PEKERJAAN :
RENCANA TEKNIS SATUAN PERMUKIMAN (RTSP)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Republik lndonesia Nomor : 29 tahun 2009, Kawasan transmigrasi terdiri
dari Wilayah Pengembangan Transmigrasi (WPT) yang membentuk pusat pertumbuhan baru dan Lokasi
Permukiman Transmigrasi (LPT) yang mendukung pertumbuhan yang sudah ada atau yang sedang
berkembang. Secara hirarki kewilayahan, WPT atau LPT terdiri dari SKP-SKP (Satuan Kawasan
Pengembangan) dan SKP terdiri dari SP-SP (Satuan Permukiman). Sesuai hirarki kewilayahan tersebut
perencanaan permukiman dibagi dalam 3 tahap yaitu :
:
Tahap I
Tahap II
Tahap III
:
:
Untuk mewujudkan permukiman transmigrasi yang layak idealnya tahapan perencanaannya mengikuti
tahapan tersebut diatas agar dapat memacu pusat-pusat penumbuhan yang sudah ada dan mewujudkan
pusat- pusat pertumbuhan baru sesuai dengan hirarkinya. Perencanaan Tahap III harus mengacu arahan dan
rekomendasi dari hasil perencanaan Tahap ll. Salah satu arahan tersebut dapat berupa perencanaan SP
yang terintegrasi dengan desa-desa setempat dalam satu kesatuan pengembangan permukiman.
Kerangka Acuan Kerja (KAK) berikut ini disususun untuk Penyusunan Rencana Teknis Unit
Pemukiman Transmigrasi (RTUPT).
1.2.
Tujuan
Tujuan penyusunan RTUPT antara Iain :
a. Menyusun tata ruang satuan permukiman yang terintegrasi dengan desa setempat;
b. Menyusun arahan pembangunan permukiman dan penempatan transmigrasi;
c. Menyusun arahan pengembangan usaha transmigran.
1.3.
Sasaran
Sasaran penyusunan RTUPT antara lain :
a. Tersedianya rencana tata ruang satuan permukiman yang terintegrasi dengan desa setempat ;
b. Tersedianya arahan pembangunan permukiman dan penempatan transmigrasi;
c. Tersedianya arahan pengembangan usaha transmigran.
1.4.
Manfaat
Manfaat penyusunan RTUPT antara lain :
a. Diketahuinya daya tampung SP tersebut;
b. Diketahuinya perkiraan kebutuhan dana untuk pembangunan permukiman dan penempatan
transmigran;
c. Diketahuinya rencana pengembangan permukiman;
1.7.
1.8.
Sumber Pendanaan
Pekerjaan ini dibiayai dari sumber pendanaan : APBD Kabupaten .......................................
1.9.
BAB ll
3
PELAKSANAAN KEGIATAN
2.1.
4. Penyusunan Laporan
a.
b.
c.
d.
2.2.
3. Kesediaan menerima warga transmigran dari luar daerah tersebut beserta dengan
informasi lain yang diperlukan;
4. Penentuan waktu Survey pendahuluan (inventarisasi calon peserta TPS, identifikasi FU,
identikasi prasarana jalan dan identifikasi areal calon permukiman baru) beserta
pendamping baik dari tingkat kecamatan, desa, dan warga desa yang berkepentingan;
5. Penentuan waktu musyawarah II.
b. Musyawarah Tahap ll
Musyawarah tahap ll merupakan penyampaian hasil inventarisasi dan identikasi yang telah
dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan pada musyawarah I. Hasil musyawarah II
dituangkan dalam bentuk berita acara yang antara lain berisi :
1. Kesepakatan nama-nama calon peserta TPS yang tidak pindah dan yang pindah ke
permukiman baru;
2. Kesepakatan FU dan jalan yang akan direhab;
3. Kesepakatan letak lahan yang diserahkan untuk permukiman baru;
4. Penentuan waktu Survey lapang (topografi, kemiringan, tanah, jalan, penggunaan Iahan,
sumber daya air, kehutanan, sosial ekonomi dan budaya) beserta pendamping dari desa
dan warga yang berkepentingan;
5. Penentuan waktu musyawarah III.
c. Musyawarah Tahap III
Musyawarah tahap III merupakan penyampaian hasil Survey lapang yang dituangkan dalam
bentuk berita acara, berisi antara lain :
1. Kesepakatan FU dan jalan yang akan direhab;
2. Kesepakatan hasil pemantapan nama-nama TPS yang tidak pindah dan yang pindah ke
permukiman baru;
3. Kesepakatan letak rumah yang akan dibangun di desa induk;
4. Kesepakatan hasil tata ruang satuan permukiman terintegrasi;
5. Kesepakatan perlakuan yang diberikan kepada TPS.
Hasil pertemuan musyawarah tahap I, ll dan Ill yang telah disepakati oleh masyarakat selanjutnya
akan menjadi acuan pembangunan permukiman dan penempatan transmigrasi.
2. Survey
a. Survey pendahuluan
Survey pendahuluan dilakukan di desa induk dan di calon areal yang telah diserahkan untuk
permukiman baru, meliputi :
1. Inventarisasi nama-nama calon TPS yang tidak pindah dan yang pindah ke permukiman
baru;
2. Identikasi FU dan jalan yang akan diperbaiki (fungsional);
3. Pemantapan letak dan luas lahan yang diserahkan untuk permukiman baru;
4. ldentikasi potensi lahan dan perkiraan daya tampung;
5. ldentikasi jalan poros yang menghubungkan desa induk dengan permukiman baru;
b. Survey Lapang
1) Survey di desa induk
a) Pemetaan tata letak permukiman desa
Pengukuran jalan poros merupakan satu kesatuan dengan pengukuran jalan poros
permukiman baru;
Pengukuran jaringan jalan desa, termasuk jembatan dan gorong-gorong;
Pengukuran tata letak permukiman, termasuk FU;
c)
b. Kontrol vertikal
1. Ketelitian tinggi tidak boleh lebih dari (60 V D Km) mm; D = jumlah jarak
pengukuran;
2. Metode pengukuran tachimetris
Survey Topografi dalam jalur rintisan per 250 m (dilakukan setelah RTUPT
Pendahuluan)
Setelah dilakukan penyaringan dengan rintisan per 500 m maka ditentukan areal
yang akan direncanakan untuk lahan pekarangan, Lahan Usaha I dan Fasilitas
Umum. Calon areal ini akan dipetakan keadaan topografinya dalam skala 1 : 10.000
untuk itu dilakukan pembuatan rintisan per 250 dengan spesifikasi sebagai berikut :
a. Rintisan per 250 harus terikat pada base line sehingga merupakan kring tertutup
b. Pengukuran sudut dilakukan dengan menggunakan alat To atau yang sederajat
dengan pemasangan 30
c. Salah penutup sudut 4 Vn (n = banyak titik poligon)
d. Ketelitian linier .500
e. Salah penutup beda tinggi tachimetri 60 mm VD Km (D = jumlah jarak jalur
pengukuran beda tinggi)
Survei Topografi dalam Jalur Rintisan per 125 m (dilakukan setelah diperoleh
calon lahan fasilitas umum dan lahan pekarangan).
a. Survei topografi dalam jalur rintisan per 125 meter dilakukan pada calon lahan
Fasilitas Umum dan Lahan Pekarangan. Tujuannya adalah untuk memastikan
bahwa lahan-lahan tersebut memang berada pada lahan dengan kemiringan
lahan yang sesuai / relative cukup datar.
b. Pengukuran ini juga dimaksudkan untuk mendapatkan data tinggi titik-titik dalam
jalur rintisan, untuk keperluan penggambaran contour dan pengecekan terhadap
data kemiringan lahan hasil survei terdahulu.
c. Pengukuran rintisan per 125 m dilakukan dengan metode polygon-tachimetri,
memakai alat ukur Theodolite atau yang sederajat. Jarak antara titik-titik
pengamatan tidak lebih dari 50 meter, dan dalam hal ditemui perubahan
topografi dalam jarak kurang dari 50 meter, maka detail tersebut perlu diamati.
d. Ketelitian yang disyaratkan adalah sebagai berikut :
Rintisan per 125 meter harus terikat terhadap base line
Salah penutup beda tinggi setiap kring pada jalur rintisan tidak lebih dari 60
D Km mm, D = jumlah jarak jalur pengukuran dalam Km
Salah linier jarak tidak lebih dari 1/2500
Salah penutup sudut 4 n dimana n = jumlah titik polygon
e. Selanjutnya, peta topografi skala 1 : 5.000 pada calon lahan pekarangan dan
fasilitas umum/pusat desa, harus selesai dibuat di lapangan. Peta topografi
konsistensi, reaksi tanah (pH), kapasitas tukar kation (KTK) dan kejenuhan basa
(KB). Setiap titik observasi tanah baik pemboran, profil, komposit dan contoh fisik /
undistrub-sample (jika ada) di plotkan pada peta yang disajikan.
Contoh tanah komposit untuk penilaian kesuburan diambil pada lokasi yang
dicalonkan untuk lahan fasilitas umum (FU) dan lahan pekarangan (LP) dan Lahan
Usaha I (LU I), dengan kerapatan satu contoh untuk setia blok/kelompok lahan
pekarangan atau minimal per 25 ha (50 kk) diambil dari kedalaman 0-30 cm.
Sedangkan untuk Lahan Usaha II dengan kerapatan satu contoh per 50 Ha pada
kedalaman 0-30 cm dan 30 60 cm.
Jenis analisa yang perlu dilakukan untuk contoh profil dan kesuburan adalah :
Tabel1. Analisa Tanah di Lokasi Transmigrasi
JENIS ANALISA
CONTOH PROFIL
CONTOH KESUBURAN
KETERANGAN
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
-
V
V
V
V
V
V
V
V
*
:
:
:
Dilakukan
Tidak dilakukan
Dilakukan terutama untuk tanah-tanah bermasalah
10
kecuali yang mempunyai DBH 10-34 cm, untuk perhitungan ongkos pembukaan
lahan.
6) Inventarisasi terperinci tidak perlu untuk hutan sekunder, kecuali Survey
pendahuluan menunjukkan bahwa ada 20 M3 per ha atau lebih kayu yang bisa
dipakai dengan DBH lebih dari 60 cm. untuk perhitungan ongkos pembukaan
lahan, data yang diperlukan pada hutan sekunder adalah jumlah batang, dalam
9 (sembilan) kelas garis tengah : 10-20, 21-30, 31-40,41-50, 51-60 cm 61-70,
71-80, 81-90 dan lebih besar dari 91. Data ini adalah data garis tengah saja dan
klasifikasi dalam jenis tidak diperlukan.
7) Penelitian sumber daya hutan ini juga meliputi penelitian flora dan fauna sebagai
masukan untuk studi analisa dampak lingkungan. Penelitian flora dan fauna
yang ada secara umum, terutama untuk mengetahui jenis-jenis yang spesifik
dan jenis langka.
d. Iklim dan Hidrologi
Iklim
1) Data dan analisa iklim yang dibuat pada tahap ke II harus dilihat lagi dan
dipertimbangkan kembali hubungannya dengan model usaha tani (Farm Model)
yang diusulkan pada daerah tersebut.
2) Tipe iklim lokasi studi dianalisa berdasarkan Koppen, Schmidth dan Fergusson
dan Oldeman
3) Analisa curah hujan bulanan dan variasi mengenai awal dan akhir musim kering
4) Analisa data-data curah hukan harian untuk mendapatkan frekwensi hari hujan
(> 1 mm) tiap bulan dan terjadinya periode kering selama 5, 10, 15 dan 20 hari
(< 5 mm hujan/hari)
5) Suatu perkiraan evaporasi potensial dalam batas-batas data-data yang ada dan
diplot terhadap curah hujan bulan rata-rata. Suatu perkiraan harus dibuat
mengenai kegawatan masa kering dalam 1 dan 5 tahun kering.
Hidrologi
1) Penyelidikan Hidrologi harus dilakukan untuk semua daerah aliran sungai yang
akan mempengaruhi daerah tersebut, berdasarkan pada Laporan Tahap II,
Interpretasi Foto Udara, dan peta yang ada.
2) Peta harus disajikan pada skala 1 : 10.000 dimana pada peta tersebut
digambarkan pola drainase, batas daerah sungai utama, daerah genangan dan
daerah bahaya banjir. Semua sungai harus diteliti mengenai lebar, kedalaman
dan debitnya yang kemudian diplot pada peta.
3) Daerah bahaya banjir harus diperkirakan berdasarkan data luas daerah sungai,
perkiraan penyaluran, bentuk sungai, dan informasi dari Survey topografi, tanah,
dan tata guna lahan.
4) Tersedianya sumber air bersih akan diteliti. Sumber yang paling disukai adalah
sumur dangkal, tetapi air permukaan dan air hujan (ditampung dari atap rumah)
akan diperhatikan juga.
5) Tersedianya air tanah dangkal ditentukan dengan sampling dan testing :
a. Lokasi sumur percobaan dan daerah yang cocok untuk sumur dangkal
ditunjukkan pada peta yang terpisah
b. Tersedianya air permukaan ditentukan jika air tanah dangkal tidak tersedia
c. Pengukuran kualitas air (Ec dan pH) dilakukan untuk sumber air tanah dan
air permukaan
d. Penampungan air dari atap rumah dilakukan dan diteliti apabila sumber tak
tersedia atau kurang mencukupi.
Ketersediaan Air
1) Tersedianya sumber air minum harus diteliti. Sumber air minum yang ada
dianjurkan adalah dari sumur dangkal. Juga air permukaan dan pengumpulan
serta penyimpanan air hujan;
11
2) Air tanah yang dapat diperoleh dari air sumur yang dangkal harus diuji, yaitu
dengan membuat sumur uji pada lahan pekarangan dan pusat SP, sekurangkurangnya 2 buah pada tempat yang mewakili daerah yang diteliti. Variasi
kedalaman air tanah harus ditentukan dengan mewawancarai penduduk
setempat dan dengan mengamati permukaan air selama studi. Letak sumur uji
dan daerah yang cocok untuk sumur uji yang dangkal harus diplot pada
hidrologi.
3) Air permukaan yang dapat dipergunakan sebagai sumber air bersih harus diteliti.
Sumber air permukaan yang dipilih sebagai sumber air harus digambarkan baik
dari segi letak maupun penyalurannya.
4) Penelitian tempat-tempat yang dapat dipakai untuk pengumpulan dan
penyimpanan air permukaan perlu dilakukan sebagai dasar untuk penentuan
penelitian selanjutnya (pembuatan check dam dan bangunan dengan fungsi
yang sama)
5) Pengumpulan dan penyimpanan air hujan dari atap harus diteliti. Analisis
terperinci data hujan harus dibuat untuk menentukan volume air yang harus
dikumpulkan dari atap rumah transmigran yang standar ( 35 m3) kebutuhan
penerimaan air harus dihitung, bentuk dan spesifikasi standar harus disiapkan
untuk suatu sistem pengumpulan dan penyimpanan air atap.
6) Jika ada kemungkinan sistem pengadaan air bersih yang lebih baik harus
dikemukakan untuk pemakaian yang akan datang.
7) Perkiraan terinci biaya harus disiapkan untuk sistem pengadaan air yang
direncanakan.
e. Survei Sosial dan Agro Ekonomi
Maksud dan tujuan penelitian aspek sosial dan agro ekonomi adalah untuk mengetahui
keadaan sosial ekonomi penduduk setempat serta transmigran yang sudah ada, baik di
dalam maupun sekitar daerah penelitian.
Data primer yang perlu dikumpulkan di lapangan adalah :
a. Data Sosial :
1) Adat istiadat dan hukum adat atas pemilikan/penggunaan lahan;
2) Kemungkinan pengaruhnya terhadap rencana transmigrasi;
3) Tanggapan penduduk terhadap rencana transmigrasi
b. Data sosial ekonomi :
1) Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur, dengan tekanan pada
kelompok usia kerja (analisa/uraian)
2) Tingkat perkembangan jumlah penduduk
3) Komposisi penduduk berdasarkan agama/kepercayaan
4) Komposisi penduduk berdasarkan pekerjaan/mata pencaharian
5) Kemungkinan pemanfaatan tenaga kerja penduduk lokal untuk
pembangunan lokasi transmigrasi
c. Data agro ekonomi :
1) Mengenai pertanian tanaman pangan lahan kering
a) Luas dan jenis pemilikan lahan usaha dan cara mengusahakannya,
misalnya bagaimana cara-cara bercocok tanam yang umum dan lain
sebagainya;
b) Jenis-jenis tanaman serta perkiraan produksi yang memberi indikasi
dapat dikembangkan, dan mengapa dikembangkan;
c) Apakah sudah mengenal penggunaan teknologi maju benih / bibit unggul,
pupuk, pestisida, pengolahan lahan dan sebagainya), bagaimana
mengenalnya dan bagaimana memperoleh sarana produksinya;
d) Kalau usahatani bukan hanya untuk mencukupi kebutuhan pangan
keluarga, bagaimana mendapatkan penghasilan uang kontan/caqsh,
termasuk bagaimana memasarkan hasil, dan bagaimana peranan KUD
e) Bagaimana jalur pemasaran hasil-hasil usaha tani
12
13
14
15
16
3)
Rencana jalan yang diukur dalam RTUPT baru merupakan alinemen jalan
yang diukur pada tingkat pendahuluan (Recoqnaisance). Pengukuran situasi,
perencanaan dissain geometrik serta pekerjaan staking out merupakan
pekerjaan selanjutnya.
17
JENIS
FASILITAS
LP
Lahan Usaha I
Lahan Usaha II
Fasilitas Umum Pusat Desa
1. Balai Desa
1. Pustu
2. Gudang Pupuk
2. Gudang Beras
2. Sekolah Dasar
2. Rumah Ibadah
1. Rumah Kep Unit / Desa
1. Rumah Petugas (Kopel)
2/1 Rumah Perawat (kopel)
2/1 Rumah Kepala Sekolah
7/4 Rumah Guru (kopel)
2/1 Rumah Penjaga Sek.
1. Lapangan
1. Kantor / gedung KUD
1. Pasar dan Toko-toko
1. Lantai pengeringan
1. Stasion Bis
1. Taman Kanak-kanak
1. Asrama
1. Puskesmas
1. Rumah Dokter
1. Sekolah Lanjutan
1. Bank Rakyat Indonesia
1. Kantor Pos
Fasilitas Umum Lainnya :
Kuburan
Pangonan / Penggembalaan
Test Farm
Seed Farm
Tanah Bengkok
- Kepala Desa
- Staf Desa
- Bondo Desa
Jalan Penghubung
- Jalan Poros (20 m)
- Jalan Desa (10 m)
- Jalan Lahan (5m)
1000 m2
-
LC/
NON
LC
LC
LC
NLC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
0 8%
0 15%
0 25%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
2,00 Ha
10 Ha
4 Ha
4,0-6 Ha
2,00 Ha
10 Ha
4 Ha
-
LC
Non LC
LC
LC
0 15%
0 15%
0 3%
0 3%
10 Ha
10 Ha
10 Ha
10 Ha
10 Ha
10 Ha
Non LC
Non LC
Non LC
0 8%
0 8%
0 8%
6 Ha
6 Ha
LC
LC
LC
0 15%
0 15%
Pusat SKP
SP
400 m2
400 m2
10000 m2
5000 m2
250 m2
1250 m2
500 m2
500 m2
1750 m2
200 m2
4000 m2
250 m2
4000 m2
600 m2
20000 m2
1000 m2
200 m2
450 m2
250 m2
10000 m2
400 m2
400 m2
SLOPE
Lahan dengan kemiringan 0-8% diperbolehkan jika masih sesuai untuk tanaman
Lahan Pekarangan. * LC = Land Clearing
18
19
Prakiraan arus tunai transmigran (=projected cash flow) selama 1025 tahun dengan menghitung :
1) Prakiraan perkembangan pendapatan transmigran dari LP (Lahan Pekarangan)
sesuai dengan usulan pengembangan pertanian (luas, pola tanam dan jenis
tanaan) yang telah diuraikan sebelumnya. Harga satuan diperhitungkan
berdasarkan harga pasar terdekat.
2) Prakiraan perkembangan pendapatan transmigran dilahan, LU. I dan LU. II
setelah tanamannya dapat menghasilkan. Dalam memperkirakan pendapatan
Transmgiran perlu disebutkan hal-hal mengenai :
Prakiraan produksi dan
Harga satuannya
3) Prakiraan perkembangan pendapatan transmigran dari sumber lainnya
4) Prakiraan pengeluaran transmigran untuk sarana produksi pertanian di Lahan
Pekarangan :
Dan lain-lain
20
21
22
23
BAB III
ORGANISASI PELAKSANAAN DAN JADWAL KERJA
3.1. Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan
DINAS SOSIAL TENAGA KERJA DAN
TRANSMIGRASI
KABUPATEN ...............................
DIREKSI KONSULTAN
PENGAWAS LAPANGAN
KETUA TIM
AHLI PERENCANA WILAYAH
PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN
TENAGA AHLI
Ahli Tanah
Ahli Geodesi
Ahli Hidrologi
Ahli Teknik Sipil
Ahli Kehutanan
Ahli Sosial Pertanian
TENAGA PENDUKUNG
Operator Komputer
Juru Gambar
Surveyor Tanah
Surveyor Topografi
Keterangan :
Garis Koordinasi
Garis Komando
24
Profesi/keahlian
1
2
3
4
5
6
7
Ahli Kehutanan
Ahli Sosial Ekonomi Pertanian
Pendidikan
S1 Planologi
S1 Teknik Geodesi
S1 Ilmu Tanah
S1 Teknik Sipil
S1 Geografi/ Geologi/
Agrometorologi
S1 Kehutanan
S1 Sosial Ekonomi Pertanian
Pengalaman
Kerja
8
4
3
3
3
Jabatan Dalam
Proyek
Ketua Tim
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
3
3
Anggota
Anggota
25
JENIS KEGIATAN
Tahap Persiapan
Presentasi Lap
Pendahuluan
Penyempurnaan Laporan
26
Penyerahan Laporan
3.4. Peralatan
Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan meliputi :
1. Bahan-bahan alat tulis kantor;
2. Theodolite;
3. Compass/Clinometer;
4. Munsell Soil Chart;
5. Soil Test Kit;
6. pH Meter;
7. GPS;
8. Hagameter;
9. Current Meter
27
BAB IV
PELAPORAN
Laporan penyusunan studi perencanaan Tahap III terdiri dari :
4.1. Laporan Pendahuluan (Inception Report) sebanyak 5 copy, merupakan laporan persiapan
pelaksanaan Survey lapang.
a. Hasil kajian data sekunder;
b. Rencana Survey lapang, diseitai format isian pengamatan lapang dan kuesioner;
c. Peta rencana kerja skala 1 : 25.000
d. Daftar peralatan yang dibutuhkan
e. Susunan tim
4.2. Laporan Lapang (Interim Report) sebanyak 5 copy, merupakan hasil kajian lapang yang sudah
dikonsultasikan dengan Pemerintah Daerah dan dilengkapi
a. Peta orientasi skala 1 : 1.000.000/ 500.000;
b. Peta RSKP skala 1 : 25.000;
c. Peta analisis tata ruang skala 1 : 10.000;
d. Peta tata ruang desa integrasi skala 1 : 20.000;
e. Peta alinemen jalan skala 1 : 10,000;
f. Peta BPL skala 1 : 10.000.
4.3. Konsep Laporan Akhir (Draft Final Report) sebanyak 5 copy sesuai dengan outline laporan
akhir;
4.4. Laporan Akhir (Final Report) sebanyak 10 copy dengan outline berikut.
4.5. Album Peta
MATERI ALBUM PETA RTUPT
No.
Jenis Peta
Skala
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Daftar Isi
Peta Orientasi
Peta RWPT
Peta RSKP
Peta Kemiringan Lahan
Peta Penggunaan Lahan
Peta Satuan Tanah/Lahan
Peta Kesesuaian Lahan
Peta Sumber Daya Hutan
Peta Potensi Sumber Daya Air
Peta Topografi (LP)
Peta Satuan Tanah / Lahan (LP)
Peta Kesesuaian Lahan (LP)
Peta Analisa Tata Ruang
Peta Rencana Tata Ruang
Peta Tata Ruang Desa
Peta Tata Ruang Desa Integrasi
Peta Detil Tata Ruang
Peta Pusat Desa
Peta BPL
Peta Alinement Jalan
Peta Jaringan Jalan
1 : 1.000.000 / 1 : 500.000
1 : 50.000
1 : 25.000
1 : 10.000
1 : 10.000
1 : 10.000
1 : 10.000
1 : 10.000
1 : 10.000
1 : 5.000
1 : 5.000
1 : 5.000
1 : 10.000
1 : 10.000
1 : 10.000
1 : 20.000
1 : 5.000
1 : 2.000
1 : 5.000
1 : 10.000
1 : 25.000 s/d 50.000
28