Anda di halaman 1dari 33

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut Pasal 4 dan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (UU 26/2007), penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama
kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan. Penataan
ruang berdasarkan nilai strategis kawasan meliputi penataan ruang kawasan strategis
nasional (KSN), penataan ruang kawasan strategis provinsi, dan penataan ruang kawasan
strategis kabupaten/kota.

Sejalan dengan kepentingan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, berdasarkan


Undang-Undang No. 29 Tahun 2009 Tentang Ketransmigrasian yang mengatur
perencanaan pembangunan kawasan transmigrasi, maka dalam rangka perwujudan
pengembangan kawasan transmigrasi secara efisien dan efektif yang penyusunan rencana
kawasannya diamanatkan oleh PP Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 1997 Tentang Ketransmigrasian sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang
No 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian, perlu suatu proses perencanaan secara baik
dan benar serta implementasi RKT yang disepakati oleh semua pemangku kepentingan
baik di pusat maupun daerah.

Untuk mewujudkan hal tersebut pembangunan transmigrasi dilaksanakan berbasis


kawasan yang memiliki keterkaitan dengan kawasan sekitarnya membentuk suatu
kesatuan sistem pengembangan ekonomi wilayah. Pembangun Kawasan Transmigrasi
dirancang secara holistik dan komprehensif sesuai dengan Rencanan Tata Ruang Wilayah
dalam bentuk Wilayah Pengembangan Transmigrasi atau Lokasi Permukiman
Transmigrasi. Pengembangan Wilayah Transmigrasi diarahkan untuk mewujudkan pusat
pertumbuhan baru sebagai Kawasan Perkotaan Baru, sedangkan Lokasi Permukiman
Transmigrasi diarahkan untuk mendukung pusat pertumbuhan yang telah ada atau yang
sedang berkembang sebagai Kawasan Perkotaan baru.

Pembangunan Kawasan Transmigrasi sekaligus untuk mengintegrasikan upaya penataan


persebaran penduduk yang serasi dan seimbang sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung alam dan daya tampung lingkungan dengan mengakui hak orang untuk

2
bermigrasi, mengadopsi visi jangka panjang untuk tata ruang urban demi perencanaan
penggunaan lahan yang lestari dan mendukung strategi urbanisasi secara terpadu.

Dengan demikian, pembangunan transmigrasi merupakan salah satu upaya percepatan


pembangunan kota-kota kecil terutama diluar pulau Jawa, untuk meningkatkan perannya
sebagai motor penggerak pembangunan daerah untuk meningkatkan daya saing daerah
yang masih rendah sebagai akibat dari ; (1) lebarnya kesenjangan pembangunan antar
wilayah, terutama antara kawasan perdesaan-perkotaan, kawasan pedalaman-pesisir,
Jawa-luar Jawa dan antara kawasan Timur-Barat, serta (2) rendahnya keterkaitan antara
pusat pertumbuhan dengan daerah belakang (hinterland), termasuk antara kota dan desa.

Berdasarkan hal di atas, maka perlu dilakukan penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi
(RKT)

1.2. Maksud dan Tujuan


a. Maksud dilaksanakannya kegiatan ini adalah
Menyusun dokumen perencanaan RKT sebagai acuan bagi kegiatan selanjutnya yaitu
perwujudan kawasan transmigrasi.

b. Tujuan
Mewujudkan RKT yang terintegrsi dalam rencana tata ruang kawasan perdesaan,
mengacu pada rencana tata ruang wilayah dan rencana rincinya, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

1.3. Sasaran :
Sasaran RKT adalah tersusunnya :
a. Tujuan, kebijakan, dan strategi pembangunan kawasan transmigrasi
b. Luasan kawasan transmigrasi
c. Rencana struktur ruang kawasan transmigrasi
d. Rencana pola ruang kawasan transmigrasi
e. Arahan pengembangan pola usaha pokok
f. Arahan jenis transmigrasi yang akan dilaksanakan
g. Arahan penataan persebaran penduduk dan kebutuhan SDM
h. Arahan indikasi program utama
i. Tahapan perwujudan kawasan transmigrasi; dan
j. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan transmigrasi.

3
1.4. Ruang Lingkup
1. Ruang lingkup wilayah kerja meliputi satu atau beberapa kecamatan yang diindikasikan
berpotensi sebagai kawasan transmigrasi, pada lingkup kabupaten yang telah
ditentukan.
2. Kerangka Acuan ini memuat ketentuan umum muatan RKT, ketentuan teknis muatan
RKT, dan prosedur penyusunan RKT.
1.5. Istilah dan Definisi
a. Ketransmigrasian adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan
transmigrasi.
b. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk secara sukarela untuk meningkatkan
kesejahteraan dan menetap di kawasan transmigrasi yang diselenggarakan oleh
Pemerintah.
c. Transmigran adalah warga negara Republik Indonesia yang berpindah secara sukarela
ke kawasan transmigrasi.
d. Kawasan Transmigrasi adalah kawasan budidaya yang memiliki fungsi sebagai
permukiman dan tempat usaha masyarakat dalam satu sistem pengembangan berupa
wilayah pengembangan transmigrasi atau lokasi permukiman transmigrasi.
e. Wilayah Pengembangan Transmigrasi yang selanjutnya disingkat WPT adalah wilayah
potensial yang ditetapkan sebagai pengembangan permukiman transmigrasi yang
terdiri atas beberapa satuan kawasan pengembangan yang salah satu di antaranya
direncanakan untuk mewujudkan pusat pertumbuhan wilayah baru sebagai
kawasan perkotaan baru sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.
f. Lokasi Permukiman Transmigrasi yang selanjutnya disingkat LPT adalah lokasi
potensial yang ditetapkan sebagai permukiman transmigrasi untuk mendukung pusat
pertumbuhan wilayah yang sudah ada atau yang sedang berkembang sebagai kawasan
perkotaan baru sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.
g. Satuan Kawasan Pengembangan yang selanjutnya disingkat SKP adalah satu kawasan
yang terdiri atas beberapa satuan permukiman yang salah satu diantaranya
merupakan permukiman yang disiapkan menjadi desa utama atau pusat kawasan
perkotaan baru.
h. Kawasan Perkotaan Baru yang selanjutnya disingkat KPB adalah bagian dari kawasan
transmigrasi yang ditetapkan menjadi pusat pertumbuhan dan berfungsi sebagai
Pusat Pelayanan Kawasan.
i. Permukiman Transmigrasi adalah satu kesatuan permukiman atau bagian dari satuan
permukiman yang diperuntukkan bagi tempat tinggal dan tempat usaha transmigran.

4
j. Satuan Permukiman yang selanjutnya disingkat SP adalah bagian dari SKP berupa satu
kesatuan permukiman atau beberapa permukiman sebagai satu kesatuan dengan daya
tampung 300-500 (tiga ratus sampai dengan lima ratus) keluarga.
k. Satuan Permukiman Baru yang selanjutnya disebut SP Baru adalah bagian dari SKP
berupa satu kesatuan permukiman atau beberapa permukiman sebagai satu kesatuan
dengan daya tampung 300-500 (tiga ratus sampai dengan lima ratus) keluarga yang
merupakan hasil pembangunan baru.
l. Satuan Permukiman Pemugaran yang selanjutnya disebut SP-Pugar adalah bagian dari
SKP berupa permukiman penduduk setempat yang dipugar menjadi satu kesatuan
dengan permukiman baru dengan daya tampung 300-500 (tiga ratus sampai dengan
lima ratus) keluarga.
m. Satuan Permukiman Penduduk Setempat yang selanjutnya disebut SP-Tempatan
adalah permukiman penduduk setempat dalam deliniasi kawasan transmigrasi yang
diperlakukan sebagai SP.
n. Kawasan Perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian,
termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi.
o. Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertaniandengan susunan fungsi kawasan sebagai tempatpermukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusipelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dankegiatan
ekonomi.
p. Permukiman dalam KPB adalah satuan perumahan yang mempunyai prasarana,
sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan
perkotaan baru.
q. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disingkat PPK adalah kawasan perkotaan
baru yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kawasan transmigrasi.
r. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disingkat PPL adalah desa utama yang
disiapkan menjadi pusat SKP yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala SKP.
s. Masyarakat Transmigrasi adalah transmigran dan penduduk setempat yang
ditetapkan sebagai transmigran serta penduduk setempat yang bertempat tinggal di
SP-Tempatan.
t. Transmigrasi Umum yang selanjutnya disingkat TU adalah jenis transmigrasi yang
dilaksanakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah bagi penduduk yang
mengalami keterbatasan dalam mendapatkan peluang kerja dan usaha.

5
u. Transmigrasi Swakarsa Berbantuan yang selanjutnya disingkat TSB adalah jenis
transmigrasi yang dirancang oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dengan
mengikutsertakan badan usaha sebagai mitra usaha transmigran bagi penduduk yang
berpotensi berkembang untuk maju.
v. Transmigrasi Swakarsa Mandiri yang selanjutnya disingkat TSM adalah jenis
transmigrasi yang merupakan prakarsa transmigran yang bersangkutan atas arahan,
layanan, dan bantuan Pemerintah dan/atau pemerintah daerah bagi penduduk yang
telah memiliki kemampuan.
w. Daerah Asal Calon Transmigran yang selanjutnya disebut Daerah Asal adalah daerah
kabupaten/kota tempat tinggal calon transmigran sebelum pindah ke Kawasan
Transmigrasi.
x. Daerah Tujuan Transmigran yang selanjutnya disebut Daerah Tujuan adalah daerah
kabupaten/kota yang di wilayahnya dibangun dan dikembangkan Kawasan
Transmigrasi.
y. Pencadangan tanah adalah penunjukan area tanah oleh bupati/walikota atau
gubernur yang disediakan untuk pembangunan kawasan transmigrasi.
z. Konsolidasi tanah adalah penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan
pemanfaatan tanah sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dalam usaha
penyediaan tanah untuk kepentingan pembangunan kawasan transmigrasi guna
meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumber daya alam dengan
partisipasi aktif masyarakat.
aa. Rencana Kawasan Transmigrasi yang selanjutnya disingkat RKT adalah rencana
struktur dan pemanfaatan kawasan transmigrasi sebagai dasar perencanaan
perwujudan kawasan transmigrasi.
bb. Hak Pengelolaan adalah hak menguasai dari negara yang, kewenangan
pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya.
cc. Badan usaha adalah badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, badan usaha
swasta yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
dd. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
ketransmigrasian
ee. Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional yang selanjutnya disingkat RTR KSN
adalah rencana rinci dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang
memuat tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang, rencana struktur ruang,
rencana pola ruang, arahan pemanfaatan ruang, arahan pengendalian pemanfaatan
ruang, serta pengelolaan kawasan.

6
ff. Kawasan Strategis Nasional yang selanjutnya disingkat KSN adalah wilayah yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara
nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi,
sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai
warisan dunia.
gg. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya
buatan.
hh. Kawasan Budi Daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan.
ii. Kawasan Sumber Daya Alam adalah kawasan yang muncul secara alami yang dapat
digunakan untuk pemenuhan kebutuhan manusia berupa komponen biotik (hewan,
tumbuhan, dan mikroorganisme) dan abiotik (minyak bumi, gas alam, berbagai jenis
logam, air, dan tanah).
jj. Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.
kk. Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli,
dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budi daya, pariwisata, dan rekreasi.
ll. Rawan Bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis,
klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu
wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah,
meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi
dampak buruk bahaya tertentu.
mm. Kawasan Kritis Lingkungan adalah kawasan yang berpotensi mengalami masalah dan
berdampak kepada kerusakan lingkungan nasional dan global sebagai akibat (a)
dampak kegiatan manusia yang berlebihan dalam memanfaatkan sumber daya alam,
(b) dampak proses kegiatan geologi dan perubahan ekosistem serta terjadinya
bencana alam secara alami, dan (c) dampak kegiatan manusia dan perubahan alam
yang sangat rentan dan mempunyai risiko tinggi.
nn. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh
menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas,
dan produktivitas lingkungan hidup.

7
oo. Kawasan Penyangga adalah kawasan sekitar kawasan inti KSN, yang mempengaruhi
fungsi kawasan inti atau dipengaruhi oleh kawasan inti baik secara langsung maupun
tidak langsung.
pp. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah area memanjang/jalur
dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
qq. Arahan Peraturan Zonasi adalah arahan yang merupakan ketentuan zonasi sektoral
yang berfungsi sebagai dasar dalam menyusun indikasi arahan peraturan zonasi
sistem provinsi pada RTRW provinsi beserta rencana rincinya, ketentuan umum
peraturan zonasi pada RTRW kabupaten/kota beserta rencana rincinya, termasuk
peraturan zonasi pada rencana detail tata ruang.
rr. Arahan Perizinan adalah arahan yang berfungsi sebagai dasar dalam menyusun
ketentuan perizinan oleh pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah
kabupaten/kota, yang harus dipenuhi oleh setiap pihak sebelum pelaksanaan
pemanfaatan ruang.
ss. Arahan Pemberian Insentif dan Disinsentif adalah arahan yang berfungsi sebagai
dasar dalam menyusun ketentuan insentif dan disinsentif dalam RTRW provinsi dan
RTRW kabupaten/kota.
tt. Arahan Pengenaan Sanksi adalah arahan yang berfungsi sebagai dasar dalam
menyusun ketentuan sanksi dalam RTRW provinsi dan RTRW kabupaten/kota.

1.6. Landasan Hukum


Kerangka acuan ini disusun dengan memperhatikan antara lain :
a. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
b. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
c. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
d. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional Tahun 2005-2025;
e. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
f. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
g. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil;
h. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;

8
i. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial;
j. PP Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997
Tentang Ketransmigrasian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 29
Tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang No 15 Tahun 1997 tentang
Ketransmigrasian .
k. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota;
l. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional;
m. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang;
n. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran
Masyarakat dalam Penataan Ruang;
o. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;
p. Permen PU Nomor : 15/PRT/M/2012, tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata
Ruang Kawasan Strategis.
q. Peraturan Presiden RI Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan
perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025.
1.7. Fungsi dan Manfaat Kerangka Acuan
a. Fungsi
Fungsi kerangka acuan penyusunan RKT yaitu sebagai :
1) acuan yang secara umum memberikan pengertian dan wawasan aspek
ketataruangan, serta koridor dalam penyusunan RKT; dan
2) acuan yang secara khusus memberikan prinsip-prinsip, konsep pendekatan,
arahan muatan teknis, arahan proses dan prosedur, serta dasar hukum yang
melandasi penyusunan RKT.
b. Manfaat
Manfaat kerangka acuan penyusunan RKT yaitu untuk memberikan panduan dalam
penyusunan RKT.

9
BAB II. KETENTUAN UMUM MUATAN RENCANA KAWASAN
TRANSMIGRASI/RKT

2.1. Kedudukan RKT

Dalam sistem perencanaan tata ruang dan sistem perencanaan pembangunan nasional,
kedudukan RKT dapat ditunjukkan pada Gambar 2.1. sebagai berikut:
Gambar 2.1.
Kedudukan RKT dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang
dan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

RKT

RTKP

RKT merupakan rencana rinci tata ruang sebagai penjabaran RTR KSN yang disusun
sesuai dengan tujuan penetapan masing-masing RTR KSProv dan RTR KSKab. Muatan RKT
ditentukan oleh nilai strategis yang menjadi kepentingan Kementrian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi dan berisi aturan terkait dengan hal-hal spesifik tentang ketransmigrasian.
Kepentingan Rencana Kawasan Strategis Nasional, Provinsi dan Kabupaten merupakan
dasar pertimbangan utama dalam penyusunan dan penetapan RKT. RKT juga menjadi
acuan teknis bagi penyelenggaraan penataan ruang SKP, KPB dan SP.
2.2. Fungsi dan Manfaat RKT
a. Fungsi
Fungsi RKT yaitu sebagai:
1) alat koordinasi dalam penyelenggaraan penataan pada Kawasan Transmigrasi
yang diselenggarakan oleh seluruh pemangku kepentingan;

10
2) acuan dalam sinkronisasi program Pemerintah dengan pemerintah provinsi dan
kabupaten/kota, serta swasta dan masyarakat dalam rangka pelaksanaan
pembangunan untuk mewujudkan Kawasan Transmigrasi;
3) dasar pengendalian pemanfaatan kawasan transmigrasi, termasuk acuan
penentuan ketentuan perizinan pemanfaatan dalam kawasan transmigrasi dapat
dijadikan dasar penerbitan perizinan sepanjang skala informasi RKT setara
dengan kedalaman RDTR Kabupaten yang seharusnya menjadi dasar perizinan
dalam hal peraturan daerah (perda) tentang RDTR Kabupaten belum berlaku.
b. Manfaat
Manfaat RKT yaitu untuk :
1) mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam lingkup RTRW Kabupaten;
2) mewujudkan keserasian pembangunan kawasan transmigrasi dengan Kawasan
Strategis provinsi dan kabupaten dimana kawasan transmigrasi berada; dan
3) menjamin terwujudnya pola pemanfaatan kawasan transmigrasi yang
berkualitas.
2.3. Isu Strategis RKT
Isu strategis RKT merupakan hal-hal yang menjadi kepentingan nasional, provinsi dan
Kabupaten sehingga kawasan tersebut perlu ditetapkan sebagai Kawasan Transmigrasi.
Isu strategis Kawasan Transmigrasi ditinjau berdasarkan sudut kepentingan strategis
yaitu 1) pertahanan dan keamanan, 2) pertumbuhan ekonomi, 3) sosial dan budaya, 4)
pendayagunaan sumber daya alam (SDA), dan 5) fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup. Proses merumuskan isu strategis kawasan transmigrasi dapat dilakukan melalui
pendekatan top down dan/atau bottom up.
Isu strategis RKT dapat berasal dari cara pandang pemerintah terhadap potensi maupun
permasalahan di daerah yang dianggap memiliki nilai strategis (pendekatan top down),
dan/atau berdasarkan permasalahan yang diusulkan oleh daerah yang menjadi
kewenangan pemerintah untuk diangkat menjadi isu strategis (pendekatan bottom up).
Isu strategis RKT tersebut dapat dikategorikan pada isu RTR KS Kabupaten Tipologi
Kawasan Perdesaan, antara lain meliputi :
a) dapat berbentuk kawasan perdesaan yang merupakan bagian wilayahkabupaten atau
mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten pada satu atau lebih wilayah
provinsi.
b) potensi kawasan produksi pertanian;
c) sistem jaringan prasarana pendukung kegiatan pertanian;

11
d) aglomerasi penduduk yang bermata pencaharian petani,nelayan, penambang rakyat,
atau pengrajin kecil;
e) kegiatan utama pertanian dan pengelolaan sumber daya alam termasuk perikanan
tangkap;
f) tempat permukiman perdesaan termasuk kawasan transmigrasi, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi;
g) kerapatan sistem permukiman dan penduduk yang rendah; dan
h) bentang alam berciri pola ruang pertanian dan lingkunganalami.
i) Potensi permukiman transmigrasi yang sudah dibangun sebelum ditetapkannya PP 3
tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 Tentang
Ketransmigrasian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 29
Tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang No 15 Tahun 1997 tentang
Ketransmigrasian
2.4. Tipologi RKT
RKT disusun berdasarkan tipologi Kawasan Transmigrasi yang diatur pada Undang-
Undang No. 29 Tahun 2009 Tentang Ketransmigrasian. Tipologi RKT dimaksudkan untuk
menentukan muatan RKT yang harus dimuat sesuai dengan kebutuhan pengembangan
kawasan.
Tipologi RKT ditetapkan dengan mempertimbangkan :
a. Sudut kepentingan dan kriteria nilai strategis menurut PP 26/2008 tentang tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
b. Sudut kepentingan pengembangan kawasan transmigrasi; dan
c. Keputusan Menteri Nakertrans No.293/MEN/IX/2009 tahun 2009 tentang
penetapan 44 KTM.
d. Mengacu pada RTRW N, RTRW P dan RTRW Kab/Kota.
Dengan mempertimbangkan 44 (empat puluh empat) KTM sebagaimana termuat dalam
Keputusan Menteri Nakertrans No.293/MEN/IX/2009 tahun 2009 tentang penetapan 44
KTM dan kemungkinan ditetapkannya KTM lain selain yang telah ditetapkan dalam
Keputusan Menteri Nakertrans No.293/MEN/IX/2009 tahun 2009 dimaksud, terdapat 2
(dua) tipologi RKT sebagai berikut :
1. WPT, adalah: wilayah potensial yang ditetapkan sebagai pengembangan
permukiman transmigrasi yang terdiri atas beberapa satuan kawasan
pengembangan yang salah satu di antaranya direncanakan untuk mewujudkan
pusat pertumbuhan wilayah baru sebagai kawasan perkotaan baru sesuai dengan
rencana tata ruang wilayah.

12
2. LPT, adalah: lokasi potensial yang ditetapkan sebagai permukiman transmigrasi
untuk mendukung pusat pertumbuhan wilayah yang sudah ada atau yang sedang
berkembang sebagai kawasan perkotaan baru sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah.
Ilustrasi Gambar WPT dan LPT

2.5. Ketentuan Umum Penentuan Muatan RKT


Ketentuan umum penentuan muatan RKT memberikan informasi mengenai kerangka
pikir penentuan muatan RKT sesuai dengan tipologi RKT, meliputi:
a. Bentuk
Penentuan bentuk RKT didasarkan pada basis kawasan dan basis objek strategis.
RKT berbasis kawasan merupakan RKT yang dicirikan oleh keberadaan wilayah yang
direncanakan relatif luas dalam satu kesatuan kawasan fungsional, dapat meliputi
satu atau lebih wilayah administrasi Kecamatan atau bahkan satu atau lebih wilayah
administrasi Kabupaten.
RKT berbasis objek strategis merupakan RKT yang dicirikan oleh keberadaan objek
strategis berkaitan dengan fungsi strategis objek yang ditetapkan sebagai Kawasan
Transmigrasi.
b. Delineasi RKT

13
Penentuan delineasi RKT dilakukan sesuai dengan tipologi RKT dilakukan dengan
pertimbangan:
1 kondisi daya dukung fisik dasar;
2 interaksi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat;
3 potensi perekonomian kawasan; dan
4 ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
c. Fokus Penanganan
Penentuan fokus penanganan RKT dilakukan dengan mempertimbangkan upaya
yang perlu diprioritaskan untuk mewujudkan fungsi kawasan berdasarkan nilai
dan isu strategis kawasan sesuai dengan tipologi RKT.
d. Skala Peta
Penentuan skala peta RKT disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan dalam
proses perencanaan RKT dan penggunaan RKT, serta kebutuhan muatan materi
yang akan diatur di dalam RKT yaitu dicetak pada kerta A1 dengan skala
menyesuaikan, dan dibuat berdasarkan sumber informasi peta / citra satelit
berkedalaman informasi minimal 1 : 25.000.
e. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Kawasan Transmigrasi
Penentuan tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang kawasan transmigrasi
dilakukan dengan mempertimbangkan isu strategis dan fokus penanganan RKT.
f. Konsep Pengembangan
Penentuan konsep pengembangan kawasan transmigrasi dalam rangka
pencapaian tujuan RKT.
g. Arahan Pemanfaatan Kawasan Transmigrasi
Penentuan arahan pemanfaatan Kawasan Transmigrasi dilakukan dengan
mempertimbangkan perwujudan konsep pengembangan Kawasan Transmigrasi
yang dilaksanakan melalui penyusunan indikasi program utama 5 (lima) tahunan
sampai akhir tahun perencanaan (yang tahapan waktu pelaksanaannya
disesuaikan dengan tahapan waktu pelaksanaan RTRW Kabupaten) beserta
indikasi sumber pembiayaan.
h. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Kawasan Transmigrasi
Penentuan arahan pengendalian pemanfaatan Kawasan Transmigrasi dilakukan
dengan mempertimbangkan upaya yang diperlukan agar pemanfaatan kawasan
dilaksanakan sesuai dengan RKT.
i. Pengelolaan

14
Penentuan pengelolaan Kawasan Transmigrasi dilakukan dengan memperhatikan
kebutuhan penanganan kawasan sesuai dengan tipologi RKT.
Penentuan muatan RKT dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut :

Gambar 2.2
Penentuan Muatan RKT

PENETAPAN TIPOLOGI RKT


UU No. 26 Th 2007, tentang Penataan Ruang UU 29 / 2009 tentang perubahan UU 15 /
1997 tentang Ketransmigrasian

PP No. 15 Th 2010, tentang PP 2 /1999 Tentang Penyelenggraan


Penyelenggaraan Penataan Ruang Transmigrasi

TIPOLOGI RTR KS K

PENYUSUNAN KERANGKA MUATAN RKT

Identifikasi Bentuk DELINIASI

PENETAPAN FOKUS
PENANGANAN Penentuan Skala Peta

PERUMUSAN MUATAN RKT


Tujuan, Kebijakan dan Konsep Pengembangan
Strategi

Arah Pengendalian Arah Pemanfaatan


Kawasan Transmigrasi Kawasan Transmigrasi

Pengelolaan

15
BAB III. KETENTUAN TEKNIS
MUATAN RENCANA KAWASAN TRANSMIGRASI (RKT)

3.1. Delineasi RKT


Delineasi merupakan batas yang ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu yang
digunakan sebagai batas Rencana Kawasan Transmigrasi (RKT). Kriteria tertentu yang
dimaksud disesuaikan dengan tipologi RKT.
Delineasi RKT mencakup kawasan yang mempunyai kawasan inti dan kawasan
penyangga atau yang tidak mempunyai kawasan inti dan kawasan penyangga yang
penetapannya didasarkan pada ketentuan peraturan.
Pertimbangan dalam penentuan delineasi RKT mengacu kepada tipologi kawasan
pedesaan yang ditetapkan oleh RTR KS, mencakup:
a. Intreraksi sosial budaya masyarakat
b. Daya dukung fisik lingkungan, ekologis dan sumber daya air
c. Sebaran fasilitas perekonomian kawasan
d. Ketentuan peraturan perundang-undangan
3.2. Fokus Penanganan
Fokus penanganan merupakan muatan pokok yang menjadi tujuan utama penanganan
yang menjadi pertimbangan utama dalam perumusan muatan Rencana Kawasan
Transmigrasi (RKT).
Penetapan fokus penanganan dimaksudkan sebagai upaya untuk mengatur hal-hal
penting yang perlu ditangani RKT.
3.3. Skala Peta
Penetapan skala peta RKT dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan informasi
yang diperlukan dalam proses perencanaan kawasan, serta mempertimbangkan luasan
geografis yang dinilai strategis. Peta dicetak pada kertas dengan ukuran A1 dan dibuat
berdasarkan sumber informasi peta yang memiliki informasi spasial 1 : 25.000. atau/citra
satelit resolusi menengah.
3.4. Muatan RKT
Muatan yang diatur dalam RKT dirumuskan dengan mempertimbangkan :
a. Posisi geografis kawasan terhadap pusat-pusat pertumbuhan di sekitar kawasan;
b. Kondisi lingkungan nonterbangun, terbangun, dan kegiatan di sekitar kawasan;
c. Daya dukung fisik dasar terkait dengan potensi bencana yang mengancam kawasan;
d. Kondisi sosisl ekonomi masyarakat;
e. Kondisi sistem jaringan prasarana pendukung kawasan;

16
f. Aspek budaya
3.4. 1. Muatan pengaturan tujuan, kebijakan, dan strategi adalah sebagai berikut;
a. Tujuan:
Aspek tujuan difokuskan pada perwujudan kawasan perdesaan dalam batas area
tertentu melalui dukungan jaringan prasarana yang memadai
b. Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka mencapai tujuan. Perumusan
kebijakan difokuskan pada:
1. Kebijakan penetapan kegiatan;
2. Kebijakan ketenagakerjaan dan penyediaan permukiman;
3. Kebijakan penetapan aksesibilitas kawasan;
4. Kebijakan penetapan standar pelayanan minimum sarana dan prasarana
pendukung;
5. Kebijakan perlindungan kawasan (termasuk didalamnya RTH kawasan).
c. Strategi
Perumusan strategi terkait kebijakan penetapan jenis kegiatan yang akan
dikembangkan pada kawasan transmigrasi, meliputi :
1. Menetapkan jenis kegiatan ekonomi yang memiliki keterkaitan bahan baku atau
potensi ke pasar lokal, regional dan internasional;
2. Perumusan strategi terkait kebijakan penataan kawasan dan penyediaan
permukiman;
3. Perumusan strategi terkait kebijakan dukungan sistem jaringan prasarana
utama kawasan meliputi penetapan standar pelayanan minimum pelayanan
sistem jaringan transportasi
4. Perumusan strategi terkait kebijakan penetapan standar pelayanan minimum
sarana dan prasarana pendukung kawasan termasuk hunian khusus, meliputi:
- Penyediaan permukiman;
- Penyediaan sistem transportasi;
- Penyediaan sistem jaringan energi;
- Penyediaan sistem jaringan telekomunikasi;
- Penyediaan sistem jaringan sumber daya air;
- Penyediaan sistem penyediaan air minum;
- Penyediaan sistem jaringan air limbah.
5. Perumusan strategi terkait kebijakan perlindungan kawasan (termasuk
didalamnya RTH kawasan) meliputi : Pengaturan ruang sekitar kawasan

17
mempertimbangkan dampak keberadaan terhadap kawasan sekitar sekaligus
perlindungan kawasan dari kegiatan disekitar kawasan yang berpotensi
mengganggu.
3.4. 2. Arahan Rencana Struktur dan Pemanfaatan Kawasan Transmigrasi
Arahan rencana struktur dan pemanfaatan kawasan transmigrasi mencakup:
a. Mewujudkan permukiman di kawasan transmigrasi yang berfungsi sebagai tempat
tinggal, tempat berusaha, dan tempat bekerja.
b. mewujudkan persebaran penduduk di kawasan transmigrasi yang serasi dan
seimbang dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan; dan
c. menyediakan prasarana dan sarana dasar kawasan transmigrasi.
3.4. 3. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Kawasan
Arahan pengendalian pemanfaatan kawasan, mencakup:
a. Arahan pembangunan SKP;
b. Arahan pembangunan SP;
c. Arahan pembangunan KPB; dan
d. Arahan pembangunan jaringan prasarana dan sarana dasar Kawasan Transmigrasi.
3.4. 4. Pengelolaan RKT
Ketentuan terkait dengan pengelolaan RKT disusun dengan memperhatikan:
a. Kelembagaan yang telah diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
b. Keterkaitan RKT dengan kewenangan Pemerintah pusat;
c. Keterkaitan RKT dengan kewenangan pemerintah daerah (propinsi/kabupaten); dan
d. Pemangku kepentingan lainnya.
3.5 Format Penyajian
Konsep RKT disajikan dalam dokumen sebagai berikut:
1. Buku data dan analisis yang dilengkapi dengan peta-peta;
2. Buku rencana yang disajikan dalam format A4; dan
3. Album peta yang disajikan dengan skala minimal dalam format A1 yang dilengkapi
dengan peta digital yang disusun sesuai dengan ketentuan Sistem Informasi
Geografis (SIG) yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang.

18
BAB IV. PROSEDUR PENYUSUNAN
DOKUMEN RENCANA KAWASAN TRANSMIGRASI (RKT)

4.1. Proses Penyusunan RKT


4.1.1. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi
a. Kegiatan Pengumpulan Data dan Informasi
Untuk keperluan pengenalan karakteristik kawasan dan penyusunan rencana
kawasan transmigrasi, dilakukan pengumpulan data primer dan data sekunder.
Pengumpulan data primer dapat meliputi:
1. Penjaringan aspirasi masyarakat yang dapat dilaksanakan melalui temu wicara,
wawancara orang per-orang, Focus Group Discussion, dan lain sebagainya;
2. Penjaringan informasi kebijakan pembangunan dilakukan dengan melakukan
wawancara di instansi tingkat kabupaten, dan
3. Pengenalan kondisi fisik dan sosial ekonomi wilayah secara langsung melalui
kunjungan beberapa bagian wilayah terpilih di kawasan transmigrasi.
Data sekunder yang harus dikumpulkan sekurang-kurangnya meliputi:
1. Peta-peta, meliputi:
a) Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) atau peta topografi skala 1 : 50.000, yang
diproduksi oleh instansi yang berwenang berupa file digital atau cetak;
b) Citra satelit untuk memperbaharui (update) peta dasar dan membuat peta
tutupan lahan; Citra satelit yang digunakan adalah citra satelit resolusi
menengah yaitu resolusi 10 m – 20 m, dengan waktu pengambilan gambar
maksimal 5 tahun.
c) Peta batas wilayah administrasi;
d) Peta kawasan hutan dan perairan;
e) Peta-peta masukan untuk analisis kebencanaan; dan
f) Peta-peta masukan untuk identifikasi potensi sumber daya alam.
g) Peta-peta jaringan jalan
2. Data dan informasi, meliputi:
a. Data kebijakan penataan ruang (RTRW provinsi, RTRW kabupaten/kota, dan
rencana rincinya) serta kebijakan sektoral terkait;
b. Data kondisi fisik lingkungan dan SDA, meliputi:
– Iklim dari stasiun klimatologi terdekat minimal 10 tahun
– Tanah yang telah diklasifikasikan hingga tingkat Great Group menurut USDA

19
– Hidrologi dan Geologi yang dikeluarkan oleh Badan Geologi Nasional
Bandung
c. Data penggunaan lahan (Hasil interpretasi citra satelit, dan dilakukan
pengecekan lapangan terpilih);
d. Data tentang kependudukan (minimal data pada tingkat kecamatan minimal 5
tahun), meliputi; jumlah penduduk berdasarkan:
– Jenis kelamin
– Usia/umur
– jenis pekerjaan
e. Data tentang prasarana dan sarana kawasan, meliputi:
sistem jaringan transportasi, Jaringan telekomunikasi, jaringan air bersih,
jaringan listrik, pengembangan permukiman dan pengelolaan persampahan,
pendidikan dan kesehatan serta perdagangan.
f. Data tentang pertumbuhan ekonomi kawasan, meliputi:
– Produksi masing-masing sub sektor berdasarkan PDRB Kabupaten/Kota
– PDRB kabupaten/kota dan Propinsi minimal meliputi 22 sub sektor selama 5
tahun.
g. Data tentang kemampuan keuangan pembangunan daerah diperoleh dari data
APBD 5 tahun terakhir;
h. Data dan informasi tentang kelembagaan pembangunan daerah;
i. Data dan informasi tentang kebijakan penataan ruang terkait (RTRW kabupaten
yang masih berlaku, RTRW provinsi, RTRW Nasional dan RTR pulau terkait);
j. Data dan informasi tentang kebijakan pembangunan sektoral, terutama yang
merupakan kebijakan pemerintah pusat; dan
k. Peraturan perundang undangan terkait.
Tingkat akurasi data, sumber penyedia data, kewenangan sumber atau instansi
penyedia data, tingkat kesalahan, variabel ketidakpastian, serta variabel-variabel
lainnya yang mungkin ada, perlu diperhatikan dalam pengumpulan data. Data dalam
bentuk data statistik dan peta, serta informasi yang dikumpulkan berupa data
tahunan (time series) minimal 5 (lima) tahun terakhir dengan kedalaman data
setingkat kelurahan/desa. Dengan data berdasarkan kurun waktu tersebut
diharapkan dapat memberikan gambaran perubahan apa yang terjadi pada kawasan
transmigrasi.

b. Hasil Pelaksanaan Kegiatan Pengumpulan Data dan Informasi

20
Hasil kegiatan pengumpulan data dan informasi dihimpun dalam buku data dan
analisis.
4.1.2. Tahap Pengolahan dan Analisa Data
a. Analisis Kebijakan Pembangunan Kawasan Transmigrasi
1. Tujuan dan Manfaat
Pekerjaan analisis dimaksudkan untuk mengkaji daya dukung dan daya tampung lahan
lokasi perencanaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya
alam yang memiliki keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan dengan pusat
pertumbuhan dalam satu kesatuan sistem pengembangan.
2. Prinsip Dasar
Metode yang dapat digunakan dalam analisis potensi dan masalah kawasan
perencanaan adalah dengan menggunakan prinsip analisis SWOT:
1. Potensi/kekuatan; kekuatan yang dimiliki oleh indikator perkembangan kawasan
perencanaan untuk tumbuh dan berkembang, sehingga diperlukan suatu
kebijakan dan strategi peningkatan/penambahan nilai (value added) dari
indikator tersebut;
2. Kelemahan/Permasalahan; kelemahan atau kekurangan yang dimiliki oleh
kawasan perencanaan sehingga menghambat kawasan perencanaan untuk
tumbuh dan berkembang;
3. Kesempatan/peluang yang lebih luas yang memberikan dampak tumbuh dan
berkembangnya kawasan perencanaan seperti meningkatnya ekonomi makro,
investasi yang tumbuh cepat, terbuka akses kawasan dengan luar, sehingga
diperlukan kebijakan dan strategi penguatan akses dan kemudahan-kemudahan
bagi pengembangan kawasan;
4. Ancaman; indikator eksternal yang dapat menghambat tumbuh dan
berkembangnya kawasan perencanaan, sehingga diperlukan kebijakan dan
strategi penguatan koordinasi, kerjasama, dan sikronisasi pembangunan.
Setiap komponen atau variabel SWOT harus terukur secara kuantitatif, bila kualitatif
dapat menunjukan faktor keterkaitan antara data dan kecenderungannya.
b. Analisis Struktur dan Pemanfaatan Kawasan Transmigrasi
Analisis struktur dan pemanfaatan kawasan dilakukan dengan mengamati dan
mengkaji struktur dan pemanfaatan kawasan, baik pada masa sekarang, masa lalu,
maupun kecenderungannya di masa depan, akan tetapi dalam lingkup internal
wilayah. Penentuan orde kota, skala wilayah pelayanan, dan penstrukturan wilayah

21
agar lebih efektif dan efisien merupakan kesimpulan yang didapat dari hasil analisis
aspek ini.
1. Prinsip analisis
a. Ketentuan analisis struktur kawasan perencanaan mengikuti kebijakan yang telah
digariskan oleh RTRWN, RTRWP, dan RTRW;
b. Kedudukan dan skala dari sistem pergerakan, pemusatan kegiatan, dan peruntukan
lahan;
c. Arah perkembangan pembangunan kawasan;
d. Memperhatikan karakteristik dan daya-dukung fisik lingkungan serta dikaitkan
dengan tingkat kerawanan terhadap bencana.
2. Analisis fungsi ruang meliputi:
a. Tujuan, membentuk pola kawasan yang terstruktur dalam peran dan fungsi
bagian-bagian kawasan, yang memperlihatkan konsentrasi dan skala kegiatan
binaan manusia dan alami.
b. Komponen analisis;
 Perkembangan pembangunan, merupakan kebijakan rencana pembangunan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah maupun swasta;
 Pusat-pusat kegiatan, dengan melakukan kajian terhadap pemusatan kegiatan
yang ada atau direncanakan oleh rencana diatasnya;
 Kesesuaian dan daya dukung lahan, sebagai daya tampung dan daya hambat
ruang kawasan dalam berkembang;
 Pembagian fungsi ruang pengembangan, merupakan struktur kawasan yang
dibagi dalam fungsi dan peran bagian-bagian kawasan.
c. Analisis Sumberdaya dan Kemampuan Lahan
Analisis fisik dasar dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai daya dukung
lingkungan fisik. Informasi ini diperlukan di dalam merumuskan dan menempatkan
zonasi ruang di wilayah perencanaan seperti kawasan lindung dan kawasan
budidaya, hutan lindung, hutan produksi dll.
Aspek fisik dasar yang dijadikan sebagai input di dalam analisis adalah topografi
wilayah, jenis tanah, iklim, hidrologi, geologi, pola arus. Selain itu di dalam tahap
analisis juga dipertimbangkan aspek ketersediaan SDA dan Pola Ruang yang ada
(existing).

22
GAMBAR 4.1
ALUR ANALISIS ASPEK FISIK DASAR

Karateristik Fisik Dasar Yaitu: Topografi, Ketersediaan SDA: Jenis Dan Jumlah
Jenis Tanah, Iklim Dll

Analisis Kesesuaian Lahan Analisis Ketersediaan Dan Pola Sebaran

Analisis Ketersediaan Dan Pola Sebaran Potensi Pengembangan

Informasi Mengenai Daya Dukung Lingkungan Untuk Berbagai


Kebutuhan Pengembangan Wilayah

GAMBAR 4.2
SKEMA ANALISIS KESESUAIAN LAHAN

23
Analisis evaluasi lahan dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat
kesesuaian, tingkat kemampuan, dan tingkat ketersediaan lahan untuk kawasan
lindung dan budidaya. Teknik analisis yang dipergunakan di dalam evaluasi lahan ini
adalah teknik scoring dan teknik overlay peta yang didasarkan kepada kriteria
penetapan kawasan lindung dan budidaya. Nilai akhir dari kesesuaian lahan
diperoleh dengan operasi matematis scoring dan overlay peta tersebut.
Kriteria-kriteria yang menjadi model persyaratan penggunaan lahan bagi jenis
penggunaan lahan yang dipertimbangkan melalui metoda pohon keputusan.
Pohon keputusan ini terdiri dari seperangkat persyaratan penggunaan lahan dengan
masing-masing karakteristik-karakteristik pencirinya, di mana satu sama lain
(karakteristik pendiri) saling berpengaruh terhadap potensi lahan bagi jenis
penggunaan lahan yang dipertimbangkan.
Secara umum untuk menilai kelas kesesuaian lahan agregat (satuan lahan)
ditentukan berdasarkan faktor pembatas yang paling berat (maximum limiting
factors, FAO, 1976). Evaluasi dilakukan pada satuan lahan (skala 1 : 25.000) sesuai
dengan ketersediaan data. Masing-masing satuan lahan di wilayah studi terdiri dari
campuran dua jenis tanah atau lebih. Batasan antara dua jenis tanah atau lebih ini
tidak dapat didelineasi pada peta yang digunakan, sehingga perlu dilakukan kajian
survey pemetaan tanah lebih lanjut pada tingkat kedetilan yang lebih tinggi. Jenis
penggunaan lahan yang dipertimbangkan berdasarkan pengelompokkan jenis
komoditas yang mempunyai kemiripan (similar land use requirements).
Stratifikasi hasil evaluasi lahan disesuaikan dengan kedalaman data yang tersedia
yaitu pada tingkat subkelas dengan disertai pencantuman faktor pembatas masing-
masing kelas :
1) Sesuai (S)
2) Sesuai bersyarat (CS)
3) Tidak sesuai (N)
Kualitas lahan yang menjadi faktor pembatas kesesuaian diantaranya sebagai
berikut :
1) Hidrologi (h) 5) Tipe Iklim (i)
2) Elevasi (k) 6) Media perakaran (r)
3) Terrain (s) 7) Temperatur Udara (t)
4) Ketersediaan air (w) 8) Toksisitas (x)

24
Setiap faktor pembatas tersebut ditentukan oleh karakteristik-karakteristik penciri
masing-masing kualitas lahan dan signifikan menjadi pembatas dalam
pengembangan jenis penggunaan lahan yang dipertimbangkan.

d. Analisis Pengembangan Ekonomi Kawasan Transmigrasi


1. Analisis Sektor dan Komoditas Unggulan
Analisis sektor dan komoditas unggulan diperlukan untuk mengetahui
sumbangan/kontribusi sektor dan komoditas terhadap PDRB pada Rencana
Kawasan Transmigrasi (RKT). Sektor yang memberikan sumbangan relatif yang
cukup besar terhadap PDRB di suatu kawasan sehingga sektor tersebut dikatakan
sebagai sektor basis (dominan).
Variabel yang dapat digunakan sebagai indikator keunggulan suatu sektor
diantaranya: penyerapan tenaga kerja masing-masing sektor, luas usaha dan
produktivitas masing-masing sektor, serta kontribusi tiap-tiap sektor terhadap
PDRB di RKT.
Sektor unggulan dapat pula diartikan sebagai sektor yang dapat menggerakkan
pertumbuhan ekonomi wilayah sekitar yang ditunjukkan dengan parameter-
parameter, seperti:
1) Sumbangan sektor perekonomian terhadap perekonomian wilayah yang cukup
tinggi,
2) Komoditas yang mempunyai multiplier effect yang cukup tinggi,
3) Komoditas dengan kandungan deposit yang melimpah,
4) Memiliki potensi value added yang cukup baik.
Untuk mengidentifikasi sektor dan komoditas unggulan dapat digunakan beberapa
analisis, diantaranya: Analisis Location Quotient (LQ), Shift Share, dan Input Output
(IO). Untuk menentukan sektor atau komoditas unggulan dapat menggunakan salah
satu analisis tersebut.

2. Analisis Potensi dan Peluang Pengembangan Komoditas Unggulan


Rencana Kawasan Transmigrasi (RKT) memiliki potensi perkonomian yang besar
dan membutuhkan adanya dukungan dari seluruh pihak agar potensi pekonomian
dapat berjalan lancar. Hal ini mengakibatkan bahwa potensi perekonomian suatu
daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dalam masa kini maupun masa
depan. Salah satu daerah yang potensinya dipengaruhi oleh berbagai keadaan yang
berkembang adalah perekonomian daerah tersebut yang secara langsung maupun

25
tidak langsung dipengaruhi oleh fenomena-fenomena yang berkembang saat ini dan
yang akan datang, baik pada tatanan perkembangan lingkungan eksternal maupun
internal. Perkembangan lingkungan eksternal perekonomian RKT sangat
dipengaruhi oleh kebijakan perekonomian regional dan nasional.
Lingkungan internal dapat digambarkan melalui besarnya potensi pengembangan
komoditas unggulan di RKT, sedangkan lingkungan eksternal digambarkan melalui
peluang-peluang pengembangan komoditas unggulan di RKT. Untuk menilai
besarnya potensi dan peluang komoditas unggulan di RKT dapat digunakan
beberapa metode, diantaranya dengan menggunakan Analisis Matriks SWOT,
Matriks QSP (Quantitative Strategy Planning), dan metode Analytical Hierarchy
Process (AHP).
3. Analisis Sistem Pemasaran
Setiap daerah/kawasan harus mampu memenuhi kebutuhan penduduknya. Oleh
karena itu, setiap daerah/kawasan perlu memiliki sistem pemasaran produk yang
telah dihasilkan. Pemasaran merupakan upaya untuk mempromosikan,
menginformasikan dan menawarkan kepada konsumen mengenai sebuah produk
usaha atau layanan jasa yang dikelola oleh sebuah usaha sebagai upaya untuk
meningkatkan angka penjualan dari produk yang dihasilkan. Analisis sistem
pemasaran penting dilakukan untuk mengembangkan suatu komoditas unggulan di
kawasan transmigrasi. Peranan pemasaran dalam pengembangan komoditas
unggulan di kawasan transmigrasi, antara lain:
a. Pemasaran untuk mempromosikan komoditas unggulan kepada masyarakat
sekitar kawasan transmigrasi.
b. Menjelaskan fungsi, manfaat dan keunggulan sebuah komoditas unggulan di
kawasan transmigrasi.
Efektivitas dan keberhasilan dari sistem pemasaran dalam arti luas harus dievaluasi
dalam hubungannya dengan tujuan masyarakat di kawasan transmigrasi tersebut.
Pemasaran yang efektif berarti mendistribusikan barang dan jasa yang dibutuhkan
dan diinginkan oleh konsumen di kawasan transmigrasi. Pendekatan yang dapat
digunakan untuk menilai keefektifan suatu sistem pemasaran produk unggulan di
kawasan transmigrasi, yaitu: pembelian, penjualan, pengangkutan, penyimpanan,
pembuatan standar dan pengelompokkan, keuangan, pengambilan risiko dan
informasi pasar.
4. Analisis Studi Kelayakan Komoditas Unggulan

26
Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu
keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu kegiatan yang direncanakan
dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang saling berkaitan yang secara
bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu
penanaman investasi tertentu dan mempertimbangkan seluruh aspek tersebut pada
setiap tahap dalam perencanaan proyek dan siklus pelaksanaannya.
Aspek-aspek analisis kelayakan meliputi aspek teknis, aspek manajerial dan
administratif, aspek organisasi, aspek komersial, aspek finansial, dan aspek
ekonomis. Jadi kelayakan suatu komoditas unggulan pada Rencana Kawasan
Transmigrasi (RKT) sangat ditentukan oleh aspek-aspek tersebut.
a. Aspek Teknis
Aspek teknis yaitu analisa yang berkaitan dengan input dan output suatu
komoditas unggulan berupa barang dan jasa. Aspek teknis memiliki pengaruh
yang besar terhadap kelancaran jalannya kegiatan pengembangan usaha
komoditas unggulan di RKT. Evaluasi ini mempelajari kebutuhan teknis usaha,
seperti karakteristik produk yang diusahakan, lokasi dimana usaha akan
didirikan dan sarana pendukungnya, serta layout bangunan yang dipilih.
b. Aspek Institusional-Organisasi-Manajemen
Mempertimbangkan pola sosial, budaya dan lembaga yang akan dilayani oleh
proyek, struktur kelembagaan disesuaikan dengan negara atau daerah.
Pekerjaan-pekerjaan apa yang diperlukan untuk menjalankan operasi tersebut,
persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk bisa menjalankan pekerjaan-
pekerjaan tersebut dan juga struktur organisasi yang akan dipergunakan dalam
suatu pengembangan usaha komoditas unggulan di RKT.
c. Aspek Sosial
Aspek sosial mempertimbangkan pola dan kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih
luas dari investasi yang diusulkan. Pengembangan komoditas unggulan harus
tanggap pada keadaan sosial dan dampak lingkungan yang merugikan.
Pertimbangan mengenai aspek sosial dalam komoditas unggulan di RKT penting
untuk kelangsungan usaha, dikarenakan tidak ada usaha yang bertahan lama jika
tidak ramah terhadap lingkungan.
d. Aspek Finansial
Aspek-aspek finansial dari persiapan dan analisis komoditas unggulan
menerapkan pengaruh-pengaruh finansial dari suatu komoditas unggulan yang
diusulkan terhadap para peserta yang tergabung didalamnya. Tujuan utama

27
analisis finansial terhadap usahatani adalah untuk menentukan berapa banyak
keluarga produsen komoditas unggulan yang menggantungkan kehidupan
mereka kepada usaha dari komoditas unggulan tersebut, untuk membuat
proyeksi mengenai anggaran yang akan mengestimasi penerimaan dan
pengeluaran pada masa akan datang setiap tahun.
e. Aspek Ekonomi
Aspek-aspek ekonomi persiapan dan analisis proyek membutuhkan
pengetahuan mengenai komoditas unggulan apa yang diusulkan akan
memberikan kontribusi yang nyata terhadap pembangunan perekonomi secara
keseluruhan. Sudut pandangan yang diambil dalam analisis ekonomi adalah
masyarakat secara keseluruhan. Pelaksanaan analisis ekonomi dari suatu
komoditas unggulan dapat menggunakan metode-metode atau kriteria-kriteria
penilaian investasi tersebut di atas. Melalui metode-metode ini dapat diketahui
apakah suatu komoditas unggulan untuk dilaksanakan dilihat dari aspek
profitabilitas komersialnya di RKT. Beberapa kriteria dalam menilai kelayakan
komoditas unggulan yang paling umum digunakan adalah Terdapat beberapa
indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kelayakan dari suatu
komoditas unggulan di RKT, yaitu: Net Present Value (NPV), Internal Rate Of
Return (IRR), Net/Gross Benefit Cost Ratio(B/C), Profitability Ratio (PV IK), Least
Cost Method, dan Pay Back Period.
e. Analisis Sosial dan Kependudukan
1. Analisis Sosial
Dalam upaya untuk mencapai pemanfaatan sumberdaya alam secara
berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, perlu dilakukan
analisis aspek sosial dan pendudukan suatu Rencana Kawasan Transmigrasi
(RKT). Analisis sosial dan kependudukan pada hakekatnya adalah suatu upaya
yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam mengembangkan kawasan untuk
mencapai pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Pada hakekatnya pengukuran indikator sosial
kependudukan tidak berdiri sendiri melainkan terkait erat dengan kegiatan
lainnya, yaitu aspek ekonomi dan kelembagaan. Seringkali sulit untuk
menemukan indikator yang sederhana dan hanya mengukur satu aspek saja
karena keberhasilan pengembangan suatu kawasan sangat ditentukan oleh
kinerja sektoral dan berbagai pelaku utama pembangunan (stakeholders) seperti
pemerintah, swasta dan masyarakat sendiri. Analisis sosial dapat diperoleh

28
melalui hasil pengukuran beberapa indikator sosial (urban social indicator) yaitu
berupa kualitas sumberdaya manusia.
Salah satu indikator yang dipakai pada pedoman ini adalah ‘indikator komposit
objektif’ yaitu indikator tunggal yang merupakan gabungan dari beberapa
indikator kesejahteraan rakyat dari berbagai data sensus dan survei. Indikator
komposit dipakai untuk membandingkan tingkat indikator tertentu atau tingkat
kesejahteraan rakyat antar daerah di kawasan. Indikator komposit objektif yang
digunakan adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development
Index (HDI) yang merupakan gabungan dari tiga indikator tunggal yaitu angka
harapan hidup (life expectancy), angka melek huruf (adult literacy rate) dan rata-
rata lamanya pendidikan yang diperoleh (mean years of schooling). Analisis
sosial dapat digunakan antara lain dengan analisis deskriptif kuantitatif.
2. Analisis Kependudukan
Melakukan analisis potensi kependudukan di RKT. Analisis kependudukan
dilakukan untuk memperoleh gambaran potensi penduduk, sebagai acuan dalam
menentukan kebijakan penyebaran penduduk, dan untuk mendapatkan
gambaran situasi dan kondisi objektif dari perencanaan
pengembangan/pemberdayaan masyarakat. Analisis Kependudukan dapat
diperoleh melalui hasil pengukuran beberapa indikator sosial (urban social
indicator) misalnya: jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk, dan kepadatan
permukiman. Analisis kependudukan dapat digunakan antara lain dengan
analisis deskriptif kuantitatif dan analisis regresi.
f. Analisis Prasarana dan Sarana
Analisis kebutuhan prasarana dan sarana dilakukan untuk mengetahui jenis dan
tingkat kebutuhan prasarana dan sarana berdasarkan pekembangan kawasan.
Penilaian atas kondisi prasarana dan sarana ini dilakukan berdasarkan fungsi dan
tingkat pelayanan dari sarana yang bersangkutan. Prasarana dan sarana yang
dimaksudkan di sini adalah prasarana dan sarana transportasi, fasilitas umum dan
utilitas. Seluruh kebutuhan sarana dan prasarana ini disesuaikan dengan kebutuhan
perkembangan wilayah untuk masa 10 tahun ke depan sesuai dengan hasil proyeksi
pada aspek demografi. Alur analisis sarana dan prasarana dapat dilihat pada
gambar berikut ini.
Pada dasarnya analisis kebutuhan prasarana dan sarana akan terkait erat dengan
beberapa hal yaitu jumlah penduduk dan hasil proyeksi yang nantinya akan

29
dirumuskan berdasarkan standar jumlah minimal fasilitas yang dimaksud, dan
standard kebutuhan ruang untuk masing-masing standard.
GAMBAR 4.3
ALUR ANALISIS SARANA DAN PRASARANA WILAYAH

Proyeksi Jumlah
Penduduk 15 tahun ke depan

Kebutuhan Fasilitas:
Standar
Transportasi, Air Bersih, Kebutuhan Ruang
Jaringan Listrik, Perencanaan
Jaringan Telekomunikasi Penyediaan
Persampahan Permukiman Prasarana

Rencana Sistem Jaringan Dan


Prasarana: Transportasi,
Jaringan Telekomunikasi, Jaringan
Air Bersih, Jaringan Listrik,
Pengembangan Permukiman Dan
Pengelolaan Persampahan

g. Analisis Transportasi
Transportasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari sarana/prasarana dan
sistem pelayanan yang memungkinkan adanya pergerakan ke seluruh wilayah. Tujuan adanya
transportasi adalah :
1) Terakomodasinya mobilitas penduduk
2) Dimungkinkan adanya pergerakan barang
3) Dimungkinkannya akses ke seluruh wilayah
4) Sistem transportasi merupakan suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara
penumpang/barang, sarana dan prasarana yang berinteraksi dalam suatu operasi yang
tercakup dalam suatu tatanan, baik secara alami maupun buatan/rekayasa.
Analisis sistem prasarana transportasi yang meliputi transportasi darat, air, dan
udara dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai :
 Keterkaitan fungsional dan ekonomi antar kota, antar kawasan baik dalam
wilayah maupun antar wilayah kabupaten, dengan melihat pengumpul hasil
produksi, pusat kegiatan transportasi, dan pusat distribusi barang dan jasa;

30
 Kecenderungan perkembangan prasarana transportasi yang ada;
 Aksesibilitas lokasi-lokasi kegiatan di wilayah kabupaten.
Muatan Analisis Transportasi terdiri dari :
 Analisis Pola Pergerakan (pola pergerakan angkutan penumpang dan barang)
 Analisis Sistem Transportasi meliputi : jaringan jalan, hirarki jalan dan jaringan
non jalan.
 Analisis Sarana dan Prasarana Transportasi meliputi : kondisi jalan dan
kebutuhan pengembangan.
4.1.3. Tahap Perumusan Konsepsi Rencana
a. Tujuan, Sasaran dan Konsep Perwujudan RKT
Rencana perwujudan Kawasan Transmigrasi digunakan sebagai dasar dalam menentukan
peruntukan tanah bagi :
a. Pembangunan SP baru
b. Pembangunan pemukiman baru sebagai bagiandari SP Pugar
c. Pembangunan prasarana dan sarana kawasan transmigrasi
d. Pengembangan investasi
e. Pemugaran pemukiman penduduk setempat sebagai bagian dari SP pugar dan/atau
f. SP tempatan
b. Luasan RKT
Kawasan Transmigrasi mencakup kawasan yang mempunyai Kawasan Inti dan Kawasan
Penyangga didasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau
ketentuan teknis sektoral.
Pertimbangan dalam penentuan luas dalam RKT mengacu kepada tipologi kawasan
pedesaan, mencakup:
 Intreraksi sosial budaya masyarakat
 Daya dukung fisik lingkungan , ekologis dan sumber daya air
 Sebaran fasilitas perekonomian kawasn
 Ketentuan peraturan perundang-undangan
Luasan RKT berdasarkan UU No. 29 Tahun 2009 dan PP No. 3 tahun 2014 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian
sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian, maka ditetapkan
sebagai berikut :

31
 SKP Pusat didalam RKT adalah sebagai KPB yaitu kawasan perdesaan yang
direncanakan menjadi kawasan berfungsi perkotaan dan berbasis usaha non pertanian
dengan Luasan areal KPB ini berkisar antara 400 - 1000 ha.
 SKP Hinterland dari SKP - KPB merupakan SKP berbasis Pertanian adalah SKP yang
terdiri atas beberapa Satuan pemukiman (SP) , minimal 3 SP dan maksimal 6 SP dengan
daya tampung masing-masing SP antara 300 - 500 KK. Luas SP adalah 1200 - 1600 Ha.
 Satuan pemukiman dalam SKP dapat berupa SP baru, SP Pugar dan SP Tempatan. Salah
satu SP akan berfungsi sebagai Pusat SKP disebut Desa Utama.
c. Rencana Struktur dan Pemanfaatan Kawasan Transmigrasi
Rencana Kawasan Transmigrasi (RKT) adalah rencana struktur ruang dan pola ruang
kawasan transmigrasi sebagai dasar perencanaan perwujudan kawasan transmigrasi.
1. Arahan rencana perwujudan kawasan transmigrasi
Rencana perwujudan kawasan transmigrasi merupakan rencana pelaksanaan kegiatan
pembangunan dan pengembangan untuk mewujudkan kawasan transmigrasi menjadi
satu kesatuan sistem pengembangan ekonomi wilayah. Rencana perwujudan kawasan
transmigrasi meliputi:
a. Rencana pembangunan SKP;
b. Rencana pembangunan KPB;
c. Rencana pembangunan SP;
d. Rencana pembangunan pusat SKP; dan
e. Rencana pembangunan prasarana dan sarana.
f. Rencana pengembangan masyarakat transmigrasi dan kawasan transmigrasi.
2. Arahan rencana pembangunan prasarana dan sarana
Rencana pembangunan prasarana dan sarana merupakan rencana teknik detail
prasarana dan sarana. Rencana teknik detail prasarana dan sarana mencakup :
a. prasarana dan sarana SP;
b. prasarana dan sarana pusat SKP;
c. prasarana dan sarana KPB; dan
d. prasarana intra dan antar-kawasan.
3. Rencana Sistem Transportasi
a. Rencana sistem jaringan jalan (hirarki dan kelas jalan);
b. Rencana peningkatan aksessibilitas dalam hal ini pengembangan jaringan jalan;
c. Rencana pengembangan simpul jaringan transportasi.

4. Rencana Penataan Persebaran Penduduk

32
Rencana Penataan Persebaran Penduduk didasarkan kepada hasil analisis struktur dan
pemanfaatan kawasan transmigrasi serta analisis sumberdaya, kemampuan lahan dan
daya dukung lahan.
5. Rencana Pola Pengembangan Usaha Pokok
Rencana Pola Pengembangan Usaha Pokok, di dasarkan kepada hasil analisis sektor
unggulan yang diarahkan untuk mempercepat keterkaitan fungsional intra kawasan
dan antarkawasan serta mengoptimalkan pemanfaatan ruang secara konsisten guna
mendukung pengembangan komoditas unggulan dengan pendekatan agroindustri dan
agribisnis.
6. Indikasi Program
Tujuan Penyusunan Indikasi Program adalah untuk penanganan prasarana lingkungan
yang akan dilaksanakan dalam kawasan, baik kebutuhan akan konservasi,
pengembangan baru pemugaran atau penanganan khusus dengan kriteria sebagai
berikut :
1) Program yang dikelola pemerintah, kegiatan yang menyangkut pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya manusia.
2) Program yang dikerjasamakan, kegiatan yang menyangkut pengelolaan fasilitas
publik.
3) Program yang dipihak ketigakan/swasta, kegiatan yang bersifat mencari
keuntungan, khususnya bagi pemerintah daerah adalah berkonstribusi kepada
APBD.
4) Sistem pembiayaan : APBD Kabupaten, APBD Propinsi, dan APBN.
5) Program yang dipihak ketigakan/swasta, kegiatan yang bersifat mencari
keuntungan, khususnya bagi pemerintah daerah adalah berkonstribusi kepada
APBD.
6) Sistem pembiayaan :
a) APBD Kabupaten, APBD Propinsi, dan APBN.
b) BOT (Build, Operate and Transfer), artinya dibangun swasta, dioperasikan
swasta dan pada suatu saat diserahkan kepada pemerintah.
c) BOO (Build, Own, Operate), yaitu suatu cara penyertaan swasta.
d) Modifikasi.

33

Anda mungkin juga menyukai