Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nurul Karunia

NRP : 04311940000011
PROSES PANTAI (C)

Tugas Rangkuman
Coastal Dynamics and Sediment Transport Modelling in Ports and Coastal
Environment
( Pemateri : Dr. SUNTOYO)

dalam perencanaan atau terkait dengan dengan pengelolaan pesisir dan pantai
termasuk pelabuhan serta struktur-struktur yang ada di sepanjang garis pantai. Tentunya
kita dalam pengelolaan itu perlu adanya gaiden (anduan) yang kurang lebih bisa
membawa kita dalam pengelolaan yang efektif, terutama berkaitan dengan integrated
coastal management. Terkait dengan coastal dynamics study, diawal kita perlu
memperoleh data-data yang relevan yaitu baik data batimetri, data acquistion (data
pasang surut, arus, gelombang dll).
Setelah data itu tersedia termasuk data sedimen transport dan data gelombang.
Kemudian data tersebut digunakan dalam pemodelan sedimen transport dan perubahan
morfologi, tentunya dalam pemodelan transport dan morfologi ini banyak software-
software yang bisa digunakan. Namun dalam kenyataanya, peneliti untuk saat ini masih
mengembangkan sebuah formula yang dikaitkan dengan tegangan geser, sedimen
transport dan aplikasi untuk di coastal area, di gelombang linier, irreguler, dll.
Setelah pemodelan sedimen trasport ini dilakukan dengan baik yang melibatkan
sediment transport pros sediment transport, micron transport ke sediment transport,
kemudian kita bisa menghitung sediment budget dari sumber sedimennya dari mana,
daerah mana yang erosi, daerah mana yang terabrasi, dan sebagainya. Setelah itu, kondisi
batrimetri yang ada dapat diupdate setelah kurun waktu beberapa lama.
Disamping itu, untuk kondisi long term tentunya harus melakukan analisa tentang
perubahan garis pantai di sepanjang pantai yang ada dimana ada berbagai macam
bangunan yang ada. Contohnya yaitu daerah yang supply sedimennya tidak ada karena
bebatuan yang disebelahnya adalah sungai yang dapat membawa sedimen yang akan
ditransportasikan di sepanjang garis pantai tergantung dari dominan atau tidaknya
gerakan dari long shore current. Dari sini, bisa jadi ada area yang tererosi.
2

Area yang tererosi bisa disebabkan oleh kondisi garis pantai yang memang akan
erosi akibat gaya-gaya dinamika di pantai itu sendiri atau adanya sebagian orang yang
melakukan penambangan pasir ilegal yang akan mempercepat adanya erosi. Sehingga
untuk area-area tersebut belum dilakukan perlindungan-perlidungan yang relevan dan
terintegrasi sehingga di sepanjang garis pantai yang terdiri dari berbagai macam
infrastruktur dengan kebutuhan yang berbeda harus diperhatikan dengan baik.
Misalnya daerah tertentu dibangun sebuah pelabuhan, kondisi sedimentasi akan
semakin besar yang masuk di kolam labuh sehingga perlu adanya pengerukan. Namun,
biaya pengerukan sangat mahal sekali. Sedimentasi yang besar di wilayah tertentu
mengakibatkan wilayah lain mengalami erosi. Untuk mengatasinya diperlukan big new
risment, sand by passing yaitu dengan memindahkan sedimentasi pasir ke daerah yang
tererosi.
Daerah agriculture juga harus diperhatikan baik dari sedimentasi dan kualitas air,
maupun untuk budidaya perikanan. Untuk daerah industri yang terdapat jetty misalnya
yaitu pertamina juga akan mengalami persoalan-persoalan sedimentasi. Kapal dengan
jalur yang menuju jetty harus dipertimbangkan terkait kedalaman perairan.
Untuk perubahan morfologi dalam penentuan kuantitas sedimen transport yaitu
sediment properties yang mencakup sedimen density, ukuran sedimen, ukuran distribusi
sedimen. Poin kedua yaitu currents yang mencakup longshore currents, tidal currents,
ocean currents, river flows. Poin terakhir yaitu tentang gelombang yang terdiri dari wind
waves, swell waves, dan infra-grafity waves.
tipikal gelombang pada coastal zone pada pantai memiliki periode < 8 detik dan
tinggi gelombang antara 3-4 m. untuk gelombang swell periode lebih dari 8 detik
termasuk adanya gelombang-gelombang panjang yang memiliki periode beberapa menit.
Permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan wave transformation gelombang dari
perairan dalam menuju perairan dangkal yang mengalami shoaling refraksi dan difraksi
jika ada struktur seperti breakwater. Shoaling difraksi terjadi saat adanya perubahan
panjang dan tinggi gelombang namun arah gelombang tetap. Sedangkan shoaling refraksi
saat panjang, tinggi dan arah gelombang berubah.
Pada cross shore current, saat gelombang pecah ada transfer momentum. Saat
pecah menuju ke pantai kemudian saat set up maka ada arus balikan yang menuju ke arah
lepas pantai (undertoe). Fenomena ini adalah karakteristik dari gelombang pecah.
Sedangkan longshore current akibat dari gelombang datang yang membentuk sudut
3

tertentu kemudian atas pengaruh dari gaya gravitasi maka tereduksi arah dan panjang
gelombang mengalami perubahan sehingga lama kelamaan akan pecah.
Prediksi sedimen transport secara umum bergerak berhubungan dengan dasar,
bergeser, menggelinding, dan melompat terutama untuk daerah pelabuhan. Akibat adanya
arus gelombang ataupun kombinasi arus gelombang akan menyebabkan gaya gesek.
Gaya gesek akan mengakibatkan sedimen berpindah tempat saat melampaui result
tertentu yang biasanya result nanti ditunjukkan dalam bentuk sip parameter.
Dalam pemodelan perlu menilik modul software yang digunakan apakah non
kohesif sedimen atau kohesif sedimen. Sehingga dilakukan identifikasi dari butiran
sedimen yang diambil sampelnya di sepanjang pantai. Jika dikatakan kohesif, butiran
sedimen presize median diameternya adalah < 2 mikrometer. Jika silt, masuk dalam
peralihan antara kohesif dan non kohesif sedimen yaitu antara > 2 mikrometer dan < 63
mikrometer. Dan jika <2000 mikro meter atau > 63 mikrometer maka masuk dalam
kondisi sand sehingga non kohesif. Jika butiran diantara sand dan mud, bisa memilih
antara kohesif atau non kohesif.
Estimasi bottom shear stress akibat oleh arus, gelombang, komprehensif
gelombang yang semakin akurat akan meningkatkan tingkat akurasi untuk pemodelan
sedimen transport yang ada. Oleh karena itu banyak peneliti yang menggunakan bottom
shear stress. Dalam pemodelan itu sendiri perlu dilihat bahwa yang dominan hanya arus
saja atau (terjadi di sungai atau bagian yang tertutup), gelombang saja (daerah-daerah di
coastal area tetapi sangat jarang terjadi), biasanya pada coastal area lebih sering
kombinasi arus dan gelombang. Dari sini friction velocity dapat dihitung. Selanjutnya
dapat menghitung thresold of sediment transport yaitu ambang batas dimana sedimen
mulai bergerak.
Untuk studi kasus, daerah di PLTU terdapat breakwater dari sisi timur dan barat,
ada sungai yang cukup besar maka sedimen sangat besar. Saat musim penghujan,
gelombang kecil namun sedimen dari sungai cukup signifikan. Di musim kemarau, tinggi
gelombang mencapai 4 meter yang menyebabkan sedimen long shore sediment transport
menuju tengah kemudian difraksi sehingga sedimen masuk terdorong. Sehingga dalam
perencanaan berbagai hal, PLTU-PLTU tidak didesain dengan baik sehingga biasanya
akan mengalami persoalan sedimentasi yang mengakibatkan kapal tidak bisa masuk.
Perlu dilakukan opsi alternatif lain selain dari pengerukan untuk modifikasi layout yang
ada sehingga kinerja PLTU lebih efektif. Alternatif pertama dapat dilakukan pemodelan
4

bed level change. Untuk opsi lain mengacu pada pemasangan underwater sill yang bisa
mereduksi sedimen yang masuk antara 40-50%.
Namun semua alternatif-alternatif tersebut masing modeling. Jika ingin
mengetahui secara akurat perlu melakukan kajian-kajian lebih mendalam terutama jika
dapat dimodelkan secara fisik dan dihitung secara analitis. Sehingga dapat memberikan
hasil yang optimal dan memberikan solusi untuk daerah-daerah yang mengalami
sedimentasi.

Anda mungkin juga menyukai