Anda di halaman 1dari 13

UNIVERSITAS INDONESIA MAJU

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

JUDUL DOKUMEN
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan mengucap syukur kehadirat Alllah SWT, telah disusun Buku Modul
Perkuliahan. Buku ini disusun dalam rangka mempermudah mahasiswa dalam melakukan
pembelajaran.

Dengan buku ini diharapkan peserta didik mampu menerapkan secara professional pada
tatanan praktek sebenarnya. Sehingga mahasiswa akan mudah dalam menerapkan pada rumah
sakit. Besar harapan kami untuk ada kritik dan saran demi kesempurnaan buku ini.

Proses pembelajaran disusun dalam bentuk ceramah, diskusi, dan praktek lab. Penggunaan
sistem kurikulum berdasarkan kompetensi akan digunakan dalam proses belajar mengajar dalam
upaya menghasilkan kualitas mahasiswa perawat yang mempunyai kompetensi sesuai dengan
bidangnya.

Jakarta

( Team Penyusun )
DAFTAR ISI

Halaman Judul.............................................................................................. I

Lembar Pengesahan .................................................................................... II

Kata Pengantar ............................................................................................ III

Daftar Isi ...................................................................................................... IV

Bab I Pendahuluan

Deskripsi Mata Kuliah ................................................................................. 4

Kompetensi .................................................................................................. 5

Bab II Materi Perkuliahan ............................................................................ 7

Daftar Pustaka
PENDAHULUAN

Terapi gizi merupakan bagian dari perawatan penyakit dan kondisi klinis yang harus
diperhatikan agar pemberian diet pasien harus sesuai dengan fungsi organ, kemudian harus
dievaluasi. Gizi mempengaruhi penyembuhan penyakit pada pasien di rumah sakit.
Malnutrisi berdampak pada lamanya perawatan, terjadinya komplikasi penyakit,
meningkatnya biaya pengobatan dan kematian.Kondisi tersebut disebabkan karena
ketidakseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi.
Upaya peningkatan status gizi pasien merupakan tanggungjawab petugas kesehatan,
salah satunya adalah tenaga gizi (Ahli Gizi). Asuhan Gizi diberikan oleh tenaga gizi
berdasarkan Permenkes RI Nomor 26/2013, yang dimaksud Tenaga Gizi adalah : Nutrisionis
(Technical Register Dietisien/TRD) dan Dietisien (Register Dietisien/RD). Instalasi Gizi RS
mempunyai 4 (empat) tugas pokok yaitu : Pelayanan asuhan gizi rawat inap, Pelayanan
asuhan gizi rawat jalan, Penyelenggaraan Makanan & Dietetik, Penelitian & Pengembangan
Pelayanan asuhan gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi yang dimulai dari proses
Asesmen gizi (pengkajian gizi), Diagnosis gizi, Intervensi gizi, Monitoring dan Evaluasi
gizi, yang sering disingkat ADIME (Asesmen, Diagnosa, Intervensi, Monitoring &
Evaluasi). Sebelum dilakukan asesmen gizi (pengkajian gizi), diperlukan skrining gizi untuk
mengetahui risiko penurunan status gizi.Jika hasil skrining menyatakan pasien berisiko
terjadi penurunan status gizi, maka dilakukan dukungan gizi melalui Proses Asuhan Gizi
Terstandar (PAGT) atau Nutrition Care Process (NCP).Pada saat ini dituntut pelayanan gizi
yang berkualitas sesuai dengan standar Nasional dan Internasional.
Terdapat empat langkah dalam proses ini, yaitu: Penilaian Gizi, Diagnosis Gizi,
Intervensi Gizi, dan Monitoring & Evaluasi Gizi. Ke tiga langkah dari NCP, yaitu Penilaian
Gizi, Intervensi Gizi dan Monitoring &Evaluasi Gizi sudah dikenal oleh praktisi gizi, namun
langkah ke dua, Diagnosis Gizi masih belum didefinisikan dengan baik. Diagnosis gizi
merupakan rantai yang hilang dalam proses asuhan gizi yang telah dilakukan sebelumnya.
Pengertian Pemberian Makanan Makanan utama dan makanan selingan (ND 1 )
Makanan didistribusikan sebagai peristiwa memasukkan sesuatu kedalam mulut serta
mengunyah dan menelan yang mencakup beragai macam bentuk terdiri dari makanan
pokok, lauk pauk daging/ikan/ayam buah-buahan dan sayur-sayuran dan susu atau hasil
produknya. Makanan selingan/snack didefenisikan sebagai makanan yang disajikan diantara
waktu makan. Dalam pemberian intervensi berupa makanan utama dan makanan selingan
harus jelas dan spesifik dalam bentuk/jenis makanan, jumlah nilai gizi, jumlah bahan
makanan serta jadwal makan. Pemberian intervensi disesuakan dengan kondisi pasien/klien
dan bentuk pemberiannya berupa: a. Makanan biasa (diet makanan sehat) b. Komposisi
makanan utama/makanan selingan c. Tekstur makanan : Modifikasi bentuk makanan berupa
cair, saring,lunak, biasa d. Modifikasi diet Energi (Diet rendah energi/kalori, diet tinggi
kalori/energi) e. Modifikasi diet protein (Diet rendah protein, diet tinggi protein).
f. Modifikasi diet karbohidrat (Diet rendah karbohidrat, diet tinggi karbohidrat) g.
Modifikasi diet lemak (diet rendah lemak, diet rendah kolesterol) h. Modifikasi diet serat
(diet rendah serat, diet tinggi serat) i. Modifikasi diet cair (Diet cair penuh, diet cair jernih,
diet cair tanpa susu). j. Modifikasi diet spesifik/diet khusus (diet dengan perhitungan
khusus) k. Modifikasi diet terkait vitamin l. Modifikasi diet terkait mineral m. Jadwal
makan/cair (sebagai contoh jam makan utama & minum pkl 07) n. Makanan tertentu /
minuman atau lainnya. Pemberian intervensi makanan utama dan makanan selingan
diberikan pada kondisi sesuai dengan sasaran di diagnosa gizi antara lain a. Berdasarkan
diagnosa gizi ( masalah gizi ) - Meningkatnya kebutuhan energi (NI-1.1) - Kelebihan asupan
lemak (NI5 6-1) - Kelebihan asupan karbohidrat ( NI-5 8.2) - Asupan karbohidrat tidak
konsisten (NI -5.8.4) b. Berdasarkan etiologi (Penyebab masalah) - Sulitnya memilih
makanan sehat - Penyebab fisiologis contoh meningkatkan kebutuhan energi karena
meningkat aktivitas - Penyebab psikologis contoh poa makan tidak teratur - Kesulitan
mengunyah, menelan dan lemah c. Berdasarkan sign dan symptoms - Data biokimia: serum,
cholesterol, Hba1c - Pengkajian fisik: perubahan berat badan, ada masalah karies gizi, diare
Riwayat makan, budaya dan kepercayaan sehingga tidak dapat menerima modifikasi
makanan, penddikan, aktifitas fisik, asupan makan kurang optimal. - Riwayat personal:
kondisi yang berhubungan dengan diagnosis medis atau pengobatan, contoh pembedahan,
trauma sepeda, diabetes, kelainan metabolism, kurang enzim pencernaan, obesitas,
Penggunaan obat yang lama sehingga meningkatkan atau menurunkan penyerapan zat gizi
atau merusak metabolism (interaksi obat dan makanan).
Contoh Penyelesaian Kasus Berdasarkan Langkah-langkah PAGT (NCP)
KASUS
Tn. I, usia 60 tahun, status menikah, dirawat di RS dengan diagnosis medis Ileus Obstruksi
Parsial ec. Recti 1/3 distal. Pasien dan istrinya bekerja sebagai petani dengan penghasilan
tidak tetap tergantung hasil panen. Pasien mempunyai 2 orang anak yang sudah tidak tinggal
dengan pasien. Sejak 3 bulan SMRS pasien mengeluh BAB bercampur darah, dan sempat
dirawat kelas III RS Jampang Kulon Sukabumi selama 4 hari dan dibiopsi. Dari hasil biopsy
pasien didiagnosis Ca recti dan harus menjalani operasi. Sejak 1 minggu SMRS pasien
mengeluh msulit BAB tetapi masih bisa buang angin, setiap BAB bercampur darah, dan keras
seperti kotoran kambing. Keluhan disertai nyeri perut hilang. BB pasien sekarang 48 Kg, dan
TB 163 cm.
Hasil pemeriksaan biokimia : Hb :9,1 g/dl (N = 13,5 – 17,5 g/dl), Hematokrit 27 % (N = 40-
52 %), Eritrosit 3,32 jl/UL (4,5-6,5 jt/UL), Leukosit 8200 /mm 3 (N = 3800 – 10600/mm3),
trombosit 342.000/mm3 (N = 150.000-450.000/mm3), albumin 2,5 g/dl (N = 3,5-5 g/dl), dan
protein total 4,8 g/dl (N = 6,3-8,2 g/dl). Data klinis pasien adalah TD 110/70 mmHg, nadi
88x/menit, RR : 20x/menit, suhu afebris. Secara fisik pasien tampak kurus, lemah, pucat,
bising usus (+), dan hanya bisa berbaring di tempat tidur.
Sebelum sakit, pasien biasa makan nasi 2-3 x/hari, dengan lauk yang sering dikonsumsi telur,
ikan asin, tahu dan tempe. Pasien jarang mengkonsumsi buah dan sayuran, hanya 1-2
kali/minggu, meskipun istrinya sudah memasakkan sayur. Setelah sakit, pasien makan lebih
sedikit dari biasanya. Hasil recall 24 jam saat di RS didapatkan energi : 690 kal, Protein : 34
gram, lemak 20 gram, dan KH 67 gram. Standart makanan RS : Energi 1700 kalori, protein
68 gram, lemak 54 gram, dan karbohidrat 52 gram.
Selesaikanlah kasus tersebut berdasarkan langkah-langkah Proses Asuhan Gizi
Terstandar (PAGT) !

PENYELESAIAN KASUS
A. Gambaran Umum Pasien
Nama : Tn. I
Usia : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Suku Bangsa : Jawa
Pekerjaan : Petani
Ruang/Kelas : Dahlia/III
Hari Perawatan : 5 (hari kelima)
Diagnosis Medis : Ileus Obstruksi Parsial ec. Recti 1/3 distal.
B. Proses Asuhan Gizi Terstandar
1. Pengkajian GiziRiwayat
Gizi/Makanan :
Riwayat Nutrisi Dahulu :
Sebelum sakit, pasien biasa makan nasi 2-3 kali/hari, dengan lauk yang sering dikonsumsi
telur, ikan asin, tahu dan tempe. Pasien jarang mengkonsumsi buah dan sayuran, hanya 1-2
kali/minggu.
Riwayat Nutrisi Sekarang :
Pada saat sakit, pasien makan lebih sedikit dari biasanya, karena nafsu makan kurang.
Motivasi untuk menghabiskan makanan sangat kurang karena alasan diet/makanan RS terasa
hambar dan membosankan. Hasil recall konsumsi makan 24 jam terakhir saat di RS
didapatkan Energi 1090 kal, Protein : 34 gram, lemak : 20,3 gram, dan KH 166,5 gram.
Tabel 1. Tingkat Konsumsi Makan Pasien 24 Jam Terakhir
Energi (Kal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)

Asupan Makan 1090 34 20,3 166,5


Standar Makanan RS 1700 68 54 320
% Tingkat Konsumsi 64,1 50 37,6 52
Kategori Tingkat Konsumsi Kurang Kurang Kurang Kurang

Penilaian :
Nafsu makan kurang, dan motivasi untuk menghabiskan makanan sangat kurang, karena
alasan diet/makanan RS terasa hambar dan membosankan.
Asupan makan dibandingkan dengan standart makanan RS : Energi : 64,1%, Protein : 50 %,
Lemak 37,6% dan KH : 52%. Nafsu makan (-), sehingga asupan makan : Kurang,
berdasarkan SK Kemenkes No:129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit, (point 11, Sub Gizi dengan indikator sisa makanan yang tidak termakan oleh
pasien menggunakan nilai standar <20%, artinya bahwa pasien dinilai memiliki asupan yang
normal apabila mampu menghabiskan makanan sebesar ≥ 80% dari standar makanan RS, dan
jika mengkonsumsi makanan < 80% dari standar makanan RS, pasien dinilai memiliki asupan
makan yang kurang).
Biokimia

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Biokimia Pasien


Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal Keterangan
Hb 9,1 g/dl 13,5-17,5 g/dl ↓ Anemia
Haematokrit 27% 40-52% ↓
Eritrosit 3,32 jt/UL 4,5 – 6,5 jt/UL↓ Anemia
Albumin 2,5 g/dl 3,5-5 g/dl ↓ Hipoalbuminemia
Protein Total 4,8 g/dl 6,3 -8,2 g/dl ↓

Penilaian :
Pasien mengalami anemia, hipoalbuminemia.

Antropometri
BB : 48 kg, TB 163 cm, BBI = (TB-100) – 10% = 56,7 Kg
Perhitungan IMT : BB/(TB)2 = 48/(1,63)2= 18.07 kg/m2

Penilaian :
Berdasarkan IMT, pasien memiliki status gizi BB Kurang (18,07 kg/m2), karena batasan BB
Kurang yaitu <18,5 kg/m2, menggunakan WHO WPR/IASO/IOTF dalam the Asia Pacific
Perspective : Redefining Obesity and its Treatment, dengan kategori :
<18,5 kg/m2 : BB kurang
18,5-22,9 kg/m2 : normal,
≥ 23 : BB lebih
23-24,9 kg/m2 : at risk (dengan resiko)
25-29,9 kg/m2 : obese I,

≥30 kg/m2 : obese II

Fisik Klinis
Fisik : Pasien sadar, secara fisik pasien tampak kurus, lemah, pucat, BU (+).
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Klinik
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Keterangan
1. Tekanan darah2. 110/70 mmHg84 120/80 mmHg80-
Nadi x/menit 100x/menit HipotensiNormal
3. Suhu 370C 36-37,2 0C Normal
4. Respirasi 28 x/menit 19-36 x/menit Normal
Penilaian :
Tekanan darah rendah, secara fisik terdapat tanda-tanda malnutrisi (pasien tampak
kurus, dan lemah).

Riwayat Personal :
Sosial Ekonomi :
Pasien dan istrinya bekerja sebagai petani dengan penghasilan tidak tetap tergantung hasil
panen. Pasien mempunyai 2 orang anak yang sudah tidak tinggal dengan pasien.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Saat ini menjalani perawatan di RS dengan diagnosis medis Ileus Obstruksi Parsial ec. Recti
1/3 distal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Sejak 3 bulan SMRS pasien mengeluh BAB bercampur darah, dan sempat dirawat di RS
Jampang Kulon Sukabumi selama 4 hari dan dibiopsi. Dari hasil biopsi pasien didiagnosis
Ca recti dan harus menjalani operasi. Sejak 1 minggu SMRS pasien mengeluh sulit BAB
tetapi masih bisa buang angin, setiap BAB bercampur darah dank eras seperti kotoran
kambing.
Keluhan disertai nyeri perut hilang timbul.
Penilaian :
Pasien memiliki status ekonomi yang rendah, saat ini pasiendidiagnosis Ileus Obstruksi
Parsial ec. Ca Recti 1/3 distal, dan mengalami gangguan fungsi gastrointestinal.
2. DIAGNOSIS GIZI
NI.2.1 → Makanan dan minuman oral tidak adekuat (P)berkaitan dengan nafsu makan
kurang (E)ditandai dengan hasil recall Energi : 64,1%, Protein 50 %, Lemak 37,6%, dan KH
52%, (rata-rata tingkat konsumsi makan : 51%, termasuk kategori kurang) (S/S).
NI.5.1 → Peningkatan kebutuhan protein (P) berkaitan dengan penyakit pasien (E)ditandai
dengan asupan protein kurang (50%), hipoalbuminemia, anemia (S/S).
NC.1.4 → Gangguan fungsi GI (P)berkaitan dengan penyakit Ileus Obstruktif (E)ditandai
dengan rasa nyeri di perut (S/S).
NC.3.1 → BB kurang (P) berkaitan dengan riwayat penyakit pasien (Ca recti) dan malnutrisi
(E)ditandai dengan BBA (48 kg) <BBI (56,7 kg), IMT pasien 18,07 kg/m2 (S/S).
NB.1.3 → Tidak siap untuk berdiet (P)berkaitan dengan motivasi pasien
yang kurang (E)ditandai denganpasien tidak mau menerima diet yang diberikan oleh RS,
asupan makan rata-rata hanya 51% (S/S).
3. INTERVENSI GIZI
Tujuan :
1. Meningkatkan asupan makanan sesuai dengan kebutuhan
2. Memberikan dukungan nutrisi enteral tinggi protein sehingga meningkatkan
asupan asupan protein, kadar hipoalbunemia, dan kadar Hb.

3. Memberikan makanan yang tidak memperberat fungsi gastrointestinal, sehingga


keluhan nyeri perut berkurang

4. Memperbaiki status gizi dan mempertahankan BB agar tidak jatuh pada kondisi
penurunan BB yang drastis.

5. Memberikan edukasi pemahaman pentingnya diet pasien untuk penyembuhan.

Prinsip Diet : Energi Tinggi, Protein Tinggi (ETPT) Macam


Diet : Diet ETPT.
Bentuk Makanan :
Makanan lunak (bubur), karena pasien memiliki keluhan nyeri perut, sering timbul.
Syarat :
1.Energi dihitung berdasarkan rumusan Harris Benedict, dengan memperhitungkan
basal, aktifitas dan faktor stres, Energi diberikan tinggi untuk memenuhi
kebutuhan basal metabolisme, aktifitas pada saat sakit, mengatasi infeksi pada
ileus, dsb,..

Contoh Sumber Bahan Makanan : bubur, kentang, roti.


1.Protein tinggi, diberikan sebesar 2 g/kgBB/hari (21,7%) untuk membantu
meningkatkan kadar albumin, membantu dalam proses penyembuhan luka.

Contoh Sumber Bahan Makanan: ayam, daging, ikan.


1.Lemak cukup diberikan 20% dari kebutuhan energi total sebagai penghasil energi
dan cadangan energi tubuh terbesar.

Contoh Sumber Bahan Makanan : minyak, mentega.


1.Karbohidrat diberikan sebesar 58,3 % sebagai penghasil energi bagi pasien yang
sedang menjalani perawatan.

Contoh Sumber Bahan Makanan : bubur, kentang, roti.


1.Vitamin A diberikan sebesar,….. mg untuk meningkatkan imunitas tubuh.

Contoh Sumber Bahan Makanan : wortel, labu kuning, pepaya


1.Vitamin C diberikan sebesar….. untuk meningkatkan imunitas tubuh.

Contoh Sumber Bahan Makanan : jeruk


1.Makanan diberikan dengan porsi kecil tapi sering, dengan frekuensi makan : 3 x
makan utama, 2X selingan, dan 3 kali enteral.

Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat-zat Gizi Perhitungan


Kebutuhan Menurut Harris Benedict :
BEE = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)
= 66 + (13,7 x 48 Kg) + (5 x 163) – (6,8 x 60)
= 66 + 657,6 + 815 – 408 kal
= 1130,6 kal
TEE = 1130,6 kal x AF x IF
= 1130,6 kal x 1,2 x 1.3
= 1763,7 kal
Keterangan : BEE (Basal Energy Expenditure)
TEE (Total Energy Expenditure)
AF (Activity Factor), 1,2 Bedrest
IF (Injury Factor), 1,3 Ileus Obstruksi
Protein (gram) = 2 g/Kg BB
= 2 g x 48 kg
= 96 gram
% Protein = 96 gram x 4 kal/g x 100%
1763,7 kal
= 21,7%
Lemak = 20% x TEE
= 20% x 1763,7 kalori
= 352,74 kalori
Lemak (gram) = 352,74 kal : 9kal/gram = 39 gram
% Karbohidrat = 100 % – (% protein + % lemak)
= 100 % – (21,7% + 20%)
= 100% – 41,7%
= 58,3 %
Karbohidrat (kal) = 58,3% x TEE
= 58,3 % x 1763,7 kalori
= 1028,24 kalori
Karbohidrat (g) = 1028,24 kalori : 4 kal/gram
= 257,1 gram
Kebutuhan Vitamin dan Mineral : (AKG, 2004)
Vitamin A : 600 RE Vitamin D : 15 ug Vitamin E : 15 mg
Vitamin K : 65 ug
Tiamin : 1 mg Riboflavin : 1,3 mg
Niasin : 16 mg Asam Folat : 400 ug
Piridoksin : 1,7 mg Vitamin B12 : 2,4 ug
Vitamin C : 90 mg Kalsium : 800 mg
Fosfor : 600 mg Magnesium : 300 mg
Besi : 13 mg Yodium : 150 ug
Seng : 13,4 mg Selenium : 30 ug
Mangan : 2,3 mg Fluor : 3 mg

TUGAS Kelompok 3-4 mahasiswa


Membuat studi kasusTerapi Gizi yang diberikan pada kasus berat badan lebih, pedoman
PAGT dan kasus DM, stroke, kasus hipertensi, preeklamsia, jantung, dislipidemia,
preeklamsia, berupa Tujuan diet, Bentuk makanan: Lunak/tidak lunak, Cara pemberian
(Route), Syarat diet: Energi, Protein, Lemak dan Karbohidrat diberikan harus
dipertimbangkan, Terapi diet yang diberikan, Kebutuhan Gizi.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.


Anggraeni, Adisty Cynthia. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogjakarta : Graha
Ilmu.
Gutawa, Miranti, dkk. 2011. Pengembangan Konsep Nutrition Care Process (NCP)
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Jakarta ; Persagi-ASDI, Abadi Publishing &
Printing.
Hartono, Andry. 2009. Asuhan Nutrisi Rumah Sakit, Diagnosis Konseling dan Preskripsi.
Jakarta : EGC Kedokteran.
Perkeni, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2006. Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta.
SK Kemenkes No:129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit,

Anda mungkin juga menyukai