Anda di halaman 1dari 21

Strategi Pembangunan Hukum dan Regulasi

dalam Mendorong Ekonomi Melalui


Peningkatan Investasi dan SDM Berkualitas

Cahyani Suryandari
Direktur Perancangan Peraturan Perundang-undangan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Indonesia sebagai Negara Hukum

Pasal 1 ayat (3) UUD 1945:


“Negara Indonesia adalah Negara Hukum

 
Pasal 28D ayat (1) UUD 1945:
“Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan
Tujuan Negara Indonesia dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di
“…..mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan hadapan hukum”;
makmur berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945”  
(Alinea IV Pembukaan UUD 1945)

Negara perlu melakukan berbagai upaya untuk memenuhi hak warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Untuk memenuhi hal tersebut, diperlukan peraturan perundang-undangan untuk menjamin kepastian hukum dan
menciptakan keadilan demi kesejahteraan seluruh bangsa Indonesia
Sistem Regulasi Nasional

3 Fungsi Utama Regulasi

Sebagai sarana ketertiban atau pedoman perilaku;


Regulasi menjadi pedoman untuk terselenggaranya dinamika sosial, dalam dalam hal
ini baik terhadap kegiatan formal maupun informal

Sebagai instrumen pembangunan;


Regulasi menggerakkan sumber daya untuk mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan

Sebagai faktor integrasi;


Regulasi mengintegrasikan wilayah maupun kebijakan-kebijakan dalam rangka
penyelenggaraan negara dan pembangunan ke dalam suatu Sistem Regulasi Nasional
yang merupakan agregasi dari semua regulasi yang ada
Sistem Regulasi Nasional (Cont’d)

Kegagalan menjaga Sistem Regulasi Nasional dapat berdampak pada:

Turunnya kualitas serta tidak terkendalinya kuantitas


regulasi yang mempengaruhi efektifitas dan efesiensi regulasi;

Rendahnya kualitas regulasi membebani pelaku usaha sehingga berdampak pada


tingkat daya saing Indonesia

Hilangnya potensi pertumbuhan, karena regulasi yang buruk justru menghambat


investasi dan inefisiensi regulasi justru menjadi penghambat masuknya investasi atau
rusaknya sumber daya alam karena adanya konflik regulasi di bidang sumber daya
alam dan regulasi bidang ekonomi atau di bidang pembangunan lainnya
Kondisi Regulasi Saat Ini

Berdasarkan data Kemenkumham saat ini terdapat:


Over Regulation

Permasalahan kebijakan di
Indonesia ditandai dengan Peraturan Tingkat Pusat (UU,
Perpu, PP, Perpres); 3,349
jumlah regulasi di Indonesia
yang sangat banyak
Peraturan Daerah;
15,982

Peraturan Menteri;
17,418

Peraturan LPNK; 4,695

Sumber: Peraturan.go.id
Kondisi Regulasi Saat Ini (Cont’d)

Disharmoni Peraturan 157

Kecenderungan pengajuan
judicial review UU ke 131 131
Mahkamah Konstitusi dan
114
peraturan perundang- 110
undangan dibawah undang- 97 96
99
undang ke Mahkamah Agung 86
92
89
terus mengalami kenaikan 81

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Perkara
Kondisi Regulasi Saat Ini (Cont’d)

Perda yang bertentangan


Tumpang tindih peraturan
dengan Peraturan Tingkat Pusat

Tersebarnya kewenangan
Ego sektoral antar KL
Pembentukan Peraturan
Masih terdapatnya
peraturan
perundang-undangan Ketidaksesuaian Materi Muatan
Peraturan
produk kolonial
yang sudah
tidak sesuai dengan
kebutuhan bangsa,
(KUHPidana, KUHPerdata)
Tantangan

Pandemi Covid 19 yang melanda dunia yang mempengaruhi perekonomian Indonesia


(meningkatnya penganguran, naiknya harga pangan dan bahan bakar, menurunnya ekspor);

Peringkat Kemudahan Berusaha (Ease of Doing Business/EoDB) nomor 4 di ASEAN

Daya saing berdasarkan Global Competitiveness Index (GCI) pada Tahun 2019 Indonesia berada
pada peringkat 4 di ASEAN

Jebakan negara berpenghasilan menengah (middle income trap)


Negara yang terjebak dalam middle income trap akan berdaya saing lemah, yang disebabkan
kalah bersaing dengan low-income countries karena upah tenaga kerja mereka yang lebih murah
dan kalah bersaing dalam hal teknologi dan produktivitas dengan high-income countries.
Dari pengalaman negara yang sukses, kontribusi daya saing tenaga kerja dan produktivitas
menjadi andalan untuk keluar dari middle income trap.
Kepastian Hukum Yang Dibutuhkan Pelaku Usaha

Yose Rizal Damuri, Jhonny Darmawan, Investasi dapat menghasilkan multiplier effect terhadap
Ekonom Center for St­rategic Wakil Ketua Umum Kadin pembangunan ekonomi nasional, antara lain:
and Internat­ional Studies Indonesia Bidang  transfer modal dan barang,
(CSIS) Perindustrian  transfer ilmu pengetahuan dan modal sumber daya
manusia,
“……saat ini kemudahan “kepastian hukum menjadi  memperluas lapangan kerja,
pelaku usaha bukan terkait sangat penting dalam  mengembangkan industri substitusi impor untuk
insentif fiskal saja. menarik investor asing untuk menghemat devisa,
Terutama pajak, akan lebih menanam modal. Pasalnya,  mendorong ekspor non migas untuk menghasilkan
efektif jika dibarengi kepastian hukum dapat devisa,
dengan lingkungan regulasi meyakinkan dan menjamin  alih teknologi,
dan iklim investasi yang keberlangsungan usaha para  membangun prasarana, dan
pasti” investor di Indonesia”  mengembangkan daerah
  tertinggal
Kepastian Hukum yang dibutuhakan pengusaha, contoh:

• Kepastian hukum dalam proses perijinan berusaha


• Kepastian hukum terhadap peraturan terkait
ketenagakerjaan
• Kepastian hukum terkait persyaratan ekspor – import
• Kepastian dalam penegakan hukum
Reformasi Regulasi

Reformasi Regulasi adalah perubahan-


Tujuan utama Reformasi Regulasi “better policy results at
perubahan yang dimaksudkan untuk
adalah untuk mewujudkan regulasi yang lower cost”
meningkatkan kualitas regulasi, baik
berkualitas, sederhana, dan tertib
secara individual maupun integral
dalam mendukung upaya mewujudkan
(terintegrasi dalam suatu sistem regulasi
tujuan bernegara
yang komprehensif dan utuh)

Meningkatkan efisiensi dengan mendorong dilakukannya perubahan-perubahan


Langkah menuju terwujudnya Sistem Regulasi Nasional yang sederhana dan tertib. Hal ini
Jangka dilakukan melalui operasionalisasi prinsip dampak kebijakan/regulasi yang lebih baik
dengan anggaran yang lebih ekonomis.
Pendek

Mendorong upaya meningkatkan efektivitas regulasi sebagai instrumen


penyelenggaraan negara dan pembangunan serta instrumen ketertiban sosial
Strategi Nasional Reformasi Regulasi Indonesia

Strategi Nasional Reformasi Simplifikasi atau penyederhanaan regulasi


Regulasi Indonesia merupakan
cara untuk mengendalikan
kuantitas terhadap regulasi yang Rekonseptualisasi tata cara pembentukan regulasi
sedang menjadi hukum positif
dalam rangka mewujudkan
regulasi yang proporsional Pemantauan dan Peninjauan
Strategi Nasional Reformasi Regulasi Indonesia (Cont’d)

Simplifikasi regulasi atau penyederhanaan regulasi

 Simplifikasi regulasi harus bersifat massal dan cepat.


 Kriteria yang digunakan dalam melakukan kaji ulang regulasi tersebut
juga bersifat sederhana

Tahapan:
o Inventarisasi regulasi
o Identifikasi Permasalahan
o Analisa Regulasi
Strategi Nasional Reformasi Regulasi Indonesia (Cont’d)

Tahapan Penyederhanaan Regulasi

Inventarisasi dan klasifikasi regulasi mengenai bidang tertentu dan regulasi lain yang terkait dengan bidang
tersebut

Identifikasi terhadap permasalahan atau potensi masalah yang terdapat


di dalam regulasi tersebut, termasuk pemangku kepentingan dari regulasi
tersebut
 
Secara umum, permasalahan regulasi diklasifikasi menjadi:
 Regulasi konflik apabila terdapat pasal atau ketentuan yang nyata-nyata
bertentangan dengan peraturan lainnya;
 Inkonsistensi, apabila terdapat ketentuan atau pengaturan yang tidak
konsisten;
 Multitafsir, ketidakjelasan pada objek dan subjek yang diatur,
ketidakjelasan rumusan bahasa (sulit dimengerti) serta sistematika
yang tidak jelas
Strategi Nasional Reformasi Regulasi Indonesia (Cont’d)

Cara Penyederhanaan Regulasi

Analisa regulasi yang dilakukan dengan menggunakan metode tertentu, antara lain
metode Regulatory Impact Analysis (RIA) dan metode Rule, Opportunity, Capacity,
Communication, Interest, Process and ldeology (ROCCIPI).
 Regulasi dipertahankan, apabila:
• Regulasi tersebut tidak berpotensi konflik dengan regulasi lain terutama yang
berkedudukan lebih tinggi,
• Regulasi tersebut dibutuhkan oleh masyarakat maupun oleh penyelenggara
negara,
 Regulasi direvisi, apabila dalam regulasi tersebut terdapat potensi masalah dan tidak
ramah urusan tetapi dibutuhkan oleh masyarakat maupun oleh penyelenggara
negara.
 Regulasi dicabut, apabila hasil analisis menunjukkan bahwa regulasi tersebut tidak
dibutuhkan baik oleh masyarakat maupun oleh penyelenggara negara, walaupun
regulasi tersebut tidak bermasalah secara legalitas maupun ramah urusan.
Strategi Nasional Reformasi Regulasi Indonesia

Rekonseptualisasi tata cara pembentukan regulasi

Rekonseptualisasi tata cara pembentukan regulasi dilakukan dengan cara


melihat kembali (review) dan menata kembali tata cara pembentukan
regulasi agar proses pembentukan regulasi menjadi lebih
komprehensif dan lebih mampu menghasilkan
regulasi yang berkualitas
Strategi Nasional Reformasi Regulasi Indonesia (Cont’d)

Jenis Rekonseptualisasi Pembentukan Peraturan Perundang-undangan melalui:

Kodifikasi
Menghimpun ketentuan pidana, perdata dalam satu undang-undang
(RKUHP, RKUHAPERDATA)

Simplifikasi (Penyatuan UU atas dasar kesamaan materi)


 
1. UU Nomor 7 Tahun Tahun 2017 tentang Pemilu, mencabut:
 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden
dan Wakil presiden;
 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2Ol1 tentang
Penyelenggara Pemilihan Umum
 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2Ot2 tentang pemilihan
Anggota DPR, DPD, dan DpRD);
 Pasal 57 dan Pasal 6O ayat (1), ayat (2), serta ayat (4) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang
Pemerintahan Aceh.
2. UU Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Perpajakan, mengubah, mencabut beberapa ketentuan
dalam 6 Undang-undang
Strategi Nasional Reformasi Regulasi Indonesia (Cont’d)

Metode Omnibus Law,


suatu metode atau konsep pembuatan regulasi yang menggabungkan beberapa
aturan yang substansi pengaturannya berbeda, menjadi satu peraturan dalam satu
payung hukum
 Terdiri dari 11 kluster: penyederhanaan perizinan berusaha, persyaratan
investasi, ketenagakerjaan, kemudahan pemberdayaan UMKM, kemudahan
berusaha, dukungan riset inovasi, administrasi pemerintahan, pengenaan
sanksi, pengadaan lahan, investasi dan proyek pemerintah, kawasan ekonomi.
 Mengubah 82 Undang-Undang
 Mencabut 2 Undang-Undang
UU 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja

Aspek kepastian dalam UU Cipta Kerja meliputi: Aspek kemudahan paling kurang terkait:
1. Kepastian jenis dan bentuk Izin sesuai kegiatan usaha 1. Proses pengajuan sampai dengan terbitnya Perizinan
berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia Berusaha sangat mudah melalui sistem elektronik/online
(KBLI). 2. Mudah mendapatkan data/informasi yang diperlukan
2. Kepastian persyaratan dan standar perizinan sesuai yang pelaku usaha,
ditentukan. a. Mudah melacak proses penyelesaian Perizinan
3. Kepastian waktu penyelesaian sesuai jenis perizinan, dan Berusaha. antara lain: cepat mendapatkan Perizinan
dapat dipercepat dan/atau diterbitkan secara otomatis Berusaha terutama untuk kegiatan risiko rendah dan
apabila perizinan tidak diselesaikan oleh pemerintah menengah rendah karena diterbitkan secara otomatis
sesuai waktu yang ditetapkan. oleh sistem elektronik; dan
4. Kepastian lokasi kegiatan karena sebagian lokasi telah b. Cepat mendapatkan standar kegiatan usaha yang telah
berbasis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)/Rencana Tata dimuat dalam sistemelektronik.
Ruang Wilayah (RTRW) digital yang dapat diakses pelaku
usaha
Strategi Nasional Reformasi Regulasi Indonesia (Cont’d)

Pemantauan dan Peninjauan Siklus Pembentukan Peraturan

Pemantauan dan Peninjauan terhadap Undang-


Undang dilakukan setelah Undang-Undang Perencanaan
berlaku.
Hasil dari Pemantauan dan Peninjauan terhadap
Undang-Undang dapat menjadi usul dalam
Pemantauan & Penyusunan
penyusunan Prolegnas.
(Pasal 95A UU 13 Tahun 2022) Peninjauan

Pembahasan
Pengundangan

Pengesahan/Penetapan
Peran Kemenkumham

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak
asasi manusia untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara

Fungsi di Bidang Regulasi: Pelaksanaan Tugas di Bidang Regulasi


 Perumusan, penetapan, BPHN
dan pelaksanaan kebijakan  Mengoordinasikan penyusunan Program Legislasi Nasional, Program Penyusunan PP,
di bidang peraturan Program Penyusunan Perpres.
perundang-undangan,  Penyelarasan Naskah Akademik UU
dilaksanakan Ditjen PP  Pelaksanaan Analisa dan Evaluasi Peraturan
 Pelaksanaan pembinaan  Pelaksanaan Pemantauan dan Peninjauan.
hukum nasional,
dilaksanakan BPHN Ditjen PP
  Mewakili Menteri dalam pembahasan setiap undang-undang di DPR
 Mewakili Menteri dalam pengujian UU di Mahkamah Konstitusi
 Pembina JF Perancang Peraturan Perundang-undangan
 Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan (Tingkat Pusat oleh Ditjen PP, Tingkat Daerah
oleh Kantor Wilayah)
 Pengundangan Peraturan Perundang-undangan
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai