Anda di halaman 1dari 52

Belopa, 4 Juli 2022

UJI PUBLIK PERTAMA


PENYUSUNAN KLHS REVISI RTRW
KABUPATEN LUWU

KERJA SAMA:

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KLHS CENTER SQUAD


KABUPATEN LUWU OLEH : SRI HIDAYAT, S.Si, M.Si, M.S.P
Bahan Paparan Kegiatan
Uji Publik Pertama
Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Revisi RTRW Kabupaten Luwu,
dapat diakses dengan scan
QR Code berikut ini:
LANDASAN
HUKUM
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
3. Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kajian
Lingkungan Hidup Strategis.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.
8. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 69 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis.
9. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, dan Kota.
10. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
2022 tentang Tata Cara Pengintegrasian Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang.
11. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 3 Tahun 2022 Tentang RTRW Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
2022-2041.
LATAR BELAKANG
➢ Melalui Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, kebijakan lingkungan dirumuskan dan diimplementasikan dengen
mempertimbangkan prinsip pembangunan berkelanjutan. Pada pasal (15), disebutkan,
instrumen Kajian Lingkungan Hidup Startegis (KLHS) wajib dilaksanakan untuk memastikan
bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam
pembangunan suatu Wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
➢ Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2016 Tentang Tata Cara
Penyelenggaraan KLHS pada pasal 2 ayat 1 mengamanatkan bahwa KLHS sebagaimana dimaksud
wajib dilaksanakan ke dalam penyusunan atau evaluasi rencana tata ruang wilayah beserta
rencana rincinya, RPJP nasional, RPJP daerah, RPJM nasional, dan RPJM daerah, serta kebijakan,
rencana, dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau resiko lingkungan
hidup. Pada pasal 29 ayat 2 semakin ditegaskan bahwa dalam hal terdapat perubahan terhadap
dokumen Kebijakan, Rencana, dan/atau Program, terhadap KLHS dilakukan peninjauan kembali
bersamaan dengan perubahan dokumen Kebijakan, Rencana dan/atau Program.
MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN

MAKSUD
Maksud dari kegiatan ini adalah melakukan penyusunan laporan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Revisi RTRW
Kabupaten Luwu sesuai regulasi dan peraturan yang berlaku dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan.

TUJUAN
Tujuan dari kegiatan ini adalah tersedianya hasil KLHS yang memuat :
1. Analisis pengaruh muatan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten terhadap kondisi lingkungan ;
2. Rumusan alternatif muatan Rencana Tata Ruang Wilayah yang berpengaruh terhadap lingkungan, dan
3. Rumusan rekomendasi muatan Rencana Tata Ruang Wilayah yang berpengaruh.

SASARAN
Sasaran yang hendak dicapai adalah sebagai
berikut :
1. Menemutemukan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang paling strategis di Kabupaten Luwu, serta upaya-
upaya pemecahannya.
2. Memberikan konteks keberlanjutan pada KRP yang disusun dalam Dokumen RTRW.
FUNGSI DAN MANFAAT

FUNGSI
1. Sebagai dasar perumusan isu-isu paling strategis;
2. Sebagai dasar perumusan muatan KRP yang berisiko atau berpengaruh pada kondisi LH;
3. Sebagai dasar perumusan muatan KRP yang berpangaruh terhadap isu-isu paling strategis;
4. Sebagai dasar perumusan muatan alternatif untuk KRP yang berpengaruh terdapa isu strategis;
5. Sebagai dasar perumusan rekomendasi perbaikan muatan KRP.

MANFAAT
Pelaksanaan penyusunan KLHS Revisi RTRW diharapkan menjadi dasar penyusunan muatan KRP pada revisi
RTRW Kabupaten Luwu.
Tahapan Saat Ini
LETAK
GEOGRAFIS
KABUPATEN
LUWU
LETAK GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI
Secara astronomis Kabupaten Luwu terletak antara 2°34’45’’-3° No Wilayah Kecamatan Luas (Km2) Presentase(%)
30’30’’ Lintang Selatan dan 120°21’15’’-121°43’11’’ Bujur Timur, 1 Larompong 225,25 7,51%
Larompong Selatan 131
Luas wilayah Kabupaten Luwu kurang lebih 3.000,25 km2 2 4,37%
3 Suli 81,75 2,72%
Adapun batas wilayah secara administratif adalah : 4 Suli Barat 153,5 5,12%
• Sebelah Timur berbatasan Teluk Bone 5 Belopa 59,26 1,98%
• Sebelah Barat berbatasan Kab Tana Toraja dan Kab Enrekang 6 Kamanre 52,44 1,75%
Belopa Utara 34,73
• Sebelah Utara berbatasan Kab Luwu Utara dan Kota Palopo. 7 1,16%
8 Bajo 68,52 2,28%
• Sebelah Selatan Kota Palopo dan Kab Wajo Bajo Barat 66,3
9 2,21%
Kabupaten Luwu memiliki 22 kecamatan yang dibagi menjadi 227 10 Bassesangtempe 178,12 5,94%
desa/kelurahan. Kecamatan Latimojong adalah kecamatan terluas 11 Latimojong 467,75 15,59%
12 Bassesangtempe Utara 122,88 4,10%
di Kabupaten Luwu, luas Kecamatan Latimojong tercatat sekitar
13 Bupon 182,67 6,09%
467,75 km2 atau sekitar 15,59 persen dari luas Kabupaten Luwu, Ponrang 107,09
14 3,57%
menyusul kemudian Kecamatan Walenrang Utara dan Walenrang 15 Ponrang Selatan 99,98 3,33%
Barat dengan luas masing-masing sekitar 259,77 km2 dan 247,13 16 Bua 204,01 6,80%
km2 atau 8,66 persen dan 8,24 persen. Sedangkan kecamatan 17 Walenrang 94,6 3,15%
yang memiliki luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Belopa 18 Walenrang Timur 63,65 2,12%
19 Lamasi 42,2 1,41%
Utara dengan luas kurang lebih 34,73 km2 atau hanya sekitar 1,16
20 Walenrang Utara 259,77 8,66%
persen. Ibukota Kabupaten Luwu adalah Kecamatan Belopa. Walenrang Barat 247,13
21 8,24%
Kecamatan yang memiliki jarak terjauh ke Ibukota Kabupaten 22 Lamasi Timur 57,65 1,92%
Luwu adalah kecamatan Bassesangtempe dengan jarak 110 km, Total 3.000,25 100,00%
kecamatan Lamasi Timur dengan jarak 96 km, dan kecamatan
Walenrang Barat dengan jarak 93 km. Sumber : BPS, Kabupaten Luwu Dalam Angka 2022
TOPOGRAFI

Secara umum wilayah Kabupaten Luwu memiliki ketinggian


wilayah diatas 1000 mdpl dengan luas wilayah sekitar 71.960,19
Ha atau 24,39% dari luas wilayah Kabupaten Luwu
Disisi lain terdapat wilayah dengan ketinggian 0-25 dengan
luas 58.260,66 Ha atau 19,74%, ketinggian 25-100 luas
43.745,41 Ha atau 14,83%, ketinggian 100-500 luas 66.081,09
Ha atau 22,39% dan 500-1000 memiliki luas 27.264,24 Ha
atau 9,13%
!
( Ibukota Kabupaten Batas Kabupaten
!
(

Kondisi Aspek Fisik Wilayah


Ibukota Kecamatan
BATAS ADMINISTRASI
Batas Kecamatan
JARINGAN JALAN
Batas Kabupaten
Batas Kecamatan Jalan Nasional
JARINGAN JALAN Jalan Provinsi
KETERANGAN
IBUKOTA PEMERINTAHAN
Jalan Nasional
Topografi Kelerengan
Jalan Kabupaten
!
( Ibukota Kabupaten
Morfologi
Jalan Provinsi
Jalan Lingkungan
Jalan Kabupaten !
( Ibukota Kecamatan
Jalan Lingkungan PERAIRAN BATAS ADMINISTRASI
PERAIRAN Laut Laut, Garis Pantai Batas Kabupaten
Laut Laut, Garis Pantai Sungai Batas Kecamatan
Sungai
KEMIRINGAN LERENG JARINGAN JALAN
KETINGGIAN
0% - 8%
63,39% berada pada
Jalan Nasional
0 - 250 mdpl
250 - 500 mdpl 8% - 15% daerah bergunung-gunung.
Jalan Provinsi
500 - 750 mdpl 15% - 25% Jalan Kabupaten
750 - 1000 mdpl 25% - 40% Jalan Lingkungan
1000 - 1250 mdpl
>40% PERAIRAN
1250 - 1500 mdpl
Laut Laut, Garis Pantai
1500 - 1750 mdpl
1750 - 2000 mdpl
Sungai

2000 - 2250 mdpl MORFOLOGI


2250 - 2500 mdpl Datar
2500 - 2750 mdpl
Berombak/Bergelombang lemah
2750 - 3000 mdpl
Bergelombang kuat
3000 - 3250 mdpl
>3250 mdpl Berbukit sedang
Berbukit tinggi
Bergunung-gunung

24,39% berada diatas


ketinggian diatas 1000 mdpl
KETERANGAN !
( Ibukota Kecamatan
IBUKOTA PEMERINTAHAN

Kondisi Aspek Fisik Wilayah


BATAS ADMINISTRASI
!
( Ibukota Kabupaten Batas Kabupaten
KETERANGAN !
( Ibukota Kecamatan
IBUKOTA PEMERINTAHAN Batas Kecamatan
BATAS ADMINISTRASI JARINGAN JALAN
!
( Ibukota Kabupaten
Batas Kabupaten Jalan Nasional
Ibukota Kecamatan
Hidrogeologi
!
(

BATAS ADMINISTRASI Curah Hujan Batas Kecamatan


JARINGAN JALAN DAS Jalan Provinsi
Batas Kabupaten Jalan Kabupaten
Jalan Nasional
Batas Kecamatan Jalan Lingkungan
Jalan Provinsi
JARINGAN JALAN PERAIRAN
Jalan Kabupaten
Jalan Nasional Laut Laut, Garis Pantai
Jalan Lingkungan
Jalan Provinsi Sungai
PERAIRAN
Jalan Kabupaten
Laut Laut, Garis Pantai HIDROGEOLOGI
Jalan Lingkungan
Sungai Batuan Malihan Dan Beku
PERAIRAN
WILAYAH DAS Batuan Padu
Laut Laut, Garis Pantai
DAS Bajo Batuan Padu Dan Batugamping
Sungai
DAS Battang Batuan Volkanik
CURAH HUJAN
DAS Bua Batugamping
3 mm/jam
DAS Kandoa Endapan Lepas
4 mm/jam
DAS Lamasi
5 mm/jam
DAS Larompong
6 mm/jam
DAS Makawa
7 mm/jam
DAS Noling
DAS Ponrang
DAS Rantebelu
DAS Sampano
DAS Siwa
DAS Suli
DAS Temboe

Terdapat 14 DAS, Terbesar


DAS Noling
IKLIM DAN CURAH HUJAN

Unsur Iklim Tahun 2021

Suhu udara berada pada 22,78 – 33,17 derajat Suhu (0C)


celcius, dengan tekanan udara antara 1004,6 – - Minimum 22,78
1008,9 mbar. Suhu tertinggi terdapat pada bulan
September dan Juni. - Rata-Rata 28,45

Kelembaban udara berada pada 54,91- 98,08 %. - Maksimum 33,17


Dimana kelembaban terbesar terdapat pada bulan Kelembaban (%)
Mei, Agustus, September dan Oktober.
- Minimum 54,92
Curah hujan maksimal sebesar 626,3 mm. Hujan - Rata-Rata 79,49
tertinggi yaitu 30 hari terdapat pada bulan
- Maksimum 98,08
Januari, Kemudian 28 hari pada bulan Desember
Jumlah Curah Hujan (mm) 4234
Jumlah Hari Hujan (Hari) 208
Penyinaran Matahari (%) 48,34

Sumber : BPS, Kabupaten Luwu Dalam Angka 2022


JARINGAN JALAN IBUKOTA PEMERINTAHAN
Jalan Nasional !
( Ibukota Kabupaten

Kondisi Aspek Fisik Wilayah


KETERANGAN
IBUKOTA PEMERINTAHAN
Jalan Provinsi
Jalan Kabupaten
!
( Ibukota Kecamatan
BATAS ADMINISTRASI
Jalan Lingkungan Batas Kabupaten
!
( Ibukota Kabupaten
PERAIRAN Batas Kecamatan
!
( Ibukota Kecamatan
Laut Laut, Garis Pantai JARINGAN JALAN
BATAS ADMINISTRASI
Batas Kabupaten Jenis Tanah Geologi Sungai Wilayah Pertambangan
Jalan Nasional
Jalan Provinsi
Batas Kecamatan GEOLOGI
JARINGAN JALAN Alluvium Jalan Kabupaten

Jalan Nasional Bongka Formation Jalan Lingkungan

Conglomerate PERAIRAN
Jalan Provinsi
Intrusive Rocks Laut Laut, Garis Pantai
Jalan Kabupaten
Lamasi Volcanic Rock Sungai
Jalan Lingkungan
Latimojong Formation
PERAIRAN KAWASAN PERTAMBANGAN
Laut Laut, Garis Pantai
Randangan Formation Kawasan Pertambangan
Kawasan Pertambangan (L
Talaya Volcanics Luas : 72.567,76 Ha
Sungai POTENSI BAHAN GALIAN LOGA
Toraja Formation Ì Au
JENIS TANAH
Toraja Formations Ì Basal
Aluvial
Unnamed Sediments Ì Batu Bara
Gleisol
Kambisol Ì Batu Gamping
Ì Batu Sabak
Litosol
Ì Cu
Oksisol
Ì Fe Hematit
Organosol
Ì Fe Magnetis
Podsolik
Ì Kloritik Mudstone
Regosol
Ì Pb
Singkapan batuan
Ì Pyrite
no data
Ì Silika
Ì Zeolit
Kondisi Aspek Fisik Wilayah
No. Jenis Tutupan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
Penggunaan Lahan 1 Bandara 21,44 0,007 Pola Ruang
2 Hamparan batuan 215,13 0,074
3 Hutan 188.575,61 64,823
4 Hutan Mangrove 443,68 0,153
5 Kebun Campuran 1.357,53 0,467
6 Lahan Terbuka 2.858,49 0,983
7 Padang rumput 436,28 0,150
8 Perkebunan 7.134,17 2,452
9 Permukiman Perdesaaan 1.807,69 0,621
10 Permukiman Perkotaan 3.175,84 1,092
11 Rawa 23,71 0,008
12 Sawah 40.545,95 13,938
13 Semak belukar 12.984,02 4,463
14 Sungai 1.450,18 0,498
15 Tambak 13.047,44 4,485
16 Tegalan 16.757,00 5,760
17 (blank) 74,61 0,026
Total 290.908,78 100,000

NO. RENCANA POLA RUANG LUAS (Ha) (%)


A KAWASAN LINDUNG 94.733,93 97,85
1 Hutan Lindung 85.771,22 88,60
2 Sempadan Sungai 6.731,87 6,95
3 Sempadan Pantai 2.230,84 2,30
B KAWASAN BUDIDAYA 2.077,66 2,15
1 Permukiman Perkotaan 53,62 0,06
2 Pemukiman Pedesaan 1,13 0,00
3 Kawasan Industri 9,20 0,01
4 Pertanian Lahan Basah 594,20 0,61
5 Pertanian Lahan Kering & Perkebunan 1.137,40 1,17
6 Perikanan 46,91 0,05
7 Hutan Produksi 183,62 0,19
8 Hutan Produksi Terbatas 51,59 0,05
TOTAL 96.811,58 100,00
Jalan Provinsi
!
( Ibukota Kabupaten

Kawasan Hutan Jalan Kabupaten


!
(

Jalan BATAS
Ibukota Kecamatan
ADMINISTRASI
Lingkungan
PERAIRAN Batas Kabupaten Kawasan Hutan
Kawasan Hutan Sumber : SK.362/Menlhk/PLA.0/5/2019
Laut Batas Kecamatan
Laut, Garis Pantai
Sumber : BPKH
SungaiJARINGAN JALAN
Jalan Nasional
KAWASAN HUTAN
Jalan Provinsi
APL (Areal Penggunaan Lain) 188.281,06 Ha
Jalan Kabupaten
HL (Hutan Lindung) 79.581,14 Ha
Jalan Lingkungan
HP (Hutan Produksi) 19.402,14 Ha
PERAIRAN
HPT (Hutan Produksi Terbatas) 3.644,44 Ha
Laut Laut, Garis Pantai

Sungai

KAWASAN HUTAN
APL (Areal Penggunaan Lain) 196.059,80 Ha
HL (Hutan Lindung) 71.201,95 Ha
HP (Hutan Produksi) 20.393,39 Ha
HPT (Hutan Produksi Terbatas) 3.253,64 Ha
Jalan Kabupaten

08 Kerawanan Bencana & Kepadatan Penduduk


PERAIRAN
Jalan Lingkungan

Laut Laut, Garis Pantai


KerawananSungai
Bencana Kepadatan Penduduk
KAWASAN RAWAN BENCANA
Rawan Angin Ribut
Rawan Banjir
Rawan Longsor
KELAS KAWASAN RAWAN BENCANA GEMPABUMI
Kawasan Rawan Bencana Gempabumi Rendah
Kawasan Rawan Bencana Gempabumi Menengah
Kawasan Rawan Bencana Gempabumi Tinggi
Jumlah Luas
Kepadatan
No. Kecamatan Penduduk Wilayah 2
(Jiwa/Km )
(Jiwa) (Km2)
1 Larompong 20.804 225,25 92
2 Larompong Selatan 18.498 131,00 141
3 Suli 21.863 81,75 267
4 Suli Barat 10.129 153,5 66
5 Belopa 19.048 59,26 321
6 Kamanre 12.523 52,44 239
7 Belopa Utara 17.893 34,73 515
8 Bajo 16.489 68,52 241
9 Bajo Barat 10.417 66,3 157
10 Basseangtempe 6.241 178,12 35
11 Latimojong 6.124 467,75 13
12 Basseangtempe Utara 7.801 122,88 63
13 Bupon 15.742 182,67 86
14 Ponrang 27.832 107,09 260
15 Ponrang Selatan 26.027 99,98 260
16 Bua 32.815 204,01 161
17 Walenrang 18.612 94,6 197
18 Walenrang Timur 16.152 63,65 254
19 Lamasi 22.708 42,2 538
20 Walenrang Utara 18.812 259,77 72
21 Walenrang Barat 8.806 247,13 36
22 Lamasi Timur 13.479 57,65 234
Jumlah 368.815 2.900,25 127
PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK

Total
Jumlah penduduk Kabupaten Luwu 5 tahun 370000
terakhir menunjukkan peningkatan, jumlah 368000
367454

penduduk tahun 2017 sebanyak 356.275 366000


365608

jiwa, sedangkan pada tahun 2021 mencapai 364000


362030
367.454 jiwa. 362000
359209
360000
Total
Terjadi pertambahan dalam kurun waktu 5 358000 356275
tahun terakhir sebesar 11.179 jiwa. 356000
354000
Laju pertumbuhan penduduk 2017-2021 352000
yaitu dengan rata-rata pertumbuhan 3,14%. 350000
2017 2018 2019 2020 2021

Sumber: BPS, Kabupaten Luwu Dalam Angka, 2019 s/d 2022


DISTRIBUSI PENDUDUK DAN KEPADATAN PENDUDUK
Jumlah Presentase(%) jumlah Kepadatan Penduduk
No Wilayah Kecamatan Luas (Km2)
Penduduk (jiwa) penduduk (Jiwa/Km2) Walenrang Walenrang Walenrang Bajo Barat 4% Bassesangtempe
1 Larompong 225,25 6,15% Barat 1% Timur 6% Utara 2% 1%
22613 100
2 Larompong Selatan 131,00 17895 4,87% 137 Walenrang 5% Bajo 6% Bassesangtempe
3 Suli 81,75 21461 5,84% 263 Suli Barat 2% Utara 1%
4 Suli Barat 153,50
10129
2,76% 66 Suli 6% Belopa 8%
5 Belopa 59,26 19680 5,36% Ponran
332
6 Kamanre 52,44 3,26% g
11983 229 Belopa Utara 13%
7 Belopa Utara 34,73 5,11% 541
Selatan
18773
8 Bajo 68,52 4,48% 6% Ponrang 6%
16468 240
9 Bajo Barat 66,30 10169 2,77% 153
10 Bassesangtempe 178,12 5750 1,56% 32
11 Latimojong 467,75 5943 1,62% 13
12 Bassesangtempe Utara 122,88 7487 2,04% 61
13 Bupon 182,67 15483 4,21%
Latimojon Lamasi 13%
85 Bua 4%
14 Ponrang 107,09 7,52%
g 0%
27621 258
15 Ponrang Selatan 99,98 25518 6,94% 255 Larompong Bupon 2%
16 Bua 204,01 32838 8,94% 161 Selatan 3% Kamanre 5%
17 Walenrang 94,60 4,99% 194
18325 Larompong 2%
18 Walenrang Timur 63,65 15734 4,28% 247
19 Lamasi 42,20 22902 6,23% Lamasi Timur 6%
543
20 Walenrang Utara 259,77 18734 5,10% 72
21 Walenrang Barat 247,13 8316 2,26% 34
22 Lamasi Timur 57,65 13632 3,71% 236
Total 3000,25 367454 100,00% 122

• Jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Bua dengan jumlah penduduk pada tahun 2021 mencapai 32.838 jiwa sedangkan kepadatan
penduduk terbesar berada di Kecamatan Belopa Utara juga dengan kepadatan penduduk pada tahun 2021 mencapai 541 jiwa/km2.

• Sementara itu tingkat kepadatan penduduk di wilayah Kabupaten Luwu, cukup bervariasi. Hal ini terlihat dari pola dan distribusi
penduduk.
IKA DAN IKL DI SULAWESI SELATAN TAHUN 2021
RATING IKA KURANG, RATING IKL KURANG
RATING IKA SEDANG, RATING IKL KURANG
RATING IKA SEDANG, RATING IKL SANGAT KURANG

PROVINSI KABUPATEN IKA RATING IKA IKL RATING IKL


BANTAENG 60.00 SEDANG 32.55 KURANG
BARRU 60.67 SEDANG 70.25 BAIK
BONE 46.67 KURANG 36.51 KURANG
BULUKUMBA 63.33 SEDANG 27.32 KURANG
ENREKANG 57.88 SEDANG 51.42 SEDANG
GOWA 50.00 SEDANG 43.51 KURANG
JENEPONTO 50.00 SEDANG 27.26 KURANG
KEPULAUAN SELAYAR 50.00 SEDANG 37.29 KURANG
KOTA MAKASSAR 62.00 SEDANG 25.15 KURANG
KOTA PALOPO - NO DATA 60.97 SEDANG
KOTA PARE PARE 63.33 SEDANG 34.24 KURANG
LUWU - NO DATA 55.66 SEDANG
SULSEL
LUWU TIMUR 55.00 SEDANG 75.45 BAIK
LUWU UTARA 50.00 SEDANG 86.93 BAIK
MAROS 60.00 SEDANG 53.55 SEDANG
PANGKAJENE KEPULAUAN 63.33 SEDANG 50.58 SEDANG
PINRANG 52.22 SEDANG 42.16 KURANG
SIDENRENG RAPPANG 50.00 SEDANG 48.63 KURANG
SINJAI - NO DATA 34.11 KURANG
SOPPENG 60.00 SEDANG 40.85 KURANG
TAKALAR - NO DATA 30.39 KURANG
TANA TORAJA 62.73 SEDANG 53.20 SEDANG
TORAJA UTARA 63.33 SEDANG 60.35 SEDANG
WAJO 58.75 SEDANG 23.75 SANGAT KURANG
IKPS DAN TPA DI SULAWESI SELATAN TAHUN 2021
RATING IKPS SEDANG, SISTEM TPA OPEN DUMPING
RATING IKPS KURANG, SISTEM TPA OPEN DUMPING
RATING IKPS SANGAT KURANG, SISTEM TPA OPEN DUMPING

PROVINSI KABUPATEN IKPS RATING IKPS SISTEM TPA


BANTAENG 50.95 KURANG CONTROL LANDFILL
BARRU 51.25 KURANG CONTROL LANDFILL
BONE 38.87 SANGAT KURANG SANITARY LANDFILL
BULUKUMBA 60.31 SEDANG SANITARY LANDFILL
ENREKANG 41.03 SANGAT KURANG SANITARY LANDFILL
GOWA 36.71 SANGAT KURANG OPEN DUMPING
JENEPONTO 51.48 KURANG OPEN DUMPING
KEPULAUAN SELAYAR 35.04 SANGAT KURANG CONTROL LANDFILL
KOTA MAKASSAR 65.13 SEDANG OPEN DUMPING
KOTA PALOPO 58.67 KURANG SANITARY LANDFILL
KOTA PARE PARE 65.14 SEDANG CONTROL LANDFILL
LUWU 49.00 KURANG CONTROL LANDFILL
SULSEL
LUWU TIMUR 41.54 SANGAT KURANG CONTROL LANDFILL
LUWU UTARA 30.04 SANGAT KURANG CONTROL LANDFILL
MAROS 40.58 SANGAT KURANG SANITARY LANDFILL
PANGKAJENE KEPULAUAN 35.04 SANGAT KURANG CONTROL LANDFILL
PINRANG 44.97 SANGAT KURANG OPEN DUMPING
SIDENRENG RAPPANG 44.02 SANGAT KURANG SANITARY LANDFILL
SINJAI 61.37 SEDANG CONTROL LANDFILL
SOPPENG 41.29 SANGAT KURANG CONTROL LANDFILL
TAKALAR 40.52 SANGAT KURANG OPEN DUMPING
TANA TORAJA 27.04 SANGAT KURANG OPEN DUMPING
TORAJA UTARA 30.04 SANGAT KURANG OPEN DUMPING
WAJO 42.07 SANGAT KURANG SANITARY LANDFILL
Jasa Ekosistem
Penyedia Air
Jasa Ekosistem
Penyedia Pangan
Jasa Ekosistem Pengaturan
Tata Aliran Air
Jasa Ekosistem
Pengaturan Iklim
Jasa Ekosistem
Pengaturan Bencana
TINGKAT KERAWANAN
BENCANA TANAH
LONGSOR
PERUBAHAN JE PENYEDIA AIR
Penyedia Air
Kecamatan N3 N2 N1 O T1 T2 T3 Grand Total
Naik 3 Kelas Naik 2 Kelas Naik 1 Kelas Tetap Turun 1 Kelas Turun 2 Kelas Turun 3 Kelas
Bajo 0,71 3,90 63,35 3.077,00 1.863,18 119,41 7,37 5.134,91
Bajo Barat 1,01 37,45 542,41 5.436,89 4.203,50 292,69 33,44 10.547,38
Basse Sangtempe 1,20 65,64 6.368,49 17.856,60 1.478,87 475,15 1,48 26.247,44
Basse Sangtempe Utara 0,22 33,66 9.709,66 11.713,72 1.658,46 598,02 0,42 23.714,16
Belopa 7,64 14,76 43,92 2.566,98 560,09 35,37 0,13 3.228,90
Belopa Utara 1,54 22,56 58,45 2.711,32 262,20 2,41 3.058,47
Bua 0,62 45,86 378,82 12.185,70 4.586,84 738,06 11,15 17.947,05
Bua Ponrang 15,48 87,08 588,55 10.076,81 3.450,83 97,07 0,47 14.316,29
Kamanre 3,86 71,33 125,19 5.354,25 159,86 33,47 1,22 5.749,18
Lamasi 12,25 12,73 220,36 3.801,03 316,32 19,72 11,47 4.393,87
Lamasi Timur 7,21 16,47 271,89 5.800,04 220,36 81,07 7,00 6.404,05
Larompong 0,44 10,62 268,56 8.161,63 15.405,19 525,71 9,56 24.381,73
Larompong Selatan 0,33 28,99 195,61 3.028,78 6.493,33 1.107,96 58,17 10.913,19
Latimojong 0,34 25,27 1.159,01 30.521,96 3.964,32 212,88 1,82 35.885,60
Ponrang 0,12 9,12 217,93 9.472,19 1.341,94 96,54 1,28 11.139,13
Ponrang Selatan 5,91 40,61 44,18 8.494,53 337,87 60,76 0,38 8.984,25
Suli 1,04 39,92 328,48 4.989,97 3.238,70 97,17 5,13 8.700,42
Suli Barat 1,26 17,87 709,38 8.113,06 8.950,10 404,30 50,99 18.246,95
Walenrang 11,17 28,42 411,85 5.830,46 1.292,57 70,79 7,43 7.652,69
Walenrang Barat 0,21 245,47 935,46 18.047,61 7.543,37 987,19 0,43 27.759,75
Walenrang Timur 3,18 23,06 158,51 6.106,97 257,62 103,26 3,83 6.656,42
Walenrang Utara 6,58 39,52 206,56 14.268,21 9.597,10 192,32 14,21 24.324,50
Grand Total 82,31 920,30 23.006,61 197.615,73 77.182,64 6.351,33 227,39 305.386,32

Sumber: Hasil Analisis D3TLH, 2022

Terdapat perubahan JE Penyedia Air pada tahun 2017 ke tahun 2022 sebesar 27,43%. Hal ini menunjukkan adanya
kecenderungan pengurangan JE Penyedia Air. Perubahan terbesar terjadi di Kecamatan Larompong, Larompong Selatan,
Suli Barat, Walenrang Utara, Walenrang Barat.
PERUBAHAN JE PENYEDIA PANGAN
Penyedia Pangan
Kecamatan N3 N2 N1 O T1 T2 T3 Grand Total
Naik 3 Kelas Naik 2 Kelas Naik 1 Kelas Tetap Turun 1 Kelas Turun 2 Kelas Turun 3 Kelas
Bajo 2,18 39,38 69,69 4.511,21 160,57 269,40 82,47 5.134,91
Bajo Barat 1,24 24,75 43,71 10.173,49 152,18 135,80 16,20 10.547,38
Basse Sangtempe 4,15 305,65 81,91 25.254,47 355,01 236,53 9,71 26.247,44
Basse Sangtempe Utara 0,94 643,26 33,82 22.184,52 325,50 515,99 10,11 23.714,16
Belopa 13,81 41,79 189,28 2.616,66 30,38 187,44 149,55 3.228,90
Belopa Utara 62,71 48,01 208,04 2.502,72 68,09 71,16 97,73 3.058,47
Bua 21,78 462,70 657,38 16.043,80 326,44 334,06 100,89 17.947,05
Bua Ponrang 10,34 227,32 696,50 12.909,69 186,42 271,33 14,69 14.316,29
Kamanre 61,79 90,53 379,01 4.902,93 177,65 104,82 32,44 5.749,18
Lamasi 38,28 56,12 317,48 3.629,18 73,13 188,24 91,44 4.393,87
Lamasi Timur 21,58 394,14 577,71 4.923,16 325,70 113,85 47,92 6.404,05
Larompong 39,47 44,19 206,16 23.597,95 97,71 369,88 26,38 24.381,73
Larompong Selatan 0,36 6,98 271,88 10.233,15 110,26 265,98 24,58 10.913,19
Latimojong 0,18 190,99 60,02 35.368,53 262,98 2,05 0,86 35.885,60
Ponrang 8,27 218,71 892,85 9.600,15 111,26 174,60 133,28 11.139,13
Ponrang Selatan 24,90 32,97 1.200,32 7.457,26 19,29 236,87 12,63 8.984,25
Suli 17,78 118,47 372,84 7.777,14 122,98 224,30 66,92 8.700,42
Suli Barat 4,02 85,38 17.815,30 133,94 178,53 29,78 18.246,95
Walenrang 25,92 53,21 119,23 7.086,98 148,55 125,30 93,50 7.652,69
Walenrang Barat 1,03 330,99 101,17 27.050,55 212,19 58,44 5,39 27.759,75
Walenrang Timur 21,56 336,73 823,92 5.148,79 100,13 177,60 47,69 6.656,42
Walenrang Utara 61,24 404,44 302,16 23.105,31 183,57 209,05 58,74 24.324,50
Grand Total 439,51 4.075,35 7.690,45 283.892,94 3.683,92 4.451,23 1.152,91 305.386,32

Sumber: Hasil Analisis D3TLH, 2022

JE Penyedia Pangan umumnya berada pada kondisi tetap yaitu sebesar 92,96%.
PERUBAHAN JE PENGATUR TATA ALIRAN AIR
Pengaturan Tata Aliran Air
Kecamatan N3 N2 N1 O T1 T2 T3 Grand Total
Naik 3 Kelas Naik 2 Kelas Naik 1 Kelas Tetap Turun 1 Kelas Turun 2 Kelas Turun 3 Kelas
Bajo 38,06 18,69 280,99 2.940,28 268,33 1.520,06 68,49 5.134,91
Bajo Barat 503,26 158,74 1.109,11 4.438,12 354,29 3.883,82 100,04 10.547,38
Basse Sangtempe 5.784,48 801,87 648,42 17.280,84 427,90 1.093,00 210,93 26.247,44
Basse Sangtempe Utara 8.962,07 981,57 1.658,26 10.196,14 220,02 1.638,81 57,28 23.714,16
Belopa 39,66 194,47 862,34 1.782,79 159,28 187,76 2,59 3.228,90
Belopa Utara 15,58 4,65 237,59 2.580,69 142,03 76,40 1,53 3.058,47
Bua 222,42 269,61 1.211,48 11.225,64 416,63 4.505,70 95,57 17.947,05
Bua Ponrang 533,48 420,85 1.813,58 7.996,34 1.119,54 2.400,76 31,73 14.316,29
Kamanre 68,07 39,04 164,82 5.345,11 125,91 5,08 1,16 5.749,18
Lamasi 57,38 68,69 276,78 3.681,08 278,17 11,60 20,18 4.393,87
Lamasi Timur 97,65 11,96 703,93 4.878,42 633,96 62,32 15,82 6.404,05
Larompong 74,89 132,79 796,40 7.504,73 180,94 15.274,20 417,77 24.381,73
Larompong Selatan 90,36 178,42 1.251,10 2.759,10 102,77 6.383,06 148,38 10.913,19
Latimojong 528,46 614,52 976,66 29.669,66 140,02 3.809,73 146,56 35.885,60
Ponrang 213,88 141,12 1.570,03 8.026,75 188,87 989,95 8,53 11.139,13
Ponrang Selatan 150,26 33,64 1.031,99 7.571,88 187,18 9,26 0,04 8.984,25
Suli 388,80 94,81 1.247,43 4.001,71 90,12 2.841,00 36,55 8.700,42
Suli Barat 465,54 151,95 1.537,68 6.866,22 126,79 8.921,37 177,41 18.246,95
Walenrang 120,42 291,79 140,65 5.764,17 380,31 890,39 64,96 7.652,69
Walenrang Barat 728,50 553,41 2.990,60 17.117,98 525,80 5.757,80 85,65 27.759,75
Walenrang Timur 113,08 29,26 506,70 5.625,73 307,61 57,75 16,29 6.656,42
Walenrang Utara 83,82 475,93 1.962,34 12.117,62 2.710,33 6.898,39 76,08 24.324,50
Grand Total 19.280,13 5.667,81 22.978,87 179.371,01 9.086,78 67.218,19 1.783,53 305.386,32

Sumber: Hasil Analisis D3TLH, 2022

Terdapat perubahan JE Pengaturan Tata Aliran Air pada tahun 2017 ke tahun 2022 sebesar 25,57%. Hal ini menunjukkan
adanya kecenderungan pengurangan JE Pengaturan Tata Aliran Air. Perubahan terbesar terjadi di Kecamatan Larompong,
Larompong Selatan, Suli Barat, Walenrang Utara, Walenrang Barat.
PERUBAHAN JE PENGATUR BENCANA BANJIR
Pengaturan Bencana Banjir
Kecamatan N3 N2 N1 O T1 T2 T3 Grand Total
Naik 3 Kelas Naik 2 Kelas Naik 1 Kelas Tetap Turun 1 Kelas Turun 2 Kelas Turun 3 Kelas
Bajo 0,80 110,02 617,94 2.467,01 396,84 1.461,27 81,02 5.134,91
Bajo Barat 0,63 441,23 235,84 5.357,03 475,35 3.925,66 111,65 10.547,38
Basse Sangtempe 184,18 2.605,45 3.771,75 17.228,20 645,12 1.278,94 533,79 26.247,44
Basse Sangtempe Utara 326,29 412,46 9.193,47 10.017,97 1.136,97 1.973,10 653,89 23.714,16
Belopa 8,41 39,07 34,23 2.475,75 291,63 376,26 3,55 3.228,90
Belopa Utara 4,65 86,73 193,03 2.403,80 223,25 144,95 2,06 3.058,47
Bua 22,30 209,31 700,88 11.103,04 627,71 4.955,63 328,18 17.947,05
Bua Ponrang 0,70 638,39 2.037,04 7.299,36 1.255,10 2.874,39 211,31 14.316,29
Kamanre 12,74 234,80 1.659,44 3.388,41 349,71 102,37 1,72 5.749,18
Lamasi 4,82 153,83 150,26 3.491,09 279,73 289,83 24,31 4.393,87
Lamasi Timur 37,67 340,90 194,86 4.887,74 132,99 787,84 22,05 6.404,05
Larompong 3,90 110,74 189,05 8.071,81 9.435,01 6.111,57 459,64 24.381,73
Larompong Selatan 6,72 60,55 110,40 2.817,35 3.340,35 3.531,37 1.046,44 10.913,19
Latimojong 5,38 716,64 1.138,48 29.214,81 2.762,17 1.843,06 205,07 35.885,60
Ponrang 15,75 162,31 347,19 8.350,53 259,43 1.961,52 42,39 11.139,13
Ponrang Selatan 29,26 51,87 3.135,16 4.473,48 774,48 519,50 0,50 8.984,25
Suli 9,58 89,09 401,10 4.657,07 551,86 2.946,51 45,21 8.700,42
Suli Barat 0,40 194,77 496,77 8.171,80 4.301,74 4.873,99 207,48 18.246,95
Walenrang 13,33 428,68 79,43 5.726,54 168,05 1.136,49 100,16 7.652,69
Walenrang Barat 9,94 1.012,09 66,34 17.729,25 2.606,36 5.137,27 1.198,50 27.759,75
Walenrang Timur 26,68 120,50 115,59 5.100,99 114,79 1.169,25 8,62 6.656,42
Walenrang Utara 5,30 242,47 215,74 13.308,52 2.461,73 7.861,74 228,99 24.324,50
Grand Total 729,43 8.461,89 25.084,02 177.741,56 32.590,36 55.262,52 5.516,55 305.386,32

Sumber: Hasil Analisis D3TLH, 2022

Terdapat perubahan JE Pengaturan Bencana Banjir pada tahun 2017 ke tahun 2022 sebesar 30,57%. Hal ini menunjukkan
adanya kecenderungan pengurangan JE Pengaturan Bencana Banjir. Perubahan terbesar terjadi di Kecamatan
Larompong, Larompong Selatan, Suli Barat, Walenrang Utara, Walenrang Barat.
PERUBAHAN JE PENGATUR BENCANA LONGSOR
Pengaturan Bencana Longsor
Kecamatan N3 N2 N1 O T1 T2 T3 Grand Total
Naik 3 Kelas Naik 2 Kelas Naik 1 Kelas Tetap Turun 1 Kelas Turun 2 Kelas Turun 3 Kelas
Bajo 0,71 4,78 49,13 2.934,09 402,03 1.681,49 62,68 5.134,91
Bajo Barat 0,63 416,33 114,55 5.280,02 414,59 4.162,25 159,02 10.547,38
Basse Sangtempe 28,58 3.104,42 3.353,91 17.306,66 861,18 1.120,26 472,44 26.247,44
Basse Sangtempe Utara 11,73 1.028,28 8.723,65 10.110,43 1.786,00 1.430,98 623,10 23.714,16
Belopa 12,98 11,69 127,40 1.618,24 1.058,98 393,77 5,84 3.228,90
Belopa Utara 58,56 98,39 89,84 2.351,38 265,95 190,42 3,93 3.058,47
Bua 10,68 342,47 329,80 11.341,16 1.044,03 4.314,71 564,19 17.947,05
Bua Ponrang 496,78 138,93 9.153,59 1.192,27 3.242,86 91,87 14.316,29
Kamanre 49,77 262,87 180,40 5.079,57 147,26 28,47 0,86 5.749,18
Lamasi 1,11 51,76 132,64 3.684,57 422,95 95,67 5,16 4.393,87
Lamasi Timur 0,01 639,30 930,03 4.391,34 387,10 56,27 6.404,05
Larompong 0,23 132,33 136,60 7.674,57 644,92 15.344,95 448,12 24.381,73
Larompong Selatan 17,31 74,74 75,22 2.685,54 1.481,21 5.470,13 1.109,04 10.913,19
Latimojong 14,40 885,48 269,91 29.828,02 810,28 3.883,99 193,53 35.885,60
Ponrang 0,05 238,35 257,11 7.872,76 1.494,95 1.221,58 54,32 11.139,13
Ponrang Selatan 16,79 231,38 313,34 7.364,89 975,19 82,06 0,58 8.984,25
Suli 13,31 118,07 486,16 3.862,34 1.170,60 3.014,35 35,58 8.700,42
Suli Barat 2,75 169,21 397,54 7.872,34 560,63 9.062,86 181,63 18.246,95
Walenrang 8,46 342,60 45,70 5.840,75 235,53 1.121,63 58,01 7.652,69
Walenrang Barat 232,14 790,21 18,06 17.910,92 2.441,31 4.807,47 1.559,64 27.759,75
Walenrang Timur 608,95 294,72 5.188,78 495,31 68,66 6.656,42
Walenrang Utara 0,00 56,87 147,53 13.601,69 921,57 9.433,36 163,49 24.324,50
Grand Total 480,21 10.105,26 16.612,15 182.953,67 19.213,82 70.228,18 5.793,02 305.386,32
Sumber: Hasil Analisis D3TLH, 2022

Terdapat perubahan JE Pengaturan Bencana Longsor pada tahun 2017 ke tahun 2022 sebesar 31,19%. Hal ini
menunjukkan adanya kecenderungan pengurangan JE Pengaturan Bencana Longsor. Perubahan terbesar terjadi di
Kecamatan Larompong, Larompong Selatan, Suli Barat, Walenrang Utara, Walenrang Barat.
Peta Kerawanan Bencana
Kerawanan Liquifaksi Kerentanan Gerakan Tanah Kerentanan Banjir Bandang
Peta Kerawanan Bencana Longsor
Bahaya Longsor Kerentanan Longsor
Peta Kerawanan Bencana Kebakaran Hutan
Bahaya Kebakaran Hutan Kerentanan Kebakaran Hutan
Peta Kerawanan Bencana Cuaca Ekstrim
Bahaya Cuaca Ekstrim Kerentanan Cuaca Ekstrim
Peta Kerawanan Bencana Banjir & Multi Bahaya
Bahaya Banjir Kerentanan Banjir Multi Bahaya
IDENTIFIKASI POTENSI
BENCANA
➢ Banjir,
➢ Longsor,
➢ Abrasi,
➢ Gerakan tanah,
➢ Liquifaksi,
➢ Banjir Bandang,
➢ Cuaca Ekstrim

Sumber : Hasil Visualisasi dan olahan Tim Tahun 2020


Isu-Isu Strategis RTRW Kabupaten Luwu
Secara geografis, Kabupaten Luwu berada di bagian tengah, sehingga
dapat didorong menjadi penghubung antara wilayah bagian utara
dengan wilayah bagian selatan di Sulawesi Selatan

Kerawanan bencana berdampak terhadap perekonomian dan


perikehidupan sebagian masyarakat di Kabupaten Luwu

Kabupaten Luwu merupakan salah satu lumbung pangan di Provinsi


Sulawesi Selatan, yang memiliki potensi pertanian yang sangat baik

Rencana pembangunan dan pemindahan Ibukota Negara (IKN) ke


wilayah Kalimantan Timur akan memberikan dampak terhadap
perekonomian terutama dari aspek pendistribusian pangan

Kesenjangan wilayah dari aspek mobilitas dan distribusi ekonomi antara


wilayah pegunungan dan pesisir
Isu-Isu Strategis RTRW Kabupaten Luwu
Kesuburan tanah dan potensi pengelolaan sumberdaya, menjadi daya
tarik tersendiri bagi investor terutama pada kegiatan usaha pengelolaan
sumberdaya alam dan hasil pertanian, untuk berinvestasi dan
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah di
Kabupaten Luwu dan belum dibarengi dengan regulasi untuk penegakan
kesejahteraan sosial bagi masyarakat Luwu

Peluang peningkatan perekonomian wilayah sangat besar, dan belum


maksimal melalui pembangunan industri pengolahan untuk menunjang
perekonomian wilayah

Masih lemahnya penerapan pembangunan berkelanjutan yang


dilakukan oleh masyarakat dan swasta, terutama kaitannya
pengendalian dan peningkatan kualitas lingkungan berdampak
degradasi dan bencana (banjir dan longsor)
Masih lemahnya pengontorolan dan pengendalian pemanfaatan ruang
sesuai dengan perencanaan tata ruang yang ditetapkan
Isu Bencana Yang Perlu Mendapatkan Perhatian
Pada RPJMD
Banjir Bandang 5,56%

Epidemi dan Wabah Penyakit 7,78%

Cuaca Ekstrim 6,67%

Gempa Bumi 1,11%

Kekeringan 10,00%

Kebakaran Hutan dan Lahan 4,44%

Tanah Longsor 15,56%

Banjir 48,89%
Isu Lingkungan Yang Perlu Mendapatkan
Perhatian Pada RPJMD
Penambangan 4,88%

Kerusakan DAS 7,32%

Alih Fungsi Lahan 6,50%

Kerusakan Hutan dan Lahan 14,63%

Limbah B3 3,25%

Abrasi 0,81%

Pencemaran Udara 0,81%

Pencemaran Sungai 13,01%

Kemacetan 1,63%

Kekumuhan 3,25%

Air Bersih dan Sanitasi 13,82%

Persampahan 30,08%
Dan Lain-Lain 2,00%

Terbatasnya Bantuan Modal Pengembangan


10,00%
Ekonomi Kreatif

Belum Efektif dan Efisiennya Birokrasi 2,00%

Belum Optimalnya Pelayanan Publik 14,00%

Permasalahan Rendahnya Kapasitas SDM 10,00%


Sosial,
Ekonomi dan Rendahnya Nilai Produk Pertanian 10,00%

Tata Kelola Rendahnya Daya Beli Masyarakat 12,00%


Pada RPJMD
Penyakit Masyarakat 0,00%

Kesenjangan Wilayah 0,00%

Lapangan Pekerjaan 24,00%

Kemiskinan 16,00%
Pemetaan Isu Perioritas KLHS Perubahan RPJMD
Kabupaten Luwu
Isu Pembangunan Isu Kondisi Lingkungan
Berkelanjutan (D3TLH) Isu SDGs/TPB
• Resiko Bencana Banjir, Tanah • 72,81% pada kemampuan lahan VI • Kemiskinan
Longsor dan Kekeringan • Jasa ekosistem penyedia pangan
umumnya kategori sedang • Kesehatan
• Belum optimalnya pengelolaan
Persampahan
• Jasa Ekosistem Penyedia Air • Pendidikan
Umumnya Sedang
• Terbatasnya air bersih dan • Jasa ekosistem pengaturan mitigasi • Kesetaraan Gender
sanitasi mitigasi bencana umumnya sedang. • Pekerjaan Layak dan
• Kerusakan Hutan dan Lahan • Jasa ekosistem pengaturan iklim Pertumbuhan Ekonomi
umumnya sedang
• Terbatasnya lapangan • Resiko Bencana
• Jasa ekosistem pengatur tata aliran
pekerjaan umumnya kategori sedang • Air Bersih dan Sanitasi
• Kemiskinan • Resiko bencana tanah longsor tinggi
• Belum optimal pelayanan • Pemukiman Layak
publik • Industri Inovasi dan
• Rendahnya Daya Beli Infrastruktur
Masyarakat • Tata Kelola
Analisis Isu Strategis RPJMD dengan Pendekatan System
Thinking
Pengelolaan SDA
a. Kerusakan Hutan Lahan
Iklim

+
-
b. Resiko Bencana
Perkebunan Resiko Bencana
+
Jasa Ekosistem
+
-
Produksi Pertanian Industri Ionvasi c. Infrastruktur Kota dan
+ - dan Perkebunan
Kerusakan Hutan
+ dan Lahan +
+ + Wilayah
Pertambangan
Air Bersih dan Nilai Tambah Pertanian
- ++ -
Persampahan
- Sanitasi
+
-
+ dan Perkebunan d. Kemiskinan
+ + Kemiskinan
Tata Kelola
- - +
+ Pertumbuhan
e. Pengelolaan Sumber Daya
+
Infrastruktur Ekonomi
Pelayanan Publik
Wilayah Air
-
Pemukiman Layak
+ + +
+
Lapangan
+
-
+- Pekerjaan f. Industri dan Inovasi
+ + + Kesehatan
g. Pekerjaan Layak
Pendidikan

h. Pelayanan Publik
DAFTAR ISU-ISU PB KLHS REVISI RTRW
No Permasalahan Keberlanjutan Lokasi Fokus Isu Pembangunan Berkelanjutan
1 Permasalahan pertama adalah dimana sampah yang dibuang di mana-mana terutama masyarakat yang tinggal Kecamatan Suli Belum optimalnya pengelolaan sampah
dipinggir Sungai tempat membuang sampah di pinggir sungai
2 Pembuangan limbah rumah tangga Kecamatan Suli Meningkatnya pencemaran lingkungan akibat kegiatan
domestik
3 Kerusakan Lingkungan Akibat Tambang Galian C Kecamatan Suli Meningkatnya kerusakan lingkungan akibat kegiatan tambang
galian C.
4 Adanya sampah-sampah yang di buang ke selokan oleh Masyarakat karena tidak adanya Tempat Pembuangan Kecamatan Ponrang Belum optimalnya pengelolaan sampah
Akhir (TPA)
5 Di Kel. Sabe lingkungan Komesra Aliran Irigasi dan Drainase yang ada di daerah pemukiman penduduk sudah Kecamatan Belopa Utara Belum optimalnya pengelolaan sampah
mengalami pendangkalan dan penyempitan, banyak ditemukan sampah rumah dan sampah dari kebun
6 Kel. Sabe lingkungan Pabburinti, aliran irigasi yang berada di sekitar pemukiman padat penduduk, irigasi tersebut Kecamatan Belopa Utara Belum optimalnya fungsi drainase dikawasan permukiman
lebih tinggi dan dibanding drainase kawasan pemukiman. DAMPAK LINGKUNGAN : ketika hujan lokal/hujan di
hulu volume air meluap dan masuk ke daerah pemukiman
7 Abrasi laut di tiga Desa, To’bia, Bassiang Timur, dan Lampuara di Kec. Ponrang Selatan Kec. Ponrang Selatan Meningkatnya kejadian abrasi pada daerah pesisir
8 Tambang Galian C khusunya di Desa Paccerakan Kec. Ponrang Selatan Meningkatnya kerusakan lingkungan akibat kegiatan tambang
galian C.
9 Pengalihan fungsi lahan kebun coklat menjadi sawah Kec. Ponrang Selatan Alih fungsi lahan
10 Untuk rawan banjir dari luapan sungai dan irigasi sehingga banjir ada terjadi di beberapa Desa di Kec. Pon-Sel Kec. Ponrang Selatan Meningkatnya resiko bencana banjir
11 1. Normalisasi Sungai Senggang yang melewati Desa Rante Balla, Desa Kadundung, Baji Barat, Bajo, Belopa, dan Kec. Latimojong Meningkatnya Kerusakan DAS
Suli 2. Penanaman pohon dan buah-buahan di beberapa Desa di Kec. Latimojong 3. Penanganan longsor terutama
yang menghubungkan jalan/akses masyarakat dalam wilayah Kecamatan Latimojong
12 Penanganan longsor terutama yang menghubungkan jalan/akses masyarakat dalam wilayah Kecamatan Kec. Latimojong Meningkatnya resiko longsor
Latimojong
13 1. Penanggulangan sampah, perlu adanya tempat pembuangan akhir sampah Kec. Walenrang Belum optimalnya pengelolaan sampah
14 Banjir sungai Lamasi, ada dua Desa yang sering terdampak banjir akibat meluapnya sungai lamasi yaitu Desa Kec. Walenrang Meningkatnya resiko bencana banjir
Batusitanduk, dan Kelurahan Bulo, perlu pnguatan tebing berupa tanggul / tabud / normalisasi sungai Lamasi
15 Tambang Galian C di sekitar jembatan lamasi yang tidak jauh dari jembtan sungai Lamasi dan proses perizinanan Meningkatnya kerusakan lingkungan akibat kegiatan tambang
yang kami tahu apakah ada izin atau tidak. galian C.
16 Kerusakan DAS (Sungai sepanjang Sampeang, Kadong-kadong, Marinding, Tetekang, Tumbubara, Saronda, Kecamatan Bajo Barat Meningkatnya Kerusakan DAS
Bonelemo) sudah sangat dan harus ditangani.
17 Sampah plastik dan popok bayi dan orang tua yang tidak terkelola dengan baik, Armada pengangkut sampah Kecamatan Bajo Barat Belum optimalnya pengelolaan sampah
belum ada dan wilayah Kec. Bajo Barat dan sekaligus container sampah, Perlunya pengelolaan lingkungan
Kabupaten melakukan sosialisasi di TK Kec/Desa
18 Bagaimana penanganan longsor yang sering terjadi Kecamatan Bajo Barat Meningkatnya resiko longsor
19 Persyaratan izin kepada penambang galian gol C Kecamatan Bajo Barat Meningkatnya kerusakan lingkungan akibat kegiatan tambang
galian C.
DAFTAR ISU-ISU PB KLHS REVISI RTRW
No Permasalahan Keberlanjutan Lokasi Fokus Isu Pembangunan Berkelanjutan
20 Kecamatan Lamasi dilalui oleh 3 Sungai besar diantaranya adalah: 1. Sungai Lamasi 2. Sungai Rongkong 3. Kec. Lamasi Meningkatnya Kerusakan DAS
Sungai Makawa Isu yang paling berdampak kepada lingkungan adalah Sungai Lamasi akibat dari meluapnya
sungai lamasi mengakibatkan sungai semakin lebar dan hampir mengilas jalan raya yang di Desa Padang
Kalua
21 1. Penebangan pohon di sepanjang jalan yang ada dalam lingkup Kec. Bajo, yang sangat mengganggu karna Kec. Bajo Meningkatnya Kerusakan DAS
selalu tumbang 2. Melakukan penanaman pohon disepanjanng bantaran Sungai Suso yang ada di Kel. Bajo 3.
Melakukan normalisasi Sungai Suso
22 1. Masalah banjir di Sungai Lamasi – Pompengan Pantai yang dampaknya di Kecamatan Walenrang Timur Kec. Walenrang Timur Meningkatnya resiko bencana banjir
khususnya Desa Kendekan, Seba-Seba, dan Desa Lamasi Pantai Ratusan hektar bahkan ribuan hektar
persawahan dan tambak yang mengalami gagal panen.
23 Abrasi bibir pantai khususnya Desa Lamasi Pantai Kec. Walenrang Timur Meningkatnya kejadian abrasi pada daerah pesisir
24 Penanganan Sampah di Desa-desa tidak ditangani secara maksimal, sehingga masyarakat membuang Kec. Walenrang Timur Belum optimalnya pengelolaan sampah
sampah di sembarang tempat
25 Pengerukan Sungai Lamasi mulai dari Desa Pelalan sampai Pompengan Pantai, Penguatan Tebing dan Kec. Lamasi Timur Meningkatnya Kerusakan DAS
tanggul disepanjang aliran sungai Lamasi, Pengerukan Sungai Rongkong dari Desa Salupao s/d Pompengan
26 Desa Pakkalolo, Das Pakkalolo yg semula kebun dan hutan berganti menjadi kawasan wisata dan ladang. Meningkatnya Kerusakan DAS
Intensitas kerusakan akan bertambah seiring dengan laju eksploitasi oleh bidang pariwisata. Kegiatan
parawisata di hulu akan mempengaruhi kualitas lingkungan sekitar, terutama bagian di hilir DAS.
27 Lingkungan Cappie, karna terjadinya pendangkalan dan penyempitan serta lekukan sungai yang telalu rapat Meningkatnya Kerusakan DAS
maka terjadi peluapan air dengan intensitas besar dan berdampak kerugian masyarakat.
28 lokasi belopa hal ini disebabkan karena kurangnya pengawasan pada daerah hulu Kecamatan Belopa Meningkatnya Kerusakan DAS
29 Penambangan sungai yang kurang memperhatikan dampak lingkungan menyebabkan terkikisnya daerah Kecamatan Belopa Meningkatnya Kerusakan DAS
aliran sungai dan lahan masyarakat.
30 Kec. Belopa dan Kec. Belopa Utara adalah kecamatan yang tepat berada dalam wilayah ibukota Kabupaten Kecamatan Belopa Alih fungsi lahan pertanian
yang selanjutnya akan menerima dampak meningkatnya kebutuhan masyarakat akan hunian serta pesatnya
pembangunan infrastruktur sebagai sarana penunjang dan penguatan Belopa sebagai ibukota Kabupaten.
Akibat dari hal tersebut terjadilah alih fungsi lahan pertanian produktif secara masif
31 Kurangnya lapangan kerja yang tersedia serta semakin berkurangnya lahan untuk pertanian sebagai akibat Kecamatan Belopa Alih fungsi lahan pertanian
dari alih fungsi lahan dari pertanian menjadi pemukiman mengakibatkan masyarakat membuka hutan untuk
menjadi lahan pertanian.
32 Kerusakan hutan dan lahan sering terjadi terutama di daerah yang masih banyak hutan lindungnya karena di Meningkatnya kerusakan hutan dan lahan
tebang dan dijadikan lahan pertanian atau lahan pemukiman.
33 banjir yang sering terjadi di Kecamatan Suli, Larompong, dan Larompong Selatan di sebabkan karena Meningkatnya resiko bencana banjir
kerusakan hutan dan lahan di bagian hulu
34. Dampak kerusakan lingkungan menyebabkan intensitas banjir bandang disejumlah wilayah mengalami Meningkatnya resiko bencana banjir
banjir bandang.
DAFTAR ISU-ISU PB KLHS REVISI RTRW
No Permasalahan Keberlanjutan Lokasi Fokus Isu Pembangunan Berkelanjutan
35 Hampir semua kecamatan terutama di bagian selatan kab. Luwu terjadi perambahan hutan unt dibuat lahan perkebunan, Meningkatnya kerusakan hutan dan lahan
sehingga penyerapan air di bagian hulu semakin berkurang dan volume air pada penampang sungai semakin banyak yang
menyebabkn luapan air bahkan dibagian hulu mudah unt longsor, hal ini menyebabkan dampak sosia yg sgt besar setiap
saat.
36 Terjadinya perambahan hutan termasuk kawasan hutan lindung Meningkatnya kerusakan hutan dan lahan
37 Kerusakan hutan dan lahan penyebab utama banjir yang sering terjadi di Kecamatan Suli terutama di Desa Botta dan Meningkatnya kerusakan hutan dan lahan
sekitarnya
38 Di beberapa kecamatn, di antaranya Kec. larompong dan bua yang disebabkan oleh Penebangan liar hutan dan Meningkatnya kerusakan hutan dan lahan
penambangan liar di sungai.
39 Banjir tahunan di beberapa daerah akibat kerusakan hutan. Meningkatnya resiko bencana banjir
40 Penebangan kayu di hutan serta penggunaan zat-zat kimia untuk tanaman akan mengakibatkan terjadinya kerusakan Meningkatnya kerusakan hutan dan lahan
hutan dan lahan yang berisiko akan menyebabkan banjir dan tanah longsor.
41 Lokasi Kecamatan, Sering mengalami banjir setiap tahun dan merendam 7 desa dan kelurahan. yaitu kelurahan suli, Desa Meningkatnya kerusakan hutan dan lahan
Murante, Desa Malela, Desa Botta, Desa Lempopacci, Desa Cimpu, dan Cimpu Utara.... yang disebabkan oleh
penggundulan hutan atau penebangan hutan.

42 Dikab.Luwu pada umumnya masyarakat belum menggunakan air PDAM untuk kebutuhan konsumsi tapi menggunakan air Belum optimalnya penyediaan sanitasi dan air bersih
sumur yang mana air sumur tersebut tidak dijamin kebersihannya apalagi masyarakat pedesaan sumur yang mereka
gunakan juga digunakan untuk MCK.
43 Air bersih masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan air bersih yang sanitasinya baik. Belum optimalnya penyediaan sanitasi dan air bersih
44 Salah satu contoh wilayah yang mengalami permasalahan lingkungan, khususnya yaitu masalah air bersih dan sanitasi Belum optimalnya penyediaan sanitasi dan air bersih
adalah wilayah desa babang, pada desa ini masyarakat kesulitan untuk mengakses air bersih. Masyarakat hanya bisa
mengakses air bersih pada waktu tertentu saja, sehingga hal ini menghambat kegiatan MCK masyarakat.

45 Belum optimalnya penyediaan sanitasi dan air bersih


Salah satu permasalahan lingkungan yang saya ditemukan di sekitar saya yaitu khususnya untuk wilayah desa babang,
pada wilayah ini akses air bersih dan sanitasi masih kurang terpenuhi, dampak dari kurangnya pemenuhan air bersih ini
menyebabkan masyarakat kesulitan untuk beraktifitas khususnya untuk kegiatan MCK masyarakat harus memperhatikan
waktu tertentu untuk mendapatkan air bersih.
46 Belum optimalnya penyediaan sanitasi dan air bersih
Permasalahan sangat perlu mendapat perhatian Pemerintah Daerah karena penanganannya masih sangat kurang dan
seperti air bersih masih sangat kurang penampangnya
PENENTUAN ISU PALING STRATEGIS

Jumlah Banyaknya Berbalik


Luas Wilayah Intensitas Sifat
Penduduk Komponen atau Tidak Kriteria
No Isu-Isu Pembangunan Berkelanjutan Penyebaran dan Lama Kumulatif
Yang Terkena LH yang Berbaliknya Lain
Dampak Dampak Dampak
Dampak Terdampak Dampak
1 Belum optimalnya pengelolaan sampah
Meningkatnya pencemaran lingkungan akibat kegiatan
2 domestik
Meningkatnya kerusakan lingkungan akibat kegiatan
3 tambang galian C.
Belum optimalnya fungsi drainase dikawasan
4 permukiman
5 Meningkatnya kejadian abrasi pada daerah pesisir
6 Meningkatnya resiko bencana banjir
7 Meningkatnya Kerusakan DAS
8 Meningkatnya resiko longsor
9 Alih fungsi lahan pertanian
10 Meningkatnya kerusakan hutan dan lahan
11 Belum optimalnya penyediaan sanitasi dan air bersih

Skor 0 1 2 3

Tidak Ada Rendah Sedang Tinggi


Keterkaitan
UJI PUBLIK PERTAMA
PENYUSUNAN KLHS REVISI RTRW KABUPATEN LUWU
TAHUN ANGGARAN 2022

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai