Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN OBJEK PENELITIAN

2.1. Tinjauan Pustaka


2.1.1. Beban
Agus Setiawan (2008:3) menyebutkan bahwa beban adalah gaya
luar yang bekerja pada suatu struktur. Penentuan besar beban yang
direncanakan harus memenuhi persyaratan yang di buat oleh Badan
Standardisasi Nasional. Pada penelitian ini kombinasi beban diambil
dari SNI 1727-2020 pasal 2.3 yang akan dibahas kemudian. Beban yang
perlu diperhitungkan dalam perencanaan diantaranya:
a. Beban Mati adalah berat dari semua bagian suatu
gedung/bangunan yang bersifat tetap selama masa layan struktur,
termasuk unsur-unsur tambahan seperti finishing, peralatan tetap,
pipa-pipa, saluran listrik, penutup lantai, dan plafon. Beberapa
contoh berat dari beberapa komponen bangunan penting yang
digunakan untuk menentukan besarnya beban mati suatu
gedung/bangunan diperlihatkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.1. Berat Sendiri Bahan dan Komponen Bangunan
Bahan Bangunan Berat
Baja 7850 kg/m3
Beton 2200 kg/m3
Beton bertulang 2400 kg/m3
Kayu (Kelas I) 1000 kg/m3
Pasir (Kering udara) 1600 kg/m3

Komponen Gedung Berat


Spesi dari semen, per cm tebal 21 kg/m3
dinding bata merah 1/2 batu 250 kg/m3
Penutup atap genting 50 kg/m3
Penutup lantai ubin semen per-cm tebal 24 kg/m3
Sumber: Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD, Agus S. (2008:4)

II - 1
b. Beban Hidup, adalah beban yang dipengaruhi oleh aktifitas
didalam Gedung dan barang-barang yang ada didalam Gedung
yang bersifat tidak permanen. Beban hidup yang terdapat pada
penelitian ini antara lain:
Tabel 2.2. Beban Hidup Bangunan Serbaguna
Penggunaan Merata Lo psf (kN/m2)
Ruang Pertemuan
Kursi Tetap (terikan di lantai) 60 (2.87)
Lobi 100 (4.79)
Kursi dapat dipindahkan 100 (4.79)
panggung pertemuan 100 (4.79)
Lantai podium 150 (7.18)
Ruang Pertemuan lainnya 100 (4.79)
Balkon dan Dek 1.5 kali beban hidup untuk
daerah yang dilayani. Tidak
melebihi 100 psf (4.79)
Atap
Atap datar, berbubung dan 20 (0.96)
lengkung
atap yang digunakan penghuni sama dengan penggunaan
yang dilayani
atap untuk tempat berkumpul 100 (4.70)
Sumber: SNI 1727:2020, Badan Standardisasi Nasional (2020:26)

c. Beban Angin, adalah beban yang bekerja pada struktur akibat dari
gerakan angin yang memberikan gaya terhadap struktur. Beban
angin ini sangat bergantung pada lokasi bangunan, dimensi
bangunan, dan ketinggian bangunan. Jika dalam Peraturan
Pembebanan Indonesia 1983 (PBI:1983) untuk tekanan tiup harus
diambil minimal 25 kg/m2 (0.245 kN/m2).

d. Beban Gempa. adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja


pada struktur akibat adanya pergerakan tanah oleh gempa bumi,
baik pergerakan arah vertikal maupun horizontal. Namun pada
umumnya percepatan tanah arah horizontal lebih besar daripada

II - 2
arah vertikalnya, sehingga pengaruh gempa horizontal jauh lebih
menentukan daripada gempa vertikal.

2.1.2. Kombinasi Beban Untuk Desain Kekuatan


Berdasarkan SNI 1727:2020 pada pasal 2.3.1 menerangkan
bahwa setiap komponen struktur harus di desain sedemikian rupa
sehingga kekuatan desainnya sama atau melebihi beban yang akan
dialami oleh komponen struktur tersebut pada berbagai kondisi yang
telah direncanakan. Dalam merencanakan sebuah rancangan struktur
maka harus diperhitungkan kombinasi beban sebagai berikut :
1. 1.4 D (2. 1)

2. 1.2 D + 1.6 L + 0.5 (Lr atau S atau R) (2. 2)

3. 1.2 D + 1.6 (Lr atau S atau R) + (L atau 0.5 W) (2. 3)

4. 1.2 D + 1.0 W + L + 0.5 (Lr atau S atau R) (2. 4)

5. 0.9 D + 1.0 W (2. 5)

Dengan ketentuan:
- D = Beban mati
- L = Beban hidup
- Lr = Beban hidup di atap
- S = Beban Salju
- R = Beban air hujan
- W = Beban angin
- Ev = Gaya gempa vertical
- Eh = Gaya gempa horizontal

Selain itu disebutkan bila struktur mengalami beban seismik ada


kombinasi beban yang harus diperhitungkan sebagai tambahan. Berikut
adalah kombinasi beban yang perlu diselidiki dalam perencanaan
struktur:

II - 3
6. 1.2 D + Ev + Eh + L + 0.2 S (2. 6)

7. 0.9 D – Ev + Eh (2. 7)

Pada penjelasannya seperti yang disebutkan dalam SNI


1726:2019 pasal 10.1.4.1.1 menyebutkan struktur harus dianalisis
menggunakan prosedur analisis gaya lateral ekivalen dalam 0, prosedur
analisis ragam respons spektral dalam 0, atau prosedur riwayat respons
waktu linier dalam 0, seperti diizinkan dalam 0, dengan pembebanan
yang diterapkan secara terpisah dalam sebarang dua arah ortogonal.
Pengaruh beban paling kritis akibat arah penerapan gaya seismik
pada struktur dianggap terpenuhi jika elemen struktur dan fondasinya
didesain untuk memikul kombinasi beban beban yang ditetapkan
sebesar 100 % gaya untuk satu arah ditambah 30 % gaya untuk arah
tegak lurus. Kombinasi yang mensyaratkan kekuatan komponen
maksimum harus digunakan.

2.1.3. Perencanaan Struktur baja dengan Metode LRFD


Dalam bukunya Agus Setiawan (2008:1) mendefinisikan jika
Perencanaan struktur adalah campuran antara seni dan ilmu
pengetahuan yang dikombinasikan dengan intuisi seorang ahli struktur
mengenai perilaku struktur dengan dasar-dasar pengetahuan dalam
statika, dinamika, mekanika bahan, dan analisa struktur, untuk
menghasilkan suatu struktur yang ekonomis dan aman, selama masa
layannya.

Dua filosof yang sering digunakan dalam perencanaan struktur


baja adalah perencanaan berdasarkan tegangan kerja/working stress
design (Allowable Stress Design/ASD) dan perencanaan kondisi batas/
limit states design (Load and Resistance Factor Design/LRFD). Untuk
Metode ASD dalam perencanaan struktur baja telah digunakan dalam
kurun waktu kurang lebih 100 tahun sedangkan metode LRFD baru
digunakan dalam 20 tahun terakhir.

II - 4
Alasan prinsip perencanaan struktur baja mulai beralih ke konsep
LRFD karena metode ini jauh lebih rasional dengan berdasarkan pada
konsep probabilitas. Dalam metode LRFD ridak diperlukan analisa
probabilitas secara penuh, terkecuali untuk situasi-situasi tidak umum
yang tidak diatur dalam peraturan.

a. Sifat Material Baja


Dalam perencanaan struktur baja, SNI 03-1729-2002 menetapkan
beberapa sifat-sifat mekanis dari material baja sebagai berikut:
- Modulus Elastisitas : E= 200.000 MPa
- Modulus Geser : G = 80.000 MPa
- Angka poisson : μ = 0,30
- Koefisien pemuaian : α = 12X106/ºC
Sedangkan berdasarkan tegangan leleh dan tegangan putusnya,
SNI 03-1729-2002 mengklasifikasikan mutu dari material baja menjadi
5 kelas mutu sebagai berikut:

Tabel 2.3. Klasifikasi Mutu Material Baja


Tegangan putus Tegangan leleh Peregangan
Jenis Baja minimum, fu minimum, fy minimum,
(Mpa) (Mpa) (%)
BJ 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13
Sumber: SNI 1729:2002, Badan Standardisasi Nasional (2002:11)

II - 5
b. Perhitungan Batang Tekan
Pada bukunya yang berjudul Konstruksi Baja, Ir. Oentoeng
membagi batang tekan menjadi 2 jenis yaitu :
a. Batang tekan yang merupakan batang dari suatu rangka batang.
Batang ini dibebani gaya tekan aksial searah Panjang batangnya.
Umumnya dalam suatu rangka batang, batang-batang tepi atas
merupakan batang tekan, misalnya pada rangka batang atap
seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.1. Rangka Batang Atap


Sumber: Konstruksi Baja, Oentoeng (1999:61)

b. Kolom: merupakan batang tekan tegak yang bekerja untuk


menahan balok-balok loteng, rangka atap, lintasan crane dalam
bangunan pabrik dan sebagainya yang untuk seterusnya akan
melimpahkan semua beban tersebut ke pondasi.
Kolom ideal yang memenuhi persamaan Euler, harus memenuhi
anggapan-anggapan sebagai berikut:
1. kurva hubungan tegangan-regangan tekan yang sama di seluruh
penampang
2. tak ada tegangan sisa
3. kolom benar-benar lurus dan prismatis
4. beban bekerja pada titik berat penampang, hingga batang
melentur
5. kondisi tumpuan harus ditentukan secara pasti
6. berlakunya teori lendutan kecil (small deflection themy)
7. tak ada puntir pada penampang, selama terjadi lentur

II - 6
Bila asumsi-asumsi di atas dipenuhi, maka kekuatan kolom dapat
ditentukan berdasarkan:
𝜋 2 𝐸𝑡
𝑃𝑐𝑟 = 𝐿 2
𝐴𝑔 = 𝑓𝑐𝑟 ∙ 𝐴𝑔 (2. 8)
( )
𝑟

Dengan :
𝑃𝑐𝑟
- 𝐸𝑡 = tangen Modulus Elatisitas ada tegangan 𝐴𝑔

- 𝐴𝑔 = luas kotor penampang batang


𝑘𝐿
- = rasio kelangsingan efektif
𝑟

- k = faktor panjang efektif


- L = panjang batang
- r = jari-jari girasi

Suatu komponen struktur yang mengalami gaya tekan konsentris,


akibat beban terfaktor Nu, menurut SNI 03-1729-2002, pasal 9.1 harus
memenuhi:
𝑁𝑢 < 𝜙𝑐 ∙ 𝑁𝑛 (2. 9)

Dengan :
- 𝜙𝑐 = 0,85
- 𝑁𝑢 = beban terfaktor
- 𝑁𝑛 = kuat tekan nominal komponen struktur 𝐴𝑔 ∙ 𝑓𝑐𝑟

Tegangan kritis untuk daerah elastik, dituliskan sebagai:


𝑓𝑐𝑟 𝜋2𝐸 1
= 𝜆2 𝑓 = 𝜆2 (2. 10)
𝑓𝑦 𝑦 𝑐

sehingga
𝜆 𝑓𝑦
𝜆𝑐 = 𝜋 √ 𝐸 (2. 11)

Daya dukung nominal 𝑁𝑢 struktur tekan dihitung sebagai berikut:

II - 7
𝑓𝑦
𝑁𝑢 = 𝐴𝑔 ∙ 𝑓𝑐𝑟 = 𝐴𝑔 ∙ 𝜔 (2. 12)

Dengan besarnya 𝜔 ditentukan oleh 𝜆𝑐 yaitu:


- Untuk 𝜆𝑐 < 0.25 maka 𝜔 = 1
1.43
- Untuk 0,25 < 𝜆𝑐 < 1.2 maka 𝜔 = 1.6−0.67𝜆
𝑐

- Untuk 𝜆𝑐 > 1.2 maka 𝜔 = 1.25 𝜆2𝑐

Kolom dengan kekangan yang besar terhadap rotasi dan translasi


pada ujung-ujungnya akan mampu menahan beban yang lebih besar
dibandingkan dengan kolom yang mengalami rotasi serta translasi pada
bagian tumpuan ujungnya. Selain kondisi tumpuan ujung, besar beban
yang dapat diterima oleh suatu komponen strukTur tekan juga
tergantung dari panjang efektifnya. Semakin kecil panjang efektif suatu
komponen strukrur tekan, maka semakin kecil pula risikonya terhadap
masalah tekuk. Untuk menentukan Panjang efektif pada kolom bisa
dilihat pada gambar di bawah:

Gambar 2. 2. Nilai kc Untuk Kolom Dengan Ujung-ujung Ideal


Sumber: SNI 1729:2002, Badan Standardisasi Nasional (2002:32)

II - 8
Panjang efektif suatu kolom secara sederhana dapat didefinisikan
sebagai jarak diantara dua titik pada kolom tersebut yang mempunyai
momen sama dengan nol, atau didefinisikan pula sebagai jarak di antara
dua titik belok dari kelengkungan kolom. Dalam perhitungan
kelangsingan komponen struktur tekan (λ= L/r), panjang komponen
srruktur yang digunakan harus dikalikan suatu faktor panjang tekuk k
untuk memperoleh panjang efektif dari kolom tersebut. Besarnya faktor
panjang efektif sangat tergantung dari kondisi perletakan pada ujung-
ujung komponen struktur tersebut.
SNI 03-1729-2002 membatasi rasio antara lebar dengan
ketebalan suatu elemen, dan penampang suatu komponen struktur dapat
diklasifikasikan menjadi penampang kompak, tak kompak dan
langsing. Suatu penampang yang menerima beban aksial tekan murni,
kekuatannya harus direduksi jika penampang tersebut termasuk
penampang yang langsing. Rasio antara lebar dengan tebal suatu
elemen biasanya dinotasikan dengan simbol λ. Untuk profil WF maka
kelangsingan flens dan web dapat dihitung berdasarkan rasio berikut
ini:
𝑏𝑓 /2𝑡𝑓 (2. 13)

ℎ/𝑡𝑤 (2. 14)

Dengan ketentuan:
- bf = lebar sayap / flens
- tf = tebal sayap / flens
- h = tinggi batang / web
- tw = tebal batang / web
Batasan-batasan λr. untuk berbagai tipe penampang ditunjukkan
pada gambar di bawah ini:

II - 9
Gambar 2. 3. Nilai Batas λr Untuk Berbagai Tipe Penampang
Sumber: Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD, Agus S. (2008:62)

Komponen struktur tekan dapat tersusun dari dua atau lebih


profil, yang disatukan dengan menggunakan pelat kopel. Analisis
kekuatannya hams dihitung terhadap sumbu bahan dan sumbu bebas
bahan. Sumbu bahan adalah sumbu yang memotong semua elemen
komponen struktur tersebut, sedangkan sumbu bebas bahan adalah
sumbu yang sama sekali tidak, atau hanya memotong sebagian dari
elemen komponen struktur tersebut. Analisis dilakukan sebagai berikut:

II - 10
Kelangsingan pada arah sumbu bahan (sumbu x) dihitung
dengan:

𝑘∙𝐿𝑥
𝜆𝑥 = (2. 15)
𝑟𝑥

Dan pada arah sumbu bebas bahan harus dihitung kelangsingan


ideal λiy:

𝑚 2
𝜆𝑖𝑦 = √𝜆2𝑦 + 𝜆 (2. 16)
2 1

𝑘∙𝐿𝑦
𝜆𝑦 = (2. 17)
𝑟𝑦

𝐿1
𝜆1 = 𝑟 (2. 18)
𝑚𝑖𝑛

Dengan ketentuan:

- 𝐿𝑥 dan 𝐿𝑦 = Panjang komponen struktur tekan


- 𝑘 = Faktor panjang tekuk
- 𝑟𝑥 , 𝑟𝑦 , 𝑟𝑚𝑖𝑛 = Jari-jari girasi komponen struktur
- 𝑚 = Konstanta berdasarkan peraturan
- 𝐿1 = Jarak antar pelat kopel

2.1.4. Analisis Struktur Dengan Aplikasi SAP2000


Dikutip dari buku petunjuk penggunaan Program SAP2000,
(Computer and Structure INC:2015) gambaran umum Program
SAP2000 adalah program struktural berbasis elemen hingga yang
berdiri sendiri untuk analisis dan desain struktur sipil. Program ini
menawarkan fasilitas antarmuka/ interface yang memuat banyak alat
untuk membantu dalam melakukan permodelan struktur yang cepat dan
akurat. Intuisi pengguna juga tetap sangat berpengaruh terhadap hasil
analisis walaupun program ini dinilai sudah sangat canggih.

II - 11
SAP2000 juga berbasis objek, artinya model dibuat
menggunakan anggota yang mewakili konstruksi fisik berdasarkan
aslinya. Balok yang terdiri dari beberapa komponen akan dibuat seperti
objek tunggal dan diperlukan meshing untuk memastikan bahwa adanya
konektivitas antar komponen struktur. Hasil untuk analisis dan desain
yang dilaporkan mencakup keseluruhan objek dan bukan untuk masing-
masing sub-elemen.

Langkah-langkah secara umum untuk melakukan analisis


menggunakan aplikasi SAP2000 adalah sebagai berikut:

1. Memulai Model
Pada Langkah ini, terdapat beberapa banyak pilihan template yang
mempermudah melakukan pemodelan struktur. grid dasar yang akan
berfungsi sebagai acuan mengembangkan permodelan.

Gambar 2. 4. Template Dari Berbagai Pemodelan Struktur


Sumber: Olahan Peneliti

2. Mendefinisikan Material
Dua sifat material default telah ditentukan sebelumnya, satu untuk
beton dan satu untuk beton untuk baja. Program ini juga telah di
desain agar dapat digunakan untuk mendefinisikan bahan sesuai
dengan kebutuhan penggunanya / perencanaan struktur, termasuk
memasukkan nilai regangan – tegangan dari amterial yang dipilih.

II - 12
Gambar 2. 5. Mendefinisikan Material
Sumber: Olahan Peneliti

3. Mendefinisikan Penampang Material


Penampang material harus didefinisikan sebelum mereka
dimodelkan kepada komponen struktur sehingga penampang pada
pemodelan akan sama dengan aslinya.

Gambar 2. 6. Template Penampang Baja


Sumber: Olahan Peneliti

4. Menggambar Pemodelan Struktur dan Menentukan Perletakan


Untuk lebih mudah dalam penggambaran jangan lupa gunakan
tampilan XY Plane. kemudaian periksa bahwa Snap to Points dan
Grid Intersections ketika menggambar perintah ini aktif agar
penggambaran akurat. Setelah di gambar maka perletakan juga
harus diberikan sehingga beban yang dihitung dapat secara akurat.

II - 13
Gambar 2. 7. Perletakan Struktur
Sumber: Olahan Peneliti

5. Mendefinisikan Beban
Beban yang biasa digunakan dalam perhitungan terdiri dari beban
mati, beban hidup, beban statis angin dan gempa.

Gambar 2. 8. Input Beban


Sumber: Olahan Peneliti

6. Mendefinisikan Kombinasi Beban


Untuk kombinasi beban yang digunakan adalah mengikuti
kombinasi beban sesuai SNI 1727:2020 pada pasal 2.3.1 yang telah
di bahas pada Bab 2.1.3 pada penelitian ini.

Gambar 2. 9. Box Kombinasi Beban


Sumber: Olahan Peneliti

7. Melakukan Analisis Struktur

II - 14
Setelah model struktur telat sama dengan gambar rencana, material
dan penampang yang digunakan pada komponen struktur sama
dengan rencana dan semua beban dengan kombinasinya telah di
masukan maka selanjutnya adalah dilakukan analisis struktur.

Gambar 2. 10. Pilihan Analisis Struktur


Sumber: Olahan Peneliti

8. Melakukan Desain Struktur


Pada langkah ini, anggota rangka baja dari rangka batang akan
dirancang.

Gambar 2. 11. Desain Struktur


Sumber: Olahan Peneliti

2.1.5. Referensi Penelitian Sejenis/ terdahulu


Beberapa penelitian sejenis yang dapat digunakan sebagai
referensi bagi penelitian ini yaitu antara lain:

II - 15
1. Modifikasi Perencanaan Struktur Gedung Kampus Unesa
Menggunakan Baja Sistem Eccentrically Braced Frames (EBF).
Adapun isi dari penelitian ini secara garis besar adalah :
- Nama Peneliti : Alfredo Simatupang
- Institusi : Program Studi Teknik Sipil,
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
- Tahun : 2015
- Permasalahan : Penggunaan struktur baja dengan sistem
Eccentrically Braced Frames (EBF)
- Metodologi : Perencanaan struktur baja

2. Analisis Kinerja Struktur Gedung Rangka Baja Asimetris


Menggunakan Fluid Viscous Damper.
Adapun isi dari penelitian ini secara garis besar adalah :
- Nama Peneliti : Nabila Zalfaini Priyono
- Institusi : Program Studi Teknik Sipil,
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Institut Teknologi Nasional
- Tahun : 2022
- Permasalahan : Analisis Kinerja struktur baja konvensional
dibandingkan dengan menggunakan
fluid viscous damper
- Metodologi : Analisis struktur baja

II - 16
2.2. Tinjauan Objek Penelitian
2.2.1. Deskripsi Objek Penelitian
Adapun deskripsi mengenai data-data proyek adalah sebagai
berikut :

a. Owner : Yayasan Kartika Eka Paksi (YKEP)


b. Konsultan Pengawas : PT. Indah Karya (Persero)
c. Konsultan Perencana
- Arsitektur : PT. Alien Bangun Nusantara
- Struktur : PT. Alien Bangun Nusantara
- MEP : PT. Alien Bangun Nusantara
d. Kontraktor Pelaksana : PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
e. Sub Kontraktor : PT. Sunway
: PT. Utomodeck
: PT. Surya Perwira Teknik
f. Jenis Kontrak : Lumpsum Fixed Price; Design and
Build
g. Sumber Dana : Self Financing YKEP
h. Nilai Kontrak SPK : Rp.1.039.376.000.000,- (belum
termasuk ppn 10%)
i. Kontrak Tahap 1 : Rp.400.238.800.000,- (belum
termasuk ppn 10%)
j. Kontrak Tahap 2 : Rp.639.137.200.000,- (belum
termasuk ppn 10%)
k. Sistem Pembayaran : System Monthly Payment
l. Waktu Pelaksanaan :
Jangka Waktu Pelaksanaan Kontrak ini secara keseluruhan
selama 54 (Lima Puluh Empat) bulan dengan tahapan sebagai
berikut :
- Tahap ke-1 (Desember 2020 s/d Desember 2022)
- Tahap ke-2 (Desember 2022 s/d Juni 2025)

II - 17
m. Masa Pemeliharaan : 180 (Seratus delapan puluh) hari
kalender
n. Lingkup Pekerjaan : Struktur, Arsitektur, MEP,
Infrastruktur

2.2.2. Lokasi Objek Penelitian


Alamat Universitas Jenderal Achmad Yani (UNJANI) Cimahi
berada di Jl. Terusan Jend. Sudirman, Cibeber, Kec. Cimahi Selatan,
Kota Cimahi – Jawa Barat. Adapun lokasi Pembangunan Gedung
Serbaguna (GSG) ini masih berada di area tanah milik UNJANI. Foto
lokasi dapat ditelusuri melalui googleearth dengan gambar seperti
berikut:

Lokasi GSG

Gambar 2. 12. Lokasi Gedung Serbaguna (GSG)


Sumber : Google Earth

Batas- batas area milik Unjani ini adalah sebagai berikut:

- Utara : Permukiman Warga


- Selatan : Lahan Kosong Brigif
- Timur : IKIP Siliwangi UNJANI
- Barat : Jalan Tol Purbaleunyi

II - 18
2.2.3. Daftar Informasi/ pendukung
Perancangan desain sebuah bangunan sebuah gedung di setiap
wilayahnya tentu akan berbeda beda. Terlebih lagi Indonesia termasuk
ke dalam daerah rawan gempa dan gunung meletus karena berada pada
posisi Cincin Api Pasifik (Ring of Fire), dan berada diantara lempeng
utama dunia yaitu lempeng Australia, lempeng Eurasia dan lempeng
Pasifik. Bangunan yang di bangun tentu harus mampu menahan beban
gempa sehingga aman untuk digunakan walaupun terjadi gempa.
Di Indonesia sendiri terdapat standar perencanaan sebuah gedung
yang dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) untuk
menentukan beban, mutu dan tata cara perancangan. Peraturan-
peraturan dalam evaluasi Sruktur Gedung Serbaguna (GSG) pada
Proyek Pembangunan New Universitas Jenderal Achmad Yani
(UNJANI), Cimahi, Jawa Barat adalah sebagai berikut:
a. Peraturan pembebanan:
Peraturan pembebanan utama yang digunakan adalah SNI
1727:2020 (Beban desain minimum dan kriteria terkait untuk
bangunan gedung dan struktur lain) dan Peraturan Pembebanan
Indonesia Untuk Gedung 1983.
b. Peraturan desain baja struktural:
Peraturan utama yang digunakan dalam desain elemen baja
struktural adalah SNI 1729:2002 (Spesifikasi untuk bangunan
gedung baja struktural).
c. Peraturan desain tahan gempa
Peraturan utama yang digunakan dalam desain tahan gempa
adalah SNI 1726:2012 (Tata cara perencanaan ketahanan gempa
untuk struktur bangunan Gedung dan nongedung).
Selain peraturan yang akan digunakan dalam evaluasi kolom ini,
terdapat beberapa gambar desain dari konsultan perencana sebagai
acuan dalam penentuan beban, dimensi struktur dan dimensi bangunan.

II - 19
Berikut beberapa gambar desain yang didapat untuk mengevaluasi
struktur kolom utama Gedung Serbaguna:

Gambar 2. 13 Denah Lantai Dasar


Sumber : Data Proyek

Gambar 2. 14 Denah Kaopi (Elv. +5.500)


Sumber : Data Proyek

II - 20
Gambar 2. 15 Denah Pelat Atap (Elv. +10.000)
Sumber : Data Proyek

Gambar 2. 16 Denah Rangka Atap


Sumber : Data Proyek

II - 21
Gambar 2. 17 Potongan Memanjang dan Potongan Melintang
Sumber : Data Proyek

II - 22

Anda mungkin juga menyukai