SPESIFIKASI TEKNIS
(SPEKTEK)
1. PEKERJAAN PERSIAPAN
1.1. Umum
Sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan konstruksi agar dilakukan pengukuran di
lapangan untuk penentuan trase dan bangunan serta untuk perhitungan Mutual Check
Awal (MC 0%).
Hasil pengukuran agar dituangkan pada laporan pengukuran maupun perhitungan MC0%,
semua biaya, peralatan, dan bahan yang digunakan pada pekerjaan pengukuran ini
disediakan dan menjadi tanggung jawab Kontraktor/Penyedia dan sudah diperhitungkan
dalam harga penawaran.
Dalam hal sebelum melakukan/melaksanakan pekerjaan, Kontraktor/Penyedia terlebih
dahulu mengajukan permohonan izin kerja dan disetujui oleh Pemberi Tugas serta
dilengkapi dengan checklist yang berisi:
1) Peralatan yang digunakan harus dipastikan telah diberi system perlindungan atau
kelengkapan pengaman untuk mencegah bahaya secara langsung terhadap pekerja dan
alat itu sendiri
2) Lokasi yang dikerjakan
3) Volume pekerjaan yang akan dilaksanakan
4) Jumlah tenaga kerja
5) Gambar kerja
c. Program Demobilisasi
a) Semua personil dan peralatan yang akan didemobilisasi dari lapangan harus
mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas.
b) Kegiatan demobilisasi
Pembongkaran tempat kerja oleh Penyedia pada saat akhir kontrak, termasuk
pemindahan semua instalasi, peralatan dan perlengkapan dari tanah milik
pemerintah dan pengembalian kondisi tempat kerja menjadi kondisi seperti
semula sebelum pekerjaan dimulai.
c) Demobilisasi dapat dilakukan per item personil atau peralatan tergantung dari
jadwal dan kondisi lapangan yang sudah benar-benar selesai atau finishing dan
diback up oleh laporan tertulis oleh Kontraktor/Penyedia dan disetujui oleh
Pemberi Tugas.
Pembayaran mobilisasi termasuk demobilisasi bersifat lumsum, namun dilengkapi dengan
rincian.
1.7. Gambar-gambar
a) Gambar Kontrak
Gambar-gambar yang ada dalam dokumen lelang merupakan bagian dari dokumen
kontrak. Gambar-gambar tersebut menjadi salah satu dasar atau acuan
Kontraktor/Penyedia untuk menghitung volume awal pekerjaan yang akan
dilaksanakan serta akan dijadikan gambar kerja setelah dilakukan revisi desain
apabila diperlukan dengan mendapatkan persetujuan dari Pemberi Tugas.
1) Gambar Pelaksanaan
a. Umum
Sebelum pekerjaan dimulai Kontraktor/Penyedia harus membuat dan
menyiapkan gambar pelaksanaan secara detail dengan mengacu gambar
kontrak untuk memudahkan pelaksanaan dan apabila terjadi perubahan
gambar, maka harus dilakukan redesign terhadap bagian-bagian yang
mengalami perubahan. Gambar pelaksanaan harus disiapkan berdasarkan
gambar kontrak dan syarat-syarat dalam spesifikasi yang menunjukkan
dengan rinci antara lain:
rencana menyeluruh dan dimensi dari tiap bagian pekerjaan yang akan
dibangun/direhab,
data topografi dan tinggi muka tanah yang diperoleh dari hasil
pengukuran lapangan,
Gambar pelaksanaan terlebih dahulu harus dibuat dalam bentuk gambar
sementara (draft). Karena gambar pelaksanaan merupakan petunjuk atau
pedoman dalam pelaksanaan yang akan menentukan kualitas dan kuantitas
pekerjaan tersebut, maka proses secara keseluruhan harus mendapatkan
persetujuan dari Pemberi Tugas dan atau pengguna jasa.
b. Kontraktor/Penyedia harus menyerahkan 3 (tiga) set gambar dengan ukuran
kertas A3 yang telah disetujui Pemberi Tugas. Apabila ada pekerjaan yang
dilaksanakan sebelum adanya persetujuan dari Pemberi Tugas maka menjadi
resiko dan tanggung jawab Kontraktor/Penyedia. Apabila gambar-gambar
yang telah mendapat persetujuan Pemberi Tugas namun masih terdapat
kesalahan/kekeliruan, maka Kontraktor/Penyedia harus bertanggung jawab
untuk memperbaikinya. Persetujuan Pemberi Tugas terhadap gambar-gambar
tersebut tidak akan meringankan tanggung jawab Kontraktor/Penyedia atas
kebenaran gambar tersebut.
5) Bila item pekerjaan/biaya di atas tidak tercantum dalam Daftar Kuantitas dan
Harga, segala biaya yang dikeluarkan penyedia untuk kegiatan tersebut yang
diperlukan untuk kemudahan dan kelancaran pelaksanaan pekerjaan, dianggap
sudah termasuk dalam harga kontrak dan menjadi tanggungjawab sepenuhnya
Kontraktor/Penyedia.
1.8. Kesehatan, dan Keselamatan Kerja (K3)
a) Kesehatan, dan Keselamatan Kerja
1) Seksi ini mencakup ketentuan-ketentuan penanganan keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) konstruksi kepada setiap orang yang berada di tempat kerja yang
berhubungan dengan pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan kerja
konstruksi, proses produksi dan lingkungan sekitar tempat kerja.
2) Penanganan K3 mencakup penyediaan sarana pencegah kecelakaan kerja dan
perlindungan kesehatan kerja konstruksi maupun penyediaan personil yang
kompeten dan organisasi pengendalian K3 Konstruksi sesuai dengan tingkat risiko
yang ditetapkan oleh Pengawas Pekerjaan.
3) Kontraktor/Penyedia harus mengikuti ketentuan-ketentuan pengelolaan K3 yang
tertuang dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
No.02/PRT/M/2018 atau perubahannya (jika ada) tentang Pedoman Sistem
Manjemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan
Umum dan Pedoman Pelaksanaan K3, serta peraturan terkait lainnya.
4) Semua fasilitas dan sarana lainnya yang disiapkan oleh Kontraktor/Penyedia
menurut Seksi ini tetap menjadi milik Kontraktor/Penyedia setelah Kontrak
berakhir.
5) Menyiapkan atau mengadakan Induksi K3 (Safety Induction), Pengarahan
K3(Safety Briefing), Pertemuan Keselamatan (Safety Talk dan/atau Tool Box
Meeting), Pelatihan K3, P3K, Simulasi K3, Spanduk (Banner), Poster, Papan
Informasi K3. Menyiapkan Kartu Identitas Pekerja (KIP) Program Inspeksi,
Pelaporan dan Penyidikan menjadi tanggung Jawab Kontraktor/Penyedia.
6) Kontraktor/Penyedia menyiapkan Asuransi dan Perizinan terkait pekerjaan.
Asuransi dan Perizinan tersebut antara lain:
a) Asuransi
b) Surat izin Laik Operasi (SILO)
c) Sertifikat Kompetensi Operator yang diterbitkan oleh lembaga/instansi yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan
d) Surat Ijin Pengesahan Organisasi K3(P2K3) sesuai dengan ketentuan peraturan
peraturan perundang-undangan
e) Perizinan terkait lingkungan kota
2) Keselamatan kerja untuk bekerja pada tempat tinggi dapat menggunakan satu atau
beberapa pelindung sebagai berikut: terali pengaman lokasi kerja, jaring
pengaman, sistem penangkap jatuh.
b) Pelaporan
1) Pemberi Tugas harus membuat laporan harian terhadap setiap bagian pekerjaan
dalam bentuk yang telah disetujui oleh Pemberi Tugas. Laporan tersebut harus
berisi data tentang cuaca, jumlah tenaga kerja, bahan/material, jenis pekerjaan
dan hal-hal lain yang terkait dengan kegiatan pelaksanaan pekerjaan.
2) Pemberi Tugas harus menyerahkan laporan mingguan yang telah disetujui oleh
Pemberi Tugas yang merupakan kumulatif dari laporan harian setiap minggunya.
Laporan tersebut berisi kemajuan (progress) pekerjaan per minggu.
3) Pemberi Tugas harus menyerahkan laporan bulanan yang telah disetujui oleh
Pemberi Tugas pada setiap akhir bulan. Laporan tersebut harus memuat secara
rinci hal-hal yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan yang telah, sedang dan
akan dikerjakan bulan berikutnya serta hambatan yang ada dan langkah
penyelesaiannya. Secara garis besar laporan bulanan memuat sebagai berikut:
a) Prosentase kemajuan pekerjaan berdasarkan kenyataan yang dicapai pada
bulan tersebut dan rencana kerja pada bulan berikutnya.
b) Prosentase dari tiap pekerjaan pokok yang diselesaikan harus sesuai dengan
kemajuan yang dicapai pada bulan tersebut.
c) Rencana kegiatan bulan berikutnya.
d) Jumlah volume pekerjaan yang merupakan bagian pekerjaan tetap.
e) Daftar perlengkapan kantor lapangan, peralatan, bahan dan tenaga kerja
termasuk perlengkapan K3 (Keselamatan Kesehatan Kerja) yang digunakan
untuk pelaksanaan pekerjaan
f) Hal-hal lain yang belum termuat agar disesuaikan dengan kebutuhan dengan
tujuan pokok bahwa semua kegiatan lapangan harus diinformasikan secara
rinci.
Laporan-laporan tersebut diserahkan dalam jumlah 3 (tiga) set atau sesuai
kebutuhan, dan harus segera terlaporkan per minggu dan minimal setiap akhir bulan.
Bila item pekerjaan/biaya di atas tidak tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga,
segala biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan tersebut yang diperlukan untuk kemudahan
dan kelancaran pelaksanaan pekerjaan utama/permanen, dianggap sudah termasuk dalam
harga kontrak dan menjadi tanggungjawab sepenuhnya Kontraktor/Penyedia.
2. PEKERJAAN TANAH
Galian tanah dengan seacra manual adalah galian yang dilakukan dengan
menggunakan tenaga manusia (Manual). Galian tanah dilakukan dengan kedalaman
galian 0,5 – 1,0 m untuk pekerjaan yang tidak memungkin kan menggunkan alat
berat seperti pembersihan sedimentasi di saluran saluran sekunder atau tersier yg
memiliki tipikal luas penampang yg kecil.
Alat ini bermanfaat untuk membuat permukaan tanah menjadi lebih solid dan optimal
dimana butiran-butiran tanah akan saling mengisi bagian yang kosong. Berbagai
pekerjaan yang memerlukan pemadatan biasanya akan menggunakan vibro roller. Maka
dari itu, alat berat ini bisa digunakan baik untuk konstruksi bersakal besar maupun kecil.
Pada umumnya agar lokasi pekerjaan yang bersumber dari sungai atau sumber air lainnya
dapat bebas dari aliran sumber air yang ada atau bahaya-bahaya lain yang mungkin timbul
selama periode pelaksanaan, maka penyedia wajib untuk melakukan pengeringan.
1) Kontraktor/Penyedia diharuskan melaksanakan pekerjaan ini sebaik-baiknya, karna
pengeringan ini akan dilaksanakan selama priode pelaksanaan konstruksi. Untuk
mengalirkan debit air yang datang dan mengurangi ketinggian muka air sekitar lokasi
pekerjaan, Kontraktor/Penyedia diwajibkan menyediakan pompa dengan kapasitas
yang cukup memadai.
2) Pelaksanaan pengeringan sementara ini tanpa melakukan pemadatan terhadap
disposal material pasir maupun tanah urugan yang dibungkus dengan karung, karung
berisi pasir/tanah ditumpuk sampai dengan ketinggian tinggi muka air dan panjang
selebar permukaan sungai yang akan dialihkan.
3) Sekurang-kurangnya satu minggu sebelum melaksanakan pekerjan pengeringan,
Kontraktor/Penyedia wajib melaporkan kepada Pemberi Tugas:
a) Jadwal waktu pelaksanaan
b) Rencana operasi
4) Kontraktor/Penyedia tidak boleh memulai pekerjaan di atas sebelum mendapat
persetjuan Pemberi Tugas, walaupun demikian perjanjian ini tidak mengurangi
tanggung jawab dan kewajiban yang harus dilakukan oleh Kontraktor/Penyedia seperti
yang tercantum dalam dokumen kontrak.
5) Kontraktor/Penyedia diwajibkan bertanggung jawab dan mengadakan perbaikan-
perbaikan terhadap kerusakan-kerusakan dengan biaya sendiri.
6) Kontraktor/Penyedia diwajibkan pula untuk melakukan pekerjaan pengeringan di
areal lokasi pekerjaan pada sumber air yang diakibatkan oleh aliran rembesan dan
sumber mata air melalui tanah pondasi ataupun air hujan.
4. PEKERJAAN PASANGAN
Umum
Pekerjaan pasangan batu adalah meliputi semua kegiatan pelaksanaan
pasangan batu yang diatur dalam spesifikasi teknik ini, dan untuk seluruh
kegiatan yang berhubungan pekerjaan ini terdiri dari bahan-bahan, pelaksanaan,
serta sesuai dengan kegunaan yang disyaratkan.
4.1 Bahan-Bahan
Semen, agregat dan air untuk semua pekerjaan dalam proyek ini harus sama kualitasnya
dengan yang digunakan untuk pekerjaan pasangan Batu belah hitam dan beton.
1) Semen
Semen yang dipergunakan dalam pekerjaan harus Portland Cement yang sesuai
dengan persyaratan dalam SNI. Untuk pekerjaan ini tidak dianjurkan pemakaian
semen dari jenis yang mengandung aditif (bahan tambah) untuk pengeringan cepat.
Kontraktor/Penyedia harus menyediakan dua macam contoh semen apabila diminta
oleh Penguna Jasa, yaitu contoh dari gudang Kontraktor/Penyedia di lapangan dan
dari pabrik, atau Kontraktor/Penyedia menguji semennya.
2) Pasir
Pasir untuk adukan pasangan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
Butir-butir pasir harus tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan dengan tangan.
Pasir harus diambil dari sungai atau tambang pasir. Kandungan maksimum
terhadap lempung, lanau dan debu tidak boleh lebih dari 5% (perbandingan
berat).
Pasir harus bebas dari segala macam bahan kimia. Bila pasir yang digunakan tidak
dapat memenuhi syarat tersebut di atas maka Penguna Jasa dapat memerintahkan
untuk mencucinya dan hasilnya harus mendapat persetujuan dari Penguna Jasa
dahulu sebelum digunakan.
Pasir laut untuk adukan tidak diperkenankan sama sekali untuk dipakai.
Khusus untuk plesteran, harus digunakan pasir yang lebih halus.
3) Agregat Kasar
1) Bahan-bahan
Kulit kayu untuk bahan cerucuk tidak perlu dikupas
Cerucuk kayu yang digunakan dapat berupa batang kayu atau hasil olahan dengan
spesifikasi seperti pada Tabel dibawah ini:
2) Pelaksanaan
Pemancangan cerucuk kayu dapat menggunakan tenaga manusia, alat pancang
cerucuk atau dengan Back Hoe
Lantai kerja, dengan muka air cukup tinggi, maka lokasi pemancangan cerucuk dapat
diurug terlebih dahulu dengan material setempat. Bila menggunakan alat pancang
cerucuk harus diberi landasan dari balok atau papan kayu.
Pelaksanaan cerucuk kayu harus sesuai dengan pedoman yang diuraikan dalam “Tata
Cara Perencanaan Pondasi di Atas Tanah Lembek, Organik dan Tanah Gambut”
7. PEKERJAAN BETON
7.1. Umum
7.3. Semen
Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen portland yang
memenuhi SNI 15-2049-1994 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan IV. Apabila menggunakan
bahan tambahan yang dapat menghasilkan gelembung udara, maka gelembung udara
yang dihasilkan tidak boleh lebih dari 5 %, dan harus mendapatkan persetujuan secara
tertulis Jenis atau tipe semen yang dipakai adalah semen jenis type I yaitu jenis semen
untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus.
Apabila Kontraktor/Penyedia akan menggunakan tipe atau jenis semen lain, harus
memperoleh persetujuan secara tertulis terlebih dahulu dari Pengawas Pekerjaan.
Kontraktor/Penyedia harus membawa contoh semen yang memenuhi persyaratan dan
contoh ini akan dipakai sebagai pedoman dalam pengadaan semen.
Merk semen yang akan digunakan harus memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan
dan harus dilengkapi dengan pengujian atau sertifikat dari pabrik semen yang
bersangkutan. Sebelum pengadaan dilaksanakan, merk semen yang ada akan dipakai
harus memperoleh persetujuan secara tertulis dari Pengawas Pekerjaan.
b) Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran agregat terbesar
tidak lebih dari ¾ jarak bersih minimum antara baja tulangan atau antara baja
tulangan dengan acuan, atau celah-celah lainnya di mana beton harus dicor;
c) Agregat Halus
Agregat halus alam sebagai hasil desintegrasi alami dari batu-batuan atau
pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah.
Agregat halus yang akan digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1) Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam, keras dan kekal.
2) Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 %, yang
ditentukan terhadap berat kering.
3) Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-nahan organis terlalu
banyak, untuk membuktikan harus diadakan percobaan warna dari
Abrams-Harder.
4) Gradasi agregat halus harus baik dan memenuhi pasal 3.1. ayat 5 PBI-
71.
5) Pasir dari laut tidak boleh digunakan.
Sebelum pengadaan agregrat halus dilakukan, Kontraktor/Penyedia harus
membawa contoh bahan yang sudah diadakan pengujian di Laboratorium
Bahan Konstruksi Bangnan yang disetujui oleh Pengawas untuk mendapat
persetujuan dari Pengawas Pekerjaan.
Contoh bahan itu akan dipakai sebagai pedoman pengiriman agregat halus di
lapangan. Apabila ada perbedaan antara agregat halus di lapangan dengan
contoh yang ada, maka agregat halus tersebut harus secepat mungkin
disingkirkan dari lapangan supaya tidak terjadi kekeliruan pemakaian, batas
waktu yang diijinkan untuk menyingkirkan bahan tersebut adalah 24 jam
setelah perintah untuk disingkirkan dikeluarkan.
d) Agregat Kasar
Agregat kasar berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batu-batuan
atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu. Agregat kaar
yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras atau tidak berpori
dan kekal.
b. Kandungan lumpur tidak boleh lebih dari 1% yang ditentukan terhadap
berat kering.
c. Tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton, seperti zat-
zat reaktif alkali.
d. Gradasi agregat kasar harus baik atau memenuhi pasal 3,4 ayat 6 PBI – 71.
Ukuran besar butir nominal maksimum agregat kasar harus melebihi nilai
berikut:
1/5 jarak terkecil antara samping dan cetakan.
1/3 tebal plat.
3/4 jarak minimum atau barang tulangan.
Sebelum pengadaan agregat kasar dilakukan, Kontraktor/Penyedia harus
membawa contoh bahan yang sudah diadakan pengujian di laboratorium
Bahan Bangunan yang disetujui oleh Pengawas Pekerjaan, untuk mendapat
persetujuan dari Pengawas Pekerjaan.
Contoh bahan itu akan dipakai sebagai pedoman pengiriman agregat kasar
dilapangan. Apabila ada perbedaan antara agregat halus di lapangan dengan
contoh yang ada, maka agregat kasar tersebut harus secepat mungkin
disingkirkan dari lapangan supaya tidak terjadi kekeliruan pemakaian, batas
waktu yang diijinkan untuk menyingkirkan bahan tersebut adalah 24 jam
setelah perintah untuk disingkirkan dikeluarkan.
7.5. Sifat-sifat Agregat
a) Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang diperoleh dari
pemecahan batu atau koral, atau dari pengayakan dan pencucian (jika perlu)
kerikil dan pasir sungai;
b) Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh
pengujian SNI 03- 2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya yang
diberikan dalam Tabel 3 bila contoh-contoh diambil dan diuji sesuai dengan
prosedur yang berhubungan.
7.6. Air
Air yang akan dipakai untuk pembuatan dan perawatan beton harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Air tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, bahan-bahan
organis atau bahan-bahan lain yang merusak beton atau baja tulangan.
b. Air yang tidak dapat diminum tidak boleh dipakai untuk pembuatan beton.
c. Air yang akan dipakai untuk pembuatan dan perawatan beton harus diadakan
pemeriksaan di Laboratorium untuk membuktikan apakah air yang akan
dipakai sesuai dengan persyaratan yang ditentukan.
65 K800
50 K600 19 0.350 450
37 0,400 395
Mutu 45 K500 25 0,400 430
tinggi 19 0,400 455
37 0.425 370
38 K450 25 0.425 405
19 0.425 430
37 0,450 350
35 K400 25 0,450 385
19 0,450 405
37 0,475 335
30 K350 25 0,475 365
Mutu 19 0,475 385
sedang 37 0,500 315
25 K300 25 0,500 345
19 0,500 365
37 0,550 290
20 K250 25 0,550 315
19 0,550 335
37 0,600 265
Mutu 15 K175 25 0,600 290
rendah 19 0,600 305
37 0,700 225
10 K125 25 0,700 245
19 0,700 260
Dari adukan yang diusulkan, harus diambil kubus uji sebagai berikut :
a. Untuk setiap kelas beton, harus dibuat 6 kubus diuji pada umur 7 hari dan tiga
kubus lagi diuji pada 28 hari.
b. Pada tiap umur pengujian, kekuatan kubus tidak lebih rendah dari 1 1/3 kali
kekuatan kubus uji yang disyaratkan.
Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor/Penyedia harus menyerahkan kepada
Pengawas untuk disetujui mengenai detail lengkap pengujian ini bersama dengan
analisa gradasi dan perhitungan rencana campuran. Kontraktor/Penyedia tidak
boleh melakukan pengecoran bagian manapun sebelum campurannya disetujui
oleh Pengawas Pekerjaan. Pengawas berwenang untuk meminta agar
Kontraktor/Penyedia menyerahkan hasil pengujian, pada tenggang waktu
tertentu, dari beton yang di cor dalam pekejaan. Kontraktor/Penyedia harus
sudah memperhitungkan biayanya dalam pembayaran.
Campuran percobaan harus dibuat dan diuji dengan rancangan campuran serta
bahan yang diusulkan sesuai dengan SNI 03-2834-2000, dengan disaksikan oleh
pihak berwenang, yang menggunakan jenis instalasi dan peralatan sebagaimana
yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
a) Nilai slump untuk keperluan berbagai pekerjaan beton dapat menggunakan
Tabel 5, namun demikian dengan alasan-alasan tertentu dapat menggunakan
nilai slump diluar Tabel 5 dengan dukungan bukti pengujian;
b) Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan yang
disyaratkan dalam Tabel 6 (atau berdasarkan hasil uji laboratorium yang berwenang),
bila pengambilan contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI 03-1974-1990,
SNI 03- 4810-1998, SNI 03-2493-1991, SNI 03-2458-1991;
Sangat tidak dianjurkan menggunakan benda uji kubus, namun demikian apabila tetap
menggunakan benda uji kubus maka harus dilakukan konversi terhadap benda uji
silinder;
c) Bilamana pengujian beton umur 7 hari menghasilkan kuat tekan beton di bawah
kekuatan yang disyaratkan dalam Tabel 6, maka pengecoran dihentikan sementara
sampai penyebab dari hasil yang rendah tersebut diketahui dengan pasti dan diambil
tindakan-tindakan yang menjamin bahwa produksi beton berikutnya memenuhi
ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi. Kuat tekan beton umur 28 hari yang
tidak memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus dipandang sebagai pekerjaan
yang tidak dapat diterima dan pekerjaan tersebut harus diperbaiki. Kekuatan beton
dianggap lebih kecil dari yang disyaratkan bilamana hasil pengujian serangkaian
benda uji dari suatu bagian pekerjaan yang dilaksanakan lebih kecil dari kuat tekan
beton karakteristik yang diperoleh sesuai ketentuan;
d) Tindakan perbaikan untuk meningkatkan mutu campuran atas dasar hasil pengujian
kuat tekan beton dapat dilakukan pula pada umur 3 hari. Dalam keadaan demikian,
pekerjaan harus segera dihentikan pada saat pengecoran beton yang diragukan tetapi
dapat memilih menunggu sampai hasil pengujian kuat tekan beton umur 7 hari
diperoleh, sebelum menerapkan tindakan perbaikan, pada waktu tersebut ditelaah
kedua hasil pengujian umur 3 hari dan 7 hari, dan dapat segera diambil tindakan
perbaikan yang dipandang perlu;
e) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat mencakup
pembongkaran dan penggantian seluruh beton. Tindakan tersebut tidak boleh
berdasarkan pada hasil pengujian kuat tekan beton umur 3 hari saja, kecuali bila ada
kesepakatan para pihak yang terlibat dalam pekerjaan untuk melakukan perbaikan
pada umur tersebut.
8. Pekerjaan Pembesian
Umum
Pekerjaan pembesian merupakan pekerjaan pembuatan tulangan pada struktur sebuah
bangunan. Pekerjaan pembesian ini erat kaitannya dengan pengerjaan komponen
struktur beton seperti kolom utama, balok, sloof, plat lantai, dan lain sebagainya. Selain
itu, pekerjaan pembesian juga selalu berhubungan dengan kegiatan pemasangan
bekisting dan proses pengecoran.
Pekerjaan pembesian ini memiliki fungsi yang krusial, yaitu menambah daya tahan
struktur bangunan terhadap gaya tarik sehingga lebih kokoh dan tidak mudah roboh.
Tahapan Pekerjaan
1. Tahap Penyimpanan Besi
Tahap penyimpanan besi harus betul-betul diperhatikan agar kualitasnya tetap
terjaga. Ketika disimpan, besi tidak boleh menyentuh tanah dan bersentuhan dengan
jenis logam lainnya. Anda bisa memberikan alas tambahan seperti balok agar
terhindar dari tanah. Berikan jarak setidaknya 5 cm antara alas dan besinya supaya
tidak kotor dan tidak mudah berkarat.
2. Tahap Pemotongan dan Pembekokan besi
Sebelum dilakukan pemotongan dan pembengkokan, pastikan dahulu bahwa ukuran
besi yang dipakai tidak salah. Jika terjadi kesalahan ukuran dan sudah terlanjur
dipotong, besi tersebut tidak bisa digunakan lagi. Selain itu, periksa kembali apakah
ukurannya sudah sesuai atau belum setelah dilakukan pembengkokan.
3. Tahap Pemasangan Besi
Tahap pemasangan. Saat proses pemasangan, pastikan besi dalam kondisi bersih dari
kotoran dan minyak. Minyak yang menempel pada besi akan mengakibatkan cor
beton tidak dapat menempel dengan maksimal sehingga ketahanan terhadap daya
tariknya akan menurun.
9. Pekerjaan Bekisting
Kontraktor harus menyediakan, memasang semua cetakan yang diperlukan, bangunan-
bangunan kayu, tunjangan-tunjangan dan lain-lain untuk pengecoran beton. Untuk
keperluan bekisting diizinkan memakai bahan multiplek 12 mm.
Perhatian khusus juga diberikan untuk menghindarkan ketidaktentuan yang tidak rapih.
PPK boleh menuntut pengukuran khusus, seperti penggunaan garis pengukuran sementara,
penundaan untuk mengindari ketidaktentuan. Cetakan beton untuk pengangkatan vertikal
yang berturut-turut harus berhubungan secara sempurna pada beton dalam pengangkutan
sebelumnya, sehingga tidak akan ada tonjolan-tonjolan, cembung-cembung, retak-retak dan
lain-lain tanda kesalahan pada sambungan yang tampak.
Bekisting harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kebocoran adukan. Dimana
tidak bisa dihindarkan dan bekisting itu terkena udara panas untuk waktu lama, yang
mungkin akan mengakibatkan terbukanya sambungan-sambungan yang disebabkan oleh
penyusutan akibat dari panas, maka Kontraktor harus mencegah kebocoran adukan melalui
sambungan- sambungan itu dengan cara memakai dempul atau lainnya. Pemakaian ulang
bekisting harus dengan persetujuan PPK, yang sekali-kali akan meminta bekisting itu harus
dibentuk atau diserut kembali. Setelah berulang-ulang dipakai, maka PPK akan meminta
penggantian bekisting dengan yang baru.
Tingginya cetakan beton yang ditegakkan pada suatu saat harus mendapat persetujuan PPK.
Sebelum pengecoran dimulai, permukaan bekisting harus diminyaki dengan mineral yang
tidak meninggalkan bekas yang efektif akan mencegah penempelan dan tidak menodai
permukaan, bilamana sambungan- sambungan tongkat/stek dan kawat diperbolehkan,
maka ujung-ujung ikatan tongkat/stek dan kawat harus dipotong sedalam 2 cm dari
permukaan beton dan kemudian ditutup kembali dengan adukan 1 PC : 4 PP.
Pelaksanaannya harus dilakukan dengan hati-hati. Lubang bekas pemotongan sebelum
ditutup kembali dan harus dibersihkan dan dibasahi. Adukan penutup lubang harus
diratakan dengan sempuma seperti permukaan beton yang semula dan membiarkannya
basah selama 3 hari. Pengikatan dengan tongkat/stek dan kabel tidak boleh untuk
menyambung sisi-sisi atau memperkuat pekerjaan- pekerjaan besi yang berhadapan, untuk
pekerjaan beton tembok bagian dari bangunan-bangunan penerus air. Adapun cara
penyambungan yang demikian pada bangunan lain harus mendapat persetujuan dari PPK.
Bilamana ada batang-batang besi atau "Sleeves" yang tertanam, dipakai dan diizinkan
sebagai penguat, maka ujung bagian atasnya harus berada 2 cm dibawah permukaan beton
dan 3 cm dari tepi air. Penguat-penguat pada ujung batang besi atau sleeves harus
sedemikian rupa sehingga bilamana dicabut akan meninggalkan lubang-lubang yang
bentuknya teratur. Lubang- lubang demikian harus ditutup kembali oleh adukan 1 PC : 2PP.
Pengisian kembali ini harus diratakan sama dengan permukaan beton dengan cara flush,
dalam penyelesaiannya sama seperti yang telah diuraikan diatas.
Untuk menjamin kemajuan yang memuaskan dengan cara penyelesaian yang telah
ditentukan dan memberi waktu yang cepat untuk perbaikan-perbaikan- beton yang tidak
sempuma maka bekisting harus dibuka dengan hati-hati, segera setelah beton cukup
keras dengan maksud untuk mencegah kerusakan bekisting. Bekisting tidak boleh dibuka
sebelum kekuatan beton demikian rupa sehingga pembukaan bekisting tidak akan
mengakibatkan retak, pecahnya permukaan atau kerusakan lain pada beton dan bilamana
terjadi kerusakan, maka harus segera diperbaiki.
Pembukaan bekisting tidak boleh dilakukan tanpa persetujuan PPK, tetapi walaupun
demikian kontraktor tetap bertanggung jawab untuk pembukaan dengan segala akibatnya.
Untuk tipe bekisting yang dipakai pada pembetonan bermacam bangunan, cara
pemasangan dan pembukaannya akan disesuaikan menurut metode pengecoran dan
dalam setiap hal harus mendapat persetujuan PPK.
Tipe dan syarat dari bekisting, daya tahan bekisting terhadap perubahan bentuk yang
disebabkan oleh pengecoran dan vibrasi dari pada beton dan keahlian membuatnya harus
sedemikian rupa, sehingga setelah selesai harus sesuai dengan syarat yang telah ditentukan.
Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor harus menyerahkan pada PPK 1(satu)
set bekisting yang sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan. Tetapi penyerahan yang
demikian tidak membebaskan kontraktor dari tanggung jawab penuh terhadap kontrak
bagi selesainya bangunan dengan sukses. Bilamana bekisting selesai dibuat dan siap untuk
pengecoran, maka PPK/wakil akan memeriksanya, pengecoran tidak dapat dilaksanakan
tanpa persetujuan PPK.
Pemakaian kayu kasar untuk kelas pembersihan semacam ini diperbolehkan, dan dalam hal
lainpun bilamana diperintahkan oleh PPK.
– Bekisting Halus, cetakan untuk permukaan-permukaan yang tidak diplester dan
kelihatan kedalaman kelas ini termasuk pemakaian bekisting dengan memakai pelat
baja, plywood atau hard-board keluaran pabrik yang telah disetujui atau papan yang
diserut keduanya hingga pada ketebalan yang sama. Penyelesaian teratur dan licin,
bebas dad benjolan benjolan atau lain-lain tanda kerusakan atau ketidak-
sempumaan yang diminta.
– Bekisting melengkung, cetakan yang diklasifikasikan sebagai melengkung,
bilamana radius dad pada permukaan beton yang telah selesai dengan bekistingnya
adalah 7 m atau kurang. Pembesian yang mempunyai radius lebih dari 7 m tidak
dimasukkan dalam kategori melengkung. Tidak dipakai bekisting untuk dibawah
permukaan tanah dan memakai bekisting untuk permukaan yang kelihatan tidak
diplester, hal ini jika tidak ada ketetapan lain dari PPK.
Kontraktor bertanggung jawab penuh untuk jangka waktu yang diperlukan agar
beton sudah cukup kuat sebelum bekisting dibuka. Sekalipun demikian, bekisting
tidak boleh dibuka tanpa persetujuan PPK dan paling sedikit harus menunggu 7 hari
sebelum bekisting dibuka. Untuk memudahkan pembukaan bekisting tanpa harus
memakai palu dan lain-lain dan tanpa harus leveling permukaan beton, maka
bekisting harus dibuat dengan sambungan- sambungan.
11 Pekerjaan Bronjong
11.1 Lingkup Pekerjaan
1) Pasangan bronjong 2 x 1 x 0,5 m diterapkan pada pekerjaan tubuh dan
kolam embung, penguras, serta pelimpah.
11.2 Persyaratan Bahan
1) Isian bronjong (batu belah)
Bahan isian bronjong haruslah batu belah hitam yang sesuai dengan
persyaratanpada pasal 3.4.2.1 dari spesifikasi ini.
2) Ukuran keranjang bronjong
Ukuran keranjang ”bronjong kotak”:
Panjang ; a Lebar ; b Tinggi ; c
(m) (m) (m)
2 1 0,5
lunak dengan kuat tarik antara 41-51 kg/mm2 sebelum kawat tersebut
dianyam. Perpanjangan kawat tidak boleh lebih dari 12%, pada
percobaan yang dilakukan terhadap batang uji kawat dengan panjang 30
cm sebelum kawat dianyam.
Bagian lintel harus terbuat dari bagian-bagian yang bersudut dari baja
berstruktur dimana bagian mukanya bagian tersebut dari bahan perunggu
agar pintu tersebut dapat terekat, bagian muka dari bahan perunggu
tersebut harus dipasang pada sudut-sudutnya dengan baut-baut dari bahan
kuningan. Sudut tersebut harus diperkeraskan dengan menggunakan pelat
dan dipasang pada bagian-bagian yang berlekuk pada ujung-ujungnya.
Demikian Spesifikasi Teknis ini dibuat sebagai dasar dalam pelaksanaan pekerjaan dan untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.