Anda di halaman 1dari 63

KONSEP DASAR SERIBU HARI

PERTAMA KEHIDUPAN (1000 HPK)

Rayna Anita, SKM.MPH


Dinkes Prov. Kalbar

Disampaikan dalam Pertemuan Lintas Sektor dan Lintas Program


Ketapang, 18 Desember 2018
SISTEMATIKA PENYAJIAN
PENDAHULUAN
KESEHATAN

Lingkungan KEADAAN SEHAT,


BAIK SECARA FISIK,
Genetik MENTAL,
keturunan SPRITUAL MAUPUN
SOSIAL YANG
Pelayanan MEMUNGKINKAN
kesehatan SETIAP ORANG UNTUK
HIDUP PRODUKTIF
Perilaku Individu/ SECARA SOSIAL DAN
Keluarga/ EKONOMIS
Masyarakat
(UU 36/THN 2009)
HAK DAN KEWAJIBAN UNTUK SEHAT
(UU No. 36 Tahun 2009)

HAK KEWAJIBAN
GAMBARAN MASALAH GIZI
7
TREND MASALAH GIZI BALITA
RISKESDAS 2007 - 2013
DI INDONESIA PEMANTAUAN STATUS GIZI
2014-2017

MASALAH GIZI
MASYARAKAT
8
17 negara, diantara 117 negara dengan tiga masalah gizi balita :
STUNTING, WASTING dan OVERWEIGHT

Albania
BhutanAzerbaijan

INDONESIA juga termasuk di dalam 47 negara Syria Arab Rep. Iraq


dari 122 negara yang mempunyai masalah
Stunting pd Balita dan Anemia pada WUS
Posisi Indonesia untuk cakupan 3 Intervensi
(IMD, ASI eksklusif, TTD u/Ibu Hamil) Indonesia Papua
masih RENDAH New Guinea
Zambia Sao Tome & Mozambique
Principe

Benin Comoros Botswana

Djibouti Egypt Sierra Leone

Libya
SITUASI BEBAN GIZI GANDA DI INDONESIA
MASALAH KURANG GIZI MASALAH KELEBIHAN GIZI

37.1% Ibu Hamil 11.8 Balita


Anemia Overweight/Obese
24.2 % Ibu Hamil KEK

32.9% WUS Obesitas


10.8% BBLR 26.6% Pria Dewasa
Obesitas
37.2% Balita
Stunting
12.1% Balita Meningkatnya persentase
Wasting penyakit tidak menular
19.6 Balita (penyakit terkait gizi/pola
Underweight makan) :
20.8% WUS 15 – 49 KEK -Diabetes meningkat 50%
Hipertensi meningkat 25%
46.6% Rematri 15 -19 KEK
Stroke meningkat 50% 10
Sumber: Riskesdas 2013
TREND STATUS GIZI BALITA DI INDONESIA
(PEMANTAUAN STATUS GIZI 2014-2016)

Hasil

Masih menjadi
MASALAH GIZI
MASYARAKAT

Ket: WHO 2010 cut off


PENYEBAB MASALAH GIZI
Rendahnaya akess
Rendahnya akses terhadap
terhadap POLA ASUH PELAYANAN
MAKANAN KESEHATAN
dari segi jumlah dan yaang
kualitas gizi termasuk akses
kurang baik teruatama
sanitasi dan air bersih
pada perilaku dan praktek
pemberian makan bayi
dan anak

AKAR MASALAH
Potitik, sosial dan Kemiskinan Kurangnya Degradasi
budaya pemberdayaan Lingkungan 12
perempuan
Praktek Pemberian Makan yang tidak adekuat merupakan salah
satu faktor penyebab terjadinya stunting

38% 1 dari 4
bayi
Mendapatkan ASI Eksklusif 6 bln
Hanya 38% bayi baru lahir (Sirkesnas, 2015)

mendapatkan IMD < 1jam


setelah lahir (Sirkesnas, 2015)

45% bayi 0 – 5 bulan 1 dari 2


mendapatkan ASI Bayi
Sudah diberi susu formula pada 6
Eksklusif (Susenas, bulan petama kehidupannya (SDKI,
2015) 2012)
(SDKI, 2012)
13
Cakupan Pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0 -5 bulan
berdasarkan Provinsi
Hanya 9 Provinsi dengan cakupan di atas 50 %

14
Pemberian Makanan Pendamping ASI > 6 bulan
masih belum memenuhi syarat
Hanya 23% bayi dari kelompok miskin yang
mendapatkan makanan pendamping yang
adekuat

Kurang dari 40% balita mendapatkan


makanan pendamping ASI yang cukup dari
segi jumlah, frekuensi, dan keragaman
jenis pangan Pada kelompok paling kaya (Q5) pun
Persentasi Bayi dengan ASI cenderung lebih hanya 50% bayi yang mendaptkan
rendah mendapatkan makanan pendamping makanan pendamping yang adekuat
asi yang adekuat

Sumber: SDKI, 2012 15


Masalah Gizi Ibu….?
Proporsi ibu KEK cukup tinggi, Anemia pada bumil tetap tinggi
Pada Bumil dan Remaja (SKRT 2001, RISKESDAS 2013)

24,1%
Proporsi Ibu Hamil di Indonesia
Menurut Tingkat Kecukupan Energi dan Karakteristik

Sumber: SDT 2014


Proporsi Ibu Hamil di Indonesia
Menurut Tingkat Kecukupan Protein dan Karakteristik

Sumber: SDT 2014


PENTING…

Kurang lebih 70-80% ibu


hamil, yang tinggal di
desa/kota – miskin/kaya,
belum tercukupi konsumsi
energi dan proteinnya
PRAKTIK KONSUMSI MAKAN IBU HAMIL
• Sekitar 43% ibu
mengonsumsi makanan
kurang dari 3 kali per hari
pada saat hamil • Masih dijumpai pantangan
makanan bagi ibu hamil yang
• 35% mengaku makan lebih merugikan dari segi gizi
sedikit jumlahnya terutama • Pantangan makanan sumber
pada trimester 1 kehamilan protein hewani (gurita/cumi)
dengan alasan mual • Takut bayi terlilit, bayi tidak
bersih/bercak, atau melahirkan
sulit)
*hasil formative research Kemenkes-
20
MCAI, 2014
FAKTOR RISIKO MASALAH GIZI DI INDONESIA
PERUBAHAN POLA KONSUMSI MAKAN
DARI MAKANAN RUMAH KE MAKANAN JADI

Rendahnya Proporsi
aktivitas fisik (26,1 %
penduduk)

Kebiasaan Merokok
< 18 th (7,2 %)
> 15 th 6(36,3%)

Proporsi penduduk > 10 th


dengan konsumsi sayur dan
buah rendah (93,5%)
TREND STUNTING MENURUT PROVINSI
(PSG TAHUN 2016-2017)
Perbandingan Prevalensi Balita Underweight (BB/U)
Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2015 - 2017
Perbandingan Prevalensi Baduta Underweight (BB/U)
Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2015 - 2017
Perbandingan Prevalensi Balita Wasted (BB/TB)
Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2015 - 2017
Perbandingan Prevalensi Baduta Wasted (BB/TB)
Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2015 - 2017
Perbandingan Prevalensi Balita Stunted (TB/U)
Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2015 - 2017
Perbandingan Prevalensi Baduta Stunted (TB/U)
Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2015 - 2017
Perbandingan masalah gizi
Menurut Kabupaten/Kota,
BB/U
TahunBB/TB
2016 - 2017 TB/U
KAB/KOTA
BALITA BADUTA BALITA BADUTA BALITA BADUTA

SAMBAS
BENGKAYANG
LANDAK
MEMPAWAH
SANGGAU
KETAPANG
SINTANG
KAPUAS HULU
SEKADAU
MELAWI
KAYONG UTARA
KUBU RAYA
KOTA PONTIANAK
KOTA SINGKAWANG
PROV KALBAR
Trend besaran mslh gizi prov Kalbar,
PSG 2015 - 2017
Prevalensi
Indikator
2015 2016 2017

BB/U (Kurang+Buruk) 25,3 27,5 26,0

TB/U (Pendek+Sangat pendek) 34,1 34,9 36,5

BB/TB (Gemuk) 5,5 4,8 4,6

BB/TB (Kurus+Sangat kurus) 14,8 14,4 13,2


Besaran masalah gizi
Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2017
Kab/Kota Buruk+Krg Pendek+SP Gemuk Kurus+SK

SAMBAS 23,7 37,0 5,1 11,1

BENGKAYANG 30,1 39,6 4,7 11,3

LANDAK 26,5 33,2 5,4 21,0

MEMPAWAH 25,9 35,2 5,8 15,5

SANGGAU 30,2 43,0 5,3 12,8

KETAPANG 25,0 32,9 9,5 13,8

SINTANG 29,6 44,1 4,7 12,1

KAPUAS HULU 33,6 40,3 4,1 20,5

SEKADAU 31,0 44,1 9,7 14,0

MELAWI 23,6 37,9 5,5 14,8

KAYONG UTARA 22,7 33,8 3,9 13,2

KUBU RAYA 19,5 34,8 4,6 8,5

KOTA PONTIANAK 21,7 28,4 3,2 11,3

KOTA SINGKAWANG 30,8 31,2 3,8 13,5

PROV KALBAR 26,0 36,5 5,3 13,2


PENTINGNYA 1000 HPK
Mengapa 1000 HPK, Penting?

34
35
DAMPAK AKIBAT GANGGUAN GIZI PADA MASA JANIN
Stunting disebabkan oleh Faktor Multi Dimensi
Intervensi paling menentukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)

1. Praktek pengasuhan yang tidak baik


• Kurang pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan
• 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan ASI ekslusif
• 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima MP-ASI
2. Terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal Care,
Post Natal dan pembelajaran dini yang berkualitas
• 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun tidak terdaftar di PAUD*
• 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi suplemen zat besi yang memadai
• Menurunnya tingkat kehadiran anak di Posyandu (dari 79% di 2007 menjadi 64% di
2013)
• Tidak mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi
3. Kurangnya akses ke makanan begizi**
• 1 dari 3 ibu hamil anemia
*PAUD = Pendidikan Anak Usia Dini • Makanan bergizi mahal
**Komoditas makanan di Jakarta 94%
lebih mahal dibanding dengan di New
4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi
Delhi, India. Buah dan sayuran di
Indonesia lebih mahal dari di Singapura. •1 dari 5 rumah tangga masih BAB diruang terbuka
Sumber: RISKESDAS 2013, SDKI 2012,
•1 dari 3 rumah tangga belum memiliki akses
SUSENAS berbagai tahun ke air minum bersih

Sumber: Kemenkes dan Bank Dunia (2017)


Stunting berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit,
menurunkan produktifitas dan kemudian menghambat pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan kemiskinan dan ketimpangan
Pengalaman dan bukti Internasional menunjukkan
Sel Otak pada Anak Normal dan Stunted bahwa stunting….

Menghambat Pertumbuhan Ekonomi dan


Produktivitas Pasar kerja
Hilangnya 11% GDP
Mengurangi
pendapatan
pekerja dewasa
hingga 20%
2 Singapura Tingkat ‘Kecerdasan’
Anak Indonesia
17 Vietnam di urutan 64 terendah
Memperburuk kesenjangan/inequality
dari 65 negara*
50 Thailand Mengurangi 10% dari Kemiskinan
total pendapatan seumur hidup antar-generasi
52 Malaysia

64 Indonesia

*Asesmen yang dilakukan pada tahun 2012 oleh OECD PISA (Organisation for Economic
Co-operation and Development - Programme for International Student Assessment),
suatu organisasi global bergengsi, terhadap kompetensi 510.000 pelajar usia 15 tahun Sumber: diolah dari laporan World Bank Investing in
dari 65 negara, termasuk Indonesia, dalam bidang membaca, matematika, dan Early Years brief, 2016

science.
KONSEP PENANGGULANGAN STUNTING

PENCEGAHAN PENANGANAN

STIMULASI –
1000 HARI
PENGASUHAN DAN
PERTAMA
PENDIDIKAN
KEHIDUPAN (HPK)
BERKELANJUTAN
INTERVENSI DALAM 1000 HPK
POLA PEMBERIAN MAKAN TERBAIK
BAGI BAYI DAN ANAK
a. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) segera setelah lahir
dalam satu jam pertama, dilanjutkan dengan rawat
gabung
b. Memberikan hanya air susu ibu saja sejak lahir
sampai bayi berumur 6 bulan
c. Memberikan makanan pendamping air susu ibu
(MP-ASI) mulai umur 6 bulan
d. Menyusui dilanjutkan
Sumber: Global sampai
Strategy on Infant and anak
Young Chlid Feeding, berumur
WHO/UNICEF 2002 24
1. Proses Menyusui dimulai 2. Hanya ASI selama 6bln
secepatnya (IMD) ( ASI Eks)

WHA No 55.25
thn 2002

3. MP ASI Makanan 4. ASI diteruskan sampai


keluarga sth 6bln 2thn atau lebih

42
bayi
mamalia
dengan
induknya

ASI
adalah
Spesifik Materi Peningkatan Pemberian ASI
Temu Kader Posyandu, 30 Mei 2009 43
2 SELAMA ENAM BULAN PERTAMA
BAYI HANYA MEMBUTUHKAN ASI
ASI menyediakan seluruh makanan dan
cairan yang dibutuhkan bayi ibu selama
6 bulan pertama
Jangan berikan apapun selain ASI
,bahkan air putih,kepada bayi selama 6
bulan pertama
Memberikan bayi makanan lain selain
ASI akan menyebabkan bayi malas
menyusu dan akan mengurangi jumlah
produksi ASI
Ibu bisa memberikan obat jika memang
dianjurkan petugas kesehatan
BERIKAN MP-ASI SAAT BAYI
BERUSIA 6 BULAN

Dimulai saat usia 6 bulan, ASI


masih tetap dilanjutkan
Yang perlu diperhatikan :
1.Frekuensi : berikan makan pda
bayi 2 x sehari.
2.Berikan 2-3 sendok setiap makan
(pengenal rasa)
3.Variasi; mulai dari makanan pokok
4.Pemberian makan aktif/Responsif
4 LANJUTKAN PEMBERIAN ASI SAMPAI USIA 2
TAHUN ATAU LEBIH
 he American Academy of Family Physicians menyatakan bahwa anak yang
disapih sebelum umur 2 tahun berisiko lebih besar untuk terkena
penyakit. 1986)
 menyatakan bahwa anak yang menyusu diantara umur 16-30 bulan lebih
jarang sakit dan jikalau terkena penyakit, durasi sakitnya pun lebih
pendek. Goldman 1983, Goldman & Goldblum 1983, Institute of
Medicine 1991)
 “Zat Antibodi banyak terdapat di dalam ASI pada saat menyusu”.
Faktanya faktor imunitas meningkat pada tahun kedua dan pada saat
menyapih.
 WHO menyatakan, “sedikit penambahan pada tingkat menyusui dapat
mengurangi tingkat kematian anak dibawah lima tahun sebesar sepuluh
persen. Menyusui berperan penting dan terkadang diremehkan pada
penanganan dan pencegahan penyakit anak anak.”
 mengurangi risiko kanker rahim
 mengurangi risiko kanker payudara
 mengurangi risiko kanker uterus
 mengurangi risiko kanker endometriosis
 bagi beberapa wanita dapat menunda kesuburan
(dengan catatan blm kembali haid)
 melindungi dari resiko osteoporosis
 mengurangi resiko Artritis reumatoid (penyakit
yang menyerang persendian)

KEUNTUNGAN BAGI IBU YG MENYUSUI DUA TAHUN


 mengurangi kebutuhan insulin bagi wanita yang
menderita diabetes
ATAU LEBIH
 dapat menurunkan berat badan
 Harga 1 kaleng formula Rp 65.500 .
 Bayi lahir di Indonesia 5 juta per tahun
 Biaya 6 bulan formula untuk bayi2 ini :
5 juta x 55 kaleng (a 400 grm) x Rp 65,500 = Rp
18 , 012 Triliun

 Tiap bayi memerlukan sekitar Rp.3,6 juta dlm 6


bln (Rp.600.000/bln). Ini merupakan lebih dari
100% dari keluarga berpendapatan Rp 500.000
perbulan ( Rp 3 juta / 6 bln)

48
IMPLEMENTASI GERNAS
PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI
MELALUI
Perpres No. 42 tahun
1000 HPK
2013 tentang
Gerakan Nasional
Percepatan
upayaPerbaikan
penggalangan Gizi
partisipasi
dan kepedulian pemangku
kepentingan secara terencana
dan terkoordinir untuk
percepatan perbaikan gizi
pada 1000 hari perta
kehidupan.
MULTI SEKTOR PENANGGULANGAN MASALAH GIZI
KETERKAITAN ANTAR POLA MAKAN-POLA ASUH- SANITASI DAN AIR BERSIH
Rendahnya akses
terhadap
POLA ASUH Rendahnya akses
terhadap
MAKANAN yang kurang baik PELAYANAN
dari segi jumlah terutama pada KESEHATAN
dan kualitas gizi perilaku dan praktek termasuk akses
pemberian makan
sanitasi dan air
bayi dan anak
bersih

AKAR
Politik, sosial dan MASALAH
Kurangnya Degradasi
Kemiskinan
Kemiskinan
budaya pemberdayaan Lingkungan
perempuan 50
Kebijakan dalam Percepatan Perbaikan Gizi
Peraturan Presiden No. 42 Tahun 2013 tentang Percepatan Perbaikan Gizi
1.Penurunan stunting fokus pada 1000 Hari Pertama Kehidupan
2.Pendekatan multisektor

Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
1.Aktivitas fisik
2.Konsumsi makanan sehat
3.Deteksi dini
4.Lingkungan sehat
5.Pendidikan kesehatan
6.Pola hidup sehat

Peraturan Presiden No. 83 Tahun 2017 tentang Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi
1.Ketersediaan pangan
2.Keterjangkauan pangan
3.Pemanfaatan pangan
4.Perbaikan gizi masyarakat
5.Penguatan kelembagaan pangan dan gizi
KEBIJAKAN NASIONAL
5 PILAR MULTISEKTOR PENANGGULANGAN STUNTING
PILAR 1 PILAR 2 PILAR 3 PILAR 4 PILAR 5
Kampanye Konvergensi,
Komitmen Nasional Koordinasi, Mendorong Pemantau
Berfokus pada
dan dan Kebijakan an dan
pemahaman,
Visi Pimpinan perubahan Konsolidasi “Nutritional Evaluasi
Tertinggi perilaku, Program Food
Negara komitmen Nasional, Security”
politik dan Daerah, dan
akuntabilitas Masyarakat
INTERVENSI GIZI INTERVENSI GIZI
SPESIFIK SENSITIF
TUMBUH KEMBANG ANAK YANG MAKSIMAL
(dengan kemampuan emosional, sosial dan fisik siap untuk belajar,
berinovasi dan berkompetisi)

MENGURANGI
MENINGKATKAN DAYA SAING
KESENJANGAN/INEQUALITY
Intervensi Spesifik dan Sensitif
Intervensi yang ditujukan kepada
anak dalam 1.000 Hari Pertama
Intervensi Gizi Kehidupan (HPK). Kegiatan ini

1 Spesifik
(berkontribusi 30%)
umumnya dilakukan oleh sektor
kesehatan. Intervensi spesifik bersifat
jangka pendek, hasilnya dapat
dicatat dalam waktu relatif pendek.

Intervensi yang ditujukan melalui


Intervensi Gizi berbagai kegiatan pembangunan

2 Sensitif
(berkontribusi 70%)
diluar sektor kesehatan. Sasarannya
adalah masyarakat umum, tidak
khusus untuk 1.000 HPK.
Intervensi Gizi Spesifik

1. Ibu hamil 6. Lansia


• Konseling gizi
 Suplementasi besi folat • Pelayanan gizi
 PMT ibu hamil KEK Lansia

2.Ibu Menyusui 

Penanggulangan kecacingan
Suplemen kalsium
5. Remaja & Usia
Kepada ibu menyusui
Promosi menyusui / ASI produktif
Eksklusif
Konseling Menyusui
• Kespro remaja
• Konseling: Gizi
• Suplementasi Fe
3.Bayi & Balita


Pemantauan pertumbuhan
Suplemen vitamin A
4. Usia sekolah
 Pemberian garam iodium
 PMT / MPASI • Penjaringan
 Fortifikasi besi dan kegiatan suplementasi • Bln Imunisasi Anak Sekolah
(Taburia)) • Upaya Kes Sekolah
 Zink untuk manajemen diare • PMT anak sekolah
 Pemberian obat cacing • Promosi MJAS di sekolah

54
UPAYA INTERVENSI GIZI SPESIFIK
(1)
I. Intervensi dengan sasaran Program: Gerakan 1.000 HPK
Ibu Hamil: (Hari Pertama Kehidupan)
Pelaksana: Kementerian Kesehatan
1. Memberikan makanan
melalui Puskesmas, Balai Kesehatan
tambahan pada ibu hamil
Masyarakat dan Posyandu
untuk mengatasi Kegiatan:
kekurangan energi dan 1.Suplementasi besi folat minimal 90
protein kronis tablet
2. Mengatasi kekurangan zat 2.Periksa kehamilan minimal 4 kali
besi dan asam folat 3.Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
3. Mengatasi kekurangan 4.Pemberian makanan tambahan pada
iodium ibu hamil
4. Menanggulangi kecacingan 5.Penanggulangan cacingan pada ibu
pada ibu hamil hamil
5. Melindungi ibu hamil dari 6.Pemberian kelambu dan pengobatan
Malaria bagi ibu hamil yang positif malaria
UPAYA INTERVENSI GIZI
SPESIFIK (2)
Program: Gerakan 1.000 HPK
II. Intervensi dengan (Hari Pertama Kehidupan)
sasaran Ibu Pelaksana: Kementerian
Menyusui dan Kesehatan melalui Puskesmas, Balai
Anak Usia 0-<6 Kesehatan Masyarakat dan
Posyandu
Bulan:
Kegiatan:
1. Mendorong
1.Persalinan ditolong oleh tenaga
inisiasi menyusui kesehatan.
dini (pemberian 2.Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
ASI 3.Promosi menyusui ASI eksklusif
jolong/colostrum) (konseling individu dan kelompok).
2. Mendorong 4.Imunisasi dasar.
pemberian ASI 5.Pantau tumbuh kembang secara
Eksklusif rutin setiap bulan.
6.Penanganan bayi sakit secara
tepat.
UPAYA INTERVENSI GIZI SPESIFIK
(3)
Program: Gerakan 1.000
HPK (Hari Pertama
III. Intervensi dengan Kehidupan) Program: Penyelenggaraan
sasaran Ibu Pelaksana: Kementerian Program Pemberian Makanan
Menyusui dan Anak Kesehatan melalui Tambahan (PMT) Balita Gizi
Usia 6 -23 bulan: Kurang)
Puskesmas, Balai
1. Mendorong Pelaksana: Kementerian
Kesehatan Masyarakat dan
penerusan
Posyandu Kesehatan melalui
pemberian ASI
Kegiatan: Puskesmas, Balai Kesehatan
hingga usia 23 bulan
1.Pemberian makanan Masyarakat dan Posyandu
didampingi oleh
pemberian MP-ASI. pendamping (MP) ASI, ASI Kegiatan:
2. Menyediakan obat diteruskan sampai usia 2 1.Pembinaan Posyandu dan
cacing. tahun atau lebih. Penyuluhan serta penyediaan
3. Menyediakan 2.Pemberian kapsul makanan pendukung gizi
suplementasi zink. vitamin A serta melengkapi untuk balita kurang gizi usia
4. Melakukan imunisasi dasar. 6-59 bulan berbasis pangan
fortifikasi zat besi 3.Pemantauan tumbuh lokal (misalnya melalui Hari
ke dalam makanan. kembang secara rutin Makan Anak/HMA).
5. Memberikan setiap bulan. 2.Anggran program berasal
perlindungan 4.Penanganan anak sakit dari Bantuan Operasional
terhadap malaria. Kesehatan (BOK) - Dana
secara tepat.
6. Memberikan
5.Pemberian suplementasi Alokasi Khusus (DAK) Non
imunisasi lengkap.
zink. Fisik sebesar Rp.200.000.000
7. Melakukan
6.Pemberian obat cacing per tahun per Puskesmas di
pencegahan dan
pengobatan diare. dan; daerahnya masing masing.
7.Pemberian fortifikasi zat
INTERVENSI GIZI SENSITIF:
Pengarusutamaan Pembangunan Gizi pada
Lintas Sektor

BKP/PERTANIAN PU
Ketahanan Air Bersih
Pangan dan & Sanitasi
Gizi
PP DAN PA
BPJS Remaja
Jaminan Perempuan
Kesehatan
Nasional

SOSIAL
AGAMA
Pendidikan
Penanggulan
BKKBN Gizi
gan
Masyarakat
Kemiskinan
DIKBUD
Keluarga
Berencana 58
58
INTERVENSI GIZI SENSITIF
1. Menyediakan dan Memastikan Akses pada Air Bersih.
2. Menyediakan dan Memastikan Akses pada Sanitasi.
3. Melakukan Fortifikasi Bahan Pangan.
4. Menyediakan Akses kepada Layanan Kesehatan dan Keluarga Berencana (KB).
5. Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
6. Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal).
7. Memberikan Pendidikan Pengasuhan pada Orang tua.
8. Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini Universal.
9. Memberikan Pendidikan Gizi Masyarakat.
10. Memberikan Edukasi Kesehatan Seksual dan Reproduksi, serta Gizi pada Remaja.
11. Menyediakan Bantuan dan Jaminan Sosial bagi Keluarga Miskin.
12. Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Gizi.
PENUTUP
TANTANGAN
HARAPAN
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai