Anda di halaman 1dari 29

Dani Hamdani, ST.

, MT

MEI 2023

PERKENALAN DIRI
DANI HAMDANI, ST., MT.
Peneliti – Pusjatan, Kem.PUPR (2005 - 2019)
Perekayasa – Dit.Bintek Jatan, Kem PUPR (2020 - Jan 2022)
Pengajar - Politeknik PU, Kem.PUPR (Feb 2022 – Sekarang)

HPJI : B-10746
• B – 10746
065106
 0813 2121 8840 2

 danihamdani98@gmail.com
 Menikah + 2 anak
2

1
OUTLINE SESI 2
• Penggunaan Bagan Desain
• Desain Perkerasan Kaku
MetodaPd T-14-2003
• Desain Lapis Tambah
• Mill and Inlay

PERHITUNGAN KEBUTUHAN
LALU LINTAS RENCANA

MANUAL DESAIN PERKERASAN JALAN 2017 & SUPLEMEN

2
PERHITUNGAN CESA
Direncanakan pada tahun 2023 akan dibangun Jalan Penghubung Raya di Provinsi Jawa
Timur, dengan 4 lajur 2 arah tak terbagi. 1 + 0,01 × 4,8 𝟐𝟎 − 1
Survey LHR dilakukan pada tahun 2022. Seperti ditujukaan pada data berikut: 𝑹= = 32,38
0,01 × 4,8
DATA LHR JAWA
TIMUR (JALAN
No Untuk jalan dua arah, faktor distribusi arah (DD) umumnya diambil 0,50 kecuali pada lokasi-
PENGHUBUNG RAYA) LHR (Kendaraan)
Golongan Jenis Kendaraan
Kendaraan TAHUN SURVEY
Tahun 2023 lokasi yang jumlah kendaraan niaga cenderung lebih tinggi pada satu arah tertentu.
2022
Sepeda motor, sekuter, sepeda
1 68,496 71,784
kumbang & roda 3
2 Sedan, Jeep dan Wagon 15,601 16,350
Opelet, Pick up opelet, suburban,
3 3,572 3,743
combi & minibus
Pick up, micro truk dan Mobil
4 2,430 2,547
hantaran
5a Bus Kecil 300 314
5b Bus Besar 376 394
6a Truk Ringan 2 sumbu 4 roda 287 301
6b Truk 2 Sumbu 6 roda 2,754 2,886
7a Truk 3 Sumbu 8-10 roda 140 147 No
7b Truk Gandeng 33 35 LHR VDF4 VDF5 R (i=4.8%) CESA4 CESA5
Golongan DD DL
7c Truk Semi trailer 208 218 Kendaraan 2025 Normal Normal 20 Tahun 20 Tahun 20 Tahun
8 Kendaraan Tidak bermotor - -
1 71,784 - 0.004 0.5 0.80 32.38 - 1,316,995.28
JUMLAH 94,197 98,718
2 16,350 - - 0.5 0.80 32.38 - -
3 3,743 - - 0.5 0.80 32.38 - -

4 2,547 - - 0.5 0.80 32.38 - -


5a 314 - - 0.5 0.80 32.38 - -

5b 394 1.20 1.30 0.5 0.80 32.38 2,235,119.92 2,421,379.92

6a 301 0.50 0.40 0.5 0.80 32.38 710,859.28 568,687.43


6b 2,886 0.50 0.50 0.5 0.80 32.38 6,821,276.89 6,821,276.89
7a 147 3.50 4.30 0.5 0.80 32.38 2,427,324.38 2,982,141.39
7b 35 1.50 5.30 0.5 0.80 32.38 245,209.30 866,406.19
7c 218 6.60 8.30 0.5 0.80 32.38 6,800,471.25 8,552,107.79
8 - - - 0.5 0.80 32.38 - -
TOTAL CESA 19,240,261.03 23,528,994.88
CESA4 CESA5

CESA4 = 19,3 Juta ESA


CESA5 = 23,6 22,3 Juta ESA

PENGGUNAAN BAGAN DESAIN/


KATALOG MDP

MANUAL DESAIN PERKERASAN JALAN 2017 & SUPLEMEN

3
KETEBALAN PADAT PER LAPISAN

Dalam pemilihan struktur


perkerasan perlu
mempertimbangkan kemudahan
pemadatan tiap lapisan agar
sesuai dengan ketebalan pada
yang diizinkan dalam satu kali
penghamparan seperti pada tabel
8.1 ini

Alternatif Struktur perkerasan untuk LL Rencana 23,6 juta CESA5

Perkerasan Lentur dengan Fondasi CTB


Contoh Untuk LL Rencana = 23,5 Juta ESA

4
Alternatif Struktur perkerasan untuk LL Rencana 23,6 juta CESA5

Perkerasan Lentur dengan Fondasi CTB

Alternatif Struktur perkerasan untuk LL Rencana 23,6 juta CESA5

Perkerasan Lentur dengan Fondasi CTB

10

5
Alternatif Struktur perkerasan untuk LL Rencana 23,6 juta CESA5

Perkerasan Lentur dengan Fondasi CTB

11

Alternatif Struktur perkerasan untuk LL Rencana 23,6 juta CESA5


Perkerasan Lentur dengan Fondasi Agregat

12

6
Alternatif Struktur perkerasan untuk LL Rencana 23,6 juta CESA5
Perkerasan Lentur dengan Fondasi Agregat

13

• Struktur perkerasan untuk LL Rencana 23,6 juta ESAL diperoleh 6 Tipe.


• Pemilihannya harus mempertimbangkan:
• Aspek Biaya
• Ketersediaan material
• Ketersediaan alat (CTB: Mixer/reclaimer + Pad foot) dan Kemampuan PJ
STRUKTUR PERKERASAN
JENIS LAPISAN
F(1) 3 F(2) 3 F(3) 3 F(4) 2 FFF(1) 6 FFF(2) 6
ACWC (mm) 40 40 40 50 40 40
ACBC (mm) 120 120 120 80 60 60
ACBase (mm) - - - 155 150
CTB (mm) 150 200 250 300 - -
LFA (mm) 150 150 150 150 300 400
LL Rencana (Jt ESA) >40 - 50 >40 - 50 >20 - 55 >40 - 70 >30 - 50 >30 - 50

14

7
PERHITUNGAN
MEKANISTIK EMPIRIS

MANUAL DESAIN PERKERASAN JALAN 2017 & SUPLEMEN

15

MEKANISTIK EMPIRIS
CESA5 = 23,6 Juta ESA
AC-WC 40 mm
AC-BC 80 mm

AC-Base 155 mm

Lapis Fondasi Agregat Kelas A 300 mm

Subgrade CBR 6%

Lapis Modulus (Mpa) Poison Ratio Vb Parameter K SOFTWARE CIRCLY


AC-WC 1100 0.4 12.2 0.00640696
AC-BC 1200 0.4 11.5 0.0058865
AC-Base 1600 0.4 11.5 0.00530737
LFA Kelas A 310 0.35
Tanah Dasar 60 0.45

6918 × (0,856𝑉 + 1,08) 6918 × (0,856 × 12,2 + 1,08)


𝐾= 𝐾 =
𝑆 , 1100 ,
= 0,00640696

16

8
MEKANISTIK EMPIRIS
SOFTWARE CIRCLY 7.0
Mendefinisikan
Beban Standar
Yang Digunakan

Mendefinisikan lapisan struktur dan Hasil


material perkerasan Analisa
Critical
Strain

Beban Standar 80kN


SADT

17

MEKANISTIK EMPIRIS

RETAK LELAH LAPIS BERASPAL DEFORMASI PERMANEN TANAH DASAR Struktur rencana telah
memenuhi kebutuhan
6918 × (0,856𝑉 + 1,08) 9300
𝑁 = 𝑅𝐹 ,
𝑁 =
𝜇𝜖
layan beban lalu lintas
𝑆 𝜇𝜖
selama umur rencana
𝐾 9300
𝑁 =
𝑁 = 𝑅𝐹
𝜇𝜖 𝑛/𝑎 Kapasitas > Kebutuhan
37,1 Juta > 23,6 Juta
𝑁 = 𝑇𝑖𝑑𝑎𝑘 𝐻𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎
0.0058865
𝑁 = 0,67 × = 37.154.702𝐸𝑆𝐴𝐿
8.1𝐸 − 05
Layer Thickness (mm) K Strain N (ESAL)
ACWC 40 0.006407 9.52E-05 925,020,834
ACBC 80 0.005886 8.10E-05 1,358,109,262
ACBase 155 0.005307 1.50E-04 37,154,702
LF Kelas A 300

Tanah Dasar 0 Tidak Hingga


CBR 6%

18

9
DESAIN PERKERASAN KAKU/BETON UNTUK
LALULINTAS BERAT MENGGUNAKAN
“PERENCANAAN PERKERASAN JALAN
BETON SEMEN Pd T-14-2003”

MANUAL DESAIN PERKERASAN JALAN 2017 & SUPLEMEN

19

JENIS PERKERASAN KAKU


Perkerasan Beton Bersambung Tanpa Tulangan (JPCP)
• Tidak ada tulangan didalam pelat (kecuali ruji dan batang
pengikat)

Perkerasan Beton Bertulang Bersambung (JRCP)


• Sambungan susut melintang, lebih panjang (±10-20 m)
• Ada tulangan didalam pelat

Perkerasan Beton Bertulang Menerus (CRCP)


• Sambungan pelaksanaan melintang (±100 m)
• Penulangan Memanjang & Penulangan Melintang

20

10
STRUKTUR PERKERASAN KAKU

Untuk perkerasan kaku, lapis permukaan tanah


dasar berbutir halus (klasifikasi A4 – A6) hingga
kedalaman 150 mm harus berupa stabilisasi
semen (150 mm stabilisasi di atas 150 mm
material timbunan pilihan).

21

DESAIN PERKERASAN KAKU LL BERAT


Bagan Desain 4 Menurut MDP 2017

Bagan Desain 4 Menurut Suplemen MDP 2020

22

11
Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen
(Pd T-14-2003)
Tahapan Desain Prosedur perencanaan perkerasan beton semen didasarkan atas
dua model kerusakan yaitu :
Select Trial 1. Retak fatik (Lelah) Tarik lentur pada pelat
Pavement 2. Erosi pada pondasi bawah atau tanah dasar yang diakibatkan
oleh lendutan berulang pada sambungan dan tempat retak
yang direncanakan.
Traffic Loading Analysis
• Taksir tebal pelat (trial and error) dipilih dan total fatik serta
kerusakan erosi dihitung berdasarkan komposisi lalu lintas
Fatigue & Erosion
Analysis
selama umur rencana.
• Jika kerusakan fatik atau erosi lebih dari 100%, tebal taksiran
dinaikkan dan proses perencanaan diulangi.
• Tebal rencana adalah tebal taksiran yang paling kecil yang
mempunyai total fatik dan atau tebal kerusakan erosi lebih kecil
atau sama dengan 100%.

23

Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen (Pd T-14-2003)


Tanah Dasar
• Daya dukung tanah dasar ditentukan dengan
pengujian CBR laboratorium sesuai dengan
SNI 03-1744-1989
• Apabila tanah dasar mempunyai nilai CBR
lebih kecil dari 2 %, maka harus dipasang
pondasi bawah yang terbuat dari beton kurus
(Lean-Mix Concrete)

Lapis Pondasi
Bahan Pondasi dapat berupa :
• Bahan berbutir
• Stabilisasi
• Beton kurus pada (LRC). Kuat tekan
karakteristik (fc’’) 28 hari Min 5,5 Mpa (55
kg/cm2)

Beton kurus setebal 15 cm dianggap memiliki


CBR tanah dasar ekfektif 5 %.

24

12
BAHU PADA PERKERASAN KAKU

• Perbedaan kekuatan bahu dan jalur lalulintas


berpengaruh pada kinerja perkerasan

• Bahu beton, bisa diikat ke pelat lajur lalu lintas atau


di cor secara monolit dengan pelat

• Bahu beton harus bersifat struktural, tebal sama


dengan pelat dan lebar min 60 cm dari marka terluar
(bila dibuat monolit), atau minimum 150 cm dari

25
marka terluar bila diikatkan ke pelat

25

26

13
27

PERENCANAAN TULANGAN
• Tujuan Utama Penulangan Pada perkerasan beton semen bersambung tanpa
 Membatasi lebar retakan, agar kekuatan tulangan, penerapan tulangan umumnya
pelat tetap dapat dipertahankan dilaksanakan pada :
 Memungkinkan penggunaan pelat yang • Pelat dengan bentuk tidak lazim, yaitu bila
lebih Panjang agar dapat mengurangi perbandingan panjang dengan lebar > 1,25,
jumlah sambungan melintang sehingga atau bila pola sambungan pada pelat tidak
dapat meningkatkan kenyamanan benar-benar berbentuk bujur sangkar.
 Mengurangi biaya pemeliharaan • Pelat dengan sambungan tidak sejalur
• Jumlah Tulangan yang diperlukan dipengaruhi (mismatched joints)
oleh Jarak sambungan susut • Pelat berlubang (Pits or structures)
• Untuk beton bertulang menerus, diperlukan
jumlah tulangan yang cukup untuk mengurangi
sambungan susut.

28

14
RASIO PELAT BETON TIDAK TEPAT

29

PERKERASAN BETON SEMEN MENERUS DENGAN TULANGAN

• Penulangan Memanjang

• Perlu menggunakan tulangan ulir (deformed bars) untuk memperoleh


tegangan lekat yang lebih tinggi.
• Jarak antar tulangan 100 – 225 mm. Diameter batang tulangan berkisar
antara 12 – 20 mm.

• Penulangan Melintang:
 Luas penampang tulangan :
 Diameter batang ulir ≥ 12 mm
 Jarak maksimum tulangan dari sumbu ke sumbu 75 cm

30

15
DOWEL dan TIE BAR

31

DESAIN LAPIS TAMBAH

MANUAL DESAIN PERKERASAN JALAN 2017 & SUPLEMEN

32

16
PEMICU PENANGANAN

Kinerja Perkerasan

33

PEMICU PENANGANAN

Nilai Lendutan dikoreksi terhadap WMAPT 41C

34

17
JENIS PENANGANAN
PERKERASAN LENTUR

35

PEMICU NILAI IRI UNTUK OVERLAY DAN REKONSTRUKSI

36

18
PROSEDUR DESAIN OVERLAY
Untuk Lalu Lintas ≤ 100.000 ESA4 dan HRS
 Desain tebal overlay cukup dengan pendekatan lendutan maksimum (D0) sesuai dengan
solusi gambar 6.1 MDP 2017

Untuk Lalu Lintas 100.000 s.d 10 x 106 ESA4


 Kriteria deformasi permanen (pendekatan lendutan maksimum D0) dan,
 Kriteria retak Lelah (pendekatan lengkung lendutan, D0 – D200 ) harus diperhitungkan
 Gunakan grafik desain Gambar 6.1 dan Gambar 6.3 MDP 2017

Untuk lalu lintas > 10 x 106 ESA4


 Gunakan prosedur mekanistik empiris, atau
 Metode tebal lapis tambah Pt T-01-2002-B atau Metode AASHTO 1993

37

TEBAL OVERLAY STRUKTURAL


Lalu Lintas lebih kecil atau sama dengan 100.000 ESA4
Desain tebal overlay cukup dengan pendekatan lendutan maksimum (D0) sesuai solusi
berdasarkan Gambar

38

19
TEBAL OVERLAY STRUKTURAL
Lalu Lintas lebih besar dari 100.000 s.d 10 x 106
ESA4

Overlay Tipis
Pada jalan dengan lalu lintas lebih besar dari 100.000
ESA4 terdapat potensi retak lelah lapisan aspal.
Dengan demikian, kriteria deformasi permanen
(pendekatan lendutan maksimum D0) dan kriteria retak
lelah (pendekatan lengkung lendutan, D0 – D200) harus
diperhitungkan. Gunakan dua grafik.

𝐶𝐹 = 𝐷 − 𝐷

Overlay Tebal

39

TEBAL OVERLAY STRUKTURAL

40

20
TEBAL OVERLAY STRUKTURAL
Lalu Lintas lebih besar 10x106 ESA4 atau 20x106 ESA5

Untuk pekerjaan rehabilitasi dengan


beban lalu lintas lebih besar
daripada 10x106 ESA4 atau lebih
besar daripada 20x106 ESA5 harus
digunakan prosedur mekanistik
empiris atau metode metode Pt T-
01-2002-B atau metode AASHTO
1993.
Dengan demikian, lendutan
maksimum pada temperatur saat
pengukuran harus distandarkan ke
temperatur 680F atau 200C

41

TEBAL OVERLAY AASHTO 93


Prosedur Perhitungan Tebal Lapis
Tambah dengan Metode AASHTO 1993
 Data lendutan FWD
 Perhitungan koreksi temperature
 Perhitungan modulus elastisitas tanah dasar
 Perhtiungan Modulus elastisitas perkerasan
 Perhitungan ITPeff
 Perhitungan ITPf
 Perhitungan kebutuhan tebal lapis tambahan

42

21
TEBAL OVERLAY AASHTO 93
Modulus Tanah Dasar, Mr (psi) Radius stress bulb

Modulus lapisan perkerasan, Ep


(psi),

43

TEBAL OVERLAY AASHTO 93


Index Tebal Perkerasan effektif (inch) Index Tebal Perkerasan disain ITP / SN (inch) Structural Number

Tebal lapisan tambahan, Dol (inch)

44

22
TEBAL OVERLAY AASHTO 93
Contoh kasus:
STA 0+000 dilakukan pengujian FWD, berikut hasil pengujiannya:
d1 : 586 μm Psi0 : 4.5 Struktur Perkerasan :
d2 : 405 μm Psit : 2.5 Aspal : 10 cm
d3 : 260 μm
Kelas A : 20 cm
d4 : 155 μm
Kelas B : 30 cm
d5 : 116 μm
d6 : 79 μm
Desain CESA : 10juta ESA Berapakah
d7 : 58 μm
kebutuhan
Beban : 40 kN Reliabilitas : 90% overlay yang
Suhu Aspal : 20oC Standar deviasi (ZR) : -1,282 dibutuhkan?
Deviasi standar : 0,45

45

TEBAL OVERLAY AASHTO 93

Ubah satuan menjadi satuan Imperical Unit

d0 : 23.08 mils Struktur Perkerasan :


d1 : 15.96 mils Aspal : 3.93 inch Psi0 : 4.5
d2 : 10.25 mils Kelas A : 7.87 inch Psit : 2.5
d3 : 6.10 mils Kelas B : 11.811 inch
d4 : 4.57 mils Desain CESA : 10juta ESA
d5 : 3.13 mils
d6 : 2.29 mils Reliabilitas : 90%
Standar deviasi (ZR) : -1,282
Beban :8992.4 Pounds
Deviasi standar : 0,45

Berapakah kebutuhan overlay yang dibutuhkan?

46

23
TEBAL OVERLAY AASHTO 93
Menghitung nilai modulus tanah dasar Menghitung Modulus perkerasan
Tebal total perkerasan D = 23.62 inch
0.24𝑃 d0 = d1 = 23.08
𝑀 = Jari2 pelat beban = 5.9 inch
𝑑 𝑟
1
1−
0.24 × 8992.4 𝐷
1+ 𝑎
𝑀 = 1
2.29 × 0.001 × 47.244 𝑑 = 1.5 𝑝𝑎
𝐷 𝐸𝑝
+
𝐸
𝑀 1+ 𝑎 𝑀
𝑀 = 19956 psi

Gunakan d6 sebagai dr , dimana d6


terletak pada 1200mm dari pusat beban,
atau sama dengan 47.24 inch. Dengan iterasi pada persamaan di atas,
maka didapatkan,
Ep = 35492 psi

47

TEBAL OVERLAY AASHTO 93


Menghitung Index Tebal Perkerasan Menghitung Index Tebal Perkerasan
effektif

𝐼𝑇𝑃 = 0.0045𝐷 𝐸
𝐼𝑇𝑃 = 0.0045 × 23.62 35492
𝐼𝑇𝑃 = 3.49 inch
Mr yang digunakan adal Mr Desain
Mr Desain = 0.33 x Mr
Menghitung tebal lapisan tambahan, Dol Dengan iterasi pada persamaan di atas, maka
Koefisien tebal didapatkan,
perkerasan relatif ITPf = 5.18 inch
material lapis tambah
(AC-WC)
aol = 0.4

48

24
MILL AND INLAY
(Pengupasan dan Pelapisan Ulang)

MANUAL DESAIN PERKERASAN JALAN 2017 & SUPLEMEN

49

MILL AND INLAY


• Pengupasan dengan mesin (milling) adalah cara • Jika yang memerlukan overlay tebal kurang
efektif untuk memperbaiki ketidakrataan permukaan dari 20% Panjang, maka dapat ditangani
perkerasan yang disebabkan oleh alur, sungkur,
keriting dan retak permukaan. Umumnya, dengan pengupasan dan pelapisan ulang
pengupasan dilakukan untuk mengupas permukaan (Milled and inlay / heavy patching)
aspal.
• Untuk mengidentifikasi bagian yang
• Alat milling (cold planner) dapat digunakan sebagai memerlukan pengupatan maka diperlukan
bagian peralatan pekerjaan overlay. Dalam hal ini,
pengupasan dilakukan untuk meratakan permukaan pengukuran FWD dengan frekuensi yang
eksisting sehingga menghasilkan overlay dengan lebih rapat seperti interval 10 m.
ketebalan yang seragam dan permukaan yang rata.
• Pada segmen yang memerlukan tebal overlay lebih
dari 50 mm, penanganan yang lebih efektif dengan
tebal yang lebih tipis dapat dilakukan dengan cara
memperkuat titik-titik yang lemah dengan cara
pengupasan dan pelapisan ulang (milling and
reinstatement atau inlay).

50

25
PROSEDUR DESAIN KETEBALAN
MILL AND INLAY

51

CONTOH DESAIN KETEBALAN


MILL AND INLAY
Contoh :
Hasil Perhitungan tebal desain overlay tanpa milling and inlay pada suatu segmen jalan menunjukkan
bahwa :
• Untuk mencegah deformasi permanen (OLAYdef) diperlukan overlay 50 mm;
• Untuk mencegah fatigue (OLAYfat) diperlukan 100 mm.

 Pada segmen tersebut, secara keseluruhan, overlay 50 mm dapat mengatasi fatigue pada 80 %
area, sedangkan pada 20% sisanya diperlukan overlay 100m. Dengan demikian opsi pertama
adalah melapis seluruh segmen dengan 100 mm.
 Opsi kedua : Efektifitas penanganan ditingkatkan dengan menerapkan penguatan setempat-
setempat pada area yang memerlukan overlay 100 mm dengan cara pengupasan dan pelapisan
ulang yang kemudian diikuti dengan overlay 50 mm pada seluruh segmen.

Overlay 100 mm

52

26
CONTOH DESAIN KETEBALAN
MILL AND INLAY
Input perencanaan untuk memperkuat 20% area tersebut adalah sebagai berikut:
• Perkerasan eksisting terdiri atas 120 mm aspal dan 300 mm material berbutir
• Tebal overlay tanpa pengupasan 50 mm untuk mencegah deformasi
permanen (OLAYdef) dan 100 mm untuk mencegah retak fatigue (OLAYdef)

Penyelesaian :
1. Ketebalan untuk mencegah deformasi permanen
Langkah pertama adalah menentukan kedalaman pengupasan untuk
meningkatkan ketahanan terhadap deformasi permanen.
Karena tebal overlay yang diperlukan sama dengan tebal OLAYdef, maka
tidak diperlukan pengupasan untuk meningkatkan ketahanan terhadap
deformasi permanen.
2. Ketebalan untuk mencegah fatigue
Seperti diuraikan di atas, ketebalan overlay untuk mencegah fatigue tanpa
pengupasan adalah 100 mm yang meliputi 20% dari total area segmen.
Ditunjukkan pada Gambar bahwa untuk tebal overlay rencana 50 mm, lapis
fondasi agregat eksisting harus dikupas sedalam 70 mm. Karena tebal aspal
eksisting adalah 120 mm, diperlukan pengupasan dan pelapisan Kembali
setebal 190 mm (i.e 120 mm aspal eksisting + 70 mm eksisting lapis fondasi
agregat)

53

PENGENALAN SOFTWARE SDPJ

MANUAL DESAIN PERKERASAN JALAN 2017 & SUPLEMEN

54

27
Saat ini Balai Perkerasan dan Lingkungan Jalan Kementerian
PUPR sedang mengembangkan SDPJ 2.0 (Software Desain
Perkerasan Jalan) yang memiliki fungsi sebagai berikut:
• Membantu proses analisis dan desain perkerasan jalan.
• Otomatisasi proses perhitungan dalam desain dan analisis
perkerasan jalan
• Validasi perhitungan manual sesuai MDP

Didalam Software SDPJ memiliki 5 menu utama yaitu :


1. Desain Perkerasan Jalan Baru
2. Desain Overlay Perkerasan Lentur
3. Desain Overlay Perkerasan Kaku di Atas Perkerasan Lentur
4. Desain Overlay Perkerasan Lentur di Atas Perkerasan Kaku
5. Desain Rehabilitasi & Rekonstruksi

Overlay 100 mm

55

Beberapa tangkapan layar proses Analisa desain perkerasan


pada SDPJ 2.0

Proses pengembangan software ini masih dalam


Overlay 100 mm tahap uji coba dan penyempurnaan.

56

28
TERIMAKASIH
57

29

Anda mungkin juga menyukai