Anda di halaman 1dari 97

LAPORAN ROTASI GIZI MASYARAKAT

ASUHAN GIZI MASYARAKAT BERBASIS DIETETIK


KULINER DI PUSKESMAS ARCAMANIK

Disusun oleh :

Seconingsih P17331112701

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI PROFESI DIETISIEN
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bandung merupakan institusi
yang mendidik tenaga profesional dalam bidang gizi. Dalam Pasal 11
Undang-Undang nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
dinyatakan bahwa salah satu kelompok tenaga kesehatan adalah
tenaga gizi; dan jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam
kelompok tenaga gizi terdiri atas nutrisionis dan dietisien.
Penyelenggaraan pelayanan gizi harus dilakukan oleh tenaga gizi
yang bertanggung jawab, memiliki etik dan moral yang tinggi,
keahlian, dan kewenangan terus menerus harus ditingkatakan
mutunya melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, sertifikasi,
registrasi, perizinan, serta pembinaan, pengawasan, dan pemantauan
agar penyelenggaraan pelayanan gizi memenuhi rasa keadilan dan
perikemanusiaan serta sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi gizi terkini.
Kegiatan pelayanan gizi secara profesional di masyarakat meliputi
analisis situasi, identifikasi masalah, intervensi Gizi (edukasi gizi dan
promosi kesehatan), monitoring, dan evaluasi. Pelayanan gizi
profesional dengan konsep Nutrition Care Proces (NCP) atau Proses
Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) tergolong baru diterapkan di
Indonesia mulai tahun 2018 menggunakan bukti empiris dari
penelitian-penelitian di masyarakat. Selain itu khusus dalam
penanganan stunting telah dikembangkan juga pendekatan spesifik
dan sensitif sebagai bentuk konvergensi berbagai intervensi gizi dan
non gizi sehingga dapat disimpulkan bahwa, cara penanganan
masalah gizi harus spesifik dan sensitif sehingga diperlukan
kompetensi khusus bagi tenaga gizi yang bekerja di pelayanan
tersebut.
Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan
gizi kepada masyarakat, diperlukan Dietesien yang profesional. Untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional diselenggarakan
berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang, dan
terpadu. Puskesmas merupakan garda depan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan dasar. Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 tentang “Pusat Kesehatan
Masyarakat”, merupakan landasan hukum penyelenggaraan
Puskesmas. Pengelolaan Puskesmas agar berjalan dengan baik,
efektif dan efisien harus dipimpin oleh tenaga kesehatan yang
kompeten untuk mengelola fasilitas tersebut, salah satunya adalah
tenaga gizi yang handal dan profesional.
Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan
penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Profesi mempunyai
karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan lainnya,
yaitu keterampilan berdasarkan pengetahuan teoritis, asosiasi profesi,
pendidikan yang ekstensif (pendidikan yang lama dalam jenjang
pendidikan tinggi), ujian kompetensi, pelatihan institusional, lisensi,
otonomi kerja, kode etik, pengaturan diri, layanan publik dan
altruisme, serta status dan imbalan yang tinggi. Sebagai profesi,
tenaga gizi telah memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Memiliki serangkaian pengetahuan (body of knowledge) yang
melandasi praktek atau suatu pekerjaan di bidang gizi
b. Pendidikan gizi sebagai pendidikan profesi dikembangkan dalam
sistem pendidikan tinggi melalui jalur akademik strata atau jalur
vokasi sain terapan sebagai bagian integral dari sistem pendidikan
tinggi gizi nasional. Profesi Registered Dietitian (RD) dengan lama
pendidikan minimal 1 tahun internship training (dietetic internship),
setelah menempuh pendidikan Strata 1 Gizi atau diploma 4 Sain
Terapan Gizi . 
c. Mengembangkan pelayanan yang unik kepada masyarakat
d. Otonomi dalam melakukan tindakan
e. Bekerja sesuai standar dan kode etik profesi yang standar profesi
gizi (saat ini telah ditetapkan melalui SK Menteri Kesehatan nomor
374/MENKES/SK/III/2007)

Bagi calon tenaga profesi gizi yang akan disebut sebagai


Registered Dietisien, pengetahuan dan pemahaman tentang kegiatan
Gizi Masyarakat dan intitusi penyelenggaraan makanan institusi lain
merupakan pokok bahasan yang telah tertuang dalam kurikulum,
serta telah diwujudkan dalam pembelajaran pada pendidikan Profesi
Gizi. Namun demikian kegiatan tersebut belum cukup memberikan
bekal untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut di atas, maka bagi calon


Registered Dietisien yang dipersiapkan sebagai tenaga profesional
gizi pada pelayanan gizi masyarakat, diwajibkan melaksanakan
Praktik Lapangan Manajemen Kebijakan Program Gizi yang
merupakan bagian dari rotasi gizi masyarakat. Dalam hal ini calon
Registered Dietisien harus mempunyai pengalaman kerja lapangan di
Dinas Kesehatan Kota atau Kabupaten. Dengan demikian diharapkan
diperolehnya para lulusan yang lebih siap bekerja secara profesional
dan lebih percaya diri dalam melaksanakan tugasnya di masyarakat,
khususnya dalam pelayanan gizi masyarakat.

1.2 Tujuan Rotasi


1.2.1 Tujuan Umum
Pada akhir Praktik Kerja Lapangan, peserta didik mampu
menguasai perencanaan dan pengelolaan program gizi tingkat
Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten, melaksanakan advokasi dan
komunikasi gizi dan mengambil keputusan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan gizi dengan penuh tanggung jawab dan
akuntabel sesuai kode etik dan standar profesi dietisien.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Mampu melakukan analisis situasi di tingkat Puskesmas.
b. Mahasiswa mampu merancang, mengelola, memantau, dan
mengevaluasi alternatif program gizi sebagai upaya preventif dan
promotif tingkat puskesmas.
c. Mampu melakukan asuhan gizi masyarakat berbasis dietetika
kuliner.
d. Mampu melakukan asuhan gizi kepada kelompok rawan gizi.
e. Mampu melakukan asuhan gizi kepada kelompok kondisi khusus.
f. Mengimplementasikan serta monitoring dan evaluasi asuhan gizi
masyarakat.
g. Menyusun dan mengedukasi produk kulinari diet pada kelompok
rawan gizi (Posbindu, Posyandu, Anak Sekolah).
h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan dalam bentuk
laporan.

BAB II
HASIL KEGIATAN

2.1 Gambaran Puskesmas Arcamanik


2.1.1 Geografis
UPT Puskesmas Arcamanik terletak di jalan Olah Raga No. 7
Bandung, RT 02 RW 09, Kelurahan Sukamiskin Kecamatan
Arcamanik Kota Bandung.
Wilayah kerja UPT Puskesmas Arcamanik terdiri dari 2
kelurahan dengan batas wilayah :

1. Sebelah Utara : Kecamantan Mandalajati dan Ujung berung


2. Sebelah Selatan : KelurahanCisaranten Endah
3. Sebelah Timur : Kelurahan Cisaranten Wetan
4. Sebelah Barat : Kecamatan Antapani

Tabel 2.1
Situasi Geografis
Di Wilayah Upt Puskesmas Arcamaniktahun 2020

Jarak KondisiKeterjangkauan Rata-rata tempuh Ket


(menit)
NO KELURAHAN LUAS JML Terjauh
kePuske Roda Roda Jalan Roda 2 Roda 4
WIL RT/RW smas 2 4 Kaki
(Km)
(Ha)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 Sukamiskin 196.162 92/17 2 √ √ √ 15 20

2 CisarantenBi
122.228 49/11 2 √ √ √ 15 20
naharapan

JUMLAH 318.390 141/28 4 2 2 2 15 20

(Sumber data : Kependudukan Kecamatan Arcamanik Tahun 2020)

Wilayah UPT Puskesmas Arcamanik terdiri dari 141RT dan 28


RW yang berada di 2 Kelurahan.Luas wilayah Kelurahan Sukamiskin
memiliki luas 196.162 hektar yang terdiri dari dataran rendah, area
persawahan dan pemukiman penduduk. Jarak terjauh ke Puskesmas rata-
rata 2 km, paling jauh 3 km dan bisa ditempuh dengan kendaraan roda 2
rata-rata 15 menit, kendaraan roda 4 rata-rata 20 menit, dan bisa juga
ditempuh dengan jalan kaki.

2.2 Program gizi inovatif


2.2.1 Analisa Situasi
1. Demografis
a. Jumlah dan komposisi penduduk berdasarkan golongan umur

Tabel 2.2
Jumlah Penduduk Dan Komposisi Penduduk
Di Wilayah Upt Puskesmas Tahun2020

Jumlah Penduduk per Usia

N Kelurah JM JML 30-


o an L 10- 15- 20- 25- 34 35- 40- 45- 50- 55- 60- 65
0-4 5-9
Pdd 14 19 24 29 39 44 49 54 59 64 >
KK k

Sukami 5.0 192


1                            
skin 74 37

Laki- 948 84 76 75 76 94 75 54 78 64 67 45 49 49 56
 
laki 7 1 5 8 4 7 9 4 0 7 6 7 1 6 2

Peremp 975 96 64 62 73 84 83 74 77 79 65 89 50 44 28
 
uan 0 6 2 5 7 2 4 5 0 7 6 1 9 9 7

Cis- 3.5 125


2                            
Binhar 17 92

Laki- 687 80 56 64 70 95 85 80 38 34 29 23 16
  96 22
laki 5 1 0 9 7 7 7 3 0 9 5 2 7

Peremp 571 69 56 46 70 64 61 57 39 32 28 19 10 13
  17
uan 7 8 1 3 4 8 5 2 4 4 1 2 9 9

JUMLA 8.5 318 32 25 25 28 33 30 27 23 21 19 17 12 12 96


H 91 29 39 37 17 47 79 63 61 33 36 18 69 84 06 1

(Sumber data : Kependuduk Kecamatan Arcamanik,tahun 2020)

Dari Tabel 2.2 diatas Jumlah Penduduk terbanyak dikelompok usia


20-24 tahun sebanyak 3379 orang. Kelompok usia ini termasuk kelompok
usia produktif sehingga perlu menjadi perhatian dalam perencanaan
pelayanan kesehatan. Sehingga sasaran kesehatan pada usia produktif
sasarannya penanggulangan penyakit dengan melakukan pelayanan
skrinning kesehatan, contohnya skrining faktor resiko penyakit tidak
menular dan skrining penyakit tidak menular di posbindu wilayah kerja.
Namun kendala pandemi menjadi penghambat kegiatan posbindu.
Pemecahan masalahnya adalah melakukan skrining PTM dan faktor
resikonya di kegiatan pelayanan pengobatan puskesmas, skrining
kesehatan calon pengantin, skrining pelamar kerja dan skrining pra
imunisasi covid-19.

b. Tingkat Pendidikan
Tabel 2.3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan
Di Wilayah Upt Puskesmas Arcamanik
Tahun 2020

Tingkat Pendidikan

Belu Akademi
N Keluraha Tidak Jumla
m /
o n Tidak/Belu Tama SM SM Universita h
m Sekolah Tam t SD P A s
Tam Sederaja
at SD
at SD t

1 Sukamiskin

Laki-laki 123 152


9487
1411 859 1229 1215 8 6 1017 992

Perempuan 123 114


9750
1247 1067 1786 1070 0 0 1120 1090

2 Cisaranten
Binaharapa
n

Laki-laki 100
1054 560 1002 1681 897 294 324 6815
3

Perempuan 968 401 862 1358 862 882 185 199 5717

433 444
JUMLAH 4680 2887 4879 5324
3 5
2616 2605 31769

(Sumber data : Penduduk kecamatan Arcamanik, tahun 2020 )

Dari Tabel 2.3 Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan


tidak/belum sekolah sebanyak4.680,tidak tamat SD 2887, tamat SD/MI
sebanyak 5.324, belum tamat SD/MI 4.879, tamat SLTP /MTs sebanyak
4.333, tamat SMU/MA sebanyak 4.445, tamat D1/D3 sebanyak 2.616,
tamat S1 sebanyak 2.605 jiwa. Dengan demikian jumlah terbanyak
adalah jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan SD.
c. Pertumbuhan penduduk dan pesebarannya

Tabel 2.4
PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK
DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS ARCAMANIK TAHUN 2020

Jumlah Rata-rata Kepadatan Penduduk Pertumbuhan


No Kelurahan Rumah Jiwa/KK (KM2) Penduduk
Tangga (KK)

1 Sukmiskin 5.074 3 97 0,2

2 Cis-Binaharapan 3.517 3 100 0,10

8.591 3 99 0,15
JUMLAH

(Sumberdata :PendudukkecamatanArcamanik, tahun2020)

Dari Tabel 1.4 Jumlahjiwadalam 1 KK rata-rata sebanyak


3Jiwa, kepadatanpenduduk rata- rata sebanyak99 Km,
danpertumbuhanpenduduk rata-rata 0,15.
d. Mata pencaharian Penduduk
Tabel 2.5
Distribusi Produktivitas Penduduk
Menurut Mata Pencaharian
Di Wilayah Kerja Upt Puskesmas Arcamanik Tahun 2020
JENIS MATA KELURAHAN
NO JUMLAH
PENCAHARIAN SUKAMISKIN CIS-Binaharapan
1 Pegawai Negeri
1847 655 2502

2 TNI/POLRI
599 22 621

3 Pegawai Swasta
3951 3537 7488

4 Tani
13 214 227

5 Dagang
906 823 1729

3538 2595 6133


6 Pelajar
2568 503 3071
7 Mahasiswa

8 Pensiunan
1237 184 1421

9 Lain-lain
4578 3999 8577

Jumlah 19237 12532 31769


(Sumber data : Penduduk kecamatan tahun 2020)

Dari Tabel 2.5 mata pencaharian terbanyak yaitu Lain-lain


8.577, selanjutnya pegawai swasta sebanyak 7.488 orang yang
berada di wilayah kerja UPT Puskesmas Arcamanik. Dampak
terhadap kesehatan yaitu gangguan emosi, pola makan tidak
teratur, asupan makanan dapat kurang atau berlebih sehingga
mudah terkena penyakit dan timbulnya penyakit – penyakit yang
beresiko ke faktor resiko penyakit tidak menular dan penyakit
menular.
e. Jumlah Penduduk Miskin

Tabel 2.6
Jumlah Penduduk Miskin
Di Wilayah Kerja Upt Puskesmas Arcamanik Tahun 2020

JumlahKepalaKeluarg JumlahMaskindalam
JumlahPenduduk
a (KK) SK Walikota

Yang
Belum
Yang
Seluruh Miskin Memiliki
N KELURAHAN MemilikiK
nya Kartu
O Seluruh Miskin artu BPJS
nya BPJS

Jml % Jml % jml % J %


ml

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Sukamiskin 2.8 20. 1.0 12. 83, 17 16,


1 19.237 5.074 871
57 26 42 51 6 1 4

CisarantenBinah 3.0 11. 1.0 11. 72, 27 27,


2 12.592 3.517 727
arapan 85 59 01 04 6 4 4

JUMLAH 5.9 16. 2.0 18. 1.59 78, 44 21,


31.829 8.591
42 02 43 44 8 2 5 8

(Sumberdata :PendudukkecamatanArcamanik,tahun2020)

Dari Tabel 2.6 diatas, Jumlah penduduk miskin di Kecamatan Arcamanik


sebanyak 19% dan terbanyak dari Kelurahan Cisaranten Bina Harapan
sebanyak 24% dari jumlah penduduk yang ada. Dari jumlah masyarakat
miskin tersebut yang sudah memiliki kartu BPJS berdasarkan SK Walikota
sebanyak 78,2% sisanya belum mempunyai kartu BPJS sebanyak 21,8%.

f. Jumlah Penduduk Kelompok rentan / khusus


Tabel 2.7
Jumlah Penduduk Kelompok Rentan
Di Wilayah Upt Puskesmas Arcamanik Tahun 2020

Anak Sekolah
N Bu Buli Bute Neonat Ba Bali LANS
Kelurahan
o mil n ki us yi ta SM SM IA
SD
P A

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

36 33 126 296 215 45


1 Sukamiskin 376 367 337 2326
7 7 1 1 9 7

CisarantenBinaha 19 18 173
2 208 194 189 771 105 0 1087
rapan 4 9 6
58 52 469 226 45
JUMLAH 584 561 561 526 3413
4 6 7 4 7

(Sumberdata :StimasiDinasKesehatan Kota Bandung, tahun2020)

Dari Tabel 2.7 diatas dapat dilihat jumlah penduduk kelompok rentan
terbanyak adalah kelompok anak sekolah SD sebanyak 4697 dan anak
sekolah SMP sebanyak 2264 serta kelompok lansia sebanyak 3413.
Dengan demikian perlu dimaksimalkan penjaringan anak sekolah pada
anak SD dan SMP sebagai masa emas deteksi awal penyakit serta
pelayanan skrining kesehatan pada lansia untuk menurunkan morbiditas
dan mortalitas pada lansia.

2.2.2. Identifikasi Masalah


Terdapat 21 indikator masalah gizi dan kinerja program gizi
berdasarkan peraturan (Permenkes, 2019) tentang Pelaksanaan Teknis
Suveilans Gizi. Surveilans Gizi dilakukan untuk mengupayakan perbaikan
gizi. Hasil pengolahan data pencapaian 21 indikator kinerja pembinaan
gizi masyarakat Puskesmas Arcamanik Tahun 2020 dapat dilihat pada
tabel di bawah.

Tabel 2.8 Indikator Kinerja Program Gizi Tahun 2020

Target
No Indikator Capaian Kesenjangan
DKK

Persentase ibu hamil


1 0 5% mencapai target
anemia
Persentase Ibu Hamil Melebihi Batas
2 6,30% 4.5%
KEK Toleransi
Cakupan Ibu hamil
3 mendapat TTD 90 98,29% 90% mencapai target
tablet
Cakupan Ibu hamil
KEK baru
4 100% 89% mencapai target
mendapatkan PMT
Tambahan

Cakupan Ibu nifas


5 93,04% 86% mencapai target
mendapat Vit A

Persentase Bayi
6 dengan Berat badan 1,91% 2.8% mencapai target
lahir rendah ( BBLR )

Cakupan Bayi baru


7 99.23 % 53% mencapai target
lahir mendapatkan IMD
Cakupan bayi usia <
6 bulan mendapat asi
8 51,96% 53% Belum mencapai target
ekslusif ( ASI Ekslusif
Proses )
Cakupan Bayi usia 6
9 bulan mendapat asi 44.11% 55.5% Belum mencapai target
eklusif
Cakupan Balita 6-59
10 bulan mendapat kapsul 94.56% 85% mencapai target
Vit .A
11 Cakupan Balita Kurus 100% 89% mencapai target
baru mendapat PMT
Tambahan
Cakupan Kasus Balita
gizi buruk mendapat
12 100% 100% mencapai target
perawatan ( BB/TB
sangat kurus )
Cakupan Balita yang Belum
Belum
mendapatkan ada
13 ada -
Suplementasi gizi distribusi
target
mikro ( taburia ) dari DKK
Cakupan Balita yang
14 ditimbang berat 89.54% 79% mencapai target
badannya ( D/S )
Cakupan Balita yang
mempunya buku
15 KIA/KMS /Kartu Bantu 100% 90% mencapai target
pemantauan
pertumbuhan (K/S)
Cakupan Balita
16 ditimbang yang naik 73% 75% Belum mencapai target
berat badannya ( N/D’)
Persentase balita
17 6.59 % < 10 % mencapai target
Underweight
Persentase balita < 8.3
18 5.01% mencapai target
Stunting %
Persentase Balita Melebihi Batas
19 5,40% <5%
wasting Toleransi
Cakupan Remaja
20 0% 30% Belum mencapai target
Puteri mendapat TTD

Cakupan RT
21 mengkonsumsi garam 100% 86% mencapai target
beryodium

*Target yang digunakan berdasarkan target dari Dinas Kesehatan Kota Bandung.

Berdasarkan tabel 21 indikator masalah dan kinerja gizi, dapat


disimpulkan bahwa masalah gizi dan masalah cakupan gizi yang
ditemukan adalah :
1. Cakupan Ibu hamil KEK melebihi batas toleransi yaitu sebesar
6,30% dengan kesenjangan 1,8 %.
2. Cakupan Bayi < 6 bulan mendapat ASI Eksklusif (asi proses)
belum mencapai target yaitu sebesar 51,96% dengan
kesenjangan 1,04 %.
3. Cakupan Bayi usia 6 bulan mendapat ASI Eksklusif belum
mencapai target yaitu sebesar 44,11%, dengan kesenjangan
11,39%.
4. Cakupan Balita ditimbang yang naik berat badannya ( N/D’ )
belum mencapai target yaitu sebesar 73%, dengan kesenjangan
2%.
5. Persentase Balita wasting melebihi batas toleransi yaitu sebesar
5,40%, dengan kesenjangan 0,40%.
6. Cakupan remaja putri mendapat TTD belum mencapai target
yaitu sebesar 0%, dengan kesenjangan 30%.

2.2.3 Prioritas Masalah Metode Matematika


Enam indikator di atas kemudian dianalisis untuk
mendapatkan prioritas masalah. Analisis prioritas masalah ini
dilakukan dengan melihat beberapa kriteria besarnya masalah
(magnitude), beratnya kerugian yang ditimbulkan (seriousness),
keefektifan teknologi yang ada (effective technology), dukungan
kebijakan (political will), kemudahan mendapatkan sumber daya
(avaibility resources). Penentuan prioritas pada perencanaan
kebijakan suatu program gizi menjadi penting, karena program yang
dilakukan dapat dicapai secara efektif dan efisien (Symond 2013).
Adapun hasil penentuan prioritas masalah di Puskesmas Arcamanik
adalah sebagai berikut:

Tabel 2.9 Penentuan Prioritas Masalah Metode Matematik


Kriteria 1 2 3 4 5 6
Magnitude 5 5 5 4 4 4
Seriousness 5 4 4 4 5 3
Effective
3 4 4 3 4 3
Technology
Political Will 3 3 4 3 3 4
Avaibility
2 3 4 3 3 4
Resourcess

Total 450 720 1024 432 720 576

Rangking 5 2 1 6 3 4

Keterangan :
1. Ibu Hamil KEK
2. Bayi Usia < 6 Bulan mendapat ASI Eksklusif
3. Bayi Usia 6 Bulan mendapat ASI Eksklusif
4. Balita ditimbang yang naik berat badannya ( N/D’ )
5. Balita wasting
6. Remaja putri mendapat TTD

Berdasarkan penentuan masalah menggunakan metode


matematik, cakupan bayi usia 6 bulan mendapat Asi Eksklusif
menjadi prioritas masalah. Masih rendahnya cakupan bayi usia 6
bulan yang mendapat Asi eksklusif (44,11%) menunjukkan bahwa
sebanyak 55,89% bayi tidak mendapat ASI eksklusif selama 6
bulan pertama kehidupannya, hal ini ditunjukkan pula oleh data
bahwa bayi usia 0 – 6 bulan yang mendapat asi eksklusif (Asi
proses) hanya sebesar 51,96%.
ASI Eksklusif merupakan makanan terbaik untuk bayi sejak
lahir sampai berumur 2 tahun meliputi : a) memberikan ASI kepada
bayi segera dalam waktu satu jam setelah lahir, b) memberikan
hanya ASI saja sejak lahir sampai umur enam bulan. Perilaku ini
dapat melindungi bayi dari penyakit kronis masa depan dan
menurunkan risiko infeksi akut (RI, Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, 2012).
WHO dan UNICEF memberikan rekomendasi tentang 4
standar emas pemberian makan bayi dan anak (PMBA)yang
tercantum dalam Global Strategy for Infant and Young Child
Feeding yaitu memberikan air susu ibu (ASI) kepada bayi segera
dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, memberikan ASI saja atau
pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6
bulan, memberikan makanan pendamping air susu ibu (MPASI)
sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan serta meneruskan
pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih. UNICEF. Global
Strategy for Infant and Young Child Feeding.Geneva.: World Health Organisation-UNICEF; 2003

Praktik pemberian makanan pada bayi dan anak usia 6–24


bulan harus dilakukan secara benar dan tepat. Kesalahan
pemberian makanan di periode tersebut dapat mengakibatkan
masalah gizi kurang dan balita pendek. Mufida L Widyaningsih TD, Maligan
JM.Prinsip dasar MPASI untuk bayi usia 6-24 Bulan. Jurnal Pangan dan Agroindustri ,2015;3

(4);.1646-1651.

Besaran prevalensi gizi kurang dan stunting di Jawa Barat


masih di bawah angka nasional namun angka stunting masih di
atas 20 persen. Kejadian gizi kurang dan stunting meningkat pada
kelompok bayi dan anak usia 6 bulan sampai 35 bulan. Kementerian
Kesehatan RI .Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta. (ID): Pusat Penelitian dan
Pengembangan Gizi dan Makanan. Balitbangkes;2013.

Masalah gizi yaitu gizi kurang maupun gizi lebih akan


meningkatkan kerentanan terhadap penyakit, khususnya resiko
terjadinya penyakit tidak menular. Bila masalah ini berlanjut hingga
dewasa dan menikah akan berisiko mempengaruhi kesehatan janin
yang dikandungnya. Sebagai contoh ibu anemia atau KEK beresiko
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR), stunting,
komplikasi saat melahirkan, menderita penyakit tidak menular
seperti diabetes dan penyakit jantung dikemudian hari. Biro komunikasi
dan pelayanan publik Kementerian kesehatan RI. 2021. Sehat Negeriku.
Dapat dilihat juga dari tabel pola kematian pada analisa
situasi di wilayah puskesmas Arcamanik bahwa Penyebab
kematian terbanyak disebabkan oleh penyakit tidak menular
(PTM). Laporan Tahunan Puskesmas arcamanik Tahun 2020
Berdasarkan analisa situasi dan identifikasi masalah tersebut
diatas maka dinilai mendesak untuk menyelesaikan masalah
cakupan Asi eksklusif sebagai prioritas masalah di wilayah kerja
Puskesmas Arcamanik.

3.1.1. Analisa Penyebab Masalah


Analisa penyebab masalah dilakukan menggunakan pohon
masalah, berikut merupakan pohon masalah dari cakupan bayi usia
6 bulan yang mendapat Asi eksklusif.
Gambar 2.1 Pohon Masalah

Rendahnya Cakupan bayi usia


6 bulan mendapat asi eksklusif
(Lulus)

Pencatatan dan Rendahnya Ibu menyusui yang Kurangnya Peran Gencarnya Iklan susu
Pelaporan Asi pengetahuan bekerja tidak dan dukungan formula
eksklusif tidak dan sikap ibu memberikan Asi keluarga
optimal tentang ASI Eksklusif

Rendahnya
pengetahuan dan sikap
kader tentang ASI

Promosi Asi eksklusif masih kurang


Berdasarkan pohon masalah, faktor utama yang
menyebabkan cakupan bayi usia 6 bulan mendapat Asi eksklusif
masih rendah adalah pencatatan dan pelaporan Asi eksklusif yang
tidak optimal, Rendahnya pengetahuan dan sikap ibu tentang Asi,
ibu bekerja tidak memberikan Asi, kurangnya peran dan dukungan
keluarga, dan gencarnya iklan susu formula.
Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif adalah
faktor usia ibu, pengetahuan ibu, dan dukungan keluarga (Sohimah,
2017). Menurut penelitian (Arifiati, 2017), salah satu faktor yang
berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif adalah tingkat
pengetahuan ibu dan dukungan keluarga yang kurang. Dari hasil
penelitian (Ilhami, 2015) terdapat 23 orang (52,3%) ibu dengan
tingkat pengetahuan yang rendah banyak yang tindakannya tidak
baik dalam pemberian ASI Eksklusif dan penelitian ini sejalan
dengan (Lestari, 2013) yang mengatakan bahwa faktor yang dapat
menyebabkan kegagalan pemberian ASI Eksklusif adalah faktor
pengetahuan.
Hasil analisis menyebutkan bahwa ada hubungan antara
tingkat pendidikan dengan pemberian asi eksklusif. Semakin tinggi
tingkat pendidikan seorang ibu maka semakin baik perilaku
pemberian asi eksklusifnya. Makin tinggi pendidikan seorang ibu
juga menyebabkan pemahaman seorang ibu terhadap manfaat asi
untuk bayinya semakin tinggi, sehingga para ibu termotivasi untuk
memberikan asi nya selama minimal 6 bulan pertama. Pendidikan
dapat mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang.
Berdasarkan hasil analisis situasi wilayah kerja puskesmas
arcamanik diketahui bahwa rata-rata tingkat pendidikan adalah SD.
Alasan utama ibu tidak konsisten memberikan ASI adalah
ketakutan ibu akan kecukupan ASI yang bisa diproduksi. Secara
biologis, selama ibu mengonsumsi makanan bergizi, dan selama
terdapat rangsangan dari mulut bayi, maka ASI secara otomatis
akan terus diproduksi. Namun ada pengaruh psikologis ibu pada
produksi ASI sehingga ibu menyusui diupayakan untuk selalu
bahagia dan dihindarkan dari emosi negatif. Di sinilah dibutuhkan
peran suami untuk mendukung istrinya yang sedang menyusui.
Suami berperan memberi dukungan secara moril dan psikis selama
ibu menyusui. Hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI
eksklusif ini telah dibuktikan secara ilmiah oleh beberapa penelitian.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Tenaga Pelaksana
Gizi di Puskesmas arcamanik juga diperoleh informasi bahwa salah
satu penyebab masih belum tercapainya cakupan bayi usia 6 bulan
mendapat asi eksklusif adalah masih belum optimalnya pencatatan
dan pelaporan. Puskesmas Arcamanik sudah memiliki program
inovasi yaitu SIPOFPO sebagai alat pencatatan pelaporan digital
yang dapat diisi oleh kader posyandu namun dalam pengisiannya
seringkali tidak diisi sehingga mungkin saja terjadi kehilangan data
bayi yang mendapat Asi eksklusif. Alasan kader tidak mengisi
seringkali karena kader masih perlu terus diingatkan mengenai
definisi operasional dari asi eksklusif
Alasan berbeda terjadi pada ibu menyusui yang bekerja.
Sebagian besar ibu menyusui berada pada usia produktif sehingga
banyak ibu menyusui yang bekerja. Waktu bekerja dan tekanan
dalam pekerjaan menjadi faktor penghambat ibu yang bekerja
untuk memberikan ASI eksklusif.
Tantangan selanjutnya berasal dari kurangnya pengetahuan
keluarga tentang ASI ekslusif. Budaya pemberian makanan
tambahan lebih dini biasanya merupakan anjuran dari orang tua
atau mertua. Anjuran tersebut terkadang tidak dapat ditolak karena
beberapa alasan. Pertama karena kurangnya pengetahuan ibu
tentang pencernaan bayi yang belum dapat menerima makanan
tambahan sebelum usia 6 bulan. Kedua, karena rasa hormat
kepada orang yang telah menjadi ibu terlebih dahulu sehingga
meski ibu memiliki pengetahuan tapi tidak mampu menolak.
Menurut Sumartono (2002), iklan dapat mempengaruhi pola
dan perilaku antar pribadi dan kelompok. Pengaruh itu bisa positif
dan bisa negatif. Iklan susu formula yang bagus dapat dengan
mudah beredar di kalangan jaringan komunikasi para ibu yang
sedang menyusui. Responden tertarik dengan iklan susu formula
dikarenakan sebagian responden belum mengetahui tentang
manfaat ASI Eksklusif. Sumartono, 2002. Pengetahuan, http://www.indomedia.com
diakses 23 Juni 2021 Jam 10.00 WIB

3.1.2. Perencanaan Penyusunan Usulan Alternatif Program


a. Pohon Harapan Cakupan bayi usia 6 bulan mendapat asi
eksklusif
Berdasarkan pohon masalah yang sudah dibuat maka
dirancang pohon harapan untuk menganalisis usulan
program alternatif untuk pemecahan masalah. Dengan
harapan perbaikan yang dimulai dari faktor tidak langsung
(dari bawah) mampu memperbaiki cakupan asi eksklusif.
Gambar 2.2 Pohon Harapan

Cakupan bayi usia 6 bulan


mendapat asi eksklusif (Lulus)
mencapai target

Pencatatan dan pengetahuan Ibu menyusui yang Peran dan Iklan susu formula tidak
Pelaporan Asi dan sikap ibu bekerja dapat dukungan keluarga gencar
eksklusif mejadi tentang ASI memberikan Asi meningkat
optimal meningkat Eksklusif

pengetahuan dan sikap


kader tentang ASI
meningkat

Promosi Asi eksklusif Meningkat


Gambar 2.3 Ladder Alternatif Intervensi

Rendahnya Cakupan bayi usia


6 bulan mendapat asi eksklusif
(Lulus)

Pencatatan dan Rendahnya Ibu menyusui yang Kurangnya Peran Gencarnya Iklan susu
Pelaporan Asi pengetahuan bekerja tidak dan dukungan formula
eksklusif tidak dan sikap ibu memberikan Asi keluarga
optimal tentang ASI Eksklusif

Rendahnya
pengetahuan dan sikap
kader tentang ASI

Promosi Asi eksklusif masih kurang


Tabel 2.10 Kriteria Prioritas Intervensi Gizi

Kriteria Intervensi 1 Intervensi 2 Intervensi 3 Intervensi 4 Intervensi 5


Memperbaiki pencatatan Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan Menurunkan
dan pelaporan Asi pengetahuan dan pengetahuan dan peran keluarga promosi susu
Eksklusif sikap ibu terhadap sikap ibu bekerja dalam pemberian formula
Asi eksklusif dalam pemberian Asi eksklusif
Asi eksklusif

Relevance 4 4 4 4 4

Feasibility 4 4 3 3 3

Effectiveness 5 4 3 3 3

Integration 5 4 3 2 3

Sustainability 5 4 3 3 3

Total 22 20 16 15 16
Tabel 2.11 Matrix Logframe Asi Eksklusif 6 bulan ( Lulus)

Hirarki hasil Indikator Cara Verifikasi Risiko dan Asumsi


Cakupan bayi 6 bulan mendapat Bayi usia 6 bulan mendapat Asi Pelaporan pada Sipofpo Pelaporan pada Sipofpo optimal
Asi eksklusif mencapai target Eksklusif
Bayi usia 6 bulan usia 6 bulan yang Persentase pengisian pelaporan Pelaporan pada Sipofpo Kader dapat melakukan recall
mendapat asi eksklusif terlaporkan Bayi usia 6 bulan dan bayi usia 6 status Asi bayi 6 bulan
bulan yamng mendapat asi
eksklusif terisi 100%
Pengetahuan dan sikap kader
terhadap Asi ekskusif meningkat
Penyuluhan bagi kader dengan
media digital Asi pada Sipofpo
Menu MediAsi pada Sipofpo Menu MediAsi tersedia dan dapat Log in Sipofpo Ketersediaan Smartphone atau PC
diakses dalam aplikasi Sipofpo
b. Analisis Program Gizi di Puskesmas Arcamanik Untuk
Cakupan Asi eksklusif.
Berdasarkan data Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Program Gizi Tahun 2020 berikut ini adalah kegiatan
program gizi yang sudah ada berkaitan dengan masalah
(RPK lampirkan)
1. Pendataan sasaran (mendapatkan data jumlah sasaran )
2. Pelayanan Gizi di posyandu (memantau status gizi di
posyandu termasuk status asi eksklusif bayi 6 bulan dan
bayi < 6 bulan) selama pandemi dilakukan melalui
pokbang dan sebagian melakukan penimbangan mandiri.
3. Penyuhan gizi dalam dan luar gedung ( meningkatkan
pengetahuan masyarakat terkait gizi)
4. Pertemuan kader (meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan kader termasuk dalam pencatatan dan
pelaporan asi eksklusif)
5. SIPOFPO yang merupakan aplikasi sistem informasi
posyandu yang dapat diakses oleh kader posyandu.

Identifikasi Kebiasaan Makan Sasaran


Berdasarkan hasil survey dengan 11 (sebelas) orang masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Arcamanik terkait dengan gambaran konsumsi
makan, diketahui bahwa mayoritas anggota keluarga terbiasa
mengonsumsi bahan pangan pokok (karbohidrat) beras atau nasi. Lauk
hewani yang dikonsumsi mayoritas penduduk adalah telur dan ayam,
Lauk nabati yang sering dikonsumsi adalah tahu dan tempe, masih jarang
untuk penduduk wilayah Puskesmas Arcamanik mengonsumsi kacang-
kacangan. Buah yang banyak dikonsumsi yaitu pepaya, semangka dan
pisang dan sayur yang sering dikonsumsi yaitu sayur wortel, sawi hijau,
buncis, bayam dan kangkung.
Dari hasil survey juga diketahui bahwa rata – rata pola makan 2 – 3
kali sehari. Disimpulkan bahwa masyarakat diwilayah tersebut masih
kurang pengetahuan terkait bahan makanan penukar untuk sumber bahan
makanan seperti karbohidrat, protein hewani/nabati, sayur dan buah.
sehingga masyarakat di wilayah Puskesmas Arcamanik belum makan
aneka ragam makanan.

2.2.5. Perencanaan Program Gizi Inovatif


Deskripsi : Alternatif kegiatan yang diusulkan merupakan
pengembangan dari aplikasi Sistem Informasi Pencatatan dan
Pelaporan Four point 0 (SIPOFPO) yang sudah ada di kecamatan
Arcamanik. Pengembangan dilakukan dengan menambahkan menu
tambahan pada aplikasi yaitu menu MediAsi yang merupakan akronim
dari media digital Asi yang didalamnya terdapat konten - konten untuk
meningkatkan pengetahuan dan sikap kader terhadap Asi Eksklusif,
sehingga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap
kader untuk melakukan penyuluhan, merecall Asi, mencatat pada
kartu bantu/ kohort ASI dan melaporkannya pada aplikasi SIPOFPO.
Adapun konten yang dapat diakses pada menu tambahan
adalah berupa video tentang pentingnya ASI , sertifikat Lulus ASI
eksklusif, flyer tentang ASI eksklusif dan materi lain yang dapat
meningkatkan pengetahuan kader. Selain itu juga menambahkan
keterangan / petunjuk pengisian pada kolom pelaporan nomor 9 dan
10 yang mana berdasarkan keterangan dari TPG bahwa seringkali
kader harus selalu diingatkan mengenai DO dari uraian kolom 9 dan
10 tersebut.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2020) bahwa
penggunaan aplikasi berbasis web memberikan pengaruh terhadap
peningkatan pengetahuan kader posyandu terhadap deteksi dini
stunting. Penggunaan Aplikasi Berbasis Web Pada Pengetahuan Kaderposyandu
Mengenai Deteksi Dini Stuntingthe Use Of Web-Based Applications On Posyandu Kader
Knowledge About Early Detectionstuntingputu Irma Pratiwi, Ni Nyoman Ayu Desy
Sekariniuniversitas Pendidikan Ganesha

Salah satu inovasi saat ini adalah penggunaan teknologi


informasi sebagai media dalam mempermudah akses dan transfer
materi pada saat pembelajaran.Perkembangan teknologi saat ini
sangat memungkinkan dibuatnya suatu sistemyang dapat membantu
peran seorang tenaga ahli dibidang kesehatan. Selain berfungsi
sebagai media komunikasi, smartphone sudah menjadi kebutuhan
bagi masyarakat modern, maka dari itu sangat memungkinkan untuk
dijadikan media promosi Asi eksklusif. Berdasarkanhasil penelitian,
aplikasi yang terdapat dalam smartphone sangat menarik karena
dirancang efisien untuk digunakan sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan (Intan Gumilang Pratiwi, 2018).

Belum copy dari ppt tampilan/ prototype penambahan


menu mediAsi
2.2.6. Rancangan Kegiatan Monitoring dan Evaluasi

Tabel 2.12. POA PROGRAM INTERVENSI GIZI

PROGRAM INTERVENSI/KEGIATAN : penambahan menu mediAsi pada SIPOFPO

Startegi kegiatan Sumber daya


Tujuan Umum &
Deskripsi intervensi Personil/Instansi terkait Sasaran Tempat Waktu
Khusus Target Rincian Kegiatan
Langsung Pendukung Langsung Kegiatan (lama keg) Jenis Asal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
kegiatan berupa Tujuan umum : Target : I. Persiapan : TPG Tim IT Kader Aplikasi Sepanjang SDM : TPG BOK
media digital Asi yaitu Meningkatkan – Membuat Kecamatan SIPOFPO SIPOFPO dan lintas (petugas)
dengan cakupan bayi usia 100% bayi usia rancang bangun digunakan program
mengembangkan 6 bulan yang lulus 0 – 6 bulan dan dari Pokjanal
aplikasi sistem Asi eksklusif tepat 6 bulan pengembangan Media : Kecamatan
informasi yang sudah Tujuan khusus yang mendapat SIPOFPO Aplikasi (jenis dana
ada dengan media 1. Meningkatkan Asi eksklusif – Advokasi kepada dipastikan
KIE mengenai Asi pengetahuan tercatat dan kepala kembali)
khususnya Asi dan sikap terlaporkan puskesmas Untuk Tim
eksklusif. Menambah kader – Menyiapkan IT
menu dan konten terhadap Asi Sasaran : media sebagai
tentang Asi eksklusif Eksklusif Kader konten
2. Meningkatkan Posyandu – TPG koordinasi
pengetahuan dengan Tim IT
dan
keterampilan II. Pelaksanaan
kader dalam
pencatatan - Pengerjaan
dan pelaporan pengembang
Asi eksklusif an oleh Tim
IT
- Upload
konten
mengenai
ASI eksklusif
oleh TPG
dan lintas
program

III. Monitoring
Evaluasi

- Bertambahny
a menu
mediAsi
pada aplikasi

- Tersedianya
media –
media
mengenai
Asi eksklusif
pada menu
mediAsi

- Optimalnya
pelaporan
Asi eksklusif
pada aplikasi

- Tersedianya
dana

- Naiknya
cakupan Asi
eksklusif
Tabel 2.13. . HIPOPOC

KEGIATAN INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME


Persiapan : 1. Tersedianya 1. Terlaksananya 1. Pengetahuan dan Cakupan bayi yang diberi
– Membuat rancang
bangun dari media ( video, kegiatan menambah sikap kader terhadap Asi eksklusif meningkat
pengembangan flyer,sertifikat Asi media tentang Asi Asi Eksklusif dari 44,11% menjadi
SIPOFPO
– Advokasi kepada kepala dll) untuk Eksklusif kedalam meningkat 55,5%
puskesmas dan Pokjanal
kecamatan diupolad kedalam menu mediAsi pada
– Menyiapkan media
2. Pelaporan Asi
menu mediAsi aplikasi SIPOFPO
sebagai konten eksklusif diisi
– TPG koordinasi dengan
Tim IT 2. Tersedianya 2. Tersampaikannya

II. Pelaksanaan
penambahan informasi terhadap
menu baru sasaran (kader)
- Pengerjaan
pengembangan
oleh Tim IT 3. Terisinya pelaporan
- Upload konten
mengenai ASI
Asi eksklusif pada
eksklusif oleh TPG aplikasi SIPOFPO
dan lintas program

III. Monitoring Evaluasi

- Bertambahnya
menu mediAsi pada
aplikasi

- Tersedianya media
– media mengenai
Asi eksklusif pada
menu mediAsi
- Optimalnya
pelaporan Asi
eksklusif pada
aplikasi

- Tersedianya dana

- Naiknya cakupan
Asi eksklusif
2.3. Produk Inovasi Dietetik Kuliner
2.3.1. Produk Untuk Penyakit Tidak Menular
A. Dasar Pemilihan Produk
Data dari berbagai studi global menyebutkan Indonesia
menempati peringkat ke-7 didunia dengan jumlah penyandang
diabetes melitus sebagai suatu masalah kesehatan yang cukup
besar. Pada tahun 2015 terdapat sekitar 415 juta orang mengalami
diabetes dan diperkirakan pada tahun 2040 meningkat menjadi 642
juta penderita. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan jumlah
penderita diabetes dari tahun ke tahun.
Salah satu faktor yang menyebabkan tingginya prevalensi
penyakit diabetes mellitus ialah pola konsumsi. Perubahan gaya
hidup ikut mempengaruhi pola konsumsi masyarakat,
mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap makanan yang
dikonsumsi. Makanan dengan indeks glikemik (IG) tinggi akan
meningkatkan kadar glukosa darah dalam jangka waktu lama
sehingga menimbulkan berbagai macam masalah komplikasi
diabetes. Konsumsi makanan yang mengandung indeks glikemik
tinggi dapat menyebabkan resistensi insulin.
Menurut penelitian Mayawati (2017), pasien diabetes melitus
mengalami penurunan kadar glukosa setelah mengonsumsi
makanan dengan indeks glikemik rendah. Makanan dengan indeks
glikemik rendah akan menurunkan laju penyerapan glukosa dan
menekan sekresi hormon insulin pankreas sehingga tidak terjadi
lonjakan kadar gula darah. Indeks glikemik pangan dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain kadar serat, perbandingan amilosa
dan amilopektin, kadar lemak dan protein serta daya cerna pati
(Istiqomah dan Ristanti, 2015). Oleh sebab itu dibutuhkan pangan
dengan indeks glikemik rendah sebagai alternatif pencegahan
penyakit diabetes melitus.
B. Karakteristik dan keunggulan bahan
Indonesia adalah negara penghasil pisang terbesar ketujuh di
dunia, yang mampu menghasilkan 6,3 juta ton pisang per tahunnya
(Furqon, 2013). Pada dasarnya, semua komponen tanaman pisang
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, mulai dari buah, daun,
batang, pelepah, sampai jantungnya. Jantung pisang hanya
dianggap limbah yang hanya dibuang atau dijadikan pakan ternak.
Jantung pisang merupakan salah satu bahan pangan yang
memiliki kandungan nutrisi yang baik bagi kesehatan seperti
protein, fosfor, mineral, kalsium vitamin B1, C dan kandungan serat
yang cukup tinggi (Novitasari dkk., 2013). Jantung pisang sangat
aman dikonsumsi bagi yang sedang menjalani program diet karena
kandungan lemaknya sangat sedikit dan memberi rasa kenyang
lebih lama. Jantung pisang memiliki banyak khasiat yaitu dapat
dijadikan pangan alternatif bagi penderita diabetes, program diet,
memperlancar pencernaan, mencegah stroke, penyakit jantung,
dan memperlancar peredaran darah (Novitasari dkk., 2013).
Pentingnya asupan serat (dalam jumlah yang cukup) bagi
kesehatan ditunjukan melalui efek fisiologis dari masing-masing
jenis serat tersebut. Dengan memperlambat absorpsi karbohidrat
dapat membantu penderita diabetes mellitus dalam mengatur kadar
gula darahnya.

C. Produk Memenuhi Persyaratan Diet


Pangan fungsional yang sesuai untuk diaplikasikan pada
penderita diabetes melitus dan obesitas adalah yang memiliki
indeks glikemik (IG) yang rendah. IG merupakan standar respon
glikemik terhadap adanya karbohidrat (utamanya gula dan pati) dan
makanan yang kaya akan karbohidrat, seperti beras, buah-buahan,
sayuran seperti beras, buah buahan, sayuran dan produk coklat
(Jenkins dkk. 1984 dalam Puspita, Ika. 2013).
Pada penderita diabetes mellitus dianjurkan untuk
mengkonsumsi makanan yang ber-IG rendah. Salah satu bahan
pangan yang berpotensi memiliki IG rendah adalah jantung pisang.
Kandungan nutrisi per 100 gram jantung pisang segar
menurut Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1992) : energi
31 kkal, protein 1,2 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 7,1 g, kalsium 3,0
mg, fosfor 50 mg, zat besi 0,1 mg, vitamin A 170 mg, vitamin B1
0,05 mg, vitamin C 10 mg, air 90,2 g dan BDD 25%.
Berkaitan dengan kurangnya pemanfaatan jantung pisang di
kalangan masyarakat, dan dibutuhkannya pangan dengan indeks
glikemik rendah sebagai alternatif pencegahan penyakit diabetes
melitus maka penulis memilih jantung pisang sebagai pangan
fungsional untuk digunakan sebagai bahan pengembangan produk
alternatif makanan selingan diabetisi.

D. Rancangan Pengembangan Produk

A. Modifikasi Resep yang Digunakan


Resep Asli
- kulit pangsit
- 200 gram ayam, cincang kasar
- 200 gram udang, cincang kasar
- 5 butir bawang putih goreng
- 1/2 butir bawang bombay, iris kotak kecil lalu goreng
- 2 butir telur
- 100 gram tepung tapioka
- 1 sdm bawang goreng
- daun bawang iris
- 1 sdm saus tiram
- garam
- lada
Cara membuat:
1. Blender bawang putih dengan telur, masukkan ke
cincangan ayam dan udang.
2. Tambahkan bawang bombay, bawang goreng, daun
bawang, lada, garam, saus tiram, dan tepung tapioka.
3. Ambil satu sendok adonan, masukan ke kulit pangsit, beri
parutan wortel. Kukus sampai matang.
4. Kuah: Rebus air, tambahkan bawang putih geprek, daun
bawang iris, gula, garam, dan bawang goreng.

Resep Modifikasi
- kembang tahu
- 200 gram jantung pisang yang sudah dikukus
- 5 butir bawang putih goreng
- 1/2 butir bawang bombay, iris kotak kecil lalu goreng
- 1 butir telur
- 100 gram tepung tapioka
- 1 sdm bawang goreng
- garam
- lada

Cara membuat :
1. Blender bawang putih dengan telur, masukkan ke
cincangan jantung pisang.
2. Tambahkan bawang bombay, bawang goreng, daun
bawang, lada, garam, saus tiram, dan tepung tapioka.
3. Ambil satu sendok adonan, masukan ke kulit kembang
tahu yang sudah direndam terlebih dahulu dalam air..
Gulung kemudian Kukus sampai matang.
4. Kuah: Rebus air, tambahkan bawang putih geprek, daun
bawang iris, gula, garam, dan bawang goreng.
B. Analisis Gizi
Produk Lama

No Bahan makanan Bera ket E P L KH Natriu Sera Berat yg E P L KH Natrium Serat


t m t dibutuhk
an
1 Dada ayam 100 gr 19 29,5 7,72 0 393 0 200 487,5 59,1 15 0,00 786,00 0,00
5 5
2 pangsit 1 kecil 22 0,59 0,58 3,64 77 0,1 10 220 5,9 5,8 36,40 770,00 1,00
3 udang 100 gr 91 21 0,2 0,1 178 0 200 182 42 0,4 0,20 356,00 0,00
4 bawang putih 1 siung 4 0,19 0,02 0,99 7 0,6 5 20 0,95 0,1 4,95 35,00 3,00
5 bawang bombay 150 /1 40 0,88 0,08 9,63 13,5 2,7 75 20 0,44 0 4,82 6,75 1,35
buah
6 tepung tapioka 100 gr 12 2 3,9 22 1 0,9 100 129 2 3,9 22,00 1,00 0,90
9
7 bawang goreng 10 gr 50 1 3 5 0 0 20 100 2 6 10,00 0,00 0,00
8 saos tiram 10 ml 20 0 0 4 2733 0,3 10 20 0 0 4,00 2733,00 0,30
9 merica 1 butir 4 0,19 0,09 0,83 10 1 5 20 0,95 0,5 4,15 50,00 5,00
10 garam 5 0 0 0 0 38,75 0 5 0 0 0 0,00 38,75 0,00
Total 1198,5 113,34 32 86,52 4776,50 11,55
Per 10 119,85 11,334 3,2 8,6515 477,65 1,155
Produk Baru

Bahan Berat yg
No Berat ket E P L KH Natrium Serat E P L KH Natrium Serat
makanan dibutuhkan

1 kembang tahu 100 basah 90 10,7 4 4,7 0 0 75 67,5 8,025 3 3,53 0 0


2 jantung pisang 100 gr 31 1,2 0,3 7,1 3 3,2 200 62 2,4 0,6 14,20 6 6,4
3 Dada ayam 100 gr 195 29,55 7,72 0 393 0 200 487,5 59,1 15 0,00 786,00 0,00
4 telur ayam 100 gr 154 12,4 10,8 0,7 142 0 55 84,7 6,82 5,9 0,39 78,1 0
5 bawang putih 1 siung 4 0,19 0,02 0,99 7 0,6 5 20 0,95 0,1 4,95 35 3
bawang /1
6 bombay 150 buah 40 0,88 0,08 9,63 13,5 2,7 30 8 0,176 0 1,93 2,7 0,54
7 tepung tapioka 100 gr 129 2 3,9 22 1 0,9 70 90,3 1,4 2,7 15,40 0,7 0,63
8 bawang goreng 10 gr 50 1 3 5 0 0 10 50 1 3 5,00 0 0
9 merica 1 butir 4 0,19 0,09 0,83 10 1 5 20 0,95 0,5 4,15 50 5
10 garam 5   0 0 0 0 38,75 0 5 0 0 0 0,00 38,75 0
 Per
10             890 80,821 31 49,536 997,25 15,57
Total
Per
satuan             89 8,0821 3,1 4,9536 99,725 1,557
C. Penamaan Produk
Produk pengembangan ini diberi nama Dimsum Japin

D. Keunggulan produk baru dan persyaratan yang


dipenuhi
Pada umumnya dimsum yang dikonsumsi oleh
masyarakat adalah dimsum dengan isian daging ayam,babi
dan atau udang,namun isian tersebut kurang mengandung
serat dan juga mengandung kalori dan natrium yang tinggi
yang tidak baik dikonsumsi terutama untuk makanan
selingan pada penderita Diabetes mellitus.
Produk pengembangan ini memanfaatkan produk
pangan lokal yaitu jantung pisang sebagai bahan utama
yang mengandung kadar IG rendah dan tinggi serat yang
baik untuk penderita Diabetes mellitus. Selain itu, kulit yang
digunakan juga menggunakan bahan kembang tahu sebagai
pengganti kulit pangsit yang bahan utamanya mengandung
tepung.Kembang tahu diketahui lebih rendah kalori dan gula.

2.3.2. Produk Untuk Rawan Gizi


A. Dasar Pemilihan Produk
Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah salah satu keadaan
malnutrisi. Dimana keadaan ibu menderita kekurangan makanan yang
berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan
kesehatan pada ibu secara relatif atau absolut satu atau lebih zat gizi.
Risiko Kekurangan Energi Kronik pada ibu hamil ditandai dengan ukutan
LLA(1).
Berdasarkan hasil survei Penilaian Status Gizi tahun 2016 di 34
Provinsi di Indonesia, terdapat 16,2% ibu hamil Kekurangan [pEnergi
Kronik (KEK) . Data Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa jumlah ibu
hamil KEK di Indonesia berjumlah 17,3% yang ditandai oleh ukuran
Lingkar Lengan Atas (LLA< 23,5 cm). Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan
wanita tidak hamil yang menderita KEK sejumlah 14,5%. Ibu hamil yang
menderita Kekurangan Energi Kronik (KEK) berisiko menderita anemia,
meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR),
KEK juga dapat menjadi penyebab tidak langsung kematian ibu (2).
Pemberian makanan tambahan khususnya bagi kelompok rawan
merupakan strategi suplementasi dalam mengatasi masalah gizi. Pada
kelompok ibu hamil baik di pedesaan maupun perkotaan lebih dari
separuhnya mengalami defisit asupan energi dan protein. Oleh karena itu
pemberian makanan tambahan yang berfokus baik pada zat gizi makro
maupun zat gizi mikro bagi balita dan ibu hamil sangat diperlukan dalam
rangka pencegahan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan balita pendek
(stunting) (3).
Makanan tambahan yang diberikan dapat berbentuk makanan
keluarga berbasis pangan lokal dengan resep-resep yang dianjurkan.
Makanan lokal lebih bervariasi namun metode dan lamanya memasak
sangat menentukan ketersediaan zat gizi yang terkandung di dalamnya.
Suplementasi gizi dapat juga diberikan berupa makanan tambahan
pabrikan, yang lebih praktis dan lebih terjamin komposisi zat gizinya(3).
Brownies merupakan salah satu produk yang dibuat dari tepung-
tepungan, selain itu, brownies juga merupakan makanan jajanan yang
disukai anak-anak. Produk brownies saat ini menjadi trend dan favorit
banyak orang. Brownies sudah sejak lama dikenal masyarakat sebagai
jajanan yang cukup mengenyangkan dan juga sering menggantikan menu
sarapan pagi dan bekal sekolah anak. Tidak seperti jajanan atau kue
tradisional yang rata-rata hanya mampu bertahan sehari dan kemudian
basi, brownies dapat bertahan dua sampai tiga hari tanpa bahan
pengawet (4).
Produk kue brownies saat ini sudah banyak variasi rasanya seperti
rasa keju, pandan, durian dan ubi jalar. Makanan yang beranekaragam
dapat diciptakan dengan memvariasikan penggunaan berbagai bahan
pokok dengan berbagai teknologi pengolahan pangan.
Penganekaragaman pangan juga berguna untuk mengurangi
ketergantungan pada satu jenis pangan tertentu misalnya tepung terigu.
Oleh karena itu, dengan adanya teknologi modifikasi diharapkan brownies
tidak lagi sekedar makanan ringan saja, tetapi melului substitusi tepung
terigu menjadi tepung mocaf dalam pembuatan brownies dapat
meningkatkan kandungan gizi brownies, terlebih terhadap kandungan
mineral seperti kalsium dan kandungan serat yang lebih tinggi
dibandingkan dengan padi dan gandum(4).

B. Karakteristik dan Keunggulan Bahan


Brownies merupakan produk bakery yang termasuk dalam kategori cake
dengan bahan dasar terigu. Brownies merupakan salah satu jenis cake
yang berwarna cokelat kehitaman. Mempunyai tekstur lebih keras
daripada cake karena brownies tidak membutuhkan pengembangan yang
tinggi (5). Pada pembuatan brownies ini, tepung terigu disubtisusi dengan
tepung mocaf.
MOCAF (Modified Cassava Flour) atau tepung ubi kayu
termodifikasi merupakan salah satu produk pati termodifikasi yang telah
banyak dimanfaatkan pada berbagai produk pangan. MOCAF merupakan
tepung ubi kayu yang diproduksi dengan memodifikasi sel ubi kayu secara
fermentasi (6).Tepung MOCAF memiliki karakteristik mirip tepung terigu
sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengganti tepung terigu atau
campuran terigu 30%-100% dan dapat menekan biaya konsumsi tepung
terigu 30% – 100% (7).
Menurut Djalal dalam Widasari (2014), komposisi gizi pada mocaf
adalah kadar Air 13%, kadar protein 1,0%, kadar abu 0,2%, kadar pati 85-
87%, kadar serat 1,9-3,4%, kadar lemak 0,4-0,8 %. Keberadaan zat gizi
pada tepung mocaf berpeluang untuk dikembangkan menjadi produk lain
sebagai bahan subtitusi tepung terigu, sehingga makanan yang berbahan
baku tepung terigu dapat dikurangi atau diganti dengan meningkatkan
pengolahan tepung mocaf. Salah satu keunggulan tepung mocaf
dibandingkan dengan tepung terigu adalah mocaf memiliki kadar abu yang
lebih rendah yaitu berkisar 0,4 persen, sedangkan terigu berkisar 1,3
persen, mocaf memiliki kadar pati yang lebih tinggi dibanding tepung
terigu yang berkisar 85-87 persen dan mocaf juga memiliki kadar serat
yang lebih tinggi dibanding dengan terigu(8).

C. Produk memenuhi Persyaratan Diet

Ibu hamil KEK harus menjalani diet tinggi energi tinggi protein
(TETP) dimana pada diet ini ibu hamil harus mengonsumsi makanan yang
memiliki kandungan energi dan protein lebih tinggi dibandingkan
kebutuhan normal (10). Syarat makanan tambahan bagi ibu hamil yaitu
mengandung minimum 270 kalori, minimum 6 gram protein, dan minimum
12 gram lemak. Resep ini masih dapat dimodifikasi lebih lanjut sehingga
memiliki kandungan gizi yang adekuat sebagai alternative makanan
tambahan bagi ibu hamil KEK (2)

Brownies sebagai PMT ibu hamil KEK memiliki manfaat yaitu


sebagai penambah energi dan dapat memulihkan stamina tubuh, karena
didalamnya terkandung aneka macam lemak, protein, karbohidrat dan
glukosa. Telur yang terkandung di dalam kue brownies berfungsi sebagai
pencegah terjadinya kolestrol dan pengentalan pada darah, selain itu telur
juga berfungsi untuk memperbaiki kadar lipid (lemak) yang berlebihan
akibat mengkonsumsi makanan yang memilki kolestrol yang tinggi. Coklat
pada brownies berfungsi untuk mencegah terjadinya kolestrol di dalam
darah, mencegah terjadinya penyakit jantung dan kanker, serta sebagai
sumber nutrisi dan vitamin yang penting bagi kesehatan tubuh. Selain itu
bronies yang mengandung banyak gula sederhana juga dapat
memberikan energi yang berfungsi untuk memulihkan tenaga secara
cepat. Namun, jika gula sederhana ini dikonsumsi secara berlebihan maka
dapat menimbulkan aneka macam penyakit yang bisa menganggu
kesehatan tubuh yang mengkonsumsinya. Margarin merupakan sumber
vitamin A yang berfungsi untuk menjaga kardiovaskular dalam tubuh serta
untuk membantu perkembangan gigi dan tulang. Tepung mocaf berfungsi
sebagai sumber energi dan kaya akan serat dan kalsium. Semua nilai gizi
yang dibutuhkan ibu hamil KEK dalam satu kali selingan sudah ada di
dalam satu sajian brownies (11).

D. Modifikasi Resep Yang Digunakan


Resep asli
Bahan yang digunakan dalam pembuatan brownies panggang resep asli adalah sebagai
berikut :

Bahan Makanan Berat Keterangan


Dark cooking chocolate 150g
Margarin 50g
Minyak goreng 40ml
Telur 2 butir
Gula halus 150g
Tepung terigu 100g
Coklat bubuk 35g
Chocolate Chip Sesuai selera

Langkah pembuatan berdasarkan resep acuan brownies panggang


adalah sebagai berikut :
1. Lelehkan coklat batang, mentega & minyak dengan cara ditim (atau
masukkan microwave selama 1 menit)
2. Panaskan oven suhu 150°C
3. Kocok telur & gula halus dengan whisk sampai gula larut (pastikan
gula benar-benar larut agar muncul shiny crust pada permukaan
brownies)
4. Masukkan lelehan coklat, aduk rata
5. Masukkan terigu & coklat bubuk, aduk rata
6. Adonan akan menjadi sangat kental dan berat.
7. Tuang adonan ke loyang ukuran 20 yang dialasi baking paper (lebihin
kertas 2cm dr tinggi loyang agar brownies mudah dikeluarkan setelah
matang, karena jenis brownies ini tidak boleh dibalik setelah matang).
8. Beri topping sesuai selera. Diamkan beberapa saat sebelum di tuang
ke Loyang
9. Panggang selama 30 menit (oven sudah dipanaskan dulu 15 menit
sebelum adonan masuk)
10. Setelah matang, potong dan sajikan.

Resep modifikasi
Bahan yang digunakan dalam pembuatan brownies panggang
modifikasi adalah dengan mengganti bahan utama tepung terigu menjadi
100% tepung mocaf untuk meningkatkan kandungan seratnya.
Bahan Makanan Berat Keterangan
Dark cooking 150g
chocolate
Margarin 50g
Minyak goreng 40ml
Telur 52g 2 butir
Gula halus 150g
Tepung mocaf 100g
Coklat bubuk 35g
Chocolate Chip 30g

Langkah pembuatan brownies panggang modifikasi sesuai dengan


resep acuan, antara lain sebagai berikut :
1. Lelehkan coklat batang, mentega & minyak dg cara ditim (atau
masukkan microwave selama 1 menit)
2. Panaskan oven suhu 150°C
3. Kocok telur & gula halus dg whisk smp gula larut (pastikan gula benar-
benar larut agar muncul shiny crust pada permukaan brownies)
4. Masukkan lelehan coklat, aduk rata
5. Masukkan tepung & coklat bubuk, aduk rata
6. Adonan akan menjadi sangat kental dan berat.
7. Tuang adonan ke loyang ukuran 20 yg dialasi baking paper (lebihin
kertas 2cm dari tinggi loyang agar brownies mudah dikeluarkan
setelah matang, karena jenis brownies ini tidak boleh dibalik setelah
matang).
8. Beri topping sesuai selera. Diamkan beberapa saat sebelum di tuang
ke Loyang
9. Panggang selama 30 menit (oven sudah dipanaskan dulu 15 menit
sebelum adonan masuk)
10. Setelah matang, potong dan sajikan.

Analisis Nilai Gizi Produk Lama dan Baru


a. Analisis nilai gizi resep asli brownies panggang

Bahan Berat E P L KH Serat


Coklat Batang Dark 150 900 7,50 60 75 12,75
Margarin 50 360 0,3 40,5 0,2  
Minyak 40 348 0,4 39,2    
Telur Ayam 52 40 5,6 0 0,4  
Gula Halus 150 591     141  
Tepung Terigu 100 333 9 1 77,2 0,3
Coklat Bubuk 35 108,85 2,8 83,3 17,115 11,41
Coklat Chip 30 143,7 1,26 9 18,93 1,77
Kandungan Gizi/Resep @10 2824,55 26,86 233 329,86 26,23
Kandungan Gizi/Porsi 282,46 2,69 23,3 32,99 2,62

b. Analisis nilai gizi resep modifikasi brownies panggang


Berikut analisis resep modifikasi dengan substitusi tepung terigu
dengan tepung mocaf :
Bahan Berat E P L KH serat
Coklat Batang Dark 150 900 7,50 60 75 12,75
Margarin 50 360 0,3 40,5 0,2  
Minyak 40 348 0,4 39,2    
Telur Ayam 52 40 5,6 0 0,4  
Gula Halus 150 591     141  
Tepung Mocaf 100 350 1,2 0,6 85 6
Coklat Bubuk 35 108,85 2,8 83,3 17,115 11,41
Coklat Chip 30 143,7 1,26 9 18,93 1,77
Kandungan Gizi/Resep @10 2841,55 19,06 232,6 337,66 31,93
Kandungan Gizi/Porsi 284,16 1,91 23,26 33,77 3,19

Penamaan Produk
Produk brownies panggang dengan modifikasi substitusi tepung
terigu menjadi tepung mocaf bagi ibu hamil KEK diberi nama “Mownis”
atau singkatan dari MocAf broWNIES.

Perhitungan Harga Produksi


Perhitungan perkiraan harga resep modifikasi Mownis dapat dilihat pada
tabel berikut :

Beli
Bahan Makanan Berat
Berat Harga Harga/BM
coklat batang dark 150 250 17000 10200
margarin 50 200 5000 1250
minyak 40 2000 23000 460
Telur ayam 52 900 23000 1329
gula halus 150 1000 600 90
tepung mocaf 100 500 18000 3600
coklat bubuk 35 90 23000 8944
coklat chip 30 100 7000 2100
Total Harga Bahan / resep @10 porsi 27973
Harga/Porsi 2797
Tenaga / transportasi (5%) 140
Gas & listrik 280
Total Biaya per Porsi 3217

Keunggulan Produk Baru Dan Persyaratan Yang Dipenuhi


a. Keunggulan Produk Baru
Keunggulan dari hasil resep modifikasi “mownis” adalah sebagai
berikut :
1. menambahkan penggunaan bahan pangan lokal yaitu tepung
mocaf sehingga meningkatkan diversifikasi pangan di masyarakat.
2. menggunakan tepung mocaf sebagai sumber karbohidrat dengan
serat larut tinggi dan sumber zat besi.

b. Persyaratan yang Dipenuhi


Resep modifikasi “mownis” telah memenuhi syarat PMT ibu hamil
KEK yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Syarat makanan tambahan bagi ibu hamil yaitu mengandung
minimum 270 kalori, dan dalam 1 porsi produk manies memiliki
energi sebesar 284,16 kkal
2. Syarat makanan tambahan bagi ibu hamil yaitu mengandung
minimum 12 gram lemak, dan dalam 1 porsi produk manies
mengandung lemak sebesar 23,26 gr
3. Resep ini masih dapat dimodifikasi lebih lanjut sehingga memiliki
kandungan gizi yang adekuat sebagai alternative makanan
tambahan bagi ibu hamil KEK .

2.4. Proses Asuhan Gizi Terstandar pada Individu dengan Penyakit


Tidak Menular
2.4.1. Asuhan Gizi pada Penyakit Tidak Menular (kasus 1)

ASUHAN GIZI
Identitas pasien :
Nama Pasien Ny. IH
Jenis Kelamin Perempuan
Usia 44 tahun
Pekerjaan Wiraswasta
Mobilitas Ambulatory
Diagnosa Medis Dislipidemia
Riwayat Penyakit Pasien
Keluhan utama Nyeri badan, sakit kepala, luka di
jempol karena jatuh
Riwayat Penyakit sekarang Dislipidemia
ASSESMEN GIZI
A. Antropometri
 Tinggi Badan 160 cm
 Riwayat BB 60kg
BBI : (TB-100)x90%

: (160-100)x 90%

: 54 Kg
 IMT 23,44 Kg/m2
Kesimpulan : Beresiko (berdasarkan asia pasifik)
B. Biokimia
Parameter Hasil Nilai Keterangan
normal&
satuan
GDP 85 74- 109 mg/dl normal
Cholesterol 204 < 200 mg/dL hiperkolesterol

Kesimpulan :

Klien mengalami hiperkolesterolemia


C. Klinis-Fisik
Penampilan keseluruhan Keadaan umum baik
Klinis -
Tanda-tanda vital :
Parameter Hasil
Tekanan darah 120/80 mmHg
Kolesterol Total 204 mg/dl
Kesimpulan :

Keadaan umum baik, tekanan darah normal, kolesterol tinggi


(hiperkolesterol)

D. Riwayat Makan Pasien


Hasil Recall 1x24 jam Jenis Makanan biasa
makanan
Jumlah E= 120,5% dari
makanan kebutuhan Energi ,
KH = 99% TE, L=
149,4%
Riwayat makan di rumah Jenis Makanan biasa
makanan
Frekuensi 2x makan utama dan
2x selingan
Cara Direbus,
Pengolahan digoreng,tumis
Variasi Nasi, ayam, ikan,
makanan telur, sayuran, buah
Kebiasaan - Menyukai
makan 3 udang
bulan terakhir - Konsumsi
santan cukup
sering
- Menyukai telur
puyuh

Pengetahuan/sikap terkait gizi Klien belum pernah mendapatkan


edukasi gizi terkait diet dislipidemia
Pengobatan Simfastati, Ibuprofen,B.complex
Kesimpulan :

- Asupan makan 1 x 24 jam berlebih dari kebutuhan dan tinggi


asupan lemak
- Klien mengkonsumsi aneka ragam makanan
- Klien menyukai makanan dengan kandungan kolesterol tinggi

DIAGNOSA GIZI
Domain Kode PES
Asupan NI.5.5.2 Kelebihan asupan lemak
berkaitan dengan konsumsi
makanan tinggi kolesterol
ditandai dengan nilai
kolesterol 204 mg/dl
Klinis NC 2.2 Perubahan nilai lab terkait gizi
berkaitan dengan konsumsi
makanan tinggi kolesterol
ditandai dengan nilai
kolesterol 204 mg/dl
Pengetahuan NB 1.3 Kurang pengetahuan terkait
makanan dan zat gizi
berkaitan dengan sebelumnya
kurang terpapar dengan
informasi yang akurat terkait
gizi ditandai dengan senang
mengonsumsi makanan tinggi
lemak dan nilai lab kolesterol
204 mg/dl
INTERVENSI GIZI
1. Tujuan Intervensi a. Mencapai kadar kolesterol darah
normal
b. Memberikan energi yang cukup
untuk mencapai berat badan
normal

2. Preskripsi diet Jenis diet Diet dislipidemia


Bentuk Makanan biasa
makanan
Cara Oral
pemberian
Frekuensi 3x makanan utama
makan
2x selingan
3. Syarat Diet 1. Energi sesuai kebutuhan 1872,4
kkal
2. Karbohidrat diberikan 60% dari
TE yaitu 280,8 gr dengan
mengutamakan karbohidrat
kompleks
3. Asupan lemak diberikan 25% dari
TE yaitu 52,1 gr dengan
konsumsi makanan mengandung
kolesterol <200 mg/hari
4. Asupan protein diberikan 15% TE
yaitu 70,2 gr
5. Anjuran konsumsi serat 23gr/hari
yang berasal dari sumber kacang-
kacangan, buah, dan sayur (AKG
2019)
6. Perhitungan kebutuhan Mifflin : (10 x BB) + (6,25 x TB) – (5 x
u) -161
: (10 x 60) + (6,25 x 160) – (5 x
44) - 161
= 600+1000-220-161
= 1219
TEE : 1,219 x 1,3
: 1.584,7 kkal
P : 15 %
= 1.584,7 x 15% : 4
= 59,43 gr
L : 25 %
= 1.584,7 x 25% : 9
= 44,02 gr
KH : 60%
= 1.584,7 x 60% : 4
= 237,71 gr
Natrium : <2300 mg
Kolesterol : <200 mg
Serat : 25 gr

Edukasi
a) Rancangan Edukasi
- Sasaran :Ny. Ir
- Tempat : Via Whatsapp Video Call/Voice Call
- Media : leaflet
- Metode : Konseling dan tanya jawab
- Waktu : 20 – 30 menit
- Tujuan :
 Memberikan edukasi kepada pasien mengenai diet dislipidemia
 Memberikan edukasi mengenai bahan makanan dan pemilihan
bahan makanan yang dapat dikonsumsi sesuai diet yang
dianjurkan.
 Memberikan edukasi mengenai cara mengolah bahan makanan
sesuai diet yang dianjurkan.
b) Rancangan Konseling
Membuat kesepakatan untuk melakukan perubahan secara
perlahan dengan pasien dan memotivasinya untuk melakukan
perubahan untuk perbaikan kesehatannya.

Monitoring dan Evaluasi

Indikator Tolak Ukur Target


Asupan Makan Asupan makan mengikut -Penurunan asupan Lemak
prinsip diet dislipidemia <100%
-Penurunan kolesterol <100%

Kolesterol Kadar kolesterol dalam <200 mg/dl


darah <200 mg/dl

2.4.2. Asuhan Gizi pada Penyakit Tidak Menular (kasus 2)


A. Pengkajian Gizi
1. Riwayat Pasien
a) Data Umum
1) Nama : Ny. R
2) Umur : tahun
3) Jenis kelamin : Perempuan
4) Umur : 52 Tahun
5) Agama : Islam
6) Alamat : Jl. Cisaranten Kulon no 107 Arcamanik
Bandung
7) Peran di rumah : Istri
8) Pendidikan terakhir : S1
9) Kesibukan : Ny. R merupakan ibu Rumah Tangga
juga berjualan dirumahnya
b) Riwayat Medis
a) Keluhan : -

b) Riwayat Sakit Dahulu


Ny. R memiliki riwayat sakit Diabetes Melitus Type 2
c) Antropometri
Indicator Satuan Hasil Pengukuran Kesimpulan
TB Cm 157 Status gizi Ny. R adalah
BB Kg 73
obesitas tingkat I, dengan
BBI Kg 51,3
IMT Kg/m2 21,7 kelebihan berat badan
sebanyak 21,7 kg.

d) Biokimia

Indicator Nilai Normal Hasil Pengukuran Kesimpulan


GDP 70-130 mg/dL 176 mg/dL Tinggi, pasien beresiko
Hba1c 3,5 – 5,0 93 mengalami komplikasi

a) Fisik Klinis

Fisik Klinis
Tidak ada mual, tidak ada muntah, tidak Tekanan darah : 160/90
ada diare, tidak ada gangguan
mengunyah, menghisap, dan menelan, Kesimpulan : tekanan darah tinggi
nafsu makan baik.
Keadaan umum baik

e) Dietary History
1) Riwayat diet
Pasien sudah pernah mendapatkan edukasi dan
konseling perihal penyakit oleh ahli gizi di di puskesmas 5
tahun yang lalu. Pasien disarankan untuk menerapkan diet
Diabetes Mellitus namun pasien mengakui bahwa sangat
sulit menerapkan.
2) Kebiasaan makan
- Jenis makanan : makanan biasa
- 3 x makan utama, 2 x selingan.
- Cara pengolahan : Direbus, digoreng
- Menyukai Duren dan olahan duren
- Kurang asupan buah.
- Minum kopi sehari 2 kali kopi cre*my latte tanpa gula
- Sudah sebulanan rutin minum air lemon hangat
3) Recall 1 x 24 jam
E : 1.255 ( 103%)
P: 50,1 gr (109,65%)
L : 49,75 gr (147,2%)
Kh :150,05 (82,1%)
Na : 2635 (114,57%)
Serat : 16 mg (64%)

4) Pengobatan :

Jenis Terapi
Medis Fungsi Efek Samping Konsumsi
Akarbos memperlambat Efek samping 50 mg diminum
proses pencernaan acarbose yang paling 3x sehari
dan penyerapan sering adalah gangguan
karbohidrat di usus. gastrointestinal dan efek
samping yang berpotensi
fatal adalah hipoglikemia.

Amlodipin melemaskan  Merasa lelah 5-10 mg per


dinding pembuluh hari.
 Pusing
darah. Efeknya
akan memperlancar  Mual
aliran darah menuju
jantung dan  Pembengkakan
tungkai
mengurangi
tekanan darah  Jantung berdebar

Candesartan membuat pembuluh hipotensi, gatal-gatal, 32 mg sekali


darah yang tadinya pembengkakan di anggota sehari,
kaku menjadi lemas badan dan juga kesulitan
bernafas.
dan akhirnya akan
Untuk efek yang agak
membuat aliran parah adalah nyeri dada,
darah menjadi lebih buang air kecil jadi sedikit,
lancar. berat badan jadi naik,
denyut nadi lemah dan
kesemutan. 

B. Diagnosis Gizi
1. Domain Intake
NI.5.8.4 Asupan karbohidrat tidak konsisten berkaitan
dengan diabetes mellitus tipe 2 ditandai dengan HbA1c 9,3 ,
GDP 176.

2. Domain Klinis

NC-3.3. Kelebihan berat badan berkaitan dengan asupan


energi yang berlebih ditandai dengan IMT 21 kg/m2 dan
asupan energi 103% dan lemak 147%

3. Domain Perilaku

NB-1.3 Tidak siap diet berkaitan dengan rendahnya


kemampuan untuk mengaplikasikan informasi yang
didapatkan dari sesi konseling dengan ahli gizi ditandai
dengan ketidakmauan mengaplikasikan diet DM, asupan
energi 103%.

C. Intervensi Gizi
1) Preskripsi Diet
a) Tujuan Diet
- Untuk memberikan asupan makan sesuai kebutuhan
- Untuk menurunkan dan menjaga tekanan darah.
- Untuk mempertahankan kadar glukosa darah
mendekati normal dengan menyeimbangkan asupan
makan dan obat.
- Memberi cukup energi untuk mencapai berat badan
normal.
- Menghindari komplikasi akut pasien
b) Syarat Diet
- Memberikan energi 25 kkal/kg/bb, 1218,37kkal.
- Protein cukup (15%), 45,69 gr.
- Karbohidrat cukup (60%), 182,8 gr. Utamakan
menggunakan karbohidrat kompleks dan menghindari
pemanis seperti gula, alcohol, dan fruktosa (kecuali
dari buah dan sayur)
- Lemak 25%, 33,8 gr
- Asupan natrium <2300 mg/hari.
- Serat tinggi, 25 gr.
- Aktivitas fisik dapat berupa aerobik seperti jalan cepat
dengan intensitas sedang 4-6 kali seminggu selama 30
menit.
c) Preskripsi Diet
- Jenis Diet : Diet DM
- Bentuk Makanan : Biasa
- Cara Pemberian : Oral
Frekuensi makan 3x makan utama, 2x selingan
d) Perhitungan Kebutuhan
Energi = 25 x BBI
= 25 x 51,3 kg
= 1282,5 kkal
Koreksi= koreksi usia -5%
= 1282,5 x 5%
= 64,13 kkal
= koreksi aktifitas +20%= 1282,5 x 20%
= 256,5 kcal
= koreksi berat badan -20%= 1282,5 x 20%
= 256,5kcal
Total Kebutuhan = 1218,37
Protein = 15%
= 15/100 x 1.218,37 : 4
= 45,69 g
Lemak = 25%
= 25/100 x 1.218,37 : 9
= 33,8 gram
KH = 60%
= 60/100 x 1.218,37 : 4
= 182,8 g

e) Rancangan Edukasi
- Sasaran :Ny. Ra
- Tempat : WhatsApp
- Media : leaflet, flyer
- Metode : Konseling dan tanya jawab
- Waktu : 20 – 30 menit
- Tujuan :
 Memberikan edukasi kepada pasien mengenai diet
DM dan DASH.
 Memberikan edukasi tentang 3J (Tepat Jumlah,
Tepat Jenis, Tepat Jadwal).
 Memberikan edukasi mengenai bahan makanan
dan pemilihan bahan makanan yang dapat
dikonsumsi sesuai diet yang dianjurkan.
 Memberikan edukasi mengenai cara mengolah
bahan makanan sesuai diet yang dianjurkan.
c) Rancangan Konseling
Membuat kesepakatan untuk melakukan
perubahan secara perlahan dengan pasien dan
memotivasinya untuk melakukan perubahan untuk
perbaikan kesehatannya.

D. Monitoring dan Evaluasi

Indikator Tolak Ukur Target


Asupan Makan Asupan makan mengikut -Penurunan asupan energi,
prinsip diet DM protein,lemak, natrium
<100%
-Peningkatan asupan serat
>80%
Berat Badan Berat Badan Ideal Penurunan secara bertahap,
0,5-1 kg dalam seminggu

Pengetahuan Memahami prinsip diet DM Menerapkan prinsip diet


yang sudah diedukasikan

Pelaksanaan Intervensi yang dilakukan


1. Komunikasi I
Kegiatan 1.Perkenalan, verifikasi data
2.Pengkajian data Ny. Ra
Deskripsi Kegiatan -Perkenalan dan perizinan bahwa akan dilakukan
intervensi berupa edukasi dan pemberian selingan
- Melakukan assesment gizi
-Melakukan penggalian kebiasaan makan denan food
recall 1 x 24 jam dan FFQ
Sasaran Ny. Ra
Media Form FFQ, Form Recall, Form Data diri, ponsel, aplikasi
WA
Metode Data sekunder dan wawancara
Tempat dan Waktu Rumah masing-masing
Factor pendukung -Subjek memiliki ponsel dan aplikasi WA
-Subjek berkenan diwawancarai dan diberikan intervensi.
-Subjek tertarik untuk melakukan perubahan.
Factor penghambat -Tidak dapat dilaksanakan secara tatap muka karena
pandemik, sehingga berat badan dan tinggi badan
berdasarkan pengukuran terakhir di Posbindu.

2. Komunikasi II
Kegiatan 1.(Intervensi Gizi) Edukasi diet DM
Deskripsi Kegiatan -Membahas perihal diet DM
-Membahas bahan makanan yang dapat dikonsumsi dan
harus dibatasi
-Membahas kesulitan dan cara penanganannya.
Sasaran Ny. Ra
Media Leaflet diet DASH dan DM, ponsel, media sosial
Metode Wawancara
Tempat dan Waktu Rumah masing-masing

Factor pendukung -Subjek memiliki ponsel dan WA


-Subjek terbuka dan berperan aktif dalam bercerita
maupun menerima informasi dengan baik
-Subjek tertarik untuk melakukan perubahan.
Factor penghambat -Tidak dapat dilaksanakan secara tatap muka karena
pandemic, sehingga kemungkinan fokus terbagi cukup
tinggi.

3. Komunikasi III
Kegiatan 1.Implementasi produk DK berupa selingan untuk pasien
DM
2.Membahas keluhan dalam menjalankan diet dan cara
menanganinya.
3.Melakukan monitoring.
Deskripsi Kegiatan -Membahas perihal Dimsum Japin, yaitu : bahan, cara
membuat, kandungan dan kegunaannya.
-Memberikan solusi dari kesulitan Ny.S.
-Melakukan recall 1 x 24 jam.
Sasaran Ny. Ra
Media Dimsum japin, flyer tentang Dimsum Japin
Metode Uji daya terima, wawancara
Tempat dan Waktu Rumah masing - masing
Factor pendukung -Subjek antusias dalam menerima Dimsum Japin.
-Subjek berkenan melakukan uji citarasa dan
memberikan penilaian
Factor penghambat Produk dikirimkan melalui ojeg sehingga secara tampilan
mungkin ada perubahan selama di perjalanan

Hasil dari intervensi yang diberikan


Pengetahuan
Semula Sesudah
Pertanyaan
Paham Tidak Paham Paham Tidak Paham
Tujuan menjalankan v v
diet DM

Prinsip dan syarat diet v v


DM
Manfaat dari v v
menjalankan diet DM
Bahan makanan yang v v
boleh dikonsumsi
selama menjalankan
diet.
Bahan makanan yang v v
tidak boleh atau harus
dibatasi untuk
dikonsumsi selama
menjalani diet.
Bahan makanan yang v v
tinggi natrium.
Bahan makanan yang v V
tinggi gula
Cara menambahkan v v
dan penggunaan
bumbu untuk pasien
DM
Mengenai 3 J v v
Berdasarkan wawancara dan diskusi semasa waktu
konseling yang dilakukan, dapat diketahui bahwa Ny. Ra
mampu memahami 9/9 topik utama dari pembahasan yang
diangkat, meningkat dari yang sebelumnya hanya
memahami 3/9 topik pertanyaan.

2.4.2. Asuhan Gizi pada Penyakit Tidak Menular (kasus 3)


A. Pengkajian Gizi
1. Riwayat Pasien
a) Data Umum
1) Nama : Ny. Un
2) Umur : 62 tahun
3) Jenis kelamin : Perempuan
4) Suku : Sunda
5) Agama : Islam
6) Alamat : Rt 3 rw 1 Bina Hara
7) Peran di rumah : Istri
8) Pendidikan terakhir : SD
9) Kesibukan : Ny. Un berjualan baso tahu

b) Riwayat Medis
1) Keluhan : -
2) Riwayat Sakit Dahulu
Ny. E dinyatakan memiliki hipertensi di tahun
2014, rutin berobat namun saat pandemi tidak kontrol
hanya membeli obat dari apotik saja.
c) Antropometri
Indicato Satuan Hasil Kesimpulan
r Pengukuran
TB Cm 150 Status gizi Ny. Un
BB Kg 64
adalah obesitas
BBI Kg 45
IMT Kg/m2 28 tingkat I, dengan
kelebihan berat badan
sebanyak 19 kg.

d) Biokimia : -

e) Fisik Klinis

Fisik Klinis
Tidak ada mual, tidak ada muntah, Tekanan Darah Tertinggi:
tidak ada diare, tidak ada gangguan 180/110 mmHg
mengunyah, menghisap, dan Tekanan Darah : 140/80
menelan, nafsu makan baik. mmHg

Ny. Un bertubuh gemuk Kesimpulan :


Ny. Un memiliki tekanan
Compos mentis sistolik dan diastolic yang
tinggi.

f) Dietary History
1) Riwayat Diet
Ny. Un sudah pernah mendapatkan konseling
di puskesmas dan tengah menjalankan diet rendah
garam dan mengaku mengalami kesulitan, Ny. Un
belum mampu sepenuhnya melakukan perubahan.

2) Kebiasaan makan
- Pasien makan 2- 3x dalam sehari.
- Pasien jarang sarapan nasi
- Pasien menyukai makanan yang digoreng seperti bala
– bala dan suka makan roti
- Pasien rutin konsumsi sayur dan buah.
- Pasien menyukai makanan yang gurih walau berusaha
mengurangi.
- Pasien menambahkan kaldu blok dalam masakannya.
3) Recall 1 x 24 Jam
Energi : 1127 kkal (82,26%)
Protein :44,85 gr (87,30%)
Lemak : 55,71 gr (144,32%)
KH : 192,05 (93,45%)
Natrium : 2658 mg (115,57%)
G). Penggunaan Obat : Amlodipin 5mg
B. Diagnosis Gizi
1) Domain Intake
NI-5.10.2. Kelebihan asupan mineral natrium berkaitan
dengan kurangnya keinginan untuk merubah perilaku
ditandai dengan asupan natrium sehari 175,28%.
NI-5.5.2. Kelebihan asupan lemak berkaitan dengan
kurangnya keinginan untuk merubah perilaku ditandai
dengan asupan lemak sehari 144,32%.

2) Domain Klinis

NC-3.3. Kelebihan berat badan berkaitan dengan


ketidaksiapan mengubah kebiasaan mengonsumsi makanan
yang digoreng ditandai dengan IMT 28 kg/m2
3) Domain Perilaku

NB-1.3 Tidak siap diet berkaitan dengan rendahnya


kemampuan untuk mengaplikasikan informasi ditandai
dengan asupan natrium sehari 115,57%.

C. Intervensi Gizi
1) Preskripsi Diet
a) Tujuan Diet
- Untuk memberikan asupan makan sesuai kebutuhan
- Untuk menurunkan dan menjaga tekanan darah.
- Menurunkan berat badan hingga ideal
- Mempertahankan keseimbangan cairan.
- Meningkatkan asupan serat (20-35 g/hari).
b) Syarat Diet
- Memberikan energi cukup, 1370 kkal.
- Protein cukup (15%), 51,375 gr.
- Karbohidrat cukup (60%), 202,5 gr.
- Lemak sedang, 25%, 38,06%.
- Membatasi konsumsi lemak jenuh dan kolesterol
- Asupan natrium dibatasi <2300 mg/hari.
- Konsumsi kalium 4700 mg/hari
- Memnuhi kebutuhan asupan kalium harian
- Asupan magnesium memenuhi kebutuhan harian
- Asupan serat 20-35 gr/hari
c) Preskripsi Diet
- Jenis Diet : Diet DASH dan rendah kalori
- Bentuk Makanan : Biasa
- Cara Pemberian : Oral
- Frekuensi makan 3x makan utama, 2x selingan
d) Perhitungan Kebutuhan
RMR : 10 (64)+6,25(150)-5(62)-161
= 640+937,5-310-161
= 1.106,5
= 1.106,5 x1,3x1,3
= 1.870 kkal
Pengurangan energi : 1870 – 500 kal
= 1.370 kkal
Protein : 15% x 1.370
= 51,375 gr
Lemak = 25%x 1.370
= 38,06 gr
KH = 60% x 1.370
= 205,5 gr
e) Rancangan Edukasi
- Sasaran :Ny. Un
- Tempat : Melalui WhatsApp
- Media : leaflet, flyer
- Metode : Konseling dan tanya jawab
- Waktu : 20 – 30 menit
- Tujuan :
 Memberikan edukasi kepada pasien mengenai diet
DASH dan rendah kalori.
 Memberikan edukasi mengenai bahan makanan
dan pemilihan yang dapat dikonsumsi sesuai diet
yang dianjurkan.
 Memberikan edukasi mengenai cara mengolah
bahan makanan sesuai dengan syarat diet.
 Memberikan edukasi mengenai cara pemberian
bumbu dalam makanan.

d) Rancangan Konseling
Membuat kesepakatan untuk melakukan
perubahan secara perlahan dengan pasien dan
memotivasinya untuk melakukan perubahan untuk
perbaikan kesehatannya.
D. Rencana Monitoring dan Evaluasi
Indikator Tolak Ukur Target
Asupan Makan Asupan makan mengikut -Penurunan asupan lemak
prinsip diet DASH dan <100%
rendah kalori -Penurunan asupan
natrium <100%
Berat Badan Berat Badan Ideal Penurunan secara
bertahap, 0,5-1 kg dalam
seminggu

Pengetahuan Memahami prinsip diet -Menerapkan prinsip diet


DASH dan rendah kalori sesuai dengan yang
sudah diedukasikan.
-Menerapkan pengolahan
bahan makanan sesuai
dengan anjuran.

2.5. Proses Asuhan Gizi Terstandar pada Individu Rawan Gizi


2.5.1. Asuhan Gizi pada Rawan Gizi ( kasus 1)
A. Pengkajian Gizi
1) Data Umum
a) Nama : Ny. A
b) Umur : 25 tahun
c) Jenis kelamin : Perempuan
d) Suku : Sunda
e) Tgl lahir : 27 – 04 - 1996
f) Agama : Islam
g) Alamat :Rt 07 / rw 08 Sukamiskin
h) Peran di rumah : Istri
i) Pendidikan terakhir : D4
j) Kesibukan : Ny. A merupakan ibu rumah tangga

2) Riwayat Medis
a) Riwayat Obsteri
G1 P0 A 0 : ini merupakan kehamilan pertama,
belum pernah melakukan persalinan, dan belum
pernah mengalami nifas. Usia kehamilan 25 minggu.
b) Keluhan
Ny. S merasakan sakit di antara payudara dan
perut jika sudah duduk lama.

3) Antropometri
Indicator Satuan Hasil Kesimpulan
Pengukuran
TB Cm 156 Ny. A mengalami
BB Kg 54
KEK dikarenakan
BB sebelum Kg 42
LiLA <23,5 cm.
hamil
Perubahan BB Kg 10
LiLA cm 21 Kenaikan berat
IMT sebelum Kg/m2 17,26
badan ibu selama
hamil
kehamilan
mencukupi

4) Biokimia

Indicator Nilai Normal Hasil Pengukuran Kesimpulan


Hb 11 g/dL 11,6 g/dL Normal/tidak
anemia

5) Fisik Klinis

Fisik Klinis
Tidak ada mual, muntah, ada nyeri Tekanan Darah : 100/60
dibagian bawah payudara diatas mmHg
perut, tidak ada diare, tidak ada
gangguan mengunyah, menghisap, Tekanan Darah Ny. A
dan menelan, nafsu makan baik. normal.

Keadaan umum baik, tampak kurus


untuk ibu hamil

Compos mentis

6) Riwayat Diet
a) Diet yang diterapkan
Sudah pernah mendapatkan edukasi di awal
kehamilan namun belum diterapkan sepenuhnya,
bumil juga memiliki aplikasi kehamilan di HP dan
mengikuti saran seperti tidak makan pepaya karena
takut kontraksi.
b) Kebiasaan Makan
 Menyukai masakan yang ditumis
 Senang ngemil yang manis
 Makan sehari 2 – 3 x/ hari.
 Jarang mengkonsumsi protein hewani
 Jarang mengkonsumsi buah.
 Mengonsumsi tablet Fe di malam hari dan sering
lupa.
 Minum frisian flag kental manis atau susu ultra
c) Recall 1 x 24 jam
E :1.409,33 (57,29%)
P : 43,5 gr (40,28)
L : 27 gr (39,51%)
Kh : 184,5 gr (52,58%)
Kesimpulan
Total asupan Ny.A masih kurang (<80%). Makanan sumber
protein dan lemak Ny.A . Rendah dibandingkan dengan
makanan sumber lainnya.

Standar Pembanding (CS)


Kode IDNT Jenis Data Kebutuhan

CS.1.1.1 Estimasi kebutuhan energi 2.160 kkal

CS.2.1.1 Estimasi kebutuhan protein 108 gram

CS.2.2.1 Estimasi kebutuhan lemak 68,33 gram

CS.2.3.1 Estimasi kebutuhan 350,9 gram


karbohidrat

B. Diagnosis Gizi
1. Domain Intake
NI-1.2 Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan
keadaan fisiologis yang meningkatkan kebutuhan gizi
(kehamilan) ditandai dengan asupan Energi 57% dan protein
40,28%
2. Domain Klinis

NC-3.1. Malnutrisi berkaitan dengan penyebab fisiologis yang


meningkatkan kebutuhan gizi (kehamilan) ditandai dengan
LILA <23,5 cm

3. Domain Perilaku

NB-1.1 Tidak siap diet berkaitan dengan ketidaktertarikkan


untuk mengaplikasikan informasi yang didapatkan dari sesi
konseling dengan petugas kesehatan ditandai dengan
asupan kurang dari kebutuhan (E 57,29%, P: 40,28%, L :
39,51% dan KH : 52,58%)

C. Intervensi Gizi
a) Tujuan Diet
Meningkatkan asupan hingga minimal 80%
b) Syarat Diet
 Memberikan energi tinggi, 40 kkal/kg/bb dan
penambahan 300 kkal (trimester II), 2460 kkal.
 Protein tinggi, 2 g/kg/bb (17%), 108 gr.
 Karbohidrat cukup (61%), 350,9 gr.
 Lemak cukup 25%, 68,3 g.
 Vitamin dan mineral sesuai angka kecukupan gizi.
 Makanan diberikan dalam bentuk yang mudah
dicerna Secara bertahap.
c) Preskripsi Diet
 Jenis Diet : Diet Tinggi Energi dan Tinggi Protein
 Bentuk Makanan : Biasa
 Cara Pemberian : Oral
 Frekuensi makan 3x makan utama, 2x selingan
 Perhitungan Kebutuhan
Energi : 40 x BB
: 40 x 54
: 2160 kkal
Penambahan : 2160 + 300
: 2460 kkal
P : 2 g/kg/bb (17%)
= 54 x 2
= 108 gr
L : 25 %
= 2460 x 25% : 9
= 68,33 gr
KH : 58%
= 2420 x 58% : 4
= 350,9 gr
1. Rancangan Pola Menu
BM Mpagi Snack Msiang SNACK M Malam
MP 1 1,5 2 1,5 1,5
HEWANI 1 1 2 1 1,5
NABATI 0,5   1   0,5
SAYUR 0,5   0,5   0,5
BUAH   1 1 1  
SNACK          
minyak 1 1 1,5 1 1

2. Rancangan Menu
Jam Menu Bahan Jumlah E P L KH Fe
Nasi 100 130 2,4 0,2 28,6 0,2
Nasi Uduk Santan 25 26,5 0,3 2,5 1,1 0,2
Telur 55 85,3 6,9 5,8 0,6 0,7
Tahu 55 41,8 4,5 2,6 1 3
08:00 Gadon tahu Santan 5 5,3 0,1 0,5 0,2 0
Terigu 75 273 7,7 0,8 57,2 0,9
Ayam 40 114 10,8 7,6 0 0,6
Naget ayam Minyak 3 25,9 0 3 0 0
10:00 Buah Jeruk 100 47,1 0,9 0,1 11,8 0,1
Nasi Nasi 200 260 4,8 0,4 57,2 0,4
Telur 55 85,3 6,9 5,8 0,6 0,7
Daging 35 94,1 8,7 6,3 0 0,6
Omelet Minyak 3 25,9 0 3 0 0
Tempe 50 99,5 9,5 3,8 8,5 1,1
Tempe Orek Minyak 3 25,9 0 3 0 0
Kangkung 50 7,5 1,1 0,1 1 0,6
Tumis Kangkung Minyak 3 25,9 0 3 0 0
13:00 Buah Apel 100 47,1 0,9 0,1 11,8 0,1
Terigu 75 273 7,7 0,8 57,2 0,9
Nuget Ikan Ikan 40 33,6 7,3 0,3 0 0,2
Minyak 3 25,9 0 3 0 0
15:00 Buah Jeruk 100 47,1 0,9 0,1 11,8 0,1
Nasi 150 195 3,6 0,3 42,9 0,3
Telur 55 85,3 6,9 5,8 0,6 0,7
Nasi goreng
lengkap Tahu 55 41,8 4,5 2,6 1 3
Ayam 25 71,2 6,7 4,7 0 0,3
18:00 Sawi 10 1,5 0,2 0 0,2 0,1
Wortel 25 6,5 0,2 0,1 1,2 0,5
Ketimun 15 1,9 0,1 0 0,4 0
Minyak 5 43,1 0 5 0 0
Total 2246 103,7 71,4 295,2 15,2
Kebutuhan 2460 108 68,33 350,9 27
Kecukupan 91,3% 96% 104% 84% 56%

Rancangan menu tersebut mampu memenuhi >80% kebutuhan zat


gizi makro dalam sehari, walau asupan zat besi belum dapat menuhi 80%
kebutuhan, namun 56% nya bisa diperoleh dari asupan sehari. Pemberian
PMT dan tablet Fe ibu hamil diharapkan juga mampu memenuhi
kebutuhan Fe dalam sehari.

3. Rancangan Edukasi
 Sasaran :Ny. A
 Tempat : WhatsApp
 Media : leaflet, flyer
 Metode : Konseling dan tanya jawab
 Waktu : 20 – 30 menit
 Tujuan :
1) Memberikan edukasi kepada pasien mengenai diet TKTP
2) Memberikan edukasi tentang kebutuhan tambahan selama
kehamilan.
3) Memberikan edukasi mengenai penyebab dan akibat dari
KEK
4) Memberikan edukasi mengenai pemilihan bahan makanan
sesuai diet yang dianjurkan.
4. Rancangan Konseling
Membuat kesepakatan untuk melakukan perubahan secara
perlahan dengan pasien dan memotivasinya untuk melakukan
perubahan untuk perbaikan kesehatannya.
5. Rencana Monitoring dan Evaluasi Gizi
Waktu
Anamnesis Hal yang Target
diukur Pengukuran
Antropometri IMT/LILA Kontrol Naik atau tidak terjadi
berikutnya penurunan
BB Kontrol Naik
berikutnya
Asupan zat Energi, Setiap hari Asupan minimal 80%
gizi Protein, dari kebutuhan.
Lemak, PMT dan TTD dimakan
setiap
Karbohidrat
hari.

a. Proses Intervensi
Pelaksanaan Intervensi yang dilakukan untuk Ny. A
adalah sebagai berikut :
1. Komunikasi I
Kegiatan 1.Perkenalan, verifikasi data,
2.Pengkajian data Ny. A
Deskripsi Kegiatan -Perkenalan dan permohonan ijin bahwa akan
dilakukan pengkajian dan intervensi berupa edukasi
dan pemberian selingan
-Memaparkan tujuan
- Melakukan assesment gizi
-Melakukan penggalian kebiasaan makan denan
food recall 1 x 24 jam dan FFQ
Sasaran Ny. A
Media Form FFQ, Form Recall, Form Data diri
Metode Data sekunder dan wawancara
Tempat dan Waktu Daring melalui Vidcall WA
Factor pendukung -Subjek berkenan diwawancarai dan diberikan
intervensi.
-Subjek tertarik untuk melakukan perubahan.
Factor penghambat Sinyal tidak mendukung koneksi sering terputus
2. Komunikasi II
Kegiatan 1.(Intervensi Gizi) Edukasi pengaturan makan untuk
ibu hamil
2. Edukasi Kebutuhan tambahan ibu hamil
3. Edukasi Penyebab dan Akibat jika ibu hamil KEK
Deskripsi Kegiatan
-Membahas kebutuhan tambahan untuk ibu hamil
-Memberikan rancangan menu.
-Membahas kesulitan dan cara penanganannya.
Sasaran Ny. A
Media Leaflet gizi ntuk ibu hamil, , ponsel, media sosial
Metode Wawancara
Tempat dan Waktu Rumah masing-masing
Factor pendukung -Subjek memiliki ponsel dan WA
-Subjek terbuka dan berperan aktif dalam bercerita
dan menerima informasi dengan baik
-Subjek tertarik untuk melakukan perubahan.
Factor penghambat -Tidak dapat dilaksanakan secara tatap muka karena
pandemic, sinyal kurang baik

3. Komunikasi III
Kegiatan 1.Implementasi produk DK berupa selingan untuk ibu
hamil KEK
2. Melakukan monitoring.
Deskripsi Kegiatan -Membahas mownies, yaitu : bahan, cara membuat,
kandungan dan kegunaannya.
-Memberikan solusi dari kesulitan Ny.A dalam
konsumsi makanan
-Melakukan recall 1 x 24 jam.
Sasaran Ny. A
Media Mownies, flyer tentang Mownies
Metode Uji daya terima, wawancara
Tempat dan Waktu Rumah masing – masing klien dan mahasiswa
Factor pendukung -Subjek antusias dalam menerima Mownies.
-Subjek berkenan diwawancarai untuk keluhan dan
food recall 1 x 24 jam.
-Subjek berkenan untuk mencicipi dan memberikan
penilaian terhadap mownies
Factor penghambat Mownies diberikan dengan ojeg dan berpotensi
mengalami perubahan bentuk meskipun sudah
dikemas dengan baik

4. Hasil dari intervensi yang diberikan


a) Pengetahuan
Semula Sesudah
Pertanyaan
Paham Tidak Paham Paham Tidak Paham
Pentingnya ibu hamil v v
memiliki status gizi yang
baik

Kebutuhan gizi ibu v v


hamil
Makanan gizi seimbang v v
untuk ibu hamil
Cara konsumsi v v
makanan untuk ibu
hamil
Frekuensi makan ibu v v
hamil
Bahan makanan yang v v
baik dikonsumsi oleh
ibu hamil
Berdasarkan wawancara dan diskusi semasa waktu
konseling yang dilakukan, dapat diketahui bahwa Ny. A
mampu memahami 6/6 topik utama dari pembahasan yang
diangkat, meningkat dari yang sebelumnya hanya
memahami 3/6 topik pertanyaan.

2.5.2. Asuhan Gizi pada Rawan Gizi ( kasus 2)


a. Pengkajian Gizi
1) Data Umum
a) Nama : Ny. IN
b) Umur : 18 tahun
c) Jenis kelamin : Perempuan
d) Suku : Sunda
e) TTL : 5 Desember 2002
f) Agama : Islam
g) Alamat : sukamiskin RT6 RW8
h) Peran di rumah : Istri
i) Pendidikan terakhir : SMA
j) Kesibukan : Ny. IN merupakan ibu rumah tangga
k) Pekerjaan suami : Pegawai pabrik
2) Riwayat Medis
a) Riwayat Obsteri
Melahirkan 1 kali dan kini tengah menyusui
dengan usia bayi 3 minggu.
b) Keluhan : -
c) Riwayat Sakit Dahulu
Ny. IN mengalami KEK saat hamil
3) Antropometri
Indikator Satuan Hasil Pengukuran Kesimpulan
TB Cm 153 Ny. IN mengalami KEK
BB Kg 45
dikarenakan LiLA <23,5 cm.
BBI Kg 47,7
LiLA cm 21
IMT Kg/m2 19,22

4) Biokimia
-

5) Fisik Klinis

Fisik Klinis
Tidak ada mual, muntah, tidak ada gangguan Tekanan Darah : 110/70
mengunyah, menghisap, dan menelan, nafsu mmHg
makan baik.
Tekanan Darah Ny. A
Ny. IN tampak kurus normal.

Compos mentis

6) Riwayat Diet
a) Diet yang diterapkan
Ny. IN sudah pernah mendapatkan edukasi
dan konseling oleh tenaga kesehatan saat hamil.
b) Kebiasaan Makan
1) Frekuensi Makan : sehari 2 – 3 kali
2) .Jenis makanan : makanan biasa
3) Cara pengolahan : digoreng, direbus
4) Variasi makanan : Nasi, telur,tahu tempe,jarang
makan buah dan sayur, jarang makan ikan dan
daging.makanan kesukaan nuget ayam.
c) Recall 1 x 24 jam
Energi : 73,41%
Protein : 91,86%
Lemak : 69,11%
KH : 73,39%

b. Diagnosis Gizi
1. Domain Intake

NI-2.1 Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan


peningkatan kebutuhan karena KEK pada ibu menyusui
ditandai dengan estimasi asupan makan tidak memenuhi
kebutuhan (E : 735, P : 62%, dan Kh : 61%).

2. Domain Klinis

NC-3.1. Malnutrisi berkaitan dengan peningkatan kebutuhan


pada ibu menyusui ditandai dengan LILA 21 cm

3. Domain Perilaku

NB-1.3 Pemilihan makanan yang salah berkaitan dengan


kurang motivasi untuk menerapkan sesuai rekomendasi
ditandai dengan estimasi asupan tidak sesuai dengan
kebutuhan (E : 54%, P : 60%, L : 59% dan Kh : 48%).

c. Intervensi Gizi
a) Tujuan Diet
1) Untuk memberikan asupan makan yang memenuhi
kebutuhan sehari terutama energi dan protein untuk
mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh.
2) Meningkatkan berat badan hingga ideal.
3) Meningkatkan pengetahuan dan motivasi untuk
menjalankan diet.
b) Syarat Diet
1) Memberikan energi dengan penambahan 330 kkal
(Menyusui 6 bulan pertama), 2.334,46 kkal.
2) Protein 15%,87,54 gr.
3) Karbohidrat 55%, 321,99 gr.
4) Lemak tinggi 30%, 77,82 gr.
5) Vitamin dan mineral sesuai angka kecukupan gizi.
6) Makanan diberikan dalam bentuk yang mudah dicerna

c) Preskripsi Diet
1) Jenis Diet : Diet Gizi Seimbang
2) Bentuk Makanan : Biasa
3) Cara Pemberian : Oral
4) Frekuensi makan 3x makan utama, 3x selingan
5) Perhitungan Kebutuhan Makan
Energi : 655,1+9,6(45)+1,9(153)-4,7(18)
: 655,1+432+290,7-84,6
: 1.293,2 kkal
: 1.293,2 kal x 1,55
: 2004,46 kkal
Penambahan : 2004,46 + 330
: 2.334,46 kkal
P : 15%
= 15/100 x 2.334,46 : 4
= 87,54 gr
L : 30 %
= 30/100 x 2.334,46 : 9
= 77,82 gr
KH : 55%
= 55/100 x 2.334,46 : 4
= 321,99 gr

d. Intervensi Gizi
1. Rancangan Pola Menu
BM Mpagi Snack Msiang SNACK M Malam
MP 1 1 1
HEWANI 1,25 1 2
NABATI 1   0,5
SAYUR 0,5 0,5   0,5
BUAH   1 1  
SNACK        
minyak 2 2 3 1 1
Gula 2

2. Rancangan Menu
Jam Menu Bahan Jumlah E P L KH
08:00 Nasi Nasi 100 175 4 0 40
Goreng Ayam 25 71,2 6,7 4,7 0
Sawi 15 7,5 0,3 0 1,5
Jamur 15 7,5 0,3 0 1,5
Timun 20 10 0,1 0 2
Minyak 5 43,1 0 5 0
Telur Telur 55 85,3 6,9 5,8 0,6
dadar Minyak 5 43,1 0 5 0
10:00 Pisang Pisang 40 92 1 0 25
Keju margarin 5 31,8 0 3,6 0
Keju 15 44,2 4,8 2,7 0
13:00 Nasi Nasi 100 175 4 0 40
Ikan Ikan 40 33,6 7,3 0,3 0
Bakar Minyak 5 43,1 0 5 0
Tempe Tempe 50 99,5 9,5 3,8 8,5
Balado Minyak 5 43,1 0 5 0
Kangkung Kangkung 12,5 7,5 1,1 0 2,5
Tumis
Minyak 5 43,1 0 5 0
15:00 Es Kelapa Jeruk 100 47,1 0,9 0 12
Jeruk Kelapa 50 35 0,3 1,7 5
gula 26 100 0 0 24
18:00 Nasi Nasi 100 175 4 0 40
Ayam Ayam 40 114 10,8 7,6 0
Pepes
Tahu- tahu 55 41,8 4,5 2,6 1
Telur Telur 55 85,3 6,9 5,8 0,6
Minyak 5 43,1 0 5 0
Bening bayam 50 12,5 0,8 0 2,5
Bayam
Buah Jeruk 100 47,1 0,9 0 12
TOTAL 1.867,6 75,1 68,6 257,5
KEBUTUHAN 2.334,5 87,5 77,8 321,9
KECUKUPAN 80% 85,8% 88,2% 80 %

Rancangan menu di atas, mampu memenuhi 80%


kebutuhan zat gizi makro dalam sehari. Pemberian
selingan tambahan berupa PMT diharapkan dapat
meningkatkan pemenuhan kecukupan gizi dalam sehari.
3. Rancangan Edukasi
1) Sasaran :Ny. IN
2) Tempat : WhatsApp
3) Media : leaflet, flyer
4) Metode : Konseling dan tanya jawab
5) Waktu : 20 – 30 menit
6) Tujuan :
 Memberikan edukasi kepada pasien mengenai gizi
seimbang.
 Memberikan edukasi tentang kebutuhan tambahan
selama menyusui.
 Memberikan edukasi mengenai pemilihan bahan
makanan.
sesuai diet yang dianjurkan.
4. Rancangan Konseling
Membuat kesepakatan untuk melakukan
perubahan secara perlahan dengan pasien dan
memotivasinya untuk melakukan perubahan untuk
perbaikan kesehatannya.
D. Monitoring dan Evaluasi
Indikator Tolak Ukur Target
Asupan Makan Memenuhi kebutuhan 80%, secara bertahap
sehari

Berat Badan Peningkatan berat badan 47,7 kg


hingga mencapai BBI

Pengetahuan Menerapkan prinsip gizi Termotivasi untuk


seimbang menerapkan gizi
seimbang

2.5.3. Asuhan Gizi pada Rawan Gizi ( kasus 3)


A. Pengkajian Gizi
1) Data Umum
a) Nama : An. J
b) Umur : 34 bulan
c) Jenis kelamin : Perempuan
d) Suku : Sunda
e) TTL : Bandung, 17 juli 2018
f) Agama : Islam
g) Alamat : Kp. Bojong awi kidul rt 3/rw4
h) Nama Ibu : Ny. NA
i) Peran di rumah : Istri,
j) Pendidikan terakhir : SMP
k) Kesibukan : IRT
l) Nama ayah : Tn.IS
m) Pendidikan terakhir : SMP
n) Pekerjaan : Buruh harian lepas
2) Riwayat Medis
a) Riwayat Sakit Dahulu
An. J lahir dengan berat badan normal, 2,6 kg
namun, kenaikan berat badan An. J tidak memenuhi
kenaikan berat minimal dan sering mengalami
penurunan dikarenakan kondisi cerebral palsy yang
diderita An. J sejak lahir.
3) Antropometri
Indicator Satuan Hasil Pengukuran Kesimpulan
PBL Cm 48 An. J mengalami gizi
BBL Kg 2,6
buruk.
BBA Kg 8,6
TBA Cm 84
BB/PB SD < -3 SD
BB/U SD < -3 SD

PB/U SD < -2 SD
4) Biokimia
-
5) Fisik Klinis

Fisik Klinis
nafsu makan tidak stabil, cerebral palsy tangan -
kanan dan kaki kanan
Compos mentis

6) Riwayat Diet
a) Diet yang diterapkan
An. J mendapatkan PMT pemulihan
b) Kebiasaan Makan
 Minum susu kotak merk Ind setiap hari 2 kotak
 mendapatkan ASI Eksklusif.
 Makan utama 1 – 3 kali dalam sehari.
 Makan belum menerapkan 4 bintang
 Makan sedikit tapi sering
c) Recall 1 x 24 jam
E : 550 kkal (77,4%)
P : 14,5 gr ( 68,07%)
L : 14 gr (71,07%)
Kh : 99,6 gr (89,2%)

d) FFQ : Mengkonsumsi seluruh kelompok bahan


makanan, telur, ayam, ikan sesekali. Tahu tempe
sesekali jika mau saja, sayur wortel, bayam. Telur
puyuh suka. Buah setiap hari.

b. Diagnosis Gizi
1. Domain Intake
NI-1.1 Peningkatan kebutuhan energi berkaitan dengan
kondisi fisiologis untuk mengejar pertumbuhan ditandai
dengan BB/PB < -3 SD .
2. Domain Klinis

NC-3.5. Rasio pertumbuhan tidak sesuai berkaitan dengan


dorongan fisiologis yang meningkatkan kebutuhan ditandai
peningkatan berat badan tidak sesuai harapan, BB/PB < -3
SD , dan asupan energi sehari hanya memenuhi 78%
kebutuhan.

3. Domain Perilaku
NB-1.1 kurang pengetahuan tentang gizi dan makanan
berkaitan dengan ketidakyakinan dalam mengaplikasikan
informasi gizi ditandai dengan tidak akurat dalam
menyampaikan informasi mengenai PMBA.

c. Intervensi Gizi
a) Tujuan Diet
1) Untuk memberikan asupan makan yang memenuhi
kebutuhan sehari terutama energi dan protein untuk
mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh dan
koreksi malnutrisi.
2) Meningkatkan berat badan sesuai dengan kenaikan
berdasarkan usia.
3) Meningkatkan pengetahuan dan motivasi untuk
menjalankan diet.
b) Syarat Diet
1) Memberikan energi sesuai dengan kebutuhan 710,4 kkal.
2) Protein diberikan 12% dari total energi yaitu 21,3 gr.
3) Karbohidrat cukup 63% dari total energi yaitu 111,89 gr
4) Lemak 25% dari total energi yaitu 19,7 gr.
5) Cairan 150 ml/KgBB/hari, 1545 ml.
6) Vitamin dan mineral sesuai angka kecukupan gizi.
7) Makanan diberikan dalam bentuk yang mudah dicerna
dan padat gizi.
8) Secara bertahap.

c) Preskripsi Diet
1) Jenis Diet : Diet Gizi Seimbang
2) Bentuk Makanan : Biasa
3) Cara Pemberian : Oral
4) Frekuensi makan 3x makan utama, 3x selingan dan 150
ml suplemen
d) Perhitungan Kebutuhan
Energi : (61x8,6) – 51
= 473,6 x 1,5
= 710,4 kkal
Protein : 12% x 710,4
= 85,248 : 4
= 21,3 gr
Lemak : 25% x 710,4
= 177,6 : 9
= 19,7 gr
KH = 63% x 710,4
= 111,89 gr

1. Rancangan Pola Menu


BM Mpagi Snack Msiang SNACK M Malam Snack
MP 0,5   0,5   0,5  
HEWANI 0,5   0,5   0,5  
NABATI 0,25   0,25   0,25  
SAYUR 0,25   0,25   0,25  
BUAH   0,5   1   0,5
Susu   2   2   2
minyak 2   2   2  
Rancangan menu untuk An.J diusahakan mengikuti
kebiasaan makannya, rancangan pola menu di atas
mampu memenuhi 80% kebutuhan An. J dalam sehari,
dan dapat dibantu dengan konsumsi PMT untuk
pemenuhan dan penambahan gizi.
2. Rancangan Edukasi
 Sasaran : Ny.NA ibu dari An. J
 Tempat : Melalui WA
 Media : leaflet, flyer
 Metode :Konseling, dan tanya jawab
 Waktu : 20 – 30 menit
Tujuan :
 Memberikan edukasi kepada orang tua pasien
tentang PMBA.
 Memberikan edukasi tentang kebutuhan makan
anak.
 Memberikan edukasi mengenai penyebab dan
akibat dari gizi buruk.
 Memberikan edukasi mengenai pemilihan bahan
makananberdasarkan gizi seimbang (4 bintang).
3. Rancangan Konseling
Membuat kesepakatan untuk melakukan
perubahan secara perlahan dengan pasien dan
memotivasinya untuk melakukan perubahan untuk
perbaikan kesehatannya.

D. Monitoring dan Evaluasi


Indikator Tolak Ukur Target
Asupan Makan Memenuhi kebutuhan 100%, secara bertahap
sehari

Berat Badan Peningkatan berat badan


sesuai usia dan tinggi
badan

Pengetahuan PMBA sesuai usia dan Memahami 8/10


kebutuhan anak. pertanyaan dari edukasi

2.6. Asuhan Gizi Masyarakat


2.6.1. Asuhan Gizi pada Bumil

A. Pengkajian gizi
1) Antropometri
- Cakupan Bumil KEK sebesar 6,30% melebihi batas toleransi
Dinas Kesehatan kota Bandung yaitu sebesar 4,5% dengan
kesenjangan 1,8%
2) Laboratorium : -
3) Fisik Klinis : -
4) Riwayat Gizi :
- Gambaran konsumsi pasien ibu hamil KEK (food recall ) hanya
sebesar 57%
- Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang makanan bergizi
seimbang masih kurang (telekonseling)
- Cakupan ibu hamil KEK mendapat PMT 100%
5) Riwayat Klien
- Cakupan K4 sebesar 100% (mencapai target)
- Cakupan TTD ibu hamil 98,2% (mencapai target)
- Akses ke pelayanan kesehatan baik
- Jumlah masyarakat miskin 19%
- Jumlah kematian ibu tahun 2020 sebanyak 1 orang ibu
melahirkan
B. Diagnosis
Tingginya cakupan ibu hamil KEK di wilayah kerja Puskesmas
Arcamanik Tahun 2020 (P) berkaitan dengan kurangnya
pengetahuan ibu tentang gizi seimbang untuk ibu hamil (E) ditandai
dengan rendahnya asupan kalori dan protein pada ibu hamil
sebesar 57,29 % dan 40% (S).
C. Intervensi
Tujuan : Menurunkan prevalensi ibu hamil KEK di wilayah kerja
puskesmas Arcamanik dari 6,3% pada tahun 2020 menjadi 5%
pada tahun 2021
Pemberian makan :
- Pemberian PMT pemulihan baik pangan lokal maupun pabrikan
kepada ibu hamil KEK
Edukasi Gizi :
- Memberikan penyuluhan kepada ibu hamil tentang gizi
seimbang dan pentingnya melakukan pemeriksaan / kunjungan
ke faskes dan mengikuti kelas ibu.
- Penyediaan sarana KIE berupa video yang dapat diputar
dimana saja
Kordinasi Asuhan Gizi :
- Meningkatkan ketersediaan pangan melalui upaya pemanfaaran
pekarangan bekerja sama dengan penyuluh pertanian
- Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan bekerjasama
dengan program kesling
D. Monitoring Evaluasi
- Jumlah / proporsi ibu hamil KEK setahun setelah intervensi
- Cakupan bumil KEK yang mendapat PMT
- Cakupan ANC
- Terselenggaranya penyuluhan bagi bumil terkait gizi

2.6.2. Asuhan gizi pada balita wasting


A. Pengkajian gizi
1. Antropometri
- Persentase balita wasting 5,40% melebihi batas
toleransi DKK yaitu 5%
- Cakupan balita N/D’ 73%
2. Laboratorium : -
3. Fisik / klinis : -
4. Riwayat gizi :
- Hasil gambaran konsumsi (food recall) pada balita
77,4%
- Pengetahuan ibu mengenai PMBA masih rendah
(gambaran dari telekonseling ibu balita)
- Cakupan vit a balita 94,56%
- Cakupan bayi usia <6 bulan mendapat Asi eksklusif
- Cakupan bayi usia 6 bulan mendapat Asi eksklusif
- Cakupan balita kurus baru mendapat pmt 100%
- Akses ketersediaan pangan cukup ( masyrakat miskin
19%)
5. Riwayat klien :
- Cakupan D/S 89,54%
- Persentase keluarga dengan PHBS 67%
- Persentase jamban keluarga memenuhi syarat
79,51%
- Persentase SAB memenuhi syarat 82,98%
- Daya beli masyarakat cukup ( masyarakat miskin
19%)
- Kondisi geografis perkotaan, akses ke faskes mudah
- Kondisi pandemi sehingga pengukuran sebagian
dilakukan mandiri (hasil pengukuran belum tentu valid)
B. Diagnosis
 Tingginya proporsi balita wasting di wilayah kerja puskesmas
arcamanik tahun 2020 (P) berkaitan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga tentang PMBA (E) ditandai dengan
rendahnya cakupan N/D’(S)
 Tingginya proporsi balita wasting di wilayah kerja puskesmas
arcamanik tahun 2020 (P) berkaitan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga tentang PMBA (E) ditandai dengan
asupan energi pada balita berdasarkan recall dibawah 80%
dari kebutuhan (S).
 Tingginya proporsi balita wasting di wilayah kerja puskesmas
arcamanik tahun 2020 (P) berkaitan dengan pengukuran
secara mandiri karena pandemi (E) ditandai dengan
rendahnya cakupan N/D’ (S).

C. Intervensi

Tujuan Intervensi :

- Menurunkan proporsi balita kurus dan sangat kurus dari


5,40% pada tahun 2020 menjadi 4,90% pada tahun 2021
- Menurunkan kasus balita wasting dari 90 kasus menjadi 50
kasus selama 12 bulan dan tidak ada kasus baru
Pemberian Makan :
- Pemberian formula untuk kasus balita gizi buruk dengan
komplikasi
- Pemberian Kekinaga sebagai PMT berbasis pangan lokal untuk
kasus tanpa komplikasi
- Pemberian PMT pemulihan dan taburia
- Pemberian Vitamin A pada kasus gizi buruk
Edukasi Gizi :
- Penyuluhan kepada ibu balita tentang PMBA, manfaat taburia,
PMT dan vitamin A
- Penyuluhan tentang manfaat memantau pertumbuhan secara
rutin
- Penyediaan sarana KIE yang menarik
- Sehubungan pandemi, penyuluhan dapat dilakukan melalui
WAG
Koordinasi Asuhan Gizi :
Lintas Program
- Bersama dengan dokter puskesmas memastikan balita yang
sakit mendapatkan pengobatan yang optimal
- Bersama KIA, Promkes, kesling, P2P memberikan penyuluhan
Lintas Sektor
- Meningkatkan ketersediaan pangan melalui upaya
pemanfaatan pekarangan bekerjasama dengan
penyuluh pertanian setempat
- Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan dengan
pihak desa
- Pemberdayaan keluarga kurang mampu,
keikutsertaan BPJS bersama dengan desa dan
kecamatan/sosial

D. Monitoring Evaluasi
- Terselenggaranya penyuluhan PMBA, manfaat taburia, PMT
dan vitamin A
- Terselenggaranya penyuluhan tentang manfaat memantau
pertumbuhan secara rutin
- Tersedianya sarana KIE yang menarik
- Memastikan ketersediaan PMT, taburia dan Vit A
- Pemantauan balita yang sudah mendapat PMT pemulihan
- Cakupan balita kurus mendapat PMT
- Penururnan proporsi atau jumlah kasus balita wasting

2.6.3. Asuhan gizi pada remaja


A. Pengkajian
1. Antropomteri : -.
2. Laboratorium :-
3. Fisik klinis : -
4. Riwayat gizi :
- Belum terdistribusinya TTD remaja putri
- Cakupan pemberian dan konsumsi TTD remaja putri
0%
5. Riwayat klien :
Adanya kebijakan Belajar dari rumah dari pemerintah
sehubungan dengan adanya pandemi.
B. Diagnosis
Rendahnya cakupan TTD remaja putri di wilayah
puskesmas Arcamanik Tahun 2020 (P) terkait kebijakan
Belajar dari Rumah sehubungan pandemi (E) ditandai
dengan cakupan TTD remaja putri 0%.
C. Intervensi
Tujuan :
Meningkatkan cakupan TT pada remaja putri di wilayah
kerja Puskesmas Arcamanik dari 0% pada tahun 2020
menjadi 30% pada tahun 2021.
Pemberian Makan :
- Pemberian TTD sebanyak 1 tablet setiap minggu
dengan cara dititipkan pada guru UKS dan peer
konselor setelah terlebih dahulu dilakukan pendataan
Edukasi :
- Penyuluhan mengenai gizi seimbang, anemia dan
remaja putri dan manfaat TTD melalui WAG remaja
putri kewilayahan
- Penyediaan sarana KIE berupa video yang menarik
Koordinasi asuhan Gizi :
- Berkoordinasi dengan penanggung jawab program
Ausrem
- Berkoordinasi dengan guru UKS dari mulai
pendataan, metode pendistribusian TTD saat
pandemi, pembentukan WAG remaja putri untuk
kemudahan penyuluhan dan monitoring konsumsi
TTD remaja putri.
D. Monitoring Evaluasi
- Cakupan pemberian TTD remaja putri
- Cakupan konsumsi TTD remaja putri
- Perencanaan kebutuhan dan strategi distribusi saat
pandemi
- Terbentuknya WAG remaja putri

- Terselenggaranya penyuluhan dan monitoring konsumsi melalui


WAG

2.6.4. Asuhan gizi pada bayi


A. Pengkajian
1. Antropometri : -
2. Laboratorium :-
3. Fisik klinis : -
4. Riwayat gizi :
- Cakupan bayi usia <6 bulan mendapat Asi eksklusif
- Cakupan bayi usia 6 bulan mendapat Asi eksklusif
- Pengetahuan ibu mengenai PMBA masih rendah
(gambaran dari telekonseling ibu balita)

5. Riwayat klien :
- Tersedia aplikasi pencatatan pelaporan asi eksklusif
posyandu yang dapat diakses kader
- Kartu bantu asi eksklusif dan catpor SIPOFPO tidak
optimal
- Cakupan D/S 89,54%
- Akses ke fasyankes baik
B. Diagnosis
- Rendahnya cakupan bayi usia <6 bulan mendapat Asi
eksklusif di Puskesmas arcamanik pada tahun 2020
(P) terkait Pengetahuan ibu mengenai PMBA masih
rendah (E) ditandai dengan cakupan bayi usia <6
bulan mendapat Asi eksklusif sebesar % 51,96% (S)
- Rendahnya cakupan bayi usia <6 bulan mendapat Asi
eksklusif di Puskesmas arcamanik pada tahun 2020
(P) terkait Pengetahuan ibu mengenai PMBA masih
rendah (E) ditandai dengan cakupan bayi usia <6
bulan mendapat Asi eksklusif sebesar % 51,96% (S)
- Rendahnya cakupan bayi usia 6 bulan mendapat Asi
eksklusif di Puskesmas arcamanik pada tahun 2020
(P) terkait kurang optimalnya pencatatan dan
pelaporan asi eksklusif oleh kader (E) ditandai dengan
cakupan bayi usia 6 bulan mendapat Asi eksklusif
sebesar % 44,11% (S)
- Rendahnya cakupan bayi usia 6 bulan mendapat Asi
eksklusif di Puskesmas arcamanik pada tahun 2020
(P) terkait Pengetahuan ibu mengenai PMBA masih
rendah (E) ditandai dengan cakupan bayi usia 6 bulan
mendapat Asi eksklusif sebesar % 44,11% (S)

C. Intervensi
Tujuan Intervensi :
- Meningkatkan cakupan bayi usia <6 bulan mendapat
Asi eksklusif di Puskesmas arcamanik dari 51,96%
pada tahun 2020 menjadi 53% pada tahun 2021
- Meningkatkan cakupan bayi usia 6 bulan mendapat
Asi eksklusif di Puskesmas arcamanik dari 44,11%
pada tahun 2020 menjadi 47% pada tahun 2021
Edukasi :
- Penyuluhan PMBA kepada ibu bayi dan balita
- Penyuluhan Asi eksklusif saat ANC, kunjungan
neonatal dan kunjungan nifas
- Penyuluhan kepada ibu bekerja tentang penyiapan
Asi perah
- Penyuluhan kepada keluarga untuk mendukung
keberhasilan menyusui
- Menambah konten pada aplikasi SIPOFPO agar
kader dapat mengakses kapan saja informasi
mengenai Asi eksklusif
- Penyuluhan kepada pengelola tempat kerja agar
mengeluarkan kebijakan dan menyediakan fasilitas
ibu bekerja untuk menyusui
- Menyediakan materi KIE
Koordinasi Asuhan Gizi
- Kolaborasi dengan lintas sektor (pkk,KUA,petugas
KB)
- Kolaborasi dengan tokoh masyarakat
D. Monitoring Evaluasi
- Proporsi bayi usia <6 bulan mendapat Asi eksklusif
- Proporsi ibu menyusui yang dirujuk ke konselor
menyusui
- Terselenggaranya penyuluhan tentang Asi eksklusif
melalui WAG (selama tidak memungkinkan tatap
muka)
- Pencatatan dan pelaporan Asi eksklusif pada kohort
Asi, kartu bantu dan SIPOFPO menjadi optimal

DAFTAR PUSTAKA

1. Modul Rotasi Gizi Mayarakat Asuhan Gizi Masyarakat Berbasis


Dietary Kuliner.2021.

2. Laporan Tahunan Puskesmas arcamanik Tahun 2020

3. Kemenkes RI, Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, 2012


4. UNICEF. Global Strategy for Infant and Young Child
Feeding.Geneva.: World Health Organisation-UNICEF; 2003

5. Mufida L Widyaningsih TD, Maligan JM.Prinsip dasar MPASI untuk


bayi usia 6-24 Bulan. Jurnal Pangan dan Agroindustri ,2015;3
(4);.1646-1651.

6. Kementerian Kesehatan RI .Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar


Tahun 2013. Jakarta. (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan
Gizi dan Makanan. Balitbangkes;2013.

7. Biro komunikasi dan pelayanan publik Kementerian kesehatan RI.


2021. Sehat Negeriku.

8. Sumartono, 2002. Pengetahuan, http://www.indomedia.com


diakses 23 Juni 2021 Jam 10.00 WIB

9. Penggunaan Aplikasi Berbasis Web Pada Pengetahuan


Kaderposyandu Mengenai Deteksi Dini Stuntingthe Use Of Web-
Based Applications On Posyandu Kader Knowledge About Early
Detectionstuntingputu Irma Pratiwi, Ni Nyoman Ayu Desy
Sekariniuniversitas Pendidikan Ganesha

10. Penuntun Diet dan Terapi Gizi. Jakarta.2019.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai