ketentuan dan

Keadaan Pedagang Tidak Mampu.

Mengingat asas konkordansi dalam kodifikasi KUH Perdata dan KUHD,

maka buku III ini dihapus, karena buku III WVK di Negeri Belanda juga dihapus

dengan Staatsblad Nederland 1896 No. 9. Buku III ini di Negeri Belanda diganti

dengan Undang-undang kepemilikan dengan Staatsblad Nederland 1893 No.

140. di Indonesia kemudian buku III KUHD dihapus dengan Staatsblad 1906

No. 348 dan diganti dengan peraturan peraturan tersendiri. Pereturan tersendiri

itu adalah peraturan tentang kepailitan yang diberlakukan melalui staatsblad

1905 No. 217.12

Isi pokok KUHD Indonesia adalah:


1. Buku I yang berjudul Perihal Perdagangan pada Umumnya memuat :
Bab I : Dihapus dengan Staatsblad 1938 No. 276 yang mulai berlaku 17 Juli
1938. Bab I yang dihapus adalah Pasal 2,3, 4, dan 5.
Bab II : Tentang Pembukuan
Bab III : Tentang beberapa jenis persekutuan
Bab IV : Tentang bursa perniagaan
Bab V : Tentang komisioner, ekspeditur, pengangkut dan nakhoda yang
berlayar di sungai-sungai dan perairan pedalaman.
Bab VI : Tentang surat-surat wesel dan surat-surat sanggup.
Bab VII : Tentang cek dan promes serta kuitansi atas tunjuk.
Bab VIII : Tentang reklame atau penuntutan kembali dalam hal kepailitan.

12
Sudut Hukum “Sistematika Hukum Dagang” https://suduthukum.com/2017/10/sistematika-
kuhd.html Pada tanggal 03 September 2019 Pukul 13:09

10
Bab IX : Tentang Asuransi atau pertanggungjawaban pada umumnya.
Bab X : Tentang pertanggungan terhadap bahaya kebakaran, terhadap bahaya
yang mengancam hasil pertanian di sawah dan tentang pertanggungan
jiwa.

2. Buku II berjudul :Tentang Hak-hak dan Kewajiban yang Timbul karena


Perhubungan Kapal meliputi :
Bab I : tentang kapal dan muatannya
Bab II :tentang pengusaha kapal dan pemilikan bersama kapal.
Bab III : tentang nakhoda, anak buah kapal dan penumpang.
Bab IV : tentang perjanjian kerja laut
Bab V : tentang penyediaan dan penggunaan penyediaan kapal.
Bab VA : tentang pengangkutan barang-barang.
Bab VB : tentang pengangkutan barang
Bab VI : tentang tubrukan kapal
Bab VII : tentang karam kapal, kekandasan dan barang-barang temuan laut.
Bab VIII : tentang persetujuan utang uang dengan premie oleh nakhoda atau
penguasa palayanan dengan tanggungan kapal atau muatannya atau
dua-duanya (Pasal 569-591) dihapus dengan Staatsblad 1938 No.
47 jo Staatsblad 1938 No.2.
Bab IX : tentang pertanggungan terhadap bahaya-bahaya laut dan bahaya-
bahaya perbudakan.
Bab X : tentang pertanggungan terhadap bahaya-bahaya pengangkutan di
darat dan di sungai serta perairan pedalaman.
Bab XI : tentang avarij.
Bab XII : tentang hapusnya perikatan-perikatan dalam perniagaan laut.
Bab XIII : tentang kapal-kapal yang melayari sungai-sungai dan perairan
pedalaman.

Materi-materi hukum dagang dalam beberapa bagian telah diatur

pula dalam KUH Perdata, yaitu dalam buku III-nya tentang perikatan pada

umumnya dan perikatan yang timbul dari persetujuan dan Undang-undang. Yang

dilahirkan dari Undang-undang misalnya:


1. persetujuan/perjanjian jual beli.
2. persetujuan/perjanjian sewa menyewa

11
3. persetujuan/perjanjian uang.

Secara khusus materi hukum dagang yang belum atau tidak diatur dalam

KUHD dan KUH Perdata, ternyata dapat ditemukan dalam berbagai peraturan

khusus yang belum dikodifikasi antara lain :


 peraturan tentang koperasi :
1. koperasi dengan badan hukum Eropa dengan Staatsblad 1949 No.179.
2. koperasi dengan badan hukum Indonesia dengan Staatsblad 1933 No. 108.
 peraturan pailisemen (Staatsblad 1905 No.217 jo Staatsblad 1908 No. 348)
 UU Oktroi (Staatsblad 1922 No.54)
 Peraturan lalu lintas (Staatsblad 1933 No.66 jo 249)
 Peraturan Maskapai Andil Indonesia (Staatsblad 1939 No. 589 jo 717)
 Peraturan tentang perusahaan negara (UU No. 19 Peraturan Pemerintah
tahun 1906 jo UU No. 1 tahun 1961 dan UU No.9 tahun 1969 tentang
bentuk perusahaan negara (Persero, Perum, Perjan).
 UU hak cipta (UU No.7 tahun 1982).

F. Perkembangan Hukum Dagang di Indonesia

Pada zaman di Italia dan Prancis selatan melahirkan kota-kota sebagai

pusat perdagangan ( Genoa, Florence, Venetia, Merseille, Barcelona, dan

Negara-Negara lainnya ). Sejak abad pertengahan Eropa (1000/1500) yang

terjadi di Negara dan kota-kota di Eropa, pada saat itulah perkembangan hukum

dagang sebenarnya telah dimualai.

Ordonnance du commerce (1673) dan Ordonnance du la marine

(1838) telah menyusun hukum dagang tersendiri dari hukum sipil yang ada yaitu

(Code De Commerce) pada tahun 1807 di Prancis. Di dalam KUHD Belanda ada

3 kitab dan tidak mengenal peradilan dan kitab I (C.S.T. Kansil, 1985 : 14), yang

di buat khusus untuk hukum dagangnya Nederlands. Adapun KUHS Indonesia

ini berasal dari KUHS Nederlands yang dikodifikasikan pada 5 Juli 1830 dan

mulai berlaku di Nederlands pada 31 Desember 1830, karena asas konkordansi

12
juga maka pada 1 Mei 1948 di Indonesia diadakan KUHS. KUHS Belanda ini

berasal dari KUHD Prancis (Code Civil) dan Code Civil ini bersumber pula pada

kodifikasi Hukum Romawi “Corpus Iuris Civilis” dari Kaisar Justinianus (527-

567) (C.S.T. Kansil, 1985 : 10).

Tetapi pada saat itu Hukum Romawi (Corpus Iuris Civilis) tidak dapat

menyelesaikan perkara-perkara dalam perdagangan, maka dibuatlah hukum baru

disamping hukum Romawi yang berdiri sendiri pada abad ke-16 dan ke-17 yang

berlaku bagi golongan yang disebut hukum pedagang (koopmansrecht)

khususnya mengatur mengatur perkara dibidang perdagangan (peradilan

perdagangan) dan hukum perdagangan ini bersifat unifikasi.

Pada abad ke-17 diadakan kodifikasi dalam hukum dagang oleh Menteri

keuangan oleh Raja Louis XIV (1613-1715) yaitu Corbert dengan peraturan

(ORDONNANCE DU COMMERCE) 1673. dan pada tahun 1681 disusun

ORDONNANCE DE LA MARINE yang mengatur tentang kedaulatan. Itu

terjadi karena bertambah pesatnya hubungan dagang.

Pada saat itu Nederlands menginginkan adanya hukum dagang sendiri

yaitu hukum dagang KUHD Belanda, dan pada tahun 1819 direncanakan dalam
KUHD ini ada 3 kitab dan tidak mengenal peradilan khusus. Dan pada tahun

1807 di Prancis dibuat hukum dagang tersendiri dari hukum sipil yang ada yaitu

(CODE DE COMMERCE) yang tersusun dari Ordonnance du Commerce

(1673) dan Ordonnance du la Marine (1838). Lalu pada tahun 1838 akhirnya

disahkan.

KUHD Belanda berdasarkan asas konkordansi KUHD Pada akhir abad

ke-19 Prof. Molengraaff merancang UU Kepailitan sebagai buku ke III di

KUHD Nederlands menjadi Undang-Undang yang berdiri sendiri (1893 berlaku

1896). Dan sampai sekarang KUHD Indonesia memiliki 2 kitab yaitu, tentang

13
dagang umumnya dan tentang hak-hak dan kewajiban yang tertib dari

pelayaran. Itu karena Belanda 1838 menjadi contoh bagi pembuatan KUHD di

Indonesia pada tahun 1848.

KUHD Indonesia diumumkan dengan publikasi tanggal 30 April 1847

(S. 1847-23), yang mulai berlaku pada tanggal 1 Mei 1848. KUHD itu hanya

turunan belaka dari “Wetboek van Koophandel”, Belanda, yang dibuat atas dasar

azas korkondansi (pasal 131 I.S). Berdasarkan pasal 2 aturan peralihan UUD

Republik Indonesia 1945, maka KUHD masih berlakau di Indonesia. Wetboek

van Koophandel berlaku mulai tanggal 1 Oktober 1838 dan 1 Januari 1842 (di

Limburg) selanjutnya “Wetboek van Koophandel” Belanda itu juga meneladan

dari “Code du Commerce” Prancis 1808, tetapi anehnya tidak semua lembaga

hukum yang diatur dalam “Code du Commerce” Prancis itu diambil alih oleh

“Wetboek van Koophandel” Belanda.13

13
Afriska, “Perkembangan hukum dagang di Indonesia”
http://afriska12.blogspot.com/2015/05/perkembangan-hukum-dagang-di-indonesia.html?m=1 pada
tanggal 03 September 2019 pukul 12:57

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan makalah diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam

hukum dagang tedapat praturan-perauran yang mengatur jalannya suatu aktivitas

dagang yang tertulis dalam KUHD dan pelaku-pelaku dalam usaha dagang

masing-masing memiliki hak dan kewajiban yang dimana harus dilaksanakan

demi kelancaran dalam berdagang. Peraturan dalam berdagang diterapkan guna

mencegah pelaanggaran-pelanggaran yang terkadang terjadi dalam persaingan

produsen dalam meningkatkan kualitas barang dan merebut pasar.

15
DAFTAR PUSTAKA

Suwardi, (2015), Hukum Dagang Suatu Pengantar, Deepublish, Yogyakarta.

Hasyim, Farida, (2009), Hukum Dagang, Sinar Grafika, Jakarta.


Zainal Asikin, Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran di Indonesia,
Rajawali, Jakarta, 2002, halaman 1-5

Atmadjaja, Djoko Imbawani, (2012), Hukum Dagang, Setara Press, Malang

Afriska, (Sabtu, 02 Mei 2015). “Perkembangan hukum dagang di Indonesia”, diakses


pada pada tanggal 03 September 2019 melalui
http://afriska12.blogspot.com/2015/05/perkembangan-hukum-dagang-di-
indonesia.html?m=1

Sudut Hukum, (27 oktober 2017). “Sistematika Hukum Dagang”, diakses Pada tanggal 03
September 2019 melalui https://suduthukum.com/2017/10/sistematika-
kuhd.html

16

Anda mungkin juga menyukai