Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyelenggaraan transmigrasi diharapkan dapat memperbaiki citra pembangunan daerah dan


diterima berbagai pihak khususnya daerah-daerah yang masih membutuhkan kegiatan
pengembangan sumber daya alam dan sumber daya manusia.

Permasalahan yang muncul terhadap pelaksanaan pembangunan transmigrasi disebabkan


oleh kurang terpadunya antar linas sektor terkait dalam penanganan transmigrasi. Dimana
pada lokasi transmigrasi yang diusulkan belum dilakukan studi perancanaan sesuai dengan
kriteria perencanan yang dapat mengakomodinir kebutuhan masyarakat, hal ini
mengakibatkan hambatan dalam pelaksanaan pembangunan, baik secara teknis maupun non
teknis.

Dengan adanya permasalahan dalam pelaksanaan transmigrasi di daerah, maka perlu adanya
upaya-upaya penyelesaian yang dilakukan oleh pemerintah di daerah. Salah satu upaya
adalah diperlukannya perencanaan permukiman transmigrasi secara terpadu, yang
melibatkan berbagai sektor terkait untuk mengambil bagian terhadap program transmigrasi
tersebut, terutama bagi daerah yang membutuhkan pembangunan melalui program
transmigrasi.

Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan terhadap pembangunan transmigrasi, maka harus
dilakukan studi perencanaan permukiman yang dapat mempercepat dan mempelancar
kegiatan pembangunan fisik, terutama bagi pelaksana pembangunan di daerah meliputi
pembangunan/pemberdayaan masyarakat dan pembangunan ekonomi.

Dengan diberlakukannya Otonomi Daerah sesuai dengan UU No. 22 tahun 1999, maka
kegiatan pembangunan di bidang transmigrasi dilaksanakan di daerah, berdasarkan aspirasi
masyarakat. Oleh karena itu maka Rencana Tata Ruang permukiman Transmigrasi sangat
dibutuhkan karena merupakan rangkaian kegiatan pembangunan, sebagai bagian yang
integral dalam rencana pelaksanaan pembangunan di daerah.

B. Tujuan

Memberikan arahan pelaksana dan kemudahan dalam menyusun Rencana Teknis Tata
Ruang Permukiman untuk pelaksanaan kegiatan penyiapan permukiman /pembangunan dan
Rencana Pemberdayaan Unit Pemukiman Transmigrasi yang terintegrasi dengan
masyarakat/desa setempat.

C. Sasaran

- Terlaksananya kegiatan penyiapan permukiman pembangunan unit permukiman


transmigrasi yang terintegrasi dengan masyarakat / desa setempat.
- Terumuskannya Rencana Pemberdayaan Masyarakat pada unit permukiman
transmigrasi.
D. Rung Lingkup

a. Pengertian

- Transmigrasi (UU KETRANSMIGRASIAN No.15/1997)


Adalah perpindahan penduduk secara sukarela untuk meningkatkan kesejahteraan
dan menetap di wilayah Pengembangan Transmigrasi atau lokal permukiman
Transmigrasi.

- Lokasi Permukiman transmigrasi (UU KETRANSMIGRASIAN No.15/ 1997)


Adalah lokasi potensial yang ditatapkan sebagia permukiman transmigrasi untuk
mendukung pusat pertumbuhan wilayah yang sudah ada atau sedang berkembang
sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah.

- Permukiman Transmigrasi (UU KETRANSMIGRASIAN No.15/1997)


Adalah salah kesatuan permukiman atau bagian dari satuan permukiman yang
diperuntukkan bagi tempat tinggal dan tempat usaha transmigran.

- Operasional Unit Permukiman Transmigrasi(Dirjen PSKT/2002)


Adalah satu kesatuan permukiman yang diperuntukkan bagi tempat tinggal dan
tempat usaha transmigran dan merupakan unit permukiman dalam desa setempat.
BAB II

TINJAUAN BEBERAPA ASPEK PENENTU RENCANA TEKNIS


UNIT PERMUKIMAN TRANSMIGRASI (RTUPT)

Pekerjaan penyusunan rencana Teknis Tata Ruang Permukiman Transmigrasi dengan pendekatan
Pola Kegiatan Usaha yang selaras dengan aspirasi masyarakat setempat memungkinkan upaya
alokasi peruntuk lahan bagi transmigran yang berbeda untuk setiap alokasi permukiman
transmigrasi, sehingga dalam menentukan alokasi peruntukkan lahan untuk tapak berlaku.
Pekerjaan mulai dari pengumpulan data, analisa pada penyusun model perencanaan Unit
Permukiman Transmigrasi.

Aspek-aspek :

1. ASPEK LEGAL

Memenuhi kriteria penetapan lokasi atau kepastian lokasi transmigrasi (Clear) :

- Adanya aspirasi masyarakat setempat / usulan lokasi oleh masyarakat setempat bagi
transmigran.
- Adanya surat pencadangan dari Bupati Kepala Daerah yang didukung oleh Camat/Lurah
setempat.
- Diluar Kawasan Hutan atau sudah ada pelepasan kawasan hutan dari Departemen
Kehutanan bagi kegiatan penyelenggaraan pembangunan bidang transmigrasi.
- Digambar pada peta skala 1: 10.000

2. ASPEK SOSIAL BUDAYA

Untuk menjalin hubugnan antara masysarakat setempat dengan transmigran dan dalam rangka
proses pelaksanaan pembangunan Desa, ada beberapa aspek sosial budaya yang perlu dicermati
melaui pendekatan PRA (Particypatory Rural Apprasial) dimana tujuan utamanya adalah
mengurangi kegagalan program pembangunan, supaya lebih tepat sasaran, dan harus melibatkan
masyarakat sejak dari proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring, hingga evaluasi.

Aspek Sosial Budaya dan Kependudukan meliputi :

- Aspirasi budaya masyarakat yang ada dan diinginkan.


- Kelembagaan masyarakat yang ada dan yang diinginkan.
- Persepsi masyarakat dan harapan terhadap program transmigrasi.
- Spesifik terhadap alokasi kepemilikan lahan bagi penduduk / transmigrasi.
- Interaksi sosial budaya / kontektual yang diharapkan.
- Aspek kependudukan antara lain jumlah penduduk dan pertambahan penduduk, jumlah
penduduk disekitar lokasi setempat dan pendatang, komposisi penduduk berdasarkan usia
produktif.

Sasaran pokok yang harus dilakukan melalui :

- Efektifitas Kelembagaan pedesaan.


- Sistem kerja sama, mendayagunakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada.
- Sosialisasi Program Transmigrasi dan tanggapan masyarakat setempat.
- Keterpaduan antara ilmu dan sektoral dalam upaya meningkatkan kemampuan produksi
pertanian / mata pencaharian.
- kesamaan persepsi dalam penanganan program pembangunan, adat istiadat, budaya
setempat dan sebagainya.

Manfaatnya adalah :

- Produktifitas kegiatan pembangunan


- Pengawasan Pembangunan / Pengendalian
- Monitoring / Evaluasi
- Kebutuhan masyarakat setempat terakomodir.

3. ASPEK EKONOMI

Tinjauan terhadap aspek ekonomi antara lain adalah :

- Kesempatan kerja / potensi Sumber Daya Manusia (SDM) pada masyarakat setempat
- Pendapatan penduduk setempat dan kegiatan usahanya dibandingkan dengan pendapatan
daerah
- Adanya mata pencaharian lokal
- Pasar, faktor produksi yang menunjang pendapatan daerah / desa setempat.

4. ASPEK PERMUKIMAN

A. Kriteria Perencanaan

Kriteria yang digunakan meliputi :

- Kesesuaian lahan, secara ideal lahan seharusnya S1 untuk penggunaan tertentu tetapi
S2 dan S3 dapat digunakan terutama untuk lahan permukiman.
- Pola permukiman lebih baik adalah desa berinti (Nucieus) dimana fasilitas umum
dapat mengkomodir kegiatan masyarakat setempat/transmigran, linier juga masih
diperbolehkan tergantung pada tingkat topografi / kondisi fisik lahan.
- Topografi kelerengan untuk lahan Perkarangan sebaiknya 0-15 %, lahan usaha 0-
25%
- Jarak Capai (Aksesibilitas) dari LP-LU : 0-2,5 Km
LP-LU : 0-3,5 Km
- Lahan Konservasi sekitar sungai 0-25 m tetap dipertahankan untuk penghijauan /
aspirasi masyarakat.
- Lahan Pekarangan 100 m2 – 0,5 Ha/KK
- Lahan Usaha : 0 – 2 Ha/KK
- Fasilitas Umum : 2 Ha di pusat Desa
- Faktor sosial budaya menentukan pola permukiman dapat berkelompok membentuk
permukiman dan sebagainya sehingga dapat terintegrasi dengan masyarakat
setempat.
- Pusat Desa (FU) sebaiknya melihat kondisi yang ada, apa perlu rehabilitasi atau buat
baru, di Pusat Desa Baru / Lama.
- Jarak capai : Tapak Rumah ke Pusat Desa (FU) 0 Km sampai dengan 2,5 Km. Tapak
Rumah ke Lahan Usaha 0 sampai dengan 5 Km.

Ketentuan ini relatif sangat ditentukan oleh topografi. Fasilias Umum/Sarana prasarana yang
disediakan harus dapat mengakomodir aktifitas masyarakat setempat yang dapat mencerminkan
keterintegrasikan antara transmigran dengan penduduk setempat.
- Sumber Daya Air, ketersediaan air bersih ini sangat menentukan kelayakan huni bagi
permukiman transmigrasi. Kebutuhan air bersih bagi kegiatan keluarga memerlukan 60 ltr /
hari antara lain untuk mandi, cuci, minum, masak dan sebagainya.
Disamping itu air juga harus tersedia bagi kegiatan pertanian. Sumber air dari permukaan
(air sungai), air tanah dangkal, air sumur dan air hujan.
Kualitas Air Bersih : tidak bewarna dan berbau dan memenuhi persyaratan kesehatan
(Laboratorium).

- Terhadap lokasi yang tidak memenuhi standar, sumur gali dengan kedalaman > 10 m (non
standar), maka perlu alternatif dalam penyediaan air bersih yaitu disiapkan Kolom Tandon
Air (KTA / embung), tong air, gentong plastik.
Terhadap lokasi dipesisir pantai dimana sulit air bersih, perlu alternatif model perpipaan,
survei ini dilakukan setahun sebelum pelaksanaan (T-1).

B. Alokasi Lahan untuk Permukiman

Kebutuhan alokasi lahan untuk permukiman di dasarkan atas aspirasi masyarakat dan
ketersediaan lahan dari Pemerintah Daerah.

- Alokasi lahan Tapak Rumah : 100 m2 sampai dengan m2.


Keterangan : Alokasi untuk tapak rumah bagi transmigran berdasarkan pada
kebutuhan dan pola usaha di alokasi.
Sebagai contoh :
- Untuk pola Industri maka cukup disediakan tapak rumah 100 m2/KK, atau pola
perikanan karena lahan usahanya dilaut, maka diperlukan tapak rumah 150
m2/KK.
- Pola permukiman ditentukan oleh kondisi topografi dan kesesuaian lahan serta
terintegrasi dengan permukiman penduduk setempat.

C. Alokasi Lahan Usaha


Alokasi lahan untuk pola usaha industri atau perikanan tidak diberikan lahan usaha didarat
untuk pertanian. Untuk pola usaha tanaman pangan lahan kering / basah atau pola
perkebunan serta tambak disesuaikan dengan kebutuhan yaitu berkisar dari 1 Ha/KK – 2
Ha/KK.
Pola perkebunan 1 Ha/KK – 2 Ha/KK ketentuan luas lahan untuk kegiatan usaha tergantung
pada kebijaksanaan PEMDA/masyarakat setempat dan komoditas unggulan yang
dikembangkan serta pola kemitraan yang disepakati.

5. ASPEK KELAYAKAN USAHA

Kelayakan usaha di UPT ditentukan oleh potensi pengembangan kegiatan usaha pokok yang
dikembangkan antara lain :

1. Pola Usaha Perkebunan : kelapa sawit, kelapa hibrida, karet, durian dan sebagainya.
2. Pola Usaha Pertanian Tanaman Pangan Lahan Kering/basah : Palawija, padi, dan
sebagainya.
3. Pola Usaha Agro Marine : Nelayan, tambak, keramba Jaring Apung, Rumput Laut.
4. Pola Usaha Industri ( Kecil, Menengah)

6. ASPEK KELEMBAGAAN

Aspek kelembagaan yang perlu dipertimbangkan meliputi :


Kelembagaan sosial antara lain :

- Administrasi Pemerintah Desa


- Lembaga Adat
- Lembaga keagamaan

Kelembagaan Ekonomi :
- Koperasi, Pasar
- Per Bankan

7. ASPEK LINGKUNGAN

Kondisi lingkungan daerah survei yang direncanakan harus diketahui dan dipertimbangkan.
Aspek lingkungan ini dapat memberikan secara garis besar mengenai pengaruh yang mungkin
terjadi terutama pengaruh yang merugikan apabila rencana UPT itu di implementasikan,
meliputi :

- Lingkungan fisik dan biologi


- Lingkungan sosial, budaya, ekonomi.

a. Lingkungan Fisik dan Biologi

Perubahan lingkungan yang mungkin terjadi sebagai akibat adanya pembangunan fisik :
pembukaan lahan/hutan, jalan-jalan baru, fasilitas umum/sosial.
Adanya pengembangan permukiman transmigrasi di daerah survei apakah akan
mempengaruhi keadaan flora/fauna, rona awal lingkungan fisik perlu dinilai dan cara
penanggulangan jika ada kegiatan pengembangan permukiman di daerah tersebut.

b. Lingkungan Sosial, Budaya, Ekonomi


Pengaruh yang mungkin timbul dengan adanya pengembangan transmigran terhadap kondisi
sosial, budaya ekonomi penduduk adalah :

- Terhadap kesempatan kerja dan tenaga kerja yang ada pada penduduk setempat
- Terhadap sosial, ekonomi : meningkatnya pendapat penduduk setempat.

8. ASPEK PRASARANA DAN SARANA

Meliputi prasarana dan sarana permukiman :


a. Prasarana, meliputi :

- Jalan Penghubung, jalan yang menghubungkan antara desa ke desa sebagai Pusat
pengembangan kawasan
- Jalan Poros, jalan antar Pusat Desa Permukiman
- Jalan Desa, jalan yang ada dalam desa tersebut.
- Jalan lahan, jalan yang memberikan aksesibilitas dari desa ke lahan usahanya, berfungsi
sebagai prasarana yang menunjang terhadap hasil pertanian.

b. Sarana

- Bangunan Rumah Transmigrasi


- Bangunan Fasilitas Umum (Puskesmas, Kantor Desa, Tempat Ibadah, Pasar)
- Sarana Air Bersih

9. ASPEK TATA RUANG

a. Transmigrasi Sisipan

Penataan Ruang Desa yang ada bagi pengembangan desa tersebut, Unit Permukiman
Transmigasi diperlukan untuk menunjang kegiatan usaha, sehingga model rencana unit
permukiman Transmigrasi sebagai sisipan yang terintegrasi dengan pembangunan dusun-
dusun yang ada dan sesuai dengan aspirasi masyarakat setempat, dan dapat menunjang
terhadap rehabilitasi desa. Karena adanya fakta produksi pertanian dan sarana/prasarana
yang tidak memadai sehingga perlu rehabilitasi atau renovasi permukiman.fasilitas umum,
sehingga model rencana umum permukiman bersifat perubahan desa setempat, transmigrasi
(Ex UPT yang telah diserahkan ) diperlukan untuk kegiatan teknis pembangunan fisik.

b. Transmigrasi Pengembangan Desa

Model rencana unit permukiman transmigrasi dengan pola usaha industri, perkebunan,
perikanan dan tanaman pangan, dilaksnakan pada Desa yang sudah ada, dan
masihmempunyai luasan lahan yang dapat menerima transmigran dengan alokasi lahan
tertentu sehingga dapat membentuk unit permukiman baru yang terintegrasi dengan
permukiman desa tersebut. Penduduk setempat dapat diberlakukan sebagai transmigran
(sebagai TPS).
BAB III

METODE PENYUSUNAN RTUPT

A. Metode Penelitian

1. Kajian Sosial

Dalam kajian sosial digunakan metode PRA (Participatory Rarual Appraisal), dengan
terlebih dahulu dilakukan metode eksplorasi guna mengidentifikasi dan seleksi terhadap
kelompok sasaran untuk pendekatan PRA.
Tujuan utama PRA adalah memberdayakan masyarakat (Community Empowerment)
melalui antara lain program-program yang melibatkan warga masyarakat secara penuh
mulai dari penyusunan program sampai dengan implementasi (mulai dari perencanaan
sampai dengan pembangunan serta pemberdayaannya). Hal ini antara lain untuk
meminimalkan konflik, keberadaan masyarakat diakui agar tujuan program transmigrasi
dapat tercapai.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan, dalam PRA adalah :
- Mengikutsertakan partisipasi penuh dari masyarakat.
- Memperhatikan faktor-faktor sosial ekonomi dan budaya yang akan meningkatkan
hasil yang di peroleh.
- Mendorong saling pengertian antar pihak yang terlibat dalam proses dalam
pelaksanaan PRA.
- Menggunakan kerangka pikir yang holistik.
- Meningkatkan komunikasi antar masyarakat dengan penyelenggara pembangunan
(Pemda dan Pemerintah Pusat).

Adapun Teknis Pelaksanaan PRA sebagai berikut :


- Dibentuk tim PRA yang diharapkan dapat mengakomodir keinginan dan kebutuhan
masyarakat, sehingga diperoleh informasi dari masyarakat yang berwujud data spesial
(sket lokasi, Transek, sket usaha tani, data berkaitan dengan waktu (umur tanaman)
data sosial ekonomi budaya dan lain-lain.
- Data tersebut diperoleh melalui wawancara atau diskusi kelompok atau anggota
masyarakat.
- Sket lokasi menggambarkan letak sumber daya, keinginan, fasilitas umum masalah-
masalah, peluang serta cakupan dari aspek danisu yang akan dikaji.
- Trans sek diharapkan membantu masyarakat dan tim PRA dalam penajaman abservasi
dari kondisi lokasi dan permasalahan masyarakat serta peluang yang ada.
- Sket Usaha Tani dari berbagai ragam kondisi usaha tani diharapkan dapat
menggambarkan kebiasaan atau cara pengelolaan sumber daya alam oleh masyarakat.
- Data yang berkaitan dengan waktu, yang perlu dikumpulkan antara lain time online
dan kalender musim (seasonal calender) Time line : diharapkan akan membantu
memperdalam pengertian masing-masing tim PRA mengenai kejadian lokasi, Nasional
dan Internasional yang berkaitan dengan bidang kajian tersebut utamanya para tertua
desa dan tokoh-tokoh masyarakat yang diambil dari beberapa generasi terbelakang.
- Trend Line : menganalisa presepsi masyarakat mengenai perubahan di berbagai
bidang antara lain populasi penduduk, produktifitas lahan, hujan erosi dan pendidikan.
- Data Kalender Musim : menggambarkan siklus atau pola dari kegiatan yang terjadi
pada masyarakat alam periode 12-18 bulan kalender musim diharapkan akan
membantu menjanjikan sejumlah informasi, keadaan siklus waktu. Data dikumpulkan
dan dibuat oleh anggota masyarakat yang terpilih menjadi respon.
- Emansipasi masyarakat adalah metode dalam penilaian terhadap kesetaraan hidup
dalam masyarakat agar terjadi keadilan, dimana pengertian keadilan adalah pengakuan
dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban yang sama.
- Dalam hal ini keadilan diartikan mendapat perlakuan yang adil dalam masyarakat,
yang merupakan emansipasi masyarakat, yang mempunyai peran serta yang sama
dalam proses pembangunan.

2. Kajian Fisik Lahan


Antara lain :
a. Topografi :
Survei topografi bertujuan untuk menentukan potensi calon lokasi, sekaligus
memperoleh informasi land use existing dan kemiringan lahan. Metode yang dilakukan
dalam pengukuran topografi, selain pengukuran lapangan perlu didukung wawancara
dengan penduduk setempat dan data instansional.

b. Tanah :
Penelitian tanah dan kesesuaian lahan dimaksudkan untuk evaluasi sumber daya lahan
yang digunakan untuk menentukan berbagai jenis kesesuaian pengengembangan
pertanian, peternakan, perkebunan, dan perikanan, dengan klasifikasi tanah
menggunakan terminology PPT 1993 untuk klasifikasi tanah/jenis tanah dan kesuburan
tanah, serta petunjuk pelaksanaan lainnya yang berlaku.

c.Hidrologi :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi iklim, ketersediaan sumber air (air
minum dan air) kualitas air serta resiko banjir. Metode yang digunakan adalah
pengambilan data primer dan data sekunder.

d. Sumber Daya Hutan :


Kajian dimaksudkan mengetahui kelas hutan dikaitkan dengan biaya pembukaan lahan
standard transmigrasi. Kemudian penelitian tegakkan kayu dilakukan dengan cara
sampling yaitu dengan membuat plot sample seluas 0,1 Ha mengikuti jalur rintisan
topografi secara.

e.Lingkungan :
Kajian lingkungan bertujuan mempertimbangkan daya dukung lingkungan terhadap
dampak-dampak penting yang mungkin timbul jika lokasi di kembangkan sebagai
permukiman acak transmigrasi. Kajian lingkungan meliputi aspek sosial budaya dan
ekonomi, yang diharapkan menjadi usulan rekomendasi kelayakan lokasi tersebut.

f. Perencanaan Jalan :
Kajian terhadap geometrik jalan didukung dari hasil analisa data sekumder untuk
menggambarkan alinemen jalan yang mempunyai keterkaitan fungsional terhadap
lokasi transmigrasi (geometrik jalan raya No.13/1970)

Dari ketiga kajian tersebut diatas pada tiap-tiap tahapan kegiatan menggunakan metode yang
dapat diuraikan sebagai berikut :

a) Persiapan / Pengumpulan Data Sekunder

1. Melakukan inventarisasi data, hasi penelitian dan peta yang sudah dilakukan pelaksana
terdahulu (data sekunder).
2. Analisasi awal tentang gambaran kondisi dan karakteristik wilayah saat ini serta
pemilihan kawasan potensial yang sesuai untuk kegiatan usaha berdasarkan pola
usahaya atau komoditas unggulan.
3. Rencana kerja sebagai pedoman kerja di lapagan perlu disusun rencana kerja yang
menyangkut rencana pengecekan lapangan dan pengumpulan data sekunder.

Pengecekan lapangan diarahkan pada lokasi kawasan yang terpilih dan mempunyai
potensi bagi pengembangan unit permukiman transmigrasi yang direncanakan dengan pola
usaha yang terpilih.
Untuk yang menyangkut tata ruang kawasan perlu dibuat diatas peta topografi skala 1 :
50.000.

b). Kegiatan Survei Lapangan/Pengumpulan Data primer

1. Pengumpulan Data

1) Metode yang akan digunakan penelitian potensi fisik wilayah akan berbentuk
diskriptif analisis (penelitian survei) dimana dilakukan penginderaan secara
sistematis, dan fakual mengenai data-data dan karakteristik daerah tersebut.
Variabel-variabel yang akan diamati meliputi : topografi, tata guna lahan, iklim,
hidrologi, potensi lahan, struktur sosial ekonomi budaya masyarakat setempat
termasuk struktur penduduk dan sarana /prasarana yang akan perlu direhabilitasi atau
dibangun baru.
2) Pengambilan Sample
Sampling akan dilaksanakan setelah diadakan identifikasi awal tentang sumber daya
lahan ataupun lautan. Identifikasi ini dilakukan berdasarkan peta dan data sekunder
yang telah ada, daerah/kawasan yang dianggap mempunyai potensi, dipakai sebagai
sample dan disini ke semua variabel diatas akan diteliti.

2. Karakteristik Fisik Lapangan

1) Topografi
Data yang dikumpulkan dengan pengumpulan langsung di lapangan (data primer dan
data sekunder). Data kemiringan lahan/tanah akan diukur dengan alat theodolite,
sedangkan luasnya langsung diukur dengan meteran atau berdasarkan hitungan dengan
planimeter diatas peta berskala yang ada 1 : 50.000.
Kondisi disekitar lokasi dapat diteliti/ditelaah berdasarkan hasil pemetaan citra landsat
dan sebagainya. Kemungkinan lahan yang direkomendasikan untuk permukiman 0-
80% - 25% sesuai dengan pola usahanya.
2) Tata Guna Lahan
Daya tata guna lahan, kesesuaian lahan dan struktur pemilikan lahan didapat dari data
sekunder dari pemerintah Daerah atau dinas-dinas terkait berdasarkan Rabbit Riral
Apprisal atau wawancara dengan Bappeda Provinsi dan Kabupaten, Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi, Dinas Pertanian, Agraria, sedangkan dta dari Dinas terkait
seperti kelautan untuk pengembangan pola perikanan.

3) Iklim
Data primer yang akan dikumpulkan adalah data iklim makro yaitu curah hujan, suhu
udara, dan arah serta kecepatan angin.
Selain data primer, juga dikoleksi data sekunder bagi iklim makro dari laporan-laporan
stasiun penangkap harian dan instansi terkait.
4) Hidrologi
Data debit air permukaan akan diteliti dengan menggunakan metode pengukuran debit
sungai dan saluran dengan pelampung perawatan. Tinggi muka air di Daerah studi
diperoleh dari pengecekan langsung disekitar sungai dapat diperoleh dari Dinas terkait
seperti Bappeda Tingkat I.

5) Kehutanan
Penelitian status hutan serta halhal yang perlu diamati meliputi :
1. Status hutan, meliputi :
- Status Hukum
- Penguasaan dan Kepemilikan tanah
2. Penggunaan lahan suatu kawasan
3. Penentuan batas blok yang akan direkomendasikan untuk calon areal transmigrasi.
4. Pemasangan BM(Bench Mark) sehingga titik kontrol horizontal dan vertical.
Pemasangan BMR(bench Mark Terekomendasi) sebagai batas areal yang
direkomendasikan untuk calon lokasi transmigrasi.
5. Perhitungan koordinat dan penggambaran blok-blok kepemilikan lahan dan
penyerahan lahan.
6. Pembuatan Berita Acara di Lapangan.
7. Pembuatan peta penggunaan lahan dan status hutan pada skala 1 : 20.000 berdasarkan
untuk rotasi data sekunder dan pengamatan lapangan serta penyelidikan setempat
untuk menentukan ketersediaan lahan yang memperhatikan arahan rencana
penggunaan lahan berdasarkan RSTRP/RUTRD, khususnya pada kawasan budidaya
dan hirarki sistem pusat.

6) Struktur Sosial Ekonomi dan Kependudukan

1. Studi sosial ekonomi dan pertanian untuk mengetaui kegiatan penduduk usulan
pengembangan dari masyarakat setempat, pemasaran hasil pertanian dan pembinaan.
Komoditas yang diusulkan merupakan spesifik dari tiap-tiap kawasan.
2. Studio Sosial Budaya, untuk mengetahui :
- Aspirasi budaya masyarakat yang ada dan yang diinginkan.
- Aspek kelembagaan masyarakat yang ada dan yang diinginkan.
- Persepsi masyarakat dan harapan terhadap program transmigrasi.
- Alokasi kepemilikan lahan (spesifik tiap kawasan)
- Interaksi sosial budaya yang diharapkan.

3. Usulan Pengembangan kegiatan usaha pertanian disesuaikan dengan spesifik hasil


pertanian setiap kawasan.

4. Kependudukan
Studi kependuduksn dilakukan untuk mengetahui :
- Jumlah penduduk dan pertambahan penduduk.
- Jumlah penduduk setempat dan penduduk pendatang
- Komposisi penduduk berdasarkan usia produktif.

c). Kegiatan Tabulasi Data

Pengumpulan data/informasi sesuai dengan peruntukannya :


- Data kesesuaian lahan
- Data topografi.
- Data sosial budaya/statistik.
- Data ekonomi.
- Data iklim/curah hujan
- Data Hidrologi
- Data Kehutanan
- Data Laboratorium (air, tanah).

Data-data tersebut harus dituangkan dalam peta, sehingga kemudian dapat dianalisa
bagi kegiatan penyusunan Rencana Tata Ruang Permukiman.
Kegiatan analisa data tersebut bagi perencana untuk menentukan pola permukiman dan
kegiatan uasha yang direkomendasikan.

d). Kegiatan Analisis

1). Kesesuaian lahan


Untuk pengembangan pola usaha dianalisis berdasrkan fisik lahan dan lingkungan
yang telah disebutkan terutama topografi tanah, iklim dan hidrologi dan
sebagainya, maka menentukan apakah suatu kawasan sesuai atau tidak type
peruntukkan lahan pola permukiman transmigrasi dengan usulan pokoknya.

2) Analisis sosial budaya


Meliputi mata pencaharian, adat istiadat, struktur penduduk, pendidikan,
ketersediaan sumber daya manusia yang berperan aktif.

3) Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi untuk mengkaji kelayakan pengembangan permukiman
transmigrasi ditinjau dari sudut pandang layak huni, layak usaha, layak
berkembang dan layakk lingkungan yang meliputi :
- Analisis pendapatan transmigrasi, baik dari usaha pokok maupun dari luar
usaha pokok.
- Analisis pengeluaran transmigrasi baik dari usaha pokok maupun dari luar
usaha pokok.
- Analisis pemasaran hasil usaha pokok
- Analisis pendapatan hasil para transmigran.
- Analisis anggaran pengembalian kredit (bila ada hubungannya dengan
investor).

4) Analisis Tata Ruang

Faktor yang diamati dalm analisis tata ruang adalah :

i. Penentuan hamparan lahan yang potensial bagi pengembangan pola usaha


dan pola permukiman berdasarkan karakteristik fisik strategi pembangunan
dan masyarakat desa setempat.
ii. Menentukan struktur ruang pola permukiman transmigrasi peserta
komponen-komponen yang menunjang.
iii. Menentukan kelengkapan sarana dan prasarana peserta model unit
permukiman dan daya tampung /besaran ruangnya.
iv. Menetukan pola usaha yang potensial untuk dikembangkan dalam unit
permukiman transmigrasi.
5) Kebijaksanaan pengembangan daerah.

Faktor-faktor yang telah ada sebagai berikut :

1. Rencana Pembangunan Daerah


2. Arah, pola dan prioritas Pembangunan Daerah.
Data ini kemudian dianalisa dengan metode analisis isi (Cntent Analisis). Apabila
dalam kegiatan RT UPT ini sudah ada perencanaan teknis secara makro, maka ada
beberapa kajian yang perlu dilakukan cukup dengan mempertimbangkan kajian
yang lalu berupa :

- Kajian aspek regional konteks


- Kajian potensi lahan lokasi/kawasan sekitarnya
- Kajian kebutuhan pengembangan sarana dan prasrana diluar kawasan
- Kajian potensi komoditi unggulan
- Kajian gambaran struktur sosial budaya didalam kawasan.
- Kebijakan peruntukkan dan pengembangan kawasan tersebut.
- Kebijakan program lintas sektor pada kawasan /lokasi
- Model atau pola unit permukiman transmigrasi dengan pola usahanya yang
terekomodasi, ditentukan dengan analisis dya dukung dan kelayakan atau analisis isi
(content analysis). Dlam hal ini keeratan sifat masing-masing daerah yang mempunyai
potensi sebagai daerah yang dapat dikembangkan akan dianalisis dengan matrik dan
analisis pengelompokkan. Dari analisis ini diketahui desa/daerah yang mempunyai
persamaan tingi dalm usaha pokoknya dalam betuk kombinasi, antara lain :

1. Pola Usaha Perkebunan + Nelayan + Tanaman pangan


2. Pola Usaha Tambak + Nelayan + Peternakan
3. Pola Usaha Perkebunan + Ternak
4. Pola Usaha Industri + Nelayan

Kombinasi pola usaha ini dan alokasi peruntukkan lahan bagi transmigrasi disesuaikan
dengan kebijaksanaan daerah dan aspirasi masyarakat setempat.

e). Rekomendasi

Lokasi transmigrasi yang merekomendasikan harus memenuhi kriteria layak huni,


layak usaha, layak berkembang, layak lingkungan dan persyaratan-persyaratan
teknis /non teknis lainnya yang dapat mendukung pelaksanaan pembangunan.

1) Untuk lahan permukiman/lahan usaha harus berkesesuaian laha S3 marginal.


2) Ketersediaan air bersih memenuhi pesyaratan kesehatan, dengan sumur gali (air
tanah dangkal < 20 m).
3) Aksesibilitas dan pemasaran hasil pertanian.
4) Daya dukung lingkungan.
5) Jenis Transmigran yang diharapkan oleh masyarakat setempat.
6) Alokasi peruntukkan lahan bagi para transmigran, tersedianya lahan didesa
tersebut.
7) Pola permukiman dan kegiatan lainnya.
3. Kajian Ekonomi
Antara lain meliputi penelitian terhadap pendapatan dan pengeluaran transmigran.

1. Perkiraan arus pendapatan tunai transmigran.


2. Perkiraan pengeluran untuk kebutuhan sehari-hari.
3. Kajian terhadap pendapatan bersih transmigran sehingga dapat dilihat.
4. Kelayakan proyek pengembangan transmigrasi.
5. Kajian terhadap pengembangan pertanian di daerah atau lokasi studi.
6. Kajian terhadap pembangunan pengembangan perkebunan termasuk biaya-biaya
lainnya dalam komponen kredit dan pengembalian kredit yang dapat digunakan
sebagai hasil studi kelayakan.
7. Kajian terhadap luas dan jenis kepemilikan lahan dan cara pengusahaannya (pola
tanam, intensitas tanam, jenis-jenis tanaman serta produksi pertanian perhektar).
BAB IV

PROSES PENYUSUNAN RTUPT

Adapun tahapan proses RTUPT dimulai dari persiapan, pelaksanaan sampai dengan Penyusunan
Laporan Akhir sebagai berikut :

A. PERSIAPAN

1. Inventarisasi Data
- Data sekunder meliputi Sosial, Budaya Ekonomi, Fisik (Topografi, Tanah, Hidrologi,
Lingkungan)
- Laporan Hasil Survei, TOR, Juklak, RTRWK/P
- Data lainnya yang mendukung.

2. Analisa Awal

Menganalisa terhadap data sekunder, untuk mengenal calon lokasi, potensi yang dapat
dikembangkan, rencana kegiatan survei yang melibatkan tenaga ahli yang diperlukan sesuai
dengan acuan kerja ditetapkan dalam proses penyusunan RTUPT.

3. Rencana Kerja

Dalam penyusunan rencana kerja sudah dilakukan pendekatan partisipatif secara


berkeadilan. Pendekatan partisipatif dimaksudkan agar masyarakat setempat ikut serta dalam
menentukan program transmigrasi sejak dari awal perencanaan. Pendekatan emansipatif
dimaksudkan sebagai pengakuan atas hak-hak yang dimiliki oleh masyarakat setempat
(keberadaan masyarakat setempat di hargai secara nyata yan gmeliputi norma-norma dan
aturan yang berlaku di masyarakat, pemilikan lahan, adaptasi terhadap pendatang dsb).

4. Presentasi Inception Report

Presentasi dilakukan oleh pelaksana kepada pemberi tugas perintah untuk dinilai
kesiapannya dan pengarahan teknis terhadap hal-hal spesifik lokasi yang harus dikaji lebih
mendalam.

B. PELAKSANAAN SURVEI

1. Orientasi Lokasi

Orientasi lokasi dimaksudkan untuk melihat gambaran umum terhadap lokasi yang akan
disurvei.

2. Sosialisasi
Sosialisasi rencan kegiatan pelaksanaan pembangunan dilakukan kepada masyarakat/tokoh-
tokoh masyarakat dan aparat desa/kecamatan untuk memperoleh kesepakatan tentang
program pembangunan transmigrasi.
Tahapan sosialisi meliputi :
- Pengenalan terhadap program transmigrasi
- Pengenalan adanya masyarakat pendatang yang akan masuk ke lokasi.
- Klarifikasi terhadap dukungan legalitas yang sudah ada
- Memberikan informasi terhadap hak dan kewajiban sebagai transmigran (TPS dan TPA).
- Memberikan informasi tentang manfaat program transmigrasi.
Hasil yang diharapkan adalah :
Terwujudnya kesamaan persepsi, kejelasan dan dukungan masyarakat untuk mewujudkan
kesepakatan.

3. Identifikasi

Identifikasi dilakukan terhadap kebutuhan dan keinginan masyarakat dengan menggunakan


metode PRA
Kajian yang dilakukan meliputi :
- Pola cocok tanam
- Kebiasaan menerima orang lain di daerahnya
- Norma-norma yang berlaku didaerah tersebut.
- Pantangan /hal-hal yang dihindari.
- Pola adptasi terhadap dukungan /hal-hal yang baru /teknologi.

4. Diskusi dan Kesepakatan Calon Lokasi

Diskusi tersebut melibatkan seluruh warga masyarakat, tenaga ahli/pelaksana, aparat


desa/Kecamatan, serta lintas sektor terkait dari kabupaten yang bersangkutan.
Diskusi dilaksanakan untuk merumuskan aspirasi, kebutuhan dan keinginan masyarakat
terhadap pembangunan transmigrasi, yang diharapkan peran serta masyarakat dapat di
Akomodir dalam pmbangunan dan pemberdayaan lokasi transmigrasi, serta diharakan
Kesepakatan calon lokasi tersebut.

5. Survei Lokasi
Survei Lokasi meliputi survei fisik, sosial budaya, sosial ekonomi, kependudukan dan
inventaris sarana dan prasarana di desa eksisting.
a. Survei Fisik
Survei fisik dilaksanakan pada calon lokasi meliputi : survei sumber daya alam
(topografi, tanah, hidrologi) dan sumber daya buatan (rumah, fasos, fasum, jalan
eksising dan kondisi lahan penduduk).

b. Survei Sosial Dilaksanakn dengan menggunakan metode PRA


dan hendaknya didahului dengan melakukan metode ekspolarasi untuk menentukan
kelompok sasaran masyarakat yang akan diikutsertakan dalam PRA, meliputi :
Kepemilikan lahan, luasan lahan, penguasaan tanah, Norma-norma dan aturan yang
berlaku, pantangan-pantangan yang dihindari, pola bercocok tanam, kesiapan dalam
menerima pendatang, adaptasi terhadap hal-hal yang baru dan peran lembaga sosial
ekonomi serta lembaga pemerintahan desa/dusun.
Hasil yang diharapkan adalah terwujudnya kesepakatan dalam rekomendasi perencanaan
Tata Ruang UPT.

c. Survei Ekonomi

Kajian Survei Ekonomi, meliputi :


 Tingkat pendapatan masyarakat
 Mata pencaharian pokok dan sekunder masyarakat
 Jenis komoditas pertanian yang diusahakan dan usaha lainnya yang berkembang.
 Faktor produksi yang menunjang :
SDM, Tanah, Modal, dan teknologi tepat guna.
 Tingkat pertumbuhan ekonomi sampai 5 (lima)tahun terakhir.
 Status kepemilikan lahan

Lingkup Kajian, meliputi :


 Pemilihan jenis komoditas ungulan
 Peran kelembagaan Desa

Hasil yang diharapkan


 Diketahuinya informasi tentang alokasi lahan usaha tapak rumah/lahan pekarangan
 Diketahuinya jenis komoditas yang dikembangkan dan usaha-usaha samping
 Produksi dan Prasarana hasil
 Faktor-faktor produksi yang menunjang dan saran/prasarana yang perlu penanganan
 Diketahuinya jumlah penduduk setempat/pendatang yang perlu mendapat bantuan
disekitar lokasi permukiman transmigrasi
 Diketahuinya tingkat pendapatan dan pengeluaran masyarakat setempat.

d. Kependudukan

Survei kependudukan ini mendapatkan informasi :


- Jumlah penduduk, tingkat pendidikan, kesehatan Komposisi penduduk
- Usia penduduk produktif dan non produktif (angkatan kerja)
- Jenis kelamin
- Struktur penduduk dan pertumbuhan penduduk
- Perbandingan masyarakat setempat dan masyarakat pendatang dalam usaha pokok
(mata pencaharian penduduk)
- Tingkat mobilitas penduduk Pemberdayaan penduduk/masyarakat setempat

Hasil yang diharapkan :


Sebagai bahan masukan/arahan untuk pemberdayaan masyarakat serta jumlah daya
Tampung (KK) yang optimal dalam wilayah administrasi desa.

e. Inventarisasi Sarana dan Prasarana di Desa Eksisiting


Kegiatan survei ini dilakukan untukmengetahui kegiatan fisik permukiman masyarakat,
Sarana, Prasarana Fasilitas Umum, Fasilitas Sosial, Jembatan, Jalan Poros, Penghubung,
Pasar dan sebagainya.

f. Survei Perencanaan teknis Jalan


Survei ini dilakukan untuk melakukan desain jaringan jalan yang meliputi kegiatan :

- Pengukuran Topografi
- Pembuatan peta situasi dan alinemen horizontal jalan
- Penyelidikan tanah dan material
- Analisa lalu lintas

Dalam melakukan survei di atas menggunakan kriteria ”Standard Spesifikasi Perencanaan


Geometrik Ralan Raya No.13 tahun 1970.

6. Analisa sementara dan Kesepakatan Penentuan Tata Ruang Fasilitas Umum Dan Sistim
Jaringan Jalan
Kegiatatn ini dilakukan di lokasi survei yang melibatkan tenaga ahli/pelaksana, masyarakat
dan pendamping dari dinas Transmigrasi, hal ini dilakukan agar mendapatkan kesepakatan
dari masyarakat dan pedamping dari Dinas Transmigrasi, hal ini dilakukan agar
mendapatkan kesempatan dari dari masyarakat serta rekomendasi terhadap penempatan
bangunan permukiman, fasilitas Umum, lahan usaha yan gterintegrasi dengan permukiman
masyarakat setempat serta kesepakatan terhadap alokasi lahan yang diperoleh bagi
pendatang, sehingga diperoleh daya tampung yang optimal. Alokasi lahan yang diperoleh
bagi pendatang, sehingga diperoleh daya tampung yang optimal. Alokasi lahan ini
berdasarkan hasil kesempatan dari masyarakat terhadap terhadap ketersdiaan lahan dan jenis
usaha yang direkomendasikan (Jasa/Usaha Pertanian).

Dengan demikian dapat direncanakan model permukiamn, dengan menggunakan model


sisipan atau pengembangan Desa Potensial yang memungkinkan dapat di kembangkan.

- Diskusi dilakukan setelah tenaga ahli /pelaksana menganalisa data fisik/potensial lahan
pada area survei dan analisa peruntukkan lahan dari ketersediaan lahan, serta analisa
tehadap kondisi sosial budaya ekonomi masyarakat.
- Berdasarkan usulan masyarakat/keinginan masyarakat maka diperoleh model
permukiman yang teintegrasi dengan permukiman masyarakat setempat dimana
penempatan bangunan fasum dapat memberikan manfaat bai masyarakat.
- Jika terjadi kendala-kendala yang kemudian muncul dapat segera di atasi berdasarkan
kesepakatan antara pihak yang berkepentingan .
- Hasil RTUPT tersebut sudah mendapat rekomendasi dan kesepakatan dari masyarakat.

7. Penyusunan Interim Report

Penyusuna Interim Report atau laporan hasil survei lapangan dilakukan oleh tenaga
ahli/pelaksana, untuk mendapatkan persetujuan masyarakat tentang model permukiman
yang terpilih.

Data-data Sosial Budaya, ekonomi dan data-data fisik harus di dokumentasikan, termasuk
surat-surat pernyataan warga masyarakat dan Interim Report memberikan rekomendasi
terhadap :

a. Kegiatan usaha /Komoditas terpilih


b. Model Permkiman sisipan/Bangdes, lainnya.
c. Kelembagaaan Sosial /Budaya.
d. Daya Tampung Desa/UPT.
e. Volume kegiatan fisik dan non fisik, jumlah rumah/type, panjang jalan, jumlah
jembatan, fasum
f. Komposisi penduduk pendatang dan penduduk setempat
g. Alokasi Peruntukkan Lahan .

8. Presentase Interim Report

a. Presentasi survei lapangan ini harus dilaksanakan di tingkat Kabupaten, untuk


mendapatkan masukan teknis dan non teknis untuk dapat dijadikan penyempurnaan
laporan RTUPT yangt terkomendasi.

b. Presentasi melibatkan seluruh tenaga ahli, masyarakat dan lintas sektor terkait di
tingkat Kabuipaten,sehingga dari presentasi ini di dapatkan rekomendasi dari semua
pihak terkait, Model Permukiman, teknologi tepat guna yang dapat dilaksanakan
termasuk kesiapan dukungan swasta/investor.

C. ANALISA HASIL SURVEI

1. Analisa Hasil laboratorium , meliputi analisa tanah dan analisa air.


Kegiatan analisa ini dilakukan setelah dilakukan survei lapangan untuk mendapatkan
alokasi peruntukan lahan bagi permukiman dan lahan usaha.

Analisa Hasil lapangan :


Analisa ini dilakukan terhadap data-data hasil penelitian di lapangan, meliputi : analisa
kemiringan lahan ; analisa ; kesesuaian lahan ; analisa status lahan ;analisa hidrologi ;
sosial budaya ; sosial ekonomi ; saran dan prasarana.

Dari hasil analisa terhadap hasil survei lapangan ditentukan model tata ruang yang sesuai
terhadap lokasi yang diusulkan.

2. Penyusunan Draft Final Report


Penyusunan Draft Final Report atau laporan akhir sementara pada dasarnya adalah
merumuskan hasil perencanaan RTUPT meliput kelayakan permukiman, kelayakn
usaha, kelayakan berkembang dan kelayakan lingkungan.

- Usulan dan arahan pengembangan pertanian


- Jumlah daya tampung yang optimal
- Model permukiman yang direkomendasikan berdasrkan kesepakatan masyarakat dan
analisa kesesuaian lahan.
- Informasi terhadap alinemen jalan atau jaringan jalan yang ada dalam wilayah
administratif desa/Kecamatan yang menunjang terhadap pusat pertumbuhan
ekonomi.
- Menampung keinginan masyarakat dan kebutuhan masyarakat berkaitan dengan
ketersediaan lahan dan dana
- Usulan kebutuhan Sarana dan Prasarana sosial budaya masyarakat dan sosial
ekonomi masyarakat.
- Laboratorium : air dan tanah
- Usulan rekomendasi kesesuaian lahan
- Rekomendasi ketersediaan & kualitas air minum dan kebutuhan untuk kegiatan
usaha.
- Usulan rekomendasi kegiatan pemberdayaan masyarakat dan pengembangan usaha
ekonomi.

3. Presentasi Draft FinaL report


Presentasi Draft Final Report harus dilaksanakan di tingkat Kabupaten dengan
melibatkan seluruh tenaga ahli wakil. Masyarakat dan lintas sektor terkait, sehingga
mendapat tanggapan dan kesepakatan terhadap program transmigrasi. Disamping itu
untuk mendapatkan masukan-masukan penyempurnaan laporan dan usulan rekomendasi
kegiatan yang dapat diterapkan dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan bagi
masyarakat setempat dan masyarakat pendatang.
D. PENYUSUNAN LAPORAN AKHIR

1. Laporan ini sudah merupakan hasil diskusi dan penyempurnaan/perbaikan laporan dan
sudah mendapat persetujuan dari tim evalusi untuk digandakan, melaui proses asistansi
oleh masing-masing tenaga ahli.
2. Jenis-jenis laporan yan gharus dibuat dan digandakan, meliputi :
a. Jenis laporan
- Inception Report, Jumlah 5 buah
- Interim Report, Jumlah 5 buah
- Draft Final Report, Jumlah 10 buah
- Final Report, Julmlah 10 buah

b. peta
- Regional kontek 1 : 250.000
- Peta Tata Ruang UPT 1 : 10.000
- Peta Topografi 1 : 10.000
- Peta Batas Pembukaan Lahan 1 : 10.000
- Peta Kesesuaian Lahan 1 : 10.000
- Peta Pusat Desa 1 : 5.000
- Peta Alinemen Jalan Horizontal dan Vertikal 1 : 2.000
- Peta Penggunaan Lahan 1 : 10.000
- peta kemiringan Lahan 1 : 10.000

E. PEMBIAYAAN

Pendanaan dalam kegiatan ini dibebankan kepada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
Dana Tugas Pembantuan Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh
(PWSCT) Kegiatan Pembinaan Penyiapan Permukiman dan Penempatan Transmigrasi (P4T)
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I Tahun Anggaran 2008.
BAB V

PELAPORAN

A. Jenis Laporan
1. Laporan Inception
- Dilengkapi dengan Tim Pelaksana
- Jadwal Pelaksana Survei
- Peta Rencana

2. Laporan Interim
- Laporan Hasil Survei di lapangan terutama kondisi Fisik dan Non Fisik.
- Data Primer Dalam Peta (skala 1 : 10.000)

3. Laporan Final
Laporan Akhir, setelah dilakukan presentase dan telah melakukan perbaikan berdasarkan
Konsultasi tim tenaga ahli dan mendapat persetujuan pihak pemberi tugas (instansi
Berwenang).

B. Jumlah laporan
Jumlah laporan ditetapkan berdasarkan keperluan pihak pengguna
- Laporan Inception 5 eksemplar
- Laporan Interim 5 eksemplar
- Laporan Draft Final 10 eksemplar
- Laporan Final 10 eksemplar.

C. Jadwal Pelaksanaan
- Sebaiknya disesuaikan dengan volume pekerjaan
- Jumlah personil yang digunakan (tim pelaksana /tenaga ahli)
- Waktu pelaksanaan lebih kurang 2,5 bulan (75 hari)

D. Presentasi
- Laporan Inception hari ke-7
- Laporan Interim hari ke-17
- Laporan Draft Final hari ke-37
- Laporan Final hari ke-75
BAB VI

PENUTUP

Demikian Kerangka Acuan kerja ini dibuat untuk dapat dimanfaatkan bagi kegiatan Perencanaan
Penyusunan Rencana Teknis Unit Permukiman Transmigrasi, sehingga diharapkan hasil
perencanaan tersebut dapat dijadikan pedoman bagi pelaksana pembangunan fisik di lapangan yang
memenuhi kriteria perencanaan pembangunan di bidang transmigrasi seperti yang diharapkan.

Medan, September 2008


Menyetujui :
PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN SUMBER DANA APBN BIDANG
PROGRAM PWSCT KEGIATAN P4T KETENAGAKERJAAN DAN
DINAS TENAGA KERJA DAN KETRANSMIGRASIAN PADA DINAS TENAGA
TRANSMIGRASI KERJA DAN TRANSMIGRASI
PROVINSI SUMATERA UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA
TAHUN ANGGARAN 2008

Ir. JOHN WILSON HUTAGALUNG, MM


PEMBINA
NIP. 730002177

Anda mungkin juga menyukai