PREPARED FOR
SEPTEMBER 2022
PT QIES NUSANTARA CONSULTANTS
Multidiciplinary Consultants
Design & Structure Analysis
BALOK BAJA BALKON
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembebanan
Semua perhitungan pembebanan mengacu pada SNI persyaratan beton struktur
untuk bangunan gedung, SNI 2847:2013/Mod SEI/ASCE 7-02 dan SNI beban
minimum untuk perancangan bangunan gedung dan struktur lain 1727:2013
1. Beban Mati
Berdasarkan SNI 1727:2013 Beban mati adalah seluruh beban konstruksi
bangunan gedung yang terpasang, termasuk dinding, lantai, atap, plafond,
tangga, dinding partisi tetap, finishing, dan komponen arsitektural dan struktural
lainnya serta peralatan layan. Dalam hal ini dapat berupa :
a. Beban mati akibat beban sendiri
Beban mati didefinisikan sebagai beban yang ditimbulkan oleh elemen-
elemen struktur bangunan; balok, kolom,,dan pelat lantai. Beban ini akan
dihitung secara otomatis oleh program Tekla Structural Designer
b. Beban mati tambahan
Beban mati tambahan didefinisikan sebagai beban mati yang diakibatkan
oleh berat dari elemen-elemen tambahan atau finishing yang bersifat
permanen
Tabel 2.1 Besarnya Beban Mati
3. Beban Angin
Beban angin merupakan beban yang diakibatkan oleh faktor lingkungan
yaitu faktor angin itu sendiri
a. Menentukan kecepatan angin dasar, V
Design & Structure Analysis
BALOK BAJA BALKON
tanpa rusak, baik berupa deformasi besar (yielding) atau fracture (terpisah).
Faktor kekakuan adalah besarnya gaya untuk menghasilkan satu unit deformasi,
Jadi jika parameter kekuatan, kekakuan dan daktilitas digunakan untuk pemilihan
material konstruksi maka dapat dikatn bahwa material baja adalah yang unggul
dibandingkan beton dan kayu.. Ini indikasi jika perencanaannya optimal maka
yang lebih ringan dibanding konstruksi beton, meskipun masih kalah dibanding
Dikaitkan efisiensi antara material baja dengan kayu atau bambu, maka baja
hanya unggul karena kualitas mutu bahannya yang lebih homogen dan konsisten
sehingga lebih handal. hal itu tidak mengherankan karena material baja adalah
Beberapa keuntungan yang diperoleh dari baja sebagai bahan struktur adalah
sebagai berikut:
Hukum Hooke. Momen inersia dari profil baja juga dapat dihitung dengan
4. Daktilitas yang cukup tinggi, karena suatu batang baja yang menerima
tegangan tarik yang tinggi akan mengalami regangan tarik cukup besar
elemen satu dengan yang lain menggunakan alat sambung las atau baut.
Pembuatan baja melalui proses gilas panas mengakibatkan baja mudah dibentuk
yang berhubungan langsung dengan udara atau air secara periodik harus dilapisi
perhatian yang serius, karena material baja akan mengalami penurunan kekuatan
secara drastis akibat kenaikan temperatur yang cukup tinggi, selain itu baja
merupakan konduktor panas yang baik sehingga nyala api dalam suatu bangunan
justru akan menyebar lebih cepat. Kelemahan lainnya adalah masalah tekuk yang
Baja yang akan digunakan dalam suatu struktur dapat diklasifikasikan menjadi
baja karbon, baja paduan rendah mutu tinggi, dan baja paduan. Sifat-sifat
mekanik dalam baja tersebut seperti tegangan leleh dan tegangan putusnya diatur
1. Baja Karbon
Sebutan baja karbon berlaku untuk baja yang mengandung unsur bukan besi
- Karbon 1,7%
- Mangan 1,65%
- Silikon 0,60%
- Tembaga 0,60%
Karbon dan mangan adalah unsur utama untuk menaikkan kekuatan besi murni.
Baja karbon terbagi menjadi empat kategori: karbon rendah (kurang dari 0,15%);
Design & Structure Analysis
BALOK BAJA BALKON
karbon lunak (0,15 – 0,29%); karbon sedang (0,30 – 0,59%); karbon tinggi (0,60
– 1,70%). Baja karbon struktural termasuk kategori karbon lunak, baja seperti
berkisar antara 0,25% dan 0,29% tergantung pada tebalnya. Baja struktural ini
memiliki titik leleh yang jelas seperti yang ditunjukan pada kurva (a) dalam
namun menurunkan daktilitas, salah satunya membuat pekerjaan las menjadi lebih
sulit. Baja karbon umunya memiliki tegangan leleh (fy) antara 210 – 250 MPa.
Yang termasuk dalam kategori baja paduan rendah mutu tinggi (high strengh
low alloy steel/HSLA) mempunyai tegangan leleh berkisar antara 290 – 550
MPa dengan tegangan putus (fu) antara 415 – 700 MPa. Penambahan sedikit
mekanik baja dengan membentuk mikrostruktur dalam bahan baja yang lebih
halus.
3. Baja paduan
Baja paduan rendah (low alloy) dapat ditempa dan dipanaskan untuk
memperoleh tegangan leleh antara 550 – 760 MPa. Tegangan leleh dari baja
regangan permanen sebesar 0,2% atau dapat ditentukan pula sebagai regangan
mencapai 0,5%.
2.1 untuk tiga kategori baja tersebut. Kekakuan yang sama juga terjadi pada
tekanan bila tekuk (buckling) dicegah dengan memberikan tumpuan. Bagian dari
setiap kurva tegangan-regangan pada Gambar 2.1 yang biasa digunakan dalam
dengan membagi beban dengan luas penampang lintang semula benda uji,
panjang semula. Kurva seperti ini disebut kurva tegangan-regangan teknik dan
Pada bahannya sendiri, tegangan terus menaik hingga putus. Yang disebut kurva
Tekuk lateral adalah tekuk arah tegak lurus bidang kerja gaya luar, terjadi pada
balok-balok langsing dimana Iy < Ix. Pembebanan pada bidang web balok akan
menghasilkan tegangan yang sama besar antara titik A dan B. Namun adanya
Flens tekan dari balok dapat dianggap sebagai kolom. Sayap yang diasumsikan
sebagai kolom ini akan tertekuk dalam arah lemahnya akibat lentur terhadap suatu
sumbu seperti 1-1. Namun karena web balok memberikan sokongan untuk
mencegah tekuk dalam arah ini, maka flens akan cenderung tertekuk oleh lentur
pada sumbu 2-2. Karena bagian tarik dari balok berada dalam kondisi stabil,
maka proses tekuk lentur dalam arah lateral tersebut tersebut akan dibarengi
Tekuk torsi lateral adalah kondisi batas yang menentukan kekuatan sebuah balok.
Sebuah balok mampu menahan momen maksimum hingga mencapai momen plastis
(Mp), tercapai atau tidaknya momen plastis, keruntuhan dari sebuah struktur
inelastis. Gambar 2.2 menunjukan perilaku dari sebuah balok yang dibebani momen
1. Jika L cukup kecil (L < Lpd) maka momen plastis, Mp tercapai dengan
deformasi yang besar. Deformasi yang besar ditunjukan oleh kapasitas rotasi
R. tidak cukup kuatnya flens maupun web menjadi faktor utama dari tercapainya
momen plastis profil, jika profil kompak maka momen plastis profil mampu
tercapai.
Persamaan 1 berikut,
b . Mn ≥ Mu ........................(1)
dengan
Perencanaan balok yang memilki bentang panjang biasanya lebih ditentukan oleh
menenengah, ukuran profil lebih ditentukan akibat lentur pada balok. Pada balok
pemilihan profil.
Tahanan geser penampang gilas pada balok sebagian besar ditahan oleh web, jika
web dalam kondisi stabil, kuat geser nominal pelat web ditentukan oleh SNI 03-
Vn = 0,60fy Aw ………………………………………(15)
= 0,9
Vn > Vu
Design & Structure Analysis
BALOK BAJA BALKON
BAB 3
DESAIN AWAL
STRUKTUR BALOK BAJA
Baja WF 250x38,5
Baja WF 150x22,5
REDESAIN
STRUKTUR BALOK BAJA
Baja WF 250x38,5
Baja WF 250x101
Baja WF 250x149
Baja WF 200x52
Design & Structure Analysis
BALOK BAJA BALKON
Dan bisa dilihat pada gambar di bawah ini untuk hasil desain analisis struktur untuk
redesain.
Untuk detail semua perhitungan analisis struktur bisa dilihat pada lampiran
3.5 Hasil Perencanaan
Dari hasil perhitungan desain didapatkan bahwa Balok Baja WF yang digunakan,
yaitu :
a. Balok WF 250x38,5
b. Balok WF 250x101
c. Balok WF 250x149
d. Balok WF 200x52
Design & Structure Analysis
BALOK BAJA BALKON
BAB 4
KESIMPULAN
Setelah dilakukan analisis dan desain maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
LAMPIRAN
Group Span
Member Reference Ref. Ref. Section Grade Length Camber Utilization Status
[m] [mm]
SB 1/A/1-1/D/1 SBR1 1 W 250x101 BJ37 7,173 0,0 0,672 Pass
SB 1/D/1-1/G/1 SBR1 1 W 250x101 BJ37 7,173 0,0 0,672 Pass
SB 1/G/1-1/J/1 SBR1 1 W 250x101 BJ37 7,173 0,0 0,672 Pass
SB 2/A/2-2/D/2 SBR1 1 W 250x149 BJ37 7,173 0,0 0,839 Pass
SB 2/D/2-2/G/2 SBR1 1 W 250x149 BJ37 7,173 0,0 0,839 Pass
SB 2/G/2-2/J/2 SBR1 1 W 250x149 BJ37 7,173 0,0 0,839 Pass
SB 3/A/3-3/D/3 SBR1 1 W 250x101 BJ37 7,173 0,0 0,673 Pass
SB 3/D/3-3/G/3 SBR1 1 W 250x101 BJ37 7,173 0,0 0,673 Pass
SB 3/G/3-3/J/3 SBR1 1 W 250x101 BJ37 7,173 0,0 0,673 Pass
SB 3/A/3-2/A/2 SBR2 1 W 250x38.5 BJ37 5,122 0,0 0,408 Pass
SB 2/A/2-1/A/1 SBR2 1 W 250x38.5 BJ37 5,112 0,0 0,409 Pass
SB 3/D/3-2/D/2 SBR2 1 W 250x38.5 BJ37 5,122 0,0 0,800 Pass
SB 2/D/2-1/D/1 SBR2 1 W 250x38.5 BJ37 5,112 0,0 0,801 Pass
SB 3/G/3-2/G/2 SBR2 1 W 250x38.5 BJ37 5,122 0,0 0,800 Pass
SB 2/G/2-1/G/1 SBR2 1 W 250x38.5 BJ37 5,112 0,0 0,801 Pass
SB 3/J/3-2/J/2 SBR2 1 W 250x38.5 BJ37 5,122 0,0 0,408 Pass
SB 2/J/2-1/J/1 SBR2 1 W 250x38.5 BJ37 5,112 0,0 0,409 Pass
SB 1/B/1-2/B/2 SBR2 1 W 200x52 BJ37 5,112 0,0 0,734 Pass
SB 1/C/1-2/C/2 SBR2 1 W 200x52 BJ37 5,112 0,0 0,734 Pass
SB 2/C/2-3/C/3 SBR2 1 W 200x52 BJ37 5,122 0,0 0,736 Pass
SB 2/B/2-3/B/3 SBR2 1 W 200x52 BJ37 5,122 0,0 0,736 Pass
SB 1/E/1-2/E/2 SBR2 1 W 200x52 BJ37 5,112 0,0 0,734 Pass
SB 2/E/2-3/E/3 SBR2 1 W 200x52 BJ37 5,122 0,0 0,736 Pass
SB 1/F/1-2/F/2 SBR2 1 W 200x52 BJ37 5,112 0,0 0,734 Pass
SB 2/F/2-3/F/3 SBR2 1 W 200x52 BJ37 5,122 0,0 0,736 Pass
SB 1/H/1-2/H/2 SBR2 1 W 200x52 BJ37 5,112 0,0 0,734 Pass
SB 2/H/2-3/H/3 SBR2 1 W 200x52 BJ37 5,122 0,0 0,736 Pass
SB 1/I/1-2/I/2 SBR2 1 W 200x52 BJ37 5,112 0,0 0,734 Pass
SB 2/I/2-3/I/3 SBR2 1 W 200x52 BJ37 5,122 0,0 0,736 Pass
Design & Structure Analysis
BALOK BAJA BALKON