Anda di halaman 1dari 448

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG


NOMOR 3 TAHUN 2010
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MALANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MALANG,

Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten Malang


dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna,
berhasil guna, serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan
keamanan, perlu disusun Rencana Tata Ruang Wilayah;
b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan
antar sektor, daerah, dan masyarakat maka rencana tata ruang
wilayah merupakan arahan lokasi investasi pembangunan yang
dilaksanakan pemerintah, masyarakat, dan/atau dunia usaha;
c. bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang, maka strategi dan arahan
kebijakan pemanfaatan ruang wilayah nasional perlu dijabarkan ke
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, b, dan c, perlu menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Malang dengan Peraturan Daerah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan


Daerah-daerah Kabupaten di Lingkungan Provinsi Jawa Timur
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 41),
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965
Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2730);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2043);

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


2

3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-


Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 10, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2824);
4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 2831);
5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Landasan Kontinen
Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1983 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3260);
6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274);
7. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3318);
8. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3419);
9. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992
Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3469);
10. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar
Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor
27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3470);
11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya
Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992
Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3478);
12. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 98,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3493);
13. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 129,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3881);
14. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888),
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4412);

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


3

15. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas


Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor
136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4152);
16. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169);
17. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 115,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4327);
18. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);
19. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);
20. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4421);
21. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433),
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45
Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5073);
22. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437), sebagaimana telah diubah kedua dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
23. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
24. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 132);
25. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722);

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


4

26. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);
27. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
28. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4726);
29. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746);
30. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4851);
31. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956);
32. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Bahan Galian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4959);
33. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);
34. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5025);
35. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 133,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5052);
36. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059);
37. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5068);
38. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1969 Nomor 60);

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


5

39. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1970 tentang Perencanaan


Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor
50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2945);
40. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata
Pengaturan Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982
Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3225);
41. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1986 tentang Kawasan
Berikat (Bonded Zone) (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1986 Nomor 30;
42. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1990 tentang Perubahan
Atas PP Nomor 22 Tahun 1986 tentang Kawasan Berikat (Bonded
Zone) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor
18, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3407);
43. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1990 tentang Usaha
Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990
Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3408);
44. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 44,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445);
45. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1991 tentang Rawa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 35,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3441);
46. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1995 tentang Izin Usaha
Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor
25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3596);
47. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan
Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta
Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3660);
48. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3838);
49. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Ketelitian
Peta untuk Penataan Ruang Wilayah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3934);
50. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 127,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4145);
51. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Penatagunaan Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4385);

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


6

52. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan


Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
147, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4453);
53. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4624);
54. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655);
55. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);
56. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4664);
57. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan
dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan
Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696);
58. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
59. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan
Usaha Panas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4777);
60. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi
Sumber Daya Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4779);
61. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pemindahan
Ibukota Kabupaten Malang Dari Wilayah Kota Malang ke Wilayah
Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 39, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4825);

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


7

62. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008


tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
63. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4859);
64. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 tentang Rehabilitasi
dan Reklamasi Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4947);
65. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2009 tentang Perubahan
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang Kegiatan
Usaha Hilir Minyak Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4996);
66. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2009 tentang Perubahan
Kedua Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 128, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5047);
67. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah
Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5110);
68. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5111);
69. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990
tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;
70. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2003
tentang Pengelolaan Hutan di Jawa Timur (Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Timur Tahun 2003 Nomor 1/E);
71. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 8 Tahun 2005
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2006-2008 (Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2005 Nomor 3/E);
72. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2006
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur
(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2006 Nomor 2);
73. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 3 Tahun 2009
tentang Irigasi (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
Nomor 2/E);

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


8

74. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 10 Tahun 2007


tentang Kewenangan Pemerintahan Kabupaten Malang Dalam
Urusan Pemerintahan Wajib dan Pilihan (Lembaran Daerah
Kabupaten Malang Tahun 2007 Nomor 2/E);
75. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 6 Tahun 2008 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten
Malang Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Malang
Tahun 2008 Nomor 3/E);

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MALANG
dan
BUPATI MALANG

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG


WILAYAH KABUPATEN MALANG.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:


1. Daerah adalah Kabupaten Malang.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Malang.
3. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam
bidang penataan ruang.
4. Bupati adalah Bupati Malang.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Malang sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah.
6. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang laut dan ruang udara
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan
kehidupannya.
7. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
8. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional;

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


9

9. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi
budidaya.
10. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
11. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,
pembinaan, dan pengawasan penataan ruang.
12. Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang.
13. Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan
ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
masyarakat.
14. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang
melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
15. Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang
dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
16. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan
pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
17. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang
sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan program beserta
pembiayaannya.
18. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata
ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
19. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan struktur dan pola pemanfaatan
ruang.
20. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disebut RTRW adalah hasil
perencanaan tata ruang wilayah Kabupaten Malang.
21. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif
dan/atau aspek fungsional.
22. Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai jangkauan
pelayanan pada tingkat wilayah.
23. Wilayah Pengembangan yang selanjutnya disebut WP adalah suatu wilayah yang
terdiri atas satu atau beberapa kecamatan yang memiliki satu kesatuan sistem
pelayanan sosial, ekonomi, dan masyarakat
24. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung dan budidaya.
25. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya
buatan.
26. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia dan sumber daya buatan.

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


10

27. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian
termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan
kegiatan ekonomi.
28. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat
kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan
pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan
fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem
agrobisnis.
29. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan
kegiatan ekonomi.
30. Kawasan minapolitan adalah kawasan yang membentuk kota perikanan, yang
memudahkan masyarakat untuk bisa membudidayakan ikan darat, dengan
kemudahan memperoleh benih melalui unit perbenihan rakyat, pengolahan ikan,
pasar ikan dan mudah mendapatkan pakan ikan, yang dikelola oleh salah satu
kelompok yang dipercaya oleh pemerintah.
31. Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan
negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya dan/atau
lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.
32. Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap
ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.
33. Kawasan strategis daerah adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota
terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan
34. Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
35. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan
pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
36. Tempat pemrosesan akhir adalah tempat untuk memroses dan mengembalikan
sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan.
37. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.

Pasal 2

Ruang lingkup dan muatan RTRW mencakup:

a. Visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, dan strategi;


b. Rencana struktur ruang wilayah;
c. Rencana pola ruang wilayah;
d. Penetapan kawasan strategis;
e. Arahan pemanfaatan ruang; dan
f. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang.

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


11

BAB II
VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Bagian Pertama
Visi dan Misi

Pasal 3

Visi penataan ruang wilayah daerah adalah terwujudnya penataan ruang wilayah yang
produktif, seimbang dan lestari bagi kesejahteraan masyarakat, sedangkan misi
penataan ruang wilayah daerah adalah:
a. Mewujudkan struktur ruang yang seimbang guna mendorong pertumbuhan
sekaligus mengurangi kesenjangan wilayah;
b. Mewujudkan pola ruang yang selaras dan berkelanjutan;
c. Mewujudkan terciptanya kepastian hukum dalam kegiatan usaha sesuai rencana
tata ruang serta mendorong peluang investasi produktif; serta
d. Mewujudkan penyediaan sarana dan prasarana di perkotaan dan perdesaan untuk
peningkatan kualitas sumber daya manusia yang lebih produktif dan mandiri serta
berdaya-saing tinggi.

Bagian Kedua
Tujuan

Pasal 4

Tujuan penataan ruang untuk mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan nasional
dengan:
a. Peningkatan pembangunan infrastruktur guna menunjang perkembangan ekonomi.
b. Peningkatan perkembangan ekonomi melalui sektor pertanian, investasi,
perdagangan, pariwisata dan industri.
c. Pengelolaan SDA dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup.
d. Terwujudnya tertib pembangunan berbasis tata ruang.
e. Terwujudnya masyarakat yang agamis, demokratis, dan sejahtera.

Bagian Ketiga
Sasaran

Pasal 5

Penyusunan RTRW, sesuai dengan sasaran penataan tata ruang wilayah Daerah,
yaitu:
a. Terkendalinya pembangunan di wilayah Kabupaten baik yang dilakukan oleh
pemerintah maupun oleh masyarakat;

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


12

b. Terciptanya keserasian antara kawasan lindung dan kawasan budidaya;


c. Tersusunnya rencana dan keterpaduan program-program pembangunan;
d. Terdorongnya minat investasi masyarakat dan dunia usaha di wilayah kabupaten;
e. Terkoordinasinya pembangunan antar wilayah dan antar sektor pembangunan.

Bagian Keempat
Kebijakan dan Strategi
Paragraf 1
Umum

Pasal 6

(1) Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ditetapkan kebijakan dan strategi perencanaan ruang wilayah.
(2) Kebijakan dan strategi perencanaan ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), meliputi: penetapan struktur ruang wilayah, penetapan pola ruang wilayah,
penetapan kawasan strategis, serta penetapan fungsi kawasan pesisir dan pulau-
pulau kecil.

Paragraf 2
Kebijakan dan Strategi Penetapan Struktur Ruang Wilayah

Pasal 7

Kebijakan dan strategi penetapan struktur ruang wilayah daerah memuat:


a. Kebijakan dan strategi sistem perdesaan;
b. Kebijakan dan strategi sistem perkotaan;
c. Kebijakan dan strategi penetapan fungsi kawasan perdesaan dan kawasan
perkotaan; serta
d. Kebijakan dan strategi pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah.

Pasal 8

Kebijakan dan strategi sistem perdesaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7


huruf a, memuat:
a. Pengembangan kawasan perdesaan sesuai potensi masing-masing kawasan yang
dihubungkan dengan pusat kegiatan pada setiap kawasan perdesaan, dengan
strategi sebagai berikut:
1. Pengembangan kawasan perdesaan berbasis hasil perkebunan pada wilayah
Malang Selatan;
2. Peningkatan pertanian berbasis hortikultura pada wilayah Malang Barat dan
Timur; serta

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


13

3. Pengembangan pusat pengolahan dan hasil pertanian termasuk lumbung


modern pada pusat produksi di kawasan perdesaan.
b. Pengembangan kawasan agropolitan untuk mendorong pertumbuhan kawasan
perdesaan di Wilayah Malang Timur dan Malang Barat, dengan strategi sebagai
berikut:
1. Peningkatan produksi, pengolahan dan pemasaran produk pertanian unggulan
sebagai satu kesatuan sistem;
2. Pengembangan infrastruktur penunjang agropolitan; serta
3. Pengembangan kelembagaan penunjang agropolitan.
c. Pengembangan pusat desa mulai dari tingkat dusun sampai pusat desa secara
berhirarki, dengan strategi sebagai berikut:
1. Pembentukan pusat pelayanan permukiman perdesaan pada tingkat dusun
terutama pada permukiman perdesaan yang berbentuk cluster;
2. Pengembangan pusat kawasan perdesaan secara mandiri;
3. Pengembangan kawasan perdesaan potensial secara ekonomi melalui Pusat
Pelayanan Lingkungan; serta
4. Meningkatkan interaksi antara pusat kegiatan perdesaan dan perkotaan secara
berjenjang.

Pasal 9

Kebijakan dan strategi sistem perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b,
memuat:
a. Pengembangan perkotaan secara berjenjang dan bertahap sesuai pengembangan
perkotaan secara keseluruhan, dengan strategi sebagai berikut:
1. Pengembangan perkotaan utama di daerah sebagai pusat pelayanan di
Perkotaan Ngantang, Perkotaan Tumpang, Perkotaan Turen, Perkotaan
Dampit, dan Perkotaan Kepanjen sebagai Pusat Kegiatan Lokal;
2. Mendorong dan mempersiapkan Perkotaan Lingkar Kota Malang sebagai
perkotaan satelit penunjang perkembangan Kawasan Perkotaan Malang;
3. Mendorong pengembangan Perkotaan Sendangbiru sebagai perkotaan dengan
fungsi utama pelabuhan dan industri; serta
4. Menjalin kerjasama antara TNI, Departemen Perhubungan, Pemerintah
Provinsi Jawa Timur, Pemerintah Kabupaten Malang, Pemerintah Kota Malang,
dan Pemerintah Kota Batu untuk menunjang dan mempercepat perkembangan
Kawasan Perkotaan Malang.
b. Membentuk pusat kegiatan yang terintegrasi dan berhirarki di Malang Raya, dengan
strategi sebagai berikut:
1. Pemantapan pengembangan Kawasan Perkotaan Malang dan Perkotaan
Sendangbiru;
2. Pengembangan dan pemantapan Perkotaan Kepanjen sebagai Pusat Kegiatan
Lokal;
3. Pengembangan perkotaan pusat Wilayah Pengembangan sebagai Pusat
Kegiatan Lokal promosi;
D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc
14

4. Pengembangan perkotaan Ibukota Kecamatan yang bukan sebagai Pusat


Kegiatan Lokal dan bukan sebagai Pusat Kegiatan Lokal promosi sebagai
Pusat Pelayanan Kegiatan yang memiliki skala pelayanan kecamatan dan
beberapa desa; serta
5. Menjalin kerjasama dengan Kota Malang untuk pemantapan pengembangan
Kawasan Perkotaan Malang.

Pasal 10

Kebijakan dan strategi penetapan fungsi kawasan perdesaan dan kawasan perkotaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c, memuat:
a. Penetapan kawasan perdesaan, yang meliputi:
1. Pengembangan produk unggulan perdesaan, dengan strategi sebagai berikut:
a) Pada kawasan perdesaan yang berpotensi sebagai pusat sentra produksi
dilengkapi dengan lumbung desa modern;
b) Pengembangan fungsi kawasan perdesaan sesuai potensi wilayah, yakni
perdesaan terletak di kawasan pegunungan untuk hutan lindung, hutan
produksi, perkebunan dan hortikultura, perdesaan di dataran rendah untuk
pertanian pangan, dan perdesaan pesisir pengembangan perikanan;
c) Peningkatan nilai tambah produk pertanian dengan pengolahan hasil;
d) Mendorong ekspor hasil pertanian unggulan daerah; serta
e) Pengembangan fasilitas sentra produksi-pemasaran pada pusat kegiatan
ekonomi di Mantung - Pujon.
2. Penetapan kawasan lahan pertanian pangan, dengan strategi sebagai berikut:
a) Peningkatan sarana dan prasarana pertanian untuk meningkatkan nilai
produktivitas pertanian;
b) Pemberian insentif pada lahan yang telah ditetapkan sebagai lahan pangan
berkelanjutan; serta
c) Pengendalian secara ketat kawasan yang telah ditetapkan sebagai lahan
pangan berkelanjutan.
3. Pengembangan sistem agropolitan pada kawasan potensial, dengan strategi
sebagai berikut:
a) Pengembangan produk unggulan disertai pengolahan dan perluasan
jaringan pemasaran;
b) Menetapkan prioritas pengembangan kawasan agropolitan dengan
mengarahkan pada Kecamatan Pujon, Kecamatan Ngantang, Kecamatan
Poncokusumo, dan Kecamatan Sumbermanjing Wetan;
c) Peningkatan kemampuan permodalan melalui kerjasama dengan swasta
dan pemerintah; serta
d) Pengembangan sistem informasi dan teknologi pertanian.
b. Penetapan kawasan perkotaan, yang meliputi:
1. Pengembangan interaksi kawasan perkotaan sebagai kota satelit Kawasan
Perkotaan Malang, dengan strategi sebagai berikut:

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


15

a) Pengembangan kota satelit Kawasan Perkotaan Malang sebagai kawasan


permukiman dan pusat pelayanan umum; serta
b) Peningkatan interaksi kota satelit dengan kota inti Kawasan Perkotaan
melalui pengembangan bus metro dan komuter.
2. Memberikan pelayanan sosial ekonomi sesuai potensi kawasan perkotaan dan
peran yang harus diemban dalam skala yang lebih luas, dengan strategi
sebagai berikut:
a) Penetapan Kepanjen sebagai ibukota Daerah;
b) Penetapan Perkotaan Sendangbiru sebagai perkotaan pelabuhan dan
industri; serta
c) Pengembangan perkotaan sebagai pusat pelayanan sosial-ekonomi bagi
area yang lebih luas.
3. Pengembangan kawasan perkotaan Ibukota Kecamatan, dengan strategi
sebagai berikut:
a) Pemenuhan fasilitas perkotaan sesuai skala pelayanan Ibukota Kecamatan;
dan
b) Peningkatan interaksi kawasan perdesaan dengan kawasan perkotaan
Ibukota Kecamatan.

Pasal 11

Kebijakan dan strategi pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 7 huruf d, memuat:
a. Pengembangan transportasi jalan raya, yang meliputi:
1. Pengembangan jalan dalam mendukung pertumbuhan dan pemerataan
wilayah, dengan strategi sebagai berikut:
a) Pengembangan jalan penghubung perdesaan dan perkotaan;
b) Pengembangan jalan tol antara: Surabaya - Gempol - Pandaan - Malang -
Kepanjen;
c) Pengembangan jalan arteri primer Surabaya - Pandaan - Lawang -
Singosari - Kota Malang dan Jalan Lintas Selatan;
d) Pengembangan jalan kolektor primer pada kewenangan nasional pada
beberapa ruas jalan, yaitu Malang - Kediri, Malang - Blitar, Malang -
Lumajang;
e) Pengembangan jalan kolektor primer pada kewenangan provinsi pada ruas
jalan Kota Malang sampai Sendangbiru dan Jalan Lintas Timur;
f) Pengembangan jalan lokal primer pada semua jalan penghubung utama
antar Kecamatan dan penghubung dengan fungsi utama yang tidak terletak
di jalan arteri maupun kolektor; serta
g) Pengembangan jalan pendukung Jalan Lintas Selatan, Jalan Lingkar Timur
dan Jalan Lingkar Barat dengan pengembangan jalan sirip dan jalan
tembus internal (jalan lingkar dalam kota, jalan tembus), serta jalan tembus
eksternal.

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


16

2. Pengembangan infrastruktur pendukung pertumbuhan wilayah berupa terminal,


dengan strategi sebagai berikut:
a) Peningkatan infrastruktur pendukung dan pelayanan terminal yang
memadai;
b) Peningkatan APK (Areal Pangkalan Kendaraan) menjadi terminal tipe C;
c) Peningkatan terminal tipe C menjadi terminal tipe B; serta
d) Pemindahan dan pengembangan terminal ke lokasi yang sesuai.
b. Pengembangan transportasi kereta api, yaitu optimalisasi pengembangan sistem
transportasi massal dan infrastruktur pendukungnya, dengan strategi sebagai
berikut:
1. Pengembangan jaringan double track;
2. Pengembangan jalur kereta api komuter dengan rute Lawang - Singosari - Kota
Malang - Pakisaji - Kepanjen;
3. Pengembangan dry port di Kecamatan Lawang; serta
4. Perbaikan stasiun dan sub stasiun.
c. Pengembangan transportasi laut, yang meliputi:
1. Pengembangan akses eksternal kawasan dalam lingkup yang lebih luas,
dengan strategi sebagai berikut:
a) Pengembangan rute transportasi laut;
b) Pengembangan fungsi jaringan jalan, pengembangan sarana angkutan dan
pengembangan prasarana jalan raya;
c) Pengembangan akses barat - timur yaitu jalan lintas selatan; serta
d) Menjalin kerjasama dengan daerah lain untuk mendukung pengembangan
akses eksternal ini.
2. Pengembangan akses internal kawasan yang menghubungkan simpul-simpul
kegiatan, dengan strategi sebagai berikut:
a) Pengembangan jalan penghubung utama antar cluster industri - Jalan
Lintas Selatan, sekaligus dengan pelabuhan;
b) Pengembangan jalan sirip industri: jalan yang menyirip dari penghubung
permukiman antar cluster industri;
c) Pengembangan jalan antara permukiman dengan pusat perkotaan
Kawasan Sendangbiru;
3. Optimalisasi pelayanan pelabuhan dari segi ketersediaan sarana pendukung,
dengan strategi sebagai berikut:
a) Pengembangan sarana pendukung pelabuhan umum,
b) Pengembangan sarana pendukung pelabuhan internasional dengan
orientasi kegiatan ekspor-impor secara langsung; serta
c) Pengembangan angkutan massal yang murah dan efisien:
4. Optimalisasi pelayanan pelabuhan dari segi ketersediaan prasarana
pendukung, dengan strategi sebagai berikut:
a) Pengembangan terminal barang dan penumpang;
b) Pengembangan pangkalan kendaraan angkutan barang; serta
c) Pengadaan halte pada lokasi sepanjang jalur angkutan umum.

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


17

5. Optimalisasi pelayanan pelabuhan dari segi sosial ekonomi, dengan strategi


sebagai berikut:
a) Kerjasama bilateral dengan negara target ekspor, seperti Cina, Hongkong,
Korea, Jepang, Australia, Belanda, Selandia Baru dan Afrika Selatan;
b) Pengembangan pelayaran untuk kegiatan bongkar muat antar pulau skala
nasional; serta
c) Pengembangan pelayaran ekspor-import hasil tambang (terutama pasir
besi) dan hasil perkebunan (cokelat, kopi dan cengkeh).
6. Penyiapan kelembagaan operasional pengelola kawasan pelabuhan dan
Kawasan Sendangbiru secara keseluruhan, dengan strategi sebagai berikut:
a) Penyiapan lahan dan infrastruktur penunjang pelabuhan; dan
b) Menyiapkan lembaga pengelola Kawasan Sendangbiru.
d. Pengembangan transportasi udara, yang meliputi:
1. Optimalisasi penerbangan komersil, dengan strategi sebagai berikut:
a) Meningkatkan rute penerbangan domestik;
b) Pengembangan transportasi secara eksternal, terkait pengembangan
jaringan jalan utama dan lokasi strategis di wilayah Malang Raya;
c) Pengembangan transportasi secara internal, terkait pengembangan
jaringan jalan internal dalam kawasan khusus sekitar bandara Abdulrahman
Saleh; serta
d) Menjalin kerjasama dengan Kota Malang untuk menunjang pengembangan
jaringan jalan utama dan lokasi strategis di Malang Raya.
2. Optimalisasi tingkat pelayanan dan kelas bandara ke tingkat yang lebih baik,
dengan strategi sebagai berikut:
a) Pengembangan fasilitas pelayanan dan infrastruktur penunjang; dan
b) Peningkatan panjang landasan pacu.
3. Optimalisasi tingkat kenyamanan dan keselamatan penerbangan, dengan
strategi sebagai berikut:
a) Pengendalian kawasan sekitar bandara sesuai aturan keselamatan
penerbangan; serta
b) Pemanjangan ruang bebas hambatan;
e. Pengembangan prasarana telematika, yang meliputi:
1. Peningkatan jangkauan pelayanan dan kemudahan mendapatkannya, dengan
strategi sebagai berikut:
a) Penyediaan tower BTS (Base Transceiver Station) yang digunakan secara
bersama menjangkau ke pelosok perdesaan;
b) Peningkatan sistem informasi telekomunikasi pembangunan daerah berupa
informasi berbasis teknologi internet; serta
c) Pengembangan prasarana telekomunikasi meliputi telepon rumah tangga,
telepon umum, dan jaringan telepon seluler.
2. Peningkatan jumlah dan mutu telematika tiap wilayah, dengan strategi sebagai
berikut:

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


18

a) Penerapan teknologi telematika berbasis teknologi modern;


b) Pembangunan teknologi telematika pada wilayah - wilayah pusat
pertumbuhan; serta
c) Membentuk jaringan telekomunikasi dan informasi yang menghubungkan
setiap wilayah pertumbuhan dengan Ibukota Kabupaten.
f. Pengembangan prasarana sumber daya air, yang meliputi:
1. Peningkatan sistem jaringan sumber daya air, dengan strategi sebagai berikut:
a) Peningkatan jaringan irigasi sederhana dan irigasi setengah teknis; serta
b) Peningkatan sarana dan prasarana pendukung.
2. Optimalisasi fungsi dan pelayanan prasarana sumber daya air, dengan strategi
sebagai berikut:
a) Perlindungan terhadap sumber-sumber mata air dan daerah resapan air;
b) Pengembangan waduk baru, bendung, dan cek dam pada kawasan
potensial;
c) Mencegah terjadinya pendangkalan terhadap saluran irigasi; serta
d) Pembangunan dan perbaikan pintu-pintu air.
g. Pengembangan prasarana energi/listrik, yang meliputi:
1. Optimalisasi tingkat pelayanan dengan strategi sebagai berikut:
a) Perluasan jaringan (pemerataan);
b) Pengembangan sumber daya energi;
c) Pengembangan jaringan baru;
d) Peningkatan infrastruktur pendukung;
e) Penambahan dan perbaikan sistem jaringan; serta
f) Meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan.
2. Perluasan jangkauan listrik sampai ke pelosok desa dengan strategi sebagai
berikut:
a) Peningkatan jaringan listrik pada wilayah pelosok; dan
b) Pengembangan sistem penyediaan setempat misalnya melalui mikro hidro.
3. Peningkatan kapasitas dan pelayanan melalui sistem koneksi Jawa – Bali,
dengan strategi sebagai berikut:
a) Pengembangan sumber listrik melalui pengembangan PLTA baru;
b) Peningkatan kapasitas sumber listrik;
c) Peningkatan efisiensi pemakaian listrik; serta
d) Menjalin kerjasama dengan Bali untuk menunjang dan mempercepat
koneksi.
h. Pengembangan prasarana lingkungan, yang meliputi:
1. Mereduksi sumber timbulan sampah sejak awal, dengan strategi sebagai
berikut:
a) Meminimalkan penggunaan sumber sampah yang sukar di daur ulang
secara alamiah;
b) Memanfaatkan ulang sampah (recycle) yang ada terutama yang memiliki
nilai ekonomi; serta
c) Mengolah sampah organik menjadi kompos.

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


19

2. Optimalisasi tingkat penanganan sampah perkotaan, dengan strategi sebagai


berikut:
a) Peningkatan prasarana pengolahan sampah;
b) Pengadaan TPA regional; serta
c) Pengelolaan sampah berkelanjutan.
3. Optimalisasi tingkat penanganan sampah perdesaan, dengan strategi sebagai
berikut:
a) Sistem pengolahan sampah; dan
b) Pengolahan sampah mendukung pertanian.
4. Penetapan kawasan Ruang Terbuka Hijau, dengan strategi sebagai berikut:
a) Pengadaan taman dan hutan kota;
b) Penetapan luasan RTH perkotaan minimum 30% dari luas area; serta
c) Pengembangan jenis RTH dengan berbagai fungsinya.
5. Menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih, dengan strategi sebagai
berikut:
a) Pemenuhan fasilitas septic tank per Kepala Keluarga di wilayah perkotaan;
b) Penanganan limbah rumah tangga dengan fasilitas sanitasi per Kepala
Keluarga juga sanitasi umum pada wilayah perdesaan; serta
c) Peningkatan sanitasi lingkungan untuk permukiman, produksi, jasa, dan
kegiatan sosial ekonomi lainnya.

Paragraf 3
Kebijakan dan Strategi Penetapan Pola Ruang Wilayah

Pasal 12

Kebijakan dan strategi penetapan pola ruang wilayah memuat:


a. Kebijakan dan strategi pelestarian kawasan lindung; serta
b. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budidaya.

Pasal 13

Kebijakan dan strategi pelestarian kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 12 huruf a, memuat:
a. Pemantapan fungsi lindung pada kawasan yang memberi perlindungan kawasan
bawahannya, dengan strategi sebagai berikut:
1. Pengembalian fungsi pada kawasan yang mengalami kerusakan, melalui
penanganan secara teknis dan vegetatif;
2. Pada kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahnya tetapi terjadi
alih fungsi untuk budidaya maka perkembangan dibatasi dan dikembangkan
tanaman yang memiliki fungsi lindung;
3. Kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan resapan air harus
dipertahankan;

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


20

4. Peningkatan peran serta dari masyarakat sekitar kawasan;


5. Kawasan yang termasuk hulu DAS harus dilestarikan dengan pengembangan
hutan atau perkebunan tanaman keras tegakan tinggi; serta
6. Peningkatan kesadaran akan lingkungan melalui pendidikan, pariwisata,
penelitian dan kerjasama pengelolaan kawasan.
b. Pemantapan kawasan perlindungan setempat, dengan strategi sebagai berikut:
1. Pembatasan kegiatan yang tidak berkaitan dengan perlindungan setempat;
2. Kawasan perlindungan setempat sepanjang sungai dibatasi untuk kepentingan
pariwisata dan mengupayakan sungai sebagai latar belakang kawasan
fungsional;
3. Kawasan perlindungan setempat sekitar waduk dan mata air, dibatasi untuk
pariwisata dan menghindari bangunan radius pengamanan kawasan dan
mengutamakan vegetasi yang memberikan perlindungan waduk dan mata air;
4. Pengamanan kawasan perlindungan setempat sepanjang pantai dilakukan
dengan mempertahankan ekosistem pantai: hutan mangrove, terumbu karang,
rumput laut dan estuaria. Penggunaan fungsional seperti pariwisata, pelabuhan,
hankam, permukiman harus memperhatikan kaidah lingkungan dan ekosistem
pesisir; serta
5. Pemanfaatan sumber air dan waduk untuk irigasi dilakukan dengan tetap
memperhatikan keseimbangan pasokan air dan kebutuhan masyarakat
setempat.
c. Pemantapan kawasan suaka alam dan pelestarian alam, dengan strategi sebagai
berikut:
1. Kawasan ini hanya diperuntukkan bagi kegiatan yang berkaitan dengan
pelestarian kawasan;
2. Memelihara habitat dan ekosistem khusus yang ada dan sifatnya setempat;
3. Meningkatkan nilai dan fungsi kawasan dengan menjadikan kawasan sebagai
tempat wisata, obyek penelitian, kegiatan pecinta alam;
4. Pada kawasan hutan yang mengalami alih fungsi dilakukan pembatasan dan
pengembalian fungsi lindung;
5. Pengamanan kawasan dan/atau benda cagar budaya dan sejarah dengan
melindungi tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai sejarah, situs
purbakala;
6. Pada bangunan bersejarah yang digunakan untuk berbagai kegiatan fungsional
dilakukan pemeliharaan dan larangan perubahan tampilan bangunan; serta
7. Pelaksanaan kerjasama pengelolaan kawasan.
d. Penanganan kawasan rawan bencana alam, dengan strategi sebagai berikut:
1. Menghindari kawasan yang rawan bencana banjir, longsor dan bencana alam
lainnya sebagai kawasan terbangun;
2. Pelestarian kawasan lindung dan mempertahankan kawasan-kawasan yang
berfungsi sebagai resapan air; dan
3. Pengembangan sistem peringatan dini dari kemungkinan adanya bencana
alam.

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


21

e. Penanganan kawasan lindung geologi, dengan strategi sebagai berikut:


1. Pembatasan pemanfaatan ruang untuk kegiatan budidaya terutama untuk
fungsi perkotaan, permukiman dan fasilitas umum / fasilitas sosial, serta
pemanfataan dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis dan ancaman
bencana;
2. Menghindari kawasan rawan bencana alam gunung api, gempa bumi, gerakan
tanah, zona patahan aktif, tsunami, imbuhan air tanah dan sempadan mata air
sebagai kawasan terbangun;
3. Pengembangan sistem peringatan dini dari kemungkinan adanya bencana
alam;
4. Pengembangan bangunan tahan gempa pada daerah terindikasi rawan gempa
dan gerakan tanah;
5. Pengembangan hutan mangrove dan bangunan yang dapat meminimalkan
bencana bila terjadi tsunami; dan
6. Perlindungan terhadap kualitas air tanah dan sempadan mata air dari berbagai
kegiatan dan bahan yang dapat menimbulkan pencemaran dan menyebabkan
kerusakan kawasan.
f. Pemantapan kawasan lindung lainnya, dengan strategi sebagai berikut:
1. Pada kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati tidak digunakan alih
fungsi dan dilakukan penjagaan kawasan secara ketat;
2. Kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan pengungsian satwa,
ekosistemnya harus dipelihara guna menjaga keberlanjutan kehidupan satwa
dalam skala lokal maupun antar benua;
3. Pelestarian pantai berhutan bakau sebagai penyeimbang lingkungan pantai;
4. Pengelolaan kawasan hutan kota sebagai paru-paru kota dan pusat interaksi;
5. Menjadikan kawasan sebagai daya tarik wisata dan penelitian;
6. Pemeliharaan habitat dan ekosistem sehingga keaslian kawasan terpelihara;
serta
7. Pelaksanaan kerjasama dalam pengelolaan kawasan.

Pasal 14

Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budidaya sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 12 huruf b, memuat:
a. Pengembangan hutan produksi, dengan strategi sebagai berikut:
1. Mengembangkan hutan yang memiliki nilai ekonomi tinggi tetapi tetap memiliki
fungsi perlindungan kawasan;
2. Melakukan penanaman dan penebangan secara bergilir;
3. Melakukan kerjasama dengan masyarakat dalam mengelola hutan sebagai pola
kemitraan pengelolaan hutan;
4. Pengolahan hasil hutan;
5. Kawasan hutan rakyat diberikan insentif untuk mendorong terpeliharanya hutan
produksi; serta

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


22

6. Pada kawasan hutan produksi yang dikonversi harus dilakukan pengganti lahan
untuk pengembangan hutan setidaknya tanaman tegakan tinggi tahunan yang
berfungsi seperti hutan, seperti perkebunan karet, cengkeh dan komoditi
lainnya.
b. Pengembangan kawasan hutan rakyat, dengan strategi sebagai berikut:
1. Pemanfaatan ruang untuk peningkatan ekonomi masyarakat dan menunjang
kestabilan neraca sumber daya kehutanan; serta
2. Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi utama kawasan.
c. Pengembangan kawasan pertanian, dengan strategi sebagai berikut:
1. Luasan sawah beririgasi teknis di daerah secara keseluruhan tidak boleh
berkurang;
2. Pada kawasan perkotaan yang alih fungi sawah tidak dapat dihindari harus
dilakukan pengembangan irigasi setengah teknis menjadi sawah beririgasi
teknis sehingga secara keseluruhan luas sawah beririgasi teknis tidak
berkurang;
3. Saluran irigasi tidak boleh diputus atau disatukan dengan drainase, dan
penggunaan bangunan sepanjang saluran irigasi harus dihindari;
4. Pada lahan yang ditetapkan sebagai lahan pangan berkelanjutan, pertanian
tanaman pangan diberikan insentif dan tidak boleh alih fungsi untuk peruntukan
lain;
5. Pengembangan lumbung desa modern;
6. Pengembangan hortikultura dengan pengolahan hasil dan melakukan upaya
ekspor;
7. Upaya pelestarian kawasan hortikultura dengan mengembangkan sebagian
lahannya untuk tanaman tegakan tinggi yang memiliki fungsi lindung;
8. Pengembalian lahan yang rusak atau alih komoditas menjadi perkebunan
seperti semula;
9. Peningkatan produktivitas dan pengolahan hasil perkebunan;
10. Pengembangan kemitraan dengan masyarakat;
11. Melakukan usaha kemitraan dengan pengembangan peternakan;
12. Pengembangan breeding centre;
13. Memelihara kualitas waduk dan sungai untuk pengembangan perikanan darat;
14. Pengembangan sistem minapolitan;
15. Pengembangan perikanan tangkap disertai pengolahan hasil ikan laut;
16. Penggunaan alat tangkap ikan laut yang ramah lingkungan; serta
17. Peningkatan kualitas ekosistem pesisir untuk menjaga mata rantai perikanan
laut.
d. Pengembangan kawasan pertambangan, dengan strategi sebagai berikut:
1. Pengembalian rona alam melalui pengembangan kawasan hutan, atau
kawasan budidaya lain seperti tanaman jarak pada area bekas penambangan;
2. Peningkatan nilai ekonomis hasil pertambangan melalui pengolahan hasil
tambang;
3. Pencegahan Pertambangan Tanpa Izin (PETI);

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


23

4. Pada kawasan tambang bernilai ekonomis tinggi yang berada pada kawasan
lindung atau permukiman harus melakukan kajian kelayakan ekologis dan
lingkungan, ekonomis dan sosial bila akan dilakukan kegiatan penambangan;
serta
5. Penegakan pengelolaan lingkungan kawasan pertambangan.
e. Pengembangan kawasan peruntukan industri, dengan strategi sebagai berikut:
1. Pengembangan dan pemberdayaan industri kecil dan home industry untuk
pengolahan hasil pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan laut;
2. Pengembangan industri yang mengolah bahan dasar hasil tambang;
3. Pengembangan zona industri polutif berjauhan dengan kawasan permukiman;
4. Pengembangan pusat promosi dan pemasaran hasil industri kecil dan kerajinan
kendedes;
5. Peningkatan kegiatan koperasi usaha mikro, kecil dan menengah serta menarik
investasi;
6. Pengembangan kawasan industri secara khusus; serta
7. Pengembangan kawasan industri yang ditunjang pelabuhan ekspor di Kawasan
Sendangbiru, sekaligus memberikan otoritas khusus pengelolaannya.
f. Pengembangan kawasan pariwisata, dengan strategi sebagai berikut:
1. Mengembangkan daya tarik wisata andalan prioritas;
2. Mengkaitkan kalender wisata dalam skala nasional;
3. Membentuk zona wisata dengan disertai pengembangan paket wisata;
4. Peningkatan promosi wisata;
5. Pengadaan kegiatan festival wisata atau gelar seni budaya; serta
6. Pengembangan Pusat Kerajinan Kendedes sebagai pintu gerbang wisata
Kabupaten Malang.
g. Pengembangan kawasan permukiman perdesaan dan perkotaan, dengan strategi
sebagai berikut:
1. Pengembangan permukiman perdesaan disesuaikan dengan karakter fisik,
sosial-budaya dan ekonomi masyarakat perdesaan;
2. Penyediaan sarana dan prasarana permukiman perdesaan;
3. Peningkatan kualitas permukiman perkotaan;
4. Pengembangan perumahan terjangkau;
5. Penyediaan sarana dan prasarana permukiman perkotaan; serta
6. Pengembangan Kasiba/Lisiba mandiri.
h. Pengembangan kawasan pendidikan, dengan strategi sebagai berikut:
1. Pengembangan kawasan pendidikan pada kawasan perkotaan yang berfungsi
sebagai pusat orientasi kegiatan pendidikan; dan
2. Pembangunan sarana dan prasarana penunjang yang sesuai dengan fungsi
utama.
i. Pengembangan ruang terbuka hijau, dengan strategi sebagai berikut:
1. Pengembangan ruang terbuka hijau mengacu pada neraca penyediaan ruang
terbuka hijau perkotaan, yaitu minimal 20% ruang terbuka hijau publik dan 10%
ruang terbuka hijau privat;

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


24

2. Pelarangan pendirian bangunan permanen dan membatasi bangunan hanya


untuk penunjang fungsi rekreasi dan sosial ruang terbuka hijau.
j. Pengembangan kawasan sektor informal, dengan strategi sebagai berikut:
1. Alokasi kawasan sektor informal pada kawasan perkotaan sebagai penunjang
kegiatan permukiman, perdagangan dan jasa, rekreasi, serta industri; dan
2. Pengembangan kawasan sektor informal dengan tidak mengganggu fungsi
utama perkotaan dan pelayanan sarana dan prasarana umum.
k. Pengembangan kawasan andalan, dengan strategi sebagai berikut:
1. Optimalisasi pemanfaatan ruang untuk mendorong pengembangan potensi
ekonomi dan sosial budaya kawasan; serta
2. Pengembangan kawasan dengan memperhatikan kelestarian ekosistem, daya
dukung lingkungan dan karakteristik kawasan.

Pasal 15

Rencana pelestarian kawasan lindung dan pengembangan kawasan budidaya yang


berupa hutan dan lahan wajib dilengkapi dengan:
a. Rencana Pengelolaan Rehabilitasi di Dalam Kawasan Hutan (RPRH) yang
disahkan oleh Bupati; dan
b. Rencana Pengelolaan Rehabilitasi di Lahan (RPRL) yang disahkan oleh Bupati.

Paragraf 4
Kebijakan dan Strategi Penetapan Kawasan Strategis

Pasal 16

Kebijakan dan strategi penetapan kawasan strategis Daerah, yaitu memuat tentang:
a. Mengendalikan perkembangan ruang sekitar kawasan strategis Daerah, dengan
strategi sebagai berikut:
1. Penetapan batas pengaruh kawasan strategis Kabupaten Malang; dan
2. Penetapan pola pemanfaatan lahan, sesuai dengan fungsi dan peran masing-
masing kawasan.
b. Mempertahankan fungsi dan peran kawasan Militer Kostrad di Kecamatan
Singosari dan Jabung, Bandara Abdulrachman Saleh di Pakis, Gudang Amunisi di
Turen serta kawasan Latihan Militer di Kecamatan Lawang, Pagak dan Bantur,
serta Pangkalan Angkatan Laut Sendangbiru dengan strategi sebagai berikut:
1. Membatasi antara lahan terbangun di sekitar kawasan khusus dengan kawasan
lainnya yang belum terbangun sehingga diperoleh batas yang jelas dalam
pengelolaannya;
2. Pemberian hak pengelolaan kepada masyarakat atau pemerintah berdasarkan
kerjasama, harus sesuai ketentuan yang disepakati sehingga menguntungkan
kedua belah pihak; serta
3. Pengendalian kawasan sekitar secara ketat.

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


25

c. Mengembangkan kegiatan pendukung Kawasan Sendangbiru bagi pelabuhan


nasional/internasional, perikanan dan perindustrian, dengan strategi sebagai
berikut:
1. Kerjasama dalam penyediaan tanah disertai lahan pengganti agar luas hutan
tetap;
2. Pengembangan kegiatan ekonomi skala besar;
3. Penyediaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekonomi; serta
4. Penyediaan infrastruktur untuk mendorong pengembangan pelabuhan.
d. Memantapkan fungsi lindung pada kawasan sosio-kultural, dengan strategi sebagai
berikut:
1. Pengendalian perkembangan kawasan sekitar candi yang ada yakni sekitar
Candi Singosari, Stupa Sumberawan, Candi Jago dan Candi Kidal;
2. Pemanfaatan candi sebagai aset wisata; serta
3. Peningkatan pemanfaatan candi untuk penelitian dan pendidikan.
e. Memantapkan kawasan perlindungan ekosistem dan lingkungan hidup, dengan
strategi sebagai berikut:
1. Melarang alih fungsi pada kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan
lindung;
2. Pemanfaatan untuk pendidikan dan penelitian berbasis lingkungan hidup;
3. Mengembalikan kegiatan yang mendorong pengembangan fungsi lindung; serta
4. Meningkatkan keanekaragaman hayati kawasan lindung.

Paragraf 5
Kebijakan dan Strategi Penetapan Fungsi Kawasan Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil

Pasal 17

Kebijakan dan strategi penetapan fungsi kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil, yaitu
memuat tentang:
a. Konservasi kawasan Pulau Sempu sesuai fungsinya sebagai kawasan lindung
(cagar alam), dengan strategi sebagai berikut:
1. Mempertahankan dan menjaga kelestariannya;
2. Membatasi kegiatan yang mengakibatkan terganggunya ekosistem di Pulau
Sempu; serta
3. Mengembalikan berbagai kehidupan terutama satwa yang nyaris punah di
Pulau Sempu.
b. Optimalisasi pengembangan Kawasan Sendangbiru, dengan strategi sebagai
berikut:
1. Melakukan optimasi pola ruang Kawasan Sendangbiru sebagai kawasan
permukiman, pelabuhan dan industri dan kawasan lindung sehingga tetap
terjadi keseimbangan pengembangan kawasan;

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


26

2. Melindungi ekosisitem pesisir yang rentan perubahan fungsi kawasan; serta


3. Peningkatan kegiatan kepariwisataan dan penelitian di Kawasan Sendangbiru.
c. mempertahankan dan memperbaiki ekosistem pesisir, dengan strategi sebagai
berikut:
1. Kerjasama antara pemerintah dan masyarakat setempat dalam memelihara
ekosistem pesisir;
2. Meningkatkan nilai ekonomi kawasan lindung melalui pemanfaatan bakau dan
terumbu karang sebagai sumber ekonomi perikanan dengan cara penangkapan
yang ramah lingkungan dan mendukung keberlanjutan;
3. Menjadikan kawasan lindung sebagai daya tarik wisata dan penelitian
ekosistem pesisir; serta
4. Menghindari pembukaan areal tambak baru pada hutan mangrove.

BAB III
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH
Bagian Pertama
Umum

Pasal 18

Rencana struktur ruang wilayah diwujudkan berdasarkan arahan pengembangan sistem


perdesaan, sistem perkotaan, serta arahan sistem jaringan prasarana wilayah.

Bagian Kedua
Penetapan Kawasan

Pasal 19

(1) Penetapan kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan yang ada di Daerah
berdasarkan pada karakteristik kondisi dan kegiatan sesuai peruntukan tanah dan
ruangnya.
(2) Kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 meliputi 147 (seratus
empat puluh tujuh) kawasan perkotaan dan 244 (dua ratus empat puluh empat)
kawasan perdesaan.

Bagian Ketiga
Sistem Perdesaan

Pasal 20

(1) Sistem perdesaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dilakukan dengan


membentuk pusat pelayanan desa secara berhirarki.
(2) Pengembangan Kawasan Perdesaan meliputi:

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


27

a. Pengembangan perdesaan berbasis potensi dasar yang dimiliki;


b. Pengembangan perdesaan sebagai kawasan pengembangan agropolitan di
wilayah Malang Timur dan Malang Barat; serta
c. Pengembangan pusat desa mulai dari tingkat dusun sampai pusat desa secara
berhirarki.
(3) Sistem perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan
pelayanan perdesaan secara berhirarki, meliputi:
a. Pusat pelayanan antar desa;
b. Pusat pelayanan setiap desa; serta
c. Pusat pelayanan pada setiap dusun atau kelompok permukiman.
(4) Pusat pelayanan perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) secara berhirarki
memiliki hubungan dengan:
a. Pusat pelayanan wilayah kecamatan sebagai kawasan perkotaan terdekat;
b. Perkotaan sebagai pusat pelayanan Wilayah Pengembangan; serta
c. Ibukota daerah masing-masing.

Bagian Keempat
Sistem Perkotaan

Pasal 21

Sistem perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 meliputi:


a. Rencana pusat kegiatan perkotaan
b. Rencana sistem dan fungsi perwilayahan
c. Pengembangan fasilitas kawasan perkotaan
d. Pengembangan kawasan perkotaan

Pasal 22

(1) Rencana pusat kegiatan perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a,
meliputi:
a. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) berada di Kota Malang.
b. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berada di Perkotaan Kepanjen,
c. Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) berada di Perkotaan Ngantang, Perkotaan
Lawang, Perkotaan Tumpang, Perkotaan Dampit, Perkotaan Turen dan
Perkotaan Sendangbiru;
d. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah Ibukota Kecamatan lainnya yang tidak
termasuk perkotaan yang disebutkan di atas.

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


28

(2) Rencana sistem dan fungsi perwilayahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
huruf b adalah 6 (enam) Wilayah Pengembangan Kabupaten Malang:
a. Wilayah Pengembangan Lingkar Kota Malang
Wilayah Pengembangan Lingkar Kota Malang meliputi beberapa kecamatan di
sekeliling Kota Malang yang berorientasi ke Kota Malang, meliputi: Kecamatan
Dau, Kecamatan Karangploso, Kecamatan Lawang, Kecamatan Singosari,
Kecamatan Pakisaji, Kecamatan Wagir, Kecamatan Tajinan, Kecamatan
Bululawang dan Kecamatan Pakis.
b. Wilayah Pengembangan Kepanjen
Wilayah Pengembangan Kepanjen meliputi Kecamatan Kepanjen, Kecamatan
Wonosari, Kecamatan Ngajum, Kecamatan Kromengan, Kecamatan Pagak,
Kecamatan Sumberpucung, Kecamatan Kalipare, Kecamatan Donomulyo,
Kecamatan Gondanglegi, dan Kecamatan Pagelaran, dengan pusat di
Perkotaan Kepanjen.
c. Wilayah Pengembangan Ngantang
Wilayah Pengembangan Ngantang meliputi Kecamatan Ngantang, Kecamatan
Pujon dan Kecamatan Kasembon, dengan pusat pelayanan di Perkotaan
Ngantang.
d. Wilayah Pengembangan Tumpang
Wilayah Pengembangan Tumpang meliputi Kecamatan Tumpang, Kecamatan
Poncokusumo, Kecamatan Wajak dan Kecamatan Jabung, dengan pusat
pelayanan di Perkotaan Tumpang.
e. Wilayah Pengembangan Turen dan Dampit
Wilayah Pengembangan Turen dan Dampit terdiri dari Kecamatan Turen,
Kecamatan Dampit, Kecamatan Tirtoyudo dan Kecamatan Ampelgading,
dengan pusat pelayanan sosial di Turen dan pusat pelayanan ekonomi di
Dampit.
f. Wilayah Pengembangan Sumbermanjing Wetan
Wilayah Pengembangan Sumbermanjing Wetan meliputi Kecamatan
Sumbermanjing Wetan, Gedangan dan Bantur, dengan pusat pelayanan di
Perkotaan Sendangbiru.
(3) Pengembangan fasilitas kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21 huruf c adalah:
a. Pada Wilayah Pengembangan Lingkar Kota Malang, dengan fungsi
pengembangan sebagai pusat pelayanan di (Kota Malang) yaitu fasilitas pusat
perdagangan skala regional, pusat jasa skala Daerah, pusat kesehatan skala
Daerah, dan pusat olahraga dan kesenian regional - nasional;
b. Pada Wilayah Pengembangan Kepanjen, dengan fungsi pengembangan
sebagai pusat pelayanan dan ibukota Daerah yaitu fasilitas pusat perdagangan
skala Daerah, pusat jasa skala Daerah, pusat kesehatan skala Daerah, pusat
peribadatan Daerah, pusat perkantoran Daerah, dan pusat olahraga dan
kesenian regional - nasional;

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


29

c. Pada Wilayah Pengembangan Ngantang, dengan fungsi pengembangan


sebagai pusat pelayanan yaitu fasilitas pusat pariwisata Malang bagian Barat,
pusat industri pengolahan dan pemasaran hasil pertanian, sub terminal
agribisnis, dan pusat sistem agropolitan dan pengembangan kawasan
perdesaan;
d. Pada Wilayah Pengembangan Tumpang, dengan fungsi pengembangan
sebagai pusat pelayanan yaitu fasilitas pusat industri/pemasaran hasil
pertanian, pusat agropolitan, dan minapolitan;
e. Pada Wilayah Pengembangan Turen dan Dampit, dengan fungsi
pengembangan sebagai pusat pelayanan sosial yaitu fasilitas pusat industri
strategis (PT PINDAD), home industry, dan pusat peternakan unggulan; serta
f. Pada Wilayah Pengembangan Sumbermanjing Wetan, dengan fungsi
pengembangan sebagai pusat pelayanan dan perkotaan pelabuhan yaitu
fasilitas pusat perdagangan skala nasional, pusat industri besar dan strategis
nasional (kawasan industri), pusat industri perikanan, pusat jasa skala nasional,
pusat kesehatan regional, pusat pengelola kota pelabuhan, pusat pelayanan
umum regional, pusat industri/pemasaran hasil pertanian.
(4) Pengembangan kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf
d adalah Kawasan Perkotaan Malang terdiri atas:
a. Kota inti, yaitu (Kota Malang), dan sebagai satelit utama adalah: (Kota Batu),
Perkotaan Lawang, Perkotaan Tumpang, Perkotaan Turen dan Perkotaan
Kepanjen.
b. Perkembangan Kawasan Perkotaan ini didukung oleh sistem angkutan massal
perkotaan, bus metro dan kereta komuter.

Bagian Kelima
Sistem Jaringan Prasarana Wilayah

Pasal 23

Sistem jaringan prasarana wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, meliputi:
a. Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana transportasi meliputi: jalan,
kereta api, penyeberangan, laut, dan udara;
b. Rencana sistem jaringan prasarana telematika;
c. Rencana jaringan prasarana sumber daya air dan pemanfaatan sumber air tanah;
d. Rencana sistem jaringan prasarana energi; serta
e. Rencana sistem jaringan prasarana lingkungan.

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


30

Paragraf 1
Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi

Pasal 24

(1) Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana transportasi jalan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf a, terdiri dari prasarana jalan umum
yang dinyatakan dalam status dan fungsi jalan, prasarana terminal penumpang
jalan, serta angkutan massal perkotaan.
(2) Pengelompokan jalan berdasarkan status dapat dibagi menjadi jalan nasional,
jalan provinsi, dan jalan kabupaten/kota.
(3) Pengelompokan jalan berdasarkan fungsi jalan dibagi kedalam jalan arteri, jalan
kolektor, jalan lokal dan jalan lingkungan.
(4) Pengelompokan jalan berdasarkan sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan
jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder.
(5) Rencana pengembangan prasarana jalan meliputi arahan pengembangan bagi
jalan nasional jalan tol, jalan nasional bukan jalan tol, jalan provinsi, jalan
lintas/tembus kabupaten dan jalan lingkar.
(6) Pengembangan prasarana jalan meliputi pengembangan jalan baru dan
pengembangan jalan yang sudah ada.

Pasal 25

(1) Rencana pengembangan jalan tol sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24


ayat (5), meliputi ruas Jalan Tol Pandaan - Malang - Kepanjen.
(2) Jalan arteri primer sebagai jalan nasional yang sudah dikembangkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3), meliputi ruas jalan raya
Surabaya - Pandaan - Lawang - Singosari - Malang
(3) Rencana pengembangan Jalan Lintas Selatan (JLS) sebagai jalan arteri primer
dengan status jalan nasional di Kabupaten Malang, melalui: Kabupaten Blitar –
Kecamatan Donomulyo (Desa Sumberoto-Desa Purwodadi-Desa Mentaraman-
Desa Kedungsalam-Desa Banjarejo-Desa Tulungrejo) – Kecamatan Bantur (Desa
Bandungrejo-Desa Sumberbening-Desa Srigonco) – Kecamatan Gedangan (Desa
Tumpakrejo-Desa Sidodadi-Desa Sindurejo-Desa Gajahrejo) – Kecamatan
Sumbermanjing Wetan (Desa Sitiarjo-Desa Tambakrejo-Desa Tambakasri) –
Kecamatan Dampit (Desa Sukodono-Desa Srimulyo)– Kecamatan Tirtoyudo (Desa
Sumbertangkil) – Kecamatan Ampelgading (Desa Lebakharjo) - Kabupaten
Lumajang.
(4) Rencana pengembangan jalan kolektor primer sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 ayat (3), meliputi:
a. Rencana pengembangan jalan kolektor primer 1 sebagai jalan nasional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3), meliputi ruas:

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


31

- Jaringan jalan yang menghubungkan Kota Malang - Kabupaten Malang -


Kabupaten Lumajang - Kabupaten Jember yang melalui Kota Malang -
Kepanjen - Gondanglegi - Turen - Dampit - Tirtoyudo - Ampelgading -
Pasirian - Lumajang - Jember.
- Jaringan jalan yang menghubungkan Kota Malang dan Kota Blitar yakni
melalui: Kota Malang - Pakisaji - Kepanjen - Sumberpucung - Kesamben -
Wlingi - Kota Blitar.
- Jaringan jalan yang menghubungkan Kota Malang - Kabupaten Malang -
Kota Batu - Kabupaten Malang - Kabupaten Kediri, yang melalui jalan
Kota Malang - Dau - Kota Batu - Pujon - Ngantang - Kasembon -
Kandangan - Kediri / Jombang.
b. Rencana pengembangan jalan kolektor primer 2 sebagai jalan nasional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3), meliputi ruas:
- Jaringan jalan yang menghubungkan Kota Malang dan Perkotaan
Sendangbiru, melalui jalur Kota Malang - Pakisaji (Kendalpayak)
Bululawang - Turen - Sumbermanjing Wetan - Sendangbiru.
- Jaringan jalan yang menghubungkan antara: Singosari - Pakis – Tumpang -
Poncokusumo - Wajak - Turen. Jalan ini disebut juga jalan Lingkar Timur
(5) Rencana pengembangan jalan kolektor sekunder sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 ayat (3) meliputi:
- Jaringan jalan yang menghubungkan Kota Malang dan Perkotaan
Sendangbiru melalui Bululawang - Gondanglegi - Bantur -Balekambang -
Jalan Lintas Selatan (JLS) - Sendangbiru.
- Jaringan jalan yang menghubungkan Kota Malang dengan Kota Batu,
melalui Karangploso - Giripurno.
- Jaringan jalan yang menghubungkan Kota Malang dan Perkotaan
Sendangbiru melalui Dampit - Klepu - Tegalrejo - Sidomulyo -
Sendangbiru.
(6) Rencana pengembangan jalan lokal primer sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 ayat (3), meliputi:
a. Rencana pengembangan jalan lokal primer sebagai Jalan Kabupaten
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3), meliputi ruas:
1. Jaringan jalan yang menghubungkan antara: Kepanjen - Ngajum - Wagir -
Dau - Pujon - Ngantang - Kasembon. Jalan ini dikenal dengan Jalan Lingkar
Barat dengan fungsi utama untuk mengurangi kepadatan lalu lintas antara
Malang - Kepanjen.
2. Jaringan jalan yang menuju wisata Gunung Bromo dengan melewati desa-
desa di Kecamatan Poncokusumo yaitu melewati Poncokusumo - Ngadas -
Jemplang;
3. Jaringan jalan antara Karangploso - Kota Batu yaitu dari Pendem menuju
Songgoriti;
4. Jaringan jalan yang melewati Desa Sidorahayu di Kecamatan Wagir - Desa
Petungsewu di Kecamatan Dau - Kota Malang;

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


32

5. Jaringan jalan yang menghubungkan antara Kepanjen - Pagak - Donomulyo -


Bantur - Gedangan - Kalipare;
6. Jaringan jalan yang menghubungkan antara Kota Malang - Tajinan -
Tumpang;
7. Jaringan jalan yang menghubungkan antara Bululawang (Desa Krebet) -
Wajak;
8. Jaringan jalan yang menghubungkan Ngajum - Gunung Kawi;
9. Jaringan jalan yang menghubungkan antara Sumberpucung - Kalipare -
Donomulyo - Pagak (Pantai Ngliyep) - Kepanjen;
10. Jaringan jalan yang menghubungkan Desa Dengkol di Kecamatan
Singosari - Jabung - Kota Malang;
11. Jaringan jalan yang menghubungkan Kota Malang - Desa Kedungrejo di
Kecamatan Pakis - Tumpang;
12. Jaringan jalan yang menghubungkan Kota Malang dengan Desa Kidal di
Tumpang;
13. Jaringan jalan yang menghubungkan Kepanjen - Bululawang melalui
Krebet;
14. Jaringan jalan dari Tirtoyudo ke arah Pantai Sipelot (hal ini direncanakan
untuk mengantisipasi peningkatan arus lalu lintas sehubungan dengan
rencana pengembangan Tempat Pelelangan Ikan di Pantai Sipelot); serta
15. Jalan-jalan utama yang menghubungkan antara JLS dengan daya tarik
wisata di pantai selatan Kabupaten Malang.
b. Rencana pengembangan jalan lokal primer sebagai jalan tembus antar wilayah
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (5), meliputi:
1. Jalan tembus yang menghubungkan Kabupaten Malang dengan Kabupaten
Pasuruan, yaitu melewati Jabung-Nongkojajar (Pasuruan); Kabupaten
Malang dengan Kabupaten Blitar di bagian barat, yakni dari Ngantang-
Wlingi (Kabupaten Blitar) dan Kromengan-Nglegok (Kabupaten Blitar); serta
2. Jaringan jalan yang menghubungkan antara Singosari-Jabung-Pakis.
(7) Rencana pengembangan terminal penumpang:
a. memperbaiki dan meningkatkan pelayanan terminal di Gondanglegi,
Karangploso, Dampit, Singosari, dan Tumpang;
b. rencana pemindahan dan peningkatan APK (Areal Parkir Kendaraan) di
Kecamatan Turen menjadi terminal tipe C di Desa Talok;
c. rencana pemindahan dan peningkatan terminal tipe C Talangagung menjadi
terminal tipe B di Desa Ngadilangkung di Kecamatan Kepanjen; serta
d. peningkatan infrastruktur pendukung dan pelayanan terminal yang memadai.
(8) Rencana pengembangan angkutan massal cepat di wilayah perkotaan dilakukan
sebagai pendukung kawasan perkotaan Malang melalui pengembangan angkutan
massal komuter dan bus kota di:
a. Kecamatan Lawang;
b. Kecamatan Singosari;
c. Kecamatan Dau;
d. Kota Malang;
D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc
33

e. Kota Batu;
f. Kecamatan Pakisaji;
g. Kecamatan Bululawang;
h. Kecamatan Turen; serta
i. Kecamatan Kepanjen.

Paragraf 2
Rencana Pengembangan Transportasi Perkeretaapian

Pasal 26

(1) Rencana pengembangan prasarana transportasi perkeretaapian sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 23 huruf a meliputi arahan pengembangan jalur
perkeretaapian, pengembangan prasarana transportasi kereta api untuk keperluan
penyelenggaraan perkeretaapian komuter, dry port, terminal barang, serta
konservasi dan revitalisasi rel mati.
(2) Rencana pengembangan jalur perkeretaapian meliputi arahan pengembangan
jalur kereta api ganda, dan penataan jalur perkeretaapian di wilayah bagian Utara
dan Barat. Jalur Kereta Api yang beroperasi saat ini:
a. Jalur Utara: Kabupaten Blitar - Malang - Surabaya; serta
b. Jalur Barat: Kota Malang - Jakarta melalui Kabupaten Blitar.
(3) Rencana pengembangan jalur perkeretaapian ganda (double track) ditujukan pada
jalur Kecamatan Lawang - Singosari - Kota Malang - Pakisaji – Kepanjen.
(4) Rencana pengembangan prasarana perkeretaapian untuk keperluan
penyelenggaraan kereta api komuter melewati Kecamatan Lawang - Singosari -
Kota Malang - Pakisaji – Kepanjen.
(5) Rencana pengembangan prasarana jalur perkeretaapian di Jalur Utara dan Barat
berupa penataan jalur yang terdiri dari tindakan pemasangan jalur ganda, tindakan
pemasangan jalur melayang, serta pemindahan lintasan perkeretaapian regional,
bila diperlukan.

Paragraf 3
Rencana Pengembangan Transportasi Laut

Pasal 27

(1) Rencana pengembangan prasarana transportasi laut sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 23 huruf a, meliputi pengembangan pelabuhan umum dan pelabuhan
khusus.
(2) Rencana pengembangan pelabuhan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi:

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


34

a. Pengembangan pelabuhan umum di Pantai Tamban dan perkotaan yang


besar, sehingga dapat dikembangkan sebagai permukiman, industri,
perdagangan dan jasa, pergudangan dan pelabuhan;
b. Pengembangan kawasan pelabuhan umum dan internasional di Kecamatan
Sumbermanjing Wetan;
c. Pengembangan pusat perikanan skala nasional; serta
d. Arahan jalur pelayaran selain tetap mendukung tranportasi wisata untuk
mengelilingi Pulau Sempu, juga menghubungkan ke berbagai pusat perikanan
nusantara yaitu ke Muncar, Banyuwangi, khususnya untuk kegiatan
perhubungan antar pulau dan negara.
(3) Rencana pengembangan pelabuhan khusus dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan dengan mengikuti rencana tata ruang.

Paragraf 4
Rencana Pengembangan Transportasi Udara

Pasal 28

(1) Prasarana transportasi udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf a


meliputi untuk kepentingan militer dan komersial di Bandara Abdulrahman Saleh.
(2) Bandara Abdulrahman Saleh merupakan bandara pusat penyebaran tersier.
(3) Rencana pengembangan pelayanan dilakukan dengan memperpanjang run way
sehingga pesawat berbadan lebih besar dapat mendarat.
(4) Rencana pengembangan jalur penerbangan ditingkatkan ke segenap pelosok
bandara yang ada di Indonesia dengan membuka rute Malang - Jakarta, rute
Malang - Denpasar, dan rute Malang - Balikpapan.
(5) Rencana penanganan dan pengelolaan kawasan bandar udara, meliputi:
a. Peningkatan kondisi landasan pacu berupa pemanjangan landasan pacu
sebesar 300 - 500 meter diperlukan untuk meningkatkan jenis pesawat yang
mampu mendarat, yakni diarahkan untuk pesawat jenis Air Bus dan Boeing
737 seri di atas 200;
b. Penataan kawasan di sekitarnya khususnya terkait dengan jenis penggunaan
lahan, intensitas penggunaan dan ketinggian bangunan; serta
c. Untuk keselamatan penerbangan diperlukan ruang bebas hambatan dalam
bentuk bidang kerucut di sekeliling landasan pacu yang berfungsi sebagai
areal/ ruang manuver pesawat, dan bidang transisi sepanjang 4.000 meter
dari ujung landasan pacu yang diperlukan untuk keselamatan pesawat saat
lepas landas (take off) dan mendarat (landing).

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


35

Paragraf 5
Rencana Sistem Jaringan Prasarana Telematika

Pasal 29

(1) Sistem jaringan prasarana telematika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23


huruf b adalah perangkat komunikasi dan pertukaran informasi yang
dikembangkan untuk tujuan-tujuan pengambilan keputusan di ranah publik
ataupun privat.
(2) Prasarana telematika yang dikembangkan, meliputi:
a. Sistem kabel;
b. Sistem seluler; dan
c. Sistem satelit.
(3) Rencana pengembangan prasarana telematika sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), terus ditingkatkan perkembangannya hingga mencapai pelosok wilayah yang
belum terjangkau sarana prasarana telematika untuk mendorong kualitas
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.
(4) Rencana penyediaan infrastruktur telematika, berupa tower BTS (Base
Transceiver Station) secara bersama-sama.
(5) Untuk meningkatkan pelayanan di wilayah terpencil, pemerintah memberi
dukungan dalam pengembangan kemudahan jaringan telematika.
(6) Arahan pengelolaan berada di bawah otorita tersendiri sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku, antara lain meliputi:
a. Menerapkan teknologi telematika berbasis teknologi modern;
b. Pembangunan teknologi telematika pada wilayah-wilayah pusat pertumbuhan;
serta
c. Membentuk jaringan telekomunikasi dan informasi yang menghubungkan
setiap wilayah pertumbuhan dengan ibukota daerah;
d. Mengarahkan untuk memanfaatkan secara bersama pada satu tower BTS
untuk beberapa operator telepon seluler dengan pengelolaan secara bersama
pula.
(7) Penjabaran dari setiap butir sebagaimana dimaksud pada ayat (6) akan diatur
dalam Peraturan Daerah secara tersendiri

Paragraf 6
Rencana Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air dan
Pemanfaatan Sumber Air tanah

Pasal 30

(1) Rencana sistem jaringan prasarana sumber daya air dan pemanfaatan sumber air
tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf c meliputi rencana sistem
jaringan sumber daya air, fungsi dan pelayanan prasarana sumber daya air,
pemanfaatan air tanah, dan pemanfaatan air sumber.

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


36

(2) Rencana sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi jaringan air bersih (PDAM) dan irigasi.
(3) Pengembangan prasarana sumber daya air untuk air bersih diarahkan untuk
mengoptimalkan pemanfaatan sumber air permukaan dan sumber air tanah.
(4) Pemenuhan kebutuhan akan air bersih dan irigasi dilakukan dengan peningkatan
jaringan sampai ke wilayah yang belum terjangkau, sedangkan irigasi dengan
peningkatan saluran dari sistem setengah teknis dan sederhana ditingkatkan
menjadi irigasi teknis.
(5) Upaya penanganan untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih yaitu dengan
peningkatan sarana dan prasarana pendukung seperti pipa, tandon, reservoir, dan
prasarana pendukung lainnya.
(6) Sistem jaringan sumber daya air utama adalah Daerah Aliran Sungai Brantas
sebagai Wilayah Sungai Strategis Nasional.
(7) Kebutuhan air irigasi pada wilayah Daerah dibagi menurut unit pelayanan lokal
(UPTD) yaitu UPTD Pujon, Malang, Singosari, Tumpang, Bululawang,
Gondanglegi, Turen, Kepanjen, dan Ngajum.
(8) Upaya penanganan untuk meningkatkan layanan fasilitas air bersih dilakukan
dengan cara:
a. Perlindungan terhadap sumber-sumber mata air dan daerah resapan air;
b. Perluasan daerah aliran, baik itu saluran irigasi, serta Daerah Aliran Sungai;
c. Mencegah terjadinya pendangkalan terhadap saluran irigasi;
d. Pembangunan dan perbaikan pintu-pintu air.
(9) Pemanfaatan air sumber untuk kepentingan air minum dan irigasi atau untuk
berbagai pemanfaatan yang lainnya, yaitu sumber air di Wendit dan sumber
Maguan di Ngajum, dilakukan dengan cara:
a. Pengaturan dalam bentuk kerjasama dengan proporsi yang seimbang.
b. Pengaturan komposisi antar wilayah dan pengaturan untuk kebutuhan irigasi
sehingga tidak terjadi kekurangan air bagi sawah beririgasi teknis dan
setengah teknis.
(10) Pengembangan waduk, dam dan embung serta pompanisasi terkait dengan
pemanfaatan sumber air permukaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
dengan mempertimbangkan:
a. Daya dukung sumber daya air;
b. Kekhasan dan aspirasi daerah serta masyarakat setempat;
c. Kemampuan pembiayaan; serta
d. Kelestarian keanekaragaman hayati dalam sumber air.
(11) Pengembangan waduk, dam dan embung serta pompanisasi terkait dengan
pemanfaatan sumber air permukaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan meliputi:
a. Dam Selorejo di Kecamatan Ngantang;
b. Dam Sutami di Kecamatan Sumberpucung;
c. Dam Lahor di Kecamatan Sumberpucung;
d. Dam Trap Sewu di Kecamatan Tirtoyudo;
e. Bendungan Sengguruh di Kecamatan Kepanjen;
D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc
37

f. Bendungan Karangkates di Kecamatan Sumberpucung; serta


g. Waduk Kali Genteng di Kecamatan Dampit.
(12) Area lahan beririgasi teknis harus dipertahankan agar tidak berubah fungsi
menjadi peruntukan yang lain, jika areal tersebut terpaksa harus berubah fungsi
maka disediakan lahan areal baru yang menggantikannya dengan luasan minimal
sama ditambah dengan biaya investasi yang telah ditanamkan di lokasi tersebut.
(13) Rencana pengelolaan sumber daya air, meliputi:
a. Pembangunan prasarana sumber daya air;
b. Semua sumber air baku dari dam, embung, waduk, telaga, bendungan serta
sungai-sungai klasifikasi I - IV yang airnya dapat dimanfaatkan secara
langsung dan dikembangkan untuk berbagai kepentingan;
c. Zona pemanfaatan DAS dilakukan dengan membagi tipologi DAS
berdasarkan tipologinya; serta
d. Penetapan zona pengelolaan sumber daya air sesuai dengan keberadaan
wilayah sungai tersebut pada zona kawasan lindung tidak diizinkan
pemanfaatan sumber daya air untuk fungsi budidaya, termasuk juga untuk
penambangan.
e. Kajian kemampuan cadangan air tanah disertai dengan AMDAL jika akan
melakukan eksplorasi dan eksploitasi.

Paragraf 7
Rencana Sistem Jaringan Prasarana Energi

Pasal 31

(1) Rencana sistem jaringan prasarana energi sebagaimana tertuang dalam Pasal 23
huruf d meliputi energi listrik dan energi lainnya.
(2) Sumber daya energi adalah sebagian dari sumber daya alam yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber energi dan atau energi baik secara langsung
maupun dengan proses konservasi atau transportasi.
(3) Pengembangan sarana untuk pengembangan listrik meliputi:
a. Pengembangan pembangkit listrik, PLTU Trap Sewu, PLTU Karangkates, dan
PLTU Sengguruh
b. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) di
Kecamatan Kepanjen dan Kecamatan Pakis
(4) Pengembangan pelayanan energi listrik, meliputi:
a. Peningkatan daya energi listrik pada daerah-daerah pusat pertumbuhan dan
daerah pengembangan berupa pembangunan dan penambahan gardu-gardu
listrik;
b. Penambahan dan perbaikan sistem jaringan listrik pada daerah-daerah yang
belum terlayani, utamanya bagi sekitar 25,64 % Kepala Keluarga yang belum
memperoleh pelayanan energi listrik yang bersumber dari Perusahaan Listrik
Negara (PLN); serta

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


38

c. Meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan listrik sehingga terjadi


pemerataan pelayanan di seluruh wilayah daerah, sehingga dapat
diasumsikan bahwa setiap Kepala Keluarga akan memperoleh layanan
jaringan listrik, sehingga tidak ada masyarakat yang belum terlayani.
(5) Rencana pengelolaan sumber daya energi adalah untuk memenuhi kebutuhan
listrik dan energi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
antara lain meliputi:
a. Membatasi kegiatan pengembangan di sekitar lokasi SUTT dan SUTET;
b. Menetapkan areal konservasi di sekitar lokasi SUTT dan SUTET yaitu sekitar
20 meter pada setiap sisi tiang listrik untuk mencegah terjadinya gangguan
kesehatan bagi masyarakat; serta
c. Menetapkan sempadan SUTT 66 kv tanah datar dan sempadan SUTT 150 kv
tanah datar.

Paragraf 8
Rencana Sistem Jaringan Prasarana Lingkungan

Pasal 32

(1) Rencana sistem jaringan prasarana lingkungan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 23 huruf e meliputi pengadaan taman dan hutan untuk pengawetan tanah,
udara dan air, arahan penanganan dan pemeliharaan lingkungan.
(2) Upaya penanganan persampahan di wilayah perkotaan Daerah meliputi
pengembangan:
a. Tempat Pemrosesan Akhir yang dikelola bersama untuk kepentingan antar
wilayah, baik dalam skala regional dan skala wilayah pengembangan
Kabupaten Malang;
b. Tempat Pemrosesan Akhir Regional untuk menampung dan mengelola
sampah yaitu di Kecamatan Wagir (berbatasan langsung dengan Tempat
Pembuangan Akhir Supiturang milik Kota Malang); serta
c. Tempat pengelolaan limbah industri B3 dan non B3 di kawasan industri
Jabung dan Sumbermanjing Wetan.
(3) Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana lingkungan yang digunakan
lintas wilayah administratif, adalah:
a. Kerjasama antar wilayah dalam hal pengelolaan dan penanggulangan
masalah sampah terutama di wilayah perkotaan;
b. Pengalokasian tempat pemrosesan akhir sesuai dengan persyaratan teknis;
c. Pengolahan dilaksanakan dengan teknologi ramah lingkungan sesuai dengan
kaidah teknis; serta
d. Pemilihan lokasi untuk prasarana lingkungan harus sesuai dengan daya
dukung lingkungan.
(4) Upaya penanganan permasalahan limbah khusus rumah tangga dibedakan
menurut wilayah perkotaan dan perdesaan, yaitu:
a. Pada wilayah perkotaan pengembangan sanitasi diarahkan kepada
pemenuhan fasilitas septic tank pada masing-masing Kepala Keluarga; serta

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


39

b. Pada wilayah perdesaan penanganan limbah khusus rumah tangga dapat


dikembangkan fasilitas sanitasi pada setiap Kepala Keluarga serta fasilitas
sanitasi umum.

BAB IV
RENCANA POLA RUANG WILAYAH
Bagian Pertama
Umum

Pasal 33

Rencana pola ruang wilayah menggambarkan rencana sebaran kawasan lindung dan
kawasan budidaya.

Bagian Kedua
Rencana Pola Pelestarian Kawasan Lindung

Pasal 34

Pola ruang untuk kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, yaitu
meliputi:
a. Kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya;
b. Kawasan perlindungan setempat;
c. Kawasan suaka alam;
d. Kawasan pelestarian alam;
e. Kawasan bencana alam;
f. Kawasan lindung geologi; serta
g. Kawasan lindung lainnya.

Pasal 35

(1) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 34 huruf a, meliputi:
a. Kawasan lindung; dan
b. Kawasan resapan air.
(2) Kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah kawasan
hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada
kawasan sekitarnya maupun kawasan bawahannya sebagai pengatur tata air,
pencegah banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah.
a. Pelestarian kawasan lindung memiliki arti yang sangat penting dalam menjaga
kualitas air sungai, ketersediaan air sungai, serta pelestarian berbagai flora
dan fauna sepanjang DAS termasuk peningkatan produktivitas lahan; serta
b. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan lindung, melalui:

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


40

1. Peningkatan fungsi lindung pada area yang telah mengalami alih fungsi
melalui pengembangan vegetasi tegangan tinggi yang mampu
memberikan perlindungan terhadap permukaan tanah dan mampu
meresapkan air;
2. Perluasan kawasan lindung di wilayah Taman Nasional Bromo-Tengger-
Semeru dan Taman Hutan Raya R. Soeryo, terutama pada area yang
mengalami alih fungsi;
3. Pengembalian berbagai rona awal sehingga kehidupan satwa langka dan
dilindungi dapat lestari;
4. Percepatan rehabilitasi lahan yang mengalami kerusakan;
5. Peningkatan fungsi lahan melalui pengembangan hutan rakyat yang
memberikan nilai ekonomi melalui pengambilan hasil buah bukan kayu,
sehingga pola ini memiliki kemampuan perlindungan seperti hutan
terutama di area gunung Anjasmoro, pegunungan Kawi dan Kelud; serta
6. Meningkatkan kegiatan pariwisata alam (misalnya mendaki gunung,
outbond, camping) terutama di Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru
dan Taman Hutan Raya R. Soeryo, sekaligus menanamkan gerakan cinta
alam.
(3) Kawasan resapan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah daerah
yang memiliki kemampuan tinggi meresapkan air hujan, sehingga merupakan
tempat pengisian air bumi (akuiver) yang berguna sebagai penyedia sumber air
a. Terletak di Kecamatan Poncokusumo, Kecamatan Tumpang, Kecamatan
Jabung, Kecamatan Pujon, Kecamatan Ngantang, Kecamatan Singosari,
Kecamatan Dau dan Kecamatan Kasembon, hutan di Taman Nasional Bromo-
Tengger-Semeru (TN-BTS), hutan di Taman Hutan Raya R. Soeryo, Gunung
Anjasmoro, Pegunungan Kawi, dan hutan di daerah Kelud, seluas 38.688,46
Ha;
b. Peningkatan manfaat lindung pada kawasan resapan air dilakukan dengan
cara:
1. Pembuatan sumur-sumur resapan;
2. Pengendalian hutan dan tegakan tinggi pada wilayah-wilayah hulu; serta
3. Pengolahan sistem terasering dan vegetasi yang mampu menahan dan
meresapkan air.
c. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan resapan air, melalui:
1. Peningkatan fungsi lindung pada area yang telah mengalami alih fungsi
melalui pengembangan vegetasi tegakan tinggi yang mampu memberikan
perlindungan terhadap permukaan tanah dan mampu meresapkan air ke
dalam tanah;
2. Perluasan kawasan lindung di wilayah Taman Nasional Bromo-Tengger-
Semeru dan Taman Hutan Raya R. Soeryo terutama pada area yang
mengalami alih fungsi;
3. Percepatan rehabilitasi lahan yang mengalami kerusakan;

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


41

4. Peningkatan fungsi lahan melalui pengembangan hutan rakyat yang


memberikan nilai ekonomi melalui pengambilan hasil buah bukan kayu,
dan vegetasi yang menjadi tempat kehidupan berbagai satwa;
5. Peningkatan kegiatan pariwisata alam (misalnya mendaki gunung,
outbond, camping) terutama di Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru
dan Taman Hutan Raya R. Soeryo sekaligus menanamkan gerakan cinta
alam; serta
6. Pengolahan tanah secara teknis (misalnya membuat embung, cekungan
tanah, bendung) sehingga kawasan ini memberikan kemampuan
peresapan air yang lebih tinggi.

Pasal 36

(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf b,


meliputi:
a. Kawasan sempadan pantai;
b. Kawasan sempadan sungai;
c. Kawasan sekitar danau/waduk;
d. Kawasan sekitar mata air; serta
e. Kawasan sempadan irigasi.
(2) Kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, adalah
kawasan sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi pantai, meliputi:
a. Perlindungan hutan bakau (mangrove) pada Pantai Sipelot dan Pantai
Tamban;
b. Perlindungan terumbu karang di sepanjang kawasan pesisir khususnya di
Pulau Sempu, Pantai Tambakasri, Pantai Wonogoro, Pantai Tamban dan
Pantai Kondang Ikan;
c. Perlindungan rumput laut atau padang lamun di Pantai Kondangmerak;
d. Perlindungan kawasan estuaria sebagai tempat pertemuan sungai dan laut
hampir di setiap Kecamatan; serta
e. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan sempadan pantai, melalui:
1. Perlindungan kawasan sempadan pantai 100 meter dari pasang tertinggi
sehingga dilarang mengadakan alih fungsi lindung yang menyebabkan
kerusakan kualitas pantai;
2. Pada sempadan pantai dan sebagian kawasan pantai yang merupakan
pesisir terdapat ekosistem bakau, terumbu karang, padang lamun, dan
estuaria harus dilindungi dari kerusakan;
3. Hutan bakau yang ada di sekitar pulau sempu dan pantai tamban di
Kecamatan Sumbermanjing Wetan, serta Pantai Kondangmerak di
Kecamatan Bantur, alih fungsi bakau untuk tambak diizinkan maksimum
20% dari optimum luas hutan bakau. Pada kawasan yang potensial untuk
dilakukan penanaman bakau, maka dilakukan penanaman sehingga
menambah area bakau di daerah;

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


42

4. Beberapa pantai seperti Sendangbiru, Kondangmerak, Bajulmati,


Jonggringsaloko dapat dikembangkan terumbu karang buatan untuk
meningkatkan fungsi ekologis pesisir;
5. Pengembangan kawasan sepanjang pantai yang termasuk sebagai
kawasan lindung namun memiliki fungsi sebagai kawasan budidaya
seperti permukiman perkotaan dan perdesaan, pariwisata, pelabuhan,
pertahanan dan keamanan, serta kawasan lainnya, dilakukan sesuai
dengan peruntukan lahan yang telah ditentukan dalam rencana tata ruang
kawasan pesisir;
6. Melakukan sistem peringatan dini terhadap kemungkinan terjadinya
bencana;
7. Memantapkan kawasan lindung di daratan untuk menunjang kelestarian
kawasan lindung pantai;
8. Bangunan di pantai diarahkan di luar sempadan pantai, kecuali bangunan
yang harus ada di sempadan pantai seperti dermaga, tower penjaga
keselamatan pengunjung pantai;
9. Menjadikan kawasan lindung sepanjang pantai yang memiliki nilai
ekologis sebagai daya tarik wisata dan penelitian; serta
10. Dalam skala besar diperlukan penetapan zona lindung di pantai
Sendangbiru sebagai kota pelabuhan dan industri.
(3) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, adalah
kawasan sepanjang kanan-kiri sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran
irigasi teknis yang mempunyai manfaat penting untuk melestarikan fungsi sungai.
a. Terletak pada seluruh Kecamatan yang dilewati oleh Sungai Brantas, Sungai
Lesti, Sungai Metro, Kali Genteng, Kali Sumber Bulus, Kali Rejo dan Kali
Manjing, seluas 82.674 Ha;
b. Kriteria penetapan kawasan sempadan sungai adalah:
1. Perlindungan pada sungai besar di luar kawasan permukiman ditetapkan
minimum 100 meter kiri-kanan sungai. Termasuk sungai besar di daerah
ini antara lain adalah: Sungai Brantas, Sungai Lesti, Sungai Metro, Kali
Genteng, Kali Sumber Bulus, Kali Rejo dan Kali Manjing;
2. Perlindungan terhadap anak-anak sungai di luar permukiman ditetapkan
minimum 50 meter. Termasuk pada wilayah ini adalah seluruh anak
Sungai Lesti dan anak Sungai Brantas. Anak-anak sungai dari Sungai
Brantas dan Sungai Lesti ini hampir ada pada setiap kecamatan di
Daerah; serta
3. Pada sungai besar dan anak sungai yang melewati kawasan permukiman
ditetapkan minimum 15 meter. Kawasan ini hampir ada di setiap
kecamatan, bahkan pada sekitar aliran sungai ini banyak yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari oleh masyarakat setempat.
c. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan sempadan sungai, melalui:
1. Perlindungan sekitar sungai atau sebagai sempadan sungai sehingga
dilarang mengadakan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan
kualitas air sungai;

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


43

2. Bangunan sepanjang sempadan sungai yang tidak memiliki kaitan dengan


pelestarian atau pengelolaan sungai dilarang untuk didirikan;
3. Sungai yang melintasi kawasan permukiman ataupun kawasan perdesaan
dan perkotaan dilakukan re-orientasi pembangunan dengan menjadikan
sungai sebagai bagian dari latar depan;
4. Sungai yang memiliki arus deras dijadikan salah satu bagian dari wisata
alam-petualangan seperti arung jeram, outbond, dan kepramukaan;
5. Sungai yang arusnya lemah dan bukan sungai yang menyebabkan
timbulnya banjir dapat digunakan untuk pariwisata; serta
6. Sempadan sungai yang areanya masih luas dapat digunakan untuk
pariwisata melalui penataan kawasan tepian sungai.
(4) Kawasan sekitar danau/waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
adalah kawasan tertentu di sekeliling waduk atau bendungan yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi waduk atau
bendungan.
a. Di Kabupaten Malang ditetapkan 6 (enam) lokasi waduk/bendungan yaitu
Bendungan Selorejo di Kecamatan Ngantang, Bendungan Sengguruh di
Kecamatan Kepanjen dan perbatasan antara Kecamatan Pagak dan
Kecamatan Gondanglegi, Bendungan Karangkates atau Sutami di Kecamatan
Sumberpucung, Bendungan Lahor yang berbatasan antara Kecamatan
Sumberpucung dan Kabupaten Blitar, Waduk Trap Sewu di Kecamatan
Tirtoyudo, dan waduk Kali Genteng di Kecamatan Dampit;
b. Kriteria penetapan kawasan sekitar danau/waduk adalah daratan sepanjang
tepian waduk/bendungan yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan
kondisi fisik bendungan/waduk antara 50-100 meter dari titik pasang tertinggi
ke arah darat; serta
c. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan sekitar danau/waduk, melalui:
1. Perlindungan sekitar waduk/danau untuk kegiatan yang menyebabkan alih
fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;
2. Waduk selain untuk irigasi, pengendali air, perikanan, sumber energi listrik
juga untuk pariwisata. Untuk itu diperlukan pelestarian waduk beserta
seluruh tangkapan air di atasnya;
3. Waduk yang digunakan untuk pariwisata seperti di Selorejo - Kecamatan
Ngantang, Sengguruh - Kecamatan Kepanjen - Kecamatan Pagak, Sutami
dan Lahor - Kecamatan Sumberpucung - Kecamatan Kalipare, untuk
kepentingan pariwisata diizinkan membangun selama tidak mengurangi
kualitas tata air yang ada;
4. Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup
tanah atau ground cover untuk melindungi pencemaran dan erosi
terhadap air; serta
5. Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk
bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi waduk.

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


44

(5) Kawasan sekitar mata air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d adalah
kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting
mempertahankan kelestarian fungsi mata air.
a. Meliputi mata air Wendit - Kecamatan Pakis, Sumber Maguan - Kecamatan
Ngajum, Sumber Jenon - Kecamatan Tajinan, Wringinsongo - Kecamatan
Tumpang, Ubalan - Kecamatan Turen, dan sumber air lainnya;
b. Kriteria penetapan kawasan sekitar mata air adalah perlindungan sekurang-
kurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air; serta
c. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan sekitar mata air, melalui:
1. Perlindungan sekitar mata air untuk kegiatan yang menyebabkan alih
fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;
2. Pembuatan sistem saluran bila sumber dimanfaatkan untuk air minum
atau irigasi;
3. Sumber air seperti di Wendit, Sumber Maguan, Sumber Jenon,
Wringinsongo, Ubalan, dan sumber air lainnya, selain sebagai sumber air
minum dan irigasi juga digunakan untuk pariwisata, peruntukkannya
diizinkan selama tidak mengurangi kualitas tata air yang ada. Penggunaan
sumber air untuk rekreasi dan renang, perlu dibuat kolam tersendiri;
4. Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup
tanah atau ground cover untuk melindungi pencemaran dan erosi
terhadap air; serta
5. Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk
bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi mata air.
(6) Kawasan sempadan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e adalah
kawasan sepanjang kanan-kiri saluran irigasi teknis dan setengah teknis, baik
irigasi bertangggul maupun tidak.
a. Terletak pada kecamatan yang memiliki saluran irigasi teknis dan setengah
teknis
b. Kriteria penetapan kawasan sempadan irigasi adalah:
1. Perlindungan pada irigasi teknis baik di dalam maupun di luar permukiman
ditetapkan minimum 10 meter kiri-kanan saluran;
2. Pada kawasan konservasi ini dimungkinkan adanya jalan inspeksi untuk
pengontrolan saluran dengan lebar jalan minimum 4 meter;
3. Perlindungan pada irigasi setengah teknis baik di dalam maupun di luar
permukiman ditetapkan minimum 6 meter kiri-kanan saluran; serta
4. Pada kawasan konservasi ini dimungkinkan adanya jalan inspeksi untuk
pengontrolan saluran dengan lebar jalan minimum 3 meter.
c. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan sempadan irigasi, melalui:
1. Perlindungan sekitar saluran irigasi atau sempadan saluran irigasi
sehingga dilarang mengadakan alih fungsi lindung yang menyebabkan
kerusakan kualitas air irigasi;
2. Bangunan sepanjang sempadan irigasi yang tidak memiliki kaitan dengan
pelestarian atau pengelolaan irigasi dilarang untuk didirikan;

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


45

3. Saluran irigasi yang melintasi kawasan permukiman ataupun kawasan


perdesaan dan perkotaan yang tidak langsung mengairi sawah maka
keberadaannya dilestarikan dan dilarang untuk digunakan sebagai fungsi
drainase;
4. Melestarikan kawasan sumber air untuk melestarikan debit irigasi;
5. Perlindungan sekitar mata air untuk kegiatan yang menyebabkan alih
fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air; serta
6. Pembuatan sistem saluran bila sumber dimanfaatkan untuk air minum
atau irigasi.

Pasal 37

(1) Kawasan suaka alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf c, meliputi
kawasan cagar alam.
(2) Cagar alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kawasan suaka
alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan
ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan
perkembangannya berlangsung secara alami, meliputi:
a. Cagar Alam Pulau Sempu, di Kecamatan Sumbermanjing Wetan;
b. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan cagar alam, melalui:
1. Perlindungan dan pelestarian keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa
beserta ekosistemnya;
2. Mempertahankan fungsi ekologis kawasan alami baik biota maupun
fisiknya melalui upaya pencegahan pemanfaatan kawasan pada kawasan
suaka alam dan upaya konservasi;
3. Peningkatan kegiatan konservasi dan rehabilitasi yang berguna untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang
disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia;
4. Pada kawasan hutan yang berfungsi sebagai cagar alam yang mengalami
perubahan fungsi, maka dilakukan pembatasan pengembangan,
pengembalian rona awal, disertai pengawasan yang ketat terhadap
penetapan fungsi kawasan; serta
5. Kawasan cagar alam Pulau Sempu di Kecamatan Sumbermanjing Wetan
memiliki keanekaragaman satwa yang harus dilindungi. Mengingat lokasi
Pulau Sempu berhadapan dengan Sendangbiru yang akan dijadikan
pelabuhan nasional - internasional dan kawasan industri, maka pada tepi
Pantai Sendangbiru harus dilindungi dari berbagai pencemaran dan alih
fungsi lahan sehingga kelestarian satwa di Pulau Sempu tetap terjaga.

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


46

Pasal 38

(1) Kawasan pelestarian alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf d,


merupakan kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan
yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, meliputi:
a. Taman Nasional;
b. Taman Hutan Raya;
c. Daya Tarik Wisata Alam; dan
d. Cagar Budaya.
(2) Taman Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. Terletak di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TN-BTS) di Kecamatan
Poncokusumo, Taman Hutan Raya (Tahura) R. Soeryo di Kecamatan Pujon,
Gunung Kawi di Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Ngajum, Gunung
Kelud di Kecamatan Ngantang, seluas 58.522,1 Ha atau 16,86 % dari luas
Daerah;
b. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan Taman Hutan Raya R. Soeryo
merupakan kawasan lindung nasional;
c. Perlindungan terhadap Taman Nasional dilakukan untuk pengembangan
pendidikan terhadap satwa dan fauna tertentu, peningkatan kualitas
lingkungan bagi wilayah sekitarnya serta perlindungan lingkungan dari
pencemaran; serta
d. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan Taman Nasional adalah mengingat
fungsinya sebagai kawasan lindung, maka keberadaannya dilindungi.
(3) Taman Hutan Raya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. Taman Hutan Raya R. Soeryo di Kecamatan Pujon, Kecamatan Karangploso,
Kecamatan Singosari, Kecamatan Ngantang, Kecamatan Kasembon dan
Kecamatan Lawang;
b. Perlindungan terhadap Taman Hutan Raya dilakukan untuk pengembangan
pendidikan terhadap satwa dan fauna tertentu, peningkatan kualitas
lingkungan bagi wilayah sekitarnya serta perlindungan lingkungan dari
pencemaran; serta
c. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan Taman Hutan Raya adalah
mengingat fungsinya sebagai kawasan lindung, maka keberadaannya
dilindungi.
(4) Daya Tarik Wisata Alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. Daya Tarik Wisata Alam Coban Rondo di Kecamatan Pujon;
b. Daya Tarik Wisata Alam Coban Glotak di Kecamatan Wagir; dan
c. Daya Tarik Wisata Alam Coban Jahe di Kecamatan Jabung.
d. Perlindungan terhadap Daya Tarik Wisata Alam dilakukan untuk kebutuhan
berwisata yang didukung oleh arsitektur bentang alam yang baik; serta

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


47

e. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan Daya Tarik Wisata Alam adalah


mengingat fungsinya sebagai kawasan lindung, maka keberadaannya
dilindungi.
(5) Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
a. Candi Kidal di Kecamatan Tumpang;
b. Candi Jago di Kecamatan Tumpang;
c. Candi Singosari di Kecamatan Singosari;
d. Stupa Sumberawan di Kecamatan Singosari;
e. Candi Badut di Kecamatan Dau;
f. Petilasan dan Pesarean Gunung Kawi di Kecamatan Wonosari; serta
g. Pelestarian bangunan pabrik gula.
h. Perlindungan terhadap Cagar Budaya dilakukan untuk pengembangan
kawasan dengan fungsi pendidikan dan ilmu pengetahuan.
i. Penetapan kawasan yang dilestarikan baik di perkotaan maupun perdesaan di
sekitar benda cagar budaya, juga menjadikan benda cagar budaya sebagai
orientasi bagi pedoman pembangunan pada kawasan sekitarnya.
j. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan Cagar Budaya Raya adalah
mengingat fungsinya sebagai kawasan lindung, maka keberadaannya
dilindungi.
1. Pada kawasan sekitar candi harus dikonservasi untuk kelestarian dan
keserasian benda cagar budaya, berupa pembatasan pembangunan,
pembatasan ketinggian, dan menjadikan candi tetap terlihat dari berbagai
sudut pandang;
2. Candi juga memiliki nilai wisata dan penelitian/pendidikan, sehingga
diperlukan pengembangan jalur wisata yang menjadikan candi sebagai
salah satu daya tarik wisata yang menarik dan menjadi salah satu tujuan
atau obyek penelitian benda purbakala dan tujuan pendidikan dasar-
menengah;
3. Benda cagar budaya berupa bangunan yang fungsional, seperti pabrik
gula, perumahan dan berbagai bangunan peninggalan Belanda harus
dikonservasi dan direhabilitasi bagi bangunan yang sudah mulai rusak;
serta
4. Penerapan sistem insentif bagi bangunan yang dilestarikan dan
pemberlakuan sistem disinsentif bagi bangunan yang mengalami
perubahan fungsi.

Pasal 39

(1) Kawasan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf e, meliputi:
a. Kawasan rawan longsor; dan
b. Kawasan rawan banjir.
(2) Kawasan rawan longsor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdapat
di:

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


48

a. Kecamatan Ampelgading, Poncokusumo, Donomulyo, Dau, Pujon, Ngantang,


Kasembon, Kalipare, Pagak, Bantur, Gedangan, Sumbermanjing Wetan,
Singosari, Jabung, Tirtoyudo, Kromengan, dan Pakisaji.
b. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan rawan longsor, meliputi:
1. Pengembalian fungsi lindung khususnya hutan atau kawasan yang
mendukung perlindungan seperti perkebunan tanaman keras dan memiliki
kerapatan tanaman yang tinggi;
2. Mengingat di daerah banyak alih fungsi lahan lindung yang memiliki
kemampuan mendukung perlindungan kawasan maka diperlukan
pengelolaan bersama antara pemerintah atau PTP dengan masyarakat
baik dalam mengelola hutan maupun perkebunan; serta
3. Pada Daerah Aliran Sungai yang umumnya memiliki kontur tajam atau
terjal juga merupakan kawasan yang mudah terkena longsor, untuk ini
diperlukan pengelolaan DAS dengan membuat terasering dan penanaman
tanaman keras produktif bersama masyarakat.
(3) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:
a. Kawasan sekitar DAS Brantas, DAS Metro dan DAS Lesti.
b. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan rawan banjir, meliputi:
1. Melestarikan kawasan lindung dan kawasan hulu sungai;
2. Pembuatan sumur resapan di kawasan perkotaan dan perdesaan,
kawasan pertanian yang dilengkapi dengan embung, bendung maupun
cek dam, dan pembuatan bendungan baru; serta
3. Membuat saluran pembuangan yang terkoneksi dengan baik pada
jaringan primer, sekunder maupun tersier, serta tidak menyatukan fungsi
irigasi untuk drainase.

Pasal 40

(1) Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf f di


Kabupaten Malang meliputi:
a. kawasan rawan bencana alam geologi; dan
b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah.
(2) Kawasan rawan bencana alam geologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a terdiri atas:
a. Kawasan rawan letusan gunung berapi;
b. Kawasan rawan gempa bumi;
c. Kawasan rawan gerakan tanah;
d. Kawasan yang terletak di zona patahan aktif; dan
e. Kawasan rawan tsunami;
(3) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. Kawasan imbuhan air tanah; dan
b. Sempadan mata air.

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


49

(4) Kawasan rawan letusan gunung berapi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a, meliputi:
a. Sekitar pegunungan Semeru di Kecamatan Poncokusumo;
b. Sekitar Gunung Kelud di sebagian Kecamatan Ngantang;
c. Gunung Butak di sebagian Kecamatan Dau dan sebagian Kecamatan Wagir;
d. Gunung Bromo di sebagian Kecamatan Poncokusumo; serta
e. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan rawan bencana letusan gunung
berapi, meliputi:
1. Sekitar rawan bencana letusan gunung berapi harus diadakan
perlindungan dengan menyediakan saluran aliran lahar cair; serta
2. Pada kawasan yang diindikasikan sebagai kawasan terkena bencana
letusan gunung api sebagai kawasan bahaya I, bahaya II dan bahaya III,
serta kawasan aliran lahar dilarang untuk digunakan sebagai kegiatan
sehari-hari masyarakat terutama untuk permukiman.
(5) Kawasan rawan gempa bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b,
meliputi:
a. Kecamatan Gedangan;
b. Kecamatan Sumbermanjing Wetan;
c. Kecamatan Dampit;
d. Kecamatan Tirtoyudo; dan
e. Kecamatan Ampelgading.
f. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan rawan gempa bumi meliputi:
1. Penggunaan konstruksi kayu dalam mendirikan bangunan;
2. Tidak mendirikan bangunan/hunian di topografi kelerengan; dan
3. Penyediaan alat komunikasi untuk memperoleh informasi peringatan dini.
(6) Kawasan rawan gerakan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c,
meliputi:
a. Kecamatan Ampelgading;
b. Kecamatan Tirtoyudo; dan
c. Kecamatan Sumbermanjing Wetan.
d. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan rawan gerakan tanah meliputi:
1. Tidak mendirikan bangunan maupun hunian pada area yang rawan
gerakan tanah; dan
2. Pengefektifan sistem peringatan dini jika sewaktu-waktu terjadi gerakan
tanah yang bisa mengancam keselamatan masyarakat.
(7) Kawasan yang terletak di zona patahan aktif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf d, meliputi:
a. Kecamatan Gedangan;
b. Kecamatan Sumbermanjing Wetan;
c. Kecamatan Dampit;
d. Kecamatan Tirtoyudo; dan
e. Kecamatan Ampelgading.

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


50

f. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan yang terletak di zona patahan aktif


meliputi:
1. Pengaturan ketat dalam penggunaan lahan di kawasan yang terletak di
zona patahan aktif;
2. Pengaturan kegiatan manusia di kawasan yang terletak di zona patahan
aktif agar terhindar dari bencana yang sewaktu-waktu bisa terjadi;
3. Perencanaan sistem dan pelatihan peringatan dini serta evakuasi.
(8) Kawasan rawan tsunami sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e, meliputi:
a. Seluruh pantai di bagian selatan Kabupaten Malang.
b. Upaya penanganan/pengelolaan daerah rawan tsunami, meliputi:
1. Penanaman hutan bakau pada kawasan yang potensial;
2. Pengembangan fungsi lindung pada kawasan sepanjang sempadan
pantai;
3. Pembatasan permukiman perkotaan dan perdesaan dan kegiatan
masyarakat pada kawasan yang datar dan berdekatan dengan pantai, dan
mengarahkan permukiman sejauh 1 km dari garis pantai;
4. Pada kawasan yang terletak atau berdekatan dengan pantai seperti di
Sendangbiru, Tamban, Kondangmerak, harus dikembangkian dengan
kaidah tata bangunan yang bisa meredam dan mengarahkan tata air jika
terjadi tsunami. Kawasan permukiman ini juga harus dilengkapi dengan
kawasan untuk evakuasi dalam waktu singkat; serta
5. Pengembangan dan pelatihan atau simulasi peringatan dini bila terjadi
bencana khususnya tsunami.
(9) Kawasan imbuhan air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a
meliputi:
a. Seluruh kawasan hutan lindung di Kabupaten Malang yang terdiri atas: Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru (TN-BTS) di Kecamatan Poncokusumo,
Taman Hutan Raya (Tahura) R. Soeryo di Kecamatan Pujon, Gunung Kawi di
Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Ngajum, Gunung Kelud di Kecamatan
Ngantang.
b. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan imbuhan air tanah meliputi:
1. Pengawasan dan pengendalian secara ketat dalam penggunaan lahan,
khususnya area terbangun, agar memenuhi syarat perlindungan;
2. Melakukan beberapa upaya untuk menjaga kualitas imbuhan air tanah,
diantaranya melalui kegiatan pembuatan sumur imbuhan air tanah,
pembuatan kolam sebagai pemasok imbuhan air tanah, pertamanan dan
penghijauan, pengadaan sistem buangan limbah dan sistem buangan air
kotor yang terpusat, pengelolaan limbah cair sebelum di buang ke
perairan umum atau sungai, serta pemasokan air bersih dari air
permukaan bukan dari air tanah.

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


51

(10) Kawasan sempadan mata air sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b,
meliputi:
a. Mata air Wendit - Kecamatan Pakis, Sumber Maguan – Kecamatan Ngajum,
Sumber Jenon - Kecamatan Tajinan, Wringinsongo - Kecamatan Tumpang,
Ubalan - Kecamatan Turen, dan sumber air lainnya;
b. Kriteria penetapan kawasan sempadan mata air adalah sekurang-kurangnya
dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air; serta
c. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan sempadan mata air, melalui:
1. Perlindungan terhadap kawasan sempadan mata air dari berbagai
kegiatan dan bahan-bahan yang dapat menyebabkan kerusakan kualitas
dan mencemari sumber mata air maupun kondisi fisik kawasan
sekitarnya;
2. Penggunaan sumber air seperti di Wendit, Sumber Maguan, Sumber
Jenon, Wringinsongo, Ubalan, dan sumber air lainnya, selain sebagai
sumber air minum dan irigasi juga untuk pariwisata, diizinkan selama tidak
mengurangi kualitas tata air yang ada. Penggunaan sumber air untuk
rekreasi dan renang perlu dibuat kolam tersendiri;
3. Pengembangan tanaman keras, tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi,
dan penutup tanah (ground cover) untuk melindungi kawasan dari
pencemaran dan longsor;
4. Pengaturan penggunaan lahan, terutama bangunan di kawasan yang
tidak berhubungan langsung dengan konservasi mata air; serta
5. Pengawasan dan pengendalian secara ketat terhadap penggunaan lahan
yang berpeluang terhadap terjadinya alih fungsi lahan di sekitar
sempadan mata air.

Pasal 41

(1) Kawasan lindung lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf g meliputi:
a. Kawasan pengungsian satwa;
b. Kawasan pantai berhutan bakau; dan
c. Kawasan hutan kota.
(2) Kawasan pengungsian satwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
adalah tempat hidup dan perkembangbiakan dari suatu jenis satwa yang perlu
dilakukan upaya konservasinya, meliputi:
a. Pulau Sempu di Kecamatan Sumbermanjing Wetan; serta
b. Kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru di Kecamatan Jabung,
Poncokusumo, Wajak, Ampelgading dan Tirtoyudo;
c. Taman Hutan Raya R. Soeryo di Kecamatan Pujon, Kecamatan Karangploso,
Kecamatan Singosari, Kecamatan Ngantang, Kecamatan Kasembon dan
Kecamatan Lawang;
d. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan pengungsian satwa yaitu harus
dilakukan pelestarian kawasan, penelitian dan salah satu tujuan wisata alam.

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


52

(3) Kawasan pantai berhutan bakau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
adalah kawasan pelestarian alam yang dimaksudkan untuk melestarikan hutan
bakau sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau dan tempat
berkembangbiaknya berbagai biota laut disamping sebagai pelindung pantai dan
pengikisan air laut, serta pelindung usaha budidaya dibelakangnya, meliputi:
a. Sepanjang pantai di Kecamatan: Donomulyo, Bantur, Gedangan,
Sumbermanjing Wetan, Tirtoyudo dan Ampelgading.
b. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan pantai berhutan bakau yang
memiliki fungsi sebagai penyeimbang lingkungan pantai harus dilestarikan,
sehingga perlu diperluas melalui reboisasi bakau. Potensi kawasan ini juga
untuk tambak dan alih fungsi bakau untuk tambak direncanakan maksimum
20% dari total bakau yang ada.
(4) Kawasan hutan kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c adalah
kawasan dalam wilayah perkotaan yang berfungsi untuk memperbaiki dan
menjaga iklim mikro maupun nilai estetika, peresapan air, keseimbangan dan
keserasian lingkungan fisik kota, serta mendukung pelestarian keanekaragaman
hayati Indonesia, yang diarahkan pada:
a. wilayah Ibukota Kabupaten dan Ibukota Kecamatan, serta kawasan perkotaan
lainnya yang menjadi sasaran pengembangan perindustrian dan permukiman.
b. upaya penanganan/pengelolaan kawasan hutan kota dilakukan melalui
penataan, pemeliharaan dan pelestarian beragam jenis pohon dan tanaman
pada hutan kota agar indah, teratur dan estetis, sehingga fungsi hutan kota
sebagai paru-paru kota sekaligus sebagai pusat interaksi dapat terus dinikmati
oleh seluruh masyarakat.

Bagian Ketiga
Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya

Pasal 42

Pola ruang untuk kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, meliputi:
a. Kawasan hutan produksi;
b. Kawasan hutan rakyat;
c. Kawasan pertanian;
d. Kawasan pertambangan;
e. Kawasan peruntukan industri;
f. Kawasan pariwisata;
g. Kawasan permukiman;
h. Kawasan pendidikan
i. Kawasan ruang terbuka hijau (RTH);
j. Kawasan sektor informal;
k. Kawasan andalan; serta
l. Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


53

Pasal 43

(1) Kawasan hutan produksi seluas 45.239,90 Ha atau 13,51 % dari luas Daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf a, terletak di 24 Kecamatan di
seluruh Daerah, yaitu:
a. Kecamatan Ampelgading;
b. Kecamatan Bantur;
c. Kecamatan Dampit;
d. Kecamatan Dau;
e. Kecamatan Donomulyo;
f. Kecamatan Gedangan;
g. Kecamatan Jabung;
h. Kecamatan Kalipare;
i. Kecamatan Karangploso;
j. Kecamatan Kasembon;
k. Kecamatan Lawang;
l. Kecamatan Ngajum;
m. Kecamatan Ngantang;
n. Kecamatan Pagak;
o. Kecamatan Pakisaji;
p. Kecamatan Poncokusumo;
q. Kecamatan Pujon;
r. Kecamatan Singosari;
s. Kecamatan Sumbermanjing Wetan;
t. Kecamatan Tirtoyudo;
u. Kecamatan Tumpang;
v. Kecamatan Wagir;
w. Kecamatan Wajak; serta
x. Kecamatan Wonosari.
(2) Upaya penanganan/pengelolaan kawasan hutan produksi, meliputi:
a. percepatan reboisasi terhadap tanah-tanah kosong yang ada di dalam
kawasan hutan produksi;
b. meningkatkan fungsi ekologi kawasan hutan produksi dengan menjaga
kerapatan dan penutupan tajuk yang optimal, dengan mengusahakan jenis-
jenis tanaman kayu-kayuan yang berdaun panjang serta penghasil getah dan
buah;
c. mendorong peran serta masyarakat dalam pengelolaan kawasan hutan
produksi melalui Pola Kemitraan Pengelolaan Hutan untuk membuka
kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar;
d. mengefektifkan pengelolaan hutan produksi melalui pembinaan,
pengendalian, dan pengawasan terhadap rencana dan realisasi pemanfaatan
hasil hutan; serta

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


54

e. meningkatkan manfaat ekonomi kawasan hutan produksi dengan


mengoptimalkan pengolahan hasil hutan kayu dan non kayu sehingga dapat
memberikan kesempatan kerja yang lebih banyak bagi masyarakat sekitar
hutan.

Pasal 44

(1) Kawasan hutan rakyat adalah kawasan yang diarahkan untuk budidaya tanaman
kayu-kayuan, baik dengan pola hutan rakyat murni, campuran ataupun
agroforestry, yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan dan
kelestarian sumber daya hutan, tanah, dan air, serta untuk mendukung kecukupan
luas kawasan berhutan, baik dalam skala DAS, Kabupaten, maupun Provinsi.
(2) Kawasan hutan rakyat seluas 33.664 Ha atau 9,70% dari luas Daerah
sebagaimana dimaksud Pasal 42 huruf b terletak di seluruh wilayah Kabupaten
Malang yang tersebar pada 33 Kecamatan.
(3) Arahan pengelolaan kawasan hutan rakyat meliputi:
a. Pembinaan kepada unit manajemen pengelolaan hutan rakyat berbasis
masyarakat agar mampu memenuhi tuntutan global atas pengelolaan hutan
lestari;
b. Rehabilitasi dan konservasi kawasan hutan rakyat; serta
c. Pengembangan luasan hutan rakyat pada lahan marginal atau lahan kritis
yang secara teknis lebih sesuai bila dijadikan hutan rakyat.

Pasal 45

(1) Kawasan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf c meliputi:


a. Kawasan pertanian sawah;
b. Kawasan tegalan (tanah ladang);
c. Kawasan pengelolaan lahan kering;
d. Kawasan perkebunan;
e. Kawasan hortikultura;
f. Kawasan peternakan; dan
g. Kawasan perikanan.
(2) Kawasan pertanian sawah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a yaitu:
a. Lahan sawah irigasi terletak di Kecamatan Dampit, Gondanglegi,
Karangploso, Kepanjen, Kromengan, Ngajum, Ngantang, Pagelaran, Pakis,
Pakisaji, Poncokusumo, Singosari, Sumberpucung, Tajinan, Tumpang, Turen,
Wajak, dan Wonosari.
b. Sawah beririgasi teknis yang ditetapkan sebagai kawasan lahan berkelanjutan
pertanian pangan seluas 33.110,3 Ha.
c. Sawah beririgasi setengah teknis dan sederhana seluas 12.777,93 Ha.
d. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan pertanian sawah, meliputi:
1. Sawah beririgasi teknis harus dipertahankan luasannya;

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


55

2. Perubahan fungsi sawah ini hanya diizinkan pada kawasan perkotaan


dengan perubahan maksimum 50 % dan sebelum dilakukan perubahan
atau alih fungsi harus sudah dilakukan peningkatan fungsi irigasi setengah
teknis atau sederhana menjadi teknis dua kali luas sawah yang akan
dialihfungsikan dalam pelayanan daerah irigasi yang sama;
3. Pada kawasan perdesaan alih fungsi sawah diizinkan hanya pada
sepanjang jalan utama (arteri, kolektor, lokal primer), dengan besaran
perubahan maksimum 20 % dari luasan sawah yang ada, dan harus
dilakukan peningkatan irigasi setengah teknis atau sederhana menjadi
irigasi teknis, setidaknya dua kali luasan area yang akan diubah dalam
pelayanan daerah irigasi yang sama;
4. Pada sawah beririgasi teknis yang telah ditetapkan sebagai lahan
pertanian tanaman pangan berkelanjutan maka tidak boleh dilakukan alih
fungsi;
5. Sawah beririgasi sederhana dan setengah teknis secara bertahap
dilakukan peningkatan menjadi sawah beririgasi teknis; serta
6. Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan pertanian diarahkan untuk
meningkatkan produktifitas tanaman pangan dengan mengembangkan
kawasan cooperative farming dan hortikultura dengan mengembangkan
kawasan good agriculture practices.
(3) Kawasan tegalan (tanah ladang) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
terletak di:
a. Seluruh kecamatan terutama pada daerah yang kurang mendapatkan air dan
mengandalkan air hujan (tadah hujan) seluas 113.582,12 Ha atau 32,73 %
dari luas Daerah.
b. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan tegalan (tanah ladang), meliputi:
1. Kawasan pertanian lahan kering secara spesifik dikembangkan dengan
memberikan tanaman tahunan yang produktif. Lahan ini diperuntukkan
untuk menunjang kehidupan secara langsung untuk rumah tangga
masyarakat sehingga memiliki penggunaan lahan campuran seperti
palawija, hortikultura maupun penunjang perkebunan dalam skala kecil;
2. Dalam beberapa hal kawasan ini merupakan kawasan yang boleh
dialihfungsikan untuk kawasan terbangun dengan berbagai fungsi, sejauh
sesuai dengan rencana detail tata ruang; serta
3. Alih fungsi lahan tegalan menjadi kawasan terbangun diarahkan
meningkatkan nilai ekonomi ruang ataupun pemenuhan kebutuhan
fasilitas dan berbagai sarana masyarakat.
(4) Kawasan pengelolaan lahan kering sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
terletak di:
a. Wilayah bagian Timur Selatan, seluas 36.000 Ha atau 10,4 % dari luas
Daerah.

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


56

b. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan pengelolaan lahan kering, meliputi:


1. Seperti umumnya lahan kering yang diperuntukkan pengelolaan lahan
kering memiliki fungsi campuran umumnya untuk hortikultura dan palawija.
Lahan ini diutamakan untuk ditingkatkan fungsinya melalui
pengembangan komoditas tanaman keras tegakan tinggi yang memiliki
nilai ekonomi tinggi;
2. Kawasan ini memiliki potensi untuk menunjang ekonomi perdesaan dan
wilayah sehingga alih fungsi diizinkan pada beberapa area dengan
catatan memiliki nilai tambah yang lebih besar dan sesuai dengan
rencana detail tata ruang; serta
3. Alih fungsi lahan pengelolaan lahan kering menjadi kawasan terbangun
diarahkan meningkatkan nilai ekonomi ruang ataupun pemenuhan
kebutuhan fasilitas dan berbagai sarana masyarakat.
(5) Kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terletak di:
a. Kecamatan Lawang, Dampit, Sumbermanjing Wetan, Tirtoyudo, Wonosari dan
Gondanglegi, seluas 54.834,18 Ha atau 15,8 % dari luas wilayah Daerah.
b. Upaya pemanfaatan perkebunan antara lain adalah:
1. Mengembangkan industri pengolahan hasil komoditi;
2. Pengembangan fasilitas sentra produksi dan pemasaran pada pusat
kegiatan ekonomi di Mantung - Kecamatan Pujon;
3. Pengembangan perkebunan, misalnya merehabilitasi tanaman
perkebunan yang rusak (seperti perkebunan teh) atau pada area yang
telah mengalami kerusakan yaitu mengembalikan fungsi perkebunan yang
telah berubah menjadi peruntukan lainnya, khususnya yang telah berubah
menjadi area pertanian tanaman pangan;
4. Pengembangan kawasan-kawasan yang berpotensi untuk tanaman
perkebunan sesuai dengan rencana, seperti kelapa, cengkeh, tembakau,
kopi, jahe, panili, teh, dan cokelat;
5. Pengembangan kawasan-kawasan potensial untuk pertanian pangan
lahan kering;
6. Pengembangan pasar produksi perkebunan; serta
7. Pengolahan hasil perkebunan terutama dengan membentuk keterikatan
antar produk.
c. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan perkebunan, meliputi:
1. Kawasan perkebunan yang dikembangkan di Kecamatan Lawang dan
Kecamatan Singosari tidak boleh dialihfungsikan untuk kegiatan yang lain,
dan dapat ditingkatkan perannya sebagai penunjang pariwisata dan
penelitian;
2. Kawasan perkebunan di Kecamatan Wonosari, Ampelgading, Tirtoyudo
dan Sumbermanjing Wetan, memiliki fungsi perlindungan kawasan dan
sebagian kawasan telah dialihfungsikan menjadi tanaman semusim.
Lokasi ini harus dikembalikan menjadi perkebunan kembali dengan
melibatkan masyarakat;

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


57

3. Peningkatan pemanfaatan kawasan perkebunan dilakukan melalui


peningkatan peran serta masyarakat yang tergabung dalam kawasan
masing-masing; serta
4. Penetapan komoditi tanaman tahunan selain mempertimbangkan
kesesuaian lahan, konservasi tanah dan air, juga perlu
mempertimbangkan aspek sosial ekonomi dan keindahan/estetika.
(6) Kawasan hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e terletak di:
a. Kecamatan: Poncokusumo, Pujon, Ngantang, dan Sumbermanjing Wetan.
b. Upaya pemanfaatan kawasan hortikultura antara lain adalah:
1. Pada setiap kawasan sentra produksi di perdesaan akan dilengkapi
dengan lumbung desa modern, juga pasar komoditas unggulan;
2. Pengembangan sistem agropolitan dan pengembangan kawasan
perdesaan khususnya pada pusat sentra produksi pertanian;
3. Pengembangan sektor pertanian untuk kegiatan agribisnis, agrowisata
dan industri pengolahan pertanian dari bahan mentah menjadi makanan
dan sejenisnya, maka sektor ini harus tetap dipacu dan dikembangkan
produksinya secara intensif dan ekstensif; serta
4. Pengembangan komoditas unggulan dengan pemasaran nasional dan
ekspor.
c. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan hortikultura, meliputi:
1. Kawasan hortikultura sebagai penunjang komoditas unggulan di Daerah
dilakukan dengan memperhatikan besaran supply dan permintaan pasar
untuk menstabilkan harga produk;
2. Lebih mengutamakan komoditas yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan
memiliki kemampuan pemasaran yang luas terutama ekspor;
3. Kawasan ini sebaiknya tidak diadakan alih fungsi lahan kecuali untuk
kegiatan pertanian dengan catatan memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dan
memiliki kemampuan penyerapan tenaga kerja yang lebih luas;
4. Beberapa bagian kawasan hortikultura, khususnya sayuran, terletak pada
ketinggian di atas 1.000 m dpl, dan memiliki kelerengan > 40%. Kawasan
ini harus dilakukan peningkatan konservasi lahan dengan mengolah
secara teknis dan vegetatif; serta
5. Kawasan hortikultura buah-buahan harus dikembangkan dengan
memperhatikan nilai ekonomi yang tinggi dengan mengembalikan
berbagai jenis komoditas yang menunjukkan ciri khas daerah (seperti
duku Singosari, klengkeng Tumpang, apel Poncokusumo, dan
sebagainya).
(7) Kawasan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f meliputi:
a. Peternakan ternak besar terletak di Kecamatan: Donomulyo, Ngantang,
Tirtoyudo, Jabung, Pujon, Ampelgading dan Sumbermanjing Wetan;
b. Peternakan ternak kecil terletak di seluruh Kecamatan, serta
c. Pengembangan Breeding Centre di Kecamatan Singosari dan Ngajum.
d. Upaya pemanfaatan kawasan peternakan antara lain adalah:
1. Pengembangan sentra ternak sapi perah di Kecamatan Pujon dan
Kecamatan Ngantang;

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


58

2. Pengembangan kawasan ternak unggulan di Kecamatan Dampit dan


Kecamatan Turen;
3. Kawasan peternakan diarahkan mempunyai keterkaitan dengan pusat
distribusi pakan ternak;
4. Kawasan ternak unggas banyak tersebar di permukiman penduduk harus
dipisahkan dari permukiman penduduk untuk mencegah penyebaran
penyakit ternak seperti flu burung; serta
5. Peningkatan nilai ekonomi ternak dengan mengelola dan mengolah hasil
ternak, seperti pembuatan industri pengolah hasil ternak, mengolah kulit,
dan industri lainnya.
e. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan peternakan, meliputi:
1. Meningkatkan kegiatan peternakan secara alami dengan
mengembangkan padang penggembalaan, dan pada beberapa bagian
dapat menyatu dengan kawasan perkebunan atau kehutanan;
2. Kawasan peternakan dalam skala besar dikembangkan pada lokasi
tersendiri, diarahkan mempunyai keterkaitan dengan pusat distribusi
pakan ternak;
3. Mengembangkan sistem inti - plasma dalam pengembangan peternakan;
4. Mengolah hasil ternak sehingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi;
5. Pengembangan ternak unggulan yang dimiliki oleh daerah yaitu komoditas
ternak yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif; serta
6. Ternak unggas dan ternak lain yang memiliki potensi penularan penyakit
pada manusia harus dipisahkan dari kawasan permukiman.
(8) Kawasan perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g meliputi:
a. Perikanan kolam dan sungai, yaitu di seluruh Daerah;
b. Perikanan waduk, yaitu di Kecamatan Ngantang (Bendungan Selorejo), di
Kecamatan Sumberpucung - Kalipare (Bendungan Karangkates dan Lahor),
serta di Kecamatan Kepanjen - Pagak (Bendungan Sengguruh);
c. Perikanan tambak, yaitu di Kecamatan Sumbermanjing Wetan;
d. Perikanan minapolitan (mengembangkan ikan di sawah ketika digenangi air),
yaitu terdapat pada hampir semua sawah di Daerah;
e. Perikanan karamba, yaitu di Kecamatan Tirtoyudo, Sumbermanjing Wetan
Gedangan, Singosari, Lawang, dan Karangploso;
f. Perikanan tangkap atau perikanan laut, yaitu:
1. Pengembangan Pelabuhan Perikanan Sendangbiru di Kecamatan
Sumbermanjing Wetan;
2. Pengembangan TPI di Sipelot di Kecamatan Tirtoyudo;
3. Pengolahan hasil ikan di Sendangbiru Kecamatan Sumbermanjing Wetan;
serta
4. Pengembangan perikanan hias dan lobster di Kondangmerak Kecamatan
Bantur.
g. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan perikanan, meliputi:
1. Mengembangkan perikanan unggulan pada setiap lokasi yang memiliki
potensi pengairan untuk perikanan;
D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc
59

2. Pengembangan budidaya perikanan tangkap dan perikanan budidaya;


serta
3. Mempertahankan, merehabilitasi dan merevitalisasi tanaman bakau untuk
pemijahan ikan dan kelestarian ekosistem.

Pasal 46

(1) Kawasan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf d, meliputi:


a. Panas Bumi;
b. Minyak dan Gas Bumi;
c. Mineral, antara lain:
1. Mineral Radioaktif;
2. Mineral Logam;
3. Mineral Non Logam;
4. Batuan.
d. Batubara.
(2) Jenis komoditi mineral di daerah meliputi:
a. Mineral logam
1. Mangan (Kecamatan Kalipare, Sumbermanjing Wetan)
2. Pasir besi (Kecamatan Gedangan)
3. Emas (Kecamatan Kalipare, Gedangan, Dampit, Sumbermanjing Wetan)
b. Mineral non logam
1. Phosphat (Kecamatan Sumbermanjing Wetan);
2. Kalsit (Kecamatan Gedangan, Pagak, Bantur, Donomulyo,
Sumbermanjing Wetan);
3. Feldspar (Kecamatan Kepanjen, Gondanglegi, Dampit, Sumbermanjing
Wetan);
4. Tanah liat (Kecamatan Tirtoyudo, Singosari, Bantur, Pagak,
Sumberpucung);
5. Kaolin (Kecamatan Kalipare,Pagak, Dampit, Bantur, Ampelgading);
6. Pasir Kuarsa (Kecamatan Kalipare, Tirtoyudo,Dampit, Ampelgading);
7. Bentodit (Kecamatan Pagak, Bantur, Tirtoyudo,Sumbermanjing Wetan);
8. Phyrophilit (Kecamatan Gedangan, Sumbermanjing Wetan);
9. Zeolit (Kecamatan Tirtoyudo, Gedangan, Sumbermanjing Wetan);
10. Okee (Kecamatan Gedangan, Dampit, Sumbermanjing Wetan);
11. Toseki (Kecamatan Tirtoyudo, Sumbermanjing Wetan).
c. Mineral batuan
1. Andesit (Kecamatan Jabung, Karangploso);
2. Pasir (Kecamatan Wajak, Ampelgading, Kesamben, Dampit, Turen);
3. Gamping (Kecamatan Kalipare, Gedangan, Dampit, Sumbermanjing
Wetan);
4. Marmer (Kecamatan Kalipare, Gedangan, Dampit, Sumbermanjing
Wetan);

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


60

5. Tanah urug;
6. Trass;
7. Sirtu.
d. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan pertambangan, meliputi:
1. Pengembangan kawasan pertambangan dilakukan dengan
mempertimbangkan potensi bahan galian, kondisi geologi dan
geohidrologi dalam kaitannya dengan kelestarian lingkungan;
2. Pengelolaan kawasan bekas penambangan harus direhabilitasi/ reklamasi
sesuai dengan zona peruntukan yang ditetapkan, dengan melakukan
penimbunan tanah subur dan/atau bahan-bahan lainnya, sehingga
menjadi lahan yang dapat digunakan kembali sebagai kawasan hijau,
ataupun kegiatan budidaya lainnya dengan tetap memperhatikan aspek
kelestarian lingkungan hidup;
3. Setiap kegiatan usaha pertambangan harus menyimpan dan
mengamankan tanah atas (top soil) untuk keperluan rehabilitasi/ reklamasi
lahan bekas penambangan;
4. Meminimalisasi penggunaan bahan bakar kayu untuk pembakaran kapur
dan batubata - genting, sebab dapat mengakibatkan kerusakan
lingkungan;
5. Pada kawasan yang teridentifikasi bahan tambang golongan B atau A
(migas) dan bernilai ekonomi tinggi, sementara pada bagian atas kawasan
penambangan adalah kawasan lindung atau kawasan budidaya sawah
yang tidak boleh alih fungsi, atau kawasan permukiman, maka eksplorasi
dan/atau eksploitasi tambang harus disertai AMDAL, kelayakan secara
lingkungan, sosial, fisik dan ekonomi terhadap pengaruhnya dalam jangka
panjang dan skala yang luas;
6. Menghindari dan meminimalisir kemungkinan timbulnya dampak negatif
dari kegiatan sebelum, saat dan setelah kegiatan penambangan,
sekaligus disertai pengendalian yang ketat; serta
7. Pemanfaatan lahan bekas tambang yang merupakan lahan marginal
untuk pengembangan komoditas lahan dan memiliki nilai ekonomi seperti
tanaman jarak pagar dan tanaman nilam.

Pasal 47

(1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf e,


meliputi:
a. Kawasan industri;
b. Lokasi industri yang telah berkembang; serta
c. Home industry
(2) Kawasan industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:
a. Kawasan industri Jabung di Kecamatan Jabung seluas 200 Ha; serta
b. Kawasan industri Sendangbiru di Kecamatan Sumbermanjing Wetan seluas
4.000 Ha.

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


61

(3) Lokasi industri yang telah berkembang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, meliputi:
a. Industri di Kecamatan Singosari, Lawang dan Karangploso;
b. Industri gula di Kecamatan Bululawang dan Pakisaji; serta
c. Industri strategis gudang senjata Pindad di Kecamatan Turen.
(4) Home industry sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, meliputi:
a. Industri pengolahan tebu dan kelapa di Kecamatan Pakis;
b. Pengolahan kopi dan cengkeh di Kecamatan Wagir;
c. Pengolahan tebu, kelapa, dan melinjo di Kecamatan Kepanjen;
d. Industri marning di Kecamatan Turen;
e. Industri tikar mendong, tampar mendong dan keju di Kecamatan Wajak; serta
f. Beberapa industri lainnya.
(5) Arahan pengelolaan kawasan industri dan perdagangan, meliputi:
a. Pengembangan kawasan sentra industri kecil terutama pada kawasan
perdesaan dan perkotaan;
b. Pengembangan fasilitas perekonomian berupa koperasi pada setiap pusat
kegiatan perkotaan dan perdesaan;
c. Pengembangan ekonomi dan perdagangan dengan pengutamaan UKM; serta
d. Penetapan skenario ekonomi wilayah yang menunjukkan kemudahan dalam
berinvestasi dan penjelasan tentang kepastian hukum yang menunjang
investasi.
(6) Pengelolaan kawasan peruntukan industri, meliputi:
a. Kawasan industri yang akan dikembangkan di Daerah adalah di Kecamatan
Jabung, dengan memanfaatkan rencana jalan tembus Singosari - Jabung -
Pakis. Kawasan ini diprediksi akan memiliki tarikan kegiatan lain yang besar
sehingga diperlukan penataan kawasan industri secara khusus;
b. Kawasan industri yang dikembangkan di Sendangbiru akan didukung oleh
pelabuhan dan permukiman dalam skala besar. Secara keseluruhan kawasan
ini harus dikelola oleh lembaga secara khusus. Kawasan Industri Sendangbiru
beserta pelabuhan diarahkan pada kawasan zona khusus pengembangan,
dengan pola sejenis kawasan berikat;
c. Pengembangan kawasan industri dilakukan dengan mempertimbangkan
aspek ekologis;
d. Pengembangan kawasan industri harus didukung oleh adanya jalur hijau
sebagai penyangga antar fungsi kawasan;
e. Industri yang dikembangkan memiliki keterkaitan proses produksi mulai dari
industri dasar/hulu dan industri hilir serta industri antara, yang dibentuk
berdasarkan pertimbangan efisiensi biaya produksi, biaya keseimbangan
lingkungan dan biaya aktifitas sosial; serta
f. Setiap kegiatan industri sejauh mungkin menggunakan metoda atau teknologi
ramah lingkungan, dan harus dilengkapi dengan upaya pengelolaan terhadap
kemungkinan adanya bencana industri.

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


62

Pasal 48

(1) Kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf f meliputi:


a. Kawasan wisata alam pegunungan;
b. Kawasan wisata alam pantai;
c. Kawasan budaya; serta
d. Kawasan wisata minat khusus.
(2) Kawasan pariwisata alam pegunungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, meliputi:
a. Gunung Katu di Kecamatan Pakisaji;
b. Gunung Bromo di Kecamatan Poncokusumo;
c. Gunung Batok di Kecamatan Tajinan, Sumbermanjing Wetan, dan
Ampelgading;
d. Gunung Semeru di Kecamatan Ampelgading;
e. Kebun teh di Kecamatan Lawang dan Singosari; serta
f. Agrowisata di Kecamatan Poncokusumo.
(3) Kawasan pariwisata alam pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
meliputi:
a. Pantai Modangan di Kecamatan Donomulyo;
b. Pantai Jonggring Saloko di Kecamatan Donomulyo;
c. Pantai Ngliyep di Kecamatan Donomulyo;
d. Sendang Purwaningsih di Kecamatan Donomulyo;
e. Pantai Bantol di Kecamatan Donomulyo;
f. Pantai Kondangmerak di Kecamatan Bantur;
g. Pantai Kondang Iwak di Kecamatan Bantur;
h. Pantai Balekambang di Kecamatan Bantur;
i. Pantai Wonogoro di Kecamatan Gedangan;
j. Pantai Bajulmati di Kecamatan Gedangan;
k. Pantai Ngantep di Kecamatan Gedangan;
l. Pantai SendangBiru di Kecamatan Sumbermanjing Wetan;
m. Pantai Tamban di Kecamatan Sumbermanjing Wetan;
n. Pantai Tambak Asri di Kecamatan Sumbermanjing Wetan;
o. Pantai Lenggoksono di Kecamatan Tirtoyudo;
p. Pantai Sipelot di Kecamatan Tirtoyudo; serta
q. Pantai Licin di Kecamatan Ampelgading;
(4) Kawasan pariwisata budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
meliputi:
a. Candi Badut di Kecamatan Dau;
b. Candi Kidal di Kecamatan Tumpang;
c. Candi Jago di Kecamatan Tumpang;
d. Candi Singasari di Kecamatan Singosari;
e. Stupa Sumberawan di Kecamatan Singosari; serta
f. Gunung Kawi di Kecamatan Wonosari.

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


63

(5) Kawasan pariwisata minat khusus, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
yaitu Arung Jeram di Kecamatan Kasembon.
(6) Pengelolaan kawasan peruntukan pariwisata, meliputi:
a. Pengembangan wisata di Daerah dilakukan dengan membentuk wisata
unggulan Daerah antara lain adalah: Waduk Selorejo dan Wanawisata
Cobanrondo, Wisata Air Wendit, Wisata Ritual Gunung Kawi, Wisata Pantai
Balekambang dan Pantai Ngliyep. Di luar wisata ungulan tersebut juga banyak
potensi lain dan secara keseluruhan dikembangkan dengan membentuk zona
wisata, pengembangan wisata budaya dan dilengkapi akomodasi wisata;
b. Membentuk link wisata nasional;
c. Mengembangkan promosi wisata, kalender wisata dengan berbagai peristiwa
atau pertunjukan budaya, kerjasama wisata, dan peningkatan sarana-
prasarana wisata sehingga Daerah menjadi salah satu tujuan wisata;
d. Daya Tarik Wisata Alam dikembangkan dengan tetap menjaga dan
melestarikan alam sekitar untuk menjaga keindahan daya tarik wisata;
e. Tidak melakukan pengrusakan terhadap daya tarik wisata alam seperti
menebang pohon;
f. Melestarikan perairan pantai, dengan memperkaya tanaman mangrove untuk
mengembangkan ekosistem bawah laut termasuk terumbu karang dan biota
laut, yang dapat dijadikan daya tarik wisata taman laut;
g. Tetap melestarikan tradisi petik laut/larung sesaji sebagai daya tarik wisata;
h. Menjaga dan melestarikan peninggalan bersejarah;
i. Meningkatkan pencarian/penelusuran terhadap benda bersejarah untuk
menambah koleksi budaya;
j. Pada daya tarik wisata yang tidak memiliki akses yang cukup, perlu
ditingkatkan pembangunan dan pengendalian pembangunan sarana dan
prasarana transportasi ke daya tarik-daya tarik wisata alam, budaya dan minat
khusus;
k. Merencanakan kawasan wisata sebagai bagian dari urban/regional design
untuk keserasian lingkungan; serta
l. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian daya tarik
wisata, dan daya jual/saing.

Pasal 49

(1) Kawasan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf g, meliputi:


a. Permukiman perdesaan; serta
b. Permukiman perkotaan.
(2) Kawasan permukiman perdesaan seluas 5.072,49 Ha atau 1,46 % dari luas
wilayah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah suatu
kawasan untuk permukiman yang pada lokasi sekitarnya masih didominasi oleh
lahan pertanian, tegalan, perkebunan dan lahan kosong serta dengan aksesibilitas
yang umumnya kurang, jumlah sarana dan prasarana penunjang juga terbatas
atau hampir tidak ada, meliputi:

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


64

a. Kawasan permukiman perdesaan yang terletak pada wilayah pegunungan dan


dataran tinggi, terdapat di Kecamatan Kasembon, Ngantang, Pujon, Lawang,
Poncokusumo, Tirtoyudo, dan Ampelgading;
b. Kawasan permukiman perdesaan yang terletak pada dataran rendah;
c. Kawasan permukiman perdesaan yang terletak pada kawasan pesisir,
terdapat di Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Tirtoyudo, Gedangan dan
Bantur; serta
d. Kawasan perdesaan berbentuk kawasan agropolitan, yang terdiri atas satu
atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi
pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan
adanya keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan satuan sistem
permukiman dan sistem agrobisnis, terdapat di Kecamatan Poncokusumo,
Pujon, Ngantang, dan Sumbermanjing Wetan.
(3) Kawasan permukiman perkotaan seluas 28.558 Ha atau 8,23 % dari luas wilayah
Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah kawasan yang
dominasi kegiatannya difungsikan untuk kegiatan yang bersifat kekotaan dan
merupakan orientasi pergerakan penduduk yang ada pada wilayah sekitarnya,
meliputi:
a. Permukiman di Perkotaan Kepanjen yang mendukung ibukota Daerah;
b. Permukiman sekitar Kota Malang yang termasuk bagian dari Kawasan
Perkotaan Malang;
c. Permukiman perkotaan yang merupakan bagian dari Ibukota Kecamatan;
d. Permukiman perkotaan yang padat;
e. Kawasan permukiman baru; serta
f. Kawasan permukiman perkotaan yang terdapat bangunan lama/kuno.
(4) Rencana pengelolaan kawasan permukiman antara lain meliputi:
a. Kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan harus dapat dijadikan
sebagai tempat hunian yang aman, nyaman dan produktif, serta didukung oleh
sarana dan prasarana permukiman;
b. Setiap kawasan permukiman dilengkapi dengan sarana dan prasarana
permukiman sesuai hirarki dan tingkat pelayanan masing-masing;
c. Permukiman perdesaan sebagai hunian berbasis agraris, dikembangkan
dengan memanfaatkan lahan pertanian, halaman rumah, dan lahan kurang
produktif sebagai basis kegiatan usaha;
d. Permukiman perdesaan yang berlokasi di pegunungan dikembangkan dengan
berbasis perkebunan dan hortikultura, disertai dengan pengolahan hasilnya.
Permukiman perdesaan yang berlokasi di dataran rendah, basis
pengembangannya adalah pertanian tanaman pangan dan perikanan darat,
serta pengolahan hasil pertanian. Selanjutnya perdesaan di kawasan pesisir
dikembangkan pada basis ekonomi perikanan dan pengolahan hasil ikan;
e. Permukiman perkotaan diarahkan pada penyediaan hunian yang layak dan
dilayani oleh sarana dan prasarana permukiman yang memadai;

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


65

f. Pada perkotaan besar dan menengah, penyediaan permukiman selain oleh


pengembang dan masyarakat, juga diarahkan pada penyediaan kasiba/ lisiba
yang berdiri sendiri, perbaikan kualitas permukiman dan pengembangan
perumahan secara vertikal;
g. Membentuk kluster-kluster permukiman untuk menghindari penumpukan dan
penyatuan antar kawasan permukiman, dan diantara cluster permukiman
disediakan ruang terbuka hijau;
h. Pengembangan permukiman perkotaan kecil dilakukan melalui pembentukan
pusat pelayanan Kecamatan; serta
i. Pengembangan permukiman kawasan khusus seperti penyediaan tempat
peristirahatan pada kawasan pariwisata, kawasan permukiman baru sebagai
akibat perkembangan infrastruktur, kegiatan sentra ekonomi, dan sekitar
kawasan industri, dilakukan dengan tetap memegang kaidah lingkungan hidup
dan bersesuaian dengan rencana tata ruang.

Pasal 50

(1) Kawasan pendidikan Kabupaten Malang sebagaimana dimaksud Pasal 42 huruf h


diarahkan pada kawasan perkotaan dengan pusat Ibukota Kecamatan.
(2) Rencana pengelolaan kawasan pendidikan meliputi:
a. Kegiatan-kegiatan yang berlangsung di kawasan pendidikan merupakan
kegiatan-kegiatan yang mendukung proses belajar mengajar dan tidak
mengganggu misi pendidikan;
b. Kawasan pendidikan perlu dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang
mendukung kelancaran pengembangan ilmu pengetahuan serta kegiatan
belajar dan mengajar.

Pasal 51

(1) Pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagaimana dimaksud dalam Pasal
42 huruf i adalah area memanjang atau jalur dan/atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
secara alamiah maupun yang sengaja ditanam, meliputi:
a. Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik yaitu taman kota, taman pemakaman
umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai, dan pantai; serta
b. Ruang Terbuka Hijau (RTH) privat yaitu kebun atau halaman rumah/gedung
milik masyarakat/ swasta yang ditanami tumbuhan.
(2) Proporsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) kawasan perkotaan di wilayah Daerah
adalah paling sedikit 30 % dari luas kawasan perkotaan, yang diisi oleh tanaman
baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja di tanam. Pembagian
Ruang Terbuka Hijau (RTH) ini terdiri dari Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik
paling sedikit 20 % dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) privat 10 %. Distribusi Ruang
Terbuka Hijau (RTH) kawasan perkotaan disesuaikan dengan sebaran penduduk
dan hierarki pelayanan dengan memperhatikan rencana struktur dan pola ruang
wilayah.

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


66

Pasal 52

(1) Kawasan bagi sektor informal Kabupaten Malang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 42 huruf j diarahkan pada:
a. kawasan perkotaan sebagai bagian dari penyediaan sarana, prasarana, dan
utilitas perkotaan; serta
b. kawasan yang menjadi sasaran pengembangan perindustrian dan
permukiman.
(2) Rencana pengelolaan kawasan bagi sektor informal meliputi:
a. Kawasan bagi sektor informal perlu ditunjang dengan penyediaan sarana dan
prasarana yang mendukung akses sektor informal, baik akses terhadap pasar,
informasi, maupun teknologi; serta
b. Pembinaan, penataan dan pengawasan kawasan sektor informal dilakukan
secara terprogram.

Pasal 53

(1) Kawasan andalan sebagaimana dimaksud Pasal 42 huruf k merupakan kawasan


yang memiliki kemampuan untuk memacu pertumbuhan ekonomi kawasan dan
wilayah di sekitarnya serta mendorong pemerataan perkembangan wilayah.
(2) Kawasan andalan terdiri atas kawasan andalan darat dan kawasan andalan laut.
(3) Kawasan andalan darat di Kabupaten Malang merupakan kawasan andalan
prospektif berkembang yang tersebar di beberapa Wilayah Pengembangan,
meliputi:
a. Wilayah Pengembangan Ngantang (Kawasan Andalan Malang Utara) dengan
potensi unggulan pariwisata (Agro ekowisata);
b. Wilayah Pengembangan Kepanjen (Kawasan Andalan Malang Tengah) dengan
potensi unggulan perkebunan dan kegiatan pemerintahan;
c. Wilayah Pengembangan Tumpang (Kawasan Andalan Malang Timur) dengan
potensi unggulan pariwisata;
d. Wilayah Pengembangan Turen dan Dampit (Kawasan Andalan Malang Timur
Selatan) dengan potensi unggulan perkebunan dan perikanan; serta
e. Wilayah Pengembangan Sumbermanjing Wetan (Kawasan Andalan Malang
Selatan) dengan potensi unggulan perkebunan, pertambangan, kehutanan, dan
industri.
(4) Kawasan andalan laut Kabupaten Malang meliputi Wilayah Pengembangan
Sumbermanjing Wetan (Kawasan Andalan Malang Selatan) dengan potensi
unggulan perikanan.
(3) Rencana pengelolaan kawasan andalan, meliputi:
a. Pengembangan antar Kawasan Andalan dilakukan secara terpadu;
b. Penyediaan sarana dan prasarana penunjang untuk mendayagunakan potensi
unggulan di masing-masing kawasan andalan;
c. Peningkatan sumber daya manusia agar pengembangan kawasan andalan
mencapai hasil yang optimal;
d. Peningkatan kemitraan antara swasta, masyarakat dan Pemerintah sebagai
penengah.

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


67

Pasal 54

(1) Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42
huruf l, meliputi:
a. Zona konservasi atau lindung;
b. Zona pengembangan; serta
c. Zona pengembangan di darat.
(2) Zona konservasi atau lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
meliputi:
a. Suaka alam/cagar alam laut terdapat di Pulau Sempu;
b. Zona peka perubahan ekosistem pesisir terdapat di sepanjang pantai di
Kecamatan Tirtoyudo, Ampelgading, Sumbermanjing Wetan, Bantur,
Gedangan dan Donomulyo;
c. Upaya penanganan/pengelolaan zona konservasi atau lindung, meliputi:
1. Pulau Sempu berfungsi sebagai kawasan perlindungan ketat yang
membutuhkan habitat sebagai bagian dari pengelolaan, dan
penggunaannya terbatas hanya untuk kegiatan riset/penelitian, pendidikan
dan pengawasan; serta
2. Kawasan perlindungan terumbu karang perlu dilakukan pengendalian
fungsi kawasan, penetapan kawasan lindung di pantai serta pendidikan
lingkungan bagi masyarakat sekitar.
(3) Zona pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:
a. Zona pengembangan umum, meliputi:
1. Kawasan perikanan, terdapat di seluruh kawasan perairan laut Daerah,
termasuk bagian ini adalah tambak ikan atau udang;
2. Kawasan pariwisata, meliputi sepanjang pesisir pantai di Daerah,
sedangkan untuk Pulau Sempu terbatas hanya untuk kegiatan
riset/penelitian dan pendidikan;
3. Kawasan industri, saat ini masih belum dikembangkan maka akan
dikembangkan kawasan industri di Sendangbiru; serta
4. Perhubungan dan komunikasi, berupa jalur-jalur pelayaran, fasilitas
berlabuh permanen, penambatan jangkar dan alat bantu pelayaran.
b. Zona pengembangan khusus, yaitu:
1. Zona pengembangan khusus diprioritaskan di Kawasan Sendangbiru; dan
2. Upaya penanganan/pengelolaan zona pengembangan untuk
mengantipasi dampak yang ditimbulkan akibat tingginya aktivitas di
kawasan tersebut adalah dengan pembatasan pengembangan kawasan
demi kelestarian ekosistem alam, dan pada kawasan ini diberi kawasan
penyangga minimal selebar 500 meter ke arah laut.
(4) Zona pengembangan di darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
meliputi:
a. Permukiman, terdapat di sepanjang selatan Daerah yang merupakan
permukiman nelayan; serta

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


68

c. Pariwisata, terdiri dari daerah yang dirancang untuk pembangunan pariwisata


yang sudah ada dan yang diproyeksikan.
(5) Rencana pengelolaan sumber daya kelautan pada kepulauan untuk pelestarian
fungsi alami dan pemanfaatan secara ekonomi maupun sumber daya terbarukan
lainnya wajib didasarkan pada azas ketepatan dan keberlanjutan daya dukung
lingkungan alam, meliputi:
a. Pengelolaan kawasan pesisir untuk perlindungan ekosistem pesisir dilakukan
dengan membatasi pengembangan kawasan terbangun pada kawasan
perlindungan ekosistem berupa hutan bakau dan terumbu karang di
Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Pantai Tamban, Pantai Sipelot dan Pantai
Kondangmerak. Perlindungan ekosistem ini perlu ditunjang oleh kegiatan
pariwisata dan penelitian serta berbagai kegiatan pecinta alam dan
lingkungan;
b. Kawasan pesisir untuk kepentingan ekonomi di Daerah akan ditunjang oleh
pengembangan Sendangbiru untuk kegiatan industri, pelabuhan umum dan
perikanan, serta perkotaan; pengembangan pariwisata di Pantai Ngilyep dan
Pantai Balekambang, serta perikanan di Sipelot, Tamban, dan
Kondangmerak. Pengembangan ini perlu diikuti dengan peningkatan
teknologi, sumber daya manusia dan pemeliharaan kualitas lingkungan;
c. Kawasan pesisir untuk kepentingan wisata dan ritual banyak dilakukan di
Sendangbiru, Bajulmati, Ngliyep dan Balekambang. Kegiatan ritual ini selain
berhubungan dengan kepercayaan juga menjadi salah satu aset wisata di
Daerah. Untuk itu dilakukan pengembangan prasarana dan sarana wisata dan
kalender wisata secara keseluruhan (resik laut); serta
d. Kawasan pesisir yang menjadi kepentingan pelabuhan adalah di Sendangbiru
khususnya di Pantai Tamban. Kawasan ini akan dijadikan pelabuhan umum
yang menyatu dan melayani Perkotaan Sendangbiru. Pada kawasan ini akan
dikelola secara khusus oleh otiorita kepelabuhan dan menyatu dengan
kawasan perkotaan dalam skala luas.
(6) Setiap upaya eksplorasi dan eksploitasi sumber daya laut dan pulau-pulau kecil
mengikuti peraturan dan perundangan yang berlaku.

BAB V
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH

Pasal 55

(1) Beberapa kawasan yang merupakan kawasan strategis di wilayah Kabupaten


Malang adalah sebagai berikut:
a. Kawasan strategis hankam;
b. Kawasan strategis ekonomi;
c. Kawasan strategis sosio-kultural; serta
d. Kawasan strategis penyelamatan lingkungan hidup.

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


69

(2) Kawasan strategis hankam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
meliputi:
a. Kawasan strategis Militer di Kecamatan Singosari dan Jabung;
b. Kawasan strategis sekitar Bandara Abdulrahman Saleh di Kecamatan Pakis;
c. Kawasan strategis gudang amunisi di Kecamatan Turen;
d. Kawasan strategis latihan militer di Kecamatan Bantur, Pagak, Lawang dan
pangkalan angkatan laut Sendangbiru;
e. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan strategis hankam, meliputi:
1. Membatasi perkembangan di sekitarnya untuk kegiatan yang menarik
pergerakan dalam skala besar;
2. Membatasi pengembangan sesuai dengan aturan keselamatan
penerbangan;
3. Khusus untuk kompleks militer, pengembangan kawasan sekitar perlu ada
pembatasan, salah satunya dengan pelarangan penggunaan lahan yang
memiliki intensitas kegiatan tinggi dan menimbulkan multiplier effect.
Intensitas kegiatan pada kawasan terbangun harus dikendalikan dan
dibatasi secara ketat, yang meliputi ruang utama (kawasan militer), ruang
bebas hambatan dan ruang radius pengaman (ruang transisi).
(3) Kawasan strategis ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
meliputi:
1. Kawasan pengembangan Sendangbiru;
2. Kawasan Agropolitan Poncokusumo dan Pujon;
3. Kawasan Perkotaan Malang; dan
4. Kawasan Minapolitan di Kecamatan Wajak;
5. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan strategis ekonomi, meliputi:
a. Pengembangan ekonomi tinggi di Kawasan Sendangbiru memicu
tingginya aktivitas baik di dalam maupun di sekitar kawasan
pengembangan, sehingga perlu adanya pembatasan pengembangan
kawasan demi kelestarian ekosistem alam;
b. Penyediaan fasilitas perkotaan pendukung Kawasan Perkotaan Malang;
serta
c. Penyediaan fasilitas perkotaan pendukung Kawasan Minapolitan.
(4) Kawasan strategis sosio-kultural sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
meliputi:
a. Kawasan Candi Singosari, Candi Jago, dan Candi Kidal;
b. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan strategis sosio-kultural, meliputi:
1. Zonasi kawasan pengembangan di sekitar candi; serta
2. Pengamanan terhadap kawasan atau melindungi tempat serta ruang di
sekitar bangunan bernilai sejarah, situs purbakala dan kawasan dengan
bentukan geologi tertentu dengan membuat ketentuan-ketentuan yang
perlu perhatian
(5) Kawasan strategis penyelamatan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d, meliputi:
a. Kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru;
b. Kawasan Tahura R. Soeryo; dan

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


70

c. Daerah Aliran Sungai Brantas.


d. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan strategis penyelamatan lingkungan
hidup, yaitu pengamanan terhadap kawasan atau melindungi tempat serta
ruang di sekitarnya.

BAB VI
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Pertama
Umum

Pasal 56

(1) Pemanfaatan ruang dilakukan melalui pelaksanaan program pemanfaatan ruang


beserta pembiayaannya.
(2) Pemanfaatan ruang mengacu pada fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana
tata ruang dilaksanakan dengan mengembangkan penatagunaan tanah,
penatagunaan air, penatagunaan udara dan penagunaan sumber daya alam lain.

Bagian Kedua
Pemanfaatan Ruang Wilayah
Paragraf 1
Perumusan Kebijakan Strategis Operasionalisasi

Pasal 57

(1) Penataan ruang sesuai dengan RTRW dilaksanakan secara sinergis dengan
Peraturan Daerah lain yang ada di Daerah.
(2) Penataan ruang dilaksanakan secara menerus dan sinergis antara perencanaan
tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Pasal 58

(1) Koordinasi penataan ruang dilaksanakan oleh Badan Koordinasi Penataan Ruang
Daerah (BKPRD) Daerah.
(2) Struktur organisasi tugas dan kewenangan Badan Koordinasi Penataan Ruang
Daerah (BKPRD) Daerah ditetapkan oleh Keputusan Bupati Malang.
(3) Tugas dan fungsi Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD):
a. Merumuskan kebijakan pemanfaatan ruang di wilayah;
b. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan
antar wilayah dan daerah serta keserasian antar sektor;
c. Memanfaatkan segenap sumber daya yang tersedia secara optimal untuk
mencapai hasil pembangunan secara maksimal;

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


71

d. Mengarahkan dan mengantisipasi pemanfaatan ruang untuk pelaksanaan


pembangunan yang bersifat dinamis; serta
e. Mengendalikan fungsi pelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber
daya alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa.

Paragraf 2
Prioritas dan Tahapan Pembangunan

Pasal 59

(1) Prioritas pelaksanaan pembangunan disusun berdasarkan atas kemampuan


pembiayaan dan kegiatan yang mempunyai efek mengganda sesuai arahan
umum pembangunan Daerah.
(2) Program pembiayaan terdiri atas:
a. Program utama
b. Perkiraan pendanaan
c. Sumber pembiayaan
d. Instansi pelaksana
(3) Waktu pelaksanaan dalam 4 tahapan pelaksanaan (5 tahunan)
(4) Arahan pemanfaatan ruang disusun berdasarkan indikasi program utama lima
tahunan yang ditetapkan dalam Lampiran I yang tidak terpisahkan dengan
Peraturan Daerah ini.

Paragraf 3
Optimalisasi Aset

Pasal 60

Optimalisasi dilakukan terhadap aset-aset Pemerintah seperti perusahaan daerah dan


pertanahan (pencadangan lahan), dalam rangka untuk meningkatkan dan
mengoptimalkan pembangunan Daerah.

BAB VII
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Pasal 61

Pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui penetapan: peraturan


zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


72

Pasal 62

Peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 disusun sebagai pedoman


pengendalian pemanfaatan ruang, serta berdasarkan rencana rinci tata ruang yang
terdiri dari:
a. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan;
b. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perdesaan; serta
c. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Strategis dan kawasan khusus lainnya.

Pasal 63

(1) Indikasi arahan peraturan zonasi sistem kabupaten meliputi:


a. Sistem perkotaan;
b. Sistem perdesaan;
c. Sistem jaringan prasarana wilayah;
d. Kawasan lindung; dan
e. Kawasan budidaya
(2) Sistem jaringan prasarana wilayah terdiri dari sistem jaringan transportasi,
telekomunikasi, dan sumber daya air.
(3) Indikasi arahan peraturan zonasi sistem perkotaan, meliputi:
a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi perkotaan berskala internasional
dan nasional yang didukung dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan
sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; dan
b. Pengembangan fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat permukiman
dengan tingkat intensitas pemanfaatan ruang menengah hingga tinggi yang
kecenderungan pengembangan ruangnya ke arah vertikal.
(4) Indikasi arahan peraturan zonasi sistem perdesaan, meliputi:
a. Kawasan terbangun perdesaan dapat dilakukan penambahan fungsi yang
masih saling bersesuaian, tetapi dengan memperhatikan besaran dan/atau
luasan ruangnya di setiap zona serta fungsi utama zona tersebut;
b. Kawasan tidak terbangun atau ruang terbuka untuk pertanian yang produktif
harus dilakukan pengamanan khususnya untuk tidak dialihfungsikan menjadi
lahan non-pertanian;
c. Kawasan perdesaan harus mengefisienkan ruang untuk pertanian dan
perubahan fungsi ruang bagi kawasan terbangun hanya dilakukan secara
infiltratif pada permukiman yang ada dan harus menggunakan lahan yang
kurang produktif; serta
d. Pengembangan permukiman perdesaan harus menyediakan sarana dan
prasarana lingkungan permukiman yang memadai sesuai kebutuhan masing-
masing.
(5) Indikasi arahan peraturan zonasi sistem jaringan transportasi, meliputi:
a. Penetapan garis sempadan untuk jaringan jalan dan jalur kereta api sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


73

b. Pembatasan pemanfaatan ruang berdasarkan sempadan yang ditetapkan dan


memperhatikan kepentingan yang lebih tinggi;
c. Pembatasan pemanfaatan ruang udara yang digunakan untuk penerbangan;
d. Pemanfaatan ruang untuk kebutuhan operasional dan pengembangan
kawasan pelabuhan;
e. Pembangunan sarana dan prasarana penunjang dibatasi hanya pada
bangunan penunjang operasional dan harus relevan dengan fungsi utama
prasarana transportasi;
f. Pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jalan nasional dengan tingkat intensitas
menengah hingga tinggi yang kecenderungan pengembangan ruangnya
dibatasi;
g. Ketentuan pelarangan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di sepanjang
sisi jalan nasional; serta
h. Ketentuan pelarangan kegiatan di ruang udara bebas di atas badan air yang
berdampak pada keberadaan jalur transportasi laut.
(6) Indikasi arahan peraturan zonasi sistem telekomunikasi meliputi pemanfaatan
ruang untuk penempatan stasiun bumi dan menara pemancar telekomunikasi
yang memperhitungkan aspek keamanan dan keselamatan aktivitas kawasan di
sekitarnya.
(7) Indikasi arahan peraturan zonasi sistem jaringan sumber daya air, meliputi:
a. Pemanfaatan ruang pada kawasan di sekitar wilayah sungai dengan tetap
menjaga kelestarian lingkungan dan fungsi lindung kawasan;
b. Pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai lintas negara dan lintas provinsi
secara selaras dengan pemanfaatan ruang pada wilayah sungai di
negara/provinsi yang berbatasan; dan
c. Ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat meimbulkan pencemaran terhadap
mata air.
(8) Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan lindung, meliputi:
a. Pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam;
b. Ketentuan pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengurangi luas
kawasan hutan dan tutupan vegetasi; serta
c. Pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya hanya diizinkan bagi
penduduk asli dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung kawasan,
dan di bawah pengawasan ketat.
(9) Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan budidaya, meliputi:
a. Pemanfaatan ruang bagi peningkatan ekonomi dengan memperhatikan daya
dukung dan lingkungan, serta sesuai dengan rencana tata ruang;
b. Pembatasan alih fungsi lahan dari fungsi lindung menjadi budidaya;
c. Pembatasan bangunan yang tidak relevan dengan fungsi utama dalam
penataan ruang;
d. Penetapan jenis dan syarat bangunan secara selektif; serta
e. Penyediaan sarana dan prasarana penunjang yang sesuai dengan fungsi
utama.

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


74

(10) Peraturan zonasi kawasan lindung, kawasan budidaya dan sistem jaringan
prasarana wilayah ditetapkan pada Lampiran II yang tidak terpisahkan dengan
Peraturan Daerah.

Pasal 64

(1) Perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 adalah perizinan yang terkait
dengan izin pemanfaatan ruang yang menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan harus dimiliki sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang.
(2) Dalam hal kegiatan perizinan mencakup kegiatan:
a. Izin lokasi/fungsi ruang;
b. Izin pemanfaatan ruang; dan
c. Kualitas ruang.
(3) Penjabaran dari setiap butir sebagaimana dimaksud pada ayat (2) akan diatur
dalam Peraturan Daerah secara tersendiri diantaranya dalam bentuk Izin
Mendirikan Bangunan (IMB).

Pasal 65

(1) Pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 adalah
insentif merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap
pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, sedangkan
disinsentif merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau
mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.
(2) Pemberian insentif dapat berbentuk:
a. Keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa
ruang, dan urun saham;
b. Pembangunan serta pengadaan infrastruktur;
c. Kemudahan prosedur perizinan; dan/atau
d. Pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau Pemerintah
Daerah.
(3) Pemberian disinsentif dapat berbentuk:
a. Pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang
dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan
ruang; dan/atau
b. Pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan penalti.
(4) Penjabaran dari setiap butir sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) akan
diatur dalam Peraturan Daerah secara tersendiri.

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


75

Pasal 66

Dalam proses penataan ruang Daerah, pemerintah dan masyarakat wajib berlaku tertib
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 67

(1) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 merupakan tindakan


penertiban yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang dan peraturan zonasi.
(2) Dalam hal penyimpangan penyelenggaraan pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), pihak yang melakukan penyimpangan dapat dikenai
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Pengenaan sanksi tidak hanya diberikan kepada pemanfaat ruang yang tidak
sesuai dengan ketentuan perizinan pemanfaatan ruang, tetapi dikenakan pula
kepada pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin pemanfaatan
ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
(4) Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik yang
dilengkapi dengan izin maupun yang tidak memiliki izin dapat dikenai sanksi
adminstratif atau sanksi pidana dan/atau sanksi pidana denda sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
(5) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat berupa:
a. Peringatan tertulis;
b. Penghentian sementara kegiatan;
c. Penghentian sementara pelayanan umum;
d. Penutupan lokasi;
e. Pencabutan izin;
f. Pembatalan izin;
g. Pembongkaran bangunan;
h. Pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. Denda administratif.
(6) Setiap orang yang melakukan kegiatan pemanfaatan ruang sehingga
mengakibatkan ketidaksesuaian fungsi ruang sesuai rencana tata ruang dapat
diancam pidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(7) Penjabaran dari setiap butir sebagaimana dimaksud pada ayat (5) akan diatur
dalam Peraturan Daerah secara tersendiri.

BAB VIII
HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 68

Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk:


a. mengetahui rencana tata ruang wilayah dan rencana rinci di Daerah;
b. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


76

c. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat


pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang;
d. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan yang
tidak sesuai dengan rencana tata ruang di wilayahnya;
e. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat berwenang; dan
f. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau pemegang
izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
menimbulkan kerugian.

Pasal 69

Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:


a. Mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang
berwenang;
c. Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang;
d. Memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundang-
undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan
e. Berperan serta dalam pembangunan sistem informasi tata ruang.

Pasal 70

(1) Untuk mengetahui rencana tata ruang, selain dari Lembaran Daerah masyarakat
juga dapat mengetahui rencana tata ruang yang telah ditetapkan melalui
pengumuman atau penyebarluasan oleh Pemerintah Daerah.
(2) Kewajiban untuk menyediakan media pengumuman atau penyebarluasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui penempelan/
pemasangan peta rencana tata ruang yang bersangkutan pada tempat-tempat
umum dan juga pada media massa, serta melalui pembangunan sistem informasi
tata ruang.

Pasal 71

(1) Dalam menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat
penataan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 huruf b, pelaksanaannya
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan atau kaidah
yang berlaku.
(2) Untuk menikmati dan memanfaatkan ruang beserta sumber daya alam yang
terkandung di dalamnya, menikmati manfaat ruang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) yang dapat berupa manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan dilaksanakan
atas dasar pemilikan, penguasaan, atau pemberian hak tertentu berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan ataupun atas hukum adat dan
kebiasaan yang berlaku atas ruang pada masyarakat setempat.
D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc
77

Pasal 72

(1) Hak memperoleh penggantian yang layak atas kerugian terhadap perubahan
status semula yang dimiliki oleh masyarakat sebagai akibat pelaksanaan RTRW
Daerah diselenggarakan dengan cara musyawarah antara pihak yang
berkepentingan.
(2) Dalam hal tidak tercapai kesepakatan mengenai penggantian yang layak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka penyelesaiannya dilakukan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 73

Dalam kegiatan penataan ruang wilayah Daerah, masyarakat wajib berperan serta
dalam memelihara kualitas ruang, mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan,
dan ikut serta dalam pembangunan sistem informasi masyarakat.

Pasal 74

(1) Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 73 dilaksanakan dengan mematuhi dan menerapkan
kriteria, kaidah, baku mutu, dan aturan-aturan penataan ruang yang ditetapkan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Kaidah dan aturan pemanfaatan ruang yang dipraktekkan masyarakat secara
turun temurun dapat diterapkan sepanjang memperhatikan faktor-faktor daya
dukung lingkungan, estetika lingkungan, lokasi dan struktur pemanfaatan ruang
serta dapat menjamin pemanfaatan ruang yang serasi, selaras, dan seimbang.

Pasal 75

Dalam pemanfaatan ruang di daerah, peran serta masyarakat dapat berbentuk:


a. Pemanfaatan ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara berdasarkan
peraturan perundang-undangan, agama, adat, atau kebiasaan yang berlaku.
b. Bantuan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan pelaksanaan
pemanfaatan ruang wilayah dan kawasan yang mencakup lebih dari satu wilayah
daerah/kota di daerah.
c. Penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan RTRW dan rencana tata
ruang kawasan yang meliputi lebih dari satu wilayah.
d. Perubahan atau konversi pemanfaatan ruang sesuai dengan RTRW daerah yang
telah ditetapkan.
e. Bantuan teknik dan pengelolaan dalam pemanfaatan ruang dan/atau kegiatan
menjaga, memelihara, serta meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup.

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


78

Pasal 76

(1) Tata cara peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang di daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (2) dilakukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Pelaksanaan peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikoordinasikan oleh Pemerintah Daerah

Pasal 77

Dalam pengendalian pemanfaatan ruang, peran serta masyarakat dapat berbentuk:


a. Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang wilayah dan kawasan yang meliputi
lebih dari satu wilayah daerah/kota di Daerah, termasuk pemberian informasi atau
laporan pelaksanaan pemanfaatan ruang kawasan dimaksud; dan
b. Bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan penertiban
pemanfaatan ruang.

Pasal 78

Peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 77 disampaikan secara lisan atau tertulis kepada Bupati dan
pejabat yang ditunjuk.

BAB IX
KETENTUAN PIDANA

Pasal 79

(1) Setiap orang yang tidak mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan
diancam dengan pidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku di bidang penataan ruang.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
(3) Setiap orang yang melakukan kegiatan pemanfaatan ruang sehingga
mengakibatkan ketidaksesuaian fungsi ruang sesuai rencana tata ruang diancam
pidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang
penataan ruang.
(4) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah kejahatan.

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


79

BAB X
PENYIDIKAN

Pasal 80

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberikan
wewenang untuk melaksanakan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan-
ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang penataan ruang agar keterangan
atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi
atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan di
bidang penataan ruang;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari pribadi atau badan sehubungan
dengan tindak pidana di bidang penataan ruang;
d. memeriksa buku-buku catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan
tindak pidana di bidang penataan ruang;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap
bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang penataan ruang;
g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas
orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang penataan
ruang;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan;
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak
pidana di bidang penataan ruang menurut hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya
penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


80

BAB XI
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 81

(1) RTRW memiliki jangka waktu 20 (dua puluh) tahun semenjak ditetapkan dalam
Peraturan Daerah.
(2) RTRW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan gambar peta
dengan skala 1:50.000 tercantum dalam Lampiran III.
(3) RTRW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi Buku RTRW dan
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 82

RTRW akan digunakan sebagai pedoman pembangunan dan menjadi rujukan bagi
penyusunan RPJP dan RPJMD.

Pasal 83

RTRW digunakan sebagai pedoman bagi:


a. Perumusan kebijakan pokok pemanfaatan ruang di wilayah daerah;
b. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan
wilayah daerah serta keserasian antar sektor;
c. Pengarahan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah dan/atau masyarakat;
serta
d. Penataan ruang wilayah daerah yang merupakan dasar dalam pengawasan
terhadap perizinan lokasi pembangunan.

Pasal 84

Terhadap RTRW dapat dilakukan peninjauan kembali 5 (lima) Tahun sekali.

BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 85

(1) Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, semua peraturan pelaksanaan yang
berkaitan dengan penataan ruang yang telah ada tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan dan belum diganti berdasarkan Peraturan Daerah ini.
(2) Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, maka semua rencana terkait
pemanfaatan ruang dan sektoral yang berkaitan dengan penataan ruang Daerah
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan RTRW.

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


81

Pasal 86

Pelaksanaan Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 87

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Malang
Nomor 11 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang
dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.

Pasal 88

Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.


Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Malang.

Ditetapkan di Malang
pada tanggal 2010

BUPATI MALANG,

SUJUD PRIBADI

D:\DATA KANTOR\PERDA+SK\PERDA RTRW KAB Malang\RTRW perda.doc


RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya laporan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Malang (2010-2030) dapat terselesaikan dengan baik, serta telah disahkan
melalui Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 3 Tahun 2010 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang.

Rencana Tata Ruang Wilayah merupakan hasil perencanaan yang


disusun untuk mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman, produktif dan
berkelanjutan berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan nasional. Hal-hal
yang termuat dalam RTRW Kabupaten meliputi tujuan, kebijakan dan strategi
pemanfaatan ruang wilayah, rencana struktur ruang wilayah, rencana pola
ruang wilayah, penetapan kawasan strategis, arahan pemanfaatan ruang
wilayah, arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah, serta hak, kewajiban
dan peran serta masyarakat dalam penataan ruang. Penyusun berharap semoga
laporan ini dapat berguna dan berfungsi sebagai pedoman dalam perencanaan
tata ruang wilkayah Kabupaten Malang.

Laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kritik dan
saran yang bersifat membangun akan dijadikan sebagai masukan untuk
kepentingan penyempurnaan di masa mendatang. Pada akhirnya, kami
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
proses penyusunan laporan ini.

Malang, Agustus 2010

Penyusun

i
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................... i


Daftar Isi ............................................................................................................... ii
Daftar Tabel .......................................................................................................... vii
Daftar Gambar ..................................................................................................... viii
Daftar Peta ............................................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Dasar Hukum .......................................................................................... I-2
1.2 Profil Wilayah Kabupaten Malang ...................................................... I-8
1.2.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Malang ...................... I-8
1.2.2 Kependudukan dan Sumber Daya Manusia ............................ I-9
1.2.2.1 Jumlah Penduduk ............................................................ I-9
1.2.2.2 Potensi Bencana Alam ..................................................... I-14
1.2.2.3 Potensi Sumber Daya Alam ............................................ I-14
1.2.2.4 Potensi Ekonomi Wilayah ............................................... I-16
1.3 Isue – Isue Strategis Wilayah Kabupaten Malang ............................. I-17
1.4 Ketentuan Umum ................................................................................... I-17
1.5 Waktu Perencanaan ............................................................................... I-20
1.6 Visi dan Misi Penataan Ruang.............................................................. I-21
1.7. Sistematika Penyajian ............................................................................ I-28

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG


WILAYAH KABUPATEN MALANG
2.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Malang ...................... II-1
2.2 Kebijakan dan Strategi Penetapan Struktur Ruang Wilayah
Kabupaten Malang ................................................................................. II-3
2.2.1 Kebijakan dan Strategi Sistem Perdesaan ................................. II-3
2.2.2 Kebijakan dan Strategi Sistem Perkotaan ................................. II-4

ii
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

2.2.3 Kebijakan dan Strategi Penetapan Fungsi Kawasan


Perdesaan dan Kawasan Perkotaan .......................................... II-5
2.2.4 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Jaringan
Prasarana Wilayah ....................................................................... II-7
2.3 Kebijakan dan Strategi Penetapan Pola Ruang Wilayah
Kabupaten ............................................................................................... II-14
2.3.1 Kebijakan dan Strategi Pelestarian Kawasan Lindung .......... II-14
2.3.2 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya . II-17
2.3.3 Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Kawasan Lindung
dan Budidaya ............................................................................... II-21
2.4 Kebijakan dan Strategi Penetapan Kawasan Strategis Daerah ........ II-23
2.5 Kebijakan dan Strategi Penetapan Fungsi Kawasan Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil ................................................................................... II-24

BAB III RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN


MALANG
3.1 Kriteria dan Rencana Penetapan Kawasan Perkotaan dan
Kawasan Perdesaan ............................................................................... III-1
3.2 Sistem Perdesaan .................................................................................... III-9
3.3 Sistem Perkotaan .................................................................................... III-12
3.3.1 Pusat Kegiatan Perkotaan ........................................................... III-12
3.3.2 Rencana Sistem Perwilayahan ................................................... III-13
3.3.3. Pengembangan Kawasan Perkotaan Malang .......................... III-29
3.4 Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah ..................................... III-32
3.4.1. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana
Transportasi .................................................................................. III-32
3.4.1.1. Transportasi Darat .......................................................... III-32
3.4.1.2. Rencana Pengembangan Transportasi Laut ................ III-50
3.4.1.3. Rencana Pengembangan Transportasi Udara ............. III-50
3.4.2. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air dan
Pemanfaatan Sumber Air Tanah................................................ III-55

iii
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

3.4.3. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Energi .............................. III-62


3.4.4. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Lingkungan .................... III-65
3.4.5.1. Rencana Persampahan .................................................... III-65
3.4.5.2. Kebutuhan Sanitasi ......................................................... III-67

BAB IV RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN MALANG


4.1. Kriteria dan Rencana Pola Pelestarian Kawasan Lindung ............... IV-1
4.1.1. Jenis dan Kriteria Kawasan Lindung ........................................ IV-1
4.1.2. Penetapan dan Pengembangan Kawasan Lindung ................ IV-4
4.1.2.1. Kawasan yang Memberi Perlindungan
Kawasan Bawahannya.................................................... IV-4
4.1.2.2. Kawasan Perlindungan Setempat ................................. IV-7
4.1.2.3. Kawasan Suaka Alam ..................................................... IV-17
4.1.2.4. Kawasan Pelestarian Alam ............................................ IV-18
4.1.2.5. Kawasan Bencana Alam ................................................. IV-21
4.1.2.6. Kawasan Lindung Geologi ............................................ IV-31
4.1.2.7. Kawasan Lindung Lainnya ............................................ IV-38
4.2. Kriteria dan Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya .............. IV-40
4.2.1. Jenis dan Kriteria Kawasan Budidaya....................................... IV-40
4.2.2. Penetapan dan Pengembangan Kawasan Budidaya ............... IV-40
4.2.2.1. Kawasan Hutan Produksi .............................................. IV-40
4.2.2.2. Kawasan Hutan Rakyat .................................................. IV-43
4.2.2.3. Kawasan Pertanian.......................................................... IV-45
4.2.2.4. Kawasan Pertambangan ................................................. IV-55
4.2.2.5. Kawasan Peruntukan Industri ...................................... IV-57
4.2.2.6. Kawasan Pariwisata ........................................................ IV-58
4.2.2.7. Kawasan Militer............................................................... IV-62
4.2.2.8. Kawasan Permukiman.................................................... IV-62
4.2.2.9. Kawasan Pendidikan ...................................................... IV-77
4.2.2.10.Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) ....................... IV-77
4.2.2.11.Kawasan Sektor Informal .............................................. IV-78
4.2.2.12.Kawasan Andalan .......................................................... IV-79
4.2.2.13.Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ..................... IV-80

iv
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

BAB V PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN MALANG


5.1. Penetapan Kawasan Strategis ............................................................... V-1
5.2. Kawasan Strategis Hankam .................................................................. V-4
5.2.1 Kawasan Strategis Militer di Kecamatan Singosari dan
Jabung ............................................................................................ V-4
5.2.2 Kawasan Strategis Sekitar Bandara Abdulrahman Saleh
di Kecamatan Pakis...................................................................... V-4
5.2.3 Kawasan Strategis Gudang Amunisi di Kecamatan Turen ... V-6
5.2.4 Kawasan Strategis Latihan Militer di Bantur, Pagak,
Lawang dan Pangkalan Angkatan Laut di Sendangbiru ....... V-6
5.3. Kawasan Strategis Ekonomi ................................................................. V-7
5.3.1 Kawasan Pengembangan Sendangbiru .................................... V-7
5.3.2 Pengembangan Kawasan Agropolitan Poncokusumo dan
Pujon .............................................................................................. V-8
5.3.3 Pengembangan Kawasan Perkotaan Malang .......................... V-8
5.3.4 Pengembangan Malang Minapolitan ........................................ V-9
5.4. Kawasan Strategis Sosio-kultural ........................................................ V-10
5.5. Kawasan Strategis Penyelamatan Lingkungan Hidup ..................... V-11

BAB VI ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN


MALANG
6.1 Perumusan Kebijakan Strategis Operasionalisasi Rencana Tata
Ruang Wilayah dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis ......... VI-1
6.1.1 Kelembagaan Penataan Ruang Daerah (BKPRD) ................... VI-1
6.1.2 Penataan Ruang ........................................................................... VI-4
6.2 Prioritas dan Tahapan Pembangunan ................................................. VI-6
6.3 Optimalisasi Aset Pemerintah Kabupaten Malang ........................... VI-9

BAB VII ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG


WILAYAH KABUPATEN MALANG
7.1 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi ................................................... VII-1

v
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

7.1.1 Peraturan Zonasi untuk Kawasan Lindung ............................. VII-13


7.1.2 Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya ....................................... VII-20
7.1.3 Peraturan Zonasi Sistem Prasarana Wilayah ........................... VII-24
7.2 Ketentuan Perizinan ............................................................................... VII-27
7.2.1 Izin Lokasi/Fungsi Ruang ........................................................... VII-28
7.2.1.1 Penetapan Izin Lokasi ..................................................... VII-30
7.2.1.2 Pemberian Izin Lokasi .................................................... VII-31
7.2.2 Izin Pemanfaatan Ruang ............................................................. VII-35
7.2.2.1 Dasar Hukum Izin Pemanfaatan Ruang ...................... VII-36
7.2.2.2 Latar Belakang Izin Pemanfaatan Ruang ..................... VII-36
7.2.2.3 Proses Pengurusan Izin Pemanfaatan Ruang.............. VII-38
7.3 Ketentuan Insentif dan Disinsentif ...................................................... VII-39
7.4 Arahan Sanksi ......................................................................................... VII-42

BAB VIII HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN SERTA MASYARAKAT


DALAM
PENATAAN RUANG
8.1. Hak Masyarakat...................................................................................... VIII-1
8.2. Kewajiban Masyarakat .......................................................................... VIII-2
8.3. Sanksi Administratif .............................................................................. VIII-3
8.4. Peran Serta Masyarakat ......................................................................... VIII-4

vi
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Jumlah Penduduk Menurut Kawasan Perkotaan-


Perdesaan di Kabupaten Malang Tahun 2006 ................. I-10
Tabel 3.1 Kawasan Perkotaan dan Pedesaan di Kabupaten
Malang ................................................................................... III-1
Tabel 3. 2 Kebutuhan Pengembangan Fasilitas Perkotaan di
Kabupaten Malang ............................................................... III-19
Tabel 3.3 Arahan Rumaja, Rumija dan Ruwasja di Kabupaten
Malang ................................................................................... III-41
Tabel 4.1 Nilai/bobot kelerengan ....................................................... IV-2
Tabel 4.2 Tingkat Kepekaan Jenis Tanah ........................................... IV-3
Tabel 4.3 Intensitas Hujan Harian Rata-Rata .................................... IV-3
Tabel 4.4 Luas Sempadan Pantai di Kabupaten Malang ................. IV-8
Tabel 4.5 Luas Sempadan Sungai di Kabupaten Malang ................ IV-12
Tabel 4.6 Kawasan Rawan Longsor atau Kawasan Lahan Kritis
di Kabupaten Malang .......................................................... IV-23
Tabel 4. 7 Hutan Rakyat Kabupaten Malang Tahun 2008................ IV-44
Tabel 4.8 Rencana Luas Penggunaan Tanah di Kabupaten
Malang ................................................................................... IV-66
Tabel 4.9 Jenis Konflik dan Alternatif Pemecahannya .................... IV-67
Tabel 4.10 Proporsi RTH Kawasan Perkotaan Kabupaten Malang . IV-78
Tabel 6. 1 Tahapan Pelaksanaan Pembangunan (Indikasi
Program) ................................................................................ VI-11

vii
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Diagram Sistem Perdesaaan ............................................... III-10


Gambar 3.2 Bagian-bagian Jalan .............................................................. III-40
Gambar 3.3 Sempadan Jaringan Kereta Api .......................................... III-47
Gambar 3.4 Konsep Dimensi Jalan .......................................................... III-48
Gambar 3.5 Lahan Potensial Pendirian Menara BTS ............................ III-54
Gambar 3.6 Pengelompokan Tower Kota Surabaya dan
Kabupaten Malang ............................................................... III-54
Gambar 3.7 Sempadan SUTT 66 kV Tanah Datar ................................. III-63
Gambar 3.8 Sempadan SUTT 150 kV Tanah Datar ............................... III-64
Gambar 4. 1 Kawasan lindung di Taman Nasional Bromo -
Tengger – Semeru ................................................................. IV-5
Gambar 4. 2 Hutan Bakau di Pantai Tamban dan Terumbu Karang
di Pantai Balekambang, yang merupakan Kawasan
Perlindungan Pantai ............................................................ IV-9
Gambar 4. 3 Cagar Budaya Candi Singosari, dan Pesarean Gunung
Kawi ....................................................................................... IV-20
Gambar 4. 4 Daerah Rawan Longsor Akibat Hutan Gundul di
Kecamatan Jabung (kiri) dan di Desa Pait -
Kecamatan Kasembon (kanan) ........................................... IV-22
Gambar 4. 5 Penanganan Kawasan Konservasi dan Rawan Longsor . IV-28
Gambar 4. 6 Daerah Rawan Letusan Gunung Berapi (Gunung
Bromo).................................................................................... IV-32
Gambar 4. 7 Pola Penataan Ruang Pantai pada Kawasan Rawan
Tsunami ................................................................................. IV-34
Gambar 4. 8 Bentuk Bangunan Tahan Gempa ....................................... IV-35
Gambar 4. 9 Pola Pemecah Gelombang untuk Daerah Rawan ............ IV-35
Gambar 4. 10 Kawasan Pengungsian Satwa di Pulau Sempu ................ IV-38
Gambar 4. 11 Kawasan Pantai Berhutan Bakau di Kec.
Sumbermanjing Wetan ........................................................ IV-39

viii
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Gambar 4. 12 Alih Fungsi Kawasan Perkebunan Menjadi Kawasan


Pertanian................................................................................ IV-48
Gambar 4. 13 Produk Unggulan Holtikultura yaitu Tanaman
Sawi di Kecamatan Turen dan Kol di Kecamatan
Poncokusumo ....................................................................... IV-50
Gambar 4. 14 Diagram Model Agribisnis di Kawasan Agropolitan ..... IV-51
Gambar 4. 15 Ternak Sapi Perah di Kecamatan Pujon ............................ IV-52
Gambar 4. 16 Permukiman Dataran Tinggi di Ngadas dengan
Kegiatan Usaha Kehutanan / Hortikultura ...................... IV-62
Gambar 4. 17 Potensi Rumput Laut di Pantai Tamban dan Hutan
Bakau di Pantai Sendangbiru, yang merupakan
Kawasan Perlindungan Pantai ........................................... IV-82
Gambar 4. 18 Kondisi Hutan Mangrove (Sendangbiru) dan Karang
(Balekambang) ...................................................................... IV-82
Gambar 4. 19 Potensi Perikanan Sendangbiru ......................................... IV-84
Gambar 5. 1 Ruang Bebas Hambatan pada Kawasan Bandara
Abdulrahman Saleh ............................................................. V-5
Gambar 5. 2 Kawasan Perumahan Pengaruh Keberadaan Bandara
pada Ruang Bebas Hambatan di Saptorenggo ................ V-6
Gambar 5. 3 Kawasan Perdagangan dan Pusat Pelayanan Pengaruh
Keberadaan Bandara Pada Ruang Bebas Hambatan ...... V-6
Gambar 5. 4 Arahan Zonasi Kawasan Pesisir Sendangbiru ................. V-7
Gambar 5. 5 Rencana Pengembangan ..................................................... V-9
Gambar 5. 6 Rencana Pengembangan Kawasan Sekitar Candi:
Buffer Zone (Kiri), Kawasan Perjas/Pendukung
(Kanan), serta Bangunan Candi (Atas).............................. V-11

ix
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

DAFTAR PETA

Peta 1. 1 Orientasi Kabupaten Malang Lingkup Provinsi Jawa


Timur ...................................................................................... I-22
Peta 1. 2 Batas Administrasi Kabupaten Malang............................. I-23
Peta 1. 3 Kawasan Rawan Banjir Kabupaten Malang ..................... I-24
Peta 1. 4 Kawasan Rawan Longsor Kabupaten Malang ................. I-25
Peta 1. 5 Kepadatan Penduduk Eksisting Kabupaten Malang ...... I-26
Peta 1. 6 Penggunaan Lahan Kabupaten Malang ............................ I-27
Peta 3. 1 Penetapan Kawasan Perdesaan Perkotaan ....................... III-11
Peta 3. 2 Rencana Penetapan Pusat Kegiatan Perkotaan ................ III-18
Peta 3. 3 Rencana Struktur Ruang Wilayah...................................... III-28
Peta 3. 4 Rencana Pengembangan Kawasan Perkotaan Malang ... III-31
Peta 3. 5 Rencana Pengembangan Jaringan Jalan ............................ III-43
Peta 3. 6 Rencana Pengembangan Jalur Angkutan Massal ............ III-49
Peta 3. 7 Rencana Pengembangan Transportasi Laut ..................... III-52
Peta 3. 8 Rencana Pengembangan Transportasi Laut ..................... III-52
Peta 3. 9 Rencana Pengembangan Sistem Transportasi Udara...... III-57
Peta 3. 10 Rencana Pembagian Zona Kawasan Bandar Udara ........ III-58
Peta 3. 11 Rencana Pemanfaatan Tower Bersama ............................. III-59
Peta 3. 12 Rencana Sistem Prasarana Sumber Daya Air ................... III-60
Peta 3. 13 Rencana Sistem Prasarana Persampahan.......................... III-69
Peta 4. 1 Peta Rawan Lonsor Berdasarkan Tingkat Erodibilitas
Tanah ...................................................................................... IV-27
Peta 4. 2 Peta Kawasan Potensi Banjir ............................................... IV-30
Peta 4. 3 Peta Rencana Fungsi Kawasan Lindung dan Budidaya . IV-69
Peta 4. 4 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Malang ................. IV-70
Peta 4. 5 Peta Rencana Tutupan Lahan Wilayah Pengembangan
Lingkar Kota Malang ........................................................... IV-71
Peta 4. 6 Peta Rencana Tutupan Lahan Wilayah Pengembangan
Kepanjen ................................................................................ IV-72

x
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Peta 4. 7 Peta Rencana Tutupan Lahan Wilayah Pengembangan


Ngantang ............................................................................... IV-73
Peta 4. 8 Peta Rencana Tutupan Lahan Wilayah Pengembangan
Dampit ................................................................................... IV-74
Peta 4.9 Peta Rencana Tutupan Lahan Wilayah Pengembangan
Tumpang ............................................................................... IV-75
Peta 4.10 Peta Rencana Tutupan Lahan Sumbermanjing Wetan ... IV-76
Peta 5.1 Peta Kawasan Strategis Kabupaten Malang ..................... V-12
Peta 6. 1 Peta Indikasi Program Tahap I (5 Tahun Pertama)
Kabupaten Malang ............................................................... VI-80
Peta 6. 2 Peta Indikasi Program Tahap II (5 Tahun Kedua)
Kabupaten Malang ............................................................... VI-81
Peta 6. 3 Peta Indikasi Program Tahap III (5 Tahun Ketiga)
Kabupaten Malang ............................................................... VI-82
Peta 6. 4 Peta Indikasi Program Tahap IV (5 Tahun Keempat)
Kabupaten Malang ............................................................... VI-83
Peta 6. 5 Peta Indikasi Program 20 Tahunan Kabupaten Malang. VI-84

xi
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan


Ruang, bahwa rencana tata ruang dirumuskan secara berjenjang dan
komplementer, yaitu penataan ruang wilayah baik nasional, provinsi maupun
kabupaten/kota harus saling melengkapi satu sama lain, bersinergi dan tidak
terjadi tumpang tindih kewenangan dalam penyelenggaraannya.
Pada penyusunan RTRW kabupaten harus memperhatikan perkembangan
permasalahan provinsi dan hasil pengkajian implikasi penataan ruang
kabupaten, upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
kabupaten, keselarasan aspirasi pembangunan kabupaten, daya dukung dan
daya tampung lingkungan hidup, rencana pembangunan jangka panjang daerah,
rencana tata ruang wilayah kabupaten yang berbatasan dan rencana tata ruang
kawasan strategis kabupaten. Hal-hal yang termuat dalam RTRW Kabupaten
meliputi tujuan, kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah kabupaten,
rencana struktur ruang wilayah kabupaten, rencana pola ruang wilayah
kabupaten, penetapan kawasan strategis kabupaten, arahan pemanfaatan ruang
wilayah kabupaten serta arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten.

I-1
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

1.1 Dasar Hukum

Dasar hukum yang digunakan dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang


Wilayah di Kabupaten Malang ini berlandaskan pada :
1. Undang-Undang No. 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-
daerah Kabupaten di Lingkungan Provinsi Jawa Timur;
2. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria;
3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan;
4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Pertambangan;
5. Undang-Undang No. 5 Tahun 1983 Landasan Kontinen Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia;
6. Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 tentang Ketentuan Pokok-pokok
Perindustrian;
7. Undang-Undang No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun;
8. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya;
9. Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman;
10. Undang-Undang No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya;
11. Undang-Undang No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman;
12. Undang-Undang No. 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran;
13. Undang-Undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi;
14. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
15. Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi;
16. Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara;
17. Undang-Undang No. 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi;
18. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
19. Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
PerUndang-Undangan;
20. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
21. Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan;

I-2
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

22. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;


23. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah;
24. Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
25. Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian;
26. Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal;
27. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
28. Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil;
29. Undang-Undang No. 30 Tahun 2007 tentang Energi;
30. Undang-Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;
31. Undang-Undang No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;
32. Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Bahan Galian;
33. Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Ketentuan Kepariwisataan;
34. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan;
35. Undang-Undang No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan;
36. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
37. Undang-Undang No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan;
38. Undang-Undang No. 45 Tahun 2009 tentang Perikanan;
39. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Tahun 1967 Tentang Ketentuan Pertambangan;
40. Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 1970 tentang Perencanaan Hutan;
41. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air;
42. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1986 tentang Kawasan Berikat
(Bonded Zone);
43. Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1990 tentang Perubahan Atas PP No.
22 Tahun 1986 tentang Kawasan Berikat (Bonded Zone);
44. Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 tentang Sungai;
45. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 tentang Rawa;
46. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1995 tentang Izin Usaha Industri;

I-3
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

47. Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam
Penataan Ruang;
48. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisa Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup;
49. Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2000 tentang Ketelitian Peta untuk
Penataan Ruang Wilayah;
50. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenanganan
Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom;
51. Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhan;
52. Peraturan Pemerintah No. 76 Tahun 2001 tentang Pedoman Umum
Pengaturan mengenai Desa;
53. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah;
54. Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan;
55. Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi;
56. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan;
57. Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian
dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;
58. Peraturan Pemerintah RI No. 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional;
59. Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan;
60. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Kewenangan
Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten / Kota;
61. Peraturan Pemerintah No. 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas
Bumi;
62. Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber
Daya Ikan;
63. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pemindahan
Ibukota Kabupaten Malang Dari Wilayah Kota Malang ke Wilayah
Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang;
64. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional;

I-4
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

65. Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah;


66. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional;
67. Peraturan Pemerintah No. 76 Tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan
Reklamasi Hutan;
68. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2009 tentang Perubahan Peraturan
Pemerintah No.36 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak
Bumi;
69. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua
Peraturan Pemerintah No.35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu
Minyak dan Gas Bumi;
70. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan;
71. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara;
72. Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum;
73. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 53 Tahun 1989 tentang
Kawasan lndustri;
74. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 33 tahun 1989 tentang
Pengelolaan Kawasan Budidaya;
75. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 32 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung;
76. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 97 Tahun 1993 tentang Tata
Cara Penanaman Modal;
77. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 41 Tahun 1996 tentang
Kawasan Industri;
78. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 62 Tahun 2000 tentang
Koordinasi Penataan Ruang Nasional;
79. Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai,
Daerah Manfaat Sungai dan Daerah Penguasaan Sungai;
80. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 7 Tahun 1986, tentang Pelaksanaan
Batas Wilayah Kota di Seluruh Indonesia;

I-5
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

81. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 69 Tahun 1996, tentang Pelaksanaan
Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat
dalam Penataan Ruang;
82. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 8 Tahun 1998 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah;
83. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara
Peran Serta Masyarakat dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah;
84. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan;
85. Peraturan Menteri Agraria No. 2 Tahun 1999 tentang Ijin Lokasi;
86. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20 Tahun 2007 tentang Pedoman
Teknis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya dalam
Penyusunan Rencana Tata Ruang;
87. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Kawasan
Rawan Gempa Bumi;
88. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008 tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan
Perkotaan;
89. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11 Tahun 2009 tentang
Rancangan Peraturan Daerah dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota;
90. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 16 Tahun 2009 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;
91. Peraturan Kepala BPN No. 2 Tahun 1993, tentang Tata Cara bagi
Perusahaan untuk Memperoleh Pencadangan Tanah, Ijin Lokasi,
Pemberian Perpanjangan dan Pembaharuan Hak Atas Tanah serta
Penerbitan Sertifikatnya
92. Keputusan Menteri Pertanian No. 837/Kpts/UM/1980 dan No.
683/Kpts/UM/II/1981 tentang Klasifikasi Kemampuan Lahan;
93. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 147 Tahun 2004 tentang Pedoman
Koordinasi Penataan Ruang Daerah;

I-6
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

94. Keputusan Menteri Perhubungan No. 54 Tahun 2002 tentang


Penyelenggaraan Pelabuhan Laut;
95. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 10 Tahun 2004 tentang
Pelabuhan Perikanan;
96. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 50 Tahun 1997
tentang Standar Teknis Kawasan Industri;
97. Keputusan Menteri Kimpraswil No. 327 Tahun 2002 tentang Penetapan
Pedoman Bidang Penataan Ruang;
98. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 391 Tahun 2007 tentang
Penetapan Status Daerah Irigasi;
99. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur No. 11 Tahun
1991 tentang Penetapan Kawasan Lindung di Provinsi Dati I Jawa Timur;
100. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No. 4 Tahun 2003 tentang
Pengelolaan Hutan di Jawa Timur;
101. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No. 6 Tahun 2005 tentang
Penertiban dan Pengendalian Hutan Produksi di Provinsi Jawa Timur;
102. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 8 Tahun 2005 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa
Timur Tahun 2006-2008;
103. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No. 2 Tahun 2006 tentang RTRW
Provinsi Jawa Timur;
104. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No. 3 Tahun 2009 tentang Irigasi;
105. Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 61 Tahun 2006 Tentang
Pemanfaatan Ruang pada Kawasan Pengendalian Ketat Skala Regional di
Provinsi Jawa Timur;
106. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur No. 295 Tahun
1984 tentang Tata Cara Penyediaan Pembebasan Hak Atas Tanah bagi
Perusahaan yang Tidak Menggunakan Fasilitas Penanaman Modal;
107. Keputusan Gubernur Jawa Timur No.188/227/KPTS/013/2006 tentang
Persetujuan Penetapan Lokasi Pembangunan Jalan Tol Bebas Hambatan
(Tol) Pandaan - Malang;

I-7
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

108. Instruksi Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur No. 38 Tahun
1988 tentang Penetapan Lokasi/Letak Tempat dan Pembebasan Tanah
untuk Usaha/Kegiatan Bukan Pertanian;
109. Peraturan Daerah Kabupaten Malang No. 11 Tahun 2003 tentang RTRW
Kabupaten Malang;
110. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 10 Tahun 2007 tentang
Kewenangan Pemerintahan Kabupaten Malang Dalam Urusan
Pemerintahan Wajib dan Pilihan;
111. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 6 Tahun 2008 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Malang
Tahun 2005-2025.
112. Keputusan Bupati Malang No. 12 Tahun 2004 tentang Izin Lokasi.

1.2 Profil Wilayah Kabupaten Malang

Profil wilayah Kabupaten Malang menjelaskan mengenai gambaran umum


kabupaten yang dilengkapi dengan peta orientasi dan pembagian wilayah
kabupaten, kependudukan dan sumber daya manusia, potensi bencana alam,
potensi sumber daya alam dan potensi ekonomi wilayah. Untuk lebih jelasnya
mengenai profil wilayah Kabupaten Malang tersebut dapat dilihat pada
penjelasan di bawah ini:

1.2.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Malang

Kabupaten Malang terletak pada wilayah dataran tinggi, dengan koordinat


112° 17’ 10,9” - 112° 57’0,0” Bujur Timur dan 70° 44” 55,11” - 8° 26’ 35,45” Lintang
Selatan. Luas wilayah Kabupaten Malang adalah 334.787 Ha, terdiri dari 33
Kecamatan yang tersebar pada wilayah perkotaan dan perdesaan. Kabupaten
Malang terletak antara 0 - 2000 m dpl. Wilayah datar sebagian besar terletak di
Kecamatan Bululawang, Gondanglegi, Tajinan, Turen, Kepanjen, Pagelaran dan
Pakisaji, serta sebagian Kecamatan Singosari, Lawang, Karangploso, Dau, Pakis,
Dampit, Sumberpucung, Kromengan, Pagak, Kalipare, Donomulyo, Bantur,
Ngajum dan Gedangan. Wilayah bergelombang terletak diwilayah
Sumbermanjing Wetan, Wagir dan Wonosari. Daerah yang terjal atau perbukitan
sebagian besar terletak di Kecamatan Pujon, Ngantang, Kasembon,

I-8
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Poncokusumo, Jabung, Wajak, Ampelgading, dan Tirtoyudo. Secara administrasi


batas-batas wilayah Kabupaten Malang adalah sebagai berikut :
 Sebelah Utara : Kabupaten Jombang, Mojokerto, dan Pasuruan
 Sebelah Timur : Kabupaten Probolinggo dan Lumajang
 Sebelah Selatan : Samudra Indonesia
 Sebelah Barat : Kabupaten Blitar dan Kediri

1.2.2 Kependudukan dan Sumber Daya Manusia

Pembahasan kondisi kependudukan akan berhubungan langsung dengan


masyarakat/penduduk. Peran serta penduduk dalam pembangunan wilayah
mempunyai ikatan yang cukup kuat sesuai dengan tempat tinggalnya.
Karakteristik sosial yang dimaksud disini adalah karakter dari masing-masing
penduduk.

1.2.2.1 Jumlah Penduduk

Perkembangan penduduk pada Kabupaten Malang selama tahun-tahun


terakhir mengalami perubahan dan perkembangan yang cukup besar mulai dari
tahun 2001 hingga tahun 2006 yaitu secara berurutan berjumlah 1.984.061 jiwa,
2.057.477 jiwa, 2.057.680 jiwa, 2.051.692 jiwa, 2.319.361 jiwa, dan 2.345.658 jiwa.
Untuk perkembangan jumlah penduduk pada tiap-tiap kecamatan dapat dilihat
pada Tabel 1.1.

I-9
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Tabel 1. 1 Jumlah Penduduk Menurut Kawasan Perkotaan-Perdesaan di Kabupaten Malang Tahun 2006

Tahun
No Kecamatan Perwilayahan
2001 2002 2003 2004 2005 2006
Donomulyo Perkotaan 17.541 15.906 15.906 20.961 23.489 26.016
1
Perdesaan 53.065 53.620 53.620 53.644 53.655 53.667
Kalipare Perkotaan 35.225 35.182 39.200 39.165 39.148 39.130
2
Perdesaan 27.028 27.057 27.695 27.675 27.665 27.655
Pagak Perkotaan 23.854 23.876 23.980 24.067 24.111 24.154
3
Perdesaan 26.069 26.042 26.029 26.119 26.164 26.209
Bantur Perkotaan 13.105 13.372 13.274 13.267 13.264 13.260
4
Perdesaan 56.535 57.689 57.674 57.697 57.708 57.719
Gedangan Perkotaan 28.207 28.209 28.236 27.007 26.393 25.778
5
Perdesaan 24.293 24.378 24.378 24.629 24.754 24.879
Sumbermanjing Perkotaan 22.538 23.165 23.664 24.260 24.558 24.856
6
Perdesaan 64.353 65.169 68.266 68.934 69.267 69.601
Dampit Perkotaan 40.968 41.041 41.147 41.005 40.934 40.863
7
Perdesaan 78.798 76.137 76.152 76.376 76.487 76.599
Tirtoyudo Perkotaan 12.416 12.593 12.403 12.432 12.447 12.461
8
Perdesaan 47.693 48.221 48.763 49.764 50.265 50.765
9 Ampelgading Perkotaan 12.727 13.186 13.644 13.870 13.982 14.095

I - 10
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Tahun
No Kecamatan Perwilayahan
2001 2002 2003 2004 2005 2006
Perdesaan 39.116 40.578 42.039 42.470 42.685 42.900
Poncokusumo Perkotaan 29.393 29.659 29.924 26.805 25.245 23.685
10
Perdesaan 51.934 56.599 61.263 61.596 61.763 61.929
Wajak Perkotaan 30.684 31.556 32.427 33.342 33.800 34.257
11
Perdesaan 46.412 46.029 47.491 48.743 49.369 49.995
Turen Perkotaan 38.224 39.201 40.799 40.861 40.891 40.922
12
Perdesaan 66.029 65.525 67.324 67.604 67.744 67.884
13 Bululawang Perkotaan 29.570 29.629 29.688 29.664 29.651 29.639
Perdesaan 31.643 31.217 30.791 30.903 30.958 31.014
Gondanglegi Perkotaan 26.636 28.763 30.890 31.296 31.498 31.701
14
Perdesaan 19.092 20.364 21.636 21.825 21.920 22.014
Pagelaran Perkotaan 7.722 7.623 8.206 8.207 8.208 8.208
15
Perdesaan 54.577 54.378 56.373 57.231 57.660 58.089
16 Kepanjen Perkotaan 90.988 90.955 89.684 91.365 92.206 93.046
Sumberpucung Perkotaan 28.578 28.590 28.601 28.546 28.518 28.490
17
Perdesaan 26.346 26.404 26.461 26.559 26.608 26.657
Kromengan Perkotaan 21.006 21.002 21.086 21.171 21.213 21.255
18
Perdesaan 17.548 17.443 17.549 17.654 17..707 17.760
19 Ngajum Perkotaan 21.422 21.485 21.676 21.581 21.628 21.604

I - 11
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Tahun
No Kecamatan Perwilayahan
2001 2002 2003 2004 2005 2006
Perdesaan 27.561 27.635 27.589 27.612 27.601 27.606
Wonosari Perkotaan 19.564 19.963 20.502 20.490 20.484 20.478
2-
Perdesaan 26.681 27.226 25.328 25.297 25.281 25.265
Wagir Perkotaan 19.229 19.225 19.234 19.216 19.206 19.197
21
Perdesan 52.584 52.734 52.434 53.034 53.333 53.633
Pakisaji Perkotaan 29.867 30.217 29.174 29.943 30.327 30.711
22
Perdesaan 34.405 40.406 39.028 41.288 42.417 43.547
Tajinan Perkotaan 16.310 17.446 16.695 17.223 17.486 17.750
23
Perdesaan 30.510 30.460 30.501 30.574 30.610 30.646
Tumpang Perkotaan 28.994 29.128 29.262 29.882 30.191 30.501
24
Perdesaan 42.263 41.978 41.692 42.631 43.101 43.570
Pakis Perkotaan 23.670 23.949 24.227 24.895 25.229 25.563
25
Perdesaan 79.534 80.339 81.143 84.744 86.545 88.345
Jabung Perkotaan 22.345 22.397 22.449 23.117 23.450 23.784
26
Perdesaan 43.359 43.470 43.580 44.532 45.007 45.483
Lawang Perkotaan 49.038 50.039 50.206 52.326 53.386 54.446
27
Perdesaan 36.519 37.264 36.510 37.351 37.770 38.190
Singosari Pekotaan 49.608 49.258 45.854 48.347 49.594 50.840
28
Perdesan 90.006 87.959 74.352 90.623 92.722 94.821

I - 12
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Tahun
No Kecamatan Perwilayahan
2001 2002 2003 2004 2005 2006
Karangploso Perkotaan 13.129 11.617 11.656 11.705 11.729 11.753
29
Perdesaan 45.474 41. 578 41.047 42.474 43.188 43.901
Dau Perkotaan 15.097 15.663 16.701 18.682 19.673 20.663
30
Perdesaan 32.302 32.034 34.220 35.170 35.644 36.119
Pujon Perkotaan 24.837 24.960 25.082 25.577 25.825 26.072
31
Perdesaan 35.902 35.202 34.501 35.507 36.010 36.513
Ngantang Perkotaan 16.806 18.121 17.935 18.180 18.303 18.425
32
Perdesaan 35.706 37.623 36.476 37.038 37.319 37.600
Perkotaan 9.328 9.421 9.678 9.703 9.716 9.728
33 Kasembon
Perdesaan 19.331 19.484 20.210 20.285 20.323 20.360
Sumber : Kecamatan Dalam Angka Tahun 2007

I - 13
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

1.2.2.2 Potensi Bencana Alam

Potensi bencana yang ada di Kabupaten Malang salah satunya adalah potensi
bencana letusan gunung berapi yang berada di sekitar pegunungan Semeru
karena gunung tersebut masih aktif, yaitu di Kecamatan Poncokusumo
khususnya di Desa Ngadas dan Gubugklakah; sekitar Gunung Kelud, yaitu di
sebagian Kecamatan Ngantang; Gunung Butak yang terdapat di sebagian
Kecamatan Dau dan sebagian Kecamatan Wagir; Gunung Bromo yang terdapat
di sebagian Kecamatan Poncokusumo; serta Gunung Mahameru yang terdapat
di sebagian Kecamatan Ampelgading, karena kondisi gunung-gunung tersebut
masih aktif. Sekitar wilayah ini harus diadakan perlindungan dengan
penyediaan saluran aliran lahar cair.
Selain potensi bencana letusan gunung berapi terdapat juga bencana tanah
longsor yang terdapat hampir di semua kecamatan di Kabupaten Malang,
khususnya di Kecamatan Ampelgading, Kecamatan Poncokusumo, Kecamatan
Donomulyo, Kecamatan Dau, Kecamatan Pujon, Kecamatan Ngantang,
Kecamatan Kasembon, Kecamatan Kalipare, Kecamatan Pagak, Kecamatan
Bantur, Kecamatan Gedangan, Kecamatan Sumbermanjingwetan, Singosari,
Kecamatan Jabung, Kecamatan Tirtoyudo, Kecamatan Kromengan, dan
Kecamatan Pakisaji.
Dari kedua potensi bencana alam tersebut terdapat juga beberapa kecamatan
yang memiliki potensi rawan banjir diantaranya berada di sekitar DAS Brantas,
DAS Metro dan DAS Lesti. Beberapa penyebab terjadinya banjir antara lain
disebabkan oleh semakin berkurangnya kawasan resapan air, dan semakin
rusaknya hutan dan kawasan konservasi di wilayah hulu.

1.2.2.3 Potensi Sumber Daya Alam

Potensi sumber daya alam yang ada di Kabupaten Malang diantaranya


sebagai berikut:
1. Kawasan lingkungan hidup yang meliputi Taman Nasional Bromo-Tengger-
Semeru (TN-BTS) dan Taman Hutan Raya (Tahura) R. Suryo, memiliki fungsi
lingkungan khusus dan keragaman biota di dalamnya yang perlu
dipertahankan keberadaannya;

I - 14
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

2. Kawasan pesisir Malang Selatan mempunyai potensi ekosistem khas yang


sangat menunjang perikanan laut seperti: adanya Pulau Sempu, ekosistem
hutan bakau (mangrove), terumbu karang;
3. Pulau Sempu yang memiliki fungsi sebagai kawasan lindung (cagar alam),
yang harus tetap diupayakan untuk lestari dan dijaga agar ekosistem di
dalamnya tidak punah;
4. Potensi sumber daya alam yang berupa potensi pariwisata di Kabupaten
Malang cukup besar baik wisata alam, wisata budaya, maupun minat khusus,
meliputi Wisata Wendit, Pantai Balekambang dan Pantai Ngliyep, wisata
ritual Gunung Kawi, maupun kesenian tari dan topeng.
5. Malang Raya juga terkenal dalam konteks wisata nasional, dan akan
ditunjang dengan pusat pertunjukan di Perkotaan Kepanjen.
6. Kabupaten Malang masih mempunyai area yang luas untuk kawasan
lindung, setidaknya terdapat area sekitar 30 % dari luas wilayah, yakni
sebesar 104.115,33 Ha yang dapat digunakan sebagai kawasan lindung;
7. Kawasan perlindungan setempat yang terdapat di Kabupaten Malang
sebagian besar masih terpelihara. Kawasan ini meliputi kawasan sempadan
pantai (di wilayah pesisir Selatan), kawasan sempadan sungai (Sungai
Brantas, Sungai Konto, Sungai Lesti, Kali Metro, Kali Genteng, Kali Rejo, Kali.
Manjing), kawasan sekitar danau/waduk (Waduk Sengguruh, Waduk
Karangkates dan Waduk Selorejo) dan sekitar mata air (Mata Air Ubalan di
Kecamatan Pagak, Mata Air Sumber Taman di Kecamatan Pagelaran, Mata
Air Wendit di Kecamatan Pakis);
8. Terdapat kawasan lindung berupa suaka dan cagar alam di wilayah
Kabupaten Malang yakni Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru, cagar
alam (Pulau Sempu di Kecamatan Sumbermanjingwetan, Coban Rondo di
Kecamatan Pujon, Coban Pelangi di Kecamatan Poncokusumo, Coban
Glothak di Kecamatan Wagir) yang kondisinya masih memungkinkan untuk
dikembangkan sebagai suaka alam dan cagar alam; serta
9. Kawasan cagar budaya yang terdapat di Kabupaten Malang yakni berupa
Candi Jago di Kecamatan Tumpang, Candi Kidal di Kecamatan Tumpang,
Candi Singosari di Kecamatan Singosari, Petilasan Gunung Kawi di

I - 15
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Kecamatan Wonosari selain sebagai cagar budaya juga merupakan aset


wisata dan obyek penelitian.
10. Kawasan persawahan dengan unggulan komoditi pertanian yang unggulan
yaitu tanaman padi, jagung, ubi jalar dan ubi kayu;
11. Hortikultura di Kabupaten Malang terkonsentrasi di beberapa lokasi saja
yakni di Kecamatan Pujon, Kecamatan Ngantang, Kecamatan Kasembon, dan
Kecamatan Poncokusumo. Potensi ini cukup besar karena hortikultura di
Kabupaten Malang selain untuk memenuhi kebutuhan penduduk wilayah
Kabupaten Malang sendiri juga untuk kebutuhan daerah lainnya (seperti ke
Surabaya dan Jakarta) dan beberapa komoditas telah di ekspor.

1.2.2.4 Potensi Ekonomi Wilayah

Potensi ekonomi wilayah yang ada di Kabupaten Malang, diantaranya


meliputi:
1. Pusat – pusat kegiatan di wilayah kabupaten merupakan simpul pelayanan
sosial ekonomi masyarakat di wilayah kabupaten, yang terdiri atas: Kota
Malang dan sekitarnya mempunyai perkembangan wilayah yang cukup
pesat bahkan menunjukkan adanya interaksi dengan sekitarnya yang
mengindikasikan terbentuk Kawasan Perkotaan Malang dengan inti Kota
Malang. Kawasan perkotaan sebagai satelit adalah Kota Batu, Perkotaan
Lawang, Perkotaan Tumpang dan Perkotaan Kepanjen;
2. Adanya pengembangan Kawasan Perkotaan Malang, Perkotaan Kepanjen
sebagai Ibukota Kabupaten, dan Perkotaan Sendangbiru sebagai kawasan
pelabuhan serta industri, berpotensi menjadikan Kabupaten Malang untuk
memiliki pusat pertumbuhan yang mampu mendorong wilayah sekitar;
3. Terdapat kawasan strategis pertumbuhan ekonomi yaitu Kawasan
Sendangbiru dan Kawasan Perkotaan Malang yang mampu mendorong
pengembangan wilayah;
4. Kawasan pesisir Malang Selatan memiliki potensi pengembangan kegiatan
ekonomi seperti : potensi obyek wisata, potensi perikanan tangkap dan
perikanan tambak, potensi pertambangan. Potensi-potensi tersebut sebagian
besar masih belum dikelola (kondisi alami); serta

I - 16
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

5. Kawasan pesisir Sendangbiru juga mempunyai potensi untuk pengembangan


pelabuhan skala Nasional - Internasional serta kawasan industri, ditinjau dari
letak geografisnya dan adanya Pulau Sempu yang merupakan pelindung
alami.

1.3 Isue – Isue Strategis Wilayah Kabupaten Malang

Adapun isue-isue strategis di wilayah Kabupaten Malang, diantaranya dapat


dilihat dibawah ini:
1. Isue strategis pertahanan dan keamanan seperti di Kawasan Militer Kostrad
di Kecamatan Singosari dan Kecamatan Jabung, Bandara Abdulrahman
Saleh di Kecamatan Pakis, Kawasan Latihan Militer di Kecamatan Lawang,
Pagak dan Bantur, serta Pangkalan Angkatan Laut di Sendangbiru,
mempunyai pengaruh strategis terhadap stabilitas keamanan dan politik
yang juga akan berpengaruh terhadap keberlangsungan kegiatan
pengembangan wilayah secara keseluruhan, serta memudahkan untuk
kegiatan penataan kawasan sekitar kawasan militer, karena kondisi
penggunaan tanah di sekelilingnya masih berupa kawasan belum terbangun;
2. Isue strategis pertumbuhan ekonomi yaitu Kawasan Sendangbiru dan
Kawasan Perkotaan Malang yang mampu mendorong pengembangan
wilayah;
3. Kawasan yang perlu penanganan lebih lanjut secara ekonomi dan
lingkungan yakni kawasan tertinggal di Malang Selatan;
4. Isue strategis sosial dan budaya adalah kawasan sekitar candi : Candi
Singosari, Candi Jago dan Candi Kidal, yang merupakan peninggalan
sejarah yang bernilai tinggi, sehingga perlu dilindungi dan dilestarikan; serta
5. Adanya isue strategis mengenai fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
meliputi Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru (TN-BTS) dan Taman
Hutan Raya (Tahura) R. Suryo, memiliki fungsi lingkungan khusus dan
keragaman biota di dalamnya yang perlu dipertahankan keberadaannya.

1.4 Ketentuan Umum

Ketentuan umum ini disesuaikan dengan Undang-Undang No. 26 Tahun


2007, yakni memuat tentang pengertian-pengertian yang digunakan dan

I - 17
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

berkaitan dengan Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah di Kabupaten


Malang, sebagai berikut :
1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang
udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,
tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan
memelihara kelangsungan hidupnya.
2. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
3. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan
sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan
fungsional.
4. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang
untuk fungsi budidaya.
5. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
6. Penyelenggaraan Penataan Ruang adalah kegiatan yang meliputi
pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.
7. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
8. Pengaturan Penataan Ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum
bagi pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penataan
ruang.
9. Pembinaan Penataan Ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja
penataan ruang yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat.
10. Pelaksanaan Penataan Ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan
ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,
dan pengendalian pemanfaatan ruang.
11. Pengawasan Penataan Ruang adalah upaya agar penyelenggaraan
penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perUndang-Undangan.

I - 18
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

12. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur
ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana
tata ruang.
13. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan
pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan
pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
14. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan
tertib tata ruang.
15. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan struktur dan pola
pemanfaatan ruang.
16. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan
aspek administratif dan/atau aspek fungsional.
17. Sistem Wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai
jangkauan pelayanan pada tingkat wilayah.
18. Sistem Internal Perkotaan adalah struktur ruang dan pola ruang yang
mempunyai jangkauan pelayanan pada tingkat internal perkotaan.
19. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung dan/atau
budidaya, yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumber daya alam dan sumber daya buatan.
b. Kawasan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber
daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan.
20. Kawasan Perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
21. Kawasan Agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih
pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian
dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan adanya

I - 19
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan satuan sistem permukiman


dan sistem agrobisnis.
22. Kawasan Minapolitan adalah Kawasan yang membentuk kota perikanan,
yang memudahkan masyarakat untuk bisa membudidayakan ikan darat,
dengan kemudahan memperoleh benih melalui unit perbenihan rakyat,
pengolahan ikan, pasar ikan dan mudah mendapatkan pakan ikan, yang
dikelola oleh salah satu kelompok yang dipercaya oleh pemerintah.
23. Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
24. Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional
terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi,
sosial, budaya dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah
ditetapkan sebagai warisan dunia.
25. Kawasan Strategis Provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.
26. Kawasan Strategis Kabupaten/Kota adalah wilayah yang penataan
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting
dalam lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
lingkungan.
27. Ruang Terbuka Hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.

1.5 Waktu Perencanaan

Waktu perencanaan dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah di


Kabupaten Malang yaitu selama kurun waktu 20 tahun, yang dibagi dalam 5
tahunan, yaitu :
 Penyusunan : 2007
 Penetapan Perda : 2008 - 2010

I - 20
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

 Tahap I : 2010 - 2014


 Tahap II : 2015 - 2019
 Tahap III : 2020 - 2024
 Tahap IV : 2024 – 2029

1.6 Visi dan Misi Penataan Ruang

Penataan ruang merupakan matra ruang program pembangunan


Kabupaten Malang, sehingga harus terdapat sinkronisasi antara program
pembangunan yang telah dicanangkan dalam RPJP/RPJM Kabupaten Malang,
maupun berbagai program sektor terkait. Salah satu hal terkait dengan penataan
ruang Kabupaten Malang harus mencakup upaya terkait pertumbuhan wilayah,
pengurangan kesenjangan internal antar wilayah terutama bagi wilayah yang
memiliki beberapa kantong kemiskinan, mendorong peningkatan kualitas
lingkungan hidup serta peningkatan kualitas SDM di berbagai bidang termasuk
upaya pengurangan kemiskinan dan pengangguran.
Berdasarkan berbagai pertimbangan tersebut maka Visi penataan ruang
wilayah Kabupaten Malang adalah : Terwujudnya Penataan Ruang Wilayah
yang Produktif, Seimbang dan Lestari bagi Kesejahteraan Masyarakat.
Sedangkan Misi penataan ruang wilayah Kabupaten Malang adalah :
1. Mewujudkan struktur ruang yang seimbang guna mendorong
pertumbuhan wilayah sekaligus mengurangi kesenjangan antar wilayah;
2. Mewujudkan pola ruang yang selaras dan berkelanjutan;
3. Mewujudkan terciptanya kepastian hukum dalam kegiatan usaha sesuai
rencana tata ruang serta mendorong peluang investasi produktif; serta
4. Mewujudkan penyediaan sarana dan prasarana di perkotaan dan
perdesaan untuk peningkatan kualitas SDM yang lebih produktif dan
mandiri serta berdaya-saing tinggi.

I - 21
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Batas Laut

No. Peta : 1.1

Peta 1. 1 Orientasi Kabupaten Malang Lingkup Provinsi Jawa Timur

I - 22
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

No.Peta
No. Peta: :1.2
1.2

Peta 1. 2 Batas Administrasi Kabupaten Malang

I - 23
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

No. Peta : 1.3

Peta 1. 3 Kawasan Rawan Banjir Kabupaten Malang

I - 24
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

No. Peta : 1.4

Peta 1. 4 Kawasan Rawan Longsor Kabupaten Malang

I - 25
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

No. Peta : 1.5

Peta 1. 5 Kepadatan Penduduk Eksisting Kabupaten Malang

I - 26
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

No. Peta : 1.6

Peta 1. 6 Penggunaan Lahan Kabupaten Malang

I - 27
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

1.7. Sistematika Penyajian

Berdasarkan pada Undang-Undang No. 26 Tahun 2007, penyusunan


Rencana Tata Ruang Nasional meliputi :
1. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah nasional;
2. Rencana struktur ruang wilayah nasional yang meliputi sistem perkotaan
nasional yang terkait dengan kawasan perdesaan dalam wilayah
pelayanannya dan sistem jaringan prasarana utama;
3. Rencana pola ruang wilayah nasional yang meliputi kawasan lindung
nasional dan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional;
4. Penetapan kawasan strategis nasional;
5. Arahan pemanfaatan ruang yang berisi indikasi program utama jangka
menengah lima tahunan; dan
6. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional yang berisi
indikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional, arahan perizinan, arahan
insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.
Mengacu pada uraian terdahulu, maka sistematika penyajian dalam
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang adalah sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan tentang dasar hukum; profil wilayah
kabupaten yang membahas mengenai gambaran umum wilayah
kabupaten, kependudukan dan sumber daya manusia, potensi
bencana alam, potensi sumber daya alam, potensi ekonomi wilayah
serta isue-isue strategis wilayah kabupaten. Dan dilengkapi dengan
ketentuan umum dan sistematika penyajiannya.

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH


KABUPATEN MALANG
Pada bab ini berisikan tentang strategi-strategi yang digunakan untuk
mencapai rencana pengembangan sesuai dengan prospek
pengembangan di Kabupaten Malang.

I - 28
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

BAB III RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN


MALANG
Pada bab ini berisikan tentang rencana sistem struktur pemanfaatan
ruang kawasan perdesaan; sistem struktur pemanfaatan ruang
kawasan perkotaan; sistem pusat kegiatan perdesaan dan perkotaan;
rencana sistem jaringan prasarana wilayah serta rencana pengelolaan
kawasan.

BAB IV RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN MALANG


Bab ini berisikan tentang rencana pola pelestarian kawasan lindung
dan rencana pengembangan kawasan budidaya. Rencana pola
pelestarian kawasan lindung meliputi kawasan yang memberi
perlindungan kawasan bawahannya, kawasan perlindungan
setempat, kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, kawasan
bencana alam, kawasan lindung geologi, dan kawasan lindung
lainnya. Rencana pengembangan kawasan budidaya meliputi
kawasan hutan produksi, kawasan hutan rakyat, kawasan pertanian,
kawasan pertambangan, kawasan peruntukan industri, kawasan
pariwisata, kawasan militer, kawasan permukiman, kawasan
pendidikan, ruang terbuka hijau, kawasan sektor informal, kawasan
andalan, serta kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.

BAB V PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH KABUPATEN


MALANG
Pada bab ini berisikan tentang penetapan kawasan strategis yang
meliputi kawasan hankam, kawasan ekonomi, kawasan sosio-
kultural, dan kawasan penyelamatan lingkungan hidup.

BAB VI ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN


MALANG
Pada bab ini berisikan tentang perumusan kebijakan strategis
operasionalisasi rencana tata ruang wilayah dan rencana tata ruang
kawasan strategis, prioritas dan tahapan pembangunan, serta
optimalisasi aset Pemerintah Kabupaten Malang.

I - 29
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

BAB VII KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG


WILAYAH KABUPATEN MALANG
Pada bab ini berisikan tentang ketentuan umum pengaturan zonasi;
ketentuan perizinan yang berisikan izin lokasi dan izin pemanfaatan
ruang; ketentuan insentif dan disinsentif; serta arahan sanksi.

BAB VIII HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT DALAM


PENATAAN RUANG

Bab ini berisikan tentang hak dan kewajiban masyarakat dalam


penataan ruang; sanksi administratif yang diberikan jika ada
pelanggaran serta partisipasi / peran serta masyarakat.

I - 30
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

1.1 Dasar Hukum ........................................................................................................ 2


1.2 Profil Wilayah Kabupaten Malang ........................................................................ 8
1.2.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Malang .................................................... 8
1.2.2 Kependudukan dan Sumber Daya Manusia .......................................................... 9
1.2.2.1 Jumlah Penduduk ................................................................................................... 9
1.2.2.2 Potensi Bencana Alam ......................................................................................... 14
1.2.2.3 Potensi Sumber Daya Alam ................................................................................ 14
1.2.2.4 Potensi Ekonomi Wilayah ................................................................................... 16
1.3 Isue – Isue Strategis Wilayah Kabupaten Malang ............................................... 17
1.4 Ketentuan Umum ................................................................................................ 17
1.5 Waktu Perencanaan ............................................................................................. 20
1.6 Visi dan Misi Penataan Ruang ............................................................................ 21
1.7. Sistematika Penyajian ........................................................................................................ 28

Tabel 1. 1 Jumlah Penduduk Menurut Kawasan Perkotaan-Perdesaan di Kabupaten


Malang Tahun 2006 ..................................................................................................................... 10

Peta 1. 1 Orientasi Kabupaten Malang Lingkup Provinsi Jawa Timur ................................. 22


Peta 1. 2 Batas Administrasi Kabupaten Malang ..................................................................... 23
Peta 1. 3 Kawasan Rawan Banjir Kabupaten Malang .............................................................. 24
Peta 1. 4 Kawasan Rawan Longsor Kabupaten Malang ......................................................... 25
Peta 1. 5 Kepadatan Penduduk Eksisting Kabupaten Malang ............................................... 26
Peta 1. 6 Penggunaan Lahan Kabupaten Malang .................................................................... 27

1.1 Dasar Hukum 2


1.2 Profil Wilayah Kabupaten Malang 8
1.2.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Malang 8
1.2.2 Kependudukan dan Sumber Daya Manusia 9
1.2.2.1 Jumlah Penduduk 9
1.2.2.2 Potensi Bencana Alam 14
1.2.2.3 Potensi Sumber Daya Alam 14
1.2.2.4 Potensi Ekonomi Wilayah 16
1.3 Isue – Isue Strategis Wilayah Kabupaten Malang 17
1.4 Ketentuan Umum 17
1.5 Waktu Perencanaan 20
1.6 Visi dan Misi Penataan Ruang 21
1.7. Sistematika Penyajian 28

I - 31
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

2.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Malang

Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang


wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan
berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan nasional dengan :
1. Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan
buatan;
2. Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan
sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia;
3. Terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif
terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang; serta
4. Mendayagunakan produk tata ruang sebagai alat penataan, penyusunan
program pembangunan dan pengendalian secara optimal.
Adapun tujuan dari penataan ruang wilayah Kabupaten Malang, adalah
1. Peningkatan pembangunan infrastruktur guna menunjang perkembangan
ekonomi.
2. Peningkatan perkembangan ekonomi melalui sektor pertanian, investasi,
perdagangan, pariwisata dan industri.
3. Pengelolaan sumber daya alam dengan memperhatikan kelestarian
lingkungan hidup.
4. Terwujudnya tertib pembangunan berbasis tata ruang.
5. Terwujudnya masyarakat yang agamis, demokratis, dan sejahtera.

II - 1
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Dengan demikian perencanaan tata ruang wilayah kabupaten adalah akan


dapat memenuhi kebutuhan pembangunan dengan senantiasa berwawasan
lingkungan, efisien dalam alokasi investasi, bersinergi dan dapat dijadikan acuan
dalam penyusunan program pembangunan untuk tercapainya kesejahteraan
masyarakat. Manfaat dari penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah di
Kabupaten Malang ini sendiri adalah untuk :
1. Sinkronisasi antar produk tata ruang/antar program pembangunan dan
menjaga konsistensi dan kesinambungan antar kebijakan/program
pembangunan;
2. Menyiapkan perwujudan dengan melaksanakan dan mengakomodasi
program-program pembangunan;
3. Mendayagunakan produk tata ruang sebagai alat penataan, penyusunan
program pembangunan dan pengendalian secara optimal;
4. Terciptanya kepastian hukum dalam penataan ruang wilayah untuk
meningkatkan minat investasi di Kabupaten Malang;
5. Terjaganya fungsi lindung dalam upaya mendukung keseimbangan
ekosistem wilayah.
Tersusunnya kembali RTRW Kabupaten Malang yang baru untuk waktu 20
(dua puluh) tahun ke depan, sesuai dengan sasaran perencanaan tata ruang
wilayah kabupaten, yaitu :
1. Terkendalinya pembangunan di wilayah kabupaten baik yang dilakukan
oleh pemerintah maupun oleh masyarakat;
2. Terciptanya keserasian antara kawasan lindung dan kawasan budidaya;
3. Tersusunnya rencana dan keterpaduan program-program pembangunan di
wilayah kabupaten;
4. Terdorongnya minat investasi masyarakat dan dunia usaha di wilayah
kabupaten; dan
5. Terkoordinasinya pembangunan antar wilayah dan antar sektor
pembangunan.

II - 2
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

2.2 Kebijakan dan Strategi Penetapan Struktur Ruang Wilayah Kabupaten

Malang

Tujuan penetapan struktur ruang wilayah Kabupaten Malang adalah


untuk meningkatkan keserasian ruang Kabupaten Malang. Kebijakan dan
strategi penetapan struktur ruang ini meliputi strategi terkait dengan : sistem
perdesaan, sistem perkotaan, fungsi kawasan, serta sistem jaringan prasarana
wilayah di Kabupaten Malang. Strategi ini berkaitan dengan penetapan sistem
pusat perdesaan dan perkotaan di Kabupaten Malang dilakukan dengan
mengembangkan kawasan perdesaan dan perkotaan mulai dari Pusat Kegiatan
Nasional, Pusat Kegiatan Lokal, Pusat Pelayanan Kegiatan dan Pusat Pelayanan
Lingkungan.

2.2.1 Kebijakan dan Strategi Sistem Perdesaan


Strategi sistem perdesaan ini menjelaskan tentang struktur perdesaan yang
menggambarkan sistem perdesaan yang berkaitan dengan perkotaan secara
keseluruhan yang mampu meningkatkan keserasian tata ruang wilayah.
1. Kebijakan (1) Pengembangan kawasan perdesaan sesuai potensi masing-
masing kawasan yang dihubungkan dengan pusat kegiatan pada setiap
kawasan perdesaan.
Strategi :
a. Pengembangan kawasan perdesaan berbasis hasil perkebunan pada
wilayah Malang Selatan;
b. Peningkatan pertanian berbasis hortikultura pada wilayah Malang
Barat dan Timur; serta
c. Pengembangan pusat pengolahan dan hasil pertanian termasuk
lumbung modern pada pusat produksi di kawasan perdesaan.
2. Kebijakan (2) Memprioritaskan pengembangan kawasan agropolitan untuk
mendorong pertumbuhan kawasan perdesaan di wilayah Malang Timur
dan Malang Barat.
Strategi :
a. Mendorong peningkatan produksi, pengolahan dan pemasaran
produk pertanian unggulan sebagai satu kesatuan sistem;

II - 3
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

b. Pengembangan infrastruktur penunjang agropolitan; serta


c. Pengembangan kelembagaan penunjang agropolitan.
3. Kebijakan (3) Mengembangkan pusat desa mulai dari tingkat dusun sampai
pusat desa secara berhirarki.
Strategi :
a. Pembentukan pusat pelayanan permukiman perdesaan pada tingkat
dusun terutama pada permukiman perdesaan yang berbentuk cluster;
b. Pengembangan pusat kawasan perdesaan secara mandiri;
c. Pengembangan kawasan perdesaan potensial secara ekonomi melalui
Pusat Pelayanan Lingkungan; serta
d. Meningkatkan interaksi antara pusat kegiatan perdesaan dan
perkotaan secara berjenjang.

2.2.2 Kebijakan dan Strategi Sistem Perkotaan


Pengembangan sistem perkotaan dilakukan secara berjenjang mulai dari
perkotaan sebagai ibukota kecamatan, pusat Wilayah Pengembangan, maupun
sebagai pusat pelayanan kabupaten. Perubahan dalam skala besar akan terjadi di
Kabupaten Malang dengan pembentukan Kawasan Perkotaan Malang serta
Perkotaan Pelabuhan dan Industri di Kawasan Sendangbiru.
1. Kebijakan (1) Pengembangan perkotaan secara berjenjang dan bertahap
sesuai pengembangan perkotaan secara keseluruhan.
Strategi :
a. Pengembangan perkotaan utama di Kabupaten Malang sebagai pusat
pelayanan di Perkotaan Ngantang, Perkotaan Tumpang, Perkotaan
Turen, Perkotaan Dampit dan Perkotaan Kepanjen sebagai Pusat
Kegiatan Lokal;
b. Mendorong dan mempersiapkan Perkotaan Lingkar Kota Malang
sebagai perkotaan satelit penunjang perkembangan Kawasan
Perkotaan Malang;
c. Mendorong pengembangan Perkotaan Sendangbiru sebagai
perkotaan dengan fungsi utama pelabuhan dan industri; serta
d. Menjalin kerjasama dengan TNI, Departemen Perhubungan,
Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Pemerintah Kabupaten Malang,
Pemerintah Kota Malang, dan Pemerintah Kota Batu untuk

II - 4
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

menunjang dan mempercepat perkembangan Kawasan Perkotaan


Malang.
2. Kebijakan (2) Membentuk pusat kegiatan yang terintegrasi dan berhirarki
di Malang Raya.
Strategi :
a. Pemantapan pengembangan Kawasan Perkotaan Malang;
b. Pengembangan dan pemantapan Perkotaan Kepanjen sebagai Pusat
Kegiatan Lokal;
c. Pengembangan perkotaan pusat Wilayah Pengembangan sebagai
Pusat Kegiatan Lokal Promosi; serta
d. Pengembangan perkotaan ibukota kecamatan yang bukan sebagai
Pusat Kegiatan Lokal sebagai Pusat Pelayanan Kegiatan yang
memiliki skala pelayanan kecamatan atau beberapa desa.
e. Menjalin kerjasama dengan Kota Malang untuk pemantapan
pengembangan Kawasan Perkotaan Malang.

2.2.3 Kebijakan dan Strategi Penetapan Fungsi Kawasan Perdesaan dan


Kawasan Perkotaan
Penataan kawasan desa-kota mengatur fungsi-fungsi pusat kawasan
berkaitan dengan pelayanan dan distribusi fasilitas.
2.2.3.1 Kebijakan dan Strategi Penetapan Fungsi Kawasan Perdesaan
1. Kebijakan (1) Pengembangan produk unggulan perdesaan.
Strategi :
a. Pada kawasan perdesaan yang berpotensi sebagai pusat sentra
produksi dilengkapi dengan lumbung desa modern;
b. Pengembangan fungsi kawasan perdesaan sesuai potensi wilayah,
yakni perdesaan terletak di kawasan pegunungan untuk hutan
lindung, hutan produksi, perkebunan dan hortikultura, perdesaan di
dataran rendah untuk pertanian pangan, dan perdesaan pesisir
pengembangan perikanan;
c. Peningkatan nilai tambah produk pertanian dengan pengolahan hasil;
d. Mendorong ekspor hasil pertanian unggulan daerah; serta
e. Pengembangan fasilitas sentra produksi-pemasaran pada pusat
kegiatan ekonomi di Mantung - Pujon.

II - 5
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

2. Kebijakan (2) Penetapan kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan.


Strategi :
a. Peningkatan sarana dan prasarana pertanian untuk meningkatkan
nilai produktivitas pertanian;
b. Pemberian insentif pada lahan yang telah ditetapkan sebagai lahan
pertanian pangan berkelanjutan; serta
c. Pengendalian secara ketat kawasan yang telah ditetapkan sebagai
lahan pertanian pangan berkelanjutan.
3. Kebijakan (3) Pengembangan sistem agropolitan pada kawasan potensial.
Strategi :
a. Pengembangan produk unggulan disertai pengolahan dan perluasan
jaringan pemasaran;
b. Menetapkan prioritas pengembangan kawasan agropolitan dengan
mengarahkan pada Kecamatan Pujon, Kecamatan Ngantang,
Kecamatan Poncokusumo, dan Kecamatan Sumbermanjing Wetan;
c. Peningkatan kemampuan permodalan melalui kerjasama dengan
swasta dan pemerintah; serta
d. Pengembangan sistem informasi dan teknologi pertanian.

2.2.3.2 Kebijakan dan Strategi Penetapan Fungsi Kawasan Perkotaan


1. Kebijakan (1) Pengembangan interaksi kawasan perkotaan sebagai kota
satelit Kawasan Perkotaan Malang.
Strategi :
a. Pengembangan kota satelit Kawasan Perkotaan Malang sebagai
kawasan permukiman dan pusat pelayanan umum; serta
b. Peningkatan interaksi kota satelit dengan kota inti Kawasan
Perkotaan Malang melalui pengembangan bus metro dan komuter.
2. Kebijakan (2) Memberikan pelayanan sosial ekonomi sesuai potensi
kawasan perkotaan dan peran yang harus diemban dalam skala yang lebih
luas.

II - 6
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Strategi :
a. Penetapan Kepanjen sebagai ibukota Kabupaten Malang;
b. Penetapan Perkotaan Sendangbiru sebagai perkotaan pelabuhan dan
industri; serta
c. Pengembangan perkotaan sebagai pusat pelayanan sosial - ekonomi
bagi area yang lebih luas.
3. Kebijakan (3) Pengembangan kawasan perkotaan ibukota kecamatan.
Strategi :
a. Pemenuhan fasilitas perkotaan sesuai skala pelayanan ibukota
kecamatan; dan
b. Peningkatan interaksi kawasan perdesaan dengan kawasan perkotaan
ibukota kecamatan.

2.2.4 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana


Wilayah
Kabupaten Malang termasuk bagian dari Malang Raya memiliki peran
penting dalam skala nasional. Dengan demikian pengembangan Kabupaten
Malang sangat berkaitan dengan berbagai pengembangan infrastruktur
pendukungnya.

2.2.4.1 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Transportasi Jalan Raya


1. Kebijakan (1) Pengembangan jalan dalam mendukung pertumbuhan dan
pemerataan wilayah.
Strategi :
a. Pengembangan jalan penghubung perdesaan dan perkotaan;
b. Pengembangan jalan tol antara : Surabaya - Gempol - Pandaan -
Malang - Kepanjen;
c. Pengembangan jalan arteri primer Surabaya - Pandaan - Lawang -
Singosari – Kota Malang dan Jalan Lintas Selatan;
d. Pengembangan jalan kolektor primer yang berada pada kewenangan
nasional pada beberapa ruas jalan, yaitu Malang - Kediri, Malang -
Blitar, dan Malang - Lumajang;

II - 7
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

e. Pengembangan jalan kolektor primer yang berada pada kewenangan


provinsi pada ruang jalan Kota malang sampai Sendangbiru dan Jalan
Lintas Timur.
f. Pengembangan jalan lokal primer pada semua jalan penghubung
utama antar kecamatan dan penghubung dengan fungsi utama di
Kabupaten Malang yang tidak terletak di jalan arteri maupun
kolektor; serta
g. Pengembangan jalan pendukung Jalan Lintas Selatan, Jalan Lingkar
Timur dan Jalan Lingkar Barat dengan pengembangan jalan sirip dan
jalan tembus internal (jalan lingkar dalam kota, jalan tembus), serta
jalan tembus eksternal.
2. Kebijakan (2) Pengembangan infrastruktur pendukung pertumbuhan
wilayah berupa terminal.
Strategi :
a. Peningkatan infrastruktur pendukung dan pelayanan terminal yang
memadai;
b. Peningkatan APK (Areal Pangkalan Kendaraan) menjadi terminal tipe
C;
c. Peningkatan terminal tipe C menjadi terminal tipe B; serta
d. Pemindahan dan pengembangan terminal ke lokasi yang sesuai.

2.2.4.2 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Transportasi Kereta Api


Kebijakan: Optimalisasi pengembangan sistem transportasi massal dan
infrastruktur pendukungnya.
Strategi :
a. Pengembangan jaringan double track;
b. Pengembangan jalur kereta api komuter dengan rute Lawang -
Singosari - Kota Malang - Pakisaji - Kepanjen;
c. Pengembangan dryport di Kecamatan Lawang; serta
d. Perbaikan stasiun dan sub stasiun.

II - 8
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

2.2.4.3 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Transportasi Laut


Strategi pengembangan transportasi laut terkait dengan usaha
pengembangan sarana pelabuhan skala Nasional dan Internasional di Kawasan
Sendangbiru (Pantai Tamban), sekaligus sebagai pelabuhan outer fishing town.
Sehingga pada lokasi ini juga dapat dikembangkan sebagai permukiman,
industri, perdagangan dan jasa, dan pergudangan.
1. Kebijakan (1) Pengembangan akses eksternal kawasan dalam lingkup yang
lebih luas.
Strategi :
a. Pengembangan rute transportasi;
b. Pengembangan fungsi jaringan jalan, pengembangan sarana angkutan
dan pengembangan prasarana jalan raya;
c. Pengembangan akses Barat - Timur yaitu Jalan Lintas Selatan; serta
d. Menjalin kerjasama dengan daerah lain untuk mendukung
pengembangan akses eksternal ini.
2. Kebijakan (2) Pengembangan akses internal kawasan yang
menghubungkan simpul-simpul kegiatan.
Strategi :
a. Pengembangan jalan penghubung utama antar cluster industri - Jalan
Lintas Selatan, sekaligus dengan pelabuhan;
b. Pengembangan jalan sirip industri : jalan yang menyirip dari
penghubung permukiman antar cluster industri; serta
c. Pengembangan jalan antara permukiman dengan pusat perkotaan
Kawasan Sendangbiru;
3. Kebijakan (3) Optimalisasi pelayanan pelabuhan dari segi ketersediaan
sarana pendukung.
Strategi :
a. Pengembangan sarana pendukung pelabuhan umum,
b. Pengembangan sarana pendukung pelabuhan internasional dengan
orientasi kegiatan ekspor-impor secara langsung; serta
c. Pengembangan angkutan massal yang murah dan efisien.

II - 9
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

4. Kebijakan (4) Optimalisasi pelayanan pelabuhan dari segi ketersediaan


prasarana pendukung.
Strategi :
a. Pengembangan terminal barang dan penumpang;
b. Pengembangan pangkalan kendaraan angkutan barang; serta
c. Pengadaan halte pada lokasi sepanjang jalur angkutan umum.
5. Kebijakan (5) Optimalisasi pelayanan pelabuhan dari segi sosial ekonomi.
Strategi :
a. Pengembangan pelayaran untuk kegiatan bongkar muat antar pulau
skala nasional;
b. Pengembangan pelayaran ekspor-impor hasil tambang (terutama
pasir besi) dan hasil perkebunan (coklat, kopi dan cengkeh); serta
c. Kerjasama bilateral dengan negara target ekspor, seperti Cina,
Hongkong, Korea, Jepang, Australia, Belanda, Selandia Baru dan
Afrika Selatan.
6. Kebijakan (6) Penyiapan kelembagaan operasional pengelola kawasan
pelabuhan dan Kawasan Sendangbiru secara keseluruhan.
Strategi :
a. Penyiapan lahan dan infrastruktur penunjang pelabuhan; dan
b. Menyiapkan lembaga pengelola Kawasan Sendangbiru.

2.2.4.4 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Transportasi Udara


1. Kebijakan (1) Optimalisasi penerbangan komersil.
Strategi :
a. Meningkatkan rute penerbangan domestik ;
b. Pengembangan transportasi secara eksternal, terkait pengembangan
jaringan jalan utama dan lokasi strategis di wilayah Malang Raya;
c. Pengembangan transportasi secara internal, terkait pengembangan
jaringan jalan internal dalam kawasan khusus sekitar bandara
Abdulrahman Saleh; serta
d. Menjalin kerjasama dengan Kota Malang untuk menunjang
pengembangan jaringan jalan utama dan lokasi strategis di wilayah
Malang Raya.

II - 10
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

2. Kebijakan (2) Optimalisasi tingkat pelayanan dan kelas bandara ke tingkat


yang lebih baik.
Strategi :
a. Pengembangan fasilitas pelayanan dan infrastruktur penunjang; dan
b. Peningkatan panjang landasan pacu.
3. Kebijakan (3) Optimalisasi tingkat kenyamanan dan keselamatan
penerbangan.
Strategi :
a. Pengendalian kawasan sekitar bandara sesuai aturan keselamatan
penerbangan; dan
b. Pemanjangan ruang bebas hambatan.

2.2.4.5 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Prasarana Telematika


1. Kebijakan (1) Peningkatan jangkauan pelayanan dan kemudahan
mendapatkannya.
Strategi :
a. Penyediaan tower BTS (Base Transceiver Station) yang digunakan
secara bersama menjangkau ke pelosok perdesaan;
b. Peningkatan sistem informasi telekomunikasi pembangunan daerah
berupa informasi berbasis teknologi internet; serta
c. Pengembangan prasarana telekomunikasi meliputi telepon rumah
tangga, telepon umum, jaringan telepon seluler.
2. Kebijakan (2) Peningkatan jumlah dan mutu telematika tiap wilayah.
Strategi :
a. Penerapan teknologi telematika berbasis teknologi modern;
b. Pembangunan teknologi telematika pada wilayah - wilayah pusat
pertumbuhan; serta
c. Membentuk jaringan telekomunikasi dan informasi yang
menghubungkan setiap wilayah pertumbuhan dengan ibukota
kabupaten.

II - 11
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

2.2.4.6 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Prasarana Sumber Daya Air


1. Kebijakan (1) Peningkatan sistem jaringan sumber daya air.
Strategi :
a. Peningkatan jaringan irigasi sederhana dan irigasi setengah teknis;
serta
b. Peningkatan sarana dan prasarana pendukung.
2. Kebijakan (2) Optimalisasi fungsi dan pelayanan prasarana sumber daya
air.
Strategi :
a. Perlindungan terhadap sumber-sumber mata air dan daerah resapan
air;
b. Pengembangan waduk baru, bendung, dan cek dam pada kawasan
potensial;
c. Mencegah terjadinya pendangkalan terhadap saluran irigasi; serta
d. Pembangunan dan perbaikan pintu-pintu air.

2.2.4.7 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Prasarana Energi / Listrik


1. Kebijakan (1) Optimalisasi tingkat pelayanan.
Strategi :
a. Perluasan jaringan (pemerataan);
b. Pengembangan sumberdaya energi;
c. Pengembangan jaringan baru;
d. Peningkatan infrastruktur pendukung;
e. Penambahan dan perbaikan sistem jaringan; serta
f. Meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan.
2. Kebijakan (2) Perluasan jangkauan listrik sampai ke pelosok desa.
Strategi :
a. Peningkatan jaringan listrik pada wilayah pelosok; dan
b. Pengembangan sistem penyediaan setempat misalnya melalui mikro
hidro.

II - 12
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

3. Kebijakan (3) Peningkatan kapasitas dan pelayanan melalui sistem koneksi


Jawa - Bali.
Strategi :
a. Pengembangan sumber listrik melalui pengembangan PLTA baru;
b. Peningkatan kapasitas sumber listrik;
c. Peningkatan efisiensi pemakaian listrik; serta
d. Menjalin kerjasama dengan Bali untuk menunjang dan mempercepat
koneksi.

2.2.4.8 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Prasarana Lingkungan


1. Kebijakan (1) Mereduksi sumber timbunan sampah sejak awal.
Strategi :
a. Meminimasi pengunaan sumber sampah yang sukar didaur ulang
secara alamiah;
b. Memanfaatkan ulang sampah (recycle) yang ada terutama yang
memiliki nilai ekonomi; serta
c. Mengolah sampah organik menjadi kompos.
2. Kebijakan (2) Optimalisasi tingkat penanganan sampah perkotaan.
Strategi :
a. Peningkatan prasarana pengolahan sampah;
b. Pengadaan Tempat Pemrosesan Akhir regional; serta
c. Pengelolaan sampah berkelanjutan.
3. Kebijakan (3) Optimalisasi tingkat penanganan sampah perdesaan.
Strategi :
a. Sistem pengolahan sampah; dan
b. Pengolahan sampah mendukung pertanian.
4. Kebijakan (4) Penetapan kawasan Ruang Terbuka Hijau.
Strategi :
a. Pengadaan taman dan hutan kota;
b. Penetapan luasan RTH perkotaan minimum 30% dari luas area; serta
c. Pengembangan jenis RTH dengan berbagai fungsinya.

II - 13
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

5. Kebijakan (5) Menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih.


Strategi :
a. Pemenuhan fasilitas septictank per Kepala Keluarga di wilayah
perkotaan;
b. Penanganan limbah rumah tangga dengan fasilitas sanitasi per Kepala
Keluarga juga sanitasi umum pada wilayah perdesaan; serta
c. Peningkatan sanitasi lingkungan untuk permukiman, produksi, jasa,
dan kegiatan sosial ekonomi lainnya.

2.3 Kebijakan dan Strategi Penetapan Pola Ruang Wilayah Kabupaten

Pola ruang wilayah Kabupaten Malang mencakup kawasan lindung dan


budidaya, dimana kawasan-kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan
lindung tidak boleh dialihfungsikan untuk kegiatan budidaya, dan kawasan
budidaya akan dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimum. Kawasan
budidaya hutan produksi dan lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan
harus tetap dipertahankan.

2.3.1 Kebijakan dan Strategi Pelestarian Kawasan Lindung


1. Kebijakan (1) Pemantapan fungsi lindung pada kawasan yang memberi
perlindungan kawasan bawahannya.
Strategi :
a. Pengembalian fungsi pada kawasan yang mengalami kerusakan,
melalui penanganan secara teknis dan vegetatif;
b. Pada kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya
tetapi terjadi alih fungsi untuk budidaya maka perkembangan
dibatasi dan dikembangkan tanaman yang memiliki fungsi lindung;
c. Kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan resapan air harus
dipertahankan;
d. Peningkatan peran serta dari masyarakat sekitar kawasan;
e. Kawasan yang termasuk hulu DAS harus dilestarikan dengan
pengembangan hutan atau perkebunan tananaman keras tegakan
tinggi; serta

II - 14
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

f. Peningkatan kesadaran akan lingkungan melalui pendidikan,


pariwisata, penelitian dan kerjasama pengelolaan kawasan.
2. Kebijakan (2) Pemantapan kawasan perlindungan setempat.
Strategi :
a. Pembatasan kegiatan yang tidak berkaitan dengan perlindungan
setempat;
b. Kawasan perlindungan setempat sepanjang sungai dibatasi untuk
kepentingan pariwisata dan mengupayakan sungai sebagai latar
belakang kawasan fungsional;
c. Kawasan perlindungan setempat sekitar waduk dan mata air, dibatasi
untuk pariwisata dan menghindari bangunan radius pengamanan
kawasan dan mengutamakan vegetasi yang memberikan
perlindungan waduk dan mata air;
d. Pengamanan kawasan perlindungan setempat sepanjang pantai
dilakukan dengan mempertahankan ekosistem pantai : hutan
mangrove, terumbu karang, rumput laut dan estuaria. Penggunaan
fungsional seperti pariwisata, pelabuhan, hankam, permukiman
harus memperhatikan kaidah lingkungan dan ekosistem pesisir; serta
e. Pemanfaatan sumber air dan waduk untuk irigasi dilakukan dengan
tetap memperhatikan keseimbangan pasokan air dan kebutuhan
masyarakat setempat.
3. Kebijakan (3) Pemantapan kawasan suaka alam dan pelestarian alam.
Strategi :
a. Kawasan ini hanya diperuntukkan bagi kegiatan yang berkaitan
dengan pelestarian kawasan;
b. Memelihara habitat dan ekosistem khusus yang ada dan sifatnya
setempat;
c. Meningkatan nilai dan fungsi kawasan dengan menjadikan kawasan
sebagai tempat wisata, obyek penelitian, kegiatan pecinta alam;
d. Pada kawasan hutan yang mengalami alih fungsi dilakukan
pembatasan dan pengembalian fungsi lindung.

II - 15
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

e. Pengamanan kawasan dan/atau benda cagar budaya dan sejarah


dengan melindungi tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai
sejarah, situs purbakala;
f. Pada bangunan bersejarah yang digunakan untuk berbagai kegiatan
fungsional dilakukan pemeliharaan dan larangan perubahan tampilan
bangunan; serta
g. Pelaksanaan kerjasama pengelolaan kawasan.
4. Kebijakan (4) Penanganan kawasan rawan bencana alam.
Strategi :
a. Menghindari kawasan yang rawan terhadap bencana alam gunung
api, gempa bumi, bencana geologi, tsunami, banjir, longsor dan
bencana alam lainnya sebagai kawasan terbangun;
b. Pelestarian kawasan lindung dan mempertahankan kawasan-
kawasan yang berfungsi sebagai resapan air; serta
c. Pengembangan sistem peringatan dini dari kemungkinan adanya
bencana alam.
5. Kebijakan (5) Pemantapan kawasan lindung geologi.
Strategi :
a. Pembatasan pemanfaatan ruang untuk kegiatan budidaya terutama
untuk fungsi perkotaan, permukiman dan fasilitas umum / fasilitas
sosial, serta pemanfataan dengan mempertimbangkan karakteristik,
jenis dan ancaman bencana;
b. Menghindari kawasan rawan bencana alam gunung api, gempa
bumi, gerakan tanah, zona patahan aktif, tsunami, imbuhan air tanah
dan sempadan mata air sebagai kawasan terbangun;
c. Pengembangan sistem peringatan dini dari kemungkinan adanya
bencana alam;
d. Pengembangan bangunan tahan gempa pada daerah terindikasi
rawan gempa dan gerakan tanah;
e. Pengembangan hutan mangrove dan bangunan yang dapat
meminimasi bencana bila terjadi tsunami; dan

II - 16
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

f. Perlindungan terhadap kualitas air tanah dan sempadan mata air


dari berbagai kegiatan dan bahan yang dapat menimbulkan
pencemaran dan menyebabkan kerusakan kawasan.
6. Kebijakan (5) Pemantapan kawasan lindung lainnya.
Strategi :
a. Pada kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati tidak
digunakan alih fungsi dan dilakukan penjagaan kawasan secara
ketat;
b. Kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan pengungsian satwa,
ekosistemnya harus dipelihara guna menjaga keberlanjutan
kehidupan satwa dalam skala lokal maupun antar benua;
c. Pelestarian pantai berhutan bakau sebagai penyeimbang lingkungan
pantai;
d. Pengelolaan kawasan hutan kota sebagai paru-paru kota dan pusat
interaksi;
e. Menjadikan kawasan sebagai daya tarik wisata dan penelitian;
f. Pemeliharaan habitat dan ekosistem sehingga keaslian kawasan
terpelihara; serta
g. Pelaksanaan kerjasama dalam pengelolaan kawasan.

2.3.2 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya


Kabupaten Malang memiliki berbagai fungsi kawasan budidaya yang
harus dikembangkan secara optimum tetapi tidak boleh meninggalkan prinsip
keberlanjutan dalam jangka panjang.
1. Kebijakan (1) Pengembangan hutan produksi.
Strategi :
a. Mengembangkan hutan yang memiliki nilai ekonomi tinggi tetapi
tetap memiliki fungsi perlindungan kawasan;
b. Melakukan penanaman dan penebangan secara bergilir;
c. Melakukan kerjasama dengan masyarakat dalam mengelola hutan
sebagai hutan kerakyatan;
d. Pengolahan hasil hutan;
e. Kawasan hutan rakyat diberikan insentif untuk mendorong
terpeliharanya hutan produksi; serta

II - 17
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

f. Pada kawasan hutan produksi yang dikonversi harus dilakukan


pengganti lahan untuk pengembangan hutan setidaknya tanaman
tegakan tinggi tahunan yang berfungsi seperti hutan, seperti
perkebunan karet, cengkeh dan komoditi lainnya.
2. Kebijakan (2) Pengembangan hutan rakyat.
Strategi :
a. Pemanfaatan ruang untuk peningkatan ekonomi masyarakat dan
menunjang kestabilan neraca sumber daya kehutanan; serta
b. Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi utama
kawasan.
3. Kebijakan (3) Pengembangan kawasan pertanian.
Strategi :
a. Luasan lahan sawah beririgasi teknis di Kabupaten Malang secara
keseluruhan tidak boleh berkurang;
b. Pada kawasan perkotaan yang alih fungi sawah tidak dapat dihindari
harus dilakukan pengembangan irigasi setengah teknis atau
sederhana menjadi sawah beririgasi teknis sehingga secara
keseluruhan luas sawah beririgasi teknis tidak berkurang;
c. Saluran irigasi tidak boleh diputus atau disatukan dengan drainase,
dan penggunaan bangunan sepanjang saluran irigasi harus dihindari;
d. Pada lahan yang ditetapkan sebagai lahan pangan berkelanjutan,
pertanian tanaman pangan diberikan insentif dan tidak boleh alih
fungsi untuk peruntukan lain;
e. Pengembangan lumbung desa modern;
f. Pengembangan hortikultura dengan pengolahan hasil dan melakukan
upaya ekspor;
g. Upaya pelestarian kawasan hortikultura dengan mengembangkan
sebagian lahannya untuk tanaman tegakan tinggi yang memiliki
fungsi lindung;
h. Pengembalian lahan yang rusak atau alih komoditas menjadi
perkebunan seperti semula;
i. Peningkatan produktivitas dan pengolahan hasil perkebunan;
j. Pengembangan kemitraan dengan masyarakat;

II - 18
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

k. Melalukan usaha kemitraan dengan pengembangan peternakan;


l. Pengembangan breeding centre;
m. Memelihara kualitas waduk dan sungai untuk pengembangan
perikanan darat;
n. Pengembangan Kawasan Minapolitan untuk pengembangan
perikanan darat;
o. Pengembangan minapolitan;
p. Pengembangan perikanan tangkap disertai pengolahan hasil ikan
laut;
q. Penggunaan alat tangkap ikan laut yang ramah lingungan; serta
r. Peningkatan kualitas ekosistem pesisir untuk menjaga mata rantai
perikanan laut.
4. Kebijakan (4) Pengembangan kawasan pertambangan.
Strategi :
a. Pengembalian rona alam melalui pengembangan kawasan hutan, atau
kawasan budidaya lain seperti tanaman jarak pada area bekas
penambangan;
b. Peningkatan nilai ekonomis hasil pertambangan melalui pengolahan
hasil tambang;
c. Pencegahan Pertambangan Tanpa Ijin (PETI);
d. Pada kawasan tambang bernilai ekonomis tinggi yang berada pada
kawasan lindung atau permukiman harus melakukan kajian
kelayakan ekologis dan lingkungan, ekonomis dan sosial bila akan
dilakukan kegiatan penambangan; serta
e. Penegakan pengelolaan lingkungan kawasan pertambangan.
5. Kebijakan (5) Pengembangan kawasan peruntukan industri.
Strategi :
a. Pengembangan dan pemberdayaan industri kecil dan home industry
untuk pengolahan hasil pertanian, peternakan, perkebunan,
perikanan laut;
b. Pengembangan industri yang mengolah bahan dasar hasil tambang;
c. Pengembangan zona industri polutif berjauhan dengan kawasan
permukiman;

II - 19
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

d. Pengembangan pusat promosi dan pemasaran hasil industri kecil dan


kerajinan Kendedes;
e. Peningkatan kegiatan koperasi usaha mikro, kecil dan menengah
serta menarik investasi;
f. Pengembangan kawasan industri secara khusus; serta
g. Pengembangan kawasan industri yang ditunjang pelabuhan ekspor di
Kawasan Sendangbiru, sekaligus memberikan otoritas khusus
pengelolaannya.
6. Kebijakan (6) Pengembangan kawasan pariwisata.
Strategi :
a. Mengembangkan daya tarik wisata andalan prioritas;
b. Mengkaitkan kalender wisata dalam skala nasional;
c. Membentuk zona wisata dengan disertai pengembangan paket
wisata;
d. Peningkatan promosi wisata;
e. Pengadaan kegiatan festival wisata atau gelar seni budaya; serta
f. Pengembangan pusat kerajinan Kendedes sebagai pintu gerbang
wisata Kabupaten Malang.
7. Kebijakan (7) Pengembangan kawasan permukiman perdesaan dan
perkotaan.
Strategi :
a. Pengembangan permukiman perdesaan disesuaikan dengan karakter
fisik, sosial-budaya dan ekonomi masyarakat perdesaan;
b. Penyediaan sarana dan prasarana permukiman perdesaan;
c. Peningkatan kualitas permukiman perkotaan;
d. Pengembangan perumahan terjangkau;
e. Penyediaan sarana dan prasarana permukiman perkotaan; serta
f. Pengembangan Kasiba/Lisiba mandiri.
8. Kebijakan (8) Pengembangan Kawasan Pendidikan.
Strategi :
a. Pengembangan kawasan pendidikan pada kawasan perkotaan yang
berfungsi sebagai pusat orientasi kegiatan pendidikan; dan

II - 20
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

b. Pembangunan sarana dan prasarana penunjang yang sesuai dengan


fungsi utama.
9. Kebijakan (9) Pengembangan Ruang Terbuka Hijau.
Strategi :
a. Pengembangan Ruang Terbuka Hijau mengacu pada neraca
penyediaan Ruang Terbuka Hijau perkotaan, yaitu minimal 30%
dengan kriteria 20% Ruang Terbuka Hijau publik dan 10% Ruang
Terbuka Hijau privat; dan
b. Pelarangan pendirian bangunan permanen dan membatasi bangunan
hanya untuk penunjang fungsi rekreasi dan sosial ruang terbuka
hijau.
10. Kebijakan (10) Pengembangan Kawasan Sektor Informal.
Strategi :
a. Alokasi kawasan sektor informal pada kawasan perkotaan sebagai
penunjang kegiatan permukiman, perdagangan dan jasa, rekreasi,
serta industri ; dan
b. Pengembangan kawasan sektor informal dengan tidak mengganggu
fungsi utama perkotaan dan pelayanan sarana dan prasarana umum.
11. Kebijakan (11) Pengembangan Kawasan Andalan.
Strategi :
a. Optimalisasi pemanfaatan ruang untuk mendorong pengembangan
potensi ekonomi dan sosial budaya kawasan; dan
b. Pengembangan kawasan dengan memperhatikan kelestarian
ekosistem, daya dukung lingkungan dan karakteristik kawasan.

2.3.3 Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya


1. Kebijakan (1) Mengoptimalkan dan mengendalikan pemanfaatan ruang
pada kawasan lindung dan budidaya.
Strategi :
a. Menetapkan fungsi kawasan lindung dan budidaya;
b. Meminimalisasi alih fungsi kawasan;
c. Pemantapan fungsi lindung sesuai peruntukannya; serta
d. Peran serta masyarakat.

II - 21
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

2. Kebijakan (2) Pemantapan kawasan lindung sesuai fungsi perlindungan


masing-masing.
Strategi :
a. Peningkatan kesadaran masyarakat akan lingkungan;
b. Peningkatan ekonomi tinggi, misalnya dengan pengembangan
ekonomi non-holtikultura;
c. Melindungi keanekaragaman dan keunikan alam;
d. Pengembangan tanaman pelindung;
e. Pengamanan kawasan perbukitan;
f. Pembatasan perluasan dan penggunaan untuk keperluan budidaya;
serta
g. Melindungi tempat sekitar bangunan bersejarah;
3. Kebijakan (3) Arahan penanganan kawasan budidaya.
Strategi :
a. Penetapan kawasan yang dapat digunakan untuk budidaya sesuai
fungsi masing-masing serta kawasan budidaya yang digunakan
untuk mendukung fungsi lindung kawasan;
b. Optimasi pengembangan kawasan melalui peningkatan nilai
ekonomis kawasan dan fungsi sosial serta kenyamanan; serta
c. Peningkatan komoditas unggulan dan prasarana pendukungnya.
4. Kebijakan (4) Pengaturan kelembagaan pengelolaan kawasan lindung dan
budidaya.
Strategi :
a. Peningkatan peran serta masyarakat di kawasan sekitar;
b. Menjalin kerjasama dengan pihak investor, terkait pemberian
kredit/modal usaha, peningkatan sarana dan prasarana pendukung;
serta
c. Peningkatan fungsi dan peran kawasan khususnya pada kawasan
potensial.

II - 22
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Adapun dalam rencana pelestarian kawasan lindung dan pengembangan


kawasan budidaya yang berupa hutan dan lahan wajib dilengkapi dengan:
a. Rencana Pengelolaan Rehabilitasi di Dalam Kawasan Hutan (RPRH) yang
disahkan oleh Bupati; dan
b. Rencana Pengelolaan Rehabilitasi di Lahan (RPRL) yang disahkan oleh
Bupati.

2.4 Kebijakan dan Strategi Penetapan Kawasan Strategis Daerah

1. Kebijakan (1) Mengendalikan perkembangan ruang sekitar kawasan


strategis daerah.
Strategi :
a. Penetapan batas pengaruh kawasan strategis Kabupaten Malang;
b. Penetapan pola pemanfaatan lahan, sesuai dengan fungsi dan peran
masing-masing kawasan; dan
c. Penetapan Ibukota Kabupaten di Kecamatan Kepanjen secara tidak
langsung menjadikan Kepanjen sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL).
2. Kebijakan (2) Mempertahankan fungsi dan peran kawasan Militer Kostrad
di Kecamatan Singosari dan Jabung, Bandara Abdulrahman Saleh di
Kecamatan Pakis, kawasan Latihan Militer di Kecamatan Lawang, Pagak
dan Bantur, serta LANAL Sendangbiru.
Strategi :
a. Membatasi antara lahan terbangun di sekitar kawasan khusus dengan
kawasan lainnya yang belum terbangun sehingga diperoleh batas
yang jelas dalam pengelolaannya;
b. Pemberian hak pengelolaan kepada masyarakat atau pemerintah
berdasarkan kerjasama, harus sesuai ketentuan yang disepakati
sehingga menguntungkan kedua belah pihak; serta
c. Pengendalian kawasan sekitar secara ketat.
3. Kebijakan (3) Mengembangkan kegiatan pendukung Kawasan Sendangbiru
bagi pelabuhan Nasional / Internasional, perikanan dan perindustrian.
Strategi :
a. Kerjasama dalam penyediaan tanah disertai lahan pengganti agar luas
hutan tetap;

II - 23
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

b. Pengembangan kegiatan ekonomi skala besar;


c. Penyediaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekonomi; serta
d. Penyediaan infrastruktur untuk mendorong pengembangan
pelabuhan.
4. Kebijakan (4) Memantapkan fungsi lindung pada kawasan sosio-kultural.
Strategi :
a. Pengendalian perkembangan kawasan sekitar candi yang ada yakni
sekitar Candi Singosari, Stupa Sumberawan, Candi Jago dan Candi
Kidal;
b. Pemanfaatan candi sebagai aset wisata; serta
c. Peningkatan pemanfaatan candi untuk penelitian dan pendidikan.
5. Kebijakan (5) Memantapkan kawasan perlindungan ekosistem dan
lingkungan hidup.
Strategi :
a. Melarang alih fungsi pada kawasan yang telah ditetapkan sebagai
kawasan lindung;
b. Pemanfaatan untuk pendidikan dan penelitian berbasis lingkungan
hidup;
c. Mengembalikan kegiatan yang mendorong pengembangan fungsi
lindung; serta
d. Meningkatkan keanekaragaman hayati kawasan lindung.

2.5 Kebijakan dan Strategi Penetapan Fungsi Kawasan Pesisir dan Pulau-

Pulau Kecil

1. Kebijakan (1) Konservasi kawasan Pulau Sempu sesuai fungsinya sebagai


kawasan wisata dan lindung (cagar alam).
Strategi :
a. Mempertahankan dan menjaga kelestariannya;
b. Membatasi kegiatan yang mengakibatkan terganggunya ekosistem di
Pulau Sempu; serta
c. Mengembalikan berbagai kehidupan terutama satwa yang nyaris
punah di Pulau Sempu.

II - 24
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

2. Kebijakan (2) Optimalisasi pengembangan Kawasan Sendangbiru.


Strategi :
a. Melakukan optimasi pola ruang Kawasan Sendangbiru sebagai
kawasan permukiman, pelabuhan dan industri dan kawasan lindung
sehingga tetap terjadi keseimbangan pengembangan kawasan;
b. Melindungi ekosistem pesisir yang rentan perubahan fungsi kawasan;
serta
c. Peningkatan kegiatan kepariwisataan dan penelitian di Kawasan
Sendangbiru.
3. Kebijakan (3) Mempertahankan dan memperbaiki ekosistem pesisir.
Strategi :
a. Kerjasama antara pemerintah dan masyarakat setempat dalam
memelihara ekosistem pesisir;
b. Meningkatkan nilai ekonomi kawasan lindung melalui pemanfaatan
bakau dan terumbu karang sebagai sumber ekonomi perikanan
dengan cara penangkapan yang ramah lingkungan dan mendukung
keberlanjutan;
c. Menjadikan kawasan lindung sebagai daya tarik wisata dan
penelitian ekosistem pesisir; serta
d. Menghindari pembukaan areal tambak baru pada hutan mangrove.

II - 25
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Contents
2.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Malang .............................................. 1
2.2 Kebijakan dan Strategi Penetapan Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Malang
3
2.2.1 Kebijakan dan Strategi Sistem Perdesaan.................................................................. 3
2.2.2 Kebijakan dan Strategi Sistem Perkotaan .................................................................. 4
2.2.3 Kebijakan dan Strategi Penetapan Fungsi Kawasan Perdesaan dan Kawasan
Perkotaan ..................................................................................................................................... 5
2.2.4 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Wilayah ...... 7
2.3 Kebijakan dan Strategi Penetapan Pola Ruang Wilayah Kabupaten ................... 14
2.3.1 Kebijakan dan Strategi Pelestarian Kawasan Lindung .......................................... 14
2.3.2 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya ................................ 17
2.3.3 Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya .............. 21
2.4 Kebijakan dan Strategi Penetapan Kawasan Strategis Daerah ............................. 23
2.4 Kebijakan dan Strategi Penetapan Fungsi Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil 24

II - 26
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

3.1 Kriteria dan Rencana Penetapan Kawasan Perkotaan dan Kawasan


Perdesaan
Pembagian kecamatan-kecamatan di seluruh Kabupaten Malang sesuai
dengan kondisi dan karakteristik kegiatan dibedakan menjadi kawasan
perkotaan dan kawasan perdesaan. Identifikasi kawasan perkotaan dan
perdesaan tersebut dimaksudkan untuk mengetahui dan menentukan jenis
kegiatan yang akan ditentukan sehingga sesuai dengan peruntukkan tanah dan
ruangnya. Kriteria penetapan batas kota di wilayah Kabupaten Malang
ditetapkan atas dasar status kawasan sebagai kawasan perkotaan ibukota
kecamatan; khusus untuk Perkotaaan Kepanjen wilayahnya meliputi seluruh
administratif kecamatan dengan status sebagai ibukota Kabupaten Malang.
Kabupaten Malang terdiri dari 147 (seratus empat puluh tujuh) kawasan
perkotaan dan 244 (dua ratus empat puluh empat) kawasan perdesaan yang
dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan Peta 3.1.

Tabel 3.1 Kawasan Perkotaan dan Pedesaan di Kabupaten Malang


Perkotaan /
No Kecamatan Desa/ Kelurahan
Perdesaan
Desa Donomulyo
Perkotaan
Desa Tempursari
Desa Tulungrejo
Desa Banjarejo
1 DONOMULYO
Desa Kedungsalam
Perdesaan
Desa Tlogosari
Desa Purworejo
Desa Sumberoto

III - 1
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Perkotaan /
No Kecamatan Desa/ Kelurahan
Perdesaan
Desa Mentaraman
Desa Purwodadi
Desa Kalipare
Desa Sumberpetung
Perkotaan
Desa Sukowilangun
Desa Argowinangun
2 KALIPARE Desa Arjosari
Desa Tumpakrejo
Perdesaan Desa Putukrejo
Desa Kalirejo
Desa Kaliasri
Desa Pagak
Perkotaan Desa Sempol
Desa Sumbermanjing Kulon
Desa Pandanrejo
3 PAGAK
Desa Sumberkerto
Perdesaan Desa Sumberejo
Desa Gampingan
Desa Tlogorejo
Desa Wonorejo
Perkotaan
Desa Bantur
Desa Sumberbening
Desa Srigonco
Desa Pringgondani
4 BANTUR
Desa Wonokerto
Perdesaan
Desa Bandungrejo
Desa Rejoyoso
Desa Karangsari
Desa Rejosari
Desa Gedangan
Perkotaan Desa Sumberrejo
Desa Segaran
Desa Tumpakrejo
5 GEDANGAN
Desa Sindurejo
Perdesaan Desa Gajahrejo
Desa Sidodadi
Desa Girimulyo
Desa Sumbermanjing Wetan
Desa Harjokuncaran
Perkotaan
Desa Argotirto
Desa Ringinsari
Desa Sitiharjo
Desa Tambakrejo
SUMBERMANJING- Desa Kedungbanteng
6
WETAN Desa Tambakasri
Desa Tegalrejo
Perdesaan
Desa Druju
Desa Sumberagung
Desa Ringinkembar
Desa Sekarbanyu
Desa Klepu
Kelurahan Dampit
7 DAMPIT Perkotaan
Desa Pamotan

III - 2
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Perkotaan /
No Kecamatan Desa/ Kelurahan
Perdesaan
Desa Sukodono
Desa Srimulyo
Desa Baturetno
Desa Bumirejo
Desa Sumbersuko
Perdesaan
Desa Amadanom
Desa Majang Tengah
Desa Rembun
Desa Pojok
Desa Jambangan
Desa Gandungsari
Perkotaan Desa Tirtoyudo
Desa Tlogosari
Desa Purwodadi
Desa Pujiharjo
Desa Sumbertangkil
8 TIRTOYUDO Desa Kepatihan
Desa Jagomulyan
Perdesaan
Desa Sukorejo
Desa Ampelgading
Desa Tamankuncaran
Desa Wonoagung
Desa Tamansatriyan
Desa Tirtomoyo
Perkotaan Desa Tirtomarto
Desa Tawangagung
Desa Lebakharjo
Desa Wirotaman
Desa Tamanasri
9 AMPELGADING Desa Sonowangi
Desa Purwoharjo
Perdesaan
Desa Sidorenggo
Desa Simojayan
Desa Arjoyuwono
Desa Mulyoasri
Desa Tamansari
Desa Wonomulyo
Desa Wonorejo
Perkotaan Desa Karangnongko
Desa Poncokusumo
Desa Belung
Desa Watesbelong
Desa Dawuhan
Desa Ngades
PONCOKUSUMO
10 Desa Gubukklakah
Desa Samberrejo
Desa Pandansari
Perdesaan
Desa Ngadireso
Desa Karanganyar
Desa Jambesari
Desa Pajaran
Desa Argosuko
Desa Ngebruk

III - 3
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Perkotaan /
No Kecamatan Desa/ Kelurahan
Perdesaan
Desa Wringinanom
Desa Wajak
Desa Blayu
Perkotaan Desa Sukoanyar
Desa Sukolilo
Desa Kidangbang
Desa Wonoayu
11 WAJAK Desa Bambang
Desa Bringin
Desa Dadapan
Perdesaan
Desa Patokpicis
Desa Codo
Desa Sumberputih
Desa Ngembal
Desa Turen
Desa Sedayu
Desa Talok
Perkotaan
Desa Kedok
Desa Pagedangan
Desa Tanggung
Desa Kemulan
Desa Tawangrejeni
12 TUREN Desa Sawahan
Desa Undaan
Desa Gedogwetan
Perdesaan Desa Gedogkulon
Desa Jeru
Desa Sanankerto
Desa Sananrejo
Desa Talangsuko
Desa Tumpuk Renteng
Desa Wadanpuro
Desa Bululawang
Desa Lumbangsari
Perkotaan
Desa Krebet
Desa Krebetsenggrong
Desa Gading
Desa Sukonolo
13 BULULAWANG
Desa Bakalan
Desa Sudimoro
Desa Kasri
Perdesaan
Desa Pringo
Desa Kasembon
Desa Kuwolu
Desa Sempalwadak
Desa Gondanglegi Wetan
Desa Gondanglegi Kulon
Perkotaan
Desa Putat Kidul
Desa Putat Lor
14 GONDANGLEGI
Desa Sepanjang
Desa Sukasari
Perdesaan
Desa Sukorejo
Desa Bulupitu

III - 4
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Perkotaan /
No Kecamatan Desa/ Kelurahan
Perdesaan
Desa Panggungrejo
Desa Ganjaran
Desa Urek-urek
Desa Ketawang
Desa Putukrejo
Desa Sumberjaya
Desa Banjarrejo
Perkotaan
Desa Pagelaran
Desa Kademangan
Desa Suwaru
Desa Balearjo
15 PAGELARAN
Desa Kanigoro
Perdesaan
Desa Clumprit
Desa Sidorejo
Desa Karangsuko
Desa Brongkal
Kelurahan Kepanjen
Kelurahan Cempokomulyo
Kelurahan Panarukan
Kelurahan Ardirejo
Desa Dilem
Desa Ngadilangkung
Desa Mojosari
Desa Jatirejoyoso
Desa Curungrejo
16 KEPANJEN Perkotaan
Desa Sukoraharjo
Desa Kedungpendaringan
Desa Tegalsari
Desa Panggungrejo
Desa Mangunrejo
Desa Kemiri
Desa Jenggolo
Desa Sengguruh
Desa Talangagung
Desa Karangkates
Desa Sumberpucung
Perkotaan
Desa Jatiguwi
17 SUMBERPUCUNG Desa Ngebruk
Desa Sambigede
Perdesaan Desa Senggreng
Desa Teryang
Desa Kromengan
Perkotaan
Desa Ngadirejo
Desa Slorok
18 KROMENGAN Desa Jatikerto
Perdesaan Desa Jambuwer
Desa Peniwen
Desa Karangrejo
Desa Ngajum
Perkotaan
Desa Palaan
19 NGAJUM Desa Balesari
Perdesaan Desa Maguan
Desa Ngasem

III - 5
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Perkotaan /
No Kecamatan Desa/ Kelurahan
Perdesaan
Desa Banjarsari
Desa Kranggan
Desa Kesamben
Desa Wonosari
Perkotaan Desa Kebobang
Desa Sumbertempur
Desa Plandi
20 WONOSARI
Desa Plaosan
Perdesaan Desa Sumberdem
Desa Kluwut
Desa Bangelan
Desa Parangargo
Perkotaan Desa Sitirejo
Desa Mendalanwangi
Desa Sumbersuko
Desa Gondowangi
Desa Pandanrejo
21 WAGIR
Desa Petungsewu
Perdesaan Desa Sidorahayu
Desa Sukodadi
Desa Jedong
Desa Dalisodo
Desa Pandanlandung
Desa Kebonagung
Desa Pakisaji
Desa Genengan
Perkotaan
Desa Karangpandan
Desa Kendalpayak
PAKISAJI Desa Karangduren
22
Desa Parmanu
Desa Glanggang
Desa Sutojayan
Perdesaan
Desa Wonokerso
Desa Jatisari
Desa Wadung
Desa Tajinan
Desa Sumbersuko
Desa Randugading
Perkotaan
Desa Gunungasri
Desa Tambakasri
Desa Tangkilsari
23 TAJINAN
Desa Jambearjo
Desa Jatisari
Desa Pandanmulyo
Perdesaan
Desa Ngawonggo
Desa Purwosekar
Desa Gunungronggo
Desa Tumpang
Desa Malangsuko
Perkotaan Desa Jeru
24 TUMPANG
Desa Wringinsongo
Desa Tulusbesar
Perdesaan Desa Bokor

III - 6
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Perkotaan /
No Kecamatan Desa/ Kelurahan
Perdesaan
Desa Kidal
Desa Benjor
Desa Duwet
Desa Pandanajeng
Desa Kambingan
Desa Slamet
Desa Ngingit
Desa Pulungdowo
Desa Duwetkrajan
Desa Pakisjajar
Desa Bunutwetan
Desa Pakiskembar
Desa Asrikaton
Perkotaan Desa Saptorenggo
Desa Ampeldento
Desa Tirtomoyo
PAKIS
25 Desa Mangliawan
Desa Sekarpuro
Desa Sumberkradenan
Desa Kedungrejo
Desa Banjarrejo
Perdesaan
Desa Puncangsono
Desa Sumberpasir
Desa Sukoanyar
Desa Sukolilo
Perkotaan Desa Jabung
Desa Kemantren
Desa Kemiri
Desa Slamparejo
Desa Argosari
Desa Gadingkembar
JABUNG
26 Desa Sidomulyo
Desa Sidorejo
Perdesaan
Desa Kenongo
Desa Sukopuro
Desa Pandansari Lor
Desa Ngadirejo
Desa Taji
Desa Gunungjati
Kelurahan Lawang
Kelurahan Kalirejo
Perkotaan Desa Bedali
Desa Mulyoarjo
Desa Turirejo
Desa Srigading
27 LAWANG
Desa Sidodadi
Desa Ketindan
Perdesaan Desa Sumberngepoh
Desa Sumberporong
Desa Sidoluhur
Desa Wonorejo
Desa Banjararum
28 SINGOSARI Perkotaan
Desa Watugede

III - 7
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Perkotaan /
No Kecamatan Desa/ Kelurahan
Perdesaan
Kelurahan Pagentan
Kelurahan Losari
Desa Candirenggo
Desa Lang-lang
Desa Tunjungtirto
Desa Dengkol
Desa Wonorejo
Desa Baturetno
Desa Tamanharjo
Perdesaan
Desa Purwoasri
Desa Klampok
Desa Gunungrejo
Desa Ardimulyo
Desa Randuagung
Desa Toyomarto
Desa Grimoyo
Desa Donowarih
Perkotaan Desa Ngijo
Desa Tegalgondo
Desa Kepoharjo
29 KARANGPLOSO
Desa Ngenep
Desa Ampeldento
Perdesaan Desa Bucek
Desa Tawangargo
Desa Giripurno
Desa Mulyoagung
Desa Sumbersekar
Desa Kalisongo
Perkotaan
Desa Karangwidoro
Desa Tegalweru
30 DAU
Desa Landungsari
Desa Kucur
Desa Petungsewu
Perdesaan
Desa Selorejo
Desa Gading Kulon
Desa Pandesari
Desa Ngroto
Perkotaan
Desa Pujon Kidul
Desa Pujon Lor
Desa Bendosari
31 PUJON
Desa Sukomulyo
Desa Ngabab
Perdesaan
Desa Tawangsari
Desa Mandiredo
Desa Wirurejo
Desa Waturejo
Desa Sumberagung
Perkotaan
Desa Kaumrejo
Desa Jombok
32 NGANTANG
Desa Pagersari
Desa Sidodadi
Perdesaan
Desa Banjarrejo
Desa Purworejo

III - 8
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Perkotaan /
No Kecamatan Desa/ Kelurahan
Perdesaan
Desa Ngantru
Desa Banturejo
Desa Pandansari
Desa Mulyorejo
Desa Tulungrejo
Desa Kasembon
Perkotaan
Desa Sukosari
Desa Pondokagung
33 KASEMBON
Desa Bayem
Perdesaan
Desa Pait
Desa Wonoagung
Sumber : Hasil Rencana 2007

3.2 Sistem Perdesaan


Distribusi permukiman perdesaan di Kabupaten Malang menunjukkan
keberagaman yang tinggi, yakni ada yang terpusat, terpencar, maupun
berdekatan dengan Kota Malang. Pola ruang seperti ini menjadikan pusat
kegiatan perdesaan juga memiliki skala bermacam-macam, dan secara umum
dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Setiap dusun memiliki pusat dusun;
2. Setiap desa memiliki satu pusat kegiatan yang berfungsi sebagai pusat
desa;
3. Beberapa desa dalam satu kecamatan memiliki pusat kegiatan yang
hirarkinya dibawah perkotaan kecamatan yakni sebagai Pusat
Pelayanan Kegiatan (PPK);
4. Perdesaan yang lokasinya strategis langsung berhubungan dengan
masing-masing ibukota kecamatan (PPK); serta (uraian PPL)
5. Perdesaan yang membentuk sistem keterkaitan atau berorientasi pada
pusat Wilayah Pengembangan (PKL) ataupun Perkotaan Malang
(PKN), secara diagramatis dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Adapun arahan pengembangan kawasan perdesaan adalah sebagai berikut:
a. Pengembangan perdesaaan berbasis potensi dasar yang dimiliki
diantaranya melalui :
 Kawasan Perdesaaan yang berbasis potensi perkebunan terutama
dikembangkan di wilayah Malang Selatan;

III - 9
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

 kawasan perdesaan yang berbasis potensi hortikultura terutama


dikembangkan di wilayah Malang Barat dan Timur; serta
 kawasan perdesaan yang memiliki potensi sebagai pusat pengolahan
dan hasil pertanian termasuk lumbung modern pada pusat produksi di
kawasan perdesaan.
b. Pengembangan perdesaan sebagai kawasan pengembangan agropolitan di
wilayah Malang Timur dan Malang Barat diantaranya melalui :
 peningkatan produksi, pengolahan dan pemasaran produk pertanian
unggulan sebagai satu kesatuan sistem;
 Pengembangan infrastruktur penunjang agropolitan; serta
 Pengembangan kelembagaan penunjang agropolitan.
c. Pengembangan pusat desa mulai dari tingkat dusun sampai pusat desa
secara berhirarki, diantaranya melalui:
 Pembentukan pusat pelayanan permukiman perdesaan pada tingkat
dusun terutama pada permukiman perdesaan yang berbentuk cluster;
 Pengembangan pusat kawasan perdesaan secara mandiri;
 Pengembangan kawasan perdesaan potensial secara ekonomi melalui
desa pusat pertumbuhan; serta
 Meningkatkan interaksi antara pusat kegiatan perdesaan dan perkotaan
secara berjenjang.

Dusun PKL
1 3 PPL 5

2 Desa 4 PPK

Gambar 3.1 Diagram Sistem Perdesaaan

III - 10
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

No. Peta : 3.1

Peta 3. 1 Penetapan Kawasan Perdesaan Perkotaan

III - 11
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

3.3 Sistem Perkotaan


Penetapan sistem perkotaan di Kabupaten Malang memiliki pola yang
cukup kompleks yakni pada wilayah Kabupaten Malang terdapat Kota Malang
dan Kota Batu yang saling berkaitan dan pengembangan perkotaan ibukota
kecamatan yang berkaitan dengan pusat perdesaan. Perkembangan kawasan
perkotaan di Kabupaten Malang dalam jangka panjang juga ditandai oleh
munculnya Kawasan Perkotaan Malang, Perkotaan Pelabuhan dan Industri
Sendangbiru, serta pemindahan ibukota Kabupaten Malang dari Kota Malang ke
Kepanjen.
Kajian terhadap sistem struktur perkotaan ini meliputi : penetapan pusat
kegiatan perkotaan, rencana hierarki (besaran) perkotaan, rencana sistem dan
fungsi perwilayahan, serta kebutuhan fasilitas pada setiap kawasan perkotaan
dimaksud. Struktur ini akan menggambarkan keterkaitan antar kawasan
perkotaan dan perkotaan dengan perdesaan secara keseluruhan.

3.3.1 Pusat Kegiatan Perkotaan

Penetapan pusat kegiatan perkotaan di Kabupaten Malang juga ditentukan


oleh pusat kegiatan perkotaan dalan skala regional dan perkotaan yang secara
langsung mempengaruhi sistem perkotaan di Kabupaten Malang. Kawasan
perkotaan yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKL di Provinsi Jawa Timur
yakni Perkotaan Jombang, Perkotaan Ponorogo, Perkotaan Ngawi, Perkotaan
Nganjuk, Perkotaan Tulungagung, Perkotaan Lumajang, Perkotaan Sumenep,
Perkotaan Magetan, Perkotaan Situbondo, Perkotaan Trenggalek, Perkotaan
Bondowoso, Perkotaan Sampang, Perkotaan Kepanjen, Perkotaan Caruban,
Perkotaan Kanigoro, dan Perkotaan Kraksaan. Adapun pusat kegiatan perkotaan
di Kabupaten Malang adalah sebagai berikut:
 Pusat Kegiatan Nasional (PKN) berada di Perkotaan Malang;
 Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berada di Perkotaan Kepanjen,
 Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) berada di Perkotaan Ngantang,
Perkotaan Lawang, Perkotaan Tumpang, Perkotaan Dampit, Perkotaan
Turen dan Perkotaan Sendangbiru;

III - 12
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

 Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah Ibukota Kecamatan lainnya yang


tidak termasuk Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dan Pusat Kegiatan Lokal
promosi (PKLp) yang disebutkan di atas.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di Peta 3.2. mengenai rencana Penetapan
pusat kegiatan perkotaan di Kabupaten Malang.
Sesuai dengan besaran perkotaan masing-masing, maka hirarki perkotaan
di Kabupaten Malang adalah:
 Kawasan Perkotaan Malang, meliputi Perkotaan Malang sebagai pusat
PKN dan satelitnya berada di Perkotaan Lawang, Perkotaan Tumpang,
Perkotaan Kepanjen, dan Perkotaan Turen;
 Kawasan Perkotaan Besar adalah Sendang Biru;
 Kawasan Perkotaan Sedang adalah Kepanjen;
 Kawasan Perkotaan Kecil adalah semua ibukota kecamatan lain di
Kabupaten Malang.

3.3.2 Rencana Sistem Perwilayahan

Setiap kawasan perkotaan akan memiliki jangkauan pelayanan tertentu


sesuai dengan pusat kegiatan perkotaan masing-masing. Dalam lingkup Malang
Raya, Kota Malang menjadi pusat bagi Wilayah Pengembangan Malang Raya,
dan perkotaan kecamatan yang berfungsi sebagai pusat pelayanan bagi beberapa
kecamatan lain atau memiliki cakupan Wilayah Pengembangan.
Berdasarkan sistem perwilayahan tersebut maka Kabupaten Malang dibagi
menjadi enam Wilayah Pengembangan, dan masing masing pusat Wilayah
Pengembangan akan memiliki fungsi dan peran sesuai dengan potensi yang
dimikinya, serta arahan kegiatan utama berdasarkan kegiatan dominan yang
mungkin dikembangkan di Wilayah Pengembangan masing-masing. Adapun
Wilayah Pengembangan di Kabupaten Malang beserta fungsi, peran dan arahan
kegiatannya:
A. Wilayah Pengembangan Lingkar Kota Malang
Wilayah Pengembangan Lingkar Kota Malang meliputi beberapa kecamatan
di sekeliling Kota Malang yang berorientasi ke Kota Malang, meliputi :
Kecamatan Dau, Kecamatan Karangploso, Kecamatan Lawang, Kecamatan
Singosari, Kecamatan Pakisaji, Kecamatan Wagir, Kecamatan Tajinan,

III - 13
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Kecamatan Bululawang dan Kecamatan Pakis. Mengingat pusat Wilayah


Pengembangan ini adalah Kota Malang, maka fungsi pusat pelayanan adalah
Kota Malang itu sendiri dengan kegiatan utama pariwisata, industri, dan
pendidikan. Fungsi perkotaan kecamatan lingkar kota ini adalah:
1. Pusat pemerintahan kecamatan;
2. Pusat pelayanan umum skala kecamatan;
3. Pariwisata regional;
4. Pusat kegiatan industri;
5. Pusat kegiatan latihan militer; serta
6. Pusat transportasi nasional.
Adapun kegiatan utama yang diarahkan untuk dikembangkan di Wilayah
Pengembangan Lingkar Kota Malang ini adalah pengembangan kegiatan:
1. Pelayanan umum;
2. Perdagangan dan jasa;
3. Pertanian;
4. Perindustrian;
5. Pariwisata;
6. Transportasi udara nasional; serta
7. Terminal peti kemas (dryport)
B. Wilayah Pengembangan Kepanjen
Wilayah Pengembangan Kepanjen meliputi Kecamatan Kepanjen, Kecamatan
Wonosari, Kecamatan Ngajum, Kecamatan Kromengan, Kecamatan Pagak,
Kecamatan Sumberpucung, Kecamatan Kalipare, Kecamatan Donomulyo,
Kecamatan Gondanglegi, dan Kecamatan Pagelaran, dengan pusat di
Perkotaan Kepanjen. Fungsi dan peranan perkotaan sebagai pusat Wilayah
Pengembangan Kepanjen adalah :
1. Pusat pemerintahan kabupaten;
2. Pusat perdagangan dan jasa skala kabupaten;
3. Pusat kesehatan skala kabupaten;
4. Pusat pendidikan;
5. Pusat kegiatan olahraga;
6. Pusat kegiatan kesenian regional - nasional;

III - 14
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

7. Pusat pelayanan umum kabupaten; serta


8. Pusat kegiatan militer.
Kegiatan utama yang ada pada Wilayah Pengembangan ini diarahkan pada
pengembangan kegiatan :
1. Pelayanan umum;
2. Perdagangan dan jasa;
3. Pertanian;
4. Peternakan;
5. Perikanan darat;
6. Perindustrian;
7. Pariwisata; serta
8. Kehutanan
C. Wilayah Pengembangan Ngantang
Wilayah Pengembangan Ngantang meliputi Kecamatan Ngantang,
Kecamatan Pujon dan Kecamatan Kasembon, dengan pusat pelayanan di
Perkotaan Ngantang. Fungsi dan peranan perkotaan sebagai pusat Wilayah
Pengembangan Ngantang adalah :
1. Sebagai pusat perdagangan (regional-nasional) dan jasa;
2. Sebagai pusat pelayanan umum;
3. Sebagai pusat pariwisata Malang bagian Barat;
4. Sebagai pusat industri pengolahan hasil pertanian; serta
5. Sub terminal agribisnis Malang bagian Barat.
Sedangkan kegiatan utama pada Wilayah Pengembangan ini diarahkan
untuk pengembangan kegiatan:
1. Pariwisata;
2. Perdagangan dan jasa;
3. Pertanian;
4. Agribisnis;
5. Perindustrian;
6. Perikanan darat; serta
7. Peternakan

III - 15
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

D. Wilayah Pengembangan Tumpang


Wilayah Pengembangan ini meliputi Kecamatan Tumpang, Kecamatan
Poncokusumo, Kecamatan Wajak dan Kecamatan Jabung, dengan pusat
pelayanan di Perkotaan Tumpang. Fungsi dan peranan perkotaan sebagai
pusat Wilayah Pengembangan Tumpang adalah:
1. Sebagai pusat kesehatan;
2. Sebagai pusat perdagangan dan jasa skala lokal;
3. Sebagai pusat pelayanan pariwisata;
4. Sebagai pusat pelayanan umum.
Kegiatan utama pada Wilayah Pengembangan ini diarahkan sebagai
pengembangan kegiatan:
1. Pariwisata;
2. Agropolitan;
3. Minapolitan
4. Peternakan; serta
5. Perindustrian
E. Wilayah Pengembangan Turen dan Dampit
Wilayah Pengembangan ini terdiri dari Kecamatan Turen, Kecamatan
Dampit, Kecamatan Tirtoyudo dan Kecamatan Ampelgading, dengan pusat
pelayanan sosial di Turen dan pusat pelayanan ekonomi di Dampit. Fungsi
dan peranan perkotaan sebagai pusat Wilayah Pengembangan ini adalah:
1. Pusat pelayanan sosial (Perkotaan Turen) :
a. Sebagai pusat pemerintahan skala kecamatan;
b. Sebagai pusat kesehatan;
c. Sebagai pusat pendidikan; serta
d. Sebagai pusat industri strategis.
2. Pusat pelayanan ekonomi (Perkotaan Dampit) :
a. Sebagai pusat perdagangan dan jasa skala regional;
b. Sebagai pusat industri kecil dan pengolahan hasil pertanian; serta
c. Sebagai pusat industri perikanan.
Kegiatan utama yang ada pada Wilayah Pengembangan ini diarahkan pada
pengembangan kegiatan:

III - 16
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

1. Pertanian;
2. Perikanan laut;
3. Perindustrian;
4. Pariwisata; serta
5. Kehutanan.
F. Wilayah Pengembangan Sumbermanjing Wetan.
Wilayah Pengembangan ini meliputi Kecamatan Sumbermanjing Wetan,
Gedangan dan Bantur, dengan pusat pelayanan di Perkotaan Sendangbiru.
Fungsi dan peranan perkotaan sebagai pusat Wilayah Pengembangan
Sumbermanjing Wetan dan sekitarnya adalah :
1. Pusat (kawasan) industri besar;
2. Pusat transportasi (laut);
3. Pusat kesehatan regional;
4. Pusat perdagangan dan jasa skala nasional; serta
5. Pusat pelayanan umum regional.
6. Pusat Kegiatan Latihan Militer
Kegiatan utama yang ada pada Wilayah Pengembangan ini diarahkan pada
pengembangan kegiatan :
1. Pertanian;
2. Perikanan laut;
3. Pertambangan;
4. Perindustrian;
5. Pariwisata;
6. Kehutanan; dan
7. Pelabuhan umum
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana Struktur Ruang Wilayah di
Kabupaten Malang dapat dilihat di Peta 3.3. Adapun kebutuhan pengembangan
fasilitas perkotaan di Kabupaten Malang dijabarkan dalam Tabel 3.2. berikut :

III - 17
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Peta 3. 2 Rencana Penetapan Pusat Kegiatan Perkotaan

III - 18
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Tabel 3. 2 Kebutuhan Pengembangan Fasilitas Perkotaan di Kabupaten Malang


Kecamatan Kebutuhan Pengembangan Fasilitas Perkotaan
Wilyah Pendukung Rekreasi -
No
Pengembangan Wilayah Perdagangan Jasa Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perkantoran Olahraga & Industri dan Potensi Lain
Pengembangan Wisata
1 Wilayah Pusat Pusat Jasa Skala Akademi Pusat Pusat Peribadatan, Pusat Pusat Olahraga
Pengembangan Perdagangan Kabupaten, meliputi (Sekolah Kesehatan meliputi Masjid, Perkantoran, dan Kesenian
Lingkar Kota Skala Regional, Bank, Hotel, Show Kejuruan) dan Skala Islamic Centre, meliputi Regional -
Malang meliputi Pasar Room, Pusat Pendidikan Kabupaten, : Gereja. Perkantoran Nasional, meliputi
Regional, Pasar Informasi, Jasa Tinggi. RSU kelas A, Pemerintah Sport Centre,
Pusat pelayanan
Induk/Pasar Notariat, Money RS Swasta dan Swasta. Gedung
di (Kota Malang)
Khusus, Changer. dgn Pertunjukan -
Mall/Department kemampuan Convention Centre.
Strore, Pusat perawatan (Festival Seni dan
Perbelanjaan, khusus/ Budaya).
Ruko. spesialis.
Pasar, Pertokoan, Jasa Sosial -  SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Obyek Pusat Industri/Pemasaran
Ruko, Pasar Ekonomi Skala  Tempat Belajar Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Wisata Sengkaling. Hasil Pertanian, Pengrajin
Hewan Kecamatan, seperti & Perpustakaan Lokal, seperti Kecamatan Kayu dan Batu.
Jasa Koperasi Tingkat Desa- Masjid, Musholla,
Dau
Simpan Pinjam, Perkotaan. Gereja, Pura,
Pegadaian, Pondok Pesantren.
Penginapan (Motel,
Losmen).
Pasar, Pertokoan, Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion Pusat Industri/Pemasaran
Ruko, Pasar Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Hasil Pertanian (Industri
Hewan. Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Bentoe)l dan Arahan
Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Pengemb. Industri besar &
Simpan Pinjam, Gereja, Pura menengah lainnya.
Karangploso
Pegadaian,
Penginapan (Motel,
Losmen), Uji
Kendaraan
Berermotor.
Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Peribadatan skala Perkantoran Stadion, Obyek Pusat Industri/Pemasaran
Ekonomi Skala Rawat Inap, kecamatan, Skala Wisata Kebun Teh Hasil Pertanian (Industri Hasil
Pasar, Pertokoan,
Kecamatan, seperti RSUD meliputi masjid, Kecamatan Pertanian), dan Arahan
Ruko, Pasar
Lawang Jasa Koperasi gereja, Pengemb. Industri Besar &
Hewan.
Simpan Pinjam, Menengah lainnya, Pusat
Pegadaian, Kegiatan Militer.
Penginapan (Motel,

III - 19
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Kecamatan Kebutuhan Pengembangan Fasilitas Perkotaan


Wilyah Pendukung Rekreasi -
No
Pengembangan Wilayah Perdagangan Jasa Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perkantoran Olahraga & Industri dan Potensi Lain
Pengembangan Wisata
Losmen).
Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Candi Pusat Industri/Pemasaran
Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Singosari, Hasil Pertanian (Industri Hasil
Pasar, Pertokoan, Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Stupa Sumber Pertanian), home industry
Ruko, Pasar Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Awan tempe, sepatu, genteng,
Singosari
Hewan. Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Kebun Teh klompen, cobek batu, serta
Pegadaian, Pemandian Arahan Pengemb. Industri
Penginapan (Motel, Kendedes Besar & Menengah Lainnya,
Losmen). Kawasan Militer.
Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Pusat Industri/Pemasaran
Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Pembuatan Hasil Pertanian (Industri Hasil
Pasar, Pertokoan, Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Topeng, Tari Pertanian), Pabrik Gula
Ruko, Pasar Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Topeng Kebonagung
Pakisaji
Hewan. Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Batu Bata, Genteng, Rokok,
Pegadaian, Pabrik Pemecahan Batu
Penginapan (Motel, (Golosit).
Losmen).
Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Obyek Pusat Industri/Pemasaran
Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Wisata Coban Hasil Pertanian (Industri Hasil
Pasar, Pertokoan, Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Glotak Pertanian), industri Lidi,
Ruko, Pasar Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Rokok, Keramik, Asbes, dan
Wagir
Hewan. Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Arahan Pengemb. Industri
Pegadaian, Besar & Menengah Lainnya.
Penginapan (Motel,
Losmen).
Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Obyek Pusat Industri/Pemasaran
Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Wisata Sumber Air Hasil Pertanian (Industri Hasil
Pasar, Pertokoan, Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan di Gunung Ronggo Pertanian)
Ruko, Pasar Jasa Koperasi Masjid, Musholla,
Tajinan
Hewan. Simpan Pinjam, Gereja, Pura.
Pegadaian,
Penginapan (Motel,
Losmen).
Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion Pusat Industri/Pemasaran
Pasar, Pertokoan, Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Hasil Pertanian (Industri Hasil
Ruko, Pasar Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Pertanian), Home Industry
Bululawang
Hewan. Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Anyaman Bambu, Kecap,
Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Pabrik Gula Krebet, serta
Pegadaian, Arahan Pengemb. Industri

III - 20
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Kecamatan Kebutuhan Pengembangan Fasilitas Perkotaan


Wilyah Pendukung Rekreasi -
No
Pengembangan Wilayah Perdagangan Jasa Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perkantoran Olahraga & Industri dan Potensi Lain
Pengembangan Wisata
Penginapan (Motel, Besar & Menengah lainnya.
Losmen).
Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Obyek Pusat Industri/Pemasaran
Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Wisata Wendit Hasil Pertanian (Industri Hasil
Pasar, Pertokoan, Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Pertanian), Home Industry
Ruko, Pasar Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Bordir, Genteng, Mebel,
Pakis
Hewan. Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Rokok, Sepatu Dan
Pegadaian, Pengecoran, serta Arahan
Penginapan (Motel, Pengemb. Industri Besar &
Losmen). Menengah lainnya.

.
2 Wilayah Kepanjen (sebagai Pusat Pusat Jasa Skala Akademi Pusat Pusat Peribadatan Pusat Pusat Olahraga
Pengembangan Pusat Pelayanan Perdagangan Kabupaten, meliputi (Sekolah Kesehatan Kabupaten, Perkantoran dan Kesenian
Kepanjen dan Ibukota Skala Kabupaten, Bank, Hotel, Show Kejuruan) dan Skala meliputi Masjid, Kabupaten, Regional -
Kabupaten) meliputi Pasar Room, Pusat Pendidikan Kabupaten, Islamic Centre, meliputi Nasional, meliputi
Regional, Pasar Informasi, Jasa Tinggi. meliputi Gereja. Perkantoran Sport Centre,
Induk/Pasar Notariat, Money Rumah Sakit Pemerintah Gedung
Khusus, Changer. Umum kelas dan Swasta. Pertunjukan -
Mall/Department B, Rumah Convention Centre.
Strore, Pusat Sakit Swasta (Festival Seni dan
Perbelanjaan, dengan Budaya).
Ruko. Kemampuan
Perawatan
Khusus.
Gondanglegi Pasar, Pertokoan, Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion Pusat Industri/Pemasaran
Ruko, Pasar Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Hasil Pertanian (Industri Hasil
Hewan. Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Pertanian), Home Industry
Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Rokok, Batu Bata, Gula Mini,
Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Genteng, Tahu, Tempe,
Pegadaian, Keramik.
Penginapan (Motel,
Losmen).
Wonosari Pasar, Pertokoan, Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Obyek  Pusat Industri/Pemasaran
Ruko, Pasar Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Wisata Gunung Hasil Pertanian (Industri
Hewan. Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Kawi, Kraton, Hasil Pertanian)
Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Kolam Pemandian,  Industri Pengolah Hasil
Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Wisata Budaya Perkebunan Utama.
Pegadaian, Tradisional  Anyaman Keranjang Pakaian

III - 21
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Kecamatan Kebutuhan Pengembangan Fasilitas Perkotaan


Wilyah Pendukung Rekreasi -
No
Pengembangan Wilayah Perdagangan Jasa Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perkantoran Olahraga & Industri dan Potensi Lain
Pengembangan Wisata
Penginapan (Motel, Bambu Kualitas Eksport
Losmen). Manik-Manik, Mainan Anak,
Penyulingan Minyak Aksiri,
Tahu, Tempe, Mebeler.
Ngajum Pasar, Pertokoan, Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Obyek  Pusat Industri/Pemasaran
Ruko, Pasar Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Wisata Sumber Hasil Pertanian (Industri
Hewan. Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Ubalan, Makam, Hasil Pertanian)
Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Sumber Urip,  Industri Pengolah Hasil
Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Sumber Manggis Perkebunan Utama.
Pegadaian,  Industri Kompor, Tape,
Penginapan (Motel, Anyaman Bambu, Tahu,
Losmen). Genteng, Pembibitan Ayam
Petelor, Industri Susu Yahui,
Kerajinan Emas dan Perak,
Industri Mebel Kualitas
Ekspor.
Kromengan Pasar, Pertokoan, Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion Pusat Industri/Pemasaran
Ruko, Pasar Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Hasil Pertanian (Industri
Hewan. Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Hasil Pertanian), Industri
Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Jamu Gendong, Gitar Listrik,
Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Sabuk Ular, Topeng.
Pegadaian,
Penginapan (Motel,
Losmen).
Pagak Pasar, Pertokoan, Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Pusat Industri/Pemasaran
Ruko, Pasar Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Bendungan Hasil Pertanian (Industri
Hewan. Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Sengguruh Hasil Pertanian), Pusat
Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Pemasaran Pertanian,
Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Industri Industri Kertas,
Pegadaian, Kapur, Pusat Kegiatan
Penginapan (Motel, Militer.
Losmen).
Sumberpucung Pasar, Pertokoan, Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Pusat Industri/Pemasaran
Ruko, Pasar Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Bendungan Hasil Pertanian (Industri
Hewan. Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Sutami, Hasil Pertanian), Kerajinan
Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Bendungan Lahor Mainan Anak, Ukiran Kayu,
Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Topeng, Piagam - Piala,
Pegadaian, Ketipung/Kendang,
Penginapan (Motel, Bumerang, Kripik Singkong-

III - 22
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Kecamatan Kebutuhan Pengembangan Fasilitas Perkotaan


Wilyah Pendukung Rekreasi -
No
Pengembangan Wilayah Perdagangan Jasa Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perkantoran Olahraga & Industri dan Potensi Lain
Pengembangan Wisata
Losmen). Pisang.
Kalipare Pasar, Pertokoan, Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Wisata Pusat Industri/Pemasaran
Ruko, Pasar Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Perahu, Sumber Hasil Pertanian (Industri
Hewan. Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Air Hasil Pertanian), Kerajinan
Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Mebel, Krupuk, Genteng,
Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Batumerah
Pegadaian,
Penginapan (Motel,
Losmen).
Donomulyo Pasar, Pertokoan, Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Wisata Pusat Industri/Pemasaran
Ruko, Pasar Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Pantai Modangan Hasil Pertanian (Industri
Hewan. Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Pantai, Ngliyep, Hasil Pertanian)
Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Jonggring Saloko,
Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Kondang Bandung,
Pegadaian, Kondang Iwak,
Penginapan (Motel, Tarian Tiban
Losmen).
Pagelaran Pasar, Pertokoan, Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Wisata Pusat Industri/Pemasaran
Ruko, Pasar Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Sumber Taman Hasil Pertanian (Industri
Hewan. Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan dan Hasil Pertanian), Kerajinan
Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Sumber Maron Gerabah, Jenang
Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Ukiran Kayu.
Pegadaian,
Penginapan (Motel,
Losmen).

3 Wilayah Ngantang (Pusat Pusat Perbankan, SMU, SMK, Puskesmas Pusat peribadatan Perkantoran Stadion dan  Pusat pariwisata Malang
Pengembangan Pelayanan) perdagangan penginapan (motel, Diploma Rawat Inap, skala kecamatan, pemerintah fasilitas olahraga bagian Barat;
Ngantang skala kecamatan, hotel), money Rumah Sakit seperti Masjid, skala lainnya  Pusat industri pengolahan
meliputi Pasar, changer, pegadaian, C. Gereja, Pura. kecamatan dan pemasaran hasil
Pertokoan, Ruko, jasa pengiriman dan dan swasta pertanian;
Pasar Hewan, jasa umum lainnya. (kantor pos  Sub terminal agribisnis.
Pasar agro. dan giro)  Pusat sistem agropolitan dan
pengembangan kawasan
perdesaan.
Pujon Pasar, toko, sentra Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Wisata  Pusat Industri/Pemasaran
produksi dan Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Coban Rondo, Hasil Pertanian (Industri
pemasaran hasil Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Dewi Sri Hasil Pertanian), Pusat

III - 23
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Kecamatan Kebutuhan Pengembangan Fasilitas Perkotaan


Wilyah Pendukung Rekreasi -
No
Pengembangan Wilayah Perdagangan Jasa Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perkantoran Olahraga & Industri dan Potensi Lain
Pengembangan Wisata
pertanian di Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Pemasaran Pertanian
Mantung, Pasar Simpan Pinjam, Gereja, Pura.  Pusat sistem agropolitan dan
agro. Pegadaian, pengembangan kawasan
Penginapan (Motel, perdesaan.
Losmen).
Kasembon Pasar, Pertokoan, Jasa sosial, ekonomi SMU, SMK Puskesmas Pusat peribadatan Perkantoran Stadion, candi Pusat Industri/Pemasaran
Ruko, Pasar skala kecamatan rawat inap skala kecamatan / skala Hasil Pertanian (Industri
Hewan. lokal, seperti kecamatan Hasil Pertanian), Pusat
Masjid, Musholla, Pemasaran Pertanian
Gereja, Pura.

4 Wilayah Tumpang (Pusat Pusat Perbankan, SMU, SMK, Puskesmas Pusat peribadatan Perkantoran Stadion dan Pusat Industri/Pemasaran
Pengembangan Pelayanan) perdagangan penginapan (motel, Diploma Rawat Inap skala kecamatan, pemerintah fasilitas olahraga Hasil Pertanian (Industri
Tumpang skala kecamatan, hotel), money Rumah Sakit seperti Masjid, skala lainnya, Wisata Hasil Pertanian), Industri
meliputi Pasar, changer, pegadaian, tipe C, Gereja, Pura. kecamatan Candi Jago, Candi Tempe, Genteng, Batubata,
Pertokoan, Ruko, jasa pengiriman dan RS Bersalin dan swasta Kidal, Taman Selai Pisang, Bihun, Tapioka,
Pasar Hewan, jasa umum lainnya. (kantor pos Burung Jeru, Susu Kemasan, Royal Jelly
Pasar Wisata dan giro) Sanggar Seni Madu.
Mangun Dharma
Poncokusumo Pasar, toko, Pasar Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Coban  Pusat Industri/Pemasaran
agro. Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Pelangi, Desa Hasil Pertanian (Industri
Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Wisata Ngadas, Hasil Pertanian)
Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Agrowisata Kebun  Pusat sistem agropolitan dan
Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Apel pengembangan kawasan
Pegadaian, perdesaan.
Penginapan (Motel,  Industri Tikar Mendong,
Losmen). Batu Bata.
Wajak Pasar, Pertokoan, Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion  Pusat Industri/Pemasaran
Ruko, Pasar Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Hasil Pertanian (Industri
Hewan. Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Hasil Pertanian), Industri
Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Keju, Tikar Mendong,
Simpan Pinjam, Gereja, Pura.  Pusat Pengembangan Hasil
Pegadaian, Perikanan Darat
Penginapan (Motel, (Minapolitan)
Losmen).
Jabung Pasar, Pertokoan, Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Umbulan, Pusat Industri/Pemasaran
Ruko, Pasar Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Air Terjun Hasil Pertanian (Industri
Hewan. Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Kalijahe, Tari Hasil Pertanian), Industri

III - 24
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Kecamatan Kebutuhan Pengembangan Fasilitas Perkotaan


Wilyah Pendukung Rekreasi -
No
Pengembangan Wilayah Perdagangan Jasa Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perkantoran Olahraga & Industri dan Potensi Lain
Pengembangan Wisata
Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Topeng Kaligrafi, Sapu Ijuk, Topeng
Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Tanah Liat.
Pegadaian,
Penginapan (Motel,
Losmen).

5 Wilayah Turen (Pusat Pusat Penginapan (motel, SMU, SMK, Puskesmas Pusat peribadatan Perkantoran Pusat hiburan dan  Pusat industri strategis (PT
Pengembangan Pelayanan Sosial) perdagangan hotel), jasa Perguruan Tinggi Rawat Inap, skala kecamatan, Pemerintah rekreasi skala PINDAD), Home Industry
Dampit skala pengiriman dan jasa Rumah Sakit seperti Masjid, dan swasta kecamatan - lokal Marning, Industri Tapioka,
kecamatan/lokal, umum lainnya. B Gereja, Pura. skala Pandai besi, Sangkar burung,
seperti Pasar, Kecamatan Kerupuk.
Pertokoan, Ruko, (kantor pos  Pengembangan pusat
dan lain-lain. dan giro) peternakan unggulan pada
kawasan pusat produksi
hasil ternak.
Dampit (Pusat Pusat Perbankan, money SMU, SMK, Puskesmas Pusat peribadatan Perkantoran Pusat hiburan dan  Pusat industri
Pelayanan perdagangan dan changer, pegadaian, Diploma Rawat Inap, skala kecamatan, Pemerintah rekreasi skala pengolahan/pemasaran hasil
Ekonomi) jasa skala dan jasa umum Rumah Sakit seperti Masjid, dan swasta lokal, wisata pertanian dan industri
regional, seperti lainnya. C Gereja, Pura. skala Sumber Air perikanan.
Pasar, Pertokoan, Kecamatan - Pamotan dan  Pengembangan pusat
Ruko, Pasar lokal Sumber Bantal peternakan unggulan pada
Hewan, dan lain- kawasan pusat produksi
lain. hasil ternak.
 Home Industry Klompen,
Alat Dapur, Sangkar Burung,
Pengepakan Udang,
Penyulingan Minyak Aksiri,
Pengepakan Udang Beku
Tirtoyudo Pasar, Pertokoan, Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, wisata  Pusat Industri/ Pemasaran
Ruko, Pasar Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Pantai Sipelot dan Hasil Pertanian (Industri
Hewan, , Pasar Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Lenggosono Hasil Pertanian), Pusat
agro. Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Pemasaran Pertanian
Simpan Pinjam, Gereja, Pura.  Industri pengolah hasil
Pegadaian, perkebunan utama.
Penginapan (Motel,  Pusat sistem agropolitan dan
Losmen). pengembangan kawasan
perdesaan.
 Home Industry Keripik
Singkong - Pisang.

III - 25
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Kecamatan Kebutuhan Pengembangan Fasilitas Perkotaan


Wilyah Pendukung Rekreasi -
No
Pengembangan Wilayah Perdagangan Jasa Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perkantoran Olahraga & Industri dan Potensi Lain
Pengembangan Wisata
Ampelgading Pasar, Pertokoan, Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Wisata  Pusat Industri/Pemasaran
Ruko, Pasar Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Pantai Licin dan Hasil Pertanian (Industri
Hewan. Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Agrowisata Hasil Pertanian), Pusat
Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Pemasaran Pertanian
Simpan Pinjam, Gereja, Pura.  Industri pengolah hasil
Pegadaian, perkebunan utama.,
Penginapan (Motel, Penyulingan Minyak Aksiri.
Losmen).

6 Wilayah Pusat Pelayanan  Pusat Pusat Jasa Skala Pusat Pusat Pusat Pelayanan Pusat Industri/Pemasaran
Pengembangan dan Perkotaan Perdagangan Nasional, meliputi Kesehatan Pengelola Umum Regional, Hasil Pertanian (Industri Hasil
Sumbermanjing Pelabuhan di Skala Nasional, Show Room, Hotel. Regional, Kota meliputi Stadion, Pertanian), Pusat Pemasaran
Wetan Sendangbiru meliputi Mall, meliputi Pelabuhan, GOR, Gedung Pertanian
Pertokoan, Rumah Sakit meliputi Pertunjukkan,
Pasar, Ruko, kelas A Perkantoran Hiburan.
Trade Centre; dengan Pengelola;
 Pusat Industri Standar Perkantoran
Besar Dan Pelayanan Swasta.
Strategis Nasional.
Nasional
(Kawasan
Industri);
 Pusat Industri
Perikanan
(Industri
Pengolah Ikan,
Pasar Ikan).
Sumbermanjing Pasar, Pertokoan, Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Wisata  Pusat Industri/Pemasaran
Wetan Ruko, Pasar Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Pantai Hasil Pertanian (Industri
Hewan, Pasar Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Sendangbiru, Hasil Pertanian)
agro. Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Tamban,  Industri pengolah hasil
Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Tambakasri, Rawa perkebunan utama.
Pegadaian, indah  Pusat sistem agropolitan dan
Penginapan (Motel, pengembangan kawasan
Losmen). perdesaan.
 Industri Tapioka, Kerupuk,
Batik Sutera, Pengolahan
Ikan Laut, Alat Dapur,
Penyulingan Minyak Aksiri.

III - 26
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Kecamatan Kebutuhan Pengembangan Fasilitas Perkotaan


Wilyah Pendukung Rekreasi -
No
Pengembangan Wilayah Perdagangan Jasa Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perkantoran Olahraga & Industri dan Potensi Lain
Pengembangan Wisata
Gedangan Pasar, Pertokoan, Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, wisata Pusat Industri/Pemasaran
Ruko, Pasar Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Pantai Wonogoro, Hasil Pertanian (Industri Hasil
Hewan. Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Pantai Bajul Mati, Pertanian), Industri Kerupuk
Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Pantai Ngantep Singkong, Pengolahan Kopi,
Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Penggilingan Batu Gamping.
Pegadaian,
Penginapan (Motel,
Losmen).
Bantur Pasar, Pertokoan, Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Wisata Pusat Industri/Pemasaran
Ruko, Pasar Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Pantai Kondang Hasil Pertanian (Industri Hasil
Hewan. Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Merak, Pantai Pertanian), Industri Industri
Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Balekambang, Kertas, Emping Mlinjo, Selai
Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Upacara Satu Pisang, Kripik, Pusat
Pegadaian, Suoran di Ngliyep, Pelatihan Militer
Penginapan (Motel, Labuhan di
Losmen). Balekambang
Sumber : Hasil Rencana 2007

III - 27
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Peta 3. 3 Rencana Struktur Ruang Wilayah

III - 28
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

3.3.3. Pengembangan Kawasan Perkotaan Malang

Kota Malang sebagai Kota Besar menunjukkan adanya penyatuan antar Kota
Malang dengan sekitarnya, terutama pada kecamatan : Singosari, Lawang,
Karangploso, Dau, Wagir, Pakisaji, Tajinan, Tumpang, Turen, Bululawang, dan
Pakis. Perkembangan selanjutnya menunjukkan adanya perkembangan kawasan
yang linier dan memusat pada kawasan perkotaan kecamatan ternyata
menunjukan adanya penyatuan antara Malang - Kepanjen, Malang - Bululawang
- Gondanglegi, Malang - Bululawang - Turen, Malang - Pakis - Tumpang, dan
Malang - Batu.
Secara keseluruhan pola ini menunjukkan adanya inti pengembangan dan
pusat pelayanan sekitar yang menyatu menjadi Perkotaan Malang, dan secara
keseluruhan jumlah penduduk Perkotaan Malang pada tahun 2006 telah
mencapai 1.174.726 jiwa. Perkembangan ini menjadikan Kota Malang dan
sekitarnya akan berkembang menjadi Kawasan Perkotaan Malang.
Perkembangan kawasan tersebut memiliki inti di Kota Malang dan sebagai
satelit utama adalah : Kota Batu, Perkotaan Lawang, Perkotaan Tumpang,
Perkotaan Turen dan Perkotaan Kepanjen. Perkotaan Kecamatan lain di sekitar
Malang akan menjadi pusat kegiatan skala kecamatan. Jumlah penduduk untuk
masing-masing kota/perkotaan tersebut, yaitu :
1. Kota Malang = 780.863 Jiwa
2. Kota Batu = 166.948 Jiwa
3. Perkotaan Kepanjen = 93.046 Jiwa
4. Perkotaan Lawang = 54.446 Jiwa
5. Perkotaan Tumpang = 38.501 Jiwa
6. Perkotaan Turen = 40.922 Jiwa
Dalam pengembangan Kawasan Perkotaan Malang ini memiliki fungsi
antara kawasan inti (Kota Malang) dengan perkotaan satelitnya yang harus
diemban adalah sebagai berikut :
1. (Kota Malang, memiliki fungsi sebagai pusat pemerintahan kota,
perdagangan dan jasa, industri, pendidikan dan pusat pelayanan
pariwisata);

III - 29
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

2. (Kota Batu, memiliki fungsi sebagai pusat hortikultura, kegiatan


pariwisata dan permukiman);
3. Perkotaan Kepanjen, memiliki fungsi sebagai pusat pemerintahan
Kabupaten Malang, kesehatan, olahraga dan kesenian, pendidikan dan
permukiman;
4. Perkotaan Lawang, memiliki fungsi sebagai industri dan permukiman;
5. Perkotaan Tumpang, memiliki fungsi sebagai pusat permukiman dan
akomodasi wisata; serta
6. Perkotaan Turen, memiliki fungsi sebagai industri, dan kesehatan;
Untuk lebih jelasnya tentang rencana pengembangan Kawasan Perkotaan
Malang di Kabupaten Malang, dapat dilihat pada Peta 3.4.
Pengembangan Kawasan Perkotaan Malang ini akan ditunjang oleh adanya
perjalanan ulang-alik yang besar, sehingga perlu didukung oleh sistem
prasarana yang memadai, khususnya dalam bentuk angkutan massal. Sistem
angkutan massal yang diperlukan untuk ini adalah :
A. Pengembangan Bus Metro
Pengembangan bus metro ini merupakan pengembangan angkutan antara
perkotaan satelit dengan perkotaan inti dengan jalur : Lawang - Singosari -
Malang - Pakisaji - Kepanjen - Karangkates; Batu - Dau - Malang - Pakis -
Tumpang; Malang - Bululawang - Turen.
B. Pengembangan Kereta Komuter
Pengembangan kereta komuter ini dengan mengunakan jalur yang ada,
yakni menggunakan jalur : Lawang - Singosari- Kota Malang - Pakisaji -
Kepanjen - Sumberpucung (Karangkates).

III - 30
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Kawasan Perkotaan Malang

Peta 3. 4 Rencana Pengembangan Kawasan Perkotaan Malang

III - 31
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

3.4 Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah


Sistem jaringan prasarana wilayah yang akan dibahas ini sangat erat
kaitannya dengan pembentukan struktur ruang wilayah Kabupaten Malang
yang utuh antara pusat kegiatan dan infrastruktur yang menunjang dan
dibutuhkan. Dalam sistem jaringan prasarana ini, yang dibahas bukan hanya
dalam lingkup kabupaten, namun salah satunya sangat terkait dengan sistem
Nasional dan Provinsi. Sistem jaringan prasarana wilayah Kabupaten Malang
meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan,
sistem jaringan telekomunikasi, dan sistem jaringan sumber daya air, dan
prasarana lingkungan. Secara keseluruhan pengembangan prasarana ini akan
mendukung struktur dan pola ruang di masa yang akan datang.

3.4.1. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi


Sistem jaringan transportasi di Kabupaten Malang lebih didominasi oleh
transportasi darat terutama jalan raya dan sebagian kereta api, sedangkan untuk
transportasi laut saat ini hanya sebatas prasarana penangkapan ikan akan tetapi
akan dikembangkan pelabuhan laut yang melayani pelayaran nasional maupun
internasional. Transportasi udara di masa mendatang akan ditingkatkan melalui
peningkatan frekuensi penerbangan, pembuatan jalur penerbangan baru, dan
pengembangan inter koneksi antar kota di Indonesia.
3.4.1.1. Transportasi Darat
Berdasarkan arahan pengembangan struktur ruang, arahan
pengembangan transportasi darat di Kabupaten Malang meliputi jaringan jalan,
terminal, arahan pengembangan angkutan massal, dan kereta api.
A. Jalan
Kondisi perkerasan jalan di Kabupaten Malang secara umum dapat
dikatakan cukup baik. Perkerasan jalan menuju tempat-tempat penting dan
daerah tujuan utama di Kabupaten Malang hampir seluruhnya diperkeras
aspal, yakni 95 % dengan perkerasan aspal, serta 5 % dengan perkerasan
kerikil dan makadam.

III - 32
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

1. Jalan Tol
Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah nomor 26 tahun 2008 tentang
RTRWN disebutkan bahwa akan dikembangkan jalan bebas hambatan
antar kota yaitu jalan tol Gempol – Pandaan, jalan tol Pandaan – Malang
yang merupakan perpanjangan jalan tol Surabaya – Gempol diteruskan
ke jalan tol Pandaan – Malang dengan jalur yang akan direncanakan
melalui jalan tol Pandaan – Purwodadi – Lawang – Singosari – Pakis –
Kepanjen.
Jalan tol ini memiliki hubungan dengan Perkotaan Malang yang
berhubungan dengan Terminal Arjosari dan Stasiun Kota Baru. Rencana
jalan ini akan melalui bagian Timur dari jalan arteri primer yang ada
pada saat ini. Gerbang tol direncanakan di Kecamatan Lawang dan
Kecamatan Singosari yang berhubungan dengan jalan kolektor primer
menuju ke arah Batu, serta akhiran tol di Kecamatan Kepanjen. Status
jalan tol ini adalah sebagai Jalan Nasional.
2. Jalan Arteri Primer
Jalan arteri primer merupakan jalan yang menghubungkan secara
berdaya guna antar pusat kegiatan nasional atau antar pusat kegiatan
nasional dengan pusat kegiatan wilayah. Jalan arteri primer ini juga
melayani angkutan untama yang merupakan tulangpunggung
transportasi nasional yang menghubungkan pintu gerbang utama
(pelabuhan utama dan/atau bandar udara kelas utama).
Ketentuan teknis tentang jalan arteri sistem primer dijelaskan dalam Pasal
13 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan disebutkan
bahwa:
a. Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana minimal
60 km / jam dengan lebar badan jalan minimal 11 meter;
b. Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari
volume lalu lintas rata-rata;
c. Pada jalan arteri primer lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu
oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal, dan kegiatan lokal;
d. Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi;

III - 33
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

e. Persimpangan sebidang pada jalan arteri primer dengan pengaturan


tertentu; serta
f. Jalan arteri primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau
kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.
Rencana pengembangan jalan arteri primer ini memiliki status Jalan
Nasional di Kabupaten Malang adalah :
a. Jalan yang menghubungkan antara Surabaya dan Kota Malang, yaitu
ruas jalan yang melalui Surabaya - Pandaan - Lawang - Singosari –
Kota Malang.
b. Jalan Lintas Selatan (JLS) sebagai jalan arteri primer dengan status
jalan nasional di Kabupaten Malang yang merupakan jalan
penghubung bagian Selatan Pulau Jawa, dan di Kabupaten Malang
melalui: Kabupaten Blitar – Kecamatan Donomulyo (Desa Sumberoto
- Desa Purwodadi - Desa Mentaraman - Desa Kedungsalam - Desa
Banjarejo - Desa Tulungrejo) – Kecamatan Bantur (Desa Bandungrejo -
Desa Sumberbening-Desa Srigonco) – Kecamatan Gedangan (Desa
Tumpakrejo - Desa Sidodadi - Desa Sindurejo - Desa Gajahrejo) –
Kecamatan Sumbermanjing Wetan (Desa Sitiarjo - Desa Tambakrejo-
Desa Tambakasri) – Kecamatan Dampit (Desa Sukodono - Desa
Srimulyo)– Kecamatan Tirtoyudo (Desa Sumbertangkil) – Kecamatan
Ampelgading (Desa Lebakharjo) - Kabupaten Lumajang.
3. Jalan Kolektor Primer
Jalan kolektor primer 1 adalah jalan kolektor primer yang
menghubungkan antar Ibukota Provinsi (PKW dengan PKW); Jalan
Kolektor primer 2 adalah jalan kolektor primer yang menghubungkan
Ibukota Provinsi (PKW) dengan Ibukota Kabupaten/Kota (PKL); serta
Jalan Kolektor Primer 3 adalah jalan kolektor primer yang
menghubungkan antar Ibukota Kabupaten/ Kota (PKL dengan PKL).
Ketentuan teknis tentang jalan Kolektor sistem Primer dijelaskan dalam
Pasal 14 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan, yang
memaparkan bahwa :
a. Jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana
minimal 40 km / jam dengan lebar badan jalan minimal 9 meter;

III - 34
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

b. Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari


volume lalu lintas rata-rata;
c. Jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan.
d. Persimpangan sebidang pada jalan kolektor primer dengan
pengaturan tertentu; serta
e. Jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau
kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.
Rencana pengembangan jalan kolektor primer yang termasuk status Jalan
Nasional (Kolektor Primer 1) di Kabupaten Malang adalah:
a. Jaringan jalan yang menghubungkan Kota Malang-Kabupaten
Malang –Kabupaten Lumajang – Kabupaten Jember yang melalui
Kota Malang- Kepanjen - Gondanglegi - Turen - Dampit - Tirtoyudo -
Ampelgading – Pasirian – Lumajang - Jember.
b. Jaringan jalan yang menghubungkan Kota Malang dan Kota Blitar
yakni melalui: Kota Malang - Pakisaji - Kepanjen - Sumberpucung -
Kesamben - Wlingi - Kota Blitar.
c. Jaringan Jalan yang menghubungkan Kota Malang-Kabupaten
Malang- Kota Batu - Kabupaten Malang-Kabupaten Kediri, yang
melalui jalan Kota Malang –- Dau - Kota Batu – Pujon - Ngantang -
Kasembon – Kandangan - Kediri / Jombang.
Rencana pengembangan jalan kolektor primer yang termasuk status
Jalan Provinsi (Kolektor Primer 2) di Kabupaten Malang adalah :
a. Jaringan jalan yang menghubungkan Kota Malang dan perkotaan
sendangbiru, melalui jalur Kota Malang - Pakisaji (Kendalpayak)
Bululawang - Turen - Sumbermanjing Wetan – Sendangbiru.
b. Jaringan jalan yang menghubungkan antara: Singosari - Pakis -
Tumpang - Poncokusumo - Wajak - Turen. Jalan ini disebut juga jalan
Lingkar Timur
Rencana pengembangan jalan kolektor primer yang termasuk status
Jalan Kabupaten adalah jaringan jalan yang menghubungkan antara
Singosari - Jabung - Pakis. Jalan ini memiliki fungsi penunjang jalan
Lingkar Timur dan penunjang pengembangan kawasan industri Jabung
dan Bandara Abdulrahman Saleh.

III - 35
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

4. Jalan Kolektor Sekunder


Jalan kolektor sekunder merupakan jaringan jalan yang menghubungkan
kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau kawasan
sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
Ketentuan teknis tentang jalan kolektor sekunder dijelaskan dalam Pasal
18 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan, yang
memaparkan bahwa :
a) Jalan kolektor sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 20 km/jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9
meter.
b) Jalan kolektor sekunder mempunyai kapasitas yang lebih besar
daripada volume lalu lintas rata-rata.
c) Pada jalan kolektor sekunder lalu lintas cepat tidak boleh terganggu
oleh lalu lintas lambat.
d) Persimpangan sebidang pada jalan kolektor sekunder dengan
pengaturan tertentu harus memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud (a) dan (b).
Rencana pengembangan jalan kolektor sekunder Kabupaten Malang
meliputi:
a. Jaringan jalan yang menghubungkan Kota Malang dan Perkotaan
Sendangbiru melalui Bululawang-Gondanglegi-Bantur-Balekambang-
Jalan Lintas Selatan (JLS)-Sendangbiru.
b. Jaringan jalan yang menghubungkan Kota Malang dengan Kota Batu,
melalui Karangploso-Giripurno.
c. Jaringan jalan yang menghubungkan Kota Malang dan Perkotaan
Sendangbiru melalui Dampit - Klepu - Tegalrejo - Sidomulyo -
Sendangbiru.
5. Jalan Lokal Primer
Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah,
dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Jalan lokal primer ini pada
dasarnya merupakan jalan penghubung utama antar kecamatan yang ada

III - 36
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

dan penghubung dengan fungsi utama di Kabupaten Malang yang tidak


terletak di jalan arteri maupun kolektor.
Ketentuan teknis tentang jalan lokal sistem primer dijelaskan dalam Pasal
15 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan, yang
memaparkan bahwa :
a. Jalan lokal primer di desain berdasarkan kecepatan rencana minimal
20 km / jam dengan lebar badan jalan minimal 7,5 meter; dan
b. Jalan lokal primer yang memasuki kawasan perdesaan tidak boleh
terputus.
Arahan pengembangan jalan lokal primer yang termasuk status Jalan
Kabupaten di wilayah Kabupaten Malang, dan pengelolaannya menjadi
wewenang Pemerintah Kabupaten Malang adalah :
a. Jaringan jalan yang menghubungkan antara: Kepanjen - Ngajum -
Wagir - Dau - Pujon - Ngantang - Kasembon (tidak melalui Kota
Malang dan Kota Batu). Jalan ini juga dikenal sebagai jalan Lingkar
Barat, dengan peran utama mengurangi kepadatan lalu-lintas antara
Malang - Kepanjen .
b. Jaringan jalan yang menuju wisata Gunung Bromo dengan melewati
desa-desa di Kecamatan Poncokusumo yaitu melewati Poncokusumo
- Ngadas - Jemplang;
c. Jaringan jalan antara Karangploso – Kota Batu yaitu dari Pendem
menuju Songgoriti;
d. Jaringan jalan yang melewati Desa Sidorahayu di Kecamatan Wagir -
Desa Petungsewu di Kecamatan Dau - Kota Malang;
e. Jaringan jalan yang menghubungkan antara Kepanjen - Pagak -
Donomulyo - Bantur - Gedangan - Kalipare;
f. Jaringan jalan yang menghubungkan antara Kota Malang - Tajinan -
Tumpang
g. Jaringan jalan yang menghubungkan antara Bululawang (Desa
Krebet) - Wajak;
h. Jaringan jalan yang menghubungkan Ngajum - Gunung Kawi;
i. Jaringan jalan yang menghubungkan antara Sumberpucung - Kalipare
- Donomulyo - Pagak (Pantai Ngliyep) - Kepanjen;

III - 37
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

j. Jaringan jalan yang menghubungkan Desa Dengkol di Kecamatan


Singosari - Jabung - Kota Malang;
k. Jaringan jalan yang menghubungkan Kota Malang - Desa Kedungrejo
di Kecamatan Pakis - Tumpang;
l. Jaringan jalan yang menghubungkan Kota Malang dengan Desa Kidal
di Tumpang;
m. Jaringan jalan yang menghubungkan Kepanjen - Bululawang melalui
Krebet;
n. Jaringan jalan dari Tirtoyudo ke arah Pantai Sipelot (hal ini
direncanakan untuk mengantisipasi peningkatan arus lalu lintas
sehubungan dengan rencana pengembangan Tempat Pelelangan Ikan
di Pantai Sipelot; serta
o. Jalan-jalan utama yang menghubungkan antara JLS dengan daya tarik
wisata di pantai Selatan Kabupaten Malang.
p. Diluar jalan lokal primer seperti dimaksud juga direncanakan jalan
lokal primer yang berfungsi juga sebagai jalan tembus strategis dan
jalan penghubung lainnya. Pengembangan jalan ini bertujuan
menghu-bungkan antar kecamatan sehingga dapat meningkatkan
atau membuka akses wilayah lingkar Malang dengan Kota Malang
atau dengan kabupaten lainnya. Beberapa jaringan jalan tersebut
antara lain adalah :
 Jalan tembus yang menghubungkan Kabupaten Malang dengan
Kabupaten Pasuruan, yaitu melewati Jabung - Nongkojajar
(Pasuruan); Kabupaten Malang dengan Kabupaten Blitar`di
bagian Barat, yakni dari Ngantang - Wlingi (Kabupaten Blitar) dan
Kromengan – Ngegok (Kabupaten) Blitar; serta
 Jaringan jalan yang menghubungkan antara Singosari – Jabung –
Pakis.
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana pengembangan jaringan jalan di
Kabupaten Malang, lihat pada Peta 3.5. yaitu rencana pengembangan
jaringan jalan
Dalam Pasal 33 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan,
dijelaskan bahwa bagian-bagian jalan meliputi Ruang Manfaat Jalan, Ruang

III - 38
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Milik Jalan, dan Ruang Pengawasan Jalan. Ruang Manfaat Jalan meliputi
badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya. Ruang Milik Jalan
meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat
jalan. Ruang Pengawasan Jalan merupakan ruang tertentu di luar ruang milik
jalan yang ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan.
1. Ruang Manfaat Jalan
Dalam Pasal 34 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan,
dijelaskan bahwa Ruang Manfaat Jalan :
a. Meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya;
b. Merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan
kedalaman tertentu yang ditetapkan oleh penyelenggara jalan yang
bersangkutan berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri;
serta
c. Hanya diperuntukkan bagi median, perkerasan jalan, jalur pemisah,
bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar (hanya diperuntukkan bagi lalu
lintas pejalan kaki), lereng, ambang pengaman, timbunan dan galian,
gorong-gorong, perlengkapan jalan, dan bangunan pelengkap lainnya.
2. Ruang Milik Jalan
Dalam Pasal 39 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan,
dijelaskan bahwa :
a. Ruang Milik Jalan terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur tanah
tertentu di luar ruang manfaat jalan;
b. Ruang Milik Jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi
oleh lebar, kedalaman, dan tinggi tertentu;
c. Ruang Milik Jalan diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan, pelebaran
jalan, dan penambahan jalur lalu lintas di masa akan datang serta
kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan;
d. Sejalur tanah tertentu dapat dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau
yang berfungsi sebagai lansekap jalan; serta
e. Penggunaan ruang terbuka pada ruang milik jalan untuk ruang
terbuka hijau dimungkinkan selama belum dimanfaatkan untuk
keperluan ruang manfaat jalan.

III - 39
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

3. Ruang Pengawasan Jalan


Dalam Pasal 44 Peraturan Pemerintah No. 34/2006 tentang Jalan,
dijelaskan :
a. Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu di luar ruang
milik jalan yang penggunaannya ada di bawah pengawasan
penyelenggara jalan;
b. Ruang pengawasan jalan diperuntukkan bagi pandangan bebas
pengemudi dan pengamanan konstruksi jalan serta pengamanan
fungsi jalan;
c. Ruang pengawasan jalan merupakan ruang sepanjang jalan di luar
ruang milik jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu; serta
d. Dalam hal ruang milik jalan tidak cukup luas, lebar ruang
pengawasan jalan ditentukan dari tepi badan jalan.
Berdasarkan ketentuan di atas, maka bagian-bagian jalan dapat digambarkan
sebagai berikut :

Gambar 3.2 Bagian-bagian Jalan

Ditinjau dari kondisi dan kebutuhan pengembangan di Kabupaten Malang,


maka arahan lebar ruang manfaat jalan, ruang milik jalan dan ruang pengawasan
jalan dapat dilihat pada Tabel 3.3. berikut.

III - 40
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Tabel 3.3 Arahan Rumaja, Rumija dan Ruwasja di Kabupaten Malang

Badan
Jalan
No Fungsi Jalan Rumaja Rumija Ruwasja
Minimal
(M)
A ARTERI PRIMER DAN SEKUNDER 11
1 Perumahan (Rumah Tinggal) 11 25 15
2 Pemanfaatan Lalu Lintas di Luar 11 25 15
Pusat Kegiatan
B KOLEKTOR PRIMER DAN 9
SEKUNDER
1 Perumahan (Rumah Tinggal) 9 25 10 (P); 5 (S)
2 Kegiatan Usaha 9 25 10 (P); 5 (S)
3 Pendidikan 9 25 10 (P); 5 (S)
C LOKAL PRIMER DAN SEKUNDER 7,5
1 Perumahan (Rumah Tinggal) 7,5 15 7 (P); 3 (S)
2 Kegiatan Usaha 7,5 15 7 (P); 3 (S)
3 Pendidikan 7,5 15 7 (P); 3 (S)
D LINGKUNGAN 6,5
1 Perumahan (Rumah Tinggal) 6,5 11 5 (P); 2 (S)
2 Kegiatan Usaha 6,5 11 5 (P); 2 (S)
3 Pendidikan 6,5 11 5 (P); 2 (S)

Sumber : Sesuai Undang-Undang No.38 Tahun 2004 dan PP No.34 Tahun 2006
KETERANGAN :
P = Primer, S = Sekunder
Jalan Kabupaten Terdiri atas :
a. Jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional dan jalan provinsi;
b. Jalan lokal primer yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota
kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat desa, antar ibukota kecamatan, ibukota
kecamatan dengan desa, dan antar desa;
c. Jalan sekunder yang tidak termasuk jalan provinsi dan jalan sekunder dalam kota;
d. Jalan strategis kabupaten.

B. Terminal
Pada dasarnya terminal berfungsi sebagai tempat persinggahan
kendaraan/angkutan umum yang juga berfungsi mengatur pergerakan orang
dan barang. Hingga tahun 2006 terdapat 7 terminal di Kabupaten Malang

III - 41
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

yaitu yang berada di Kecamatan Kepanjen sebanyak 2 terminal, dan sisanya


terdapat di kecamatan : Gondanglegi, Dampit, Singosari, Turen dan
Tumpang, dengan tipe dan luas terminal yang beragam.
Arahan pengembangan terminal di Kabupaten Malang adalah sebagai
berikut:
1. Memperbaiki dan meningkatkan pelayanan terminal di Gondanglegi,
Dampit, Singosari, dan Tumpang;
2. Rencana pemindahan dan peningkatan APK (Areal Pangkalan
Kendaraan) menjadi terminal tipe C di Desa Talok Kecamatan Turen;
3. Rencana pemindahan dan peningkatan terminal tipe C Talangagung
menjadi terminal tipe B di Desa Ngadilangkung di Kecamatan Kepanjen;
serta
4. Peningkatan infrastruktur pendukung dan pelayanan terminal yang
memadai.
C. Rencana Pengembangan Angkutan Massal Perkotaan
Sehubungan dengan pengembangan Kawasan Perkotaan Malang, maka
diperlukan pengembangan angkutan massal menggunakan bus metropolitan
dan kereta api komuter. Pengembangan angkutan massal ini melayani :
1. Jalur angkutan komuter dengan rute melalui Kecamatan Lawang -
Kecamatan Singosari - Kota Malang - Kecamatan Pakisaji - Kecamatan
Kepanjen - Kecamatan Sumberpucung (Karangkates).
2. Jalur angkutan bus metro dengan rute melalui :
a. Kecamatan Lawang - Kecamatan Singosari - Kota Malang -
Kecamatan Pakisaji - Kecamatan Kepanjen - Kecamatan
Sumberpucung (Karangkates);
b. Kota Batu - Kecamatan Dau - Kota Malang - Kecamatan Pakis -
Kecamatan Tumpang; serta
c. Kota Malang - Kecamatan Bululawang - Kecamatan Turen.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta 3.6. yaitu Rencana
Pengembangan Jalur Angkutan Massal.

III - 42
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Peta 3. 5 Rencana Pengembangan Jaringan Jalan

III - 43
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

D. Kereta Api
Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian,
dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan perkerataapian adalah segala
sesuatu yang berkaitan dengan sarana, prasarana dan fasilitas penunjang
kereta api untuk penyelenggaraan angkutan kereta api yang disusun dalam
satu sistem. Sarana kereta api adalah segala sesuatu yang dapat bergerak di
atas jalan rel. Prasarana kereta api adalah jalur dan stasiun kereta api
termasuk fasilitas yang diperlukan agar sarana kereta api dapat dioperasikan.
Sedangkan fasilitas penunjang kereta api adalah segala sesuatu yang
melengkapi penyelenggaraan angkutan kereta api yang dapat memberikan
kemudahan serta kenyamanan bagi pengguna jasa kereta api.
Sistem pergerakan transportasi kereta api di Kabupaten Malang digunakan
untuk melayani pergerakan yang menghubungkan antara Kabupaten Blitar -
Malang - Surabaya, Kabupaten/Kota Malang - Jakarta melalui Kabupaten
Blitar. Selain itu, transportasi perkeretaapian mempunyai potensi yang cukup
besar untuk angkutan barang. Angkutan barang juga berpengaruh positif
terhadap moda jalan dengan cara mengurangi beban lalu lintas angkutan
jalan. Untuk meningkatkan peran perkeretaapian dalam angkutan barang di
Kabupaten Malang perlu dikembangkan dry port di Lawang, pembangunan
terminal barang, serta konservasi dan revitalisasi rel mati.
Selain pengembangan upaya-upaya di atas rencana pengembangan jalur
perkeretaapian juga mengembangkan jalur kereta api ganda (double track) di
Kecamatan Lawang – Singosari – Kota Malang – Pakisaji – Kepanjen.
Serta adanya pengembangan kereta komuter dengan mengunakan jalur yang
ada, yakni menggunakan jalur : Lawang - Singosari- Kota Malang - Pakisaji -
Kepanjen - Sumberpucung (Karangkates).
Dalam UU No. 23/2007 tentang Perkeretaapian dijelaskan bahwa untuk
kelancaran dan keselamatan pengoperasian kereta api, pemerintah
menetapkan pengaturan mengenai jalur kereta api yang meliputi daerah
manfaat jalan, daerah milik jalan dan daerah pengawasan jalan termasuk
bagian bawahnya serta ruang bebas di atasnya. Hal ini berarti badan
penyelenggara dalam memanfaatkan jalur tersebut tidak boleh

III - 44
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

mengakibatkan terganggunya penyelenggaraan angkutan kereta api. Agar


masyarakat luas mengetahui batas jalur kereta api, maka badan
penyelenggara wajib menempatkan tanda atau patok batas-batas jalur kereta
api. Dalam ketentuan ini, yang dimaksud dengan daerah manfaat jalan kereta
api adalah jalan rel beserta tanah di kiri dan kanannya yang dipergunakan
untuk konstruksi jalan rel. Daerah milik jalan kereta api yaitu daerah manfaat
jalan kereta api beserta tanah di kiri dan kanannya yang dipergunakan untuk
pengamanan konstruksi. Adapun untuk ketentuan-ketentuan tentang
sepanjang jalan kereta api sebagai usaha perlindungan terhadap jaringan
jalan tersebut dimana lahan yang termasuk jalan kereta api menurut UU RI
No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian adalah :
1. Ruang Manfaat Jalur (Rumaja) Kereta Api
Lebar ruang manfaat jalur kereta api adalah ruang yang digunakan untuk
konstruksi jalan rel dan fasilitas operasi sesuai dengan jenis jalurnya,
antara lain jalur tunggal, jalur ganda, jembatan dan terowongan. Lahan
selebar ini merupakan ruang bebas dari bangunan dan merupakan ruang
bebas pandang kereta api, untuk mengakomodasikan badan kereta api
dan perlengkapan lalu lintas kereta api. Ruang ini hanya diisi
perlengkapan kegiatan lalu-lintas kereta api yaitu kabel-kabel sinyal,
telegram dan telepon. Perlengkapan ini sangat penting bagi kelancaran
terselenggaranya perlengkapan tersebut terganggu, maka akan
membahayakan keselamatan perjalanan kereta api.
2. Ruang Milik Jalur (Rumija) Kereta Api
Ruang milik jalur kereta api sepanjang 6 meter dari sisi kanan dan sisi kiri
Ruang Manfaat Jalur rel kereta api, termasuk dalam daerah bebas
pandang. Kecelakaan kereta api bisa disebabkan kesulitan masinis untuk
mendukung kegiatan manusia, kapan akan lewat dan sebagainya. Lahan
damija ini digunakan untuk memperlancar perjalanan kereta api dari
gangguan seperti longsor, kendaraan lain yang melintas dan gangguan
lainnya. Untuk perlindungan kawasan sempadan kereta api antara lain
meliputi upaya :

III - 45
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

1. Penataan kawasan dengan cara merelokasi pada penduduk yang


berada di sempadan rel.
2. Pengadaan taman, jalan yang menguhubungkan antar
kelurahan/desa, serta penataan/perbaikan lahan sempadan.
a. Pendukung sistem transportasi berupa alat-alat dan perlengkapan
untuk kelancaran transportasi misalnya perlindungan badan rel,
kabel sinyal, telegrap, kabel telepon dan kabel listrik yang
membutuhkan lahan 6 meter dari poros rel.
b. Jalan yang berfungsi menghubungkan antar wilayah kecamatan
yang terdiri atas pembatas/utama, drainase, sistem penerangan
jalan dan badan jalan yang membutuhkan lahan seluas 10 meter
yaitu :
 Tiga meter untuk taman/ pembatas antara pendukung
perlengkapan transportasi kereta api, drainase dan kebutuhan
sistem penerangan jalan;
 5 meter untuk badan jalan;
 2 meter untuk sistem penerangan jalan dan drainase; serta
 Taman kota yang didalamnya berisi tempat bermain dan
taman yang membutuhkan lahan 7 meter, sehingga total
lahan 23 meter.
Konservasi sempadan rel kereta api pada daerah permukiman adalah 11,5
meter pada kiri dan kanan sepanjang rel kereta. Untuk konservasi sempadan
rel kereta api di wilayah Kabupaten Malang sebaiknya diarahkan dapat
memenuhi standar kelayakan konservasi. Selain itu juga dilakukan
konservasi dan revitalisasi pada rel kereta yang telah mati yang ditujukan
pada ruas-ruas potensial.
Untuk sempadan kereta api dapat difungsikan sebagai Ruang Terbuka Hijau
yaitu antara sempadan garis tepi rel kereta api hingga batas pinggir kereta
api. Dengan dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau, maka manfaat yang
diperoleh sangat banyak, yaitu :
1. Sebagai alat peredam suara yang ditimbulkan oleh mesin kereta api;
2. Untuk mengurangi polusi, akibat polusi asap kereta api maupun
kendaraan lain; dan

III - 46
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

3. Untuk membatasi agar tidak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk


kegiatan baik kegiatan berdagang maupun mendirikan bangunan
lainnya.
GAMBAR 5.4
SEMPADAN REL KERETA API

JALAN KERETA API

11,5 meter 11,5 meter

I II II I
23.00 meter

Gambar 3.3 Sempadan Jaringan Kereta Api


KETERANGAN :
I : Kawasan Yang Diperkenankan untuk Pengembangan Bangunan
Keterangan : II : Kawasan Sempadan Jalan Kereta Api Yang Tidak Diperkenankan Adanya
Aktivitas.
I : Kawasan Yang diperkenankan untuk pengembang bangunan
Untuk Sempadan Kereta Api Dapat Difungsikan Sebagai Ruang Terbuka Hijau
II: Kawasan sempadan jalan
Yaitu Antara Sempadan kereta
Garis Tepi api
Rel Kereta Api yang
Hingga tidak diperkenankan adanya
Batas Pinggir
Bandan Kereta Api.
aktivitas Dengan dimanfaatkan Sebagai Ruang Terbuka Hijau, Maka Manfaat
Yang Diperoleh Sangat Banyak, Yaitu:
1. Sebagai Alat Peredam Suara Yang Ditimbulkan Oleh Mesin Kereta Api.
2. Untuk Mengurangi Polusi, Baik Akibat Dari Polusi Asap Dari Kereta Api
Maupun Oleh Kendaraan Lain.
3. Untuk Membatasi Dan Agar Tidak Dimanfaatkan Oleh Masyarakat Sekitar
Untuk Kegiatan, Baik Kegiatan Berdagang Maupun Mendirikan Bangunan
Lainnya.

BAB V - 34

III - 47
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Gambar 3.4 Konsep Dimensi Jalan


Pada Ruas – ruas Jalan Utama
di Kabupaten Malang

III - 48
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

No. Peta : 3.6

Peta 3. 6 Rencana Pengembangan Jalur Angkutan Massal

III - 49
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

3.4.1.2. Rencana Pengembangan Transportasi Laut


Kabupaten Malang hingga saat ini belum memiliki sarana transportasi
laut sebagai penunjang akses penduduk. Arahan pengembangan transportasi
laut dikonsentrasikan pada Kawasan Sendangbiru yaitu untuk berbagai kegiatan
tertentu yaitu :
1. Pengembangan pelabuhan umum di Pantai Tamban dan perkotaan yang
besar, maka pada lokasi ini dapat dikembangkan sebagai permukiman,
industri, perdagangan dan jasa, pergudangan, dan pelabuhan;
2. Pengembangan kawasan pelabuhan umum dan internasional di
Kecamatan Sumbermanjing Wetan;
3. Pengembangan pusat perikanan skala nasional; serta
4. Arahan jalur pelayaran selain tetap mendukung tranportasi wisata untuk
mengelilingi Pulau Sempu, juga menghubungkan ke berbagai pusat
perikanan nusantara yaitu ke Muncar, Banyuwangi, khususnya untuk
kegiatan perhubungan antar pulau dan negara.
Rencana pengembangan pelabuhan khusus dilaksanakan sesuai
kebutuhan dengan mengikuti rencana tata ruang.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta 3.7 Peta Rencana
Pengembangan Transportasi Laut.

3.4.1.3. Rencana Pengembangan Transportasi Udara


Transportasi udara yang ada di Kabupaten Malang yaitu Bandara
Abdulrahman Saleh ditetapkan sebagai bandara pusat penyebaran tersier yaitu
bandara udara yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang
melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan. Bandara Abdulrahman
Saleh yang saat ini digunakan juga untuk kepentingan militer dan komersial.
Adapun jalur penerbangan komersial yang ada di Bandara
Abdulrahman Saleh melayani jalur antara lain: Malang - Jakarta, Malang -
Denpasar, Malang - Balikpapan/Sampit. Dan diharapkan dengan dibukanya 3
rute penerbangan ini dapat menstimulan adanya link pembukaan rute perjalanan
domestik baru, seperti pada rute sebagai berikut:

III - 50
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

1. Rute Malang - Jakarta


Rute perjalanan ini diharapkan dapat menstimulan penambahan rute
domestik menuju Indonesia bagian Barat.
2. Rute Malang - Denpasar
Rute perjalanan ini diharapkan dapat menstimulan penambahan rute
domestik menuju Indoesia bagian Timur.
3. Rute Malang - Balikpapan
Rute perjalanan ini diharapkan dapat menstimulan penambahan rute
domestik menuju Indoesia bagian Utara.
Kawasan pengaruh adanya bandara memerlukan penataan terutama dalam
upaya mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan. Peningkatan kondisi
landasan pacu berupa pemanjangan landasan pacu sebesar 300 - 500 meter
diperlukan untuk meningkatkan jenis pesawat yang mampu mendarat, yakni
dirahkan untuk pesawat jenis Air Bus dan Boeing 737 seri di atas 200.
Selanjutnya terkait dengan adanya Bandara Abdulrahman Saleh diperlukan
penataan kawasan disekitarnya khususnya terkait dengan jenis penggunaan
tanah, intensitas penggunaan dan ketinggian bangunan. Untuk keselamatan
penerbangan diperlukan ruang bebas hambatan dalam bentuk bidang kerucut
disekeliling landasan pacu yang berfungsi sebagai areal/ ruang manuver pesawat,
dan bidang transisi sepanjang 4000 meter dari ujung landasan pacu yang
diperlukan untuk keselamatan pesawat saat lepas landas (take off), mendarat
(landing).
Arahan pengembangan bandara perlu didukung dengan penambahan sarana
dan prasarana pendukung serta diharapkan ada timbal balik pelayanan,
misalnya dengan keberadaan Jalan Lintas Selatan, Jalan Tol Lawang-Singosari
dan peningkatan jalan lainnya. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta 3.8. yaitu
Rencana Pengembangan Transportasi Udara dan Peta 3.9. Rencana Pembagian
Zona Bandara Abdulrahman Saleh.

III - 51
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Rencana Pelabuhan
Umum Sendang Biru

Peta 3. 7 Rencana Pengembangan Transportasi Laut

Peta 3. 8 Rencana Pengembangan Transportasi Laut

III - 52
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Sistem prasarana telematika adalah perangkat komunikasi dan


pertukaran informasi yang dikembangkan untuk tujuan-tujuan pengambilan
keputusan di ranah publik ataupun privat. Prasarana telematika yang akan
dikembangkan di Kabupaten Malang meliputi sistem kabel, sistem seluler, dan
sistem satelit.
Penggunaan fasilitas telematika oleh masyarakat meliputi prasarana
telekomunikasi dan informatika. Rencana pengembangan prasarana telematika
diarahkan pada peningkatan jangkauan pelayanan dan kemudahan
mendapatkannya. Dalam hal ini, penyediaan tower BTS (Base Transceiver Station)
sangat penting menjangkau ke pelosok perdesaan sebagai prasarana pendukung.
Dengan semakin berkembangnya teknologi, untuk peningkatan
kebutuhan dan pelayanan masyarakat perlu dilakukan peningkatan jumlah dan
mutu telematika pada tiap wilayah, yaitu :
1. Menerapkan teknologi telematika berbasis teknologi modern;
2. Pembangunan teknologi telematika pada wilayah - wilayah pusat
pertumbuhan;
3. Membentuk jaringan telekomunikasi dan informasi yang
menghubungkan setiap wilayah pertumbuhan dengan ibukota
kabupaten; serta
4. Mengarahkan untuk memanfaatkan secara bersama pada satu tower BTS
untuk beberapa operator telepon seluler dengan pengelolaan secara
bersama pula.
Berdasarkan Rencana BTS Jawa Timur, dapat diketahui lahan Potensial
pendirian menara BTS di Kabupaten Malang, untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar dibawah ini.

III - 53
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Gambar 3.5 Lahan Potensial Pendirian Menara BTS

Pengelompokan Tower Kota Surabaya dan


Kabupaten Malang

Gambar 3.6 Pengelompokan Tower Kota Surabaya dan Kabupaten Malang

Berdasarkan gambar di atas terlihat persebaran dan pengelompokan Base


Tranceiver Station (BTS) di Jawa Timur terpusat di Kota Surabaya dan Kabupaten

III - 54
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Malang. Karena kedua wilayah ini memiliki kota yang termasuk dalam Kawasan
Perkotaan Malang yang memiliki tingkat kegiatan yang sangat tinggi sehingga
membutuhkan pelayanan BTS yang besar.
Arahan pengembangan prasarana telekomunikasi meliputi telepon untuk
rumah tangga, telepon umum, jaringan telepon seluler, sedangkan arahan
pengembangan prasarana informatika yaitu upaya tersedianya jaringan yang
memberi layanan informasi berbasis teknologi internet dalam bentuk warung
internet (Warnet), serta peningkatan sistem informasi pengembangan daerah di
Kabupaten Malang. Lebih jelasnya lihat Peta 3.10. tentang Rencana Pemanfaatan
Tower Bersama.

3.4.2. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air dan Pemanfaatan
Sumber Air Tanah
Rencana sistem jaringan prasarana sumber daya air dan pemanfaatan sumber
air tanah meliputi rencana sistem jaringan sumber daya air, fungsi dan
pelayanan prasarana sumber daya air, pemanfaatan air tanah dan pemanfaatan
air sumber.
A. Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Salah satu sistem jaringan sumber daya air yang ada di Kabupaten Malang
adalah Sungai Brantas yang juga merupakan wilayah sungai strategis
nasional. Sistem jaringan pengairan meliputi jaringan air bersih (PDAM) dan
irigasi. Pemenuhan kebutuhan akan air bersih dan irigasi dilakukan dengan
peningkatan jaringan sampai ke wilayah yang belum terjangkau, sedangkan
irigasi dengan peningkatan saluran dari sistem setengah teknis dan
sederhana ditingkatkan menjadi irigasi teknis.
B. Fungsi dan Pelayanan Prasarana Sumber Daya Air
Pengembangan layanan air bersih bagi masyarakat yang ada di Kabupaten
Malang sangat perlu dilakukan mengingat fungsi dari air bersih tersebut
yang sangat penting. Untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih, perlu
adanya peningkatan sarana dan prasarana pendukung seperti pipa, tandon,
reservoir, dan prasarana pendukung lainnya. Irigasi memiliki peranan
penting dalam usaha untuk meningkatkan produksi pertanian. Sistem
jaringan sumber daya air utama adalah Daerah Aliran Sungai Brantas sebagai

III - 55
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Wilayah Sungai Strategis Nasional. Kebutuhan air irigasi pada wilayah


Kabupaten Malang dibagi menurut unit pelayanan Lokal (UPTD) yaitu
UPTD Pujon, Malang, Singosari, Tumpang, Bululawang, Gondanglegi,
Turen, Kepanjen, dan Ngajum. Selain itu terdapat pula sumber air Wendit
yang ada di Kecamatan Pakis dan sumber air Maguan di Kecamatan Ngajum.
Upaya penanganan untuk meningkatkan layanan fasilitas air bersih di
Kabupaten Malang seperti :
1. Perlindungan terhadap sumber-sumber mata air dan daerah resapan air;
2. Perluasan daerah tangkapan air;
3. Peningkatan pelayanan dan pengelolaan air bersih oleh PDAM dengan
peningkatan sistem jaringan air bersih hingga ke wilayah perdesaan.
Sedangkan upaya pengembangan pelayanan sumber daya air dilakukan
dengan cara :
1. Melakukan perlindungan terhadap sumber-sumber mata air;
2. Melakukan perlindungan terhadap daerah aliran air, baik itu saluran
irigasi, serta daerah aliran sungai;
3. Mencegah terjadinya pendangkalan terhadap saluran irigasi;
4. Pembangunan dan perbaikan pintu-pintu air.
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana sistem prasarana sumber daya air di
Kabupaten Malang dapat dilihat pada Peta 3.11.

III - 56
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Bandar Udara Tersier


Abdulrahman Saleh

Peta 3. 9 Rencana Pengembangan Sistem Transportasi Udara

III - 57
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Peta 3. 10 Rencana Pembagian Zona Kawasan Bandar Udara

III - 58
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Peta 3. 11 Rencana Pemanfaatan Tower Bersama

III - 59
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Peta 3. 12 Rencana Sistem Prasarana Sumber Daya Air

III - 60
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

C. Pemanfaatan Air Sumber


Air sumber banyak dimanfaatkan untuk kepentingan air minum dan irigasi
atau untuk berbagai pemanfaatan yang lainnya. Pemanfaatan sumber ini
harus diatur untuk kepentingan masyarakat Kabupaten Malang sendiri atau
digunakan untuk masyarakat di Kota Malang seperti sumber air di Wendit
(1.100 liter/detik). Untuk hal ini diperlukan pengaturan dalam bentuk
kerjasama dengan proporsi yang seimbang. Demikian juga untuk sumber air
yang ada di salah satu kecamatan seperti Sumber Maguan di Ngajum (200
liter/detik) selain untuk masyarakat Ngajum juga untuk masyarakat
Kepanjen juga harus diatur komposisi antar wilayah dan pengaturan untuk
kebutuhan irigasi sehingga tidak terjadi kekurangan air bagi sawah beririgasi
teknis dan setengah teknis. Pemanfaatan air sumber dilakukan dengan cara :
1. Pengaturan dalam bentuk kerjasama dengan proporsi yang seimbang;
dan
2. Pengaturan komposisi antar wilayah dan pengaturan untuk kebutuhan
irigasi sehingga tidak terjadi kekurangan air bagi sawah beririgasi teknis
dan setengah teknis.
D. Pemanfaatan Air tanah
Kabupaten Malang banyak memiliki sumber kecil dan besar, serta memiliki
cadangan air tanah yang cukup besar, mengingat banyak gunung dan
kawasan yang mampu meresapkan air. Pola ini menjadikan terdapat
beberapa potensi untuk memanfaatkan air tanah diantaranya untuk
pemenuhan kebutuhan air minum dalam bentuk air kemasan. Meskipun
demikian diperlukan pengaturan bila akan mengambil potensi air tanah
dalam jumlah besar, karena hal ini akan sangat mempengaruhi persediaan air
pada bagian bawah. Dengan demikian diperlukan kajian kemampuan
cadangan air tanah disertai dengan AMDAL jika akan melakukan eksplorasi
dan eksploitasi.
E. Pengembangan Waduk, Dam dan Embung
Pengembangan waduk, dam dan embung serta pompanisasi terkait dengan
pemanfaatan sumber daya permukaan dilakukan dengan
mempertimbangkan:

III - 61
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

a. Daya dukung sumber daya air;


b. Kekhasan dan aspirasi daerah serta masyarakat setempat;
c. Kemampuan pembiayaan; serta
d. Kelestarian keanekaragaman hayati dalam sumber air.
Pengembangan waduk, dam dan embung serta pompanisasi ditetapkan di
wilayah Kabupaten Malang yang meliputi:
a. Dam Selorejo di kecamatan Ngantang;
b. Dam Sutami di kecamatan Sumberpucung;
c. Dam Lahor di kecamatan Sumberpucung;
d. Dam Trap Sewu di Kecamatan Ampelgading;
e. Bendungan Sengguruh di kecamatan Kepanjen;
f. Bendungan Karangkates di kecamatan Sumberpucung; serta
g. Waduk Kali Genteng di kecamatan Dampit.

3.4.3. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Energi


Rencana sistem jaringan prasarana energi meliputi energi listrik dan
energi lainnya. Dalam rangka pemerataan pembangunan, maka penerangan ke
wilayah terisolasi atau wilayah yang belum terjangkau kebutuhan akan listrik
harus dilakukan melalui pengembangan jaringan baru, salah satunya dengan
peningkatan fungsi dan peran pembangkit listrik tenaga air yang terdapat di
Karangkates. Diharapkan jaringan prasarana energi listrik akan mampu
memenuhi kebutuhan akan energi listrik di wilayah Kabupaten Malang. Untuk
mengoptimalkan pelayanan energi listrik pada masa depan, diperlukan adanya
peningkatan pelayanan utamanya pada daerah-daerah yang menjadi pusat
pertumbuhan wilayah dan wilayah yang menjadi target pengembangan.
Pengembangan pelayanan energi listrik yang dilakukan antara lain :
1. Pengembangan PLTU Trap Sewu, PLTU Karangkates dan PLTU Sengguru.
2. Peningkatan daya energi listrik pada daerah-daerah pusat pertumbuhan
dan daerah pengembangan berupa pembangunan dan penambahan gardu-
gardu listrik.
3. Penambahan dan perbaikan sistem jaringan listrik pada daerah-daerah
yang belum terlayani, utamanya bagi sekitar 25,64 % KK yang belum
memperoleh pelayanan energi listrik yang bersumber dari PLN.

III - 62
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

4. Meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan listrik sehingga terjadi


pemerataan pelayanan diseluruh wilayah Kabupaten Malang, sehingga
dapat diasumsikan bahwa setiap KK akan memperoleh layanan jaringan
listrik, sehingga tidak ada masyarakat yang belum terlayani.
Dalam peningkatan pelayanan jaringan listrik perlu diperhatikan adanya
ketentuan pembangunan jaringan listrik, dimana dalam pengembangan jaringan
listrik khususnya untuk pengembangan jaringan SUTT diperlukan areal
konservasi pada sekitar jaringan yaitu sekitar 20 meter pada setiap sisi tiang
listrik untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan bagi masyarakat.

Gambar 3.7 Sempadan SUTT 66 kV Tanah Datar

III - 63
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Gambar 3.8 Sempadan SUTT 150 kV Tanah Datar


Keterangan :
: ruang bebas (daerah terlarang)
J1 : jarak bebas (terdekat) untuk lapangan terbuka daerah luar kota
J3 = J5 : jarak bebas (terdekat) terhadap pohon-pohon pada umumnya dan bagian
bangunan tahan api
Dibutuhkan adanya alternatif bentuk energi lain yang bisa dikembangkan
untuk peningkatan pelayanan listrik di Kabupaten Malang meliputi mikrohidro
dan solarcell serta biogas.
Kabupaten Malang memiliki wilayah yang luas dengan 33 kecamatan,
dimana masih terdapat beberapa desa/dusun yang masih belum dilayani oleh
listrik. Listrik atau penerangan sangat dibutuhkan oleh setiap daerah agar lebih
mudah dalam memperoleh informasi guna kemajukan daerah itu sendiri. Untuk
memenuhi kebutuhan akan listrik diperlukan upaya pengembangan listrik yang
dapat menjangkau tempat terpencil yang murah dan ramah lingkungan antara
lain berupa Pembangkit Listri Tenaga Mikrohidro, solarcell serta biogas.
Pemasangan pembangkit listrik tenaga air atau Pembangkit Listrik
Tenaga Mikrohidro (PLTMH) dilakukan pada daerah yang memiliki sumber air
dan belum dimafaatkan secara optimal, seperti air terjun, sumber irigasi dan
sungai. PLTMH ini sudah diterapkan di desa Pucangsongo - Kecamatan Pakis, di
Kecamatan Kepanjen tepatnya di daerah pertemuan Kali Sukun dan Sungai

III - 64
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Metro dengan kapasitas produksi sebesar 2x50 KWh atau sekitar 100 ribu watt
daya listrik dan akan disalurkan kepada warga Dusun Tegaron Desa
Panggungrejo Kec.Kepanjen yang berjumlah 800 KK, serta direncanakan lagi
akan dikembangkan di Wendit Kecamatan Pakis.
Beberapa peluang desa mandiri energi yang ada di Kabupaten Malang
akan dikembangkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Adapun Desa
mandiri energi penghasil biogas adalah desa-desa dengan potensi ternak besar
karena biasanya sumber pembuatan dari biogas adalah kotoran ternak.

3.4.4. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Lingkungan


Rencana sistem jaringan prasarana lingkungan meliputi pengadaan
taman dan hutan untuk pengawetan tanah, udara dan air, arahan penanganan
dan pemeliharaan lingkungan seperti peningkatan pelayanan terhadap
kebutuhan sanitasi lingkungan bagi kegiatan permukiman, produksi, jasa, dan
kegiatan sosial ekonomi lainnya melalui pengembangan sistem prasarana
pengelolaan lingkungan yaitu IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) terpadu
dan pengelolaan persampahan.

3.4.5.1. Rencana Persampahan


Untuk penanganan persampahan kedepannya, maka sistem pengelolaan
persampahan di Kabupaten Malang dibedakan berdasarkan perwilayahan.
Secara umum penanganan sampah dilakukan dengan sistem :
a. Pembuangan Terbuka (Open Dumping)
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana yaitu dengan membuang
begitu saja sampah yang telah dikumpulkan pada tempat yang telah
disediakan.
b. Penimbunan Saniter (Sanitary Landfill)
Penimbunan saniter adalah teknik penimbunan sampah yang dapat
meminimumkan dampak yang merusak lingkungan dimana teknik yang
digunakan adalah dengan memadatkan sampah dengan ketebalan 3,5 - 5
meter dan kemudian ditimbun dengan tanah setebal 15 - 30 cm.

III - 65
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

c. Pembakaran (Incineration)
Pembakaran merupakan salah satu cara pemusnahan sampah dengan
cara mengurangi volume maupun berat sampah melalui proses
pembakaran.
d. Pembuatan Kompos (Composting)
Pembuatan kompos merupakan salah satu cara mengolah sampah
organik agar dapat dimanfaatkan kembali yakni dengan mengelola
sampah menjadi pupuk.
e. Pemanfaatan Ulang (Recycling)
Pemanfaatan ulang adalah cara pengolahan sampah anorganik agar
dapat dimanfaatkan kembali dengan cara mengolah sampah menjadi
barang yang bernilai ekonomis.
A. Sistem Pengelolaan Sampah di Kawasan Perkotaan
Untuk penanganan masalah persampahan perkotaan di Kabupaten Malang
diperlukan sebuah wadah penampungan sampah yang dihasilkan
masyarakat perkotaan. Arahan penanganan persampahan di wilayah
perkotaan Kabupaten Malang diperlukan sebuah Tempat Pemrosesan Akhir
skala regional untuk menampung dan mengelola sampah yang ada. Tempat
Pemrosesan Akhir Regional ini direncanakan di Kecamatan Wagir berbatasan
langsung dengan TPA Supiturang milik Kota Malang, dan Tempat
Pemrosesan Akhir di Desa Talangagung Kecamatan Kepanjen. Direncanakan
pula tempat pembuangan limbah industri B3 dan non B3 di kawasan Industri
Jabung dan Sumbermanjing Wetan.
Dalam pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir regional di Wilayah
Kabupaten Malang, maka kriteria yang harus dipenuhi antara lain :
1. Kondisi geologi
a. Tidak berlokasi di zona holocene fault; serta
b. Tidak boleh di zona bahaya geologi.
2. Kondisi hidrogeologi
a. Tidak boleh mempunyai muka air tanah < 3 m;
b. Tidak boleh keluasan tanah lebih besar 10- 6cm/det;
c. Jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar dari 100 meter di
hilir aliran; serta

III - 66
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

d. Dalam hal tidak ada zona yang memenuhi kriteria-kriteria tersebut di


atas, maka harus diadakan masukkan teknologi.
3. Kemiringan zona harus kurang dari 20 %.
4. Jarak dari lapangan terbang harus lebih besar dari 3000 meter untuk
penerbangan turbo jet dan harus lebih besar dari 1500 meter untuk jenis
lain.
5. Tidak boleh pada daerah lindung/cagar alam dan daerah banjir dengan
periode ulang 25 tahun.
B. Pengelolaan Sampah di Kawasan Perdesaan
Sistem pengelolaan sampah di kawasan perdesaan dapat dilakukan dengan
cara menimbun dan membakar, mengingat kawasan perdesaan
kecenderungannya masih tersedia cukup luas lahan pekarangan. Pada sisi
lain di kawasan perdesaan kecenderungannya didukung dengan lahan
budidaya pertanian yang cukup luas, maka keberadaan sampah tersebut
dapat diolah menjadi kompos (pupuk organik) yaitu dengan cara
memisahkan jenis sampah yang dapat diuraikan bakteri (dimanfaatkan
untuk kompos) dan sampah yang tidak dapat diuraikan bakteri (proses
dibakar).
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana sistem prasarana lingkungan -
persampahan di Kabupaten Malang dapat dilihat pada Peta 3.12. Peta Rencana
Sistem Prasarana Lingkungan - Persampahan di Kabupaten Malang.

3.4.5.2. Kebutuhan Sanitasi


Untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih, maka diperlukan
adanya sistem pengelolaan limbah khusus yang dihasilkan oleh setiap KK.
Dalam penanganan limbah khusus rumah tangga diperlukan pengembangan
fasilitas sanitasi. Upaya penanganan permasalahan limbah khusus rumah tangga
dibedakan menurut wilayah perkotaan dan perdesaan.
1. Pada wilayah perkotaan pengembangan sanitasi diarahkan kepada :
a. Pemenuhan fasilitas septic tank pada masing-masing KK;
b. Pembangunan sistem moduler berupa minisawerage;
c. Pengembangan IPLT (Instalasi Pengelolaan Limbah Terpadu), yang
mampu menghasilkan :

III - 67
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

 Baku mutu air


 Pengolahan pupuk organik
 Penangkapan gas metan
2. Pada wilayah perdesaan penanganan limbah khusus rumah tangga dapat
dikembangkan antara lain :
a. Fasilitas sanitasi pada setiap KK;
b. Fasilitas sanitasi umum;
c. Sanitasi total berbasis masyarakat;
d. Merangsang peran serta masyarakat untuk membuat jamban;
e. Membuat fasilitas sanitasi secara mandiri.

III - 68
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Upaya Penanganan Masalah Limbah:


1. Pada Wilayah Perkotaan Pengembangan Sanitasi
diarahkan Kepada Pemenuhan fasilitas septic tank
pada masing-masing KK
2. Pada Wilayah Perdesaan penanganan limbah
Khusus rumah tangga dapat dikembangkan
fasilita sanitasi pada setiap KK serta Fasilitas
sanitasi umum

No. Peta : 3.12

Peta 3. 13 Rencana Sistem Prasarana Persampahan

III - 69
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Contents
3.1 Kriteria dan Rencana Penetapan Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan .. 1
Perkotaan ......................................................................................................................................... 5
3.2 Sistem Perdesaan.............................................................................................................. 9
3.3 Sistem Perkotaan ............................................................................................................ 12
3.3.1 Pusat Kegiatan Perkotaan ..................................................................................... 12
3.3.2 Rencana Sistem Perwilayahan .............................................................................. 13
3.3.3. Pengembangan Kawasan Perkotaan Malang ................................................. 29
3.4 Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah ........................................................... 32
3.4.1. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi .................. 32
3.4.1.1. Transportasi Darat ..................................................................................................... 32
3.4.1.2. Rencana Pengembangan Transportasi Laut .......................................................... 50
3.4.1.3. Rencana Pengembangan Transportasi Udara ....................................................... 50
3.4.2. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air dan Pemanfaatan
Sumber Air Tanah ....................................................................................................................... 55
3.4.3. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Energi .......................................................... 62
3.4.4. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Lingkungan ................................................ 65
3.4.5.1. Rencana Persampahan .............................................................................................. 65
3.4.5.2. Kebutuhan Sanitasi ................................................................................................... 67

Gambar 3.1 Diagram Sistem Perdesaaan ................................................................................ 10


Gambar 3.2 Bagian-bagian Jalan .............................................................................................. 40
Gambar 3.3 Sempadan Jaringan Kereta Api........................................................................... 47
Gambar 3.4 Konsep Dimensi Jalan .......................................................................................... 48
Gambar 3.5 Lahan Potensial Pendirian Menara BTS ........................................................... 54
Gambar 3.6 Pengelompokan Tower Kota Surabaya dan Kabupaten Malang ................. 54
Gambar 3.7 Sempadan SUTT 66 kV Tanah Datar ................................................................. 63
Gambar 3.8 Sempadan SUTT 150 kV Tanah Datar ............................................................... 64

Tabel 3.1 Kawasan Perkotaan dan Pedesaan di Kabupaten Malang ................................... 1


Tabel 3. 2 Kebutuhan Pengembangan Fasilitas Perkotaan di Kabupaten Malang ......... 19
Tabel 3.3 Arahan Rumaja, Rumija dan Ruwasja di Kabupaten Malang .......................... 41

Peta 3. 1 Penetapan Kawasan Perdesaan Perkotaan .............................................................. 11


Peta 3. 2 Rencana Penetapan Pusat Kegiatan Perkotaan ...................................................... 18
Peta 3. 3 Rencana Struktur Ruang Wilayah ............................................................................ 28
Peta 3. 4 Rencana Pengembangan Kawasan Perkotaan Malang ......................................... 31
Peta 3. 5 Rencana Pengembangan Jaringan Jalan .................................................................. 43
Peta 3. 6 Rencana Pengembangan Jalur Angkutan Massal .................................................. 49
Peta 3. 7 Rencana Pengembangan Transportasi Laut ........................................................... 52
Peta 3. 8 Rencana Pengembangan Transportasi Laut ........................................................... 52
Peta 3. 9 Rencana Pengembangan Sistem Transportasi Udara ........................................... 57
Peta 3. 10 Rencana Pembagian Zona Kawasan Bandar Udara ............................................ 58
Peta 3. 11 Rencana Pemanfaatan Tower Bersama .................................................................. 59

III - 70
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Peta 3. 12 Rencana Sistem Prasarana Sumber Daya Air ....................................................... 60


Peta 3. 13 Rencana Sistem Prasarana Persampahan .............................................................. 69

III - 71
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

3.1 Kriteria dan Rencana Penetapan Kawasan Perkotaan dan Kawasan


Perdesaan
Pembagian kecamatan-kecamatan di seluruh Kabupaten Malang sesuai
dengan kondisi dan karakteristik kegiatan dibedakan menjadi kawasan
perkotaan dan kawasan perdesaan. Identifikasi kawasan perkotaan dan
perdesaan tersebut dimaksudkan untuk mengetahui dan menentukan jenis
kegiatan yang akan ditentukan sehingga sesuai dengan peruntukkan tanah dan
ruangnya. Kriteria penetapan batas kota di wilayah Kabupaten Malang
ditetapkan atas dasar status kawasan sebagai kawasan perkotaan ibukota
kecamatan; khusus untuk Perkotaaan Kepanjen wilayahnya meliputi seluruh
administratif kecamatan dengan status sebagai ibukota Kabupaten Malang.
Kabupaten Malang terdiri dari 147 (seratus empat puluh tujuh) kawasan
perkotaan dan 244 (dua ratus empat puluh empat) kawasan perdesaan yang
dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan Peta 3.1.

Tabel 3.1 Kawasan Perkotaan dan Pedesaan di Kabupaten Malang


Perkotaan /
No Kecamatan Desa/ Kelurahan
Perdesaan
Desa Donomulyo
Perkotaan
Desa Tempursari
Desa Tulungrejo
Desa Banjarejo
1 DONOMULYO
Desa Kedungsalam
Perdesaan
Desa Tlogosari
Desa Purworejo
Desa Sumberoto

III - 1
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Perkotaan /
No Kecamatan Desa/ Kelurahan
Perdesaan
Desa Mentaraman
Desa Purwodadi
Desa Kalipare
Desa Sumberpetung
Perkotaan
Desa Sukowilangun
Desa Argowinangun
2 KALIPARE Desa Arjosari
Desa Tumpakrejo
Perdesaan Desa Putukrejo
Desa Kalirejo
Desa Kaliasri
Desa Pagak
Perkotaan Desa Sempol
Desa Sumbermanjing Kulon
Desa Pandanrejo
3 PAGAK
Desa Sumberkerto
Perdesaan Desa Sumberejo
Desa Gampingan
Desa Tlogorejo
Desa Wonorejo
Perkotaan
Desa Bantur
Desa Sumberbening
Desa Srigonco
Desa Pringgondani
4 BANTUR
Desa Wonokerto
Perdesaan
Desa Bandungrejo
Desa Rejoyoso
Desa Karangsari
Desa Rejosari
Desa Gedangan
Perkotaan Desa Sumberrejo
Desa Segaran
Desa Tumpakrejo
5 GEDANGAN
Desa Sindurejo
Perdesaan Desa Gajahrejo
Desa Sidodadi
Desa Girimulyo
Desa Sumbermanjing Wetan
Desa Harjokuncaran
Perkotaan
Desa Argotirto
Desa Ringinsari
Desa Sitiharjo
Desa Tambakrejo
SUMBERMANJING- Desa Kedungbanteng
6
WETAN Desa Tambakasri
Desa Tegalrejo
Perdesaan
Desa Druju
Desa Sumberagung
Desa Ringinkembar
Desa Sekarbanyu
Desa Klepu
Kelurahan Dampit
7 DAMPIT Perkotaan
Desa Pamotan

III - 2
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Perkotaan /
No Kecamatan Desa/ Kelurahan
Perdesaan
Desa Sukodono
Desa Srimulyo
Desa Baturetno
Desa Bumirejo
Desa Sumbersuko
Perdesaan
Desa Amadanom
Desa Majang Tengah
Desa Rembun
Desa Pojok
Desa Jambangan
Desa Gandungsari
Perkotaan Desa Tirtoyudo
Desa Tlogosari
Desa Purwodadi
Desa Pujiharjo
Desa Sumbertangkil
8 TIRTOYUDO Desa Kepatihan
Desa Jagomulyan
Perdesaan
Desa Sukorejo
Desa Ampelgading
Desa Tamankuncaran
Desa Wonoagung
Desa Tamansatriyan
Desa Tirtomoyo
Perkotaan Desa Tirtomarto
Desa Tawangagung
Desa Lebakharjo
Desa Wirotaman
Desa Tamanasri
9 AMPELGADING Desa Sonowangi
Desa Purwoharjo
Perdesaan
Desa Sidorenggo
Desa Simojayan
Desa Arjoyuwono
Desa Mulyoasri
Desa Tamansari
Desa Wonomulyo
Desa Wonorejo
Perkotaan Desa Karangnongko
Desa Poncokusumo
Desa Belung
Desa Watesbelong
Desa Dawuhan
Desa Ngades
PONCOKUSUMO
10 Desa Gubukklakah
Desa Samberrejo
Desa Pandansari
Perdesaan
Desa Ngadireso
Desa Karanganyar
Desa Jambesari
Desa Pajaran
Desa Argosuko
Desa Ngebruk

III - 3
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Perkotaan /
No Kecamatan Desa/ Kelurahan
Perdesaan
Desa Wringinanom
Desa Wajak
Desa Blayu
Perkotaan Desa Sukoanyar
Desa Sukolilo
Desa Kidangbang
Desa Wonoayu
11 WAJAK Desa Bambang
Desa Bringin
Desa Dadapan
Perdesaan
Desa Patokpicis
Desa Codo
Desa Sumberputih
Desa Ngembal
Desa Turen
Desa Sedayu
Desa Talok
Perkotaan
Desa Kedok
Desa Pagedangan
Desa Tanggung
Desa Kemulan
Desa Tawangrejeni
12 TUREN Desa Sawahan
Desa Undaan
Desa Gedogwetan
Perdesaan Desa Gedogkulon
Desa Jeru
Desa Sanankerto
Desa Sananrejo
Desa Talangsuko
Desa Tumpuk Renteng
Desa Wadanpuro
Desa Bululawang
Desa Lumbangsari
Perkotaan
Desa Krebet
Desa Krebetsenggrong
Desa Gading
Desa Sukonolo
13 BULULAWANG
Desa Bakalan
Desa Sudimoro
Desa Kasri
Perdesaan
Desa Pringo
Desa Kasembon
Desa Kuwolu
Desa Sempalwadak
Desa Gondanglegi Wetan
Desa Gondanglegi Kulon
Perkotaan
Desa Putat Kidul
Desa Putat Lor
14 GONDANGLEGI
Desa Sepanjang
Desa Sukasari
Perdesaan
Desa Sukorejo
Desa Bulupitu

III - 4
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Perkotaan /
No Kecamatan Desa/ Kelurahan
Perdesaan
Desa Panggungrejo
Desa Ganjaran
Desa Urek-urek
Desa Ketawang
Desa Putukrejo
Desa Sumberjaya
Desa Banjarrejo
Perkotaan
Desa Pagelaran
Desa Kademangan
Desa Suwaru
Desa Balearjo
15 PAGELARAN
Desa Kanigoro
Perdesaan
Desa Clumprit
Desa Sidorejo
Desa Karangsuko
Desa Brongkal
Kelurahan Kepanjen
Kelurahan Cempokomulyo
Kelurahan Panarukan
Kelurahan Ardirejo
Desa Dilem
Desa Ngadilangkung
Desa Mojosari
Desa Jatirejoyoso
Desa Curungrejo
16 KEPANJEN Perkotaan
Desa Sukoraharjo
Desa Kedungpendaringan
Desa Tegalsari
Desa Panggungrejo
Desa Mangunrejo
Desa Kemiri
Desa Jenggolo
Desa Sengguruh
Desa Talangagung
Desa Karangkates
Desa Sumberpucung
Perkotaan
Desa Jatiguwi
17 SUMBERPUCUNG Desa Ngebruk
Desa Sambigede
Perdesaan Desa Senggreng
Desa Teryang
Desa Kromengan
Perkotaan
Desa Ngadirejo
Desa Slorok
18 KROMENGAN Desa Jatikerto
Perdesaan Desa Jambuwer
Desa Peniwen
Desa Karangrejo
Desa Ngajum
Perkotaan
Desa Palaan
19 NGAJUM Desa Balesari
Perdesaan Desa Maguan
Desa Ngasem

III - 5
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Perkotaan /
No Kecamatan Desa/ Kelurahan
Perdesaan
Desa Banjarsari
Desa Kranggan
Desa Kesamben
Desa Wonosari
Perkotaan Desa Kebobang
Desa Sumbertempur
Desa Plandi
20 WONOSARI
Desa Plaosan
Perdesaan Desa Sumberdem
Desa Kluwut
Desa Bangelan
Desa Parangargo
Perkotaan Desa Sitirejo
Desa Mendalanwangi
Desa Sumbersuko
Desa Gondowangi
Desa Pandanrejo
21 WAGIR
Desa Petungsewu
Perdesaan Desa Sidorahayu
Desa Sukodadi
Desa Jedong
Desa Dalisodo
Desa Pandanlandung
Desa Kebonagung
Desa Pakisaji
Desa Genengan
Perkotaan
Desa Karangpandan
Desa Kendalpayak
PAKISAJI Desa Karangduren
22
Desa Parmanu
Desa Glanggang
Desa Sutojayan
Perdesaan
Desa Wonokerso
Desa Jatisari
Desa Wadung
Desa Tajinan
Desa Sumbersuko
Desa Randugading
Perkotaan
Desa Gunungasri
Desa Tambakasri
Desa Tangkilsari
23 TAJINAN
Desa Jambearjo
Desa Jatisari
Desa Pandanmulyo
Perdesaan
Desa Ngawonggo
Desa Purwosekar
Desa Gunungronggo
Desa Tumpang
Desa Malangsuko
Perkotaan Desa Jeru
24 TUMPANG
Desa Wringinsongo
Desa Tulusbesar
Perdesaan Desa Bokor

III - 6
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Perkotaan /
No Kecamatan Desa/ Kelurahan
Perdesaan
Desa Kidal
Desa Benjor
Desa Duwet
Desa Pandanajeng
Desa Kambingan
Desa Slamet
Desa Ngingit
Desa Pulungdowo
Desa Duwetkrajan
Desa Pakisjajar
Desa Bunutwetan
Desa Pakiskembar
Desa Asrikaton
Perkotaan Desa Saptorenggo
Desa Ampeldento
Desa Tirtomoyo
PAKIS
25 Desa Mangliawan
Desa Sekarpuro
Desa Sumberkradenan
Desa Kedungrejo
Desa Banjarrejo
Perdesaan
Desa Puncangsono
Desa Sumberpasir
Desa Sukoanyar
Desa Sukolilo
Perkotaan Desa Jabung
Desa Kemantren
Desa Kemiri
Desa Slamparejo
Desa Argosari
Desa Gadingkembar
JABUNG
26 Desa Sidomulyo
Desa Sidorejo
Perdesaan
Desa Kenongo
Desa Sukopuro
Desa Pandansari Lor
Desa Ngadirejo
Desa Taji
Desa Gunungjati
Kelurahan Lawang
Kelurahan Kalirejo
Perkotaan Desa Bedali
Desa Mulyoarjo
Desa Turirejo
Desa Srigading
27 LAWANG
Desa Sidodadi
Desa Ketindan
Perdesaan Desa Sumberngepoh
Desa Sumberporong
Desa Sidoluhur
Desa Wonorejo
Desa Banjararum
28 SINGOSARI Perkotaan
Desa Watugede

III - 7
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Perkotaan /
No Kecamatan Desa/ Kelurahan
Perdesaan
Kelurahan Pagentan
Kelurahan Losari
Desa Candirenggo
Desa Lang-lang
Desa Tunjungtirto
Desa Dengkol
Desa Wonorejo
Desa Baturetno
Desa Tamanharjo
Perdesaan
Desa Purwoasri
Desa Klampok
Desa Gunungrejo
Desa Ardimulyo
Desa Randuagung
Desa Toyomarto
Desa Grimoyo
Desa Donowarih
Perkotaan Desa Ngijo
Desa Tegalgondo
Desa Kepoharjo
29 KARANGPLOSO
Desa Ngenep
Desa Ampeldento
Perdesaan Desa Bucek
Desa Tawangargo
Desa Giripurno
Desa Mulyoagung
Desa Sumbersekar
Desa Kalisongo
Perkotaan
Desa Karangwidoro
Desa Tegalweru
30 DAU
Desa Landungsari
Desa Kucur
Desa Petungsewu
Perdesaan
Desa Selorejo
Desa Gading Kulon
Desa Pandesari
Desa Ngroto
Perkotaan
Desa Pujon Kidul
Desa Pujon Lor
Desa Bendosari
31 PUJON
Desa Sukomulyo
Desa Ngabab
Perdesaan
Desa Tawangsari
Desa Mandiredo
Desa Wirurejo
Desa Waturejo
Desa Sumberagung
Perkotaan
Desa Kaumrejo
Desa Jombok
32 NGANTANG
Desa Pagersari
Desa Sidodadi
Perdesaan
Desa Banjarrejo
Desa Purworejo

III - 8
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Perkotaan /
No Kecamatan Desa/ Kelurahan
Perdesaan
Desa Ngantru
Desa Banturejo
Desa Pandansari
Desa Mulyorejo
Desa Tulungrejo
Desa Kasembon
Perkotaan
Desa Sukosari
Desa Pondokagung
33 KASEMBON
Desa Bayem
Perdesaan
Desa Pait
Desa Wonoagung
Sumber : Hasil Rencana 2007

3.2 Sistem Perdesaan


Distribusi permukiman perdesaan di Kabupaten Malang menunjukkan
keberagaman yang tinggi, yakni ada yang terpusat, terpencar, maupun
berdekatan dengan Kota Malang. Pola ruang seperti ini menjadikan pusat
kegiatan perdesaan juga memiliki skala bermacam-macam, dan secara umum
dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Setiap dusun memiliki pusat dusun;
2. Setiap desa memiliki satu pusat kegiatan yang berfungsi sebagai pusat
desa;
3. Beberapa desa dalam satu kecamatan memiliki pusat kegiatan yang
hirarkinya dibawah perkotaan kecamatan yakni sebagai Pusat
Pelayanan Kegiatan (PPK);
4. Perdesaan yang lokasinya strategis langsung berhubungan dengan
masing-masing ibukota kecamatan (PPK); serta (uraian PPL)
5. Perdesaan yang membentuk sistem keterkaitan atau berorientasi pada
pusat Wilayah Pengembangan (PKL) ataupun Perkotaan Malang
(PKN), secara diagramatis dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Adapun arahan pengembangan kawasan perdesaan adalah sebagai berikut:
a. Pengembangan perdesaaan berbasis potensi dasar yang dimiliki
diantaranya melalui :
 Kawasan Perdesaaan yang berbasis potensi perkebunan terutama
dikembangkan di wilayah Malang Selatan;

III - 9
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

 kawasan perdesaan yang berbasis potensi hortikultura terutama


dikembangkan di wilayah Malang Barat dan Timur; serta
 kawasan perdesaan yang memiliki potensi sebagai pusat pengolahan
dan hasil pertanian termasuk lumbung modern pada pusat produksi di
kawasan perdesaan.
b. Pengembangan perdesaan sebagai kawasan pengembangan agropolitan di
wilayah Malang Timur dan Malang Barat diantaranya melalui :
 peningkatan produksi, pengolahan dan pemasaran produk pertanian
unggulan sebagai satu kesatuan sistem;
 Pengembangan infrastruktur penunjang agropolitan; serta
 Pengembangan kelembagaan penunjang agropolitan.
c. Pengembangan pusat desa mulai dari tingkat dusun sampai pusat desa
secara berhirarki, diantaranya melalui:
 Pembentukan pusat pelayanan permukiman perdesaan pada tingkat
dusun terutama pada permukiman perdesaan yang berbentuk cluster;
 Pengembangan pusat kawasan perdesaan secara mandiri;
 Pengembangan kawasan perdesaan potensial secara ekonomi melalui
desa pusat pertumbuhan; serta
 Meningkatkan interaksi antara pusat kegiatan perdesaan dan perkotaan
secara berjenjang.

Dusun PKL
1 3 PPL 5

2 Desa 4 PPK

Gambar 3.1 Diagram Sistem Perdesaaan

III - 10
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

No. Peta : 3.1

Peta 3. 1 Penetapan Kawasan Perdesaan Perkotaan

III - 11
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

3.3 Sistem Perkotaan


Penetapan sistem perkotaan di Kabupaten Malang memiliki pola yang
cukup kompleks yakni pada wilayah Kabupaten Malang terdapat Kota Malang
dan Kota Batu yang saling berkaitan dan pengembangan perkotaan ibukota
kecamatan yang berkaitan dengan pusat perdesaan. Perkembangan kawasan
perkotaan di Kabupaten Malang dalam jangka panjang juga ditandai oleh
munculnya Kawasan Perkotaan Malang, Perkotaan Pelabuhan dan Industri
Sendangbiru, serta pemindahan ibukota Kabupaten Malang dari Kota Malang ke
Kepanjen.
Kajian terhadap sistem struktur perkotaan ini meliputi : penetapan pusat
kegiatan perkotaan, rencana hierarki (besaran) perkotaan, rencana sistem dan
fungsi perwilayahan, serta kebutuhan fasilitas pada setiap kawasan perkotaan
dimaksud. Struktur ini akan menggambarkan keterkaitan antar kawasan
perkotaan dan perkotaan dengan perdesaan secara keseluruhan.

3.3.1 Pusat Kegiatan Perkotaan

Penetapan pusat kegiatan perkotaan di Kabupaten Malang juga ditentukan


oleh pusat kegiatan perkotaan dalan skala regional dan perkotaan yang secara
langsung mempengaruhi sistem perkotaan di Kabupaten Malang. Kawasan
perkotaan yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKL di Provinsi Jawa Timur
yakni Perkotaan Jombang, Perkotaan Ponorogo, Perkotaan Ngawi, Perkotaan
Nganjuk, Perkotaan Tulungagung, Perkotaan Lumajang, Perkotaan Sumenep,
Perkotaan Magetan, Perkotaan Situbondo, Perkotaan Trenggalek, Perkotaan
Bondowoso, Perkotaan Sampang, Perkotaan Kepanjen, Perkotaan Caruban,
Perkotaan Kanigoro, dan Perkotaan Kraksaan. Adapun pusat kegiatan perkotaan
di Kabupaten Malang adalah sebagai berikut:
 Pusat Kegiatan Nasional (PKN) berada di Perkotaan Malang;
 Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berada di Perkotaan Kepanjen,
 Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) berada di Perkotaan Ngantang,
Perkotaan Lawang, Perkotaan Tumpang, Perkotaan Dampit, Perkotaan
Turen dan Perkotaan Sendangbiru;

III - 12
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

 Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah Ibukota Kecamatan lainnya yang


tidak termasuk Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dan Pusat Kegiatan Lokal
promosi (PKLp) yang disebutkan di atas.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di Peta 3.2. mengenai rencana Penetapan
pusat kegiatan perkotaan di Kabupaten Malang.
Sesuai dengan besaran perkotaan masing-masing, maka hirarki perkotaan
di Kabupaten Malang adalah:
 Kawasan Perkotaan Malang, meliputi Perkotaan Malang sebagai pusat
PKN dan satelitnya berada di Perkotaan Lawang, Perkotaan Tumpang,
Perkotaan Kepanjen, dan Perkotaan Turen;
 Kawasan Perkotaan Besar adalah Sendang Biru;
 Kawasan Perkotaan Sedang adalah Kepanjen;
 Kawasan Perkotaan Kecil adalah semua ibukota kecamatan lain di
Kabupaten Malang.

3.3.2 Rencana Sistem Perwilayahan

Setiap kawasan perkotaan akan memiliki jangkauan pelayanan tertentu


sesuai dengan pusat kegiatan perkotaan masing-masing. Dalam lingkup Malang
Raya, Kota Malang menjadi pusat bagi Wilayah Pengembangan Malang Raya,
dan perkotaan kecamatan yang berfungsi sebagai pusat pelayanan bagi beberapa
kecamatan lain atau memiliki cakupan Wilayah Pengembangan.
Berdasarkan sistem perwilayahan tersebut maka Kabupaten Malang dibagi
menjadi enam Wilayah Pengembangan, dan masing masing pusat Wilayah
Pengembangan akan memiliki fungsi dan peran sesuai dengan potensi yang
dimikinya, serta arahan kegiatan utama berdasarkan kegiatan dominan yang
mungkin dikembangkan di Wilayah Pengembangan masing-masing. Adapun
Wilayah Pengembangan di Kabupaten Malang beserta fungsi, peran dan arahan
kegiatannya:
A. Wilayah Pengembangan Lingkar Kota Malang
Wilayah Pengembangan Lingkar Kota Malang meliputi beberapa kecamatan
di sekeliling Kota Malang yang berorientasi ke Kota Malang, meliputi :
Kecamatan Dau, Kecamatan Karangploso, Kecamatan Lawang, Kecamatan
Singosari, Kecamatan Pakisaji, Kecamatan Wagir, Kecamatan Tajinan,

III - 13
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Kecamatan Bululawang dan Kecamatan Pakis. Mengingat pusat Wilayah


Pengembangan ini adalah Kota Malang, maka fungsi pusat pelayanan adalah
Kota Malang itu sendiri dengan kegiatan utama pariwisata, industri, dan
pendidikan. Fungsi perkotaan kecamatan lingkar kota ini adalah:
1. Pusat pemerintahan kecamatan;
2. Pusat pelayanan umum skala kecamatan;
3. Pariwisata regional;
4. Pusat kegiatan industri;
5. Pusat kegiatan latihan militer; serta
6. Pusat transportasi nasional.
Adapun kegiatan utama yang diarahkan untuk dikembangkan di Wilayah
Pengembangan Lingkar Kota Malang ini adalah pengembangan kegiatan:
1. Pelayanan umum;
2. Perdagangan dan jasa;
3. Pertanian;
4. Perindustrian;
5. Pariwisata;
6. Transportasi udara nasional; serta
7. Terminal peti kemas (dryport)
B. Wilayah Pengembangan Kepanjen
Wilayah Pengembangan Kepanjen meliputi Kecamatan Kepanjen, Kecamatan
Wonosari, Kecamatan Ngajum, Kecamatan Kromengan, Kecamatan Pagak,
Kecamatan Sumberpucung, Kecamatan Kalipare, Kecamatan Donomulyo,
Kecamatan Gondanglegi, dan Kecamatan Pagelaran, dengan pusat di
Perkotaan Kepanjen. Fungsi dan peranan perkotaan sebagai pusat Wilayah
Pengembangan Kepanjen adalah :
1. Pusat pemerintahan kabupaten;
2. Pusat perdagangan dan jasa skala kabupaten;
3. Pusat kesehatan skala kabupaten;
4. Pusat pendidikan;
5. Pusat kegiatan olahraga;
6. Pusat kegiatan kesenian regional - nasional;

III - 14
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

7. Pusat pelayanan umum kabupaten; serta


8. Pusat kegiatan militer.
Kegiatan utama yang ada pada Wilayah Pengembangan ini diarahkan pada
pengembangan kegiatan :
1. Pelayanan umum;
2. Perdagangan dan jasa;
3. Pertanian;
4. Peternakan;
5. Perikanan darat;
6. Perindustrian;
7. Pariwisata; serta
8. Kehutanan
C. Wilayah Pengembangan Ngantang
Wilayah Pengembangan Ngantang meliputi Kecamatan Ngantang,
Kecamatan Pujon dan Kecamatan Kasembon, dengan pusat pelayanan di
Perkotaan Ngantang. Fungsi dan peranan perkotaan sebagai pusat Wilayah
Pengembangan Ngantang adalah :
1. Sebagai pusat perdagangan (regional-nasional) dan jasa;
2. Sebagai pusat pelayanan umum;
3. Sebagai pusat pariwisata Malang bagian Barat;
4. Sebagai pusat industri pengolahan hasil pertanian; serta
5. Sub terminal agribisnis Malang bagian Barat.
Sedangkan kegiatan utama pada Wilayah Pengembangan ini diarahkan
untuk pengembangan kegiatan:
1. Pariwisata;
2. Perdagangan dan jasa;
3. Pertanian;
4. Agribisnis;
5. Perindustrian;
6. Perikanan darat; serta
7. Peternakan

III - 15
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

D. Wilayah Pengembangan Tumpang


Wilayah Pengembangan ini meliputi Kecamatan Tumpang, Kecamatan
Poncokusumo, Kecamatan Wajak dan Kecamatan Jabung, dengan pusat
pelayanan di Perkotaan Tumpang. Fungsi dan peranan perkotaan sebagai
pusat Wilayah Pengembangan Tumpang adalah:
1. Sebagai pusat kesehatan;
2. Sebagai pusat perdagangan dan jasa skala lokal;
3. Sebagai pusat pelayanan pariwisata;
4. Sebagai pusat pelayanan umum.
Kegiatan utama pada Wilayah Pengembangan ini diarahkan sebagai
pengembangan kegiatan:
1. Pariwisata;
2. Agropolitan;
3. Minapolitan
4. Peternakan; serta
5. Perindustrian
E. Wilayah Pengembangan Turen dan Dampit
Wilayah Pengembangan ini terdiri dari Kecamatan Turen, Kecamatan
Dampit, Kecamatan Tirtoyudo dan Kecamatan Ampelgading, dengan pusat
pelayanan sosial di Turen dan pusat pelayanan ekonomi di Dampit. Fungsi
dan peranan perkotaan sebagai pusat Wilayah Pengembangan ini adalah:
1. Pusat pelayanan sosial (Perkotaan Turen) :
a. Sebagai pusat pemerintahan skala kecamatan;
b. Sebagai pusat kesehatan;
c. Sebagai pusat pendidikan; serta
d. Sebagai pusat industri strategis.
2. Pusat pelayanan ekonomi (Perkotaan Dampit) :
a. Sebagai pusat perdagangan dan jasa skala regional;
b. Sebagai pusat industri kecil dan pengolahan hasil pertanian; serta
c. Sebagai pusat industri perikanan.
Kegiatan utama yang ada pada Wilayah Pengembangan ini diarahkan pada
pengembangan kegiatan:

III - 16
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

1. Pertanian;
2. Perikanan laut;
3. Perindustrian;
4. Pariwisata; serta
5. Kehutanan.
F. Wilayah Pengembangan Sumbermanjing Wetan.
Wilayah Pengembangan ini meliputi Kecamatan Sumbermanjing Wetan,
Gedangan dan Bantur, dengan pusat pelayanan di Perkotaan Sendangbiru.
Fungsi dan peranan perkotaan sebagai pusat Wilayah Pengembangan
Sumbermanjing Wetan dan sekitarnya adalah :
1. Pusat (kawasan) industri besar;
2. Pusat transportasi (laut);
3. Pusat kesehatan regional;
4. Pusat perdagangan dan jasa skala nasional; serta
5. Pusat pelayanan umum regional.
6. Pusat Kegiatan Latihan Militer
Kegiatan utama yang ada pada Wilayah Pengembangan ini diarahkan pada
pengembangan kegiatan :
1. Pertanian;
2. Perikanan laut;
3. Pertambangan;
4. Perindustrian;
5. Pariwisata;
6. Kehutanan; dan
7. Pelabuhan umum
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana Struktur Ruang Wilayah di
Kabupaten Malang dapat dilihat di Peta 3.3. Adapun kebutuhan pengembangan
fasilitas perkotaan di Kabupaten Malang dijabarkan dalam Tabel 3.2. berikut :

III - 17
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Peta 3. 2 Rencana Penetapan Pusat Kegiatan Perkotaan

III - 18
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Tabel 3. 2 Kebutuhan Pengembangan Fasilitas Perkotaan di Kabupaten Malang


Kecamatan Kebutuhan Pengembangan Fasilitas Perkotaan
Wilyah Pendukung Rekreasi -
No
Pengembangan Wilayah Perdagangan Jasa Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perkantoran Olahraga & Industri dan Potensi Lain
Pengembangan Wisata
1 Wilayah Pusat Pusat Jasa Skala Akademi Pusat Pusat Peribadatan, Pusat Pusat Olahraga
Pengembangan Perdagangan Kabupaten, meliputi (Sekolah Kesehatan meliputi Masjid, Perkantoran, dan Kesenian
Lingkar Kota Skala Regional, Bank, Hotel, Show Kejuruan) dan Skala Islamic Centre, meliputi Regional -
Malang meliputi Pasar Room, Pusat Pendidikan Kabupaten, : Gereja. Perkantoran Nasional, meliputi
Regional, Pasar Informasi, Jasa Tinggi. RSU kelas A, Pemerintah Sport Centre,
Pusat pelayanan
Induk/Pasar Notariat, Money RS Swasta dan Swasta. Gedung
di (Kota Malang)
Khusus, Changer. dgn Pertunjukan -
Mall/Department kemampuan Convention Centre.
Strore, Pusat perawatan (Festival Seni dan
Perbelanjaan, khusus/ Budaya).
Ruko. spesialis.
Pasar, Pertokoan, Jasa Sosial -  SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Obyek Pusat Industri/Pemasaran
Ruko, Pasar Ekonomi Skala  Tempat Belajar Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Wisata Sengkaling. Hasil Pertanian, Pengrajin
Hewan Kecamatan, seperti & Perpustakaan Lokal, seperti Kecamatan Kayu dan Batu.
Jasa Koperasi Tingkat Desa- Masjid, Musholla,
Dau
Simpan Pinjam, Perkotaan. Gereja, Pura,
Pegadaian, Pondok Pesantren.
Penginapan (Motel,
Losmen).
Pasar, Pertokoan, Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion Pusat Industri/Pemasaran
Ruko, Pasar Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Hasil Pertanian (Industri
Hewan. Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Bentoe)l dan Arahan
Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Pengemb. Industri besar &
Simpan Pinjam, Gereja, Pura menengah lainnya.
Karangploso
Pegadaian,
Penginapan (Motel,
Losmen), Uji
Kendaraan
Berermotor.
Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Peribadatan skala Perkantoran Stadion, Obyek Pusat Industri/Pemasaran
Ekonomi Skala Rawat Inap, kecamatan, Skala Wisata Kebun Teh Hasil Pertanian (Industri Hasil
Pasar, Pertokoan,
Kecamatan, seperti RSUD meliputi masjid, Kecamatan Pertanian), dan Arahan
Ruko, Pasar
Lawang Jasa Koperasi gereja, Pengemb. Industri Besar &
Hewan.
Simpan Pinjam, Menengah lainnya, Pusat
Pegadaian, Kegiatan Militer.
Penginapan (Motel,

III - 19
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Kecamatan Kebutuhan Pengembangan Fasilitas Perkotaan


Wilyah Pendukung Rekreasi -
No
Pengembangan Wilayah Perdagangan Jasa Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perkantoran Olahraga & Industri dan Potensi Lain
Pengembangan Wisata
Losmen).
Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Candi Pusat Industri/Pemasaran
Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Singosari, Hasil Pertanian (Industri Hasil
Pasar, Pertokoan, Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Stupa Sumber Pertanian), home industry
Ruko, Pasar Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Awan tempe, sepatu, genteng,
Singosari
Hewan. Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Kebun Teh klompen, cobek batu, serta
Pegadaian, Pemandian Arahan Pengemb. Industri
Penginapan (Motel, Kendedes Besar & Menengah Lainnya,
Losmen). Kawasan Militer.
Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Pusat Industri/Pemasaran
Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Pembuatan Hasil Pertanian (Industri Hasil
Pasar, Pertokoan, Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Topeng, Tari Pertanian), Pabrik Gula
Ruko, Pasar Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Topeng Kebonagung
Pakisaji
Hewan. Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Batu Bata, Genteng, Rokok,
Pegadaian, Pabrik Pemecahan Batu
Penginapan (Motel, (Golosit).
Losmen).
Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Obyek Pusat Industri/Pemasaran
Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Wisata Coban Hasil Pertanian (Industri Hasil
Pasar, Pertokoan, Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Glotak Pertanian), industri Lidi,
Ruko, Pasar Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Rokok, Keramik, Asbes, dan
Wagir
Hewan. Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Arahan Pengemb. Industri
Pegadaian, Besar & Menengah Lainnya.
Penginapan (Motel,
Losmen).
Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Obyek Pusat Industri/Pemasaran
Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Wisata Sumber Air Hasil Pertanian (Industri Hasil
Pasar, Pertokoan, Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan di Gunung Ronggo Pertanian)
Ruko, Pasar Jasa Koperasi Masjid, Musholla,
Tajinan
Hewan. Simpan Pinjam, Gereja, Pura.
Pegadaian,
Penginapan (Motel,
Losmen).
Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion Pusat Industri/Pemasaran
Pasar, Pertokoan, Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Hasil Pertanian (Industri Hasil
Ruko, Pasar Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Pertanian), Home Industry
Bululawang
Hewan. Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Anyaman Bambu, Kecap,
Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Pabrik Gula Krebet, serta
Pegadaian, Arahan Pengemb. Industri

III - 20
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Kecamatan Kebutuhan Pengembangan Fasilitas Perkotaan


Wilyah Pendukung Rekreasi -
No
Pengembangan Wilayah Perdagangan Jasa Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perkantoran Olahraga & Industri dan Potensi Lain
Pengembangan Wisata
Penginapan (Motel, Besar & Menengah lainnya.
Losmen).
Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Obyek Pusat Industri/Pemasaran
Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Wisata Wendit Hasil Pertanian (Industri Hasil
Pasar, Pertokoan, Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Pertanian), Home Industry
Ruko, Pasar Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Bordir, Genteng, Mebel,
Pakis
Hewan. Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Rokok, Sepatu Dan
Pegadaian, Pengecoran, serta Arahan
Penginapan (Motel, Pengemb. Industri Besar &
Losmen). Menengah lainnya.

.
2 Wilayah Kepanjen (sebagai Pusat Pusat Jasa Skala Akademi Pusat Pusat Peribadatan Pusat Pusat Olahraga
Pengembangan Pusat Pelayanan Perdagangan Kabupaten, meliputi (Sekolah Kesehatan Kabupaten, Perkantoran dan Kesenian
Kepanjen dan Ibukota Skala Kabupaten, Bank, Hotel, Show Kejuruan) dan Skala meliputi Masjid, Kabupaten, Regional -
Kabupaten) meliputi Pasar Room, Pusat Pendidikan Kabupaten, Islamic Centre, meliputi Nasional, meliputi
Regional, Pasar Informasi, Jasa Tinggi. meliputi Gereja. Perkantoran Sport Centre,
Induk/Pasar Notariat, Money Rumah Sakit Pemerintah Gedung
Khusus, Changer. Umum kelas dan Swasta. Pertunjukan -
Mall/Department B, Rumah Convention Centre.
Strore, Pusat Sakit Swasta (Festival Seni dan
Perbelanjaan, dengan Budaya).
Ruko. Kemampuan
Perawatan
Khusus.
Gondanglegi Pasar, Pertokoan, Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion Pusat Industri/Pemasaran
Ruko, Pasar Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Hasil Pertanian (Industri Hasil
Hewan. Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Pertanian), Home Industry
Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Rokok, Batu Bata, Gula Mini,
Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Genteng, Tahu, Tempe,
Pegadaian, Keramik.
Penginapan (Motel,
Losmen).
Wonosari Pasar, Pertokoan, Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Obyek  Pusat Industri/Pemasaran
Ruko, Pasar Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Wisata Gunung Hasil Pertanian (Industri
Hewan. Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Kawi, Kraton, Hasil Pertanian)
Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Kolam Pemandian,  Industri Pengolah Hasil
Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Wisata Budaya Perkebunan Utama.
Pegadaian, Tradisional  Anyaman Keranjang Pakaian

III - 21
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Kecamatan Kebutuhan Pengembangan Fasilitas Perkotaan


Wilyah Pendukung Rekreasi -
No
Pengembangan Wilayah Perdagangan Jasa Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perkantoran Olahraga & Industri dan Potensi Lain
Pengembangan Wisata
Penginapan (Motel, Bambu Kualitas Eksport
Losmen). Manik-Manik, Mainan Anak,
Penyulingan Minyak Aksiri,
Tahu, Tempe, Mebeler.
Ngajum Pasar, Pertokoan, Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Obyek  Pusat Industri/Pemasaran
Ruko, Pasar Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Wisata Sumber Hasil Pertanian (Industri
Hewan. Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Ubalan, Makam, Hasil Pertanian)
Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Sumber Urip,  Industri Pengolah Hasil
Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Sumber Manggis Perkebunan Utama.
Pegadaian,  Industri Kompor, Tape,
Penginapan (Motel, Anyaman Bambu, Tahu,
Losmen). Genteng, Pembibitan Ayam
Petelor, Industri Susu Yahui,
Kerajinan Emas dan Perak,
Industri Mebel Kualitas
Ekspor.
Kromengan Pasar, Pertokoan, Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion Pusat Industri/Pemasaran
Ruko, Pasar Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Hasil Pertanian (Industri
Hewan. Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Hasil Pertanian), Industri
Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Jamu Gendong, Gitar Listrik,
Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Sabuk Ular, Topeng.
Pegadaian,
Penginapan (Motel,
Losmen).
Pagak Pasar, Pertokoan, Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Pusat Industri/Pemasaran
Ruko, Pasar Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Bendungan Hasil Pertanian (Industri
Hewan. Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Sengguruh Hasil Pertanian), Pusat
Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Pemasaran Pertanian,
Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Industri Industri Kertas,
Pegadaian, Kapur, Pusat Kegiatan
Penginapan (Motel, Militer.
Losmen).
Sumberpucung Pasar, Pertokoan, Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Pusat Industri/Pemasaran
Ruko, Pasar Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Bendungan Hasil Pertanian (Industri
Hewan. Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Sutami, Hasil Pertanian), Kerajinan
Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Bendungan Lahor Mainan Anak, Ukiran Kayu,
Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Topeng, Piagam - Piala,
Pegadaian, Ketipung/Kendang,
Penginapan (Motel, Bumerang, Kripik Singkong-

III - 22
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Kecamatan Kebutuhan Pengembangan Fasilitas Perkotaan


Wilyah Pendukung Rekreasi -
No
Pengembangan Wilayah Perdagangan Jasa Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perkantoran Olahraga & Industri dan Potensi Lain
Pengembangan Wisata
Losmen). Pisang.
Kalipare Pasar, Pertokoan, Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Wisata Pusat Industri/Pemasaran
Ruko, Pasar Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Perahu, Sumber Hasil Pertanian (Industri
Hewan. Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Air Hasil Pertanian), Kerajinan
Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Mebel, Krupuk, Genteng,
Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Batumerah
Pegadaian,
Penginapan (Motel,
Losmen).
Donomulyo Pasar, Pertokoan, Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Wisata Pusat Industri/Pemasaran
Ruko, Pasar Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Pantai Modangan Hasil Pertanian (Industri
Hewan. Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Pantai, Ngliyep, Hasil Pertanian)
Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Jonggring Saloko,
Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Kondang Bandung,
Pegadaian, Kondang Iwak,
Penginapan (Motel, Tarian Tiban
Losmen).
Pagelaran Pasar, Pertokoan, Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Wisata Pusat Industri/Pemasaran
Ruko, Pasar Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Sumber Taman Hasil Pertanian (Industri
Hewan. Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan dan Hasil Pertanian), Kerajinan
Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Sumber Maron Gerabah, Jenang
Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Ukiran Kayu.
Pegadaian,
Penginapan (Motel,
Losmen).

3 Wilayah Ngantang (Pusat Pusat Perbankan, SMU, SMK, Puskesmas Pusat peribadatan Perkantoran Stadion dan  Pusat pariwisata Malang
Pengembangan Pelayanan) perdagangan penginapan (motel, Diploma Rawat Inap, skala kecamatan, pemerintah fasilitas olahraga bagian Barat;
Ngantang skala kecamatan, hotel), money Rumah Sakit seperti Masjid, skala lainnya  Pusat industri pengolahan
meliputi Pasar, changer, pegadaian, C. Gereja, Pura. kecamatan dan pemasaran hasil
Pertokoan, Ruko, jasa pengiriman dan dan swasta pertanian;
Pasar Hewan, jasa umum lainnya. (kantor pos  Sub terminal agribisnis.
Pasar agro. dan giro)  Pusat sistem agropolitan dan
pengembangan kawasan
perdesaan.
Pujon Pasar, toko, sentra Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Wisata  Pusat Industri/Pemasaran
produksi dan Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Coban Rondo, Hasil Pertanian (Industri
pemasaran hasil Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Dewi Sri Hasil Pertanian), Pusat

III - 23
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Kecamatan Kebutuhan Pengembangan Fasilitas Perkotaan


Wilyah Pendukung Rekreasi -
No
Pengembangan Wilayah Perdagangan Jasa Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perkantoran Olahraga & Industri dan Potensi Lain
Pengembangan Wisata
pertanian di Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Pemasaran Pertanian
Mantung, Pasar Simpan Pinjam, Gereja, Pura.  Pusat sistem agropolitan dan
agro. Pegadaian, pengembangan kawasan
Penginapan (Motel, perdesaan.
Losmen).
Kasembon Pasar, Pertokoan, Jasa sosial, ekonomi SMU, SMK Puskesmas Pusat peribadatan Perkantoran Stadion, candi Pusat Industri/Pemasaran
Ruko, Pasar skala kecamatan rawat inap skala kecamatan / skala Hasil Pertanian (Industri
Hewan. lokal, seperti kecamatan Hasil Pertanian), Pusat
Masjid, Musholla, Pemasaran Pertanian
Gereja, Pura.

4 Wilayah Tumpang (Pusat Pusat Perbankan, SMU, SMK, Puskesmas Pusat peribadatan Perkantoran Stadion dan Pusat Industri/Pemasaran
Pengembangan Pelayanan) perdagangan penginapan (motel, Diploma Rawat Inap skala kecamatan, pemerintah fasilitas olahraga Hasil Pertanian (Industri
Tumpang skala kecamatan, hotel), money Rumah Sakit seperti Masjid, skala lainnya, Wisata Hasil Pertanian), Industri
meliputi Pasar, changer, pegadaian, tipe C, Gereja, Pura. kecamatan Candi Jago, Candi Tempe, Genteng, Batubata,
Pertokoan, Ruko, jasa pengiriman dan RS Bersalin dan swasta Kidal, Taman Selai Pisang, Bihun, Tapioka,
Pasar Hewan, jasa umum lainnya. (kantor pos Burung Jeru, Susu Kemasan, Royal Jelly
Pasar Wisata dan giro) Sanggar Seni Madu.
Mangun Dharma
Poncokusumo Pasar, toko, Pasar Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Coban  Pusat Industri/Pemasaran
agro. Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Pelangi, Desa Hasil Pertanian (Industri
Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Wisata Ngadas, Hasil Pertanian)
Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Agrowisata Kebun  Pusat sistem agropolitan dan
Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Apel pengembangan kawasan
Pegadaian, perdesaan.
Penginapan (Motel,  Industri Tikar Mendong,
Losmen). Batu Bata.
Wajak Pasar, Pertokoan, Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion  Pusat Industri/Pemasaran
Ruko, Pasar Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Hasil Pertanian (Industri
Hewan. Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Hasil Pertanian), Industri
Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Keju, Tikar Mendong,
Simpan Pinjam, Gereja, Pura.  Pusat Pengembangan Hasil
Pegadaian, Perikanan Darat
Penginapan (Motel, (Minapolitan)
Losmen).
Jabung Pasar, Pertokoan, Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Umbulan, Pusat Industri/Pemasaran
Ruko, Pasar Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Air Terjun Hasil Pertanian (Industri
Hewan. Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Kalijahe, Tari Hasil Pertanian), Industri

III - 24
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Kecamatan Kebutuhan Pengembangan Fasilitas Perkotaan


Wilyah Pendukung Rekreasi -
No
Pengembangan Wilayah Perdagangan Jasa Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perkantoran Olahraga & Industri dan Potensi Lain
Pengembangan Wisata
Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Topeng Kaligrafi, Sapu Ijuk, Topeng
Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Tanah Liat.
Pegadaian,
Penginapan (Motel,
Losmen).

5 Wilayah Turen (Pusat Pusat Penginapan (motel, SMU, SMK, Puskesmas Pusat peribadatan Perkantoran Pusat hiburan dan  Pusat industri strategis (PT
Pengembangan Pelayanan Sosial) perdagangan hotel), jasa Perguruan Tinggi Rawat Inap, skala kecamatan, Pemerintah rekreasi skala PINDAD), Home Industry
Dampit skala pengiriman dan jasa Rumah Sakit seperti Masjid, dan swasta kecamatan - lokal Marning, Industri Tapioka,
kecamatan/lokal, umum lainnya. B Gereja, Pura. skala Pandai besi, Sangkar burung,
seperti Pasar, Kecamatan Kerupuk.
Pertokoan, Ruko, (kantor pos  Pengembangan pusat
dan lain-lain. dan giro) peternakan unggulan pada
kawasan pusat produksi
hasil ternak.
Dampit (Pusat Pusat Perbankan, money SMU, SMK, Puskesmas Pusat peribadatan Perkantoran Pusat hiburan dan  Pusat industri
Pelayanan perdagangan dan changer, pegadaian, Diploma Rawat Inap, skala kecamatan, Pemerintah rekreasi skala pengolahan/pemasaran hasil
Ekonomi) jasa skala dan jasa umum Rumah Sakit seperti Masjid, dan swasta lokal, wisata pertanian dan industri
regional, seperti lainnya. C Gereja, Pura. skala Sumber Air perikanan.
Pasar, Pertokoan, Kecamatan - Pamotan dan  Pengembangan pusat
Ruko, Pasar lokal Sumber Bantal peternakan unggulan pada
Hewan, dan lain- kawasan pusat produksi
lain. hasil ternak.
 Home Industry Klompen,
Alat Dapur, Sangkar Burung,
Pengepakan Udang,
Penyulingan Minyak Aksiri,
Pengepakan Udang Beku
Tirtoyudo Pasar, Pertokoan, Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, wisata  Pusat Industri/ Pemasaran
Ruko, Pasar Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Pantai Sipelot dan Hasil Pertanian (Industri
Hewan, , Pasar Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Lenggosono Hasil Pertanian), Pusat
agro. Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Pemasaran Pertanian
Simpan Pinjam, Gereja, Pura.  Industri pengolah hasil
Pegadaian, perkebunan utama.
Penginapan (Motel,  Pusat sistem agropolitan dan
Losmen). pengembangan kawasan
perdesaan.
 Home Industry Keripik
Singkong - Pisang.

III - 25
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Kecamatan Kebutuhan Pengembangan Fasilitas Perkotaan


Wilyah Pendukung Rekreasi -
No
Pengembangan Wilayah Perdagangan Jasa Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perkantoran Olahraga & Industri dan Potensi Lain
Pengembangan Wisata
Ampelgading Pasar, Pertokoan, Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Wisata  Pusat Industri/Pemasaran
Ruko, Pasar Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Pantai Licin dan Hasil Pertanian (Industri
Hewan. Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Agrowisata Hasil Pertanian), Pusat
Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Pemasaran Pertanian
Simpan Pinjam, Gereja, Pura.  Industri pengolah hasil
Pegadaian, perkebunan utama.,
Penginapan (Motel, Penyulingan Minyak Aksiri.
Losmen).

6 Wilayah Pusat Pelayanan  Pusat Pusat Jasa Skala Pusat Pusat Pusat Pelayanan Pusat Industri/Pemasaran
Pengembangan dan Perkotaan Perdagangan Nasional, meliputi Kesehatan Pengelola Umum Regional, Hasil Pertanian (Industri Hasil
Sumbermanjing Pelabuhan di Skala Nasional, Show Room, Hotel. Regional, Kota meliputi Stadion, Pertanian), Pusat Pemasaran
Wetan Sendangbiru meliputi Mall, meliputi Pelabuhan, GOR, Gedung Pertanian
Pertokoan, Rumah Sakit meliputi Pertunjukkan,
Pasar, Ruko, kelas A Perkantoran Hiburan.
Trade Centre; dengan Pengelola;
 Pusat Industri Standar Perkantoran
Besar Dan Pelayanan Swasta.
Strategis Nasional.
Nasional
(Kawasan
Industri);
 Pusat Industri
Perikanan
(Industri
Pengolah Ikan,
Pasar Ikan).
Sumbermanjing Pasar, Pertokoan, Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Wisata  Pusat Industri/Pemasaran
Wetan Ruko, Pasar Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Pantai Hasil Pertanian (Industri
Hewan, Pasar Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Sendangbiru, Hasil Pertanian)
agro. Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Tamban,  Industri pengolah hasil
Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Tambakasri, Rawa perkebunan utama.
Pegadaian, indah  Pusat sistem agropolitan dan
Penginapan (Motel, pengembangan kawasan
Losmen). perdesaan.
 Industri Tapioka, Kerupuk,
Batik Sutera, Pengolahan
Ikan Laut, Alat Dapur,
Penyulingan Minyak Aksiri.

III - 26
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Kecamatan Kebutuhan Pengembangan Fasilitas Perkotaan


Wilyah Pendukung Rekreasi -
No
Pengembangan Wilayah Perdagangan Jasa Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perkantoran Olahraga & Industri dan Potensi Lain
Pengembangan Wisata
Gedangan Pasar, Pertokoan, Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, wisata Pusat Industri/Pemasaran
Ruko, Pasar Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Pantai Wonogoro, Hasil Pertanian (Industri Hasil
Hewan. Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Pantai Bajul Mati, Pertanian), Industri Kerupuk
Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Pantai Ngantep Singkong, Pengolahan Kopi,
Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Penggilingan Batu Gamping.
Pegadaian,
Penginapan (Motel,
Losmen).
Bantur Pasar, Pertokoan, Jasa Sosial - SMU, SMK Puskesmas Pusat Peribadatan Perkantoran Stadion, Wisata Pusat Industri/Pemasaran
Ruko, Pasar Ekonomi Skala Rawat Inap Skala Kecamatan / Skala Pantai Kondang Hasil Pertanian (Industri Hasil
Hewan. Kecamatan, seperti Lokal, seperti Kecamatan Merak, Pantai Pertanian), Industri Industri
Jasa Koperasi Masjid, Musholla, Balekambang, Kertas, Emping Mlinjo, Selai
Simpan Pinjam, Gereja, Pura. Upacara Satu Pisang, Kripik, Pusat
Pegadaian, Suoran di Ngliyep, Pelatihan Militer
Penginapan (Motel, Labuhan di
Losmen). Balekambang
Sumber : Hasil Rencana 2007

III - 27
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Peta 3. 3 Rencana Struktur Ruang Wilayah

III - 28
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

3.3.3. Pengembangan Kawasan Perkotaan Malang

Kota Malang sebagai Kota Besar menunjukkan adanya penyatuan antar Kota
Malang dengan sekitarnya, terutama pada kecamatan : Singosari, Lawang,
Karangploso, Dau, Wagir, Pakisaji, Tajinan, Tumpang, Turen, Bululawang, dan
Pakis. Perkembangan selanjutnya menunjukkan adanya perkembangan kawasan
yang linier dan memusat pada kawasan perkotaan kecamatan ternyata
menunjukan adanya penyatuan antara Malang - Kepanjen, Malang - Bululawang
- Gondanglegi, Malang - Bululawang - Turen, Malang - Pakis - Tumpang, dan
Malang - Batu.
Secara keseluruhan pola ini menunjukkan adanya inti pengembangan dan
pusat pelayanan sekitar yang menyatu menjadi Perkotaan Malang, dan secara
keseluruhan jumlah penduduk Perkotaan Malang pada tahun 2006 telah
mencapai 1.174.726 jiwa. Perkembangan ini menjadikan Kota Malang dan
sekitarnya akan berkembang menjadi Kawasan Perkotaan Malang.
Perkembangan kawasan tersebut memiliki inti di Kota Malang dan sebagai
satelit utama adalah : Kota Batu, Perkotaan Lawang, Perkotaan Tumpang,
Perkotaan Turen dan Perkotaan Kepanjen. Perkotaan Kecamatan lain di sekitar
Malang akan menjadi pusat kegiatan skala kecamatan. Jumlah penduduk untuk
masing-masing kota/perkotaan tersebut, yaitu :
1. Kota Malang = 780.863 Jiwa
2. Kota Batu = 166.948 Jiwa
3. Perkotaan Kepanjen = 93.046 Jiwa
4. Perkotaan Lawang = 54.446 Jiwa
5. Perkotaan Tumpang = 38.501 Jiwa
6. Perkotaan Turen = 40.922 Jiwa
Dalam pengembangan Kawasan Perkotaan Malang ini memiliki fungsi
antara kawasan inti (Kota Malang) dengan perkotaan satelitnya yang harus
diemban adalah sebagai berikut :
1. (Kota Malang, memiliki fungsi sebagai pusat pemerintahan kota,
perdagangan dan jasa, industri, pendidikan dan pusat pelayanan
pariwisata);

III - 29
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

2. (Kota Batu, memiliki fungsi sebagai pusat hortikultura, kegiatan


pariwisata dan permukiman);
3. Perkotaan Kepanjen, memiliki fungsi sebagai pusat pemerintahan
Kabupaten Malang, kesehatan, olahraga dan kesenian, pendidikan dan
permukiman;
4. Perkotaan Lawang, memiliki fungsi sebagai industri dan permukiman;
5. Perkotaan Tumpang, memiliki fungsi sebagai pusat permukiman dan
akomodasi wisata; serta
6. Perkotaan Turen, memiliki fungsi sebagai industri, dan kesehatan;
Untuk lebih jelasnya tentang rencana pengembangan Kawasan Perkotaan
Malang di Kabupaten Malang, dapat dilihat pada Peta 3.4.
Pengembangan Kawasan Perkotaan Malang ini akan ditunjang oleh adanya
perjalanan ulang-alik yang besar, sehingga perlu didukung oleh sistem
prasarana yang memadai, khususnya dalam bentuk angkutan massal. Sistem
angkutan massal yang diperlukan untuk ini adalah :
A. Pengembangan Bus Metro
Pengembangan bus metro ini merupakan pengembangan angkutan antara
perkotaan satelit dengan perkotaan inti dengan jalur : Lawang - Singosari -
Malang - Pakisaji - Kepanjen - Karangkates; Batu - Dau - Malang - Pakis -
Tumpang; Malang - Bululawang - Turen.
B. Pengembangan Kereta Komuter
Pengembangan kereta komuter ini dengan mengunakan jalur yang ada,
yakni menggunakan jalur : Lawang - Singosari- Kota Malang - Pakisaji -
Kepanjen - Sumberpucung (Karangkates).

III - 30
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Kawasan Perkotaan Malang

Peta 3. 4 Rencana Pengembangan Kawasan Perkotaan Malang

III - 31
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

3.4 Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah


Sistem jaringan prasarana wilayah yang akan dibahas ini sangat erat
kaitannya dengan pembentukan struktur ruang wilayah Kabupaten Malang
yang utuh antara pusat kegiatan dan infrastruktur yang menunjang dan
dibutuhkan. Dalam sistem jaringan prasarana ini, yang dibahas bukan hanya
dalam lingkup kabupaten, namun salah satunya sangat terkait dengan sistem
Nasional dan Provinsi. Sistem jaringan prasarana wilayah Kabupaten Malang
meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan,
sistem jaringan telekomunikasi, dan sistem jaringan sumber daya air, dan
prasarana lingkungan. Secara keseluruhan pengembangan prasarana ini akan
mendukung struktur dan pola ruang di masa yang akan datang.

3.4.1. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi


Sistem jaringan transportasi di Kabupaten Malang lebih didominasi oleh
transportasi darat terutama jalan raya dan sebagian kereta api, sedangkan untuk
transportasi laut saat ini hanya sebatas prasarana penangkapan ikan akan tetapi
akan dikembangkan pelabuhan laut yang melayani pelayaran nasional maupun
internasional. Transportasi udara di masa mendatang akan ditingkatkan melalui
peningkatan frekuensi penerbangan, pembuatan jalur penerbangan baru, dan
pengembangan inter koneksi antar kota di Indonesia.
3.4.1.1. Transportasi Darat
Berdasarkan arahan pengembangan struktur ruang, arahan
pengembangan transportasi darat di Kabupaten Malang meliputi jaringan jalan,
terminal, arahan pengembangan angkutan massal, dan kereta api.
A. Jalan
Kondisi perkerasan jalan di Kabupaten Malang secara umum dapat
dikatakan cukup baik. Perkerasan jalan menuju tempat-tempat penting dan
daerah tujuan utama di Kabupaten Malang hampir seluruhnya diperkeras
aspal, yakni 95 % dengan perkerasan aspal, serta 5 % dengan perkerasan
kerikil dan makadam.

III - 32
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

1. Jalan Tol
Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah nomor 26 tahun 2008 tentang
RTRWN disebutkan bahwa akan dikembangkan jalan bebas hambatan
antar kota yaitu jalan tol Gempol – Pandaan, jalan tol Pandaan – Malang
yang merupakan perpanjangan jalan tol Surabaya – Gempol diteruskan
ke jalan tol Pandaan – Malang dengan jalur yang akan direncanakan
melalui jalan tol Pandaan – Purwodadi – Lawang – Singosari – Pakis –
Kepanjen.
Jalan tol ini memiliki hubungan dengan Perkotaan Malang yang
berhubungan dengan Terminal Arjosari dan Stasiun Kota Baru. Rencana
jalan ini akan melalui bagian Timur dari jalan arteri primer yang ada
pada saat ini. Gerbang tol direncanakan di Kecamatan Lawang dan
Kecamatan Singosari yang berhubungan dengan jalan kolektor primer
menuju ke arah Batu, serta akhiran tol di Kecamatan Kepanjen. Status
jalan tol ini adalah sebagai Jalan Nasional.
2. Jalan Arteri Primer
Jalan arteri primer merupakan jalan yang menghubungkan secara
berdaya guna antar pusat kegiatan nasional atau antar pusat kegiatan
nasional dengan pusat kegiatan wilayah. Jalan arteri primer ini juga
melayani angkutan untama yang merupakan tulangpunggung
transportasi nasional yang menghubungkan pintu gerbang utama
(pelabuhan utama dan/atau bandar udara kelas utama).
Ketentuan teknis tentang jalan arteri sistem primer dijelaskan dalam Pasal
13 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan disebutkan
bahwa:
a. Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana minimal
60 km / jam dengan lebar badan jalan minimal 11 meter;
b. Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari
volume lalu lintas rata-rata;
c. Pada jalan arteri primer lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu
oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal, dan kegiatan lokal;
d. Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi;

III - 33
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

e. Persimpangan sebidang pada jalan arteri primer dengan pengaturan


tertentu; serta
f. Jalan arteri primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau
kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.
Rencana pengembangan jalan arteri primer ini memiliki status Jalan
Nasional di Kabupaten Malang adalah :
a. Jalan yang menghubungkan antara Surabaya dan Kota Malang, yaitu
ruas jalan yang melalui Surabaya - Pandaan - Lawang - Singosari –
Kota Malang.
b. Jalan Lintas Selatan (JLS) sebagai jalan arteri primer dengan status
jalan nasional di Kabupaten Malang yang merupakan jalan
penghubung bagian Selatan Pulau Jawa, dan di Kabupaten Malang
melalui: Kabupaten Blitar – Kecamatan Donomulyo (Desa Sumberoto
- Desa Purwodadi - Desa Mentaraman - Desa Kedungsalam - Desa
Banjarejo - Desa Tulungrejo) – Kecamatan Bantur (Desa Bandungrejo -
Desa Sumberbening-Desa Srigonco) – Kecamatan Gedangan (Desa
Tumpakrejo - Desa Sidodadi - Desa Sindurejo - Desa Gajahrejo) –
Kecamatan Sumbermanjing Wetan (Desa Sitiarjo - Desa Tambakrejo-
Desa Tambakasri) – Kecamatan Dampit (Desa Sukodono - Desa
Srimulyo)– Kecamatan Tirtoyudo (Desa Sumbertangkil) – Kecamatan
Ampelgading (Desa Lebakharjo) - Kabupaten Lumajang.
3. Jalan Kolektor Primer
Jalan kolektor primer 1 adalah jalan kolektor primer yang
menghubungkan antar Ibukota Provinsi (PKW dengan PKW); Jalan
Kolektor primer 2 adalah jalan kolektor primer yang menghubungkan
Ibukota Provinsi (PKW) dengan Ibukota Kabupaten/Kota (PKL); serta
Jalan Kolektor Primer 3 adalah jalan kolektor primer yang
menghubungkan antar Ibukota Kabupaten/ Kota (PKL dengan PKL).
Ketentuan teknis tentang jalan Kolektor sistem Primer dijelaskan dalam
Pasal 14 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan, yang
memaparkan bahwa :
a. Jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana
minimal 40 km / jam dengan lebar badan jalan minimal 9 meter;

III - 34
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

b. Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari


volume lalu lintas rata-rata;
c. Jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan.
d. Persimpangan sebidang pada jalan kolektor primer dengan
pengaturan tertentu; serta
e. Jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau
kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.
Rencana pengembangan jalan kolektor primer yang termasuk status Jalan
Nasional (Kolektor Primer 1) di Kabupaten Malang adalah:
a. Jaringan jalan yang menghubungkan Kota Malang-Kabupaten
Malang –Kabupaten Lumajang – Kabupaten Jember yang melalui
Kota Malang- Kepanjen - Gondanglegi - Turen - Dampit - Tirtoyudo -
Ampelgading – Pasirian – Lumajang - Jember.
b. Jaringan jalan yang menghubungkan Kota Malang dan Kota Blitar
yakni melalui: Kota Malang - Pakisaji - Kepanjen - Sumberpucung -
Kesamben - Wlingi - Kota Blitar.
c. Jaringan Jalan yang menghubungkan Kota Malang-Kabupaten
Malang- Kota Batu - Kabupaten Malang-Kabupaten Kediri, yang
melalui jalan Kota Malang –- Dau - Kota Batu – Pujon - Ngantang -
Kasembon – Kandangan - Kediri / Jombang.
Rencana pengembangan jalan kolektor primer yang termasuk status
Jalan Provinsi (Kolektor Primer 2) di Kabupaten Malang adalah :
a. Jaringan jalan yang menghubungkan Kota Malang dan perkotaan
sendangbiru, melalui jalur Kota Malang - Pakisaji (Kendalpayak)
Bululawang - Turen - Sumbermanjing Wetan – Sendangbiru.
b. Jaringan jalan yang menghubungkan antara: Singosari - Pakis -
Tumpang - Poncokusumo - Wajak - Turen. Jalan ini disebut juga jalan
Lingkar Timur
Rencana pengembangan jalan kolektor primer yang termasuk status
Jalan Kabupaten adalah jaringan jalan yang menghubungkan antara
Singosari - Jabung - Pakis. Jalan ini memiliki fungsi penunjang jalan
Lingkar Timur dan penunjang pengembangan kawasan industri Jabung
dan Bandara Abdulrahman Saleh.

III - 35
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

4. Jalan Kolektor Sekunder


Jalan kolektor sekunder merupakan jaringan jalan yang menghubungkan
kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau kawasan
sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
Ketentuan teknis tentang jalan kolektor sekunder dijelaskan dalam Pasal
18 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan, yang
memaparkan bahwa :
a) Jalan kolektor sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 20 km/jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9
meter.
b) Jalan kolektor sekunder mempunyai kapasitas yang lebih besar
daripada volume lalu lintas rata-rata.
c) Pada jalan kolektor sekunder lalu lintas cepat tidak boleh terganggu
oleh lalu lintas lambat.
d) Persimpangan sebidang pada jalan kolektor sekunder dengan
pengaturan tertentu harus memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud (a) dan (b).
Rencana pengembangan jalan kolektor sekunder Kabupaten Malang
meliputi:
a. Jaringan jalan yang menghubungkan Kota Malang dan Perkotaan
Sendangbiru melalui Bululawang-Gondanglegi-Bantur-Balekambang-
Jalan Lintas Selatan (JLS)-Sendangbiru.
b. Jaringan jalan yang menghubungkan Kota Malang dengan Kota Batu,
melalui Karangploso-Giripurno.
c. Jaringan jalan yang menghubungkan Kota Malang dan Perkotaan
Sendangbiru melalui Dampit - Klepu - Tegalrejo - Sidomulyo -
Sendangbiru.
5. Jalan Lokal Primer
Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah,
dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Jalan lokal primer ini pada
dasarnya merupakan jalan penghubung utama antar kecamatan yang ada

III - 36
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

dan penghubung dengan fungsi utama di Kabupaten Malang yang tidak


terletak di jalan arteri maupun kolektor.
Ketentuan teknis tentang jalan lokal sistem primer dijelaskan dalam Pasal
15 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan, yang
memaparkan bahwa :
a. Jalan lokal primer di desain berdasarkan kecepatan rencana minimal
20 km / jam dengan lebar badan jalan minimal 7,5 meter; dan
b. Jalan lokal primer yang memasuki kawasan perdesaan tidak boleh
terputus.
Arahan pengembangan jalan lokal primer yang termasuk status Jalan
Kabupaten di wilayah Kabupaten Malang, dan pengelolaannya menjadi
wewenang Pemerintah Kabupaten Malang adalah :
a. Jaringan jalan yang menghubungkan antara: Kepanjen - Ngajum -
Wagir - Dau - Pujon - Ngantang - Kasembon (tidak melalui Kota
Malang dan Kota Batu). Jalan ini juga dikenal sebagai jalan Lingkar
Barat, dengan peran utama mengurangi kepadatan lalu-lintas antara
Malang - Kepanjen .
b. Jaringan jalan yang menuju wisata Gunung Bromo dengan melewati
desa-desa di Kecamatan Poncokusumo yaitu melewati Poncokusumo
- Ngadas - Jemplang;
c. Jaringan jalan antara Karangploso – Kota Batu yaitu dari Pendem
menuju Songgoriti;
d. Jaringan jalan yang melewati Desa Sidorahayu di Kecamatan Wagir -
Desa Petungsewu di Kecamatan Dau - Kota Malang;
e. Jaringan jalan yang menghubungkan antara Kepanjen - Pagak -
Donomulyo - Bantur - Gedangan - Kalipare;
f. Jaringan jalan yang menghubungkan antara Kota Malang - Tajinan -
Tumpang
g. Jaringan jalan yang menghubungkan antara Bululawang (Desa
Krebet) - Wajak;
h. Jaringan jalan yang menghubungkan Ngajum - Gunung Kawi;
i. Jaringan jalan yang menghubungkan antara Sumberpucung - Kalipare
- Donomulyo - Pagak (Pantai Ngliyep) - Kepanjen;

III - 37
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

j. Jaringan jalan yang menghubungkan Desa Dengkol di Kecamatan


Singosari - Jabung - Kota Malang;
k. Jaringan jalan yang menghubungkan Kota Malang - Desa Kedungrejo
di Kecamatan Pakis - Tumpang;
l. Jaringan jalan yang menghubungkan Kota Malang dengan Desa Kidal
di Tumpang;
m. Jaringan jalan yang menghubungkan Kepanjen - Bululawang melalui
Krebet;
n. Jaringan jalan dari Tirtoyudo ke arah Pantai Sipelot (hal ini
direncanakan untuk mengantisipasi peningkatan arus lalu lintas
sehubungan dengan rencana pengembangan Tempat Pelelangan Ikan
di Pantai Sipelot; serta
o. Jalan-jalan utama yang menghubungkan antara JLS dengan daya tarik
wisata di pantai Selatan Kabupaten Malang.
p. Diluar jalan lokal primer seperti dimaksud juga direncanakan jalan
lokal primer yang berfungsi juga sebagai jalan tembus strategis dan
jalan penghubung lainnya. Pengembangan jalan ini bertujuan
menghu-bungkan antar kecamatan sehingga dapat meningkatkan
atau membuka akses wilayah lingkar Malang dengan Kota Malang
atau dengan kabupaten lainnya. Beberapa jaringan jalan tersebut
antara lain adalah :
 Jalan tembus yang menghubungkan Kabupaten Malang dengan
Kabupaten Pasuruan, yaitu melewati Jabung - Nongkojajar
(Pasuruan); Kabupaten Malang dengan Kabupaten Blitar`di
bagian Barat, yakni dari Ngantang - Wlingi (Kabupaten Blitar) dan
Kromengan – Ngegok (Kabupaten) Blitar; serta
 Jaringan jalan yang menghubungkan antara Singosari – Jabung –
Pakis.
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana pengembangan jaringan jalan di
Kabupaten Malang, lihat pada Peta 3.5. yaitu rencana pengembangan
jaringan jalan
Dalam Pasal 33 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan,
dijelaskan bahwa bagian-bagian jalan meliputi Ruang Manfaat Jalan, Ruang

III - 38
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Milik Jalan, dan Ruang Pengawasan Jalan. Ruang Manfaat Jalan meliputi
badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya. Ruang Milik Jalan
meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat
jalan. Ruang Pengawasan Jalan merupakan ruang tertentu di luar ruang milik
jalan yang ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan.
1. Ruang Manfaat Jalan
Dalam Pasal 34 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan,
dijelaskan bahwa Ruang Manfaat Jalan :
a. Meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya;
b. Merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan
kedalaman tertentu yang ditetapkan oleh penyelenggara jalan yang
bersangkutan berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri;
serta
c. Hanya diperuntukkan bagi median, perkerasan jalan, jalur pemisah,
bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar (hanya diperuntukkan bagi lalu
lintas pejalan kaki), lereng, ambang pengaman, timbunan dan galian,
gorong-gorong, perlengkapan jalan, dan bangunan pelengkap lainnya.
2. Ruang Milik Jalan
Dalam Pasal 39 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan,
dijelaskan bahwa :
a. Ruang Milik Jalan terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur tanah
tertentu di luar ruang manfaat jalan;
b. Ruang Milik Jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi
oleh lebar, kedalaman, dan tinggi tertentu;
c. Ruang Milik Jalan diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan, pelebaran
jalan, dan penambahan jalur lalu lintas di masa akan datang serta
kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan;
d. Sejalur tanah tertentu dapat dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau
yang berfungsi sebagai lansekap jalan; serta
e. Penggunaan ruang terbuka pada ruang milik jalan untuk ruang
terbuka hijau dimungkinkan selama belum dimanfaatkan untuk
keperluan ruang manfaat jalan.

III - 39
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

3. Ruang Pengawasan Jalan


Dalam Pasal 44 Peraturan Pemerintah No. 34/2006 tentang Jalan,
dijelaskan :
a. Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu di luar ruang
milik jalan yang penggunaannya ada di bawah pengawasan
penyelenggara jalan;
b. Ruang pengawasan jalan diperuntukkan bagi pandangan bebas
pengemudi dan pengamanan konstruksi jalan serta pengamanan
fungsi jalan;
c. Ruang pengawasan jalan merupakan ruang sepanjang jalan di luar
ruang milik jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu; serta
d. Dalam hal ruang milik jalan tidak cukup luas, lebar ruang
pengawasan jalan ditentukan dari tepi badan jalan.
Berdasarkan ketentuan di atas, maka bagian-bagian jalan dapat digambarkan
sebagai berikut :

Gambar 3.2 Bagian-bagian Jalan

Ditinjau dari kondisi dan kebutuhan pengembangan di Kabupaten Malang,


maka arahan lebar ruang manfaat jalan, ruang milik jalan dan ruang pengawasan
jalan dapat dilihat pada Tabel 3.3. berikut.

III - 40
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Tabel 3.3 Arahan Rumaja, Rumija dan Ruwasja di Kabupaten Malang

Badan
Jalan
No Fungsi Jalan Rumaja Rumija Ruwasja
Minimal
(M)
A ARTERI PRIMER DAN SEKUNDER 11
1 Perumahan (Rumah Tinggal) 11 25 15
2 Pemanfaatan Lalu Lintas di Luar 11 25 15
Pusat Kegiatan
B KOLEKTOR PRIMER DAN 9
SEKUNDER
1 Perumahan (Rumah Tinggal) 9 25 10 (P); 5 (S)
2 Kegiatan Usaha 9 25 10 (P); 5 (S)
3 Pendidikan 9 25 10 (P); 5 (S)
C LOKAL PRIMER DAN SEKUNDER 7,5
1 Perumahan (Rumah Tinggal) 7,5 15 7 (P); 3 (S)
2 Kegiatan Usaha 7,5 15 7 (P); 3 (S)
3 Pendidikan 7,5 15 7 (P); 3 (S)
D LINGKUNGAN 6,5
1 Perumahan (Rumah Tinggal) 6,5 11 5 (P); 2 (S)
2 Kegiatan Usaha 6,5 11 5 (P); 2 (S)
3 Pendidikan 6,5 11 5 (P); 2 (S)

Sumber : Sesuai Undang-Undang No.38 Tahun 2004 dan PP No.34 Tahun 2006
KETERANGAN :
P = Primer, S = Sekunder
Jalan Kabupaten Terdiri atas :
a. Jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional dan jalan provinsi;
b. Jalan lokal primer yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota
kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat desa, antar ibukota kecamatan, ibukota
kecamatan dengan desa, dan antar desa;
c. Jalan sekunder yang tidak termasuk jalan provinsi dan jalan sekunder dalam kota;
d. Jalan strategis kabupaten.

B. Terminal
Pada dasarnya terminal berfungsi sebagai tempat persinggahan
kendaraan/angkutan umum yang juga berfungsi mengatur pergerakan orang
dan barang. Hingga tahun 2006 terdapat 7 terminal di Kabupaten Malang

III - 41
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

yaitu yang berada di Kecamatan Kepanjen sebanyak 2 terminal, dan sisanya


terdapat di kecamatan : Gondanglegi, Dampit, Singosari, Turen dan
Tumpang, dengan tipe dan luas terminal yang beragam.
Arahan pengembangan terminal di Kabupaten Malang adalah sebagai
berikut:
1. Memperbaiki dan meningkatkan pelayanan terminal di Gondanglegi,
Dampit, Singosari, dan Tumpang;
2. Rencana pemindahan dan peningkatan APK (Areal Pangkalan
Kendaraan) menjadi terminal tipe C di Desa Talok Kecamatan Turen;
3. Rencana pemindahan dan peningkatan terminal tipe C Talangagung
menjadi terminal tipe B di Desa Ngadilangkung di Kecamatan Kepanjen;
serta
4. Peningkatan infrastruktur pendukung dan pelayanan terminal yang
memadai.
C. Rencana Pengembangan Angkutan Massal Perkotaan
Sehubungan dengan pengembangan Kawasan Perkotaan Malang, maka
diperlukan pengembangan angkutan massal menggunakan bus metropolitan
dan kereta api komuter. Pengembangan angkutan massal ini melayani :
1. Jalur angkutan komuter dengan rute melalui Kecamatan Lawang -
Kecamatan Singosari - Kota Malang - Kecamatan Pakisaji - Kecamatan
Kepanjen - Kecamatan Sumberpucung (Karangkates).
2. Jalur angkutan bus metro dengan rute melalui :
a. Kecamatan Lawang - Kecamatan Singosari - Kota Malang -
Kecamatan Pakisaji - Kecamatan Kepanjen - Kecamatan
Sumberpucung (Karangkates);
b. Kota Batu - Kecamatan Dau - Kota Malang - Kecamatan Pakis -
Kecamatan Tumpang; serta
c. Kota Malang - Kecamatan Bululawang - Kecamatan Turen.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta 3.6. yaitu Rencana
Pengembangan Jalur Angkutan Massal.

III - 42
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Peta 3. 5 Rencana Pengembangan Jaringan Jalan

III - 43
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

D. Kereta Api
Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian,
dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan perkerataapian adalah segala
sesuatu yang berkaitan dengan sarana, prasarana dan fasilitas penunjang
kereta api untuk penyelenggaraan angkutan kereta api yang disusun dalam
satu sistem. Sarana kereta api adalah segala sesuatu yang dapat bergerak di
atas jalan rel. Prasarana kereta api adalah jalur dan stasiun kereta api
termasuk fasilitas yang diperlukan agar sarana kereta api dapat dioperasikan.
Sedangkan fasilitas penunjang kereta api adalah segala sesuatu yang
melengkapi penyelenggaraan angkutan kereta api yang dapat memberikan
kemudahan serta kenyamanan bagi pengguna jasa kereta api.
Sistem pergerakan transportasi kereta api di Kabupaten Malang digunakan
untuk melayani pergerakan yang menghubungkan antara Kabupaten Blitar -
Malang - Surabaya, Kabupaten/Kota Malang - Jakarta melalui Kabupaten
Blitar. Selain itu, transportasi perkeretaapian mempunyai potensi yang cukup
besar untuk angkutan barang. Angkutan barang juga berpengaruh positif
terhadap moda jalan dengan cara mengurangi beban lalu lintas angkutan
jalan. Untuk meningkatkan peran perkeretaapian dalam angkutan barang di
Kabupaten Malang perlu dikembangkan dry port di Lawang, pembangunan
terminal barang, serta konservasi dan revitalisasi rel mati.
Selain pengembangan upaya-upaya di atas rencana pengembangan jalur
perkeretaapian juga mengembangkan jalur kereta api ganda (double track) di
Kecamatan Lawang – Singosari – Kota Malang – Pakisaji – Kepanjen.
Serta adanya pengembangan kereta komuter dengan mengunakan jalur yang
ada, yakni menggunakan jalur : Lawang - Singosari- Kota Malang - Pakisaji -
Kepanjen - Sumberpucung (Karangkates).
Dalam UU No. 23/2007 tentang Perkeretaapian dijelaskan bahwa untuk
kelancaran dan keselamatan pengoperasian kereta api, pemerintah
menetapkan pengaturan mengenai jalur kereta api yang meliputi daerah
manfaat jalan, daerah milik jalan dan daerah pengawasan jalan termasuk
bagian bawahnya serta ruang bebas di atasnya. Hal ini berarti badan
penyelenggara dalam memanfaatkan jalur tersebut tidak boleh

III - 44
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

mengakibatkan terganggunya penyelenggaraan angkutan kereta api. Agar


masyarakat luas mengetahui batas jalur kereta api, maka badan
penyelenggara wajib menempatkan tanda atau patok batas-batas jalur kereta
api. Dalam ketentuan ini, yang dimaksud dengan daerah manfaat jalan kereta
api adalah jalan rel beserta tanah di kiri dan kanannya yang dipergunakan
untuk konstruksi jalan rel. Daerah milik jalan kereta api yaitu daerah manfaat
jalan kereta api beserta tanah di kiri dan kanannya yang dipergunakan untuk
pengamanan konstruksi. Adapun untuk ketentuan-ketentuan tentang
sepanjang jalan kereta api sebagai usaha perlindungan terhadap jaringan
jalan tersebut dimana lahan yang termasuk jalan kereta api menurut UU RI
No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian adalah :
1. Ruang Manfaat Jalur (Rumaja) Kereta Api
Lebar ruang manfaat jalur kereta api adalah ruang yang digunakan untuk
konstruksi jalan rel dan fasilitas operasi sesuai dengan jenis jalurnya,
antara lain jalur tunggal, jalur ganda, jembatan dan terowongan. Lahan
selebar ini merupakan ruang bebas dari bangunan dan merupakan ruang
bebas pandang kereta api, untuk mengakomodasikan badan kereta api
dan perlengkapan lalu lintas kereta api. Ruang ini hanya diisi
perlengkapan kegiatan lalu-lintas kereta api yaitu kabel-kabel sinyal,
telegram dan telepon. Perlengkapan ini sangat penting bagi kelancaran
terselenggaranya perlengkapan tersebut terganggu, maka akan
membahayakan keselamatan perjalanan kereta api.
2. Ruang Milik Jalur (Rumija) Kereta Api
Ruang milik jalur kereta api sepanjang 6 meter dari sisi kanan dan sisi kiri
Ruang Manfaat Jalur rel kereta api, termasuk dalam daerah bebas
pandang. Kecelakaan kereta api bisa disebabkan kesulitan masinis untuk
mendukung kegiatan manusia, kapan akan lewat dan sebagainya. Lahan
damija ini digunakan untuk memperlancar perjalanan kereta api dari
gangguan seperti longsor, kendaraan lain yang melintas dan gangguan
lainnya. Untuk perlindungan kawasan sempadan kereta api antara lain
meliputi upaya :

III - 45
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

1. Penataan kawasan dengan cara merelokasi pada penduduk yang


berada di sempadan rel.
2. Pengadaan taman, jalan yang menguhubungkan antar
kelurahan/desa, serta penataan/perbaikan lahan sempadan.
a. Pendukung sistem transportasi berupa alat-alat dan perlengkapan
untuk kelancaran transportasi misalnya perlindungan badan rel,
kabel sinyal, telegrap, kabel telepon dan kabel listrik yang
membutuhkan lahan 6 meter dari poros rel.
b. Jalan yang berfungsi menghubungkan antar wilayah kecamatan
yang terdiri atas pembatas/utama, drainase, sistem penerangan
jalan dan badan jalan yang membutuhkan lahan seluas 10 meter
yaitu :
 Tiga meter untuk taman/ pembatas antara pendukung
perlengkapan transportasi kereta api, drainase dan kebutuhan
sistem penerangan jalan;
 5 meter untuk badan jalan;
 2 meter untuk sistem penerangan jalan dan drainase; serta
 Taman kota yang didalamnya berisi tempat bermain dan
taman yang membutuhkan lahan 7 meter, sehingga total
lahan 23 meter.
Konservasi sempadan rel kereta api pada daerah permukiman adalah 11,5
meter pada kiri dan kanan sepanjang rel kereta. Untuk konservasi sempadan
rel kereta api di wilayah Kabupaten Malang sebaiknya diarahkan dapat
memenuhi standar kelayakan konservasi. Selain itu juga dilakukan
konservasi dan revitalisasi pada rel kereta yang telah mati yang ditujukan
pada ruas-ruas potensial.
Untuk sempadan kereta api dapat difungsikan sebagai Ruang Terbuka Hijau
yaitu antara sempadan garis tepi rel kereta api hingga batas pinggir kereta
api. Dengan dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau, maka manfaat yang
diperoleh sangat banyak, yaitu :
1. Sebagai alat peredam suara yang ditimbulkan oleh mesin kereta api;
2. Untuk mengurangi polusi, akibat polusi asap kereta api maupun
kendaraan lain; dan

III - 46
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

3. Untuk membatasi agar tidak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk


kegiatan baik kegiatan berdagang maupun mendirikan bangunan
lainnya.
GAMBAR 5.4
SEMPADAN REL KERETA API

JALAN KERETA API

11,5 meter 11,5 meter

I II II I
23.00 meter

Gambar 3.3 Sempadan Jaringan Kereta Api


KETERANGAN :
I : Kawasan Yang Diperkenankan untuk Pengembangan Bangunan
Keterangan : II : Kawasan Sempadan Jalan Kereta Api Yang Tidak Diperkenankan Adanya
Aktivitas.
I : Kawasan Yang diperkenankan untuk pengembang bangunan
Untuk Sempadan Kereta Api Dapat Difungsikan Sebagai Ruang Terbuka Hijau
II: Kawasan sempadan jalan
Yaitu Antara Sempadan kereta
Garis Tepi api
Rel Kereta Api yang
Hingga tidak diperkenankan adanya
Batas Pinggir
Bandan Kereta Api.
aktivitas Dengan dimanfaatkan Sebagai Ruang Terbuka Hijau, Maka Manfaat
Yang Diperoleh Sangat Banyak, Yaitu:
1. Sebagai Alat Peredam Suara Yang Ditimbulkan Oleh Mesin Kereta Api.
2. Untuk Mengurangi Polusi, Baik Akibat Dari Polusi Asap Dari Kereta Api
Maupun Oleh Kendaraan Lain.
3. Untuk Membatasi Dan Agar Tidak Dimanfaatkan Oleh Masyarakat Sekitar
Untuk Kegiatan, Baik Kegiatan Berdagang Maupun Mendirikan Bangunan
Lainnya.

BAB V - 34

III - 47
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Gambar 3.4 Konsep Dimensi Jalan


Pada Ruas – ruas Jalan Utama
di Kabupaten Malang

III - 48
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

No. Peta : 3.6

Peta 3. 6 Rencana Pengembangan Jalur Angkutan Massal

III - 49
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

3.4.1.2. Rencana Pengembangan Transportasi Laut


Kabupaten Malang hingga saat ini belum memiliki sarana transportasi
laut sebagai penunjang akses penduduk. Arahan pengembangan transportasi
laut dikonsentrasikan pada Kawasan Sendangbiru yaitu untuk berbagai kegiatan
tertentu yaitu :
1. Pengembangan pelabuhan umum di Pantai Tamban dan perkotaan yang
besar, maka pada lokasi ini dapat dikembangkan sebagai permukiman,
industri, perdagangan dan jasa, pergudangan, dan pelabuhan;
2. Pengembangan kawasan pelabuhan umum dan internasional di
Kecamatan Sumbermanjing Wetan;
3. Pengembangan pusat perikanan skala nasional; serta
4. Arahan jalur pelayaran selain tetap mendukung tranportasi wisata untuk
mengelilingi Pulau Sempu, juga menghubungkan ke berbagai pusat
perikanan nusantara yaitu ke Muncar, Banyuwangi, khususnya untuk
kegiatan perhubungan antar pulau dan negara.
Rencana pengembangan pelabuhan khusus dilaksanakan sesuai
kebutuhan dengan mengikuti rencana tata ruang.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta 3.7 Peta Rencana
Pengembangan Transportasi Laut.

3.4.1.3. Rencana Pengembangan Transportasi Udara


Transportasi udara yang ada di Kabupaten Malang yaitu Bandara
Abdulrahman Saleh ditetapkan sebagai bandara pusat penyebaran tersier yaitu
bandara udara yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang
melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan. Bandara Abdulrahman
Saleh yang saat ini digunakan juga untuk kepentingan militer dan komersial.
Adapun jalur penerbangan komersial yang ada di Bandara
Abdulrahman Saleh melayani jalur antara lain: Malang - Jakarta, Malang -
Denpasar, Malang - Balikpapan/Sampit. Dan diharapkan dengan dibukanya 3
rute penerbangan ini dapat menstimulan adanya link pembukaan rute perjalanan
domestik baru, seperti pada rute sebagai berikut:

III - 50
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

1. Rute Malang - Jakarta


Rute perjalanan ini diharapkan dapat menstimulan penambahan rute
domestik menuju Indonesia bagian Barat.
2. Rute Malang - Denpasar
Rute perjalanan ini diharapkan dapat menstimulan penambahan rute
domestik menuju Indoesia bagian Timur.
3. Rute Malang - Balikpapan
Rute perjalanan ini diharapkan dapat menstimulan penambahan rute
domestik menuju Indoesia bagian Utara.
Kawasan pengaruh adanya bandara memerlukan penataan terutama dalam
upaya mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan. Peningkatan kondisi
landasan pacu berupa pemanjangan landasan pacu sebesar 300 - 500 meter
diperlukan untuk meningkatkan jenis pesawat yang mampu mendarat, yakni
dirahkan untuk pesawat jenis Air Bus dan Boeing 737 seri di atas 200.
Selanjutnya terkait dengan adanya Bandara Abdulrahman Saleh diperlukan
penataan kawasan disekitarnya khususnya terkait dengan jenis penggunaan
tanah, intensitas penggunaan dan ketinggian bangunan. Untuk keselamatan
penerbangan diperlukan ruang bebas hambatan dalam bentuk bidang kerucut
disekeliling landasan pacu yang berfungsi sebagai areal/ ruang manuver pesawat,
dan bidang transisi sepanjang 4000 meter dari ujung landasan pacu yang
diperlukan untuk keselamatan pesawat saat lepas landas (take off), mendarat
(landing).
Arahan pengembangan bandara perlu didukung dengan penambahan sarana
dan prasarana pendukung serta diharapkan ada timbal balik pelayanan,
misalnya dengan keberadaan Jalan Lintas Selatan, Jalan Tol Lawang-Singosari
dan peningkatan jalan lainnya. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta 3.8. yaitu
Rencana Pengembangan Transportasi Udara dan Peta 3.9. Rencana Pembagian
Zona Bandara Abdulrahman Saleh.

III - 51
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Rencana Pelabuhan
Umum Sendang Biru

Peta 3. 7 Rencana Pengembangan Transportasi Laut

Peta 3. 8 Rencana Pengembangan Transportasi Laut

III - 52
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Sistem prasarana telematika adalah perangkat komunikasi dan


pertukaran informasi yang dikembangkan untuk tujuan-tujuan pengambilan
keputusan di ranah publik ataupun privat. Prasarana telematika yang akan
dikembangkan di Kabupaten Malang meliputi sistem kabel, sistem seluler, dan
sistem satelit.
Penggunaan fasilitas telematika oleh masyarakat meliputi prasarana
telekomunikasi dan informatika. Rencana pengembangan prasarana telematika
diarahkan pada peningkatan jangkauan pelayanan dan kemudahan
mendapatkannya. Dalam hal ini, penyediaan tower BTS (Base Transceiver Station)
sangat penting menjangkau ke pelosok perdesaan sebagai prasarana pendukung.
Dengan semakin berkembangnya teknologi, untuk peningkatan
kebutuhan dan pelayanan masyarakat perlu dilakukan peningkatan jumlah dan
mutu telematika pada tiap wilayah, yaitu :
1. Menerapkan teknologi telematika berbasis teknologi modern;
2. Pembangunan teknologi telematika pada wilayah - wilayah pusat
pertumbuhan;
3. Membentuk jaringan telekomunikasi dan informasi yang
menghubungkan setiap wilayah pertumbuhan dengan ibukota
kabupaten; serta
4. Mengarahkan untuk memanfaatkan secara bersama pada satu tower BTS
untuk beberapa operator telepon seluler dengan pengelolaan secara
bersama pula.
Berdasarkan Rencana BTS Jawa Timur, dapat diketahui lahan Potensial
pendirian menara BTS di Kabupaten Malang, untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar dibawah ini.

III - 53
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Gambar 3.5 Lahan Potensial Pendirian Menara BTS

Pengelompokan Tower Kota Surabaya dan


Kabupaten Malang

Gambar 3.6 Pengelompokan Tower Kota Surabaya dan Kabupaten Malang

Berdasarkan gambar di atas terlihat persebaran dan pengelompokan Base


Tranceiver Station (BTS) di Jawa Timur terpusat di Kota Surabaya dan Kabupaten

III - 54
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Malang. Karena kedua wilayah ini memiliki kota yang termasuk dalam Kawasan
Perkotaan Malang yang memiliki tingkat kegiatan yang sangat tinggi sehingga
membutuhkan pelayanan BTS yang besar.
Arahan pengembangan prasarana telekomunikasi meliputi telepon untuk
rumah tangga, telepon umum, jaringan telepon seluler, sedangkan arahan
pengembangan prasarana informatika yaitu upaya tersedianya jaringan yang
memberi layanan informasi berbasis teknologi internet dalam bentuk warung
internet (Warnet), serta peningkatan sistem informasi pengembangan daerah di
Kabupaten Malang. Lebih jelasnya lihat Peta 3.10. tentang Rencana Pemanfaatan
Tower Bersama.

3.4.2. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air dan Pemanfaatan
Sumber Air Tanah
Rencana sistem jaringan prasarana sumber daya air dan pemanfaatan sumber
air tanah meliputi rencana sistem jaringan sumber daya air, fungsi dan
pelayanan prasarana sumber daya air, pemanfaatan air tanah dan pemanfaatan
air sumber.
A. Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Salah satu sistem jaringan sumber daya air yang ada di Kabupaten Malang
adalah Sungai Brantas yang juga merupakan wilayah sungai strategis
nasional. Sistem jaringan pengairan meliputi jaringan air bersih (PDAM) dan
irigasi. Pemenuhan kebutuhan akan air bersih dan irigasi dilakukan dengan
peningkatan jaringan sampai ke wilayah yang belum terjangkau, sedangkan
irigasi dengan peningkatan saluran dari sistem setengah teknis dan
sederhana ditingkatkan menjadi irigasi teknis.
B. Fungsi dan Pelayanan Prasarana Sumber Daya Air
Pengembangan layanan air bersih bagi masyarakat yang ada di Kabupaten
Malang sangat perlu dilakukan mengingat fungsi dari air bersih tersebut
yang sangat penting. Untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih, perlu
adanya peningkatan sarana dan prasarana pendukung seperti pipa, tandon,
reservoir, dan prasarana pendukung lainnya. Irigasi memiliki peranan
penting dalam usaha untuk meningkatkan produksi pertanian. Sistem
jaringan sumber daya air utama adalah Daerah Aliran Sungai Brantas sebagai

III - 55
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Wilayah Sungai Strategis Nasional. Kebutuhan air irigasi pada wilayah


Kabupaten Malang dibagi menurut unit pelayanan Lokal (UPTD) yaitu
UPTD Pujon, Malang, Singosari, Tumpang, Bululawang, Gondanglegi,
Turen, Kepanjen, dan Ngajum. Selain itu terdapat pula sumber air Wendit
yang ada di Kecamatan Pakis dan sumber air Maguan di Kecamatan Ngajum.
Upaya penanganan untuk meningkatkan layanan fasilitas air bersih di
Kabupaten Malang seperti :
1. Perlindungan terhadap sumber-sumber mata air dan daerah resapan air;
2. Perluasan daerah tangkapan air;
3. Peningkatan pelayanan dan pengelolaan air bersih oleh PDAM dengan
peningkatan sistem jaringan air bersih hingga ke wilayah perdesaan.
Sedangkan upaya pengembangan pelayanan sumber daya air dilakukan
dengan cara :
1. Melakukan perlindungan terhadap sumber-sumber mata air;
2. Melakukan perlindungan terhadap daerah aliran air, baik itu saluran
irigasi, serta daerah aliran sungai;
3. Mencegah terjadinya pendangkalan terhadap saluran irigasi;
4. Pembangunan dan perbaikan pintu-pintu air.
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana sistem prasarana sumber daya air di
Kabupaten Malang dapat dilihat pada Peta 3.11.

III - 56
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Bandar Udara Tersier


Abdulrahman Saleh

Peta 3. 9 Rencana Pengembangan Sistem Transportasi Udara

III - 57
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Peta 3. 10 Rencana Pembagian Zona Kawasan Bandar Udara

III - 58
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Peta 3. 11 Rencana Pemanfaatan Tower Bersama

III - 59
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Peta 3. 12 Rencana Sistem Prasarana Sumber Daya Air

III - 60
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

C. Pemanfaatan Air Sumber


Air sumber banyak dimanfaatkan untuk kepentingan air minum dan irigasi
atau untuk berbagai pemanfaatan yang lainnya. Pemanfaatan sumber ini
harus diatur untuk kepentingan masyarakat Kabupaten Malang sendiri atau
digunakan untuk masyarakat di Kota Malang seperti sumber air di Wendit
(1.100 liter/detik). Untuk hal ini diperlukan pengaturan dalam bentuk
kerjasama dengan proporsi yang seimbang. Demikian juga untuk sumber air
yang ada di salah satu kecamatan seperti Sumber Maguan di Ngajum (200
liter/detik) selain untuk masyarakat Ngajum juga untuk masyarakat
Kepanjen juga harus diatur komposisi antar wilayah dan pengaturan untuk
kebutuhan irigasi sehingga tidak terjadi kekurangan air bagi sawah beririgasi
teknis dan setengah teknis. Pemanfaatan air sumber dilakukan dengan cara :
1. Pengaturan dalam bentuk kerjasama dengan proporsi yang seimbang;
dan
2. Pengaturan komposisi antar wilayah dan pengaturan untuk kebutuhan
irigasi sehingga tidak terjadi kekurangan air bagi sawah beririgasi teknis
dan setengah teknis.
D. Pemanfaatan Air tanah
Kabupaten Malang banyak memiliki sumber kecil dan besar, serta memiliki
cadangan air tanah yang cukup besar, mengingat banyak gunung dan
kawasan yang mampu meresapkan air. Pola ini menjadikan terdapat
beberapa potensi untuk memanfaatkan air tanah diantaranya untuk
pemenuhan kebutuhan air minum dalam bentuk air kemasan. Meskipun
demikian diperlukan pengaturan bila akan mengambil potensi air tanah
dalam jumlah besar, karena hal ini akan sangat mempengaruhi persediaan air
pada bagian bawah. Dengan demikian diperlukan kajian kemampuan
cadangan air tanah disertai dengan AMDAL jika akan melakukan eksplorasi
dan eksploitasi.
E. Pengembangan Waduk, Dam dan Embung
Pengembangan waduk, dam dan embung serta pompanisasi terkait dengan
pemanfaatan sumber daya permukaan dilakukan dengan
mempertimbangkan:

III - 61
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

a. Daya dukung sumber daya air;


b. Kekhasan dan aspirasi daerah serta masyarakat setempat;
c. Kemampuan pembiayaan; serta
d. Kelestarian keanekaragaman hayati dalam sumber air.
Pengembangan waduk, dam dan embung serta pompanisasi ditetapkan di
wilayah Kabupaten Malang yang meliputi:
a. Dam Selorejo di kecamatan Ngantang;
b. Dam Sutami di kecamatan Sumberpucung;
c. Dam Lahor di kecamatan Sumberpucung;
d. Dam Trap Sewu di Kecamatan Ampelgading;
e. Bendungan Sengguruh di kecamatan Kepanjen;
f. Bendungan Karangkates di kecamatan Sumberpucung; serta
g. Waduk Kali Genteng di kecamatan Dampit.

3.4.3. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Energi


Rencana sistem jaringan prasarana energi meliputi energi listrik dan
energi lainnya. Dalam rangka pemerataan pembangunan, maka penerangan ke
wilayah terisolasi atau wilayah yang belum terjangkau kebutuhan akan listrik
harus dilakukan melalui pengembangan jaringan baru, salah satunya dengan
peningkatan fungsi dan peran pembangkit listrik tenaga air yang terdapat di
Karangkates. Diharapkan jaringan prasarana energi listrik akan mampu
memenuhi kebutuhan akan energi listrik di wilayah Kabupaten Malang. Untuk
mengoptimalkan pelayanan energi listrik pada masa depan, diperlukan adanya
peningkatan pelayanan utamanya pada daerah-daerah yang menjadi pusat
pertumbuhan wilayah dan wilayah yang menjadi target pengembangan.
Pengembangan pelayanan energi listrik yang dilakukan antara lain :
1. Pengembangan PLTU Trap Sewu, PLTU Karangkates dan PLTU Sengguru.
2. Peningkatan daya energi listrik pada daerah-daerah pusat pertumbuhan
dan daerah pengembangan berupa pembangunan dan penambahan gardu-
gardu listrik.
3. Penambahan dan perbaikan sistem jaringan listrik pada daerah-daerah
yang belum terlayani, utamanya bagi sekitar 25,64 % KK yang belum
memperoleh pelayanan energi listrik yang bersumber dari PLN.

III - 62
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

4. Meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan listrik sehingga terjadi


pemerataan pelayanan diseluruh wilayah Kabupaten Malang, sehingga
dapat diasumsikan bahwa setiap KK akan memperoleh layanan jaringan
listrik, sehingga tidak ada masyarakat yang belum terlayani.
Dalam peningkatan pelayanan jaringan listrik perlu diperhatikan adanya
ketentuan pembangunan jaringan listrik, dimana dalam pengembangan jaringan
listrik khususnya untuk pengembangan jaringan SUTT diperlukan areal
konservasi pada sekitar jaringan yaitu sekitar 20 meter pada setiap sisi tiang
listrik untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan bagi masyarakat.

Gambar 3.7 Sempadan SUTT 66 kV Tanah Datar

III - 63
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Gambar 3.8 Sempadan SUTT 150 kV Tanah Datar


Keterangan :
: ruang bebas (daerah terlarang)
J1 : jarak bebas (terdekat) untuk lapangan terbuka daerah luar kota
J3 = J5 : jarak bebas (terdekat) terhadap pohon-pohon pada umumnya dan bagian
bangunan tahan api
Dibutuhkan adanya alternatif bentuk energi lain yang bisa dikembangkan
untuk peningkatan pelayanan listrik di Kabupaten Malang meliputi mikrohidro
dan solarcell serta biogas.
Kabupaten Malang memiliki wilayah yang luas dengan 33 kecamatan,
dimana masih terdapat beberapa desa/dusun yang masih belum dilayani oleh
listrik. Listrik atau penerangan sangat dibutuhkan oleh setiap daerah agar lebih
mudah dalam memperoleh informasi guna kemajukan daerah itu sendiri. Untuk
memenuhi kebutuhan akan listrik diperlukan upaya pengembangan listrik yang
dapat menjangkau tempat terpencil yang murah dan ramah lingkungan antara
lain berupa Pembangkit Listri Tenaga Mikrohidro, solarcell serta biogas.
Pemasangan pembangkit listrik tenaga air atau Pembangkit Listrik
Tenaga Mikrohidro (PLTMH) dilakukan pada daerah yang memiliki sumber air
dan belum dimafaatkan secara optimal, seperti air terjun, sumber irigasi dan
sungai. PLTMH ini sudah diterapkan di desa Pucangsongo - Kecamatan Pakis, di
Kecamatan Kepanjen tepatnya di daerah pertemuan Kali Sukun dan Sungai

III - 64
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Metro dengan kapasitas produksi sebesar 2x50 KWh atau sekitar 100 ribu watt
daya listrik dan akan disalurkan kepada warga Dusun Tegaron Desa
Panggungrejo Kec.Kepanjen yang berjumlah 800 KK, serta direncanakan lagi
akan dikembangkan di Wendit Kecamatan Pakis.
Beberapa peluang desa mandiri energi yang ada di Kabupaten Malang
akan dikembangkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Adapun Desa
mandiri energi penghasil biogas adalah desa-desa dengan potensi ternak besar
karena biasanya sumber pembuatan dari biogas adalah kotoran ternak.

3.4.4. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Lingkungan


Rencana sistem jaringan prasarana lingkungan meliputi pengadaan
taman dan hutan untuk pengawetan tanah, udara dan air, arahan penanganan
dan pemeliharaan lingkungan seperti peningkatan pelayanan terhadap
kebutuhan sanitasi lingkungan bagi kegiatan permukiman, produksi, jasa, dan
kegiatan sosial ekonomi lainnya melalui pengembangan sistem prasarana
pengelolaan lingkungan yaitu IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) terpadu
dan pengelolaan persampahan.

3.4.5.1. Rencana Persampahan


Untuk penanganan persampahan kedepannya, maka sistem pengelolaan
persampahan di Kabupaten Malang dibedakan berdasarkan perwilayahan.
Secara umum penanganan sampah dilakukan dengan sistem :
a. Pembuangan Terbuka (Open Dumping)
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana yaitu dengan membuang
begitu saja sampah yang telah dikumpulkan pada tempat yang telah
disediakan.
b. Penimbunan Saniter (Sanitary Landfill)
Penimbunan saniter adalah teknik penimbunan sampah yang dapat
meminimumkan dampak yang merusak lingkungan dimana teknik yang
digunakan adalah dengan memadatkan sampah dengan ketebalan 3,5 - 5
meter dan kemudian ditimbun dengan tanah setebal 15 - 30 cm.

III - 65
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

c. Pembakaran (Incineration)
Pembakaran merupakan salah satu cara pemusnahan sampah dengan
cara mengurangi volume maupun berat sampah melalui proses
pembakaran.
d. Pembuatan Kompos (Composting)
Pembuatan kompos merupakan salah satu cara mengolah sampah
organik agar dapat dimanfaatkan kembali yakni dengan mengelola
sampah menjadi pupuk.
e. Pemanfaatan Ulang (Recycling)
Pemanfaatan ulang adalah cara pengolahan sampah anorganik agar
dapat dimanfaatkan kembali dengan cara mengolah sampah menjadi
barang yang bernilai ekonomis.
A. Sistem Pengelolaan Sampah di Kawasan Perkotaan
Untuk penanganan masalah persampahan perkotaan di Kabupaten Malang
diperlukan sebuah wadah penampungan sampah yang dihasilkan
masyarakat perkotaan. Arahan penanganan persampahan di wilayah
perkotaan Kabupaten Malang diperlukan sebuah Tempat Pemrosesan Akhir
skala regional untuk menampung dan mengelola sampah yang ada. Tempat
Pemrosesan Akhir Regional ini direncanakan di Kecamatan Wagir berbatasan
langsung dengan TPA Supiturang milik Kota Malang, dan Tempat
Pemrosesan Akhir di Desa Talangagung Kecamatan Kepanjen. Direncanakan
pula tempat pembuangan limbah industri B3 dan non B3 di kawasan Industri
Jabung dan Sumbermanjing Wetan.
Dalam pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir regional di Wilayah
Kabupaten Malang, maka kriteria yang harus dipenuhi antara lain :
1. Kondisi geologi
a. Tidak berlokasi di zona holocene fault; serta
b. Tidak boleh di zona bahaya geologi.
2. Kondisi hidrogeologi
a. Tidak boleh mempunyai muka air tanah < 3 m;
b. Tidak boleh keluasan tanah lebih besar 10- 6cm/det;
c. Jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar dari 100 meter di
hilir aliran; serta

III - 66
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

d. Dalam hal tidak ada zona yang memenuhi kriteria-kriteria tersebut di


atas, maka harus diadakan masukkan teknologi.
3. Kemiringan zona harus kurang dari 20 %.
4. Jarak dari lapangan terbang harus lebih besar dari 3000 meter untuk
penerbangan turbo jet dan harus lebih besar dari 1500 meter untuk jenis
lain.
5. Tidak boleh pada daerah lindung/cagar alam dan daerah banjir dengan
periode ulang 25 tahun.
B. Pengelolaan Sampah di Kawasan Perdesaan
Sistem pengelolaan sampah di kawasan perdesaan dapat dilakukan dengan
cara menimbun dan membakar, mengingat kawasan perdesaan
kecenderungannya masih tersedia cukup luas lahan pekarangan. Pada sisi
lain di kawasan perdesaan kecenderungannya didukung dengan lahan
budidaya pertanian yang cukup luas, maka keberadaan sampah tersebut
dapat diolah menjadi kompos (pupuk organik) yaitu dengan cara
memisahkan jenis sampah yang dapat diuraikan bakteri (dimanfaatkan
untuk kompos) dan sampah yang tidak dapat diuraikan bakteri (proses
dibakar).
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana sistem prasarana lingkungan -
persampahan di Kabupaten Malang dapat dilihat pada Peta 3.12. Peta Rencana
Sistem Prasarana Lingkungan - Persampahan di Kabupaten Malang.

3.4.5.2. Kebutuhan Sanitasi


Untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih, maka diperlukan
adanya sistem pengelolaan limbah khusus yang dihasilkan oleh setiap KK.
Dalam penanganan limbah khusus rumah tangga diperlukan pengembangan
fasilitas sanitasi. Upaya penanganan permasalahan limbah khusus rumah tangga
dibedakan menurut wilayah perkotaan dan perdesaan.
1. Pada wilayah perkotaan pengembangan sanitasi diarahkan kepada :
a. Pemenuhan fasilitas septic tank pada masing-masing KK;
b. Pembangunan sistem moduler berupa minisawerage;
c. Pengembangan IPLT (Instalasi Pengelolaan Limbah Terpadu), yang
mampu menghasilkan :

III - 67
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

 Baku mutu air


 Pengolahan pupuk organik
 Penangkapan gas metan
2. Pada wilayah perdesaan penanganan limbah khusus rumah tangga dapat
dikembangkan antara lain :
a. Fasilitas sanitasi pada setiap KK;
b. Fasilitas sanitasi umum;
c. Sanitasi total berbasis masyarakat;
d. Merangsang peran serta masyarakat untuk membuat jamban;
e. Membuat fasilitas sanitasi secara mandiri.

III - 68
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Upaya Penanganan Masalah Limbah:


1. Pada Wilayah Perkotaan Pengembangan Sanitasi
diarahkan Kepada Pemenuhan fasilitas septic tank
pada masing-masing KK
2. Pada Wilayah Perdesaan penanganan limbah
Khusus rumah tangga dapat dikembangkan
fasilita sanitasi pada setiap KK serta Fasilitas
sanitasi umum

No. Peta : 3.12

Peta 3. 13 Rencana Sistem Prasarana Persampahan

III - 69
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Contents
3.1 Kriteria dan Rencana Penetapan Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan .. 1
Perkotaan ......................................................................................................................................... 5
3.2 Sistem Perdesaan.............................................................................................................. 9
3.3 Sistem Perkotaan ............................................................................................................ 12
3.3.1 Pusat Kegiatan Perkotaan ..................................................................................... 12
3.3.2 Rencana Sistem Perwilayahan .............................................................................. 13
3.3.3. Pengembangan Kawasan Perkotaan Malang ................................................. 29
3.4 Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah ........................................................... 32
3.4.1. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi .................. 32
3.4.1.1. Transportasi Darat ..................................................................................................... 32
3.4.1.2. Rencana Pengembangan Transportasi Laut .......................................................... 50
3.4.1.3. Rencana Pengembangan Transportasi Udara ....................................................... 50
3.4.2. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air dan Pemanfaatan
Sumber Air Tanah ....................................................................................................................... 55
3.4.3. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Energi .......................................................... 62
3.4.4. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Lingkungan ................................................ 65
3.4.5.1. Rencana Persampahan .............................................................................................. 65
3.4.5.2. Kebutuhan Sanitasi ................................................................................................... 67

Gambar 3.1 Diagram Sistem Perdesaaan ................................................................................ 10


Gambar 3.2 Bagian-bagian Jalan .............................................................................................. 40
Gambar 3.3 Sempadan Jaringan Kereta Api........................................................................... 47
Gambar 3.4 Konsep Dimensi Jalan .......................................................................................... 48
Gambar 3.5 Lahan Potensial Pendirian Menara BTS ........................................................... 54
Gambar 3.6 Pengelompokan Tower Kota Surabaya dan Kabupaten Malang ................. 54
Gambar 3.7 Sempadan SUTT 66 kV Tanah Datar ................................................................. 63
Gambar 3.8 Sempadan SUTT 150 kV Tanah Datar ............................................................... 64

Tabel 3.1 Kawasan Perkotaan dan Pedesaan di Kabupaten Malang ................................... 1


Tabel 3. 2 Kebutuhan Pengembangan Fasilitas Perkotaan di Kabupaten Malang ......... 19
Tabel 3.3 Arahan Rumaja, Rumija dan Ruwasja di Kabupaten Malang .......................... 41

Peta 3. 1 Penetapan Kawasan Perdesaan Perkotaan .............................................................. 11


Peta 3. 2 Rencana Penetapan Pusat Kegiatan Perkotaan ...................................................... 18
Peta 3. 3 Rencana Struktur Ruang Wilayah ............................................................................ 28
Peta 3. 4 Rencana Pengembangan Kawasan Perkotaan Malang ......................................... 31
Peta 3. 5 Rencana Pengembangan Jaringan Jalan .................................................................. 43
Peta 3. 6 Rencana Pengembangan Jalur Angkutan Massal .................................................. 49
Peta 3. 7 Rencana Pengembangan Transportasi Laut ........................................................... 52
Peta 3. 8 Rencana Pengembangan Transportasi Laut ........................................................... 52
Peta 3. 9 Rencana Pengembangan Sistem Transportasi Udara ........................................... 57
Peta 3. 10 Rencana Pembagian Zona Kawasan Bandar Udara ............................................ 58
Peta 3. 11 Rencana Pemanfaatan Tower Bersama .................................................................. 59

III - 70
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Peta 3. 12 Rencana Sistem Prasarana Sumber Daya Air ....................................................... 60


Peta 3. 13 Rencana Sistem Prasarana Persampahan .............................................................. 69

III - 71
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

5.1. Penetapan Kawasan Strategis


Rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten perlu diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota
terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/lingkungan hidup. Kawasan strategis
merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai
pengaruh besar terhadap :
1. Tata ruang di wilayah sekitarnya;
2. Kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya;
dan/atau
3. Peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Jenis kawasan strategis, antara lain, adalah kawasan strategis yang dilihat
dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan, pertumbuhan ekonomi,
sosial, budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi,
serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Adapun jenis-jenis kawasan
strategis adalah sebagai berikut:

V-1
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

1. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan


ditetapkan dengan kriteria:
 Diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan
pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional;
 Diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah
pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang
amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri
sistem pertahanan;
 merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil
terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut
lepas.
2. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi ditetapkan
dengan kriteria:
 Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;
 Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan
ekonomi;
 Memiliki potensi ekspor;
 Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;
 Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;
 Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam
rangka mewujudkan ketahanan pangan;
 Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam
rangka mewujudkan ketahanan energi nasional; atau
 Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.
3. Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan sosial dan budaya
ditetapkan dengan kriteria:
 Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau
budaya;
 Merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya;
 Merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan
dilestarikan;
 Merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya ;

V-2
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

 Memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya;


 memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial
4. Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber
daya alam dan/atau teknologi tinggi ditetapkan dengan kriteria:
 Diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional,
pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir;
 Memiliki sumber daya alam strategis nasional;
 Berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa;
 Berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir;
 Berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.
5. Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup ditetapkan dengan kriteria:
 Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati;
 Merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi
perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau
diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;
 Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun
berpeluang menimbulkan kerugian negara;
 Memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;
 Menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup;
 Rawan bencana alam nasional; atau
 Sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai
dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.
Nilai strategis kawasan berdasarkan aspek eksternalitas, akuntabilitas, dan
efisiensi penanganan kawasan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
tentang Pemerintahan Daerah.
Beberapa kawasan yang merupakan kawasan strategis di Kabupaten
Malang yaitu kawasan pertahanan dan keamanan berupa kawasan militer
Kostrad di Singosari dan Jabung, kawasan Bandara Abdulrahman Saleh di
Kecamatan Pakis, Gudang Amunisi di Turen, kawasan latihan militer di
Kecamatan Bantur, Pagak dan Lawang, pangkalan angkatan laut di Kawasan
Sendangbiru; kawasan pertumbuhan ekonomi di Perkotaan Sendangbiru,

V-3
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

kawasan agropolitan Poncokusumo dan Pujon, kawasan perkotaan Malang, dan


kawasan minapolitan di Kecamatan Wajak; kawasan sosial dan budaya yaitu
kawasan sekitar Candi Singosari, Stupa Sumberawan, Candi Jago, dan Candi
Kidal; serta kawasan dengan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup yaitu
Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru, Tahura R. Suryo, dan DAS Brantas.

5.2. Kawasan Strategis Hankam


Kawasan strategis hankam meliputi: Kawasan Strategis Militer di
Kecamatan Singosari dan Kecamatan Jabung, Kawasan Strategis Sekitar
Bandara Abdulrahman Saleh di Kecamatan Pakis, Kawasan Strategis Gudang
Amunisi di Kecamatan Turen, dan Kawasan Strategis Latihan Militer di
Kecamatan Bantur, Pagak, Lawang dan Pangkalan Laut Sendangbiru.

5.2.1 Kawasan Strategis Militer di Kecamatan Singosari dan Jabung


Kawasan ini termasuk kawasan strategis hankam sehingga perlu dilakukan
pengamanan terhadap kawasan atau melindungi tempat serta ruang di
sekitarnya dengan membuat pembatasan pengembangan yang menarik
bangkitan lalu-lintas tinggi.
Khusus untuk kompleks militer, pengembangan kawasan sekitar perlu
ada pembatasan, salah satunya dengan pelarangan penggunaan tanah yang
memiliki intensitas kegiatan tinggi dan menimbulkan multiplier effect. Intensitas
kegiatan pada kawasan terbangun harus dikendalikan dan dibatasi secara ketat,
yang meliputi ruang utama (kawasan militer), ruang bebas hambatan dan ruang
radius pengaman (ruang transisi).
Perlunya pembatasan ruang pada kawasan ini, dimaksudkan untuk
menghindari dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya kegiatan di
dalam kawasan militer dimaksud.

5.2.2 Kawasan Strategis Sekitar Bandara Abdulrahman Saleh di Kecamatan


Pakis
Bandara Abdulrahman Saleh digunakan untuk kepentingan militer dan
komersial. Penerbangan komersial di kawasan ini memiliki perkembangan yang
semakin pesat, dan run way di Bandara Abdulrahman Saleh akan diperpanjang

V-4
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

sehingga memenuhi untuk penerbangan Boeing 737 seri 300. Untuk ini
diperlukan pengamanan sepanjang jalur sejajar landasan pacu (run way) dan
kebisingan.
Rencana pengembangan kawasan bandara antara lain meliputi
pembatasan area keselamatan penerbangan dari penggunaan tanah yang
mengganggu penerbangan dan pembatasan ketinggian bangunan, serta
peningkatan infrastruktur pendukung agar terjadi peningkatan kelas bandara ke
tingkat yang lebih baik sehingga dapat setara dengan bandara lainnya.

Gambar 5. 1 Ruang Bebas Hambatan pada Kawasan Bandara Abdulrahman Saleh

Dengan melihat kondisi eksisting, pada jarak sejajar landasan pacu sejauh
3000 - 4000 m, merupakan kawasan yang didominasi oleh kawasan tidak
terbangun berupa tegalan. Pada ruang ini kawasan terbangun berupa kawasan
perumahan penduduk sebesar < 10%. Kebisingan yang terjadi masih dapat
diatasi dengan diadakannnya buffer zone (pohon) di sekitar Bandara
Abdulrahman Saleh, yang bertujuan untuk meredam kebisingan.

V-5
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

5.2.3 Kawasan Strategis Gudang Amunisi di Kecamatan Turen


Kawasan Strategis Gudang Amunisi ini merupakan industri persenjataan
yang terdapat di Kecamatan Turen dekat PT. Pindad. Mengingat kawasan ini
sangat rawan maka sesuai dengan ketentuan yang berlaku bahwa disamping
kiri-kanan (sekeliling) dengan jari-jari 1,6 km sebaiknya intensitas kegiatan pada
kawasan terbangun harus dikendalikan dan dibatasi secara ketat.

Gambar 5. 2 Kawasan Perumahan Pengaruh Keberadaan Bandara pada Ruang Bebas


Hambatan di Saptorenggo

Gambar 5. 3 Kawasan Perdagangan dan Pusat Pelayanan Pengaruh Keberadaan


Bandara Pada Ruang Bebas Hambatan

5.2.4 Kawasan Strategis Latihan Militer di Bantur, Pagak, Lawang dan


Pangkalan Angkatan Laut di Sendangbiru
Kawasan ini merupakan kawasan strategis hankam sehingga perlu
melakukan pengamanan terhadap kawasan dengan mempertahankan sebagai
kawasan ruang terbuka hijau yang luas dengan membatasi kegiatan yang
menarik kegiatan manusia secara langsung. Pengadaan ruang terbuka hijau
(RTH) berfungsi sebagai kawasan penyangga, yang diharapkan mampu
meredam kebisingan maupun mengurangi dampak negatif yang dapat
ditimbulkan. Selain itu terdapat pangkalan angkatan laut di kawasan
Sendangbiru yang berfungsi strategis pertahanan dan keamanan di bagian
paling luar wilayah Indonesia bagian selatan.

V-6
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

5.3. Kawasan Strategis Ekonomi


Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Malang adalah kawasan pengembangan Sendangbiru, kawasan
agropolitan Poncokusumo dan Pujon, kawasan perkotaan Malang, serta kawasan
minapolitan Wajak. Rencana pengembangan kawasan ekonomi di Kabupaten
Malang meliputi :

5.3.1 Kawasan Pengembangan Sendangbiru


Rencana pengembangan kawasan Sendangbiru yaitu untuk kegiatan
pengembangan pelabuhan laut skala nasional/internasional di Pantai Tamban
dan kawasan industri di Kecamatan Sumbermanjingwetan dan Kecamatan
Gedangan. Pengembangan ekonomi tinggi di kawasan Sendangbiru memicu
tingginya aktivitas baik di dalam maupun di sekitar kawasan pengembangan,
sehingga perlu adanya pembatasan pengembangan kawasan demi kelestarian
ekosistem alam.

Gambar 5. 4 Arahan Zonasi Kawasan Pesisir Sendangbiru

V-7
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

5.3.2 Pengembangan Kawasan Agropolitan Poncokusumo dan Pujon


Kawasan agropolitan merupakan alternatif solusi untuk pengembangan
wilayah (perdesaan) yang diartikan sebagai sistem fungsional desa-desa yang
ditunjukkan dari adanya hirarki keruangan desa yakni dengan adanya pusat
agropolitan dan desa-desa di sekitarnya yang membentuk kawasan agropolitan.
Kawasan agropolitan dicirikan dengan kawasan pertanian yang tumbuh dan
berkembang sebagai akibat dari berjalannya sistem dan usaha agribisnis di pusat
agropolian.
Malang dan sekitarnya ditetapkan sebagai kawasan Andalan Nasional
dengan sektor unggulan pertanian, perikanan, industri pengolahan, perkebunan
dan pariwisata. Salah satu sektor potensial yang akan terus dikembangkan di
Kabupaten Malang adalah melalui kawasan agropolitan. Di Kabupaten Malang
kawasan agropolitan diarahkan pada dua pusat yaitu Poncokusumo dan Pujon.
Pengembangan kawasan agropolitan Poncokusumo dan Pujon didukung pula
dengan rencana pengembangan agribis, pengembangan sistem transportasi,
pengembangan fasilitas dan utilitas penunjang, serta pengembangan pariwisata.

5.3.3 Pengembangan Kawasan Perkotaan Malang


Kawasan Perkotaan Malang akan menjadi pusat kegiatan ekonomi dan
pariwisata. Kawasan perkotaan utama pendukung Kawasan Perkotaan Malang
meliputi Kota Malang, Kota Batu, Perkotaan Kepanjen, Perkotaan Lawang, dan
Perkotaan Tumpang. Kawasan hinterland pendukung Kawasan Perkotaan
Malang meliputi kawasan Perkotaan Pakis, Singosari, Bululawang, Pakisaji,
Wagir, Dau, Tajinan, Poncokusumo, Wajak, dan Gondanglegi.
Dalam hal ini rencana pengembangan Kawasan Perkotaan Malang
berperan untuk menunjang kegiatan ekonomi dan pariwisata wilayah yang
memiliki potensi besar untuk dikembangkan.

V-8
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Fungsi : industri&
permukiman

Prktaan Fungsi : pusat


Kota Lawang informasi pariwisata
Prktaan
Batu
Fungsi : sub Ngan-
agrobisnis tang Fungsi : permukiman
& wisata
Kota Prktaan
(Fungsi : perkotaan
Malang Tum- Fungsi : industri,
dan pariwisata) perdagangan, pela-
pang
yanan perkotaan
Fungsi : pemerinta-
han, pelayanan
skala kabupaten
Prktaan
Kepan- Prktaan
jen Turen

Kawasan perkotaan hinterland :


Pakis, Singosari, Bululawang,
Pakisaji, Wagir, Dau, Tajinan,
Poncokusumo, Wajak, dan
Gondanglegi

Gambar 5. 5 Rencana Pengembangan

Gambar di atas menjelaskan mengenai rencana pengembangan yang ada di


Kabupaten Malang, adapun fungsi masing-masing wilayah pengembangan
diantaranya terdapat pada wilayah yang memiliki linkage system antar wilayah
tersebut sesuai dengan gambar di atas. Seperti halnya wilayah Perkotaan Malang
memiliki Pusat Kegiatan Wilayah di Kota Malang dengan Pusat Kegiatan Lokal
(PKL) di Perkotaan Lawang, Perkotaan Tumpang, Perkotaan Kepanjen,
Perkotaan Turen dan Kota Batu dengan memiliki fungsi masing – masing sesuai
dengan potensi wilayahnya.

5.3.4 Pengembangan Malang Minapolitan


Kawasan Minapolitan adalah kawasan yang membentuk kota perikanan,
yang memudahkan masyarakat untuk bisa membudidayakan ikan darat. Dengan
kemudahan memperoleh benih melalui unit perbenihan rakyat, pengolahan ikan,
pasar ikan dan mudah mendapatkan pakan ikan, yang dikelola oleh salah satu
kelompok yang dipercaya oleh pemerintah.
Kawasan Minapolitan di Kabupaten Malang akan terkonsentrasi di
wilayah Kecamatan Wajak dengan rencana penyediaan infrastruktur yang
memadai baik lembaga penyuluhan, lembaga pengkajian, seperti LIPPI,

V-9
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

infrastruktur yang mendukung seperti jalan dan kelembagaan kelompok


pembudidaya perikanan, lembaga perbankan dan koperasi perikanan serta pasar
ikan.

5.4. Kawasan Strategis Sosio-kultural


Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya adalah
kawasan sekitar candi, yaitu Candi Singosari, Candi Jago, dan Candi Kidal.
Rencana pengembangan pada kawasan ini adalah dengan melakukan
pengamanan terhadap kawasan atau melindungi tempat serta ruang di sekitar
bangunan bernilai sejarah, situs purbakala dan kawasan dengan bentukan
geologi tertentu dengan membuat ketentuan-ketentuan bagi hal-hal yang perlu
diperhatikan.
Rencana pengembangan kawasan sosio kultural sekitar candi yaitu berupa
zonasi kawasan pengembangan di sekitar candi. Pembagian zonasi kawasan
bertujuan untuk menjaga nilai historis dan menjaga kelestarian dan kealamian
candi dan benda-benda bersejarah yang ada didalamnya.
Zona kawasan sekitar candi terbagi atas 4 zona yaitu kawasan inti
(bangunan candi) yang tidak boleh dibangun; buffer zone berupa taman bunga,
pagar tanaman/ pepohonan yang berfungsi meredam kebisingan dan aktivitas
tinggi di sekitarnya yang dapat merusak; ruang radius (bidang transisi) yaitu
kawasan peralihan dengan kegiatan luar yang lebih tinggi intensitasnya; serta
pengembangan kawasan sekitar candi untuk menunjang kegiatan pariwisata dan
perekonomian, dapat berupa kegiatan perdagangan dan jasa yang menjual hasil
industri kerajinan, cinderamata dan makanan khas Kabupaten Malang dan
berbagai bentuk pengembangan lainnya.

V - 10
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Gambar 5. 6 Rencana Pengembangan Kawasan Sekitar Candi: Buffer Zone (Kiri),


Kawasan Perjas/Pendukung (Kanan), serta Bangunan Candi (Atas)

5.5. Kawasan Strategis Penyelamatan Lingkungan Hidup


Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup adalah Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru, Tahura
Gubernur Suryo dan DAS Brantas. Rencana pengembangan pada kawasan ini
adalah dengan melakukan pengamanan terhadap kawasan atau melindungi
tempat serta ruang di sekitarnya. Kawasan ini menyimpan berbagai kehidupan
flora dan fauna tertentu dan juga memiliki fungsi penyelamat dan pelestarian
lingkungan hidup dengan berbagai fungsinya sebagai kawasan lindung.
Kawasan ini dapat digunakan juga sebagai kawasan wisata seperti
pendakian, camping, petualang, ataupun pengamatan bunga dan burung, juga
dapat digunakan untuk berbagai kepentingan penelitian flora dan fauna.
Kelestarian hutan pada kawasan ini harus tetap dijaga, dilarang pengadaan alih
fungsi kecuali untuk fungsi lindung itu sendiri.
Berdasarkan gambaran di atas, maka lokasi kawasan strategis di Kabupaten
Malang dapat dilihat pada Peta. 5.1.

V - 11
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

, LANAL Sendang Biru

Peta 5.1 Peta Kawasan Strategis Kabupaten Malang

V - 12
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Contents
5.1. Penetapan Kawasan Strategis ........................................................................................ 1
5.2. Kawasan Strategis Hankam ........................................................................................... 4
5.2.1 Kawasan Strategis Militer di Kecamatan Singosari dan Jabung ........................ 4
5.2.2 Kawasan Strategis Sekitar Bandara Abdulrahman Saleh di Kecamatan Pakis
4
5.2.3 Kawasan Strategis Gudang Amunisi di Kecamatan Turen ................................ 6
5.2.4 Kawasan Strategis Latihan Militer di Bantur, Pagak, Lawang dan Pangkalan
Angkatan Laut di Sendangbiru ............................................................................................ 6
5.3. Kawasan Strategis Ekonomi ........................................................................................... 7
5.3.1 Kawasan Pengembangan Sendangbiru ................................................................. 7
5.3.2 Pengembangan Kawasan Agropolitan Poncokusumo dan Pujon ..................... 8
5.3.3 Pengembangan Kawasan Perkotaan Malang ....................................................... 8
5.3.4 Pengembangan Malang Minapolitan .................................................................... 9
5.4. Kawasan Strategis Sosio-kultural ............................................................................... 10
5.5. Kawasan Strategis Penyelamatan Lingkungan Hidup ........................................... 11
Peta 5.1 Peta Kawasan Strategis Kabupaten Malang ............................................................ 12
5.1. Penetapan Kawasan Strategis ............................................ Error! Bookmark not defined.
5.2. Kawasan Strategis Hankam ................................................ Error! Bookmark not defined.
5.2.1 Kostrad di Kecamatan Singosari dan Kecamatan Jabung ......... Error! Bookmark not
defined.
5.2.2 Bandara Abdulrahman Saleh di Kecamatan Pakis ...... Error! Bookmark not defined.
5.2.3 Gudang Amunisi di Kecamatan Turen .......................... Error! Bookmark not defined.
5.2.4 Latihan Militer di Bantur, Pagak, Lawang dan Pangkalan Angkatan Laut di
Sendangbiru ................................................................................. Error! Bookmark not defined.
5.3. Kawasan Strategis Ekonomi ............................................... Error! Bookmark not defined.
5.3.1 Pengembangan Kawasan Sendangbiru.......................... Error! Bookmark not defined.
5.3.2 Pengembangan Malang dan Sekitarnya ........................ Error! Bookmark not defined.
5.3.3 Pengembangan Kawasan Perkotaan Malang ................ Error! Bookmark not defined.
5.3.4 Pengembangan Malang Minapolitan ............................. Error! Bookmark not defined.
5.4. Kawasan Strategis Sosio-kultural ..................................... Error! Bookmark not defined.
5.5. Kawasan Strategis Penyelamatan Lingkungan Hidup.. Error! Bookmark not defined.

Peta 5.1 Peta Kawasan Strategis Kabupaten Malang ............................................................ 12

Gambar 5. 1 Ruang Bebas Hambatan pada Kawasan Bandara Abdulrahman Saleh ....... 5
Gambar 5. 2 Kawasan Perumahan Pengaruh Keberadaan Bandara pada Ruang Bebas
Hambatan di Saptorenggo ........................................................................................................... 6
Gambar 5. 3 Kawasan Perdagangan dan Pusat Pelayanan Pengaruh Keberadaan
Bandara Pada Ruang Bebas Hambatan ..................................................................................... 6
Gambar 5. 4 Arahan Zonasi Kawasan Pesisir Sendangbiru ................................................. 7
Gambar 5. 5 Rencana Pengembangan ...................................................................................... 9

V - 13
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Gambar 5. 6 Rencana Pengembangan Kawasan Sekitar Candi: Buffer Zone (Kiri),


Kawasan Perjas/Pendukung (Kanan), serta Bangunan Candi (Atas) ................................ 11

Pengembangan Kawasana Sendangbiru


Sebagai Kawasan Pelabuhan nasional/
Internasional dan kawasan Industri yang
dilengkapi dengan Permukiman
Perkotasan

V - 14
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

6.1 Perumusan Kebijakan Strategis Operasionalisasi Rencana Tata Ruang


Wilayah dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
Tata ruang yang telah disusun harus dijadikan pedoman pelaksanaan
pembangunan. Beberapa hal yang terkait dengan hal tersebut adalah
pembentukan dan tugas Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, Pokja-pokja
Pemanfaatan Ruang dan pengendalian terhadap ruang.

6.1.1 Kelembagaan Penataan Ruang Daerah (BKPRD)


Berdasarkan Keputusan Bupati Malang No. 180/378/KEP/421.013/2009
tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, disebutkan
bahwa penyelenggaraan penataan ruang di Kabupaten Malang menjadi
tanggung jawab Bupati.
Dalam pelaksanaan perlu melibatkan seluruh instansi yang ada untuk
digunakan sebagai pedoman adalah :
1. Perumusan kebijaksanaan pemanfaatan ruang di wilayah;
2. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan
antar wilayah dan daerah serta keserasian antar sektor;
3. Pemanfaatan segenap sumber daya yang tersedia secara optimal untuk
mencapai hasil pembangunan secara maksimal;

VI - 1
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

4. Mengarahkan dan mengantisipasi pemanfaatan ruang untuk pelaksanaan


pembangunan yang bersifat dinamis; serta
5. Mengendalikan fungsi pelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumber daya alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya
bangsa.
Kegiatan penataan ruang di Kabupaten Malang memerlukan koordinasi
yang baik, sehingga diperlukan pembentukan Badan Koordinasi Penataan Ruang
Daerah (BKPRD) Kabupaten Malang. Untuk itu maka susunan keanggotaan
BKPRD adalah :

Penanggung Jawab : Bupati Malang


Ketua : Wakil Bupati Malang
Ketua Harian : Sekretaris Daerah Kabupaten Malang
Sekretaris : Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Malang
Wakil Sekretaris : Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten
Malang
Anggota :
1. Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang;
2. Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang;
3. Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Malang;
4. Kepala Dinas Pengairan Kabupaten Malang;
5. Kepala Dinas Bina Marga Kabupaten Malang;
6. Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten
Malang;
7. Kepala Kantor Perumahan Kabupaten Malang; serta
8. Kepala Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Malang.

Dalam rangka mendayagunakan cara kerja BKPRD maka dapat dibentuk


Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang dengan susunan sebagai berikut :
1. Ketua : Kepala Bidang Sarana Prasarana dan Pengembangan
Wilayah pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Malang.
2. Wakil Ketua : Kepala Sub Bagian Peraturan Perundang-undangan pada
Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Malang.

VI - 2
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

3. Sekretaris : Kepala Sub Bidang Pengembangan Wilayah pada Badan


Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang.
4. Anggota :
a. Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan Pembangunan pada
Badan Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Malang;
b. Kepala Bidang Rehabilitasi Hutan dan Lahan pada Dinas Kehutanan
Kabupaten Malang;
c. Kepala Bidang Bina Manfaat pada Dinas Pengairan Kabupaten Malang;
d. Kepala Bidang Bina Teknik pada Dinas Bina Marga Kabupaten Malang;
e. Kepala Bidang Produksi Tanaman Perkebunan pada Dinas Pertanian
dan Perkebunan Kabupaten Malang;
f. Kepala Seksi Perencanaan dan Pemetaan Tata Ruang pada Dinas Cipta
Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang;
g. Kepala Sub Bagian Administrasi Pembangunan pada Bagian
Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah Kabupaten Malang;
h. Kepala Seksi Penatagunaan Tanah pada Kantor Pertanahan Kabupaten
Malang;
i. Kepala Bidang Perikanan pada Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Malang; serta
j. Kepala Seksi Pembinaan Perumahan Formal pada Kantor Perumahan
Kabupaten Malang.

Adapun ketentuan-ketentuan yang ditetapkan sehubungan dengan


dibentuknya Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang tersebut, meliputi :
1. Memberikan masukan kepada Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah
dalam rangka perumusan kebijakan perencanaan tata ruang Kabupaten
Malang;
2. Mengkoordinasikan dan melakukan evaluasi rencana tata ruang
Kabupaten Malang sesuai dengan ruang lingkup, wewenang dan tanggung
jawab Pemerintah Kabupaten Malang;
3. Menginventarisasi dan mengkaji permasalahan yang timbul dalam
perencanaan serta memberikan alternatif pemecahannya; serta

VI - 3
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

4. Melaporkan kegiatan kepada Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah


serta menyampaikan usulan kebijakan untuk dibahas dalam rapat pleno
Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah.

Untuk mengendalikan kegiatan Perencanaan Tata Ruang yang dilakukan,


maka dibentuk Kelompok Kerja Pengendalian Pemanfaatan Ruang dengan
susunan sebagai berikut :
1. Ketua : Kepala Bidang Tata Ruang pada Dinas Cipta Karya dan Tata
Ruang Kabupaten Malang.
2. Wakil Ketua : Kepala Sub Bidang Pengembangan Wilayah pada Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
3. Sekretaris : Kepala Seksi Perencanaan dan Pemetaan Tata Ruang pada
Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang.
4. Anggota :
a. Kepala Bidang Analisis Pencegahan Dampak Lingkungan pada Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Malang;
b. Kepala Seksi Pengendalian Tata Ruang pada Dinas Cipta Karya dan
Tata Ruang Kabupaten Malang;
c. Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban Umum pada Satuan Polisi
Pamong Praja dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Malang;
d. Kepala Sub Bagian Dokumentasi Hukum pada Bagian Hukum
Sekretariat Daerah Kabupaten Malang;
e. Kepala Sub Bagian Pemerintahan Umum pada Bagian Tata
Pemerintahan Umum Sekretariat Daerah Kabupaten Malang;
f. Kepala Seksi Penatagunaan Tanah pada Kantor Pertanahan Kabupaten
Malang; serta
g. Kepala Bidang Obyek Wisata pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Malang.

6.1.2 Penataan Ruang


Lebih lanjut guna mengatur penataan ruang di daerah, maka dalam
Permendagri No. 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di
Daerah pasal 8 disebutkan bahwa :

VI - 4
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

1. Penyusunan rencana tata ruang dilakukan melalui serangkaian pekerjaan


teknis yang meliputi :
a. Penentuan arah dan visi pengembangan wilayah;
b. Pengidentifikasian potensi dan masalah serta analisa pengembangan
wilayah;
c. Perumusan struktur dan pola pemanfaatan ruang; serta
d. Perumusan rencana tata ruang.
2. Penyusunan rencana tata ruang di daerah berpedoman pada Pedoman
Teknis sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
3. Dalam proses penyusunan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dilakukan diskusi dan lokakarya atau sarasehan dengan
mengundang instansi terkait, pakar, tokoh masyarakat, organisasi profesi
dan kemasyarakatan serta dunia usaha.
4. Kepala Daerah wajib mengumumkan rancangan final rencana tata ruang
kepada masyarakat.
Hal-hal yang terkait dengan pemanfaatan ruang dalam pasal 11
Permendagri No. 8 Tahun 1998 disebutkan bahwa :
1. Dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang, Kepala Daerah mempersiapkan
kebijaksanaan yang berisi pengaturan bagi wilayah atau kawasan yang
akan dimanfaatkan sesuai dengan fungsi lindung dan budidaya yang
ditetapkan dalam rencana tata ruang;
2. Pengaturan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa penetapan
Keputusan Kepala Daerah tentang ketentuan persyaratan teknis bagi
pemanfaatan ruang untuk kawasan lindung dan kawasan budidaya;
3. Ketentuan persyaratan teknis bagi pemanfaatan ruang dalam kawasan
lindung dan kawasan budidaya, sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku; serta
4. Penetapan ketentuan persyaratan teknis yang dilakukan oleh Gubernur
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), berupa kebijaksanaan umum dengan
mempertimbangkan rona dari kemampuan wilayah serta nilai budaya
setempat.

VI - 5
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Penentuan ketentuan persyaratan teknis yang dilakukan oleh


Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (2), berupa kebijaksanaan
operasional dengan berpedoman pada kebijakan umum ditetapkan oleh
Gubernur.

6.2 Prioritas dan Tahapan Pembangunan


Yang dimaksud prioritas dan tahapan pembangunan adalah penentuan
prioritas pelaksanaan pembangunan rancangan rencana, serta mengingat
beberapa hal sebagai berikut :
1. Adanya keterbatasan dana pembangunan yang tersedia pada setiap
tahapan pembangunan lima tahun;
2. Adanya komponen kawasan yang mempunyai efek ganda cukup besar
untuk mengarahkan perkembangan wilayah perencanaan sesuai dengan
struktur yang direncanakan, misalnya : jaringan sumber daya air, jaringan
jalan, utilitas dan sebagainya;
3. Jumlah batas ambang penduduk yang ada untuk mendukung keberadaan
suatu komponen pengembangan, macam dan jenis fasilitas pelayanan
lingkungan; serta
4. Adanya pentahapan pembangunan di wilayah perencanaan yang telah
ditetapkan dalam konsep pengembangan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Malang.
Tidak semua kebutuhan fasilitas dapat dibangun karena ada beberapa
pertimbangan dalam penentuan program yang dilaksanakan pada wilayah
perencanaan. Dasar-dasar pertimbangan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Adanya keterbatasan dana yang tersedia;
2. Adanya sarana dan prasarana yang telah ada yang masih dimanfaatkan;
3. Adanya permasalahan yang sifatnya mendesak untuk dilaksanakan; serta
4. Adanya komponen kawasan yang mempunyai multiplier effect yang besar
untuk merangsang tercapainya struktur yang diinginkan, misalnya
jaringan jalan.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka dapat ditentukan prioritas
pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Malang yang terdiri dari dua
komponen utama, yaitu struktur ruang dan pola ruang wilayah.

VI - 6
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

A. Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Malang


1. Sistem Perdesaan
a. Mempercepat pengembangan kawasan Agropolitan untuk
mendorong pertumbuhan kawasan perdesaan di Wilayah Malang
Timur dan Malang Barat melalui peningkatan produksi, pengolahan
dan pemasaran produk pertanian unggulan, serta pengembangan
infrastruktur penunjang; dan
b. Memprioritaskan pengembangan wilayah tertinggal melalui
peningkatan infrastruktur dan sarana pendukung lainnya.

2. Sistem Perkotaan
Yaitu pembentukan pusat kegiatan perkotaan secara berjenjang dan
bertahap sesuai pengembangan perkotaan. Prioritas pembangunan sistem
perkotaan di Kabupaten Malang meliputi :
a. Mempercepat pengembangan Perkotaan Perkotaan Malang Malang
melalui kerjasama dengan daerah lain khususnya Kota Malang;
b. Mempercepat perkembangan Kepanjen sebagai ibukota kabupaten
melalui pengembangan pusat pemerintahan, pengembangan
perumahan dan infrastruktur penunjang; serta
c. Mendorong dan mempercepat pengembangan perkotaan
Sendangbiru sebagai kota pelabuhan dan industri melalui promosi,
kerjasama dalam penyediaan tanah, dan pengembangan pelabuhan.
3. Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
a. Pengembangan sistem jaringan jalan raya melalui percepatan realisasi
jalan tol, Jalan Lingkar Timur, Jalan Lintas Selatan, serta jalan yang
menghubungkan Malang - Kepanjen;
b. Pengembangan sistem transportasi kereta api melalui peningkatan
pelayanan kereta api di Kabupaten Malang; serta
c. Pengembangan sistem transportasi udara melalui peningkatan
pelayanan Bandara Abdulrahman Saleh, dengan perpanjangan dan
pengembangan landasan pacu.

VI - 7
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

B. Pola Ruang Wilayah Kabupaten Malang


1. Kawasan Lindung
a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya,
melalui penetapan kawasan hutan dan pengamanan wilayah Daerah
Aliran Sungai (DAS);
b. Kawasan perlindungan setempat, melalui perbaikan mangrove dan
kawasan pesisir di Malang Selatan;
c. Kawasan suaka alam dan pelestarian alam, melalui perlidungan
kawasan cagar budaya dan reboisasi kawasan yang rusak;
d. Kawasan bencana alam, melalui peningkatan kegiatan untuk
penanggulangan bencana alam; serta
e. Kawasan lindung lainnya, melalui pengembalian rona alam yang
mengalami kerusakan pada kawasan-kawasan konservasi.
2. Kawasan Budidaya
a. Kawasan hutan produksi, melalui penetapan hutan produksi di
Kabupaten Malang yang mencapai 30,5 %.
b. Kawasan pertanian, melalui :
 Penetapan pertanian pangan berkelanjutan (sawah beririgasi
teknis);
 Pengembangan lumbung desa modern;
 Pengembangan holtikultura unggulan;
 Pengembangan sentra peternakan; serta
 Pengembangan perikanan tangkap, dan minapolitan;
c. Kawasan industri, melalui pengembangan industri menengah dan
home industry.
d. Kawasan pariwisata, melalui :
 Pengembangan zona wisata; dan
 Pengembangan wisata unggulan di Kabupaten Malang, yaitu :
Wisata Air Wendit di Malang Timur, Wisata Ritual Gunung Kawi,
Pantai Balekambang dan Pantai Ngliyep di Malang Selatan, serta
Waduk Selorejo dan Wanawisata Cobanrondo.
e. Kawasan permukiman, melalui penyediaan rumah yang layak huni di
Kabupaten Malang (pengembangan Kasiba-Lisiba).

VI - 8
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Pelaksanaan pembangunan dilakukan selama kurun waktu 20 tahun, yang


dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu :
 Tahap I : 2010 - 2014
 Tahap II : 2015 - 2019
 Tahap III : 2020 - 2024
 Tahap IV : 2025 - 2029
Arahan pemanfaatan ruang disusun berdasarkan indikasi program yang
ada. Didalam indikasi program tersebut terdapat tahapan pelaksanaan
pembangunan yang terbagi kedalam 4 tahap, pada setiap tahap tersebut dibagi 5
tahunan. Pada tahap pertama akan dijelaskan pertahun sedangkan tahap-tahap
berikutnya akan dijelaskan per 5 tahun.

6.3 Optimalisasi Aset Pemerintah Kabupaten Malang


Optimalisasi dilakukan terhadap aset-aset pemerintah seperti perusahaan
daerah dan pertanahan (pencadangan lahan), dalam rangka untuk meningkatkan
dan mengoptimalkan pembangunan daerah.
Perusahaan daerah yang dimiliki oleh Kabupaten Malang antara lain
adalah Jasa Yasa yang bergerak dalam bidang pengelolaan daya tarik wisata
seperti Taman Burung Jeru, Wendit, Songgoriti, Dewi Sri, Pemandian Metro,
Pantai Balaikambang, dan Pantai Ngiyep. Optimalisasi ini dilakukan untuk
meningkatkan pendapatan daerah khususnya Kabupaten Malang melalui
konsep wisata unggulan daerah yang dilakukan dengan pengembangan mandiri
oleh pemerintah daerah Kabupaten Malang maupun pengembangan kerjasama
dengan pihak ketiga.
Sedangkan optimalisasi aset pertanahan milik pemerintah Kabupaten
Malang salah satunya dilakukan dengan Land Banking. Land Banking merupakan
salah satu sistem pengelolaan lahan setelah dilakukan perakitan agar status
lahan tidak segera berubah kepemilikan (masuk ke tangan spekulan). Land
Banking dilakukan dalam rangka usaha pemerintah untuk menyediakan
cadangan lahan yang akan digunakan untuk kegiatan-kegiatan di luar rencana
dan sifatnya mendesak maupun dilakukan pemerintah untuk mendapatkan
keuntungan yang nantinya tanah tersebut juga akan dimanfaatkan untuk
kegiatan-kegiatan yang memiliki nilai strategis. Land Banking dipercayakan

VI - 9
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

kepada Lembaga Pemerintah atau yang ditunjuk. Sistem penggadaian lahan ini
mengacu pada konsep “future value” sebagai optimalisasi aset pemerintah
Kabupaten Malang.

VI - 10
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Tabel 6. 1 Tahapan Pelaksanaan Pembangunan (Indikasi Program)


WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
A Perwujudan Struktur Ruang
1 Perwujudan Pusat Kegiatan Perdesaan
1.1. Pengembangan kawasan perdesaan Kecamatan Pujon  APBD  Dinas Pertanian dan
a. Penyediaan lumbung modern di dan Kabupaten Perkebunan
√ √ √ √ √ √
pusat produksi Kecamatan Malang Kabupaten Malang
Poncokusumo
b. Pengembangan pasar Kecamatan Dampit  APBD  Dinas Pertanian dan
perkebunan √ √ √ √ √ √ Kabupaten Perkebunan
Malang Kabupaten Malang

1.2. Pengembangan kawasan Agropolitan

a. Program Pengembangan Agribis Kecamatan  APBD  Dinas Pertanian dan


Poncokusumo, Kabupaten Perkebunan
Kecamatan Wajak, Malang Kabupaten Malang,
Kecamatan Dinas Bina Marga
Tumpang, dan √ √ √ Kabupaten Malang,
Kecamatan Jabung Dinas Perindustrian,
Perdagangan dan
Pasar Kabupaten
Malang
b. Program Pengembangan Kecamatan  APBD  Dinas Pertanian dan
Fasilitas Pendukung Poncokusumo, Kabupaten Perkebunan
Kecamatan Wajak, Malang Kabupaten Malang,
Kecamatan Dinas Bina Marga
Tumpang, dan √ √ √ √ √ √ Kabupaten Malang,
Kecamatan Jabung Dinas Perindustrian,
Perdagangan dan
Pasar Kabupaten
Malang
c. Program Pengembangan Kecamatan  APBD  Dinas Pertanian dan
Prasarana Jalan Poncokusumo, Kabupaten Perkebunan
Kecamatan Wajak, √ √ √ √ √ √ Malang Kabupaten Malang,
Kecamatan Dinas Bina Marga
Tumpang, dan Kabupaten Malang,

VI - 11
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Kecamatan Jabung Dinas Perindustrian,
Perdagangan dan
Pasar Kabupaten
Malang
d. Program Pengembangan Kecamatan  APBD  Dinas Pertanian dan
Pariwisata Poncokusumo, Kabupaten Perkebunan
Kecamatan Wajak, Malang Kabupaten Malang,
Kecamatan Dinas Bina Marga
Tumpang, dan √ √ √ Kabupaten Malang,
Kecamatan Jabung Dinas Perindustrian,
Perdagangan dan
Pasar Kabupaten
Malang
2 Perwujudan Pusat Kegiatan Perkotaan
2.1. Pengembangan pusat kegiatan  APBN  Kementerian
perkotaan Kota Malang  APBD Pekerjaan Umum
a. Pengembangan atau Provinsi  Dinas Pekerjaan
peningkatan fungsi Perkotaan Jawa Timur Umum Bina Marga
√ √ √ √ √ √
Malang Sebagai PKN  APBD Provinsi Jawa Timur
Kabupaten  Dinas Bina Marga
Malang Kabupaten Malang
b. Pengembangan atau Kepanjen  APBD  Dinas Pekerjaan
peningkatan fungsi Perkotaan (Pelayanan Skala Provinsi Umum Bina Marga
Kepanjen sebagai Ibu Kota Kabupaten) Jawa Timur Provinsi Jawa Timur
Kabupaten √ √ √ √ √ √  APBD  Dinas Bina Marga
Kabupaten Kabupaten Malang
Malang
c. Pengembangan atau Perkotaan  APBD  Dinas Pekerjaan
peningkatan fungsi perkotaan Ngantang, Provinsi Umum Bina Marga
sebagai pusat wilayah Perkotaan Lawang, Jawa Timur Provinsi Jawa Timur
pengembangan perkotaan  APBD  Dinas Bina Marga
Tumpang, Kabupaten Kabupaten Malang
√ √ √ √ √ √
Perkotaan Dampit, Malang
Perkotaan Turen
dan Perkotaan
Sumbermanjing

VI - 12
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Wetan

2.2. Pengembangan Hirarki Perkotaan

a. Pengembangan kawasan Kota Malang dan  APBN  Kementerian


Perkotaan Malang Lingkar Kota  APBD Pekerjaan Umum
Malang Provinsi  Dinas Perhubungan
Jawa Timur Provinsi Jawa Timur,
 APBD Dinas Pekerjaan
Kabupaten Umum Bina Marga
√ √ √ √ √ √ Malang Provinsi Jawa Timur
 Dinas Cipta Karya
dan Tata Ruang
Kabupaten Malang,
Dinas Perhubungan,
Komunikasi dan
Informatika
Kabupaten Malang
b. Pengembangan Perkotaan Kota Batu,  APBN  Kementerian
Lingkar Kota Malang sebagai Perkotaan Lawang,  APBD Pekerjaan Umum
perkotaan satelit penunjang Perkotaan Provinsi  Dinas Perhubungan
Perkotaan Malang Tumpang, Jawa Timur Provinsi Jawa Timur,
Kepanjen, dan  APBD Dinas Pekerjaan
Perkotaan Turen Kabupaten Umum Bina Marga
√ √ √ √ √ √ Malang Provinsi Jawa Timur,
 Dinas Cipta Karya
dan Tata Ruang
Kabupaten Malang,
Dinas Perhubungan,
Komunikasi dan
Informatika
Kabupaten Malang
c. Pengembangan Perkotaan Perkotaan  APBD  Dinas Perhubungan
Sendangbiru sebagai perkotaan Sendangbiru Provinsi Provinsi Jawa Timur,
√ √ √ √ √ √
skala besar dengan fungsi Jawa Timur Dinas Pekerjaan
√ √
pelabuhan dan industri  APBD Umum Bina Marga
Kabupaten Provinsi Jawa Timur

VI - 13
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Malang  Dinas Cipta Karya
dan Tata Ruang
Kabupaten Malang,
Dinas Perhubungan,
Komunikasi dan
Informatika
Kabupaten Malang
Penetapan fungsi kawasan perdesaan dan
3
kawasan perkotaan
3.1. Penetapan fungsi kawasan perdesaan
 APBD  Dinas Pertanian dan
a. Pengembangan sentra produksi-
Kabupaten Perkebunan
pemasaran pada pusat kegiatan Kecamatan Pujon √
Malang Kabupaten Malang
ekonomi Pasar Mantung
b. Pengembangan produk Kecamatan Pujon,
unggulan, pengolahan dan Kecamatan
perluasan jaringan Ngantang,
 APBD  Dinas Pertanian dan
Kecamatan
Kabupaten Perkebunan
Poncokusumo, √ √ √
Malang Kabupaten Malang
Kecamatan
Sumbermanjing
Wetan
3.2. Penetapan fungsi kawasan perkotaan  Dinas Pekerjaan Umum
a. Interaksi Perkotaan Malang Cipta Karya dan Tata
Kota Batu, Ruang Provinsi Jawa
 APBD
Perkotaan Lawang, Timur
Kabupaten
Perkotaan  Dinas Cipta Karya dan
Tumpang, Malang
Tata Ruang Kabupaten
Perkotaan
√ √  APBD
Malang, Dinas
Kepanjen, dan Provinsi
Perhubungan,
Perkotaan Turen Jawa Timur
Komunikasi dan
Informatika Kabupaten
Malang
b. Kepanjen sebagai Ibukota Perkotaan  APBN  Badan Perencanaan dan
Kabupaten Kepanjen √ √ √ √ √ √  APBD Pembangunan
Provinsi Nasional, Kementerian
Jawa Timur Perhubungan,

VI - 14
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
 APBD Kementerian Kelautan
Kabupaten dan Perikanan,
Malang Kementerian
Lingkungan Hidup,
Kementerian
Perumahan Rakyat,
Badan Pertanahan
Nasional, Kementerian
Perindustrian,
Kementerian
Perdagangan, PT
Pelabuhan Indonesia,
Perum Perhutani
 Dinas Pekerjaan Umum
Bina Marga Provinsi
Jawa Timur, Dinas
Perikanan dan Kelautan
Provinsi Jawa Timur,
Dinas Perhubungan
Provinsi Jawa Timur,
Dinas Permukiman
Provinsi Jawa Timur,
Badan Pertanahan
Nasional Provinsi,
Dinas Perindustrian
dan Perdagangan
Provinsi Jawa Timur,
Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah
Provinsi Jawa Timur
 Dinas Cipta Karya dan
Tata Ruang Kabupaten
Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang,
Dinas Perhubungan,

VI - 15
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Komunikasi dan
Informatika Kabupaten
Malang, Dinas Bina
Marga Kabupaten
Malang, Dinas
Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Malang,
Kantor Perumahan
Kabupaten Malang,
Kantor Pertanahan
Kabupaten Malang,
Dinas Perindustrian,
Perdagangan dan Pasar
c. Sendangbiru sebagai kota Perkotaan  Kementerian Kelautan
pelabuhan dan industri Sendangbiru dan Perikanan,
Kementerian
Lingkungan Hidup,
Kementerian
Perumahan Rakyat,
Badan Pertanahan
Nasional, Kementerian
Perindustrian,
 APBN
Kementerian
 APBD
Perdagangan, Badan
Provinsi
√ √ √ √ √ √ √ √ Perencanaan dan
Jawa Timur
Pembangunan
 APBD Nasional, Kementerian
Kabupaten Perhubungan, PT
Malang Pelabuhan Indonesia,
Perum Perhutani,
 Dinas Pekerjaan Umum
Bina Marga Provinsi
Jawa Timur, Dinas
Perikanan dan Kelautan
Provinsi Jawa Timur,
Dinas Perhubungan
Provinsi Jawa Timur,

VI - 16
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Dinas Permukiman
Provinsi Jawa Timur,
Badan Pertanahan
Nasional Provinsi Jawa
Timur, Dinas
Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi
Jawa Timur, Badan
Perencanaan
Pembangunan Daerah
Provinsi Jawa Timur
 Dinas Bina Marga
Kabupaten Malang,
Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten
Malang, Dinas
Perhubungan,
Komunikasi dan
Informatika Kabupaten
Malang, Kantor
Perumahan Kabupaten
Malang, Kantor
Pertanahan Kabupaten
Malang, Dinas
Perindustrian,
Perdagangan dan Pasar
Kabupaten Malang,
Badan Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang
d. Pengembangan perkotaan Seluruh Ibu Kota  APBD  Dinas Pekerjaan Umum
Ibukota Kecamatan Kecamatan Provinsi Bina Marga Provinsi
√ √ √ √ √ √ √ √ Jawa Timur Jawa Timur
 APBD  Dinas Bina Marga
Kabupaten Kabupaten Malang,

VI - 17
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Malang Dinas Cipta Karya dan
Tata Ruang Kabupaten
Malang

4 Perwujudan Sistem Prasarana Wilayah

4.1. Transportasi
a. Transportasi Jalan Raya
1. Pengembangan jalan  Kementerian Pekerjaan
penghubung desa dan kota Umum
 Dinas Pekerjaan Umum
Bina Marga Provinsi
Jawa Timur
 APBN
 APBD  Dinas Bina Marga
√ √ √ √ √ √ √ Kabupaten Malang,
Provinsi
Jawa Timur Kantor Pertanahan
Kabupaten Malang,
 APBD
Badan Perencanaan
Kabupaten
Pembangunan
Kabupaten Malang,
Dinas Cipta Karya dan
Tata Ruang Kabupaten
Malang
2. Jalan tol : Surabaya - Jalur yang melalui  Kementerian Pekerjaan
Gempol - Pandaan - Malang lawang-pakis- Umum, Dinas
- Kepanjen tajinan- Pekerjaan Umum Bina
bululawang- Marga Provinsi Jawa
 APBN
Gondanglegi- Timur, Dinas Bina
kepanjen.  APBD
Marga Kabupaten,
√ √ √ √ √ √ Provinsi
Badan Pertanahan
Jawa Timur
Nasional Kabupaten
 APBD Malang, Badan
Kabupaten
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang,
Dinas Cipta Karya dan

VI - 18
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Tata Ruang Kabupaten
Malang, Bagian
Pertanahan Kabupaten
Malang
3. Jalan arteri primer Surabaya Jalan arteri primer  Kementerian Pekerjaan
- Malang - Turen - yang melalui Umum
Sendangbiru dan JLS Lawang-Kota  Dinas Pekerjaan Umum
Malang-  APBN Bina Marga Provinsi
Bululawang-  APBD Jawa Timur
Turen- Provinsi  Dinas Bina Marga
Sumbermanjing √ √ √ Jawa Timur Kabupaten, Kantor
Wetan  APBD Pertanahan Kabupaten
Kabupaten Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang
4. Jalan kolektor primer Jalan Kolektor  Kementerian Pekerjaan
Malang-Kediri yang melalui Kota Umum
Malang-  Dinas Pekerjaan Umum
Kecamatan  APBN Bina Marga Provinsi
Karangploso-Kota  APBD Jawa Timur
Batu-Kecamatan Provinsi  Dinas Bina Marga
Pujon-Kecamatan √ √ Jawa Timur Kabupaten, Kantor
Ngantang-  APBD Pertanahan Kabupaten
KecamatanKasemb Kabupaten Malang, Badan
on Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang
5. Jalan kolektor primer Jalan kolektor yang  APBN  Kementerian Pekerjaan
Malang-Blitar melalui Kota  APBD Umum
Malang- Provinsi  Dinas Pekerjaan Umum
Kecamatan √ √ Jawa Timur Bina Marga Provinsi
Pakisaji-  APBD Jawa Timur
Kecamatan Kabupaten  Dinas Bina Marga

VI - 19
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Kepanjen- Kabupaten, Kantor
KecamatanSumber Pertanahan Kabupaten
pucung-Kota Blitar Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang
6. Jalan kolektor primer Jalan kolektor  Kementerian Pekerjaan
Malang-Lumajang Primer yang Umum
melalui Kota  Dinas Pekerjaan Umum
Malang-  APBN Bina Marga Provinsi
Bululawang-  APBD Jawa Timur
Turen-Tirtoyudo- Provinsi  Dinas Bina Marga
Ampelgading- √ √ Jawa Timur Kabupaten, Kantor
Kabupaten  APBD Pertanahan Kabupaten
Lumajang Kabupaten Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang.
7. Jalan kolektor sekunder Jalan kolektor  Kementerian Pekerjaan
Malang- Perkotaan sekunder melalui Umum
Sendangbiru Bululawang-  Dinas Pekerjaan Umum
Gondanglegi- Bina Marga Provinsi
Bantur- Jawa Timur
 APBN
Balekambang-  Dinas Bina Marga
Jalan Lintas  APBD
Kabupaten, Kantor
√ √ Provinsi
Selatan (JLS)- √ Pertanahan Kabupaten
Jawa Timur
Sendangbiru Malang, Badan
 APBD
Perencanaan
Kabupaten
Pembangunan
Kabupaten Malang,
Dinas Cipta Karya dan
Tata Ruang Kabupaten
Malang
8. Jalan kolektor sekunder Jalan kolektor √ √ √  APBN  Kementerian Pekerjaan

VI - 20
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Malang-Kota Batu sekunder melalui  APBD Umum
Karangploso- Provinsi  Dinas Pekerjaan Umum
Giripurno Jawa Timur Bina Marga Provinsi
 APBD Jawa Timur
Kabupaten  Dinas Bina Marga
Kabupaten, Kantor
Pertanahan Kabupaten
Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang,
Dinas Cipta Karya dan
Tata Ruang Kabupaten
Malang
9. Jalan kolektor sekunder Jalan kolektor  Kementerian Pekerjaan
Malang-Perkotaan sekunder melalui Umum
Sendangbiru Dampit - Klepu -  Dinas Pekerjaan Umum
Tegalrejo - Bina Marga Provinsi
Sidomulyo - Jawa Timur
 APBN
Sendangbiru  Dinas Bina Marga
 APBD
√ √ Provinsi Kabupaten, Kantor
√ Pertanahan Kabupaten
Jawa Timur
Malang, Badan
 APBD
Perencanaan
Kabupaten
Pembangunan
Kabupaten Malang,
Dinas Cipta Karya dan
Tata Ruang Kabupaten
Malang
10. Jalan Lintas Timur Jalan yang  APBN  Kementerian Pekerjaan
melintasi Turen-  APBD Umum
Wajak- √ √ √ √ √ √ √ √ Provinsi  Dinas Pekerjaan Umum
Poncokusumo- Jawa Timur Bina Marga Provinsi
Tumpang-Pakis  APBD Jawa Timur
Kabupaten  Dinas Bina Marga

VI - 21
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Kabupaten, Kantor
Pertanahan Kabupaten
Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang,
Dinas Cipta Karya dan
Tata Ruang Kabupaten
Malang
11. Jalan sirip/tembus internal  Kementerian Pekerjaan
dan eksternal Umum
 Dinas Pekerjaan Umum
Bina Marga Provinsi
Jawa Timur
 APBN  Dinas Bina Marga
Kabupaten, Kantor
 APBD
Pertanahan Kabupaten
Provinsi
Malang, Badan
√ √ Jawa Timur
Perencanaan
 APBD
Pembangunan
Kabupaten
Kabupaten Malang,
Dinas Cipta Karya dan
Tata Ruang Kabupaten
Malang, Bagian
Pertanahan Kabupaten
Malang
12. Perbaikan terminal Kecamatan
Gondanglegi,  Dinas Perhubungan,
Kecamatan Komunikasi dan
 APBD
Dampit, Informatika Kabupaten
Kabupaten
Kecamatan √ √ √ Malang, Dinas Cipta
Malang
Singosari, dan Karya dan Tata Ruang
Kecamatan Kabupaten Malang
Tumpang
13. Pemindahan dan Kecamatan Turen  APBD  Dinas Perhubungan,

VI - 22
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
peningkatan APK menjadi Kabupaten Komunikasi dan
terminal tipe C di Desa √ √ √ Malang Informatika Kabupaten
Talok Kecamatan Turen Malang, Dinas Cipta
Karya dan Tata Ruang
Kabupaten Malang
14. Pemindahan dan Kecamatan  Dinas Perhubungan,
peningkatan terminal tipe C Kepanjen Komunikasi dan
 APBD
Talangagung menjadi Informatika Kabupaten
Kabupaten
terminal tipe B di Desa √ √ √ Malang, Dinas Cipta
Malang
Ngadilangkung Kecamatan Karya dan Tata Ruang
Kepanjen Kabupaten Malang
15. Infrastruktur pendukung Kecamatan
 Dinas Perhubungan,
terminal Gondanglegi
Komunikasi dan
Kecamatan Dampit  APBD
Informatika Kabupaten
Kecamatan Kabupaten
Malang, Dinas Cipta
Singosari √ √ √ Malang
Karya dan Tata Ruang
Kecamatan
Kabupaten Malang
Tumpang
b. Transportasi Kereta Api  PT Kereta Api
1. Pengembangan jaringan Jalur Kereta Api Indonesia
double track Yang Melalui  Dinas Perhubungan,
 BUMN
Kepanjen-Pakisaji- √ √ Komunikasi, dan
Kota Malang- Informatika Kabupaten
Singosari-Lawang Malang
2. Pengembangan jalur KA Jalur Kereta Api  PT Kereta Api
komuter Yang Melalui Indonesia
Kepanjen-Pakisaji-  Dinas Perhubungan,
 BUMN
Kota Malang- √ √ Komunikasi, dan
Singosari-Lawang Informatika Kabupaten
Malang
3. Pengembangan Dry Port Perkotaan Lawang  Kementerian Pekerjaan
Umum
 APBN
 Dinas Pekerjaan Umum
 APBD
Bina Marga Provinsi
Provinsi
√ Jawa Timur, Dinas
Jawa Timur
Perhubungan Provinsi
Jawa Timur

VI - 23
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
 Dinas Bina Marga
Kabupaten Malang,
Dinas Perhubungan,
Komunikasi, dan
Informatika Kabupaten
Malang
c. Transportasi Laut  Kementerian Pekerjaan
1. Sarana pendukung Perkotaan Umum
Pangkalan kendaraan Sendangbiru  Dinas Pekerjaan Umum
angkutan barang Kecamatan Bina Marga Provinsi
Sumbermanjing Jawa Timur, Dinas
Wetan  APBD Perhubungan Provinsi
Kabupaten Jawa Timur

Malang  Dinas Bina Marga
Kabupaten Malang,
Dinas Perhubungan,
Komunikasi, dan
Informatika Kabupaten
Malang
2. Pengembangan pelabuhan Sendangbiru  Dinas Bina Marga
umum Kabupaten Malang,
 APBD
Dinas Perhubungan,
Kabupaten
Komunikasi, dan
√ √ Malang
Informatika Kabupaten
Malang
3. Prasarana pendukung Perkotaan  Kementerian
Terminal barang dan Sendangbiru Perhubungan
penumpang Kecamatan  Dinas Pekerjaan Umum
Sumbermanjing Bina Marga Provinsi
Wetan  APBN Jawa Timur, Dinas
 APBD Perhubungan Provinsi
Provinsi Jawa Timur
√ √
Jawa Timur  Dinas Bina Marga
Kabupaten Malang,
Dinas Perhubungan,
Komunikasi dan
Informatika Kabupaten

VI - 24
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Malang
4. Pengembangan jalan Perkotaan  Kementerian Pekerjaan
internal Sendangbiru Umum
Kecamatan  Dinas Pekerjaan Umum
Sumbermanjing Bina Marga Provinsi
Wetan Jawa Timur, Dinas
 APBN
Perhubungan Provinsi
 APBD
Jawa Timur
√ √ Provinsi
 Dinas Bina Marga
Jawa Timur
Kabupaten Malang,
Dinas Perhubungan,
Komunikasi dan
Informatika Kabupaten
Malang
5. Halte di sepanjang jalur Perkotaan  Kementerian Pekerjaan
angkutan umum Sendangbiru Umum
Kecamatan  Dinas Pekerjaan Umum
Sumbermanjing Bina Marga Provinsi
Wetan Jawa Timur, Dinas
 APBN
Perhubungan Provinsi
 APBD
Jawa Timur
Provinsi
√ √  Dinas Bina Marga
Jawa Timur
Kabupaten Malang,
Dinas Perhubungan,
Komunikasi dan
Informatika Kabupaten
Malang
6. Prasarana penunjang Perkotaan  Kementerian Pekerjaan
ekspor-impor Sendangbiru Umum
Kecamatan  Dinas Pekerjaan Umum
Sumbermanjing  APBN Bina Marga Provinsi
Wetan  APBD Jawa Timur, Dinas
Provinsi Perhubungan dan
√ √
Jawa Timur Pariwisata Provinsi
Jawa Timur
 Dinas Bina Marga
Kabupaten Malang,

VI - 25
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Dinas Pedagangan,
Perindustrian dan Pasar
Kabupaten Malang
4.2. Transportasi Udara  Dinas Bina Marga
a. Peningkatan jalan menuju Kecamatan Jabung Kabupaten Malang,
 APBD
bandara √ √ √ √ √ √ Dinas Perhubungan,
Kabupaten
Komunikasi dan
Malang
Informatika Kabupaten
Malang
b. Peningkatan panjang landasan Kecamatan Jabung  Dinas Bina Marga
pacu Kabupaten Malang,
 APBD
√ √ √ √ √ √ Dinas Perhubungan,
Kabupaten
Komunikasi dan
Malang
Informatika Kabupaten
Malang
4.3. Prasarana Telematika
a. Penyediaan tower BTS (Base √ √ √ √ √ √ √ √
 Swasta  Swasta
Transceiver Station) secara
bersama
b. Pengadaan sistem internet, 3G √ √ √ √ √ √ √ √
 Swasta  Swasta
dan GPS
4.4. Prasarana Pengairan a. Waduk Kali
a. Pengembangan waduk, Genteng di
bendung, cek dam kecamatan
Dampit
b. Bendungan
Sengguruh di  APBD
 Dinas Pekerjaan Umum
Kecamatan Provinsi
Pengairan Provinsi
Kepanjen Jawa Timur
Jawa Timur
c. Bendungan √ √  APBD
Karangkates di  Dinas Pengairan
Kabupaten
Kabupaten Malang
Kecamatan Malang
Sumberpucung
d. Dam Selorejo
di kecamatan
Ngantang;
e. Dam Sutami di

VI - 26
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Kecamatan
Sumberpucung
f. Dam Lahor di
Kecamatan
Sumberpucung
g. Dam Trap
Sewu di
Kecamatan
Tirtoyudo
b. Penanaman pohon pencegah  APBD
√ √ √ √ √ √  Dinas Pengairan
longsor Kabupaten
Kabupaten Malang
Malang
c. Pembangunan dan perbaikan  APBD
 Dinas Pengairan
pintu air Kabupaten
Kabupaten Malang
√ √ Malang
4.5. Prasarana Energi/listrik
a. Penambahan dan perbaikan  Perusahaan Listrik
 BUMN
jaringan Negara
√ √
b. Peningkatan infrastruktur
 Perusahaan Listrik
pendukung  BUMN
√ √ Negara
c. Pengembangan sumber listrik  Perusahaan Listrik
(PLTA baru)
√ √  BUMN
Negara
4.6. Prasarana lingkungan Kecamatan Wagir  Kementerian Pekerjaan
Pengadaan Tempat Pemrosesan  APBN Umum
Akhir regional  APBD  Dinas Pekerjaan
Provinsi Umum, Dinas Cipta
Jawa Timur, Karya dan Tata Ruang
√ √ √ √ √ √  APBD Provinsi Jawa Timur
Kabupaten  Dinas Cipta Karya dan
Malang Tata Ruang Kabupaten
 APBD Malang
(Kota  Dinas Kebersihan dan
Malang) Pertamanan (Kota
Malang)
B. Perwujudan Pola Ruang

VI - 27
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)

Perwujudan Kawasan Lindung


1

1.1. Kawasan Lindung


a. Pemantapan kawasan lindung
bernilai strategis dalam
penyediaan air
1. Taman Nasional Bromo- Kecamatan  Dinas Kehutanan
Tengger-Semeru (TN-BTS) Poncokusumo Provinsi Jawa Timur
 APBD  Badan Perencanaan
Provinsi Pembangunan
Jawa Timur Kabupaten Malang,
√ √ √ √ √ √ √
 APBD Dinas Kehutanan
Kabupaten Kabupaten Malang,
Malang Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten
Malang
2. Taman Hutan Raya R. Kecamatan Pujon  Dinas Kehutanan
Soeryo Provinsi Jawa Timur
 APBD  Badan Perencanaan
Provinsi Pembangunan
Jawa Timur Kabupaten Malang,
√ √ √ √ √ √ √
 APBD Dinas Kehutanan
Kabupaten Kabupaten Malang,
Malang Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten
Malang
3. Gunung Anjasmoro Kecamatan  APBD  Dinas Kehutanan
Wonosari Provinsi Provinsi Jawa Timur
√ √ √ √ √ √ √ Jawa Timur  Badan Perencanaan
 APBD Pembangunan
Kabupaten Kabupaten Malang,
Malang Dinas Kehutanan

VI - 28
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Kabupaten Malang,
Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten
Malang
4. Pegunungan Kawi Kecamatan  Dinas Kehutanan
Wonosari dan Provinsi Jawa Timur
Kecamatan  APBD  Badan Perencanaan
Ngajum
Provinsi Pembangunan
√ √ √ √ √ √ √ Jawa Timur Kabupaten Malang,
 APBD Dinas Kehutanan
Kabupaten Kabupaten Malang,
Malang Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten
Malang
5. Gunung Kelud Kecamatan  Dinas Kehutanan
Ngantang Provinsi Jawa Timur
 APBD  Badan Perencanaan
Provinsi Pembangunan
√ √ √ √ √ √ √ Jawa Timur Kabupaten Malang,
 APBD Dinas Kehutanan
Kabupaten Kabupaten Malang,
Malang Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten
Malang
b. Memelihara habitat dan keaslian Kecamatan  Dinas Kehutanan
ekosistem Poncokusumo  APBD Provinsi Jawa Timur
1. Taman Nasional Bromo Provinsi  Badan Perencanaan
Tengger Semeru (TN-BTS) √ √ √ √ √ √ √ Jawa Timur Pembangunan
 APBD Kabupaten Malang,
Kabupaten Dinas Kehutanan
Malang Kabupaten Malang,
Badan Lingkungan

VI - 29
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Hidup Kabupaten
Malang
2. Taman Hutan Raya R. Kecamatan Pujon  Dinas Kehutanan
Soeryo Provinsi Jawa Timur
 APBD  Badan Perencanaan
Provinsi Pembangunan
Jawa Timur Kabupaten Malang,
√ √ √ √ √ √ √
 APBD Dinas Kehutanan
Kabupaten Kabupaten Malang,
Malang Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten
Malang
3. Gunung Kawi Kecamatan  Dinas Kehutanan
Wonosari dan Provinsi Jawa Timur
Kecamatan  APBD  Badan Perencanaan
Ngajum Provinsi Pembangunan
√ √ √ √ √ √ √ Jawa Timur Kabupaten Malang,
 APBD Dinas Kehutanan
Kabupaten Kabupaten Malang,
Malang Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten
Malang
4. Gunung Kelud Kecamatan  Dinas Kehutanan
Ngantang Provinsi Jawa Timur
 APBD  Badan Perencanaan
Provinsi Pembangunan
Jawa Timur Kabupaten Malang,
√ √ √  APBD Dinas Kehutanan
Kabupaten Kabupaten Malang,
Malang Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten
Malang
1.2. Kawasan Perlindungan Setempat
a. Perlindungan hutan bakau
(mangrove)

VI - 30
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)

1. Pantai Sipelot  Dinas Kehutanan


Provinsi Jawa Timur,
Badan Lingkungan
Hidup Provinsi Jawa
Timur, Dinas
Perikanan dan
Kelautan Provinsi
Jawa Timur, Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi
 APBD
Jawa Timur
Provinsi
Jawa Timur  Dinas Kehutanan
√ √ √ √ √ √ √ Kabupaten Malang,
 APBD
Badan Lingkungan
Kabupaten
Hidup Kabupaten
Malang
Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang,
Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten
Malang, Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten
Malang
2. Pantai Tamban  Dinas Kehutanan
Provinsi Jawa Timur,
Badan Lingkungan
 APBD
Hidup Provinsi Jawa
Provinsi
Timur, Dinas
Jawa Timur
√ √ √ √ √ √ √ Perikanan dan
 APBD
Kelautan Provinsi
Kabupaten
Jawa Timur, Dinas
Malang
Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi
Jawa Timur

VI - 31
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
 Dinas Kehutanan
Kabupaten Malang,
Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten
Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang,
Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten
Malang, Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten
Malang

b. Perlindungan terumbu karang

1. Pulau Sempu  Dinas Kehutanan


Provinsi Jawa Timur,
Badan Lingkungan
Hidup Provinsi Jawa
Timur, Dinas
Perikanan dan
Kelautan Provinsi
 APBD Jawa Timur, Dinas
Provinsi Kebudayaan dan
Jawa Timur Pariwisata Provinsi
√ √ √ √ √ √ √
 APBD Jawa Timur
Kabupaten  Dinas Kehutanan
Malang Kabupaten Malang,
Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten
Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang,
Dinas Kelautan dan

VI - 32
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Perikanan Kabupaten
Malang, Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten
Malang
2. Pantai Tambakasri  Dinas Kehutanan
Provinsi Jawa Timur,
Badan Lingkungan
Hidup Provinsi Jawa
Timur, Dinas
Perikanan dan
Kelautan Provinsi
Jawa Timur, Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi
 APBD
Jawa Timur
Provinsi
 Dinas Kehutanan
Jawa Timur
√ √ √ √ √ √ √ Kabupaten Malang,
 APBD
Badan Lingkungan
Kabupaten
Hidup Kabupaten
Malang
Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang,
Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten
Malang, Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten
Malang
3. Pantai Wonogoro  Dinas Kehutanan
 APBD
Provinsi Jawa Timur,
Provinsi
Badan Lingkungan
Jawa Timur
√ √ √ √ √ √ √ Hidup Provinsi Jawa
 APBD
Timur, Dinas
Kabupaten
Perikanan dan
Malang
Kelautan Provinsi

VI - 33
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Jawa Timur, Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi
Jawa Timur
 Dinas Kehutanan
Kabupaten Malang,
Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten
Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang,
Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten
Malang, Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten
Malang
4. Pantai Tamban  Dinas Kehutanan
Provinsi Jawa Timur,
Badan Lingkungan
Hidup Provinsi Jawa
Timur, Dinas
Perikanan dan
Kelautan Provinsi
 APBD
Jawa Timur, Dinas
Provinsi
Kebudayaan dan
Jawa Timur
√ √ √ √ √ √ √ Pariwisata Provinsi
 APBD Jawa Timur
Kabupaten
 Dinas Kehutanan
Malang
Kabupaten Malang,
Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten
Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang,

VI - 34
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten
Malang, Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten
Malang
5. Pantai Kondang Iwak  Dinas Kehutanan
Provinsi Jawa Timur,
Badan Lingkungan
Hidup Provinsi Jawa
Timur, Dinas
Perikanan dan
Kelautan Provinsi
Jawa Timur, Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi
 APBD
Jawa Timur
Provinsi
Jawa Timur  Dinas Kehutanan
√ √ √ √ √ √ √ Kabupaten Malang,
 APBD
Badan Lingkungan
Kabupaten
Hidup Kabupaten
Malang
Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang,
Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten
Malang, Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten
Malang
c. Perlindungan rumput laut atau
padang lamun
1. Pantai Kondangmerak  APBD  Dinas Kehutanan
√ √ √ √ √ √ √ Provinsi Provinsi Jawa Timur,
Jawa Timur Badan Lingkungan

VI - 35
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
 APBD Hidup Provinsi Jawa
Kabupaten Timur, Dinas
Malang Perikanan dan
Kelautan Provinsi
Jawa Timur, Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi
Jawa Timur
 Dinas Kehutanan
Kabupaten Malang,
Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten
Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang,
Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten
Malang, Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten
Malang
d. Perlindungan kawasan estuaria  Dinas Kehutanan
Provinsi Jawa Timur,
Badan Lingkungan
Hidup Provinsi Jawa
Timur, Dinas
 APBD
Perikanan dan
Provinsi
Kelautan Provinsi
Jawa Timur
√ √ √ √ √ √ √ Jawa Timur, Dinas
 APBD Kebudayaan dan
Kabupaten
Pariwisata Provinsi
Malang
Jawa Timur
 Dinas Kehutanan
Kabupaten Malang,
Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten

VI - 36
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang,
Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten
Malang, Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten
Malang
e. Perlindungan sungai besar di
luar kawasan permukiman
1. Sungai Brantas  Kementerian
Pekerjaan Umum
 APBN  Dinas Pengairan
Provinsi Jawa Timur,
 APBD
Badan Perencanaan
Provinsi
Pembangunan Daerah
√ √ √ √ √ √ √ √ Jawa Timur
Provinsi Jawa Timur
 APBD
 Dinas Pengairan
Kabupaten
Kabupaten Malang,
Malang
Badan Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang
2. Sungai Lesti  Kementerian
Pekerjaan Umum
 Dinas Pengairan
 APBN
Provinsi Jawa Timur,
 APBD
Badan Perencanaan
Provinsi
Pembangunan Daerah
√ √ √ √ √ √ √ √ Jawa Timur
Provinsi Jawa Timur
 APBD
 Dinas Pengairan
Kabupaten
Kabupaten Malang,
Malang
Badan Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang

VI - 37
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
3. Sungai Metro  Kementerian
Pekerjaan Umum
 APBN  Dinas Pengairan
Provinsi Jawa Timur,
 APBD
Badan Perencanaan
Provinsi
Pembangunan Daerah
√ √ √ √ √ √ √ √ Jawa Timur
Provinsi Jawa Timur
 APBD
 Dinas Pengairan
Kabupaten
Kabupaten Malang,
Malang
Badan Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang
4. Kali genteng  Kementerian
Pekerjaan Umum
 Dinas Pengairan
 APBN
Provinsi Jawa Timur,
 APBD
Badan Perencanaan
Provinsi
Pembangunan Daerah
√ √ √ √ √ √ √ √ Jawa Timur
Provinsi Jawa Timur
 APBD
 Dinas Pengairan
Kabupaten
Kabupaten Malang,
Malang
Badan Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang
5. Kali Sumber Bulus  Kementerian
Pekerjaan Umum
 APBN  Dinas Pengairan
Provinsi Jawa Timur,
 APBD
Badan Perencanaan
Provinsi
Pembangunan Daerah
√ √ √ √ √ √ √ √ Jawa Timur
Provinsi Jawa Timur
 APBD
 Dinas Pengairan
Kabupaten
Kabupaten Malang,
Malang
Badan Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang
6. Kali rejo √ √ √ √ √ √ √ √  APBN  Kementerian

VI - 38
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
 APBD Pekerjaan Umum
Provinsi  Dinas Pengairan
Jawa Timur Provinsi Jawa Timur,
 APBD Badan Perencanaan
Kabupaten Pembangunan Daerah
Malang Provinsi Jawa Timur
 Dinas Pengairan
Kabupaten Malang,
Badan Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang
7. Kali Manjing  Kementerian
Pekerjaan Umum
 APBN  Dinas Pengairan
Provinsi Jawa Timur,
 APBD
Badan Perencanaan
Provinsi
Pembangunan Daerah
√ √ √ √ √ √ √ √ Jawa Timur
Provinsi Jawa Timur
 APBD
 Dinas Pengairan
Kabupaten
Kabupaten Malang,
Malang
Badan Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang
f. Perlindungan anak-anak sungai  Kementerian
di luar permukiman Pekerjaan Umum
 Dinas Pengairan
 APBN
Provinsi Jawa Timur,
 APBD
Badan Perencanaan
Provinsi
Pembangunan Daerah
√ √ √ √ √ √ √ √ Jawa Timur
Provinsi Jawa Timur
 APBD
 Dinas Pengairan
Kabupaten
Kabupaten Malang,
Malang
Badan Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang
g. Perlindungan sekitar waduk

VI - 39
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)

1. Bendungan Selorejo Kecamatan  Dinas Pengairan


Ngantang Provinsi Jawa Timur,
Badan Perencanaan
 APBD
Pembangunan Daerah
Provinsi
Provinsi Jawa Timur,
Jawa Timur
√ √ √ √ √ √ √ √ Perum Jasa Tirta
 APBD
 Dinas Pengairan
Kabupaten
Kabupaten Malang,
Malang
Badan Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang
2. Bendungan Sengguruh Kecamatan  Dinas Pengairan
Kepanjeng, Pagak Provinsi Jawa Timur,
dan Gondanglegi Badan Perencanaan
 APBD
Pembangunan Daerah
Provinsi
Provinsi Jawa Timur,
Jawa Timur
√ √ √ √ √ √ √ √ Perum Jasa Tirta
 APBD
 Dinas Pengairan
Kabupaten
Kabupaten Malang,
Malang
Badan Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang
3. Bendungan Karangkates Kecamatan  Dinas Pengairan
atau Sutami Sumberpucung Provinsi Jawa Timur,
Badan Perencanaan
 APBD
Pembangunan Daerah
Provinsi
Provinsi Jawa Timur,
Jawa Timur
√ √ √ √ √ √ √ √ Perum Jasa Tirta
 APBD
 Dinas Pengairan
Kabupaten
Kabupaten Malang,
Malang
Badan Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang
4. Bendungan Lahor Kecamatan  APBD  Dinas Pengairan
Sumberpucung, √ √ √ √ √ √ √ √ Provinsi Provinsi Jawa Timur,
(Kabupaten Blitar) Jawa Timur Badan Perencanaan

VI - 40
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
 APBD Pembangunan Daerah
Kabupaten Provinsi Jawa Timur,
Malang Perum Jasa Tirta
 Dinas Pengairan
Kabupaten Malang,
Badan Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang
5. Waduk Trap Sewu Kecamatan  Dinas Pengairan
Tirtoyudo Provinsi Jawa Timur,
 APBD Badan Perencanaan
Provinsi Pembangunan Daerah
Jawa Timur Provinsi Jawa Timur
√ √ √ √ √ √ √ √
 APBD  Dinas Pengairan
Kabupaten Kabupaten Malang,
Malang Badan Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang
6. Waduk Kali Genteng Kecamatan Dampit  Dinas Pengairan
Provinsi Jawa Timur,
 APBD Badan Perencanaan
Provinsi Pembangunan Daerah
Jawa Timur Provinsi Jawa Timur
√ √ √ √ √ √ √ √
 APBD  Dinas Pengairan
Kabupaten Kabupaten Malang,
Malang Badan Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang

h. Perlindungan sekitar mata air

1. Mata Air Wendit Kecamatan Pakis  APBD  Dinas Pengairan


Provinsi Provinsi Jawa Timur,
Jawa Timur Badan Perencanaan
√ √ √ √ √ √ √ √
 APBD Pembangunan Daerah
Kabupaten Provinsi Jawa Timur
Malang  Dinas Pengairan

VI - 41
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Kabupaten Malang,
Badan Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang,
Perhutani, PDAM
Kabupaten Malang
2. Mata Air Maguan Kecamatan  Dinas Pengairan
Ngajum Provinsi Jawa Timur,
Badan Perencanaan
 APBD
Pembangunan Daerah
Provinsi
Provinsi Jawa Timur
Jawa Timur
√ √ √ √ √ √ √ √  Dinas Pengairan
 APBD
Kabupaten Malang,
Kabupaten
Badan Perencanaan
Malang
Pembangunan
Kabupaten Malang,
Perhutani
3. Mata Air Jenon Kecamatan Tajinan  Dinas Pengairan
Provinsi Jawa Timur,
Badan Perencanaan
 APBD
Pembangunan Daerah
Provinsi
Provinsi Jawa Timur
Jawa Timur
√ √ √ √ √ √ √ √  Dinas Pengairan
 APBD
Kabupaten Malang,
Kabupaten
Badan Perencanaan
Malang
Pembangunan
Kabupaten Malang,
Perhutani
4. Mata Air Wringinsongo Kecamatan  Dinas Pengairan
Tumpang Provinsi Jawa Timur,
 APBD
Badan Perencanaan
Provinsi
Pembangunan Daerah
Jawa Timur
√ √ √ √ √ √ √ √ Provinsi Jawa Timur
 APBD
 Dinas Pengairan
Kabupaten
Kabupaten Malang,
Malang
Badan Perencanaan
Pembangunan

VI - 42
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Kabupaten Malang,
Perhutani, PDAM
Kabupaten Malang
5. Mata Air Ubalan Kecamatan Turen  Dinas Pengairan
Provinsi Jawa Timur,
Badan Perencanaan
 APBD Pembangunan Daerah
Provinsi Provinsi Jawa Timur
√ √ √ √ √ √ √ √
Jawa Timur  Dinas Pengairan
 APBD Kabupaten Malang,
Kabupaten Badan Perencanaan
Malang Pembangunan
Kabupaten Malang,
Perhutani, PDAM
Kabupaten Malang
i. Perlindungan sekitar saluran  APBD
irigasi atau sempadan saluran Provinsi  Dinas Pengairan
irigasi Jawa Timur Provinsi Jawa Timur
√ √ √ √ √ √ √ √
 APBD  Dinas Pengairan
Kabupaten Kabupaten Malang
Malang

1.3. Kawasan Suaka Alam

a. Menjaga kelestarian satwa Kecamatan  Dinas Peternakan dan


langkah dan dilindungi Sumbermanjing Kesehatan Hewan
1. Pulau Sempu Wetan Kabupaten Malang,
Dinas Kehutanan
Kabupaten Malang,
 APBD
Badan Lingkungan
√ √ √ √ Kabupaten
√ √ Hidup Kabupaten
√ Malang
Malang, Dinas
 Perhutani
Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten
Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan

VI - 43
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Kabupaten Malang
 Perum Perhutani
2. Wanawisata Coban Rondo Kecamatan Pujon  Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan
Kabupaten Malang,
Dinas Kehutanan
Kabupaten Malang,
Badan Lingkungan
 APBD
Hidup Kabupaten
√ √ √ √ Kabupaten
√ √ Malang, Dinas
√ Malang
Kebudayaan dan
 Perhutani
Pariwisata Kabupaten
Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang
 Perum Perhutani
3. Coban Pelangi Kecamatan  Dinas Peternakan dan
Poncokusumo Kesehatan Hewan
Kabupaten Malang,
Dinas Kehutanan
Kabupaten Malang,
Badan Lingkungan
 APBD
Hidup Kabupaten
√ √ √ √ Kabupaten
√ √ √ Malang, Dinas
Malang
Kebudayaan dan
 Perhutani Pariwisata Kabupaten
Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang
 Perum Perhutani
4. Coban Glotak Kecamatan Wagir  Dinas Peternakan dan
 APBD
Kesehatan Hewan
√ √ √ √ √ Kabupaten
√ √ Kabupaten Malang,
Malang
Dinas Kehutanan
 Perhutani
Kabupaten Malang,

VI - 44
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten
Malang, Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten
Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang
 Perum Perhutani

1.4. Kawasan pelestarian alam

a. Perlindungan Taman Nasional Kecamatan  Kementerian


Bromo - Tengger- Semeru Poncokusumo Lingkungan Hidup
 Balai Konservasi
Sumber Daya Air
Provinsi Jawa Timur
 Dinas Kehutanan
 APBN Kabupaten Malang,
 APBD Badan Lingkungan
√ √ √ √
√ Kabupaten Hidup Kabupaten
√ √
Malang Malang, Dinas
 Perhutani Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten
Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang
 Perum Perhutani
b. Perlindungan Taman Hutan Kecamatan Pujon  Kementerian
Raya R. Soeryo  APBN Lingkungan Hidup
 APBD  Balai Konservasi
√ √ √ √
√ Kabupaten Sumber Daya Air
√ √
Malang Provinsi Jawa Timur
 Perhutani  Dinas Kehutanan
Kabupaten Malang,

VI - 45
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten
Malang, Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten
Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang
 Perum Perhutani
c. Perlindungan objek wisata alam  Kementerian
1. Coban Rondo Kecamatan Pujon Lingkungan Hidup
 Dinas Kehutanan
Kabupaten Malang,
 APBN Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten
 APBD
√ √ √ √ √ Malang, Dinas
Kabupaten
√ √ Kebudayaan dan
Malang
Pariwisata Kabupaten
 Perhutani Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang
 Perum Perhutani
2. Coban Glotak Kecamatan Wagir  Kementerian
Lingkungan Hidup
 Dinas Kehutanan
Kabupaten Malang,
 APBN Badan Lingkungan
 APBD Hidup Kabupaten
√ √ √ √
Kabupaten Malang, Dinas
√ √ √
Malang Kebudayaan dan
 Perhutani Pariwisata Kabupaten
Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang

VI - 46
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
 Perum Perhutani
3. Coban Jahe Kecamatan Jabung  Kementerian
Lingkungan Hidup
 Dinas Kehutanan
Kabupaten Malang,
 APBN Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten
 APBD
√ √ √ √ Malang, Dinas
Kabupaten
√ √ √ Kebudayaan dan
Malang
Pariwisata Kabupaten
 Perhutani Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang
 Perum Perhutani
d. Perlindungan Cagar budaya  Dinas Kebudayaan
1. Candi Kidal , Candi Badut Kecamatan dan Pariwisata
di Kecamatan Dau dan Tumpang Kabupaten Malang,
 APBD
Pesarean Gunung Kawi, √ √ √ √ Badan Perencanaan
Kabupaten
Petilasan Gunung Kawi di √ √ √ Pembangunan
Malang
Kecamatan Wonosari, serta Kabupaten Malang
pelestarian bangunan pabrik
gula
2. Candi Jago Kecamatan  Dinas Kebudayaan
Tumpang dan Pariwisata
 APBD
√ √ √ √ Kabupaten Malang,
√ Kabupaten
√ √ Badan Perencanaan
Malang
Pembangunan
Kabupaten Malang
3. Candi Singosari dan Stupa Kecamatan  Dinas Kebudayaan
Sumberawan Singosari dan Pariwisata
 APBD
√ √ √ √ Kabupaten Malang,
√ Kabupaten
√ √ Badan Perencanaan
Malang
Pembangunan
Kabupaten Malang
1.5. Kawasan Rawan Bencana Alam √ √ √ √ √  APBD  Satuan Koordinasi
a. Perlindungan kawasan rawan Kecamatan Kabupaten Lapangan Tanggap

VI - 47
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
longsor dengan melakukan Ampelgading, √ √ Malang Darurat Bencana
reboisasi Kecamatan Daerah Kabupaten
Poncokusumo, Malang, Badan
Kecamatan Perencanaan
Donomulyo, Pembangunan
Kecamatan Dau, Kabupaten Malang,
Kecamatan Pujon, Badan Lingkungan
Kecamatan Hidup Kabupaten
Ngantang, Malang, Dinas Cipta
Kecamatan Karya dan Tata
Kasembon, Ruang Kabupaten
Kecamatan Malang, Dinas
Kalipare, Kehutanan Kabupaten
Kecamatan Pagak, Malang
Kecamatan Bantur,
Kecamatan
Gedangan,
Kecamatan
Sumbermanjing
Wetan, Kecamatan
Singosari,
Kecamatan Jabung,
Kecamatan
Tirtoyudo,
Kecamatan
Kromengan, dan
Kecamatan
Pakisaji
b. Perlindungan pengelolaan  APBD  Satuan Koordinasi
kawasan konservasi Kabupaten Lapangan Tanggap
1. DAS Brantas (Kota Batu), Malang Darurat Bencana
Kecamatan Dau, Daerah Kabupaten
√ √ √ √ √ √ √
(Kota Malang), Malang, Badan
Kecamatan Perencanaan
Pakisaji, Pembangunan
Kecamatan Kabupaten Malang,
Kepanjen, Dinas Pengairan

VI - 48
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Kecamatan Kabupaten Malang,
Kromengan, Badan Lingkungan
Kecamatan Hidup Kabupaten
Kalipare, Malang
(Kabupaten Blitar)
2. DAS Metro Kecamatan  APBD  Satuan Koordinasi
Kepanjen Kabupaten Lapangan Tanggap
Malang Darurat Bencana
Daerah Kabupaten
Malang, Badan
Perencanaan
√ √ √ √ √ √ √ Pembangunan
Kabupaten Malang,
Dinas Pengairan
Kabupaten Malang,
Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten
Malang
3. DAS Lesti  APBD  Satuan Koordinasi
Kabupaten Lapangan Tanggap
Malang Darurat Bencana
Daerah Kabupaten
Malang, Badan
Perencanaan
√ √ √ √ √ √ √ Pembangunan
Kabupaten Malang,
Dinas Pengairan
Kabupaten Malang,
Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten
Malang
1.6. Kawasan Lindung Geologi  APBD  Satuan Koordinasi
a. Konservasi kawasan rawan Kecamatan Kabupaten Lapangan Tanggap
letusan gunung berapi Ngantang, √ √ √ √ √ √ √ Malang Darurat Bencana

Kecamatan Daerah Kabupaten
Poncokusumo, Malang, Badan
Kecamatan Wagir, Perencanaan

VI - 49
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
dan Kecamatan Pembangunan
Dau Kabupaten Malang,
Dinas Energi dan
Sumber Daya Mineral
Kabupaten Malang
b. Konservasi kawasan rawan Kecamatan  APBD  Satuan Koordinasi
gempa bumi Gedangan, Kabupaten Lapangan Tanggap
Kecamatan Malang Darurat Bencana
Sumbermanjing Daerah Kabupaten
Wetan, Kecamatan Malang, Badan
√ √ √ √ √ √ √
Dampit, √ Perencanaan
Kecamatan Pembangunan
Tirtoyudo, dan Kabupaten Malang,
Kecamatan Dinas Energi dan
Ampelgading Sumber Daya Mineral
Kabupaten Malang
c. Konservasi kawasan rawan Kecamatan  APBD  Satuan Koordinasi
gerakan tanah Ampelgading, Kabupaten Lapangan Tanggap
Kecamatan Malang Darurat Bencana
Tirtoyudo, dan Daerah Kabupaten
Kecamatan Malang, Badan
√ √ √ √ √ √ √
Sumbermanjing √ Perencanaan
Wetan Pembangunan
Kabupaten Malang,
Dinas Energi dan
Sumber Daya Mineral
Kabupaten Malang
d. Konservasi kawasan zona Kecamatan  APBD  Satuan Koordinasi
patahan aktif Gedangan, Kabupaten Lapangan Tanggap
Kecamatan Malang Darurat Bencana
Sumbermanjing Daerah Kabupaten
Wetan, Kecamatan √ √ √ √ Malang, Badan

Dampit, √ √ √ Perencanaan
Kecamatan Pembangunan
Tirtoyudo, dan Kabupaten Malang,
Kecamatan Dinas Energi dan
Ampelgading Sumber Daya Mineral

VI - 50
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Kabupaten Malang
e. Konservasi kawasan rawan Seluruh pantai  APBD  Satuan Koordinasi
tsunami selatan Kabupaten Kabupaten Lapangan Tanggap
Malang Malang Darurat Bencana
Daerah Kabupaten
Malang, Badan
√ √ √ √ √ √ √
√ Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang,
Dinas Energi dan
Sumber Daya Mineral
Kabupaten Malang
f. Perlatihan/simulasi peringatan  APBD  Satuan Koordinasi
dini terhadap kawasan rawan Kabupaten Lapangan Tanggap
bencana alam geologi Malang Darurat Bencana
Daerah Kabupaten
Malang, Badan
√ √ √ √ √ √ √
√ Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang,
Dinas Energi dan
Sumber Daya Mineral
Kabupaten Malang
g. Perlindungan kawasan imbuhan  Kementerian
air tanah Kehutanan
1. Taman Nasional Bromo Kecamatan  Dinas Kehutanan
Tengger Semeru (TN-BTS) Poncokusumo Provinsi Jawa Timur,
 APBN
Balai Konservasi
 APBD
Sumber Daya Air
Provinsi
Provinsi Jawa Timur
√ √ √ √ √ √ √ √ Jawa Timur
 Dinas Kehutanan
 APBD
Kabupaten Malang,
Kabupaten
Badan Perencanaan
Malang
Pembangunan
Kabupaten Malang,
Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten

VI - 51
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Malang
2. Taman Hutan Raya R. Kecamatan Pujon  Kementerian
Soeryo Kehutanan
 Dinas Kehutanan
Provinsi Jawa Timur,
 APBN Balai Konservasi
 APBD Sumber Daya Air
Provinsi Provinsi Jawa Timur
√ √ √ √ √ √ √ √ Jawa Timur  Dinas Kehutanan
 APBD Kabupaten Malang,
Kabupaten Badan Perencanaan
Malang Pembangunan
Kabupaten Malang,
Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten
Malang
3. Gunung Kawi Kecamatan  Kementerian
Wonosari dan Kehutanan
Kecamatan  Dinas Kehutanan
Ngajum  APBN
Provinsi Jawa Timur
 APBD
 Dinas Kehutanan
Provinsi
√ √ √ √ √ √ √ √ Jawa Timur Kabupaten Malang,
Badan Perencanaan
 APBD
Pembangunan
Kabupaten
Kabupaten Malang,
Malang
Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten
Malang
4. Gunung Kelud Kecamatan  Kementerian
Ngantang  APBN Kehutanan
 APBD  Dinas Kehutanan
Provinsi Provinsi Jawa Timur
√ √ √ √ √ √ √ √ Jawa Timur  Dinas Kehutanan
 APBD Kabupaten Malang,
Kabupaten Badan Perencanaan
Malang Pembangunan
Kabupaten Malang,

VI - 52
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten
Malang

h. Perlidungan sempadan mata air

1. Mata Air Wendit Kecamatan Pakis  Dinas Pekerjaan


Umum Pengairan
Provinsi Jawa Timur
 APBD
Provinsi  Dinas Pengairan
Kabupaten Malang,
Jawa Timur
√ √ √ √ √ √ √ √ Badan Perencanaan
 APBD
Pembangunan
Kabupaten
Kabupaten Malang,
Malang
Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten
Malang
2. Mata Air Maguan Kecamatan  Dinas Pekerjaan
Ngajum Umum Pengairan
Provinsi Jawa Timur
 APBD
Provinsi  Dinas Pengairan
Kabupaten Malang,
Jawa Timur
√ √ √ √ √ √ √ √ Badan Perencanaan
 APBD
Pembangunan
Kabupaten
Kabupaten Malang,
Malang
Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten
Malang
3. Mata Air Jenon Kecamatan Tajinan  Dinas Pekerjaan
Umum Pengairan
 APBD
Provinsi Jawa Timur
Provinsi
Jawa Timur  Dinas Pengairan
√ √ √ √ √ √ √ √ Kabupaten Malang,
 APBD
Badan Perencanaan
Kabupaten
Pembangunan
Malang
Kabupaten Malang,
Badan Lingkungan

VI - 53
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Hidup Kabupaten
Malang
4. Mata Air Wringinsongo Kecamatan  Dinas Pekerjaan
Tumpang Umum Pengairan
Provinsi Jawa Timur
 APBD
Provinsi  Dinas Pengairan
Kabupaten Malang,
Jawa Timur
√ √ √ √ √ √ √ √ Badan Perencanaan
 APBD
Pembangunan
Kabupaten
Kabupaten Malang,
Malang
Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten
Malang
5. Mata Air Ubalan Kecamatan Turen  Dinas Pekerjaan
Umum Pengairan
Provinsi Jawa Timur
 APBD  Dinas Pengairan
Provinsi Kabupaten Malang,
Jawa Timur Badan Perencanaan
√ √ √ √ √ √ √ √
 APBD Pembangunan
Kabupaten Kabupaten Malang,
Malang Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten
Malang

1.7. Kawasan Lindung Lainnya  Dinas Peternakan dan


a. Perlindungan kawasan Pulau Sempu  APBD Kesehatan Hewan
pengungsian satwa Kecamatan Kabupaten Kabupaten Malang,
Sumbermanjing Malang Dinas Kelautan dan
Wetan Perikanan Kabupaten
√ √ Malang, Dinas
√ √ √ √ √
Kehutanan Kabupaten
Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang,
Dinas Kebudayaan

VI - 54
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
dan Pariwisata
Kabupaten Malang,
Perum Perhutani
b. Perlindungan kawasan pantai Kecamatan  Dinas Kelautan dan
berhutan bakau Donomulyo,  APBD Perikanan Kabupaten
Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, Dinas
Kecamatan Malang Kehutanan Kabupaten
Gedangan, Malang, Badan
√ √ √ √
Kecamatan Perencanaan
√ √ √
Sumbermanjing Pembangunan
Wetan, Kecamatan Kabupaten Malang,
Tirtoyudo dan Dinas Kebudayaan
Kecamatan dan Pariwisata
Ampelgading Kabupaten Malang
c. Penyediaan hutan kota  Dinas Kehutanan
 APBD Kabupaten Malang,
Kabupaten Dinas Kelautan dan
√ √ √ √ Malang Perikanan Kabupaten
√ √ √ √
Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang

2. Perwujudan Kawasan Budidaya

2.1. Pengembangan hutan produksi


bernilai ekonomi tinggi dengan
 Dinas Kehutanan
fungsi lindung
Kabupaten Malang,
a. Reboisasi tanaman untuk Kecamatan
Badan Perencanaan
menahan tanah Ampelgading,  APBD
Pembangunan
Kecamatan Bantur, √ √ √ √ √ √ √ √ Kabupaten
Kabupaten Malang,
Kecamatan Malang
Badan Lingkungan
Dampit,  Perhutani
Hidup Kabupaten
Kecamatan Dau,
Malang, Perum
Kecamatan
Perhutani
Donomulyo,
Kecamatan

VI - 55
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Gedangan,
Kecamatan Jabung,
Kecamatan
Kalipare,
Kecamatan
Karangploso,
Kecamatan
Kasembon,
Kecamatan
Lawang,
Kecamatan
Ngajum,
Kecamatan
Ngantang,
Kecamatan Pagak,
Kecamatan
Pakisaji,
Kecamatan
Poncokusumo,
Kecamatan Pujon,
Kecamatan
Singosari,
Kecamatan
Sumbermanjing
Wetan, Kecamatan
Tirtoyudo,
Kecamatan
Tumpang,
Kecamatan Wagir,
Kecamatan Wajak
dan Kecamatan
Wonosari
b. Pengembangan aneka produk Tanaman coklat,  Dinas Kehutanan
 APBD
olahan akasia, mahoni, Kabupaten Malang,
√ √ √ √ √ √ √ √ Kabupaten
dan mlinjo di Dinas Pertanian dan
Malang
Kecamatan Perkebunan
Donomulyo,  Perhutani
Kabupaten Malang,

VI - 56
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
tanaman cengkeh Badan Perencanaan
dan kopi di Pembangunan
Kecamatan Kabupaten Malang,
Ampelgading, Perum Perhutani
tanaman coklat di
Kecamatan
Dampit, tanaman
jati dan sengon di
Kecamatan
Kalipare, tanaman
coklat di
Kecamatan
Kasembon,
tanaman nangka
dan alpukat di
Kecamatan Pujon,
tanaman-tanaman
kuat, pohon dan
kayu di Kecamatan
Sumberpucung,
tanaman coklat di
Kecamatan
Tirtoyudo, serta
tanaman alpukat
dan durian di
Kecamatan
Wonosari
c. Mengembangkan hutan rakyat Tersebar hampir di  Dinas Kehutanan
seluruh kecamatan  APBD Kabupaten Malang,
di Kabupaten √ √ √ √ √ √ √ √ Kabupaten Badan Perencanaan
Malang Malang Pembangunan
 Perhutani Kabupaten Malang,
Perum Perhutani
2.2. Pengembangan kawasan hutan  APBD  Dinas Kehutanan
rakyat √ √ √ √ √ √ √ √ Kabupaten Kabupaten Malang,
a. Rehabilitasi dan konservasi Tersebar hampir di Malang Badan Perencanaan
kawasan hutan rakyat seluruh kecamatan  Perhutani Pembangunan

VI - 57
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
di Kabupaten Kabupaten Malang,
Malang Perum Perhutani
2.3. Pengembangan kawasan pertanian Tanaman Sawi di  Dinas Pertanian dan
dan pengolahan hasil produksi Kecamatan Turen, Perkebunan Provinsi
berorientasi peningkatan nilai Kol di Kecamatan Jawa Timur
ekonomi dan ekspor Poncokusumo,  APBD  Dinas Pertanian dan
a. Pengembangan hortikultura duku di Kecamatan Provinsi Perkebunan
untuk ekspor Singosari, Jawa Timur Kabupaten Malang,
√ √ √ √ √ √ √ √
klengkeng di  APBD Dinas Perdagangan,
Kecamatan Kabupaten Perindustrian, dan
Tumpang, Apel di Malang Pasar Kabupaten
Kecamatan  Swasta Malang, Badan
Poncokusumo Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang
b. Pengembangan breeding centre Kecamatan  Dinas Pertanian dan
Singosari dan Perkebunan Provinsi
Kecamatan Jawa Timur
Ngajum  APBD  Dinas Pertanian dan
Provinsi Perkebunan
Jawa Timur Kabupaten Malang,
√ √ √ √ √ √ √ √
 APBD Dinas Perdagangan,
Kabupaten Perindustrian, dan
Malang Pasar Kabupaten
 Swasta Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang
c. Pengembangan Industri Kecamatan Wajak  Dinas Pertanian dan
Perikanan  APBD Perkebunan Provinsi
Provinsi Jawa Timur
√ √ √ √
Jawa Timur  Dinas Pertanian dan
√ √ √ √  APBD Perkebunan
Kabupaten Kabupaten Malang,
Malang Dinas Perdagangan,
 Swasta Perindustrian, dan
Pasar Kabupaten

VI - 58
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang
2.4. Pengembangan kawasan Kecamatan
pertambangan berwawasan Donomulyo,
lingkungan Kecamatan Pagak,
a. Pengembangan Pertambangan Kecamatan
Unggulan Gedangan,
Kecamatan
Dampit,  Dinas Energi dan
Kecamatan Sumber Daya Mineral
Ampelgading, √ √ √ √ Kabupaten Malang,
√ √  Swasta
Kecamatan Badan Lingkungan
Kalipare, Hidup Kabupaten
Kecamatan Bantur, Malang
Kecamatan
Sumbermanjing
Wetan dan
Kecamatan
Tirtoyudo

2.5. Pengembangan kawasan peruntukan Perkotaan  Kementerian


industri Sendangbiru,  APBN Perindustrian
a. Pengembangan kawasan industri Kecamatan  APBD  Dinas Perindustrian
Sumbermanjing Provinsi dan Perdagangan
√ √ √ √
Wetan √ √ √ √ Jawa Timur Provinsi Jawa Timur
 APBD  Dinas Perindustrian,
Kabupaten Perdagangan dan
Malang Pasar Kabupaten
Malang
2.6. Pengembangan kawasan pariwisata
a. Mengembangkan obyek wisata
 APBD  Dinas Kebudayaan
utama Wisata Wendit di √ √ √ √
√ √ √ √ Kabupaten dan Pariwisata
Malang Timur,
Malang Kabupaten Malang
Pantai
Balekambang dan

VI - 59
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Ngliyep di Malang
Selatan
b. Mengkaitkan kalender wisata Wisata Wendit di
nasional Malang Timur,
 APBD  Dinas Kebudayaan
Pantai √ √ √ √
√ √ √ √ Kabupaten dan Pariwisata
Balekambang dan
Malang Kabupaten Malang
Ngliyep di Malang
Selatan
c. Pengadaan kegiatan festival Wisata Wendit di
wisata atau gelar seni budaya Malang Timur,
 APBD  Dinas Kebudayaan
Pantai √ √ √ √
√ √ √ √ Kabupaten dan Pariwisata
Balekambang dan
Malang Kabupaten Malang
Ngliyep di Malang
Selatan
2.7. Pengembangan kawasan  Badan Perencanaan
permukiman Pembangunan
a. Pengembangan kawasan Kabupaten Malang,
permukiman perdesaan Dinas Cipta Karya
 APBD dan Tata Ruang
√ √ √ √ √ √ √ √ Kabupaten Kabupaten Malang,
Malang Badan Pertanahan
Nasional Kabupaten
Malang, Kantor
Perumahan
Kabupaten Malang
b. Pengembangan kawasan  Badan Perencanaan
permukiman perkotaan Pembangunan
Kabupaten Malang,
Dinas Cipta Karya
 APBD dan Tata Ruang
√ √ √ √
√ √ √ √ Kabupaten Kabupaten Malang,
Malang Badan Pertanahan
Nasional Kabupaten
Malang, Kantor
Perumahan
Kabupaten Malang
c. Pengembangan permukiman √ √ √ √ √ √ √ √  APBD  Badan Perencanaan

VI - 60
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
kawasan khusus Kabupaten Pembangunan
Malang Kabupaten Malang,
Dinas Cipta Karya
dan Tata Ruang
Kabupaten Malang,
Badan Pertanahan
Nasional Kabupaten
Malang, Kantor
Perumahan
Kabupaten Malang
2.8. Pengembangan kawasan pendidikan  Badan Perencanaan
 APBD Pembangunan
√ √ √ Kabupaten Kabupaten Malang,
Malang Dinas Pendidikan
Kabupaten Malang
2.9. Pengembangan ruang terbuka hijau  Badan Perencanaan
a. Penyediaan ruang terbuka hijau Pembangunan
Kabupaten Malang,
Badan Lingkungan
 APBD Hidup Kabupaten
√ √ √ √
√ √ √ √ Kabupaten Malang, Dinas
Malang Kehutanan Kabupaten
Malang, Dinas Cipta
Karya dan Tata
Ruang Kabupaten
Malang
2.10. Pengembangan kawasan sektor  Badan Perencanaan
informal Pembangunan
a. Penyediaan kawasan sektor  APBD Kabupaten Malang,
informal √ √ √ Kabupaten Dinas Perindustrian,
Malang Perdagangan dan
Pasar Kabupaten
Malang
2.11. Pengembangan kawasan andalan  APBD  Badan Perencanaan
a. Pengembangan Kawasan Provinsi Pembangunan Daerah
√ √ √
Andalan Malang Utara Wilayah Jawa Timur Provinsi Jawa Timur
Pengembangan  APBD  Badan Perencanaan

VI - 61
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Ngantang Kabupaten Pembangunan
Malang Kabupaten Malang,
Dinas Cipta Karya
dan Tata Ruang
Kabupaten Malang,
Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata
Kabupaten Malang,
Dinas Pertanian dan
Perkebunan
Kabupaten Malang
b. Pengembangan Kawasan Andalan Wilayah  Badan Perencanaan
Malang Tengah Pengembangan Pembangunan Daerah
Kepanjen Provinsi Jawa Timur
 Badan Perencanaan
Pembangunan
 APBD
Kabupaten Malang,
Provinsi
Jawa Timur Dinas Cipta Karya
√ √ √ dan Tata Ruang
 APBD
Kabupaten Malang,
Kabupaten
Dinas Kebudayaan
Malang
dan Pariwisata
Kabupaten Malang,
Dinas Pertanian dan
Perkebunan
Kabupaten Malang
c. Pengembangan Kawasan Wilayah  Badan Perencanaan
Andalan Malang Timur Pengembangan Pembangunan Daerah
Tumpang Provinsi Jawa Timur
 APBD
Provinsi  Badan Perencanaan
Pembangunan
Jawa Timur
√ √ √ Kabupaten Malang,
 APBD
Dinas Cipta Karya
Kabupaten
dan Tata Ruang
Malang
Kabupaten Malang,
Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata

VI - 62
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Kabupaten Malang,
Dinas Pertanian dan
Perkebunan
Kabupaten Malang
d. Pengembangan Kawasan Wilayah  Badan Perencanaan
Andalan Malang Timur Selatan Pengembangan Pembangunan Daerah
Turen dan Dampit Provinsi Jawa Timur
 Badan Perencanaan
Pembangunan
 APBD
Kabupaten Malang,
Provinsi
Dinas Cipta Karya
Jawa Timur
√ √ √ dan Tata Ruang
 APBD
Kabupaten Malang,
Kabupaten
Dinas Kebudayaan
Malang
dan Pariwisata
Kabupaten Malang,
Dinas Pertanian dan
Perkebunan
Kabupaten Malang
e. Pengembangan Kawasan Wilayah  Badan Perencanaan
Andalan Malang Selatan Pengembangan Pembangunan Daerah
Sumbermanjing Provinsi Jawa Timur
Wetan  Badan Perencanaan
Pembangunan
 APBD
Kabupaten Malang,
Provinsi
Jawa Timur Dinas Cipta Karya
√ √ √ dan Tata Ruang
 APBD
Kabupaten Malang,
Kabupaten
Dinas Kebudayaan
Malang
dan Pariwisata
Kabupaten Malang,
Dinas Pertanian dan
Perkebunan
Kabupaten Malang
2.12. Pengembangan kawasan pesisir dan
pulau-pulau kecil
a. Pengelolaan zona konservasi atau

VI - 63
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
lindung
1. Pulau Sempu  Kementerian
Kelautan dan
Perikanan
 Dinas Perikanan dan
Kelautan Provinsi
 APBN Jawa Timur
 APBD  Dinas Kelautan dan
Provinsi Perikanan Kabupaten
√ √ √ √ √ √ √ √ Jawa Timur Malang, Badan
 APBD Lingkungan Hidup
Kabupaten Kabupaten Malang,
Malang Badan Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang,
Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata
Kabupaten Malang
2. Kawasan terumbu karang  Kementerian
Kelautan dan
Perikanan
 Dinas Perikanan dan
 APBN
Kelautan Provinsi
 APBD
Jawa Timur
Provinsi
√ √ √ √ √ √ √ √ Jawa Timur  Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten
 APBD
Malang, Badan
Kabupaten
Lingkungan Hidup
Malang
Kabupaten Malang,
Badan Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang

b. Pengelolaan zona pengembangan

1. Kawasan perikanan Seluruh perairan  APBN  Kementerian


√ √ √ √ √ √ √ √
laut  APBD Kelautan dan

VI - 64
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Provinsi Perikanan
Jawa Timur  Dinas Perikanan dan
 APBD Kelautan Provinsi
Kabupaten Jawa Timur
Malang  Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten
Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang

2. Kawasan pariwisata Sepanjang pesisir  Kementerian


pantai Kebudayaan dan
Pariwisata
 APBN  Dinas Kebudayaan
 APBD dan Pariwisata
Provinsi Provinsi Jawa Timur
√ √ √ √ √ √ √ √ Jawa Timur  Dinas Kebudayaan
 APBD dan Pariwisata
Kabupaten Kabupaten Malang,
Malang Badan Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang

3. Kawasan industri Sendangbiru  Kementerian


Perindustrian
 Dinas Perindustrian
 APBN dan Perdagangan
 APBD Provinsi Jawa Timur
Provinsi  Dinas Perindustrian,
√ √ √ √ √ √ √ √ Jawa Timur Perdagangan dan
 APBD Pasar Kabupaten
Kabupaten Malang, Badan
Malang Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang

VI - 65
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
4. Perhubungan dan  Kementerian
komunikasi Perhubungan
 APBN  Dinas Perhubungan
Provinsi Jawa Timur
 APBD
Provinsi  Dinas Perhubungan,
√ √ √ √ √ √ √ √ Komunikasi dan
Jawa Timur
Informatika
 APBD
Kabupaten Malang,
Kabupaten
Badan Perencanaan
Malang
Pembangunan
Kabupaten Malang

5. Zona pengembangan  Kementerian


khusus (Kawasan Kebudayaan dan
Sendangbiru) Pariwisata
 Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata
 APBN
Provinsi Jawa Timur
 APBD
Provinsi  Dinas Kebudayaan
√ √ √ √ √ √ √ √ dan Pariwisata
Jawa Timur
Kabupaten Malang,
 APBD
Dinas Kelautan dan
Kabupaten
Perikanan Kabupaten
Malang
Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang

c. Pengelolaan zona pengembangan


di darat
1. Permukiman Sepanjang pantai  APBN,  Kementerian
selatan  APBD Perumahan Rakyat
Provinsi  Dinas Permukiman
√ √ √ √ √ √ √ √
Jawa Timur Provinsi Jawa Timur
 APBD  Kantor Perumahan
Kabupaten Kabupaten Malang,

VI - 66
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Malang Badan Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang,
Dinas Cipta Karya
dan Tata Ruang
Kabupaten Malang,
Kantor Pertanahan
Kabupaten Malang

2. Pariwisata  Kementerian
Kebudayaan dan
Pariwisata
 APBN,  Dinas Kebudayaan
 APBD dan Pariwisata
Provinsi Provinsi Jawa Timur
√ √ √ √ √ √ √ √ Jawa Timur  Dinas Kebudayaan
 APBD dan Pariwisata
Kabupaten Kabupaten Malang,
Malang Badan Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang

C. Perwujudan Kawasan Strategis Kabupaten

1.1. Kawasan Strategis Hankam


 Dinas Bina Marga
a. Pengembangan Kawasan
Kabupaten Malang,
Kostrad Kecamatan  APBD
√ √ √ √ Dinas Perhubungan,
1. Pelarangan penggunaan Singosari dan √ Kabupaten
Komunikasi dan
tanah terhadap kegiatan Kecamatan Jabung Malang
Informatika
yang memliki intensitas
Kabupaten Malang
tinggi
2. Pembatasan Ruang/lahan  Dinas Bina Marga
terbangun  APBD Kabupaten Malang,
√ √ √ √
√ Kabupaten Dinas Perhubungan,
Malang Komunikasi dan
Informatika

VI - 67
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Kabupaten Malang

b. Pengembangan Bandara  Dinas Perhubungan,


Abdulrahman Saleh Komunikasi dan
1. pembatasan penggunaan  APBD Informatika
Kecamatan √ √ √ √
tanah yang mengganggu √ Kabupaten Kabupaten Malang,
Pakisaji
penerbangan Malang Dinas Bina Marga
Kabupaten Malang

2. Pembatasan ketinggian  Dinas Perhubungan,


bangunan Komunikasi dan
 APBD Informatika
Kecamatan √ √ √ √
√ Kabupaten Kabupaten Malang,
Pakisaji
Malang Dinas Bina Marga
Kabupaten Malang

3. Peningkatan infrastruktur  Dinas Perhubungan,


pendukung Komunikasi dan
 APBD Informatika
Kecamatan √ √ √ √
√ Kabupaten Kabupaten Malang,
Pakisaji
Malang Dinas Bina Marga
Kabupaten Malang

c. Pengembangan Gudang  Dinas Perhubungan,


Amunisi Komunikasi dan
Pembatasan kawasan terbangun  APBD Informatika
√ √ √ √
dengan intensitas tinggi Kecamatan Turen √ Kabupaten Kabupaten Malang,
Malang Dinas Bina Marga
Kabupaten Malang

d. Pengembangan Latihan Militer Kecamatan Bantur,  Dinas Perhubungan,


1. Pembatasan kegiatan Kecamatan Pagak Komunikasi dan
manusia dan Kecamatan  APBD Informatika
√ √ √ √
Lawang √ Kabupaten Kabupaten Malang,
Malang Dinas Bina Marga
Kabupaten Malang

VI - 68
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
2. Pengadaan RTH Kecamatan Bantur,  Dinas Perhubungan,
Kecamatan Pagak Komunikasi dan
dan Kecamatan  APBD Informatika
√ √ √ √
Lawang √ Kabupaten Kabupaten Malang,
Malang Dinas Bina Marga
Kabupaten Malang

1.2. Kawasan Strategis Ekonomi Perkotaan  APBN  Kementerian Kelautan


a. Pengembangan Kawasan Sendangbiru,  APBD dan Perikanan,
Sendang biru Kecamatan Provinsi Kementerian
1. Pembatasan Sumbermanjing Jawa Timur Lingkungan Hidup
pengembangan kawasan Wetan  APBD  Badan Perencanaan
untuk kelestarian Kabupaten Pembangunan Daerah
ekosistem Malang Provinsi Jawa Timur
 Badan Perencanaan
√ √ √ √ Pembangunan

Kabupaten Malang,
Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten
Malang, Dinas
Perindustrian,
Perdagangan dan
Pasar Kabupaten
Malang

b. Pengembangan Malang dan Malang dan √ √ √ √ √  APBN  Badan Perencanaan


Sekitarnya sekitarnya  APBD dan Pembangunan
1. Pengembangan sektor- Provinsi Nasional
sektor unggulan pertanian, Jawa Timur  Badan Perencanaan
perikanan, industri,  APBD Pembangunan Daerah
perkebunan dan pariwisata Kabupaten Provinsi Jawa Timur
Malang  Badan Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang,
Dinas Perindustrian,
Perdagangan dan
Pasar Kabupaten

VI - 69
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Malang, Dinas
Pertanian dan
Perkebunan
Kabupaten Malang,
Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata
Kabupaten Malang,
Dinas Cipta Karya
dan Tata Ruang
Kabupaten Malang

c. Pengembangan Perkotaan Kabupaten Malang  Badan Perencanaan


Malang Pembangunan Daerah
1. Menunjang kegiatan Provinsi Jawa Timur
ekonomi dan pariwisata  Badan Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang,
 APBD
Dinas Perindustrian,
Provinsi
√ √ √ √ Jawa Timur Perdagangan dan
√ Pasar Kabupaten
 APBD
Malang, Dinas
Kabupaten
Kebudayaan dan
Malang
Pariwisata Kabupaten
Malang, Dinas Cipta
Karya dan Tata
Ruang Kabupaten
Malang

d. Pengembangan Malang Kabupaten Malang  Dinas Pekerjaan


Minapolitan  APBD
Umum Bina Marga
Provinsi
1. Penyediaan infrastruktur Provinsi Jawa Timur,
√ √ √ √ Jawa Timur
√ Dinas Perhubungan
 APBD Provinsi Jawa Timur
Kabupaten
 Dinas Bina Marga
Malang
Kabupaten Malang,

VI - 70
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Dinas Perhubungan,
Komunikasi dan
Informatika
Kabupaten Malang,
Dinas Cipta Karya
dan Tata Ruang
Kabupaten Malang

2. Penyediaan lembaga Kabupaten Malang  Dinas Pekerjaan


penyuluhan, lembaga Umum Bina Marga
pengkajian, seperti LIPPI Provinsi Jawa Timur,
Dinas Perhubungan
Provinsi Jawa Timur
 APBD
 Dinas Bina Marga
Provinsi
√ √ √ √ Jawa Timur Kabupaten Malang,
√ Dinas Perhubungan,
 APBD
Komunikasi dan
Kabupaten
Informatika
Malang
Kabupaten Malang,
Dinas Cipta Karya
dan Tata Ruang
Kabupaten Malang

1.3. Kawasan Strategis Sosio-kultural


a. Kawasan sekitar candi, yaitu  Dinas Kebudayaan
Candi Singosari, Candi Jago, Kecamatan dan Pariwisata
 APBD
dan Candi Kidal Singosari dan √ √ √ √ Kabupaten Malang,
√ Kabupaten
1. Perlindungan terhadap Kecamatan Badan Perencanaan
Malang
tempat dan ruang sekitar Tumpang Pembangunan
bangunan Kabupaten Malang

2. Zonasi kawasan Kecamatan  Dinas Kebudayaan


Singosari dan dan Pariwisata
 APBD
Kecamatan √ √ √ √ Kabupaten Malang,
√ Kabupaten
Tumpang Badan Perencanaan
Malang
Pembangunan
Kabupaten Malang

VI - 71
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)

1.4. Kawasan Strategis Penyelamatan


Lingkungan Hidup
 Kementerian
a. Taman Nasional Bromo-
Lingkungan Hidup
Tengger-Semeru
 Badan Lingkungan
1. Pelarangan alih fungsi
Hidup Provinsi Jawa
kawasan
Timur, Badan
Perencanaan
Pembangunan Daerah
Provinsi Jawa Timur,
Dinas Kehutanan
Provinsi Jawa Timur,
Balai Konservasi
 APBN
Sumber Daya Air
Kecamatan √ √ √ √
√  APBD
Provinsi Jawa Timur
Poncokusumo Provinsi
 Dinas Kehutanan
Jawa Timur
Kabupaten Malang,
Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten
Malang, Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten
Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang,
Perum Perhutani

2. Menjaga dan melestarikan  Kementerian


flora dan fauna Lingkungan Hidup
 APBN
 Badan Lingkungan
Kecamatan √ √ √ √  APBD
√ Hidup Provinsi Jawa
Poncokusumo Provinsi
Timur, Badan
Jawa Timur
Perencanaan
Pembangunan Daerah

VI - 72
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Provinsi Jawa Timur,
Dinas Kehutanan
Provinsi Jawa Timur
 Dinas Kehutanan
Kabupaten Malang,
Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten
Malang, Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten
Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang,
Perum Perhutani

3. Pengembangan kegiatan  Kementerian


wisata seperti pendakian, Lingkungan Hidup
camping, petualang,  Badan Lingkungan
ataupun pengamatan Hidup Provinsi Jawa
bunga dan burung Timur, Badan
Perencanaan
Pembangunan Daerah
Provinsi Jawa Timur,
Dinas Kehutanan
 APBN
Provinsi Jawa Timur
Kecamatan √ √ √ √  APBD
Poncokusumo
√  Dinas Kehutanan
Provinsi
Kabupaten Malang,
Jawa Timur
Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten
Malang, Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten
Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang,

VI - 73
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Perum Perhutani

4. Pengembangan kegiatan  Kementerian


penelitian flora dan fauna Lingkungan Hidup
 Badan Lingkungan
Hidup Provinsi Jawa
Timur, Badan
Perencanaan
Pembangunan Daerah
Provinsi Jawa Timur,
Dinas Kehutanan
Provinsi Jawa Timur
 APBN
 Dinas Kehutanan
Kecamatan √ √ √ √  APBD
√ Kabupaten Malang,
Poncokusumo Provinsi
Badan Lingkungan
Jawa Timur
Hidup Kabupaten
Malang, Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten
Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang,
Perum Perhutani

b. Tahura R. Suryo  APBN  Kementerian


1. Pelarangan alih fungsi √ √ √ √  APBD Lingkungan Hidup
Kecamatan Pujon √
kawasan Provinsi  Badan Lingkungan
Jawa Timur Hidup Provinsi Jawa

VI - 74
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Timur, Badan
Perencanaan
Pembangunan Daerah
Provinsi Jawa Timur,
Dinas Kehutanan
Provinsi Jawa Timur,
Balai Konservasi
Sumber Daya Air
Provinsi Jawa Timur
 Dinas Kehutanan
Kabupaten Malang,
Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten
Malang, Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten
Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang,
Perum Perhutani

2. Menjaga dan melestarikan  Kementerian


flora dan fauna Lingkungan Hidup
 Badan Lingkungan
 APBN
Hidup Provinsi Jawa
√ √ √ √  APBD
Kecamatan Pujon √ Timur, Badan
Provinsi
Perencanaan
Jawa Timur
Pembangunan Daerah
Provinsi Jawa Timur,
Dinas Kehutanan

VI - 75
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Provinsi Jawa Timur,
Balai Konservasi
Sumber Daya Air
Provinsi Jawa Timur
 Dinas Kehutanan
Kabupaten Malang,
Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten
Malang, Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten
Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang,
Perum Perhutani

3. Pengembangan kegiatan  Kementerian


wisata seperti pendakian, Lingkungan Hidup
camping, petualang, ataupun  Badan Lingkungan
pengamatan bunga dan Hidup Provinsi Jawa
burung Timur, Badan
Perencanaan
Pembangunan Daerah
 APBN
Provinsi Jawa Timur,
Kecamatan Pujon
√ √ √ √
√  APBD
Dinas Kehutanan
Provinsi
Provinsi Jawa Timur
Jawa Timur
 Dinas Kehutanan
Kabupaten Malang,
Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten
Malang, Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten

VI - 76
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang,
Perum Perhutani

4. Pengembangan kegiatan  Kementerian


penelitian flora dan fauna Lingkungan Hidup
 Badan Lingkungan
Hidup Provinsi Jawa
Timur, Badan
Perencanaan
Pembangunan Daerah
Provinsi Jawa Timur,
Dinas Kehutanan
Provinsi Jawa Timur
 APBN
 Dinas Kehutanan
Kecamatan Pujon
√ √ √ √
√  APBD
Kabupaten Malang,
Provinsi
Badan Lingkungan
Jawa Timur
Hidup Kabupaten
Malang, Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten
Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang,
Perum Perhutani

c. DAS Brantas (Kota Batu),  Kementerian


1. Pelarangan alih fungsi Kecamatan Dau, Lingkungan Hidup
kawasan (Kota Malang),  APBN  Dinas Pekerjaan
Kecamatan √ √ √ √
√  APBD Umum Pengairan
Pakisaji, Provinsi Provinsi Jawa Timur
Kecamatan Jawa Timur  Dinas Pengairan
Kepanjen, Kabupaten Malang,
Kecamatan Badan Lingkungan

VI - 77
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)
Kromengan, Hidup Kabupaten
Kecamatan Malang, Badan
Kalipare, Perencanaan
(Kabupaten Blitar) Pembangunan
Kabupaten Malang

2. Menjaga dan melestarikan (Kota Batu),


flora dan fauna Kecamatan Dau,
(Kota Malang),  Kementerian
Kecamatan Lingkungan Hidup
Pakisaji,  Dinas Pekerjaan
Kecamatan Umum Pengairan
Kepanjen, Provinsi Jawa Timur
 APBN
Kecamatan  Dinas Pengairan
Kromengan,
√ √ √ √
√  APBD
Kabupaten Malang,
Provinsi
Kecamatan Badan Lingkungan
Jawa Timur
Kalipare, Hidup Kabupaten
(Kabupaten Blitar) Malang, Badan
Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang

3. Pengembangan kegiatan (Kota Batu),


 Kementerian
wisata seperti pendakian, Kecamatan Dau,
Lingkungan Hidup
camping, petualang, ataupun (Kota Malang),
 Dinas Pekerjaan
pengamatan bunga dan Kecamatan
Umum Pengairan
burung Pakisaji,
Provinsi Jawa Timur
Kecamatan  APBN
 Dinas Pengairan
Kepanjen, √ √ √ √  APBD
√ Kabupaten Malang,
Kecamatan Provinsi
Kromengan, Badan Lingkungan
Jawa Timur
Kecamatan Hidup Kabupaten
Kalipare, Malang, Badan
(Kabupaten Blitar) Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang

VI - 78
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

WAKTU PELAKSANAAN
TAHAP I (2010-2014) Tahap Tahap Tahap
SUMBER INSTANSI
NO PROGRAM UTAMA LOKASI II III IV
DANA PELAKSANA
2010 2011 2012 2013 2014 (2015- (2020- (2025-
2019) 2024) 2029)

4. Pengembangan kegiatan Kecamatan


penelitian flora dan fauna Pakisaji,  Kementerian
Kecamatan Lingkungan Hidup
Kepanjen,  Dinas Pekerjaan
Kecamatan Umum Pengairan
Kromengan, Provinsi Jawa Timur
 APBN
Kecamatan  Dinas Pengairan
Kalipare,
√ √ √ √
√  APBD
Kabupaten Malang,
Provinsi
Kecamatan Dau, Badan Lingkungan
(Kota Malang), Jawa Timur
Hidup Kabupaten
(Kota Batu), Malang, Badan
(Kabupaten Blitar) Perencanaan
Pembangunan
Kabupaten Malang

Sumber : Hasil Rencana 2007

VI - 79
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

No. Peta :6.1

Peta 6. 1 Peta Indikasi Program Tahap I (5 Tahun Pertama) Kabupaten Malang

VI - 80
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

No. Peta :6.2

Peta 6. 2 Peta Indikasi Program Tahap II (5 Tahun Kedua) Kabupaten Malang

VI - 81
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

No. Peta :6.3

Peta 6. 3 Peta Indikasi Program Tahap III (5 Tahun Ketiga) Kabupaten Malang

VI - 82
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

No. Peta :6.4

Peta 6. 4 Peta Indikasi Program Tahap IV (5 Tahun Keempat) Kabupaten Malang

VI - 83
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

No. Peta :6.5

Peta 6. 5 Peta Indikasi Program 20 Tahunan Kabupaten Malang

VI - 84
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Contents
6.1 Perumusan Kebijakan Strategis Operasionalisasi Rencana Tata Ruang Wilayah
dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis ..........................................................................1
6.1.1 Kelembagaan Penataan Ruang Daerah (BKPRD) .....................................................1
6.1.2 Penataan Ruang .............................................................................................................4
6.2 Prioritas dan Tahapan Pembangunan ........................................................................6
6.3 Optimalisasi Aset Pemerintah Kabupaten Malang ..................................................9

Peta 6. 1 Peta Indikasi Program Tahap I (5 Tahun/2///22 ;44/;4;; Pertama) Kabupaten


Malang ........................................................................................................................................... 80
Peta 6. 2 Peta Indikasi Program Tahap II (5 Tahun Kedua) Kabupaten Malang ............. 81
Peta 6. 3 Peta Indikasi Program Tahap III (5 Tahun Ketiga) Kabupaten Malang ........... 82
Peta 6. 4 Peta Indikasi Program Tahap IV (5 Tahun Keempat) Kabupaten Malang ....... 83
Peta 6. 5 Peta Indikasi Program 20 Tahunan Kabupaten Malang ....................................... 84

Tabel 6. 1 Tahapan Pelaksanaan Pembangunan (Indikasi Program) ............................................... 11

VI - 85
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Dalam UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pasal 35,


disebutkan bahwa : “Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui
penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta
pengenaan sanksi”. Dengan demikian fungsi pengendalian pemanfaatan ruang
akan disesuaikan dengan kebutuhan dan kedetailan rencana yang ada, dan
selanjutnya digunakan untuk menciptakan tertib tata ruang.

7.1 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


Dalam penjelasan UU No. 26 Tahun 2007 disebutkan bahwa peraturan
zonasi merupakan ketentuan yang mengatur pemanfaatan ruang dan unsur-
unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona peruntukan sesuai dengan
rencana rinci tata ruang. Peraturan zonasi berisi ketentuan yang harus, yang
boleh, atau yang tidak boleh dilaksanakan pada zona pemanfaatan ruang, serta
ketentuan lain yang dibutuhkan untuk mewujudkan ruang yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan.

VII - 1
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Peraturan zonasi di Kabupaten Malang diarahkan untuk berfungsi:


1. Sebagai kelengkapan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Perkotaan;
2. Sebagai kelengkapan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Perdesaan; serta
3. Sebagai kelengkapan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Strategis dan Kawasan Khusus Lainnya.

Setiap rencana detail dan strategis tersebut dijelaskan kegiatan yang harus
ada, boleh dan tidak boleh ada pada setiap zona. Adapun indikasi arahan terkait
peraturan zonasi adalah sebagai berikut:
1. Indikasi Arahan Peraturan zonasi sebagai kelengkapan Rencana Detail Tata
Ruang Kawasan Perkotaan
Peraturan ini pada dasarnya disusun untuk setiap zona seperti tertuang
dalam Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan di Kabupaten
Malang. Dengan demikian peraturan zonasi ini hanya akan berlaku pada
setiap zona peruntukan sesuai RDTR Kawasan Perkotaan masing-masing
ibu kota kecamatan, dengan arahan sebagai berikut:
 Pada setiap rencana kawasan terbangun dengan fungsi: perumahan,
perdagangan-jasa, industri, dan berbagai peruntukan lainnya, maka
harus ditetapkan besaran dan/atau luasan ruang setiap zona dan fungsi
utama zona tersebut;
 Pada setiap kawasan perkotaan harus mengupayakan untuk
mengefisienkan perubahan fungsi ruang untuk kawasan terbangun
melalui arahan bangunan vertikal sesuai kondisi masing-masing ibukota
kecamatan dengan tetap menjaga harmonisasi intensitas ruang yang ada;
 Pada setiap lingkungan permukiman yang dikembangkan harus
disediakan sarana dan prasarana lingkungan yang memadai sesuai
kebutuhan masing-masing;
 Pada setiap pusat-pusat kegiatan masyarakat harus dialokasikan
kawasan khusus pengembangan sektor informal;

VII - 2
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

 Pada setiap kawasan perkotaan harus menyediakan lahan untuk kawasan


hutan kota yang memiliki fungsi sebagai paru-paru kota, menjaga
ketersediaan air tanah, serta sebagai tempat interaksi masyarakat.
 Pada lahan pertanian yang telah ditetapkan sebagai lahan pangan di kawasan
perkotaan harus tetap dilindungi dan tidak dilakukan alih fungsi;
 Kawasan yang telah ditetapkan sebagai bagian dari RTH di kawasan
perkotaan harus tetap dilindungi sesuai dengan fungsi RTH masing-masing,
dan tidak boleh dilakukan alih fungsi;
 Pada setiap kawasan terbangun untuk berbagai fungsi terutama permukiman
padat harus menyediakan ruang evakuasi bencana sesuai dengan
kemungkinan timbulnya bencana yang dapat muncul;
 Pada setiap kawasan terbangun yang digunakan untuk kepentingan publik
juga harus menyediakan ruang untuk pejalan kaki dengan tidak mengganggu
fungsi jalan;
 Pada kawasan lindung yang ada di perkotaan baik kawasan lindung berupa
ruang terbuka, misalnya lindung setempat, diarahkan untuk tidak dilakukan
alih fungsi lindung tetapi dapat digunakan untuk kepentingan lain selama
masih menunjang fungsi lindung seperti wisata alam, jogging track tepi sungai
dengan ditata secara menarik. Pada kawasan lindung berupa bangunan, harus
tetap dilakukan upaya konservasi, dan dapat dilakukan nilai tambah
misalnya dengan melakukan revitalisasi, rehabilitasi, dan sebagainya;
 Perubahan atau penambahan fungsi ruang tertentu (misalnya pada zona
permukiman sebagian digunakan untuk fasilitas umum termasuk ruko) boleh
dilakukan sepanjang saling menunjang atau setidaknya tidak menimbulkan
efek negatif bagi zona yang telah ditetapkan;
 Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan terbuka hijau tetapi bukan sebagai
bagian dari RTH di kawasan perkotaan (misalnya tegalan di tengah kawasan
perkotaan) pada dasarnya boleh dilakukan alih fungsi untuk kawasan
terbangun dengan catatan komposisi atau perbandingan antara kawasan
terbangun dan ruang terbuka hijau tidak berubah sesuai RDTR Kawasan
Perkotaan masing-masing;
 Perubahan fungsi lahan boleh dilakukan secara terbatas, yakni pada zona
yang tidak termasuk dalam klasifikasi intensitas tinggi tetapi fungsi utama

VII - 3
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

zona harus tetap, dalam arti perubahan hanya boleh dilakukan sebagian saja,
yakni maksimum 25% dari luasan zona yang ditetapkan;
 Dalam pengaturan zona tidak boleh dilakukan perubahan secara keseluruhan
fungsi dasarnya;
 Penambahan fungsi tertentu pada suatu zona tidak boleh dilakukan untuk
fungsi yang bertentangan, misalnya permukiman digabung dengan industri
polutan;
 Khusus pada kawasan terbangun tidak boleh melakukan kegiatan
pembangunan di luar area yang telah ditetapkan sebagai bagian dari rumija
atau ruwasja, termasuk melebihi ketinggian bangunan seperti yang telah
ditetapkan, kecuali diikuti ketentuan khusus sesuai dengan kaidah desain
kawasan, seperti diikuti pemunduran bangunan, atau melakukan kompensasi
tertentu yang disepakati oleh stakeholder terkait;
 Pada lahan yang telah ditetapkan sebagai ruang terbuka hijau perkotaan
terutama bagian dari RTH kawasan Perkotaan tidak boleh dilakukan alih
fungsi lahan;
 Pada lahan yang telah ditetapkan sebagai bagian dari lahan pangan
berkelanjutan di kawasan Perkotaan tidak boleh dilakukan alih fungsi lahan;
 Pada kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan untuk keselamatan
penerbangan baik terkait fungsi ruang, intensitas ruang maupun ketinggian
bangunan yang telah dietapkan tidak boleh melakukan pelanggaran
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan zona masing-masing; serta
 Pada kawasan yang telah ditetapkan batas ketinggian untuk alat komunikasi
dan jaringan pengaman SUTT tidak boleh melakukan kegiatan pembangunan
dalam radius keamanan dimaksud.

2. Indikasi Arahan Peraturan zonasi sebagai kelengkapan Rencana Detail Tata


Ruang Kawasan Perdesaan
Peraturan ini pada dasarnya disusun untuk setiap zona seperti tertuang
dalam Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perdesaan di Kabupaten
Malang. Dengan demikian peraturan zonasi ini hanya akan berlaku pada
setiap zona peruntukan sesuai RDTR Kawasan Perdesaan masing-masing
kecamatan, dengan arahan sebagai berikut:

VII - 4
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

 Kawasan perdesaan umumnya terdiri atas kawasan terbangun tetapi


bagian terbesar adalah ruang terbuka dengan fungsi utama pertanian.
Pada rencana kawasan terbangun dengan fungsi: perumahan,
perdagangan-jasa, industri, dan berbagai peruntukan lainnya di
perdesaan dapat dilakukan penambahan fungsi yang masih saling
bersesuaian, tetapi harus ditetapkan besaran dan/atau luasan ruang
setiap zona dan fungsi utama zona tersebut. Pada kawasan tidak
terbangun atau ruang terbuka untuk pertanian yang produktif harus
dilakukan pengamanan khususnya untuk tidak dialihfungsikan menjadi
non pertanian;
 Pada setiap kawasan perdesaan harus mengefisienkan ruang yang
berfungsi untuk pertanian dan perubahan fungsi ruang untuk kawasan
terbangun hanya dilakukan secara infiltratif pada permukiman yang ada
dan harus menggunakan lahan yang kurang produktif;
 Pengembangan permukiman perdesaan harus menyediakan sarana dan
prasarana lingkungan permukiman yang memadai sesuai kebutuhan
masing-masing;
 Pada lahan pertanian yang telah ditetapkan sebagai lahan pangan
berkelanjutan di kawasan perdesaan harus tetap dilindungi dan tidak
dilakukan alih fungsi;
 Kawasan yang telah ditetapkan sebagai bagian dari RTH di kawasan
perdesaan (misalnya taman lingkungan permukiman) harus tetap
dilindungi sesuai dengan fungsi RTH masing-masing, dan tidak boleh
dilakukan alih fungsi;
 Pada kawasan lindung yang ada di perdesaan diarahkan untuk tidak
dilakukan alih fungsi lindung tetapi dapat ditambahkan kegiatan lain
selama masih menunjang fungsi lindung seperti wisata alam, penelitian,
kegiatan pecinta alam dan yang sejenis. Pada kawasan lindung berupa
bangunan, harus tetap dilakukan upaya konservasi baik berupa situs,
bangunan bekas peninggalan Belanda, bangunan / monumen perjuangan
rakyat, dan sebagainya;
 Perubahan atau penambahan fungsi ruang tertentu pada kawasan
terbangun di perdesaan (misalnya pada zona permukiman sebagian

VII - 5
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

digunakan untuk fasilitas umum, termasuk kegiatan industri kecil, pasar


desa dsb) boleh dilakukan sepanjang saling menunjang atau setidaknya
tidak menimbulkan efek negatif bagi zona yang telah ditetapkan;
 Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan terbuka hijau produktif di
perdesaan pada dasarnya boleh dilakukan alih fungsi untuk kawasan
terbangun secara terbatas dan hanya dilakukan pada lahan yang
produktivitasnya kurang tinggi, dengan catatan komposisi atau
perbandingan antara kawasan terbangun dan ruang terbuka hijau tidak
berubah sesuai RDTR Kawasan Perdesaan masing-masing;
 Dalam pengaturan zona tidak boleh dilakukan perubahan secara
keseluruhan fungsi dasarnya, sesuai RDTR Kawasan perdesaan masing-
masing;
 Penambahan fungsi tertentu pada suatu zona tidak boleh dilakukan
untuk fungsi yang bertentangan, misalnya sawah atau permukiman
digabung dengan gudang pupuk yang memiliki potensi pencemaran
udara;
 Pada kawasan terbangun di perdesaan yang lokasinya terpencar dalam
jumlah kecil tidak boleh melakukan kegiatan pembangunan dengan
intensitas tinggi yang tidak serasi dengan kawasan sekitarnya. Fungsi
khusus misalnya vila harus dialokasikan secara tersendiri;
 Pada lahan yang telah ditetapkan sebagai ruang terbuka hijau produktif
di perdesaan tidak boleh dilakukan alih fungsi lahan;
 Pada lahan yang telah ditetapkan sebagai bagian dari lahan pangan
berkelanjutan di kawasan perdesaan tidak boleh dilakukan alih fungsi
lahan;
 Pada kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan untuk
keselamatan penerbangan baik terkait fungsi ruang, intensitas ruang
maupun ketinggian bangunan yang telah dietapkan tidak boleh
melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam ketentuan zona
masing-masing; serta
 Pada kawasan yang telah ditetapkan batas ketinggian untuk alat
komunikasi dan jaringan pengaman SUTT tidak boleh melakukan
kegiatan pembangunan dalam radius keamanan dimaksud.

VII - 6
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

3. Indikasi Arahan Peraturan zonasi sebagai kelengkapan Rencana Detail Tata


Ruang Kawasan Strategis Kabupaten
Kawasan strategis di Kabupaten Malang yang ada adalah kawasan
strategis hankam, penunjang ekonomi wilayah, sosial budaya, dan
lingkungan hidup.
Peraturan pada kawasan strategis ini pada dasarnya disusun untuk setiap
zona seperti tertuang dalam Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Strategis
yang telah dibuat di Kabupaten Malang. Dengan demikian peraturan
zonasi ini hanya akan berlaku pada setiap zona peruntukan sesuai RDTR
Kawasan Strategis di Kabupaten Malang
a. Arahan peraturan zonasi pada kawasan hankam adalah sebagai
berikut:
 Kawasan strategis hankam harus dilakukan dengan mengamankan
kawasan dimaksud sehingga tidak menarik kegiatan masyarakat
secara langsung khususnya yang memiliki intensitas kegiatan tinggi;
 Kawasan Strategis Hankam harus mendapat sarana dan prasarana
lingkungan yang memadai sehingga dapat menunjang kegiatan
terkait hankam;
 Pada kawasan penunjang hankam boleh ditambahkan kegiatan yang
menunjang secara langsung maupun tidak langsung dengan catatan
tidak mengganggu fungsi hankam secara keseluruhan; serta
 Pada kawasan ini tidak boleh diadakan kegiatan yang menyebabkan
terganggunya fungsi hankam seperti pengembangan industri yang
menyerap banyak tenaga kerja sehingga berpotensi mengganggu
mobilisasi kepentingan hankam.
b. Arahan peraturan zonasi pada kawasan penunjang ekonomi adalah
sebagai berikut :
 Kawasan Penunjang ekonomi dalam skala besar umumnya berupa
kawasan perkotaan, terutama yang memiliki fungsi: perumahan,
perdagangan-jasa, industri, transportasi dan berbagai peruntukan
lainnya yang menunjang ekonomi wilayah. Pada kawasan ini harus
ditunjang sarana dan prasarana yang memadai sehingga
menimbulkan minat investasi yang besar;

VII - 7
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

 Pada setiap bagian dari kawasan strategis ekonomi ini harus


diupayakan untuk mengefisienkan perubahan fungsi ruang untuk
kawasan terbangun melalui arahan bangunan vertikal sesuai kondisi
kawasan masing-masing;
 Pada kawasan strategis secara ekonomi ini harus dialokasikan ruang
atau zona secara khusus untuk industri, perdagangan – jasa dan jasa
wisata perkotaan sehingga secara keseluruhan menjadi kawasan
yang menarik. Pada zonasi ini hendaknya mengalokasikan kawasan
khusus pengembangan sektor informal pada pusat-pusat kegiatan
masyarakat.
Pada zona dimaksud harus dilengkapi dengan ruang terbuka hijau
untuk memberikan kesegaran ditengah kegiatan yang intensitasnya
tinggi serta zona tersebut harus tetap dipertahankan;
 Pada kawasan strategis ekonomi ini boleh diadakan perubahan ruang
pada zona yang bukan zona inti (untuk pergadangan – jasa, dan
industri) tetapi harus tetap mendukung fungsi utama kawasan
sebagai penggerak ekonomi dan boleh dilakukan tanpa merubah
fungsi zona utama yang telah ditetapkan;
 Perubahan atau penambahan fungsi ruang tertentu pada ruang
terbuka di kawasan ini boleh dilakukan sepanjang masih dalam batas
ambang penyediaan ruang terbuka (tetapi tidak boleh untuk RTH
kawasan perkotaan);
 Dalam pengaturan kawasan strategis ekonomi ini zona yang dinilai
penting tidak boleh dilakukan perubahan fungsi dasarnya;
 Pada kawasan yang telah ditetapkan sebagai permukiman bila
didekatnya akan diubah menjadi fungsi lain yang kemungkinan akan
mengganggu (misalnya industri), maka permukiman harus
disediakan fungsi penyangga sehingga fungsi zona tidak boleh
bertentangan secara langsung pada zona yang berdekatan; serta
 Untuk menjaga kenyamanan dan keamanan pergerakan maka pada
kawasan terbangun tidak boleh melakukan kegiatan pembangunan
di luar area yang telah ditetapkan sebagai bagian dari rumija atau

VII - 8
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

ruwasja, termasuk melebihi ketinggian bangunan seperti yang telah


ditetapkan.
c. Peraturan zonasi pada kawasan sosio-kultural adalah sebagai berikut:
 Kawasan sosio-kultural terdiri atas kawasan peninggalan sejarah
yakni candi dan situs. Secara umum kawasan ini harus dilindungi
dan salah satu fungsi yang ditingkatkan adalah untuk penelitian dan
wisata budaya. Untuk itu pada radius tertentu harus dilindungi dari
perubahan fungsi yang tidak mendukung keberadaan candi atau dari
kegiatan yang intensitasnya tinggi sehingga mengganggu estetika dan
fungsi monumental candi;
 Bila sekitar kawasan ini sudah terdapat bangunan misalnya
perumahan harus dibatasi pengembanganya;
 Untuk kepentingan pariwisata boleh ditambahkan fungsi penunjang
misalnya shouvenir shop atau atraksi wisata yang saling menunjang
tanpa menghilangkan identitas dan karakter kawasan;
 Pada zona ini tidak boleh dilakukan perubahan dalam bentuk
peningkatan kegiatan atau perubahan ruang di sekitarnya yang
dimungkinkan dapat mengganggu fungsi dasarnya;
 Penambahan fungsi tertentu pada suatu zona ini tidak boleh
dilakukan untuk fungsi yang bertentangan, misalnya perdagangan
dan jasa yang tidak terkait candi dan pariwisata; serta
 Pada sekitar zona ini bangunan tidak boleh melebihi ketinggian
duapertiga dari candi yang ada.
d. Arahan pengaturan zonasi pada kawasan yang memiliki fungsi
lingkungan adalah sebagai berikut:
 Pada kawasan ini yang termasuk dalam kategori zona inti harus
dilindungi dan tidak dilakukan perubahan yang dapat mengganggu
fungsi lindung;
 Pada kawasan yang telah ditetapkan memiliki fungsi lingkungan dan
terdapat kerusakan baik pada zona inti maupun zona penunjang
harus dilakukan pengembalian ke rona awal sehingga kehidupan
satwa langka dan dilindungi dapat lestari;

VII - 9
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

 Untuk menunjang kelestarian dan mencegah kerusakan dalam jangka


panjang harus melakukan percepatan rehabilitasi lahan;
 Pada zona yang telah ditetapkan memiliki fungsi perlindungan
lingkungan tetapi saat ini sudah beralih fungsi menjadi kawasan
budidaya khususnya budidaya semusim, maka harus
mengembangkan hutan rakyat yang memiliki kemampuan
perlindungan seperti hutan terutama di area Gunung Anjasmoro,
Pegunungan Kawi dan Kelud;
 Pada zona-zona ini boleh melakukan kegiatan pariwisata alam
sekaligus menanamkan gerakan cinta alam;
 Pada kawasan yang didalamnya terdapat zona terkait kemampuan
tanahnya untuk peresapan air maka boleh dan disarankan untuk
pembuatan sumur-sumur resapan;
 Pada kawasan lindung yang memiliki nilai ekonomi tinggi atau
fungsi produksi tertentu (misalnya terdapat komoditas durian,
manggis, damar, rotan) boleh dimanfaatkan buah atau getahnya
tetapi tidak boleh mengambil kayu yang mengakibatkan kerusakan
fungsi lindung;
 Pada zona ini tidak boleh melakukan alih fungsi lahan yang
mengganggu fungsi lindung apalagi bila di dalamnya terdapat
kehidupan berbagai satwa maupun tanaman langka yang dilindungi;
serta
 Pada zona inti maupun penunjang bila terlanjur untuk kegiatan
budidaya khususnya permukiman dan budidaya tanaman semusim,
tidak boleh dikembangkan lebih lanjut atau dibatasi dan secara
bertahap dialihfungsikan kembali ke zona lindung.
Terkait dengan sistem perwilayahan, indikasi arahan peraturan zonasi juga
dapat dibagi menjadi:
a) Sistem perkotaan;
b) Sistem perdesaan;
c) Sistem jaringan prasarana wilayah, yang meliputi sistem jaringan
transportasi, telekomunikasi, dan sumber daya air;

VII - 10
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

d) Kawasan lindung; dan


e) Kawasan budidaya
1. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem perkotaan, meliputi:
a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi perkotaan berskala
internasional dan nasional yang didukung dengan fasilitas dan
infrastruktur perkotaan sesuai dengan kegiatan ekonomi yang
dilayaninya; dan
b. pengembangan fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat permukiman
dengan tingkat intensitas pemanfaatan ruang menengah hingga tinggi
yang kecenderungan pengembangan ruangnya ke arah vertikal.
2. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem perdesaan, meliputi:
a. Kawasan terbangun perdesaan dapat dilakukan penambahan fungsi yang
masih saling bersesuaian, tetapi harus ditetapkan besaran dan/atau
luasan ruang setiap zona dan fungsi utama zona tersebut;
b. Kawasan tidak terbangun atau ruang terbuka untuk pertanian yang
produktif harus dilakukan pengamanan khususnya untuk tidak
dialihfungsikan non pertanian;
c. Kawasan perdesaan harus mengefisienkan ruang untuk pertanian dan
perubahan fungsi ruang bagi kawasan terbangun hanya dilakukan secara
infiltratif pada permukiman yang ada dan harus menggunakan lahan
yang kurang produktif; dan
d. Pengembangan permukiman perdesaan harus menyediakan sarana dan
prasarana lingkungan permukiman yang memadai sesuai kebutuhan
masing-masing.
3. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem jaringan transportasi, meliputi:
a. Penetapan garis sempadan untuk jaringan jalan dan jalur kereta api
sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
b. Pembatasan pemanfaatan ruang berdasarkan sempadan yang ditetapkan
dan memperhatikan kepentingan yang lebih tinggi;
c. Pembatasan pemanfaatan ruang udara yang digunakan untuk
penerbangan;

VII - 11
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

d. Pemanfaatan pemanfaatan ruang untuk kebutuhan operasional dan


pengembangan kawasan pelabuhan;
e. Pembangunan sarana dan prasarana penunjang dibatasi hanya pada
bangunan penunjang operasional dan harus relevan dengan fungsi utama
prasarana transportasi;
f. Pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jalan nasional dengan tingkat
intensitas menengah hingga tinggi yang kecenderungan pengembangan
ruangnya dibatasi;
g. Ketentuan pelarangan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di
sepanjang sisi jalan nasional; serta
h. Ketentuan pelarangan kegiatan di ruang udara bebas di atas badan air
yang berdampak pada keberadaan jalur transportasi laut.
4. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem telekomunikasi meliputi
pemanfaatan ruang untuk penempatan stasiun bumi dan menara pemancar
telekomunikasi yang memperhitungkan aspek keamanan dan keselamatan
aktivitas kawasan di sekitarnya.
5. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem jaringan sumber daya air, meliputi:
a. pemanfaatan ruang pada kawasan di sekitar wilayah sungai dengan tetap
menjaga kelestarian lingkungan dan fungsi lindung kawasan;
b. pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai lintas negara dan lintas
provinsi secara selaras dengan pemanfaatan ruang pada wilayah sungai
di negara /provinsi yang berbatasan; dan
c. ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran
terhadap mata air.
6. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan lindung, meliputi:
a. pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam;
b. ketentuan pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengurangi luas
kawasan hutan dan tutupan vegetasi;
c. pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya hanya diizinkan
bagi penduduk asli dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi
lindung kawasan, dan di bawah pengawasan ketat.

VII - 12
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

7. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan budidaya, meliputi:


a. pemanfaatan ruang bagi peningkatan ekonomi dengan memperhatikan
daya dukung dan lingkungan, serta sesuai dengan rencana tata ruang;
b. pembatasan alih fungsi lahan dari fungsi lindung menjadi budidaya;
c. pembatasan bangunan yang tidak relevan dengan fungsi utama dalam
penataan ruang;
d. penetapan jenis dan syarat bangunan secara selektif; serta
e. penyediaan sarana dan prasarana penunjang yang sesuai dengan fungsi
utama.

7.1.1 Peraturan Zonasi untuk Kawasan Lindung

Peraturan zonasi untuk kawasan lindung terdiri dari peraturan zonasi

kawasan lindung, kawasan resapan air, kawasan sempadan pantai, kawasan

sempadan sungai dan waduk, kawasan sekitar mata air, kawasan sempadan

irigasi, cagar alam, taman nasional, taman hutan raya, objek wisata alam, cagar

budaya, kawasan rawan longsor, kawasan rawan banjir, kawasan rawan letusan

gunung berapi, kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan gerakan tanah,

kawasan yang terletak di zona patahan aktif, kawasan rawan tsunami, kawasan

imbuhan air tanah, kawasan sempadan mata air, kawasan pengungsian satwa,

kawasan pantai berhutan bakau, serta kawasan hutan kota.

1. Peraturan zonasi untuk kawasan lindung disusun dengan memperhatikan :

a. Pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam;

b. Pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengurangi luas

kawasan hutan dan tutupan vegetasi; dan

c. Pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya hanya

diizinkan bagi penduduk asli dengan luasan tetap, tidak mengurangi

fungsi lindung kawasan, dan di bawah pengawasan ketat.

2. Peraturan zonasi untuk kawasan resapan air disusun dengan

memperhatikan :

VII - 13
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

a. pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kegiatan budidaya tidak

terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan

limpasan air hujan;

b. penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan terbangun

yang sudah ada; dan

c. penerapan prinsip Zero Delta Q policy terhadap setiap kegiatan

budidaya terbangun yang diajukan izinnya.

3. Peraturan zonasi untuk sempadan pantai disusun dengan memperhatikan :

a. Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;

b. Pengembangan struktur alami dan struktur buatan untuk mencegah

abrasi;

c. Pendirian bangunan yang dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan

rekreasi pantai; dan

d. Ketentuan pelarangan semua jenis kegiatan yang dapat menurunkan

luas, nilai ekologis, dan estetika kawasan

4. Peraturan zonasi untuk kawasan sempadan sungai dan kawasan sekitar

waduk disusun dengan memperhatikan :

a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;

b. ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang

dimaksudkan untuk pengelolaan badan air dan /atau pemanfaatan

air;

c. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman

rekreasi; dan

d. penetapan lebar sempadan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

5. Peraturan zonasi untuk kawasan sekitar mata air disusun dengan

memperhatikan:

VII - 14
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau; dan

b. pelarangan kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran terhadap

mata air.

6. Peraturan zonasi untuk kawasan sempadan irigasi disusun dengan

memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau; dan

b. perlindungan sempadan saluran irigasi dari alih fungsi yang

menyebabkan kerusakan kualitas air irigasi.

7. Peraturan zonasi untuk cagar alam disusun dengan memperhatikan :

a. Pemanfaatan ruang untuk penelitian, pendidikan, dan wisata alam;

b. Pembatasan kegiatan pemanfaatan sumber daya alam;

c. Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan di

atas;

d. Pelarangan terhadap penanaman flora dan pelepasan satwa yang

bukan merupakan flora dan satwa endemik kawasan;

e. Pelarangan pemanfaatan biota yang dilindungi peraturan

perundang-undangan;

f. Pelarangan kegiatan yang dapat mengurangi daya dukung dan daya

tampung lingkungan; dan

g. Pelarangan kegiatan yang dapat merubah bentang alam dan

ekosistem

8. Peraturan zonasi untuk Taman Nasional disusun dengan memperhatikan :

a. pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam;

b. pemanfaatan ruang kawasan untuk kagiatan budidaya hanya

diizinkan bagi penduduk asli di zona penyangga dengan luasan

tetap, tidak mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di bawah

pengawasan ketat;

VII - 15
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

c. pelarangan kegiatan budidaya di zona inti maupun kegiatan

budidaya yang berpotensi; dan

d. mengurangi tutupan vegetasi atau terumbu karang di zona

penyangga.

9. Peraturan zonasi untuk taman hutan raya disusun dengan memperhatikan :

a. Pemanfaatan ruang untuk penelitian, pendidikan, dan wisata alam;

dan

b. Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan

10. Peraturan zonasi untuk daya tarik wisata alam disusun dengan

memperhatikan :

a. pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa mengubah bentang

alam; dan

b. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan di

atas.

11. Peraturan zonasi untuk cagar budaya disusun dengan memperhatikan:

a. pemanfaatan untuk penelitian, pendidikan, dan pariwisata; dan

b. ketentuan pelarangan kegiatan dan pendirian bangunan yang tidak

sesuai dengan fungsi kawasan.

12. Peraturan zonasi untuk kawasan rawan longsor disusun dengan

memperhatikan :

a. pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis,

dan ancaman bencana;

b. penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;

dan

c. pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan

pemantauan ancaman bencana dan kepentingan umum.

13. Peraturan zonasi untuk kawasan rawan banjir disusun dengan

memperhatikan :

VII - 16
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

a. pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis,

dan ancaman bencana;

b. penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;

c. pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan

pemantauan ancaman bencana dan kepentingan umum;

d. penetapan batas dataran banjir;

e. pemanfaatan dataran banjir bagi ruang terbuka hijau dan

pembangunan fasilitas umum dengan kepadatan rendah; dan

f. ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bagi kegiatan

permukiman dan fasilitas umum penting lainnya.

14. Peraturan zonasi untuk kawasan rawan letusan gunung berapi disusun

dengan memperhatikan :

a. pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis,

dan ancaman bencana;

b. penyediaan saluran aliran lahar cair;

c. penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;

d. ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bagi kegiatan

pemukiman dan fasilitas umum lainnya; dan

e. pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan

pemantauan ancaman bencana, pengembangan ilmu pengetahuan

dan kepentingan umum lainnya.

15. Peraturan zonasi untuk kawasan rawan gempa bumi disusun dengan

memperhatikan :

a. pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis,

dan ancaman bencana;

b. penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;

c. ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bagi kegiatan

pemukiman dan fasilitas umum lainnya; dan

VII - 17
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

d. pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan

pemantauan ancaman bencana, pengembangan ilmu pengetahuan

dan kepentingan umum lainnya.

16. Peraturan zonasi untuk kawasan rawan gerakan tanah disusun dengan

memperhatikan :

a. pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis,

dan ancaman bencana;

b. penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;

dan

c. ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bagi kegiatan

pemukiman dan fasilitas umum, kecuali untuk kepentingan

pemantauan ancaman bencana dan pengembangan ilmu

pengetahuan.

17. Peraturan zonasi untuk kawasan yang terletak di zona patahan aktif disusun

dengan memperhatikan :

a. pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis,

dan ancaman bencana;

b. penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;

c. ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bagi kegiatan

pemukiman dan fasilitas umum lainnya; dan

d. pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan

pemantauan ancaman bencana, pengembangan ilmu pengetahuan

dan kepentingan umum lainnya.

18. Peraturan zonasi untuk kawasan rawan tsunami disusun dengan

memperhatikan :

a. penetapan daerah tsunami adalah daerah bahaya dengan jarak 3500

meter dari garis pasang tertinggi;

b. pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis,

dan ancaman bencana;

VII - 18
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

c. penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;

d. ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bagi kegiatan

pemukiman dan fasilitas umum lainnya; dan

e. pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan

pemantauan ancaman bencana, pengembangan ilmu pengetahuan

dan kepentingan umum lainnya.

19. Peraturan zonasi untuk kawasan imbuhan air tanah disusun dengan

memperhatikan :

a. pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kepentingan budidaya

tidak terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan

limpasan air hujan;

b. penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan terbangun

yang sudah ada; dan

c. penerapan prinsip Zero Delta Q policy terhadap setiap kegiatan

budidaya terbangun yang diajukan izinnya.

20. Peraturan zonasi untuk kawasan sempadan mata air disusun dengan

memperhatikan :

a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;dan

b. pelarangan kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran terhadap

mata air.

21. Peraturan zonasi untuk kawasan pengungsian satwa disusun dengan

memperhatikan :

a. pemanfaatan untuk wisata alam tanpa mengubah bentang alam;

b. pelestarian flora dan fauna endemik kawasan; dan

c. pembatasan pemanfaaan sumberdaya alam.

22. Peraturan zonasi untuk kawasan pantai berhutan bakau disusun dengan

memperhatikan:

a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan pendidikan, penelitian, dan

wisata alam dan pelarangan pemanfaatan kayu bakau; serta

VII - 19
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

b. Pelarangan kegiatan yang dapat mengubah mengurangi luas

dan/atau mencemari ekosistem bakau.

23. Peraturan zonasi untuk kawasan hutan kota disusun dengan

memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;

b. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi

rekreasi;

c. pelarangan kegiatan yang dapat mengganggu fungsi hutan kota

sebagai paru-paru kota sekaligus sebagai pusat interaksi masyarakat.

7.1.2 Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya

Peraturan zonasi untuk kawasan budidaya terdiri dari peraturan zonasi

kawasan peruntukan hutan produksi, kawasan peruntukan hutan rakyat,

kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan pertambangan, kawasan

peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan peruntukan

permukiman, kawasan peruntukan pendidikan, ruang terbuka hijau, kawasan

peruntukan sektor informal, kawasan andalan, dan kawasan pesisir dan pulau-

pulau kecil.

1. Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan hutan produksi disusun

dengan memperhatikan :

a. pembatasan pemanfaatan hasil hutan untuk menjaga kestabilan

neraca sumber daya kehutanan; dan

b. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan

pemanfaatan hasil hutan.

2. Peraturan zonasi untuk kawasan hutan rakyat disusun dengan

memperhatikan :

a. pemanfaatan ruang untuk peningkatan ekonomi masyarakat; dan

b. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan

pemanfaatan hasil hutan.

VII - 20
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

3. Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertanian disusun dengan

memperhatikan :

a. pemanfaatan ruang untuk pemukiman petani dengan kepadatan

rendah; dan

b. ketentuan pelarangan alih fungsi lahan menjadi lahan budidaya non

pertanian kecuali untuk pengembangan sistem jaringan prasarana

utama.

4. Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertambangan disusun dengan

mempertimbangkan :

a. pengaturan kawasan tambang dengan memperhatikan keseimbangan

antara biaya dan manfaat serta keseimbangan antara resiko dan

manfaat; dan

b. pengaturan bangunan lain di sekitar instalasi dan peralatan kegiatan

pertambangan yang berpotensi menimbulkan bahaya dengan

mempertimbangkan kepentingan daerah.

5. Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan industri disusun dengan

mempertimbangkan :

a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri baik yang sesuai dengan

kemampuan penggunaan teknologi, potensi sumber daya alam dan

sumber daya manusia di wilayah sekitarnya; dan

b. pembatasan pembangunan perumahan baru sekitar kawasan

peruntukan industri.

6. Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pariwisata disusun dengan

mempertimbangkan :

a. pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai daya dukung

dan daya tampung lingkungan;

b. perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan masa lampau;

dan

VII - 21
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

c. pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan

pariwisata.

7. Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan permukiman disusun dengan

mempertimbangkan :

a. penetapan amplop bangunan;

b. penetapan tema arsitektur bangunan;

c. penetapan kelengkapan bangunan dan lingkungan; dan

d. penetapan jenis dan syarat penggunaan bangunan yang diizinkan.

8. Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pendidikan disusun dengan

memperhatikan :

a. pemanfaatan ruang diutamakan untuk kegiatan pendidikan;

b. penyediaan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan

pendidikan.

c. penetapan amplop bangunan;

d. penetapan tema arsitektur bangunan;

e. penetapan kelengkapan bangunan dan lingkungan; dan

f. penetapan jenis dan syarat penggunaan bangunan yang diizinkan.

9. Peraturan zonasi untuk ruang terbuka hijau kota disusun dengan

memperhatikan :

a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan rekreasi;

b. Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk bangunan penunjang

kegiatan rekreasi dan fasilitas umum lainnya;

c. Pelarangan pendirian bangunan permanen selain yang dimaksud di

atas; dan

d. Pengembangan dengan memperhatikan neraca penyediaan RTH

perkotaan yaitu 20% RTH publik dan 10% RTH privat

10. Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan sektor informal disusun

dengan memperhatikan :

VII - 22
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

a. pengalokasian ruang sektor informal diarahkan pada kawasan

perkotaan;

b. kawasan sektor informal merupakan penunjang kegiatan

perdagangan, permukiman, jasa, rekreasi, dan industri; serta

c. penyediaan sarana dan prasarana penunjang yang mendukung akses

sektor informal terhadap pasar, informasi, dan teknologi.

11. Peraturan zonasi untuk kawasan andalan disusun dengan memperhatikan :

a. Pemanfaatan ruang diutamakan untuk kegiatan-kegiatan yang

mendorong peningkatan potensi ekonomi dan sosial budaya

kawasan andalan;

b. Penyediaan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan kawasan

andalan;

c. Pembatasan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi utama

kawasan;

d. Pengembangan dampak pemanfaatan ruang kawasan andalan bagi

kawasan lain di sekitarnya; serta

e. Pengembangan kawasan andalan harus tetap memperhatikan

kelestarian ekosistem, daya dukung lingkungan dan karakteristik

rawan bencana

12. Peraturan zonasi untuk kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil disusun

dengan memperhatikan :

a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan perikanan, permukiman, dan

pariwisata dengan memperhatikan kelestarian ekosistem;

b. Pembatasan dalam pengembangan kawasan terbangun pada kawasan

perlindungan ekosistem berupa hutan bakau dan terumbu karang, serta

penunjang kegiatan rekreasi dan fasilitas umum lainnya;

c. Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk permukiman nelayan dan

bangunan yang menunjang kegiatan perikanan dan pariwisata;

d. Pemanfaatan sumber daya perikanan agar tidak melebihi potensi lestari;

VII - 23
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

e. Ketentuan pelarangan kegiatan pengambilan terumbu karang dan

penangkapan ikan pada kawasan perlindungan terumbu karang;

f. Ketentuan pelarangan penangkapan biota laut yang dilindungi peraturan

perundang-undangan;

g. Ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran air

laut; dan

h. Pembatasan kegiatan pemanfaatan sumber daya kelautan untuk

mempertahankan makanan bagi biota yang bermigrasi

7.1.3 Peraturan Zonasi Sistem Prasarana Wilayah

Peraturan zonasi sistem prasarana wilayah terdiri dari jaringan jalan,

jaringan jalur kereta api, pelabuhan umum, alur pelayaran, penerbangan,

instalasi jaringan pada jalan nasional, jaringan telekomunikasi, serta jaringan

sumber daya air.

1. Peraturan zonasi untuk jaringan jalan disusun dengan memperhatikan:

a. penetapan garis sempadan jaringan jalan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku;

b. pembatasan pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jalan berdasarkan

sempadan yang ditetapkan dan memperhatikan kepentingan yang lebih

tinggi;

c. pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jalan nasional dengan tingkat

intensitas menengah hingga tinggi yang kecenderungan pengembangan

ruangnya dibatasi;

d. ketentuan pelarangan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di

sepanjang sisi jalan nasional; serta

e. penetapan garis sempadan bangunan di sisi jalan nasional yang

memenuhi ketentuan ruang pengawasan jalan.

2. Peraturan zonasi untuk jaringan jalur kereta api disusun dengan

memperhatikan :

VII - 24
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

a. pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jaringan jalur kereta api dilakukan

dengan tingkat intensitas menengah hingga tinggi yang kecenderungan

pengembangan ruangnya dibatasi;

b. ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang pengawasan jalur kereta api

yang dapat mengganggu kepentingan operasi dan keselamatan

transportasi perkeretaapian;

c. pembatasan pemanfaatan ruang yang peka terhadap dampak lingkungan

akibat lalu lintas kereta api di sepanjang jalur kereta api;

d. pembatasan jumlah perlintasan sebidang antara jaringan jalur kereta api

dan jalan; serta

e. penetapan garis sempadan bangunan di sisi jaringan jalur kereta api

dengan memperhatikan dampak lingkungan dan kebutuhan

pengembangan jaringan jalur kereta api.

3. Peraturan zonasi untuk pelabuhan umum disusun dengan memperhatikan :

a. pemanfaatan ruang untuk kebutuhan operasional dan pengembangan

kawasan pelabuhan;

b. ketentuan pelarangan kegiatan di ruang udara bebas di atas badan air

yang berdampak pada keberadaan jalur transportasi laut; dan

c. pembatasan pemanfaatan ruang di dalam Daerah Lingkungan Kerja

Pelabuhan dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan harus

mendapatkan izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

4. Peraturan zonasi untuk alur pelayaran disusun dengan memperhatikan :

a. pemanfaatan ruang pada badan air disepanjang alur pelayaran dibatasi

sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan

b. pemanfaatan ruang pada kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil disekitar

badan air di sepanjang alur pelayaran dilakukan dengan tidak

mengganggu aktifitas pelayaran.

VII - 25
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

5. Peraturan zonasi untuk penerbangan disusun dengan memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang untuk kebutuhan operasional bandar udara;

b. pemanfaatan ruang di sekitar bandar udara sesuai dengan kebutuhan

pengembangan bandar udara berdasarkan ketentuan perundang-

undangan;

c. batas-batas Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan dan batas-batas

kawasan kebisingan; dan

d. pembatasan pemanfaatan ruang udara yang digunakan untuk

penerbangan agar tidak mengganggu sistem operasional penerbangan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

6. Peraturan zonasi untuk instalasi jaringan pada jalan nasional adalah sebagai

berikut:

a. Peraturan zonasi untuk jaringan pipa minyak dan gas bumi disusun

dengan memperhatikan pemanfaatan ruang di sekitar jaringan pipa

minyak dan gas bumi harus memperhitungkan aspek keamanan dan

keselamatan kawasan di sekitarnya.

b. Peraturan zonasi untuk pembangkit tenaga listrik disusun dengan

memperhatikan pemanfaatan ruang di sekitar pembangkit listrik harus

memperhatikan jarak aman dan kegiatan lain.

c. Peraturan zonasi untuk jaringan transmisi tenaga listrik disusun dengan

memperhatikan ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bebas di

sepanjang jalur transmisi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

7. Peraturan zonasi untuk jaringan telekomunikasi disusun dengan

memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang untuk penempatan stasiun bumi dan menara

pemancar telekomunikasi yang memperhitungkan aspek keamanan dan

keselamatan aktivitas kawasan di sekitarnya;

VII - 26
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

b. pembatasan pemanfaatan ruang udara yang digunakan untuk

penempatan stasiun bumi dan menara pemancar telekomunikasi sesuai

dengan peraturan perundang-undangan; serta

c. pemanfaatan ruang bawah tanah untuk kepentingan jaringan transmisi

telekomunikasi harus mengacu pada rencana tata ruang provinsi dan

nasional.

8. Peraturan zonasi untuk jaringan sumber daya air disusun dengan

memperhatikan :

a. pemanfaatan ruang pada kawasan di sekitar wilayah sungai dengan tetap

menjaga kelestarian lingkungan dan fungsi lindung kawasan; dan

b. pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai lintas kabupaten secara

selaras dengan pemanfaatan ruang pada wilayah sungai di

kota/kabupaten yang berbatasan.

7.2 Ketentuan Perizinan


Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan
pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam Undang-undang No. 26 Tahun 2007 pasal 37 disebutkan bahwa :
1. Ketentuan perizinan diatur oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah
menurut kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah dibatalkan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah menurut
kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3. Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan tidak
melalui prosedur yang benar, batal demi hukum.
4. Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi
kemudian terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah,
dibatalkan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya.

VII - 27
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

5. Terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan izin sebagaimana


dapat dimintakan penggantian yang layak kepada instansi pemberi izin.
6. Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan
rencana tata ruang wilayah dapat dibatalkan oleh Pemerintah dan
Pemerintah Daerah dengan memberikan ganti kerugian yang layak.
7. Pemberian izin pada kawasan yang ditetapkan sebagai pengendalian ketat
adalah kewenangan pemerintah provinsi, sedangkan kewenangan
pemerintah Kabupaten adalah pada kawasan di luar itu di wilayah
Kabupaten
8. Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan
ruang dilarang menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang.
9. Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehan izin dan tata cara
penggantian yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5)
diatur dengan peraturan pemerintah.
Dalam penjelasan UU No. 26 Tahun 2007 pasal 37 dijelaskan bahwa, yang
dimaksud dengan perizinan adalah perizinan yang terkait dengan izin
pemanfaatan ruang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
harus dimiliki sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang. Izin dimaksud adalah
izin lokasi/fungsi ruang, amplop ruang, dan kualitas ruang.

7.2.1 Izin Lokasi/Fungsi Ruang

Izin pemanfaatan ruang di Kabupaten Malang, tertuang dalam Surat


Keputusan Bupati Malang No. 12 Tahun 2004 tentang Izin Lokasi. Izin lokasi ini
memuat 6 pasal, dimana susunan keanggotaan, tugas pokok dan tata cara
perizinan, tertuang di bawah ini:
1. Pasal 1, berisikan ketentuan bahwa :
Izin lokasi adalah izin yang diberikan kepada perusahaan untuk
memperoleh tanah yang diperlukan dalam rangka penanaman modal, yang
berlaku pula sebagai izin pemindahan hak dan untuk menggunakan tanah
tersebut guna keperluan usaha penanaman modalnya.
Perusahaan adalah orang atau badan hukum yang telah memperoleh izin
untuk melakukan penanaman modal di Indonesia sesuai ketentuan yang
berlaku; Penanaman modal adalah usaha menanamkan modal yang

VII - 28
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

menggunakan maupun tidak menggunakan fasilitas penanaman modal


asing maupun modal dalam negeri; sedangkan pertimbangan teknis
penatagunaan tanah dalam rangka pemberian Izin Lokasi adalah
pertimbangan mengenai aspek penguasaan tanah dan teknis penatagunaan
tanah yang meliputi keadaan tanah serta penguasaan tanah bersangkutan,
penilaian fisik wilayah, penggunaan tanah serta kemampuan tanah.
2. Pasal 2, berisikan ketentuan bahwa :
Dengan nama Izin Lokasi diberikan kepada perusahaan yang telah
mengajukan permohonan izin kepada Bupati Malang dan telah memenuhi
persyaratan atas lokasi yang dimohon.
3. Pasal 3, berisikan ketentuan bahwa :
Ketentuan mengenai batas luar maksimum tanah yang akan dimohonkan
izin lokasi dan tanah yang tidak diperlukan izin lokasi dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan yang berlaku dengan tetap memperhatikan :
a. Rencana tata ruang wilayah dan rencana detail tata ruang kota;
b. Pencegahan konservasi sawah irigasi teknis;
c. Kawasan-kawasan yang dilindungi seperti hutan lindung, situs budaya
dan kawasan lainnya; serta
d. Ketersediaan tanah dan kepentingan masyarakat setempat dan
sekitarnya.
4. Pasal 4, berisikan ketentuan bahwa :
Untuk mempersiapkan penetapan Izin Lokasi, Bupati membentuk Tim
Koordinasi Penetapan Izin Lokasi yang susunan anggotanya sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 1 pada Surat Keputusan Bupati Malang No. 12
Tahun 2004 tentang Izin Lokasi.
5. Pasal 5, berisikan ketentuan bahwa :
Tugas Pokok Tim sebagaimana dimaksud pada pasal 4 adalah tercantum
dalam Lampiran 2 pada Surat Keputusan Bupati Malang No. 12 Tahun 2004
tentang Izin Lokasi.
6. Pasal 6, berisikan ketentuan bahwa :
Tata cara pemberian izin lokasi di wilayah Kabupaten Malang sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 adalah tercantum dalam Lampiran 3 pada Surat
Keputusan Bupati Malang No. 12 Tahun 2004 tentang Izin Lokasi.

VII - 29
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

7.2.1.1 Penetapan Izin Lokasi

Menurut Surat Keputusan Bupati Malang No. 12 Tahun 2004 tentang Izin
Lokasi berisikan tentang Tugas Tim Koordinasi Penetapan Izin Lokasi. Tim
Koordinasi bertugas melakukan penilaian terhadap lokasi yang dimohon sesuai
tugas pokok dan fungsi masing-masing satuan kerja dengan uraian sebagai
berikut :
A. Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang
1. Memberikan pertimbangan teknis dan pengawasan dalam hal
pemanfaatan lokasi yang dimohon menurut Rencana Detail Tata Ruang
Kota dan/atau Rencana Tata Ruang Perkotaan dan Perdesaan serta
pengembangannya sesuai peruntukkan kawasan dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah; serta
2. Hal-hal lain terkait dengan RDTRK dan/atau RTR Perkotaan dan
Perdesaan serta pengembangannya sesuai peruntukkan kawasan dalam
RTRK dan Site Plan.
B. Kantor Pertanahan
1. Memberikan pertimbangan teknis dan pengawasan penatagunaan tanah
dalam rangka pemberian Izin Lokasi mengenai aspek penguasaan hak
atas tanah dan teknis penatagunaan tanah yang meliputi keadaan tanah
yang meliputi keadaan tanah serta penguasaan tanah bersangkutan,
penilaian fisik wilayah, penggunaan tanah dan pemanfaatan tanah serta
kemampuan tanah; serta
2. Hal-hal lain terkait dengan penatagunaan tanah.
C. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
1. Memberikan pertimbangan sesuai dengan Perencanaan Pembangunan
Daerah, Rencana Strategis (Renstra) dan Tata Ruang secara komprehensif
dan terintegrasi; serta
2. Hal-hal lain terkait dengan Perencanaan dan pengendalian tata ruang
wilayah secara makro.
D. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika
1. Memberikan pertimbangan teknis terhadap keselamatan dan keamanan
pemakai jalan akibat perubahan peruntukkan tata guna lahan jalur lalu
lintas utama; serta

VII - 30
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

2. Hal-hal lain terkait dengan perhubungan dan jalur lalu lintas.


E. Dinas Bina Marga
Memberikan pertimbangan teknis dalam hal rencana pembangunan sarana
prasarana jalan dan hal-hal lain terkait dengan kebinamargaan.
F. Dinas Pengairan
Memberikan pertimbangan teknis dalam hal rencana pembangunan sarana
prasarana pengairan dan hal-hal lain terkait dengan masalah-masalah
pengairan.
G. Dinas Pertanian dan Perkebunan
Memberikan pertimbangan teknis atas lokasi yang dimohon terkait dengan
tanah pertanian dan perkebunan.
H. Unit Pelayanan Terpadu Perizinan
1. Memberikan pertimbangan dari segi hukum sesuai ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku guna memberikan asas legalitas atas lokasi
yang dimohon; serta
2. Penertiban Keputusan Bupati tentang Penetapan Izin Lokasi atas nama
Perusahaan Pemohon.
I. Kepala Bagian Tata Pemerintahan Umum Sekretariat Daerah
Memberikan pertimbangan dalam hal kebijakan pemerintah menyangkut
Wilayah Kecamatan dan Pemerintahan Desa/ Kelurahan serta hal-hal lain
terkait dengan kepemerintahan.
J. Satuan Polisi Pamong Praja dan Perlindungan Masyarakat
Memberikan pertimbangan dalam hal ketentraman dan ketertiban
masyarakat serta ketaatan terhadap izin lokasi yang telah ditetapkan dan hal-
hal lain terkait dengan ketentraman dan ketertiban pada umumnya.

7.2.1.2 Pemberian Izin Lokasi

Menurut Surat Keputusan Bupati Malang No. 12 Tahun 2004 tentang Izin
Lokasi berisikan tentang Tata Cara Pemberian Izin Lokasi, dengan uraian sebagai
berikut :
A. Pengajuan Permohonan Izin Lokasi
1. Untuk mendapatkan Izin Lokasi, permohonan kepada Bupati melalui
Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang

VII - 31
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

2. Dalam Pengajuan Permohonan Izin Lokasi sebagaimana dimaksud angka


1, pemohon melampirkan rekaman :
a. Akte pendirian perusahaan;
b. Kartu identitas pemohon;
c. Surat keterangan nomor pokok wajib pajak;
d. Gambar kasar/sketsa tanah yang dimohon;
e. Pernyataan kesanggupan akan memberikan ganti rugi dan / atau
menyediakan tempat penampungan bagi pemilik tanah;
f. Uraian Rencana Proyek yang akan dibangun, termasuk pula Rencana
Peruntukkan Penggunaan Tanah;
g. Pertimbangan teknis penatagunaan tanah dalam rangka pemberian
izin lokasi;
h. Persetujuan prinsip/ rekomendasi/ surat keterangan/ pertimbangan
dari Dinas Teknis Pemerintah Kabupaten dan/atau Instansi Sektoral
yang berwenang tentang bidang usaha/investasi yang masih terbuka;
serta
i. Bagi Perusahaan Pembangunan Perumahan melampirkan Surat
Keterangan terdaftar sebagai anggota Asosiasi Pengembang yang
diakui Pemerintah.
3. Tembusan Permohonan dimaksud angka 1 disampaikan kepada :
a. Kepala Kantor Pertahanan Kabupaten;
b. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten; serta
c. Dinas/Instansi Teknis Pemerintah Kabupaten untuk persetujuan
prinsip/ rekomendasi/ surat keterangan/ pertimbangan bagi
perusahaan non PMA/PMDN.
B. Pencatatan Permohonan
1. Permohonan setelah diteliti kelengkapannya sesuai ketentuan yang
berlaku, dicatat dalam agenda umum
2. Berkas Permohonan yang telah lengkap dibuatkan tanda terima yang
ditandatangani Kepala Dinas/ Pejabat yang ditunjuk
3. Apabila Permohonan belum lengkap atau ada yang belum benar berkas
permohonan dikembalikan kepada Pemohon untuk dilengkapi/
diperbaiki sesuai ketentuan yang berlaku.

VII - 32
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

C. Proses Penerbitan Izin Lokasi


1. Rapat Koordinasi
a. Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang menyelenggarakan Rapat
Koordinasi dengan mengundang Tim Penetapan Izin Lokasi serta
Dinas/ Instansi yang terkait;
b. Peserta Rapat Koordinasi adalah :
 Sekretaris Daerah
 Asisten Pemerintahan Sekretaris Daerah
 Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang
 Kantor Pertanahan Kabupaten
 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
 Dinas Pengairan
 Dinas Pertanian dan Perkebunan
 Dinas Bina Marga
 Satuan Polisi Pamong Praja dan Perlindungan Masyarakat
 Bagian Hukum Sekretariat Daerah
 Dinas/Instansi terkait
 Camat yang terkait
 Kepala Desa/Kelurahan yang terkait
c. Hal-hal yang dipertimbangkan dalam Rapat Koordinasi
 Kesesuaian Tata Ruang Wilayah atau rencana lainnya.
 Aspek penguasaan Tanah dan Teknis Penatagunaan Tanah yang
meliputi keadaan hak serta penguasaan tanah yang bersangkutan,
penilaian fisik wilayah, penggunaan tanah, pemanfaatan tanah
serta kemampuan tanah.
 Kelayakan usaha dengan luas tanah yang dimohon.
 Kemungkinan tumpang tindih pertuntukan penggunaan tanah.
 Dampak fisik dan sosial ekonomi.
 Kepentingan pihak ketiga yang ada di lokasi.
 Hal-hal lain yang dianggap perlu.
d. Terhadap tanah-tanah yang belum dikuasai /dimiliki Perusahaan,
diperlukan konsultasi dengan masyarakat pemegang hak atas tanah

VII - 33
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

dengan maksud untuk penyebarluasan informasi/sosialisasi tentang


rencana kegiatan pembangunan tersebut.
e. Hasil rapat koordinasi dituangkan dalam Berita Acara Rapat
Koordinasi yang ditandatangani oleh peserta rapat koordinasi dan
sekaligus sebagai bahan pertimbangan bagi Bupati untuk mengambil
Keputusan Pemberian / Penolakan Izin Lokasi.
f. Apabila dipandang perlu, sebelum diselenggarakan rapat koordinasi
dapat dilakukan peninjauan lapangan.
D. Penyiapan Naskah dan Penandatanganan Keputusan Izin Lokasi
1. Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang mempersiapkan naskah keputusan
Pemberian Izin Lokasi, yang masing-masing dilampiri dengan Peta
Lokasi.
2. Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang mengirimkan Naskah
Keputusan Pemberian Izin Lokasi yang telah diparaf oleh Kepala Bidang
Tata Ruang pada Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang dengan Surat
Pengantar yang ditujukan kepada Bupati melalui Bagian Hukum
Sekretariat Daerah.
3. Bupati menandatangani Keputusan Pemberian Izin Lokasi atau
Penolakan Izin Lokasi.
E. Pengadministrasian
1. Tembusan atas penetapan keputusan pemberian/ penolakan Izin Lokasi
disampaikan kepada Anggota Tim Koordinasi Penetapan Izin Lokasi
untuk dicatat dan diagendakan.
2. Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang atas nama Bupati
menyampaikan keputusan pemberian/penolakan izin lokasi kepada
pemohon.
F. Perpanjangan Izin Lokasi
1. Apabila dalam jangka waktu Izin Lokasi perolehan tanahnya belum
selesai maka Izin Lokasi dapat diperpanjang jangka waktunya selama 1
(satu) tahun dengan Keputusan Bupati
2. Permohonan perpanjangan Izin Lokasi atau Surat Rencana
Pemberitahuan perolehan Tanah dan atau Penggunaan Tanah,
merupakan persyaratan dalam Proses Pemberian Hak Atas Tanah, serta

VII - 34
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

sebagai bahan pertimbangan/ persyaratan perizinan lainnya di


lingkungan Pemerintah Kabupaten
3. Proses permohonan Hak Atas Tanah oleh Perusahaan dalam rangka
Penanaman Modal, dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku.

7.2.2 Izin Pemanfaatan Ruang

A. Izin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT)


Izin pemanfaatan ruang di Kabupaten Malang, juga tertuang dalam
Peraturan Daerah No. 7 Tahun 1998 tentang Izin Peruntukan Penggunaan
Tanah yang diterbitkan oleh Bupati Malang c.q. Unit Pelayanan Terpadu
Perizinan Kabupaten Malang.
IPPT adalah Izin Peruntukan Penggunaan Tanah yang diberikan dalam
rangka mewujudkan pembangunan kota secara terpadu, pemanfaatan ruang
kota secara lestari, optimal, seimbang dan serasi serta berhak diperoleh oleh
setiap warga negara dan badan hukum.
B. Izin Pemanfaatan Ruang
Izin pemanfaatan ruang di Kabupaten Malang telah tertuang dalam Undang-
Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Ketentuan perizinan
diatur oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah menurut kewenangan
masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Izin pemanfaatan ruang yang diberikan dalam rangka mewujudkan
pembangunan secara terpadu, pemanfaatan ruang secara lestari, optimal,
seimbang dan serasi serta berhak diperoleh oleh setiap warga negara dan
badan hukum.
Syarat-syarat izin pemanfaatan ruang seperti tertuang dalam Undang-
Undang No. 26 Tahun 2007, adalah :
1. Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah dibatalkan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah menurut
kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan
tidak melalui prosedur yang benar, batal demi hukum.

VII - 35
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

3. Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar


tetapi kemudian terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah,
dibatalkan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya.
4. Terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan izin, dapat
dimintakan penggantian yang layak kepada instansi pemberi izin.
5. Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan
rencana tata ruang wilayah dapat dibatalkan oleh Pemerintah dan
Pemerintah Daerah dengan memberikan ganti kerugian yang layak.
6. Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin
pemanfaatan ruang dilarang menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang.
7. Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehan izin dan tata cara
penggantian yang layak diatur dengan peraturan pemerintah.

7.2.2.1 Dasar Hukum Izin Pemanfaatan Ruang

Dasar hukum setiap orang / Badan Hukum untuk memperoleh izin


pemanfaatan ruang, antara lain :
1. UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
2. UU No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
3. PP No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.
4. PP No. 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah.
5. Perda No. 7 Tahun 1998 tentang Retribusi Izin Peruntukan Penggunaan
Tanah.
6. SK. Bupati Malang No. 27 Tahun 1999 tentang Juklak Perda Kabupaten
Malang No. 7 Tahun 1998 tentang Retribusi Izin Peruntukan Penggunaan
Tanah.

7.2.2.2 Latar Belakang Izin Pemanfaatan Ruang

Latar belakang penyusunan izin pemanfaatan ruang antara lain :


1. Untuk menciptakan tertib pembangunan dan pengembangan kota sebagai
unsur Pembangunan Nasional yang sesuai dengan kebijaksanaan secara
Terpadu, Optimal, Seimbang dan Serasi sangat diperlukan agar

VII - 36
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

pembangunan sesuai dengan keinginan masyarakat yang dinamis dan


harmonis. Untuk itu langkah awal adalah penerapan Perencanaan Tata
Kota yang seimbang.
2. Berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
dijelaskan bahwa untuk menjamin tercapainya tujuan penataan ruang
harus mempunyai satu kesatuan sebagai Proses Perencanaan Tata Ruang,
Pemanfaatan dan Pengendalian Ruang.
3. Tata Ruang merupakan bagian dari suatu obyek perkembangan kota yang
dapat mengendalikan penataan ruang dan lingkungan serta fasilitas
pendukung perkotaan, kemudian perencanaan juga mempunyai sifat yang
berkelanjutan dan fleksibel, atau bisa bertambah sesuai dengan keadaan
yang ada.
4. Tujuan Rencana Perkotaan dan Perdesaan, yaitu :
Rencana pengembangan desa-kota yang disiapkan secara teknis maupun
non teknis yang akan dijadikan pedoman dalam pelaksanaannya, antara
lain meliputi rencana peruntukan tanah, sistem jaringan jalan, fasilitas
(fasilitas sosial/ fasilitas umum) dan utilitas.
5. Maksud Rencana Perkotaan dan Perdesaan, yaitu :
Rencana pengembangan desa-kota yang disiapkan secara teknis maupun
non teknis yang akan dijadikan pedoman dalam pelaksanaan penataan
desa-kota, antara lain meliputi rencana peruntukan tanah, sistem jaringan
jalan, fasilitas (fasilitas sosial/ fasilitas umum) dan utilitas.
6. Dalam pemanfaatan peruntukan penggunaan tanah harus mencerminkan
pertumbuhan ekonomi daerah dan harus dapat dikendalikan serta mampu
meningkatkan pendapatan masyarakat maupun PAD serta tidak
mengganggu ketertiban dan keamanan.
7. Rencana Tata Ruang mempunyai sifat dinamis dan terbuka untuk umum
sehingga dapat menampung dan mengantisipasi pertumbuhan kegiatan
ekonomi yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.
8. Seseorang atau warga dapat memperoleh informasi tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah, pada Pemerintah Kabupaten Malang.
9. Dengan ditetapkannya Undang-undang No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah serta Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun

VII - 37
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

2001 tentang Pajak dan Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2001 tentang
Retribusi.
10. Izin Peruntukan Penggunaan Tanah diperlukan adanya pelaksanaan
pembangunan dengan pengaturan keserasian penataan lokasi bagi
pentingnya pembangunan yang disesuaikan dengan RTRK.
11. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Malang No. 7 Tahun 1998
tentang Retribusi Izin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT) yang dikelola
oleh Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang pada Bidang
Tata Ruang. Diharapkan mampu meningkatkan PAD (Pendapatan Asli
Daerah) Kabupaten Malang untuk perlu adanya Sosialisasi Perizinan
terhadap semua instansi.

7.2.2.3 Proses Pengurusan Izin Pemanfaatan Ruang

Proses pengurusan izin pemanfaatan ruang di Kabupaten Malang


adalah :
1. Pemohon datang ke Kantor Bidang Tata Ruang Dinas Cipta Karya dan Tata
Ruang Kabupaten Malang, dengan melengkapi :
a. Mengisi formulir permohonan;
b. Fotocopy KTP;
c. Fotocopy Akte Pendirian Perusahaan;
d. NPWP/NPWPD;
e. Fotocopy Surat Bukti Kewarganegaraan RI;
f. Fotocopy Surat Izin Tetangga diketahui Lurah dan Camat;
g. Fotocopy Bukti Penguasaan / Sertifikat;
h. Fotocopy Tanda Lunas PBB;
i. Proposal Rencana Usaha yang dimohonkan;
j. Blanko Peninjauan Lokasi;
k. Peta Lokasi;
l. Lay Out Bangunan; serta
m. Surat Kuasa (apabila dikuasakan kepada orang lain).
2. Bidang Tata Ruang membuat kajian tata ruang pada lokasi yang
dimohonkan sesuai dengan Perda Tata Ruang dan dikoordinasikan dengan

VII - 38
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Dinas/Instansi untuk disampaikan kepada Kepala Dinas Cipta Karya dan


Tata Ruang Kabupaten Malang (proses 5 hari).
3. Pemohon bersama-sama dengan petugas dari Dinas Cipta Karya dan Tata
Ruang Kabupaten Malang serta dari Dinas/Instansi terkait melaksanakan
survey lapangan pada lokasi yang dimohonkan (proses 5 hari).
4. Pada permohonan rekomendasi izin pemanfaatan ruang yang disetujui
akan dibuatkan Nota Perhitungan Retribusi, pemohon dapat melakukan
penyetoran retribusi izin pemanfaatan ruang ke Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Malang. Apabila permohonan
ditolak, pemohon dapat mengambil seluruh berkas yang telah disampaikan
ke dinas yang mengurusi perijinan di Kabupaten Malang setelah mendapat
pemberitahuan perihal penolakan tersebut (proses 2 hari).
5. Pengesahan rekomendasi izin pemanfaatan ruang dari Dinas Cipta Karya
dan Tata Ruang Kabupaten Malang atas nama Bupati Malang (proses 2
hari).
6. Pemohon dapat mengambil surat rekomendasi izin pemanfaatan ruang di
Bidang Tata Ruang Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang.

7.3 Ketentuan Insentif dan Disinsentif


Dalam UU No. 26 Tahun 2007 pasal 38 disebutkan bahwa:
1. Dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang agar pemanfaatan ruang sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah dapat diberikan insentif dan/atau
disinsentif oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
2. Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35, yang merupakan
perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap
pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, berupa:
a. Keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan,
sewa ruang, dan urun saham;
b. Pembangunan serta pengadaan infrastruktur;
c. Kemudahan prosedur perizinan; serta
d. Pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau
pemerintah daerah.

VII - 39
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

3. Disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35, yang merupakan


perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi
kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, berupa:
a. Pengenaan pajak yang tinggi, disesuaikan dengan besarnya biaya
yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan
akibat pemanfaatan ruang; serta
b. Pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan
penalti.
4. Insentif dan disinsentif diberikan dengan tetap menghormati hak
masyarakat.
5. Insentif dan disinsentif dapat diberikan oleh:
a. Pemerintah kepada Pemerintah Daerah;
b. Pemerintah Daerah kepada pemerintah daerah lainnya; serta
c. Pemerintah kepada masyarakat.
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara pemberian
insentif dan disinsentif diatur dengan peraturan pemerintah.
Dalam penjelasan UU No. 26 Tahun 2007 pasal 38 dijelaskan bahwa
penerapan insentif atau disinsentif secara terpisah dilakukan untuk perizinan
skala kecil/individual sesuai dengan peraturan zonasi, sedangkan penerapan
insentif dan disinsentif secara bersamaan diberikan untuk perizinan skala
besar/kawasan karena dalam skala besar/kawasan dimungkinkan adanya
pemanfaatan ruang yang dikendalikan dan didorong pengembangannya secara
bersamaan.
Disinsentif berupa pengenaan pajak yang tinggi dapat dikenakan untuk
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai rencana tata ruang melalui penetapan nilai
jual objek pajak (NJOP) dan nilai jual kena pajak (NJKP) sehingga pemanfaat
ruang membayar pajak lebih tinggi.
Insentif dapat diberikan antarpemerintah daerah yang saling berhubungan
berupa subsidi silang dari daerah yang penyelenggaraan pemanfaatan ruangnya
memberikan dampak kepada daerah yang dirugikan, atau antara pemerintah
dan swasta dalam hal pemerintah memberikan preferensi kepada swasta sebagai
imbalan dalam mendukung perwujudan rencana tata ruang.

VII - 40
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Selain ketentuan menurut undang – undang penataan tata ruang seperti yang
dijelaskan di atas, terdapat juga ketentuan insentif disinsentif menurut pedoman
penyusunan RTRW Kabupaten oleh Permen PU No. 16/PRT/M/2009, yang
menyebutkan bahwa:
A Ketentuan Pemberian Insentif
1. Ketentuan pemberian insentif adalah ketentuan yang mengatur tentang
pemberian imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan
kegiatan yang didorong perwujudannya dalam rencana tata ruang;
2. Ketentuan pemberian insentif berfungsi sebagai:
a) Perangkat untuk mendorong kegiatan dalam pemanfaatan ruang
pada promoted area yang sejalan dengan rencana tata ruang; dan
b) Katalisator perwujudan pemanfaatan ruang
3. Ketentuan pemberian insentif disusun berdasarkan:
a) Rencana struktur ruang dan rencana pola ruang wilayah kota
dan/atau rencana detail tata ruang wilayah kabupaten;
b) Ketentuan umum peraturan zonasi kabupaten; dan
c) Peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.
4. Ketentuan insentif dari pemerintah kabupaten kepada pemerintah desa
dalam wilayah kabupaten dan kepada pemerintah daerah lainnya, dapat
diberikan dalam bentuk:
a) Pemberian kompensasi;
b) Subsidi silang;
c) Penyediaan sarana dan prasarana; dan/atau
d) Publisitas atau promosi daerah.
5. Ketentuan insentif dari pemerintah kabupaten kepada masyarakat umum
(investor, lembaga komersial, perorangan, dan lain sebagainya), dapat
diberikan dalam bentuk:
a) Pemberian kompensasi;
b) Pengurangan retribusi;
c) Imbalan;
d) Sewa ruang dan urun saham;
e) Penyediaan prasarana dan sarana;
f) Penghargaan; dan/atau

VII - 41
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

g) Kemudahan perizinan.
6. Ketentuan insentif dimaksud harus dilengkapi dengan besaran dan jenis
kompensasi yang dapat diberikan.
B Ketentuan Pemberian Disinsentif
1. Ketentuan pemberian disinsentif adalah ketentuan yang mengatur
tentang pengenaan bentuk-bentuk kompensasi dalam pemanfaatan
ruang;
2. Ketentuan pemberian disinsentif berfungsi sebagai perangkat untuk
mencegah, membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang
tidak sejalan dengan rencana tata ruang (atau pada non-promoted area);
3. Ketentuan pemberian disinsentif disusun berdasarkan:
a) Rencana struktur ruang dan rencana pola ruang wilayah kabupaten;
b) Ketentuan umum peraturan zonasi kabupaten; dan
c) Peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.
4. Ketentuan disinsentif dari pemerintah kabupaten kepada pemerintah
desa dalam wilayah kabupaten dan kepada pemerintah daerah lainnya,
dapat diberikan dalam bentuk:
a) Pengenaan retribusi yang tinggi; dan/atau
b) Pembatasan penyediaan sarana dan prasarana.
5. Ketentuan disinsentif dari pemerintah kabupaten kepada masyarakat
umum (investor, lembaga komersial, perorangan, dan lain sebagainya),
dapat diberikan dalam bentuk:
a) Pengenaan pajak/retribusi yang tinggi;
b) Pemberian persyaratan khusus dalam proses perizinan; dan/atau
c) Pembatasan penyediaan sarana dan prasarana infrastruktur.
6. Ketentuan disinsentif dimaksud harus dilengkapi dengan besaran dan
jenis kompensasi yang dapat diberikan.

7.4 Arahan Sanksi


Dalam UU No. 26 Tahun 2007 pasal 38 disebutkan bahwa pengenaan sanksi
merupakan tindakan penertiban yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi. Selanjutnya
pada pasal 40 disebutkan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai pengendalian
pemanfaatan ruang diatur dengan peraturan pemerintah. Dalam UU No. 26

VII - 42
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Tahun 2007 Bab XI Pasal 69 - 75, diuraikan secara jelas tentang ketentuan pidana
atau sanksi bagi pelanggaran terhadap pemanfaatan ruang. Bentuk-bentuk
ketentuan pidana tersebut antara lain mengatur bahwa :
A. Pasal 69
Pasal 69, berisikan ketentuan bahwa :
1. Setiap orang yang tidak menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf a yang mengakibatkan
perubahan fungsi ruang, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
2. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
kerugian terhadap harta benda atau kerusakan barang, pelaku dipidana
dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan denda paling
banyak Rp. 1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
3. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
kematian orang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 15
(lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah).
B. Pasal 70
Pasal 70, berisikan ketentuan bahwa :
1. Setiap orang yang memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin
pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 61 huruf b, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
2. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
perubahan fungsi ruang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
3. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
kerugian terhadap harta benda atau kerusakan barang, pelaku dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
banyak Rp. 1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).

VII - 43
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

4. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan


kematian orang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 15
(lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah).
C. Pasal 71
Pasal 71, berisikan ketentuan bahwa setiap orang yang tidak mematuhi
ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf c, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
D. Pasal 72
Pasal 72, berisikan ketentuan bahwa Setiap orang yang tidak memberikan
akses terhadap kawasan yang oleh peraturan perundang-undangan
dinyatakan sebagai milik umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61
huruf d, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan
denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
E. Pasal 73
Pasal 73, berisikan ketentuan bahwa :
1. Setiap pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin tidak
sesuai dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37
ayat (7), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
2. Selain sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pelaku dapat
dikenai pidana tambahan berupa pemberhentian secara tidak dengan
hormat dari jabatannya.
F. Pasal 74
Pasal 74, berisikan ketentuan bahwa :
1. Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69, Pasal
70, Pasal 71, dan Pasal 72 dilakukan oleh suatu korporasi, selain pidana
penjara dan denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan
terhadap korporasi berupa pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali
dari pidana denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69, Pasal 70, Pasal
71, dan Pasal 72.

VII - 44
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

2. Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), korporasi


dapat dijatuhi pidana tambahan berupa:
a. Pencabutan izin usaha; dan/atau
b. Pencabutan status badan hukum.
G. Pasal 75
Pasal 75, berisikan ketentuan bahwa :
1. Setiap orang yang menderita kerugian akibat tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 69, Pasal 70, Pasal 71, dan Pasal 72, dapat
menuntut ganti kerugian secara perdata kepada pelaku tindak pidana.
2. Tuntutan ganti kerugian secara perdata sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan hukum acara pidana.
Selain arahan sanksi menurut undang – undang penataan ruang No.26 tahun
2007, terdapat pula arahan pengenaan sanksi menurut pedoman penyusunan
RTRW kabupaten menurut Kepmen P.U. No.16 tahun 2009, adapun penjelasan
mengenai arahan pengenaan sanksi tersebut dapat dilihat dibawah ini:
1) Arahan pengenaan sanksi merupakan arahan ketentuan pengenaan sanksi
administratif kepada pelanggar pemanfaatan ruang yang akan menjadi acuan
bagi pemerintah daerah kabupaten;
2) Arahan pengenaan sanksi administratif berfungsi sebagai:
a) Perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan atau mengurangi
kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang; dan
b) Penertiban pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang.
3) Arahan pengenaan sanksi administratif ditetapkan berdasarkan:
a) Hasil pengawasan penataan ruang;
b) Tingkat simpangan implementasi rencana tata ruang;
c) Kesepakatan antar instansi yang berwenang; dan
d) Peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.
4) Arahan pengenaan sanksi administratif dilakukan secara berjenjang dalam
bentuk:

VII - 45
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

a) Peringatan tertulis;
Peringatan tertulis diberikan oleh pejabat yang berwenang dalam
penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang melalui penerbitan surat
peringatan tertulis sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali.
b) Penghentian sementara kegiatan;
Penghentian kegiatan sementara dilakukan melalui langkahlangkah
sebagai berikut:
1. Penerbitan surat perintah penghentian kegiatan sementara dari
pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang;
2. Apabila pelanggar mengabaikan perintah penghentian kegiatan
sementara, pejabat yang berwenang melakukan penertiban dengan
menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi penghentian
sementara secara paksa terhadap kegiatan pemanfaatan ruang;
3. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan
memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi
penghentian kegiatan pemanfaatan ruang dan akan segera dilakukan
tindakan penertiban oleh aparat penertiban;
4. Berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang
berwenang melakukan penertiban dengan bantuan aparat penertiban
melakukan penghentian kegiatan pemanfaatan ruang secara paksa;
dan
5. Setelah kegiatan pemanfaatan ruang dihentikan, pejabat yang
berwenang melakukan pengawasan agar kegiatan pemanfaatan
ruang yang dihentikan tidak beroperasi kembali sampai dengan
terpenuhinya kewajiban pelanggar untuk menyesuaikan
pemanfaatan ruangnya dengan rencana tata ruang dan/atau
ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku.
c) Penghentian sementara pelayanan umum;
Penghentian sementara pelayanan umum dilakukan melalui langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Penerbitan surat pemberitahuan penghentian sementara pelayanan
umum dari pejabat yang berwenang melakukan penertiban

VII - 46
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

pelanggaran pemanfaatan ruang (membuat surat pemberitahuan


penghentian sementara pelayanan umum);
2. Apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang
disampaikan, pejabat yang berwenang melakukan penertiban
menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi pelanggar dengan
memuat rincian jenis-jenis pelayanan umum yang akan diputus;
3. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban
memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi
penghentian sementara pelayanan umum yang akan segera
dilaksanakan, disertai rincian jenis-jenis pelayanan umum yang akan
diputus;
4. Pejabat yang berwenang menyampaikan perintah kepada penyedia
jasa pelayanan umum untuk menghentikan pelayanan kepada
pelanggar, disertai penjelasan secukupnya;
5. Penyedia jasa pelayanan umum menghentikan pelayanan kepada
pelanggar; dan
6. Pengawasan terhadap penerapan sanksi penghentian sementara
pelayanan umum dilakukan untuk memastikan tidak terdapat
pelayanan umum kepada pelanggar sampai dengan pelanggar
memenuhi kewajibannya untuk menyesuaikan pemanfaatan
ruangnya dengan rencana tata ruang dan ketentuan teknis
pemanfaatan ruang yang berlaku.
d) Penutupan lokasi;
Penutupan lokasi dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Penerbitan surat perintah penutupan lokasi dari pejabat yang
berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;
2. Apabila pelanggar mengabaikan surat perintah yang disampaikan,
pejabat yang berwenang menerbitkan surat keputusan pengenaan
sanksi penutupan lokasi kepada pelanggar;
3. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan
memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi
penutupan lokasi yang akan segera dilaksanakan;

VII - 47
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

4. Berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang


berwenang dengan bantuan aparat penertiban melakukan penutupan
lokasi secara paksa; dan
5. Pengawasan terhadap penerapan sanksi penutupan lokasi, untuk
memastikan lokasi yang ditutup tidak dibuka kembali sampai
dengan pelanggar memenuhi kewajibannya untuk menyesuaikan
pemanfaatan ruangnya dengan rencana tata ruang dan ketentuan
teknis pemanfaatan ruang yang berlaku.
e) Pencabutan izin;
Pencabutan izin dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menerbitkan surat pemberitahuan sekaligus pencabutan izin oleh
pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang;
2. Apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang
disampaikan, pejabat yang berwenang menerbitkan surat keputusan
pengenaan sanksi pencabutan izin pemanfaatan ruang;
3. Pejabat yang berwenang memberitahukan kepada pelanggar
mengenai pengenaan sanksi pencabutan izin;
4. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban
mengajukan permohonan pencabutan izin kepada pejabat yang
memiliki kewenangan untuk melakukan pencabutan izin;
5. Pejabat yang memiliki kewenangan untuk melakukan pencabutan
izin menerbitkan keputusan pencabutan izin;
6. Memberitahukan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin
yang telah dicabut, sekaligus perintah untuk menghentikan kegiatan
pemanfaatan ruang secara permanen yang telah dicabut izinnya; dan
7. Apabila pelanggar mengabaikan perintah untuk menghentikan
kegiatan pemanfaatan yang telah dicabut izinnya, pejabat yang
berwenang melakukan penertiban kegiatan tanpa izin sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

VII - 48
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

f) Pembatalan izin;
Pembatalan izin dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Membuat lembar evaluasi yang berisikan perbedaan antara
pemanfaatan ruang menurut dokumen perizinan dengan arahan
pola pemanfaatan ruang dalam rencana tata ruang yang berlaku;
2. Memberitahukan kepada pihak yang memanfaatkan ruang perihal
rencana pembatalan izin, agar yang bersangkutan dapat mengambil
langkah-langkah yang diperlukan untuk mengantisipasi hal-hal
akibat pembatalan izin;
3. Menerbitkan surat keputusan pembatalan izin oleh pejabat yang
berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;
4. Memberitahukan kepada pemegang izin tentang keputusan
pembatalan izin;
5. Menerbitkan surat keputusan pembatalan izin dari pejabat yang
memiliki kewenangan untuk melakukan pembatalan izin; dan
6. Memberitahukan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin
yang telah dibatalkan.
g) Pembongkaran bangunan;
Pembongkaran bangunan dilakukan melalui langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Menerbitkan surat pemberitahuan perintah pembongkaran
bangunan dari pejabat yang berwenang melakukan penertiban
pelanggaran pemanfaatan ruang;
2. Apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang
disampaikan, pejabat yang berwenang melakukan penertiban
mengeluarkan surat keputusan pengenaan sanksi pembongkaran
bangunan;
3. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban
memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi
pembongkaran bangunan yang akan segera dilaksanakan; dan
4. Berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang
berwenang melakukan tindakan penertiban dengan bantuan aparat
penertiban melakukan pembongkaran bangunan secara paksa.

VII - 49
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

h) Pemulihan fungsi ruang;


Pemulihan fungsi ruang dilakukan melalui langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Menetapkan ketentuan pemulihan fungsi ruang yang berisi bagian-
bagian yang harus dipulihkan fungsinya dan cara pemulihannya;
2. Pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang menerbitkan surat pemberitahuan perintah
pemulihan fungsi ruang;
3. Apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang
disampaikan, pejabat yang berwenang melakukan penertiban
mengeluarkan surat keputusan pengenaan sanksi pemulihan fungsi
ruang;
4. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban,
memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi
pemulihan fungsi ruang yang harus dilaksanakan pelanggar dalam
jangka waktu tertentu;
5. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dan
melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan pemulihan fungsi
ruang;
6. Apabila sampai jangka waktu yang ditentukan pelanggar belum
melaksanakan pemulihan fungsi ruang, pejabat yang bertanggung
jawab melakukan tindakan penertiban dapat melakukan tindakan
paksa untuk melakukan pemulihan fungsi ruang; dan
7. Apabila pelanggar pada saat itu dinilai tidak mampu membiayai
kegiatan pemulihan fungsi ruang, pemerintah dapat mengajukan
penetapan pengadilan agar pemulihan dilakukan oleh pemerintah
atas beban pelanggar di kemudian hari.
i) Denda administratif; yang dapat dikenakan secara tersendiri atau
bersama-sama dengan pengenaan sanksi administratif dan besarannya
ditetapkan oleh masing-masing pemerintah daerah kabupaten.
Ketentuan pengenaan sanksi administratif ini dapat diatur lebih lanjut
melalui Peraturan Gubernur.

VII - 50
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Ketentuan lebih lanjut terkait pengenaan sanksi pidana dan sanksi


perdata mengacu pada peraturan perundang-undangan terkait lainnya.

VII - 51
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Contents
7 .........................................................................................................................................................1
7.1 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi ........................................................ 1
7.1.1 Peraturan Zonasi untuk Kawasan Lindung ........................................ 13
7.1.2 Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya ................................................ 20
7.1.3 Peraturan Zonasi Sistem Prasarana Wilayah ..................................... 24
7.2 Ketentuan Perizinan ............................................................................... 27
7.2.1 Izin Lokasi/Fungsi Ruang.................................................................. 28
7.2.1.1 Penetapan Izin Lokasi ................................................................ 30
7.2.1.2 Pemberian Izin Lokasi ............................................................... 31
7.2.2 Izin Pemanfaatan Ruang .................................................................... 35
7.2.2.1 Dasar Hukum Izin Pemanfaatan Ruang..................................... 36
7.2.2.2 Latar Belakang Izin Pemanfaatan Ruang .................................. 36
7.2.2.3 Proses Pengurusan Izin Pemanfaatan Ruang ............................. 38
7.3 Ketentuan Insentif dan Disinsentif ........................................................ 39
7.4 Arahan Sanksi ........................................................................................ 42

7.1 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


7.1.1 Peraturan Zonasi untuk Struktur Ruang
7.1.2 Peraturan Zonasi untuk Sistem Jaringan Telekomunikasi.
7.1.3 Peraturan Zonasi untuk Sistem Jaringan Sumberdaya Air.
7.1.4 Peraturan Zonasi Untuk Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya.
7.1.4.1 Peraturan Zonasi Kawasan Lindung.
7.1.4.2 Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya.
7.2 Ketentuan Perizinan
7.2.1 Izin Lokasi
7.2.1.1 Penetapan Izin Lokasi
7.2.1.2 Pemberian Izin Lokasi
7.2.2 Izin Pemanfaatan Ruang
7.2.2.1 Dasar Hukum Izin Pemanfaatan Ruang
7.2.2.2 Latar Belakang Izin Pemanfaatan Ruang
7.2.2.3 Proses Pengurusan Izin Pemanfaatan Ruang
7.3 Ketentuan Insentif dan Disinsentif
7.4 Arahan Sanksi

VII - 52
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

8.1. Hak Masyarakat


Dalam UU No. 26 Tahun 2007 pasal 60 beserta penjelasannya, disebutkan
bahwa : Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk :
1. Mengetahui rencana tata ruang
Masyarakat dapat mengetahui rencana tata ruang melalui Lembaran
Negara atau Lembaran Daerah, pengumuman, dan/atau penyebarluasan
oleh pemerintah. Pengumuman atau penyebarluasan tersebut dapat
diketahui masyarakat, antara lain, adalah dari pemasangan peta rencana
tata ruang wilayah yang bersangkutan pada tempat umum, kantor
kelurahan, dan/atau kantor yang secara fungsional menangani rencana tata
ruang tersebut.
2. Menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang
Pertambahan nilai ruang dapat dilihat dari sudut pandang ekonomi, sosial,
budaya, dan kualitas l i n g k u n g a n yang dapat berupa dampak langsung
terhadap peningkatan ekonomi masyarakat, sosial, budaya, dan
kualitas lingkungan.
3. Memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat

VIII - 1
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata


ruang.
Yang dimaksud dengan penggantian yang layak adalah bahwa nilai atau
besarnya penggantian tidak menurunkan tingkat kesejahteraan orang
yang diberi penggantian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
4. Mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang di wilayahnya.
Pembangunan yang menyimpang dan tidak sesuai dengan rencana tata
ruang dapat diajukan kepada pihak pejabat yang berwenang di wilayah
tersebut.
5. Mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat berwenang.
Pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dapat
merugikan lingkungan sehingga masyarakat dapat mengajukan tuntutan
pembatalan izin dan penghentian pembangunan kepada pejabat
berwenang di wilayahnya.
6. Mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau
pemegang izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang menimbulkan kerugian.
Pembangunan yang sudah dilakukan dan tidak sesuai dengan rencana tata
ruang jika merugikan lingkungan disekitarnya maka, mereka berhak untuk
mengajukan gugatan ganti rugi kepada pemerintah pemegang izin.

8.2. Kewajiban Masyarakat


Dalam UU No. 26 Tahun 2007 pasal 61 beserta penjelasannya, disebutkan
bahwa dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib :
1. Menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan
Menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan dimaksudkan sebagai
kewajiban setiap orang untuk memiliki izin pemanfaatan ruang dari
pejabat yang berwenang sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang.
2. Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat
yang berwenang.

VIII - 2
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang


dimaksudkan sebagai kewajiban setiap orang untuk melaksanakan
pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang yang tercantum dalam
izin pemanfaatan ruang.
3. Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan
ruang.
Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
pemanfaatan ruang dimaksudkan sebagai kewajiban setiap orang untuk
memenuhi ketentuan amplop ruang dan kualitas ruang.
4. Memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.
Pemberian akses dimaksudkan untuk menjamin agar masyarakat dapat
mencapai kawasan yang dinyatakan dalam peraturan perundang-
undangan sebagai milik umum. Kewajiban memberikan akses
dilakukan apabila memenuhi syarat berikut :
a. Untuk kepentingan masyarakat umum; dan/atau
b. Tidak ada akses lain menuju kawasan dimaksud.
Yang termasuk dalam kawasan yang dinyatakan sebagai milik umum,
antara lain, adalah sumber air dan pesisir pantai.
5. Berperan serta dalam pembangunan sistem informasi tata ruang.

8.3. Sanksi Administratif


Dalam UU No. 26 Tahun 2007 pasal 62 disebutkan bahwa “Setiap orang
yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 61, dikenai
sanksi administratif.” Sedangkan dalam pasal 63 beserta penjelasannya,
disebutkan bahwa sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam pasal 62
dapat berupa :
1. Peringatan tertulis;
2. Penghentian sementara kegiatan;
3. Penghentian sementara pelayanan umum;
4. Penghentian sementara pelayanan umum dimaksudkan berupa pemutusan
sambungan listrik, saluran air bersih, saluran limbah dan lain-lain yang
menunjang suatu kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan

VIII - 3
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

rencana tata ruang.


5. Penutupan lokasi;
6. Pencabutan izin;
7. Pembatalan izin;
8. Pembongkaran bangunan;
9. Pembongkaran dimaksud dapat dilakukan secara sukarela oleh yang
bersangkutan atau dilakukan oleh instansi berwenang.
10. Pemulihan fungsi ruang; dan/atau
11. Denda administratif.
Dalam pasal 64 disebutkan bahwa “Ketentuan lebih lanjut mengenai
kriteria dan tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud
dalam pasal 63 diatur dengan peraturan pemerintah”.

8.4. Peran Serta Masyarakat


Dalam UU No. 26 Tahun 2007 pasal 65 beserta penjelasannya, disebutkan
bahwa:
1. Penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh pemerintah dengan
melibatkan peran masyarakat.
2. Peran masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan antara lain, melalui :
a. Partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang;
b. Partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan
Peran masyarakat sebagai pekalsana pemanfaatan ruang, baik
perseorangan maupun koperasi, antara lain mencakup kegiatan
pemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana tata ruang.
c. Partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan bentuk peran masyarakat
dalam penataan ruang diatur dengan peraturan pemerintah.
Dalam pasal 66 disebutkan bahwa :
1. Masyarakat yang dirugikan akibat penyelenggaraan penataan ruang dapat
mengajukan gugatan melalui pengadilan.
2. Dalam hal masyarakat mengajukan gugatan, tergugat dapat membuktikan
bahwa tidak terjadi penyimpangan dalam penyelenggaraan pemanfaatan

VIII - 4
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

ruang.

VIII - 5
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALANG

Contents
8.1. Hak Masyarakat................................................................................................................ 1
8.2. Kewajiban Masyarakat ................................................................................................... 2
8.3. Sanksi Administratif ....................................................................................................... 3
8.4. Peran Serta Masyarakat ................................................................................................... 4

8.1. Hak Masyarakat


8.2. Kewajiban Masyarakat
8.3. Sanksi Administratif
8.4. Peran Serta Masyarakat

VIII - 6

Anda mungkin juga menyukai