10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29. Pusat Kegiatan Strategis Nasional yang selanjutnya disebut PKSN adalah kawasan perkotaan
yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara.
30. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah kawasan perkotaan yang
(2)
(1) Strategi pengembangan sistem pusat-pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 ayat (2) huruf a, terdiri atas :
a. meningkatkan interkoneksi antar kawasan perkotaan yang meliputi Pusat Kegiatan
Wilayah (PWK), Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLP), Pusat Pelayanan Kawasan
(PPK) yang meliputi seluruh ibukota kecamatan, dan Pusat Pelayanan Lingkungan
(PPL), antar kawasan perkotaan dengan kawasan perdesaan, serta antar kawasan
perkotaan dengan wilayah sekitarnya;
b. mendorong pembangunan Kota Pangkajene sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di
Sulawesi Selatan melalui pembangunan infrastruktur secara terpadu baik internal
maupun eksternal wilayah;
c. mendorong pembangunan Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLP) di Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan sebagai bagian wilayah pengembangan PKLP di Provinsi
Sulawesi Selatan
d. mengembangkan kawasan perkotaan PPK dan PPL sebagai pusat pertumbuhan agar
lebih kompetitif dan lebih efektif dalam mendorong pengembangan wilayah sekitarnya;
e. mendorong kawasan perkotaan, pusat-pusat pertumbuhan agar lebih produktif,
kompetitif dan lebih kondusif secara berkelanjutan, serta lebih efektif dalam mendukung
pengembangan wilayah sekitarnya; dan
f. mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan yang berwawasan lingkungan dan
produktif.
(2) Strategi pengembangan sarana dan prasarana wilayah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (2) huruf b, terdiri atas :
a. meningkatkan dan mengembangkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana
wilayah yang didasarkan pada skala kebutuhan;
b. mengembangkan dan meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan
prasarana transportasi, telekomunikasi dan informasi, energi dan sumberdaya air yang
berhierarkis, sinergis, terpadu dan merata diseluruh wilayah PKW, PKLp, PPK dan PPL;
c. meningkatkan dan mengembangkan kualitas sistem jaringan prasarana dalam
mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat dan laut;
d. mengembangkan akses jaringan jalan menuju kawasan pertanian, perkebunan,
perikanan, pariwisata dan industri serta daerah-daerah yang masih terisolir;
e. meningkatkan kualitas dan keterpaduan pelayanan jaringan prasarana transportasi inter
dan antar wilayah;
f. meningkatkan jaringan energi dengan pemanfaatan sumber daya terbarukan yang
(6) Strategi pengembangan potensi pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2)
huruf f, terdiri atas :
a. mengembangkan wisata permandian alam mattampa dan permandian alam amputtang
yang ramah lingkungan bertaraf regional di Propinsi Sulawesi Selatan dalam
mendukung peningkatan perekonomian daerah;
b. mengembangkan potensi wisata tirta yang terpadu dengan wisata budaya di Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan, meliputi Kolam Renang Bungoro, Pantai pasir putih
Maccini Baji, dan Pulau Suci mustika langka yang terletak di Kecamatan Liukang
Tuppabiring melalui pelestarian perairan pantai, dengan memperkaya tanaman
mangrove untuk mengembangkan ekosistem bawah laut termasuk terumbu karang dan
biota laut yang dapat di jadikan obyek wisata taman laut;
c. mengembangkan sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan;
d. mempertahankan dan melestarikan kawasan situs budaya dan mengembangkan objek
wisata sebagai pendukung daerah tujuan wisata bertaraf internasional;
e. mengembangkan prasarana dan sarana akomodasi dan transportasi untuk kegiatan
kepariwisataan;
f. meningkatkan dan mengembangkan akses yang menghubungkan objek-objek wisata di
wilayah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan; dan
g. melestarikan dan mengembangkan tradisi khas sebagai daya tarik wisata;
h. menjaga dan melestarikan peninggalan bersejarah;
i. meningkatkan pencarian/penelusuran terhadap benda bersejarah untuk menambah
koleksi budaya;
j. merencanakan kawasan wisata sebagai bagian dari urban/regional desain untuk
keserasian lingkungan;
k. meningkatkan peranserta masyarakat dalam menjaga kelestarian obyek wisata, dan
daya jual/saing;
l. mengembangkan promosi dan jaringan industri pariwisata secara global.
(7) Strategi pengembangan potensi koperasi dan UMKM sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 ayat (2) huruf g, terdiri atas :
a. menciptakan iklim yang kondusif bagi investasi yang mendukung kegiatan
pengembangan perkoperasian;
b. menciptakan penguatan kelembagaan koperasi dan UMKM;
c. penyusunan bahan perumusan kebijakan teknis perencanaan pengembangan Koperasi
UMKM;
d. penataan pengembangan koperasi pedesaan dan perkotaan;
e. penguatan permodalan bagi Koprasi UMKM;
f. menciptakan suasana yang kondusif dalam menjadikan koperasi sebagai sokoguru
perekonomian nasional;
g. fasilitasi kemudahan perizinan bagi Koperasi UMKM;
h. pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan terhadap pengembangan
perkoperasian.
(8) Strategi pengembangan potensi pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (2) huruf h, terdiri atas :
a. menciptakan iklim yang kondusif bagi investasi yang mendukung kegiatan
pertambangan;
b. mengembangkan pertambangan yang berwawasan lingkungan;
c. mengembankan kawasan pertambangan dilakukan dengan mempertimbangkan potensi
bahan galian, kondisi geologi dan geohidrologi dalam kaitannya dengan kelestarian
lingkungan;
d. mengelolah kawasan bekas penambangan melalui kegiatan rehabilitasi/reklamasi
sesuai dengan zona peruntukan yang ditetapkan dengan melakukan penimbunan tanah
subur dan/atau bahan-bahan lainnya sehingga menjadi lahan yang dapat digunakan
kembali sebagai kawasan hijau, ataupun kegiatan budidaya lainnya dengan tetap
memperhatikan aspek kelestarian lingkungan hidup;
e. mempertimbangkan faktor ekonomi pengembangan dengan mengutamakan aktivitas
yang lebih menguntungkan dan bermanfaat bagi pembangunan Kabupaten Pangkajene
dan Kepulauan secara keseluruhan;
f. melakukan penyusunan amdal pada kawasan-kawasan potensial pertambangan guna
menghindari kemungkinan rusaknya lingkungan hidup;
BAB III
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 5
(1) Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan meliputi :
a. pusat-pusat kegiatan;
b. sistem jaringan prasarana utama; dan
c. sistem jaringan prasarana lainnya.
(2) Rencana struktur ruang wilayah digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian
1:50.000 sebagaimana tercantum dalam lampiran 1, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari peraturan daerah ini.
Bagian Kedua
Pusat-pusat Kegiatan
Pasal 6
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.
(1) Sistem jaringan prasarana utama yang ada di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan,
terdiri atas :
a. sistem jaringan transportasi darat;
b. sistem jaringan transportasi laut; dan
c. sistem jaringan Perkeretaapian
(2) Sistem jaringan transportasi dan pusat-pusat kegiatan digambarkan dalam peta dengan
tingkat ketelitian 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran 2, yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Paragraf 1
Sistem Jaringan Transportasi Darat
Pasal 8
(1) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a,
meliputi jaringan lalulintas dan angkutan jalan, terdiri atas :
a. jaringan jalan;
b. jaringan prasarana lalu lintas;
c. jaringan layanan lalu lintas; dan
d. jaringan Lalu Lintas Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan.
(2) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas :
a. jaringan jalan arteri yang merupakan system jaringan jalan nasional yang ada di
Kabupaten Pangkajene Kepulauan, terdiri atas :
1. Ruas Batas Kabupaten Barru Batas Kota Pangkajene Kepulauan sepanjang 31,866
Km;
2. Ruas jalan Kemakmuran sepanjang 0,699 Km;
3. Ruas Batas Kota Pangkajene Kepulauan Batas Kab. Maros sepanjang 4,353 Km;
dan
4. Ruas jalan Hasanuddin sepanjang 4,213 Km
b. peningkatan status jalan dari jalan lokal menjadi jalan provinsi berupa kolektor primer
(K2) yang ada di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, terdiri atas :
1. Ruas jalan Ladonge Mallawa -Balocci panjang ruas 1,3 Km
2. Ruas jalan Jenetaesa -Bontobalang Leangleang -Balocci panjang ruas 2,8 Km
c. peningkatan status jalan dari jalan lokal menjadi jalan provinsi berupa jalan kolektor
sekunder (K3) yang ada di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, terdiri atas :
1. Ruas jalan Manyampa-Bantimurung panjang ruas 2,5 Km
2. Ruas jalan Katapang-Dengeng-Dengeng; Boddie-Patalasang panjang ruas 2,3 Km
3. Ruas jalan Galung Boko-Lamperangeng panjang ruas 1,7 Km
4. Ruas jalan Padang-Padange-Jollo panjang ruas 1,0 Km
Kecamatan Bungoro;
f. pengembangan simpul transportasi sungai pada dermaga Sungai Jennae Kecamatan
Marang;
g. pengembangan simpul transportasi sungai pada dermaga Sungai Padadae Kecamatan
Pangkajene;
h. pengembangan simpul transportasi sungai pada dermaga Sungai Pandang LauKecamatan Pangkajene;
i. pengembangan simpul transportasi sungai pada dermaga Sungai Bawasalo Kecamatan
Segeri;
Paragraf 2
Sistem Jaringan Transportasi Laut
Pasal 9
(1) Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b,
meliputi :
a. tatanan kepelabuhanan; dan
b. alur pelayaran.
(2) Tatanan kepelabuhanan di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas :
a. peningkatan status pelabuhan Biringkassi Kecamatan Bungoro menjadi Pelabuhan
Pengumpul;
b. pembangunan dan pengembangan Pelabuhan pengumpan, terdiri atas:
1. pelabuhan S. Pangkajene di Kecamatan Pangkajene;
2. pelabuhan P. Balang Lompo di Kecamatan Liukang Tupabiring;
3. pelabuhan P. Kalukalukuang di Kecamatan Liukang Kalmas;
4. pelabuhan P. Sapuka di Kecamatan Liukang Tangaya; dan
5. pelabuhan Maccini Baji di Kecamatan Labakkang.
c. pengembangan dan peningkatan fasilitas pada pelabuhan-pelabuhan rakyat yang
berfungsi sebagai simpul-simpul pergerakan barang dan orang antar pulau di
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, teridiri dari :
1. pelabuhan Rakyat Kalibone Kecamatan Minasatene;
2. pelabuhan Rakyat Pangkajene Kecamatan Pangkajene;
3. pelabuhan Rakyat Limbangan Kecamatan Labakkang;
4. pelabuhan Rakyat Kassikebo Kecamatan Ma'rang;
5. pelabuhan Rakyat Biringkassi Kecamatan Bungoro;
6. pelabuhan Rakyat Jennae Kecamatan Marang;
7. pelabuhan Rakyat Padadae Kecamatan Pangkajene;
8. pelabuhan Rakyat Pandang Lau Kecamatan Pangkajene;
9. pelabuhan Rakyat Bawasalo Kecamatan Segeri.
(3) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, yaitu alur pelayaran
angkutan barang (terutama produk semen) dan orang, terdiri atas :
1. Biringkassi Pulau Kalimantan;
2. Biringkassi Pulau Nusa Tenggara; dan
3. Biringkassi Provinsi di Pulau Sulawesi
4. Biringkassi Pulau Maluku dan Maluku Utara
5. Biringkassi Pulau Papua
Paragraf 3
Sistem Jaringan Perkeretaapian
Pasal 10
(1) Sistem jaringan perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf c,
terdiri atas:
Paragraf 3
Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Pasal 14
(1) Sistem jaringan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf c,
terdiri atas:
a. sumber air; dan
b. prasarana sumber daya air. Cekungan Air Tanah (CAT)
c. jaringan Irigasi;
d. jaringan Air Baku untuk Diminum;
e. sistem Pengendali Banjir;
f. sistem Pengamanan Pantai.
(2) Rencana pengembangan sistem jaringan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) meliputi aspek konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan
pengendalian daya rusak air secara terpadu (integrated) dengan memperhatikan arahan
pola dan rencana pengelolaan sumber daya air WS Saddang.
(3) Sumber air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, terdiri atas:
a. wilayah sungai lintas provinsi;
b. sumber air permukaan;
c. bendungan; dan
d. air tanah pada Cekungan Air Tanah (CAT).
(4) Wilayah sungai yang berada di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri atas :
a. WS lintas provinsi WS Saddang mencakup Daerah Aliran Sungai (DAS) :
1. DAS Bonepute;
2. DAS Batulappa;
3. DAS Baubau;
4. DAS Lapoko;
5. DAS Siwa;
6. DAS Laokolo.
b. bendungan Tombolo di Kecamatan Marang.
(5) Air permukaan di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf b, meliputi:
a. air permukaan terdiri atas Sungai Segeri, Sungai Pangkajene, Sungai Kalibone, Sungai
Cidokang, Sungai Tagari, Sungai Tombolo, Sungai Senggerang dan anak sungai
lainnya;
b. air permukaan lainnya berupa mata air yang terdapat di Kecamatan Segeri dan
Kecamatan Mandalle.
(6) Jaringan Irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri atas :
a. daerah Irigasi Pemerintah Pusat, yaitu Di Tabo-Tabo dengan luas 8.615 Ha.
b. daerah Irigasi (DI) kewenangan Pemerintah Provinsi terdiri dari :
1. DI Leang Lonrong dengan luas 1.229 Ha; dan
2. DI Padaelo dengan luas 2.958 Ha.
c. daerah Irigasi (DI) kewenangan Pemerintah Kabupaten terdiri dari 41 DI meliputi total
luas 5.482 Ha;
d. rehabilitasi, pemeliharaan, dan peningkatan jaringan irigasi yang ada;
e. pengembangan Daerah Irigasi (DI) pada seluruh daerah potensial yang memiliki lahan
pertanian yang ditujukan untuk mendukung ketahanan pangan dan pengelolaan lahan
pertanianberkelanjutan;
f. membatasi konversi alih fungsi sawah irigasi teknis dan setengah teknis menjadi
kegiatan budidaya lainnya.
(7) Jaringan air baku untuk air minum sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf d
terdiri atas :
a. rencana pengembangan sumber air baku, meliputi :
1. sungai Segeri, Sungai Pangkajene, Sungai Kalibone, Sungai Ci,dokang, Sungai
Tagari, Sungai Tombolo, Sungai Senggerang, dan anak sungai lainnya.
2. mata air yang terdapat di Kecamatan Segeri dan Kecamatan Mandalle.
b. rencana pengembangan jaringan sumber air baku mengutamakan air permukaan
Paragraf 4
Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan
Pasal 15
Sistem prasarana pengelolaan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1)
huruf d, terdiri atas :
a. sistem jaringan persampahan;
b. sistem jaringan air minum;
c. sistem jaringan drainase;
d. jalur evakuasi bencana; dan
e. sistem pengelolaan air limbah/ Sistem Jaringan Air Limbah.
Paragraf 5
Sistem Jaringan Persampahan
Pasal 16
(1) Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana persampahan di Kabupaten
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1), meliputi rencana TPS, TPA serta
rencana pengolahan;
(2) Rencana TPS di Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi TPS sampah
organik dan TPS sampah anorganik khususnya kawasan perkotaan PKW, PKL, PKLp,
PPK dan PPL;
(3) Rencana pengembangan tempat pengolahan sampah akhir (TPA) Kabupaten
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlokasi di Kelurahan Bontoa, Kecamatan Minasa
Tene dengan luas lahan 6 Ha;
(4) Rencana pengolahan sampah Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
rencana pengolahan organik menjadi kompos skala kecil yang tersebar di lingkungan
permukiman.
(5) Rehabilitasi dan Rencana Pengembangan sarana dan prasarana persampahan, bergerak
dan tidak bergerak, khususnya TPS, kontainer dan truk di Kabupaten Pangkajene
Kepulauan disesuaikan dengan besarnya timbulan sampah; dan
(6) Mengembangkan kemitraan dengan swasta berkaitan untuk pengelolaan sampah dan
penyediaan TPA.
Paragraf 6
Sistem Jaringan Air Minum
Pasal 17
Sistem jaringan air minum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) dilakukan dengan
sistem sebagai berikut:
(1) Mengoptimalkan Sungai Cidokang di Kecamatan Minasa Tene, Sungai Tagari di
Kecamatan Tondong Tallasa, Sungai Tombolo di Kecamatan Marang, Sungai Senggerang
di Kecamatan Balocci dan sungai-sungai lainnya sebagai sumber air baku Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan;
(2) Mengembangkan perpipaan air bersih, meliputi wilayah Kecamatan Balocci, Bungoro,
Labakkang, Segeri, dan Marang;
(3) Mengembangkan dan meningkatkan instalasi air minum dan reservoir;
(4) Mengembangkan dan meningkatkan jaringan distribusi PDAM secara merata di kawasan-kawasan perkotaan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan;
(5) Mensuplay air minum masyarakat pada daerah-daerah dataran tinggi dengan sistem water
supply selanjutnya secara grafitasi didistribusi ke kawasan-kawasan permukiman;
(6) Sambungan langsung melalui pipa transmisi dari sumber air minum ke pusat Penyediaan
Air Minum (PAM) setempat, dan melalui pipa distribusi disambungkan langsung ke rumahrumah dan fasiltas umum serta fasilitas sosial;
(7) Disediakan kran-kran umum pada kawasan-kawasan permukiman padat; dan
(8) Sambungan langsung dari PAM perdesaan dengan sumber-sumber air baku dari mata air
di pegunungan.
Paragraf 7
Sistem Jaringan Drainase
Pasal 18
Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Drainase Wilayah Kabupaten sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 huruf c, meliputi :
a. sistem drainase dilakukan dengan perencanaan yang baik, terutama diperkotaan melalui
penanganan yang sinergis antara masyarakat dan instansi yang terkait.
b. pembangunan dan peningkatan drainase primer yang dilakukan melalui normalisasi dan
perkuatan tebing, termasuk sungai sebagai badan air.
c. pembangunan dan peningkatan drainase sekunder pada daerah permukiman perkotaan
dan perdesaan yang rawan bencana banjir menuju drainase primer; dan
d. pembangunan dan peningkatan sistem drainase tersier pada lingkungan
Paragraf 8
Jalur Evakuasi Bencana
Pasal 19
Rencana Jalur Evakuasi Bencana Alam Wilayah Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15 huruf d, meliputi :
a. jalur evakuasi bencana banjir di Pangkajene, Labakkang dan Bungoro;.
b. jalur evakuasi bencana longsor di Kecamatan Tondong Tallasa, Balocci, dan Bungoro
c. jalur evakuasi abrasi pantai dan tsunami di Kecamatan Pangkajene, Bungoro, Labakkang,
Marang, Segeri, Mandalle serta wilayah pulau-pulau kecil dalam wilayah Kabupaten
Pangkep;
d. jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, dan huruf c direncanakan
mengikuti/menggunakan jaringan jalan dengan rute terdekat ke ruang evakuasi dan
merupakan jaringan jalan paling aman dari ancaman berbagai bencana, serta merupakan
tempat-tempat yang lebih tinggi dari daerah bencana;dan
reboisasi;
c. percepatan rehabilitasi hutan/reboisasi hutan lindung dengan tanaman yang sesuai
dengan fungsi lindung;
d. pemantauan kegiatan yang diperbolehkan di kawasan hutan lindung agar tidak
mengganggu fungsi lindung; dan
e. rencana Pengembangan Hutan Lindung (HL) yang terdapat di Kecamatan Minasa
Tene ,Balocci, Tondong Tallasa,Bungoro,Segeri dan Mandalle Dengan luas total 7.701,71
ha.
Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya
Pasal 24
(1) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya sebagaimana
dimaksud dalam pasal 22 huruf b, adalah kawasan resapan air
(2) Kawasan resapan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat di Kecamatan
Balocci, Tondong Tallasa,Bungoro,Segeri dan Mandalle
Paragraf 2
Kawasan Perlindungan Setempat
Pasal 25
(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf b, terdiri
atas :
a. kawasan sempadan pantai;
b. kawasan sempadan sungai;
c. kawasan ruang terbuka hijau perkotaan; dan
d. kawasan kearifan lokal.
(2) Kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di
kawasan pesisir pantai Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan sepanjang kurang lebih
45,60 Km, yang terdapat di Kecamatan Mandalle, Kecamatan Segeri, Kecamatan
Marang, Kecamatan Labakkang, Kecamatan Minasatene, dan Kecamatan Pangkajene,
dengan ketentuan :
a. daratan sepanjang tepian laut dengan jarak minimal 100 meter dari titik pasang air laut
tertinggi ke arah darat; atau
b. daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal
dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai.
c. permukiman yang sudah ada di kawasan sempadan pantai perlu dikendalikan
aktifitasnya
d. mencegah pembuangan sampah dan limbah rumah tangga langsung ke pantai/badan
air.
e. mengatur saluran drainase terutama saluran limbah rumah tangga agar tidak langsung
masuk ke badan air tetapi ditampung terlebih dahulu dalam lobang resapan di setiap
halaman rumah dan/atau ditampung dan dikelola di bak penampungan/IPAL.
f. pengendalian kegiatan yang telah ada di kawasan sempadan pantai dengan
mengarahkan kegiatan untuk mengembalikan fungsi kawasan sebagai fungsi lindung.
g. menetapkan zona aman dan evakuasi pada pesisir yang berpotensi tsunami dan
merencanakan perwilayahan pesisir yang mengacu pada mitigasi bencana.
h. fungsi dari pemanfaatan sempadan pantai yaitu penanaman kembali atau pelestarian
hutan bakau dan mangrove di sempadan pantai sebagai pencegah terjadinya
gelombang pasang dan abrasi.
(3) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdapat di
sepanjang bantaran Sungai Segeri, Sungai Pangkajene, Sungai Kalibone, Sungai
Cidokang, Sungai Tagari, Sungai Tombolo, Sungai Senggerang dan anak sungai lainnya
dan anak sungai lainnya baik yang mengalir di kawasan perkotaan maupun di luar
kawasan perkotaan dengan ketentuan :
a. daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul diluar kawasan permukiman
dengan lebar 100 (seratus) meter dari tepi sungai;
b. daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul diluar kawasan permukiman
dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai; dan
c. untuk sungai dikawasan permukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan
cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10 15 meter;
d. fungsi sungai sebagai halaman depan, dan bukan sebagai halaman belakang yang
berfungsi sebagai tempat pembuangan limbah.
(4) Kawasan sekitar mata air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdapat di
Kecamatan Segeri dan Kecamatan Mandalle, dengan ketentuan perlindungan sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air.
(5) Kawasan ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d yaitu berupa
Ruang Terbuka Hijau Perkotaan (RTHP) yang ditetapkan minimal dengan luas 30 % dari
luas kawasan terbangun, meliputi 20% RTHP publik dan 10% RTHP privat, berada di
Ibukota Kabupaten dan Ibukota Kecamatan.
(6) Kawasan kearifan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e adalah kawasan
Kerajaan Segeri (Kediaman Bissu) di Kecamatan Segeri dan Kawasan Songka Bala di
Kecamatan Liukang Tupabbiring ditetapkan berdasarkan ketetapan adat yang berlaku.
Paragraf 3
Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya
Pasal 26
(1) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 huruf c, terdiri atas :
a. kawasan pantai berhutan bakau;
b. kawasan taman nasional;
c. kawasan taman wisata alam laut; dan
d. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
(2) Kawasan pantai berhutan bakau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dengan
luas keseluruhan adalah 1.264 Ha, yang penyebarannya meliputi:
a. kawasan pantai berhutan bakau terdapat di Kecamatan Mandalle;
b. kawasan pantai berhutan bakau terdapat di Kecamatan Segeri;
c. kawasan pantai berhutan bakau terdapat di Kecamatan Marang;
d. kawasan pantai berhutan bakau terdapat di Kecamatan Labakkang;
e. kawasan pantai berhutan bakau terdapat di Kecamatan Bungoro;
f. kawasan pantai berhutan bakau terdapat di Kecamatan Pangkajene dengan luas
kurang lebih 32,70 Ha;
g. kawasan pantai berhutan bakau terdapat di Pulau Sagara, Sabangko dan BangkoBangkoang Kecamatan Liukang Tuppabbiring;
h. kawasan pantai berhutan bakau terdapat di Pulau Kapoposang Bali, Satanger, Sailus
Besar, Sailus Kecil, Aloang, Pelokang Besar, Pelokan Kecil, Sapuka Kecamatan
Liukang Tangaya; dan
i. kawasan pantai berhutan bakau terdapat di Pulau Dewakang Lompo, BangkoBangkoang, Doangdoangan Caddi, Kalu-kalukuang, Pammas Kecamatan Liukang
Kalmas.
(3) Kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b, yang berada di wilayah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan di Kecamatan
Balocci;
(4) Kawasan taman wisata alam laut Kepulauan Kapoposang;
(5) Kawasan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d, terdiri dari :
a. taman Purbakala Sumpang Bita dan Gua Bulu Sumi di Kecamatan Balocci yang
merupakan tempat peninggalan zaman prasejarah pada masa lampau;
b. kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung di Kecamatan Balocci;
c. gua lukisan purbakala Leang Pattenung, Leang Kassi, Leang Limbubbuka, Leang
Caddia,Lambuto, Leang ujung Bulu, Leang Kajuara , Leang saka pao, Leang Bulu
Ribba, Leang Camming kana, Leang Sassang, Leang batang Lamara, Leang Sapiria,
Leang Ulu Tedong, leang Garunggung, Leang saluka, Leang maccina, Leang Lesang ,
leang Cumi Lantang,dan Leang Lompoa di Kecamatan Minasa Tene, Leang Biringere
Kecamatan Bungoro, Leang Bulu Balang, Leang Lasi Tae, dan Leang pamelakang
Tedong Kecamatan Labakkang.
Paragraf 4
Kawasan Rawan Bencana Alam
Pasal 27
(1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf d, terdiri
atas:
a. kawasan rawan tanah longsor; dan
b. kawasan rawan banjir.
(2) Kawasan rawan tanah longsor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, berada di
Kecamatan Tondong Tallasa, Balocci, dan Bungoro; dan
(3) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdapat di
Kecamatan Pangkajene, Labakkang dan Bungoro.
Paragraf 5
Kawasan Lindung Geologi
Pasal 28
(1) Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf e, terdiri atas:
a. kawasan rawan bencana alam geologi; dan
b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah.
(2) Kawasan rawan bencana alam geologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
terdiri atas:
a. kawasan rawan tsunami, terdapat di wilayah pulau-pulau yang meliputi wilayah pulau di
Kecamatan Liukang kalmas dan Liukang Tangaya; dan
b. kawasan rawan abrasi, terdapat di wilayah pesisir pantai di Kecamatan Pangkajene,
Bungoro, Labakkang, Marang, Segeri, Mandalle.
(3) Kawasan perlindungan terhadap air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
terdiri atas: kawasan sekitar mata air, terdapat di Kecamatan Segeri dan Kecamatan
Mandalle
Bagian Ketiga
Kawasan Budidaya
Pasal 29
Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1), terdiri atas :
a. kawasan peruntukan hutan produksi;
b. kawasan peruntukan hutan rakyat;
c. kawasan peruntukan pertanian;
d. kawasan peruntukan perikanan;
e. kawasan peruntukan pertambangan;
f. kawasan peruntukan industri;
g. kawasan peruntukan pariwisata;
h. kawasan peruntukan permukiman; dan
i. kawasan peruntukan lainnya.
Paragraf 1
Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Pasal 30
(1) Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf a,
terdiri atas:
a. kawasan hutan produksi dengan luasan kurang lebih 2.733,25 Ha; dan
b. kawasan hutan produksi terbatas dengan luasan kurang lebih 2.939,98 Ha.
(2) Kawasan hutan produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas:
a. kawasan hutan produksi di Kecamatan Minasa Tene dengan luas kurang lebih 1.116,16
Ha; dan
b. kawasan hutan produksi di Kecamatan Tondong Tallasa dengan luas kurang lebih
1.617,09 Ha.
(3) Kawasan hutan produksi terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri
atas:
a. kawasan hutan produksi terbatas di Kecamatan Tondong Tallasa dengan luas kurang
lebih 1.927,16 Ha;
b. kawasan hutan produksi terbatas di Kecamatan Bungoro dengan luas kurang lebih
315,86 Ha;
c. kawasan hutan produksi terbatas di Kecamatan Segeri dengan luas kurang lebih 602,75
Ha; dan
d. kawasan hutan produksi terbatas di Kecamatan Marang dengan luas kurang lebih
94,21Ha.
Paragraf 2
Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat
Pasal 31
Kawasan peruntukan hutan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf b dengan
luasan kurang lebih 345,19 Ha, terdiri atas:
a. kawasan hutan rakyat di Kecamatan Minasa Tene dengan luasan kurang lebih 288,79 Ha;
b. kawasan hutan rakyat di Kecamatan Tondong Tallasa dengan luasan kurang lebih 27,12
Ha;dan
c. kawasan hutan rakyat di Kecamatan Bungoro , dengan luasan kurang lebih 29,28 Ha.
Paragraf 3
Kawasan Peruntukan Pertanian
Pasal 32
(1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf c, terdiri
atas :
a. kawasan p eruntuk an pertanian tanaman pangan;
b. kawasan peruntukan pertanian hortikultura;
c. kawasan peruntukan perkebunan; dan
d. kawasan peruntukan peternakan.
(2) Kawasan peruntukan tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
terdiri dari:
a. kawasan peruntukan pertanian lahan basah dikembangkan di Kecamatan Labakkang,
Marang, Bungoro, Minasa Tene, Balocci, Segeri, Pangkajene dan Mandalle dengan
luas kurang lebih 14.934 Ha;
b. kawasan peruntukan pertanian lahan kering, terdiri atas:
1. kawasan peruntukan budidaya padi lahan kering di Kecamatan Balocci,Tondong
Tallasa, dan Segeri dengan luas kurang lebih 15 Ha;
2. kawasan peruntukan pertanian tanaman jagung terdapat di Kecamatan Minasatene,
Labakkang, Segeri dan Mandalle;
3. kawasan peruntukan pertanian tanaman kacang kedele terdapat di Kecamatan
Bungoro, Balocci, Tondong Tallasa dan Labakkang;
4. kawasan peruntukan pertanian tanaman kacang tanah terdapat di Kecamatan
Balocci dan Tondong Tallasa;
5. kawasan peruntukan pertanian tanaman ubi kayu terdapat di Kecamatan Labakkang,
Segeri dan Mandalle;
6. kawasan peruntukan pertanian tanaman kacang hijau terdapat di Kecamatan
Marang dan Segeri; dan
7. kawasan peruntukan pertanian tanaman ubi jalar terdapat di Kecamatan Labakkang
dan Marang.
(3) Kawasan peruntukan hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
a. kawasan peruntukan perkebunan jeruk terdapat di Kecamatan Labakkang dan Marang;
i. kecamatan Mandalle.
(3) Kawasan peruntukan budidaya perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
terdapat kecamatan yang terdiri atas :
a. kawasan pengembangan budidaya perikanan air tawar seluas 1,6 Ha, terdapat di
Balleanging Kecamatan Balocci;
b. kawasan pengembangan budidaya perikanan air payau seluas 13.000 Ha, terdapat di
Kecamatan Mandalle, Minasa Tene, Segeri, Marang, Labakkang, Bungoro, dan
Pangkajene;
c. potensi budidaya komoditi rumput laut, terdapat di Kecamatan Mandalle, Marang,
Segeri, Labakkang, Liukang Kalmas, Liukang Tangaya, Liukang Tupabiring dan Liukang
Tupabiring Utara dengan luas 7.900 Ha.
(4) Kawasan pengembangan minapolitan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
direncanakan terintegrasi dan terpadu dengan pengembangan peruntukan perikanan
dengan pusat pengembangan di Kecamatan Labakkang yang terletak di Kelurahan
Pundata Baji Dusun Maccini Baji, dan sub pusat yang terletak di Kecamatan Minasa Tene,
Pangkajene, Bungoro, Marang, Segeri, Mandalle, dan Liukang Tupabbiring Utara.
(5) Pelabuhan pendaratan ikan terdapat di :
1. pengembangan PPI Kalibone di Kecamatan Minasatene;
2. pengembangan PPI Tekolabbua di Kecamatan Pangkajene;
3. pengembangan PPI Palampang di Kecamatan Pangkajene;
4. pengembangan PPI Limbangang di Kecamatan Ma'rang;
5. PPI Pitusunggu di Kecamatan Ma'rang;
6. pengembangan PPI Bawasalo di Kecamatan Segeri;
7. PPI Kassi Kebo di Kecamatan Ma'rang;
8. PPI Gusunge di Kecamatan Ma'rang;
9. PPI Bonea di Kecamatan Segeri;
10. PPI Tamarupa di Kecamatan Mandalle;
11. pengembangan TPI di Maccini Baji di Kecamatan Labakkang.
(6) Kawasan pesisir dan kelautan adalah perairan pantai sampai batas kearah laut sejauh 4
mil laut dari garis pantai yang memiliki potensi kerusakan lingkungan di Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan sehingga dibatasi dalam pertumbuhan wilayahnya yang
selanjutnya diatur dalam insentif dan disinsentif.
(7) Lokasi wilayah pesisir dan kelautan meliputi seluruh wilayah kecamatan, kecuali
Kecamatan Tondong Tallasa, dan Balocci.
Paragraf 5
Kawasan Peruntukan Pertambangan
Pasal 34
(1) Kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batubara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29 huruf e, berupa kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batubara;
(2) Kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batubara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a terdiri dari:
a. komoditas tambang batuan meliputi:
1. marmer, terdapat di Kelurahan Balleangin , Kelurahan Kassi, Kelurahan Balocci Baru
Kecamatan Balocci, Desa Panaikang, Kelurahan Bontoa Kecamatan Minasa
Tene,Desa Tabo-tabo, Desa Mangilu Kecamatan Bungoro , Desa Bulu TelluE, Desa
Bantimurung, desa Malaka Kecamatan Tondong Tallasa, Desa Taraweang, Desa
Bara Batu Kecamatan Labakkang;
2. batu gamping, terdapat di Desa Biring Ere Kecamatan Bungoro, Desa Mangilu Kec.
Bungoro, Desa Lanne Kec. Tondong Tallasa, B. Campaagi Kelurahan Tonasa
Kecamatan Balocci, B. Rumbia Kecamatan Balocci, dan kampung Parenreng Desa
Parenreng Kecamatan Segeri;
3. tanah liat (lempung), terdapat di Kecamatan Bungoro dan Tondong Tallasa,
Kelurahan Tonasa, Desa Bantimala, Desa Tabo-Tabo, Kecamatan Pangkajene
sampai Kelurahan Bonto Matene Kecamatan Segeri-Mandalle dan Kelurahan
Kalabbirang Kecamatan Minasatene;
4. batu Gunung, terdapat di Kecamatan Minasatene, Bungoro, Tondong Tallasa,
Balocci, Labakkang, Marang, Segeri dan Mandalle;
(5) Kawasan pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, yaitu
kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan terdiri atas :
a. Komando Distrik Militer (Kodim) 1421 Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
diKecamatan Pangkajene;
b. Komando Rayon Militer (Koramil) yang berada di kecamatan-kecamatan di wilayah
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan ;
1 c.
Polres Pangkajene dan Kepulauan di Kecamatan Pangkajene;
2 d.
Polsek yang berada di kecamatan-kecamatan di wilayah Kabupaten Pangkajene
dan Kepulauan.
(6) Rencana pengembangan kawasan pertahanan dan keamanan negara meliputi:
a. mendukung peningkatan prasarana dan sarana di kawasan pertahanan dan keamanan
negara; dan
b. mendukung penataan kawasan pertahanan dan keamanan Negara.
Pasal 40
(1) Pemanfaatan kawasan untuk peruntukan lain selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal
39 dapat dilaksanakan apabila tidak mengganggu fungsi kawasan yang bersangkutan dan
tidak melanggar Ketentuan Umum Peraturan Zonasi sebagaimana diatur dalam Peraturan
Daerah ini.
(2) Pemanfaatan kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan setelah
adanya kajian komprehensif dan setelah mendapat rekomendasi dari badan atau pejabat
yang tugasnya mengkoordinasikan penataan ruang di Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan.
BAB V
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
Pasal 41
(1) Kawasan strategis yang ada di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, terdiri atas :
a. kawasan Strategis Provinsi; dan
b. kawasan Strategis Kabupaten.
c. kawasan Agropolitan.
(2) Rencana kawasan strategis digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:50.000
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 8, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Pasal 42
(1) Kawasan Strategis Provinsi (KSP) yang ada di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) huruf a, terdiri atas :
a. KSP dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi; dan
b. KSP dari sudut fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
(2) KSP dari sudut kepentingan ekonomi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a,
terdiri atas:
a. kawasan lahan pangan berkelanjutan pada semua wilayah kecamatan yang diarahkan
pengembangan kegiatan pertanian tanaman pangan; dan
b. kawasan pengembangan budidaya alternatif komoditas unggulan jambu mete di
Kecamatan Marang;
c. kawasan pengembangan budidaya udang pada wilayah Kecamatan Minasa-Tene,
Pangkajene, Labakkang, Marang, Segeri, Mandalle, dan Bungoro ; dan
d. kawasan Pabrik Semen Tonasa di Kecamatan Bungoro.
(3) KSP dari sudut fungsi dan daya dukung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, meliputi kawasan wisata bahari Mamminasata dan sekitarnya di
Kecamatan Liukang Kalmas, Liukang Tangaya, Liukang Tupabiring dan Liukang Tupabiring
Utara.
Pasal 43
(1) Kawasan Strategis Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) huruf b,
terdiri atas :
a. kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi;
b. kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan sosial budaya;
c. kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber
daya alam dan/atau teknologi tinggi; dan
d. kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup.
(2) Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, terdiri dari:
a. kawasan perdagangan di Kota Pangkajene;
b. kawasan Wisata Mattampa;
c. kawasan Minapolitan Labakkang terdapat di Kecamatan Labakkang, Minasa Tene,
Pangkajene, Bungoro, Marang, Segeri, Mandalle, dan Liukang Tupabbiring Utara yang
juga berfungsi sebagai Kawasan Strategis Cepat Tumbuh.
(3) Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, meliputi kawasan Bantimurung Tompo bulu yang terdapat di Kecamatan
Tondong Tallasa dan Bungoro;
(4) Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi Kawasan karst yang tedapat di
Kecamatan Balocci, Tondong Tallasa.
Pasal 44
(1). Untuk operasionalisasi RTRWK Pangkajene dan Kepulauan dapat disusun dengan
Rencana Tata Ruang yang lebih rinci.
(2). Rencana Tata Ruang yang lebih rinci sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Peraturan Daerah.
BAB VI
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
Pasal 45
(1) Pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten berpedoman pada rencana struktur ruang dan
pola ruang.
(2) Pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten dilaksanakan melalui penyusunan dan
pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta perkiraan pendanaannya.
(3) Perkiraan pendanaan program pemanfaatan ruang disusun sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 46
(1) Program pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) disusun
berdasarkan indikasi program utama lima tahunan yang ditetapkan dalam Lampiran 9,
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(2) Pendanaan program pemanfaatan ruang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, investasi swasta dan kerja
sama pendanaan.
(3) Kerja sama pendanaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan.
BAB VII
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 47
(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten digunakan sebagai acuan
dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten.
(2) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang terdiri atas :
a. ketentuan umum peraturan zonasi;
b. ketentuan perizinan;
c. ketentuan insentif dan disinsentif; dan
d. arahan sanksi.
Bagian Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pasal 48
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 47 ayat (2) huruf a digunakan sebagai pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam
menyusun peraturan zonasi.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi terdiri atas :
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya; dan
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sekitar prasarana pengelolaan
lingkungan sistem prasarana nasional dan wilayah , terdiri atas :
1. Kawasan sekitar prasarana transportasi;
2. Kawasan sekitar prasarana energi;
3. Kawasan sekitar prasarana telekomunikasi; dan
4. Kawasan sekitar prasarana sumber daya air;
d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan strategis.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi dijabarkan lebih lanjut di dalam Lampiran 10 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Paragraf 1
Ketentuan umum Peraturan Zonasi
Ketentuan umum Peraturan Zonasi Pusat-pusat Kegiatan
Pasal 49
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi pusat-pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai PKW;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai PKLp;
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai PPK;
dan
d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai PPL.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai
PKW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pemantapan Kawasan Perkotaan Baru
Pusat Pemerintahan Kabupaten, pusat perdagangan dan jasa skala nasional, dan
regional, kegiatan pariwisata, kegiatan sosial-budaya dan kesenian, pelayanan
pendidikan, pelayanan kesehatan, kegiatan pertanian, permukiman, kegiatan
penghijauan, penyediaan untuk ruang terbuka non hijau perkotaan, penyediaan
prasarana dan sarana pejalan kaki, penyediaan prasarana dan sarana angkutan umum,
penyediaan prasarana dan sarana kegiatan sektor informal dan ruang evakuasi
bencana, kegiatan peningkatan kuantitas dan kualitas jaringan jalan kawasan perkotaan
pelayanan jaringan air minum, jaringan drainase, pengelolaan persampahan,
pengolahan air limbah, pelayanan energi dan listrik, pelayanan telekomunikasi dan
utilitas perkotaan lainnya; kegiatan yang dapat mendukung pelestarian bangunan yang
memiliki nilai-nilai sejarah, budaya, dan pola-pola permukiman tradisional setempat;
b. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud
pada huruf a;
c. pengembangan kawasan perkotaan diarahkan dengan besaran Koefisien Wilayah
Terbangun (KWT), paling besar 60 (enam puluh) persen dari luas Kawasan Perkotaan;
d. penyediaan kawasan perkotaan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas kawasan
perkotaan; dan
e. penataan ruang kawasan perkotaan wajib dilengkapi dengan rencana rinci kawasan
perkotaan yang dilengkapi peraturan zonasi dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai
PKLP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi pusat pemerintahan kecamatan, pusat
perdagangan dan jasa skala lokal, kegiatan pariwisata, kegiatan sosial-budaya dan
kesenian, pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kegiatan pertanian,
permukiman, kegiatan penghijauan, penyediaan untuk ruang terbuka non hijau
perkotaan, penyediaan prasarana dan sarana pejalan kaki, penyediaan prasarana dan
sarana angkutan umum, penyediaan prasarana dan sarana kegiatan sektor informal
dan ruang evakuasi bencana, pelayanan jaringan air minum, jaringan drainase,
pengelolaan persampahan, pengolahan air limbah, pelayanan energi dan listrik;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud huruf a yang tidak mengganggu fungsi Kawasan Perkotaan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan huruf b;
d. pengembangan kawasan perkotaan diarahkan dengan besaran Koefisien Wilayah
Terbangun (KWT), paling besar 60 (enam puluh) persen dari luas Kawasan Perkotaan;
e. penyediaan kawasan perkotaan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas kawasan
perkotaan; dan
f. penataan ruang kawasan perkotaan wajib dilengkapi dengan rencana rinci kawasan
perkotaan yang dilengkapi peraturan zonasi dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai PPK
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diarahkan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi pusat pemerintahan kecamatan, pusat
perdagangan dan jasa skala lokal, kegiatan pariwisata, kegiatan sosial-budaya dan
kesenian, pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kegiatan pertanian,
permukiman, kegiatan penghijauan, penyediaan untuk ruang terbuka non hijau kota,
penyediaan prasarana dan sarana pejalan kaki, penyediaan prasarana dan sarana
angkutan umum, penyediaan prasarana dan sarana kegiatan sektor informal dan ruang
evakuasi bencana, pelayanan jaringan air minum, jaringan drainase, pengelolaan
persampahan, pengolahan air limbah, pelayanan energi dan listrik;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud huruf a yang tidak mengganggu fungsi Kawasan Perkotaan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan huruf b;
d. pengembangan kawasan perkotaan diarahkan dengan besaran koefisien wilayah
terbangun (KWT), paling besar 60 (enam puluh) persen dari luas Kawasan Perkotaan;
e. penyediaan RTH kawasan perkotaan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas
kawasan perkotaan; dan
f. penataan ruang kawasan perkotaan wajib dilengkapi dengan rencana rinci kawasan
perkotaan yang dilengkapi peraturan zonasi dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai PPL
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri atas:
b.
b.
Paragraf 6
Ketentuan umum Peraturan Zonasi
Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pasal 54
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan operasional dan kegiatan penunjang sistem
jaringan telekomunikasi;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud dalam pasal 54 huruf a yang aman bagi sistem jaringan telekomunikasi dan
tidak mengganggu fungsi sistem jaringan telekomunikasi; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang membahayakan sistem jaringan
telekomunikasi dan mengganggu fungsi sistem jaringan telekomunikasi.
Pasal 55
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan sumber daya air sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 terdiri atas :
a.
b.
c.
kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan prasarana lalu lintas air,
kegiatan pembangunan prasarana pengambilan dan pembuangan air, serta kegiatan
pengamanan sungai dan sempadan pantai;
kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air, pengendalian daya rusak air, dan fungsi sistem jaringan
sumber daya air; dan
kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengganggu fungsi sungai,
waduk, CAT sebagai sumber air, jaringan irigasi, sistem pengendalian banjir, dan sistem
pengamanan pantai sebagai prasarana sumber daya air.
Pasal 56
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan prasarana lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 terdiri atas :
a.
ketentuan umum peraturan zonasi untuk SPAM;
b.
ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan drainase;
c.
ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan air limbah; dan
d.
ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem pengelolaan persampahan.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan prasarana SPAM dan
kegiatan pembangunan prasarana penunjang SPAM;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 huruf a yang tidak mengganggu SPAM; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengganggu keberlanjutan
fungsi penyediaan air minum, mengakibatkan pencemaran air baku dari air limbah dan
sampah, serta mengakibatkan kerusakan prasarana dan sarana penyediaan air minum.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan drainase sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
Pasal 61
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sempadan pantai sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 60 huruf a terdiri atas :
a. kegiatan yang diperbolehkan sesuai peruntukan meliputi kegiatan rekreasi pantai,
pengamanan pesisir, kegiatan nelayan, kegiatan pelabuhan, landing point kabel dan/atau
pipa bawah laut, kegiatan pengendalian kualitas perairan, konservasi lingkungan pesisir,
pengembangan struktur alami dan struktur buatan pencegah abrasi pada sempadan
pantai, pengamanan sempadan pantai sebagai ruang publik, kegiatan pengamatan cuaca
dan iklim, kepentingan pertahanan dan keamanan negara, kegiatan penentuan lokasi dan
jalur evakuasi bencana, serta pendirian bangunan untuk kepentingan pemantauan
ancaman bencana tsunami;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud pada Pasal 61 huruf a yang tidak mengganggu fungsi sempadan pantai sebagai
kawasan perlindungan setempat; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang menghalangi dan/atau menutup
ruang dan jalur evakuasi bencana dan kegiatan yang mengganggu fungsi sempadan
pantai sebagai kawasan perlindungan setempat.
Pasal 62
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sempadan sungai sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 60 huruf b terdiri atas :
a.
kegiatan yang diperbolehkan sesuai peruntukan meliputi kegiatan
pemanfaatan sempadan sungai untuk RTH, pemasangan bentangan jaringan transmisi
tenaga listrik, kabel telepon, pipa air minum, pembangunan prasarana lalu lintas air,
bangunan pengambilan, dan pembuangan air, bangunan penunjang sistem prasarana
perkotaan, kegiatan penyediaan lokasi dan jalur evakuasi bencana, serta pendirian
bangunan untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana;
b.
kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan budi daya
pertanian dengan jenis tanaman yang tidak mengurangi kekuatan struktur tanah dan
kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi
sempadan sungai sebagai kawasan perlindungan setempat antara lain kegiatan
pemasangan reklame dan papan pengumuman, pendirian bangunan yang dibatasi hanya
untuk bangunan penunjang kegiatan transportasi sungai, kegiatan rekreasi air, serta jalan
inspeksi dan bangunan pengawas ketinggian air sungai; dan
c.
kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengubah
bentang alam, kegiatan yang mengganggu kesuburan dan keawetan tanah, fungsi
hidrologi dan hidraulis, kelestarian flora dan fauna, kelestarian fungsi lingkungan hidup,
kegiatan pemanfaatan hasil tegakan, kegiatan yang menghalangi dan/atau menutup ruang
dan jalur evakuasi bencana, kegiatan pembuangan sampah, dan kegiatan lain yang
mengganggu fungsi sempadan sungai sebagai kawasan perlindungan setempat.
Pasal 63
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sekitar danau atau waduk sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 60 huruf c terdiri atas :
a. kegiatan yang diperbolehkan sesuai peruntukan meliputi kegiatan pengelolaan badan air
dan/atau pemanfaatan air, taman rekreasi beserta kegiatan penunjangnya, RTH, dan
kegiatan sosial budaya;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi kawasan sekitar danau atau waduk
c.
sebagai kawasan perlindungan setempat antara lain kegiatan pendirian bangunan yang
dibatasi hanya untuk bangunan penunjang kegiatan rekreasi air, jalan inspeksi, bangunan
pengawas ketinggian air danau atau waduk, dan bangunan pengolahan air baku; dan
kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengubah bentang alam,
mengganggu kesuburan dan keawetan tanah, fungsi hidrologi, kelestarian flora dan fauna,
kelestarian fungsi lingkungan hidup, dan kegiatan pemanfaatan hasil tegakan, serta
kegiatan yang mengganggu dan/atau merusak kelestarian fungsi kawasan sekitar danau
atau waduk sebagai kawasan perlindungan setempat.
Pasal 64
Arahan peraturan zonasi untuk kawasan sempadan mata air sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 60 huruf d terdiri atas :
a. kegiatan yang diperbolehkan sesuai peruntukan meliputi kegiatan pemanfaatan kawasan
sekitar mata air untuk RTH dan kegiatan mempertahankan fungsi kawasan mata air;
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat meliputi kegiatan pariwisata, pertanian dengan
jenis tanaman yang tidak mengurangi kekuatan struktur tanah, dan kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi kawasan mata air;
dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang menimbulkan pencemaran mata
air serta kegiatan yang dapat mengganggu dan/atau merusak kelestarian fungsi kawasan
mata air.
Pasal 65
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk TPU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 huruf e
terdiri atas :
a. kegiatan yang diperbolehkan sesuai peruntukan meliputi kegiatan pemanfaatan ruang
untuk pemakaman, resapan air, penghijauan dan evakuasi bencana;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan rekreasi, pembibitan
tanaman, pendirian bangunan secara terbatas untuk menunjang operasionalisasi kegiatan
pemakaman umum, dan selain kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak
mengganggu fungsi dan peruntukan kawasan TPU; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi pembuangan limbah, kegiatan industri dan
selain kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b yang dapat
mengganggu fungsi kawasan TPU.
Pasal 66
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk RTH perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
60 huruf f terdiri atas :
a. kegiatan yang diperbolehkan sesuai peruntukan meliputi kegiatan pemanfaatan ruang
untuk fungsi resapan air, pemakaman, olahraga di ruang terbuka, dan evakuasi bencana;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan rekreasi, pembibitan
tanaman, pendirian bangunan fasilitas umum, dan selain kegiatan sebagaimana dimaksud
pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi RTH perkotaan sebagai kawasan
perlindungan setempat; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan pendirian stasiun pengisian bahan
bakar umum dan kegiatan sosial dan ekonomi lainnya yang mengganggu fungsi RTH
perkotaan sebagai kawasan perlindungan setempat.
Pasal 67
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk suaka alam, kawasan pelestarian alam, dan
kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2) huruf d terdiri atas :
a. kawasan taman wisata alam; dan
Pasal 68
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan taman wisata alam sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 58 huruf a dimanfaatkan untuk keperluan pariwisata alam dan rekreasi, penelitian
dan pengembangan, pendidikan dan kegiatan penunjang budi daya, diarahkan sebagai
berikut :
a.
Pasal 69
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 huruf b terdiri atas :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pelestarian, penyelamatan, pengamanan,
serta penelitian cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan pariwisata, sosial budaya,
keagamaan, dan kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak
mengganggu fungsi kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan pendirian bangunan yang tidak
sesuai dengan fungsi kawasan, kegiatan yang merusak kekayaan budaya bangsa yang
berupa peninggalan sejarah, bangunan arkeologi, monumen, dan wilayah dengan
bentukan geologi tertentu, serta kegiatan yang mengganggu upaya pelestarian budaya
masyarakat setempat.
Pasal 70
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27 ayat (1) huruf b terdiri atas :
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan tanah longsor; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan banjir.
Pasal 71
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan tanah longsor sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 70 huruf a terdiri atas :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan membuat terasering, talud atau turap,
rehabilitasi, reboisasi, penyediaan lokasi dan jalur evakuasi bencana, dan kegiatan lain
dalam rangka mencegah bencana alam tanah longsor;
1.
2.
a.
b.
c.
d.
1.
2.
3.
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 70 huruf b terdiri atas :
kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
penghijauan, reboisasi, pendirian bangunan tanggul, drainase, pintu air, sumur resapan
dan lubang biopori, serta penyediaan lokasi dan jalur evakuasi bencana;
kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi kegiatan selain kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak
berpotensi menyebabkan terjadinya bencana banjir;
kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan mengubah aliran sungai antara lain memindahkan, mempersempit, dan menutup
aliran sungai, kegiatan menghalangi dan/atau menutup lokasi dan jalur evakuasi bencana,
serta kegiatan yang berpotensi menyebabkan terjadinya bencana banjir; dan
penyediaan prasarana dan sarana minimum
meliputi:
penyediaan saluran drainase yang memperhatikan kemiringan dasar saluran dan sistem/sub
sistem daerah pengaliran;
penanganan sedimentasi di muara saluran/sungai yang bermuara di laut melalui proses
pengerukan; dan
penyediaan lokasi dan jalur evakuasi bencana.
Pasal 73
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 terdiri atas :
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan gerakan tanah; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan abrasi pantai.
Pasal 74
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan gerakan tanah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 73 huruf a, dilaksanakan dalam rangka mitigasi dan adaptasi diarahkan
sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. mengurangi tingkat keterjalan lereng, dengan membuat teras bangku;
2. meningkatkan dan memperbaiki sistem drainase baik air permukaan maupun air tanah;
dan
3. penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam untuk menahan laju
gerakan tanah tersebut; dan pengembangan bangunan penahan gerakan tanah.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi relokasi bangunan pada kawasan
rawan gerakan tanah potensi tinggi, dan pengaturan kegiatan budi daya yang sesuai
dengan kondisi fisik kawasan; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b yang dapat mengganggu kawasan rawan gerakan tanah.
Pasal 75
a.
b.
c.
d.
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan abrasi pantai sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 73 huruf b terdiri atas:
kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
pendirian bangunan pengamanan pantai, penanaman tanaman pantai seperti kelapa,
nipah, dan bakau, kegiatan pencegahan abrasi pantai, penyediaan lokasi dan jalur
evakuasi bencana, serta kegiatan pendirian bangunan untuk kepentingan pemantauan
ancaman bencana;
kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi kegiatan selain kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak
berpotensi menyebabkan dan/atau menimbulkan terjadinya abrasi;
kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan yang menimbulkan kerusakan hutan bakau dan/atau terumbu karang dan
kegiatan yang berpotensi dan/atau menimbulkan terjadinya abrasi; dan
penyediaan prasarana dan sarana minimum
meliputi penyediaan lokasi dan jalur evakuasi bencana.
Pasal 76
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 terdiri atas :
a.
kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pengelolaan, pemeliharaan dan
pelestarian hutan produksi;
b.
kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi kawasan hutan produksi;
c.
kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengganggu fungsi kawasan
hutan produksi;
d.
penerapan intensitas pemanfaatan ruang meliputi:
1. penerapan ketentuan tata bangunan dan lingkungan yang meliputi ketentuan KDB,
KLB, KDH, KTB, ketinggian bangunan, dan GSB terhadap jalan;
2. pemanfaatan ruang kawasan hutan produksi dilaksanakan melalui rekayasa teknis
dengan KZB paling tinggi 10% (sepuluh persen) dan akan diatur lebih lanjut rencana
rinci tata ruang wilayah kabupaten; dan
3. pengembangan hutan produksi dan pengintegrasian kegiatan pariwisata yang
mendukung pelestarian hutan produksi;
e.
penyediaan prasarana dan sarana minimum berupa penyediaan fasilitas dan
infrastruktur pendukung kegiatan hutan produksi.
Pasal 77
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertanian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 terdiri atas :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan perumahan kepadatan rendah dan
kegiatan pertanian tanaman pangan beririgasi teknis;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud pada huruf a yang tidak mengubah fungsi lahan pertanian tanaman pangan
beririgasi teknis dan tidak mengganggu fungsi kawasan peruntukan pertanian;
c.
kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengganggu fungsi kawasan
peruntukan pertanian;
d. penerapan intensitas pemanfaatan ruang meliputi:
1. penetapan luas dan sebaran lahan pertanian pangan beririgasi teknis paling sedikit 90%
(sembilan puluh persen) dari luas lahan pertanian dan akan diatur lebih lanjut dalam
rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten;
2. pengembangan agro wisata dan pengintegrasian kegiatan pariwisata yang mendukung
pelestarian lahan pertanian beririgasi teknis; dan
3. pemeliharaan jaringan irigasi kawasan pertanian pangan produktif yang telah ditetapkan
sebagai kawasan terbangun sampai dengan pemanfaatan sebagai kawasan terbangun
dimulai;
e. penyediaan prasarana dan sarana minimum berupa penyediaan fasilitas dan infrastruktur
pendukung kegiatan pertanian serta lokasi dan jalur evakuasi bencana.
Pasal 78
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan perikanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33 terdiri atas :
a.
kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan permukiman nelayan tradisional,
kegiatan perikanan, kegiatan pariwisata pantai, pendirian bangunan pengamanan pantai,
penyediaan lokasi dan jalur evakuasi bencana, serta pendirian bangunan untuk
kepentingan pemantauan ancaman bencana;
b.
kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi kawasan pada kawasan
peruntukan perikanan;
c.
kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengganggu fungsi kawasan
pada kawasan peruntukan perikanan;
d.
penetapan standar keselamatan pendirian bangunan pada perairan pantai dan
pencegahan pendirian bangunan yang mengganggu aktivitas nelayan, merusak estetika
pantai, menghalangi pandangan ke arah pantai, dan membahayakan ekosistem laut; dan
e.
ketentuan lebih lanjut mengenai pendirian bangunan pada perairan pantai sebagaimana
dimaksud pada huruf d diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 79
Ketentuan peraturan zonasi pada kawasan peruntukan kegiatan pertambangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) meliputi :
a.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan berupa kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b yang tidak mengganggu fungsi olahraga.
(7) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pelayanan pusat kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan yang menunjang pelayanan kesehatan,
kegiatan pembangunan prasarana dan sarana kegiatan yang menunjang pelayanan
kesehatan, dan penyediaan ruang dan jalur evakuasi bencana;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi pemanfaatan ruang secara
terbatas untuk mendukung kegiatan pelayanan kesehatan sesuai dengan penetapan
KDB, KLB, KDH yang sesuai dengan tata bangunan dan lingkungan, serta jenis dan
syarat penggunaan bahan bangunan yang diizinkan, dan kegiatan lain yang tidak
mengganggu fungsi olahraga;dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan berupa kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b yang tidak mengganggu fungsi pelayanan kesehatan.
(8) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pertahanan dan keamanan negara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan untuk prasarana dan
sarana penunjang aspek pertahanan dan kemanan negara sesuai dengan ketentuan
pertauran perundang-undangan dan penghijauan;
b. kegiatan selain yang dimaksud pada huruf a diperbolehkan dengan syarat meliputi
pemanfaatan ruang secara terbatas dan selektif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
(9) Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b yang tidak mengganggu fungsi ruang untuk peruntukan ruang bagi
kegiatan kawasan pertahanan dan keamanan negara.
Bagian Ketiga
Ketentuan Perizinan
Pasal 84
(1) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud pada pasal 47 ayat (2) huruf b, merupakan
acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan ruang
berdasarkan rencana struktur dan pola ruang yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.
(2) Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan
kewenangannya.
(3) Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Pasal 85
(1) Jenis perizinan terkait pemanfaatan ruang yang ada di Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan sebagaimana dimaksud pada pasal 84 ayat (2), terdiri atas :
a. Izin prinsip; adalah izin yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada Badan Usaha
Perorangan yang akan melakukan suatu usaha atau investasi di suau daerah
b. Izin lokasi; adalah izin yang diberikan kepada perusahaan untuk memperoleh tanah
yang diperlukan dalam rangka penanaman modal yang berlaku pula sebagai izin
pemindahan hak, dan untuk menggunakan tanah tersebut guna keperluan usaha
penanaman modalnya.
c. Izin penggunaan pemanfaatan tanah;
d. Izin mendirikan bangunan; adalah izin yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada
orang pribadi atau badan untuk mendirikan suatu bangunan; dan
e. Izin lainnya berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
(2) Mekanisme perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a e diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Bupati.
Pasal 86
Bagian Keempat
Pasal 92
Setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadap rencana tata ruang yang telah ditetapkan
dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
bidang penataan ruang.
BAB VIII
KELEMBAGAAN
Pasal 93
(1) Dalam rangka koordinasi penataan ruang dan kerjasama antar wilayah, dibentuk Badan
Koordinasi Penataan Ruang Daerah.
(2) Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Keputusan Bupati.
BAB IX
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT
DALAM PENATAAN RUANG
Bagian Kesatu
Hak Masyarakat
Pasal 94
Dalam kegiatan mewujudkan pemanfaatan ruang wilayah, masyarakat berhak:
a. berperan dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang;
b. mengetahui secara terbuka rencana tata ruang wilayah,
c. menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari penataan
ruang;
d. memperoleh pergantian yang layak atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat
pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang;
e. mendapat perlindungan dari kegiatan-kegiatan yang merugikan; dan
f. mengawasi pihak-pihak yang melakukan penyelenggaraan tata ruang
Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat
Pasal 95
Kewajiban masyarakat dalam penataan ruang wilayah terdiri atas :
a. Mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang diberikan; dan
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang; dan
d. Memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundangundangan dinyatakan sebagai milik umum.
Pasal 96
(1) Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana dimaksud pada
Pasal 95 dilaksanakan dengan mematuhi dan menerapkan kriteria, kaidah, baku mutu,
dan aturan-aturan penataan ruang yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang undangan.
(2) Kaidah dan aturan pemanfaatan ruang yang dilakukan masyarakat secara turun temurun
dapat diterapkan sepanjang memperhatikan faktor-faktor daya dukung lingkungan,
estetika lingkungan, lokasi, dan struktur pemanfaatan ruang serta dapat menjamin
pemanfaatan ruang yang serasi, selaras, dan seimbang.
Bagian Ketiga
Peran Masyarakat
Pasal 97
(1) Masyarakat berperan dalam penataan ruang dalam setiap tahapan yang mencakup
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
(2) Peran masyarakat dalam penataan ruang pelaksanaannya dapat dilakukan melalui
tradisi/nilai kearifan lokal dalam bentuk tudang sipulung;
Pasal 98
Bentuk peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 pada tahap perencanaan
tata ruang dapat berupa
(1) memberikan masukan mengenai :
a. persiapan penyusunan rencana tata ruang;
b. penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan;
c. pengidentifikasian potensi dan masalah wilayah atau kawasan;
d. perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan/atau
e. penetapan rencana tata ruang.
(2) melakukan kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau sesama unsur
masyarakat dalam perencanaan tata ruang.
Pasal 99
Bentuk peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 dalam pemanfaatan ruang
dapat berupa
(1) masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
(2) kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau sesama unsur masyarakat
dalam pemanfaatan ruang;
(3) kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan rencana tata ruang
yang telah ditetapkan;
(4) peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatan ruang darat, ruang
laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi dengan memperhatikan kearifan lokal serta
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;
(5) kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta memelihara dan
meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam; dan kegiatan
investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 100
Bentuk peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 dalam pengendalian
pemanfaatan ruang dapat berupa
(1) masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan
disinsentif serta pengenaan sanksi;
(2) keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi;
(3) pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal menemukan
(4)
(1)
(2)
(3)
a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan ketentuan
Peraturan Daerah ini tetap berlaku sesuai dengan masa berlakunya;
b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan ketentuan
Peraturan Daerah ini, berlaku ketentuan:
1. Untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin tersebut disesuaikan dengan
fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini;
2. Untuk yang sudah dilaksanakan pembangunanya, dilakukan penyesuaian dengan
masa transisi berdasarkan ketentuan perundang-undangan; dan
3. Untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak memungkinkan untuk
dilakukan penyesuaian dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini,
izin yang telah ditebitkan dapat dibatalkan dan terhadap kerugian yang timbul
sebagai akibat pembatalan izin tersebut dapat diberikan penggantian yang layak;
c. pemanfaatan ruang di daerah yang diselenggarakan tanpa izin dan bertentangan
dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, akan ditertibkan dan disesuaikan dengan
Peraturan Daerah ini;
d. pemanfaatan ruang yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, agar
dipercepat untuk mendapatkan izin yang diperlukan.
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 106
Ketentuan lebih Lanjut mengenai teknis pelaksanaanya diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 107
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
Ditetapkan di Pangkajene 16 Agustus 2012
BUPATI
PANGKAJENE DAN KEPULAUAN,
SYAMSUDDIN A. HAMID
Diundangkan di Pangkajene
pada tanggal, 21 Agustus 2012
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN
PANGKAJENE DAN KEPULAUAN,
ANWAR RECCA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENA DAN KEPULAUAN
TAHUN 2012 NOMOR 8
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN
NOMOR 8 TAHUN 2012
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN
I.
UMUM
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional telah mengamanahkan bahwa struktur perencanaan pembangunan di Indonesia
didasarkan pada hirarki dimensi yang meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJP-D), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM-D) dan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) serta Rencana Strategis Satuan Kerja
Perangkat Daerah (Renstra-SKPD) dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah
(Renja-SKPD) sebagai kelengkapannya. Sementara Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007 Tentang Penataan Ruang, khususnya pada penjelasan pasal 20 ayat 3 dan pasal 23
ayat 3, dinyatakan bahwa Rencana Tata Ruang merupakan matra spasial dari rencana
pembangunan jangka panjang. Dengan demikian, sejak dari perencanaan makro sampai
pada perencanaan mikro, perencanaan tata ruang merupakan matra spasial dari
perencanaan pembangunan yang sinkron dan harmonis.
Dalam hal ini Sinkronisasi Program Pembangunan menjadi tahapan strategis dalam
mengarahkan kebijaksanaan pemanfaatan ruang secara terpadu dan harmonis untuk
berbagai kegiatan, pengaturan dan pemanfaatan ruang merupakan salah satu kewenangan
pemerintah, mulai tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Oleh karena itu, dalam proses
perencanaan pengaturan dan pemanfaatan ruang wilayah harus dilaksanakan secara
bersama-sama, terpadu dan menyeluruh, dalam rangka mencapai tujuan pembangunan
yang dikehendaki
Untuk mengantisipasi dinamika pembangunan di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
yang semakin pesat, kualitas pembangunan kabupaten juga diupayakan ditingkatkan
melalui perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang lebih efisien
dan efektif secara berkelanjutan.
Hakekat dari penataan ruang adalah memadukan, menyerasikan tata guna lahan, tata guna
udara, tata guna air, dan tata guna sumber daya alam lainnya dalam satu kesatuan tata
lingkungan yang harmonis dan dinamis serta ditunjang oleh pengelolaan perkembangan
kependudukan yang serasi dan disusun melalui pendekatan wilayah dengan
memperhatikan sifat lingkungan alam dan lingkungan sosialnya. Dalam hal ini, RTRW
Kabupaten menetapkan kriteria penetapan struktur ruang, pola ruang dan KSK; arahan
pemanfaatan ruang yang merupakan indikasi program utama jangka menengah lima tahun;
serta arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri atas indikasi arahan, arahan
insentif dan disinsentif, dan arahan sanksi.
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7)
Cukup jelas
Ayat (8)
Cukup jelas
Ayat (9)
Cukup jelas
Ayat (10)
Cukup jelas
Ayat (11)
Huruf a.
Cukup jelas
Huruf b.
Cukup jelas
Huruf c.
Cukup jelas
Huruf d.
Cukup jelas
Huruf e.
mencegah dan mengendalikan tumbuh berkembangnya perumahan dan
permukiman dikawasan lindung maksudnya adalah membatasi perkembangan
kearah kawasan lindung
Huruf f.
Cukup jelas
Huruf g.
Cukup jelas
Huruf h.
Cukup jelas
Ayat (12)
Cukup jelas
Ayat (13)
Cukup jelas
Ayat (14)
Huruf a.
kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan merupakan kawasan strategis
dan sebagai kebutuhan untuk menjaga kerahasiaan sebagian informasi untuk
kepentingan pertahanan dan keamanan Negara yang tidak terpisahkan dari
upaya keseluruhan penataan ruang wilayah. kawasan ini juga dapat digunakan
sebagai tenpat latihan, pendidikan, dan dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya
tertentu yang pemanfaatannya bersifat khusus.
Huruf b.
Cukup jelas
Huruf c.
Cukup jelas
Huruf d.
Cukup jelas
Huruf e.
Cukup jelas
Pasal 5
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan sistem
perkotaan dalam wilayah kabupaten dan jaringan prasarana wilayah Kabupaten yang
dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kecamatan selain untuk melayani kegiatan
skala kabupaten, baik sistem jaringan prasarana utama maupun sistem jaringan prasarana
lainnya .
Dalam rencana tata ruang wilayah Kabupaten digambarkan sistem perkotaan dalam
wilayah kabupaten dan peletakan jaringan prasarana wilayah yang menurut peraturan
perundang-undangan, pengembangan dan pengelolaannya merupakan kewenangan
Pemerintah Daerah Kabupaten dengan sepenuhnya memperhatikan struktur ruang yang
telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Jalur Evakuasi Bencana Alam Wilayah Kabupaten adalah jalur yang diperuntukkan
bilamana terjadi bencana alam yang dilengkapi dengan infrastruktur pendukung lainnya.
Jalur evakuasi bencana alam tersebut memiliki akses yang mudah dengan ruang
evakuasi. Yang dimaksud dengan ruang evakuasi adalah dapat berupa lapangan atau
area tertentu yang memiliki ketinggian dan jarak tertentu dari lokasi bencana. Peruntukan
ruang evaluasi haru pula mempertimbangkan kemudahan dalam pendistribusian logistic.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Kawasan budidaya yang dimaksud adalah kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis
Kabupaten, merupakan kawasan yang menjadi tempat kegiatan perekonomian yang
memberikan konstribusi besar terhadap perekonomian kabupaten
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Kawasan strategis kabupaten adalah kawasan yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi,
sosial, budaya, lingkungan, serta pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi
Pasal 42
Ayat (1)
Kawasan strategis provinsi adalah kawasan yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap
ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, serta pendayagunaan sumber daya alam dan
teknologi
Huruf a.
Cukup jelas
Huruf b.
Cukup jelas
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Ayat (1)
Rencana tata ruang yang lebih rinci adalah hasil perencanaan tata ruang pada kawasan
yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan
sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsional dan disusun berdasarkan nilai
strategis kawasan dan/atau kegiatan kawasan sebagai perangkat operasionalisasi
rencana tata ruang wilayah.
Rencana detail tata ruang merupakan rencana rinci tata ruang untuk rencana tata ruang
wilayah kabupaten yang dilengkapi dengan peraturan zonasi. Disamping itu, Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan juga merupakan rencana rinci dan disusun jika pada kawasan
tertentu sangat dibutuhkan penyusunannya.
Ayat (2)
Peraturan daerah, selanjutnya disebut Perda, adalah Peraturan Daerah Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan yang ditetapkan melalui suatu mekanisme pembahasan
antara eksekutif dan legeslatif daerah
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Ayat (1)
Indikasi program utama menggambarkan kegiatan yang harus dilaksanakan untuk
mewujudkan rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah kabupaten. Selain itu,
juga terdapat kegiatan lain, baik yang dilaksanakan sebelumnya, bersamaan dengan,
maupun sesudahnya, yang tidak disebutkan dalam Peraturan Daerah ini
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Kerjasama pendanaan adalah upayah terbangun atas kesepakatan bersama
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku antara pendanaan yang
berasal dari APBD provinsi, APBN, swasta, dan/atau masyarakat
Pasal 47
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten adalah ketentuanketentuan yang dibuat atau disusun dalam upaya mengendalikan pemanfaatan ruang
wilayah kabupaten agar sesuai dengan RTRW kabupaten yang berbentuk ketentuan
umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta
arahan sanksi untuk wilayah kabupaten
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 48
Ayat (1)
ketentuan umum peraturan zonasi adalah penjabaran secara umum ketentuan-ketentuan
yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya
yang mencakup seluruh wilayah administratif.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 49
Ketentuan umum peraturan zonasi adalah ketentuan umum yang mengatur pemanfaatan
ruang/penataan dan unsur-unsur pengendalian pemanfaatan ruang yang disusun untuk
setiap klasifikasi peruntukan/fungsi ruang sesuai dengan RTRW kabupaten.
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Cukup jelas.
Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 78
Cukup jelas.
Pasal 79
Cukup jelas.
Pasal 80
Cukup jelas.
Pasal 81
Cukup jelas.
Pasal 82
Cukup jelas.
Pasal 83
Cukup jelas.
Pasal 84
Ayat (1)
Ketentuan perizinan adalah ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah
daerah kabupaten sesuai kewenangannya yang harus dipenuhi oleh setiap pihak
sebelum pemanfaatan ruang, yang digunakan sebagai alat dalam melaksanakan
pembangunan keruangan yang tertib sesuai dengan rencana tata ruang yang telah
disusun dan ditetapkan
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 85
Cukup jelas.
Pasal 86
Ayat (1)
Ketentuan insentif dan disinsentif adalah perangkat atau upaya untuk memberikan
imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang dan
juga perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan
yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang
Ayat (2)
Ketentuan pemberian insentif adalah ketentuan yang mengatur tentang pemberian
imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan kegiatan yang didorong
perwujudannya dalam rencana tata ruang. Pemberian insentif dan menyederhanakan
prosedur perizinan merupakan salah satu upaya menciptakan iklim investasi yang
kondusif dalam rangka meningkatkan minat dan realisasi investasi
Ayat (3)
Ketentuan pemberian disinsentif adalah ketentuan yang mengatur tentang pengenaan
bentuk-bentuk kompensasi dalam pemanfaatan ruang dan berfungsi sebagai
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 91
Ayat (1)
Huruf a
Peringatan tertulis diberikan oleh pejabat yang berwenang dalam penertiban
pelanggaran pemanfaatan ruang melalui penerbitan surat peringatan tertulis
sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali
Huruf b
Penghentian sementara adalah upaya penertiban bagi pelanggar pemanfaatan
ruang untuk tidak melakukan operasional kegiatan hingga batas waktu yang telah
ditetapkan dan jika tidak mengindahkan, maka akan dilakukan penghentian
kegiatan secara paksa.
Huruf c
Penghentian sementara pelayanan umum dimaksud berupa pemutusan hubungan
listrik, saluran air bersih, saluran limbah, dan lain-lain yang menunjang suatu
kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
Huruf d
Penutupan lokasi adalah penerapan sanksi penutupan lokasi dan tidak dibuka
kembali sampai dengan pelanggar memenuhi kewajibannya untuk menyesuaikan
pemanfaatan ruangnya dengan rencana tata ruang dan ketentuan teknis
pemanfaatan ruang yang berlaku
Huruf e
Pencabutan izin adalah pemberian sanksi berupa penghentian izin secara
permanen atas kegiatan pemanfaatan ruang yang penetapannya melalui
mekanisme berdasarkan peraturan yang berlaku
Huruf f
Pembatalan izin merupakan tindakan perubahan izin yang telah dikeluarkan oleh
pejabat berwenang atas pemanfaatan ruang berdasarkan hasil evaluasi yang
berisikan perbedaan antara pemanfaatan ruang menurut dokumen perizinan
dengan arahan pola pemanfaatan ruang dalam rencana tata ruang yang berlaku
Huruf g
Pembongkaran dimaksud dapat dilakukan secara sukarela oleh yang bersangkutan
atau dilakukan oleh Instansi berwenang.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Pemulihan fungsi ruang merupakan usaha untuk mengembalikan fungsi ruang atas
pemanfaatan ruang yang telah dilakukan berdasarkan rencana tata ruang.
Huruf g
Denda administrative dapat dikenakan secara tersendiri atau bersama-sama
dengan pengenaan sanksi administratif dan besarannya ditetapkan oleh masingmasing pemerintah daerah kabupaten.
Pasal 92
Cukup jelas.
Pasal 93
Cukup jelas.
Pasal 94
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Masyarakat dapat mengetahui rencana tata ruang melalui Lembaran Daerah,
pengumuman, dan/atau penyebarluasan oleh Pemerintah daerah.
Pengumuman atau penyebarluasan tersebut dapat diketahui masyarakat, antara lain
dari pemasangan peta rencana tata ruang wilayah yang bersangkutan pada tempat
umum, Kantor Kelurahan, dan/atau Kantor yang secara fungsional menangani rencana
tata ruang tersebut.
Huruf c
Pertambahan nilai ruang dapat dilihat dari sudut pandang ekonomi, social, budaya, dan
kualitas lingkungan yang dapat berupa dampak langsung terhadap peningkatan
ekonomi masyarakat, sosial, budaya, dan kualitas lingkungan.
Huruf d
Yang dimaksud dengan penggantian yang layak adalah bahwa nilai atau besarnya
penggantian tidak menurunkan tingkat kesejahteraan orang yang diberi penggantian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Pasal 95
Huruf a,
Mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan sebagai kewajiban setiap orang
untuk memiliki izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang sebelum
pelaksanaan pemanfaatan ruang.
Huruf b,
Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dimaksudkan sebagai
kewajiban setiap orang untuk melaksanakan pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi
ruang yang tercantum dalam izin pemanfaatan ruang.
Huruf c,
Cukup jelas
Huruf d,
Pemberian akses dimaksudkan untuk menjamin agar masyarakat dapat mencapai
kawasan yang dinyatakan dalam peraturan perundang-undangan sebagai milik umum.
Kewajiban memberikan akses dilakukan apabila memenuhi syarat sebagai berikut :
-
Pasal 96
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Pasal 97
Peran masyarakat adalah pelibatan masyarakat dalam penyusunan perencanaan tata
ruang, mulai pada tahap persiapan, pengumpuylan data dan informasi, perumusan
konsep, dan pembahasan ranperda.
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 98
Cukup jelas.
Pasal 99
Cukup jelas.
Pasal 100
Cukup jelas.
Pasal 101
Cukup jelas.
Pasal 102
Cukup jelas.
Pasal 102
Cukup jelas.
Pasal 103
Cukup jelas.
Pasal 104
Cukup jelas.
Pasal 105
Cukup jelas.
Pasal 106
Cukup jelas.
Pasal 107
Cukup jelas.
Ditetapkan di Pangkajene 16 Agustus 2012
BUPATI
PANGKAJENE DAN KEPULAUAN,
SYAMSUDDIN A. HAMID
Diundangkan di Pangkajene
pada tanggal, 21 Agustus 2012
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN
PANGKAJENE DAN KEPULAUAN,
ANWAR RECCA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENA DAN KEPULAUAN
TAHUN 2012 NOMOR 8
LAMPIRAN
TENTANG
Lampiran III
Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan
Nomor
: 8 Tahun 2012
Tanggal
: 16 Agustus 2012
F1 Kawasan Primer
Jalan Arteri Sekunder
SYAMSUDDIN A. HAMID
Lampiran III
Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan
Nomor
: 8 Tahun 2012
Tanggal
: 16 Agustus 2012
NO
RUAS
PANJANG
(KM)
NAMA
PANGKAL
RUAS
````
NAMA
UJUNG
RUAS
TITIK
PENGENAL
PANGKAL
TITIK
PENGENAL
UJUNG
KLASIFIKASI
RUAS
3.30
Mappasaile
Lejang
r.61 jembatan
jl.neg km 53 up
LU
PK/BGR
2.15
Pangkajene
Toli-Toli
r.100/137
pelelangan ikan
NMG
PK
1.90
pangkajene
Leko Boddong
kubur/r.104
ar/73
NMG
PK
0.70
Padakki
Sumpabita
gunung
LU
BLC
17.40
Soreang
Senggerang
ar.69
LU
MT/BLC
28.40
Matojeng
Tondong Kura
r.05
jl.neg km 44
up
107/r105
r.65/pustu
LU
MT/BGR
2.00
Bori Appaka
Talappasa
tambak
NMG
PK
6.10
Bontoa
Batiling
r.41/41
NMG
LBK
3.60
Lembang
Erasa
28/pasar
NMG
LBK
10
4.70
Biringkassi
Bw.Cindea
jl.tns ii km2
NMG
BGR
11
2.10
Bontoa
Labakkang
r.28/36
NMG
LBK
12
4.40
Talaka
Kassikebo
ujung s/r 18
NMG
MR
13
7.10
Kanaungan
Taraweang
r.79/79
LU
LBK
14
8.50
Taraweang
Tabo-Tabo
jl.neg/km 56
jl.neg km 64
up
jl.neg km 64
up
41/79
15
13.00
Biringkassi
Tonasa II
pelabuhan
16
7.20
Padang Lampe
Parenreng
17
7.20
Ma'rang
Padangl Lampe
18
10.60
Pitu Sunggu
Bawasalo
19
6.40
Segeri
Bawasalo
20
4.20
Macope
21
5.40
Manggalung
22
5.20
23
24
25
3.50
26
3.30
27
4.30
28
29
r.01/01
jl.neg km 55
up
jl.neg km 55
up
jl.tns ii km 1
32/sd
LU
LBK/BGR
tonasa ii
NMG
BGR/MT
r.17/79
20/21
JJS
MR/SG
jl.neg km 67
r.16/79
LU
MR
JJS
MR
tambak
NMG
SG
Parenreng
jl.neg km 72
jl.neg km 73
up
r.29/29
r.16/21
JJS
SG
Parenreng
r.23/22
r.16/20
JJS
SG/MD
Mandalle
Manggalung
jl.neg km 82
r.21/23
JJS
SG/MD
2.60
Boddie
Manggalung
jl.neg km 78
r.21/22
JJS
SG/MD
1.88
Boddie
Lamasa
jl.neg km 78
r.84/54
NMG
SG/MD
Bone-Bone
Lekocaddi
kubur
r.15/15
LU
PK
Padang Lampe
Aleka rajae
r.17
r.79
LU
MR
Lembang
Tapole
jl.neg km 56
r.8/8
LU
LBK
3.80
Labakkang
Macini Baji
r.11/36
pelabuhan
NMG
LBK
8.50
Segeri
Amung
jl.neg km73
r.16/16
LU
SG
30
3.28
Tabo-Tabo
Padakki
r.14
sungai
NMG
BGR
31
2.10
Gentung
Sapanjang
jl.neg km 62
tambak
NMG
LBK
32
4.00
Tabo-Tabo
Blk
blk
NMG
BGR
33
3.60
Bonto Langkasa
Japing-Japing
jl.neg km 43 up
NMG
PK/MT
34
3.80
Baru-Baru
Bonto Jai
sungai
NMG
PK
35
3.70
Kassi
Leang Lonrong
ur.14
jl.neg km 42
up
jl.neg km 49
up
r.5/5
gunung
LU
BLC
36
4.51
Labakkang
Tonasa Barat
28-nov
tambak/r.98
NMG
LBK
37
7.50
Botto
Padang Lampe
jl.neg km 71
17/17
LU
MR
38
3.40
Gelenge
Attang Salo
17/17
45/45
LU
MR
39
7.10
Tapole
Attang Salo
8/8
45/45
LU
MR/LBK
40
3.20
Salo talang
Samaelo
6/6
15/15
LU
MT
41
3.20
Leppangeng
Taraweang
15/15
79/14
JJS
LBK
42
2.30
Bande
Gentung
jl.neg km 57
jl.neg km 59
LU
LBK
43
1.90
Bande
Patalassang
jl.neg km 57
r.39/39
LU
LBK
44
2.45
Ma'rang
Talaka
jl.neg km 67
jl.neg km 66
LU
MR
45
8.50
Talaka
Bulusipong
r.79/79
LU
MR
46
4.70
Tamangapa
Padanglampe
r.17/17
LU
MR
47
1.20
Kabba
Taraweang
r.44/44
jl.neg km 70
up
r.5/5
sawah
LU
MT
48
3.70
Bontomanai
Belae
r.108/186
gunung
LU
MT
49
2.40
Tamangapa
Kalukue
jl.neg km 74
u.sungai
NMG
MR
50
2.50
Kajuara
Patalassang
bendung
LU
MT
51
4.80
Bontomatene
Bulu Batu
r.37/37
LU
SG
52
3.70
Tamarupa
Mr.Ngancang
tambak politani
NMG
MD
53
4.20
Peseng
Benteng
21/21
LU
SG/MD
54
5.80
Bone
Manjalling
84/24
NMG
SG/MD
55
8.50
Siloro
Mangilu
r.6/pasar
jl.neg km 73
up
jl.neg km 81
up
jl.neg km 77
up
jl.neg km 75
up
r.6/b.desa
r.6
LU
BGR
56
8.70
Samaelo
Sela
15/15
55/55
LU
MT/BGR
57
4.62
Tompobalang
Bonto-Bonto
5/5
sd/sungai
LU
BLC
58
3.30
Tonasa I
Batu Napara
5/5
sawah
LU
BLC
59
5.70
Tonasa I
Bk.Sakian
masjid
LU
BLC
60
1.50
Biringkassi
Boriappaka
15/15
1/1
LU
BGR
61
3.50
Bucinri
Padadae
1/1
empang
NMG
PK
62
2.90
Bontokio
Bontomanai
jl.neg km 45
34/34
NMG
PK
63
1.30
Bt.Langkasa
Banggae
jl.neg km 43
sawah/masjid
LU
MT
64
1.43
Alesipitto
Pd.Lampe
37/37
17/17
LU
MR
65
14.70
T.Kura
Kalajong
r/6 b.pustu
r/69 jembatan
LU
TTL
66
1.00
Bone-Bone
Bt.Labere
25/25
kampung
LU
PK
67
3.00
Gallalau
Tp.Waetuo
22/22
gunung
LU
MD
68
2.40
Panaikang
Madumbu
5/5
sawah
LU
MT
69
20.0
Senggeran
Kalajong
r.5
65/uj.jembatan
LU
BLC
70
1.60
Tamarupa
Gallaraya
jl.neg km 81
r.22/22
LU
MD
71
4.50
Bontomatene
Bw.Salo
jl.neg km 73
tambak/sungai
NMG
SG
72
1.50
Bonto Perak
Bontomanai
34/34
62/62
NMG
PK
73
2.00
Bonto Perak
Pacelang
34/34
3/3
NMG
PK
74
2.60
Lekoboddong
Tekolabbua
r.3
r.2
NMG
PK
75
4.00
Biringkassi
Talappasa
r.15
r.1
NMG
BGR
76
4.60
Pundata
Malise
r.28
r.9
NMG
LBK
77
2.50
Tonasa Barat
Kokoa
r.36
tambak
NMG
LBK
78
1.84
Lepumajang
Bande
r.61
tambak
NMG
PK
79
8.30
Taraweang
Pd.Lampe
r.14/41
17/16
JJS
MR/LBK
80
1.20
Labakkang
P.Baja
r.11/11
r.9/9
LU
LBK
81
2.00
Tarusan
Kalibara
r.11/11
empang
LU
LBK
82
2.00
Tp.Balang
Tumbue
r.105
gunung
LU
BLC
83
5.50
Bulusipong
Batara
r.13/13
r.8
LU
LBK
84
2.20
Mr.Ngancang
Lamasa
jl.neg km 79
r.24/54
NMG
SG/MD
85
2.60
Bone
Akobang
jl.neg km 75.7
r.86/86
LU
SG/MD
86
2.40
Palopporang
Benteng
r.53/53
LU
SG/MD
87
1.00
Erasa
Tonasa Barat
r.36
NMG
LBK
88
1.70
Tabo-Tabo
Bontotanga
r.20/20
r.207/lapanga
n
r.30/14
r.32
LU
BGR
89
5.00
Sp.Bl.Cindea
Bw.Cindea
r.15/15
kampung
LU
BGR
90
2.00
Lejang
Boriappaka
r.15/15
r.1/1
LU
BGR
91
2.00
Pd.Lampe
Tombolo
r.79/79
sd
LU
MR
92
3.50
Bantimurung
Parang Luara
r.6/6
gunung
LU
TTL
93
2.00
Pacelang
Bulu-Bulu
r.3/masjid
tambak
LU
PKJ
94
3.00
Td.Kura
Bt.Tinggi
r.65
hutan
LU
TTL
95
2.00
Gattarang
Ballasibatua
r.14/14
kampung
LU
LBK
96
6.00
Parenreng
Mare-Mare
r.16/16
kab.barru
JJS
SG
97
1.30
Katapang
Lekocaddi
r.15
r.15
LU
BGR
98
4.00
Binangatoa
Tanaraja
r.36
tambak
NMG
LBK
99
1.40
Laikang
Tala
jl.neg km 64
r.44/44
LU
MR
100
4.40
Jl.S.Hasanuddin
Jl.Propinsi
jl.propinsi
jl.propinsi
LU
PK/MT
101
0.80
Jl.Kemakmuran
Jl.Propinsi
jl.propinsi
jl.propinsi
LU
PK
102
1.70
Jl.Mangga
Kota
r.101
r.01/jembatan
LU
PK
103
1.40
Jl.Pelelangan
Kota
r.137/128
r.02
LU
PK
104
0.40
Jl.Cp.Tompong
Kota
r.128
r.03
LU
PK
105
4.10
Jl.H.Padeliluran
Kota
r.100/100
r.107/06
LU
MT
106
1.00
Jl.Mappatuwo
Kota
r.101
r.25
LU
PK
107
3.30
Jl.K.H.Muh.Yusuf
Kota
r.100
r.06/107
LU
MT
108
0.50
Jl.Leangkassi
Kota
r.105/105
r.48/186
LU
MT
109
0.60
Jl.H.M.Arsyad.B
Kota
r.107
r.110
LU
PK
110
1.70
Jl.A.Mauraga
Kota
r.109
r.103/02
LU
PK
111
2.50
Jl.Nusa Indah I
Kota
r.170
r.105
LU
MT/PK
112
0.30
Jl.Nusa Indah Ii
Kota
r.111
r.112
LU
MT
113
0.34
Jl.Nangka
Kota
r.101
r.120
LU
PK
114
0.45
Jl.Penghibur
Kota
r.101
r.106
LU
PK
115
1.10
Jl.Ketimun
Kota
r.102
r.106
LU
PK
116
3.00
Jl.Keadilan
Kota
r.114
r.115
LU
PK
117
1.20
Jl.Terminal
Kota
r.115/115
r.105/101
LU
PK
118
0.25
Jl.Kelapa
Kota
r.102/102
r.115/115
LU
PK
119
0.15
Jl.Pisang
Kota
r.113
r.115
LU
PK
120
0.34
Jl.Jeruk
Kota
r.102
r.115
LU
PK
121
0.51
Jl.Terong
Kota
r.120
r.115
LU
PK
122
0.15
Jl.Kubis
Kota
r.115
LU
PK
123
3.60
Jl.Krg Barasa
Propinsi
r.100 jembatan
LU
MT
124
4.10
Jl.Andi Mappe
Propinsi
r.101
jeb.kl.bone
awal
akhir r.101
batas labakkang
LU
BGR
125
0.05
Jl.Sawi
Kota
r.121
r.122
LU
PK
126
0.05
Kota
r.111
sawah
LU
PK
127
0.50
Jl.A.Mandacingi
Kota
r.100
r.128/129
LU
PK
128
1.20
Jl.A.Burhanuddin
Kota
r.100
r.137/103
LU
PK
129
0.55
Jl.Kesejahteraan
Kota
r.101
r.106/106
LU
PK
130
0.10
Jl.K.H.Ramli
Kota
r.127/127
r.128/100
LU
PK
131
0.15
Jl.Kartini I
Kota
r.128
r.127
LU
PK
132
0.08
Jl.Kartini Ii
Kota
r.127
r.128/129
LU
PK
133
0.25
Jl.Cumi-Cumi I
Kota
r.128
r.103
LU
PK
134
0.35
Jl.Cumi-Cumi Ii
Kota
r.128
r.129
LU
PK
135
0.15
Jl.Cumi-Cumi Iii
Kota
r.133
r.103
LU
PK
136
0.30
Jl.Campagaya
Kota
r.126
r.110
LU
PK
137
1.36
Jl.A.Muri Dg Lulu
Kota
r.129
r.02/110
LU
PK
138
0.40
Kota
r.128
r.137
LU
PK
139
0.30
Jl.Kebun Sayur
Jl.Lamarudani Pt
Bonto"
Kota
r.110
r.127
LU
PK
140
0.30
Jl.Dg.Bonto
Kota
r.110
r.127
LU
PK
141
0.35
Jl.Lasameggu Dg
Klbu
Kota
r.110
r.127
LU
PK
142
0.40
Jl.Amba Rala
Kota
r.139
r.104
LU
PK
Kota
r.140
r.104
LU
PK
Kota
r.140
r.141
LU
PK
Jl.A.Aminullah
Lewa
Jl.H.Sewang Dg
Muntu
143
0.25
144
0.14
145
0.10
Jl.H.A.Ali Amir
Kota
r.104
r.141
LU
PK
146
1.80
Jl.A.Caco
Kota
r.100
r.103
LU
PK
147
0.33
Jl.Blk Terminal
Kota
r.104
r.103
LU
PK
148
0.25
H.M.Arsyad Dalam
Kota
r.109
r.100
LU
PK
149
1.30
A.Mauraga Dalam
Kota
r.110
r.110
LU
PK
150
0.70
Jl.Kesehatan
Kota
r.154
r.156
LU
PK
151
0.60
Jl.Flamboyan
Kota
r.107
r.156
LU
PK
152
0.45
Jl.Cendana
Kota
r.107
r.170/156
LU
PK
153
0.30
Jl.Kesatria Dalam
Kota
r.100
r.151
LU
PK
154
0.10
Jl.Kesatria
Kota
r.150
r.151
LU
PK
155
0.20
Jl.Lontara
Kota
r.150
r.152
LU
PK
156
0.30
Jl.Cempaka
Kota
r.100
r.152
LU
PK
157
0.12
Jl.Stadion I
Kota
r.170
r.165
LU
PK
158
0.18
Jl.Stadion Ii
Kota
r.178
r.165
LU
PK
159
0.15
Jl.Stadion Iii
Kota
r.157
r.157
LU
PK
160
0.30
Jl.Bougenville I
Kota
r.100
r.170
LU
PK
161
0.08
Jl.Bougenville Ii
Kota
r.160
r.167
LU
PK
162
0.10
Jl.Bougenville Iii
Kota
r.161
r.166
LU
PK
163
0.15
Jl.Bougenville Iv
Kota
r.159
r.160
LU
PK
164
0.36
Jl.Mawar I
Kota
r.100
r.170
LU
PK
165
0.60
Jl.Mawar Ii
Kota
r.164
r.157
LU
PK
166
0.10
Jl.Mawar Iii
Kota
r.164
r.160
LU
PK
167
0.15
Jl.Anggrek I
Kota
r.165
r.160
LU
PK
168
0.05
Jl.Anggrek Ii
Kota
r.169
r.170
LU
PK
169
0.10
Jl.Anggrek Iii
Kota
r.164
r.167
LU
PK
170
2.10
Jl.Matahari
Kota
r.154
r.171
LU
MT
171
1.30
Jl.Bontoa Raya
Kota
r.100
r.105
LU
MT
172
1.00
Jl.Indra Dg Tayang
Kota
r.100
r.171
LU
MT
173
0.55
Kota
r.171
r.105
LU
MT
174
0.20
Kota
r.107
r.177
LU
MT
175
0.28
Jl.Kamp Tala-Tala
Jl.Kamp Ujung Loe
I
Jl.Kamp Ujung Loe
Ii
Kota
r.107
r.107
LU
MT
176
0.08
Jl.Ar.Sabila Dalam
Kota
r.107
r.106
LU
MT
177
1.25
Jl.Wira Karya
Kota
r.107
r.105
LU
MT
178
0.95
Jl.Wira Karya I
Kota
r.177
r.105
LU
MT
179
0.25
Kota
r.177
r.178
LU
MT
180
0.28
Kota
r.177
r.178
LU
MT
181
0.25
Kota
r.177
r.178
LU
MT
182
0.30
Jl.Bintang Mujur
Kota
r.105
r.183
LU
MT
183
0.28
Jl.Cempaka I
Kota
r.105
r.187
LU
MT
184
0.81
Jl.Cempaka Ii
Kota
r.179
sawah
LU
MT
185
0.15
Jl.Cempaka Iii
Kota
r.188
r.186
LU
MT
186
0.58
Jl.Cendana I
Kota
r.84/108
r.191
LU
MT
187
0.15
Jl.Cendana Ii
Kota
r.177
r.183
LU
MT
188
0.40
Jl.Cendana Iii
Kota
r.105
r.108
LU
MT
189
0.19
Jl.Cendana Iv
Kota
r.183
r.108
LU
MT
190
0.08
Jl.Cendana Dalam
Kota
r.186
r.187
LU
MT
191
0.45
Jl.Rumbia I
Kota
r.191
sawah
LU
MT
192
0.45
Jl.Rumbia Ii
Kota
r.191
r.195
LU
MT
193
0.13
Jl.Rumbia Iii
Kota
r.191
r.192
LU
MT
194
0.10
Jl.Rumbia Dalam I
Kota
r.191
r.192
LU
MT
195
0.30
Jl.Rumbia Dalam Ii
Kota
r.191
r.192
LU
MT
196
0.10
Jl.Smp M.Tene I
Kota
r.105
smp
LU
MT
197
0.15
Jl.Smp M.Tene Ii
Kota
r.105
r.111
LU
MT
198
0.09
Kota
r.105
smp
LU
MT
199
1.00
Jl.Kelapa M.Tene
Kota
r.105
kampung
LU
MT
200
0.25
Jl.Btg Lamara I
Kota
r.105
kampung
LU
MT
201
0.24
Jl.Btg Lamara Ii
Kota
r.105
r.203
LU
MT
202
0.15
Kota
r.105
r.203
LU
MT
203
0.20
Kota
r.200
r.202
LU
MT
204
0.10
Jl.Kepiting
Kota
r.002
r.138
LU
PK
205
3.67
Kota Balocci
Kota Balocci
kota balocci
kota
LU
KOTA
BLC
206
5.30
Kota Segeri
Kota Segeri
kota segeri
kota
LU
KOTA
SGR
207
3.00
Kota Labakkkang
Kota Lbk
kota lbk
kota
LU
KOTA
LBK
208
3.95
Kota Ma'rang
Kota Ma'rang
kota ma'rang
kota
LU
KOTA
MR
209
1.00
Kota Bungoro
Kota Bungoro
kota bungoro
kota bungoro
LU
KOTA
BGR
210
2.00
Amung
Maguliling
r.29
kampung
LU
SG
211
3.00
Panruru
Botto
r.37
r.46
LU
212
0.93
213
2.10
214
MR
Kalibone
Pareang
jl.neg.km 42
empang
LU
MT
Boddie
Lempangeng
r.45
LU
SGR
3.30
Maroangin
Pd.Lampe
r46/46
NMG
MR
215
1.50
Padang Lampe
Bulupao
jl.neg km 78
jl.neg km 68
up
r.79
gunung
LU
MR
216
1.61
Cempagae
Lempangang
r.41
r.41/08
LU
BGR
217
4.00
Padakki
Bulupao
r.14
gunung
LU
BGR
218
1.50
Kamp.Mattampa
Mattampa
jl.neg km 54
kampung
LU
BGR
219
2.00
Tonasa I
Majenang
r.5
kampung
LU
BLC
220
2.10
Bara Batu
Loatingge
r.79
gunung
LU
LBK
221
1.10
Biringkassi
Jollo
r.10
empang
LU
BGR
222
4.50
Ballasibbatua
Bulusipong
r.79
kampung
LU
LBK
223
3.00
Bintawang
Bu'nea
r.6
kamp./gunung
LU
TTL
224
1.10
Kampung Baru
Gattareng
r.79
r.14
LU
LBK
225
3.00
Lanne
Bilango
r.65
kampung
LU
TTL
226
3.00
Lanne
Mario
r.65
kampung
LU
TTL
227
2.00
Baring
Parenreng
r.29
r.16
LU
SG
228
0.50
Camado
Waeluttue
r.21
gunung
LU
SG
229
1.00
Bulukaroang
Cikerre
r.16
kampung
LU
SG
230
1.50
Ma'rang
Atassalo
r.17
r.38
LU
MR
231
2.50
Alebonto Bonto
r.17
r.45
LU
MR
232
1.00
Samp.Ps.P.Lampe
r.16
pasar
LU
MR
233
1.00
Gellenge
Samp.Ps.Pd.Lamp
e
Pd.Lampe
Saboro
r.16
kampung
LU
MR
234
1.00
Ujung
Botto
r.46
kampung
LU
MR
235
0.30
Lembang
Batebulo
r.09
kampung
LU
LBK
236
0.50
Taraweang
Biring Ere
r.41
sungai
LU
LBK/BGR
237
1.50
Macini Baji
Turungan
r.28
kampung
LU
LBK
238
1.00
Batara
Taman Roja
r.08
kampung
LU
LBK
239
1.50
Macinna
Tamanroja
r.27
r.8
LU
LBK
240
0.50
Malewang
Lambuto
r.15
kampung
LU
BGR
241
1.50
Salebbo
Barue
r.15
r.15
LU
BGR
242
1.00
Salebbo
Leppangeng
r.15
r.15
LU
BGR
243
0.50
Bujung Buloa
Bontoa
r.6
r.06
LU
MT
244
1.70
Ka'ba
Galung Boko
r.5
kampung
LU
MT
245
1.80
Balocci Baru
Rambae
r.5
r.5
LU
BLC
246
4.00
Tondong Kura
Bonto
r.6
r.65
LU
TTL
247
2.00
Lanne
Tagari
r.65
kampung
LU
TTL
248
4.00
Tondong Kura
Bonto Manai
r.65
kampung
LU
TTL
249
0.50
Macini Baji
Pamukka
r.28
empang
LU
LBK
250
2.50
Bintawan
Malaka
r.65
kamp./gunung
LU
TTL
251
2.50
Tondong Kura
Bua
r.65
kampung
LU
TTL
252
6.00
Balocci Baru
Bonti
r.05
kampung
LU
TTL
253
12.00
Kampoang
Bonti
r.69
kampung
LU
TTL
254
1.50
Borong-Borong
Kassiloe
r.45
r.39
LU
LBK
255
1.50
Kanaungan
Sero
r.13
r.43
LU
LBK
256
1.50
Panaikang
Salobatu
r.68
r.35
LU
MT
257
1.60
Ujung
Tuarang
r.05
kampung
LU
MT
258
2.00
Kassiloe
Lekosewang
r.39
r.13
LU
LBK
259
1.00
Salekoa
Bonto Panu
r.10
r.89
LU
BGR
260
0.70
Teko
Cakkari
r.36
empang
LU
LBK
261
1.00
Kassiloe
Tinambung
r.6
r.59
LU
BLC
262
0.50
Bonto Sunggu
Moncong Bori
r.76
empang
LU
LBK
263
1.00
Katapan
Ujung Lanra
r.97
kampung
LU
BGR
264
1.00
Bontoa
Bujung Batue
jl.neg km 56
kampung
LU
LBK
265
1.00
Mattoangin
Derah
r.36
kampung
LU
LBK
266
2.35
Patalassang
Lekosewang
r.39
r.83
LU
LBK
267
2.00
Mangkaca
Botto
waduk
LU
SGR
268
0.50
Palambeang
Tuju-Tuju
jl.neg km 74
jl.neg km 56
up
r.9
LU
LBK
SYAMSUDDIN A. HAMID
Lampiran V
Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan
Nomor
: 8 Tahun 2012
Tanggal
: 16 Agustus 2012
NO
Pelabuhan Sungai
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
KECAMATAN
Sungai Kalibone
Sungai Pangkajene
Sungai Limbongan
Sungai Kassi Kebo
Sungai Biringkassi
Sungai Jennae
Sungai Padadae
Sungai Pandang Lau
Sungai Bawasalo
Minasatene
Pangkajene
Labakkang
Marang
Bungoro
Marang
Pangkajene
Pangkajene
Segeri
Minasatene
Pangkajene
Labakkang
Marang
Bungoro
Marang
Pangkajene
Pangkajene
Segeri
Pelabuhan Penyeberangan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Pelabuhan Kalibone
Pelabuhan Pangkajene
Pelabuhan Limbongan
Pelabuhan Kassi Kebo
Pelabuhan Biringkassi
Pelabuhan Jennae
Pelabuhan Padadae
Pelabuhan Pandang Lau
Pelabuhan Bawasalo
SYAMSUDDIN A. HAMID
Lampiran VII
JARINGAN ENERGI
NO
KECAMATAN
Bungoro
Balocci
Pangkajene
Tondong Tallasa
Liukang Tupabiring
Liukang Tupabiring Utara
Liukang Tangaya
Liukang Kalmas
Balocci
Tondong Tallasa
Jaringan Transmisi
a. Saluran udara Tegangan Tinggi (SUTUT)
150 KWA
b. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTUT) 75
KVA yang Menghubungkan Gardu Induk
c. Gardu Induk
1) Pangkep I 20 MVA
2) IBT Tonasa I 20 MVA
3) IBT Tonasa II 20 MVA
4) IBT Tonasa III 20 MVA
5) Extension Pangkajene dan Kepulauan III
30 MVA
6) Extension Pangkajene dan Kepulauan
IV 60 MVA
-
Hidro -
Bungoro
Bungoro
Balocci
Bungoro
Bungoro
Tanggal :
Jenis Pembangkit
PLTD
Lokasi
P. Bangko-Bangkoang
Kapasitas
Lk. Tupabbiring
P. Laiya
P. Balang Caddi
P. Balang Caddi
P. Gondong Bali
P. Sapuka
P. Sapuka
P. Sapuka
P. Sabaru
Lampupanikia
Bulu Are
Padang Lau
2
PLTU
Biring Kassi
16,5 KVA
60
50
50
100
KVA
KVA
KVA
KVA
Bungoro
Balocci
Pangkajene
60
60
60
60
35
15
35
KVA
KVA
KVA
KVA
KVA
KVA
KVA
Bungoro
2 x 25 MW
Lk. Tangaya
PLTMH
Bantimurung
Tondong Tallasa
2 x 10 KW
PLTS
P. Laiya
P. Polewali
Mattiri Uleng
P. Salemo
P. Sangara
P. Podang-Podang L
P. Lamputan
P. Sabangko
P. Sakuala
Mattiro Sompe
P. Balang Lompo
P. Balang Caddi
P. Karangrang
P. Pala
Mattiro Ujung
Lk. Tupabbiring
4 Unit @ 50
WP
5 Unit
6 Unit
116 Unit
34 Unit
15 Unit
15 Unit
1 Unit
2 Unit
35 Unit
2 Unit @ 150
WP
No
Jenis Pembangkit
Lokasi
Kapasitas
Kelurahan Sapuka
P. Sabaru
P. Tampaang
P. Aloang
P. Kawassang
P. Sapinggang
P. Sapuka
P. Sabaru
P. Tampaang
P. Aloang
P. Kawassang
P. Sapinggang
P. Sailus Lompo
P. Satangger
P. Kapoposan Bali
P. Sailus Kecil
P. Matalaang
P. Sabalana
P. Sanane
P. Makarangan
P. Lilikang
P. Pammalikang
P. Tampaang
P. Aloang
P. Kawassang
P. Sapinggang
P. Sailus Lompo
P. Marabatuang
P. Makarangana Timur
P. Tinggalungan
P. Sabaru
P. Balo-Baloang Kecil
P. Sabalana
P. Matalaang
Lk. Tangaya
30 Unit @ 50
WP
2 Unit
5 Unit
12 Unit
7 Unit
7 Unit
10 Unit
1 Unit
14 Unit
2 Unit
2 Unit
2 Unit
5 Unit
20 Unit
45 Unit
40 Unit
14 Unit
5 Unit
3 Unit
9 Unit
2 Unit
2 Unit
21 Unit
21 Unit
19 Unit
19 Unit
91 Unit
14 Unit
15 Unit
1 Unit
1 Unit
1 Unit
1 Unit
1 Unit
P. Pammantauan
P. Massalima
P. Saliriang
P. Sabaru
P. Pammalikang
Desa Kanyurang
Desa Kanyurang
Pondo Kalu-Kalukuang
Kalu-Kalukuang
P. Bangko-bangkoang
Desa Marasende
Lk. Kalmas
10 Unit @ 50
WP
10 Unit
10 Unit
15 Unit
15 Unit
40 Unit
1 Unit @ 150
WP
1 Unit @ 50
WP
2 Unit
1 Unit
1 Unit
Balocci
20 Unit @ 50
WP
1 Unit
1 Unit
1 Unit
1
Lampu
Jalan
1
Lampu
Jalan
1 Unit @ 150
WP
No
Jenis Pembangkit
Lokasi
Mannyampa
Mannyampa
Tondong Kura
Gardu Induk
Kapasitas
Tondong Talassa
Pangkep I
Pangkep II
IBT Tonasa I
IBT Tinasa II
IBT Tonasa III
Extension, Pangkep III
Extension, Pangkep IV
30 Unit @ 50
WP
10 Unit
5 Unit
30 MVA
20 MVA
31.5 MVA
31.5 MVA
31.5 MVA
30 MVA
60 MVA
SYAMSUDDIN A. HAMID
Lampiran IX
Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan
Nomor
: 8 Tahun 2012
Tanggal
: 16 Agustus 2012
KECAMATAN
Labakkang
Pangkajene
Segeri
Marang
Minasatene
Bungoro
Segeri
Pangkajene
Segeri
Minasatene
Minasatene
Marang
Balocci
Pangkajene, Labakkang
dan Bungoro
Bungoro, Segeri, Marang,
dan Pangkajene
Seluruh Wilayah
Kepulauan
Lampiran X
Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan
Nomor
: 8 Tahun 2012
Tanggal
: 16 Agustus 2012
NO
LOKASI
Kecamatan Minasatene
SYAMSUDDIN A. HAMID
Lampiran XI
Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan
Nomor
: 8 Tahun 2012
Tanggal
: 16 Agustus 2012
NO
LOKASI
2. Air Tanah
Pangkajene
Tondong Tallasa
Tondong Tallasa
Tondong Tallasa
Pangkajene
Wilayah Kepulauan
SYAMSUDDIN A. HAMID
Lampiran XII
Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene
dan Kepulauan
Nomor
: 8 Tahun 2012
Tanggal
: 16 Agustus 2012
NO
LOKASI
Utama
SYAMSUDDIN A. HAMID
Lampiran XIII
Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene
dan Kepulauan
Nomor
: 8 Tahun 2012
Tanggal
: 16 Agustus 2012
NO
LOKASI
SYAMSUDDIN A. HAMID
Lampiran XV
Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene
dan Kepulauan
Nomor
: 8 Tahun 2012
Tanggal
: 16 Agustus 2012
KECAMATAN
1.
Marang
55
2.
Balocci
685
3.
Tondong Tallasa
1.137
4.
Bungoro
2.502
5.
Segeri
1.460
6.
Mandalle
1.233
1.
URAIAN
KECAMATAN
SYAMSUDDIN A. HAMID
Lampiran XVI
No
.
Kecamatan
Hutan
Produks
i Tetap
Hutan
Produksi
Terbatas
Hutan
Rakyat
Liukang Tangayya
Liukang Kalmas
Liukang Tupabbiring
Liukang Tupabbiring
Utara
Pangkajene
Minasatene
1116,16
40,84
288,79
83,66
Balocci
Tondong Tallasa
1617,09
59,16
1927,16
65,55
27,12
7,86
Bungoro
315,86
10,74
29,28
8,48
10
Labakkang
11
Marang
510
3,20
12
Segeri
602,75
20,50
13
Mandalle
2.747
100,00
3.485
100,0
0
345,19
100,0
0
Grand Total
SYAMSUDDIN A. HAMID
Lampiran XVIII
Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan
Nomor
: 8 Tahun 2012
Tanggal
: 16 Agustus 2012
NO
KAWASAN
KECAMATAN
Liukang Tangaya
Liukang Kalmas
Liukang Tupabiring
Liukang Tupabiring Utara
Pangkajene
Labakkang
Marang
Segeri, dan
Mandalle
Balleangin Balocci
Kawasan Minapolitan
Labakkang, Minasatene,
Pangkajene, Bungoro, Marang,
Segeri, Mandalle dan Liukang
Tupabiring Utara
SYAMSUDDIN A. HAMID
Lampiran XIX
Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan
Nomor
: 8 Tahun 2012
Tanggal
: 16 Agustus 2012
NO
KAWASAN
KECAMATAN
-
b. Batu Gamping
c. Tanah Liat
e. Kerikil sungai
Balocci
f.
g. Basalt
Tondong Tallasa
h. Kristal
Tondong tallasa
i.
b. Emas
c. Besi
Minasatene
b. Kaolin
a. Marmer
d. Batu Gunung
Pasir Urug
a. Pasir Kuarsa
Lampiran XX
Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan
Nomor
: 8 Tahun 2012
Tanggal
: 16 Agustus 2012
NO
KECAMATAN
OBYEK WISATA
Balocci
Minasa Tene
Biraeng
Segeri
Labakkang
Tanarajae
Labakkang
Limbangan
Marang
Padang Lampe
Labakkang
Bajina Gaga
Bungoro
Balocci
Sumpang Bita
10
Bungoro
Tabo Tabo
11
Liukang Tupabiring
Pulau Kapoposang
12
Liukang Tupabiring
Pulau Langkadea
13
Liukang Tupabiring
Pulau Cengkeh
14
Liukang Tupabiring
15
Liukang Tupabiring
16
Liukang Tupabiring
Pulau Saugi
17
Pulau Salemo
18
Liukang Tupabiring
Pulau Panambungan
BUPATI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN
SYAMSUDDIN A. HAMID
Lampiran XXI
Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan
Nomor
: 8 Tahun 2012
Tanggal
: 16 Agustus 2012
NO
KAWASAN
KECAMATAN
SYAMSUDDIN A. HAMID
Lampiran XXII
Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan
Nomor
: 8 Tahun 2012
Tanggal
: 16 Agustus 2012
I IV : Tahapan Pengembangan
A
A/1
: Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan
A/2
B/1
: Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan
B/2
C/1
: Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan
C/2
D/1
: Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan
D/2
E/1
: Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan
E/2
SYAMSUDDIN A. HAMID
Lampiran XXIII
Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
Nomor
: 8 Tahun 2012
Tanggal
: 16 Agustus 2012
LOKASI
SUMBER DANA
INSTANSI PELAKSANA
I
2012 2013 2014 2015
Kota Pangkejene
APBDN
Kec. Bungoro
APBD/P/N/K/swasta
Din.Koperindag. Kab.
Kabupaten Pangkep
APBD/P/N/K/BLN
APBD/P/N/K/BLN
PLN
Kec. Bungoro
S. Cidokang dan
Tompobolo
APBD/P/N/K/BLN
PDAM
APBD/P/N/K/BLN
Dinas PU Kab.
PKLp
PKLp
APBDN
APBDN
PKLp
APBDN
PKLp
APBDN
Peningkatan Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) Segeri, Bungoro dan Labakkang
Pembangunan Terminal Bis Tipe C
Pembangunan/peningkatan Pasar Kecamatan
Pengembangan perbankan
Peningkatan Puskesmas
2016
II
III
IV
17~21
22~26
27~32
5
6
7
PKLp
APBDN
Dinas Pendidikan
PKLp
APBDN
Dinas Pendidikan
PKLp
APBDN
.USULAN
PROGRAM UTAMA
Dinas PU Kab.
LOKASI
SUMBER
PENDANAAN
INSTANSI
PELAKSANA
TAHUN PELAKSANAAN
I
II
III
10
Seluruh PPL
APBD-P/K
APBD-P/K
Dinas Koperindag.
Kab.
APBDN,Swasta
Dinas Koperindag.
Kab.
APBD-P/K
Dinas Kesehatan
Kab.
APBD-P/K,Swasta
Dinas Pendidikan,
Pemuda & OR Kab.
APBD-P/K,Swasta
Dinas Pendidikan,
Pemuda & OR Kab.
APBD-K/P/N
Din. PU Kab.
APBD-K
Din. PU Kab.
APBD-K/P/N
Din. PU Kab.
APBD-K
Din. PU Kab.
APBD/P/K,Swasta
Dinas Koperindag.
Kab.
IV
27~32
APBD/P/K,Swasta
Dinas Koperindag.
Kab.
APBD/P/K
Dinas Kesehatan
Kab.
APBD/P/K,Swasta
Dinas Pendidikan,
Pemuda & OR Kab.
PPL Terpencil
APBD/P/K,Swasta
Bappeda
Seluruh PPL
APBD-K
Din. PU Kab.
Rencana Pembangunan Jaringan jalan Bebas hambatan antar kota yang meliputi
Pangkep-Maros
APBN-APBD-/P/K
Pembangunan dan Pengembangan Jaringan jalan Arteri (Jalan Lintas Barat Sulawesi)
di wilayah Kabupaten Pangkep yang meliputi rencana jaringan jalan Pakkae Pangkajene. 80,42;
APBN-APBD-/P/K
APBN-APBD-/P/K
APBN-APBD-/P/K
APBN-APBD-/P/K
APBN-APBD-/P/K
APBN-APBD-/P/K
Pembangunan dan Pengembangan Jaringan jalan Kolektor Primer Jenetaesa Bontobalang Leangleang - Balocci Kabupaten Pangkep;
APBN-APBD-/P/K
APBN-APBD-/P/K
10
APBN-APBD-/P/K
11
APBN-APBD-/P/K
Seluruh PPL
Seluruh PPL
Seluruh PPL
Dinas PU Prov.
Dinas PU Prov.
Dinas PU Prov.
Dinas PU Prov.
Dinas PU Prov.
Dinas PU Prov.
Dinas PU Prov.
Dinas PU Prov.
Dinas PU Prov.
Dinas PU Prov.
Dinas PU Prov.
12
APBN-APBD-/P/K
13
APBN-APBD-/P/K
14
APBN-APBD-/P/K
15
APBD-P/K
16
APBD-P/K
17
APBD Kab.
18
APBD Kab.
19
APBD Kab.
20
APBD Kab.
19
Kota Pangkep
APBD Kab.
20
Kab. Pangkep
APBD Kab.
21
Kab. Pangkep
APBN
Din. Perkeretaapian
Dinas PU Prov.
Dinas PU Prov.
Dinas PU Kab.
Dinas PU Kab.
Dinas PU Kab.
Pemda Pangkep
Pemda Pangkep
Pemda Pangkep
Pemda Pangkep
TAHUN PELAKSANAAN
.
LOKASI
SUMBER
PENDANAAN
INSTANSI PELAKSANA
II
III
IV
17~21
22~26
27~32
Kab. Pangkep
Kab. Pangkep
Kab. Pangkep
APBN
PLN
APBN/Swasta
PLN
APBD-N/P/K/Swasta
PLN
Kab.Pangkep
APBD-K/Swasta
Telkom
Desa Terpencil
APBD-K/Swasta
APBD-K
Pemb. BTS secara terpadu dan terpusat pada lokasi yang strategis
Kab. Pangkep
APBD-K
Telkom
WS Saddang
APBD-N/P/K
APBD-P.
Normalisasi S. Pangkep
Kab. Pangkep
APBD K/P
Dinas PU Kab.
APBD-P/K
Din. Pertanian
APBD K/P
Dinas PU Kab.
Kab. Pangkep
APBD-N/P/K
Dinas PU Kab.
Kab. Pangkep
APBD-N/P/K
PDAM
INTAKE Pangkep
APBD-N/P/K
PDAM
TPA Bontoa
APBD- P/K
Din. PU Kab.
APBD-N/P/K/Masy.
Din. PU Kab.
APBD-P/K
Din. PU Kab.
Telkom
Telkom
LOKASI
SUMBER
PENDANAAN
TAHUN PELAKSANAAN
INSTANSI PELAKSANA
I
2012 2013 2014 2015
APBDN/APBD-P/K
APBDN/APBD-P/K
Kab. Pangkep
APBDN/APBD-P/K
APBD-P/K
II
2016 17~21
III
IV
22~26
27~32
APBD-P/K/Swasta
APBD-P/K/Swasta
Seluruh Kecamatan
APBD-K/Swasta
Seluruh Kecamatan
APBD-K/Swasta
APBD-/P/K/Swasta
di Kec. Labakkang
b. Pengembangan Ternak
Seluruh Kecamatan
APBD-/P/K/Swasta
Idem
c. Pembangunan PPI
Kalibone
APBD-/P/K
Idem
APBD-K/Swasta/Masy. Idem
APBN/P/K/Swasta
APBN/P/K/Swasta
LOKASI
SUMBER
PENDANAAN
INSTANSI
PELAKSANA
TAHUN PELAKSANAAN
I
2012 2013 2014 2015
Kecamatan Segeri
APBD-/P/K/Swasta
Din. Pariwisata
Kebudayaan &
Pangkep
Idem
Permandian
Alam
Mattampa/
Museum Karst,
b.
c.
APBD-/P/K/Swasta
Kecamatan Bungoro
APBD-/P/K/Swasta
Kecamatan Balocci ,
Labakkang, dan
Pangkajene
d.
Laut
8.
Idem
Idem
APBD-/P/K/Swasta
II
2016 17~21
III
IV
22~26
27~32
APBD-K/P/N
APBD-K/P/N
APBD-K/P/N
a.
b.
TAHUN PELAKSANAAN
USULAN PROGRAM UTAMA
LOKASI
SUMBER PENDANAAN
INSTANSI
PELAKSANA
II
Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Yang Memiliki Nilai Strategis dari sudut kepentingan Pertumbuhan Ekonomi
APBN/P/K/Swasta
Pemda Kab.
APBN/P/K/Swasta
Pemda Kab.
APBN/P/K/Swasta
Pemda Kab.
Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Yang Memiliki Nilai Strategis dari Sudut Kepentingan Sosial budaya
Pengembangan Kawasan yang Memiliki Nilai Strategis dari sudut kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan
Kawasan karst
APBN/APBD-P/K/Swasta
APBN/APBD
PSDA Prov.
III
IV
22~26
27~32
SYAMSUDDIN A. HAMID