Anda di halaman 1dari 32

AGREGAT

Bahan Perkerasan Jalan


• Agregat dapat dibedakan
berdasarkan:
a. Kelompok terjadinya
b. Pengolahan
c. Ukuran butiran
a. Berdasarkan kelompok terjadinya

• Agregat beku (igneous rock)


• Agregat sedimen (sedimentary rock)
• Agregat metamorfik (metamorphic rock)
b. Berdasarkas Pengolahan
• Agregat siap pakai
• Agregat diolah dahulu
c. Berdasarkan Ukuran Butiran
• Agregat kasar (Coarse Aggregate)
• Agregat halus (Fine Aggregate)
• Bahan pengisi (Filler)
Agregat Kasar

• Fraksi agregat kasar untuk rancangan


campuran adalah yang tertahan ayakan No.8
(2,36 mm) yang dilakukan secara basah dan
harus bersih, keras, awet dan bebas dari
lempung atau bahan yang tidak dikehendaki
lainnya dan memenuhi ketentuan yang
diberikan.
Tabel Ketentuan Agregat Kasar

Pengujian Standar Nilai


Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium SNI 3407:2008 Maks.12 %
dan magnesium sulfat
Campuran AC Maks. 30%
bergradasi kasar
Abrasi dengan mesin Los
Semua jenis campuran SNI 2417:2008 Maks. 40%
Angeles
aspal bergradasi
lainnya
Kelekatan agregat terhadap SNI 03-2439-1991 Min. 95 %
aspal
Angularitas (kedalaman dari permukaan <10 cm) DoT’s Pennsylvania 95/90 1
Test Method, PTM No.621
Angularitas (kedalaman dari permukaan ≥ 10 cm) 80/75 1

Partikel Pipih dan Lonjong ASTM D4791 Maks. 10 %


Perbandingan 1 :5
Material lolos Ayakan No.200 SNI 03-4142-1996 Maks. 1 %

Catatan :
(*) 95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih
dan 90% agregat kasar mmepunyai muka bidang pecah dua atau lebih.
• Fraksi agregat kasar harus dari batu
pecah mesin dan disiapkan dalam
ukuran nominal sesuai dengan jenis
campuran yang direncanakan.
• Agregat kasar harus mempunyai angularitas
seperti yang disyaratkan. Angularitas agregat
kasar didefinisikan sebagai persen terhadap
berat agregat yang lebih besar dari 4,75 mm
dengan muka bidang pecah satu atau lebih
berdasarkan uji menurut Pennsylvania DoT’s
Test Method No.621 dalam Lampiran 6.3.C.
Agregat Halus
• Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau
hasil pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan
No.8 (2,36 mm).

• Fraksi agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditempatkan terpisah
dari agregat kasar.

• Pasir alam dapat digunakan dalam campuran AC sampai suatu batas yang
tidak melampaui 15% terhadap berat total campuran.

• Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari
lempung, atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batu pecah halus
harus diperoleh dari batu yang memenuhi ketentuan mutu . Apabila fraksi
agregat halus yang diperoleh dari hasil pemecah batu tahap pertama
(primary crusher), tidak memenuhi pengujian Standar Setara Pasir, maka
fraksi agregat harus dipisahkan sebelum masuk pemecah batu tahap
kedua (secondary crusher) dan tidak diperkenankan untuk campuran aspal
jenis apapun.
Bahan Pengisi (Filler) Untuk Campuran
Beraspal

• Bahan pengisi yang ditambahkan terdiri


atas debu batu kapur (limestone dust),
kapur padam (hydrated lime), semen
atau abu terbang (fly ash) .
• Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari
gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai
SNI 03-1968-1990 harus mengandung bahan yang lolos
ayakan No.200 (75 micron) tidak kurang dari 75 % terhadap
beratnya.

• Bilamana kapur tidak terhidrasi atau terhidrasi sebagian,


digunakan sebagai bahan pengisi yang ditambahkan maka
proporsi maksimum yang diijinkan adalah 1,0% dari berat
total campuran beraspal. Kapur yang seluruhnya terhidrasi
yang dihasilkan dari pabrik yang disetujui dan memenuhi
persyaratan , dapat digunakan maksimum 2% terhadap berat
total campuran beraspal.

• Semua campuran beraspal harus mengandung bahan pengisi


yang ditambahkan tidak kurang dari 1% dan maksimum 2%.
BAHAN JALAN
KLASIFIKASI TANAH
• Dalam mekanika tanah, istilah tanah
mencakup semua bahan konstruksi yang
berasal dari quarry atau pits seperti:
lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal,
berangkal, dsb.
Cara menggolongkan jenis tanah atau disebut
klasifikasi tanah adalah:
1. Primary
ASTM Committee on Soil for Engineering
Purpose mendefinisikan pasir sebagai butiran
antara 0,05 mm (No. 270) sampai 2,0 mm
(No. 10).
Sebaliknya berbagai sumber mendefinisikan
pasir sebagai butiran yang lolos No.4 atau
1/4“.
Berdasarkan Ukuran Butiran
Jenis Rentang Ukuran Butir
Berangkal (Boulder) > 8 inch atau > 20 cm
Kerakal (Cobble) 3-8 inch (7,5 – 20 cm)
Kerikil (Gravel) No.8 - 3inch (2,36 mm – 7,5 cm)
Pasir (Sand) No.200 – No.8 (0,075 mm-2,36
mm)
Lanau (Silt) 0,005 – 0,075 mm
Lempung (Clay) < 0,005 mm
2. Sekunder
Butiran > Pasir Pemeriksaan Gradasi
Butiran < Pasir Pemeriksaan Sifat-Sifat
(Properties)
Standar rujukan yang digunakan dalam
klasifikasi tanah

1. USCS (Unified Soil Classification System)


2. AASHTO (American Association of State
Highway and Transportation Officials)
3. Klasifikasi sistem lainnya, kecuali SNI
(Standard Nasional Indonesia)
Cara membedakan jenis tanah
dengan cepat:
1. Berangkal, kerakal, kerikil dan pasir mudah
dibedakan;
- menurut ukuran butir dengan visual
2. Pasir halus dan lanau sulit dibedakan dengan
visual;
- Lama pengendapan dalam gelas yang diberi air
yang sudah dikocok, pasir akan mengendap
dalam waktu ≤ 1,5 menit dan lanau akan
membutuhkan waktu sekitar 10 menit (sampai
air jernih)
Lanjutan…
3. Lanau dan Lempung dapat dibedakan dengan:
a. Indera peraba, diremas dengan ibu jari dan telunjuk.
b. Lama pengendapan, lanau ≥ 10 menit dan < 1 jam.
c. Menggerakkan bola tanah di telapak tangan, lanau
akan mengkilap permukaannya dan lempung tidak.
d. Memecah gumpalan lempung kering sulit, sedangkan
lanau lebih mudah.
e. Lempung mudah dilinting (dipilin) sedangkan lanau
sulit.
Cara singkat memperkirakan CBR
tanah:
1. Cara visual atau pengalaman
cara visual sangat membantu proses
pengawasan, untuk memastikan mutu
material diperlukan cara laboratorium
sebagaimana disyaratkan dalam spesifikasi.
2. Klasifikasi Tanah
AASHTO CBR Casagrande atau CBR
(%) USCS (%)
A1 >20 GW > 50
A2 >8 GC > 40
A3 > 10 GP 25 – 60
A4 3 – 25 GF 20
A5 <7 SW & SC 20 – 60
A6 & A7 < 15 SP 10 – 30
SF 8 – 30
ML 6 – 25
Catatan:
GC dan SC: gradasi menerus dengan CL 4 – 15
sedikit lempung. OL 3–8

GF dan SF: gradasi jelek dengan kadar MH <7


lanau/lempung tinggi. CH <6
OH <4
AGREGAT
• Secara umum jenis agregat
digolongkan sebagai berikut:
1. Pasir
2. Kerikil
3. Batu pecah
1. Pasir
• Pasir adalah material berbutir yang dihasilkan
oleh pelapukan alami batuan atau pemecahan
batuan pasir-batu.
• Terdapat enam (6) jenis pasir dengan masing-
masing gradasi tertentu, yaitu: pasir angin,
pasir danau atau pantai, pasir sungai, pasir
dari pasir batu (Sirtu), pasir gunung, dan pasir
buatan.
a. Pasir Angin
Pasir yang dibawa angin dan mengumpul di suatu
tempat. Umumnya berbutir halus dengan ukuran
antara No.40 sampai No.100.
b. Pasir Danau atau Pantai
Pasir berbutir halus dan bulat umumnya dicampur
dengan pasir kasar. Umumnya berukuran antara
No.40 sampai No.200
c. Pasir Sungai
Pasir yang dibawa oleh air dan menggelinding antar
butiran sehingga tidak bersudut tajam. Umumnya
bebas dari lumpur dan berbutir halus dengan ukuran
butiran antara No.4 sampai No.100.
d. Pasir dari Pasir-Batu (Sirtu)
Pasir yang diperoleh dari pengayakan. Pasir-batu
lolos No.4; kadang-kadang mengandung tanah
dan berukuran antara No.4 sampai No.200.
e. Pasir Gunung
Pasir yang berasal dari deposit alami dengan
sedikit atau tanpa kerikil. Umumnya berukuran
antara 3/4“ sampai No.200
f. Pasir Buatan
Pasir yang diperoleh dari pengayakan batu
pecah mesin lolos No.4.
2. Kerikil
Kerikil diperoleh dari pelapukan alami batuan,
berukuran lebih besar dari pasir yang dianggap
tertahan No.4 atau 1/4“.

a. Kerikil Kacang Polong (Pea Gravel)


Kerikil yang bersih, berasal dari kerikil sungai
dengan ukuran antara ¼” sampai ½”.
b. Kerikil Sungai
Kerikil yang dapat dijumpai pada hulu maupun hilir,
terdiri dari butiran bulat berukuran di atas ¼”
dengan permukaan yang halus bercampur dengan
pasir sungai. Umumnya bebas dari tanah dan lanau.
Material yang lolos ¼” ini termasuk pasir sungai.
Lanjutan…
c. Kerikil Gunung
Kerikil yang berasal dari deposit alami,
umumnya berbutir, terkadang bercampur
dengan pasir halus dan tanah. Tergantung
bercampur dengan material apa, maka
disebut Tanah Berkerikil, Pasir Berkerikil,
Kerikil berlempung, Kerikil berpasir.
3. Batu Pecah
• Batu pecah dihasilkan dari pemecahan
mekanik dari berbagai jenis batuan atau
berangkal.
• Contoh: batu kapur, granite, batuan
singkapan, quartzite, dsb.
a. Batu Pecah Bergradasi
Batu pecah yang diproduksi pada gradasi yang
diinginkan dengan pengayakan. Batu pecah yang
lebih disukai adalah berbentuk cubical (persegi),
akan tetapi beberapa jenis batuan berlapis
mungkin akan memberikan bentuk yang agak
pipih.
b. Batu Pecah Campuran
Batu pecah tanpa pengayakan, umumnya hanya
digunakan ayakan 2” sebagai scalping screen
(diayak sebelum masuk secondary crusher).
c. Crusher Screening
Crusher screening adalah bagian dari batu pecah yang
lolos ¼” atau No.4. Umumnya berukuran dari ¼” ke
bawah termasuk 0 sampai 6% lolos No.200.
Umumnya bergradasi baik meskipun terdapat
kekurangan pada No.40 sampai No.100.
d. Terak (Slag)
Terak adalah bahan bukan logam yang diperoleh dari
tungku pemanasan logam, mengandung silikat dan
alumino silikat serta bahan dasar lainnya. Terak
dengan mutu yang baik akan memberikan perkerasan
yang baik meskipun seringkali terdapat terak yang
porous dan menyerap banyak aspal.

Anda mungkin juga menyukai