1
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tersebut
membuka sejarah baru dalam hukum agraria. Sebab, untuk pertama
kali Indonesia mempunyai suatu lembaga yang secara khusus
mengatur tentang pelaksanaan pendaftaran tanah.
2
Pendaftaran hak baru serta perubahan-perubahannya
disediakan dalam daftar-isian, atau disebut "register". Jika pada
pendaftaran akta, pejabat pendaftaran tanah bersikap passif,
maka dalam pendaftaran hak pejabat pendaftaran tanah bersikap
aktif. Hal ini dikarenakan sebelum dilakukan pendaftaran haknya
dalam register yang bersangkutan pejabat pendaftaran tanah
melakukan pengujian kebenaran terhadap data yang dimuat
dalam akta yang bersangkutan.
Kelebihan/
No Pendaftaran Akta / Negatif Pendaftaran Hak / Positif
Kelemahan
1 Kelebihan
1. Karakter yang 1. Karakter spesifik dari
spesifik adalah adanya " sistem pendaftarannya
akte " sebagai bukti adalah adanya " sertifikat
kepemilikan hak atas hak atas tanah" yang
tanah dan peralihan hak. diterbitkan sebagai tanda
bukti dan alat pembuktian
2. Adanya jaminan hak atas tanah.
3
hukum yang diberikan 2. Hak kepemilikan atas
kepada pihak yang tanah tercipta atau lahir
sebenarnya lebih berhak setelah dilakukan
pendaftaran haknya.
3. Karakter yang
spesifik adalah adanya " 3. Negara memberikan
akte " sebagai bukti Jaminan penuh bagi
kepemilikan hak atas pemegang hak atas tanah
tanah dan peralihan hak. yang terdaftar terhadap
4. Adanya jaminan
tuntutan pihak manapun
hukum yang diberikan
(indefeasible)
kepada pihak yang
sebenarnya lebih berhak 4. Adanya jaminan
konpensasi apabila
terdapat kesalahan/
kekeliruan prosedur.
2 Kelemahan
1. Tidak adanya 1. Membutuhkan waktu
kepastian hukum dan hak yang lama dalam rangka
bagi pemegang penerbitan hak atas
kepemilikan hak atas tanahnya. ( inventarisasi,
tanah. penelitian, dan
pengumuman ).
2. Terhadap akte yang
didaftarkan tidak 2. Merugikan pihak-
dilakukan pengujian pihak atau pemilik yang
kebenarannya sehingga yang sebenarnya berhak
posisi hukumnya menjadi atas tanah tersebut.
lemah.
3. Persoalan
3. Bahwa akte yang sengketanya menjadi
didaftarkan hanyalah persoalan administrasi.
referensi waktu bidang
tanah didaftarkan
4
hak ("registration of title") bukan lagi sistem pendaftaran akta
(registration of deeds). Hal ini dapat diketahui dengan adanya suatu
daftar- isian / register yang disebut buku tanah. Dimana akta
pemberian hak berfungsi sebagai sumber data yuridis untuk
mendaftar hak yang diberikan dalam buku tanah. Termasuk juga akta
mengenai perbuatan hukum baik berupa penciptaan, peralihan/
pemindahan maupun pembebanan hak atas tanah.
Sehingga, apabila terjadi perubahan, tidak dibuatkan buku
tanah baru melainkan dilakukan pencatatan pada ruang mutasi yang
disediakan dalam buku tanah yang bersangkutan. Dan sebelum
dilakukan pendaftaran haknya, Penyelenggaran pendaftaran tanah
melakukan pengujian kebenaran terhadap data yang dimuat dalam
akta yang bersangkutan. Buku tanah di dalamnya memuat mengenai
data yuridis dan data fisik yang telah dihimpun yang kemudian
disajikan dengan diterbitkannya sertipikat sebagai surat tanda bukti
hak yang didaftar.
5
sebagai keterangan yang benar selama dan sepanjang tidak ada alat
pembuktian yang membuktikan sebaliknya.
Selain itu sistem publikasi dalam sistem pendaftaran tanah di
Indonesia disebut sebagai sistem negatif yang mempunyai unsur
positif ini diketahui dengan adanya ketentuan dalam pasal 19 UUPA.
Di dalam pasal itu menyatakan bahwa pendaftaran meliputi
"pemberian suratsurat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat". Dalam pasal 23, 32, dan 38 UUPA pun juga
dinyatakan bahwa "pendaftaran merupakan alat pembuktian yang
kuat". Pernyataan yang demikian tidak akan terdapat dalam peraturan
pendaftaran tanah dengan sistem publikasi yang negatif murni.
Hal ini juga bisa kita lihat pada hal-hal berikut :
1. Pendaftaran tanah mengahasilkan surat tanda bukti hak yang
berlaku sebagai alat bukti yang kuat, bukan sebagai alat
pembuktian yang mutlak (sistem negatif).
2. Sistem pendaftaran tanah menggunakan sistem pendaftaran hak
(registration of title) bukan sistem pendaftaran akta (sistem positif)
3. Negara tidak menjamin kebenaran data fisik dan data yuridis yang
tercantum dalam sertipikat (sistem negatif).
4. Petugas pendaftaran tanah bersifat aktif meneliti kebenaran data
fisik dan yuridis (sistem positif).
5. Tujuan pendaftaran tanah untuk memberikan kepastian hukum
(sistem positif).
6. Pihak yang dirugikan atas diterbitkannya sertipikat dapat
mengajukan keberatan kepada penyelenggara pendaftaran tanah
untuk membatalkan sertipikat atau mengajukan gugatan ke
pengadilan agar sertipikat dinyatakan tidak sah (sistem negatif).
6
hasil yang memuaskan. Dari sekitar 55 juta bidang tanah hak yang
memenuhi syarat untuk didaftar, baru lebih kurang 16,3 juta bidang
yang sudah didaftar. Dalam kenyataannya pendaftaran tanah yang
dislenggarakan berdasarkan PP No. 10 Tahun 1961 selama lebih dari
30 Tahun belum cukup memberikan hasil yang memuaskan. Dari
sekitar 55 juta Ha bidang tanah yang memenuhi syarat untuk didaftar
baru kurang lebih 16,3 juta Ha bidang tanah yang sudah didaftar.
7
bertentangan atau diubah ataupun diganti berdasarkan Peraturan
Pemerintah yang baru. PP 24 Tahun 1997 tersebut kemudian
dilaksanakan dengan Pertauran Menteri Negara Agraria/Kepala BPN
No. 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanan Peraturan
Pemerintah no. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
G. Kesimpulan
1. Pembentukan PP No. 10 Tahun 1961 merupakan tindak lajut dari
pasal 19 UUPA tentang pendaftaran tanah.
8
2. Pendaftaran tanah meupakan upaya yang dilakukan pemerintah
dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum hak atas
tanah. Selain itu Pendaftaran tanah juga bertujuan untuk
memberikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan
serta terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.
3. Sistem pendaftaran tanah yang digunakan di Indonesia setelah
lahirnya UU No.5 Tahun 1960 dan PP No.10 Tahun 1961 adalah
sistem pendaftaran hak ("registration of title") tidak lagi
menggunakan sistem pendaftaran akta (registration of deeds).
Dalam sistem ini pada setiap penciptaan, pemindahan / peralihan
suatu hak baru atau perbuatan perbuatan hukum baru harus
dibuktikan dengan akta. Tetapi dalam praktek pelaksanaannya,
bukan akta yang didaftar namun hak yang diciptakan dan
perubahan-perubahannya kemudian. Akta yang merupakan
sumber datanya.
4. Sistem publikasi di Indonesia setelah lahirnya UU No.5 Tahun
1960 dan PP No.10 Tahun 1961 adalah sistem publikasi negatif
yang bertendensi positif. Yaitu pendaftaran tanah menghasilkan
surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian
yang kuat. Keterangan-keterangan yang tercantum dalam data
tersebut mempunyai kekuatan hukum dan harus diterima sebagai
keterangan yang benar selama dan sepanjang tidak ada alat
pembuktian yang membuktikan sebaliknya.
5. Dalam kenyataannya, pendaftaran tanah yang diselenggarakan
berdasarkan Peraturan Pemerintah No 10 tahun 1961 belum
memberikan hasil yang memuaskan sehingga dirasa perlu untuk
menyempurnakan PP No. 10 Tahun 1961.