Anda di halaman 1dari 26

Bagian 2

Kriteria Desain
Struktur Baja
Basirun
basir.umt@gmail.com; Teknik Sipil; FT, UMT
2.1. PENDAHULUAN

 Proyek pembangunan hanggar pesawat kalibrasi milik Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
Kementerian Perhubungan di Bandara Sultan Hasanuddin (09/03/15)

 Luas hanggar sendiri dalam perencanaannya yaitu 90x60 meter dengan tinggi 15 meter.

 5 korban tewas dan 14 luka-luka


2.1. PENDAHULUAN

 Jembatan Penyeberangan Orang Pasar minggu roboh akibat hujan deras dan angin kencang

 Pemasangan papan reklame di JPO yang tak sesuai dengan aturan menjadi penyebabnya..

 Ketinggian reklame yang kurang-lebih 3 meter hampir menutupi seluruh ruang sisi railing JPO,
sewajarnya letak papan reklame berada 30 sentimeter dari gelagar (bentangan baja) ke bawah
dengan ketinggian maksimal 1 meter.

 Seharusnya konstruksi papan reklame tidak boleh menempel pada railing JPO. Konstruksinya
harus berdiri sendiri.
2.1. PENDAHULUAN

Balkon Gedung BEI Ambruk, 2018


2.1. PENDAHULUAN

STRUKTUR PERLU DIDESAIN DENGAN


BEBAN YANG MUNGKIN BEKERJA DENGAN
BESARAN SESUAI KETENTUAN YANG
BERLAKU
2.2. Perkembangan Peraturan Desain Struktur Baja
Perkembangan Peraturan Struktur Baja
 Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI) 1983 (Metode
ASD)
 SNI 03-1729-2002; Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk bangunan
Gedung (Metode LRFD)
 SNI 1729: 2015; Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural,
merupakan adopsi AISC 360-10 Spesification for Structural Steel Buildings
(Metode ASD-DKI & LRFD-DFBK)
 SNI 1729: 2020 Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural;
adopsi AISC 360-16

 SNI 7971:2013 Struktur Baja Canai Dingin


 SNI 7860:2020 Ketentuan Seimik untuk Bangunan Gedung Baja Struktural
 SNI 7972:2020 Sambungan Terprakualifikasi untuk SRPMK & SRPMK
 Dan lain-lain
2.3. Prinsip-prinsip Perencanaan
Kriteria Optimum Desain Struktur

 Biaya minimum
 Berat Konstruksi minimum
 Waktu konstruksi minimum
 Jumlah tenaga kerja minimum
 Efisiensi pengoperasian yang maksimum
 Manfaat maksimum pada saat masa layan
 Biaya manufaktur minimum
2.4. Prosedur Perencanaan

Perencanaan fungsional; perencanaan untuk tercapainya tujuan


yang dikehendaki, yaitu:
a. Menyediakan ruang kerja dan jarak yang memadai
b. Menyediakan ventilasi dan/atau pendingin ruangan
c. Fasilitas transportasi yang memadai, seperti elevator, tangga, dan
keran atau peralatan pengangkat bahan
d. Penerangan yang cukup
e. Menyajikan bentuk arsitektur yang menarik

Perencanaan kerangka struktural berupa pemilihan tata letak dan


ukuran elemen struktur sehingga beban kerja (service load) dapat
dipikul dengan aman
Prosedur perencanaan struktur secara iterasi dapat dilakukan sbb:
 Perancangan/ Perencanaan; Penentuan fungsi struktur & desain optimum
 Penetapan Konfigurasi struktur awal (preliminary), sesuai langkah 1
termasuk pemilihan jenis material yang akan digunakan
 Penetapan beban kerja struktur; beban mati, beban hidup, angin, gempa, dll
 Pemilihan awal bentuk dan ukuran elemen struktur, SESUAIlangkah 1,2, 3
 Analisa struktur, untuk memperoleh gaya-gaya dalam dan perpindahan
elemen serta untuk menentukan aman atau tidaknya batang yang dipilih
 Melakukan evaluasi hasil rancangan, apakah perancangan sudah optimum
 Perencanaan ulang, langkah 1 - 6, jika belum tercapai kriteria yang ditetapkan
 Perencanaan akhir/ Keputusan akhir, apakah langkah 1 hingga 7 sudah
memberikan hasil optimum
2.5. Perencanaan Beban Kerja
Perkembangan Peraturan Pembebanan (umum):
 Peraturan Pembebanan Indonesia (PPI) untuk Gedung 1983
 SKBI 1.3.5.3.1987, Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung (PPPURG),
SKBI; Standar Konstruksi Bangunan Indonesia
 SNI 1727 2013; Beban Minimum untuk perancangan bangunan gedung & struktur lain
 SNI 1727:2020; Beban Desain Minimum & Kriteria Terkait untuk Bangunan Gedung & Struktur Lain

Jenis - Jenis Beban:


 Beban mati (D)  Beban hidup atap (Lr)
 Beban es (Di)  Beban air hujan (R)
 Beban gempa (E)  Beban salju (S)
 Beban fluida (F)  Beban akibat regangan oleh suhu (T)
 Beban banjir (Fa)  Beban angin (W)
 Beban tekanan lateral (H)  Beban Angin pada Es (Wi)
 Beban hidup (L)  Dan lain-lain
Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah & Gedung
(PPPURG) SKBI - 1.3.53.1987
Tabel Berat Sendiri Bahan Bangunan & Komponen Gedung
Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah & Gedung
(PPPURG) SKBI - 1.3.53.1987
Tabel Berat Sendiri Bahan Bangunan & Komponen Gedung
Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah & Gedung
(PPPURG) SKBI - 1.3.53.1987
Tabel Berat Sendiri Bahan Bangunan & Komponen Gedung
SNI 1727:2013; Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan
Gedung dan Struktur Lain
Beban hidup terdistribusi merata minimum, Lo & beban hidup terpusat minimum
SNI 1727:2013; Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan
Gedung dan Struktur Lain
Beban hidup terdistribusi merata minimum, Lo & beban hidup terpusat minimum
SNI 1727:2013; Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan
Gedung dan Struktur Lain
Beban hidup terdistribusi merata minimum, Lo & beban hidup terpusat minimum
SNI 1727:2013; Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan
Gedung dan Struktur Lain
Beban hidup terdistribusi merata minimum, Lo & beban hidup terpusat minimum
SNI 1727:2013; Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan
Gedung dan Struktur Lain
Beban hidup terdistribusi merata minimum, Lo & beban hidup terpusat minimum
SNI 1727:2013; Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan
Gedung dan Struktur Lain
Beban hidup terdistribusi merata minimum, Lo & beban hidup terpusat minimum
2.6. Konsep Perencanaan Struktur Baja
Perencanaan dalam SNI 1729: 2015 dan AISC (American Institute of Steel
Construction) mencakup 2 konsep:
 Allowable Stress Design (ASD)/ Desain Kekuatan Izin (DKI); metode desain
elastis
 Load and Resistance Factor Design (LRFD)/ Desain Faktor Beban &
Ketahanan (DFBK); metode desain batas

Perencanaan Lain:
ASTM : America Society for Testing Material
DIN : Denteh Industrial Narmen
JIS : Japan Industrial Standard
Perbedaan ASD (DKI) dan LRFD (DFBK)
 1963 AISC ASD 6th Edition  1986 AISC LRFD 1st Edition
 1969 AISC ASD 7th Edition  1993 AISC LRFD 2nd Edition
 1978 AISC ASD 8th Edition  1999 AISC LRFD 3rd Edition
 1989 AISC ASD 9th Edition

Some Major Differences


 Load Factors
 Load Combinations
 ASD results are based on the stresses and LRFD results are based
on the forces and moments capacity
 Static analysis is acceptable for ASD but nonlinear geometric
analysis is required for LRFD
Perbedaan ASD (DKI) dan LRFD (DFBK)
Tegangan yang terjadi
ASD/ DKI LRFD/ DFBK
 Metode desain elastis  Metode desain batas
 Nilai tegangan yang terjadi di  Nilai tegangan yang terjadi di
bawah nilai tegangan ijin atas tegangan leleh
(tegangan leleh/ SF), fy  Memperhitungkan tegangan
ultimate baja, fu
Perbedaan ASD (DKI) dan LRFD (DFBK)
Desain Kekuatan
Perbedaan ASD (DKI) dan LRFD (DFBK)
Load Combinations (untuk nilai kekuatan)

Dengan :
Beban mati (D), Beban es (Di), Beban gempa (E), Beban fluida (F), Beban banjir (Fa),
Beban tekanan lateral (H), Beban hidup (L), Beban hidup atap (Lr), Beban air hujan (R),
Beban salju (S), Beban akibat regangan oleh suhu (T), Beban angin (W), Beban Angin
pada Es (Wi), dan lain-lain
Contoh

Penyelesaian

Kombinasi beban LRFD/ DFBK


1) 1,4D = 1,4x7,01 = 9,81 KN/m
2) 1,2D + 1,6 L = 1,2x7,01 + 1,6x10 = 24,41 KN/m

Kombinasi beban ASD/ DKI


1) D = 7,01 = 7,01 KN/m
2) D + L = 7,01 + 10 = 17,01 KN/m
SEKIAN - TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai