BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang berada di daerah rawan
gempa. Hal ini dikarenakan karena secara geografis, Indonesia terletak pada
pertemuan lempeng-lempeng benua, yaitu lempeng Pasifik, lempeng Filipina,
lempeng Australia, dan lempeng Eurasia, yang bergerak dan saling bergesekan
sehingga menimbulkan gempa tektonik. Gempa bumi sendiri tentunya menjadi
momok bagi manusia, terutama dalam bidang infrastruktur fisik. Fakta menunjukkan,
gempa bumi mengakibatkan banyak bangunan runtuh yang berimbas kepada jatuhnya
banyak korban jiwa akibat tertimpa reruntuhan gedung. Ada dua kemungkinan
mengapa banyak bangunan runtuh saat gempa terjadi. Pertama, bangunan tersebut
memang tidak didesain untuk mengakomodasi beban tambahan berupa beban gempa,
sehingga resiko keruntuhannya sangat besar. Kemungkinan kedua, bangunan didesain
untuk menahan beban gempa, namun proses pendesainannya tidak dilakukan dengan
baik dan benar.
Melihat banyaknya kasus gempa bumi besar yang terjadi di Indonesia belakangan
ini, ketertarikan dan perhatian terhadap struktur bangunan tahan gempa pun semakin
meningkat. Penggunaan material beton masih dominan dalam proses pembangunan
bangunan-bangunan di Indonesia. Seiring dengan berjalanya waktu, penggunaan baja
semakin diminati. Hal ini disebabkan beberapa keunggulan baja dibandingkan beton
yaitu, baja cocok digunakan untuk bangunan pada daerah gempa karena sifatnya yang
ringan, sehingga berat total pada struktur baja akan memperkecil pengaruh gaya
seismik desainnya. Keunggulan lainnya yaitu kemampuan yang baik dalam memikul
beban tarik maupun tekan sekaligus, khususnya pada saat mengalami pembebanan
siklik, misalnya pada saat menerima beban gempa.
Dalam Tugas Besar ini, akan dibahas lebih lanjut bagaimana proses desain
struktur baja tahan gempa dengan menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus dan Sistem Rangka Bresing Konsentrik Khusus. SRPMK merupakan salah
satu tipikal bangunan tahan gempa yang sering digunakan. SRPMK dalam kinerjanya
menggunakan elemen balok sebagai pendisipasi energi sedangkan SRBKK dalam
kinerjanya menggunakan elemen bresing sebagai pendisipasi energi dalam proses
pembentukan sendi plastis.
Halaman 1
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Maksud dan Tujuan dari penulisan Tugas Besar ini adalah sebagai berikut.
Tugas Besar ini akan membahas tentang perencanaan detailing struktur baja
tahan gempa dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus seperti yang telah
dijelaskan dalam bab I.2 pasal 3. Nantinya struktur juga akan dievaluasi dengan
menggunakan analisis non-linier. Hal-hal yang dilakukan pada Tugas Besar ini
adalah sebagai berikut.
Halaman 2
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
4. Bagunan yang didesain adalah gudang dua lantai. Pemilihan bangunan dua lantai
ini dilakukan agar memenuhi ketentuan dalam peraturan dan standar yang
digunakan pada prosedur analisis yang akan dilakukan.
5. Bangunan dimodelkan berada di kota Padang, di atas tanah sedang dengan kelas
situs SE.
6. Profil baja yang digunakan dalam perencanaan merupakan produksi PT Gunung
Garuda.
7. Evaluasi kinerja struktur dilakukan dengan analisis non-linier beban dorong
(pushover) dan analisis non-linier riwayat waktu.
I.4 Metodologi
Metodologi penulisan Tugas Besar ini secara umum dapat dijelaskan pada flow
chart gambar I.1 berikut.
Halaman 3
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Tugas Besar ini disusun terdiri dari enam bab. Urutan dari penulisan Tugas Besar
SI 4212 – Struktur Baja Lanjut adalah sebagai berikut.
1. BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang pemilihan struktur baja
sebagai bangunan tahan gempa, maksud dan tujuan dari Tugas Besar, ruang
lingkup yang akan dibahas pada Tugas Besar ini, metodologi yang digunakan
dalam penyusunan Tugas Besar ini, dan sistematika penulisan Tugas Besar.
6. BAB VI PENUTUP
Pada bab ini akan dilihat kesimpulan yang didapat berkaitan dengan tujuan
dari penulisan Tugas Besar ini dan saran untuk penulisan karya tulis dengan
tema yang mirip.
Halaman 4
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Struktur yang dikatakan tahan terhadap gempa tidak berarti struktur tersebut tidak
boleh mengalami kerusakan sama sekali. Dalam konsep perencanaan bangunan tahan
gempa, struktur harus memenuhi kriteria standar sebagai berikut :
Halaman 5
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
gaya dalam aktual dari elemen sekring yang sudah didesain terlebih dahulu. Besarnya
gaya dalam aktual ini turut mensertakan faktor kuat lebih serta asumsi bahwa elemen
sekring sudah mencapai batas leleh dan kekuatannya meningkat saat mencapai strain
hardening. Dengan demikian, elemen struktur di luar elemen sekring akan didesain
secara lebih kuat.
Berbeda dengan struktur beton, pada struktur baja masalah tekuk dan sambungan
menjadi perhatian utama. Struktur harus didesain sedemikian rupa agar tekuk tidak
terjadi, apalagi pada elemen sekring karena hal tersebut dapat menurunkan kekuatan
struktur. Untuk sambungan, sebenarnya struktur akan lebih ekonomis jika pada
elemen sekring digunakan sambungan baut, bukan sambungan las. Dengan begitu,
elemen sekring yang sudah rusak dapat diganti dengan mudah, tanpa harus mengganti
elemen struktur lainnya. Di sisi lain, penggunaan sambungan baut yang tidak baik
juga dapat mempengaruhi kinerja struktur. Oleh karena itu, harus dipastikan pula
bahwa sambungan baut juga didesain berdasarkan konsep desain kapasitas.
Untuk mencapai kinerja struktur baja yang baik dalam menghadapi gempa besar,
maka struktur harus memenuhi persyaratan dalam aspek-aspek berikut ini, sesuai
dengan AISC 341-10 mengenai Seismic Provision for Structural Steel Building.
1. Spesifikasi Bahan
Untuk menjamin struktur yang daktail dan efektif dalam menyerap energi gempa,
material baja harus memenuhi spesifikasi sebagai berikut:
a. Perbandingan tegangan leleh terhadap tegangan putus tariknya kurang dari
0,85.
b. Kurva tegangan terhadap regangan menunjukkan daerah plateau yang
cukup panjang.
c. Regangan ultimate material baja tidak kurang dari 20% untuk daerah
pengukuran sepanjang 50 mm.
d. Material relatif mudah dilas.
Dalam peraturan AISC 341-10, disyaratkan bahwa baja yang baik digunakan
sebagai material struktur baja tahan gempa adalah baja dengan tegangan leleh
tidak lebih dari 350 MPa (50 ksi). Baja dengan mutu di atas 350 MPa dianggap
terlalu getas untuk digunakan dalam struktur baja tahan gempa. Namun terdapat
beberapa pengecualian, diantaranya :
Halaman 6
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Hal lain yang membedakan struktur baja tahan gempa dengan struktur baja yang
biasa yaitu penggunaan tegangan leleh ekspektasi. Dalam mendesain elemen
sekring, tegangan leleh yang digunakan dalam perhitungan hanyalah tegangan
leleh nominal (Fy), sedangkan untuk mendesain elemen struktur lainnya
digunakan tegangan leleh ekspektasi (Ry Fy). Di sinilah konsep desain kapasitas
diterapkan.
Keterangan :
Faktor kuat lebih, Ry dan Rt, ditentukan dengan analisis statistik terhadap data
produksi baja, dan dapat dilihat pada Tabel II.1 berikut :
Halaman 7
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
3. Daktilitas
Daktilitas adalah kemampuan struktur untuk mengalami simpangan pasca-elastik
yang besar secara berulang kali dan bolak-balik akibat beban gempa yang
menyebabkan terjadinya kelelehan pertama, sambil tetap mempertahankan
kekuatan dan kekakuan yang cukup hingga struktur tetap berdiri walaupun sudah
berada pada kondisi di ambang keruntuhan. Selain daktilitas dari materialnya,
harus dijamin pula daktilitas dari penampang, elemen dan struktur.
Daktilitas penampang mengacu kepada deformasi plastis dari penampang yang
mempertimbangkan interaksi di antara sejumlah bagian yang menyusunnya.
Daktilitas ini memiliki keterkaitan antara besaran momen dengan curvature dan
dinyatakan sebagai rasio antara curvature ultimit terhadap curvature leleh
pertama. Pada daktilitas elemen, properti dari elemen lah yang menentukan. Nilai
daktilitas elemen akan terkait dengan besaran momen terhadap rotasi elemennya.
Daktilitas ini merupakan rasio antara rotasi ultimit terhadap rotasi leleh pertama.
Sementara itu, daktilitas struktur mempertimbangkan perilaku struktur secara
keseluruhan. Daktilitas struktur ditentukan dari bentuk hubungan gaya geser
horizontal struktur terhadap besaran perpindahan atapnya.
4. Detailing
Detailing diperlukan untuk memastikan bahwa pada saat terjadi gempa besar,
struktur akan berperilaku daktail seperti yang direncanakan, yaitu berupa
penguatan daerah kritis, antara lain :
a. Sambungan, untuk mencegah kelelehan atau fraktur.
b. Pengaku penampang, untuk mencegah tekuk pelat sayap/badan.
c. Pengaku elemen, untuk mencegah tekuk torsi lateral elemen.
Halaman 8
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
1. Gempa Rencana
Pengaruh gempa rencana harus dikalikan dengan suatu faktor yang dikenal
dengan faktor keutamaan gempa (I), yang besarnya bergantung dari fungsi
bangunan itu sendiri. Terlihat pada dibawah ini berdasarkan SNI 03 - 1726 -
2012.
Halaman 9
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Sumber : SNI 03 – 1726 – 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Gedung dan non Gedung
Halaman 10
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Sumber : SNI 03 – 1726 – 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Gedung dan non Gedung
3. Klasifikasi Situs
Sumber : SNI 03 – 1726 – 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Gedung dan non Gedung
Halaman 11
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Gambar II.1 Peta Percepatan Batuan Dasar pada Perioda Pendek (SS) di Indonesia
Sumber : SNI 03 – 1726 – 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Gedung dan non Gedung
Halaman 12
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Gambar II.2 Peta Percepatan Batuan Dasar pada Perioda 1 detik (S1) di Indonesia
Sumber : SNI 03 – 1726 – 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Gedung dan non Gedung
5. Kelas Situs
Berdasarkan sifat-sifat tanah pada situs, maka situs harus diklasifikasi sebagai
kelas situs SA, SB, SC, SD ,SE, atau SF. Bila sifat-sifat tanah tidak teridentifikasi
secara jelas sehingga tidak bisa ditentukan kelas situs-nya, maka kelas situs SE
dapat digunakan kecuali jika pemerintah/dinas yang berwenang memiliki data
geoteknik yang dapat menentukan kelas situs SF.
6. Koefisien-Koefisien Situs
Halaman 13
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Keterangan :
Sumber : SNI 03 – 1726 – 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Gedung dan non Gedung
Sumber : SNI 03 – 1726 – 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Gedung dan non Gedung
Halaman 14
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Parameter percepatan spektral desain untuk periode pendek, SDS dan pada periode
1 detik, SD1, harus ditentukan melalui persamaan berikut ini :
Bila spektrum respon desain diperlukan oleh tata cara ini dan prosedur gerak
tanah dari spesifik-situs tidak digunakan, maka kurva spektrum respon desain
harus dikembangkan dengan mengacu Gambar II.16 dan mengikuti ketentuan di
bawah ini:
a. Untuk periode yang lebih kecil dari T0, spektrum respons percepatan desain
(Sa) harus diambil dari persamaan
( )
b. Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari atau
sama dengan TS, spektrum respons percepatan desain, Sa, sama dengan SDS.
c. Untuk perioda lebih besar dari TS, spektrum respons percepatan desain, Sa,
diambil berdasarkan persamaan:
Halaman 15
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Struktur harus ditetapkan memiliki suatu kategori desain seismik yang mengikuti
pasal ini. Struktur dengan kategori risiko I, II, atau III yang berlokasi di mana
parameter respons spektral percepatan terpetakan pada perioda 1 detik, S1, lebih
besar dari atau sama dengan 0,75 harus ditetapkan sebagai struktur dengan
kategori desain seismik E. Struktur yang berkategori risiko IV yang berlokasi di
mana parameter respons spektral percepatan terpetakan pada perioda 1 detik, S1,
lebih besar dari atau sama dengan 0.75, harus ditetapkan sebagai struktur dengan
kategori desain seismik F. Semua struktur lainnya harus ditetapkan kategori
desain seismik-nya berdasarkan kategori risikonya dan parameter respons
spektral percepatan desainnya, SDS dan SD1. Masing-masing bangunan dan
struktur harus ditetapkan ke dalam kategori desain seismik yang lebih parah,
dengan mengacu pada Tabel II.7 atau II.8, terlepas dari nilai perioda fundamental
getaran struktur, T.
Apabila S1 lebih kecil dari 0,75, kategori desain seismik diijinkan untuk
ditentukan sesuai Tabel II.6 saja, di mana berlaku semua ketentuan di bawah:
d. Diafragma struktural adalah kaku atau untuk diafragma yang fleksibel, jarak
antara elemen-elemen vertikal penahan gaya gempa tidak melebihi 12 m.
Halaman 16
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Tabel II.7 Kategori Desain Seismik berdasarkan Parameter Respons Percepatan pada
Periode Pendek
Sumber : SNI 03 – 1726 – 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Gedung dan non Gedung
Tabel II.8 Kategori Desain Seismik berdasarkan Parameter Respons Percepatan pada
Periode 1 detik
Sumber : SNI 03 – 1726 – 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Gedung dan non Gedung
Sistem penahan gaya seismik lateral dan vertikal dasar harus memenuhi salah
satu tipe yang telah ditetapkan pada SNI 03 - 1726 - 2012 padal 7.2. Setiap tipe
dibagi-bagi berdasarkan tipe elemen vertikal yang digunakan untuk menahan
gaya seismik lateral. Setiap sistem penahan gaya seismik yang dipilih harus
dirancang dan didetailkan sesuai dengan persyaratan khusus bagi sistem tersebut
yang telah ditetapkan.
Halaman 17
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Sumber : SNI 03 – 1726 – 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Gedung dan non Gedung
Halaman 18
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Sumber : SNI 03 – 1726 – 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Gedung dan non Gedung
Periode alami struktur perlu diketahui agar resonansi pada struktur dapat
dihindari. Resonansi adalah keadaan di mana frekuensi alami pada struktur sama
dengan frekuensi beban luar yang bekerja sehingga rawan terjadinya keruntuhan.
Berdasarkan SNI 03 – 1726 – 2012 pasal 5.6, periode fundamental struktur (T)
dalam arah yang ditinjau harus diperoleh dengan menggunakan properti struktur
dan karakteristik deformasi elemen panahan dalam analisis yang teruji. Periode
fundamental struktur memiliki batas minimum dan batas maksimum. Nilai batas
tersebut adalah :
Halaman 19
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Keterangan :
Sumber : SNI 03 – 1726 – 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Gedung dan non Gedung
Keterangan :
Halaman 20
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Sumber : SNI 03 – 1726 – 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Gedung dan non Gedung
Halaman 21
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Sumber : SNI 03 – 1726 – 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Gedung dan non Gedung
Halaman 22
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Berdasarkan tabel SNI di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis gaya lateral
ekivalen umumnya digunakan untuk struktur gedung/struktur yang tidak lebih dari 10
tingkat atau 40 m, memiliki keberaturan struktur horizontal maupun struktur vertikal,
serta periode getar struktur yang kurang dari 3,5 Ts. Analisis beban gempa statik
ekivalen yaitu suatu cara analisis statik tiga dimensi linier dengan meninjau beban
gempa dari pembagian gaya geser tingkat maksimum dinamik sepanjang tinggi
struktur bangunan gedung. Beban gempa statik ekivalen merupakan penyederhanaan
dari beban gempa dinamik, yaitu berupa gaya horizontal F yang bekerja pada pusat
masa bangunan dan bersifat statik. Perhitungannya hanya memperhatikan kontribusi
dari mode ke-1 saja.
Berdasarkan SNI 03-1726-2012, gaya geser dasar seismik (V) dalam arah yang
ditetapkan harus ditentukan sesuai dengan persamaan berikut ini.
Keterangan :
( ⁄)
( ⁄)
Keterangan :
Halaman 23
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Untuk penggunaan dalam kombinasi beban (5) dan (6), E harus didefinisikan
sebagai :
Keterangan :
Keterangan :
Halaman 24
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Keterangan :
1. 1,4 DL
2. 1,2 DL + 1,6 LL
Faktor redudansi (⍴) harus dikenakan pada sistem penahan gaya seismik masing-
masing dalam kedua arah orthogonal untuk semua struktur.
Kondisi dimana nilai ⍴ diizinkan 1 sebagai berikut :
Untuk struktur yang dirancang bagi kategori desain seismik D, E, dan F faktor
redudansi (⍴) harus sama dengan 1.3; kecuali jika satu dari dua kondisi berikut
dipenuhi di mana ⍴ diizinkan diambil sebesar 1 dengan syarat sebagai berikut:
Halaman 25
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Tabel II.14 Persyaratan Masing-Masing Tingkat yang Menahan Lebih dari 35%
Gaya Geser Dasar
Sumber : SNI 03 – 1726 – 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Gedung dan non Gedung
Halaman 26
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Penentuan simpangan antar lantai tingkat disain (Δ) harus dihitung sebagai
perbedaan defleksi pada pusat massa di tingkat teratas dan terbawah yang ditinjau.
Apabila pusat massa tidak terletak segaris dalam arah vertikal, diijinkan untuk
menghitung defleksi di dasar tingkat berdasarkan proyeksi vertikal dari pusat massa
tingkat di atasnya. Jika disain tegangan ijin digunakan, Δ harus dihitung
menggunakan gaya seismik tingkat kekuatan tanpa reduksi untuk disain teganagan
ijin.
Defleksi pusat massa di tingkat x (δx) (in atau mm) harus ditentukan sesuai
dengan persamaan berikut :
Keterangan :
Simpangan antar lantai tingkat disain (Δ) tidak boleh melebihi simpangan antar
lantai tingkat ijin (Δa) yang didapatkan menurut Tabel II.15 berikut untuk setiap
lantai.
Sumber : SNI 03 – 1726 – 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Gedung dan non Gedung
Halaman 27
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Pengaruh P-delta pada geser dan momen tingkat,gaya dan momen elemen
struktur yang dihasilkan, dan simpangan antar lantai tingkat yang timbul oleh
pengaruh ini tidak disyaratkan untuk diperhitungkan bila koefisien stabilitas (θ)
seperti ditentukan oleh persamaan berikut sama dengan atau kurang dari 0,10 :
Keterangan :
Koefisien stabilitas (θ) harus tidak melebihi θmax yang ditentukan sebagai
berikut :
Dimana β adalah rasio kebutuhan geser terhadap kapasitas geser untuk tingkat
antara tingkat x dan x-1. Rasio ini diijinkan secara konservatif diambil sebesar 1,0.
Jika koefisien stabilitas (θ) lebih besar dari 0,10 tetapi kurang dari atau sama
dengan faktor peningkatan terkait dengan pengaruh P-delta pada perpindahan dan
gaya elemen struktur harus ditentukan dengan analisis rasional. Sebagai alternatif
diijinkan untuk mengalikan perpindahan dan gaya elemen struktur dengan 1/(1-θ).
Jika θ lebih besar dari θmax struktur berpotensi tidak stabil dan harus didisain ulang.
Halaman 28
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Konsep perencanaan elemen struktur baja ini mengacu pada aturan RSNI 03 –
1729 – 201x, “Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung” dan
AISC 360 – 10, “Spesification for Structural Steel Buildings”. Perencanaan elemen
struktur baja ini meliputi stabilitas, aksial tarik, aksial tekan, lentur, geser serta
kombinasi dari gaya-gaya tersebut.
Di dalam perencanaan elemen struktur baja tahan gempa ini ada dua metode yang
lazim digunakan, yaitu :
Keterangan :
Rn : Kuat nominal struktur
Qi : Beban yang bekerja pada struktur
SF : Faktor keamanan struktur
Dalam metode ASD, faktor kelebihan beban dan berkurangnya kekuatan,
ditentukan secara menyeluruh, tanpa memperhitungkan tingkat kemungkinan
terjadinya.
2. Metode Load Resistance Factor Design (LRFD)
Metode LRFD ini didasari oleh konsep keadaan batas, dimana perencana
menghitung beban yang menyebabkan suatu struktur berhenti memenuhi
fungsinya.
Ada dua kategori yang diperhitungkan sebagai keadaan batas struktur, yaitu
keadaan batas kekuatan (strength limit states) dan keadaan batas mampu layan
(serviceability limit states). Berbeda dengan metode ASD, metode LRFD
memberikan faktor keamanan parsial untuk masing-masing kondisi dengan nilai
Halaman 29
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Keterangan :
φ : Faktor reduksi penampang
Rn : Kapasitas penampang dari elemen struktur
Ru : Beban ultimit dari kombinasi pembebanan maksimum
Dalam tugas besar ini, metode yang digunakan adalah metode LRFD.
Salah satu parameter yang harus dipenuhi dalam perencanaan struktur baja yang
baik adalah adanya stabilitas yang cukup. Stabilitas yang perlu diperhatikan adalah
stabilitas penampang dan stabilitas elemen struktur. Dengan adanya stabilitas yang
baik, diharapkan baja tidak mengalami tekuk sehingga bisa memberikan performa
yang baik bagi keseluruhan struktur.
1. Stabilitas penampang (untuk profil IWF)
Pengecekkan sayap :
Pengecekkan badan :
2. Seismically Compact
AISC 341-10 menambahkan adanya tambahan persyaratan stabilitas sehingga
bersifat lebih ketat dibandingan struktur baja tidak tahan gempa. Penampang
yang dirancang harus memenuhi persyaratan seismically compact. Kategori
seismically compact terbagi menjadi dua, yaitu high ductility dan moderate
ductility. Tiap komponen struktur memiliki persyaratan daktilitas yang berbeda-
beda.
Halaman 30
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
3. Stabilitas Elemen
Persyaratan stabilitas elemen yang harus dipenuhi adalah :
Dalam AISC 360-10, metode analisis yang disaranan untuk digunakan adalah
Direct Analysis Method. Metode ini merupakan suatu metode analisis yang telah
memperhitungkan beberapa hal dalam pemakaian struktur baja yaitu :
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis ini
adalah adanya reduksi pada kekakuan struktur hingga mencapai 80%. Besaran
kekakuan struktur perlu direduksi karena isu stabilitas yang muncul akibat beban
gempa yang mengenai struktur. Selain itu diperlukan adanya beban tambahan yaitu
notional load untuk merepresentasikan ketidaksempurnaan geometri struktur.
AISC 360-10 mensyaratkan bahwa besaran notional load yang harus diterapkan
adalah sebagai berikut.
Keterangan :
Dalam menentukan tahanan nominal dari suatu elemen tarik, harus diperiksa
terhadap tiga macam kondisi keruntuhan yang menentukan, yaitu :
1. Leleh dari luas penampang kotor, di daerah yang jauh dari sambungan
2. Fraktur dari luas penampang efektif, pada daerah sambungan
3. Geser blok, pada sambungan
Halaman 31
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Keterangan :
Ag : Luas penampang kotor (mm2)
fy : Kuat leleh material (MPa)
Keterangan :
fu : Tegangan tarik putus (MPa)
Ae : Luas penampang efektif = U An
An : Luas penampang netto (mm2)
U : Koefisien reduksi, ⁄
3. Geser Blok
Tahanan komponen tarik pada elemen yang berupa pelat tipis dan
disambungkan dengan alat pengencang terkadang juga ditentukan oleh
kondisi batas sobek, yang sering disebut geser blok. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa keruntuhan geser blok merupakan penjumlahan tarik
leleh (atau tarik fraktur) pada satu irisan dengan geser fraktur(atau geser
leleh) pada irisan lainnya yang saling tegak lurus.
Halaman 32
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
dimana Fcr adalah tegangan tekuk lentur yang ditentukan sebagai berikut :
[ ]
( )
Halaman 33
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
* +
( )
( )
Keterangan :
E : Modulus elastisitas baja (MPa)
G : Modulus geser baja (MPa)
ho : Jarak dari pusat flens atas ke pusat flens bawah (mm)
Cw : Warping constant (mm5)
Keterangan :
Mu : Momen lentur terfaktor, Nmm
φ : Faktor reduksi (0,9)
Mn : Kuat nominal momen lentur elemen, Nmm
Halaman 34
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Keterangan :
Fy : Tegangan leleh minimum spesifikasi
Zx : Modulus penampang plastis
b. Apabila Lp ≤ Lb ≤ Lr
[ ( )( )]
c. Apabila Lb > Lr
√ ( )
( ⁄ )
Dengan :
√ ⁄
√ √ √ ( )
Halaman 35
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Keterangan :
Aw : Luasan pelat badan
Cv : Koefisien yang berpengaruh terhadap kelangsingan struktur
1. Jika √ maka Cv = 1
√
2. Jika √ √ maka
⁄
3. Jika √ maka
( ⁄ )
Halaman 36
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
2. Mendetailkan daerah sendi plastis yang akan menerima rotasi inelastik yang
besar terlebih dahulu yang menyebabkan fraktur dan instabilitas.
3. Mendesain elemen lain lebih kuat dibandingkan dengan daerah yang
direncanakan terjadi sendi plastis.
Daerah yang mungkin terjadi sendi plastis pada daerah panel berupa kelelehan
geser, balok berupa leleh lentur dan kolom berupa leleh aksial dan lentur seperti yang
ditunjukkan oleh gambar II.4 berikut :
Halaman 37
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Halaman 38
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Gambar II.6 berikut ini menunjukkan tipikal kerusakan sambungan yang terjadi
akibat pembebanan gempa:
1. Faktor Las
Kinerja kekerasan las baja yang umum digunakan (elektroda E70T-4 diameter
0.120”) sebelum gempa Northridge menjadi salah satu penyebab kerusakan
moment connection. Selain itu adanya cacat pengelasan terutama pada daerah di
sekitar lubang akses dan pengaruh dari celah yang terjadi pada backing bar dan
weld tabs juga mengakibatkan buruknya kinerja sambungan tersebut.
2. Faktor Desain
3. Faktor Material
Halaman 39
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
1. Pengembangan Las
Meningkatkan kekerasan las baja, menghilangkan backup bar dan weld tabs serta
menggunakan las fillet untuk menghinfari sudut-sudut tajam.
2. Pengembang Desain
- Memperkuat sambungan: menggunakan cover plate, ribs, haunches dan side
plat.
- Memperlemah bagian balok yang berada dimuka sambungan: menggunakan
reduce beam section (RBS)/dogbone connection.
- Memperkuat sambungan dengan tambahan baut dan plat atau sambungan
baut.
3. Material
Memperkenalkan “expected yield stress” pada peraturan seperti yang telah
dijelaskan pada bab II.1.
Gambar II.8 Baut (a) Tidak kaku (BUEEP) dan (b) kaku (BSEEP) koneksi
extended end plate
Gambar II.9 (a) Baut koneksi flange plate (BEP), dan (b) koneksi reduced beam
section (RBS)
Halaman 40
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
[ ]
Halaman 41
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Keterangan :
ΣMc : Jumlah momen kolom di bawah dan diatas sambungan. ΣMc
ditentukan dengan menjumlahkan proyeksi kuat lentur nominal kolom,
di atas dan di bawah sambungan pada as balok, dengan reduksi akibat
gaya aksial tekan kolom dapat diambil sebesar :
( )
1. Kolom dengan nilai gaya aksial perlu, Pu < 0,3AgFy. (Untuk kolom bangunan
1 lantai atau kolom atap pada bangunan bertingkat.
2. Kolom dengan nilai overstrenght 2 kali lebih besar daripada nilai
overstrength kolom lantai di atasnya.
Persyaratan untuk sambungan balok kolom pada special moment frame adalah
sebagai berikut :
1. Disain sambungan harus didasarkan pada uji siklik yang memadai terhadap
specimen full scale atau near full scale.
2. Uji spesimen harus memberikan kapasitas rotasi plastis minimum sebesar
0.03 radian untuk satu siklus tanpa terjadi pengurangan kekuatan hingga
20%.
* +
Halaman 42
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Keterangan :
Halaman 43
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Perilaku system struktur SRBKK akibat gaya seismic dapat ditunjukkan dalam
gambar II.12 berikut :
Halaman 44
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengembangkan perilaku daktail dari
sistem struktur SRBKK adalah melalui pendekatan sebagai berikut :
Batang bresing dipilih memiliki kapasitas disipasi energi dan ketahanan fraktur
yang baik (batas kL/r dan b/t).
Halaman 45
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
- Untuk bresing dengan ujung sendi: sendi plastis lentur terjadi hanya di tengah
bentang. Bresing tidak menerima momen di sambungan dan tengah bentang.
4. Gaya maksimum pada balok dan kolom
Gaya aksial maksimum yang diteruskan dari bresing ke kolom dan balok
ditentukan sebagai berikut.
Dalam analisis kinerja struktur dalam kondisi ultimitnya, ada dua analisis yang
sering digunakan, yaitu analisis beban dorong (pushover analysis) dan analisis non-
linier riwayat waktu (non-linier time history analysis).
Tabel berikut ini adalah gambaran untuk analisis nonlinear beban dorong
(pushover) statik.
Halaman 46
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Tabel II.16 Proses Pembentukan Sendi Plastis pada Analisis Beban Dorong
Halaman 47
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Halaman 48
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
BAB III
Pemodelan struktur ini beracuan kepada peraturan yang ada di Indonesia, yaitu
SNI 03 - 1726 - 2012, “Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur
Bangunan Gedung” dan SNI 03 – 1729 – 2002, “Tata Cara Perencanaan Struktur
Baja untuk Bangunan Gedung”. Pemodelan struktur yang beracuan pada aturan-
aturan tersebut sudah disesuaikan dengan Design Examples – Federal Emergency
Management Agency (FEMA) 451 – August 2006, Chapter 10 Seismic Design of Steel
Structures.
Halaman 49
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Jenis material yang dipakai dalam studi ini yaitu material baja profil. Baja
digunakan untuk elemen struktur balok, pelat, dan bresing. Profil baja IWF mengacu
pada profil baja produksi PT Gunung Garuda. Baja yang digunakan adalah baja mutu
dengan spesifikasi sebagai berikut.
Sedangkan untuk pelat lantai dan pedestal dipakai material beton bertulang yang
memiliki spesifikasi sebagai berikut.
Halaman 50
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Halaman 51
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Halaman 52
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Halaman 53
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
3. Kelas Situs
Seperti yang telah dijelaskan dalam subbab II.3, bangunan dimodelkan di atas
tanah lunak. Tanah lunak sesuai tabel II.4 dapat dikategorikan kelas situs SE.
5. Koefisien-Koefisien Situs
Koefisien ini merupakan faktor amplifikasi dari percepatan batuan dasar untuk
sampai ke permukaan tanah dimana bangunan kita berada. Faktor amplifikasi ini
digunakan untuk menentukan parameter spektrum respons percepatan (SMS dan
SM1). Faktor amplifikasi ini didasarkan atas percepatan batuan dasar pada periode
pendek dan periode satu detik, dan juga kelas situs tanah. Berdasarkan tabel II.5
dan II.6, percepatan batuan dasar, S1 = 0,6g; SS = 1,5g; dan kelas situs SE,
parameter spektrum respons percepatan dapat ditentukan sebagai berikut.
Halaman 54
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
( )
- Untuk T > TS, persamaan spektrum respon desain ditentukan sebagai berikut :
Halaman 55
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
0.8
0.6
Sa (g)
0.4
0.2
0
0 1 2 3 4 5
T (s)
Gambar III.3 Respon Spektra Desain Kota Padang dengan Kelas Situs SE
Halaman 56
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Sesuai yang telah dijelaskan pada subbab III.3.3 nomor 8, struktur dalam studi
dikategorikan dalam kategori sesain seismik D. Hal tersebut mengakibatkan nilai
redudansi (ρ) harus diambil sebesar 1,3.
Berikut ini adalah penjabaran kombinasi pembebanan dengan nilai ρ = 1,3 dan
nilai SDS = 0,9g.
Halaman 57
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Proses desain struktur baja ini menggunakan prinsip perencanaan struktur baja
pada umumnya, yaitu iterasi pemilihan profil baja hingga didapatkan profil yang
optimum terhadap beban dan memenuhi persyaratan kegempaan sesuai SNI 03 –
1726 – 2012. Namun pada laporan Tugas Besar ini tidak ditampilkan proses iterasi
pemilihan penampang. Setalah semua memenuhi persyaratan, proses selanjutnya
adalah merencanakan balok komposit, base plate dan sambungan yang akan
ditampilkan pada laporan Tugas Besar ini.
Berikut ini adalah tabel tentang pemilihan awal profil baja yang sudah dihitung
sebelumnya oleh program ETABS dan melalui proses iterasi.
Halaman 58
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
BAB IV
Analisis statik ekivalen merupakan salah satu metode analisis untuk pembebanan
gempa. Perhitungan analisis statik ekivalen ini digunakan untuk melihat persyaratan
SNI 03 – 1726 – 2012 dimana nilai akhir respons dinamik struktur gedung terhadap
pembebanan gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana dalam suatu arah
tertentu, tidak boleh kurang dari 85% nilai respons ragam pertama.
Berikut ini adalah hasil perhitungan program ETABS untuk periode fundamental
struktur mode satu sampai mode enam serta Mass Modal Participating Factor dari
kontribusi mode satu sampai enam.
Halaman 59
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Dari perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa nilai periode fundalmental struktur
hasil keluaran ETABS untuk kedua arah (mode 1 dan mode 2) berada di antara
periode pendekatan minimum dan maksimum. Untuk analisis selanjutnya, nilai
periode struktur menggunakan nilai keluaran ETABS, yaitu periode untuk mode satu
dan mode dua.
1. Cs Maksimum
( )
arah y
( )
arah x
( )
2. Cs Hitungan
( )
arah y
( )
arah x
( )
Halaman 60
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
3. Cs Minimum
Setelah mendapatkan nilai koefisien respon seismik, maka nilai gaya lateral
ekivalen untuk masing-masing arah dapat dihitung dengan rumus :
Dimana W adalah berat total seismik struktur yang dapat diperoleh melalui
keluaran program ETABS. Besar gaya statik untuk masing-masing arah adalah
sebagai berikut :
Nilai gaya geser dinamik (Vd) dapat diperoleh melalui analisis program ETABS
dengan menggunakan kombinasi pembebanan akibat respon spektra yang telah
direncanakan. Hasil analisisnya adalah sebagai berikut :
Mengacu pada SNI 03 – 1726 – 2012, nilai akhir dinamik struktur gedung
terhadap pembebanan gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana dalam suatu
arah tertentu tidak boleh kurang dari 85% nilai ragam semula. Bila respons dinamik
struktur gedung dinyatakan dalam gaya geser dasar nominal, maka perhitungan hasil
gaya geser dinamik dibandingkan dengan gaya geser statik sesuai dengan arah yang
sama adalah sebagai berikut :
1. Arah x
( )
Halaman 61
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
2. Arah y
( )
Rasio gaya geser dinamik terhadap gaya geser statik untuk kedua arah ≥ 0,85
sehingga gaya geser nominal yang diperoleh dari hasil analisis ragam respons
spektrum tidak perlu dikalikan dengan faktor koreksi.
Berdasarkan SNI 03 – 1726 – 2012, simpangan antar lantai hanya terdapat satu
kinerja, yaitu kinerja batas ultimit. Penentuan simpangan antar lantai tingkat desain
(Δ) harus dihitung sebagai perbedaan defleksi pada pusat massa tidak terletak segaris,
dalam arah vertikal diizinkan untuk menghitung defleksi didasar tingkat berdasarkan
proyeksi vertikal dari pusat massa ditingkat atasnya.
Struktur gedung perkantoran yang direncanakan ini memiliki kategori seismik D
yang memiliki ketidakberaturan horisontal, maka simpangan antar lantai desain (Δ)
harus dihitung sebagai selisih terbesar dari defleksi titik – titik di atas dan di bawah
tingkat yang diperhatikan letaknya segaris secara vertikal disepanjang salah satu
bagian tepi struktur.
Defleksi pusat massa di tingkat x (δx) dalam mm harus ditentukan sesuai dengan
persamaan berikut:
Dimana :
Δxe : defleksi pada lokasi yang diisyaratkan dengan analisis linier elastik
Halaman 62
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Simpangan antar lantai tingkat desain (Δ) tidak boleh melebihi simpangan antar
izin (Δa) dengan ketentuan 0.01 x hsx dimana nilai hsx = 4.500 mm untuk lantai
pertama dan 3.500 mm untuk lantai kedua. Dengan nilai Cd = 5,5, dan Ie = 1. Nilai
total drift untuk pembebanan kombinasi maksimum dan minimum untuk arah x dan
arah y beserta pengecekan story drift sebagai berikut :
Total Story
hsx Perpindahan Story Drift
Lantai Drift Drift Pengecekan
(mm) (mm) Diperbesar
(mm) Izin
2 3.500 2,5 0,8 4,4 70 OK
1 4.500 1,7 1,7 9,35 90 OK
Total Story
hsy Perpindahan Story Drift
Lantai Drift Drift Pengecekan
(mm) (mm) Diperbesar
(mm) Izin
2 3.500 2,8 0,7 3,85 70 OK
1 4.500 2,1 2,1 11,55 90 OK
Dari tabel perhitungan di atas dapat ditentukan total drift dan juga total drift izin
yang dipersyaratkan oleh SNI 03 – 1726 – 2012. Berikut ini adalah diagram tentang
tinggi lantai terhadap total drift berdasarkan SNI 03 – 1726 – 2012.
5000
Total Drift
4000 Ekspektasi Arah x
3000 Total Drift
Ekspektasi Arah y"
2000
1000
0
0 50 100 150 200
Perpindahan (mm)
Halaman 63
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Pengaruh P-delta pada geser dan momen tingkat, gaya dan momen elemen
struktur yang dihasilkan dan simpangan antar lantai tingkat yang timbul oleh
pengaruh ini tidak disyaratkan untuk diperhitungkan bila koefisien stabilitas (θ)
seperti ditentukan oleh persamaan berikut sama dengan atau kurang dari 0,10 ;
Dimana :
: Gaya geser seismik yang bekerja antara tingkat x dan x-1 (kN)
Koefisien stabilitas ( ) harus tidak melebihi max yang ditentukan oleh SNI 03 –
1726 – 2012 sebagai berikut :
Dimana adalah rasio kebutuhan geser terhadap kapasitas geser untuk tingkat
antara tingkat x dan x-1. Rasio ini diijinkan secara konservatif diambil sebesar 1,0.
Cd : 5,5
hsx : 3,5 m
Bentang x : 24 m
Bentang y : 20 m
Halaman 64
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Beban
Story Gaya Geser Beban
Lantai Vertikal hsx θ Pengecekan
Drift Seismik Vertikal Total
Kumulatif
2 0.00 275.89 3049.21 3049.21 3.5 0.00 OK
1 0.01 373.56 6363.95 9413.16 4.5 0.01 OK
Beban
Story Gaya Geser Beban Vertikal
Lantai Vertikal hsx θ Pengecekan
Drift Seismik Total
Kumulatif
2 0.00 275.89 3049.21 3049.21 3.5 0.00 OK
1 0.01 373.56 6363.95 9413.16 4.5 0.01 OK
Dimana nilai XCR, XCM, YCR dan YCM diperoleh melalui analisis program
ETABS. Konfigurasi struktur gedung perkantoran ini memiliki bentuk yang simetris
sehingga tidak menyebabkan eksentrisitas baik dalam arah x maupun arah y. Berikut
adalah hasil tabulasi perhitungan eksentrisitas untuk struktur gedung pada studi ini :
Halaman 65
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Dalam SNI 03-176-2012 terdapat parameter pembesaran momen torsi tak terduga
(Ax). Struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik C, D, E, atau F, dimana
tipe 1a atau 1b ketidakberaturan torsi terjadi harus mempunyai pengaruh yang
diperhitungkan dengan mengalikan Mta di masing – masing tingkat dengan faktor
pembesaran (Ax) dan ditentukan dari persamaan berikut :
[ ]
Dimana :
Untuk mengetahui nilai faktor amplifikasi (Ax), dicari nilai dari δmax, δmin, δavg,
dan Ax untuk pembebanan gempa arah sumbu x dominan yang didapatkan dari hasil
perhitungan program ETABS :
Halaman 66
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Elemen bresing pada sistem struktur SRBKK didesain sebagai elemen sekring,
yaitu elemen yang mengalami plastifikasi saat gaya gempa besar terjadi. Pada
SRBKK, bresing didesain mengalami leleh tarik akibat aksial tarik dan kegagalan
tekuk akibat menerima gaya aksial tekan.
Bresing didesain berdasarkan gaya maksimum dari kombinasi yang ada, yang
diperoleh dari analisis program ETABS 2013. Gaya dalam pada arah x dan arah y
berbeda dikarenakan orientasi penampang yang sama pada kedua sisi. Namun dengan
nilai yang tidak terlalu jauh, perhitungan untuk bresing pada tugas besar ini tidak
dibedakan antara elemen bresing arah x maupun arah y.
Pada studi tugas besar ini semua elemen bresing menggunakan bresing yang
sama. Maka dari itu, kita hanya meninjau dua jenis bresing saja, yaitu bresing tipikal
lantai satu dan tipikal lantai dua. Hal tersebut dikarenakan lantai satu dan dua
memiliki ketinggian yang berbeda. Dari analisis program ETABS didapatkan gaya
aksial bresing untuk tipikal lantai satu dan lantai dua sebagai berikut.
Profil bresing yang digunakan dalam studi ini yaitu hollow section 150 x 100
dengan konfigurasi sebagai berikut :
B : 100 mm iy : 40,1 mm
t : 8 mm ix : 55 mm
Berikut ini adalah tahap perhitungan desain elemen bresing yang terdiri dari
elemen tekan dan elemen tarik. Sebagai contoh perhitungan, digunakan bresing lantai
satu.
Halaman 67
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Arah y :
Karena kelangsingan pada kedua arah sumbu penampang kurang dari 200,
maka penampang bresing tersebut memenuhi persyaratan untuk kelangsingan
tarik maupun tekan.
Kelangsingan badan :
Batas kelangsingan sisi atas untuk penampang elemen bresing pada Sistem
Rangka Bresing Konsentrik Khusus adalah sebagai berikut :
√ √
√ √
Karena kelangsingan untuk sisi atas dan badan kurang dari batas
kelangsingan, maka profil hollow section 150 x 100 dapat digunakan untuk
elemen bresing pada Sistem Rangka Bresing Konsentrik Khusus.
3. Kapasitas Tarik
Kapasitas tarik untuk elemen bresing pada studi Tugas Besar ini dihitung
dengan mengabaikan pengaruh adanya baut. Jadi diasumsikan sambungan
cukup kuat dan memadai sehingga tidak ada pengaruh block shear.
Perhitungan kapasitas tarik dari bresing adalah sebagai berikut :
Halaman 68
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Dengan demikian, nilai overstrenght dari elemen tarik bresing adalah sebagai
berikut :
( )
4. Kapasitas Tekan
Dengan nilai λ > 1,2 maka nilai ω dapat menggunakan persamaan berikut :
Maka, kapasitas tekan dari elemen bresing dapat dihitung dengan mengikuti
persamaan berikut :
( )
Halaman 69
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Perencanaan elemen balok pada studi Tugas Akhir ini dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu balok induk untuk Sistem Rangka Bresing Konsentrik Khusus, balok
induk untuk Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus, dan balok anak.
Balok yang digunakan dalam studi ini semuanya menggunakan penampang yang
sama, yaitu IWF 250 x 125. Konfigurasi IWF 250 x 125 menurut katalog PT Gunung
Garuda adalah sebagai berikut :
B : 125 mm iy : 27,9 mm
tw : 6 mm ix : 104 mm
Arah y :
Kelangsingan badan :
( )
Halaman 70
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Batas kelangsingan sisi atas untuk penampang elemen balok pada Sistem Rangka
Pemikul Momen Khusus dan Sistem Rangka Bresing Konsentrik Khusus adalah
sebagai berikut :
√ √
√ √
Karena kelangsingan untuk sisi atas dan badan kurang dari batas kelangsingan,
maka profil IWF 250 x 125 dapat digunakan untuk elemen balok pada Sistem
Rangka Bresing Konsentrik Khusus dan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus.
Balok untuk elemen balok pada Sistem Rangka Bresing Konsentrik Khusus
direncanakan berdasarkan desain kapasitas, yaitu berdasarkan gaya maksimum dari
bresing tarik dan tekan. Pada studi Tugas Akhir ini, konfigurasi yang dipakai adalah
konfigurasi inverted-V dimana komponen bresing akan menimbulkan gaya momen
lentur yang besar terhadap balok. Balok diasumsikan bergerak bersama-sama dengan
lantai (rigid diagramph) sehingga aksial pada balok bernilai nol.
Halaman 71
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
( )
( )
( )
( )
( ) ( )
( ) ( )
Besarnya momen nominal dan geser nominal balok adalah momen dan geser
untuk penampang yang mengalami plastik sempurna, hal ini dikarenakan ada
kekangan lateral dari pelat beton, sehingga sayap tidak bisa mengalami torsi lateral.
Halaman 72
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
( )
( )
( )
Seperti pada perencanaan balok SRBKK, balok untuk elemen balok pada Sistem
Rangka Pemikul Momen Khusus direncanakan berdasarkan desain kapasitas yang
sudah dijelaskan pada subbab II.8.1. Kolom SRPMK didesain lebih kuat daripada
balok yang leleh dan mencapai strain-hardening.
Hasil keluaran analisis program ETABS menunjukan bahwa gaya dalam
maksimum akibat kombinasi pembebenan adalah dan
. Berikut ini adalah langkah perhitungan perencanaan balok Sistem Rangka
Pemikul Momen Khusus berdasarkan gaya dalam maksimum yang terjadi (Lb =
6.000 mm).
1. Penentuan Lp
Nilai Lp dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
Halaman 73
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
2. Penentuan Lr
Nilai Lr dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
( )√ √ ( )
( )
( )
⁄ ( ) ( )
( ) ( )
( )
( )√ √ ( )
√ ( )
Halaman 74
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
( )
√ √
Karena persyaratan diatas terpenuhi, maka pelat badan mengalami leleh geser
sempurna. Dengan demikian persamaan geser nominal menjadi :
( )
( )
Balok anak pada studi ini diasumsikan tidak ikut menahan beban seismik,
sehingga yang diperhitungkan hanya beban gravitasi. Sambungan balok anak ke
balok induk menggunakan sambungan sendi, sehingga momen semua terdistribusi ke
tenga bentang balok anak.
Balok anak yang digunakan dalam studi ini semuanya menggunakan penampang
IWF 150 x 75. Konfigurasi IWF 150 x 75 menurut katalog PT Gunung Garuda adalah
sebagai berikut :
B : 75 mm iy : 16,7 mm
tw : 5 mm ix : 51,1 mm
tf : 7 mm Sx : 89 x 103 mm3
r : 8 mm Sy : 13 x 103 mm3
Iy : 49 x 104 mm4
Halaman 75
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Arah y :
Kelangsingan badan :
( )
Batas kelangsingan sisi atas untuk penampang elemen balok non-seismik adalah
sebagai berikut :
√ √
√ √
Karena kelangsingan untuk sisi atas dan badan kurang dari batas kelangsingan,
maka profil IWF 150 x 75 dapat digunakan untuk elemen balok anak.
Setelah diketahui bahwa penampang tersebut memenuhi persyaratan
kekompakan, maka langkah selanjutnya menghitung kapasitas balok anak dan
menghitung momen perlu maksimum.
Berikut ini adalah langkah mengitung kapasitas momen dan momen perlu
maksimum :
( )
Halaman 76
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
2. Penentuan Lp
3. Penentuan Lr
( )√ √ ( )
( )
( )
⁄ ( ) ( )
( ) ( )
Halaman 77
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
( )
( )√ √ ( )
√ ( )
( )
√ √
Karena persyaratan diatas terpenuhi, maka pelat badan mengalami leleh geser
sempurna. Dengan demikian persamaan geser nominal menjadi :
( )
( )
Perencanaan kolom dalam studi ini terdiri dari dua jenis, yaitu kolom Sistem
Rangka Bresing Konsentrik Khusus dan kolom Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus. Kolom yang digunakan dalam studi ini adalah hollow section 300 x 300
dengan konfigurasi penampang sebagai berikut :
B : 300 mm iy : 118,4 mm
tw : 8 mm ix : 118,4 mm
Halaman 78
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
( )
Batas kelangsingan sisi atas untuk penampang elemen kolom pada Sistem
Rangka Pemikul Momen Khusus dan Sistem Rangka Bresing Konsentrik Khusus
adalah sebagai berikut :
√ √
Karena kelangsingan untuk sisi atas dan badan kurang dari batas kelangsingan,
maka profil Hollow section 300 x 300 dapat digunakan untuk elemen balok pada
Sistem Rangka Bresing Konsentrik Khusus dan Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus.
Balok untuk elemen kolom pada Sistem Rangka Bresing Konsentrik Khusus
direncanakan berdasarkan desain kapasitas, yaitu berdasarkan gaya maksimum dari
bresing tarik dan tekan. Pada studi Tugas Akhir ini, konfigurasi yang dipakai adalah
konfigurasi inverted-V dimana komponen bresing akan menimbulkan gaya aksial
terbesar terhadap kolom seperti yang tertera pada gambar IV.3.
Halaman 79
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Gambar IV.3 Gaya Aksial Tarik dan Tekan pada Kolom Akibat Bresing
Halaman 80
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
3. Diketahui gaya dalam momen dan aksial maksimum kolom dari analisis program
ETABS adalah :
4. Gaya dalam akibat bresing dan gaya dalam akibat kombinasi maksimum
pembebanan harus dijumlahkan untuk mendapatkan sistem kapasitas desain.
Dengan demikian, gaya dalam menjadi :
Dengan demikian, gaya tekan maksimum yang diterima kolom adalah 633 kN
(tekan)
1. Kapasitas Tekan
Dengan nilai λ > 0,25 maka nilai ω dapat diambil sama dengan 1.
Halaman 81
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Maka, kapasitas tekan dari elemen bresing dapat dihitung dengan mengikuti
persamaan berikut :
( )
2. Kapasitas Momen
Besarnya momen nominal adalah untuk kolom adalah penampang yang
mengalami plastik sempurna dikarenakan penampang yang besar dan bentang
yang pendek :
( )
momen menjadi :
( )
Halaman 82
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
( )
( )
( )
Halaman 83
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
⁄ ⁄
⁄
Atau beban merata per satu meter adalah 3,75 kN/m
3. Perhitungan Momen Perlu Maksimum
Dengan beban merata per meter, maka kita dapat menentukan momen perlu
maksimum, yaitu dengan persamaan :
Halaman 84
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
4. Penulangan Arah y
Momen yang sudah diketahui dari point nomor tiga adalah momen dengan arah
x, atau penulangan arah y. Maka dengan diketahui momen sebesar 3 kN.m,
tulangan dapat ditentukan dengan persamaan :
Dengan asumsi tebal selimut adalah 25 mm, maka d = 125 mm. Dengan
demikian, tulangan berdasarkan gaya dalam dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut :
⁄
Namun, perhitungan tulangan minimum tersebut harus dibandingkan dengan
tulangan minimum dengan kuat leleh nominal 400 MPa, yang persamaannya
adalah sebagai berikut :
Halaman 85
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Baja Profil :
Kuat leleh, fy : 270 MPa
Tinggi : 250 mm
Lebar : 125 mm
Balok komposit ini hanya didesain untuk beban gravitasi saja, yaitu beban hidup
dan beban hidup karena balok komposit ini tidak didesain untuk pembebanan
seismik. Momen maksimum dari beban gravitasi tersebut akan dibandingkan dengan
momen nominal balok komposit berdasarkan pelat beton dan baja profil yang
terpasang dari perhitungan sebelumnya.
Berikut ini adalah proses perhitungan momen nominal dan desain pemasangan
shear connector dari balok komposit.
1. Menghitung momen perlu maksimum dan geser perlu maksimum.
( )
Halaman 86
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Maka lebar efektif dari struktur balok komposit adalah 1.250 mm.
3. Menentukan letak dan jarak sumbu netral untuk momen positif.
Besarnya kuat tekan dari beton adalah :
Halaman 87
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Gaya tekan resultan C terletak pada jarak a/2 dari serat atas beton. Gaya tarik
resultan T terletak pada titik berat profil WF. Maka, lengan momen kopel antara
C dan T adalah :
⁄ ⁄
( ) ( )
( )
5. Menentukan letak dan jarak sumbu netral untuk momen negatif.
Momen nominal negatif adalah kerjasama antara baja profil dengan baja tulangan
pelat. Kuat tarik beton dalam hal ini dapat diabaikan.
Jumlah tulangan atas dan bawah dalam lebar efektif adalah :
Halaman 88
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Jika sumbu netral plastis jatuh di flens, maka jarak sumbu netral plastis jatuh dati
tepi atas flens adalah sebesar :
Letak garis kerja gaya Cs yang diukur dari bagian bawah profil
Luas, A (mm2) Lengan, y (mm) A x y (mm3)
Maka, dari perhitungan diatas garis kerja gaya Cs dapat dihitung sebagai berikut :
Dengan demikian, momen nominal untuk momen negatif dapat dihitung sebagai
berikut :
( )
( )
( )
( )
Halaman 89
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Jumlah 11 buah stud tersebut digunakan untuk ¼ bentang kanan dan ¼ bentang
kiri. Tengah bentang digunakan setangah dari kebutuhan bentang kanan dan
bentang kiri. Spasi dari stud untuk bentang kanan dan kiri adalah 150 mm,
sedangkan untuk bentang tengah adalah 300 mm.
Halaman 90
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
√ √
Halaman 91
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
4. Jika diasumsikan posisi anchore bolt berada pada 50 mm dari tepian pelat, maka :
√( ( ) ( )
( )
Dibandingkan dengan N’ yang bernilai 475 mm, maka nilai A tersebut masuk
akal dan dapat digunakan. Dengan demikian, besarnya gaya yang harus dipikul
oleh baut angkur dapat dihitung sebagai berikut :
( )
Dengan demikian, base plate yang digunakan adalah tebal 11 mm dan dua
anchore bolt dalam satu garis dengan diameter 16 mm dan mutu 400 MPa.
Halaman 92
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Halaman 93
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Ketentuan perencanaan sambungan yang sudah ditetapkan dalam AISC 358 dan
FEMA 350 sudah memenuhi syarat bahwa untuk model struktur bangunan SRPMB,
sambungan harus dapat mengalami rotasi inelastis sekurang – kurangnya 0.01 radian.
Sedangkan untuk model struktur bangunan SRPMK, sambungan harus dapat
mengalami rotasi inelastis sekurang – kurangnya 0.03 radian.
B : 100 mm iy : 40,1 mm
t : 10 mm ix : 55 mm
t = 10 mm
l = 100 mm
fy = 240 MPa
fu = 370 MPa
db = 22 mm
fy = 585 MPa
fu = 825 MPa
t = 2 mm
Ag = t x l
Halaman 94
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
= 10 x 100
= 1000 mm2
ϕNn = 0,9 x Ag x fy
Db = 19 mm
fy = 585 MPa
fu = 825 MPa
fu = 825 MPa
Ab = 283,53 mm2
ϕRn = 0,75 x m x r1 x fu x Ab
= 87.716,7 N/baut
db = 21 mm
tp = 10 mm (tebal pelat)
fu = 370 MPa
= 139.860 N/baut
Halaman 95
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
n = ΦNn/ ΦVn
= 145.020/87.950,36
= 1,6
Jumlah bau t =2
db = 19 mm
= 57 mm
= 28,5 mm
Maka diambil jarak as antar baut sebesar 107,5 mm dan jarak as baut ke tepi
profil sebesar 30 mm.
... OK!
Dari perhitungan di atas, maka dapat ditentukan jumlah baut, diameter baut,
beserta jarak anata baut yang akan digunakan dalam desain sambungan truss
adalah :
Halaman 96
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
BAB V
Evaluasi kinerja struktur ini meliputi analisis beban dorong (pushover analysis)
dan analisis riwayat waktu non-linier. Hasil dari analisis ini adalah perpindahan
maksimum struktur dan parameter-parameter aktual yang terjadi seperti mekanisme
kelelehan, dan parameter kegempaan seperti faktor modifikasi respons (R). faktor
nilai kuat lebih, dan faktor nilai daktilitas.
Halaman 97
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Berikut ini adalah proses input analisis beban dorong pada program analisis
struktur ETABS 2015.
1. Analisis Beban Gravitasi
Pertama yang harus dilakukan input beban gravitasi. Berikut ini adalah proses
input beban gravitasi pada program ETABS 2015.
Halaman 98
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Halaman 99
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
10000
Gaya Geser (kN)
8000
Kurva Pushover
6000
Kurva Elastis
4000
2000
0
0 10 20 30 40 50
Perpindahan (mm)
Dari grafik di atas kemudian diubah menjadi grafik Base Shear (V) vs.
Displacement (D). Informasi ini diperlukan untuk menentukan nilai R, Cd, dan
overstrength aktual untuk selanjutnya dibandingkan dengan nilai yang diasumsikan.
Pertama-tama akan dicari kekakuan struktur pada kondisi elastis, maka titik-titik yang
akan di plot nilainya pada grafik hanya dari titik 0 hingga terjadinya leleh pertama
(first yield). Dari perhitungan sebelumnya, gaya desain F adalah 649 kN.
1. Kelelehan Struktur :
Halaman 100
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Dikarenakan nilai total drift maksimum adalah 0,0048 < 0,01; maka struktur
tergolong immediate occupancy jika terkena beban gempa periode 500 tahunan.
Jika dilihat tabel tersebut, struktur arah x dalam studi ini dengan sistem ganda,
yaitu Sistem Rangka Bresing Konsentrik Khusus dengan Sistem Rangka Pemikul
Momen Khusus didesain dengan cukup baik, nilai daktilitas melebihi dari nilai
rencana, yang berarti sangat daktail. Sedangkan nilai modifikasi respons aktual
Halaman 101
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
kurang dari nilai modifikasi respons rencana. Hal ini dikarenakan nilai gaya leleh
aktual lebih dari gaya leleh rencana (1.701,7 kN > 649 kN).
Dari grafik di atas kemudian diubah menjadi grafik Base Shear (V) vs.
Displacement (D). Informasi ini diperlukan untuk menentukan nilai R, Cd, dan
overstrength aktual untuk selanjutnya dibandingkan dengan nilai yang diasumsikan.
Pertama-tama akan dicari kekakuan struktur pada kondisi elastis, maka titik-titik yang
akan di plot nilainya pada grafik hanya dari titik 0 hingga terjadinya leleh pertama
(first yield). Dari perhitungan sebelumnya, gaya desain F adalah 649 kN.
1. Kelelehan Struktur :
Halaman 102
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Dikarenakan nilai total drift maksimum adalah 0,0048 < 0,01; maka struktur
tergolong immediate occupancy jika terkena beban gempa periode 500 tahunan.
Halaman 103
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Jika dilihat tabel tersebut, struktur arah y dalam studi ini dengan sistem ganda,
yaitu Sistem Rangka Bresing Konsentrik Khusus dengan Sistem Rangka Pemikul
Momen Khusus didesain dengan cukup baik, nilai daktilitas sama dengan nilai
rencana, yang berarti sangat daktail. Sedangkan nilai modifikasi respons aktual
kurang dari nilai modifikasi respons rencana. Hal ini dikarenakan nilai gaya leleh
aktual lebih dari gaya leleh rencana (1.697 kN > 649 kN).
Halaman 104
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Analisis riwayat waktu non linier dengan gempa El Centro ini sama dengan
analisis pushover, yaitu dianalisis setelah pushgrav seperti yang ada pada gambar
V.2. Analisis riwayat waktu ini ada dua arah, yaitu arah x dan arah y. Sebelum
dianalisis, harus ditentukan dulu frame hinges seperti yang ada pada gambar V.1
dengan pendefinisannya sebagai berikut.
Berikut ini adalah pendifinisian analisis riwayat waktu non linier untuk arah x
dan arah y pada program ETABS 2015.
Halaman 105
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
Hasil dari analisis riwayat waktu non linier ini adalah perpindahan maksimum
arah x dan arah y, serta kelelehan yang terjadi akibat gaya gempa yang terjadi, yaitu
El Centro. Berikut ini adalah nilai perpindahan maksimum dari hasil analisis riwayat
waktu non linier.
Halaman 106
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
BAB VI
VI.1 Kesimpulan
Dari pembahasan Bab IV dan Bab V, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Konfigurasi profil dalam studi gudang struktur baja tahan gempa dengan Sistem
Rangka Bresing Konsentrik Khusus dan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus
adalah sebagai berikut :
Halaman 107
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
- Arah y :
VI.2 Saran
Saran mendesain struktur baja tahan gempa adalah :
1. Lebih baik menggunakan program analisis struktur yang lebih akurat dan bisa
untuk detailing struktur baja seperti MIDAS dan CSI Perform 3D.
2. Struktur dengan hanya dua lantai saja dan sebagai gudang lebih baik tidak
berlebihan dalam mendesain.
3. Hal-hal fundamental mekanika harus diketahui terlebih dahulu sebelum
mendesain struktur baja tahan gempa.
Halaman 108
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut
DAFTAR PUSTAKA
Budiono, Bambang & Lucky Supriatna. 2011. Studi Komparasi Desain Bangunan Tahan
Gempa. Bandung: Penerbit ITB
Lumbantoruan, Daniel. Tugas Akhir. 2014. Perencanaan Struktur Baja Tahan Gempa
Sistem Rangka Berpengaku Konsentrik Khusus Konfigurasi Inverted-V dengan
Ketidakberaturan Horizontal. Institut Teknologi Bandung
Moestopo, Muslinang. 2006. Diktat Kuliah SI 3212 – Struktur Baja. Institut Teknologi
Bandung
SNI 03 – 1726 – 2102. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa pada Struktur Gedung
dan non – Gedung. Badan Standarisasi Nasional
SNI 03 – 1727 – 2013. Beban Minimum untuk Perancangan Gedung dan Struktur Lain.
Badan Standarisasi Nasional
SNI 03 – 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung.
Badan Standarisasi Nasional.
Halaman 109