FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
Disusun oleh:
Isroh Septianto (1431900012)
Dimas Fitrah Herkunadi (1431900046)
Maulana Liandika Frediansyah (1431900056)
Bachtiar Hentyarsa (1431900185)
STRUKTUR BAJA II
(433063)
Kelas A
TAHUN 2021
1. Pendahuluan
Maka mahasiswa secara team Work diberikan tugas untuk mendesain sebuah
bangunan Gedung Bertingkat yang meliputi : sistim atap, Sistim struktur utama, Brucing
(untuk yang menggunakan sistim Brucing), dan sistim tumpuannya.
2. Ketentuan Tugas.
3. Susunan Pelaporan
1.3 Peraturan Peraturan Yang digunkan / Code reference (termasuk peraturan pemebanan)
1.4 Parameter desain / Design Parameters (terkait dengan kegempaan dan Beban Angin,
kombinasi beban, Material yang digunakan)
1.5 kriteria desain / Structural Design Criteria (sesuai dengan kategori sistim struktur yang
terkait dengan kegempaan yang ditrapkan (pilih diantara E1,E2,F1,F2 SNI 7680)
BAB II Pembebanan ( Beban Mati, Beban Hidup, Beban Angin, dan Beban Gempa)
3.1 Konsep preliminy ukuran ukuran Profil yang digunakan, daftar Profil yang digunakan
3.2 Metode Analisa dan software yang digunakan
3.3 Analisa struktur struktur sekunder
3.4 Analisa struktur Struktur Atap
3.5 Analisa Struktur Utama ( Brucing , Balok dan Kolom)
3.6 Reaksi reaksi Tumpuan
Material baja merupakan material yang umum digunakan sebagai bahan konstruksi
karena memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan material konstruksi yang lain.
Keunggulan baja yang paling utama adalah daktilitas yang tinggi. Dengan daktilitas yang
tinggi, baja akan mudah dibentuk dan ditempa dalam proses pembuatannya. Baja juga
tidak mudah retak dalam proses pembebanan, namun baja akan meregang hingga batas
daktilitasnya sebelum bangunan runtuh apabila tegangan yang dialami melebihi tegangan
leleh. Selain itu baja juga memiliki kekuatan yang sama dalam menahan tarik maupun
tekan. Keunggulan baja ini menjadikan baja menjadi material yang diandalkan dalam
pembangunan struktur di daerah rawan gempa, seperti di Indonesia.
Saat ini penggunaan baja sebagai material struktural sudah sangat meluas terutama di
daerah maju. Dalam dunia konstruksi, baja sering digunakan sebagai bahan bangunan
yang berukuran besar, seperti gudang. Salah satu fungsi gudang adalah untuk menyimpan
barang-barang produksi dalam jumlah besar. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu konstruksi
yang kuat dan tahan lama. Desain gudang dari rangka baja memiliki beberapa kelebihan,
seperti kemudahan pemasangan, relatif ringan, lebih kuat, lebih ringan, dan lebih praktis
daripada kayu. Selain itu, baja juga tahan terhadap berbagai cuaca, udara panas dan
dingin, serta tidak mudah berkarat, sehingga sangat cocok digunakan sebagai kerangka
konstruksi bangunan.
1.2. Deskripsi dan Fungsi Bangunan dan Strukturnya
Gudang merupakan komponen penting dari rantai pasokan modern. Rantai pasok
melibatkan kegiatan dalam berbagai tahap: produksi, distribusi barang, dari penanganan
bahan baku, sparepart, dan barang dalam proses hingga produk jadi.
Gudang (warehouse) adalah tempat penerimaan, penyimpanan sementara dan persediaan
part, material dan barang yang akan dipakai untuk kebutuhan produksi atau support
produksi.
Menurut Lembaga Manajemen Pergudangan (2008) gudang atau pergudangan adalah suatu
tempat penyimpanan yang berfungsi untuk menyimpan persediaan sebelum diproses lebih
lanjut. Pengadaan gudang dalam suatu perusahaan menandakan bahwa hasil produksi
dari perusahaan tersebut cukup besar sehingga arus keluar masuk dan stok penyimpanan
barang harus dikendalikan. Oleh karena itu, gudang merupakan solusi dalam penanganan
secara efektif dan efisien dalam perencanaan kesediaan hasil produksi sebuah perusahaan.
Fungsi penyimpanan (storage and movement). Fungsi paling mendasar dari gudang adalah
tempat penyimpanan barang, baik bahan mentah, setengah jadi, maupun barang jadi.
Tujuan dari manajemen bagaimana menggunakan ruang (sapce) seoptimal mungkin untuk
menyimpan produk dengan biaya tertentu.
Dilokasi yang akan dibangun menurut survey data kegempaan sangat minim akan adanya
gempa, begitu juga dengan beban angin. Oleh karena itu struktur yang akan dibangun
menggunakan material – material baja yang sesuai dengan keadaan lokasi yang akan
dibangun
1.5. kriteria desain / Structural Design Criteria (sesuai dengan kategori sistim struktur
yang terkait dengan kegempaan yang diterapkan (pilih diantara E1,E2,F1,F2 SNI
7680)
Kriteria desain yang dipilih pada perencanaan ini menggunakan system rangka momen E1
pada SNI 7680 yaitu menggunakan system rangka momen biasa (RMB).
BAB II
PEMBEBANAN
Langkah yang selanjutnya dilakukan dalam pengerjaan tugas besar ini adalah
pembebanan terhadap struktur gudang yang akan didesain. Diperlukan gambaran yang jelas
mengenai perilaku dan besar beban yang bekerja pada struktur dalam melakukan analisis
desain suatu struktur bangunan. Pertama, beban – beban yang akan ditetapkan pada
struktur, didefinisikan sesuai dengan jenis beban. Kemudian, beban – beban tersebut dicari
besarnya dan dikalikan dengan tributary area kemudian dibagi dengan panjang komponen
struktur tersebut. Untuk beban angin, beban diaplikasikan pada atap dan dinding. Berikut
merupakan data dimensi – dimensi yang dibutuhkan dalam pembebanan :
Beban mati adalah semua beban yang berasal dari berat bangunan dan segala unsur
tambahan yang bersifat tetap seperti finishing, mesin-mesin, dan peralatan yang merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari gedung tersebut. Beban mati pada struktur dikelompokkan
menjadi dua jenis, yaitu Dead Load (DL) dan Super Imposed Dead Load (SIDL). Dead
Load merupakan beban mati yang berasal dari berat struktur bangunan itu sendiri.
Beban mati struktur dihitung secara otomatis oleh program SAP 2000 v 15.
Perhitungan beban DL akan tergantung pada profil baja yang dipakai untuk komponen-
komponen struktur dan berat jenis material baja yang digunakan. Material baja yang
digunakan adalah BJ37 dengan berat jenis sebesar 7850 kg/m3.
Beban hidup merupakan semua beban tidak tetap yang terjadi akibat penggunaan
struktur termasuk di dalamnya, beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang
yang dapat berpindah, mesin-mesin, dan peralatan yang tidak merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu,
sehingga mengakibatkan perubahan pembebanan lantai dan atap tersebut. Perhitungan
beban hidup didasarkan pada perhitungan matematis dan peraturan yang berlaku pada
pelaksanaan konstruksi di Indonesia.
Fluktuasi beban hidup akan sangat bervariasi dan bergantung pada bebagai faktor.
Karena sulitnya menentukan nilai pasti dari beban hidup, faktor pengali dari beban hidup
menjadi lebih besar dari faktor pengali beban mati. Beban hidup adalah beban yang
berasal di luar elemen struktur. Dalam hal ini, diasumsikan bahwa beban manusia yang
naik ke atap, misalnya teknisi yang ingin melakukan maintenance. Beban ini di-assign
pada joint-joint pada kuda-kuda atap sebesar 100 kg.
2.3 Beban Angin (Wind)
Beban angin adalah salah satu jenis beban lateral. Beban angin diaplikasikan pada
atap dan dinding. Beban angin yang meniup suatu struktur akan menimbulkan tiup pada
satu sisi dan hisap pada sisi lainnya. Dalam SNI 1727-1989, beban angin diatur sebagai
berikut :
1. Pw minimum diambil sebesar 25 kg/m2. Untuk daerah yang berjarak 5 km dari laut,
Pw harus diambil minimum 40 kg/m2. Pada struktur ini, Pw diambil sebesar 25 kg/m2.
2. Besar beban angin untuk perencanaan dihitung sebagai berikut :
Pangin=koef . angin× Pw
3. Koefisien pengali tersebut ditentukan sebagai berikut :
o Untuk atap di pihak angin, koefisien dihitung sebagai berikut :
Pangin dari prosedur di atas kemudian dikalikan kemMataram dengan tributary area
seperti sebelumnya lalu dibagi dengan panjang komponen struktur. Hasil perhitungan
beban angin untuk struktur gudang adalah sebagai berikut:
Beban Angin
Pw 25 kg/m2
Koefisien Angin Atap Di Pihak Angin 0,219275
Koefisien Angin Atap Di Belakang Angin 0,4
Koefisien Angin Dinding di Pihak Angin 0,9
Koefisien Angin Dinding di Belakang Angin 0,4
Pw di Atap Di Pihak Angin 5,481878 kg/m2
Pw di Atap Di Belakang Angin 10 kg/m2
Pw Dinding di Pihak Angin 22,5 kg/m2
Pw Dinding di Belakang Angin 10 kg/m2
2.4 Beban Gempa (Earthquake)
Beban gempa adalah semua beban statis ekuivalen yang bekerja pada gedung atau
bagian gedung yang menirukan pengaruh dan gerakan tanah akibat gempa itu. Gempa
terhadap suatu struktur menimbulkan adanya beban yang terjadi. Beban gempa
didefinisikan sebagai beban percepatan tanah yang berupa rekaman percepatan tanah,
sehingga untuk setiap waktu tertentu akan mempunyai harga percepatan tanah tertentu.
akibat adanya interaksi tanah dengan struktur dan karakteristik respon struktur.
Beban rencana ditentukan berdasarkan beberapa faktor berikut :
1. Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban gempa
Penentuan kategori risiko ditentukan berdasarkan jenis pemanfaatan bangunan.
Pada tugas besar ini, struktur bangunan yang akan didesain adalah gudang.
Menurut SNI-03-1726-2012, gudang termasuk dalam kategori gedung yang
memiliki risko rendah terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan.
Berdasarkan jenis pemanfaatan tersebut, kategori risiko untuk gudang adalah I.
2. Faktor keutamaan gempa
Faktor keutamaan gempa ditentukan berdasarkan kategori risiko bangunan.
Berikut ini merupakan faktor keutamaan gempa menurut SNI-03-1726-2012:
S M 1=F v S1
S M 1=2× 0,2=0,4
Pada struktur gudang ini akan dilakukan peninjauan terhadap elemen struktural
berupa kuda - kuda, bracing, gording, dan kolom. Elemen struktural yang telah
disebutkan sebelumnya akan mengalami gaya berupa gaya aksial, geser, dan lentur.
Peninjauan dilakukan untuk gaya-gaya ultimate yang terjadi dengan penyeragaman
komponen yang digunakan pada setiap elemen.
Batang kuda – kuda, kuda - kuda, bracing, gording, dan kolom memiliki profil dan
penampang yang didesain sesuai dengan beban yang diterimanya. Dalam desain
digunakan program SAP2000 V22 yang membantu dalam menentukan jenis profil dan
penampang yang sesuai untuk tiap jenis batang. Profil dan penampang ini akan diterapkan
secara seragam untuk tiap jenis batang. Berdasarkan beban – beban yang diterima oleh
tiap elemen, dipeorleh profil dan penampang yang dapat menahan beban – beban pada
tiap elemen sebagai berikut :
Suatu perencanaan harus dilakukan dengan sistematika yang jelas dan teratur sehingga
hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, penelitian ini dibagi dalam
beberapa tahap sebagai berikut :
1. Tahap I
Tahap persiapan. Persiapan dilakukan untuk mencari data dan informasi yang
mendukung perancangan struktur.
2. Tahap II
Pemodelan geometri struktur portal.
3. Tahap III
Perencanaan plat atap dan plat lantai dari beton bertulang, selanjutnya hasil
perencanaan dianalisa terhadap beban yang bekerja untuk mengetahui apakah
struktur aman atau tidak berdasar kinerja batas layan .
4. Tahap IV
Analisis struktur terhadap model struktur dengan bantuan SAP 2000 untuk
mengetahui besarnya nilai joint displacement, momen, gaya geser, dan gaya
tekan atau gaya tarik pada struktur portal terhadap beban-beban yang bekerja
(beban luar dan beban gravitasi).
5. Tahap V
Pemilihan profil baja untuk elemen utama struktur (balok, balok anak dan
kolom).
6. Tahap VI
Kontrol profil baja terhadap momen, gaya geser, dan gaya tekan atau gaya tarik
ysng diperoleh dari hasil pemodelan struktur dengan bantuan program komputer
SAP 2000.
7. Tahap VII
Tahap pengambilan kesimpulan. Pada tahap ini, dengan berdasarkan hasil
analisis data dan pembahasan, dibuat suatu kesimpulan yang sesuai dengan
tujuan penelitian.
3.3. Analisa Struktur Sekunder
Sebagai bagian dari komponen struktur secara keseluruhan, struktur sekunder akan
memberikan pengaruh terhadap struktur utama sebagai beban. Dalam perencanaan desain
gempa, struktur sekunder merupakan komponen struktur yang dikomposisikan untuk
menerima beban lateral akibat gempa, sehingga dalam perhitungannya struktur sekunder
dapat direncanakan dan dianalisa secara terpisah dari struktur sekunder. Di dalam bab ini
struktur sekunder yang di bahas meliputi perencanaan pelat lantai.
3.3.1. Perencanaan Plat Lantai
Pelat Lantai Atap
1. Beban finishing
Berat aspal 2 m x 14 kg/m2 = 28 kg/m2
Berat plafon + penggantung ( 11+7 ) kg/m2 = 18 kg/m2
Berat ducting AC = 40 kg/m2
Total beban finishing = 86 kg/m2
2. Beban hidup = 100 kg/m2
Beban berguna = finishing + hidup = 86 + 100 = 186 kg/m2
Beban hidup :
qD = 538.1 kg/m2
W = 66 kg/m tf = 13 mm
r = 16 mm h = d -2.(tf+r) = 342 mm
Zx = 1286 cm3 iy = 4.54 cm
d = 400 mm balok anak = 2 m
Ix = 23700 cm4 Panjang balok (span) L = 6 m
3.3.3.2. Pembebanan pada balok anak lantai atap:
Beban mati
Berat bondek =10.1 kg/m2 x 2 m = 20.2 kg/m2
Berat pelat beton 0.09 m x 2 m x 2400 kg/m3 = 648 kg/m
Berat sendiri profil WF = 66 kg/m
qD = 820.2 kg/m
Beban hidup
qL = 2m x 250 kg/m2 = 500 kg/m
Beban berfaktor
qU = (1.2 x qD) + (1.6 x qL)
= 1.2 x 820.2 + 1.6 x 500)
= 984.24 + 800
= 1784.24 kg/m
Momen yang terjadi (terbagi rata )
Mu =1/8 x qU x L2 = 1/8 x 1784.24 x 62
= 8029.08 kg.m
Gaya geser yang terjadi
Vu =1/2 x qU x L =1/2 x 1784.24 x 6
= 5352.72 kg
3.3.3.3. Kontrol Lendutan
Lendutan ijin : ( pemakaian rumus ini di karenakan tidak memakai stiffner )
L = 400 cm
𝑓𝑖𝑗𝑖𝑛 = 𝐿/360 = 400/360 = 1.11 cm
q = qD + qL = 820.24 + 500 = 1320.4kg/m = 13.204 kg/cm
q x L4
fo = 5/384 x
E x Ix
13.204 x 4004
= 5/384 x = 0. 91 cm
2000000 x 23700
( Lr−Lb)
Mn=Cb[M r +( M p−M r ) ]≤ Mp
( Lr−Lp)
M A =602181 Kgcm
M B =802908 Kgcm
M C =602181 Kgcm
12,5 Mmaks
Cb= ≤ 2,3
2,5 Mmaks+3 M A + 4 M B +3 M C
12,5.802908
Cb= ≤2,3
(2,5.802908)+(3.602181)+(4.802908)+(3.602181)
= 1,68 < 2,3 dipakai 1,68
My = Sx.fy
= 1190 . 2500
= 2975000 Kgcm
Mp = fy.Zx = 2500 . 1286
= 3215000 kgcm < 1,5 My
MR = (fy-fr)Sx = 1800. 1190
= 2322000 kgcm
(658.37−600)
Mn=1,4 [(2322000+3215000−2322000) ]≤ Mp
(658.37−226,00)
Mn = 1.68 ( 3215000 x 0.135 ) = 729162 kg cm
Jadi Mn p
Dipakai Mn = Mp = 729162 kgcm
Persyaratan :
Mu ≤ Mn
8029.08 Kgcm ≤ 0,9. 729162 kgcm
8029.08 Kgcm < 656245.8 kgcm............OK
Jadi Penampang profil baja mampu menahan beban yang terjadi.
3.3.3.6. Kontrol penampang profil terhadap gaya geser
h 342 1100 1100
= =42,75 = =69,57
tw 8 √ fy √250
h 1100
≤ 42.75 < 69.57 ….. Geser plastis
tw √ 250
maka Vn = 0.6 .fy . Aw = 0.6 .fy . d . tw
= 0.6 x 2500 x ( 40 . 0.8 ) = 4800000 kg
Syarat :
Vu < ØVn 11040 kg < 0.9 . 4800000 kg
5352.72 kg < 4320000 kg ……………..(OK)
3.4. Analisa Struktur Atap
3.5. Analisa Struktur Utama (Brucing, Balok dan Kolom)
3.6. Reaksi Tumpuan