Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan golongan yang rentan terhadap
masalah kesehatan dan gizi, diantaranya adalah masalah kurang energi protein
(KEP) yang merupakan masalah gizi utama di Indonesia. Pada Repelita VI,
pemerintah bersama masyarakat berupaya menurunkan prevalensi KEP dari 40%
menjadi 30%. Namun saat ini Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi yang
berdampak juga pada peningkatan jumlah penderita KEP, sehingga target
tersebut mungkin tidak akan tercapai, sebaliknya prevalensi KEP justru akan
meningkat. Hal ini ditandai dengan ditemukannya penderita gizi buruk yang
selama 10 tahun terakhir sudah jarang ditemui.

Untuk mengantisipasi masalah di atas, diperlukan upaya pencegahan dan


penanggulangan secara terpadu di setiap tingkat pelayanan kesehatan, termasuk
pada sarana kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas perawatan, Puskesmas,
Balai Pengobatan, Puskesmas Pembantu, Pos Pelayanan Terpadu, dan Pusat
Pemulihan Gizi yang disertai peran aktif masyarakat.

Agar upaya penanggulangan gizi buruk lebih efektif diperlukan peran rumah sakit
yang lebih proaktif dalam membina puskesmas. Peran proaktif yang diharapkan
adalah menfasilitasi pelayanan rujukan meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan
sarana. Untuk mencapai pelayanan yang optimal diperlukan adanya buku pedoman
sebagai acuan.

B. PENGERTIAN DAN DASAR DIAGNOSIS KEP

1. Pengertian

a. Kurang Energi Protein (KEP)

KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi


energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi
Angka Kecukupan Gizi (AKG).

1
b. Klasifikasi KEP

b.1. KEP ringan bila berat badan menurut umur (BB/U) 70-80% baku
median WHO-NCHS dan/atau berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB) 80-90% baku median WHO-NCHS;
b.2. KEP sedang bila BB/U 60-70% baku median WHO-NCHS dan/atau
BB/TB 70-80% baku median WHO-NCHS;
b.3. KEP berat/Gizi buruk bila BB/U <60% baku median WHO-NCHS
dan/atau BB/TB <70% baku median WHO-NCHS.

CATATAN:

 KEP berat/Gizi buruk secara klinis terdapat dalam 3 (tiga) tipe yaitu,
Kwashiorkor, Marasmus, dan Marasmik-Kwashiorkor;
 Tanpa melihat Berat Badan bila disertai edema yang bukan karena
penyakit lain adalah KEP berat/Gizi buruk tipe Kwashiorkor;
 KEP nyata adalah istilah yang digunakan di lapangan, yang meliputi KEP
sedang dan KEP berat/Gizi buruk dan pada KMS berada di bawah garis
merah (tidak ada garis pemisah antara KEP sedang dan KEP berat/Gizi
buruk pada KMS);
 KEP total adalah jumlah KEP ringan, KEP sedang, dan KEP berat/Gizi buruk
(BB/U <80% baku median WHO-NCHS).

2. Gejala klinis KEP berat/Gizi buruk yang dapat ditemukan:

a. Kwashiorkor

- Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum


pedis)
- Wajah membulat dan sembab
- Pandangan mata sayu
- Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut
tanpa rasa sakit, rontok
- Perubahan status mental, apatis, dan rewel
- Pembesaran hati

2
- Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri
atau duduk
- Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah
warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement
dermatosis)
- Sering disertai: - penyakit infeksi, umumnya akut
- anemia
- diare.

b. Marasmus:

- Tampak sangat kurus, hingga tulang terbungkus kulit


- Wajah seperti orang tua
- Cengeng, rewel
- Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada
(pada daerah pantat tampak seperti memakai celana longgar/”baggy
pants”)
- Perut cekung
- Iga gambang
- Sering disertai: - penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
- diare

c. Marasmik-Kwashiorkor:

- Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klnik


Kwashiorkor dan Marasmus, dengan BB/U <60% baku median WHO-NCHS
disertai edema yang tidak mencolok.

3. Defisiensi nutrien mikro yang sering menyertai KEP berat/ Gizi buruk

Pada setiap penderita KEP berat/Gizi buruk, selalu periksa adanya gejala
defisiensi nutrien mikro yang sering menyertai seperti:
- Xerophthalmia (defisiensi vitamin A)
- Anemia (defisiensi Fe, Cu, vitamin B12, asam folat)
- Stomatitis (vitamin B, C).

3
BAB II
MEKANISME PELAYANAN GIZI BALITA KEP BERAT/GIZI BURUK

A. PELAYANAN GIZI

Pelayanan Gizi pada anak dengan KEP berat/Gizi buruk di rumah sakit meliputi
pelayanan rawat jalan, rawat inap dan pelayanan rujukan.

Pada dasarnya setiap anak yang berobat atau dirujuk ke rumah sakit dilakukan
pengukuran berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) untuk menentukan status
gizinya, selain melihat tanda-tanda klinis dan bila perlu pemeriksaan
laboratorium. Penentuan status gizi ini diperkuat dengan menanyakan riwayat
makan.

Dari hasil penentuan status gizi maka direncanakan tindakan sebagai berikut:

1. KEP ringan

Diberikan penyuluhan gizi dan nasehat pemberian makanan di rumah dan


pemberian vitamin. Dianjurkan untuk memberikan ASI eksklusif (Bayi <4
bulan) dan terus memberikan ASI sampai 2 tahun. Pada pasien KEP ringan
yang dirawat inap untuk penyakit lain, diberikan makanan sesuai dengan
penyakitnya dengan tambahan energi sebanyak 20% agar tidak jatuh pada
KEP sedang atau berat, serta untuk meningkatkan status gizinya. Selain itu
obati penyakit penyerta.

2. KEP sedang

a. Penderita rawat jalan (di RS/Puskesmas): diberikan nasehat pemberian


makanan dengan tambahan energi 20–50% dan vitamin serta teruskan ASI
bila anak <2 tahun. Pantau kenaikan berat badannya setiap 2 minggu dan
obati penyakit penyerta.

4
b. Penderita rawat inap: diberikan makanan tinggi energi dan protein,
secara bertahap sampai dengan energi 20-50% di atas kebutuhan yang
dianjurkan (Angka Kecukupan Gizi/AKG) dan diet sesuai dengan
penyakitnya, berat badan dipantau setiap hari, selain itu diberi vitamin
dan penyuluhan gizi. Setelah penderita sembuh dari penyakitnya, tapi
masih menderita KEP ringan atau sedang, rujuk ke puskesmas untuk
penanganan masalah gizinya.

3. KEP berat/Gizi buruk

Bilamana ditemukan anak dengan KEP berat/Gizi buruk harus dirawat inap,
dilaksanakan sesuai dengan pedoman ini, selanjutnya lihat BAB III dan BAB
IV.

B. PENCATATAN DAN PELAPORAN

Untuk memantau dampak krisis pangan khususnya pada anak, agar dapat segera
ditanggulangi, maka diperlukan data surveilans anak dengan KEP berat baik dari
lapangan, posyandu, puskesmas maupun rumah sakit.

Oleh karena itu, bagian anak di rumah sakit agar melaporkan segera jumlah
penderita balita dengan KEP berat:
24 jam ke Dinkes Kab/Kota Laporan wabah 1 (lampiran 2a)
Mingguan ke “Crisis center” Laporan wabah 2 (lampiran 2b)
(contoh lampiran laporan yang biasa dipakai/baku).

Laporan dikirimkan dan diolah oleh Kabupaten/Kota, selanjutnya dilaporkan ke


tingkat yang lebih tinggi.

5
C. ALUR PELAYANAN BALITA KEP DI RUMAH SAKIT

ANAK

 Rujukan
 Datang sendriri

Poli Anak
Poli Gawat Darurat

Penyakit Status Gizi

Penyakit Berat Penyakit Ringan Gizi Buruk Gizi Sedang/Ringan

Rawat Inap RS Rawat Inap RS Rawat Inap RS Rawat Jalan


- Pengobatan - Pengobatan - 10 Langkah Tata - Penambahan
Penyakit Penyakit laksana gizi buruk Energi & Protein
- 10 Langkah - Penambahan 20%-50% di atas
tatalaksana gizi Energi & Protein AKG
buruk 20%-50% di atas
AKG

Pulang

PUSKESMAS

POSYANDU

RUMAH TANGGA

6
D. PROSEDUR KERJA TATA LAKSANA KEP BERAT/GIZI BURUK

NO KEGIATAN MEKANISME UNSUR YANG PENANGGUNG


TERKAIT JAWAB
1. Penentuan Status Gizi
a. Klinis Dilakukan pada setiap Dokter Dokter
pasien baru dan
dimonitor setiap hari.
Deteksi: Dilakukan pada saat Dokter Dokter /
- Hipoter pasien baru masuk Kepala Ruangan
mia
- Hipoglik
emia
- Dehidra Penimbangan dilakukan Perawat/dietisien/ Kepala Ruangan
si setiap hari tenaga gizi
- Infeksi
b. Antropometri Prosedur laboratorium Dokter/analis Dokter yang
merawat/analis
Diukur BB dan TB

c. Laboratorium Wawancara Dietisien/tenaga gizi Dietisien/tenaga


Glukosa darah, Hb, gizi
urin, feses

d. Anamnesis riwayat
gizi
2. Intervensi
a. Klinis Mengatasi: Dokter + perawat Dokter
 Hipoglikemia
 Hipotermia
 Dehidrasi
 Infeksi
b. Diet  Menentukan Dokter + Dokter +
preskripsi diet Dietesien/perawat Dietesien/perawat
 Menerjemahkan
preskripsi diet
kedalam jenis dan
jumlah bahan
makanan
 Pemantauan
Konsumsi makanan
 Pemantauan Status
gizi
 Penyuluhan gizi
 Pemberian diet
 Persiapan pulang
 Penyuluhan gizi utk
di rumah
 Memberikan
rujukan ke
puskesmas
3. Pelaporan  Perkembangan: Dokter/Dietisien/ Dokter/Dietisien/

7
Pemeriksan fisik, Perawat Kepala ruangan
laboratorium,
antropometri dan
asupan makanan

BAB III
TATA LAKSANA RAWAT INAP KEP BERAT/GIZI BURUK

Pada tata laksana rawat inap penderita KEP berat/Gizi buruk di Rumah Sakit terdapat
5 (lima) aspek penting, yang perlu diperhatikan:

A. Prinsip dasar pengobatan rutin KEP berat/Gizi buruk (10 langkah utama)
B. Pengobatan penyakit penyerta
C. Kegagalan pengobatan
D. Penderita pulang sebelum rehabilitasi tuntas
E. Tindakan pada kegawatan.

A. PRINSIP DASAR PENGOBATAN RUTIN KEP BERAT/GIZI BURUK

Pengobatan rutin yang dilakukan di rumah sakit berupa 10 langkah penting


yaitu:
1. Atasi/cegah hipoglikemia
2. Atasi/cegah hipotermia
3. Atasi/cegah dehidrasi
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
5. Obati/cegah infeksi
6. Mulai pemberian makanan
7. Fasilitasi tumbuh-kejar (“catch up growth”)
8. Koreksi defisiensi nutrien mikro
9. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental
10. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh.

8
Dalam proses pengobatan KEP berat/Gizi buruk terdapat 3 fase yaitu fase
stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus trampil
memilih langkah mana yang cocok untuk setiap fase.

Tata laksana ini digunakan pada semua penderita KEP Berat/Gizi Buruk
(Kwashiorkor, Marasmus maupun Marasmik-Kwashiorkor).

Bagan dan jadwal pengobatan sebagai berikut:

No FASE STABILISASI TRANSISI REHABILITASI


Hari ke 1-2 Hari ke 2-7 Minggu ke-2 Minggu ke 3-7
1 Hipoglikemia
2 Hipotermia
3 Dehidrasi
4 Elektrolit
5 Infeksi
6 MulaiPemberian
Makanan
7 Tumbuh
kejar/peningkatan
pemberian makanan
8 Mikronutrien Tanpa Fe dengan Fe
9 Stimulasi
10 Tindak lanjut

Ke-10 langkah tersebut akan dijelaskan secara rinci pada bab IV.

B. PENGOBATAN PENYAKIT PENYERTA

Pengobatan ditujukan pada penyakit yang sering menyertai KEP berat, yaitu:

1. Defisiensi vitamin A

9
Bila terdapat tanda defisiensi vitamin A pada mata, beri anak vitamin A
secara oral pada hari ke-1, 2 dan 14 atau sebelum pulang dan bila terjadi
perburukan keadaan klinis dengan dosis:
 umur > 1 tahun : 200.000 SI/kali
 umur 6-12 bulan : 100.000 SI/kali
 umur 0-5 bulan : 50.000 SI/kali

Bila ada ulserasi pada mata, beri tambahan perawatan lokal untuk mencegah
prolaps lensa :
 beri tetes mata kloramfenikol atau salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 jam
selama 7-10 hari
 teteskan tetes mata atropin, 1 tetes, 3 kali sehari selama 3-5 hari
 tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali.

2. Dermatosis

Dermatosis ditandai adanya :

 hipo/hiperpigmentasi
 deskwamasi (kulit mengelupas)
 lesi ulserasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai infeksi
sekunder, antara lain oleh Candida.

Tata laksana :
 kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO4 (K-permanganat)
1% selama 10 menit
 beri salep/krim (Zn dengan minyak kastor)
 usahakan agar daerah perineum tetap kering.
 Umumnya terdapat defisiensi seng (Zn) : beri preparat Zn peroral

3. Parasit/cacing

Beri Mebendasol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat anti
helmintik lain.

4. Diare melanjut

10
Diare biasa menyertai KEP berat, tetapi akan berkurang dengan sendirinya
pada pemberian makanan secara berhati-hati
Intoleransi laktosa tidak jarang sebagai penyebab diare. Diobati hanya bila
diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum.
Berikan formula bebas / rendah laktosa.
Sering kerusakan mukosa usus dan Giardiasis merupakan penyebab lain dari
melanjutnya diare. Bila mungkin, lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik.
Beri: Metronidasol 7.5 mg/kgBB setiap 8 jam selama 7 hari.

5. Tuberkulosis

Pada setiap kasus gizi buruk, Lakukan tes tuberkulin/Mantoux (seringkali


alergi) dan Ro-foto toraks. Bila positif atau sangat mungkin TB, obati sesuai
pedoman pengobatan TB.

C. KEGAGALAN PENGOBATAN

Kegagalan pengobatan tercermin pada angka kematian dan kenaikan berat badan:

1. Tingginya angka kematian

Bila mortalitas >5%, perhatikan saat terjadi kematian:

 dalam 24 jam pertama: kemungkinan hipoglikemia, hipotermia, sepsis yang


terlambat atau tidak terdeteksi, atau proses rehidrasi kurang tepat.
 dalam 72 jam: cek apakah volume formula terlalu banyak atau pemilihan
formula tidak tepat
 malam hari: kemungkinan terjadi hipotermia karena selimut kurang
memadai, tidak diberi makan, perubahan konsentrasi formula terlalu cepat.

2. Kenaikan berat-badan tidak adekwat pada fase rehabilitasi

Penilaian kenaikan BB: - baik : 50 gram/kgBB/minggu


- kurang : <50 gram/kgBB/minggu

11
Kemungkinan penyebab kenaikan BB <50 gram/kgBB/minggu antara lain:

 pemberian makanan tidak adekwat


 defisiensi nutrien tertentu; vitamin, mineral
 infeksi yang tidak terdeteksi, sehingga tidak diobati.
 masalah psikologik.

D. PENANGANAN PASIEN PULANG SEBELUM REHABILITASI TUNTAS

Rehabilitasi dianggap lengkap dan anak siap dipulangkan bila gejala klinis sudah
menghilang, berat badan/umur mencapai minimal 70% atau berat badan/tinggi
badan mencapai minimal 80%.
Anak KEP berat yang pulang sebelum rehabilitasi tuntas, dirumah harus diberi
makanan tinggi energi (150 Kkal/kgBB/hari) dan tinggi protein (4-6
gram/kgBB/hari):
 beri anak makanan yang sesuai (energi dan protein) dengan porsi paling sedikit 5
kali sehari
 beri makanan selingan diantara makanan utama
 upayakan makanan selalu dihabiskan
 beri suplementasi vitamin dan mineral/elektrolit
 teruskan ASI.

E. TINDAKAN PADA KEGAWATAN

1. Syok (renjatan):
Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit
membedakan keduanya secara klinis saja.
Syok karena dehidrasi akan membaik dengan cepat pada pemberian cairan
intravena, sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi tidak. Hati-hati terhadap
terjadinya overhidrasi.

Pedoman pemberian cairan:

Berikan larutan Dekstrosa 5% : NaC1 0.9% (1:1) atau larutan Ringer dengan
kadar dekstrosa 5% sebanyak 15 ml/KgBB dalam 1 jam pertama.

12
Evaluasi setelah 1 jam :
- Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekwensi nadi dan pernafasan)
dan status hidrasi syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian
cairan seperti diatas untuk 1 jam berikutnya, kemudian lanjutkan
dengan pemberian Resomal/pengganti, per oral/nasogastrik, 10
ml/kgBB/jam selama 10 jam, selanjutnya mulai berikan formula khusus
(F-75/pengganti).

- Bila tidak ada perbaikan klinis anak menderita syok septik. Dalam hal
ini, berikan cairan rumat sebanyak 4 ml/kgBB/jam dan berikan
transfusi darah sebanyak 10 ml/kgBB secara perlahan-lahan (dalam 3
jam). Kemudian mulailah pemberian formula (F-75/pengganti).

2. Anemia berat

Transfusi darah diperlukan bila:


 Hb <4 g/dl
 Hb 4-6 g/dl disertai distres pernafasan atau tanda gagal jantung.

Transfusi darah:
- berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam.
Bila ada tanda gagal jantung, gunakan ‘ packed red cells’ untuk transfusi
dengan jumlah yang sama.
- beri furosemid 1 mg/kgBB secara i.v. pada saat transfusi dimulai.

Perhatikan adanya reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok).


Bila pada anak dengan distres nafas setelah transfusi Hb tetap <4 g/dl atau
antara 4-6 g/dl, jangan diulangi pemberian darah.

13
BAB IV
SEPULUH LANGKAH UTAMA PADA
TATA LAKSANA KEP BERAT/GIZI BURUK

LANGKAH KE-1: PENGOBATAN/PENCEGAHAN HIPOGLIKEMIA

Hipoglikemia dan hipotermia biasanya terjadi bersama-sama, seringkali sebagai


tanda adanya infeksi. Periksa kadar gula darah bila ada hipotermia ( suhu ketiak
<36C/suhu dubur <36C). Pemberian makanan yang sering penting untuk mencegah
kedua kondisi tersebut.

Bila kadar gula darah dibawah 50 mg/dl, berikan:

1. 50 ml “bolus” (pemberian sekaligus) glukosa 10% atau larutan sukrosa 10%


(1 sdt gula dalam 5 sdm air) secara oral atau pipa naso-gastrik.
2. Selanjutnya berikan larutan tsb. setiap 30 menit selama 2 jam (setiap kali
berikan ¼ bagian dari jatah untuk 2 jam)
3. Berikan antibiotika (lihat langkah 5)
4. Secepatnya berikan makan setiap 2 jam, siang dan malam (lihat langkah 6)

Pemantauan :

- Bila kadar glukosa darah rendah, ulangi pemeriksaan gula darah dengan darah
dari ujung jari atau tumit setelah 2 jam.
- Sekali diobati, kebanyakan anak akan stabil dalam 30 menit
- Bila gula darah turun lagi sampai <50 mg/dl, ulangi pemberian 50 ml (bolus)
larutan glukosa 10% atau sukrosa, dan teruskan pemberian setiap 30 menit
sampai stabil.
- Ulangi pemeriksaan gula darah bila suhu aksila <36C dan/atau kesadaran
menurun.

Pencegahan :

- Mulai segera pemberian makan setiap 2 jam (langkah 6), sesudah dehidrasi yang
ada dikoreksi.
- Selalu memberikan makanan sepanjang malam.

14
Catatan :
Bila tidak dapat memeriksa kadar glukosa darah, anggaplah setiap anak KEP
berat/gizi buruk menderita hipoglikemia dan atasi segera dengan ditatalaksana
seperti tersebut di atas.

LANGKAH KE-2: PENGOBATAN/PENCEGAHAN HIPOTERMIA

Bila suhu ketiak <36C :


periksalah suhu dubur dengan menggunakan termometer suhu rendah. Bila tidak
tersedia termometer suhu rendah dan suhu anak sangat rendah pada pemeriksaan
dengan termometer biasa, anggap anak menderita hipotermia.

Bila suhu dubur <36C :


- Segera beri makanan cair/formula khusus (mulai dengan rehidrasi bila perlu)
- Hangatkan anak dengan pakaian atau selimut sampai menutup kepala, letakkan
dekat lampu atau pemanas (jangan gunakan botol air panas) atau peluk anak di
dada ibu, selimuti (metoda kanguru).
- Berikan antibiotika (lihat langkah 5).

Pemantauan:
- Periksa suhu dubur setiap 2 jam sampai suhu mencapai >36,5C, bila memakai
pemanas ukur setiap 30 menit
- Pastikan anak selalu terbungkus selimut sepanjang waktu, terutama malam hari
- Raba suhu anak
- Bila ada hipotermia, periksa kemungkinan hipoglikemia.

Pencegahan:
- Segera beri makan / formula khusus setiap 2 jam (lihat langkah 6).
- Sepanjang malam selalu beri makan
- Selalu diselimuti dan hindari keadaan basah (baju, selimut, alas tempat tidur)
- Hindari paparan langsung dengan udara (mandi atau pemeriksaan medis terlalu
lama).

15
LANGKAH KE-3: PENGOBATAN/PENCEGAHAN DEHIDRASI

Jangan menggunakan “jalur intravena / i.v.” untuk rehidrasi kecuali pada keadaan
syok/renjatan. Lakukan pemberian cairan infus dengan hati-hati, tetesan perlahan-
lahan untuk menghindari beban sirkulasi dan jantung. (Lihat penanganan kegawatan).
Cairan rehidrasi oral standar WHO mengandung terlalu banyak natrium dan kurang
kalium untuk digunakan pada penderita KEP berat/gizi buruk. Sebagai pengganti,
berikan larutan garam/elektrolit khusus yaitu Resomal (Rehydration Solution for
Malnutrition atau penggantinya, lihat lampiran 6).
Tidaklah mudah untuk memperkirakan status dehidrasi pada KEP berat/gizi buruk
dengan menggunakan tanda-tanda klinis saja. Jadi, anggap semua anak KEP
berat/gizi buruk dengan diare encer mengalami dehidrasi sehingga harus diberi:

- Cairan Resomal / pengganti sebanyak 5 ml/KgBB setiap 30 menit selama 2 jam


secara oral atau lewat pipa nasogastrik.

- Selanjutnya beri 5–10 ml/kg/jam untuk 4–10 jam berikutnya; jumlah tepat yang
harus diberikan tergantung berapa banyak anak menginginkannya dan banyaknya
kehilangan cairan melalui tinja dan muntah.

- Ganti Resomal/cairan pengganti pada jam ke-6 dan ke-10 dengan formula khusus
sejumlah yang sama bila keadaan rehidrasi menetap/stabil.

- Selanjutnya mulai beri formula khusus (langkah 6).

Selama pengobatan, pernafasan cepat dan nadi lemah akan membaik dan anak mulai
kencing.

Pemantauan

Lakukan penilaian atas kemajuan proses rehidrasi setiap ½-1 jam selama 2 jam
pertama, kemudian setiap jam untuk 6-12 jam selanjutnya.dengan memantau:

- denyut nadi
- pernafasan
- frekwensi kencing
- frekwensi diare/muntah.

16
Adanya air mata, mulut basah, kecekungan mata dan ubun-ubun besar yang
berkurang, perbaikan turgor kulit, merupakan tanda bahwa rehidrasi telah
berlangsung, tetapi pada KEP berat/gizi buruk perubahan ini seringkali tidak
terlihat, walaupun rehidrasi sudah tercapai. Pernafasan dan denyut nadi yang cepat
dan menetap selama rehidrasi menunjukkan adanya infeksi atau kelebihan cairan.

Tanda kelebihan cairan: frekwensi pernafasan dan nadi meningkat, edema dan
pembengkakan kelopak mata bertambah. Bila ada tanda-tanda tersebut, hentikan
segera pemberian cairan dan nilai kembali setelah 1 jam.

Pencegahan:

- Bila diare encer berlanjut:


- Teruskan pemberian formula khusus (langkah 6)
- Ganti cairan yang hilang dengan Resomal / pengganti (jumlah + sama)
Sebagai pedoman, berikan Resomal/pengganti sebanyak 50-100 ml setiap kali
buang air besar cair
- Bila masih mendapat ASI, teruskan.

LANGKAH KE-4: KOREKSI GANGGUAN KESEIMBANGAN ELEKTROLIT

Pada semua KEP berat terjadi kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na
plasma rendah. Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg) sering terjadi dan paling
sedikit perlu 2 minggu untuk pemulihan.

Ketidakseimbangan elektrolit ini ikut berperan pada terjadinya edema (jangan obati
edema dengan pemberian diuretikum)
Berikan :

- Tambahan Kalium 2-4 mEq/kg BB/hari (= 150-300 mg KCl/kgBB/hari)


- Tambahkan Mg 0.3-0.6 mEq/kg BB/hari (= 7.5-15 mg MgCl2 /kgBB/hari)
- Untuk rehidrasi, berikan cairan rendah natrium (Resomal/pengganti)
- Siapkan makanan tanpa diberi garam/rendah garam.

Tambahan K dan Mg dapat disiapkan dalam bentuk larutan yang ditambahkan


langsung pada makanan. Penambahan 20 ml larutan tersebut pada 1 liter formula,

17
dapat memenuhi kebutuhan K dan Mg. (Lihat lampiran 6 untuk cara pembuatan
larutan).
LANGKAH KE-5: PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN INFEKSI

Pada KEP berat/gizi buruk, tanda yang biasanya menunjukkan adanya infeksi seperti
demam seringkali tidak tampak.
Karenanya pada semua KEP berat/gizi buruk beri secara rutin :
- Antibiotik spektrum luas
- Vaksinasi Campak bila umur anak >6 bulan dan belum pernah diimunisasi (tunda
bila ada syok). Ulangi pemberian vaksin setelah keadaan gizi anak menjadi baik.

Catatan:

Beberapa ahli memberikan metronidazol (7.5 mg/kg, setiap 8 jam selama 7 hari)
sebagai tambahan pada antibiotik spektrum luas guna mempercepat perbaikan
mucosa usus dan mengurangi resiko kerusakan oksidatif dan infeksi sistemik akibat
pertumbuhan bakteri anaerobik dalam usus halus.

Pilihan antibiotik spektrum luas:


Bila tanpa komplikasi:
Kotrimoksasol 5 ml suspensi pediatri secara oral, 2 x/hari selama 5 hari (2,5 ml bila
berat badan < 4 Kg)

Atau
Bila anak sakit berat (apatis, letargi) atau ada komplikasi (hipoglikemia: hipotermia,
infeksi kulit, saluran nafas atau saluran kencing), beri :
Ampisilin 50 mg/kgBB/i.m./i.v. – setiap 6 jam selama 2 hari, dilanjutkan dengan
Amoksisilin secara oral 15 mg/KgBB setiap 8 jam selama 5 hari. Bila amoksisilin
tidak ada, teruskan ampisilin 50 mg/kgBB setiap 6 jam secara oral.

Dan
Gentamicin 7.5 mg /Kg/BB/i.m./i.v. sekali sehari, selama 7 hari.
Bila dalam 48 jam tidak terdapat kemajuan klinis, tambahkan kloramfenikol 25
mg/kg/BB/i.m./i.v. setiap 6 jam selama 5 hari.

Bila terdeteksi infeksi kuman yang spesifik, tambahkan antibiotik spesifik yang
sesuai. Tambahkan obat anti malaria bila pemeriksaan darah untuk malaria positif.

18
Bila anoreksia menetap setelah 5 hari pengobatan antibiotik, lengkapi pemberian
hingga 10 hari.
Bila masih tetap ada, nilai kembali kadaan anak secara lengkap, termasuk lokasi
infeksi, kemungkinan adanya organisme yang resisten serta apakah vitamin dan
mineral telah diberikan dengan benar.

LANGKAH KE-6: MULAI PEMBERIAN MAKANAN

Pada awal fase stabilisasi, perlu pendekatan yang sangat berhati-nati karena
keadaan faali anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang.

Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang
sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi metabolisme
basal.

Prinsip pemberian nutrisi pada fase ini adalah :


Porsi kecil tapi sering dengan formula laktosa rendah dan hipo/iso-osmolar.
Berikan secara oral/nasogastrik
Energi : 80 – 100 kal/kgBB/hari
Protein : 1 – 1.5 g/kgBB/hari
Cairan : 130 ml/kgBB/hari (100 ml/kgBB/hari bila terdapat edema)
Bila masih mendapat ASI, tetap diberikan tetapi setelah pemberian formula.

Formula khusus seperti F-WHO 75 yang dianjurkan dan jadwal pemberian makanan
harus disusun sedemikian rupa agar dapat mencapai prinsip tersebut di atas: (lihat
tabel 2 halaman 24). Berikan formula dengan cangkir/gelas. Bila anak terlalu lemah,
berikan dengan sendok / pipet.

Pada anak dengan selera makan baik dan tanpa edema, jadwal pemberian makanan
pada fase stabilisasi ini dapat diselesaikan dalam 2-3 hari saja (1 hari untuk setiap
tahap). Bila asupan makanan tidak mencapai dari 80 Kkal/kg BB/hari, berikan sisa
formula melalui pipa nasogastrik. Jangan beri makanan lebih 100 Kkal/kgBB/hari
pada fase stabilisasi ini.

Pantau dan catat :

- Jumlah yang diberikan dan sisanya


- Muntah

19
- Frekwensi buang air besar dan konsistensi tinja
- BB (harian).
Selama fase stabilisasi, diare secara perlahan berkurang dan BB mulai naik, tetapi
pada penderita dengan edema BB-nya akan menurun dulu bersamaan dengan
menghilangnya edema, baru kemudian BB mulai naik.
Bila diare berlanjut atau memburuk walaupun pemberian nutrisi sudah berhati-hati,
lihat bab diare persisten.

LANGKAH KE-7: FASILITASI TUMBUH KEJAR

Pada masa rehabilitasi, dibutuhkan berbagai pendekatan secara gencar agar


tercapai masukan makanan yang tinggi dan pertambahan berat badan  50 g/minggu.
Awal fase rehabilitasi ditandai dengan timbulnya selera makan, biasanya 1-2 minggu
setelah dirawat. Transisi secara perlahan dianjurkan untuk menghindari risiko gagal
jantung dan intoleransi saluran cerna yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi
makanan dalam jumlah banyak secara mendadak.

Pada periode transisi, dianjurkan untuk merubah secara perlahan-lahan dari formula
khusus awal ke formula khusus lanjutan :

- Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per 100 ml)
dengan formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9 gram per 100
ml) dalam jangka waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat
digunakan asalkan dengan kandungan energi dan protein yang sama.
- Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula tersisa,
biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgBB/kali (=200 ml/kgBB/hari).

Pemantauan pada masa transisi:

 frekwensi nafas
 frekwensi denyut nadi

Bila terjadi peningkatan detak nafas >5x/menit dan denyut nadi >25x/menit dalam
pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian formula. Setelah
normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas.

20
Setelah periode transisi dilampaui, anak diberi:

- Makanan/formula dengan jumlah tidak terbatas dan sering.


- Energi : 150-220 Kkal/kgBB/hari
- Protein 4-6 gram/kgBB/hari
- Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula, karena energi
dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh-kejar.

Pemantauan setelah periode transisi:

Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan berat badan :


- Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan.
- Evaluasi kenaikan BB setiap minggu

Bila kenaikan BB:

- kurang ( <50 g/minggu ), perlu re-evaluasi menyeluruh :


cek apakah asupan makanan mencapai target atau apakah infeksi telah dapat
diatasi.
- Baik ( 50 g/minggu), lanjutkan pemberian makanan

LANGKAH KE-8: KOREKSI DEFISIENSI MIKRO NUTRIEN

Semua KEP berat menderita kekurangan vitamin dan mineral. Walaupun anemia
biasa dijumpai, jangan terburu-buru memberikan preparat besi (Fe), tetapi tunggu
sampai anak mau makan dan berat badannya mulai naik (biasanya setelah minggu ke-
2). Pemberian besi pada masa awal dapat memperburuk keadaan infeksinya.

Berikan setiap hari:

- Suplementasi multivitamin
- Asam folat 1 mg/hari (5 mg pada hari pertama)
- Seng (Zn) 2 mg/kgBB/hari
- Tembaga (Cu) 0.2 mg/kgBB/hari
- Bila BB mulai naik: Fe 3 mg/kgBB/hari atau sulfas ferrosus 10 mg/kgBB/hari
- Vitamin A oral pada hari I : umur > 1 tahun : 200.000 SI, 6-12 bulan : 100.000
SI, < 6 bulan : 50.000 SI, kecuali bila dapat dipastikan anak sudah mendapat

21
suplementasi vit.A pada 1 bulan terakhir. Bila ada tanda/gejala defisiensi vit.A,
berikan vitamin dosis terapi.

LANGKAH KE-9: BERIKAN STIMULASI SENSORIK DAN DUKUNGAN


EMOSIONAL

Pada KEP berat terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku,


karenanya berikan:

- Kasih sayang
- Lingkungan yang ceria
- Terapi bermain terstruktur selama 15 – 30 menit/hari
- Aktifitas fisik segera setelah sembuh
- Keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dsb).

LANGKAH KE-10: TINDAK LANJUT DI RUMAH

Bila gejala klinis sudah tidak ada dan BB anak sudah mencapai 80% BB/U, dapat
dikatakan anak sembuh.
Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan dirumah
setelah penderita dipulangkan.

Peragakan kepada orangtua :

- pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan nutrien yang padat
- terapi bermain terstruktur.

Sarankan:

- Membawa anaknya kembali untuk kontrol secara teratur:


 bulan I : 1x/minggu
 bulan II : 1x/2 minggu
 bulan III : 1x/bulan.
- Pemberian suntikan/imunisasi dasar dan ulangan (booster)
- Pemberian vitamin A setiap 6 bulan.

22
23
BAB V
TATA LAKSANA DIET PADA BALITA KEP BERAT/GIZI BURUK

Tata laksana diet pada Balita KEP berat/gizi buruk ditujukan untuk memberikan
makanan tinggi energi, tinggi protein dan cukup vitamin mineral secara bertahap,
guna mencapai status gizi optimal.

Ada 4 kegiatan penting dalam tata laksana diet, yaitu pemberian diet, pemantauan
dan evaluasi, penyuluhan gizi, serta tindak lanjut.

A. PEMBERIAN DIET

Pemberian diet pada KEP berat/gizi buruk harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
1. Melalui 3 periode yaitu periode stabilisasi, periode transisi, dan periode
rehabilitasi.
2. Kebutuhan energi mulai dari 80 sampai 200 kalori per kg BB/hari.
3. Kebutuhan protein mulai dari 1 sampai 6 gram per kg BB/hari.
4. Pemberian suplementasi vitamin dan mineral bila ada defisiensi atau
pemberian bahan makanan sumber mineral tertentu, sebagai berikut:

Bahan makanan sumber mineral khusus


 Sumber Zn : daging sapi, hati, makanan laut, kacang tanah, telur ayam.
 Sumber Cuprum : tiram, daging, hati
 Sumber Mangan : beras, kacang tanah, kedelai
 Sumber Magnesium : daun seldri, bubuk coklat, kacang-kacangan, bayam,
 Sumber Kalium : jus tomat, pisang, kacang-kacangan, kentang, apel, alpukat, bayam,
daging tanpa lemak.
5. Jumlah cairan 130-200 ml per kg BB/hari, bila terdapat edema dikurangi
6. Cara pemberian : per oral atau lewat pipa nasogastrik
7. Porsi makanan kecil dan frekwensi makan sering
8. Makanan fase stabilisasi hipoosmolar/isoosmolar dan rendah laktosa dan
rendah serat, (lihat tabel 1 formula WHO dan modifikasi).
9. Terus memberikan ASI
10. Membedakan jenis makanan berdasarkan berat badan, yaitu:
 BB <7 kg diberikan kembali makanan bayi dan BB >7 kg dapat langsung
diberikan makanan anak secara bertahap, (lihat tabel 2).
11. Mempertimbangkan hasil anamnesis riwayat gizi (lihat lampiran 4).

24
Tabel 1 :

KEBUTUHAN GIZI MENURUT FASE PEMBERIAN MAKAN

FASE
ZAT GIZI STABILISASI TRANSISI REHABILITASI

Energi 100 Kkal/KgBB/hr 150 Kkal/KgBB/hr 150-200 Kkal/KgBB/hr

Protein 1-1,5 g/KgBB/hr 2-3 g/KgBB/hr 4-6 g/KgBB/hr

Vitamin A Lihat langkah 8 Lihat langkah 8 Lihat langkah 8

Asam Folat Idem Idem Idem

Zink Idem Idem Idem

Cuprum Idem Idem Idem

Fe Idem Idem Idem

Cairan 130 ml/KgBB/hr 150 ml/KgBB/hr 150-200 ml/KgBB/hr


atau
100 ml/KgBB/hr
bila ada edema

25
Tabel 2
JADWAL, JENIS, DAN JUMLAH MAKANAN YANG DIBERIKAN

JUMLAH CAIRAN (ml)


SETIAP MINUM
FASE WAKTU JENIS FREKWENSI MENURUT BB ANAK
PEMBERIAN MAKANAN 4 Kg 6 Kg 8 Kg 10 Kg

Stabilisasi Hari 1-2 F75/modifikasi 12 x (dg ASI) 45 65 - -


F75/Modisco ½ 12 x (tanpa ASI) 45 65 90 110
Hari 3-4 F75/modifikasi 8 x (dg ASI) 65 100 - -
F75/Modisco ½ 8 x (tanpa ASI) 65 100 130 160
Hari 3-7 F75/modifikasi 6 x (dg ASI) 90 130 - -
F75/Modisco½ 6 x (tanpa ASI) 90 130 175 220

Transisi Minggu 2-3 F100/modifikasi 4 x (dg ASI ) 130 195 - -


F100/Modisco 6 x (tanpa ASI) 90 130 175 220
I /modisco II
Rehabilitasi Minggu 3-6 F135/modifikasi 3 x (dg/tanpa 90 100 150 175
F135/Modisco ASI )
III, ditambah

BB < 7 Kg Makanan lumat 3 x 1 porsi - - - -


makan lembik
Sari buah 1x 100 100 100 100

BB >7 Kg Makanan lunak 3 x 1 porsi - - - -


makan biasa
Buah 1 –2 x 1 buah - - - -
*) 200 ml = 1 gelas
Contoh :
Kebutuhan anak dengan berat badan 6 Kg pada fase rehabilitasi :Energi : 1200 Kkal
400 kalori dipenuhi dari 3 kali 100 cc F 135 ditambah 800 kalori dari 3 kali makanan
lumat/makanan lembik dan 1 kali 100 cc sari buah.

26
Tabel 3

FORMULA WHO

Bahan Per 100 ml F 75 F 100 F 135


FORMULA WHO
Susu skim bubuk g 25 85 90
Gula pasir g 100 50 65
Minyak sayur g 30 60 75
Larutan elektrolit Ml 20 20 27
Tambahan air s/d Ml 1000 1000 1000
NILAI GIZI
Energi Kalori 750 1000 1350
Protein g 9 29 33
Lactosa g 13 42 48
Potasium Mmol 36 59 63
Sodium Mmol 6 19 22
Magnesium Mmol 4.3 7.3 8
Seng Mg 20 23 30
Copper Mg 2.5 2.5 3.4
% energi protein - 5 12 10
% energi lemak - 36 53 57
Osmolality Mosm/l 413 419 508
Keterangan :
F75 : Setiap 100 ml mengandung 75 kalori
F100 : Setiap 100 ml mengandung 100 kalori
F135 : Setiap 100 ml mengandung 135 kalori

27
Tabel 4
MODIFIKASI FORMULA WHO

FASE STABILISASI TRANSISI REHABILITASI


Bahan Makanan F75 F75 F75 M½ F100 M1 MII F135 MIII
I II III
Susu skim bubuk (g) 25 - - 100 - 100 100 - -
Susu full cream (g) - 35 - - 110 - - 25 120
Susu sapi segar (ml) - - 300 - - - - - -
Gula pasir (g) 70 70 70 50 50 50 50 75 75
Tepung beras (g) 35 35 35 - - - - 50 -
Tempe (g) - - - - - - - 150 -
Minyak sayur (g) 27 17 17 25 30 50 - 60 -
Margarine (g) - - - - - - 50 - 50
Lar. Elektrolit (ml) 20 20 20 - 20 - - 27 -
Tambahan air (L) 1 1 1 1 1 1 1 1 1

*) M : Modisco

28
Keterangan :

1. Fase stabilisasi diberikan Formula WHO 75 atau modifikasi.


Larutan Formula WHO 75 ini mempunyai osmolaritas tinggi sehingga
kemungkinan tidak dapat diterima oleh semua anak, terutama yang mengalami
diare. Dengan demikian pada kasus diare lebih baik digunakan modifikasi Formula
WHO 75 yang menggunakan tepung
2. Fase transisi diberikan Formula WHO 75 sampai Formula WHO 100 atau
modifikasi
3. Fase rehabilitasi diberikan secara bertahap dimulai dari pemberian Formula
WHO 135 sampai makanan biasa

CARA MEMBUAT

1. Larutan Formula WHO75


Campurkan susu skim, gula, minyak sayur, dan larutan elektrolit, diencerkan
dengan air hangat sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai homogen dan volume
menjadi 1000 ml. Larutan ini bisa langsung diminum
Larutan modifikasi :
Campurkan susu skim/full cream/susu segar, gula, tepung, minyak. Tambahkan air
sehingga mencapai 1 L (liter) dan didihkan hingga 5-7 menit.
2. Larutan Formula WHO 100 dan modifikasi Formula WHO 100
Cara seperti membuat larutan Formula WHO 75
Larutan modifikasi :
Tempe dikukus hingga matang kemudian dihaluskan dengan ulekan (blender,
dengan ditambah air). Selanjutnya tempe yang sudah halus disaring dengan air
secukupnya. Tambahkan susu, gula, tepung beras, minyak, dan larutan elektrolit.
Tambahkan air sampai 1000 ml, masak hingga mendidih selama 5-7 menit.
3. Larutan elektrolit
Bahan untuk membuat 2500 ml larutan elektrolit mineral, terdiri atas :
KCL 224 g
Tripotassium Citrat 81 g
MgCL2.6H2O 76 g
Zn asetat 2H2O 8,2 g
Cu SO4.5H2O 1,4 g
Air sampai larutan menjadi 2500 ml (2,5 L)
Ambil 20 ml larutan elektrolit, untuk membuat 1000 ml Formula WHO 75,
Formula WHO 100, atau Formula WHO 135.

29
Bila bahan-bahan tersebut tidak tersedia, 1000 mg Kalium yang terkandung
dalam 20 ml larutan elektrolit tersebut bisa didapat dari 2 gr KCL atau sumber
buah-buahan antara lain sari buah tomat (400cc)/jeruk (500cc)/pisang (250
gr) /alpukat (175 gr)/melon (400 gr).

B. EVALUASI DAN PEMANTAUAN PEMBERIAN DIET

Evaluasi dengan menggunakan formulir pemantauan kasus gizi buruk (lampiran)

1. Timbang berat badan sekali seminggu, bila tidak naik kaji penyebabnya
(asupan gizi tidak adequat, defisiensi zat gizi, infeksi, masalah psikologis).
2. Bila asupan zat gizi kurang, modifikasi diet sesuai selera.
3. Bila ada gangguan saluran cerna (diare, kembung,muntah) menunjukkan
bahwa formula tidak sesuai dengan kondisi anak, maka gunakan formula
rendah atau bebas lactosa dan hipoosmolar, misal: susu rendah laktosa,
formula tempe yang ditambah tepung-tepungan.
4. Kejadian hipoglikemia : beri minum air gula atau makan setiap 2 jam

C. PENYULUHAN GIZI DI RUMAH SAKIT

1. menggunakan leaflet khusus yang berisi : jumlah, jenis dan frekuensi


pemberian bahan makanan
2. selalu memberikan contoh menu (lihat lampiran 6)
3. mempromosikan ASI, bila usia anak <2 tahun
4. memperhatikan riwayat gizi (lampiran 3 dan 4)
5. mempertimbangkan sosial ekonomi keluarga
6. memberikan demonstrasi dan praktek memasak makanan balita untuk ibu.

D. TINDAK LANJUT

1. Merujuk ke Puskesmas.
2. Merencanakan pemberdayaan keluarga.

30
Daftar Pustaka

1. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Hasil Penataran Petugas Kesehatan Dalam


Rangka Pelayanan Gizi Buruk di Puskesmas dan Rumah Sakit , BLK Cimacan,
Oktober 1981.

2. Departemen Kesehatan RI, WHO, Unicef. Buku Bagan Manajemen Terpadu


Balita Sakit (MTBS) Indonesia, Jakarta 1997

3. Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas Depkes. Pedoman


Penanggulangan Kekurangan Energi Protein (KEP) dan Petunjuk Pelaksanaan
PMT pada Balita, Jakarta 1997.

4. London School of Hygiene and Tropical Medicine. Dietary Management of


PEM (Not Published, 1998)

5. WHO. Guideline for the Inpatient Treatment of Severely Malnourished


Children, WHO Searo, 1998.

6. Waterlow JC. Protein Energy Malnutrition, Edward Arnold, London, 1992

7. Departemen Keseharan RI, Petunjuk Teknis Bagi Bidan Desa Program Jaring
Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK).

31
Lampiran 1
SISTEM PELAYANAN GIZI
BBN
Naik RS
N
S D
KMS K

BGM + GIZI BURUK


Posyandu

UMPAN BALIK
KELUARGA

BGM + Tanda-tanda
GIZI BURUK
KEP
RINGAN

Pusat
Pemulihan Gizi
(PPG)

BGM +
KEP RINGAN PENYAKIT
POZI
SEMBUH Puskesmas
PERLU PMT
SEMBUH GIZI
BURUK

S = JUMLAH BALITA DI DESA KETERANGAN :


K = JUMLAH BALITA PUNYA KMS PMT = PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
D = JUMLAH BALITA DITIMBANG BB = BERAT BADAN
N = JUMLAH BALITA BB-NYA NAIK KMS = KARTU MENUJU SEHAT
KEP = KEKURANGAN ENERGI-PROTEIN

32
Puskesmas

Lampiran 2a Pr ) *)
W1 Ka )
Pr )

LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA/WABAH **)


(dilaporkan dalam 24 jam)

Pada tanggal/bulan/tahun : ………………………..…….. / …………..……….………………../ 19 ………

Desa/Kelurahan *)
Di Kecamatan ……….. …………………………………………………………………….
Dati II

Kecamatan *) ………..…………………………………………………………………….
Dati II

Telah terjadi sejumlah ……………………………………….. penderita


dan sejumlah ……………………………………….. kematian tersangka penyakit :

DIARE CAMPAK TETANUS HEPATITIS RABIES


NEONATORIUM
CHOLERA DIPTERI POLIO INCEPALITIS PES/ANTRAX

DHF PERTUSIS MALARIA MENINGITIS KERACUNAN

DSS TETANUS FRAMBOESIA TYPHUS ABD ………..

Dengan gejala-gejala :

Muntah-muntah panas Mulut sukar )


Dibuka )
Berak-berak batuk
Bercak putih )
Menggigil pilek pada pharinx )

Turgor jelek pusing

Kaku kuduk Kesadaran ) mringkil pada lipatan )


Menurun ) paha/ketiak )
Sakit perut pusing
Perdarahan
Hydro-phoby
Bercak merah )
Kejang-kejang dikulit ) ……………………….

Shock lumpuh ……………………….

Batuk beruntun icterus ……………………….

Tindakan yang telah diambil : ………………………………………………………………..……………………………...


…………………………………… 19 ….
Kepala ……………………………………
……….……………………………………
Catatan :
*) Coret yang tak perlu
**) Formulir W 1 ini harus disusuli segera dengan:
1. Hasil penyelidikan epidemiologi KLB ( ………………………………..)
2. Rencana penanggulangan.
Satu helai formulir ini hanya untuk melapor satu jenis penderita/kematian tersangka penyakit.
Bila desa/kelurahan, kecamatan, dati II yang terjangkit lebih dari satu,
maka diharapkan perincian P/M masing-Masing ditulis dibalik formulir ini.

33
SIFAT : RAHASIA

LAPORAN RINCIAN
Lampiran W 1

1. Nama penderita : (Contoh : A.B.C)


(INISIAL)
2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Kebangsaan :

5. Nomor paspor/KTP :

6. Pekerjaan :

7. Alamat :
a. di Indonesia :
b. di negara asal :

8. Tanggal ditemukan :

9. Keadaan sekarang : Hidup/Meninggal

10. Diagnosis kerja : ………………………………………………………………………

: ………………………………………………………………………

11. Gejala klinis : a. …………………………………………………………………


b. …………………………………………………………………
c. …………………………………………………………………
d. …………………………………………………………………

12. Kontak person dan


tanggal serta tempat KONTAK PERSON TANGGAL KEJADIAN TEMPAT
kejadian dilakukan
kontak a.
b.
c.
d.
e.

……………………………… 19 ….

Kepala ………………………………..

( ……………………………… )
TEMBUSAN KEPADA YTH. :

1. Kakandepkes/Kadinkes Dati II
2. Kakanwil/Kadinkes Dati I.

34
Lampiran 2b

Peran Surveilans Dalam Penanggulangan KLB Penyakit Menular & Keracunan

Laporan Mingguan Wabah

No. ………….. W
2

Kepada Yth.
Kepala Dinas Kesehatan Dati II : ………………………………

Minggu ke : …………… Tahun : …………… *)

Puskesmas : ………………………….. Kode Puskesmas : …………………..


Pes

Rabies
DHF

AFP
Diare

Kolrela

Tet. noe

**)
ke **)Minggu

Pertusis

Campak
Polio/AFP

Difteri
Kode Desa

Nama
Desa

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

*) Minggu dan tahun pengiriman laporan ke Dati II Kepala Puskesmas


**) Minggu kejadian,
/K berarti data koreksi pada minggu kejadian tersebut
P/M P = penderita M = meninggal
Kode Puskesmas : sesuai dengan kode SIMPUS
Kode Desa : No. urut Desa (dibakukan oleh Puskesmas) (……………………………. )
NIP. :

35
Lampiran 3

Formulir Anamnesa Riwayat Gizi

RIWAYAT GIZI PASIEN

Nama anak: No rekam medik:


Saat lahir:
Umur/tanggal lahir: Tinggi Badan : Cm Berat Badan : Kg
Saat lahir:
Jenis kelamin : pria / wanita Tinggi Badan : Cm Berat Badan : Kg
Nama ayah : Nama ibu :

Alamat:

Pendidikan ayah/ibu:

Pekerjaan ayah/ibu:

Agama: Daerah asal:

Riwayat makanan: alergi/suka/tak suka:

Ada penurunan nafsu makan: ya/tidak, mulai kapan:

36
Lampiran 4
CATATAN POLA MAKAN

Nama: ______________________ Tanggal:_____/____/_______


No Bahan Makanan Contoh/porsi Frekwensi per Gram/ Frek/ Gram/
Makan Hari Hari
Gram URT Hari Mg Bln Tdk
1 Nasi 100 ¾
gls
2 Jagung 50 ¾
gls
3 Mie 100 1 gls
4 Roti 80 2 ptg
5 Biskuit/roti kering 50 5 bh
6 Kentang 200 2 bh
7 Singkong/ubi 100 1 pt
8 Tempe/tahu 50/100 1 pt
9 Oncom 50 1 pt
10 Kacang kering 25 2½ sdm
11 Ayam 50 1 pt
12 Daging sapi 50 1 pt
13 Daging diawet 25 1 pt
14 Bakso 50 5 bh
15 Ikan basah 50 1 pt
16 Ikan asin 25 ½ pt
17 Udang segar 50 2 sdm
18 Telur ayam/bebek 50 1 bt
19 Sayuran hijau 50
20 Sayur kacangan 50
21 Sayur tomat/wortel 50
22 Sayur lain 50
23 Pisang 75 1 bh
24 Pepaya 100 1 pt
25 Jeruk 100 1 bh
26 Buah segar lain
27 Buah awet 50 ¼ gls
28 Susu segar 200 1 gls
29 Susu kental manis 50 ¼ gls
30 Tepung susu whole 20 4 sdm
31 Tepung susu skim 20 4 sdm
32 Es krim 60 1 cup
33 Keju 25 1 ptg
34 Minyak/gorengan 5 ½ sdm
35 Kelapa/santan 50 5 sdm
36 Margarin/mentega 5 ½ sdm
37 Teh manis/gula 10 1 sdm
38 Kue basah 50 1 pt
39 Sirop 20 2 sdm
40 Minuman botol ringan 250 1 btl

37
Lampiran 5
Contoh Menu
1. Anak dengan (BB <7 kg)

a. Makanan lumat:

Pukul 06.00 Formula pengganti WHO


Pukul 08.00 Bubur tepung beras/sagu /terigu /jagung + santan
Telur rebus
Pukul 10.00 Formula WHO/pengganti
Sari tomat
Pukul 12.00 Bubur tepung beras + santan/ kentang puree + margarine rendah
garam
Sup tahu + worel parut + kaldu
Pukul 14.00 Formula WHO/pengganti
Pukul 16.00 Formula WHO/pengganti
Sari pepaya
Bubur tepung beras
Pepes ayam + bayam cincang
Pukul 20.00 Formula WHO/pengganti
Pukul 22.00 Formula WHO/pengganti

b. Resep bubur preda untuk diare kronik

Cara membuat bubur ayam untuk diare (untuk 1 resep)


Bahan:
 15 gr tepung beras
 15 gr tepung maizena
 50 gr daging ayam tanpa lemak (dada/paha)
 1 sdt minyak kelapa
 1 sdt minyak jagung/sayur
 garam dan daun seldri secukupnya
 tambahan: 1 tablet vitamin B kompleks
25 mg vitamin C

Cara membuat:
1. Daging ayam direbus sampai empuk, lalu dipotong kecil-kecil.
2. Daging ayam kuahnya sebanyak 200 cc diblender bersama minyak kelapa dan minyak
jagung/sayur sampai tercampur rata.
3. Campuran tersebut dibuat bubur bersama tepung beras dan tepung maizena sampai masak.
4. Tambahkan garam dan daun seldri, kemudian angkat dari api.
5. Untuk menambah warna, daun seldri bisa diblender bersama ayam.

38
Nilai Gizi:
Energi = 277 Kkal
Protein = 10,2 g
Lemak = 14,5 g
Karbohidrat = 25 g

6. Anak dengan BB >7 kg

Waktu Menu ke I Menu ke II

Pk. 06.00 Susu/formula WHO/ Susu /formula WHO/pengganti


pengganti
08.00 Bubur kaldu ayam Sawut singkong+kelapa muda parut
Tahu bacem Tempe kripik
Minum manis Minum manis
10.00 Kue talam manis Nagasari
12.00 Bubur nasi Bubur Manado (beras+ikan +bayam)
Pisang Pepaya
15.00 Getuk Ubi merah Cendol
18.00 Bubur beras Frikadel jagung (jagung+terigu telur)
Pepes teri
Tumis kangkung Sup wortel + buncis
21.00 Formula WHO/pengganti Formula WHO/pengganti

39
Lampiran 6

Cairan ReSoMal terdiri dari :

Air 2 liter
Bubuk WHO-ORH untuk 1 liter(*) 1 pak
Gula Pasir 50 gram
Larutan elektrolit/mineral (**) 40 cc

Setiap 1 liter cairan ReSoMal ini mengandung 45 mEq Na, 40 mEq K dan 1,5 mEq Mg
(*) : Bubuk WHO ORS untuk 1 liter mengandung 3,5 g NaCL, 2,9 g trisodium
citrat dihidrat, 1,5 g KCL dan 20 g glukosa
(**) : Larutan elektrolit mineral terdiri atas :
KCL 224 gr
Tripotassium citrat 81 gr
MgCL2.6H2O 76 gr
Zn asetat 2H2O 8,2 gr
CuSO4.5 H2O 1,4 gr
Air sampai larutan menjadi 2500 ml

Bila tidak memungkinkan untuk membuat larutan elektrolit/mineral seperti di atas, sebagai
alternatif atau pengganti ReSoMal dapat dibuat larutan sebagai berikut:
Air 2 liter
Bubuk WHO-ORS untuk 1 liter (*) 1 pak
Gula pasir 50 gr
Bubuk KCL 4 gr

Atau bila sudah ada WHO-ORS yang siap pakai (sudah dilarutkan), dapat dibuat larutan
pengganti sebagai berikut:
Larutan WHO-ORS 1 liter
Air 1 liter
Gula pasir 50 gr
Bubuk KCL 4 gr

Oleh karena larutan pengganti tidak mengandung Mg, Zn, dan Cu, maka berikan makanan
yang merupakan sumber mineral tersebut. Dapat pula diberikan MgSO4 50% secara
intramuscular 1 X dengan dosis 0.3 ml/Kg BB dengan maksimum 2 ml.

40
Lampiran 7
Contoh Formula Untuk KEP Berat/Gizi buruk

Medisco Modisco Modisco Modisco


½ I II III

Nilai Gizi dalam 100 cc Nilai Gizi dalam


100 cc cairan
Energi : 80 Kkal Energi : 100 Kkal Energi : 100 Kkal Energi : 130 Kkal
Protein : 3,5 gr Protein : 3,5 gr Protein : 3,5 gr Protein : 3 gr
Lemak : 2,5 gr Lemak : 3,5 gr Lemak : 4 gr Lemak : 7,5 gr
Bahan:
Susu skim: 10 gr (1 sdm) Susu skim: 10 gr Susu skim: 10 gr Full cream:12 gr (1¼ sdm)
Gula pasir: 5 gr (1 sdt) Gula pasir: 5 gr Gula pasir: 5 gr Atau Susu segar: 100 gr
(½ gls)
Minyak kelapa: 2½ gr (½ sdt) Minyak: 5 gr (½ sdm) Margarine: 5 gr Gula pasir: 7,5 gr (1½ sdt)
Margarine:5 gr (½ sdm)
 Diberikan pada:  Diberikan pada  Diberikan 150 Kkal/kg
KEP berat + Edema KEP tanpa edema BB/hari
 Diberikan: 100  Diberikan: 125  Diberikan setelah
Kkal/kg BB/hari Kkal/kg BB/hari pem-berian modisco I
dan II
 Pemberian modisco
III + 10 hari
 Pemberian makanan
keluarga sesuai umur,
selera, daya cerna di
samping pemberian
modisco.

Cara membuat modisco:


 Susu bubuk dicampur gula dan minyak, margarine cair, kemudian diberi air panas
sedikit sambil diaduk sampai tercampur rata.
 Kemudian disaring
 Minuman ini bisa langsung diminum
 Supaya lebih tahan lama dapat ditim dahulu selama 15 menit, baru diminum
 Pemberian jumlah modisco, dihitung berdasarkan kebutuhan anak.

Sumber: Bagian Anak RSUP. DR. Sutomo, Surabaya.

41
Lampiran 8

KEBUTUHAN ENERGI DAN PROTEIN SEHARI ANAK UMUR 1-12 TAHUN

Umur Berat Badan Energi Protein


(tahun) (kg) Kkal/kg/hari Kkal/org/hari Gr/kg/hr Gr/org/hr
1 8.9 105 900 2.5 22
2 11.2 100 1100 28
3 13.1 100 1300 33
4 14.8 98 1500 3.0 44
5 16.5 91 1500 50
6 19.4 86 1700 59
7 21.7 82 1800 2.8 61
8 24.1 78 1900 67
9 26.5 75 2000 74
Laki-laki
10 29.3 74 2200 2.0 59
11 31.7 71 2300 63
12 34.5 67 2300 69
Perempuan
10 28.7 68 2000 2.0 57
11 32.2 62 2000 64
12 35.5 57 2000 70

Sumber : Penuntun Diit Anak RSCM, 1998

42
BAHAN MAKANAN YANG DIBERIKAN SEHARI

Bahan 1100 Kkal 1300 Kkal 1500 Kkal 1700 Kkal 1900 Kkal
Makanan Urt g urt g urt g urt g urt g urt
Nasi 1½ Gls 200 1¾ gls 250 2¼ Gls 300 21/3 gls 350 3 Gls 400 31/3
Biskuit 1 Bh 10 2 Bh 20 2 Bh 20 2 bh 20 2 Bh 20 2
Maizena 2 Sdm 10 2 Sdm 10 2 Sdm 10 3 Sdm 15 3 Sdm 15 3
Telur ½ Btr 25 ½ Btr 25 1 btr 50 1 Btr 50 1 btr 50 1
Daging (sdg) 1 Ptg 50 1 Ptg 50 1 Ptg 50 1½ Ptg 75 2 Ptg 100 2
Tempe (sdg) 1 Ptg 25 2 Ptg 50 2 Ptg 50 2 Ptg 50 2 Ptg 50 3
Kacang hijau - - - - 2½ sdm 15 2 Sdm 20 2 20 2½
Sayuran 1 Gls 100 1 Gls 100 1 Gls 100 1 Gls 100 1 Gls 100 1½
Pisang 2 Bh 100 2 Bh 100 2 Bh 100 3 Bh 150 3 Bh 150 3
Minyak ½ Sdm 15 2 Sdm 20 2 Sdm 20 2 Sdm 20 2½ Sdm 25 2½
Gula pasir 3 Sdm 30 3 Sdm 30 3 Sdm 30 3 Sdm 30 3 Sdm 30 3
Susu bubuk 6 Sdm 30 6 Sdm 30 6 Sdm 30 6 Sdm 30 6 Sdm 30 6

Nilai Gizi
Energi (Kkal) 1155 1370 1555 1780 1970
Protein (g) 37 44 52 60 67
Lemak (g) 37 45 48 52 60
Hidrat Arang (g) 170 202 230 269 289
Kalsium (g) 0,5 0,5 0,5 0,6 0,6
Besi (g) 9 12 13 14 15
Vitamin A (SI) 7389 7402 7651 7739 7746
Vitamin B1 (mg) 0,5 0,6 0,8 0,8 1,0
Vitamin C (mg) 41 41 42 43 43

43
PEMBAGIAN MAKANAN SEHARI

Bahan 1100 Kkal 1300 Kkal 1500 Kkal 1700 Kkal 1900 Kkal
Makanan Urt g urt g urt g urt g urt g urt
PAGI
1/3 3/4 3/4 3/4
Nasi Gls 50 1 Gls 150 Gls 100 Gls 100 Gls 100 1
Telur ½ Btr 25 1 Btr 50 1 Btr 50 1 Btr 50 1 Btr 50 1
¼ ¼ 1/4 1/4 1/4 ¼
Sayuran Gls 25 Gls 25 Gls 25 Gls 25 Gls 25
Minyak ½ Sdm 5 ½ Sdm 5 ½ Sdm 5 ½ Sdm 5 ½ Sdm 5 ½
Susu bubuk 2 Sdm 10 2 Sdm 10 2 Sdm 10 2 Sdm 10 2 Sdm 10 2
Gula pasir ½ Sdm 5 ½ Sdm 5 ½ Sdm 5 ½ Sdm 5 ½ Sdm 5 ½
PUKUL 10.00
Kacang hijau - 2½ Sdm 25 1½ Sdm 15 2 Sdm 20 2 Sdm 20 2½
Gula pasir 1 Sdm 10 1 Sdm 10 1 Sdm 10 1 Sdm 10 1 Sdm 10 1
Pisang 1 bh 1 1 Bh 50 1 Bh 50 1 Bh 50 1 Bh 50 1
SIANG
2/3
Nasi ½ Gls 75 1½ Gls 200 Gls 100 1 Gls 150 1 Gls 150 1
Daging (sdg) ½ Ptg 25 1½ Ptg 75 ½ Ptg 25 1 Ptg 50 1 Ptg 50 1
1 1 1
Tempe (sdg) 1 Ptg 25 2 Ptg 50 1 Ptg 25 Ptg 25 Ptg 25
Sayuran ½ Gls 50 ½ Gls 50 ½ Gls 50 ½ Gls 50 ½ Gls 50 ½
Minyak 1 Sdm 5 1½ Sdm 5 1 Sdm 10 1 Sdm 10 1 Sdm 10 1
Pisang 1 bh 50 1 bh 50 1 Bh 50 1 bh 50 1 bh 50 1
PUKUL 16.00
Kacang hijau 2 Sdm 10 3 Sdm 15 2 Sdm 10 3 Sdm 15 3 Sdm 15 3
Gula pasir 1 Sdm 10 1 Sdm 10 1 Sdm 10 1 Sdm 10 1 Sdm 10 1
Pisang 2 bh 10 2 Bh 10 2 Bh 10 2 Bh 10 2 Bh 10 2
MALAM
2/3
Nasi ½ Gls 75 1½ Gls 200 Gls 100 1 Gls 150 1 Gls 150 1
Daging (sdg) ½ Ptg 25 1½ Ptg 75 ½ Ptg 25 1 Ptg 50 1 Ptg 50 1
1 1 1
Tempe (sdg) - - - Ptg 25 Ptg 25
¼ 1/4
Sayuran Gls 50 Gls 50 ½ Gls 50 ½ Gls 50 ½ Gls 50 ½
Minyak ½ Sdm 5 1½ Sdm 5 1 Sdm 10 1 Sdm 10 1 Sdm 10 1
Pisang - - - 1 bh 50 1 bh 50 1
PUKUL 21.00
Biskuit 1 Bj 10 2 bj 20 2 Bj 20 2 bj 20 2 bj 20 2
Gula ½ Sdm 5 ½ Sdm 5 ½ Sdm 5 ½ Sdm 5 ½ Sdm 5 ½
Susu bubuk 2 Sdm 10 2 Sdm 10 2 Sdm 50 2 Sdm 10 2 Sdm 10 2

44
Lampiran 4

PEMANTAUAN KASUS GIZI BURUK


NAMA RUMAH SAKIT : ______________________________ JENIS KELAMIN : _______
NAMA PASIEN : ______________________________ ALAMAT : ________
NAMA ORANG TUA : ______________________________ _________
USIA : ________________________(Tahun)
NO. REGISTER : _______________________________ TANGGAL MASUK : _______

MASALAH/DIAGNOSA
1.
2.

PERKEMBANGAN STATUS GIZI


ANTROPOMETRI & KIMIA DARAH Hari ke-1 Hari Hari ke-7 Hari ke-10
Albumin 
Hb  
Berat Badan (Kg) Setiap hari
Tinggi Badan (Cm)  & sebelum pulang
Edema +/- Setiap hari

CATATAN PEMBERIAN DIET & GIZI SELAMA PEMBERIAN (Diisi setiap hari)
CATATAN PEMBERIAN NUTRISI Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Har
Formula (sebutkan jenis & frekwensi)
Asupan formula (sebutkan cc/hari)
Makanan (diet & frekwensi)
Asupan makanan (sebutkan %)
Keluhan : muntah, diare, menolak
Hari ke-8 Hari ke-9 Hari ke-10 Hari ke-11 Hari

KESAN TERHADAP FORMULA


Suka / Tidak Suka F – 75 F - 10 Jakarta,
F -………………………………
135
Penanggung Jawab,
1. Dokter ___________________
2. Dietisien ___________________
Sumber: RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
3. Perawat ___________________

45
46

Anda mungkin juga menyukai