II - 1
b. Beban Hidup, adalah beban yang dipengaruhi oleh aktifitas
didalam Gedung dan barang-barang yang ada didalam Gedung
yang bersifat tidak permanen. Beban hidup yang terdapat pada
penelitian ini antara lain:
Tabel 2.2. Beban Hidup Bangunan Serbaguna
Penggunaan Merata Lo psf (kN/m2)
Ruang Pertemuan
Kursi Tetap (terikan di lantai) 60 (2.87)
Lobi 100 (4.79)
Kursi dapat dipindahkan 100 (4.79)
panggung pertemuan 100 (4.79)
Lantai podium 150 (7.18)
Ruang Pertemuan lainnya 100 (4.79)
Balkon dan Dek 1.5 kali beban hidup untuk
daerah yang dilayani. Tidak
melebihi 100 psf (4.79)
Atap
Atap datar, berbubung dan 20 (0.96)
lengkung
atap yang digunakan penghuni sama dengan penggunaan
yang dilayani
atap untuk tempat berkumpul 100 (4.70)
Sumber: SNI 1727:2020, Badan Standardisasi Nasional (2020:26)
c. Beban Angin, adalah beban yang bekerja pada struktur akibat dari
gerakan angin yang memberikan gaya terhadap struktur. Beban
angin ini sangat bergantung pada lokasi bangunan, dimensi
bangunan, dan ketinggian bangunan. Jika dalam Peraturan
Pembebanan Indonesia 1983 (PBI:1983) untuk tekanan tiup harus
diambil minimal 25 kg/m2 (0.245 kN/m2).
II - 2
arah vertikalnya, sehingga pengaruh gempa horizontal jauh lebih
menentukan daripada gempa vertikal.
Dengan ketentuan:
- D = Beban mati
- L = Beban hidup
- Lr = Beban hidup di atap
- S = Beban Salju
- R = Beban air hujan
- W = Beban angin
- Ev = Gaya gempa vertical
- Eh = Gaya gempa horizontal
II - 3
6. 1.2 D + Ev + Eh + L + 0.2 S (2. 6)
7. 0.9 D – Ev + Eh (2. 7)
II - 4
Alasan prinsip perencanaan struktur baja mulai beralih ke konsep
LRFD karena metode ini jauh lebih rasional dengan berdasarkan pada
konsep probabilitas. Dalam metode LRFD ridak diperlukan analisa
probabilitas secara penuh, terkecuali untuk situasi-situasi tidak umum
yang tidak diatur dalam peraturan.
II - 5
b. Perhitungan Batang Tekan
Pada bukunya yang berjudul Konstruksi Baja, Ir. Oentoeng
membagi batang tekan menjadi 2 jenis yaitu :
a. Batang tekan yang merupakan batang dari suatu rangka batang.
Batang ini dibebani gaya tekan aksial searah Panjang batangnya.
Umumnya dalam suatu rangka batang, batang-batang tepi atas
merupakan batang tekan, misalnya pada rangka batang atap
seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini:
II - 6
Bila asumsi-asumsi di atas dipenuhi, maka kekuatan kolom dapat
ditentukan berdasarkan:
𝜋 2 𝐸𝑡
𝑃𝑐𝑟 = 𝐿 2
𝐴𝑔 = 𝑓𝑐𝑟 ∙ 𝐴𝑔 (2. 8)
( )
𝑟
Dengan :
𝑃𝑐𝑟
- 𝐸𝑡 = tangen Modulus Elatisitas ada tegangan 𝐴𝑔
Dengan :
- 𝜙𝑐 = 0,85
- 𝑁𝑢 = beban terfaktor
- 𝑁𝑛 = kuat tekan nominal komponen struktur 𝐴𝑔 ∙ 𝑓𝑐𝑟
sehingga
𝜆 𝑓𝑦
𝜆𝑐 = 𝜋 √ 𝐸 (2. 11)
II - 7
𝑓𝑦
𝑁𝑢 = 𝐴𝑔 ∙ 𝑓𝑐𝑟 = 𝐴𝑔 ∙ 𝜔 (2. 12)
II - 8
Panjang efektif suatu kolom secara sederhana dapat didefinisikan
sebagai jarak diantara dua titik pada kolom tersebut yang mempunyai
momen sama dengan nol, atau didefinisikan pula sebagai jarak di antara
dua titik belok dari kelengkungan kolom. Dalam perhitungan
kelangsingan komponen struktur tekan (λ= L/r), panjang komponen
srruktur yang digunakan harus dikalikan suatu faktor panjang tekuk k
untuk memperoleh panjang efektif dari kolom tersebut. Besarnya faktor
panjang efektif sangat tergantung dari kondisi perletakan pada ujung-
ujung komponen struktur tersebut.
SNI 03-1729-2002 membatasi rasio antara lebar dengan
ketebalan suatu elemen, dan penampang suatu komponen struktur dapat
diklasifikasikan menjadi penampang kompak, tak kompak dan
langsing. Suatu penampang yang menerima beban aksial tekan murni,
kekuatannya harus direduksi jika penampang tersebut termasuk
penampang yang langsing. Rasio antara lebar dengan tebal suatu
elemen biasanya dinotasikan dengan simbol λ. Untuk profil WF maka
kelangsingan flens dan web dapat dihitung berdasarkan rasio berikut
ini:
𝑏𝑓 /2𝑡𝑓 (2. 13)
Dengan ketentuan:
- bf = lebar sayap / flens
- tf = tebal sayap / flens
- h = tinggi batang / web
- tw = tebal batang / web
Batasan-batasan λr. untuk berbagai tipe penampang ditunjukkan
pada gambar di bawah ini:
II - 9
Gambar 2. 3. Nilai Batas λr Untuk Berbagai Tipe Penampang
Sumber: Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD, Agus S. (2008:62)
II - 10
Kelangsingan pada arah sumbu bahan (sumbu x) dihitung
dengan:
𝑘∙𝐿𝑥
𝜆𝑥 = (2. 15)
𝑟𝑥
𝑚 2
𝜆𝑖𝑦 = √𝜆2𝑦 + 𝜆 (2. 16)
2 1
𝑘∙𝐿𝑦
𝜆𝑦 = (2. 17)
𝑟𝑦
𝐿1
𝜆1 = 𝑟 (2. 18)
𝑚𝑖𝑛
Dengan ketentuan:
II - 11
SAP2000 juga berbasis objek, artinya model dibuat
menggunakan anggota yang mewakili konstruksi fisik berdasarkan
aslinya. Balok yang terdiri dari beberapa komponen akan dibuat seperti
objek tunggal dan diperlukan meshing untuk memastikan bahwa adanya
konektivitas antar komponen struktur. Hasil untuk analisis dan desain
yang dilaporkan mencakup keseluruhan objek dan bukan untuk masing-
masing sub-elemen.
1. Memulai Model
Pada Langkah ini, terdapat beberapa banyak pilihan template yang
mempermudah melakukan pemodelan struktur. grid dasar yang akan
berfungsi sebagai acuan mengembangkan permodelan.
2. Mendefinisikan Material
Dua sifat material default telah ditentukan sebelumnya, satu untuk
beton dan satu untuk beton untuk baja. Program ini juga telah di
desain agar dapat digunakan untuk mendefinisikan bahan sesuai
dengan kebutuhan penggunanya / perencanaan struktur, termasuk
memasukkan nilai regangan – tegangan dari amterial yang dipilih.
II - 12
Gambar 2. 5. Mendefinisikan Material
Sumber: Olahan Peneliti
II - 13
Gambar 2. 7. Perletakan Struktur
Sumber: Olahan Peneliti
5. Mendefinisikan Beban
Beban yang biasa digunakan dalam perhitungan terdiri dari beban
mati, beban hidup, beban statis angin dan gempa.
II - 14
Setelah model struktur telat sama dengan gambar rencana, material
dan penampang yang digunakan pada komponen struktur sama
dengan rencana dan semua beban dengan kombinasinya telah di
masukan maka selanjutnya adalah dilakukan analisis struktur.
II - 15
1. Modifikasi Perencanaan Struktur Gedung Kampus Unesa
Menggunakan Baja Sistem Eccentrically Braced Frames (EBF).
Adapun isi dari penelitian ini secara garis besar adalah :
- Nama Peneliti : Alfredo Simatupang
- Institusi : Program Studi Teknik Sipil,
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
- Tahun : 2015
- Permasalahan : Penggunaan struktur baja dengan sistem
Eccentrically Braced Frames (EBF)
- Metodologi : Perencanaan struktur baja
II - 16
2.2. Tinjauan Objek Penelitian
2.2.1. Deskripsi Objek Penelitian
Adapun deskripsi mengenai data-data proyek adalah sebagai
berikut :
II - 17
m. Masa Pemeliharaan : 180 (Seratus delapan puluh) hari
kalender
n. Lingkup Pekerjaan : Struktur, Arsitektur, MEP,
Infrastruktur
Lokasi GSG
II - 18
2.2.3. Daftar Informasi/ pendukung
Perancangan desain sebuah bangunan sebuah gedung di setiap
wilayahnya tentu akan berbeda beda. Terlebih lagi Indonesia termasuk
ke dalam daerah rawan gempa dan gunung meletus karena berada pada
posisi Cincin Api Pasifik (Ring of Fire), dan berada diantara lempeng
utama dunia yaitu lempeng Australia, lempeng Eurasia dan lempeng
Pasifik. Bangunan yang di bangun tentu harus mampu menahan beban
gempa sehingga aman untuk digunakan walaupun terjadi gempa.
Di Indonesia sendiri terdapat standar perencanaan sebuah gedung
yang dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) untuk
menentukan beban, mutu dan tata cara perancangan. Peraturan-
peraturan dalam evaluasi Sruktur Gedung Serbaguna (GSG) pada
Proyek Pembangunan New Universitas Jenderal Achmad Yani
(UNJANI), Cimahi, Jawa Barat adalah sebagai berikut:
a. Peraturan pembebanan:
Peraturan pembebanan utama yang digunakan adalah SNI
1727:2020 (Beban desain minimum dan kriteria terkait untuk
bangunan gedung dan struktur lain) dan Peraturan Pembebanan
Indonesia Untuk Gedung 1983.
b. Peraturan desain baja struktural:
Peraturan utama yang digunakan dalam desain elemen baja
struktural adalah SNI 1729:2002 (Spesifikasi untuk bangunan
gedung baja struktural).
c. Peraturan desain tahan gempa
Peraturan utama yang digunakan dalam desain tahan gempa
adalah SNI 1726:2012 (Tata cara perencanaan ketahanan gempa
untuk struktur bangunan Gedung dan nongedung).
Selain peraturan yang akan digunakan dalam evaluasi kolom ini,
terdapat beberapa gambar desain dari konsultan perencana sebagai
acuan dalam penentuan beban, dimensi struktur dan dimensi bangunan.
II - 19
Berikut beberapa gambar desain yang didapat untuk mengevaluasi
struktur kolom utama Gedung Serbaguna:
II - 20
Gambar 2. 15 Denah Pelat Atap (Elv. +10.000)
Sumber : Data Proyek
II - 21
Gambar 2. 17 Potongan Memanjang dan Potongan Melintang
Sumber : Data Proyek
II - 22