Kepada penulis dan seluruh anggota Tim yang telah berpartisipasi, kami
ucapkan terima kasih. Semoga modul ini dapat dipergunakan sebaik –
baiknya.
i
UCAPAN TERIMA KASIH
TIM TEKNIS
Pengarah
Kepala Pusbangkom Jalan, : Ir. Rezeki Peranginangin, M.Sc., M.M.
Perumahan, dan Pengembangan
Infrastruktur Wilayah
Penanggung Jawab
Kepala Bidang Manajemen Sistem : Ero, S.Pd., M.Pd.
dan Pelaksanaan Pengembangan
Kompetensi
PENYUSUN
Ketua
ii
Diterbitkan Oleh:
Pusbangkom Jalan, Perumahan, dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
iii
DAFTAR ISI
iv
D. Beberapa Contoh Peraturan Menteri Sebagai Tindak Lanjut Undang-
Undang Jalan............................................................................................... 34
E. Rangkuman .......................................................................................... 53
F. Penilaian/Evaluasi ................................................................................ 53
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ............................................................ 53
BAB IV KEBIJAKAN DALAM PENGEMBANGAN JALAN DI
LINGKUNGAN KEMENTERIAN PUPR ...................................................... 55
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tugas kepala satuan kerja sangat berat, banyak hal-hal yang perlu diketahui
disamping masalah teknis tapi juga mengetahui tentang kebijakan dan
pengertian mengenai substansi jalan maupun regulasi yang terkait. Sehingga
peran satuan kerja maupun PPK dapat menjalankan tugasnya dengan baik
tanpa harus menghadapi masalah-masalah teknis dan non teknis dalam
pelaksanaan tugasnya
B. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan Kebijakan penyelenggaraan Jalan ini membekali peserta
dengan pengetahuan tentang peran jalan dan transportasi, kondisi
transportasi di Indonesia, prinsip penyelenggaraan jalan, dasar hukum dalam
penyelenggaraan jalan, pendekatan penyusunan rencana umum jaringan
jalan, definisi dan kriteria pengembangan jaringan jalan serta wilayah
pengembangan strategis, prinsip fasilitasi penyelenggaraan jalan daerah dan
dari mata pelatihan Kebijakan penyelenggaraan Jalan ini melalui ceramah,
tanya jawab, curah pendapat dan diskusi.
1
2
PETA KEDUDUKAN MODUL
D. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu menerapkan regulasi
dan kebijakan penyelenggaraan jalan di lingkungan Kementerian PUPR serta
fasilitasi jalan daerah meliputi planning, pemrograman, perancangan,
pelaksanaan, pengawasan, pengoperasian dan pemeliharaan jalan.
E. Waktu
3
BAB II
PENGERTIAN PENYELENGGARAAN
JALAN
Indikator Keberhasilan
Namun aspek sosial dan aspek lingkungan tidak dapat terlepas sebagai faktor
yang perlu diperhatikan dalam penyusunan kelayakan pembangunan
infrastruktur jalan karena dapat memberikan dampak pada kualitas
lingkungan dan keamanan sosial. Jenis permasalahan yang sering dihadapi
dalam perencanaan infrastruktur meliputi masalah pertanahan (pengadaan
tanah, sertifikat tumpang tindih, tanah adat masyarakat dan lain sebagainya).
5
Pengertian penyelenggaraan jalan menurut Undang-Undang No. 38 Pasal 1
ayat 9 penyelenggaraan jalan adalah kegiatan meliputi pengaturan,
pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan.
6
infrastruktur jalan karena dapat memberikan dampak pada kualitas
lingkungan dan keamanan sosial.
Sistem Jaringan Jalan Primer adalah sistem jaringan jalan bersifat menerus
yang memberikan pelayanan lalu lintas tidak terputus walaupun masuk ke
dalam kawasan perkotaan. Sistem primer merupakan sistem jaringan jalan
dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan
semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul
jasa distribusi yang berwujud pusat pusat kegiatan.
7
Gambar 2. Contoh Pemodelan Jalan Sistem Primer dan Sekunder
Dengan demikian sistem dan jaringan jalan harus dibagi menjadi beberapa
kriteria jalan antara lain menurut fungsi, menurut status jalan, serta dampak
sistem transportasi yang belum optimal dan jaringan jalan sebagai jalur
logistic.
1. Menurut Fungsi
Berdasarkan Undang - undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, jalan umum
menurut fungsinya dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan
lokal, dan jalan lingkungan. Berikut merupakan pengertian jalan menurut
fungsinya:
8
d. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan
kecepatan rata-rata rendah.
Tidak Tidak
Jumlah jalan masuk Dibatasi Dibatasi
Dibatasi Dibatasi
9
Gambar 3. Hierarki Jalan
2. Menurut Status
a. Jalan Nasional
Merupakan jalan arteri dan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer
yang mengubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis
nasional, serta jalan tol.
b. Jalan Provinsi
Merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota,
atau antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
c. Jalan Kabupaten
10
Merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar
ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal,
serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah
kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
d. Jalan Kota
Merupakan jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan
pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil, serta
menghubungkan antar pusat permukiman yang berada di dalam kota.
e. Jalan Desa
Merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau
antar permukiman di dalam desa serta jalan lingkungan.
11
Dalam jalan primer menerus garis merah merupakan pergerakan arus lalu
lintas dari suatu daerah yang melewati pusat kota dan tidak melewati daerah
pinggiran sehingga tidak terdapat pergerakan arus lalu lintas. Sedangkan
jalan primer melingkar terdapat pergerakan arus lalu lintas dari suatu daerah
yang melewati daerah pinggiran yang mengitari pusat kota. Untuk
mengantisipasi pergerakan antar daerah pengembangan, baik dalam wilayah
maupun antar wilayah disamping dibutuhkan pola jaringan jalan berupa grid
untuk pusat kota dan radial untuk pergerakan daerah pinggiran ke pusat kota,
masih diperlukan pula pola jaringan berupa sistem melingkar (circle) yang
akan melayani pergerakan menerus dan antar daerah pinggiran tanpa harus
mengganggu arus lalu lintas dalam pusat kota.
12
Gambar 5. Bagian - Bagian Jalan
Industri
lokal
Jalan nasional
bahan
Jalan provinsi
mentah
Bahan Jalan kab/kota
Pengolahan
mentah
bahan mentah
Dari ilustrasi di atas jaringan jalan sebagai jalur logistik sangat berpengaruh
pada distribusi dari mulai bahan mentah lalu di olah dalam suatu industri yang
kemudian dipasarkan dalam outlet. Maka dapat disimpulkan bahwa Jalan
merupakan salah satu moda transportasi terpenting di Indonesia sebagai
bagian dari sistem logistik nasional yang berperan sebagai prasarana
13
distribusi sekaligus pembentuk struktur ruang wilayah. Dan jaringan jalan
sebagai upaya penyediaan end-to-end point services. Sehingga diperlukan
sinergitas antara jaringan jalan nasional, provinsi, dan kaupaten / kota.
14
(sumber: hasil analisis The Global Competitiveness Report 2019)
Gambar 7. Peringkat Daya Saing Indonesia
15
pada pilar-pilar indeks lainnya, masih terdapat ruang yang cukup besar untuk
perbaikan dengan jarak ke perbatasan antara 30 dan 40 poin, meskipun tidak
ada kesenjangan yang besar. Sedangkan untuk peringkat daya saing
infrastruktur berada pada peringkat 72.
Indonesia memiliki budaya bisnis yang dinamis (69,6, 29th) dan sistem
keuangan yang stabil (64,0, 58th) —keduanya merupakan peningkatan
selama 2018 dan tingkat adopsi teknologi yang tinggi (55,4, 72 th), dengan
mempertimbangkan tahap perkembangan negara dan kualitas akses masih
relatif rendah. Kapasitas inovasi tetap terbatas (37,7, 74th), tetapi terus
meningkat.
Dari aspek kualitas, terdapat ketimpangan antara jalan nasional dengan jalan
daerah. Jalan nasional yang memiliki proporsi 8 persen dari seluruh jaringan
yang ada, dengan kondisi mantap mencapai 92 persen, sementara jalan
daerah yang memiliki proporsi 92 persen dari seluruh jaringan jalan, baru
mencapai kondisi mantap sebesar 68 persen untuk provinsi, dan 57 persen
untuk kabupaten/kota. Kualitas jalan yang ada juga belum ditunjang
sepenuhnya dengan penyediaan kelengkapan jalan yang memadai, terutama
drainase yang merupakan kelengkapan penting dalam mencegah kerusakan
jalan akibat genangan air.
Pada sisi lain, ketersediaan jaringan jalan yang ada belum memadai dalam
mendukung pengembangan wilayah, baik untuk mendukung pertumbuhan
16
ekonomi maupun pemerataan pembangunan. Kurangnya ketersediaan jalan
pada jalur logistik terlihat dari kinerja waktu tempuh pada jalan lintas utama
pulau yang baru mencapai 2,3 jam per 100 km. Ketersediaan jalan tol pada
jalur utama logistik masih terbatas di sepanjang jalur Pantura Jawa.
Ketersediaan jaringan jalan untuk mendukung pengembangan kawasan
industri maupun pariwisata juga masih terbatas. Masih terdapat sejumlah
simpul transportasi (bandara, pelabuhan, dan terminal) yang belum memiliki
akses jalan yang memadai. Ketersediaan jaringan jalan pada daerah 3T
termasuk pada pulau tertinggal, terluar, dan terdepan, juga masih belum
memadai untuk mendukung aksesibilitas masyarakat.
17
memadai untuk membangun sistem angkutan umum massal perkotaan yang
modern.
18
Gambar 10. Capaian sektor transportasi Tahun 2019-2020
19
D. Rangkuman
20
6. Capaian sektor transportasi di Indonesia pada tahun 2019 – 2020
telah terbangun jalan baru sepanjang 3.387 km dan 947 km jalan tol
baru.
E. Penilaian/Evaluasi
Jawablah pertanyaan berikut, untuk mengetahui permahaman anda terhadap
materi ini.
21
BAB III
REGULASI DALAM PENGEMBANGAN
JALAN
Indikator Keberhasilan
Berikut ini adalah beberapa regulasi yang harus diikuti dalam pengembangan
jaringan jalan:
23
5. Undang-undang tentang Kebencanaan No 24 Tahun 2007
a. Peraturan Pemerintah
b. Peraturan Presiden
c. Peraturan Menteri dll
24
B. Masalah Hukum Bidang Jalan
Dalam pelaksanaan tugas kepala satuan kerja dan PPK banyak terjadi
masalah yang menjadi masalah hukum. Dari beberapa masalah yang
dihadapi 5 tahun terakhir masalah-masalah yang paling sering dihadapi oleh
satuan kerja bidang jalan adalah:
25
hidup dan berkembang di masyarakat sering diabaikan dalam
perencanaan pengelolaan dan pemanfaatan tanah. Padahal Pasal 2
ayat (4) UUPA menegaskan bahwa hak menguasai dari negara
dapat dikuasakan kepada daerah-daerah Swatantra dan
masyarakat-masyarakat hukum adat, sepanjang menurut
kenyataannya masih ada.
f. Hutan Lindung
Hutan lindung yang merupakan aset yang harus dilindungi menjadi
permasalahan dalam konstruksi jalan yang melewati daerah
tersebut.
26
6) Keterlambatan Justifikasi Teknis
Terlambatnya justifikasi teknis menyebabkan waktu konstruksi
tidak sesuai dengan rencana konstruksi.
7) Sengketa terhadap kurs mata uang asing
4. Lain - Lain
1. Ketidak puasan warga terhadap nilai ganti rugi yang diberikan dalam
Pengadaan / Pembebasan Tanah untuk Kepentingan Umum
2. Klaim Penyedia Jasa terkait pelaksanaan Pekerjaan yang belum
dibayarkan
3. Infrastruktur yang kurang memadai di suatu daerah
4. Tumpang tindih sertifikat tanah kepemilikan warga dengan tanah negara
5. Kurangnya keterbukaan informasi dari instansi Pemerintah
27
6. Ketidak puasan terhadap Peraturan Perundang undangan yang berlaku
khususnya dalam bidang infrrastruktur
28
d. Kelengkapan Dokumentasi Pelaksanaan Proyek (hasil test-lab,
foto, mutual-checks dll)
e. Peng-arsipan dilakukan sesuai ketentuan
5. Percepatan penyerapan, Dilakukan tetap dengan mengikuti Ketentuan
dan Persyaratan serta Spesifikasi Teknis yg tertuang dalam Dokumen
Kontrak. Tidak berarti mengabaikan kualitas dan prosedur.
6. Ketentuan pemberian info kepada publik, banyak data yang menjadi
Rahasia Negara tidak boleh disebar luaskan, ada info tertentu yg baru
bebas disiarkan pada waktu waktu tertentu. Paling tepat:
berkoordinasi dengan Biro Komunikasi Publik.
7. Persamaan persepsi antara pemerintah daerah dengan masyarakat
hukum adat mengenai eksistensi dan kedudukan hukum hak ulayat
(bidang tanah yang di atasnya terdapat hak ulayat dari suatu
masyarakat hukum adat tertentu) dengan jalan peningkatan
penyuluhan hukum dibidang pertanahan terutama yang berkaitan
dengan tanah ulayat.
8. Diharapkan kepada pemerintah untuk mengambil alih lahan yang
sedang mengalami konflik, kemudian dilakukan musyawarah dengan
masyarakat dan melibatkan ketua adat, pemuka agama dan
kerjasama dengan aparat penegak hukum untuk menemukan solusi
yang paling sesuai dengan prinsip win win solution.
9. Pemerintah beserta aparat terkait yang terlibat dalam urusan
pertanahan melakukan penyelesaian terhadap pemetaan, penentuan
batas wilayah, pemberian sertifikat dan perlindungan hukum terhadap
pemilik sah atas tanah.
29
40/PRT/M/2015 tentang Pembentukan dan Evaluasi Produk Hukum di
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Menurut Peraturan
Menteri tersebut pembentukan produk hukum adalah pembuatan Produk
Hukum yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan,
persetujuan konsep, penetapan dan penyebarluasan. Pada Peraturan
Menteri tersebut terdapat lingkup pengaturan yang menjadi indikator
pembentukan produk hukum antara lain:
30
Instruksi Menteri berisi petunjuk atau arahan yang diterbitkan dalam
rangka pelaksanaan teknis peraturan perundang-undangan dan/atau
pelaksanaan suatu kegiatan kepada pejabat dan pegawai
Kementerian PUPR. Dalam Surat Perintah berisi perintah yang
dikeluarkan dalam rangka pelaksanaan tugas dan/atau pelaksanaan
kegiatan kepada pejabat dan/atau pegawai di Kementerian PUPR
dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan dalam Surat Edaran
didalamnya memuat Pengefektifan pelaksanaan peraturan
perundang-undangan, kebijakan yang bersifat teknis dan/atau
Pemberlakuan aturan kebijakan berupa standar. Kerangka produk
hukum terdiri dari judul, pembukaan, batang tubuh, penutup, serta
lampiran jika diperlukan. Sedangkan dalam materi muatan terdapat isi
yang disampaikan pada jenis produk yang dibuat sesuai dengan
Peraturan Menteri PUPR No. 40/PRT/M/2015.
31
Organisasi. Usulan tersebut meliputi naskah rancangan
peraturan menteri, dan konsepsi pengaturan Rancangan
Peraturan Menteri.
4. Kewenangan penetapan
Peraturan Menteri, Keputusan Menteri, Instruksi Menteri, Surat
Perintah Menteri, dan Surat Edaran Menteri ditetapkan oleh Menteri.
Pada Peraturan Menteri sendiri ditetapkan oleh Menteri dan
tidak dapat didelegasikan penetapannya. Produk hukum berupa
Surat Edaran yang memuat materi muatan berupa pengefektifan
pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan/atau kebijakan
yang bersifat teknis ditetapkan oleh Menteri atau Sekretaris Jenderal
Atas Nama Menteri. Sedangkan untuk Produk hukum berupa Surat
Edaran yang memuat materi muatan dari pada yang memuat
pengefektifan pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan/atau
kebijakan yang bersifat teknis dapat ditetapkan oleh Pimpinan Tinggi
Madya sesuai dengan kewenangannya.
32
Untuk Produk hukum berupa keputusan, instruksi, dan Surat Perintah
selain yang ditetapkan oleh Menteri dapat ditetapkan atas nama
Menteri oleh:
a. Sekretaris Jenderal
b. Inspektur Jenderal
c. Direktur Jenderal;
d. Kepala Badan
e. Pejabat yang ditunjuk melalui pelimpahan kewenangan dari
Menteri.
5. Evaluasi
Setelah itu masuk pada tahap terakhir yaitu evaluasi terhadap proses
pembentukan peraturan perundang-undangan yang dilaksanakan
setiap 3 bulan dan produk hukum Peraturan Menteri dan Surat Edaran
Menteri yang dilaksanakan 1 kali dalam 1 tahun. Evaluasi proses
pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dan produk hukum
dilaksanakan oleh Biro Hukum untuk tingkat Sekretariat Jenderal.
Evaluasi proses pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dan
produk hukum dilaksanakan oleh Bagian Hukum/Unit yang menangani
bidang hukum untuk tingkat Inspektorat Jenderal, Direktorat Jenderal,
dan Badan. Hasil Evaluasi proses pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan dan produk hukum yang dilaksanakan oleh
Bagian Hukum/Unit yang menangani bidang hukum disampaikan
kepada Biro Hukum untuk dilakukan pembahasan tingkat
Kementerian.Tata Cara Evaluasi proses pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan dan produk hukum secara rinci tercantum
33
dalam Lampiran II yang tertera pada Peraturan Menteri PUPR No.
40/PRT/M/2015.
1) Maksud
2) Tujuan
3) Lingkup Pengaturan
34
d) Tata Cara Uji Laik Fungsi;
f) Pembiayaan; dan
g) Pengawasan.
1) Maksud
2) Tujuan
3) Lingkup Pengaturan
g) Penilikan jalan;
35
h) Pengawasan termasuk pemantauan dan evaluasi,
serta pelaporan kegiatan pemeliharaan jalan
nasional, jalan provinsi dan jalan kabupaten/kota; dan
1) Maksud
2) Tujuan
3) Lingkup Pengaturan
1) Maksud
36
2) Tujuan
3) Lingkup Pengaturan
1) Maksud
2) Tujuan
3) Lingkup Pengaturan
37
perlakuan khusus terhadap konstruksi jalan dan
jembatan berupa muatan dan kendaraan dengan
dimensi, muatan sumbu terberat dan/atau beban total
melebihi standar; dan
1) Maksud
2) Lingkup Peraturan
3) Maksud
4) Tujuan
38
Rencana Umum Jangka Panjang dan Jangka Menengah
Jaringan Jalan.
5) Lingkup Pengaturan
1) Maksud
2) Lingkup Pengaturan
a) Perencanaan Penanaman;
c) Pemeliharaan tanaman.
1) Tujuan
39
keselamatan, kelancaran, ekonomis, dan ramah
lingkungan.
2) Lingkup Pengaturan
a) Pengaturan;
b) Pembinaan;
c) Pembangunan; dan
d) Pengawasan.
1) Maksud
2) Tujuan
a) Kecepatan rencana;
c) Kapasitas jalan;
d) Jalan masuk;
40
e) Persimpangan sebidang dan fasilitas berputar balik;
g) Perlengkapan jalan;
a) Fungsi jalan;
b) Kelas jalan;
c) Bagian-bagian jalan;
d) Dimensi jalan;
g) Konstruksi jalan;
i) Perlengkapan jalan;
k) Ruang bebas.
1) Maksud
2) Tujuan
41
b) Mewujudkan kepastian hukum mengenai fungsi jalan
dan status jalan.
3) Lingkup Peraturan
1) Maksud
2) Tujuan
42
d) Pemberdayaan dan kerjasama;
e) Pelayanan;
1) Maksud
2) Lingkup Peraturan
1) Tujuan
43
a) Memberikan pedoman penyelenggaraan jalan
khusus bagi penyelenggara jalan khusus;
b) Terwujudnya tertib penyelenggaraan jalan; dan
c) Tersedianya jalan yang memenuhi ketentuan
keselamatan, kelancaran, ekonomis, dan ramah
lingkungan.
2) Lingkup Peraturan
a) Pengaturan;
b) Pembinaan;
c) Pembangunan; dan
d) Pengawasan.
1) Maksud
2) Tujuan
44
3) Lingkup Penelitian, Pengembangan, dan Pemberdayaan
1) Maksud
2) Tujuan
45
mempertahankan dan meningkatkan pelayanan jalan tol bagi
pengguna jalan tol.
3) Lingkup
1) Maksud
2) Tujuan
3) Lingkup Peraturan
46
merupakan satu kesatuan dengan Peraturan Menteri ini,
dengan kondisi :
1) Maksud
47
2) Tujuan
3) Lingkup Peraturan
Dalam pelaksanaan tugas, kepala satuan kerja atau PPK harus memahami
peraturan perundang-undangan yang merupakan tindak lanjut atau terkait
dengan undang-undang jalan sebagai acuan. Oleh karena itu kepala satuan
kerja harus mengetahui peraturan Menteri PU tersebut.
48
3. Mengenai Revisi
49
(Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional) (dihasilkan berita
acara kesepakatan).
5) Penyusunan Konsep Revisi Surat Keputusan Menteri Pekerjaan
Umum tentang Fungsi Jalan di lingkungan internal Ditjen. Bina
Marga.
6) Konfirmasi kepada Sekda Prov/ Kab/ Kota terkait Kesediaan Serah
Terima BMN (ruas down grade), Termasuk Proses BAST (Berita
Acara Serah Terima) mulai berjalan.
7) Konfirmasi kepada Kementerian Perhubungan c.q. Ditjen.
Perhubungan Darat.
8) Finalisasi Konsep Revisi Surat Ketentuan Menteri Pekerjaan
Umum tentang Fungsi Jalan.
9) Penetapan Surat Ketentuan Menteri Pekerjaan Umum tentang
Fungsi Jalan.
10) Penetapan Surat Ketentuan Menteri Pekerjaan Umum tentang
Status Jalan.
11) Penyelesaian Berita Acara Serah Terima Aset oleh Sekretariat
Direktorat Jenderal Bina Marga dan Biro Barang Milik Negara
(Sekretariat Jenderal).
50
PKSN= Pusat Kawasan Strategis Nasional
51
5. Dasar Hukum Revisi Keputusan Menteri Pekerjaan Umum
Ket:
RUJPJJN : Rencana Umum Jangka Panjang Jaringan Jalan Nasional
RUJMJJ : Rencana Umum Jangka Menengah Jaringan Jalan
RUJMJJN : Rencana Umum Jangka Menengah Jaringan Jalan Nasional
52
E. Rangkuman
Dalam pengembangan jaringan jalan perlu adanya regulasi yang harus di
patuhi dan diterapkan. Karena untuk mengembangkan suatu jaringan jalan
perlu adanya analisis perencanaan jalan yang kedepannya dapat
diklasifikasikan dan ditetapkan fungsi jalan, status jalan, dan rencana umum
jaringan jalan yang selaras dengan Renstra.
F. Penilaian/Evaluasi
Jawablah pertanyaan berikut, untuk mengetahui pemahaman anda terhadap
materi ini.
53
Tingkat Penguasaan = Σnilai %
54
BAB IV
KEBIJAKAN DALAM PENGEMBANGAN
JALAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
PUPR
Indikator Keberhasilan
Dalam penyelenggaraan sektor jalan ada beberapa isu dan tantanganan pada
sektor jalan yang menjadi dasar keluarnya arah kebijakan penyelenggaraan
sektor jalan. Isu dan tantangan sektor jalan tertera dalam naskah teknokratik
RPJMN 2020-2024 dengan rincian sebagai berikut:
57
1) Kualitas jalan daerah rendah (kemantapan jalan Provinsi 68%,
jalan Kab/Kota) 57%
2) Konektivitas moda jalan pada lintas utama pulau belum optimal
(waktu tempuh 2,3 Jam/100 Km)
3) Sejumlah simpul transportasi prioritas belum terhubung akses
jalan (4 Terminal Tipe A, 8 pelabuhan utama, dan 8 bandara
baru belum terhubung jalan akses sesuai standar)
4) Belum tersedianya kelengkapan jalan pada sejumlah ruas
(kerusakan jalan akibat drainase jalan)
c. Isu Infrastruktur Jalan Perkotaan
Pada bidang infrastruktur jalan perkotaan Indonesia masih banyak
yang perlu dibenahi, hal tersebut didasarkan pada:
1) Terbatasnya ketersediaan jaringan jalan yang tidak sebanding
dengan pertumbuhan jumlah kendaraan
2) Sistem drainase perkotaan yang buruk, kualitas jalan yang
dibawah standar, masih banyaknya perlintasan sebidang
dengan jalur KA, serta banyaknya kegiatan samping jalan
3) Pembangunan flyover/underpass sering kali terhambat oleh
penyediaan lahan serta kemampuan pendanaan pemerintah
daerah yang terbatas
d. Isu Kelembagaan Penyelenggaraan Jalan
Berikut merupakan isu kelembagaan penyelenggaraan jalan di
Indonesia yang dapat mempengaruhi kinerja penyelenggaraan jalan:
1) Tata kelola perencanaan jalan di pusat dan daerah (seperti
dalam hal ketersediaan basis data yang update dan akurat,
pemilihan program kegiatan, dan sinkronisasi program
kegiatan pusat dan daerah)
2) Belum optimalnya Pembinaan penyelenggaraan jalan dari
pemerintah pusat kepada daerah
3) Keterbatasan kemampuan pendanaan oleh pemerintah
daerah
58
Dalam pembuatan kebijakan penyelenggaraan sector jalan, perlu dilakukan
analisis muatan pokok mencakup tantangan pada tahun 2020-2024 yang
akan dihadapi dan kondisi eksisting yang sekarang dialami oleh Indonesia.
Proses analisis muatan pokok rencana strategi Direktorat Jenderal Bina
Marga 2020-2024 dimulai dengan membahas tantangan tahun 2020-2024
yaitu:
59
yang terkait dengan bidang Infrastruktur adalah Visi no 2 yaitu pembangunan
infrastruktur yang berisi melanjutkan pembangunan infrastruktur untuk
menghubungkan kawasan produksi dengan kawasan distribusi,
mempermudah akses ke kawasan wisata, mendongkrak lapangan kerja baru,
dan mempercepat peningkatan nilai tambah perekonomian rakyat. Kemudian
dalam 7 agenda pembangunan salah satunya berisi Memperkuat Infrastruktur
Untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi Dan Pelayanan Dasar.
Perkuatan infrastruktur ditujukan untuk mendukung aktivitas perekonomian
serta mendorong pemerataan pembangunan nasional melalui 5 hal program
prioritas yaitu:
60
Sedangkan dalam transportasi perkotaan ada 2 hal yang menjadi proyek
prioritas yaitu pembangunan perlintasan tidak sebidang antara jalan dan KA
di perkotaan serta pembangunan jalan perkotaan. Pada matrik pembangunan
jangka menengah Kementerian/Lembaga program penyelenggaraan jalan
memerlukan dana non-operasional sebesar Rp 290.514.600.000. Dengan
sasaran pada tahun 2024 (dalam narasi RPJMN 2020-2024) membangun
2500 km jalan tol baru dan/atau beroperasi, 3000 km jalan nasional baru, 87
% kondisi mantap jalan nasional, waktu tempuh pada jalan lintas utama pulau
sebesar 1,9 jam/ 100 kmn dan 27 % rute pelayaran yang saling terhubung
(loop).
61
d) Membangun jaringan jalan tol di koridor utama logistik terutama
untuk Tol Trans Sumatera.
e) Membangun jaringan jalan arteri utama nasional di tiap pulau
terintegrasi dengan kawasan (KEK, KI, dan KSPN, daerah 3T).
f) Membangun jalan akses menuju simpul transportasi.
g) Preservasi jalan sesuai dengan standar lebar dan daya dukung.
h) Meningkatkan kinerja kemantapan jalan daerah (jalan provinsi,
kabupaten/ kota).
62
luka berat serta hilang dalam penyelenggaraan jasa
transportasi.
Dalam pelaksanaan tugas, kepala satuan kerja atau PPK harus memahami
arah kebijakan dan strategi utama Direktorat Jenderal Bina Marga 2020-2024
untuk mencapai target yang telah disebutkan sebelumnya. Oleh karena itu
kepala satuan kerja harus mengetahui arah kebijakan dan strategi utama
Direktorat Jenderal Bina Marga 2020-2024. Berikut merupakan arah
kebijakan serta strategi implementasi yang akan di lakukan:
63
7) Pembangunan jembatan baru atau penggantian atau
pelebaran atau duplikasi jembatan sesuai kebutuhan dan
kondisi obyektif di lapangan.
64
c. Penguatan sistem perencanaan dan penganggaran jalan nasional,
adanya penguatan pada arah kebijakan ini sistem perencanaan akan
semakin matang dan terarah serta penganggaran yang direncanakan
sesuai dengan yang diharapkan. Perlu adanya strategi implementasi
guna mewujudkan penguatan sistem perencanaan dan penganggaran
sebagai berikut:
1) Penetapan fungsi, status, dan kelas jalan nasional sesuai
dengan perkembangan sistem jaringan jalan.
2) Penguatan sistem AKIP Ditjen Bina Marga secara terpadu.
3) Peningkatan efektivitas penganggaran dan pembiayaan
penyelenggaraan jalan.
4) Peningkatan kualitas dan pemanfaatan sistem database
kondisi jaringan jalan nasional (SIPDJN).
5) Peningkatan ketersediaan dokumen studi kelayakan (Pra-
FS/FS) untuk mendukung pengembangan jalan
nasional/bebas hambatan.
d. Penguatan sistem pelaksanaan pembangunan dan preservasi jalan
nasional. Penguatan sistem dalam pelaksanaan pembangunan
sangat penting untuk menciptakan penyelenggaraan pembangunan
yang diharapkan. Berikut merupakan strategi implementasi yang telah
direncanakan:
1) Peningkatan kualitas perencanaan teknis
pembangunan/preservasi jalan dan jembatan nasional.
2) Peningkatan efektivitas kontrak long-segmen untuk preservasi
jalan nasional.
3) Perluasan uji coba pelaksanaan kontrak PBC (performance
based contract) pada preservasi jalan nasional.
4) Perluasan uji coba pelaksanaan kontrak availability payment
pada pembangunan jalan nasional.
5) Penguatan penerapan SMM pada kontrak pembangunan/
preservasi.
65
6) Penerapan percontohan pemeliharaan jalan menuju standar.
e. Penguatan sistem pembinaan dan fasilitasi teknis penyelenggaraan
jalan nasional, penguatan fasilitasi teknis penyelenggaraan jalan
nasional berfungsi untuk mendukung pelaksanaan penyelenggaraan
jalan lebih cepat karena adanya fasilitas yang memadai. Strategi
implementasi untuk arah kebijakan tersebut yaitu:
1) Peningkatan ketersedian dan efektivitas pelaksanaan NSPK di
bidang pembangunan dan preservasi jalan dan jembatan,
termasuk jalan tol.
2) Peningkatan efektivitas pelaksanaan pengendalian program,
pemantauan dan evaluasi kinerja di bidang pembangunan dan
preservasi jalan dan jembatan.
3) Peningkatan efektivitas pelaksanaan perencanaan, monitoring
dan evaluasi kinerja penyelenggaraan jalan bebas hambatan
dan jalan tol.
4) Peningkatan dukungan pengadaan tanah untuk pembangunan
jalan bebas hambatan dan jalan tol.
f. Penguatan sumber daya manusia, regulasi dan kelembagaan
penyelenggaraan jalan. Dengan adanya penguatan SDM, regulasi
dan kelembagaan penyelenggaraan jalan dapat mendukung kinerja
dari pembangunan infrastruktur yang di targetkan, sehingga yang
direncanakan sesuai atau pun dapat melebihi dari target yang telah di
buat. Strategi untuk mewujudkan kebijakan tersebut antara lain:
1) Peningkatan kuantitas dan kualitas SDM Ditjen Bina Marga
sesuai kebutuhan dan penempatannya.
2) Peningkatan pemenuhan kebutuhan dan kondisi fasilitas serta
peralatan kerja dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas
dan fungsi Ditjen Bina Marga.
3) Penguatan kerangka regulasi penyelenggaraan jalan.
4) Penguatan struktur organisasi Ditjen Bina Marga.
66
5) Peningkatan akuntabilitas kinerja serta kemajuan pelaksanaan
reformasi birokrasi di lingkungan Ditjen Bina Marga.
6) Peningkatan kinerja pengelolaan anggaran serta aset Ditjen
Bina Marga.
151
5 13 26 Pembangunan
Kegiatan Pembangunan Pembangunan Pembangunan dan
jalan tol FO/UP Jembatan Penanganan
Jalan
Indikasi
Pendanaan
2020-2024 122.250,22 7.528,84 16.561,90 60.997,58
(Rp.
Miliar)*
67
a. Pembangunan Jalan Strategis
b. Pembangunan Jalan Tol
c. Pembangunan Jalan Mendukung Kawasan
d. Pembangunan Jalan Akses Simpul Transportasi (Pelabuhan,
Bandara, Terminal, Stasiun)
e. Pembangunan Jalan Trans Papua, Lintas Utama di Pulau Terluar,
Terisolir, dan Terdepan
68
meningkatnya kecepatan di jalan perkotaan. Berikut merupakan tabel dari
highlight proyek prioritas.
69
1. Rencana Program Prioritas
a. Meningkatkan Konektivitas
Konektivitas pada Perencanaan Jangka Menengah 2020-2024
didefinisikan sebagai waktu tempuh per 100 km. Rata-rata waktu
tempuh di Indonesia saat ini adalah 2,4-2,5 jam/100 km, yang masih
tertinggal dibandingkan dengan negara tetangga seperti Thailand
dan Malaysia, yang memiliki waktu tempuh rata-rata dibawah 2,0
jam/100 km. Waktu tempuh yang tinggi dapat berdampak pada biaya
logistik yang tinggi dan dapat menghambat daya saing Indonesia di
dunia global.
70
dicapai. Dengan kondisi rata-rata waktu tempuh Indonesia yaitu 2,5 jam/100
km Direktorat Jenderal Bina Marga mempunyai target seperti yang tertera
pada Tabel 6.
b. Meningkatkan Aksesibilitas
71
Gambar 14. Peta Wilayah Aksesibilitas Indonesia
Contoh pembesaran dari gambar di atas yaitu wilayah daerah Jawa Timur,
dapat dilihat pada gambar tersebut, sudah banyak jalan-jalan yang terhubung
oleh jalan nasional. Dengan banyaknya wilayah-wilayah yang sudah
terhubung dengan jalan nasional, maka akan mendukung produktifitas dan
lebih efektifnya dalam mobilisasi kendaraan terhadap distribusi logistik.
Sehingga waktu tempuh dan biaya akan semakin rendah dan akan
mempengaruhi ekonomi negara kedepan.
72
Gambar 15. Tingkat Aksesibilitas Jalan Indonesia
73
Gambar 16. Kondisi Kapasitas Jaringan Jalan Nasional
74
Tabel 7. Persentase VCR di Indonesia
1) IRI (Roughness)
2) PCI (Pavement Surface Condition)
3) Usia Penggunaan yang Tersisa (Pavement Strength)
75
4) Efektifitas Drainase (Surface Drainage and Subsoil Drainage)
76
e. Meningkatkan Keselamatan Jalan
77
Tabel 10. Analisis Data untuk Indeks Keselamatan Pasien (IKP)
78
Tabel 12. Nilai IKP Skala 1-5 Katergori Kecelakaan/Populasi dan
Blackspot/Populasi
Mengacu pada nilai IKP dengan skala 1-5 kategori kecelakaan dan blackspot
yang tertera pada Tabel 13 maka dapat di analisis nilai IKP dengan skala 1-5
di wilayah Indonesia sebagai berikut:
79
C. Rencana Program Prioritas Direktorat Jenderal Bina Marga 2020-
2024
Dalam pelaksanaan tugas kepala satuan kerja atau PPK harus memahami
Gambarprioritas
rencana program 18. Target Kinerja Direktorat
Direktorat JenderalJenderal
BinaBina Marga
Marga 2020-2024
tahun 2020-2024
yang telah direncanakan guna mencapai target yang diharapkan. Maka dari
itu kepala satuan kerja atau PPK harus mengetahui dari rencana program
priotitas Direktorat Jenderal Bina Marga tahun 2020-2024. Berikut merupakan
rencana program prioritas tahun 2020-2024:
80
jalan.
12. Pembangunan jalan lintas pulau dan missing link untuk meningkatkan
konektivitas dan jalur logistik nasional.
81
Kepala satuan kerja atau PPK diharapkan dapat memahami apa yang telah
direncanakan Direktorat Jenderal Bina Marga dalam rencana program
prioritas tahun 2020-2024 yang telah dipaparkan sebelumnya. Selain rencana
diatas, terdapat kerangka regulasi penyelenggaraan jalan dan kerangka
pendanaan penyelenggaraan jalan tahun 2020-2024. Tertera dibawah ini
beserta pemaparannya pada Tabel 14 dan Tabel 15.
82
Tabel 15. Kerangka Pendanaan Penyelengaraan Jalan 2020-2024
1. Pembangunan jalan
nasional
APBN DJBM 2020-2024 2. Preservasi jalan nasional
+ 250-300 Trilyun 3. Dukungan manajemen dan
teknis penyelenggaraan
jalan nasional
83
tahap perencanaan maka sumber dana dari APBD 2020-2024 belum dapat di
pastikan, namun sesegera mungkin data tersebut diperoleh tepatnya.
84
Dalam pencegahan penyebaran COVID-19 khususnya pada
penyelenggaraan jasa konstruksi tentu ada protokol yang perlu dilakukan
antara lain sebagai berikut:
85
Adanya virus COVID-19 tentu ada dampak yang terjadi pada sektor jalan yaitu
penurunan volume lalulintas sehingga dari adanya dampak pandemi COVID-
19 maka dibuatnya kebijakan Realokasi Anggaran dan Refocusing Program.
Dampak penurunan volume lalulintas dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
86
Berskala Besar (PSBB). Tindakan tersebut mempengaruhi volume lalulintas
yang mengalami penurunan hingga mencapai ±50 % pada bulan April 2020.
Tabel 16. Refocusing Kegiatan dan Realokasi Anggaran Ditjen Bina Marga
Tahun 2020
Refocusing Kegiatan dan Realokasi Anggaran Ditjen Bina Marga tahun 2020
Rp 17.353.545.000.000 ditambah dengan adanya dukungan fasilitas
kesehatan di pulau Galang sebesar Rp 200.000.000.000. Jadi total dari
anggaran tersebut adalah sebesar Rp 17.553.545.000.000. Anggaran
tersebut sudah termasuk penjumlahan dana karet petani untuk campuran
aspal karet sebesar Rp 100.000.000.000 dan resin produksi perhutani untuk
campuran cat marka jalan sebesar Rp 25.000.000.000. Rincian Refocusing
Kegiatan dan Realokasi Anggaran Ditjen Bina Marga Tahun 2020 khususnya
di bidang-bidang tertentu seperti jembatan, pembangunan, dan preservasi
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
87
Tabel 17. Proses Tender Terhadap Anggaran Pada Bidang Tertentu
Proses
Belum Tender Terkontrak Total
Direktorat Tender
(Rp) (Rp) (Rp)
(Rp)
Jembatan 1.524.821.736 838.784.044 1.833.445.897 4.197.051.677
Nilai Refocusing
Refocusing Kegiatan Jumlah Paket
(Rp. Ribu)
Paket ditunda pelaksanaannya 116 1.393.503.388
Paket SYC menjadi MYC 642 8.785.916.868
Paket SYC yang direlaksasi 34 915.655.019
Paket MYC direkomposisi 220 5.085.311.359
Total 1.012 16.180.386.635
Disisi lain juga selain adanya perubahan seperti yang telah dijelaskan di atas,
terdapat perubahan target dampak refocusing Direktorat Jenderal Bina
Marga, target-target tersebut dirangkum dalam dalam tabel dibawah ini
beserta perubahan volume yang terjadi.
88
Tabel 19. Perubahan Target Dampak Refocusing Direktorat Jenderal Bina
Marga
Volume
Output Satuan
Semula Menjadi Selisih
Preservasi Rekonstruksi, Rehabilitasi Jalan Km 4.927,25 3.016,81 1.910,44
Pelebaran Jalan Menuju Standar Km 190,42 130,97 59,45
Penggantian Jembatan M 22.745,86 6.800,01 15.945,85
Pembangunan Jalan Km 501,64 265,99 235,65
Pelebaran Jalan Menambah Lajur Km 37,73 26,5 11,23
Pembangungan Jembatan M 20.064,39 10.656,31 9.408,08
Pembangunan Flyover/Underpass/Terowongan M 2.355,20 974,30 1.380,90
Peningkatan Jalan Baru Km 315,11 152,35 162,76
Prinsip kegiatan dari padat karya itu sendiri adalah antara lain:
89
Dengan prinsip kegiatan seperti yang telah disebutkan di atas kegiatan Padat
Karya sangat dapat membantu masyarakat Indonesia yang membutuhkan.
Dan jenis pekerjaan yang terdapat pada kegiatan Padat Karya sebagai
berikut:
Dalam kegiatan padat karya ada beberapa hal yang menjadi ketentuan
pelaksanaan. Hal tersebut merupakan ketentuan yang menjadi acuan para
pekerja yang mengikuti program padat karya. Ketentuan pelaksanaan dari
kegiatan tersebut adalah antara lain:
90
Program Padat Karya tentu memiliki perencanaan dalam pelaksanaannya,
dibawah ini merupakan hal-hal yang perlu direncanakan dalam PPK, antara
lain:
Dalam hal pelaksanaan program Padat Karya terbagi menjadi 2 konsep yaitu
secara kontraktual dan secara swakelola. Penjelasan mengenai 2 konsep
pelaksanaan program Padat Karya akan dibahas dibawah ini.
1. Secara Kontraktual
a. PPK harus menyampaikan informasi kebutuhan tenaga kerja
yang dapat terserap melalui pelaksanaan Padat Karya.
b. Informasi tersebut harus disampaikan dalam Dokumen Pemilihan.
c. Pada saat pelaksanaan Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak
(Pre-Construction Meeting, PCM), Penyedia diwajibkan
menyampaikan kebutuhan tenaga kerja dan besaran upah yang
akan dibayarkan untuk fasilitas pekerjaan yang dilaksanakan
dengan Padat Karya, sebagaimana yang telah direncanakan
dalam RMPK (Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi).
91
2. Secara Swakelola
a. PPK wajib memastikan pelaksanaan Padat Karya sesuai dengan
Jadwal Pelaksanaan dan Rencana Kerja yang telah disusun.
b. Pengadaan tenaga kerja yang dilaksanakan dengan Padat Karya
dilakukan oleh Panitia/Pejabat Pengadaan dengan menggunakan
metode pengadaan yang sesuai.
Untuk pembayaran dalam program Padat Karya terbagi menjadi 2 pula sesuai
dengan pelaksanaannya. Pembayaran mengacu pada laporan yang diterima
sebagai tanda pekerjaan yang telah dilaksanakan. Pembahasan mengenai
pembayaran tertera dibawah ini.
1. Secara Kontraktual
a. Mata pembayaran sesuai dengan jenis item pekerjaan dalam
Program Padat karya.
b. Penyedia melakukan pembayaran upah tenaga kerja secara
Mingguan, tanpa menunggu pembayaran dari Pengguna Jasa
dan dengan besaran upah tenaga kerja tidak kurang dari nilai
UMR.
c. Pembayaran kepada Penyedia dilakukan berdasarkan hasil
verifikasi Laporan Mingguan sesuai dengan ketentuan dalam
Spesifikasi Umum 2018 Divisi 10.
2. Secara Swakelola
a. Pembayaran upah tenaga kerja dapat dilakukan secara langsung
kepada tenaga kerja atau melalui mandor.
b. Dalam hal pembayaran dilakukan melalui mandor, mandor
berkewajiban menyampaikan bukti Tanda Terima Upah pada
periode minggu sebelumnya.
92
kerja. Pelaporan pelaksanaan Padat Karya (baik yang dilaksanakan secara
Kontraktual maupun Swakelola) harus disampaikan secara periodic dalam
Laporan Mingguan. PPK diwajibkan melakukan pelaporan pelaksanaan
Padat Karya pada paket-paket pekerjaannya (baik yang dilaksanakan secara
Kontraktual maupun Swakelola melalui e-monitoring PUPR.
93
dan/atau Positif COVID-19, maka tenaga kerja yang bersangkutan harus
melaporkan kepada Mandor dan berhak untuk diberikan izin melakukan
karantina diri selama 14 (empat belas) hari dengan hak penuh atas
pembayaran upah kerja yang dibayarkan secara Mingguan.
7. Dalam hal terjadi penghentian sementara pekerjaan, tenaga kerja berhak
atas pembayaran upah kerja selama masa penghentian sementara.
Apabila pekerjaan Padat Karya dilaksanakan secara Swakelola, PPK
harus membayar penuh atas pembayaran upah kerja tenaga kerja secara
Mingguan. Apabila pekerjaan Padat Karya dilaksanakan secara
Kontraktual, maka Penyedia Jasa harus membayar penuh atas upah
tenaga kerja secara Mingguan tanpa menunggu kompensasi atas Biaya
Tambah akibat COVID-19.
E. Rangkuman
Pengembangan jaringan jalan adalah suatu usaha untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi suatu negara dan sebagai pembentuk struktur ruang
kota. Dengan jaringan jalan yang optimal maka akan mengurangi biaya
logistik karena permasalahan lalu lintas seperti kemacetan dapat teratasi.
94
3. Isu Konektivitas Transportasi Jalan
4. Isu Infrastruktur Jalan Perkotaan
5. Isu Kelembagaan Penyelenggaraan Jalan
Dalam pelaksanaan tugas, kepala satuan kerja atau PPK harus memahami
arah kebijakan dan strategi utama Direktorat Jenderal Bina Marga 2020-2024
untuk mencapai target yang telah disebutkan sebelumnya. Oleh karena itu
kepala satuan kerja harus mengetahui arah kebijakan dan strategi utama
Direktorat Jenderal Bina Marga 2020-2024. Berikut merupakan arah
kebijakan serta strategi implementasi yang akan di lakukan:
95
meningkatkan kenyamanan dalam berkendara dan waktu tempuh yang
dicapai dalam berkendara kan semakin cepat.
3. Penguatan sistem perencanaan dan penganggaran jalan nasional,
adanya penguatan pada arah kebijakan ini sistem perencanaan akan
semakin matang dan terarah serta penganggaran yang direncanakan
sesuai dengan yang diharapkan.
4. Penguatan sistem pelaksanaan pembangunan dan preservasi jalan
nasional. Penguatan sistem dalam pelaksanaan pembangunan sangat
penting untuk menciptakan penyelenggaraan pembangunan yang
diharapkan.
5. Penguatan sistem pembinaan dan fasilitasi teknis penyelenggaraan jalan
nasional, penguatan fasilitasi teknis penyelenggaraan jalan nasional
berfungsi untuk mendukung pelaksanaan penyelenggaraan jalan lebih
cepat karena adanya fasilitas yang memadai.
6. Penguatan sumber daya manusia, regulasi dan kelembagaan
penyelenggaraan jalan. Dengan adanya penguatan SDM, regulasi dan
kelembagaan penyelenggaraan jalan dapat mendukung kinerja dari
pembangunan infrastruktur yang di targetkan
F. Penilaian/Evaluasi
Jawablah pertanyaan berikut, untuk mengetahui pemahaman anda terhadap
materi ini. Soal 1 dan soal 2 bernilai 30, sedangkan soal 3 bernilai 40.
96
2. Sebutkan dan jelaskan arah kebijakan sektor jalan yang di rancang
dalam Teknokratik RPJMN 2020-2024!
3. Jelaskan apa saja arah kebijakan serta strategi implementasi yang
akan di lakukan Direktorat Jenderal Bina Marga?
97
BAB V
PENUTUP
A. Penutup
101
2. Untuk evaluasi untuk pengajar/widyaiswara diakukan oleh para peserta
dengan melakukan penilaian yang terkait penyajian, penyampaian materi,
kerapihan pakaian, kedisiplinan, penguasaan materi, metoda pengajaran,
ketepatan waktu dan penjelasan dalam menjawab pertanyaan, dan lain-
lain.
3. Demikian juga untuk evaluasi penyelenggaraan pelatihan, yaitu peserta
dan pengajar/widyaiswara akan mengevaluasi Panitia/Penyelenggara
pelatihan terkait dengan penyiapan perlengkapan pelatihan, sarana dan
prasarana untuk belajar, fasilitas penginapan, makanan dll.
4. Evaluasi materi dan bahan tayang yang disampaikan pengajar kepada
peserta, dilakukan oleh peserta, pengajar/widyaiswara maupun pengamat
materi/Narasumber untuk pengkayaan materi.
102
DAFTAR PUSTAKA
103
PERISTILAHAN
104
KUNCI JAWABAN
BAB II
105
f. Aspek sosial dan aspek lingkungan tidak dapat terlepas sebagai
faktor yang perlu diperhatikan dalam penyusunan kelayakan
pembangunan
g. infrastruktur jalan karena dapat memberikan dampak pada kualitas
lingkungan dan keamanan sosial.
2. Apa yang dimaksud dengan sistem jaringan primer dan sekunder. (Bobot:
30)
Sistem Jaringan Jalan Primer adalah sistem jaringan jalan bersifat menerus
yang memberikan pelayanan lalu lintas tidak terputus walaupun masuk ke
dalam kawasan perkotaan. Sistem primer merupakan sistem jaringan jalan
dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan
semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul
jasa distribusi yang berwujud pusat pusat kegiatan.
Menurut Fungsi
106
a. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
utama dengan perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan
jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
b. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak
sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
c. Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata
rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
d. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan
kecepatan rata-rata rendah.
BAB III
109
9) Tanah adat Masyarakat
110
4) Hasil pekerjaan yang tidak sesuai spesifikasi
Hasil yang tidak sesuai dengan spesifikasi menyebabkan
konstruksi yang tidak sesuai rencana sehingga dapat
menimbulkan kerusakan yang lebih cepat dalam konstruksi
tersebut.
5) Revisi DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran)
Pengesahan DIPA membutuhkan waktu yang cukup lama
melibatkan banyak pihak.
6) Keterlambatan Justifikasi Teknis
Terlambatnya justifikasi teknis menyebabkan waktu konstruksi
tidak sesuai dengan rencana konstruksi.
7) Sengketa terhadap kurs mata uang asing
BAB IV
2. Sebutkan dan jelaskan arah kebijakan sektor jalan yang di rancang dalam
Teknokratik RPJMN 2020-2024! (Bobot: 30)
111
a. Arah kebijakan konektivitas transportasi jalan adalah meningkatkan
konektivitas koridor utama logistik dan kawasan – kawasan prioritas
melalui:
a) Penyusunan rencana umum jaringan jalan dan kriteria pemilihan
program/ kegiatan untuk pembangunan/ penanganan jalan
nasional dan daerah.
b) Penyusunan standar teknis dan kualitas jalan nasional dan
daerah.
c) Peningkatan kapasitas SDM Daerah melalui pendanaan DAK dan
memperluas pelaksanaan skema pendanaan hibah jalan daerah
yang difokuskan pada perbaikan tata kelola pemeliharaan jalan
daerah.
d) Membangun jaringan jalan tol di koridor utama logistik terutama
untuk Tol Trans Sumatera.
e) Membangun jaringan jalan arteri utama nasional di tiap pulau
terintegrasi dengan kawasan (KEK, KI, dan KSPN, daerah 3T).
f) Membangun jalan akses menuju simpul transportasi.
g) Preservasi jalan sesuai dengan standar lebar dan daya dukung.
h) Meningkatkan kinerja kemantapan jalan daerah (jalan provinsi,
kabupaten/ kota).
112
c. Arah kebijakan dan strategi dalam rangka meningkatkan keselamatan
dan keamanan transportasi jalan adalah:
a) Penyusunan dan pelaksanaan RUNK/ RAK dengan prioritas
pada data, riset dan black spot.
b) Penegakan aturan standar keamanan dan keselamatan
transportasi.
c) Penerapan pendekatan sistem yang berkeselamatan yang
komprehensif dalam rangka mengurangi fatalitas dan
keparahan korban (injury prevention).
d) Meningkatkan level keselamatan dan keamanan transportasi
dalam rangka menurunkan jumlah korban yang meninggal dan
luka berat serta hilang dalam penyelenggaraan jasa
transportasi.
3. Jelaskan apa saja arah kebijakan serta strategi implementasi yang akan
di lakukan Direktoran Jenderal Bina Marga? (Bobot: 40)
a. Pembangunan jalan nasional dan jalan tol untuk meningkatkan
konektivitas dalam mendukung daya saing nasional dan pemerataan
pembangunan. Strategi untuk mewujudkan peningkatan konektivitas
jalan Indonesia sebagai berikut:
1) Pembangunan jalan tol/bebas hambatan sebagai penghubung
antar PKN utama dan simpul pelabuhan utama.
2) Pembangunan jalan baru untuk melengkapi aksesibilitas jalan
nasional.
3) Pelebaran jalan menuju standar 7 meter untuk meningkatkan
kapasitas, aksesibilitas, dan kelas jalan nasional.
4) Peningkatan kapasitas jalan menjadi 14 meter untuk
peningkatan kapasitas pada koridor utama jalan nasional.
5) Peningkatan status jalan Provinsi/Kabupaten/Kota menjadi
jalan nasional untuk pemerataan aksesibilitas.
113
6) Pembangunan fly over dan underpass pada jaringan jalan
nasional yang membutuhkan dalam rangka kelancaran dan
keselamatan lalu lintas jalan.
7) Pembangunan jembatan baru atau penggantian atau
pelebaran atau duplikasi jembatan sesuai kebutuhan dan
kondisi obyektif di lapangan.
115
e. Penguatan sistem pembinaan dan fasilitasi teknis penyelenggaraan
jalan nasional, penguatan fasilitasi teknis penyelenggaraan jalan
nasional berfungsi untuk mendukung pelaksanaan penyelenggaraan
jalan lebih cepat karena adanya fasilitas yang memadai. Strategi
implementasi untuk arah kebijakan tersebut yaitu:
1) Peningkatan ketersedian dan efektivitas pelaksanaan NSPK di
bidang pembangunan dan preservasi jalan dan jembatan,
termasuk jalan tol.
2) Peningkatan efektivitas pelaksanaan pengendalian program,
pemantauan dan evaluasi kinerja di bidang pembangunan dan
preservasi jalan dan jembatan.
3) Peningkatan efektivitas pelaksanaan perencanaan, monitoring
dan evaluasi kinerja penyelenggaraan jalan bebas hambatan
dan jalan tol.
4) Peningkatan dukungan pengadaan tanah untuk pembangunan
jalan bebas hambatan dan jalan tol
f. Penguatan sumber daya manusia, regulasi dan kelembagaan
penyelenggaraan jalan. Dengan adanya penguatan SDM, regulasi
dan kelembagaan penyelenggaraan jalan dapat mendukung kinerja
dari pembangunan infrastruktur yang di targetkan, sehingga yang
direncanakan sesuai atau pun dapat melebihi dari target yang telah di
buat. Strategi untuk mewujudkan kebijakan tersebut antara lain:
1) Peningkatan kuantitas dan kualitas SDM Ditjen Bina Marga
sesuai kebutuhan dan penempatannya.
2) Peningkatan pemenuhan kebutuhan dan kondisi fasilitas serta
peralatan kerja dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas
dan fungsi Ditjen Bina Marga.
3) Penguatan kerangka regulasi penyelenggaraan jalan.
4) Penguatan struktur organisasi Ditjen Bina Marga.
5) Peningkatan akuntabilitas kinerja serta kemajuan pelaksanaan
reformasi birokrasi di lingkungan Ditjen Bina Marga.
116
6) Peningkatan kinerja pengelolaan anggaran serta aset Ditjen
Bina Marga.
117
118