ABSTRACT
Steel construction has advantages over other constructions, such as a high strength-to-weight ratio that allows
for a lighter structure to be obtained. This advantage is in accordance with the characteristics of the soil in
the city of Pontianak, which has a relatively small soil bearing capacity so that it is possible to obtain a smaller
foundation dimension. In the design of steel structures, there are provisions for Load and Resistance Factor
Design (LRFD) and Allowable Strength Design (ASD). In this project, the design of steel structures uses the
provisions of Allowable Strength Design (ASD). Structural analysis using structural program. The code used
are SNI 1729-2020 and SNI 7860:2020 for steel structure design, SNI 7972:2020 for prequalified connection
design, SNI 1727:2020 for loading design, SNI 1726:2019 for earthquake design, SNI 2847:2019 for reinforced
concrete structure design. The structure being reviewed is included in the seismic design category D so that
the Special Moment Frame System was chosen. The prequalified connection used is the Reduced Beam Section
(RBS). The foundation is designed using a spun pile which is suitable for the soil conditions in Pontianak.
1
II. METODOLOGI DAN PUSTAKA Ketentuan Desain Kekuatan Izin (DKI)
Metodelogi Penulisan Berdasarkan SNI 1729:2020, perencanaaan yang
Penulisan penelitian ini membahas mengenai sesuai dengan ketentuan Desain Kekuatan Izin (DKI)
perhitungan struktur gedung dengan menggunakan memenuhi persyaratan spesifikasi ini jika kekuatan
bantuan program komputer sebagai alat bantu izin dari setiap komponen struktur sama atau
perhitungan dan proses analisis. Data – data yang melebihi kekuatan perlu yang dihitung berdasarkan
digunakan dalam penulisan penelitian ini merupakan kombinasi beban DKI. Desain harus dilakukan
data sekunder berupa data gambar arsitektur, data menurut Persamaan:
penyelidikan tanah.
𝑅𝑎 ≤ 𝑅𝑛 / Ω (1)
Sejak diterbitkan SEAOC Blue Book, Seismic
Design Recommendations edisi yang pertama, telah Keterangan:
menjadi praktik yang diterima bahwa tidak semua
bagian dari AS rangka harus didesain sebagai Ra = kekuatan perlu dengan kombinasi DKI
penahan momen. Perencana dapat menetapkan Rn = kekuatan nominal
bagian mana yang menjadi bagian dari Sistem Ω = faktor keamanan
penahan gaya seismik (STGS), selama bagian
tersebut dapat memenuhi persyaratan desain dan Beban dan Kombinasi Beban
memberikan perilaku yang diinginkan. Tujuannya Kombinasi pembebanan untuk ketentuan Desain
agar perencana dapat memilih konfigurasi yang Kekuatan Izin (DKI) yaitu :
paling efektif, umumnya berada di sekeliling • Kombinasi 1: D
perimeter bangunan (SEAOC Seismology • Kombinasi 2: D + L
Committee 2019). • Kombinasi 3: D + (Lr atau R)
Pada perencanaan digunakan Sistem Pemikul • Kombinasi 4: D + 0,75L + 0,75(Lr atau R)
Momen Khusus hanya pada bagian perimeter • Kombinasi 5: D + (0,6W atau 0,7E)
bangunan. Sedangkan Rangka interior didesain • Kombinasi 6a: D + 0,75L + 0,75(0,6W) +
sebagai rangka gravitasi. Hubungan Balok-Kolom 0,75(Lr atau S atau R)
pada Rangka interior didesain sebagai sambungan • Kombinasi 6b: D + 0,75L + 0,75(0,7E) + 0,75S
geser. • Kombinasi 7: 0,6D + 0,6W
• Kombinasi 8: 0,6D + 0,7E
Keterangan:
D = beban mati
L = beban hidup
Lr = beban hidup atap
R = beban air hujan
W = beban angin
E = beban gempa
Balok Lentur
Tahanan balok lentur menurut ketentuan
Desain Kekuatan Izin (DKI) harus memenuhi
persyaratan:
𝑀𝑎 ≤ 𝑀𝑛 / Ω𝑏 (2)
Keterangan:
Ma = momen maksimum hasil kombinasi beban
sesuai ketentuan DKI
Mn = kekuatan lentur nominal
Ωb = 1,67
Komponen Struktur Tekan
Kekuatan tekan izin harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
2
Keterangan: Gempa Rencana
Pa = kekuatan tekan perlu kombinasi DKI
Pn = kekuatan tekan nominal Beban gempa dihitung berdasarkan SNI
Ωc = 1,67 1726:2019. Parameter gempa dalam perencanaan
diperoleh dari aplikasi desain spektra Indonesia
2019.
Desain Komponen Struktur Balok-Kolom
Rangka momen khusus (RMK)
Bila pada komponen struktur bekerja momen lentur
dan gaya aksial disebut sebagai komponen balok- Rangka momen khusus direncanakan mampu
kolom. Ditentukan berdasarkan ketentuan sebagai mengalami deformasi inelastik yang cukup besar
berikut: akibat gempa rencana, melalui kelelehan balok pada
rangkanya dan kelelehan pada ujung kolom dasar.
• Bila Pr / Pc ≥ 0,2 maka: Kolom direncanakan lebih kuat dari balok yang
mengalami leleh dan mencapai strain‐hardening.
𝑃𝑟 8 Sambungan antara balok ke kolom direncanakan
𝑃𝑐
+ (9) (𝑀𝑟𝑥 /𝑀𝑐𝑥 + 𝑀𝑟𝑦 /𝑀𝑐𝑦 ) ≤ 1,0 (4)
harus berdasarkan pada hasil uji sambungan atau
sambungan terprakualifikasi.
• Bila Pr / Pc < 0,2 maka:
𝑃𝑟
Desain Sambungan
+ (𝑀𝑟𝑥 /𝑀𝑐𝑥 + 𝑀𝑟𝑦 /𝑀𝑐𝑦 ) ≤ 1,0 (5)
2𝑃𝑐 Sambungan berfungsi untuk mengalihkan gaya
dalam dari satu komponen struktur ke komponen
struktur lainnya agar gaya tersebut dapat diteruskan
Keterangan: sampai ke fondasi. Sambungan harus memiliki
𝑃𝑟 = kuat aksial perlu elemen struktur, hasil kekuatan minimal sama atau lebih besar dari gaya
analisa struktur rangka secara menyeluruh internal, atau sekuat profil yang disambung.
𝑃𝑐 = 𝑃𝑛 /𝛺𝑐
Mr = kuat lentur perlu elemen Sambungan Penampang Balok Tereduksi
Mc = kuat rencana elemen struktur sebagai
Dalam suatu sambungan momen Penampang Balok
balok lentur
Tereduksi (PBR), bagian dari sayap balok secara
Ωc = 1,67
selektif dicoak di daerah dekat sambungan balok ke
kolom. Dengan tujuan agar pelelehan dan
Metode Analisis Langsung pembentukan sendi dapat terjadi di penampang balok
Metode analisis langsung adalah metode yang tereduksi.
digunakan untuk mengatasi keterbatasan analisis
struktur linier yang tidak bisa mengakses stabilitas.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Struktur yang ditinjau pada penelitian ini
Pada metode analisis langsung, pengaruh
adalah gedung 7 lantai yang berfungsi sebagai
ketidaksempurnaan batang diperhitungkan sewaktu
gedung perkuliahan dengan struktur baja sebagai
dilakukan analisa struktur. Pengaruh
struktur utamanya. Berikut rangkuman data model
ketidaksempurnaan batang tersebut bisa dilakukan
struktur.
dengan cara permodelan ketidaksempurnaan batang
tersebut atau denagan diberi sebuah beban notional a. Lokasi : Pontianak
pada tiap tingkat. Nilai beban notional tersebut b. Fungsi :Gedung Perkuliahan
adalah: c. Jumlah lantai : 7 lantai
d. Panjang bangunan : 45 meter
𝑁𝑖 = 0,002𝛼𝑌𝑖 (6)
e. Lebar bangunan : 28,5 meter
f. Tinggi bangunan : 29,4 meter
Keterangan:
g. Tinggi per lantai : 4,2 meter
α = 1.6 (DKI)
h. Mutu profil baja : ASTM A36
Ni = beban notional di level i
i. Mutu beton :
i = beban gravitasi di level i
Pelat Lantai, fc’ : 21 MPa
Fondasi, fc’ : 35 MPa
Desain Komponen Struktur Balok Komposit
Konsep balok yang memanfaatkan dua bahan
material yang berbeda sehingga keduanya bekerja
sebagai satu kesatuan adalah balok komposit. Untuk
struktur balok komposit antara baja dengan beton
diperlukan shear connector yang berfungsi untuk
menyatukan keduanya.
3
• Beban dinding : 7,7 kN/m
b. Beban Hidup
Beban Hidup yang digunakan disesuaikan
dengan fungsi lantai pada struktur bangunan
yang mengacu pada SNI 1727-2020 yaitu:
• Lantai atap :0,96 kN/m2
• Lantai ruang kelas : 1,92 kN/m2
• Toilet : 2,87 kN/m2
Gambar 2. Model 3D stuktur gedung • Lantai koridor lantai 1 :4,97 kN/m2
(Sumber: Hasil Peneliti, 2021) • Lantai koridor diatas Lantai 1 : 3,83 kN/m2
c. Beban Angin
Beban angin direncanakan berdasarkan SNI
Perencanaan Pendahuluan
1727:2020. Kecepatan angin dasar mengacu
Perencanaan pendahuluan bertujuan untuk pada peta dari HB 212-2002 Design Wind
mengestimasi dimensi awal elemen-elemen struktur Speeds for the Asia–Pacific Region.
pada konstruksi bangunan direncanakan agar tidak d. Beban Gempa
terjadi penentuan elemen-elemen struktur yang Pemanfaatan gedung sebagai fasilitas
berulang-ulang. pendidikan dengan kategori resiko IV dan
faktor keutamaan ( Ie ) = 1,5. Berdasarkan data
a. Pelat Lantai
hasil penyelidikan tanah, klasifikasi situs pada
Pelat direncanakan sebagai pelat satu arah,
lokasi proyek termasuk kelas situs SE (Tanah
dimana tebal pelatnya didesain untuk
Lunak).
memenuhi syarat lendutan berdasarkan tabel
Parameter Ss dan S1 diperoleh dari aplikasi
7.3.11 SNI 2847:2019.
desain spektra Indonesia 2019 sebagai berikut:
Spesifikasi pelat lantai yang digunakan adalah
Ss = 0,168
sebagai berikut:
S1 = 0,051
• Beton mutu fc’ = 21 MPa Parameter percepatan spektral desain adalah
• Tebal pelat atap, tp = 125 mm sebagai berikut :
• Tebal pelat lantai 1 sampai 7, tp = 150 mm 𝑆𝑀𝑆 = 𝐹𝑎 × 𝑆𝑆 = 0,4032𝑔
a. Balok 𝑆𝑀1 = 𝐹𝑣 × 𝑆1 = 0,2142𝑔
Perkiraan awal tinggi (d) profil balok induk 2
diasumsikan 1/20 dari panjang bentang balok 𝑆𝐷𝑆 = × 𝑆𝑀𝑆 = 0,2688𝑔
3
sedangkan balok anak sebesar 1/25 dari panjang
2
bentang balok anak. 𝑆𝐷1 = × 𝑆𝑀1 = 0,1428𝑔
3
b. Kolom
Kolom didesain lebih kuat dari balok untuk Berdasarkan nilai SDS dan SD1 dan kategori
memenuhi ketentuan Strong Column Weak resiko maka struktur termasuk kedalam KDS D
Beam (SCWB). Hubungan berikut ini harus maka dipilih sistem rangka baja pemikul
dipenuhi pada sambungan balok ke kolom: momen khusus dalam perancangan.
∗
∑ 𝑀𝑝𝑐
∗
∑ 𝑀𝑝𝑏
≥1 (7)
0.300
Percepatan respon Spektra Sa (g)
4
Dimana nilai parameter-parameter strukturnya
adalah sebagai berikut: R = 8; Ω0 = 3; Cd = 5,5
Berdasarkan SNI 1726:2019 pasal 7.8.1.1,
koefisien respons seismik Cs harus ditentukan
sebagai berikut :
𝑆𝐷𝑆 𝐼𝑒 0,2688×1,5
Cs = = = 0,0504, nilai Cs tidak
𝑅 8 Gambar 5. Input Beban Notional di Program
perlu melebihi:
Stuktur
𝑆𝐷1 0,1428 (Sumber: Hasil Peneliti, 2021)
Cs = 𝑅 = 8 =0,01532, dan nilai Cs
𝑇( ) 1,748( )
𝐼𝑒 1,5
harus tidak boleh kurang: dari: Karena ketentuan DKI digunakan dalam
perencanaan maka kombinasi pembebanan
Cs = 0,044 ⋅ 𝑆𝐷𝑆 ⋅ 𝐼𝑒 ≥ 0,01 perlu dikalikan 1,6 dalam pengecekan drift saat
analisa orde kedua dan orde pertama. Dalam
= 0,044 × 0,2688 × 1,5 ≥ 0,01
mendesain kekuatan dari struktur hasil
= 0,0177408 ≥ 0,01 kombinasi 1,6 perlu dibagi dengan 1,6 kembali.
0.040
Csmin=0.0177408 a. Pelat atap
0.030 SD1/T(R/Ie) = 0.01532
Tebal :125 mm
0.020
0.0177408
0.01532
Tulangan tumpuan : D10-200
0.010
0.000
Tulangan lapangan : D10-200
0 T0 Ts 1 1,748
2 3 4 5 6
Tulangan susut : D10-250
Periode, T (detik)
b. Pelat Lantai 1 – 7
Gambar 4. Grafik Koefisien Seismik Tebal :150 mm
(Sumber: Hasil Peneliti, 2021)
Tulangan tumpuan : D10-150
Karena struktur yang direncanakan tidak
memiliki ketidakberaturan torsi berlebihan dan Tulangan lapangan : D10-150
beban gempa setiap lantai didistribusikan ke 6
Tulangan susut : D10-250
portal arah X dan 6 portal arah Y maka setiap
portal tidak menahan beban gempa lebih dari 35
% dari gaya geser dasar seismik, maka Balok Komposit
digunakan faktor redundansi sebesar 1,0.
Balok anak dan balok induk gravitasi direncanakan
e. Beban notional sebagai balok komposit dengan tumpuan sebagai
sendi. Bagian sayap dari profil baja menyatu dengan
Dalam analisa stabilitas digunakan Analisa pelat beton yang dihubungkan dengan shear stud
metode langsung, dimana perlu dilakukan sehingga problem tekuk lokal dan tekuk torsi lateral
pembebanan beban notional. Beban notional dapat diabaikan. Namun badan dari profil baja masih
diberikan pada titik nodal di semua level perlu dievaluasi terhadap stabilitas.
berdasarkan prosentasi beban gravitasi yang Profil baja yang digunakan sebagai balok komposit
bekerja di level tersebut. adalah sebagai berikut
a. Balok anak :HY 400 x 200 x 9 x 16
b. Balok induk gravitasi :HY 450x 250 x 12 x 25
5
Digunakan b = 412,5 mm
3. Dimensi c
0,1 bbf ≤ c ≤ 0,25 bbf
0,1 (300) ≤ c ≤ 0,25 (300)
30 mm ≤ c ≤ 75 mm
Digunakan c = 60 mm
Gambar 6. Balok Komposit a b
(Sumber: Hasil Peneliti, 2021)
c
Kolom RMK
Berdasarkan analisis stabilitas dilakukan dengan
metode analisa langsung diperoleh rasio ∆2nd/ ∆1st
kurang dari 1,7 untuk semua kombinasi pembebanan.
Berdasarkan pengecekan nilai Pr/Py < 0,5 maka
digunakan nilai τb = 1,0. Penampang kolom yang Gambar 7. Dimensi Balok PBR
(Sumber: Hasil Peneliti, 2021)
digunakan memenuhi kententuan komponen struktur
daktail tinggi berdasarkan ketentuan SNI 7860:2020.
Rasio lebar-ketebalan sayap (flange width-
Tabel 1. Batasan Rasio Lebar Terhadap Tebal thicknes) dan rasio lebar-ketebalan badan (web)
Elemen Kolom Eksterior RMK dicek berdasarkan tabel D1.1 SNI 7860:2020.
(Sumber: Hasil Peneliti, 2021) Penampang balok memiliki nilai < hd , maka
penampangyang digunakan memenuhi kriteria
Lantai Kolom b/2tf λhd,f h/tw λhd,w penampang dengan daktilitas tinggi.
6
Dimensi spunspile yang direncanakan dengan
45 mm
diameter 50 cm. Karena tanah keras terdapat di
5/16
5/16
Hole type (beam):Standard (STD)
Hole type (connector):Standard (STD)
4Bolts:7/8" A325 N
kedalaman 30 m, maka direncanakan kedalam tiang
45 mm
120 mm 120 mm
pancang sedalam 30 m.
300 mm 3x70 mm=210 mm
0,5 m
A36 D25-100 D25-100
HY 450x250x12x25
11 mm
102.7 mm
1,5 m
A36
PL 11x102.7x300
D25-100
Gambar 9. Tipe Sambungan Shear Tab
0,5 m
D25-100
(Sumber: Hasil Peneliti, 2021) 0,5 m 1,5 m 0,5 m
Pada sistem penahan gaya seismik (STGS)
sambungan momen menggunakan sambungan
terprakualifikasi yaitu Penampang Balok Tereduksi Gambar 12. Fondasi
(PBR). Pada SNI 7972:2020 /AISC 358 hanya (Sumber: Hasil Peneliti, 2021)
terdapat prosedur desain sambungan PBR dengan
ketentuan DFBK, Karena itu sambungan PBR V. KESIMPULAN DAN SARAN
didesain dengan ketentuan DFBK. Kesimpulan
CJP
187.5 mm
412.5 mm CJP
CJP
CJP
358 mm ereksi,
didesain oleh
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
fabrikator
127 mm
CJP
CJP
1. Gedung yang direncanakan termasuk kedalam
358 mm
A36
HY 550X300X16X28
kategori desain seimik D (KDS D) dimana
CJP
7
- Profil HY 450x 250 x 12 x 25 REFERENSI
5. Dimensi Balok PBR adalah sebagai berikut: Badan Standarisasi Nasional. 2019. Tata Cara
a. a = 187,5 mm Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
b. b = 412,5 mm Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI
c. c = 60 mm 1726:2019). Jakarta.
6. Base plate yang digunakan dengan dimensi
sebagai berikut: Badan Standarisasi Nasional. 2020. Beban Minimum
a. Base Plate Eksterior AS A;F: untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur
N = 90 cm, B = 90 cm, t = 10 cm Lain (SNI 1727:2020). Jakarta.
b. Base Plate Interior AS A;F: Badan Standarisasi Nasional. 2020. Spesifikasi untuk
N = 90 cm, B = 90 cm, t = 15 cm Bangunan Gedung Baja (SNI 1729:2020). Jakarta.
c. Base Plate Interior AS 1;6:
N = 90 cm, B = 90 cm, t = 10 cm Badan Standarisasi Nasional. 2019. Persyaratan
d. Base Plate Gravitasi Beton Struktural untuk Bangunan Gedung (SNI
e. : N = 90 cm, B = 90 cm, t = 5 cm 2847:2019). Jakarta.
7. Spesifikasi spunpile yang digunakan adalah Badan Standarisasi Nasional. 2020. Ketentuan
sebagai berikut: Seismik untuk Bangunan Gedung Baja Struktural
Diameter 500 mm class C, Qa = 169 ton (SNI 7860:2020). Jakarta.
8. Balok Sloof yang digunakan dengan dimensi
sebagai berikut: Badan Standarisasi Nasional. 2020. Sambungan
h = 700 mm Terprakualifikasi untuk Rangka Momen Khusus Dan
b = 350 mm Menengah Baja Pada Aplikasi Seismik (SNI
9. Dimensi pile cap yang digunakan dengan 7972:2020). Jakarta.
dimensi sebagai berikut: SEAOC Seismology Committee (2019). “Seismic
a. Pile cap tipe 1 Force Resisting Systems,” August 2019, The SEAOC
Panjang, L = 2,5 m Blue Book: Seismic Design Recommendations,
Lebar, B =1m Structural Engineers Association of California,
Tinggi, h =1,3 m Sacramento, CA.
b. Pile cap tipe 2
Panjang, L = 2,5 m
Lebar, B = 2,5 m
Tinggi, h =1,3 m
Saran
1. Perencanaan struktur harus mengacu kepada
spesifikasi yang berlaku di Indonesia.
2. Untuk komponen penahan gempa sebaiknya
menggunakan mutu baja yang memiliki
peforma tinggi terhadap gaya seismik.