D. AIR KERJA
1. Penyedia Jasa harus memperhitungkan penyediaan air kerja untuk keperluan
pelaksanaan pekerjaan, dengan sumur pompa atau cara lain yang memenuhi
persyaratan;
2. Air yang digunakan harus air tawar bersih yang bebas dari bahan organis, lumpur dan
bahan lain yang merusak mutu beton, dll. Harus memenuhi persyaratan air bagi
keperluan bangunan di Indonesia;
3. Selama pelaksanaan, supaya dibuatkan saluran pembuangan darurat untuk menghindari
gangguan air setempat.
E. PEKERJAAN PEMBERSIHAN
1. Pada prinsipnya pekerjaan ini adalah membersihkan lingkungan yang direkomendasi
dalam rencana, guna dilakukan pekerjaan;
2. Pembersihan harus dilakukan secara hati-hati sehingga tidak merusak bagian yang lain,
yang tidak terkait pekerjan;
3. Sebelum pekerjaan dimulai, terlebih dahulu areal dibersihkan dari akar-akaran sehingga
lingkungan tetap terjaga kerapihannya.
H. PEKERJAAN BETON
1. Lingkup Pekerjaan;
a. Termasuk dalam lingkup pekerjaan ini adalah :
Semua pekerjaan beton struktur yang ada dalam masing-masing jenis pekerjaan
yang tercantum dalam Pasal-pasal buku RKS ini antara lain yang dikerjakan :
Beton bertulang struktur rangka, beton praktis, untuk semua kegiatan;
b. Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, peralatan dan tenaga kerja serta
pelaksanaan pekerjaan beton sesuai dengan RKS dan gambar-gambar pelaksanaan
yang telah disediakan untuk proyek ini.
2. Pedoman Pelaksanaan;
Pelaksanaan pekerjaan ini harus mengikuti :
Semua ketentuan dalam SKSNI T-15-1991-03 terutama yang menyangkut pekerjaan
beton struktur.
3. Bahan-bahan Yang Digunakan;
a. Semen;
1. Semen yang digunakan untuk proyek ini adalah Portland Cement jenis II menurut
NI 8 atau type I menurut ASTM, memenuhi S.400 menurut Standard Cement
Portland yang digariskan oleh Asosiasi Cement Indonesia;
2. Merk yang dipilih tidak dapat ditukar-tukar dalam pelaksanaan tanpa persetujuan
Pengawas Lapangan;
3. Persetujuan PC hanya akan diberikan apabila dipasaran tidak diperoleh semen dari
merk yang telah dipilih dan telah digunakan;
4. Merk semen yang diusulkan sebagai pengganti dari merk semen yang sudah
5. digunakan harus disertai jaminan dari Penyedia Barang/Jasa yang dilengkapi
dengan data teknis yang membuktikan bahwa mutu semen pengganti setaraf
dengan mutu semen yang digantikannya;
6. Batas-batas pengecoran yang memakai semen berlainan merk harus disetujui oleh
Pengawas Lapangan.
b. Aggregates;
Aggregates yang digunakan harus sesuai dengan syarat-syarat dalam SKSNI T-
15-1991-03, terdiri dari :
1. Pasir beton (aggregate halus). Kadar lumpur tidak boleh melebihi 4% berat
pasir beton;
2. Koral atau crushed stone (aggregate kasar) :
a. Harus mempunyai susunan gradasi yang baik, cukup syarat
kekerasannya dan padat (tidak porous). Dimensi maksimun 2,5cm, dan
tidak lebih seperempat dimensi beton yang terkecil dari bagian
konstruksi yang bersangkutan;
b. Khusus untuk pekerjaan beton, diluar lapis pembesian yang berat batas
maksimum tersebut 3cm dengan gradasi baik;
c. Pada bagian dimana pembesian cukup berat (cukup ruwet) digunakan
split pecah/giling mesin.
c. Besi Beton;
Besi beton yang digunakan ialah : besi beton polos mutu fy = 320 Mpa ex
Krakatau Steel/setara, untuk diameter lebih besar atau sama dengan 16mm dan
fy = 240 Mpa untuk diameter lebih kecil dari 13mm.
Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta, maka disamping
adanya certificate untuk setiap jenis diameter dari pabrik, juga harus dimintakan
certificate dari laboratorium baik pada saat pendatangan secara periodik minimal
2 contoh percobaan tarik (strees-strain) dan atau untuk setiap 20 ton besi. Untuk
pemotong tulangan tidak boleh mempergunakan alat pemanas (las),
pemotongan dengan alat gunting atau besi cutter atau gergaji besi.
d. Admixture.
Pemakaian bahan tambahan untuk perbaikan mutu beton dari merk setara Super
Plastet SR (kedap air) dan plastet no.2 untuk beton biasa. Namun sebelumnya
Penyedia Barang/Jasa diwajibkan mengajukan analisis kimia serta test, dan juga
bukti penggunaan selama 5 tahun di Indonesia. Penggunaan harus sesuai dengan
petunjuk teknis pabrik.
4. Tata Cara Pengiriman dan Penyimpanan Bahan;
a. Pengiriman dan penyimpanan bahan pada umumnya harus sesuai dengan jadwal
pelaksanaan;
b. Penyimpanan Semen;
1. Semen harus didatangkan & disimpan dalam kantung/zak yang utuh. Berat
semen harus sama dengan yang tercantum dalam zak;
2. Semen harus disimpan dalam gudang yang kering, terlindung dari pengaruh
cuaca, berventilasi cukup dan lantai yang bebas dari tanah;
3. Semen harus dalam keadaan belum mulai mengeras jika ada bagian yang mulai
mengeras, bagian tersebut harus dapat ditekan hancur oleh tangan bebas (tanpa
alat) dan jumlah bagian yang mulai mengeras ini tidak lebih dari 5% berat semen;
4. Pada bagian semen yang mengeras tersebut harus dicampurkan semen dalam
jumlah yang sama dengan syarat bahwa kualitas beton yang dihasilkan harus
sesuai dengan yang diminta perencana.
c. Penyimpanan Besi Beton;
1. Besi beton disimpan dengan menggunakan bantalan-bantalan kayu sehingga
bebas dari tanah (minimal 20cm);
2. Beton harus disimpan bebas dari lumpur, minyak atau zat asing lainnya.
d. Aggregates harus ditempatkan dalam bak-bak yang cukup terpisah dari satu dan lain
jenisnya/gradasinya dan diatas lantai beton ringan untuk menghindari
tercampurnya dengan tanah.
5. Bekisting Yang Digunakan;
a. Bekisting harus dibuat dari papan kayu kalimantan dengan rangka kayu yang kuat
tidak mudah berubah bentuk dan jika perlu menggunakan baja;
b. Bekisting harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak ada perubahan bentuk yang
nyata dan harus dapat menampung bahan-bahan sementara sesuai dengan jalannya
kecepatan pembetonan;
c. Semua bekisting harus diberi penguat datar dan silangan sehingga kemungkinan
bergeraknya bekisting selama dalam pelaksanaan dapat dihindarkan, juga harus
cukup rapat untuk menghindarkan keluarnya adukan (mortar leakage);
d. Susunan bekisting dengan penunjang-penunjang harus teratur sehingga
pengawasan atas kekurangannya dapat mudah dilakukan
Penyusunan bekisting harus sedemikian rupa sehingga pada waktu
pembongkarannya tidak akan merusak dinding, balok atau kolom beton yang
bersangkutan;
e. Pada bagian terendah pada setiap pashe pengecoran dari bekisting kolom atau
dinding, harus ada bagian yang mudah dibuka untuk Inspeksi dan pembersihan;
f. Kayu bekisting harus bersih dan dibasahi air terlebih dahulu sebelum pengecoran;
g. Air pembasahan tersebut harus diusahakan agar mengalir sedemikian rupa agar
tidak menggenangi sisi bawah dari bekisting;
h. Pemilihan susunan dan ukuran yang tepat dari penyangga-penyangga atau silangan
silangan bekisting menjadi tanggung jawab Penyedia Barang/Jasa;
i. Pembongkaran Bekisting :
Cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai kekuatan khusus yang
cukup untuk memikul 2x beban sendiri. Bila akibat pembongkaran cetakan, pada
bagian konstruksi akan bekerja beban-beban yang lebih tinggi dari pada beban
rencana, maka cetakan tidak boleh dibongkar selama keadaan tersebut
berlangsung.
Perlu ditentukan bahwa tanggung jawab atas keamanan konstruksi beton
seluruhnya terletak pada Penyedia Barang/Jasa, dan perhatian Penyedia
Barang/Jasa mengenai pembongkaran cetakan ditujukan ke SKSNI T-15-1991-03
dalam Pasal yang bersangkutan.
Pembongkaran harus memberi tahu Pemberi Tugas/Arsitek bilamana ia bermaksud
akan membongkar cetakan pada bagian-bagian konstruksi yang utama dan minta
persetujuannya, tapi dengan adanya persejutuan itu tidak berarti Penyedia
Barang/Jasa terlepas dari tanggung jawabnya.
6. Pemasangan Pipa-pipa;
Pemasangan pipa dalam beton yang mungkin dilakukan tidak boleh merugikan kekuatan
konstruksi.
7. Kualitas Beton;
a. Kecuali ditentukan lain dalam gambar, kualitas beton adalah dengan f ‘c = 19,3
Mpa. Sedang beton praktis dengan f ‘c = 17,5 Mpa.
Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan ketentuan-ketentuan yang terdapat
dalam SKSNI T-15-1991-03;
b. Penyedia Barang/Jasa harus memberikan jaminan atas kemampuannya untuk
memenuhi kualitas beton ini dengan memperlihatkan data-data pelaksanaan dilain
tempat atau dengan mengadakan Trialmix;
c. Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji menurut ketentuan yang disebut
dalam SKSNI T-15-1991-03;
d. Pada masa pemulaan pembetonan penyedia Barang/Jasa harus membuat minimum
1 benda uji per 1,5 m3 beton hingga dengan cepat dapat diperoleh 20 benda uji
yang pertama.
Pengambilan benda-benda uji harus dengan periode antara yang disesuaikan
dengan kecepatan pembetonan;
e. Penyedia Barang/Jasa harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton
yang dibuat, laporan tersebut harus disahkan oleh pengawas lapangan dan laporan
tersebut harus dilengkapi dengan harga karakteristiknya;
f. Selama pelaksanaan (bila dianggap perlu) ada pengujian slump, minimum 7,5 cm
maximum 12,5 cm;
Cara pengujian slump adalah sebagai berikut :
1. Beton diambil tepat sebelum dituangkan kedalam cetakan (beton) (bekesting);
2. Cetakan slump dibasahi dan diterapkan diatas kayu yang rata atau plat beton;
3. Cetakan diisi sampai kurang lebih 1/3 nya kali dengan besi diameter 16 mm panjanf
30 m dengan ujungnya yang bulat (seperti peluru);
4.Pengisian dilakukan secara serupa untuk dua lapisan berikutnya. Setiap lapisan
ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk dalam satu lapis yang
dibawahnya;
5. Setelah atasnya diratakan, segera cetakan diangkat perlahan-lahan, dan diukur
penurunannya (slumpnya).
g. Pengujian kubus atau silinder percobaan harus dilakukan di laboratorium yang
disetujui oleh pengawas Lapangan;
h. Perawatan kubus atau silinder percobaan tersebut adalah dalam pasir basah tapi
tidak tergenang air, sekama 7 (tujuh) hari dan selanjutnya dalam udara terbuka;
i. Jika dianggap perlu, maka penyediaan Barang/Jasa harus mengadakan percobaan
silinder umur 7 (tujuh) hari dengan ketentuan-ketentuan hasilnya tidak boleh
kurang 65% kekuatan yang diminta pada 28 hari. Jika hasil kuat tekan benda-benda
uji tidak memberikan angka kekuatan yang diminta, maka harus dilakukan pengujian
beton ditempat dengan cara-cara yang ditentukan dalam SKSNI T-15-1991-03
dengan biaya ditanggung penyedia Barang/Jasa;
j. Pengadukan beton (adukan) dari mixer ketempat pengecoran harus dilakukan
dengan cara tidak mengakibatkan terjadinya separasi komponen-komponen beton;
k. Pemadatan beton harus menggunakan vibrator.
l. Siar-siar Kontruksi dan Pembongkaran Bekisting;
8. Pembongkaran bekisting dan penempatan siar-siar pelaksanaan, sepanjang tidak
ditentukan lain dalam gambar, harus sesuai dengan SKSNI T-15-1991-03.
Siar-siar tersebut harus dibasahi lebih dahulu dengan air semen tepat sebelum
pengecoran lanjutan dimulai. Letak siar-siar tersebut harus disetujui oleh Pengawas
Lapangan.
9. Penggantian Besi;
a. Penyedia Barang/Jasa harus mengusahakan agar besi yang dipasang benar sesuai
dengan apa yang tertera dalam gambar;
b. Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman Penyedia Barang/Jasa atau pendapatnya
mengalami kekeliruan, kekurangan atau perlu penyempurnaan pembesian yang ada
maka :
1. Penyedia Barang/Jasa dapat menambah extra besi dengan tidak mengurangi
pembesian yang tertera dalam gambar, secepatnya hal ini diberitahukan kepada
Pengawas Lapangan untuk sekedar informasi;
2. Jika hal tersebut diatas akan dimintakan oleh Penyedia Barang/Jasa sebagai kerja
tambah, maka penambahan tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada
persetujuan tertulis dari Perencana dan disetujui Pemberi Tugas;
3. Jika diusulkan perubahan dari jalannya pembesian maka perubahan tersebut
hanya dapat dijalankan dengan persetujuan tertulis dari Perencana;
Mengajukan usulan dalam rangka kejadian tersebut diatas adalah merupakan juga
kewajiban bagi Penyedia Barang/ Jasa.
c. Jika Penyedia Barang/Jasa tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai
dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran diameter
besi dengan diameter terdekat dengan syarat :
1. Harus ada persetujuan dari pengawas Lapangan;
2. Jumlah luas besi tersebut tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar;
3. Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan pembesian ditempat
tersebut atau didaerah overlapping yang dapat menyatukan pembetonan atau
penyampaian penggetar.
d. Toleransi Besi :
Vasiasi dalam
Diameter, ukuran sisi (atau jarak antara Toleransi
berat yang
dua permukaan yang berlawanan) diameter
diperbolehkan
29 mm dan 32 mm ±4% -
3. Pelaksanaan
a. Penyedia Jasa diwajibkan membuat gambar skema listrik untuk diperiksa
dan disetujui Direksi/pengawas.
b. Penyedia Jasa harus memberi contoh alat-alat listrik dan armature lampu
untuk diperiksa dan disetujui oleh Direksi/Pengawas.
c. Pemasangan pipa dan kabel dengan system in-bouw dan harus dilakukan
dengan rapi,
d. Setelah jaringan terpasang dengan rapi, Penyedia Jasa diwajibkan untuk
mengadakan pengetesan sesuai petunjuk Direksi/Pengawas Lapangan.
Pasal.03. : P E N U T U P
a. Apabila dianggap perlu, seluruh pekerja memakai tanda pengenal kegiatan;
b. Semua bahan dan alat kelengkapan yang akan diperoleh atau dipasang pada
bangunan ini sebelum dipergunakan harus diperiksakan dan diluluskan oleh unsur
terkait, baik secara lisan maupun tertulis;
c. Pemasangan dan penggunaan bahan yang tidak sesuai dengan syarat-syarat
seperti tersebut diatas akan ditolak atau dikeluarkan atas perintah direksi dengan
segala resiko Penyedia Jasa;
d. Penyedia Jasa harus dapat menyelesaikan seluruh pekerjaan sesuai dengan
ketentuan yang telah ada dalam rencana/bestek dan petunjuk dari direksi;
e. Hal-hal yang belum tercantum dalam RKS, RAB dan Gambar Rencana dan
dianggap perlu, akan dicantumkan dalam risalah aanwijzing dan atau akan
dijelaskan oleh Pengawas/Direksi/Pengguna Jasa.
Cilacap, 2022