Anda di halaman 1dari 65

PENERIMAAN GENERASI Z MENGENAI MASKULINITAS

BARU DALAM VIDEO NCT “NEW YEAR BOOK”

Disusun Oleh:

Yasinta Kadek Meitha

NRP. 1423017024

PRODI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA


SURABAYA

SURABAYA

2020
SKRIPSI

PENERIMAAN GENERASI Z MENGENAI MASKULINITAS

BARU DALAM VIDEO NCT “NEW YEAR BOOK”

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Komunikasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Disusun Oleh:

Yasinta Kadek Meitha

NRP. 1423017024

PRODI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA


SURABAYA

SURABAYA

2020

II
HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI

PENERIMAAN GENERASI Z MENGENAI MASKULINITAS BARU DALAM

VIDEO NCT “NEW YEAR BOOK”

oleh:

Yasinta Kadek Meitha

NRP. 1423017024

Proposal skripsi ini telah disetujui oleh dosen pembimbing penulis skripsi untuk

diajukan ke tim penguji skripsi

Pembimbing 1:Theresia Intan Putri Hartiana, S.Sos., M.I.Kom. (_______________)


NIDN.

Pembimbing 2: Finsesius Yuli Purnama, S. Sos, M.Med.Kom. (_______________)


NIDN.

Surabaya, 30 September 2020

III
KATA PERSEMBAHAN

Penulis ingin mempersembahkan Skripsi ini kepada Tuhan Yesus

Kristus, kedua orang tua saya, saudara laki-laki saya, dosen-dosen

pembimbing, serta teman-teman dan sahabat yang mendukung penuh

penulis selama proses pengerjaan Proposal Skripsi tersebut sehingga penulis

selalu giat dan bersemangat dalam mengerjakan tugas akhir. Penulis juga

berterima kasih kepada seluruh dosen dan staff Fakultas Ilmu Komunikasi,

Universitas Katolik Widya Mandala yang telah membantu dalam proses

pengerjaan tugas akhir.

Surabaya, 30 September 2020

Yasinta Kadek Meitha

IV
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat

limpahan rahmat dan karunia-Nya, proposal ini dapat diselesaikan dengan baik dan

lancar.

Sebelumnya, penulis bukanlah pribadi yang pandai berkata-kata, tapi

penulis akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan kata pengantar

yang akan lumayan panjang ini. Berakhirnya proposal skripsi ini tentunya tidak

lepas dari dukungan dan doa dari orang terdekat penulis. Melalui kata pengantar

ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada mereka yang telah

berperan dalam memberi dukungan dan doa, sehingga proposal ini dapat

diselesaikan dengan baik.

1. Pertama, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yesus

yang selalu menyertai dan memberkati penulis selama proses pengerjaan

tugas akhir.

2. Terima kasih kepada kedua orang tua saya yang selalu menelpon dan

mengingatkan saya untuk rajin mengerjakan proposal ini, sehingga kedua

orang tua saya selalu menjadi motivasi saya untuk menyelesaikan tugas

akhir.

3. Kepada kakak laki-laki saya, Domi, yang juga selalu menyemangati saya

untuk mengerjakan tugas akhir ini.

4. Sahabat-sahabat saya, Vinia, Stevie, dan Cia, yang mendukung,

menyemangati, membantu saya dalam proses pengerjaan skripsi serta selalu

menghibur saya dengan jokes-jokes andalan mereka. Terima kasih pula

V
kepada Habel yang selalu mengingatkan mengenai urusan berkas-berkas

penting dan selalu menyemangati saya. Terima kasih juga kepada Lorka

yang juga menyemangati saya.

5. Kepada Dosen Pembimbing I, Bu Intan, yang selalu sabar dalam

memberikan revisi dan membantu saya dalam menyelesaikan proposal ini,

walaupun saya sering berbelit-belit dalam memberikan pernyataan atau

pendapat.

6. Kepada Dosen Pembimbing II, Pak Fins, yang selalu sabar pula dalam

merevisi proposal saya dan selalu sabar menghadapi pertanyaan yang saya

berikan.

7. Penulis juga berterima kasih dengan program acara I-LAND dan BTS In

The Soop yang menemani penulis dikala waktu senggang selama proses

pengerjaan tugas akhir.

8. Penulis juga berterima kasih kepada artis BTS dan IU, karena lagu-lagu

mereka penulis menjadi semangat dalam mengerjakan tugas akhir ini.

9. Terima kasih juga kepada Chandra, Delia, Helen, Hun, Karel, Sekar, Anas,

dan beberapa teman angkatan 17 yang menjadi partner saya dan selalu

membantu saya dalam mengerjakan tugas akhir.

10. Terima kasih kepada narasumber saya Lorka, Yuri, Novia Angelin, Jeong

Min Cheol dan Hyerin, yang telah bersedia

11. Terima kasih juga kepada seluruh dosen dan staff Fakultas Ilmu

Komunikasi, Universitas Katolik Widya Mandala yang selalu membantu

dalam proses pengerjaan tugas akhir.

VI
Akhir kata penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-

pihak lainnya yang juga membantu kelancaran dalam pengerjaan proposal skripsi

ini. Penulis juga menyadari proposal ini masih ada kekurangan, sehingga

diharapkan penulis dapat saran atau kritik untuk menyempurnakan proposal ini.

Demikan kata-kata yang ingin penulis sampaikan, atas perhatiannya penulis

ucapkan terima kasih.

VII
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................II

KATA PERSEMBAHAN.............................................................................III

KATA PENGANTAR...................................................................................IV

DAFTAR ISI.................................................................................................VI

DAFTAR GAMBAR...................................................................................VIII

DAFTAR TABEL ......................................................................................... IX

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang..........................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................16

1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................16

1.4 Batasan Masalah........................................................................16

1.5 Manfaat Penelitian.....................................................................16

1.5.1 Manfaat Teoritis.............................................................16

1.5.2 Manfaat Praktis...............................................................16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................17

2.1 Penelitian Terdahulu................................................................17

2.2 Kajian Teoritis..........................................................................23

2.2.1 Maskulinitas dan New Masculinity............... ...................23

2.2.2 Korea dan New Masculinity .......................................... 30

2.2.3 Reception Analysis........................................................31

VIII
2.2.4 Generasi Z.....................................................................34

2.2.5 Nisbah Antar Konsep....................................................36

2.2.6 Kerangka Konseptual .............................. .....................38

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 39

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian. ......................................................... 39

3.2 Metode Penelitian. ............................................................................... 40

3.3 Subjek Penelitian. ................................................................................ 40

3.4 Objek Penelitian...................................................................................41

3.5 Unit Analisis Data................................................................................42

3.6 Teknik Pengumpulan Data. .................................................................43

3.7 Teknik Analisis Data ........................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 45

LAMPIRAN...............................................................................................................49

DAFTAR GAMBAR

IX
Gambar 1.1.1 Potongan Video Teaser Debut ATEEZ “Pirate”.....................4

Gambar 1.1.2 Potongan Video Teaser Debut

Stray Kids “Hellevator”..........................................................4

Gambar 1.1.3 Potongan Video Teaser NCT

“New Year Book” #1.............................................................5

Gambar 1.1.4 Potongan Video Teaser NCT

“New Year Book” #2.............................................................5

Gambar 1.1.5 Potongan Video Teaser

BTS “No More Dream”..........................................................6

Gambar 1.1.6 Bae Yoon Jung sebagai “Yohama Syndrome”.......................6

DAFTAR TABEL

X
Tabel 2.1.1 Penelitian Terdahulu.................................................16

XI
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang

“Gender Fluid”, suatu pandangan yang menunjukkan

ekspresi gender yang bergeser antara maskulin dan feminin, yang

ditunjukkan melalui pakaian dan cara mengekspresi atau

mendeskripsikan diri sendiri (Booker, 2016). Feminin atau maskulin

bukanlah suatu konsep tunggal lagi. Hal ditunjukkan dengan

perempuan yang dapat berpenampilan layaknya pria ataupun

sebaliknya. Gender fluid merupakan istilah bermain dalam identitas,

mencampuradukkan, dan mengaburkan garis, meskipun maskulin

dan feminim merupakan sesuatu yang kontradiktif, tetapi keduanya

dapat bertukar (Tanjung, 2012:91).

Fenomena ini bertentangan dengan konstruksi gender yang

telah dibentuk oleh budaya selama bertahun-tahun, terutama bagi

pria. Pembentukan maskulinitas yang telah dibentuk bertahun-tahun

lamanya, merupakan kesepakatan masyarakat serta tuntutan pasar

yang membuat media membentuk citra laki-laki yang ideal dengan

wajah yang ganteng dan tubuh yang macho. Maskulinitas juga

merupakan hasil dari kontruksi sosial dan budaya, sehingga dalam

setiap budaya memiliki pemaknaan mengenai maskulinitas yang

berbeda-beda (Wulantari, 2012:53-54).

Menurut konsep gender, menurut Cejka dan Eagly (dikutip

1
dalam Octaningtyas, 2017:63-64), terdapat tiga dimensi stereotype

atau hal yang dianggap sebagai maskulin, yaitu phsycal, personality,

dan cognitive. Akan tetapi pada penelitian ini, penulis akan melihat

dari sisi phsycal dan personality.

Physical yaitu, (1) Athletic, menyangkut pada sosok

dengan tubuh indah dengan dada bidang atau berotot; (2) Burly,

menyangkut pada tubuh yang kekar; (3) Tall, maskulin harus tinggi;

(4) Phsycally Vigorous, maskulin harus diwakilkan dengan fisik; (5)

Phsycally Strong, maskulin harus memiliki tubuh yang kuat.

Personality, yaitu (1) Competitive, maskulin senang

berkompetisi; (2) Unexcitable, maskulin memiliki sifat tenang; (3)

Dominant, maskulin memiliki sifat dominan. (4) Adventurous,

maskulin harus memiliki jiwa petualang. (5) Aggressive, maskulin

bersifat agresif; dan (6) Courages, maskulin bersifat pemberani.

Kini penggambaran mengenai maskulinitas disajikan

dengan berbeda dengan sebutan sebagai “new masculinity” atau juga

dapat disebut sebagai laki-laki baru (new man).

“New man” is domesticated, sensitive, expressive


(Beynon, 2002), while the new lad exudes streotypical
masculinity that is mainly white, young, non-whimpish,
self-mocking, and seeks to reclaim a conservative ethos
of beer, women and sport without resurrecting macho
masculinity” (Benwell dalam Pompper, 2010:684)

Kutipan tersebut dapat diartikan sebagai berikut, “pria baru bersifat

lemah lembut, sensitif dan ekspresif. Pria baru memancarkan

2
stereotype maskulinitas yang utamanya berkulit putih, muda, tidak

pengecut, atau mengejek diri sendiri dan berusaha mendapatkan

kembali etos yang konservatif dari bir, wanita, serta olahraga tanpa

meningkatkan maskulinitas yang macho”.

Melalui kutipan tersebut, konsep “New Man” dijelaskan

bahwa pria modern memperlihatkan sifat sensitif dan ekspresif.

Melalui kutipan tersebut juga disebutkan mengenai “bir, wanita, dan

olahraga”, yang telah menjadi ciri khas pria maskulin, tetapi mereka

berusaha untuk tetap mendapatkan hal tersebut tanpa mengeluarkan

sisi macho atau maskulin, melainkan dengan sisi yang lebih ekspresif

dan sensitif . Selain konsep “New Man” yang merujuk pada pria yang

menonjolkan sisi femininnya yaitu dapat mengatur ekspresi, sensitif,

dan lebih peduli, mereka juga bisa mengatur dalam ranah dosmetik

rumah tangga (mengurus anak). Konsep “new man” lainnya disebut

“narcissist”, yaitu laki-laki yang menunjukkan maskulinitas dengan

mengedepankan serta peduli pada gaya hidup dan penampilannya”.

(Milestone dan Mayer dalam Octaningtyas, 2017).

Negara yang memiliki konsep yang dekat dengan konsep

new man adalah Korea Selatan. Korea Selatan mengubah pandangan

dunia mengenai pria maskulin yang sebelumnya maskulin menjadi

lebih feminin. Merebaknya industri entertainment Korea,

memunculkan pandangan bahwa pria tidak harus tampak maskulin

dan kasar, tetapi juga dapat berpenampilan feminin, lembut, dan

3
romantis, serta dapat merawat diri. Selain itu, sebagian orang juga

menganggap bahwa maskulin idol Korea Selatan merupakan

maskulin yang terlihat feminin (Kartika dan Wirawanda, 2019:25).

Korea Selatan tentu sudah tidak asing dengan budaya

maskulinitas baru yang ditunjukkan melalui artis atau boygroup.

Konsep tersebut ditampilkan melalui gaya pakaian, konsep atau

visualisasi dari video musik, serta bagaimana mereka bersikap di

hadapan media atau di hadapan penggemar. Terutama boygroup BTS

yang menjadi sorotan dunia entertaintment. BTS membuat dunia

mempertanyakan dan mendefiniskan ulang mengenai maskulinitas.

BTS menunjukkan bahwa pria dapat terlihat atraktif dan maskulin

dengan tampilan feminin. Mereka juga tidak ragu untuk menangis

atau mengekspresikan diri mereka di hadapan penggemar atau media.

Tentunya selain BTS, banyak boygroup Korea Selatan yang juga

menerapkan konsep maskulinitas baru dalam penampilan atau

perilaku mereka.

Akan tetapi salah satu boy group NCT yang membawa

konsep maskulinitas baru dalam video debut1 mereka menimbulkan

berbagai perdebatan di kalangan netizen. Sekilas mengenai NCT,

yaitu boygroup asal Korea Selatan yang memiliki anggota sebanyak

23 orang. NCT merupakan kepanjangan dari Neo Culture

Technology, salah satu boygroup asuhan SM Entertainment. NCT

memiliki beberapa bagian atau sub-unit, di antaranya NCT 127, NCT

1.
Debut: penampilan pertama kali di depan umum (penyanyi, artis, dan sebagainya).

4
U, NCT DREAM, dan NCT WayV. Pada tahun 2018, NCT

mengenalkan seluruh anggotanya melalui video debut mereka yang

berjudul NCT “New Year Book” yang menimbulkan beberapa

perdebatan netizen.

Berikut beberapa komentar mengenai video debut NCT yang

dikumpulkan penulis melalui situs Youtube, Twitter, dan Reddit,

Youtube:

“@KubraMutiuer: Aku tidak nyaman dengan seluruh video


ini.”

“@bxby: Inilah kumpulan pria cantik”

“@squishyharuto: Oke, pasti sangat tidak nyaman ketika


syuting”

“@brigittevalancier: Aku tidak mengerti dengan komentar lain.


Video ini menyadarkanku bahwa video ini merupakan video
tercantik NCT. Aku tidak pernah melihat pria secantik itu, video
ini masih dapat terus ditonton. Video ini membuatku berpikir
bahwa cantik sangat susah untuk dideskripsikan.
Twitter:

“@katie: sangat tidak nyaman menonton ini, bahkan member


yang lebih tua juga begitu.

“@vic7onisback: sedikit canggung


Reddit:
“@simplethings: Video ini membuatku sadar bahwa kulitku
tidak sempurna”
“@landfunny: Aku suka NCT, tetapi untuk beberapa alasan
video ini sedikit mengerikan untuk ditonton. Syukurnya 3
member terlihat lebih baik”.

Bila diperhatikan, video teaser debut NCT memang

memiliki keunikan dibandingkan video teaser debut boygroup Korea

Selatan lainnya yang debut pada tahun yang sama, yaitu ATEEZ dan

Stray Kids. Perbandingan tersebut dapat dilihat melalui video teaser

5
debut ATEEZ menonjolkan sisi maskulin mereka melalui gerakan

tarian mereka yang agresif dan kuat sehingga menunjukkan kesan

macho.

Gambar I.I.1
Potongan Video Teaser Debut ATEEZ “Pirate”

Sumber: KQ Entertainment Official Youtube

Begitu pula dengan boygroup Stray Kids yang membawa

konsep layaknya gangster untuk video teaser debut mereka. Terlihat

dari konsep video yang terkesan garang dengan tone warna video

yang gelap, menunjukkan sisi maskulin dari boygroup Stray Kids.

Gambar I.I.2
Potongan Video Teaser Debut Stray Kids “Hellevator”

Sumber: JYP Entertainment Official Youtube

6
Konsep video teaser debut kedua boygroup tersebut sangat

berbanding terbalik dengan konsep video teaser debut yang diangkat

oleh NCT. Jika dibandingkan dengan kedua boygroup yang

seangkatan dengan NCT tersebut, NCT memilih konsep pria yang

terlihat feminin, lembut, serta penampilan ala pria modern yang

terlihat rapi dan elegan.

Gambar I.I.3
Potongan Video Teaser NCT “New Year Book” #1

Sumber: SM Official Youtube

Gambar I.I.4
Potongan Video Teaser NCT “New Year Book” #2

Sumber: SM Official Youtube

7
Konsep yang dibawakan NCT pun sangat mencerminkan

konsep mengenai maskulinitas baru, di mana pada video teaser yang

pertama merujuk pada konsep maskulinitas baru yang feminin,

ekspresif, serta lemah lembut, kemudian video teaser yang kedua

merujuk pada konsep maskulinitas baru di mana pria terlihat

“narcissist”, yaitu pria yang terlihat peduli terhadap penampilannya.

Tentunya konsep ini merupakan suatu hal yang unik,

karena berdasarkan pengamatan penulis, boygroup Korea Selatan

cenderung menampilkan konsep yang maskulin dan macho pada

video teaser debut mereka untuk menarik perhatian masyarakat,

terutama di kalangan penggemar wanita, walaupun tetap ada sentuhan

feminin seperti make-up untuk memberikan kesan yang lebih kuat dan

macho. Begitu pula dengan ikon new masculinity, BTS. Pada awal

debutnya, BTS membawa konsep yang maskulin dan macho untuk

video teaser debut mereka.

Gambar I.I.5
Potongan Video Teaser BTS “No More Dream”

Sumber: Big Hit Labels Official Youtube

8
Video teaser debut NCT dengan konsep maskulinitas baru

tersebut merupakan sesuatu yang sangat unik dan baru, tentunya

jarang digunakan oleh sebagian besar boygroup Korea Selatan,

mengingat video teaser debut merupakan hal yang penting untuk

menggambarkan suatu konsep yang dibawakan oleh suatu boygroup

serta menjadi kesan pertama bagi masyarakat mengenai citra dari

suatu boygroup, sehingga video tersebut akhirnya memicu pro dan

kontra di kalangan netizen.

Namun, Jika dilihat dari fenomena di atas, mungkin bagi

orang Korea Selatan sendiri, itu bukanlah hal yang asing. Bila orang

lain akan mengatakan bahwa “real men doesn’t wear make-up” akan

tetapi Korea Selatan memandang hal tersebut sebagai sesuatu yang

positif. “It’s not about being a girly look, it’s about looking good”,

dilansir dari BBC.com.

Melihat latar belakang sejarah, era new masculinity mulai

dikenal di Korea Selatan, pada tahun 90an. Sebelum tahun 90an,

berpenampilan gangster dan garang merupakan daya tarik pria Korea

Selatan. Sebutan new masculinity di Korea Selatan dikenal dengan

nama kkonminam yang merupakan kombinasi kata bunga dan pria

cantik. Konsep yang sama juga terdapat di Jepang dengan sebutan

bishonen atau pria cantik, tetapi bukan berarti feminin.

Era new masculinity juga terkenal secara luas di Korea

9
Selatan dan Jepang melalui “Yonsama Syndrome” pada tahun 2004

setelah drama Winter Sonata tayang. Yonsama syndrome ini

ditunjukkan untuk aktor Korea Selatan Bae Yong Joon. Dilansir dalam

Jung (2011:36), Yonsama diartikan sebagai Prince Yong atau My Dear

Lord Yong, dalam konteks Jepang, sama menunjukkan royalti dan

kebangsawanan serta berkonotasi untuk menghormati anggota kelas

tersebut.

Gambar I.1.6
Bae Yoon Jung sebagai “Yonsama Syndrome”

Sumber: mydramalist.com

10
Yonsama juga menjadi gerbang masuk Korean Wave di

Jepang. Tidak hanya budaya Korea Selatan saja, tetapi makanan juga

bahasa. Selain itu pandangan Jepang juga berubah, dimana pada tahun

1980-1990 Korea Selatan digambarkan sebagai anti pemerintahan

dan demonstration politik, sekarang berpengaruh pada perilaku

Jepang. Korea Selatan sekarang digambarkan sebagai sesuatu yang

“fashionable” dan “cool”.

Para fans mengatakan bahwa BYJ merupakan pria ideal

yang mempunyai sikap yang manly sekaligus lembut. BYJ lembut

dan feminin, terkadang jantan. Maskulinitas BYJ feminin, tetapi

“tidak feminin”. Melalui BYJ dibentuk konsep maskulinitas pria

Korea yaitu, tender charisma, purity, dan politeness.

Melalui ketenaran Bae Yoon Jung, mengubah citra pria dalam

drama Korea Selatan yang sebelumnya terkenal garang dan agresif

menjadi lembut, sopan, dan gentle. Selain itu citra ini juga mulai

dikembangkan di dalam drama Korea Selatan. Sehingga, sampai saat

ini, citra pria Korea Selatan yang digambarkan dalam drama terkesan

romantis, lembut, dan blak-blakan dalam mengungkapkan perasaan.

Penggambaran mengenai new masculinity di Korea seperti

yang dijelaskan sebelumnya juga ditunjukkan dengan penggunaan

make-up (menggambar alis, menggunakan eyeliner, mengkontur

wajah, serta menggunakan foundation). Pada media Korea Selatan,

idol pria sering kali ditampilkan menyerupai idol wanita. Menurut

11
SunJung dalam buku Korean Masculinities, idol pria kerap kali

meniru atau memparodikan gaya atau style idol wanita, mulai dari

gaya berbusana (menggunakan rok), make up wanita (make up idol

pria cenderung lebih tipis), hingga gerakan yang gemulai.

Hal ini merupakan wajar dan sering ditampilkan dalam

program TV Korea Selatan. Seberapa manly atau garang konsep

mereka, idol pria tetap dituntut untuk menampilkan sisi feminin

mereka di media dan dihadapan fans mereka. Para fans juga

cenderung menyukai idol pria dengan tipikal “kawaii boys in sexy-

beast body”2. Artis pria Korea Selatan juga dituntut untuk bisa

melakukan aegyo3. Menurut penulis melalui penjabaran di atas,

konsep maskulinitas baru Korea adalah memiliki tampilan wajah

dengan sisi feminin dan lembut akan tetapi tetap memiliki badan yang

kekar layaknya konsep maskulinitas pria pada umumnya.

Berkat budaya maskulinitas baru yang dibawakan Korea

Selatan, sejumlah negara terutama di bagian barat mulai

mendefinisikan ulang mengenai maskulinitas. Mereka mulai

membahas mengenai konsep maskulinitas baru yang disebarkan

melalui dunia entertainment Korea Selatan. Beberapa komunitas dan

media juga mulai menyuarakan mengenai toxic masculinity4. Konsep

new masculinity juga mulai banyak diadaptasi oleh kalangan muda

terutama mereka yang berada pada generasi Z.

2
Kawaii boys in sexy-beast body, istilah untuk pria dengan wajah imut tetapi bertubuh kekar
(Jung, 2011).
3
Aegyo, istilah dalam bahasa korea yang berarti berperilaku imut untuk menarik perhatian
(Koreaboo.com)
4
Toxic masculinity, istilah untuk pria yang menanggap dirinya dominan dan menganggap hal
lemah tidak sesuai dengan bagaimana umumnya mereka bertindak, bersikap, dan berperilaku. 12
(Medium.com)
Generasi Z adalah mereka yang lahir pada kisaran tahun

1995 hingga 2015. Generasi ini disebut dengan generasi muda,

beberapa isitilah lainnya adalah Post-Millenials, Zoomers,

IGeneration, Gen Tech, dan sebagainya. Generasi Z merupakan

generasi yang turut menyuarakan toxic masculinity. Pada negeri

bagian barat generasi ini juga mulai mengadopsi perilaku dalam

konsep new masculiniy dengan sebutan “old school”. Mereka tidak

berpikir mereka lebih hebat dari perempuan begitu pula sebaliknya.

Mereka juga lebih mengutamakan masa depan keluarga serta tidak

menekan perempuan. Mereka beranggapan bahwa traditional

masculinity adalah hal yang membosainnkan. Selain itu generasi ini

juga peduli dengan penampilan dan perawatan (Jones, 2011).

Pedulinya generasi Z pada penampilan dan perawatan berpengaruh

pada industri make-up. Generasi Z juga menjadi penyebab tingginya

permintaan terhadap produk kecantikkan pria (dayoneperspective,

2017).

New masculinity di Indonesia sendiri mulai berkembang

sejak tahun 2000 melalui film “Ada Apa dengan Cinta”. Melalui

peran Rangga, tren “laki-laki baru” mulai berkembang di Indonesia.

Rangga menunjukkan karakter pria yang pendiam, intelektual, tidak

agresif, lembut, puitis dan bisa memasak. Tatanan gender ini berubah

dikarenakan munculnya tekanan terhadap tatanan gender yang

dominan di Indonesia (theconversation, 2017). Istilah laki-laki baru

13
yang kini berkembang di Indonesia adalah “men’s grooming”, yaitu

merujuk pada tren merawat diri terutama untuk wajah yang

berkembang di kalangan umur 20 tahun keatas (Haryadi).

Munculnya tren new masculinity ini tentunya juga didasari

atas merebaknya Korean Wave. Melalui Korean Wave yang menyebar

luas melalui drama dan musik, acap kali menampilkan pria yang

menggunakan make-up atau pria yang menggunakan skin care.

Penggemar Korean Wave mencakup seluruh kalangan terutama

generasi z. . Sejak grup BTS mendunia, mereka juga membawa

kesadaran mengenai budaya serta musik Korea kepada dunia.

Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Westwood One,

kesadaran tertinggi berada pada Gen-Z dan Millenials. Generasi Z

mendengar dua kali lipat lebih sering (Insideradio, 2018). Indonesia

juga termasuk dalam pangsa industri entertainment Korea Selatan.

Menurut data dari Statistik Google Trends menunjukkan bahwa

Indonesia merupakan pasar musik urutan ke-6 di dunia. Sedangkan

Indonesia merupakan urutan ke-6 yang menghasilkan lalu lintas dunia

dari istilah “K- Pop” dan urutan ke-7 dari istilah “Hallyu”. Indonesia

sendiri merupakan urutan ke-9 dari Asia Tenggara dengan wisatawan

terbanyak di Korea Selatan. Pernyataan diatas menunjukkan bahwa

Indonesia memiliki pengaruh yang besar dan penting dalam industri

seni Korea (Putri, 2020).

14
Merebaknya Korean Wave juga memicu berkembangnya

industri kecantikan Korea di Indonesia. Skin care atau make-up Korea

yang masuk ke dalam Indonesia juga banyak menggaet model pria

sebagai brand ambassador mereka untuk lebih meyakinkan

konsumen, sebut saja Nature Republic, Banila.co, atau Mediheal.

Namun, berdasarkan pengamatan penulis pula, walaupun pengaruh

masuknya konsep maskulinitas baru Indonesia disebarkan melalui

Korean Wave, konsep maskulinitas baru antara Korea Selatan dan

Indonesia memiliki perbedaan. Konsep maskulinitas baru Korea

Selatan yang merujuk pada maskulinitas baru dengan gaya yang

cenderung feminin merujuk pada soft masculine sedangkan

maskulinitas baru pria Indonesia mengadopsi gaya barat yang

merujuk pada metrosexual5.

Melalui fenomena di atas peneliti tertarik untuk meneliti

mengenai pemaknaan maskulinitas baru yang ditunjukkan dalam

video NCT tersebut. Penelitian ini akan menggunakan metode

reception analysis, dimana reception analysis memandang bahwa

khalayak memiliki pandangan yang berbeda dalam memaknai media,

seperti film atau program televisi. Khalayak atau audiens dinilai aktif

dalam memaknai pesan yang disampaikan oleh media, dengan

menggunakan pemaknaan berdasarkan pengalamannya, lingkungan

sosial serta budaya. Peneliti juga memilih generasi Z sebagai

responden, untuk melihat bagaimana pemaknaan mereka terhadap

5.Metrosexual, adalah istilah untuk pria yang peduli pada penampilan dan hidup di
perkotaan. (Tirto.id)

15
maskulinitas baru Korea Selatan dengan maskulinitas baru yang

mereka pahami.

Melalui data dan fenomena yang terjadi peneliti ingin

meneliti mengenai penerimaan generasi Z terhadap maskulinitas baru

terhadap video NCT “New Year Book” dan diharapkan data dan

fenomena diatas memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian.

I.2 Rumusan Masalah

Bagaimana penerimaan generasi Z mengenai new

masculinity dalam video NCT New Year Book?

I.3 Tujuan Penelitian

Penelitian memiliki tujuan untuk mendeskripsikan

penerimaan generasi Z terhadap new masculinity dalam video NCT

New Year Book.

I.4 Batasan Masalah

Batasan masalah terhadap penelitian ini terdapat pada

penerimaan generasi Z mengenai new masculinity sebagai subjek

penelitian dan video NCT New Year Book sebagai objek penelitian.

Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif reception analysis.

I.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yaitu,

1.5.1 Teoritis: melalui penelitian ini diharapkan dapat

menambah atau meperkaya teori mengenai new

16
masculinity serta kajian teori mengenai reception

analysis.

1.5.2 Praktis: pada penelitian ini diharapkan dapat

memberikan khalayak wawasan secara luas

mengenai new masculinity yang ditampilkan dalam

video NCT “New Year Book”.

17
BAB II

II.1. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan fenomena yang diangkat penulis sebagai objek

penelitian, penulis menemukan sejumlah penelitian yang memiliki

fenomena serupa. Namun, terdapat beberapa perbedaan yang membedakan

antara penelitian sebelumnya dengan penelitian penulis. Perbedaan

penelitian sebelumnya dengan penelitian penulis terdapat pada subjek dan

objek penelitian, serta metode yang digunakan. Sebagian besar penelitian

di atas menggunakan metode representasi untuk menggambarkan atau

memaknai maskulinitas baru, serta menggambil salah satu jenis

maskulinitas baru sebagai objek penelitian, seperti soft masculine atau

metroseksual.

Peneliti sendiri akan meneliti mengenai penerimaan mengenai new

masculinity dengan subjek penelitian yaitu generasi Z, sedangkan objek yang

digunakan peneliti yaitu video NCT “New Year Book”. Peneliti tidak hanya

mengambil salah satu jenis dari new masculinities saja, tetapi membahas

keseluruhan mengenai maskulinitas baru. Persamaan dengan penelitian

lainnya adalah pembahasan yang serupa mengenai maskulinitas baru.

Perbedaan juga dapat ditunjukkan pada salah satu penelitian yang

dicantumkan yaitu penelitian oleh Muri Iryanti, Aquarini Priyatna, dan R.M

Mulyadi, yaitu mengenai Konstruksi Ayah “New Masculinity” melalui

variety show “Superman is Back”. Penelitian dibedakan dari metode dan hasil

penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah

18
semiotika, sedangkan yang digunakan peneliti adalah reception analysis.

Hasil penelitian dari penelitian tersebut lebih merujuk pada sifat pria baru

yang ditunjukkan kepada keluarga, sedangkan peneliti akan meneliti

berdasarkan pandangan mengenai fisik dan sifat maskulinitas baru.

19
II.I.1 Tabel Penelitian Terdahulu

No Nama Penulis, Judul Subjek dan Kajian Kesimpulan


Nama Jurnal, Objek Teoritis dan
Volume dan Metode
Tahun
1. Ahmad Representasi Subjek: Kajian Representasi ketiga
Mulyana, Gaya Hidup Gaya Hidup Teoritis: majalah Ibukota
Jurnal Visi Pria Pria Metrosexual adalah representasi
Komunikasi, Metrosexual Media Massa konstruktivis.
Meterosexual
Volume 13, Cultural Majalah tersebut
di Majalah Pria
2014 Objek: Studies mengkontruksi
Ibukota
Majalah makna lewat sistem
Pria Ibukota Metode:
bahasa untuk
Semiotika
mengidentifikasikan
suatu citra
2. Arnie Representasi Subjek: Kajian Menemukan bahwa
Mellawati, Laki-laki Laki-laki Teoritis: terdapat dua mitos
Eni Maryani, Metroseksual Metroseksual Metroseksual metroseksual yang
Nindi Aristi, dihasilkan dari iklan
dalam Iklan Objek: Metode: Vaseline Men Face
Jurnal Vaseline Men Iklan Semiotika Moituraizer. Mitos
Manajemen Face Vaseline yang ditemukan
Komunikasi Moisturizer Men Face adalah mitos
Volume 2, Moisturizer maskulinitas dalam
2017 konsep
metroseksual dan
mitos tokoh idola
laki-laki
metroseksual.
3. Candy Lim Metrosexual Subjek: Kajian Konsumsi status
Chiu, Trend in Metrosexual Teoritis: variabel dibawah
Qiyue Facial Care Trend in Metroseksual perspektif sosial.
Wang, Han- Products: Facial Care Affective, Pengaruh pola
chiang, Ho Analysis of Products Behaviour, and konsumsi terhadap
Jiang Zhang, Factors that Cognition produk perawatan
Fusu Zhao Influence Objek: berdasarkan
Journal of Young Facial Metode: penelitian.
Global Chinese Men Products Survey
Fashion Purchasing
Marketing, Intention
Volume
10,
2019
4. Donnalyn Masculinities, Subjek: Kajian Data
Pompper, the Masculinities, Teoritis: menunjukkan
Sex Roles, Metrosexual, the Masculinities bagaimana pria
Volume 63, and Media Metrosexual, Metrosexual menyesuaikan
2010 Images: and Media Age and diri,bernegoisasi,
Across Ethnicity dan melawan
Dimensions Objek: kekuatan

20
of Age and Images Across Metode: hegemonik
Ethnicity Dimensions of Fenomenologi maskulinitas di
Age and abad 21.
Ethnicity Perspektif
menawarkan
konstruksi lintas
budaya yang
bernuansa dan
makna
maskulinitas dan
pengaruh yang
membentuknya.
5. Pratiwi Try Penerimaan Subjek: Kajian Dominan code:
Astuti, Penggemar Penerimaan Teoritis: sepakat dengan
Jurnal E- K- Pop penggemar Soft Masculine konsep soft
Komunikasi, Terhadap K- Pop tentang masculine dalam
Gambaran gambaran Pria Metode: video klip EXO
Volume 4,
Pria Soft soft masculine. Reception Negative code:
2016
Masculine Analysis tidak semua
Boyband Objek: pria
EXO Soft masculine menunjukkan
di Music Video dalam music kepribadian
Miracle in video EXO- seperti EXO.
December Miracle in
December

6. Paul J. Yoon, Asian Subjek: Kajian Image pria Asia


Asian Music Masculinities Asian Teoritis: maupun Asian
and Parodic Masculinities Maskulinitas American
Possibility in dan Parodic terbentuk dari
Odaiko Solos Possibility Metode: taiko
and Filmic Semiotika performance and
Representation. Objek: film (seperti,
Odaiko Solos Bruce Lee dan
dan Filmic Jackie Chan).
Representation Baik Odaiko Solo
atau dibalik
upaya Odaiko
Solo, dengan cara
mereka sendiri,
mengubah
wacana ras dan
gender dengan
cara menawarkan
kompleksitas dan
kemanusiaan
yang besar.
7. Raden Ayu Konstruksi dan Subjek: Kajian Fashion menjadi
Wulantari, Reproduksi Konstruksi Teoritis: bagian yang
Jurnal Maskulinitas dan Maskulinitas, memiliki kaitan
Komunikasi Kelompok Reproduksi Social dengan
Indonesia Muda Urban Maskulinitas Representation. maskulinitas, Sifat
Volume 1 Kelas laki-laki dalam
2012 Menengah. Objek: Metode: drama Korea yang
Fenomenologi melankolis,

21
Penonton maskulinitas pria
drama Korea Indonesia dan pria
Selatan Korea yang
berbeda dari segi
fashion, dan setiap
laki-laki
memandang
maskulinitas
secara
berbeda
berdasarkan
budaya.

8. Sekar Hayu Maskulinitas Subjek: Kajian Penerimaan


Rifna, dan Resepsi Teoritis: mengenai soft
Yudha Perempuan: Perempuan Acara masculinity
Wirawanda, Resepsi terhadap Soft Ragam, responden
Perempuan Masculinity Budaya memiliki hasil
CALATHU: terhadap Soft Populer, yang beragam
Jurnal Maculinity Objek: Soft karena masing-
Komunikasi dalam Variety Soft masculine Masculinity masing responden
Volume 1 Show. dalam Variety memiliki
2019 Show. Metode: pengalaman yang
Reception berbeda. Namun,
Analysis pandangan mereka
mengenai soft
masculinity
menjadi terbuka,
bahwa konsep
tersebut bukan
berarti pria yang
feminin, tetapi tipe
pria yang
lebih lembut.

9. Sumekar Pemaknaan Subjek: Kajian Tubuh pria


Tanjung, Maskulinitas Pemaknaan Teoritis: merupakan tanda
Jurnal pada Majalah Maskulinitas Majalah yang mempunyai
Komunikasi Cosmopolitan Perempuan, makna
Volume 6 Indonesia Objek: Maskulinitas intertekstualitas
2012 Majalah bagi industri
Cosmopolitan Metode: media global,
Semiotika sekaligus
menjadikan laki-
laki sebagai
konsumen baru.
Cosmopolitan
Indonesia
memberikan
konsep tubuh laki-
laki maskulin
yang ideal dengan
cara homogen.

22
10. Vian Representasi Subjek: Kajian Konsep
Andhika Maskulinitas Representasi Teoritis: Maskulinitas:
Octaningtyas, Boyband Maskulinitas Maskulinitas
Pakaian formal jas
Kemadha, dalam Video
dan sepatu pantofel,
Volume 6, Klip. Objek: Metode: menggunakan
2017 Video Klip Semiotika
aksesoris, gaya
rambut undercut
dan bewarna, dan
mapan kekayaan
dan kekuasaan.

11. Muri Iryanti, The Subjek: Kajian Korea Selatan kini


Aquarini Construction Construction Teoritis: tidak lagi
Priyatna, of Fathers of New New menanamkan
R.M New Masculinity Masculinity patriarki. Melalui
Mulyadi, Masculinity in acara Superman is
Humaniora, South Korea Objek: Metode: Back, pria Korea
Volume 8, Variety Show Variety Show Semiotika Selatan menujukkan
2017 Superman is bagaimana perilaku
Back pria baru dalam
merawat anak.
Alih-alih bersikap
kasar dan otoriter,
mereka
menunjukkan
perilaku peduli
terhadap anak dan
perempuan. Kini
pria tidak malu
untuk menunjukkan
afeksi mereka dan
kepedulian mereka
terhadap rumah
tangga.

23
II.2. Kajian Teoritis

II.2.1 Maskulinitas dan New Masculinity

Maskulinitas dianggap sebagai satu kesatuan sejak awal

yaitu: tubuh, jiwa, penampilan secara lahiriah, dan kebijakan

batin yang seharusnya terbentuk satu kesatuan yang harmonis,

konstruksi sempurna, pada setiap bagian sesuai dengan

tempatnya (Mosse, 1996:4). Maskulinitas dapat dipahami

sebagai efek dari interpretasi dan definisi pada tubuh,

kepribadian, budaya, dan organisasi dalam masyarakat. (Pilcher

dan Whelehan, 2004:83).

Maskulinitas sejati dapat dilihat melalui bentuk tubuh –

sesuatu yang melekat pada tubuh pria atau penggambaran

mengenai tubuh pria (Connell, 2005:73).

Beberapa dekade penelitian yang berhubungan dengan

hegemoni maskulinitas menunjukkan bahwa terdapat sejumlah

cara maskulinitas dapat dengan berhasil diperankan. Berbagai

peraturan dapat digolongkan ke dalam kategori yang berfungsi

sebagai norma maskulinitas secara tradisional atau modern.

Sebagian besar peraturan yang informal telah menjadi norma

yang telah dilembagakan (dapat disebut sebagai standar,

penanda, atau tema) yang dimiliki dan diperkuat dalam beberapa

dekade ini. Berikut beberapa norma mengenai maskulinitas;

24
Anti-feminime Norm; dalam antifeminime norm laki-laki

disosialisasikan secara tegas untuk menolak segala sesuatu yang

dianggap feminin. Pada gender pria digambarkan sebagai sosok

yang lebih keras daripada wanita (Bosson dan Michniewicz

dalam Lindsey, 2015:286). Perempuan dan sesuatu yang

dianggap feminin lebih rendah daripada laki-laki dan apapun

yang dianggap sebagai maskulin (Lindsey, 2015:286).

1. Interpersonal Relatios; pernyataan ini mengungkapkan

bahwa laki-laki harus mengontrol emosi dan sensitivitas

yang dimilikinya. Persahabatan yang intim dengan laki-

laki tidak dianjurkan, tetapi persahabatan intim dengan

perempuan dihambat dengan pesan yang menyatakan

bahwa pria akan dinilai negatif bila menunjukkan emosi

dan kepekaan yang terlalu banyak. Ekspresi feminitas

secara verbal dan nonverbal tidak dapat ditoleransi.

(Lindsey, 2015:286).

2. Success Norm; melalui norma ini ditunjukkan bahwa pria

didorong untuk berhasil dengan cara apapun.

Maskulinitas diukur dan terikat dengan karir yang sukses

dan kemampuan untuk membiayai keluarga dengan peran

pencari nafkahnya. Pria diberitahu untuk memastikan

kondisi finansial keluarganya dan itu merupakan prioritas

utama mereka dibandingkan peran lainnya (Lindsey,

25
2015:287).

3. Gendered Occupation; menunjukkan bahwa pria

terancam dengan masuknya wanita dalam bidang

maskulin. Sesuai dengan antifeminim dan success norm,

mereka percaya bahwa perkerjaan

yang dinodai oleh feminitas dianggap kurang jantan. Pria

yang berhasil dalam bidang feminim dianggap kurang

kompeten daripada pria yang berhasil dalam bidang

maskulin. (Lindsey, 2015:287).

4. Toughness Norm; norma ini memberitahukan bahwa laki-

laki harus menjadi kuat, percaya diri, mandiri, berani, dan

independent. Elemen antifeminim menyiratkan bahwa

kepatuhan dan ketundukan merupakan hal negatif yang

diremehkan oleh pria tangguh. Laki-laki akan dicap

pengecut bila menunjukkan sisi sensitif secara berlebihan

(Lindsey, 2015:289).

5. Agression Norm; maskulinitas dikaitkan dengan berani

mengambil resiko, tidak berkompromi, dan kemauan

untuk tidak membungkuk dalam menghadapi masalah.

Fungsionalis menekankan bahwa dengan

mengasosiasikan anak laki-laki ke dalam maskulinitas

dengan kekerasan dan agresi yang mengelilinginya akan

lebih mudah diterima (Lindsey, 2015:290).

26
6. Sexual Prowess Norm; pernyataan ini merujuk pada

“macho man”. Bentuk identitas seksual ini diperkuat

dengan keyakinan bahwa maskulinitas dibentuk secara

biologis daripada secara sosial. Media menggambarkan

bahwa kinerja seksual pria digunakan untuk mengukur

maskulinitas, dengan kesuksesan dengan seks atau

kesuksesan dalam hidup.

7. Tenderness Norm; norma ini menolak konstruksi sosial

mengenai maskulinitas pada umumnya yang melarang

pria untuk bersifat sensitif dan lembut pada orang lain.

Norma ini meyakinkan bahwa ekspresi sensitif dapat

bermanfaat untuk pria, baik secara sosial maupun pribadi.

Pria yang menerima norma ini berusaha untuk terbuka

secara emosional dengan pria dan hubungan lebih egaliter

dengan wanita. (Lindsey, 2015:291).

Selain melalui norma yang terbentuk, maskulinitas selalui

dipengaruhi oleh budaya, sejarah, geografi dan pada zaman ini

dikombinasikan dengan pengaruh gerakan feminisme dan gay

(Beynon, 2002:15). Maskulinitas dibangun berdasarkan budaya

melalui kinerja tubuh seperti bertingkah laku, gaya berpakaian,

dan gaya berbicara (Jung, 2011:46).

Seiring perkembangan zaman, konsep maskulinitas

kembali dikonstruksikan hingga memunculkan istilah

27
maskulinitas baru atau new masculinity. New masculinity sebagai

laki-laki baru merupakan pemberontakan atau penyimpangan dari

maskulinitas yang beraliran keras, mulai dari dada yang

bergelembung layaknya Incredible Hulk atau memiliki rahang

yang tegas seperti John Wayne (Chapman dan Rutherford, 1998:

223).

Melly dan Mort (dalam Hall, 2011:301), menyatakan

bahwa terdapat bingkaian baru mengenai bagian luar tubuh pria;

salah satunya tidak terlalu menekankan pada kekuatan asertif dari

otot yang maskulin sebagai seksualisasi yang pasif. Mereka

berpendapat bahwa pria tidak perlu memiliki otot yang besar dan

tegas seperti gambaran mengenai pria maskulin pada umumnya

untuk daya tarik seksual.

Munculnya laki-laki baru bersamaan dengan perkebangan

dunia periklanan yang bergeser dari iklan produk menjadi iklan

gaya hidup. Perkembangan laki-laki baru juga dipengaruhi oleh

feminisme yang mengecap maskulinitas merupakan hal yang

patologis. Gerakan ini mendorong laki-laki untuk membuka diri

dengan emosinya dan mengadopsi posisi perempuan. Hal ini dapat

membantu laki-laki memunculkan sisi feminimnya (Chapman dan

Rutherford, 1988: 236).

Pada tahun 1980-an dikenal istilah sifat maskulinitas baru

28
yaitu nurturer dan narcissist. Nurturer merupakan pria yang sadar

akan perasaan sensitif yang dipercaya dapat membantu

meningkatkan hubungan antara wanita dan anak-anak, begitu juga

dengan pria lainnya. Kunci dari nurturer adalah tidak

diidentifikasikan sebagai “traditional fathers”, lebih

diidentifikasikan sebagai pengasuh dan tidak sesuai dengan peran

dosmestik secara konvensional. Menolak perilaku macho dan

lebih bergaul dengan perempuan. Menggeneralisasikan pengaruh

feminim, tetapi juga berhubungan dengan feminist. (Beynon,

2002:101). Narcissist, bentuk “new man” tersebut lebih

diasosiasikan pada komersial (Beynon, 2002:102).

New masculinity memiliki dua konsep yaitu metroseksual

dan soft feminim. Berdasarkan Jurnalis British, Mark Simpson,

tipikal metroseksual adalah pria muda dengan uang untuk

dihabiskan, hidup atau mudah menjangkau metropolis – karena

merupakan tempat dimana terdapat semua toko terbaik, klub,

gyms, dan penata rambut (Jung, 2011:66). Menurut Simpson

dalam Jung (2011:66), metroseksual merujuk pada pria dengan

upaya mengolah gaya yang aesthetic dan punya selera bagus

terhadap fashion, kecantikan, seni, dan budaya.

Kang Yoo Jeong dalam Jung (2011:67), berpendapat

bahwa terdapat dua elemen dibalik munculnya metroseksualitas.

Pertama, karena manifestasi dari keinginan pria kontemporer

29
untuk menjadi menarik secara fisik. Kedua, merupakan

dukungan dari industri konsumeris global yang melayani

promosi gaya hidup metroseksual. Gaya hidup metroseksual juga

mempengaruhi dalam pembentukan tubuh pria, dimana gaya

hidup metroseksual dicontohkan melalui kegiatan kebugaran,

seperti olahraga, yoga dan diet untuk mengubah tubuh pria

menjadi bentuk yang diinginkan.

Soft Masculinity merupakan gambaran laki-laki yang

memiliki karakteristik yaitu karisma yang lembut, sopan, dan

pure (Jung, 2011:46). Soft Masculinity dibentuk berdasarkan

penggabungan transkultural dari maskulinitas Seonbi dari Korea

(dipengaruhi oleh konfusianisme Cina, yaitu maskulinitas wen),

maskulinitas Jepang “bishonen” dan maskulinitas metroseksual

secara global (Jung, 2011:39)

II.2.2 Korea Selatan dan New Masculinity

Korea memiliki definisi tersendiri dalam memaknai

new masculinity. New masculinity dikenal di Korea dengan

sebutan Kkonminam. Kkonminam berasal dari dua kombinasi

suku kata Korea, yaitu Kkot yang berarti bunga dan Minam yang

berarti pria cantik. Asal- usul kata tersebut tidak pasti, akan

tetatpi disepakati berdasarkan komik perempuan, dimana ketika

pria muncul dilatarbelakangi dengan bunga- bunga, oleh sebab

30
itu mereka mulai menyebut sebagai “pretty boys kkonminam”

(Jung, 2011:58).

Pada umumnya, kkonminam merujuk pada pria yang

memiliki rupa cantik, dengan kulit yang cerah dan lembut,

rambut halus, dan sikap yang feminim. Menurut Kim Yong Hui

dalam Jung (2011:59), menjelaskan bahwa sindrom kkonminam,

dikembangkan berdasarkan konsekuensi dari dekonstruksi

kkonminam dan hibridisasi seksual perempuan atau pria, identitas

laki-laki hanya lebih feminin. Menurutnya, kkonminam dapat

memuaskan hasrat manusia (terutama wanita) yang kompleks

karena memiliki atribut feminim dan maskulin. Fenomena ini

menunjukkan era maskulinitas yang baru.

Selain kkonminam, istilah lain yang menyangkut new

masculinity Korea adalah momjjang. Momjjang memiliki arti

“body master”, berdasarkan dua suku kata, “mom” yan berarti

badan dan “jjang”. Momjjang merupakan kata baru yang

merujuk pada fenomena sosio-budaya dalam memiliki badan

yang bagus. Bagi wanita, momjjang berujuk pada tubuh kurus

dan kencang, sedangkan bagi pria merujuk pada otot yang

kencang. Momjjang syndrome mengubah gaya hidup Korea

Selatan, yaitu menghabiskan waktu dan uang untuk badan

mereka, seperti aktivitas yoga, olahraga, dan membeli makanan

sehat (Jung, 2011:65).

31
Terdapat tiga karakteristik yang menggambarkan

maskulinitas pria Korea;

1. Tender Charisma, menggambarkan bahwa pria yang

sempurna adalah pria yang memiliki karisma yang manly dan

kelembutan. Dengan kata lain, pria yang ideal adalah pria

yang memiliki karisma yang lembut (Jung, 2011:47).

2. Purity, menggambarkan pria yang innocent dan pure, seperti

remaja pria yang polos dan lugu. Karakteristik ini merujuk

pada sikap pria dalam hubungan percintaan (Jung, 2011:49).

3. Politeness, menggambarkan pria yang sopan santun , berpikir

panjang, respect, dan perhatian (Jung, 2011:50).

Selain itu, media Korea Selatan seringkali

menayangkan acara yang menonjolkan sisi feminin dari pria.

Pada akhir tahun 2009, festival musik populer Korea Selatan

akan menayangkan mengenai pria-pria cantik yang menyamar

menjadi wanita untuk merepresentasikan musik atau tarian

populer dari grup wanita. Tidak hanya di festival musik saja,

tetapi pada acara game show ataupun program musik, mereka

akan mengenakan wig ataupun mini skirt (Jung, 2011:163-164).

Beberapa boygroup Korea diistilahkan sebagai

jimseungdol, yang merupakan kombinasi dari kata Korea yaitu,

jimseung yang berarti hewan atau buas dan dol yang berarti idol.

Hal ini sebagai bentuk penggambaran boygroup yang

32
ditampilkan di media dengan citra yang manly, b-boy dance

style, atau akrobatik, seperti citra dari boygroup 2PM(Jung,

2011:164).

Namun, pada waktu lain, di berbagai game shows,

mereka sering menggunakan gaun, menampilkan tarian

girlgroup yang imut, di mana mereka melatih maskulinitas

lembut yang feminin. Penampilan maskulin yang variatif yang

dimulai dari buas, lucu, hingga lembut memunculkan istilah

kawaii cute boy in sexy beast-like man’s body, sebagai bentuk

penggambaran pria yang memiliki tubuh kekar tetapi

bertingkah imut. Pada reality show lainnya, juga ditampilkan

pria yang menunjukkan gestur imut (aegyeo), yaitu terlihat

girly, serta mimik wajah dan suara yang manis. (Jung,

2011:165).

Budaya populer kontemporer Korea Selatan, terus

menerus didekonstruksi dan direkonstruksi dalam berbagai

praktik transkultural globalisasi dan lokalisasi. Hal ini terbukti

dari pentingnya spesifikasi lokal, post-colonialism, trans-pop-

consumerism, dan neo-orientalism, yang terkait dengan

rekonstruksi dan konsumsi maskulinitas di Korea Selatan (Jung,

2011: 167).

33
II.2.3 Reception Analysis

Reception Analysis adalah penelitian khalayak yang

membangun penerimaan, penggunaan, dan dampak media yang

menjadi konten dalam menganalisis khalayak. Reception

analysis menyampaikan bahwa teks dan penerimaan

merupakan elemen pelengkap dalam penelitian yang membahas

mengenai aspek diskursif dan sosial dari komunikasi. Dengan

kata lain, reception analysis mengansumsikan bahwa tidak ada

“efek” tanpa “pemaknaan” (Jensen dan Jankowski, 2002:135).

Pada metode reception studies atau reception

analysis berfokus pada bagaimana berbagai jenis audience

memahami bentuk konten tertentu (Baran dan Davis,

2012:257). Dikatakan bahwa audiens adalah pembuat aktif

makna yang memiliki kaitan dengan teks (Barker, 2000:34).

Pada dasarnya penonton dapat dimaknai sebagai

individu dimana secara sosial pemaknaannya dikonsepkan

secara kultural dan praktik yang dimiliki oleh bersama. Bila

penonton membagikan kode kultural kepada pengkode, maka

mereka akan mengkodekan pesan dalam konsep yang sama.

Akan tetapi, ketika penonton berada dalam posisi sosial yang

berbeda (kelas dan gender), dengan sumber kultural yang

berbeda maka dia mampu mengkode program secara alternatif

(Barker, 2000:288).

34
Jadi dapat dikatakan bahwa, bila penonton memiliki

konsep kulural yang sama dengan pengkode, maka pemaknaan

akan serupa, tetapi bila berbeda maka akan dikodekan secara

alternatif (Barker, 2000:35).

Kontribusi Hall mengenai penelitian adalah berteori

tentang apa yang sesungguhnya khalayak lakukan ketika

menonton televisi. Makalah mengenai encoding/decoding

merupakan salah satu karyanya yang terkenal (Davis, 2004:60).

Menurut Hall (dalam Davis, 2004:62), menyatakan

bahwa konsumsi bukanlah kegiatan yang pasif karena

konsumsi makna. Tanpa makna, maka tidak ada konsumsi.

Makna, tidak dapat dihasilkan secara pasif, akan tetapi harus

dibuat dan dimaknai sendiri.

Berikut posisi audiens berdasarkan pemaknaan terhadap


media;

1. Dominant-Hegemonic Position, dalam posisi ini audiens

mempunyai pemaknaan yang sama dengan produser.

Komunikasi relatif mulus, muncul secara alami, sah, dan

masuk akal (Davis, 2004:65).

2. Negotiated Position, ketika audiens menciptakan

interpretasi yang bermakna secara pribadi dari konten

yang berbeda. Mereka mungkin tidak setuju atau salah

mengartikan suatu pesan, sehingga muncul makna

alternatif atau negosiasi yang berbeda (Baran dan

35
Davis,2012:258).

3. Oppositional Position, ketika pemaknaan audiens

bertentangan dengan pesan yang disampaikan oleh

konten. Dalam hal ini audiens mengembangkan

interpretasi yang bertentangan dengan pemaknaan

dominan. (Baran dan Davis, 2012:258).

II.2.4 Generasi Z

Generasi Z atau dikenal sebagai generasi millenial

baru merupakan generasi yang lahir pada tahun 1995 hingga

tahun 2012. Terdapat tujuh sifat mengenai generasi Z;

1. Figital, generasi Z menganggap bahwa dunia nyata

dan dunia virtual saling tumpang tindih, maka dari

itu mereka menganggap bahwa dunia virtual

merupakan salah satu bagian dari dunia realitas,

2. Hiper-Kustomisasi, generasi Z mencoba untuk

menyesuaikan dan mengkustomisasi identitas diri

mereka agar lebih diakui dan dikenal oleh dunia,

3. Realistis, generasi Z bersikap realistis terhadap masa

depan, serta telah merencanakan dan

mempersiapkan mengenai masa depan,

4. FOMO, generasi Z paling takut ketinggalan, mereka

selalu mengikuti tren yang ada, serta bergerak agar

mereka tidak tertinggal.

36
5. Weconomist, generasi Z merupakan generasi yang
filantropis.

Ketika bekerja mereka akan lebih memilih dan

percaya kepada perusahaan yang mempunyai

kontribusi terhadap masyarakat.

6. D.I.Y, generasi Z merupakan generasi yang senang

melakukan sesuatu secara mandiri atau do it yourself

(DIY). Mereka yakin bahwa mereka dapat melakukan

apapun sendiri.

7. Terpacu, generasi Z merupakan generasi yang

kompetitif dan tertutup. (Stillman dan Stillman,

2017: xvii-xix).

Generasi Z dipengaruhi selebritas yang berasal dari

film, televisi, musik hingga olahraga. Tetapi, terdapat perbedaan

besar mengenai selebritas generasi Z dibandingkan generasi

lainnya, mereka mengenai istilah internet famous. Selain bintang

film, televisi, atau musik, mereka juga mengenal istilah bintang

Youtube. Generasi Z mengungkapkan bahwa bintang Youtube

lebih terkenal dari pada selebriti lainnya. Mereka sungguh

menikmati hiburan di tangan mereka (Stillman dan Stillman, 2017:

47:49).

II.3. Nisbah Antar Konsep

Fenomena new masculinity merupakan fenomena yang

sedang populer di era modern. New masculinity merupakan istilah

37
bagi konsep baru maskulinitas yaitu pria yang peduli kepada

penampilannya sehingga rela menghabiskan waktu dan uangnya,

lebih sensitif dan ekspresif, serta lembut.

Bila mendengar kata maskulinitas baru, maka negara yang

sangat khas dengan tren tersebut adalah Korea Selatan. Negara

Korea Selatan yang dianggap sebagai pembawa konsep atau tren

maskulinitas baru. Banyak boygroup Korea Selatan yang

mengadopsi konsep maskulinitas baru dalam video musik mereka

atau sikap yang ditunjukkan mereka kepada penggemar atau

masyarakat. Terutama boygroup BTS yang juga dianggap

mengenalkan tren maskulinitas baru hingga dianggap sebagai ikon

new masculinity.

Namun, salah satunya adalah boygroup yang bernama

NCT, malah memicu perdebatan dalam video yang ditampilkannya.

NCT menonjolkan sisi maskulinitas pria yang baru dalam konsep

video mereka yaitu New Year Book yang menonjolkan sisi feminin,

lembut, elegan serta daya tarik pria perkotaan, di mana pria terlihat

rapi dan mempedulikan penampilannya. Namun sayangnya, konsep

video tersebut kurang dapat diterima oleh netizen sehingga memicu

perdebatan mengenai video tersebut.

Jika diperhatikan di berbagai media, era new masculinity

kini mulai merebak di berbagai negara. Tidak hanya di Korea

Selatan atau Asia Timur saja, tetapi juga di negeri bagian barat dan

38
Indonesia. Merebaknya new masculinity juga dipengaruhi oleh

Korean Wave yang merebak di seluruh dunia terutama sejak BTS

mulai terkenal di mata dunia. Era new masculinity ini merebak di

seluruh kalangan terutama pada generasi z, di mana mereka mulai

mengadopsi tren maskulinitas baru yang dapat dilihat dari fashion

dan tren industri kecantikan pria. Istilahnya pun berbeda-beda di

setiap negara mulai dari kkominan atau bishonen (Asia Timur), old

school (negara bagian barat), dan men gromming (Indonesia).

Maka dari itu penulis ingin mengetahui pemaknaan

generasi Z mengenai new masculinity yang ditampilkan melalui

video NCT “New Year Book” dengan menggunakan metode

Reception Analysis. Melalui metode Reception Analysis, khalayak

memberikan makna atau pemahaman teks yang berbeda-beda sesuai

dengan interpretasi atau latar belakang mereka. Pemaknaan

khalayak akan di bagi ke dalam tiga bagian , yaitu Dominic-

Hegemonic Code, Negotiated Code, serta Oppositional code.

39
II.2.5 Bagan Kerangka Konseptual

New masculinity merupakan istilah dari “new man” yaitu bentuk maskulinitas baru dimana pria lebih
memperhatikan gaya hidup dan penampilannya. Konsep new man merujuk kepada pria yang menonjolkan sisi
femininnya, dapat mengatur ekspresi, sensitif, lebih peduli, dan bisa mengatur dalam ranah dosmetik rumah tangga
(mengurus anak). Konsep “new man” lainnya yang disebut “narcissist”, yaitu laki-laki menunjukkan maskulinitas
dengan mengedepankan serta peduli pada gaya hidup dan penampilannya”. New masculinity mulai berkembang di
negara Korea Selatan, sejak zaman Bae Yoon Jung yang kemudian mulai merebak ke beberapa negara akibat sifat
dan penampilannya dalam drama Winter Sonata.

Salah
Video NCTsatutersebut
boygroupmengangkat
asal Korea Selatan
konsepNCT, menampilkan
mengenai video yang
maskulinitas baru.berjudul New Year Book
Era maskulinitas barudengan
konsep
sendiri mulaimaskulinitas
menyebar di baru. Beberapa
beberapa tayangan
kalangan menunjukkan
terutama konsep maskulinitas
kalangan generasi z. Generasi zbaru seperti
merupakan
menunjukkan
generasi sifat yang
yang berada padafeminin, memiliki 1995-2015.
tahun kelahiran penampilan layaknya
Generasiwanita, dan menunjukkan
ini merupakan generasisisi lembut.
yang
Beberapa
peduli tayangansehingga
pada gender, menegaskantrensisi maskulinitasbaru
maskulinitas baru dapat
yang merujukpada
menjangkaumake-up
merekadan fashion.
dengan beberapa
sebutan yang berbeda di berbagai negara seperti old school atau men grooming.

Metode Reception Analysis digunakan untuk mengetahui dan


menentukan bagaimana pemaknaan khalayak terhadap new
masculinity. Reception Analysis berfokus kepada bagaimana audiens
memaknai bentuk konten tertentu, dengan kata lain diasumsikan
bahwa tidak ada efek tanpa pemaknaan.

Bagaimana penerimaan generasi Z terhadap new masculinity dalam


video NCT “New Year Book”.

Dianalisis menggunakan teori Encoding-Decoding Stuart Hall, yaitu


tiga posisi memaknai sebuah teks media.

Dominant
Hegemonic Negotiated Oppositional
Code Code Code

40
BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pada penelitian ini penulis akan menggunakan pendekatan

secara kualitatif. Kualitatif merupakan metode yang dikembangkan

dalam ilmu kemasyarakatan yang memungkinkan peneliti untuk

mempelajari fenomena sosial dan budaya. Hal tersebut terkait

dengan data tetapi tidak dalam bentuk angka. Penelitian Kualitatif

merupakan pendekatan induktif yang bertujuan untuk membangun

pemahaman lebih dalam mengenai pengalaman perseorangan atau

kelompok (Wahyuni, 2012:1).

Berdasarkan Ross dalam Wahyuni (2012:2), menyatakan

bahwa dalam penelitian kualitatif memiliki dasar pada “world view”

yaitu menyeluruh dan berkeyakinan bahwa; (1) tidak ada realitas

tunggal, (2) realitas didasari pada persepsi orang yang berbeda dan

berubah setiap waktu,

(3) apa yang kita tahu memiliki makna hanya di dalam konteks

situasi tertentu.

Pada penelitian ini pula, peneliti akan menggunakan jenis

penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Wahyuni (2012:12),

penelitian kualitatif deskriptif adalah penelitian di mana data

dikumpulkan berdasarkan bentuk kata atau gambar daripada angka.

41
Hasil tertulis berupa kutipan-kutipan dari data untuk

menggambarkan atau memperkuat penyajian. Data tersebut memuat

mengenai transkip wawancara, catatan lapangan, fotografi, rekaman

video, dokumen personal, memo dan rekaman oficial lainnya.

Penulis berusaha untuk mendeskripsikan atau menganalisis data

dengan segala kekayaannya sedekat mungkin sesuai dengan format

yang mereka rekam atau transkip.

III.2 Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan peneliti untuk memaknai pesan

adalah metode reception analysis. Metode penelitian reception

analysis berfokus pada bagaimana beberapa tipe dan variasi audiens

memahami sesuatu konten. Fokus utama penelitian resepsi tidak

hanya terbatas pada mencari tahu mengenai penerimaan atau

membaca suatu program oleh audiens. Sebaliknya adalah

memahami mengenai kontemporer “budaya media”, khususnya

karena peran media dalam kehidupan sehari-hari (Baran dan Davis,

2012:259).

Reception analysis merupakan metode yang cocok untuk

meneliti penelitian ini karena dapat menganalisa penerimaan

komunikan yang berbeda-beda sesuai dengan pengalaman, latar

belakang, status sosial, ataupun budaya dari setiap individu.

42
III.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini khalayak yang tergolong ke dalam

generasi z dan video NCT “New Year Book”. Generasi z adalah

generasi yang lahir pada kisaran tahun 1995-2015. Pada penelitian ini,

kriteria umur informan yang dipilih peneliti adalah kisaran umur 20-

26 tahun, yang merupakan kisaran umur yang sesuai dengan generasi

z dengan pekerjaan sebagai mahasiswa atau karyawan. Penulis

mengambil kriteria umur tersebut, karena penulis berpendapat bahwa

umur 20 tahun ke atas merupakan usia yang matang sehingga dapat

berpikiran luas dan terbuka.

Kriteria penulis yang kedua adalah jenis kelamin perempuan

dan laki-laki. Kriteria ini diambil untuk melihat bagaimana pandangan

mengenai new masculinity yang ditampilkan dalam video NCT

tersebut dari sudut pandang pria maupun perempuan.

Kriteria penelitian juga dilihat berdasarkan

kewarganegaraan, yaitu Korea Selatan dan Indonesia. Kriteria ini

dipilih penulis untuk melihat penerimaan mengenai new masculinity

dari kedua negara tersebut, di mana Indonesia yang merupakan salah

satu negara yang terkena dampak dari Korean Waves dan Korea

Selatan yaitu negara yang menyebarkan konsep new masculinity.

Penulis memilih negara Korea Selatan berdasarkan pengamatan

penulis mengenai pendapat orang Korea Selatan terhadap

maskulinitas baru. Walaupun Korea Selatan membawa tren

43
maskulinitas baru dalam bentuk industri kecantikan pria dan

entertainment, pria Korea Selatan sendiri mengaku masih tidak suka

menggunakan kosmetik. Hal ini diakui oleh salah satu Youtuber asal

Korea Selatan bernama Ryan Kwon, di mana Ia mengatakan bahwa

yang ditampilkan di media dengan realitanya sangat berbeda. Ia sangat

jarang melihat pria yang menggunakan make-up di jalan, karena

menurut mereka menggunakan make-up dianggap kurang maskulin.

Selain itu Youtuber Yong Company YongHyeon, pria Korea

Selatan menggunakan make-up hanya demi keperluan mencari

pekerjaan atau memberikan kesan yang baik, dikarenakan masyarakat

Korea Selatan yang kompetitif dan ambisius. Korea Selatan sendiri

juga negara yang sangat menjunjung penampilan. Selain itu menurut

data survei dari Research Firm Interfashion, 39% menggunakan

make-up untuk kepercayaan diri, 32% untuk keunggulan kompetitif,

dan 70% untuk penampilan yang lebih baik (ARIRANG Youtube).

YongHyeon juga berpendapat bahwa pria Korea Selatan juga tidak

suka berpenampilan imut seperti yang dilakukan artis pria.

Kriteria informan lainnya juga dilihat penulis berdasarkan

fandom, yaitu penggemar dari produk entertainment Korea Selatan

dan penggemar dari boygroup NCT untuk melihat bagaimana

penggemar dari NCT serta penggemar Korea Selatan secara luas

dalam menerima dan memaknai maskulinitas baru yang ditampilkan

dari video NCT.

44
Berdasarkan kriteria tersebut, peneliti telah memilih

beberapa subjek untuk penelitian. Subjek pertama bernama Silvanus

Lorca, berusia 21 tahun. Informan merupakan mahasiswa dan

berkewarganegaraan Indonesia. Subjek kedua bernama Yuri, berusia

19 tahun. Informan merupakan mahasiswa dan berkewarganegaraan

Indonesia. Subjek ketiga bernama Jeong Min Cheol dengan

kewarganegaraan Korea Selatan. Subjek keempat, Hyerin, berusia 26

tahun dengan kewarganegaraan Korea Selatan, dan subjek kelima

Novia Angeline, berusia 22 tahun dengan kewarganegaraan

Indonesia.

III.4 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah penerimaan mengenai

maskulinitas baru melalui video NCT “New Year Book”. Video

tersebut memiliki dua penampilan yang berbeda tetapi memiliki

konsep pemahaman yang serupa mengenai new masculinity, yaitu

menampilkan pria yang memiliki penampilan menarik, cantik,

feminin, dan lembut. Perbedaan hanya ditunjukkan dengan tone

warna dan pembawaan video, di mana video pertama terkesan lebih

lembut dan feminin, sedangkan video kedua menonjolkan make up

yang kuat dan suasana yang lebih gelap. Video ini menuai beberapa

komentar di beberapa forum online mengenai tampilan artis dalam

video tersebut. Melalui fenomena tersebut peneliti tertarik untuk

45
meneliti mengenai penerimaan maskulinitas baru melalui video

NCT “New Year Book”

III.5 Unit Analisis

Unit analisis mengenai penelitian ini adalah hasil wawancara

dengan informan serta berupa bahasa verbal dan non verbal

informan ketika memaknai mengenai video perkenalan group NCT

“New Year Book, serta dokumentasi kegiatan wawancara.

Wawancara dilakukan sesuai terhadap informan yang telah

dipilih sesuai dengan kriteria yang ditetapkan peneliti, yaitu

khalayak yang tergolong ke dalam generasi z dengan usia 18-24

tahun dengan latar belakang kewarganegaraan Indonesia dan Korea

Selatan.

III.6 Teknik Pengumpulan Data

Adapun Teknik pengumpulan data yang akan digunakan

penulis adalah teknik wawancara. Wawancara melibatkan

interaksi tanya jawab dari partisipan. Wawancara memiliki

beberapa format yaitu wawacara individu, wawancara tatap muka,

dan wawancara tatap muka dalam betuk grup. Proses wawancara

dapat dilakukan dalam bentuk telephone atau alat elektronik

lainnya. Data hasil wawancara dapat direkam dengan beberapa

variasi, yaitu, stenography, audio recording, video recording atau

written note. Terdapat empat tipe wawancara , yaitu structured

46
interview, semi-structured interview, unstructured interview, dan

informal interview. (Wahyuni, 2012: 25-26).

Pada penelitian ini, peneliti akan melakukan wawancara

dengan informan untuk memperoleh data dan gagasan dari

informan. Proses wawancara akan dilakukan dengan media telepon

dan aplikasi chatting (seperti WhatsApp atau KakaoTalk). Data hasil

wawancara akan direkam dengan variasi audio recording dan

written note. Wawancara akan dilakukan dengan tipe informal

interview agar informan lebih leluasa menyampai informasi serta

membangun kedekatan dengan informan.

III.7 Teknik Analisi Data

Pada penelitian ini, penulis akan melakukan berbagai

tahapan dalam menganalisis data. Pertama, penulis akan

melakukan wawancara secara mendalam kepada informan untuk

mendapatkan informasi yang sesuai dan rinci. Proses wawancara

akan direkam untuk kepentingan dokumentasi serta penelitian.

Tahap kedua, hasil dari wawancara tersebut akan

ditranskip dan dipilah serta dikelompokkan sesuai dengan

indikator penelitian.

Tahap ketiga, penulis akan memilah kembali data

hasil wawancara, meringkas hasil data, dan menyusun data hasil

wawancara agar mempermudah penulis untuk menemukan tema-

tema atau pola-pola dari hasil wawancara.

47
Tahap keempat, data tersebut akan dikelompokkan

tiga bagian, yaitu dominated code, negotiated code, dan opposite

code. Menurut Hall, terdapat 3 jenis pemaknaan audiens, yaitu:

1. Dominant-Hegemonic Position, dalam posisi ini audiens

mempunyai pemaknaan yang sama dengan produser.

Komunikasi relatif mulus, muncul secara alami, sah, dan

masuk akal.

2. Negotiated Position, ketika audiens menciptakan

interpretasi yang bermakna secara pribadi dari konten

yang berbeda. Mereka mungkin tidak setuju atau salah

mengartikan suatu pesan, sehingga muncul makna

alternatif atau negosiasi yang berbeda

3. Oppositional Position, ketika pemaknaan audiens

bertentangan dengan pesan yang disampaikan oleh

konten. Dalam hal ini audiens mengembangkan

interpretasi yang bertentangan dengan pemaknaan

dominan.

48
DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Barker, Chris. (2011). Cultural Studies. Bantul: Kreasi Wacana.

Chapman, Rowena dan Rutherford, Jonathan. (1988). Male Order:


Menguak Maskulinitas. Yogyakarta: Jalasutra.

Hall, Stuart. (2013). Representation. London: SAGE Publication.

Lindolf, Thomas. R dan Taylor, Bryan C. (2011). Qualitative


Communication Research Methods: Third Edition. USA:
SAGE Publication.

Stillman, David dan Stillman, Jonah. (2017). Generasi Z. Jakarta:


PT. Gramedia Pustaka Utama.

Wahyuni, Sri. (2012). Qualitative Research Method: Theory and


Practice.
Jakarta Selatan: Salemba Empat.

E-Book:

Beynon, John. (2002). Masculinities and Culture. USA: Open


University Press.

Baran, J. Stanley dan Davis, Dennis K.. (2012). Mass


Communication Theory. USA: Wadsworth Cengage
Learning.

Connel, R.W. (2005). Masculinities: Second Edition. California:


University of California Press.

Davis, Helen. (2004). Undestanding Stuart Hall. London: SAGE


Publication.

Jensen, Klaus Bruhn dan Jankowski, Nicholas W. (1991). A


Handbook of Qualitative Methodologies for Mass
Communication Research. New York: Routledge.
Jung, Sun. (2011). Korean Masculinities and Transcultural
Consumption.
Hong Kong: Hong Kong University Press.

49
Lindsey, Linda L. (2015). Gender Roles A Sociological
Perspective: Sixth Edition. New York: Routledge.

Mosse, L. George. (1996). The Image of Man. New York: Oxford


University Press.

Pilcher, Jane dan Whelehan, Imelda. (2004). 50 Key Concept in


Gender Studies. London: SAGE Publication.

Jurnal:

Astuti, Pratiwi Try. (2016). Penerimaan Penggemar K-Pop


terhadap Gambaran Pria Soft Masculine Boyband EXO di
Music Video “Miracle in December. Jurnal E-Komunikasi.
4(1), 1-12.

Chiu, C.L, Wang, Qiyue, Ho, Han-Chiang, Zhang, Jiang, dan Zhao,
Fuso. (2019). Metrosexual Trend in Facial Care Product:
Analysis of Factors that Influence Young Chinese Men
Purchasing Intention. Journal of Global Fashion Marketing.
10(4), 377-397.

Kartika, Sekar H.R dan Wirawanda, Yudha. (2019). Maskulinitas


dan Perempuan: Resepsi
Perempuan terhadap Soft Masculinity
dalam Variety Show. Calathu: Jurnal Ilmu Komunikasi.
1(1), 23- 41.

Mellawati, Arnie, Maryani, Eni, dan Aristi, Nindi. (2017).


Representasi Laki-laki Metroseksual dalam Iklan Vaseline
Men Face Moisturizer. Jurnal Manajemen Komunikasi.
2(1), 10-17.

Mulyana, Ahmad. (2014). Representasi Gaya Hidup Pria


Metrosexual di Majalah Pria Ibukota. Jurnal Visi
Komunikasi. 13(1), 69-86.

Octaningtyas, V.A. (2017). Representasi Maskulinitas Boyband


dalam Video Klip. Kemadha. 6(2), 57-68.

Pompper, Donnalyn. 2010. Masculinities, the Metrosexual, and


Media Images: Across Dimensions of Age and Ethnicity.
Sex Roles. 63, 682-696.

50
Tanjung, Sumekar. (2012). Pemaknaan Maskulinitas pada
Majalah Cosmopolitan Indonesia. Jurnal Komunikasi.
6(2), 91-103.

Wulantari, R.A. (2012). Konstruksi dan Reproduksi Maskulinitas


Kelompok Muda Urban Kelas Menengah. Jurnal
Komunikasi Indonesia. 1(2), 53-65.

Yoon, Paul. J. (2009). Asian Masculinities and Parodic Possibility


in Odaiko Solos and Filmic Representations. Asian Music.
40(1),
100-130.

Sumber Online:

BBC. (2018). Flowerboys and The Appeal of ‘Soft Masculinity’ in


South Korea. Diakses pada 12 Januari 2020. Link:
https://www.bbc.com/news/world-asia-42499809.

BigHit Labels. (2013). BTS “No More Dream”. Link:


https://www.youtube.com/watch?v=ZjEnJif3mGM.
Diakses padaL: 25 Oktober 2020.

Haryadi. Penting gak Penting Male Grooming. Link:


https://www.goodmen.id/penting-gak-penting-male-
grooming/

Inside Radio. (2018). K-Pop Gains Traction With Gen Z, As WWO


Launches New Podcast. Link:
http://www.insideradio.com/free/k-pop-gains- traction-
with-gen-z-as-wwo-launches/article_b63b9e96-649e-
11e8-925c-bf31139f3a35.html. Diakses pada: 4 Maret 2020.

Jones, Nate. 2017. The Future of Masculinity Looks Like. Link:


https://verygoodlight.com/2017/09/11/the-future-of-
masculinity-looks-like-this/. Diakses pada: 4 Maret 2020

JYP Entertainment. 2018. StrayKids “Hellevator” Teaser. Link:


https://www.youtube.com/watch?v=WzGCuoa6K98. Diakses
pada: 25 Oktober 2020.

Koreaboo. 10 Aegyo Uniques That’ll Make Any Oppa Fall in Love.

51
Link: https://www.koreaboo.com/lists/top-best-effective-
cute-aegyo-techniques-love/

KQ Entertainment. 2018. ATEEZ “Treasure EP.1: All To Zero


(Pirate King) Teaser. Link:
https://www.youtube.com/watch?v=Y2kBWW8v4NY.
Diakses pada: 25 Oktober 2020

My Drama List, Link: https://mydramalist.com/people/479-bae-


yong-jun. Diakses pada: 12 Januari 2020.

NCT Twitter Official, Link: https://twitter.com/NCTsmtown.


Diakses pada: 26 Februari 2020.

Putri, Aditya Widya. (2020). Penggemar K-Pop Indonesia adalah


Ladang Emas Oppa Korea. Link: tirto.id/penggemar-k-
pop- indonesia- adalah-ladang-emas-oppa-korea-eroc.
Diakses pada: 19 Februari 2020.

Rapp, Jessica. (2020). South Korean Men Lead the World’s Male
Beauty Market. Will the West Ever
Follow Suit? Link:
https://edition.cnn.com/style/article/south-korea-male-
beauty- market-chanel/index.html. Diakses pada: 4 Maret
2020.

Reddit.com, Link:
https://www.reddit.com/r/kpop/duplicates/7u1kfx/nct_2018
_yearbo ok_1/.
Diakses pada: 26 Februari 2020.

SMTOWN Official Youtube. NCT “New


Year Book. Link:
https://www.youtube.com/user/S
MTOWN Diakses pada: 12
Januari 2020.

Theconversation. Dari Rangga ke Khudori, “Laki-laki Baru”, di


Film Indonesia . Link: https://theconversation.com/dari-
rangga-ke-khudori-laki-laki-baru-di-film-indonesia-82759

Putri, Aditya Widya. (2020). Penggemar Kpop Indonesia adalah


Ladang Emas Oppa Korea . Link:
https://tirto.id/penggemar-k-pop-indonesia-adalah-ladang-
emas-oppa-korea-eroc. Diakses pada: 4 Maret 2020

52
LAMPIRAN
Untuk mendukung penelitian mengenai “Penerimaan Generasi Z mengenai

New Masculinity” melalui video “New Year Book” NCT” maka dilampirkan

daftar pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan anda mengenai pria yang maskulin? Menurut anda

seperti apakah gambaran pria yang maskulin?

2. Bagaimana pandangan anda mengenai maskulinitas baru?

3. Bagaimana tanggapan anda mengenai menggunakan skincare atau make-up?

4. Bagaimana tanggapan anda bila melihat pria yang mudah menangis atau

bersifat feminin?

5. Bagaimana tanggapan anda mengenai pria yang ditampilkan dalam video


tersebut?

6. Menurut anda apakah pria yang digambarkan dalam video tersebut

menggambarkan maskulinitas baru?

53
7. Bagaimana pendapat anda bila pria yang digambarkan di video tersebut

dikatakan sebagai pria yang maskulin atau macho?

8. Bagaimana tanggapan anda bila pria di video tersebut dikatakan sebagai

pria modern masa kini?

9. Dapatkah anda menerima kontruksi maskulinitas baru yang

digambarkan pada kedua video tersebut?

54

Anda mungkin juga menyukai