Anda di halaman 1dari 21

SYARAT-SYARAT TEKNIS DAN

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN (RKS)

Nama Program : PENYELENGGARAAN JALAN KABUPATEN/KOTA


Nama Kegiatan : PENGGANTIAN JEMBATAN LARANGAN TOKOL 1
Lokasi : KECAMATAN TLANAKAN
Sumber Dana : APBD KABUPATEN PAMEKASAN
Tahun Anggaran : 2023

SPESIFIKASI UMUM

1. LINGKUP PEKERJAAN
Meliputi Pekerjaan :
1.1 STRUKTUR BAWAH JEMBATAN
a. Galian Biasa
b. Pasangan Batu
c. Galian Batu Eksisting
d. Plesteran tebal 15 mm Campuran 1 Pc : 4 Pasir
e. Timbunna dari Sumber Galian
f. Pasangan Bekisting untuk Pondasi (Acuan)
g. Baja Tulangan Polos BjTP 280
h. Beton mutu fc’ 15 Mpa
1.2 STRUKTUR ATAS JEMBATAN
a. Pasangan Bekisting untuk Pondasi (Perancah)
b. Pasangan Bekisting untuk Pondasi (Acuan)
c. Baja Tulangan Polos BjTP 280
d. Baja Tulangan Polos BjTP 280
e. Beton mutu Sedang fc’ 20 Mpa
f. Sandaran Ralling
g. Pemasangan Pipa Drain Ø 2
1.3 PEKERJAAN OPRIT
h. Galian Biasa
i. Pasangan Batu
j. Pekerjaan Patok Pengarah
k. Urugan Tanah Kembali
l. Timbunan dari Sumber Galian

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS) -1


2. PERATURAN TEKNIS BANGUNAN YANG DIGUNAKAN
Kecuali ditentukan lain dalam Spesifikasi teknis ini, berlaku dan
mengikat ketentuan-ketentuan tersebut di bawah ini termasuk segala
perubahan dan tambahannya :
a. SNI 1725-2016 tentang Pembebanan Jembatan
b. SNI 2052:2017 tentang Baja Tulangan Beton
c. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1991), SK S NI T-15.1919.03.
d. SNI 03-3976-1995 tentang Tata Cara Pengadukan dan Pengecoran Beton.
e. SNI 03-6817-2002 tentang Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan
dalam Beton
f. RSNI T 12-2004 Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan
g. RSNI T-03-2005 perencanaan struktur Baja untuk Jembatan
h. PKKI NI-5-2002 tentang Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
i. Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok Dengan Cat Emulsi, SNI 03-2410-
2002
j. SNI-15-2049-2004 tentang Semen Portland
k. Peraturan dan ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh Pemerintah
Daerah
Untuk pekerjaan yang belum termasuk dalam standar yang tersebut
diatas, maupun standar Nasional lainnya maka diberlakukan standar
Internasional yang berlaku atas pekerjaan tersebut atau setidak-tidaknya
berlaku standar persyaratan teknis dari negara asal bahan pekerjaan yang
bersangkutan.

3. SYARAT-SYARAT BAHAN
3.1 Air
Syarat- syarat air untuk adukan/campuran
a. Air yang digunakan untuk bahan adukan beton, adukan pasangan dan grouting,
bahan pencuci agregat, dan untuk curing beton, harus air tawar yang bersih dari
bahan-bahan yang berbahaya bagi penggunaannya seperti minyak, alkali, sulfat,
bahan organis, garam, silt (lanau). Kadar Silt (lanau) yang terkandung dalam air
tidak boleh lebih dari 2 % dalam perbandingan beratnya. Kadar sulfat maximum
yang diperkenankan adalah 0.5 % atau 5 gr/lt, sedangkan kadar chloor maximum
1.5 % atau 15 gr/lt, dan memenuhi syarat-syarat pelaksanaan yang ditentukan
dalam SNI 03-6817-2002.
b. Kontraktor tidak diperkenankan menggunakan air dari rawa, sumber air yang
berlumpur, ataupun air laut. Tempat pengambilan harus dapat menjaga.
kemungkinan terbawanya material-material yang tidak diinginkan tadi. Sedikitnya

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS) -2


harus ada jarak vertikal 0.5 meter dari dari permukaan atas air kesisi tempat
pengambilan tadi.
c. Penggunaan air kerja harus mendapat persetujuan pengawas.
d. Bila akan dipakai air bukan berasal dari air minum dan mutunya meragukan,
maka Direksi/Konsultan Pengawas dapat minta kepada Pemborong untuk
mengadakan penyelidikan air secara laboratoris dan biaya penyelidikan tersebut
atas tanggungan Pemborong.
e. Apabila diadakan perbandingan test beton antara beton yang diaduk dengan
aquadest dibandingkan dengan beton yang diaduk menggunakan air dari suatu
sumber, dan hasilnya menunjukkan indikasi ketidak pastian dalam mutu beton
walaupun telah digunakan semen dengan jenis yang sama, maka air dari sumber
tadi tidak dapat dipakai bila hasil perbandingan test tadi menunjukkan harga-harga
yang berbeda lebih kecil dari 10 persen. Test tadi dapat dibandingkan dari aspek
mutu kekuatan, dan juga dari waktu pengerasannya. Dalam keadaan ditolak ini,
Pemborong diwajibkan mencari sumber-sumber lain yang lebih baik dan dapat
diterima dan disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas.
3.2 Pasir
Syarat-syarat pasir yang digunakan yaitu :
a. Pasir harus bersih, bila diuji memakai larutan pencuci khusus, tinggi endapan
pasir yang kelihatan dibandingkan dengan tinggi seluruh endapan tidak kurang
dari 70%.
b. Kandungan bagian yang lewat ayakan 0,063 mm1 tidak lebih dari 5% dari berat
(kadar lumpur).
c. Angka kehalusan fineness modulus terletak antara 2,2 - 3,2 bila diuji memakai
rangkaian ayakan dengan mata ayakan berukuran berturut-turut 0,16-0,315, 0,63-
1,25-2,5-5-10 mm dengan fraksi yang lewat ayakan 0,3mm1 minimal 15% dari
berat.
d. Pasir tidak boleh mengandung zat-zat organik yang dapat mengurangi mutu
beton. Maka dari itu apabila pasir direndam dalam suatu larutan 3% NaOH, cairan
yang berada di atas endapan tidak boleh lebih gelap dari warna larutan
pembanding.
e. Kekelan terhadap larutan Na2SO4 atau MgSO4 :
1) Terhadap larutan Na2SO4.
2) Fraksi yang hancur tidak lebih dari 12% dari berat.
3) Terhadap larutan MgSO4.
4) Fraksi yang hancur tidak lebih dari 10% dari berat.
f. Pasir untuk keperluan urugan dan pasir untuk keperluan pasang penempatannya
harus terpisah.
Ada beberapa jenis pasir antara lain :

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS) -3


1. Pasir Urug
Pasir untuk pengurukan, peninggian, dan lain-lain tujuan, harus dan keras
atau memenuhi syarat-syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam SNI 03-
4141-1996.
- Butiran-butiran harus tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan dengan
jari. Kadar lumpur tidak boleh melebihi 5%.
- Butiran-butirannya harus dapat melalui ayakan berlubang 3 mm persegi.
Pasir laut tidak boleh digunakan.
- Pasir untuk pengurugan, peninggian dan lain-lain tujuannya, harus bersih
dan keras. Pasir laut untuk maksud-maksud tersebut dapat digunakan asal
dicuci terlebih dahulu dan telah mendapat izin dari Direksi Pekerjaan.
2. Pasir Pasang
Pasir untuk adukan pasangan, adukan plesteran dan beton bitumen, harus
memenuhi syarat-syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam SNI 03-4141-
1996.
- Butiran-butiran harus tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan dengan
jari. Kadar lumpur tidak boleh melebihi 5%.
- Butiran-butirannya harus dapat melalui ayakan berlubang 3 mm persegi.
- Pasir laut tidak boleh digunakan.
3. Pasir Beton
Pasir untuk pekerjaan beton harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
dalam PBI (1971) diantaranya :
- Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan terbebas dari
bahan-bahan organik, lumpur dan sebagainya.
- Butir-butir harus tajam, keras, tidak dapat dihancurkan dengan jari
dan pengaruh cuaca.
- Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5 %.
- Pasir harus terdiri dari butiran-butiran yang beraneka ragam
besarnya, apabila diayak dengan ayakan ISO maka sisa-sisa
butiran di atas ayakan 4 mm1, minimal 2% dari berat sisa, butiran-
butiran diatas ayakan 1 mm minimal 10% dari berat sisa, butiran-
butiran diatas 0,25 mm1 berkisar antara 80% sampai dengan 90%
dari berat sisa.
- Pasir laut tidak boleh dipergunakan Pasir harus bersih, bila diuji
memakai larutan pencuci khusus, tinggi endapan pasir yang
kelihatan dibandingkan dengan tinggi seluruh endapan tidak
kurang dari 70%.
- Kadar lumpur tidak boleh melebihi 5%.
3.3 Koral Beton/Split

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS) -4


a. Digunakan koral yang bersih, bermutu baik, tidak berpori serta
mempunyai gradasi kekerasan sesuai dengan syarat-syarat
pelaksanaan PBI (1971).
b. Butiran-butiran split dapat melalui ayakan berlubang persegi 76 mm
dan tertinggal di atas ayakan berlubang 20 mm.
c. Koral/Split hitam mengkilap keabu-abuan.
3.4 Portland Cement (PC)
a. Istilah dan Definisi
Portland Cement (PC) bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan
bersama-sama terak semen portland dan gips dengan satu atau lebih
bahan anorganik, atau hasil pencampuran antara bubuk semen portland
dengan bubuk bahan anorganik lain. Bahan anorganik tersebut anta ra
lain terak tanur tinggi (blast furnace slag), pozolan, senyawa silikat,
batu kapur, dengan kadar total bahan anorganik 6% - 35 % dari massa
semen Portland. Standar ini menetapkan spesifikasi teknis untuk
Portland Cement (PC) yang digunakan konstruksi umum harus PC
sejenis (NI-8) dan masih dalam kantong utuh atau baru serta memenuhi
persyaratan yang ditentukan dalam SNI 15-2049-2004.
- Bila digunakan Portland Cement (PC) yang telah disimpan lama
harus diadakan pengujian terlebih dahulu oleh laboratoriu m yang
berkompeten.
- Dalam pengangkutan Portland Cement (PC) yang telah disimpan
lama harus dijaga agar tidak menjadi lembab, dan penempatannya
harus ditempat yang kering.
- Portland Cement (PC) yang sudah membatu (menjadi keras) tidak
boleh dipakai.
b. Syarat Mutu Semen (PC)
- Syarat kimia :
untuk semen Portland, SO3 maksimum 4,0 %.
- Syarat Fisika :
Kehalusan dengan alat blaine min. 280 m2/kg
Kekekalan bentuk dengan autoclave:
 pemuaian maks. 0,80 %
 penyusutan maks. 0,20 %
Waktu pengikatan dengan alat vicat:
 pengikatan awal
 pengikatan akhir
3.5 Baja Profil

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS) -5


a. Jika tidak disebutkan secara spesifik di dalam gambar, maka semua material
untuk konstruksi baja harus menggunakan baja yang baru dan merupakan "Hot
rolled structural steel" dengan mutu baja ST 37 (PPBBI-83) atau ASTM A 36
atau SS 41 (JIS. U 3101-1970), yang memiliki tegangan leleh (yield stress)
minimal, Fy = 240 Mpa dan tegangan tarik (tensile stress) Fu = 400 Mpa. Baja
jenis ini umum disebut baja karbon (Carbon Steel) yang mengandung karbon
antara 0.25 - 0.29 %. Semua material baja harus baru, bebas/bersih dari karat,
lobang-lobang dan kerusakan lainnya, lurus, tidak terpuntir, tanpa tekukan,
serta memenuhi syarat toleransi sesuai dengan spesifikasi ini.
b. Pada prinsipnya dalam tahap perencanaan, profil yang digunakan adalah profil
yang diproduksi oleh pabrik. Apabila ternyata profil tersebut tidak tersedia,
maka Kontraktor dapat mengganti profil tersebut dengan profil lain yang
disetujui oleh Konsultan / Direksi.
c. Dimensi yang tercantum di dalam gambar rencana adalah dimensi sesuai
dengan yang tertera di dalam tabel pabrik pembuat baja. Di dalam pembuatan
terjadi variasi yang menyebabkan terjadinya perbedaan dengan dimensi
rencana. Perbedaan terhadap panjang, lebar serta tebal diizinkan sebesar harga
terkecil antara 1/32 inci (0.75 mm) atau 5 % dari dimensi rencana.
3.6 Besi Tulangan
a. Berdasarkan bentuknya, baja tulangan beton dibedakan menjadi 2
(dua) jenis yaitu baja tulangan beton polos dan baja tulangan beton
sirip (ulir). Baja tulangan polos adalah baja tulangan beton
berpenampang bundar dengan permukaan rata tidak bersirip, disingkat
(BjTP). Baja tulangan beton sirip adalah baja tulangan beton
dengan bentuk khusus yang permukaannya memiliki sirip melintang
dan rusuk memanjang yang dimaksudkan untuk meningkatkan daya
lekat dan guna menahan gerakan membujur dari batang secara relatif
terhadap beton, disingkat (BjTS).
b. Syarat-syarat Besi Tulangan sebagai berikut:
- Baja tulangan beton tidak boleh mengandung serpihan, lipatan,
retakan, gelombang, cerna yang dalam dan hanya diperkenankan
berkarat ringan pada permukaan.
- Untuk baja tulangan beton polos, permukaan batang baja tulangan
harus rata tidak bersirip.
- Untuk baja tulangan beton sirip, permukaan batang baja tulangan
beton sirip harus bersirip teratur. Setiap batang diperkenankan
rnempunyai rusuk memanjang yang searah dan sejajar dengan
sumbu batang, serta sirip-sirip lain dengan arah melintang.
- Khusus untuk tebal selimut beton, dudukan harus cukup kuat dan

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS) -6


jaraknya sedemikian sehingga tulangan tidak melengkung dan
beton penutup tidak kurang dari yang diisyaratkan. Toleransi yang
diperkenankan untuk penyimpangan terhadap bidang horizontalnya
adalah 4 mm.
- Uji tarik dilakukan sesuai SNI 07-0408-1989, Cara uji tarik untuk
logam, dengan batang uji sesuai SNI 07-0371-1998, Batang uji
tarik untuk bahan logam (batang uji tarik no. 2 untuk diameter <
25 mm dan batang uji tarik no. 3 untuk diameter ≥ 25 mm). untuk
menghitung batas ulur dan kuat tarik baja tulangan beton polos dan
sirip digunakan nilai luas penampang yang dihitung dari diameter
nominal. Sedangkan uji lengkung dilakukan sesuai SNI 07-0410-1989.
Adapun table sifat-sifat mekanis sebagai berikut :
Tabel Sifat mekanis
Uji Uji lengkung
Kelas baja No. Kuat Tarik Kuat Putus
tarik Regangan Sudut Diameter

tulangan batang 2 2 (%) lengkung pelengkung


kgf/mm kgf/mm
uji 2 2
(N/mm ) (N/mm )
BjTP 24 No. 2 Min. 24 Min. 39 20 0 3xd
180
No. 3 (235) (380) 24
BjTP 30 No. 2 Min. 30 Min. 45 18 0 d > 16 = 3xd d >
180
No. 3 (295) (440) 20 16 = 4xd
BjTP 30 No. 2 Min. 30 Min. 45 10
180
0 d ≤ 16 = 3xd d >
No. 3 (295) (440) 18
16 = 4xd
BjTP 35 No. 2 Min. 35 Min. 50 18
180
0 d ≥ 16 = 3xd
No. 3 20
(345) (490) 16<d≤40 = 4xd d
≥ 40 = 5xd
BjTP 40 No. 2 Min. 40 Min.57 16 0 5xd
180
(390) (500)

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS) -7


SPESIFIKASI TEKNIK

1. PEKERJAAN PERSIAPAN
1.1 Rambu Pengaman
a. Lalu Lintas Proyek
1) Dalam melaksanakan pekerjaannya Kontraktor diharuskan mematuhi
dan mentaati ketentuan dan peraturan lalu lintas umum yang berlaku,
sejauh pekerjaannya mempengaruhi kelancaran lalu lintas umum.
Dalam hal ini Kontraktor diharuskan mendapatkan pengarahan dan
pedoman dari instansi setempat yang berwenang yaitu polisi lalu lintas
dan Dinas Perhubungan Kabupaten Pamekasan.
2) Penggunaan jalan dan jembatan umum harus diatur sedemikian rupa
agar gangguan lalu lintas dan kerusakan yang timbul sebagai akibatnya
dijaga sekecil mungkin. Perbaikan kerusakan terhadap jalan, jembatan,
gorong-gorong yang diakibatkan oleh lalu lintas proyek dibebankan
pada Kontraktor dan harus disetujui Direksi.
b. Pengaturan Pengangkutan Alat-alat Berat dan Bahan Konstruksi
1) Pengangkutan alat-alat berat ke dan dari lokasi proyek harus diatur
sedemikian rupa agar beban total dari kendaraan yang mengangkut
alat-alat berat tersebut tidak melampaui kapasitas jalan/jembatan yang
dilalui. Untuk itu alat-alat berat yang dimaksud harus diuraikan
menjadi beberapa bagian untuk kemudian diangkut beberapa kali.
Ketentuan yang sama juga berlaku untuk pengangkutan bahan -bahan
konstruksi.
2) Apabila Direksi memandang perlu, maka Kontraktor diharuskan
meminta pengawalan dari instansi yang berwenang.
c. Rambu-rambu Sementara
Kontraktor diharuskan menyediakan, membuat, memasang dan
menempatkan rambu-rambu lalu lintas sementara pada lokasi dan posisi
penting termasuk rintangan-rintangan di sekitar lokasi proyek.
Penempatannya harus dengan persetujuan polisi lalu lintas atau instansi
lain yang berwenang. Bentuk dan ukuran huruf serta susunan kalimat
pada rambu dan rintangan harus jelas, mudah dimengerti oleh setiap
pengendara kendaraan dan pada setiap cuaca gelap dan malam hari harus
diberi penerangan. Apabila pekerjaan telah dinyatakan selesai oleh
Direksi, Kontraktor diharuskan menyingkirkan semua rambu-rambu dan
rintangan-rintangan sementara yang tidak diperlukan lagi yang selama
pelaksanaan dipergunakan untuk pengaturan lalu lintas di sekitar lokasi
proyek.

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS) -8


1.2 Uitzet Dengan WaterPass / Theodolit
a. Jaringan dan Permukiman
1) Jaringan dan permukiman diambil berdasarkan referensi titik tetap
(patok beton) yang dipasang oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang Kabupaten Pamekasan.
2) Semua elevasi yang ditunjukkan dan tercantum dalam gambar adalah
elevasi yang dikaitkan dengan ketinggian patok titik tetap seperti yang
dijelaskan pada butir di atas.
3) Patok titik tetap yang dipergunakan sebagai referensi dalam proyek ini
tercantum dalam gambar-gambar rencana atau akan ditunjukkan oleh
Direksi di lapangan.
b. Pekerjaan Pengukuran dan Survey Lapangan
1) Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus menggerakkan personil
tekniknya untuk melakukan survey dan membuat laporan mengenai
kondisi fisik lapangan khususnya lokasi rencana konstruksi apakah
terdapat ketidaksesuaian. Kontraktor bersama-sama dengan Direksi
harus secara bersama-sama mengambil peil permukaan dan sounding
areal kerja dan menyetujui semua kekhususan terhadap mana semua
pekerjaan didasarkan.
2) Kontraktor harus menyediakan dan merawat stasion survey yang
diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan dan harus membongkarnya
setelah pekerjaan selesai.
3) Kontraktor harus memberitahu Direksi sekurang-kurangnya 24 jam
dimuka, bila akan mengadakan levelling pada semua bagian daripada
pekerjaan.
4) Kontraktor harus menyediakan atas biaya Kontraktor, semua ban tuan
yang diperlukan Direksi dalam pengadaan pengecekan levelling
tersebut.
5) Pekerjaan dapat dihentikan beberapa saat oleh Direksi bila dipandang
perlu untuk mengadakan penelitian kelurusan maupun level dari
bagian-bagian pekerjaan.
6) Kontraktor harus membuat peil/titik-titik tanda (bench mark) permanen
di tiap-tiap bagian pekerjaan dan peil ukuran ini harus diberi pelindung
dan dirawat selama berlangsungnya pekerjaan agar tidak berubah.
7) Kontraktor harus menyediakan alat-alat ukur selama pekerjaan
berlangsung berikut ahli ukur yang berpengalaman sehingga apabila
dianggap perlu setiap saat siap mengadakan pengukuran ulang.
8) Pengukuran titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan
alat optik dan sudah ditera kebenarannya/dikalibrasi.

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS) -9


9) Apabila terdapat perbedaan antara elevasi yang tercantum dalam
gambar dengan hasil pengukuran ulang, maka Direksi akan
memutuskan hal itu kemudian.
10) Apabila terdapat kesalahan dalam pengukuran kembali, m aka
pengukuran ulang menjadi tanggung jawab Kontraktor. Kontraktor
harus mengukur ukang lagi dan dikoreksi oleh pihak Direksi.
11) Pengukuran kembali juga dilakukan setelah pekerjaan selesai.
12) Hasil pengukuran kembali berupa gambar Long Section dan Cross
Section per titik. Tiap Titik adalah sejarak 50 meter.
13) Hasil pengukuran lengkap mengenai peil elevasi, sudut, koordinat,
serta letak patok patok harus dibuat gambarnya dan dilaporkan ke pada
Direksi untuk mendapatkan persetujuan. Kebenaran dari hasil laporan
tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
14) Jika menurut pendapat Direksi kemajuan Kontraktor tidak memuaskan
untuk menyelesaikan pekerjaan survey ini tepat pada waktunya atau
dalam hal Kontraktor tidak memulai pekerjaan atau melakukan
pekerjaan tidak dengan standar yang ditentukan. Direksi dapat
menunjuk stafnya sendiri atau pihak lain untuk mengerjakan survey
lapangan dan membebankan seluruh biayanya kepada Kontraktor.
15) Jika diperlukan untuk mengetahui kondisi tanah (tekstur, jenis tanah
dan daya dukung tanah), kontraktor diwajibkan melakukan test
penyelidikan tanah dengan menunjuk pihak / lembaga yang bergerak
dalam tes penyelidikan tanah yang bersertifikasi.
1.3 Pembuatan Bouwplank
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor harus melaksanakan
pematokan dan pemasangan bouwplank sesuai petunjuk Direksi.
b. Bouwplank harus dibuat tegak lurus sumbu saluran dan harus dibuat
melebihi lebar saluran.
c. Patok dan bouwplank harus dibuat kokoh, tidak mudah rusak dan tidak
bergerak serta harus dijaga agar tidak rusak/hilang selama pelaksanaan
pekerjaan dengan jarak antar patok berjarak 10 meter antar Bowplank.
d. Elevasi yang tercantum dalam bouwplank dan patok akan m enjadi dasar
pelaksanaan pekerjaan baik dalam penentuan lebar saluran, tinggi
saluran maupun tebal pasangan/konstruksi lainnya.
1.4 Tata Cara Kerja Pelaksana
a. Kontraktor harus menyediakan semua peralatan yang nyata-nyata
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan. Direksi berhak meminta
kepada Kontraktor untuk mengadakan peralatan pembantu pekerjaan
yang dianggap perlu untuk menjamin kecepatan, mutu dan ketepatan

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS) -10


pekerjaan.
b. Semua biaya mobilisasi dan sewa pakai peralatan dianggap telah
diperhitungkan dalam penawaran Kontraktor.
c. Kontraktor wajib meneliti situasi Tapak dan hal lain yang dapat
mempengaruhi penawaran. Untuk itu sebelum pelaksanaan pekerjaan,
Kontraktor wajib melakukan survey ulang guna memperoleh akurasi
data yang baru. Kelalaian atau kekurang telitian Kontraktor dalam hal
ini tidak dapat diajukan sebagai alasan untuk mengajukan klaim.
d. Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dalam Spesifikasi Teknis, Gambar Rencana, Berita
Acara Penjelasan (Aanwijzing), Berita Acara Rapat Lapangan, serta
petunjuk dari Direksi Teknis / Konsultan Perencana, Konsultan
Pengawas dan Tim Teknis Pengelola Proyek. Bila ternyata ada
perbedaan antara gambar rencana, RKS dan RAB maka Pelaksana /
Penyedia Jasa harus memberitahukan kepada Direksi / Pengawas
dilapangan.
e. Dalam melaksanakan pekerjaan Kontraktor wajib melakukan pendekatan
dengan masyarakat sekitar untuk memperoleh dukungan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini.

2. PEKERJAAN TANAH GALIAN


2.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau
penumpukan tanah atau bahan lain dari jalan atau sekitarnya yang
diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam Kontrak ini.
2.2 Persyaratan Bahan
1) Pekerjaan galian terdiri dari: pondasi batu kali, saluran, dan galian lain
seperti yang ada pada gambar (Shop Drawing).
2) Urutan galian harus mengikuti petunjuk Direksi/ Konsultan Pengawas.
3) Dasar galian harus dikerjakan dengan teliti, datar dan harus
dibersihkan dari segala macam kotoran.
4) Kelebihan tanah bekas galian harus dibuang dari Lokasi konstruksi.
Area antara papan patok ukur dengan galian harus bebas dari timbunan
tanah.
5) Disyaratkan bahwa seluruh permukaan galian terutama lantai galian
harus kering untuk pekerjaan pekerjaan selanjutnya, khususnya untuk
pekerjaan pondasi, pengurugan dan pemadatan.
2.3 Tata Cara Kerja Pelaksanaan
1) Cek kondisi eksisting tanah yang akan digali. Pasang Patok-patok

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS) -11


batas galian dan penggalian yang akan dilaksanakan sesuai dengan
petunjuk gambar.
2) Kemudian gali tanah dengan menggunakan alat atau sekop dan cangkul
hingga mencapai kedalaman yang telah ditentukan.
3) Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan penghalang
(barikade) yang cukup untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh
kedalamnya.
4) Galian terbuka pada lokasi jalur lalu-lintas maupun lokasi bahu jalan,
harus diberi rambu tambahan pada malam hari berupa
Drum/penghalang (barikade) yang dicat putih beserta lampu merah
atau kuning guna menjamin keselamatan pengguna jalan
5) Bila keluar air pada lubang galian pondasi harus dipompa keluar
dengan menggunakan mesin pompa air
6) Siapkan Pompa air untuk dewatering pada lubang galian yang keluar
air atau galian pondasi pada penggalian tanah dibawah elevasi muka
air tanah

3. PEKERJAAN URUGAN DAN PEMADATAN


3.1 Lingkup Pekerjaan
1) Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan
pemadatan tanah, sirtu atau bahan bebutir yang disetujui untuk
pembuatan urugan, untuk penimbunan kembali galian dan untuk urugan
umum yang diperlukan untuk membentuk dimensi urugan sesuai
dengan garis, kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang
disyaratkan atau disetujui.
2) Urugan pilihan akan digunakan sebagai lapis perbaikan tanah dasar
(improve sub grade) untuk meningkatkan daya dukung tanah dasar.
3) Pekerjaan ini juga mencakup urugan secara manual atau mekanis,
dikerjakan sesuai dengan Spesifikasi ini dan sangat mendekati garis
dan ketinggian yang ditujukan
3.2 Persyaratan Bahan
1) Daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari sampah, potong an-
potongan kayu atau bahan-bahan lainnya selain bahan urugan sesuai
dengan petunjuk Konsultan Pengawas.
2) Bahan urugan yang sudah ditempatkan dilokasi pengurugan tetapi tidak
memenuhi standar persyaratan sebagai bahan urugan, harus dibuang
dan diganti dengan bahan urugan yang memenuhi standar persyaratan
atas biaya Kontraktor.
3) Lapisan tanah lunak (lumpur) yang ada harus dihilangkan dengan

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS) -12


dikeruk sebelum pekerjaan pengurugan dimulai. Pada saat pengerukan
dan pengurugan, daerah tersebut harus dikeringkan.
4) Pemampatan dan pemadatan harus dilakukan sesuai dengan gambar
5) Tidak boleh dilakukan pengurugan atau pemadatan selama hujan deras.
Jika permukaan lapisan yang sudah dipadatkan tergenang oleh air,
Kontraktor harus mengeringkan sampai mencapai kadar air yang benar
dan dipadatkan kembali.
6) Ketinggian permukaan urugan setelah dipadatkan har us mencapai
elevasi sesuai dengan gambar rencana.
3.3 Tata Cara Kerja Pelaksana
1) Bila akan ada penimbunan tanah, terlebih dahulu harus dilakukan
pengupasan lapisan atas tanah (stripping) minimal setebal 30 cm
dengan tujuan untuk menghilangkan lapisan rumput, sisa-sisa akar
tanaman, tanah humus dan benda-benda lainnya yang dapat
mengganggu kekuatan tanah.
2) Pemborong harus selalu menyediakan pompa air untuk menghindari
genangan air dan lumpur di tempat kerja.
3) Tanah urug harus bebas dari kotoran. Hasil dari pengurugan harus
padat dan mencapai peil yang dibutuhkan.
4) Galian dan urugan (cut & fill) pada tapak harus dilakukan secermat
mungkin untuk menghindari adanya pekerjaan ulangan.
5) Urugan dilakukan lapis demi lapis dengan tebal maksimum lapisan
30 cm dan setiap lapis dipadatkan secara mekanis, dengan
menggunakan Stamper.
6) Setelah seluruh pengurugan selesai, hasil penguru gan harus berada
dalam kondisi baik, padat dan stabil. Apabila hasil urugan belum
baik, maka pengurugan harus diulang sampai mendapat persetujuan
Konsultan Pengawas dan Direksi.
7) Urugan dengan tenaga manusia hanya dapat dilakukan untuk daerah
- daerah urugan yang tidak akan menerima beban besar. Pemadatan
dilakukan dengan stamper. Pemadatan dilakukan pada setiap lapis
yang tebalnya tidak lebih dari 15 cm

4. PEKERJAAN BATU KALI


4.1 Pemasangan Batu Kali Belah 15/20 cm ( 1Pc:4Ps )
1) Landasan dari adukan segar paling sedikit 30 mm tebalnya harus
dipasang pada pondasi dan disiapkan sesaat sebelum penempatan
masing-masing batu pada lapisan pertama.

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS) -13


2) Batu besar pilihan harus digunakan untuk lapisan dasar dan pada sudut-
sudut.
3) Batu yang dipasang harus dihampar dengan muka yang terpanjang
mendatar dan muka yang tampak harus dipasang sejajar.
4) Peralatan yang cocok harus disediakan utnuk memasang batu yang lebih
besar dari yang dapat ditangani oleh dua orang. Menggelindingkan atau
menggulingkan batu pada pekerjaan yang baru dipasang tidak
diperkenankan.
5) Batu harus tertanam dengan kuat satu dengan yang lainnya untuk
mendapatkan tebal yang diperlukan dari lapisan yang diukur tegak lurus
terhadap lereng. Tambahan aduk mengisi rongga yang ada diantara batu-
batu dan harus diakhiri hampir rata dengan permukaan lapisan tetapi
tidak menutupi batunya dengan menggunakan perekat 1 pc : 4 pc.
6) Pekerjaan harus dimulai dari dasar lereng kearah atas, dan permukaan
harus diakhiri segera setelah pengerasan awal dan aduk dengan
menyapunya dengan sapu yang kaku.
7) Lereng yang bersebelahan dengan batu harus diratakan dan dibentuk
untuk menjamin pertemuan yang baik dengan pekerjaan pasangan batu
sehingga memungkinkan untuk drainase tang tidak menghambat dan
mencegah gerusan pada tepi perkerasan.
8) Pasangan yang dihasilkan harus kokoh / masif (tidak berongga), untuk itu
semua rongga diantara batu kali harus terisi campuran.
9) Setiap jarak 9 meter sepanjang saluran dibuatkan celah delatasi tegak dari
puncak saluran sampai dasar saluran.
4.2 Pekerjaan Acian
1. Umum
Lingkup pekerjaan Yang dimaksud dengan pekerjaan penyelesaian disini adalah
seluruh pekerjaan Acian termasuk benangan baik untuk Acian dinding pasangan
bata maupun pasangan batu kali atau sebagaimana yang ditunjuk dengan notasi
seperti yang tercantum pada gambar rencana.
2. Bahan – Bahan
1) Semen yang digunakan adalah :
1. Jenis Portland Cement (PC) produksi dalam negeri yang memenuhi
persyaratan yang berlaku di Indonesia.
2. Semen tidak boleh disimpan terlalu lama dan yang telah menggumpal atau
membatu tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan.
3. Penyimpanan harus mengikuti spesifikasi serta diletakkan sedemikian rupa
sehingga mudah untuk diperiksa dan diambil.

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS) -14


2) Air yang digunakan dalam campuran harus bersih, bebas dari benda – benda
yang menggangu seperti minyak, garam, asam, basa, busa, gula atau organic
lainnya. Air yang diketahui dapat diminum juga dapat dipakai

3. Prosedur Pelaksanaan
1. Perisapan bahan peralatan seperti air, semen, cetok, kertas bekas zak semen
dan bahan-bahan lainya sesuai kebutuhan.
2. Menyiapkan tempat penampungan air, bisa berupa ember cor, ember bekas
tempat cat atau tempat lainya yang dapat digunakan untuk menampung air
acian.
3. Pelan-pelan menaburkan semen kedalam air, cukup ditaburkan saja dan tidak
boleh diaduk karena dapat menyebabkan semen menggumpal serta cepat
kering sehingga tidak dapat digunakan untuk bahan acian dinding.
4. menyiram dinding yang akan diaci dengan air hingga basah, hal ini
dimaksudkan agar nantinya dinding tidak banyak menyerap air semen.
5. Melaburkan bahan acian semen yang sudah jadi ke permukaan dinding dengan
menggunakan cetok.
6. Menghaluskan pekerjaan acian dengan kertas bekas semen sehingga
permukaan benar-benar rata dan halus.
7. Usahakan agar hasil acian dinding tidak cepat kering, bisa dengan cara
menyiram air. karena pengeringan yang terlalu cepat dapat menyebabkan
keretakan dinding.
8. Pekerjaan acian dinding selesai, namun perlu menunggu beberapa waktu untuk
melanjutkan ke pengerjaan pengecatan.

4.3 Plesteran Halus 1Pc:4Ps tb.1,5cm


a. Umum
Lingkup pekerjaan Yang dimaksud dengan pekerjaan penyelesaian disini
adalah seluruh pekerjaan plesteran termasuk benangan baik untuk plesteran
dinding pasangan bata maupun pasangan batu kali atau sebagaimana yang
ditunjuk dengan notasi seperti yang tercantum pada gambar rencana.
b. Bahan – Bahan :
1) Sebagai bahan semen, pasir dan air untuk plesteran ini sama dengan
kualitas seperti yang disyaratkan untuk pekerjaan beton ataupun pekerjaan
pasangan.
2) Campuran untuk plesteran harus dipilih yang benar–benar bersih dan bebas
dari segala macam kotoran. Pasir untuk plesteran harus bersih dan diayak
dengan ayakan ukuran # 1.2 – 2.00 mm.
c. Pelaksanaan
Adukan terdiri dari material Semen, Pasir Pasang, dan Air:

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS) -15


1) Seluruh material tadi ( kecuali air ), harus dicampur, baik dalam kotak
yang rapat atau dalam alat pencampuradukan yang telah disetujui, hingga
campuran telah berwarna merata, baru sesudahnya air ditambahkan dan
pencampuran dilanjutkan selama lima sampai sepuluh menit. Jumlah air
harus sedemikian hingga guna menghasilkan adukan dengan konsistensi
(kekentalan) yang diperlukan tetapi tidak boleh melebihi 70 % dari berat
semen yang digunakan.
2) Adukan dicampur hanya dalam kwantitas yang diperlukan untuk
penggunaan langsung. Jika perlu, adukan boleh diaduk kembali dengan air
dalam waktu 30 menit dari proses pengadukan awal. Pengadukan kemlbali
setelah waktu tersebut tidak boleh dilakukan.
3) Adukan yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah air ditambahkan
harus di buang.
4) Sebelum permukaan bidang pasangan batu diplester terlebih dahulu bidang
yang akan diplester harus dibersihkan dari segala macam kotoran. Bidang-
bidang yang telah bersih kemudian disiram dengan air sampai rata dan
jenuh baru kemudian diplester. Plesteran tebal 1,5 cm terdiri dari
campuran 1 Pc: 4 Ps dengan menggunakan pasir pasang yang telah diayak.
5) Pertemuan bidang plesteran vertikal dan horizontal harus lurus, rata (tidak
bergelombang) dan tidak retak.
6) Untuk menghasilkan campuran yang homogen (merata), pengadukan harus
menggunakan Concrete Mixer / Molen.
7) Komposisi Campuran menggunakan 1 Pc : 4 Ps, yaitu 1 bagian semen
dicampur dengan 4 bagian Pasir Pasang, dalam pelaksanaan dilapangan
kontraktor harus membuat kotak takaran dari kayu dengan ukuran yang
sama.
8) Pada bagian sudut atas plesteran dibuatkan benangan sepanjang saluran,
benangan harus tajam dan lurus serta tidak mudah terkelupas. Tebal
plesteran adalah 1.5 cm.
4.4 Pasang Benangan 1Pc:2Ps
Pada setiap sudut plesteran dibuatkan benangan sepanjang sepanjang plesteran itu
sendiri. Benangan berfungsi sebagai pembentuk sudutan pekerjaan plesteran agar
mempunyai estetika yang bagus. Benangan mempunyai komposisi 1Pc : 2 Ps.

4. PEKERJAAN COR BETON & BETON BERTULANG


4.1 Lingkup Pekerjaan
1) Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan -bahan, peralatan
dan alat- alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini
untuk mendapatkan hasil yang terbaik.

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS) -16


2) Pekerjaan beton bertulang meliputi seluruh pekerjaan beton bertulang
seperti yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar atau sesuai
petunjuk Direksi dan Pengawas Lapangan.
3) Kegagalan pekerjaan beton yang terjadi akibat penyimpangan dari
spesifikasi harus diperbaiki, biaya menjadi tanggung jawab Kontraktor
4.2 Persyaratan Bahan
1) Konstruksi-konstruksi harus menggunakan peraturan Standar Nasional
Indonesia (SNI) dan lain-lain.
2) Peraturan beton
- Semua pekerjaan beton harus dipenuhi syarat-syarat yang ada SNI
15-2049-2004 – Mengenai Semen Portland, Mutu dan cara uji
semen
- SNI 03-2847-2002 – tata cara penghitungan struktur beton untuk
bangunan Gedung
- ACI, AASHTO, ASTM.
- Peraturan pembangunan pemerintah daerah setempat.
4.3 Tata Cara Kerja Pelaksana
1) Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan
membersihkan dari segala kotoran-kotoran dan menyiram cetakan
sampai jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran dan ketinggian,
pemeriksaan penulangan dan penempatan penahan jarak.
2) Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum
pemasangan besi beton selesai diperiksa dan mendapat persetujuan
dari Konsultan Pengawas.
3) Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Direksi
dan Pengawas Lapangan.
4) Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dan tidak dibenarkan
menuangkan adukan dengan menjatuhkan dari suatu ketinggian yang
akan menyebabkan pengendapan agregat.
5) Pengecoran dilakukan terus menerus, adukan yang tidak dicor dalam
waktu lebih dari 15 menit setelah keluar dari mesin adukan beton
dan juga adukan yang tumpah selama pengangkutan tidak
diperkenankan untuk dipakai lagi.
6) Pada pengecoran baru (sambungan antara beton lama dan bet on
baru), maka permukaan beton lama terlebih dahulu harus
dibersihkan dan dikasarkan dengan menyikat sampai agregat kasar
tampak, kemudian disiram air semen. Lokasi dari Construction joint
ini harus disetujui Konsultan Pengawas.
7) Pada bagian struktur yang memiliki kedalaman yang cukup besar

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS) -17


(dinding/ kolom), pengecoran beton harus bertahap sesuai dengan
ketentuan SNI 2847-2013.
8) Beton tidak diperkenankan dicor dalam keadaan hujan, Kontraktor
harus menyediakan pelindung atau metoda pelaksanaan lain pada
saat hujan. Ketentuan ini harus ditaati dan disebut dalam berkas
perijinan cor.
9) Pengecoran harus dilaksanakan sebaik mungkin dengan
menggunakan alat penggetar untuk menjamin beton cukup padat dan
harus dihindarkan terjadinya cacat pada beton seperti keropos dan
sarang-sarang koral/split yang dapat memperlemah konstruksi.
10) Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari
berikutnya maka tempat perhentian tersebut harus disetujui oleh
Pengawas Lapangan.

5. PEKERJAAN PEMBESIAN
5.1 Lingkup Pekerjaan
Lingkup Pekerjaan antara lain :
- Pembesian Struktur Jembatan
5.2 Persyaratan Bahan
1) Besi penulangan beton harus disimpan dengan cara-cara sedemikian
rupa, sehingga bebas dari hubungan langsung dengan tanah lembab
maupun basah.
2) Besi penulangan harus disimpan berkelompok berdasarkan ukuran
masing-masing. Besi penulangan rata harus sesuai dengan
persyaratan dalam NI - 2 yang dinyatakan sebagai U-24 seperti yang
dinyatakan dalam gambar.
3) Besi penulangan yang akan digunakan harus bebas dari karat dan
kotoran lain, apabila harus dibersihkan dengan cara disikat atau
digosok tanpa mengurangi diameter penampungan besi, atau dengan
bahan cairan sejenis “Vikaoxy Off” yang disetujui pengawas.
4) Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau
dibengkokkan, sambungan kait-kait dan pembuatan sengkang
(Ring), persyaratan harus sesuai PBI 1971.
5) Pembuatan dan penggunaan tulangan beton harus disesuaikan
dengan gambar konstruksi.
6) Tulangan beton harus diikat kuat dengan kawat beton untuk
menjamin agar besi tidak berubah tempat selama pengecoran dan
harus bebas dari papan acuan atau lantai kerja dengan memasang
selimut beton/ beton deking sesuai dengan ketentuan dalam PBI-

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS) -18


1971.
7) Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan
dari lapangan kerja dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertu lis
dari perencana/ pengelola Kegiatan/ konsultan pengawas.
8) Direksi/ Pengawas berhak memerintahkan untuk men ambah besi
tulangan ditempat yang dianggap perlu sampai maksimum 5% dari
tulangan yang ada ditempat tersebut, meski tidak tertera dalam
gambar struktur, tanpa biaya tambahan.
9) Kawat Pengikat, harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti
yang disyaratkan dalam NI-2
6. PEKERJAAN BEKISTING
6.1 Lingkup Pekerjaan
Lingkup Pekerjaan antara lain :
- Pasangan Bekisting Jembatan
6.2 Persyaratan Bahan
1) Pelaksana harus terlebih dahulu mengajukan gambar-gambar
rencana cetakan dan acuan untuk mendapatkan persetujuan
Pengawas, sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan. Dalam
gambar-gambar tersebut harus secara jelas terlihat konstruksi
cetakan atau acuan, sambungan-sabungan dan kedudukan serta
sistem rangkanya.
2) Cetakan dan acuan untuk pekerjaan beton harus memenuhi
persyaratan dalam SNI 03-2847 2002.
3) Acuan harus direncanakan agar dapat memikul beban -beban
konstruksi dan getaran-getaran yang ditimbulkan oleh peralatan
penggetar. Defleksi maksimal dari cetakan dan acuan antara
tumpuannya harus dibatasi sampai 1/400 bentang antara tumpuan
tersebut.
4) Pembongkaran cetakan dan acuan harus dilaksanakan sedemikian
agar keamanan konstruksi tetap terjamin dan disesuaikan dengan
persyaratan SNI 03-2847-2002.
5) Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari
pengawas, atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai
berikut:
- Bagian sisi balok 48 Jam
- Balok tanpa beban konstruksi 7 Hari\
- Balok dengan beban konstruksi 21 Hari
- Pelat beton 21 Hari
6) Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS) -19


sehingga tidak menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam
hal terjadi bentuk beton yang tidak sesuai dengan gambar rencana,
Pelaksana wajib mengadakan perbaikan atau pembetulan kembali.
7) Cetakan untuk pekerjaan kolom dan pekerjaan beton lainnya har us
menggunakan multliptek 9 mm, balok 5/7, 6/10, 8/10 dari kayu
kelas III dan dolken diameter 8-12 cm
7. Gambar Kerja (Shop Drawing)
a. Direksi dan Konsultan Pengawas, berhak untuk memerintahkan
Kontraktor untuk membuat gambar kerja (shop drawing) atas bagian-
bagian pekerjaan yang memerlukan penjelasan lebih detail, dan / atau
terdapat kekurang jelasan dalam gambar kerja dan / atau untuk
memungkinkan Kontraktor Pelaksana melaksanakan dan menyelesaikan
pekerjaan sesuai dengan ketentuan, gambar kerja tersebut atas biaya
Kontraktor Pelaksana.
b. Pelaksanaan pekerjaan yang dimaksud baru bisa dilaksanakan jika shop
drawing telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas, yang
ditandai dengan “tanda tangan” diatasnya.
c. Gambar kerja hanya dapat berubah apabila diperintahkan secara tertulis
oleh Pemberi Tugas, dengan mengikuti penjelasan dan pertimbangan dari
Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas.
d. Perubahan rencana ini harus dibuat gambarnya yang sesuai dengan apa
yang diperintahkan oleh Pemberi Tugas atau Konsultan, yang jelas ;
memperhatikan perbedaan antara gambar kerja dan gambar perubahan
rencana. Gambar tersebut harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas
untuk disetujui sebelum dilaksanakan.
8. Gambar Sesuai Pelaksanaan (Asbuilt Drawing)
a. Termasuk semua yang belum terdapat dalam gambar kerja baik karena
penyimpangan, perubahan atas perintah Pemberi Tugas atau Konsultan,
maka Kontraktor Pelaksana harus membuat gambar-gambar yang sesuai
dengan apa yang telah dilaksanakan, yang jelas memperlihatkan
perbedaan antara gambar kerja dan pekerjaan yang dilaksanakan.
b. Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 5 (lima) yang biaya
pembuatannya ditanggung oleh Kontraktor Pelaksana.
9. Perbedaan Dalam Dokumen Lampiran Kontrak
a. Jika terdapat perbedaan-perbedaan antara Gambar Kerja dan Spesifikasi
dan Syarat-syarat teknis ini, maka Kontraktor Pelaksana harus
menanyakannya secara tertulis kepada Konsultan Pengawas dan
Kontraktor Pelaksana harus mentaati keputusan tersebut.
b. Ukuran-ukuran yang terdapat dalam gambar yang terbesar dan terakhirlah

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS) -20


yang berlaku dan ukuran dengan angka adalah yang harus diikuti dari
pada ukuran skala dari gambar-gambar, tapi jika mungkin ukuran ini
harus diambil dari pekerjaan yang sudah selesai.
c. Apabila ada hal-hal yang disebutkan pada Gambar Kerja, RKS atau
dokumen yang berlainan dan atau bertentangan, maka ini harus diartikan
bukan untuk menghilangkan satu terhadap yang lain tetapi untuk
menegaskan masalahnya. Kalau terjadi hal ini, maka yan g diambil
sebagai patokan adalah yang mempunyai bobot teknis dan atau yang
mempunyai biaya yang tinggi.

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS) -21

Anda mungkin juga menyukai