JALAN
PELATIHAN
PEJABAT INTI SATUAN KERJA (PISK)
BIDANG JALAN DAN JEMBATAN
BEKERJA KERAS
BERGERAK CEPAT
KOMPETENSI DASAR
BERTINDAK TEPAT
BEKERJA KERAS
BERGERAK CEPAT
INDIKATOR HASIL BELAJAR
BERTINDAK TEPAT
PRINSIP-PRINSIP PERENCANAAN
GEOMETRIK 1
AMAN
NYAMAN
RAMAH
BAGIAN
Jembatan Voided Slab Ruang milik jalan
meliputi ruang
BAGIAN manfaat jalan
JALAN dan sejalur
menurut tanah tertentu di
luar ruang
UU Jalan manfaat jalan.
Ruang manfaat
jalan meliputi
badan jalan,
saluran tepi
jalan, dan
ambang
pengamannya.
Ruang pengawasan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan ruang
tertentu di luar ruang milik jalan yang ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan.
INTEGRITAS * PROFESIONAL * ORIENTASI MISI * VISIONER * ETIKA-AKHLAKUL KARIMAH
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN
PRINSIP-PRINSIP PERENCANAAN
DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH GEOMETRIK
Perencanaan Geometrik merupakan Perencanaan
Jembatan Voided Slab
trase jalan baik bidang horisontal (x,y) maupun
vertical (y) dengan penampang tertentu sehingga
dapat berfungsi melayani pergerakan lalu lintas
dengan :
Aman
Nyaman
Ramah
Arteri : Vol. L/L besar, Vren tinggi, akses dibatasi , Jarak tempuh jauh
Kolektor: Vol. L/L relative sedang, Vren sedang, Akses agak dibatasi, jarak tempuh sedang
Lokal : Vol. L/L kecil, Vren kecil, akses tidak terbatas, jarak tempuh lokal
Lingkungan : Vol L/L kecil, Vren kecil, tidak diatur , lalulintas di sekitar permukiman.
Lalu-Lintas
Volume lalu-Lintas adalah jumlah kendaraan yang
melintasi satu titik dalam satu satuan waktu
(kendaraan/hari, kend/jam).
Volume Lalu-Lintas diperlukan untuk menentukan
Jumlah Lajur (Lane) suatu jalan, dimana volume Lalu
lintas ini dinyatakan dalam Satuan Mobil Penumpang
(SMP).
Alinyemen Horizontal
Kecepatan Rencana
Kecepatan adalah besaran yang menunjukkan jarak yang ditempuh
kendaraan dibagi waktu tempuh yang dinyatakan dalam Km/Jam.
Jenis Kecepatan terdiri dari :
a) Kecepatan Sesaat (Spot Speed)
b) Kecepatan gerak rata-rata (Average Running Speed).
Hobbs (1979) c) Kecepatan Rata Rata ( Average Speed)
membagi kecepatan
kendaraan menjadi: d) Kecepatan Rencana (Design Speed).
Kecepataan Rata rata ( Average Speed)
Kecepatan sesaat (spot speed), yaitu Kecepatan gerak rata rata (Average
: Jarak yang ditempuh dibagi lama
kecepatan yang diukur disuatu running Speed), jarak yang ditempuh
perjalanan termasuk tundaan yang
tempat dalam sesaat. dibagi lama bergerak kendaraan.
terjadi.
INTEGRITAS * PROFESIONAL * ORIENTASI MISI * VISIONER * ETIKA-AKHLAKUL KARIMAH
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN
PRINSIP-PRINSIP PERENCANAAN
DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH GEOMETRIK
Lengkung Peralihan
Pada hakekatnya , Alinyemen Horisontal ini
adalah kumpulan garis lurus (tidak satu
arah) , dimana masing masing garis lurus
tersebut dihubungkan dengan Lengkung
Peralihan.
Dengan:
Rmin = radius minimum untuk satu kecepatan rencana dan
superelevasi maksimum tertentu, m.
emaks = superelevasi maksimum, %
fmaks = koefisien gerak melintang maksimum
V = kecepatan rencana, km/jam
Superelevasi (e)
Superelevasi (e) adalah Kemiringan Melintang Jalan yang dibutuhkan untuk mengimbangi
Gaya Sentrifugal kendaraan yang sedang melaju dengan kecepatan tertentu pada suatu
tikungan.
Besarnya nilai e ini tergantung dari :
Kecepatan rencana
R tikungan
Koefisien gesek melintang jalan
Di Indonesia untuk distribusi nilai
Untuk menjaga kenyamanan dan visual superelevasi maximum ( emax ) yang
psikologis, maka nilai e-maks dibatasi digunakan untuk perencanaan berdasarkan
10 % (0.1), maka dengan Nilai V berdasarkan metode Bina Marga adalah
rencana, didapat nilai jari jari minimum sebesar 8 % dan 10 %. Distribusi nilai e
suatu tikungan (R min). dapat dilihat pada table dibawah ini.
INTEGRITAS * PROFESIONAL * ORIENTASI MISI * VISIONER * ETIKA-AKHLAKUL KARIMAH
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN
PRINSIP-PRINSIP PERENCANAAN
DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH GEOMETRIK
emaks = 0,10 Nilai Rmin untuk e maks = 0.1 dan 0.08 emaks = 0,08
Jarak Pandang
Jh Js
INTEGRITAS * PROFESIONAL * ORIENTASI MISI * VISIONER * ETIKA-AKHLAKUL KARIMAH
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN
PRINSIP-PRINSIP PERENCANAAN
DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH GEOMETRIK
jarak yang ditempuh oleh kendaraan sejak jarak yang diperlukan untuk menghentikan
pengemudi melihat ada halangan sampai ia sadar
kendaraan sejak pengemudi menginjak rem
dan pengemudi mulai menginjak rem (Perception,
Intelection, Emotion Process and Volition Time) sampai kendaraan berhenti.
INTEGRITAS * PROFESIONAL * ORIENTASI MISI * VISIONER * ETIKA-AKHLAKUL KARIMAH
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN
PRINSIP-PRINSIP PERENCANAAN
DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH GEOMETRIK
Menurut Bina marga (1997) jalan luar kota Dipengaruhi oleh kuat sinar, tinggi lampu besar,
disarankan minimal 30% dari keseluruhan sifat pantulan benda. Pada malam hari jarak
panjang jalan perlu tersedia jarak pandang pandang henti masih penting, sedangkan jarak
menyiap. Artinya daerah menyiap harus pandang menyiap tidak karena pengaruh silau
tersebar disepanjang jalan dengan jumlah lampu bear dari kendaraan arah lawan.
panjang minimum 30 % dari total panjang ruas
jalan tersebut. Pertimbangan ini sesuai prinsip
effisiensi antara pemenuhan jarak pandang
menyiap dan biaya pembangunan jalan sesuai
fungsinya.
Alinyemen Vertikal
Alinyemen Vertikal
Alinyemen Vertikal didefinisikan sebagai proyeksi sumbu jalan pada bidang vertikal,
berbentuk penampang memanjang jalan.
TIDAK
Kelandaian (Grade)
Kelandaian adalah kemiringan arah memanjang
trase jalan yang besarnya dinyatakan dalam %. Kelandaian maksimum adalah kelandaian yang
Kemiringan minimum dibutuhkan, agar supaya memungkinkan kendaraan bergerak terus tanpa
secepatnya air hujan dapat mengalir sepanjang jalan kehilangan kecepatan yang berarti. Di asumsikan
dan selanjutnya disalurkan kesaluran samping, untuk Truk yang bermuatan penuh dengan
sehingga tidak terjadi Genangan pada permukaan penurunan kecepatan masih lebih atau sama dengan
Jalan. 50 % dari kecepatan awal.
• Landai datar (0%) untuk jalan jalan tanpa kerb dan Kelandaian maksimum menurut Bina Marga (1997)
terletak diatas tanah timbunan. Pada kondisi ini VR
< 40 40 50 60 80 100 110 120
lereng melintang (crown) jalan cukup untuk (Km/jam)
mengalirkan air diatas perkerasan jalan kemudian LMAKS
10 10 9 8 5 4 3 3
ke Talud. (%)
Kelandaian (Grade)
Panjang Kritis adalah panjang landai maksimum Lajur Pendakian
yang diijinkan untuk memepertahankan kecepatan Sesuai Standar Geometri untuk Jalan Tol No
sehingga penurunan kecepatan ≤ 50 % dari 007/Bm/2009, lajur pendakian selebar 3,60 m
kecepatan rencana selama satu menit.
disediakan apabila panjang kritis dilampaui, jalan
memiliki VLHR > 25.000 SMP/hari, dan persentase
truk > 15 %.
Panjang Landai Kritis
Faktor yang perlu dipertimbangkan untuk keperluan
Jalur Pendakian :
• Arus lalu Lintas yang mendaki melebihi 200
Kend/jam
• Arus lalu lintas Truk > 20 Kend/Jam.
Kelandaian (Grade)
Lengkung Vertikal
Panjang Lengkung Vertikal Cembung dengan S > L
Dari gambar disamping, diperoleh persamaan :
Lengkung Vertikal
Panjang Lengkung Vertikal Cembung
Untuk mengurangi dampak gaya sentrifugal yang berlebihan sehingga
memberikan kenyamanan kepada pengguna jalan, maka panjang AASHTO
menetapkan Panjang Lengkung Vertikal Minimum :
Lminimum = 0,6 V
Ket :
• L = Panjang Lengkung Vertikal Cembung minimum, m
• V = Kecepatan Rencana, Km/Jam.
Ket :
• L = Panjang Lengkung Vertikal Cekung, m
Lminimum = 30 A
Ket :
• L = Panjang Lengkung Vertikal Cekung minimum, m
• A = Perbedaan Aljabar Landai.
Lengkung Vertikal
Jarak Pandang Bebas Lengkung Vertikal Cekung S > L
Jika menggunakan standar tinggi mata pengemudi Truk
= 2,40 m dan tinggi objek = 0,6 m sebagai tinggi bagian
belakang kendaraan yang dilihat oleh Truk, maka
persamaan bisa disederhanakan menjadi :
L = 2S - (800C-1200)/A
Ket :
• L = Panjang Lengkung Vertikal Cekung, m
• A = Perbedaan Aljabar landai, %
• S = Jarak pandangan henti atau menyiap minimum, m
Berdasarkan gambar di atas, persamaan Panjang Lengkung • C = Tinggi bebas dari muka jalan ke bagian bawah
Vertikal Cekung untuk S > L adalah : bangunan yang melintas, m
• h1 = Tinggi mata pengemudi dari muka jalan, m
• h2 = Tinggi objek dari muka jalan, m
L
Lengkung Vertikal
PRINSIP-PRINSIP PERENCANAAN
BADAN JALAN 2
Tanah Dasar
Galian Timbunan
Daya Dukung
diukur dilapangan
Timbunan Biasa Urugan Pilihan
(CBR >=6 %) (CBR >= 10 %)
Agar Stabil –> Tidak Berubah Bentuk secara signifikan (dalam batas elastis)
INTEGRITAS * PROFESIONAL * ORIENTASI MISI * VISIONER * ETIKA-AKHLAKUL KARIMAH
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN
PRINSIP-PRINSIP PERENCANAAN BADAN
DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH JALAN
Jika Daya Dukung tanah dasar kurang dari 2 %, harus dibuat Caping layer
Sistem
AASHTO
70
60
Batasan Harga PI dan
is
'U
'
LL
r 0
a -3 'A' Golongan Tanah A-2,
Indeks Plastisitas, IP
G
LL
50 s
i
= ar
G A-4, A-5, A-6, A-7
PI
40
30 A-7-6
A-2-6 A-2-7
20 A-6
A-7-5
(%)
1
0 A-2-4 A-2-5
A-4 A-5
0
0 1 20 30 40 50 60 70 80 90 10
0 Batas Cair, LL (%) 0
Tanah Expansif
Tanah yg mempunyai sifat kembang-
susut yg tinggi,
bila hujan (kadar air tinggi), tanah akan
menjadi lunak sekali (lumpur),
Musim kemarau (kadar air rendah atau
kering), tanah akan retak-retak atau
terbelah-belah sampai kedalaman
tertentu
Timbunan Pilihan:
Tanah Dasar berupa Timbunan Pilihan
CBR ≥ 10%
Juga digunakan sebagai Lapis Penopang (Capping Layer)
TOLERANSI DIMENSI
Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan tidak
lebih tinggi dari 2 cm atau lebih rendah 3 cm dari
rencana
Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi
PERENCANAAN PERKERASAN 2
Perencanaan Perkerasan
Asumsi dalam perencanaan Adalah tegangan yang timbul pada tanah dasar
akibat pembebanan lalulntas harus lebih kecil dari daya dukung tanah dasar.
Jika daya dukung tanah dasar terlalu kecil, maka diperlukan soil improvement
atau caping layer.
Survey daya dukung yang sering digunakan untuk jalan Adalah DCP
( Dynamic Cone Penetrometer)
INTEGRITAS * PROFESIONAL * ORIENTASI MISI * VISIONER * ETIKA-AKHLAKUL KARIMAH
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN
DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
PERENCANAAN PERKERASAN
Supaya dapat melayani lalulintas lebih lama lagi, maka diperlukan peningkatan
perkerasan.
Untuk mengetahui berapa besar peningkatan yang diperlukan, Nilai Sisa Perkerasan
Lama harus diukur di lapangan.
Survei Nilai Sisa perkerasan jalan lama dilakukan melalui pengujian antara lain:
1. Benkelman Beam (B/B), alat ini sangat umum digunakan di Indonesia sejak 1980
2. Falling Weight Deflectometer (FWD), sekarang mulai digalakkan karena lebih akurat
Alat Benkelman beam digunakan untuk mengukur lendutan balik, lendutan balik
titik belok, lendutan maksimum, dan cekung lendutan. Namun, hanya lendutan
balik yang umum digunakan untuk merencanakan tebal lapis tambah.
INTEGRITAS * PROFESIONAL * ORIENTASI MISI * VISIONER * ETIKA-AKHLAKUL KARIMAH
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN
DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
PERENCANAAN PERKERASAN
o Visual
Alat NAASRA
INTEGRITAS * PROFESIONAL * ORIENTASI MISI * VISIONER * ETIKA-AKHLAKUL KARIMAH
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN
DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
PERENCANAAN PERKERASAN
Beban lalu lintas merupakan beban dinamis yang tejadi secara berulang selama masa
pelayanan jalan yang mana besarnya dipengaruhi oleh :
o Konfigurasi sumbu dan roda kendaraan
o Beban sumbu dan roda kendaraan
o Tekanan ban
o Jumlah Repetisi sumbu
o Distribusi arus lalu lintas pada jalur perkerasan jalan
o Kecepatan kendaraan
INTEGRITAS * PROFESIONAL * ORIENTASI MISI * VISIONER * ETIKA-AKHLAKUL KARIMAH
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN
DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
PERENCANAAN PERKERASAN
• Metoda pengukuran
Akurasi data beban lalu lintas penting untuk menghasilkan desain perkerasan
yang Akurat.
Survey beban gandar dapat dilakukan dengan jembatan timbang stationary atau
Weigh in Motion, dimana masing masing metoda punya kelebihan dan
kekurangan.
• Jenis Kendaraan
Sistem klasifikasi kendaraan dinyatakan dalam Pedoman Survei Pencacahan Lalu
Lintas (Pd T-19-2004-B). Beban Gandar kendaraan penumpang dan kendaraan
ringan sampai sedang sangat kecil sehingga dapat diabaikan dalam survey
beban. Survey beban di fokuskan kepada kendaraan niaga dengan jumlah roda
enam atau lebih
INTEGRITAS yang perlu
* PROFESIONAL diperhitungkan
* ORIENTASI dalam analisis.
MISI * VISIONER * ETIKA-AKHLAKUL KARIMAH
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN
DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
PERENCANAAN PERKERASAN
8.16 ton
15 ton
20 ton
• Beban Sumbu Standar (utk single axle, dual wheels) = 18.000 lbs = 8.16 ton (esa)
• Sebagai contoh, jika beban sumbu sebesar 2x Beban Sumbu Standar, akan
mengakibatkan daya rusak sebesar 2^4 sama dengan 16 kali lipat.
• Faktor Daya Rusak Kendaraan (Vehicle Damage Factor) Adalah Daya rusak suatu
kendaraan yaitu penjumlahan Daya Rusak semua sumbu yang ada dalam suatu
kendaraan tersebut.
MDP 2017
Manual Desain Perkerasan (2013) terdiri atas dua
bagian yaitu, Bagian I yang membahas
desain perkerasan jalan baru dan Bagian II yang
membahas desain rehabilitasi dan
rekonstruksi perkerasan. Setelah digunakan sejak
pertama kali diterbitkan pada 2013
berbagai masukan telah diperoleh dari pengguna
manual baik yang secara langsung maupun
yang diperoleh dari pengamatan terhadap
praktek implementasi manual dalam
perencanaan.
SN hasil
Ya Tebal
-Standar Normal Deviate (ZR) Perhitungan D1,D2,D3
Realibitas (R) hitung=SN perkerasan
-Standar Deviation (S0) Nilai SN
asumsi minimum Dmin
Koefisien drainase
(m)
Koefisien
kekuatan relatif
lapisan (a)
INTEGRITAS * PROFESIONAL * ORIENTASI MISI * VISIONER * ETIKA-AKHLAKUL KARIMAH
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN
DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
PERENCANAAN PERKERASAN
Untuk jalan yang melayani lalu lintas sedang dan berat dapat dipilih lapis fondasi CTB karena
dapat menghemat secara signifikan dibandingkan dengan lapis fondasi berbutir.
Biaya perkerasan dengan lapis fondasi CTB pada umumnya lebih murah daripada perkerasan
beraspal konvensional dengan lapis fondasi berbutir untuk beban sumbu antara 10 – 30 juta
ESA, tergantung pada harga setempat dan kemampuan kontraktor. CTB dapat menghemat
penggunaan aspal dan material berbutir, dan kurang sensitif terhadap air dibandingkan
dengan lapis fondasi berbutir.
LMC (Lean Mix Concrete) dapat digunakan sebagai pengganti CTB, dan akan memberikan
kemudahan pelaksanaan di area kerja yang sempit misalnya pekerjaan pelebaran perkerasan
atau pekerjaan pada daerah perkotaan.
INTEGRITAS * PROFESIONAL * ORIENTASI MISI * VISIONER * ETIKA-AKHLAKUL KARIMAH
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN
DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
PERENCANAAN PERKERASAN
Kendaraan bermuatan berlebihan merupakan kondisi nyata yang harus diantisipasi. Beban
yang demikian dapat menyebabkan keretakan sangat dini pada lapis CTB. Oleh sebab itu
desain CTB hanya didasarkan pada nilai modulus kekakuan CTB (stiffness modulus) pada
tahap post fatigue cracking tanpa mempertimbangkan umur pre-fatigue cracking.
Konstruksi CTB membutuhkan kontraktor yang kompeten dengan sumber daya peralatan
yang memadai. Perkerasan CTB hanya dipilih jika sumber daya yang dibutuhkan tersedia.
Ketebalan lapisan aspal dan CTB yang diuraikan pada Bagan Desain - 3 ditetapkan untuk
mengurangi retak reflektif dan untuk memudahkan konstruksi.
CTB harus dilaksanakan dalam satu lapisan, tidak boleh dibuat dalam
beberapa lapisan.
Perkerasan Kaku
Lebih effektif untuk Jumlah ESAL yang besar
Cocok untuk Jalan Perkotaan yang sensitive terhadap pelapisan ulang yang
berulang.
elastis.
INTEGRITAS * PROFESIONAL * ORIENTASI MISI * VISIONER * ETIKA-AKHLAKUL KARIMAH
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN
DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
PERENCANAAN PERKERASAN
PRINSIP-PRINSIP PERENCANAAN
DRAINASE 3
Fungsi Drainase
SALURAN SAMPING
& SAL. BAWAH BADAN AIR :
KONSTRUKSI PERMUKAAN
- Sungai
JALAN - Danau
- Sumur
DEFINISI
GORONG-GORONG
peresapan DRAINASE
AIR BAWAH
JALAN
PERMUKAAN INSTALASI POMPA
SALURAN SAMPING saja belum dapat dikatakan DRAINASE, tetapi baru sebagian dari
drainase; untuk dapat dikatakan drainase, harus dilengkapi dengan bangunan lain
sehingga berfungsi untuk mengurangi dan membuang kelebihan air SECEPATNYA.
Air Hujan
Muka Air
Tanah
Ke Badan Air
• Data topografi
- Data topografi dapat berupa peta situasi yang merupakan hasil pengukuran langsung di lapangan.
- Peta situasi dan topografi : informasi keadaan permukaan meliputi keadaan fisik (alamiah maupun buatan) manusia.
• Data Penunjang
Data penunjang berupa data daerah genangan, rencana tata ruang kota, data land use dan vegetasi di sekitar lingkungan
jalan seperti:
- Sistem jaringan yang ada (drainase, irigasi, air minum, listrik, dan lain-lain)
- Bangunan infrastruktur yang berskala besar.
Bagan desain yang dalam manual ini ditetapkan dengan asumsi bahwa drainase
berfungsi dengan baik. Apabila kondisi drainase menyebabkan nilai m lebih kecil
dari 1 maka tebal lapis fondasi agregat seperti tercantum dalam bagan desain
harus dikoreksi menggunakan formula berikut :
Dalam proses desain, penggunaan koefifien drainase m yang lebih besar dari 1
tidak digunakan kecuali jika ada kepastian bahwa mutu pelaksanaan untuk
mencapai kondisi tersebut dapat dipenuhi.
Saluran Puncak
Saluran penangkap
Lereng pada galian
Saluran
Pencegat/tepi
Perkerasan
Jalan
Lereng pada timbunan
Bronjong kawat
SELOKAN SAMPING
INLET KERB
SESUAI
KAPASITAS
dan lancar
C
L
Permukaan
Jalan
Muka Air Tanah
semula
Filter
Gravel Rock
Pipa
Berpori
INTEGRITAS * PROFESIONAL * ORIENTASI MISI * VISIONER * ETIKA-AKHLAKUL KARIMAH
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN
PRINSIP-PRINSIP PERENCANAAN
DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH DRAINASE
• Seluruh lapis fondasi bawah (subbase) harus dapat mengalirkan air atau cukup
permeable.
• Desain pelebaran perkerasan harus memastikan bahwa air dari lapis granular
terbawah perkerasan eksisting dapat dialirkan dengan baik.
• Jarak lintasan drainase yang kurang dari 500 mm dari tepi luar lapis granular ke tepi
verge timbunan dapat mengalirkan air.
• French drains dalam arah melintang pada setiap titik terendah arah memanjang dan
setiap 10 m dianggap dapat mengalirkan air dari lapis fondasi bawah.
• Jika lapis fondasi bawah lebih rendah dari ketinggian tanah disekitarnya, maka harus
dipasang subdrain (apabila memungkinkan hindari kondisi seperti ini dengan
membuat desain geometrik yang baik).
INTEGRITAS * PROFESIONAL * ORIENTASI MISI * VISIONER * ETIKA-AKHLAKUL KARIMAH
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN
PRINSIP-PRINSIP PERENCANAAN
DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH DRAINASE
Drainase bawah permukaan (sub surface pavement drainage) harus memenuhi
ketentuanketentuan berikut: (2)
• Jika subdrain tidak tersedia, atau jika muka air tanah lebih tinggi dari 600 mm di bawah
tanah dasar, maka sesuaikan tebal lapisan berbutir dengan menggunakan nilai factor “m”
sesuai dengan klausul 2.4.1 dari AASHTO Pavement Design Guide 1993 dan Tabel 5.2.
• Subdrain harus dibuat berdekatan dengan saluran U atau struktur lain yang berpotensi
menghalangi aliran air dari setiap lapisan fondasi bawah. Sulingan pada dinding saluran
tepi tidak dapat diandalkan untuk berfungsi sebagai subdrain.
• Subdrain harus dipasang dengan kemiringan seragam tidak kurang dari 0.5% untuk
memastikan bahwa air dapat bebas mengalir melalui subdrain ke titik-titik pembuangan.
Selain itu, harus disediakan akses untuk memudahkan pembersihan subdrain pada
interval jarak tidak lebih dari 60 m. Level inlet dan outlet subdrain harus lebih tinggi dari
level banjir
• Untuk jalan dengan median pemisah, sistim subdrain pada median harus dibuat jika
kemiringan permukaan jalan mengarah ke median (pada superelevasi).
INTEGRITAS * PROFESIONAL * ORIENTASI MISI * VISIONER * ETIKA-AKHLAKUL KARIMAH
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN
DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
REFERENSI
PELATIHAN
PEJABAT INTI SATUAN KERJA (PISK)
BIDANG JALAN DAN JEMBATAN