III
ISSN: Agustus 2018
ABSTRAK
Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Provinsi Jawa Barat. Pertumbuhan ekonomi suatu
daerah salah satunya dipengaruhi oleh sektor transportasi sebagai sarana untuk mobilitas penduduk.
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi ini akan selalu sejalan dengan tingkat kebutuhan masyarakatnya akan
sarana transportasi untuk menunjang mobilitasnya dalam melakukan berbagai keperluan. Sehingga peran
sarana transportasi menjadi hal yang vital dalam merangsang pertumbuhan dan pembangunan ekonomi suatu
daerah. Terminal Bus Terpadu Leuwipanjang Bandung diharapkan dapat menunjang segala mobilitas aktifitas
masyarakat dengan menyediakan dua atau lebih moda transportasi darat, dan sentra industri. Dengan adanya
prasarana trasnportasi seperti Terminal Bus Terpadu dapat membantu kemajuan wilayah dalam bidang
ekonomi, sosial, budaya, industri, parawisata dan sebagainya. Lokasi Terminal Bus Terpadu Leuwipanjang
berada di radius yang strategis sehingga menguntungkan bagi penampilan visual bangunan. Selain itu lokasi
mudah di akses dari berbagai daerah di kota Bandung. Fasilitas infrastruktur disekitar kawasan cukup
mendukung tahap pengembangan desain infrastruktur bangunan dan tapak. Terminal Bus Terpadu
Leuwipanjang sebagai gerbang masuk dan keluar Kota Bandung dituntut memiliki identitas dan ciri khas
melalui penerapan Bangunan Ikonik Kota Bandung sehingga terminal bus terpadu Leuwipanjang menjadi
wajah penyambut kota Bandung.
ABSTRACT
The city of Bandung is the largest metropolitan city in the province of West Java. The economic growth of an area
is influenced by the transportation sector as a means of population mobility. The increase in economic growth
will always be in line with the level of community needs for transportation facilities to support their mobility in
carrying out various needs. So that the role of transportation means is vital in stimulating economic growth and
development in a region. Leuwipanjang Bandung Integrated Bus Terminal is expected to support all mobility of
community activities by providing two or more modes of land transportation, and industrial central. With the
existence of transportation infrastructure such as the Integrated Bus Terminal can help the progress of the region
in the fields of economy, social, culture, industry, tourism and so on. The location of the Leuwipanjang Integrated
Bus Terminal is in a strategic radius making it beneficial for the visual appearance of the building. Besides that
the location is easy to access from various regions in the city of Bandung. Infrastructure facilities around the area
are sufficient to support the development stage of building infrastructure and site design. Leuwipanjang
Integrated Bus Terminal as the entry and exit gate of Bandung City is required to have an identity and distinctive
character through the application of Bandung Iconic Building, so that the integrated bus terminal of
Leuwipanjang is the face of the welcoming city of Bandung.
1. PENDAHULUAN
Kota Bandung merupakan ibukota Jawa Barat yang sedang mengalami perkembangan pesat hal
tersebut dapat dilihat dari jumlah penduduk yang tiap tahunnya semakin meningkat. Jumlah penduduk
pada tahun 2016 (BPS kota Bandung) adalah 2.490.662 jiwa dengan luas wilayah 16.729,50 hektare
(167,67 km). atau tingkat kepadatan penduduknya adalah 150 jiwa per hektare.
Terminal Leuwipanjang dibangun sekitar pada tahun 1994 dan mulai digunakan tahun 1996.
Peresmian dilakukan oleh Wali Kota Bandung Kala itu, H.Wahyu Hamidjaja dan disaksikan oleh
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Terminal yakni Edi Kurnaedi. Sementara itu terminal sebelumnya
Terminal Kebon Kelapa dijadikan sebagai salah satu pusat perbelanjaan di Bandung atau dikenal
dengan ITC Kebon Kelapa.
Selain itu melakukan perbaikan fasilitas-fasilitas umum seperti toilet, mushola, kios oleh-oleh
dan lain-lain untuk kenyamanan calon penumpang. Namun tahun 2017 Terminal Leuwipanjang
direncanakan akan direnovasi total seiring dengan diberlakukan Transit Oriented Development (TOD)
atau Manajemen Lalu Lintas. Selain itu Terminal Leuwipanjang menjadi salah satu titik terminal
monorel atau Mass Rapid Transit (MRT) dan dibuat pusat perbelanjaan serta apartemen.
2.1 Literatur
Elemen-Elemen ikonik
‘Arsitektur Ikonik’ didefinisikan sebagai arsitektur yang berfungsi sebagai ‘penanda tempat’ dan
‘penanda zaman’. Tujuan didirikannya ‘arsitektur ikonik’ ini adalah untuk mengenal ‘sesuatu’ agar
mudah diingat oleh lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Ciri-ciri bangunan ikonik atau arsitektur
ikonik ini adalah :
a. Letak atau lokasi yang strategis – sehingga mudah dilihat / dikenali oleh lingkungan sekitar.
b. Pemilihan bentuk yang cenderung ‘menarik’ sehingga mudah dijadikan ‘tanda’ atau ‘ikon’ dari
lingkungan sekitar.
c. Memiliki unsur kekuatan atau kekokohan bangunan yang tinggi sehingga berumur panjang.
publik dan tidak dapat selalu dirancang. Kisah yang menarik juga membantu. "Kebanyakan bangunan
yang dianggap ikonis cenderung memiliki sejarah kontroversial dan debat yang mengelilingi mereka
yang meningkatkan status penting mereka," ia menjelaskan. “Menara Eiffel pada awalnya dikecam
sebagai struktur 'tidak berguna dan mengerikan', mengklaim bahwa 'bayangan penuh kebencian' akan
melampaui monumen-monumen halus Paris.
3. HASIL RANCANGAN
Loading
Dock
Bangunan
utilitas
Zona plaza
Zona parkir umum
Zona parkir pengelola
Zona bangunan
Zona servis
Zona utilitas
Zona sirkulasi Bus TMB, angkot, angdes
Zona bangunan keberangkatan
Zona bangunan kedatangan
Zona sirkulasi Bus AKDP
Zona istirahat awak
Zona bengkel
Zona parkir bus
Zona sirkulasi kendaraan umum (Bus AKDP, bus
TMB, angkot, angdes)
Zona Publik
Zona Privat
Zona servis
Zona Publik
Zona Privat
Zona servis
Zona Publik
Zona Privat
Zona servis
Zona Publik
Zona Privat
Zona servis
Tangga
Kebakaran
Gambar 3.7 Zoning Bangunan Kedataangan LT 1
Sumber : Data Pribadi
Zona Publik
Zona Privat
Zona servis
Tangga
Kebakaran
Gambar 3.8 Zoning Bangunan Kedatangan LT.2
Sumber : Data Pribadi
Pemberian lubang agar sinar Pengolahan bentuk gubahan Pengolahan bentuk gubahan
matahari dapat masuk ke area massa agar merespon arah sinar massa agar merespon arah
tunggu kendaraan matahari angin
Bentuk fasad pada bangunan utama terminal Leuwipanjang terlihat seperti bangunan Gedung Sate, akan
tetapi di rancang lebih modern. Pada fasad bangunan ini ditambahkan aksen horizontal menggunakan
material kayu agar bangunan yang terlihat tinggi ini masih menghargai skala manusia dan juga
ditambahkan kanopi yag presisi antara sayap kanan dan kiri bangunan untuk mencirikan proporsi
bangunan yang sempurna. Begitupula dengan tampak samping bangunan utama terminal ini
ditambahkan aksen horizontal juga.
Gambar 3.14 Detail fasad tanaman Gambar 3.15 Detail fasad kisi-kisi kayu
Sumber : Data Pribadi
Sumber : Data Pribadi
b. pemilihan bentuk yang cenderung ‘menarik’ sehingga mudah dijadikan ‘tanda’ atau ‘ikon’ dari
lingkungan sekitar
c. memiliki unsur kekuatan atau kekokohan bangunan yang tinggi sehingga berumur panjang.
Alasan pemilihan tema “Penerapan Bangunan Ikonik Kota Bandung” yaitu ingin menjadikan terminal
leuwipanjang ini sebagai bangunan yang ikonik, dengan menerapkan unsur-unsur yang sudah ada pada
bangunan ikonik sebelumnya di Kota Bandung. Bangunan yang di angkat sebagai terapan untuk
Terminal Leuwipanjang ini yaitu gedung sate, dengan mengambil beberapa aspek pentingnya seperti :
1. Skala Bangunan
2. Proporsi bangunan yang simetris
3. Warna bangunan
4. Bentuk massa
1. Skala bangunan
1 2 3
Gambar 3.17 Proporsi simetris
Sumber : Data Pribadi
3. Warna Bangunan
Pada bangunan terminal Leuwipanjang didominasi oleh warna putih dengan atap warna abu sesuai
dengan warna bangunan Gedung sate. Terdapat penambahan material kayu pada bagian fasad bangunan
terminal agar terlihat lebih modern
4. Bentuk Massa
Bentuk massa bangunan terminal Leuwipanjang mengambil dari bentukan bangunan gedung sate
dengan sedikit perubahan pada bagian depan dan belakang bangunan. Pada gedung sate bagian depan
nya terdapat sayap kanan dan kiri, sedangkan pada bangunan terminal terdapat bagian memanjang di
bagian belakang.
4. SIMPULAN
Dalam merancang Terminal Bus Leuwipanjang ini, aspek gedung sate menjadi fokus utama dalam
mendesain. Penerapan Bangunan gedung sate pada Terminal Leuwipanjang ini diharapkan berdampak
positif bagi berjalannya system Transportasi darat di kota Bandung ini. Begitupun dengan desain
bangunan yang hampir serupa dengan gedung sate ini, semoga semua pengunjung terminal
Leuwipanjang dapat menikmati, menjaga dan langsung memahami bahwa terminal ini berada di Kota
Bandung. Tujuan Utama dari pengambilan tema ini yaitu agar bangunan Gedung Sate tetap lestari dan
tidak dilupakan begitu saja oleh semua orang.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu dan
memberikan dukungan dalam penulisan jurnal ini. Dalam pelaksanaannya, penulis mengucapkan terima
kasih kepada UPT.Terminal, Dinas perhubungan Darat dan pihak Terminal Leuwipanjang yang telah
memberikan data-data yang dibutuhkan selama proses Tugas Akhir Arsitektur. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Eggi Septianto, S.T., M.T dan Ibu Nur Laela Latifah, S.T.,
M.T selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan
jurnal ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hartono, Dibyo. Architectural Conservation Award Bandung / Pengharagaan Konservasi
Bangunan Cagar Budaya. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2014)
2. Kania, Athea. Ensiklopedia Mini : Seni Bangunan Art Deco, (Bandung : C.V. Angkasa, 2013)
3. Lynch, Kevin. The Image of The City, (Amerika : The MIT Press, 1959)
4. Permenhub RI No 132 Tahun 2015, tentang Penyelenggaraan Terminal Penumpang Angkutan
Jalan
5. e-jurnal PERKEMBANGAN ’ARSITEKTUR IKONIK’ DI BERBAGAI BELAHAN DUNIA,
Oleh : Ir. Udjianto Pawitro, MSP. Diakses pada tanggal 28 Maret, pukul 16.35
6. E-jurnal Kajian Karakteristik Bangunan Ikonik Pada Gedung Puspa Iptek Kota Baru Parahyangan
ERWIN YUNIAR RAHADIAN, FADLI WAHAB, HENDRIK SYAPUTRA, ASEP
SETIAWAN. Diakses pada tanggal 5 April, pukul 20.15