Anda di halaman 1dari 128

LEMBARAN DAERAH

KABUPATEN SUMBA BARAT

TAHUN 2012 NOMOR 1

PERATURAN DAERAH
KABUPATEN SUMBA BARAT
NOMOR 1 TAHUN 2012

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH


KABUPATEN SUMBA BARAT TAHUN 2012 - 2032

DISUSUN OLEH :

BAGIAN HUKUM
SETDA KABUPATEN SUMBA BARAT
LEMBARAN DAERAH
KABUPATEN SUMBA BARAT
TAHUN 2012 NOMOR 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT


NOMOR 1 TAHUN 2012

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH


KABUPATEN SUMBA BARAT TAHUN 2012 - 2032

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUMBA BARAT,


Menimbang : a. bahwa dalam rangka memanfaatkan ruang wilayah
secara berdaya guna, berhasil guna, serasi, selaras,
seimbang, dan berkelanjutan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan,
maka perlu disusun Rencana Tata Ruang Wilayah;
b. bahwa untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan
antar sektor, daerah, dan masyarakat maka rencana
tata ruang wilayah merupakan arahan lokasi investasi
pembangunan yang dilaksanakan pemerintah,
masyarakat, dan/atau dunia usaha;

1
c. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 ayat (3)
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2008
tentang Tata Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten /
Kota, maka Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Sumba Barat, perlu diatur dengan Peraturan Daerah;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu
membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Barat
Tahun 2012 – 2032;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang–Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam
Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara
Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 1655);
3. Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2013);
4. Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 44, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3260);

2
Pasal 66 5. Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang
Cukup jelas. Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara
Pasal 67 Republik Indonesia Nomor 3274);
Cukup jelas. 6. Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Pasal 68 Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia
Cukup jelas. Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3419);
Pasal 69 7. Undang–Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang
Cukup jelas. Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23,
Pasal 70 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Cukup jelas. Nomor 3469);
8. Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda
Pasal 71 Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia
Cukup jelas. Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3470);
Pasal 72 9. Undang–Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang
Cukup jelas. Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan
Pasal 73 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478);
Cukup jelas. 10. Undang–Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Pasal 74 Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara
Cukup jelas. Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah
diubah dengan Undang–Undang Nomor 19
Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perubahan Atas Undang–Undang Nomor 41
Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
NOMOR 0040 Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4401);

98 3
11. Undang–Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Pasal 54
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Cukup jelas.
Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377); Pasal 55
12. Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Cukup jelas.
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Pasal 56
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Cukup jelas.
Indonesia Nomor 4421);
Pasal 57
13. Undang–Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Cukup jelas.
Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Pasal 58
Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah Cukup jelas.
diubah dengan Undang–Undang Nomor 45
Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang–Undang Pasal 59
Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Cukup jelas.
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Pasal 60
Nomor 5073); Cukup jelas.
14. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Pasal 61
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Cukup jelas.
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir Pasal 62
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Cukup jelas.
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 63
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Cukup jelas.
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844); Pasal 64
Cukup jelas.

Pasal 65
Cukup jelas.

4 97
Pasal 49 15. Undang–Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Penerapan insentif atau disinsentif secara terpisah dilakukan Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
untuk perizinan skala kecil/individual sesuai dengan peraturan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
zonasi, sedangkan penerapan insentif dan disinsentif secara Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
bersamaan diberikan untuk perizinan skala besar/kawasan karena Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
dalam skala besar\kawasan dimungkinkan adanya pemanfaatan 16. Undang–Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
ruang yang dikendalikan dan didorong pengembangannya secara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
bersamaan. Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik
Insentif dapat diberikan antar pemerintah daerah yang saling Indonesia Nomor 4444);
berhubungan berupa subsidi silang dari daerah yang
penyelenggaraan penataan ruangnya memberikan dampak 17. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
kepada daerah yang dirugikan, atau antara pemerintah dan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
swasta dalam hal pemerintah memberikan preferensi kepada Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
swasta sebagai imbalan dalam mendukung perwujudan rencana Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
tata ruang. 18. Undang–Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang
Disinsentif berupa pengenaan pajak yang tinggi dapat dikenakan Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia
untuk pemanfaatan ruang yang tidak sesuai rencana tata ruang Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara
melalui penetapan nilai jual obyek pajak (NJOP) dan nilai jual Republik Indonesia Nomor 4746);
kena pajak (NJKP) sehingga pemanfaat ruang membayar pajak
lebih tinggi. 19. Undang–Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik
Pasal 50 Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan
Cukup jelas. Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);
20. Undang–Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pasal 51 Pertambangan Mineral dan Batu Bara (Lembaran
Cukup jelas. Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Pasal 52 Nomor 4959);
Cukup jelas.
21. Undang–Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Pasal 53 Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Cukup jelas. Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4966);

96 5
22. Undang–Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Huruf j
Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara pengaturan pelaksanaannya penyelenggara jalan
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan akan diatur lebih lanjut oleh instansi yang
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025); menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
23. Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang prasarana moda transportasi yang bersangkutan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dengan mengutamakan kepentingan umum
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Pasal 44
Indonesia Nomor 5059); Huruf a
pemanfaatan ruang di sekitar pembangkit listrik dengan
24. Undang–Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang memperhatikan jarak aman dari kegiatan lain termasuk
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan fungsi kawasan disekitarnya.
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Huruf b
Indonesia Nomor 5068); Cukup jelas
25. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Pasal 45
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Cukup jelas.
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234); Pasal 46
Cukup jelas.
26. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang
Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah Pasal 47
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Cukup jelas.
Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3934); Pasal 48
27. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang Yang dimaksud dengan perijinan adalah perijinan yang terkait
Kepelabuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia dengan ijin pemanfaatan ruang yang menurut ketentuan peraturan
Tahun 2001 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara perundang-undangan harus dimiliki sebelum pelaksanaan
Republik Indonesia Nomor 4145); pemanfaatan ruang. Ijin dimaksud adalah ijin lokasi/fungsi ruang,
amplop ruang, dan kualitas ruang.

6 95
Huruf d 28. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang
Persyaratan teknis yang dimaksud meliputi kecepatan Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia
rencana, lebar badan jalan, kapasitas, jalan masuk, Tahun 2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara
persimpangan sebidang, bangunan pelengkap, Republik Indonesia Nomor 4624);
perlengkapan jalan, penggunaan jalan sesuai dengan 29. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
fungsinya, dan tidak terputus serta memenuhi Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
memenuhi ketentuan keamanan, keselamatan, dan Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan
lingkungan. Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Huruf e Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
Cukup jelas
30. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Huruf f Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran
Cukup jelas Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Huruf g Nomor 4833);
Cukup jelas 31. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara
Huruf h Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21 Tambahan
Cukup jelas Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
Huruf i 32. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang
jalan bersilangan, berpotongan, berhimpit, melintas, Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam
atau di bawah bangunan utilitas diperbolehkan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
dengan persyaratan teknis dan pengaturan Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan
pelaksanaannya, ditetapkan bersama oleh Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);
penyelenggara jalan dan pemilik bangunan utilitas 33. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur
yang bersangkutan, dengan mengutamakan Nomor 1 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
kepentingan umum. Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2010 –
2030 (Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara
Timur Tahun 2011 Nomor 02, Tambahan Lembaran
Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 0045);

94 7
34. Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Barat Nomor 8 Huruf f
Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Cukup jelas
Menjadi Kewenangan Kabupaten Sumba Barat
(Lembaran Daerah Kabupaten Sumba Barat Ayat (7)
Tahun 2008 Nomor 8); Cukup jelas

Ayat (8)
Dengan Persetujuan Bersama Cukup jelas

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Ayat (9)


KABUPATEN SUMBA BARAT Cukup jelas
dan
Pasal 42
BUPATI SUMBA BARAT Cukup jelas.

MEMUTUSKAN : Pasal 43
Ayat (1)
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA
Cukup jelas
RUANG WILAYAH KABUPATEN SUMBA BARAT
TAHUN 2012 - 2032
Ayat (2)
Huruf a
BAB I
Cukup jelas
KETENTUAN UMUM
Pasal 1 Huruf b
Penetapan garis sempadan bangunan adalah jarak
Dalam peraturan daerah ini yang dimaksud dengan:
bebas antara bangunan disisi jalan dengan jalan yang
1. Daerah adalah Kabupaten Sumba Barat. memenuhi ketentuan ruang pengawasan jalan.
2. Bupati adalah Bupati Sumba Barat.
3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Sumba Barat. Huruf c
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD Ruas pengawasan jalan diperuntukkan bagi
adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sumba Barat. pandangan bebas pengemudi dan pengamanan
konstruksi jalan serta manfaat jalan.

8 93
Ayat (5) 5. Pejabat Yang Ditunjuk adalah Pejabat pada Badan Perencanaan
Cukup jelas Pembangunan Daerah Kabupaten Sumba Barat dan Dinas Pekerjaan
Umum, Pertambangan dan Energi Kabupaten Sumba Barat.
Ayat (6) 6. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang laut dan
Huruf a ruang udara termasuk ruang didalam bumi sebagai satu kesatuan
Cukup jelas wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan,
dan memelihara kelangsungan kehidupannya.
Huruf b 7. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
Cukup jelas
8. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
Huruf c jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung
Yang dimaksud penetapan amplop bangunan adalah kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki
pengaturan/penetapan jarak keamanan bangunan hubungan fungsional;
yang berkaitan dengan koefisein dasar bangunan 9. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah
(KDB), koefisien lantai bangunan (KLB) dan koefisien yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan
daerah Hijau (KDB). ruang untuk fungsi budidaya.
10. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
Huruf d pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Yang dimaksud penetapan tema arsitektur bangunan 11. Penyelenggaraan Penataan Ruang adalah kegiatan yang meliputi
adalah Penetapan panduan ekspresi arsitektur yang pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan penataan
memperkaya dan mengembangkan arsitektur khas ruang.
Indonesia.
12. Pengaturan Penataan Ruang adalah upaya pembentukan landasan
hukum bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat dalam
Huruf e
penataan ruang.
Yang dimaksud penetapan kelengkapan bangunan
dan lingkungan adalah penyelenggaraan bangunan 13. Pembinaan Penataan Ruang adalah upaya untuk meningkatkan
gedung beserta Iingkungannya, termasuk sarana kinerja penataan ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah,
dan prasarananya pada suatu Iingkungan binaan Pemerintah daerah, dan masyarakat.
baik di perkotaan maupun di perdesaan sesuai 14. Pelaksanaan Penataan Ruang adalah upaya pencapaian tujuan
dengan peruntukan lokasi yang diatur dengan aturan penataan ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang,
tata ruang yang berlaku dalam RTRW Kabupaten, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
dan rencana rincinya. 15. Pengawasan Penataan Ruang adalah upaya agar penyelenggaraan
penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

92 9
16. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan b. Kawasan Pertanian adalah kawasan yang diperuntukan
struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan bagi kegiatan pertanian yang meliputi kawasan pertanian
penetapan rencana tata ruang. lahan basah, kawasan pertanian lahan kering, kawasan
17. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang pertanian tanaman tahunan/perkebunan, perikanan,
dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan peternakan.
program beserta pembiayaannya. c. Kawasan Perikanan adalah Wilayah yang dapat
18. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan, budidaya, dan
tertib tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang telah industri pengolahan hasil perikanan; dan tidak mengganggu
ditetapkan. kelestarian lingkungan hidup.
d. Kawasan Pertambangan adalah kawasan yang
19. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang. diperuntukkan bagi kegiatan pertambangan di wilayah yang
20. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Barat yang sedang maupun yang akan dilakukan kegiatan
selanjutnya disebut RTRW Kabupaten Sumba Barat adalah hasil pertambangan, meliputi golongan bahan galian A, B dan C.
perencanaan tata ruang wilayah di daerah Kabupaten Sumba Barat. e. Kawasan Industri adalah bentangan lahan yang
21. Wilayah Kabupaten Sumba Barat adalah ruang yang merupakan diperuntukkan bagi kegiatan industri berdasarkan Rencana
kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan oleh Pemerintah
sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
fungsional di Kabupaten Sumba Barat. f. Kawasan Pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu
22. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung dan budidaya. yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan
pariwisata atau segala sesuatu yang berhubungan dengan
23. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.
sumberdaya alam dan sumberdaya buatan.
g. Kawasan Permukiman adalah kawasan yang berfungsi
24. Kawasan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi sebagai tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi kegiatan yang mendukung bagi peri kehidupan dan
sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan. penghidupan.
25. Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat Ayat (2)
permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa Cukup jelas
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
26. Kawasan Perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama Ayat (3)
pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan Cukup jelas
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman pedesaan, pelayanan
jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Ayat (4)
Cukup jelas

10 91
Pasal 34 27. Kawasan Agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih
Cukup jelas. pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi
pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang
Pasal 35 ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan
Cukup jelas. satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.
28. Kawasan Minapolitan adalah Kawasan yang membentuk kota
Pasal 36 perikanan, yang memudahkan masyarakat untuk bisa
Cukup jelas. membudidayakan ikan darat, dengan kemudahan memperoleh benih
melalui unit perbenihan rakyat, pengolahan ikan, pasar ikan dan
Pasal 37 mudah mendapatkan pakan ikan, yang dikelola oleh salah satu
Cukup jelas. kelompok yang dipercaya oleh pemerintah.
29. Kawasan Agroindustri adalah suatu kawasan industri yang memberi
Pasal 38 nilai tambah pada produk pertanian dalam arti luas termasuk hasil laut,
Cukup jelas. hasil hutan, peternakan dan perikanan.
Pasal 39 30. Kawasan Pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut ;
Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur kearah darat wilayah pesisir meliputi bagain daratan, baik kering
pemanfaatan ruang dan unsur-unsur pengendalian yang disusun maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti
untuk setiap zona peruntukan sesuai dengan rencana rinci tata pasang surut, angin laut dan perembesan air asin, sedangkan kearah
ruang. laut mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses
Penyusunan ketentuan umum peraturan zonasi disusun alami yang terjadi didarat seperti sedimentasi dan aliran air tawar,
berdasarkan rencana rinci dan diprioritaskan pada kawasan- maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia didarat seperti
kawasan strategis yang berpotensi menjadi kawasan cepat pengundulan hutan dan pencemaran.
berkembang, kawasan yang berpotensi terjadi konflik 31. Kawasan Strategis Nasional yang selanjutnya disingkat KSN adalah
pemanfaatan, dan kawasan yang memerlukan pengendalian Wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai
secara ketat. pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan Negara,
pertahanan, dan keamanan Negara, ekonomi, sosial, budaya dan/atau
Pasal 40 lingkungan termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia
Cukup jelas. 32. Kawasan Strategis Provinsi yang selanjutnya disingkat KSP adalah
wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai
Pasal 41 pengaruh sangat penting dalam lingkup Provinsi terhadap ekonomi,
Ayat (1) sosial, budaya dan/atau lingkungan.
a. Kawasan Hutan Produksi adalah kawasan yang
diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi
pokok memproduksi hasil hutan.

90 11
33. Kawasan Strategis Kabupaten adalah wilayah yang penataan Pasal 25
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting Kawasan hutan produksi didasarkan pada Dinas Kehutanan
dalam lingkup Kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya Kabupaten Sumba Barat tentang tata batas wilayah hutan.
dan/atau lingkungan
34. Kawasan Andalan adalah bagian dari kawasan budi daya, baik di Pasal 26
ruang darat maupun di ruang laut yang pengembangannya diarahkan Cukup jelas.
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bagi wilayah tersebut dan
wilayah sekitarnya. Pasal 27
35. Pusat Kegiatan Wilayah promosi yang selanjutnya disebut PKWp Cukup jelas.
adalah pusat kegiatan wilayah yang dipromosikan untuk kemudian hari
dapat ditetapkan sebagai PKW. Pasal 28
Cukup jelas.
36. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten Pasal 29
atau beberapa kecamatan. Kawasan pariwisata didasarkan pada RIPDA Pariwisata
37. Pusat Kegiatan Lokal promosi yang selanjutnya disebut PKLp adalah Tahun 2011
pusat kegiatan yang dipromosikan untuk kemudian hari dapat
ditetapkan sebagai PKL. Pasal 30
38. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah Cukup jelas.
kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
kecamatan atau beberapa desa. Pasal 31
39. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disingkat PPL adalah Cukup jelas.
pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar
Desa. Pasal 32
Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya
40. Wilayah Sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumberdaya air
berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap:
dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil
1. Tata ruang di wilayah sekitarnya;
yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 km2.
2. Kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang
41. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu lainnya; dan
wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan 3. Peningkatan kesejahteraan masyarakat.
anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut Pasal 33
secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan Cukup jelas.
batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh
aktivitas daratan.

12 89
Ayat (4) 42. Kegiatan Pertanian adalah kegiatan pertanian dalam arti luas yaitu
Cukup jelas. kegiatan pertanian, perkebunan dan perikanan.
43. Ekowisata adalah kegiatan wisata alam di daerah yang bertanggung
Ayat (5) jawab dengan memperhatikan unsur pendidikan, pemahaman dan
Berdasarkan standart perencanaan ketahanan gempa SNI- dukungan terhadap usaha-usaha konservasi sumber daya alam, serta
1726-2002 gempa 6 adalah wilayah yang sering dilalui peningkatan pendapatan masyarakat lokal.
dengan percepatan puncak batuan dasar 0,3 g atau dengan 44. Ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih
kata lain wilayah dengan kegempaan paling tinggi. luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area
memanjang/jalur di mana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka
Pasal 23 yang pada dasarnya tanpa bangunan.
Cukup jelas
45. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah bagian
Pasal 24 dari ruang terbuka suatu kawasan yang diisi oleh tumbuhan dan
Kawasan budidaya menggambarkan kegiatan dominan yang tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi
berkembang di dalam kawasan tersebut. Dengan demikian masih dan estetika.
dimungkinkan keberadaan kegiatan budidaya lainnya di dalam 46. Izin Pemanfaatan Ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam
kawasan tersebut. Sebagai contoh, pada kawasan peruntukan kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan
industri dapat dikembangkan perumahan untuk para pekerja di perundang-undangan.
kawasan peruntukan industri. 47. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang selanjutnya disebut
Peruntukan kawasan budidaya dimaksudkan untuk memudahkan BKPRD adalah Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah Kabupaten
pengelolaan kegiatan termasuk dalam penyediaan prasarana dan Sumba Barat yang bersifat ad-hoc untuk membantu pelaksanaan
sarana penunjang, penanganan dampak lingkungan, penerapan tugas koordinasi penataan ruang daerah.
mekanisme insentif, dan sebagainya. Hal ini didasarkan pada 48. Masyarakat adalah orang, perseorangan, kelompok orang termasuk
pertimbangan bahwa penyediaan prasarana dan sarana masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan
penunjang kegiatan akan lebih efisien apabila kegiatan yang non pemerintah lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.
ditunjangnya memiliki besaran yang memungkinkan tercapainya
49. Peran masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat, yang timbul
skala ekonomi dalam penyediaan prasarana dan sarana.
atas kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat, untuk
Peruntukan kawasan budidaya disesuaikan dengan kebijakan
berminat dan bergerak dalam penataan ruang.
pembangunan yang ada.

88 13
BAB II Pasal 19
Cukup jelas.
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PENATAAN RUANG WILAYAH
Pasal 20
Cukup jelas.
Bagian Kesatu
Tujuan Penataan Ruang
Pasal 21
Pasal 2 Ayat (1)
Cukup jelas.
Tujuan penataan ruang Kabupaten Sumba Barat adalah mewujudkan ruang
wilayah Kabupaten Sumba Barat sebagai sentra komoditas pertanian yang
Ayat (2)
berdaya saing yang didukung oleh agroindustri dan ekowisata yang
SK Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
berwawasan lingkungan hidup dan berkelanjutan untuk tercapainya
Nomor Kep.38 / Men / 2009 tetang Pencadangan
kesejahteraan masyarakat.
Kawasan Konservasi Perairan Nasional Laut Sawu dan
Sekitarnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur
Bagian Kedua
Ayat (3)
Kebijakan Penataan Ruang
Taman Nasional Manipeu Tanandaru didasarkan pada
Pasal 3 Dinas Kehutanan Kabupaten Sumba Barat tentang tata
batas wilayah hutan
(1) Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 disusun kebijakan penataan ruang wilayah.
Ayat (4)
(2) Kebijakan penataan ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat Kawasan cagar budaya didasarkan pada RIPDA Dinas
(1), meliputi: Pariwisata Tahun 2011
a. pemantapan agroindustri melalui pengembangan sistem
agropolitan dan minapolitan untuk mendorong potensi ekonomi Pasal 22
berbasis pertanian dan perikanan; Ayat (1)
b. pemantapan pusat pelayanan wilayah dalam menata distribusi Cukup jelas.
penduduk sesuai daya tampung wilayah;
c. pengembangan pusat-pusat pelayanan secara berhierarki dan Ayat (2)
bersinergis antara pusat pengembangan utama di ibukota Cukup jelas.
kabupaten dan perkotaan lainnya serta pengembangan sistem
permukiman pedesaan; Ayat (3)
Cukup jelas.

14 87
Pasal 14 d. pengembangan kelengkapan prasarana wilayah meliputi
Cukup jelas. transportasi, energi, sumberdaya air, telekomunikasi dan
prasarana lingkungan dalam mendukung pengembangan sentra
Pasal 15 produksi pertanian dan pusat permukiman secara terpadu dan
Cukup jelas. efisien;
e. pemantapan fungsi lindung dalam mendukung program
Pasal 16 pembangunan berkelanjutan;
Pola ruang wilayah kabupaten merupakan gambaran f. pengembangan kawasan budidaya untuk mendukung
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, baik untuk pemanfaatan pemantapan sistem agropolitan, agroindustri, minapolitan dan
yang berfungsi lindung maupun budidaya yang belum ditetapkan ekowisata; dan
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Rencana Tata g. pengembangan, pelestarian dan perlindungan kawasan pesisir
Ruang Wilayah Provinsi. untuk meningkatkan kualitas lingkungan pesisir pantai.
Pola ruang wilayah kabupaten dikembangkan dengan
sepenuhnya memperhatikan pola ruang wilayah yang ditetapkan
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Rencana Tata Bagian Ketiga
Ruang Wilayah Provinsi. Strategi Penataan Ruang
Rencana pola ruang wilayah kabupaten memuat rencana pola
Pasal 4
ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah nasional
dan rencana tata ruang wilayah Provinsi yang terkait dengan (1) Strategi untuk memantapkan sistem agroindustri melalui
wilayah Kabupaten yang bersangkutan pengembangan sistem agropolitan dan minapolitan untuk mendorong
Rencana pola ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan: potensi ekonomi berbasis pertanian dan perikanan, sebagaimana
1. kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a, meliputi :
2. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah a. mengembangkan kawasan pedesaan sesuai potensi masing-
kabupaten masing kawasan yang dihubungkan dengan pusat kegiatan pada
3. kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial setiap kawasan pedesaan;
ekonomi dan lingkungan; dan b. mengembangkan kawasan agropolitan, agroindustri dan
4. ketentuan peraturan perundang-undangan terkait. minapolitan untuk mendorong pertumbuhan kawasan pedesaan;
c. memantapkan sentra-sentra produksi pertanian unggulan sebagai
Pasal 17 penunjang agroindustri melalui sistem agropolitan;
Cukup jelas. d. memantapkan sentra-sentra perikanan tangkap dan budidaya
perikanan sebagai salah satu penunjang kawasan minapolitan;
Pasal 18 e. meningkatkan produksi, pengolahan dan pemasaran produk
Didasarkan pada SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor pertanian unggulan sebagai satu kesatuan sistem;
423/Kpts-II/1999

86 15
f. mengembangkan kelembagaan penunjang agropolitan, Rencana struktur ruang kabupaten berfungsi sebagai:
agroindustri dan minapolitan; dan 1. arahan pembentuk sistem pusat kegiatan wilayah kabupaten
g. mengembangkan industri kecil dan rumah tangga berbasis yang memberikan layanan bagi kawasan perkotaan dan
agropolitan dan minapolitan pada sentra-sentra produksi. kawasan perdesaan di sekitarnya yang berada dalam
wilayah kabupaten; dan
(2) Strategi untuk memantapkan pusat pelayanan wilayah dalam menata 2. sistem perletakan jaringan prasarana wilayah yang
distribusi penduduk sesuai daya tampung wilayah sebagaimana menunjang keterkaitannya serta memberikan layanan bagi
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b, meliputi : fungsi kegiatan yang ada dalam wilayah kabupaten, terutama
a. mengembangkan kegiatan perekonomian untuk menarik mobilitas pada pusat-pusat kegiatan/perkotaan yang ada.
penduduk;
b. membangun sarana prasarana pada kawasan pusat pertumbuhan Pasal 6
baru untuk menarik mobilitas penduduk; Cukup jelas.
c. mengembangkan kegiatan perekonomian pada kawasan
pedesaan atau kawasan kurang berkembang untuk menghindari Pasal 7
urbanisasi; dan Cukup jelas.
d. memeratakan persebaran penduduk dengan perbaikan sarana-
prasarana dan infrastruktur di kawasan pedesaan atau kawasan Pasal 8
kurang berkembang guna mengurangi urbanisasi. Cukup jelas.

(3) Strategi untuk mengembangkan pusat-pusat pelayanan secara Pasal 9


berhierarki dan bersinergis antara pusat pengembangan utama di Cukup jelas.
ibukota kabupaten dan perkotaan lainnya serta pengembangan sistem
permukiman pedesaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat Pasal 10
(2) huruf c, meliputi : Cukup jelas.
a. meningkatkan interaksi desa-kota dalam meningkatkan efisien
pengembangan agropolitan, agroindustri dan minapolitan; Pasal 11
b. menguatkan hubungan desa/kota (rural/urban) linkage melalui Cukup jelas.
pemantapan sistem agropolitan dan minapolitan;
c. mengembangkan usat-pusat pertumbuhan pada kawasan Pasal 12
pedesaan sebagai inti kawasan agropolitan, agroindustri dan Cukup jelas.
minapolitan; dan
d. meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur terutama Pasal 13
infrastruktur jalan untuk mendukung sistem agropolitan. Cukup jelas.

16 85
Pasal 4 (4) Strategi untuk mengembangkan kelengkapan prasarana wilayah
Strategi penataan ruang wilayah daerah merupakan penjabaran meliputi transportasi, energi, sumberdaya air, telekomunikasi dan
kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten ke dalam langkah- prasarana lingkungan dalam mendukung pengembangan sentra
langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. produksi pertanian dan pusat permukiman secara terpadu efisien
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf d, meliputi :
Pasal 5 a. mengembangkan sistem tranportasi yang menghubungkan setiap
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan gambaran kawasan dalam lingkup kabupaten dan antar kabupaten secara
sistem perkotaan wilayah kabupaten dan jaringan prasarana intermoda pada umumnnya dan sampai ke pusat produksi
wilayah kabupaten yang dikembangkan untuk mengintegrasi pertanian dan pelayanan pariwisata pada khususnnya;
wilayah kabupaten selain untuk melayani kegiatan skala b. mengoptimalkan pelayanan kelistrikan terutama untuk melayani
kabupaten yang meliputi sistem jaringan transportasi, sistem pusat-pusat agropolitan, minapolitan, agroindustri dan ekowisata;
jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, c. meningkatkan jumlah, mutu dan jangkauan pelayanan komunikasi
dan sistem jaringan sumber daya air, termasuk seluruh daerah serta kemudahan mendapatkannya yang diprioritaskan untuk
hulu bendungan atau waduk dari daerah aliran sungai. Dalam mendukung pengembangan pertanian, agroindustri dan
rencana tata ruang wilayah kabupaten digambarkan sistem pusat ekowisata;
kegiatan wilayah kabupaten dan peletakan jaringan prasarana d. mendayagunakan sumberdaya air dan pemeliharaaan jaringan
wilayah yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan untuk pemenuhan kebutuhan air baku dan sarana prasarana
pengembangan dan pengelolaannya merupakan kewenangan pengairan kawasan pertanian; dan
pemerintah daerah kabupaten. e. mengoptimalkan tingkat penanganan dan pemanfaatan
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten memuat rencana persampahan guna menciptakan lingkungan yang sehat dan
struktur ruang yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang bersih.
Wilayah Nasional dan Rencana Tata Ruang Wilayah Povinsi yang
terkait dengan wilayah kabupaten yang bersangkutan. (5) Strategi untuk memantapkan fungsi lindung dalam mendukung
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan kerangka program pembangunan berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam
tata ruang wilayah kabupaten yang tersusun atas konstelasi Pasal 3 ayat (2) huruf e, meliputi :
pusat-pusat kegiatan yang berhierarki satu sama lain yang a. memantapkan fungsi kawasan dengan memperbaiki dan
dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah terutama meningkatkan fungsi lindung pada daerah yang mempunyai
jaringan transportasi. potensi sebagai kawasan resapan air melalui rehabilitasi lahan
Rencana struktur ruang kabupaten mengakomodasi rencana dengan menanam vegetasi yang mampu memberikan
struktur ruang wilayah nasional, rencana struktur ruang wilayah perlindungan terhadap permukaan tanah dan mampu
provinsi dan memperhatikan rencana struktur ruang wilayah meresapkan air;
kabupaten sekitar yang berbatasan.

84 17
b. memantapkan kawasan perlindungan setempat melalui upaya Sehubungan dengan hal tersebut diatas,maka diperlukan
konservasi alam, rehabilitasi ekosistem yang rusak, pengendalian Rencana Tata Ruang Wilayah yang sistematis, yang ditetapkan dalam
pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, dengan membatasi
dan mencegah aktifitas perusakan, pengendalian pencemaran Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Barat tentang Rencana Tata
dan meningkatkan upaya konservasi sungai dan mata air serta Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Barat.
merehabilitasi ekosistem yang rusak; dan RTRW Kabupaten Sumba Barat Tahun 2012 sampai
c. membatasi dan menghindari bangunan radius pengamanan
dengan 2032, disusun sesuai amanat Undang-Undang Nomor 26
kawasan dan mengutamakan vegetasi yang memberikan
perlindungan mata air. Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Secara subtansi mengacu pada
Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata
(6) Strategi untuk mengembangkan kawasan budidaya untuk mendukung Ruang Nasional dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 /
pemantapan sistem agropolitan, agroindustri minapolitan dan ekowisata
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf f, meliputi : KPTS / M/ 2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten,
a. mengembangkan kawasan hutan produksi untuk meningkatkan sedangkan secara mekanisme telah dilaksanakan sesuai Peraturan
produktivitas lahan dengan memperhatikan keseimbangan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 dan Peraturan Menteri
lingkungan;
b. mengembangkan kawasan peruntukan pertanian bagi Pekerjaan Umum Nomor 11/KPTS/M/2009.
peningkatan kesejahteraan masyarakat;
c. mengembangkan sistem agopolitan dan pengembangan sektor
pertanian untuk kegiatan agribisnis, agrowisata dan industri II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
pengolahan pertanian dari bahan mentah menjadi makanan dan
sejenisnya; Pasal 1
d. mengembangakan komoditas-komoditas unggul perkebunan di Cukup jelas.
setiap wilayah;
e. mengembangkan kawasan perikanan berupa peningkatan peran, Pasal 2
efisiensi, produktivitas yang berlanjut serta peningkatan nilai Tujuan penataan ruang wilayah merupakan arahan perwujudan
tambah beberapa komoditi yang potensial; ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang
f. mengembangkan kawasan peternakan yaitu intensifikasi pada akan datang.
areal peternakan yang telah ada;
g. mengembangkan kawasan peruntukan pertambangan berbasis Pasal 3
lingkungan; Kebijakan penataan ruang wilayah daerah merupakan arah
h. mengembangkan kawasan industri untuk meningkatkan tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan
perekonomian masyarakat setempat; ruang wilayah kabupaten.

18 83
Hal itu berarti akan dapat meningkatkan kualitas ruang yang ada. i. meningkatkan pengembangan pariwisata berbasis ekowisata
Karena pengelolaan subsistem yang satu berpengaruh pada subsistem dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan
pelestarian budaya leluhur;
yang lain dan pada akhirnya dapat mempengaruhi sistem wilayah ruang j. membatasi pengembangan permukiman sesuai dengan skala
nasional secara keseluruhan, pengaturan penataan ruang menuntut pelayanan permukiman dan kegiatan dominan masing-masing;
dikembangkannya suatu sistem keterpaduan sebagai ciri utama. Hal itu dan
k. mengembangkan kawasan industri perikanan di Kabupaten
berarti perlu adanya suatu kebijakan tentang penataan ruang yang dapat
Sumba Barat sesuai dengan kebijakan Provinsi dan Nasional.
memadukan berbagai kebijakan pemanfaatan ruang. Seiring dengan
maksud tersebut, pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh (7) Strategi untuk mengembangan pelestarian dan perlindungan kawasan
Pemerintah, pemerintah daerah, maupun masyarakat, baik pada tingkat pesisir untuk meningkatkan kualitas lingkungan pesisir pantai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf g, meliputi :
pusat maupun pada tingkat daerah, harus dilakukan sesuai dengan a. menentukan zoning tata ruang di dalam kawasan pesisir dan laut
rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Dengan demikian, menjadi zona konservasi atau lindung, zona pengembangan
pemanfaatan ruang oleh siapa pun tidak boleh bertentangan dengan perairan, dan zona pengembangan daratan;
b. mengembangkan sektor unggulan di kawasan pesisir dan laut
rencana tata ruang. yang diprioritaskan pada sektor yang mempunyai skenario
Sejalan dengan perkembangan dalam kehidupan berbangsa dan pengembangan optimis dan mempunyai potensi dan prospek
bernegara, dan dirasakan adanya penurunan kualitas ruang pada pengembangan di masa mendatang;
c. meminimalkan konflik pengembangan antar sektor prioritas
sebagian besar wilayah, menuntut penegakan prinsip keterpaduan,
maupun sektor yang bukan prioritas;
keberlanjutan, demokrasi, dan keadilan dalam rangka penyelenggaraan d. mengendalikan dan membatasi metode dan penggunaan alat
penataan ruang yang baik, pelaksanaan kebijakan otonomi daerah yang tangkap dalam rangka mengendalikan pemanfaatan potensi
memberikan wewenang yang semakin besar dalam penyelenggaraan perikanan tangkap;
e. mengembangkan kegiatan pariwisata yang terdapat di wilayah
penataan ruang sehingga pelaksanaan kewenangan tersebut perlu pesisir selatan Kabupaten Sumba Barat;
diatur demi menjaga keserasian dan keterpaduan antar daerah, serta f. melestarikan dan menyelamatkan ekosistem kawasan pesisir
tidak menimbulkan kesenjangan antar daerah dan kesadaran dan yang ada ataupun yang sudah mengalami alih fungsi;
g. membatasi pengembangan permukiman sesuai dengan skala
pemahaman masyarakat yang semakin tinggi terhadap penataan ruang pelayanan permukiman dan kegiatan dominan masing-masing;
yang memerlukan pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan dan
pengawasan penataan ruang agar sesuai dengan perkembangan yang h. mengembangkan kawasan industri perikanan di Kabupaten
Sumba Barat sesuai dengan kebijakan Provinsi dan Nasional.
terjadi di masyarakat.

82 19
BAB III PENJELASAN
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH
ATAS
Bagian Kesatu PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT
Umum
Pasal 5 NOMOR 1 TAHUN 2012
(1) Rencana struktur ruang wilayah kabupaten, meliputi:
TENTANG
a. pusat-pusat kegiatan;
b. sistem jaringan prasarana utama; dan RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUMBA BARAT
c. sistem jaringan prasarana lainnya. TAHUN 2012-2032
(2) Rencana struktur ruang wilayah digambarkan dalam peta dengan
tingkat ketelitian 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.A
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. I. UMUM

Penataan ruang sebagai suatu sistem perencanaan tata ruang,


Bagian Kedua pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan
Pusat-Pusat Kegiatan
satu kesatuan yang tidak terpisahkan antara yang satu dan yang lain
Pasal 6 dan harus dilakukan sesuai dengan kaidah penataan ruang sehingga
(1) Rencana sistem pusat kegiatan di Kabupaten Sumba Barat diharapkan dapat mewujudkan pemanfaatan ruang yang berhasil guna
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a, meliputi : dan berdaya guna serta mampu mendukung pengelolaan lingkungan
a. Pusat Kegiatan Wilayah promosi (PKWp);
b. Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp); hidup yang berkelanjutan tidak terjadi pemborosan pemanfaatan ruang
c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK); dan dan tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas ruang.
d. Pusat Pelayanan Lokal (PPL). Penataan ruang yang didasarkan pada karakteristik, daya dukung
(2) PKWp sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, yaitu Perkotaan dan daya tampung lingkungan, serta didukung oleh teknologi yang
Waikabubak. sesuai akan meningkatkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
(3) PKLp sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, yaitu Perkotaan sub sistem.
Kabukarudi.

20 81
BAB XV (4) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, yaitu Perkotaan
KETENTUAN PENUTUP Dokakaka, Perkotaan Gaura, Perkotaan Taramanu dan Perkotaan
Malata.
Pasal 74 (5) PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, yaitu Desa
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Tana Rara, Desa Beradolu, Desa Watu Karere, Desa Laboya Dete,
Desa Mamodu, Desa Waihura, Desa Patiala Dete, Desa Wetana, Desa
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Wee Patola dan Desa Kareka Nduku.
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Sumba Barat.
Bagian Ketiga
Ditetapkan di Waikabubak Sistem Jaringan Prasarana Utama
pada tanggal 21 Pebruari 2012
Pasal 7
BUPATI SUMBA BARAT, Sistem jaringan prasarana utama yang ada di Kabupaten Sumba Barat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b, meliputi :
a. sistem jaringan prasarana transportasi darat; dan
Cap ttd b. sistem jaringan prasarana transportasi laut.

JUBILATE PIETER PANDANGO Paragraf 1


Sistem Jaringan Transportasi Darat
Pasal 8
Diundangkan di Waikabubak
pada tanggal 24 Pebruari 2012 (1) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 huruf a, meliputi:
Plt. SEKRETARIS DAERAH a. pengembangan jaringan jalan;
KABUPATEN SUMBA BARAT, b. pengembangan terminal; dan
c. pengembangan rute angkutan.
(2) Pengembangan jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, meliputi :
UMBU DINGU DEDI a. jaringan jalan kolektor primer I, terdiri atas :
1. ruas Waikabubak-Waitabula;
2. ruas Waikabubak-Batas Sumba Timur; dan
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT TAHUN 2012 3. jalan Sudirman (Waikabubak).
NOMOR 1
80 21
b. jaringan jalan kolektor primer II, terdiri atas : (2) Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka :
1. ruas Waikabubak-Mamboro; a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai
2. ruas Waikabubak-Padediweri;
dengan ketentuan Peraturan Daerah ini tetap berlaku sesuai
3. ruas Padediweri-Wanukaka; dengan masa berlakunya;
4. ruas Padediweri-Patiala; b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai
5. ruas Patiala-Gaura; dan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini berlaku ketentuan:
6. ruas Gaura-Bondokodi. 1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunanya, izin
c. jaringan jalan lokal primer, terdiri atas : tersebut disesuaikan dengan fungsi kawasan berdasarkan
1. ruas jalan lokal primer yang sudah dikembangkan, Peraturan Daerah ini;
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.B; 2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, dilakukan
2. pengembangan jalan lingkar luar kota melalui Cendana - Ubu penyesuaian dengan masa transisi berdasarkan ketentuan
Pede - Puuweri; dan perundang-undangan; dan
3. pengembangan jalan lingkar selatan melalui Kalimbu Kuni – 3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak
Tebara – Lapale - Dedekadu – Lodapare – Weedabbo - memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi
Adhyaksa. kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini, izin yang telah
(3) Pengembangan terminal angkutan sebagaimana dimaksud pada diterbitkan dapat dibatalkan dan terhadap kerugian yang
ayat (1) huruf b, meliputi : timbul sebagai akibat pembatalan izin tersebut dapat
a. rencana terminal penumpang tipe B di Kelurahan Diratana diberikan penggantian yang layak.
Kecamatan Loli c. pemanfaatan ruang di Daerah yang diselenggarakan tanpa izin
b. rencana terminal penumpang tipe C meliputi : dan bertentangan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, akan
1. Kelurahan Weekarou Kecamatan Loli; ditertibkan dan disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini.
2. Desa Bera Dolu Kecamataan Loli;
3. Desa Gaura Kecamatan Laboya Barat; d. pemanfaatan ruang yang sesuai dengan ketentuan Peraturan
4. Desa Kabukarudi di Kecamatan Lamboya; Daerah ini, agar dipercepat untuk mendapatkan izin yang
5. Desa Malata Kecamatan Tana Righu; dan diperlukan.
6. Desa Weihura Kecamatan Wanukaka.

(4) Rencana rute angkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
meliputi:
a. rencana rute lintas kabupaten, meliputi:
1. jalur ke arah Utara, meliputi Waikabubak – Tanarara –
Weeluri – Mamboro;
2. jalur ke arah Timur, meliputi Waikabubak – Waibakul –
Langgaliru – Waingapu;

22 79
Pasal 71 3. Jalur kearah Selatan, meliputi :
a) Waikabubak-Padediweri-Lahihuruk-Hobajangi-
RTRW menjadi pedoman untuk :
Lamaloku-Tangeiri;
a. penyusunan rencana pembangunan jangka panjang;
b) Waikabubak-Padediweri-Kabukarudi-Gaura-Bondo Kodi.
b. penyusunan rencana pembangunan jangka menengah;
4. jalur ke arah Barat, meliputi Waikabubak – Waitabula –
c. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang;
Waikelo.
d. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antar sektor;
e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; b. rencana rute dalam kabupaten, meliputi:
f. penataan ruang kawasan strategis; 1. jalur ke arah Utara meliputi :
g. penyusunan rencana rinci tata ruang ; dan a) Waikabubak – Doka Kaka – Lingu Lango – Malata -
h. penyusunan rencana sektoral lainnya. Loko Ry;
b) Waikabubak-Doka Kaka – Lingu Lango – Ngadu Loda –
Ngadu Pada – Malata;
Pasal 72 c) Waikabubak – Doka Kaka – Wee Patola – Manu Kuku –
Lolo Wano – Loko Ry-Binanatu;
(1) Terhadap RTRW dapat dilakukan peninjauan kembali selama 5 (lima) d) Waikabubak- Manukuku-Puu Rita-Puu Boghila-Loko Ry-
tahun sekali. Binanatu;
(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan e) Waikabubak- Zalakadu - Lolo Wano – Loko Ry;
bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan f) Waikabubak – Golulokoka – Weelagate - Bodokadoke-
perundang-undangan dan/atau perubahan batas teritorial negara, Bodoloba;
wilayah Provinsi, dan/atau wilayah Daerah yang ditetapkan dengan g) Waikabubak – Sobarade – Baliledo;
Undang-Undang, RTRW dapat ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali h) Waikabubak–Ubupede-Lomanapadaka–Modu
dalam 5 (lima) tahun. Wanokaza - Kereka Nduku; dan
i) Waikabubak-Puu Naga- Pelli-Modu.
2. jalur ke arah Selatan meliputi :
BAB XIV a) Waikabubak – Praibakul – Weihura;
KETENTUAN PERALIHAN b) Waikabubak – Praibakul – Taramanu – Katiku Loku –
Hupu Mada – Bali Loku - Tengeiri;
Pasal 73 c) Waikabubak-Padediweri-Lahihuruk-Weihura-Pahola-
(1) Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, semua peraturan Rua-Hobawawi;
pelaksanaan yang berkaitan dengan penataan ruang yang telah ada d) Waikabubak - Kalimbu Kuni – Rewa Rara-Katiku Loku –
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti Hupu Mada – Hobajangi-Lahona;
berdasarkan Peraturan Daerah ini. e) Waikabubak – Praibakul – Pantai Rua ;
f) Waikabubak – Praibakul – Kabukarudi – Patiala Dete –
Gaura - Wetana;

78 23
g) Waikabubak – Praibakul – Mamodu – Pahola – f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan
Weihura; tugas penyidikan tindak pidana dalam bidang penataan ruang.
h) Waikabubak – Weekarou – Sodana – Laboya Dete -
(3) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Welibo; dan memberitahukan dimulainya penyidikan kepada pejabat penyidik
i) Waikabubak–Praibakul–Padedewatu-Hobawawi – Watu kepolisian negara Republik Indonesia.
Karere – Palamoko;
(4) Apabila pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud pada
3. jalur ke arah Barat meliputi : ayat (2) memerlukan tindakan penangkapan dan penahanan, penyidik
a) Waikabubak – Weekarou - Kurutepe – Wone – pegawai negeri sipil melakukan koordinasi dengan pejabat penyidik
Lokoduka- Diratana. kepolisian negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.
Paragraf 2 (5) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Sistem Jaringan Transportasi Laut menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum melalui
pejabat penyidik kepolisian negara Republik Indonesia.
Pasal 9
(6) Pengangkatan pejabat penyidik pegawai negeri sipil dan tata cara
Rencana pengembangan pelabuhan laut sebagaimana dimaksud dalam serta proses penyidikan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
Pasal 7 huruf b, meliputi pengembangan pelabuhan pengumpan di Desa peraturan perundang- undangan.
Loko Ry Kecamatan Tana Righu.

BAB XII
Bagian Keempat KETENTUAN PIDANA
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
Pasal 10 Pasal 69
Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadap Rencana Tata Ruang
ayat (1) huruf c, meliputi : Wilayah dikenakan sanksi pidana sesuai peraturan perundang-undangan.
a. sistem jaringan prasarana energi;
b. sistem prasarana telekomunikasi;
c. sistem jaringan prasarana sumberdaya air; BAB XIII
d. sistem jaringan prasarana lingkungan; dan KETENTUAN LAIN-LAIN
e. sistem jalur evakuasi bencana.
Pasal 70
RTRW menjadi dasar untuk penerbitan perizinan lokasi pembangunan dan
administrasi pertanahan.

24 77
(2) Dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada Paragraf 1
ayat (1) tidak diperoleh kesepakatan, para pihak dapat menempuh Sistem Jaringan Prasarana Energi
upaya penyelesaian sengketa melalui pengadilan atau di luar
Pasal 11
pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. (1) Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a
dimaksudkan untuk menunjang penyediaan jaringan energi listrik dan
pemenuhan energi lainnya.
BAB XI (2) Rencana pengembangan sumber daya energi listrik di wilayah
KETENTUAN PENYIDIKAN Kabupaten Sumba Barat berupa :
a. pengembangan energi listrik dalam bentuk Pembangkit Listrik
Tenaga Diesel (PLTD) di Kecamatan Kota Waikabubak,
Pasal 68
Kecamatan Wanukaka, Kecamatan Lamboya, Kecamatan Laboya
(1) Selain pejabat penyidik kepolisian negara Republik Indonesia, Barat dan Kecamatan Tana Righu; dan
pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan instansi pemerintah yang b. pembangunan energi listrik berupa pengembangan NF2 (non
lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang penataan ruang fosil fuel) atau listrik non Bahan Bakar Minyak (BBM), meliputi :
diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk membantu pejabat 1. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Kecamatan
penyidik kepolisian negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud Wanukaka;
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. 2. Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin (PLTB) di seluruh
(2) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kecamatan; dan,
berwenang: 3. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di seluruh
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau kecamatan.
keterangan yang berkenaan dengan tindak pidana dalam bidang c. mengoptimalkan pelayanan kelistrikan terutama untuk melayani
penataan ruang; pusat-pusat agropolitan, minapolitan, agroindustri dan ekowisata.
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga d. mengembangkan sistem distribusi jaringan listrik primer, sekunder
melakukan tindak pidana dalam bidang penataan ruang; dan tersier, khususnya di Perkotaan Waikabubak dan di seluruh
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang sehubungan pusat-pusat kecamatan hingga jangkauan pelayanan listrik
dengan peristiwa tindak pidana dalam bidang penataan ruang; mencapai pelosok desa.
d. melakukan pemeriksaan atas dokumen-dokumen yang berkenaan
dengan tindak pidana dalam bidang penataan ruang;
e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat
bahan bukti dan dokumen lain serta melakukan penyitaan dan
penyegelan terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran yang
dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana dalam bidang
penataan ruang; dan

76 25
Paragraf 2 Pasal 64
Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi
Dalam pengendalian pemanfaatan ruang, peran masyarakat dapat
Pasal 12 berbentuk :
a. pengawasan terhadap pemanfaatan ruang wilayah dan kawasan,
(1) Sistem prasarana telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam
termasuk pemberian informasi atau laporan pelaksanaan pemanfaatan
Pasal 10 huruf b, meliputi :
ruang kawasan dimaksud; dan
a. sistem kabel;
b. bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan penertiban
b. sistem seluler; dan
pemanfaatan ruang.
c. sistem satelit.
(2) Rencana pengembangan prasarana telekomunikasi sistem kabel
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dikembangkan pada
Pasal 65
wilayah pusat-pusat pertumbuhan dan sepanjang jalan kolektor.
(3) Rencana pengembangan prasarana telekomunikasi sistem seluler Peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terus ditingkatkan dimaksud dalam Pasal 64 disampaikan secara lisan atau tertulis kepada
perkembangan melalui Base Transciever System (BTS) yang Bupati dan Pejabat yang ditunjuk.
dimanfaatkan secara terpadu di seluruh kecamatan;
(4) Rencana pengembangan prasarana telekomunikasi sistem satelit
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, dilakukan untuk BAB IX
meningkatkan pelayanan di wilayah terpencil atau yang tidak bisa KELEMBAGAAN
dilayani oleh kedua sistem lainnya.
Pasal 66
(1) Dalam rangka mengoordinasikan penataan ruang antar bidang atau
Paragraf 3
antar daerah dibentuk BKPRD.
Sistem Jaringan Sumberdaya Air
(2) Susunan organisasi dan tata kerja BKPRD sebagaimana dimaksud
Pasal 13 pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati
(1) Sistem jaringan prasarana sumberdaya air sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 huruf c, meliputi :
a. jaringan sumber daya air lintas kabupaten; BAB X
b. Daerah Irigasi (DI); PENYELESAIAN SENGKETA
c. jaringan air baku untuk air bersih; dan
d. sistem pengendalian banjir. Pasal 67
(1) Penyelesaian sengketa penataan ruang diupayakan berdasarkan
prinsip musyawarah untuk mufakat.

26 75
(2) Kaidah dan aturan pemanfaatan ruang yang dipraktekkan masyarakat (2) Pemanfaatan sumber daya air yang dapat digunakan untuk memenuhi
secara turun temurun dapat diterapkan sepanjang memperhatikan kebutuhan lintas wilayah antar Kabupaten Sumba Barat dan
faktor-faktor daya dukung lingkungan, estetika lingkungan, lokasi dan Kabupaten Sumba Barat Daya dikoordinasikan oleh Pemerintah
struktur pemanfaatan ruang serta dapat menjamin pemanfaatan ruang Provinsi yaitu Sungai Polapare.
yang serasi, selaras, dan seimbang. (3) Daerah Irigasi (DI) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
meliputi:
a. DI kewenangan Provinsi yaitu DI Wanukaka dengan luas kurang
Pasal 62 lebih 900 (sembilan ratus) hektar.
Dalam pemanfaatan ruang, peran masyarakat dapat berbentuk : b. DI kewenangan wilayah Kabupaten memiliki luas kurang lebih
a. pemanfaatan ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara 3.518 (tiga ribu lima ratus delapan belas) hektar, sebagaimana
berdasarkan peraturan perundang-undangan, agama, adat, atau tercantum dalam Lampiran I.C.
kebiasaan yang berlaku; (4) Jaringan air baku untuk air bersih sebagaimana dimaksud pada
b. bantuan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan pelaksanaan ayat (1) huruf c, diantaranya :
pemanfaatan ruang wilayah dan kawasan yang mencakup lebih dari a. pengembangan DAS meliputi Sungai Polapare, Sungai Loko
satu wilayah Daerah; Bakul dan Sungai Kadengar;
c penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan RTRW dan b. pengembangan sistem sambungan langsung dari PDAM
rencana tata ruang kawasan yang meliputi lebih dari satu wilayah; direncanakan melayani kawasan perkotaan, pusat kegiatan
d. perubahan atau konversi pemanfaatan ruang sesuai dengan RTRW komersil, industri maupun pusat pemerintahan pada kawasan
yang telah ditetapkan; dan perkotaan di setiap kecamatan di Kabupaten Sumba Barat;
e. bantuan teknik dan pengelolaan dalam pemanfaatan ruang dan/atau c. penyediaan air dengan bantuan pemerintah dan swadaya murni
kegiatan menjaga, memelihara, serta meningkatkan kelestarian fungsi dari masyarakat dengan menggunakan sumur bor dan sumur gali;
lingkungan hidup. dan
d. mengurangi tingkat kebocoran pipa air bersih dan menambah
jaringan pipa pada kawasan perumahan dan permukiman.
Pasal 63
(5) Sistem pengendalian banjir yang dimaksud pada ayat (1) huruf d,
(1) Tata cara peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang sebagaimana meliputi :
dimaksud dalam Pasal 62 dilakukan sesuai dengan peraturan a. pembuatan embung penahan banjir di seluruh kecamatan
perundang-undangan. b. pembuatan terasering di seluruh kecamatan.
(2) Pelaksanaan peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikoordinasikan oleh Pemerintah Daerah.

74 27
Paragraf 4 (2) Untuk menikmati dan memanfaatkan ruang beserta sumberdaya alam
Sistem Jaringan Prasarana Pengelolaan Lingkungan yang terkandung didalamnya, menikmati manfaat ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang dapat berupa manfaat ekonomi, sosial,
Pasal 14
dan lingkungan dilaksanakan atas dasar pemilikan, penguasaan, atau
(1) Sistem prasarana pengelolaan lingkungan sebagaimana dimaksud pemberian hak tertentu berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
dalam Pasal 10 huruf d, meliputi : undangan ataupun atas hukum adat dan kebiasaan yang berlaku atas
a. sistem jaringan persampahan; dan ruang pada masyarakat setempat.
b. sistem jaringan air limbah.
(2) Rencana pengembangan sistem jaringan persampahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi : Pasal 59
a. pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di Desa Lapale (1) Hak memperoleh penggantian yang layak atas kerugian terhadap
Kecamatan Kota Waikabubak ; dan perubahan status semula yang dimiliki oleh masyarakat sebagai akibat
b. Tempat Pemrosesan Sampah Terpadu (TPST) yang ditempatkan pelaksanaan RTRW diselenggarakan dengan cara musyawarah antara
di masing-masing Kecamatan. pihak yang berkepentingan.
(3) Rencana pengembangan sistem jaringan air limbah sebagaimana (2) Dalam hal tidak tercapai kesepakatan mengenai penggantian yang
dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi : layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka penyelesaiannya
a. pengelolaan limbah di permukiman penduduk tersebar secara dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
mandiri;
b. pengelolaan limbah di permukiman adat dilakukan secara
komunal; Pasal 60
c. pengelolaan limbah di lingkungan perumahan dilakukan secara
mandiri dan komunal; Dalam kegiatan penataan ruang wilayah, masyarakat wajib berperan serta
d. pengelolaan limbah di lingkungan fasilitas umum dilakukan secara dalam memelihara kualitas ruang dan mentaati rencana tata ruang yang
komunal; dan telah ditetapkan.
e. pengelolaan limbah di lingkungan Rumah Sakit dilakukan secara
khusus.
Pasal 61
(1) Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 dengan mematuhi dan
menerapkan kriteria, kaidah, baku mutu, dan aturan-aturan penataan
ruang yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

28 73
Pasal 56 Paragraf 5
Sistem Jalur Evakuasi Bencana
Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:
a. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan; Pasal 15
b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari
(1) Sistem jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud dalam
pejabat yang berwenang;
Pasal 10 huruf e, meliputi:
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
a. kawasan rawan longsor;
pemanfaatan ruang; dan
b. kawasan rawan banjir; dan
d. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan
c. kawasan rawan gempa.
perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.
(2) Jalur evakuasi kawasan rawan longsor sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, meliputi :
Pasal 57 a. jalur utama dari Desa Taramanu melalui jalan kolektor primer ke
lokasi fasilitas umum di ibukota Kecamatan Wanukaka, atau jalur
(1) Untuk mengetahui rencana tata ruang, selain dari Lembaran Daerah utama dari Desa Taramanu melalui jalan lokal sekunder ke arah
masyarakat dapat mengetahui rencana tata ruang yang telah lapangan pasola Desa Waihura;
ditetapkan melalui pengumuman atau penyebar luasan oleh b. jalur utama dari Desa Harona Kalla dan Desa Patiala Dete di
Pemerintah Daerah. Kecamatan Laboya Barat, melalui jalan kolektor primer ke arah
(2) Kewajiban untuk menyediakan media pengumuman atau ibukota Kecamatan Laboya Barat atau melalui jalur lokal primer
penyebarluasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan ke arah lapangan Desa Patiala Bawa Kecamatan Lamboya;
melalui penempelan/pemasangan peta rencana tata ruang yang c. jalur utama dari Desa Bondo Hula dan Desa Sodana Kecamatan
bersangkutan pada tempat-tempat umum dan juga pada media massa, Lamboya, melalui jalan lokal sekunder ke arah fasilitas umum di
serta melalui pembangunan sistem informasi tata ruang. Desa Kabukarudi ibukota Kecamatan Lamboya atau melalui jalur
lokal sekunder ke arah lapangan Desa Loda Pare Kecamatan
Loli;
Pasal 58 d. jalur utama dari Desa Lapale ke lokasi fasilitas umum di ibukota
Kecamatan Kota Waikabubak di Desa Dedekadu melalui jalan
(1) Dalam menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang
lokal sekunder atau melalui jalan kolektor primer ke arah
sebagai akibat penataan ruang sebagaimana dimaksud dalam
lapangan Manda Elu di Kelurahan Komerda Kecamatan Kota
Pasal 56 huruf b, pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan
Waikabubak; dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e. jalur utama dari Desa Ubu Pede ke lokasi fasilitas umum di
ibukota Kecamatan Loli atau melalui jalan kolektor primer ke arah
Kecamatan Kota Waikabubak, melalui Kelurahan Kampung Baru
dan Kelurahan Komerda.

72 29
(3) Jalur evakuasi kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud pada Pasal 53
ayat (1) huruf b, meliputi :
Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan tata cara pengenaan sanksi
a. jalur utama dari Desa Welibo ke fasilitas umum di ibukota
administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 diatur dengan
Kecamatan Lamboya atau melalui jalur lokal sekunder dan
Peraturan Bupati.
kolektor primer ke arah lapangan Desa Patiala Bawa;
b. jalur utama dari Desa Katiku Loku ke fasilitas umum di ibukota
Kecamatan Wanukaka, melalui jalan lokal primer melewati Desa
Pasal 54
Hupu Mada dan Desa Taramanu atau melalui jalan lokal
sekunder ke arah Lapangan Pasola Desa Waihura; (1) Masyarakat yang dirugikan akibat penyelenggaraan penataan ruang
c. jalur utama dari Desa Dokaka dan Desa Ubu Pede ke fasilitas dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan.
umum di kompleks kantor Kecamatan Loli, atau ke arah lapangan (2) Dalam hal masyarakat mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud
olahraga melalui jalan kolektor primer di Kelurahan Komerda pada ayat (1), tergugat dapat membuktikan bahwa tidak terjadi
Kecamatan Kota Waikabubak; dan penyimpangan dalam penyelenggaraan penataan ruang.
d. jalur utama dari Kelurahan Komerda dan Kelurahan Wailiang ke
arah fasilitas umum dan Lapangan Manda Elu Kelurahan
Komerda Kecamatan Kota Waikabubak atau ke arah lapangan BAB VIII
Pada Eweta Kelurahan Pada Eweta Kecamatan Kota HAK, KEWAJIBAN, PERAN MASYARAKAT
Waikabubak. DALAM PENATAAN RUANG

(4) Jalur evakuasi kawasan rawan gempa sebagaimana dimaksud pada Pasal 55
ayat (1) huruf c, mengunakan jalur utama menuju lapangan terbuka di
desa-desa terdekat yang tidak mengalami gempa. Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk :
a. mendapatkan informasi tentang rencana tata ruang wilayah dan rencana
rinci di kabupaten;
BAB IV b. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;
c. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang apabila
RENCANA POLA RUANG WILAYAH
pembangunan yang dilaksanakan tidak sesuai dengan rencana tata
Bagian Kesatu ruang ; dan
Umum d. memperoleh ganti rugi yang layak atas kerugian yang timbul akibat
pemberian izin oleh pemerintah daerah yang tidak sesuai dengan
Pasal 16
rencana tata ruang.
(1) Rencana pola ruang meliputi rencana kawasan lindung dan kawasan
budidaya.

30 71
(8) Insentif dan disinsentif diberikan dengan tetap menghormati hak (2) Rencana pola ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
masyarakat. digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1 : 50.000
(9) Insentif dan disinsentif dapat diberikan oleh: sebagaimana tercantum dalam Lampiran II, yang merupakan bagian
a. Pemerintah kepada pemerintah daerah; tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
b. Pemerintah Daerah kepada pemerintah daerah lainnya; dan
c. pemerintah dan/atau pemerintah daerah kepada masyarakat.
(10) Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pemberian insentif dan Bagian Kedua
disinsentif diatur dengan Peraturan Bupati. Kawasan Lindung
Pasal 17
Bagian Kelima Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1), meliputi :
Arahan Sanksi a. kawasan hutan lindung;
b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
Pasal 51 bawahannya;
c. kawasan perlindungan setempat;
Setiap orang yang melanggar ketentuan pemanfaatan ruang dikenakan
d. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;
sanksi administratif.
e. kawasan rawan bencana; dan
f. kawasan lindung lainnya.
Pasal 52
Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 dikenakan sanksi Paragraf 1
administratif berupa: Kawasan Hutan Lindung
a. peringatan tertulis;
Pasal 18
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum; Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf a
d. penutupan lokasi; meliputi Kecamatan Tana Righu, Kecamatan Loli, Kecamatan Laboya Barat,
e. pencabutan izin; Kecamatan Lamboya dan Kecamatan Wanukaka dengan luas 2.754 (dua
f. pembatanlan izin; ribu tujuh ratus lima puluh empat) hektar .
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan
i. denda administratif.

70 31
Paragraf 2 Bagian Keempat
Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Ketentuan Insentif dan Disinsentif
Terhadap Kawasan Bawahannya
Pasal 19 Pasal 50

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya (1) Setiap orang atau badan hukum yang memanfaatkan ruang yang
meliputi kawasan resapan air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf b sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dapat diberikan insentif oleh
dengan luas kurang lebih 6.250 (enam ribu dua ratus lima puluh) hektar Pemerintah Daerah.
tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Sumba Barat. (2) Setiap orang atau badan hukum yang memanfaatkan ruang yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dapat dikenakan disinsentif
oleh Pemerintah Daerah.
Paragraf 3 (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian insentif dan disinsentif
Kawasan Perlindungan Setempat ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Pasal 20 (4) Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perangkat
(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal atau upaya untuk memberikan stimulasi terhadap pelaksanaan
17 huruf c, meliputi: kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang.
a. kawasan sempadan pantai; (5) Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berupa:
b. kawasan sempadan sungai; a. keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan,
c. kawasan sempadan danau; dan sewa ruang, dan urun saham;
d. kawasan sempadan mata air. b. pembangunan serta pengadaan infrastruktur;
(2) Kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) c. kemudahan prosedur perizinan; dan
huruf a direncanakan sebesar kurang lebih 625 (enam ratus dua puluh d. pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau
lima) hektar, terdapat di Kecamatan Laboya Barat, Kecamatan Pemerintah Daerah.
Lamboya, Kecamatan Wanukaka dan Kecamatan Tana Righu dengan (6) Disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
sempadan pantai mencakup daratan tepian yang lebarnya perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau
proporsional dengan morfologi pantai paling dekat 100 (seratus) meter mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.
dari titik tertinggi muka air ke arah darat.
(7) Disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat berupa:
a. pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya
biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan
akibat pemanfaatan ruang; dan
b. pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi,
dan penalti.

32 69
(5) Izin pemanfaatan ruang diberikan untuk : (3) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
a. menjamin pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang, huruf b direncanakan sebesar kurang lebih 2.969 (dua ribu sembilan
peraturan zonasi, dan standar pelayanan minimal bidang ratus enam puluh sembilan) hektar dengan sempadan sungai
penataan ruang; sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter dari kiri dan kanan sungai
b. mencegah dampak negatif pemanfaatan ruang; dan besar dan 50 (lima puluh) meter di kiri kanan anak sungai yang
c. melindungi kepentingan umum. berada di luar permukiman, dan sungai di kawasan permukiman
(6) Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan/diterbitkan tapi berupa sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun
pemanfaatannya tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah jalan inspeksi antara 10-15 (sepuluh sampai dengan lima belas) meter.
dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut (4) Kawasan sempadan danau sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan huruf c direncanakan sebesar kurang lebih 112 (seratus dua belas)
perundang-undangan. hektar yang tersebar di Kecamatan Lamboya, Kecamatan Wanukaka
(7) Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan dan Kecamatan Laboya Barat dengan sempadan danau mencakup
tidak melalui prosedur yang benar, batal demi hukum. daratan sepanjang tepian danau yang lebarnya proporsional dengan
(8) Kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan izin sebagaimana bentuk dan kondisi fisik danau antara 50 - 100 meter dari titik pasang
dimaksud pada ayat (4), dapat dimintakan penggantian yang layak tertinggi ke arah darat.
kepada instansi pemberi izin. (5) Kawasan sempadan mata air sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(9) Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya huruf d dengan sempadan kawasan sekitar mata air sekurang-
perubahan rencana tata ruang wilayah dapat dibatalkan oleh kurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air dengan luas
Pemerintah dan pemerintah daerah dengan memberikan ganti 38 (tiga puluh delapan) hektar yang tersebar di seluruh kecamatan.
kerugian yang layak.
(10) Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin Paragraf 3
pemanfaatan ruang dilarang menerbitkan izin yang tidak sesuai Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya
dengan rencana tata ruang.
Pasal 21
(11) Ketentuan lebih lanjut mengenai perijinan diatur dengan Peraturan
Bupati. (1) Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf d meliputi :
a. pencadangan kawasan konservasi perairan Nasional Laut;
b. kawasan Taman Nasional; dan
c. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

68 33
(2) pencadangan kawasan konservasi perairan Nasional Laut Pasal 48
sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a yaitu pencadangan kawasan
Ketentuan umum peraturan zonasi sistem prasarana lingkungan
konservasi perairan Nasional Laut Sawu yang terletak di perairan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 huruf e, meliputi :
sebelah utara di Kabupaten Sumba Barat.
a. arahan pengembangan sistem prasarana lingkungan yang bersifat lintas
(3) Kawasan Taman Nasional sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b wilayah administratif dalam hal pengelolaan dan penanggulangan
yaitu Taman Nasional Manupeu Tanadaru seluas kurang lebih 1.870 masalah sampah terutama di wilayah perkotaan;
(seribu delapan ratus tujuh puluh) hektar yang terdapat di Kecamatan b. pemberdayaan masyarakat untuk pengelolaan sampah komunal ;
Kota Waikabubak, Kecamatan Loli dan Kecamatan Wanukaka. c. penanganan persampahan dengan pengembangan sistem daur ulang
(4) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud (composting);
pada ayat (1) huruf c meliputi : d. pengolahan melalui penerapan teknologi ramah lingkungan; dan
a. Kampung Adat Kadengar, Kampung Adat Sodana, Kampung Adat e. pemilihan lokasi untuk prasarana lingkungan disesuaikan dengan daya
Wora Djawa, Kampung Adat Waru Wora dan Kampung Adat dukung lingkungan.
Watu Karere, Kampung Adat Welajung, Kampung Adat Welowa,
Kampung Adat Litti, Kampung Adat Deke di Kecamatan Lamboya;
Bagian Ketiga
b. Kampung Adat Malisu, Kampung Adat Tokahale, Kampung Adat Ketentuan Perizinan
Balirama, Kampung Adat Kadoki, Kampung Adat Moto Dawu,
Kampung Adat Pega Rewa, Kampung Adat Patoda Jara, Pasal 49
Kampung Adat Ubu Legera, Kampung Adat Rowa dan Kampung
Adat Ubu Oleta di Kecamatan Laboya Barat; (1) Setiap kegiatan pemanfaatan ruang harus memperoleh izin dari Bupati
atau Pejabat yang ditunjuk.
c. Kampung Adat Prai Goli, Kampung Adat Wei Wuang, Kampung (2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selanjutnya disebut dengan
Adat Wei Wuli, Kampung Adat Lahi Majera - Libu Marou, izin pemanfaatan ruang.
Kampung Adat Ubu Bewi, Kampung Adat Wei Galli, Kampung (3) Pemberian izin harus memperhatikan ketentuan pemanfaatan ruang
Adat Lahi Pangabang, Kampung Adat Wei Kawolu, Kampung dalam RTRW.
Adat Tarona, Kampung Adat Kabba dan Kampung Adat Kadoku (4) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :
di Kecamatan Wanukaka; a. izin prinsip;
d. Kampung Adat Tarung, Kampung Adat Wee Tabara, Kampung b. izin lokasi;
Adat Tabera, Kampung Adat Jagangara, Kampung Adat Prai c. izin penggunaan pemanfaatan tanah;
Kalembung, Kampung Adat Dessa Elu, Kampung Adat Gella d. izin mendirikan bangunan; dan
Koko, Kampung Adat Bodo Ede, Kampung Adat Wee Kalowo dan e. izin lain berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Kampung Adat Tanarara di Kecamatan Loli;

34 67
Pasal 45 e. Kampung Adat Prai Ijing, Kampung Adat Prairame, Kampung
Adat Bodo Maroto, Kampung Adat Gollu, Kampung Adat Paleti
Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan energi sebagaimana
Lolu, dan Kampung Adat Lete Ngaingona di Kecamatan Kota
dimaksud dalam Pasal 43 huruf b, meliputi:
Waikabubak; dan
a. penyediaan energi listrik dengan memperhatikan lingkungan sekitarnya;
dan f. Kampung Adat Dikita, Kampung Adat Omba Rade, Kampung Adat
b. zonasi untuk jaringan transmisi tenaga listrik dengan memperhatikan Bondo Ede, Kampung Adat Bondo Kaniki dan Kampung Adat
ruang bebas di sepanjang jalur transmisi sesuai dengan ketentuan Tarona di Kecamatan Tana Righu.
peraturan perundang-undangan.

Paragraf 4
Pasal 46 Kawasan Rawan Bencana Alam
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan telekomunikasi Pasal 22
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 huruf c, memperhatikan (1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal
pemanfaatan ruang untuk penempatan menara pemancar dengan 17 huruf e, meliputi :
memperhitungkan keamanan dan keselamatan aktivitas di kawasan a. kawasan rawan longsor
sekitarnya. b. kawasan rawan banjir,
c. kawasan rawan abrasi ; dan
d. kawasan rawan gempa.
Pasal 47
(2) Kawasan rawan longsor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
Ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem jaringan sumber daya air meliputi Kecamatan Wanukaka, Kecamatan Laboya Barat, Kecamatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 huruf d, meliputi : Lamboya, Kecamatan Kota Waikabubak dan Kecamatan Loli dengan
a. pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai dengan tetap menjaga luas kurang lebih 1.408 (seribu empat ratus delapan) hektar.
kelestarian lingkungan dan fungsi lindung kawasan;
b. pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang dimaksud (3) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
untuk pengelolaan batang air atau pemanfaatan air; meliputi kawasan sekitar sungai di seluruh wilayah pinggiran sungai
c. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman antara lain Sungai Kadengar di Kecamatan Lamboya, Sungai Loku
rekreasi atau wisata; dan Bakul di Kecamatan Wanukaka, Sungai Loko Kalada di Kecamatan
d. penetapan lebar sempadan sungai sesuai dengan ketentuan peraturan Loli, dan Sungai Tabaka Dana di Kecamatan Kota Waikabubak.
perundang-undangan. (4) Kawasan rawan abrasi pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c meliputi kawasan Pantai Rua dan Kawasan Pantai Kerewe.

66 35
(5) Kawasan rawan gempa bumi di Kabupaten Sumba Barat sebagaimana b. alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di sepanjang di sisi jalan
dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi wilayah gempa 6 yaitu wilayah perkotaan tidak diperbolehkan sebagai lahan terbangun;
gempa yang paling tinggi yang berada di seluruh kecamatan. c. ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu di luar ruang
milik jalan, yang penggunaannya di bawah pengawasan
penyelenggara jalan;
Paragraf 5 d. pembangunan jaringan jalan harus sesuai dengan persyaratan
Kawasan Lindung Lainnya teknis jalan;
e. menyediakan ruang terbuka hijau untuk jalur hijau pada
Pasal 23
sempadan dan/atau median jalan;
Kawasan lindung lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf f, f. jaringan jalan harus dilengkapi dengan bangunan pelengkap yang
yaitu berupa taman buru yang terdapat di Kecamatan Loli yaitu Hutan disesuaikan dengan fungsi jalan;
Porunombu, Hutan Bodotera, Hutan Bodosula, dan Hutan Wone. g. upaya peningkatan interaksi antar wilayah perkotaan maupun
wilayah perdesaan diperbolehkan dengan membangun jembatan
penyeberangan;
Bagian Ketiga
h. untuk pemanfaatan jaringan jalan diperbolehkan pelebaran dan
Kawasan Budidaya
rehabilitasi jalan;
Pasal 24 i. untuk pemanfaatan jalan yang bersilangan diperbolehkan sesuai
persyaratan teknis; dan
Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1),
j. untuk pemanfaatan ruang milik jalan diperbolehkan untuk moda
meliputi :
transportasi lain sesuai persyaratan teknis.
a. kawasan peruntukan hutan produksi;
b. kawasan peruntukan pertanian; (3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem kepelabuhanan
c. kawasan peruntukan perikanan; sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b disusun untuk :
d. kawasan peruntukan pertambangan; a. alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di zona kepelabuhanan
e. kawasan peruntukan industri; diperbolehkan dengan syarat untuk mendukung kebutuhan
f. kawasan peruntukan pariwisata; pelabuhan;
g. kawasan peruntukan permukiman; dan b. pengembangan pelabuhan harus menyediakan sarana dan
h. kawasan peruntukan lainnya. prasarana kepelabuhanan yang berpedoman kepada peraturan
perundang-undangan; dan
c. pemanfaatan ruang di sekitar pelabuhan disesuaikan dengan
rencana tata ruang kawasan kepelabuhanan dan/atau rencana
detail tata ruang kawasan.

36 65
k. pemanfaatan ruang sebagai zona sarana ruang evakuasi untuk Paragraf 1
keadaan darurat; Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
l. pemanfaatan ruang sebagai zona memperbaiki iklim mikro; dan
Pasal 25
m. pemanfaatan ruang sebagai zona peningkatan cadangan oksigen
di perkotaan. Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
huruf a meliputi :
a. kawasan peruntukan hutan produksi terbatas dengan luas kurang
Paragraf 3 lebih 2.350 (dua ribu tiga ratus lima puluh) hektar tersebar di Kecamatan
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Loli, Kecamatan Kota Waikabubak, Kecamatan Wanukaka, Kecamatan
Untuk Kawasan Sekitar Sistem Prasarana Wilayah Lamboya dan Kecamatan Laboya Barat;
b. kawasan peruntukan hutan produksi tetap dengan luas kurang
Pasal 43 lebih 8.073 (delapan ribu tujuh puluh tiga) hektar yang tersebar di
seluruh kecamatan.
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sekitar sistem prasarana
wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) huruf c, meliputi :
a. sistem jaringan transportasi;
Paragraf 2
b. sistem prasarana energi;
Kawasan Peruntukan Pertanian
c. sistem prasarana telekomunikasi;
d. sistem prasarana sumber daya air; dan Pasal 26
e. sistem prasarana pengelolaan lingkungan.
(1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 huruf b, meliputi :
a. kawasan peruntukan tanaman pangan
Pasal 44
b. kawasan peruntukan hortikultura;
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem jaringan transportasi c. kawasan peruntukan perkebunan; dan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 huruf a, meliputi: d. kawasan peruntukan peternakan.
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan transportasi (2) Kawasan peruntukan tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada
jalan raya; dan ayat (1) huruf a meliputi :
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem kepelabuhanan. a. kawasan peruntukan lahan basah tersebar di seluruh kecamatan
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan transportasi jalan dengan luas kurang lebih 5.619 (lima ribu enam ratus sembilan
raya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a disusun untuk : belas) hektar.
a. pemanfaatan ruang di sisi jalan dengan intensitas menengah b. kawasan peruntukan lahan kering tersebar di seluruh kecamatan
hingga tinggi dibatasi; dengan luas kurang lebih 18.464 (delapan belas ribu empat ratus
enam puluh empat) hektar.

64 37
c. kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan tersebar di (9) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pesisir
seluruh kecamatan dengan luas kurang lebih 5.154 (lima ribu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g disusun untuk :
seratus lima puluh empat) hektar yang merupakan bagian dari a. pemanfaatan ruang untuk permukiman petani dan/atau nelayan
kawasan peruntukan lahan basah. dengan kepadatan rendah;
d. arahan komoditi unggulan, meliputi : b. pemanfaatan ruang untuk zona konservasi atau lindung di sekitar
1. tanaman padi di Kecamatan Loli, Kecamatan Kota kawasan pantai;
Waikabubak, Kecamatan Lamboya dan Kecamatan Wanukaka; c. pemanfaatan ruang untuk zona peka perubahan ekosistem; dan
2. tanaman jagung di seluruh Kecamatan; d. pemanfaatan ruang untuk zona pengembangan.
3. tanaman kedelai di seluruh Kecamatan; (10) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan ruang terbuka hijau
4. tanaman kacang tanah di seluruh kecamatan; sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i disusun untuk
5. tanaman kacang hijau di seluruh kecamatan; pemanfaatan ruang untuk fungsi mendukung manfaat ekologi, sosial,
6. tanaman ubi kayu di seluruh kecamatan; dan budaya, ekonomi dan estetika meliputi :
7. tanaman ubi jalar di seluruh kecamatan.
a. pemanfaatan ruang untuk zona pengamanan keberadaan
(3) Kawasan peruntukan pertanian hortikultura sebagaimana dimaksud kawasan lindung perkotaan;
dalam ayat (1) huruf b tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten b. pengendali zona pencemaran dan kerusakan tanah, air dan
Sumba Barat dengan luas kurang lebih 7.185 (tujuh ribu seratus udara;
delapan puluh lima) hektar. c. pemanfaaran sebagai zona perlindungan plasma nuftah dan
(4) Kawasan peruntukan perkebunan sebagaimana dimaksud dalam keanekaragaman hayati;
ayat (1) huruf c terdapat di seluruh kecamatan di Kabupaten Sumba d. pemanfaatan sebagai zona pengendali tata air bawah maupun
Barat dengan luas kurang lebih 15.375 (lima belas ribu tiga ratus tujuh permukaan bumi;
puluh lima) hektar. e. pemanfaatan sebagai zona sarana estetika kota;
f. pemanfaatan ruang sebagai zona untuk mencerminkan identitas
(5) Arahan kawasan peruntukan perkebunan sebagaimana dimaksud daerah;
pada ayat (4), meliputi: g. pemanfaatan ruang sebagai zona sarana penelitian, pendidikan
a. tanaman jambu mete di Kecamatan Wanukaka, Kecamatan dan penyuluhan;
Laboya Barat, Kecamatan Lamboya dan Kecamatan Tana Righu; h. pemanfaatan ruang sebagai zona sarana rekreasi aktif dan pasif
b. tanaman kelapa di Kecamatan Wanukaka, Kecamatan Lamboya serta interaksi sosial;
dan Kecamatan Laboya Barat; i. pemanfaatan ruang sebagai zona meningkatkan nilai ekonomi
c. tanaman kopi di Kecamatan Lamboya, Kecamatan Loli dan lahan perkotaan;
Kecamatan Tana Righu; j. pemanfaatan ruang sebagai zona sarana aktivitas sosial bagi
anak-anak, remaja, dewasa dan manula;

38 63
c. pembatasan pembangunan rumah tinggal di dalam lokasi d. tanaman coklat atau kakao di Kecamatan Laboya Barat,
kawasan industri untuk mengurangi dampak negatif; Kecamatan Wanukaka, Kecamatan Lamboya, Kecamatan Loli
d. melarang pemanfaatan ruang selain yang dimaksudkan pada dan Kecamatan Tana Righu;
huruf a; e. tanaman cengkeh di Kecamatan Loli dan KecamatanTana Righu;
e. pengembangan industri rumah tangga didalam kawasan f. tanaman pinang di Kecamatan Lamboya, Kecamatan Wanukaka,
permukiman dibatasi pada luasan lahan, dan dampak yang Kecamatan Kota Waikabubak, Kecamatan Loli dan Kecamatan
ditimbulkan; dan Tana Righu;
f. pemanfaatan ruang untuk pergudangan, perdagangan, stasiun g. tanaman sirih di seluruh Kecamatan; dan
pengisian bahan bakar dan kegiatan sejenis lainnya diizinkan h. tanaman jarak pagar di Kecamatan Wanukaka, Kecamatan Loli
pada luasan lahan, dan dampak yang ditimbulkan. dan Kecamatan Tana Righu.
(7) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pariwisata (6) Kawasan peruntukan peternakan sebagaimana dimaksud pada
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, disusun untuk : ayat (1) huruf d terdapat di seluruh Kecamatan dengan luas kurang
a. pemanfaatan potensi alam dan budaya sesuai daya dukung dan lebih 1.108 (seribu seratus delapan) hektar.
daya tampung lingkungan; (7) Kawasan peruntukan peternakan sebagaimana dimaksud pada
b. perlindungan terhadap situs budaya; dan ayat (6), meliputi :
c. pembatasan pendirian bangunan kecuali permukiman penduduk a. ternak sapi di Kecamatan Wanukaka, Kecamatan Lamboya,
pada koridor jalur wisata utama maupun kawasan obyek wisata Kecamatan Laboya Barat, Kecamatan Loli dan Kecamatan
hanya diperbolehkan untuk menunjang kegiatan pariwisata. Tana Righu;
(8) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan permukiman b. ternak kerbau di seluruh kecamatan;
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g, disusun untuk : c. ternak kuda di Kecamatan Lamboya, Kecamatan Wanukaka,
a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri rumah tangga dengan Kecamatan Loli, Kecamatan Laboya Barat dan Kecamatan Kota
kepadatan rendah dan batasan khusus sesuai ketentuan Waikabubak;
peraturan perundang-undangan; d. ternak babi di seluruh Kecamatan;
b. penetapan fasilitas pendukung kegiatan permukiman dan aktivitas e. ternak kambing di Kecamatan Wanukaka, Kecamatan Laboya
masyarakat yang dibutuhkan secara proporsional sesuai Barat, Kecamatan Kota Waikabubak dan Kecamatan Tana Righu;
peraturan yang berlaku; f. ternak domba di Kecamatan Lamboya dan Kecamatan Loli;
c. penetapan amplop bangunan; g ternak ayam kampung di seluruh Kecamatan;
d. penetapan tema arsitektur bangunan; h. ternak ayam petelur di Kecamatan Lamboya dan Kecamatan Loli;
e. penetapan kelengkapan bangunan dan lingkungan; dan dan
f. penetapan jenis dan syarat penggunaan bangunan yang i. ternak itik di Kecamatan Wanukaka, Kecamatan Laboya Barat,
diizinkan. Kecamatan Loli, Kecamatan Kota Waikabubak dan Kecamatan
Tana Righu.

62 39
Paragraf 3 (4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perikanan
Kawasan Peruntukan Perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, disusun dengan
memperhatikan:
Pasal 27
a. pemanfaatan ruang untuk permukiman petani atau nelayan
(1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud dalam dengan kepadatan rendah;
Pasal 24 huruf c, meliputi : b. pemanfaatan ruang untuk kawasan penghijauan atau kawasan
a. kawasan perikanan tangkap; sabuk hijau;
b. kawasan perikanan budidaya; dan c. pemanfaatan sumber daya perikanan agar tidak melebihi potensi
c. kawasan pengolahan ikan. lestari; dan
(2) Kawasan peruntukan perikanan tangkap sebagaimana dimaksud d. pemanfaatan teknologi informasi untuk perikanan.
ayat (1) huruf a tersebar di perairan Laut Sawu, Samudera Indonesia (5) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pertambangan
dan Selat Sumba, dengan potensi perikanan tangkap berupa jenis ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, disusun untuk :
pelagis kecil, pelagis besar dan ikan demersal, udang, kepiting dan a. menjaga keseimbangan antara biaya dan manfaat serta antara
jenis perikanan lainnya. resiko dan manfaat;
(3) Kawasan peruntukan budidaya perikanan sebagaimana dimaksud b. pengelolaan kawasan bekas penambangan melalui rehabilitasi
pada ayat (1) huruf b, meliputi : sesuai zonasi untuk dimanfaatkan kembali sebagai kawasan
a. kawasan pengembangan budidaya ikan air tawar, meliputi : hijau, kawasan budidaya atau kegiatan lainnya dengan
1. Kecamatan Tana Righu yang tersebar di Desa Loko Ry dan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup;
Desa Malata; c. setiap usaha pertambangan harus memisahkan tanah permukaan
2. Kecamatan Loli yang tersebar di Desa Baliledo, Desa Ubu untuk keperluan rehabilitasi lahan bekas penambangan;
Pede, Desa Beradolu, Kelurahan Lodapare, Desa Ubu Raya, d. mencegah dan mengurangi dampak negatif kegiatan sebelum,
Kelurahan Wee Dabbo, Desa Doka Kaka, Desa Tanarara, pada saat dan setelah kegiatan penambangan;
dan Desa Manola; e. pemanfaatan lahan bekas tambang untuk pengembangan usaha
3. Kecamatan Kota Waikabubak yang tersebar di Kelurahan ekonomi produktif; dan
Pada Eweta, Kelurahan Wailiang, Kelurahan Kampung f. penataan bangunan lain di sekitar instalasi pertambangan yang
Baru, Kelurahan Kampung Sawah, Desa Lapale, Desa berpotensi bahaya bagi kepentingan umum.
Kodaka, Desa Tebara, Desa Sobarade, Desa Modu (6) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan industri
Weemaringu, dan Kelurahan Komerda; sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, disusun untuk :
4. Kecamatan Wanukaka yang tersebar di Desa Katiku Loku, a. pemanfaatan ruang untuk industri, kegiatan industri rumah tangga
Desa Hupu Mada, Desa Praibakul, Desa Mamodu, Desa dan industri untuk usaha mikro, kecil dan menengah;
Weihura, Desa Rewarara, Desa Parirara, Desa Ana Wolu b. pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri disesuaikan dengan
dan Desa Baliloku; dan kemampuan penggunaan teknologi, potensi sumber daya alam
dan sumber daya manusia;

40 61
2. pelarangan alih fungsi lahan menjadi lahan budidaya non 5. Kecamatan Lamboya yang tesebar di Desa Sodana, Desa
pertanian (terbangun) dikecualikan untuk pembangunan Laboya Dete, Desa Welibo, Desa Laboya Barat dan Desa
sistem jaringan prasarana utama, dan fasilitas pendukung Kabukarudi.
pertanian guna meningkatkan produktivitas dan pengolahan b. kawasan pengembangan budidaya air payau, meliputi :
hasil pertanian; 1. Kecamatan Tana Righu Desa Loko Ry;
3. pelarangan alih fungsi lahan menjadi lahan budidaya non 2. Kecamatan Laboya Barat di Desa Harona Kalla;
pertanian (terbangun) sebagaimana dimaksud pada angka 1) 3. Kecamatan Lamboya di Desa Patiala Bawa; dan
dan angka 2), merupakan sentra budidaya pertanian khusus. 4. Kecamatan Wanukaka di Desa Weihura dan Desa Baliloku.
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perkebunan c. kawasan pengembangan budidaya rumput laut, meliputi:
disusun dengan memperhatikan : 1. Kecamatan Lamboya di Desa Watu Karere, Desa Patiala
1. pemanfaatan ruang untuk rencana pengembangan kawasan Bawa;
perkebunan sesuai kebijakan dan strategi pengembangan 2. Kecamatan Laboya Barat di Desa Patila Dete, Desa Harona
kawasan; Kalla, Desa Wetana dan Desa Gaura;
2. pelarangan alih fungsi lahan menjadi lahan budidaya non 3. Kecamatan Wanukaka di Desa Waihura, Desa Baliloku,
perkebunan (terbangun) dengan pengecualian untuk Desa Rua, Desa Hobawawi, Desa Waimangoma dan Desa
pembangunan sistem jaringan prasarana utama, dan fasilitas Pahola; dan
pendukung pertanian guna peningkatan produksi dan 4. Kecamatan Tana Righu di Desa Loko Ry.
produktivitas pengolahan hasil panen; dan
3. pelarangan alih fungsi lahan menjadi lahan budidaya non (4) Kawasan peruntukan pengolahan ikan sebagaimana dimaksud pada
perkebunan (terbangun) sebagaimana dimaksud pada angka ayat (1) huruf c, berupa kawasan minapolitan, meliputi Kecamatan
1) dan angka 2), merupakan sentra perkebunan khusus. Laboya Barat, Kecamatan Lamboya dan Kecamatan Wanukaka.
d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peternakan
disusun untuk : Paragraf 4
1. pemanfaatan lahan untuk kegiatan pemeliharaan, pembiakan
Kawasan Peruntukan Pertambangan
dan penyediaan pakan;
2. pemanfaatan lahan untuk kegiatan pengembangan teknologi Pasal 28
peternakan yang tidak merusak lingkungan; Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
3. pembangunan prasarana yang dibutuhkan untuk kegiatan huruf d, berupa bahan mineral non logam, meliputi :
peternakan unggas; a. kapur di seluruh kecamatan;
4. pemanfaatan lahan untuk kegiatan industri pengolahan b. batu potong di Kecamatan Kota Waikabubak, Kecamatan Loli, dan
pakan dan hasil ternak secara permanen; dan Kecamatan Tana Righu; dan
5. pemanfaatan lahan untuk kegiatan lainnya yang berdampak c. pasir kali dan kerikil kali yang terdapat di Kecamatan Lamboya dan
negatif terhadap produktivitas peternakan dan kualitas Kecamatan Wanukaka.
lingkungan.

60 41
Paragraf 5 d. mengarahkan kawasan hutan produksi yang ada di kawasan
Kawasan Peruntukan Industri perkotaan untuk membentuk hutan kota;
e. pembatasan pemanfaatan hasil hutan untuk menjaga kestabilan
Pasal 29
neraca kualitas lingkungan hidup;
Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf e f. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan
berupa kawasan industri kecil dan industri rumah tangga meliputi : pemanfaatan hutan;
a. pengembangan industri kecil dan menengah di seluruh Kecamatan g. upaya pelestarian kawasan lindung, pengolahan hasil hutan
b. pengembangan industri rumah tangga di seluruh kecamatan; secara terbatas melalui hak penguasaan hutan masyarakat; dan
h. usaha peningkatan kualitas hutan dan lingkungan dengan
pengembangan obyek wisata alam yang berbasis pada
Paragraf 6 pemanfaatan hutan.
Kawasan Peruntukan Pariwisata (3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pertanian
Pasal 30 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi :
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pertanian
(1) Rencana kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 (tanaman pangan) disusun untuk :
huruf f, meliputi: 1. pemanfaatan ruang untuk permukiman petani dengan
a. kawasan peruntukan pariwisata alam; kepadatan rendah;
b. kawasan peruntukan pariwisata budaya; dan 2. pelarangan alih fungsi lahan menjadi lahan budidaya non
c. kawasan atraksi wisata budaya. pertanian (terbangun) kecuali terbatas untuk pembangunan
(2) Kawasan peruntukan pariwisata alam sebagaimana dimaksud pada sistem jaringan prasarana utama, dan fasilitas pendukung
ayat (1) huruf a, meliputi: pertanian yang menunjang peningkatan produksi dan
a. Pantai Marosi dan Pantai Kerewe di Kecamatan Lamboya; produktivitas pengolahan hasil panen sesuai ketentuan
b. Pantai Wanukaka, Pantai Rua, Pantai Nihi Watu, Pantai Lahi peraturan perundang-undangan; dan
Liang, Air Terjun Lapopu, Air Terjun Matayangu, Goa Kelelawar 3. pelarangan alih fungsi lahan menjadi lahan budidaya non
dan Danau Mau Ranni di Kecamatan Wanukaka; pertanian (terbangun) sebagaimana dimaksud pada angka 1)
c. Goa Weemagura di Kecamatan Loli; dan dan angka 2), merupakan lahan pertanian pangan
d. Pantai Bina Natu dan Tebing Manu Kuku di Kecamatan Tana berkelanjutan yang ditetapkan sebagai sentra pertanian
Righu. tanaman pangan.
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pertanian
hortikultura disusun untuk :
1. pemanfaatan ruang untuk rencana pengembangan kawasan
pertanian hortikultura, disesuaikan dengan kebijakan dan
strategi pengembangan kawasan;

42 59
(15) ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung lainnya (3) Kawasan peruntukan pariwisata budaya sebagaimana dimaksud pada
berupa taman buru, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf n, ayat (1) huruf b, meliputi:
disusun untuk : a. Kampung Adat Kadengar, Kampung Adat Sodana, Kampung Adat
a. perlindungan satwa-satwa yang dilindungi oleh negara; dan Wora Djawa, Kampung Adat Waru Wora dan Kampung Adat Watu
b. melarang pemburuan satwa dalam jumlah yang banyak. Karere, Kampung Adat Welajung, Kampung Adat Welowa,
Kampung Adat Litti, Kampung Adat Deke di Kecamatan Lamboya;
b. Kampung Adat Malisu, Kampung Adat Tokahale, Kampung Adat
Paragraf 2 Balirama, Kampung Adat Kadoki, Kampung Adat Moto Dawu,
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi untuk Kawasan Kampung Adat Pega Rewa, Kampung Adat Patoda Jara,
Budidaya Kampung Adat Ubu Legera, Kampung Adat Rowa dan Kampung
Adat Ubu Oleta di Kecamatan Laboya Barat;
Pasal 42 c. Kampung Adat Prai Goli, Kampung Adat Wei Wuang, Kampung
Adat Wei Wuli, Kampung Adat Lahi Majera - Libu Marou,
(1) Ketentuan umum pengaturan zonasi untuk kawasan budidaya
Kampung Adat Ubu Bewi, Kampung Adat Wei Galli, Kampung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) huruf b, meliputi:
Adat Lahi Pangabang, Kampung Adat Wei Kawolu, Kampung
a. kawasan hutan produksi;
Adat Tarona, Kampung Adat Kabba dan Kampung Adat Kadoku
b. kawasan pertanian;
di Kecamatan Wanukaka;
c. kawasan perikanan;
d. Kampung Adat Tarung, Kampung Adat Wee Tabara, Kampung
d. kawasan pertambangan;
Adat Tabera, Kampung Adat Jagangara, Kampung Adat Prai
e. kawasan industri;
Kalembung, Kampung Adat Dessa Elu, Kampung Adat Gella
f. kawasan pariwisata;
Koko, Kampung Adat Bodo Ede, Kampung Adat Wee Kalowo dan
g. kawasan permukiman;
Kampung Adat Tanarara di Kecamatan Loli ;
h. kawasan pesisir ; dan
e. Kampung Adat Prai Ijing, Kampung Adat Prairame, Kampung
i. kawasan ruang terbuka hijau.
Adat Bodo Maroto, Kampung Adat Gollu, Kampung Adat Paleti
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan hutan produksi Lolu, dan Kampung Adat Lete Ngaingona di Kecamatan Kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, disusun untuk : Waikabubak; dan
a. pemantauan dan pengendalian kegiatan pengusahaan hutan f. Kampung Adat Dikita, Kampung Adat Omba Rade, Kampung Adat
serta gangguan keamanan hutan; Bondo Ede, Kampung Adat Bondo Kaniki dan Kampung Adat
b. pengembangan dan diversifikasi hutan untuk pemanfaatan hasil Tarona di Kecamatan Tana Righu.
non kayu;
c. peningkatan fungsi ekologis melalui pengembangan sistem jedah
tebang, tebang pilih, tebang gilir dan rotasi tanaman yang
mendukung keseimbangan alam;

58 43
(4) kawasan atraksi wisata budaya, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (12) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan banjir
huruf c, meliputi : sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf k, disusun untuk :
a. atraksi Pasola Lamboya dan Podu Sodana di Kecamatan a. pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik,
Lamboya; jenis, dan ancaman bencana;
b. atraksi Pasola Wanukaka, Bijalungu Hiu Pa’ana, Wula Pidu b. melestarikan kawasan lindung dan kawasan hulu sungai;
Kadoku, Pahola Haul, Palaingu Jara Lahi Nalu, Palaingu Jara c. pembuatan sumur resapan di kawasan perkotaan dan perdesaan,
Praimutung, Palaingu Jara Lahi Teiwawi dan Pajura Teitena di kawasan pertanian yang dilengkapi dengan embung, bendungan
Kecamatan Wanukaka; dan cek dam;
c. atraksi Wulla Podu Tarung, Wulla Podu Tabera, Wulla Podu Gella d. membuat saluran pembuangan yang terkoneksi dengan jaringan
Koko dan Wulla Podu Wee Kalowo di Kecamatan Loli; primer, sekunder maupun tersier, serta tidak menyatukan fungsi
d. atraksi Wulla Podu Bodo Maroto, Wulla Podu Gollu Pajura dan irigasi untuk drainase;
Pacuan Kuda di Kecamatan Kota Waikabubak; e. penentuan lokasi dan jalur evakuasi penduduk;
e. atraksi Wulla Podu Ndikita, Wulla Podu Bondo Boghila, Wulla f. melarang pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan
Podu Bondo Kaniki dan Wulla Podu Omba Rade di Kecamatan pemantauan ancaman bencana dan kepentingan umum;
Tana Righu; dan g. pemanfaatan dataran banjir bagi ruang terbuka hijau dan
f. atraksi Pasola Gaura, Ta’u Ubu Tobo Ubu Legera, Tari Topeng pembangunan fasilitas umum dengan kepadatan rendah; dan
Kawunga Da’u dan Pajura Wulla Male di Kecamatan Laboya h. melarang pemanfaatan ruang bagi pembangunan permukiman
Barat. dan fasilitas umum.
(13) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan abrasi,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf l, disusun untuk :
Paragraf 7 a. pendekatan rekayasa struktur dengan cara sistem polder,
Kawasan Peruntukan Permukiman bangunan pemecah gelombang, penurapan; dan
Pasal 31 b. pendekatan rekayasa non struktur dengan cara merehabilitasi
(1) Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud dalam hutan mangrove di daerah pesisir.
Pasal 24 huruf g, meliputi : (14) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan gempa,
a. kawasan peruntukan permukiman perkotaan; dan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf m, disusun untuk :
b. kawasan peruntukan permukiman perdesaan. a. pengendalian kawasan rawan gempa dilakukan dengan
(2) Kawasan permukiman perkotaan sebagaimana dimaksud pada mencermati konsistensi pemanfaatan ruang dengan rencana tata
ayat (1) huruf a merupakan kawasan yang digunakan untuk kegiatan ruang kawasan strategis atau rencana detail tata ruang;
permukiman dengan kegiatan utama non pertanian, seperti b. menyediakan jalur evakuasi dan ruang evakuasi bencana; dan
perdagangan, jasa dan industri. c. pemanfaatan ruang kawasan rawan gempa harus
memperhitungkan tingkat resiko.

44 57
c. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan (3) Kawasan permukiman perkotaan diarahkan pada kawasan perkotaan
sebagaimana dimaksud pada huruf a; di kawasan pusat pengembangan sistem perwilayahan dan ibukota
d. melarang pendirian bangunan selain yang dimaksud pada huruf a; kecamatan lainnya.
dan (4) Dalam pengembangan kawasan permukiman perkotaan, harus
e. melarang penanaman flora dan pelepasan satwa yang bukan menyediakan peruntukan lahan perumahan untuk seluruh masyarakat,
merupakan flora dan satwa endemik. berdasarkan kebutuhan dan/atau sesuai ketentuan dalam
(10) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan cagar budaya pembangunan perumahan dan permukiman dengan lingkungan yang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i, disusun untuk : berimbang.
a. pemanfaatan untuk penelitian, pendidikan, dan pariwisata;
b. melarang pendirian bangunan yang tidak sesuai dengan fungsi (5) Kawasan permukiman perdesaan sebagaimana dimaksud pada
kawasan; ayat (1) huruf b merupakan kawasan permukiman yang pada lokasi
c. benda cagar budaya berupa bangunan peninggalan sejarah yang sekitarnya masih didominasi oleh lahan pertanian, tegalan,
harus dikonservasi dan direhabilitasi karena mengalami perkebunan dan pemanfaatan lahan lainnya.
kerusakan; dan (6) Kawasan peruntukan permukiman di Kabupaten Sumba Barat seluas
d. penerapan sistem insentif bagi bangunan yang dilestarikan dan kurang lebih 952 (sembilan ratus lima puluh dua) hektar.
disinsentif bagi bangunan yang mengalami perubahan fungsi.
(11) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan longsor
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf j, disusun untuk : Paragraf 8
a. pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, Kawasan Peruntukan Lainnya
jenis, dan ancaman bencana;
b. mengembalikan fungsi lindung pada hutan lindung melalui sistem Pasal 32
vegetative dengan memperhatikan kaidah konservatif; Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
c. pengendalian pemanfaatan kawasan rawan longsor dilakukan huruf h, berupa kawasan peruntukan pesisir dan Ruang Terbuka Hijau,
dengan mencermati konsistensi antara pemanfaatan ruang meliputi :
dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang a. zona ekosistem kawasan pesisir meliputi kawasan estuaria di
kawasan strategis atau rencana detail tata ruang; Kecamatan Laboya Barat, Kecamatan Wanukaka, Kecamatan Lamboya
d. pemanfaatan kawasan rawan longsor harus memperhitungkan dan Kecamatan Tana Righu.
tingkat kerawanan/tingkat resiko terjadinya longsor dan daya b. zona Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) di Pantai Mambang Desa
dukung lahan/tanah; Wetana Kecamatan Laboya Barat, Pantai Rua Desa Rua Kecamatan
e. melarang kegiatan yang mengganggu fungsi lindung kawasan Wanukaka dan Desa Waihura Kecamatan Wanukaka.
rawan longsor dengan tingkat kerawanan/ tingkat resiko tinggi; c. zona pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Sumba Barat
f. kawasan yang tidak terganggu fungsi lindungnya dapat meliputi : jenis ikan merah, kerapu, tongkol, teri, tengiri dan tuna.
dimanfaatkan untuk lokasi dan evakuasi penduduk; dan
g. pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan
pemantauan ancaman bencana dan kepentingan umum.
56 45
d. zona pengembangan perikanan budidaya meliputi : d. pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan
1. budidaya perikanan air payau yang dikembangkan di Kecamatan penutup tanah untuk melindungi pencemaran dan erosi;
Tana Righu Desa Loko Ry; Kecamatan Laboya Barat di Desa e. melarang menggunakan lahan secara langsung untuk bangunan
Haronakalla; Kecamatan Lamboya di Desa Patiala Bawa; dan yang tidak berhubungan dengan konservasi danau;
Kecamatan Wanukaka di Desa Weihura dan Desa Baliloku. f. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi
2. budidaya rumput laut dikembangkan di Kecamatan Lamboya di taman rekreasi; dan
Desa Patiala Bawa; Kecamatan Laboya Barat di Desa Patila Dete, g. penetapan lebar sempadan sesuai dengan ketentuan peraturan
Desa Harona Kalla, Desa Wetana dan Desa Gaura; Kecamatan perundang-undangan.
Wanukaka di Desa Waihura, Desa Baliloku, Desa Rua, Desa (7) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan mata air
Hobawawi, Desa Waimangoma dan Desa Pahola ; dan Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, disusun untuk :
Tana Righu di Desa Loko Ry. a. perlindungan sekitar mata air dari kegiatan yang menyebabkan
e. zona pengembangan kawasan wisata pesisir, meliputi: alih fungsi lindung dan kerusakan kualitas sumber air;
1. Pantai Marosi dan Pantai Kerewe di Kecamatan Lamboya; b. pembuatan sistem saluran guna pemanfaatan air minum dan
2. Pantai Wanukaka, Pantai Rua, Pantai Nihi Watu, Pantai Lai Liang, irigasi;
Air Terjun Matayangu, Air Terjun Lapopu, dan Danau Bidadari Mau c. pemanfaatan sumber air untuk pariwisata diijinkan selama tidak
Ranni di Kecamatan Wanukaka; mengurangi kualitas tata air;
3. Pantai Harona Kalla dan Pantai Mambang di Kecamatan Laboya d. pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan
Barat; penutup tanah untuk melindungi pencemaran dan erosi;
4. Pantai Bina Natu dan Tebing Manu Kuku di Kecamatan Tana e. melarang menggunakan lahan secara langsung untuk bangunan
Righu; dan yang tidak berhubungan dengan konservasi mata air;
5. Atraksi Pajura di Kecamatan Wanukaka. f. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau; dan
g. melarang kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran mata
f. zona pengembangan Ruang Terbuka Hijau, meliputi : air.
1. Hutan Lindung di kecamatan Tana Righu, Kecamatan Laboya (8) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan taman nasional
Barat, Kecamatan Lamboya dan Kecamatan Wanukaka; perairan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g, disusun untuk :
2. Kawasan Hutan Kota di Kecamatan Kota Waikabubak; a. pemanfaatan ruang untuk penelitian, pendidikan, dan wisata
3. Lapangan upacara di seluruh kecamatan; alam;
4. Lapangan olahraga di seluruh kecamatan; b. melarang kegiatan selain yang dimaksud pada huruf a;
5. Lapangan pacuan kuda di Kecamatan Kota Waikabubak; c. melarang pengambilan biota laut yang dilindungi; dan
6. Lapangan Pasola di kecamatan Wanukaka, Kecamatan Lamboya d. melarang perusakan terumbu karang dan ekosistem perairan laut.
dan Kecamatan Laboya Barat; (9) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan taman nasional
7. Sempadan sungai besar dan sungai kecil seluruh kecamatan; sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h, disusun untuk :
a. pemanfaatan ruang untuk penelitian, pendidikan, dan wisata
alam;
b. melarang kegiatan selain yang dimaksud pada huruf a;

46 55
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan pantai 8. Sempadan Pantai Marosi dan Pantai Kerewe di Kecamatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, disusun dengan Lamboya; Pantai Wanukaka, Pantai Rua, Pantai Nihi Watu, Pantai
memperhatikan: Lai Liang di Kecamatan Wanukaka; pantai Ngedo, Pantai Mambang
a. pada kawasan sempadan yang memiliki fungsi sebagai kawasan di kecamatan Wanukaka;
budidaya seperti : permukiman perkotaan dan perdesaan, 9. Sempadan mata Air Terjun Matayangu, Air Terjun Lapopu di
pariwisata, pelabuhan, serta kawasan lainnya, pengembangannya Kecamatan Wanukaka;
harus sesuai dengan peruntukan lahan yang telah ditentukan 10. Sempadan danau di danau Bidadari Mau Ranni di Kecamatan
dalam rencana tata ruang kawasan pesisir; Wanukaka;
b. bangunan yang boleh ada di sempadan pantai antara lain 11. Kawasan pertanian di seluruh kecamatan;
dermaga, tower penjaga keselamatan pengunjung pantai; dan 12. Kawasan sepanjang jalur hijau kecamatan kota Waikabubak;
c. pemanfaatan ruang untuk kegiatan yang mampu melindungi atau 13. Kawasan Tempat Pemakaman Umum di Kecamatan Kota
memperkuat perlindungan sempadan pantai dari abrasi dan Waikabubak.
infiltrasi air laut ke dalam tanah.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sempadan sungai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, disusun untuk : BAB V
a. mempertahankan sempadan sungai sehingga terhindar dari erosi PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
dan kerusakan kualitas air sungai; Pasal 33
b. pencegahan kegiatan budidaya di sepanjang sungai yang dapat
mengganggu atau merusak kualitas air sungai; (1) Kawasan strategis yang ada di Kabupaten Sumba Barat, terdiri atas:
c. pengendalian terhadap kegiatan yang telah ada di sepanjang a. Kawasan Strategis Nasional (KSN);
sungai agar tidak berkembang lebih jauh; b. Kawasan Strategis Provinsi (KSP); dan
d. melarang pembuangan limbah industri ke sungai; c. Kawasan Strategis Kabupaten (KSK).
e. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;dan (2) Kawasan strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan
f. pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang dalam peta dengan tingkat ketelitian 1 : 50.000 sebagaimana
dimaksudkan untuk pengelolaan dan pemanfaatan batang air. tercantum dalam Lampiran III, yang merupakan bagian tidak
(6) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sempadan danau terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, disusun untuk :
a. perlindungan sekitar danau untuk kegiatan yang menyebabkan
alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas Pasal 34
sumber air; Kawasan Strategis Nasional (KSN) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
b. pelestarian danau beserta seluruh tangkapan air di atasnya; ayat (1) huruf a, meliputi kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan
c. danau yang digunakan untuk pariwisata diijinkan membangun daya dukung lingkungan hidup perairan yaitu pencadangan kawasan
bangunan tertentu selama tidak mengurangi kualitas tata air; konservasi perairan Nasional Laut Sawu dan sekitarnya.

54 47
Pasal 35 k. kawasan rawan banjir;
l. kawasan abrasi;
Kawasan Strategis Provinsi (KSP) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
m. kawasan rawan gempa; dan
ayat (1) huruf b, meliputi :
n. kawasan lindung lainnya.
a. kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya yaitu
Kawasan Wanukaka. (2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan hutan lindung
b. kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, disusun untuk :
lingkungan yaitu kawasan satuan wilayah pesisir dan laut terpadu di a. arahan peraturan zonasi kawasan hutan lindung dilakukan pada
Selat Sumba. kawasan yang ditetapkan fungsi sebagai hutan lindung yang
menjadi kewenangan daerah;
b. pemanfaatan ruang wilayah kabupaten untuk wisata alam tanpa
Pasal 36 merubah bentang alam;
c. pemanfaatan ruang untuk kegiatan budidaya hanya diizinkan bagi
(1) Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) sebagaimana dimaksud dalam permukiman adat dengan luasan tetap/terbatas, tidak mengurangi
Pasal 33 ayat (1) huruf c, meliputi : fungsi lindung kawasan, dan di bawah pengawasan oleh instansi
a. kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi; terkait; dan
b. kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya; dan d. ketentuan pembatasan kegiatan yang berpotensi mengurangi luas
c. kawasan strategis dari sudut fungsi dan daya dukung lingkungan. kawasan hutan dan tutupan vegetasi.
(2) Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi sebagaimana (3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan resapan air
dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi : sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, disusun untuk :
a. kawasan ekonomi cepat tumbuh kota yaitu Perkotaan a. pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kegiatan budidaya tidak
Waikabubak yang merupakan PKWp dan sebagai ibukota terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan
kabupaten. limpasan air hujan;
b. kawasan agropolitan, meliputi : b. penyediaan sumur resapan pada lahan terbangun yang sudah
1. wilayah pengembangan bagian utara di Kecamatan Loli yaitu ada;
Desa Tanarara dan Kecamatan Tana Righu di Desa Kareka c. peningkatan fungsi lindung pada area yang telah mengalami alih
Nduku, berbasis perkebunan (kemiri dan jambu mete) dan fungsi melalui pengembangan vegetasi tegakan tinggi yang
peternakan (ternak sapi, kerbau, kuda, kambing dan babi); mampu memberikan perlindungan terhadap permukaan tanah dan
dan mampu meresapkan air ke dalam tanah;
2. wilayah pengembangan bagian selatan meliputi Kecamatan d. percepatan rehabilitasi lahan yang mengalami kerusakan;
Lamboya yaitu Desa Laboya Bawa, Kecamatan Laboya e. mengoptimalkan fungsi lahan melalui pengembangan hutan;
Barat meliputi Desa Patiala Dete; dan Kecamatan Wanukaka f. meningkatkan kegiatan pariwisata alam; dan
meliputi Desa Taramanu, berbasis perkebunan, peternakan, g. pengolahan tanah secara teknis sehingga kawasan ini
perikanan budidaya dan pariwisata. memberikan kemampuan peresapan air yang lebih tinggi.

48 53
Bagian Kedua c. kawasan pengembangan minapolitan, meliputi :
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi 1. Kecamatan Wanukaka meliputi Desa Waihura; Desa
Baliloku, Desa Pahola, Desa Rua, Desa Hobawawi, Desa
Pasal 40
Hupu Mada, Desa Katiku Loku, Desa Taramanu, Desa
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Praibakul dan Desa Mamodu berbasis perikanan budidaya
Pasal 39 ayat (2) huruf a, digunakan sebagai pedoman bagi dan perikanan tangkap;
pemerintah daerah dalam menyusun peraturan zonasi. 2. Kecamatan Lamboya meliputi Desa Ringu Rara, Desa
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi terdiri atas : Rajaka, Desa Kabukarudi, Desa Laboya Dete, Desa Sodana,
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung; Desa Laboya Bawa, Desa Watu Karere, Desa Welibo dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya; dan Desa Patiala Bawa berbasis rumput laut; dan
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sekitar sistem 3. Kecamatan Laboya Barat meliputi Desa Patiala Dete, Desa
prasarana wilayah. Harona Kalla, Desa Gaura dan Desa Wetana berbasis
perikanan budidaya dan perikanan tangkap.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi dijabarkan lebih lanjut di dalam
Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan d. kawasan pengembangan pariwisata, meliputi :
Daerah ini. 1. Kecamatan Laboya Barat yaitu Pantai Ngedo dan Pantai
Mambang;
2. Kecamatan Lamboya yaitu pengembangan Pantai Marosi,
Paragraf 1 Pantai Lia Madongara dan Pantai Kerewe; dan
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi untuk 3. Kecamatan Wanukaka yaitu pengembangan Pantai Nihi
Kawasan Lindung Watu, Pantai Nyou Rara, Pantai Wanukaka, atraksi Pajura di
Pantai Teitena, Pantai Lai Liang, Air Terjun Lapopu, Pantai
Pasal 41 Rua dan Danau Bidadari Mau Ranni.
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung sebagaimana (3) Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) huruf a, meliputi : dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi :
a. kawasan hutan lindung; a. Kampung Adat Kadengar, Kampung Adat Sodana, Kampung Adat
b. kawasan resapan air; Wora Djawa, Kampung Adat Waru Wora dan Kampung Adat Watu
c. kawasan sempadan pantai; Karere, Kampung Adat Welajung, Kampung Adat Welowa,
d. kawasan sempadan sungai; Kampung Adat Litti, Kampung Adat Deke di Kecamatan Lamboya;
e. kawasan sekitar danau; b. Kampung Adat Malisu, Kampung Adat Tokahale, Kampung Adat
f. kawasan sekitar mata air; Balirama, Kampung Adat Kadoki, Kampung Adat Moto Dawu,
g. kawasan taman nasional perairan; Kampung Adat Pega Rewa, Kampung Adat Patoda Jara,
h. kawasan taman nasional; Kampung Adat Ubu Legera, Kampung Adat Rowa dan Kampung
i. kawasan cagar budaya; Adat Ubu Oleta di Kecamatan Laboya Barat;
j. kawasan rawan longsor;

52 49
c. Kampung Adat Prai Goli, Kampung Adat Wei Wuang, Kampung (2) Pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten dilaksanakan melalui
Adat Wei Wuli, Kampung Adat Lahi Majera - Libu Marou, penyusunan dan pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta
Kampung Adat Ubu Bewi, Kampung Adat Wei Galli, Kampung perkiraan pendanaannya.
Adat Lahi Pangabang, Kampung Adat Wei Kawolu, Kampung (3) Perkiraan pendanaan program pemanfaatan ruang disusun sesuai
Adat Tarona, Kampung Adat Kabba dan Kampung Adat Kadoku dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
di Kecamatan Wanukaka;
d. Kampung Adat Tarung, Kampung Adat Wee Tabara, Kampung
Adat Tabera, Kampung Adat Jagangara, Kampung Adat Prai Pasal 38
Kalembung, Kampung Adat Dessa Elu, Kampung Adat Gella
(1) Program pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37
Koko, Kampung Adat Bodo Ede, Kampung Adat Wee Kalowo dan
ayat (2) disusun berdasarkan indikasi program utama lima tahunan
Kampung Adat Tanarara di Kecamatan Loli;
yang ditetapkan dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak
e. Kampung Adat Prai Ijing, Kampung Adat Prairame, Kampung terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Adat Bodo Maroto, Kampung Adat Gollu, Kampung Adat Paleti (2) Pendanaan program pemanfaatan ruang bersumber dari Anggaran
Lolu, dan Kampung Adat Lete Ngaingona di Kecamatan Kota Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja
Waikabubak; dan Daerah, investasi swasta dan kerja sama pendanaan.
f. Kampung Adat Dikita, Kampung Adat Omba Rade, Kampung Adat (3) Kerja sama pendanaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
Bondo Ede, Kampung Adat Bondo Kaniki dan Kampung Adat peraturan perundang-undangan.
Tarona di Kecamatan Tana Righu.
(4) Kawasan strategis dari sudut fungsi dan daya dukung lingkungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi : kawasan BAB VII
Taman Nasional Manupeu Tana Daru yang terdapat di Kecamatan KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Kota Waikabubak, Kecamatan Loli dan Kecamatan Wanukaka dengan
luas sebesar 1.870 (seribu delapan ratus tujuh puluh) hektar. Bagian Kesatu
Umum
Pasal 39
BAB VI
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH (1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang digunakan sebagai acuan
dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
Pasal 37 kabupaten.
(1) Pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten berpedoman pada rencana (2) Ketentuan umum pemanfaatan ruang terdiri dari:
struktur ruang dan pola ruang. a. ketentuan umum peraturan zonasi;
b. ketentuan perizinan;
c. ketentuan insentif dan disinsentif; dan
d. arahan sanksi.
50 51
BUPATI SUMBA BARAT

PERATURAN BUPATI SUMBA BARAT


NOMOR 6 TAHUN 2012
TENTANG
PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT
NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SUMBA BARAT TAHUN 2012 - 2032

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUMBA BARAT,

Menimbang : a. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Barat


Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2012 - 2032
yang telah ditetapkan oleh Bupati Sumba Barat
tanggal 21 Pebruari 2012 perlu dilaksanakan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Bupati Sumba Barat tentang Pelaksanaan Peraturan
Daerah Kabupaten Sumba Barat Nomor 1 Tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Sumba Barat Tahun 2012 - 2032;

168
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (16) Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia;
2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam
Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara
Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 1655);
3. Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok - pokok Agraria (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2043);
4. Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 44, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3260);
5. Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang
Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3274);
6. Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3419);
7. Undang–Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang
Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3469);

169
8. Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda
Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3470);
9. Undang–Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang
Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478);
10. Undang–Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah
diubah dengan Undang–Undang Nomor 19
Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang–Undang
Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4412);
11. Undang–Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);
12. Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4421);

170
13. Undang–Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Pasal 4
Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal
Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara
diundangkan.
Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
diubah dengan Undang–Undang Nomor 45 Tahun
pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya
2009 tentang Perubahan Atas Undang–Undang
dalam Berita Daerah Kabupaten Sumba Barat.
Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5073); Ditetapkan di Waikabubak
pada tanggal, 21 Pebruari 2012
14. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik BUPATI SUMBA BARAT,
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang JUBILATE PIETER PANDANGO
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844); Diundangkan di Waikabubak
pada tanggal, 24 Pebruari 2012
15. Undang–Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Plt. SEKRETARIS DAERAH
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik KABUPATEN SUMBA BARAT,
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
16. Undang–Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik UMBU DINGU DEDI
Indonesia Nomor 4444);

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT TAHUN 2012 NOMOR 6

171 176
MEMUTUSKAN : 17. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PELAKSANAAN Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA 18. Undang–Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang
RUANG WILAYAH KABUPATEN SUMBA BARAT Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
TAHUN 2012 - 2032 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4746);
Pasal 1
Melaksanakan Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Barat 19. Undang–Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik
Wilayah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2012 - 2032. Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);
20. Undang–Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pasal 2 Pertambangan Mineral dan Batu Bara (Lembaran
Memerintahkan Sekretaris Daerah Kabupaten Sumba Barat Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4,
untuk mengundangkan Peraturan Daerah dimaksud Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Nomor 4959);
Kabupaten Sumba Barat. 21. Undang–Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara
Pasal 3 Republik Indonesia Nomor 4966);
Menugaskan Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan 22. Undang–Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Sekretaris Daerah Kabupaten Sumba Barat dan Asisten Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara
Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Sekretaris Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan
Daerah Kabupaten Sumba Barat untuk mengambil langkah Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025);
koordinasi dan Kepala Badan Pembagunan Daerah
Kabupaten Sumba Barat dan Kepala Dinas Pekerjaan 23. Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Umum, Pertambangan dan Energi Kabupaten Sumba Barat Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
untuk mengambil langkah operasional Peraturan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
dimaksud Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);

175 172
24. Undang–Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang 30. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48,
Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Indonesia Nomor 5068); Nomor 4833);
25. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang 31. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21 Tambahan
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
Indonesia Nomor 5234); 32. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang
26. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam
Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan
Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);
Indonesia Nomor 3934); 33. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur
27. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Kepelabuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur
Tahun 2001 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Tahun 2010 – 2030 (Lembaran Daerah Provinsi Nusa
Republik Indonesia Nomor 4145); Tenggara Timur Tahun 2011 Nomor 02, Tambahan
28. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur
Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 0045);
Tahun 2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara 34. Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Barat Nomor 8
Republik Indonesia Nomor 4624); Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang
29. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Menjadi Kewenangan Kabupaten Sumba Barat
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, (Lembaran Daerah Kabupaten Sumba Barat
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Tahun 2008 Nomor 8);
Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik 35. Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Barat Nomor 1
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); Kabupaten Sumba Barat Tahun 2012 - 2032
(Lembaran Daerah Kabupaten Sumba Barat
Tahun 2012 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Sumba Barat Nomor 0040);

173 174
LAMPIRAN I-B PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT
NOMOR : 1 TAHUN 2012
TANGGAL : 21 PEBRUARI 2012
TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN
SUMBA BARAT TAHUN 2012-2032

PENGEMBANGAN RENCANA JARINGAN JALAN LOKAL PRIMER


Ruas jalan lokal primer yang sudah dikembangkan yaitu pengembangan jaringan jalan
kabupaten meliputi ruas dalam Kota Waikabubak, Kalimbu Kuni - Lahi Kaninu, Lapale -
Praigaga II, Kalimbu Kuni - Togoletena, Tebara - Lete Kamugila, Gallimara - Gollu
Lowo, Gollu Wino - Ida Bonu, Bali Kalebu - Praigaga II, Puu Rita - Watu Kaboko, Gollu
Uwe - Sobarade, Gollu Pedi - Kotakawatu, Paledi - Daduka, Gollu Kei - Puuweri, Ponu
Ngaba - Wanokaza, Puu Naga - Mata Piawu, Palangata - Lokoduka, Sobawawi -
Weekarou, Tawiana - Ngadu Loda, Kuru Tepe - Mata Kaito, Gollu Loloka - Lomana
Padaka, Gollu Loloka -Sobarade, Kabata Lokona - Karara, Doka Kaka - Bali Ledo, Doka
Kaka - Tarobo, Weekabete - Tabera, Palaka Wewewa - Bali Ledo, Weekarou - Sodana,
Kalebu Jaga - BTN, Kalebu Jaga - Manuawawi, Bondo Tera - Kuru Tepe, Keretana -
BTN, Bali Kalebu - Praigaga II, Puu Rota - Labariri, Tamalijak - Labariri, Mata Wee
Pasaingo -Pangadu Rade, Lahi Huruk - Lahi Kaninu, Lahi Huruk - Praikareri, Lahi
Huruk -Pogu Katoda, Katikuloku - Hobajangi, Hupumada - Lahona, Manuwolu -
Praikarara, ruas Kabba - Kapaka, Mamodu - Pahola, ruas Prairuata – Praipaleti, Mahu –
Meoda, Padede Watu – Rua, Wanukaka – Rua, Rua – Hobawawi, Padede Watu - Ngihi
Watu, Tana Mali - Ngadu Ngape, Kabukarudi - Ngadu Loda, Ngadu Loda – Subaka,
Weekarou – Weelena, Kabukarudi - Hangu Kapu, Sp. Patiala – Marosi, Sp. Ngihiwatu –
Palamoko, Rajaka – Tailelu, Kadenger – Palamoko, Panoka – Mambang, Pegawera –
Ngedo, Gaura – Rita, Hobatete - Tanjung Pasola Gaura, Waibangga – Ombakareke,
Ombakareke – Lokory, Kareka Nduku – Wanokaza, Malata - Loko Kalada, Malata -
Ngadu Pada, Ngadu Pada – Manukuku, Malata - Bondo Boghila, Wee Patola – Lokory,
Wee Patola - Wee Tame, Zalakadu – Manukuku dan Lolowano - Wee Tame

BUPATI SUMBA BARAT,

Cap ttd

JUBILATE PIETER PANDANGO

100
98
LAMPIRAN I-B PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT
NOMOR : 1 TAHUN 2012
TANGGAL : 21 PEBRUARI 2012
TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN
SUMBA BARAT TAHUN 2012-2032

PENGEMBANGAN DAERAH IRIGASI KEWENANGAN WILAYAH KABUPATEN

A. KECAMATAN WANUKAKA :
1. D.I Praikareri seluas kurang lebih 40 (empat puluh) hektar;
2. D.I Rua seluas kurang lebih 40 (empat puluh) hektar;
3. D.I Aaloku seluas kurang lebih 30 (tiga puluh) hektar;
4. D.I Engu Watu seluas kurang lebih 45 (empat puluh lima) hektar;
5. D.I Weibakul seluas kurang lebih 50 (lima puluh) hektar;
6. D.I Lola Bakul seluas kurang lebih 100 (seratus) hektar;
7. D.I Weimareki seluas kurang lebih 50 (lima puluh) hektar
8. D.I Koka seluas kurang lebih 35 (tiga puluh lima) hektar;
9. D.I Labere seluas kurang lebih 30 (tiga puluh) hektar;
10. D.I Pingi Tera seluas kurang lebih 30 (tiga puluh) hektar;
11. D.I Ubu Jara seluas kurang lebih 25 (dua puluh lima) hektar;
12. D.I Weihuhi seluas kurang lebih 90 (sembilan puluh) hektar;
13. D.I Mawu Lodung seluas kurang lebih 40 (empat puluh) hektar;
14. D.I Hupak seluas kurang lebih 45 (empat puluh lima) hektar;
15. D.I Lamiana seluas kurang lebih 60 (enam puluh) hektar;
16. D.I Weimangoma seluas kurang lebih 10 (sepuluh) hektar.

B. KECAMATAN LAMBOYA :
1. D.I Lamboya seluas kurang lebih 150 (seratus lima puluh) hektar;
2. D.I Kandengara seluas kurang lebih 80 (delapan puluh) hektar;
3. D.I Kabu Karudi seluas kurang lebih 40 (empat puluh) hektar;
4. D.I Kadiwatu seluas kurang lebih 100 (seratus) hektar;
5. D.I Gollu Wawi seluas kurang lebih 25 (dua puluh lima) hektar;
6. D.I Tailelu seluas kurang lebih 70 (tujuh puluh) hektar;
7. D.I Loku Layi seluas kurang lebih 35 (tiga puluh lima) hektar;
8. D.I Werede seluas kurang lebih 35 (tiga puluh lima) hektar;
9. D.I Mata Bulla seluas kurang lebih 20 (tiga puluh lima) hektar;

101
98
10. D.I Dangu Lihu seluas kurang lebih 45 (empat puluh lima) hektar;
11. D.I Wewunta seluas kurang lebih 80 (delapan puluh) hektar;
12. D.I Panangi Rade seluas kurang lebih 30 (tiga puluh) hektar;
13. D.I Puu Kabbo seluas kurang lebih 25 (dua puluh lima) hektar.

C. KECAMATAN LABOYA BARAT:


1. D.I Kalowo Banta seluas kurang lebih 20 (dua puluh) hektar;
2. D.I Mata Rau seluas kurang lebih 25 (dua puluh lima) hektar;
3. D.I Bahi Jala seluas kurang lebih 50 (lima puluh) hektar;
4. D.I Weluri Kalla seluas kurang lebih 40 (empat puluh) hektar;
5. D.I Tabakakalla seluas kurang lebih 50 (lima puluh) hektar;
6. D.I Libu Tena seluas kurang lebih 30 (tiga puluh) hektar;
7. D.I Libu Laka seluas kurang lebih 50 (lima puluh) hektar.

D. KECAMATAN KOTA WAIKABUBAK:


1. D.I Waimananga seluas kurang lebih 25 (dua puluh lima) hektar;
2. D.I Kere Loko seluas kurang lebih 50 (lima puluh) hektar;
3. D.I Pakenga seluas kurang lebih 35 (tiga puluh lima) hektar;
4. D.I Ngadu Bonnu seluas kurang lebih 20 (dua puluh) hektar;
5. D.I Lokoroda seluas kurang lebih 15 (lima belas) hektar;
6. D.I Wee Wiruka seluas kurang lebih 20(dua puluh) hektar;
7. D.I Libudana seluas kurang lebih 150 (seratus lima puluh) hektar;
8. D.I Mata Loko seluas kurang lebih 15 (lima belas) hektar;
9. D.I Pangadu Rade seluas kurang lebih 50 (lima puluh) hektar.

E. KECAMATAN LOLI:
1. D.I Tombu seluas kurang lebih 60 (enam puluh) hektar;
2. D.I Baliledo seluas kurang lebih 200 (dua ratus) hektar;
3. D.I Weepanapi seluas kurang lebih 233 (dua ratus tiga puluh tiga) hektar;
4. D.I Kurutepe seluas kurang lebih 260 (dua ratus enam puluh) hektar;
5. D.I Labariri seluas kurang lebih 135 (seratus tiga puluh lima) hektar;
6. D.I Balibapa seluas kurang lebih 40 (empat puluh) hektar;
7. D.I Weelagate seluas kurang lebih 40 (empat puluh) hektar;
8. D.I Ubu Pede seluas kurang lebih 150 (seratus lima puluh) hektar;
9. D.I Matawee Pasaingo seluas kurang lebih 100 (seratus) hektar;
10. D.I Kametimada seluas kurang lebih 80 (delapan puluh) hektar;

102
98
11. D.I Kayaka Wawi, seluas kurang lebih 40 (empat puluh) hektar;
12. D.I Wee Wodo seluas kurang lebih 90 (sembilan puluh) hektar;
13. D.I Puu Kabala seluas kurang lebih 35 (tiga puluh lima) hektar;
14. D.I Weekaneke seluas kurang lebih 40 (empat puluh) hektar;
15. D.I Weelibu seluas kurang lebih 60 (enam puluh) hektar;
16. D.I Weelerika seluas kurang lebih 80 (delapan puluh) hektar;
17. D.I Matapawu seluas kurang lebih 80 (delapan puluh) hektar;
18. D.I Weemandora seluas kurang lebih 40 (empat puluh) hektar;
19. D.I Tabakanangedo seluas kurang lebih 40 (empat puluh) hektar;
20. D.I Modu seluas kurang lebih 20 (dua puluh) hektar;
21. D.I Bodo Tera seluas kurang lebih 30 (tiga puluh) hektar;
22. D.I Taramos seluas kurang lebih 60 (enam puluh) hektar;
23. D.I Loko Duka seluas kurang lebih 60 (enam puluh) hektar.

F. KECAMATAN TANARIGHU:
1. D.I Kori Manukaka seluas kurang lebih 15 (lima belas) hektar;
2. D.I Wee Malata seluas kurang lebih 25 (dua puluh lima) hektar;
3. D.I Weekasi seluas kurang lebih 20 (dua puluh) hektar;
4. D.I Daduka seluas kurang lebih 20 (dua puluh) hektar;
5. D.I Wangge seluas kurang lebih 20 (dua puluh) hektar;
6. D.I Weetame Lolowano seluas kurang lebih 30 (tiga puluh) hektar;

BUPATI SUMBA BARAT,

Cap ttd

JUBILATE PIETER PANDANGO

103
98
LAMPIRAN IV PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT
NOMOR : 1 TAHUN 2012
TANGGAL : 21 PEBRUARI 2012
TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUMBA BARAT TAHUN 2012-2032

TABEL
INDIKASI PROGRAM

Waktu Pelaksanaan
N Sumber Instansi RPJM – 1 RPJM – 2 RPJM – 3 RPJM – 4
Program Utama Kegiatan Lokasi Besaran
o Dana Pelaksana (2011-2012) (2016- (2021- (2021-
1 2 3 4 5 2020) 2025) 2025)
A
1. Perwujudan Pusat Kegiatan Perkotaan
Pengembangan  Pengembangan  PPWp : - APBD Bappeda
Pusat Kegiatan Perkotaan sebagai Perkotaan Kota Kab.
Perkotaan Pusat Kegiatan Waikabubak.
Wilayah promosi,  PKLp :
Pusat Kegiatan Lokal Perkotaan
promosi (PKLp); Kabukarudi;
Pusat Pelayanan  PPLp :
Kawasan (PPK); Perkotaan
Pusat Pelayanan Dokakaka,
Lingkungan (PPL) Perkotaan
Gaura,
Perkotaan
Taramanu dan
Perkotaan
Malata.

106
98
 PPL : Desa - APBD Bappeda
Tana Rara, Kab.
Desa Beradolu,
Desa Watu
Karere, Desa
Laboya Dete,
Desa Mamodu,
Desa Weihura,
Desa Patiala
Dete, Desa
Wetana, Desa
Wee Patola, &
Desa Kareka
Nduku.
 Mempercepat  Perkotaan - APBD Bappeda
pengambangan Lamboya Kab.
perkotaan
 Peningkatan  Seluruh APBD
ketersediaan prasarana kecamatan Kab.
dan sarana pendidikan
dan kesehatan untuk
meningkatkan akses
masyarakat terhadap
pendidikan dan
kesehatan yang
bermutu

107
98
 Pembangunan  Perkotaan - APBD Bappeda, Dinas
prasarana sosial- Laboya Barat, Kab. PU Tamben,
ekonomi untuk Perkotaan Diskoperindag,
mendorong Wanukaka dan Disnakertrans,
pengembangan Perkotaan Tana Dinkes.
perkotaan sesuai Righu.
dengan fungsi masing-
masing kawasan.
 Pengembangan /  Perkotaan Kota - APBD Bappeda, Dinkes,
Peningkatan Rumah Waikabubak & Kab. RSUD.
Sakit Perkotaan Loli
 Pembangunan,  Perkotaan - APBD Bappeda, Dinkes,
Pengembangan dan Laboya Barat; Kab. RSUD Ekapata.
Perbaikan Puskesmas Perkotaan
Rawat Inap, Lamboya;
Puskesmas Pembantu, Perkotaan
Poliklinik, Posyandu Wanukaka dan
dan Prasarana Perkotaan Tana
Kesehatan Lainnya; Righu
 Pembangunan,  Seluruh - APBD Bappeda, Dinas
Pengembangan dan Kecamatan Kab. PPKD,
Perbaikan pasar Diskoperindag,
umum. Dinas PU
Tamben.
 Pembangunan,  Seluruh - APBD Bappeda, Dinas
Pengembangan dan Kecamatan Kab. Pendidikan
Perbaikan Fasilitas Pemuda dan
Pendidikan Olahraga, Dinas
PU Tamben.

108
98
Perwujudan  Penyusunan Dokumen  Perkotaan di - APBD Bappeda
penataan ruang Rencana Tata Ruang Kabupaten Kab.
kawasan Kawasan Perkotaan Sumba Barat
perkotaan yang belum
mempunyai Rencana
Detail
 Penyusunan Dokumen  Perkotaan di - APBD Bappeda
Penataan Zonasi pada Kabupaten Kab.
kawasan perkotaan Sumba Barat
yang sudah
mempunyai Rencana
Detail Tata Ruang
 Pemetaan dan  Wilayah - APBD Bappeda dan
Pengukuran Tanah Kabupaten Kab. Bagian Tata
Sumba Barat Pemerintahan
SETDA
 Penyusunan Informasi  Wilayah - APBD Bappeda dan
Kepemilikan Tanah Kabupaten Kab. Bagian Tata
Sumba Barat Pemerintahan
SETDA
 Penyusunan Data Base  Wilayah - APBD Bappeda, Tata
profil desa/kelurahan, Kabupaten Kab. Pemerintahan &
kecamatan dan Sumba Barat Bagian
kabupaten Pemerintahan
Desa/Kelurahan
SETDA
 Pemantauan,  Wilayah - APBD Bappeda,
Pemetaan dan Kabupaten Kab. Sekretariatan
Pendataan Kawasan Sumba Barat Bencana Alam
Kritis Daerah SETDA

109
98
 Pengawasan dan  Wilayah - APBD Bappeda, BLH
Pengendalian Dampak Kabupaten Kab.
Lingkungan Hidup; dan Sumba Barat
penyusunan sistem
informasi lingkungan
hidup
 Pemantapan  Wilayah - APBD Bappeda, Dinas
Kelembagaan Kabupaten Kab. PU Tamben dan
Pengendalian Tata Sumba Barat Badan Lingkungan
ruang dan Lingkungan Hidup (BLH)
Hidup
 Pengendalian dan  Wilayah - APBD Bappeda, Dinas
Pengawasan IMB Kabupaten Kab. PU Tamben,
Sumba Barat Bagian
Pembangunan.
 Penyusunan Rencana  Wilayah - APBD Bappeda dan
Induk Pengembangan Kabupaten Kab. Dinas Kesehatan
Layanan Kesehatan Sumba Barat
 Pegadaan,  Wilayah - APBD Bappeda dan
peningkatan dan Kabupaten Kab. Dinas Kesehatan
perbaikan sarana dan Sumba Barat
prasaran
Puskesmas/Puskesma
s pembantu dan
jaringannya

110
98
2. Perwujudan Sistem Prasarana
2.1 Pengembangan Sistem Prasarana Utama
2.1.1 Pengembangan Sistem Transportasi Darat
Rencana  Pengembangan Jaringan  Waikabubak - - APBD Bappeda, Dinas
Pengembanan jalan kolektor primer I Waitabula (KM Kab, PU Tamben,
Jalan 136 - KM 142) APBD DishubKom
 Waikabubak - Prov,
Batas Sumba APBN
Timur (KM 127
- KM 136)
 Jalan
Sudirman
(Waikabubak)
 Pengembangan jaringan  Waikabubak - - APBD Bappeda, Dinas
jalan Kolektor primer II Mamboro Prov; PU Tamben,
 Waikabubak – dan Dishubkom
Padedeweri APBD
 Padedeweri – Kab
Wanukaka
 Padedeweri –
Patiala
 Patiala-Gaura
 Gaura -
Bondokodi
 Pengembangan jaringan  Ruas jalan - APBD Bappeda, Dinas
jalan lokal primer lokal primer Kab PU Tamben,
yang sudah Dishubkom
dikembangkan

111
98
 Pengembangan jalan Cendana - - APBD Bappeda, Dinas
lingkar luar kota Ubupede - Kab PU Tamben,
Puuweri Dishubkom
 Pengembangan jalur Kalimbu Kuni– - APBD Bappeda, Dinas
lingkar selatan Tebara–Lapale- Kab PU Tamben,
Dedekadu- Dishubkom
Lodapare-
Weedabbo -
Adyaksa.
Rencana  Peningkatan kuantitas Seluruh APBD
pengembangan dan kualitas jaringan kecamatan Kab.
sarana dan infrastruktur transportasi
prasarana yang handal dan
transportasi terintegrasi
 Pengembangan sarana Seluruh APBD
dan prasarana kecamatan Kab.
transportasi diarahkan
untuk mendukung
perekonomian
 Pemindahan lokasi  Kelurahan - APBD Bappeda, Dinas
terminal tipe B Diratana Kec. Kab PU Tamben,
Loli Dishubkom

112
98
 Rencana Terminal  Kelurahan
tipe C Weekarou
Kec. Loli
 Desa Beradolu
Kec. Loli
 Desa Gaura
Kec. Laboya
Barat
 Desa
Kabukarudi
Kec. Lamboya
 Desa Malata
Kec. Tana
Righu
 Desa Weihura
Kec.
Wanukaka
 Rencana Pengembangan  Jalur kearah - APB Dinas PU,
trayek angkutan umum utara meliputi : Kab Dishubkom,
lintas kabupaten Waikabubak- Bappeda
Tanarara-
Weeluri-
Mamboro
 Jalur kearah
timur meliputi :
Waikabubak-
Waibakul-
Langgaliru-
Waingapu

113
98
 Jalur kearah
barat meliputi :
Waikabubak-
Waitabula-
Waikelo
 jalur kearah
utara meliputi
Waikabubak –
Dokakakaka –
Lingulango –
Malata dan
Waikabubak –
Dokakakaka –
Weepatola –
Manakuku –
Lolowano; dan
 Rencana rute dalam  jalur kearah
kabupaten selatan
meliputi
Waikabubak –
Praibakul –
Waihura,
Waikabubak –
Praibakul –
Taramanu –
Katikuloku –
Hupumada ,
Waikabubak –
Praibakul –
Mamodu –
Rua dan
Waikabubak –

114
98
Praibakul –
Mamodu –
Rajaka –
Kabukarudi –
Gaura.

 Pusat kota-
Puuweri-
Beradolu
 Pusat kota-
RSUD/Km.3
 Pusat kota-
Weekarou
 Pusat kota-
Panggadurade

 Rencana pengembangan
trayek angkutan umum
dalam kabupaten
 Pegadaan sarana dan  Seluruh - APBD Dinas PU,
prasarana transportasi kecamatan Kab Dishubkom,
antar Desa di Daerah Bappeda
tertinggal
2.1.2 Pengembangan Sistem Transportasi Laut
 Rencana pengembangan  Desa Loko Ry - APBD Bappeda, Dinas
pelabuhan pengumpan Kecamatan Kab PU, Dinas
Tana Righu Perhubungan
dan Komunikasi

115
98
2.2 Pengembangan Sistem Prasarana Lainnya
2.2.1 Pengembangan Sistem Jaringan Energi
 Pengembangan Jaringan  Kecamatan - APBD Bappeda, Dinas
Pembangkit Listrik Lamboya, Kab PU Tamben,
Tenaga Disel (PLTD) Kecamatan PLN
Kota
Waikabubak,
dan
Kecamatan
Tana Righu
 Pembangunan energi - APBD Bappeda, Dinas
listrik berupa NF2 (Non Kab PU Tamben,
Fosil Fuel) atau non PLN
listrik vahan bakar
minyak (BBM) meliputi
 PLTA Kecamatan

 PLTB Wanukaka
 PLTS  Seluruh
kecamatan
 Seluruh
kecamatan
 Meningkatkan kuantitas Seluruh APBD
dan kualitas prasarana kecamatan Kab.
dan sarana pelistrikan
yang memadai bagi
rumah tangga di
pedesaan dan perkotaan

116
98
 Peningkatan prasarana Seluruh APBD
dan sarana kelistrikan kecamatan Kab.
(energi) untuk
mendukung
pengembangan kegiatan
ekonomi masyarakat
terutama kegiatan
ekonomi non pertanian
 Peningkatan pelayanan  Seluruh - APBD Dinas PU
kelistrikan untuk melayani kecamatan Kab Tamben, PLN,
pusat-pusat agropolitan, Bappeda,
minapolitan, agroindustri Ditanbun, DKP,
dan ekowisata Disbudpar
 Pembinaan dan  Wilayah - APBD Bappeda, Dinas
pengembangan Kabupaten Kab PU Tamben,
pemanfaatan sumber Sumba Barat PLN
daya energi
 Peningkatan layanan  Wilayah - APBD Bappeda, Dinas
listrik perdesaan Kabupaten Kab PU Tamben,
Sumba Barat PLN
 Penelitian dan  Wilayah - APBD Bappeda, Dinas
pengembangan sumber Kabupaten Kab PU Tamben,
energi listrik alternatif Sumba Barat PLN
 Pengembangan jaringan  Wilayah - APBD Bappeda, Dinas
listrik baru untuk wilayah- Kabupaten Kab PU Tamben,
wilayah hunian yang Sumba Barat PLN
belum terlayani fasilitas
listrik

117
98
 Peningkatan infrastruktur  Wilayah - APBD Dinas PU
pendukung termasuk Kabupaten Kab Tamben, PLN
komputerisasi sistem Sumba Barat
administrasi pelayanan
pelanggan
2.2.2 Pengembangan Sistem Jaringan Telekomunikasi
 Pembangunan jaringan  Wilayah - APBD Bappeda, Dinas
telekomunikasi Kabupaten Kab PU Tamben,
Sumba Barat Telkom, Swasta
 Penataan dan  Wilayah - APBD Bappeda, Dinas
Penyusunan Pedoman Kabupaten Kab PU Tamben,
Sistem Jaringan Sumba Barat Telkom, Swasta
Telekomunikasi
 Pengembangan  Seluruh - APBD Dinas PU
Telekomunikasi yaitu kecamatan Kab Tamben,
dengan Penyediaan Telkom, Swasta
tower BTS (Base
Transceiver Station)
secara bersama.
 Peningkatan jumlah,  Wilayah - APBD Dinas PU
mutu dan jangkauan Kabupaten Kab Tamben,
pelayanan komunikasi Sumba Barat Telkom,
serta kemudahan Bappeda,
mendapatkannya yang Ditanbun,
diprioritaskan untuk Disbudpar, DKP
mendukung
pengembangan
pertanian, agroindustri
dan ekowisata

118
98
 Optimalisasi prasarana  Wilayah - APBD Dinas PU
dan sarana perhubungan Kabupaten Kab Tamben,
komunikasi dan Sumba Barat Telkom,
informatika Bappeda,
Ditanbun,
Disbudpar, DKP
 Meningkatkan kuantitas  Seluruh APBD
dan kualitas tersediannya kecamatan Kab.
jaringan telekomunikasi
yang memadai
 Peningkatan jaringan  Seluruh APBD
telekomunikasi yang kecamatan Kab.
memadai untuk
meningkatkan akses
masyarakat akan
informasi dan saran
telekomunikasi
2.2.3 Pengembangan Sistem Jaringan Sumber Daya Air
 Survey dan Pemetaan  Wilayah - APBD Bappeda, Dinas
Sumber Air Kabupaten Kab PU Tamben
 Pemanfaatan sistem  DAS Lokory; - APBD Bappeda, Dinas
wilayah sungai adalah  DAS Baliledo; Prov PU Tamben &
WS dengan Daerah  DAS Baliloku; dan Pemerintah
Aliran Sungai (DAS)  DAS Labariri; APDB Provinsi
 DAS Waihura; Kab
 DAS Pahola;
 DAS Hobawawi;
 DAS Ringurara;

119
98
 DAS Kadenger; - APBD Bappeda, Dinas
 DAS Lamboya Prov PU Tamben &
Bawah; dan Pemerintah
 DAS Patiala APDB Provinsi
Bawa; Kab
 DAS Patiala
Date;
 DAS Gaura;
 DAS Wee Tana,
dan
 DAS Polapare.
 Penyusunan Rencana  Wilayah - APDB Bappeda, Dinas
Teknis Pemanfaatan Kabupaten Kab PU Tamben
dan Pemeliharaan
Sumber Air
 Pembangunan dan  Wilayah - APDB Dinas PU
pemeliharaan irigasi Kabupaten Kab Tamben
 Pemanfaatan D.I  D.I Wanukaka 1.500 APBD Bappeda, Dinas
Kewenangan Provinsi Ha Prov dan PU Tamben &
APDB Pemerintah
Kab Provinsi
 Pelayanan air bersih  mata air
dengan mata air Katibaluji di
Desa Gaura Kec.
Laboya Barat;
 mata air Laboya
di Desa Laboya
Bawa Kec.
Lamboya;

120
98
 mata air
Kabukarudi di
Desa Kabukaru
Kec.Lamboya;
 mata air Weelibo
di Desa Weelibo
Kec. Lamboya;
 mata air Lapopu
di Desa
Hupumada Kec.
Wanukaka;
 mata air
Maulauky di
Desa Praibakul
Kec. Wanukaka;
 mata air
Lokoroda di
Desa Kalibukini
Kec. Kota
Waikabubak;
 mata air Wee
Pakoda di Desa
Kodaka Kec.
Kota
Waikabubak;
 mata air
Umbalingho di
Desa Kareka
Nduku Kec.
Tana Righu;

121
98
 mata air Wangge Desa
Lokory Kec. Tana Righu;
 mata air Weekabete di
Desa Dokakakaka Kec.
Loli;
 mata air Tramos di Desa
Baliledo Kec. Loli; dan
 mata air Weekanuru di
Desa Weekarou
Kecamatan Loli.
 Pemanfaatan D.I  D.I Rua; 3.518 APDB Bappeda, Dinas
Kewenangan  D.I Lamboya; Kab PU Tamben
Kabupaten  D.I Kandenger;
 D.I Tombu;
 D.I Baliledo;
 D.I Weepanapi;
 D.I Kuritepe;
 D.I Labareri;
 D.I Balibapa;
 D.I Weelagate;
 D.I Ubu Pede;
 D.I Matawai Pasaingo;
 D.I Kametimada;
 D.I Kayaka Wawi;
 D.I Wee Wodo;
 D.I Puu Kabala;
 D.I Weekaneke;
 D.I Weelibu;
 D.I Weelerika;
 D.I Matapau;

122
98
 D.I Weemandora;
 D.I Tabakanangedo
 D.I Ngadu Bonnu;
 D.I Modu;
 D.I Lakuroda;
 D.I Wai Wiruka;
 D.I Bondo Tera;
 D.I Waihuhi;
 D.I Waibakul;
 D.I Labere;
 D.I Praikareri;
 D.I Pingi Tera;
 D.I Ubu Jara;
 D.I Waihura;
 D.I Kabu Karudi;
 D.I Kadiwatu;
 D.I Gollu Wawi;
 D.I Tailelu;
 D.I Loku Layi;
 D.I Weerede;
 D.I Mata Bulla;
 D.I Dangu Lihu;
 D.I Weeluri Kala;
 D.I Weewunta;
 D.I Kalowo Banta;
 D.I Mata Rau;
 D.I Panangi Rede;
 D.I Engu Watu;
 D.I Lola Bakul;

123
98
 D.I Koka;
 D.I Waimangoma;
 D.I Waimananga;
 D.I Kere Loko;
 D.I Pakenga;
 D.I Daduka;
 D.I Kori Manukaka;
 D.I Mata Loko;
 D.I Loko Duka ; dan
 D.I Waimareki.
 Pengembangan Sungai Polapare - APBD Dinas PU
sumberdaya air Kab Tamben, PDAM
lintas kabupaten
 Mengurangi tingkat Seluruh kecamatan - APBD Dinas PU
kebocoran pipa air Kab Tamben, PDAM
bersih dan
menambah jaringan
pipa pada kawasan
perumahan dan
permukiman
 Pelayanan air bersih Seluruh kecamatan
menggunakan mata
air
 Sistem pengendalian - APBD Dinas PU
banjir dengan Kab Tamben, PDAM
pembuatan: Semua kecamatan
a. embung dan
b. terasering

124
98
2.2.4 Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Lingkungan
 Penyusunan Master Plan Kawasan - APBD Bappeda, Dinas
Persampahan Perkotaan Kab PU Tamben, BLH
 Pembangunan TPA Kelurahan
Lodapare
Kec. Loli
 Pembangunan sarana dan Diseluruh - APBD Bappeda, Dinas
prasarana sampah berupa kecamatan Kab PU Tamben, BLH
TPST
 Pembangan hidran umum Seluruh - APBD Bappeda, Dinas
dan hydra kebakaran kecamatan Kab PU Tamben, BLH
 Peningkatan aksesbilitas Seluruh - APBD Bappeda, Dinas
masyarakat terhadap air kecamatan Kab PU Tamben, BLH
minum
 Pengembangan sistem Seluruh - APBD Dinas PU
sambungan langsung dari Kecamatan Kab Tamben, BLH,
PDAM PDAM
 Penyediaan air dengan Seluruh - APBD Dinas PU
swadaya murni dari kecamatan Kab Tamben, BLH,
masyarakat menggunakan PDAM
sumur bor dan sumur gali
 Pelayanan air minum dengan Seluruh - APBD Dinas PU
menggunakan mata air kecamatan Kab Tamben, BLH,
PDAM
 Pembangunan dan Seluruh - APBD Dinas PU
pengembangan sistem kecamatan Kab Tamben, BLH,
drainase primer dan sekunder PDAM
 Peningkatan kuntitas dan Seluruh APBD
kualitas prasarana dan kecamatan Kab.
sarana air bersih dan sanitasi

125
98
 Peningkatan kuantitas Seluruh APBD
dan kualitas kebutuhan kecamatan Kab.
prasarana dan sarana air
bersih bagi rumah
tangga di perkotaan &
perdesaan
2.2.5 Sistem Jalur Evakuasi Bencana
 Rawan longsor  Kec. - APBD Bappeda, Dinas
Wanukaka; Kab PU Tamben, BLH
 Kec. Laboya
Barat;
 Kec. Lamboya;
 Kec. Loli
 Kec. Kota
Waikabubak
 Rawan Banjir  Kec. Lamboya - APBD Bappeda, Dinas
 Kec. Kab PU Tamben, BLH
Wanukaka;
 Kec. Loli;
 Kec. Kota
Waikabubak
 Rawan gempa Seluruh - APBD Bappeda, Dinas
kecamatan Kab PU Tamben, BLH

126
B PERWUJUDAN POLA RUANG
Perwujudan Kawasan Lindung
1.1.1 Kawasan  Pemantapan Batas  Kec. Tana 2.754 Ha APBD Bappeda, Dinas
Hutan Kawasan hutan Ringhu Kab Pertanian dan
Lindung lindung  Kec Loli Perkebunan,
 Kec. Laboya dan Dinas
Barat Kehutanan,
 Kec. Lamboya
 Kec. Wanukaka
1.1.2 Kawasan yang  Pemantapan batas Seluruh 6.250 Ha APBD Bappeda, BLH
member kawasan resapan kecamatan Kab
perlindungan air
setempat
1.1.3 Kawasan  Sempadan Pantai Kec. Laboya 625 Ha APBD Bappeda,
Perlindungan Barat, Kec. Kab Dinas PU
Setempat Lamboya, Kec. Tamben, DKP,
Wanukaka dan BLH, Bag.
Kec. Tana Righu Pembangunan.
 Sempadan Sungai Kadengar di Kec. 2.969 Ha Bappeda,
Lamboya, Sungai Dinas PU
Loku Bakul di Kec. Tamben,
Wanukaka, Sungai Bagian
Loko Kalada di Pembangunan,
Kec. Loli, dan BLH, Dishut.
Sungai Tabaka
Dana di Kec. Kota
Waikabubak

127
98
 Sekitar danau atau Kec. Lamboya, 112 Ha APBD Bappeda, Dinas
waduk Kec. Wanukaka, Kab PU Tamben,
dan Kec. Laboya Bagian
Barat Pembangunan,
BLH, Dishut.
 Sekitar Mata Air Seluruh 38 Ha APBD Bappeda, Dinas
kecamatan Kab PU Tamben,
Bagian
Pembangunan,
BLH, Dishut.
1.1.4 Kawasan Suaka  Kawasan Pencadangan - APBD Bappeda, Dinas
Alam dan Cagar konservasi kawasan Nasiona PU
Budaya perairan Nasional konservasi l APBD
Laut perairan Nasional Kab
Laut Sawu yang
terletak di
perairaan sebelah
utara di Kabupaten
Sumba Barat.
 Kawasan Taman Kecamatan Kota 1.870 Ha APBD BTMN MP-TD,
Nasional Hutan Waikabubak & Kab Bappeda,
Manupeu Kec. Wanukaka Dinhut. BLH
Tanadaru
 Kawasan Cagar  Kec. Lamboya. - APBD Bappeda,
Budaya  Kec. Wanukaka. Kab Disbudpar, PU
 Kec. Loli. Tamben, BLH,
 Kec. Kota Bagian
Waikabubak. Pembangunan
 Kec. Tana
Righu.

128
98
1.1.5 Kawasan  Konservasi kawasan Wilayah Kabupaten - APBD BPBD,
Rawan rawa bencana Kab Bappeda, Dinas
Bencana PU Tamben,
BLH
 Pengembangan Wilayah Kabupaten - APBD BPBD,
kawasan untuk Kab Bappeda, Dinas
evakuasi bencana PU Tamben,
Kantor
Kecamatan
 Pemberian Wilayah Kabupaten - APBD BPPD,
pengetahuan Kab Bappeda, Dinas
“bencana alam” PU Tamben
kedalam berbagai
instansi dan
lembaga-lembaga di
masyarakat
 Pemberian materi Wilayah Kabupaten - APBD BPPD,
”bencana alam” ke Kab Bappeda, Dinas
dalam silabus mata PPO
pelajaran ”lingkungan
hidup” pada sekolah-
sekolah
1.1.6 Kawasan  Kawasan Taman Kecamatan Loli - APBD Bappeda, Dinas
Lindung lainnya Berburu Kab PU Tamben,
Dinas
Kehutanan,
Disnak

129
98
2 Perwujudan Kawasan Budidaya
2.1 Pengembangan Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
 Pengembangan kawasan Seluruh 10.423 APBD Bappeda, Dinas
peruntukan hutan produksi kecamatan Ha Kab, Pertanian,
APBD Perkebunan, dan
Prop, Dinas Kehutanan,
APBN
 Kawasan peruntukan hutan Kec. Loli,
produksi terbatas Kec. Kota
Waikabubak, dan
Kec. Wanukaka
 Kawasan peruntukan hutan Kec. Loli,
produksi tetap Kecamatan Kota
Waikabubak,
Kec. Lamboya,
Kec. Laboya
Barat dan Kec.
Tana Righu
 Meningkatan upaya-upaya Seluruh - APBD Bappeda, Dinas
pengelolaan & pemanfaatan kecamatan Kab, Pertanian,
sumber daya kehutanan APBD Perkebunan, dan
secara terencana dan Prop, Dinas Kehutanan,
berkelanjutan APBN
 Pembinaan dan Seluruh - APBD
pengembangan hutan kecamatan Kab,
berbasis masyarakat APBD
Prop,
APBN

130
98
 Konservasi dan Rehabilitasi Wilayah - APBD Bappeda, Dinas
Lingkungan hutan yang kabupaten. Kab, Kehutanan, BLH
mengalami degradasi/Kritis APBD
Prop,
APBN
 Optimalisasi Pemanfaatan Wilayah - APBD Dinas Pertanian
Kawasan Hutan bagi Petani kabupaten Kab Perkebunan,
BP3KP, Dinas
Peternakan Dinas
Kehutanan.
 Peningkatan Produksi Hasil Wilayah - APBD Dinas Kehutanan
Hutan Kayu dan Bukan Kayu kabupaten Kab
 Pembangunan kehutanan Seluruh APBD
diupayakan melaui penataan & kecamatan Kab.
pengelolaan hutan secara lestari,
penguasaan hutan & pemanfaatan
hasil hutan serta pengolahan
 Penyusunan Regulasi Wilayah - APBD Bappeda, Dinas
Pemanfaatan, Pengelolaan & kabupaten Kab Kehutanan, Bag.
Konservasi Areal Hutan Pembangunan,
Bagian Hukum
Setda
2.2 Pengembangan Kawasan Peruntukan Pertanian
2.2.1 Pengembangan  Pemantapan kawasan Di seluruh 24.083 APBD Bappeda, Dinas
kawasan lahan pertanian pangan kecamatan Ha Kab, Pertanian dan
peruntukan APBD Perkebunan
tanaman pangan Prop,
APBN

131
98
 Peningkatan Areal Di seluruh - APBD Bappeda, Dinas
Tanaman Pangan dengan kecamatan Kab Pertanian dan
Pembukaan lahan-lahan Perkebunan.
wilayah potensial
 Peningkatan kuantitas dan Seluruh APBD
kualitas jaringan irigasi kecamatan Kab.
untuk berbagai kebutuhan
pertanian
 Pembangunan tanaman Seluruh APBD
pangan diarahkan untuk kecamatan Kab.
swaasembada pangan,
meningkatkan pendapatan,
kesejahteraan, taraf hidup
petani, memperbaiki derajat
mutu konsumsi masyarakat
yang berimbang
 Pengembangan kawasan Di seluruh - APBD Bappeda, Dinas
pertanian lahan kering kecamatan Kab Pertanian dan
Perkebunan.

 Peningkatan Di seluruh - APBD BP3KP, Dinas


peran/revitalisasi KUD dan kecamatan Kab Pertanian,
KOPTAN Perkebunan, dan
Diskopreindag.
 Pengembangan tanaman/ Di seluruh - APBD Bappeda, Dinas
komoditi unggulan tanaman kecamatan Kab Pertanian dan
pangan Perkebunan,
BP3KP
 Pengembangan kawasan Wilayah - APBD Bappeda, BP3KP,
pertanian lahan basah kabupaten Kab Distanbun
/masyarakat

132
98
 Peningkatan kapasitas Wilayah - APBD Bappeda, BP3KP,
produktivitas pertanian kabupaten Kab Distanbun
sustainable /masyarakat
 Peningkatan dan peluang Wilayah - APBD Bappeda, BP3KP,
ekstensifikasi kabupaten Kab Distanbun
/masyarakat
 Mempertahankan irigasi Wilayah - APBD Bappeda, BP3KP,
teknis dan peningkatan kabupaten Kab Distanbun, PU
irigasi sederhana Tamben, Bag.
Pembangunan,
masyarakat
 Peningkatan ketahanan Wilayah - APBD Bappeda, BP3KP,
pangan kabupaten Kab Distanbun, PU
pertanian/perkebunan Tamben, Bag.
Pembangunan,
masyarakat
2.2.2 Pengembangan  Intensifikasi dan Di seluruh 7.185 APBD BP3KP,
kawasan Diversifikasi Tanaman kecamatan Ha Kab Distanbun,
peruntukan Hortikultura. masyarakat
hortikultura
 Pengembangan tanaman/ Di seluruh - APBD BP3KP,
komoditi unggulan tanaman kecamatan Kab Distanbun,
hortikultura Perguruan
tinggi/Peneliti,
Swasta
masyarakat

133
98
 Pembangunan pertanian seluruh APBD
tanaman hortikultura kecamatan Kab.
dalam sistem agribisnis
dengan memanfaatkan
keunggulan komparatif
berupa keanekaragaman
hayati, kesesuaian dan
kualitas lahan dan
ketersediaan tenaga kerja
2.2.3 Pengembangan  Intensifikasi dan Di seluruh 15.374 APBD BP3KP,
kawasan Pengembangan tanaman kecamatan Ha Kab Distanbun, swasta
peruntukan perkebunan masyarakat
Perkebunan
 Penyediaan Bibit unggul Di seluruh - APBD BP3KP,
tanaman perkebunan kecamatan Kab Distanbun,
Swasta,
masyarakat
 Pengembangan tanaman/ Di seluruh - APBD BP3KP,
komoditi unggulan kecamatan Kab Distanbun, Swasta
perkebunan masyarakat
 Pembangunan dan Seluruh APBD
peningkatan produksi kecamatan Kab.
perkebunan dilaksanakan
secara terpadu melalui
agroindustri dan agribisnis

134
98
2.2.4 Pengembangan  Pengembangan kawasan Di seluruh 1.108 APBD Bappeda, Dinas
Kawasan pengembalaan ternak kecamatan Ha Kab Peternakan
Peruntukan
Peternakan
 Pengembangan sentra Di seluruh - APBD Bappeda, Dinas
peternakan kecamatan Kab Peternakan
 Peningkatan Produksi Di seluruh - APBD Dinas Peternakan
Ternak, pengembangan kecamatan Kab
usaha pembibitan ternak,
pakan ternak, teknologi
budidaya ternak, dan
pemberantasan penyakit
 Perluasan Jaringan Diseluruh - APBD Dinas Peternakan,
Pemasaran kecamatan Kab Bappeda,
Diskoperindag
 Penguatan Kelembagaan Diseluruh - APBD Bappeda, Dinas
Ekonomi Peternak kecamatan Kab Peternakan,
BPMD
Diskoperindag
 Pendidikan dan Pelatihan Diseluruh - APBD Dinas
Teknologi dan Manajemen kecamatan Kab Peternakan,
Budidaya & Usaha BPMD
Peternakan
 Pembangunan peternakan Seluruh APBD
dilakukan secara terpadu kecamatan Kab.
dengan pengembangan
industri pakan ternak
dengan harga yang
terjangkau dan diperoleh
untuk masyarakat

135
98
2.3 Pengembangan Kawasan Peruntukan Perikanan
 Pengembangan usaha Laut Sawu, Samudra - APBD Bappeda, Dinas
perikanan tangkap Indonesia dan Selat Kab Kelautan dan
Sumba Perikanan (DKP)
 Pengembangan usaha  Kec. Tana Rigu; APBD Dinas Kelautan
perikanan budidaya air  Kec. Loli; Kab dan Perikanan
tawar  Kec. Kota (DKP), Swasta,
Waikabubak; Masyarkat
 Kec. Wanukaka
 Kec. Lamboya
 Pengembangan usaha  Kec. Tana Righu - APBD Dinas Kelautan
budidaya air payau  Kec. Laboya Barat Kab dan Perikanan
 Kec. Lamboya (DKP), Swasta,
 Kec. Wanukaka Masyarkat
 Pengembangan usaha  Kec. Lamboya - APBD Dinas Kelautan
budidaya laut  Kec. Laboya Barat Kab dan Perikanan
 Kec. Wanukaka (DKP), Swasta,
 Kec. Tana Righu Masyarakat.
 Pengembangan  Kec. Laboya Barat, - APBD Bappeda, Dinas
kawasan minapolitan  Kec. Lamboya dan Kab Kelautan dan
 Kec. Wanukaka Perikanan (DKP)
 Pengembangan  Kec. Laboya Barat, - APBD Bappeda, Dinas
pengolahan ikan  Kec. Lamboya & Kab Kelautan dan
 Kec. Wanukaka Perikanan (DKP),
Swasta,
Masyarakat

136
98
 Pembangunan Seluruh kecamatan APBD
perikanan dilakukan Kab.
melaui peningkatan &
penganekaragaman
produksi,
pengembangan dan
penerapan teknologi
budidaya ikan
 Penyediaan prasarana  pengembangan TPI - APBD Bappeda, Dinas
perikanann berupa yang sudah ada di Kab Kelautan dan
Tempat Pendaratan Pantai Rua Desa Perikanan (DKP),
Ikan (TPI) Rua Kec. Wanukaka, Swasta,
dan Pantai Waihura Masyarakat
Desa Waihura Kec.
Wanukaka; dan
 pembangunan TPI di
rencanakan di Pantai
Mambang Desa
Weetana Kec.
Laboya Barat.
 Pengembangan sarana  Kec. Wanukaka - APBD Bappeda, Dinas
dan prasarana  Kec. Laboya Barat, Kab Kelautan dan
pendukung bidang  Kec. Lamboya dan Perikanan
kelautan & perikanan  Kec. Wanukaka (DKP), Swasta,
Masyarakat

137
98
2.4 Pengembangan Kawasan Peruntukan Pertambangan
 Pengembangan kawasan Seluruh kecamatan - APBD Bappeda, Dinas
pertambangan Kab PU Dan
Pertambangan
dan Energi
 Pengembangan kawaan  Kecamatan Kota
pertambangan batu Waikabubak,
potong  Kec. Loli dan
 Kec. Tana Righu
 Pengembangan kawaan  Kec. Lamboya &
pertambangan pasir kali  Kec. Wanukaka
 Pengembangan situ Seluruh kecamatan
gunung
 Pengembangan batu Seluruh kecamatan
gunung
 Pengukuran, Pemetaan Wilayah Kabupaten - APBD Bappeda, Dinas
dan Pembuatan Basis Kab PU Pertambangan
Data Potensi Tambang & Energi
dan Energi
 Penyusunan Regulasi Wilayah Kabupaten - APBD Bappeda, Dinas
Pengelolaan dan Kab PU Pertambangan
Pemanfaatan Potensi & & Energi, Bagian
Energi Secara Hukum
Berkelanjutan
 Optimalisasi Wilayah Kabupaten - APBD Bappeda, Dinas
Pemanfaatan Sumber Kab PU Pertambangan
Energi bagi Kepentingan & Energi
Masyarakat

138
98
 Pembinaan dan Wilayah - APBD Bappeda, Dinas
Pengembangan Usaha Kabupaten Kab PU
Pertambangan Rakyat Pertambangan &
Energi, BPMD
 Penguatan Kelembagaan Wilayah - APBD Bappeda, Dinas
Masyarakat dalam Kabupaten Kab PU
Pengelolaan & Pertambangan &
Pemanfaatan Potensi Energi, BPMD
Tambang dan Energi
 Pembangunan Infrastruktur Wilayah Kabupaten - APBD Bappeda, Dinas
Penunjang Pengelolaan Kab PU
dan Pemanfaatan Potensi Pertambangan &
Tambang dan Energi Energi
 Pemantauan, Pengawasan Wilayah Kabupaten - APBD Dinas PU
& Evaluasi Pengelolaan Kab Pertambangan &
dan Pemanfaatan Potensi Energi
Tambang dan Energi
2.5 Pengembangan Kawasan Peruntukan Industri
 Penyiapan dan Penyedian Seluruh kecamatan - APBD Bappeda, Dinas
lahan untuk kawasan Kab Diskoperindag
industri rumah tangga
 Pengembangan industri Seluruh kecamatan
tenun
 Pengembangan Kec. Loli
pengolahan biji jarak
 Pengembangan industri Kec. Wanukaka
minyak kelapa

139
98
 Penyusunan Rencana  Kec. Wanukaka; - APBD Bappeda, Dinas
Induk Pengembangan  Kec. Loli Kab Diskoperindag
industri rumah tangga  Kec. Wanukaka
 Penyusunan Regulasi  Kec. Wanukaka; - APBD Bappeda, Dinas
Pembinaan dan  Kec. Loli Kab Diskoperindag
Pengembangan Usaha  Kec. Wanukaka dan Bagian
industri rumah tangga Hukum
 Pembinaan dan  Kec. Wanukaka; - APBD Dinas
Pengembangan Unit  Kecamatan Loli Kab Diskoperindag,
Usaha industri rumah  Kec. Wanukaka BPMD
tangga
 Pengembangan sistem  Kec. Wanukaka; - APBD Bappeda, Dinas
pendukung usaha bagi  Kecamatan Loli Kab Diskoperindag,
Usaha Mikro Kecil  Kec. Wanukaka BPMD
Menengah
 Perluasan Jaringan  Kecamatan - APBD Bappeda, Dinas
Pemasaran Hasil industri Wanukaka; Kab Diskoperindag,
 Kecamatan Loli BUMD, Swasta
 Kec. Wanukaka
 Penguatan Kelembagaan  Kec. Wanukaka; - APBD Dinas
Ekonomi industri rumah  Kecamatan Loli Kab Diskoperindag,
tangga  Kec. Wanukaka BPMD
 Pendidikan dan Pelatihan  Kec. Wanukaka; - APBD Dinas
Teknologi dan Manajemen  Kecamatan Loli Kab Diskoperindag,
Usaha industri rumah  Kec. Wanukaka BPMD
tangga
 Pengembangan UMKM Seluruh kecamatan APBD
Kab.

140
98
 Pengembangan lembaga Seluruh
keuangan untuk kecamatan
meningkatkan akses
masyarakat akan modal
usaha bagi pengembangan
UMKM
 Pengembangan industri Seluruh kecamatan APBD
mikro kecil dan menengah Kab.
 Pembangunan agroindustri Seluruh kecamatan APBD
dan agribisnis dilaksanakan Kab.
secara terpadu dengan
pembangunan pedesaan
2.6 Pengembagan kawasan peruntukan pariwisata
 Rencana pengembangan Seluruh - APBD Bappeda,
wisata budaya sejarah kecamatan Kab, Disbudpar
 Pengembangan kawasan  Kec. Lamboya; - APBD Bappeda,
wisata alam  Kec. Laboya Kab, Disbudpar
Barat
 Kec. Wanukaka;
 Kec. Loli dan
 Kec. Tana Righu
 Pengembangan dan  Kec. Lamboya
pemeliharaan kawasan  Kec. Wanukaka
kampung adat  Kec. Loli
 Kec. Kota
Waikabubak
 Kec. Tana Righu

141
98
 Pengembangan dan  Kec. Lamboya
pemeliharaan kawasan  Kec. Wanukaka
wisata budaya  Kec. Kota
Waikabubak
 Kawasan atraksi wisata  Kec. Lamboya
budaya  Kec. Laboya
Barat
 Kec. Wanukaka;
dan
 Kec. Kota
Waikabubak
 Kawasan upacara adat  Kec. Wanukaka
 Kec. Kota
Waikabubak
 Penyusunan Rencana Wilayah kabupaten - APBD Bappeda,
Induk Pengembangan Kab, Disbudpar
Pariwisata Daerah
(RIPPDA)
 Pengelolaan dan Wilayah kabupaten - APBD
Pengembangan Kab,
Kebudayaan dan
Kepariwisataan
 Pengembangan Destinasi Wilayah kabupaten - APBD
Pariwisata Kab,
 Pembangunan Wilayah kabupaten - APBD Bappeda,
Infrastruktur Penunjang Kab, Disbudpar, Dinas
pada Kawasan Pariwisata PU Tamben
 Penyelenggaraan Event / Seluruh kecamatn - APBD Bappeda,
atraksi Kepariwisataan Kab, Disbudpar,
berbasis Budaya Dishubkom

142
98
 Pengembangan Seluruh kecamatan APBD
pariwisata sebagai sektor Kab.
andalan dan unggulan
2.7 Pengembangan Kawasan Peruntukan Permukiman
 Rencana pengembangan Wilayah kabupaten 952 Ha APBD Bappeda dan
kawasan permukiman Kab Dinas PU
baru Tamben,
Bagian
Pembangunan
Rencana pengembangan Wilayah kabupaten - APBD Bappeda dan
dan peningkatan jaringan Kab, Dinas PU
sarana dan prasarana Tamben
dasar
 Perkembangan  Perkotaan
Kasiba/Lasiba Waikabubak dan
 Perkotaan Loli
 Rencana Peningkatan Wilayah - APBD Bappeda dan
Kualitas Permukiman kabupaten Kab, Dinas PU Tamben
(Rehabilitasi, Revitalisasi,
Refungsi, Peremajaan,
Pebaikan)
C Perwujudan Kawasan Strategis Kabupaten
2 Perwujudan Kawasan Strategis Kabupaten
2.1 Kawasan  Kawasan Ekonomi Perkotaan Kota - APBD Bappeda,
Strategis Cepat Tumbuh Waikabubak Kab Diskopreindag
Bidang
Ekonomi

143
98
 Pengembangan  Kec. Loli; - APBD Bappeda, Dinas
Kawasan Agropolitan  Kec. Tana Righu; Kab Pertanian dan
 Kec. Laboya Barat, Perkebunan, DKP,
 Kec. Lamboya Disnak, PU
 Kec. Wanukaka tamben.
 Pengembangan  Kec. Wanukaka - APBD Bappeda, Dinas
Kawasan Minapolitan  Kec. Lamboya Kab Kelautan dan
 Kec. Laboya Barat Perikanan, PU
Tamben
 Pengembangan  Kec. Lamboya - APBD Bappeda dan
Pariwisata  Kec. Laboya Barat Kab Dinas Pariwisata
 Kec. Wanukaka dan Kebudayaan,
Dinas Kelautan
dan Perikanan
2.2 Kawasan  Pengembangan  Kec. Tana Righu - APBD Bappeda dan
Strategis kampung adat dan  Kec. Kota Kab Dinas Pariwisata
Bidang atraksi wisata budaya Waikabubak dan Kebudayaan,
Sosial  Kec. Loli Kecamatan
Budaya  Kec. Lamboya
 Kec. Wanukaka
 Pengembangan  Kec. Wanukaka - APBD Bappeda dan
kawasan hutan adat  Kec. Kota Kab Dinas Pariwisata
Waikabubak dan Kebudayaan,
Kecamatan
2.3 Kawasan  Pengembangan  Kec. Kota 1.870 APBD Bappeda, Balai
Strategis kawasan taman Waikabubak dan Ha Kab Taman Nasional
Bidang nasional (KTN)  Kec. Wanukaka (BTN), Dishut
Fungsi &
Daya
Dukung
Lingkungan

144
98
 Perlindungan kawasan  Kec. Kota - APBD Bappeda, BTN,
KTN Waikabubak dan Kab Dishut, TNI/Polri,
 Kec. Wanukaka Lembaga Donor,
Masyrakat

Keterangan :

Bappeda : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah


Dinas PU Tamben : Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan dan Energi
Distanbun : Dinas Pertanian dan Perkebunan
Disnak : Dinas Peternakan
DKP : Dinas Kelautan dan Perikanan
BLH : Badan Lingkungan Hidup
Dinas PPO : Dinas Pemuda dan Olahraga
Dishut : Dinas Kehutanan
Disbudpar : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
BPMD : Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa
BP3KP : Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian & Ketahanan Pangan
Diskoperindag : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan
Dishubkominfo : Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi
BPBD : Badan Penanggulangan Bencana Daerah
BTN : Balai Taman Nasional
BUMD : Badan Usaha Milik Daerah
Disnakertrans : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Dinas PPKD : Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah
Dinkes : Dinas Kesehatan
Bag. Pembangunan : Bagian Pembangunan Setda
Bag. Hukum : Bagian Hukum Setda
Bag. Pemdeskel : Bagian Pemerintahan Desa/Kelurahan

145
98
LAMPIRAN IV PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT
NOMOR : 1 TAHUN 2012
TANGGAL : 21 PEBRUARI 2012
TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUMBA BARAT TAHUN 2012-2032

TABEL
KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Zona Berdasarkan Pusat Kegiatan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


Deskripsi
Kabupaten Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
1 2 3 4
A. Kawasan Lindung
A1. Kawasan Hutan Lindung
Hutan Lindung 1. Kawasan hutan dengan factor  Boleh untuk wisata alam tanpa Di bawah pengawasan ketat secara
kemiringan lereng, jenis tanah, merubah bentang alam; teknis oleh instansi terkait yang
dan intensitas hujan yang jumlah  Untuk kegiatan bagi permukiman berwenang.
hasil perkalian bobotnya sama penduduk asli masih dijinkan
dengan 175 (seratus tujuh puluh dengan luasan tetap/terbatas,
lima) atau lebih; dan tidak mengurangi fungsi
2. Kawasan hutan yang lindung kawasan; dan
mempunyai kemiringan lereng  Di larang untuk kegiatan yang
paling sedikit 40% (empat puluh berpotensi mengurangi luas
persen); atau kawasan hutan dan tutupan
3. Kawasan hutan yang vegetasi.
mempunyai ketinggian paling
sedikit 2.000 (dua ribu) meter di
atas permukaan laut.

146
98
A2. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya
Kawasan Resapan Air 1. Kawasan yang mempunyai  Boleh untuk kegiatan budidaya Memberikan ruang yang cukup pada
kemampuan tinggi untuk tidak terbangun yang memiliki suatu daerah tertentu untuk keperluan
meresapkan air hujan dan kemampuan tertinggi dalam penyerapan air hujan bagi
sebagai pengontrol tata air menahan limpasan air hujan; dan perlindungan kawasan bawahannya
permukaan.  Boleh untuk kegiatan pariwisata maupun kawasan yang bersangkutan;
alam. Pengembangan sumur resapan
dan/atau embung pada lahan
terbangun yang sudah ada.
A3. Kawasan Perlindungan setempat
Kawasan Sempadan Pantai 1. Daratan sepanjang tepian laut  Pada kawasan sempadan yang Mengembangkan mekanisme
dengan jarak paling sedikit 100 memiliki fungsi sebagai kawasan perizinan yang efektif terhadap
(seratus) meter dari titik pasang budidaya seperti: permukiman kegiatan budidaya di daerah
air laut tertinggi ke arah darat; perkotaan dan perdesaan, sempadan pantai.
atau. pariwisata, pelabuhan, serta
2. Daratan sepanjang tepian laut kawasan lainnya, Menetapkan persyaratan wajib
yang bentuk dan kondisi fisik pengembangannya harus sesuai AMDAL bagi pembangunan
pantainya curam atau terjal dengan peruntukan lahan yang penunjang untuk kegiatan pelabuhan,
dengan jarak proporsional telah ditentukan dalam rencana perikanan dan rekreasi pantai
terhadap bentuk dan kondisi fisik tata ruang kawasan pesisir.
pantai  Boleh ada di sempadan pantai
antara lain dermaga, tower
penjaga keselamatan pengunjung
pantai
 Pemanfaatan ruang untuk
kegiatan yang mampu melindungi
atau memperkuat perlindungan
sempadan pantai dari abrasi dan
ilfitrasi air laut kedalam tanah

147
98
 Pemanfaatan ruang yang Pemanfaatan ruang untuk kegiatan
diperbolehkan meliputi : yang mampu melindungi atau
1) Ruang Terbuka Hijau (RTH); memperkuat perlindungan
2) Pengembangan struktur sempadan pantai dari abrasi dan
alami dan struktur buatan ilfitrasi air laut kedalam tanah
untuk mecegah bencana
pesisir;
3) Penelitian dan pendidikan;
4) Kepentingan adat dan
kearifan lokal, yang
mencangkup upacara adat;
5) Pertahanan dan kemanan;
6) Perhubungan; dan
7) Komunikasi.
 Pemanfaatan ruang yang
diperbolehkan dengan syarat
tertentu, yaitu kegiatan rekreasi,
wisata bahari, dan ekowisata,
dengan syarat tidak termasuk
untuk pendirian bangunan
permanen dan/atau hotel
Kawasan Sempadan Sungai 1. Daratan sepanjang tepian sungai  Mempertahankan sempadan Menertibkan penggunaan lahan
bertanggul dengan lebar paling sungai sehingga terhindar dari sempadan sungai;
sedikit 5 (lima) meter dari kaki erosi dan kerusakan kualitas air
tanggul sebelah luar; sungai;
 Pencegahan dilakukan kegiatan
budidaya di sepanjang sungai
yang dapat mengganggu atau
merusak kualitas air sungai;
2. Daratan sepanjang tepian sungai  Pengendalian terhadap kegiatan Mengembangkan vegetasi alami di
besar tidak bertanggul di luar yang telah ada di sepanjang bentaran sungai untuk menghambat
kawasan permukiman dengan sungai agar tidak berkembang arus aliran hujan atau volume air
lebar paling sedikit 100 (seratus) lebih jauh; yang mengalir ke tanah;
meter dari tepi sungai; dan  Melarang pembuangan limbah
3. Daratan sepanjang tepian anak industri ke sungai; Membangun prasarana di sempadan
sungai tidak bertanggul di luar  Pemanfaatan ruang untuk ruang sungai untuk mencegah peningkatan
kawasan permukiman dengan terbuka hijau;dan suhu air yang dapat mengakibatkan
lebar paling sedikit 50 (lima  Ketentuan pelarangan pendirian kematian biota perairan tertentu;
puluh) meter dari tepi sungai. bangunan kecuali bangunan yang
Memelihara vegetasi sempadan
dimaksudkan untuk pengelolaan
sungai untuk menjaga tingkat
badan air dan pemanfaatan air.
penyerapan air yang tinggi dalam
mengisi air tanah yang menjadi kunci
pemanfaatan sumber air secara
berkelanjutan.
Kawasan Sekitar Danau 1. Kawasan sekitar danau adalah  Boleh ruang untuk ruang terbuka Perlindungan sekitar danau untuk
kawasan tertentu di sekeliling hijau; kegiatan yang menyebabkan alih
danau yang mempunyai manfaat  Dilarang untuk pendirian fungsi lindung dan menyebabkan
penting untuk mempertahankan bangunan kecuali bangunan yang kerusakan kualitas sumber air;
kelestarian fungsi danau. dimaksudkan untuk pengelolaan
badan air dan/atau pemanfaatan
air; dan

148
98
2. Daratan sekeliling tepian yang  Pendirian bangunan dibatasi Pelestarian danau beserta seluruh
lebarnya proporsional dengan hanya untuk menunjang fungsi tangkapan air di atasnya;
bentuk dan kondisi fisik danau taman rekreasi maupun fasilitas
antara 50-100 m dari titik pasang pendukungnya, dengan memper-
tertinggi ke arah darat. hatikan dan mempertimbangkan
kualitas dan daya dukung-daya
tampung sungai dan atau waduk
yang ada serta keamanan dari
masyarakat secara umum yang
memanfaatkan ruang tersebut.
Kawasan Sekitar Mata Air 1. Daratan di sekeliling mata air  Pembuatan sistem saluran bila Perlindungan sekitar mata air untuk
yang mempunyai manfaat untuk sumber dimanfaatkan untuk air kegiatan yang menyebabkan alih
mempertahankan fungsi mata minum atau irigasi; fungsi lindung dan menyebabkan
air; dan  Selain sebagai sumber air minum kerusakan kualitas sumber air;
dan irigasi, juga digunakan untuk
pariwisata, dimana peruntukan-
nya diijinkan selama tidak
mengurangi kualitas tata air yang
ada;
 Pengembangan tanaman perdu,
tanaman tegakan tinggi, dan
penutup tanah untuk melindungi
pencemaran dan erosi terhadap
air;
 Membatasi dan tidak boleh
menggunakan lahan secara
langsung untuk bangunan yang
tidak berhubungan dengan
konservasi mata air;
 Pemanfaatan ruang untuk ruang
terbuka hijau; dan

149
98
2. Wilayah dengan jarak paling  Pelarangan kegiatan yang dapat
sedikit 200 (dua ratus) meter dari menimbulkan pencemaran ter-
mata air. hadap mata air.
A4. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya
Kawasan konservasi perairan  Pemanfaatan ruang untuk Disyaratkan mempunyai wajib
Nasional Laut penelitian, pendidikan, dan wisata amdal
alam;
 Pelarangan kegiatan selain yang
dimaksud pada huruf a;
 Pelarangan terhadap pemburuan
biota laut yang dilindungi;dan
 Pelarangan terhadap perusakan
terumbu karang dan ekosisitem
perairan laut.
Kawasan Taman Nasional 1. Kawasan Taman Nasional (TN)  Pada kawasan taman nasional Disyaratkan mempunyai wajib
yang ditetapkan oleh pemerintah yang sudah terdapat permukiman amdal
pusat berdasarkan Surat dengan tanah hak ulayat dibatasi
Keputusan Menteri Kehutanan pengembangannya dan hanya
dan Perkebunan dapat menggunakan pada
kawasan yang sudah ada;
 Diijinkankan pemanfaatan ruang
untuk penelitian, pendidikan, dan
wisata alam; Ketentuan
pelarangan kegiatan selain
penelitian, pendidikan, dan wisata
alam;
 Pembatasan pendirian bangunan
hanya untuk menunjang kegiatan
penelitian, pendidikan, dan wisata
alam;

150
98
 Ketentuan pelarangan pendirian
bangunan selain penunjang
kegiatan penelitian, pendidikan,
dan wisata alam; dan
 Ketentuan pelarangan terhadap
penanaman flora dan pelepasan
satwa yang bukan merupakan
flora dan satwa endemik
kawasan.
Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu 1. Ilmu Pengetahuan adalah  Pemanfaatan untuk penelitian,
Pengetahuan kawasan yang merupakan lokasi pendidikan, pariwisata dan atraksi
bangunan hasil budaya manusia budaya;
yang bernilai tinggi maupun  Pelarangan kegiatan dan
bentukan geologi yang khas pendirian bangunan yang tidak
sesuai dengan fungsi kawasan;
 Benda cagar budaya berupa
bangunan yang fungsional,
seperti bangunan peninggalan
belanda harus dikonservasi dan
direhabilitasi bagi bangunan yang
sudah mulai rusak; dan
 Penerapan sistem insentif bagi
bangunan yang dilestarikan dan
pemberlakuan sistem disinsentif
bagi bangunan yang mengalami
perubahan fungsi.

151
98
A5. Kawasan Rawan Bencana Alam
Kawasan Rawan Longsor 1. Kawasan rawan tanah longsor  Mengembalikan fungsi lindung Permukiman yang berada di
adalah kawasan yang sering pada hutan lindung melalui sistem kawasan rawan bencana di arahkan
atau berpotensi tinggi mengalami vegetatif dengan memperhatikan dengan relokasi.
longsor. kaidah konservatif;
 Pengendalian pemanfaatan ruang
zona berpotensi longsor
dilakukan dengan mencermati
konsistensi kesesuaian antara
pemanfaatan ruang dengan
rencana tata ruang wilayah
dan/atau rencana tata ruang
kawasan strategis atau rencana
detail tata ruang;
 Dalam pemanfaatan ruang zona
berpotensi longsor harus
memperhitungkan tingkat
kerawanan/tingkat risiko terjadi-
nya longsor dan daya dukung
lahan/tanah;
 Tidak diizinkan atau dihentikan
kegiatan yang mengganggu
fungsi lindung kawasan rawan
bencana longsor dengan tingkat
kerawanan/ tingkat risiko tinggi;
terhadap kawasan demikian
mutlak dilindungi dan dipertahan-
kan bahkan ditingkatkan fungsi
lindungnya;

152
98
 Kawasan yang tidak terganggu
fungsi lindungnya dapat
diperuntukkan bagi kegiatan-
kegiatan pemanfaatan ruang
dengan persyaratan yang
ketatpenentuan lokasi dan jalur
evakuasi dari permukiman
penduduk; dan
 Pembatasan pendirian bangunan
kecuali untuk kepentingan
pemantauan ancaman bencana
dan kepentingan umum.
Kawasan Rawan Banjir 1. Kawasan rawan banjir adalah  Melestarikan kawasan lindung Permukiman yang berada di
kawasan yang sering atau dan kawasan hulu sungai; kawasan rawan bencana di arahkan
berpotensi tinggi mengalami  Pembuatan sumur resapan di dengan relokasi
banjir. kawasan perkotaan perkotaan
dan perdesaan, kawasan
pertanian yang dilengkapi dengan
embung, bendung maupun cek
dam, pembuatan bendungan
baru;
 Membuat saluran pembuangan
yang terkoneksi dengan baik
pada jaringan primer, sekunder
maupun tersier, serta tidak
menyatukan fungsi irigasi untuk
drainase;
 Penentuan lokasi dan jalur
evakuasi dari permukiman
penduduk;

153
98
 Pembatasan pendirian bangunan
kecuali untuk kepentingan
pemantauan ancaman bencana
dan kepentingan umum;
 Pemanfaatan dataran banjir bagi
ruang terbuka hijau dan
pembangunan fasilitas umum
dengan kepadatan rendah; dan
 Pelarangan pemanfaatan ruang
bagi kegiatan permukiman dan
fasilitas umum penting lainnya.
Kawasan Abrasi Pantai 1. Kawasan abrasi pantai adalah  Pendekatan rekayasa struktur Permukiman yang berada di
kawasan pantai yang mengalami dengan cara sistem polder, kawasan rawan bencana di arahkan
pengikisan oleh kekuatan bangunan pemecah gelombang, dengan relokasi
gelombang laut dan arus laut penurapan; dan
yang bersifat merusak  Pendekatan rekayasa non struk-
tur dengan cara merehabilitasi
hutan mangrove di daerah pesisir.
Kawasan Rawan Gempa 1. Kawasan gempa bumi  Pengendalian pemanfaatan ruang Pengembangan sistem informasi
merupakan kawasan dengan kawasan rawan gempa dilakukan deteksi dini bencana
aktivitas getaran atau guncangan dengan mencermati konsistensi
yang terjadi dipermukaan bumi kesesuaian antara pemanfaatan
ruang dengan rencana tata ruang
kawasan strategis atau rencana
detail tata ruang;
 Menyediakan jalur evakuasi dan
ruang evakuasi bencana; dan
 Dalam peruntukan ruang
kawasan rawan gempa harus
memperhitungkan tingkat risiko.

154
98
A6. Kawasan Lindung Lainnya
Taman Baru Kawasan hutanyang ditetapkan  Perlindungan terhadap satwa-
sebagai tempat diselanggarakannya satwa yang dilindungi oleh
perburuan secara teratur negara; dan
 Pelarangan terhadap pemburuan
satwa dalam jumlah yang banyak.
Kawasan Budidaya
B.1 Kawasan Hutan Produksi Tetap Kawasan yang memiliki faktor  Pemantauan dan pengendalian
Dan Terbatas kemiringan lereng, jenis tanah, dan kegiatan pengusahaan hutan
intensitas hujan dengan jumlah skor serta gangguan keamanan hutan
meliputi : hutan produksi terbatas lainnya;
124 sampai dengan 174, hutan  Pengembangan dan diversifikasi
produksi tetap dan hutan produksi penanaman jenis hutan sehingga
konversi paling besar 124, memungkinkan untuk diambil
hasil non kayu, seperti buah dan
getah;
 Peningkatan fungsi ekologis
melalui pengembangan sistem
tebang pilih, tebang gilir dan
rotasi tanaman yang mendukung
keseimbangan alam;
 Mengarahkan kawasan hutan
produksi yang ada di kawasan
perkotaan untuk membentuk
hutan kota.pembatasan
pemanfaatan hasil hutan untuk
menjaga kestabilan neraca
sumber daya kehutanan;
 Pendirian bangunan dibatasi
hanya untuk menunjang kegiatan
pemanfaatan hasil hutan;

155
98
 Upaya pelestarian kawasan
lindung, pengolahan hasil hutan
secara terbatas melalui hak
penguasaan hutan kemasyaraka-
tan; dan
 Usaha peningkatan kualitas hutan
dan lingkungan dengan
pengembangan obyek wisata
alam yang berbasis pada
pemanfaatan hutan.
B.2 Kawasan Peruntukan Pertanian Mengatur alokasi pemanfaatan Kawasan Peruntukan Tanaman
ruang untuk kegiatan pertanian Pangan meliputi :
tanaman pangan, hortikultura, 1) Pemanfaatan ruang untuk
perkebunan dan peternakan permukiman petani dengan
kepadatan rendah;
2) Pelarangan alih fungsi lahan
menjadi lahan budidaya non
pertanian (terbangun) kecuali
terbatas untuk pembangunan
sistem jaringan prasarana
utama, dan fasilitas pendukung
pertanian yang sangat
mempengaruhi pada upaya
peningkatan produktivitas dan
pengolahan hasil panen sesuai
Ketentuan/Peraturan yang
berlaku; dan

156
98
3) Pelarangan alih fungsi lahan
menjadi lahan budidaya non
pertanian (terbangun) sebagai-
mana diuraikan pada angka 1)
dan 2) diatas, yang termasuk
sebagai lahan pertanian
pangan berkelanjutan yang
ditetapkan sebagai Sentra
pertanian tanaman pangan.
Kawasan Peruntukan Hortikultura
meliputi :
1) Pemanfaatan ruang untuk
rencana pengembangan
kawasan pertanian holtikultura,
sesuai kebijakan dan strategi
pengembangan dari masing-
masing jenis kawasan;
2) Pelarangan alih fungsi lahan
menjadi lahan budidaya non
pertanian (terbangun) kecuali
terbatas untuk pembangunan
sistem jaringan prasarana
utama, dan fasilitas pendukung
pertanian yang sangat
mempengaruhi pada upaya
peningkatan produktivitas dan
pengolahan hasil panen;

157
98
3) Pelarangan alih fungsi lahan
menjadi lahan budidaya non
pertanian (terbangun) sebagai-
mana diuraikan pada angka 1)
dan 2) diatas, yang termasuk
sebagai Kawasan Sentra
budidaya pertanian khusus.
Kawasan Peruntukan Perkebunan
meliputi :
1) Pemanfaatan ruang untuk
rencana pengembangan
kawasan pertanian
perkebunan, sesuai kebijakan
dan strategi pengembangan
dari masing-masing jenis
kawasan;
2) ketentuan pelarangan alih
fungsi lahan menjadi lahan
budidaya non perkebunan
(terbangun) kecuali terbatas
untuk pembangunan sistem
jaringan prasarana utama, dan
fasilitas pendukung pertanian
yang sangat mempengaruhi
pada upaya peningkatan
produktivitas dan pengolahan
hasil panen; dan

158
98
3) ketentuan pelarangan alih
fungsi lahan menjadi lahan
budidaya non perkebunan
(terbangun) sebagaimana
diuraikan pada angka 1) dan 2)
diatas, yang termasuk sebagai
Kawasan Sentra perkebunan
khusus.
Kawasan Peruntukan Peternakan
meliputi :
1) Pemanfaatan lahan untuk
kegiatan pemeliharaan,
pembiakan dan penyediaan
pakan;
2) Pemanfaatan lahan untuk
kegiatan pengembangan
teknologi peternakan yang tidak
merusak lingkungan;
3) Pembangunan prasarana yang
dibutuhkan untuk kegiatan
peternakan unggas;
4) Pemanfaatan lahan untuk
kegiatan industri pengolahan
pakan dan hasil ternak secara
permanen; dan
5) Pemanfaatan lahan untuk
kegiatan-kegiatan lainnya yang
berdampak negatif terhadap
produktifitas peternakan dan
terhadap kualitas lingkungan.

159
98
B.3 Kawasan Peruntukan Perikanan Wilayah yang dapat dimanfaatkan  Pemanfaatan ruang untuk
untuk kegiatan penangkapan, budi permukiman petani atau nelayan
daya, dan industri pengolahan hasil dengan kepadatan rendah;
perikanan  Pemanfaatan ruang untuk
kawasan penghijauan atau
kawasan sabuk hijau;
 Pemanfaatan sumber daya
perikanan agar tidak melebihi
potensi lestari; dan
 Pemanfaatan teknologi informasi
untuk perikanan
B.4 Kawasan Peruntukan Perikanan Merupakan wilayah yang dapat  Pengelolaan kawasan bekas  Kegiatan pertabangan diwajib-
dimanfaatkan untuk pemusatan penambangan harus direhabilitasi kan mempunyai AMDAL.
kegiatan pertambangan secara sesuai dengan zona peruntukan  Kawasan bekas pertambangan
berkelanjutan yang ditetapkan, sehingga wajib direhalitasi.
menjadi lahan yang dapat
digunakan kembali sebagai
kawasan hijau, ataupun kegiatan
budidaya lainnya dengan tetap
memperhatikan aspek kelestarian
lingkungan hidup;
 Setiap kegiatan usaha
pertambangan harus menyimpan
dan mengamankan tanah atas
untuk keperluan rehabilitasi lahan
bekas penambangan;
 Menghindari dan meminimalisir
kemungkinan timbulnya dampak
negatif dari kegiatan sebelum,
saat dan setelah kegiatan
penambangan, sekaligus disertai
pengendalian yang ketat;
160
98
 Pemanfaatan lahan bekas
tambang yang merupakan lahan
marginal untuk pengembangan
komoditas lahan dan memiliki
nilai ekonomi seperti tanaman
jarak pagar dan tanaman nilam;
dan
 Pengaturan bangunan lain
disekitar instalasi dan peralatan
kegiatan pertambangan yang
berpotensi menimbulkan bahaya
dengan memperhatikan kepenti-
ngan daerah.
B.5 Kawasan Peruntukan Industri Berupa wilayah yang dapat  Pemanfaatan ruang untuk
dimanfaatkan untuk kegiatan kegiatan kawasan industri, dan
industry industri rumah tangga serta
kawasan industri untuk usaha
mikro, kecil dan menengah;
 Pemanfaatan ruang untuk
kegiatan industri baik yang sesuai
dengan kemampuan penggunaan
teknologi, potensi sumber daya
alam dan sumber daya manusia
di wilayah sekitarnya;
 Pembatasan pembangunan
rumah tinggal di dalam lokasi
kawasan peruntukan industri
untuk mengurangi dampak negatif
pengaruh dari keberadaan
industri terhadap permukiman
yang ada;

161
98
 Pelarangan peruntukan lain selain
industri maupun fasilitas
pendukungnya dalam kawasan
yang ditetapkan sebagai kawasan
industri, kecuali kawasan
peruntukan industri, industri
rumah tangga dan kawasan
industri untuk usaha mikro, kecil
dan menengah; dan
 Pemanfaatan ruang untuk industri
rumah tangga, diizinkan
pemanfaatannya dalam kawasan
permukiman dengan pembatasan
pada luasan lahan, dan dampak
yang ditimbulkan (berdasarkan
batasan kapasitas produksi,
tenaga kerja, transportasi yang
dihasilkan, dan limbah yang
dihasilkan berdasarkan analisa
daya dukung dan daya tampung
lokasi).
B.6 Kawasan Peruntukan Pariwisata Memiliki objek dengan daya tarik  Perlindungan terhadap situs
wisata peninggalan kebudayaan masa
lampau;
 Pembatasan pendirian bangunan
(kecuali permukiman penduduk)
pada koridor jalur wisata utama
maupun kawasan obyek wisata
hanya untuk kegiatan peruntukan
lahan yang menunjang kegiatan
pariwisata; dan
 Pelarangan pendirian bangunan

162
98
B.7 Kawasan Peruntukan Pemukiman Kawasan yang diperuntukkan untuk  Penetapan fasilitas pendukung Dikembangkan standart batas
tempat tinggal atau lingkungan kegiatan permukiman dan maksimal luas dan jenis fasilitas
hunian yang ada di kawasan bukan aktivitas masyarakat yang pendukung di kawasan
rawan bencana. dibutuhkan secara proporsional permukiman.
sesuai peraturan yang berlaku,
antara lain berupa fasilitas
pendidikan, kesehatan, peribada-
tan, rekreasi, olah raga dan lain-
lain sesuai kebutuhan masyarakat
setempat;
 Penetapan amplop bangunan;
 Penetapan tema arsitektur
bangunan;
 Penetapan kelengkapan bangu-
nan dan lingkungan; dan
 Penetapan jenis dan syarat
penggunaan bangunan yang
diizinkan.
B.8 Kawasan Pertahanan dan  Penetapan zona penyangga yang
Keamanan memisahkan kawasan pertaha-
nan dan keamanan dengan
kawasan budidaya terbangun;
dan
 Penetapan kegiatan budidaya
secara selektif di dalam dan di
sekitar kawasan untuk menjaga
fungsi pertahanan dan
keamanan.

163
98
Kawasan Sekitar Prasarana Wilayah
C1. Sekitar prasarana transportasi 1. Pemanfaatan ruang untuk  jalan kolektor primer didesain Penetapan garis sempadan
jaringan jalan kolektor primer I berdasrakan kecepatan rencana bangunan di sisi jalan nasional yang
dan II paling rendah 40 (empat puluh) memenuhi ketentuan ruang
kilometer per jam dengan lebar pengawasan jalan.
badan jalan paling sedikit 9
(sembilan) meter;
 jalan kolektor primer mempunyai
kapasitas yang lebih besar dari
volume lalu lintas rata-rata;
 jumlah jalan masuk dibatasi dan
direncanakan sehingga ketentuan
sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b masih tetap
terpenuhi;
 persimpangan sebidang pada
jalan kolektor primer dengan
pengaturan tertentu harus tetap
memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada
huruf a; huruf b dan huruf c;
 jalan kolektor primer yang
memasuki kawasan perkotaan
atau kawasan pengembangan
perkotaan tidak boleh terputus;
dan
 lebar ruang pengawasan jalan
kolektor primer minimal 10
(sepuluh) meter.

164
98
2. Pemanfaatan ruang untuk  jalan lokal primer didesain
jaringan jalan lokal primer berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 20 (dua puluh)
kilometer per jam dengan lebar
badan jalan paling sedikit 7,5
(tujuh koma lima) meter;
 jalan lokal primer yang memasuki
kawasan perdesaan tidak boleh
terputus; dan
 lebar ruang pengawasan jalan
lokal primer minimal 7 (tujuh)
meter.
3. Pemanfaatan Sistem  alih fungsi lahan yang berfungsi
Kepelabuhan lindung di zona kepelabuhan
boleh bersyarat untuk mendukung
kebutuhan pelabuhan;
 pengembangan kepelabuhanan
harus menyediakan sarana dan
prasarana Kepelabuhanan yang
berpedoman kepada peraturan
perundang-undangann yang
berlaku; dan
 peruntukan ruang di sekitar
pelabuhan harus sesuai dengan
Rencana Tata Ruang Kawasan
Kepelabuhanan dengan tingkat
intensitas menengah hingga
tinggi diperbolehkan dengan
kecenderungan pengembangan
ruangnya dibatasi.

165
98
C2. Sekitar prasarana energi 1. Pemanfaatan ruang di sekitar  Keberadaan pembangkit listrik
jaringan prasarana energi dan disusun dengan memperhatikan
untuk pembangkit tenaga listrik pemanfaatan ruang di sekitar
pembangkit listrik dengan
memperhatikan jarak aman dari
kegiatan lain; dan
 Ketentuan zonasi untuk jaringan
transmisi tenaga listrik disusun
dengan memperhatikan ketentu-
an pelanggaran pemanfaatan
ruang bebas di sepanjang jalur
transmisi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
C3. Sekitar prasarana telekomunikasi 1. Pemanfaatan ruang untuk  Pembatasan pendirian BTS yang
penempatan pemancar tele- tidak digunakan secara bersama-
komunikasi sama. Dengan memperhitungkan
aspek keamanan dan keselama-
tan aktivitas kawasan di
sekitarnya
C4. Sekitar prasarana sumber daya  Pemanfaatan ruang pada
air kawasan di sekitar wilayah sungai
dengan tetap menjaga kelestarian
lingkungan dan fungsi lindung
kawasan;
 Ketentuan pelarangan pendirian
bangunan kecuali bangunan yang
dimaksud untuk pengelolaan
badan air atau pemanfaatan air

166
98
C5. Sekitar sistem prasarana  Arahan pengembangan sistem
lingkungan prasarana lingkungan yang
digunakan lintas wilayah secara
administratif dengan kerjasama
antar wilayah dalam hal
pengelolaan dan penanggulangan
masalah sampah terutama di
wilayah perkotaan;
 Pemberdayaan masyarakat untuk
pengelolaan sampah komunal;
 Penanganan persampahan
dengan pengembangan sistem
timbunan (Sanitary Landfill )
dan/atau sistem 3 P
(pengurangan, penggunaan ulang
dan pendaurulangan) atau 3 R
(Reduce, Reuse, Recyle);
 Pemilihan lokasi untuk prasarana
lingkungan harus sesuai dengan
daya dukung lingkungan; dan
 Pengolahan limbah dilaksanakan
dengan teknologi ramah
lingkungan
Sumber : Hasil Analisa

BUPATI SUMBA BARAT,

CAP TTD

JUBILATE PIETER PANDANGO

167
98
73
Himpunan Keputusan Bupati Sumba Barat
LAMPIRAN I . A : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT
NOMOR : 1 TAHUN 2012
TANGGAL : 21 PEBRUARI 2012
TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUMBA BARAT TAHUN 2012-2032

PETA RENCANA STRUKTUR RUANG

Bupati Sumba Barat,


Cap ttd
JUBILATE PIETER PANDANGO

99
98
LAMPIRAN II : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT
NOMOR : 1 TAHUN 2012
TANGGAL : 21 PEBRUARI 2012
TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUMBA BARAT TAHUN 2012-2032

PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH

Bupati Sumba Barat,


Cap ttd
JUBILATE PIETER PANDANGO

104
98
LAMPIRAN III : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT
NOMOR : 1 TAHUN 2012
TANGGAL : 21 PEBRUARI 2012
TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUMBA BARAT TAHUN 2012-2032

PETA RENCANA KAWASAN STRATEGIS WILAYAH

Bupati Sumba Barat,


Cap ttd
JUBILATE PIETER PANDANGO

105
98

Anda mungkin juga menyukai