Anda di halaman 1dari 109

Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang berada di daerah rawan
gempa. Hal ini dikarenakan karena secara geografis, Indonesia terletak pada
pertemuan lempeng-lempeng benua, yaitu lempeng Pasifik, lempeng Filipina,
lempeng Australia, dan lempeng Eurasia, yang bergerak dan saling bergesekan
sehingga menimbulkan gempa tektonik. Gempa bumi sendiri tentunya menjadi
momok bagi manusia, terutama dalam bidang infrastruktur fisik. Fakta menunjukkan,
gempa bumi mengakibatkan banyak bangunan runtuh yang berimbas kepada jatuhnya
banyak korban jiwa akibat tertimpa reruntuhan gedung. Ada dua kemungkinan
mengapa banyak bangunan runtuh saat gempa terjadi. Pertama, bangunan tersebut
memang tidak didesain untuk mengakomodasi beban tambahan berupa beban gempa,
sehingga resiko keruntuhannya sangat besar. Kemungkinan kedua, bangunan didesain
untuk menahan beban gempa, namun proses pendesainannya tidak dilakukan dengan
baik dan benar.
Melihat banyaknya kasus gempa bumi besar yang terjadi di Indonesia belakangan
ini, ketertarikan dan perhatian terhadap struktur bangunan tahan gempa pun semakin
meningkat. Penggunaan material beton masih dominan dalam proses pembangunan
bangunan-bangunan di Indonesia. Seiring dengan berjalanya waktu, penggunaan baja
semakin diminati. Hal ini disebabkan beberapa keunggulan baja dibandingkan beton
yaitu, baja cocok digunakan untuk bangunan pada daerah gempa karena sifatnya yang
ringan, sehingga berat total pada struktur baja akan memperkecil pengaruh gaya
seismik desainnya. Keunggulan lainnya yaitu kemampuan yang baik dalam memikul
beban tarik maupun tekan sekaligus, khususnya pada saat mengalami pembebanan
siklik, misalnya pada saat menerima beban gempa.
Dalam Tugas Besar ini, akan dibahas lebih lanjut bagaimana proses desain
struktur baja tahan gempa dengan menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus dan Sistem Rangka Bresing Konsentrik Khusus. SRPMK merupakan salah
satu tipikal bangunan tahan gempa yang sering digunakan. SRPMK dalam kinerjanya
menggunakan elemen balok sebagai pendisipasi energi sedangkan SRBKK dalam
kinerjanya menggunakan elemen bresing sebagai pendisipasi energi dalam proses
pembentukan sendi plastis.

Halaman 1
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

I.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan Tujuan dari penulisan Tugas Besar ini adalah sebagai berikut.

1. Memahami konsep bangunan struktur baja tahan gempa dengan menggunakan


sistem rangka pemikul momen khusus.
2. Melakukan perencanaan struktur baja tahan gempa sistem ganda, yaitu Sistem
Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) dan Sistem Rangka Bresing
Konsentrik Khusus (SRBKK).
3. Melakukan perencanaan detailing struktur baja dengan SRPMK dan SRBKK
berupa perencanaan pelat, balok komposit, balok anak dan induk, pedestal dan
base plate, serta pertemuan balok dan kolom dengan konsep desain kapasitas.
4. Mengevalusi kinerja struktur dengan analisis non-linier beban dorong (pushover)
dan analisis non-liner riwayat waktu.

I.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Tugas Besar ini akan membahas tentang perencanaan detailing struktur baja
tahan gempa dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus seperti yang telah
dijelaskan dalam bab I.2 pasal 3. Nantinya struktur juga akan dievaluasi dengan
menggunakan analisis non-linier. Hal-hal yang dilakukan pada Tugas Besar ini
adalah sebagai berikut.

1. Perencanaan pembebanan gempa mengacu pada SNI 03-1726-2012 mengenai


Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan
Non-Gedung yang juga mengacu kepada ASCE 7-10, sedangkan untuk
pembebanan gravitasi mengacu kepada SKBI-1.3.53.1987 mengenai Pedoman
Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung.
2. Perencanaan penampang elemen struktur baja pemikul gravitasi mengacu kepada
AISC 360-10 “Spesification for Structural Steel Buildings”, sedangkan untuk
perencanaan penampang elemen struktur baja pemikul beban gempa mengacu
kepada AISC 341-10 “Seismic Provision for Structural Steel Buildings” dan
AISC 2006 “Seismic Design Manual “.
3. Pemodelan struktur digunakan dengan menggunakn software ETABS 2013 dan
SAP 17.

Halaman 2
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

4. Bagunan yang didesain adalah gudang dua lantai. Pemilihan bangunan dua lantai
ini dilakukan agar memenuhi ketentuan dalam peraturan dan standar yang
digunakan pada prosedur analisis yang akan dilakukan.
5. Bangunan dimodelkan berada di kota Padang, di atas tanah sedang dengan kelas
situs SE.
6. Profil baja yang digunakan dalam perencanaan merupakan produksi PT Gunung
Garuda.
7. Evaluasi kinerja struktur dilakukan dengan analisis non-linier beban dorong
(pushover) dan analisis non-linier riwayat waktu.

I.4 Metodologi

Metodologi penulisan Tugas Besar ini secara umum dapat dijelaskan pada flow
chart gambar I.1 berikut.

Gambar I.1 Metodologi Penulisan Tugas Besar

Halaman 3
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

I.5 Sistematika Penulisan Tugas Besar

Tugas Besar ini disusun terdiri dari enam bab. Urutan dari penulisan Tugas Besar
SI 4212 – Struktur Baja Lanjut adalah sebagai berikut.

1. BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang pemilihan struktur baja
sebagai bangunan tahan gempa, maksud dan tujuan dari Tugas Besar, ruang
lingkup yang akan dibahas pada Tugas Besar ini, metodologi yang digunakan
dalam penyusunan Tugas Besar ini, dan sistematika penulisan Tugas Besar.

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Pada bab ini akan dibahas teori dasar yang berhubungan dengan Tugas Akhir
ini. Hal-hal yang akan dibahas dalam bab ini adalah konsep perencanaan
struktur baja tahan gempa, konsep pembebanan gempa berdasarkan SNI 03 –
1726 – 2012, konsep perencanaan struktur baja Sistem Rangka Pemikul
Momen Khusus dengan desain kapasitas, dan konsep evaluasi kinerja
struktur.

3. BAB III PERENCANAAN AWAL DAN PEMODELAN STRUKTUR


Pada bab ini akan dibahas penjelasan mengenai teori desain yang digunakan
dalam pemodelan struktur, dan model struktur yang akan didesain dalam
Tugas Besar ini. Pemodelan ini menggunakan program ETABS 2013.

4. BAB IV PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN STRUKTUR


Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan struktur dalam Tugas Besar
ini. Elemen struktur yang direncanakan terdiri dari balok, kolom, pelat, balok
komposit, sambungan, serta pedestal dan base plate.

5. BAB V EVALUASI KINERJA STRUKTUR


Pada bab ini akan dibahas evaluasi kinerja struktur dengan analisis beban
dorong (pushover analysis) dan analisis non-linier riwayat waktu (non-linier
time history analysis).

6. BAB VI PENUTUP
Pada bab ini akan dilihat kesimpulan yang didapat berkaitan dengan tujuan
dari penulisan Tugas Besar ini dan saran untuk penulisan karya tulis dengan
tema yang mirip.

Halaman 4
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Konsep Perencanaan Struktur Baja Tahan Gempa

Struktur yang dikatakan tahan terhadap gempa tidak berarti struktur tersebut tidak
boleh mengalami kerusakan sama sekali. Dalam konsep perencanaan bangunan tahan
gempa, struktur harus memenuhi kriteria standar sebagai berikut :

1. Struktur tidak boleh mengalami kerusakan, baik kerusakan struktural maupun


non-struktural saat terjadi gempa ringan.
2. Struktur boleh mengalami kerusakan ringan (kerusakan non-struktural) tanpa
adanya kerusakan struktural saat terjadi gempa sedang.
3. Struktur boleh mengalami kerusakan struktural, namun tidak mencapai tahap
keruntuhan saat terjadi gempa besar.

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, Indonesia merupakan daerah yang


rawan gempa. Oleh karena itu, SNI gempa Indonesia mendasarkan beban gempa
untuk desain gempa kuat. Dengan demikian, saat gempa kuat terjadi, elemen-elemen
struktur bangunan tertentu diperbolehkan mengalami kerusakan sebagai sarana
pendisipasian energi gempa yang diterima struktur melalui pembentukan sendi
plastis. Elemen yang sengaja didesain untuk mengalami plastisifikasi pada saat
gempa besar terjadi ini disebut sebagai elemen ”sekring”.
Dalam prosedur perencanaan berdasarkan SNI gempa, struktur boleh didesain
terhadap beban gempa yang telah direduksi dengan suatu faktor modifikasi respon
(faktor R). Sebagai konsekuensinya, harus dijamin bahwa kelelehan hanya terjadi
pada elemen sekring, sedangkan elemen struktur lainnya tetap berperilaku elastis.
Salah satu cara untuk menjamin hal tersebut yaitu dengan menerapkan konsep desain
kapasitas (capasity design).
Pada konsep desain kapasitas, elemen sekring dibuat lebih lemah daripada
elemen-elemen lainnya untuk memastikan bahwa kerusakan struktur saat beban
maksimum bekerja, hanya terjadi pada elemen sekring. Oleh karena itu, elemen yang
pertama kali harus didesain adalah elemen sekring dan pendesainan didasarkan pada
beban gempa rencana yang telah direduksi. Selanjutnya, elemen-elemen lain yang
diharapkan tetap berperilaku elastis didesain lebih kuat daripada elemen sekring.
Untuk mencapai hal tersebut, perencanaan elemen struktur ini harus didasarkan pada

Halaman 5
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

gaya dalam aktual dari elemen sekring yang sudah didesain terlebih dahulu. Besarnya
gaya dalam aktual ini turut mensertakan faktor kuat lebih serta asumsi bahwa elemen
sekring sudah mencapai batas leleh dan kekuatannya meningkat saat mencapai strain
hardening. Dengan demikian, elemen struktur di luar elemen sekring akan didesain
secara lebih kuat.
Berbeda dengan struktur beton, pada struktur baja masalah tekuk dan sambungan
menjadi perhatian utama. Struktur harus didesain sedemikian rupa agar tekuk tidak
terjadi, apalagi pada elemen sekring karena hal tersebut dapat menurunkan kekuatan
struktur. Untuk sambungan, sebenarnya struktur akan lebih ekonomis jika pada
elemen sekring digunakan sambungan baut, bukan sambungan las. Dengan begitu,
elemen sekring yang sudah rusak dapat diganti dengan mudah, tanpa harus mengganti
elemen struktur lainnya. Di sisi lain, penggunaan sambungan baut yang tidak baik
juga dapat mempengaruhi kinerja struktur. Oleh karena itu, harus dipastikan pula
bahwa sambungan baut juga didesain berdasarkan konsep desain kapasitas.
Untuk mencapai kinerja struktur baja yang baik dalam menghadapi gempa besar,
maka struktur harus memenuhi persyaratan dalam aspek-aspek berikut ini, sesuai
dengan AISC 341-10 mengenai Seismic Provision for Structural Steel Building.

1. Spesifikasi Bahan
Untuk menjamin struktur yang daktail dan efektif dalam menyerap energi gempa,
material baja harus memenuhi spesifikasi sebagai berikut:
a. Perbandingan tegangan leleh terhadap tegangan putus tariknya kurang dari
0,85.
b. Kurva tegangan terhadap regangan menunjukkan daerah plateau yang
cukup panjang.
c. Regangan ultimate material baja tidak kurang dari 20% untuk daerah
pengukuran sepanjang 50 mm.
d. Material relatif mudah dilas.

Dalam peraturan AISC 341-10, disyaratkan bahwa baja yang baik digunakan
sebagai material struktur baja tahan gempa adalah baja dengan tegangan leleh
tidak lebih dari 350 MPa (50 ksi). Baja dengan mutu di atas 350 MPa dianggap
terlalu getas untuk digunakan dalam struktur baja tahan gempa. Namun terdapat
beberapa pengecualian, diantaranya :

Halaman 6
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

a. Kolom yang hanya boleh leleh di ujung kolom dasar.

b. Fy ≥ 55 ksi dizinkan untuk Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa


(SRPMB) dan Sistem Rangka Berpengaku Konsentrik Biasa (SRBKB).

c. Kinerja bahan dapat dibuktikan dengan pengujian.

Hal lain yang membedakan struktur baja tahan gempa dengan struktur baja yang
biasa yaitu penggunaan tegangan leleh ekspektasi. Dalam mendesain elemen
sekring, tegangan leleh yang digunakan dalam perhitungan hanyalah tegangan
leleh nominal (Fy), sedangkan untuk mendesain elemen struktur lainnya
digunakan tegangan leleh ekspektasi (Ry Fy). Di sinilah konsep desain kapasitas
diterapkan.

Keterangan :

Fy : Tegangan leleh minimum menurut spesifikasi

Ft : Tegangan tarik minimum menurut spesifikasi

Ry : Rasio tegangan leleh aktual terhadap tegangan leleh minimum

Rt : Rasio tegangan tarik aktual terhadap tegangan tarik minimum

Faktor kuat lebih, Ry dan Rt, ditentukan dengan analisis statistik terhadap data
produksi baja, dan dapat dilihat pada Tabel II.1 berikut :

Tabel II.1 Nilai Rasio Tegangan Aktual terhadap Tegangan Minimum

Halaman 7
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

2. Stabilitas Penampang, Elemen, dan Struktur


Stabilitas penampang, elemen, dan struktur harus dipenuhi untuk menjamin
daktilitas dan disipasi energi. Stabilitas penampang dan elemen mencakup isu
kelangsingan, kekompakan penampang, dan tekuk. Penampang yang boleh
digunakan dalam struktur baja tahan gempa pun dibatasi oleh peraturan.
Untuk memenuhi syarat stabilitas elemen, pengekang lateral dapat diberikan pada
bagian-bagian yang memiliki risiko kegagalan elastis yang besar, seperti pada
bagian atas dan bawah pelat sayap, daerah dekat beban terpusat, daerah
perubahan penampang, dan daerah sendi plastis.

3. Daktilitas
Daktilitas adalah kemampuan struktur untuk mengalami simpangan pasca-elastik
yang besar secara berulang kali dan bolak-balik akibat beban gempa yang
menyebabkan terjadinya kelelehan pertama, sambil tetap mempertahankan
kekuatan dan kekakuan yang cukup hingga struktur tetap berdiri walaupun sudah
berada pada kondisi di ambang keruntuhan. Selain daktilitas dari materialnya,
harus dijamin pula daktilitas dari penampang, elemen dan struktur.
Daktilitas penampang mengacu kepada deformasi plastis dari penampang yang
mempertimbangkan interaksi di antara sejumlah bagian yang menyusunnya.
Daktilitas ini memiliki keterkaitan antara besaran momen dengan curvature dan
dinyatakan sebagai rasio antara curvature ultimit terhadap curvature leleh
pertama. Pada daktilitas elemen, properti dari elemen lah yang menentukan. Nilai
daktilitas elemen akan terkait dengan besaran momen terhadap rotasi elemennya.
Daktilitas ini merupakan rasio antara rotasi ultimit terhadap rotasi leleh pertama.
Sementara itu, daktilitas struktur mempertimbangkan perilaku struktur secara
keseluruhan. Daktilitas struktur ditentukan dari bentuk hubungan gaya geser
horizontal struktur terhadap besaran perpindahan atapnya.

4. Detailing
Detailing diperlukan untuk memastikan bahwa pada saat terjadi gempa besar,
struktur akan berperilaku daktail seperti yang direncanakan, yaitu berupa
penguatan daerah kritis, antara lain :
a. Sambungan, untuk mencegah kelelehan atau fraktur.
b. Pengaku penampang, untuk mencegah tekuk pelat sayap/badan.
c. Pengaku elemen, untuk mencegah tekuk torsi lateral elemen.

Halaman 8
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

II.2 Kriteria Pembebanan Gempa

Beban gempa termasuk beban statis yang diberikan ke pondasi. Pembebanan


gempa menggunakan SNI 03 – 1726 – 2012 sebagai pedoman tata cara perencanaan
ketahanan gempa untuk struktur gedung dan non gedung. Besaran gempa yang
diterima pondasi akan ditentukan berdasarkan aturan-aturan yang telah tercantum
dalam SNI ini.

1. Gempa Rencana

Pengaruh gempa rencana harus ditinjau dalam perencanaan struktur. Berdasarkan


SNI 03 – 1726 – 2012 gempa rencana ditetapkan sebagai gempa dengan
kemungkinan terlewati besarannya selama umur struktur bangunan 50 tahun
adalah sebesar 2 persen.

2. Faktor Keutamaan dan Kategori Resiko Struktur Bangunan

Pengaruh gempa rencana harus dikalikan dengan suatu faktor yang dikenal
dengan faktor keutamaan gempa (I), yang besarnya bergantung dari fungsi
bangunan itu sendiri. Terlihat pada dibawah ini berdasarkan SNI 03 - 1726 -
2012.

Tabel II.2 Kategori Risiko Bangunan untuk Beban Gempa

Halaman 9
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Sumber : SNI 03 – 1726 – 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Gedung dan non Gedung

Halaman 10
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Tabel II.3 Faktor Keutamaan Gempa

Sumber : SNI 03 – 1726 – 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Gedung dan non Gedung

3. Klasifikasi Situs

Dalam perumusan kriteria desain seismik atau penentuan amplifikasi besaran


percepatan gempa puncak dari batuan dasar ke permukaan tanah untuk suatu
situs, maka situs tersebut harus diklasifikasikan terlebih dahulu. Profil tanah di
situs harus diklasifikasikan sesuai dengan Tabel II.4, berdasarkan profil tanah
lapisan 30 m paling atas. Penetapan kelas situs harus melalui penyelidikan tanah
di lapangan dan di laboratorium, yang dilakukan oleh otoritas yang berwewenang
atau ahli desain geoteknik bersertifikat, dengan minimal mengukur secara
independen dua dari tiga parameter tanah yang tercantum dalam Tabel II.4.

Tabel II.4 Klasifikasi Situs

Sumber : SNI 03 – 1726 – 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Gedung dan non Gedung

Halaman 11
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

4. Parameter Percepatan Terpetakan

Parameter SS (percepatan batuan dasar pada perioda pendek) dan S1 (percepatan


batuan dasar pada perioda 1 detik) harus ditetapkan masing-masing dari respons
spektral percepatan 0,2 detik dan 1 detik dalam peta gerak tanah seismik dengan
kemungkinan 2 persen terlampaui dalam 50 tahun (MCER, 2 persen dalam 50
tahun), dan dinyatakan dalam bilangan desimal terhadap percepatan gravitasi.
Bila S1 ≤ 0,04g dan SS ≤ 0,15g, maka struktur bangunan boleh dimasukkan ke
dalam kategori desain seismik A, dan cukup memenuhi persyaratan.

Gambar II.1 Peta Percepatan Batuan Dasar pada Perioda Pendek (SS) di Indonesia

Sumber : SNI 03 – 1726 – 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Gedung dan non Gedung

Halaman 12
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Gambar II.2 Peta Percepatan Batuan Dasar pada Perioda 1 detik (S1) di Indonesia

Sumber : SNI 03 – 1726 – 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Gedung dan non Gedung

5. Kelas Situs

Berdasarkan sifat-sifat tanah pada situs, maka situs harus diklasifikasi sebagai
kelas situs SA, SB, SC, SD ,SE, atau SF. Bila sifat-sifat tanah tidak teridentifikasi
secara jelas sehingga tidak bisa ditentukan kelas situs-nya, maka kelas situs SE
dapat digunakan kecuali jika pemerintah/dinas yang berwenang memiliki data
geoteknik yang dapat menentukan kelas situs SF.

6. Koefisien-Koefisien Situs

Untuk penentuan respons spektral percepatan gempa MCER di permukaan tanah,


diperlukan suatu faktor amplifikasi seismik pada perioda 0,2 detik dan perioda 1
detik. Faktor amplifikasi meliputi faktor amplifikasi getaran terkait percepatan
pada getaran perioda pendek (Fa) dan faktor amplifikasi terkait percepatan yang
mewakili getaran perioda 1 detik (Fv). Parameter spektrum respons percepatan
pada perioda pendek (SMS) dan perioda 1 detik (SM1) yang disesuaikan dengan
pengaruh klasifikasi situs, harus ditentukan dengan perumusan berikut ini:

Halaman 13
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Keterangan :

Ss : Parameter respons spektral percepatan gempa MCER tepetakan untuk


periode pendek.

S1 : Parameter respons spektral percepatan gempa MCER tepetakan untuk


periode 1 detik

Tabel II.5 Koefisien Situs Fa

Sumber : SNI 03 – 1726 – 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Gedung dan non Gedung

Tabel II.6 Koefisien Situs Fv

Sumber : SNI 03 – 1726 – 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Gedung dan non Gedung

Halaman 14
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

7. Parameter Percepatan Spektral Desain

Parameter percepatan spektral desain untuk periode pendek, SDS dan pada periode
1 detik, SD1, harus ditentukan melalui persamaan berikut ini :

8. Spektrum Respons Desain

Bila spektrum respon desain diperlukan oleh tata cara ini dan prosedur gerak
tanah dari spesifik-situs tidak digunakan, maka kurva spektrum respon desain
harus dikembangkan dengan mengacu Gambar II.16 dan mengikuti ketentuan di
bawah ini:

a. Untuk periode yang lebih kecil dari T0, spektrum respons percepatan desain
(Sa) harus diambil dari persamaan

( )

b. Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari atau
sama dengan TS, spektrum respons percepatan desain, Sa, sama dengan SDS.

c. Untuk perioda lebih besar dari TS, spektrum respons percepatan desain, Sa,
diambil berdasarkan persamaan:

Gambar II.3 Respon Spektra Desain

Halaman 15
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

9. Kategori Desain Seismik

Struktur harus ditetapkan memiliki suatu kategori desain seismik yang mengikuti
pasal ini. Struktur dengan kategori risiko I, II, atau III yang berlokasi di mana
parameter respons spektral percepatan terpetakan pada perioda 1 detik, S1, lebih
besar dari atau sama dengan 0,75 harus ditetapkan sebagai struktur dengan
kategori desain seismik E. Struktur yang berkategori risiko IV yang berlokasi di
mana parameter respons spektral percepatan terpetakan pada perioda 1 detik, S1,
lebih besar dari atau sama dengan 0.75, harus ditetapkan sebagai struktur dengan
kategori desain seismik F. Semua struktur lainnya harus ditetapkan kategori
desain seismik-nya berdasarkan kategori risikonya dan parameter respons
spektral percepatan desainnya, SDS dan SD1. Masing-masing bangunan dan
struktur harus ditetapkan ke dalam kategori desain seismik yang lebih parah,
dengan mengacu pada Tabel II.7 atau II.8, terlepas dari nilai perioda fundamental
getaran struktur, T.

Apabila S1 lebih kecil dari 0,75, kategori desain seismik diijinkan untuk
ditentukan sesuai Tabel II.6 saja, di mana berlaku semua ketentuan di bawah:

a. Pada masing-masing dua arah ortogonal, perkiraan perioda fundamental


struktur, Ta, adalah kurang dari 0.8 Ts.

b. Pada masing-masing dua arah ortogonal, perioda fundamental struktur yang


digunakan untuk menghitung simpangan antar lantai adalah kurang dari Ts;

c. Koefisien respons seismik (CS)

d. Diafragma struktural adalah kaku atau untuk diafragma yang fleksibel, jarak
antara elemen-elemen vertikal penahan gaya gempa tidak melebihi 12 m.

Halaman 16
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Tabel II.7 Kategori Desain Seismik berdasarkan Parameter Respons Percepatan pada
Periode Pendek

Sumber : SNI 03 – 1726 – 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Gedung dan non Gedung

Tabel II.8 Kategori Desain Seismik berdasarkan Parameter Respons Percepatan pada
Periode 1 detik

Sumber : SNI 03 – 1726 – 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Gedung dan non Gedung

10. Faktor Modifikasi Respons

Sistem penahan gaya seismik lateral dan vertikal dasar harus memenuhi salah
satu tipe yang telah ditetapkan pada SNI 03 - 1726 - 2012 padal 7.2. Setiap tipe
dibagi-bagi berdasarkan tipe elemen vertikal yang digunakan untuk menahan
gaya seismik lateral. Setiap sistem penahan gaya seismik yang dipilih harus
dirancang dan didetailkan sesuai dengan persyaratan khusus bagi sistem tersebut
yang telah ditetapkan.

Halaman 17
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Tabel II.9 Faktor Modifikasi Respons Sistem Rangka Pemikul Momen

Sumber : SNI 03 – 1726 – 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Gedung dan non Gedung

11. Prosedur Analisis Beban Gempa

Berdasarkan konsep SNI 1726-2012, prosedur analisis beban gempa dibagi ke


dalam tiga jenis, yaitu analisis gaya lateral ekivalen, analisis ragam spektra, dan
analisis riwayat waktu. Ketentuan prosedur analisis yang dapat digunakan
berdasarkan karakteristik struktur dan kategori desain seismiknya telah diatur
dalam SNI dan dijelaskan pada Tabel II.10 berikut ini.

Halaman 18
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Tabel II.10 Kategori Desain Seismik dan Prosedur yang Diizinkan

Sumber : SNI 03 – 1726 – 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Gedung dan non Gedung

12. Periode Fundamental Stuktur

Periode alami struktur perlu diketahui agar resonansi pada struktur dapat
dihindari. Resonansi adalah keadaan di mana frekuensi alami pada struktur sama
dengan frekuensi beban luar yang bekerja sehingga rawan terjadinya keruntuhan.
Berdasarkan SNI 03 – 1726 – 2012 pasal 5.6, periode fundamental struktur (T)
dalam arah yang ditinjau harus diperoleh dengan menggunakan properti struktur
dan karakteristik deformasi elemen panahan dalam analisis yang teruji. Periode
fundamental struktur memiliki batas minimum dan batas maksimum. Nilai batas
tersebut adalah :

a. Periode fundamental pendekatan minimum (Ta minimum)

Halaman 19
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Keterangan :

Ta minimum : Nilai batas bawah periode bangunan.

hn : Ketinggan struktur dalam meter.

Cr : Nilai yang ditentukan dari Tabel II.11

x : Nilai yang ditentukan dari Tabel II.11

Tabel II.11 Nilai Parameter Periode Pendekatan Ct dan x

Sumber : SNI 03 – 1726 – 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Gedung dan non Gedung

b. Periode fundamental pendekatan maksimum (Ta maksimum)

Nilai maksimum periode bangunan (Ta maksimum) ditentukan dengan


persamaan sebagai berikut.

Keterangan :

Ta maksimum : Nilai batas atas periode struktur

Ta minimum : Nilai batas bawah periode struktur

Cu : Nilai yang ditentukan dari tabel II.12.

Halaman 20
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Tabel II.12 Koefisien untuk Batas Atas Periode Struktur

Sumber : SNI 03 – 1726 – 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Gedung dan non Gedung

13. Pemilihan Sistem Struktur


Pada saat struktur mencapai kapasitas kekuatan dan deformasi, tambahan
kekuatan setelah melewati kekuatan elastis struktur disebut overstrength atau
kuat lebih. Kekuatan total dari sistem struktur disebut apparent strength atau
kekuatan ultimit struktur.

Gambar II.4 Faktor Kuat Lebih dan Modifikasi Respons


Sumber : FEMA 451b

Sumber-sumber adanya kuat lebih (overstrength) :

a. Kelelehan yang terjadi pada daerah kritis


b. Kuat lebih material (kekuatan aktual dari material bisa saja berbeda dengan
batas kekuatan material yang dikeluarkan oleh pabrik)

Halaman 21
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

c. Adanya faktor strain-hardening


d. Adanya faktor-faktor reduksi kapasitas (φ)
e. Pemilihan elemen-elemen struktur

Besarnya perpindahan dari sistem yang diberikan kekakuan awal adalah


berdasarkan kekuatan leleh sistem itu sendiri. Sistem yang diberikan daktilitas
minimum memiliki kekuatan maksimum yang diperlukan sebesar kekuatan
elastis sistem struktur dibagi dengan daktilitas struktur. Hal ini berhubungan
dengan kekuatan ultimit struktur (apparent strength), bukan kekuatan elastis
struktur (design strength). Oleh karena itu, apparent strength adalah elastic
strength demand/daktilitas struktur. Daktilitas struktur disebut sebagai faktor
reduksi daktilitas dan dinyatakan dengan simbol Rd.
Faktor modifikasi respon, R, digunakan untuk mengurangi kebutuhan kekuatan
elastis untuk tingkat design strength. Berdasarkan teori equal displacement,
besarnya kebutuhan perpindahan inelastis sama besar dengan kebutuhan
perpindahan elastis. Untuk tujuan perencanaan, kekuatan desain yang dikurangi
(reduced design strength) diterapkan pada struktur untuk menentukan kekuatan
dari elemen-elemen strukturnya. Pada Tabel II.13 berikut dijelaskan pemilihan
koefisien modifikasi respons, faktor kuat lebih sistem serta faktor pembesaran
defleksi.

Tabel II.13 Koefisien Modifikasi Respons, Faktor Kuat Lebih, Faktor


Pembesaran Defleksi

Sumber : SNI 03 – 1726 – 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Gedung dan non Gedung

Halaman 22
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

II.3 Pembebanan Gempa dengan Analisis Statik Ekivalen

Berdasarkan tabel SNI di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis gaya lateral
ekivalen umumnya digunakan untuk struktur gedung/struktur yang tidak lebih dari 10
tingkat atau 40 m, memiliki keberaturan struktur horizontal maupun struktur vertikal,
serta periode getar struktur yang kurang dari 3,5 Ts. Analisis beban gempa statik
ekivalen yaitu suatu cara analisis statik tiga dimensi linier dengan meninjau beban
gempa dari pembagian gaya geser tingkat maksimum dinamik sepanjang tinggi
struktur bangunan gedung. Beban gempa statik ekivalen merupakan penyederhanaan
dari beban gempa dinamik, yaitu berupa gaya horizontal F yang bekerja pada pusat
masa bangunan dan bersifat statik. Perhitungannya hanya memperhatikan kontribusi
dari mode ke-1 saja.
Berdasarkan SNI 03-1726-2012, gaya geser dasar seismik (V) dalam arah yang
ditetapkan harus ditentukan sesuai dengan persamaan berikut ini.

Keterangan :

Wt : Berat total struktur

Cs : koefisien respon seismik, dimana persamaannya sebagai berikut.

( ⁄)

Nilai tidak boleh melebihi persamaan berikut.

( ⁄)

Nilai juga tidak boleh kurang dari

Keterangan :

SDS : Parameter percepatan spektrum respon desain dalam periode pendek.

SD1 : Parameter percepatan spektrum respon desain dalam periode 1 detik.

R : Faktor modifikasi respons

I : Faktor keutamaan gempa

T : Periode fundamental struktur (detik)

Halaman 23
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

II.4 Kombinasi Pembebanan

Kombinasi beban untuk metode ultimate struktur, komponen-komponen struktur,


dan elemen-elemen fondasi harus dirancang sedemikian hingga kuat rencananya
sama atau melebihi pengaruh beban-beban terfaktor.
Berdasarkan SNI 1726-2012 pasal 7.4, faktor-faktor beban mati nominal, beban
hidup nominal, dan beban gempa nominal sama seperti pada SNI 03-1726-2002.
Akan tetapi, pada kombinasi yang terdapat beban gempa di dalam persamaan harus
didesain berdasarkan pengaruh beban seismik yang ditentukan seperti berikut ini.
Untuk penggunaan dalam kombinasi beban (3) dan (4), E harus didefinisikan
sebagai :

Untuk penggunaan dalam kombinasi beban (5) dan (6), E harus didefinisikan
sebagai :

Keterangan :

E : Pengaruh beban seismik

Eh : Pengaruh beban seismik horizontal

Ev : Pengaruh beban seismik vertikal

Eh adalah pengaruh gaya seismik horizontal. Pengaruh beban seismic Eh harus


ditentukan dengan rumus berikut ini.

Keterangan :

Q : Pengaruh beban seismik

Eh : Pengaruh beban seismik horizontal

Ev : Pengaruh beban seismik vertikal

Halaman 24
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Ev adalah pengaruh gaya seismik vertikal. Pengaruh beban seismik Ev harus


ditentukan dengan rumus berikut ini.

Keterangan :

SDS : Parameter percepatan spektrum seismik pada periode pendek

DL : Pembebanan berat sendiri dan beban mati tambahan

Sehingga berdasarkan SNI 03 – 1726 – 2012 pasal 7.4, faktor-faktor dan


kombinasi beban untuk beban mati nominal, beban hidup nominal, dan beban gempa
nominal :

1. 1,4 DL

2. 1,2 DL + 1,6 LL

3. 1,2 DL + 1 LL + 0,3 (ρ QE + 0,2 SDS DL) + 1 (ρ QE + 0,2 SDS DL)

4. 1,2 DL + 1 LL + 1 (ρ QE + 0,2 SDS DL) + 0,3 (ρ QE + 0,2 SDS DL)

5. 0,9 DL + 0,3 (ρ QE - 0,2 SDS DL) + 1 (ρ QE - 0,2 SDS DL)

6. 0,9 DL + 1 (ρ QE - 0,2 SDS DL) + 0,3 (ρ QE - 0,2 SDS DL)

Faktor redudansi (⍴) harus dikenakan pada sistem penahan gaya seismik masing-
masing dalam kedua arah orthogonal untuk semua struktur.
Kondisi dimana nilai ⍴ diizinkan 1 sebagai berikut :

1. Struktur dirancang untuk kategori desain seismik B atau C.


2. Perhitungan simpangan antarlantai dan pengaruh P-delta; desain komponen
nonstruktural.
3. Desain struktur nongedung yang tidak mirip dengan bangunan gedung
4. Desain elemen kolektor, sambungan lewatan, dan sambungannya dimana
kombinasi beban dengan faktor kuat-lebih berdasarkan pasal 7.4.3 pada SNI
03 – 1726 – 2012 yang digunakan.
5. Desain elemen struktur atau sambungan dimana kombinasi beban dengan
faktor kuat-lebih berdasarkan pasal 7.4.3 disyaratkan untuk desain.

Untuk struktur yang dirancang bagi kategori desain seismik D, E, dan F faktor
redudansi (⍴) harus sama dengan 1.3; kecuali jika satu dari dua kondisi berikut
dipenuhi di mana ⍴ diizinkan diambil sebesar 1 dengan syarat sebagai berikut:

Halaman 25
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

1. Struktur dengan denah beraturan di semua tingkat dengan sistem penahan


gaya seismik terdiri dari paling sedikit dua bentang perimeter penahan gaya
seismik yang merangka pada masing-masing sisi struktur dalam masing-
masing arah ortogonal di setiap tingkat yang menahan lebih dari 35% geser
dasar. Jumlah bentang untuk dinding geser harus dihitung sebagai panjang
dinding geser dibagi dengan tinggi tingkat atau dua kali panjang dinding
geser dibagi dengan tinggi tingkat untuk konstruksi rangka ringan.
2. Masing-masing tingkat yang menahan lebih dari 35% geser dasar dalam arah
yang ditinjau sesuai dengan Tabel II.14 berikut.

Tabel II.14 Persyaratan Masing-Masing Tingkat yang Menahan Lebih dari 35%
Gaya Geser Dasar

Sumber : SNI 03 – 1726 – 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Gedung dan non Gedung

Halaman 26
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

II.5 Simpangan Antar Lantai

Penentuan simpangan antar lantai tingkat disain (Δ) harus dihitung sebagai
perbedaan defleksi pada pusat massa di tingkat teratas dan terbawah yang ditinjau.
Apabila pusat massa tidak terletak segaris dalam arah vertikal, diijinkan untuk
menghitung defleksi di dasar tingkat berdasarkan proyeksi vertikal dari pusat massa
tingkat di atasnya. Jika disain tegangan ijin digunakan, Δ harus dihitung
menggunakan gaya seismik tingkat kekuatan tanpa reduksi untuk disain teganagan
ijin.
Defleksi pusat massa di tingkat x (δx) (in atau mm) harus ditentukan sesuai
dengan persamaan berikut :

Keterangan :

Cd : Faktor Pembesaran defleksi

δxe : Defleksi pada lokasi yang ditentukan dengan analisis elastis

Ie : Faktor keutamaan bangunan

Simpangan antar lantai tingkat disain (Δ) tidak boleh melebihi simpangan antar
lantai tingkat ijin (Δa) yang didapatkan menurut Tabel II.15 berikut untuk setiap
lantai.

Tabel II.15 Simpangan Antarlantai Izin

Sumber : SNI 03 – 1726 – 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Gedung dan non Gedung

Halaman 27
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

II.6 Pengaruh P-Delta

Pengaruh P-delta pada geser dan momen tingkat,gaya dan momen elemen
struktur yang dihasilkan, dan simpangan antar lantai tingkat yang timbul oleh
pengaruh ini tidak disyaratkan untuk diperhitungkan bila koefisien stabilitas (θ)
seperti ditentukan oleh persamaan berikut sama dengan atau kurang dari 0,10 :

Keterangan :

Px : Beban desain total pada tingkat x

Δ : Simpangan antar lantai desain

Ie : Faktor keutamaan bangunan

Vx : Gaya geser seismik yang bekerja anatara tingkat x dan x-1

hsx : Tinggi tingkat di bawah tingkat x

Cd : Faktor pembesaran defleksi

Koefisien stabilitas (θ) harus tidak melebihi θmax yang ditentukan sebagai
berikut :

Dimana β adalah rasio kebutuhan geser terhadap kapasitas geser untuk tingkat
antara tingkat x dan x-1. Rasio ini diijinkan secara konservatif diambil sebesar 1,0.
Jika koefisien stabilitas (θ) lebih besar dari 0,10 tetapi kurang dari atau sama
dengan faktor peningkatan terkait dengan pengaruh P-delta pada perpindahan dan
gaya elemen struktur harus ditentukan dengan analisis rasional. Sebagai alternatif
diijinkan untuk mengalikan perpindahan dan gaya elemen struktur dengan 1/(1-θ).
Jika θ lebih besar dari θmax struktur berpotensi tidak stabil dan harus didisain ulang.

Halaman 28
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

II.7 Perencanaan Elemen Struktur Baja

Konsep perencanaan elemen struktur baja ini mengacu pada aturan RSNI 03 –
1729 – 201x, “Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung” dan
AISC 360 – 10, “Spesification for Structural Steel Buildings”. Perencanaan elemen
struktur baja ini meliputi stabilitas, aksial tarik, aksial tekan, lentur, geser serta
kombinasi dari gaya-gaya tersebut.

II.7.1 Konsep Perencanaan Struktur Baja

Di dalam perencanaan elemen struktur baja tahan gempa ini ada dua metode yang
lazim digunakan, yaitu :

1. Metode Tegangan Izin


Beban kerja sesuai dengan peraturan pembebanan yang berlaku dan menghitung
besarnya tegangan yang diakibatkan oleh pembebanan tersebut. Menurut metode
ASD, besar tegangan pada komponen struktur akibat beban kerja tidak boleh
melebihi tegangan ijin bahan komponen struktur tersebut. Nilai tegangan ijin
ditentukan lebih rendah daripada tegangan leleh bahan, dengan memperhitungkan
Faktor Keamanan (Safety Factor), sebagai berikut.

Keterangan :
Rn : Kuat nominal struktur
Qi : Beban yang bekerja pada struktur
SF : Faktor keamanan struktur
Dalam metode ASD, faktor kelebihan beban dan berkurangnya kekuatan,
ditentukan secara menyeluruh, tanpa memperhitungkan tingkat kemungkinan
terjadinya.
2. Metode Load Resistance Factor Design (LRFD)
Metode LRFD ini didasari oleh konsep keadaan batas, dimana perencana
menghitung beban yang menyebabkan suatu struktur berhenti memenuhi
fungsinya.
Ada dua kategori yang diperhitungkan sebagai keadaan batas struktur, yaitu
keadaan batas kekuatan (strength limit states) dan keadaan batas mampu layan
(serviceability limit states). Berbeda dengan metode ASD, metode LRFD
memberikan faktor keamanan parsial untuk masing-masing kondisi dengan nilai

Halaman 29
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

yang berbeda sesuai dengan kemungkinan terjadinya. Metode LRFD secara


umum memperhitungkan faktor kombinasi beban dan faktor reduksi kekuatan
material struktur.
Secara sederhana, metode LRFD ini dapat dinyatakan dalam persamaan:

Keterangan :
φ : Faktor reduksi penampang
Rn : Kapasitas penampang dari elemen struktur
Ru : Beban ultimit dari kombinasi pembebanan maksimum
Dalam tugas besar ini, metode yang digunakan adalah metode LRFD.

II.7.2 Perencanaan Stabilitas

Salah satu parameter yang harus dipenuhi dalam perencanaan struktur baja yang
baik adalah adanya stabilitas yang cukup. Stabilitas yang perlu diperhatikan adalah
stabilitas penampang dan stabilitas elemen struktur. Dengan adanya stabilitas yang
baik, diharapkan baja tidak mengalami tekuk sehingga bisa memberikan performa
yang baik bagi keseluruhan struktur.
1. Stabilitas penampang (untuk profil IWF)
Pengecekkan sayap :

Pengecekkan badan :

2. Seismically Compact
AISC 341-10 menambahkan adanya tambahan persyaratan stabilitas sehingga
bersifat lebih ketat dibandingan struktur baja tidak tahan gempa. Penampang
yang dirancang harus memenuhi persyaratan seismically compact. Kategori
seismically compact terbagi menjadi dua, yaitu high ductility dan moderate
ductility. Tiap komponen struktur memiliki persyaratan daktilitas yang berbeda-
beda.

Halaman 30
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

3. Stabilitas Elemen
Persyaratan stabilitas elemen yang harus dipenuhi adalah :

Dalam AISC 360-10, metode analisis yang disaranan untuk digunakan adalah
Direct Analysis Method. Metode ini merupakan suatu metode analisis yang telah
memperhitungkan beberapa hal dalam pemakaian struktur baja yaitu :

1. Deformasi yang terjadi akibat lentur, geser dan aksial


2. Second order effects, yaitu efek P-Δ dan P-δ
3. Ketidaksempurnaan geometri struktur
4. Reduksi kekakuan akibat sifat inelastik struktur

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis ini
adalah adanya reduksi pada kekakuan struktur hingga mencapai 80%. Besaran
kekakuan struktur perlu direduksi karena isu stabilitas yang muncul akibat beban
gempa yang mengenai struktur. Selain itu diperlukan adanya beban tambahan yaitu
notional load untuk merepresentasikan ketidaksempurnaan geometri struktur.
AISC 360-10 mensyaratkan bahwa besaran notional load yang harus diterapkan
adalah sebagai berikut.

Keterangan :

Ni : Notional load pada lantai i

α : 1 (untuk metode LRFD)

Yi : beban gravitasi yang ada pada lantai i

II.7.3 Perencanaan Aksial Tarik

Dalam menentukan tahanan nominal dari suatu elemen tarik, harus diperiksa
terhadap tiga macam kondisi keruntuhan yang menentukan, yaitu :

1. Leleh dari luas penampang kotor, di daerah yang jauh dari sambungan
2. Fraktur dari luas penampang efektif, pada daerah sambungan
3. Geser blok, pada sambungan

Halaman 31
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Menurut SNI 03-1729-2002 Pasal 10.1 dinyatakan bahwa komponen struktur


yang memikul gaya tarik aksial terfaktor sebesar , maka harus memenuhi:

Perhitungan nilai 𝑇𝑛 berbeda-beda untuk masing-masing tipe keruntuhan.


Berikut ini penjelasan mengenai ketiga tipe keruntuhan tersebut.

1. Kondisi leleh dari luas penampang kotor


Jika kondisi leleh yang menentukan keruntuhan, maka tahanan nominal Tn
memenuhi persamaan :

Keterangan :
Ag : Luas penampang kotor (mm2)
fy : Kuat leleh material (MPa)

2. Kondisi fraktur dari luas penampang efektif


Untuk elemen tarik yang memiliki lubang, misalnya sebagai penempatan
baut, luas penampang elemen berkurang, dan disebut luas neto (An). Lubang
pada penampang menimbulkan konsentrasi tegangan akibat beban kerja.
Tegangan yang terkonsentrasi di sekitar lubang tersebut dapat menimbulkan
fraktur pada sambungan.
Jika kondisi fraktur yang menentukan keruntuhan, maka tahanan nominal 𝑇𝑛
memenuhi persamaan :

Keterangan :
fu : Tegangan tarik putus (MPa)
Ae : Luas penampang efektif = U An
An : Luas penampang netto (mm2)
U : Koefisien reduksi, ⁄

3. Geser Blok
Tahanan komponen tarik pada elemen yang berupa pelat tipis dan
disambungkan dengan alat pengencang terkadang juga ditentukan oleh
kondisi batas sobek, yang sering disebut geser blok. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa keruntuhan geser blok merupakan penjumlahan tarik
leleh (atau tarik fraktur) pada satu irisan dengan geser fraktur(atau geser
leleh) pada irisan lainnya yang saling tegak lurus.

Halaman 32
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

II.7.4 Perencanaan Aksial Tekan


Dalam mendesain komponen struktur tekan, syarat kestabilan struktur harus
sangat diperhatikan karena komponen-komponen tekan yang langsing memiliki
resiko yang besar terhadap tekuk. Penampang baja yang terlalu langsing dapat
menyebabkan masalah berupa bahaya tekuk. Jika penampang melintang suatu
komponen struktur tekan cukup tipis, kemungkinan tekuk akan terjadi. Tekuk yang
terjadi hanya pada sebagian atau bagian tertentu saja dari suatu elemen tekan (sayap
saja atau badan saja) disebut tekuk lokal. Sementara tekuk yang terjadi pada
keseluruhan suatu elemen tekan memiliki tiga macam potensi tekuk yang mungkin
terjadi, yaitu tekuk lentur, tekuk torsi, dan tekuk lentur torsi. Berikut ini rincian dari
masing-masing masalah tekuk tersebut.
1. Tekuk Lentur
Kekuatan komponen struktur yang memikul beban aksial tekan murni biasanya
ditentukan oleh tekuk lentur. Tekuk lentur mengakibatkan defleksi terhadap
sumbu lemah penampang. Semua komponen tekan suatu struktur dapat
mengalami kegagalan akibat tekuk lentur. Berdasarkan ANSI/AISC 360-10,
nilai kuat tekan nominal untuk penampang non-langsing ditentukan sebagai
berikut:

dimana Fcr adalah tegangan tekuk lentur yang ditentukan sebagai berikut :

a. Jika √ atau , maka

[ ]

b. Jika √ atau , maka

Dengan Fe adalah tegangan tekuk elastik kritis yang ditentukan dengan


persamaan berikut ini :

( )

Halaman 33
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

2. Tekuk Torsi dan Tekuk Lentur Torsi


Tekuk lentur torsi terjadi akibat kombinasi dari tekuk lentur dan tekuk torsi, di
mana batang akan terlentur dan terpuntir secara bersamaan. Masalah tekuk ini
dapat terjadi pada penampang-penampang dengan satu sumbu simetri saja
seperti profil kanal, T, siku ganda, dan siku sama kaki. Tekuk ini juga dapat
terjadi pada penampang tanpa sumbu simetri seperti profil siku tunggal tak sama
kaki dan profil Z.
Menurut SNI baja, suatu komponen struktur yang mengalami gaya tekan
konsentris akibat beban terfaktor Nu harus memenuhi :

* +
( )

( )

Keterangan :
E : Modulus elastisitas baja (MPa)
G : Modulus geser baja (MPa)
ho : Jarak dari pusat flens atas ke pusat flens bawah (mm)
Cw : Warping constant (mm5)

II.7.5 Perencanaan Elemen Lentur


Suatu elemen struktur yang memikul lentur murni terfaktor, harus didesain
sedemikian rupa sehingga memenuhi persamaan berikut :

Keterangan :
Mu : Momen lentur terfaktor, Nmm
φ : Faktor reduksi (0,9)
Mn : Kuat nominal momen lentur elemen, Nmm

Berikut ini adalah kondisi-kondisi perhitungan momen lentur, yang didasarkan


atas panjang tak terkekang.

Halaman 34
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

1. Kondisi Batas Leleh Momen Plastis


Kuat lentur nominal berdasarkan kondisi batas leleh momen plastis dihitung
dengan persamaan berikut.

Keterangan :
Fy : Tegangan leleh minimum spesifikasi
Zx : Modulus penampang plastis

2. Kondisi Batas Tekuk Lateral Torsi


Kondisi batas tekuk lateral torsi tidak berlaku apabila panjang komponen tak
terkekang (Lb) tidak kurang dari panjang tekuk plastis (Lp). Berikut adalah
perhitungan kuat lentur nominal berdasarkan klasifikasi panjang bentang
komponen.
a. Apabila Lb ≤ Lp

b. Apabila Lp ≤ Lb ≤ Lr

[ ( )( )]

c. Apabila Lb > Lr

√ ( )
( ⁄ )

Dengan :

√ ⁄

√ √ √ ( )

Halaman 35
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

II.7.6 Perencanaan Geser


Kuat geser nominal elemen struktur baja dapat ditentukan berdasarkan persamaan
di bawah ini.

Keterangan :
Aw : Luasan pelat badan
Cv : Koefisien yang berpengaruh terhadap kelangsingan struktur

Nilai Cv dapat diambil berdasarkan nilai kelangsingan dari profil dengan


persamaan sebagai berikut

1. Jika √ maka Cv = 1


2. Jika √ √ maka

3. Jika √ maka
( ⁄ )

II.8 Sistem Rangka Pemikul Momen

Sistem struktur Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM) memberikan ruang


yang luas pada suatu bangunan. Oleh karena itu, SRPM memiliki keuntungan yaitu
lebih baik dan lebih mudah dalam perencanaan arsitektural dan banyak digunakan
untuk struktur gedung yang memerlukan ruang yang luas. Pada struktur SRPM,
elemen balok dan kolom dihubungan dengan sistem sambungan yang dapat menahan
momen (momen resisting connection), sehingga struktur akan mampu menahan gaya
lateral oleh lentur dan geser dari balok dan kolom. Dengan rentang balok yang cukup
lebar (tanpa pengaku), sistem SRPM memberikan deformasi yang cukup besar
sehingga sistem ini memiliki daktilitas yang cukup besar dibanding dengan jenis
portal baja tahan gempa lainnya. Walaupun demikian, dengan deformasi yang besar,
sistem SRPM memiliki kekakuan yang rendah jika dibandingkan dengan portal baja
tahan gempa lainnya.

Untuk mendapatkan perilaku daktail SRPM harus direncanakan mengikuti


ketentuan sebagai berikut :

1. Menentukan elemen frame yang akan leleh jika diberikan pembebanan


gempa (memilih lokasi sendi plastis).

Halaman 36
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

2. Mendetailkan daerah sendi plastis yang akan menerima rotasi inelastik yang
besar terlebih dahulu yang menyebabkan fraktur dan instabilitas.
3. Mendesain elemen lain lebih kuat dibandingkan dengan daerah yang
direncanakan terjadi sendi plastis.

Daerah yang mungkin terjadi sendi plastis pada daerah panel berupa kelelehan
geser, balok berupa leleh lentur dan kolom berupa leleh aksial dan lentur seperti yang
ditunjukkan oleh gambar II.4 berikut :

Gambar II.5 Kemungkinan Lokasi Sendi Plastis

Sumber : Diktat Kuliah SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Beberapa mekanisme keruntuhan yang mungkin terjadi akibat pembebanan


lateral pada sistem rangka pemikul momen antara lain: pembentukan sendi plastis
pada balok, pembentukan sendi plastis pada daerah panel, dan pembentukan sendi
plastis pada daerah kolom (potensial terjadi soft-story).

Gambar II.6 Respons Inelastik Sistem Rangka Pemikul Momen

Sumber : Diktat Kuliah SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Halaman 37
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Berdasarkan daktilitasnya, struktur baja SRPM dibagi dalam 3 kategori, yaitu


Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK), Sistem Rangka Pemikul Momen
Menengah (SRPMM), dan Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB).
SRPMK didesain untuk memiliki daktilitas yang lebih tinggi dan dapat berdeformasi
inelastik pada saat gempa terjadi. Deformasi inelastik dapat menyebabkan damping
dan mengurangi kekakuan struktur (stiffness) dari struktur.
Gempa Northridge pada tahun 1994 menunjukkan bahwa material baja tidak
serta-merta membuat struktur menjadi daktail. Untuk menjamin struktur bersifat
daktail, maka selain daktilitas material (baja) maka hal lain yang tidak dapat
diabaikan adalah menjamin sambungan agar tidak gagal pada saat terjadi gempa.
Kegagalan struktur SRPM pada Gempa Northridge 1994 diakibatkan oleh kegagalan
pada sambungannya. Tipikal sambungan yang digunakan pada struktur SRPM antara
tahun 1970an hingga 1994 adalah “welded flange-bolted web moment connection”.
Sebelum Gempa Notrhridge, beberapa studi eksperimental telah dilakukan untuk
mengetahui perilaku dan kekuatan sambungan struktur rangka baja. Salah satu studi
awal dilakukan di UC Berkeley pada tahun 1970. Spesimen balok yang digunakan
adalah W18x50 dan W24x76.
Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan tipe sambungan “all-welded
connection” dengan “welded flange-bolted web connection”. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa: daktilitas besar didapat untuk semua specimen “all welded
connection” dan specimen “welded flange-bolted web connection” memiliki daktilitas
yang lebih rendah, tetapi dianggap masih dapat diterima.
Studi lanjutan “welded flange-bolted web connection” dilakukan oleh UC
Berkeley, UT Austin, dan lain-lain. Dimaksudkan untuk meninjau kembali perilaku
“welded flange-bolted web connection”. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
spesimen “welded flange-bolted web connection” menunjukkan kinerja yang sangat
bervariasi, model keruntuhan adalah fraktur di bagian bawah flange balok dan
sejumlah besar specimen yang diuji tidak memiliki daktilitas balok yang memadai
sebelum kegagalan terjadi pada sambungan.

Halaman 38
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Gambar II.6 berikut ini menunjukkan tipikal kerusakan sambungan yang terjadi
akibat pembebanan gempa:

Gambar II.7 Tipe-Tipe Kerusakan Sambungan akibat Gaya Seismik

Sumber : Diktat Kuliah SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa kerusakan moment


connection yang terjadi akibat gempa Northridge disebabkan oleh beberapa faktor
sebagai berikut:

1. Faktor Las

Kinerja kekerasan las baja yang umum digunakan (elektroda E70T-4 diameter
0.120”) sebelum gempa Northridge menjadi salah satu penyebab kerusakan
moment connection. Selain itu adanya cacat pengelasan terutama pada daerah di
sekitar lubang akses dan pengaruh dari celah yang terjadi pada backing bar dan
weld tabs juga mengakibatkan buruknya kinerja sambungan tersebut.

2. Faktor Desain

Tidak meratanya transfer momen, menyebabkan overstress pada bagian sayap


(flange) balok. Sehingga semua gaya disalurkan pada sambungan las.

3. Faktor Material

Overstrength pada material baja A36.

Halaman 39
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Beberapa hal yang dilakukan untuk mengembangkan kekuatan moment


connection pasca Northridge adalah:

1. Pengembangan Las
Meningkatkan kekerasan las baja, menghilangkan backup bar dan weld tabs serta
menggunakan las fillet untuk menghinfari sudut-sudut tajam.

2. Pengembang Desain
- Memperkuat sambungan: menggunakan cover plate, ribs, haunches dan side
plat.
- Memperlemah bagian balok yang berada dimuka sambungan: menggunakan
reduce beam section (RBS)/dogbone connection.
- Memperkuat sambungan dengan tambahan baut dan plat atau sambungan
baut.

3. Material
Memperkenalkan “expected yield stress” pada peraturan seperti yang telah
dijelaskan pada bab II.1.

Gambar II.8 Baut (a) Tidak kaku (BUEEP) dan (b) kaku (BSEEP) koneksi
extended end plate

Gambar II.9 (a) Baut koneksi flange plate (BEP), dan (b) koneksi reduced beam
section (RBS)

Halaman 40
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Pada struktur Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus, perilaku inelastik


diakomodir melalui pembentukan sendi plastis pada pertemuan balok-kolom dan
dasar kolom. Sendi plastis terbentuk melalui kelelehan lentur pada balok dan kolom
serta kelelehan geser pada panel zone. Deformasi plastis cyclic yang besar pada baja
mengakibatkan terjadinya tekuk lokal pada penampang.

Gambar II.10 Tekuk Lokal pada Penampang Akibat Rotasi Inelastis

Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus direncanakan dapat menahan deformasi


inelastis signifikan ketika dibebani gaya gempa rencana. Syarat sambungan balok
kolom untuk SRMPK direncanakan memenuhi ketentuan sebagai berikut :

1. Sambungan mampu menahan simpangan antar lantai sekurang-kurangnya


0.04 radian.
2. Tahanan momen sambungan di muka kolom sekurang-kurangnya 0.80 Mp
dari balok sambungan dimana sudut simpangan antar lantainya 0.04 radian.
3. Kuat geser sambungan ditentukan menggunakan efek beban gempa berikut:

[ ]

II.8.1 Persyaratan Sistem Rangka Pemikul Momen

Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus didesain mampu mengalami deformasi


inelastik yang cukup besar akibat gempa rencana, melalui kelelehan balok pada
rangkanya dan kelelehan pada ujung dasar kolom. Kolom SRPMK didesain lebih
kuat daripada balok yang leleh dan mencapai strain-hardening. Selain itu, desain
sambungan balok ke kolom harus didasarkan pada hasil uji sambungan.

Halaman 41
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Desain Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus harus menggunakan desain


kapasitas yang dimana harus memenuhi persyaratan Strong Colomn Weak Beam
sesuai dengan persamaan berikut :

Keterangan :
ΣMc : Jumlah momen kolom di bawah dan diatas sambungan. ΣMc
ditentukan dengan menjumlahkan proyeksi kuat lentur nominal kolom,
di atas dan di bawah sambungan pada as balok, dengan reduksi akibat
gaya aksial tekan kolom dapat diambil sebesar :

( )

ΣMb : Jumlah momen balok pada pertemuan as balok dan as kolom.

Ketentuan tersebut tidak berlaku untuk kasus berikut :

1. Kolom dengan nilai gaya aksial perlu, Pu < 0,3AgFy. (Untuk kolom bangunan
1 lantai atau kolom atap pada bangunan bertingkat.
2. Kolom dengan nilai overstrenght 2 kali lebih besar daripada nilai
overstrength kolom lantai di atasnya.

II.8.2 Sambungan Balok Kolom

Persyaratan untuk sambungan balok kolom pada special moment frame adalah
sebagai berikut :

1. Disain sambungan harus didasarkan pada uji siklik yang memadai terhadap
specimen full scale atau near full scale.
2. Uji spesimen harus memberikan kapasitas rotasi plastis minimum sebesar
0.03 radian untuk satu siklus tanpa terjadi pengurangan kekuatan hingga
20%.

II.8.3 Daerah Panel

Kuat geser rencana panel ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :

* +

Halaman 42
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Keterangan :

tp : tebal total daerah panel, termasuk pelat pengganda

dc : tinggi keseluruhan penampang kolom

bcf : lebar sayap kolom

tcf : ketebalan dari sayap kolom

db : tinggi bruto penampang balok

fy : tegangan leleh bahan baja pada daerah panel

Syarat kekuatan daerah panel adalah :

Dimana Vu tidak perlu melebihi gaya geser yang ditetapkan berdasarkan ∑

II.9 Sistem Rangka Bracing Konsentrik Khusus

Struktur Sistem Rangka Bracing Konsentrik Khusus merupakan sistem struktur


untuk menahan beban lateral dengan kekakuan struktur yang tinggi. Kekakuan yang
tinggi pada struktur ini dihasilkan oleh elemen bresing diagonal yang berfungsi untuk
menahan beban lateral pada struktur. Pada sistem struktur ini, elemen bresing
diharapkan mampu berdeformasi inelastik yang besar tanpa terjadi kehilangan yang
signifikan pada kekuatan dan kekakuan struktur.
Terdapat bebarapa konfigurasi bracing dalam sistem struktur SRBKK. Macam-
macam konfigurasi bracing sistem struktur SRBKK adalah sebagai berikut :

1. Konfigurasi Single Diagonal


2. Konfigurasi Inverted-V Bracing
3. Konfigurasi V-Bracing
4. Konfigurasi X-Bracing
5. Konfigurasi Two Story X-Bracing.

Halaman 43
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Gambar II.11 Macam-macam Konfigurasi Bracing dalam Sistem Struktur SRBKK

Perilaku system struktur SRBKK akibat gaya seismic dapat ditunjukkan dalam
gambar II.12 berikut :

Gambar II.12 Perilaku Sistem Struktur SRBKK terhadap Gaya Gempa

Halaman 44
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

II.9.1 Perencanaan Perilaku Daktail SRBKK

Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengembangkan perilaku daktail dari
sistem struktur SRBKK adalah melalui pendekatan sebagai berikut :

1. Desain rangka sehingga perilaku inelastik dibatasi pada bresing


- Bresing merupakan elemen yang menyatu dengan rangka.
- Bresing merupakan elemen yang paling lemah. Semua elemen rangka yang
lain (balok, kolom, dan sambungan) lebih kuat dibandingkan dengan bresing.

Batang bresing dipilih memiliki kapasitas disipasi energi dan ketahanan fraktur
yang baik (batas kL/r dan b/t).

2. Sambungan bresing direncanakan untuk menahan gaya dan deformasi maksimum


dari bresing selama pembebanan.
3. Merencanakan balok dan kolom terhadap gaya maksimum yang diteruskan oleh
bresing.

II.9.2 Pengembangan Daktilitas Sistem Struktur SRBKK

Pengembangan gaya maksimum bresing mengikuti aturan AISC 341-10 “Seismic


Provision for Structural Steel Buildings” dan 360-10 “Spesification for Structural
Steel Buildings”.

1. Bresing akibat gaya aksial tarik


Untuk perencanaan bresing yang menerima gaya aksial tarik diambil nilai sebagai
berikut :

2. Bresing akibat gaya aksial tekan


Untuk desain diambil gaya maksimum sebagai berikut.

Sedangkan untuk P residual karena tekuk, diambil 0,3 Pn


3. Bresing akibat momen lentur
- Untuk bresing dengan ujung terjepit: sendi plastis lentur terjadi di tengah
bentang dan ujung bresing. Bresing menerima momen lentur di daerah
sambungan dan tengah bentang.
Untuk perencanaan dimbil momen nominal maksimum sebagai berikut.
max bresing

Halaman 45
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

- Untuk bresing dengan ujung sendi: sendi plastis lentur terjadi hanya di tengah
bentang. Bresing tidak menerima momen di sambungan dan tengah bentang.
4. Gaya maksimum pada balok dan kolom

Gaya aksial maksimum yang diteruskan dari bresing ke kolom dan balok
ditentukan sebagai berikut.

- Bresing tarik, ambil


- Bresing tekan, ambil atau

II.10 Evaluasi Kinerja Struktur dengan Analisis Non-linier

Dalam analisis kinerja struktur dalam kondisi ultimitnya, ada dua analisis yang
sering digunakan, yaitu analisis beban dorong (pushover analysis) dan analisis non-
linier riwayat waktu (non-linier time history analysis).

II.9.1 Analisis Beban Dorong (Pushover)

Pushover analysis merupakan suatu metode analisis struktur dimana bangunan


diasumsikan didorong ke arah lateral sejauh X m secara kontinyu hingga bangunan
mengalami kondisi kritis. Beberapa parameter yang digunakan adalah Base Shear (V)
dan displacement (D), dimana beban gempa yang diaplikasikan merupakan gempa
kuat (tanpa faktor reduksi R). Konsep ini digunakan untuk menciptakan struktur
mengalami kelelehan pada sekring saja. Apabila elemen struktur selain sekring
mengalami kelelehan terlebih dahulu, dapat dipastikan bahwa struktur akan runtuh.
Melalui pushover analysis, dapat diperoleh nilai R sebenarnya pada struktur
bangunan.

Untuk mengetahui performa/kinerja bangunan, perilaku inelastik struktur harus


dicek terlebih dahulu. Ada dua macam analisis yang bisa dilakukan untuk mengetahui
perilaku inelastik bangunan:

1. Analisis nonlinear beban dorong statik


2. Analisis nonlinear respon dinamik

Tabel berikut ini adalah gambaran untuk analisis nonlinear beban dorong
(pushover) statik.

Halaman 46
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Tabel II.16 Proses Pembentukan Sendi Plastis pada Analisis Beban Dorong

Halaman 47
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Sumber : FEMA 451b

II.9.2 Analisis Non-linier Riwayat Waktu (Non-linier Time History Analysis)

Analisa riwayat waktu digunakan untuk menganalisa respons dinamik struktur


yang menerima beban yang berubah-ubah terhadap waktu. Analisa non-linier riwayat
waktu biasanya digunakan untuk memahami bagaimana sifat suatu struktur setelah
melewati batas elastisnya dan sampai seberapa kuat struktur tersebut dapat bertahan.
Nilai rasio perbandingan titik hancur struktur dengan titik pertama kali struktur
mengalami kelelehan disebut dengan daktilitas. Untuk itu, metode analisis ini hanya
digunakan sebagai metode evaluasi kinerja struktur, bukan untuk perencanaan
struktur. Analisis akan dilakukan dengan menggunakan bantuan program SAP 2000.
Output dari analisis ini adalah urutan plastifikasi struktur dan displacement struktur.

Halaman 48
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

BAB III

PERENCANAAN AWAL DAN PEMODELAN STRUKTUR

Pemodelan struktur ini beracuan kepada peraturan yang ada di Indonesia, yaitu
SNI 03 - 1726 - 2012, “Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur
Bangunan Gedung” dan SNI 03 – 1729 – 2002, “Tata Cara Perencanaan Struktur
Baja untuk Bangunan Gedung”. Pemodelan struktur yang beracuan pada aturan-
aturan tersebut sudah disesuaikan dengan Design Examples – Federal Emergency
Management Agency (FEMA) 451 – August 2006, Chapter 10 Seismic Design of Steel
Structures.

III.1 Deskripsi Umum Struktur


Dalam studi ini, struktur dimodelkan sebagai struktur baja portal terbuka dengan
sistem ganda, yaitu sistem rangka pemikul momen khusus dan sistem rangka bresing
konsentrik khusus. Rangka pemikul momen harus direncanakan secara terpisah agar
mampu menahan sekurang-kurangnya 25% dari seluruh beban lateral yang terjadi.
Kedua sistem tersebut harus direncanakan untuk memikul beban secara bersama-
sama seluruh beban lateral yang tejadi dengan memperhatikan interaksi antar kedua
sistem tersebut.
Secara lebih spesifik, model struktur dari gedung yang direncanakan adalah
sistem ganda Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus Struktur Baja dengan Sistem
Rangka Bresing Konsentris Khusus dengan nilai faktor modifikasi respon (R) sama
dengan 7. Struktur gedung yang dimodelkan adalah simetris, artinya tidak ada
ketidakberaturan vertikal, horizontal maupun torsi yang bersesuaian dengan SNI 03 –
1726 – 2012. Struktur gedung beraturan pada umumnya simetris dalam dengan
dengan sistem struktur yang terbentuk oleh subsistem-subsistem penahan beban
lateral yang arahnya saling tegak lurus dan sejajar dengan sumbu-sumbu utama
orthogonal denah tersebut. Apabila untuk analisis 3D sumbu-sumbu koordinat
diambil sejajar dengan arah sumbu-sumbu utama denah struktur, kemudian dilakukan
analisis vibrasi bebas, maka pada struktur gedung beraturan gerak ragam pertama
akan dominan dalam translasi dalam arah salah satu sumbu utamanya, sedangkan
gerak ragam kedua akan dominan dalam translasi dalam arah sumbu utama lainnya.
Dengan demikian, struktur 3D gedung beraturan praktis akan berperilaku sebagai
struktur 2D dalam masing-masing arah sumbu utamanya.

Halaman 49
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

III.2 Pemodelan Struktur

Pemodelan struktur dilakukan dengan menggunakan program pada komputer,


yaitu ETABS. Pemodelan ini akan memberikan gambaran kondisi aktual bangunan
dan sebaiknya dibuat semirip mungkin agar hasilnya dapat mendekati/ mewakili
perilaku struktur rencananya.
Pemodelan struktur ini meliputi beberapa tahapan, yang dimulai dengan
pembebanan gedung (beban mati dan beban hidup), pembebanan seismik. Setelah itu
dilakukakan pemodelan dimensi elemen struktur, yaitu balok, kolom, dan bresing.
Setelah pemodelan selesai dilakukan, tahap selanjutnya adalah tahap desain struktur,
yaitu berupa elemen struktur (balok, kolom, dan bresing), balok komposit beton dan
baja, pedestal dan base plate.

III.2.1 Material Elemen Struktur

Jenis material yang dipakai dalam studi ini yaitu material baja profil. Baja
digunakan untuk elemen struktur balok, pelat, dan bresing. Profil baja IWF mengacu
pada profil baja produksi PT Gunung Garuda. Baja yang digunakan adalah baja mutu
dengan spesifikasi sebagai berikut.

Berat jenis : 7.850 kg/m2

Kuat leleh (fy) : 260 MPa

Kuat tarik (fu) : 405 MPa

Elastisitas (E) : 200.000 MPa

Poisson’s ratio (μ) : 0,3

Sedangkan untuk pelat lantai dan pedestal dipakai material beton bertulang yang
memiliki spesifikasi sebagai berikut.

Mutu tulangan (fy) : 390 MPa

Mutu kuat beton (fc’) : 26 MPa

Elastisitas tulangan (E) : 200.000 MPa

Elastisitas beton (E) : √ MPa

Berat jenis beton : 2.400 kg/m2

Halaman 50
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

III.2.2 Pemodelan Elemen Struktur

Pemodelan elemen struktur pada ETABS adalah sebagai berikut.

1. Pemodelan pondasi/pedestal menganggap bahwa pondasi memberi kekangan


secara translasi dan rotasi yang baik pada semua arah sumbu bangunan.
Berdasarkan asumsi tersebut, pondasi dimodelkan sebagai perletakkan jepit
sempurna.
2. Balok dan kolom dimodelkan sebagai elemen rangka. Untuk balok, bresing dan
kolom SRBK, dilakukan realease momen sehingga gaya hanya gaya aksial saja.
3. Pada semua joint base dimodelkan dengan jepit, sehingga dapat menahan momen
lentur. Sedangkan pada bagian Sistem Rangka Bresing Konsentrik, base joint
dimodelkan dengan sendi, sehingga tidak dapat menahan momen.
4. Pelat dimodelkan sebagai elemen deck, dimana gabungan antara beton dan baja
metaldeck. Pelat juga dimodelkan untuk untuk bekerja sebagai rigid diagramph
yang menganggap model sangat kaku, sehingga perpindahan tiap titik sama
besar.

III.2.3 Konfigurasi Struktur


Pada studi ini, struktur bangunan dimodelkan dengan struktur baja menggunakan
sistem ganda, yaitu sistem rangka pemikul momen khusus dan sistem rangka bresing
konsentrik khusus. Sistem Rangka Bresing Konsentrik ini menggunakan konfigurasi
huruf V terbalik (inverted-V). Rangka pemikul momen harus direncanakan secara
terpisah agar mampu menahan sekurang-kurangnya 25% dari seluruh beban lateral
yang terjadi. Bangunan dimodelkan di atas tanah kelas situs SE, di kota padang.
Bangunan dalam studi ini merupakan bangunan yang berfungsi sebagai gudang
penyimpanan. Dengan data-data tersebut, dapat ditentukan bahwa bangunan
mempunyai faktor keutamaan bangunan satu dan kategori resiko I.
Struktur perimeter direncanakan menggunakan sistem rangka bresing konsentris,
sedangkan bada bangian tengah menggunakan sistem rangka pemikul momen khusus.
Struktur memiliki 4 bentang di arah x dan arah y. Bentang arah x masing-masing
panjangnya 6 meter sehingga panjang total bangunan dalam arah x yaitu 24 meter.
Bentang arah y masing-masing panjangnya 5 meter sehingga panjang total bangunan
dalam arah y yaitu 20 meter. Bangunan terdiri dari dua lantai dengan tinggi lantai
pertama yaitu 4,5 meter, sedangkan tinggi lantai kedua yaitu 3,5 meter.

Halaman 51
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Balok induk dipasang di sepanjang bentang x dan bentang y. Kolom dipasang di


setiap joint pertemuan bentang arah x dan arah y. Sedangkan untuk balok anak
dipasang untuk menjadikan analisis pelat menjadi satu arah. Balok anak dipasang di
arah sejajar bentang arah x, sehingga distribusi beban pelat ke arah balok induk arah
x. Pemasangan balok anak menggunakan joint sendi-sendi, sehingga balok anak
hanya menahan gaya gravitasi saja, tidak ikut menahan gaya seismik. Dengan
demikian, pemodelan pada ETABS tidak meggunakan balok anak, agar analisis
seismiknya menjadi lebih teliti. Selain itu hasilnya akan menjadi lebih konservatif
juga.

Gambar III.1 Denah Lantai Struktur

Gambar III.2 Potongan Melintang Struktur dengan Elemen Bresing

Halaman 52
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

III.3 Pembebanan Struktur

Pembebanan direncanakan sesuai dengan Peraturan Pembebanan Indonesia untuk


Rumah dan Gedung (SKBI 1987). Karena dalam studi ini membahas bangunan
struktur baja dengan Sistem Rangka Bresing Konsentrik terhadap beban gempa, maka
pembebanan yang digunakan untuk studi ini adalah hanya beban mati, beban hidup,
dan beban gempa. Bangunan yang didesain berada di kota Padang yang memiliki
potensi gempa yang tinggi dengan sifat tanah lunak, yang akan difungsikan sebagai
gudang penyimpanan.

III.3.1 Pembebanan Mati


Pembebanan mati berasal dari berat sendiri komponen gedung baik komponen
struktural maupun nonstruktural beserta peralatan-peralatan tetap yang merupakan
bagian tak terpisahkan pada gedung. Beban mati yang diperhitungkan dalam model
struktur terdiri dari beban mati struktural dan beban mati tambahan.

1. Beban Mati Struktural


Beban mati struktural merupakan berat sendiri material bangunan yang
memiliki fungsi struktural untuk menahan beban. Beban mati struktural yang
diperhitungkan di dalam studi ini adalah beban struktur baja, yaitu sebesar
7.850 kg/m3. Beban mati dalam studi ini langsung dihitung otomatis oleh
program ETABS. Agar program dapat menghitung pembebanan mati sendiri,
maka pada pendefinisian beban mati diberi faktor 1.
2. Beban Mati Tambahan
Beban mati tambahan merupakan berat elemen non-struktural yang secara
permanen membebani struktur. Berat mati tambahan ini diambil total, yaitu
sebesar 100 kg/m2.

III.3.2 Pembebanan Hidup


Pembebanan hidup adalah sebuah beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan suatu gedung termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari
barang-barang yang dapat berpindah-pindah, mesin-mesin, serta peralatan yang
bukan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama
masa hidup gedung tersebut. Beban hidup yang bekerja untuk bangunan dengan
fungsi gudang ada dua bagian, yaitu lantai satu dan lantai atap. Untuk lantai satu
diambil 125 kg/m2, sedangkan untuk lantai atap diambil 100 kg/m2.

Halaman 53
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

III.3.3 Pembebanan Gempa


Pembebanan gempa ini mengunakan analisis respon spektra yang bersesuaian
dengan SNI 03 – 1726 – 2012, “Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Struktur Bangunan Gedung”. Respon spektra ini langsung menggunakan fasilitas
Respon Spektra pada program ETABS. Hal ini dimaksudkan agar perhitungan beban
gempa menjadi lebih teliti. Berikut ini adalah proses perhitungan pembebanan gempa
berdasarkan SNI 03 – 1726 – 2012.

1. Kategori Resiko Bangunan


Berdasarkan pemanfaatan bangunannya dan dilihat dari tabel II.2, bangunan yang
difungsikan sebagai gudang tersebut mempunyai kategori resiko I.
2. Faktor Keutamaan Bangunan
Berdasarkan kategori resiko bangunan yaitu kategori resiko I dan dilihat dari
tabel II.3, bangunan dapat ditentukan faktor keutamannya yaitu 1.

3. Kelas Situs
Seperti yang telah dijelaskan dalam subbab II.3, bangunan dimodelkan di atas
tanah lunak. Tanah lunak sesuai tabel II.4 dapat dikategorikan kelas situs SE.

4. Parameter Percepatan Terpetakan


Parameter percepatan terpetakan sesuai dengan SNI 03 – 1726 – 2012 ada dua
parameter, yaitu parameter percepatan dalam periode pendek dan parameter
percepatan dalam periode satu detik. Sesuai yang telah dijelaskan pada subbab
I.3, bangunan dimodelkan di kota Padang. Sesuai dengan gambar II.1 dan II.2,
parameter percepatan terpetakan kota Padang adalah sebagai berikut.

5. Koefisien-Koefisien Situs
Koefisien ini merupakan faktor amplifikasi dari percepatan batuan dasar untuk
sampai ke permukaan tanah dimana bangunan kita berada. Faktor amplifikasi ini
digunakan untuk menentukan parameter spektrum respons percepatan (SMS dan
SM1). Faktor amplifikasi ini didasarkan atas percepatan batuan dasar pada periode
pendek dan periode satu detik, dan juga kelas situs tanah. Berdasarkan tabel II.5
dan II.6, percepatan batuan dasar, S1 = 0,6g; SS = 1,5g; dan kelas situs SE,
parameter spektrum respons percepatan dapat ditentukan sebagai berikut.

Halaman 54
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

6. Parameter Percepatan Spektral Desain


Parameter percepatan spektal desain ini merupakan reduksi parameter spektrum
respons percepatan, S1 dan SS menjadi SMS dan SM1. Hal ini bertujuan untuk
mereduksi periode ulang kegempaan dari 2.500 tahun menjadi 500 tahun.
Berdasarkan nilai SMS dan SM1 yang diperoleh, parameter percepatan spektral
desain dapat ditentukan sebagai berikut.

7. Spektrum Respons Desain


Setelah didapatkan parameter percepatan spektral desain dari perhitungan
sebelumnya, selanjutnya dapat ditentukan respons spektral desain. Berikut ini
adalah langkah-langkah perhitungan untuk menentukan respons spektral desain
dari bangunan yang digunakan dalam studi ini.
- Nilai T0 dan nilai TS ditentukan sebagai berikut :

- Untuk T ≤ T0, persamaan spektrum respon desain ditentukan sebagai berikut :

( )

- Untuk T0 < T ≤ TS, persamaan spektrum respon desain ditentukan sebagai


berikut :

- Untuk T > TS, persamaan spektrum respon desain ditentukan sebagai berikut :

Halaman 55
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Berdasarkan ketiga persamaan di atas, dapat ditentukan kurva respon spektra


desain sebagai beikut :

Respon Spektra Kota Padang dengan


Kelas Situs SE
1

0.8

0.6
Sa (g)

0.4

0.2

0
0 1 2 3 4 5
T (s)

Gambar III.3 Respon Spektra Desain Kota Padang dengan Kelas Situs SE

8. Kategori Desain Seismik


Berdasarkan pengelompokan kategori resiko bangunan dan perhitungan
parameter respons spectra pada periode pendek dan periode satu detik, struktur
dapat digolongkan pada kategori desain seismik. Sesuai tabel kategoti desain
seismic, dan kategori resiko I, struktur pada studi ini dapat digolongkan ke
kategoti desain seismik D.
9. Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan ini mengikuti SNI 03 – 1726 – 2012 yang telah
dijabarkan dalam subbab II.4. Kombinasi pembebanan secara umum dapat
dituliskan sebagai berikut.
1. 1,4 DL
2. 1,2 DL + 1,6 LL

3. 1,2 DL + 1 LL + 0,3 (ρ QE + 0,2 SDS DL) + 1 (ρ QE + 0,2 SDS DL)

4. 1,2 DL + 1 LL + 1 (ρ QE + 0,2 SDS DL) + 0,3 (ρ QE + 0,2 SDS DL)

5. 0,9 DL + 0,3 (ρ QE - 0,2 SDS DL) + 1 (ρ QE - 0,2 SDS DL)

6. 0,9 DL + 1 (ρ QE - 0,2 SDS DL) + 0,3 (ρ QE - 0,2 SDS DL)

Halaman 56
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Sesuai yang telah dijelaskan pada subbab III.3.3 nomor 8, struktur dalam studi
dikategorikan dalam kategori sesain seismik D. Hal tersebut mengakibatkan nilai
redudansi (ρ) harus diambil sebesar 1,3.
Berikut ini adalah penjabaran kombinasi pembebanan dengan nilai ρ = 1,3 dan
nilai SDS = 0,9g.

Tabel III.1 Kombinasi Pembebanan dengan ρ = 1,3 dan SDS = 0,9g

Koefisien Koefisien Koefisien Koefisien


Kombinasi DL LL EX EY
Kombinasi 1 1,4 DL 0 LL 0 EX 0 EY
Kombinasi 2 1,2 DL 1,6 LL 0 EX 0 EY
Kombinasi 3 1,434 DL 1 LL 0,39 EX 1,3 EY
Kombinasi 4 0,966 DL 1 LL -0,39 EX -1,3 EY
Kombinasi 5 1,074 DL 1 LL 0,39 EX -1,3 EY
Kombinasi 6 1,326 DL 1 LL -0,39 EX 1,3 EY
Kombinasi 7 1,434 DL 1 LL 1,3 EX 0,39 EY
Kombinasi 8 0,966 DL 1 LL -1,3 EX -0,39 EY
Kombinasi 9 1,074 DL 1 LL 1,3 EX -0,39 EY
Kombinasi 10 1,326 DL 1 LL -1,3 EX 0,39 EY
Kombinasi 11 0,666 DL 0 LL 0,39 EX 1,3 EY
Kombinasi 12 1,134 DL 0 LL -0,39 EX -1,3 EY
Kombinasi 13 1,026 DL 0 LL 0,39 EX -1,3 EY
Kombinasi 14 0,774 DL 0 LL -0,39 EX 1,3 EY
Kombinasi 15 0,666 DL 0 LL 1,3 EX 0,39 EY
Kombinasi 16 1,134 DL 0 LL -1,3 EX -0,39 EY
Kombinasi 17 1,026 DL 0 LL 1,3 EX -0,39 EY
Kombinasi 18 0,774 DL 0 LL -1,3 EX 0,39 EY

Sumber : Studi Komparasi Desain Bangunan Tahan Gempa dengan Menggunakan


SNI 03 – 1726 – 2002 dan RSNI 03 – 1726 – 201x

Halaman 57
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

III.4 Pemilihan Awal Profil Baja

Proses desain struktur baja ini menggunakan prinsip perencanaan struktur baja
pada umumnya, yaitu iterasi pemilihan profil baja hingga didapatkan profil yang
optimum terhadap beban dan memenuhi persyaratan kegempaan sesuai SNI 03 –
1726 – 2012. Namun pada laporan Tugas Besar ini tidak ditampilkan proses iterasi
pemilihan penampang. Setalah semua memenuhi persyaratan, proses selanjutnya
adalah merencanakan balok komposit, base plate dan sambungan yang akan
ditampilkan pada laporan Tugas Besar ini.
Berikut ini adalah tabel tentang pemilihan awal profil baja yang sudah dihitung
sebelumnya oleh program ETABS dan melalui proses iterasi.

Tabel III.2 Profil Baja yang Digunakan dalam Studi


Elemen tf tw A w w total
Struktur Profil (B x H) mm (mm) (mm) (mm2) (kg/m) (kg)
Kolom Hollow Section 300 x 300 12 12 17.080 105,6 21.120
Balok Induk IWF 250 x 125 9 6 3.766 29,6 13.024
Balok Anak IWF 150 x 75 7 5 1.785 14 2.688
Bresing Hollow Section 150 x 100 8 8 4.857 25,64 3.993

Sumber : Product Catalogue PT Gunung Garuda

Halaman 58
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

BAB IV

PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN STRUKTUR

IV.1 Analisis Statik Ekivalen

Analisis statik ekivalen merupakan salah satu metode analisis untuk pembebanan
gempa. Perhitungan analisis statik ekivalen ini digunakan untuk melihat persyaratan
SNI 03 – 1726 – 2012 dimana nilai akhir respons dinamik struktur gedung terhadap
pembebanan gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana dalam suatu arah
tertentu, tidak boleh kurang dari 85% nilai respons ragam pertama.

IV.1.1 Periode Fundamental Struktur

Berikut ini adalah hasil perhitungan program ETABS untuk periode fundamental
struktur mode satu sampai mode enam serta Mass Modal Participating Factor dari
kontribusi mode satu sampai enam.

Tabel IV.1 Periode dan Mass Modal Participating Factor

Mode Period (s) UX UY Keterangan


1 0,261 0 0,97 Translasi y
2 0,244 0,97 0 Translasi x
3 0,160 0 0 Rotasi
4 0,084 0 0,03 Translasi y
5 0,081 0,03 0 Translasi x
6 0,053 0 0 Rotasi

Tabel tersebut merupakan hasil analisis program ETABS, dimana periode


struktur terdapat enam jenis mode. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kontribusi
dari mode pertama translasi sangat dominan. Maka, analisis statik ekivalen maupun
analisis ragam respon spektra dapat digunakan.
Selain periode fundamental struktur, kita perlu mengetahui periode minimum dan
maksimum untuk membatasi analisis dalam respon spektra desain. Perhitungan
periode minimum dan maksimum mengikuti aturan SNI 03 – 1726 – 2012 yang
sudah dijelaskan secara rinci pada subbab II.3 nomor 12. Berikut ini adalah
perhitungan periode minimum dan maksimum.

Halaman 59
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

1. Periode fundamental pendekatan minimum (Ta minimum)

2. Periode fundamental pendekatan maksimum (Ta maksimum)

Dari perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa nilai periode fundalmental struktur
hasil keluaran ETABS untuk kedua arah (mode 1 dan mode 2) berada di antara
periode pendekatan minimum dan maksimum. Untuk analisis selanjutnya, nilai
periode struktur menggunakan nilai keluaran ETABS, yaitu periode untuk mode satu
dan mode dua.

IV.1.2 Perhitungan Koefisien Respons Seismik (Cs)


Perhitungan koefisien respons seismik ini adalah untuk menentukan beban statik
ekivalen gempa berdasarkan percepatan gempa yang sudah ditentukan sebelumnya.
Dari bab sebelumnya sudah dijelakan bahwa nilai faktor keutamaan untuk bangunan
ini (Ie) adalah satu dan nilai modifikasi respon (R) adalah tujuh. Proses menghitung
nilai koefisien respons seismik adalah sebagai berikut :

1. Cs Maksimum

( )

arah y
( )

arah x
( )

2. Cs Hitungan

( )

arah y
( )

arah x
( )

Halaman 60
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

3. Cs Minimum

Cs minimum dalam arah x dan y = 0,044 x 0,9 x 1 = 0,0396

Berdasarkan perhitungan di atas, maka koefisien respons seismik untuk arah x


dan arah y menggunakan nilai Cs hitungan, yaitu 0,1285 untuk arah y dan 0,1285
untuk arah x.

IV.1.3 Gaya Geser Statik dan Dinamik

Setelah mendapatkan nilai koefisien respon seismik, maka nilai gaya lateral
ekivalen untuk masing-masing arah dapat dihitung dengan rumus :

Dimana W adalah berat total seismik struktur yang dapat diperoleh melalui
keluaran program ETABS. Besar gaya statik untuk masing-masing arah adalah
sebagai berikut :

Nilai gaya geser dinamik (Vd) dapat diperoleh melalui analisis program ETABS
dengan menggunakan kombinasi pembebanan akibat respon spektra yang telah
direncanakan. Hasil analisisnya adalah sebagai berikut :

Mengacu pada SNI 03 – 1726 – 2012, nilai akhir dinamik struktur gedung
terhadap pembebanan gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana dalam suatu
arah tertentu tidak boleh kurang dari 85% nilai ragam semula. Bila respons dinamik
struktur gedung dinyatakan dalam gaya geser dasar nominal, maka perhitungan hasil
gaya geser dinamik dibandingkan dengan gaya geser statik sesuai dengan arah yang
sama adalah sebagai berikut :

1. Arah x

( )

Halaman 61
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

2. Arah y

( )

Rasio gaya geser dinamik terhadap gaya geser statik untuk kedua arah ≥ 0,85
sehingga gaya geser nominal yang diperoleh dari hasil analisis ragam respons
spektrum tidak perlu dikalikan dengan faktor koreksi.

IV.2 Pemeriksaan Kinerja Struktur terhadap Kombinasi Pembebanan

Pemeriksaan kinerja struktur ini diantaranya pemeriksaan story drift, kestabilan


terhadap pengaruh P-delta, dan pengaruh struktur terhadap eksentrisitas dan
ketidakberaturan torsi. Pemerikasaan ini sudah disesuaikan dengan beban gempa
maksimum untuk masing-masing arah.

IV.2.1 Pemeriksaan Simpangan Antar Lantai (Story Drift)

Berdasarkan SNI 03 – 1726 – 2012, simpangan antar lantai hanya terdapat satu
kinerja, yaitu kinerja batas ultimit. Penentuan simpangan antar lantai tingkat desain
(Δ) harus dihitung sebagai perbedaan defleksi pada pusat massa tidak terletak segaris,
dalam arah vertikal diizinkan untuk menghitung defleksi didasar tingkat berdasarkan
proyeksi vertikal dari pusat massa ditingkat atasnya.
Struktur gedung perkantoran yang direncanakan ini memiliki kategori seismik D
yang memiliki ketidakberaturan horisontal, maka simpangan antar lantai desain (Δ)
harus dihitung sebagai selisih terbesar dari defleksi titik – titik di atas dan di bawah
tingkat yang diperhatikan letaknya segaris secara vertikal disepanjang salah satu
bagian tepi struktur.
Defleksi pusat massa di tingkat x (δx) dalam mm harus ditentukan sesuai dengan
persamaan berikut:

Dimana :

Cd : faktor pembesaran defleksi

Δxe : defleksi pada lokasi yang diisyaratkan dengan analisis linier elastik

I : faktor keutamaan gempa

Halaman 62
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Simpangan antar lantai tingkat desain (Δ) tidak boleh melebihi simpangan antar
izin (Δa) dengan ketentuan 0.01 x hsx dimana nilai hsx = 4.500 mm untuk lantai
pertama dan 3.500 mm untuk lantai kedua. Dengan nilai Cd = 5,5, dan Ie = 1. Nilai
total drift untuk pembebanan kombinasi maksimum dan minimum untuk arah x dan
arah y beserta pengecekan story drift sebagai berikut :

Tabel IV.1 Story Drift untuk Arah x

Total Story
hsx Perpindahan Story Drift
Lantai Drift Drift Pengecekan
(mm) (mm) Diperbesar
(mm) Izin
2 3.500 2,5 0,8 4,4 70 OK
1 4.500 1,7 1,7 9,35 90 OK

Tabel IV.2 Story Drift untuk Arah y

Total Story
hsy Perpindahan Story Drift
Lantai Drift Drift Pengecekan
(mm) (mm) Diperbesar
(mm) Izin
2 3.500 2,8 0,7 3,85 70 OK
1 4.500 2,1 2,1 11,55 90 OK

Dari tabel perhitungan di atas dapat ditentukan total drift dan juga total drift izin
yang dipersyaratkan oleh SNI 03 – 1726 – 2012. Berikut ini adalah diagram tentang
tinggi lantai terhadap total drift berdasarkan SNI 03 – 1726 – 2012.

Diagram Tinggi Lantai terhadap Total Drift


9000
8000
7000
Tinggi Lantai (mm)

6000 Total Drift Izin

5000
Total Drift
4000 Ekspektasi Arah x
3000 Total Drift
Ekspektasi Arah y"
2000
1000
0
0 50 100 150 200
Perpindahan (mm)

Gambar IV.1 Diagram Ketinggian Bangunan Total Drift

Halaman 63
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

IV.2.2 Pemeriksaan terhadap Pengaruh P-Delta

Pengaruh P-delta pada geser dan momen tingkat, gaya dan momen elemen
struktur yang dihasilkan dan simpangan antar lantai tingkat yang timbul oleh
pengaruh ini tidak disyaratkan untuk diperhitungkan bila koefisien stabilitas (θ)
seperti ditentukan oleh persamaan berikut sama dengan atau kurang dari 0,10 ;

Dimana :

Px : Beban desain vertikal total, dinyatakan dalam kN

: Simpangan antar lantai tingkat desain dinyatakan dalam mm

: Faktor keutamaan gempa

: Gaya geser seismik yang bekerja antara tingkat x dan x-1 (kN)

: Tinggi tingkat dibawah tingkat x, dinyatakan dalam mm

: Faktor pembesaran defleksi.

Koefisien stabilitas ( ) harus tidak melebihi max yang ditentukan oleh SNI 03 –
1726 – 2012 sebagai berikut :

Dimana adalah rasio kebutuhan geser terhadap kapasitas geser untuk tingkat
antara tingkat x dan x-1. Rasio ini diijinkan secara konservatif diambil sebesar 1,0.

Data yang diketahui adalah:

Cd : 5,5

hsx : 3,5 m

Bentang x : 24 m

Bentang y : 20 m

Halaman 64
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Berdasarkan data-data yang diketahui, maka pengaruh P-delta dapat dihitung.


Tabel berikut ini menunjukkan hasil perhitungan P-delta :

Tabel IV.3 Pengaruh P-Delta pada Arah x

Beban
Story Gaya Geser Beban
Lantai Vertikal hsx θ Pengecekan
Drift Seismik Vertikal Total
Kumulatif
2 0.00 275.89 3049.21 3049.21 3.5 0.00 OK
1 0.01 373.56 6363.95 9413.16 4.5 0.01 OK

Tabel IV.4 Pengaruh P-Delta pada Arah y

Beban
Story Gaya Geser Beban Vertikal
Lantai Vertikal hsx θ Pengecekan
Drift Seismik Total
Kumulatif
2 0.00 275.89 3049.21 3049.21 3.5 0.00 OK
1 0.01 373.56 6363.95 9413.16 4.5 0.01 OK

IV.2.3 Pemeriksaan Eksentrisitas dan Torsi pada Struktur

Eksentrisitas yang terjadi pada struktur akan menyebabkan amplifikasi momen


yang dialami struktur, sehingga diperlukan analisis lebih lanjut apabila terjadi
eksentrisitas. Eksentrisitas dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

Dimana nilai XCR, XCM, YCR dan YCM diperoleh melalui analisis program
ETABS. Konfigurasi struktur gedung perkantoran ini memiliki bentuk yang simetris
sehingga tidak menyebabkan eksentrisitas baik dalam arah x maupun arah y. Berikut
adalah hasil tabulasi perhitungan eksentrisitas untuk struktur gedung pada studi ini :

Tabel IV.5 Eksentrisitas Struktur

Lantai ey (mm) ex (mm)


2 0 0
1 0 0

Halaman 65
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Dalam SNI 03-176-2012 terdapat parameter pembesaran momen torsi tak terduga
(Ax). Struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik C, D, E, atau F, dimana
tipe 1a atau 1b ketidakberaturan torsi terjadi harus mempunyai pengaruh yang
diperhitungkan dengan mengalikan Mta di masing – masing tingkat dengan faktor
pembesaran (Ax) dan ditentukan dari persamaan berikut :

[ ]

Dimana :

δmax : perpindahan maksimum di tingkat x (mm)

δavg : perpindahan rata-rata di titik terjah struktur di tingkat x

Torsi termasuk dalam ketidakberaturan horisontal. Untuk mengecek ada tidaknya


ketidakberaturan torsi pada suatu struktur dapat ditentukan dengan melihat defleksi
maksmimum (δmax) dan defleksi rata-rata (δavg) :

1. δmax < 1.2δavg maka tanpa ketidakberaturan torsi

2. 1.2δavg < δmax < 1.4δavg maka ketidakberaturan torsi 1a

3. δmax > 1.4δavg maka ketidakberaturan torsi 1b

Untuk mengetahui nilai faktor amplifikasi (Ax), dicari nilai dari δmax, δmin, δavg,
dan Ax untuk pembebanan gempa arah sumbu x dominan yang didapatkan dari hasil
perhitungan program ETABS :

Tabel IV.6 Pemeriksaan Ketidakberaturan Torsi pada Arah x

Lantai δmax δmin δaverage 1,2δaverage Ax Pengecekan


2 1,7 1,7 1,7 2,04 0,694444 OK
1 2,5 2,5 2,5 3 0,694444 OK

Tabel IV.7 Pemeriksaan Ketidakberaturan Torsi pada Arah y

Lantai δmax δmin δaverage 1,2δaverage Ax Pengecekan


2 2,8 2,8 2,8 3,36 0,694444 OK
1 2,1 2,1 2,1 2,52 0,694444 OK

Halaman 66
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

IV.3 Perencanaan Elemen Bresing

Elemen bresing pada sistem struktur SRBKK didesain sebagai elemen sekring,
yaitu elemen yang mengalami plastifikasi saat gaya gempa besar terjadi. Pada
SRBKK, bresing didesain mengalami leleh tarik akibat aksial tarik dan kegagalan
tekuk akibat menerima gaya aksial tekan.
Bresing didesain berdasarkan gaya maksimum dari kombinasi yang ada, yang
diperoleh dari analisis program ETABS 2013. Gaya dalam pada arah x dan arah y
berbeda dikarenakan orientasi penampang yang sama pada kedua sisi. Namun dengan
nilai yang tidak terlalu jauh, perhitungan untuk bresing pada tugas besar ini tidak
dibedakan antara elemen bresing arah x maupun arah y.
Pada studi tugas besar ini semua elemen bresing menggunakan bresing yang
sama. Maka dari itu, kita hanya meninjau dua jenis bresing saja, yaitu bresing tipikal
lantai satu dan tipikal lantai dua. Hal tersebut dikarenakan lantai satu dan dua
memiliki ketinggian yang berbeda. Dari analisis program ETABS didapatkan gaya
aksial bresing untuk tipikal lantai satu dan lantai dua sebagai berikut.

Tabel IV.8 Gaya Dalam Maksimum Bresing


Gaya Tarik Maksimum (kN) Gaya Tekan Maksimum (kN)
Bresing Lantai 1 145,02 101,24
Bresing Lantai 2 75,24 68,03

Profil bresing yang digunakan dalam studi ini yaitu hollow section 150 x 100
dengan konfigurasi sebagai berikut :

H : 150 mm Ag : 1.936 mm2

B : 100 mm iy : 40,1 mm

t : 8 mm ix : 55 mm

Ix : 35,24 x 104 mm4

Iy : 535 x 104 mm4

Berikut ini adalah tahap perhitungan desain elemen bresing yang terdiri dari
elemen tekan dan elemen tarik. Sebagai contoh perhitungan, digunakan bresing lantai
satu.

Halaman 67
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

1. Cek Kelangsingan Elemen Bresing :


Arah x :

Arah y :

Karena kelangsingan pada kedua arah sumbu penampang kurang dari 200,
maka penampang bresing tersebut memenuhi persyaratan untuk kelangsingan
tarik maupun tekan.

2. Cek Kelangsingan Penampang :


Kelangsingan sisi atas :

Kelangsingan badan :

Batas kelangsingan sisi atas untuk penampang elemen bresing pada Sistem
Rangka Bresing Konsentrik Khusus adalah sebagai berikut :

√ √

Sedangkan batas kelangsingan badan penampang elemen bresing pada


Sistem Rangka Bresing Konsentrik Khusus adalah :

√ √

Karena kelangsingan untuk sisi atas dan badan kurang dari batas
kelangsingan, maka profil hollow section 150 x 100 dapat digunakan untuk
elemen bresing pada Sistem Rangka Bresing Konsentrik Khusus.

3. Kapasitas Tarik
Kapasitas tarik untuk elemen bresing pada studi Tugas Besar ini dihitung
dengan mengabaikan pengaruh adanya baut. Jadi diasumsikan sambungan
cukup kuat dan memadai sehingga tidak ada pengaruh block shear.
Perhitungan kapasitas tarik dari bresing adalah sebagai berikut :

Halaman 68
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Dengan demikian, nilai overstrenght dari elemen tarik bresing adalah sebagai
berikut :

( )

4. Kapasitas Tekan

Pertama, perhitungan kapasitas tekan dari elemen bresing dimulai dengan


menentukan arah tekuk. Arah tekuk seperti pada perhitungan kelangsingan

sebelumnya adalah ke arah sumbu y (dengan ). Maka

perhitungan selanjutnya adalah sebagai berikut :

Menentukan nilai λ dan ω :

Dengan nilai λ > 1,2 maka nilai ω dapat menggunakan persamaan berikut :

Maka, kapasitas tekan dari elemen bresing dapat dihitung dengan mengikuti
persamaan berikut :

Nilai overstrength elemen bresing tekan adalah :

( )

Halaman 69
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

IV.4 Perencanaan Elemen Balok

Perencanaan elemen balok pada studi Tugas Akhir ini dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu balok induk untuk Sistem Rangka Bresing Konsentrik Khusus, balok
induk untuk Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus, dan balok anak.
Balok yang digunakan dalam studi ini semuanya menggunakan penampang yang
sama, yaitu IWF 250 x 125. Konfigurasi IWF 250 x 125 menurut katalog PT Gunung
Garuda adalah sebagai berikut :

H : 250 mm Ag : 3.766 mm2

B : 125 mm iy : 27,9 mm

tw : 6 mm ix : 104 mm

tf : 9 mm Sx : 1510 x 103 mm3

r : 12 mm Sy : 324 x 103 mm3

Ix : 4.050 x 104 mm4 w : 29,6 kg/m

Iy : 294 x 104 mm4

Balok harus memenuhi persyaratan kelangsingan penampang seismik. Berikut ini


adalah perhitungan pengecekkan kelangsingan penampang :

1. Cek Kelangsingan Elemen Balok :


Arah x :

Arah y :

2. Cek Kelangsingan Penampang :


Kelangsingan sisi atas :

Kelangsingan badan :
( )

Halaman 70
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Batas kelangsingan sisi atas untuk penampang elemen balok pada Sistem Rangka
Pemikul Momen Khusus dan Sistem Rangka Bresing Konsentrik Khusus adalah
sebagai berikut :

√ √

Sedangkan batas kelangsingan badan penampang elemen Balok pada Sistem


Rangka Pemikul Momen Khusus dan Sistem Rangka Bresing Konsentrik Khusus
adalah :

√ √

Karena kelangsingan untuk sisi atas dan badan kurang dari batas kelangsingan,
maka profil IWF 250 x 125 dapat digunakan untuk elemen balok pada Sistem
Rangka Bresing Konsentrik Khusus dan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus.

IV.4.1 Perencanaan Elemen Balok SRBKK

Balok untuk elemen balok pada Sistem Rangka Bresing Konsentrik Khusus
direncanakan berdasarkan desain kapasitas, yaitu berdasarkan gaya maksimum dari
bresing tarik dan tekan. Pada studi Tugas Akhir ini, konfigurasi yang dipakai adalah
konfigurasi inverted-V dimana komponen bresing akan menimbulkan gaya momen
lentur yang besar terhadap balok. Balok diasumsikan bergerak bersama-sama dengan
lantai (rigid diagramph) sehingga aksial pada balok bernilai nol.

Gambar IV.2 Perilaku Balok SRBKK akibat Beban Seismik

Pada pembahasan desain elemen balok Sistem Rangka Bresing Konsentrik


Khusus ini digunakan pada perhitungan sebelumnya, yaitu desain elemen bresing
pada lantai satu. Berikut ini adalah langkah perhitungan perencanaan balok SRBKK :

Halaman 71
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

1. Gaya tarik maksimum bresing :

2. Gaya tekan maksimum bresing :

3. Gaya terpusat P yang terjadi akibat gaya ultimate bresing adalah :

( )

( )

4. Beban merata q pada balok SRBKK adalah :

( )
( )

5. Besarnya momen maksimum balok SRBKK adalah :

( ) ( )

6. Besarnya gaya geser maksimum balok SRBKK adalah :

( ) ( )

Besarnya momen nominal dan geser nominal balok adalah momen dan geser
untuk penampang yang mengalami plastik sempurna, hal ini dikarenakan ada
kekangan lateral dari pelat beton, sehingga sayap tidak bisa mengalami torsi lateral.

Halaman 72
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

7. Besarnya momen nominal adalah :

( )

8. Besarnya gaya geser nominal adalah :

( )

9. Perhitungan interaksi momen dan geser adalah sebagai berikut.

( )

IV.4.2 Perencanaan Elemen Balok SRPMK

Seperti pada perencanaan balok SRBKK, balok untuk elemen balok pada Sistem
Rangka Pemikul Momen Khusus direncanakan berdasarkan desain kapasitas yang
sudah dijelaskan pada subbab II.8.1. Kolom SRPMK didesain lebih kuat daripada
balok yang leleh dan mencapai strain-hardening.
Hasil keluaran analisis program ETABS menunjukan bahwa gaya dalam
maksimum akibat kombinasi pembebenan adalah dan
. Berikut ini adalah langkah perhitungan perencanaan balok Sistem Rangka
Pemikul Momen Khusus berdasarkan gaya dalam maksimum yang terjadi (Lb =
6.000 mm).
1. Penentuan Lp
Nilai Lp dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

Halaman 73
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

2. Penentuan Lr
Nilai Lr dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

( )√ √ ( )

Nilai X1 ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut

Nilai X2 ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut

( )

Nilai parameter-parameter dalam persamaan X1 dan X2 adalah :

( )

⁄ ( ) ( )

( ) ( )

Dengan demikian, nilai X1 dan X2 dapat ditentukan.

( )

Dengan demikan, nilai Lr dapat ditentukan

( )√ √ ( )

3. Menentukan Momen nominal


Karena nilai Lb > Lr, maka balok tersebut mengalami tekuk torsi lateral elastis.

√ ( )

Halaman 74
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Jika dibandingkan dengan momen perlu maksimum, maka

( )

4. Menentukan Geser Nominal

√ √

Karena persyaratan diatas terpenuhi, maka pelat badan mengalami leleh geser
sempurna. Dengan demikian persamaan geser nominal menjadi :

( )
( )

IV.4.3 Perencanaan Balok Anak

Balok anak pada studi ini diasumsikan tidak ikut menahan beban seismik,
sehingga yang diperhitungkan hanya beban gravitasi. Sambungan balok anak ke
balok induk menggunakan sambungan sendi, sehingga momen semua terdistribusi ke
tenga bentang balok anak.
Balok anak yang digunakan dalam studi ini semuanya menggunakan penampang
IWF 150 x 75. Konfigurasi IWF 150 x 75 menurut katalog PT Gunung Garuda adalah
sebagai berikut :

H : 150 mm Ag : 1.785 mm2

B : 75 mm iy : 16,7 mm

tw : 5 mm ix : 51,1 mm

tf : 7 mm Sx : 89 x 103 mm3

r : 8 mm Sy : 13 x 103 mm3

Ix : 666 x 104 mm4 w : 14 kg/m

Iy : 49 x 104 mm4

Balok harus memenuhi persyaratan kelangsingan penampang seismik. Berikut ini


adalah perhitungan pengecekkan kelangsingan penampang :

1. Cek Kelangsingan Elemen Balok :


Arah x :

Halaman 75
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Arah y :

2. Cek Kelangsingan Penampang :


Kelangsingan sisi atas :

Kelangsingan badan :
( )

Batas kelangsingan sisi atas untuk penampang elemen balok non-seismik adalah
sebagai berikut :

√ √

Sedangkan batas kelangsingan badan penampang elemen balok non-seismik


adalah :

√ √

Karena kelangsingan untuk sisi atas dan badan kurang dari batas kelangsingan,
maka profil IWF 150 x 75 dapat digunakan untuk elemen balok anak.
Setelah diketahui bahwa penampang tersebut memenuhi persyaratan
kekompakan, maka langkah selanjutnya menghitung kapasitas balok anak dan
menghitung momen perlu maksimum.
Berikut ini adalah langkah mengitung kapasitas momen dan momen perlu
maksimum :

1. Menghitung momen perlu maksimum dan geser perlu maksimum

( )

Maka momen maksimum dapat dihutng dengan persamaan :

Halaman 76
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Geser maksimum juga dapat ditentukan dengan persamaan :

2. Penentuan Lp

Nilai Lp dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

3. Penentuan Lr

Nilai Lr dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

( )√ √ ( )

Nilai X1 ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut

Nilai X2 ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut

( )

Nilai parameter-parameter dalam persamaan X1 dan X2 adalah :

( )

⁄ ( ) ( )

( ) ( )

Halaman 77
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Dengan demikian, nilai X1 dan X2 dapat ditentukan.

( )

Dengan demikan, nilai Lr dapat ditentukan

( )√ √ ( )

4. Menentukan Momen nominal


Karena nilai Lb > Lr, maka balok tersebut mengalami tekuk torsi lateral elastis.

√ ( )

Jika dibandingkan dengan momen perlu maksimum, maka

( )

5. Menentukan Geser Nominal

√ √

Karena persyaratan diatas terpenuhi, maka pelat badan mengalami leleh geser
sempurna. Dengan demikian persamaan geser nominal menjadi :

( )
( )

IV.5 Perencanaan Elemen Kolom

Perencanaan kolom dalam studi ini terdiri dari dua jenis, yaitu kolom Sistem
Rangka Bresing Konsentrik Khusus dan kolom Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus. Kolom yang digunakan dalam studi ini adalah hollow section 300 x 300
dengan konfigurasi penampang sebagai berikut :

H : 300 mm Ag : 9.124 mm2

B : 300 mm iy : 118,4 mm

tw : 8 mm ix : 118,4 mm

Halaman 78
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

tf : 8 mm Sx : 819,76 x 103 mm3

Iy : 12.800 x 104 mm4 Sy : 819,76 x 103 mm3

Ix : 12.800 x 104 mm4 w : 72,06 kg/m

Balok harus memenuhi persyaratan kelangsingan penampang seismik. Karena


penampang merupakan penampang persegi (arah x dan y ukurannya sama), maka
kelangsingan hanya ditinjau cukup satu arah saja. Berikut ini adalah perhitungan
pengecekkan kelangsingan penampang :

1. Cek Kelangsingan Elemen Balok :

2. Cek Kelangsingan Penampang :

( )

Batas kelangsingan sisi atas untuk penampang elemen kolom pada Sistem
Rangka Pemikul Momen Khusus dan Sistem Rangka Bresing Konsentrik Khusus
adalah sebagai berikut :

√ √

Karena kelangsingan untuk sisi atas dan badan kurang dari batas kelangsingan,
maka profil Hollow section 300 x 300 dapat digunakan untuk elemen balok pada
Sistem Rangka Bresing Konsentrik Khusus dan Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus.

IV.5.1 Perencanaan Elemen Kolom SRBKK

Balok untuk elemen kolom pada Sistem Rangka Bresing Konsentrik Khusus
direncanakan berdasarkan desain kapasitas, yaitu berdasarkan gaya maksimum dari
bresing tarik dan tekan. Pada studi Tugas Akhir ini, konfigurasi yang dipakai adalah
konfigurasi inverted-V dimana komponen bresing akan menimbulkan gaya aksial
terbesar terhadap kolom seperti yang tertera pada gambar IV.3.

Halaman 79
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Gambar IV.3 Gaya Aksial Tarik dan Tekan pada Kolom Akibat Bresing

Pada pembahasan desain elemen kolom Sistem Rangka Bresing Konsentrik


Khusus ini digunakan pada perhitungan sebelumnya, yaitu desain elemen bresing
pada lantai satu. Seperti pada desain balok SRBKK, berikut ini adalah langkah
perhitungan perencanaan kolom SRBKK :

1. Gaya tarik maksimum bresing :

Dengan demikian, gaya tarik pada kolom akibat bresing adalah :

2. Gaya tekan maksimum bresing :

Dengan demikian, gaya tekan pada kolom akibat bresing adalah :

Halaman 80
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

3. Diketahui gaya dalam momen dan aksial maksimum kolom dari analisis program
ETABS adalah :

4. Gaya dalam akibat bresing dan gaya dalam akibat kombinasi maksimum
pembebanan harus dijumlahkan untuk mendapatkan sistem kapasitas desain.
Dengan demikian, gaya dalam menjadi :

Sedangkan gaya tekan maksimum adalah :

Dengan demikian, gaya tekan maksimum yang diterima kolom adalah 633 kN
(tekan)

Setelah didapatkan gaya dalam maksimum, selanjutnya kita menghitung gaya


tekan dan momen nominal kolom untuk dibandingkan dengan gaya dalam maksimum
yang sudah didapatkan sebelumnya.Berikut ini adalah prosesn untuk menghitung
gaya tekan dan momen nominal kolom :

1. Kapasitas Tekan

Pertama, perhitungan kapasitas tekan dari elemen bresing dimulai dengan


menentukan arah tekuk. Arah tekuk seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya
adalah bisa kedua arah (x dan y) dikarenakan ukurannya sama.
Dengan memperhitungkan inersia, panjang balok, dan tinggi kolom kita dapat
menentukan nilai k untuk dikalikan dengan L/r pada perhitungan sebelumnya.
Didapatkan dari nomogram nilai k yaitu 0,52. Maka perhitungan selanjutnya
adalah sebagai berikut :

Menentukan nilai λ dan ω :

Dengan nilai λ > 0,25 maka nilai ω dapat diambil sama dengan 1.

Halaman 81
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Maka, kapasitas tekan dari elemen bresing dapat dihitung dengan mengikuti
persamaan berikut :

Nilai overstrength elemen bresing tekan adalah :

( )

2. Kapasitas Momen
Besarnya momen nominal adalah untuk kolom adalah penampang yang
mengalami plastik sempurna dikarenakan penampang yang besar dan bentang
yang pendek :

( )

3. Interaksi momen dan aksial tekan

Dengan nilai maka persamaan interaksi aksial tekan dengan

momen menjadi :

( )

IV.5.2 Perencanaan Elemen Kolom SRPMK


Desain kolom pada Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus harus menggunakan
desain kapasitas yang dimana harus memenuhi persyaratan Strong Colomn Weak
Beam seperti yang telah dijelaskan pada subbab II.8.1. Berikut ini adalah proses
perhitungan desain kolom SRPMK :

Halaman 82
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

1. Momen Plastis Balok


Momen plastis balok Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus bisa didapatkan
seperti yang telah dijelaskan pada perhitungan perencanaan balok. Momen plastis
maksimum pada ujung balok adalah :

2. Momen Plastis Kolom


Momen plastis kolom SRPMK bisa didapatkan seperti yang telah dijelaskan pada
perhitungan perencanaan kolom. Data-data yang dibutuhkan untuk perhitungan
momen plastis kolom adalah :

Dengan demikian momen plastis dapat dihitung dengan menggunakan persamaan


berikut :

( )

( )

3. Rasio Jumlah Momen Plastis Kolom terhadap Balok


Rasio jumlah momen plastis kolom terhadap balok sesuai dengan persyaratan
Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus adalah :

( )

Berdasarkan perhitungan rasio jumlah momen plastis kolom terhadap balok,


maka kolom dengan hollow section 300 x 300 memenuhi persyaratan Sistem Rangka
Pemikul Momen Khusus.

Halaman 83
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

IV.6 Perencanaan Pelat Beton


Pelat beton dalam studi Tugas Besar ini merupakan salah satu komponen
penampang balok komposit. Pelat dalam studi ini dimodelkan dengan pelat satu arah.
Perencanaan pelat dalam studi Tugas Besar ini menggunakan acuan SNI 03 – 2847 –
2013 “Persyaratan Beton Struktural untuk Gedung”. Berikut ini adalah langkah
perhitungan perencanaan pelat satu arah :
1. Preliminary Tebal Pelat
Tebal pelat ditentukan dengan menggunakan acuan SNI 03 – 2847 – 2013 pasal
9.5.2. Berdasarkan Tabel 9.5(a) SNI 03 – 2847 – 2013, teba minimum pelat masif
satu arah dengan tertumpu sederhana adalah l/20. Maka tebal minimum pelat
dalam studi tugas besar ini adalah :

Untuk alasan konservatif, tebal pelat digunakan 150 mm.


2. Perhitungan Beban Merata
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pelat yang digunakan merupakan
pelat satu arah yang distribusi bebannya ke arah memendek. Dengan demikian,
perhitungan beban merata untuk satu panel adalah :

⁄ ⁄


Atau beban merata per satu meter adalah 3,75 kN/m
3. Perhitungan Momen Perlu Maksimum
Dengan beban merata per meter, maka kita dapat menentukan momen perlu
maksimum, yaitu dengan persamaan :

Halaman 84
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

4. Penulangan Arah y
Momen yang sudah diketahui dari point nomor tiga adalah momen dengan arah
x, atau penulangan arah y. Maka dengan diketahui momen sebesar 3 kN.m,
tulangan dapat ditentukan dengan persamaan :

Dengan asumsi tebal selimut adalah 25 mm, maka d = 125 mm. Dengan
demikian, tulangan berdasarkan gaya dalam dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut :


Namun, perhitungan tulangan minimum tersebut harus dibandingkan dengan
tulangan minimum dengan kuat leleh nominal 400 MPa, yang persamaannya
adalah sebagai berikut :

Karena As hitungan kurang dari As minimum, maka kita dapat menggunakan


tulangan minimum. Dengan menggunakan tulangan diameter 8 mm, maka jumlah
tulangan minimum per satu meter dapat ditentukan sebagai berikut :

Maka tulangan arah x untuk momen positif dipasang D8-150. Sedangkan


tulangan atas dipasang juga untuk tulangan susut, yaitu dipasang tulangan negatif
sama dengan perhitungan sebelumnya, D8 – 150.
5. Penulangan Arah x
Tulangan arah x juga dipasang sesuai dengan perhitungan tulangan arah y, yaitu
2D8 – 150. Hal ini untuk menghitung balok komposit dengan momen perlu
negatif.

Setelah dilakukan perhitungan seperti di atas, maka pemasangan tulangan utuk


pelat adalah dengan menggunakan tulangan wiremesh (tulangan jaring) atas dan
bawah dengan diameter 8 spasi 150 mm.

Halaman 85
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

IV.7 Perencanaan Balok Komposit


Balok komposit merupakan penampang gabungan antara baja profil dengan pelat
beton. Disebut balok komposit jika masing-masing material akan melentur bersamaan
dengan kurvatur yang sama, sehingga tidak terjadi slip antara baja dan beton. Dengan
hal ini, distribusi tegangan dan regangan akan menjadi satu kesatuan penampang.
Kerjasama antara beton dan baja dimungkinkan dengan dipasang elemen shear
connector. Apabila shear connector tidak cukup memberi effek komposit penuh,
maka yang terjadi adalah semi komposit.
Balok komposit yang direncanakan dalam studi tugas besar ini adalah balok
induk dan pelat beton yang sudah dipasang tulangan dari bab IV.6. Diketahui elemen-
elemen struktur yang digunakan untuk perencanaan balok komposit adalah sebagai
berikut :
Pelat Beton :
Kuat tekan , fc’ : 26 MPa
Tebal Pelat : 150 mm
Kuat leleh baja, fy : 400 MPa
Tulangan pelat : 2D8 – 150

Baja Profil :
Kuat leleh, fy : 270 MPa
Tinggi : 250 mm
Lebar : 125 mm

Balok komposit ini hanya didesain untuk beban gravitasi saja, yaitu beban hidup
dan beban hidup karena balok komposit ini tidak didesain untuk pembebanan
seismik. Momen maksimum dari beban gravitasi tersebut akan dibandingkan dengan
momen nominal balok komposit berdasarkan pelat beton dan baja profil yang
terpasang dari perhitungan sebelumnya.
Berikut ini adalah proses perhitungan momen nominal dan desain pemasangan
shear connector dari balok komposit.
1. Menghitung momen perlu maksimum dan geser perlu maksimum.

( )

Halaman 86
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Maka momen negatif maksimum dapat dihutng dengan persamaan :

Momen postif maksimum tengah bentang dapat dihitung dengan persamaan :

Geser maksimum juga dapat ditentukan dengan persamaan :

2. Menghitung lebar efektif dari balok komposit.


Lebar efektif dari balok komposit adalah nilai terkecil dari persamaan-persamaan
berikut :
⁄ ⁄

Maka lebar efektif dari struktur balok komposit adalah 1.250 mm.
3. Menentukan letak dan jarak sumbu netral untuk momen positif.
Besarnya kuat tekan dari beton adalah :

Besarnya kuat tarik dari baka profil adalah :

Karena C > T, maka sumbu netral plastis terletak di pelat beton.

Halaman 87
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

4. Menghitung momen nominal rencana untuk momen positif


Jika kuat tarik beton dapat diabaikan, maka gaya tekan beton akan sama dengan
gaya tarik pada baja profil. Maka garis netral ditinjau dari serat atas dapat
dihitung dengan persamaan :

Gaya tekan resultan C terletak pada jarak a/2 dari serat atas beton. Gaya tarik
resultan T terletak pada titik berat profil WF. Maka, lengan momen kopel antara
C dan T adalah :
⁄ ⁄

( ) ( )

Maka kuat lentur nominal dari komponen struktur komposit adalah :

Momen nominal rencana dapat dihitung dengan persamaan :

( )
5. Menentukan letak dan jarak sumbu netral untuk momen negatif.
Momen nominal negatif adalah kerjasama antara baja profil dengan baja tulangan
pelat. Kuat tarik beton dalam hal ini dapat diabaikan.
Jumlah tulangan atas dan bawah dalam lebar efektif adalah :

Gaya tarik dari baja tulangan adalah :

Halaman 88
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Gaya tekan dari baja profil adalah :

Karena C>T, maka garis netral terletak pada baja profil.


6. Menghitung momen nominal rencana untuk momen negatif.
Kesetimbangan gaya untuk menghitung tarik pada baja profil adalah :

Jika sumbu netral plastis jatuh di flens, maka jarak sumbu netral plastis jatuh dati
tepi atas flens adalah sebesar :

Letak garis kerja gaya Cs yang diukur dari bagian bawah profil
Luas, A (mm2) Lengan, y (mm) A x y (mm3)

3.766 125 470.750


Profil WF
- 912,5 246,35 - 224.794,375
Flens
2.853,5 245.955,625

Maka, dari perhitungan diatas garis kerja gaya Cs dapat dihitung sebagai berikut :

Dengan demikian, momen nominal untuk momen negatif dapat dihitung sebagai
berikut :
( )
( )

( )

( )

Maka momen nominal rencana untuk momen negatif adalah :


( ) ( )

Halaman 89
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

7. Merencanakan shear connection.


Gaya geser horizontal Vh akibat aksi komposit penuh adalah :

Modulus elastisitas beton :



Jika digunakan shear connection diameter 13 mm (As = 132,7 mm2), kuat geser
satu buah shear connection adalah :

Nilai Qn tersebut tidak boleh melebihi nilai tersebut :


( )
Jumlah stud yang digunakan :

Jumlah 11 buah stud tersebut digunakan untuk ¼ bentang kanan dan ¼ bentang
kiri. Tengah bentang digunakan setangah dari kebutuhan bentang kanan dan
bentang kiri. Spasi dari stud untuk bentang kanan dan kiri adalah 150 mm,
sedangkan untuk bentang tengah adalah 300 mm.

IV.8 Perencanaan Base Plate


Base plate merupakan pelat baja yang dipasang melintang terhadap penampang
baja profil kolom. Base plate berfungsi sebagai penyalur beban aksial dan momen
dari kolom baja ke pedestal. Base plate direncanakan berdasarkan reaksi perletakkan
aksial dan momen maksimum yang terjadi.

Gambar IV.4 Contoh Detailing Base Plate dan Pedestal

Halaman 90
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Berdasarkan analisis ETABS, reaksi perletakkan maksimum yang terjadi pada


kolom Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus adalah Pu = 195 kN dan Mu = 26
kN.m. Berdasarkan reaksi perletkan maksimum tersebut, base plate dan ukuran
pedestal dapat direncanakan sebagai berikut :

1. Asumsi Ukuran Base Plate dan Pedestal


Berdasarkan baja profil untuk kolom yaitu hollow section 300 x 300, asumsi awal
ukuran base plate adalah 500 x 500 mm. Sedangkan ukuran pedestal yang
digunakan adalah 550 x 550 mm. Sehingga, nilai parameter yang dapat
digunakan untuk perhitungan base plate adalah :

√ √

2. Menentukan Eksentrisitas Base Plate


Eksentrisitas Base Plate harus ditentukan untuk dapat menentukan rumus mana
yang dapat digunakan untuk perencanaan. Berdasarkan gaya aksial dan momen
yang terjadi, eksentrisitas dapat ditentukan sebagai berikut :

Nilai tersebut harus dibandingkan dengan N/2 yang nilainya :

Sedangkan nilai N/6 adalah :

Karena nilai ⁄ ⁄ , maka eksentrisitas base plate termasuk


eksentrisitas menengah.
3. Menentukan Tegangan Tahanan Maksimum
Tengangan Tahanan Maksimum dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan :

Nilai tersebut tidak perlu diambil lebih dari :


( )

Halaman 91
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

4. Jika diasumsikan posisi anchore bolt berada pada 50 mm dari tepian pelat, maka :

5. Panjang tahanan A dapat dihitung sebagai berikut :

√( ( ) ( )

( )

Dibandingkan dengan N’ yang bernilai 475 mm, maka nilai A tersebut masuk
akal dan dapat digunakan. Dengan demikian, besarnya gaya yang harus dipikul
oleh baut angkur dapat dihitung sebagai berikut :

6. Menentukan nilai momen perlu, Mplu


Nilai momen perlu dapat dihitung dengan memperhitungkan tegangan di
penampang kritis. Nilai momen perlu dapat dihitung sebagai berikut :

7. Menentukan tebal base plate


Tebal base plate dihitung berdasarkan momen perlu dengan persamaan sebagai
berikut :

8. Merencanakan anchore bolt


Anchore bolt direncanakan berdasarkan gaya yang sudah dihitung pada point
lima. Bila digunakan dua anchore bolt dengan diameter 16 mm dan mutu 400
MPa, maka perhitungan kapasitasnya adalah sebagai berikut :

( )
Dengan demikian, base plate yang digunakan adalah tebal 11 mm dan dua
anchore bolt dalam satu garis dengan diameter 16 mm dan mutu 400 MPa.

Halaman 92
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

IV.9 Perencanaan Sambungan


Perencanaan sambungan dalam studi Tugas Akhir ini terdiri dari sambungan
balok kolom Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus dan Sistem Bresing Konsentrik
Khusus. Sambungan balok kolom SRPMK adalah sambungan momen, agar bisa rigid
sempurna. Sedangkan sambungan SRBKK adalah sambungan yang harus bisa
menahan gaya aksial tarik maupun tekan.

IV.9.1 Sambungan Balok Kolom SRPMK


Sambungan yang digunakan pada model struktur bangunan SRPMK harus
direncanakan agar tidak mengalami sendi plastis. Untuk menjamin hal itu, maka
dalam merencanakan sambungan struktur bangunan model SRPMK harus mengikuti
ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam AISC: Prequalified Connections for Special
and Intermediate Steel Moment Frames for Seismic Application. Sambungan yang
digunakan dalam perencanaan struktur bangunan model SRPMK berbeda dengan tipe
sambungan yang digunakan dalam struktur bangunan model SRPMB.
Sambungan yang dipakai dalam model struktur bangunan SRPMK harus lebih
diperketat dibandingkan dengan model struktur bangunan SRPMB. Ini dikarenakan
pada saat gempa datang, model struktur bangunan SRPMK harus dapat menjamin
bahwa sendi plastis terjadi pada ujung balok bukan pada sambungan dan kolom.
Sedangkan untuk model stuktur bangunan SRPMB, kelelehan juga tidak
diperbolehkan terjadi pada sambungan dan kolom, tetapi dengan dimensi yang lebih
besar menyebabkan struktur bangunan memiliki kekakuan yang lebih baik.

Gambar IV.5 Sambungan Tipe Welded-Bolted Web

Halaman 93
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Ketentuan perencanaan sambungan yang sudah ditetapkan dalam AISC 358 dan
FEMA 350 sudah memenuhi syarat bahwa untuk model struktur bangunan SRPMB,
sambungan harus dapat mengalami rotasi inelastis sekurang – kurangnya 0.01 radian.
Sedangkan untuk model struktur bangunan SRPMK, sambungan harus dapat
mengalami rotasi inelastis sekurang – kurangnya 0.03 radian.

IV.9.2 Sambungan Sistem Rangka Bresing Konsentrik Khusus


Sambungan Sistem Rangka Bresing Konsentrik Khusus yaitu sambungan pada
bresing ke balok/kolom. Pada perhitungan studi Tugas Besar ini hanya untuk bresing
tarik saja. Dari pembahasan sebelumnya, gaya tarik makasimum bresing adalah
145,02 kN. Profil bresing yang digunakan adalah hollow section dengan konfigurasi
penampang sebagai berikut.

H : 150 mm Ag : 1.936 mm2

B : 100 mm iy : 40,1 mm

t : 10 mm ix : 55 mm

Berikut ini adalah proses perhitungan sambungan bresing.

1. Mengasumsikan Pelat Buhul

Diasumsikan pelat buhul dipilih sebagai berikut :

t = 10 mm

l = 100 mm

fy = 240 MPa

fu = 370 MPa

Diambil baut dengan property sebagai berikut :

db = 22 mm

fy = 585 MPa

fu = 825 MPa

t = 2 mm

2. Pengecekkan Kapasitas Pelat

Pengecekan Kondisi Leleh Pelat

Ag = t x l

Halaman 94
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

= 10 x 100

= 1000 mm2

ϕNn = 0,9 x Ag x fy

= 0,9 x 1000 x 240

= 216.000 N > Nu (=145.020 N)

Pengecekan Tahanan Baut

Db = 19 mm

fy = 585 MPa

fu = 825 MPa

Pengecekan Tahanan Baut Geser

r1 = 0,5 (tanpa ulir pada bagian bidang geser)

fu = 825 MPa

Ab = 283,53 mm2

m = 2 buah bidang geser

Tahanan nominal baut yang memikul gaya geser memenuhi persamaan :

ϕRn = 0,75 x m x r1 x fu x Ab

= 0,75 x 2 x 0,5 x 825 x 283,53

= 87.716,7 N/baut

Pengecekan Tahanan Tarik Tumpu

db = 21 mm

tp = 10 mm (tebal pelat)

fu = 370 MPa

Baut yang memikul gaya tarik tahanan nominalnya dihitung menurut :

ϕ Rn = 0,75 x 2,4 x db x tp x 370

= 139.860 N/baut

Halaman 95
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

3. Menghitung Kebutuhan Baut.

n = ΦNn/ ΦVn

= 145.020/87.950,36

= 1,6

Maka jumlah baut diambil menjadi 2 baut.

4. Pengecekkan Blok Geser

Jumlah bau t =2

db = 19 mm

Syarat jarak as antar baut (3 db ) < s < (15 tp)

Jarak antar baut = 3 x db

= 57 mm

Jarak ke baut tepi = 1.5 db

= 28,5 mm

Maka diambil jarak as antar baut sebesar 107,5 mm dan jarak as baut ke tepi
profil sebesar 30 mm.

Pengecekan Kondisi (i) : Shear Yield + Tensile Fracture

... OK!

Pengecekan Kondisi (ii) : Shear Fracture + Tensile Yield

> 145.020 N ... OK!

Dari perhitungan di atas, maka dapat ditentukan jumlah baut, diameter baut,
beserta jarak anata baut yang akan digunakan dalam desain sambungan truss
adalah :

- Jumlah baut untuk setiap sambungan = 2 buah

- Diameter baut yang digunakan = 19 mm

- Jarak antar baut = 107,5 mm

- Jarak tepi profil ke baut pertama = 30 mm

Halaman 96
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

BAB V

EVALUASI KINERJA STRUKTUR

Evaluasi kinerja struktur ini meliputi analisis beban dorong (pushover analysis)
dan analisis riwayat waktu non-linier. Hasil dari analisis ini adalah perpindahan
maksimum struktur dan parameter-parameter aktual yang terjadi seperti mekanisme
kelelehan, dan parameter kegempaan seperti faktor modifikasi respons (R). faktor
nilai kuat lebih, dan faktor nilai daktilitas.

V.1 Analisis Beban Dorong (Pushover Analysis)


Setelah diperoleh hasil perencanaan penampang struktur, dilakukan analisis
beban statik (pushover) pada gedung yaitu arah x dan arah y. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui kinerja struktur ketika menerima gaya lateral. Analisis pushover
dilakukan dengan mengaplikasikan suatu beban yang nilainya meningkat secara
bertahap pada suatu struktur sampai dengan suatu kondisi tertentu yang diinginkan
sehingga didapat gambaran perilaku struktur baik sebelum terjadi kelelehan pertama
kali maupun sesudahnya.
Di dalam analisis statik non-linier ini, pengaruh gempa rencana terhadap struktur
bangunan gedung dianggap sebagai beban-beban statik yang menangkap pada pusat
massa masing-masing lantai. Nilai beban-beban statik inilah yang ditingkatkan secara
bertahap sampai melampaui pembebanan yang menyebabkan terjadinya pelelehan
pertama (sendi plastis) pada struktur gedung. Peningkatan beban yang lebih lanjut
mengakibatkan struktur mengalami perubahan bentuk paska-elastik yang besar
sampai mencapai kondisi plastik.
Sebelum melakukan analisis pushover, mekanisme kelelehan pada nodal elemen-
elemen struktur harus didefinisikan terlebih dahulu. Untuk sistem rangka bresing
konsentrik, mekanisme kelelehan yang didefinisikan adalah :
1. Bresing : mekanisme kelelehan yang diharapkan adalah kelelehan akibat gaya
aksial (P) dengan besar tarik dan tekan yang berbeda pada jarak relatif 0,05 dan
0,95 pada bresing.
2. Balok : mekanisme kelelahan yang sering terjadi adalah kelelehen akibat momen
(M) pada jarak relatif 0,05 dan 0,95 pada balok.
3. Kolom : mekanisme kelelehan yang sering terjadi adalah kelelehan akibat
kombinasi momen dan aksial (P-M-M) yang terbentuk pada jarak relatif 0 dan 1
pada kolom.

Halaman 97
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Gambar V.1 Define Frame Hinges pada ETABS 2015

Berikut ini adalah proses input analisis beban dorong pada program analisis
struktur ETABS 2015.
1. Analisis Beban Gravitasi
Pertama yang harus dilakukan input beban gravitasi. Berikut ini adalah proses
input beban gravitasi pada program ETABS 2015.

Gambar V.2 Define Pushgrav pada ETABS 2015

Halaman 98
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

2. Analisis Beban Dorong


Setelah dilakukan input beban gravitasi, selanjutnya adalah input analisis beban
dorong arah x dan arah y. Pada tahapan ini, analisis yang dilakukan berupa
displacement controlled, dimana struktur dikenai beban gempa yang semakin
besar hingga deformasi pusat massa pada atap bangunan mencapai nilai yang
ditentukan. Besarnya perpindahan maksimum dibatasi sebesar 4 % dari tinggi
struktur. Distribusi dorongan disesuaikan dengan bentuk ragam yang telah
dihitung sebelumnya. Berikut ini adalah proses input data analisis beban dorong
pada ETABS 2015.

Gambar V.3 Define Push y pada ETABS 2015

V.1.1 Analisis Pushover Arah x


Dari hasil Capacity Spectrum output ETABS dapat diperoleh besar Drift Ratio.
Nilai drift ratio ini yang digunakan untuk memeriksa taraf kinerja dari bangunan dan
kelayakannya. Gempa yang dikerjakan pada bangunan adalah sesuai dengan beban
gempa (respon spektra) yang telah didefinisikan pada bagian sebelumnya (Ca =
Sds/2.5 = 0.9/2.5 = 0.36 dan Cv = Sd1 = 0.96).

Halaman 99
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Kemudian dari hasil pushover juga bisa didapatkan kurva Acceleration


Displacement Respon Spectrum terhadap kapasitas struktur untuk arah x:

Kurva Pushover Arah x


12000

10000
Gaya Geser (kN)

8000
Kurva Pushover
6000
Kurva Elastis
4000

2000

0
0 10 20 30 40 50
Perpindahan (mm)

Gambar V.4 Grafik Pushover Arah x

Dari grafik di atas kemudian diubah menjadi grafik Base Shear (V) vs.
Displacement (D). Informasi ini diperlukan untuk menentukan nilai R, Cd, dan
overstrength aktual untuk selanjutnya dibandingkan dengan nilai yang diasumsikan.
Pertama-tama akan dicari kekakuan struktur pada kondisi elastis, maka titik-titik yang
akan di plot nilainya pada grafik hanya dari titik 0 hingga terjadinya leleh pertama
(first yield). Dari perhitungan sebelumnya, gaya desain F adalah 649 kN.

1. Kelelehan Struktur :

2. Performance Point Struktur :

3. Nilai kapasitas elastic adalah :

Halaman 100
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

4. Nilai kuat lebih aktual adalah :

5. Nilai daktilitas aktual adalah :

6. Nilai modifikasi respons aktual adalah :

7. Nilai total drift maksimum

Dikarenakan nilai total drift maksimum adalah 0,0048 < 0,01; maka struktur
tergolong immediate occupancy jika terkena beban gempa periode 500 tahunan.

Setelah perhitungan di atas, maka nilai-nilai perhitungan tersebut jika


dibandingkan dengan perhitungan rencana adalah sebagai berikut :

Tabel V.1 Nilai Paremeter Kegempaan Aktual dan Rencana Arah x

Parameter Kegempaan Nilai Rencana Nilai Aktual

Nilai Kuat Lebih (Ω0) 2,5 2,11

Nilai Daktilitas (Cd) 5,5 6,17

Faktor Modifikasi (R) 7 5,82

Performance Level Immediate Occupancy

Jika dilihat tabel tersebut, struktur arah x dalam studi ini dengan sistem ganda,
yaitu Sistem Rangka Bresing Konsentrik Khusus dengan Sistem Rangka Pemikul
Momen Khusus didesain dengan cukup baik, nilai daktilitas melebihi dari nilai
rencana, yang berarti sangat daktail. Sedangkan nilai modifikasi respons aktual

Halaman 101
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

kurang dari nilai modifikasi respons rencana. Hal ini dikarenakan nilai gaya leleh
aktual lebih dari gaya leleh rencana (1.701,7 kN > 649 kN).

V.1.2 Analisis Pushover Arah y


Dari hasil Capacity Spectrum output ETABS dapat diperoleh besar Drift Ratio.
Nilai drift ratio ini yang digunakan untuk memeriksa taraf kinerja dari bangunan dan
kelayakannya. Gempa yang dikerjakan pada bangunan adalah sesuai dengan beban
gempa (respon spektra) yang telah didefinisikan pada bagian sebelumnya (Ca =
Sds/2.5 = 0.9/2.5 = 0.36 dan Cv = Sd1 = 0.96).
Kemudian dari hasil pushover juga bisa didapatkan kurva Acceleration
Displacement Respon Spectrum terhadap kapasitas struktur untuk arah x:

Kurva Pushover Arah y


10000
9000
8000
7000
Gaya Geser (kN)

6000 Kurva Pushover


5000 Kurva Elastik
4000
3000
2000
1000
0
0 10 20 30 40 50
Perpindahan (mm)

Gambar V.5 Grafik Pushover Arah y

Dari grafik di atas kemudian diubah menjadi grafik Base Shear (V) vs.
Displacement (D). Informasi ini diperlukan untuk menentukan nilai R, Cd, dan
overstrength aktual untuk selanjutnya dibandingkan dengan nilai yang diasumsikan.
Pertama-tama akan dicari kekakuan struktur pada kondisi elastis, maka titik-titik yang
akan di plot nilainya pada grafik hanya dari titik 0 hingga terjadinya leleh pertama
(first yield). Dari perhitungan sebelumnya, gaya desain F adalah 649 kN.

1. Kelelehan Struktur :

Halaman 102
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

2. Performance Point Struktur :

3. Nilai kapasitas elastik adalah :

4. Nilai kuat lebih aktual adalah :

5. Nilai daktilitas aktual adalah :

6. Nilai modifikasi respons aktual adalah :

7. Nilai maksimum total drift, X/H

Dikarenakan nilai total drift maksimum adalah 0,0048 < 0,01; maka struktur
tergolong immediate occupancy jika terkena beban gempa periode 500 tahunan.

Setelah perhitungan di atas, maka nilai-nilai perhitungan tersebut jika


dibandingkan dengan perhitungan rencana adalah sebagai berikut :

Tabel V.2 Nilai Paremeter Kegempaan Aktual dan Rencana Arah y

Parameter Kegempaan Nilai Rencana Nilai Aktual

Nilai Kuat Lebih (Ω0) 2,5 2,31

Nilai Daktilitas (Cd) 5,5 5,5

Faktor Modifikasi (R) 7 5,5

Perforance Level Immediate Occupancy

Halaman 103
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Jika dilihat tabel tersebut, struktur arah y dalam studi ini dengan sistem ganda,
yaitu Sistem Rangka Bresing Konsentrik Khusus dengan Sistem Rangka Pemikul
Momen Khusus didesain dengan cukup baik, nilai daktilitas sama dengan nilai
rencana, yang berarti sangat daktail. Sedangkan nilai modifikasi respons aktual
kurang dari nilai modifikasi respons rencana. Hal ini dikarenakan nilai gaya leleh
aktual lebih dari gaya leleh rencana (1.697 kN > 649 kN).

V.2 Analisis Riwayat Waktu Non-linier


Sama halnya dengan analisis pushover, output akhir dari analisis non linear time
history disini ingin melihat kinerja struktur saat diberi beban gempa. Hal yang
berbeda dengan pushover, dalam analisis non linear time history, struktur dikenai
beban dinamis dari arah gabungan x dan y, sedangkan analisis pushover struktur
dipaksa didorong ke salah satu arah saja. Beban gempa yang digunakan dalam
analisis kali ini adalah beban gempa el centro. Berikut ini adalah proses pendefinisian
analisis riwayat waktu dengan gempa El-Centro.

Gambar V.6 Pendefinisian Riwayat Waktu Gempa El Centro

Halaman 104
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Analisis riwayat waktu non linier dengan gempa El Centro ini sama dengan
analisis pushover, yaitu dianalisis setelah pushgrav seperti yang ada pada gambar
V.2. Analisis riwayat waktu ini ada dua arah, yaitu arah x dan arah y. Sebelum
dianalisis, harus ditentukan dulu frame hinges seperti yang ada pada gambar V.1
dengan pendefinisannya sebagai berikut.

1. Kelelehan aksial (P) pada bresing

2. Kelelehan momen (M3) pada balok

3. Kelelehan aksial dan momen (P-M-M) pada kolom

Berikut ini adalah pendifinisian analisis riwayat waktu non linier untuk arah x
dan arah y pada program ETABS 2015.

Gambar V.7 Pendefinisian Analisis Riwayat Waktu Arah x

Halaman 105
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

Gambar V.8 Pendefinisian Analisis Riwayat Waktu Arah y

Hasil dari analisis riwayat waktu non linier ini adalah perpindahan maksimum
arah x dan arah y, serta kelelehan yang terjadi akibat gaya gempa yang terjadi, yaitu
El Centro. Berikut ini adalah nilai perpindahan maksimum dari hasil analisis riwayat
waktu non linier.

Hierarki plastifikasi akibat gempa El Centro adalah sebagai berikut :

Gambar V.9 Mekanisme Keruntuhan Bresing Akibat Gempa El Centro

Halaman 106
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1 Kesimpulan
Dari pembahasan Bab IV dan Bab V, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Konfigurasi profil dalam studi gudang struktur baja tahan gempa dengan Sistem
Rangka Bresing Konsentrik Khusus dan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus
adalah sebagai berikut :

Tabel VI.1 Profil Baja yang Digunakan dalam Studi

Elemen Struktur Profil (B x H) mm


Kolom Hollow Section 300 x 300
Balok Induk IWF 250 x 125
Balok Anak IWF 150 x 75
Bresing Hollow Section 150 x 100
Kuat leleh baja yang digunakan adalah 260 MPa
2. Perpindahan maksimum ekspektasi struktur yang terjadi dalam Studi Tugas
Akhir ini untuk masing-masing arah adalah :

3. Pelat baja dan balok komposit yang digunakan adalah :


- Tebal pelat : 150 mm
- Mutu Beton, fc’ : 26 MPa
- Tulangan Pelat : Wiremesh 2D8 – 150
- Kuat leleh : 400 MPa
- Lebar efektif komposit : 1.250 mm
- Stud Connector : D16 – 100 untuk ¼ bentang kanan dan kiri
D16 – 150 untuk bentang tengah
4. Konfigurasi base plate yang digunakan adalah :
- Dimensi pedestal : 550 x 550 mm
- Dimensi base plate : 500 x 500 mm
- Tebal base plate : 11 mm
- Anchore Bolt : 4D16

Halaman 107
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

5. Hasil dari analisis pushover adalah :


- Arah x :

Tabel VI.2 Nilai Paremeter Kegempaan Aktual dan Rencana Arah x

Parameter Kegempaan Nilai Rencana Nilai Aktual

Nilai Kuat Lebih (Ω0) 2,5 2,11

Nilai Daktilitas (Cd) 5,5 6,17

Faktor Modifikasi (R) 7 5,82

Performance Level Immediate Occupancy

- Arah y :

Tabel VI.3 Nilai Paremeter Kegempaan Aktual dan Rencana Arah y

Parameter Kegempaan Nilai Rencana Nilai Aktual

Nilai Kuat Lebih (Ω0) 2,5 2,31

Nilai Daktilitas (Cd) 5,5 5,5

Faktor Modifikasi (R) 7 5,5

Perforance Level Immediate Occupancy

VI.2 Saran
Saran mendesain struktur baja tahan gempa adalah :
1. Lebih baik menggunakan program analisis struktur yang lebih akurat dan bisa
untuk detailing struktur baja seperti MIDAS dan CSI Perform 3D.
2. Struktur dengan hanya dua lantai saja dan sebagai gudang lebih baik tidak
berlebihan dalam mendesain.
3. Hal-hal fundamental mekanika harus diketahui terlebih dahulu sebelum
mendesain struktur baja tahan gempa.

Halaman 108
Tugas Besar SI 4212 – Struktur Baja Lanjut

DAFTAR PUSTAKA

Budiono, Bambang & Lucky Supriatna. 2011. Studi Komparasi Desain Bangunan Tahan
Gempa. Bandung: Penerbit ITB

Lumbantoruan, Daniel. Tugas Akhir. 2014. Perencanaan Struktur Baja Tahan Gempa
Sistem Rangka Berpengaku Konsentrik Khusus Konfigurasi Inverted-V dengan
Ketidakberaturan Horizontal. Institut Teknologi Bandung

Moestopo, Muslinang. 2006. Diktat Kuliah SI 3212 – Struktur Baja. Institut Teknologi
Bandung

Simarmata, Reiner Parlindungan. Tugas Akhir. 2014. Perencanaan Bangunan Baja


Tahan Gempa menggunakan Sistem Rangka Bresing Eksentrik dengan
Ketidakberaturan Vertikal. Institut Teknologi Bandung

SNI 03 – 1726 – 2102. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa pada Struktur Gedung
dan non – Gedung. Badan Standarisasi Nasional

SNI 03 – 1727 – 2013. Beban Minimum untuk Perancangan Gedung dan Struktur Lain.
Badan Standarisasi Nasional

SNI 03 – 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung.
Badan Standarisasi Nasional.

Halaman 109

Anda mungkin juga menyukai