Anda di halaman 1dari 13

Spesifikasi Teknis

BAB II
SYARAT-SYARAT TEKNIS
PEKERJAAN TANAH DAN STRUKTUR
PASAL 1
UMUM
(1) Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud meliputi penyediaan tenaga kerja, bahanbahan, peralatan
dan alat bantu lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini, yang
meliputi :
a. Pekerjaan Persiapan
b. Pekerjaan Tanah
c. Pekerjaan DPT/Pondasi
d. Pekerjaan Beton
Semua penjelasan mengenai pekerjaan tersebut diatas akan dijelaskan dalam point
point penjelasan termasuk segala jenis peralatan, bahan dan teknis pekerjaan. Semua
pekerjaan yang termasuk dalam ruang lingkup pekerjaan yang tidak dijelaskan
kemudian dalam risalah aanwijzing dan pihak kontraktor harus melaksanakannya sesuai
gambar kerja.
(2) Persiapan Pelaksanaan
Sebelum pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus mempelajari dengan seksama gambar
kerja. Kontraktor harus sudah memperhitungkan segala kondisi dilapangan.
PASAL 2
PEMBERSIHAN LOKASI PEKERJAAN
(1) Sebelum pekerjaan dimulai lokasi yang akan dilaksanakan harus terlebih dahulu
dibersihkan dari berbagai macam kotoran, sampah, puingpuing/kupasan bagian
permukaan tanah/Stripping yang ditumbuhi oleh semak, dan segala sesuatu yang akan
mengganggu pelaksanaan pekerjaan.
(2) Barang yang tidak digunakan lagi harus dikeluarkan dari lokasi Tapak/Site konstruksi
dan
dikumpulkan
ditempat/lokasi
tertentu yang ditunjukan Konsultan
Pengawas/Pengguna Jasa.
PASAL 3
PERLINDUNGAN INSTALASI EXISTING
(1) Pekerjaan ini adalah perlindungan untuk semua instalasi existing yang berada di dalam
tapak / site konstruksi dan dinyatakan oleh Konsultan Perencana /Konsultan Pengawas
masih berfungsi dan akan digunakan lagi. Untuk instalasi existing tersebut di atas,
Kontraktor harus menjaga dan memeliharanya dari gangguan / cacat.
(2) Kabel dan pipa existing yang masih berfungsi harus dilindungi memakai buis beton.
Khusus pada bagian yang diperkirakan akan mendapat beban, maka pada dasar atau
pipa yang bersangkutan harus diberi alas dasar terbuat dari pasangan batu bata minimal
1 (satu) lapis, lebar 30 cm sepanjang pembebanan tersebut.
(3) Apabila karena satu dan lain sebab sehingga jalur instalasi existing yang masih
berfungsi harus dipindah, maka Kontraktor harus melakukan pekerjaan ini sesuai
dengan petunjuk dari Konsultan Pengawas.

II-1

Spesifikasi Teknis

PASAL 4
URUGAN DAN PEMADATAN
(1)

(2)

(3)

(4)

Pekerjaan Urugan
Pekerjaan pengurugan dan pemadatan tanah ini untuk :
a. Semua luasan gedung sampai permukaan yang ditentukan dengan kepadatan CBR
2% atau sesuai Gambar Kerja.
b. Terkecuali untuk tempat tertentu/khusus, kepadatan tanahnya seperti tercantum
dalam Gambar Kerja atau petunjuk Konsultan Pengawas / Konsultan Perencana.
Bahan Urugan
a. Bahan urugan yang dipakai adalah sirtu yang memenuhi persyaratan sebagai bahan
urugan.
b. Tanah bekas galian pada umumnya tidak boleh dipakai lagi untuk bahan urugan,
kecuali apabila tanah tersebut memenuhi persyaratan sebagai bahan urugan dan
mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
c. Sumber bahan urugan ini harus mempunyai jumlah yang cukup untuk menjamin
penyediaan bahan urugan yang bisa mencukupi kebutuhan seluruh proyek.
d. Semua bahan urugan harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas, baik
mengenai kualitas bahan maupun sumber bahan itu sendiri sebelum dibawa atau
digunakan di dalam lokasi pekerjaan.
e. Bahan urugan yang mengandung tanah organik, akar-akaran, sampah dan lain-lain,
tidak boleh dipergunakan untuk urugan. Bahan-bahan seperti ini harus dipindahkan
dan ditempatkan pada daerah pembuangan yang disetujui atau ditunjuk oleh
Konsultan Pengawas.
f. Daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari humus dengan cara stripping
setebal + 30 cm.
g. Bahan-bahan urugan yang sudah ditempatkan di lokasi pengurugan tetapi tidak
memenuhi standar, harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor atas biaya sendiri.
Pekerjaan Pengurugan
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, seluruh area pembangunan harus sudah bersih
dari humus, akar tanaman, benda-benda organik, sisa-sisa bongkaran dan bahan lain
yang dapat mengurangi kualitas pekerjaan ini.
b. Urugan harus bebas dari segala macam bahan yang dapat membusuk, sisa
bongkaran, dan atau yang dapat mempengaruhi kepadatan urugan..
c. Penghamparan tanah urugan dilakukan lapis demi lapis dan langsung dipadatkan
sampai mencapai permukaan / peil yang diinginkan.
d. Ketebalan perlapis setelah dipadatkan tidak boleh melebihi 30 cm. Setiap kali
penghamparan harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas yang
menyatakan bahwa lapisan di bawahnya telah memenuhi kepadatan yang
disyaratkan, dan seluruh prosedur pemadatan ini harus ditulis dalam Berita Acara
yang disetujui Konsultan Pengawas.
e. Lapisan tanah lunak (lumpur) yang ada harus dihilangkan dengan dikeruk, sebelum
pekerjaan pengurugan dimulai. Pada saat pengerukan dan pengurugan, daerah ini
harus dikeringkan.
f. Ketinggian pengurugan setelah dipadatkan harus mencapai elevasi sesuai yang
tercantum dalam Gambar Kerja.
Pemadatan
a. Sebelum pelaksanaan pemadatan, seluruh area pembangunan harus dikeringkan
terlebih dahulu.
b. Kontraktor harus bertanggung jawab atas ketepatan penempatan dan pemadatan
bahan-bahan urugan dan juga memperbaiki kekurangan-kekurangan akibat
pemadatan yang tidak cukup.
c. Kontraktor harus menetukan jenis ukuran dan berat dari alat yang paling sesuai
untuk pemadatan bahan urugan yang ada. Alat-alat pemadatan ini harus mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas.
II-2

Spesifikasi Teknis

d. Pemadatan tanah harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tiap lapisan
maksimum 30 cm. dan dipadatkan sampai mencapai paling sedikit 90% (modified
proctor) dari kepadatan kering maksimum seperti yang ditentukan dalam AASHTO
T 99.
e. Pelaksanaan pemadatan harus dilakukan dalam cuaca baik. Apabila hari hujan,
pemadatan harus dihentikan. Selama pekerjaan ini, kadar air harus dijaga agar tidak
lebih besar dari 2 % kadar air optimum.
f. Kontraktor diwajibkan melakukan tes kepadatan tanah apabila diminta oleh
Pengguna Jasa/Konsultan Pengawas, sebanyak titik yang ditentukan oleh Konsultan
Pengawas, yang harus disaksikan oleh Konsultan Pengawas dan dibuatkan laporan
tertulis untuk tiap titik.
PASAL 5
PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI
(1)
(2)

(3)

Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud meliputi pekerjaan pondasi pasangan batu kali.
Persyaratan Bahan
a. Batu Kali
Batu kali yang digunakan harus batu pecah dari jenis yang keras, bersudut runcing
berwarna abu-abu hitam dan tidak porous/berpori serta mempunyai kekerasan
sesuai dengan persyaratan dalam PBI-1971.
b. Semen
Sesuai pasal 7
c. Pasir
Sesuai pasal 7
d. Air
Sesuai pasal 7
Persyaratan Pelaksanaan
a. Contoh batu kali yang akan digunakan harus diserahkan terlebih dahulu kepada
Pengguna Jasa/Konsultan Pengawas untuk diperiksa dan disetujui secara tertulis
sebelum dikirim ke lokasi proyek.
b. Contoh-contoh yang telah disetujui akan dipakai sebagai standar untuk
memeriksa /menerima material yang dikirim kontraktor ke lapangan.
c. Sebelum pelaksanaan pekerjaan pondasi harus dibuat profil / bentuk pondasi dari
bambu atau kayu pada setiap ujung yang bentuk dan ukurannya sesuai dengan
Gambar Kerja dan telah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
d. Galian pondasi harus telah disetujui secara tertulis oleh Konsultan Pengawas,
kemudian dasar galian harus diurug dengan pasir urug tebal 10 cm. Disiram sampai
jenuh, diratakan dan dipadatkan sampai benar-benar padat. Di atas lapisan pasir
tersebut diberi pasangan batu kali kosong yang dipasang sesuai dengan Gambar
Kerja.
e. Pasangan batu kali untuk pondasi menggunakan adukan dengan campuran 1pc :
5ps, terkecuali disyaratkan kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
f. Adukan harus membungkus batu kali sedemikian rupa sehingga tidak ada bagian
dari pondasi yang berongga atau tidak padat khususnya pada bagian tengah.
g. Setiap jarak 50 cm. As-as harus ditanam stek 10 mm, jika diatas pondasi terdapat
dinding pasangan yang tercantum dalam Gambar Kerja.
h. Stek-stek harus tertanam dengan baik dalam pondasi sedalam minimum 40-d atau
sesuai dengan ukuran dalam Gambar Kerja.
i. Jarak antara stek-stek ini adalah tiap 100 cm dan atau seperti yang tercantum
dalam Gambar Kerja.

II-3

Spesifikasi Teknis

PASAL 6
PEKERJAAN BETON STRUKTUR
(1)

Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk lingkup pekerjaan ini meliputi :
a. Balok
b. Kolom
c. Pekerjaan beton Lainnya seperti tercantum dalam gambar kerja
(2)
Persyaratan Mutu
a. Mutu Beton
Beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini harus mempunyai
mutu karakteristik minimal, sebagai berikut :
Balok
: K-225
Kolom
: K-225
b. Mutu Baja Tulangan
Mutu baja tulangan yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini adalah
sebagai berikut :
Mutu baja tulangan s/d. 12 mm. adalah BJTP 240 ( U-24 )
Mutu baja tulangan 13 mm adalah BJTD 390 (U-39 / besi ulir )
c. Adukan Beton
Adukan beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini harus beton
Site-Mix.
(3) Persyaratan Bahan
a. Semen
Persyaratan Umum
Semua semen harus Sement Portland yang disesuaikan dengan persyaratan
dalam peraturan Portland Cement Indonesia NI-8 atau ASTM C-150 Type 1
atau standard inggris BS 12.
Mutu semen yang memenuhi syarat dan dapat dipakai adalah yang memenuhi
persyaratan NI-8, pemilihan salah satu merk semen adalah mengikat pada dan
dipakai untuk seluruh pekerjanya
Pemeriksaan
Konsultan pengawas dapat memeriksa semen yang disimpan dalam gudang
pada setiap waktu sebelum dipergunakan. Kontraktor harus bersedia untuk
memberi bantuan yang dibutuhkan oleh konsultan pengawas untuk pengamblan
contoh contoh tersebut. Semen yang tidak dapat diterima sesuai pemeriksaan
oleh konsultan pengawas, harus tidak dipergunakan atau diafkir.
Jika semen yang dinyatakan tidak memenuhi syarat tersebut telah dipergunakan
untuk beton, maka konsultan pengawas dapat memerintahkan untuk
membongkar beton tersebut dan diganti dengan memakai semen yang telah
disetujui atas beban kontraktor. Kontraktor harus menyediakan semua semen
semen dan beton yang dibutuhkan untuk pemeriksaan atas biaya kontraktor.
Tempat Penyimpanan
Kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan yang sesuai untuk semen,
dan setiap saat harus terlindung dengan cermat terhadap kelembaban udara.
Tempat penyimpanan tersebut juga harus sedemikian rupa agar memudahkan
waktu pengambilan.
Gudang penyimpanan harus berlantai kuat dibuat dengan jarak minimal 30 cm
dari tanah, harus cukup besar untuk dapat memuat semen dalam jumlah cukup
besar sehingga kelambatan atau kemacetan dalam pekerjaan dapat dicegah dan
harus mempunyai ruang lantai yang cukup untuk menyimpan tiap muatan truk
semen secara terpisahpisah dan menyediakan jalan yang mudah untuk
mengambil contoh, menghitung zak-zak dan memindahkannya.
Semen dalam zak tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari 2 meter.
II-4

Spesifikasi Teknis

Untuk mencegah semen didalam zak disimpan terlalu lama sesudah


penerimaan, Kontraktor hendaknya mempergunakan semen menurut urutan
kronologis yang diterima di tempat pekerjaan. Tiap kiriman semen harus
disimpan sedemikian rupa sehingga mudah dibedakan dari kiriman lainnya.
b. Pasir
Jenis pasir yang dipakai untuk pekerjaan beton ini adalah pasir alam yaitu yang
dihasilkan dari sungai atau pasir alam lain yang didapat dengan persetujuan
konsultan pengawas / direksi teknis.
Pasir harus halus, bersih dan bebas dari gumpalan gumpalan kecil dan lunak
dari tanah liat, mika dan hal hal yang merugikan dari substansi yang merusak,
jumlah prosentase dari segala macam substansi yang merugikan, beratnya tidak
boleh lebih dari 5% berat pasir.
Pasir harus mempunya modulus kehalusan butir antara 2 sampai 32 atau jika
diselidiki dengan saringan standard harus sesuai dengan standard Indonesia
untuk beton atau dengan ketentuan sebagai berikut :

Saringan no.

Persentase Satuan timbangan


Tertinggal disaringan

4
8
16
30
50
100
PAN

0 15
6 15
10 25
10 30
15 35
12 20
3 7

c. Agregat kasar (Kerikil)

Agregat kasar harus didapat dari sumber yang telah disetujui. Ini dapat berupa
kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batu batuan atau berupa batu
pecah yang diperoleh dari pemecahan batu.

Gradasi

Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butir berada antara 5 mm,
sampai 25 mm dan harus memenuhi syarat syarat berikut :
Sisa diatas ayakan 31.5 mm, harus 6% berat
Sisa diatas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90% dan 98% berat
Selisih antara sisa sisa komulatif diatas dua ayakan yang berurutan,
adalah maksimum 60% dan minimum 10% berat harus menyesuaikan
dengan semua ketentuan ketentuan yang terdapat di SNI.
Agregat kasar harus sesuai dengan spesifikasi ini dan jika diperiksa oleh
konsultan pengawas ternyata tidak sesuai dengan ketentuan gradasi, maka
kontraktor harus menyaring kembali atau mengolah kembali bahannya atas
bebannya sendiri, untuk menghasilkan agregat yang dapat disetujui Konsultan
Pengawas.
d. Air
Air yang dipakai untuk semua pekerjaan beton, spesi/mortar dan spesi injeksi harus
bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik basah, garam dan kotoran-kotoran
lainnya dalam jumlah yang dapat merusak. Air tersebut harus diuji di laboratorium
pengujian yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas untuk menetapkan sesuai

II-5

Spesifikasi Teknis

tidaknya dengan ketentuan ketentuan yang ada dalam SNI 03-2847-2002 untuk
bahan campuran beton.
e.

Baja Tulangan
Semua baja tulangan beton harus baru, mutu dan ukuran sesuai dengan Standar
Nasional Indonesia (SNI 03-2847-2002) untuk baja tulangan atau ASTM
Designation A-15 dan harus disetujui oleh Konsultan pengawas. Konsultan
Pengawas berhak meminta kepada Kontraktor, surat keterangan tentang
pengujian oleh pabrik dari semua besi tulangan beton yang disediakan, untuk
persetujuan konsultan pengawas sesuai dengan persyaratan mutu untuk setiap
bagian konstruksi seperti tercantum didalam gambar rencana.
Besi tulangan beton sebelum dipasang, harus bersih dari serpih serpih, karat,
minyak, gemuk dan zat kimia lainnya yang dapat merusak atau mengurangi
daya lekat antara besi tulangan dengan beton.
Semua rencana penggunaan besi tulangan harus sesuai dengan gambar rencana
dan tidak diperkenankan adanya toleransi bentuk ukuran. Diameter besi ulir
adalah diameter dalam.
f. Cetakan (Bekisting)
Bekisting untuk seluruh struktur bangunan ini memakai multiplex dengan tebal
minimum 9 mm. Bekisting dari multiplex tersebut harus diperkuat dengan rangka
kayu kls II ukuran 5/7, 6/10, 6/12, untuk mendapatkan kekuatan dan kekakuan yang
sempurna, atau dari bahan lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas / Konsultan
Perencana. Steiger / penyangga bekisting harus terdiri dari pipa-pipa besi standar
pabrik (schafolding) atau kayu dan tidak diperkenankan memakai bambu.
g. Bonding Agent
Dipergunakan pada elemen elemen beton yang harus disambungkan / dicor secara
terputus, untuk mendapatkan sistem struktur yang kokoh sesuai dengan desain dan
perhitungannya.
Bonding agent yang digunakan adalah produk lokal berkwalitas baik atau yang
setara lemkra TG 301 dicampur dengan air dan semen. Cara pemakaiannya harus
sesuai petunjuk pabrik.
(4) Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan Beton
a. Komposisi Campuran Beton.
Beton harus dibentuk dari semen portland, pasir, kerikil, dan air seperti yang
ditentukan sebelumnya. Bahan beton dicampur dalam perbandingan yang
sesuai dan diaduk dengan baik sampai pada kekentalan yang tepat.
Untuk mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan yang ditentukan dalam
spesifikasi ini, harus dipaakai campuran yang direncanakan (designed mix).
Ukuran maksimal dari agregat kasar dalam beton untuk bagian bagian dari
pekerjaan tidak boleh melampaui ukuran yang ditetapkan dalam persyaratan
bahan beton, ukuran mana ditetapkan spraktis mungkin sehingga tercapai
pengecoran yang tepat dan memuaskan.
Perbandingan antara bahan bahan pembentuk beton yagn diapaki untuk
berbagai mutu, harus ditetapkan dari waktu ke waktu selama berjalannya
pekerjaan, demikian juga pemeriksaan terhadap agregat dan beton yang
dihasilkan.
Kekentalan (konsistensi) adukan beton untuk bagian bagian konstruksi beon,
harus disesuaikan dengan jenis konstruksi yang bersangkutan, cara
pengangkutan adukan beton dan cara pemadatannya. Kekentalan adukan beton
antara lain ditentukan oleh faktor air semen.
Agar dihasilkan suatu konstruksi beton yang sesuai dengan yang direncanakan,
maka faktor air semen ditentukan sebagai berikut :
Faktor air semen untuk pondasi sloof, poer, maksimum 0.60.
II-6

Spesifikasi Teknis

Faktor air semen untuk kolom balok, plat lantai, tangga, dinding beton dan
listplank maksimum 0.60.
Faktor semen untuk konstruksi pelat atau canopy dan tempat tempat
basah lainnya maksimum 0.55.
Untuk lebih mempermudah dalam pengerjaan beton dan dapat dihasilkan suatu
mutu sesuai dengan yang direncanakan, maka untuk konstruksi beton dengan
faktor air semen maksimum 0.55 harus memakai plasticizer sebagai bahan
additve. Pemakaian merk dari bahan additive tersebut harus mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas/Direksi.
Pengujian beton akan dilakukan oleh Konsultan Pengawas atas biaya
Kontraktor. Perbandingan cmapuran beton harus diubah jika perlu untuk tujuan
penghematan yang dikehendaki workability, kepadatan, kekedapan, awet atau
kekuatan dan kontaktor tidak berhak atas claim yang disebabkan perubahan
yang demikian.
Pengujian Konsistensi Beton dan Benda Benda Uji Beton.
Semua pengujian harus sesuai dengan SNI 03-2874-2002 : Peraturan Beton
Bertulang Indonesia. Konsultan Pengawas berhak untuk menuntut nilai slump
yang lebih kecil bila hal tersebut dapat dilaksanakan dan akan menghasilkan
beton berkualitas lebih tinggi atau alasan penghematan.
Kekuatan tekan dari beton harus ditetapkan oleh Konsultan Pengawas melalui
pengujian biasa dengan kubus 15 x 15 x 15 cm dibuat dan diuji sesuai dengan
NI-2 PBI-1971.
Pengujian slump akan diadakan oleh Konsultan Pengawas sesuai SNI 03-28742002: Peraturan Beton Bertulang Indonesia.
Kontraktor harus menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk mengerjakan
contoh contoh pemeriksaan yang representatif.
b. Baja Tulangan
Baja beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar rencana. Untuk
menempatkan tulangan setiap tetap tepat ditempatnya maka tulangan harus
diikat kuat dengan kawat beton (bendraat) dengan bantalan blok blok beton
cetak (beton decking) atau kursi kursi besi / cakar ayam perenggang.
Jarak bersih terkecil antara batang yagn paralel apabila tidak ditentukan dalam
gambar rencana, minimal harus 1,2 kali ukuran terbesar dari agregat kasar dan
harus memberikan kesempatan masuknya alat penggetar beton.
c.
Selimut Beton.
Penempatan besi beton didalam cetakan tidak boleh menyinggung dinding atau
dasar cetakan, serta harus mempunyai jarak tetap untuk setiap bagian bagian
konstruksi.
Apabila tidak ditentukan didalam gambar rencana, maka tebal selimut beton untuk
atau sisi pada masing masing konstruksi adalah sebagai berikut :
Kolom = 2,5 cm
Balok
= 2,5 cm
d. Sambungan Besi Tulangan
Jika diperlukan untuk menyambung tulangan pada tempat tempat lain dari yang
ditunjukan pada gambar gambar, bentuk dari sambungan harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas. Overlap pada sambungan sambungan tulangan harus
minimal panjang bentangan, kecuali jika ditetapkan secara pasti didalam gambar
rencana dan harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
e. Suhu
Suhu beton sewaktu dituang tidka boleh dari 32O C dan tidak kurang dari 45OC. bila
suhu dari beton yang dituang berada antara 27O C dan 32O C, beton harus diaduk
ditempat pekerjaan untuk kemudian langsung dicor.
f. Rencana Cetakan
II-7

Spesifikasi Teknis

g.

Cetakan harus sesuai dengan bentuk, dan ukuran yang ditentukan dalam gambar
rencana
Konstruksi Cetakan
Semua cetakan harus betul betul diteliti, kuat dan aman pada kedudukannya
sehingga dapat dicegah pengembangan atau terjadi kedudukannya sehingga
dapat dicegah pengembangan atau terjadi perubahan bentuk selama dan
sesudah pengecoran beton.
Semua cetakan beton harus kokoh.
Alat alat dan teknis pelaksanaan yang digunakan harus sesuai dan tepat untuk
membuka cetakan cetakan tanpa merusak permukaan beton yang telah selesai
dicor dan memenuhi usia beton untuk dibongkar.
Sebelum beton dicor, permukaan dari cetakan cetakan harus ditaburi minyak
yang biasa dipergunakan untuk pekerjaan itu, yang mencegah secara efektif
lekatnya beton pada cetakan dan akan memudahkan melpas cetakan beton.
Minyak tersebut dipakai hanya setelah disetujui Konsultan pengawas.
Penggunaan minyak cetakan harus hati hati untuk mencegah kontak dengan
besi beton dan mengakibatkan kurangnya day lekat.
Penyangga cetakan (steiger) harus bertumpu pada pondasi baik dan kuat
sehingga tidak akan ada kemungkinan penurunan cetakan selama pelaksanaan.
h. Pengecoran
Sebelum dilaksanakan pengecoran pihak kontraktor harus terlebih dahulu
mengajukan surat permohonan pengecoran kepada Konsultan Pengawas3 hari
sebelum dilaksanakan pengecoran.
Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, ukuran dan letak baja
tulangan beton sesuai dengan gambar pelaksanaan, pemasangan sparing sparing
instalasi, penyokong, pengikatan dan lain lainnya selesai dikerjakan. Sebelum
pengecoran dimulai permukaan permukaan yang berhubungan dengan
pengecoran harus sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Permukaan permukaan beton yang lebih dicor lebih dahulu, dimana akan dicor
beton baru, harus bersih dan lembab ketika dicor dengan beton baru.
Pada sambungan pengecoran ini harus dipakai perekat beton yang disetujui oleh
Konsultan pengawas. Pembersihan harus berupa pembuangan semua kotoran,
pembuangan beton beton yang mengelupas atau rusak, atau bahan bahan
asing yang menutupinya. Semua genangan air harus dibuang dari permukaan
beton lama tersebut sebelum beton baru dicor.
Perlu diperhatikan letak/jarak/sudut untuk setiap pengehntian pengecoran yang
akan masih berlanjut, terhadap sistem struktur/penulangan yang ada.
Pengecoran beton tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi dari 2 meter, semua
penuangan beton harus selalu lapis perlapis horizontal dan tebalnya tidak lebih
dari dimensi yang sudah ditentukan.
Konsultan Pengawas mempunyai hak untuk mengurangi tebal tersebut apabila
pengecoran tidak memenuhi spesifikasi ini yang sudah ditentukan.
Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai sepadat mungkin, sehingga bebas
dari kantong kantong kerikil, dan menutup rapat rapat semua permukaan dari
cetakan dan material yang diletakan.
Pengecoran dapat dilaksanakan apabila Konsultan Pengawas serta Pihak
Kontraktor ada ditempat kerja dan telah menyetujui pelaksanaan pengecoran serta
persiapan pengecoran betul betul telah memadai.
Dalam pemadatan setiap lapisan dari beton, kepala alat penggetar (vibrator) harus
dapat menembus menggetarkan kembali beton pada bagian atas dari lapisan yang
terletak dibawah. Lamanya penggetaran tidak boleh menyebabkan terspisahknya
bahan beton dengan airnya. Semua beton harus dipadatkan dengan alat penggetar
type immerson yang dioperasikan dengan kecepatan paling sedikit 3.000 putaran
per menit ketika dibenamkan dalam beton.
II-8

Spesifikasi Teknis

Konsultan pengawas berhak menolak persiapan/mobilisasi alat berat yang telah


ada dilapangan apabila pekerjaan engecoran belum disetujui dan segala biaya
yang telah dikeluarkan menjadi tanggungan pihak kontraktor.
i.

Waktu dan cara cara pembukaan cetakan


Waktu dan cara pembukaan dan emindahan cetakan harus mengikuti petunjuk
Konsultan Pengawas. Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan hati hati untuk
menghindarkan kerusakan pada beton. Beton yang masih muda/lunak tidak
diijinkan untuk dibebani. Segera sesudah cetakan cetakan dibuka, permukaan
beton harus diperiksa dengan teliti dari permukaan yang tidak beraturan harus
segera diperbaiki sampai disetujui Konsultan Pengawas.
Umumnya, diperlukan waktu minimum dua hari sebelum cetakan cetakan
dibuka untuk dinding dinding yang tidak bermuatan dan cetakan cetakan
samping lainnya, tujuh hari untuk dinding dinding pemikul dan saluran
saluran, 28 hari untuk balok balok, plat lantai, plat atap, tangga dan kolom.
j. Perawatan (curing)
Semua beton harus dirawat (cured) dengan air seperti ditentukan di bawah ini
atau disemprot dengan Curing Agen ANTISOLS merk SIKA bila dimungkinkan.
Konsultan Pengawas berhak menentukan cara perawatan bagaimana yang harus
digunakan pada bagian bagian pekerjaan.
Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar matahari yang
langsung minimal selama 3 hari sesudah pengecoran.. perlindugnan semacam itu
dilakukan dengan menutupi permukaan beton dengan deklit atau karung bekas
yang dibasahi dan harus dilaksanakan segera setelah pengecoran dilaksanakan.
Perawatan beton setelah tiga hari, yaitu dengan melakukan penggenangan dengan
air pada permukaan beton paling sedikit selama 14 hari terus menerus. Perawatan
semacam ini harus dilakukan dengan penyiraman secara mekanis atau dengan
pipa yang berlubang lubang atau dengan cara lain yang disetujui Konsultan
Pengawas sehingga selama masa tersebut permukaan beton selalu dalam keadaan
basah. Air yang digunakaan dalam perawatan (curing) harus memenuhi
persyaratan spesifikasi air untuk campuran beton.
k. Perlindungan (Protection)
Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan kerusakan
sebelum penerimaan terakhir oleh Kosnutlan Pengawas
l. Perbaikan Permukaan Beton.
Jika sesudah pembukaan cetakan, ada permukaan beton yang tidak sesuai dengan
yang direncanakan, atau tidak tercetak menurut gambar atau diluar garis
permukaan, atau ternyata ada permukaan yang rusak, hal itu dianggap sebagai
tidak sesuai dengan spesifikasi ini dan harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor
atas bebannya sendiri. Kecuali bila Konsultan Pengawas memberikan izinnya
untuk menambal tempat yang rusak, dalam hal mana perbaikan harus dikerjakan
seperti yang telah tercantum dalam pasal pasal berikut.
Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang terdiri dari
sarang kerikil, kerusakan kerusakan karena cetakan, lubang lubang karena
keropos, ketidakrataan dan bengkak harus dibuang dengan pemahatan atau
dengan batu gerinda.
Jika menurut pendapat Konsultan pengawas hal hal tidak sempurna pada bagian
bangunan yang akan terlihat jika dengan penambalan saja akan menghasilkan
sebidang dinding, yang tidak memuaskan kehlihatannya, kontraktor diwajibkan
untuk menutupi seluruh dinding (dengan spesi plesteran 1 pc : 3 ps) dengan
ketebalan yang tidak melebihi 1 cm demikian juga pada dinding yang berbatasan,
(yang bersambungan) sesuai dengan instruksi dari Konsultan Pengaawas. Perlu
memperhatikan untuk permukaan yang datar batas toleransi kelurusan
II-9

Spesifikasi Teknis

(pencekungan atau pencembungan) bidang tidak boleh melebihi dari 1 / 1000


untuk semua komponen.

PASAL 7
PEKERJAAN INJEKSI EPOXY
(1) Umum
Pekerjaan injeksi epoxy ini dimaksudkan untuk mengembalikan kondisi struktur beton
yang retak menjadi satu kesatuan kembali sehingga berfungsi sebagaimana mestinya.
(2) Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan injeksi epoxy dilakukan pada struktur kolom yang mengalami retak antara
0,04 mm sampai dengan 2 mm atau seperti tercantum dalam gambar kerja.
(3) Persyaratan Bahan
a.
Material Injeksi
Untuk pekerjaan injeksi retakan, bahan yang digunakan adalah epoxy resin, dengan
persyaratan sebagai berikut :
Bahan tersebut harus mempunyai sifat perekat yang sangat baik
Dapat merekatkan dengan sempurna struktur beton yang retak
Dapat berpenetrasi dengan kekentalan tertentu seperti disyaratkan sampai
kedalaman retak yang paling kecil pada struktur.
Mempunyai sifat fleksibilitas yang dapat menahan vibrasi yang mungkin terjadi
didalam retakan
Tidak mengalami susut pada saat mengering.
Tahan terhadap air hujan, CO2, asam, dan bahan kimia lainnya.
Berat Jenis (JIS K 7112)
: 1,7 0,1
Viscosity Campuran (JIS K 6838)
: 500 200 Mpa
Tegangan Leleh Tekan (JIS K 7208): 50 Mpa
Modulus Elastisitas (JIS K 7208)
: 1,0 x 103 Mpa
Tegangan Geser Tarik (JIS K 6850)
: 10 Mpa
Komposisi campuran yang disyaratkan
Epoxy Resin
: 55%
Modified Polyamide Resin
: 14 %
Modified Polyamide
: 17%
Reaction Accelarator
:1%
Diluent
: 2%
Reactive Diluent
: 11 %
b.
Material Sealant
Material sealant digunakan untuk menutup bagian luar celah retak agar bahan
perekat (epoxy resin) tidak dapat mengalir keluar dari celah retak yang tidak
tertutup oleh alat penyuntik, dan bahan tersebut harus dapat melekat dengan baik
pada permukaan beton. Secara umum persyaratan material adalah sebagai berikut :
Berat Jenis (JIS K 7112)
: 1,7 0,1
Kekuatan Lentur (JIS K 7203)
: 40 MPa
Tegangan Leleh Tekan (JIS K 7208): 60 Mpa
Modulus Elastisitas Tekan (JIS K 7208) : 4,0 x 103 Mpa
Kekuatan Tarik (JIS K 7113)
: 20 Mpa
Kekuatan Kejut (JIS K 7111)
: 1,5 KJ/m2
Kekerasan (JIS K 7215)
: 85 HdD
II-10

Spesifikasi Teknis

Tegangan Geser Tarik (JIS K 6850)


: 11 Mpa
Komposisi campuran yang disyaratkan
Epoxy Resin
: 25%
Modified Polyamide Resin
:5%
Thixotrophy Impartor Agent
: 15%
Flexibility Impartor
:5%
Reaction Accelarator
:3%
Reactive Diluent
: 10%
Diluent
: 2%
Stiffanwer
: 35%
c.
Alat
Alat yang akan digunakan adalah :
Tabung Injeksi
Harus dapat menghasilkan tekanan yang rendah yang terus menerus secara
konstan sehingga dapat menekan bahan perekat kedalam retakan sampai pada
retakan yang paling kecil. Tekanan rendah tersebut harus dihasilkan oleh tabung
penyuntik itu sendiri. Tekanan yang dihasilkan oleh tabung penyuntik adalah
sekitar 3 kg/cm2 secara terus menerus selama proses penetrasi bahan epoxy
berlangsung.
Grout Pump/Compressor
Grout Pump harus mampu menyuplai tekanan udara secara kontinue dan stabil
kedalam tabung injeksi sesuai dengan tekanan udara yang diperlukan.
Nipple
Selang Grouting
Vacuum
(4) Persyaratan Pelaksanaan
a. Persiapan Permukaan
Permukaan yang akan diperbaiki harus dibersihkan terlebih dahulu, sehingga bebas
dari kotoran agar terlihat jelas permukaan-permukaan yang retak. Permukaan beton
harus bebas dan bersih dari minyak, oli dan sejenisnya.
b. Pemasangan Nipples
Dasar alat nipples harus diletakan tepat ditengah permukaan yang retak dengan
menggunakan bahan penutup (seal) sehingga cairan bahan perekat dapat masuk
kedalam retakan sesuai dengan yang disyaratkan.
c. Penutupan Retakan
Setelah dilakukan pembersihan, sepanjang jalur retakan yang ada ditutup dengan
menggunakan bahan penutup selebar 5 cm dan tebal sekitar 3 mm. Setelah jalur
retakan tertutup dengan bahan penutup, dan bahan penutup mengeras, maka dapat
dilaksanakan tahapan berikutnya yaitu pemasangan alat nipple.
d. Pemasangan Pipa
Setelah dilakukan pemasangan nipples dan penutup (sealer), dilakukan pemasangan
selang grouting yang menghubungkan antar nipple yang telah terpasang, kemudian
pipa inlet/titik injeksi paling bawah dihubungkan dengan tabung injeksi yang telah
siap terisi material grouting yang terhubung dengan kompressor sehingga pekerjaan
siap untuk dilakukan.
e. Pelaksanaan Grouting
Setelah alat nipple terpasang, maka dilakukan pencampuran bahan epoxy yang
terdiri atas 2 komponen sesuai persyaratan dari pabrik pembuat. Bahan epoxy yang
telah tercampur (dengan perbandingan base agent : hardener adalah 2 : 1) tersebut
dimasukan kedalam alat nipple dengan suatu alat yang khusus sampai penuh dalam
batas plastis penutup balon yaitu sampai balon penyuntik berdiameter 25 mm,dan
kemudian tahapan tersebut dilakukan terus sampai semua alat nipples terisi dengan
bahan epoxy.
II-11

Spesifikasi Teknis

f.

Finishing
Penyelesaian akhr dimulai dengan melepaskan alat nipples selesainya pekerjaan
penyuntikan bahan epoxy kedalam penyuntik dan balon penyuntik dilepas dari
tempat retakan, kemudian dilakukan pelepasan atau pembersihan bahan penutup
retakan (sealant), sehingga permukaan struktur menjadi rata dan raph.

(5) Persyaratan Mutu


a.

Penerimaan Bahan
Semua bahan yang diterima di lapangan diberi tanda khusus pada kaleng bahan
epoxy (yang terdiri atas 2 komponen) yaitu base agent dan hardener, bahan penutup
(sealant). Setelah diberikan tanda khusus langkah selanjutnya yaitu membuat
laporan sesuai dengan jumlah penerimaan bahan epoxy (base agent dan hardener),
bahan penutup dan jumlah alat penyuntik. Dalam penerimaan bahan dilengkapi
dengan dokumen keaslian produk dan pabrik pembuat (berupa jaminan pabrik)
sesuai dengan jenis bahan yang akan digunakan.

b.

Penerimaan Hasil Kerja


Semua sifat penyuntik yang telah dilepaskan dan permukaan retak di cek apakah
terisi penuh dengan bahan perekat epoxy. Hal ini yang menandakan bahwa semua
retakan telah terisi penuh dengan bahan perekat. Tahapan selanjutnya adalah
pengecekan terhadap seluruh permukaan yang telah dibersihkan apakah berada
dalam kondisi bersih dan rapih.

c.

Apabila terdapat keraguan, maka dapat diusulkan untuk dilakukannya pengujian


tambahan dengan melakukan pengujian khusus dengan alat pundit, dan core drill.
Pekerjaan Tidak Memenuhi Ketentuan
Bila perbaikan atas pekerjaan perbaikan retak pada kolom tidak menunjukkan hasil
(dapat dilihat apakah telah terekatnya semua retakan pada struktur) dan tidak
memenuhi ketentuan seperti yang disyaratkan, maka perbaikan akan dilakukan
menurut petunjuk yang telah ditetapkan.
Bila terjadi perbedaan pendapat dalam mutu pekerjaan perbaikan retak atau adanya
keraguan terhadap hasil yang dilaksanakan, maka dilakukan pengujian tambahan
yang diperlukan untuk menjamin bahwa mutu pekerjaan yang telah dilaksanakan
sesuai dengan yang diminta.

PASAL 8
PEKERJAAN GROUTING
(1)

Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan grouting ini dimaksudkan untuk memperbaiki struktur beton yang mengalami
keropos. Pekerjaan ini mencakup pelaksanaan grouting untuk elemen struktur :
a. Balok
b. Kolom

(2)

Persyaratan Pelaksanaan
a. Pengajuan Kesiapan Kerja
Untuk pengajuan kesiapan kerja dengan cara mengirimkan contoh bahan yang akan
digunakan beserta dengan sertifikat hasil pengujian yang diberikan oleh instansi
II-12

Spesifikasi Teknis

yang berwenang. Sebelum pelaksanaan pekerjaan penambalan dilaksanakan maka


terlebih dahulu dibuat keterangan tertulis tentang metode penambalan (patching)
beserta peralatan yang akan digunakan, dan jadwal pelaksanaannya.
b. Kondisi Tempat Kerja

(3)

Mengenai kondisi tempat kerja yang dibutuhkan yaitu tempat kerja yang selalu
dalam keadaan siap untuk setiap tahapan pelaksanaan, juga aman terhadap
gangguan lingkungan serta bahan yang akan digunakan.
Persyaratan Bahan
Bahan grouting adalah bahan yang digunakan untuk perbaikan dimensi beton yang
pada umumnya menggunakan bekisting dan mempunyai ketebalan yang lebih besar dan
pada patching. Bahan grouting harus mempunyai sifat tidak menyusut dan mempunyai
kuat tekan > 50 MPa.
Sifat bahan yang diberikan oleh pabrik pembuat harus dilengkapi dengan spesifikasi,
termasuk kuat tekan, kuat lentur, kuat tarik, waktu setting (waktu pengerasan) bahan
beton. Bahan grouting yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis kerusakan serta
fungsi struktur beton, dan dalam pelaksanaan harus disesualkan dengan spesifikasi
bahan dan masing-masing pabrik pembuat yang disertai dengan sertifikat asli produk
dan pabrk pembuat. Spesifikasi bahan untuk grouting yang digunakan mempunyai
spesifikasi sebagai berkut:
Metode Pengujian
Kuat Tekan @ 20C
Kuat Lentur
Kuat Tarik
Slant shear
concrete

bond

strength

to

Penyerapan air
10 mins
2 hours
Koefisien pengembangan temperatur
Waktu Pengerasan (Setting time)
Fresh wet density

Hasil Uji Tipikal


15 MPa @ 24 hours
34 MPa@28 days
6 MPa @ 28 days
2 MPa @ 28 days
25 N/mm2 @ 28 days

0.18 ml/m2/sec
0.06 mI/m2/sec
7 to 12 x 10-6F C
Typically 2 to 4 hours
1750 kg/m3 at 0.18 water:
powder ratio

II-13

Anda mungkin juga menyukai