Anda di halaman 1dari 11

590

Gambaran Status Anemia pada Pasien Tuberkulosis Paru

di Unit Pengobatan Penyakit Paru-Paru Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2010-2012

Satrio Wahyu Sadewo1, Abdul Salam2, Ambar Rialita3


1
Program Studi Pendidikan Dokter, FK UNTAN
2
SMF Ilmu Penyakit Dalam, RS St. Antonius, Pontianak
3
Departemen Pre Klinik Anatomi Medik, Program Studi Pendidikan Dokter, FK UNTAN

Abstrak

Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
basil Mycobacterium tuberculosis. Indonesia merupakan salah satu dari lima negara di dunia
dengan kasus TB terbesar. Angka kematian akibat TB mencapai 90.000 orang setiap tahunnya.
Infeksi TB dapat menimbulkan manifestasi klinis pada berbagai organ, diantaranya kelainan
hematologi seperti anemia. Telah banyak penelitian yang melaporkan tingginya kasus anemia pada
pasien TB dan dikaitkan dengan risiko kematian. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian
destriptif dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan dengan penilaian terhadap data rekam
medik pasien TB paru di Unit Pengobatan Penyakit Paru-Paru Provinsi Kalimantan Barat. Hasil.
Terdapat sebanyak 692 orang yang memenuhi kriteria penelitian. TB paru paling banyak diderita
oleh pasien laki-laki (66,8%). Kelompok usia 25-34 tahun adalah yang paling banyak mengalami
TB paru (24,1%). Pasien TB paru sebagian besar mengalami anemia (76,4%). Anemia ringan
adalah yang paling banyak terjadi pada pasien TB paru (59,1%). Jenis anemia yang paling banyak
adalah normokromik normositik (54,8%). Kesimpulan. Anemia terjadi pada 76,4% pasien TB
paru dan anemia normokromik normositik adalah jenis yang paling banyak ditemukan.

Kata kunci: Tuberkulosis, Hematologi, Anemia

Background. Tuberculosis (TB) is an infection disease caused by Mycobacterium tuberculosis.


Indonesia is one of the five countries in the world with the highest cases of TB. Mortality rate
caused by TB exceeded 90.000 people every year. TB infection could caused clinical
manifestation to many organs such as hematology disorders like anemia. Many studies has
reported anemia in patients with TB and associated with mortality risk. Methods. This study was
a descriptive study with cross sectional approach done by using medical records of patients with
pulmonary TB in Unit Pengobatan Penyakit Paru-Paru Provinsi Kalimantan Barat. Result. As
much as 692 subjects were met the criteria study . Pulmonary TB most suffered by male (66,8%).
The age group suffered most was 25-34 years old (24,1%). Most of patients with pulmonary TB
has anemia (76,4%). Mild anemia was the most anemia happened to patients with pulmonary TB
(59,1%). The most common types of anemia was normocrom normositer (54,8%). Conclusion.
Anemia happened to 76,4% patients with pulmonary TB and normocrom normositer anemia was
the most commonly found.

Keywords: Tuberculosis, Haematology, Anemia

Jurnal Cerebellum. Volume 2. Nomor 3. Agustus 2016


591

LATAR BELAKANG dunia diperkirakan masih terdapat

Tuberkulosis (TB) sekitar 9,5 juta kasus TB baru, dan

merupakan penyakit infeksi menular 0,5 juta diantaranya mengalami

yang disebabkan oleh basil kematian akibat TB pada tahun

Mycobacterium tuberculosis.1 Proses 2009.5 Indonesia berada dalam lima

terjadinya infeksi oleh besar negara dengan beban TB

Mycobacterium tuberculosis tertinggi di dunia. Estimasi

biasanya secara inhalasi, sehingga prevalensi TB semua kasus adalah

TB paru merupakan manifestasi sebesar 566.000 atau 244 per

klinis yang paling sering 100.000 penduduk dan estimasi

dibandingkan organ lainnya.2 angka insidensi berjumlah 528.000

kasus baru per tahun (228 per


Sumber penularan dari TB ini
100.000 penduduk).6 Jumlah
adalah pasien dengan Basil Tahan
kematian akibat TB melebihi 90.000
Asam (BTA) positif yang
kematian per tahunnya.6
menyebarkan kuman ke udara

melalui percikan dahak (droplet Penyakit TB merupakan

nuclei).3 Tahun 1993, World Health infeksi multi sistemik yang spesifik,

Organization (WHO) menyatakan yang dapat menyebabkan manifestasi

bahwa TB merupakan masalah klinis yang beragam pada tiap sistem

kesehatan masyarakat global, ketika organ, sehingga, presentasi klinis

itu terjadi sekitar 7-8 juta kasus TB penyakit ini juga cukup beragam.

dengan 1,3-1,6 juta kematian setiap Temuan hematologi pada TB tidak

tahunnya.4 Laporan dari seluruh jarang dan biasanya terjadi karena

Jurnal Cerebellum. Volume 2. Nomor 3. Agustus 2016


592

faktor non-imunologi.7 TB dapat METODE

menyebabkan kelainan darah perifer, Penelitian ini merupakan

termasuk anemia.8 penelitian deskriptif untuk

mengetahui gambaran status anemia


Telah banyak penelitian yang
pada pasien TB paru. Subjek
melaporkan prevalensi tinggi anemia
penelitian dalam penelitian ini adalah
pada TB dan dikaitkan dengan risiko
seluruh pasien TB paru BTA positif
kematian.9 Anemia dilaporkan terjadi
di Unit Pengobatan Penyakit Paru-
pada 16-94% pasien dengan TB
paru Provinsi Kalimantan Barat
paru.8 Status anemia seseorang dapat
tahun 2010-2012 yang memenuhi
dinilai melalui pemeriksaan kadar
kriteria penelitian.
hemoglobin (Hb), hematokrit, dan

indeks sel darah merah yaitu volume Pasien yang dijadikan sampel

sel rata-rata atau Mean Corpuscular penelitian adalah seluruh pasien dari

Volume (MCV) dengan satuan tahun 2010-2012 dengan diagnosis

femtoliter, hemoglobin sel rata-rata TB paru kategori 1 yang telah

atau Mean Corpuscular Hemoglobin dilakukan pemeriksaan laboratorium

(MCH) dengan satuan pikogram per berupa pemeriksaan darah lengkap,

sel, dan rata-rata konsentrasi serta pasien yang berusia ≥15 tahun.

hemoglobin per volume sel darah Pasien TB paru yang memiliki

atau Mean Corpuscular Hemoglobin diagnosis lain seperti AIDS, sifilis,

Concentration (MCHC) dengan artritis reumatoid dan kanker tidak

satuan gram per desiliter.10 disertakan dalam penelitian ini, sama

halnya dengan pasien wanita yang

Jurnal Cerebellum. Volume 2. Nomor 3. Agustus 2016


593

sedang dalam masa kehamilan. 3 atau berat (6,5≤Hb<8,0), dan

Selain itu data rekam medik yang derajat 4 atau mengancam jiwa

tidak lengkap juga tidak disertakan. (Hb<6,5). Klasifikasi anemia pada

penelitian ini dikelompokkan


Data rekam medik yang
menjadi anemia normokromik
digunakan dalam penelitian ini
normositik, normokromik
mencakup data pribadi, diagnosis TB
makrositik, dan hipokromik
paru, kadar Hb, MCV, MCH, dan
mikrositik. Klasifikasi ini didasarkan
MCHC. Pengolahan data dilakukan
pada nilai MCV (80-100 fL), MCH
untuk menilai status anemia pasien
(27-33 pg), dan MCHC (31-35 g/dL).
TB paru, yaitu berupa penilaian

derajat anemia dan klasifikasi anemia

berdasarkan indeks sel darah merah. HASIL

Terhitung sebanyak 692


Derajat anemia dalam
pasien TB paru terlibat dalam
penelitian ini dikelompokkan
penelitian ini. Pelaporan hasil
menjadi normal dan anemia.
penelitian dibagi ke dalam tiga
Dikatakan anemia apabila memiliki
bahasan utama, yaitu karakteristik
nilai Hb kurang dari 12 g/dL pada
pasien yang diuraikan menjadi jenis
perempuan dan kurang dari 14 g/dL
kelamin dan usia, derajat anemia
pada laki-laki. Pasien anemia dibagi
pasien, serta klasifikasi anemia
menjadi derajat 1 atau ringan
berdasarkan indeks sel darah merah
(10,0≤Hb<14,0 pada pria dan
(Tabel 1). Pasien laki-laki berjumlah
10,0≤Hb<12,0 pada wanita), derajat
462 orang, sedangkan pasien
2 atau sedang (8,0≤Hb<10,0), derajat

Jurnal Cerebellum. Volume 2. Nomor 3. Agustus 2016


594

perempuan hanya 230 orang. pasien dengan anemia jenis

Kelompok usia 25-34 tahun normokromik makrositik, dan hanya

merupakan kelompok usia yang memperoleh anemia jenis

paling banyak menderita TB paru hipokromik mikrositik sebanyak 239

dibandingkan kelompok usia lainnya, orang dan anemia jenis normokromik

yaitu sebanyak 167 orang. Anemia normositik sebanyak 290 orang

terjadi pada 529 orang dengan TB sekaligus menjadi jenis anemia

paru dalam penelitian ini. terbanyak yang terjadi pada pasien

TB paru.
Anemia derajat 1 atau ringan

menjadi yang paling banyak terjadi

dengan jumlah 409 orang, diikuti PEMBAHASAN

anemia derajat 2 atau sedang yang Penyakit TB paru dilaporkan

berjumlah 101 orang. Sangat jarang lebih sering menyerang laki-laki

ditemukan pasien TB paru yang daripada perempuan. Laporan serupa

mengalami anemia berat, hanya 4 juga terjadi di sebagian besar negara-

orang dalam penelitian ini. negara di dunia. Tercatat ada 1,4 juta

Klasifikasi anemia berdasarkan kasus TB paru BTA positif pada laki-

indeks sel darah merah dibagi laki dan hanya 775.000 pada

menjadi 3 kelompok, yaitu jenis perempuan di tahun 2004. Rasio

normokromik normositik, perempuan terhadap laki-laki pada

hipokromik mikrositik, dan kasus TB global adalah 0,47:0,67.11

normokromik makrositik. Hasil


Alasan untuk perbedaan
penelitian ini tidak mendapatkan
jumlah kasus antara laki-laki dan

Jurnal Cerebellum. Volume 2. Nomor 3. Agustus 2016


595

perempuan dikaitkan dengan infeksi TB lebih banyak pada laki-

beberapa teori, diantaranya karena laki dibandingkan perempuan.14

adanya perbedaan dalam prevalensi


Usia merupakan faktor risiko
infeksi, tingkat perkembangan dari
determinan penting timbulnya
infeksi penyakit, tidak terdeteksinya
penyakit setelah terjadinya infeksi.
pelaporan untuk perempuan, atau
Di antara orang-orang yang
perbedaan dalam akses terhadap
terinfeksi, insiden penyakit TB
11
layanan kesehatan.
paling tinggi terjadi pada usia

Selain itu, penjelasan lain dewasa muda dan awal masa remaja

tentang perbedaan ini antara lain atau rentang usia 15-24 tahun..15

bahwa laki-laki dilaporkan lebih


Risiko untuk mendapatkan
sering mengonsumsi rokok, dimana
TB paru dapat dikatakan seperti
selain memengaruhi tingkat imunitas,
halnya kurva terbalik, yakni tinggi
juga dapat memengaruhi angka
ketika awal kelahiran, menurun
kejadian progresifitas kuman TB
ketika di atas dua tahun hingga
12
menjadi aktif. Alkohol juga dapat
dewasa, karena memiliki daya tahan
menimbulkan efek serupa, dimana
yang baik terhadap infeksi TB paru.
sistem pertahanan tubuh menjadi
Puncaknya tentu pada usia dewasa
13
lebih lemah dari seharusnya.
muda dan menurun kembali ketika

Perbedaan pola hidup dan seseorang menjelang usia tua.16

aktivitas interaksi sosial juga dapat


Keadaan yang demikian
menyebabkan kemungkinan pajanan
diduga ada hubungannya dengan

Jurnal Cerebellum. Volume 2. Nomor 3. Agustus 2016


596

tingkat aktivitas dan pekerjaan berhubungan dengan stage penyakit

sebagai tenaga kerja produktif yang dan kondisi penyakit dasar.18

memungkinkan untuk mudah tertular


Secara garis besar
dengan kuman TB setiap saat dari
patogenesis anemia penyakit kronis
penderita, khususnya dengan BTA
dititikberatkan pada 3 abnormalitas
14
positif. Sebagaimana laporan yang
utama, yaitu ketahanan hidup
menyatakan bahwa 75% dari angka
eritrosit yang memendek akibat
kejadian TB paru adalah kelompok
terjadinya lisis eritrosit lebih dini,
usia yang paling produktif secara
adanya respon sumsum tulang akibat
3
ekonomis, yaitu 15-50 tahun.
respon eritropoetin yang terganggu
Meningkatnya kebiasaan merokok
atau menurun, gangguan
pada usia muda di negara-negara
metabolisme berupa gangguan
berkembang menjadi salah satu
reutilisasi besi.19 Penyakit TB paru
faktor banyaknya kejadian TB paru
merupakan infeksi multi sistemik
17
pada usia produktif.
yang dapat menyebabkan manifestasi

Anemia pada penyakit kronik di berbagai organ, salah satunya

adalah anemia paling sering nomor adalah berupa kelainan hematologi.7

dua setelah anemia defisiensi besi.


Anemia merupakan
Tidak ada data epidemiologis
abnormalitas hematologi yang biasa
mengenai semua kondisi penyakit
terjadi pada pasien TB paru.8 Seluruh
dasar yang berhubungan dengan
infeksi kronik termasuk TB dapat
anemia pada penyakit kronik.
menyebabkan anemia.8 Keadaan ini
Prevalensi dan beratnya anemia
diduga akibat adanya respon dari

Jurnal Cerebellum. Volume 2. Nomor 3. Agustus 2016


597

sitem imun, dimana sel-selnya penelitian ini. Kedua jenis anemia ini

melepaskan sitokin yang akan memiliki hubungan dengan kejadian

membantu dalam hal pemulihan atau infeksi kronik.22 Anemia jenis

mekanisme pertahanan tubuh hipokromik mikrositik umumnya

terhadap infeksi. Akan tetapi, mencerminkan insufisiensi sintesis

produksi dari sitokin ini juga dapat heme dan berkurangnya zat besi.22

memengaruhi fungsi normal dari


Penyakit TB paru merupakan
tubuh.
suatu penyakit infeksi kronik yang

Pada anemia penyakit kronik, dalam perjalanan patogenesisnya

sitokin dapat mengganggu dapat mengakibatkan berkurangnya

kemampuan tubuh dalam menyerap persediaan zat besi dalam tubuh.

dan menggunakan zat besi.20 Selain Anemia penyakit kronik sering

itu, produksi dari sitokin yang bersamaan dengan anemia defisiensi

berlebihan ini juga dapat besi dan keduanya memberikan

mengganggu produksi dan aktivitas gambaran penurunan besi serum.19

eritropoietin, hormon yang


Proses terjadinya radang
menstimulasi sumsum tulang untuk
merupakan respon fisiologis tubuh
memproduksi sel darah merah,
terhadap berbagai rangsangan
21
sehingga menyebabkan anemia.
termasuk infeksi dan trauma. Fase

Anemia jenis normokromik awal proses infamasi terjadi induksi

normositik dan hipokromik fase akut oleh makrofag yang

mikrositik adalah jenis anemia yang teraktivasi berupa penglepasan

terjadi pada pasien TB paru dalam sitokin radang seperti Tumor

Jurnal Cerebellum. Volume 2. Nomor 3. Agustus 2016


598

Necrotizing Factor (TNF)-α, besi jaringan ke dalam darah.19 Pada

Interleukin (IL)-1, IL-6, dan IL-8. keadaan yang lebih lanjut, anemia

yang terus berkembang ini mulai


IL-1 menyebabkan absorbsi
menyebabkan perubahan pada
besi berkurang akibat pengelepasan
morfologi sel darah merah, dimana
besi ke dalam sirkulasi terhambat,
sebagian sel akan menjadi lebih kecil
produksi protein fase akut (PFA),
dan pucat, atau hipokromik
leukositosis dan demam. Hal itu
mikrositik.23
dikaitkan dengan IL-1 karena pada

episode tersebut kadarnya meningkat

dan berdampak menekan


KESIMPULAN
eritropoesis. Bila eritropoesis
Penyakit TB paru lebih
tertekan, maka kebutuhan besi akan
banyak terjadi pada laki-laki
berkurang, sehingga absorbsi besi di
dibandingkan dengan perempuan.
usus menjadi menurun.
Usia 25-34 tahun merupakan rentang

IL-1 bersifat mengaktivasi usia dengan angka kejadian TB paru

sel monosit dan makrofag yang yang paling sering.

menyebabkan ambilan besi serum Sistem hematologi

meningkat. TNF-α juga berasal dari merupakan salah satu sistem yang

makrofag dan berefek sama, yaitu dapat terganggu akibat adanya

menekan proses eritropoesis melalui infeksi Mycobacterium tuberculosis.

penghambatan eritropoetin. IL-6 Pasien dengan TB paru

menyebabkan hipoferemia dengan cenderung mengalami anemia ringan

menghambat pembebasan cadangan sampai sedang. Apabila

Jurnal Cerebellum. Volume 2. Nomor 3. Agustus 2016


599

diklasifikasikan berdasarkan indeks 8. Lee SW, Kang YA, Yoon YS, Um


SW, Lee SM,Yoo CG, et al., The
prevalence and evolution of anemia
sel darah merah, maka anemia jenis associated with tuberculosis. Journal
of Korean Medical Sciences. 2006:
normokromik normositik adalah 21: 1028-32.
9. Isanaka S, Mugusi F, Urasa W, Willet
yang paling banyak dialami oleh WC, Bosch RJ, Villamor E, et al.,
Iron deficiency and anemia predict
mortality in patient with tuberculosis.
pasien TB paru. The Journal of Nutrition. 2012; 350-7.
10. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL,
Braunwald E, Hauser SL, Jameson
JL, et al., Anemia and polycythemia:
introduction. In:Harrison’s Internal
Medicine 17th Edition. USA.
DAFTAR PUSTAKA
Mcgraw-Hill Company. 2008; chapter
58.
11. International Centre For Diarrhoeal
1. World Health Organization. Global
Disease Research. Tuberculosis: A
tuberculosis report. World Health
Global Health Problem. Bangladesh.
Organization. 2012; 1-2: 3-28.
Journal Health Population Nutrition.
2. Amin Z, Bahar A. Tuberkulosis paru,
2010; 2: 111-3
Dalam: Buku ajar ilmu penyakit
12. Watkins RE, Plant, AJ. Does smoking
dalam Edisi V Jilid III. Jakarta.
explain sex differences in the global
Interna Publishing. 2009; 357: 2230-
tuberculosis epidemic. Infect
8.
2006;134:333-9.
3. Kementrian Kesehatan Republik
13. Lönnroth K, Williams BG, Stadlin S,
Indonesia. Pedoman nasional
Jaramillo E, and Dye C. Alcohol use
pengendalian tuberkulosis.
as a risk factor for tuberculosis – a
Kementrian Kesehatan Republik
systematic review. BMC Public
Indonesia. 2011; 2 (1-3): 1-35.
Health 2008; 8:289.
4. World Health Organization.
14. Panjaitan F. Karakteristik Penderita
Assesssing tuberculosis under-
Tuberkulosis Paru Dewasa Rawat
reporting through inventory studies.
Inap di Rumah Sakit Umum dr.
World Health Organization. 2012; vii-
Soedarso Pontianak Periode
x.
September-November 2010. Fakultas
5. Kementerian Kesehatan Republik
Kedokteran Universitas Tanjungpura.
Indonesia. Strategi nasional
2012. (Skripsi).
pengendalian TB di Indonesia 2011-
15. Lienhart C. From exposure to disease:
2014. Kementerian Kesehatan
the role of environmental factors in
Republik Indonesia. 2011; 1:1.
susceptibility to and development of
6. Kementerian Kesehatan Republik
tuberculosis. The Johns Hopkins
Indonesia. Rencana aksi nasional
University Bloomberg School of
advokasi komunikasi dan mobilisasi
Public Health. 2001; 23: 288-301.
sosial pengendalian tuberkulosis
16. Achmadi U.F., 2005. Manajemen
Indonesia 2011-2014. Kementerian
Penyakit Berbasis Wilayah, Cetakan
Kesehatan Republik Indonesia. 2011;
1, Jakarta,. Kompas Media Nusantara.
1:1.
17. Kolappan C, Gopi PG. Tobacco
7. Turgut M, Uzun O, Kelk E and Okay
Smoking and Pulmonary
Ozer. Pulmonary tubercolosis
Tuberculosis. BMJ. 2002; 57: 964-66.
associated with autoimmune
18. Wibawa IPB, Bakta IM. Hubungan
hemolytic anemia: an unusual
Kadar Interleukin 6 dengan Kadar
presentation. Turkey Journal
Besi Serum Penderita Anemia pada
Haematology. 2002; 19(4): 477-80.

Jurnal Cerebellum. Volume 2. Nomor 3. Agustus 2016


600

Penyakit Kronik. Bali. Jurnal Pulmonary Tuberculosis. India.


Penyakit Dalam. 2008; 9 (1): 36-46. International Journal of Health and
19. Muhammad A, Sianipar O. Penentuan Rehabilitation Sciences. 2013; 2(1):
Defisiensi Besi Anemia Penyakit 50-5.
Kronis Menggunakan Peran Indeks 22. Baldy CM. Gangguan sel darah
sTfR-F. Yogyakarta. Indosian Journal merah. Dalam: Patofisiologi konsep
of Clinical Pathology and Medical klinis proses-proses penyakit. Jakarta.
Laboratory. 2005; 12(1): 9-13. EGC. 2003; 17: 255-8.
20. National Hematologic Disease 23. Kaushansky K, Lichman MA, Beutler
Information Service. Anemia of E, Kipps TJ, Seligsohn U, Prchal JT,
Inflammation and Chronic Disease. et al., Clinical manifestation and
USA. National Institue of Diabetes classification of erythrocyte disease.
and Digestive and Kidney Disease. 1- In: Williams hematology 8th Edition. .
6. USA. Mcgraw-Hill Company. 2010;
21. Yaranal PJ, Umashankar T, Harish chapter 33.
GS. Hematological Profile in

Jurnal Cerebellum. Volume 2. Nomor 3. Agustus 2016

Anda mungkin juga menyukai