PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan adanya permasalahan dalam pelaksanaan transmigrasi di daerah, maka perlu adanya
upaya-upaya penyelesaian yang dilakukan oleh pemerintah di daerah. Salah satu upaya
adalah diperlukannya perencanaan permukiman transmigrasi secara terpadu, yang
melibatkan berbagai sektor terkait untuk mengambil bagian terhadap program transmigrasi
tersebut, terutama bagi daerah yang membutuhkan pembangunan melalui program
transmigrasi.
Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan terhadap pembangunan transmigrasi, maka harus
dilakukan studi perencanaan permukiman yang dapat mempercepat dan mempelancar
kegiatan pembangunan fisik, terutama bagi pelaksana pembangunan di daerah meliputi
pembangunan/pemberdayaan masyarakat dan pembangunan ekonomi.
Dengan diberlakukannya Otonomi Daerah sesuai dengan UU No. 22 tahun 1999, maka
kegiatan pembangunan di bidang transmigrasi dilaksanakan di daerah, berdasarkan aspirasi
masyarakat. Oleh karena itu maka Rencana Tata Ruang permukiman Transmigrasi sangat
dibutuhkan karena merupakan rangkaian kegiatan pembangunan, sebagai bagian yang
integral dalam rencana pelaksanaan pembangunan di daerah.
B. Tujuan
Memberikan arahan pelaksana dan kemudahan dalam menyusun Rencana Teknis Tata
Ruang Permukiman untuk pelaksanaan kegiatan penyiapan permukiman /pembangunan dan
Rencana Pemberdayaan Unit Pemukiman Transmigrasi yang terintegrasi dengan
masyarakat/desa setempat.
C. Sasaran
a. Pengertian
Pekerjaan penyusunan rencana Teknis Tata Ruang Permukiman Transmigrasi dengan pendekatan
Pola Kegiatan Usaha yang selaras dengan aspirasi masyarakat setempat memungkinkan upaya
alokasi peruntuk lahan bagi transmigran yang berbeda untuk setiap alokasi permukiman
transmigrasi, sehingga dalam menentukan alokasi peruntukkan lahan untuk tapak berlaku.
Pekerjaan mulai dari pengumpulan data, analisa pada penyusun model perencanaan Unit
Permukiman Transmigrasi.
Aspek-aspek :
1. ASPEK LEGAL
- Adanya aspirasi masyarakat setempat / usulan lokasi oleh masyarakat setempat bagi
transmigran.
- Adanya surat pencadangan dari Bupati Kepala Daerah yang didukung oleh Camat/Lurah
setempat.
- Diluar Kawasan Hutan atau sudah ada pelepasan kawasan hutan dari Departemen
Kehutanan bagi kegiatan penyelenggaraan pembangunan bidang transmigrasi.
- Digambar pada peta skala 1: 10.000
Untuk menjalin hubugnan antara masysarakat setempat dengan transmigran dan dalam rangka
proses pelaksanaan pembangunan Desa, ada beberapa aspek sosial budaya yang perlu dicermati
melaui pendekatan PRA (Particypatory Rural Apprasial) dimana tujuan utamanya adalah
mengurangi kegagalan program pembangunan, supaya lebih tepat sasaran, dan harus melibatkan
masyarakat sejak dari proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring, hingga evaluasi.
Manfaatnya adalah :
3. ASPEK EKONOMI
- Kesempatan kerja / potensi Sumber Daya Manusia (SDM) pada masyarakat setempat
- Pendapatan penduduk setempat dan kegiatan usahanya dibandingkan dengan pendapatan
daerah
- Adanya mata pencaharian lokal
- Pasar, faktor produksi yang menunjang pendapatan daerah / desa setempat.
4. ASPEK PERMUKIMAN
A. Kriteria Perencanaan
- Kesesuaian lahan, secara ideal lahan seharusnya S1 untuk penggunaan tertentu tetapi
S2 dan S3 dapat digunakan terutama untuk lahan permukiman.
- Pola permukiman lebih baik adalah desa berinti (Nucieus) dimana fasilitas umum
dapat mengkomodir kegiatan masyarakat setempat/transmigran, linier juga masih
diperbolehkan tergantung pada tingkat topografi / kondisi fisik lahan.
- Topografi kelerengan untuk lahan Perkarangan sebaiknya 0-15 %, lahan usaha 0-
25%
- Jarak Capai (Aksesibilitas) dari LP-LU : 0-2,5 Km
LP-LU : 0-3,5 Km
- Lahan Konservasi sekitar sungai 0-25 m tetap dipertahankan untuk penghijauan /
aspirasi masyarakat.
- Lahan Pekarangan 100 m2 – 0,5 Ha/KK
- Lahan Usaha : 0 – 2 Ha/KK
- Fasilitas Umum : 2 Ha di pusat Desa
- Faktor sosial budaya menentukan pola permukiman dapat berkelompok membentuk
permukiman dan sebagainya sehingga dapat terintegrasi dengan masyarakat
setempat.
- Pusat Desa (FU) sebaiknya melihat kondisi yang ada, apa perlu rehabilitasi atau buat
baru, di Pusat Desa Baru / Lama.
- Jarak capai : Tapak Rumah ke Pusat Desa (FU) 0 Km sampai dengan 2,5 Km. Tapak
Rumah ke Lahan Usaha 0 sampai dengan 5 Km.
Ketentuan ini relatif sangat ditentukan oleh topografi. Fasilias Umum/Sarana prasarana yang
disediakan harus dapat mengakomodir aktifitas masyarakat setempat yang dapat mencerminkan
keterintegrasikan antara transmigran dengan penduduk setempat.
- Sumber Daya Air, ketersediaan air bersih ini sangat menentukan kelayakan huni bagi
permukiman transmigrasi. Kebutuhan air bersih bagi kegiatan keluarga memerlukan 60 ltr /
hari antara lain untuk mandi, cuci, minum, masak dan sebagainya.
Disamping itu air juga harus tersedia bagi kegiatan pertanian. Sumber air dari permukaan
(air sungai), air tanah dangkal, air sumur dan air hujan.
Kualitas Air Bersih : tidak bewarna dan berbau dan memenuhi persyaratan kesehatan
(Laboratorium).
- Terhadap lokasi yang tidak memenuhi standar, sumur gali dengan kedalaman > 10 m (non
standar), maka perlu alternatif dalam penyediaan air bersih yaitu disiapkan Kolom Tandon
Air (KTA / embung), tong air, gentong plastik.
Terhadap lokasi dipesisir pantai dimana sulit air bersih, perlu alternatif model perpipaan,
survei ini dilakukan setahun sebelum pelaksanaan (T-1).
Kebutuhan alokasi lahan untuk permukiman di dasarkan atas aspirasi masyarakat dan
ketersediaan lahan dari Pemerintah Daerah.
Kelayakan usaha di UPT ditentukan oleh potensi pengembangan kegiatan usaha pokok yang
dikembangkan antara lain :
1. Pola Usaha Perkebunan : kelapa sawit, kelapa hibrida, karet, durian dan sebagainya.
2. Pola Usaha Pertanian Tanaman Pangan Lahan Kering/basah : Palawija, padi, dan
sebagainya.
3. Pola Usaha Agro Marine : Nelayan, tambak, keramba Jaring Apung, Rumput Laut.
4. Pola Usaha Industri ( Kecil, Menengah)
6. ASPEK KELEMBAGAAN
Kelembagaan Ekonomi :
- Koperasi, Pasar
- Per Bankan
7. ASPEK LINGKUNGAN
Kondisi lingkungan daerah survei yang direncanakan harus diketahui dan dipertimbangkan.
Aspek lingkungan ini dapat memberikan secara garis besar mengenai pengaruh yang mungkin
terjadi terutama pengaruh yang merugikan apabila rencana UPT itu di implementasikan,
meliputi :
Perubahan lingkungan yang mungkin terjadi sebagai akibat adanya pembangunan fisik :
pembukaan lahan/hutan, jalan-jalan baru, fasilitas umum/sosial.
Adanya pengembangan permukiman transmigrasi di daerah survei apakah akan
mempengaruhi keadaan flora/fauna, rona awal lingkungan fisik perlu dinilai dan cara
penanggulangan jika ada kegiatan pengembangan permukiman di daerah tersebut.
- Terhadap kesempatan kerja dan tenaga kerja yang ada pada penduduk setempat
- Terhadap sosial, ekonomi : meningkatnya pendapat penduduk setempat.
- Jalan Penghubung, jalan yang menghubungkan antara desa ke desa sebagai Pusat
pengembangan kawasan
- Jalan Poros, jalan antar Pusat Desa Permukiman
- Jalan Desa, jalan yang ada dalam desa tersebut.
- Jalan lahan, jalan yang memberikan aksesibilitas dari desa ke lahan usahanya, berfungsi
sebagai prasarana yang menunjang terhadap hasil pertanian.
b. Sarana
a. Transmigrasi Sisipan
Penataan Ruang Desa yang ada bagi pengembangan desa tersebut, Unit Permukiman
Transmigasi diperlukan untuk menunjang kegiatan usaha, sehingga model rencana unit
permukiman Transmigrasi sebagai sisipan yang terintegrasi dengan pembangunan dusun-
dusun yang ada dan sesuai dengan aspirasi masyarakat setempat, dan dapat menunjang
terhadap rehabilitasi desa. Karena adanya fakta produksi pertanian dan sarana/prasarana
yang tidak memadai sehingga perlu rehabilitasi atau renovasi permukiman.fasilitas umum,
sehingga model rencana umum permukiman bersifat perubahan desa setempat, transmigrasi
(Ex UPT yang telah diserahkan ) diperlukan untuk kegiatan teknis pembangunan fisik.
Model rencana unit permukiman transmigrasi dengan pola usaha industri, perkebunan,
perikanan dan tanaman pangan, dilaksnakan pada Desa yang sudah ada, dan
masihmempunyai luasan lahan yang dapat menerima transmigran dengan alokasi lahan
tertentu sehingga dapat membentuk unit permukiman baru yang terintegrasi dengan
permukiman desa tersebut. Penduduk setempat dapat diberlakukan sebagai transmigran
(sebagai TPS).
BAB III
A. Metode Penelitian
1. Kajian Sosial
Dalam kajian sosial digunakan metode PRA (Participatory Rarual Appraisal), dengan
terlebih dahulu dilakukan metode eksplorasi guna mengidentifikasi dan seleksi terhadap
kelompok sasaran untuk pendekatan PRA.
Tujuan utama PRA adalah memberdayakan masyarakat (Community Empowerment)
melalui antara lain program-program yang melibatkan warga masyarakat secara penuh
mulai dari penyusunan program sampai dengan implementasi (mulai dari perencanaan
sampai dengan pembangunan serta pemberdayaannya). Hal ini antara lain untuk
meminimalkan konflik, keberadaan masyarakat diakui agar tujuan program transmigrasi
dapat tercapai.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan, dalam PRA adalah :
- Mengikutsertakan partisipasi penuh dari masyarakat.
- Memperhatikan faktor-faktor sosial ekonomi dan budaya yang akan meningkatkan
hasil yang di peroleh.
- Mendorong saling pengertian antar pihak yang terlibat dalam proses dalam
pelaksanaan PRA.
- Menggunakan kerangka pikir yang holistik.
- Meningkatkan komunikasi antar masyarakat dengan penyelenggara pembangunan
(Pemda dan Pemerintah Pusat).
b. Tanah :
Penelitian tanah dan kesesuaian lahan dimaksudkan untuk evaluasi sumber daya lahan
yang digunakan untuk menentukan berbagai jenis kesesuaian pengengembangan
pertanian, peternakan, perkebunan, dan perikanan, dengan klasifikasi tanah
menggunakan terminology PPT 1993 untuk klasifikasi tanah/jenis tanah dan kesuburan
tanah, serta petunjuk pelaksanaan lainnya yang berlaku.
c.Hidrologi :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi iklim, ketersediaan sumber air (air
minum dan air) kualitas air serta resiko banjir. Metode yang digunakan adalah
pengambilan data primer dan data sekunder.
e.Lingkungan :
Kajian lingkungan bertujuan mempertimbangkan daya dukung lingkungan terhadap
dampak-dampak penting yang mungkin timbul jika lokasi di kembangkan sebagai
permukiman acak transmigrasi. Kajian lingkungan meliputi aspek sosial budaya dan
ekonomi, yang diharapkan menjadi usulan rekomendasi kelayakan lokasi tersebut.
f. Perencanaan Jalan :
Kajian terhadap geometrik jalan didukung dari hasil analisa data sekumder untuk
menggambarkan alinemen jalan yang mempunyai keterkaitan fungsional terhadap
lokasi transmigrasi (geometrik jalan raya No.13/1970)
Dari ketiga kajian tersebut diatas pada tiap-tiap tahapan kegiatan menggunakan metode yang
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Melakukan inventarisasi data, hasi penelitian dan peta yang sudah dilakukan pelaksana
terdahulu (data sekunder).
2. Analisasi awal tentang gambaran kondisi dan karakteristik wilayah saat ini serta
pemilihan kawasan potensial yang sesuai untuk kegiatan usaha berdasarkan pola
usahaya atau komoditas unggulan.
3. Rencana kerja sebagai pedoman kerja di lapagan perlu disusun rencana kerja yang
menyangkut rencana pengecekan lapangan dan pengumpulan data sekunder.
Pengecekan lapangan diarahkan pada lokasi kawasan yang terpilih dan mempunyai
potensi bagi pengembangan unit permukiman transmigrasi yang direncanakan dengan pola
usaha yang terpilih.
Untuk yang menyangkut tata ruang kawasan perlu dibuat diatas peta topografi skala 1 :
50.000.
1. Pengumpulan Data
1) Metode yang akan digunakan penelitian potensi fisik wilayah akan berbentuk
diskriptif analisis (penelitian survei) dimana dilakukan penginderaan secara
sistematis, dan fakual mengenai data-data dan karakteristik daerah tersebut.
Variabel-variabel yang akan diamati meliputi : topografi, tata guna lahan, iklim,
hidrologi, potensi lahan, struktur sosial ekonomi budaya masyarakat setempat
termasuk struktur penduduk dan sarana /prasarana yang akan perlu direhabilitasi atau
dibangun baru.
2) Pengambilan Sample
Sampling akan dilaksanakan setelah diadakan identifikasi awal tentang sumber daya
lahan ataupun lautan. Identifikasi ini dilakukan berdasarkan peta dan data sekunder
yang telah ada, daerah/kawasan yang dianggap mempunyai potensi, dipakai sebagai
sample dan disini ke semua variabel diatas akan diteliti.
1) Topografi
Data yang dikumpulkan dengan pengumpulan langsung di lapangan (data primer dan
data sekunder). Data kemiringan lahan/tanah akan diukur dengan alat theodolite,
sedangkan luasnya langsung diukur dengan meteran atau berdasarkan hitungan dengan
planimeter diatas peta berskala yang ada 1 : 50.000.
Kondisi disekitar lokasi dapat diteliti/ditelaah berdasarkan hasil pemetaan citra landsat
dan sebagainya. Kemungkinan lahan yang direkomendasikan untuk permukiman 0-
80% - 25% sesuai dengan pola usahanya.
2) Tata Guna Lahan
Daya tata guna lahan, kesesuaian lahan dan struktur pemilikan lahan didapat dari data
sekunder dari pemerintah Daerah atau dinas-dinas terkait berdasarkan Rabbit Riral
Apprisal atau wawancara dengan Bappeda Provinsi dan Kabupaten, Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi, Dinas Pertanian, Agraria, sedangkan dta dari Dinas terkait
seperti kelautan untuk pengembangan pola perikanan.
3) Iklim
Data primer yang akan dikumpulkan adalah data iklim makro yaitu curah hujan, suhu
udara, dan arah serta kecepatan angin.
Selain data primer, juga dikoleksi data sekunder bagi iklim makro dari laporan-laporan
stasiun penangkap harian dan instansi terkait.
4) Hidrologi
Data debit air permukaan akan diteliti dengan menggunakan metode pengukuran debit
sungai dan saluran dengan pelampung perawatan. Tinggi muka air di Daerah studi
diperoleh dari pengecekan langsung disekitar sungai dapat diperoleh dari Dinas terkait
seperti Bappeda Tingkat I.
5) Kehutanan
Penelitian status hutan serta halhal yang perlu diamati meliputi :
1. Status hutan, meliputi :
- Status Hukum
- Penguasaan dan Kepemilikan tanah
2. Penggunaan lahan suatu kawasan
3. Penentuan batas blok yang akan direkomendasikan untuk calon areal transmigrasi.
4. Pemasangan BM(Bench Mark) sehingga titik kontrol horizontal dan vertical.
Pemasangan BMR(bench Mark Terekomendasi) sebagai batas areal yang
direkomendasikan untuk calon lokasi transmigrasi.
5. Perhitungan koordinat dan penggambaran blok-blok kepemilikan lahan dan
penyerahan lahan.
6. Pembuatan Berita Acara di Lapangan.
7. Pembuatan peta penggunaan lahan dan status hutan pada skala 1 : 20.000 berdasarkan
untuk rotasi data sekunder dan pengamatan lapangan serta penyelidikan setempat
untuk menentukan ketersediaan lahan yang memperhatikan arahan rencana
penggunaan lahan berdasarkan RSTRP/RUTRD, khususnya pada kawasan budidaya
dan hirarki sistem pusat.
1. Studi sosial ekonomi dan pertanian untuk mengetaui kegiatan penduduk usulan
pengembangan dari masyarakat setempat, pemasaran hasil pertanian dan pembinaan.
Komoditas yang diusulkan merupakan spesifik dari tiap-tiap kawasan.
2. Studio Sosial Budaya, untuk mengetahui :
- Aspirasi budaya masyarakat yang ada dan yang diinginkan.
- Aspek kelembagaan masyarakat yang ada dan yang diinginkan.
- Persepsi masyarakat dan harapan terhadap program transmigrasi.
- Alokasi kepemilikan lahan (spesifik tiap kawasan)
- Interaksi sosial budaya yang diharapkan.
4. Kependudukan
Studi kependuduksn dilakukan untuk mengetahui :
- Jumlah penduduk dan pertambahan penduduk.
- Jumlah penduduk setempat dan penduduk pendatang
- Komposisi penduduk berdasarkan usia produktif.
Data-data tersebut harus dituangkan dalam peta, sehingga kemudian dapat dianalisa
bagi kegiatan penyusunan Rencana Tata Ruang Permukiman.
Kegiatan analisa data tersebut bagi perencana untuk menentukan pola permukiman dan
kegiatan uasha yang direkomendasikan.
3) Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi untuk mengkaji kelayakan pengembangan permukiman
transmigrasi ditinjau dari sudut pandang layak huni, layak usaha, layak
berkembang dan layakk lingkungan yang meliputi :
- Analisis pendapatan transmigrasi, baik dari usaha pokok maupun dari luar
usaha pokok.
- Analisis pengeluaran transmigrasi baik dari usaha pokok maupun dari luar
usaha pokok.
- Analisis pemasaran hasil usaha pokok
- Analisis pendapatan hasil para transmigran.
- Analisis anggaran pengembalian kredit (bila ada hubungannya dengan
investor).
Kombinasi pola usaha ini dan alokasi peruntukkan lahan bagi transmigrasi disesuaikan
dengan kebijaksanaan daerah dan aspirasi masyarakat setempat.
e). Rekomendasi
Adapun tahapan proses RTUPT dimulai dari persiapan, pelaksanaan sampai dengan Penyusunan
Laporan Akhir sebagai berikut :
A. PERSIAPAN
1. Inventarisasi Data
- Data sekunder meliputi Sosial, Budaya Ekonomi, Fisik (Topografi, Tanah, Hidrologi,
Lingkungan)
- Laporan Hasil Survei, TOR, Juklak, RTRWK/P
- Data lainnya yang mendukung.
2. Analisa Awal
Menganalisa terhadap data sekunder, untuk mengenal calon lokasi, potensi yang dapat
dikembangkan, rencana kegiatan survei yang melibatkan tenaga ahli yang diperlukan sesuai
dengan acuan kerja ditetapkan dalam proses penyusunan RTUPT.
3. Rencana Kerja
Presentasi dilakukan oleh pelaksana kepada pemberi tugas perintah untuk dinilai
kesiapannya dan pengarahan teknis terhadap hal-hal spesifik lokasi yang harus dikaji lebih
mendalam.
B. PELAKSANAAN SURVEI
1. Orientasi Lokasi
Orientasi lokasi dimaksudkan untuk melihat gambaran umum terhadap lokasi yang akan
disurvei.
2. Sosialisasi
Sosialisasi rencan kegiatan pelaksanaan pembangunan dilakukan kepada masyarakat/tokoh-
tokoh masyarakat dan aparat desa/kecamatan untuk memperoleh kesepakatan tentang
program pembangunan transmigrasi.
Tahapan sosialisi meliputi :
- Pengenalan terhadap program transmigrasi
- Pengenalan adanya masyarakat pendatang yang akan masuk ke lokasi.
- Klarifikasi terhadap dukungan legalitas yang sudah ada
- Memberikan informasi terhadap hak dan kewajiban sebagai transmigran (TPS dan TPA).
- Memberikan informasi tentang manfaat program transmigrasi.
Hasil yang diharapkan adalah :
Terwujudnya kesamaan persepsi, kejelasan dan dukungan masyarakat untuk mewujudkan
kesepakatan.
3. Identifikasi
5. Survei Lokasi
Survei Lokasi meliputi survei fisik, sosial budaya, sosial ekonomi, kependudukan dan
inventaris sarana dan prasarana di desa eksisting.
a. Survei Fisik
Survei fisik dilaksanakan pada calon lokasi meliputi : survei sumber daya alam
(topografi, tanah, hidrologi) dan sumber daya buatan (rumah, fasos, fasum, jalan
eksising dan kondisi lahan penduduk).
c. Survei Ekonomi
d. Kependudukan
- Pengukuran Topografi
- Pembuatan peta situasi dan alinemen horizontal jalan
- Penyelidikan tanah dan material
- Analisa lalu lintas
6. Analisa sementara dan Kesepakatan Penentuan Tata Ruang Fasilitas Umum Dan Sistim
Jaringan Jalan
Kegiatatn ini dilakukan di lokasi survei yang melibatkan tenaga ahli/pelaksana, masyarakat
dan pendamping dari dinas Transmigrasi, hal ini dilakukan agar mendapatkan kesepakatan
dari masyarakat dan pedamping dari Dinas Transmigrasi, hal ini dilakukan agar
mendapatkan kesempatan dari dari masyarakat serta rekomendasi terhadap penempatan
bangunan permukiman, fasilitas Umum, lahan usaha yan gterintegrasi dengan permukiman
masyarakat setempat serta kesepakatan terhadap alokasi lahan yang diperoleh bagi
pendatang, sehingga diperoleh daya tampung yang optimal. Alokasi lahan yang diperoleh
bagi pendatang, sehingga diperoleh daya tampung yang optimal. Alokasi lahan ini
berdasarkan hasil kesempatan dari masyarakat terhadap terhadap ketersdiaan lahan dan jenis
usaha yang direkomendasikan (Jasa/Usaha Pertanian).
- Diskusi dilakukan setelah tenaga ahli /pelaksana menganalisa data fisik/potensial lahan
pada area survei dan analisa peruntukkan lahan dari ketersediaan lahan, serta analisa
tehadap kondisi sosial budaya ekonomi masyarakat.
- Berdasarkan usulan masyarakat/keinginan masyarakat maka diperoleh model
permukiman yang teintegrasi dengan permukiman masyarakat setempat dimana
penempatan bangunan fasum dapat memberikan manfaat bai masyarakat.
- Jika terjadi kendala-kendala yang kemudian muncul dapat segera di atasi berdasarkan
kesepakatan antara pihak yang berkepentingan .
- Hasil RTUPT tersebut sudah mendapat rekomendasi dan kesepakatan dari masyarakat.
Penyusuna Interim Report atau laporan hasil survei lapangan dilakukan oleh tenaga
ahli/pelaksana, untuk mendapatkan persetujuan masyarakat tentang model permukiman
yang terpilih.
Data-data Sosial Budaya, ekonomi dan data-data fisik harus di dokumentasikan, termasuk
surat-surat pernyataan warga masyarakat dan Interim Report memberikan rekomendasi
terhadap :
b. Presentasi melibatkan seluruh tenaga ahli, masyarakat dan lintas sektor terkait di
tingkat Kabuipaten,sehingga dari presentasi ini di dapatkan rekomendasi dari semua
pihak terkait, Model Permukiman, teknologi tepat guna yang dapat dilaksanakan
termasuk kesiapan dukungan swasta/investor.
Dari hasil analisa terhadap hasil survei lapangan ditentukan model tata ruang yang sesuai
terhadap lokasi yang diusulkan.
1. Laporan ini sudah merupakan hasil diskusi dan penyempurnaan/perbaikan laporan dan
sudah mendapat persetujuan dari tim evalusi untuk digandakan, melaui proses asistansi
oleh masing-masing tenaga ahli.
2. Jenis-jenis laporan yan gharus dibuat dan digandakan, meliputi :
a. Jenis laporan
- Inception Report, Jumlah 5 buah
- Interim Report, Jumlah 5 buah
- Draft Final Report, Jumlah 10 buah
- Final Report, Julmlah 10 buah
b. peta
- Regional kontek 1 : 250.000
- Peta Tata Ruang UPT 1 : 10.000
- Peta Topografi 1 : 10.000
- Peta Batas Pembukaan Lahan 1 : 10.000
- Peta Kesesuaian Lahan 1 : 10.000
- Peta Pusat Desa 1 : 5.000
- Peta Alinemen Jalan Horizontal dan Vertikal 1 : 2.000
- Peta Penggunaan Lahan 1 : 10.000
- peta kemiringan Lahan 1 : 10.000
E. PEMBIAYAAN
Pendanaan dalam kegiatan ini dibebankan kepada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
Dana Tugas Pembantuan Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh
(PWSCT) Kegiatan Pembinaan Penyiapan Permukiman dan Penempatan Transmigrasi (P4T)
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I Tahun Anggaran 2008.
BAB V
PELAPORAN
A. Jenis Laporan
1. Laporan Inception
- Dilengkapi dengan Tim Pelaksana
- Jadwal Pelaksana Survei
- Peta Rencana
2. Laporan Interim
- Laporan Hasil Survei di lapangan terutama kondisi Fisik dan Non Fisik.
- Data Primer Dalam Peta (skala 1 : 10.000)
3. Laporan Final
Laporan Akhir, setelah dilakukan presentase dan telah melakukan perbaikan berdasarkan
Konsultasi tim tenaga ahli dan mendapat persetujuan pihak pemberi tugas (instansi
Berwenang).
B. Jumlah laporan
Jumlah laporan ditetapkan berdasarkan keperluan pihak pengguna
- Laporan Inception 5 eksemplar
- Laporan Interim 5 eksemplar
- Laporan Draft Final 10 eksemplar
- Laporan Final 10 eksemplar.
C. Jadwal Pelaksanaan
- Sebaiknya disesuaikan dengan volume pekerjaan
- Jumlah personil yang digunakan (tim pelaksana /tenaga ahli)
- Waktu pelaksanaan lebih kurang 2,5 bulan (75 hari)
D. Presentasi
- Laporan Inception hari ke-7
- Laporan Interim hari ke-17
- Laporan Draft Final hari ke-37
- Laporan Final hari ke-75
BAB VI
PENUTUP
Demikian Kerangka Acuan kerja ini dibuat untuk dapat dimanfaatkan bagi kegiatan Perencanaan
Penyusunan Rencana Teknis Unit Permukiman Transmigrasi, sehingga diharapkan hasil
perencanaan tersebut dapat dijadikan pedoman bagi pelaksana pembangunan fisik di lapangan yang
memenuhi kriteria perencanaan pembangunan di bidang transmigrasi seperti yang diharapkan.