TINJAUAN PUSTAKA
5
tanah yang ditemukan dari penyelidikan tanah dengan memperhatikan nilai
tipikal dan korelasi tipikal dengan parameter tanah yang lain.
6
kompleks. Tinjauan ini dilakukan untuk mendesain elemen – elemen
struktur agar elemen – elemen tersebut kuat menahan gaya gempa.
a. Persyaratan dasar.
Prosedur analisis dan desain seismik yang digunakan dalam
perencanaan struktur bangunan gedung dan komponennya seperti yang
ditetapkan dalam pasal ini. Struktur bangunan gedung harus memiliki
sistem penahan gaya lateral dan vertikal yang lengkap , yang mampu
memberikan kekuatan , kekuatan dan kapasitas disipasi energi yang
cukup.
7
balok, girder langsung ke elemen tumpuannya atau ke plat yang di
desain bekerja sebagai diafragma.
e. Desain pondasi
Pondasi harus didesain untuk menahan gaya yang dihasilkan dan
mengakomodasi pergerakan yang disalurkan ke struktur oleh gerak
tanah desain. Sifat dinamis gaya , gerak tanah yang diharapkan, dasar
desain untuk kekuatan dan kapasitas disipasi energi struktur dan
properti dinamis tanah harus disertakan dalam penentuan kriteria
pondasi..
Struktur bangunan gedung harus diklasifikasikan sebagai
beraturan atau tidak beraturan. Struktur yang tidak memenuhi
ketentuan diatas ditetapkan sebagai gedung tidak beraturan
berdasarkan konfigurasi horisontal dan vertikal bangunan gedung.
8
1. Beban Mati
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu bangunan
yang bersifat tetap. Beban mati pada struktur bangunan ditentukan oleh
berat jenis bahan bangunan.
Menurut Pedoman Perencanaan Pembebanan Indonesia untuk Rumah
dan Gedung tahun 1987 beban mati pada struktur terbagi menjadi 2, yaitu
beban mati akibat material konstruksi dan beban mati akibat komponen
gedung.
9
Tabel 2.2 Berat – Berat Komponen Gedung
2. Beban Hidup
Beban hidup pada lantai gedung diambil sesuai pada tabel.
Didalam beban hidup tersebut sudah termasuk perlengkapan ruang sesuai
dengan kegunaan lantai ruang yang bersangkutan, dan juga dinding-
dinding pemisah ringan dengan berat tidak lebih dari 100 kg/m. Barang-
barang lain tertentu yang sangat berat, ditentukan sendiri
10
Tabel 2.3 Beban Hidup Pada Lantai Gedung
11
Tabel 2.4 Beban Hidup Pada Lantai Gedung
No Material Berat Keterangan
Atap / bagiannya dapat dicapai
1. 100 kg/m2 atap dak
orang, termasuk kanopi
Atap / bagiannya tidak dapat
dicapai orang (diambil min.) :
2.
α = sudut atap, min.
- beban hujan (40-0,8) kg/m2 20 kg/m2, tak perlu
ditinjau bila α > 50o
- beban terpusat 100 kg
3. Balok/gording tepi kantilever 200 kg
Sumber : Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987
12
akan berhenti bekerja jika air dalam tangki sudah penuh dan selanjutnya
air dialirkan dengan memanfaatkan gaya gravitasi.
13
12 Hotel Berbintang 250 Liter/tempat tidur/hari
Hotel Melati/
13 150 Liter/tempat tidur/hari
Penginapan
Gd. Pertunjukan,
14 10 Liter/Kursi
bioskop
15 Gd. Serba Guna 25 Liter/Kursi
Liter/penumpang tiba dan
16 Stasiun, Terminal 3
pergi
Liter/orang
17 Peribadatan 5
(belum dengan air wudhu)
Sumber ¹ hasil pengkajian Puslitbang Permukiman Dep. Kimpraswil tahun 2000
² Permen Kesehatan RI No : 986/Menkes/Per/Xl/1992
14
Sumber : Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk struktur
Bangunan Gedung (SNI 1726-2012)
Gambar 2.2 Peta Wilayah Gempa Indonesia
Harga dari faktor respon gempa (C) dapat ditentukan dari Diagram
Spektrum Gempa Rencana, sesuai dengan wilayah gempa dan kondisi jenis
tanahnya untuk waktu getar alami fundamental.
15
Analisis beban gempa struktur gedung bertingkat tinggi dilakukan
dengan metode analisis gempa dinamis responns spectrum. Langkah pertama
dalam menentukan respons spektrum adalah menentukan nilai SDS dan S1 dari
peta zonasi gempa. Dari peta zonasi gempa untuk wilayah Semarang didapat
ni nilai SDS sebesar 0,85 g dan S1 sebesar 0,3 g. Selanjutnya adalah
menentukan kelas situs dari nilai N-SPT rata-rata, karena nilai N-SPT rata-rata
untuk gedung ini kurang dari 15 maka termasuk kelas situs SE (Tanah Lunak).
Selanjutnya menentukan nilai Fa, Fv, SMS, SM1, SDS, SD1, T0 dan Ts
sebagai parameter penggambaran grafik spektrum respons percepatan disain
(Sa). Grafik spektrum respons percepatan disain (Sa) seperti yang terlihat pada
Gambar 2 sebagai berikut:
16
Wi z i
Fi = n
V
W
i 1
i zi
17
Tabel 2.6 Kategori Resiko Bangunan Gedung dan Non Gedung untuk
beban Gempa
Jenis Pemanfaatan Kategori
Resiko
Gedung dan non gedung yang memiliki resiko rendah terhadap jiwa manusia saat
terjadi kegagalan, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk, antara lain :
-Fasilitas pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan
I
- Fasilitas sementara
- Gudang penyimpanan
-Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam kategori resiko
I,III,IV, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk :
- Perumahan
-Rumah toko dan rumah kantor
- Pasar
- Gedung perkantoran II
- Gedung apartemen/rumah susun
- Pusat perbelanjaan/ mall
- Bangunan industri
- Fasilitas manufaktur
- pabrik
Gedung dan non gedung yang memiliki resiko tinggi terhadap jiwa manusia pada
saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk :
- bioskop
- gedung pertemuan
- stadion III
-fasilitas kesejatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit gawat darurat
- fasilitas penitipan anak
- penjara
-Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung, tidak termasuk ke dalam kategori resiko IV, (termasuk,
tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses, penanganan, penyimpanan,
penggunaan atau tempat pembuangan bahan bakar berbahaya, bahan kimia
berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan yang mudah meledak) yang mengandun g III
bahan beracun atau peledak di mana jumlah kandungan bahannya melebihi nilai
batas yang disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan
bahaya bagi masyarakat jika terjadi kebocoran.
Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang penting,
termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk :
-Bangunan-bangunan monumental
-Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
-Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki dasilitas bedah
dan unit gawat darurat.
-Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan tempat
perlindungan darurat lainnya
-Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas lainnya
untuk tanggap darurat. IV
-Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan
pada saat keadaan darurat.
-Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki
penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik,
tangki air pemadam kebakaran atau struktur rumah atau struktur
pendukung air atau material atau peralatan pemadam kebakaran) yang
disyaratkan untuk beroperasi pada saat keadaan darurat
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi struktur
bangunan lain yang masuk ke dalam kategori resiko IV
Sumber: SNI 1726-2012 Tabel 1
18
Tabel 2.7 Faktor Keutamaan Gempa
δm
1,0 ≤ μ = ≤ μm
δy
Pada persamaan ini, μ = 1,0 adalah nilai faktor daktilitas untuk struktur
bangunan gedung yang berperilaku elastik penuh,sedangkan μm adalah nilai
faktor daktilitas maksimum yang dapat dikerahkan oleh sistem struktur
bangunan gedung yang bersangkutan.
waktu getar
TB
struktur fundamental harus dibatasi. Dalam SNI 03-1726-2012
: tidak dibatasi
diberikanTI : tidak
batasan diijinkan
sebagai berikut :
T<ξn
dimana :
T = waktu getar stuktur fundamental
n = jumlah tingkat gedung
ξ = koefisien pembatas (tabel 2.7)
e. Jenis Tanah
Pengaruh gempa rencana di muka tanah harus ditentukan dari hasil
analisis perambatan gelombang gempa dari kedalaman batuan dasar ke muka
tanah dengan menggunakan gerakan gempa masukan dengan percepatan
puncak untuk batuan dasar.
Gelombang gempa merambat melalui batuan dasar
dibawahpermukaan tanah dari kedalaman batuan dasar ini gelombang gempa
merambat ke permukaan tanah sambil mengalami pembesaran atau amplifikasi
20
bergantung pada jenis lapisan tanah yang berada di atas batuan dasar tersebut.
Ada tiga kriteria yang dipakai untuk mendefinisikan batuan dasar yaitu :
1) Standard penetrasi test (N)
2) Kecepatan rambat gelombang geser (Vs)
3) Kekuatan geser tanah (Su)
Jenis tanah ditetapkan sebagai tanah keras, tanah sedang dan tanah
lunak, apabila untuk lapisan setebal 30 m paling atas dipenuhi syarat-syarat
yang terdapat dalam tabel 2.8.
21
Kombinasi pembebanan tetap disebabkan oleh bekerjanya beban mati dan
beban hidup. Sedangkan kombinasi pembebanan sementara tidak bekerja
secara terus-menerus pada stuktur, tetapi pengaruhnya tetap diperhitungkan
dalam analisis struktur.
Kombinasi pembebanan ini disebabkan oleh bekerjanya beban mati,
beban hidup, dan beban gempa. Nilai-nilai tersebut dikalikan dengan suatu
faktor beban, tujuannya agar struktur dan komponennya memenuhi syarat
kekuatan dan layak pakai terhadapberbagai kombinasi pembebanan.
Pada buku “Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan
Gedung” SKSNI T-15-1991-03, disebutkan bahwa kombinasi pembebanan
(U) yang harus diperhitungkan pada perancangan struktur bangunan gedung
yang sesuai dengan perencanaan gedung antara lain :
1) Kombinasi Pembebanan (U) untuk menahan beban mati (D) paling tidak
harus sama dengan :
U = 1,4 D
Kombinasi Pembebanan U untuk menahan beban mati D, beban hidup
L,dan juga beban atap atau beban hujan, paling tidak harus sama dengan:
U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (Beban Atap atau Beban hujan)
2) Ketahanan struktur terhadap beban gempa E harus diperhitungkan
dalam perencanaan, maka nilai kombinasi pembebanan U harus diambil
sebagai :
U = 1,2 D + 1,6 L ± 1,0 E (I/R)
atau
U = 0,9 D ± 1,0 E (I/R)
dimana:
D = Beban Mati L = Beban Hidup
R = Faktor Reduksi Gempa W = Beban Angin
I = Faktor Keutamaan Struktur E = Beban Gempa
Koefisien 1,0; 1,2; 1,6; 1,4 merupakan faktor pengali dari beban-beban
tersebut yang disebut faktor beban (load factor), sedangkan factor 0,5
dan 0,9 merupakan faktor reduksi beban.
22
Untuk keperluan analisis dan desain dari suatu struktur bangunan
gedung perlu dilakukan analisis struktur dari portal dengan meninjau dua
kombinasi pembebanan yaitu pembebanan tetap dan pembebanan
sementara.
Pada umumnya, sebagai gaya horisontal yang ditinjau bekerja pada
sistem struktur portal adalah beban gempa, karena di Indonesia beban
gempa lebih besar dibandingkan beban angin. Beban gempa yang bekerja
pada sistem struktur dapat berarah bolak-balik.
23
Gambar 2.5 Diagram tegangan (fc) – regangan (e) beton tertekan : (a) Diagram fc-e
beton sebenarnya. (b) Diagram fc-e beton yang di idealisasikan.
2.6.2 Baja
Hubungan antara tegangan regangan sebenarnya untuk material baja
yang didapat dari pengujian tarik diperlihatkan pada Gambar 2.5 Untuk
keperluan desain biasanya dipergunakan Diagram fc-e yang sudah
diidealisasikan dengan bentuk garis bilinear seperti pada Gambar b. Nilai
modulus Young atau modulus elastisitas baja (Es) besarnya dapat diambil
sekitar 0,2 x 106 MPa untuk semua mutu baja. Berbeda dengan material
beton yang bersifat getas, baja merupakan material yang bersifat daktail.
Selain itu baja mempunyai sifat elastis dan plastis. Dari diagram fc-e terlihat
jelas batas antara sifat elastis dan plastis dari baja, yaitu pada titik leleh
bahan.
Gambar 2.6 Diagram tegangan (fc) – regangan () baja tertarik : (a) Diagram fc-
baja sebenarnya. (b) Diagram fc-baja yang diidealisasikan
24
masih mempunyai kekuatan cukup untuk memikul beban setelah terjadi
gempa. Beberapa hal yang termasuk masalah ketidakstabilan pada struktur
baja adalah :
a. Tekuk lokal atau setempat dari elemen plat karena adanya rasio yang
besar antara lebar dan tebalnya.
b. Tekuk dari kolom atau batang-batang yang panjang akibat kelangsingan
batang atau akibat gaya tekan yang besar.
c. Tekuk lateral pada balok dan kolom yang mempunyai penampang tidak
kompak
d. Pengaruh P-D pada struktur akibat simpangan dan pengaruh beban
vertikal yang besar.
25
2.7 Perhitungan Struktur
2.7.1. Perhitungan Tiang Pancang
1. Daya Dukung Tiang Pancang Tunggal
a. Berdasarkan Kekuatan Bahan Tiang
26
2.7.2. Perhitungan Pile Cap
Perencanaan pilecap mengacu pada refrensi buku “Desain Pondasi
Tahan Gempa”. Penulis Anugrah Pamungkas dan Erny Harianti. Satuan
yang digunakan adalah SI. Analisis terkait dengan desain pilecap, yaitu :
Rumus perhitungan tulangan lentur pile cap :
𝐵′ = 𝑙𝑝 − 𝑙𝑘
𝑞′ = 2400𝐴𝑔
𝑃𝑢
𝑀𝑢 = 2 ( ) 𝑠 − 0,5𝑞𝐵 2
4
𝑎
𝜑𝑀𝑛 = 𝜑𝐴𝑠 𝑓𝑦 (𝑑 − )
2
𝐴𝑠 𝑓𝑦
𝑎 =
0,85𝑓𝑐 ′𝑏
Kontrol kuat geser beton pile cap diambil nilai terkecil dari :
2 √𝑓𝑐 ′𝑏𝑜 𝑑
𝑉𝑐 = (1 + )
𝛽𝑐 6
∝𝑠 𝑑 √𝑓𝑐 ′𝑏𝑜 𝑑
𝑉𝑐 =( + 2)
𝑏𝑜 12
1
𝑉𝑐 = √𝑓 ′𝑏 𝑑
3 𝑐 𝑜
Ketentuan :
∝𝑠 = 40 untuk kolom dalam
∝𝑠 = 30 untuk kolom tepi
∝𝑠 = 20 untuk kolom sudut
𝑎
𝛽𝑐 = 𝑏𝑘𝑘
𝑏𝑜 = 4B’
27
Akibat penurunan antar pondasi dan beban aksial yang bekerja pada
tie beam,
√𝑓𝑐 ′
𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 = 4𝑓 𝑏𝑑 , dan tidak boleh lebih kecil dari,
𝑦
1,4 𝑏𝑑
𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 =
𝑓𝑦
6𝐸𝐼∆𝑆
∆𝑀 =
𝐿𝑠 2
𝐴𝑠 𝑓𝑦
𝑎 =
0,85𝑓𝑐 ′ 𝑏
𝑎
𝑀𝑛 = 𝐴𝑠 𝑓𝑦 (𝑑 − )
2
Rumus tulangan geser :
𝜑𝑉𝑛 ≥ 𝑉𝑢
𝑉𝑛 = 𝑉𝑐 + 𝑉𝑠
0,3𝑁𝑢 √𝑓𝑐 ′𝑏𝑤 𝑑
𝑉𝑐 = (1 + )
𝐴𝑔 6
𝐴𝑣 𝑓𝑦 𝑑
𝑉𝑠 =
𝑠
28
1. Tulangan dipasang simetris pada dua sisi penampang, tegak lurus
terhadap arah lentur dengan As = As’ = 0,5 Ast.
2. Tulangan dipasang simetris pada empat sisi penampang dengan As = As’
= Ast = Aska.
Gambar 2.7 (a) Tulangan pada 2 sisi dan (b)tulangan pada 4 sisi
Penggunaan grafik terutama lebih tepat untuk penulangan pada
seluruh sisi kolom dengan eksentrisitas yang pendek, berarti beban aksial
relatif besar dan beban momen relatif kecil. Penulangan pada dua sisi
terutama digunakan pada beban momen lentur yang relatif besar dan beban
aksial yang relatif kecil.
Pada grafik penulangan dapat dilihat sumbu vertikal yang
dinyatakan dengan nilai :
Pu
. Agr .0,85. fc '
Dimana :
Pu : Beban Aksial
Agr : Luas Penampang
fc' : Mutu Beton
29
Mu
eksentristias e beserta faktor pembesar yang berkaitan dengan gejala
Pu
tekuk.
30
harga Pu < 0,10 Agr fc’, sedangkan untuk harga Pu = 0 nilai ditingkatkan
secara linier menjadi = 0,80.
31
2.7.5. Perhitungan Balok
Dalam pradesain tinggi balok menurut RSNI 2002 merupakan fungsi
dari bentang dan mutu baja yang digunakan. Secara umum pradesain tinggi
balok direncanakan L/10 - L/15, dan lebar balok diambil 1/2H - 2/3H dimana
H adalah tinggi balok.
Pada perencanaan balok maka pelat dihitung sebagai beban dimana
pendistribusian gayanya menggunakan metode amplop. Dalam metode amplop
terdapat 2 macam bentuk yaitu pelat sebagai beban segi tiga dan pelat sebagai beban
trapesium
Adapun persamaan bebannya adalah sebagai berikut :
1. Perataan beban pelat pada perhitungan balok
a. Perataan Beban Trapesium
32
Momen max beban segi empat berdasarkan grafik dan tabel
penulangan beton bertulang adalah
33
2. Perencanaan Lentur Murni
34
Dimana :
Mu : momen yang dapat ditahan penampang (Nmm)
b : lebar penampang beton (mm)
d : tinggi efektif beton (mm)
p : rasio luas tulangan terhadap luas efektif penampang beton
fy : mutu tulangan (Mpa)
fc’ : mutu beton (Mpa)
35
c. Mencari gaya-gaya dengan menggunakan Program SAP 2000
d. Mencari Tulangan Pelat, langkah-langkah perhitungannya sebagai berikut:
1. Menetapkan tebal penutup beton menurut Buku Grafik dan Tabel
Perhitungan Beton Bertulang
2. Menetapkan diameter tulangan utama yang direncanakan dalam arah x
dan arah y
3. Mencari tinggi efektif dalam arah x dan arah y
4. Membagi Mu dengan b x d2 ( Mu / (b . d2))
Dimana : b : lebar pelat per meter panjang
d : tinggi efektif
5. Mencari rasio penulangan (p) dengan persamaan :
36
Tabel 2.11 Luas Tulangan Pelat
(a)
(b)
37
Adapun parameter yang perlu diperhatikan pada perencanaan struktur tangga
adalah sebagai berikut :
a. Tinggi antar lantai
b. Tinggi Antrede
c. Jumlah anak tangga
d. Kemiringan tangga
e. Tebal pelat beton
f. Tinggi Optrede
g. Lebar bordes
h. Lebar anak tangga
i. Tebal selimut beton
j. Tebal pelat tangga
Menurut Buku Diktat Konstruksi Bangunan Sipil yang disusun Ir.Supriyono
o = tan α x a
2 x o + a = 61~ 65 (ideal)
dimana : o = optrade (langkah naik)
a = antrede (langkah datar)
38
d. Membagi Mu dengan b x d2 ( Mu / (b . d2))
39
Akibat beban hidup (𝑃𝐿 ):
1
𝑀𝑥 = 4 (𝑃 cos 𝛼)𝐿𝑥
1
𝑀𝑥 = 4 (𝑃 sin 𝛼)𝐿𝑦
𝑀𝑢𝑥 dan 𝑀𝑢𝑦 didapatkan dari hasil kombinasi pembebanan beban yang ada.
𝑀𝑛𝑥 = 𝑍𝑥 𝑓𝑦
𝑀𝑛𝑦 = 𝑍𝑦 𝑓𝑦
Untuk mengantisipasi masalah puntir,
𝑀𝑢𝑥 𝑀𝑢𝑦
≤ 1,0
∅𝑏𝑀𝑛𝑥 ∅𝑏𝑀𝑛𝑦 /2
2. Perhitungan trekstang
𝐿
𝑥
𝜎𝑚𝑎𝑘𝑠 = 250
𝑃
𝐴 =𝜎
4𝐴
𝐷 = √3,14(dimensi tulangan trekstang)
40
1 1
𝑍𝑦 = 𝑏 2 𝑡𝑓 + 𝑡𝑤 2 𝑑 − 2𝑡𝑓
2 4
ℎ = 𝑑 − 2(𝑟0 + 𝑡𝑓 )
𝑏
𝜆𝑓 =
2𝑡𝑓
ℎ
𝜆𝑤 =
𝑡𝑤
170
𝜆𝑝 =
√𝑓𝑦
370
𝜆𝑟 =
√(𝑓𝑦 − 𝑓𝑟 )
Penampang kompak :
𝑀𝑢
𝑀𝑝 = 𝑍𝑥 𝑓𝑦 >
𝜙
Penampang tak kompak :
𝑀𝑝 = 𝑍𝑥 𝑓𝑦
𝑀𝑢
𝑀𝑟 = (𝑓𝑦− 𝑓𝑟 )𝑆𝑥 >
𝜙
4. Rumus rencana baut dengan beban tarik dan geser :
𝑀
𝐾𝑡 = 2
𝑠1 + 𝑠2 + ⋯ + 𝑠𝑛 2
2
𝐾𝑡
𝜎𝑡𝑟 = <𝜎𝑖𝑗𝑖𝑛
𝐴𝑏
𝑓𝑡 𝐴𝑏
𝐹′𝑉 = 𝐹𝑉 (1 − )
𝑇
𝐷
𝜏 = <𝜏
𝑛𝑏 𝐴𝑏 𝑖𝑗𝑖𝑛
41