Anda di halaman 1dari 39

PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG

DINAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR


Jalan Gatot Subroto No. 50 Telp. (0721) 482210, 482813 Fax. 482210
Bandar Lampung Kode Pos 35225

SPESIFIKASI TEKNIS
(SPEKTEK)

PENGGUNA ANGGARAN : BUDHI DARMAWAN, ST., MT.

SATKER/SKPD : DINAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR


PROVINSI LAMPUNG

NAMA PPK : RUSDIANTO, S.T., M.T.

NAMA KEGIATAN : PENGELOLAAN SDA DAN BANGUNAN PENGAMAN


PANTAI PADA WILAYAH SUNGAI LINTAS DAERAH
KABUPATEN / KOTA

NAMA PEKERJAAN : PEMBANGUNAN EMBUNG/BANGUNAN PENAMPUNG AIR


TIYUH PULUNG KENCANA KECAMATAN TULANG
BAWANG TENGAH KABUPATEN TULANG BAWANG
BARAT (LANJUTAN)

TAHUN ANGGARAN 2023


SPESIFIKASI TEKNIS

1. PEKERJAAN PERSIAPAN

1.1. Umum
Sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan konstruksi agar dilakukan pengukuran di
lapangan untuk penentuan trase dan bangunan serta untuk perhitungan Mutual Check
Awal (MC 0%).
Hasil pengukuran agar dituangkan pada laporan pengukuran maupun perhitungan MC0%,
semua biaya, peralatan, dan bahan yang digunakan pada pekerjaan pengukuran ini
disediakan dan menjadi tanggung jawab Kontraktor/Penyedia dan sudah diperhitungkan
dalam harga penawaran.
Dalam hal sebelum melakukan/melaksanakan pekerjaan, Kontraktor/Penyedia terlebih
dahulu mengajukan permohonan izin kerja dan disetujui oleh Pemberi Tugas serta
dilengkapi dengan checklist yang berisi:
1) Peralatan yang digunakan harus dipastikan telah diberi system perlindungan atau
kelengkapan pengaman untuk mencegah bahaya secara langsung terhadap pekerja dan
alat itu sendiri
2) Lokasi yang dikerjakan
3) Volume pekerjaan yang akan dilaksanakan
4) Jumlah tenaga kerja
5) Gambar kerja

1.2. Mobilisasi dan Demobilisasi


a. Umum
Cakupan kegiatan mobilisasi yang diperlukan untuk Kontrak ini akan tergantung pada
jenis pekerjaan bagian lain yang harus dilaksanakan, sebagaimana ditentukan dalam
Daftar Kuantitas dan Harga.
b. Program Mobilisasi
Program mobilisasi harus menetapkan waktu dari semua kegiatan mobilisasi yang
diperlukan, dan secara umum akan sesuai dengan hal-hal sebagai berikut:
 Mobilisasi dari personil, staff pelaksana, operator peralatan dan lain-lain yang
diperlukan untuk pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan.
 Mobilisasi dari semua unit peralatan utama dan peralatan pendukung pekerjaan
konstruksi dari suatu lokasi asalnya ketempat yang digunakan.
 Rencana pengiriman peralatan sesuai jadwal pekerjaan yang dimasukan bersama
penawaran, bersama cara pengangkutan yang diusulkan untuk dipakai dan jadwal
tibanya ditempat kerja.
 Kontraktor/Penyedia harus meminta persetujuan Pemberi Tugas pekerjaan atas
setiap perubahan pada jadwal pekerjaan yang telah dimasukan bersama penawaran.
Pemenuhan mobilisasi meliputi hal-hal sebagai berikut:
a) Ketentuan mobilisasi adalah sebagai berikut:
1) Penyewaan atau pembelian sebidang lahan yang diperlukan untuk Direksi Keet,
base camp dan fasilitas Penyedia dan kegiatan pelaksanaan.
2) Mobilisasi semua personil Penyedia sesuai dengan struktur organisasi
pelaksana yang telah disetujui oleh pengawas pekerjaan termasuk para pekerja
yang diperlukan dalam pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan dalam kontrak
dan Petugas Keselamatan Konstruksi atau Ahli Keselamatan Konstruksi sesuai
dengan ketentuan yang disyaratkan dalam spesifikasi (Permen PUPR Nomor 10
Tahun 2021).
3) Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang
tercantum dalam penawaran, dari suatu lokasi asal ke tempat pekerjaan,
tempat peralatan tersebut akan digunakan.
4) Penyediaan dan pemeliharaan base camp penyedia, jika perlu termasuk kantor
lapangan, tempat tinggal, bengkel, gudang, laboratorium (bila ada) dan
fasilitasnya.
b) Mobilisasi kantor lapangan dan fasilitasnya untuk Direksi/Pengawas
c) Mobilisasi fasilitas pengendalian mutu

Sewa direksi keet dan fasilitas dalam mobilisasi, sebagai berikut:


a) Umum
Kontraktor/Penyedia harus mengadakan Direksi Keet dan melengkapinya dengan
fasilitas untuk pelaksanaan dan pengawasan pekerjaan dari awal sampai dengan
pekerjaan selesai.
b) Lokasi Direksi Keet
Direksi Keet harus ditempatkan sedemikian rupa sesuai dengan lokasi pekerjaan,
dimana penempatannya harus diusahakan sedekat mungkin dengan daerah kerja
(site) dan telah mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas.
c) Fasilitas Direksi Keet
Kontraktor/Penyedia harus menyediakan fasilitas Direksi Keet yang sesuai dengan
keperluan yang dibutuhkan selama pelaksanaan dan pengawasan pekerjaan.
Direksi Keet minimal memiliki satu ruang keperluan rapat, satu ruang Pemberi
Tugas, satu ruang pelaksana dan satu gudang penyimpanan material/alat kerja.
Direksi Keet dipasang papan nama dan dilengkapi dengan meja, kursi, rak untuk arsip
dan papan white board untuk penjelasan kepada pelaksana lapangan.
Kontraktor/Penyedia harus memelihara, membersihkan dan menjaga Direksi Keet
berikut fasilitasnya sampai dengan selesai kontrak.

c. Program Demobilisasi
a) Semua personil dan peralatan yang akan didemobilisasi dari lapangan harus
mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas.
b) Kegiatan demobilisasi
Pembongkaran tempat kerja oleh Penyedia pada saat akhir kontrak, termasuk
pemindahan semua instalasi, peralatan dan perlengkapan dari tanah milik
pemerintah dan pengembalian kondisi tempat kerja menjadi kondisi seperti
semula sebelum pekerjaan dimulai.
c) Demobilisasi dapat dilakukan per item personil atau peralatan tergantung dari
jadwal dan kondisi lapangan yang sudah benar-benar selesai atau finishing dan
diback up oleh laporan tertulis oleh Kontraktor/Penyedia dan disetujui oleh
Pemberi Tugas.
Pembayaran mobilisasi termasuk demobilisasi bersifat lumsum, namun dilengkapi dengan
rincian.

1.4. Pembuatan Papan Nama Proyek


1) Umum
Kontraktor/Penyedia harus membuat papan nama kegiatan untuk dapat memberikan
informasi umum secara jelas atas pekerjaan yang dilaksanakan, memasang dilokasi
yang ditentukan pihak Pemberi Tugas dan memelihara selama pelaksanaan pekerjaan.
2) Persyaratan
Papan nama kegiatan dibuat oleh Kontraktor/Penyedia, dengan ukuran 1,20 x 0,80
(banner) menggunakan kayu kasau untuk tiang, bingkai dan tulangnya serta plat seng
polos atau papan/triplek yang dibuat sedemikian rupa atau sesuai dengan daftar
kuantitas dan harga serta sesuai dengan petunjuk Pemberi Tugas.
3) Warna dasar papan nama putih dengan tulisan hitam dan diberi logo Pemda setempat.
Ukuran papan dan tulisan pada papan akan ditentukan oleh Pihak Pemberi Tugas.
Papan nama kegiatan dibuat 1 (satu) buah yang dipasang pada titik nol.

1.5. Pasang profil bowplank


Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus melakukan pekerjaan pengukuran untuk
memastikan lokasi yang tepat untuk penempatan komponen-komponen pekerjaan
tertentu seperti ditunjukan dalam gambar. Pengukuran meliputi pengukuranpenentuan
koordinat dan elevasi. Koordinat dan elevasi titik yang diperlukan, ditentukan berdasarkan
titik rujukan Bench Mark seperti yang ditetapkan oleh Direksi. Aktualisasi dan Artikulasi
titik-titik tersebut diatas berupa titik-titik yang dipasang pada bouwplank papan rujukan
bangunanstruktur yang apabila dihubungkan dengan benang satu dengan yang lain akan
merupakan garis-garis sumbu bangunan melalui titik-titik yang diperlukan. Bouwplank
harus dibuat dan dipasang oleh Kontraktor sedemikian rupa sehingga mempunyai elefasi
rujukan tertentu yang letaknya tidak mengganggu kegiatan pelaksanaan, merusak dan
merubah elevasinya. Konstruksi maupun dimensi bench mark akan ditentukan kemudian
oleh Direksi.
1) Patok bouwplank harus ditanam ke dalam tanah sampai kuat, sehingga tidak mudah
dicabut/tercabut dan menggunakan kayu ukuran 5/7 cm.
2) Jarak patok dari sisi galian pondasi minimal 1 m dan jarak patok satu dengan patok
lainnya 25 m.
3) Papan bouwplank menggunakan kayu ukuran 3/20 cm dan bidang sebelah atas harus
diserut/diketam sampai rata.
4) Penentuan tinggi papan bouwplank disesuaikan dengan peil rencana dan harus
disetujui oleh Direksi.
5) Pemasangan bouwplank harus saling-siku (90º). Untuk mendapatkan kerataan (garis
horizontal) bouwplank yang maksimal, dapat menggunakan selang air atau pesawat
ukur seperti Waterpass dan Theodolith.

1.6. Foto Dokumentasi dan Video Drone (HDD Eksternal 1 TB)


a) Kontraktor/Penyedia diwajibkan mengambil foto-foto dan mencetaknya untuk
dokumentasi kegiatan pekerjaan setiap pekerjaan yang dilaksanakan.
b) Foto dokumentasi dan Video drone pekerjaan memuat gambar setiap jenis kegiatan
dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu sebelum dikerjakan (0%), sedang dikerjakan (50%), dan
setelah selesai dikerjakan (100%).
c) Pengambilan foto dilakukan pada sudut/sisi yang sama mulai dari kondisi 0% sampai
100% secara berurut. Pengambilan foto/gambar sebelumnya harus dibuat
rencana/denah yang menunjukkan lokasi, posisi dari kamera, video drone dan arah
bidikan yang kemudian diserahkan kepada Pemberi Tugas untuk disetujui. Pada setiap
tahap pengambilan gambar untuk setiap lokasi, pengambilan harus dari titik-titik dan
arah yang sama dengan mencantumkan nama bangunan yang bersangkutan dan
kemajuannya.
d) Pengambilan foto menggunakan kamera HP/kamera digital dengan resolusi minimal
24 Mps (minimal 5 MB) dan video drone dengan minimal kualitas gambar HD/4K atau
sesuai dengan petunjuk Pemberi Tugas.
e) Pada akhir pelaksanaan kontrak foto-foto harus dicetak secara berurutan sesuai
dengan tahap yaitu 0%, 50% dan 100%. File foto dan video drone tersebut harus
diserahkan ke Pengguna Jasa disertai softcopy berupa exstenal harddisck. Semua
cetakan foto dan video drone adalah milik Pengguna Jasa dan tanpa persetujuannya
tidak diijinkan untuk diberikan/dipinjamkan kepada siapapun. Foto Dokumentasi dan
video drone tersebut diserahkan minimal 3 (tiga) set atau sesuai kebutuhan.
f) Dokumentasi pelaksanaan pekerjaan harus disusun dalam bentuk album foto dan
video yang menggambarkan pelaksanaan pekerjaan dari awal sampai dengan
selesainya pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan. Foto dokumentasi harus
diambil menggunakan camera digital dengan titik / sudut pengambilan yang sama
untuk masing-masing pekerjaan yang menunjukkan progress pekerjaan bulanan,
progress 0%, 50% dan 100% dan dicetak dan dijilid. Sedangkan pengambilan gambar
untuk video menggunakan Drone minimal dilaksanakan 3 (tiga) kali yaitu pada awal
pekerjaan (0%), pekerjaan sedang dilaksanakan (50%), dan pekerjaan telah selesai
secara keseluruhan (100%).
g) Semua dokumentasi pelaksanaan pekerjaan dibuat dalam bentuk hard copy (dicetak)
untuk foto dan disusun dalam album foto yang didalamnya memuat informasi
mengenai nama pekerjaan, kondisi pekerjaan, lokasi, dll. yang dianggap perlu atas
perstujuan Pemberi Tugas. Dokumentasi juga dibuat dan disusun dalam bentuk
softcopy berupa file elektronik foto dan video yang disimpan dalam bentuk Exsternal
Harddisk yang disetujui Pemberi Tugas.
h) Kontraktor/Penyedia wajib menyerahkan dokumentasi kepada Pemberi Tugas
sebanyak 3 (tiga) set dokumentasi yang terdiri dari 3 (tiga) rangkap foto dokumentasi
yang dicetak dan disusun atau dalam bentuk album dan soft copy / file elektronik yang
berisi foto dokumentasi dan video pelaksanaan pekerjaan set dalam bentuk External
Harddisk atau media lain yang disetujui Pemberi Tugas.
i) Semua biaya yang dikeluarkan oleh Kontraktor/Penyedia untuk kegiatan di atas
dianggap sudah termasuk untuk menyediakan tenaga fotografer, peralatan camera
digital dan Drone, bahan-bahan yang diperlukan, pencetakan dan penggandaan.
j) Bila item pekerjaan/biaya di atas tidak tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga,
segala biaya yang dikeluarkan Kontraktor/Penyedia untuk melaksanakan kegiatan
pelaporan, monitoring, evaluasi, dokumentasi dll. harus dianggap sudah termasuk
dalam harga kontrak dan menjadi tanggung jawab sepenuhnya Kontraktor/Penyedia.

1.7. Gambar-gambar
a) Gambar Kontrak
Gambar-gambar yang ada dalam dokumen lelang merupakan bagian dari dokumen
kontrak. Gambar-gambar tersebut menjadi salah satu dasar atau acuan
Kontraktor/Penyedia untuk menghitung volume awal pekerjaan yang akan
dilaksanakan serta akan dijadikan gambar kerja setelah dilakukan revisi desain
apabila diperlukan dengan mendapatkan persetujuan dari Pemberi Tugas.

b) Gambar-gambar yang harus disiapkan oleh Penyedia, antara lain:


Kontraktor/Penyedia berkewajiban menyerahkan gambar-gambar yang meliputi
gambar pelaksanaan (soft drawing), gambar pabrikasi dan gambar purna bangun (as
built drawing).

1) Gambar Pelaksanaan
a. Umum
Sebelum pekerjaan dimulai Kontraktor/Penyedia harus membuat dan
menyiapkan gambar pelaksanaan secara detail dengan mengacu gambar
kontrak untuk memudahkan pelaksanaan dan apabila terjadi perubahan
gambar, maka harus dilakukan redesign terhadap bagian-bagian yang
mengalami perubahan. Gambar pelaksanaan harus disiapkan berdasarkan
gambar kontrak dan syarat-syarat dalam spesifikasi yang menunjukkan
dengan rinci antara lain:
 rencana menyeluruh dan dimensi dari tiap bagian pekerjaan yang akan
dibangun/direhab,
 data topografi dan tinggi muka tanah yang diperoleh dari hasil
pengukuran lapangan,
Gambar pelaksanaan terlebih dahulu harus dibuat dalam bentuk gambar
sementara (draft). Karena gambar pelaksanaan merupakan petunjuk atau
pedoman dalam pelaksanaan yang akan menentukan kualitas dan kuantitas
pekerjaan tersebut, maka proses secara keseluruhan harus mendapatkan
persetujuan dari Pemberi Tugas dan atau pengguna jasa.
b. Kontraktor/Penyedia harus menyerahkan 3 (tiga) set gambar dengan ukuran
kertas A3 yang telah disetujui Pemberi Tugas. Apabila ada pekerjaan yang
dilaksanakan sebelum adanya persetujuan dari Pemberi Tugas maka menjadi
resiko dan tanggung jawab Kontraktor/Penyedia. Apabila gambar-gambar
yang telah mendapat persetujuan Pemberi Tugas namun masih terdapat
kesalahan/kekeliruan, maka Kontraktor/Penyedia harus bertanggung jawab
untuk memperbaikinya. Persetujuan Pemberi Tugas terhadap gambar-gambar
tersebut tidak akan meringankan tanggung jawab Kontraktor/Penyedia atas
kebenaran gambar tersebut.

2) Gambar-gambar Pekerjaan Sementara


a. Umum
Apabila diperlukan Kontraktor/Penyedia dibenarkan untuk mengajukan
bangunan sementara yang akan menunjang pelaksanaan pekerjaan. Adapun
bangunan yang dimaksud adalah Kistdam, tanggul sementara dan sebagainya.
Gambar-gambar yang diajukan harus menunjukkan detail dari pekerjaan
sementara tersebut. Gambar perencanaan yang diusulkan
Kontraktor/Penyedia yang dipakai dalam pelaksanaan kontruksi juga harus
diserahkan kepada Pemberi Tugas.
b. Gambar-gambar untuk pekerjaan sementara yang ditinggalkan.
Kontraktor/Penyedia hendaknya mengusulkan pekerjaan sementara yang
berkaitan dengan pekerjaan tetap, secara lebih mendetail dan diserahkan
kepada Pemberi Tugas untuk mengubah dan mendapat persetujuan, sebelum
dimulainya pelaksanaan pekerjaan.

3) Gambar Purna Bangun (As Built Drawing)


Setelah masa pelaksanaan, gambar yang telah diperiksa dan telah disetujui
Pemberi Tugas beserta perubahannya sesuai dengan pekerjaan yang
dilaksanakan dijadikan gambar purna bangun (As Built Drawing) dan diserahkan
kepada pihak Pemberi Tugas berupa 3 (tiga) set gambar ukuran A3, serta harus
menyerahkan rekaman/softcopy dalam bentuk file autocad serta scan pdf yang
berisi gambar (As Built Drawing) dan dimasukkan kedalam exsternal harddisk.

4) Semua biaya yang dikeluarkan oleh Kontraktor/Penyedia dianggap sudah


termasuk semua biaya untuk menyiapkan gambar kerja, gambar pekerjaan
penunjang/sementara dan gambar purna bangun sesuai dengan ketentuan dalam
Spesifikasi Pengambaran dan Gambar Purna Bangun (As Bulit Drawing) harus
dibuat dalam 3 (tiga) set ukuran kertas A3 yang terdiri dari 1 (satu) set gambar
asli yang dicetak di atas kertas dicetak/ digandakan dalam ukuran A3 sebanyak 3
(tiga) set.

5) Bila item pekerjaan/biaya di atas tidak tercantum dalam Daftar Kuantitas dan
Harga, segala biaya yang dikeluarkan penyedia untuk kegiatan tersebut yang
diperlukan untuk kemudahan dan kelancaran pelaksanaan pekerjaan, dianggap
sudah termasuk dalam harga kontrak dan menjadi tanggungjawab sepenuhnya
Kontraktor/Penyedia.
1.8. Kesehatan, dan Keselamatan Kerja (K3)
a) Kesehatan, dan Keselamatan Kerja
1) Seksi ini mencakup ketentuan-ketentuan penanganan keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) konstruksi kepada setiap orang yang berada di tempat kerja yang
berhubungan dengan pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan kerja
konstruksi, proses produksi dan lingkungan sekitar tempat kerja.
2) Penanganan K3 mencakup penyediaan sarana pencegah kecelakaan kerja dan
perlindungan kesehatan kerja konstruksi maupun penyediaan personil yang
kompeten dan organisasi pengendalian K3 Konstruksi sesuai dengan tingkat risiko
yang ditetapkan oleh Pengawas Pekerjaan.
3) Kontraktor/Penyedia harus mengikuti ketentuan-ketentuan pengelolaan K3 yang
tertuang dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
No.02/PRT/M/2018 atau perubahannya (jika ada) tentang Pedoman Sistem
Manjemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan
Umum dan Pedoman Pelaksanaan K3, serta peraturan terkait lainnya.
4) Semua fasilitas dan sarana lainnya yang disiapkan oleh Kontraktor/Penyedia
menurut Seksi ini tetap menjadi milik Kontraktor/Penyedia setelah Kontrak
berakhir.
5) Menyiapkan atau mengadakan Induksi K3 (Safety Induction), Pengarahan
K3(Safety Briefing), Pertemuan Keselamatan (Safety Talk dan/atau Tool Box
Meeting), Pelatihan K3, P3K, Simulasi K3, Spanduk (Banner), Poster, Papan
Informasi K3. Menyiapkan Kartu Identitas Pekerja (KIP) Program Inspeksi,
Pelaporan dan Penyidikan menjadi tanggung Jawab Kontraktor/Penyedia.
6) Kontraktor/Penyedia menyiapkan Asuransi dan Perizinan terkait pekerjaan.
Asuransi dan Perizinan tersebut antara lain:
a) Asuransi
b) Surat izin Laik Operasi (SILO)
c) Sertifikat Kompetensi Operator yang diterbitkan oleh lembaga/instansi yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan
d) Surat Ijin Pengesahan Organisasi K3(P2K3) sesuai dengan ketentuan peraturan
peraturan perundang-undangan
e) Perizinan terkait lingkungan kota

b) Sistem Manajemen K3 Konstruksi


1) Kontraktor/Penyedia harus membuat, menerapkan, dan memelihara prosedur
untuk identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendaliannya secara
berkesinambungan sesuai dengan Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Konstruksi (RK3K) yang telah disetujui oleh Pengawas Pekerjaan sebagaimana
dijelaskan dalam Seksi 1.2 Mobilisasi.
2) Kontraktor/Penyedia wajib melengkapi RK3K dengan rencana penerapan K3
Konstruksi untuk seluruh tahapan pekerjaan.
3) Kontraktor/Penyedia wajib mempresentasikan RK3K pada rapat persiapan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi untuk disahkan dan ditanda tangani oleh Wakil
Pengguna Jasa sesuai ketentuan Permen PUPR No.02/PRT/M/2018 atau
perubahannya (jika ada) tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
4) Kontraktor/Penyedia harus melibatkan Ahli K3 Konstruksi pada paket pekerjaan
dengan potensi risikotinggi dan harus melibatkan Petugas K3 Konstruksi pada
paket pekerjaan dengan potensi bahaya rendah. Identifikasi dan potemsi bahaya K3
ditetapkan oleh Wakil Pengguna Jasa.
5) Pekerjaan dengan tingkat risiko tinggi seperti pekerjaan pengelasan, masuk tempat
tertutup/terbatas (confined space), isolasi peralatan (lockout/tagout), penggalian,
bekerja di ketinggian, pekerjaan listrik, memerlukan izin khusus yang dibuat oleh
Kontraktor/Penyedia dan disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.
6) Ahli K3 adalah seseorang yang mempunyai sertifikat dari yang berwenang dan
sudah berpengalaman sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dalam pelaksanaan K3
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum yang dibuktikan dengan referensi pengalaman
kerja. Petugas K3 adalah petugas di dalam organisasi Kontraktor/Penyedia yang
telah mengikuti pelatihan/sosialisasi K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
Aplikasi ahli K3 atau petugas K3 akan merujuk Permen PUPR No.02/PRT/M/2018
atau perubahannya (jika ada).
7) Kontraktor/Penyedia menyiapkan Sosialisasi dan Promosi K3 dengan melakukan
induksi k3(safety induction), pengarahan K3 Pelatihan K3 Simulasi K3 Pembuatan
Spanduk, Poster dan Papan Informasi K3

c) K3 Kantor Lapangan dan Fasilitasnya


Fasilitas Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K)
1) Peralatan P3K harus tersedia dalam seluruh kendaraan konstruksi dan di tempat
kerja. Standar isi kotak P3K tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. PER.15/MEN/VIII/ 2008
atau perubahannya (jika ada) tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di
Tempat Kerja.
2) Di tempat kerja harus selalu terdapat tenaga kerja yang sudah terlatih dan/atau
bertanggung jawab dalam Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.
3) Kontraktor/Penyedia wajib menerpkan Standar Protokol Kesehatan penanganan
COVID-19.

d) Alat Pelindung Kerja


1) Bekerja di tempat kerja yang tinggi harus dilakukan hanya oleh tenaga kerja yang
mempunyai pengetahuan, pengalaman dan mempunyai sumberdaya yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan selamat.

2) Keselamatan kerja untuk bekerja pada tempat tinggi dapat menggunakan satu atau
beberapa pelindung sebagai berikut: terali pengaman lokasi kerja, jaring
pengaman, sistem penangkap jatuh.

3) Pengamanan di sekeliling pelataran kerja atau tempat kerja


a) Terali pengaman lokasi kerja harus dibuat sepanjang tepi lantai kerja atau
tempat kerja yang terbuka sesuai dengan Spesifikasi ini.
b) Jika pelataran kerja atau tempat kerja berada di atas jalan umum dan jika ada
bahaya material atau barang lain jatuh pada pengguna jalan, maka daerah di
bawah pelataran kerja atau tempat kerja harus dibebaskan dari akses orang
atau dapat digunakan jaring pengaman.

4) Terali Pengaman Lokasi Kerja


Jika terali pengaman lokasi kerja digunakan di sekeliling bangunan, atau bukaan di
atap, lantai, atau lubang lift, maka terali pengaman harus memenuhi syarat:
a) 900 - 1100 mm dari lantai kerja;
b) Mempunyai batang tengah (mid-rail);
c) Mempunyai papan bawah (toeboard) j ika terdapat risiko jatuhnya alat kerja
atau material dari atap/tempat kerja.
e) Alat Pelindung Diri (APD)
Kontraktor/Penyedia bertanggung jawab untuk menyediakan alat pelindung diri bagi
pekerjanya dengan ketentuan:
1) Seluruh tenaga kerja dan personil lainnya yang terlibat harus dilatih cara
penggunaan alat pelindung diri dan harus memahami alasan penggunaannya.
2) Jika dipandang tidak praktis untuk melindungi bagian atas dan jika ada risiko
terluka dari objek jatuh, maka Kontraktor/Penyedia menyediakan helm pelindung
dan seluruh personil yang terlibat di lapangan harus menggunakannya.
3) Perlindungan mata harus digunakan jika terdapat kemungkinan kerusakan mata
akibat pekerjaan las, atau dari serpihan material seperti potongan gergaji kayu,
atau potongan beton dll.
4) Sepatu yang digunakan harus mampu melindungi kaki pekerja. Gunakan sepatu
dengan ujung besi di bagian jari kaki.
5) Pelindung kebisingan harus digunakan jika tingkat kebisingan tinggi.
6) Rompi safety adalah salah satu Alat Pelindung Diri (APD), yang terbuat dari bahan
polyester yang dirancang khusus serta dilengkapi dengan reflector atau pemantul
cahaya. Digunakan oleh para pekerja, Rompi safety dapat digunakan pada siang
atau pun malam hari.
7) Sarung tangan akan diperlukan pada beberapa pekerjaan.
8) Perlindungan pernafasan harus disediakan untuk tenaga kerja yang terekspos pada
bahaya seperti asbes, asap dan debu kimia.
9) Dalam upaya pencegahan penularan virus COVID-19 pada area kerja,
Kontraktor/Penyedia wajib menyediakan fasilitas standar protocol kesehatan
penanganan COVID-19 bagi staf, mandor, pekerja dan tamu proyek.
Kontraktor/Penyedia harus menyediakan peralatan Keselamatan Kerja untuk pekerja
sesuai peraturan yang berlaku tentang K3 konstruksi. Untuk meminamlisir terjadinya
kecelakaan kerja di lingkungan proyek. Kelengkapan peralatan Keselamatan Kerja
harus berdasarkan persetujuan pemberi tugas.

f) Kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


1) Seluruh Personil Ahli K3/Petugas K3 Konstruksi dan pekerja harus mematuhi
Protokol Pencegahan Penyebaran Corona sesuai Instruksi Menteri (Inmen) No
02/IN/M/2020 tentang Protokol Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease
2019 (COVID-19) dalam Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
2) Kontraktor/Penyedia diwajibkan menyiapkan fasilitas dan sarana kesehatan yang
memadai antara lain tabung oksigen, pengukur suhu badan, pengukur tekanan
darah, obat-obatan serta vitamin.
3) Kontraktor/Penyedia wajib memiliki kerja sama operasional pelindung kesehatan
dan pencegahan COVID-19 dengan rumah sakit/pusat kesehatan masyarakat
terdekat.
4) Memenuhi 9 (Sembilan) komponen biaya penerapan SMKK.
5) Personil Ahli K3/Petugas K3 yang dimiliki oleh Kontraktor/Penyedia harus
mengindentifikasi bahaya dari setiap jenis proses atau tahapan kegiatan pekerjaan
konstruksi, dan menetapkan spesifikasi proses/kegiatan yang harus dilakukan oleh
Kontraktor/Penyedia.
6) Setiap jenis proses/kegiatan sedapat mungkin dipilih yang paling kecil bahaya dan
risikonya, dan diberi penjelasan prosedur kerja yang lebih aman dan selamat.
7) Setiap jenis proses/kegiatan harus dilengkapi dengan prosedur kerja, sistem
perlindungan terhadap pekerja, perlengkapan pengamanan, dan rambu-rambu
peringatan, dan kewajiban pekerja menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang
sesuai dengan potensi bahaya pada proses tersebut.
8) Setiap jenis proses/kegiatan pekerjaan yang baru, atau pada keadaan yang berbeda,
harus terlebih dahulu dilakukan analisis bahaya dan risikonya (Job Safety Analysis)
dan harus dilakukan tindakan pengendalaiannya.
9) Setiap proses/kegiatan yang berbahaya harus melalui prosedur izin kerja terlebih
dahulu dari penanggung jawab proses dan Ahli K3/Petugas K3.
10) Setiap proses dan pekerjaan hanya boleh dilakukan oleh tenaga kerja dan/atau
operator yang telah terlatih dan telah mempunyai kompetensi untuk melaksanakan
jenis pekerjaan/tugasnya, termasuk kompetensi melaksanakan prosedur
keselamatan dan kesehatan kerja yang sesuai pada jenis pekerjaan/tugasnya
tersebut.
11) Persyaratan teknis yang harus dipenuhi Kontraktor/Penyedia dalam menyusun
dan menggunakan metode kerja dapat meliputi penggunaan alat utama dan alat
bantu, perkakas, material dan konstruksi sementara dengan urutan kerja yang
sistematis, guna mempermudah pekerja dan operator bekerja dan dapat
melindungi pekerja, alat dan material dari bahaya dan risiko kegagalan konstruksi
dan kecelakaan kerja.
12) Setiap identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko, sebelum
diterapkan harus ditinjau dan dievaluasi keandalan dan ketepatannya oleh Ahli
K3/Petugas K3.

g) Kelengkapan K3 dan identifikasi bahaya


1) Tenaga Kerja/Tenaga Ahli
Tenaga Kerja dan tenaga ahli yang cukup memadai dengan teknis dan volume
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
2) Peralatan Bekerja.
Alat-alat bantu, seperti mesin, las, alat-alat bor, alat-alat pengangkat dan
pengangkut serta peralatan-peralatan lain yang benar-benar diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan.
3) Bahan-bahan Bangunan.
Bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap jenis pekerjaan
yang akan dilaksanakan tepat pada waktunya.
4) Cara Kontraktor/Penyedia
Pekerjaan harus dilakukan dengan penuh keahlian, sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), Gambar Rencana, Berita
Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan serta mengikuti petunjuk dan keputusan
Pemberi Tugas

1.3. Penjelasan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dan Gambar


1) Kontraktor/Penyedia wajib meneliti semua gambar dan Rencana Kerja dan Syarat-
syarat (RKS) termasuk tambahan dan perubahnnya yang dicantumkan dalam Berita
Acara Penjelasan Pekerjaan.
2) Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), maka yang
mengikat/berlaku adalah RKS.
3) Bila terdapat perbedaan-perbedaan dalam dokumen perencanaan yang menimbulkan
keraguan-keraguan sehingga dalam Kontraktor/Penyedia akan menimbulkan
kesalahan, Kontraktor/Penyedia wajib menanyakan kepada Pemberi Tugas dan
Kontraktor/Penyedia harus mengikuti keputusan tersebut.
1.4. Tanggung-Jawab Kontraktor/Penyedia
1) Kontraktor/Penyedia harus bertanggung-jawab penuh atas kualitas dan kuantitas
pekerjaan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja.
2) Kontraktor/Penyedia bertanggung-jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul
akibat pekerjaan. Kontraktor/Penyedia berkewajiban memperbaiki kerusakan tersebut
dengan biaya Kontraktor/Penyedia sendiri.
3) Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pekerjaan, maka Pemberi Tugas
berkewajiban memberikan saran-saran perbaikan kepada Kontraktor/Penyedia,
apabila hal ini tidak dilakukan, Kontraktor/Penyedia bertangung-jawab atas kerusakan
yang timbul.
4) Kontraktor/Penyedia bertanggung-jawab atas keselamatan tenaga kerja yang
dikerahkan dalam pekerjaan.
5) Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Kontraktor/Penyedia menjadi tanggung
jawab Kontraktor/Penyedia dan Kontraktor/Penyedia harus menjaga keamanan
bahan/material, barang milik proyek, maupun bangunan yang dilaksanakannya sampai
tahap serah terima. Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui,
baik yang telah dipasang maupun belum; adalah tanggung jawab Kontraktor/Penyedia
dan tidak akan diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambahan.

1.5. Kuasa Kontraktor/Penyedia di Lapangan


1) Di lapangan pekerjaan, Kontraktor/Penyedia wajib menunjuk seorang Kuasa
Kontraktor/Penyedia atau biasa disebut Site Manager/Pelaksana yang cakap untuk
memimpin Kontraktor/Penyedia pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa penuh
dari Kontraktor/Penyedia serta berpengalaman di bidangnya.
2) Kontraktor/Penyedia wajib memberitahu secara tertulis kepada Pemberi Tugas, nama
dan jabatan Site Manager/Pelaksana untuk mendapatkan persetujuan.
3) Bila kemudian hari, menurut pendapat Pemberi Tugas, Site Manager/Pelaksana kurang
mampu atau tidak cukup cakap melakukan pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada
Kontraktor/Penyedia secara tertulis untuk mengganti Site Manager/Pelaksana.

1.6. Ketentuan dan Syarat Bahan-Bahan


1) Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan syarat-syarat (RKS) ini
maupun dalam berita acara penjelasan pekerjaan, bahan-bahan yang akan di
pergunakan maupun syarat-syarat Kontraktor/Penyedia harus memenuhi syarat-
syarat yang tercantum dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk bahan
termaksud, serta ketentuan-ketentuan dan syarat bahan-bahan lainnya yang berlaku di
Indonesia.
2) Merk Pembuatan Bahan/Material dan Komponen Jadi.
 Semua merk pembuatan atau merk dagang dalam Rencana Kerja dan Syarat- Syarat
Teknis ini dimaksudkan sebagai dasar perbandingan kualitas dan tidak diartikan
sebagai suatu yang mengikat.
 Bahan/material dan komponen jadi yang dipasang/dipakai harus sesuai dengan
yang tercantum dalam gambar, memenuhi standar spesifikasi bahan tersebut,
mengikuti peraturan persyaratan bahan bangunan yang berlaku.
 Apabila dianggap perlu, Pemberi Tugas berhak untuk untuk menunjuk tenaga ahli
yang ditunjuk oleh pabrik dan atau Suplier yang bersangkutan tersebut sebagai
Kontraktor/Penyedia. Dalam hal ini, Kontraktor/Penyedia tidak berhak mengajukan
claim sebagai pekerjaan tambah.
 Penggunaan bahan produk lain yang setaraf dengan apa yang dipersyaratkan harus
disertai test dari laboratorium lokal/dalam negeri baik kualitas, ketahanan serta
kekuatannya dan harus disetujui oleh Pemberi Tugas secara tertulis. Apabila
diperlukan biaya untuk test laboratorium dilakukan sesuai yang terdapat dalam
daftar kuantitas dan harga, namun jika tidak tertera dalam daftar kuantitas dan
harga maka biaya test laboraturium tersebut harus ditanggung oleh
Kontraktor/Penyedia tanpa dapat mengajukan sebagai biaya tambahan.
3) Semua bahan sebelum dipasang harus disetujui secara tertulis oleh Pemberi Tugas,
selanjutnya contoh tersebut harus diserahkan kepada Pemberi Tugas sebanyak 4
(empat) buah dari satu bahan yang ditentukan untuk menetapkan standar kriteria.
Paling lambat waktu penyerahan contoh bahan adalah dua (2) minggu sebelum jadwal
Kontraktor/Penyedia atau sesuai dengan petunjuk/persetujuan Pemberi Tugas.
4) Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur dan produk yang dipilih, akan diinformasikan
kepada Kontraktor/Penyedia selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender setelah
penyerahan contoh bahan tersebut.
5) Penyimpanan dan pemeliharaan bahan harus sesuai persyaratan pabrik yang
bersangkutan, dan atau sesuai dengan spesifikasi bahan tersebut di atas.

1.7. Pemeriksaan Bahan-Bahan


1) Kontraktor/Penyedia terlebih dahulu harus memberikan contoh-contoh semua bahan-
bahan yang diperlukan untuk bangunan tersebut kepada Pemberi Tugas untuk
mendapatkan persetujuan sebelum bahan-bahan tersebut didatangkan/dipakai. Bahan-
bahan yang didatangkan/dipekerjakan harus sesuai dengan contoh-contoh yang telah
disetujui Pemberi Tugas
2) Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang dinyatakan
afkir/ditolak oleh Pemberi Tugas, harus segera dikeluarkan dari lapangan bangunan
selambat-lambatnya dalam tempo 3x24 jam dan tidak boleh dipergunakan.
3) Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Pemberi Tugas dan
ternyata masih dipergunakan oleh Kontraktor/Penyedia, maka Pemberi Tugas berhak
memerintahkan pembongkaran kembali kepada Kontraktor/Penyedia yang mana
segala kerugian yang diakibatkan oleh pembongkaran tersebut menjadi tanggungan
Kontraktor/Penyedia sepenuhnya disamping pihak Kontraktor/Penyedia tetap
dikenakan denda sebesar 10/00 (satu permil) dari harga borongan/harga yang telah
ditentukan.
4) Jika terdapat perselisihan dalam Kontraktor/Penyedia tentang pemeriksaan kualitas
dari bahan-bahan tersebut, maka Kontraktor/Penyedia harus dan memeriksakannya ke
laboratorium Balai Penelitian Bahan-bahan Pemerintah untuk diuji dan hasil pengujian
tersebut disampaikan kepada Pemberi Tugas secara tertulis. Segala biaya pemeriksaan
ditanggung oleh Kontraktor/Penyedia.
5) Sebelum ada kepastian dari laboratorium (bila ada) tersebut diatas tentang baik atau
tidaknya kualitas dari bahan-bahan tersebut, Kontraktor/Penyedia tidak
diperkenankan melanjutkan Pekerjaan-pekerjaan yang mengunakan bahan-bahan
tersebut di atas.

1.8. Koordinasi Kontraktor/Penyedia


1) Sebelum mulai pekerjaan di lapangan, Kontraktor/Penyedia wajib membuat Rencana
Kerja Kontraktor/Penyedia dan bagian-bagian pekerjaan berupa Bar-Chart dan S-Curve
Bahan dan Tenaga.
2) Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Pemberi Tugas, paling lambat dalam waktu 21 (duapuluh satu) hari kalender setelah
Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) atau Surat Keputusan Penunjukan (SKP) diterima
Kontraktor/Penyedia.
3) Rencana Kerja yang telah disetujui oleh Pemberi Tugas, akan disahkan oleh Pemberi
Tugas.
4) Kontraktor/Penyedia wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 4 (empat)
kepada Pengawas, yang selanjutnya akan memberikan 1 (satu) salinan Rencana Kerja
kepada Pemberi Tugas.
5) 1 (satu) salinan Rencana Kerja harus ditempel pada dinding Bangsal
Kontraktor/Penyedia di lapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan/prestasi
kerja.
6) Pemberi Tugas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor/Penyedia berdasarkan
Rencana Kerja tersebut.
7) Suplier & Kontraktor/Penyedia Bawahan (Sub-Kontraktor/Penyedia):
 Jika Kontraktor/Penyedia menunjuk supplier dan/atau Kontraktor/Penyedia
bawahan didalam hal pengadaan material dan pemasangannya, maka
Kontraktor/Penyedia wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada Pemberi Tugas
untuk mendapatkan persetujuan.
 Kontraktor/Penyedia wajib mengadakan koordinasi atas petunjuk Pemberi Tugas
dengan bawahan atau supplier bahan.
 Supplier wajib hadir mendampingi Pemberi Tugas di Lapangan untuk pekerjaan
khusus dimana Kontraktor/Penyedia dan pemasangan bahan tersebut perlu
persyaratan khusus sesuai instruksi pabrik.

1.8. Program Pelaksanaan dan Pelaporan


Kontraktor/Penyedia diwajibkan membuat pelaporan secara tertulis secara berkala
terhitung sejak kegiatan/pekerjaan yang akan, sedang atau selesai dilaksanakan antara
lain:
 Membuat catatan atau laporan harian
 Membuat catatan atau laporan mingguan
 Membuat catatan atau laporan pekerjaan bulanan
Setiap kegiatan pertengahan bulan dan akhir bulan dilengkapi dengan schedule
pelaksanaan/kegiatan, buku harian standar, serta kelengkapan lainnya yang telah ditanda
tangani oleh Pihak Kontraktor/Penyedia dan Pihak Pemberi Tugas.
a) Program pelaksanaan
Kontraktor/Penyedia harus membuat jadwal pelaksanaan pekerjaan (schedule) sesuai
dengan waktu yang tertuang di dalam dokumen kontrak dalam bentuk Curva “S” yang
menggambarkan proses penyelesaian pekerjaan secara keseluruhan, selanjutnya
diajukan ke Pemberi Tugas untuk mendapatkan persetujuan. Setiap program
pelaksanaan harus memperlihatkan:
1) Tanggal Mulai
2) Tanggal Selesai
3) Waktu yang diperlukan
4) Tenaga kerja, peralatan dan bahan yang diperlukan.
Aktivitas yang terlihat pada program harus sudah termasuk pelaksanaan pekerjaan
sementara dan tetap, kelonggaran waktu yang diperlukan untuk persiapan,
persetujuan gambar-gambar, pengiriman peralatan dan bahan ke lapangan dan juga
kelonggaran dengan adanya hari libur umum maupun keagamaan.

b) Pelaporan
1) Pemberi Tugas harus membuat laporan harian terhadap setiap bagian pekerjaan
dalam bentuk yang telah disetujui oleh Pemberi Tugas. Laporan tersebut harus
berisi data tentang cuaca, jumlah tenaga kerja, bahan/material, jenis pekerjaan
dan hal-hal lain yang terkait dengan kegiatan pelaksanaan pekerjaan.
2) Pemberi Tugas harus menyerahkan laporan mingguan yang telah disetujui oleh
Pemberi Tugas yang merupakan kumulatif dari laporan harian setiap minggunya.
Laporan tersebut berisi kemajuan (progress) pekerjaan per minggu.
3) Pemberi Tugas harus menyerahkan laporan bulanan yang telah disetujui oleh
Pemberi Tugas pada setiap akhir bulan. Laporan tersebut harus memuat secara
rinci hal-hal yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan yang telah, sedang dan
akan dikerjakan bulan berikutnya serta hambatan yang ada dan langkah
penyelesaiannya. Secara garis besar laporan bulanan memuat sebagai berikut:
a) Prosentase kemajuan pekerjaan berdasarkan kenyataan yang dicapai pada
bulan tersebut dan rencana kerja pada bulan berikutnya.
b) Prosentase dari tiap pekerjaan pokok yang diselesaikan harus sesuai dengan
kemajuan yang dicapai pada bulan tersebut.
c) Rencana kegiatan bulan berikutnya.
d) Jumlah volume pekerjaan yang merupakan bagian pekerjaan tetap.
e) Daftar perlengkapan kantor lapangan, peralatan, bahan dan tenaga kerja
termasuk perlengkapan K3 (Keselamatan Kesehatan Kerja) yang digunakan
untuk pelaksanaan pekerjaan
f) Hal-hal lain yang belum termuat agar disesuaikan dengan kebutuhan dengan
tujuan pokok bahwa semua kegiatan lapangan harus diinformasikan secara
rinci.
Laporan-laporan tersebut diserahkan dalam jumlah 3 (tiga) set atau sesuai
kebutuhan, dan harus segera terlaporkan per minggu dan minimal setiap akhir bulan.

c) Rapat bersama untuk membicarakan kemajuan pekerjaan.


Rapat bersama antara Pemberi Tugas dengan Kontraktor/Penyedia akan diadakan
sebulan sekali (bulanan) atau seminggu sekali (mingguan) serta pada waktu yang
telah disetujui oleh kedua belah pihak. Rapat ini diadakan untuk membicarakan
kemajuan pekerjaan yang sedang dilakukan, pekerjaan yang diusulkan untuk minggu
atau bulan selanjutnya dan membahas permasalahan yang timbul agar dapat
diselesaikan dengan baik dan cepat.

Bila item pekerjaan/biaya di atas tidak tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga,
segala biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan tersebut yang diperlukan untuk kemudahan
dan kelancaran pelaksanaan pekerjaan utama/permanen, dianggap sudah termasuk dalam
harga kontrak dan menjadi tanggungjawab sepenuhnya Kontraktor/Penyedia.

2. PEKERJAAN TANAH

2.1 Pembersihan dan striping dengan tenaga manusia


1) Kontraktor/Penyedia harus melaksanakan pekerjaan pengupasan tanah humus (top
soil) / stripping pada seluruh ermukaan tanah pada pondasi tubuh embung dan pada
jenis pekerjaan lain yang memerlukan stipping, sesuai dengan gambar desain dan
petunjuk Direksi/Pengawas Pekerjaan/Pejabat Pembuat Komitmen. Tanah hasil
kupasan dalam jumlah tertentu bisa digunakan sebagai pematang pda batas genangan
dan sisanya di singkirkan ke luar batas genangan embung (bisa dipergunakan oleh
masyarakat sebagai lapis manfaat lahan untuk budidaya bercocok tanam). Tebal
kupasan diambil rata-rata ±20 cm menggunakan alat berat (Bulldozer) kapasitas
produksi maksimum 75 m/jam.
2) Sebelum melaksanakan pengupasan tanah humus, Kontraktor/Penyedia harus
melaksanakan pengukuran lebih dulu untuk mengetahui elevasi permukaan tanah
pada kondisi awal (Original Ground Level) dan kondisi akhir kupasan tanah humus.
Hasil pengukuran dilaporkan kepada Direksi/Pengawas Pekerjaan/Pejabat Pembuat
Komitmen, untuk selanjutnya akan dijadikan refrensi perhitungan volume pekerjaan.
3) Pekerjaan pembersihan lahan meliputi penebangan pepohonan (jika ada), pencabutan
akar dan tunggul sesuai dngan petunjuk Direksi/Pengawas Pekerjaan/Pejabat
Pembuat Komitmen. Batang-batang pohon dan tunggul-tunggul serta akar-akar
disingkirkan di luar areal pekerjaan sepanjang tidak mengganggu kelancaran kegitan
pelaksanaan pekerjan.
2.2 Galian tanah secara Manual

Galian tanah dengan seacra manual adalah galian yang dilakukan dengan
menggunakan tenaga manusia (Manual). Galian tanah dilakukan dengan kedalaman
galian 0,5 – 1,0 m untuk pekerjaan yang tidak memungkin kan menggunkan alat
berat seperti pembersihan sedimentasi di saluran saluran sekunder atau tersier yg
memiliki tipikal luas penampang yg kecil.

2.3 Galian Tanah Mekanis


Galian tanah Mekanis adalah pekerjaan galian dengan material hasil galian berupa tanah
pada umumnya, yang dengan mudah dapat dilakukan dengan Excavator. Seluruh galian
dikerjakan sesuai dengan garis-garis dan bidang-bidang yang ditunjukkan dalam gambar
atau sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar kerja atau sesuai dengan yang
diarahkan / ditunjukkan oleh Direksi. Galian tanah biasa dimaksudkan untuk daerah yang
bahan hasil galiannya terdiri dari tanah, pasir dan kerikil. Bila ada galian yang perlu
disempurnakan seharusnya diinformasikan ke Direksi untuk ditinjau. Tidak ada galian
yang langsung / ditutupi dengan tanah / beton tanpa diperiksa terlebih dahulu oleh
Direksi. seluruh proses pekerjaan menjadi tanggung-jawab Penyedia Jasa. Kemiringan
yang rusak atau berubah, karena kesalahan pelaksanaan harus diperbaiki oleh dan atas
biaya Penyedia Jasa. Apabila pada saat pelaksanaan penggalian terdapat batu-batu besar
dengan diameter lebih besar dari 1.00 m yang tidak dapat disingkirkan dengan alat
Excavator.
maka pembayaran volume ini akan termasuk kedalam pembayaran item Galian Batu atas
sepengetahuan Direksi pekerjaan. Pengukuran untuk pembayaran pada galian tanah biasa
akan dibuat dalam meter kubik dimana tanah galian dari permukaan kupasan sampai yang
sesuai ditunjukan dalam garis-garis bidang yang sesuai dalam gambar. Pembayaran untuk
galian tanah biasa dibuat dalam meter kubik untuk item dalam BoQ. Selama proses
penggalian tanah agar secara langsung dipisahkan dan ditumpuk pada suatu tempat yang
disetujui Direksi, material yang layak/bisa dipakai untuk timbunan dan material yang
tidak layak. Material yang layak selanjutnya akan dipakai untuk timbunan tanah biasa dan
timbunan kembali, sedangkan material yang tidak layak selanjutnya akan dibuang keluar
daerah irigasi atau kesuatu tempat yang tidak akan mengganggu areal pertanian dan
fungsi jaringan. Penyedia Jasa harus menguasai medan kerja sehingga penumpukan
material yang bisa dipakai untuk timbunan ditempatkan pada lokasi yang sedekat-
dekatnya dengan lokasi yang memerlukan timbunan dan bisa langsung ditebar pada
bagian yang akan ditimbun. Harga satuan termasuk upah buruh, bahan dan peralatan yang
diperlukan untuk penggalian, perapihan dan kemiringan talud temasuk usaha pencegahan
bahaya longsor, pembuatan tanggul kecil pada bahu galian dan timbunan kecil apabila
dianggap perlu oleh Direksi. Peralatan pengangkutan diperhitungkan terhadap
pemindahan material hasil galian ke suatu tempat penimbunan sementara yang disetujui
Direksi sejauh ± 1 km. Khusus untuk jaringan tersier yang dimensinya relatif kecil dan
berada didaerah persawahan, agar diperhitungkan terhadap tingkat kesukaran peggalian
atau alternatif lain berupa galian secara manual.
Dalam dan Iebar galian tidak boleh melebihi/kurang dari ukuran yang telah ditentukan.
Bilamana sehubungan dengan hal tersebut diatas ternyata telah dilaksanakan penggalian
yang melebihi ukuran/profil yang telah ditetapkan hingga syarat-syarat Konstruksi tidak
terpenuhi lagi, maka biaya perbaikan dibebankan kepada Kontraktor/Penyedia.
Pekerjaan menggali ini meliputi pembersihan segala yang terdapat dalam tanah yang
digali tersebut. Penggalian harus dilakukan sedemikian rupa hingga tidak akan merusak
bangunan atau kontruksi lainnya, atau akan menyebabkan timbulnya kecelakaan.
Tebing-tebing yang tidak ditetapkan berhubungan dengan keadaan tanah harus digali
sedemikian rupa supaya sewaktu-waktu diadakan pekerjaan tidak akan longsor, bilamana
tebing-tebing itu oleh karena pekerjaan didekat tempat tersebut atau alasan-alasan lain,
maka dilakukan tindakan-tindakan sementara yang dapat ditiadakan setelah mendapat
persetujuan dari Penguna Jasa.
Apabila dibuat serokan-serokan pembuang, maka serokan itu harus digali segera sampai
cukup dalam, bilamana pekerjaan diakhiri, maka serokan dikerjakan menurut
penampang-penampang yang dikehendaki dan apabila yang diperlukan selama pekerjaan
saja, serokan-serokan tersebut harus diurug kembali dengan baik.
Tanah bekas galian bilamana nantinya akan dipergunakan untuk meninggikan atau
menimbun daerah-daerah lain, harus disingkirkan dari tempat pekerjaan. Penyingkiran
tanah bekas galian yang dimaksud dengan ayat diatas harus dilaksanakan dengan
kemiringan tertentu, disesuaikan dengan gambar pelaksanaan sedemikian rupa sehingga
terhindar untuk masuk kembali ke dalam alur sungai.
Jika ternyata Kontraktor/Penyedia melaksanakan pembuangan tanah bekas galian tidak
memenuhi ketentuan yang diberikan pihak Penguna Jasa, maka Penguna Jasa berhak
menyuruh mengulangi penyelesaian pembuangan tanah tersebut kembali sesuai dengan
ketentuan yang tertera dalam Bestek dan Gambar Pelaksanaan. Toleransi pekerjaan galian
untuk elevasi + 5 cm dan untuk dimensi 5 cm.

2.4 Timbunan Tanah/ Urugan


1) Pekerjaan timbunan tanah mencakup pekerjaan pengadaan pengangkutan,
penghamparan dan pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk
pembuatan timbunan, untuk menimbun kembali galian, yang dibutuhkan untuk
membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis kelandaian, dan elevasi
penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui.
2) Sebelum dimulai dengan pekerjaan timbunan tanah ditempat pekerjaan maka
dasar/alas dimana tanah itu akan ditimbun harus dibersihkan terlebih dahulu dari
tanan-tanaman, kayu-kayu, lumpur dan barang-barang lain yang dapat
menimbulkan labilitas tanah timbunan seperti timbunan menjadi longsor, penurunan
atau kotoran pada timbunan, pada waktu penyerahan pekerjaan untuk kontrol
apakah alur sungai yang digali benar- benar sesuai dengan penampang basah yang
diterapkan pada gambar, maka Kontraktor/Penyedia harus menyediakan maal dari
profil (penampang) sungai tersebut yang dapat dipindah-pindahkan, ukuran maal
tersebut harus sesuai dengan ukuran pada gambar yang telah ditetapkan. Apabila
dasar/alas dimana tanah itu akan ditimbun, struktur tanahnya tidak baik/jelek dan
dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan konstruksi timbunan, maka tanahnya
harus dibuang sampai lapisan tanah yang baik.Tanah yang akan dipergunakan untuk
penimbunan harus dihancurkan terlebih dahulu diluas yang akan ditimbun dan harus
bersih dari kotoran-kotoran yang dapat membusuk.
3) Tanah yang dipergunakan untuk penimbunan diperoleh dari tempat yang ditunjuk
oleh Penguna Jasa (lapisan Borrow Pit), dengan menghilangkan terlebih dahuiu
lapisan- lapisan tanah yang dianggap tidak baik untuk penimbunan. Apabila dasar
tanah timbunan berasa dalam lereng/kemiringan maka alasnya harus dijadikan
bertingkat-tingkat agar timbunan tidak longsor kebawah.
4) Lubang yang terjadi bekas galian tanah (Borrow Pits) harus dihubung-hubungkan
satu dengan lainnya sehingga terjadi arah aliran yang tertentu menuju
kepembuangan. Untuk ini tidak diadakan pembayaran tambahan berupa apapun.

2.5 Timbunan Tanah Pilihan/Mendatangkan


1) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus teriri dari bahan
tanah atau batu yang memenuhi ketentuan, Bila di uji sesuai dengan SNI 03-1744-
1989, Timbunan pilihan haeus memiliki paling sedikit CBR 10% setelah 4 hari
perendaman bila di padatkan sampai 100% kepadatan kering maksimum sesuai
dengan SNI 03-1742-1989.
2) Bahan Timbunan Pilihan dapat berupa pasir atau kerikil atau bahan berbutir bersih
lainnya dengan indeks Plastisitas maksimum 6%.
3) Bahan Timbunan Pilihan yang digunakan pada lereng atau pekerjaan stabilitas
timbunan atau pada situasi lainnya yang memerlukan kuat geser yang cukup,
bilamana dilaksanakan dengan pemadatan kering normal, maka timbunan pilihan
dapat berupa timbunan batu atau kerikil lempungan bergradasi baik lempung pasiran
atau lempung berplastisitas rendah. Jenis bahan yang dipilih, dan disetujui akan
tergantung pada kecuraman dari lereng yang akan dibangun atau di timbun, ata pada
tekanan yang di pikul.

2.6 Pemadatan Tanah

 Fungsi dan tujuan pemadatan tanah


1) Tujuan pemadatan tanah adalah mengembalikan letak-letak struktur butiran tanah
sampai sedemikian rupa sehingga tercapai kedudukan yang rapat antar butiran
tanah tersebut. Proses pemadatan dilaksanakan dengan metode/ cara
”menimpakan” beban (gaya dinamis) pada tanah timbunan.
2) Tujuan mengidentifkasi tanah terkait dengan penetapan jenis peralatan dan alat
berat yang akan digunakan Kegiatan mengidentifikasi tanah diperlukan guna
mendapatkan data untuk menentukan jenis alat berat yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan pekerjaan pemadatan, dan menghitung produksi alat berat. Jenis
tanah akan menentukan proses kerja alat.
3) Memilih peralatan dan alat berat untuk pekerjaan pemadatan peralatan dan alat
berat yang dibutuhkan untuk pekerjaan tanah harus memenuhi kriteria seperti ;
Memenuhi kriteria beban yang dibutuhkan, Memiliki kecepatan produksi yang
memadai, Mudah dibawa kelokasi kerja. Jenis peralatan dan alat berat untuk
pekerjaan pemadatan tanah yang harus disiapkan adalah stamper dan vibro loller.

 Pemadatan tanah dengan Stemper


Stamper atau yang sering disebut dengan tamping rammer merupakan alat yang
digunakan untuk proses pemadatan tanah. Dengan menggunakan alat ini proses
pemadatan menjadi lebih singkat. Dapat digunakan untuk memadatkan tanah
timbun maupun tanah kohesif, namun umunya digunakan dalam pekerjaan
memadatkan jalanan, halaman dan pekerjaan pemadatan tanah timbun lainnya.

 Pemadatan tanah dengan Vibro Roller


Vibro roller atau yang juga dinamakan vibratory roller adalah alat berat yang digunakan
untuk pekerjaan yang berkaitan dengan pemadatan tanah. Alat berat yang satu ini
banyak digunakan untuk menggilas dan juga memadatkan hasil timbunan. Sesuai dengan
namanya, alat ini dilengkapi dengan vibrator untuk menjalankan tugasnya tersebut.
Ketika menggunakan vibro roller, maka tanah yan dipadatkan menjadi lebih sempurna
dan juga permukaan tanah menjadi lebih dinamis.

Alat ini bermanfaat untuk membuat permukaan tanah menjadi lebih solid dan optimal
dimana butiran-butiran tanah akan saling mengisi bagian yang kosong. Berbagai
pekerjaan yang memerlukan pemadatan biasanya akan menggunakan vibro roller. Maka
dari itu, alat berat ini bisa digunakan baik untuk konstruksi bersakal besar maupun kecil.

3. PEKERJAAN DEWATERING / KISTDAM / PENGERINGAN

Pada umumnya agar lokasi pekerjaan yang bersumber dari sungai atau sumber air lainnya
dapat bebas dari aliran sumber air yang ada atau bahaya-bahaya lain yang mungkin timbul
selama periode pelaksanaan, maka penyedia wajib untuk melakukan pengeringan.
1) Kontraktor/Penyedia diharuskan melaksanakan pekerjaan ini sebaik-baiknya, karna
pengeringan ini akan dilaksanakan selama priode pelaksanaan konstruksi. Untuk
mengalirkan debit air yang datang dan mengurangi ketinggian muka air sekitar lokasi
pekerjaan, Kontraktor/Penyedia diwajibkan menyediakan pompa dengan kapasitas
yang cukup memadai.
2) Pelaksanaan pengeringan sementara ini tanpa melakukan pemadatan terhadap
disposal material pasir maupun tanah urugan yang dibungkus dengan karung, karung
berisi pasir/tanah ditumpuk sampai dengan ketinggian tinggi muka air dan panjang
selebar permukaan sungai yang akan dialihkan.
3) Sekurang-kurangnya satu minggu sebelum melaksanakan pekerjan pengeringan,
Kontraktor/Penyedia wajib melaporkan kepada Pemberi Tugas:
a) Jadwal waktu pelaksanaan
b) Rencana operasi
4) Kontraktor/Penyedia tidak boleh memulai pekerjaan di atas sebelum mendapat
persetjuan Pemberi Tugas, walaupun demikian perjanjian ini tidak mengurangi
tanggung jawab dan kewajiban yang harus dilakukan oleh Kontraktor/Penyedia seperti
yang tercantum dalam dokumen kontrak.
5) Kontraktor/Penyedia diwajibkan bertanggung jawab dan mengadakan perbaikan-
perbaikan terhadap kerusakan-kerusakan dengan biaya sendiri.
6) Kontraktor/Penyedia diwajibkan pula untuk melakukan pekerjaan pengeringan di
areal lokasi pekerjaan pada sumber air yang diakibatkan oleh aliran rembesan dan
sumber mata air melalui tanah pondasi ataupun air hujan.

4. PEKERJAAN PASANGAN
 Umum
Pekerjaan pasangan batu adalah meliputi semua kegiatan pelaksanaan
pasangan batu yang diatur dalam spesifikasi teknik ini, dan untuk seluruh
kegiatan yang berhubungan pekerjaan ini terdiri dari bahan-bahan, pelaksanaan,
serta sesuai dengan kegunaan yang disyaratkan.

4.1 Bahan-Bahan

Semen, agregat dan air untuk semua pekerjaan dalam proyek ini harus sama kualitasnya
dengan yang digunakan untuk pekerjaan pasangan Batu belah hitam dan beton.
1) Semen
Semen yang dipergunakan dalam pekerjaan harus Portland Cement yang sesuai
dengan persyaratan dalam SNI. Untuk pekerjaan ini tidak dianjurkan pemakaian
semen dari jenis yang mengandung aditif (bahan tambah) untuk pengeringan cepat.
Kontraktor/Penyedia harus menyediakan dua macam contoh semen apabila diminta
oleh Penguna Jasa, yaitu contoh dari gudang Kontraktor/Penyedia di lapangan dan
dari pabrik, atau Kontraktor/Penyedia menguji semennya.
2) Pasir
Pasir untuk adukan pasangan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
 Butir-butir pasir harus tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan dengan tangan.
 Pasir harus diambil dari sungai atau tambang pasir. Kandungan maksimum
terhadap lempung, lanau dan debu tidak boleh lebih dari 5% (perbandingan
berat).
 Pasir harus bebas dari segala macam bahan kimia. Bila pasir yang digunakan tidak
dapat memenuhi syarat tersebut di atas maka Penguna Jasa dapat memerintahkan
untuk mencucinya dan hasilnya harus mendapat persetujuan dari Penguna Jasa
dahulu sebelum digunakan.
 Pasir laut untuk adukan tidak diperkenankan sama sekali untuk dipakai.
 Khusus untuk plesteran, harus digunakan pasir yang lebih halus.
3) Agregat Kasar

 Agregat kasar (kerikil) harus bergradasi baik dengan diameter maksimum


tergantung klas betonnya. Kerikil harus dari batu pecahan.
 Agregat harus dari sumber yang telah disetujui. Ini harus terdiri dan agregat atau
batu pecahan atau bahan pengisi lain atau kombinasi dari ini semua seperti yang
telah diperincikan.
 Agregat kasar harus bersih dan bebas dari butiran-butiran halus, mudah pecah,
tipis atau panjang, bersih dari alkali, bahan organis, atau substansi yang rusak
dalam jumlah yang merugikan.
 Agregat kasar harus berbentuk baik, keras, awet dan tidak berpori-pori.
 Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butir berada antara 5 mm
sampai 70 mm, atau sampai ukuran dalam batas sebagaimana untuk pekerjaan-
pekerjaan khusus.
 Kontraktor/Penyedia harus mengirim contoh material apabila dibutuhkan oleh
Penguna Jasa. Kontraktor/Penyedia harus membuat percobaan dari contoh
material secara rutin dan dengan frekwensi yang, disetujui Penguna Jasa serta
mengirimkan kepada Penguna Jasa setiap copy laporan test.
 Apabila test abrasi dibutuhkan oleh Penguna Jasa, maka Kontraktor/Penyedia
harus melakukan test untuk membandingkan dengan data-data dari beberapa
lokasi.
 Bahan batuan untuk beton tahan abrasi harus mempunyai berat jenis 2,6 dan nilai
tahan aus kurang dari 15 %.
4) Air
Air yang dipakai untuk membuat dan merawat beton dan membuat adukan harus dari
sumber yang disetujui oleh Penguna Jasa dan pada waktu pemakaian harus terhindar
dari bahan-bahan yang bisa mengotorkan air dalam jumlah berapapun yang:
 Mempengaruhi waktu permulaan pengerasan dari semen yang melebihi dari 30
menit, atau mengurangi kekuatan dari percobaan kubus dari 20%.
 Mencegah tercapainya kekuatan dari percobaan kubus yang ditentukan dalam 28
hari untuk beton klas tertentu.
 Menghasilkan perubahan warna atau "gambang garam" di atas permukaan
semen yang sedang mengeras.
 Memperburuk atau memulai reaksi alkali bahan batuan.
Air harus bebas dari minyak, asam, alkali, garam-garam, bahan-bahan organis atau
bahan yang dapat merusak beton dan atau baja tulangan.

5) Batu Belah / Batu belah hitam


Untuk pemasangan batu dipakai Batu belah hitam yang berasal dari material sungai
dengan syarat-syarat sebagai berikut:
 Harus cukup keras, bersih dan sesuai besar bentuknya.
 Tidak boleh memperlihatkan tanda-tanda lapuk.
 Setiap batu harus berukuran diameter lebih besar dari 10 cm, ukuran maksimum
harus memperhatikan tebal konstruksi bangunan, tetapi harus pula
memperhatikan batasan seperti tercantum di atas.

4.2 Pekerjaan Pasangan Batu


1) Adukan
Pekerjaan pasangan batu belah hitam untuk pondasi menggunakan proporsional
adukan yaitu 1 pc : 4 ps.
2) Pelaksanaan
 Pekerjaan pasangan batu belah hitam dimulai setelah galian selesai dan disetujui
oleh Pengawas Lapangan dan konsultan supervisi.
 Galian saluran yang terdapat air tergenang harus dikeluarkan dari lubang saluran
pondasi hingga bersih dan kering.
 Pemasangan batu belah hitam, bila terpaksa berhenti harus dibuat bergigi pada
ujungnya. Agar pemasangan selanjutnya dapat menyambung dengan baik dan
mendapatkan ikatan yang kokoh, sempurna serta tidak bercela (rongga).
 Pekerjaan pondasi dilaksanakan sesuai gambar.

4.3 Plesteran dan Acian


1) Plesteran
Plesteran digunakan untuk penyelesaian permukaan dinding pasangan agar pasangan
Batu belah hitam dapat terlindung dari pengaruh luar baik suhu maupun cuaca. Jenis
plesteran yang digunakan menggunakan jenis plesteran dengan adukan 1 pc : 4 ps.
Pelaksanaan plesteran adalah sebagai berikut:
a) Plesteran dinding, tebal lapisan tidak kurang dari 1,5 cm kecuali ditentukan lain.
b) Permukaan harus rata dan halus.
c) Plesteran harus dibiarkan basah selama 2 hari setelah plesteran cukup mengeras
dan kering untuk menghindari kerusakan-kerusakan, plesteran harus dijaga agar
tidak terjadi penguapan terlalu banyak dengan jalan menyiram/membasahi.
2) Acian
Setelah diplester dengan jenis plesteran seperti diuraikan dalam butir (1) di atas.
Selanjutnya permukaan plesteran tersebut diaci dengan semen.

5. Pipa Peresapan (Sulingan)

Tembok-tembok penahan, pasangan miring dan tembok-tembok kepala harus dilengkapi


dengan suling-suling. Suling-suling harus dibuat dari pipa PVC dengan diameter 50 mm (2”)
dan paling tidak satu buah untuk setiap 2 m² luas permukaan atau sesuai dengan
gambar/petunjuk Direksi Lapangan. Setiap ujung pemasukan suling-suling harus dilengkapi
dengan saringan berupa ijuk ataupun geotextile untuk menghindari kemasukan material,
sehingga menghambat pelepasan air.
Suling-suling dipasang bersamaan dengan pasangan batu/beton dan disisakan minimal 0,20
m keluar sisi belakang pasangan batu (total 1 m Panjang per buah) guna pemasangan
saringan sebelum diurug. Pada pasangan miring saringan kerikil juga dibuat bersamaan
dengan pasangan batu. Saringan terdiri atas lapisan ijuk atau geotextile yang dipasang pada
ujung pipa menonjol keluar pasangan, dibungkus dengan krikil atau batu pecah sekeliling
pipa setebal 15 cm. Saringan krikil tersebut dibungkus lagi dengan ijuk untuk membatasi
saringan dari tanah asli atau tanah urug.

6. Pasangan Tiang Cerucuk

1) Bahan-bahan
 Kulit kayu untuk bahan cerucuk tidak perlu dikupas
 Cerucuk kayu yang digunakan dapat berupa batang kayu atau hasil olahan dengan
spesifikasi seperti pada Tabel dibawah ini:

Tabel Persyaratan Cerucuk Kayu


Uraian Persyaratan
Diameter Minimum 8 cm, maksimum 15 cm
Panjang Minimum 3,5 m, maksimum 6 m
Kelurusan Cukup lurus, tidak belok dan bercabang
Uraian Persyaratan
Kekuatan Minimum kelas kuat II I PKKI 1973
Tegangan Minimum Was kuat III untuk mutu A PKKI 1973

2) Pelaksanaan
 Pemancangan cerucuk kayu dapat menggunakan tenaga manusia, alat pancang
cerucuk atau dengan Back Hoe
 Lantai kerja, dengan muka air cukup tinggi, maka lokasi pemancangan cerucuk dapat
diurug terlebih dahulu dengan material setempat. Bila menggunakan alat pancang
cerucuk harus diberi landasan dari balok atau papan kayu.
 Pelaksanaan cerucuk kayu harus sesuai dengan pedoman yang diuraikan dalam “Tata
Cara Perencanaan Pondasi di Atas Tanah Lembek, Organik dan Tanah Gambut”

7. PEKERJAAN BETON

7.1. Umum

Bangunan-bangunan pada pekerjaan beton harus kedap air setelah ditest


kekedapannya.
Semua ukuran dari pekerjaan pasangan harus mengikuti gambar rencana. Apabila
ternyata ada kekurangan-kekurangan dalam gambar tersebut maka pemborong harus
minta persetujuan Direksi untuk menetapkannya. Beton yang digunakan dalam
pedoman ini mempunyai mutu beton sesuai tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Mutu beton dan penggunaan


Jenis fc’ bk’ (Kg/cm2) Uraian
Beton (MPa)
15 – <20 K175 – < K250 Umumya digunakan untuk
struktur beton tanpa tulangan
Mutu seperti beton siklop, trotoar dan
rendah pasangan batu kosong
yang diisi adukan, pasangan
batu.
10 – <15 K125 – < K175 digunakan sebagai lantai
kerja, penimbunan kembali
dengan beton
`
7.2. Bahan
Semua pekerjaan pasangan harus memenuhi standar sebagai berikut :
a. Peraturan Umum untuk bahan bangunan di Indonesia NI-3
b. Semen harus berupa Semen Portland (PC) biasa yang sesuai dengan standar NI-8
sebagaimana dinyatakan dalam PBI-71
c. Agregat harus sesuai dalam segala hal dengan PBI 1971
d. Pada umumnya metode pengujian sesuai dengan PBI 1971 bagian 4.7

7.3. Semen
Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen portland yang
memenuhi SNI 15-2049-1994 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan IV. Apabila menggunakan
bahan tambahan yang dapat menghasilkan gelembung udara, maka gelembung udara
yang dihasilkan tidak boleh lebih dari 5 %, dan harus mendapatkan persetujuan secara
tertulis Jenis atau tipe semen yang dipakai adalah semen jenis type I yaitu jenis semen
untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus.
Apabila Kontraktor/Penyedia akan menggunakan tipe atau jenis semen lain, harus
memperoleh persetujuan secara tertulis terlebih dahulu dari Pengawas Pekerjaan.
Kontraktor/Penyedia harus membawa contoh semen yang memenuhi persyaratan dan
contoh ini akan dipakai sebagai pedoman dalam pengadaan semen.
Merk semen yang akan digunakan harus memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan
dan harus dilengkapi dengan pengujian atau sertifikat dari pabrik semen yang
bersangkutan. Sebelum pengadaan dilaksanakan, merk semen yang ada akan dipakai
harus memperoleh persetujuan secara tertulis dari Pengawas Pekerjaan.

7.4. Ketentuan gradasi agregat


a) Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang diberikan dalam
Tabel 2, tetapi bahan yang tidak memenuhi ketentuan gradasi tersebut harus diuji
dan harus memenuhi sifat-sifat campuran yang disyaratkan;

Tabel 2. Ketentuan Gradasi Agregat


Ukuran Saringan Persen Berat Yang Lolos Untuk Agregat
(mm) Halus Kasar
50,8 (2”) - 100 - - -
38,1 (1½”) - 95 - 100 - -
100
25,4 (1”) - - 95 - 100 100 -
19 (3/4”) - 35 - 70 - 90 - 100 100
12,7 (1/2”) - - 25 - 60 - 90 - 100
9,5 (3/8”) 100 10 - 30 - 20 - 55 40 - 70
4,75 (# 4) 95 – 100 0-5 0 -10 0 - 10 0 - 15
2,36 (# 8) 80 – 100 - 0–5 0-5 0-5
1,18 (#16) 50 – 85 - - - -
0,300 (# 50) 10 – 30 - - - -
0,150 (# 100) 2 – 10 - - - -

b) Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran agregat terbesar
tidak lebih dari ¾ jarak bersih minimum antara baja tulangan atau antara baja
tulangan dengan acuan, atau celah-celah lainnya di mana beton harus dicor;
c) Agregat Halus
Agregat halus alam sebagai hasil desintegrasi alami dari batu-batuan atau
pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah.
Agregat halus yang akan digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1) Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam, keras dan kekal.
2) Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 %, yang
ditentukan terhadap berat kering.
3) Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-nahan organis terlalu
banyak, untuk membuktikan harus diadakan percobaan warna dari
Abrams-Harder.
4) Gradasi agregat halus harus baik dan memenuhi pasal 3.1. ayat 5 PBI-
71.
5) Pasir dari laut tidak boleh digunakan.
Sebelum pengadaan agregrat halus dilakukan, Kontraktor/Penyedia harus
membawa contoh bahan yang sudah diadakan pengujian di Laboratorium
Bahan Konstruksi Bangnan yang disetujui oleh Pengawas untuk mendapat
persetujuan dari Pengawas Pekerjaan.
Contoh bahan itu akan dipakai sebagai pedoman pengiriman agregat halus di
lapangan. Apabila ada perbedaan antara agregat halus di lapangan dengan
contoh yang ada, maka agregat halus tersebut harus secepat mungkin
disingkirkan dari lapangan supaya tidak terjadi kekeliruan pemakaian, batas
waktu yang diijinkan untuk menyingkirkan bahan tersebut adalah 24 jam
setelah perintah untuk disingkirkan dikeluarkan.
d) Agregat Kasar
Agregat kasar berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batu-batuan
atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu. Agregat kaar
yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras atau tidak berpori
dan kekal.
b. Kandungan lumpur tidak boleh lebih dari 1% yang ditentukan terhadap
berat kering.
c. Tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton, seperti zat-
zat reaktif alkali.
d. Gradasi agregat kasar harus baik atau memenuhi pasal 3,4 ayat 6 PBI – 71.
Ukuran besar butir nominal maksimum agregat kasar harus melebihi nilai
berikut:
 1/5 jarak terkecil antara samping dan cetakan.
 1/3 tebal plat.
 3/4 jarak minimum atau barang tulangan.
Sebelum pengadaan agregat kasar dilakukan, Kontraktor/Penyedia harus
membawa contoh bahan yang sudah diadakan pengujian di laboratorium
Bahan Bangunan yang disetujui oleh Pengawas Pekerjaan, untuk mendapat
persetujuan dari Pengawas Pekerjaan.
Contoh bahan itu akan dipakai sebagai pedoman pengiriman agregat kasar
dilapangan. Apabila ada perbedaan antara agregat halus di lapangan dengan
contoh yang ada, maka agregat kasar tersebut harus secepat mungkin
disingkirkan dari lapangan supaya tidak terjadi kekeliruan pemakaian, batas
waktu yang diijinkan untuk menyingkirkan bahan tersebut adalah 24 jam
setelah perintah untuk disingkirkan dikeluarkan.
7.5. Sifat-sifat Agregat
a) Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang diperoleh dari
pemecahan batu atau koral, atau dari pengayakan dan pencucian (jika perlu)
kerikil dan pasir sungai;
b) Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh
pengujian SNI 03- 2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya yang
diberikan dalam Tabel 3 bila contoh-contoh diambil dan diuji sesuai dengan
prosedur yang berhubungan.

Tabel 3. Sifat-sifat agregat


Batas Maksimum yang diijinkan
Sifat-sifat Metode Pengujian untuk Agregat
Halus Kasar
Keausan Agregat SNI 03-2417-1991 - 20 % untuk beton
dengan Mesin Los mutu sedang dan
Angeles pada 500 tinggi
putaran 40 % untuk beton
mutu rendah
Kekekalan Bentuk SNI 03-3407-1994 10 % dengan 12 % dengan
Batas Maksimum yang diijinkan
Sifat-sifat Metode Pengujian untuk Agregat
Halus Kasar
Batu terhadap natrium sulfat natrium sulfat
Larutan Natrium 15% dengan 18% dengan
Sulfat atau magnesium magnesium sulfat
Magnesium Sulfat sulfat
setelah 5 siklus
Gumpalan Lempung SK SNI M-01-1994- 3% 2%
dan Partikel yang 03
Mudah Pecah
Bahan yang Lolos SK SNI M-02-1994- 3% 1 %
Saringan No.200 03

7.6. Air
Air yang akan dipakai untuk pembuatan dan perawatan beton harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Air tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, bahan-bahan
organis atau bahan-bahan lain yang merusak beton atau baja tulangan.
b. Air yang tidak dapat diminum tidak boleh dipakai untuk pembuatan beton.
c. Air yang akan dipakai untuk pembuatan dan perawatan beton harus diadakan
pemeriksaan di Laboratorium untuk membuktikan apakah air yang akan
dipakai sesuai dengan persyaratan yang ditentukan.

7.7. Baja Tulangan


Baja tulangan yang akan dipakai harus memenuhi standar mutu yang disyaratkan
dalam PBI – 71. Untuk membuktikan bahwa baja tulangan tersebut sesuai standar
mutu yang disyaratkan, maka diharuskan diuji di Laboratorium Bahan Konstruksi
Bangunan yang disetujui oleh Pengawas Pekerjaan. Contoh baja tulangan dan hasil
pengujian dari Laboratorium diberikan kepada Pengawas yang akan digunakan
untuk pedoman pengadaan baja tulangan. Bentuk baja tulangan dapat berupa
tulangan polos maupun tulangan yang diprofilkan (deform), asal memenuhi
standar mutu yang disyaratkan. Tulangan polos diartikan batang prismatis
berpenampang bulat, persegi, lonjong dan lain-lain dengan permukaan licin.
Tulangan diprofilkan (deform) diartikan batang prismatis atau puntir yang
permukaan diberi rusuk-rusuk yang terpasang tegak lurus atau miring terhadap
sumbu batang. Kawat pengikat yang dipakai dari baja lunak dengan diameter
minimum 1 mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak bersepu seng.
Sebelum kawat pengikat ini dipakai di lapangan, Kontraktor/Penyedia harus
membawa contoh bahan utuk dimintakan persetujuan dari Pengawas Pekerjaan.

7.8. Bahan Pembantu


Untuk memperbaiki mutu beton, sifat-sifat pekerjaan, waktu pengikatan dan
pengerasan diijinkan untuk dimanfaatkan asal dapat sudah mendapat ijin tertulis
dari Pengawas Pekerjaan. Jenis dan jumlah bahan yang akan dipakai harus
dikonsultasikan dengan Pengawas dan Kontraktor/Penyedia harus mengadakan
percobaan untuk membuktikan kebenarannya.

7.9. Komposisi Campuran Adukan


Proporsi bahan dan berat penakaran harus ditentukan sesuai dengan SNI 03-
2834-1992. Sebagai pedoman awal untuk perkiraan proporsi takaran campuran
dapat digunakan Tabel 4.
Tabel 4 Pedoman awal untuk perkiraan proporsi takaran campuran
Mutu Beton Ukuran Rasio Air / Kadar Semen
Jenis
Agregat Maks. Semen Maks. Min.(kg/m3) dari
beton fc’ bk’
(mm) (terhadap berat) campuran
(MPa) (kg/cm2)

65 K800
50 K600 19 0.350 450
37 0,400 395
Mutu 45 K500 25 0,400 430
tinggi 19 0,400 455
37 0.425 370
38 K450 25 0.425 405
19 0.425 430
37 0,450 350
35 K400 25 0,450 385
19 0,450 405
37 0,475 335
30 K350 25 0,475 365
Mutu 19 0,475 385
sedang 37 0,500 315
25 K300 25 0,500 345
19 0,500 365
37 0,550 290
20 K250 25 0,550 315
19 0,550 335
37 0,600 265
Mutu 15 K175 25 0,600 290
rendah 19 0,600 305
37 0,700 225
10 K125 25 0,700 245
19 0,700 260

7.10. Adukan Percobaan


Kontraktor/Penyedia harus menyerahkan jauh hari sebelum pengujian
dilaksanakan, data berikut ini untuk rencana adukan tiap kelas beton.
a. Usulan distribusi ukuran butiran agregat halus.
b. Usulan distribusi ukuran butiran kasar.
c. Asal agregat halus dan kasar.
d. Pengolahan adukan.
e. Kandungan semen.
f. Perbandingan air dan semen.
g. Usulan Slump.
h. Bahan aditif jika ada.

Dari adukan yang diusulkan, harus diambil kubus uji sebagai berikut :
a. Untuk setiap kelas beton, harus dibuat 6 kubus diuji pada umur 7 hari dan tiga
kubus lagi diuji pada 28 hari.
b. Pada tiap umur pengujian, kekuatan kubus tidak lebih rendah dari 1 1/3 kali
kekuatan kubus uji yang disyaratkan.
Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor/Penyedia harus menyerahkan kepada
Pengawas untuk disetujui mengenai detail lengkap pengujian ini bersama dengan
analisa gradasi dan perhitungan rencana campuran. Kontraktor/Penyedia tidak
boleh melakukan pengecoran bagian manapun sebelum campurannya disetujui
oleh Pengawas Pekerjaan. Pengawas berwenang untuk meminta agar
Kontraktor/Penyedia menyerahkan hasil pengujian, pada tenggang waktu
tertentu, dari beton yang di cor dalam pekejaan. Kontraktor/Penyedia harus
sudah memperhitungkan biayanya dalam pembayaran.
Campuran percobaan harus dibuat dan diuji dengan rancangan campuran serta
bahan yang diusulkan sesuai dengan SNI 03-2834-2000, dengan disaksikan oleh
pihak berwenang, yang menggunakan jenis instalasi dan peralatan sebagaimana
yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
a) Nilai slump untuk keperluan berbagai pekerjaan beton dapat menggunakan
Tabel 5, namun demikian dengan alasan-alasan tertentu dapat menggunakan
nilai slump diluar Tabel 5 dengan dukungan bukti pengujian;

Tabel 5 Nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton


Uraian Slump

Dinding, pelat pondasi dan pondasi telapak 5,0 –


bertulang 12,5
Pondasi telapak tidak bertulang, kaison dan 2,5 – 9,0
konstruksi bawah tanah
Pelat, balok, kolom dan dinding 7,5 –
15,0
Perkerasan jalan 5,0 – 7,5
Pembetonan masal 2,5 – 7,5

b) Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan yang
disyaratkan dalam Tabel 6 (atau berdasarkan hasil uji laboratorium yang berwenang),
bila pengambilan contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI 03-1974-1990,
SNI 03- 4810-1998, SNI 03-2493-1991, SNI 03-2458-1991;
Sangat tidak dianjurkan menggunakan benda uji kubus, namun demikian apabila tetap
menggunakan benda uji kubus maka harus dilakukan konversi terhadap benda uji
silinder;

Tabel 6 Ketentuan sifat campuran


Kuat Tekan Minimum (MPa)
Mutu Beton
Benda Uji Silinder Ø15 - 30 cm
Jenis beton Fc’ bk’
7 hari 28 hari
(MPa) (Kg/cm2)
Mutu Tinggi 50 K600 K500 32,5 50,0
45 K400 26,0 40,0
35 24,0 33,0
Mutu 30 K350 K300 21,0 29,0
Sedang 25 K250 18,0 25,0
20 15,0 21,0
Mutu rendah 15 K175 9,5 14,5
10 K125 7,0 10,5
2
Catatan : percepatan gravitasi (g) yang diambil sebesar 10 m/det
Kekuatan tekan karakteristik min. (kg/cm2) Slump (mm)
Mutu Benda uji kubus Benda uji silinder
Tidak
Beton 15x15x15 cm3 Ø15x30 cm Digetarkan
digetarkan
7 hari 28 hari 7 hari 28 hari
K-350 250 350 210 290 20-50 50-100
K-300 215 300 180 250 20-50 50-100
K-250 180 250 150 210 20-50 50-100
K-225 150 225 125 190 20-50 50-100
K-175 115 175 95 145 20-50 50-100
K-125 80 125 70 105 20-50 50-100

c) Bilamana pengujian beton umur 7 hari menghasilkan kuat tekan beton di bawah
kekuatan yang disyaratkan dalam Tabel 6, maka pengecoran dihentikan sementara
sampai penyebab dari hasil yang rendah tersebut diketahui dengan pasti dan diambil
tindakan-tindakan yang menjamin bahwa produksi beton berikutnya memenuhi
ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi. Kuat tekan beton umur 28 hari yang
tidak memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus dipandang sebagai pekerjaan
yang tidak dapat diterima dan pekerjaan tersebut harus diperbaiki. Kekuatan beton
dianggap lebih kecil dari yang disyaratkan bilamana hasil pengujian serangkaian
benda uji dari suatu bagian pekerjaan yang dilaksanakan lebih kecil dari kuat tekan
beton karakteristik yang diperoleh sesuai ketentuan;
d) Tindakan perbaikan untuk meningkatkan mutu campuran atas dasar hasil pengujian
kuat tekan beton dapat dilakukan pula pada umur 3 hari. Dalam keadaan demikian,
pekerjaan harus segera dihentikan pada saat pengecoran beton yang diragukan tetapi
dapat memilih menunggu sampai hasil pengujian kuat tekan beton umur 7 hari
diperoleh, sebelum menerapkan tindakan perbaikan, pada waktu tersebut ditelaah
kedua hasil pengujian umur 3 hari dan 7 hari, dan dapat segera diambil tindakan
perbaikan yang dipandang perlu;
e) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat mencakup
pembongkaran dan penggantian seluruh beton. Tindakan tersebut tidak boleh
berdasarkan pada hasil pengujian kuat tekan beton umur 3 hari saja, kecuali bila ada
kesepakatan para pihak yang terlibat dalam pekerjaan untuk melakukan perbaikan
pada umur tersebut.

Perbandingan campuran yang diberikan di atas telah diperkirakan guna mencapai


kekuatan yang disyaratkan pada umur 28 hari setelah pengecoran. Dengan ketentuan
bahwa bahan yang dipakai bermutu baik dan pengawasan dilakukan dengan baik.
Meskipun demikian, semua campuran beton yang akan dipakai di lapangan sebelumnya
harus sudah diadakan pengadaan di laboratorium.
Beton hendaknya dinilai dengan pengertian bahwa kekuatan yang disyaratkan untuk kelas
tertentu lebih menentukan dari pada perbandingan campuran yang diperlihatkan. Jika
ternyata persyaratan kekuatan tidak memenuhi, Pengawas Pekerjaan berwenang untuk
memperbaiki perbandingan campuran, atas biaya Kontraktor/Penyedia untuk mencapai
kekuatan rencana.

7.11. Pengujian Beton dan Bahan-bahan Beton


Pada umumnya, metode pengujian harus sesuai dengan PBI 1971 bagian 4,7 dan dapat
juga mencakup pengujian slump dan tekan. Jika tidak memenuhi persyaratan percobaan
slump, adukan yang tidak disetujui tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan dari
lapangan oleh Kontraktor/Penyedia. Jika pengujian tekan gagal, harus ditetapkan
prosedur perbaikan sebagaimana diuraikan dalam PBI 1971.
Percobaan kubus harus ditempatkan dalam instruksi dari Pengawas Pekerjaan, tetapi
sekurang-kurangnya 1 kubus untuk tiap 10 m3 dan minimum 3 kubus tiap hari.
Kubus-kubus tersebut harus ditempatkan dalam kondisi yang sama dengan kondisi yang
sebenarnya dan harus diuji setelah 7 atau 28 hari menurut keputusan Pengawas
Pekerjaan. Biaya percobaan ini akan dibebankan pada Kontraktor/Penyedia.

7.12. Pengontrolan Mutu Beton dan Pengujian Kekuatan Lapangan


Kontraktor/Penyedia bertanggung jawab sepenuhnya untuk menghasilkan beton
seragam, yang memiliki kekuatan serta sifat-sifat lainnya sebagaimana yang telah
ditetapkan. Untuk ini, Kontraktor/Penyedia harus menyediakan dengan biaya sendiri,
serta mempergunakan alat penimbang sistem volumetik yang akurat untuk mengukur air,
peralatan yang sesuai untuk mengaduk dan mencor beton serta peralatan dan fasilitas lain
yang diperlukan untuk pengujian sebagaimana mestinya atau menurut petunjuk
Pengawas Pekerjaan. Semen dan semua agregat harus diukur dan ditetapkan proporsinya
menurut berat. Pengadaan yang memakai kantung semen yang tidak diperbolehkan.

7.13. Penolakan Beton


Jika pengujian kekuatan tekan dan suatu kelompok kubus uji gagal mencapai standar yang
ditetapkan, maka Pengawas berwenang untuk menolak seluruh pekerjaan beton dari
mana kubus tersebut diambil. Pengawas juga berwenang untuk menolak beton yang
berongga, poros atau permukaan akhirnya tidak baik. Dalam hal ini Kontraktor/Penyedia
harus menyingkirkan beton yang ditolak tersebut dan mengganti menurut instruksi dari
Pengawas sehingga hasilnya menurut penilai Pengawas sudah memuaskan. Semua bahan
untuk beton harus ditetapkan proporsinya menurut berat, kecuali air yang boleh diukur
menurut volume. Agregat halus dan agregat kasar harus diukur secara terpisah dengan
alat penimbang yang disetujui, yang memenuhi ketepatan ± 1 %. Pengukuran volume
dapat dilaksanakan dan memperoleh ijin Pengawas Pekerjaan. Peralatan yang dipakai
untuk menimbang semua bahan dan mengukur air yang ditambahkan serta metoda
penentuan kadar air harus sudah disetujui oleh Pengawas jauh sebelum beton di cor.

7.14. Pengadukan Beton


Beton harus diaduk ditempat yang sedekat mungkin dengan tempat pengecoran.
Pengadukan beton harus mendapat persetujuan dari Pengawas dan bila mungkin, harus
diatur sedemikian rupa sehingga seluruh operasi dapat dilihat dari satu titik dan diawasi
serta dicek oleh pengawas. Pengadukan dengan tangan tidak diijinkan.

7.15. Pengangkutan Beton

Pengangkutan adukan beton harus mengikuti ketentuan sebagai berikut :


a. Pengangkutan beton yang telah diaduk dari tempat pengadukan ke tempat
pengecoran harus dilakukan dengan cara yang mana dapat mencegah segregasi dan
kehilangan bahan-bahan (semen, air dan agregat halus).
b. Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran dengan
perantaraan talang-talang miring hanya dapat dilakukan setelah disetujui secara
tertulis oleh Pengawas Pekerjaan, Pengawas akan mempertimbangkan persetujuan
penggunaan talang miring ini. Setelah mempelajari usulan dari
Kontraktor/Penyedia mengenai, kemiringan dan panjang talang.
Adukan beton harus sudah dicor dalam waktu 1 jam setelah pengadukan dengan air
dimulai. Jangka waktu ini dapat memperpanjang sampai 2 jam, apabila adukan beton
digerakkan dengan kontinu secara mekanis, jangka waktu ini harus diperhatikan apabila
diperlukan waktu pengangkutan yang lama atau panjang. Apabila dibutuhkan jangka
waktu pengangkutan yang lebih lama atau panjang dari ketentuan-ketentuan di atas, maka
harus dipakai bahan penghambat pengikatan yang berupa bahan pembantu. Penggunaan
bahan pembantu ini harus mendapat ijin secara tertulis oleh Pengawas Pekerjaan.
Pengangkutan beton ini harus terlindung terhadap cuaca buruk seperti suhu yang panas,
hujan ataupun angin yang kencang yang dapat mempengaruhi penguapan air secara cepat
dalam campuran beton.

7.16. Pengecoran Beton


Pengecoran beton di bagian manapun boleh dilakukan sebelum pekerjaan perancah,
acuhan dan pekerjaan persiapan setelah selesai dikerjakan sesuai dengan spesifikasi dan
harus mendapat persetujuan secara tertulis dari Pengawas Pekerjaan.
Kontraktor/Penyedia harus memberikan usulan rencana kerja pengecoran yang meliputi
volume pekerjaan, kapasitas produksi adukan beton dan jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan sebelum pekerjaan pengecoran dilakukan. Usulan ini harus mendapat
persetujuan dari Pengawas Pekerjaan.

7.17. Persiapan Pengecoran


Semua peralatan, material dan tenaga kerja harus siap di lapangan sebelum pengecoran
ini dimulai. Permukaan sebelah dalam dari acuan dimana akan dilaksanakan pekerjaan
pengecoran harus benar-benar bersih dari kotoran-kotoran yang berupa bahan lepas.
Apabila acuan terbuat dari bahan yang diperkirakan akan menyerap air yang banyak,
maka acuan itu harus dibasahi dahulu hingga jenuh, sehingga dalam adukan campuran
beton tidak habis terserap pada acuan. Tulangan-tulangan harus dibersihkan dari karat,
penempatan tulangan harus sesuai dengan gambar. Rencana, beton deking harus sudah
terpasang dengan benar dan keseluruhannya ini harus mendapat ijin dari Pengawas
Pekerjaan. Apabila akan memakai bahan pembantu dengan maksud untuk mempermudah
pelepasan acauan setelah beton mengeras, harus betul-betul diperiksa sehingga tidak
menggangu pelekatan antara besi dan beton. Apabila beton akan dicorkan di atas bidang-
bidang beton lama, maka bidang beton lama tersebut harus dikasarkan terlebih dalam dan
dibersihkan dari kotoran yang melekat dan harus disiram dengan air sampai jenuh. Sesaat
sebelum pengecoran beton baru dilaksanakan bidang-bidang kontak beton lama telah
disapu dengan spesi mortar dengan campuran yang sesuai dengan betonnya, mortar ini
dapat diganti dengan menggunakan lem betonnya, penggunaan lem beton ini harus
mendapat ijin dari Pengawas Pekerjaan. Pekerjaan persiapan ini harus diperiksa bersama-
sama antara Kontraktor/Penyedia dan Pengawas Pekerjaan, hasil pemeriksaan ini akan
dibuat berita acara yang sudah disiapkan oleh Kontraktor/Penyedia.

7.18. Pelaksanaan Pengecoran


Pengecoran beton hanya diperbolehkan pada siang hari, kecuali kalau diijinkan oleh
Pengawas dilaksanakan pada malam hari. Apabila pengecoran dilaksanakan pada malam
hari, perlengkapan pengecoran, penerangan dan lain-lain yang diperlukan harus disiapkan
sehingga pekerjaan pengecoran menghasilkan mutu yang sebaik-baiknya. Pengecoran
sebaiknya dilaksanakan segera mungkin setelah selesai pengadukan dan sebelum terjadi
proses pengikatan. Penundaan pengecoran dalam hal masih diijinkan dalam batas-batas
beton masih dapat dikerjakan dengan baik tanpa penambahan air. Pengecoran dan
pengerjaan beton harus diselesaikan dalam waktu 20 menit sesudah dari mixer, kecuali
diberikan bahan-bahan pembantu yang bersifat memperlambat proses pengerasan.
Pelaksanaan pengecoran beton hendaknya dikerjakan sedemikian rupa sehingga tidak
terjadi pemisahan bahan (Segregation) dan pengerjaan kembali beton yang telah selesai
dicor. Adukan beton tidak diperbolehkan dijatuhkan dengan ketinggian lebih dari 1,5 m
tetapi jika bagian pekerjaan tertentu memerlukan agar beton dijatuhkan dari tempat
tinggi, maka alat-alat dan metoda yang akan dipakai harus mendapat persetujuan dari
Pengawas dan juga tidak boleh menimbun beton dalam jumlah besar di suatu tempat
dengan maksud untuk kemudian meratakannya sepanjang acuan. Lubang-lubang drainase
dan sebagainya yang harus dibuat seperti apa yang ditujukan dalam gambar ataupun atas
perintah Pengawas harus dibuat dari bambu atau batang pisang atau bahan lainnya
dengan diameter 5 – 7,5 cm dan harus dipersiapkan sebelum pelaksanaan pengecoran.
Untuk beton dengan mutu lebih besar dari K-225 atau beton-beton dengan persyaratan
kekuatan yang tinggi, pengecoran harus dilakukan secepatnya sesudah selesai
pengadukan. Untuk dinding beton, pengecoran dilakukan secara lapis-lapis horizontal
dengan tebal pada umumnya diambil 30 cm menerus ke seluruh panjangnya sampai
dengan pengakhiran yang disokong oleh acuan yang kokoh atau konstruksi khusus
(construction joints) seperti yang diperlihatkan pada gambar rencana. Beton, acuan dan
atau tulangan yang menonjol keluar harus dicegah dari kemungkinan kena sentuhan atau
getaran yang dapat membahayakan daya ikatnya dengan beton. Dalam pelaksanaan
pengecoran yang perlu diperlihatkan suhu tempat pengecoran tidak boleh lebih dari 38°C
atau di bawah hujan lebat tanpa adanya usaha-usaha untuk melindunginya. Kalau
pengecoran akan dilaksanakan pada suhu tinggi, Kontraktor/Penyedia harus
memperhitungkan kehilangan air pada adukan akibat penguapan pada saat transport
ataupun pada saat penguapan. Kalau di tempat pengecoran lebih besar dari 38°C, maka
dapat dipakai cara-cara sebagai berikut:
Semua persediaan agregat, air dan tangki penimbunannya dan juga mesin pengaduk harus
dilindungi dari sinar matahari. Agregat didinginkan secara kontinu dengan air bila
mungkin. Air yang digunakan dapat didinginkan dengan menambah air pada tangki
penimbunan jika diperlukan. Atau cara-cara lain yang disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.
Dalam pengecoran ini, Kontraktor/Penyedia harus membuat catatan lengkap mengenai
tanggal, waktu dan kondisi pengecoran beton pada tiap bagian pekerjaan. Catatan ini
harus tersedia untuk diperiksa oleh Pengawas setiap saat.

7.19. Pemadatan Beton


Selama proses pengecoran berlangsung, maka beton harus dipadatkan dengan alat
mekanis (vibrator) kecuali jika Pengawas mengijinkan pemadatan dengan menggunakan
tenaga manusia maka dapat dilakukan dengan cara memukul-mukul acuan dari sebelah
luar, mencocok-cocok atau menusuk-nusuk adukan beton secara kontinu. Ketelitian ini,
dalam hal ini sangat perlu diperhatikan agar semua terisi, sela-sela diantara dan sekeliling
tulangan terpenuhi tanpa menggeser kedudukan tulangan dan sebagainya, membuat agar
permukaan menjadi rata dan halus, mengeluarkan gelembung-gelembung udara serta
mengisi semua rongga-rongga.
Tenaga-tenaga yang mengerjakan pekerjaan ini harus telah banyak pengalaman dan
pelaksanaan pemadatan dilaksanakan sesuai petunjuk Pengawas atau manual.
Dalam hal pemadatan beton dilakukan dengan alat-alat pengebor, harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
a. Jarum penggetar harus dimasukkan ke dalam adukan kira-kira vertikal, tetapi dalam
keadaan khusus boleh miring sampai 45˚.
b. Selama penggetaran, jarum tidak boleh digerakkan ke arah horisontal karena hal ini
akan menyebabkan pemisahan bahan-bahan.
c. Jarum penggetar tidak diperbolehkan mengenai cetakan atau bagian beton yang
sudah mulai mengeras.
d. Lapisan yang digerakkan tidak boleh lebih panjang dari jarum atau antara 30 – 50
cm. Oleh karena itu apabila pengecoran pada bagian-bagian konstruksi yang sangat
tebal harus dilakukan lapis demi lapis, sehingga tiap-tiap lapis dapat dipadatkan
dengan baik
e. Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila adukan mulai tampak mengkilap
sekitar jarum, pada umumnya tercapai setelah 30 detik. Penarikan jarum ini tidak
boleh dilakukan terlalu cepat, agar rongga bekas jarum dapat diisi penuh lagi
dengan adukan.
f. Jarak antara pemasukan jarum harus dipilih sedemikian rupa sehingga daerah-
aerah pengaruhnya saling menutupi.
g. Jenis vibrasi yang dapat digunakan adalah external dan lateral vibrator, penggunaan
masing-masing jenis harus mendapat persetujuan dari Pengawas Pekerjaan.
h. Jumlah minimum alat penggetar mekanis dari dalam (internal vibrator) untuk
memadatkan beton diberikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 7 Jumlah minimum alat penggetar mekanis dari dalam


Kecepatan Pengecoran Beton Jumlah Alat
(m3 / jam)
4 2
8 3
12 4
16 5
20 6
> 20 >6
Apabila kecepatan pengecoran 20 m3/jam, maka harus digunakan alat penyetor
yang mempunyai dimensi lebih besar dari 7,5 cm.

Dianjurkan Kontraktor/Penyedia selalu menyediakan vibrator cadangan apabila ada


kerusakan vibrator, maka pekerjaan tertunda.

8. Pekerjaan Pembesian
 Umum
Pekerjaan pembesian merupakan pekerjaan pembuatan tulangan pada struktur sebuah
bangunan. Pekerjaan pembesian ini erat kaitannya dengan pengerjaan komponen
struktur beton seperti kolom utama, balok, sloof, plat lantai, dan lain sebagainya. Selain
itu, pekerjaan pembesian juga selalu berhubungan dengan kegiatan pemasangan
bekisting dan proses pengecoran.
Pekerjaan pembesian ini memiliki fungsi yang krusial, yaitu menambah daya tahan
struktur bangunan terhadap gaya tarik sehingga lebih kokoh dan tidak mudah roboh.
 Tahapan Pekerjaan
1. Tahap Penyimpanan Besi
Tahap penyimpanan besi harus betul-betul diperhatikan agar kualitasnya tetap
terjaga. Ketika disimpan, besi tidak boleh menyentuh tanah dan bersentuhan dengan
jenis logam lainnya. Anda bisa memberikan alas tambahan seperti balok agar
terhindar dari tanah. Berikan jarak setidaknya 5 cm antara alas dan besinya supaya
tidak kotor dan tidak mudah berkarat.
2. Tahap Pemotongan dan Pembekokan besi
Sebelum dilakukan pemotongan dan pembengkokan, pastikan dahulu bahwa ukuran
besi yang dipakai tidak salah. Jika terjadi kesalahan ukuran dan sudah terlanjur
dipotong, besi tersebut tidak bisa digunakan lagi. Selain itu, periksa kembali apakah
ukurannya sudah sesuai atau belum setelah dilakukan pembengkokan.
3. Tahap Pemasangan Besi
Tahap pemasangan. Saat proses pemasangan, pastikan besi dalam kondisi bersih dari
kotoran dan minyak. Minyak yang menempel pada besi akan mengakibatkan cor
beton tidak dapat menempel dengan maksimal sehingga ketahanan terhadap daya
tariknya akan menurun.

9. Pekerjaan Bekisting
Kontraktor harus menyediakan, memasang semua cetakan yang diperlukan, bangunan-
bangunan kayu, tunjangan-tunjangan dan lain-lain untuk pengecoran beton. Untuk
keperluan bekisting diizinkan memakai bahan multiplek 12 mm.
Perhatian khusus juga diberikan untuk menghindarkan ketidaktentuan yang tidak rapih.
PPK boleh menuntut pengukuran khusus, seperti penggunaan garis pengukuran sementara,
penundaan untuk mengindari ketidaktentuan. Cetakan beton untuk pengangkatan vertikal
yang berturut-turut harus berhubungan secara sempurna pada beton dalam pengangkutan
sebelumnya, sehingga tidak akan ada tonjolan-tonjolan, cembung-cembung, retak-retak dan
lain-lain tanda kesalahan pada sambungan yang tampak.

Bekisting harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kebocoran adukan. Dimana
tidak bisa dihindarkan dan bekisting itu terkena udara panas untuk waktu lama, yang
mungkin akan mengakibatkan terbukanya sambungan-sambungan yang disebabkan oleh
penyusutan akibat dari panas, maka Kontraktor harus mencegah kebocoran adukan melalui
sambungan- sambungan itu dengan cara memakai dempul atau lainnya. Pemakaian ulang
bekisting harus dengan persetujuan PPK, yang sekali-kali akan meminta bekisting itu harus
dibentuk atau diserut kembali. Setelah berulang-ulang dipakai, maka PPK akan meminta
penggantian bekisting dengan yang baru.

Tingginya cetakan beton yang ditegakkan pada suatu saat harus mendapat persetujuan PPK.
Sebelum pengecoran dimulai, permukaan bekisting harus diminyaki dengan mineral yang
tidak meninggalkan bekas yang efektif akan mencegah penempelan dan tidak menodai
permukaan, bilamana sambungan- sambungan tongkat/stek dan kawat diperbolehkan,
maka ujung-ujung ikatan tongkat/stek dan kawat harus dipotong sedalam 2 cm dari
permukaan beton dan kemudian ditutup kembali dengan adukan 1 PC : 4 PP.
Pelaksanaannya harus dilakukan dengan hati-hati. Lubang bekas pemotongan sebelum
ditutup kembali dan harus dibersihkan dan dibasahi. Adukan penutup lubang harus
diratakan dengan sempuma seperti permukaan beton yang semula dan membiarkannya
basah selama 3 hari. Pengikatan dengan tongkat/stek dan kabel tidak boleh untuk
menyambung sisi-sisi atau memperkuat pekerjaan- pekerjaan besi yang berhadapan, untuk
pekerjaan beton tembok bagian dari bangunan-bangunan penerus air. Adapun cara
penyambungan yang demikian pada bangunan lain harus mendapat persetujuan dari PPK.

Bilamana ada batang-batang besi atau "Sleeves" yang tertanam, dipakai dan diizinkan
sebagai penguat, maka ujung bagian atasnya harus berada 2 cm dibawah permukaan beton
dan 3 cm dari tepi air. Penguat-penguat pada ujung batang besi atau sleeves harus
sedemikian rupa sehingga bilamana dicabut akan meninggalkan lubang-lubang yang
bentuknya teratur. Lubang- lubang demikian harus ditutup kembali oleh adukan 1 PC : 2PP.
Pengisian kembali ini harus diratakan sama dengan permukaan beton dengan cara flush,
dalam penyelesaiannya sama seperti yang telah diuraikan diatas.

Untuk menjamin kemajuan yang memuaskan dengan cara penyelesaian yang telah
ditentukan dan memberi waktu yang cepat untuk perbaikan-perbaikan- beton yang tidak
sempuma maka bekisting harus dibuka dengan hati-hati, segera setelah beton cukup
keras dengan maksud untuk mencegah kerusakan bekisting. Bekisting tidak boleh dibuka
sebelum kekuatan beton demikian rupa sehingga pembukaan bekisting tidak akan
mengakibatkan retak, pecahnya permukaan atau kerusakan lain pada beton dan bilamana
terjadi kerusakan, maka harus segera diperbaiki.

Pembukaan bekisting tidak boleh dilakukan tanpa persetujuan PPK, tetapi walaupun
demikian kontraktor tetap bertanggung jawab untuk pembukaan dengan segala akibatnya.
Untuk tipe bekisting yang dipakai pada pembetonan bermacam bangunan, cara
pemasangan dan pembukaannya akan disesuaikan menurut metode pengecoran dan
dalam setiap hal harus mendapat persetujuan PPK.
Tipe dan syarat dari bekisting, daya tahan bekisting terhadap perubahan bentuk yang
disebabkan oleh pengecoran dan vibrasi dari pada beton dan keahlian membuatnya harus
sedemikian rupa, sehingga setelah selesai harus sesuai dengan syarat yang telah ditentukan.
Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor harus menyerahkan pada PPK 1(satu)
set bekisting yang sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan. Tetapi penyerahan yang
demikian tidak membebaskan kontraktor dari tanggung jawab penuh terhadap kontrak
bagi selesainya bangunan dengan sukses. Bilamana bekisting selesai dibuat dan siap untuk
pengecoran, maka PPK/wakil akan memeriksanya, pengecoran tidak dapat dilaksanakan
tanpa persetujuan PPK.

Untuk menghindarkan hambatan yang disebabkan menunggu persetujuan PPK maka


kontraktor harus memberitahukan pada PPK/wakil paling sedikit 24 jam sebelum bekisting
selesai untuk diperiksa. Klasifikasi bekisting cetakan adalah sebagai berikut :
– Bekisting Kasar, cetakan yang akan ditutup dibawah permukaan tanah.

Pemakaian kayu kasar untuk kelas pembersihan semacam ini diperbolehkan, dan dalam hal
lainpun bilamana diperintahkan oleh PPK.
– Bekisting Halus, cetakan untuk permukaan-permukaan yang tidak diplester dan
kelihatan kedalaman kelas ini termasuk pemakaian bekisting dengan memakai pelat
baja, plywood atau hard-board keluaran pabrik yang telah disetujui atau papan yang
diserut keduanya hingga pada ketebalan yang sama. Penyelesaian teratur dan licin,
bebas dad benjolan benjolan atau lain-lain tanda kerusakan atau ketidak-
sempumaan yang diminta.
– Bekisting melengkung, cetakan yang diklasifikasikan sebagai melengkung,
bilamana radius dad pada permukaan beton yang telah selesai dengan bekistingnya
adalah 7 m atau kurang. Pembesian yang mempunyai radius lebih dari 7 m tidak
dimasukkan dalam kategori melengkung. Tidak dipakai bekisting untuk dibawah
permukaan tanah dan memakai bekisting untuk permukaan yang kelihatan tidak
diplester, hal ini jika tidak ada ketetapan lain dari PPK.

10. Bongkaran Bekisting

Kontraktor bertanggung jawab penuh untuk jangka waktu yang diperlukan agar
beton sudah cukup kuat sebelum bekisting dibuka. Sekalipun demikian, bekisting
tidak boleh dibuka tanpa persetujuan PPK dan paling sedikit harus menunggu 7 hari
sebelum bekisting dibuka. Untuk memudahkan pembukaan bekisting tanpa harus
memakai palu dan lain-lain dan tanpa harus leveling permukaan beton, maka
bekisting harus dibuat dengan sambungan- sambungan.

11 Pekerjaan Bronjong
11.1 Lingkup Pekerjaan
1) Pasangan bronjong 2 x 1 x 0,5 m diterapkan pada pekerjaan tubuh dan
kolam embung, penguras, serta pelimpah.
11.2 Persyaratan Bahan
1) Isian bronjong (batu belah)
Bahan isian bronjong haruslah batu belah hitam yang sesuai dengan
persyaratanpada pasal 3.4.2.1 dari spesifikasi ini.
2) Ukuran keranjang bronjong
Ukuran keranjang ”bronjong kotak”:
Panjang ; a Lebar ; b Tinggi ; c
(m) (m) (m)

2 1 0,5

Toleransi terhadap lebar dan tinggi bronjong sebesar 5% dan terhadap


panjang sebesar 3%. Ukuran-ukuran bronjong harus sesuai dengan gambar
atau petunjuk dari PPK.
3) Bahan kawat
– Semua kawat yang dipakai dalam pembuatan bronjong maupun
kawat pengikat untuk perakitan/pemasangan menggunakan kawat baja

lunak dengan kuat tarik antara 41-51 kg/mm2 sebelum kawat tersebut
dianyam. Perpanjangan kawat tidak boleh lebih dari 12%, pada
percobaan yang dilakukan terhadap batang uji kawat dengan panjang 30
cm sebelum kawat dianyam.

– Sifat tampak bronjong harus kokoh, bentuk anyaman heksagonal


dengan lilitan ganda dan berjarak maksimum 40 mm serta harus
simetris. Lilitan harus erat, tidak terjadi kerenggangan hubungan antara
kawat sisi dan kawat anyaman dililit minimum 3 kali sehingga kawat
mampu menahan beban dari segala jurusan. Diameter kawat dan
ukuran anyaman/jaring yang diterapkan dalam spesifikasi
pekerjaan adalah sebagaimana tampak dalam gambar atau sesuai
dengan petunjuk dari PPK, sebagai berikut:

Diameter Kawat (mm)


Ukuran Jaring
Kawat
Kawat Sisi (mm)
Jaring

3,0 4,0 100 x 120

Jaringkawat tersebut harus memiliki elastisitas yang cukup untuk


memungkinkan adanya perpanjangan jaring yang setara dengan 5 persen
dari panjang minimum suatu penampang rangkaian di bawah pengujian
tanpa mengurangi diameter atau daya rentang masing- masing
kawat.Bagian ujung bronjong, diafragma dan bagian ujung panel harus
diikat dengan sebuah kawat yang memiliki diameter tidak kurang
dari 20 persen lebih besar dari diameter jaring kawat tersebut.
Pengikatan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga jaring
tersebut tidak mudah lepas dan dengan demikian kekuatan ikatan antar
kawat dengan jaring tersebut menjadi sama atau lebih besar dari
kekuatan patah dari rangkaian yang bersangkutan.
– Lapisan Seng
Semua kawat yang dipakai dalam pembuatan bronjong dan kawat
pengikat untuk perakitan/pemasangan harus berlapis seng.

Berat Lapisan Seng


Diameter Kawat
Minimal

3,0 mm 260 gr/m2


4,0 mm 275 /m2

11.3 Pelaksanaan Pekerjaan


– Permukaan tanah dimana bronjong akan ditempatkan harus digali
sedalam 50 cm dan dipersiapkan menurut petunjuk gambar disain atau
sesuai petunjuk PPK.
– Pekerjaan dimulai dengan menempatkan anyaman kawat dalam
keadaan kosong, kemudian diisi anyaman tersebut dengan batu-batu yang
ditata rapi, penuh dan selanjutnya ditutup dan diperkuat dengan ikatan-
ikatan. Tidak dibenarkan mengisi bronjong dengan batu yang lebih
kecil dari lubang anyaman, karena batu-batu tersebut akan mudah keluar
dari bronjong. Antara satu bronjong dengan bronjong yang lain harus
berhubungan rapat dan baik serta harus vertikal tidak membentuk satu
garis lurus.
– Untuk setiap pemasangan 1 m3 bronjong harus terdiri dari : 1 unit
Bronjong kawat galvanis Ø 3 mm pabrikasi ukuran 2 m x 1 m x 0. 5 m dan
diisi batu belah hitam 1,00 m3
12. PEKERJAAN PINTU AIR
Persiapan lokasi penerapan lebih difokuskan pada koordinasi jadwal pengeringan
jaringan irigasi. Jadwal ini sangat penting terutama pada lokasi penerapan pintu air.
Pintu air dengan dimensi besar terletak pada jaringan Daerah Irigasi, sehingga
jadwal pengeringan menjadi sangat krusial dan berdampak pada operasi irigasi di
seluruh area layanan irigasi.

12.1. Persyaratan Bahan


Pintu dipergunakan sesuai ukuran dan dimensi bangunan yang akan dipakai,
sesuai dengan gambar rencana atau petunjuk lain dari PPK.

12.2. Pelaksanaan Pekerjaan


Pintu terbuat dari baja dengan sekrup ganda dan diangkat kearah vertikal
yang dioperasikan untuk aliran seperti yang terlihat pada gambar-gambar
kerja.
Setiap pintu harus dapat dinaikkan dengan baik dari ambang pintu air
dengan jumlah yang sama dengan ketinggian pintu air atau ketinggian
lubangnya.
Setiap pintu air harus terdiri dari perangkaan atas lekukan-lekukan dan
bagian-bagian muka yang terekat, ambang air di bagian-bagian penyokong
gigi, daun pintu yang dapat digerakkan dengan bagian mukanya yang terekat
erat dengan kumparan (spindle) nya dan gigi penggeraknya.
Pintu-pintu sorong air tipe dinding gorong-gorong/lekukan disediakan
bersama dengan bagian yang memungkinkan daun pintu tertutup rapat
terhadap lubangnya, dengan daun pintu dalam posisi rapat ke bawah.
Penyokong-penyokong pendukung kumparan (spindle) ukuran sedang harus
disediakan, dimana perlu, untuk pintu-pintu sorong tipe rangka yang panjang
supaya dapat menghindari tekukan dari kumparan (spindle).

1) Rangka Pintu Air


Rangka pintu air terbuat dari bagian-bagian yang bersudut dari baja
berstruktur dan pelat-¬pelat baja yang diberi baut atau dipaku rivet sehingga
membentuk bagian yang berlekuk, ambangnya dan bagian-bagian penyokong
giginya. Bilamana diperlukan, penyokong¬-penyokong pendukung kumparan
(spindle) ukuran sedang harus disediakan dan juga untuk pintu-pintu sorong
tipe dinding gorong-gorong/lekukan, serta bagian-bagiannya.
Bagian-bagian yang berlekuk, seperti yang diperlilhatkan dalam gambar-
gambar kerja, haruslah dapat diperpanjang dari elevasi ambang ke bagian
atas elevasi dinding dan dapat memandu daun pintu saat digerakkan.
Tulangan-tulangan pengait baja harus dilas terhadap bagian-bagian yang
berlekuk agar terpasang ke dalam box-out (kotak keluaran) di bangunan
tersebut saat dicor.

Bagian-bagian yang berlekuk dibuat dari bahan perunggu di bagian mukanya


yang mana pintu air tersebut harus dapat disorong dan direkatkan dan dapat
diperpanjang dari elevasi ambang ke bagian atas pintu air tersebut saat
dibuka hingga habis. Bagian muka tersebut harus dipasang pada lekukan-
lekukan dengan baut-baut kuningan.

Bagian-bagian ambang tersebut terbuat dari bagian-bagian yang bersudut


yang terbuat dari baja berstruktur (boleh satu atau dua) yang mempunyai
permukaan bagian atasnya yang dibuat dengan mesin yang mana pelat pintu
tersebut harus menyokong dan terekat erat pada pintu air pada posisi
tertutup penuh. Bagian-bagian penyokong gigi tersebut terbuat dari bagian-
bagian yang bersudut sepasang baja yang berstruktur dan akan dipasang
pada unit gigi pemutar dan dilas pelat-pelat ujungnya. Ujung-ujung pelat
harus diberi baut pada ujung-ujung bagian atasnya dari bagian-bagian
lekukan.

Seperti yang diperlihatkan gambar-gambar kerja atau seperti yang


diperlukan, pendukung gigi haruslah dilas bersilangan pada bagian-bagian
baja struktural tersebut. Bagian pendukung kumparan (spindle) terbuat dari
bagian-bagian baja struktural lengkap dengan pelat-pelat ujung untuk
pembautannya pada bagian-bagian yang beralur dan wadah penyokongnya.

Tempat wadah penyokong tersebut terbuat dari baja seperti yang


diperlihatkan dalam gambar-gambar kerja dan dibor berkenaan dengan
bagian jaringannya dengan adanya baut-baut. Tempat wadah penyokong
tersebut harus dipasang batang dari perunggu yang ditempatkan
ditempatnya oleh adanya batang-baang baja. Batang perunggu tersebut
mempunyai diameter luar standar tetapi dikerjakan bagian luasnya dengan
mesin agar cocok dengan diameter kumparan (spindle) vane diperlukan.
Lubang-lubang baut tersebut pada ujung-ujung pelat dari bagian jaringannya
bersama dengan lubang-lubang pada wadah penyokongnya harus dibor agak
lebar agar penyokong pendukung kumparan ukuran sedang dapat
dimasukkan ke dalamnya.

Bagian lintel harus terbuat dari bagian-bagian yang bersudut dari baja
berstruktur dimana bagian mukanya bagian tersebut dari bahan perunggu
agar pintu tersebut dapat terekat, bagian muka dari bahan perunggu
tersebut harus dipasang pada sudut-sudutnya dengan baut-baut dari bahan
kuningan. Sudut tersebut harus diperkeraskan dengan menggunakan pelat
dan dipasang pada bagian-bagian yang berlekuk pada ujung-ujungnya.

2) Daun Pintu Air


Daun pintu air tersebut yang digunakan haruslah konstruksi baja yang dilas
yang terdiri dari lempengan pelat dan tergantung pada ukuran pintu airnya,
yang didukung oleh sudut-sud¬ut yang diperkeras dan pelat-pelat dan
dengan sudut-sudut yang diperkeras pada sisi vertikalnya.
Untuk pintu-pintu sorong tipe jaringan sudut-sudutnya dan pelat-pelat
haruslah diletakkan & bagian hulu aliran dari lempengan pelat tersebut;
untuk pintu-pintu sorong tipe gorong¬-gorong/berlekuk sudut-sudutnya dan
pelat-pelatnya haruslah diletakkan pada posisi hilir dari lempengan pelat
tersebut.
Penguat-penguat pelat haruslah dipasang pada bagian atas daun pintu air
tersebut seperti yang diperlihatkan dalam gambar-gambar kerja untuk
dipasang pada pintu air tersebut pada bagian siku-siku pengangkatan
kumparan dengan menggunakan baut-baut baja tahan karat.
Daun pintu air tersebut harus dipasang dengan bagian mukanya yang dapat
disorong dan terekat dari baja dan terekat erat pada sisi-sisinya dan juga
untuk pintu-pintu sorong tipe dinding gorong-gorong/berlekuk dan semua
itu harus sesuai dengan rangkanya.

Sisi bawah lempengan pelat tersebut harus dikerjakan dengan menggunakan


mesin agar sesuai dengan bagian ambang yang dikerjakan dengan mesin,
agar pelekatannya kuat terhadap timbulnya kebocoran air di pintu air dalam
posisi tertutup penuh.
13 LAIN-LAIN
1) Semua bahan yang akan dipergunakan dan didatangkan harus sesuai dengan Bestek serta
harus mendapatkan ijin Asisten teknis/Pengawas Lapangan dan disetujui oleh Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK).
2) Penggunaan bahan - bahan yang tidak sesuai dengan syarat-syarat yang tercantum dalam
dokumen ini akan ditolak atau dikeluarkan dari lokasi atas perintah Pejabat Pembuat
Komitmen / Pengawas Lapangan.
3) Apabila terjadi keraguan akan mutu bahan yang didatangkan kemudian Pengawas
Lapangan minta pemeriksaan pada Laboratorium bahan bangunan, maka biaya yang timbul
menjadi tanggung jawab Kontraktor/Penyedia.
4) Apabila terdapat jenis pekerjaan yang belum diuraikan dalam dokumen ini maka akan di
betulkan dalam Berita Acara Aanwijzing.
5) Apabila ada kekurangan, perbedaan atau kelengkapan maka diselesaikan bersama dalam
rapat berkala.

Demikian Spesifikasi Teknis ini dibuat sebagai dasar dalam pelaksanaan pekerjaan dan untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandar Lampung, Maret 2023


Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Kepala Dinas/KPA/PA

RUSDIANTO, S.T., M.T.


BUDHI DARMAWAN, S.T., M.T. NIP. 19710625 199703 1 004
NIP. 19720827 199902 1 011

Anda mungkin juga menyukai