BAB III
PROFIL SANITASI KABUPATEN CILACAP
2009, dari hasil pendataan, adalah untuk jumlah rumah sebanyak 396.911
buah dari 429.842 KK ( 92,34%), terdiri dari rumah permanen sebanyak
170.489 buah, semi permanen 120.569 buah, dan non permanen sejumlah
105.852 buah rumah, dengan kretaria rumah sehat sebanyak 291.055 buah
(73,33%) dan sisanya sebanyak 105.856 (27,buah rumah dengan katagori
tidak sehat. Dari jumlah rumah yang ada, kepemilikan terhadap sarana dasar
sanitasi perumahan untuk jamban keluarga sebanyak 60,42 tingkat
kepemilikan SPAL (46,47 %). Untuk katagori rumah sehat, di wilayah calon
lokasi AMPL sebesar 75,94 %, prosentase rumah sehat paling kecil di
Kelurahan Kutawaru sebesar 42,12 %.
Tabel 3.1
Persentase Rumah Sehat di Kabupaten Cilacap
Menurut Desa/kelurahan Tahun 2009
JUMLAH RUMAH
NO KELURAHAN RUMAH SEHAT %
KEC CILACAP TENGAH
1 SIDANEGARA 6744 5462 80,99
2 GUNUNG SIMPING 2832 2354 83,12
3 LOMANIS 1155 1027 88,92
4 DONAN 6365 4832 75,92
5 KUTAWARU 2322 978 42,12
KEC CILACAP SELATAN
1 SIDAKAYA 1635 1090 66,67
2 TEGALREJA 3040 2384 78,42
3 TAMBAKREJA 4885 4445 90,99
4 TEGALKAMULYAN 4264 3023 70,90
5 CILACAP 3142 2369 75,40
KEC CILACAP UTARA
1 MERTASINGA 3498 2688 76,84
2 GUMILIR 2846 2638 92,69
3 KEBON MANIS 2294 2172 94,68
4 KARANGTALUN 2353 1701 72,29
5 TRITIH KULON 3431 2707 78,90
KEC JERUKLEGI
1 JERUKLEGI KULON 1854 1270 68,50
2 JERUKLEGI WETAN 1680 1003 59,70
3 TRITIH LOR 1662 895 53,85
4 TRITIH WETAN 2454 2270 92,50
KEC KESUGIHAN
1 KARANGKANDRI 1828 1151 62,96
2 MENGANTI 2448 1959 80,02
KEC KROYA
Tabel 3. 3
Persentase Status Gizi Anak Balita yang Ditimbang Menurut Kecamatan/
Kelurahan di Kabupaten Cilacap Tahun 2009
Gambar 3.2.
Diagram Cuci Tangan Pakai Sabun-Umum
Tabel 3.4
Sumber Air Bersih yang digunakan masyarakat Kota, Kabupaten Cilacap
Tahun 2009
Menurut laporan dari PDAM Kabupaten Cilacap jumlah masyarakat yang menggunakan
sumber air dari PDAM dapat dilihat pada tabel berikut :
Gambar 3.3
Diagram Jumlah Pelanggan PDAM Cilacap Tahun 2010
60,000
40,000
Unit SR
20,000
0
2007 2008 Dec-
09
JUMLAH PELANGGAN 40,928 45,666 50,235
Sumber : PDAM Kabupaten Cilacap Tahun 2009
b. Kualitas Air
Tidak semua air bersih mempunyai tingkat keamanan yang sama. Sumber air
bersih yang secara umum dinilai relative aman adalah : air ledeng/PDAM, sumur bor,
sumur gali terlindungi, mata air terlindungi dan air hujan (yang ditangkap, dialirkan dan
disimpan secara bersih dan terlindungi). Sumber-sumber air bersih yang dianggap
memiliki resiko yang lebih tinggi sebagai media transmisi pathogen ke dalam tubuh
manusia (kurang aman) yaitu sumur atau mata air yang tidak terlindungi dan air
permukaan seperti air kolam, sungai, parit ataupun irigasi. Aman dan tidaknya sumber
air tersebut juga dipengaruhi oleh letaknya terutama jaraknya terhadap tangki
septik/cubluk yang paling dekat dengan sumber air tersebut.
Gambar 3.4
Diagram Kualitas Sumur
6%
94%
Tinja atau blackwater adalah sisa metabolisme manusia yang berwujud padat
dan dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus. Rata-rata volume tinja manusia
Indonesia per orang per hari sebanyak 0,2 kg. Dengan jumlah penduduk 1.872.576
jiwa, maka volume tinja mencapai 374515 kg per hari, sementara untuk wilayah kota
dengan jumlah penduduk sebanyak 230.650 jiwa, maka volume tinja di wilayah kota
mencapai 46.132 kg/hari. Untuk wilayah kota, sebagian besar masyarakat telah
menggunakan closet leher angsa (jongkok) dan closet duduk, sedangkan sebagian kecil
masyarakat masih menggunakan cubluk dan helicopter.
Tabel 3. 6
Perkiraan Volume Air limbah Rumah Tangga per Kelurhan/desa wilayah PPSP
Kabupaten Cilacap Tahun 2009
GREY BLACK
JUMLAH JUMLAH
KELURAH JUMLAH WATER WATER
KECAMATAN GREY BLACK
AN/DESA PENDUDUK ORG/HA ORG/HA
WATER WATER
RI (L) RI (kg)
Kec. Cilacap
Sidanegara Tengah 30.266 115 0,2 3.480.590 6.053,2
Gunung Kec. Cilacap
Simping Tengah 14.570 115 0,2 1.675.550 2.914,0
Kec. Cilacap
Lomanis Tengah 4.921 115 0,2 565.915 984,2
Kec. Cilacap
Donan Tengah 24.363 115 0,2 2.801.745 4.872,6
Kec. Cilacap
Kutawaru Tengah 10.148 115 0,2 1.167.020 2.029,6
Kec. Cilacap
Sidakaya Selatan 12.121 115 0,2 1.393.915 2.424,2
Kec. Cilacap
Tegalreja Selatan 13.128 115 0,2 1.509.720 2.625,6
Kec. Cilacap
Tambakreja Selatan 22.097 115 0,2 2.541.155 4.419,4
Tegalkamuly Kec. Cilacap
an Selatan 14.375 115 0,2 1.653.125 2.875,0
Kec. Cilacap
Cilacap Selatan 16.509 115 0,2 1.898.535 3.301,8
Kec. Cilacap
Mertasinga Utara 15.690 115 0,2 1.804.350 3.138,0
Kec. Cilacap
Gumilir Utara 14.209 115 0,2 1.634.035 2.841,8
Kec. Cilacap
Kebonmanis Utara 10.470 115 0,2 1.204.050 2.094,0
Kec. Cilacap
Karangtalun Utara 10.753 115 0,2 1.236.595 2.150,6
Kec. Cilacap
Tritih Kulon Utara 17.039 115 0,2 1.959.485 3.407,8
Jeruk Legi
Kulon Kec. Jeruk Legi 7.543 115 0,2 867.445 1.508,6
Jeruk Legi
Wetan Kec. Jeruk Legi 6.788 115 0,2 780.620 1.357,6
Tritih Lor Kec. Jeruk Legi 5.948 115 0,2 684.020 1.189,6
Tritih Wetan Kec. Jeruk Legi 8.841 115 0,2 1.016.715 1.768,2
Karangkandri Kec. Kesugihan 6.129 115 0,2 704.835 1.225,8
Menganti Kec. Kesugihan 9.989 115 0,2 1.148.735 1.997,8
Kuripan Kidul Kec. Kesugihan 6.408 115 0,2 736.920 1.281,6
Sidareja Kec. Sidareja 7.432 115 0,2 854.680 1.486,4
Kroya Kec. Kroya 8.390 115 0,2 964.850 1.678,0
Jenang Kec. Majenang 15.412 115 0,2 1.772.380 3.082,4
Sumber : Hasil Perhitungan Pokja AMPL Kab. Cilacap Tahun 2010
Tabel 3. 7
Tempat Buang Air Besar
Persentase
No. Tempat BAB Frekuensi
(%)
1 Jamban siram/ leher angsa disalurkan ke sewerage 8 0.77
2 Jamban siram/ leher angsa disalurkan ke tangki septik 826 79.42
3 Jamban siram/ leher angsa disalurkan ke cubluk 29 2.79
Jamban siram/ leher angsa disalurkan ke lobang
4 galian 3 0.29
Jamban siram/ leher angsa disalurkan ke sungai/ kali/
5 parit 38 3.65
6 Jamban siram/leher angsa disalurkan ke kolam 1 0.10
7 Jamban siram/leher angsa disalurkan ke tidak tahu 5 0.48
BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 59
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010
kemana
Jamban non siram/ tanpa leher angsa salur ke tangki
8 septik 36 3.46
9 Jamban non siram/ tanpa leher angsa salur ke cubluk 28 2.69
Jamban non siram/ tanpa leher angsa salur ke lobang
10 galian 6 0.58
Jamban nonsiram/tanpa leher angsa salur ke
11 11 1.06
sungai/kali/parit
12 Jamban nonsiram/tanpa leher angsa salur ke kolam 1 0.10
13 Gantung di atas sungai/ kolam 5 0.48
14 Tidak ada fasilitas: Di sungai/ kali/ parit/ got 20 1.92
15 Tidak ada fasilitas: Lapangan, semak 1 0.10
16 Di fasilitas jamban umum lain 10 0.96
17 Lainnya (catat) 8 0.77
18 Orang yang dimaksud tidak ada 4 0.38
Total 1040 100
Sumber: Analisis data EHRA, Th.2010
c. Timbulan Sampah
Jumlah timbulan sampah hingga tahun 2009 mencapai 1.151,86 M3/hari,
dengan asumsi produksi sampah kurang lebih 2,064 liter/hari/orang (sumber : Kajian
dan DED TPA Jeruklegi dari Open Dumping ke Controlled Landfill Tahun 2007 ). Bila
kita buat perhitungan jumlah timbulan sampah per kelurahan/desa maka akan diperoleh
data sebagai berikut :
Tabel 3.8
Volume Timbulan Sampah per Kelurahan/Desa wilayah PPSP
Kabupaten Cilacap Tahun 2009
JUMLAH SAMPAH JUMLAH
KELURAHAN/DESA KECAMATAN
PENDUDUK ORG/HARI SAMPAH
Sidanegara Kec. Cilacap Tengah 30.266 2,064 62.469,0
Gunung Simping Kec. Cilacap Tengah 14.570 2,064 30.072,5
Lomanis Kec. Cilacap Tengah 4.921 2,064 10.156,9
Donan Kec. Cilacap Tengah 24.363 2,064 50.285,2
Kutawaru Kec. Cilacap Tengah 10.148 2,064 20.945,5
Sidakaya Kec. Cilacap Selatan 12.121 2,064 25.017,7
Tegalreja Kec. Cilacap Selatan 13.128 2,064 27.096,2
Tambakreja Kec. Cilacap Selatan 22.097 2,064 45.608,2
Tegalkamulyan Kec. Cilacap Selatan 14.375 2,064 29.670,0
Cilacap Kec. Cilacap Selatan 16.509 2,064 34.074,6
Mertasinga Kec. Cilacap Utara 15.690 2,064 32.384,2
Gumilir Kec. Cilacap Utara 14.209 2,064 29.327,4
Kebonmanis Kec. Cilacap Utara 10.470 2,064 21.610,1
Karangtalun Kec. Cilacap Utara 10.753 2,064 22.194,2
Tritih Kulon Kec. Cilacap Utara 17.039 2,064 35.168,5
Jeruk Legi Kulon Kec. Jeruk Legi 7.543 2,064 15.568,8
Jeruk Legi Wetan Kec. Jeruk Legi 6.788 2,064 14.010,4
Tritih Lor Kec. Jeruk Legi 5.948 2,064 12.276,7
Tritih Wetan Kec. Jeruk Legi 8.841 2,064 18.247,8
Karangkandri Kec. Kesugihan 6.129 2,064 12.650,3
Menganti Kec. Kesugihan 9.989 2,064 20.617,3
Kuripan Kidul Kec. Kesugihan 6.408 2,064 13.226,1
Sidareja Kec. Sidareja 7.432 2,064 15.339,6
Kroya Kec. Kroya 8.390 2,064 17.317,0
Jenang Kec. Majenang 15.412 2,064 31.810,4
Sumber : Hasil Perhitungan Pokja AMPL Kab. Cilacap Tahun 2010
d. Pengangkutan
Pengangkutan sampah dari TPS ke TPA dilakukan oleh DCKKP Kabupaten Cilacap,
demikian juga sampah hasil penyapuan jalan-jalan protokol, sedangkan pengangkutan
sampah dari rumah tangga ke TPS dilakukan oleh masyarakat sendiri atau melalui
paguyuban kebersihan yang dibentuk pada tingkatan RW atau RT. Disamping itu
perusahaan-perusahaan besar dicilacap juga melakukan pengangkutan sampah sendiri
untuk wilayah perusahaanya atau untuk wilayah perumahan perusahaan seperti yang
dilakukan oleh PT.Pertamina, PT. Holcim, PT. Pelindo dan lain-lain.
e. TPA
Pelayanan persampahan di Kabupaten Cilacap dilayani oleh 4 TPA, yaitu TPA
Tritih Lor Kecamatan Jeruklegi, TPA Kroya didesa Kepudang Kecamatan Binangun,
TPA Majenang Kecamatan Wanareja dan TPA Sidareja di Kecamatan Sidareja.
Wilayah kerja persampahan (TPA) Tritih Lor meliputi pelayanan sampah di Kota Cilacap
dan ditambah Kecamatan Jeruklegi. Wilayah kerja persampahan Kroya meliputi
pelayanan sampah di Kecamatan Kroya, Binangun, Adipala, Maos, Sampang, dan
Nusawungu. Wilayah kerja persampahan Majenang meliputi pelayanan sampah di
Kecamatan Majenang, Wanareja, Cimanggu, dan Dayeuhluhur. Wilayah kerja
persampahan Sidareja meliputi pelayanan sampah di Kecamatan Sidareja, Cipari,
Kedungreja, Bantarsari, Gandrungmangu, Patimuan dan Karangpucung.
Sistem pengolahan yang digunakan masih manual, yaitu dengan sistem open
dumping (diratakan dengan alat berat). Pengangkutan sampah ke TPA dilakukan
dengan menggunakan armada sampah oleh tiap UPT DCKKP. Selain itu,
pengangkutan sampah (ke TPS/TD) juga dilakukan secara swadaya oleh masyarakat,
yaitu dengan melalui paguyuban persampahan yang ada di RT/RW masing-masing,
yaitu sampah lingkungan dan rumah tangga dibawa ke TPS yang terdekat. Pengelolaan
sampah/limbah pasar ditangani atau dikumpulkan oleh Paguyuban Pasar (P2S) dan
dibuang ke TPS pasar, lalu diangkut oleh UPT DCKKP ke TPA.
Pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Dinas adalah untuk sampah
rumah tangga dan niaga. Sedangkan pengelolaan sampah industri dilakukan oleh
masing-masing industri yang bersangkutan. Daerah Layanan Eksisting Persampahan :
3 kecamatan (14 kelurahan), yaitu Kec. Cilacap Utara, Cilacap Tengah, Cilacap Selatan.
Daerah layanan dikembangkan ke Kec. Jeruklegi dan Kec. Kesugihan (4 kelurahan).
Luas daerah terlayani : 41,66 Km2 dari luas total kota Cilacap 67,97 Km2.
(Pb)
7 Total Partikel
µg/m3 23,51 36,92 19,64 230
Debu (TSP)
8 PM 10 µg/m3 9,28 51,42 5,17 150
KONDISI
FISIK
1 Suhu Udara o
C 34 28 27
2 Tekanan mm.H
757 756 759
Udara g
3 Kelembaban
% 55 88 90
Udara
4 Kecepatan Km/ja
5,4 – 13,6 5,4 – 9 16,2 - 27
Angin m
5 Arah Angin
-- Timur Timur Tenggara
dari
6 Letak Titik Alt : 34 m Alt : 35 m Alt : 35 m
Lokasi LS:07o39’ LS:07o40’ LS:08o52’
Pengambilan 10,0” 26,9” 28,1”
Contoh BT:109o2’ BT:109o5’ BT:109o6’
54,2” 45,2” 20,2”
Sumber: Laporan Akhir Pengujian Kualitas Udara Kabupaten Cilacap Tahun 2009,
Bdan Lingkungan Hidup Kab. Cilacap
Tabel 3. 10 Data Industri, Home Industri dan Hotel serta Sistem IPAL yang dimiliki
di wilayah Kota, Kabupaten Cilacap tahun 2009
NAMA
NAMA SUNGAI
PERUSAHAAN/ JENIS SISTEM YANG
DEBIT AIR
USAHA/KEGIAT USAHA IPAL MENERIM
ALAMAT LIMBAH
NO AN SEBAGAI DAN/ATAU YANG A
(M3/Hr)
SUMBER KEGIATAN DIMILIKI BUANGAN
PENCEMAR AIR
LIMBAH
1 2 3 4 5 6 7
1 PT. Pertamina Jl. MT Minyak dan HB 66 = Pengendap Sungai
(Persero) RU IV Haryono No. gas bumi 111.302,16 an dan Donan
Cilacap 77 Kel. (migas) sistem
Lomanis aerob
Kec. Cilacap
Tengah Kab.
Cilacap
53221
HB 49 =
68.112
HB 39 =
68.280
HB 70-1 =
HB 70-2 =
37.783,92
Outlet
pendinginan =
1.200
Drainase Jl. A
= 10
Drainase Jl. N
= 10
2 PT. Pertamina
(Persero) UPMS
IV TTGC :
a. TTL Jl. Banjaran Penerimaan, oilcatcher Oil Catcher Drainase
Nomor 1 penimbunan bag. utara = 3 Jl.
Cilacap dan Banjaran
pemompaan
BBM
oilcatcher
bag. selatan =
2
b. Depot Cilacap Jl. Yos Penerimaan, oilcatcher 1 = Oil Catcher Sungai
Sudarso penimbunan 5 Donan
Nomor 58 dan
Cilacap pemompaan
BBM
oilcatcher 2 =
4
oilcatcher 3 =
4
oilcatcher 4 =
4
BAB III. Profil Sanitasi Kabupaten Cilacap 65
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Cilacap 2010
Limbah medis di Kota Cilacap bersumber dari kegiatan rumah sakit, puskesmas
serta layanan kesehatan lainnya. Limbah Medis ini terbagi atas limbah infeksius dan
limbah non infeksius. Limbah infeksius berasal dari pelayanan medik dan pelayanan
penunjang medik seperti : laboratorium, instalasi farmasi, instalasi gizi, rehabilitasi
medik, radiologi, instalasi pemulangan jenazah dan pelayanan terpadu, sedangkan
limbah non medis bersumber dari pelayanan administrasi dan dapur.
Jumlah rumah sakit yang berada di wilayah Kota Cilacap sebanyak 6 buah,
terdiri dari rumah sakit umum (RSUD, RS Pertamina Cilacap, RS Santa Maria dan RS
Islam Fatimah) dan rumah sakit khusus (RSIA Aprillia dan RSB Annisa). Dari ke-6
rumah sakit tersebut, volume maksimum air limbah sekitar 125 m3 per hari.
Sebagaimana tertuang dalam dokumen pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
yang dimiliki oleh masing-masing rumah sakit, air limbah tersebut diolah dalam Instalasi
Pengolah Air Limbah (IPAL) sebelum dibuang ke lingkungan dengan mengacu pada
Perda Provinsi Jawa Tengah No. 10 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah. Setelah
diolah dalam IPAL, air limbah tersebut dibuang ke sungai, drainase kota.
Limbah industri dan medis pada umumnya sudah dikelola oleh perusahaan
masing-masing dan mereka sudah mempunyai sistem pengeolaan yang sudah baik.
Dibawah ini adalah data kpemilikan IPAL untuk rumah sakit, di kabupaten Cilacap.
Tabel 3.11
Data Kepemilikan IPAL Rumah Sakit
di Kabupaten Cilacap Tahun 2009
10. KepMen LH Nomor 111 Tahun 2003 Tentang Pedoman Mengenai Syarat dan
Tata Cara Perizinan Serta Pedoman kajian Pembuangan Air Limbah Ke Air Atau
Sumber Air
11. KepMen LH Nomor 112 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha
dan Kegiatan Domestik
12. KepMen LH Nomor 114 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pengkajian Untuk
Menetapkan Kelas Air
13. KepMen LH Nomor 115 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu
Air
14. KepMen LH Nomor 142 Tahun 2003 Tentang Perubahan Atas KepMen LH
Nomor 111 Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara
Perizinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air Atau Sumber
Air
15. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002 Tentang Syarat-syarat
dan Pengawasan Kualitas Air Minum (Menggantikan PerMenkes Nomor 416
Tahun 1990 Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air: Khusus Air Minum)
16. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas dan
Pengendalian Pencemaran Air
17. KepMen LH Nomor 03 Tahun 1998 Tentang Baku Mutu Limbah Bagi Kawasan
Industri
18. KepMen LH Nomor 35 Tahun 1995 Tentang Program Kali Bersih (Prokasih)
19. KepMen LH Nomor 51 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Air limbah Bagi Kegiatan
Industri
20. KepMen LH Nomor 52 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Air limbah Bagi Kegiatan
Hotel
21. KepMen LH Nomor 58 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Air limbah Bagi Kegiatan
Rumah Sakit
22. Peraturan Pemerintah Nomor : 12 Tahun 2007 tentang Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup bagi usaha dan atau kegiatan yang tidak
memiliki Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup
23. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap No. 6 Tahun 1999 tentang IMB
yang mendukung penyediaan sarana dan prasarana sanitasi secara
mandiri.
Namun demikian apa yang dilakukan oleh pemerintah masih jauh dari
harapan. Hal ini terlihat dari hasil survey EHRA sebagimana tergambar dalam diagram
berikut :
Gambar 3.5
Diagram Kebersihan Jamban
ΣResponden=870; Bobot: besar populasi kelurahan,pengamatan, jawaban tunggal;
Datangi jamban/wc yang paling banyak digunakan oleh anggota rumah tangga, amati, &
catat kondisi jamban/ WC.A. ada tinja di dalam/ di dinding jamban?; B. Ada pembalut
perempuan disekitar jamban?; C. Ada lalat di sekitar jamban?
kebersihan jamban (% )
44.71
54.12
ada lalat
Terlihat pada gambar 7.7 bahwa terdapat 54.12 % jamban yang diamati
terdapat lalat di sekitarnya, 44.71 % masih ada tinja di dalam atau sekitar jamban dan
1.18 % terlihat ada pembalut wanita di sekitar jamban. Kondisi ini menunjukkan bahwa
masyarakat meskipun sudah mempunyai jamban tetapi belum begitu memperhatikan
kebersihan lingkungan di sekitar jamban.
Dalam hal septiktank, survei EHRA menunjukan rumah tangga yang
menggunakan tangki septik di Kabupaten Cilacap mencapai sekitar 82.88 %. Tetapi
tidak ada informasi mengenai kualitas dan keamanan tangki septik yang digunakan
rumah tangga tersebut.
Tabel 3.13
Perusahaan Penyedot Tinja dan Volume Tinja Terangkut/Bulan
Kabupaten Cilacap Tahun 2009
No Nama Perusahaan Jumlah Tahun Volume Tinja
Kendaraan beroprasi terangkut/m3/bln
1 Phisok
1 2005 24,5
Jl. Kauman No. 10. Cilacap
2 Parman
Jl. Ir. Juanda Cilacap (depan 1 2006 13
pintu Holcim)
3 CV. Kharisma
1 2007 6
Perumahan kalidonan 69
4 CV. Duta Nusantara
1 2008 16
Jl. MT.Haryono 69 Cilacap
5 Wawan
Jl. Urip Sumoharjo (batas kota 1 2008 4
lama)
6 Awe-Mardi 1 2008 4
Jumlah 67,5 M3
Sumber : DCKKP Kabupaten Cilacap tahun 2010
Sangat sedikitnya perusahaan penyedok lumpur tinja dan volume tinja yang
terangkut menunjukan bahwa masih sangat sedikit rumah tangga yang melakukan
penyedotan terhadap septiktanknya. Hal ini diperkuat dengan hasil survey EHRA bahwa
dari rumah tangga yang pernah mengosongkan tangki septik 4.04 % mengosongkan
sendiri, 14.42 % menggunakan layanan sedot tinja dan 3.37 % menyuruh tukang untuk
mengosongkan.
Gambar 3.6
Diagram Cara Pengosongan Tangki Septik
3.37
14.42 Layanan sedot tinja/truk tinja
4.04
0.10 Tukang yang disuruh
Mengosongkan sendiri
a. Teknis
Volume tinja atau blackwater dengan jumlah penduduk 1.872.576 jiwa
mencapai 3.864.997 kg/hari atau 1.341.399 Ton /tahun. Sedangkan greywaternya
mencapai 215.720.755 liter/hari atau78 milyar liter/tahun. Dimanakah mereka
membuang tinja atau berak, tabel berikut dapat menjelaskanya.
Tabel 3.14
Tempat Buang Air Besar
ΣResponden=1040, Bobot: besar populasi kelurahan, wawancara, jawaban tunggal; P34
Maaf bu, boleh tahu dimana terakhir kali ibu BAB?
Persentase
No. Tempat BAB Frekuensi
(%)
1 Jamban siram/ leher angsa disalurkan ke sewerage 8 0.77
2 Jamban siram/ leher angsa disalurkan ke tangki septik 826 79.42
3 Jamban siram/ leher angsa disalurkan ke cubluk 29 2.79
Jamban siram/ leher angsa disalurkan ke lobang
4 galian 3 0.29
Jamban siram/ leher angsa disalurkan ke sungai/ kali/
5 parit 38 3.65
6 Jamban siram/leher angsa disalurkan ke kolam 1 0.10
7 Jamban siram/leher angsa disalurkan ke tidak tahu 5 0.48
kemana
Jamban non siram/ tanpa leher angsa salur ke tangki
8 septik 36 3.46
9 Jamban non siram/ tanpa leher angsa salur ke cubluk 28 2.69
Jamban non siram/ tanpa leher angsa salur ke lobang
10 galian 6 0.58
Jamban nonsiram/tanpa leher angsa salur ke
11 11 1.06
sungai/kali/parit
12 Jamban nonsiram/tanpa leher angsa salur ke kolam 1 0.10
13 Gantung di atas sungai/ kolam 5 0.48
14 Tidak ada fasilitas: Di sungai/ kali/ parit/ got 20 1.92
15 Tidak ada fasilitas: Lapangan, semak 1 0.10
16 Di fasilitas jamban umum lain 10 0.96
17 Lainnya (catat) 8 0.77
18 Orang yang dimaksud tidak ada 4 0.38
Total 1040 100
Sumber: Analisis data EHRA, Th.2010
Sebagian besar responden menyatakan bahwa fasilitas BAB yang digunakan
adalah jamban siram/leher angsa yang disalurkan ke tangki septik (79.42 %). Namun
demikian masih ada juga responden yang membuang limbah tinjanya ke perairan dan
pekarangan terbuka. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat masyarakat yang
kurang memperhatikan risiko yang ditimbulkan akibat membuang limbah tinjanya secara
sembarangan. Limbah tinja yang dibuang di tempat terbuka dapat menimbulkan
berbagai macam penyakit. Sedangkan limbah tinja yang dibuang ke perairan dapat
mencemari air yang dapat menurunkan kualitas sumber air bersih.
Adapun kondisi jamban rata-rata kondisi baik, hanya 13,08 % yang dinyatakan
rusak sedangkan sisanya yaitu 76,92 % tidak rusak dan 10 % tidak diketahui. Hal ini
dapat dilihat dalam diagaram dibawah ini.
Gambar 3.7
Diagaram Kondisi Jamban
10 13.08
Ya
76.92 Tidak
Tidak Tahu
Tidak Tahu
b. Teknologi
Dengan memahami prinsip pengelolaan air limbah rumah tangga secara tepat,
maka di masa mendatang akan tercipta kondisi sanitasi lingkungan yang memadai,
terkendalinya pencemaran air dan tidak mengganggu keseimbangan ekologi terhadap
sirkulasi air di dalam tanah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara :
1. Membuat pengolahan air limbah rumah tangga dari kegiatan mandi, mencuci (grey
water) agar tidak lagi menjadikan saluran drainase sebagai tempat pembuangan air
limbah rumah tangga (greywater), sehingga pencemaran yang terjadi di sungai
dapat diminimalisir. Hal ini dapat dilakukan pada masing-masing rumah tangga
(apabila masih memiliki lahan) ataupun dilakukan secara komunal (pada daerah
pemukiman padat penduduk/lahan terbatas).
2. Membuat septic tank dengan konstruksi beton sehingga tidak terjadi pencemaran air
tanah oleh bakteri jenis Coliform yang terkandung pada tinja. Hal ini juga dapat
diaplikasikan pada masing-masing rumah tangga maupun secara komunal.
3. Mengoptimalkan sarana IPLT sebagai tempat pengolahan tinja akhir dan dapat
dikembangkan untuk menjadi pupuk.
4. Meningkatkan pemahaman masyarakat bahwa saluran drainase sesuai
peruntukannya adalah sebagai saluran limpasan air hujan, bukan sebagai tempat
pembuangan limbah rumah tangga (air limbah dan sampah).
3.2.5. Peran Serta Masyarakat dan Gender dalam Penanganan Air Limbah
Masyarakat adalah bagian yang penting dan strategis dalam suatu pengelolaan
air limbah di Kabupaten Cilacap. Karena, masyarakat dapat menjadi ’objek’ sebagai
penghasil air limbah dan sekaligus sebagai ’subjek’ sebagai pelaku dalam pengelolaan
tersebut. Oleh karena itu partisipasi masyarakat perlu ditingkatkan dalam pelaksanaan
pengelolaan air limbah rumah tangga. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut:
5. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Cilacap No. 3 Tahun 1999 tentang
Retribusi Pelayanan Persampahan / Kebersihan.
6. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap No. 19 Tahun 2008, tentang Struktur
Organisasi Tata Kerja Dinas sebagai Unsur Pelaksana Daerah.
7. Peraturan Bupati Kabupaten Cilacap No. 19 Tahun 2008, tentang Tupoksi Dinas
Cipta Karya, Kebersihan dan Pertamanan
Tabel 3. 15
Prasarana Persampahan / Kebersihan, Kabupaten Cilacap tahun 2009
Sumber data : Dinas Cipta Karya, Kebersihan dan Pertamanan tahun 2009)
Tabel 3. 16
Prasarana Angkutan Persampahan, Kabupaten Cilacap tahun 2009
Kendaraan
Wheel Container 6
No Wilayah Pengangkut Sampah Truk Air Truk Tinja Excavator Bulldozer
Loader m3
Dump Truk Armroll
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Cilacap 13 3 1 1 1 1 1 15
2 Jeruklegi 1 3
3 Kroya 2 1 1 4
4 Sidareja 1 1 1 4
5 Majenang 2 1 4
JUMLAH 18 6 1 2 3 1 1 30
Sumber data : Dinas Cipta Karya, Kebersihan dan Pertamanan tahun 2009)
Dari sarana kendaraan operasional persampahan tersebut sebanyak 18
kendaraan berusia lebih dari 7 tahun sedangkan 6 kendaraan sisanya berusia kurang
dari 7 tahun. Berdasarkan standart Direktorat Jenderal Cipta Karya umur tekniis
kendaraan operasional persampahan adalah 7 tahun sehingga kendaraan operasional
yang ada diKabupaten Cilacap untuk melayani persampahan sangat tidak layak pakai.
Berdasarkian Study EHRA dalam program PPSP yang diadakan pada bulan
Oktober 2010 diperoleh data bahwa prosentasi frekuensi pengangkutan sampah dalam
masyarakat adalah 17 % mengaku diangkut setiap hari, 66 % mengaku diangkut
beberapa kali dalam satu minggu, 5 % mengaku hanya sekali diangkut dalam satu
minggu, dan 10 % tidak tahu, sedangkan yang menjawab lainya adalah 2 %. Untuk lebih
jelasnya dapat tergambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.10 Diagram Frekuensi pengangkutan Sampah
10% 17%
5%
2% Setiap hari
66%
Beberapa kali dalam
seminggu
Sedangkan tingkat pelayanan pengangkutan dari segi tepat waktu atau tidak
dapat digambarkan sebagai berikut :
Gamabar 3.11
Diagram Ketepatan Waktu Pengangkutan Sampah
32%
Ya
68% Tidak
jumlah penduduk 1.889.135 maka volume timbulan sampah mencapai 3.899,17 M3/hari ,
Sedangkan Tahun 2010 dengan jumlah penduduk 1.919.710 maka volume timbulan
sampah mencapai 3.962,28 M3/hari. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram 3.3
sebagai berikut :
Gambar 3.14
Diagram Volume Timbulan Sampah Per Tahun Kabupaten Cilacap
450000
400000
350000
300000
250000 410.062,38
381.456,28 382.943,96
200000
150000
100000
50000
0
Disamping sampah rumah tangga, masih ada jenis sampah yang dikelola oleh
DCKKP Kabupaten Cilacap yaitu sampah dari hasil penyapuan jalan. Sampah dari hasil
penyapuan jalan berasal dari daun-daun kering pepohonan peneduh di sepanjang
jalanan kota. Volume sampah hasil penyapuan rata-rata berjumlah 6 M3/ hari, yang
hanya dilayani oleh 1 armada.
Data sekunder yang ada pada Dinas Cipta Karya Kebersihan dan Pertamanan
berdasarkan pada penelitian di TPA Tritih Lor, diketahui bahwa dari total timbulan
sampah Kabupaten Cilacap komposisi jenis sampah terbesar berasal dari sampah
organik/sampah basah, lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 3. 17
Rerata Komposisi Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga di
Kabupaten Cilacap, Tahun 2009
Jenis Sampah Prosentase (%)
Organik 71,35
Kertas 13,31
Plastik 11,67
Logam 0,23
Karet 0,04
Kain 0,11
Kayu 0,27
Gelas/Kaca 0,14
Lain-Lain 2,87
JUMLAH 100,00
(Sumber data : Kajian dan DED TPA Tritih Lor, Jeruklegi dari Open Dumping ke Controlled Landfill)
Tetapi berdasarkan study EHRA yang diselenggarakan pada bulan Oktober 2010
diperoleh data bahawa hanya 19 % masyarakat yang memilah sampah sejak dari rumah
sebagaimana tergambar dalam diagram berikut :
Gambar 3.15
Diagram Pemisahan Sampah Dari Sumbernya/ Rumah Tangga
pemisahan sampah
19%
Ya
81% Tidak
Gambar 3.17
Bagan Skema Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah Kabupaten Cilacap
GEROBAK TPS
WARGA
KENDARAAN
PENGANGKUT
SAMPAH
KENDARAAN
PENGANGKUT
SAMPAH
UMUM
TPA
PENYAPUAN DAN
PEMBERSIHAN TPS
SAMPAH JALAN
KENDARAAN
PASAR KONTAINER PENGANGKUT
SAMPAH PASAR
KENDARAAN
TERMINAL PENGANGKUT
SAMPAH
organik (composter), wadah komunal (tong) 3 unit untuk 3 jenis sampah kering
(plastik, kertas dan logam/kaca).
c. Pengumpulan yaitu gerobak mengumpulkan sampah kering dar wadah komunal
ke TPS (depo) setiap minggu.
Langkah-langkah yang dapat diambil untuk merintis pengelolaan sampah
mandiri dan produktif berbasis masyarakat dan gender adalah sebagai berikut:
a. Sampaikan gagasan kepada masyarakat/tokoh.
b. Bentuk tim pengelola sampah kampung.
c. Cari pihak yang mau membeli sampah.
d. Lakukan sosialisasi kepada seluruh lapisan masyarakat.
e. Buat dan sebarkan informasi/petunjuk tentang cara pengelolaan sampah kepada
masing-masing keluarga.
f. Siapkan fasilitas yang diperlukan bersama-sama masyarakat, termasuk siapkan
petugas pengangkut sampah.
g. Lakukan monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap pelaksanaan program
pengelolaan sampah mandiri dan produktif.
h. Laporkan hasil-hasil program kepada masyarakat.
i. Kerja sama dan meminta dukungan dengan pemerintah setempat.
Manfaat dari program 3R adalah sebagai berikut:
a. Menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah secara
benar mulai dari sumbernya.
b. Membangun kebiasaan dalam mengurangi, memilah dan mendaur ulang
sampah.
c. Meningkatkan kualitas kebersihan lingkungan.
d. Memanfaatkan sampah sebagai sumber daya.
e. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Sasaran akhir program kebersihan dengan pola 3R yaitu terciptanya
lingkungan yang berkualitas (bersih dan sehat), terciptanya lapangan pekerjaan baru
bagi warga, dan adanya nilai ekonomis yang diperoleh dari pengelolaan sampah.
Program kebersihan dengan pola 3R ini dapat berlangsung secara berkelanjutan
apabila ada partisipasi secara terus menerus dari masyarakat, ada organisasi yang
mengelola, ada dukungan dari semua pihak (masyarakat, pemerintah kabupaten dan
Tabel 3.18
Kelompok Masyarakat Pengelola Sampah/Komposing
Menggunakan Reaktor Komposter
No Kelurahan/Nama Pemanfaatan
Volume/bln Keterangan
Kelompok Hasil
I Gunung Simping
1 Darma Yasa (Ibu-ibu) 25 L Dipakai Waktu Proses sampai 7
Jl. Madura RW IV lingkungan hari, terlalu lama, tapi
sendiri masih berjalan/beroprasi
2 Peduli (bapak-bapak) 25 L Dipakai Keterbatasan sarana
Jl.Singkep RW IX lingkungan sehingga tidak
sendiri menjangakau seluruh RT,
masih beroprasi
II Lomanis
1 Wuwuh Berkah I 25 L Dipakai Hanya berjalan 1 tahun,
(bapak-bapak) lingkungan sekarang tidak beroprasi
RT 02/I sendiri
2 Wuwuh Berkah II 24 L Dipakai Hanya berjalan 1 tahun,
(bapak-bapak) lingkungan sekarang tidak beroprasi
RT 02/II sendiri
3 Wuwuh Berkah III 20 L Dipakai Hanya berjalan 1 tahun,
RT 03/III
lingkungan sekarang tidak beroprasi
sendiri
4 Wuwuh Berkah IV 30 L Dipakai Masih beroprasi/berjalan
RT 02/IV
lingkungan tapi kurang maksimal
sendiri
5 Wuwuh Berkah V 27 L Dipakai Hanya berjalan 1 tahun,
RT 03/V
lingkungan sekarang tidak beroprasi
sendiri
6 Wuwuh Berkah VI 25 L Dipakai Hanya berjalan 1 tahun,
RT 01/VI
lingkungan sekarang tidak beroprasi
sendiri
III Sidakaya
7. Pemanfaatan lahan TPA yang hampir habis dari 20 tahun yang direncanakan, telah
dimanfaatkan selama 18 tahun, sehingga tersisa 2 tahun lagi, menjadikan efektifitas
pengolahan menjadi tidak maksimal.
8. Belum adanya Perda tentang persampahan khususnya tentang pengelolaan
persampahan di tingkat rumah tangga.
N=1040, Filter bobot: besar populasi kelurahan, pengamatan, jawaban tunggal; M16
Apakah ada saluran air hujan/ limbah di sekitar rumah (depan, belakang, samping, tidak
terhalang bangunan)
36.25%
63.75%
Ya
Tidak
Sumber : Analisis Study EHRA bulan Oktober 2010, Pokja AMPL Kab. Cilacap
N=377, Filter M16=1; bobot: besar populasi kelurahan, pengamatan, jawaban tunggal;
M17 Lihat saluran untuk limbah rumah tangga.
27.69
62.98
Mengalir
3.94
Tidak ada air
5.38
Tidak mengalir
Saluran tertutup/
tidak bisa diamati
kondisi saluran 2
15.38%
7.12%
67.50% 3.94%
5.00%
1.06%
Cenderung bening/ bersih Cenderung putih/ abu-abu
Kecoklatan Kehitaman
Kehijauan Tidak ada air
6.15
24.90
68.94
Ya
Tidak
Tidak bisa
diamati/Tertutup
Tabel 3. 19
Lokasi Potensi Genangan
KUANTITAS GENANGAN
NO LOKASI Luas (Ha ) Tinggi Lama Frekuensi
( cm) ( jam ) (kali/th)
1 Jl. A. Yani 0,5 30 3 4
Gambar 3.22
Diagram Lama Genangan di Kabupaten Cilacap
Sumber : Analisis Study EHRA bulan Oktober 2010, Pokja AMPL Kab. Cilacap
3.4.5. Peran Serta Masyarakat dan Gender dalam Pengelolaan Drainase Lingkungan
Wujud peran serta masyarakat dan gender di wilayah Kabupaten Cilacap yang
sudah dilakukan selama ini diantaranya adalah:
a. Pembersihan saluran dengan cara kerja bakti di setiap lingkungan.
b. Membayar retribusi sampah sehingga tidak membuang sampah ke saluran
drainase.
c. Membuat saluran pembuangan limbah rumah tangga ke belakang rumah.
Saluran drainase yang ada di depan rumah hanya untuk pematusan air hujan
saja.
3.4.6. Permasalahan
terlindungi sebagai sumber air bersih yakni 18.94%. Responden yang menggunakan
sumur gali tidak terlindungi sebagai sumber air bersih persentasenya sangat sedikit
yakni 0.10% dari total populasi. Sumber-sumber air bersih yang digunakan oleh
masyarakat Kabupaten Cilacap secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 3.20. Sumber Air Minum
Dalam rangka penyediaan air bersih yang dbutuhkan oleh masyarakat Kota
Cilacap, maka kegiatan atau usaha-usaha yang dilakukan oleh PDAM antara lain :
a. Menjaga kelestarian air baku, sehingga fungsi pengelolaan pelayanan air minum
kepada masyarakat dapat tercapai.
b. Menjaga kuantitas air baku, sehingga kontinuitas pelayanan melalui peningkatan
dan kapasitas produksi di masa yang akan datang dapat terpenuhi.
c. Meningkatkan profesionalisme karyawan sehingga kinerja manajemen yang
berorientasi kepada pelanggan dapat berjalan baik.
d. Meningkatkan fasilitas pelayanan air bersih kepada masyarakat.
e. Meningkatkan image dan kinerja perusahaan.
b. Sistem Perpipaan
Selain sistem non perpipaan, kebutuhan air bersih di Kabupaten Cilacap
dipenuhi dengan sistem perpipaan. Pelayanan air bersih dengan sistem perpipaan
adalah sistem pemenuhan kebutuhan air bersih yang diperoleh melalui sistem jaringan
yang dikelola dan didistribusikan (dalam hal ini adalah PDAM Kabupaten Cilacap).
Dalam mendukung sistem pelayanan jaringan air bersih di Kabupaten Cilacap terdapat
banyak sumber air yang dapat digunakan sebagai suplai air bersih untuk kabupaten.
Sumber-sumber tersebut antara lain:
Saat ini sumber air yang tersedia di Kabupaten Cilacap yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan penduduk terhadap air bersih meliputi :
Tabel 3.21
Sumber Air yang digunakan oleh Masyarakat Kabupaten Cilacap
Tahun 2009
Air permukaan,
I. Majenang Sumur dalam, dan Kec. Majenang, dan Cimanggu
Mata air
Disamping aspek sumber daya alam Kabupaten Cilacap juga memiliki potensi
pemasaran yang cukup tinggi. Dilihat dari cakupan pelayanan saat ini yang hanya
mencapai 50.235 sambungan atau sekitar 23,47% penduduk Kabupaten Cilacap, dan
sebagian wilayah Kabupaten Cilacap juga cukup mengalami kesulitan untuk
memperoleh air bersih, maka masih sangat memungkinkan untuk meningkatkan
pelayanan air bersih oleh PDAM.
Dengan kondisi yang demikian, maka arahan rencana pengembangan sistem
jaringan air bersih di Kabupaten Cilacap antara lain:
Eksplorasi sumber daya air dengan cara mengalokasikan daerah resapan air dan
daerah dengan tangkapan curah hujan tinggi sebagai kawasan lindung serta
pencarian sumber-sumber air baru.
Pengawasan dan pengendalian tingkat penggunaan air dengan menjaga dan
melestarikan sumber air permukaan seperti waduk, sungai dan sumber daya air
lainnya serta sumber air tanah dengan pola pembangunan berkelanjutan dan
penggunaan air secara efisien.
Peningkatan pelayanan distribusi air bersih dengan peningkatan sumber daya
manusia dan pola kinerja PDAM.
Melakukan pendistribusian pelayanan air bersih dengan dua cara yaitu dengan
sistem perpipaan dan non perpipaan. Sistem perpipaan diterapkan pada daerah-
daerah yang mudah terlayani dan sisem non perpipaan pada daerah-daerah
yang sulit dilayani (sistem perpipaan) yaitu dengan cara pengiriman air bersih
menggunakan mobil tangki.
3.5.5. Permasalahan
Permasalahan yang sering dihadapi dalam penyediaan sarana air minum di
Kabupaten Cilacap antara lain :
a. Sumber Air Baku
Letak sumber air baku yang relatif jauh dari wilayah pelayanan
mengakibatkan tingginya biaya /investasi pengembangan SPAM dalam
rangka pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat Kabupaten Cilacap;
Beberapa sumber air baku juga mengalami penurunan debit, seperti : Mata
Air Pamijahan Desa Rejodadi Kecamatan Cimanggu dan Sungai Cijalu
Kecamatan Majenang.
b. Produksi
Sisa Kapasitas IPA semakin berkurang semantara kebutuhan air masyarakat
semakin meningkat;
IPA Kesugihan rawan kerusakan, karena belum dapat dilakukan
pemeliharaan menyeluruh (ovelhoul) disisi lain IPA sudah beroperasi ±25
tahun dan merupakan satu-satunya IPA yang mensuplai kebutuhan air
masyarakat Kota Cilacap dan Industri yang ada di Kabupaten Cilacap.
c. Distribusi
Kehilangan air pada tahun 2009 mencapai 26,6%;
Dibeberapa wilayah pelayanan kontinuitas distribusi belum 24 jam, yaitu di
sebagian Kecamatan Jeruklegi dan Kecamatan Cimanggu.
d. Manajemen
Masih rendahnya konsumsi pemakaian air (kurang dari 15 m3/SR/Bulan);
Masih banyaknya pelanggan yang disubsidi ( Golongan Sosial Umum, Sosial
Khusus, RT C dan D );
Limbah medis adalah limbah yang biasanya bersumber dari limbah rumah
sakit, baik air limbah maupun limbah padat. Limbah medis dapat dikategorikan sebagai
limbah infeksius dan masuk pada klasifikasi limbah bahan berbahaya dan beracun.
Untuk mencegah terjadinya dampak negatif limbah medis tersebut terhadap masyarakat
atau lingkungan, maka perlu dilakukan pengelolaan secara khusus.
Secara detail penjelasan terkait limbah medis ditinjau dari sumber, jenis dan
pengolahannya dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Sumber
Sumber timbulan sampah medis yang dihasilkan dari RSUD. Gambiran secara garis
besar berasal dari unit Obstetrik, unit Emergency, unit Laboratorium, kamar mayat,
patologi dan otopsi, unit layanan medis, dsb. Secara detail dapat diuraikan sumber
sampah medis berdasarkan pada sumber (unit) penghasil sampah klinis.
b. Jenis
Jenis limbah medis dapat berupa benda tajam, infeksius, jaringan tubuh, sitotoksis,
farmasi, kimia, dan radio aktif. Jenis lain adalah sampah medis berupa; darah,
jaringan, spuit, kapas, kasa, slang infus, jarum suntik, dan sampah lain yg
terkontaminasi.
c. Penanganan (pengelolaan)
Dilaksanakan pemisahan antara sampah infeksius, sitotoksis, dan radioaktif
menggunakan kantong plastik yang sesuai dengan jenis sampahnya.
Sebelum dibuang ke pembuangan sementara, dilakukan desinfeksi dengan bahan
kimia untuk membunuh bakteri patogen dan mikroorganisme lain yang bisa
membayakan penjamah sampah.
Pemusnahan sampah klinis dengan pembakaran (incenerator) dan sampah
radioaktif.
Untuk air limbah diolah dalam suatu IPAL yang dikelola secara mandiri pihak rumah
sakit.
Institusi atau lembaga daerah yang mengelola program sanitasi adalah, pada
tahap perencanaan : Badan perencanaan Pembangunan sedangkan pelaksanaanya
adalah Dinas Cipta Karya, Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Kesehatan, Badan
Lingkungan Hidup, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Badan Pemberdayaan
Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana.
kedua adalah Badan Lingkungan Hidup, yaitu tahun 2009 1.154.000.000,- Tahun 2010
sebesar 1.154.000.000,00 atau 10,49 % dari seluruh belanja sanitasi, disusul kemudian
Dinas Kesehatan Tahun 2008 Rp. 295.000.000,00 Tahun 2009 Rp. 402.000.000,00 dan
Tahun 2010 Rp. 75.000.000,00 atau 0,63% dari seluruh belanja sanitasi. Dan Badan
Lingkungan Hidup hanya dianggarkan pada Tahun 2008 sebesar 100.000.000 dan
terakhir Bapeda menganggarkan sanitasi Pada tahun 2008 Rp. 75.000.000,00 Tahun
2008 Rp. 75.000.000,00, Tahun 2010 Rp. 25.000.000,- atau 0,21 % dari total belanja
sanitasi. Kalau dibandingkan terhadap APBD, maka belanja sanitasi untuk semua SKPD
yang membidangi sanitasi tahun 2008 0,29%, Tahun 2009 0,76 % dan Tahun 2010
baru mencapai 0,96%. Artinya ada kenaikan cukup signifikan dari tahun 2008 hingga
Tahun 2010.
Tabel 3. 22
Tabel Proporsi Belanja Sanitasi per SKPD dan Total Kabupaten Cilacap
N (%) (%)
Mata Anggaran 2008 2009 2010
o 2008 2010
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
A Pendapatan
1 Pendapatan Asli Daerah
7,65 85.465.085.000,00 112.315.457.000,00 126.058.245.000,00 10,47
2 Dana Perimbangan
82,52 921.622.330.000,00 947.302.192.000,00 975.811.135.000,00 81,01
3 Lain-lain Pendapatan yang Sah
9,82 109.703.533.000,00 87.738.740.000,00 102.679.470.000,00 8,52
1.147.356.389.000,0
Jumlah Pendapatan 100,00 1.116.790.948.000,00 0 1.204.548.850.000,00 100,00
B Belanja
Belanja Rutin/Aparatur/Tidak
1
Langsung
60,02 741.031.628.000,00 832.422.645.000,00 912.349.946.000,00 73,70
Belanja
2 Pembangunan/Publik/Langsun
g 39,98 493.610.828.000,00 419.294.884.000,00 325.591.736.000,00 26,30
Jumlah Belanja 100,00 1.234.642.456.000,00 1.251.717.529.000,00 1.237.941.682.000,00 100,00
Tabel 3.25
REALISASI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) SEKTOR SANITASI
KABUPATEN CILACAP TAHUN ANGGARAN 2009
217.028.500,0
1 SAMPAH 185.000.000,00 0 117,31 32.028.500,00
2 TINJA 3.000.000,00 4.890.000,00 163,00 1.890.000,00
221.918.500,0
JUMLAH 188.000.000,00 0 280,31 33.918.500,00
Tabel 3.26
REALISASI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) SEKTOR SANITASI
KABUPATEN CILACAP TAHUN ANGGARAN 2010
222.156.500,0
1 SAMPAH 280.000.000,00 0 79,34 (57843500,00)
2 TINJA 5.000.000,00 4.765.000,00 95,30 (235000,00)
226.921.500,0 174,6
JUMLAH 285.000.000,00 0 4 (58078500)
A Komponen Pembiayaan
1 Penerimaan
a. Penerimaan pinjaman daerah
(dana talangan pembelian gabah
3,000,000,000 3,000,000,000
(LUEP))
2 Pengeluaran
Tabel 3.29
Besaran Pendanaan Sanitasi Perkapita