ABSTRACT
This paper examines the role of public ethics in realizing good governance in Indonesia. We know that the
inculcation of public ethical values is still limited to socialization, not directly with practice. The research method used
in this study uses descriptive qualitative methods based on literature studies. Where researchers examine cases or case
studies using previous research. Then the case was taken and then a comparison between corruption cases and public
ethics cases was emphasized in realizing the values of good governance. The case taken was a corruption case from the
Hambalang project, where with a background of power and leadership he collected resources from the community.
From this study it was found that the principles of good governance play an important role in an organization or
institution, even to a leader, bureaucrat and so on. These principles include, among others, the principles of
Accountability, Participation, and Transparency.
ABSTRAK
Tulisan ini mengkaji tentang peran etika publik dalam mewujudkan good governance di Indonesia. Kita
tahu bahwa penanaman nilai-nilai etika publik masih sebatas sosialisasi, tidak langsung dengan praktik. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif berdasarkan studi
kepustakaan. Dimana peneliti mengkaji kasus atau studi kasus dengan menggunakan penelitian sebelumnya.
Kemudian diambil kasusnya kemudian perbandingan antara kasus korupsi dan kasus etika publik ditekankan dalam
mewujudkan nilai-nilai good governance. Kasus yang diambil adalah kasus korupsi dari proyek Hambalang, dimana
dengan latar belakang kekuasaan dan kepemimpinan ia mengumpulkan sumber daya dari masyarakat. Dari
penelitian ini ditemukan bahwa prinsip-prinsip good governance memegang peranan penting dalam suatu
organisasi atau lembaga, bahkan terhadap seorang pemimpin, birokrat dan sebagainya. Prinsip-prinsip tersebut
antara lain meliputi prinsip Akuntabilitas, Partisipasi, dan Transparansi.
dapat dinilai dengan tidak tercela maupun masyarakat untuk mewujudkan good
terpuji (Yuniningsih, 2018). governance. Dalam Nawawi (2012)
Seperti yang kelima oleh Lugido mengatakan bahwa good governance
(2005), mengungkapkan bahwa apabila merupakan sebuah paradigma dan
dilihat dari strukturasi, terjadinya sebuah terwujud apabila dibangun diatas tiga pilar
pelanggaran etika adalah dari aspek pendukung, seperti negara, sektor swasta,
interaksi antara agen (individu) dan dan masyarakat. Ketiganya itu merupakan
struktur sosialnya. Oleh karena itu, saling mendukung dan saling terkait baik
pengembangan atau penanaman etika ini dari segi pelayanan maupun penegakan
harus juga memperhatikan kedua aspek aturan yang dibuat. Kemudian, untuk
tersebut. Aspek dimensi individual harus menciptakan sebuah tata kelola
diperhatikan seperti halnya dengan pemerintahan yang baik, maka diperlukan
dimensi strukturalnya. Proses beberapa prinsip untuk meningkatkan rasa
pengembangan praktik etika ini dapat juga kepercayaan seperti partisipasi, penegakan
dilakukan dengan berbagai cara baik hukum, transparansi, responsif, kesetaraan
secara eksplisit maupun implisit serta dan keadilan, serta akuntabilitas.
selalu memperhatikan pengembangan Pelbagai penelitian yang sudah ada
aspek emosional dan spiritualitas setiap dalam literature review ini membahas
individu. permasalahan etika publik untuk
Dengan memperhatikan prinsip- terwujudnya good governance. Namun,
prinsip good governance tindakan untuk mewujudkan hal itu perlu ada
pelanggaran etika ini tentu dapat keterkaitan antara beberapa masalah yang
diminimalisir. Seperti dalam Duadji (2013), ada dalam suatu birokrasi, seperti misalnya
menjelaskan bahwa guna untuk menuju reformasi birokrasi. Birokrasi dalam hal ini
pemerintahan yang tinggi (good merupakan lembaga yang langsung
governance) memiliki tiga pilar, seperti berhubungan dengan masyarakat dari
akuntabilitas (accountability), transparansi bawah sampai atas. Dalam penelitian Romli
(transparancy), dan partisipasi (2008), mengemukakan bahwa perilaku
(participation). Dengan tiga pilar tersebut birokrasi pada era reformasi ini masih
harus ditekankan pada implementasi suatu mirip dengan era orde baru. Ada beberapa
tugas maupun wewenang dengan tindakan kebijakan tentang reformasi birokrasi
yang nyata. Selain dalam hal penerapan namun tidak banyak merubah perilaku
prinsip-prinsip good governance perlu birokrasi. Dapat dikatakan bahwa perilaku
ditekankan pula bahwa para pemimpin birokrasi di Indonesia masih bersifat
yang melalui pemilihan umum juga harus patrmonialisme.
mempunyai etika dalam berpolitik. Etika publik perlu ditekankan
Berbanding terbalik dengan Budiyono kepada lembaga maupun organisasi
(2019), ia menjelaskan bahwa politik saat sebagai upaya mewujudkan good
ini hanya sekedar bagaimana cara governance. Namun,ada beberapa
mendapatkan kekuasaan dan tantangan dalam mewujudkan etika publik
menghalalkan segala cara tanpa ini. Kumorotomo, et all (2014)
mengindahkan etika dan moral. Sejatinya mengungkapkan bahwa terdapat tantangan
politik merupakan suatu pembicaraan dalam menegakkan etika publik, yaitu
untuk kebaikan bersama dan kepentingan pertama, korupsi dan konflik antar
publik serta dilandasi oleh nilai-nilai moral. kepentingan, kedua, pejabat publik yang
Ketujuh, juga pentingnya akan dilema etika, ketiga integral dari nilai-
menerapkan sebuah trust kepada nilai etika dalam suatu pengambilan
KYBERNAN
6 Jurnal Ilmiah Studi Pemerintahan
Vol. 1 No. 1, 30 Maret 2022
keputusan, keempat pergerakan pasar yang memahami berbagai studi yang ada dalam
berpengaruh terhadap pelaayanan publik. jurnal dan untuk dipakai dalam penulisan
Dari tantangan tersebut maka perlu ada ini. Mencari data dan mencari teori
sikap dari berbagai pihak untuk menggunakan literatur, namun tidak
mewujudkan etika publik sehingga dalam melupakan dasar dalam penelitian dengan
pelaksanaan suatu tanggungjawab dapat metode deskriptif kualitatif.
mengurangi perilaku yang kurang baik
atau minim etika. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sama halnya apa yang diungkapkan Kasus Proyek Hambalang
oleh Maani (2003), ia mengungkapkan Pembangunan proyek kawasan
bahwa pemahaman etika ini merupakan hambalang yaitu pembangunan pusat
kompetensi dasar dan langkah yang olahraga di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
strategis yang harus dimiliki dan Kasus ini merupakan sebuah kasus yang
dipraktikkan oleh birokrat untuk melibatkan pemerintah, swasta dan
menjalankan tata pemerintahan, pelayanan individu yang bernafsu untuk memperkaya
kepada masyarakat, dan pengembangan. diri mereka masing-masing. Pada waktu itu
Dari penemuan tersebut dapat dikatakan keterlibatan pemerintah khususnya
pemahaman bahwa mengenai etika ini Kementerian Pemuda dan Olahrarga
perlu disosialisasikan dengan gencar menjadi perhatian publik pada tahun 2012
terutama dalam hal kesetaraan, kesetiaan, dan 2013an. Bebarengan dengan itu
dan tanggungjawab. Dengan seperti itu keterkaitan Menteri Pemuda dan Olahraga
birokrat akan memiliki integritas dalam Andi Mallarangeng memutuskan untuk
melaksanakan tata kelola pemerintahan mengundurkan diri. Demi menjaga
yang baik dan selalu bertindak profesional. marwah dan menjadi bentuk
Penulis mendapati bahwa dari pertanggungjawaban seorang menteri
berbagai literatur terdahulu di atas ada dalam mengusut kasus korupsi yang
keterkaitan antara etika, nilai, norma- terdapat diwilayah kewenangannya.
norma, dan sikap perilaku dalam Keterlibatan dari berbagai oknum
mewujudkan konsep good governance ini nampaknya membuat eksekutif dan
khususnya bagi para pelaku pemerintahan. legislatif tidak berdaya. Bagaimana tidak,
Dari penemuan-penemuan di atas bahwa lolosnya pendanaan proyek Hambalang itu
penting untuk melihat nilai-nilai etika mencapai Rp. 2,5 trilliun. Itu tidak hanya
dalam pelayanan kepada masyarakat menjadi tanggung jawab ekekutif, akan
maupun para pelaku tata pemerintahan tetapi juga peran dari legislatif (Dewan
dalam manajemen strategis. Etika publik Perwakilan Rakyat) melalui tiga fungsi
harus selalu digaungkan kepada stekholder yakni legislasi, anggaran, dan pengawasan.
terkait, sehingga para pelakunya Dengan kejadian itu, DPR sebagai lembaga
mengetahui bagaimana cara bersikap legislatif yang bertugas mengawasi kurang
maupun berperilaku terhadap memperdulikan proyek tersebut. Sehingga
masyarakatnya juga melihat cara para proses perizinan maupun kepentingan-
pelaku ini memanfaatkan kebijakan atau kepentingan pribadi muncul.
menciptakan kebijakan-kebijakan yang
sesuai dengan kebutuhan semua elemen.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian dalam tulisan ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif
yang berbasis studi literatur. Dengan
KYBERNAN
7 Jurnal Ilmiah Studi Pemerintahan
Vol. 1 No. 1, 30 Maret 2022
maupun pemerintahan yang ikut andil Kasus ini merupakan suatu kegiatan
dalam memuluskan proyek tersebut. penyimpangan tentang barang dan jasa.
Seperti, ada keterlibatan pejabat tinggi di Kasus ini melanggar prinsip bahwa proses
Kementerian Keuangan untuk mencairkan pengadaan barang dan jasa sebagai upaya
anggaran multiyear dalam proyek untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Hambalang tersebut. secara luas, tersedia dan dapat diakses oleh
seluruh masyarakat serta tidak pandang
Etika Publik bulu. Kejadian ini merupakan
Kasus Proyek Hambalang penyimpangan atas kekuasaan untuk
merupakan salah satu pelanggaran Etika. mendapatkan keuantungan bagi diri
Etika publik merupakan suatu refleksi sendiri dengan cara memanfaatkan sumber
tentang standarisasi/norma yang daya yang terdapat dalam masyarakat.
menentukan baik/buruk, benar/salah, Hal tersebut merupakan sebuah
perilaku, tindakan, dan keputusan untuk pemahaman tentang unitilitarianisme.
mengarahkan kebijakan publik dalam Maksudnya adalah seseorang atau suatu
rangka menjalankan tanggung jawab kelompok yang memiliki kekuasaan dalam
pelayanan kepada publik (Kumorotomo, memimpin dan kemudian memanfaatkan
2014). Etika publik idealnya harus dimiliki sumber daya yang ada didalam suatu
oleh para stakeholder dalam proyek masyarakat. Praktik ini menjadi masalah
Hambalang tersebut. Tak dapat dipungkiri yang harus dibasmi. Dengan kata lain
bahwa permasalahan etika publik ini bahwa aktor individu akan selalu berusaha
sampai sekarang masih menjamur dan memaksimalkan segala sesuatunya untuk
masih serinng dilanggar oleh pelaku. memilih milih sarana yang terbaik untuk
Perilaku atau sikap seharusnya mencapai tujuan masing-masing.
harus terus menerus ditingkatkan dan Pemahaman utilitarianisme ini
terus digaungkan agar para pelaku ini jera merupakan pemahaman yang
dan mereka sadar bahwa yang mereka memperjuangkan prinsip-prinsip utility.
lakukan itu adalah kesalahan dari dalam Prinsip utility berarti
diri mereka. Kesalahan itu muncul karena usefulne/kemanfaatan. Secara umum
faktor individu yang tidak puas dengan apa pemahaman ini adalah sebuah tindakan
yang mereka miliki. Pelanggaran etika ini atau kegiatan yang dianggap benar namun
dapat juga disebabkan oleh sebuah jika itu menghasilkan yang melebihi
lembaga organisasi dengan membuat suatu kebahagiaan daripada tindakan yang
kebijakan, namun kebijakan tersebut tidak lainnya, dan tindakan dianggap salah jika
sesuai dengan apa yang ada atau dapat tidak sesuai (Hadi, 2007).
dikatakan tidak tepat sasaran. Kembali lagi pada konsep etika
Moral harus dimiliki para pemegang publik dalam mewujudkan good
kekuasaan seperti dalam proyek governance. Kasus yang terjadi pada kasus
Hambalang juga oleh organisasi maupun Hambalang tersebut adalah kasus tindak
lembaga lainnya. Moral dalam hal ini pidana korupsi. Dimana kasus itu
adalah suatu perilaku seseorang atau merupakan kasus pelanggaran etika publik
lembaga organisasi dalam pelaksanaan yang merugikan masyarakat secara luas
tugas dan wewenang namun tidak dan berdampak pada turunnya
melupakan hal-hal yang menjadi dasar kepercayaan masyarakat kepada
untuk implementasi berbagai kegiatan atau pemerintah. Untuk mengoptimalisasi
program. Seperti yang ditemukan oleh pemberantasan korupsi seperti kasus
penulis dalam literatur review, bahwa ada tersebut maka ada beberapa cara
pelanggaran etik dalam proyek Hambalang.
KYBERNAN
9 Jurnal Ilmiah Studi Pemerintahan
Vol. 1 No. 1, 30 Maret 2022
meminimalisir tindak pidana koruspi. tetapi proses nya dapat bersifat tertutup,
Dalam Waluyo (2014), mengungkapkan dengan syarat ada perjanjian tender yang
bahwa seperti harus adanya penekanan mudah diarahkan kepada penyedia barang.
komitmen terhadap penegakan hukum dan Hal itu terjadi dalam proyek Hambalang ini.
dilaksanakan secara tegas, konsisten dan Penyedia barang yang menang tender dan
terpadu. Selain itu, keuntungan dari perjanjian sudah deal, dalam perjalanannya
langkah-langkah tersebut adalah tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
penegakan hukum yang berkeadilan, Oleh karena itu, pertanggungjawaban oleh
kepastian hukum, dan akan memberi seorang pemimpin maupun organisasi
kemanfaatan bagi masyarakat umum. yang sedang maupun sudah menjalankan
Tidak hanya ditekankan pada langkah- kegiatan atau programnya sangat penting.
langkah di atas namun juga harus ada Aspek ini menjadi alat ukur bagaimana
sanksi terberat bagi para pelaku korupsi, laporan itu dapat dipertanggungjawabkan
seperti sanksi pidana, denda, uang dengan baik atau tidak. Sehingga dalam
pengganti lalu dibarengi dengan pelaksanaan maupun dalam pelaporannya
pemberian sanksi-sanksi sosial. Dengan dapat dipertanggungjawabkan dengan
langkah seperti itu diharapkan akan baik. Yang kedua, transparansi, dalam
menumbuhkan rasa percaya dari aspek transparansi masih kurang
masyarakat kepada pemerintah dan pihak keterbukaan informasi yang harus selalu
swasta. dilaporkan kepada masyarakat secara luas
maupun kepada pemerintah dan pihak
Analisis Pelanggaran Etika (Kasus lainnya. Hal ini membuktikan bahwa
Hambalang) dengan Menggunakan pemerintah dalam hal ini legislatif (DPR)
Prinsip-prinsip Good Governance sebagai pengontrol proyek ini, namun di
(Akuntabilitas, Partisipasi, lapangan malah ada anggota legislatif yang
Transparansi) berperan dalam komisi olahraga dan pada
Pelaksanaan proyek Hambalang bagian anggaran yang justru ikut
merupakan sinergi pemerintah, swasta berkontribusi negatif (ikut memuluskan
maupun individu. Apabila dikaitkan proyek Hambalang tersebut). Melalui
dengan prinsip-prinsip good governance keterbukaan informasi ini diharapkan
maka keterkaitan diantara para aktor masyarakat dapat menerima dan
sangat kuat. Menurut Duadji (2013) ia menyikapi sesuai apa yang tertera dalam
menekankan nilai-nilai good governance laporan informasi tersebut. Ketiga adalah
untuk meningkatkan tata kelola partisipasi, dalam hal partisipasi,
pemerintahan memiliki tiga pilar, seperti masyarakat dan stakeholder dalam kasus
akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi. Hambalang hanya bersikap tahu. Mereka
Nilai-nilai tersebut bahwa harus tidak mengetahui proyek tersebut datang
diimplementasikan melalui tindakan yang darimana serta untuk apa proyek tersebu
nyata dalam bentuk revitalisasi, yakni dibangun. Dalam proses partisipasi,apabila
dengan menerapkan nilai-nilai good hanya segelintir orang saja yang
governance tersebut untuk dipraktekkan mengetahui proyek atau program tersebut
melalui penyelenggaraan urusan publik maka program tidak akan berjalan dengan
dengan melihat landasan-landasan formal. baik. Bahkan yang muncul adalah kasus
Pelanggaran etika Kasus korupsi.
Hambalang dilakukan melalui analisis nilai- Dengan demikian etika publik
nilai good governance. Yang pertama memiliki peran penting dalam suatu
adalah akuntabilitas, proyek tersebut lembaga pemerintah maupun seorang
bentuk pelelangannya secara terbuka, akan
KYBERNAN
10 Jurnal Ilmiah Studi Pemerintahan
Vol. 1 No. 1, 30 Maret 2022
ditekankan pada sikap perilaku yang harus contoh nya dalam kasus korupsi. Selain
dijalankan baik dari sisi manajemen nilai, etika, untuk mewujudkan good governance
kemampuan penalaran moral, kepemilikan salah satunya adalah dengan menekankan
moralitas pribadi dan etika organisasional pada prinsip-prinsip good governance,
dalam menjalankan tugas dan antara lain akuntabilitas, transparansi, dan
wewenangnya. Dengan tuntutan etika partisipasi.
publik dan kompetensi yang harus dimiliki
oleh seorang pemimpin maupun pegawai DAFTAR PUSTAKA
birokrasi diharapkan juga mampu
mendongkrak kinerja mereka dalam Ahmad, M. M. (2017). Reformasi Birokrasi
mewujudkan pemerintahan yang baik dalam Upaya Pemberantasan Korupsi
(good governance). di Kabupaten Batang (Kepemimpinan
Etika publik dengan etika politik Yoyok Riyo Sudibyo , Periode 2012
merupakan sesuatu yang saling terkait. – 2017 ).
Dalam menjalankan kegiatan roda tata Aksa, A. H. (2010). "Etika Administrasi
pemerintahan, pemimpin yang berasal dari Publik; Peranannya Dalam
sebuah partai politik dan pegawai atau Mewujudkan (Good Governance)",
pekerja yang berada dibawahnya harus 127–132.
menguasai kompetensi tertentu seperti
dalam gambar.1.Ketimpangan proses Budiyono. (2019). Menjaga Etika Dalam
seleksi tersebut mengakibatkan Berpolitik.
terpisahnya peran antara keduanya baik
dari kekuasaannya maupun dari tugas dan Djamil, M. N. (2016). "Etika Publik Pejabat
wewenangnya. Agar terwujud Negara dalam Penyelenggaraan
pemerintahan yang baik (good governance) Pemerintahan yang Bersih", 12(01),
antara keduanya maka harus saling terkait 1757–1768.
baik secara kerja sama maupun dengan Duadji, N. (2013). Good Governance dalam
metoda tugas dan wewenang masing- Pemerintah Daerah, 28(2), 201–209.
masing.
Hadi, S. (2007). Bentham dan Mills : Hak dan
KESIMPULAN Keadilan dalam Utilitarianisme.
Dari penjelasan-penjelasan diatas
penulis menyimpulkan tentang etika publik Hastiyanto, F. (2017). Etika dan Akuntabilitas
dalam mewujudkan good governance. Sektor Publik, 12.
Penekanaan etika publik merupakan salah
Kumorotomo, W. et all. (2014). "Etika Publik
satu dasar yang harus dimiliki oleh pelaku
(Konsep Isi Modul Etika Publik
pemerintahan, baik birokrat, pejabat,
untuk Prajabatan."
maupun karyawan dalam kelas swasta.
Sikap atau perilaku pemimpin ini Lugido, U. (2005). Mengembangkan Etika di
merupakan tonggak dari organisasi atau Kantor Akuntan Publik : Sebuah
lembaga bahkan kepala daerah yang ia Perspektif untuk Mendorong
pimpin. Ketika perilaku pejabat atau Perwujudan Good Governance,
seorang pemimpin berpedoan pada etika, (September), 1–20.
maka dalam bermasyarakat akan menjadi
contoh bagi anggota masyarakat lainnya. Maani, K. D. (2003). Etika Pelayanan Publik,
Sebaliknya, ketika nilai-nilai etika ini sudah 61–70.
tidak dapat diimplementasikan maka akan
Nawawi, J. (2012). Membangun Kepercayaan
menimbulkan rasa ketidakpercayaan,
KYBERNAN
12 Jurnal Ilmiah Studi Pemerintahan
Vol. 1 No. 1, 30 Maret 2022