Anda di halaman 1dari 28

KERANGKA ACUAN KERJA

PEKERJAAN :
RENCANA TEKNIS SATUAN PERMUKIMAN (RTSP)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

Menurut Undang-Undang Republik lndonesia Nomor : 29 tahun 2009, Kawasan transmigrasi terdiri
dari Wilayah Pengembangan Transmigrasi (WPT) yang membentuk pusat pertumbuhan baru dan Lokasi
Permukiman Transmigrasi (LPT) yang mendukung pertumbuhan yang sudah ada atau yang sedang
berkembang. Secara hirarki kewilayahan, WPT atau LPT terdiri dari SKP-SKP (Satuan Kawasan
Pengembangan) dan SKP terdiri dari SP-SP (Satuan Permukiman). Sesuai hirarki kewilayahan tersebut
perencanaan permukiman dibagi dalam 3 tahap yaitu :
:
Tahap I
Tahap II
Tahap III

:
:

Rencana Kerangka Wilayah Pengembangan Transmigrasi (RKWT) atau Rencana


Lokasi Permukiman Transmigrasi (RLPT) ; skala 1 : 50.000
Rencana Kerangka Satuan Kawasan Pengembangan (RKSKP), skala 1 : 125.000
Rencana Teknis Satuan Permukiman (RTUPT) ; skala 1 : 10.000

Untuk mewujudkan permukiman transmigrasi yang layak idealnya tahapan perencanaannya mengikuti
tahapan tersebut diatas agar dapat memacu pusat-pusat penumbuhan yang sudah ada dan mewujudkan
pusat- pusat pertumbuhan baru sesuai dengan hirarkinya. Perencanaan Tahap III harus mengacu arahan dan
rekomendasi dari hasil perencanaan Tahap ll. Salah satu arahan tersebut dapat berupa perencanaan SP
yang terintegrasi dengan desa-desa setempat dalam satu kesatuan pengembangan permukiman.
Kerangka Acuan Kerja (KAK) berikut ini disususun untuk Penyusunan Rencana Teknis Unit
Pemukiman Transmigrasi (RTUPT).
1.2.

Tujuan
Tujuan penyusunan RTUPT antara Iain :
a. Menyusun tata ruang satuan permukiman yang terintegrasi dengan desa setempat;
b. Menyusun arahan pembangunan permukiman dan penempatan transmigrasi;
c. Menyusun arahan pengembangan usaha transmigran.

1.3.

Sasaran
Sasaran penyusunan RTUPT antara lain :
a. Tersedianya rencana tata ruang satuan permukiman yang terintegrasi dengan desa setempat ;
b. Tersedianya arahan pembangunan permukiman dan penempatan transmigrasi;
c. Tersedianya arahan pengembangan usaha transmigran.

1.4.

Manfaat
Manfaat penyusunan RTUPT antara lain :
a. Diketahuinya daya tampung SP tersebut;
b. Diketahuinya perkiraan kebutuhan dana untuk pembangunan permukiman dan penempatan
transmigran;
c. Diketahuinya rencana pengembangan permukiman;

1.5. Lingkup dan Lokasi Kegiatan


Lingkup Kegiatan Pekerjaan Penyusunan Rencana Teknis Unit Pemukiman Transmigrasi (RTUPT) ini
terletak di Desa
1.6.

Nama Dan Organisasi Pengguna Jasa


Dinas

1.7.

Alamat Organisasi Pengguna Jasa


Jalan .

1.8.

Sumber Pendanaan
Pekerjaan ini dibiayai dari sumber pendanaan : APBD Kabupaten .......................................

1.9.

Besaran Total Biaya Kegiatan


Pagu dalam kegiatan pekerjaan ini sebesar Rp.

1.10. Produk Kegiatan


Prodk Kegiatan penyusunan RTUPT antara lain :
a. Buku Iaporan dan album peta RTUPT;
b. Paket lnformasi Lokasi (PILOK).
1.11. Persyaratan Kualifikasi
Peserta harus memiliki surat Izin Usaha Jasa Konstruksi, Sertifikat Badan Usaha Tata Lingkungan
Sub Bidang Jasa Perencanaan Urban (15002) yang masih berlaku dan Memiliki Ijin usaha jasa
konstruksi (IUJK) yang masih berlaku dengan total bobot penilaian sebesar 100%, terdiri dari :
a. Pengalaman pada pekerjaan sejenis dengan bobot 50%;
b. Kesesuaian besaran nilai pekerjaan sejenis yang pernah diselesaikan dengan nilai pekerjaan yang
akan dikompetisikan dengan bobot 40%;
c. Pengalaman Pekerjaan pada lokasi yang sama pada tingkat Kabupaten/Kota dengan bobot 5%;
d. Domisili Perusahaan Induk (tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota, kecuali Provinsi DKI) dengan bobot
5%;
e. jumlah a), b), c), dan d)sama dengan 100%.
1.12. Jangka Waktu Pelaksanaan
Jangka waktu pelaksanaan Pekerjaan ini adalah 120 (seratus dua puluh) hari kalender.

BAB ll
3

PELAKSANAAN KEGIATAN
2.1.

Ruang Lingkup Kegiatan


Ruang lingkup penyusunan RTUPT yaitu :
1. Tahap Persiapan
a. Pengumpulan data sekunder antara Iain meliputi hasil studi sebelumnya (RWPT, RSKP,
identifikasi status tanah, RePPProT, dll), Peta Rupa Bumi Indonesia, peta kawasan hutan dan
perairan, peta penggunaan lahan, dll;
b. Analisis data dan informasi;
c. Membuat rencana kerja yang meliputi laporan pendahuluan dan peta rencana kerja;
d. Pemantapan tim, izin Survey, peralatan dan format isian.
2. Survey Lapang
a. Mobilisasi tim;
b. Koordinasi dengan lintas sektor (provinsi dan kabupaten/kota);
c. Musyawarah tahap I dengan tokoh masyarakat setempat (pemantapan hasil sosialisasi
sebelumnya);
d. Survey pendahuluan (melakukan inventarisasi dan identikasi lapang);
e. Musyawarah tahap ll (pemantapan hasil Survey pendahuluan);
f. Survey Iapang (topogra, kemiringan, tanah, jalan, penggunaan lahan,
sumber daya air, kehutanan, sosial ekonomi dan budaya);
g. Menyusun laporan lapang;
h. Musyawarah tahap III (membahas hasil lapang);
i. Diskusi dengan Iintas sektor (kabupaten/kota);
j. Demobilisasi tim.
3. Pekerjaan Studio
a.
b.
c.
d.

Melakukan analisa data hasil lapang;


Melakukan analisa hasil Iaboratorium;
Menyusun laporan RTUPT;
Menuangkan hasil analisa ke dalam peta-peta.

4. Penyusunan Laporan
a.
b.
c.
d.
2.2.

Laporan pendahuluan (inception report);


Laporan lapang (interim report);
Konsep laporan akhir (draft nal report);
Laporan akhir (final report).

Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan


1. Musyawarah
Musyawarah dilakukan tiga kali bersama dengan tokoh masyarakat, aparat desa dan kecamatan,
dinas yang membidangi ketransmigrasian kabupaten/kota, dan pelaksana pekerjaan.
a. Musyawarah Tahap l
Musyawarah pada tahap ini merupakan pemantapan hasil sosialisasi sebelumnya yang
dilakukan oleh dinas kabupaten/kota. Hasil musyawarah ini dituangkan dalam bentuk berita
acara yang antara Iain berisi :
1. Persetujuan untuk dilakukan penyusunan tata ruang permukiman yang terintegrasi dengan
desa tersebut;
2. Kesepakatan terhadap data atau dokumen legalitas serta pernyataan masyarakat;

3. Kesediaan menerima warga transmigran dari luar daerah tersebut beserta dengan
informasi lain yang diperlukan;
4. Penentuan waktu Survey pendahuluan (inventarisasi calon peserta TPS, identifikasi FU,
identikasi prasarana jalan dan identifikasi areal calon permukiman baru) beserta
pendamping baik dari tingkat kecamatan, desa, dan warga desa yang berkepentingan;
5. Penentuan waktu musyawarah II.
b. Musyawarah Tahap ll
Musyawarah tahap ll merupakan penyampaian hasil inventarisasi dan identikasi yang telah
dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan pada musyawarah I. Hasil musyawarah II
dituangkan dalam bentuk berita acara yang antara lain berisi :
1. Kesepakatan nama-nama calon peserta TPS yang tidak pindah dan yang pindah ke
permukiman baru;
2. Kesepakatan FU dan jalan yang akan direhab;
3. Kesepakatan letak lahan yang diserahkan untuk permukiman baru;
4. Penentuan waktu Survey lapang (topografi, kemiringan, tanah, jalan, penggunaan Iahan,
sumber daya air, kehutanan, sosial ekonomi dan budaya) beserta pendamping dari desa
dan warga yang berkepentingan;
5. Penentuan waktu musyawarah III.
c. Musyawarah Tahap III
Musyawarah tahap III merupakan penyampaian hasil Survey lapang yang dituangkan dalam
bentuk berita acara, berisi antara lain :
1. Kesepakatan FU dan jalan yang akan direhab;
2. Kesepakatan hasil pemantapan nama-nama TPS yang tidak pindah dan yang pindah ke
permukiman baru;
3. Kesepakatan letak rumah yang akan dibangun di desa induk;
4. Kesepakatan hasil tata ruang satuan permukiman terintegrasi;
5. Kesepakatan perlakuan yang diberikan kepada TPS.
Hasil pertemuan musyawarah tahap I, ll dan Ill yang telah disepakati oleh masyarakat selanjutnya
akan menjadi acuan pembangunan permukiman dan penempatan transmigrasi.
2. Survey
a. Survey pendahuluan
Survey pendahuluan dilakukan di desa induk dan di calon areal yang telah diserahkan untuk
permukiman baru, meliputi :
1. Inventarisasi nama-nama calon TPS yang tidak pindah dan yang pindah ke permukiman
baru;
2. Identikasi FU dan jalan yang akan diperbaiki (fungsional);
3. Pemantapan letak dan luas lahan yang diserahkan untuk permukiman baru;
4. ldentikasi potensi lahan dan perkiraan daya tampung;
5. ldentikasi jalan poros yang menghubungkan desa induk dengan permukiman baru;
b. Survey Lapang
1) Survey di desa induk
a) Pemetaan tata letak permukiman desa
Pengukuran jalan poros merupakan satu kesatuan dengan pengukuran jalan poros
permukiman baru;
Pengukuran jaringan jalan desa, termasuk jembatan dan gorong-gorong;
Pengukuran tata letak permukiman, termasuk FU;

Penentuan letak dan posisi rumah yang akan dibangun.


b) lnventarisasi FU dan jalan desa
Jenis FU yang ada dan yang perlu dilakukan perbaikan;
Panjang dan Ietak jalan, jembatan dan gorong-gorong yang perlu perbaikan.
c) Survey sosial dan agro ekonomi dijelaskan pada bab selanjutnya sebagai satu kesatuan
Survey di calon area permukiman baru.
2) Survey di calon areal permukiman baru
a) Survey Topografi
Tujuan pemetaan topogra adalah untuk membuat peta dasar yang cukup teliti dan
cukup terinci untuk jenis pengembangan yang direncanakan. Pada pola tanaman
pangan lahan kering ini diperlukan sebuah peta topogra skala 1:10.000.
Lingkup (Scope) pekerjaan Pemetaan Topogra mencakup pekerjaan
(a) Survey Topogra Pengikatan dan Base Line (T0);
(b) Survey Topografi dalam jalur rintisan per 500 M, (mith band, clinometer, compas);
(c) Survey topografi dalam jalur rintisan per 250 meter, setelah RTUPT pendahuluan
(T0);
(d) Survey topografi dalam jalur rintisan per 125 m (calon LP dan FU).

Survey Pengikatan dan Base Line


Pengukuran disini adalah pengukuran horizontal dan vertikal dilakukan secara
bersamaan dari titik kontrol nasional yang terpilih terhadap areal Survey yang
dimaksud. Bila didalam atau di dekat daerah Survey terdapat titik kontrol nasional
(titik trianggulasi, astronomi, doppler dan sebagainya) yang koordinatnya dapat
diperoleh dari Bakosurtanal, maka titik tersebut harus digunakan sebagai titik ikat
pengukuran. Apabila titik yang dimaksud tidak ada, maka titik ikat pengukuran dipilih
suatu titik tertentu yang dapat diidentifikasi pada peta topografi dan mudah dicari di
lapangan.
Lintang dan bujur titik ikat tersebut diinterpolasi dengan seteliti mungkin dari peta
topografi kemudian ditransformasi kedalam sistem koordinat UTM. Selanjutnya titik
itu dipergunakan sebagai titik referensi bagi pengukuran base line dan pemetaan
topografi. Titik ikat harus dipilih sedemikian rupa sehingga jarak antara titik ikat
dengan titik awal proyek sebaiknya tidak lebih dari 5 km. Untuk datum vertikal dapat
dipergunakan ketinggian permukaan air laut rata-rata atau ketinggian Baromatrik
atau ketinggian suatu objek yang dapat diidentifikasi pada peta topografi.
Pengukuran tinggi dilakukan pada semua titik poligon.
Base line dibuat sedemikian rupa, sehingga jarak maksimum antara dua base line
tidak lebih dari 3 km. jika jarak antara base line ke tepi batas areal pengukuran
kurang dari 3 km, maka cukup dibuat 1 (satu) buah base line yang dipilih
sedemikian rupa, sehingga base line tersebut bisa membagi areal Survey menjadi 2
bagian hampir sama besar. Jika terdapat dua base line atau lebih, maka base line
yang satu harus terikat pada base lainnya.
Spesifikasi Teknik Pengukuran :
a. Kontrol horizontal
1) Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur sudut dengan ketelitian 30;
2) Jarak diukur dengan pita ukur searah dan dichek denga jarak optis kemuka
dan kebelakang;
3) Pengukuran sudut dilakukan satu serti ganda (B-B-LB-LB) diambil harga
rata-ratanya. Pengukuran jalur pengikatan dilakukan pulang pergi dengan
ketelitian sebagai berikut :
a)
Salah penutup sudut 4 V n ; n = banyaknyua titik polygon;
b)
Bench Mark dipasang setiap jarak + 3 km;

c)

Penentuan azimuth matahari dilakukan dua seri pagi dan


dua seri sore dengan ketelitian 30 pada titik ikat dan pada awal base line
dan setiap 50 stasiun pengukuran.

b. Kontrol vertikal
1. Ketelitian tinggi tidak boleh lebih dari (60 V D Km) mm; D = jumlah jarak
pengukuran;
2. Metode pengukuran tachimetris

Survey Topografi dalam jalur rintisan per 500 meter


Dalam pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan pembuatan jalur rintisan per 500 m
dengan alat pita ukur, klinometer dan kompas untuk mengetahui gambaran umum
kimiringan lahan areal yang distudi dengan spesifikasi sebagai berikut :
a. Rintisan per 500 m tersebut terikat pada base line sehingga merupakan kring
tertutup;
b. Salah penutup beda tinggi < 2 m;
c. Ketelitian linier < 15 meter

Survey Topografi dalam jalur rintisan per 250 m (dilakukan setelah RTUPT
Pendahuluan)
Setelah dilakukan penyaringan dengan rintisan per 500 m maka ditentukan areal
yang akan direncanakan untuk lahan pekarangan, Lahan Usaha I dan Fasilitas
Umum. Calon areal ini akan dipetakan keadaan topografinya dalam skala 1 : 10.000
untuk itu dilakukan pembuatan rintisan per 250 dengan spesifikasi sebagai berikut :
a. Rintisan per 250 harus terikat pada base line sehingga merupakan kring tertutup
b. Pengukuran sudut dilakukan dengan menggunakan alat To atau yang sederajat
dengan pemasangan 30
c. Salah penutup sudut 4 Vn (n = banyak titik poligon)
d. Ketelitian linier .500
e. Salah penutup beda tinggi tachimetri 60 mm VD Km (D = jumlah jarak jalur
pengukuran beda tinggi)
Survei Topografi dalam Jalur Rintisan per 125 m (dilakukan setelah diperoleh
calon lahan fasilitas umum dan lahan pekarangan).
a. Survei topografi dalam jalur rintisan per 125 meter dilakukan pada calon lahan
Fasilitas Umum dan Lahan Pekarangan. Tujuannya adalah untuk memastikan
bahwa lahan-lahan tersebut memang berada pada lahan dengan kemiringan
lahan yang sesuai / relative cukup datar.
b. Pengukuran ini juga dimaksudkan untuk mendapatkan data tinggi titik-titik dalam
jalur rintisan, untuk keperluan penggambaran contour dan pengecekan terhadap
data kemiringan lahan hasil survei terdahulu.
c. Pengukuran rintisan per 125 m dilakukan dengan metode polygon-tachimetri,
memakai alat ukur Theodolite atau yang sederajat. Jarak antara titik-titik
pengamatan tidak lebih dari 50 meter, dan dalam hal ditemui perubahan
topografi dalam jarak kurang dari 50 meter, maka detail tersebut perlu diamati.
d. Ketelitian yang disyaratkan adalah sebagai berikut :
Rintisan per 125 meter harus terikat terhadap base line
Salah penutup beda tinggi setiap kring pada jalur rintisan tidak lebih dari 60
D Km mm, D = jumlah jarak jalur pengukuran dalam Km
Salah linier jarak tidak lebih dari 1/2500
Salah penutup sudut 4 n dimana n = jumlah titik polygon
e. Selanjutnya, peta topografi skala 1 : 5.000 pada calon lahan pekarangan dan
fasilitas umum/pusat desa, harus selesai dibuat di lapangan. Peta topografi

tersebut harus dilengkapi dengan koordinat UTM, data-data tinggi titik-titiknya,


contour dengan interval 2,5 m dan detail-detail lainnya.

Perhitungan dan Penggambaran


Titik-titik pada kerangka dasar dan titik-titik ikat, serta titik-titik dalam jalur rintisan
harus di plot pada peta kerja skala 1 : 5.000 atau 1 : 10.000 dalam sistem koordinat
universal transerve mercator.
Data-data ketinggian yang didapat dari pengukuran tachymetri, diplot, kemudian
dibuatkan peta kontournya, dengan interval kontour sebagai berikut :
a. Untuk areal bergunung, interval kontour setiap 10 meter
b. Untuk areal datar/landai, interval kontour setiap 2-5 m
c. Format gambar : A1.
d. Penyajian gambar berdasarkan pada standarisasi yang telah ditetapkan oleh
Direktorat Perencanaan Teknis Pembangunan Kawasan Transmigrasi, Direktorat
Jenderal Pembinaan Pembangunan Kawasan Transmigrasi.
Pembuatan Peta Kemiringan Lahan dan Satuan Lahan (Land Unit)
Batas klarifikasi kemiringan lahan dibuat berdasarkan peta kontour hasil Survey,
dengan cara melakukan delineasi kelas-kelas kemiringan. Penarikan baras blok
kemiringan lahan dominan, dibuat berdasarkan pada klasifikasi kemiringan lahan :
a. 0 3% (Datar)
b. 4 8% (Landai)
c. 9 15% (Berombak)
d. 16 25% (Bergelombang)
e. 26 40% (Berbukit)
f.
> 40% (Bergunung)
b) Survey Penelitian tanah dan Evaluasi Kesesuaian Lahan
Survey Tanah
Survey / penelitian tanah dilaksanakan dengan pemboran, deskripsi profil pewakil
dan analisis laboratorium. Pemboran dilakukan sampai kedalaman 120 cm. atau
sampai bahan induk, mengikuti setiap rintisan yang telah dibuat untuk survey
topografi dengan kerapatan per 250 m atau rata-rata kerapatan 1/12,5 ha untuk
sebuah areal Survey (jarak antar rintisan 500) dan 1/6,25 Ha untuk calon lahan
Pekarangan/Pangan dan fasilitas umum (Rintisan / 250 m). Pengamatan pemboran
dan diskripsi profil mengikuti pedoman Soil survey manual (Soil Survey staff, 1951,
1961) atau Pedoman Pengamatan tanah di lapang (Dok LPT, 1969).
Pemetaan tanah/satuan lahan dilakukan pada tingkat semidetail untuk seluruh areal
Survey dan tingkat detail untuk calon lahan pekarangan /pangan fasilitas umum
dengan klasifikasi menurut terminologi dari Pusat Penelitian tanah (PPT, 1983) dan
disebutkan padanannya menurut sistem Soil Taxonomy (USDA, 1977) dan FAOUnesco (1985) sekurang-kurangnya dibuat 2 profil, salah satu profil pewakil diambil
contoh tanah setiap lapisan/horizol untuk dianalisa di laboratorium.
Peta Satuan Tanah/satuan lahan disajikan pada skala 1 : 10.000 untuk seluruh areal
Survey dan skala : 5000 untuk calon lahan pekarangan / pangan dan fasilitas umum
berdasarkan pengamatan di lapangan dan jika ada dilengkapi hasil interpretasi foto
udara.
Peta tanah (Peta tanah dan kesesuaian lahan) skala 1 : 10.000 dilengkapi dengan
klasifikasi menurut 3 sistem tersebut di atas dan penilaian kesesuaian lahan untuk
setiap Satuan Peta Lahan (SPL) tersebut. Peta Lahan skala 1 : 5000 dilengkapi
dengan legenda satuan tanah / lahan dengan menunjukkan deskripsi (schema)
yang meliputi kedalaman efektif, tekstur lapisan atas dan bawah, struktur,

konsistensi, reaksi tanah (pH), kapasitas tukar kation (KTK) dan kejenuhan basa
(KB). Setiap titik observasi tanah baik pemboran, profil, komposit dan contoh fisik /
undistrub-sample (jika ada) di plotkan pada peta yang disajikan.
Contoh tanah komposit untuk penilaian kesuburan diambil pada lokasi yang
dicalonkan untuk lahan fasilitas umum (FU) dan lahan pekarangan (LP) dan Lahan
Usaha I (LU I), dengan kerapatan satu contoh untuk setia blok/kelompok lahan
pekarangan atau minimal per 25 ha (50 kk) diambil dari kedalaman 0-30 cm.
Sedangkan untuk Lahan Usaha II dengan kerapatan satu contoh per 50 Ha pada
kedalaman 0-30 cm dan 30 60 cm.
Jenis analisa yang perlu dilakukan untuk contoh profil dan kesuburan adalah :
Tabel1. Analisa Tanah di Lokasi Transmigrasi
JENIS ANALISA

CONTOH PROFIL

CONTOH KESUBURAN

KETERANGAN

Tekstur dalam 3 fraksi


pH (H2O dan Kel 1 : 1)
Total P
Total K
Kapasitas Tukar Kation
(KTK)
Kejenuhan Basa (KB)
Ca, Mg, K, Na dapat ditukar
Total N
C Organik
P Tersedia
Toksisitas & Kekahatan*
A1, H dapat ditukar

V
V
V
V
V

V
V
V
V
V

Contoh kesuburan secara


kwalitatif dapat dilakukan
di lapangan (Soil Test Kit)

V
V
V
V
V
-

V
V
V
V
V
V
V

V
*

:
:
:

Dilakukan
Tidak dilakukan
Dilakukan terutama untuk tanah-tanah bermasalah

Satuan Lahan (Land Unit)


Penentuan/klasifikasi Satuan Lahan (Land unit) dilakukan berdasarkan peta
topografi/lereng hasil survey, dengan berpedoman kepada sistem Dessaunettes
(1977) atau modifikasinya dalam sistem terbaru (PT, 1986 1988).
Evaluasi Kesesuaian Lahan
Penilaian kesesuaian lahan harus dilakukan berdasarkan prinsip sesuai seperti yang
diterapkan dala A Frame Work Land Evaluation (FAO, 1976).
Kesesuaian lahan dinilai pada tingkat Sub Kelas untuk 3 type penggunaan lahan
yaitu padi sawah, tanaman pangan lahan kering dan tanaman tahunan (lampiran 4),
terhadap seluruh areal Survey (Skala 1 : 10.000). Penilaian ini dimaksudkan untuk :
a. Screening (Penyaringan) guna penentuan calon lahan pekarangan & pangan);
b. Penentuan lahan-lahan yang memiliki potensi Tanaman Pangan dan Tanaman
Tahunan
c. Evaluasi kesesuaian lahan tanaman Pangan dan tahunan (jika berdasarkan
perhitungan analisa ekonomi terhadap alternatip tanaman Pangan dan Tahunan
memiliki kelayakan yang lebih tinggi, Konsultan dapat menyusun evaluasi
kesesuaian lahan untuk tanaman lain sesuai yang direkomendasikan.
Terhadap calon lahan pekarangan penilaian kesesuaian lahan pada tingkat unit,
khusus dinilai type penggunaan komoditi tanaman pangan pokok dan tanaman
pangan yang diusulkan dinilai secara aktual dengan masukan input teknologi,
tingkat rendah yang diperlukan sehingga didapat kesesuaian lahan potensial. Begitu
pula untuk type penggunaan lain, juga untuk tanaman tahunan yang diusulkan.
Kesesuaian lahan tingkat unit disajikan pada peta skala 1 : 50.000.
Jika dari hasil evaluasi kesesuaian lahan seperti tersebut diatas (standar rata-rata)
lokasi studi tidak dapat dikembangkan untuk usaha tani tanaman pangan konsultan

diharuskan membuat penilaian kesesuaian lahan secara standar tidak di rata-rata


(STR) atau dengan mempertimbangkan input teknologi pada tingkat sedang. Hasil
evaluasi kesesuaian lahan disajikan pada peta skala 1 : 10.000 untuk seluruh
daerah Survey 1 : 5000 untuk calon Lahan Pekarangan/Lahan Pangan dan fasilitas
Umum.
Penilaian kesesuaian lahan secara spesifik untuk setiap komofiti tanaman pangan
pokok dan tanaman lainnya yang direkomendasikan oleh konsultan berpedoman
menurut sistem Atlas Format Procedures (CSR/FAO-Staff, 1983).
c. Penggunaan Lahan dan Sumber Daya Hutan
Penggunaan Lahan
1) Peta penggunaan lahan harus disajikan pada skala 1 : 10.000 yang
menunjukkan penggunaan lahan dalam kategori yang dapat dilihat pada tabel 2.
Peta harus berdasarkan pengamatan yang terbaru di lapangan dan data-data
penunjang lain yang ada.
2) Pengamatan di lapangan harus dibuat dan dicatat pada semua kategori yang
diidentifikasikan dengan satu pengamatan setiap 50 meter sepanjang semua
rintisan dan poligon yang dipakai untuk Survey tanah.
3) Peta penggunaan lahan harus menunjukkan juga batas-batas HPH, Long Yard
dan Camp serta jalan angkutan kayu utama (main logging road) dengan
cabang-cabangnya, dan jembatan yang ada; kesemuanya meliputi yang sedang
direncanakan maupun yang sudah ada.
4) Untuk kelengkapan data, harus menghubungan Instansi Perhubungan,
Pertanian, Agraria, Kehutanan, Pekerjaan Umum serta Camat setempat
mengenai keadaan lahan pada saat diadakan studi serta rencana dari instansiinstansi tersebut yang berkaitan dengan masalah penggunaan lahan daerah
studi. Wawancara dengan lurah dan petani-petani setempat diperlukan antara
lain untuk mengetahui status pemilikan lahan di area studi. Wawancara dengan
lurah dan petani-petani setempat diperlukan antara lain untuk mengetahui status
pemilikan lahan di daerah tersebut.
5) Penelitian penggunaan lahan ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil luasan
ketersediaan lahan (Land availability) di daerah studi yang bebas dari
permasalahan/kendala.
Sumber Daya Hutan
1) Hasil penelitian hutan harus dipetakan, peta tersebut menunjukkan potensi
tegakan,
2) status hutan sebagai hutan produksi, konservasi dan hutan lindung serta izin-izin
kehutanan. Data tersebut harus dikonsultasikan engan Dinas Kehutanan dan
atau Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) setempat;
3) Inventarisasi hutan primer harus memberikan data jumlah volume kayu yang
biasa digunakan, untuk semua species yang mempunyai DBH sama dengan
atau lebih dari 35 cm, dengan kesalahan penarikan contoh 10% atau kurang
pada tingkat kenyataan 95%.
4) Bila klasifikasi ini cukup baik, maka persentase penarikan contoh tersebut bisa
dicapai dengan contoh kurang dari 1% luasnya, tetapi harus ada lebih dari 0,5%
luasnya.
5) Dalam setiap satuan contoh, semua pohon yang hidup, dengan DBH 35 cm atau
lebih harus dicatat bersama dengan pohon yang lebih jelas sudah rusak. Pohonpohon harus dicatat menggunakan nama jenis (species), atau kelompok jenisnya
dan 6 (enam) kelas garis tengah 35-50 cm, 51-60 cm, 60-70-80, 81-90 cm dan
lebih besar dari 91 cm ditambah 20% dari hasil satuan pencatatan inventarisasi

10

kecuali yang mempunyai DBH 10-34 cm, untuk perhitungan ongkos pembukaan
lahan.
6) Inventarisasi terperinci tidak perlu untuk hutan sekunder, kecuali Survey
pendahuluan menunjukkan bahwa ada 20 M3 per ha atau lebih kayu yang bisa
dipakai dengan DBH lebih dari 60 cm. untuk perhitungan ongkos pembukaan
lahan, data yang diperlukan pada hutan sekunder adalah jumlah batang, dalam
9 (sembilan) kelas garis tengah : 10-20, 21-30, 31-40,41-50, 51-60 cm 61-70,
71-80, 81-90 dan lebih besar dari 91. Data ini adalah data garis tengah saja dan
klasifikasi dalam jenis tidak diperlukan.
7) Penelitian sumber daya hutan ini juga meliputi penelitian flora dan fauna sebagai
masukan untuk studi analisa dampak lingkungan. Penelitian flora dan fauna
yang ada secara umum, terutama untuk mengetahui jenis-jenis yang spesifik
dan jenis langka.
d. Iklim dan Hidrologi
Iklim
1) Data dan analisa iklim yang dibuat pada tahap ke II harus dilihat lagi dan
dipertimbangkan kembali hubungannya dengan model usaha tani (Farm Model)
yang diusulkan pada daerah tersebut.
2) Tipe iklim lokasi studi dianalisa berdasarkan Koppen, Schmidth dan Fergusson
dan Oldeman
3) Analisa curah hujan bulanan dan variasi mengenai awal dan akhir musim kering
4) Analisa data-data curah hukan harian untuk mendapatkan frekwensi hari hujan
(> 1 mm) tiap bulan dan terjadinya periode kering selama 5, 10, 15 dan 20 hari
(< 5 mm hujan/hari)
5) Suatu perkiraan evaporasi potensial dalam batas-batas data-data yang ada dan
diplot terhadap curah hujan bulan rata-rata. Suatu perkiraan harus dibuat
mengenai kegawatan masa kering dalam 1 dan 5 tahun kering.
Hidrologi
1) Penyelidikan Hidrologi harus dilakukan untuk semua daerah aliran sungai yang
akan mempengaruhi daerah tersebut, berdasarkan pada Laporan Tahap II,
Interpretasi Foto Udara, dan peta yang ada.
2) Peta harus disajikan pada skala 1 : 10.000 dimana pada peta tersebut
digambarkan pola drainase, batas daerah sungai utama, daerah genangan dan
daerah bahaya banjir. Semua sungai harus diteliti mengenai lebar, kedalaman
dan debitnya yang kemudian diplot pada peta.
3) Daerah bahaya banjir harus diperkirakan berdasarkan data luas daerah sungai,
perkiraan penyaluran, bentuk sungai, dan informasi dari Survey topografi, tanah,
dan tata guna lahan.
4) Tersedianya sumber air bersih akan diteliti. Sumber yang paling disukai adalah
sumur dangkal, tetapi air permukaan dan air hujan (ditampung dari atap rumah)
akan diperhatikan juga.
5) Tersedianya air tanah dangkal ditentukan dengan sampling dan testing :
a. Lokasi sumur percobaan dan daerah yang cocok untuk sumur dangkal
ditunjukkan pada peta yang terpisah
b. Tersedianya air permukaan ditentukan jika air tanah dangkal tidak tersedia
c. Pengukuran kualitas air (Ec dan pH) dilakukan untuk sumber air tanah dan
air permukaan
d. Penampungan air dari atap rumah dilakukan dan diteliti apabila sumber tak
tersedia atau kurang mencukupi.
Ketersediaan Air
1) Tersedianya sumber air minum harus diteliti. Sumber air minum yang ada
dianjurkan adalah dari sumur dangkal. Juga air permukaan dan pengumpulan
serta penyimpanan air hujan;

11

2) Air tanah yang dapat diperoleh dari air sumur yang dangkal harus diuji, yaitu
dengan membuat sumur uji pada lahan pekarangan dan pusat SP, sekurangkurangnya 2 buah pada tempat yang mewakili daerah yang diteliti. Variasi
kedalaman air tanah harus ditentukan dengan mewawancarai penduduk
setempat dan dengan mengamati permukaan air selama studi. Letak sumur uji
dan daerah yang cocok untuk sumur uji yang dangkal harus diplot pada
hidrologi.
3) Air permukaan yang dapat dipergunakan sebagai sumber air bersih harus diteliti.
Sumber air permukaan yang dipilih sebagai sumber air harus digambarkan baik
dari segi letak maupun penyalurannya.
4) Penelitian tempat-tempat yang dapat dipakai untuk pengumpulan dan
penyimpanan air permukaan perlu dilakukan sebagai dasar untuk penentuan
penelitian selanjutnya (pembuatan check dam dan bangunan dengan fungsi
yang sama)
5) Pengumpulan dan penyimpanan air hujan dari atap harus diteliti. Analisis
terperinci data hujan harus dibuat untuk menentukan volume air yang harus
dikumpulkan dari atap rumah transmigran yang standar ( 35 m3) kebutuhan
penerimaan air harus dihitung, bentuk dan spesifikasi standar harus disiapkan
untuk suatu sistem pengumpulan dan penyimpanan air atap.
6) Jika ada kemungkinan sistem pengadaan air bersih yang lebih baik harus
dikemukakan untuk pemakaian yang akan datang.
7) Perkiraan terinci biaya harus disiapkan untuk sistem pengadaan air yang
direncanakan.
e. Survei Sosial dan Agro Ekonomi
Maksud dan tujuan penelitian aspek sosial dan agro ekonomi adalah untuk mengetahui
keadaan sosial ekonomi penduduk setempat serta transmigran yang sudah ada, baik di
dalam maupun sekitar daerah penelitian.
Data primer yang perlu dikumpulkan di lapangan adalah :
a. Data Sosial :
1) Adat istiadat dan hukum adat atas pemilikan/penggunaan lahan;
2) Kemungkinan pengaruhnya terhadap rencana transmigrasi;
3) Tanggapan penduduk terhadap rencana transmigrasi
b. Data sosial ekonomi :
1) Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur, dengan tekanan pada
kelompok usia kerja (analisa/uraian)
2) Tingkat perkembangan jumlah penduduk
3) Komposisi penduduk berdasarkan agama/kepercayaan
4) Komposisi penduduk berdasarkan pekerjaan/mata pencaharian
5) Kemungkinan pemanfaatan tenaga kerja penduduk lokal untuk
pembangunan lokasi transmigrasi
c. Data agro ekonomi :
1) Mengenai pertanian tanaman pangan lahan kering
a) Luas dan jenis pemilikan lahan usaha dan cara mengusahakannya,
misalnya bagaimana cara-cara bercocok tanam yang umum dan lain
sebagainya;
b) Jenis-jenis tanaman serta perkiraan produksi yang memberi indikasi
dapat dikembangkan, dan mengapa dikembangkan;
c) Apakah sudah mengenal penggunaan teknologi maju benih / bibit unggul,
pupuk, pestisida, pengolahan lahan dan sebagainya), bagaimana
mengenalnya dan bagaimana memperoleh sarana produksinya;
d) Kalau usahatani bukan hanya untuk mencukupi kebutuhan pangan
keluarga, bagaimana mendapatkan penghasilan uang kontan/caqsh,
termasuk bagaimana memasarkan hasil, dan bagaimana peranan KUD
e) Bagaimana jalur pemasaran hasil-hasil usaha tani

12

f) Keadaan prasarana dan sarana angkutan


g) Analisa sederhana usahatani setempat (farm survey), mengenai pola dan
jadwal tanam berdasarkan bentuk usaha tani yang umum
h) Data penunjang usahatani
i) Penyuluhan pertanian (sarana, tenaga penyuluh, cara-cara penyuluh)
j) Hasil-hasil uji coba pertanian lapangan/diplot
k) Keadaan swasembada pangan daerah studi
2) Mengenai kehutanan
a) Jumlah penduduk yang bekerja di bidang kehutanan baik yang bekerja
sebagai pekerjaan utama ataupun pekerjaan sampingan seperti
mengambil hasil hutan atau sebagai buruh.
b) Jenis kayu yang diambil
c) Pendapatan yang dihasilkan dari pekerjaan tersebut
d) Pemasaran hasil hutan tersebut
e) Sarana dan prasarana transportasi yang dipergunakan untuk pemasaran
hasil hutan tersebut
f) Data dan informasi berbagai sarana pelayanan umum meliputi
Pendidikan, kesehatan, peribadatan, perhubungan dan perekonomian
3) Data sekunder yang mendukung/melengkapi data-data tersebut dalam butirbutir dapat diperoleh dari :
a) Desa/kampung yang bersangkutan;
b) Kecamatan-kecamatan yang bersangkutan;
c) Tingkat Kabupaten
4) Dari data-data yang dikumpulkan hendaknya dapat diidentifikasikan
masalah-masalah untuk dipecahkan dan keberhasilan-keberhasilan untuk
dimanfaatkan dalam rangka rencana transmigrasi.
Evaluasi Lokasi-Lokasi di Daerah Studi
Khusus untuk lokasi-lokasi yang sudah ada di sekitar daerah studi hendaknya
divaluasi hasil pelaksanaan dan pengembangan di bidang sosial ekonomi ssuai
dengan kriteria yang tercantum dalam Peraturan Menteri Nakertans
No. Per.25/Men/IX/2009 tentang Tingkat Perkembangan Permukiman Transmigrasi
dan Kesejahteraan Transmigran.
f. Penyusunan Tata Ruang Satuan Permukiman
Analisi keterkaitan pengembangan SP dengan pusat pertumbuhan
Analisi keterkaitan SP dengan Pusat SKP
Analisis keterkaitan SP dengan Pusat WPT/LPT
Analisis keterkaitan SP dengan pusat-pusat pemerintahan (kecamatan dan
kabupaten)
Rencana Blok
a. Prinsip
Prinsip-prinsip perencanaan dalam penyusunan RTUPT adalah sebagai berikut :
1) Penggunaan lahan direncanakan harus berdasarkan kesesuaian lahan
tanaman pangan dan tanaman tahunan yang diusulkan
2) Areal yang direncanakan adalah areal yang terbebas dari penggunaan lain,
seperti penggunaan HPH, ladang penduduk dan sebagainya. Secara status
Hutan harus merupakan Areal Penggunaan Lahn (APL). Dalam hal
menggunakan Hutan Produksi yang dapat di Konversi (HPK) harus ada
persetujuan dari Departemen Kehutanan (IPPKH)
3) Pemukiman harus menyediakan suatu lingkungan sosial yang serasi dan
sesuai dengan kebutuhan pemukiman

13

4) RTUPT disusun dengan mempertimbangkan aksesibilitas (kemudahan


hubungan), baik hubungan di dalam SP maupun hubungan SP dengan
daerah luar
5) Prasarana harus efisien dalam hal jasa-jasa yang disediakan serta biayanya
6) Harus mempertimbangkan kelestarian alam antara lain dengan
merencanakan penggunaan lahan untuk konservasi alam pada lokasi yang
kritis.
7) RTUPT harus menyediakan suatu areal untuk pengembangan masa depan
(lahan cadangan)
8) Areal yang direncanakan harus memiliki ketersediaan air yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan air transmigran (SAB)
b. Kesesuaian Lahan
Kelas kesesuaian lahan yang direkomendasikan untuk penggunaan lahan
pangan dan tanaman keras diperbolehkan sampai kelas kesesuaian lahan S3.
1) Pola Pemukiman
Pola pemukiman harus mempertimbangkan:
a) Kemudahan transmigran dalam mencapai pusat fasilitas umum
b) Kesinambungan jaringan jalan dalam daerah pemukiman terutama antara
jalan desa.
2) Alokasi Lahan
Lahan pada SP terdiri dari lahan yang diberikan kepada transmigran
(kapling) dan lahan yang dialokasikan kepada fasilitas umum atau
penggunaan masyarakat (tabel 1)
Lahan yang diserahkan menjadi milik transmigran terdiri dari :
a) Lahan pekarangan 0,1 0,5 Ha/KK
b) Lahan Usaha I 0,5 0,9 Ha/KK
c) Lahan Usaha II 1,00 Ha/KK
Lahan yang tidak diserahkan menjadi milik transmigran terdiri dari :
a) Lahan Fasilitas Umum di Pusat Desa, 8-12 Ha/SP;
b) Lahan Kas Desa, 10 Ha/SP; (untuk kepala desa)
c) Lahan Kuburan, 2 Ha/SP;
d) Test Farm, 4 Ha/SP;
e) Seed Farm, 4 6 Ha/SP (pusat SKP)
f) Lahan Pengembalaan, 10 Ha/SP;
3) Kemiringan Lahan
Batas kemiringan maksimum untuk setiap penggunaan yang diperkenankan
adalah sebagai berikut :
a) Lahan pekarangan, 0-8 %;
b) Fasilitas umum Pusat Desa, 0-8 %, untuk FU lainnya 0 15 %
disesuaikan dengan peruntukkannya
c) Lahan Usaha I : 0 - 15%
d) Lahan Usaha II : 0 - 25%
e) Lahan Konservasi > 25 %
4) Jarak Tempuh
Jarak sasaran maksimum dari lahan pekarangan ke beberapa penggunaan
sebagai berikut :
Dari lahan pekarangan ke :
a) Fasilitas Umum/Pusat Desa, 0,5 1,5 km
b) Lahan Usaha I, 1,5 2,5 km
c) Lahan Usaha II, 2,5 3,5 km
5) Daya Tampung

14

Jumlah kepala keluarga pada setiap Satuan Permukiman (SP) seharusnya


500 Kepala Keluarga. Jumlah tersebut dipertimbangkan sebagai jumlah yang
ideal, karena jumlah ini membenarkan adanya 1 Unit Sekolah dasar. Jumlah
lebih kecil bisa diterima dengan permukiman baru sebanyak 200 KK dan
yang terintegrasi 100 KK sehingga daya tampung menjadi 300 KK.
6) Lahan Konservasi
Untuk menjaga kelestarian lingkungan lokasi-lokasi dibawah ini harus
diperuntukkan sebagai lahan konservasi yang tidak boleh dibuka, sebagai
berikut :
a) 50 meter dari kiri dan kanan sungai besar atau 2 kali dalam lereng yang
curam dari pinggir lereng
b) 25 meter dari kiri dan kanan sungai kecil
c) Lahan dengan kemiringan di atas 25%
d) Lahan yang merupakan daerah genangan atau rawa yang tidak sesuai
untuk daerah pertanian.
Pekerjaan konservasi tanah yang sederhana misalnya penanaman rumput
sepanjang kontur, dibuat oleh petani sendiri yang tidak mempengaruhi
alokasi lahan.
7) Ukuran kapling-kapling di atas RTUPT
Secara ideal bentuk kapling harus persegi empat 25 m x 100 m untuk lahan
pekarangan, karena lebih efektif dan efisien dari segi pengadaan prasarana.
Peta kapling menunjukkan batas kapling, letak rumah dan letak jamban.
Namun dapat juga ukuran kapling lahan pekarangan disesuaikan dengan
lahan yang sesuai untuk lahan pekarangan dengan ukuran minimal 1.000
m2.
8) Blok-blok yang ditunjukkan pada RTUPT
Pedoman menunjukkan bahwa harus menunjukkan lahan pada blok-blok.
Blok-blok tersebut harus dialokasikan berdasarkan faktor-faktor yang
dibicarakan dibawah ini :
a) Faktor Sosial
Penting sekali rencana dibuat dengan memperhatikan kebutuhan untuk
mengembangkan prasarana sedemikian rupa sehingga menimbulkan
keadaan yang dapat memungkinkan kehidupan bermasyarakat yang baik.
Jadi sebagian besar lahan pekarangan harus diusahakan menghadap ke
jalan desa, bukan ke jalan penghubung atau ke jalan poros.
b) Batas Blok
Batas-batas blok untuk setiap penggunaan yang diusulkan harus
sederhana yaitu garis lurus, jalan atau ciri-ciri alam, misalnya sungai.
Untuk lebih mengenali batas-batas dilengkapi dengan batas-batas
kapling. Blok LP di sajikan dalam peta 1:5.000 dan LU disajikan dalam
peta 1 : 10.000.
c) Fasilitas Umum
Rencana terinci untuk pusat desa diperlukan pada tahap IIIA dan
disajikan dalam peta 1 : 2.000. Peta tersebut menuju batas kapliong
masing-masing bangunan FU, Konsultan harus tahu fasilitas umum yang
akan diberikan sebagai standard.
Fasilitas umum tersebut harus dibuat daftarnya seperti pada tabel 1
(Rincian Penggunaan Lahan Pemukiman Transmigrasi) beserta luas tiap
blok. Fasilitas yang akan ditambah didaftar juga. Fasilitas diberikan dala

15

dua tahap, yaitu fasilitas yang diberikan sebelum kedatangan transmigran


dan fasilitas yang diberikan selama tiga tahun pertama.
Luas yang cukup untuk semua fasilitas yang harus diberikan dalam
rencana. Desian dan spesifikasi yang standar untuk semua fasilitas
tersebut adalah yang disiapkan oleh Dit. Perencanaan Teknis
Pembangunan Kawaasan Transmigrasi, Ditjen P2KTrans Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Konsultan tidak harus mendesain lagi
rumah transmigran atau sekolah.
Lahan untuk fasilitas umum diletakkan dipusat desa atau diletakkan di
Pusat Desa atau Pusat Satuan Permukiman (SP) berdasarkan
pertimbangan perencanaan dan kriteria jarak capai, luasnya disesuaikan
dengan daya tampung atau KK yaitu 8 12 Ha, di pusat Satuan
Permukiman (SP).
9) Untuk memenuhi kebutuhan air transmigran dan volume air didaerah studi
minimal harus tersedia : 60 liter/hari/orang untuk kebutuhan transmigran.
Rencana Batas Pembukaan Lahan
1) Pedoman (KAK) menetapkan bahwa RTUPT harus menunjukkan batas-batas
pembukaan lahan. Blok-blok yang dibuka. Yang harus diutamakan adalah batas
lahan pekarangan, pusat desa dan jalan poros/penghubung. Untuk itu perlu
dibuat beberapa patok permanen yang dapat mewakili batas lahan di lapangan
(lihat lampiran 3, deskripsi patok permanen)
2) Pilar/patok permanen tersebut harus diikatkan pada patok jalur rintisan dan
posisinya dapat mudah diidentifikasikan di lapangan (misalnya pada ujung-ujung
blok, di dekat sungai dan lain sebagainya). Pengukuran pilar-pilar permanen
tersebut dilakukan dengan spesifikasi sebagai berikut :
a) Sudut Horizontal diukur dengan alat To atau yang sederajat (dengan
pembacaan terkecil 30), jarak diukur dengan pita ukur.
b) Salah penutup sudut 4 n (n = banyaknya titik pengukuran)
c) Ketelitian linier .500
d) Salah penutup beda tinggi tachimetri 60 mm D Km (D= jumlah jarak jalur
pengukuran beda tinggi)
3) Setelah rencana Tata Ruang Satuan Permukiman selesai, maka batas lahan
yang dibuka (di land clearing) harus diukur posisi horizontalnya dengan metode
poligon dengan Theodolite yang mempunyai ketelitian bacaan minimal 30.
Patok-patok beton Batas Pembukaan Lahan (BPL) harus dipasang pada pusat
desa dan titik batas lahan pekarangan serta dibuat dokumentasinya. Sebagai
pengikat titik poligon BPL, diambil titik Bench Mark (BM) pada base line terdekat.
4) Spesifikasi pengukuran poligon dan sebagai berikut :
a) Sudut poligon diukur dengan theodolite To atau yang sederajat sebanyak 1
seri ganda (B-B-LB-LB)
b) Jarak titik-titik poligon diukur dengan pita untuk seraha dan di cek
denganjarak optis ke muka dan ke belakang.
c) Salah penutup sudut tidak lebih dari 4 n; (n = jumlah titik poligon)
d) Ketelitian linier tidak lebih dari . 500.

Rencana Jaringan Jalan

16

1) ada 2 (dua) kelas jalan yang dikenal dalam perencanaan pemukiman


transmigrasi yaitu :
a) Jalan Penghubung / Poros yang memberikan aksesibilitas untuk segala
cuaca dari pusat SP ke pusat-pusat lain diluar SP (poros) dan sarana
perhubungan tingkat kabupaten/propinsi (jalan penghubung)
b) Jalan desa yang memberikan aksesibilitas untuk segala cuaca dari pusat SP
kesemua lahan pekarangan
Jalan poros apabila tidak memungkinkan untuk dihubungkan langsung ke
pusat yang lebih besar harus dihubungkan ke prasarana perhubungan yang
ada, seperti jalan utama dari Pusat Desa perhubungan sungai/laut dan
sebagainya.
2)

Rencana jalan RTUPT harus didasarkan pada pertimbangkan efisiensi


dan efektifitas pembangunan. Dalam hal ini maka pembuatan rencana jalan
sebaiknya mempertimbangkan :
a)
Jarak yang paling pendek
b)
Topografi relative daftar guna menghindarkan pekerjaan gali & timbun
yang tidak perlu
c)
Faktor-faktor pembatas seperti sungai/rawa dan lain sebagainya sedapat
mungkin dihindari.

3)

Rencana jalan yang diukur dalam RTUPT baru merupakan alinemen jalan
yang diukur pada tingkat pendahuluan (Recoqnaisance). Pengukuran situasi,
perencanaan dissain geometrik serta pekerjaan staking out merupakan
pekerjaan selanjutnya.

17

Tabel 2. Rincian Penggunaan Lahan di Permukiman Transmigrasi


No.
1.
2.
3.
4.

JENIS
FASILITAS
LP
Lahan Usaha I
Lahan Usaha II
Fasilitas Umum Pusat Desa
1. Balai Desa
1. Pustu
2. Gudang Pupuk
2. Gudang Beras
2. Sekolah Dasar
2. Rumah Ibadah
1. Rumah Kep Unit / Desa
1. Rumah Petugas (Kopel)
2/1 Rumah Perawat (kopel)
2/1 Rumah Kepala Sekolah
7/4 Rumah Guru (kopel)
2/1 Rumah Penjaga Sek.
1. Lapangan
1. Kantor / gedung KUD
1. Pasar dan Toko-toko
1. Lantai pengeringan
1. Stasion Bis
1. Taman Kanak-kanak
1. Asrama
1. Puskesmas
1. Rumah Dokter
1. Sekolah Lanjutan
1. Bank Rakyat Indonesia
1. Kantor Pos
Fasilitas Umum Lainnya :
Kuburan
Pangonan / Penggembalaan
Test Farm
Seed Farm
Tanah Bengkok
- Kepala Desa
- Staf Desa
- Bondo Desa
Jalan Penghubung
- Jalan Poros (20 m)
- Jalan Desa (10 m)
- Jalan Lahan (5m)

1000 m2
-

LC/
NON
LC
LC
LC
NLC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC
LC

0 8%
0 15%
0 25%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%
0 8%

2,00 Ha
10 Ha
4 Ha
4,0-6 Ha

2,00 Ha
10 Ha
4 Ha
-

LC
Non LC
LC
LC

0 15%
0 15%
0 3%
0 3%

10 Ha
10 Ha
10 Ha

10 Ha
10 Ha
10 Ha

Non LC
Non LC
Non LC

0 8%
0 8%
0 8%

6 Ha

6 Ha

LC
LC
LC

0 15%
0 15%

Pusat SKP

SP

0,1 0,5 Ha/KK


0,5 0,9 Ha/KK
1,0 Ha/KK
8,0 12,0 Ha/KK
650 m2

0,1 0,5 Ha/KK


0,5 0,9 Ha/KK
1,0 Ha/KK
8,0 Ha/KK
150 m2
200 m2
400 m2
400 m2
10000 m2
5000 m2
250 m2
1250 m2
250 m2
250 m2
1000 m2
100 m2
4000 m2
250 m2
750 m2
600 m2

400 m2
400 m2
10000 m2
5000 m2
250 m2
1250 m2
500 m2
500 m2
1750 m2
200 m2
4000 m2
250 m2
4000 m2
600 m2
20000 m2
1000 m2
200 m2
450 m2
250 m2
10000 m2
400 m2
400 m2

SLOPE

Lahan dengan kemiringan 0-8% diperbolehkan jika masih sesuai untuk tanaman
Lahan Pekarangan. * LC = Land Clearing

g. Usulan Pengembangan Pertanian


Pengembangan Pertanian di lahan pekarangan / pangan

18

a. Usulan pengembangan pertanian pada lahan pekarangan di daerah pemukiman


Transmigrasi harus disesuaikan dengan kebijaksanaan pemerintah. Sebagai
pola pengembangan yang standar untuk mencapai swasembada bahan pangan
sedapat mungkin berdasarkan tanaman pangan lahan kering. Jika lokasi
tersebut tidak cocok untuk tanaman pangan lahan kering maka pengembangan
lainnya harus diusulkan. Usulan-usulan tadi menunjukkan kepada definisi tipe
penggunaan lahan (lang utilisation type) untuk mana kesesuaian lahan
diterapkan
b. Usulan pengembangan pertanian harus dihubungkan dengan pertanian yang
ada, data penghasilan dengan tingkat masukkan tertentu yang diperoleh petani
di sekitar daerah studi harus disebutkan. Informasi sebagai tambahan yang
dikumpulkan pada tahap sebelumnya mengenai luas kapling, kebutuhan tenaga
kerja dan pengelolaan yang berhubungan dengan lahan-lahan khusus harus
dikumpulkan.
Model usaha tani yang diusulkan harus digambarkan secara terinci
Jenis dan kalau mungkin juga varitas tanaman serta pola tanam dan pengiliran
tanaman (cropping patern and crop cotation) harus diidentifikasi, berdasarkan
kebutuhan transmigran untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarganya. Hasil
produksi tanaman harus memberikan makanan yang cukup dengan gizi berimbang
serta memberikan pendapatan tunai yang memadai. Cara bercocok tanamnya harus
memperhatikan usaha menjaga kondisi tanah;
a. Jumlah luas lahan yang optimal untuk setiap jenis tanaman yang diusulkan di
lahan pekarangan perlu dihitung
b. Masukkan pertanian minimum dan optimum harus diperkirakan untuk setiap
jenis / varitas tanaman dan pola tanaman yang diusulkan dikaitkan dengan
kondisi iklim, tanah dan topografi. Jika jumlah masukan dari pemerintah (paket
supply) berbeda jauh dari rekomendasi optimum maka pengaruh terhadap pola
tanaman yang diusulkan harus disebutkan dan produktivitas lahan tersebut juga
harus diperkirakan
c. Sumber masukan seperti bibit dan adanya bantuan Dinas Pertanian harus
diperhitungkan. Kesulitan penyediaan pupuk atau keperluan bahan kiia dan
obat-obatan lain harus diidentifikasi.
d. Perkiraan hasil panen untuk tingkat pengelolaan yang berbeda harus dibuat.
Angka-angka produksi berdasarkan hasil penelitian yang paling akhir dapat
dijadikan sebagai pegangan. Akan tetapi apabila data produksi yang didapat dari
hasil penelitian tersebut cara pengolahannya yang kurang memadai, maka data
tersebut perlu dipertimbangkan. Hasil panen pada daerah disekitar daerah studi
penting sekali. Kemungkinan perubahan dalam hasil selama perkembangan
pemukiman, karena usaha perbaikan ataupun kendapa harus dapat
diperkirakan. Hasil panen pada setiap akhir periode pengembangan pemukiman
transmigrasi (periode tahap konsolidasi, periode tahap pengembangan dan
periode tahap pemantapan), harus dinilai, apakah sudah sesuai dengan target
yang ingin dicapai atau belum.
e. Kebutuhan tenaga kerja untuk setiap sistem usaha tani yang diusulkan harus
dihitung dan sistem usaha tani tersebut harus ditunjukkan sebagai usaha tani
yang biasa dipakai.
f. Ketersediaan tenaga kerja dari setiap keluarga transmigran kelahan plasma dan
inti serta sarana transportasi yang mungkin akan disediakan perlu disebutkan.
Mekanisasi atau penggunaan ternak tarik mungkin bisa memecahkan hambatanhambatan tersebut, tetapi tidak bisa diperkirakan sebagai pemecahannya pada
tahun-tahun pertama perkembangan permukiman.
g. Fasilitas pemasaran dan pengolahan yang tersedia dan yang masih diperlukan
harus disebutkan diperhitungkan disertai biaya yang diperlukan

19

h. Pengembangan yang diusulkan hendaknya dikaitkan dengan metoda yang


direncanakan untuk pengembangan lokasi tersebut, khususnya cara pembukaan
lahan dan pemanfaatan kayu dari lahan yang dibuka agar diterangkan sejelas
mungkin.
i. Pola kelembagaan pembinaan petani transmigran perlu diusulkan termasuk tata
kerjanya, khususnya kelembagaan penyuluhan pertanian dengan segala
perangkat pendukungnya dan kelembagaan ekonomi pedesaan, termasuk
koperasi dan perkreditan usaha tani.
j. Hendaknya ada saran-saran tentang kemungkinan usaha tani terpadu seperti
menambahkan pemeliharaan ternak dan usaha diversifikasi tani lainnya, dengan
uraian tentang bagaimana mendapatkannya, pemeliharaannya dan keuntungankeuntungannya.
h. Analisis Ekonomi dan Keuangan
Konsultan harus melakukan analisis ekonomi dan keuangan yang lengkap dari tiap
pengembangan yang diusulkan baik di lahan pekarangan maupun diplasma serta initi.
Bentuk analisis ekonomi dan keuangna mencakup hal-hal sebagai berikut :

Prakiraan arus tunai transmigran (=projected cash flow) selama 1025 tahun dengan menghitung :
1) Prakiraan perkembangan pendapatan transmigran dari LP (Lahan Pekarangan)
sesuai dengan usulan pengembangan pertanian (luas, pola tanam dan jenis
tanaan) yang telah diuraikan sebelumnya. Harga satuan diperhitungkan
berdasarkan harga pasar terdekat.
2) Prakiraan perkembangan pendapatan transmigran dilahan, LU. I dan LU. II
setelah tanamannya dapat menghasilkan. Dalam memperkirakan pendapatan
Transmgiran perlu disebutkan hal-hal mengenai :
Prakiraan produksi dan
Harga satuannya
3) Prakiraan perkembangan pendapatan transmigran dari sumber lainnya
4) Prakiraan pengeluaran transmigran untuk sarana produksi pertanian di Lahan
Pekarangan :

Benih dan Bibit

Masukan pertanian (Pupuk dan Pestisida)

Dan lain-lain

Prakiraan perkembangan pendapatan kotor transmigran,

Prakiraan pengeluaran transmigran untuk kebutuhan sehari-hari


atau kebutuhan rumah tangga;

Berdasarkan Pendapatan dan Pengluaran transmigran di atas


dihitung pendapatan bersih transmigran sehingga dapat dilihat kelayakan
proyek pengembangan transmigrasi

Apabila berdasarkan hasil penilaian penilaian pendapatan


transmigran tersebut diatas proyek tersebut tidak layak untuk kehidupan
transmigran, konsultan perlu membuat usulan pemecahan/alternatif
pengembangan pertanian di daerah studi tersebut.

Pendapatan transmigran pada tiap akhir periode/tahap


pengembangan
transmigran
(akhir
periode/tahap
konsolidasi,
pengembangan dan pemantapan) perlu dievaluasi juga apakah pendapatan
transmigran tersebut sudah mencapai target pendapatan seperti yang
tercantum dalam Peraturan Menteri Nakertrans Nomor :
KEP.25/Men/IX/2009 Tentang Tingkat Perkembangan Pemukiman
Transmigrasi dan Kesejahteraan Transmigran. Apabila belum perlu
dibuatkan rekomendasi pengembangan yang lebih baik untuk pemukiman
transmigrasi Pola TPLK.

20

i. Prakiraan Biaya Pengembangan Permukiman Transmigrasi


Prakiraan biaya yang akan dikeluarkan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi mencakup :
1)
Prakiraan biaya untuk menyiapkan lahan pemukiman
transmigrasi yang meliputi :
a.
Pekerjaan pembukaan jalan
b.
Pekerjaan pembuatan jalan penghubung/poros
c.
Pekerjaan pembuatan bangunan rumah transmigran dan
penyediaan sarana sumber air bersih
2)
Prakiraan biaya pengerahan penduduk
3)
Prakiraan biaya untuk pemberian paket saprotan
Biaya-biaya tersebut didasarkan pada jumlah daya tampung hasil perencanaan
RTUPT.
Dasar-dasar perhitungan untuk semua tarip dan biaya yang digunakan dalam
perkiraan biaya perlu disebutkan.
j. Telaahan Lingkungan
1) Tujuan
a. Mengetahui besarnya dampak lingkungan (baik dampak positif maupun dampak
negative yang mungkin timbul, sebagai akibat dikembangkannya permukiman
transmigrasi.
b. Menyusun alternatif tindakan bila dampak negative lebih besar dari dampak
positif, sehingga dampak positif dapat seminimal mungkin.
2) Ruang Lingkup Telaahan Lingkungan
Komponen yang harus dicakup dalam studi mencakup fisik, biologi, sosial, dan
budaya. Komponen yang mempunyai dampak penting perlu ditelaah lebih detail.
3) Identifikasi Dampak Potenstial dari RTUPT
Dalam mengidentifikasi dampak, konsultan sedapat mungkin mempertimbangkan
komponen-komponen lingkungan yang meungkin terkena dampak yaitu antara lain :
a. Lahan Pertanian
b. Pelongsoran dan pengikisan tanah/pantai
c. Kestabilan lereng
d. Kuantitas air permukaan
e. Kualitas air permukaan/pencernaan air
f. Kuantitas air tanah
g. Kualitas air tanah
h. Species langka dan terancam punah
i. Tumbuhan bermanfaat
j. Hewan bermanfaat
k. Tumbuhan hama
l. Hewan hama
m. Faktor penyakit
n. Kesehatan masyarakat
o. Sumber Daya Alam / Tata Guna Lahan
p. Sistem Distribusi Produksi
q. Tenaga Kerja dan lapangan pekerjaan
r. Populasi yang terkena resiko
s. Kestabilan masyarakat/kesenjangan masyarakat
t. Nilai budaya dan agama

21

4) Dampak penting yang perlu diidentifikasi dalam rencana pengembangan


permukiman ini adalah :
a. Dampak Pembukaan Lahan
Dampak pembukaan lahan terhadap kemungkinan banjir, potensi air, kestabilan
ekologi (longsor), kestabilan lereng, erosi.
b. Dampak terhadap Flora dan Fauna
c. Dampak RTUPT terhadap flora dan fauna yang bernilai historis, ekonomis,
estetis, dan ilmiah, baik daerah daratan maupun perairan
d. Dampak RTUPT terhadap migrasi, tempat bersarang, tempat mencari makan,
pemijahan fauna dan sebagainya
e. Dampak terhadap kepunahan hewan dan tumbuhan langka
5) Dampak terhadap Kependudukan
a. Dampak pertambahan penduduk berdasarkan usia, jenis kelamin, ketrampilan
dan sebagainya
b. Dampak terhadap transmigran pendatang
6) Dampak Ekonomi, Sosial dan Budaya
a. Dampak terhadap pusat-pusat perekonomian dan infrastruktur
b. Dampak terhadap kehidupan masyarakat (mata pencaharian dan pendapatan)
dan tata nilai masyarakat
c. Dampak terhadap lembaga formal
d. Dampak terhadap struktur industri pertanian daerah dan pola perdagangan
daerah
e. Dampak terhadap kesempatan kerja, baik langsung maupun tidak langsung,
formal dan informal
f. Dampak sosial dan budaya lainnya yang dianggap relevan (kehidupan seharihari, adat istiadat, peninggalan sejarah, estetika, dan lain-lain)
7) Dampak Pengembangan Pertanian
a. Dampak terhadap struktur perekonomian daerah
b. Dampak masukan pertenian terhadap ekosistem daerah, misalnya : dampak
jumlah input tanah terhadap kesuburan tanah
8) Dampak Pengembangan Permukiman
a. Dampak prasarana dan sarana permukiman yang direncanakan untuk
kehidupan masyarakat setempat
b. Dampak kegiatan sehari-hari (seperti pembuangan sampah yang tidak tertib,
pencemaran air buangan) terhadap ekosistem yang ada
c. Dampak pengembangan pemukiman terhadap perkembangan daerah.
9) Evaluasi Dampak Penting
Penilaian dampak penting harus dibadi atas hal-hal sebagai berikut :
a. Dampak positif/negatif
b. Jangka pendek dan jangka panjang, serta
c. Ditinjau berdasarkan sifat biofisik, dan sosekbud yang terjadi setelah adanya
permukiman transmigrasi (prediksi ilmiah)
d. Diuraikan mengenai hubungan sebab akibat antara RTUPT dan lingkungan
hidup (dikaitkan dengan dampak positif dan negatif)
10)Menyusun Alternatif Tindakan
Seandainya berdasarkan hasil penilaian dampak penting diketahui ternyata bahwa
nilai dampak negatif lebih besar dari dampao positif, maka konsultan diwajibkan
untuk memberikan alternatif tindakan agar dampak positif dapat dikembangkan
dan dampak negatif dapat ditekan seminimal mungkin.

22

23

BAB III
ORGANISASI PELAKSANAAN DAN JADWAL KERJA
3.1. Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan
DINAS SOSIAL TENAGA KERJA DAN
TRANSMIGRASI
KABUPATEN ...............................

DIREKSI KONSULTAN

PENGAWAS LAPANGAN

KETUA TIM
AHLI PERENCANA WILAYAH

PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN

DINAS /ISTANSI TERKAIT

TENAGA AHLI
Ahli Tanah
Ahli Geodesi
Ahli Hidrologi
Ahli Teknik Sipil
Ahli Kehutanan
Ahli Sosial Pertanian

TENAGA PENDUKUNG
Operator Komputer
Juru Gambar
Surveyor Tanah
Surveyor Topografi

Keterangan :
Garis Koordinasi
Garis Komando

24

3.2. Tenaga Ahli dan Jadwal Layanan Keahlian


1. Tenaga ahli yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan tersebut dengan komposisi sebagai berikut :
No

Profesi/keahlian

1
2
3
4
5

Ahli Perencana Wilayah


Ahli Geodesi
Ahli Tanah
Ahli Teknik Sipil
Ahli Hidrologi

6
7

Ahli Kehutanan
Ahli Sosial Ekonomi Pertanian

Pendidikan
S1 Planologi
S1 Teknik Geodesi
S1 Ilmu Tanah
S1 Teknik Sipil
S1 Geografi/ Geologi/
Agrometorologi
S1 Kehutanan
S1 Sosial Ekonomi Pertanian

Pengalaman
Kerja
8
4
3
3
3

Jabatan Dalam
Proyek
Ketua Tim
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota

3
3

Anggota
Anggota

2. Susunan Personil (Layanan dan Kualikasi Keahlian)


Tenaga ahli yang diperlukan untuk penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman terdiri dari :
a. Ahli Perencanaan Wilayah (S1 Planologi/Ketua Tim) berpengaiaman dibidangnya minimum 5 tahun;
b. Ahli Geodesi (S1 Geodesi) berpengalaman dibidangnya minimum 3 tahun;
c. Ahli Tanah (S1 Pertanian Ilmu Tanah) berpengalaman dibidangnya minimum 3 tahun;
d. Ahli Perencanaan Jalan (S1 Teknik Sipil) berpengalaman dibidangnya minimum 3 tahun;
e. Ahli Hidrologi (S1 Geogra/Agrometeoroiogi/Geologi) berpengalaman dibidangnya minimum 3 tahun;
f. Ahli Kehutanan (S1 Kehutanan) berpengalaman dibidangnya minimum 3 tahun;
g. Ahli Sosiai Ekonomi Pertanian (S1 Sosial Ekonomi Pertanian) berpengalaman dibidangnya minimum
3 tahun.
3. Tugas tenaga ahli antara Iain:
a. Ahli perencanaan wilayah (ketua tim)
Mengkoordinasikan penyusunan Iaporan dari berbagai disiplin ilmu;
Menganalisis keterkaitan pengembangan SP dengan pusat pertumbuhan kawasan;
Melakukan analisis tata ruang satuan permukiman
Melakukan analisis jaringan transportasi dan analisis kebutuhan sarana dan prasarana untuk
menunjang rencana pengembangan kawasan transmigrasi;
Bertanggungjawab terhadap peta RSWPT, peta analisis tata ruang dan peta RSSKP.
b. Ahli geodesi
Melakukan analisis kelerengan untuk mendapatkan informasi klasikasi kelerengan beserta posisi
dan Iuasannya;
Melakukan koordinasi di biciang kegiatan topografi
Bertanggungjawab terhadap pemasangan patok BM, BPL, BM Jalan dan patok iainnya
Mengkoordinasikan penggambaran semua peta
Bertanggungjawab terhadap peta orientasi, peta topografi, peta BPL dan peta kemiringan Iereng
c. Ahli tanah
Mengarahkan, mengevaluasi dan memberi petunjuk kepada surveyor tanah;
Bekerjasama dengan tenaga ahli lainnya dalam melakukan pekerjaan penilaian kondisi fisik dan
kimia tanah
Bertanggungjawab terhadap analisa tanah dan kesesuaian lahan serta penyusunan peta
kesesuaian lahan dan peta satuan lahan
d. Ahli teknik sipil

25

Membantu mengarahkan rencana alinemen jalan,


Menyusun perkiraan kebutuhan pembukaan lahan dan pembangunan permukiman
Bertanggungjawab terhadap peta-peta alinemen jalan, jaringan jalan
e. Ahli hidrologi
Mengidentifikasi daerah-daerah bahaya banjir, pengamatan pasang surut dan intrusi air Iaut serta
genangan-genangan yang ada di daerah Survey;
Mengevaluasi ketersediaan sumber daya air untuk keperluan air minum transmigran dan
keperluan lainnya;
Menganalisa data iklim, minimal 10 tahun terakhir;
Bertanggungjawab terhadap perhitungan dan peta sumber daya air.
f. Ahli kehutanan
Melakukan Survey tentang ora dan fauna;
Menghitung perkiraan potensi kayu;
Melakukan deliniasi status dan fungsi kawasan, serta kelas hutan;
Bertanggungjawab terhadap analisa penggunaan Iahan dan status hutan serta penyusunan petapeta penggunaan Iahan dan sumberdaya hutan.
g. Ahli sosial ekonomi pertanian
Melakukan Survey kependudukan dan ekonomi rnasyarakat setempat;
Melakukan analisa pasar terhadap komoditas yang akan dikembangkan;
Menyusun usulan pengembangan usahatani transmigran;
Bertanggungjawab terhadap evaluasi kelayakan pengembangan satuan permukiman.
3.3. Jadwal Pelaksanaan
Pelaksanaan pekerjaan penyusunan Rencana Teknis Unit Pemukiman Transmigrasi (RTUPT) di Desa
Simpang Tiga Kecamatan Sukadana Kabupaten ............................... dilakukan selama 120 (seratus
dua puluh) hari kalender atau 4 (empat) bulan sejak ditanda tanganinya SPMK.
Secara garis besar jadwal pelaksanaan pekerjaan diatur sebagaimana tabel berikut ini.
NO

JENIS KEGIATAN

Tahap Persiapan

Presentasi Lap
Pendahuluan

Tahap Survei Lapangan

Presentasi Lap Lapangan

Penyusunan Draft Lap Akhir

Presentase Draft Lap Akhir

Penyempurnaan Laporan

JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Bulan I
Bulan II
Bulan III
Bulan IV
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

26

Penyerahan Laporan

3.4. Peralatan
Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan meliputi :
1. Bahan-bahan alat tulis kantor;
2. Theodolite;
3. Compass/Clinometer;
4. Munsell Soil Chart;
5. Soil Test Kit;
6. pH Meter;
7. GPS;
8. Hagameter;
9. Current Meter

27

BAB IV
PELAPORAN
Laporan penyusunan studi perencanaan Tahap III terdiri dari :
4.1. Laporan Pendahuluan (Inception Report) sebanyak 5 copy, merupakan laporan persiapan
pelaksanaan Survey lapang.
a. Hasil kajian data sekunder;
b. Rencana Survey lapang, diseitai format isian pengamatan lapang dan kuesioner;
c. Peta rencana kerja skala 1 : 25.000
d. Daftar peralatan yang dibutuhkan
e. Susunan tim
4.2. Laporan Lapang (Interim Report) sebanyak 5 copy, merupakan hasil kajian lapang yang sudah
dikonsultasikan dengan Pemerintah Daerah dan dilengkapi
a. Peta orientasi skala 1 : 1.000.000/ 500.000;
b. Peta RSKP skala 1 : 25.000;
c. Peta analisis tata ruang skala 1 : 10.000;
d. Peta tata ruang desa integrasi skala 1 : 20.000;
e. Peta alinemen jalan skala 1 : 10,000;
f. Peta BPL skala 1 : 10.000.
4.3. Konsep Laporan Akhir (Draft Final Report) sebanyak 5 copy sesuai dengan outline laporan
akhir;
4.4. Laporan Akhir (Final Report) sebanyak 10 copy dengan outline berikut.
4.5. Album Peta
MATERI ALBUM PETA RTUPT
No.

Jenis Peta

Skala

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Daftar Isi
Peta Orientasi
Peta RWPT
Peta RSKP
Peta Kemiringan Lahan
Peta Penggunaan Lahan
Peta Satuan Tanah/Lahan
Peta Kesesuaian Lahan
Peta Sumber Daya Hutan
Peta Potensi Sumber Daya Air
Peta Topografi (LP)
Peta Satuan Tanah / Lahan (LP)
Peta Kesesuaian Lahan (LP)
Peta Analisa Tata Ruang
Peta Rencana Tata Ruang
Peta Tata Ruang Desa
Peta Tata Ruang Desa Integrasi
Peta Detil Tata Ruang
Peta Pusat Desa
Peta BPL
Peta Alinement Jalan
Peta Jaringan Jalan

1 : 1.000.000 / 1 : 500.000
1 : 50.000
1 : 25.000
1 : 10.000
1 : 10.000
1 : 10.000
1 : 10.000
1 : 10.000
1 : 10.000
1 : 5.000
1 : 5.000
1 : 5.000
1 : 10.000
1 : 10.000
1 : 10.000
1 : 20.000
1 : 5.000
1 : 2.000
1 : 5.000
1 : 10.000
1 : 25.000 s/d 50.000

28

Anda mungkin juga menyukai