Anda di halaman 1dari 122

RANCANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN


NOMOR 8 TAHUN 2012
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN
Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna,
berhasil guna, serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan perlu
disusun rencana tata ruang wilayah.
b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan antar sektor,
daerah, dan masyarakat maka rencana tata ruang wilayah merupakan
arahan lokasi investasi pembangunan yang dilaksanakan pemerintah,
masyarakat, dan/atau dunia usaha.
c. bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, maka perlu penjabaran ke
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Pangkajene Kepulauan dengan Peraturan Daerah.
e. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 78 ayat (4) butir c
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang perlu
membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah


Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959
Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4844);
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
4. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739).

5. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang pembentukan peraturan


Perundang-undangan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
6. Undang-Undang Nomor 47 Prp Tahun 1960 tentang Pembentukan Daerah
Sulawesi Selatan Tenggara dan Daerah Tingkat I Sulawesi Utara Tengah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 151, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 2102)
Juncto Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1964 tentang
Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dan Daerah Tingkat I
Sulawesi Tenggara dengan mengubah Undang-Undang Nomor 47 Prp Tahun
1960 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Utara Tengah dan
Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Tenggara menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1964 Nomor 94, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 2687)
7. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 2010 tentang Bentuk Dan Tata Cara
Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara
10. Republik Indonesia tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5160);
11. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 9 Tahun 2009 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009 2029
(Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009 Nomor 9).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN
KEPULAUAN
Dan
BUPATI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN TAHUN 2011 2031.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan di Provinsi Sulawesi Selatan.
2. Kabupaten adalah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
3. Bupati adalah bupati yang disebut Bupati Pangkajene dan Kepulauan.
4. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangat daerah sebagai unsur peyelenggara
Pemerintahan Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selajutnya disebut DPRD, adalah Lembaga
Perwakilan Rakyat Daerah Pangkajene dan Kepulauan sebagai unsur Peyelenggara
Pemerintahan Daerah.

10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.

6. Badan adalah Badan Perencana Pembangunan Daerah Kabupaten Pangkajene dan


Kepulauan.
7. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara termasuk
ruang didalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain
hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan kehidupannya.
8. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan.
9. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan.
Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan
sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hirarkis memiliki hubungan fungsional.
Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan
ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.
Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan,
pelaksanaan dan pengawasan penataan ruang.
Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui
pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan
ruang.
Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai
dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta
pembiayaannya.
Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang sesuai
dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait
yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek
fungsional.
Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya.
Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan.
Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan
atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya
buatan.
Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk
pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
Kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial,
budaya dan/atau lingkungan.
Kawasan Strategis Cepat Tumbuh adalah merupakan bagian kawasan strategis yang telah
berkembang atau potensi untuk dikembangkan karena memiliki keunggulan sumber daya dan
geografis yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi wilayah sekitarnya
Kawasan pertahanan Negara adalah wilayah yang ditetapkan secara nasional yang digunakan
untuk kepentingan pertahanan.
Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota.
Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan.
Pusat Kegiatan Lokal Promosi yang selanjutnya disebut PKLP adalah kawasan perkotaan
yang dipromosikan untuk menjadi PKL.

29. Pusat Kegiatan Strategis Nasional yang selanjutnya disebut PKSN adalah kawasan perkotaan
yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara.
30. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah kawasan perkotaan yang

berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa.


31. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat permukiman yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala antardesa.
32. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.
33. Masyarakat adalah orang, perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat hukum adat,
korporasi, dan/atau pemangku kepentingan non pemerintah lain dalam penyelenggaraan
penataan ruang.
34. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
35. Tata Cara Pelaksanaan Peran Masyarakat adalah sistem, mekanisme, dan/atau prosedur
pelaksanaan hak dan kewajiban masyarakat dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang
36. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disebut BKPRD adalah badan
bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan Undang-undang Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dan
mempunyai fungsi membantu tugas Bupati dalam koordinasi penataan ruang di daerah.
37. Batas-batas Wilayah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan terdiri atas : sebelah utara
dengan Kabupaten Barru, sebelah selatan dengan Kabupaten Maros, sebelah timur dengan
Kabupaten Bone, sebelah barat dengan Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Madura, Pulau
Nusatenggara dan Pulau Bali
38. Rencana tata ruang wilayah Kabupaten menjadi pedoman untuk:
(1) penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah;
(2) penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah;
(3) pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten;
(4) mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antar sektor;
(5) penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan
(6) penataan ruang kawasan strategis Kabupaten
39. Kawasan Peruntukan Pertambangan yang selanjutnya disebut KPP adalah wilayah
yang memiliki sumberdaya bahan galian yang berwujud padat, cair dan gas
berdasarkan peta atau data geologi dan merupakan tempat dilaksanakan seluruh
tahapan kegiatan pertambangan yang meliputi Penyelidikan Umum, Eksplorasi,
Operasi-Produksi, dan pasca tambang baik di wilayah darat maupun perairan serta
tidak dibatasi oleh wilayah administrasi.
BAB II
TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
Bagian Kesatu
Tujuan Penataan Ruang
Pasal 2
Tujuan Penataan Ruang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yaitu Mewujudkan Penataan
Ruang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yang nyaman, aman, produktif dan
berkelanjutan melalui Pengembangan minapolitan, agropolitan, dan Industri dengan
memajukan sektor unggulan berupa sumber daya alam serta pariwisata lokal yang
mewujudkan ciri khas wilayah maritim kepulauan yang menjunjung kearifan lokal menuju
masyarakat sejahtera.
Bagian Kedua
Kebijakan Penataan Ruang
Pasal 3
(1)

Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,

(2)

disusun kebijakan penataan ruang.


Kebijakan Penataan Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi :
a. pengembangan sistem pusat-pusat kegiatan;
b. pengembangan sarana dan prasarana wilayah;
c. peningkatan fungsi kawasan lindung;
d. peningkatan sumber daya hutan produksi;
e. peningkatan sumber daya lahan pertanian, perikanan dan potensi wilayah pesisir
serta pulau-pulau kecil , perkebunan dan peternakan;
f. pengembangan potensi pariwisata;
g. pengembangan potensi koperasi UMKM;
h. pengembangan potensi pertambangan dikelola berasaskan keseimbangan dan
kelestarian lingkungan hidup;
i. pengembangan potensi industri;
j. pengembangan potensi perdagangan;
k. pengembangan potensi pendidikan;
l. pengembangan potensi permukiman;
m. peningkatan kualitas sumber daya manusia; dan
n. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara;
o. penataan ruang wilayah dengan memperhatikan mitigasi bencana.
Bagian Ketiga
Strategi Penataan Ruang
Pasal 4

(1) Strategi pengembangan sistem pusat-pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 ayat (2) huruf a, terdiri atas :
a. meningkatkan interkoneksi antar kawasan perkotaan yang meliputi Pusat Kegiatan
Wilayah (PWK), Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLP), Pusat Pelayanan Kawasan
(PPK) yang meliputi seluruh ibukota kecamatan, dan Pusat Pelayanan Lingkungan
(PPL), antar kawasan perkotaan dengan kawasan perdesaan, serta antar kawasan
perkotaan dengan wilayah sekitarnya;
b. mendorong pembangunan Kota Pangkajene sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di
Sulawesi Selatan melalui pembangunan infrastruktur secara terpadu baik internal
maupun eksternal wilayah;
c. mendorong pembangunan Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLP) di Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan sebagai bagian wilayah pengembangan PKLP di Provinsi
Sulawesi Selatan
d. mengembangkan kawasan perkotaan PPK dan PPL sebagai pusat pertumbuhan agar
lebih kompetitif dan lebih efektif dalam mendorong pengembangan wilayah sekitarnya;
e. mendorong kawasan perkotaan, pusat-pusat pertumbuhan agar lebih produktif,
kompetitif dan lebih kondusif secara berkelanjutan, serta lebih efektif dalam mendukung
pengembangan wilayah sekitarnya; dan
f. mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan yang berwawasan lingkungan dan
produktif.
(2) Strategi pengembangan sarana dan prasarana wilayah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (2) huruf b, terdiri atas :
a. meningkatkan dan mengembangkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana
wilayah yang didasarkan pada skala kebutuhan;
b. mengembangkan dan meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan
prasarana transportasi, telekomunikasi dan informasi, energi dan sumberdaya air yang
berhierarkis, sinergis, terpadu dan merata diseluruh wilayah PKW, PKLp, PPK dan PPL;
c. meningkatkan dan mengembangkan kualitas sistem jaringan prasarana dalam
mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat dan laut;
d. mengembangkan akses jaringan jalan menuju kawasan pertanian, perkebunan,
perikanan, pariwisata dan industri serta daerah-daerah yang masih terisolir;
e. meningkatkan kualitas dan keterpaduan pelayanan jaringan prasarana transportasi inter
dan antar wilayah;
f. meningkatkan jaringan energi dengan pemanfaatan sumber daya terbarukan yang

ramah lingkungan dalam sistem kemandirian energi dan mewujudkan keterpaduan


sistem penyediaan tenaga listrik;
g. meningkatkan kualitas dan kuantitas jaringan irigasi dan mewujudkan keterpaduan
sistem jaringan sumber daya air;
h. meningkatkan kualitas jaringan prasarana persampahan secara terpadu melalui
penerapan konsep 4R (rethinking, reduce, reuse dan recycling) dengan paradigma
sampah sebagai bahan baku industri menggunakan teknik pemprosesan modern di
perkotaan berbentuk Tempat Pemprosesan Akhir (TPA), dan teknik pengolahan
konvensional di perdesaan yang menghasilkan kompos maupun bahan baku setengah
jadi;
i. mengarahkan sistem pemprosesan akhir sampah dengan metode sanitary landfill; dan
j. meningkatkan kualitas jaringan prasarana sanitasi melalui pengelolaan limbah terpadu
dan/atau instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
(3) Strategi peningkatan fungsi kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(2) huruf c, terdiri atas :
a. melestarikan ekologi wilayah pada kawasan hutan lindung yang ditetapkan oleh
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan yang terdapat di Kecamatan Balocci, Kecamatan
Bungoro, Kecamatan Mandalle, Kecamatan Marang, Kecamatan Segeri dan
Kecamatan Tondong Tallasa;
b. merevitalisasi fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan
kegiatan budidaya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan
ekosistem wilayah, khususnya DAS kritis;
c. mewujudkan kawasan hutan lindung sesuai dengan kondisi ekosistemnya dengan luas
paling sedikit 30% dari DAS dan pantai;
d. menyediakan RTH minimal 30% dari luas kawasan perkotaan;
e. memelihara lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang
ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia
dan makhluk hidup lainnya;
f. mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung
menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup
tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan.
(4) Strategi peningkatan sumber daya hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (2) huruf d, terdiri atas :
a. mengembangkan areal lahan hutan produksi secara selektif;
b. mengembangkan agro forestry di areal sekitar hutan lindung sebagai zona penyangga
yang memisahkan hutan lindung dengan kawasan budidaya terbangun;
c. meningkatkan produksi hasil hutan dari hasil kegiatan budidaya tanaman hutan dalam
kawasan hutan produksi;
d. mendukung kebijakan moratorium logging dalam kawasan hutan serta mendorong
berlangsungnya investasi bidang kehutanan yang diawali dengan kegiatan
penanaman/rehabilitasi hutan.
(5) Strategi peningkatan sumber daya lahan pertanian, perkebunan, peternakan dan
perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf e, terdiri atas :
a. mempertahankan areal sentra produksi pertanian lahan basah secara berkelanjutan
terutama di daerah perdesaan;
b. meningkatkan kualitas lahan pertanian tanaman holtikultura yang terpadu dengan
pengembangan agropolitan;
c. mengembangkan areal lahan komoditas perkebunan daerah perdesaan di kabupaten
sebagai komoditas unggulan;.
d. meningkatkan intensitas budidaya ternak besar dan ternak kecil lainnya;
e. meningkatkan kemampuan dan teknologi budidaya perikanan dan perikanan tangkap
termasuk budidaya rumput laut;
f. meningkatkan kegiatan budidaya perikanan yang terpadu dengan pengembangan
minapolitan;
g. meningkatkan potensi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi kawasan
h. mengembangkan komoditas perikanan dilakukan secara luas oleh masyarakat maupun
badan usaha yang diberi izin di wilayah yang telah ditetapkan oleh pemerintah
setempat.

(6) Strategi pengembangan potensi pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2)
huruf f, terdiri atas :
a. mengembangkan wisata permandian alam mattampa dan permandian alam amputtang
yang ramah lingkungan bertaraf regional di Propinsi Sulawesi Selatan dalam
mendukung peningkatan perekonomian daerah;
b. mengembangkan potensi wisata tirta yang terpadu dengan wisata budaya di Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan, meliputi Kolam Renang Bungoro, Pantai pasir putih
Maccini Baji, dan Pulau Suci mustika langka yang terletak di Kecamatan Liukang
Tuppabiring melalui pelestarian perairan pantai, dengan memperkaya tanaman
mangrove untuk mengembangkan ekosistem bawah laut termasuk terumbu karang dan
biota laut yang dapat di jadikan obyek wisata taman laut;
c. mengembangkan sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan;
d. mempertahankan dan melestarikan kawasan situs budaya dan mengembangkan objek
wisata sebagai pendukung daerah tujuan wisata bertaraf internasional;
e. mengembangkan prasarana dan sarana akomodasi dan transportasi untuk kegiatan
kepariwisataan;
f. meningkatkan dan mengembangkan akses yang menghubungkan objek-objek wisata di
wilayah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan; dan
g. melestarikan dan mengembangkan tradisi khas sebagai daya tarik wisata;
h. menjaga dan melestarikan peninggalan bersejarah;
i. meningkatkan pencarian/penelusuran terhadap benda bersejarah untuk menambah
koleksi budaya;
j. merencanakan kawasan wisata sebagai bagian dari urban/regional desain untuk
keserasian lingkungan;
k. meningkatkan peranserta masyarakat dalam menjaga kelestarian obyek wisata, dan
daya jual/saing;
l. mengembangkan promosi dan jaringan industri pariwisata secara global.
(7) Strategi pengembangan potensi koperasi dan UMKM sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 ayat (2) huruf g, terdiri atas :
a. menciptakan iklim yang kondusif bagi investasi yang mendukung kegiatan
pengembangan perkoperasian;
b. menciptakan penguatan kelembagaan koperasi dan UMKM;
c. penyusunan bahan perumusan kebijakan teknis perencanaan pengembangan Koperasi
UMKM;
d. penataan pengembangan koperasi pedesaan dan perkotaan;
e. penguatan permodalan bagi Koprasi UMKM;
f. menciptakan suasana yang kondusif dalam menjadikan koperasi sebagai sokoguru
perekonomian nasional;
g. fasilitasi kemudahan perizinan bagi Koperasi UMKM;
h. pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan terhadap pengembangan
perkoperasian.
(8) Strategi pengembangan potensi pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (2) huruf h, terdiri atas :
a. menciptakan iklim yang kondusif bagi investasi yang mendukung kegiatan
pertambangan;
b. mengembangkan pertambangan yang berwawasan lingkungan;
c. mengembankan kawasan pertambangan dilakukan dengan mempertimbangkan potensi
bahan galian, kondisi geologi dan geohidrologi dalam kaitannya dengan kelestarian
lingkungan;
d. mengelolah kawasan bekas penambangan melalui kegiatan rehabilitasi/reklamasi
sesuai dengan zona peruntukan yang ditetapkan dengan melakukan penimbunan tanah
subur dan/atau bahan-bahan lainnya sehingga menjadi lahan yang dapat digunakan
kembali sebagai kawasan hijau, ataupun kegiatan budidaya lainnya dengan tetap
memperhatikan aspek kelestarian lingkungan hidup;
e. mempertimbangkan faktor ekonomi pengembangan dengan mengutamakan aktivitas
yang lebih menguntungkan dan bermanfaat bagi pembangunan Kabupaten Pangkajene
dan Kepulauan secara keseluruhan;
f. melakukan penyusunan amdal pada kawasan-kawasan potensial pertambangan guna
menghindari kemungkinan rusaknya lingkungan hidup;

g. penyiapan konsep kontrak karya pertambangan yang mengakomodir lapangan kerja


dan kebutuhan masyarakat lokal.
(9) Strategi pengembangan potensi industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2)
huruf i, terdiri atas :
a. mengembangkan sentra produksi yang berorientasi ke pengembangan industri pada
suatu kawasan khusus, yakni Kawasan Industri Pangkajene dan Kepulauan (KIPA) di
Kecamatan Bungoro;
b. menciptakan iklim yang kondusif bagi investasi untuk mendukung kegiatan industri;
c. mengembangkan kawasan industri dengan mempertimbangkan aspek ekologis dan
mampu menyerap banyak tenaga kerja lokal;
d. mengelolah kegiatan industri dengan mempertimbangkan keterkaitan proses produksi
mulai dari industri dasar/hulu dan industri hilir serta industri antara, yang dibentuk
berdasarkan pertimbangan efisiensi biaya produksi, biaya keseimbangan lingkungan
dan biaya aktifitas sosial; dan setiap kegiatan industri sejauh mungkin menggunakan
metoda atau teknologi ramah lingkungan dan harus dilengkapi dengan dokumen
pengelolaan lingkungan termasuk upaya pengelolaan terhadap kemungkinan adanya
bencana industri;
e. mengelolah dan mengendalikan aktivitas perindustrian yang menggunakan bahan baku
sumber daya alam untuk meminimalisir timbulnya dampak negatif terhadap lingkungan;
f. mengembangkan kawasan industri di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan terutama
berbasis hasil komoditi sektor-sektor kehutanan, pertanian, perkebunan, peternakan
dan perikanan dalam menunjang kegiatan minapolitan dan agropolitan;
g. mengembangkan usaha industri kecil dan industri mikro yang tidak mengganggu
kehidupan di kawasan permukiman.
(10) Strategi pengembangan potensi perdagangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (2) huruf j, terdiri atas :
a. mengembangkan pusat perdagangan skala sedang diarahkan berkembang di Ibukota
Kabupaten dan Pusat perdagangan skala yang lebih kecil diarahkan
pembangunannya di ibukota-ibukota Kecamatan;
b. merevitalisasi pasar-pasar tradisional dalam mendukung pengembangan ekonomi
kerakyatan.
c. mengembangkan akses yang menghubungkan pusat-pusat perdagangan dengan
sentra-sentra produksi pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan dan industri;
d. meningkatkan prasarana jalan untuk angkutan komoditi dari sentra sentra produksi
ke pusat-pusat perdagangan;
e. mengembangkan pasar hasil industri pertanian, peternakan, perkebunan, dan
perikanan yang terpadu di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan;
f. meningkatkan akses koperasi dan UMKM terhadap modal, perlengkapan produksi,
informasi, teknologi dan pasar.
(11) Strategi pengembangan potensi pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(2) huruf k, terdiri atas :
a. meningkatkan dan megoptimalkan pusat pendidikan Politani Segeri sebagai pusat
pendidikan yang berorientasi pada pengembangan perikanan;
b. meningkatkan dan mengoptimalkan fungsi kawasan pendidikan di Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan melalui pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi serta
seni dan budaya;
c. menyelenggarakan pendidikan sebagai pusat ilmu pengetahuan terutama mendukung
pengembangan pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, industri kerajinan,
perdagangan, pariwisata dan pemerintahan;
d. memenuhi kapasitas dan mendistribusi secara proporsional fasilitas STK, Pendidikan
Dasar, Pendidikan Menengah, Sekolah Kejuruan dan Pendidikan Tinggi di PKW,
PKLp, PPK dan PPL;
e. mencegah dan mengendalikan tumbuh berkembangnya perumahan dan permukiman
di kawasan lindung termasuk kawasan lindung setempat, seperti di hutan lindung,
lahan dengan kemiringan di atas 30%, bantaran sungai dan pantai;
f. mencegah pembangunan perumahan di daerah rawan bencana seperti erosi/tanah
longsor, banjir dan abrasi pantai;

g. membangun dan mengembangkan permukiman di tengah kota terutama di PKW,


PKLp, PKK dan PPL yang padat penduduknya diarahkan pembangunan
perumahannya secara vertikal; dan
h. mengembangkan permukiman perdesaan dan pesisir pantai berlandaskan nilai
budaya lokal seperti bangunan berlantai panggung.
(12) Strategi pengembangan potensi permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(2) huruf l, terdiri atas :
a. mencegah dan mengendalikan tumbuh berkembangnya perumahan dan permukiman
di kawasan lindung termasuk kawasan lindung setempat, seperti di hutan lindung,
lahan dengan kemiringan di atas 30%, bantaran sungai dan pantai;
b. mencegah pembangunan perumahan di daerah rawan bencana seperti erosi/tanah
longsor, banjir dan abrasi pantai;
c. membangun dan mengembangkan permukiman di tengah kota terutama di PKW,
PKLp, PKK dan PPL yang padat penduduknya diarahkan pembangunan
perumahannya secara vertikal; dan
d. mengembangkan permukiman perdesaan dan pesisir pantai berlandaskan nilai
budaya lokal seperti bangunan berlantai panggung.
(13) Strategi peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 ayat (2) huruf m, terdiri atas :
a. membangun kompetensi dan kapasitas baik melalui pendidikan formal maupun non
formal bagi angkatan kerja di sektor-sektor kehutanan, pertanian, perkebunan,
peternakan, perikanan, pariwisata, industri, perdagangan, permukiman, sarana,
prasarana dan pemerintahan;
b. mengembangkan pendidikan kearifan lokal baik dalam pendidikan formal maupun
informal termasuk memasukkannya sebagai bagian bahan ajar di tingkat pendidikan
dasar dan menengah;
c. mengembangkan sistem konsultasi, pendampingan, monitoring, evaluasi dan
penghargaan berbasis kinerja bagi pelaku kegiatan; dan
d. meningkatkan kualitas SDM melalui kemudahan akses dalam memperoleh pendidikan
minimal 9 Tahun, kesehatan dan melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang
dianut oleh masyarakat.
(14) Strategi untuk meningkatkan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf n, meliputi:
a. mendukung penetapan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan;
b. menyusun perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang,
memperhatikan kepentingan pertahanan keamanan;
c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di
sekitar kawasan pertahanan dan keamanan sebagai zona penyangga yang
memisahkan kawasan tersebut dengan kawasan budidaya terbangun;
d. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan
pertahanan untuk menjaga fungsi dan peruntukannya; dan
e. turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan keamanan negara.

BAB III
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 5
(1) Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan meliputi :
a. pusat-pusat kegiatan;
b. sistem jaringan prasarana utama; dan
c. sistem jaringan prasarana lainnya.
(2) Rencana struktur ruang wilayah digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian
1:50.000 sebagaimana tercantum dalam lampiran 1, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari peraturan daerah ini.
Bagian Kedua
Pusat-pusat Kegiatan
Pasal 6
(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Pusat-pusat kegiatan yang ada di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a, terdiri atas :
a. PKW; berfungsi sebagai (i) pusat jasa pelayanan keuangan/perbankan yang melayani
beberapa kabupaten, (ii) pusat pengolahan/pengumpul barang yang melayani beberapa
kabupaten, (iii) simpul transportasi yang melayani beberapa kabupaten, (iv) pusat
pelayanan publik lainnya untuk beberapa kabupaten;
b. PKLp; berfungsi sebagai pusat kegiatan lokal promosi;
c. PPK; berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; dan
d. PPL berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.
PKW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, yaitu kawasan perkotaan
Pangkajene di Kecamatan Pangkajene secara keseluruhan , Kecamatan Minasa Tene
meliputi Kelurahan Minasa Tene, Kelurahan Biraeng dan Kelurahan Bontokio, Kecamatan
Bungoro meliputi Kelurahan Samalewa, dan Kelurahan Boriappaka;
PKLp sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas :
a. kawasan Perkotaan Segeri Kecamatan Segeri;
b. kawasan Perkotaan Labakkang Kecamatan Labakkang; dan
c. kawasan Perkotaan Bungoro Kecamatan Bungoro;
d. kawasan Perkotaan Balang Lompo Kecamatan Liukang Tupabbiring.
PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri atas :
a. kawasan Perkotaan Sapuka di Kecamatan Liukang Tangaya;
b. kawasan Perkotaan Kalu-Kalukuang di Kecamatan Liukang Kalmas;
c. kawasan Perkotaan Mattiro Sompe di Kecamatan Liukang Tuppabbiring;
d. kawasan Perkotaan Mattiro Uleng di Kecamatan Liukang Tuppabbiring Utara;
e. kawasan Perkotaan Baleangin di Kecamatan Balocci;
f. kawasan Perkotaan Bonto-Bonto di Kecamatan Marang;
g. kawasan Perkotaan Minasa Tene di Kecamatan Minasa Tene;
h. kawasan Perkoataan Bantimurung di Kecamatan Tondong Tallasa;
i. kawasan Perkotaan Mandalle di Kecamatan Mandalle.
PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, terdiri atas :
a. desa Sabalana Kecamatan Liukang Tangaya;
b. desa Satanger Kecamatan Liukang Tangaya;
c. desa Pammas Kecamatan Liukang Kalmas;
d. desa Marasende Kecamatan Liukang Kalmas;
e. desa Mattiro Bone Kecamatan Liukang Tupabbiring;
f. desa Mattiro Ujung Kecamatan Liukang Tupabbiring;
g. desa Mattiro Langi Kecamatan Liukang Tupabbiring
h. desa Mattiro Walie Kecamatan Liukang Tupabbiring Utara;
i. desa Mattiro Bombang Kecamatan Liukang Tupabbiring Utara;
j. kelurahan Balocci Baru Kecamatan Balocci;

k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.

kelurahan Tonasa Kecamatan Balocci;


kelurahan Talaka Kecamatan Marang;
desa Padang Lampe Kecamatan Marang;
kelurahan Marang Kecamatan Marang;
kelurahan Biraeng Kecamatan Minasa Tene
kelurahan Minasa Tene Kecamatan Minasa Tene;
kelurahan Bontokio Kecamatan Minasa Tene;
kelurahan Kalabbirang Kecamatan Minasa Tene;
desa Tondong Kura Kecamatan Tondong Tallasa;
desa Lanne Kecamatan Tondong Tallasa;
desa Benteng Kecamatan Mandalle;
desa Boddie Kecamatan Mandalle.
Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana Utama
Pasal 7

(1) Sistem jaringan prasarana utama yang ada di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan,
terdiri atas :
a. sistem jaringan transportasi darat;
b. sistem jaringan transportasi laut; dan
c. sistem jaringan Perkeretaapian
(2) Sistem jaringan transportasi dan pusat-pusat kegiatan digambarkan dalam peta dengan
tingkat ketelitian 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran 2, yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Paragraf 1
Sistem Jaringan Transportasi Darat
Pasal 8
(1) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a,
meliputi jaringan lalulintas dan angkutan jalan, terdiri atas :
a. jaringan jalan;
b. jaringan prasarana lalu lintas;
c. jaringan layanan lalu lintas; dan
d. jaringan Lalu Lintas Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan.
(2) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas :
a. jaringan jalan arteri yang merupakan system jaringan jalan nasional yang ada di
Kabupaten Pangkajene Kepulauan, terdiri atas :
1. Ruas Batas Kabupaten Barru Batas Kota Pangkajene Kepulauan sepanjang 31,866
Km;
2. Ruas jalan Kemakmuran sepanjang 0,699 Km;
3. Ruas Batas Kota Pangkajene Kepulauan Batas Kab. Maros sepanjang 4,353 Km;
dan
4. Ruas jalan Hasanuddin sepanjang 4,213 Km
b. peningkatan status jalan dari jalan lokal menjadi jalan provinsi berupa kolektor primer
(K2) yang ada di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, terdiri atas :
1. Ruas jalan Ladonge Mallawa -Balocci panjang ruas 1,3 Km
2. Ruas jalan Jenetaesa -Bontobalang Leangleang -Balocci panjang ruas 2,8 Km
c. peningkatan status jalan dari jalan lokal menjadi jalan provinsi berupa jalan kolektor
sekunder (K3) yang ada di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, terdiri atas :
1. Ruas jalan Manyampa-Bantimurung panjang ruas 2,5 Km
2. Ruas jalan Katapang-Dengeng-Dengeng; Boddie-Patalasang panjang ruas 2,3 Km
3. Ruas jalan Galung Boko-Lamperangeng panjang ruas 1,7 Km
4. Ruas jalan Padang-Padange-Jollo panjang ruas 1,0 Km

5. Ruas jalan Padang-Padange-Biringkassi panjang ruas 2,3 Km


6. Ruas jalan Bawasalo-Gusung panjang ruas 2,0 Km
7. Ruas jalan Tanarajae-Kayu Jawaya panjang ruas 3,0 Km
8. Ruas jalan Tondong Kura-Pabbicarae panjang ruas 2,7 Km
9. Ruas jalan Tumbue-Bonti panjang ruas 2,8 Km
10. Ruas jalan Pattupunge-Pujananti panjang ruas 5,0 Km
11. Ruas jalan Tekolabbua-pandanglau panjang ruas 2,8 Km
d. jaringan jalan lokal primer K4 yang ada di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
tercantum dalam lampiran 3, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
(3) Jaringan prasarana lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas :
a. terminal tipe C terdapat di Kelurahan Samalewa Kecamatan Bungoro
b. halte yang terdapat di setiap wilayah kecamatan yang dipusatkan di Ibukota
Kecamatan, terdiri atas :
1. Kawasan Perkotaan Balleangin di Kecamatan Balocci;
2. Kawasan Perkotaan Labakkang di Kecamatan Labakkang;
3. Kawasan Perkotaan Bonto-Bonto di Kecamatan Marang;
4. Kawasan Perkotaan Segeri di Kecamatan Segeri;
5. Kawasan Perkotaan Minasa Tene di Kecamatan Minasa Tene;
6. Kawasan Perkotaan Bantimurung di Kecamatan Tondong Tallasa;
7. Kawasan Perkotaan Mandalle di Kecamatan Mandalle;
8. Kawasan Perkotaan Pangkajene di Kecamatan Pangkajene;
c. terminal barang yang penempatannya dilakukan berdasarkan hasil studi/kajian terlebih
dahulu.
d. terminal agro diarahkan pada Kecamatan Bungoro yang penempatannya dilakukan
berdasarkan hasil studi/kajian terlebih dahulu.
(4) Jaringan layanan lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri atas :
a. trayek angkutan barang, terdiri atas jalur pengangkutan hasil produksi industri dari
tempat produksi menuju pusat pemasaran dan pusat-pusat kegiatan ekonomi yakni dari
Kecamatan Bungoro menuju pelabuhan pengangkutan barang dan menuju Makassar.
b. trayek angkutan penumpang, terdiri atas :
1. Bus (AKAP) dengan pelayanan sepanjang jalan arteri dari poros Maros-Pangkajene
dan Kepulauan-Barru;
2. Mini Bus (AKDP) dengan pelayanan sepanjang jalan arteri dan kolektor yang ada di
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan;
3. Angkutan Kota (Angkot) dengan pelayanan di Kota Pangkajene; dan
4. Angkutan Perdesaan (Angdes) dengan pelayanan antar kecamatan dalam wilayah
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
(5) Jaringan angkutan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, adalah jaringan
prasarana dan pelayanan bagi pergerakan orang atau barang ke wilayah pulau-pulau
dalam wilayah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Jaringan tersebut terdiri atas :
a. pengembangan simpul transportasi sungai pada dermaga Sungai Kalibone Kecamatan
Minasa Tene;
b. pengembangan simpul transportasi sungai pada dermaga Sungai Pangkajene
Kecamatan Pangkajene;
c. pengembangan simpul transportasi sungai pada dermaga Sungai Limbangan
Kecamatan Labakkang;
d. pengembangan simpul transportasi sungai pada dermaga Sungai Kassi Kebo
Kecamatan Marang;
e. pengembangan simpul transportasi sungai pada dermaga Sungai Biringkassi

Kecamatan Bungoro;
f. pengembangan simpul transportasi sungai pada dermaga Sungai Jennae Kecamatan
Marang;
g. pengembangan simpul transportasi sungai pada dermaga Sungai Padadae Kecamatan
Pangkajene;
h. pengembangan simpul transportasi sungai pada dermaga Sungai Pandang LauKecamatan Pangkajene;
i. pengembangan simpul transportasi sungai pada dermaga Sungai Bawasalo Kecamatan
Segeri;
Paragraf 2
Sistem Jaringan Transportasi Laut
Pasal 9
(1) Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b,
meliputi :
a. tatanan kepelabuhanan; dan
b. alur pelayaran.
(2) Tatanan kepelabuhanan di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas :
a. peningkatan status pelabuhan Biringkassi Kecamatan Bungoro menjadi Pelabuhan
Pengumpul;
b. pembangunan dan pengembangan Pelabuhan pengumpan, terdiri atas:
1. pelabuhan S. Pangkajene di Kecamatan Pangkajene;
2. pelabuhan P. Balang Lompo di Kecamatan Liukang Tupabiring;
3. pelabuhan P. Kalukalukuang di Kecamatan Liukang Kalmas;
4. pelabuhan P. Sapuka di Kecamatan Liukang Tangaya; dan
5. pelabuhan Maccini Baji di Kecamatan Labakkang.
c. pengembangan dan peningkatan fasilitas pada pelabuhan-pelabuhan rakyat yang
berfungsi sebagai simpul-simpul pergerakan barang dan orang antar pulau di
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, teridiri dari :
1. pelabuhan Rakyat Kalibone Kecamatan Minasatene;
2. pelabuhan Rakyat Pangkajene Kecamatan Pangkajene;
3. pelabuhan Rakyat Limbangan Kecamatan Labakkang;
4. pelabuhan Rakyat Kassikebo Kecamatan Ma'rang;
5. pelabuhan Rakyat Biringkassi Kecamatan Bungoro;
6. pelabuhan Rakyat Jennae Kecamatan Marang;
7. pelabuhan Rakyat Padadae Kecamatan Pangkajene;
8. pelabuhan Rakyat Pandang Lau Kecamatan Pangkajene;
9. pelabuhan Rakyat Bawasalo Kecamatan Segeri.
(3) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, yaitu alur pelayaran
angkutan barang (terutama produk semen) dan orang, terdiri atas :
1. Biringkassi Pulau Kalimantan;
2. Biringkassi Pulau Nusa Tenggara; dan
3. Biringkassi Provinsi di Pulau Sulawesi
4. Biringkassi Pulau Maluku dan Maluku Utara
5. Biringkassi Pulau Papua

Paragraf 3
Sistem Jaringan Perkeretaapian
Pasal 10
(1) Sistem jaringan perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf c,
terdiri atas:

a. jalur kereta api; dan


b. stasiun kereta api.
(2) Jalur kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas rencana jalur
kereta api lintas Sulawesi Barat -Makassar Sulawesi Tengah yang melintasi Kabupaten
Pangkajene Kepulauan di Kecamatan Minasa Tene, Pangkajene, Bungoro, Labakkang,
Marang, Segeri, dan Mandalle.; dan
(3) Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas rencana
stasiun kereta api yang terdapat di tiap wilayah kecamatan yang dilintasi dan lokasinya
ditetapkan setelah dilakukan studi kelayakan lokasi stasiun kereta api.
Bagian Keempat
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
Pasal 11
(1) Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf c,
terdiri atas :
a. sistem jaringan energi;
b. sistem jaringan telekomunikasi;
c. sistem jaringan sumber daya air; dan
d. sistem prasarana pengelolaan lingkungan.
(2) Sistem jaringan prasarana lainnya digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian
1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran 4, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Paragraf 1
Sistem Jaringan Energi
Pasal 12
(1) Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf a,meliputi :
a. sistem jaringan pembangkit tenaga listrik adalah pembangunan ketenagalistrikan
dikembangkan untuk memenuhi penyediaan tenaga listrik sesuai dengan kebutuhan
yang mampu mendukung kegiatan perekonomian kabupaten;
b. sistem jaringan transmisi tenaga listrik dikembagkan untuk penyaluran tenaga listrik
antar sistem yang menggunakan kawat saluran udara, kabel bawah tanah, dan kabel
bawah laut; mendukung ketersediaan pasokan tenaga listrik untuk kepentingan umum
di kawasan perkotaan dan perdesaan, mendukung pengembangan kawasan
perdesaan, pulau-pulau kecil, dan kawasan terisolasi;
c. jaringan pipa minyak dan gas bumi.
(2) Sistem jaringan pembangkit tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
terdiri atas :
a. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), yang terdiri atas :
1. pulau Bangko-Bangkoang Kecamatan Liukang Tupabbiring Utara Kapasitas 16,5
KVA;
2. pulau Laiya Kecamatan Liukang Tuparing kapasitas 60 KVA;
3. pulau Balang Caddi Kecamatan Liukang Tupabbiring kapasitas 50 KVA;
4. pulau Balang Caddi Kecamatan Liukang Tupabbiring kapasitas 50 KVA;
5. pulau Gondong Bali Kecamatan Liukang Tupabbiring kapasitas 100 KVA;
6. pulau Sapuka Kecamatan Liukang Tangaya kapasitas 60 KVA;
7. pulau Sabaru Kecamatan Liukang Tangaya kapasitas 60 KVA;
8. leangpannikia Kecamatan Bungoro kapasitas 35 KVA;
9. bulu Are kecamatan Balocci kapasitas 15 KVA
10. pandanglauau Kecamatan Pangkajene kapasitas 35 KVA.
b. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), terdapat di Biringkassi Kecamatan Bungoro

yang berada pada lokasi PT. Semen Tonasa kapasitas 2 x 25 MW


c. Pembangkit Listrik Tenaga Micro Hydro (PLTMH), terdapat di Bantimurung Kecamatan
Tondong Talassa kapasitas 2 x 10 MW
d. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), terdapat di wilayah pulau-pulau dan daratan
untuk memenuhi kebutuhan listrik pada Kecamatan Liukang Tupabiring, Liukang
Tupabiring Utara, Liukang Tangaya, Liukang Kalmas, Balocci, dan Tondong Tallasa.
e. pengembangan sistem prasarana energi alternative yang bersumber dari sungai, bio
gas, energi matahari, dan angin menjangkau sampai ke desa-desa yang letaknya
berada di daerah tidak terjangkau jaringan listrik.
(3) Jaringan Prasarana Energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah jaringan
transmisi tenaga listrik, terdiri atas :
a. gardu induk, terdapat di beberapa lokasi, terdiri atas :
1. Pangkep I kapasitas 30 MVA;
2. Pangkep II kapasitas 20 MVA;
3. IBT Tonasa I kapasitas 31,5 MVA;
4. IBT Tonasa II kapasitas 31,5 MVA;
5. IBT Tonasa III kapasitas 31,5 MVA;
6. Extension, Pangkajene dan Kepulauan III kapasitas 30 MVA;
7. Extension, Pangkajene dan Kepulauan IV kapasitas 60 MVA.
b. jaringan Saluran Udara Tegangan Ultra Tinggi (SUTUT) yang menghubungkan Bakaru
Makassar yang melintasi lokasi Mandalle, Segeri, Marang, Labakkang, Bungoro,
Pangkajene dan Minasa tene.
(4) Depo bahan bakar minyak dan gas bumi dan jaringan pipa gas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c terdiri atas:
a. depo bahan bakar minyak dan gas bumi terdapat di Kecamatan Bungoro; dan
b. jaringan pipa gas kota Wajo Makassar yang melintasi Kabupaten Pangkajene
Kepulauan di Kecamatan Minasa Tene, Pangkajene, Bungoro, Labakkang, Marang,
Segeri, dan Mandalle;
(5) Rincian rencana pengembangan sistem jaringan energi Kabupaten sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1, tercantum dalam Lampiran 5, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Paragraf 2
Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pasal 13
(1) Sistem Jaringan Telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf b,
terdiri atas :
a. sistem jaringan kabel;
b. sistem jaringan nirkabel; dan
c. sistem jaringan satelit.
(2) Sistem jaringan kabel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas sistem
jaringan telekomunikasi tetap, jaringan telekomunikasi khusus dan Stasiun Telepon
Otomat (STO) dengan kapasitas 10.200 SST;
(3) Untuk mendukung sistem interkoneksitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diarahkan
rencana pengembangan jaringan kabel telepon mengikuti pola jalan.
(4) Sistem jaringan nirkabel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas berupa
lokasi menara Base Transceiver Station (BTS) dikembangkan penggunaannya secara
bersama dan tidak mengganggu aktifitas disekitarnya;
(5) Sistem jaringan satelit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c direncanakan
menjangkau sampai pusat-pusat permukiman dan sentra-sentra produksi baik di daerah
perkotaan maupun perdesaan, yang akan mendukung arus informasi dari dan ke wilayah
hinterlandnya.
(6) Rincian rencana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi Kabupaten, tercantum
dalam Lampiran 6, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf 3
Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Pasal 14
(1) Sistem jaringan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf c,
terdiri atas:
a. sumber air; dan
b. prasarana sumber daya air. Cekungan Air Tanah (CAT)
c. jaringan Irigasi;
d. jaringan Air Baku untuk Diminum;
e. sistem Pengendali Banjir;
f. sistem Pengamanan Pantai.
(2) Rencana pengembangan sistem jaringan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) meliputi aspek konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan
pengendalian daya rusak air secara terpadu (integrated) dengan memperhatikan arahan
pola dan rencana pengelolaan sumber daya air WS Saddang.
(3) Sumber air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, terdiri atas:
a. wilayah sungai lintas provinsi;
b. sumber air permukaan;
c. bendungan; dan
d. air tanah pada Cekungan Air Tanah (CAT).
(4) Wilayah sungai yang berada di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri atas :
a. WS lintas provinsi WS Saddang mencakup Daerah Aliran Sungai (DAS) :
1. DAS Bonepute;
2. DAS Batulappa;
3. DAS Baubau;
4. DAS Lapoko;
5. DAS Siwa;
6. DAS Laokolo.
b. bendungan Tombolo di Kecamatan Marang.
(5) Air permukaan di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf b, meliputi:
a. air permukaan terdiri atas Sungai Segeri, Sungai Pangkajene, Sungai Kalibone, Sungai
Cidokang, Sungai Tagari, Sungai Tombolo, Sungai Senggerang dan anak sungai
lainnya;
b. air permukaan lainnya berupa mata air yang terdapat di Kecamatan Segeri dan
Kecamatan Mandalle.
(6) Jaringan Irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri atas :
a. daerah Irigasi Pemerintah Pusat, yaitu Di Tabo-Tabo dengan luas 8.615 Ha.
b. daerah Irigasi (DI) kewenangan Pemerintah Provinsi terdiri dari :
1. DI Leang Lonrong dengan luas 1.229 Ha; dan
2. DI Padaelo dengan luas 2.958 Ha.
c. daerah Irigasi (DI) kewenangan Pemerintah Kabupaten terdiri dari 41 DI meliputi total
luas 5.482 Ha;
d. rehabilitasi, pemeliharaan, dan peningkatan jaringan irigasi yang ada;
e. pengembangan Daerah Irigasi (DI) pada seluruh daerah potensial yang memiliki lahan
pertanian yang ditujukan untuk mendukung ketahanan pangan dan pengelolaan lahan
pertanianberkelanjutan;
f. membatasi konversi alih fungsi sawah irigasi teknis dan setengah teknis menjadi
kegiatan budidaya lainnya.
(7) Jaringan air baku untuk air minum sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf d
terdiri atas :
a. rencana pengembangan sumber air baku, meliputi :
1. sungai Segeri, Sungai Pangkajene, Sungai Kalibone, Sungai Ci,dokang, Sungai
Tagari, Sungai Tombolo, Sungai Senggerang, dan anak sungai lainnya.
2. mata air yang terdapat di Kecamatan Segeri dan Kecamatan Mandalle.
b. rencana pengembangan jaringan sumber air baku mengutamakan air permukaan

dengan prinsip keterpaduan air tanah;


SPAM di Kabupaten dipadukan dengan sistem jaringan sumberdaya air untuk
menjamin ketersediaan air baku;
d. prasarana jaringan air minum meliputi intake air baku, jaringan perpipaan air minum,
saluran perpipaan air baku, dan instalasi pengolahan air minum yang dikembangkan
pada lokasi air baku potensial serta pusat-pusat permukiman di seluruh kecamatan.
(8) Cekungan Air Tanah (CAT) yang berada pada Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3) huruf d adalah CAT Pangkajene /CAT lintas
kabupaten, yaitu CAT Pangkajene yang terdapat di Kecamatan Pangkajene;
(9) Sistem pengamanan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f meliputi pantai di
Kecamatan Bungoro, Segeri, Marang, Labakkang, dan Pangkajene dilakukan dengan :
a. sistem vegetative/konservasi sempadan pantai dengan cara penanaman bakau di
sepanjang pesisir dan pulau-pulau kecil;
b. sipil teknis dengan cara pembangunan bangunan pengaman pantai.
(10) DI sebagaimana dimaksud pada ayat (6), terdiri atas:
a. Daerah Irigasi (DI) kewenangan Pemerintah Pusat, yaitu D.I Tabo-Tabo dengan luas
8.615 Ha.
b. Daerah Irigasi (DI) kewenangan Pemerintah Provinisi terdiri dari:
1. D.I Leang Lonrong dengan luas 1.229 Ha; dan
2. DI Padaelo dengan luas 2.958 Ha.
c. Daerah Irigasi (DI) kewenangan Pemerintah Kabupaten terdiri dari 41 DI meliputi total
luas 5.482 Ha.
(11) Sistem Pengendalian Banjir sebagaimana yang dimaksud pada ayat (6) huruf c,
dilakukan melalui:
a. pembangunan Kanal di Kecamatan Pangkajene, Labakkang dan Bungoro; dan
b. pembangunan Pengaman Pantai di Kecamatan Bungoro, Segeri, Marang, Labakkang,
dan Pangkajene.
c.

Paragraf 4
Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan
Pasal 15
Sistem prasarana pengelolaan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1)
huruf d, terdiri atas :
a. sistem jaringan persampahan;
b. sistem jaringan air minum;
c. sistem jaringan drainase;
d. jalur evakuasi bencana; dan
e. sistem pengelolaan air limbah/ Sistem Jaringan Air Limbah.
Paragraf 5
Sistem Jaringan Persampahan
Pasal 16
(1) Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana persampahan di Kabupaten
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1), meliputi rencana TPS, TPA serta
rencana pengolahan;
(2) Rencana TPS di Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi TPS sampah
organik dan TPS sampah anorganik khususnya kawasan perkotaan PKW, PKL, PKLp,
PPK dan PPL;
(3) Rencana pengembangan tempat pengolahan sampah akhir (TPA) Kabupaten
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlokasi di Kelurahan Bontoa, Kecamatan Minasa
Tene dengan luas lahan 6 Ha;
(4) Rencana pengolahan sampah Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
rencana pengolahan organik menjadi kompos skala kecil yang tersebar di lingkungan
permukiman.

(5) Rehabilitasi dan Rencana Pengembangan sarana dan prasarana persampahan, bergerak
dan tidak bergerak, khususnya TPS, kontainer dan truk di Kabupaten Pangkajene
Kepulauan disesuaikan dengan besarnya timbulan sampah; dan
(6) Mengembangkan kemitraan dengan swasta berkaitan untuk pengelolaan sampah dan
penyediaan TPA.
Paragraf 6
Sistem Jaringan Air Minum
Pasal 17
Sistem jaringan air minum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) dilakukan dengan
sistem sebagai berikut:
(1) Mengoptimalkan Sungai Cidokang di Kecamatan Minasa Tene, Sungai Tagari di
Kecamatan Tondong Tallasa, Sungai Tombolo di Kecamatan Marang, Sungai Senggerang
di Kecamatan Balocci dan sungai-sungai lainnya sebagai sumber air baku Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan;
(2) Mengembangkan perpipaan air bersih, meliputi wilayah Kecamatan Balocci, Bungoro,
Labakkang, Segeri, dan Marang;
(3) Mengembangkan dan meningkatkan instalasi air minum dan reservoir;
(4) Mengembangkan dan meningkatkan jaringan distribusi PDAM secara merata di kawasan-kawasan perkotaan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan;
(5) Mensuplay air minum masyarakat pada daerah-daerah dataran tinggi dengan sistem water
supply selanjutnya secara grafitasi didistribusi ke kawasan-kawasan permukiman;
(6) Sambungan langsung melalui pipa transmisi dari sumber air minum ke pusat Penyediaan
Air Minum (PAM) setempat, dan melalui pipa distribusi disambungkan langsung ke rumahrumah dan fasiltas umum serta fasilitas sosial;
(7) Disediakan kran-kran umum pada kawasan-kawasan permukiman padat; dan
(8) Sambungan langsung dari PAM perdesaan dengan sumber-sumber air baku dari mata air
di pegunungan.
Paragraf 7
Sistem Jaringan Drainase
Pasal 18
Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Drainase Wilayah Kabupaten sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 huruf c, meliputi :
a. sistem drainase dilakukan dengan perencanaan yang baik, terutama diperkotaan melalui
penanganan yang sinergis antara masyarakat dan instansi yang terkait.
b. pembangunan dan peningkatan drainase primer yang dilakukan melalui normalisasi dan
perkuatan tebing, termasuk sungai sebagai badan air.
c. pembangunan dan peningkatan drainase sekunder pada daerah permukiman perkotaan
dan perdesaan yang rawan bencana banjir menuju drainase primer; dan
d. pembangunan dan peningkatan sistem drainase tersier pada lingkungan
Paragraf 8
Jalur Evakuasi Bencana
Pasal 19
Rencana Jalur Evakuasi Bencana Alam Wilayah Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15 huruf d, meliputi :
a. jalur evakuasi bencana banjir di Pangkajene, Labakkang dan Bungoro;.
b. jalur evakuasi bencana longsor di Kecamatan Tondong Tallasa, Balocci, dan Bungoro
c. jalur evakuasi abrasi pantai dan tsunami di Kecamatan Pangkajene, Bungoro, Labakkang,
Marang, Segeri, Mandalle serta wilayah pulau-pulau kecil dalam wilayah Kabupaten
Pangkep;
d. jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, dan huruf c direncanakan
mengikuti/menggunakan jaringan jalan dengan rute terdekat ke ruang evakuasi dan
merupakan jaringan jalan paling aman dari ancaman berbagai bencana, serta merupakan
tempat-tempat yang lebih tinggi dari daerah bencana;dan

e. jalur mitigasi bencana/evakuasi bencana pesisir dan pulau-pulau kecil


1. untuk bencana banjir, evakuasi bencana dilakukan di kecamatan-kecamatan dengan
kemiringan lahan yang lebih tinggi, yakni menuju Kecamatan Balocci dan Kecamatan
Tondong Tallasa
2. untuk bencana tanah longsor, evakuasi bencana dilakukan di kecamatan-kecamatan
yang relative lebih aman, yakni menuju Kecamatan Pangkajene.
Paragraf 9
Sistem Pengelolaan Air Limbah
Pasal 20
Rencana Sistem Pengelolaan Air Limbah Wilayah Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15 huruf e meliputi:
a. rencana IPAL limbah industri ditempatkan tidak jauh dari kawasan-kawasan agroindustri
agar dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem pengelolaan limbah. Untuk
menunjang hal tersebut dalam zonasi kawasan peruntukan budidaya dalam hal ini adalah
kawasan peruntukan industri yang terdiri dari kawasan industri atapun kegiatan industri
yang berpotensi mencemari lingkungan dapat mencantumkan ketetapan untuk mengadakan
kajian AMDAL;
b. rencana IPAL limbah domestik Kabupaten diarahkan ke sistem kluster yang berada di
kawasan Perkotaan di Kabupaten;
c. rencana Sistem Perpipaan Air Limbah Kabupaten diarahkan ke sistem komunal yang
berada di Kota Pangkajene dan Ibukota Kecamatan lainnya.
BAB IV
RENCANA POLA RUANG WILAYAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 21
(1) Rencana pola ruang wilayah kabupaten meliputi rencana kawasan lindung dan kawasan
budidaya;
(2) Rencana pola ruang wilayah Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digambarkan dalam peta rencana pola ruang dengan tingkat ketelitian skala 1 : 50.000
sebagai Lampiran 7, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.
Bagian Kedua
Kawasan Lindung
Pasal 22
Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1), terdiri atas :
a. kawasan hutan lindung;
b. kawasan perlindungan setempat;
c. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;
d. kawasan rawan bencana alam;
e. kawasan lindung geologi.
Paragraf 1
Kawasan Hutan Lindung
Pasal 23
Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf a, diarahkan
pengelolaan dan pengembangannya terdiri atas :
a. pengendalian kegiatan budidaya yang telah berlangsung lama dalam kawasan hutan
lindung;
b. pengembalian fungsi hidrologis kawasan hutan yang telah mengalami kerusakan dengan

reboisasi;
c. percepatan rehabilitasi hutan/reboisasi hutan lindung dengan tanaman yang sesuai
dengan fungsi lindung;
d. pemantauan kegiatan yang diperbolehkan di kawasan hutan lindung agar tidak
mengganggu fungsi lindung; dan
e. rencana Pengembangan Hutan Lindung (HL) yang terdapat di Kecamatan Minasa
Tene ,Balocci, Tondong Tallasa,Bungoro,Segeri dan Mandalle Dengan luas total 7.701,71
ha.
Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya
Pasal 24
(1) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya sebagaimana
dimaksud dalam pasal 22 huruf b, adalah kawasan resapan air
(2) Kawasan resapan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat di Kecamatan
Balocci, Tondong Tallasa,Bungoro,Segeri dan Mandalle
Paragraf 2
Kawasan Perlindungan Setempat
Pasal 25
(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf b, terdiri
atas :
a. kawasan sempadan pantai;
b. kawasan sempadan sungai;
c. kawasan ruang terbuka hijau perkotaan; dan
d. kawasan kearifan lokal.
(2) Kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di
kawasan pesisir pantai Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan sepanjang kurang lebih
45,60 Km, yang terdapat di Kecamatan Mandalle, Kecamatan Segeri, Kecamatan
Marang, Kecamatan Labakkang, Kecamatan Minasatene, dan Kecamatan Pangkajene,
dengan ketentuan :
a. daratan sepanjang tepian laut dengan jarak minimal 100 meter dari titik pasang air laut
tertinggi ke arah darat; atau
b. daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal
dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai.
c. permukiman yang sudah ada di kawasan sempadan pantai perlu dikendalikan
aktifitasnya
d. mencegah pembuangan sampah dan limbah rumah tangga langsung ke pantai/badan
air.
e. mengatur saluran drainase terutama saluran limbah rumah tangga agar tidak langsung
masuk ke badan air tetapi ditampung terlebih dahulu dalam lobang resapan di setiap
halaman rumah dan/atau ditampung dan dikelola di bak penampungan/IPAL.
f. pengendalian kegiatan yang telah ada di kawasan sempadan pantai dengan
mengarahkan kegiatan untuk mengembalikan fungsi kawasan sebagai fungsi lindung.
g. menetapkan zona aman dan evakuasi pada pesisir yang berpotensi tsunami dan
merencanakan perwilayahan pesisir yang mengacu pada mitigasi bencana.
h. fungsi dari pemanfaatan sempadan pantai yaitu penanaman kembali atau pelestarian
hutan bakau dan mangrove di sempadan pantai sebagai pencegah terjadinya
gelombang pasang dan abrasi.
(3) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdapat di
sepanjang bantaran Sungai Segeri, Sungai Pangkajene, Sungai Kalibone, Sungai
Cidokang, Sungai Tagari, Sungai Tombolo, Sungai Senggerang dan anak sungai lainnya
dan anak sungai lainnya baik yang mengalir di kawasan perkotaan maupun di luar
kawasan perkotaan dengan ketentuan :
a. daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul diluar kawasan permukiman
dengan lebar 100 (seratus) meter dari tepi sungai;
b. daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul diluar kawasan permukiman

dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai; dan
c. untuk sungai dikawasan permukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan
cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10 15 meter;
d. fungsi sungai sebagai halaman depan, dan bukan sebagai halaman belakang yang
berfungsi sebagai tempat pembuangan limbah.
(4) Kawasan sekitar mata air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdapat di
Kecamatan Segeri dan Kecamatan Mandalle, dengan ketentuan perlindungan sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air.
(5) Kawasan ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d yaitu berupa
Ruang Terbuka Hijau Perkotaan (RTHP) yang ditetapkan minimal dengan luas 30 % dari
luas kawasan terbangun, meliputi 20% RTHP publik dan 10% RTHP privat, berada di
Ibukota Kabupaten dan Ibukota Kecamatan.
(6) Kawasan kearifan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e adalah kawasan
Kerajaan Segeri (Kediaman Bissu) di Kecamatan Segeri dan Kawasan Songka Bala di
Kecamatan Liukang Tupabbiring ditetapkan berdasarkan ketetapan adat yang berlaku.
Paragraf 3
Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya
Pasal 26
(1) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 huruf c, terdiri atas :
a. kawasan pantai berhutan bakau;
b. kawasan taman nasional;
c. kawasan taman wisata alam laut; dan
d. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
(2) Kawasan pantai berhutan bakau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dengan
luas keseluruhan adalah 1.264 Ha, yang penyebarannya meliputi:
a. kawasan pantai berhutan bakau terdapat di Kecamatan Mandalle;
b. kawasan pantai berhutan bakau terdapat di Kecamatan Segeri;
c. kawasan pantai berhutan bakau terdapat di Kecamatan Marang;
d. kawasan pantai berhutan bakau terdapat di Kecamatan Labakkang;
e. kawasan pantai berhutan bakau terdapat di Kecamatan Bungoro;
f. kawasan pantai berhutan bakau terdapat di Kecamatan Pangkajene dengan luas
kurang lebih 32,70 Ha;
g. kawasan pantai berhutan bakau terdapat di Pulau Sagara, Sabangko dan BangkoBangkoang Kecamatan Liukang Tuppabbiring;
h. kawasan pantai berhutan bakau terdapat di Pulau Kapoposang Bali, Satanger, Sailus
Besar, Sailus Kecil, Aloang, Pelokang Besar, Pelokan Kecil, Sapuka Kecamatan
Liukang Tangaya; dan
i. kawasan pantai berhutan bakau terdapat di Pulau Dewakang Lompo, BangkoBangkoang, Doangdoangan Caddi, Kalu-kalukuang, Pammas Kecamatan Liukang
Kalmas.
(3) Kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b, yang berada di wilayah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan di Kecamatan
Balocci;
(4) Kawasan taman wisata alam laut Kepulauan Kapoposang;
(5) Kawasan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d, terdiri dari :
a. taman Purbakala Sumpang Bita dan Gua Bulu Sumi di Kecamatan Balocci yang
merupakan tempat peninggalan zaman prasejarah pada masa lampau;
b. kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung di Kecamatan Balocci;
c. gua lukisan purbakala Leang Pattenung, Leang Kassi, Leang Limbubbuka, Leang
Caddia,Lambuto, Leang ujung Bulu, Leang Kajuara , Leang saka pao, Leang Bulu
Ribba, Leang Camming kana, Leang Sassang, Leang batang Lamara, Leang Sapiria,
Leang Ulu Tedong, leang Garunggung, Leang saluka, Leang maccina, Leang Lesang ,
leang Cumi Lantang,dan Leang Lompoa di Kecamatan Minasa Tene, Leang Biringere
Kecamatan Bungoro, Leang Bulu Balang, Leang Lasi Tae, dan Leang pamelakang
Tedong Kecamatan Labakkang.

Paragraf 4
Kawasan Rawan Bencana Alam
Pasal 27
(1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf d, terdiri
atas:
a. kawasan rawan tanah longsor; dan
b. kawasan rawan banjir.
(2) Kawasan rawan tanah longsor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, berada di
Kecamatan Tondong Tallasa, Balocci, dan Bungoro; dan
(3) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdapat di
Kecamatan Pangkajene, Labakkang dan Bungoro.
Paragraf 5
Kawasan Lindung Geologi
Pasal 28
(1) Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf e, terdiri atas:
a. kawasan rawan bencana alam geologi; dan
b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah.
(2) Kawasan rawan bencana alam geologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
terdiri atas:
a. kawasan rawan tsunami, terdapat di wilayah pulau-pulau yang meliputi wilayah pulau di
Kecamatan Liukang kalmas dan Liukang Tangaya; dan
b. kawasan rawan abrasi, terdapat di wilayah pesisir pantai di Kecamatan Pangkajene,
Bungoro, Labakkang, Marang, Segeri, Mandalle.
(3) Kawasan perlindungan terhadap air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
terdiri atas: kawasan sekitar mata air, terdapat di Kecamatan Segeri dan Kecamatan
Mandalle
Bagian Ketiga
Kawasan Budidaya
Pasal 29
Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1), terdiri atas :
a. kawasan peruntukan hutan produksi;
b. kawasan peruntukan hutan rakyat;
c. kawasan peruntukan pertanian;
d. kawasan peruntukan perikanan;
e. kawasan peruntukan pertambangan;
f. kawasan peruntukan industri;
g. kawasan peruntukan pariwisata;
h. kawasan peruntukan permukiman; dan
i. kawasan peruntukan lainnya.

Paragraf 1
Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Pasal 30
(1) Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf a,
terdiri atas:
a. kawasan hutan produksi dengan luasan kurang lebih 2.733,25 Ha; dan
b. kawasan hutan produksi terbatas dengan luasan kurang lebih 2.939,98 Ha.
(2) Kawasan hutan produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas:
a. kawasan hutan produksi di Kecamatan Minasa Tene dengan luas kurang lebih 1.116,16

Ha; dan
b. kawasan hutan produksi di Kecamatan Tondong Tallasa dengan luas kurang lebih
1.617,09 Ha.
(3) Kawasan hutan produksi terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri
atas:
a. kawasan hutan produksi terbatas di Kecamatan Tondong Tallasa dengan luas kurang
lebih 1.927,16 Ha;
b. kawasan hutan produksi terbatas di Kecamatan Bungoro dengan luas kurang lebih
315,86 Ha;
c. kawasan hutan produksi terbatas di Kecamatan Segeri dengan luas kurang lebih 602,75
Ha; dan
d. kawasan hutan produksi terbatas di Kecamatan Marang dengan luas kurang lebih
94,21Ha.
Paragraf 2
Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat
Pasal 31
Kawasan peruntukan hutan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf b dengan
luasan kurang lebih 345,19 Ha, terdiri atas:
a. kawasan hutan rakyat di Kecamatan Minasa Tene dengan luasan kurang lebih 288,79 Ha;
b. kawasan hutan rakyat di Kecamatan Tondong Tallasa dengan luasan kurang lebih 27,12
Ha;dan
c. kawasan hutan rakyat di Kecamatan Bungoro , dengan luasan kurang lebih 29,28 Ha.
Paragraf 3
Kawasan Peruntukan Pertanian
Pasal 32
(1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf c, terdiri
atas :
a. kawasan p eruntuk an pertanian tanaman pangan;
b. kawasan peruntukan pertanian hortikultura;
c. kawasan peruntukan perkebunan; dan
d. kawasan peruntukan peternakan.
(2) Kawasan peruntukan tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
terdiri dari:
a. kawasan peruntukan pertanian lahan basah dikembangkan di Kecamatan Labakkang,
Marang, Bungoro, Minasa Tene, Balocci, Segeri, Pangkajene dan Mandalle dengan
luas kurang lebih 14.934 Ha;
b. kawasan peruntukan pertanian lahan kering, terdiri atas:
1. kawasan peruntukan budidaya padi lahan kering di Kecamatan Balocci,Tondong
Tallasa, dan Segeri dengan luas kurang lebih 15 Ha;
2. kawasan peruntukan pertanian tanaman jagung terdapat di Kecamatan Minasatene,
Labakkang, Segeri dan Mandalle;
3. kawasan peruntukan pertanian tanaman kacang kedele terdapat di Kecamatan
Bungoro, Balocci, Tondong Tallasa dan Labakkang;
4. kawasan peruntukan pertanian tanaman kacang tanah terdapat di Kecamatan
Balocci dan Tondong Tallasa;
5. kawasan peruntukan pertanian tanaman ubi kayu terdapat di Kecamatan Labakkang,
Segeri dan Mandalle;
6. kawasan peruntukan pertanian tanaman kacang hijau terdapat di Kecamatan
Marang dan Segeri; dan
7. kawasan peruntukan pertanian tanaman ubi jalar terdapat di Kecamatan Labakkang
dan Marang.
(3) Kawasan peruntukan hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
a. kawasan peruntukan perkebunan jeruk terdapat di Kecamatan Labakkang dan Marang;

dengan luasan kurang lebih 1.100 Ha;


b. kawasan peruntukan perkebunan cabe terdapat di Kecamatan Marang dan Segeri
dengan luasan kurang lebih 68 Ha;
c. kawasan peruntukan perkebunan Pisang terdapat di Kecamatan Tondong Tallasa dan
Belucci dengan luasan kurang lebih 500 Ha; dan
d. kawasan peruntukan perkebunan papaya terdapat di Kecamatan Mandalle dan
Marang, dengan luasan kurang lebih 300 Ha;
e. kawasan peruntukan perkebunan Mangga terdapat di semua wilayah kecamatan
kecuali wilayah kecamatan pulau-pulau kecil dengan luasan kurang lebih 1000.Ha.
(4) Kawasan peruntukan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri
atas:
a. kawasan peruntukan perkebunan kelapa dalam & hibrida, terdapat di Kecamatan
Mandalle, Kecamatan Liukang Kalmas, Liukang Tupabiring dan Liukang Tangaya
dengan luas kurang lebih 107 Ha;
b. kawasan peruntukan perkebunan kopi robusta, terdapat di Kecamatan Mandalle dan
Marang;
c. kawasan peruntukan perkebunan kakao, terdapat di Kecamatan Marang,Segeri dan
Mandalle;
d. kawasan peruntukan perkebunan cengkeh, terdapat di Kecamatan TondongTallasa dan
Balocci;
e. kawasan peruntukan perkebunan lada, dikembangkan di Kecamatan Segeri,Tondong
Tallasa dan Balocci;
f. kawasan peruntukan perkebunan jambu mete, terdapat di Kecamatan Mandalle dan
Marang;
g. kawasan peruntukan perkebunan kemiri, terdapat di Kecamatan Mandalle,Segeri
Marang dan Balocci;
h. kawasan peruntukan perkebunan kapuk, terdapat di Kecamatan Mandalle dan Bungoro;
(5) Kawasan peruntukan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,terdiri
atas:
a. kawasan peruntukan pengembangan ternak besar terdapat di Kecamatan Tondong
Tallasa, Balocci, Labakkang, Marang;
b. kawasan peruntukan pengembangan ternak unggas terdapat di Kecamatan Labakkang,
Segeri, Balocci dan Mandalle;
c. kawasan peruntukan pengembangan ternak kecil terdapat di Kecamatan Marang dan
Segeri.
(6) Kawasan pertanian tanaman pangan lahan basah di seluruh kecamatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a dan b ditetapkan sebagai kawasan pertanian pangan
berkelanjutan.
Paragraf 4
Kawasan Peruntukan Perikanan
Pasal 33
(1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf d, terdiri
atas :
a. kawasan peruntukan perikanan tangkap;
b. kawasan peruntukan budidaya perikanan; dan
c. kawasan pengembangan minapolitan.
(2) Kawasan peruntukan perikanan tangkap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
dikembangkan di :
a. kecamatan Liukang Tangaya;
b. kecamatan Liukang Kalmas;
c. kecamatan Liukang Tupabbiring;
d. kecamatan Liukang Tupabbiring Utara;
e. kecamatan Pangkajene;
f. kecamatan Labakkang;
g. kecamatan Marang;
h. kecamatan Segeri;

i. kecamatan Mandalle.
(3) Kawasan peruntukan budidaya perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
terdapat kecamatan yang terdiri atas :
a. kawasan pengembangan budidaya perikanan air tawar seluas 1,6 Ha, terdapat di
Balleanging Kecamatan Balocci;
b. kawasan pengembangan budidaya perikanan air payau seluas 13.000 Ha, terdapat di
Kecamatan Mandalle, Minasa Tene, Segeri, Marang, Labakkang, Bungoro, dan
Pangkajene;
c. potensi budidaya komoditi rumput laut, terdapat di Kecamatan Mandalle, Marang,
Segeri, Labakkang, Liukang Kalmas, Liukang Tangaya, Liukang Tupabiring dan Liukang
Tupabiring Utara dengan luas 7.900 Ha.
(4) Kawasan pengembangan minapolitan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
direncanakan terintegrasi dan terpadu dengan pengembangan peruntukan perikanan
dengan pusat pengembangan di Kecamatan Labakkang yang terletak di Kelurahan
Pundata Baji Dusun Maccini Baji, dan sub pusat yang terletak di Kecamatan Minasa Tene,
Pangkajene, Bungoro, Marang, Segeri, Mandalle, dan Liukang Tupabbiring Utara.
(5) Pelabuhan pendaratan ikan terdapat di :
1. pengembangan PPI Kalibone di Kecamatan Minasatene;
2. pengembangan PPI Tekolabbua di Kecamatan Pangkajene;
3. pengembangan PPI Palampang di Kecamatan Pangkajene;
4. pengembangan PPI Limbangang di Kecamatan Ma'rang;
5. PPI Pitusunggu di Kecamatan Ma'rang;
6. pengembangan PPI Bawasalo di Kecamatan Segeri;
7. PPI Kassi Kebo di Kecamatan Ma'rang;
8. PPI Gusunge di Kecamatan Ma'rang;
9. PPI Bonea di Kecamatan Segeri;
10. PPI Tamarupa di Kecamatan Mandalle;
11. pengembangan TPI di Maccini Baji di Kecamatan Labakkang.
(6) Kawasan pesisir dan kelautan adalah perairan pantai sampai batas kearah laut sejauh 4
mil laut dari garis pantai yang memiliki potensi kerusakan lingkungan di Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan sehingga dibatasi dalam pertumbuhan wilayahnya yang
selanjutnya diatur dalam insentif dan disinsentif.
(7) Lokasi wilayah pesisir dan kelautan meliputi seluruh wilayah kecamatan, kecuali
Kecamatan Tondong Tallasa, dan Balocci.
Paragraf 5
Kawasan Peruntukan Pertambangan
Pasal 34
(1) Kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batubara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29 huruf e, berupa kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batubara;
(2) Kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batubara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a terdiri dari:
a. komoditas tambang batuan meliputi:
1. marmer, terdapat di Kelurahan Balleangin , Kelurahan Kassi, Kelurahan Balocci Baru
Kecamatan Balocci, Desa Panaikang, Kelurahan Bontoa Kecamatan Minasa
Tene,Desa Tabo-tabo, Desa Mangilu Kecamatan Bungoro , Desa Bulu TelluE, Desa
Bantimurung, desa Malaka Kecamatan Tondong Tallasa, Desa Taraweang, Desa
Bara Batu Kecamatan Labakkang;
2. batu gamping, terdapat di Desa Biring Ere Kecamatan Bungoro, Desa Mangilu Kec.
Bungoro, Desa Lanne Kec. Tondong Tallasa, B. Campaagi Kelurahan Tonasa
Kecamatan Balocci, B. Rumbia Kecamatan Balocci, dan kampung Parenreng Desa
Parenreng Kecamatan Segeri;
3. tanah liat (lempung), terdapat di Kecamatan Bungoro dan Tondong Tallasa,
Kelurahan Tonasa, Desa Bantimala, Desa Tabo-Tabo, Kecamatan Pangkajene
sampai Kelurahan Bonto Matene Kecamatan Segeri-Mandalle dan Kelurahan
Kalabbirang Kecamatan Minasatene;
4. batu Gunung, terdapat di Kecamatan Minasatene, Bungoro, Tondong Tallasa,
Balocci, Labakkang, Marang, Segeri dan Mandalle;

5. kerikil Sungai, Terdapat di Kecamatan Balocci;


6. pasir Urug, tersebar di Kecamatan Daratan;
7. kaoling, terdapat di Kecamatan Bungoro dan Tondong Tallasa;
8. basal, penyebarannya di Kecamatan Tondong Tallasa;
9. kristal Kuarsa, terdapat di Desa Lanne Kecamatan Tondong Tallasa; dan
10.
sirtu, terdapat di Kecamatan Minasatene, Balocci, Pangkajene, Tondong Tallasa,
Bungoro, Labakkang, Segeri, Marang dan Mandalle.
b. komoditas tambang mineral logam meliputi:
1. krom, terdapat di Kecamatan Segeri-Mandalle;
2. emas, terdapat di Kecamatan Bungoro dan Tondong Tallasa; dan
3. besi, terdapat di Kampung Bung Kecamatan Minasatene.
c. komoditas tambang mineral bukan logam meliputi:
1. pasir Kuarsa, terdapat di Kecamatan Tondong Tallasa, Bungoro dan Balocci; dan
2. kaolin, terdapat di Kecamatan Bungoro dan Tondong Tallasa
d. komoditas tambang batubara meliputi potensi tambang Batu Bara yang terdapat di
Kecamatan Tondong Tallasa, Bungoro, Marang dan Segeri.
Paragraf 6
Kawasan Peruntukan Industri
Pasal 35
(1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf f, terdiri atas :
a. kawasan peruntukan industri besar;
b. kawasan peruntukan industri sedang; dan
c. kawasan peruntukan industri mikro.
(2) Kawasan peruntukan industri besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri
atas :
a. industri semen di Kecamatan Bungoro,
b. pengolahan Semen di Kecamatan Bungoro,
c. pengolahan Marmer di Kecamatan Bungoro dan Labakkang
(3) Kawasan peruntukan industri sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
tersebar pada semua kecamatan di wilayah daratan sesuai dengan potensi unggulan yang
dimiliki dan kondisi lingkungan yang ada.
(4) Kawasan peruntukan industri mikro sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi
Jenis industri yang umumnya bergerak dalam industri makanan, industri tekstil, pakaian
jadi, industri kayu dan logam.
(5) Rencana pengembangan kawasan industri yaitu Kawasan Industri Pangkajene dan
Kepulauan (KIPA) yang berlokasi di Kecamatan Bungoro.
Pasal 36
Penetapan zonasi kawasan industri sebagaimana pada Pasal 35 perlu didukung sistem
pengolahan limbah tersendiri dan dipisahkan dengan sistem pengolahan limbah lingkungan
sekitarnya.
Paragraf 7
Kawasan Peruntukan Pariwisata
Pasal 37
(1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf g, terdiri
atas :
a. kawasan peruntukan pariwisata budaya;
b. kawasan peruntukan pariwisata alam;
c. kawasan peruntukan pariwisata buatan.
(2) Kawasan peruntukan pariwisata budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
terdiri atas:
a. kawasan Arajang (Bissu) di Kecamatan Segeri;
b. kawasan Taman Purbakala Sumpang Bita , Gua Bulu Sumi Kecamatan Balocci

c. kawasan Makam Somba Labakkang di Kecamatan Labakkang; dan


d. kawasan Makam A. Mauraga di Kecamatan Pangkajene.
(3) Kawasan peruntukan pariwisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri
atas:
a. permandian Alam Mattampa/ Museum Karst di Kecamatan Bungoro;
b. permandian Alam Amputtang di Kecamatan Segeri;
c. leang Kassi dan Taman Laut Kapoposang terdapat di Pulau Kapoposang Kecamatan
Liukang Tupabiring;
d. pantai pasir Maccini Baji, dan Pulau Suci mustika langka yang terletak di Kecamatan
Liukang Tuppabiring.
(4) Kawasan peruntukan pariwisata buatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
adalah kawasan wisata Mattampa Kecamatan Bungoro.
Paragraf 8
Kawasan Peruntukan Permukiman
Pasal 38
(1) Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf h, terdiri
atas :
a. kawasan peruntukan permukiman perkotaan; dan
b. kawasan peruntukan permukiman perdesaan.
(2) Kawasan permukiman perkotaan sebagaimana pada ayat (1) huruf a, terdiri atas :
a. kawasan permukiman perkotaan didominasi oleh kegiatan non agraris dengan tatanan
kawasan permukiman yang terdiri dari sumberdaya buatan seperti perumahan, fasilitas
sosial, fasilitas umum, prasarana dan sarana perkotaan;
b. komando Rayon Militer (Koramil) yang berada di kecamatan-kecamatan di wilayah
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan;
c. Polres Pangkajene dan Kepulauan di Kecamatan Pangkajene;
d. Polsek yang berada di kecamatan-kecamatan di wilayah Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan.
(3) Rencana pengembangan kawasan pertahanan dan keamanan negara meliputi:
a. mendukung peningkatan prasarana dan sarana di kawasan pertahanan dan keamanan
negara; dan
b. mendukung penataan kawasan pertahanan dan keamanan Negara.
Paragraf 9
Kawasan Peruntukan Lainnya
Pasal 39
(1) Rencana kawasan peruntukan lainnya dimaksud dalam Pasal 29 huruf i, terdiri atas :
a. merupakan kawasan olahraga,
b. kwasan perdagangan;
c. kawasan pekuburan; dan
d. kawasan pertahanan dan keamanan.
(2) Rencana Kawasan Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, merupakan
kawasan olahraga skala Kabupaten di Kota Pangkajene dan Kepulauan dan kawasan olah
raga yang dikembangkan secara berhirarki pada masing-masing pusat dan sub pusat
kegiatan secara proporsional:
(3) Kawasan peruntukan perdagangan sebagaimana pada ayat (1) huruf b, merupakan
kawasan yang potensil dimanfaatkan untuk kegiatan perdagangan yang meliputi:
a. pengembangan Pasar Sentral di Kota Pangkajene Kecamatan Pangkajene ;
b. kawasan perdagangan skala kecamatan yang terdistribusi di seluruh Pusat PKLp dan
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) di perkotaan Seluruh Ibu Kota Kecamatan;
c. kawasan perdagangan skala lokal yang terdistribusi di seluruh Pusat Pelayanan
Lingkungan (PPL).
(4) Kawasan Pekuburan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, adalah kawasan
pekuburan Regional yang tersebar diseluruh wilayah Kecamatan:

(5) Kawasan pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, yaitu
kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan terdiri atas :
a. Komando Distrik Militer (Kodim) 1421 Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
diKecamatan Pangkajene;
b. Komando Rayon Militer (Koramil) yang berada di kecamatan-kecamatan di wilayah
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan ;
1 c.
Polres Pangkajene dan Kepulauan di Kecamatan Pangkajene;
2 d.
Polsek yang berada di kecamatan-kecamatan di wilayah Kabupaten Pangkajene
dan Kepulauan.
(6) Rencana pengembangan kawasan pertahanan dan keamanan negara meliputi:
a. mendukung peningkatan prasarana dan sarana di kawasan pertahanan dan keamanan
negara; dan
b. mendukung penataan kawasan pertahanan dan keamanan Negara.
Pasal 40
(1) Pemanfaatan kawasan untuk peruntukan lain selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal
39 dapat dilaksanakan apabila tidak mengganggu fungsi kawasan yang bersangkutan dan
tidak melanggar Ketentuan Umum Peraturan Zonasi sebagaimana diatur dalam Peraturan
Daerah ini.
(2) Pemanfaatan kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan setelah
adanya kajian komprehensif dan setelah mendapat rekomendasi dari badan atau pejabat
yang tugasnya mengkoordinasikan penataan ruang di Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan.
BAB V
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
Pasal 41
(1) Kawasan strategis yang ada di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, terdiri atas :
a. kawasan Strategis Provinsi; dan
b. kawasan Strategis Kabupaten.
c. kawasan Agropolitan.
(2) Rencana kawasan strategis digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:50.000
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 8, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Pasal 42
(1) Kawasan Strategis Provinsi (KSP) yang ada di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) huruf a, terdiri atas :
a. KSP dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi; dan
b. KSP dari sudut fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
(2) KSP dari sudut kepentingan ekonomi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a,
terdiri atas:
a. kawasan lahan pangan berkelanjutan pada semua wilayah kecamatan yang diarahkan
pengembangan kegiatan pertanian tanaman pangan; dan
b. kawasan pengembangan budidaya alternatif komoditas unggulan jambu mete di
Kecamatan Marang;
c. kawasan pengembangan budidaya udang pada wilayah Kecamatan Minasa-Tene,
Pangkajene, Labakkang, Marang, Segeri, Mandalle, dan Bungoro ; dan
d. kawasan Pabrik Semen Tonasa di Kecamatan Bungoro.
(3) KSP dari sudut fungsi dan daya dukung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, meliputi kawasan wisata bahari Mamminasata dan sekitarnya di
Kecamatan Liukang Kalmas, Liukang Tangaya, Liukang Tupabiring dan Liukang Tupabiring
Utara.
Pasal 43

(1) Kawasan Strategis Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) huruf b,
terdiri atas :
a. kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi;
b. kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan sosial budaya;
c. kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber
daya alam dan/atau teknologi tinggi; dan
d. kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup.
(2) Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, terdiri dari:
a. kawasan perdagangan di Kota Pangkajene;
b. kawasan Wisata Mattampa;
c. kawasan Minapolitan Labakkang terdapat di Kecamatan Labakkang, Minasa Tene,
Pangkajene, Bungoro, Marang, Segeri, Mandalle, dan Liukang Tupabbiring Utara yang
juga berfungsi sebagai Kawasan Strategis Cepat Tumbuh.
(3) Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, meliputi kawasan Bantimurung Tompo bulu yang terdapat di Kecamatan
Tondong Tallasa dan Bungoro;
(4) Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi Kawasan karst yang tedapat di
Kecamatan Balocci, Tondong Tallasa.
Pasal 44
(1). Untuk operasionalisasi RTRWK Pangkajene dan Kepulauan dapat disusun dengan
Rencana Tata Ruang yang lebih rinci.
(2). Rencana Tata Ruang yang lebih rinci sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Peraturan Daerah.
BAB VI
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
Pasal 45
(1) Pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten berpedoman pada rencana struktur ruang dan
pola ruang.
(2) Pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten dilaksanakan melalui penyusunan dan
pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta perkiraan pendanaannya.
(3) Perkiraan pendanaan program pemanfaatan ruang disusun sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 46
(1) Program pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) disusun
berdasarkan indikasi program utama lima tahunan yang ditetapkan dalam Lampiran 9,
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(2) Pendanaan program pemanfaatan ruang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, investasi swasta dan kerja
sama pendanaan.
(3) Kerja sama pendanaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan.

BAB VII
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Bagian Kesatu
Umum
Pasal 47
(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten digunakan sebagai acuan
dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten.
(2) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang terdiri atas :
a. ketentuan umum peraturan zonasi;
b. ketentuan perizinan;
c. ketentuan insentif dan disinsentif; dan
d. arahan sanksi.
Bagian Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pasal 48
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 47 ayat (2) huruf a digunakan sebagai pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam
menyusun peraturan zonasi.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi terdiri atas :
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya; dan
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sekitar prasarana pengelolaan
lingkungan sistem prasarana nasional dan wilayah , terdiri atas :
1. Kawasan sekitar prasarana transportasi;
2. Kawasan sekitar prasarana energi;
3. Kawasan sekitar prasarana telekomunikasi; dan
4. Kawasan sekitar prasarana sumber daya air;
d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan strategis.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi dijabarkan lebih lanjut di dalam Lampiran 10 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Paragraf 1
Ketentuan umum Peraturan Zonasi
Ketentuan umum Peraturan Zonasi Pusat-pusat Kegiatan
Pasal 49
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi pusat-pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai PKW;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai PKLp;
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai PPK;
dan
d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai PPL.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai
PKW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pemantapan Kawasan Perkotaan Baru
Pusat Pemerintahan Kabupaten, pusat perdagangan dan jasa skala nasional, dan
regional, kegiatan pariwisata, kegiatan sosial-budaya dan kesenian, pelayanan
pendidikan, pelayanan kesehatan, kegiatan pertanian, permukiman, kegiatan
penghijauan, penyediaan untuk ruang terbuka non hijau perkotaan, penyediaan
prasarana dan sarana pejalan kaki, penyediaan prasarana dan sarana angkutan umum,
penyediaan prasarana dan sarana kegiatan sektor informal dan ruang evakuasi
bencana, kegiatan peningkatan kuantitas dan kualitas jaringan jalan kawasan perkotaan
pelayanan jaringan air minum, jaringan drainase, pengelolaan persampahan,

pengolahan air limbah, pelayanan energi dan listrik, pelayanan telekomunikasi dan
utilitas perkotaan lainnya; kegiatan yang dapat mendukung pelestarian bangunan yang
memiliki nilai-nilai sejarah, budaya, dan pola-pola permukiman tradisional setempat;
b. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud
pada huruf a;
c. pengembangan kawasan perkotaan diarahkan dengan besaran Koefisien Wilayah
Terbangun (KWT), paling besar 60 (enam puluh) persen dari luas Kawasan Perkotaan;
d. penyediaan kawasan perkotaan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas kawasan
perkotaan; dan
e. penataan ruang kawasan perkotaan wajib dilengkapi dengan rencana rinci kawasan
perkotaan yang dilengkapi peraturan zonasi dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai
PKLP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi pusat pemerintahan kecamatan, pusat
perdagangan dan jasa skala lokal, kegiatan pariwisata, kegiatan sosial-budaya dan
kesenian, pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kegiatan pertanian,
permukiman, kegiatan penghijauan, penyediaan untuk ruang terbuka non hijau
perkotaan, penyediaan prasarana dan sarana pejalan kaki, penyediaan prasarana dan
sarana angkutan umum, penyediaan prasarana dan sarana kegiatan sektor informal
dan ruang evakuasi bencana, pelayanan jaringan air minum, jaringan drainase,
pengelolaan persampahan, pengolahan air limbah, pelayanan energi dan listrik;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud huruf a yang tidak mengganggu fungsi Kawasan Perkotaan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan huruf b;
d. pengembangan kawasan perkotaan diarahkan dengan besaran Koefisien Wilayah
Terbangun (KWT), paling besar 60 (enam puluh) persen dari luas Kawasan Perkotaan;
e. penyediaan kawasan perkotaan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas kawasan
perkotaan; dan
f. penataan ruang kawasan perkotaan wajib dilengkapi dengan rencana rinci kawasan
perkotaan yang dilengkapi peraturan zonasi dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai PPK
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diarahkan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi pusat pemerintahan kecamatan, pusat
perdagangan dan jasa skala lokal, kegiatan pariwisata, kegiatan sosial-budaya dan
kesenian, pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kegiatan pertanian,
permukiman, kegiatan penghijauan, penyediaan untuk ruang terbuka non hijau kota,
penyediaan prasarana dan sarana pejalan kaki, penyediaan prasarana dan sarana
angkutan umum, penyediaan prasarana dan sarana kegiatan sektor informal dan ruang
evakuasi bencana, pelayanan jaringan air minum, jaringan drainase, pengelolaan
persampahan, pengolahan air limbah, pelayanan energi dan listrik;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud huruf a yang tidak mengganggu fungsi Kawasan Perkotaan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan huruf b;
d. pengembangan kawasan perkotaan diarahkan dengan besaran koefisien wilayah
terbangun (KWT), paling besar 60 (enam puluh) persen dari luas Kawasan Perkotaan;
e. penyediaan RTH kawasan perkotaan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas
kawasan perkotaan; dan
f. penataan ruang kawasan perkotaan wajib dilengkapi dengan rencana rinci kawasan
perkotaan yang dilengkapi peraturan zonasi dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai PPL
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri atas:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan perdagangan dan jasa, kegiatan


pelayanan pendidikan, kegiatan pelayanan kesehatan, kegiatan pembangunan sarana
olah raga, kegiatan penghijauan, dan kegiatan pembangunan prasarana dan sarana
serta fasilitas umum;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana huruf
a sepanjang tidak mengganggu fungsi-fungsi pelayanan lokal;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan huruf b;
d. Pengembangan PPL diarahkan untuk melayani kawasan permukiman perdesaan yang
berada disekitarnya; dan
e. penyediaan prasarana dan sarana transportasi antar desa maupun antar kawasan
perkotaan terdekat.
Paragraf 2
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Sistem Prasarana Transportasi Darat
Pasal 50
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem prasarana transportasi darat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b terdiri atas:
a.
ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan jalan;
b.
ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan transportasi
angkutan sungai dan penyeberangan;
c.
ketentuan umum peraturan zonasi terminal Tipe A;
d.
ketentuan umum peraturan zonasi terminal Tipe C; dan
e.
ketentuan umum peraturan zonasi terminal angkutan barang.
(2)
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan
transportasi darat sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 8 meliputi: ketentuan umum
peraturan zonasi sistem jaringan transportasi darat yang terdiri atas ketentuan umum
peraturan zonasi untuk kawasan di sepanjang sisi jalan arteri primer, kolektor primer dan
arteri sekunder, serta ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan di sekitar terminal
tipe A dan terminal tipe C, ketentuan umum peraturan zonasi terminal angkutan barang;
dan
(3)
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan di sepanjang
sisi jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a.
kegiatan yang diperbolehkan mengikuti ketentuan ruang milik jalan, ruang
manfaat jalan, dan ruang pengawasan jalan sesuai peraturan perundang undangan;
b.
kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi pembangunan utilitas
perkotaan termasuk kelengkapan jalan (street furniture), penanaman pohon, dan
pembangunan fasilitas pendukung jalan lainnya yang tidak mengganggu kelancaran
lalu lintas dan keselamatan pengguna jalan;
c.
kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi pemanfaatan ruang milik jalan,
ruang manfaat jalan, dan ruang pengawasan jalan yang mengakibatkan terganggunya
kelancaran lalu lintas dan keselamatan pengguna jalan;
d.
pemanfaatan ruang pengawasan jalan dengan Koefisien Daerah Hijau
(KDH) paling rendah 30 (tiga puluh) persen; dan
e.
pemanfaatan ruang sisi jalan bebas hambatan untuk ruang terbuka harus
bebas pandang bagi pengemudi dan memiliki pengamanan fungsi jalan.
(4)
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan
transportasi angkutan sungai dan penyeberangan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b diarahkan sebagai berikut:
a.
kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan operasional pelabuhan
sungai, kegiatan penunjang operasional pelabuhan penyeberangan, dan kegiatan
pengembangan kawasan peruntukan pelabuhan penyeberangan;

b.

kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain


sebagaimana dimaksud pada huruf a yang berada di dalam daerah lingkungan
kepentingan pelabuhan penyeberangan, dan jalur transportasi sungai; dan
c.
kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengganggu
kegiatan di daerah lingkungan kerja pelabuhan penyeberangan, daerah lingkungan
kepentingan pelabuhan penyeberangan, dan jalur transportasi sungai serta kegiatan
lain yang mengganggu fungsi kawasan peruntukan pelabuhan penyeberangan.
(5)
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk terminal Tipe A,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diarahkan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan penunjang operasional dan
pengembangan kawasan terminal tipe A, penyediaan fasilitas utama terminal seperti
jalur pemberangkatan kendaraan umum, jalur kedatangan kendaraan umum, tempat
parkir kendaraan umum selama menunggu keberangkatan, termasuk di dalamnya
tempat tunggu dan tempat istirahat kendaraan umum, bangunan kantor terminal; dan
tempat tunggu penumpang dan/atau pengantar, penyediaan fasilitas penunjang terminal
seperti kamar kecil/toilet, tempat peribadatan /musholla, kios/kantin, ruang pengobatan,
ruang informasi dan pengaduan, telepon umum, tempat penitipan barang dan taman;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu keamanan dan keselamatan lalu lintas
dan angkutan jalan serta fungsi kawasan di sekitar terminal tipe A;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengganggu keamanan dan
keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan serta fungsi kawasan di sekitar terminal tipe
A;
d. Terminal tipe A dilengkapi dengan RTH paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari zona
pengembangan untuk menjaga kelancaran operasional terminal, keamanan dan
keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan; dan
e. penyediaan prasarana dan sarana akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari
terminal dengan jarak paling sedikit 30 (tiga puluh) meter dihitung dari jalan ke pintu
keluar atau masuk terminal.
(6)
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk terminal Tipe C,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d diarahkan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan penunjang operasional dan
pengembangan kawasan terminal tipe C, penyediaan fasilitas utama terminal seperti
jalur pemberangkatan kendaraan umum, jalur kedatangan kendaraan umum, tempat
parkir kendaraan umum selama menunggu keberangkatan, termasuk di dalamnya
tempat tunggu dan tempat istirahat kendaraan umum, bangunan kantor terminal; dan
tempat tunggu penumpang dan/atau pengantar, penyediaan fasilitas penunjang terminal
seperti kamar kecil/toilet, tempat peribadatan/musholla, kios/kantin, ruang pengobatan,
ruang informasi dan pengaduan, telepon umum, tempat penitipan barang dan taman;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu keamanan dan keselamatan lalu lintas
dan angkutan jalan serta fungsi kawasan di sekitar terminal tipe C;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengganggu keamanan dan
keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan serta fungsi kawasan di sekitar terminal tipe
C; dan
d. terminal tipe C dilengkapi dengan RTH paling sedikit 20 (dua puluh) persen dari zona
pengembangan untuk menjaga kelancaran operasional terminal, keamanan dan
keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan.
(7)
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk terminal angkutan
barang sebagai mana dimaksud pada ayat (1) huruf e diarahkan sebagai berikut:
a.
kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan penunjang
operasional dan pembangunan kawasan terminal angkutan barang, penyediaan fasilitas
utama terminal angkutan barang seperti jalur pemberangkatan kendaraan umum, jalur
kedatangan angkutan umum, tempat parkir kendaraan selama menunggu bongkar muat
barang, termasuk didalamnya tempat tunggu dan tempat instirahat kendaraan umum,
bangunan kantor terminal dan penyediaan fasilitas penunjang terminal angkutan
barang seperti kamar kecil/toilet, tempat peribadatan/mushola, kios/katin, ruang
pengobatan, ruang informasi dan pengaduan, fasilitas telepon umum, tempat penitipan
barang, dan penghijauan;

b.

kegiatan yang diperperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan


selain sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu keamanan,
keselamatan lalu lintas, dan kelancaran angkutan barang serta fungsi kawasan disekitar
terminal angkutan barang;
c.
kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang dapat
mengganggu keamanan, keselamatan, lalu lintas dan kelancaran angkutan barang
serta fungsi kawasan disekitar terminal angkutan barang;
d.
terminal angkutan barang dilengkapi dengan RTH paling sedikit 20
(dua puluh) persen dari zona pengembangan untuk menjaga kelancaran
operasionalisasi terminal angkutan barang; dan
e.
penyediaan prasarana dan sarana akses jalan masuk atau jalan
keluar kendaraan dari terminal angkutan barang dengan jarak paling sedikit 30 (tiga
puluh) meter dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal angkutan barang.
Paragraf 3
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Sistem Jaringan Perkeretaapian
Pasal 51
(1)

Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a, dan

huruf b, terdiri atas:


a.
ketentuan umum peraturan zonasi jalur kereta api; dan
b.
ketentuan umum peraturan zonasi stasiun kereta api.
(2)
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jalur kereta api
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan mengikuti ketentuan ruang manfaat jalur kereta api, ruang
milik jalur kereta api, dan ruang pengawasan jalur kereta api sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi pembangunan fasilitas operasi
kereta api, penyediaan RTH, dan pembangunan fasilitas penunjang jalur kereta api dan
jalur yang tidak mengganggu konstruksi jalan rel, fasilitas operasi kereta api, serta
keselamatan pengguna kereta api; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi ruang manfaat jalur kereta api, ruang milik
jalur kereta api, dan ruang pengawasan jalur kereta api yang mengakibatkan
terganggunya kelancaran operasi kereta api serta keselamatan pengguna kereta api.
(3)
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk stasiun kereta api
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a.
kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan operasional
stasiun kereta api, kegiatan penunjang operasional stasiun kereta api, dan kegiatan
pengembangan stasiun kereta api, antara lain kegiatan naik turun penumpang dan
kegiatan bongkar muat barang;
b.
kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan
selain sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu keamanan dan
keselamatan operasi kereta api dan monorel, serta fungsi stasiun kereta api; dan
c.
kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang
mengganggu keamanan dan keselamatan operasi kereta api serta fungsi stasiun kereta
api.
Paragraf 4
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Sistem Jaringan Transportasi Laut
Pasal 52
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan transportasi laut sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, dan huruf b, meliputi:

a. ketentuan umum peraturan zonasi tatanan kepelabuhanan; dan


b. ketentuan umum peraturan zonasi alur pelayaran.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi tatanan kepelabuhanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan operasional pelabuhan utama, kegiatan
penunjang operasional pelabuhan utama, dan kegiatan pengembangan kawasan
peruntukan pelabuhan utama serta kegiatan pertahanan dan keamanan negara secara
terbatas;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain kegiatan
sebagaimana dimaksud pada huruf a yang berada di dalam Daerah Lingkungan Kerja
Pelabuhan dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan, dan jalur transportasi laut
dengan mendapat izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengganggu kegiatan di
Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan, Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan, dan
jalur transportasi laut serta kegiatan lain yang mengganggu fungsi kawasan peruntukan
pelabuhan utama.
(3) Arahan peraturan zonasi untuk alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Paragraf 5
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Sistem Jaringan Energi
Pasal 53
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 terdiri atas :
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan pipa minyak dan gas bumi;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk pembangkit tenaga listrik; dan
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan transmisi tenaga listrik.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan pipa minyak dan gas bumi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan operasional dan kegiatan penunjang
jaringan pipa minyak dan gas bumi;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud pada huruf a yang aman bagi instalasi jaringan pipa minyak dan gas bumi
serta tidak mengganggu fungsi jaringan pipa minyak dan gas bumi; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang membahayakan instalasi
jaringan pipa minyak dan gas bumi serta mengganggu fungsi jaringan pipa minyak dan
gas bumi.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk pembangkit tenaga listrik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b disesuaikan dengan karakter masing-masing pembangkit
tenaga listrik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan transmisi tenaga listrik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan prasarana jaringan
transmisi tenaga listrik dan kegiatan pembangunan prasarana penunjang jaringan
transmisi tenaga listrik;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan penghijauan,
pemakaman, pertanian, perparkiran, serta kegiatan lain yang bersifat sementara dan
tidak mengganggu fungsi jaringan transmisi tenaga listrik; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang menimbulkan bahaya
kebakaran dan mengganggu fungsi jaringan transmisi tenaga listrik.

Paragraf 6
Ketentuan umum Peraturan Zonasi
Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pasal 54
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan operasional dan kegiatan penunjang sistem
jaringan telekomunikasi;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud dalam pasal 54 huruf a yang aman bagi sistem jaringan telekomunikasi dan
tidak mengganggu fungsi sistem jaringan telekomunikasi; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang membahayakan sistem jaringan
telekomunikasi dan mengganggu fungsi sistem jaringan telekomunikasi.
Pasal 55
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan sumber daya air sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 terdiri atas :
a.

b.

c.

kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan prasarana lalu lintas air,
kegiatan pembangunan prasarana pengambilan dan pembuangan air, serta kegiatan
pengamanan sungai dan sempadan pantai;
kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air, pengendalian daya rusak air, dan fungsi sistem jaringan
sumber daya air; dan
kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengganggu fungsi sungai,
waduk, CAT sebagai sumber air, jaringan irigasi, sistem pengendalian banjir, dan sistem
pengamanan pantai sebagai prasarana sumber daya air.
Pasal 56

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan prasarana lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 terdiri atas :
a.
ketentuan umum peraturan zonasi untuk SPAM;
b.
ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan drainase;
c.
ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan air limbah; dan
d.
ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem pengelolaan persampahan.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan prasarana SPAM dan
kegiatan pembangunan prasarana penunjang SPAM;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 huruf a yang tidak mengganggu SPAM; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengganggu keberlanjutan
fungsi penyediaan air minum, mengakibatkan pencemaran air baku dari air limbah dan
sampah, serta mengakibatkan kerusakan prasarana dan sarana penyediaan air minum.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan drainase sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b terdiri atas:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan prasarana sistem jaringan


drainase dalam rangka mengurangi genangan air, mendukung pengendalian banjir, dan
pembangunan prasarana penunjangnya;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi sistem jaringan drainase;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan pembuangan sampah,
pembuangan limbah, dan kegiatan lain yang mengganggu fungsi sistem jaringan
drainase; dan
d. pemeliharaan dan pengembangan jaringan drainase dilakukan selaras dengan
pemeliharaan dan pengembangan ruang milik jalan.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan air limbah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan prasarana air limbah
dalam rangka mengurangi, memanfaatkan kembali, dan mengolah air limbah, serta
pembangunan prasarana penunjangnya;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi sistem jaringan air limbah; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan pembuangan sampah,
pembuangan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), pembuangan limbah B3, dan
kegiatan lain yang mengganggu fungsi sistem jaringan air limbah.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem pengelolaan persampahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d berupa ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
peruntukan TPA sampah terdiri atas:
a.
kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pengoperasian TPA sampah
berupa pemilahan, pengumpulan, pengelolaan, dan pemprosesan akhir sampah,
pengurugan berlapis bersih (sanitary landfill), pemeliharaan TPA sampah, dan industri
terkait pengolahan sampah, serta kegiatan penunjang operasional TPA sampah;
b.
kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan pertanian
nonpangan, kegiatan penghijauan, kegiatan permukiman dalam jarak yang aman dari
dampak pengelolaan persampahan, dan kegiatan lain yang tidak mengganggu fungsi
kawasan TPA sampah; dan
c.kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan sosial ekonomi yang mengganggu
fungsi kawasan TPA sampah.
Pasal 57
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk pola ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21 ayat (1) terdiri atas :
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budi daya.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. kawasan hutan lindung;
b. kawasan resapan air;
c. kawasan perlindungan setempat;
d. kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;
e. kawasan rawan bencana alam; dan
f. kawasan lindung geologi.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budi daya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. kawasan peruntukan hutan produksi;
b. kawasan peruntukan pertanian;

c. kawasan peruntukan perikanan;


d. kawasan peruntukan pertambangan;
e. kawasan peruntukan industri;
f. kawasan peruntukan pariwisata;
g. kawasan peruntukan permukiman; dan
h. kawasan peruntukan lainnya.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budi daya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b berupa kawasan strategis terdiri atas:
a. kawasan Strategis Nasional (KSN);
b. kawasan Strategis Provinsi (KSP); dan
c. kawasan Strategis Kabupaten (KSK).
Pasal 58
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pemanfaatan ruang untuk wisata alam
tanpa merubah bentang alam, pemanfaatan jasa lingkungan dan/atau pemungutan hasil
hutan bukan kayu, pertahanan dan keamanan, pertambangan, pembangunan
ketenagalistrikan dan instalasi teknologi energi terbarukan, pembangunan jaringan
telekomunikasi, pembangunan jaringan instalasi air, jalan umum, pengairan, bak
penampungan air; fasilitas umum, repeater telekomunikasi, stasiun pemancar radio,
stasiun relay televisi, sarana keselamatan lalu lintas laut/udara, dan untuk pembangunan
jalan, kanal atau sejenisnya yang tidak dikategorikan sebagai jalan umum antara lain
untuk keperluan pengangkutan produksi;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi hutan lindung sebagai kawasan
lindung; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang berpotensi mengurangi luas
kawasan hutan dan tutupan vegetasi.
Pasal 59
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan resapan air sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 ayat (1) meliputi :
a.

kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan budi daya terbangun


secara terbatas yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan;
b.
kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain
sebagaimana huruf a yang tidak mengganggu fungsi resapan air sebagai kawasan
lindung; dan
c.
kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengurangi
daya serap tanah terhadap air.
Pasal 60
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan yang memberikan perlindungan setempat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2) huruf c terdiri atas :
a. kawasan sempadan pantai;
b. kawasan sempadan sungai;
c. kawasan sekitar waduk;
d. kawasan sekitar mata air;
e. kawasan Taman Pemakaman Umum (TPU); dan
f. ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan.

Pasal 61
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sempadan pantai sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 60 huruf a terdiri atas :
a. kegiatan yang diperbolehkan sesuai peruntukan meliputi kegiatan rekreasi pantai,
pengamanan pesisir, kegiatan nelayan, kegiatan pelabuhan, landing point kabel dan/atau
pipa bawah laut, kegiatan pengendalian kualitas perairan, konservasi lingkungan pesisir,
pengembangan struktur alami dan struktur buatan pencegah abrasi pada sempadan
pantai, pengamanan sempadan pantai sebagai ruang publik, kegiatan pengamatan cuaca
dan iklim, kepentingan pertahanan dan keamanan negara, kegiatan penentuan lokasi dan
jalur evakuasi bencana, serta pendirian bangunan untuk kepentingan pemantauan
ancaman bencana tsunami;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud pada Pasal 61 huruf a yang tidak mengganggu fungsi sempadan pantai sebagai
kawasan perlindungan setempat; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang menghalangi dan/atau menutup
ruang dan jalur evakuasi bencana dan kegiatan yang mengganggu fungsi sempadan
pantai sebagai kawasan perlindungan setempat.
Pasal 62
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sempadan sungai sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 60 huruf b terdiri atas :
a.
kegiatan yang diperbolehkan sesuai peruntukan meliputi kegiatan
pemanfaatan sempadan sungai untuk RTH, pemasangan bentangan jaringan transmisi
tenaga listrik, kabel telepon, pipa air minum, pembangunan prasarana lalu lintas air,
bangunan pengambilan, dan pembuangan air, bangunan penunjang sistem prasarana
perkotaan, kegiatan penyediaan lokasi dan jalur evakuasi bencana, serta pendirian
bangunan untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana;
b.
kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan budi daya
pertanian dengan jenis tanaman yang tidak mengurangi kekuatan struktur tanah dan
kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi
sempadan sungai sebagai kawasan perlindungan setempat antara lain kegiatan
pemasangan reklame dan papan pengumuman, pendirian bangunan yang dibatasi hanya
untuk bangunan penunjang kegiatan transportasi sungai, kegiatan rekreasi air, serta jalan
inspeksi dan bangunan pengawas ketinggian air sungai; dan
c.
kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengubah
bentang alam, kegiatan yang mengganggu kesuburan dan keawetan tanah, fungsi
hidrologi dan hidraulis, kelestarian flora dan fauna, kelestarian fungsi lingkungan hidup,
kegiatan pemanfaatan hasil tegakan, kegiatan yang menghalangi dan/atau menutup ruang
dan jalur evakuasi bencana, kegiatan pembuangan sampah, dan kegiatan lain yang
mengganggu fungsi sempadan sungai sebagai kawasan perlindungan setempat.
Pasal 63
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sekitar danau atau waduk sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 60 huruf c terdiri atas :
a. kegiatan yang diperbolehkan sesuai peruntukan meliputi kegiatan pengelolaan badan air
dan/atau pemanfaatan air, taman rekreasi beserta kegiatan penunjangnya, RTH, dan
kegiatan sosial budaya;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi kawasan sekitar danau atau waduk

c.

sebagai kawasan perlindungan setempat antara lain kegiatan pendirian bangunan yang
dibatasi hanya untuk bangunan penunjang kegiatan rekreasi air, jalan inspeksi, bangunan
pengawas ketinggian air danau atau waduk, dan bangunan pengolahan air baku; dan
kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengubah bentang alam,
mengganggu kesuburan dan keawetan tanah, fungsi hidrologi, kelestarian flora dan fauna,
kelestarian fungsi lingkungan hidup, dan kegiatan pemanfaatan hasil tegakan, serta
kegiatan yang mengganggu dan/atau merusak kelestarian fungsi kawasan sekitar danau
atau waduk sebagai kawasan perlindungan setempat.
Pasal 64

Arahan peraturan zonasi untuk kawasan sempadan mata air sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 60 huruf d terdiri atas :
a. kegiatan yang diperbolehkan sesuai peruntukan meliputi kegiatan pemanfaatan kawasan
sekitar mata air untuk RTH dan kegiatan mempertahankan fungsi kawasan mata air;
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat meliputi kegiatan pariwisata, pertanian dengan
jenis tanaman yang tidak mengurangi kekuatan struktur tanah, dan kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi kawasan mata air;
dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang menimbulkan pencemaran mata
air serta kegiatan yang dapat mengganggu dan/atau merusak kelestarian fungsi kawasan
mata air.
Pasal 65
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk TPU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 huruf e
terdiri atas :
a. kegiatan yang diperbolehkan sesuai peruntukan meliputi kegiatan pemanfaatan ruang
untuk pemakaman, resapan air, penghijauan dan evakuasi bencana;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan rekreasi, pembibitan
tanaman, pendirian bangunan secara terbatas untuk menunjang operasionalisasi kegiatan
pemakaman umum, dan selain kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak
mengganggu fungsi dan peruntukan kawasan TPU; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi pembuangan limbah, kegiatan industri dan
selain kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b yang dapat
mengganggu fungsi kawasan TPU.
Pasal 66
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk RTH perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
60 huruf f terdiri atas :
a. kegiatan yang diperbolehkan sesuai peruntukan meliputi kegiatan pemanfaatan ruang
untuk fungsi resapan air, pemakaman, olahraga di ruang terbuka, dan evakuasi bencana;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan rekreasi, pembibitan
tanaman, pendirian bangunan fasilitas umum, dan selain kegiatan sebagaimana dimaksud
pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi RTH perkotaan sebagai kawasan
perlindungan setempat; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan pendirian stasiun pengisian bahan
bakar umum dan kegiatan sosial dan ekonomi lainnya yang mengganggu fungsi RTH
perkotaan sebagai kawasan perlindungan setempat.
Pasal 67
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk suaka alam, kawasan pelestarian alam, dan
kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2) huruf d terdiri atas :
a. kawasan taman wisata alam; dan

b. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

Pasal 68
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan taman wisata alam sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 58 huruf a dimanfaatkan untuk keperluan pariwisata alam dan rekreasi, penelitian
dan pengembangan, pendidikan dan kegiatan penunjang budi daya, diarahkan sebagai
berikut :
a.

kegiatan yang diperbolehkan meliputi


perlindungan
dan
pengamanan, inventarisasi potensi kawasan, penelitian dan pengembangan yang
menunjang pelestarian potensi; dan pembinaan habitat dan populasi satwa;
b.
kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatankegiatan yang mendukung kegiatan pada huruf a, meliputi kegiatan usaha bumi
perkemahan, makanan dan minuman, cinderamata dan sarana wisata budaya; dan
c.
kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang dapat
menyebabkan perubahan fungsi kawasan taman wisata alam berupa :
1. berburu, menebang pohon, mengangkut kayu dan satwa atau bagian-bagiannya di
dalam dan ke luar kawasan, serta memusnahkan sumber daya alam di dalam kawasan;
2. melakukan kegiatan usaha yang menimbulkan pencemaran kawasan; dan
3. melakukan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan rencana pengelolaan dan atau
rencana pengusahaan yang telah mendapat persetujuan dari pejabat yang berwenang.

Pasal 69
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 huruf b terdiri atas :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pelestarian, penyelamatan, pengamanan,
serta penelitian cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan pariwisata, sosial budaya,
keagamaan, dan kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak
mengganggu fungsi kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan pendirian bangunan yang tidak
sesuai dengan fungsi kawasan, kegiatan yang merusak kekayaan budaya bangsa yang
berupa peninggalan sejarah, bangunan arkeologi, monumen, dan wilayah dengan
bentukan geologi tertentu, serta kegiatan yang mengganggu upaya pelestarian budaya
masyarakat setempat.
Pasal 70
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27 ayat (1) huruf b terdiri atas :
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan tanah longsor; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan banjir.
Pasal 71
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan tanah longsor sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 70 huruf a terdiri atas :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan membuat terasering, talud atau turap,
rehabilitasi, reboisasi, penyediaan lokasi dan jalur evakuasi bencana, dan kegiatan lain
dalam rangka mencegah bencana alam tanah longsor;

1.
2.

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana


dimaksud pada huruf a yang tidak berpotensi menyebabkan terjadinya bencana alam
tanah longsor;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan penebangan pohon dan pendirian
bangunan permukiman, kegiatan yang menghalangi dan/atau menutup lokasi dan jalur
evakuasi bencana, serta kegiatan yang berpotensi menyebabkan terjadinya bencana alam
tanah longsor; dan
d. penyediaan prasarana dan sarana minimum meliputi:
penyediaan terasering, turap, dan talud; dan
penyediaan lokasi dan jalur evakuasi bencana.
Pasal 72

a.

b.

c.

d.
1.
2.
3.

Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 70 huruf b terdiri atas :
kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
penghijauan, reboisasi, pendirian bangunan tanggul, drainase, pintu air, sumur resapan
dan lubang biopori, serta penyediaan lokasi dan jalur evakuasi bencana;
kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi kegiatan selain kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak
berpotensi menyebabkan terjadinya bencana banjir;
kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan mengubah aliran sungai antara lain memindahkan, mempersempit, dan menutup
aliran sungai, kegiatan menghalangi dan/atau menutup lokasi dan jalur evakuasi bencana,
serta kegiatan yang berpotensi menyebabkan terjadinya bencana banjir; dan
penyediaan prasarana dan sarana minimum
meliputi:
penyediaan saluran drainase yang memperhatikan kemiringan dasar saluran dan sistem/sub
sistem daerah pengaliran;
penanganan sedimentasi di muara saluran/sungai yang bermuara di laut melalui proses
pengerukan; dan
penyediaan lokasi dan jalur evakuasi bencana.
Pasal 73
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 terdiri atas :
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan gerakan tanah; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan abrasi pantai.
Pasal 74
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan gerakan tanah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 73 huruf a, dilaksanakan dalam rangka mitigasi dan adaptasi diarahkan
sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. mengurangi tingkat keterjalan lereng, dengan membuat teras bangku;
2. meningkatkan dan memperbaiki sistem drainase baik air permukaan maupun air tanah;
dan
3. penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam untuk menahan laju
gerakan tanah tersebut; dan pengembangan bangunan penahan gerakan tanah.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi relokasi bangunan pada kawasan
rawan gerakan tanah potensi tinggi, dan pengaturan kegiatan budi daya yang sesuai
dengan kondisi fisik kawasan; dan

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b yang dapat mengganggu kawasan rawan gerakan tanah.

Pasal 75

a.

b.

c.

d.

Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan abrasi pantai sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 73 huruf b terdiri atas:
kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
pendirian bangunan pengamanan pantai, penanaman tanaman pantai seperti kelapa,
nipah, dan bakau, kegiatan pencegahan abrasi pantai, penyediaan lokasi dan jalur
evakuasi bencana, serta kegiatan pendirian bangunan untuk kepentingan pemantauan
ancaman bencana;
kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi kegiatan selain kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak
berpotensi menyebabkan dan/atau menimbulkan terjadinya abrasi;
kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan yang menimbulkan kerusakan hutan bakau dan/atau terumbu karang dan
kegiatan yang berpotensi dan/atau menimbulkan terjadinya abrasi; dan
penyediaan prasarana dan sarana minimum
meliputi penyediaan lokasi dan jalur evakuasi bencana.
Pasal 76
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 terdiri atas :
a.
kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pengelolaan, pemeliharaan dan
pelestarian hutan produksi;
b.
kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi kawasan hutan produksi;
c.
kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengganggu fungsi kawasan
hutan produksi;
d.
penerapan intensitas pemanfaatan ruang meliputi:
1. penerapan ketentuan tata bangunan dan lingkungan yang meliputi ketentuan KDB,
KLB, KDH, KTB, ketinggian bangunan, dan GSB terhadap jalan;
2. pemanfaatan ruang kawasan hutan produksi dilaksanakan melalui rekayasa teknis
dengan KZB paling tinggi 10% (sepuluh persen) dan akan diatur lebih lanjut rencana
rinci tata ruang wilayah kabupaten; dan
3. pengembangan hutan produksi dan pengintegrasian kegiatan pariwisata yang
mendukung pelestarian hutan produksi;
e.
penyediaan prasarana dan sarana minimum berupa penyediaan fasilitas dan
infrastruktur pendukung kegiatan hutan produksi.
Pasal 77
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertanian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 terdiri atas :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan perumahan kepadatan rendah dan
kegiatan pertanian tanaman pangan beririgasi teknis;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud pada huruf a yang tidak mengubah fungsi lahan pertanian tanaman pangan
beririgasi teknis dan tidak mengganggu fungsi kawasan peruntukan pertanian;

c.

kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengganggu fungsi kawasan
peruntukan pertanian;
d. penerapan intensitas pemanfaatan ruang meliputi:
1. penetapan luas dan sebaran lahan pertanian pangan beririgasi teknis paling sedikit 90%
(sembilan puluh persen) dari luas lahan pertanian dan akan diatur lebih lanjut dalam
rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten;
2. pengembangan agro wisata dan pengintegrasian kegiatan pariwisata yang mendukung
pelestarian lahan pertanian beririgasi teknis; dan
3. pemeliharaan jaringan irigasi kawasan pertanian pangan produktif yang telah ditetapkan
sebagai kawasan terbangun sampai dengan pemanfaatan sebagai kawasan terbangun
dimulai;
e. penyediaan prasarana dan sarana minimum berupa penyediaan fasilitas dan infrastruktur
pendukung kegiatan pertanian serta lokasi dan jalur evakuasi bencana.
Pasal 78
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan perikanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33 terdiri atas :
a.
kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan permukiman nelayan tradisional,
kegiatan perikanan, kegiatan pariwisata pantai, pendirian bangunan pengamanan pantai,
penyediaan lokasi dan jalur evakuasi bencana, serta pendirian bangunan untuk
kepentingan pemantauan ancaman bencana;
b.
kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi kawasan pada kawasan
peruntukan perikanan;
c.
kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengganggu fungsi kawasan
pada kawasan peruntukan perikanan;
d.
penetapan standar keselamatan pendirian bangunan pada perairan pantai dan
pencegahan pendirian bangunan yang mengganggu aktivitas nelayan, merusak estetika
pantai, menghalangi pandangan ke arah pantai, dan membahayakan ekosistem laut; dan
e.
ketentuan lebih lanjut mengenai pendirian bangunan pada perairan pantai sebagaimana
dimaksud pada huruf d diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 79
Ketentuan peraturan zonasi pada kawasan peruntukan kegiatan pertambangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) meliputi :
a.

kegiatan yang diperbolehkan meliputi:


1. melaksanakan kegiatan reklamasi pada lahan-lahan bekas galian; dan
2. pengawasan kegiatan pertambangan dan kegiatan pengeboran air bawah tanah
penghijauan, penelitian dan ilmu pengetahuan, eksplorasi, dan kegiatan lain yang
mendukung kawasan dari kerusakan lingkungan.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan pertambangan yang tidak
bertentangan dengan fungsi utama kawasan; dan
kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b yang dapat mengganggu fungsi utama dan peruntukan kawasan
pertambangan.
Pasal 80
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan industri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35 meliputi :

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan industri, pendirian bangunan pengolahan


limbah industri, penyediaan prasarana dan sarana penunjang kegiatan industri, kegiatan
penghijauan, dan penyediaan ruang dan jalur evakuasi bencana;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi pemanfaatan ruang untuk
mendukung kegiatan industri sesuai dengan penetapan KDB, KLB, KDH yang sesuai
dengan amplop bangunan, tata bangunan dan lingkungan, serta jenis dan syarat
penggunaan bahan bangunan yang diizinkan, dan kegiatan lain yang tidak mengganggu
fungsi kawasan industri; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan berupa kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b yang tidak mengganggu fungsi industri.
Pasal 81
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 37 meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pariwisata, kegiatan perdagangan dan jasa,
kegiatan sosial budaya, penyediaan prasarana dan sarana penunjang kegiatan bisnis dan
pariwisata, kegiatan penghijauan, serta penyediaan ruang dan jalur evakuasi bencana.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi pemanfaatan ruang untuk
mendukung kegiatan pariwisata sesuai dengan penetapan KDB, KLB, KDH yang sesuai
dengan amplop bangunan, tema arsitektur bangunan, tata bangunan dan lingkungan,
serta jenis dan syarat penggunaan bahan bangunan yang diizinkan, dan kegiatan lain
yang tidak mengganggu fungsi pariwisata; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan berupa kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan b yang tidak mengganggu fungsi pariwisata.
Pasal 82
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan permukiman sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38 meliputi :
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman perkotaan; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman perdesaan.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman perkotaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a diarahkan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan dalam kawasan permukiman perkotaan, meliputi kegiatan
pusat pemerintahan desa dan/atau kelurahan, pendirian bangunan perdagangan dan
jasa, penyediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum, layanan pendidikan, layanan
kesehatan, sarana peribadatan, penghijauan, dan kegiatan lain yang dapat mendukung
fungsi kawasan;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud pada huruf a yang mendukung kawasan permukiman beserta utilitas
permukiman perkotaan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan b yang dapat mengganggu fungsi kawasan;
d. pengaturan kepadatan penduduk dalam kepadatan bangunan pada kawasan
permukiman ditetapkan sesuai dengan proporsi antara jumlah penduduk dengan luas
kawasan permukiman; dan
e. pemanfaatan ruang kawasan permukiman perkotaan menerapkan ciri khas arsitektur
lokal.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman perdesaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan dalam kawasan permukiman perdesaan meliputi kegiatan:
pusat pemerintahan desa, pertanian, perkebunan, perikanan, agroindustri, pendirian
bangunan perdagangan dan jasa, penyediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum,

layanan pendidikan, layanan kesehatan, sarana peribadatan, penghijauan, dan kegiatan


lain yang dapat mendukung fungsi kawasan.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud pada huruf a yang dapat mendukung kawasan peruntukan permukiman
perdesaan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan huruf b yang dapat mengganggu fungsi utama kawasan permukiman
perdesaan; dan
d. pemanfaatan ruang kawasan permukiman perdesaan diarahkan secara terintegrasi dan
serasi dengan kawasan pertanian dan kawasan ruang terbuka perdesaan.
Pasal 83
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 39 meliputi :
a. kawasan peruntukan perkantoran;
b. kawasan peruntukan perdagangan dan jasa;
c. kawasan peruntukan pelayanan umum; dan
d. kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan negara.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan perkantoran pemerintahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkantoran pemerintahan skala kabupaten
meliputi :
1. kegiatan atau bangunan lainnya yang diperbolehkan meliputi kegiatan pelayanan
umum, dan penyediaan taman kawasan, ruang terbuka non hijau sebagai plasa dan
jalur pedestrian;
2. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi pembangunan fasilitas
pelayanan terkait kegiatan pemerintahan dengan proporsinya maksimal 5 (lima)
persen dari luas blok kawasan;
3. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan b;
4. berada pada kawasan yang mudah dijangkau dan dilewati jalur angkutan umum;
5. lingkungan perkantoran pemerintahan harus mendukung tercerminnya disiplin kerja,
suasana yang tenang dan formal;
6. koefisien wilayah terbangun (KWT) kawasan maksimal adalah 60 (enam puluh)
persen dari total blok kawasan; dan
7. aturan intensitas pemanfaatan ruang: KDB paling tinggi 60 (enam puluh) persen;
KLB paling tinggi 5 (lima) x KDB; KDH paling rendah 40 (empat puluh) persen.
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkantoran pemerintahan skala
kecamatan dan desa meliputi :
1. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pelayanan pemerintahan yang
terintegrasi dengan kawasan permukiman atau kawasan perdagangan dan jasa;
2. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi pembangunan fasilitas
pelayanan terkait dengan kegiatan pemerintahan, minimal memiliki halaman terbuka
untuk kegiatan upacara atau berdekatan dengan lapangan umum kecamatan atau
desa;
3. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan huruf b yang dapat mengganggu fungsi utama dan peruntukan
kegiatan perkantoran pemerintah; dan
4. Penentuan lokasi kegiatan pada jalur utama kecamatan atau desa dan dilintasi trayek
angkutan umum perdesaan.
(3) Arahan peraturan zonasi kawasan peruntukan perdagangan dan jasa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan perumahan hunian kepadatan rendah,


kegiatan perdagangan dan jasa, kegiatan penyediaan lokasi dan jalur evakuasi
bencana, serta pendirian bangunan untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain kegiatan
sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi kawasan
perdagangan dan jasa;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang menghalangi dan/atau
menutup lokasi dan jalur evakuasi bencana, serta kegiatan yang mengganggu fungsi
kawasan perdagangan dan jasa;
d. penerapan intensitas pemanfaatan ruang meliputi:
1. penerapan ketentuan tata bangunan dan lingkungan yang meliputi ketentuan KDB,
KLB, KDH, KTB, ketinggian bangunan, dan GSB terhadap jalan;
2. penerapan ketentuan tata bangunan dan lingkungan yang berbasis mitigasi bencana;
dan
3. pengembangan pusat permukiman ke arah intensitas tinggi dengan KWT paling
tinggi 60% (enam puluh persen);
e. penyediaan RTH diserasikan dengan luas kawasan perdagangan dan jasa;
f. penyediaan prasarana dan sarana minimum meliputi:
1. fasilitas dan infrastruktur;
2. tempat parkir untuk fasilitas penunjang pariwisata, perdagangan dan jasa, serta
fasilitas umum lainnya; dan
3. prasarana dan sarana pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektor informal, serta
lokasi dan jalur evakuasi bencana.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pelayanan umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas:
a. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pelayanan pendidikan
tinggi;
b. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pelayanan olah raga;
dan
c. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pelayanan pusat
kesehatan.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pelayanan pendidikan
tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pendidikan tinggi, kegiatan
pembangunan prasarana dan sarana lingkungan pendidikan tinggi dan penyediaan
ruang dan jalur evakuasi bencana;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi pemanfaatan ruang untuk
mendukung kegiatan penelitian dan pendidikan tinggi sesuai dengan penetapan KDB,
KLB, KDH yang sesuai dengan amplop bangunan, tema arsitektur bangunan, tata
bangunan dan lingkungan, serta jenis dan syarat penggunaan bangunan yang diizinkan,
dan kegiatan lain yang tidak mengganggu fungsi kawasan peruntukan pelayanan
pendidikan tinggi; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan berupa kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b yang tidak mengganggu fungsi kawasan peruntukan pelayanan
pendidikan tinggi.
(6) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pelayanan olahraga
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan olahraga, kegiatan pembangunan
prasarana dan sarana kegiatan olahraga;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi pemanfaatan ruang secara
terbatas untuk mendukung kegiatan olahraga sesuai dengan penetapan KDB, KLB,
KDH yang sesuai dengan tata bangunan dan lingkungan, serta jenis dan syarat
penggunaan bahan bangunan yang diizinkan, dan kegiatan lain yang tidak mengganggu
fungsi olahraga;dan

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan berupa kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b yang tidak mengganggu fungsi olahraga.
(7) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pelayanan pusat kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan yang menunjang pelayanan kesehatan,
kegiatan pembangunan prasarana dan sarana kegiatan yang menunjang pelayanan
kesehatan, dan penyediaan ruang dan jalur evakuasi bencana;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi pemanfaatan ruang secara
terbatas untuk mendukung kegiatan pelayanan kesehatan sesuai dengan penetapan
KDB, KLB, KDH yang sesuai dengan tata bangunan dan lingkungan, serta jenis dan
syarat penggunaan bahan bangunan yang diizinkan, dan kegiatan lain yang tidak
mengganggu fungsi olahraga;dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan berupa kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b yang tidak mengganggu fungsi pelayanan kesehatan.
(8) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pertahanan dan keamanan negara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan untuk prasarana dan
sarana penunjang aspek pertahanan dan kemanan negara sesuai dengan ketentuan
pertauran perundang-undangan dan penghijauan;
b. kegiatan selain yang dimaksud pada huruf a diperbolehkan dengan syarat meliputi
pemanfaatan ruang secara terbatas dan selektif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
(9) Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b yang tidak mengganggu fungsi ruang untuk peruntukan ruang bagi
kegiatan kawasan pertahanan dan keamanan negara.
Bagian Ketiga
Ketentuan Perizinan
Pasal 84
(1) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud pada pasal 47 ayat (2) huruf b, merupakan
acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan ruang
berdasarkan rencana struktur dan pola ruang yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.
(2) Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan
kewenangannya.
(3) Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Pasal 85
(1) Jenis perizinan terkait pemanfaatan ruang yang ada di Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan sebagaimana dimaksud pada pasal 84 ayat (2), terdiri atas :
a. Izin prinsip; adalah izin yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada Badan Usaha
Perorangan yang akan melakukan suatu usaha atau investasi di suau daerah
b. Izin lokasi; adalah izin yang diberikan kepada perusahaan untuk memperoleh tanah
yang diperlukan dalam rangka penanaman modal yang berlaku pula sebagai izin
pemindahan hak, dan untuk menggunakan tanah tersebut guna keperluan usaha
penanaman modalnya.
c. Izin penggunaan pemanfaatan tanah;
d. Izin mendirikan bangunan; adalah izin yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada
orang pribadi atau badan untuk mendirikan suatu bangunan; dan
e. Izin lainnya berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
(2) Mekanisme perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a e diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Bupati.
Pasal 86
Bagian Keempat

Ketentuan Insentif dan Disinsentif


Pasal 86
(1) Ketentuan insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (2) huruf c
merupakan acuan bagi pemerintah daerah dalam pemberian insentif dan pengenaan
disinsentif.
(2) Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana struktur ruang,
rencana pola ruang, dan ketentuan umum peraturan zonasi yang diatur dalam Peraturan
Daerah ini.
(3) Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu dicegah, dibatasi, atau
dikurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini
Pasal 87
(1) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten dilakukan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat.
(2) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan oleh Bupati yang teknis
pelaksanaannya melalui SKPD kabupaten yang membidangi penataan ruang.
Pasal 88
(1) Insentif yang diberikan kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 ayat
(1), merupakan insentif yang diberikan untuk kegiatan yang terdiri dari:
a. Insentif yang diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang yang mendukung
pengembangan kawasan Perkotaan Pangkajene di Kecamatan Pangkajene sebagai
PKW, kawasan PKLp, dan PPK untuk mengoptimalkan keseimbangan pemanfaatan
ruang; dan
b. Insentif yang diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang yang mendukung
pengembangan kawasan lindung, budidaya, dan kawasan strategis kabupaten.
(2) Insentif untuk kegiatan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dan huruf b, diberikan dalam bentuk :
a. Pemberian kompensasi bagi kegiatan yang mendukung program pemerintah dalam
meningkatkan fungsi kawasan perkotaan;
b. Pengurangan retribusi atau penundaan pajak (tax holiday) dan kemudahan proses
perizinan;
c. Penyediaan prasarana dan sarana daerah untuk menjamin kemudahan dalam
pelayanan di kawasan perkotaan;
d. Penghargaan, fasilitasi untuk publikasi atau promosi daerah; dan
e. Kemudahan perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang diberikan oleh
Pemerintah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian insentif diatur dengan Peraturan
Bupati.
Pasal 89
(1) Disinsentif yang dikenakan kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87
ayat (2) diberikan :
a. Disinsentif yang dikenakan terhadap kegiatan pemanfaatan ruang yang menghambat
pengembangan kawasan Perkotaan Pangkajene sebagai PKW, kawasan PKLp, dan
kawasan PPK; dan
b. Disinsentif yang dikenakan terhadap kegiatan pemanfaatan ruang yang menghambat
pengembangan kawasan lindung, budidaya, dan kawasan strategis kabupaten.
c. Disinsentif yang dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang dilakukan untuk
mengahambat pertumbuhan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil untuk memelihara
dan mengembalikan fungsi ekologis kawasan pantai .
(2) Disinsentif terhadap kegiatan pemanfaatan ruang yang menghambat pengembangan
kawasan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a, dikenakan dalam bentuk :
a. Pengenaan pajak dan retribusi yang tinggi, disesuaikan dengan besarnya biaya yang

dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang;


b. Pembatasan penyediaan infrastruktur dan pengenaan kompensasi bagi bagian
kawasan yang tidak dipacu pengembangnnya;
c. Pemberhentian atau peniadaan kegiatan yang tidak sesuai dengan arahan
pemanfaatan ruang berdasarkan peruntukan kawasan; dan
d. Penolakan pemberian izin hak guna usaha, hak guna bangunan terhadap kegiatan yang
terlanjur tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi;
(3) Disinsentif terhadap kegiatan pemanfaatan ruang yang menghambat pengembangan
kawasan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b, dikenakan dalam bentuk :
a. Pengenaan pajak dan retribusi yang tinggi, disesuaikan dengan besarnya biaya yang
dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang; dan
b. Pembatasan pemberian izin pemanfaatan ruang untuk kepentingan budidaya yang
dapat mengganggu fungsi pada kawasan lindung;
(4) Disinsentif yang dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang dilakukan untuk
mengahambat pertumbuhan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil untuk memelihara dan
mengembalikan fungsi ekologis kawasan pantai sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b,
dikenakan dalam bentuk :
a. Pengenaan pajak dan retribusi yang tinggi untuk kegiatan ekonomi yang bertumbuh di
sepanjang jalur pesisir pantai.
b. Kewajiban menanam mangrove bagi pemilik kegiatan usaha di sepanjang pesisir pantai
yang luasan serta banyaknya pohon mangrove ditentukan lebih lanjut oleh peraturan
bupati.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan disinsentif diatur dengan Peraturan
Bupati.
Bagian Kelima
Arahan Sanksi
Pasal 90
(1) Arahan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (2) huruf d, merupakan acuan
bagi pemerintah daerah dalam pengenaan sanksi administratif kepada pelanggar
pemanfaatan ruang.
(2) Pengenaan sanksi dilakukan terhadap :
a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan pola ruang;
b. pelanggaran ketentuan umum peraturan zonasi;
c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW
kabupaten;
d. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan
berdasarkan RTRW kabupaten;
e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang
yang diterbitkan berdasarkan rtrw kabupaten;
f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh peraturan
perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan/atau
g. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak benar.
Pasal 91
(1) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (2) huruf a, huruf b,
huruf d, huruf e, huruf f, dan huruf g dikenakan sanksi administratif berupa :
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.
(2) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (2) huruf c, dikenakan

sanksi administratif berupa :


a. peringatan tertulis
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pembongkaran bangunan;
f. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
g. denda administratif.

Pasal 92
Setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadap rencana tata ruang yang telah ditetapkan
dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
bidang penataan ruang.
BAB VIII
KELEMBAGAAN
Pasal 93
(1) Dalam rangka koordinasi penataan ruang dan kerjasama antar wilayah, dibentuk Badan
Koordinasi Penataan Ruang Daerah.
(2) Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Keputusan Bupati.
BAB IX
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT
DALAM PENATAAN RUANG
Bagian Kesatu
Hak Masyarakat
Pasal 94
Dalam kegiatan mewujudkan pemanfaatan ruang wilayah, masyarakat berhak:
a. berperan dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang;
b. mengetahui secara terbuka rencana tata ruang wilayah,
c. menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari penataan
ruang;
d. memperoleh pergantian yang layak atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat
pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang;
e. mendapat perlindungan dari kegiatan-kegiatan yang merugikan; dan
f. mengawasi pihak-pihak yang melakukan penyelenggaraan tata ruang
Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat
Pasal 95
Kewajiban masyarakat dalam penataan ruang wilayah terdiri atas :
a. Mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang diberikan; dan
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang; dan
d. Memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundangundangan dinyatakan sebagai milik umum.

Pasal 96
(1) Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana dimaksud pada
Pasal 95 dilaksanakan dengan mematuhi dan menerapkan kriteria, kaidah, baku mutu,
dan aturan-aturan penataan ruang yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang undangan.
(2) Kaidah dan aturan pemanfaatan ruang yang dilakukan masyarakat secara turun temurun
dapat diterapkan sepanjang memperhatikan faktor-faktor daya dukung lingkungan,
estetika lingkungan, lokasi, dan struktur pemanfaatan ruang serta dapat menjamin
pemanfaatan ruang yang serasi, selaras, dan seimbang.
Bagian Ketiga
Peran Masyarakat
Pasal 97
(1) Masyarakat berperan dalam penataan ruang dalam setiap tahapan yang mencakup
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
(2) Peran masyarakat dalam penataan ruang pelaksanaannya dapat dilakukan melalui
tradisi/nilai kearifan lokal dalam bentuk tudang sipulung;
Pasal 98
Bentuk peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 pada tahap perencanaan
tata ruang dapat berupa
(1) memberikan masukan mengenai :
a. persiapan penyusunan rencana tata ruang;
b. penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan;
c. pengidentifikasian potensi dan masalah wilayah atau kawasan;
d. perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan/atau
e. penetapan rencana tata ruang.
(2) melakukan kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau sesama unsur
masyarakat dalam perencanaan tata ruang.

Pasal 99
Bentuk peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 dalam pemanfaatan ruang
dapat berupa
(1) masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
(2) kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau sesama unsur masyarakat
dalam pemanfaatan ruang;
(3) kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan rencana tata ruang
yang telah ditetapkan;
(4) peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatan ruang darat, ruang
laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi dengan memperhatikan kearifan lokal serta
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;
(5) kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta memelihara dan
meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam; dan kegiatan
investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 100
Bentuk peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 dalam pengendalian
pemanfaatan ruang dapat berupa
(1) masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan
disinsentif serta pengenaan sanksi;
(2) keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi;
(3) pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal menemukan

(4)

(1)
(2)
(3)

dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar


rencana tata ruang yang telah ditetapkan; dan
pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang terhadap
pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
Pasal 101
Peran masyarakat dalam penataan ruang dapat disampaikan secara langsung dan/atau
tertulis;
Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disampaikan kepada
Bupati;
Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga dapat disampaikan
melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait yang ditunjuk oleh Bupati.
Pasal 102

Dalam rangka meningkatkan peran masyarakat, Pemerintah Daerah membangun sistem


informasi dan dokumentasi penataan ruang yang dapat diakses dengan mudah oleh
masyarakat.
Pasal 103
Pelaksanaan tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
BAB X
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 104
(1) Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
adalah 20 (dua puluh) tahun sejak tanggal ditetapkan dan ditinjau kembali 1 (satu) kali
dalam 5 (lima) tahun.
(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala
besar, perubahan batas teritorial Negara, dan/atau perubahan batas wilayah yang
ditetapkan dengan Undang-Undang, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan dapat ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima)
tahun.
(3) Peraturan Daerah tentang RTRW Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dilengkapi
dengan Rencana Album Peta yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
peraturan daerah ini.
(4) Dalam hal terdapat penetapan kawasan hutan oleh Menteri Kehutanan terhadap bagian
Wilayah Kabupaten yang kawasan hutannya belum disepakati pada saat peraturan daerah
ini ditetapkan, rencana dan album peta sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disesuaikan
dengan peruntukan kawasan hutan berdasarkan hasil kesepakatan dengan Menteri
Kehutanan.
(5) Hal-hal yang belum cukup diatur dalam peraturan daerah ini, sepanjang mengenai teknis
pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 105
(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua peraturan pelaksanaan yang
berkaitan dengan penataan ruang daerah yang telah ada dinyatakan tetap berlaku,
sepanjang tidak bertentangan dengan dan belum diganti berdasarkan Peraturan Daerah
ini.
(2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka :

a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan ketentuan
Peraturan Daerah ini tetap berlaku sesuai dengan masa berlakunya;
b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan ketentuan
Peraturan Daerah ini, berlaku ketentuan:
1. Untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin tersebut disesuaikan dengan
fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini;
2. Untuk yang sudah dilaksanakan pembangunanya, dilakukan penyesuaian dengan
masa transisi berdasarkan ketentuan perundang-undangan; dan
3. Untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak memungkinkan untuk
dilakukan penyesuaian dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini,
izin yang telah ditebitkan dapat dibatalkan dan terhadap kerugian yang timbul
sebagai akibat pembatalan izin tersebut dapat diberikan penggantian yang layak;
c. pemanfaatan ruang di daerah yang diselenggarakan tanpa izin dan bertentangan
dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, akan ditertibkan dan disesuaikan dengan
Peraturan Daerah ini;
d. pemanfaatan ruang yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, agar
dipercepat untuk mendapatkan izin yang diperlukan.
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 106
Ketentuan lebih Lanjut mengenai teknis pelaksanaanya diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 107
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
Ditetapkan di Pangkajene 16 Agustus 2012
BUPATI
PANGKAJENE DAN KEPULAUAN,

SYAMSUDDIN A. HAMID
Diundangkan di Pangkajene
pada tanggal, 21 Agustus 2012
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN
PANGKAJENE DAN KEPULAUAN,

ANWAR RECCA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENA DAN KEPULAUAN
TAHUN 2012 NOMOR 8

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN
NOMOR 8 TAHUN 2012
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN
I.

UMUM
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional telah mengamanahkan bahwa struktur perencanaan pembangunan di Indonesia
didasarkan pada hirarki dimensi yang meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJP-D), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM-D) dan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) serta Rencana Strategis Satuan Kerja
Perangkat Daerah (Renstra-SKPD) dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah
(Renja-SKPD) sebagai kelengkapannya. Sementara Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007 Tentang Penataan Ruang, khususnya pada penjelasan pasal 20 ayat 3 dan pasal 23
ayat 3, dinyatakan bahwa Rencana Tata Ruang merupakan matra spasial dari rencana
pembangunan jangka panjang. Dengan demikian, sejak dari perencanaan makro sampai
pada perencanaan mikro, perencanaan tata ruang merupakan matra spasial dari
perencanaan pembangunan yang sinkron dan harmonis.
Dalam hal ini Sinkronisasi Program Pembangunan menjadi tahapan strategis dalam
mengarahkan kebijaksanaan pemanfaatan ruang secara terpadu dan harmonis untuk
berbagai kegiatan, pengaturan dan pemanfaatan ruang merupakan salah satu kewenangan
pemerintah, mulai tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Oleh karena itu, dalam proses
perencanaan pengaturan dan pemanfaatan ruang wilayah harus dilaksanakan secara
bersama-sama, terpadu dan menyeluruh, dalam rangka mencapai tujuan pembangunan
yang dikehendaki
Untuk mengantisipasi dinamika pembangunan di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
yang semakin pesat, kualitas pembangunan kabupaten juga diupayakan ditingkatkan
melalui perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang lebih efisien
dan efektif secara berkelanjutan.
Hakekat dari penataan ruang adalah memadukan, menyerasikan tata guna lahan, tata guna
udara, tata guna air, dan tata guna sumber daya alam lainnya dalam satu kesatuan tata
lingkungan yang harmonis dan dinamis serta ditunjang oleh pengelolaan perkembangan
kependudukan yang serasi dan disusun melalui pendekatan wilayah dengan

memperhatikan sifat lingkungan alam dan lingkungan sosialnya. Dalam hal ini, RTRW
Kabupaten menetapkan kriteria penetapan struktur ruang, pola ruang dan KSK; arahan
pemanfaatan ruang yang merupakan indikasi program utama jangka menengah lima tahun;
serta arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri atas indikasi arahan, arahan
insentif dan disinsentif, dan arahan sanksi.

II. PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Yang dimaksud dengan nyaman adalah keadaan masyarakat dapat mengartikulasikan
nilai sosial budaya dan fungsinya dalam suasana yang tenang dan damai.
Yang dimaksud dengan aman adalah situasi masyarakat dapat menjalankan aktivitas
kehidupannya dengan terlindungi dari berbagai ancaman.
Yang dimaksud dengan produktif adalah proses produksi dan distribusi berjalan secara
efisien sehingga mampu memberikan nilai tambah ekonomi untuk kesejahteraan
masyarakat, sekaligus meningkatkan daya saing.
Yang dimaksud dengan berkelanjutan adalah kondisi kualitas lingkungan fisik dapat
dipertahankan bahkan dapat ditingkatkan, termasuk pula antisipasi untuk
mengembangkan orientasi ekonomi kawasan setelah habisnya sumber daya alam tak
terbarukan.
Pasal 3
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan Kebijakan Penataan Ruang adalah rangkaian konsep dan
asas yang menjadi garis besar dan dasar dalam pemanfaatan ruang darat dan udara
termasuk ruang di dalam bumi untuk mencapai tujuan penataan ruang di Kabupaten
Pangkep.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 4
Yang dimaksud dengan Strategi Penataan Ruang adalah langkah-langkah pelaksanaan
kebijakan penataan ruang
Ayat (1)
Huruf a.
Cukup jelas
Huruf b.

Mendorong pembangunan Kota Pangkajene sebagai Pusat Kegiatan Wilayah


secara terpadu baik internal maupun eksternal wilayah maksudnya bahwa Kota
Pangkajene dapat memberikan pengaruh dalam skala kota maupun diluar
kawasan kota Pangkajene. Hal ini juga dapat diartikan bahwa Kota Pangkajene
secara internal memiliki keterkaitan langsung dengan wilayah lainnya dalam
Kabupaten Pangkep dan secara eksternalnya adalah kedudukan Kota
Pangkajene terhadap kota-kota lainnya di Sulsel.
Huruf c.
Cukup jelas
Huruf d.
Cukup jelas
Huruf e.
Cukup jelas
Huruf f.
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Huruf a.
Cukup jelas
Huruf b.
merevitalisasi fungsi kawasan lindung yang telah menurun dimaksudkan adalah
upaya untuk mengembalikan atau meningkatkan fungsinya akibat adanya
penurunan kualitas yang disebabkan oleh kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai
dengan fungsi utamanya
Huruf c.
Cukup jelas
Huruf d.
menyediakan RTH minimal 30% dari luas kawasan perkotaan yang terdiri atas
10% RTH privat dan 20% RTH public yang diisi oleh tanaman, baik yang tumbuh
secara alamiah maupun yang sengaja ditanam
Huruf e.
Cukup jelas
Huruf f.
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas

Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7)
Cukup jelas
Ayat (8)
Cukup jelas

Ayat (9)
Cukup jelas
Ayat (10)
Cukup jelas
Ayat (11)
Huruf a.
Cukup jelas
Huruf b.
Cukup jelas
Huruf c.
Cukup jelas
Huruf d.
Cukup jelas
Huruf e.
mencegah dan mengendalikan tumbuh berkembangnya perumahan dan
permukiman dikawasan lindung maksudnya adalah membatasi perkembangan
kearah kawasan lindung
Huruf f.
Cukup jelas
Huruf g.
Cukup jelas
Huruf h.
Cukup jelas
Ayat (12)

Cukup jelas
Ayat (13)
Cukup jelas
Ayat (14)
Huruf a.
kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan merupakan kawasan strategis
dan sebagai kebutuhan untuk menjaga kerahasiaan sebagian informasi untuk
kepentingan pertahanan dan keamanan Negara yang tidak terpisahkan dari
upaya keseluruhan penataan ruang wilayah. kawasan ini juga dapat digunakan
sebagai tenpat latihan, pendidikan, dan dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya
tertentu yang pemanfaatannya bersifat khusus.
Huruf b.
Cukup jelas
Huruf c.
Cukup jelas
Huruf d.
Cukup jelas
Huruf e.
Cukup jelas
Pasal 5
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan sistem
perkotaan dalam wilayah kabupaten dan jaringan prasarana wilayah Kabupaten yang
dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kecamatan selain untuk melayani kegiatan
skala kabupaten, baik sistem jaringan prasarana utama maupun sistem jaringan prasarana
lainnya .
Dalam rencana tata ruang wilayah Kabupaten digambarkan sistem perkotaan dalam
wilayah kabupaten dan peletakan jaringan prasarana wilayah yang menurut peraturan
perundang-undangan, pengembangan dan pengelolaannya merupakan kewenangan
Pemerintah Daerah Kabupaten dengan sepenuhnya memperhatikan struktur ruang yang
telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.

Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Jalur Evakuasi Bencana Alam Wilayah Kabupaten adalah jalur yang diperuntukkan
bilamana terjadi bencana alam yang dilengkapi dengan infrastruktur pendukung lainnya.
Jalur evakuasi bencana alam tersebut memiliki akses yang mudah dengan ruang
evakuasi. Yang dimaksud dengan ruang evakuasi adalah dapat berupa lapangan atau
area tertentu yang memiliki ketinggian dan jarak tertentu dari lokasi bencana. Peruntukan
ruang evaluasi haru pula mempertimbangkan kemudahan dalam pendistribusian logistic.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29

Kawasan budidaya yang dimaksud adalah kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis
Kabupaten, merupakan kawasan yang menjadi tempat kegiatan perekonomian yang
memberikan konstribusi besar terhadap perekonomian kabupaten
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Kawasan strategis kabupaten adalah kawasan yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi,
sosial, budaya, lingkungan, serta pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi
Pasal 42
Ayat (1)
Kawasan strategis provinsi adalah kawasan yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap
ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, serta pendayagunaan sumber daya alam dan
teknologi
Huruf a.
Cukup jelas
Huruf b.
Cukup jelas
Pasal 43
Cukup jelas.

Pasal 44
Ayat (1)
Rencana tata ruang yang lebih rinci adalah hasil perencanaan tata ruang pada kawasan
yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan
sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsional dan disusun berdasarkan nilai
strategis kawasan dan/atau kegiatan kawasan sebagai perangkat operasionalisasi
rencana tata ruang wilayah.
Rencana detail tata ruang merupakan rencana rinci tata ruang untuk rencana tata ruang
wilayah kabupaten yang dilengkapi dengan peraturan zonasi. Disamping itu, Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan juga merupakan rencana rinci dan disusun jika pada kawasan
tertentu sangat dibutuhkan penyusunannya.

Ayat (2)
Peraturan daerah, selanjutnya disebut Perda, adalah Peraturan Daerah Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan yang ditetapkan melalui suatu mekanisme pembahasan
antara eksekutif dan legeslatif daerah
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Ayat (1)
Indikasi program utama menggambarkan kegiatan yang harus dilaksanakan untuk
mewujudkan rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah kabupaten. Selain itu,
juga terdapat kegiatan lain, baik yang dilaksanakan sebelumnya, bersamaan dengan,
maupun sesudahnya, yang tidak disebutkan dalam Peraturan Daerah ini
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Kerjasama pendanaan adalah upayah terbangun atas kesepakatan bersama
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku antara pendanaan yang
berasal dari APBD provinsi, APBN, swasta, dan/atau masyarakat
Pasal 47
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten adalah ketentuanketentuan yang dibuat atau disusun dalam upaya mengendalikan pemanfaatan ruang
wilayah kabupaten agar sesuai dengan RTRW kabupaten yang berbentuk ketentuan
umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta
arahan sanksi untuk wilayah kabupaten
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 48
Ayat (1)
ketentuan umum peraturan zonasi adalah penjabaran secara umum ketentuan-ketentuan
yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya
yang mencakup seluruh wilayah administratif.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 49
Ketentuan umum peraturan zonasi adalah ketentuan umum yang mengatur pemanfaatan
ruang/penataan dan unsur-unsur pengendalian pemanfaatan ruang yang disusun untuk
setiap klasifikasi peruntukan/fungsi ruang sesuai dengan RTRW kabupaten.
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.

Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.

Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Cukup jelas.
Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 78
Cukup jelas.

Pasal 79
Cukup jelas.
Pasal 80
Cukup jelas.
Pasal 81
Cukup jelas.
Pasal 82
Cukup jelas.
Pasal 83
Cukup jelas.

Pasal 84
Ayat (1)
Ketentuan perizinan adalah ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah
daerah kabupaten sesuai kewenangannya yang harus dipenuhi oleh setiap pihak
sebelum pemanfaatan ruang, yang digunakan sebagai alat dalam melaksanakan
pembangunan keruangan yang tertib sesuai dengan rencana tata ruang yang telah
disusun dan ditetapkan
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 85
Cukup jelas.
Pasal 86
Ayat (1)
Ketentuan insentif dan disinsentif adalah perangkat atau upaya untuk memberikan
imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang dan
juga perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan
yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang
Ayat (2)
Ketentuan pemberian insentif adalah ketentuan yang mengatur tentang pemberian
imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan kegiatan yang didorong
perwujudannya dalam rencana tata ruang. Pemberian insentif dan menyederhanakan
prosedur perizinan merupakan salah satu upaya menciptakan iklim investasi yang
kondusif dalam rangka meningkatkan minat dan realisasi investasi
Ayat (3)
Ketentuan pemberian disinsentif adalah ketentuan yang mengatur tentang pengenaan
bentuk-bentuk kompensasi dalam pemanfaatan ruang dan berfungsi sebagai

perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang


tidak sejalan dengan rencana tata ruang (atau pada non-promoted area)
Pasal 87
Cukup jelas.
Pasal 88
Cukup jelas.
Pasal 89
Cukup jelas.
Pasal 90
Ayat (1)
Arahan sanksi adalah arahan untuk memberi sanksi bagi siapa saja yang melakukan
pelanggaran dalam pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
yang berlaku.

Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 91
Ayat (1)
Huruf a
Peringatan tertulis diberikan oleh pejabat yang berwenang dalam penertiban
pelanggaran pemanfaatan ruang melalui penerbitan surat peringatan tertulis
sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali
Huruf b
Penghentian sementara adalah upaya penertiban bagi pelanggar pemanfaatan
ruang untuk tidak melakukan operasional kegiatan hingga batas waktu yang telah
ditetapkan dan jika tidak mengindahkan, maka akan dilakukan penghentian
kegiatan secara paksa.
Huruf c
Penghentian sementara pelayanan umum dimaksud berupa pemutusan hubungan
listrik, saluran air bersih, saluran limbah, dan lain-lain yang menunjang suatu
kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
Huruf d
Penutupan lokasi adalah penerapan sanksi penutupan lokasi dan tidak dibuka
kembali sampai dengan pelanggar memenuhi kewajibannya untuk menyesuaikan
pemanfaatan ruangnya dengan rencana tata ruang dan ketentuan teknis
pemanfaatan ruang yang berlaku
Huruf e
Pencabutan izin adalah pemberian sanksi berupa penghentian izin secara
permanen atas kegiatan pemanfaatan ruang yang penetapannya melalui
mekanisme berdasarkan peraturan yang berlaku
Huruf f

Pembatalan izin merupakan tindakan perubahan izin yang telah dikeluarkan oleh
pejabat berwenang atas pemanfaatan ruang berdasarkan hasil evaluasi yang
berisikan perbedaan antara pemanfaatan ruang menurut dokumen perizinan
dengan arahan pola pemanfaatan ruang dalam rencana tata ruang yang berlaku
Huruf g
Pembongkaran dimaksud dapat dilakukan secara sukarela oleh yang bersangkutan
atau dilakukan oleh Instansi berwenang.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Pemulihan fungsi ruang merupakan usaha untuk mengembalikan fungsi ruang atas
pemanfaatan ruang yang telah dilakukan berdasarkan rencana tata ruang.
Huruf g
Denda administrative dapat dikenakan secara tersendiri atau bersama-sama
dengan pengenaan sanksi administratif dan besarannya ditetapkan oleh masingmasing pemerintah daerah kabupaten.
Pasal 92
Cukup jelas.
Pasal 93
Cukup jelas.
Pasal 94
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Masyarakat dapat mengetahui rencana tata ruang melalui Lembaran Daerah,
pengumuman, dan/atau penyebarluasan oleh Pemerintah daerah.
Pengumuman atau penyebarluasan tersebut dapat diketahui masyarakat, antara lain
dari pemasangan peta rencana tata ruang wilayah yang bersangkutan pada tempat

umum, Kantor Kelurahan, dan/atau Kantor yang secara fungsional menangani rencana
tata ruang tersebut.
Huruf c
Pertambahan nilai ruang dapat dilihat dari sudut pandang ekonomi, social, budaya, dan
kualitas lingkungan yang dapat berupa dampak langsung terhadap peningkatan
ekonomi masyarakat, sosial, budaya, dan kualitas lingkungan.
Huruf d
Yang dimaksud dengan penggantian yang layak adalah bahwa nilai atau besarnya
penggantian tidak menurunkan tingkat kesejahteraan orang yang diberi penggantian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Huruf e
Cukup jelas.

Huruf f
Cukup jelas.
Pasal 95
Huruf a,
Mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan sebagai kewajiban setiap orang
untuk memiliki izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang sebelum
pelaksanaan pemanfaatan ruang.
Huruf b,
Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dimaksudkan sebagai
kewajiban setiap orang untuk melaksanakan pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi
ruang yang tercantum dalam izin pemanfaatan ruang.
Huruf c,
Cukup jelas
Huruf d,
Pemberian akses dimaksudkan untuk menjamin agar masyarakat dapat mencapai
kawasan yang dinyatakan dalam peraturan perundang-undangan sebagai milik umum.
Kewajiban memberikan akses dilakukan apabila memenuhi syarat sebagai berikut :
-

Untuk kepentingan masyarakat umum ; dan/atau


Tidak ada akses lain menuju kawasan dimaksud.
Yang termasuk dalam kawasan yang dinyatakan sebagai milik umum, antara lain
adalah sumber air dan pesisir pantai.

Pasal 96
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)

Yang dimaksud dengan daya dukung lingkungan adalah kemampuan lingkungan


hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan mahluk hidup lain yang ada di
dalamnya.
Yang dimaksud dengan daya tampung lingkungan adalah kemampuan lingkungan
untuk menampung/menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau
dimasukkan ke dalamnya

Pasal 97
Peran masyarakat adalah pelibatan masyarakat dalam penyusunan perencanaan tata
ruang, mulai pada tahap persiapan, pengumpuylan data dan informasi, perumusan
konsep, dan pembahasan ranperda.
Ayat (1)
Cukup jelas

Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 98
Cukup jelas.
Pasal 99
Cukup jelas.
Pasal 100
Cukup jelas.
Pasal 101
Cukup jelas.
Pasal 102
Cukup jelas.
Pasal 102
Cukup jelas.
Pasal 103
Cukup jelas.
Pasal 104
Cukup jelas.
Pasal 105
Cukup jelas.
Pasal 106
Cukup jelas.
Pasal 107
Cukup jelas.
Ditetapkan di Pangkajene 16 Agustus 2012

BUPATI
PANGKAJENE DAN KEPULAUAN,

SYAMSUDDIN A. HAMID
Diundangkan di Pangkajene
pada tanggal, 21 Agustus 2012
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN
PANGKAJENE DAN KEPULAUAN,

ANWAR RECCA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENA DAN KEPULAUAN
TAHUN 2012 NOMOR 8

LAMPIRAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN


KEPULAUAN

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH


( RTRW )
TAHUN 2012 - 2032

Lampiran III
Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan
Nomor

: 8 Tahun 2012

Tanggal

: 16 Agustus 2012

JARINGAN JALAN KOLEKTOR PRIMER K4

F1 Kawasan Primer
Jalan Arteri Sekunder

Jalan Arteri Sekunder


F12 Kawasan Sekunder

Jalan Arteri Sekunder

F12 Kawasan Sekunder

Jalan Arteri Sekunder

Jalan arteri Sekunder

F22 Kawasan Sekunder


II Kolektor Sekunder
Jalan
F22 Kawasan Sekunder II

Jalan Kolektor Sekunder


F22 Kawasan Sekunder III
Jalan Lokal Sekunder
Jalan Lokal Sekunder
Kota
Jenjang I
Jenjang II

BUPATI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN

SYAMSUDDIN A. HAMID

Lampiran III
Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan
Nomor

: 8 Tahun 2012

Tanggal

: 16 Agustus 2012

JARINGAN JALAN LOKAL


TERSTATUS MASUK
ADMIN KECAMA
TAN

NO
RUAS

PANJANG
(KM)

NAMA
PANGKAL
RUAS
````

NAMA
UJUNG
RUAS

TITIK
PENGENAL
PANGKAL

TITIK
PENGENAL
UJUNG

KLASIFIKASI
RUAS

3.30

Mappasaile

Lejang

r.61 jembatan

jl.neg km 53 up

LU

PK/BGR

2.15

Pangkajene

Toli-Toli

r.100/137

pelelangan ikan

NMG

PK

1.90

pangkajene

Leko Boddong

kubur/r.104

ar/73

NMG

PK

0.70

Padakki

Sumpabita

gunung

LU

BLC

17.40

Soreang

Senggerang

ar.69

LU

MT/BLC

28.40

Matojeng

Tondong Kura

r.05
jl.neg km 44
up
107/r105

r.65/pustu

LU

MT/BGR

2.00

Bori Appaka

Talappasa

tambak

NMG

PK

6.10

Bontoa

Batiling

r.41/41

NMG

LBK

3.60

Lembang

Erasa

28/pasar

NMG

LBK

10

4.70

Biringkassi

Bw.Cindea

jl.tns ii km2

NMG

BGR

11

2.10

Bontoa

Labakkang

r.28/36

NMG

LBK

12

4.40

Talaka

Kassikebo

ujung s/r 18

NMG

MR

13

7.10

Kanaungan

Taraweang

r.79/79

LU

LBK

14

8.50

Taraweang

Tabo-Tabo

jl.neg/km 56
jl.neg km 64
up
jl.neg km 64
up
41/79

15

13.00

Biringkassi

Tonasa II

pelabuhan

16

7.20

Padang Lampe

Parenreng

17

7.20

Ma'rang

Padangl Lampe

18

10.60

Pitu Sunggu

Bawasalo

19

6.40

Segeri

Bawasalo

20

4.20

Macope

21

5.40

Manggalung

22

5.20

23
24
25

3.50

26

3.30

27

4.30

28
29

r.01/01
jl.neg km 55
up
jl.neg km 55
up
jl.tns ii km 1

32/sd

LU

LBK/BGR

tonasa ii

NMG

BGR/MT

r.17/79

20/21

JJS

MR/SG

jl.neg km 67

r.16/79

LU

MR

ujung s.r 12/

JJS

MR

tambak

NMG

SG

Parenreng

jl.neg km 72
jl.neg km 73
up
r.29/29

r.16/21

JJS

SG

Parenreng

r.23/22

r.16/20

JJS

SG/MD

Mandalle

Manggalung

jl.neg km 82

r.21/23

JJS

SG/MD

2.60

Boddie

Manggalung

jl.neg km 78

r.21/22

JJS

SG/MD

1.88

Boddie

Lamasa

jl.neg km 78

r.84/54

NMG

SG/MD

Bone-Bone

Lekocaddi

kubur

r.15/15

LU

PK

Padang Lampe

Aleka rajae

r.17

r.79

LU

MR

Lembang

Tapole

jl.neg km 56

r.8/8

LU

LBK

3.80

Labakkang

Macini Baji

r.11/36

pelabuhan

NMG

LBK

8.50

Segeri

Amung

jl.neg km73

r.16/16

LU

SG

30

3.28

Tabo-Tabo

Padakki

r.14

sungai

NMG

BGR

31

2.10

Gentung

Sapanjang

jl.neg km 62

tambak

NMG

LBK

32

4.00

Tabo-Tabo

Blk

blk

NMG

BGR

33

3.60

Bonto Langkasa

Japing-Japing

jl.neg km 43 up

NMG

PK/MT

34

3.80

Baru-Baru

Bonto Jai

sungai

NMG

PK

35

3.70

Kassi

Leang Lonrong

ur.14
jl.neg km 42
up
jl.neg km 49
up
r.5/5

gunung

LU

BLC

36

4.51

Labakkang

Tonasa Barat

28-nov

tambak/r.98

NMG

LBK

37

7.50

Botto

Padang Lampe

jl.neg km 71

17/17

LU

MR

38

3.40

Gelenge

Attang Salo

17/17

45/45

LU

MR

39

7.10

Tapole

Attang Salo

8/8

45/45

LU

MR/LBK

40

3.20

Salo talang

Samaelo

6/6

15/15

LU

MT

41

3.20

Leppangeng

Taraweang

15/15

79/14

JJS

LBK

42

2.30

Bande

Gentung

jl.neg km 57

jl.neg km 59

LU

LBK

43

1.90

Bande

Patalassang

jl.neg km 57

r.39/39

LU

LBK

44

2.45

Ma'rang

Talaka

jl.neg km 67

jl.neg km 66

LU

MR

45

8.50

Talaka

Bulusipong

r.79/79

LU

MR

46

4.70

Tamangapa

Padanglampe

r.17/17

LU

MR

47

1.20

Kabba

Taraweang

r.44/44
jl.neg km 70
up
r.5/5

sawah

LU

MT

48

3.70

Bontomanai

Belae

r.108/186

gunung

LU

MT

49

2.40

Tamangapa

Kalukue

jl.neg km 74

u.sungai

NMG

MR

50

2.50

Kajuara

Patalassang

bendung

LU

MT

51

4.80

Bontomatene

Bulu Batu

r.37/37

LU

SG

52

3.70

Tamarupa

Mr.Ngancang

tambak politani

NMG

MD

53

4.20

Peseng

Benteng

21/21

LU

SG/MD

54

5.80

Bone

Manjalling

84/24

NMG

SG/MD

55

8.50

Siloro

Mangilu

r.6/pasar
jl.neg km 73
up
jl.neg km 81
up
jl.neg km 77
up
jl.neg km 75
up
r.6/b.desa

r.6

LU

BGR

56

8.70

Samaelo

Sela

15/15

55/55

LU

MT/BGR

57

4.62

Tompobalang

Bonto-Bonto

5/5

sd/sungai

LU

BLC

58

3.30

Tonasa I

Batu Napara

5/5

sawah

LU

BLC

59

5.70

Tonasa I

Bk.Sakian

5/5 ktr lurah

masjid

LU

BLC

60

1.50

Biringkassi

Boriappaka

15/15

1/1

LU

BGR

61

3.50

Bucinri

Padadae

1/1

empang

NMG

PK

62

2.90

Bontokio

Bontomanai

jl.neg km 45

34/34

NMG

PK

63

1.30

Bt.Langkasa

Banggae

jl.neg km 43

sawah/masjid

LU

MT

64

1.43

Alesipitto

Pd.Lampe

37/37

17/17

LU

MR

65

14.70

T.Kura

Kalajong

r/6 b.pustu

r/69 jembatan

LU

TTL

66

1.00

Bone-Bone

Bt.Labere

25/25

kampung

LU

PK

67

3.00

Gallalau

Tp.Waetuo

22/22

gunung

LU

MD

68

2.40

Panaikang

Madumbu

5/5

sawah

LU

MT

69

20.0

Senggeran

Kalajong

r.5

65/uj.jembatan

LU

BLC

70

1.60

Tamarupa

Gallaraya

jl.neg km 81

r.22/22

LU

MD

71

4.50

Bontomatene

Bw.Salo

jl.neg km 73

tambak/sungai

NMG

SG

72

1.50

Bonto Perak

Bontomanai

34/34

62/62

NMG

PK

73

2.00

Bonto Perak

Pacelang

34/34

3/3

NMG

PK

74

2.60

Lekoboddong

Tekolabbua

r.3

r.2

NMG

PK

75

4.00

Biringkassi

Talappasa

r.15

r.1

NMG

BGR

76

4.60

Pundata

Malise

r.28

r.9

NMG

LBK

77

2.50

Tonasa Barat

Kokoa

r.36

tambak

NMG

LBK

78

1.84

Lepumajang

Bande

r.61

tambak

NMG

PK

79

8.30

Taraweang

Pd.Lampe

r.14/41

17/16

JJS

MR/LBK

80

1.20

Labakkang

P.Baja

r.11/11

r.9/9

LU

LBK

81

2.00

Tarusan

Kalibara

r.11/11

empang

LU

LBK

82

2.00

Tp.Balang

Tumbue

r.105

gunung

LU

BLC

83

5.50

Bulusipong

Batara

r.13/13

r.8

LU

LBK

84

2.20

Mr.Ngancang

Lamasa

jl.neg km 79

r.24/54

NMG

SG/MD

85

2.60

Bone

Akobang

jl.neg km 75.7

r.86/86

LU

SG/MD

86

2.40

Palopporang

Benteng

r.53/53

LU

SG/MD

87

1.00

Erasa

Tonasa Barat

r.36

NMG

LBK

88

1.70

Tabo-Tabo

Bontotanga

r.20/20
r.207/lapanga
n
r.30/14

r.32

LU

BGR

89

5.00

Sp.Bl.Cindea

Bw.Cindea

r.15/15

kampung

LU

BGR

90

2.00

Lejang

Boriappaka

r.15/15

r.1/1

LU

BGR

91

2.00

Pd.Lampe

Tombolo

r.79/79

sd

LU

MR

92

3.50

Bantimurung

Parang Luara

r.6/6

gunung

LU

TTL

93

2.00

Pacelang

Bulu-Bulu

r.3/masjid

tambak

LU

PKJ

94

3.00

Td.Kura

Bt.Tinggi

r.65

hutan

LU

TTL

95

2.00

Gattarang

Ballasibatua

r.14/14

kampung

LU

LBK

96

6.00

Parenreng

Mare-Mare

r.16/16

kab.barru

JJS

SG

97

1.30

Katapang

Lekocaddi

r.15

r.15

LU

BGR

98

4.00

Binangatoa

Tanaraja

r.36

tambak

NMG

LBK

99

1.40

Laikang

Tala

jl.neg km 64

r.44/44

LU

MR

100

4.40

Jl.S.Hasanuddin

Jl.Propinsi

jl.propinsi

jl.propinsi

LU

PK/MT

101

0.80

Jl.Kemakmuran

Jl.Propinsi

jl.propinsi

jl.propinsi

LU

PK

102

1.70

Jl.Mangga

Kota

r.101

r.01/jembatan

LU

PK

103

1.40

Jl.Pelelangan

Kota

r.137/128

r.02

LU

PK

104

0.40

Jl.Cp.Tompong

Kota

r.128

r.03

LU

PK

105

4.10

Jl.H.Padeliluran

Kota

r.100/100

r.107/06

LU

MT

106

1.00

Jl.Mappatuwo

Kota

r.101

r.25

LU

PK

107

3.30

Jl.K.H.Muh.Yusuf

Kota

r.100

r.06/107

LU

MT

108

0.50

Jl.Leangkassi

Kota

r.105/105

r.48/186

LU

MT

109

0.60

Jl.H.M.Arsyad.B

Kota

r.107

r.110

LU

PK

110

1.70

Jl.A.Mauraga

Kota

r.109

r.103/02

LU

PK

111

2.50

Jl.Nusa Indah I

Kota

r.170

r.105

LU

MT/PK

112

0.30

Jl.Nusa Indah Ii

Kota

r.111

r.112

LU

MT

113

0.34

Jl.Nangka

Kota

r.101

r.120

LU

PK

114

0.45

Jl.Penghibur

Kota

r.101

r.106

LU

PK

115

1.10

Jl.Ketimun

Kota

r.102

r.106

LU

PK

116

3.00

Jl.Keadilan

Kota

r.114

r.115

LU

PK

117

1.20

Jl.Terminal

Kota

r.115/115

r.105/101

LU

PK

118

0.25

Jl.Kelapa

Kota

r.102/102

r.115/115

LU

PK

119

0.15

Jl.Pisang

Kota

r.113

r.115

LU

PK

120

0.34

Jl.Jeruk

Kota

r.102

r.115

LU

PK

121

0.51

Jl.Terong

Kota

r.120

r.115

LU

PK

122

0.15

Jl.Kubis

Kota

r.115

LU

PK

123

3.60

Jl.Krg Barasa

Propinsi

r.100 jembatan

LU

MT

124

4.10

Jl.Andi Mappe

Propinsi

r.101
jeb.kl.bone
awal
akhir r.101

batas labakkang

LU

BGR

125

0.05

Jl.Sawi

Kota

r.121

r.122

LU

PK

126

0.05

Jl.Nusa Indah Dlm

Kota

r.111

sawah

LU

PK

127

0.50

Jl.A.Mandacingi

Kota

r.100

r.128/129

LU

PK

128

1.20

Jl.A.Burhanuddin

Kota

r.100

r.137/103

LU

PK

129

0.55

Jl.Kesejahteraan

Kota

r.101

r.106/106

LU

PK

130

0.10

Jl.K.H.Ramli

Kota

r.127/127

r.128/100

LU

PK

131

0.15

Jl.Kartini I

Kota

r.128

r.127

LU

PK

132

0.08

Jl.Kartini Ii

Kota

r.127

r.128/129

LU

PK

133

0.25

Jl.Cumi-Cumi I

Kota

r.128

r.103

LU

PK

134

0.35

Jl.Cumi-Cumi Ii

Kota

r.128

r.129

LU

PK

135

0.15

Jl.Cumi-Cumi Iii

Kota

r.133

r.103

LU

PK

136

0.30

Jl.Campagaya

Kota

r.126

r.110

LU

PK

137

1.36

Jl.A.Muri Dg Lulu

Kota

r.129

r.02/110

LU

PK

138

0.40

Kota

r.128

r.137

LU

PK

139

0.30

Jl.Kebun Sayur
Jl.Lamarudani Pt
Bonto"

Kota

r.110

r.127

LU

PK

140

0.30

Jl.Dg.Bonto

Kota

r.110

r.127

LU

PK

141

0.35

Jl.Lasameggu Dg
Klbu

Kota

r.110

r.127

LU

PK

142

0.40

Jl.Amba Rala

Kota

r.139

r.104

LU

PK

Kota

r.140

r.104

LU

PK

Kota

r.140

r.141

LU

PK

Jl.A.Aminullah
Lewa
Jl.H.Sewang Dg
Muntu

143

0.25

144

0.14

145

0.10

Jl.H.A.Ali Amir

Kota

r.104

r.141

LU

PK

146

1.80

Jl.A.Caco

Kota

r.100

r.103

LU

PK

147

0.33

Jl.Blk Terminal

Kota

r.104

r.103

LU

PK

148

0.25

H.M.Arsyad Dalam

Kota

r.109

r.100

LU

PK

149

1.30

A.Mauraga Dalam

Kota

r.110

r.110

LU

PK

150

0.70

Jl.Kesehatan

Kota

r.154

r.156

LU

PK

151

0.60

Jl.Flamboyan

Kota

r.107

r.156

LU

PK

152

0.45

Jl.Cendana

Kota

r.107

r.170/156

LU

PK

153

0.30

Jl.Kesatria Dalam

Kota

r.100

r.151

LU

PK

154

0.10

Jl.Kesatria

Kota

r.150

r.151

LU

PK

155

0.20

Jl.Lontara

Kota

r.150

r.152

LU

PK

156

0.30

Jl.Cempaka

Kota

r.100

r.152

LU

PK

157

0.12

Jl.Stadion I

Kota

r.170

r.165

LU

PK

158

0.18

Jl.Stadion Ii

Kota

r.178

r.165

LU

PK

159

0.15

Jl.Stadion Iii

Kota

r.157

r.157

LU

PK

160

0.30

Jl.Bougenville I

Kota

r.100

r.170

LU

PK

161

0.08

Jl.Bougenville Ii

Kota

r.160

r.167

LU

PK

162

0.10

Jl.Bougenville Iii

Kota

r.161

r.166

LU

PK

163

0.15

Jl.Bougenville Iv

Kota

r.159

r.160

LU

PK

164

0.36

Jl.Mawar I

Kota

r.100

r.170

LU

PK

165

0.60

Jl.Mawar Ii

Kota

r.164

r.157

LU

PK

166

0.10

Jl.Mawar Iii

Kota

r.164

r.160

LU

PK

167

0.15

Jl.Anggrek I

Kota

r.165

r.160

LU

PK

168

0.05

Jl.Anggrek Ii

Kota

r.169

r.170

LU

PK

169

0.10

Jl.Anggrek Iii

Kota

r.164

r.167

LU

PK

170

2.10

Jl.Matahari

Kota

r.154

r.171

LU

MT

171

1.30

Jl.Bontoa Raya

Kota

r.100

r.105

LU

MT

172

1.00

Jl.Indra Dg Tayang

Kota

r.100

r.171

LU

MT

173

0.55

Kota

r.171

r.105

LU

MT

174

0.20

Kota

r.107

r.177

LU

MT

175

0.28

Jl.Kamp Tala-Tala
Jl.Kamp Ujung Loe
I
Jl.Kamp Ujung Loe
Ii

Kota

r.107

r.107

LU

MT

176

0.08

Jl.Ar.Sabila Dalam

Kota

r.107

r.106

LU

MT

177

1.25

Jl.Wira Karya

Kota

r.107

r.105

LU

MT

178

0.95

Jl.Wira Karya I

Kota

r.177

r.105

LU

MT

179

0.25

Kota

r.177

r.178

LU

MT

180

0.28

Kota

r.177

r.178

LU

MT

181

0.25

Jl.Wira Karya Dlm I


Jl.Wira Karya Dlm
Ii
Jl.Wira Kaya Dlm Iii

Kota

r.177

r.178

LU

MT

182

0.30

Jl.Bintang Mujur

Kota

r.105

r.183

LU

MT

183

0.28

Jl.Cempaka I

Kota

r.105

r.187

LU

MT

184

0.81

Jl.Cempaka Ii

Kota

r.179

sawah

LU

MT

185

0.15

Jl.Cempaka Iii

Kota

r.188

r.186

LU

MT

186

0.58

Jl.Cendana I

Kota

r.84/108

r.191

LU

MT

187

0.15

Jl.Cendana Ii

Kota

r.177

r.183

LU

MT

188

0.40

Jl.Cendana Iii

Kota

r.105

r.108

LU

MT

189

0.19

Jl.Cendana Iv

Kota

r.183

r.108

LU

MT

190

0.08

Jl.Cendana Dalam

Kota

r.186

r.187

LU

MT

191

0.45

Jl.Rumbia I

Kota

r.191

sawah

LU

MT

192

0.45

Jl.Rumbia Ii

Kota

r.191

r.195

LU

MT

193

0.13

Jl.Rumbia Iii

Kota

r.191

r.192

LU

MT

194

0.10

Jl.Rumbia Dalam I

Kota

r.191

r.192

LU

MT

195

0.30

Jl.Rumbia Dalam Ii

Kota

r.191

r.192

LU

MT

196

0.10

Jl.Smp M.Tene I

Kota

r.105

smp

LU

MT

197

0.15

Jl.Smp M.Tene Ii

Kota

r.105

r.111

LU

MT

198

0.09

Jl.Smp M.Tene Iii

Kota

r.105

smp

LU

MT

199

1.00

Jl.Kelapa M.Tene

Kota

r.105

kampung

LU

MT

200

0.25

Jl.Btg Lamara I

Kota

r.105

kampung

LU

MT

201

0.24

Jl.Btg Lamara Ii

Kota

r.105

r.203

LU

MT

202

0.15

Kota

r.105

r.203

LU

MT

203

0.20

Jl.Btg Lamara Iii


Jl.Btg Lamara
Dalam

Kota

r.200

r.202

LU

MT

204

0.10

Jl.Kepiting

Kota

r.002

r.138

LU

PK

205

3.67

Kota Balocci

Kota Balocci

kota balocci

kota

LU

KOTA

BLC

206

5.30

Kota Segeri

Kota Segeri

kota segeri

kota

LU

KOTA

SGR

207

3.00

Kota Labakkkang

Kota Lbk

kota lbk

kota

LU

KOTA

LBK

208

3.95

Kota Ma'rang

Kota Ma'rang

kota ma'rang

kota

LU

KOTA

MR

209

1.00

Kota Bungoro

Kota Bungoro

kota bungoro

kota bungoro

LU

KOTA

BGR

210

2.00

Amung

Maguliling

r.29

kampung

LU

SG

211

3.00

Panruru

Botto

r.37

r.46

LU

212

0.93

213

2.10

214

MR

Kalibone

Pareang

jl.neg.km 42

empang

LU

MT

Boddie

Lempangeng

r.45

LU

SGR

3.30

Maroangin

Pd.Lampe

r46/46

NMG

MR

215

1.50

Padang Lampe

Bulupao

jl.neg km 78
jl.neg km 68
up
r.79

gunung

LU

MR

216

1.61

Cempagae

Lempangang

r.41

r.41/08

LU

BGR

217

4.00

Padakki

Bulupao

r.14

gunung

LU

BGR

218

1.50

Kamp.Mattampa

Mattampa

jl.neg km 54

kampung

LU

BGR

219

2.00

Tonasa I

Majenang

r.5

kampung

LU

BLC

220

2.10

Bara Batu

Loatingge

r.79

gunung

LU

LBK

221

1.10

Biringkassi

Jollo

r.10

empang

LU

BGR

222

4.50

Ballasibbatua

Bulusipong

r.79

kampung

LU

LBK

223

3.00

Bintawang

Bu'nea

r.6

kamp./gunung

LU

TTL

224

1.10

Kampung Baru

Gattareng

r.79

r.14

LU

LBK

225

3.00

Lanne

Bilango

r.65

kampung

LU

TTL

226

3.00

Lanne

Mario

r.65

kampung

LU

TTL

227

2.00

Baring

Parenreng

r.29

r.16

LU

SG

228

0.50

Camado

Waeluttue

r.21

gunung

LU

SG

229

1.00

Bulukaroang

Cikerre

r.16

kampung

LU

SG

230

1.50

Ma'rang

Atassalo

r.17

r.38

LU

MR

231

2.50

Alebonto Bonto

r.17

r.45

LU

MR

232

1.00

Samp.Ps.P.Lampe

r.16

pasar

LU

MR

233

1.00

Gellenge
Samp.Ps.Pd.Lamp
e
Pd.Lampe

Saboro

r.16

kampung

LU

MR

234

1.00

Ujung

Botto

r.46

kampung

LU

MR

235

0.30

Lembang

Batebulo

r.09

kampung

LU

LBK

236

0.50

Taraweang

Biring Ere

r.41

sungai

LU

LBK/BGR

237

1.50

Macini Baji

Turungan

r.28

kampung

LU

LBK

238

1.00

Batara

Taman Roja

r.08

kampung

LU

LBK

239

1.50

Macinna

Tamanroja

r.27

r.8

LU

LBK

240

0.50

Malewang

Lambuto

r.15

kampung

LU

BGR

241

1.50

Salebbo

Barue

r.15

r.15

LU

BGR

242

1.00

Salebbo

Leppangeng

r.15

r.15

LU

BGR

243

0.50

Bujung Buloa

Bontoa

r.6

r.06

LU

MT

244

1.70

Ka'ba

Galung Boko

r.5

kampung

LU

MT

245

1.80

Balocci Baru

Rambae

r.5

r.5

LU

BLC

246

4.00

Tondong Kura

Bonto

r.6

r.65

LU

TTL

247

2.00

Lanne

Tagari

r.65

kampung

LU

TTL

248

4.00

Tondong Kura

Bonto Manai

r.65

kampung

LU

TTL

249

0.50

Macini Baji

Pamukka

r.28

empang

LU

LBK

250

2.50

Bintawan

Malaka

r.65

kamp./gunung

LU

TTL

251

2.50

Tondong Kura

Bua

r.65

kampung

LU

TTL

252

6.00

Balocci Baru

Bonti

r.05

kampung

LU

TTL

253

12.00

Kampoang

Bonti

r.69

kampung

LU

TTL

254

1.50

Borong-Borong

Kassiloe

r.45

r.39

LU

LBK

255

1.50

Kanaungan

Sero

r.13

r.43

LU

LBK

256

1.50

Panaikang

Salobatu

r.68

r.35

LU

MT

257

1.60

Ujung

Tuarang

r.05

kampung

LU

MT

258

2.00

Kassiloe

Lekosewang

r.39

r.13

LU

LBK

259

1.00

Salekoa

Bonto Panu

r.10

r.89

LU

BGR

260

0.70

Teko

Cakkari

r.36

empang

LU

LBK

261

1.00

Kassiloe

Tinambung

r.6

r.59

LU

BLC

262

0.50

Bonto Sunggu

Moncong Bori

r.76

empang

LU

LBK

263

1.00

Katapan

Ujung Lanra

r.97

kampung

LU

BGR

264

1.00

Bontoa

Bujung Batue

jl.neg km 56

kampung

LU

LBK

265

1.00

Mattoangin

Derah

r.36

kampung

LU

LBK

266

2.35

Patalassang

Lekosewang

r.39

r.83

LU

LBK

267

2.00

Mangkaca

Botto

waduk

LU

SGR

268

0.50

Palambeang

Tuju-Tuju

jl.neg km 74
jl.neg km 56
up

r.9

LU

LBK

BUPATI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN

SYAMSUDDIN A. HAMID

Lampiran V
Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan
Nomor

: 8 Tahun 2012

Tanggal

: 16 Agustus 2012

SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI PENYEBERANGAN

NO

SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI

Pelabuhan Sungai
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

KECAMATAN

Sungai Kalibone
Sungai Pangkajene
Sungai Limbongan
Sungai Kassi Kebo
Sungai Biringkassi
Sungai Jennae
Sungai Padadae
Sungai Pandang Lau
Sungai Bawasalo

Minasatene
Pangkajene
Labakkang
Marang
Bungoro
Marang
Pangkajene
Pangkajene
Segeri

Minasatene
Pangkajene
Labakkang
Marang
Bungoro
Marang
Pangkajene
Pangkajene
Segeri

Pelabuhan Penyeberangan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Pelabuhan Kalibone
Pelabuhan Pangkajene
Pelabuhan Limbongan
Pelabuhan Kassi Kebo
Pelabuhan Biringkassi
Pelabuhan Jennae
Pelabuhan Padadae
Pelabuhan Pandang Lau
Pelabuhan Bawasalo

BUPATI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN

SYAMSUDDIN A. HAMID

Lampiran VII

Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan


Kepulauan
Nomor
: 8 Tahun 2012
Tanggal
: 16 Agustus 2012

JARINGAN ENERGI
NO

SISTEM JARINGAN ENERGI

KECAMATAN

a. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)


Biringkassi 2 x 25 MW

b. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)


1) PLTD P. Bangko-bangkoang 16,5 KVA
2) PLTD P. Laiya 60 KVA
3) PLTD P. Balang Caddi 50 KVA, PLTD P.
Gondong Bali 100 KVA
4) PLTD P. Sapuka 60 KVA, PLTD P.
Sabaru 60 KVA
5) PLTD Leang Pannikia 35 KVA
6) PLTD Bulu Are 15 KVA
7) PLTD Pandang Lau 35 KVA

(2) Pembangkit Listrik Tenaga Micro


(PLTMH) Bantimurung 2 x 10 MW

Liukang Tupabiring Utara


Liukang Tupabiring
Liukang Tangaya

Bungoro
Balocci
Pangkajene

Tondong Tallasa
Liukang Tupabiring
Liukang Tupabiring Utara
Liukang Tangaya
Liukang Kalmas
Balocci
Tondong Tallasa

Jaringan Transmisi
a. Saluran udara Tegangan Tinggi (SUTUT)
150 KWA
b. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTUT) 75
KVA yang Menghubungkan Gardu Induk
c. Gardu Induk
1) Pangkep I 20 MVA
2) IBT Tonasa I 20 MVA
3) IBT Tonasa II 20 MVA
4) IBT Tonasa III 20 MVA
5) Extension Pangkajene dan Kepulauan III
30 MVA
6) Extension Pangkajene dan Kepulauan
IV 60 MVA
-

Liukang Tupabiring Utara

Hidro -

(3) Pengembangan Energi Listrik Terbarukan

Bungoro

Bungoro
Balocci
Bungoro
Bungoro

Jaringan Pipa Minyak dan Gas Bumi


a. Pengembangan
Sengkang-Parepare- - Bungoro
Makassar
b. Fasilitas Penyimpanan dan jaringan pipa dan
gas bumi berupa depo minyak dan Gas Bumi
Lampiran

Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan


Kepulauan
Nomor

Tanggal :

RENCANA JARINGAN PRASARANA ENERGI


No
1

Jenis Pembangkit
PLTD

Lokasi
P. Bangko-Bangkoang

Kapasitas
Lk. Tupabbiring

P. Laiya
P. Balang Caddi
P. Balang Caddi
P. Gondong Bali
P. Sapuka
P. Sapuka
P. Sapuka
P. Sabaru
Lampupanikia
Bulu Are
Padang Lau
2

PLTU

Biring Kassi

16,5 KVA
60
50
50
100

KVA
KVA
KVA
KVA

Bungoro
Balocci
Pangkajene

60
60
60
60
35
15
35

KVA
KVA
KVA
KVA
KVA
KVA
KVA

Bungoro

2 x 25 MW

Lk. Tangaya

(PT. Semen Tonasa)


3

PLTMH

Bantimurung

Tondong Tallasa

2 x 10 KW

PLTS

P. Laiya
P. Polewali
Mattiri Uleng
P. Salemo
P. Sangara
P. Podang-Podang L
P. Lamputan
P. Sabangko
P. Sakuala
Mattiro Sompe
P. Balang Lompo
P. Balang Caddi
P. Karangrang
P. Pala
Mattiro Ujung

Lk. Tupabbiring

4 Unit @ 50
WP
5 Unit
6 Unit
116 Unit
34 Unit
15 Unit
15 Unit
1 Unit
2 Unit
35 Unit
2 Unit @ 150
WP

No

Jenis Pembangkit

Lokasi

Kapasitas

Kelurahan Sapuka
P. Sabaru
P. Tampaang
P. Aloang
P. Kawassang
P. Sapinggang
P. Sapuka
P. Sabaru
P. Tampaang
P. Aloang
P. Kawassang
P. Sapinggang
P. Sailus Lompo
P. Satangger
P. Kapoposan Bali
P. Sailus Kecil
P. Matalaang
P. Sabalana
P. Sanane
P. Makarangan
P. Lilikang
P. Pammalikang
P. Tampaang
P. Aloang
P. Kawassang
P. Sapinggang
P. Sailus Lompo
P. Marabatuang
P. Makarangana Timur
P. Tinggalungan
P. Sabaru
P. Balo-Baloang Kecil
P. Sabalana
P. Matalaang

Lk. Tangaya

30 Unit @ 50
WP
2 Unit
5 Unit
12 Unit
7 Unit
7 Unit
10 Unit
1 Unit
14 Unit
2 Unit
2 Unit
2 Unit
5 Unit
20 Unit
45 Unit
40 Unit
14 Unit
5 Unit
3 Unit
9 Unit
2 Unit
2 Unit
21 Unit
21 Unit
19 Unit
19 Unit
91 Unit
14 Unit
15 Unit
1 Unit
1 Unit
1 Unit
1 Unit
1 Unit

P. Pammantauan
P. Massalima
P. Saliriang
P. Sabaru
P. Pammalikang
Desa Kanyurang
Desa Kanyurang
Pondo Kalu-Kalukuang
Kalu-Kalukuang
P. Bangko-bangkoang
Desa Marasende

Lk. Kalmas

10 Unit @ 50
WP
10 Unit
10 Unit
15 Unit
15 Unit
40 Unit
1 Unit @ 150
WP
1 Unit @ 50
WP
2 Unit
1 Unit
1 Unit

Minggi Tompo Bulu


Kalibarang
Bonti
Manggala
Tompo Bulu
Balleanging
Bonti

Balocci

20 Unit @ 50
WP
1 Unit
1 Unit
1 Unit
1
Lampu
Jalan
1
Lampu
Jalan
1 Unit @ 150
WP

No

Jenis Pembangkit

Lokasi
Mannyampa
Mannyampa
Tondong Kura

Gardu Induk

Kapasitas
Tondong Talassa

Pangkep I
Pangkep II
IBT Tonasa I
IBT Tinasa II
IBT Tonasa III
Extension, Pangkep III
Extension, Pangkep IV

30 Unit @ 50
WP
10 Unit
5 Unit
30 MVA
20 MVA
31.5 MVA
31.5 MVA
31.5 MVA
30 MVA
60 MVA

BUPATI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN

SYAMSUDDIN A. HAMID

Lampiran IX
Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan
Nomor
: 8 Tahun 2012
Tanggal
: 16 Agustus 2012

JARINGAN SUMBER DAYA AIR


NO
1

SISTEM JARINGAN SUMBER DAYA AIR


Sumber Air
a. Wilayah Sungai (WS) yang meliputi WS
Saddang
- DAS Karajae
- DAS Pangkajene
- DAS Segeri
b. Bendungan
- Tombolo
c. Bendung
- Bendung Leang Lonrong
- Bendung Tabo-Tabo
- Bendung Padaelo dan Perenreng
- Bendung Kajuara

d. Cekungan Air Tanah (CAT)


2

KECAMATAN

Labakkang
Pangkajene
Segeri

Marang

Minasatene
Bungoro
Segeri
Pangkajene

Segeri, Mandalle, Bungoro,


Tondong Tallasa & Balocci

Prasarana Sumber Daya Air


a. Sistem Jaringan Irigasi meliputi Primer,
Sekunder, dan Tersier
- DI Tabo-Tabo dengan luas 8.615 Hektar
- DI Leang Lonrong dengan 1.229 Hektar
- DI Padaelo dengan Luas 2.958 Hektar
- DI Kewenangan Pemerintah Kabupaten
41 DI
b. Sistem Pengendalian Banjir
1. Pengendalian Luapan Air Sungai
a) Sungai Segeri
b) Sungai Kalibone
c) Sungai Cidokang
d) Sungai Tombolo
e) Sungai Senggerang
2. Pembangunan Kanal
3. Pengaman Pantai

c. Sistem Pengaman Pantai Mengurangi Abrasi

Segeri
Minasatene
Minasatene
Marang
Balocci
Pangkajene, Labakkang
dan Bungoro
Bungoro, Segeri, Marang,
dan Pangkajene
Seluruh Wilayah
Kepulauan

Lampiran X
Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan
Nomor
: 8 Tahun 2012
Tanggal
: 16 Agustus 2012

SISTEM PENGOLAHAN PERSAMPAHAN

NO

SISTEM PENGOLAHAN PERSAMPAHAN

Penampungan Sementara (TPS)

LOKASI

Kawasan Perkotaan PKW, PKL,


PKLp, PPK, dan PPL

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bontoa

Kecamatan Minasatene

dengan luas 6 Hektar

BUPATI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN

SYAMSUDDIN A. HAMID

Lampiran XI
Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan
Nomor
: 8 Tahun 2012
Tanggal
: 16 Agustus 2012

SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

NO

SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM)

SPAM Jaringan Perpipaan

LOKASI

Tombolo dan Senggerang

a. Unit Air Baku


1. Sungai

Sungai Cidokang, Tagari,

Mandalle, Bungoro, Tondong


Tallasa dan Balocci

2. Air Tanah

b. Unit Produksi Air Minum


1. IPA Pangkajene 60 l/det
2. IPA Bantimurung 2,5 l/det
3. IPA Lanne 2,5 l/det
4. IPA Bonto Birao 2,5 l/det

c. Unit Distribusi Air Minum

Penyediaan Air Baku Melalui Rekayasa

Pangkajene

Tondong Tallasa

Tondong Tallasa

Tondong Tallasa

Pangkajene

Wilayah Kepulauan

Pengolahan Air Baku

BUPATI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN

SYAMSUDDIN A. HAMID

Lampiran XII
Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene
dan Kepulauan
Nomor
: 8 Tahun 2012
Tanggal
: 16 Agustus 2012

SISTEM JARINGAN DRAINASE

NO

SISTEM JARINGAN DRAINASE

LOKASI

Sistem Saluran Drainase Primer di

Sungai Segeri, Sungai Pangkajene, Sungai

kembangkan Saluran Pembuangan

Cidokang, Sungai Tagari, Sungai Tombolo,

Utama

dan Sungai Senggerang

Sistem Saluran Drainase Sekunder di

Bungoro, Pangkajene, dan Minasatene

Kawasan Indistri, Perdagangan,


Perkantoran dan Pariwisata

Sistem Saluran Drainase Tersier


dikembangkan pada kawasan
Permukiman

BUPATI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN

SYAMSUDDIN A. HAMID

Lampiran XIII
Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene
dan Kepulauan
Nomor
: 8 Tahun 2012
Tanggal
: 16 Agustus 2012

JALUR EVAKUASI BENCANA

NO

JALUR EVAKUASI BENCANA

Jalur Evakuasi Bencana Banjir

LOKASI

Pangkajene, Labakkang dan Bungoro


menuju ke Balocci dan Tondong Tallasa

Jalur Evakuasi Bencana Longsor

Tondong Tallasa, Balocci dan Bungoro


Menuju ke Pangkajene

Jalur Evakuasi Bencana Gelombang


Pasang

Pangkajene, Bungoro, Labakkang,


Marang, Segeri dan Mandalle menuju
ke Kecamatan Pangkajene

BUPATI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN

SYAMSUDDIN A. HAMID

Lampiran XV
Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene
dan Kepulauan
Nomor
: 8 Tahun 2012
Tanggal
: 16 Agustus 2012

RINCIAN KAWASAN YANG MEMBERIKAN PERLINDUNGAN

A. Kawasan Hutan Lindung


NO

KECAMATAN

LUAS HUTAN LINDUNG ( Ha )

1.

Marang

55

2.

Balocci

685

3.

Tondong Tallasa

1.137

4.

Bungoro

2.502

5.

Segeri

1.460

6.

Mandalle

1.233

B. Kawasan Resapan Air


NO

1.

URAIAN

KECAMATAN

Kawasan Perbukitan dengan Kemiringan


Lereng < 40% Struktur Tanah yang

Balocci, Bungoro, Tondong Tallasa,


Segeri dan Mandalle

mudah meresap air dan bentuk


geomorfologi yang mampu meresap air
hujan secara besar-besar

BUPATI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN

SYAMSUDDIN A. HAMID

Lampiran XVI

Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan


Kepulauan
Nomor
: 8 Tahun 2012
Tanggal
: 16 Agustus 2012

KAWASAN HUTAN PRODUKSI

No
.

Kecamatan

Hutan
Produks
i Tetap

Hutan
Produksi
Terbatas

Hutan
Rakyat

Liukang Tangayya

Liukang Kalmas

Liukang Tupabbiring

Liukang Tupabbiring
Utara

Pangkajene

Minasatene

1116,16

40,84

288,79

83,66

Balocci

Tondong Tallasa

1617,09

59,16

1927,16

65,55

27,12

7,86

Bungoro

315,86

10,74

29,28

8,48

10

Labakkang

11

Marang

510

3,20

12

Segeri

602,75

20,50

13

Mandalle

2.747

100,00

3.485

100,0
0

345,19

100,0
0

Grand Total

BUPATI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN

SYAMSUDDIN A. HAMID

Lampiran XVIII
Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan
Nomor
: 8 Tahun 2012
Tanggal
: 16 Agustus 2012

KAWASAN PERUNTUKAN PERIKANAN

NO

KAWASAN

KECAMATAN

Kawasan Perikanan Tangkap

Liukang Tangaya
Liukang Kalmas
Liukang Tupabiring
Liukang Tupabiring Utara
Pangkajene
Labakkang
Marang
Segeri, dan
Mandalle

Kawasan Budidaya, Perikanan Air Payau

Pangkajene, Mandalle, Minasatene,


Segeri, Marang, Labakkang, dan
Bungoro

b. Perikanan air laut komoditas rumput


laut

Mandalle, Liukang Kalmas, Liukang


Tupabiring, Labakkang, Marang,
Tupabiring Utara, dan Segeri

c. Perikanan air tawar

Balleangin Balocci

Kawasan Minapolitan

Labakkang, Minasatene,
Pangkajene, Bungoro, Marang,
Segeri, Mandalle dan Liukang
Tupabiring Utara

a. Perikanan air payau komoditas Udang


dan Bandeng

BUPATI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN

SYAMSUDDIN A. HAMID

Lampiran XIX
Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan
Nomor
: 8 Tahun 2012
Tanggal
: 16 Agustus 2012

KAWASAN PERUNTUKAN PERTAMBANGAN

NO

KAWASAN

Kawasan Pertambangan Komoditas Batuan

KECAMATAN
-

Balocci, Minasatene, Bungoro,


Tondong Tallasa dan Labakkang

b. Batu Gamping

Bungoro, Tondong Tallasa, Balocci


dan Segeri

c. Tanah Liat

Bungoro, Tondong Tallasa,


Pangkajene, Mandalle, dan
Minasatene

Minasatene, Bungoro, Tondong


Tallasa, Balocci, Labakkang,
Marang, Segeri, dan Mandalle

e. Kerikil sungai

Balocci

f.

Labakkang, Marang, Bungoro,


Minasatene, Balocci, Segeri,
Pangkajene dan Mandalle

g. Basalt

Tondong Tallasa

h. Kristal

Tondong tallasa

i.

Minasatene, Balocci, Pangkajene,


Tondong Tallasa, Bungoro,
Labakkang Segeri, Marang dan
Mandalle

Segeri, dan Mandalle

b. Emas

Bungoro dan Tondong Tallasa

c. Besi

Minasatene

Kawasan Pertambangan Komoditas Mineral


Bukan Logam

Tondong Tallasa, Bungoro, dan


Balocci

b. Kaolin

Bungoro, dan Tondong Tallasa

Tondong Tallasa, Bungoro, dan


Segeri

a. Marmer

d. Batu Gunung

Pasir Urug

Kerikil Berpasir Dominan

Kawasan Pertambangan Komoditas Mineral


Logam
a. Khrom

a. Pasir Kuarsa

Kawasan Pertambangan Komoditas


Batubara

Lampiran XX
Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan
Nomor
: 8 Tahun 2012
Tanggal
: 16 Agustus 2012

KAWASAN PERUNTUKAN PARIWISATA

NO

KECAMATAN

OBYEK WISATA

Balocci

Bulusaraung / Tompo Bulu

Minasa Tene

Biraeng

Segeri

Arajang Segeri (Bissu)

Labakkang

Tanarajae

Labakkang

Limbangan

Marang

Padang Lampe

Labakkang

Bajina Gaga

Bungoro

Mattampa / Museum Karst

Balocci

Sumpang Bita

10

Bungoro

Tabo Tabo

11

Liukang Tupabiring

Pulau Kapoposang

12

Liukang Tupabiring

Pulau Langkadea

13

Liukang Tupabiring

Pulau Cengkeh

14

Liukang Tupabiring

Pulau Podang Podang

15

Liukang Tupabiring

Pulau Cambang Cambang

16

Liukang Tupabiring

Pulau Saugi

17

Liukang Tupabiring Utara

Pulau Salemo

18

Liukang Tupabiring

Pulau Panambungan
BUPATI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN

SYAMSUDDIN A. HAMID

Lampiran XXI
Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan
Nomor
: 8 Tahun 2012
Tanggal
: 16 Agustus 2012

KAWASAN PERUNTUKAN PERMUKIMAN

NO

KAWASAN

KECAMATAN

Kawasan Peruntukan Permukiman


Perkotaan

Perkotaan Pangkajene Kecamatan


Pangkajene, Perkotaan Segeri
Kecamatan Segeri, Perkotaan
Labakkang Kecamatan Labakkang,
Perkotaan Minasatene Kecamatan
Minasatene, Perkotaan Bungoro
Kecamatan Bungoro

Kawasan Peruntukan Permukiman


Perdesaan

Liukang Tupabiring, Liukang Kalmas,


Liukang Tupabiring Utara, Balocci,
Marang, Tondong Tallasa dan Liukang
Tangaya

BUPATI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN

SYAMSUDDIN A. HAMID

Lampiran XXII
Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan
Nomor
: 8 Tahun 2012
Tanggal
: 16 Agustus 2012

KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN PANGKEP


A. Kawasan Strategis Nasional di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
- Kawasan Kota Pangkajene dan sekitarnya (I/c/1)
B. Kawasan Strategis Kabupaten
1. Kawasan Pangkajene (I/A/1)
2. Kawasan Mattampa (I/A/1)
3. Kawasan Minapolitan (I/A/1)
4. Kawasan Agropolitan (I/A/1)
5. Kawasan Bantimurung (I/C/1)
6. Kawasan Karst Balocci dan Tondong Tallasa (I/B/1)
Keterangan

I IV : Tahapan Pengembangan
A

: Rehabilitasi Pengembangan Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Ekonomi

A/1

: Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan

A/2

: Pengembangan/Peningkatan Kualitas Kawasan

: Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Lingkungan


Hidup

B/1

: Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan

B/2

: Pengembangan/Peningkatan Kualitas Kawasan

: Rehabilitasi Pengembangan Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Sosial Budaya

C/1

: Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan

C/2

: Pengembangan/Peningkatan Kualitas Kawasan

: Rehabilitasi Pengembangan Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Pendayagunaan


Sumber Daya Alam dan Teknologi Tinggi

D/1

: Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan

D/2

: Pengembangan/Peningkatan Kualitas Kawasan

: Rehabilitasi Pengembangan Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Pertahanan dan


Keamanan

E/1

: Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan

E/2

: Pengembangan/Peningkatan Kualitas Kawasan

BUPATI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN

SYAMSUDDIN A. HAMID

Lampiran XXIII
Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
Nomor
: 8 Tahun 2012
Tanggal
: 16 Agustus 2012

INDIKASI PROGRAM UTAMA LIMA TAHUNAN RTRW KABUPATEN PANGKEP


TAHUN 2012 - 2032
WAKTU PELAKSANAAN
USULAN PROGRAM UTAMA

LOKASI

SUMBER DANA

INSTANSI PELAKSANA

I
2012 2013 2014 2015

I.1. PERWUJUDAN STRUKTUR RUANG KABUPATEN


A.
1
2
3
4
5
6
B
1
2
3
4

Peningkatan Pusat Kegiatan Nasional Mamminasata ( di Wilayah Kabupaten Pangkep)


Pembangunan Terminal Tipe B

Kota Pangkejene

APBDN

D. Perhub, Kom & Info.

Pembangunan dan Pengembangan KIPA

Kec. Bungoro

APBD/P/N/K/swasta

Din.Koperindag. Kab.

Pembangunan sistem mitigasi bencana (banjir, longsor,tsunami)

Kabupaten Pangkep

APBD/P/N/K/BLN

Din. Pertambangan & Energi

Pengembangan sumber daya energi listrik PLTU

APBD/P/N/K/BLN

PLN

Pengembangan sumber daya air minum

Kec. Bungoro
S. Cidokang dan
Tompobolo

APBD/P/N/K/BLN

PDAM

Pemb.TPA pengolahan sampah

Kec. Minasa Tene

APBD/P/N/K/BLN

Dinas PU Kab.

PKLp
PKLp

APBDN
APBDN

D. Perhub, Kom & Info.

PKLp

APBDN

PKLp

APBDN

Peningkatan Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) Segeri, Bungoro dan Labakkang
Pembangunan Terminal Bis Tipe C
Pembangunan/peningkatan Pasar Kecamatan

Dinas Koperindag. Kab.

Pengembangan perbankan
Peningkatan Puskesmas

Dinas Koperindag. Kab.


Din. Kesehatan Kab.

2016

II

III

IV

17~21

22~26

27~32

5
6
7

PKLp

APBDN

Dinas Pendidikan

PKLp

APBDN

Dinas Pendidikan

PKLp

APBDN

Pembangunan/Peningkatan STK dan SD


Pembangunan/Peningkatan SLTP dan SMU
Pembangunan/Peningkatan RTH/tempat bermain/LOR

.USULAN

PROGRAM UTAMA

Dinas PU Kab.

LOKASI

SUMBER
PENDANAAN

INSTANSI
PELAKSANA

TAHUN PELAKSANAAN
I

II

III

2012 2013 2014 2015 2016 17~21 22~26

I.3 PERWUJUDAN STRUKTUR RUANG KABUPATEN


G
Pengembangan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
1

Pembangunan fasilitas terminal pembantu

Pembangunan dan Peningkatan Pasar Kecamatan

Pembangunan jasa perbankan

Pembangunan Fas. Kesehatan (Pustu/BKIA)

Pembangunan dan Pengembangan TK dan SD

Pembangunan dan Pengembangan SLTP dan SMU

Pembangunan sistem mitigasi bencana alam (gempa & Longsor)

Pembangunan/Peningkatan RTH/tempat bermain/LOR

Penyusunan Master Plan RTH

10

Pembangunan/Peningkatan RTH/tempat bermain/LOR

Mendorong Pengembangan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)

Pembangunan Pasar Lingkungan

Seluruh Ibukota Kec.


Seluruh Ibukota Kec.
Seluruh Ibukota Kec.
Seluruh Ibukota Kec.
Seluruh Ibukota Kec.
Seluruh Ibukota Kec.
Seluruh Ibukota Kec.
Seluruh Ibukota Kec.
Seluruh Ibukota Kec.
Seluruh Ibukota Kec.

Seluruh PPL

APBD-P/K

Dinas Koperindag. Kab.

APBD-P/K

Dinas Koperindag.
Kab.

APBDN,Swasta

Dinas Koperindag.
Kab.

APBD-P/K

Dinas Kesehatan
Kab.

APBD-P/K,Swasta

Dinas Pendidikan,
Pemuda & OR Kab.

APBD-P/K,Swasta

Dinas Pendidikan,
Pemuda & OR Kab.

APBD-K/P/N

Din. PU Kab.

APBD-K

Din. PU Kab.

APBD-K/P/N

Din. PU Kab.

APBD-K

Din. PU Kab.

APBD/P/K,Swasta

Dinas Koperindag.
Kab.

IV
27~32

APBD/P/K,Swasta

Dinas Koperindag.
Kab.

APBD/P/K

Dinas Kesehatan
Kab.

APBD/P/K,Swasta

Dinas Pendidikan,
Pemuda & OR Kab.

PPL Terpencil

APBD/P/K,Swasta

Bappeda

Seluruh PPL

APBD-K

Din. PU Kab.

Rencana Pembangunan Jaringan jalan Bebas hambatan antar kota yang meliputi
Pangkep-Maros

Lht. Peta Rencana


Struktur Ruang

APBN-APBD-/P/K

Pembangunan dan Pengembangan Jaringan jalan Arteri (Jalan Lintas Barat Sulawesi)
di wilayah Kabupaten Pangkep yang meliputi rencana jaringan jalan Pakkae Pangkajene. 80,42;

Lht. Peta Rencana


Struktur Ruang

APBN-APBD-/P/K

Pembangunan dan Pengembangan Jaringan jalan Arteri Kemakmuran

Lht. Peta Rencana


Struktur Ruang

APBN-APBD-/P/K

Pembangunan dan Pengembangan Jaringan jalan Arteri Hasanuddin

Lht. Peta Rencana


Struktur Ruang

APBN-APBD-/P/K

Pembangunan dan Pengembangan Jaringan jalan Arteri Pangkajene-Maros

Lht. Peta Rencana


Struktur Ruang

APBN-APBD-/P/K

Pembangunan dan Pengembangan Jaringan jalan Kolektor Primer menghubungkan


perbatasan Kabupaten Pangkep-Kota Maros-Perbatasan Kota Makassar;

Lht. Peta Rencana


Struktur Ruang

APBN-APBD-/P/K

Pembangunan dan Pengembangan Jaringan jalan Kolektor Primer yang meliputi


jaringan jalan yang menghubungkan Ladonge Mallawa - Balocci Kabupaten
Pangkep

Lht. Peta Rencana


Struktur Ruang

APBN-APBD-/P/K

Pembangunan dan Pengembangan Jaringan jalan Kolektor Primer Jenetaesa Bontobalang Leangleang - Balocci Kabupaten Pangkep;

Lht. Peta Rencana


Struktur Ruang

APBN-APBD-/P/K

Pembangunan dan Pengembangan Jaringan jalan yang menghubungkan Manyampabantimurung

Lht. Peta Rencana


Struktur Ruang

APBN-APBD-/P/K

10

Pembangunan dan Pengembangan Jaringan jalan yang menghubungkan KatapangDengeng-Dengeng

Lht. Peta Rencana


Struktur Ruang

APBN-APBD-/P/K

11

Pembangunan dan Pengembangan Jaringan jalan yang menghubungkan BoddiePatallassang

Lht. Peta Rencana


Struktur Ruang

APBN-APBD-/P/K

Pembangunan fasilitas jasa skala lokal

Pembangunan Fasilitas Kesehatan BKIA/Posyandu

Pengembangan ST, SD, SLTP, SMU

Pembangunan Akses ke PPL teutama yang masih terisolasi

Pembangunan/Peningkatan RTH/tempat bermain/LOR

Mendorong Perwujudan Sistem Transportasi Kabupaten

Seluruh PPL
Seluruh PPL
Seluruh PPL

Dinas PU Prov.

Dinas PU Prov.
Dinas PU Prov.

Dinas PU Prov.
Dinas PU Prov.
Dinas PU Prov.

Dinas PU Prov.
Dinas PU Prov.
Dinas PU Prov.

Dinas PU Prov.
Dinas PU Prov.

12

Pembangunan dan Pengembangan Jaringan jalan yang menghubungkan galung


Boko-lamperangeng

Lht. Peta Rencana


Struktur Ruang

APBN-APBD-/P/K

13

Pembangunan dan Pengembangan Jaringan jalan yang menghubungkan padangpadange-Jollo

Lht. Peta Rencana


Struktur Ruang

APBN-APBD-/P/K

14

Pembangunan dan Pengembangan Jaringan jalan yang menghubungkan PadangPadange-Biringkassi

Lht. Peta Rencana


Struktur Ruang

APBN-APBD-/P/K

15

Pembangunan dan Pengembangan Jaringan jalan yang menghubungkan BawasaloGusung

Lht. Peta Rencana


Struktur Ruang

APBD-P/K

16

Pembangunan dan Pengembangan Jaringan jalan yang menghubungkan TanarajaeKayu Jawaya

Lht. Peta Rencana


Struktur Ruang

APBD-P/K

17

Pembangunan dan Pengembangan Jaringan jalan yang menghubungkan Tondong


Kura-Pabbicarae

Lht. Peta Rencana


Struktur Ruang

APBD Kab.

18

Pembangunan dan Pengembangan Jaringan jalan yang menghubungkan TumbueBonti

Lht. Peta Rencana


Struktur Ruang

APBD Kab.

19

Pembangunan dan Pengembangan Jaringan jalan yang menghubungkan PattupungePujnanti

Lht. Peta Rencana


Struktur Ruang

APBD Kab.

20

Pembangunan dan Pengembangan Jaringan jalan yang menghubungkan Tekolabuapadanglau

Lht. Peta Rencana


Struktur Ruang

APBD Kab.

19

Peningkatan Terminal Tipe B Pangkajene

Kota Pangkep

APBD Kab.

D. Perhub, Kom &


Info.Kab.

20

Pemb./Peningk. Terminal Tipe C di masing-2 Ibukota Kecamatan

Kab. Pangkep

APBD Kab.

D. Perhub, Kom &


Info.Kab.

21

Pembangunan rel KA lintas utama Makassar - Maros Pangkep Barru-Pare-Pare

Kab. Pangkep

APBN

Din. Perkeretaapian

Dinas PU Prov.
Dinas PU Prov.
Dinas PU Kab.
Dinas PU Kab.
Dinas PU Kab.
Pemda Pangkep

Pemda Pangkep

Pemda Pangkep

Pemda Pangkep

TAHUN PELAKSANAAN
.

USULAN PROGRAM UTAMA

I.4 PERWUJUDAN STRUKTUR RUANG KABUPATEN


J

Mendorong Perwujudan Sistem Jaringan Energi

LOKASI

SUMBER
PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA

II

III

IV

2012 2013 2014 2015 2016

17~21

22~26

27~32

Pengembangan/peningkatan kapasitas Gardu Induk (GI) Tonasa


dan Pangkep.

Kab. Pangkep

Pembangunan/Peningkatan Kapasitas Pembangkit-pembangkit


PLTU Biringkassi,

Kab. Pangkep

Pembangunan sumberdaya energi mikro hidro yang bersumber dari


S. Pangkep dan beberapa anak sungai

Kab. Pangkep

Mendorong Perwujudan Sistem Telekomunikasi

Pembangunan sistem jaringan telekomunikasi tetap

Peningkatan jaringan telekomunikasi khusus dan Stasiun Telepon


Otomat (STO) Lokal Pangkep

APBN

PLN

APBN/Swasta

PLN

APBD-N/P/K/Swasta

PLN

Kab.Pangkep

APBD-K/Swasta

Telkom

Desa Terpencil

APBD-K/Swasta

Penyediaan TU pada lokasi-lokasi yang strategis

PKW, PKLp, PPK,


PPL

APBD-K

Pemb. BTS secara terpadu dan terpusat pada lokasi yang strategis

Kab. Pangkep

APBD-K

Telkom

Mendorong Perwujudan Sistem Sumberdaya Air


Melestarikan dan memanfaatkan WS Jeneberang melalui
normalisasi DAS-DAS yang masuk dalam wilayah Kabupaten
Pangkep.

WS Saddang

APBD-N/P/K

Dinas PSDA Kab.

Melestarikan dan mengembangkan Daerah Irigasi (DI) Kewenangan


Kabupaten.

Lht. Peta Rencana


Struktur Ruang

APBD-P.

Normalisasi S. Pangkep

Kab. Pangkep

APBD K/P

Dinas PU Kab.

Pemb. dan Peningk. Pengairan Sawah Pertanian Irigasi Perdesaan

Wil. Kab. Pangkep

APBD-P/K

Din. Pertanian

Peningkatan Teknologi Pertanian

Wil. Kab. Pangkep

APBD K/P

Dinas PU Kab.

Pembangunan dan Peningkatan IKK/SAB Perdesaan

Kab. Pangkep

APBD-N/P/K

Dinas PU Kab.

Pembangunan/peningkatan jaringan Pipa Air Bersih perkotaan

Kab. Pangkep

APBD-N/P/K

PDAM

Melestarikan Sumber Air Baku S. Cidokong dan Bendungan


Tombolo

INTAKE Pangkep

APBD-N/P/K

PDAM

Mendorong Perwujudan Sistem Jaringan Persampahandab Sanitasi

Rencana pengembangan tempat pengolahan sampah akhir (TPA)

TPA Bontoa

APBD- P/K

Din. PU Kab.

Rencana pengolahan sampah organis menjadi kompos skala kecil

Pusat PKLp, PPK

APBD-N/P/K/Masy.

Din. PU Kab.

Rencana Sistem Jaringan Prasarana Sanitasi berupa rencana IPLT

Skala PKLp, PPK

APBD-P/K

Din. PU Kab.

Telkom
Telkom

Dinas PSDA Kab.

USULAN PROGRAM UTAMA

LOKASI

SUMBER
PENDANAAN

TAHUN PELAKSANAAN
INSTANSI PELAKSANA

I
2012 2013 2014 2015

II.1 PERWUJUDAN POLA RUANG KABUPATEN


A. Perwujudan Kawasan Lindung
1

Rehabilitasi & Pemantapan Fungsi Kaw. Lindung Kabupaten

Lihat Peta Pola Ruang

APBDN/APBD-P/K

Din.Kehut. & Perkeb.

Pengemb. Pengelolaan Kawasan Lindung Kabupaten

Lihat Peta Pola Ruang

APBDN/APBD-P/K

Din.Kehut. & Perkeb.

Normalisasi dan pemanfaatan DAS Segeri, DAS Pangkep dan


anak-anak sungai lainnya

Kab. Pangkep

APBDN/APBD-P/K

Lihat Peta Pola Ruang

APBD-P/K

Dinas PSDA Kab.

B. Perwujudan Pengembangan Kawasan Budidaya


Pengembangan dan Pengendalian Kawasan Potensi Pertanian
1

a. Pengendalian alih fungai kawasan Pertanian Pangan


Berkelanjutan

Din.Pertanian & Holtikultura

II
2016 17~21

III

IV

22~26

27~32

Rehabilitas dan Pengemb. Kawasan Potensi Sektor Perkebunan


a. Rehabilitasi Kawasan Perkebunan

Lihat Peta Pola Ruang

APBD-P/K/Swasta

Din.Kehut. & Perkeb.

b. Pengembangan Kawasan Potensi Perkebunan

Lihat Peta Pola Ruang

APBD-P/K/Swasta

Din.Kehut. & Perkeb.

a. Reklamasi ex penambangan batuan

Seluruh Kecamatan

APBD-K/Swasta

Din. Pertamb. & Energi

b. Pengembangan Potensi Pertambangan Batuan

Seluruh Kecamatan

APBD-K/Swasta

Din. Pertamb. & Energi

APBD-/P/K/Swasta

Din. Perikanan, Kelautan


dan Peternakan Kab.

Rehabilitas dan Pengembangan Kawasan Pertambangan

Rehabilitas dan Pengemb. Kawasan Potensi Sektor Perikanan , dan Peternakan


a. Peningkatan Minapolitan Labakkang

di Kec. Labakkang

b. Pengembangan Ternak

Seluruh Kecamatan

APBD-/P/K/Swasta

Idem

c. Pembangunan PPI

Kalibone

APBD-/P/K

Idem

d. Pengembangan Perikanan Tambak

Kec. Pesisir di Kabupaten


Pangkep

APBD-K/Swasta/Masy. Idem

a. Rehabilitasi Kawasan Kehutanan

Lihat Peta Pola Ruang

APBN/P/K/Swasta

Din.Kehut. & Perkeb.

b. Pengembangan Kawasan Kehutanan

Lihat Peta Pola Ruang

APBN/P/K/Swasta

Din.Kehut. & Perkeb.

Rehabilitas dan Pengemb. Kawasan Potensi Sektor Kehutanan

USULAN PROGRAM UTAMA

LOKASI

SUMBER
PENDANAAN

INSTANSI
PELAKSANA

TAHUN PELAKSANAAN
I
2012 2013 2014 2015

II.2 PERWUJUDAN POLA RUANG KABUPATEN


7.

Rehabilitas dan Pengemb. Kawasan Potensi Sektor Pariwisata


Pengembanag kawasan pariwisata budaya yaitu Kawasan Arajang
(Bissu)

Kecamatan Segeri

APBD-/P/K/Swasta

Pengembagan pariwisata alam


a.

Din. Pariwisata
Kebudayaan &
Pangkep
Idem

Permandian

Alam

Mattampa/

Museum Karst,
b.

Permandian Alam Amputtang,

c.

Leang Kassi dan Taman


Kapoposang terdapat di Pulau Kapoposang,

Kec. Bungoro, Segeri,


dan Liukang Tuppabiring,

APBD-/P/K/Swasta

Pengembangan kawasan peruntukan pariwisata buatan yaitu


kawasan wisata Mattampa

Kecamatan Bungoro

APBD-/P/K/Swasta

Pengembangan Kawasan peruntukan pariwisata Suaka Alam,


Pelestarian Alam dan Cagar Budaya yaitu Taman Purbakala
Sumpang Bita , Gua Bulu Sumi, Taman Purbakala cagar budaya
makam Somba Labakkang dan makam A. Mauraga

Kecamatan Balocci ,
Labakkang, dan
Pangkajene

d.

Laut

Pantai pasir Maccini Baji, dan Pulau


Suci mustika langka

8.

Rehabilitas dan Pengembangan Kawasan Potensi Permukiman

Idem
Idem

APBD-/P/K/Swasta

II
2016 17~21

III

IV

22~26

27~32

Seluruh DAS di Kab.


Pangkep

APBD-K/P/N

dengan kemiringan diatas 40%

Di seluruh Wil. Kab.


Pangkep

APBD-K/P/N

c. Penerapan KDB rendah pada kaw. permukiman & bangunan


lainnya pada lokasi-2 dengan kemiringan antara 15%-40%

Di seluruh Wil. Kab.


Pangkep

APBD-K/P/N

a.

a. Penataan permukiman sepanjang Bantaran Sungai

b.

b. Pengendalian pengermbangan permukiman kearah perbukitan

Din. PSDA Kab.


DPU Kab.
DPU Kab.

TAHUN PELAKSANAAN
USULAN PROGRAM UTAMA

LOKASI

SUMBER PENDANAAN

INSTANSI
PELAKSANA

II

2012 2013 2014 2015 2016 17~21


III.2 PERWUJUDAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN
A

Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Yang Memiliki Nilai Strategis dari sudut kepentingan Pertumbuhan Ekonomi

Kawasan Perdagangan di Kota Pangkajene

Lht. Peta KSK

APBN/P/K/Swasta

Pemda Kab.

Lht. Peta KSK

APBN/P/K/Swasta

Pemda Kab.

kawasan Minapolitan Kecamatan Labakkang yang terletak di Keluarahan


Pundata Baji Dusun Maccini Baji, dan sub pusat yang terletak di Kecamatan
Minasa Tene, Pangkajene, Bungoro, Marang, Segeri, Mandalle, dan Liukang
Tupabbiring Utara dengan potensi yaitu untuk perikanan budidaya, perikanan
tangkap

Kawasan Wisata Mattampa

Lht. Peta KSK

APBN/P/K/Swasta

Pemda Kab.

Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Yang Memiliki Nilai Strategis dari Sudut Kepentingan Sosial budaya

Taman Nasional Bantimurung Tompo Bulu yang tersebar di Kecamatan


Tondong Tallasa dan Balocci

Pengembangan Kawasan yang Memiliki Nilai Strategis dari sudut kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan

Kawasan karst

Lht. Peta KSK

Kec. Balocci, Tondong


Tallasa dan Bungoro

APBN/APBD-P/K/Swasta

APBN/APBD

Din.Pariw & Kebud.

PSDA Prov.

BUPATI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN

III

IV

22~26

27~32

SYAMSUDDIN A. HAMID

Anda mungkin juga menyukai