Anda di halaman 1dari 19

Agregat Halus (Pasir): Parameter

untuk beton struktural


Di bagian ini akan dibahas mengenai standar parameter yang harus dipenuhi oleh
material agregat halus (pasir) beton untuk keperluan pengecekan hasil pengujian
agregat halus di laboratorium atau pemeriksaan praktis di lapangan.

Syarat gradasi, detail cara pengujian dan perencanaan proporsi akan dibahas
tersendiri.

Peraturan terkait dengan parameter-parameter yang harus dipenuhi terdapat pada :

 PBI 1971 NI 2 (Peraturan Beton Bertulang Indonesia)


 SNI-03-2847-2002 (Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung)
 SNI-03-2461-1991/2002 (Spesifikasi Agregat Ringan Untuk Beton Ringan
Struktural)
 SNI 03-1749-1990 ( Agregat untuk Aduk dan Beton, Cara Penentuan Besar
Butir)
 SNI 03-1750-1990 ( Agregat beton, Mutu dan Cara Uji)
 SII.0052-80 (Mutu dan Cara Uji Agregat Beton)
 ASTM C-33 (Specification For Concrete Aggregates)
 ACI 318 (Building Code Requirements for Structural Concrete)
Peraturan terkait dengan pengujian agregat halus antara lain :

 SNI-1970-2008 (Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus)
 SNI 03-2816-1992 (Metode Pengujian Kotoran Organik dalam Pasir untuk
Campuran Mortar atau Beton)
 SNI-3407-2008 (Cara Uji Sifat Kekekalan Agregat Dengan Cara Perendaman
Menggunakan Larutan Natrium Sulfat atau Magnesium Sulfat)
 SNI 03-1756-1990 (Pasir untuk Aduk dan Beton, Cara Penentuan Kekerasan)
 ASTM C136 (Standard Test Method for Sieve Analysis of Fine and Coarse
Aggregates)
 ASTM C40 / C40M (Standard Test Method for Organic Impurities in Fine
Aggregates for Concrete)
 ASTM C70 (Standard Test Method for Surface Moisture in Fine Aggregate)
 ASTM C88 (Standard Test Method for Soundness of Aggregates by Use of
Sodium Sulfate or Magnesium Sulfate)
 ASTM C123 / C123M (Standard Test Method for Lightweight Particles in
Aggregate)
 ASTM C-117 (Standard Test Method for Materials Finer than 75-μm (No.
200) Sieve in Mineral Aggregates by Washing)
 ASTM C142 / C142M (Standard Test Method for Clay Lumps and Friable
Particles in Aggregates)
 ASTM C128 (Standard Test Method for Density, Relative Density (Specific
Gravity), and Absorption of Fine Aggregate)
 ASTM C566 (Standard Test Method for Total Evaporable Moisture Content
Pasir pantai atau pasir laut umumnya tidak memenuhi syarat untuk of Aggregate by Drying)
pemakaian sebagai agregat halus beton
Kandungan Bahan Organik Kandungan Lumpur
Cara praktis pemeriksaan kandungan bahan organik agregat halus (pasir) di Cara praktis pemeriksaan kandungan lumpur agregat halus (pasir) di
lapangan : lapangan ada beberapa cara :

 masukkan pasir dalam gelas atau botol bening  peremasan atau penggosokan (tidak terukur)
 campurkan larutan soda api 3%  dengan penggenggaman (tidak terukur)
 aduk atau kocok  dengan penenggelaman pasir di air jernih (tidak terukur)
 diamkan 24 jam  dengan pengocokan (terukur)

jika larutan menjadi berwarna coklat tua : mengindikasikan kandungan Tiga pemeriksaan sederhana pertama merupakan pemeriksaan tidak
organik dalam agregat cukup tinggi terukur, yang hanya dilakukan untuk pemeriksaan cepat ketika
menerima material atau melakukan inspeksi cepat.
Indikasi kandungan organik juga dapat terlihat jika pasir ditenggelamkan
dalam air jernih, yaitu apabila terlihat partikel mengambang Cara peremasan atau penggosokan dilakukan dengan mengambil
pasir kering udara atau sedikit lembab lalu diremas-remas dengan
satu tangan atau digosok di antara dua telapak tangan, lalu dilihat
partikel yang menempel di telapak tangan, menunjukkan perkiraan
kadar lumpur yang terkandung dalam pasir.
Cara penggenggaman adalah mengambil pasir dengan kelembaban agak tinggi atau dalam kondisi agak basah (tapi jangan terlalu basah), lalu
digenggam kuat-kuat dan dilepas :
 jika tetap menggumpal maka kadar lumpur cukup tinggi
 kandungan lumpur juga dapat terlihat di telapak tangan

Cara penenggelaman pasir dilakukan dengan menggenggam pasir lalu memasukkan tangan ke dalam air jernih, lalu dibuka dan digerak-gerakkan
perlahan, dan akan terlihat partikel lumpur yang terpisah dari pasir -- jika terdapat partikel yang mengambang/mengapung, maka perlu dicurigai
kandungan organik yang cukup tinggi pada pasir
Cara pengocokan dilakukan dengan :

 sediakan gelas ukur (misal berukuran 1.000 cc)


 isikan pasir sampai kira-kira hampir setengah (misal : 450 cc)
 isikan air jernih sampai total pasir + air dua kali pasir (misal : 900 cc)
 tutup dan kocok-kocok selama sekitar 1 menit (jangan sampai tumpah)
 diamkan supaya mengendap, selama minimal 1 jam untuk perkiraan/perhitungan cepat
kadar lumpur

Kadar lumpur dihitung dari tinggi lapisan lumpur yang terlihat di gelas ukur dan dibagi dengan tinggi total pasir + lumpur

Periksa kembali kandungan lumpur setelah contoh didiamkan untuk mengendap selama 24 jam atau lebih.
Kandungan Lumpur Modulus halus
(fineness modulus)
Yang dimaksud dengan kandungan Adalah persentase kumulatif dari butiran yang tidak lebih kecil dari 150 μm
lumpur adalah persentaseukuran (total % butiran tertahan (retained) saringan no 100 atau yang lebih kasar) :
butiran yang lolos saringan :

 no. 200 ASTM , atau


 no. 200 British Standar, atau
 no. 80 DIN (Jerman) atau
 ukuran lubang saringan standar SI
= 0,075 mm atau 75 μm

PBI 1971.N.I-2 menetapkan ukuran


saringan 0,063 mm atau 63 μm atau no
230 (ASTM) atau no 240 (BS) atau 90E
(DIN) sebagai patokan pengukuran
kandungan lumpur
Pengujian di laboratorium umumnya
dilakukan dengan metoda pencucian
sesuai ASTM C-117 (Standard Test
Method for Materials Finer than 75-μm
(No. 200) Sieve in Mineral Aggregates by
Washing)
Pengaruh Kandungan Lumpur terhadap Campuran Beton
dan Mortar

Saat pembelian pasir, kadang kita menerima bahan yang kurang memenuhi standard yang telah ditetapkan.
Terutama pasir sering mengandung lumpur. Sebagaimana yang telah diisyaratkan bahwa kandungan lumpur yang diizinkan adalah tidak
lebih dari 5% dari berat pasir. Dalam banyak kejadian, orang banyak membuat campuran beton tanpa membuat mix design
(pernecanaan campuran) dan pada saat pengadukan kandungan lumpur tidak kelihatan oleh bentuknya yang terlampau halus, sehingga
campuran ataupun beton yang dihasilkan tidak mendapatkan hasil yang maksimal.

Beberapa pengaruh yang terjadi bila kadar lumpur terlalu banyak atau melebihi jumlah yang diisyaratkan adalah :

1. Lumpur dan tanah liat adalah jenis aggregat dengan kekuatan yang rendah, semakin banyak kandungan dalam campuran beton maupun dalam
campuran mortar maka kekuatan konstruksi akan semakin kecil.
2. Semakin banyak jumlah lumpur dalam campuran, maka jumlah permukaan lumpur akan semakin banyak, sehingga akan membutuhkan semen
yang semakin banyak untuk mengikat permukaan antar masing masing agregat. Jika kita menggunakan komposisi yang tetap antara campura
semen, pasir dan kerikil padhal jumlah lumpur melebihi yang diisyaratkan makan kekuatan pengikatan akan berkurang.
3. Lumpur dan tanah liat adalah material yang banyak menyerap air, sehingga adukan/ campuran beton bisa berubah. Ketika beton masih muda ,
pengikatan antara semen dengan aggregat pasir ataupun kerikil akan terganggu. Penambahan air terhadap adukan beton akan membuat
kekuatan beton tidak kuat dan kita akan mendapatkan hasil yang kurang baik. Penambahan air yang diizinkan terhadap campuran adalah
maksimum 9% dari jumlah air dari komposisi yang direncanakan.
4. Ketika beton sudah keras, jika lumpur mempunyai hubungan kontak langsung dengan air melalui pori pori beton, maka lumpur akan
mengembang ataupun menyusut didalam beton. Jika hal ini terjadi maka dalam waktu nyang lama akan mengakibatkan beton menjadi lemah.
5. Kadang kita akan tertipu, dimana beton yang sudah selesai dikerjakan secara visual kelihatan dalam kondisi padat, tetapi tanpa kita sadari
beton telah mengalami pengeringan secara tiba tiba, aplagi bila pengecoran kita laksanakan saat musim panas, pengeringan yang tiba tiba
sangat tidak bagus terhadap kekuatan beton yang dihasilkan.
6. Jika lumpur terlalu banyak dalam adukan untuk plesteran, maka akan membuat pelaksanaan akan sulit, bila adukan air kebanyakan maka
membuat mortar akan cepat jatuh saat dipasangkan ke dinding.

Untuk mengatasi hal tersebut ada beberapa hal yang bisa kita lakukan :

1. Hindari pembelian pasir yang secara visual pasir kelihatan kotor, jangan tergoda oleh harga yang lebih murah.
2. Cari tempat pembelian dimana sistimpengolahan pasir sudah melalui penyaringan dan pencucian
3. Jika anda akan membeli pasir dalam jumlah besar, lakukan kesepakatan dengan pihak supplier bahwa anda akan melakukan pengujian
dilaboraorium terlebih dahulu baru anda akan melakukan pembelian, dan juga anda harus melakukan kesepakatan akan melakukan pengujian
secara acak terhadap pasir yang masuk ke lokasi kerja anda jika sewaktu waktu anda merasa pasir yang didatangkan kurang memenuhi
persyaratan.
4. Lakukan pemeriksaan sederhana dengan menggunakan botol :
o Masukkan pasir dengan 1/4 bagian pasir kedalam botol
o Kemudian masukkan air 3/4 bagian hingga penuh kedalam botol
o Tutup botol dengan rapat, kemudian goncang botol dengan kuat
o Letakkan botol ditempat datar dan aman , dan tunggu 2-3 hari
o Setelah 2-3 hari , bagian aggregat akan mengendap secara berlapis berdasarkan aggregatnya dimana akan kelihatan pasir dan lumpur pada
lapisan paling atas.
o Ukur ketinggian lapisan pasir dan lapisan lumpur didalam botol kemudian anda dapat menghitung berapa persentase kandungan lumpur di pasir
tersebut.

Semoga bermanfaat !!!

Anda mungkin juga menyukai