KERJA SAMA:
MAKSUD
Maksud dari kegiatan ini adalah melakukan penyusunan laporan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Revisi RTRW
Kabupaten Luwu sesuai regulasi dan peraturan yang berlaku dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan.
TUJUAN
Tujuan dari kegiatan ini adalah tersedianya hasil KLHS yang memuat :
1. Analisis pengaruh muatan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten terhadap kondisi lingkungan ;
2. Rumusan alternatif muatan Rencana Tata Ruang Wilayah yang berpengaruh terhadap lingkungan, dan
3. Rumusan rekomendasi muatan Rencana Tata Ruang Wilayah yang berpengaruh.
SASARAN
Sasaran yang hendak dicapai adalah sebagai
berikut :
1. Menemutemukan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang paling strategis di Kabupaten Luwu, serta upaya-
upaya pemecahannya.
2. Memberikan konteks keberlanjutan pada KRP yang disusun dalam Dokumen RTRW.
FUNGSI DAN MANFAAT
FUNGSI
1. Sebagai dasar perumusan isu-isu paling strategis;
2. Sebagai dasar perumusan muatan KRP yang berisiko atau berpengaruh pada kondisi LH;
3. Sebagai dasar perumusan muatan KRP yang berpangaruh terhadap isu-isu paling strategis;
4. Sebagai dasar perumusan muatan alternatif untuk KRP yang berpengaruh terdapa isu strategis;
5. Sebagai dasar perumusan rekomendasi perbaikan muatan KRP.
MANFAAT
Pelaksanaan penyusunan KLHS Revisi RTRW diharapkan menjadi dasar penyusunan muatan KRP pada revisi
RTRW Kabupaten Luwu.
Tahapan Saat Ini
LETAK
GEOGRAFIS
KABUPATEN
LUWU
LETAK GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI
Secara astronomis Kabupaten Luwu terletak antara 2°34’45’’-3° No Wilayah Kecamatan Luas (Km2) Presentase(%)
30’30’’ Lintang Selatan dan 120°21’15’’-121°43’11’’ Bujur Timur, 1 Larompong 225,25 7,51%
Larompong Selatan 131
Luas wilayah Kabupaten Luwu kurang lebih 3.000,25 km2 2 4,37%
3 Suli 81,75 2,72%
Adapun batas wilayah secara administratif adalah : 4 Suli Barat 153,5 5,12%
• Sebelah Timur berbatasan Teluk Bone 5 Belopa 59,26 1,98%
• Sebelah Barat berbatasan Kab Tana Toraja dan Kab Enrekang 6 Kamanre 52,44 1,75%
Belopa Utara 34,73
• Sebelah Utara berbatasan Kab Luwu Utara dan Kota Palopo. 7 1,16%
8 Bajo 68,52 2,28%
• Sebelah Selatan Kota Palopo dan Kab Wajo Bajo Barat 66,3
9 2,21%
Kabupaten Luwu memiliki 22 kecamatan yang dibagi menjadi 227 10 Bassesangtempe 178,12 5,94%
desa/kelurahan. Kecamatan Latimojong adalah kecamatan terluas 11 Latimojong 467,75 15,59%
12 Bassesangtempe Utara 122,88 4,10%
di Kabupaten Luwu, luas Kecamatan Latimojong tercatat sekitar
13 Bupon 182,67 6,09%
467,75 km2 atau sekitar 15,59 persen dari luas Kabupaten Luwu, Ponrang 107,09
14 3,57%
menyusul kemudian Kecamatan Walenrang Utara dan Walenrang 15 Ponrang Selatan 99,98 3,33%
Barat dengan luas masing-masing sekitar 259,77 km2 dan 247,13 16 Bua 204,01 6,80%
km2 atau 8,66 persen dan 8,24 persen. Sedangkan kecamatan 17 Walenrang 94,6 3,15%
yang memiliki luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Belopa 18 Walenrang Timur 63,65 2,12%
19 Lamasi 42,2 1,41%
Utara dengan luas kurang lebih 34,73 km2 atau hanya sekitar 1,16
20 Walenrang Utara 259,77 8,66%
persen. Ibukota Kabupaten Luwu adalah Kecamatan Belopa. Walenrang Barat 247,13
21 8,24%
Kecamatan yang memiliki jarak terjauh ke Ibukota Kabupaten 22 Lamasi Timur 57,65 1,92%
Luwu adalah kecamatan Bassesangtempe dengan jarak 110 km, Total 3.000,25 100,00%
kecamatan Lamasi Timur dengan jarak 96 km, dan kecamatan
Walenrang Barat dengan jarak 93 km. Sumber : BPS, Kabupaten Luwu Dalam Angka 2022
TOPOGRAFI
Conglomerate PERAIRAN
Jalan Provinsi
Intrusive Rocks Laut Laut, Garis Pantai
Jalan Kabupaten
Lamasi Volcanic Rock Sungai
Jalan Lingkungan
Latimojong Formation
PERAIRAN KAWASAN PERTAMBANGAN
Laut Laut, Garis Pantai
Randangan Formation Kawasan Pertambangan
Kawasan Pertambangan (L
Talaya Volcanics Luas : 72.567,76 Ha
Sungai POTENSI BAHAN GALIAN LOGA
Toraja Formation Ì Au
JENIS TANAH
Toraja Formations Ì Basal
Aluvial
Unnamed Sediments Ì Batu Bara
Gleisol
Kambisol Ì Batu Gamping
Ì Batu Sabak
Litosol
Ì Cu
Oksisol
Ì Fe Hematit
Organosol
Ì Fe Magnetis
Podsolik
Ì Kloritik Mudstone
Regosol
Ì Pb
Singkapan batuan
Ì Pyrite
no data
Ì Silika
Ì Zeolit
Kondisi Aspek Fisik Wilayah
No. Jenis Tutupan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
Penggunaan Lahan 1 Bandara 21,44 0,007 Pola Ruang
2 Hamparan batuan 215,13 0,074
3 Hutan 188.575,61 64,823
4 Hutan Mangrove 443,68 0,153
5 Kebun Campuran 1.357,53 0,467
6 Lahan Terbuka 2.858,49 0,983
7 Padang rumput 436,28 0,150
8 Perkebunan 7.134,17 2,452
9 Permukiman Perdesaaan 1.807,69 0,621
10 Permukiman Perkotaan 3.175,84 1,092
11 Rawa 23,71 0,008
12 Sawah 40.545,95 13,938
13 Semak belukar 12.984,02 4,463
14 Sungai 1.450,18 0,498
15 Tambak 13.047,44 4,485
16 Tegalan 16.757,00 5,760
17 (blank) 74,61 0,026
Total 290.908,78 100,000
Jalan BATAS
Ibukota Kecamatan
ADMINISTRASI
Lingkungan
PERAIRAN Batas Kabupaten Kawasan Hutan
Kawasan Hutan Sumber : SK.362/Menlhk/PLA.0/5/2019
Laut Batas Kecamatan
Laut, Garis Pantai
Sumber : BPKH
SungaiJARINGAN JALAN
Jalan Nasional
KAWASAN HUTAN
Jalan Provinsi
APL (Areal Penggunaan Lain) 188.281,06 Ha
Jalan Kabupaten
HL (Hutan Lindung) 79.581,14 Ha
Jalan Lingkungan
HP (Hutan Produksi) 19.402,14 Ha
PERAIRAN
HPT (Hutan Produksi Terbatas) 3.644,44 Ha
Laut Laut, Garis Pantai
Sungai
KAWASAN HUTAN
APL (Areal Penggunaan Lain) 196.059,80 Ha
HL (Hutan Lindung) 71.201,95 Ha
HP (Hutan Produksi) 20.393,39 Ha
HPT (Hutan Produksi Terbatas) 3.253,64 Ha
Jalan Kabupaten
Total
Jumlah penduduk Kabupaten Luwu 5 tahun 370000
terakhir menunjukkan peningkatan, jumlah 368000
367454
• Jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Bua dengan jumlah penduduk pada tahun 2021 mencapai 32.838 jiwa sedangkan kepadatan
penduduk terbesar berada di Kecamatan Belopa Utara juga dengan kepadatan penduduk pada tahun 2021 mencapai 541 jiwa/km2.
• Sementara itu tingkat kepadatan penduduk di wilayah Kabupaten Luwu, cukup bervariasi. Hal ini terlihat dari pola dan distribusi
penduduk.
IKA DAN IKL DI SULAWESI SELATAN TAHUN 2021
RATING IKA KURANG, RATING IKL KURANG
RATING IKA SEDANG, RATING IKL KURANG
RATING IKA SEDANG, RATING IKL SANGAT KURANG
Terdapat perubahan JE Penyedia Air pada tahun 2017 ke tahun 2022 sebesar 27,43%. Hal ini menunjukkan adanya
kecenderungan pengurangan JE Penyedia Air. Perubahan terbesar terjadi di Kecamatan Larompong, Larompong Selatan,
Suli Barat, Walenrang Utara, Walenrang Barat.
PERUBAHAN JE PENYEDIA PANGAN
Penyedia Pangan
Kecamatan N3 N2 N1 O T1 T2 T3 Grand Total
Naik 3 Kelas Naik 2 Kelas Naik 1 Kelas Tetap Turun 1 Kelas Turun 2 Kelas Turun 3 Kelas
Bajo 2,18 39,38 69,69 4.511,21 160,57 269,40 82,47 5.134,91
Bajo Barat 1,24 24,75 43,71 10.173,49 152,18 135,80 16,20 10.547,38
Basse Sangtempe 4,15 305,65 81,91 25.254,47 355,01 236,53 9,71 26.247,44
Basse Sangtempe Utara 0,94 643,26 33,82 22.184,52 325,50 515,99 10,11 23.714,16
Belopa 13,81 41,79 189,28 2.616,66 30,38 187,44 149,55 3.228,90
Belopa Utara 62,71 48,01 208,04 2.502,72 68,09 71,16 97,73 3.058,47
Bua 21,78 462,70 657,38 16.043,80 326,44 334,06 100,89 17.947,05
Bua Ponrang 10,34 227,32 696,50 12.909,69 186,42 271,33 14,69 14.316,29
Kamanre 61,79 90,53 379,01 4.902,93 177,65 104,82 32,44 5.749,18
Lamasi 38,28 56,12 317,48 3.629,18 73,13 188,24 91,44 4.393,87
Lamasi Timur 21,58 394,14 577,71 4.923,16 325,70 113,85 47,92 6.404,05
Larompong 39,47 44,19 206,16 23.597,95 97,71 369,88 26,38 24.381,73
Larompong Selatan 0,36 6,98 271,88 10.233,15 110,26 265,98 24,58 10.913,19
Latimojong 0,18 190,99 60,02 35.368,53 262,98 2,05 0,86 35.885,60
Ponrang 8,27 218,71 892,85 9.600,15 111,26 174,60 133,28 11.139,13
Ponrang Selatan 24,90 32,97 1.200,32 7.457,26 19,29 236,87 12,63 8.984,25
Suli 17,78 118,47 372,84 7.777,14 122,98 224,30 66,92 8.700,42
Suli Barat 4,02 85,38 17.815,30 133,94 178,53 29,78 18.246,95
Walenrang 25,92 53,21 119,23 7.086,98 148,55 125,30 93,50 7.652,69
Walenrang Barat 1,03 330,99 101,17 27.050,55 212,19 58,44 5,39 27.759,75
Walenrang Timur 21,56 336,73 823,92 5.148,79 100,13 177,60 47,69 6.656,42
Walenrang Utara 61,24 404,44 302,16 23.105,31 183,57 209,05 58,74 24.324,50
Grand Total 439,51 4.075,35 7.690,45 283.892,94 3.683,92 4.451,23 1.152,91 305.386,32
JE Penyedia Pangan umumnya berada pada kondisi tetap yaitu sebesar 92,96%.
PERUBAHAN JE PENGATUR TATA ALIRAN AIR
Pengaturan Tata Aliran Air
Kecamatan N3 N2 N1 O T1 T2 T3 Grand Total
Naik 3 Kelas Naik 2 Kelas Naik 1 Kelas Tetap Turun 1 Kelas Turun 2 Kelas Turun 3 Kelas
Bajo 38,06 18,69 280,99 2.940,28 268,33 1.520,06 68,49 5.134,91
Bajo Barat 503,26 158,74 1.109,11 4.438,12 354,29 3.883,82 100,04 10.547,38
Basse Sangtempe 5.784,48 801,87 648,42 17.280,84 427,90 1.093,00 210,93 26.247,44
Basse Sangtempe Utara 8.962,07 981,57 1.658,26 10.196,14 220,02 1.638,81 57,28 23.714,16
Belopa 39,66 194,47 862,34 1.782,79 159,28 187,76 2,59 3.228,90
Belopa Utara 15,58 4,65 237,59 2.580,69 142,03 76,40 1,53 3.058,47
Bua 222,42 269,61 1.211,48 11.225,64 416,63 4.505,70 95,57 17.947,05
Bua Ponrang 533,48 420,85 1.813,58 7.996,34 1.119,54 2.400,76 31,73 14.316,29
Kamanre 68,07 39,04 164,82 5.345,11 125,91 5,08 1,16 5.749,18
Lamasi 57,38 68,69 276,78 3.681,08 278,17 11,60 20,18 4.393,87
Lamasi Timur 97,65 11,96 703,93 4.878,42 633,96 62,32 15,82 6.404,05
Larompong 74,89 132,79 796,40 7.504,73 180,94 15.274,20 417,77 24.381,73
Larompong Selatan 90,36 178,42 1.251,10 2.759,10 102,77 6.383,06 148,38 10.913,19
Latimojong 528,46 614,52 976,66 29.669,66 140,02 3.809,73 146,56 35.885,60
Ponrang 213,88 141,12 1.570,03 8.026,75 188,87 989,95 8,53 11.139,13
Ponrang Selatan 150,26 33,64 1.031,99 7.571,88 187,18 9,26 0,04 8.984,25
Suli 388,80 94,81 1.247,43 4.001,71 90,12 2.841,00 36,55 8.700,42
Suli Barat 465,54 151,95 1.537,68 6.866,22 126,79 8.921,37 177,41 18.246,95
Walenrang 120,42 291,79 140,65 5.764,17 380,31 890,39 64,96 7.652,69
Walenrang Barat 728,50 553,41 2.990,60 17.117,98 525,80 5.757,80 85,65 27.759,75
Walenrang Timur 113,08 29,26 506,70 5.625,73 307,61 57,75 16,29 6.656,42
Walenrang Utara 83,82 475,93 1.962,34 12.117,62 2.710,33 6.898,39 76,08 24.324,50
Grand Total 19.280,13 5.667,81 22.978,87 179.371,01 9.086,78 67.218,19 1.783,53 305.386,32
Terdapat perubahan JE Pengaturan Tata Aliran Air pada tahun 2017 ke tahun 2022 sebesar 25,57%. Hal ini menunjukkan
adanya kecenderungan pengurangan JE Pengaturan Tata Aliran Air. Perubahan terbesar terjadi di Kecamatan Larompong,
Larompong Selatan, Suli Barat, Walenrang Utara, Walenrang Barat.
PERUBAHAN JE PENGATUR BENCANA BANJIR
Pengaturan Bencana Banjir
Kecamatan N3 N2 N1 O T1 T2 T3 Grand Total
Naik 3 Kelas Naik 2 Kelas Naik 1 Kelas Tetap Turun 1 Kelas Turun 2 Kelas Turun 3 Kelas
Bajo 0,80 110,02 617,94 2.467,01 396,84 1.461,27 81,02 5.134,91
Bajo Barat 0,63 441,23 235,84 5.357,03 475,35 3.925,66 111,65 10.547,38
Basse Sangtempe 184,18 2.605,45 3.771,75 17.228,20 645,12 1.278,94 533,79 26.247,44
Basse Sangtempe Utara 326,29 412,46 9.193,47 10.017,97 1.136,97 1.973,10 653,89 23.714,16
Belopa 8,41 39,07 34,23 2.475,75 291,63 376,26 3,55 3.228,90
Belopa Utara 4,65 86,73 193,03 2.403,80 223,25 144,95 2,06 3.058,47
Bua 22,30 209,31 700,88 11.103,04 627,71 4.955,63 328,18 17.947,05
Bua Ponrang 0,70 638,39 2.037,04 7.299,36 1.255,10 2.874,39 211,31 14.316,29
Kamanre 12,74 234,80 1.659,44 3.388,41 349,71 102,37 1,72 5.749,18
Lamasi 4,82 153,83 150,26 3.491,09 279,73 289,83 24,31 4.393,87
Lamasi Timur 37,67 340,90 194,86 4.887,74 132,99 787,84 22,05 6.404,05
Larompong 3,90 110,74 189,05 8.071,81 9.435,01 6.111,57 459,64 24.381,73
Larompong Selatan 6,72 60,55 110,40 2.817,35 3.340,35 3.531,37 1.046,44 10.913,19
Latimojong 5,38 716,64 1.138,48 29.214,81 2.762,17 1.843,06 205,07 35.885,60
Ponrang 15,75 162,31 347,19 8.350,53 259,43 1.961,52 42,39 11.139,13
Ponrang Selatan 29,26 51,87 3.135,16 4.473,48 774,48 519,50 0,50 8.984,25
Suli 9,58 89,09 401,10 4.657,07 551,86 2.946,51 45,21 8.700,42
Suli Barat 0,40 194,77 496,77 8.171,80 4.301,74 4.873,99 207,48 18.246,95
Walenrang 13,33 428,68 79,43 5.726,54 168,05 1.136,49 100,16 7.652,69
Walenrang Barat 9,94 1.012,09 66,34 17.729,25 2.606,36 5.137,27 1.198,50 27.759,75
Walenrang Timur 26,68 120,50 115,59 5.100,99 114,79 1.169,25 8,62 6.656,42
Walenrang Utara 5,30 242,47 215,74 13.308,52 2.461,73 7.861,74 228,99 24.324,50
Grand Total 729,43 8.461,89 25.084,02 177.741,56 32.590,36 55.262,52 5.516,55 305.386,32
Terdapat perubahan JE Pengaturan Bencana Banjir pada tahun 2017 ke tahun 2022 sebesar 30,57%. Hal ini menunjukkan
adanya kecenderungan pengurangan JE Pengaturan Bencana Banjir. Perubahan terbesar terjadi di Kecamatan
Larompong, Larompong Selatan, Suli Barat, Walenrang Utara, Walenrang Barat.
PERUBAHAN JE PENGATUR BENCANA LONGSOR
Pengaturan Bencana Longsor
Kecamatan N3 N2 N1 O T1 T2 T3 Grand Total
Naik 3 Kelas Naik 2 Kelas Naik 1 Kelas Tetap Turun 1 Kelas Turun 2 Kelas Turun 3 Kelas
Bajo 0,71 4,78 49,13 2.934,09 402,03 1.681,49 62,68 5.134,91
Bajo Barat 0,63 416,33 114,55 5.280,02 414,59 4.162,25 159,02 10.547,38
Basse Sangtempe 28,58 3.104,42 3.353,91 17.306,66 861,18 1.120,26 472,44 26.247,44
Basse Sangtempe Utara 11,73 1.028,28 8.723,65 10.110,43 1.786,00 1.430,98 623,10 23.714,16
Belopa 12,98 11,69 127,40 1.618,24 1.058,98 393,77 5,84 3.228,90
Belopa Utara 58,56 98,39 89,84 2.351,38 265,95 190,42 3,93 3.058,47
Bua 10,68 342,47 329,80 11.341,16 1.044,03 4.314,71 564,19 17.947,05
Bua Ponrang 496,78 138,93 9.153,59 1.192,27 3.242,86 91,87 14.316,29
Kamanre 49,77 262,87 180,40 5.079,57 147,26 28,47 0,86 5.749,18
Lamasi 1,11 51,76 132,64 3.684,57 422,95 95,67 5,16 4.393,87
Lamasi Timur 0,01 639,30 930,03 4.391,34 387,10 56,27 6.404,05
Larompong 0,23 132,33 136,60 7.674,57 644,92 15.344,95 448,12 24.381,73
Larompong Selatan 17,31 74,74 75,22 2.685,54 1.481,21 5.470,13 1.109,04 10.913,19
Latimojong 14,40 885,48 269,91 29.828,02 810,28 3.883,99 193,53 35.885,60
Ponrang 0,05 238,35 257,11 7.872,76 1.494,95 1.221,58 54,32 11.139,13
Ponrang Selatan 16,79 231,38 313,34 7.364,89 975,19 82,06 0,58 8.984,25
Suli 13,31 118,07 486,16 3.862,34 1.170,60 3.014,35 35,58 8.700,42
Suli Barat 2,75 169,21 397,54 7.872,34 560,63 9.062,86 181,63 18.246,95
Walenrang 8,46 342,60 45,70 5.840,75 235,53 1.121,63 58,01 7.652,69
Walenrang Barat 232,14 790,21 18,06 17.910,92 2.441,31 4.807,47 1.559,64 27.759,75
Walenrang Timur 608,95 294,72 5.188,78 495,31 68,66 6.656,42
Walenrang Utara 0,00 56,87 147,53 13.601,69 921,57 9.433,36 163,49 24.324,50
Grand Total 480,21 10.105,26 16.612,15 182.953,67 19.213,82 70.228,18 5.793,02 305.386,32
Sumber: Hasil Analisis D3TLH, 2022
Terdapat perubahan JE Pengaturan Bencana Longsor pada tahun 2017 ke tahun 2022 sebesar 31,19%. Hal ini
menunjukkan adanya kecenderungan pengurangan JE Pengaturan Bencana Longsor. Perubahan terbesar terjadi di
Kecamatan Larompong, Larompong Selatan, Suli Barat, Walenrang Utara, Walenrang Barat.
Peta Kerawanan Bencana
Kerawanan Liquifaksi Kerentanan Gerakan Tanah Kerentanan Banjir Bandang
Peta Kerawanan Bencana Longsor
Bahaya Longsor Kerentanan Longsor
Peta Kerawanan Bencana Kebakaran Hutan
Bahaya Kebakaran Hutan Kerentanan Kebakaran Hutan
Peta Kerawanan Bencana Cuaca Ekstrim
Bahaya Cuaca Ekstrim Kerentanan Cuaca Ekstrim
Peta Kerawanan Bencana Banjir & Multi Bahaya
Bahaya Banjir Kerentanan Banjir Multi Bahaya
IDENTIFIKASI POTENSI
BENCANA
➢ Banjir,
➢ Longsor,
➢ Abrasi,
➢ Gerakan tanah,
➢ Liquifaksi,
➢ Banjir Bandang,
➢ Cuaca Ekstrim
Kekeringan 10,00%
Banjir 48,89%
Isu Lingkungan Yang Perlu Mendapatkan
Perhatian Pada RPJMD
Penambangan 4,88%
Limbah B3 3,25%
Abrasi 0,81%
Kemacetan 1,63%
Kekumuhan 3,25%
Persampahan 30,08%
Dan Lain-Lain 2,00%
Kemiskinan 16,00%
Pemetaan Isu Perioritas KLHS Perubahan RPJMD
Kabupaten Luwu
Isu Pembangunan Isu Kondisi Lingkungan
Berkelanjutan (D3TLH) Isu SDGs/TPB
• Resiko Bencana Banjir, Tanah • 72,81% pada kemampuan lahan VI • Kemiskinan
Longsor dan Kekeringan • Jasa ekosistem penyedia pangan
umumnya kategori sedang • Kesehatan
• Belum optimalnya pengelolaan
Persampahan
• Jasa Ekosistem Penyedia Air • Pendidikan
Umumnya Sedang
• Terbatasnya air bersih dan • Jasa ekosistem pengaturan mitigasi • Kesetaraan Gender
sanitasi mitigasi bencana umumnya sedang. • Pekerjaan Layak dan
• Kerusakan Hutan dan Lahan • Jasa ekosistem pengaturan iklim Pertumbuhan Ekonomi
umumnya sedang
• Terbatasnya lapangan • Resiko Bencana
• Jasa ekosistem pengatur tata aliran
pekerjaan umumnya kategori sedang • Air Bersih dan Sanitasi
• Kemiskinan • Resiko bencana tanah longsor tinggi
• Belum optimal pelayanan • Pemukiman Layak
publik • Industri Inovasi dan
• Rendahnya Daya Beli Infrastruktur
Masyarakat • Tata Kelola
Analisis Isu Strategis RPJMD dengan Pendekatan System
Thinking
Pengelolaan SDA
a. Kerusakan Hutan Lahan
Iklim
+
-
b. Resiko Bencana
Perkebunan Resiko Bencana
+
Jasa Ekosistem
+
-
Produksi Pertanian Industri Ionvasi c. Infrastruktur Kota dan
+ - dan Perkebunan
Kerusakan Hutan
+ dan Lahan +
+ + Wilayah
Pertambangan
Air Bersih dan Nilai Tambah Pertanian
- ++ -
Persampahan
- Sanitasi
+
-
+ dan Perkebunan d. Kemiskinan
+ + Kemiskinan
Tata Kelola
- - +
+ Pertumbuhan
e. Pengelolaan Sumber Daya
+
Infrastruktur Ekonomi
Pelayanan Publik
Wilayah Air
-
Pemukiman Layak
+ + +
+
Lapangan
+
-
+- Pekerjaan f. Industri dan Inovasi
+ + + Kesehatan
g. Pekerjaan Layak
Pendidikan
h. Pelayanan Publik
DAFTAR ISU-ISU PB KLHS REVISI RTRW
No Permasalahan Keberlanjutan Lokasi Fokus Isu Pembangunan Berkelanjutan
1 Permasalahan pertama adalah dimana sampah yang dibuang di mana-mana terutama masyarakat yang tinggal Kecamatan Suli Belum optimalnya pengelolaan sampah
dipinggir Sungai tempat membuang sampah di pinggir sungai
2 Pembuangan limbah rumah tangga Kecamatan Suli Meningkatnya pencemaran lingkungan akibat kegiatan
domestik
3 Kerusakan Lingkungan Akibat Tambang Galian C Kecamatan Suli Meningkatnya kerusakan lingkungan akibat kegiatan tambang
galian C.
4 Adanya sampah-sampah yang di buang ke selokan oleh Masyarakat karena tidak adanya Tempat Pembuangan Kecamatan Ponrang Belum optimalnya pengelolaan sampah
Akhir (TPA)
5 Di Kel. Sabe lingkungan Komesra Aliran Irigasi dan Drainase yang ada di daerah pemukiman penduduk sudah Kecamatan Belopa Utara Belum optimalnya pengelolaan sampah
mengalami pendangkalan dan penyempitan, banyak ditemukan sampah rumah dan sampah dari kebun
6 Kel. Sabe lingkungan Pabburinti, aliran irigasi yang berada di sekitar pemukiman padat penduduk, irigasi tersebut Kecamatan Belopa Utara Belum optimalnya fungsi drainase dikawasan permukiman
lebih tinggi dan dibanding drainase kawasan pemukiman. DAMPAK LINGKUNGAN : ketika hujan lokal/hujan di
hulu volume air meluap dan masuk ke daerah pemukiman
7 Abrasi laut di tiga Desa, To’bia, Bassiang Timur, dan Lampuara di Kec. Ponrang Selatan Kec. Ponrang Selatan Meningkatnya kejadian abrasi pada daerah pesisir
8 Tambang Galian C khusunya di Desa Paccerakan Kec. Ponrang Selatan Meningkatnya kerusakan lingkungan akibat kegiatan tambang
galian C.
9 Pengalihan fungsi lahan kebun coklat menjadi sawah Kec. Ponrang Selatan Alih fungsi lahan
10 Untuk rawan banjir dari luapan sungai dan irigasi sehingga banjir ada terjadi di beberapa Desa di Kec. Pon-Sel Kec. Ponrang Selatan Meningkatnya resiko bencana banjir
11 1. Normalisasi Sungai Senggang yang melewati Desa Rante Balla, Desa Kadundung, Baji Barat, Bajo, Belopa, dan Kec. Latimojong Meningkatnya Kerusakan DAS
Suli 2. Penanaman pohon dan buah-buahan di beberapa Desa di Kec. Latimojong 3. Penanganan longsor terutama
yang menghubungkan jalan/akses masyarakat dalam wilayah Kecamatan Latimojong
12 Penanganan longsor terutama yang menghubungkan jalan/akses masyarakat dalam wilayah Kecamatan Kec. Latimojong Meningkatnya resiko longsor
Latimojong
13 1. Penanggulangan sampah, perlu adanya tempat pembuangan akhir sampah Kec. Walenrang Belum optimalnya pengelolaan sampah
14 Banjir sungai Lamasi, ada dua Desa yang sering terdampak banjir akibat meluapnya sungai lamasi yaitu Desa Kec. Walenrang Meningkatnya resiko bencana banjir
Batusitanduk, dan Kelurahan Bulo, perlu pnguatan tebing berupa tanggul / tabud / normalisasi sungai Lamasi
15 Tambang Galian C di sekitar jembatan lamasi yang tidak jauh dari jembtan sungai Lamasi dan proses perizinanan Meningkatnya kerusakan lingkungan akibat kegiatan tambang
yang kami tahu apakah ada izin atau tidak. galian C.
16 Kerusakan DAS (Sungai sepanjang Sampeang, Kadong-kadong, Marinding, Tetekang, Tumbubara, Saronda, Kecamatan Bajo Barat Meningkatnya Kerusakan DAS
Bonelemo) sudah sangat dan harus ditangani.
17 Sampah plastik dan popok bayi dan orang tua yang tidak terkelola dengan baik, Armada pengangkut sampah Kecamatan Bajo Barat Belum optimalnya pengelolaan sampah
belum ada dan wilayah Kec. Bajo Barat dan sekaligus container sampah, Perlunya pengelolaan lingkungan
Kabupaten melakukan sosialisasi di TK Kec/Desa
18 Bagaimana penanganan longsor yang sering terjadi Kecamatan Bajo Barat Meningkatnya resiko longsor
19 Persyaratan izin kepada penambang galian gol C Kecamatan Bajo Barat Meningkatnya kerusakan lingkungan akibat kegiatan tambang
galian C.
DAFTAR ISU-ISU PB KLHS REVISI RTRW
No Permasalahan Keberlanjutan Lokasi Fokus Isu Pembangunan Berkelanjutan
20 Kecamatan Lamasi dilalui oleh 3 Sungai besar diantaranya adalah: 1. Sungai Lamasi 2. Sungai Rongkong 3. Kec. Lamasi Meningkatnya Kerusakan DAS
Sungai Makawa Isu yang paling berdampak kepada lingkungan adalah Sungai Lamasi akibat dari meluapnya
sungai lamasi mengakibatkan sungai semakin lebar dan hampir mengilas jalan raya yang di Desa Padang
Kalua
21 1. Penebangan pohon di sepanjang jalan yang ada dalam lingkup Kec. Bajo, yang sangat mengganggu karna Kec. Bajo Meningkatnya Kerusakan DAS
selalu tumbang 2. Melakukan penanaman pohon disepanjanng bantaran Sungai Suso yang ada di Kel. Bajo 3.
Melakukan normalisasi Sungai Suso
22 1. Masalah banjir di Sungai Lamasi – Pompengan Pantai yang dampaknya di Kecamatan Walenrang Timur Kec. Walenrang Timur Meningkatnya resiko bencana banjir
khususnya Desa Kendekan, Seba-Seba, dan Desa Lamasi Pantai Ratusan hektar bahkan ribuan hektar
persawahan dan tambak yang mengalami gagal panen.
23 Abrasi bibir pantai khususnya Desa Lamasi Pantai Kec. Walenrang Timur Meningkatnya kejadian abrasi pada daerah pesisir
24 Penanganan Sampah di Desa-desa tidak ditangani secara maksimal, sehingga masyarakat membuang Kec. Walenrang Timur Belum optimalnya pengelolaan sampah
sampah di sembarang tempat
25 Pengerukan Sungai Lamasi mulai dari Desa Pelalan sampai Pompengan Pantai, Penguatan Tebing dan Kec. Lamasi Timur Meningkatnya Kerusakan DAS
tanggul disepanjang aliran sungai Lamasi, Pengerukan Sungai Rongkong dari Desa Salupao s/d Pompengan
26 Desa Pakkalolo, Das Pakkalolo yg semula kebun dan hutan berganti menjadi kawasan wisata dan ladang. Meningkatnya Kerusakan DAS
Intensitas kerusakan akan bertambah seiring dengan laju eksploitasi oleh bidang pariwisata. Kegiatan
parawisata di hulu akan mempengaruhi kualitas lingkungan sekitar, terutama bagian di hilir DAS.
27 Lingkungan Cappie, karna terjadinya pendangkalan dan penyempitan serta lekukan sungai yang telalu rapat Meningkatnya Kerusakan DAS
maka terjadi peluapan air dengan intensitas besar dan berdampak kerugian masyarakat.
28 lokasi belopa hal ini disebabkan karena kurangnya pengawasan pada daerah hulu Kecamatan Belopa Meningkatnya Kerusakan DAS
29 Penambangan sungai yang kurang memperhatikan dampak lingkungan menyebabkan terkikisnya daerah Kecamatan Belopa Meningkatnya Kerusakan DAS
aliran sungai dan lahan masyarakat.
30 Kec. Belopa dan Kec. Belopa Utara adalah kecamatan yang tepat berada dalam wilayah ibukota Kabupaten Kecamatan Belopa Alih fungsi lahan pertanian
yang selanjutnya akan menerima dampak meningkatnya kebutuhan masyarakat akan hunian serta pesatnya
pembangunan infrastruktur sebagai sarana penunjang dan penguatan Belopa sebagai ibukota Kabupaten.
Akibat dari hal tersebut terjadilah alih fungsi lahan pertanian produktif secara masif
31 Kurangnya lapangan kerja yang tersedia serta semakin berkurangnya lahan untuk pertanian sebagai akibat Kecamatan Belopa Alih fungsi lahan pertanian
dari alih fungsi lahan dari pertanian menjadi pemukiman mengakibatkan masyarakat membuka hutan untuk
menjadi lahan pertanian.
32 Kerusakan hutan dan lahan sering terjadi terutama di daerah yang masih banyak hutan lindungnya karena di Meningkatnya kerusakan hutan dan lahan
tebang dan dijadikan lahan pertanian atau lahan pemukiman.
33 banjir yang sering terjadi di Kecamatan Suli, Larompong, dan Larompong Selatan di sebabkan karena Meningkatnya resiko bencana banjir
kerusakan hutan dan lahan di bagian hulu
34. Dampak kerusakan lingkungan menyebabkan intensitas banjir bandang disejumlah wilayah mengalami Meningkatnya resiko bencana banjir
banjir bandang.
DAFTAR ISU-ISU PB KLHS REVISI RTRW
No Permasalahan Keberlanjutan Lokasi Fokus Isu Pembangunan Berkelanjutan
35 Hampir semua kecamatan terutama di bagian selatan kab. Luwu terjadi perambahan hutan unt dibuat lahan perkebunan, Meningkatnya kerusakan hutan dan lahan
sehingga penyerapan air di bagian hulu semakin berkurang dan volume air pada penampang sungai semakin banyak yang
menyebabkn luapan air bahkan dibagian hulu mudah unt longsor, hal ini menyebabkan dampak sosia yg sgt besar setiap
saat.
36 Terjadinya perambahan hutan termasuk kawasan hutan lindung Meningkatnya kerusakan hutan dan lahan
37 Kerusakan hutan dan lahan penyebab utama banjir yang sering terjadi di Kecamatan Suli terutama di Desa Botta dan Meningkatnya kerusakan hutan dan lahan
sekitarnya
38 Di beberapa kecamatn, di antaranya Kec. larompong dan bua yang disebabkan oleh Penebangan liar hutan dan Meningkatnya kerusakan hutan dan lahan
penambangan liar di sungai.
39 Banjir tahunan di beberapa daerah akibat kerusakan hutan. Meningkatnya resiko bencana banjir
40 Penebangan kayu di hutan serta penggunaan zat-zat kimia untuk tanaman akan mengakibatkan terjadinya kerusakan Meningkatnya kerusakan hutan dan lahan
hutan dan lahan yang berisiko akan menyebabkan banjir dan tanah longsor.
41 Lokasi Kecamatan, Sering mengalami banjir setiap tahun dan merendam 7 desa dan kelurahan. yaitu kelurahan suli, Desa Meningkatnya kerusakan hutan dan lahan
Murante, Desa Malela, Desa Botta, Desa Lempopacci, Desa Cimpu, dan Cimpu Utara.... yang disebabkan oleh
penggundulan hutan atau penebangan hutan.
42 Dikab.Luwu pada umumnya masyarakat belum menggunakan air PDAM untuk kebutuhan konsumsi tapi menggunakan air Belum optimalnya penyediaan sanitasi dan air bersih
sumur yang mana air sumur tersebut tidak dijamin kebersihannya apalagi masyarakat pedesaan sumur yang mereka
gunakan juga digunakan untuk MCK.
43 Air bersih masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan air bersih yang sanitasinya baik. Belum optimalnya penyediaan sanitasi dan air bersih
44 Salah satu contoh wilayah yang mengalami permasalahan lingkungan, khususnya yaitu masalah air bersih dan sanitasi Belum optimalnya penyediaan sanitasi dan air bersih
adalah wilayah desa babang, pada desa ini masyarakat kesulitan untuk mengakses air bersih. Masyarakat hanya bisa
mengakses air bersih pada waktu tertentu saja, sehingga hal ini menghambat kegiatan MCK masyarakat.
Skor 0 1 2 3
TERIMA KASIH