Anda di halaman 1dari 4

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PASUNDAN

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) GANJIL


Tahun Akademik 2022/2023
MATA KULIAH : Hukum Etika Dan Profesi
HARI / TANGGAL UJIAN : Selasa/10 Januari 2023
DOSEN MATA KULIAH : Dr. Jaja Ahmad Jayus, SH.,M.Hum.
NAMA : Rama Permana
NIM/NPM : 201000014
SEMESTER / KELAS : 5/01

1. Uraikan pengertian kode etik, dan bagaimana prinsip-prinsip dasar etika bagi jabatan
profesi!
Jawab :

Kode etik adalah suatu sistem norma, nilai serta aturan profesional secara tertulis yang
dengan tegas menyatakan hal baik dan juga benar, serta apa yang tidak benar dan juga tidak
baik bagi profesional. Secara singkat pengertian kode etik adalah suatu pola aturan, tata cara,
tanda, pedoman etis di dalam melakukan suatu kegiatan ataupun suatu pekerjaan. Kode
etik berhubungan dengan perilaku seseorang.
Pengertian kode etik lainnya ialah suatu aturan yang tertulis, secara sistematik dengan sengaja
di buat, berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada serta ketika dibutuhkan bisa di fungsikan
sebagai alat yang dapat digunakan menghakimi berbagai macam dari tindakan yang pada
umumnya dinilai menyimpang dari kode etik yang ada. Dalam pembentukannya, kode etik
tentu memiliki tujuan didalamnya yaitu,
1) Agar profesional dapat memberikan jasa dengan sebaik-baiknya kepada para pemakai
ataupun para nasabahnya.
2) Sebagai pelindung dari perbuatan yang tidak profesional.

Ketaatan dari tenaga profesional terhadap kode etik yang ada merupakan sebuah ketaatan
yang naluriah.

Etika profesi memiliki prinsip dasar yang menjadi landasan dalam mengerjakan
pekerjaannya. Berikut empat hal yang merupakan prinsip-prinsip etika profesi adalah:
1) Prinsip otonomi
Prinsip pertama yang merupakan prinsip-prinsip etika profesi adalah prinsip otonomi.
Prinsip otonomi ini mewajibkan setiap pelaku profesi memiliki wewenang dan kebebasan
bekerja dan berpendapat sesuai dengan profesi yang dijalankan. Prinsip ini menuntut agar
setiap kaum profesional memiliki dan diberikan kebebasan dalam menjalankan
profesinya.
Dengan demikian, seseorang memiliki hak untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu berdasarkan etika profesi yang berlaku dalam profesi tersebut.

2) Prinsip integritas moral

Prinsip kedua yang merupakan prinsip-prinsip etika profesi adalah prinsip integritas moral.
Etika profesi adalah prinsip ini mewajibkan setiap pelaku profesinya untuk secara konsisten
memiliki moral dan kejujuran dalam menjalankan pekerjaannya. Pelaku profesi harus selalu
bersikap adil, mementingkan profesi, dan memikirkan kepentingan masyarakat.

3) Prinsip ketiga yang merupakan prinsip-prinsip etika profesi adalah prinsip keadilan. Baca
juga: Berapa Gaji Dokter di Indonesia? Etika profesi adalah harus menjunjung tinggi
prinsip keadilan kepada para anggota profesinya dalam setiap pekerjaan yang dilakukan.
Prinsip ini menuntut anggota profesinya untuk memberikan pelayanan kepada siapa saja
apa yang menjadi haknya. Terutama jika profesi tersebut di bidang pelayanan masyarakat

4) Prinsip tanggung jawab

Prinsip keempat yang merupakan prinsip-prinsip etika profesi adalah prinsip tanggung
jawab. Dalam prinsip etika ekonomi adalah setiap pelaku profesi harus memiliki kesadaran
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan hasil pekerjaannya. Selain itu, kesadaran
bertanggung jawab ini juga terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain
atau masyarakat pada umumnya.
2. Kemukakan dengan menyebutkan contoh pemahaman tentang Tindakan Tercela,
Perbuatan Tercela, Serta Perilaku Tercela untuk masing-masing profesi Polisi, Jaksa,
Hakim, Notaris, dan Advokat.
Jawab :

1) Tindakan tercela adalah suatu perbuatan, perilaku, atau aksi yang dilakukan oleh
manusia sepanjang hidupnya guna mencapai tujuan tertentu dengan cara tidak
baik/buruk tindakan tercela terhadap profesi Polisi, Jaksa, Hakim, Notaris, dan Advokat
yaitu penyalah gunaan jabatan sehingga dapat bertindak semena mena.
2) perbuatan tercela adalah pertanggungjawaban, yakni: siapa yang berbuat, maka dia
yang mempertangungjawabankan perbuatannya, suatu perbuatan tercela sebagai
tindak pidana dan bentuk pertanggunganjawabnya harus memperoleh pengaturan yang
jelas dalam undang-undang. perbuatan tercela terhadap profesi Polisi, Jaksa, Hakim,
Notaris, dan Advokat yaitu terkait dengan jabatan, tidak memenuhi kewajiban konstitusi,
perbuatan yang melanggar norma yang hidup di masyarakat, dan melanggar sumpah
jabatan.
3) Perilaku tercela adalah sifat yang sangat merugikan diri sendiri maupun orang lain, dalam
ajaran Islam perbuatan tersebut sangat bertentangan. Perilaku Tercela terhadap profesi
Polisi, Jaksa, Hakim, Notaris, dan Advokat yaitu terkait dengan berlebihan dalam
menggunakan pakaian

Identifikasi pelbagai bentuk kebrutalan polisi dalam proses penyelesaian perkara pidana antara
lain: (1) membunuh atau menyiksa tersangka; (2) mengancam, menahan, mengintimidasi dan
membuat “catatan hitam” bagi orang-orang yang tidak bersalah, dan (3) melakukan korupsi,
antara lain dengan cara menerima suap supaya tidak melakukan atau menjalankan hukum,dan
memalsukan data atau fakta atau keterangan dan menghentikan pengusutan perkara pidana baik
secara langsung atau tidak langsung guna mendapatkan sesuatu keuntungan

Dalam melaksanakan tugas dan profesi, Jaksa dilarang: (a) menggunakan jabatan dan atau tugas
kekuasaannya untuk kepentingan pribadi dan/atau pihak lain; (b) merekayasa fakta-fakta
hukum dalam penanganan perkara; (c) menggunakan kapasitas dan otoritasnya untuk
melakukan penekanan secara fisik dan/atau psikis; (d) meminta dan/atau menerima hadiah
dan/atau keuntungan serta melarang keluarganya meminta dan/ atau menerima hadiah dan/atau
keuntungan sehubungan dengan jabatannya; (e) menangani perkara yang mempunyai
kepentingan pribadi atau keluarga, mempunyai hubungan pekerjaan, partai atau finansial atau
mempunyai nilai ekonomis secara langsung atau tidak langsung; (f) bertindak diskriminatif
dalam bentuk apapun; (g) membentuk opini publik yang tidak merugikan kepentingan
penegakan hukum; (h) memberikan keterangan kepada publik kecuali terbatas pada hal-hal
teknis perkara yang ditangani.

3. Apakah Tindakan Tercela, Perbuatan Tercela, Perilaku Tercela dapat mengindikasikan


tingkatan kualifikasi pelanggaran etika untuk masing-masing profesi hukum?
Jawab :
Etika tidak terlepas dari filosofi (moral philosophy) yang mensistematisasi, mempertahankan
dan merekomendasikan konsep-konsep perilaku yang baik dan buruk . Demikian pula ilmu
hukum (legal science). Cabang dari filosofi bisa berupa science yang mendasarkan diri pada
logika tentang apa yang benar dan salah; bisa pula berupa estetika yaitu pengetahuan
tentang kreasi, apresiasi tentang apa yang indah dan tidak indah, seni, citarasa, budaya dan
alam .
Identifikasi tingkatan kualifikasi pelanggaran etika bagi masing-masing profesi hukum sangat
diperlukan, untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pelanggaran kode etik bagi suatu
profesi hukum. Tingkatan tersebut dapat dijadikan dasar profesi hukum dalam melakukan
suatu tindakan yang dirasa sangat menyimpang atau disebut perbuatan tercela dalam suatu
profesi hukum.

Anda mungkin juga menyukai