Anda di halaman 1dari 21

PERANCANGAN STRUKTUR BAJA

(STEEL STRUCTURE DESIGN)

TRI HANDAYANI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS DIAN NUSANTARA
OUTLINE

PENDAHULU
AN

KRITERIA PERENCANAAN

KERANGKA PERENCANAAN
STRUKTUR
DASAR PERENCANAAN (DESIGN)

PEMBEBANA
N
KOMBINASI
PEMBEBANAN
PERANCANGAN STRUKTUR
BAJA
 Perancangan atau perencanaan struktur didefinisikan sebagai campuran
antara seni dan ilmu pengetahuan yang dikombinasikan dengan intuisi
seorang ahli struktur mengenai perilaku struktur dengan dasar-dasar
pengetahuan dalam statika, dinamika, mekanika bahan dan analisa
struktur untuk menghasilkan struktur yang ekonomis dan aman selama
masa layannya.
TUJUAN PERANCANGAN STRUKTUR
BAJA
 Tujuan dari perencanaan struktur menurut Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-1729-2002) adalah menghasilkan suatu struktur yang
stabil, cukup kuat, mampu layan, awet dan memenuhi tujuan-tujuan lainnya seperti
ekonomi dan kemudahan pelaksanaan.
 Suatu struktur disebut stabil jika tidak mudah terguling, miring atau tergeser
selama umur rencana bangunan. Resiko terhadap kegagalan struktur dan hilangnya
kemamapulayanan selama umur rencananya juga harus diminimalisir dalam batas-
batas yang masih dapat diterima. Suatu struktur yang awet mestinya tidak memerlukan
biaya perawatan yang telalu berlebihan selama umur layannya
KRITERIA PERENCANAAN
1 Biaya
Minimum

2 Berat Minimum

3 Waktu Konsentrasi Minimum

4 Tenaga Kerja
Minimum

5 Biaya Manufaktur Minimum

Manfaat Maksimum pada saat


6
masa layan
KERANGKA PERENCANAAN
STRUKTUR
1 2 3 4

Perancangan Penetapan Konfigurasi


struktur awal Penetapan beban kerja Pemilihan awal bentuk
Penetapan
(Preliminary Design) struktur (Pembebanan) (dimensi struktur)
Fungsi Struktur

8 7 6 5

Perencanaan Evaluasi apakah hasil


Akhir (Apakah Perancangan ulang Analisis struktur
perancangan sudah
langkah 1 hingga (langkah 1 hingga (mendapatkan gaya-
optimum sesuai dengan
langkah 7 sudah langkah 6) gaya dalam)
yang diharapkan
memberikan
hasil yang
optimum)

Gambar 1. Perencanaan Struktur


DASAR PERENCANAAN DESAIN
1. KEKUATAN PERLU:
Kekuatan perlu elemen struktur dan sambungan harus ditentukan melalui analisis
struktur. Desain boleh dilakukan dengan analisis elastis, analisis inelastis atau analisis
plastis.

2. KEADAAN BATAS:
 Desain harus berdasarkan pada prinsip bahwa kekuatan atau keadaan batas
kemampuan layan tidak dilampaui saat struktur menahan semua kombinasi beban yang
sesuai.
 Keadaan batas untuk sambungan yang berdasarkan pembatasan deformasi atau pelelehan
komponen sambungn tidak perlu memenuhi persyaratan integritas struktur.
DASAR PERENCANAAN DESAIN

3. Desain Kekuatan Berdasarkan Desain Faktor Beban dan Ketahanan (DFBK)


 Didalam SNI 1729-2015, Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja Struktural,
Metode LRFD (Load Resistance Faktor Design) disebut desain DFBK ( Desain
faktor beban dan ketahanan) .
 Desain yang sesuai dengan DFBK ini memenuhi persyaratan sepsifikasi bila
kekuatan desain setiap komponen struktural sama atau melebihi kekuatan perlu
yang ditentukan berdasarkan kombinasi beban
DFBK yaitu sesuai persamaan :

Ru  Rn
Keterangan:

Ru  Kekuatan perlu menggunakan kombinasi beban DFBK/LRFD

Rn  Kekuatan nominal (nominal strength)

 Faktor tahanan (Resistance Factor)

Rn  Kekuatan Desain (Design Strength)


DASAR PERENCANAAN DESAIN

4. Desain Kekuatan Berdasarkan Desain Kekuatan Izin (DKI)


 Didalam SNI 1729-2015, Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja
Struktural, metode ASD (Allowable strength Design) disebut desain DKI
( Desain Kekuatan izin)
 Desain yang sesuai dengan DKI ini memenuhi persyaratan sepsifikasi bila
kekuatan izin dari setiap komponen struktural sama atau melebihi kekuatan
perlu yang ditentukan berdasarkan kombinasi beban DKI yaitu sesuai
persamaan :
DKI yaitu sesuai persamaan :
PEMBEBANAN

Beban adalah gaya luar yang bekerja pada suatu struktur, beban yang
bekerja pada suatu lokasi dari struktur dapat diketahui secara pasti, namun
distribusi beban dari elemen ke elemen dalam suatu struktur umumnya
memerlukan asumsi dan pendekatan, beban –beban di estimasi dan
menentukan kombinasi beban-beban yang paling dominan yang mungkin
bekerja pada struktur tersebut.

Besar beban yang bekerja diatur oleh pembebanan yang berlaku, berikut ini beberapa jenis
beban yang sering digunakan:

BEBAN MATI BEBAN HIDUP BEBAN BEBAN ANGIN


BEBAN MATI
Tabel 1. Berat Sendiri Bahan Bangunan dan
Komponen Gedung
No Bahan Bangunan Berat
Beban mati adalah berat dari semua
  Bahan Bangunan
bagian suatu gedung/ bangunan yang
1 Baja 7.850 kg/m3
bersifat tetap selama masa layan struktur, 2 Beton 2.200 kg/m3
termasuk unsur-unsur tambahan, 3 Beton Bertulang 2.400 kg/m3
finishing, mesin-mesin serta peralatan 4 Kayu Kelas 1 1.000 kg/m3
tetap yang merupakan bagian tak 5 Pasir (Kering udara) 1.600 kg/m3

terpisahkan dari gedung/bangunan   Bahan Bangunan


1 Spesi dari semen per cm tebal 21 kg/ m2
tersebut. Berikut ini beberapa contoh dari
2 Dinding bata merah ½ batu 250 kg/ m2
beberapa komponen bangunan penting
3 Penutup atap genting 50 kg/ m2
yang digunakan untuk menentukan
4 Penutup lantai ubin semen per cm 24 kg/ m2
besarnya beban mati suatu tebal
gedung/bangunan seperti pada tabel 1
BEBAN HIDUP
Tabel 2. Berat Sendiri Bahan Bangunan dan
Komponen Gedung

Beban hidup adalah beban gravitasi No Kegunaan Bangunan Berat

yang bekerja pada struktur dalam   Kegunaan Bangunan


1 Lantai dan tangga rumah tinggal sederhan 125 kg/ m2
masa layannya, dan timbul akibat
2 Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, 250 kg/ m2
penggunaan suatu gedung , termasuk
toserba,restoran, hotel, asrama dan rumah
beban ini adalah berat manusia, sakit
perabotan yang pindah-pindah, 3 Lantai ruang olahraga 400 kg/ m2

gudang, 24 kg/ m
2
kendaraan dan barang-barang lain. 4 Lantai pabrik, bengkel,
perpustakaan, ruang arsio, toko buku,
Beberapa contoh beban hidup menurut
ruang mesin dan lain-lain
kegunaan suatu bangunan diberikan 400 kg/ m2
5 Pasir (Kering udara)
pada tabel 2 dibawah ini. 6 Lantai gedung parkir bertingkat, untuk 800 kg/ m
2

lantai bawah
BEBAN ANGIN

Beban angin adalah beban yang bekerja pada struktur akibat tekanan-tekanan dari gerakan angin. Beban
angin sangat tergantung dari lokasi dan ketinggian dari struktur. Besarnya tekanan tiup harus diambil
minimum sebesar 25 kg/ m2, kecuali untuk bangunan-bangunan berikut:
1. Tekanan tiup ditepi laut hingga 5 km dari pantai harus diambil minimum 40 kg/ m 2
2. Untuk bangunan di daerah lain yang kemungkinan tekanan tiupnya lebih dari 40 kg/m 2 harus diambil
sebesar P  V 2 / 16 (kg/m2) dengan V adalah kecepatan angin dalam m/s
3. Untuk cerobong, tekanan tiup dalam kg/m2 harus ditentukan dengan rumus (42,5+0,6 h) dengan h
adalah tinggi cerobong seluruhnya dalam meter.
4. Nilai tekanan tiup yang diperoleh dari hitungan diatas harus dikalikan dengan suatu koefisien angin,
untuk mendapatkan gaya resultan yang bekerja pada bidang kontak tersebut.
BEBAN GEMPA

Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada struktur akibat adanya pergerakan
tanah oleh gempa bumi, baik pergerakan arah vertikal maupun arah horizontal. Namum pada umumnya
percepatan tanah arah horizontal lebih besar dari pada vertikalnya, sehingga pengaruh gempa horizontal
lebih menentukan daripada arah vertikalnya. Besarnya gaya geser dasar (statik ekivalen) ditentukan
berdasarkan persamaan:
KOMBINASI PEMBEBANAN

 Kombinasi beban dan faktor beban 1. 1,4 D

mengacu kepada pasal 2.3.2 SNI 1727- 2. 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (Lr atau S atau R)

2013 yaitu “Beban Minimum Untuk 3. 1,2 D + 1,6 (Lr atau S atau R) + (L atau 0,5 W)

Perancangan Bangunan Gedung dan 4. 1,2 D + 1,0 W + L + 0,5 (Lr atau S atau R)

Struktur lain”. Pada SNI ini digunakan pada 5. 1,2 D + 1,0 E + L + 0,2 S

kasus-kasus kombinasi pembebanan dan 6. 0,9 D + 1,0 W


7. 0,9 D + 1,0 E
beban terfaktor secara spesifik dan diatur
Keterangan :
oleh standar perencanaan yang sesuai. D = Beban Mati
 Struktur, komponen dan fondasi harus L = Beban Hidup
Lr = Beban hidup atap
dirancang sedemikian rupa hingga kekuatan S = Beban salju
R = Beban hujan
desainnya sama atau melebihi efek dari
E = Beban gempa
beban faktor dalam kombinasi berikut: W = Beban angin
Contoh Soal:

Suatu struktur pelat lantai dipikul oleh balok dari profil WF 450.200.9.14 dengan jarak antar
balok adalah 2,5 m (dari as ke as). Beban mati pelat lantai sebesar 2,5 kN/m2 dan beban
hidup 4 kN/m2. Tentukan lah beban terfaktor yang harus dipikul oleh balok sesuai kombinasi
LRFD (SNI 1729-2013)
Dik: Baja profil WF 450.200.9.14
Panjang = 12 meter
Berat = 912 kg
Berat per meter = 76 kg
Dit : Beban terfaktor yang harus dipikul oleh balok?
Jawab :
Tiap balok harus memikul sendiri ditambah beban dari plat selebar 2,5 m
D = 0,76 + 2,5 (2.5) = 7,01 kN/m
L = 2,5 (4) = 10 kN/m
Beban yang bekerja ada 2 yaitu beban mati dan beban hidup maka digunakan kombinasi
pembebanan 1 dan 2:

Kombinasi 1 : U = 1,4 D
= 1,4 x (7.01 ) = 9,814 kN/m
Kombinasi 2: U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (Lr atau S atau R)
= 1,2 x (7,01) + 1,6 x(10) + 0,5 (0)
= 24,412 kN/m
DAFTAR PUSTAKA
1. AGUS SETIAWAN (2008), PERENCANAAN STRKTUR BAJA DENGAN METODE LRFD.

2. AMERICAN INSTITUTE OF STEEL CONSTRUCTION “MANUAL OF STEEL CONSTRUCTION, LRFD VO. 1 , 2


ND
ED

3. BADAN STANDARISASI NASIONAL ,”TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK


BANGUNAN GEDUNG, SNI 03-1729-2002, BANDUNG, 2000

4. CHARLES G SALMON (1991), “STRUKTUR BAJA ,DESAIN DAN PERILAKU”, ERLANGGA JAKARTA

5. SNI 1729-2013 , BEBAN MINIMUM UNTUK PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG DAN STRUKTUR
LAIN, JAKARTA 2013.

6. WIRYANTO DEWOBROTO (2016), STRUKTUR BAJA PERILAKU, ANALISIS & DESAIN- AISC 2010, EDISI
KE 2, JURUSAN TEKNIK SIPIL UPH
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai