OLEH:
i
LAPORAN STUDI KASUS LANJUT
OBS VOMITING DEHIDRASI SEDANG + MULTIPE NODUL HEPAR
OLEH :
NI KADEK RASTITI RAHAYU
NIM. P07131216006
ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN STUDI KASUS LANJUT
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat rahmat-Nya Laporan Lanjut ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Laporan ini dibuat untuk melaporkan kegiatan Asuhan Gizi Klinik
yang telah dilakukan di BRSUD Kabupaten Tabanan. Dalam penulisan laporan ini
sudah tentu banyak mendapat tuntunan, bimbingan dan petunjuk dari berbagai
pihak. Untuk itu melalui kesempatan yang berbahagia ini, kami mengucapkan
terimakasih kepada :
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Isi Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN
B. Tujuan ..........................................................................................................2
B. Vomithing .....................................................................................................6
B. Screening ....................................................................................................15
iv
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................37
B. Saran ...........................................................................................................37
LAMPIRAN ...........................................................................................................39
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jurusan Gizi merupakan institusi yang mendidik tenaga profesional
dalam bidang gizi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor:
374/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Gizi dan Kurikulum Inti
Pendidikan Diploma IV Gizi tahun 2016 (SK Kepala Badan PPSDM
Kesehatan Kemenenkes RI nomor HK.01.07/III/001169/2016, mencantumkan
5 (empat) peran lulusan Pendidikan Program D IV Gizi, yaitu : 1) Pengelola
Gizi Masyarakat, 2) Pengelola Gizi KlinikDietetik, 3) Pengelola Gizi Institusi,
4) Edukator dan Konselor Gizi. 5) Peneliti Terapan Gizi
Kompetensi lulusan Diploma IV Gizi (Ahli Gizi) didasarkan pada
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.374/Menkes/SK/III/2007, tentang
Standar Profesi, terdapat 10 kompetensi yang harus dikuasai oleh lulusan
Diploma IV Gizi. Kompetensi tersebut terbagi dalam 3 (bidang) kompetensi
yaitu Gizi Klinik, Gizi Masyarakat, dan Manajemen Sistem Penyelenggaraan
Makanan Institusi.
Kurikulum Inti Pendidikan Program D IV Gizi tahun 2016,
mengamanatkan bahwa mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti Praktik Kerja
Lapangan (PKL) Program Intervensi Gizi Masyarakat (PIGM), Asuhan Gizi
Klinik (AGK), Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi/Masal (SPMI/M) di
semester VII. Praktik Kerja Lapangan ini merupakan bentuk pembelajaran
untuk mempraktikkan teori dalam rangka mencapai jenjang Sarjana Terapan
Gizi (SST) dan juga merupakan bentuk internship untuk mencapai sebutan
profesi Dietisen (RD).
Praktik kerja lapangan AGK memberikan pengalaman kerja di Rumah
Sakit tipe A/B dalam melaksanakan kegiatan manajemen asuhan gizi klinik
(Nutritional care Process / NCP) pada pasien rawat inap dan rawat jalan
dengan bimbingan instruktur menuju kemandirian. PKL AGK dilakukan
untuk menguasai 9 Kompetensi Utama dan 1 Kompetensi Pendukung. Setelah
melaksanakan kegiatan praktik ini, mahasiswa mampu melaksanakan asuhan
gizi di Rumah Sakit kelas A/B.
1
Praktik kerja lapangan ini sekaligus sebagai persiapan uji kompetensi
mahasiswa. Hasil PKL ini juga sebagai bentuk manifestasi dari Penilaian
Pencapaian Kompetensi (PPK) di semester VII, oleh karena itu pada kegiatan
PKL ini, mahasiswa juga diwajibkan menyampaikan laporan kegiatannya
sesuai dengan kompetensi yang tercantum pada Logbook PKL.
B. Tujuan
A. Tujuan Umum
PKL ini merupakan penjabaran dari kelompok mata kuliah yang bertujuan
untuk memberikan pengalaman belajar dan keterampilan kepada mahasiswa
agar memperoleh hasil yang efisien, efektif dan optimal untuk dapat
mencapai kompetensi sebagai Sarjana Terapan Gizi, sekaligus sebagai
profesi Dietesien pada bidang materi Asuhan Gizi Klinik
B. Tujuan Khusus
2
6) Mendidik pasien / klien dalam rangka promosi kesehatan, pencegahan
penyakit dan terapi gizi untuk kondisi dengan komplikasi.
Berpenampilan (unjuk kerja) sesuai dengan kode etik profesi gizi.
7) Melakukan penelitian terapan secara sederhana pada pasien di Rumah
Sakit
8) Merujuk klien / pasien kepada ahli lain (dokter penanggung jawab pasien
(PJP) atau dietisien senior) pada saat situasi berada diluar
kompetensinya.
9) Menggunakan teknologi terbaru dalam kegiatan informasi dan
komunikasi.
10) Berpartisipasi dalam konferensi tim kesehatan untuk mendiskusikan
terapi dan rencana pemulangan pasien.
11) Mendokumentasikan kegiatan pelayanan gizi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Hati
1. Definisi Hati
Hati (bahasa Yunani: ἡπαρ, hēpar) merupakan kelenjar terbesar di
dalam tubuh, terletak dalam rongga perut sebelah kanan, tepatnya di
bawah diafragma. Berdasarkan fungsinya, hati juga termasuk sebagai alat
ekskresi. Hal ini dikarenakan hati membantu fungsi ginjal dengan cara
memecah beberapa senyawa yang bersifat racun dan
menghasilkan amonia, urea, dan asam urat dengan
memanfaatkan nitrogen dari asam amino. Proses pemecahan senyawa racun
oleh hati disebut proses detoksifikasi (Wikipedia, 2019).
Lobus hati terbentuk dari sel parenkimal dan sel non-parenkimal. Sel
parenkimal pada hati disebut hepatosit, menempati sekitar 80% volume hati
dan melakukan berbagai fungsi utama hati. Sebanyak 40% sel hati terdapat
pada lobus sinusoidal. Hepatosit merupakan sel endodermal yang terstimulasi
oleh jaringan mesenkimal secara terus-menerus pada saat embrio hingga
berkembang menjadi sel parenkimal. Selama masa tersebut, terjadi
peningkatan transkripsi mRNA albumin sebagai stimulan proliferasi dan
diferensiasi sel endodermal menjadi hepatosit. (Wikipedia, 2019).
2. Stuktur Hati
Hati terdiri dari 2 (dua) yaitu belahan hati kanan yang disebut lobus
kanan, dan belahan hati kiri yang disebut lobus kiri. Lobus kanan dan kiri
dipisahkan oleh fissura yang terbentuk dari gabungan beberapa ligamen.
Setiap lobus disusun oleh unit fungsional berbentuk heksagonal yang
disebut lobulus. Pada bagian tengah lobulus terdapat pembuluh dari vena yaitu
vena sentralis. Setiap vena sentralis lalu akan bergabung membentuk pembuluh
darah vena hepatika yang merupakan pembuluh darah vena utama pada hati.
Struktur yang memisahkan antar satu lobulus dengan lobulus lain
disebut dengan lakuna. Jika diamati lebih lanjut, maka jaringan lobolus hati
4
disusun oleh sel hepatosit. Antar sel hepatosit dipisahkan oleh kanalikuli, lalu
setiap kanalikuli akan bergabung membentuk saluran empedu.
Suplai nutrisi dan oksigen ke hati didapatkan dari jantung sama seperti
organ lainnya. Tapi, jika diamati lebih lanjut, aliran darah ke hati sedikit
berbeda. Hati menerima darah dari dua sumber utama, yaitu arteri hepatika dan
vena porta hepatik.
Arteri Hepatik membawa darah yang kaya oksigen dan nutrisi dari
jantung dan mensuplai sekitar 20% darah hati. Sedangkan vena porta hepatik
membawa darah yang berasal dari sistem pencernaan. Darah tersebut berisi
produk hasil metabolisme dan pencernaan. Vena porta menyuplai sekitar 80%
darah hati, sedangkan darah akan keluar dari vena sentralis menuju vena
hepatika dan vena kava inferior.
Lebih singkatnya, bagian-bagian hati terdiri dari:
Lobus kiri dan lobus kanan dengan lobus kanan lebih besar dibandingkan
lobus kiri.
Lobuls, hati tersusun atas lobulus-lobulus kecil dan tersusun dalam kolom.
Vena sentralis, pembuluh ini ada terdapat pada bagian tengah tiap lobulus.
Vena bergabung dengan vena yang lebih besar dan membentuk vena
gepatika yang kemudian menuju ke dalam vena kava inferior.
Lakuna, yaitu ruangan yang memisahkan antara satu lobus dengan lobulus
lainnya.
3. Fungsi Hati
Adapun fungsi hati, diantaranya yaitu:
5
Fungsi Penyimpanan, yaitu hati dapat menyimpan lemak, glikogen,
vitamin, dan zat besi yang akan dikeluarkan saat tubuh membutuhkannya.
Fungsi Penawar Racun, yaitu jika kita mengkonsumsi makanan atau
minuman yang mengandung racun, maka hati akan mengubah komponen
racun tersebut agar bisa dimanfaatkan atau dikeluarkan dari tubuh.
Contohnya hasil metabolisme karbohidrat yang menghasilkan asam laktat
akan diubah menjadi glikogen sehingga bisa digunakan untuk cadangan
energi. Contoh lainnya, hasil metabolisme protein yang menghasilkan
amonia akan diubah menjadi urea dan dikeluarkan dari tubuh dalam urin
melalui proses buang air kecil.
4. Definisi Nodul
Nodul adalah benjolan pada kulit atau di bawah kulit yang berukuran
lebih dari 0,5 cm. Nodul kulit seringkali disebut juga tumor kulit. Sebuah
nodul dapat berisi jaringan yang mengalami radang atau campuran antara
jaringan dan cairan. Tumor kulit dapat bersifat jinak, pre-kanker, atau ganas
(kanker). (Yolanda, 2017)
B. Vomithing
1. Definisi Vomithing
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi
lambung yang terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi
lambung dan abdomen (Markum : 1991).
Muntah merupakan keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi
lambung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk ke dalam lambung
(Depkes R.I, 1994).
Muntah adalah pengeluaran isi lambung secara eksklusif melalui mulut
dengan bantuan kontraksi otot- otot perut. Perlu dibedakan antara
regurgitasi, ruminasi, ataupun refluesophagus. Regurgitasi adalah makanan
yang dikeluarkan kembali kemulut akibat gerakan peristaltic esophagus,
ruminasi adalah pengeluaran makanan secra sadar untuk dikunyah kemudian
ditelan kembali. Sedangkan refluesophagus merupakan kembalinya isi
6
lambung kedalam esophagus dengan cara pasif yang dapat disebabkan oleh
hipotoni spingter eshopagus bagian bawah, posisi abnormal sambungan
esophagus dengan kardial atau pengosongan isi lambung yang lambat.
2. Etiologi Vomithing
a. Kelainan kongenital saluran pencernaan, iritasi lambung, atresia esofagus,
atresia / stenosis, hirschsprung, tekanan intrakranial yang tinggi, cara
memberi makan atau minum yang salah, dan lain-lain.
b. Pada masa neonatus semakin banyak misalnya factor infeksi (infeksi
traktus urinarius, hepatitis, peritonitis, dll)
c. Gangguan psikologis, seperti keadaan tertekan atau cemas terutama pada
anak yang lebih besar.
3. Patofisiologi Vomithing
Impuls – impuls aferens berjalan ke pusat muntah sebagai aferen vagus
dan simpatis. Impuls- impuls aferen berasal dari lambung atau duodenum
dan muncul sebagai respon terhadap distensi berlebihan atau iritasi, atau
kadang- kadang sebagai respon terhadap rangsangan kimiawi oleh bahan
yang menyebabakan muntah.
Muntah merupakan respon refleks simpatis terhadap berbagai
rangsangan yang melibatkan berbagai aktifitas otot perut dan pernafasan.
Proses muntah dibagi 3 fase berbeda, yaitu :
a. Nausea (mual) merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan
akibat rangsangan pada organ dan labirin dan emosi dan tidak selalu
diikuti oleh retching atau muntah.
b. Retching (muntah) merupakan fase dimana terjadi gerak nafas
spasmodic dengan glottis tertutup, bersamaan dengan adanya
inspirasi dari otot dada dan diafragma sehingga menimbulkan
tekanan intratoraks yang negatif.
c. Emesis (ekspulsi) terjadi bila fase retching mencapai puncaknya dan
ditandai dengan kontraksi kuat otot perut, diikuti dengan bertambah
turunannya diafragma disertai dengan penekanan mekanisme
7
antirefluks. Pada fase ini, pylorus dan antrum berkontraksi, fundus
dan esofagus berelaksasi dan mulut terbuka.
8
2. Tujuan Diet
Tujuan diet penyakit hati adalah untuk mencapai dan mempertahankan
status gizi optimal tanpa memberatkan fungsi hati, dengan cara :
a. Meningkatkan regenerasi jaringan hati dan mencegah kerusakan lebih
lanjut dan meningkatkan fungsi jaringan hati yang tersisa
b. Mencegah katabolisme protein
c. Mencegah penurunan berat badan atau meningkatkan berat badan bila
kurang
d. Mencegah atau mengurangi asites, varises esofagus, dan hipertensi
portal
e. Mencegah koma hepatik
3. Syarat Diet
a. Energi tinggi untuk mencegah pemecahan protein,yang diberikan
terhadap sesuai dengan kempuan pasien, yaitu 40-45 kkal/ kg BB
b. Lemak cukup, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total dalam entuk
yang mudah dicerna atau dalam bentuk emulsi. Bila paien mengalami
steatorea, gunakan lemak dengan asam lemak rantai sedng (Medium
Chain Triglyceridel MCT). Jenis lemak ini tidak membutuhkan
aktivitas lipase dan asam empedu dalam proses absorbsinya. Pemberian
lemak sebanyak 45 gram dapat mempertahankan fngsi imun dan proses
sintesis lemak.
c. Protein agak tinggi, yaitu 1,25-1,5 g/kg BB agar terjadi anabolisme
protein. Pada kasus Hepatitis Fulminan dengan nekrosis dan gejala
ensefalopati yang disertai peningkatan amoniak dalam darah, pemberian
protein harus dibatasi untuk mencegah koma, yaitu sebanyak 30-40
g/hari. Pada sirosis hati terkompensasi, protein diberikan sebanyak 1,25
g/kgBB. Asupan minimal protein hendaknya 0,8-1g/kg BB. Protein
nabati memberikan keuntungan karena kandungan serat yang dapat
mempercepat pengeluaran amoniak melalui feses. Namun, sering
timbul keluhan berupa rasa kembung dan penuh. Diet ini dapat
mengurangi status ensefalopati, tetapi tidak dapat memperbaiki
keseimbangan nitrogen.
9
d. Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan tingkat defisiensi. Bila
perlu, diberikan suplemen vitamin B kompleks, C, dan K serta mineral
seng dan zat besi bila ada anemia.
e. Natrium diberikan rendah, tergantung tingkat edema dan asites. Bila
pasien mendapat diuretika, garam natrium dapat diberikan lebih leluasa.
f. Cairan diberikan lebih dari biasa, kecuali bila ada kontraindikasi.
g. Bentuk makanan lunak bila ada keluhan mual dan muntah, atau
makanan biasa sesuai kemampuan saluran cerna.
4. Macam Diet Dan Indikasi Pemberian
a. Diet Hati I
Diet hati I diberikan bila pasien dalam keadaan akut atau bila
prekoma sudah dapat diatasi dan pasien sudah mulai mempunyai nafsu
makan. Melihat keadaan pasien, makanan diberikan dalam bentuk cincang
atau lunak. Pemberian protein dibatasi (30 g/hari) dan lemak diberikan
dalam bentuk dicerna. Formula enteral dengan asam amino rantai cabang
(Branched Chain Amino Acid/BCAA ) yaitu leusin, isoleusin, dn valin
dapat digunakan. Bila ada asites dan diuresis belum sempurna, pemberian
cairan maksimal 1 liter/hari.
Makanan ini rendah energy, protein, kalsium, zat besi, dan tiamin;
karena itu sebaiknya diberkan selama beberapa hari saja. Menurut
beratnya retensi garam atau air, makanan diberikan sebagai Diet Hati I
Garam Rendah. Bila ada asites hebat dan tanda tanda diuresis belum
membaik, diberikan Diet Garam Rendah I. untuk menambah kandungan
energy, selain makanan per oral juga diberikan makanan parenteral berupa
cairan glukosa.
b.Diet Hati II
Diet Hati II diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Hati I
kepada pasien yang nafsu makannya cukup. Menurut keadaan pasien,
makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Protein diberikan 1
g/kg BB dan lemak sedang (20-25% dari kebutuhan energy total) dalam
bentuk yang mudah dicerna.
10
Makanan ini cukup mengandung energy, zat besi, vitamin A dan C,
tetapi kurang kalsium dan tiamin. Menurut beratnya retensi garam atau air,
makanan diberikan sebagai Diet Hati II Garam Rendah. Bila asitesis hebat
dan diuresis belum baik, diet mengikuti pola Diet Garam Rendah I.
5. Pengaturan Makan
a. Bahan Makanan Yang Dibatasi
Bahan makanan yang dibatasi untuk diet hati I, II, III adalah dari
sumber lemak, yaitu semua makanan dan daging yang banyak
mengandung lemak dan santan serta bahan makanan yang menimbulkan
gas seperti ubi, kacang merah, kol, sawi, lobak, ketimun, durian dan
nangka.
b. Bahan Makanan Yang Tidak Dianjurkan
Bahan makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hati I, II, III
adalah makanan yang mengandung alkohol, teh, atau kopi kental.
11
BAB III
GAMBARAN UMUM KASUS LANJUT
A. IDENTITAS KASUS
Nama : Tn. I K M G
Umur : 61 Tahun
Berat badan : 41 kg
Bangsa/suku : Indonesia
Agama : Hindu
Pekerjaan : Wiraswasta
12
1.1 Keadaan Umum Penderita
Pada tanggal 25 Oktober 2019 pukul 20:07 wita pasien datang dalam
keadaan sadar dengan keluhan lemas, sesak, mual, muntah setiap kali makan
sejak 1 bulan yang lalu. Penurunan berat badan sejak 1 bulan yang lalu, nafsu
makan menurun. Keadaan pasien saat ini yaitu sedikit lemas muah dan muntah,
berat badan saat MRS yaitu 41 kg, Tensi = 110/70 mmHg, Nadi = 84 x/menit,
Suhu= 300C dan Respirasi 20 x/menit.
B. SCREENING
13
Tabel 3.1 Standar IMT Menurut WHO
KLASIFIKASI PRINCIPAL CUT-OFF POINTS
Underweight < 18,50
Severe Thinness < 16,00
Moderate Thinness 16,00-16,99
Mild Thinnss 17,00- 18,49
Normal 18,50 – 24,99
Overweight ≥ 25,00
Pre-obesitas 25,00 – 29,99
Obesitas ≥ 30,00
Obesitas klas I 30,00 – 34,99
Obesitas klas II 35,00 – 39,99
Obesitas klas III ≥ 40,00
Sumber : Adopted from WHO,1995, WHO, 2000 and WHO 2004.
b. Data Biokimia
Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium, didapatkan data
terkait nilai lab pasien sebagai berikut
14
Glukosa
116 mg/ dl 74-106 Tinggi
sewaktu
SGOT 14 U/L < 35 Normal
SGPT 7 U/L < 31 Normal
BUN 23 mg.dl 8-18 Tinggi
Creatinin 0,82 mg/dl 0,62-1,10 Normal
Sumber : Rekam medis, 2019
Penilaian :
Dari pemeriksaan biokimia pada pasien, diketahui bahwa pasien
mengalami anemia yang di tunjukkan dengan nilai Hemoglobin yang
rendah dengan hasil 8,2 g/dl.
Penilaian :
Dari data pemeriksaan fisik diatas diketahui bahwa pasien masih dalam
keadaan normal dengan kesadaran penuh namun kondisi lemas, dan mual
b. Klinis
Pemeriksaan klinis pada pasien yang dilakukan meliputi pemeriksaan
tekanan darah (TD), suhu tubuh, nadi dan respirasi. Pemeriksaan
dilakukan oleh perawat untuk mengetahui perkembangan kesehatan
pasien. Hasil pemeriksaan klinis dicatat dengan melihat rekam medis
pasien.
15
Tabel 3.4 Hasil Pemeriksaan Klinis
Tanggal Jenis Hasil Nilai Normal Keterangan
Pemeriksaan Pemeriksaan
26 Tekanan Darah 110/70 mmHg 120/80 mmHg Normal
0
Oktober Suhu Tubuh 36 C - 360 C-370 C Normal
2019 Nadi 84x/menit 60-100x/menit Normal
Respirasi 20x/menit 20-30 x/menit Normal
Sumber : Rekam Medis, 2019
Penilaian :
Dari data pemeriksaan klinis diatas diketahui pasien dengan data klinis
yang normal.
16
konsumsi zat gizi selama dirumah. Berikut hasil tingkat konsumsi zat gizi
pasien selama dirumah yaitu
Tabel 3.5
Nilai Gizi Makanan Pasien Per Hari Hasil SQ-FFQ
Bahan Protein
Berat Energi Lemak HA
Makanan Hewani Nabati
Beras giling 200 720 0 13.6 1.4 157.8
Roti putih 25 62 0 2 0.3 12.5
Jagung 28.57 39.998 0 1.34279 0.37141 9.4567
Kentang 7.4 6.142 0 0.148 0.0074 1.4134
Ayam 3.57 10.7814 0.64974 0 0.8925 0
Daging sapi 3.57 7.5969 0.6606 0 0.5138 0
Ikan segar 17.85 20.1705 3.0345 0 0.80325 0
Telur ayam 31.42 50.9004 4.02176 0 3.6133 0.2199
Tahu 28.57 19.4276 0 2.22846 1.31422 0.4571
Tempe 21.42 31.9158 0 3.91986 0.8568 2.7203
Buncis 11 3.85 0 0.264 0.022 0.847
Kacang panjang 14 6.16 0 0.378 0.042 1.092
Semangka 28.57 7.9996 0 0.14285 0.05714 1.9713
Pisang ambon 28.57 28.2843 0 0.34284 0.05714 7.3711
TOTAL 1015.23 8.3666 24.3668 10.251 195.85
Menurut WNPG 2004 katagori asupan dibagi menjadi tiga kategori yaitu :
Lebih : >110% dari kebutuhan
Baik : 80-110% dari kebutuhan
Kurang : <80% dari kebutuhan
17
Perhitungan kebutuhan pasien sebelum masuk rumah sakit menggunakan Du
Bouis yaitu:
18
Menurut Gibson 2005 katagori asupan dibagi menjadi tiga kategori yaitu :
Baik : >80% dari kebutuhan
Kurang : 51-79% dari kebutuhan
Buruk : <51 % dari kebutuhan
Penilaian :
Berdasarkan hasil diatas diketahui bahwa tingkat konsumsi zat gizi
pasien selama dirumah berdasarkan hasil zat gizi SQ-FFQ yaitu dengan
presentase tingkat konsumsi energi kurang yaitu 59, 77%, protein dengan
presentase tingkat konsumsi 51,38 % (kurang), lemak dengan presentase
tingkat konsumsi 21,72% (kurang) dan karbohidrat dengan presentase tingkat
konsumsi 76,87% (kurang).
Sedangkan tingkat konsumsi zat gizi pasien sehari sebelum
intervensi, diketahui bahwa tingkat konsumsi zat gizi pasien yaitu energi,
lemak dan karbohidrat dalam kategori kurang sedangkan protein dengan
katagori baik dengan presentase tingkat konsumsi energi dengan presentase
64,47% (kurang), protein dengan presentase 87,56% (Baik), lemak dengan
presentase 45,43% (kurang) dan karbohidrat dengan presentase 68,71%
(kurang).
e. Riwayat Personal
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dibawa ke UGD BRSUD Kabupaten Tabanan pada tanggal
25 Oktober 2019 Pukul 20.07 WITA, dengan keluhan lemas, sesak sejak 1
bulan yang lalu, mual dan muntah sejak 1 bulan yang lalu, setiap kali
makan, penurunan berat badan sejak 1 bulan yang lalau. Setelah dilakukan
pemeriksaan klinis yaitu Tensi = 110/70 mmHg, Nadi= 84 x/ menit,
Resfirasi= 20x/ menit, Suhu = 30° C. Pasien dengan kesadaran compos
mentis . Saat ini pasien dengan diagnose medis yaitu Obs Vomithing
Dehidran sedang + Multiple Nodul Hepa
19
b. Riwayat Penyakit Keluarga
Dari hasil wawancara diketahui tidak ada orang tua ataupun
keluarga lain pasien yang memiliki riwayat penyakit sebelumnya.
c. Terapi Medis
Pengobatan atau terapi medis berupa obat yang diberikan kepada
pasien selama dirawat yaitu :
Kesimpulan :
Berdasarkan pengkajian gizi diatas, pasien dengan diagnose medis Obs
Vomithing Dehidran sedang + Multiple Nodul Hepar dalam keadaan sadar
dengan nilai Hemoglobin yang rendah dengan hasil 8,2 g/dl, dan hasil klinis TD
110/70 mmHg. Dari data recall diketahui tingkat asupan pasien saat di rumah
sakit dalam kategori kurang yang disebabkan karena adanya gangguan fungsi
gastrointestinal.
20
3.2 DIAGNOSA GIZI
a. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil pengkajian data pasien, masalah-masalah yang
ditemukan pada pasien antara lain:
1. NI.5.2 Malnutrisi Berat
b. Diagnosa Gizi
Diagnosis gizi merupakan langkah kedua dalam Proses Asuhan Gizi
Terstandar (PAGT). Langkah ini merupakan langkah kritis yang menjadi
penghubung antara pengkajian dengan intervensi gizi. Diagnosis gizi
diuraikan atas komponen masalah gizi (problem), penyebab masalah
(etiology), dan tanda atau gejala adanya masalah tersebut (sign/symptom).
Berikut adalah diagnosa gizi yang dapat dibuat berdasarkan pengkajian gizi
pasien.
1. NI.5.2 Malnutrisi Berat berkaitan dengan asupan makan yang tidak seimbang
dalam jangka waktu lama, ditandai dengan hasil perhitungan status gizi
menurut WHO, 2004 dengan hasil 15,05 (Severe Thinnes)
2. N1.5.1 Peningkatan kebutuhan zat gizi yakni protein berkaitan dengan
penyakit Anemia ditandai dengan hasil pemeriksaan laboratorium dengan
hasil hemoglobin = 8,2 g/dL (rendah).
3. NC.1.4 Gangguan fungsi gastro intestinal berkaitan dengan gangguan
patologis penyakit ditandai dengan pasien mual dan muntah.
4. NI. 2.1 Asupan oral tidal adekuat berkaitan dengan adanya gangguan
gastro intestinal (mual dan muntah) ditandai dengan hasil recall 24 jam
asupan energi dengan presentase 64,47% (kurang), protein dengan
presentase 87,56% (Baik), lemak dengan presentase 45,43% (kurang) dan
karbohidrat dengan presentase 68,71% (kurang).
21
5. NB.1.1 Kurangnya pengetahuan terkait gizi berkaitan dengan pasien belum
perah mendapatkan edukasi/informasi terkait gizi, ditandai dengan riwayat
gizi terdahulu pasien yang kurang tepat yakni hanya menghabiskan
makanan ½ porsi.
22
4. Syarat Diet
a. Energi diberikan sebesar 2.340 kkal menggunakan perhitungan Harris
Benedict
b. Penggunaan energi tinggi yakni 40 kkal/ kg berat badan
c. Penggunaan protein tinggi yakni 1,5 gram / kg berat badan
d. Penggunaan lemak sebesar 20% sesuai dengan lemak cukup yakni
20% dari kebutuhan energy total.
e. Karbohidrat dihitung dari sisa energy, protein, dan lemak
23
Kebutuhan Lemak = 20% x Energi
= 20% x 2.340
= 468/ 9
= 52 gram
Kebutuhan Karbohidrat = Kebutuhan Energi – Keb Protein – Keb Lemak
= 2.340 – 351 – 468
= 1.521/ 4
= 380,2 gram (65%)
6. Penyuluhan/Konsultasi Gizi
a. Tempat
Ruang Dahlia Garing Tranparan Kamar 1
b. Waktu
Pagi hari, pukul 10.00 – 10.30 WITA
c. Sasaran
Sasaran dari pemberian edukasi gizi ini yaitu pasien dan keluarga
pasien.
d. Metode
Metode yang digunakan untuk melakukan penyuluhan atau konseling
yaitu ceramah dan diskusi. Metode ceramah digunakan untuk
menyampaikan materi pada saat melakukan penyuluhan. Metode tanya
jawab digunakan setelah selesai menyampaikan materi.
e. Materi (terlampir)
Implementasi
Berdasarkan kondisi umum pasien, implementasi yang diberikan yaitu
berupa pemberian makanan diet yang sesuai dengan keadaan pasien. Makanan
diberikan 3 kali dalam sehari yang terdiri dari makanan utama yang terdiri dari
makan pagi, makan siang dan makan sore. Bentuk makanan yang diberikan
yaitu lunak karena pasien masih dalam keadaan lemas dan mual. Menu yang
disusun untuk pasien berdasarkan dengan kebutuhan gizi pasien dan siklus
24
menu yang digunakan di BRSUD Tabanan. Jadwal pemberian makanan untuk
pasien yaitu:
2. Fisik
Tabel 3.10 Monitoring Fisik
No Tanggal Hasil Pengamatan
1. - Kesadaran Compos Mentis, kondisi masih lemas
28 Oktober 2019 mual, dan nafsu makan menurun
-
2. - Kesadaran Compos Mentis, kondisi masih lemas
29 Oktober 2019 dan mual.
25
3. Klinis
Tabel 3.11 Monitoring Klinis
No Tanggal Hasil Pengamatan Nilai Rujukan
4. Nilai laboratorium
Hasil Laboratorium Tanggal 28 Oktober 2019
- Tidak ada hasil laboratorium
Hasil Laboratorium Tanggal 29 Oktober 2019
- Tidak ada hasil laboratorium
Hasil Laboratorium Tanggal 30 Oktober 2019
- Tidak ada hasil laboratorium
26
5. Dietary Asupan
Tabel 3.12 Monitoring Asupan
Energi Protein Lemak KH
No Tanggal Parameter
(kkal) (gram) (gram) (gram)
1. 28 Oktober Asupan 1.312,7 48,407 23,103 226,86
2019 Kebutuhan 100% 2.341,31 86,935 52,056 380,8
Tk. Konsumsi % 56,06 55,68 44,38 59,57
Kategori Kurang Kurang Kurang Kurang
2. 29 Oktober Asupan 1.458,1 50,504 43,184 219,16
2019 Kebutuhan 100% 2.347,9 88,365 51,24 380
Tk. Konsumsi % 62,10 57,15 84,27 57,67
Kategori Kurang Kurang Baik Kurang
3. 30 Oktober Asupan 1.443,6 40,128 49,20 190,13
2019 Kebutuhan 100% 2.342 86,375 50,25 380
Tk. Konsumsi % 61,63 46,45 97,91 50,03
Kategori Kurang Kurang Baik Kurang
Rata-rata% 59,93 53,09 75,52 55,75
27
b. Evaluasi
Tabel 3.13 Evaluasi
Tgl Antropometri Biokimia Fisik/Klinis Asupan Edukasi Tindak Lanjut
28 BB : 41 kg Tidak ada - Kesadaran Terapi hari I pasien diberikan makanan lunak berupa Keluarga dan Melanjutkan
Oktober TB : 160 cm pemeriksaan Compos bubur, pada intervensi hari I pasien diberikan 100% pasien bersedia terapi hari
2019 BBI : 58,5 kg laboratoriu Mentis, kebutuhan melihat kondisi pasien dan asupan makan mengikuti anjuran berikutnya
IMT : 15,05 m kondisi masih sebelum intervensi. Pada intervensi hari I pasien diet hati yang dengan
kg/m2 lemas mual, hanya mengkonsumsi sedikit bubur yang telah diberikan, dengan memberikan
dan nafsu disajikan. Setelah dibandingkan dengan kebutuhan memperhatikan 100% dari total
makan dari semua zat gizi dan setelah dianalisa tingkat bahan makanan kebutuhan.
menurun asupan pasien untuk energi, protein, lemak dan yang dianjurkan Bentuk
- Tensi : karbohidrat termasuk dalam kategori kurang. dan tidak makanan lunak
110/70 Analisa Energi Protein Lemak KH dianjurkan serta (nasi tim), dan
mm/Hg zat gizi (kkal) (gr) (gr) (gr) memperhatikan mengganti
- Suhu : 36 0 C Asupan 1.312,7 48,407 23,103 226,86 jadwal,jumlah,dan snack dari
- Nadi : 84 Kebutuhan 2.341,31 86,935 52,056 380,8 jenis bahan rumah sakit
x/menit 100% makanan. dengan pudding
- Respirasi : hepatosol untuk
Tk. 56,06 55,68 44,38 59,57
20x /menit meningkatkan
Konsumsi
kebutuhan zat
%
gizi pasien.
Kategori Kurang Kurang Kurang Kurang
28
29 BB : 41 kg Tidak ada - Kesadaran Terapi hari II pasien diberikan makanan lunak Keluarga dan Melanjutkan
oktober TB : 160 cm pemeriksaan Compos berupa nasi tim melihat pertimbangan pada pasien bersedia terapi hari
2019 BBI : 58,5 kg laboratoriu Mentis, intervensi hari I pasien tidak mampu menghabiskan mengikuti anjuran berikutnya
kondisi
IMT : 15,05 m makanan karena mual-mual. pada intervensi hari II diet hati yang dengan
masih
2
kg/m lemas dan nafsu makan pasien mulai membaik. Setelah diberikan, dengan memberikan
mual. dibandingkan dengan kebutuhan dari semua zat gizi memperhatikan 100% dari total
- Tensi : dan setelah dianalisa tingkat asupan pasien untuk bahan makanan kebutuhan
110/70 energi, protein, dan karbohidrat termasuk dalam yang dianjurkan paien dan
mm/Hg kategori kurang, dan lemak dengan katagori baik dan tidak mengganti
0
- Suhu : 36 Analisa zat Energi Protein Lemak KH dianjurkan serta snack dari
C gizi (kkal) (gr) (gr) (gr) memperhatikan rumah sakit
- Nadi : 84 Asupan 1.458,1 50,504 43,184 219,16 jadwal,jumlah,dan dengan pudding
x/menit jenis bahan hepatosol untuk
Kebutuhan 2.347,9 88,365 51,24 380
- Respirasi : makanan. meningkatkan
100%
20x /menit kebutuhan zat
Tk. 62,10 57,15 84,27 57,64
gizi pasien.
Konsumsi
%
Kategori Kurang Kurang Baik Kurang
29
30 BB : 41 kg Tidak ada - Kesadaran Terapi hari III pasien diberikan makanan lunak Keluarga dan Melanjutkan
Oktober TB : 160 cm pemeriksaan Compos berupa nasi tim, pada intervensi hari III pasien di pasien bersedia terapi hari
2019 BBI : 58,5 kg laboratorium Mentis, berikan 100% kebutuhan. Setelah dibandingkan mengikuti anjuran berikutnya
IMT : 15,05 kondisi dengan kebutuhan dari semua zat gizi dan setelah diet hati yang dengan
2
kg/m masih lemas, dianalisa tingkat asupan pasien untuk energi, protein, diberikan, dengan memberikan
dan sedikit dan karbohidrat termasuk dalam kategori kurang, memperhatikan 100% dari total
mual, dan dan lemak dengan katagori baik bahan makanan kebutuhan dan
nafsu makan Analisa zat Energi Protein Lemak KH yang dianjurkan mengganti
kembali gizi (kkal) (gr) (gr) (gr) dan tidak snack dari
menurun Asupan 1.443,6 40,128 49,20 190,13 dianjurkan serta rumah sakit
- Tensi : Kebutuhan 2.342 86,375 50,25 380 memperhatikan dengan pudding
110/70 100% jadwal,jumlah,dan hepatosol untuk
mm/Hg jenis bahan meningkatkan
Tk. 61,63 46,45 97,91 50,03
- Suhu : 36 0 C makanan. kebutuhan zat
Konsumsi
- Nadi : 84 gizi pasien.
%
x/menit
Kategori Kurang Kurang Baik Kurang
- Respirasi :
20x /menit
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Status Gizi
Status Gizi juga dinyatakan sebagai keadaan tubuh yang merupakan akibat
dari konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi dengan 4 klasifikasi yaitu , status
gizi buruk, status gizi kurang, status gizi baik dan status gizi lebih (Almatsier S. ,
2004).
Pasien ini merupakan seorang laki-laki berusia 61 tahun sehingga
penentuan status gizinya berdasarkan IMT, pasien memiliki status gizi malnutrisi
berat (severe thinness) kekurangan berat badan tingkat berat, karena batasan
menggunakan standar IMT menutut WHO, 2004 dengan kreteria <16,00 : severe
thinness, 16,00-16,99 :moderate thinness, 17,00-18,49 : mild thinness, <18,50 :
underweight, 18,50-24,99 : normal, ≥25,00 : overwight, 25,00-29,99 : preobesitas,
≥30,00 : obesitas, 30,00-34,99 : obesitas klas I, 35,00-39,99 : obesitas klas II,
≥40,00 : obesitas klas III
B. Nilai Laboratorium
Nilai laboratorium yang dimonitoring yaitu hemoglobin. Pada saat
intervensi hari pertama, kedua dan ketiga tidak ada hasil laboratorium terbaru
sehingga tidak dapat dilakukan monitoring.
31
20x/menit. Intervensi hari kedua, tekanan darah pasien 110/70 mmHg, suhu 360C,
nadi 84x/menit, respirasi 20x/menit.. Intervensi hari ketiga, tekanan darah pasien
110/70 mmHg, suhu 360C, nadi 84x/menit, respirasi 20x/menit..
32
Grafik Tingkat Konsumsi Energi
2500
2341.31 2347.9 2342
2000
500
0
Intervensi I Intervensi II Intervensi II
Asupan energi pasien pada Intervensi I, II dan III diberikan 100% dari
total kebutuhan. Pada Intervensi hari pertama energi yang diberikan sebesar
2.341,31 kkal sedangkan asupan energi yang dikonsumsi pasien sebesar 1.312,7
kkal sehingga tingkat konsumsi energi sebesar 56,06%. Pada intervensi hari kedua
energi yang diberikan sebesar 2.347,9 kkal sedangkan asupan energi yang
dikonsumsi pasien yaitu 1.458,1 kkal sehingga tingkat konsumsi energi sebesar
62,10% . Pada intervensi ketiga energi yang diberikan sebesar 2.342 kkal
sedangkan asupan energi yang dikonsumsi pasien sebesar 1.443,6 kkal sehingga
tingkat konsumsi energi sebesar 61,63%.
33
Grafik Tingkat Konsumsi Protein
100
90 88.369
86.935 86.375
80
70
60
50 50.504 Asupan
48.407
40 40.128 Kebutuhan
30
20
10
0
Intervensi I Intervensi II Intervensi III
Asupan protein pada pasien pada Intervensi I, II dan III diberikan 100%
dari total kebutuhan. Pada intervensi hari pertama protein yang diberikan
sebanyak 86,935 gram namun pasien hanya mengkonsumsi sebanyak 48,407 gram
sehingga tingkat konsumsi protein sebesar 55,68%. Pada intervensi hari kedua
protein yang diberikan sebanyak 88,369 gram, tapi pasien hanya menghabiskan
sebanyak 50,504 gram sehingga tingkat konsumsi protein sebesar 57,15%.
Sedangkan pada intervensi hari ketiga diberikan protein sebanyak 86,375 gram,
namun pasien hanya mengkonsumsi sebanyak 40,128 gram sehingga tingkat
konsumsi protein sebesar 46,45%.
34
Grafik Tingkat Konsumsi Lemak
60
52.056 51.24
50 50.25
49.2
43.184
40
30 Asupan
Kebutuhan
23.103
20
10
0
Intervensi I Intervensi II Intervensi I
Asupan lemak pasien pada Intervensi I, II dan III diberikan 100% dari total
kebutuhan. Pada intervensi hari pertama lemak diberikan sebesar 52,056 gram
sedangkan pasien mengkonsumsi sebanyak 23,103 gram sehingga tingkat
konsumsi lemak sebesar 44,38%. Pada intervensi kedua pasien diberikan lemak
sebanyak 51,24 gram sedangkan pasien mengkonsumsi sebanyak 43,184 gram
sehingga tingkat konsumsi lemak sebesar 84,27%. Sedangkan pada intervensi
ketiga diberikan lemak sebanyak 50,25 gram sedangkan pasien mengkonsumsi
sebanyak 49,2 gram sehingga tingkat konsumsi lemak sebesar 97,91%.
35
Grafik Tingkat Konsumsi Karbohidrat
400
380.8 380 380
350
300
250
226.86 219.16
200 Asupan
190.13
Kebutuhan
150
100
50
0
Intervensi I Intervensi II Intervensi III
36
Grafik Rata-Rata Tingkat Konsumsi Zat Gizi Selama Intevensi
59.93% 75.52%
53.09%
55.75%
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Dari hasil rata-rata tingkat konsumsi zat gizi intervensi selama 3 hari dapat
dilihat adanya peningkatan tingkat konsumsi energi, protein, lemak dan
karbohidrat pasien dibandingkan dengan tingkat konsumsi sehari sebelum
intervensi. Rata-rata tingkat konsumsi selama intervensi yaitu energi 59,93%,
protein 53,09%, lemak 75,52%, karbohidrat 55,75%.
37
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Status gizi pasien masih dalam katergori status gizi malnutrisi berat
(severe thinness) kekurangan berat badan tingkat berat.
2. Nilai laboratorium tidak bisa dilakukan intervensi karena tidak ada hasil
laboratorium terkait saat intervensi.
3. Keadaan fisik/klinis pasien mulai mengalami sedikit perubahan pada saat
intervensi hari kedua yaitu mual yang dialami pasien sudah berkurang,
tetapi lemas masih dirasakan pasien. Tekanan darah berdasarkan hasil
pemeriksaan hari I, II, dan III masih sama yakni 110/70 mm/Hg.
4. Berat badan pasien mulai dari awal hingga akhir intervensi tidak
mengalami penurunan maupun kenaikan karena pengukuran hanya
dilakukan saat intervensi hari I saja
5. Rata-rata tingkat konsumsi zat gizi selama intervensi yaitu tingkat
konsumsi energi 59,93%, tingkat konsumsi protein 53,09%, tingkat
konsumsi lemak 75,52%, dan tingkat konsumsi karbohidrat 55,75%,
6. Pengetahuan pasien terkait makanan dan gizi mulai meningkat.
B. Saran
1. Setelah diberikan konseling, diharapkan pasien dan keluarga mampu
memahami dan menerapkan diet yang telah diberikan untuk menjaga
kondisi pasien agar tetap stabil.
2. Diharapkan keluarga mampu memberikan motivasi dan dorongan dalam
menjaga kestabilan kesehatan pasien untuk mencegah muculnya penyakit
komplikasi.
38
Daftar Pustaka
Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Black Joyce, M., & Jane, H. H. (2014). Medical Surgical Nursing . Jakarta:
Salemba Medika.
Harsono. (1996). Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi Pertama. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
39
LAMPIRAN
40
FORM SEMI QUANTITATIVE FOOD FREQUENCY QUESTIONNAIRE (SQ-FFQ)
Identitas Sampel
Nama Sampel : Tn. I K M G
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Umur : 61 tahun
Besaran Porsi
Frekuensi
Ukuran Konsumsi
No Bahan Makanan
Standar 1- 4- 4- per Hari
TP 1x/mg 2-3/mg 1x/hari 2-3x/hari K S B
3/bln 6/mg 5/hari
1 Nasi (100 gram) ¾ gls 2 1 200
2 Roti (25 gram) 1 ptg 1 1 25
3 Jagung (20 gram) 1 bh 4 1 28,57
4 Kentang (50 gram) 1 bh 1 1 7,4
Protein Hewani
5 Daging Ayam (25 gram) 1/2 ptg 1 1 3,57
6 Daging Sapi (20 gram) 1/2 ptg 1 1 3,57
7 Ikan Laut (25 gram) 1 ptg sdg 5 1 17,85
8 Telur ayam (55 grm ) 1 butir 4 1 31,42
Protein Nabati
9 Tahu (50 gram) 1/2 biji 4 1 28,57
10 Tempe ( 50 gram) 1 ptg 5 1 21,42
Sayuran
11 Buncis (25 gram) 2 sdm 1 1 11
12 Kacang Panjang ( 25 gram) 2 sdm 1 2 14
Buah
13 Semangka (50 gram) 1 pt sdg 1 1 28,57
14 Pisang (50gram ) 1 bh 1 1 28,57
15 Minyak kelapa (5gram) ½ sdm 1 1 5
41
Analisis Kandungan Zat Gizi Berdasarkan SQ-FFQ
Protein
Bahan Makanan Berat Energi Lemak HA
Hewani Nabati
Beras giling 200 720 0 13.6 1.4 157.8
Roti putih 25 62 0 2 0.3 12.5
Jagung 28.57 39.998 0 1.34279 0.37141 9.4567
Kentang 7.4 6.142 0 0.148 0.0074 1.4134
Ayam 3.57 10.7814 0.64974 0 0.8925 0
Daging sapi 3.57 7.5969 0.6606 0 0.5138 0
Ikan segar 17.85 20.1705 3.0345 0 0.80325 0
Telur ayam 31.42 50.9004 4.02176 0 3.6133 0.2199
Tahu 28.57 19.4276 0 2.22846 1.31422 0.4571
Tempe 21.42 31.9158 0 3.91986 0.8568 2.7203
Buncis 11 3.85 0 0.264 0.022 0.847
Kacang panjang 14 6.16 0 0.378 0.042 1.092
Semangka 28.57 7.9996 0 0.14285 0.05714 1.9713
Pisang ambon 28.57 28.2843 0 0.34284 0.05714 7.3711
TOTAL 1015.23 8.3666 24.3668 10.251 195.85
42
Menu Intervensi Hari I (28/10/2019)
Protein
Waktu Menu Bahan Makanan Berat Energi Lemak HA
Hewani Nabati
nasi tim Beras giling 50 180 0 5.1 0.525 59.18
Ayam 50 140 4.1 0 2.5 0
ayam rendang Kecap 5 2.3 0 0.285 0.05 0.45
minyak 3 22.55 0 0 2.5 0
06.00 WITA tempe 50 50.5 0 4.15 2 6.35
mendol tempe
minyak 5 45.1 0 0 5 0
Buncis 15 6.25 0 0.8 0.03 3.2
sayur kare Wortel 15 5.3 0 0.9 0.03 3.4
Kentang 25 6.8 0 0.5 0.02 15.78
Sub Total 452 4.1 11.235 12.635 72.58
Agar-agar 2.5 0 0 0 0.004 0
telur ayam 5 13.5 0.15 0 1.29 0.035
08.30 WITA puding diet hati Gula pasir 10 30.4 0 0 0 9.4
susu hepatosol 30 115 4.5 0 1 23
Tepung hunkkwe 5 20.6 0 0.035 0.01 4.235
Sub Total 179.5 9 0.035 2.304 36.67
bubur Beras giling 100 360 0 6.8 0.7 78.9
Ikan segar 50 50.8 3.8 0 1.8 0
ikan bumbu balado
Minyak 5 45.1 0 0 5 0
Tahu 100 24.7 0 3 2.6 1.6
tahu semur kecap 5 5.6 0 0.285 0.065 0.45
11.00 WITA minyak 2,5 23.55 0 0 2.5 0
Buncis 35 12.4 0 0.05 0.05 1.9
Wortel 35 11.8 0 0.03 0.72 2
stup
Kentang 25 15 0 0.03 0.2 4
minyak 2,5 23.55 0 0 2.5 0
buah Pepaya 100 50,2 0 0.5 0 12
Sub Total 572.5 3.8 10.695 16.135 100.9
Tepung terigu 20 30 0 1.7 0.26 15
Telur ayam 5 8.35 0.6 0 0.5 0.03
spiku Margarine 10 40 0.02 0 1.1 0.02
14.00 WITA
Gula pasir 10 36.4 0 0 0 9
Tepung tapioka 6 15.4 0 0.04 0.012 5
susu hepatosol susu hepatosol 60 230 9 0 2 46
Sub Total 360.15 9.62 1.74 3.872 75.05
bubur Beras giling 100 360 0 6.8 0.7 78,9
Ikan segar 75 22.7 10.75 0 2.5 0
16.30 WITA ikan glg panir telur Telur ayam 5 8.35 0.6 0 0.57 0.03
minyak 5 45.22 0 0 5 0
orek tempe tempe 50 25.9 0 9 1 47.9
43
minyak 2.5 23.55 0 0 2.5 0
Labu siam 50 15.8 0 0.02 0.04 2.5
sayur sambel goreng wortel 50 12.7 0 0.04 0.1 3.255
minyak 2,5 12.6 0 0 2.5 0
buah Semangka 100 20.34 0 0.5 0.2 6
susu hepatosol susu hepatosol 60 230 9 0 2 36
Sub Total 777.16 20.35 16.36 17.11 95.69
Total 2341.31 86.935 52.056 380.8
44
Menu Intervensi Hari II (29/10/2019)
Bahan Protein
Waktu Menu Berat Energi Lemak HA
Makanan Hewani Nabati
bubur Beras giling 75 270 0 5.1 0.525 59.18
ayam suir bb Ayam 50 151 9.1 0 10.5 0
06.00 merah Minyak 2.5 22.5 0 0 1.5 0
WITA Buncis 15 6.25 0 0.8 0.03 3.2
tumis Wortel 15 5.3 0 0.9 0.03 3.4
tauge 20 4.6 0 0.6 0.04 2.1
Sub Total 459.65 9.1 7.4 12.63 67.88
Agar-agar 2.5 0 0 0 0.004 0
08.30 Telur ayam 5 18.05 0.815 0 1.595 0.035
puding diet hati
WITA Gula pasir 10 36.4 0 0 0 9.4
susu hepatosol 30 115 4.5 0 1 23
Sub Total 169.45 5.315 0 2.599 32.44
nasi tim Beras giling 100 360 0 6.8 0.7 78.9
ayam 50 151 9.1 0 10.5 0
ayam pelalah
minyak 2,5 22.5 0 0 1.5 0
tempe 50 74.5 0 9.15 2 6.35
oblok-oblok
11.00 Santan 5 5.44 0 0.04 0.2 0.152
tempe
WITA minyak 2,5 22.55 0 0 1.5 0
Kc panjang 20 6.8 0 0.7 0.06 2.2
urapan tauge 30 3.2 0 0.5 0.06 2.3
Ketimun 25 3 0 0.8 0.4 2.5
buah Pisang ambon 100 99 0 1.2 0.2 25.8
Sub Total 747.99 9.1 19.19 17.12 118.2
Agar-agar 2.5 0 0 0 0.004 0
14.00 Telur ayam 5 18.05 0.815 0 1.595 0.035
puding diet hati
WITA Gula pasir 10 36.4 0 0 0 9.4
susu hepatosol 30 115 4.5 0 1 23
Sub Total 169.45 5.315 0 2.599 32.44
nasi tim Beras giling 100 360 0 6.8 0.7 78.9
Telur ayam 50 89.1 7.04 0 6.325 0.385
telur bumbu bali
minyak 2.5 22.5 0 0 2.5 0
Tahu 100 68 0 7.8 2.6 2.6
16.30 tahu woku Santan 5 5.44 0 0.04 0.2 0.152
WITA minyak 2.5 22.5 0 0 1.5 0
Bayam 30 5.8 0 1.05 0.15 3.24
sayur bening Labu siam 30 7.8 0 1.2 0.03 2.01
Wortel 30 22.76 0 3.2 0.09 2.79
buah Semangka 100 28 0 0.5 0.2 6.9
45
Sub Total 631.9 7.04 20.59 14.3 96.98
Agar-agar 2.5 0 0 0 0.004 0
17.30 Gula pasir 10 36.4 0 0 0 9.4
puding diet hati
WITA Telur ayam 5 18.05 0.815 0 1 0.035
susu hepatosol 30 115 4.5 0 1 23
Sub Total 169.45 5.315 0 2.004 32.44
Total 2347.9 88.365 51.24 380.4
46
Menu Intervensi Hari III (30/10/2019)
Bahan Protein
Waktu Menu Berat Energi Lemak HA
Makanan Hewani Nabati
nasi tim Beras giling 75 270 0 5.1 0.525 59.2
sop sosis Sosis daging 50 220 3.25 0 10.15 1.15
06.00
Labu siam 25 6.5 0 5.2 0.025 1.68
WITA
tumis Wortel 25 10.5 0 4.3 0.075 2.33
minyak 2.5 22.55 0 0 2.5 0
Sub Total 529.55 3.25 14.6 13.28 64.3
Agar-agar 2 0 0 0 0.004 0
telur ayam 5 13.5 0.15 0 1.595 0.04
08.30
puding diet hati Gula pasir 10 30.4 0 0 0 9.4
WITA
susu hepatosol 30 115 4.5 0 1 23
Tpg hunkkwe 5 15.2 0 0.035 0.01 4.24
Sub Total 174.1 4.65 0.035 2.609 36.7
nasi tim Beras giling 100 360 0 6.8 0.7 78.9
telur ceplok bb Telur ayam 50 81 6.4 0 5.75 0.35
balado minyak 5 45.1 0 0 5 0
pepes tahu Tahu 100 68 0 5.1 2.6 1.6
11.00 tauge 15 3.45 0 0.4 0.03 0.62
WITA Wortel 20 8.4 0 0.2 0.06 1.86
tumis jagung 20 25.4 0 1.5 0.68 12.7
Buncis 20 7 0 0.4 0.04 1.54
minyak 2.5 22.55 0 0 2.5 0
buah pepaya 100 46 0 0.5 0 12.2
Sub Total 666.9 6.4 14.9 17.36 110
Agar-agar 2 0 0 0 0.004 0
telur ayam 5 13.5 0.815 0 1.595 0.04
14.00
puding diet hati Gula pasir 10 30.4 0.15 0 0 9.4
WITA
susu hepatosol 30 115 4.5 0 1 23
Tpg hunkkwe 5 15.2 0 0.225 0.05 4.18
Sub Total 174.1 5.465 0.225 2.649 36.6
nasi tim Beras giling 100 360 0 6.8 0.7 78.9
Ikan segar 50 50.5 7.5 0 2.25 0
ikan bumbu rujak
minyak 2.5 22.55 0 0 2.5 0
tempe 50 74.5 0 4.15 2 4.35
16.30 botok tempe
kelapa 5 22.7 0 0.2 0.75 0.5
WITA
Labu siam 40 10.4 0 0.2 0.04 1
sayur lodeh Kc tanah 10 40.2 0 2 3.2 2.11
Kc panjang 25 14.6 0 0.6 0.07 1.95
buah Semangka 100 28 0 0.5 0.2 6.9
47
Sub Total 623.45 7.5 14.45 11.71 95.7
Agar-agar 2 0 0 0 0.004 0
Gula pasir 10 30.4 0 0 0 9.4
17.30 telur ayam 5 13.5 0.15 0 1.595 0.04
puding diet hati
WITA
susu hepatosol 30 115 4.5 0 1 23
Tepung
hunkkwe 5 15.2 0 0.225 0.05 4.18
Sub Total 174.1 4.65 0.225 2.649 36.6
Total 2342.2 86.375 50.25 380
48
SATUAN ACARA KONSELING
49
11. Kegiatan Konseling
Tahap K e g i a t an
Waktu
kegiatan Konseling Sasaran
50
MATERI KONSELING
51
4. Macam Diet dan Indikasi Pemberian
Diet Hati II diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Hati I
kepada pasien yang nafsu makannya cukup. Menurut keadaan pasien,
makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Protein diberikan 1 g/kg
BB dan lemak sedang (20-25% dari kebutuhan energy total) dalam bentuk
yang mudah dicerna.
Makanan ini cukup mengandung energy, zat besi, vitamin A dan C, tetapi
kurang kalsium dan tiamin. Menurut beratnya retensi garam atau air, makanan
diberikan sebagai Diet Hati II Garam Rendah. Bila asitesis hebat dan diuresis
belum baik, diet mengikuti pola Diet Garam Rendah I.
5. Pengaturan Makan
a. Bahan Makanan Yang Di Anjurkan :
Sumber KH : beras, kentang, ubi ,roti, mie, macaroni, bihun, gula, tepung-
tepungan yang dibuat bubur atau pudding.
Sumber Protein Hewani : daging sapi dan ayam tak berlemak, ikan , telur
ayam
Sayuran : sayuran yang tidak banyak serat dan tidak menimbulkan gas,
seperti bayam, labu kuning, labu siam, wortel, kacang panjang, dll.
Buah-buahan : buah segar dibuat jus atau di setup seperti pisang, papaya,
melon, jeruk, semangka.
b. Bahan Makanan Yang Tidak Dianjurkan
Sumber KH : ketan, ubi, singkong, talas, kue gurih dan cake.
Sumber Protein Hewani : daging sapi dan ayam yang berlemak, daging
asap, sosis, sarden, daging/ikan yang diawetkan. Susu full cream, usu
kental manis, dan hasil olahannnya keju, es cream.
Sumber Protein Nabati : semua jenis kacang-kacangan
Sayuran : sayuran yang berserat dan menimbulkan gas seprti : kol, sawi,
lobak, daun singkong, nangka muda, kembang kol.
Buah-buahan : buah-buahan yang tinggi serat, tinggi lemak, dapat
menimbulkan gas seperti : nangka, nanas, durian, kedongdong.
52
Dokumentasi Intervensi
53
Menu Intervensi Hari III
54