Disusun Oleh :
Ani Suarni (0106.2001.042)
Dida Nurbaidah (0106.2001.007)
Fadilla Qoulan Sadida (0106.2001.011)
Enih Suryani (0106.2001.010)
Nadia Pratanti Sunardi (0106.2001.030)
FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
DR KHEZ MUTTAQIEN PURWAKARTA
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang
diberikan-Nya sehingga tugas membuat makalah yang berjudul “Konsep Dasar
Pengelolaan Lingkungan Belajar” ini dapat kami selesaikan. Makalah ini kami buat
sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas.
Dalam kesempatan ini, penulis menghanturkan terima kasih yang dalam kepada
semua pihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran mereka demi
terwujudnya makalah. Akhirnya saran dan kritik pembaca yang dimaksud untuk
mewujudkan kesempurnaan tugas makalah ini penulis sangat menghargai.
Penulis berharap bahwa ini bisa bermanfaat, dan masih jauh dari kata sempurna
ataupun berkualitas yang begitu sempurna nya, dengan adanya makalah ataupun tugas
ini mendorong kami agar menjadi lebih bertekad dan kuat dalam menanamkan iman
yang kokoh. Demikian yang dapat kami sampaikan, dan mengucapkan segala hormat
kepada pihak dosen mata kuliah ini, dan juga rekan rekan sekalian yang telah
membimbing dalam menulis makalah ini.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
C. Tujuan ....................................................................................................................... 1
D. Manfaat Penulisan..................................................................................................... 2
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada hakikatnya ialah pendidikan yang di
selenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan
anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek
kepribadian anak. Oleh karena itu, PAUD memberi kesempatan kepada anak untuk
mengembangkan kepribadian dan potensi secara maksimal.1
Suasana lingkungan belajar dapat mempengaruhi pengguna dan aktivitas.
Suasana pendidikan yang tidak sehat juga dapat menghilangkan semangat belajar
anak. Hurlock mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi
perkembangan kepribadian anak, baik dalam cara berfikir, bersikap maupun cara
berperilaku. Minat menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang di tekuni
seseorang. Bila anak-anak berminat pada suatu kegiatan, pengalaman mereka akan
jauh lebih menyenangkan dari pada bila mereka merasa bosan.2
Pengelolaan lingkungan pembelajaran merupakan keterampilan guru untuk
menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang optimal dan mengembalikannya
bila terjadi halhal yang dapat menggangu suasana kenyaman kelas. Guru sebagai
tenaga professional di tuntut mampu untuk mengelola kelas atau lingkungan belajar
yaitu menciptakan dan mempertahankan kondisi ruang belajar yang optimal.
Pengelolaan kelas merupakan serangkaian tindakan yang di lakukan guru dalam
upaya menciptakan kondisi kelas yang baik. Tindakan yang perlu di lakukan guru
dalam menciptakan kondisi kelas di antaranya melakukan komunikasi dan hubungan
interpersonal antara guru anak secara timbal balik dan efektif, mengatur
perlengkapan kelas dan tempat duduk anak serta melakukan perencanaan atau
persiapan mengajar.3
1
Suyadi, Maulidya Ulfah, Konsep Dasar PAUD, ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 17
2
Hadriani Lingga Wasito, Peranan Desain Interior Taman Kanak-Kanak, Jurnal Cendikia, Vol. 1, No. 1, Juni. 2013,
h.31.
3
Sutanti, Gambaran Pengelolaan Kelas Oleh Guru PAUD, Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 5, No. 2, 2016, h.
141-142.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pengelolaan Lingkungan Belajar?
2. Apa Tujuan Pengelolaan Lingkungan Belajar?
3. Apa Macam-Macam Lingkungan Belajar?
4. Bagaimana Prinsip-prinsip Pengelolaan Lingkungan Belajar di PIAUD?
5. Bagaimana Lingkungan Sebagai Sumber dan Media Pembelajaran?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Pengertian Pengelolaan Lingkungan Belajar.
2. Mengetahui Tujuan Pengelolaan Lingkungan Belajar.
3. Mengetahui Macam-Macam Lingkungan Belajar.
4. Mengetahui Prinsip-prinsip Pengelolaan Lingkungan Belajar di PIAUD.
5. Mengetahui Lingkungan Sebagai Sumber dan Media Pembelajaran.
D. Manfaat Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Kelas PIAUD.
2. Bagi penulis diharapkan dapat mendatangkan manfaat dan menambah wawasan
serta pengetahuan yang lebih luas.
3. Bagi pembaca, makalah ini diharapkan dapat mendatangkan manfaat sebagai
tambahan informasi serta reverensi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
4
Meriyanti.Rita. 2013. Pengelolaan Lingkungan belajar. Jogjakarta.Depdikbud hl 16
3
secara cermat agar mampu mendukung pencapaian hasil belajar yang telah
ditetapkan bersama.
4
Fungsi Pengelolaan Lingkungan Belajar
1. Mempersiapkan lingkungan fisik yang aman, nyaman, menarik dan
didesain sesuai denga perencanaan sehingga mendorong anak untuk
mengoptimalkan perkembangannya.
2. Mendukung anak untuk mandiri, bersosialisasi dan menyelesaikan
masalah.
5
Ibid.180
5
2. Lingkungan Belajar Outdoor, Pembelajaran diluar lingkungan kelas
(outdoor) lebih berperan dalam mengintegrasi sensoris dan berbagai potensi
yang dimiliki anak. Hal ini termasuk perkembangan fisik, keterampilan
sosial, dan pengetahuan budaya, serta perkembangan emosional dan
intelektual. Untuk strategi pengelolaan lingkungan outdoor sama dengan
srategi lingkungan belajar indoor.6
Lingkungan belajar outdoor merupakan lingkungan belakar yang sangat
menyenangkan bagi anak. Diluar anak lebih bebas untuk bergerak karena
seharusnya ruang luar memfasilitasi perkembangan motoric kasar anak.
Lingkungan belajar tidak selalu identic dengan banyak alat permainan yang
dimiliki, tetapi lebih penting adalah bagaimana agar anak dapat terlibat aktif
didalam lingkungan belajar tersebut.
6
Ibid. 180
6
D. Prinsip-prinsip Pengelolaan Lingkungan Belajar di PAUD
Jika lingkungan belajar diibaratkan sebagai laboratorium tempat anak
berkembang dan belajar, maka laboratorium tersebut harus mampu mendorong,
mampu menjadi sumber inspirasi, menjadi tempat penemuan, menjadi tempat
melatih dalam memecahkan masalah, menjadi tempat mengembangkan kualitas
diri anak, menjadi tempat untuk meyalurkan segala ekspresi anak, tempat
menerjemahkan berbagai teori dan konsep secara praktis oleh anak, dan
sebagainya. Maka konsekuensinya guru harus bekerja keras untuk menyiapkan
lingkungan belajar yang memiliki berbagai kemampuan tersebut. Untuk dapat
mewujudkan sebua lingkungan belajar yang sesuai harapan, maka lingkungan
belajar tersebut perlu dikembangkan pada prinsip-prinsip berikut:
1. Prinsip Merefleksikan Selera Anak (Child’s Taste)
Lingkungan belajar harus menarik bagi anak, agar menarik maka
dalam penyediaannya dan pengemasan lingkungan ini harus
dipertimbangkan karakteristik, perasaan, minat, dan dinamika belajar
anak. Dengan kata lain, lingkungan belajar ini diciptakan perlu
penyelarasan dengan tahapan-tahapan perkembangan dan cara-cara khas
belajar anak di usia dini (developmentally appropriate learning
envirotment).
2. Berorientasi Pada Optimalisasi Perkembangan Dan Belajar Anak
Prinsip yang berorientasi pada optimalisasi perkembangan dan
belajar anak, mengandung arti bahwa perkembangan dan hasil belajar
yang diharapkan dapat dicapai, terbaik, dan bermakna bagi kehidupan
anak.
3. Berpijak Pada Efisiensi Pembelajaran
Pengelolaan lingkungan belajar harus berpijak pada efisiensi
pembelajaran. Maksudnya adalah bahwa berbagai upaya yang dilakukan
oleh guru dalam menciptakan lingkungan belajar di Pendidikan anak usia
dini ditunjukan dalam rangka mewujudkan efisiensi atau penghematan
dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain, kegiatan pembelajaran
7
dilakukan dengan sangat produktif dan tepat guna, baik dilihat dari segi
waktu, energi, maupun upaya yang dilakukan.
Jadi inti dari penjelasan diatas prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam
menata lingkungan belajar PAUD, adalah:
1. Membuat anak merasa aman
2. Membuat anak merasa nyaman
3. Mendorong anak untuk bereksplorasi
4. Mendukung anak anak untuk dapat berinteraksi dengan lingkungannya
5. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak
6. Memperhatikan karakteristik anak, kemampuan anak, latar belakang
keluarga, lingkungan bermain dan budaya setempat.
7. Lingkungan main yang ditata dapat membantu anak memperkirakan
berbagai kegiatan yang dilakukan, baik pelaksanaannya (kelompok
atau individu) maupun tempat alat main yang dibutuhkan.
8. Mengembangkan kemandirian. Lingkungan yang ditata dengan rapi,
semua mainan yang boleh digunakan anak ditata dalam rak yang
terjangkau anak, membuat anak dapat secara mandiri mengambil dan
menyimpan Kembali tanpa harus minta tolong pendidik. Apabila di
satuan PAUD menerima anak berkebutuhan khusus dengan kursi roda,
ramp harus tersedia agar anak bisa mengakses lingkungan tanpa harus
bergantung pada orang lain.
9. Mengembangkan kepercayaan diri anak. Lingkungan yang ditata
sesuai dengan kondisi anak dapat membangun kepercayaan diri anak,
bahwa mereka mampu melakukannya. Lingkungan yang penuh
tantangan, tetapi aman dilakukan anak, mendorong anak untuk
mencari jalan keluar untuk mengatasi setiap tantangan yang ada. Hal
ini menumbuhkan kreativitas dan sikap pantang menyerah.
10. Mengembangkan keterampilan motoric halus. Koordinasi tangan-
mata, keterampilan sosiall, keaksaraan awal, sains dan teknologi,
kemampuan matematika, serta mampu berkomunikasi. Lingkungan
memfasilitasi dengan berbagai kegiatan langsung, tidak semata-mata
8
terfokus pada kegiatan akademik, akan medorong anak senang terlibat
dalam kegiatan belajar.
9
penyiapan masyarakat pelajar atau learning societes dan sumber daya manusia di
masa mendatang begitu banyaknya manfaat yang dapat diraih dari lingkungan
sebagai sumber dalam pendidikan bahkan hampir semua tema kegiatan yang
dapat kita pelajari dari lingkungan sekitar namun demikian diperlukan adanya
kreativitas dan juga inovatif dan dari para guru.
Untuk memanfaatkan semua sumber daya belajar misalnya di lingkungan
sekolahnya ada persawahan Nah itu bisa menjadikan sumber belajar dan
pengalaman bagi anak dan untuk melaksanakan kembali konsep-konsep seperti
warna angka bentuk dan ukuran memanfaatkan lingkungan dasarnya adalah
menghilangkan suatu konsep tertentu secara alami konsep pewarnaan yang
diketahui dan dipahami banyak di dalam kelas hanya tentunya akan semakin
nyata apabila guru mengalahkan untuk melihat konsep warna yang nyata adanya
pada di lingkungan sekitar
1. Lingkungan Alam
Alam dalam hal ini dipandang sebagai sebuah laboratorium yang sangat
besar. Lingkungan alam ini menyediakan sumber belajar yang melimpah
ruah, sehingga akan sayang kalau sumber belajar ini tersia-siakan titik
pengalaman yang harus dimiliki siswa ialah pengalaman lingkungan fisik
yang menyangkut fisik secara mikro yaitu dirinya sendiri maupun secara
makro (alam semesta). Pemahaman siswa yang benar terhadap dirinya dan
alam semesta akan menumbuhkan kesadaran yang tinggi untuk senantiasa
meningkatkan serta memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya
alam bagi kepentingan manusia pada umumnya.
Menurut sudjana dan Rifai lingkungan alam berkenaan dengan segala
sesuatu yang sifatnya alamiah seperti keadaan geografis, iklim, suhu udara,
musim, curah hujan, flora (tumbuhan),fauna (hewan), sumber daya alam (air,
hutan tanah batu-batuan dan lain-lain). Aspek-aspek lingkungan alam di atas
dapat dipelajari secara langsung oleh siswa. Mengingat sifat-sifat dari gejala
alam relatif tetap tidak seperti alam lingkungan sosial, maka akan mudah
dipelajari para siswa.
10
Dengan mempelajari lingkungan alam diharapkan para siswa dapat lebih
memahami materi pelajaran di sekolah serta dapat menumbuhkan cinta alam
kesadaran untuk menjaga dan menerima lingkungan, turut serta dalam
menanggulangi kerusakan dan pencemaran lingkungan serta tetap menjaga
kelestarian kemampuan sumber daya alam bagi kehidupan manusia. Siswa
juga memperoleh sesuatu yang berharga dari kegiatan belajarnya yang
mungkin tidak ditemukan dari pengalaman belajar di sekolah sehari-hari
2. Lingkungan Sosial
Menurut Supriatna masalah-masalah sosial sehari-hari yang dihadapi
oleh para siswa merupakan pengalaman belajar sekaligus sebagai sumber
belajar dalam kurikulum terdahulu, masalah-masalah sosial tersebut sangat
jarang dibawa oleh guru ke ruang kelas sebagai bahan pelajaran.
Masalah-masalah sosial tersebut sangat erat kaitannya dengan tuntutan
kurikuler pada pelajaran serta terkait pula dengan kehidupan siswa sehari-
hari. Lingkungan sosial sebagai sumber belajar berkenaan dengan interaksi
manusia dengan kehidupan masyarakat, seperti adat dan kebiasaan,
kebudayaan, agama dan sistem nilai.
Lingkungan sosial tepat digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu sosial
dan kemanusiaan dalam praktek pembelajaran penggunaan lingkungan sosial
sebagai media dan sumber belajar hendaknya dimulai dari lingkungan yang
paling dekat, seperti keluarga.
3. Lingkungan Buatan
Di samping lingkungan alam dan lingkungan sosial yang sifatnya alami
ada juga yang disebut lingkungan buatan yakni lingkungan yang sengaja
diciptakan atau dibangun manusia untuk tujuan-tujuan tertentu yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia titik lingkungan buatan antara lain
irigasi atau pengairan bendungan, pertamanan, kebun binatang, perkebunan,
penghijauan. Menurut sudjana dan Rifai siswa dapat mempelajari
lingkungan buatan dari berbagai aspek seperti prosesnya pemanfaatnya,
fungsinya dan pemeliharaannya.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lingkungan adalah guru ketiga bagi anak. Dari lingkungan, anak belajar tentang
kebersihan, kerapian, disiplin, kemandirian, semangat pantang menyerah, dan
banyak hal lainnya. Oleh karena itu, lingkungan belajar Pendidikan anak usia dini
harus direncanakan, ditata, dimanfaatkan dan dirawat secara cermat agar mampu
mendukung pencapaian hasil belajar yang telah ditetapkan bersama.
Lingkungan belajar merupakan sarana dan prasarana yang menunjang materi
yang didapat oleh guru. Lingkungan belajar tidak berpatok pada lingkungan sekolah
tetapi lingkungan belajar bisa berada diluar lingkungan sekolah.
12
DAFTAR PUSTAKA
13