Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.

9 November 2017 (591-602) ISSN: 2337-6732

EVALUASI DAN ANALISIS PERKUATAN BANGUNAN


YANG BERTAMBAH JUMLAH TINGKATNYA
Cintya Violita Saruni
Servie O. Dapas, H. Manalip
Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi
Email: cintya.violita@gmail.com

ABSTRAK
Penambahan tingkat pada sebuah bangunan merupakan suatu alternatif untuk menjawab masalah
peningkatan jumlah orang di dalam suatu bangunan, perubahan fungsi bangunan, penambahan
infrastruktur ataupun keterbatasan lahan. Evaluasi struktur bangunan awal dibutuhkan untuk
mengetahui kemampuan struktur bangunan akibat dari penambahan tingkat bangunan. Jika struktur
tidak mampu menerima beban yang ditambahkan, maka dibutuhkan perkuatan terhadap elemen-
elemen struktur eksisting yang tidak kuat.
Pradesain struktur dilakukan untuk mendapatkan struktur awal bangunan 2 lantai yang difungsikan
sebagai sekolah menggunakan SNI 2847:2013. Evaluasi struktur yang direncanakan dengan
menambahkan 1 tingkat sehingga menjadi bangunan 3 tingkat yang dimodelkan 3D menggunakan
program ETABS. Denah bangunan berukuran 22.5 m x 12 m dengan tinggi bangunan 3.8 m tiap
lantai dengan mutu beton, fc’ 25 MPa, mutu tulangan baja, fy 240 MPa untuk diameter tulangan lebih
kecil atau sama dengan 10 mm, fy 400 MPa untuk diameter tulangan lebih besar dari 10 mm. Elemen
struktur dan pembebanan untuk tingkat yang ditambahkan sama dengan struktur awal dan analisa
gempa dengan statik ekivalen. Analisis beban gempa berdasarkan SNI 1726:2012. Struktur di
evaluasi dengan program ETABS.
Hasil evaluasi struktur yaitu kemampuan struktur awal meliputi balok, kolom dan pelat akibat
penambahan tingkat serta periode struktur. Perkuatan elemen struktur yang dilakukan dengan
concrete jacketing dan dilakukan beberapa pemodelan untuk dijadikan rekomendasi perkuatan.
Kata kunci: Penambahan tingkat, Evaluasi struktur, Perkuatan, Concrete Jacketing, ETABS.

PENDAHULUAN akibat dari penambahan tingkat bangunan


tersebut, apakah struktur bangunan tersebut
Latar belakang masih layak setelah adanya penambahan beban
Terjadinya pertumbuhan penduduk, berkem- dengan kondisi awal struktur atau perlu
bangnya zaman, serta meningkatnya kebutuhan- dilakukan perkuatan struktur jika strukur tidak
kebutuhan lain ternyata berpengaruh pada aspek mampu menerima beban akibat penambahan
pembangunan sebuah konstruksi entah itu rumah, tingkat bangunan.
gedung kampus, sekolah, gedung perkantoran, Yang sangat penting untuk diperhatikan
rumah sakit, mall, hotel, apartment, dan jenis dalam kasus penambahan tingkat bangunan yaitu
bangunan-bangunan lainnya sehingga men- apabila setelah dievaluasi dan struktur tidak
dorong dilaksanakannya pengembangan dari mampu menahan beban yang ditambahkan
gedung tersebut. terhadap gedung tersebut, maka dibutuhkan
Sekolah merupakan salah salah satu perkuatan terhadap elemen-elemen struktur yang
bangunan yang membutuhkan pengembangan tidak kuat akibat menahan penambahan beban
misalnya karena peningkatan jumlah siswa di yang terjadi. Perkuatan dibutuhkan agar elemen-
sekolah ataupun adanya penambahan infra- elemen struktur pada gedung eksisting mampu
struktur sedangkan lahan yang ada terbatas, maka menahan beban yang bekerja akibat penambahan
salah satu alternatif yang diperlukan adalah tingkat bangunan.
penambahan tingkat bangunan
Dikarenakan adanya penambahan tingkat Rumusan Masalah
dari sebuah bangunan, maka tentunya dibutuhkan Berdasarkan latar belakang yang telah
evaluasi dari struktur bangunan eksisting agar diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan
dapat diketahui kemampuan struktur bangunan permasalahan sebagai berikut: bagaimana

591
Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.9 November 2017 (591-602) ISSN: 2337-6732

mengetahui pengaruh penambahan tingkat saja. Meskipun beban yang bekerja pada suatu
bangunan terhadap struktur bangunan awal lokasi dari struktur dapat diketahui secara pasti,
(eksisting), cara evaluasi struktur awal dan distribusi beban dari elemen ke elemen dalam
perencanaan perkuatan struktur jika dibutuhkan suatu struktur pada umumnya memerlukan
perkuatan. asumsi dan pendekatan
Beban mati adalah beban gravitasi yang
Tujuan Penelitian berasal dari berat semua komponen gedung/
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bangunan yang bersifat permanen selama masa
hasil evaluasi struktur akibat rencana layan struktur tersebut. Termasuk pula ke dalam
penambahan tingkat bangunan dan sebagai jenis beban mati adalah unsur- unsur tambahan,
rekomendasi perencanaan perkuatan pada mesin serta peralatan tetap yang tak terpisahkan
elemen-elemen struktur eksisting yang dari gedung tersebut. Selain itu berat sendiri
dibutuhkan perkuatan struktur, sistem perpipaan, jaringan listrik,
penutup lantai, serta plafon juga termasuk jenis
Manfaat Penelitian beban mati
Manfaat dari penelitian ini sebagai referensi
untuk perkuatan struktur dengan tipe gedung Tabel 1. Berat sendiri Bahan Bangunan dan
seperti yang dimodelkan yang memerlukan Komponen Gedung
penambahan tingkat bangunan, guna keamanan Bahan Bangunan Berat
dan kenyamanan pengguna bangunan serta Baja 7850 kg/m³
tujuan dari fungsi bangunan tersebut dapat
Beton 2200kg/m³
dicapai dan mengaplikasikan pengetahuan
Beton bertulang 2400kg/m³
tentang struktur beton bertulang pada software
ETABS dalam membantu mengevaluasi dan Kayu (kelas I) 1000kg/m³
merencanakan struktur bangunan. Pasir (kering udara) 1600kg/m³

Batasan Masalah Beban hidup termasuk kedalam kategori beban


1. Bangunan yang akan diteliti adalah bangunan gravitasi, yaitu jenis beban yang timbul akibat
2 lantai dengan konstruksi beton bertulang penggunaan suatu gedung selama masa layan
berdasarkan pemodelan yang dianggap gedung tersebut.
eksisting Berdasarkan SNI 1727-1989, beban hidup
2. Fungsi bangunan yaitu sekolah untuk lantai gedung sekolah dan lantai atap
3. Gedung termasuk gedung beraturan, sehingga yaitu:
analisa gempa yang ditinjau adalah Statik Sekolah = 250 kg/m2
Ekuivalen Lantai atap = 100 kg/m2
4. Analisa dan evaluasi struktur akibat Beban gempa merupakan beban dalam arah
penambahan lantai bangunan menggunakan horizontal dari struktur yang ditimbulkan oleh
program ETABS adanya gerakan tanah akibat gempa bumi, baik
5. Pemodelan open frame tiga dimensi (3D) dalam arah vertikal maupun horizontal.
6. Perkuatan struktur yang digunakan yaitu
concrete jacketing dengan memperbesar Kombinasi Pembebanan
penampang dan atau menambah jumlah SNI 1726-2012 Pasal 4.2.2 Kombinasi beban
tulangan untuk metode ultimit:
7. Tidak dilakukan tinjauan terhadap pengaruh 1. 1,4D
pondasi 2. 1.2D + 1.6L + 0.5(Lr atau R)
3. 1.2D + 1,6(Lr atau R) + (L atau 0.5W)
4. 1,2D + 1,0 W + L + 0.5(Lr atau R)
LANDASAN TEORI 5. 1,2D + 1,0E + L
6. 0.9D + 1,0W
Pembebanan 7. 0.9D + 1,0 E
Beban adalah gaya luar yang bekerja pada Kombinasi dasar untuk desain kekuatan
suatu struktur. Pada umumnya penentuan 8. (1.2 + 0.2 SDS)D + ρQe + L
besarnya beban hanya merupakan suatu estimasi 9. (0.9 – 0.2 SDS)D + ρQe + 1.6H

592
Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.9 November 2017 (591-602) ISSN: 2337-6732

Standar Perencanaan Kolom


Di Indonesia sendiri peraturan desain Kolom adalah elemen vertikal yang
struktur beton diatur dalam SNI 2847:2013 memikul sistem lantai struktural. Elemen ini
Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan merupakan elemen yang mengalami tekan dan
Gedung, yang disusun dengan mengacu pada pada umumnya disertai dengan momen lentur.
peraturan ACI. Dengan menggunakan konsep ini, Kolom meneruskan beban-beban dari elevasi atas
maka persyaratan dasar yang harus dipenuhi ke elevasi yang lebih di bawah hingga akhirnya
dalam desain adalah: sampai ke tanah melalui pondasi. Karena kolom
Kuat rencana ≥ Kuat Perlu merupakan komponen tekan maka keruntuhan
Ø (Kuat Nominal ≥ U pada satu kolom merupakan lokasi kritis yang
Secara khusus untuk elemen struktur yang dapat menyebabkan collapse (runtuhnya) lantai
memikul momen lentur, gaya geser, dan gaya yang bersangkutan, dan juga runtuh batas total
aksial, maka dapat dituliskan secara lebih khusus (ultimate total collapse) seluruh strukturnya
sebagai berikut : Persyaratan Peraturan SNI 2847:2013
ØMn ≥ Mu 1. Pasal 9.3.2.2, memberikan batasan untuk
ØVn ≥ Vu faktor reduksi kekuatan, Ø, yaitu sebesar 0.65
ØPn ≥ Pu untuk sengkang persegi dan Ø = 0.75 untuk
sengkang spiral
Faktor Reduksi Kekuatan 2. Pasal 10.9.1, mensyaratkan bahwa persentase
Dalam SNI 2847:2013 Pasal 9.3 digunakan minimum tulangan memanjang adalah 1%,
beberapa nilai faktor reduksi kekuatan Ø, sebagai dengan nilai maksimum 8%, terhadap luas
berikut : total penampang kolom.
Untuk penampang terkendali tarik Ø = 0.90 3. Pasal 10.9.2, menyatakan bahwa minimal
Untuk penampang terkendali tekan: harus dipasang 4 buah tulangan memanjang
a. Dengan tulangan spiral Ø = 0.75 untuk kolom dengan sengkang persegi atau
b. Tulangan non spiral Ø = 0.65 lingkaran, minimal 3 buah untuk kolom
Untuk geser dan puntir Ø = 0.75 berbentuk segitiga, serta minimal 4 buah
Untuk tumpu pada beton Ø = 0.65 untuk kolom dengan sengkang spiral.
4. Pasal 7.10.5.1, tulangan sengkang harus
Balok memiliki diameter minimum 10 mm untuk
Balok adalah elemen struktur yang mengikat tulangan memanjang dengan
menyalurkan beban-beban tributary dari slab diameter 32 mm atau kurang, sedangkan
lantai ke kolom penyangga yang vertikal. Balok untuk tulangan memanjang dengan diameter
dikenal sebagai elemen lentur, yaitu elemen diatas 32 mm harus diikat dengan sengkang
struktur yang dominan memikul gaya dalam berdiamter minimum 13 mm.
berupa momen lentur dan juga geser 5. Pasal 7.10.5.2, jarak vertikal sengkang atau
sengkang ikat tidak boleh melebihi 16 kali
Keruntuhan pada Balok diameter tulangan memanjang, 48 kali
1. Penampang balanced. diameter sengkang/ sengkang ikat, atau
Tulangan tarik mulai leleh tepat pada saat dimensi terkecil dari penampang kolom.
beton mencapai regangan batasnya dan akan Untuk memeriksa kekuatan dari kolom-kolom
hancur karena tekan pada struktur yang direncanakan dilakukan
2. Penampang over-reinforced. analisa struktur dengan rasio tegangan (stress
Keruntuhan ditandai dengan hancurnya beton ratio) dari penampang kolom. Rasio tegangan ini
yang tertekan. Pada saat awal keruntuhan, menunjukan perbandingan antara gaya-gaya
regangan baja ϵs yang terjadi masih lebih dalam yang harus didukung dengan kemampuan
kecil daripada regangan lelehnya ϵy. daya dukung penampang kolom
3. Penampang under-reinforced.
Keruntuhan ditandai dengan terjadinya leleh Pelat
pada tulangan baja kondisi penampang yang Pelat adalah suatu elemen horisontal utama
demikian dapat terjadi apabila tulangan tarik yang berfungsi untuk menyalurkan beban hidup,
yang dipakai pada balok kurang dari yang baik yang bergerak maupun statis ke elemen
diperlukan untuk kondisi balanced

593
Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.9 November 2017 (591-602) ISSN: 2337-6732

pemikul beban vertikal, yaitu balok ataupun Perkuatan Struktur


kolom Perubahan pada sebuah struktur akan
Apabila pelat tertumpu di keempat sisinya, menyebabkan bangunan menjadi tidak aman
dan rasio bentang panjang terhadap bentang sebab pada perencanaan awal tidak diperkirakan
pendek lebih besar atau sama dengan 2, maka mengenai perubahan kegunaan bangunan. Hal ini
hampir 95% beban akan dilimpahkan dalam arah akan berdampak pada kekuatan struktur dalam
bentang pendek dan pelat akan menjadi sistem menerima beban yang mungkin akan lebih besar.
pelat satu arah. Apabila struktur pelat beton Dengan kata lain apabila struktur menerima
ditopang di keempat sisinya, dan rasio antar beban yang lebih besar dari perencanaan maka
bentang panjang terhadap bentang pendeknya ada kemungkinan struktur akan mengalami
kurang dari 2, maka pelat tersebut dikategorikan runtuh (collapse) akibat adanya perubahan
sebagai sistem pelat dua arah. momen pada daerah kolom maupun balok.
Ketebalan minimum pelat Diperlukan perkuatan struktur pada setiap
1. Untuk 0.2 < αfm < 2.0 bangunan yang akan diahli fungsikan dan atau
𝑓𝑦
ln(0.8+
1400
) beban yang akan di terima oleh bangunan lebih
h = 36+5𝛽 (𝛼𝑓𝑚−0.2) besar dari beban awalnya.
namun tidak kurang dari 125mm Ada dua jenis perbaikan yang dapat
2. Untuk αfm > 2.0 dilakukan dalam pekerjaan retrofitting yaitu
𝑓𝑦 repairing dan strengtheing. Istilah repairing
ln(0.8+ )
1400
h= 36+9𝛽 diterapkan pada bangunan yang sudah rusak,
namun tidak kurang dari 90mm dimana telah terjadi penurunan kekuatan, untuk
3. Untuk αfm <0.2 dikembalikan seperti semula. Sedangkan
h = ketebalan minimum pelat tanpa strengtheing adalah suatu tindakan modifikasi
balok (pada Tabel 2.4) struktur, mungkin belum terjadi kerusakan,
dengan tujuan untuk menaikan kekuatan atau
Tabel 3. Tebal minimum pelat tanpa balok dalam kemampuan bangunan untuk memikul beban-
Tanpa Penebalan Panel Dengan Penebalan Panel beban yang lebih besar akibat perubahan fungsi
fy Panel Luar
Panel
Panel Luar
Panel
bangunan dan stabilitas
(MPa) Tanpa Tanpa Dengan
Dengan Dalam Dalam
Balok Balok Balok
Balok Tepi
Tepi Tepi Tepi
280 ln/33 ln/36 ln/36 ln/36 ln/40 ln/40 Concrete Jacketing
420 ln/30 ln/33 ln/33 ln/33 ln/36 ln/36 Dimana konsep dasar metode Concrete
520 ln/28 ln/31 ln/31 ln/31 ln/34 ln/34 Jacketing ini adalah perbesaran dimensi dan
penambahan tulangan pada elemen struktur
Keterangan : untuk meningkatkan kinerja elemen tersebut.
ln = panjang bentang bersih Pembesaran tersebut dilakukan dengan
β = rasio bentang bersih arah panjang Jacketing. Jacketing dari bahan beton sebagai
terhadap arah pendek solusi perkuatan yang efektif yang meningkatkan
αfm = nilai rata- rata αf untuk semua kinerja seismik kolom. Teknik perkuatan struktur
balok pada tepi-tepi dari suatu ini digunakan pada kolom bangunan yang
pelat bertujuan untuk memperbesar penampang kolom,
αf = rasio kekakuan lentur penampang maka penampang kolom menjadi besar daripada
balok (Ecb Ib) terhadap kekakuan sebelumnya sehingga kekuatan geser beton
lentur pelat (Ec Is) menjadi meningkat.
𝐸𝑐𝑏 𝐼𝑏
αf = 𝐸𝑐𝑠 𝐼𝑠
Kelebihan dan kekurangan
Ib = Momen inersia bruto dari penampang
Metode Concrete Jacketing
balok terhadap sumbu berat
Is = Momen inersia bruto dari penampang
Kelebihan:
pelat
• Mampu meningkatkan kedaktilitasan dari
Syarat ØMn ≥ Mu gedung
Kuat momen nominal pelat • Material mudah didapat
ØMn = ØAs fy (d-a/2 • Pekerjaan mudah dimengerti pada tukang

594
Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.9 November 2017 (591-602) ISSN: 2337-6732

Kekurangan: percepatan 0.2 detik dan 1 detik dalam peta


• Beton yang lama dibongkar pada sisi-sisinya gerak tanah seismik.
sehingga waktu pekerjaan sedikit lebih lama
daripada FRP
• Biaya relatif mahal dikarenakan adanya
penambahan tulangan dan beton untuk
pengecoran daerah yang akan ditambah
dimensinya
• Pekerjaan lebih lama karena harus menunggu
kekuatan beton untuk mencapai kekerasan
maksimum
Menurut dokumen CED 39 (7428) “Seismic
Evaluation and Strengthening of Existing
Reinforced Concrete Buildings – Guidelines” Gambar 3. Menentukan nilai Ss
yang merupakan standar India untuk evaluasi
beban gempa dan perkuatan beton bertulang,
spesifikasi minimum yang harus dipenuhi untuk
concrete jacketing antara lain :
a. Mutu beton pembungkus yang harus lebih
besar atau sama dari mutu beton eksisting.
b. Untuk kolom yang tulangan longitudinal
tambahan tidak dibutuhkan, minimum harus
diberikan tulangan D12 mm di keempat
ujungnya dengan sengkang Ø8 mm.
c. Minimum tebal jacketing 100 mm.
d. Diameter tulangan sengkang minimum Ø8
mm tidak boleh kurang 1/3 Ø tulangan
longitudinal.
Gambar 4. Menentukan nilai S1
e. Jarak maksimal tulangan sengkang pada
daerah ¼ bentang adalah 100 mm, dan jarak • Parameter Spectrum Respon percepatan SMS
vertikal antar tulangan sengkang tidak boleh dan SM1
melebihi 100 mm. SMS = Fa Ss
SM1 = C S 1
Keterangan:
SS = parameter respons spektral percepatan
gempa untuk perioda pendek.
S1 = parameter respons spektral percepatan
gempa untuk perioda 1,0 det

(a) (b) • Parameter percepatan spectral desain SDS dan


SD1
Gambar 2. (a) Kolom asli (b) kolom Jacketing
Parameter percepatan spectral desain untuk
periode pendek SDS dan periode 1 detik SD1
ditentukan dengan persamaan:
Analisa Gempa 2 2
SDS = 3 SMS SD1 = 3 SM1
• Kategori risiko struktur bangunan
• Parameter percepatan terpetakan
Parameter Ss (percepatan batuan dasar pada • Faktor keutamaan gempa
perioda pendek) dan S1 (percepatan batuan
dasar pada perioda 1 detik) harus ditetapkan • Kategori Desain Gempa
masing-masing dari respon spectral

595
Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.9 November 2017 (591-602) ISSN: 2337-6732

Tabel 4. Kategori desain seismik berdasarkan perioda pendek


parameter respons percepatan pada R = faktor modifikasi respons
periode pendek Ie = faktor keutamaan gempa
• Gaya geser dasar seismic (V)
V =CsW
Keterangan:
Cs = koefisien respons seismik
W = berat seismik efektif menurut

Tabel 5. Kategori desain seismik berdasarkan METODOLOGI PENELITIAN


parameter respons percepatan pada
periode 1 detik Langkah-langkah pelaksanaan penelitian
1. Mempelajari kajian literatur.
2. Pemodelan struktur awal meliputi:
3. Pemodelan Struktur dengan menambahkan
tingkat pada struktur eksisting
4. Evaluasi struktur dengan ETABS
5. Dari hasil evaluasi momen dan geser pada
• Faktor modifikasi respons berdasarkan sistem elemen struktur, dapat dilihat elemen struktur
rangkayang dipakai mana yang dibutuhkan perkuatan.
6. Analisa perkuatan struktur
Statik Ekuivalen 7. Pemodelan perkuatan struktur
• Periode Fundamental 8. Evaluasi kembali struktur yang sudah diberi
Perioda fundamental (Ta ), dalam detik, harus perkuatan
ditentukan dari persamaan Ta = Ct hnx dan 9. Hasil
untuk periode struktur maksimum Tmax =
Cu. Ta Bagan Alir Penelitian
Keterangan:
hn adalah ketinggian struktur, dalam (m), di
atas dasar sampai tingkat tertinggi struktur,
untuk Rangka beton pemikul momen
koefisien Ct =0,0466 dan x = 0

Tabel 6. Koefision untuk batas atas pada perioda


yang dihitung

• Koefision Respon Seismic (Cs)


𝑆
Cs = 𝐷𝑆
𝑹
𝐼𝑒

Keterangan:
SDS = parameter percepatan spektrum
respons desain dalam rentang
Gambar 5. Diagram Alir Penelitian

596
Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.9 November 2017 (591-602) ISSN: 2337-6732

Pradesain Struktur Awal Lantai 2 (Atap)


Beban mati tambahan (Dead load) pada pelat
Data Material Struktur lantai 2 (atap):
• f’c = 25 MPa • Plester (2.5 cm)= 53 kg/m2
• EC = 4700√f'c = 23500 MPa • Beban M/E = 25 kg/m2
• Angka poison = 0.2 • Beban Plafond= 18 kg/m2
• Baja U24 untuk besi tulangan Ø≤12 • Waterproofing = 5 kg/m2
Fy = 240 MPa • Total= 101 kg/m2
• Baja U40 untuk besi tulangan D≥13
Fy = 400 MPa Beban Hidup
• Lokasi bangunan : Manado, Sulawesi Utara • Gedung sekolah = 250 kg/m2
• Jenis tanah = Sedang • Beban atap = 100 kg/m2
• Tinggi tiap lantai = 3.8 m • Faktor reduksi beban hidup untuk gempa
= 0.5
Model Struktur Awal
Beban Gempa
Perhitungan Beban Gempa berdasarkan SNI
1726:2012 yaitu sebagai berikut:
a. Kategori Resiko Bangunan
Gedung sekolah termasuk dalam kategori
resiko IV
b. Parameter percepatan terpetakan
Untuk kota Manado didapatkan nilai:
Ss = 1 dan S1 = 0.4
c. Parameter Spectrum Respon percepatan SMS
dan SM1
Fa = 1.1
Fv = 1.6
SMs = Fa . Ss = 1.1 x 1 = 1.1
SM1 = Fv . S1 = 1,6 x 0.4 =0.64
Gambar 6. Tampak 3D Model Awal d. Parameter percepatan spectral desain SDS dan
SD1
2 2
SDS = SMS = . 1.5 = 1
Beban Mati Sendiri Struktur 3 3
2 2
Terdiri dari kolom, balok, dan pelat yang sudah SD1 = 3 SM1 = 3 .
0.9 = 0.6
dihitung secara otomatis dalam ETABS e. Faktor keutamaan gempa
Untuk Kategori risiko IV, Ie = 1.5
Beban Mati Tambahan f. Kategori Desain Gempa
Lantai 1 Termasuk dalam Kategori Desain Gempa D
Beban mati tambahan (Dead load) pada pelat : g. Faktor Modifikasi Respons

Keramik = 24 kg/m2 Berdasarkan SRPMK, R= 8

Plester (2.5 cm) = 53 kg/m2

Beban M/E = 25 kg/m2 Analisa Statik Ekivalen

Beban Plafond = 18 kg/m2 a. Periode Fundamental
Total = 120 kg/m2 Ta = Ct . hnx
Beban mati pada balok: = 0.0466 x 7.60.9 = 0.289 detik
Tmax = 1.4 x 0.289 detik
• Dinding bata = 250 kg/m2
= 0.405 detik
Total = 3.8 m - 0.5 m) x 250 kg/m2
b. Koefision Respon Seismic (Cs)
= 825 kg/m
Beban mati pada balkon
1.2 m x 250 kg/m2 = 300 kg/m

597
Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.9 November 2017 (591-602) ISSN: 2337-6732

𝑆𝐷𝑆 0.733 Tebal Pelat


Cs = 𝑅 = 8 = 0.138 (dan tidak kurang
𝐼𝑒 1.5 Diambil tebal pelat minimum berdasarkan
0,5 𝑆1
dari 𝐶𝑠= 𝑅 = 0.04) perhitungan Pelat dua arah
( ) Didapat:
𝐼𝑒
B1-B27 = Balok 30 x 50
Sehingga, koefision gaya geser dasar gempa B28-B38 = Balok 20 x40
arah X dan Y = 0.138 C1-C18 = Kolom 30 x 30
C19-C23 = Kolom 25 x 25
Kombinasi Pembebanan yang dipakai
Tebal pelat lantai 1 = 13 cm
1. 1,4D + 1,4 SW
Tebal pelat atap = 13 cm
2. 1.2D + 1,2 SW + 1.6L
Cek periode struktur:
3. ((1,2 + 0,2 SDS)D + (1,2 + 0,2 SDS)SW) +
T < Tmax = 0.404 < 0.405 (Ok)
ρ.Eqx + L
4. ((1,2 + 0,2 SDS)D + (1,2 + 0,2 SDS)SW) +
ρ.Eqy + L
Penulangan Elemen Struktur
Penulangan Balok
5. ((0.9 - 0,2 SDS)D + (0.9 - 0,2 SDS)SW) +
ρ.Eqx Untuk penampang balok adalah 30 cm x 50
6. ((0.9 - 0,2 SDS)D + (0.9 - 0,2 SDS)SW) + cm, luas tulangan utama balok diketahui otomatis
ρ.Eqy dari program ETABS.
Kuat nominal momen lentur dihitung
Pradesain Elemen Struktur berdsarkan penampang bertulangan rangkap
dengan persamaan:
Pradesain balok, kolom, dan pelat 𝑎
berdasarkan SNI 2847:2013 dan periode struktur ØMn = Ø [Cc (𝑑 − ) + 𝐶𝑠(𝑑 − 𝑑′ )]
2
tidak boleh melewati periode struktur maksimum Dan kuat nominal gaya geser:
berdasarkan SNI 1726:2012. Pradesain struktur Ø(Vc+Vs)
awal dianalisa dan dibantu dengan program
ETABS.

Gambar 8. Detail Elemen Struktur Awal Balok

Mu dan Vu didapat dari ETABS


Gambar 7. Penamaan Elemen Balok dan Kolom Penampang 30 x 50
Ukuran Penampang Balok 1. Daerah Tumpuan
Pendimensian awal balok berdasarkan tebal • Mu (tumpuan)= 144.571 KNm
minimum balok non prategang atau pelat satu ØMn > Mu
arah bila lendutan tidak dihitung (SNI 207.132 KNm > 144.571 (Ok)
2847:2014), dapat diperbesar apabila melewati • Vu (tumpuan) = 121.4 KN
periode struktur maksimum Ø(Vc+Vs) > Vu
146.987 KN > 121.4 KN (Ok)
Ukuran Penampang Kolom 2. Daerah Lapangan
Untuk kolom di estimasi berdasarkan • Mu (lapangan ) = 76.554 KNm
ØPn Ø(0.80) [0.85 f′c Ag + Ast (fy − 0.85 f′c)] ØMn > Mu
Diambil, As = 0.025 Ag 169.343 KNm > 76.554 KNm (Ok)

598
Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.9 November 2017 (591-602) ISSN: 2337-6732

• Vu (lapangan) = 120.458 KN HASIL DAN PEMBAHASAN


Ø(Vc+Vs) > Vu
146.987 KN > 120.458 KN (Ok) Pemodelan Penambahan Tingkat pada
Struktur Awal
Penampang 20 x 40 Bangunan sekolah dua lantai yang
1. Daerah Tumpuan dianggap eksisting seperti yang direncanakan
• Mu (tumpuan) = 44.514 KNm sebelumnya, akan ditambahkan 1 tingkat
ØMn > Mu (tumpuan) sehingga struktur menjadi 3 tingkat Untuk
44.514 KNm > 71.729 (Ok) tingkat yang ditambahkan (lantai 3) berfungsi
• Vu (tumpuan) = 25.252 KN sebagai pelat atap, sedangkan untuk lantai 2 yang
Ø(Vc+Vs) > Vu sebelumnya difungsikan sebagai pelat atap akan
76.154 KN>25.252 KN (Ok) difungsikan menjadi pelat lantai. Pelat, balok dan
2. Daerah Lapangan kolom pada lantai 3 sama dengan lantai 2.
• Mu (lapangan)= 17.889 KNm
ØMn > Mu (lapangan)
17.889 KNm > 71.729 (Ok)
• Vu (lapangan) = 45.624 KN
Ø(Vc+Vs) > Vu
76.154 KN>45.6242 KN (ok)
Penulangan Kolom
Untuk kolom 30 x 30 diambil As = 0.025Ag
dan untuk kolom 20 x 20, As = 0.01Ag

Gambar 9. Pemodelan 3D rencana


penambahan tingkat

Gambar 9. Detail Elemen Struktur Awal Kolom Ta = Ct . hnx


= 0.0466 x 11.40.9
Penulangan Pelat = 0.416 detik
Mu didapat dari ETABS: Tmax = Cu. Ta
Ø = 13 mm = 1.4 x 0.416 detik
1.4 = 0.583 detik
𝜌 min =
𝑓𝑦
Evaluasi Struktur Balok
𝜌 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0.75𝜌𝑏
𝑎
Mn = 𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦 𝑥 (𝑑 − ) Tabel 7. Hasil Evaluasi Struktur Balok
2
𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦
a = 0.85 𝑥 𝑓 ′ 𝑐 𝑥 𝑏
𝑀𝑢 7916
𝑀𝑛 = = = 12928.889 𝑘𝑔𝑚
Ø 0.9
= 12928889 𝑁𝑚𝑚

Didapat As
Kontrol As min = 𝜌 min 𝑥 𝐵 𝑥 𝑑
Jika As min >As perlu, digunakan As min
Dipakai: Tulangan pelat lantai Ø10-140
Tulangan pelat atap Ø10-140

599
Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.9 November 2017 (591-602) ISSN: 2337-6732

Dari hasil yang didapat, balok masih memenuhi Periode struktur akibat perencanaan penambahan
untuk penambahan tingkat lantai/tingkat melebihi periode struktur
maksimum. Sehingga elemen struktur perlu
Evaluasi Struktur Pelat diperbesar dan atau perlu menambah jumlah
Dievaluasi struktur pelat lantai 2, karena tulangan
pada struktur awal sebagai pelat atap kemudian Tabel 8. Evaluasi Struktur Kolom yang tidak
difungsikan sebagai pelat lantai. mampu
Hasil evaluasi struktur untuk pelat lantai 2 dapat
dilihat pada posisi seperti pada gambar 10 adalah
momen ultimate yang paling besar. Mu = 11.407
kNm yang terdapat pada kombinasi 2.
.

Analisa Perkuatan Struktur


Gambar 10. Posisi Mu maksimum pada pelat Pemodelan kolom dengan Concrete
Jacketing menggunakan spesifikasi minimum
Mu didapat dari ETABS berdasarkan dokumen CED 39 (7428) “Seismic
Luas tulangan yang terpakai Evaluation and Strengthening of Existing
1
As = x π x d2 b/S Reinforced Concrete Buildings – Guidelines” dan
4 memperhatikan syarat SNI 2847:2013
Tinggi blok regangan • Mutu beton pembungkus = 25 MPa
As x fy
a = 0.85 x f′ c x b • Tulangan longitudinal tambahan diberikan
a tulangan 12D12
Mn= As x fy x (d − 2)
• Tulangan sengkang Ø10-100
ØMn > Mu • Tebal jacketing 100 mm
12.333 KNm > 11.407 KNm (Ok) Kolom 30 x 30 ditambahkan tulangan minimum
dan penampang diperbesar menjadi 50 x 50 dan
Sehingga pelat masih memenuhi untuk kolom 25 x 25 diperbesar menjadi 45 x 45
penambahan tingkat

Kolom
Pada analisa struktur, diperlihatkan atau
dihitung rasio tegangan (stress ratio) dari
penampang kolom. Nilai rasio tegangan < 1
menunjukan kolom tersebut masih mampu
menahan beban yang bekerja sedangkan >1
kolom tidak kuat menahan beban yang
direncanakan.
Gambar 11. Kolom Eksisting yang di Jacketing
Cek Periode Struktur
T > Tmax
0.657 det > 0.583 det

600
Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.9 November 2017 (591-602) ISSN: 2337-6732

Pemodelan 1 Pemodelan 3

Tabel 9. Pemodelan 1 analisa Concrete Jacketing Tabel 11. Pemodelan 3 analisa Concrete
Jacketing

Pemodelan 4
Pemodelan 2
Tabel 12. Pemodelan 4 analisa Concrete
Tabel 10. Pemodelan 2 analisa Concrete Jacketing
Jacketing

Pemodelan 2, 3, dan 4 direkomendasi untuk


perkuatan kolom pada struktur awal, dimana
setelah dianalisis dengan bantuan program

601
Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.9 November 2017 (591-602) ISSN: 2337-6732

ETABS seluruh elemen struktur mampu 4. Rekomendasi perkuatan dengan metode


menerima penambahan tingkat dan periode Concrete Jacketing pada pemodelan 4, kolom
struktur tidak melebihi periode maksimum yang C8, C9, C10, dan C11 yang diperbesar
disyaratkan. Pemodelan 4 merupakan struktur menjadi 50 x 50 dengan tambahan tulangan
yang lebih ekonomis dan aman, jacketing hanya memanjang 12D12 dan tulangan sengkang
dilakukan pada kolom C8, C9, C10, dan C11, Ø10-100, sehingga struktur dapat menerima
setiap elemen struktur mampu untuk menerima penambahan tingkat yang direncanakan serta
perencanaan penambahan tingkat. periode struktur kurang dari periode struktur
maksimum.

PENUTUP Saran
1. Memperhatikan distribusi beban untuk kolom
Kesimpulan yang akan diperbesar
Dari hasil evaluasi struktur dan analisis 2. Diperlukan ketelitian pada saat melakukan
perkuatan bangunan dengan bantuan program pemodelan dan analisa struktur pada ETABS.
ETABS, dapat ditarik beberapa kesimpulan: 3. Mempunyai data real di lapangan, agar dapat
1. Balok dan pelat masih memenuhi untuk diketahui kondisi bangunan/struktur di
perencanaan penambahan 1 tingkat lapangan sehingga dapat direkomendasi
2. Dari hasil evaluasi struktur, terdapat beberapa perkuatan bangunan yang cocok pada
kolom yang memiliki rasio tegangan > 1 yaitu pelaksanaannya.
kolom C19, C20, C21, C22, C23, C24, C11, 4. Untuk kasus-kasus lain, bisa digunakan jenis-
C10, C9, C3 pada lantai 1 dan lantai 2, C4 jenis perkuatan struktur sesuai dengan
pada lantai 1 dan 2. C8, C2, dan C5 juga kebutuhan untuk penambahan jumlah tingkat
mendekati 1, sehingga diperlukan perkuatan atau perubahan fungsi bangunan misalnya.
kolom pada struktur awal. 5. Dapat meninjau pondasi dan anggaran biaya.
3. Periode struktur akibat penambahan tingkat 6. Menambah referensi untuk spesifikasi
bangunan lebih besar dari periode maksimum perkuatan struktur.
struktur berdasarkan SNI 1726-2012.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. 1989. Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung
(SNI 03-1727-1989). Bandung.

Badan Standarisasi Nasional. 2012. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non-gedung (SNI 1726:2012). Bandung.

Badan Standarisasi Nasional. 2002. Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung (SNI
2847:2013). Bandung

Draft Indian Standard, 2010. CED 39 (7428) Seismic Evaluation and Strengthening of Existing
Reinforced Concrete Buildings – Guidelines

Edward G. Nawy, Tavid, Benny Kusuma, 2010, “Beton Bertulang: Sebuah Pendekatan Mendasar
Edisi Kelima”, ITS Press, Surabaya

Jacks C. McCormac, 2004, “Edisi Kelima Desain Beton Bertulang Jilid 2”, Erlangga, Jakarta

Muhammad Miftakhur Riza, “EBOOK Seri 1 APLIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG


DENGAN ETABS", ARS GROUP

602

Anda mungkin juga menyukai