Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Penggunaan kayu sebagai bagian dari bangunan masih menjadi


alternatif sebagian bangunan sekolah yang ada di kota Medan. Alasan
utama penggunaannya adalah karena keuntungan yang ada dalam kayu
tersebut. Menurut Sadiyo dan Agustina (2005) kayu memiliki keunggulan
dibandingkan dengan bahan lain, diantaranya kayu mudah dipotong,
disambung, dikerjakaan dengan alat sederhana, cukup kuat dengan berat
yang relatif ringan, cukup awet dan memiliki estetika.
Penggunaan kayu dalam skala sebenarnya, pada umumnya sulit
dilakukan, hal ini ditengarai dimensi panjang kayu yang terkadang tidak
mencukupi nilai panjang yang diinginkan. Sebagai alternatif penanganan
hal tersebut maka perlu dilakukan upaya, atau tindakan untuk mencapai
dimensi yang diinginkan. Penyambungan kayu merupakan alternative
yang tepat dalam penanganan kasus tersebut.
Selain sambungan kayu, hal lain yang sangat diperlukan ialah alat
peyambung kayu itu sendiri. Alat penyambung kayu akan memiliki nilai
keunggulan dan kelemahan secara tersendiri, hal tersebut tergantung dari
bentuk sambungan yang dipakai dan nilai beban yang akan dibebankan.

B. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui gambaran umum mengenai kayu.
2. Untuk mengetahui jenis atau kelas kayu.
3. Untuk mengetahui klasifikasi kayu.
4. Untuk mengetahui cara pengelolahan kayu.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFENISI KAYU

Kayu merupakan bahan produk alam, hutan. Kayu


merupakan bahan bangunan yang banyak disukai orang atas
pertimbangan tampilan maupun kekuatan. Dari aspek kekuatan,
kayu cukup kuat dan kaku walaupun bahan kayu tidak sepadat
bahan baja atau beton. Kayu mudah dikerjakan – disambung
dengan alat relatif sederhana. Bahan kayu merupakan bahan yang
dapat didaur ulang. Karena dari bahan alami, kayu merupakan
bahan bangunan ramah lingkungan.

Kayu merupakan bahan yang dapat menyerap air


disekitarnya (hygroscopic), dan dapat mengembang dan menyusut
sesuai kandungan air tersebut. Karenanya, kadar air kayu
merupakan salah satu syarat kualitas produk kayu gergajian. Jika
dimaksudkan menerima beban, kayu memiliki karakter kekuatan
yang berbeda dari bahan baja maupun beton terkait dengan arah
beban dan pengaruh kimiawi. Karena struktur serat kayu memiliki
nilai kekuatan yang berbeda saat menerima beban. Kayu memiliki
kekuatan lebih besar saat menerima gaya sejajar dengan serat
kayu dan lemah saat menerima beban tegak lurus arah serat kayu.

2
B. JENIS /KELAS KAYU

 Kelas Kuat Kayu

Sebagaimana di kemukakan pada sifat umum kayu, kayu akan


lebih kuat jika menerima beban sejajar dengan arah serat dari pada
menerima beban tegak lurus serat. Ini karena struktur serat kayu yang
berlubang. Semakin rapat serat, kayu umumnya memiliki kekuatan yang
lebih dari kayu dengan serat tidak rapat. Kerapatan ini umumnya ditandai
dengan berat kayu persatuan volume / berat jenis kayu. Ilustrasi arah
kekuatan kayu dapat ditunjukkan pada

Angka kekuatan kayu dinyatakan dapan besaran tegangan,


gaya yang dapat diterima per satuan luas. Terhadap arah serat,
terdapat kekuatan kayu sejajar (//) serat dan kekuatan kayu tegak
lurus (⊥) serat yang masing - masing memilki besaran yang
berbeda. Terdapat pula dua macam besaran tegangan kayu,
tegangan absolute / uji lab dan tegangan ijin untuk perancangan

3
konstruksi. Tegangan ijin tersebut telah memperhitungkan angka
keamanan sebesar 5 - 10. Dalam buku Peraturan Konstruksi Kayu
Indonesia (PKKI - NI - 5) tahun 1961, kayu di Indonesia
diklasifikasikan ke dalam kelas kuat I (yang paling kuat), II, III, IV
(paling lemah). Tabel 8.1, menunjukkan kelas berat jenis kayu dan
besaran kuat kayu.

 Kelas Awet

Berdasarkan pemakaian, kondisinya dan perlakuannya,


kayu dibedakan atas kelas awet I (yang paling awet) – V (yang
paling tidak awet). Kondisi kayu dimaksud adalah
lingkungan/tempat kayu digunakan sebagai batang struktur.
Sedangkan perlakuan meliputi pelapisan/tindakan lain
agar kayu terhindar/terlindungi dari kadar air dan ancaman
serangga. Tabel kelas awet dan kondisinya dapat dikemukakan
dalam Tabel 8.2.

C. KLASIFIKASI KAYU

Penggolongan kayu dapat ditinjau dari aspek fisik, mekanik


dan keawetan. Secara fisik terdapat klasifikasi kayu lunak dan
kayu keras. Kayu keras biasanya memiliki berat satuan (berat
jenis) lebih tinggi dari kayu lunak. Klasifikasi fisik lain adalah
terkait dengan kelurusan dan mutu muka kayu. Terdapat mutu
kayu di perdagangan A, B dan C yang merupakan penggolongan
kayu secara visual terkait dengan kualitas muka (cacat atau

4
tidak) arah - pola serat dan kelurusan batang. Kadang klasifikasi
ini menerangkan kadar air dari produk kayu.

 Kayu mutu kering udara

1. Besar mata kayu maksimum 1/6 lebar kecil tampang / 3,5 cm.
2. Tak boleh mengandung kayu gubal lebih dari 1/10 tinggi balok
3. Miring arah serat maksimum adalah 1/7 .
4. Retak arah radial maksimum 1/3 tebal dan arah lingkaran
tumbuh 1/4 tebal kayu

 Kayu mutu kering udara 15% - 30%

1. Besar mata kayu maksimum 1/4 lebar kecil tampang / 5 cm


2. Tak boleh mengandung kayu gubal lebih dari 1/10 tinggi
balok
3. Miring arah serat maksimum adalah 1/10
4. Retak arah radial maksimum ¼ tebal dan arah lingkaran
tumbuh 1/5 tebal kayu

 Konsekuensi dari kelas visual B harus memperhitungkan


reduksi kekuatan dari mutu A dengan faktor pengali sebesar 0.75

D. PENGOLAHAN KAYU

Anda mungkin juga menyukai