Anda di halaman 1dari 12

SPESIFIKASI TEKNIS

1. Acuan Dasar Spesifikasi Teknis


 Peraturan Beton Bertulang Indonesia N.I.-2 tahun 1971
 Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI 1982)
 Standart Umum Bahan Bangunan Indonesia tahun 1986
 Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal SNI-03-2834-
2000 tahun 2000
 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SK-
SNI-03-2002 Tahun 2002
 Kriteria Perencanaan (KP 01 – KP 07) tahun 2010
 Persyaratan Teknis (PT 01 – PT 04 ) tahun 2010
 Standar Nasional Indonesia SNI 2052 tahun 2014
 Peraturan-peraturan lain yang berlaku dan dipersyaratkan berdasarkan
normalisasi di Indonesia yang belum tercantum dan dapat persetujuan
Direksi.

2. Pekerjaan Galian Tanah sedalam < 1 m


 Galian Tanah dilaksanakan untuk semua pekerjaan pasangan dibawah
tanah yang harus dilaksanakan sesuai dengan gambar kerja.
 Galian tanah tidak boleh melebihi kedalaman yang ditentukan. Apabila
hal ini terjadi, maka pengurugan kembali harus dilakukan dengan
pasangan atau beton tumbuk atas biaya Kontraktor.
 Jika pada galian tanah ditemukan akar-akar pohon dan atau bagian
tanah yang longsor (tidak padat), maka bagian ini harus segera
dikeluarkan seluruhnya dan lubang yang terjadi diidi dengan pasir urug
lapis demi lapis, disiram air sampai jenuh, sehingga mencapai
permukaan yang diinginkan
 Bilamana galian harus melalui atau akan mengganggu
saluran/bangunan yang telah ada, maka Kontraktor bertanggungjawab
untuk melindunginya dengan membuat saluran sementara atau
pekerjaan khusus lainnya.
 Galian tanah tidak boleh dibiarkan terlalu lama, sehingga setelah galian
disetujui Konsultan Pengawas, segera dimulai tahapan pekerjaan
berikutnya.
 Pekerjaan urugan tanah kembali harus diperiksa terlebih dahulu oleh
Konsultan Pengawas.
 Tanah urug yang dipakai harus bebas dari tanaman, akar akar pohon,
puing-puing bangunan dan segala macam kotoran lainnya. Tanah Urug
tersebut harus berasal dari jenis tanah berbutir (tanah lading, sedikit
berpasir dan tidak terlalu basah)

3. Pekerjaan Urugan Tanah


 Pengurugan tanah kembali dan penimbunan untuk peninggian tanah
dilakukan lapis demi lapis setebal 20 cm setiap lapisnya, dipadatkan
dengan stamper/manual sampai mencapai kepadatan 95 % dan
mencapai permukaan yang diinginkan.
 Jika tidak ada persetujuan sebelumnya dari Konsultan Pengawas, maka
pengurugan dan pemadatan tanah tersebut dilakukan tanpa memakai
air.
 Untuk pekerjaan urugan pasir harus disiram dengan air dan ditumbuk
hingga padat.
 Pasir laut tidak diperkenankan dipakai untuk pengurugan namun pasir
pasang jenis kasar (minimum ukuran 3,5 mm) boleh dipakai sebagai
pasir urug.
 Tanah urug yang dipakai untuk pekerjaan ini harus diambil dari luar
lokasi pekerjaan.

4. Semen Portland
 Terdaftar dalam merk dagang.
 Portland cement yang digunakan adalah jenis-jenis yang memenuhi
ketentuan-ketentuan dalam N1-1 atau menurut standart Portland cemen
yang digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia.
 Semua peraturan tentang penggunaan semen portland di Indonesia
untuk bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
 Semen Portland yang dipakai harus disetujui Konsultan Pengawas dan
Direksi, memenuhi syarat S.400 menurut Standart Semen Indonesia
(N.I.-8-1972), pruduksi dan jenisnya akan ditentukan kemudian.
 Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua
pekerjaan beton structural maupun beton non struktural.
 Mempunyai butiran yang halus dan seragam, tidak berbungkah-
bungkah/tidak keras.
 Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah
Semen Portland Type I.
 Semen yang digunakan harus berkualitas baik dan pada saat digunakan
harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras)
 Untuk menjaga mutu semen,cara penyimpanan harus mengikuti syarat-
syarat penyimpangan bahan tersebut.
 Semua semen untuk spesi / mortil / adukan untuk pekerjaan batu harus
menggunakan kualitas yang standart masih tersegel pabrik (kemasan
Pabrikan) dan bukan semen curah.
 Semen yang sudah membatu dan kantong semen yang robek/rusak
jahitannya sama sekali tidak diperkenankan dipakai
 Semen harus diterima diproyek dalam kondisi baik dan dalam kantong
asli dari pabrik yang tertutup rapat.
 Semen harus disimpan dalam gudang yang kedap air, berventilasi baik
dan diatas lantai setinggi 30 cm. Semen tidak boleh ditumpuk melebihi
15 lapir dan setiap pengiriman harus selalu dipisahkan (dengan diberi
tanda) untuk memudahkan urutan pemakaiannya.

5. Batu / batu kali / batu belah


 Sesuai dengan persyaratan yang tertuang dalam Peraturan Umum
Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI) tahun 1982
 Batu muka permukaan harus datar, berbentuk lonjong atau segi enam
teratur dan rapi dibuat dari bahan yang sama untuk pekerjaan batu.
Untuk pekerjaan saluran batu muka berukuran (15-20) cm dan untuk
pekerjaan bendung/dam batu raen berukuran (20-25) cm dan jarak antar
batu yang satu dengan yang lain tidak lebih 2,5 cm.
 Batu yang digunakan adalah batu kali / batu gunung bermutu baik dan
masih baru yang keras dan nyaring suaranya bila saling berbenturan
serta tidak berongga / berpori. Batu yang dipakai adalah batu yang
bersih dan keras, tahan lama dan homogen.

6. Pasir cor/beton/Pasir pasang


Bahan Pasir Cor/Beton yang disyaratkan adalah :
 Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton
dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi
Teknis ini.
 Pasir yang dipakai harus memenuhi syarat-syarat PBI 1971.
 Pasir yang dipakai dapat berupa pasir alam, atau pasir buatan yang
dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu. Pasir harus terdiri dari butir-butir
yang tajam dan mempunyai gradasi yang baik, tidak porous cukup
syarat kekerasannya.
 Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila
lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
 Agregat halus harus pasir alam yang bersih, bebas dari lumpur, zat
organik, garam alkali dan butir-butir yang lunak. Disamping itu pasir
harus tajam / kasar, keras dan tidak mengandung bahan-bahan yang
merugikan beton sampai batas maksimal 5%, berat kadar lumpur dari
pasir tidak boleh melebihi 6% ( terhadap berat kering ) dan jika melebihi
agregat harus dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan.
 Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
 Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.
 Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir
beton adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.
 Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
 Pasir untuk spesi / mortil / adukan yang digunakan pada pasangan batu
harus bebas dari kadar lumpur sesuai standart.

7. Agregat Kasar/Kerikil/batu pecah


 Agregat yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat percobaan yang
tercamtun dalam PBI-1971
 Kerikil/batu pecah yang dipakai harus memenuhi syarat-syarat PBI
1971. Kerikil/batu pecah harus mempunyai gradasi yang baik, tidak
porous, memenuhi syarat kekerasannya.
 Kerikil tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% ditentukan
terhadap berat kering. Apabila kadar lumpur melampaui 1%, maka kerikil
harus dicuci.
 Pasir alam sebagai hasil disintegrasi 'alami' batuan atau pasir yang
dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir
terbesar 5,0 mm
 Agregat mempunyai gradasi baik, cukup syarat kekerasannya, padat
dan tidak porous. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam.
 Agregat kasar dapat berupa kerikil alam yang bersih atau stones crusher
(berbahan dasar batu kali) yang mempuyai gradasi yang terbaik, keras,
padat dan tidak berpori dan bersifat kekal, tidak pecah / hancur karena
pengaruh cuaca, kadar lumpur harus dicuci terlebih dahulu sebelum
digunakan
 Terdiri dari butiran yang keras dan bersifat kekal.
 Tingkat ketahanan terhadap keausan butiran minimal 95%.
 Jumlah butiran Lonjong dan Pipih minimal 5%.
 Tidak boleh mengandung lumpur dan zat-zat yang dapat merusak beton
seperti zat alkali.
 Ukuran butiran terkecil minimal 1 cm dan ukuran butiran terbesar
maksimal 1.5 cm.
 Butiran batu pecah dalam setiap meter kubiknya tidak boleh seragam
tetapi merupakan campuran antara butiran 1 cm sampai butiran 1.5 cm.
 Batu pecah yang akan dipakai untuk material campuran beton harus
melalui proses pemeriksaan di Laboratorium beton.
 Batu pecah hanya dan harus dipakai pada campuran beton struktural
atau beton dengan mutu K-175 sampai mutu K-300.

8. Air
 Yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat PBI 1971. Air tawar
yang dipakai harus bersih, tidak mengandung minyak, asam alkali
bahan-bahan organis dan bahan-bahan lain yang dapat menurunkan
mutu beton. Air yang digunakan dalam menyiapkan spesi / mortil /
adukan harus tidak mengandung sejumlah bahan bahan yang dapat
merusak seperti lumpur, bahan organis, alkali, garam dan bahan
pengotor.
 Air yang digunakan adalah air yang dapat diminum, tidak mengandung
lumpur, kandungan bahan organic, kimia perusak dan masih memenuhi
ambang batas yang disyaratkan PUBI 1982 (NI-3) dan SK. SNI-T-15-
1991
 Secara visual air harus bersihdan bening, tidak berwarna dan tidak
berasa.
 Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam dan zat organic yang
dapat merusak beton.
 Air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang didatangkan
dari tempat lain ke lokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan Direksi
dankonsultan pengawas sebelum digunakan.

9. Zat Additive Beton


 Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang
berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability
harus disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas.
 Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses
penelitian dan percobaandilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari
Kontraktor Pelaksana.
 Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat
yang berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.
 Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang
dapat dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana.

10. Besi beton (polos / ulir)


 Dimensi, model, bengkokan, jarak dan panjang penyaluran tulangan
harus sesuai dengan Gambar Bestek dan Shop Drawing, standar
Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03
 Sambungan antar tulangan, penjangkaran tulangan dan panjang
penyaluran tulangan pada kondisi pembeban lentur, beban tarik, beban
tekan, jika tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka harus
sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam Peraturan Beton
Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03
 Panjang sambungan lewatan jika tidak ditentukan lain dalam Gambar
Bestek, Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03
harus diambil minimal 40 kali diameter batang yang disambung
 Penjangkaran tulangan atau kait-kait pada posisi pemutusan tulangan
jika tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka harus sesuai
dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam Peraturan Beton Indonesia
(PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.
 Sambungan-sambungan pada kondisi pembeban tarik dan lentur harus
dibuat kait (hook) kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Beton
Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.
 Besi beton harus bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada
baja tulangan ditentukan oleh Direksi dan Konsultan Pengawas.
 Baja tulangan diatas diameter 12mm atau lebih adalah Baja Ulir.
 Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 12 mm adalah
baja polos
 Baja tulangan yang dipakai mempunyai mutu U-24 untuk besi beton
polos, jenis baja Mild-Steel dengan tegangan leleh minimum 240 Mpa
untuk U-24. Bila Konsultan Pengawas meragukan mutu/kualitasnya
maka harus diperiksa di laboratorium Penelitian Bahan dengan
kesepakatan bersama atas biaya Kontraktor
 Semua baja tulangan ulir mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal
3200 kg/cm2 atau 320 MPa.
 Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan
dengan percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3
benda uji.
 Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan
yang dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.
 Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi
dalam arah yang berlawanan.
 Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari
hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.
 Kontraktor diharuskan membuat gambar detail pemotongan baja
tulangan dengan berpedoman pada gambar detail yang ada.
 Baja tulangan dibegkokkan atau diluruskan dalam keadaan dingin dan
pembengkokan tidak boleh dengan cara merusak tulangan
 Kawat pengikat tulangan (kawat bendrat) terbuat dari baja lunak dengan
diameter minimum 1 mm.
 Pembuatan beton tahu harus mengikuti dimensi standart yang
dipersyaratkan
 Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan
gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

11. Cetakan Beton/Bekisting


 Cetakan Beton/Bekisting terbuat dari bahan multiplex dengan ketebalan
18 mm yang diberi kaso 5/7 cm dengan bentuk dan ukuran sesuai
dengan yang ditentukan pada gambar
 Permukaan beton harus rata, halus dan licin
 Bekisting harus dipakai sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi
kebocoran atau hilangnya air selama pengecoran, tetap lurus (tidak
berubah bentuk) dan tidak bergoyang
 Untuk men jaga kekuatan bekisting maka harus digunakan paku reng
dengan ukuran mengikuti kebutuhan konstruksi
 Sebelum dilakukan pengecoran, bekisting harus dilumuri dengan minyak
dipermukaan multiplex sesuai dengan kebutuhan
 Bekisting yang telah dicor beton tidak boleh dibuka kurang dari 28 hari
terhitung sejak waktu pengecoran kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
Pengawas karena alasan penggunaan zat additive yang dapat
mempercepat proses pengerasan beton atau alasan-alasan teknis yang
dapat dipertanggung jawabkan .
 Pekerjaan membuka bekisting tidak boleh merusak permukaan beton
jika hal ini terjadi Kontraktor Pelaksana harus memperbaikinya dengan
pekerjaan acian beton.
 Perbaikan permukaan beton yang rusak akibat kesalahan pembukaan
bekisting atau sebab lain harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
 Pembongkaran bekisting dilakukan menurut acuan SK.SNI-T-15-1991.

12. Rancangan Campuran Beton (Job Mix Disain)


 Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton structural dengan
mutu K-175 sampai mutu K-300 Kontraktor Pelaksana harus membuat
Rancangan Campuran Beton (Job Mix Disain).
 Yang dimaksud dengan Mutu Beton adalah Kuat Tekan Karakteristik
yang diperoleh dari pengujian benda uji kubus umur 28 hari minimal 20
benda uji.
 Mutu beton untuk masing-masing komponen struktur adalah seperti
yang dijelaskan dalam Gambar Bestek dan Bill of Quantity.
 Job Mix Disain adalah hasil pekerjaan ahli beton pada Laboratorium
Beton yang diakui oleh Pemerintah.
 Material Pasir dan Batu Pecah yang dipakai untuk Job Mix Disain
haruslah material yang akan dipakai nantinya pada pelaksanaan
dilapangan dan material tersebut tersedia dalam jumlah yang cukup
dilokasi pekerjaan sampai volume pekerjaan beton selesai dikerjakan.
 Pengantian material dengan material selain material dalam Laporan Job
Mix Disain pada tahap pelaksanaan pekerjaan beton tidak dibenarkan.
 Pengantian material dengan material selain material dalam Laporan Job
Mix Disain pada tahap pelaksanaan pekerjaan beton mengharuskan
Kontraktor Pelaksana untuk membuat Job Mix Disain baru.
 Laporan Job Mix Disain untuk masing-masing mutu beton minimal harus
mengacu pada:
1. Laporan hasil penelitian Pasir Beton;
2. Laporan hasil penelitian Batu Pecah;
3. Komposisi Pasir Beton;
4. Komposisi Batu Pecah;.
5. Komposisi Air Beton;
6. Komposisi Zat Additive jika digunakan;
7. Nilai Slump Rencana; dan
8. Nilai Faktor Air semen.
 Job Mix Disain yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui
oleh Konsultan Pengawas sebelum dilaksanakan.
 Semua aturan yang disyaratkan dalam Job Mix Disain dan telah disetujui
oleh Konsultan Pengawas harus diikuti dan dilaksanakan oleh
Kontraktor Pelaksana.

13. Rencana Campuran Lapangan (Job Mix Formula)


 Berdasarkan Job Mix Disain yang telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas, Kontraktor Pelaksana harus membuat Rencana Campuran
Lapangan (Job Mix Formula) beton struktural dengan mutu K-175 dan
mutu K-300.
 Job Mix Formula tidak boleh berbeda dengan Job Mix Disain terutama
dari segi komposisi material beton.
 Hasil perhitungan Job Mix Formula harus disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
 Kontraktor Pelaksana harus membuat media standar berupa Kotak
adukan dari kayu atau timba-timba plastik yang dipakai untuk mentakar
komposisi material berdasarkan perhitungan Job Mix Formula.
 Pentakaran komposisi material campuran beton dengan kotak adukan
standar dilokasi pekerjaan tidak boleh mengurangi dan berbeda dengan
komposisi material beton yang ada dalam Job Mix Disain.
 Kontraktor Pelaksana harus melakukan pengujian hasil perhitungan Job
Mix Formula dengan media benda uji kubus beton ukuran 20x20x20 cm
minimal 5 benda uji.
 Hasil pengujian Job Mix Formula di Laboratorium Beton yang
menghasilkan mutu beton yang tidak sesuai dengan mutu beton pada
Job Mix Disain mengharuskan Kontraktor Pelaksana melakukan
perhitungan ulang akan Job Mix formula atau merubah Job Mix Disain.
 Tidak tercapainya mutu beton seperti yang diinginkan karena kesalahan
dalam perhitungan Job Mix Formula sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Kontraktor Pelaksana.

14. Bronjong Kawat


a. Bronjong dibuat oleh yang berpengalaman membuat bronjong
dan memenuhi syarat SNI.
b. Lilitan harus erat, tidak renggang, hubungan kawat sisi dan
anyaman dililit minimal 3 kali.
c. Lubang atau mata bronjong berbentuk segi enam
d. Diameter kawat 2,70 mm
e. Diameter frame bronjong 3 mm
f. Diameter segi enam maksimum 15 cm
g. Jarak lilitan maksimum 40 mm
h. Bahan baku untuk pembuatan kawat baja adalah batang kawat
baja karbon rendah (SNI 07-005-1987)
i. Bahan logam pelapis adalah seng (Zn) dengan kadar Zn
Minimum 98,5 % sesuai SNI 07-2586-1992
j. Standart Mutu
- SNI 03-0090-1999 Bronjong Kawat
- SNI 03-6154-1999 Kawat Bronjong
- SNI 03-0090-1987 Mutu dan Cara Uji Bronjong dan Kawat
Bronjong
- SNI 03-3046-1992 Bronjong Kawat Berlapis PVC (PVC Coated
Gabion)
k. Bentuk dari Ukuran Bronjong
Bronjong mempunyai bentuk prismatic dengan ukuran normal
sebagai berikut :
a. Tinggi bronjong : 0,5 meter
b. Lebar bronjong : 1,00 meter
c. Panjang bronjong : 2,00 meter
PENINGKATAN TAHUN 2018
PENINGKATAN TAHUN 2018

Anda mungkin juga menyukai