Anda di halaman 1dari 76

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

BAB III
PROFIL SANITASI KABUPATEN CILACAP

3.1. Kondisi Umum Sanitasi Kabupaten


3.1.1. Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu


menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya
untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia. (HAKLI
dalam Environmental Sanitation’s Journal). Oleh karena itu penyelenggaraan
program Kesehatan Lingkungan kabupaten Cilacap bertujuan untuk mewujudkan
kualitas lingkungan yang sehat. Hal ini sejalan dengan penerapan paradigma sehat
dimana dalam pembangunan kesehatan lebih ditekankan pada upaya promotif –
preventif. Kesehatan Lingkungan dilaksanakan terhadap tempat umum, lingkungan
permukiman, lingkungan kerja dan angkatan umum. Secara rinci hasil kegiatan program
Penyehatan Lingkungan tahun 2009 adalah sebagai berikut :
1. Penyediaan dan pengawasan air bersih.
Kegiatan ini meliputi pengawasan dan perbaikan kualitas air bersih. Selama tahun
2009 telah dilaksanakan pengawasan kualitas air bersih yang ada di Kabupaten
Cilacap melalui kegiatan pendataan, inspeksi sanitasi dan perbaikan kualitas air
bersih terhadap Sarana Air Bersih yang ada baik berupa sumur gali, sumur pompa
tangan, penampungan air hujan dan sarana perpipaan baik yang berasal dari
PDAM maupun non PDAM. Akses Air Bersih sebesar 80,98 % dengan didominasi
oleh Sumur Gali sebesar 57,91 %.
2. Peningkatan Kesehatan Lingkungan Permukiman.
Peningkatan Kesehatan Lingkungan Permukiman bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan penduduk dalam mewujudkan permukiman yang sehat menuju
derajat kesehatan yang optimal. Pelaksanaan kegiatan ini melalui :
a. Penyehatan perumahan dan lingkungan.
Penyehatan perumahan dan lingkungan, merupakan upaya pelayanan
kesehatan dengan pendekatan promotif dan preventif dan kuratif yang
difokuskan pada penduduk beresiko tinggi untuk mengatasi masalah penyakit
berbasis lingkungan. Sebagai sasaran pemeriksaan perumahan dan
permukiman adalah sarana keluarga dan Saluran Pembuangan Air Limbah,
sarana air bersih, dan sarana pembuangan sampah, sebagai indikator rumah
sehat. Gambaran peruamahan dan permukiman di Kabupaten Cilacap tahun

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 47


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

2009, dari hasil pendataan, adalah untuk jumlah rumah sebanyak 396.911
buah dari 429.842 KK ( 92,34%), terdiri dari rumah permanen sebanyak
170.489 buah, semi permanen 120.569 buah, dan non permanen sejumlah
105.852 buah rumah, dengan kretaria rumah sehat sebanyak 291.055 buah
(73,33%) dan sisanya sebanyak 105.856 (27,buah rumah dengan katagori
tidak sehat. Dari jumlah rumah yang ada, kepemilikan terhadap sarana dasar
sanitasi perumahan untuk jamban keluarga sebanyak 60,42 tingkat
kepemilikan SPAL (46,47 %). Untuk katagori rumah sehat, di wilayah calon
lokasi AMPL sebesar 75,94 %, prosentase rumah sehat paling kecil di
Kelurahan Kutawaru sebesar 42,12 %.
Tabel 3.1
Persentase Rumah Sehat di Kabupaten Cilacap
Menurut Desa/kelurahan Tahun 2009

JUMLAH RUMAH
NO KELURAHAN RUMAH SEHAT %
KEC CILACAP TENGAH
1 SIDANEGARA 6744 5462 80,99
2 GUNUNG SIMPING 2832 2354 83,12
3 LOMANIS 1155 1027 88,92
4 DONAN 6365 4832 75,92
5 KUTAWARU 2322 978 42,12
KEC CILACAP SELATAN
1 SIDAKAYA 1635 1090 66,67
2 TEGALREJA 3040 2384 78,42
3 TAMBAKREJA 4885 4445 90,99
4 TEGALKAMULYAN 4264 3023 70,90
5 CILACAP 3142 2369 75,40
KEC CILACAP UTARA
1 MERTASINGA 3498 2688 76,84
2 GUMILIR 2846 2638 92,69
3 KEBON MANIS 2294 2172 94,68
4 KARANGTALUN 2353 1701 72,29
5 TRITIH KULON 3431 2707 78,90
KEC JERUKLEGI
1 JERUKLEGI KULON 1854 1270 68,50
2 JERUKLEGI WETAN 1680 1003 59,70
3 TRITIH LOR 1662 895 53,85
4 TRITIH WETAN 2454 2270 92,50
KEC KESUGIHAN
1 KARANGKANDRI 1828 1151 62,96
2 MENGANTI 2448 1959 80,02
KEC KROYA

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 48


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

1 KROYA 1832 1647 89,90


KEC MAJENANG
1 JENANG 3556 2454 69,01
KEC SIDAREJA
1 SIDAREJA 2011 737 36,65
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap tahun 2009

b. Pengawasan kualitas makanan dan minuman.


Pengawasan kualitas makanan dan minuman dilaksanakan melalui kegiatan
pendataan, pemeriksaan (inspeksi sanitasi) dan pelaporan terhadap Tempat
Pengelolaan Makanan Minuman (TPM) yang ada di Kabupaten Cilacap,
meliputi :
1. Rumah Makan / Restaurant.
2. Warung Makan.
3. Industri Rumah Tangga.
4. Desa Pengrajin Makanan.
5. Kawasan Makanan Jajanan.
Hasil pemeriksaan Hygiene Sanitasi Tempat Pengelolaan Makanan Minuman
yang memenuhi syarat kesehatan pada tahun 2009 sebanyak 1.160 TPM,
atau sebesar 77,28 % dari jumlah yang diperiksa (2.039 buah).
c. Pengawasan kualitas lingkungan Tempat-Tempat Umum dan Industri
Dari hasil pendataan diketahui bahwa Tempat – Tempat Umum (TTU) yang
ada di Kabupaten Cilacap terdiri dari :
1. Sarana Wisata (Hotel, Salon / Pangkas rambut, Usaha Rekreasi,
Hiburan Umum dan Gedung Pertunjukan).
2. Sarana Ibadah (Masjid, Gereja, Kelenteng, Pura dan Wihara).
3. Sarana Transportasi (Terminal, Stasiun, Pelabuhan Udara, Pelabuhan
Laut, dan Pangkalan Sado).
4. Sarana Ekonomi dan Social (Pasar, Pusat Perbelanjaan, Apotek,
Sarana / Panti Sosial, Sarana Pendidikan dan Sarana Kesehatan).
5. Rumah Sakit.
Cakupan pengawasan Higiene dan Sanitasi Tempat-Tempat Umum pada
tahun 2009 adalah 40,41 %, dari jumlah keseluruhan sebanyak 5.086 buah
TTU, sarana tempat-tempat umum yang terbanyak adalah tempat ibadah yaitu
sebanyak 3.635.

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 49


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

3.1.2. Kesehatan Dan Pola Hidup Masyarakat


a. Kesehatan
Secara umum tingkat kesehatan Pola Hidup Masyarakat di Kabupaten Cilacap
dapat terlihat dari angka kejadian penyakit yang disebabkan oleh sanitasi buruk seperti
ditunjukkan melalui angka kesakitan diare ataupun kasus ISPA. Angka kesakitan diare
yang terjadi di 25 kelurahan/desa wilayah program PPSP adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2
Kondisi Kesehatan Masyarakat Kota, Kabupaten Cilacap
Tahun 2009
Jenis Penyakit
No Kecamtan/Kelurahan
A B C D E
Cilacap Tengah
1 Sidanegara 131 203 197 0 75
2 Gunung Simping 121 214 81 29 0
3 Lomanis 75 25 18 0 19
4 Donan 119 211 225 75 0
5 Kutawaru 107 211 99 0 13
Cilacap Selatan
1 Sidakaya 161 38 607 0 28
2 Tegalreja 84 23 319 0 18
3 Tambakreja 178 47 672 0 21
4 Tegalkamulyan 346 66 349 1 35
5 Cilacap 300 44 482 0 29
Cilacap Utara
1 Mertasinga 18 0 1 0 11
2 Gumilir 41 0 0 0 2
3 Kebonmanis 142 0 120 0 2
4 Karangtalun 467 0 162 0 2
5 Tritih Kulon 0 0 0 0 0
Jeruk Legi
1 Tritih Lor 28 0 112 0 0
2 Tritih Wetan 20 56 87 0 0
3 Jeruk Legi Kulon 164 0 0 5 0
4 Jruk Legi Wetan 164 1 0 0 7
Kesugihan
1 Karangkandri 131 86 12 0 2
2 Menganti 74 57 2 0 2
Kroya
1 Kroya 131 189 99 0 3
Majenang
1 Jenang 1 0 0 0 0
Sidareja
1 Sidareja 95 7 0 0 1
BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 50
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

Jumlah 2770 1477 3644 105 263


Sumber : Data AMPL Kabupaten Cilacap 2009 BAPPEDA Kab.Cilacap
Keterangan
A: Kejadian terkena penyakit DIARE (orang/tahun)
B: Kejadian terkena penyakit TYPHUS (orang/tahun)
C: Kejadian terkena penyakit KULIT (orang/tahun)
D: Kejadian terkena penyakit MALARIA (orang/tahun)
E: Kejadian terkena penyakit DEMAM BERDARAH (orang/tahun)

Tabel 3. 3
Persentase Status Gizi Anak Balita yang Ditimbang Menurut Kecamatan/
Kelurahan di Kabupaten Cilacap Tahun 2009

NO KELURAHAN BURUK KURUS NORMAL GEMUK


KEC CILACAP TENGAH
1 SIDANEGARA 53 2005 27
2 GUNUNG SIMPING 26 896 25
3 LOMANIS 26 335 4
4 DONAN 1 15 1967 23
5 KUTAWARU 19 899 3
KEC CILACAP
SELATAN
1 SIDAKAYA 9 14 777 6
2 TEGALREJA 3 790 16
3 TAMBAKREJA 1 79 1468 16
4 TEGALKAMULYAN 52 1469 4
5 CILACAP 1 23 1364 2
KEC CILACAP UTARA
1 MERTASINGA 1 1 1084 9
2 GUMILIR 5 1182 7
3 KEBON MANIS 5 557 7
4 KARANGTALUN 18 823 13
5 TRITIH KULON 2 71 1435 12
KEC JERUKLEGI
1 JERUKLEGI KULON 2 628 0
2 JERUKLEGI WETAN 2 553 2
3 TRITIH LOR 6 642 3
4 TRITIH WETAN 1 717 4
KEC KESUGIHAN
1 KARANGKANDRI 15 594 9
2 MENGANTI 3 919 0
KEC KROYA
1 KROYA 8 459 12
KEC MAJENANG
1 JENANG 11 1180 1
Sumber : Dinas Kesehatan tahun 2009
BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 51
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

b. Pola Hidup Bersih dan Sehat

Gambar 3.1. Diagram Pemakaian Sabun

N= 1.040, Bobot: besar populasi kelurahan, wawancara, jawaban tunggal


P11 Apakah Ibu memakai sabun pada hari ini atau kemarin?

Hampir semua responden di Kabupaten Cilacap memiliki akses untuk


menggunakan sabun pada hari wawancara atau satu hari sebelumnya, yaitu sekitar
96.73 %. Hanya sebagian kecil atau 3.27 % rumah tangga yang tidak memakai sabun
pada hari saat wawancara atau satu hari sebelumnya. Rumah tangga yang tidak
menggunakan sabun pada saat hari wawancara, diantaranya merupakan rumah tangga
miskin yang mengaku kehabisan sabun dan tidak mampu membeli sabun.
Namun tidak semua rumah tangga yang memiliki akses untuk memakai sabun
menggunakannya untuk kepentingan higienitas, khususnya cuci tangan memakai sabun
pada waktu-waktu penting. Seperti terlihat pada Gambar 5.2, sekitar 86.4% responden
yang mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan, 65.08% mencuci tangan sebelum
makan dan 61.75% mencuci tangan sesudah BAB. Hal ini menunjukkan bahwa cakupan
responden yang belum cuci tangan menggunakan sabun pada waktu-waktu penting
masih cukup besar. Masih ada ibu-ibu di Kabupaten Cilacap yang tidak mencuci tangan
menggunakan sabun setelah BAB dan waktu-waktu penting lainnya seperti sebelum
makan dan menyiapkan makanan, seperti terlihat pada tabel berikut :

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 52


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

Gambar 3.2.
Diagram Cuci Tangan Pakai Sabun-Umum

ΣResponden=1.040, Filter P11=ya, Bobot: besar populasi kelurahan, wawancara,


jawaban ganda P12 Bu mohon diingat-ingat, mulai dari kemarin sampai hari ini, untuk
apa saja sabun itu digunakan?P12i Cuci tangan: sesudah BAB; P12L Cuci
tangan:sebelum menyiapkan makanan; P12M Cuci tangan:sebelum makan

Sumber: Analisi data EHRA, Tahun 2010

3.1.3. Kuantitas Dan Kualitas Air


a. Kuantitas Air
Secara umum dapat disampaikan bahwa kuantitas air di kabupaten Cilacap
tidak mengalami kendala karena banyak sumber air ayang dapat digunakan oleh
masyarakat, disamping menggunakan pelayanan PDAM masyarakat juga menggunakan
sumber-sumber yang lain seperti dari air sumur pompa, air sumur gali, mata air, hidran
umum, penampungan air hujan, dan lain-lain. Sumber air bersih yang digunakan oleh
masyarakat Kabupaten Cilacap dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 53


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

Tabel 3.4
Sumber Air Bersih yang digunakan masyarakat Kota, Kabupaten Cilacap
Tahun 2009

SUMBER AIR (KK)

KEL/DESA Jml Air Air PDAM Pnpg


Mata PDAM Lain
KK Sumur Sumur Hidran Air
Air Pipa nya
Pompa Gali Umum Hujan
Cilacap Tengah
Sidanegara 7026 975 3666 3579 0
Gunung Simping 2976 1259 423 1368 0
Lomanis 1367 1231 129 99 7
Donan 6772 358 3355 561 847
Kutawaru 2581 671 955 0 955
Cilacap Selatan
Sidakaya 2917 224 4 713 1180 1980
Tegalreja 3146 1045 849 1121 895 131
Tambakreja 6008 1531 926 3 2325 1000
Tegal Kamulyan 3808 12 757 9 3091 108
Cilacap 4391 2674 747 2 743 121
Cilacap Utara
Mertasinga 4068 358 2869 690 580
Gumilir 4441 123 2485 1215 1833
Kebon Manis 2350 12 1071 1255 1267
Karangtalun 1443 88 1435 12 0
Tritih Kulon 4748 373 4317 85 58
Jeruk legi 20
Tritih Lor 1804 99 895 1113 810
Tritih Wetan 2687 124 2687
Kesugihan 14
Karangkandri 1832 1395 420 437
Menganti 2719 55 2719
Jenang/Majenang 4150 110 3349 11 728 0
Kroya/Kroya 2171 207 1680 25 680 0
Sideraja/Sidareja 2008 4 599 7 1330 1260
JUMLAH 75413 11255 31106 315 95 2729 21548 3247
4,31
Prosentase 14,92% 41,25% 0,42% 0,12% 3,62% 28,5% %
Sumber : Data AMPL dan PDAM Kab. Cilacap tahun 2009

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 54


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

Sementara menurut survei EHRA menunjukkan bahwa di Kabupaten Cilacap


terdapat tiga sumber air bersih yang menonjol yang digunakan oleh warga, yaitu: sumur
bor, air ledeng PDAM, dan sumur gali terlindungi. Responden paling banyak
menggunakan sumber air bersih dari sumur bor baik yang menggunakan pompa
maupun yang menggunakan mesin, persentasenya mencapai 35.77% dari total
populasi. Persentase yang lebih rendah ditunjukkan pada responden yang mengakses
air bersih dari PDAM yaitu sebesar 25.48% dan di bawahnya lagi adalah yang
menggunakan sumur gali terlindungi sebagai sumber air bersih yakni 18.94%.
Responden yang menggunakan sumur gali tidak terlindungi sebagai sumber air bersih
persentasenya sangat sedikit yakni 0.10% dari total populasi. Sumber-sumber air bersih
yang digunakan oleh masyarakat Kabupaten Cilacap secara rinci dapat dilihat pada
tabel 3.5.
Tabel 3.5.
Sumber Air Minum Menurur Survey EHRA

ΣResponden =1.040, Filter bobot: besar populasi kelurahan, wawancara, jawaban


tunggal
P01 Untuk keperluan minum,sumber air yang penting banyak ibu gunakan?

No. Sumber Air Bersih Frekuensi Persentase


1 Air Ledeng/ PDAM: sampai di dalam rumah 265 25.48%
Air Ledeng/ PDAM: sampai di halaman/
4
2 gedung 0.38%
3 Ledeng dari tetangga 7 0.67%
4 Sumur bor (pompa tangan, mesin) 372 35.77%
5 Sumur gali terlindungi 197 18.94%
6 Sumur gali tidak terlindungi 56 5.38%
7 Mata air terlindungi 2 0.19%
8 Mata air tidak terlindungi 1 0.10%
9 Penjual air: Isi ulang 103 9.90%
10 Air botol kemasan 24 2.31%
11 Lainnya (catat) 9 0.87%
Total 1040 100.00%
Sumber: analisis data EHRA Tahun 2010

Menurut laporan dari PDAM Kabupaten Cilacap jumlah masyarakat yang menggunakan
sumber air dari PDAM dapat dilihat pada tabel berikut :

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 55


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

Gambar 3.3
Diagram Jumlah Pelanggan PDAM Cilacap Tahun 2010

JUMLAH PELANGGAN PDAM CILACAP


TAHUN 2010

60,000

40,000
Unit SR

20,000

0
2007 2008 Dec-
09
JUMLAH PELANGGAN 40,928 45,666 50,235
Sumber : PDAM Kabupaten Cilacap Tahun 2009

b. Kualitas Air
Tidak semua air bersih mempunyai tingkat keamanan yang sama. Sumber air
bersih yang secara umum dinilai relative aman adalah : air ledeng/PDAM, sumur bor,
sumur gali terlindungi, mata air terlindungi dan air hujan (yang ditangkap, dialirkan dan
disimpan secara bersih dan terlindungi). Sumber-sumber air bersih yang dianggap
memiliki resiko yang lebih tinggi sebagai media transmisi pathogen ke dalam tubuh
manusia (kurang aman) yaitu sumur atau mata air yang tidak terlindungi dan air
permukaan seperti air kolam, sungai, parit ataupun irigasi. Aman dan tidaknya sumber
air tersebut juga dipengaruhi oleh letaknya terutama jaraknya terhadap tangki
septik/cubluk yang paling dekat dengan sumber air tersebut.

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 56


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

Gambar 3.4
Diagram Kualitas Sumur

ΣResponden=1.040, Filter P01=21,22,23; bobot: besar populasi kelurahan,


pengamatan jawaban tunggal; M06 Jika mempunyai sumur gali/ bor, berapa langkah
jarak septi tank/ cubluk dengan sumur tersebut?

Keamanan Sumber Air

6%

94%

suspek aman suspek tidak aman

Sumber: Analisis data EHRA Tahun 2010

3.1.4. Air Limbah Domestik


Air Limbah Domestik dibagi menjadi dua yaitu air sisa kegiatan rumah tangga
yang disebut dengan greywater dan tinja yang merupakan sisa metabolisme manusia
yang sering disebut blackwater.
Untuk greywater berdasarkan perhitungan jumlah penduduk Kabupaten Cilacap
tahun 2009 sejumlah 1.872.576 jiwa, dikalikan dengan asumsi penggunaan air per hari
setiap orangnya, yaitu apabila rata-rata penggunaan air per orang per hari mencapai +
144 liter (untuk mandi, cuci, minum, dsb), sebanyak 80% air tersebut akan menjadi air
limbah (dibuang ke lingkungan setelah pemakaian) dikalikan jumlah penduduk sebanyak
1.872.576 jiwa, maka volume air limbah rumah tangga di kabupaten Cilacap mencapai
215.720.755 liter per hari. Untuk wilayah perkotaan dengan jumlah penduduk kurang
lebih 230.650 jiwa maka jumlah greywater nya bisa mencapai 26.571.917 liter per hari.
Dari sejumlah itu, sebagian besar dibuang langsung (tanpa proses pengolahan terlebih
dahulu) ke badan air di sekitar rumah seperti drainase, sungai. Hal ini oleh masyarakat
dipandang efektif daripada mengolah air limbah tersebut melalui metode resapan (air
limbah diresapkan kembali ke dalam tanah). Kondisi ini menyebabkan kondisi perairan
seperti drainase, sungai menjadi bau dan tercemar.

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 57


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

Tinja atau blackwater adalah sisa metabolisme manusia yang berwujud padat
dan dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus. Rata-rata volume tinja manusia
Indonesia per orang per hari sebanyak 0,2 kg. Dengan jumlah penduduk 1.872.576
jiwa, maka volume tinja mencapai 374515 kg per hari, sementara untuk wilayah kota
dengan jumlah penduduk sebanyak 230.650 jiwa, maka volume tinja di wilayah kota
mencapai 46.132 kg/hari. Untuk wilayah kota, sebagian besar masyarakat telah
menggunakan closet leher angsa (jongkok) dan closet duduk, sedangkan sebagian kecil
masyarakat masih menggunakan cubluk dan helicopter.

Tabel 3. 6
Perkiraan Volume Air limbah Rumah Tangga per Kelurhan/desa wilayah PPSP
Kabupaten Cilacap Tahun 2009

GREY BLACK
JUMLAH JUMLAH
KELURAH JUMLAH WATER WATER
KECAMATAN GREY BLACK
AN/DESA PENDUDUK ORG/HA ORG/HA
WATER WATER
RI (L) RI (kg)
Kec. Cilacap
Sidanegara Tengah 30.266 115 0,2 3.480.590 6.053,2
Gunung Kec. Cilacap
Simping Tengah 14.570 115 0,2 1.675.550 2.914,0
Kec. Cilacap
Lomanis Tengah 4.921 115 0,2 565.915 984,2
Kec. Cilacap
Donan Tengah 24.363 115 0,2 2.801.745 4.872,6
Kec. Cilacap
Kutawaru Tengah 10.148 115 0,2 1.167.020 2.029,6
Kec. Cilacap
Sidakaya Selatan 12.121 115 0,2 1.393.915 2.424,2
Kec. Cilacap
Tegalreja Selatan 13.128 115 0,2 1.509.720 2.625,6

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 58


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

Kec. Cilacap
Tambakreja Selatan 22.097 115 0,2 2.541.155 4.419,4
Tegalkamuly Kec. Cilacap
an Selatan 14.375 115 0,2 1.653.125 2.875,0
Kec. Cilacap
Cilacap Selatan 16.509 115 0,2 1.898.535 3.301,8
Kec. Cilacap
Mertasinga Utara 15.690 115 0,2 1.804.350 3.138,0
Kec. Cilacap
Gumilir Utara 14.209 115 0,2 1.634.035 2.841,8
Kec. Cilacap
Kebonmanis Utara 10.470 115 0,2 1.204.050 2.094,0
Kec. Cilacap
Karangtalun Utara 10.753 115 0,2 1.236.595 2.150,6
Kec. Cilacap
Tritih Kulon Utara 17.039 115 0,2 1.959.485 3.407,8
Jeruk Legi
Kulon Kec. Jeruk Legi 7.543 115 0,2 867.445 1.508,6
Jeruk Legi
Wetan Kec. Jeruk Legi 6.788 115 0,2 780.620 1.357,6
Tritih Lor Kec. Jeruk Legi 5.948 115 0,2 684.020 1.189,6
Tritih Wetan Kec. Jeruk Legi 8.841 115 0,2 1.016.715 1.768,2
Karangkandri Kec. Kesugihan 6.129 115 0,2 704.835 1.225,8
Menganti Kec. Kesugihan 9.989 115 0,2 1.148.735 1.997,8
Kuripan Kidul Kec. Kesugihan 6.408 115 0,2 736.920 1.281,6
Sidareja Kec. Sidareja 7.432 115 0,2 854.680 1.486,4
Kroya Kec. Kroya 8.390 115 0,2 964.850 1.678,0
Jenang Kec. Majenang 15.412 115 0,2 1.772.380 3.082,4
Sumber : Hasil Perhitungan Pokja AMPL Kab. Cilacap Tahun 2010

Dari jumlah air limbah sedemikian banyak sebagaimana tabel di atas,


dimanakah mereka membuangnya? Berikut adalah temuan dari survey EHRA yang
diselenggarakan pada bulan Oktober 2010.

Tabel 3. 7
Tempat Buang Air Besar

ΣResponden=1040, Bobot: besar populasi kelurahan, wawancara, jawaban tunggal; P34


Maaf bu, boleh tahu dimana terakhir kali ibu BAB?

Persentase
No. Tempat BAB Frekuensi
(%)
1 Jamban siram/ leher angsa disalurkan ke sewerage 8 0.77
2 Jamban siram/ leher angsa disalurkan ke tangki septik 826 79.42
3 Jamban siram/ leher angsa disalurkan ke cubluk 29 2.79
Jamban siram/ leher angsa disalurkan ke lobang
4 galian 3 0.29
Jamban siram/ leher angsa disalurkan ke sungai/ kali/
5 parit 38 3.65
6 Jamban siram/leher angsa disalurkan ke kolam 1 0.10
7 Jamban siram/leher angsa disalurkan ke tidak tahu 5 0.48
BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 59
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

kemana
Jamban non siram/ tanpa leher angsa salur ke tangki
8 septik 36 3.46
9 Jamban non siram/ tanpa leher angsa salur ke cubluk 28 2.69
Jamban non siram/ tanpa leher angsa salur ke lobang
10 galian 6 0.58
Jamban nonsiram/tanpa leher angsa salur ke
11 11 1.06
sungai/kali/parit
12 Jamban nonsiram/tanpa leher angsa salur ke kolam 1 0.10
13 Gantung di atas sungai/ kolam 5 0.48
14 Tidak ada fasilitas: Di sungai/ kali/ parit/ got 20 1.92
15 Tidak ada fasilitas: Lapangan, semak 1 0.10
16 Di fasilitas jamban umum lain 10 0.96
17 Lainnya (catat) 8 0.77
18 Orang yang dimaksud tidak ada 4 0.38
Total 1040 100
Sumber: Analisis data EHRA, Th.2010

Sebagian besar responden menyatakan bahwa fasilitas BAB yang digunakan


adalah jamban siram/leher angsa yang disalurkan ke tangki septik (79.42 %). Namun
demikian masih ada juga responden yang membuang limbah tinjanya ke perairan dan
pekarangan terbuka. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat masyarakat yang
kurang memperhatikan risiko yang ditimbulkan akibat membuang limbah tinjanya secara
sembarangan. Limbah tinja yang dibuang di tempat terbuka dapat menimbulkan
berbagai macam penyakit. Sedangkan limbah tinja yang dibuang ke perairan dapat
mencemari air yang dapat menurunkan kualitas sumber air bersih.

3.1.5. Limbah Padat (Sampah)


Secara umum pengelolaan persampahan di Kabupaten Cilacap ditangani oleh
Dinas Cipta Karya, Kebersihan dan Pertamanan (DCKKP) Kabupaten Cilacap. Pelayanan
persampahan yang dilakukan oleh DCKKP tidak meliputi seluruh wilayah Kabupaten
Cilacap, tetapi hanya tertentu saja, yaitu meliputi wilayah pelayanan Kota Cilacap,
Kroya, Sidareja dan Majenang. Sedangkan wilayah yang belum mendapatkan
pelayanan persampahan dari DCKKP umumnya dikelola oleh masyarakat secara
langsung yaitu dengan cara membuang sampah pada halaman/tanah kosong disekitar
rumah tinggal untuk kemudian dibakar dan atau ditimbun.

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 60


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

c. Timbulan Sampah
Jumlah timbulan sampah hingga tahun 2009 mencapai 1.151,86 M3/hari,
dengan asumsi produksi sampah kurang lebih 2,064 liter/hari/orang (sumber : Kajian
dan DED TPA Jeruklegi dari Open Dumping ke Controlled Landfill Tahun 2007 ). Bila
kita buat perhitungan jumlah timbulan sampah per kelurahan/desa maka akan diperoleh
data sebagai berikut :
Tabel 3.8
Volume Timbulan Sampah per Kelurahan/Desa wilayah PPSP
Kabupaten Cilacap Tahun 2009
JUMLAH SAMPAH JUMLAH
KELURAHAN/DESA KECAMATAN
PENDUDUK ORG/HARI SAMPAH
Sidanegara Kec. Cilacap Tengah 30.266 2,064 62.469,0
Gunung Simping Kec. Cilacap Tengah 14.570 2,064 30.072,5
Lomanis Kec. Cilacap Tengah 4.921 2,064 10.156,9
Donan Kec. Cilacap Tengah 24.363 2,064 50.285,2
Kutawaru Kec. Cilacap Tengah 10.148 2,064 20.945,5
Sidakaya Kec. Cilacap Selatan 12.121 2,064 25.017,7
Tegalreja Kec. Cilacap Selatan 13.128 2,064 27.096,2
Tambakreja Kec. Cilacap Selatan 22.097 2,064 45.608,2
Tegalkamulyan Kec. Cilacap Selatan 14.375 2,064 29.670,0
Cilacap Kec. Cilacap Selatan 16.509 2,064 34.074,6
Mertasinga Kec. Cilacap Utara 15.690 2,064 32.384,2
Gumilir Kec. Cilacap Utara 14.209 2,064 29.327,4
Kebonmanis Kec. Cilacap Utara 10.470 2,064 21.610,1
Karangtalun Kec. Cilacap Utara 10.753 2,064 22.194,2
Tritih Kulon Kec. Cilacap Utara 17.039 2,064 35.168,5
Jeruk Legi Kulon Kec. Jeruk Legi 7.543 2,064 15.568,8
Jeruk Legi Wetan Kec. Jeruk Legi 6.788 2,064 14.010,4
Tritih Lor Kec. Jeruk Legi 5.948 2,064 12.276,7
Tritih Wetan Kec. Jeruk Legi 8.841 2,064 18.247,8
Karangkandri Kec. Kesugihan 6.129 2,064 12.650,3
Menganti Kec. Kesugihan 9.989 2,064 20.617,3
Kuripan Kidul Kec. Kesugihan 6.408 2,064 13.226,1
Sidareja Kec. Sidareja 7.432 2,064 15.339,6
Kroya Kec. Kroya 8.390 2,064 17.317,0
Jenang Kec. Majenang 15.412 2,064 31.810,4
Sumber : Hasil Perhitungan Pokja AMPL Kab. Cilacap Tahun 2010

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 61


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

d. Pengangkutan
Pengangkutan sampah dari TPS ke TPA dilakukan oleh DCKKP Kabupaten Cilacap,
demikian juga sampah hasil penyapuan jalan-jalan protokol, sedangkan pengangkutan
sampah dari rumah tangga ke TPS dilakukan oleh masyarakat sendiri atau melalui
paguyuban kebersihan yang dibentuk pada tingkatan RW atau RT. Disamping itu
perusahaan-perusahaan besar dicilacap juga melakukan pengangkutan sampah sendiri
untuk wilayah perusahaanya atau untuk wilayah perumahan perusahaan seperti yang
dilakukan oleh PT.Pertamina, PT. Holcim, PT. Pelindo dan lain-lain.
e. TPA
Pelayanan persampahan di Kabupaten Cilacap dilayani oleh 4 TPA, yaitu TPA
Tritih Lor Kecamatan Jeruklegi, TPA Kroya didesa Kepudang Kecamatan Binangun,
TPA Majenang Kecamatan Wanareja dan TPA Sidareja di Kecamatan Sidareja.
Wilayah kerja persampahan (TPA) Tritih Lor meliputi pelayanan sampah di Kota Cilacap
dan ditambah Kecamatan Jeruklegi. Wilayah kerja persampahan Kroya meliputi
pelayanan sampah di Kecamatan Kroya, Binangun, Adipala, Maos, Sampang, dan
Nusawungu. Wilayah kerja persampahan Majenang meliputi pelayanan sampah di
Kecamatan Majenang, Wanareja, Cimanggu, dan Dayeuhluhur. Wilayah kerja
persampahan Sidareja meliputi pelayanan sampah di Kecamatan Sidareja, Cipari,
Kedungreja, Bantarsari, Gandrungmangu, Patimuan dan Karangpucung.
Sistem pengolahan yang digunakan masih manual, yaitu dengan sistem open
dumping (diratakan dengan alat berat). Pengangkutan sampah ke TPA dilakukan
dengan menggunakan armada sampah oleh tiap UPT DCKKP. Selain itu,
pengangkutan sampah (ke TPS/TD) juga dilakukan secara swadaya oleh masyarakat,
yaitu dengan melalui paguyuban persampahan yang ada di RT/RW masing-masing,
yaitu sampah lingkungan dan rumah tangga dibawa ke TPS yang terdekat. Pengelolaan
sampah/limbah pasar ditangani atau dikumpulkan oleh Paguyuban Pasar (P2S) dan
dibuang ke TPS pasar, lalu diangkut oleh UPT DCKKP ke TPA.
Pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Dinas adalah untuk sampah
rumah tangga dan niaga. Sedangkan pengelolaan sampah industri dilakukan oleh
masing-masing industri yang bersangkutan. Daerah Layanan Eksisting Persampahan :
3 kecamatan (14 kelurahan), yaitu Kec. Cilacap Utara, Cilacap Tengah, Cilacap Selatan.
Daerah layanan dikembangkan ke Kec. Jeruklegi dan Kec. Kesugihan (4 kelurahan).
Luas daerah terlayani : 41,66 Km2 dari luas total kota Cilacap 67,97 Km2.

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 62


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

3.1.6. Drainase Lingkungan


Perkembangan Kabupaten Cilacap cukup pesat sehingga membawa dampak
yang cukup pesat bagi masyarakat terutama yang bertempat tinggal di kota. Dampak
nyata adalah penurunan kualitas sistem drainase yang meliputi kurang lancarnya aliran
air yang diakibatkan adanya sedimentasi, kerusakan jaringan dan pencemaran
lingkungan. Jaringan drainase yang terdapat di kabupaten Cilacap berupa saluran
terbuka dan tertutup. Drainase tertutup biasanya berupa saluran drainase yang berada
dibawah permukaan tanah dan tertutup oleh perkerasan, misalnya tertutup oleh trotoar
atau jalan. Sedangkan drainase terbuka biasanya berupa saluran air diatas permukaan
tanah seperti selokan dan sungai/ kali. Saluran drainase yang terdiri dari tiga kelas
saluran drainase yaitu primer, sekunder dan tersier.

3.1.7. Pencemaran Udara


Kondisi pencemaran udara di Kota Cilacap masih di bawah ambang batas
pencemaran, namun dengan berkembangnya sektor industri dan meningkatnya jumlah
kendaraan perlu pemikiran ke depan dalam mengupayakan Pengelolaan Pencemaran
Udara.
Pencemaran udara Kabupaten Cilacap dapat dilihat dari hasil pengukuran
kulitas udara ambient.
Table 3. 9
Hasil Pemeriksaan Kualitas Udara Ambien/Udara Luar
Kabupaten Cilacap tahun 2009

HASIL PEMERIKSAAN BAKU MUTU


UDARA
Titik 1 AMBIEN KEP.
Satua Titik 2 Titik 3
NO PARAMETER Perum. GUB.
n Terminal PPSC
Green Hill JATENG
(tengah) (selatan)
(utara) NO.8 TAHUN
2001
1 Sulphur
Dioksoda µg/m3 1,29 1,27 1,66 632
(SO2)
2 Nitrogen
µg/m3 1,09 11,86 5,83 316
Dioksida (NO2)
3 Karbon
Monoksida µg/m3 423,03 410,77 406,91 15.000
(CO)
4 Oksidant (Ox) µg/m3 11,08 10,88 11,22 200
5 Hidrokarbon
µg/m3 < 65,31 < 65,31 < 65,31 160
(HC)
6 Timah Hitam µg/m3 0,0106 0,010 0,0084 2
BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 63
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

(Pb)
7 Total Partikel
µg/m3 23,51 36,92 19,64 230
Debu (TSP)
8 PM 10 µg/m3 9,28 51,42 5,17 150
KONDISI
FISIK
1 Suhu Udara o
C 34 28 27
2 Tekanan mm.H
757 756 759
Udara g
3 Kelembaban
% 55 88 90
Udara
4 Kecepatan Km/ja
5,4 – 13,6 5,4 – 9 16,2 - 27
Angin m
5 Arah Angin
-- Timur Timur Tenggara
dari
6 Letak Titik Alt : 34 m Alt : 35 m Alt : 35 m
Lokasi LS:07o39’ LS:07o40’ LS:08o52’
Pengambilan 10,0” 26,9” 28,1”
Contoh BT:109o2’ BT:109o5’ BT:109o6’
54,2” 45,2” 20,2”
Sumber: Laporan Akhir Pengujian Kualitas Udara Kabupaten Cilacap Tahun 2009,
Bdan Lingkungan Hidup Kab. Cilacap

3.1.8. Limbah Industri


Industri-industri kategori besar yang berada di wilayah kota Cilacap bermacam-
macam jenisnya, antara lain industri migas, semen, gula, tepung gandum, pemintalan
benang, pengalengan ikan, cold storage udang, pengantongan pupuk. Sedangkan jenis
home industri antara lain tahu, tempe, kecap. Kelompok industri besar yang
menghasilkan air limbah dari proses produksinya adalah industri migas, gula rafinasi,
pengalengan ikan dan cold storage udang, sedangkan industri lainnya tidak
menghasilkan air limbah dari proses produksinya (proses kering). Masing-masing
industri yang menghasilkan air limbah telah diwajibkan mengolah air limbahnya sebelum
dibuang ke sungai dan melakukan pemantauan secara rutin serta melaporkan hasilnya
ke Pemerintah. Untuk kategori home industri seperti tahu dan tempe, sebagian besar
belum mengelola air limbahnya dengan benar (dibuang langsung ke sungai/drainase),
sedangkan sebagian kecil industri tahu telah mengolah air limbahnya dengan fasilitas
IPAL Biogas. Data industri, home industri dan Hotel serta sistem IPAL yang dimiliki di
wilayah Kota Cilacap hingga tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 3.3 sebagai berikut.

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 64


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

Tabel 3. 10 Data Industri, Home Industri dan Hotel serta Sistem IPAL yang dimiliki
di wilayah Kota, Kabupaten Cilacap tahun 2009
NAMA
NAMA SUNGAI
PERUSAHAAN/ JENIS SISTEM YANG
DEBIT AIR
USAHA/KEGIAT USAHA IPAL MENERIM
ALAMAT LIMBAH
NO AN SEBAGAI DAN/ATAU YANG A
(M3/Hr)
SUMBER KEGIATAN DIMILIKI BUANGAN
PENCEMAR AIR
LIMBAH
1 2 3 4 5 6 7
1 PT. Pertamina Jl. MT Minyak dan HB 66 = Pengendap Sungai
(Persero) RU IV Haryono No. gas bumi 111.302,16 an dan Donan
Cilacap 77 Kel. (migas) sistem
Lomanis aerob
Kec. Cilacap
Tengah Kab.
Cilacap
53221
HB 49 =
68.112
HB 39 =
68.280
HB 70-1 =
HB 70-2 =
37.783,92
Outlet
pendinginan =
1.200
Drainase Jl. A
= 10
Drainase Jl. N
= 10
2 PT. Pertamina
(Persero) UPMS
IV TTGC :
a. TTL Jl. Banjaran Penerimaan, oilcatcher Oil Catcher Drainase
Nomor 1 penimbunan bag. utara = 3 Jl.
Cilacap dan Banjaran
pemompaan
BBM
oilcatcher
bag. selatan =
2
b. Depot Cilacap Jl. Yos Penerimaan, oilcatcher 1 = Oil Catcher Sungai
Sudarso penimbunan 5 Donan
Nomor 58 dan
Cilacap pemompaan
BBM
oilcatcher 2 =
4
oilcatcher 3 =
4
oilcatcher 4 =
4
BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 65
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

3 PT. Pertamina Jl. MT Minyak dan 2 Oil Catcher Sungai


(Persero) Unit Haryono gas bumi Donan
Produksi (Komplek (migas)
Pelumas Cilacap Kawasan
Industri)
Cilacap
4 PT. Jui Fa Jl. Lingkar Pengalenga 300 Sistem Sungai
International Timur No. 53 n Ikan aerob Yasa
Foods Cilacap
5 PT. Toxindo Jl. Lingkar Cold 100 Sistem Sungai
Prima Timur No. 5 Storage aerob Yasa
Cilacap Udang
6 di kel. Pembuatan tidak
Enam Home
Sidakaya tahu mempunyai
Industri tahu
IPAL
7 di kel. Pembuatan 2 memiliki
Cilacap tahu IPAL, 6
Delapan Home
tidak
Industri tahu
memiliki
IPAL
8 di kel. Pembuatan tidak
Satu Home
Tambakreja tahu memiliki
Industri tahu
IPAL
9 di kel. Pembuatan tidak
1 industri tahu Gunung tahu memiliki
Simping IPAL
10 di kel. Pembuatan 4 memiliki
Gumilir tahu IPAL, 21
24 industri tahu tidak
memiliki
IPAL
11 di kel. Pembuatan 6 memiliki
Mertasinga tahu IPAL, 23
25 industri tahu tidak
memiuliki
IPAL
12 di kel. Tritih Pembuatan tidak
1 industri tahu Kulon tahu memiliki
IPAL
13 di kel. Pembuatan tidak
1 industri tahu Karangtalun tahu memiliki
IPAL
14
Mutiara Hotel Pariwisata Filtrasi
15
Grand Hotel Pariwisata Filtrasi
16 Wijayakusuma
Hotel Pariwisata Filtrasi
17
Cilacap Inn Hotel Pariwisata Filtrasi
18
Tiga Intan Hotel Pariwisata Filtrasi
Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap Tahun 2009

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 66


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

3.1.9 Limbah Medis

Limbah medis di Kota Cilacap bersumber dari kegiatan rumah sakit, puskesmas
serta layanan kesehatan lainnya. Limbah Medis ini terbagi atas limbah infeksius dan
limbah non infeksius. Limbah infeksius berasal dari pelayanan medik dan pelayanan
penunjang medik seperti : laboratorium, instalasi farmasi, instalasi gizi, rehabilitasi
medik, radiologi, instalasi pemulangan jenazah dan pelayanan terpadu, sedangkan
limbah non medis bersumber dari pelayanan administrasi dan dapur.

Jumlah rumah sakit yang berada di wilayah Kota Cilacap sebanyak 6 buah,
terdiri dari rumah sakit umum (RSUD, RS Pertamina Cilacap, RS Santa Maria dan RS
Islam Fatimah) dan rumah sakit khusus (RSIA Aprillia dan RSB Annisa). Dari ke-6
rumah sakit tersebut, volume maksimum air limbah sekitar 125 m3 per hari.
Sebagaimana tertuang dalam dokumen pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
yang dimiliki oleh masing-masing rumah sakit, air limbah tersebut diolah dalam Instalasi
Pengolah Air Limbah (IPAL) sebelum dibuang ke lingkungan dengan mengacu pada
Perda Provinsi Jawa Tengah No. 10 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah. Setelah
diolah dalam IPAL, air limbah tersebut dibuang ke sungai, drainase kota.
Limbah industri dan medis pada umumnya sudah dikelola oleh perusahaan
masing-masing dan mereka sudah mempunyai sistem pengeolaan yang sudah baik.
Dibawah ini adalah data kpemilikan IPAL untuk rumah sakit, di kabupaten Cilacap.
Tabel 3.11
Data Kepemilikan IPAL Rumah Sakit
di Kabupaten Cilacap Tahun 2009

JENIS SISTEM IPAL


No. KEGIATAN
KEGIATAN YANG DIMILIKI
Rumah Sakit
1 RSI Fatimah Kesehatan aerob-anaerob
2 RSUD Cilacap Kesehatan aerob-anaerob
3 RS Pertamina Cilacap Kesehatan aerob-anaerob
4 RS Santa Maria Kesehatan aerob-anaerob
5 RSIA Aprillia Kesehatan aerob-anaerob
6 RSIA Annisa Kesehatan Filtrasi
l
Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kab. Cilacap tahun 2009

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 67


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

3.2. Pengelolaan Air Limbah Domestik

Air Limbah Domestik di Kabupaten Cilacap yang dibuang dari permukiman,


terutama greywater pada umumnya tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu sehingga
berdampak pada penurunan kualitas air pada perairan di wilayah Kabupaten Cilacap.
Penurunan kualitas air dapat disebabkan oleh kontaminasi dari air limbah yang dibuang
dari daerah pemukiman penduduk.
Penurunan kualitas perairan dapat berdampak pada penurunan kualitas air
permukaan yang berada di sepanjang jalur perairan. Padahal sebagian besar penduduk
di wilayah Kabupaten Cilacap masih menggunakan air tanah sebagai sumber air minum.
Hal ini dapat membahayakan kesehatan penduduk. Oleh karena itu maka pengelolaan
air limbah yang terpadu dalam pengelolaan wilayah pesisir sangat perlu dilakukan untuk
mencegah dan meminimalisir dampak yang dapat ditimbulkan.

3.2.1. Landasan Hukum/Legal Operasional

Beberapa peraturan sebagai landasan hukum dalam pengelolaan air limbah


sebagai berikut :
1. Undang – Undang No. 32 Tahun 2008 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
2. PerMen LH Nomor 08 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha
dan/Atau Kegiatan Pembangkitan Listrik Tenaga Termal
3. PerMen LH Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pemanfaatan Air Hujan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya
Air
5. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah
6. PerMen LH Nomor 01 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengkajian Teknis untuk
Menetapkan Kelas Air
7. PerMen LH Nomor 04 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha
dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas serta Panas Bumi (menggantikan KepMen
LH no 9 Tahun 1997)
8. KepMen LH Nomor 37 tahun 2003 Tentang Metoda Analisis Kualitas Air
Permukaan Dan Pengambilan Contoh Air Permukaan
9. KepMen LH Nomor 110 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penetapan Daya
Tampung Beban Pencemaran Air Pada Sumber Air

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 68


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

10. KepMen LH Nomor 111 Tahun 2003 Tentang Pedoman Mengenai Syarat dan
Tata Cara Perizinan Serta Pedoman kajian Pembuangan Air Limbah Ke Air Atau
Sumber Air
11. KepMen LH Nomor 112 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha
dan Kegiatan Domestik
12. KepMen LH Nomor 114 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pengkajian Untuk
Menetapkan Kelas Air
13. KepMen LH Nomor 115 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu
Air
14. KepMen LH Nomor 142 Tahun 2003 Tentang Perubahan Atas KepMen LH
Nomor 111 Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara
Perizinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air Atau Sumber
Air
15. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002 Tentang Syarat-syarat
dan Pengawasan Kualitas Air Minum (Menggantikan PerMenkes Nomor 416
Tahun 1990 Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air: Khusus Air Minum)
16. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas dan
Pengendalian Pencemaran Air
17. KepMen LH Nomor 03 Tahun 1998 Tentang Baku Mutu Limbah Bagi Kawasan
Industri
18. KepMen LH Nomor 35 Tahun 1995 Tentang Program Kali Bersih (Prokasih)
19. KepMen LH Nomor 51 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Air limbah Bagi Kegiatan
Industri
20. KepMen LH Nomor 52 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Air limbah Bagi Kegiatan
Hotel
21. KepMen LH Nomor 58 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Air limbah Bagi Kegiatan
Rumah Sakit
22. Peraturan Pemerintah Nomor : 12 Tahun 2007 tentang Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup bagi usaha dan atau kegiatan yang tidak
memiliki Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup
23. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap No. 6 Tahun 1999 tentang IMB
yang mendukung penyediaan sarana dan prasarana sanitasi secara
mandiri.

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 69


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

24. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap No. 27 Tahun 2003 tentang


Pencemaran Air
25. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap No. 6 Tahun 2006 tentang Ijin
Pembuangan dan Pemanfatan Air Limbah
26. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap No. 28 Tahun 2008 tentang
Rencana pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Cilacap Tahun 2008 - 2012

3.2.2. Aspek Institusional


Kegiatan pengelolaan dan pengendalian air limbah baik yang ditimbulkan oleh
kegiatan industri maupun kegiatan rumah tangga dilakukan oleh Badan Lingkungan
Hidup berkerja sama dengan DCKKP dan Dinas Kesehatan dengan berkoordinasi
dengan BLH Provinsi Jawa Tengah dan Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

3.2.3. Cakupan Pelayanan

a. Jamban dan Septiktank

Pelayanan pemerintah Kabupaten Cilacap berkenaan dengan pengelolaan air


limbah domestik adalah sosialisasi dan penyadaran melalui berbagai forum warga
seperti PKK, RT dan lain-lain tentang kebersihan jamban dan standariasi septiktank
yang aman. Disamping itu pemerintah juga memberikan bantuan berupa kloset duduk
kepada rumah tangga miskin dan membuat MCK komunal.
Tabel 3.12
Data Kepemilikan Jamban per Kelurahan/desa (KK)
Kabupaten Cilacap tahun 2009

NO Kel/Desa JML KK JMLH TDK PENGGUN TDK


JAMBA PUNYA A JMBN PUNYA
N JMBN UMUM AKSES
JMBN
Cilacap Tengah

1 Sidanegara 7006 6123 883 725 158


2 Gunung Simping 2976 2951 25 25 0
3 Lomanis 1367 1356 11 5 6
4 Donan 6772 4285 2487 242 2245
5 Kuta Wuru 2581 1455 1126 42 1084
Cilacap Selatan 0 0

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 70


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

6 Sidakaya 2917 2047 870 36 834


7 Tegalreja 3146 2779 367 0 367
8 Tambakreja 6008 4589 1419 496 923
9 Tegal Kamulyan 3808 2858 950 12 938
10 Cilacap 4391 3711 680 297 383
Cilacap Utara 0 0
11 Mertasinga 4068 3798 270 56 214
12 Gumilir 4441 4084 357 0 357
13 Kebonmanis 2350 2152 198 42 156
14 Karangtalun 1443 1443 0 0
15 Tritih Kulon 4748 3919 829 713 116
Kesugihan 0 0
16 Karangkandri 1832 1832 0 0 0
17 Menganti 2719 1850 869 0 869
Jeruk Legi 0 0
18 Tritih Lor 1804 1750 54 0 54
19 Tritih Wetan 2687 1414 1273 443 830
Kroya 0 0
20 Kroya 2171 1434 737 0 737
Majenang 0 0
21 Jenang 4150 2905 1245 154 1091
Sidareja 0 0
22 Sidareja 2008 1204 804 604 200
JUMLAH 75393 59941 14009 2447 11562

Prosentase 80% 20% 5% 15%


Sumber : Buku Data AMPL Kabupaten Cilacap Tahun 2009

Namun demikian apa yang dilakukan oleh pemerintah masih jauh dari
harapan. Hal ini terlihat dari hasil survey EHRA sebagimana tergambar dalam diagram
berikut :

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 71


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

Gambar 3.5
Diagram Kebersihan Jamban
ΣResponden=870; Bobot: besar populasi kelurahan,pengamatan, jawaban tunggal;
Datangi jamban/wc yang paling banyak digunakan oleh anggota rumah tangga, amati, &
catat kondisi jamban/ WC.A. ada tinja di dalam/ di dinding jamban?; B. Ada pembalut
perempuan disekitar jamban?; C. Ada lalat di sekitar jamban?

kebersihan jamban (% )

44.71
54.12

ada lalat

1.18 ada pembalut wanita

ada tinja didalam atau sekitar


jamban

Sumber: Analisis data EHRA, 2010

Terlihat pada gambar 7.7 bahwa terdapat 54.12 % jamban yang diamati
terdapat lalat di sekitarnya, 44.71 % masih ada tinja di dalam atau sekitar jamban dan
1.18 % terlihat ada pembalut wanita di sekitar jamban. Kondisi ini menunjukkan bahwa
masyarakat meskipun sudah mempunyai jamban tetapi belum begitu memperhatikan
kebersihan lingkungan di sekitar jamban.
Dalam hal septiktank, survei EHRA menunjukan rumah tangga yang
menggunakan tangki septik di Kabupaten Cilacap mencapai sekitar 82.88 %. Tetapi
tidak ada informasi mengenai kualitas dan keamanan tangki septik yang digunakan
rumah tangga tersebut.

b. Penyedotan Lumpur Tinja


Pemerintah Kabupaten Cilacap dalam hal ini DCKKP mempunyai 3 armada
penyedot lumpur tinja. Dengan volume air limbah sebagiamana digambarkan dalam
tabel 3.6 maka ini adalah jumlah yang jauh dari memadai. Namun demikian ada
beberapa perusahaan swasta yang ikut melakukan usaha penyedotan lumpur tinja
sebagaimana beberapa perusahaan di bawah ini :

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 72


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

Tabel 3.13
Perusahaan Penyedot Tinja dan Volume Tinja Terangkut/Bulan
Kabupaten Cilacap Tahun 2009
No Nama Perusahaan Jumlah Tahun Volume Tinja
Kendaraan beroprasi terangkut/m3/bln
1 Phisok
1 2005 24,5
Jl. Kauman No. 10. Cilacap
2 Parman
Jl. Ir. Juanda Cilacap (depan 1 2006 13
pintu Holcim)
3 CV. Kharisma
1 2007 6
Perumahan kalidonan 69
4 CV. Duta Nusantara
1 2008 16
Jl. MT.Haryono 69 Cilacap
5 Wawan
Jl. Urip Sumoharjo (batas kota 1 2008 4
lama)
6 Awe-Mardi 1 2008 4
Jumlah 67,5 M3
Sumber : DCKKP Kabupaten Cilacap tahun 2010

Sangat sedikitnya perusahaan penyedok lumpur tinja dan volume tinja yang
terangkut menunjukan bahwa masih sangat sedikit rumah tangga yang melakukan
penyedotan terhadap septiktanknya. Hal ini diperkuat dengan hasil survey EHRA bahwa
dari rumah tangga yang pernah mengosongkan tangki septik 4.04 % mengosongkan
sendiri, 14.42 % menggunakan layanan sedot tinja dan 3.37 % menyuruh tukang untuk
mengosongkan.
Gambar 3.6
Diagram Cara Pengosongan Tangki Septik

ΣResponden=862, Filter bertahap berdasarkan urutan pertanyaan-pertanyaan yang


digunakan, Bobot: besar populasi kelurahan, wawancara, jawaban tunggal; P34 Maaf
bu, boleh tahu dimana terakhir kali ibu BAB?; P28 Pernahkah tanki septik /septi
tank/tangki limbah BAB itu pernah dikosongkan?; P32 Terakhir kali siapayang
mengosongkan/ mengambil keluar septi tank?

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 73


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

pengosongan septi tank (% )

3.37
14.42 Layanan sedot tinja/truk tinja
4.04
0.10 Tukang yang disuruh

Mengosongkan sendiri

Mengosongkan ketika banjir


datang
78.08 Tidak Tahu

Sumber : Analisissurvey EHRA 2010


c. Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT)
Satu – satunya sarana air limbah skala kota yang dimiliki oleh Pemerintah
kabupaten Cilacap adalah IPLT di Tritih Lor Kecamatan Jeruklegi. IPLT ini tidak
mempunyai teknologi pengolahan sehingga seperti bak penampung tinja saja. Sehingga
air yang keluar dari IPLT tersebut dicurigai masih berbahaya. Belum letaknya yang
bersamaan dengan TPA terkadang sampahpun ikut dimasukkan. Sehingga bisa
dikatakan bahwa IPLT ini tidak berfungsi sbagaimana mestinya.
3.2.4. Aspek Teknis dan Teknologi

a. Teknis
Volume tinja atau blackwater dengan jumlah penduduk 1.872.576 jiwa
mencapai 3.864.997 kg/hari atau 1.341.399 Ton /tahun. Sedangkan greywaternya
mencapai 215.720.755 liter/hari atau78 milyar liter/tahun. Dimanakah mereka
membuang tinja atau berak, tabel berikut dapat menjelaskanya.
Tabel 3.14
Tempat Buang Air Besar
ΣResponden=1040, Bobot: besar populasi kelurahan, wawancara, jawaban tunggal; P34
Maaf bu, boleh tahu dimana terakhir kali ibu BAB?

Persentase
No. Tempat BAB Frekuensi
(%)
1 Jamban siram/ leher angsa disalurkan ke sewerage 8 0.77
2 Jamban siram/ leher angsa disalurkan ke tangki septik 826 79.42
3 Jamban siram/ leher angsa disalurkan ke cubluk 29 2.79
Jamban siram/ leher angsa disalurkan ke lobang
4 galian 3 0.29
Jamban siram/ leher angsa disalurkan ke sungai/ kali/
5 parit 38 3.65
6 Jamban siram/leher angsa disalurkan ke kolam 1 0.10
7 Jamban siram/leher angsa disalurkan ke tidak tahu 5 0.48

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 74


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

kemana
Jamban non siram/ tanpa leher angsa salur ke tangki
8 septik 36 3.46
9 Jamban non siram/ tanpa leher angsa salur ke cubluk 28 2.69
Jamban non siram/ tanpa leher angsa salur ke lobang
10 galian 6 0.58
Jamban nonsiram/tanpa leher angsa salur ke
11 11 1.06
sungai/kali/parit
12 Jamban nonsiram/tanpa leher angsa salur ke kolam 1 0.10
13 Gantung di atas sungai/ kolam 5 0.48
14 Tidak ada fasilitas: Di sungai/ kali/ parit/ got 20 1.92
15 Tidak ada fasilitas: Lapangan, semak 1 0.10
16 Di fasilitas jamban umum lain 10 0.96
17 Lainnya (catat) 8 0.77
18 Orang yang dimaksud tidak ada 4 0.38
Total 1040 100
Sumber: Analisis data EHRA, Th.2010
Sebagian besar responden menyatakan bahwa fasilitas BAB yang digunakan
adalah jamban siram/leher angsa yang disalurkan ke tangki septik (79.42 %). Namun
demikian masih ada juga responden yang membuang limbah tinjanya ke perairan dan
pekarangan terbuka. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat masyarakat yang
kurang memperhatikan risiko yang ditimbulkan akibat membuang limbah tinjanya secara
sembarangan. Limbah tinja yang dibuang di tempat terbuka dapat menimbulkan
berbagai macam penyakit. Sedangkan limbah tinja yang dibuang ke perairan dapat
mencemari air yang dapat menurunkan kualitas sumber air bersih.
Adapun kondisi jamban rata-rata kondisi baik, hanya 13,08 % yang dinyatakan
rusak sedangkan sisanya yaitu 76,92 % tidak rusak dan 10 % tidak diketahui. Hal ini
dapat dilihat dalam diagaram dibawah ini.
Gambar 3.7
Diagaram Kondisi Jamban

terakhir jamban rusak

10 13.08
Ya
76.92 Tidak
Tidak Tahu

Sumber : Analisis Study EHRA Kab. Cilacap Oktober 2010


BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 75
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

Kondisi jamban berbeda dengan kondisi septiktank, pada umumnya kondisi


jamban lebih diperhatikan karena keberadanya yang kasat mata atau terlihat,
sedangkan septiktank karena tertanam didalam tanah tidak terlihat dan orangpun tidak
pernah berfikir bagimana akibatnya apabila kondisi septiktanknya tidak standar atau
rusak. Untuk mengetahui sejauh mana kondisi septiktank yang ada, dapat dilihat dari
berapa lama septiktank tersebut dibangun, berikut adalah diagram waktu pembangunan
septiktank :
Gambar 3. 8
Diagram Waktu Pengosongan Septiktank

pengosongan septi tank

6.25 Kurang dari dua tahun lalu


8.94
5.67 Antara dua sampai lima
tahun lalu
79.13 Lebih dari lima tahun lalu

Tidak Tahu

Sumber : Analisis suvey EHRA

Sistem atau perjalanan limbah tersebut dari user interface hingga


pembuangan akhir dapat dilihat pada Diagram Sistem Sanitasi sebagai berikut :

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 76


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

Gambar 3.9 Diagram Sistem Sanitasi Air Limbah


PRODUK USER PENGUMPULAN PENAMPUNGAN/ PENGANGKUTAN PENGOLAHAN PEMBUANGAN
INTERFACE SETEMPAT PENGOLAHAN ANTARA/AKHIR AKHIR/REUSE
AWAL
IPLT
Sungai
Toilet Duduk Septictank Mobil Tinja
Saluran Pupuk
T. Leher Angsa kedap/beton
Lahan Terbuka
Tinja, Urine, Air
Pembersih, Air Septictank tidak Tanah, Air Tanah
T. Cubluk Saluran
pengglontor kedap/bocor Sumur
Kolam Sungai
T. Helikopter Sungai
Drainase Kolam
Kamar mandi Pipa Rumah Septic tank
Air Bekas Mandi Tempat Cuci Saluran
Tangga SUNGAI/AIR
Air Cucian Pakean Pakaian
TANAH
Air Cucian Dapur Tempat Cucu Drainase
Piring
: Sistem Ideal : Sistem tidak ideal

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 113


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

b. Teknologi
Dengan memahami prinsip pengelolaan air limbah rumah tangga secara tepat,
maka di masa mendatang akan tercipta kondisi sanitasi lingkungan yang memadai,
terkendalinya pencemaran air dan tidak mengganggu keseimbangan ekologi terhadap
sirkulasi air di dalam tanah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara :
1. Membuat pengolahan air limbah rumah tangga dari kegiatan mandi, mencuci (grey
water) agar tidak lagi menjadikan saluran drainase sebagai tempat pembuangan air
limbah rumah tangga (greywater), sehingga pencemaran yang terjadi di sungai
dapat diminimalisir. Hal ini dapat dilakukan pada masing-masing rumah tangga
(apabila masih memiliki lahan) ataupun dilakukan secara komunal (pada daerah
pemukiman padat penduduk/lahan terbatas).
2. Membuat septic tank dengan konstruksi beton sehingga tidak terjadi pencemaran air
tanah oleh bakteri jenis Coliform yang terkandung pada tinja. Hal ini juga dapat
diaplikasikan pada masing-masing rumah tangga maupun secara komunal.
3. Mengoptimalkan sarana IPLT sebagai tempat pengolahan tinja akhir dan dapat
dikembangkan untuk menjadi pupuk.
4. Meningkatkan pemahaman masyarakat bahwa saluran drainase sesuai
peruntukannya adalah sebagai saluran limpasan air hujan, bukan sebagai tempat
pembuangan limbah rumah tangga (air limbah dan sampah).

Teknis operasional dalam pengelolaan limbah domestik di Kota Cilacap


diwujudkan dalam beberapa program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap, antara lain :
a. Pengujian Air limbah Domestik
b. Pengujian Air Sungai / Badan Air
c. Perlindungan pada sumber - sumber Mata Air
d. Penegakan Hukum terhadap pelanggar Pengelolaan Lingkungan
Upaya yang dilakukan oleh BLH sebagai SKPD yang berwenang dalam
pemantauan dan pengawasan terhadap air limbah domestik antara lain melalui beberapa
kegiatan yaitu :
a. Meningkatkan Pemantauan Kualitas Lingkungan
b. Meningkatkan Pengendalian dan Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
c. Meningkatkan Pembinaan Teknis Pengendalian Lingkungan

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 78


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

3.2.5. Peran Serta Masyarakat dan Gender dalam Penanganan Air Limbah

Masyarakat adalah bagian yang penting dan strategis dalam suatu pengelolaan
air limbah di Kabupaten Cilacap. Karena, masyarakat dapat menjadi ’objek’ sebagai
penghasil air limbah dan sekaligus sebagai ’subjek’ sebagai pelaku dalam pengelolaan
tersebut. Oleh karena itu partisipasi masyarakat perlu ditingkatkan dalam pelaksanaan
pengelolaan air limbah rumah tangga. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut:

a. Penyebaran informasi berupa kegiatan pembinaan dan penyuluhan mengenai


pengelolaan air limbah dan pengoptimalan fungsi jamban keluarga kepada
masyarakat dan gender melaui pertemuan PKK Kelurahan, PKK RW, PKK RT,
Dasa Wisma, kelompok pengajian sampai ke lingkup terkecil yaitu keluarga. Dalam
hal ini perempuan (ibu) memegang peranan yang sangat penting terutama dalam
penyampaian tentang pengelolaan air limbah khususnya air limbah rumah tangga
kepada anggota keluarganya.
b. Membuat program yang berhubungan dengan pengelolaan air limbah melalui
peningkatan kapasitas bagi lembaga-lembaga swadaya masyarakat (misalnya:
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat yang ada di tingkat kelurahan) untuk
mengawasi dan memantau kegiatan-kegiatan pengelolaan lingkungan. Kegiatan
seperti ini perlu dilakukan guna mencegah kegiatan-kegiatan yang tidak diinginkan
dalam pengelolaan, misalnya pengrusakan dan pencurian fasilitas-fasilitas
pengolahan.
c. Swadaya masyarakat berupa peningkatan cakupan kegiatan, pemenuhan sarana
pendukung dan pendataan, pembinaan dan biaya operasional pengelolaan air
limbah.
d. Bantuan dana penunjang dari PNPM mandiri perkotaan untuk membuat WC
personal dan WC terpadu.
e. Pada skala pemukiman setiap rumah tangga di Kabupaten Cilacap rata-rata sudah
mempunyai Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) rumah tangga (domestik)
baik saluran terbuka maupun tertutup di sekitar rumah tangga sebelum dibuang ke
saluran umum/drainase.
f. Kerja bakti untuk membersihkan saluran pembuangan limbah domestik (SPAL)
juga dilakukan secara mandiri oleh masyarakat.

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 79


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

3.2.6. Permasalahan Pengelolaan Air limbah

Beberapa permasalahan terkait pengelolaan air limbah domestik adalah:


1. Banyak masyarakat yang masih membuang air limbah domestik (grey water ) ke
dalam saluran drainase secara langsung.
2. Kesadaran masyarakat tentang pengelolaan air limbah domestik masih sangat
rendah.
3. Kurangnya kesadaran masyarakat Kabupaten Cilacap untuk menguras tangki
septik mengindikasikan banyaknya tangki septik yang tidak aman atau diduga
cubluk, sehingga sangat berpotensi untuk mencemari tanah dan badan air
sekitarnya.
4. Pelaku Industri khususnya home industri belum seluruhnya mempunyai IPAL
(Instalasi Pengolahan Air Limbah) yang berfungsi secara baik

3.3. Pengolahan Persampahan (Limbah Padat)

Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan,


pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya
mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya
dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan.
Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam . Pengelolaan
sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan metode dan keahlian
khusus untuk masing masing jenis zat.

3.3.1. Landasan Hukum/Legal Oprasional

1. Undang – Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008, tentang Pengelolaan


Sampah.
2. Undang – Undang No. 32 Tahun 2008, tentang Pengendalian dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
3. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 24 Tahun 2008 tentang Perencanaan
Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten Cilacap Tahun 2008 – 2012
4. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 6 Tahun 2004 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Cilacap

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 80


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

5. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Cilacap No. 3 Tahun 1999 tentang
Retribusi Pelayanan Persampahan / Kebersihan.
6. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap No. 19 Tahun 2008, tentang Struktur
Organisasi Tata Kerja Dinas sebagai Unsur Pelaksana Daerah.
7. Peraturan Bupati Kabupaten Cilacap No. 19 Tahun 2008, tentang Tupoksi Dinas
Cipta Karya, Kebersihan dan Pertamanan

3.3.2. Aspek Institusional

Sesuai dengan Peraturan Daerah No. 19 Tahun 2008, tentang Struktur


Organisasi Dinas sebagai unsur Pelaksana Daerah maka pengelolaan persampahan
menjadi kewenangan Dinas Cipta Karya, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Cilacap
(DCKKP). Dalam pelaksanaannya DCKKP bekerja sama dengan Badan Lingkungan Hidup
(BLH) terutama dalam hal pengawasan terhadap aspek-aspek dampak lingkungan.
Dalam hal pengelolaannya DCKKP dibantu oleh Unit Pelaksanan yang berada di 5 (lima)
wilayah yaitu UPT DCKKP Cilacap, UPT DCKKP Majenang, UPT DCKKP Jeruklegi, UPT
DCKKP Sidareja dan UPT DCKKP Kroya.
Secara organisatoris unsur DCKKP yang melaksanakan fungsi dalam pengelolaan
sampah atau kebersihan adalah Bidang Kebersihan yang membawahi 2 seksi yaitu:
1. Seksi Sarana dan Prasarana Persampahan
2. Seksi Pelayanan Persampahan

3.3.3. Cakupan Pelayanan

Praktek pengelolaan sampah berbeda beda antara daerah perkotaan dengan


daerah pedesaan, berbeda juga antara daerah perumahan dengan daerah industri.
Pengelolaan sampah yg tidak berbahaya dari pemukiman dan institusi di wilayah
kabupaten menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari
area komersial dan industri ditangani oleh perusahaan pengolah sampah.
Pengelolaan persampahan di Kabupaten Cilacap secara umum berada di bawah
tanggung jawab Dinas Cipta Karya, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Cilacap,
dengan cakupan wilayah layanan (service coverage) sebesar 80% dari keseluruhan area
kota.

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 81


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

Layanan yang diwujudkan dalam berbagai kegiatan antara lain :


1. Melaksanakan pembersihan sampah.
2. Melaksanakan ketertiban pembuangan sampah di Tempat Pemrosesan Akhir.
3. Melaksanakan pembuatan dan pembangunan Transfer Depo, UDPK dan TPA
4. Mengelola dan memanfaatkan sampah di TPS maupun TPA agar berdaya guna +
tidak menimbulkan pencemaran.
5. Melakukan upaya pengurangan sampah di TPA melalui komposting dan daur ulang.
6. Melaksanakan pengangkutan sampah dari TPS / Transfer Depo ke TPA.

Dalam rangka menunjang operasional sehari-hari untuk mengelola sampah


sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2008, maka diperlukan
prasarana dan sarana persampahan yang memadai baik dari sisi kualitas maupun
kuantitas, pihak DCKKP memiliki beberapa sarana dan prasarana pengelolaan sampah
yang dapat dilihat pada Tabel 3.13.

Tabel 3. 15
Prasarana Persampahan / Kebersihan, Kabupaten Cilacap tahun 2009

No Wilayah IPLT IPAL Garasi Luas TPA TPS Jalan Akses


1 2 3 4 5 6 7 8
1 Cilacap 1 unit 1 unit 144 m2 62.723 m2 27 8.000 m2
2 Jeruklegi - - 45 m2 Dilayani TA Cilacap 2 -
3 Kroya - 1 unit 90 m2 10.000 m2 4 1.500 m2
4 Sidareja - 1 unit 90 m2 14.463 m2 4 6.400 m2
5 Majenang - 1 unit 90 m2 10.303 m2 4 3.900 m2
JUMLAH 1 unit 4 unit 459 m2 97.489 m2 41

Sumber data : Dinas Cipta Karya, Kebersihan dan Pertamanan tahun 2009)

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 82


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

Tabel 3. 16
Prasarana Angkutan Persampahan, Kabupaten Cilacap tahun 2009

Kendaraan
Wheel Container 6
No Wilayah Pengangkut Sampah Truk Air Truk Tinja Excavator Bulldozer
Loader m3
Dump Truk Armroll
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Cilacap 13 3 1 1 1 1 1 15
2 Jeruklegi 1 3
3 Kroya 2 1 1 4
4 Sidareja 1 1 1 4
5 Majenang 2 1 4
JUMLAH 18 6 1 2 3 1 1 30
Sumber data : Dinas Cipta Karya, Kebersihan dan Pertamanan tahun 2009)
Dari sarana kendaraan operasional persampahan tersebut sebanyak 18
kendaraan berusia lebih dari 7 tahun sedangkan 6 kendaraan sisanya berusia kurang
dari 7 tahun. Berdasarkan standart Direktorat Jenderal Cipta Karya umur tekniis
kendaraan operasional persampahan adalah 7 tahun sehingga kendaraan operasional
yang ada diKabupaten Cilacap untuk melayani persampahan sangat tidak layak pakai.
Berdasarkian Study EHRA dalam program PPSP yang diadakan pada bulan
Oktober 2010 diperoleh data bahwa prosentasi frekuensi pengangkutan sampah dalam
masyarakat adalah 17 % mengaku diangkut setiap hari, 66 % mengaku diangkut
beberapa kali dalam satu minggu, 5 % mengaku hanya sekali diangkut dalam satu
minggu, dan 10 % tidak tahu, sedangkan yang menjawab lainya adalah 2 %. Untuk lebih
jelasnya dapat tergambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.10 Diagram Frekuensi pengangkutan Sampah

Frekuensi pengangkutan sampah

10% 17%
5%
2% Setiap hari
66%
Beberapa kali dalam
seminggu

Sumber : Analisis Study EHRA bulan Oktober 2010

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 83


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

Sedangkan tingkat pelayanan pengangkutan dari segi tepat waktu atau tidak
dapat digambarkan sebagai berikut :
Gamabar 3.11
Diagram Ketepatan Waktu Pengangkutan Sampah

ketepatan waktu pengangkutan sampah

Selalu tepat waktu


13%
1%
37% Kebanyakan tepat waktu
32%
Kadang tepat waktu,
kadang tidak
Sering terlambat
17%

Sumber : Analisis Study EHRA Oktober 2010


Sedangkan tingkat partisipasi masyarakat dalam membayar pelayanan sampah
dapat di gambarkan dalam diagram berikut :
Gambar 3.13
Diagram Mengeluarkan Uang dalam Pengangkutan Sampah

mengeluarkan uang untuk pengengkutan sampah

32%
Ya
68% Tidak

Sumber : Analisis Study EHRA Oktober 2010

3.3.4. Aspek Teknis dan Teknologi

Metode pengelolaan sampah berbeda-beda tergantung banyak hal, diantaranya


tipe zat sampah, tanah yg digunakan untuk mengolah dan ketersediaan area.
Pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan dengan dua tujuan yaitu
mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis atau mengolah
sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup.

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 84


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

Beberapa contoh metode pengolahan sampah adalah sebagai berikut:


a. Metode pembuangan
1. Penimbunan Darat
Pembuangan darat adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan ini
biasanya dilakukan di tanah yg ditinggalkan , lubang bekas pertambangan , atau
lubang-lubang dalam. Sebuah tempat penimbunan darat yg di desain dan di kelola
dengan baik akan menjadi tempat penimbunan sampah yang hiegenis dan murah.
Sedangkan penimbunan darat yg tidak dirancang dan tidak dikelola dengan baik
akan menyebabkan berbagai masalah lingkungan, diantaranya angin berbau
sampah, menarik berkumpulnya hama, dan adanya genangan air sampah
Karakter desain dari penimbunan darat yang modern diantaranya adalah
metode pengumpulan air sampah menggunakan bahan tanah liat atau pelapis
plastik. Sampah biasanya dipadatkan untuk menambah kepadatan dan
kestabilannya, dan ditutup untuk tidak menarik hama (biasanya tikus). Banyak
penimbunan sampah mempunyai sistem pengekstrasi gas yang terpasang untuk
mengambil gas yang terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan keluar dari tempat
penimbunan dan dibakar di menara pembakar atau dibakar di mesin berbahan bakar
gas untuk membangkitkan listrik.
2. Pembakaran
Pembakaran adalah metode yang melibatkan pembakaran zat sampah.
Pembakaran dan pengelolaan sampah lain yg melibatkan temperatur tinggi baisa
disebut "Perlakuan panas". Pembakaran merubah sampah menjadi panas, gas, uap
dan abu.
Pembakaran dilakukan oleh perorangan atau oleh industri dalam skala besar.
Hal ini bisa dilakukan untuk sampah padat , cair maupun gas. Pembakaran dikenal
sebagai cara yang praktis untuk membuang beberapa jenis sampah berbahaya,
contohnya sampah medis (sampah biologis). Pembakaran adalah metode yang
kontroversial karena menghasilkan polusi udara.
b. Metode Daur Ulang
Daur ulang adalah proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari
sampah untuk digunakan kembali. Ada beberapa cara daur ulang, pertama adalah
mengambil bahan sampahnya untuk diproses lagi atau mengambil kalori dari bahan
yang bisa dibakar untuk membangkitkan listik.

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 85


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

1. Pengolahan Kembali Secara Fisik


Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang, yaitu
mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang dibuang, contohnya botol
bekas pakai yang dikumpulkan kembali untuk digunakan kembali. Pengumpulan bisa
dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah/kendaraan
sampah khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur.
Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminum , kaleng
baja makanan/minuman, Botol HDPE dan PET , botol kaca , kertas karton, koran,
majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa di
daur ulang.
2. Pengolahan Biologis
Material sampah organik, seperti zat tanaman, sisa makanan atau kertas,
bisa diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal
dengan istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan
sebagai pupuk dan gas methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik.
c. Metode Penghindaran dan Pengurangan
Sebuah metode yang penting dari pengelolaan sampah adalah pencegahan
zat sampah terbentuk, atau dikenal juga dengan "pengurangan sampah". Metode
pencegahan termasuk penggunaan kembali barang bekas pakai, memperbaiki
barang yang rusak, mendesain produk supaya bisa diisi ulang atau bisa digunakan
kembali (seperti tas belanja katun menggantikan tas plastik ), mengajak konsumen
untuk menghindari penggunaan barang sekali pakai (contohnya kertas tissue), dan
mendesain produk yang menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang
sama (contohnya pengurangan bobot kaleng minuman).
Pengelolaan sampah memiliki beberapa manfaat diantaranya penghematan
sumber daya alam, penghematan energi, penghematan lahan TPA serta menciptakan
lingkungan yang asri (bersih, sehat, nyaman). Apabila sampah tidak dikelola dengan baik
maka akan dapat menimbulkan beberapa bencana seperti longsor tumpukan sampah,
sumber penyakit dan pencemaran lingkungan.
Berdasarkan kajian data sekunder yang dilakukan oleh DCKKP, diperoleh
informasi bahwa jumlah timbulan sampah perkapita sebesar 2,064 liter/hari/orang di
Kabupaten Cilacap , maka volume timbulan sampah pada tahun 2008 dengan jumlah
penduduk 1.738.603 diperkirakan mencapai 3.588,48 M3/hari , dan Tahun 2009 dengan

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 86


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

jumlah penduduk 1.889.135 maka volume timbulan sampah mencapai 3.899,17 M3/hari ,
Sedangkan Tahun 2010 dengan jumlah penduduk 1.919.710 maka volume timbulan
sampah mencapai 3.962,28 M3/hari. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram 3.3
sebagai berikut :
Gambar 3.14
Diagram Volume Timbulan Sampah Per Tahun Kabupaten Cilacap

450000
400000
350000
300000
250000 410.062,38
381.456,28 382.943,96
200000
150000
100000
50000
0

Disamping sampah rumah tangga, masih ada jenis sampah yang dikelola oleh
DCKKP Kabupaten Cilacap yaitu sampah dari hasil penyapuan jalan. Sampah dari hasil
penyapuan jalan berasal dari daun-daun kering pepohonan peneduh di sepanjang
jalanan kota. Volume sampah hasil penyapuan rata-rata berjumlah 6 M3/ hari, yang
hanya dilayani oleh 1 armada.
Data sekunder yang ada pada Dinas Cipta Karya Kebersihan dan Pertamanan
berdasarkan pada penelitian di TPA Tritih Lor, diketahui bahwa dari total timbulan
sampah Kabupaten Cilacap komposisi jenis sampah terbesar berasal dari sampah
organik/sampah basah, lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 3. 17
Rerata Komposisi Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga di
Kabupaten Cilacap, Tahun 2009
Jenis Sampah Prosentase (%)
Organik 71,35
Kertas 13,31
Plastik 11,67

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 87


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

Logam 0,23
Karet 0,04
Kain 0,11
Kayu 0,27
Gelas/Kaca 0,14
Lain-Lain 2,87
JUMLAH 100,00
(Sumber data : Kajian dan DED TPA Tritih Lor, Jeruklegi dari Open Dumping ke Controlled Landfill)

Tetapi berdasarkan study EHRA yang diselenggarakan pada bulan Oktober 2010
diperoleh data bahawa hanya 19 % masyarakat yang memilah sampah sejak dari rumah
sebagaimana tergambar dalam diagram berikut :
Gambar 3.15
Diagram Pemisahan Sampah Dari Sumbernya/ Rumah Tangga

pemisahan sampah

19%
Ya
81% Tidak

Sumber : Analisis Study EHRA Oktober 2010

Kemudian dalam rangka mendukung operasional pengelolaan persampahan,


selain sarana transportasi pengangkutan sampah, DCKKP juga menyediakan TPS-TPS
yang berfungsi sebagai tempat penampungan sampah sementara sebelum diangkut
menuju TPA.
Adapun peta sarana persampahan Kabupaten Cilacap adalah sebagai berikut :

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 88


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 89


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

Proses pengelolaan sampah di Kabupaten Cilacap tidak berbeda jauh dengan


pengelolaan sampah di kota-kota lain. Pengumpulan dan pengangkutan sampah yang
bersumber dari rumah dilakukan secara mandiri oleh masyarakat, sedangkan
pengangkutan sampah dari TPS sampai ke TPA merupakan tanggung jawab Dinas Cipta
Karya Kebersihan dan Pertamanan. Selain itu pengumpulan dan pengangkutan sampah
dari kawasan umum/ fasilitas umum juga diakukan oleh pihak DCKKP. Skema
pengumpulan dan pengangkutan sampah dan lokasi fasilitas pengelolaan sampah di
Kabupaten Cilacap masing-masing dapat dilihat pada Gambar 3.6 dan Gambar 3.7.

Gambar 3.17
Bagan Skema Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah Kabupaten Cilacap

GEROBAK TPS

WARGA

KENDARAAN
PENGANGKUT
SAMPAH

KENDARAAN
PENGANGKUT
SAMPAH

UMUM
TPA
PENYAPUAN DAN
PEMBERSIHAN TPS
SAMPAH JALAN

KENDARAAN
PASAR KONTAINER PENGANGKUT
SAMPAH PASAR

KENDARAAN
TERMINAL PENGANGKUT
SAMPAH

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 90


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

Dalam rangka mengurangi timbulan sampah tersebut, pemerintah Kabupaten


Cilacap juga mengkampanyekan tentang pengelolaan sampah dari sumbernya dengan
prinsip 3R, yaitu pengolahan sampah skala rumah tangga. Pengolahan sampah skala
rumah tangga dilaksanakan dengan teknologi yang sederhana yaitu :
1. Sampah disortir/dipisahkan antara sampah organik dan an organik
2. Sampah organik dipotong-potong (dengan mesin potong/manual)
3. Sampah organik difermentasi selama 7 hari dengan menggunakan obat fermentasi
yang ramah lingkungan
4. Setelah difermentasi sampah bisa langsung digunakan, kalau untuk kepentingan
dijual maka dilembutkan dahulu kemudian dilakukan pengemasan/paking.

Kemudian untuk mengetahui perjalanan sampah dari sumbernya atau user


interface nya hingga ke TPA dan proses daur ulang/ komposing nya dapat dilihat pada
Diagram Sistem Sanitasi Persampahan Kabupaten Cilacap sebagai berikut :

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 91


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

Gambar 3.18 Diagram Sistem Sanitasi Persampahan


PRODUK USER INTERFACE PENGUMPULAN PENAMPUNGAN/ PENGANGKUTAN PENGOLAHAN PEMBUANGAN
SETEMPAT PENGOLAHAN ANTARA/AKHIR AKHIR/REUSE
AWAL
Sampah Tong TPS Truk Sampah TPA Pupuk/Kompos
Organik Perumahan Sampah:40%
Lobang
Sampah:30%
Selokan/
sungai:15%
Lahan
Terbuka:15%
Jalan Raya
Pasar Trnsfer Dipo/TPS
Terminal TPS Terminal
Sampah
Anorganik
Sampah B3
Domestk
Sampah Medis

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 92


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

3.3.5. Peran Serta Masyarakat dan Gender dalam Pengelolaan Sampah


Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah adalah memilah,
mengolah sendiri, memberi kepada yang membutuhkan, menyerahkan kepada
pengelola, dan menyediakan wadah terpisah. Selain dalam hal membayar retribusi
kebersihan, peran serta masyarakat yang diharapkan adalah:

a. Pendidikan perilaku membuang sampah sejak dini di lingkungan sekolah dan


rumah
b. Solusi aplikatif yaitu dengan membuat program percontohan (3R= reuse, recycle,
reduce) skala kawasan. Beberapa hal yang termasuk dalam solusi aplikatif
adalah:
1. Menjalin kerja sama dengan pihak-pihak yang peduli misalnya LSM, PKK dan
dinas terkait.
2. Mendorong kegiatan masyarakat/LSM dan yang lainnya di bidang
persampahan (3R).
3. Mereplikasi program-program yang berhasil baik di dalam kota maupun diluar
kota.
4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengangkutan residu sampah di
lingkungan masyarakat.
Bentuk implementasi 3R adalah pengelolaan sampah mandiri berbasis
komunitas dan program komposting adalah sebagai berikut:
a. Mengurangi sampah mulai dari sumbernya seperti mengurangi sampah liar dan
mengurangi sampah yang masuk ke TPA.
b. Pemilahan sampah antara sampah basah dan sampah kering.
c. Mengolah sampah yaitu sampah basah diolah menjadi kompos serta sampah
kering dijual kepada pemulung atau dijadikan bahan daur ulang.
Pelaku pengelolaan sampah adalah masyarakat, pemerintah, PKK, LSM,
swasta dan media massa. Langkah pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah terpadu
berbasis masyarakat dan gender yaitu:
a. Persiapan terdiri dari penyediaan wadah sampai 3 jenis (kertas, plastik dan
logam/kaca), pembentukan organisasi dan sosialisasi.
b. Pewadahan menggunakan wadah individual berupa kantong plastik/karung untuk
3 jenis sampah kering (plastik, kertas, logam/kaca), gentong untuk sampah

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 93


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

organik (composter), wadah komunal (tong) 3 unit untuk 3 jenis sampah kering
(plastik, kertas dan logam/kaca).
c. Pengumpulan yaitu gerobak mengumpulkan sampah kering dar wadah komunal
ke TPS (depo) setiap minggu.
Langkah-langkah yang dapat diambil untuk merintis pengelolaan sampah
mandiri dan produktif berbasis masyarakat dan gender adalah sebagai berikut:
a. Sampaikan gagasan kepada masyarakat/tokoh.
b. Bentuk tim pengelola sampah kampung.
c. Cari pihak yang mau membeli sampah.
d. Lakukan sosialisasi kepada seluruh lapisan masyarakat.
e. Buat dan sebarkan informasi/petunjuk tentang cara pengelolaan sampah kepada
masing-masing keluarga.
f. Siapkan fasilitas yang diperlukan bersama-sama masyarakat, termasuk siapkan
petugas pengangkut sampah.
g. Lakukan monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap pelaksanaan program
pengelolaan sampah mandiri dan produktif.
h. Laporkan hasil-hasil program kepada masyarakat.
i. Kerja sama dan meminta dukungan dengan pemerintah setempat.
Manfaat dari program 3R adalah sebagai berikut:
a. Menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah secara
benar mulai dari sumbernya.
b. Membangun kebiasaan dalam mengurangi, memilah dan mendaur ulang
sampah.
c. Meningkatkan kualitas kebersihan lingkungan.
d. Memanfaatkan sampah sebagai sumber daya.
e. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Sasaran akhir program kebersihan dengan pola 3R yaitu terciptanya
lingkungan yang berkualitas (bersih dan sehat), terciptanya lapangan pekerjaan baru
bagi warga, dan adanya nilai ekonomis yang diperoleh dari pengelolaan sampah.
Program kebersihan dengan pola 3R ini dapat berlangsung secara berkelanjutan
apabila ada partisipasi secara terus menerus dari masyarakat, ada organisasi yang
mengelola, ada dukungan dari semua pihak (masyarakat, pemerintah kabupaten dan

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 94


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

pemerintah provinsi), ada dana operasional termasuk maintenance peralatan, ada


aturan, ada transparansi dan perlu adanya penghargaan.
Beberapa hal yang telah dilakukan oleh masyarakat dan ibu-ibu yang
tergabung dalam kelompok PKK di Kabupaten Cilacap dalam rangka menanggulangi
masalah sampah adalah sebagai berikut:
a. Sampah organik diolah menjadi pupuk hijau organik.
b. Sampah anorganik disalurkan ke pemulung.
c. Hasil pupuk organik dimanfaatkan untuk memupuk tanaman warga tanpa
menggunakan pupuk buatan.
d. Membuat tempat pembuangan sampah yang terpisah antara sampah organik
dan anorganik.
e. Bertanggung jawab terhadap kebersihan di lingkungan masing-masing dengan
tidak membuang sampah di sembarang tempat.
f. Menyediakan pengangkutan sampah yang diambil dari rumah ke TPS, transfer
depo/container, bak sampah yang telah disediakan.
g. Pengadaan sarana kebersihan secara swadaya berupa alat kebersihan untuk
lingkungan masing-masing.
Sebagai bentuk dukungan dalam peningkatan peran serta masyarakat dalam
pengelolaan persampahan, Pemerintah Kabupaten Cilacap melalui Badan Lingkungan
Hidup (BLH) telah memberikan bantuan peralatan kebersihan dan bahan pembersih
dalam pengelolaan persampahan pada bulan Desember 2009 kepada masing-masing
RW (215 RW) yang terdapat dalam 15 kelurahan di wilayah Ex Kotip Cilacap. Bantuan
yang diberikan berupa:
 1 (satu) buah reaktor komposter
 1 (satu) buah ember plastik volume 6 galon
 1 (satu) buah jerigen volume 5 liter yang berisi pupuk pelengkap cair (EM4)
 3 kg kompos
 1 (satu) buah cetok
 1 (satu) buah cutter/pisau
Kemudian dalam rangka memanfaatkan bantuan tersebut masyarakat telah
membuat kelompok-kelompok sanitasi dengan kegiatan utama pmbuatan kompos untuk
keperluan lingkungan RT atau RW. Dibawah ini adalah daftar kelompok dan kegiatan
komposting yang dilakukan oleh masyarakat.

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 95


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

Tabel 3.18
Kelompok Masyarakat Pengelola Sampah/Komposing
Menggunakan Reaktor Komposter
No Kelurahan/Nama Pemanfaatan
Volume/bln Keterangan
Kelompok Hasil
I Gunung Simping
1 Darma Yasa (Ibu-ibu) 25 L Dipakai Waktu Proses sampai 7
Jl. Madura RW IV lingkungan hari, terlalu lama, tapi
sendiri masih berjalan/beroprasi
2 Peduli (bapak-bapak) 25 L Dipakai Keterbatasan sarana
Jl.Singkep RW IX lingkungan sehingga tidak
sendiri menjangakau seluruh RT,
masih beroprasi
II Lomanis
1 Wuwuh Berkah I 25 L Dipakai Hanya berjalan 1 tahun,
(bapak-bapak) lingkungan sekarang tidak beroprasi
RT 02/I sendiri
2 Wuwuh Berkah II 24 L Dipakai Hanya berjalan 1 tahun,
(bapak-bapak) lingkungan sekarang tidak beroprasi
RT 02/II sendiri
3 Wuwuh Berkah III 20 L Dipakai Hanya berjalan 1 tahun,
RT 03/III
lingkungan sekarang tidak beroprasi
sendiri
4 Wuwuh Berkah IV 30 L Dipakai Masih beroprasi/berjalan
RT 02/IV
lingkungan tapi kurang maksimal
sendiri
5 Wuwuh Berkah V 27 L Dipakai Hanya berjalan 1 tahun,
RT 03/V
lingkungan sekarang tidak beroprasi
sendiri
6 Wuwuh Berkah VI 25 L Dipakai Hanya berjalan 1 tahun,
RT 01/VI
lingkungan sekarang tidak beroprasi
sendiri
III Sidakaya

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 96


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

1 Dasa Manunggal 30 L Dipakai Pembuatan kompos


RT 07/I lingkungan
masih dilaksanakan
sendiri
sampai saat ini
2 Dasa Kusuma 30 L Dipakai Pembuatan kompos
RT 06/I lingkungan masih dilaksanakan
sendiri sampai saat ini
3 Kenanga 30 L Dipakai Pembuatan kompos
RW II lingkungan masih dilaksanakan
sendiri sampai saat ini
4 Melati I 30 L Dipakai Pembuatan kompos
RT 01/III lingkungan masih dilaksanakan
sendiri sampai saat ini
5 Melati II 30 L Dipakai Pembuatan kompos
RT 02/III lingkungan masih dilaksanakan
sendiri sampai saat ini
6 Sida Mekar I 30 L Dipakai Pembuatan kompos
RW V lingkungan masih dilaksanakan
sendiri sampai saat ini
7 Sida Mekar II 30 L Dipakai Pembuatan kompos
RW V lingkungan masih dilaksanakan
sendiri sampai saat ini
8 Teratai 30 L Dipakai Pembuatan kompos
RW VI lingkungan masih dilaksanakan
sendiri sampai saat ini
9 Anggrek XIV 30 L Dipakai Pembuatan kompos
RT 02/XIV lingkungan masih dilaksanakan
sendiri sampai saat ini
10 Anggrek 05 30 L Dipakai Pembuatan kompos
RT 05/X lingkungan masih dilaksanakan
sendiri sampai saat ini
11 Tanjung XI 30 L Dipakai Pembuatan kompos
RW XI lingkungan
masih dilaksanakan
sendiri
sampai saat ini
IV Tambakreja
1 Kelompok RW I 24 L Dipakai Pembuatan kompos
Jl. Sastro Wijoyo lingkungan
masih dilaksanakan
Cilacap sendiri
sampai saat ini
2 Kelompok RW 6 25 L Dipakai Pembuatan kompos
RT 05/6 lingkungan masih dilaksanakan
sendiri sampai saat ini
3 Rahmatl Ummah 008 26 L Dipakai Pembuatan kompos
RT 05/08 lingkungan masih dilaksanakan
sendiri sampai saat ini

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 97


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

4 RW 10 24 L Dipakai Pembuatan kompos


Jl. Nangka Cilacap lingkungan masih dilaksanakan
sendiri sampai saat ini
5 RW 11/RT 06 23 L Dipakai Pembuatan kompos
lingkungan masih dilaksanakan
sendiri sampai saat ini
6 Sampah 13 25 L Dipakai Pembuatan kompos
RT01/13 lingkungan masih dilaksanakan
sendiri sampai saat ini
V Kebon Manis
1 Gemar Sehat 25 L Dipakai Pembuatan kompos
RT 05/I lingkungan masih dilaksanakan
sendiri sampai saat ini
2 Bersih Lingkungan 24 L Dipakai Pembuatan kompos
RT03/III lingkungan masih dilaksanakan
sendiri sampai saat ini
3 Makaryo Warga 26 L Dipakai Pembuatan kompos
RT02/VII lingkungan masih dilaksanakan
sendiri sampai saat ini
4 Bersih Warga 27 L Dipakai Pembuatan kompos
RT 02/IX lingkungan masih dilaksanakan
sendiri sampai saat ini
5 Bhakti Warga 26 L Dipakai Pembuatan kompos
RT04/X lingkungan masih dilaksanakan
sendiri sampai saat ini
6 Warga manunggal 25 L Dipakai Pembuatan kompos
RT04/XI lingkungan masih dilaksanakan
sendiri sampai saat ini
VI Kutawaru
1 RW I 25 L Dipakai Pembuatan kompos
lingkungan masih dilaksanakan
sendiri sampai saat ini
2 RW II 25 L Dipakai Pembuatan kompos
lingkungan masih dilaksanakan
sendiri sampai saat ini
3 RW III 25 L Dipakai Pembuatan kompos
lingkungan masih dilaksanakan
sendiri sampai saat ini
VII Mertasinga
1 Sajapu 24 L Dipakai Belum dimanfaatkan
Jl. Landak RT02/III lingkungan secara maksimal
sendiri
2 Usaha Maju 25 L Dipakai Pembuatan kompos
Jl. Kidang RT02/VII lingkungan masih dilaksanakan
sendiri sampai saat ini
3 Semi Rahayu 25 L Dipakai Pembuatan kompos
Jl. Lengkong 61 RT lingkungan masih dilaksanakan

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 98


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

01/XV sendiri sampai saat ini


4 Subur Alami 27 L Dipakai Pembuatan kompos
Jl. Urip Sumoharjo RT lingkungan masih dilaksanakan
03/II sendiri sampai saat ini
5 Mawar Merah 26 L Dipakai Pembuatan kompos
Jl. Munggur BaratRT lingkungan masih dilaksanakan
04/V sendiri sampai saat ini
VIII Tegal Kamulyan
1 Sriwijya 25 L Dipakai Pembuatan kompos
RT 06/09 lingkungan masih dilaksanakan
sendiri sampai saat ini
2 Kantil I 24 L Dipakai Pembuatan kompos
Jl. Penyu Barat lingkungan masih dilaksanakan
RT03/11 sendiri sampai saat ini
IX Tegal Reja
1 Bersih Sehat 25 L Dipakai Pembuatan kompos
RW IV lingkungan masih dilaksanakan
sendiri sampai saat ini
Sumber : BLH Kabupaten Cilacap, tahun 2010

3.3.6. Permasalahan Dalam Pegelolaan Sampah

Beberapa hal yang menjadi kendala dalam pengelolaan sampah di Kabupaten


Cilacap adalah :
1. Potensi masyarakat secara umum cukup besar, hanya saja belum dapat
dimanfaatkan secara optimal sebagai potensi untuk meningkatkan efektifitas
program persampahan.
2. Adanya anggapan di masyarakat bahwa pengelolaan persampahan merupakan
tanggung jawab pemerintah daerah.
3. Masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam memelihara kebersihan lingkungan
khususnya dalam hal kebiasaan membuang sampah pada tempatnya.
4. Kurangnya partisipasi warga masyarakat dalam pengelolaan persampahan.
5. Keterbatasan lokasi TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) dan tanah untuk teknis
pengolahan misalnya untuk penutup lahan TPA.
6. Kurangnya jumlah armada atau prasarana pengangkutan mengakibatkan sampah
yang terlambat diangkut, sehingga menimbulkan bau dan lindi di TPS dan transfer
depo.

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 99


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

7. Pemanfaatan lahan TPA yang hampir habis dari 20 tahun yang direncanakan, telah
dimanfaatkan selama 18 tahun, sehingga tersisa 2 tahun lagi, menjadikan efektifitas
pengolahan menjadi tidak maksimal.
8. Belum adanya Perda tentang persampahan khususnya tentang pengelolaan
persampahan di tingkat rumah tangga.

3.4. Pengelolaan Drainase

Permasalahan banjir atau genangan di Wilayah Kabupaten Cilacap pada


umumnya tidak terlepas dari sistem pengelolaan drainase. Akumidasi sampah dan
sedimentasi serta perubahan fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi kawasan
permukiman dan industri menyebabkan kapasitas saluran drainase yang ada tidak
dapat lagi menampung lagi limpasan air hujan dan buangan kegiatan rumah tangga.
Permasalahan tersebut pada hakekatnya berakar pada aspek teknis yang tidak
memadai, organisasi/lembaga yang lemah, flnansial yang tidak cukup dan kurangnya
peran serta masyarakat dalam pengelolaan drainase.

Pada awalnya drainase yang terdapat di wilayah Kabupaten Cilacap masih


mampu menampung debit air limpasan hujan dan debit air limbah domestik, namun
demikian kapasitas saluran ini sudah menurun karena adanya akumulasi sampah dan
sedimentasi. Untuk mengembalikan fungsi drainase tersebut maka perlu dilakukan
normalisasi dan rehabilitasi saluran. Peranan lembaga pengelola drainase ditingkat
pemerintah kabupaten dan kecamatan harus dioptimalkan melalui kerjasama dan
koordinasi antar instansi, stake holder dan masyarakat. Selain itu perlu adanya
peningkatan pengarahan dan pengoptimalan peranserta masyarakat melalui
dibentuknya suatu organisasi wadah yang dikelola oleh masyarakat itu sendiri dan
dibina oleh pemerintah.

3.4.1. Landasan Hukum/legal Oprasional


1. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 239/KPTS/1987 tentang fungsi utama
saluran drainase sebagai drainase wilayah dan sebagai pengendalian banjir.
2. Kepmen Kimpraswil No. 534/2001 tentang Standart Pelayanan Minimal Drainase.

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 100


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

3.4.2. Aspek institusional


Penanganan Drainase di Kabupaten Cilacap ditangani oleh Dinas Cipta Karya,
Kebersihan dan Pertamanan atau DCKKP.

3.4.3. Cakupan Pelayanan

a. Akses Masyarakat terhadap Drainase

Pengelolaan drainase di Kabupaten Cilacap yang menjadi tanggung jawab


DCKKP meliputi seluruh wilayah kabupaten dengan cakupan pelayanan meliputi : tidak
ada luas genangan yang lebih dari 10 hektar, lama waktu genangan tidak lebih dari 2
jam dan tinggi genangan tidak lebih dari 30 cm.
Hasil pengamatan seperti yang ditunjukkan pada gambar 8.1, terlihat 63.75%
rumah tangga belum memiliki akses pada saluran limbah/hujan. Sementara itu 36.25%
rumah tangga terlihat sudah memiliki akses terhadap saluran air hujan/limbah baik di
depan rumah maupun di sekitar rumah.

Gambar 3.19. Diagram Keberadaan Saluran Air

N=1040, Filter bobot: besar populasi kelurahan, pengamatan, jawaban tunggal; M16
Apakah ada saluran air hujan/ limbah di sekitar rumah (depan, belakang, samping, tidak
terhalang bangunan)

kondisi saluran air hujan atau limbah

36.25%
63.75%

Ya
Tidak

Sumber : Analisis Study EHRA bulan Oktober 2010, Pokja AMPL Kab. Cilacap

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 101


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

b. Kondisi Saluran Air


Hasil pengamatan seperti terlihat pada gambar 8.1, bahwa sebagian besar
atau 62.98 % saluran air tidak dapat diamati atau tertutup. Sekitar 27.69 % saluran air
kondisinya mengalir, 5.38 % tidak mengalir dan 3.94 % tidak ada airnya.

Gambar 3.19 Diagram Kondisi Saluran Air 1

N=377, Filter M16=1; bobot: besar populasi kelurahan, pengamatan, jawaban tunggal;
M17 Lihat saluran untuk limbah rumah tangga.

kondisi saluran 1(% )

27.69
62.98

Mengalir
3.94
Tidak ada air
5.38
Tidak mengalir

Saluran tertutup/
tidak bisa diamati

Sumber: Analisis data EHRA, 2010


Berdasarkan gambar 8.3 kondii saluran air yang teramati, 67.50 % tidak ada
airnya, 15.38 % cenderung bening/bersih dan yang cenderung putih/abu-abu,
kehitaman, kecoklatan dan kehijauan persentasenya relative kecil. Warna kehitaman
mengidentifikasikan adanya pembusukan bahan organik. Warna putih abu-abu
mengidentifikasikan penggunaan deterjen atau sabun. Warna kecoklatan menunjukkan
air bercampur lumpur dan warna hijau menunjukkan dalam saluran air banyak
ditumbuhi lumut.

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 102


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

Gambar 3.20 Diagram Kondisi Saluran Air 2


N=377, Filter M16=1, M17= 1 atau 3; bobot: besar populasi kelurahan, pengamatan,
jawaban tunggal; M18 kondisi saluran untuk limbah rumah tangga:A. Warna Air di
saluran?

kondisi saluran 2
15.38%
7.12%
67.50% 3.94%

5.00%
1.06%
Cenderung bening/ bersih Cenderung putih/ abu-abu
Kecoklatan Kehitaman
Kehijauan Tidak ada air

Sumber : Analisa surey EHRA 2010


Pengamatan terhadap ada dan tidaknya tumpukan sampah pada saluran air
agak terhalang karena sekitar 68.94 % nya tidak dapat diamati/tertutup. Namun, seperti
yang terlihat pada gambar 8.4, masih terdapat tumpukan sampah pada saluran air yaitu
6.15 % dan yang tidak ada tumpukan sampahnya 24.90 %.

Gambar 3.21. Diagram Kondisi Saluran Air 3


N=377,, Filter M16=1; bobot: besar populasi kelurahan, pengamatan, jawaban tunggal;
M18 kondisi saluran untuk limbah rumah tangga:B. ada tumpukan sampah di saluran?

kondisi saluran 3:tumpukan sampah (% )

6.15
24.90

68.94

Ya

Tidak

Tidak bisa
diamati/Tertutup

Sumber: Analisis data EHRA, Th.2010

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 103


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

3.4.4. Aspek Teknis dan Teknologi

Drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke


badan penerima air atau ke bangunan resapan buatan. Ada beberapa daerah yang
mempunyai potensi genangan akibat curah hujan yang cukup tinggi sementara drainase
lingkungan belum berfungsi dengan baik, seperti ditunjukan dalam tabel berikut :

Tabel 3. 19
Lokasi Potensi Genangan

KUANTITAS GENANGAN
NO LOKASI Luas (Ha ) Tinggi Lama Frekuensi
( cm) ( jam ) (kali/th)
1 Jl. A. Yani 0,5 30 3 4

2 Jl. MT. Haryono 1 30 3 4

3 Ds. Menganti 2 30 4 Setelah Hujan

4 Jl. Dipenogoro 0,5 20 3 3

5 Jl. Kelinci 0,5 30 2 3

6 Jl. Shinta 0,5 20 2 3

7 Jl. Nakula 0,5 25 2 4

8 Jl. Ketapang 0,5 20 2 3

9 Jl. Penyu 0,5 20 2 Setelah hujan

10 Jl. Bali 0,5 20 2 3

11 Jl. Sulawesi 0,5 20 2 3

12 Jl. Kendeng 0,5 50 2 3

Adapun lama genangan dapat dilihat dalam diagram berikut :

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 104


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

Gambar 3.22
Diagram Lama Genangan di Kabupaten Cilacap

LAMA AIR MENGGENANG

Kurang dari sejam


1.75 7.02 Sekitar sejam
10.53 Beberapa jam
10.53
Setengah hari
22.81
21.05 Sehari
26.32 Lebih dari sehari
Tidak tahu

Sumber : Analisis Study EHRA bulan Oktober 2010, Pokja AMPL Kab. Cilacap

Ditinjau dari fungsi pelayanan, drainase terdiri atas :


1. Drainase utama (makro)
2. Drainase lokal (mikro)
Drainase utama (makro) yaitu sistem saluran yang menampung dan
mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (catchment area). Biasanya
sistem ini menampung aliran yang berskala besar dan luas. Di Kabupaten Cilacap yang
termasuk dalam drainase utama (makro) adalah sungai Serayu, Cintandui, Kali Yasa.
Drainase lokal (mikro) yaitu sistem saluran yang menampung dan mengalirkan air dari
suatu daerah tangkapan air hujan yang sebagian besar berada di dalam wilayah kota.
Biasanya sistem ini menampung aliran yang berskala lebih kecil dari drainase utama
(makro).
Di Kabupaten Cilacap yang termasuk dalam drainase lokal (mikro) adalah
saluran di sepanjang sisi jalan protokol (saluran drainase sekunder) dan saluran di
lingkungan pemukiman (saluran drainase tersier/drainase lingkungan). Karakteristik
sistem saluran di wilayah kota sudah permanen, pada umumnya tertutup dan dimensi
sekitar 0,3 – 1 m. Pada umumnya saluran drainase mengikuti alur jalan yang ada dan
belum terbagi menurut hirarki sistem blok pelayan. Secara umum, saluran drainase
lingkungan di pemukiman ada berupa saluran alami dan buatan baik terbuka atau
tertutup, pasangan beton maupun galian tanah.

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 105


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

3.4.5. Peran Serta Masyarakat dan Gender dalam Pengelolaan Drainase Lingkungan

Wujud peran serta masyarakat dan gender di wilayah Kabupaten Cilacap yang
sudah dilakukan selama ini diantaranya adalah:
a. Pembersihan saluran dengan cara kerja bakti di setiap lingkungan.
b. Membayar retribusi sampah sehingga tidak membuang sampah ke saluran
drainase.
c. Membuat saluran pembuangan limbah rumah tangga ke belakang rumah.
Saluran drainase yang ada di depan rumah hanya untuk pematusan air hujan
saja.

3.4.6. Permasalahan

1. Ketidakmampuan saluran untuk mengalirkan air yang disebabkan oleh endapan


(sedimen).
2. Adanya sampah-sampah yang menyumbat saluran. Hal ini akan menyebakan
berkurangnya kapasitas saluran.
3. Peninjauan ulang Master Plan (rencana induk) drainase jika sudah tidak sesuai
dengan keadaan sekarang

3.5. Penyediaan Air Bersih


3.5.1. Landasan Hukum
1. Keputusan Mentri PU No.45/KPTS/CK/1983, tentang dibentuknya BPAM (Badan
Pengelola Air Mnum);
2. Diresmikan Operasional IPA Kesugihan kapasitas 200 l/dt tahun 1985 oleh Mentri
PU;
3. Peraturan Daerah No.10 TH.1989, tentang dibentuknya PDAM (masa transisi 3
tahun);
4. Penyerahan Aset dan Pengelolaan penuh dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah
Daerah pada tanggal 17 Februari 1992;
5. Peraturan Daerah No.12 TH.2004, tentang PDAM Kabupaten Cilacap.
3.5.2. Aspek Insitusional
Secara institusional lembaga yang diserahi untuk memberikan pelayanan air
bersih adalah PDAM, yaitu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemerintah Kabupaten
Cilacap, yang secara terus menerus dituntut meningkatkan pelayanan air bersih ke
BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 106
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

masyarakat, meningkatkan kinerja perusahaan serta berusaha memberikan kontribusi


untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) kepada Pemerintah Kabupaten Cilacap.
Disamping itu untuk pelayanan air bersih non PDAM juga menjadi tugas DCKKP serta
pengujian kualitasnya menjadi tugas Dinas Kesehatan (Laboratorium Kesehatan
Daerah).

3.5.3. Cakupan Layanan


Hingga akhir tahun 2009 diidentifikasi bahwa cakupan pelayanan PDAM
Kabupaten Cilacap adalah sebesar 23,47%, sedangkan jumlah sambungan rumah
(SR) mencapai 50.235 pelanggan. Data terbaru yang diperoleh dari data sekunder
PDAM diketahui bahwa pada tahun 2010 jumlah pelanggan mencapai 50.235
pelanggan.
Dari 24 Kecamatan, terlayanani 19 kecamatan dan dari 284 desa terlayanai
120 desa/kelurahan . Untuk wilayah perkotaan yang meliputi Kecamatan Cilacap Utara,
Cilacap Tengah dan Cilacap Selatan semua kelurahan dapat terlayani kecuali kelurahan
Kutawaru. Batas wilayah Cakupan layanan PDAM Kabupaten Cilacap sesuai dengan
Keputusan Direksi PDAM No.060/031/01.03/2008 adalah :
1. Cilacap Meliputi : Kecamatan Cilacap Utara, Cilacap Tengah, dan Cilacap Selatan.
2. Cabang Maos meliputi : Kecamatan Sampang, Adipala dan Maos
3. Cabang Kroya meliputi : Kecamatan Kroya, Nusawungu, dan Binangun
4. Cabang Majenang meliputi : Kecamatan Majenang, Cimanggu, Karangpucung,
Wanareja dan Dayeuhluhur.
5. Cabang Sidareja meliputi : Kecamatan Sidareja, Cipari, Kedungreja, Patimuan,
Gandrungmangu, Bantarsari, Kawunganten.
6. Cabang Jeruklegi meliputi kecamatan Jeruklegi.
7. Cabang Kesugihan meliputi kecamatan Kesugihan
Hasil survei EHRA menunjukkan bahwa di Kabupaten Cilacap terdapat tiga
sumber air bersih yang menonjol yang digunakan oleh warga, yaitu: sumur bor, air
ledeng PDAM, dan sumur gali terlindungi. Responden paling banyak menggunakan
sumber air bersih dari sumur bor baik yang menggunakan pompa maupun yang
menggunakan mesin, persentasenya mencapai 35.77% dari total populasi. Persentase
yang lebih rendah ditunjukkan pada responden yang mengakses air bersih dari PDAM
yaitu sebesar 25.48% dan di bawahnya lagi adalah yang menggunakan sumur gali

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 107


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

terlindungi sebagai sumber air bersih yakni 18.94%. Responden yang menggunakan
sumur gali tidak terlindungi sebagai sumber air bersih persentasenya sangat sedikit
yakni 0.10% dari total populasi. Sumber-sumber air bersih yang digunakan oleh
masyarakat Kabupaten Cilacap secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 3.20. Sumber Air Minum

ΣResponden =1.040, Filter bobot: besar populasi kelurahan, wawancara, jawaban


tunggal, P01 Untuk keperluan minum,sumber air yang penting banyak ibu gunakan?

No. Sumber Air Bersih Frekuensi Persentase


1 Air Ledeng/ PDAM: sampai di dalam rumah 265 25.48%
2 Air Ledeng/ PDAM: sampai di halaman/ gedung 4 0.38%
3 Ledeng dari tetangga 7 0.67%
4 Sumur bor (pompa tangan, mesin) 372 35.77%
5 Sumur gali terlindungi 197 18.94%
6 Sumur gali tidak terlindungi 56 5.38%
7 Mata air terlindungi 2 0.19%
8 Mata air tidak terlindungi 1 0.10%
9 Penjual air: Isi ulang 103 9.90%
10 Air botol kemasan 24 2.31%
11 Lainnya (catat) 9 0.87%
Total 1040 100.00%
Sumber: analisis data EHRA Tahun 2010

Dalam rangka penyediaan air bersih yang dbutuhkan oleh masyarakat Kota
Cilacap, maka kegiatan atau usaha-usaha yang dilakukan oleh PDAM antara lain :
a. Menjaga kelestarian air baku, sehingga fungsi pengelolaan pelayanan air minum
kepada masyarakat dapat tercapai.
b. Menjaga kuantitas air baku, sehingga kontinuitas pelayanan melalui peningkatan
dan kapasitas produksi di masa yang akan datang dapat terpenuhi.
c. Meningkatkan profesionalisme karyawan sehingga kinerja manajemen yang
berorientasi kepada pelanggan dapat berjalan baik.
d. Meningkatkan fasilitas pelayanan air bersih kepada masyarakat.
e. Meningkatkan image dan kinerja perusahaan.

3.5.4. Aspek Teknis dan Operasional


Dalam rangka pelayanan air bersih pemerintah kabupaten Cilacap telah menempuh dua
strategi atau sistem, yaitu :

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 108


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

a. Sistem Non Perpipaan


Pelayanan air bersih dengan sistem non perpipaan adalah sistem pemenuhan
kebutuhan air yang diperoleh langsung dari sumbernya, tanpa melalui jaringan
penyalur/ pipa. Sumber air bersih non perpipaan berasal dari air tanah yang
dimanfaatkan melalui pembuatan sumur gali maupun sumur pompa. Selain itu juga
dapat diperoleh dari air pemukaan (sungai dan mata air) yang dimanfaatkan langsung
oleh masyarakat dengan cara mengambil langsung dari sumbernya.
Sumber air bersih dari non perpipaan adalah dari alam, maka ketersediannya sangat
bergantung pada kondisi alam. Oleh karena itu, proyeksi pemenuhannya tidak dapat
diperhitungkan, hanya dengan cara melestarikan sumberdaya alam yang ada.
Pencanangan upaya pelestarian alam dapat dijadikan usaha yang tepat untuk menjaga
kelangsungan sumberdaya air agar dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan
perkembangan konsumsi yang ada.

b. Sistem Perpipaan
Selain sistem non perpipaan, kebutuhan air bersih di Kabupaten Cilacap
dipenuhi dengan sistem perpipaan. Pelayanan air bersih dengan sistem perpipaan
adalah sistem pemenuhan kebutuhan air bersih yang diperoleh melalui sistem jaringan
yang dikelola dan didistribusikan (dalam hal ini adalah PDAM Kabupaten Cilacap).
Dalam mendukung sistem pelayanan jaringan air bersih di Kabupaten Cilacap terdapat
banyak sumber air yang dapat digunakan sebagai suplai air bersih untuk kabupaten.
Sumber-sumber tersebut antara lain:
Saat ini sumber air yang tersedia di Kabupaten Cilacap yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan penduduk terhadap air bersih meliputi :
Tabel 3.21
Sumber Air yang digunakan oleh Masyarakat Kabupaten Cilacap
Tahun 2009

NO Sub Sistem Sumber Air Wilayah Pelayanan

Air permukaan,
I. Majenang Sumur dalam, dan Kec. Majenang, dan Cimanggu
Mata air

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 109


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

Kec. Cipari, Sidareja,


Kedungreja, Patimuan,
II. Sidareja Air permukaan Gandrungmangu, Bantarsari,
Kawunganten, ( Rencana )
Kampung Laut

Kec. Jeruklegi, Kesugihan, dan


III. Kesugihan Air permukaan
Cilacap Kota

Kec. Sampang, Maos, Kroya,


IV. Maos Air permukaan
Nusawungu, Adipala ( Rencana )

Disamping aspek sumber daya alam Kabupaten Cilacap juga memiliki potensi
pemasaran yang cukup tinggi. Dilihat dari cakupan pelayanan saat ini yang hanya
mencapai 50.235 sambungan atau sekitar 23,47% penduduk Kabupaten Cilacap, dan
sebagian wilayah Kabupaten Cilacap juga cukup mengalami kesulitan untuk
memperoleh air bersih, maka masih sangat memungkinkan untuk meningkatkan
pelayanan air bersih oleh PDAM.
Dengan kondisi yang demikian, maka arahan rencana pengembangan sistem
jaringan air bersih di Kabupaten Cilacap antara lain:
 Eksplorasi sumber daya air dengan cara mengalokasikan daerah resapan air dan
daerah dengan tangkapan curah hujan tinggi sebagai kawasan lindung serta
pencarian sumber-sumber air baru.
 Pengawasan dan pengendalian tingkat penggunaan air dengan menjaga dan
melestarikan sumber air permukaan seperti waduk, sungai dan sumber daya air
lainnya serta sumber air tanah dengan pola pembangunan berkelanjutan dan
penggunaan air secara efisien.
 Peningkatan pelayanan distribusi air bersih dengan peningkatan sumber daya
manusia dan pola kinerja PDAM.
 Melakukan pendistribusian pelayanan air bersih dengan dua cara yaitu dengan
sistem perpipaan dan non perpipaan. Sistem perpipaan diterapkan pada daerah-
daerah yang mudah terlayani dan sisem non perpipaan pada daerah-daerah
yang sulit dilayani (sistem perpipaan) yaitu dengan cara pengiriman air bersih
menggunakan mobil tangki.

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 110


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

 Rencana sistem jaringan air bersih diarahkan dengan pertimbangan prioritas,


yaitu:
- Wilayah dengan kebutuhan air cukup tinggi dan sumber daya air yang
terbatas.
- Wilayah dengan kriteria perkotaan yang cukup kompleks.
- Wilayah dengan kandungan air tidak memenuhi syarat/ standar kesehatan.

3.5.5. Permasalahan
Permasalahan yang sering dihadapi dalam penyediaan sarana air minum di
Kabupaten Cilacap antara lain :
a. Sumber Air Baku
 Letak sumber air baku yang relatif jauh dari wilayah pelayanan
mengakibatkan tingginya biaya /investasi pengembangan SPAM dalam
rangka pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat Kabupaten Cilacap;
 Beberapa sumber air baku juga mengalami penurunan debit, seperti : Mata
Air Pamijahan Desa Rejodadi Kecamatan Cimanggu dan Sungai Cijalu
Kecamatan Majenang.
b. Produksi
 Sisa Kapasitas IPA semakin berkurang semantara kebutuhan air masyarakat
semakin meningkat;
 IPA Kesugihan rawan kerusakan, karena belum dapat dilakukan
pemeliharaan menyeluruh (ovelhoul) disisi lain IPA sudah beroperasi ±25
tahun dan merupakan satu-satunya IPA yang mensuplai kebutuhan air
masyarakat Kota Cilacap dan Industri yang ada di Kabupaten Cilacap.
c. Distribusi
 Kehilangan air pada tahun 2009 mencapai 26,6%;
 Dibeberapa wilayah pelayanan kontinuitas distribusi belum 24 jam, yaitu di
sebagian Kecamatan Jeruklegi dan Kecamatan Cimanggu.
d. Manajemen
 Masih rendahnya konsumsi pemakaian air (kurang dari 15 m3/SR/Bulan);
 Masih banyaknya pelanggan yang disubsidi ( Golongan Sosial Umum, Sosial
Khusus, RT C dan D );

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 111


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

 Pengaduan terhadap pembacaan WM pelanggan akibat pembacaan WM


belum secara keseluruha akurat;
 Sistem Informasi yang digunakan saat ini belum dapat dioptimalkan.
e. Keuangan
 Kewajiban lancar selalu naik

3.6 Komponen Sanitasi Lainnya

3.6.1 Penanganan Limbah industri


Air limbah yang dihasilkan dari industri besar sudah dikelola dalam fasilitas
IPAL dengan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan secara rutin menunjukan bahwa
kualitas air limbah masih memenuhi syarat untuk dibuang ke lingkungan. Sedangkan
untuk kategori home industri seperti tahu dan tempe, sebagian besar belum mengolah
air limbahnya dengan tepat dan kebanyakan dibuang langsung ke saluran drainase
tanpa pengelolaan terlebih dahulu.

3.6.2 Penanganan Limbah medis

Limbah medis adalah limbah yang biasanya bersumber dari limbah rumah
sakit, baik air limbah maupun limbah padat. Limbah medis dapat dikategorikan sebagai
limbah infeksius dan masuk pada klasifikasi limbah bahan berbahaya dan beracun.
Untuk mencegah terjadinya dampak negatif limbah medis tersebut terhadap masyarakat
atau lingkungan, maka perlu dilakukan pengelolaan secara khusus.

Secara detail penjelasan terkait limbah medis ditinjau dari sumber, jenis dan
pengolahannya dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Sumber
Sumber timbulan sampah medis yang dihasilkan dari RSUD. Gambiran secara garis
besar berasal dari unit Obstetrik, unit Emergency, unit Laboratorium, kamar mayat,
patologi dan otopsi, unit layanan medis, dsb. Secara detail dapat diuraikan sumber
sampah medis berdasarkan pada sumber (unit) penghasil sampah klinis.

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 112


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

b. Jenis
Jenis limbah medis dapat berupa benda tajam, infeksius, jaringan tubuh, sitotoksis,
farmasi, kimia, dan radio aktif. Jenis lain adalah sampah medis berupa; darah,
jaringan, spuit, kapas, kasa, slang infus, jarum suntik, dan sampah lain yg
terkontaminasi.
c. Penanganan (pengelolaan)
 Dilaksanakan pemisahan antara sampah infeksius, sitotoksis, dan radioaktif
menggunakan kantong plastik yang sesuai dengan jenis sampahnya.
 Sebelum dibuang ke pembuangan sementara, dilakukan desinfeksi dengan bahan
kimia untuk membunuh bakteri patogen dan mikroorganisme lain yang bisa
membayakan penjamah sampah.
 Pemusnahan sampah klinis dengan pembakaran (incenerator) dan sampah
radioaktif.
 Untuk air limbah diolah dalam suatu IPAL yang dikelola secara mandiri pihak rumah
sakit.

3.6.3. Kampanye PHBS


Untuk Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Dinas Kesehatan telah melakukan
berbagai upaya agar masyarakat bisa mengetahui, memahami , mengerti dan akhirnya
mau melakukan apa yang menjadi kewajiban sebagai warga masyarakat untuk turut
serta membangun kesehatan baik individu, sosial dan lingkungan, agar kualitas
kesehatan meningkat, sedangkan kegiatanya antara lain :
1. Pelatihan untuk petugas kesehatan
2. Melatih kader kesehatan di kelurahan-kelurahan
3. Memasang spanduk-spanduk / poster-poster himbauan untuk PHBS
4. Membentuk satgas-satgas kesehatan ( Gerdamas dan Gerdusehati )
5. Lomba Lingkungan Sekolah Sehat (LLSS)
Dalam pembahasan pembuatan Buku Putih ini kami membahas dalam ruang
lingkup Tatanan Rumah Tangga Sehat. Ruang lingkup Pola Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS), dalam pelaksanaanya ada 5 tatanan yaitu :
1. Tatanan Rumah Tangga Sehat
2. Tatanan Sekolah Sehat
3. Tatanan Perkantoran Sehat

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 113


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

4. Tatanan Tempat-tempat umum Sehat


5. Tatanan Pondok pesantren Sehat
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran
sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat :
Rumah tangga Sehat adalah yang rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di
rumah tangganya :
1. Persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan
2. Memberi bayi ASI ekslusif
3. Menimbang bayi dan balita
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan sabun dengan air bersih yang mengalir
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah
8. Makan buah dan sayur tiap hari
9. Melakukan aktifitas fisik tiap hari
10.Tidak merokok di dalam rumah

3.7 Pembiayaan Sanitasi Kabupaten

3.7.1. Kelembagaan Pengelolaan Keuangan Sanitasi

Institusi atau lembaga daerah yang mengelola program sanitasi adalah, pada
tahap perencanaan : Badan perencanaan Pembangunan sedangkan pelaksanaanya
adalah Dinas Cipta Karya, Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Kesehatan, Badan
Lingkungan Hidup, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Badan Pemberdayaan
Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana.

3.7.2. Besaran dan Proporsi Pendanaan pembangunan Sanitasi


Besaran dan Proporsi Pendanaan pembangunan sanitasi kabupaten Cilacap
adalah Dinas Cipta Karya, Kebersihan dan Pertamanan menempati urutan tertinggi
dengan anggran yang setiap tahunnya mengalami kenaikan yaitu Tahun 2008 Rp.
3.136.967.400, Tahun 2009 Rp. 7.825.200.000,00 dan Tahun 2010 Rp.
10.510.151.000,00 atau 88,67 % dari seluruh belanja sanitasi. Sedangkan urutan yang

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 114


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

kedua adalah Badan Lingkungan Hidup, yaitu tahun 2009 1.154.000.000,- Tahun 2010
sebesar 1.154.000.000,00 atau 10,49 % dari seluruh belanja sanitasi, disusul kemudian
Dinas Kesehatan Tahun 2008 Rp. 295.000.000,00 Tahun 2009 Rp. 402.000.000,00 dan
Tahun 2010 Rp. 75.000.000,00 atau 0,63% dari seluruh belanja sanitasi. Dan Badan
Lingkungan Hidup hanya dianggarkan pada Tahun 2008 sebesar 100.000.000 dan
terakhir Bapeda menganggarkan sanitasi Pada tahun 2008 Rp. 75.000.000,00 Tahun
2008 Rp. 75.000.000,00, Tahun 2010 Rp. 25.000.000,- atau 0,21 % dari total belanja
sanitasi. Kalau dibandingkan terhadap APBD, maka belanja sanitasi untuk semua SKPD
yang membidangi sanitasi tahun 2008 0,29%, Tahun 2009 0,76 % dan Tahun 2010
baru mencapai 0,96%. Artinya ada kenaikan cukup signifikan dari tahun 2008 hingga
Tahun 2010.

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 115


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

Tabel 3. 22
Tabel Proporsi Belanja Sanitasi per SKPD dan Total Kabupaten Cilacap

No. SKPD % (2008) 2008 2009 2010 %(2010)


1
Dinas Kesehatan 8,18 295.000.000,00 402.000.000,00 75.000.000,00 0,63
2
DCKKP 86,97 3.136.967.400,00 7.825.200.000,00 10.510.151.000,00 88,67
3
BLH - 1.154.000.000,00 1.243.042.000,00 10,49
4 BAPERMADES 2,77 100.000.000,00 - -
5
BAPPEDA 2,08 75.000.000,00 75.000.000,00 25.000.000,00 0,21
Badan PP,PA dan
6
KB 10.321.400,00 6.703.600,00
Jumlah Belanja
Sanitasi Kota 100,00 3.606.967.400,00 9.456.200.000,00 11.853.193.000,00 100,00

Jumlah Belanja Total 1.234.642.456.000,00 1.251.717.529.000,00 1.237.941.682.000,00


Proporsi Belanja
Sanitasi Terhadap
Belanja Total 0,29 0,76 0,96

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 116


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

3.7.3. Perkembangan pendapatan dan Belanja Daerah


Tabel 3. 23
Rekapitulasi Pendapatan dan Belanja APBD Kabupaten Cilacap

N (%) (%)
Mata Anggaran 2008 2009 2010
o 2008 2010
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
A Pendapatan
1 Pendapatan Asli Daerah
7,65 85.465.085.000,00 112.315.457.000,00 126.058.245.000,00 10,47
2 Dana Perimbangan
82,52 921.622.330.000,00 947.302.192.000,00 975.811.135.000,00 81,01
3 Lain-lain Pendapatan yang Sah
9,82 109.703.533.000,00 87.738.740.000,00 102.679.470.000,00 8,52

1.147.356.389.000,0
Jumlah Pendapatan 100,00 1.116.790.948.000,00 0 1.204.548.850.000,00 100,00
B Belanja
Belanja Rutin/Aparatur/Tidak
1
Langsung
60,02 741.031.628.000,00 832.422.645.000,00 912.349.946.000,00 73,70
Belanja
2 Pembangunan/Publik/Langsun
g 39,98 493.610.828.000,00 419.294.884.000,00 325.591.736.000,00 26,30
Jumlah Belanja 100,00 1.234.642.456.000,00 1.251.717.529.000,00 1.237.941.682.000,00 100,00

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 117


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

3.7.5 Besaran Realisasi dan Potensi Pendapatan (Retribusi) Layanan Sanitasi


Tabel 3.24
REALISASI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) SEKTOR SANITASI
KABUPATEN CILACAP TAHUN ANGGARAN 2008

JENIS REALISASI S/D


NO TARGET 2008
PENDAPATAN DESEMBER 2008 KEKURANGAN/KELEBIHAN
(Rp) (Rp) %
1 2 3 4 5 6

1 SAMPAH 169.050.000,00 196.481.000,00 116,23 27.431.000,00


2 TINJA 2.100.000,00 3.940.000,00 187,62 1.840.000,00
3 LIMBAH 675.000,00 675.000,00
JUMLAH 171.150.000,00 201.096.000,00 303,85 29.946.000,00

Tabel 3.25
REALISASI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) SEKTOR SANITASI
KABUPATEN CILACAP TAHUN ANGGARAN 2009

JENIS REALISASI S/D


NO TARGET 2008 KEKURANGAN/KELEBIH
PENDAPATAN DESEMBER 2008
AN
(Rp) (Rp) %
1 2 3 4 5 6

217.028.500,0
1 SAMPAH 185.000.000,00 0 117,31 32.028.500,00
2 TINJA 3.000.000,00 4.890.000,00 163,00 1.890.000,00
221.918.500,0
JUMLAH 188.000.000,00 0 280,31 33.918.500,00

Tabel 3.26
REALISASI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) SEKTOR SANITASI
KABUPATEN CILACAP TAHUN ANGGARAN 2010

JENIS REALISASI S/D KEKURANGAN/KELEBIHA


NO TARGET 2008
PENDAPATAN DESEMBER 2008 N
(Rp) (Rp) %
1 2 3 4 5 6

222.156.500,0
1 SAMPAH 280.000.000,00 0 79,34 (57843500,00)
2 TINJA 5.000.000,00 4.765.000,00 95,30 (235000,00)
226.921.500,0 174,6
JUMLAH 285.000.000,00 0 4 (58078500)

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 118


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

3.7.6. Pinjaman Daerah


Tabel 3.27
Pinjaman Daerah Kabupaten Cilacap

No Mata Anggaran 2008 2009 2010 KETERANGAN CAGR

A Komponen Pembiayaan
1 Penerimaan
a. Penerimaan pinjaman daerah
(dana talangan pembelian gabah
3,000,000,000 3,000,000,000
(LUEP))
2 Pengeluaran

a. Pembayaran Pokok Utang 86,644,000 2,044,644,000 86,644,000


b. Pemberian Pinjaman Daerah
(dana talangan pembelian gabah
3,600,000,000 3,000,000,000
(LUEP))
-
c. Pembayaran hutang daerah 121,209,000
Komponen Pendapatan dan
B
Belanja
1 PAD
85,465,085,000 112,315,457,000 126,058,245,000

a. Pajak Daerah 34,365,408,000 40,637,749,000 42,999,890,000

b. Retribusi Daerah 35,596,906,000 48,003,931,000 37,652,500,000

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 119


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

c. Hasil pengel. Daerah yg


dipisahkan 3,748,000,000 5,148,111,000 4,982,080,000

d. Lain-lain PAD yang sah 11,754,771,000 18,525,666,000 40,423,775,000


2 DANA PERIMBANGAN
921,622,330,000 947,302,192,000 975,811,135,000

a. Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak 69,645,680,000 78,683,420,000 81,700,000,000

b. DAU 773,078,650,000 782,143,772,000 793,266,735,000

c. DAK 78,898,000,000 86,475,000,000 100,844,400,000

d. Bantuan Keuangan Prop. - - -


3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YG SAH
109,703,533,000 87,738,740,000 102,679,470,000

a. Hibah (jpk mm Quota) 8,737,229,000 11,002,240,000

b. Dana Darurat (Depdagri & Keu) 11,290,000,000 3,500,000,000

c. Dana bagi hasil pajak dr Prov dll 40,968,971,000 48,152,515,000 47,420,548,000

d. Dana penyesu. otonomi khusus 12,199,989,000 25,083,985,000

e. Bant. keu Prov./daerah lainnya 36,507,344,000 - 55,258,922,000


Dept Service Coverage Ratio
Batas Minimal DSCR

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 120


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

3.7.7. Permasalahan Pendanaan Sanitasi Kabupaten Cilacap


Tabel 3.28
Permasalahan Pendanaan Kabuapten Cilacap
No Tingkatan Pengusulan Anggaran Prosesi Usulan & Identitikasi
Permasalah
1 Realisasi anggaran belum sesuai Meski program dan rencana
dengan rencana yang disulkan, kegiatan SKPD tercover dalam
dikarenakan belum tersedianya data RPIJM daerah, tetapi Belum di
pendukung dari SKPD secara lengkap. break down dalam Renstra SKPD,
sehingga Belem termasuk skala
prioritas kegiatan SKPD yang
nantinya akan diformulasikan dalam
Renja SKPD
2 a. Usulan kegiatan cenderung a. Usulan yang diarahkan ke arah
diarahkan untuk belanja modal upaya pembinaan masyarakat
(pembelian alat-alat) dalam dalam penanganan sampah
penanganan sampah. Sedangkan masih terbatas, belum muncul
kegiatan pembinaan masyarakat dalam Renja SKPD
masih kurang b. Usulan kegiatan pengelolaan
b. Untuk kegiatan pengelolaan limbah limbah domestik belum muncul
domestik, usulan kegiatan dari dalam Renja SKPD
SKPD masih kurang c. Usulan kegiatan pembangunan
c. Untuk kegiatan pembangunan dan dan rehabilitasi drainase
rehabilitasi drainase lingkungan lingkungan belum muncul
usulan kegiatan dari SKPD masih dalam Renja SKPD
kurang

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 121


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010

3.7.8. Besaran Pendanaan Sanitasi perkapita

Tabel 3.29
Besaran Pendanaan Sanitasi Perkapita

Keterangan 2008 2009 2010


Jumlah Belanja
3.606.967.400 9.456.200.000
Sanitasi Kota 11.853.193.000

Jumlah Penduduk 1.738.603 1.889.135


1.919.710
Besaran Pendanaan
2075 5006 6174
Sanitasi Perkapita

BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 122

Anda mungkin juga menyukai