Anda di halaman 1dari 47

Muhammad Laili Al-Fadhli

MATN MANZHÛMAH AL-MUQADDIMAH AL-JAZARIYYAH


DAN TUHFÂTUL ATHFÂL
(Modul Daurah Majlis Samâ’ dan Pengijazahan)

Dhabth dan Catatan Kaki:


Muhammad Laili Al-Fadhli

Layout:
Laili Al-Fadhli

Diterbitkan oleh:
Online Tajwid

Bekerjasama dengan:
Rumah Belajar Al-Imâm Asy-Syâfi’iy
www.t.me/rbimamsyafii
Jln. Teratai 4 no. 102, Kelurahan Depok Jaya,
Kec. Pancoran Mas, Kota Depok
Telp. +62817 0808 992

Channel Telegram
t.me/online_tajwid (@online_tajwid)

WhatsApp
+62817 0808 992 (Online Tajwid)

Terbitan I, November 2020


SILAKAN MENCETAK, MEMPERBANYAK DAN MENYEBARKAN MODUL INI
SELAMA TIDAK BERTUJUAN KOMERSIL
Boleh mengutip sebagian atau keseluruhan isi buku ini dengan tetap
mencantumkan sumber

1
Muhammad Laili Al-Fadhli

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ............................................................................... 3
SANAD DAN PERIWAYATAN .......................................................... 4
Pengertian Sanad .........................................................................................................4
Fungsi Sanad dan Periwayatan .................................................................................4
Sifat dan Karakter Perawi yang Diterima Riwâyahnya .......................................7
Beberapa Cara Meriwayatkan dan Menerima Periwayatan ( ‫ط ُر ُق ٱلتَّ َح ُّمل‬ ُ
َِ‫ ) َوٱۡلَاَد‬..............................................................................................................................................8
Al-Ijâzah dalam Al-Qurân (‫ )ٱ ۡل َاَجَةَ ُ ي ۡٱل ُق ۡرآن‬......................................................... 12
Beberapa Lafazh yang Digunakan Saat Meriwayatkan ( َِ‫ )صي َ ُغ ٱ ۡلَاَد‬............. 17
SANAD KITAB TUHFATUL ATHFÂL ............................................... 23
MATN KITAB TUHFATUL ATHFÂL ................................................. 26
SANAD KAMI SAMPAI KEPADA AL-IM ........ 32
MATN AL-MUQADDIMAH ............................................................. 38
SUMBER RUJUKAN ........................................................................ 47

2
Muhammad Laili Al-Fadhli

PENDAHULUAN
‫ ِه‬ ‫ل‬ ‫ ِه ُ ل‬ ‫ ِه ل ل ُ ِه ل ِه ِه ل ُ ل ِه ل ُ ل ل‬
‫آِلولٱ‬ ‫لٱ لَّو ل‬
‫لٱ ٱ و‬ ‫لٱ ر ُسو ول لٱ لَّولٱ ُم ِهم ود لٱ ب و ون لٱ عبلٱ ود‬
‫لٱ لَع ل‬ ‫لٱ َّولٱ ثم لٱ للصَلة لٱ ٱللسَلم‬
‫لحملٱ د و‬
‫ِمۡسِب لٱ لَّولٱ ٱ لٱ‬
‫ل‬
‫لٱ ٱ لمنلٱ لٱ لٱ ُلٱ‬
.‫اِل‬ ‫لٱ لصحلٱ بهو ل‬
‫و‬
Modul yang ada di tangan Anda merupakan modul Daurah Majelis
Samâ’ dan Pengijazahan Dua Matn Tajwid: Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah dan
Tuhfatul Athfâl. Selain berisi matn dan jalur periwayatan untuk kedua kitab
tersebut, kami juga telah melengkapinya dengan pembahasan Sanad dan
Periwayatan untuk menambah wawasan dan meluruskan beberapa
pemahaman terkait dengan hal tersebut, sehingga kita bisa memahami
permasalahan ini secara tepat dan proporsional.
Semoga modul ini bisa bermanfaat, baik bagi penyusunnya, juga bagi
orang-orang yang membaca dan mempelajarinya, baik dalam kehidupan di
dunia maupun di akhirat kelak. Semoga Allâh  senantiasa memberikan
kepada kita keberkahan dan kemudahan dalam menuntut ilmu dan
mengamalkan ilmu yang telah kita dapatkan. Âmîn.

Depok, November 2020

Rd. Muhammad Laili Al-Fadhli

3
Muhammad Laili Al-Fadhli

SANAD DAN PERIWAYATAN


Pengertian Sanad
Sanad secara bahasa artinya sandaran yang dapat dipercaya atau
bukti. Sedangkan menurut istilah, sanad adalah rantai yang
menghubungkan pembawa berita (rawi/ periwâyah) dari sebuah matn atau
teks (lafazh) kepada pembicara (bila berupa perkataan) atau penulisnya (bila
berupa tulisan).
Teks atau lafazh yang dibawa atau diriwayatkan oleh perawi disebut
khabar (berita) atau matn. Jadi, matn adalah sesuatu yang kepadanya
berakhir sanad.1 Matn dapat berupa kitab, seperti Al-Qurân, kitab-kitab
hadits, aqidah, atau fiqih. Dapat juga berupa syair, seperti manzhumah
ilmiyah2 yang disusun oleh para Ulama. Dapat juga berupa matn-matn hadits
(sebuah hadits) yang memiliki kesamaan sifat dalam meriwayatkannya
(disebut dengan istilah hadits musalsal).

Fungsi Sanad dan Periwayatan


1) Salah Satu Pintu Gerbang Ilmu
Asy-Syaikh ‘Abdul Muhsîn bin Hammâd Al-‘Abbâd Al-Badr menukil
dalam Dirâsah Hadîts bahwa Az-Zamakhsyariy mengatakan:
ُ
‫لٱ للر لٱايلةلٱ‬‫اِن‬ ‫وين ٌةلٱ أل لح ُدلٱ بل ل‬
‫ابي لهالٱ لدل لورايل ُة ل‬
‫لٱ ٱلثلل‬ ‫لٱ مد ل‬
‫للعول ُم ل‬
‫و و‬
“Ilmu itu seperti kota yang memiliki dua pintu. Pintu yang pertama adalah
dirayah dan yang kedua adalah riwayah.”
2) Penjagaan terhadap Lafazh dari Sebuah Matn/ Khabar
Riwayah adalah proses penjagaan terhadap lafazh dari sebuah matn
dengan meneliti jalur-jalur periwayatannya, sanadnya, dan keadaan para

1
Lih. Ust. Abû ‘Abdillâh Rikrik Aulia Rahman. Al-Muqaddimah (hal. 6).
2
Kitab yang disusun dalam bentuk syair

4
Matn Manzhûmah Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah

perawinya. Sedangkan dirayah adalah penggalian makna dan tafsir atas


matn yang diriwayatkan oleh seorang perawi.
3) Keberkahan (Lil-Barakah)
Menjaga sanad dan periwayatan adalah bagian dari mencari
keberkahan ilmu. Sedangkan pintu keberkahan ilmu yang paling terbuka
lebar adalah dari keridhaan sang guru. Bila kita ingin mendapatkan
keberkahan dari sebuah kitab, darimana kita mencarinya? Tentu kita cari
ridha dari penyusunnya. Bila penyusunnya telah tiada? Maka tentu kita
mencari orang yang telah mendapatkan izin (ijâzah) dari penyusunnya.
Ijâzah untuk membacanya, membacakan, mempelajarinya, dan
meriwayatkannya. Dari sinilah kemudian para Ulama mengambil kesimpulan
urgensi mempertahankan sanad dan periwayatan.
4) Menjaga Cara Baca Dan Variasi Qirââtnya (Sanad Al-Qurân)
Terkhusus sanad dan periwayatan Al-Qurân, maka salah satu
urgensinya adalah menjaga cara membaca lafazh (ayat-ayat Al-Qurân) sesuai
dengan kaidah-kaidah yang telah disepakati para Ulama Ahli Qiraah dan
Tajwid, sehingga yang terjaga dari Al-Qurân bukan sekadar lafazh dan
maknanya, melainkan juga cara membacanya. Tentu saja ini juga akan
membuka pintu-pintu keberkahan dari langit, karena sesungguhnya
Rasûlullâh  pernah bersabda,
‫ ِه ِه ل ُ ُّ ل ُ ل ل ل ل ُ ُ ل ل ُ ل‬
‫نزللٱ‬
‫إونلٱ لَّلٱ ُيوبلٱ أنلٱ يقرألٱ هذالٱ للقرآنلٱ كمالٱ أ و‬
“Sesungguhnya Allâh mencintai Al-Qurân ini dibaca sebagaimana ketika ia
pertama kali diturunkan.” [HR. Ibn Khuzaymah]
5) Sunnah para Ulama Salaf dan Khalaf
Begitu banyak riwâyah yang sampai kepada kita bagaimana para
ulama mencari sanad dan mencari jalur-jalur periwayatan. Bahkan, hal
tersebut telah menjadi tradisi di kalangan para penuntut ilmu saat itu.
Dalam Modul Daurah Riwâyah Fiqih Syafi’i Bersanad, juga dalam buku
Apa Faidah Menjaga Sanad di Zaman Sekarang, dan Al-Muqaddimah Panduan
Sebelum Mewarisi Sanad Ilmiah terhimpun beberapa perkataan dan kisah para
ulama yang sangat berkaitan dengan hal ini. Di antaranya yang paling
fenomenal adalah kisah Al-Hajjâr Ibn Syihnah.

5
Muhammad Laili Al-Fadhli

Diriwayatkan bahwa pada sampai abad pertengahan (kurun 700-an


hijriyyah), periwâyah shahih Al-Bukhâri yang memiliki sama’ muttashil rata-
rata diperantarai 6 atau 7 orang sampai ke Al-Imâm Al-Bukhâri. Sebagian Ahli
Hadits kemudian menemukan ada satu orang yang bernama Ahmad bin Abî
Thâlib Al-Hajjâr Ibn Syihnah yang antara beliau dengan Al-Imâm Al-Bukhâriy
hanya diperantarai oleh 5 perawi saja. Maka, para Ahli Hadits berbondong-
bondong mendatangi beliau untuk mendapatkan as-samâ’ dengan sanad ‘âlî.
Al-Imâm Adz-Dzahabiy mengatakan: “Setelah Al-Hajjâr mulai dikenal,
maka banyak orang berdatangan untuk mendengarkan hadits (Shahîh Al-Bukhâri)
dari beliau. Selama rentang waktu 720-726 H., beliau sudah meriwayatkan
Shahîh Al-Bukhâri lebih dari 60 kali.” Adz-Dzahabiy melanjutkan: “Kadang aku
menyimak hadits yang dibacakan beliau dari pagi hingga waktu maghrib tiba.”
Ibn Katsîr juga menceritakan kisah yang sama: “Al-Hajjâr yang dikenal
dengan julukan Ibn Syahnah. Beliau mendengar Shahîh Al-Bukhâriy dari Ibnuz
Zabidiy pada tahun 630 H. Kemudian Ahli Hadits mendengar berita tersebut dan
merasa senang sehingga mereka berdatangan kepada beliau untuk menyimak
atau membacakan Shahîh Al-Bukhâriy.”
Ibn Hajar Al-Asqâlaniy mengatakan: “Al-Hajjar telah memperdengarkan
Shahîh Al-Bukhâri sebanyak 70 kali. Para huffazh, ahli hadits, dan ulama dari
berbagai penjuru dunia mendatangi beliau dari tahun 717 H., sampai beliau
wafat.”
Asy-Syaikh ‘Ubayd mengatakan: “Seluruh ulama dari penjuru dunia
mendatangi Al-Hajjâr. Bahkan bukan hanya untuk membaca atau menyimak apa
yang telah beliau dengar semata. Melainkan juga untuk membacakan seluruh
ijâzah yang telah beliau dapatkan. Di antara ulama yang membaca kepada beliau
adalah Asy-Syaikhul Islam Ibn Taymiyyah, Abul Hajjâj Al-Mizziy, Adz-Dzahabi, Ibn
Katsîr, Al-‘Alâ’i, Abû Ishâq At-Tanûkhiy, Ibn Qudâmah, dan selainnya.”
6) Menjaga Sifat dan Karakter Perawi yang Shahih
Seorang perawi memiliki karakter tertentu yang mesti dijaga sebagai
sebuah syarat diterimanya periwayatan, sehingga dengan itu ia senantiasa
dekat Allâh . Apabila ia tidak bisa menjaga karakter dan sifat-sifat tersebut,
maka secara otomatis ia akan di-jarh (dinilai negatif dan tidak bisa diambil
periwayatannya). Karenanya, menjadi seorang perawi artinya siap menjaga

6
Matn Manzhûmah Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah

diri dari sifat-sifat yang buruk yang dapat mengakibatkan periwayatannya


ditolak.
7) Menjadi Pemicu untuk Memperdalam Sisi Dirâyah
Menurut kebanyakan ulama, seorang perawi memang tidak dituntut
untuk benar-benar memahami dan menguasai apa yang diriwayatkannya.
Namun, apabila ia memahami dan menguasai apa yang diriwayatkannya, hal
tersebut menjadi nilai plus baginya. Bahkan, sebagian ulama menjadikan
pemahaman terhadap apa yang diriwayatkan sebagai syarat diterimanya
periwayatan.

Sifat dan Karakter Perawi yang Diterima Riwâyahnya


Sebuah riwâyah akan dinilai sah dan diterima apabila memenuhi lima
syarat sanad yang shahih (lih. Dr. Luqmân Al-Hakîm Al-Azhariy dalam Imdâdul
Mughîts hal. 28-35): ittishâlus sanad (tersambungnya sanad), ‘adâlatur râwî
(perawi yang adil), dhabthur râwî (perawi yang bisa menjaga), tidak ada syâdz
(pertentangan), dan tidak ada cacat. Dari syarat-syarat tersebut, syarat yang
berkaitan dengan perawi ada dua: ‘adâlatur râwî (perawi yang adil) dan
dhabthur râwî (perawi yang bisa menjaga).
َّ َُ َ َ
1) ‘Adâlatur Râwî (‫اوي‬
ِ ‫)عدالة ٱلر‬
Maksud dari ‘adâlatur râwî adalah selamatnya seorang perawi dari
sifat fasik (at-taqwâ) dan al-murû`ah. Beberapa sifat yang wajib dimiliki
perawi yang adil adalah:
1. Islam,
2. Baligh,
3. Berakal,
4. Bertakwa,
5. Al-Murû`ah.
Al-Murû`ah artinya bisa menjaga diri dari perbuatan yang dinilai
tercela berdasarkan adat istiadat setempat, selama adat tersebut tidak
bertentangan dengan syariat.
Siapa saja yang kehilangan sifat di atas walau hanya salah satunya,
maka seluruh riwâyahnya akan dinilai lemah dan tidak diterima.

7
Muhammad Laili Al-Fadhli

ّ َ
ُۡ
2) Dhabthur Râwî (‫اوي‬
ِ ‫)ضبط ٱلر‬
Adh-Dhabt artinya bisa menjaga riwâyah dari kekeliruan, baik yang
disebabkan oleh kelalaian, lupa, atau keraguan pada saat at-tahammul wal
adâ. Maka, setiap perawi mesti memiliki karakter:
1. Mampu menghafal dan menjaga setiap periwayatan dengan baik,
2. Mampu menjaga teks riwâyah apabila ia tidak menghafalnya dengan
kuat,
3. Mengetahui perubahan lafazh dan makna apabila ia meriwayatkan
dengan makna.

Adh-Dhabth terbagi menjadi dua:


1. Dhabhtu Shadr: perawi yang menghafal berbagai periwayatannya
dengan kuat. Perawi jenis ini juga terbagi menjadi dua:
a. Dhabthu Tâm: perawi yang memiliki hafalan yang sangat kuat dan
sempurna, tidak ada kecacatan dan riwâyahnya tidak
bertentangan dengan perawi lain yang sama derajat
kepercayaannya. Riwâyah yang dibawanya disebut shahîh
lidzâtihi.
b. Dhabthu Ghayri Tâm: perawi yang hafalannya kuat namun tidak
sekuat perawi pertama. Penilaian para ulama terhadapnya
kadang berbeda, sebagian menilai dhabith dan sebagian lain
menilai tidak. Periwayatan dari perawi jenis ini dapat menjadi
shahîh lighayrihi atau hasan lidzâtihi.
2. Dhabthu Kitâb: perawi yang mampu menjaga kitab yang berisi
periwayatannya dan mampu mengoreksinya apabila terjadi
kekeliruan.

Beberapa Cara Meriwayatkan dan Menerima


ََۡ َ ُ
Periwayatan (ِ ‫) ُط ُرق ٱتلَّح ُّم ِل َوٱلاَدا‬
At-Tahammul artinya seorang murid mengambil riwâyah dari gurunya,
sedangkan al-adâ artinya seorang guru meriwayatkan sesuatu kepada
muridnya. Cara yang merupakan asas dari periwayatan, baik at-tahammul
atau al-adâ adalah: as-samâ’ dan al-qirâ`ah (al-‘ardh). Sedangkan cara selain

8
Matn Manzhûmah Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah

kedua cara tersebut, merupakan cara yang digunakan untuk menggantikan


kedua cara tersebut apabila tidak bisa dilakukan.
َ َّ
1) As-Samâ’ (‫)ٱلسماع‬
Secara bahasa, as-sama’ artinya mendengar atau menyimak. Yakni
seseorang mengambil riwâyah dari perkataan guru, baik dengan cara al-imlâ
(dikte), atau at-tadhîts (percakapan untuk menyampaikan hadits), atau al-
mudzâkarah (diskusi). Sama saja apakah guru tersebut menyampaikan dari
hafalannya atau dari kitabnya.
ُ ۡ
2) Al-Qirâah (‫)ٱل ِق َرا َة‬
Secara bahasa, al-qirâah bermakna mengumpulkan atau membaca.
Yakni mengambil riwâyah dari guru melalui bacaan murid kepada gurunya, atau
melalui bacaan orang lain kepada gurunya dan ia menyimaknya. Sama saja
apakah bacaan tersebut dibacakan dengan hafalan atau dari kitab.
َۡ
3) Al-‘Ardh (‫ۡرض‬
‫)ٱلع‬
Secara bahasa, al-‘ardh bermakna menyodorkan atau menampakkan.
Yakni membaca kepada seorang muhaddits (perawi), sambil mencocokkannya
dengan naskah asli. Istilah al-‘ardh ini awal-awal digunakan dalam setoran
bacaan Al-Qurân dari seorang Qâri kepada seorang Muqri`. Kemudian istilah
ini juga digunakan oleh para ahli hadits dan periwayatan selain Al-Qurân.
Ketiga cara di atas merupakan cara yang disepakati oleh para ulama.
Adapun apabila seseorang tidak bisa melakukan salah satunya, maka ia bisa
tetap tersambung sanadnya dengan beberapa cara yang lain, di antaranya:
َُ َ ۡ
4) Al-Ijâzah (‫)ٱۡلجازة‬
Secara bahasa, al-ijâzah bermakna membolehkan sesuatu atau
mengizinkan. Maksud dari al-ijâzah adalah izin dalam meriwayatkan, baik secara
lafazh ataupun tulisan yang dapat memberikan faidah berupa kabar secara global
sesuai dengan ‘urf-nya. Al-Ijâzah (izin) untuk meriwayatkan ini diberikan dari
seorang guru kepada muridnya disebabkan muridnya tidak sempurna dalam
as-samâ’ atau al-‘ardh. Atau bahkan muridnya ini tidak mengamalkan as-
samâ’ dan/ atau al-‘ardh sama sekali. Sehingga agar periwayatan ini tetap sah
diriwayatkan kepada orang lain, maka gurunya memberikan ijâzah.

9
Muhammad Laili Al-Fadhli

Ijâzah dalam ilmu riwâyah sendiri bervariasi bentuknya, di antaranya:


1. Al-Ijâzah yang diberikan seseorang untuk orang tertentu dalam
riwâyah tertentu (Al-Ijâzah Al-Khâshshah),
2. Al-Ijâzah yang yang diberikan seseorang untuk orang tertentu dalam
riwâyah yang tidak ditentukan (al-ijâzah al-muthlaqah). Kebanyakan
ulama mengakui keabsahan ijâzah ini dengan syarat muridnya telah
memastikan periwayatan gurunya,
3. Al-Ijâzah yang diberikan kepada orang yang belum ditentukan (al-
ijâzah al-‘âmmah). Dalam hal ini terbagi menjadi dua:
a) Ijâzah ‘âmmah secara mutlak, seperti orang yang berkata “Aku
telah mengijâzahkan seluruh kaum muslimin”, atau “Aku telah
mengijâzahkan seluruh orang yang hidup pada masaku”. Para ulama
berbeda pendapat mengenai keabsahan ijâzah ini. Maka siapa
saja yang berkeyakinan shahihnya ijâzah ini hendaknya ia
memperhatikan beberapa hal: (1) Tidak mencari dan
mengamalkannya kecuali darurat, (2) Wajib menjelaskannya
pada saat majlîsul adâ, (3) Memastikan bahwa jalur periwayatan
yang ia teliti tersusun dari para ulama yang memandang sahnya
ijâzah ini.
b) Ijâzah ‘âmmah secara muqayyad, seperti perkataan seseorang,
“Aku telah mengijâzahkan seluruh penuntut ilmu di madrasah A”,
atau “Aku telah mengijâzahkan seluruh anak-anakmu yang lahir
pada saat aku masih hidup”, dan sebagainya. Apabila lafazhnya
lebih dekat kepada ijâzah mutlak, maka hukumnya sama dengan
ijâzah mutlak. Namun, apabila lafazhnya lebih dekat kepada
ijâzah khusus yang ditentukan penerima ijâzahnya dengan jelas,
maka mayoritas ulama menerima keabsahan jenis ijâzah ini.

Catatan:
As-Samâ’, Al-‘Ardh, Al-Qirâah, atau Al-Ijâzah yang dilakukan melalui
sambungan tekepon atau internet, hukumnya sah berdasarkan kesepakatan
para ulama ahli riwâyah, selama diyakini kepastian person yang
meriwayatkannya dan jelas keberadaannya.

10
Matn Manzhûmah Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah

َ ‫)ٱلمن‬ َُ َُۡ
5) Al-Munâwalah (‫اولة‬
Secara bahasa, al-munâwalah artinya memberikan atau menyampaikan.
Yakni seorang guru memberikan sebuah kitab yang berisi periwayatannya kepada
muridnya, setelah kitab tersebut diteliti dan dipastikan keshahihannya, disertai
izin untuk meriwayatkannya, baik izin tersebut disampaikan secara tersurat
ataupun tersirat. Apabila izin tersebut disampaikan secara tersurat, maka
kedudukannya sama dengan ijâzah, bahkan menurut sebagian ulama lebih
tinggi dari ijâzah yang tidak diiringi munâwalah.
Termasuk munâwalah adalah apabila seseorang mendapatkan buku
secara langsung dari penulisnya, baik itu dengan jalan mendapatkan hadiah,
atau dengan membelinya. Bahkan terkadang sebuah buku telah dibubuhi
tanda tangan dan stempel penulisnya. Walaupu tanpa lafazh ijâzah, maka
telah maklum bagi kita bahwa buku tersebut dicetak untuk disebarkan.3
ََُ َ ۡ
6) Al-Mukâtabah (‫)ٱلمَكتبة‬
Secara bahasa bermakna mengumpulkan atau menyusun sesuatu.
“Seorang guru – atau orang yang dipercaya olehnya dan berdasarkan
perintahnya – menulis sebagian hadits yang diriwayatkannya untuk diberikan
kepada muridnya (yang tidak hadir) sambil disertai izin untuk meriwayatkannya,
baik izin tersebut disampaikan secara tersurat ataupun tersirat. Status
hukumnya sama dengan munâwalah.
Termasuk dalam kategori mukâtabah adalah apabila seseorang
mendapatkan hadiah atau membeli kitab dari tangan penulisnya dan ia
mendapatkannya melalui perantara ekspedisi, walaupun tanpa ijâzah.4
7) Beberapa Cara Lain dalam At-Tahammul wal-Adâ
Selain beberapa cara yang telah disebutkan di atas, terdapat
beberapa cara lain yang dikenal dalam periwayatan. Namun, para ulama
tidak menerima keabsahan jenis-jenis periwayatan tersebut. Artinya, sanad
dinyatakan tidak tersambung melalui cara-cara ini.

3
Lih. Ustadz Rikrik Abû Abdillâh As-Surianji, Al-Muqaddimah (hlm. 116).
4
Ibid (hlm. 120).

11
Muhammad Laili Al-Fadhli

1. Al-I’lâm, yaitu penjelasan dan pemberitahuan yang disampaikan oleh


seorang guru kepada muridnya mengenai apa-apa saja yang sah dari
riwâyah yang dimilikinya, tanpa adanya izin untuk meriwayatkannya.
2. Al-Washiyyah, yaitu seorang perawi memberikan wasiat kepada
seseorang untuk menyampaikan sebuah kitab atau periwayatan
kepada orang tertentu.
3. Al-Wijâdah, yaitu seorang murid yang menyandarkan sebuah hadits
atau periwayatkan kepada seorang penyusun kitab dari sebuah kitab
yang dibacanya. Baik penyusunnya hidup sezaman dengannya atau
tidak. Para ulama sepakat bahwa al-wijâdah tidak termasuk
periwayatan, melainkan termasuk ke dalam penukilan.
Termasuk ke dalam al-wijâdah adalah rekaman dari majlis-majlis
sama’, baik berupa rekaman audio, video, atau transkrip majlis yang banyak
tersebar di internet. Maka, periwayatan yang disandarkan kepada rekaman
tidak sah menurut kesepakatan para ulama.

ۡ َُ َ ۡ
ُۡ
Al-Ijâzah dalam Al-Qurân (‫آن‬
ِ ‫ٱۡلجازة ِ ي ٱلقر‬
ِ )
Dalam konteks Al-Qurân atau ilmu qirâât, maka ijâzah selain
berfungsi sebagai izin untuk menjaga dan meriwayatkan lafazh-lafazh Al-
Qurân sebagaimana pada hadits, juga berfungsi sebagai at-tazkiyah
(rekomendasi) dan asy-syahâdah (kesaksaian) seorang Syaikh atas muridnya.
Seorang Syaikh tidak akan memberikan ijâzah Al-Qurân kepada muridnya
kecuali ia telah yakin bahwa muridnya ini bisa melafazhkan ayat-ayat Al-
Qurân dengan tepat sesuai dengan kaidah dan standar ilmu tajwid. Jadi,
dalam ijâzah Al-Qurân terdapat dua fungsi penjagaan: pertama, fungsi
periwayatan dalam menjaga lafazh-lafazh Al-Qurân (dari sisi tulisan/ rasm
dan makna). Kedua, fungsi pengakuan atas keahlian dalam menjaga cara
membaca lafazh-lafazh tersebut (dari sisi qirâah dan tajwid).
Jenis-Jenis Ijâzah Al-Qurân
Di kalangan para ulama ahli qirâât, dikenal dua jenis ijâzah dalam Al-
Qurân. Pertama, al-ijâzah fil qirâah. Ijâzah ini adalah ijâzah diberikan seorang
Syaikh kepada muridnya karena muridnya telah mengamalkan salah satu
atau beberapa cara tahammul (cara-cara meriwayatkan) yang sah dengan
bacaan yang baik, namun masih memiliki kekurangan dari sisi pendalaman

12
Matn Manzhûmah Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah

teoritis (ilmu tajwid atau qirâât), atau belum memenuhi syarat-syarat khusus
yang ditentukan oleh Syaikhnya. Maka Syaikhnya memberikan ijâzah qirâah
(izin untuk membaca Al-Qurân di depan umum) tanpa iqrâ (menerima
bacaan (mengajar) atau meriwayatkan).
Kedua, al-ijâzah fil-qirâah wal iqrâ`. Ijâzah ini adalah ijâzah diberikan
seorang Syaikh kepada muridnya setelah muridnya mengamalkan salah satu
atau beberapa cara tahammul yang sah dengan bacaan yang baik dan telah
teruji dari sisi pendalaman teoritisnya (ilmu tajwid atau qirâât), serta telah
memenuhi syarat-syarat khusus yang telah ditetapkan oleh Syaikhnya
seperti misalnya hafalan yang kuat, hafalan mutûn (kitab-kitab kecil) dalam
ilmu tajwid dan qirâât, memahami persoalan waqf dan ibtidâ (tata cara
berhenti dan memulai bacaan Al-Qurân), atau selainnya, dimana masing-
masing Syaikh terkadang memberikan syarat yang berbeda-beda.
Al-Ijâzah fil qirâah wal iqrâ artinya izin dari seorang Syaikh kepada
muridnya untuk membaca Al-Qurân di depan umum, membacakannya
(meriwayatkannya) kepada orang lain, atau menerima bacaan dari orang lain
(mengajarkan dan mengoreksi bacaannya). Dengan kata lain, ia telah resmi
menjadi salah seorang perawi dari Syaikhnya dan bisa mempertanggung-
jawabkan periwayatan bacaan Al-Qurân dengan sanad yang bersambung
kepada Rasûlullâh .

Cara Mendapatkan Ijâzah Al-Qurân


ُ ‫)لتلللق‬
1) At-Talqîn ( ‫يلٱ‬ ‫و‬
At-Talqîn artinya Syaikh (guru) membacakan Al-Qurân kepada
muridnya, kemudian muridnya mengulangi bacaan tersebut sambil
dikoreksi dari awal Al-Fâtihah sampai akhir An-Nâs. Dengan kata lain, at-talqîn
artinya menggabungkan as-samâ’ dengan al-‘ardh. Namun, cara ini sudah
jarang dilakukan pada zaman sekarang.
ُ
2) Al-‘Ardh ( ‫)لل لعرضلٱ‬
Yakni murid membacakan Al-Qurân secara sempurna dari awal Al-
Fâtihah sampai akhir An-Nâs kepada gurunya, baik bil ifrâd (satu riwâyah)
atau bil jam' (membaca dengan menggabungkan beberapa riwâyah atau
beberapa qirâât dalam satu bacaan).
Cara ini merupakan cara yang banyak diamalkan para ulama
kontemporer. Walaupun tidak ada syarat membacakannya dengan hafalan,

13
Muhammad Laili Al-Fadhli

namun yang lebih utama adalah membacanya dengan hafalan secara


sempurna, karena demikianlah asal ‘ardh Al-Qurân, sebagaimana
disampaikan para ulama. Hanya saja sebagian ulama qirâât menerima
setoran bacaan tanpa hafalan, selama memenuhi kaidah hukum-hukum
tajwid. Al-Imâm As-Suyûthiy dalam Al-Itqân Fî ‘Ulûmil Qurân mengatakan
bahwa hafalan bukanlah syarat mendapatkan ijâzah.
ُ ‫ ِه‬
3) As-Samâ’ ( ‫)للس لماعلٱ‬
Yaitu menyimak keseluruhan Al-Qurân dari Syaikhnya secara
sempurna dari awal Al-Fâtihah sampai akhir An-Nâs. Seorang murid
menyimak bacaan gurunya dari awal sampai akhir, tanpa mengulangi bacaan
tersebut. Apabila telah selesai dan gurunya yakin bahwa muridnya bisa
mempraktikkan bacaan dengan baik serta mengajarkannya, maka gurunya
memberikan ijâzah (izin) untuk membaca (fil qirâah) dan mengajarkan (wal
iqrâ).
Cara ini merupakan cara yang populer diamalkan para ulama
terdahulu. Dengan cara ini seorang murid bisa melihat dan menyimak
bagaimana cara membaca Al-Qurân yang tepat. Namun, cara ini kemudian
jarang digunakan lagi oleh para ulama qirâât disebabkan seorang murid yang
hanya menyimak belum tentu bisa mempraktikkan dengan baik bacaan yang
dibaca dan dicontohkan oleh gurunya.
ُ ‫)لِلختوبل‬
4) Alikhtibâr ( ‫ارلٱ‬ ‫و‬
Seorang guru menguji bacaan muridnya pada sebagian tempat Al-
Qurân, baik dari sisi ketepatan makhraj dan sifat huruf, hukum-hukum
tajwid, waqf dan ibtida, atau variasi qirâât. Bila lulus, maka gurunya
memberikan ijâzah (izin) untuk membaca (fil qiraah) dan mengajarkan (wal
iqra).
ُ ‫ل‬
5) Biba'dhil Qurân ( ‫رآنلٱ‬
‫)بوبع وضلٱ للق و‬
Seorang murid membaca sebagian surat atau ayat Al-Qurân,
kemudian gurunya memberikan ijâzah (izin) untuk membaca (fil qirâah) dan
mengajarkan (wal iqrâ) untuk seluruh Al-Qurân, bukan hanya ayat atau surat
yang dibacanya saja.
Termasuk kategori ini adalah apabila ada beberapa murid yang
membaca Al-Qurân secara munâwabah atau bit tanâwub (berkelompok
secara bergiliran). Setelah selesai membaca Al-Qurân secara bergiliran, maka

14
Matn Manzhûmah Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah

gurunya memberikan ijâzah (izin) untuk membaca (fil qirâah) dan


mengajarkan (wal iqrâ) seluruh Al-Qurân, bukan hanya surat atau ayat yang
dibacanya saja.
6) Al-Ijâzah ( ‫ازةُلٱ‬
‫ج ل‬‫)لإل ل‬
‫و‬
Seorang guru langsung memberikan ijâzah (izin) untuk membaca (fil
qirâah) dan mengajarkan (wal iqrâ), tanpa mendengar bacaan muridnya (al-
‘ardh), dan tanpa membacakan Al-Qurân kepada muridnya (as-samâ’). Hal ini
didasari atas pengetahuan dan keyakinan gurunya terhadap kemampuan
muridnya.
َ ّ
Peringatan (‫)ٱتل ِنبِيهات‬
Para ulama qirâât berbeda pendapat mengenai keshahihan ijâzah
untuk tiga nomor terakhir (al-ikhtibâr, biba’dhil qurân, dan al-ijâzah). Pendapat
pertama, sebagian ulama mengatakan shahih secara mutlak. Pendapat kedua,
sah dengan syarat penerima ijâzah (mujâz) telah menerima ijâzah
sebelumnya dengan salah satu dari tiga cara yang pertama (talqîn, al-‘ardh,
atau as-samâ’). Apabila mujâz menerima ijâzah dengan salah satu dari cara
ke-4 sampai ke-6, namun ia belum pernah mendapat ijâzah dengan salah
satu dari cara pertama sampai ke-3, maka ijâzahnya tidak sah, artinya tidak
bisa diriwayatkan kepada murid-muridnya. Dengan kata lain, sanadnya tidak
shahih.
Adapun bila sebelumnya ia telah mendapatkan ijâzah dengan salah
satu dari cara pertama sampai ke-3, maka ijâzahnya sah, dan boleh
diriwayatkan kepada murid-muridnya. Pendapat kedua ini yang sepertinya
dipegang oleh kebanyakan ulama Al-Qurân kontemporer. Wallâhu a'lam.
Kemudian, bagi seseorang yang belum pernah menerima ijâzah
dengan salah satu cara pertama sampai ke-3, atau belum pernah ber-talaqqiy
Al-Qurân kepada gurunya, apakah boleh ia langsung meminta ijâzah kepada
gurunya (langsung meminta cara ke-6), tanpa al-‘ardh, tanpa as-samâ’?
Menurut Al-Hamadzâniy: haram hukumnya meminta ijâzah tanpa
talaqqiy sama sekali.
Adapun Al-Imâm Ibnul Jazariy tawaqquf (tidak memberikan
komentar) akan hal ini. Namun, beliau mensyaratkan adanya kemampuan
dan kepakaran mujâz. Bila gurunya yakin muridnya memang ahli, mampu,

15
Muhammad Laili Al-Fadhli

dan memiliki kepakaran dalam Al-Qurân riwâyah tersebut, maka tidak apa-
apa memberikan ijâzah padanya.
Namun demikian, perbedaan pendapat ini berlaku untuk ijâzah yang
diberikan secara khusus (ijâzah khâshshah) dalam Al-Qurân. Apabila ijâzah
yang diberikan merupakan ijâzah ‘âmmah, maka kami belum menemukan
adanya perbedaan pendapat mengenai hal tersebut, karena yang kami
ketahui para ulama qirâât tidak meriwayatkan Al-Qurân melalui jalur ijâzah
‘âmmah. Wallâhu a’lam.
Bila seseorang telah memiliki ijâzah dengan salah satu cara di atas,
maka berusahalah untuk menaikkan kedudukan sanad tersebut dengan cara
mengamalkan tharîqatut tahammul wal adâ yang lebih tinggi kedudukannya.
Apabila telah mendapatkan sanad yang berkualitas kedudukan tharîqatut
tahammul wal adâ-nya, maka carilah sanad ‘âlî (sanad yang tinggi), yakni yang
jaraknya paling dekat dengan Nabi .
Adapun bila yang dituju bukan ijâzah atau sanad, melainkan
pemaparan dan penjelasan (dirayah), pemahaman dan pendalaman ilmu
tajwid atau qirâât misalnya, maka yang utama dijadikan bahan
pertimbangan bukanlah sanad atau jalur-jalur periwayatannya. Melainkan
kemahiran, kemampuan, dan pemahaman dalam persoalan tersebut. Seiring
berjalannya waktu, maka kita akan mendapatkan hasil yang bisa kita
timbang, apakah guru ini benar-benar memiliki kemampuan dalam hal
tersebut atau tidak.
Sebagian ulama mengatakan, bagi seseorang yang ingin mencari
tahu keadaan gurunya, boleh baginya duduk dalam majlis guru tersebut
selama beberapa waktu, kemudian ia berdiskusi dengan guru-guru
sebelumnya, lalu beristikharah, meminta petunjuk apakah gurunya ini adalah
orang yang tepat untuk mengajarkannya atau tidak.
Bila dalam waktu dua bulan ia belum menemukan ketenangan, maka
ia boleh mencari guru yang lain, atau bersabar atas sebagian kekurangan
yang ada pada guru tersebut. Karena tidak ada orang yang sempurna.
Sedangkan bila ia telah tenang dan nyaman dengan guru tersebut, maka
janganlah ia tinggalkan majlis gurunya sebelum ia menuntaskan pelajaran-
pelajaran yang diberikan gurunya dari awal sampai akhirnya.
Dari sini dapat kita simpulkan bahwa, terdapat cara pandang dan
pertimbangan yang berbeda saat kita ingin memasuki kota ilmu dari

16
Matn Manzhûmah Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah

gerbang riwâyah dengan gerbang dirâyah. Bila sejak awal perjalanan kita
diniatkan untuk mencari sanad atau meminta ijâzah (riwâyah), maka carilah
sanad yang tinggi dan berkualitas, terlepas bagaimana keadaan dan
kedalaman pemahaman guru tersebut, karena kadang atau bahkan
seringkali sanad yang tinggi tidak selalu berbanding lurus dengan luasnya
pengetahuan dan dalamnya pemahaman.
Adapun bila sejak awal ingin mencari pemaparan, penjelasan, dan
pendalaman materi (dirâyah), maka carilah guru yang memang ahli dalam
bidang ilmu tersebut, tanpa perlu melihat sanad dan periwayatannya. Karena
realitanya, mereka yang luas pengetahuannya serta dalam pemahamannya,
tidak mesti harus selalu memegang sanad yang tinggi. Bahkan, bisa jadi
tidak memiliki sanad dan jalur periwayatan sama sekali.
Baik yang pertama atau kedua tidaklah tercela. Kecuali mereka yang
selalu merasa puas dan akhirnya berhenti pada titik dimana seharusnya ia
baru memulai. Namun, bila kita ditaqdirkan dipertemukan dengan seorang
guru yang ahli dan sekaligus memegang sanad tinggi, maka jelas itu
merupakan rizki yang besar, yang mesti diambil manfaatnya sebanyak-
banyaknya.

Beberapa Lafazh yang Digunakan Saat Meriwayatkan


ََۡ ُ
(ِ ‫) ِصيَغ ٱلاَدا‬
Apabila seseorang mendengar riwâyah dari gurunya (as-samâ’), maka
lafazh yang digunakan pada saat meriwayatkan kembali adalah:
Shighah Rumus Arti
‫ل‬
‫لح ِهدث ونلٱ‬
Telah menyampaikan
-
kepadaku
‫ل‬ ‫ل ل‬
‫لح ِهدث لنا‬ ‫لٱ ث لنا‬,‫نا‬
Telah menyampaikan
kepada kami
‫عتلٱ‬ُ ‫لس وم‬
- Aku telah mendengar
‫ل ل‬
‫قال و لٱ‬
‫لٱ ل‬ - Telah berkata kepadaku
‫ل ل‬
‫أنلٱ ش لد و لٱ‬
Telah bersenandung
‫ِن‬
kepadaku

17
Muhammad Laili Al-Fadhli

Apabila seseorang membacakan riwâyah kepada gurunya (al-qirâah


atau al-‘ardh), maka lafazh yang digunakan pada saat meriwayatkan kembali
adalah:
Shighah Rumus Arti
‫ل لل ل‬ Telah mengabarkan
‫َب لٱ‬
‫ن‬ ‫أخلٱ‬ -
kepadaku
‫ل للل‬ ‫لل ل ل‬ Telah mengabarkan
‫َبنا‬ ‫أخلٱ‬ ‫لٱ أخنا لٱ‬,‫لٱ أنبا‬,‫لٱ أبنا‬,‫لٱ أخ‬,‫أنا‬
kepada kami
‫ل لً ل ل‬ Aku telah membaca
‫لٱ عليلٱ هو‬‫ق وراءة‬ -
kepadanya
‫ً ل ل للل ل‬ Telah dibacakan
‫لٱ ٱأنالٱ أسلٱ لم ُعلٱ‬ ‫ق لور ل‬
‫اءةلٱ عليلٱ هو‬ - kepadanya dan aku
mendengarnya
‫ل‬
‫ق لرألٱ ُتلٱ‬ - Aku telah membaca
‫ل ل ِه‬
‫تلق ُ لٱ‬
‫يت‬ - Aku telah ber-talaqqiy

Apabila seseorang mendapatkan riwâyah melalui ijâzah dari gurunya,


maka lafazh yang digunakan pada saat meriwayatkan kembali adalah:
Shighah Arti Keterangan
Di zaman muta`akhirin,
‫ل للل‬ Telah mengabarkan shighat ini lazim
‫نبأنا‬ ‫أ‬
kepada kami digunakan untuk ijâzah
saja

ً ‫ل للل ُ ل ل‬ Telah mengabarkan Biasanya digunakan


‫لٱ مشاف له لٱ ة‬‫أخلٱ َبنا‬ kepada kami secara untuk ijâzah secara
‫ لٱ‬musyâfahah lisan

ٌ ‫ل للل ُل‬
Fulan telah Biasanya digunakan
ً
‫كو للٱ ت لٱ ابل لٱ ة‬
‫نلٱ لٱ‬
‫َل لٱ‬
‫أخلٱ َبنالٱ لٱ ف لٱ‬ mengabarkan kepada untuk ijâzah secara
kami secara tertulis tertulis
Biasanya digunakan
ٌ ‫ل ل ل ل ِه ل ل‬ Fulan telah menulis
‫َل لٱ‬
‫ن‬ ‫للٱ لٱ ف لٱ‬
‫بلٱ لٱ إ و لٱ‬
‫ك لٱ ت لٱ‬
‫لٱ‬ untuk ijâzah secara
kepadaku
tertulis

18
Matn Manzhûmah Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah

ٌ ‫ل للل ُل‬
Fulan telah
‫ازًلٱ ة‬
‫ج للٱ‬
‫نلٱ لٱ إ و للٱ‬
‫َل لٱ‬
‫أخلٱ َبنالٱ لٱ ف لٱ‬ mengabarkan kepada -
kami secara ijâzah

Apabila seseorang mendapatkan riwâyah melalui munâwalah dari


gurunya, maka lafazh yang digunakan pada saat meriwayatkan kembali
adalah:
Shighah Arti Keterangan

ً‫ل للل ُل ٌ ُل لل‬ Fulan telah


‫اٱ لٱ ل لٱ ة‬
‫نلٱ لٱ م لٱ ن لٱ‬
‫َل لٱ‬
‫أخلٱ َبنالٱ لٱ ف لٱ‬ mengabarkan kepada -
kami secara munâwalah

ً ‫ل للل ُ ل ل‬
Telah mengabarkan
‫لٱ مشاف له لٱ ة‬‫أخلٱ َبنا‬ kepada kami secara -
‫ لٱ‬musyâfahah

Apabila seseorang mendapatkan riwâyah melalui mukâtabah dari


gurunya, maka lafazh yang digunakan pada saat meriwayatkan kembali
adalah:
Shighah Arti Keterangan

ً ‫ل للل ُل ٌ ُ ل ل‬ Fulan telah


‫ك لٱ ت للٱ بةلٱ‬
‫نلٱ لٱ م لٱ‬
‫َل لٱ‬
‫أخلٱ َبنالٱ لٱ ف لٱ‬ mengabarkan kepada -
kami secara mukâtabah

Al-Ijâzah dan Sanad Sebagai Syarat Mengajar


Di antara pertanyaan yang sering diajukan kepada kami adalah,
“Apakah al-ijâzah dan sanad merupakan syarat yang mutlak mesti dipenuhi
bagi seseorang untuk mengajar?”
Dengan memohon pertolongan Allâh  kami menjawab:
Apabila yang dimaksud bersanad adalah memiliki guru yang jelas
jalur periwayatannya, ahli di bidangnya, dan terpercaya ilmunya, maka jelas
setiap orang yang akan mengajar Al-Qurân wajib memilikinya. Bahkan, setiap
pelajar Al-Qurân harus berusaha mendapatkan guru yang memenuhi kriteria
tersebut.
Adapun apabila yang dimaksud bersanad adalah memiliki ijâzah
qirâah wal iqrâ, maka sesungguhnya para ulama sepakat bahwa ijâzah

19
Muhammad Laili Al-Fadhli

bukanlah syarat untuk mengajar. Siapapun yang yakin dirinya memiliki


keahlian, maka ia boleh bahkan wajib mengajar. Ijâzah diberikan dari
seorang guru kepada muridnya sesuai dengan apa yang dilihat guru
tersebut. Namun bukan berarti seseorang yang belum mendapatkan izin
resmi dari gurunya tidak boleh mengajar Al-Qurân sama sekali.
Seseorang yang belum mendapatkan ijâzah dari gurunya tetap boleh
mengajar. Bahkan, setiap orang wajib menyampaikan ilmu yang dimilikinya,
sebagaimana sabda Rasûlullâh :
ً ‫ل ُ ْ ل لل‬
‫لٱ ٱلولٱ آيلةلٱ‬‫بل وغوالٱ ع ون‬
“Sampaikanlah oleh kalian, dariku, walau satu ayat saja.” [HR. Al-
Bukhâriy]
Secara tidak langsung, siapa saja yang memiliki ilmu, walaupun
sedikit, telah mendapatkan ijâzah dari Nabi untuk mengajarkannya. Namun,
hendaknya setiap orang berhati-hati, untuk hanya menyampaikan apa yang
ia ketahui, dan hendaknya lisannya tidak melampaui pengetahuannya.
Setiap orang mesti memahami kapasitas dirinya sendiri. Sampai level mana
ia bisa mengajarkan ilmunya. Tidak menyembunyikan ilmu dan pengetahuan,
serta tidak memaksakan diri untuk mengajarkan apa yang ia tidak miliki
ilmunya.
Adapun maksud diadakannya ijâzah Al-Qurân adalah disebabkan
orang-orang awam tidak bisa melihat kemampuan dan ilmu seseorang,
sehingga membuat mereka bingung kepada siapa seharusnya mengambil
ilmu. Karenanya seorang Syaikh kemudian memberikan ijâzah yang berfungsi
sebagai sebuah rekomendasi bahwa ia memang bisa dan layak diambil
ilmunya berdasarkan penilaiannya tersebut.
Al-Imâm As-Suyûthiy dalam Al-Itqân Fî ‘Ulûmil Qurân (I/ 355) berkata,
‫ل ل ل ل ل‬ ‫ل ُ ل‬ ‫ل ل ُ ل ِه‬
‫إلفاة لٱ ة ولٱ ف لمنلٱ لٱ لعل للٱ وم لٱ مونلٱ لٱ‬ ‫ولقلٱ را ولٱ ء لٱ لٱ ٱل ولٱ‬ ‫از لٱ ل ِهتل لصدوي لٱ ل ولٱ‬ ‫ف لٱ لج لو ولٱ‬
‫شطلٱ لٱ و لٱ‬ ‫ي لٱ لٱ‬ ‫خ لٱ غ لٱ‬ ‫ون لٱ للشيلٱ ولٱ‬ ‫إلجازلٱ ة لٱ م لٱ‬ ‫ل ولٱ‬
‫لصدلٱ ُلٱ رلٱ ل ِه‬
‫ونلٱ للٱ ٱل ِه‬‫ل ُ ل‬ ُ ‫ل ُ ُ ل ل ٌ ل ل ل ل ل ِه ل‬ ‫ل ِه ل ل ل ل ُ ل ل‬ ‫ل‬
‫لٱ‬.‫وح‬ ‫لصال ُلٱ‬ ‫ل ِهٱل لٱ‬ ‫فلٱ ل لٱ‬ ‫لسل لٱ‬ ‫وكلٱ ل‬
‫لَعلٱ ذل لٱ‬
‫لٱ ٱ لٱ‬,‫ُيزلٱ لٱ هلٱ أح لٱ د‬ ‫و‬ ‫لٱ‬ ‫م‬
‫لٱ‬ ‫ل‬ ‫لٱ‬ ‫ِإَون‬
‫لٱ‬ ‫لٱ‬ ‫لٱ‬
‫وك‬ ‫ِللٱ ذل‬
‫ازلٱ لٱ‬
‫لهلٱ ل وي لٱ ةلٱ ج لٱ‬ ‫نفلٱ سو لٱ هولٱ ل لٱ‬
‫ل ل‬ ‫ل ً ل ل ل ِه ُ ُ ل‬ ُ ‫ل ل ل‬
‫ل‬
‫ون لٱ لعلٱ توقا ولٱ ة لٱ كولٱ ن وهالٱ‬ ‫اء لٱ م ولٱ‬ ُ ‫ل‬
‫لغلٱ بوي لٱ‬ ‫ لٱ خوَلفا لٱ ل وما لٱ يت لوهم لٱ ه لٱ ل لٱ‬,‫إلفلٱ لتا لٱ ءو‬ ‫إلقلٱ لرا لٱ ءو لٱ للٱ ٱل ولٱ‬
‫ف لٱ ل ولٱ‬ ‫ك لٱ عوللٱ ملٱ لٱ لٱ و لٱ‬ ‫ف لٱ ولٱ‬ ‫لٱكذل لٱ‬
‫وك لٱ و لٱ‬
ُ ‫يدلٱ‬ ُ ‫ل‬ ‫ل ل لُل ل‬ ‫ل ل ل ِه ل ِه ل ِه‬ ‫ل ل ل ِه ُ ل ل‬ ‫ ِه‬ ‫ل‬
ً
‫ِل لٱ يعلٱ لمها لٱ َغ وِلا لٱ منلٱ لٱ ي ور لٱ‬ ‫ص لٱ لٱ‬ ‫ن لٱ أهلٱ ل وي لٱ ة لٱ للشخلٱ و لٱ‬ ‫إلجازلٱ ة و لٱ ول لٱ‬ ‫لَع لٱ ل ولٱ‬ ‫اس لٱ لٱ‬ ‫ح لٱ لنل لٱ‬ ‫ لٱ ِإَون لما لٱ لصلٱ طل لٱ‬.‫ش ًطا‬ ‫لٱ‬

20
Matn Manzhûmah Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah

‫ل ل‬ ‫ل‬ ُ ‫ل ل ل‬ ‫ل‬ ُ ‫ل ل ل ُ ل ُ ل ل ل‬
‫لهلٱ ل ِهويةو لٱ قبلٱ لٱ‬
‫للٱ‬ ‫ث لٱ لع ولٱ‬
‫ن لٱ ل لٱ‬ ‫ لٱ للٱ ٱل لٱ‬,‫وك‬
‫ِللحلٱ لٱ‬ ‫ور لٱ لمقا وم وهملٱ لٱ عنلٱ لٱ ذل لٱ‬ ‫نووهوملٱ لٱ ل وق ُص ولٱ‬ ‫ي لٱ لٱ لٱ‬
‫ون لٱ لللٱ مبلٱ تدوئ و لٱ‬
‫لخلٱ لٱ ذ لٱ عنلٱ لٱ ه لٱ م لٱ‬
‫ل لٱ‬
‫ل‬ ‫خلٱ ل وللٱ ُم ل‬ ‫ل ل ُ ل ِه ل ل ل ِه‬ ‫ل ٌ ل ُ ل‬ ‫ل‬
.‫ازولٱ لٱ ب وٱلٱ لهلٱ ل ِهويةو‬
‫ج لٱ‬ ‫كٱلشهاة لٱ ة ولٱ م لٱ‬
‫ونلٱ للشيلٱ ولٱ‬ ‫إلجازلٱ ةلٱ لٱ‬ ‫تلٱ ل ولٱ‬
‫جعول ولٱ‬ ‫طلٱ ف‬
‫ش لٱ‬ ‫لخلٱ ولٱ ذلٱ لٱ‬ ‫ل لٱ‬
"Ijâzah dari seorang guru bukanlah syarat bolehnya mengajar Al-Qurân
dan menyebarkan ilmu. Siapapun yang mengetahui bahwa dirinya memiliki
kompetensi maka boleh baginya mengajar walaupun ia tidak mendapatkan ijâzah
dari siapapun. Demikianlah kebiasaan generasi pertama dari kalangan ulama
salaf yang shâlih. Demikian pula ketentuan ini berlaku untuk seluruh disiplin ilmu,
mengajarkan Al-Qurân, atau berfatwa. Hal ini berbeda dengan anggapan orang-
orang bodoh yang meyakini bahwa ijâzah merupakan syarat mengajar. Adapun
maksud diadakannya ijâzah tiada lain disebabkan kompetensi seseorang
umumnya tidak bisa diketahui oleh calon murid di kalangan pemula karena
kelemahan kemampuan mereka dalam meneliti hal tersebut. Padahal, meneliti
kompetensi seorang guru merupakan syarat sebelum mengambil ilmu darinya.
Akhirnya ijâzah dijadikan seperti syahâdah (sertifikasi) dari seorang Syaikh
terkait kompetensi orang yang diberi ijâzah.”
Namun demikian, bagi seseorang yang belum mendapatkan ijâzah,
maka ia belum bisa memberikan ijâzah kepada orang lain. Karenanya,
hendaklah ia mencari ijâzah Al-Qurân untuk menambah keyakinannya dalam
mengajar dan menambah kepercayaan bagi murid-muridnya, sekaligus
sebagai hilyah (penghias) atas kemantapan ilmunya.
Adapun bagi seseorang yang telah mendapatkan ijâzah, maka perlu
diperhatikan adab-adabnya, sebelum meng-ijâzah-kan kepada orang lain, di
antaranya:
1) Tidak memperjualbelikan al-ijâzah,
2) Menahan diri dari meriwayatkan apabila ada orang yang lebih ‘âliy
(tinggi) sanadnya di wilayah tersebut,
3) Menahan diri dari meriwayatkan apabila ada orang yang lebih senior
di wilayah tersebut, walaupun sanadnya setara (satu tingkat),
4) Kalaupun pada akhirnya mesti meriwayatkan, maka hendaknya
mengabarkan kepada murid-muridnya, keberadaan orang yang lebih
tinggi sanadnya atau yang lebih senior itu, sehingga murid-muridnya
terpacu untuk terus belajar dan tidak mencukupkan diri pada riwâyah
yang ada atau ijâzah yang diberikan.

21
Muhammad Laili Al-Fadhli

5) Hendaknya menjaga kejujuran dalam periwayatan, dengan


mengabarkan siapa gurunya dan bagaimana cara tahammul
(mengambil riwâyah) yang dahulu pernah dilakukannya. Hal ini
sebagai bentuk dari amanah ilmiah dan menjauhkan diri dari tadlîs
(penipuan terhadap riwâyah).
6) Hendaknya meneliti jalur-jalur periwayatan dan sanad yang ia
dapatkan, agar terhindar dari kekeliruan atau kekurangan atau
penambahan, dan menjaga jalur sanadnya tetap shahih.
7) Memenuhi syarat yang mu’tabar, berupa:5
a. Tatsabbut (cek dan ricek) perkataan atau lafazh yang tidak
dipahami atau belum diketahui ketepatan cara membacanya,
b. Berusaha menjaga periwayatan dari tahrîf (perubahan pada
harakat) atau tashhîf (perubahan pada huruf/ titik),
c. Selalu murâja’ah (mengulang pelajaran) dan bertanya kepada
para ‘ulama,
d. Apabila menemukan persoalan yang baru, maka mesti mencari
jawabannya dengan merujuk pendapat para ulama atau
menggunakan ushul yang telah ditetapkan para ulama,
e. Tidak tergesa-gesa dalam memberikan fatwa, kecuali setelah
benar-benar meneliti dengan mendalam permasalahan yang
diajukan,
f. Meneliti jalur-jalur periwayatan yang sampai kepadanya.

5
Ibid (hlm. 101-102).

22
Matn Manzhûmah Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah

SANAD KITAB TUHFATUL ATHFÂL


Walhamdulillâh, kami telah menerima ijâzah untuk Matn Tuhfatul
Athfâl dengan sanad kepada An-Nâzhim  dari beberapa guru kami secara
‘aradhan / Qirââtan: Asy-Syaikh Muhammad Yahya Jum’an Al-Yamaniy, Asy-
Syaikh Mahmoud Alu Zurainah Al-Mishriy, Al-Ustadz Rikrik Aulia Rahman As-
Surianjiy, dan Ajengan Muhammad Qudsi Al-Garutiy .
Kemudian kami juga mendapatkan riwayat secara as-samâ’ dari: Asy-
Syaikh Abdul Fattâh Madkûr Bayumi, Asy-Syaikh Muhammad Badawi, Asy-
Syaikh Kurayyim Râjih, Asy-Syaikh Muhammad Ath-Thawwâb, Asy-Syaikh
Ibrâhîm Al-Mu’allim, Asy-Syaikhah Tinâzhar An-Najûliy, dan beberapa
masyayikh lainnya .
Kami juga mendapatkan riwayat secara ijâzah khâshah dari Asy-Syaikh
Bahâeldin Soliman Rashad , setelah kami menamatkan pembacaan Al-
Quran kepada beliau untuk dua riwayat: Syu’bah dan Hafsh.
Melalui ijâzah ‘ammah, kami mendapatkan riwayat dari para
masyayikh dengan jumlah yang cukup banyak, di antaranya: Asy-Syaikh Ali
Muhammad Taufiq An-Nahhas, Asy-Syaikh Dr. Hasan Asy-Syâfi’iy, Asy-Syaikh
Dr. Rif’at Fawziy, Asy-Syaikh Muhammad Idrîs As-Sindiy, Asy-Syaikh Mu’tamad
Billah Jan bin Abdil Jalil bin Khaliullâh Al-Bakistaniy, Asy-Syaikh Dr. Al-Mahdi
bin Muhammad Al-Yamaniy, Asy-Syaikh Ghulamullâh Rahmatiy, Asy-Syaikh Dr.
Yusuf Al-Mar’asyliy, Asy-Syaikh Dr. Yahya Al-Ghoutsaniy, dan para masyayikh
lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu .
Menurut penelitian para pakar ilmu riwayah seperti Asy-Syaikh Hasan
Mushthafa Al-Warrâqiy , tidak ada ijâzah khusus dalam kitab ini kecuali
terputus pada Asy-Syaikh Al-Mutawalliy . Sehingga kebanyakan Ulama
hanya menetapkan sanadnya pada beliau, tidak meneruskannya ke atas.
Adapun melalui jalur Ahli hadits (ijâzah ‘ammah), maka ada sanad dari
beberapa jalur, di antaranya yang paling masyhur adalah dari Asy-Syaikh ‘Aliy

23
Muhammad Laili Al-Fadhli

Taufîq An-Nahhâs dari orangtua beliau dari Asy-Syaikh Muhammad Bakhit Al-
Muthî’iy, dari Asy-Syaikh Abdurrahmân Asy-Syirbîniy, Asy-Syaikh Hasan Ath-
Thawîl, dan Asy-Syaikh Muhammad Al-Basyûnî; ketiganya dari Asy-Syaikh
Ibrâhîm As-Saqâ.
Dan lebih tinggi satu tingkat Asy-Syaikh Muhammad Bakhît Al-
Muthi’iy meriwayatkan langsung dari Asy-Syaikh Ibrâhîm As-Saqâ (w. 1298),
dari Asy-Syaikh Nashr Al-Hûrîniy (w. 1291 H), dari Al-Imâm Sulaymân Al-
Jamzûriy .
Dengan ini kami ijâzahkan Ustadz/ah:

__________________________________
yang telah menyimak matn ini, untuk meriwayatkan manzhûmah
Tuhfâtul Athfâl ini kepada siapapun yang berhak dari kalangan para penuntut
ilmu.
Berikut silsilah sanad untuk sebagian jalur periwayatan kami:6

6
Hanya ditampilkan sebagian saja

24
‫‪Matn Manzhûmah Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah‬‬

‫اإلمام سليمان الجمزوري‬


‫الشيخ نصر الهوريني‬ ‫بسنده المعروف إلى‬

‫الشيخ إبراهيم السقا‬ ‫الشيخ محمد بن أحمد المتولي‬

‫الشيخ محمد بخيت المطيعي‬ ‫الشيخ عبد الرحمن الخطيب الشعار‬

‫نور الدين علي بن محمد الشهير‬


‫الشيخ محمد توفيق النحاس‬
‫بالضباع‬

‫الشيخ عبد الفتاح بن مدكور بن‬


‫الشيخ علي محمد توفيق النحاس‬
‫بيومي‬

‫أبو عزرا ليلي الفضلي بن زين العابدين بن محمد اإلندونيسي‬

‫‪25‬‬
‫‪Muhammad Laili Al-Fadhli‬‬

‫‪MATN KITAB TUHFATUL ATHFÂL‬‬

‫‪7‬‬ ‫الرمحَن َّ‬ ‫َّ‬


‫اَّللِ َّ‬
‫يم‬
‫ح ِ‬ ‫الر ِ‬ ‫ِ‬ ‫سم‬
‫بِ ِ‬
‫ل ل ُ ُ‬ ‫ل‬ ‫لُ‬ ‫اجلٱ لر ل‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫‪8‬‬ ‫لۡلم ُ‬
‫ووووزٱرو لٱ ‬ ‫ووووولٱ ل‬ ‫انلٱ ه للٱ ‬ ‫ووووليم لٱ ‬ ‫وووووروۦ ةٱ ًمووووالٱ ُس لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫ۡحوووووةولٱ للغفو‬ ‫وووووللٱ لر و لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫‪ 1‬لٱ ليقو‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ ِه‬ ‫ُل‬ ‫ً لل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ ِه‬ ‫ُ‬ ‫ل‬
‫لٱ ‬
‫ووووووووَل‬ ‫ِلولٱ ٱموووووووونلٱ ت‬ ‫لَع ُمموووووووودلٱ لٱ ٱالٱ ولٱ ‬ ‫َّولٱ مصوووووووول ويالٱ لٱ ‬ ‫وووووووودلٱ و لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫‪ 2‬لٱ لحم‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬

‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ ِه‬ ‫ُ‬ ‫ُ ل ل‬ ‫ل‬


‫‪9‬‬
‫ينلٱ ٱللمووووودٱةولٱ ۦ‬ ‫وووووونلٱ ٱلتلنووووووو ولٱ ‬ ‫ولٱ ‬ ‫ُّ‬ ‫ف‪:‬لٱ لنل‬ ‫و لٱ ‬ ‫وووملٱ ل ولم وريوووو ولٱ دۦ‬ ‫ُ‬ ‫ ِه‬
‫ووود‪:‬لٱ هوووذالٱ لنلظ لٱ ‬ ‫‪ 3‬لٱ لٱبع لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫‪ 4‬لٱ لسوووميت لٱ هلٱ بووووو]ُتفوووةولٱ للطفوووا ولٱ ل[ۦ عووونلٱ شوووي و‬ ‫ ِه‬
‫لٱ ‬

‫‪10‬‬
‫خنالٱ لل وموووي و ولٱ لٱ ذويلٱ للكموووا ولٱ لۦ‬
‫ل لٱ ل‬ ‫ل لٱ ‬
‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ل‬ ‫ ِه‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل ل ل‬ ‫ل‬ ‫ل ل ل ل ُّ ِه‬ ‫ُ‬


‫ووووووووللٱ ٱلثلوابوووووووا‬ ‫لٱ ‬ ‫ووووووورلٱ ٱللقب‬ ‫لٱ ‬ ‫وووعلٱ للطَلبووووا ٱللج‬ ‫‪ 5‬لٱ أرجوووولٱ بووووو لٱ هولٱ أنلٱ ينف لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ۡ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َّ َ‬ ‫ُّ‬ ‫ُ‬ ‫َ َ‬


‫لٱ ‬

‫‪11‬‬
‫ين لٱ ‬ ‫ون ٱلساك ِن ِة وٱتلن ِو ِ‬ ‫أحَكم ٱنل ِ‬ ‫لٱ ‬
‫ل‬ ‫ُ ل‬ ‫ينۦلٱ ألربل‬
‫و لٱ ‬
‫يوووون‬
‫ل‬
‫ووووع‪12‬لٱ أحووووك لٱ ‪,‬لٱ فخووووذلٱ لٱ تب وي‬
‫ل ُ‬
‫لٱ ‬ ‫وووونوو ولٱ ‬ ‫وووونلٱ إونلٱ تلسووو ُ نلٱ لٱل ولت ل‬ ‫ولٱ ‬ ‫‪ 6‬لٱ ل ُّولن‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ل لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل ُ ل ل ل‬ ‫ ِه ُ‬ ‫ل‬


‫ووللٱ أحو ُ‬
‫لٱ ‬

‫‪14‬‬ ‫‪13‬‬
‫ووور و لٱ ۦ‬
‫و‬ ‫و‬ ‫ع‬ ‫ت‬ ‫ل‬ ‫ف‬ ‫لٱ ‬‫وووت‬
‫لٱ ‬ ‫و‬ ‫وب‬ ‫ت‬ ‫ر‬ ‫لٱ ‬ ‫وووت‬
‫لٱ ‬ ‫و‬ ‫س‬
‫و‬ ‫لٱ ‬‫لٱ ‬
‫و‬ ‫ووو‬ ‫و‬ ‫ل‬ ‫ح‬ ‫ول‬ ‫ل‬ ‫ۦ‬ ‫لٱ ‬ ‫و‬ ‫وور‬ ‫لٱ ‬ ‫و‬ ‫ب‬ ‫ق‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫ووار‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ظ‬‫لإل‬
‫‪ 7‬لٱ فوووٱلٱ و‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫ل‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫لٱ ‬

‫‪7‬‬
‫‪Lafazh basmalah merupakan lafazh asli dari An-Nâzhim (lih. Fathul Aqfâl).‬‬
‫‪8‬‬
‫‪Huruf Ya dibaca sukun tanpa tasydid lidh-dharûrah (lih. Al-Ihkâm hlm. 153).‬‬
‫‪.‬ٱلل لمم ُدٱةولٱ ‪Pada sebagian naskah yang tercetak:‬‬
‫ل‬
‫‪9‬‬

‫‪, dengan menggunakan Mim fathah. Namun,‬لل لمي و ولٱ ‪Pada sebagian naskah tertulis:‬‬
‫‪10‬‬

‫‪menurut Dr. Asyraf Thal’at dalam tahqîq-nya menyatakan bahwa hal tersebut merupakan‬‬
‫‪kekeliruan, sebab nama tersebut dinisbatkan kepada sebuah daerah yang bernama Al-Mîh,‬‬
‫‪dengan Mim kasrah.‬‬
‫‪11‬‬
‫‪Pemenggalan setiap bab beserta judulnya asli dari An-Nâzhim (lih. Fathul Aqfâl).‬‬
‫‪12‬‬
‫‪Ta marbûthah dihapus lidh-dharûrah (lih. Al-Ihkâm hlm. 155).‬‬

‫‪26‬‬
‫‪Matn Manzhûmah Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah‬‬

‫ٌ ل‬ ‫ ِه ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ٌ ُ‬ ‫ل ٌ ل‬


‫ُلٱ ‬
‫وووواءۥ‬ ‫وووويلٱ خو‬ ‫لٱ ‬ ‫ووووملٱ غ‬ ‫ووووانلٱ ‪-‬لٱ ثو لٱ ‬ ‫و‬ ‫اءۥ ‪ُ -‬مه لمل لت‬ ‫وويلٱ لحوووو ُلٱ ‬ ‫اءلٱ ثوووو ِهلٱ ملٱ عو ٌلٱ ‬ ‫ووزلٱ ف لهوووو لٱ ‬ ‫‪ 8‬لٱ همو لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل ُ ل‬ ‫ل ‪16‬‬ ‫ل ُُ‬ ‫ ِه ل ل‬ ‫ٌ‬ ‫ل‬ ‫ ِه‬


‫لٱ ‬

‫‪15‬‬
‫وووون[ لٱ عونووود لٱ هملٱ لٱ قووودلٱ لٱ ثبتوووتلٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫فلٱ ]يرمل‬ ‫املٱ بوسوووتةلٱ لٱ أتووووتلٱ و لٱ ‬ ‫وووان ‪:‬لٱ إوةغوووو لٱ ‬ ‫‪ 9‬لٱ ٱلثل ولٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ ِه‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ٌ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ ِه‬ ‫ل‬
‫لٱ ‬

‫‪17‬‬
‫وووملٱ يووودغما فويوووو لٱ هولٱ بوغنووووةلٱ لٱ بوووووو]ينمووووو[لٱ عل ومووووا‬ ‫ان‪:‬لٱ ق وس لٱ ‬ ‫‪ 10‬لٱ لٱ لكونهوووالٱ ق وسوووم ولٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل ل‬ ‫ل‬ ‫ ِه‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ ِه ل ل‬
‫لٱ ‬

‫صوونوانلٱ [لٱ ت لٱ ‬
‫ووَل‬ ‫ووملٱ ] و‬ ‫َل لٱ توودغوملٱ لٱ كووو]ةنيووا[لٱ ث لٱ ‬ ‫كو لٱ مووووةلٱ لٱ لٱ فوووووو لٱ ‬ ‫ِللٱ إوذالٱ َكلٱ نووووالٱ بوولٱ ولٱ ‬ ‫‪ 11‬لٱ إ و لٱ ‬
‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ ِه ل ِه‬ ‫ ِه ُ‬ ‫ ِه‬ ‫ُ‬ ‫ٌ ل‬ ‫ل‬


‫وووووملٱ ك ور لرنوووووهلٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫للووووورالٱ ث‬ ‫فلٱ للوووووَل ولٱ ملٱ لٱ‬ ‫غ ِهنوووو لٱ ة و لٱ ‬ ‫وويلٱ لٱ ‬ ‫املٱ بوغو ولٱ ‬ ‫ان‪18:‬لٱ إوةغوووو لٱ ‬ ‫‪ 12‬لٱ لٱلثل ِهوووو ولٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ ِه‬ ‫ُ‬ ‫ً‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ ِه‬
‫ل‬ ‫‪ 13‬لٱ لٱ لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫وووووعلٱ ل وإلخفووووواءولٱ ۦ‬ ‫لٱ ‬ ‫ووودلٱ لِلوووا لٱ ءوۦ مويموووووالٱ بوغنوووووةلٱ لٱ م‬ ‫اإلقوووَل لٱ لٱ عون لٱ ‬ ‫ووثلٱ و‬
‫لثلال وو لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬

‫ٌ ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬


‫وووولۦ‬‫ولٱ ‬ ‫اض‬
‫ووووبلٱ ل ولف و‬ ‫لٱ ‬ ‫ج‬ ‫ُ‬
‫ووووونلٱ لحوووورٱ و لٱ لٱ ٱا و‬ ‫ُ‬ ‫ل‬
‫وولۦ م لٱ ‬ ‫فاض ولٱ ‬ ‫ونوودلٱ لل و‬ ‫وواءلٱ ع لٱ ‬ ‫ُ‬
‫لإلخف لٱ ‬ ‫ووع‪:‬لٱ و‬ ‫‪ 14‬لٱ لٱللراب و لٱ ‬ ‫ ِه‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ ِه‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫‪ 19‬ل ل‬ ‫ل ُل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫لٱ ‬

‫ووتلٱ قووودلٱ لٱ ضووومنتها‪:‬‬ ‫ووم لٱ هوووذالٱ لِليو ولٱ ‬ ‫فلٱ ِكو و ولٱ ‬ ‫فلٱ َخسووةلٱ لٱ مووونلٱ لٱ بعوو ولٱ دلٱ عشووورلٱ لٱ رمزهووا و لٱ ‬ ‫‪ 15‬لٱ و لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ ل ‪ 21‬ل‬ ‫ً‬ ‫ل‬ ‫صلٱ قلودلٱ لٱ لسو للٱ ما ُ‬ ‫ٌ‬ ‫ل ل ل ‪ 20‬ل ل ل ل‬
‫لٱ ‬

‫فلٱ توووو لٱ لٱ ضووووعلٱ لٱ ظال ومووووا‬ ‫ةملٱ لٱ طيوبووووالٱ زوةلٱ لٱ و لٱ ‬ ‫اةلٱ شخ لٱ ‬ ‫صفلٱ لٱ ذالٱ ثنا لٱ كملٱ لٱ ج لٱ ‬ ‫‪ 16‬لٱ و‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ۡ ُ َ َّ َ َ‬ ‫َ‬ ‫ُّ‬ ‫ُ‬ ‫ۡ‬ ‫ُ‬


‫لٱ ‬

‫ي لٱ ‬ ‫ون وٱل ِمي ِم ٱلمشداَدت ِ‬ ‫حكم ٱنل ِ‬ ‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫لُكلٱ لحووووور ل لٱ لٱ ُغ ِهنوووووةلٱ لٱ بل‬ ‫ًُ‬ ‫ل‬ ‫ً ُ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫ووووودا‬ ‫وووووملٱ لٱ ‬ ‫ولٱ ‬ ‫ويموووالٱ ثوووو ِهلٱ ملٱ نووووونالٱ شوووودوةا لٱ لس‬ ‫وونلٱ م ً‬ ‫‪ 17‬لٱ لٱغو ِهلٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫لٱ ‬

‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬

‫ل‬
‫للح ُر و لٱ ‪Pada sebagian naskah menggunakan Lam Ta’rîf:‬‬
‫‪13‬‬

‫‪14‬‬
‫‪Menurut Al-‘Allâmah Adh-Dhabbâ’ asalnya menggunakan Ta marbûthah, di-hadzf lidh-‬‬
‫‪dharûrah. Kemudian menurut Asy-Syaikh Ayman Suwayd dan Dr. Asyraf Thal’at, bisa dibaca‬‬
‫‪dengan kasrah.‬‬
‫‪15‬‬
‫‪Huruf Ya di-hadzf wujûban lil-wazn.‬‬
‫‪16‬‬
‫‪Sebagian ulama membolehkan membacanya dengan Mim fathah dan Mim kasrah.‬‬
‫‪Namun, menurut Asy-Syaikh Al-Mâthîriy hal tersebut merupakan kekeliruan (Lih. Al-Ihkâm‬‬
‫‪hlm. 156).‬‬
‫‪17‬‬
‫‪Alif tersebut merupakan Alif Tatsniyyah (Lih. Minhatu Dzil Jalâl).‬‬
‫‪18‬‬
‫‪Huruf Ya di-hadzf wujûban lil-wazn.‬‬
‫‪19‬‬
‫‪Bisa dibaca dengan Kaf fathah atau kasrah (lih. Minhâtu Dzil Jalâl).‬‬
‫‪20‬‬
‫‪Dengan atau tanpa tanwîn.‬‬
‫‪21‬‬
‫‪Dengan atau tanpa tanwîn.‬‬

‫‪27‬‬
‫‪Muhammad Laili Al-Fadhli‬‬

‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬ ‫ۡ َ‬ ‫َ‬


‫يم ٱلساك ِن ِة لٱ ‬ ‫أحَكم ٱل ِم ِ‬
‫ل‬ ‫ل ل‬ ‫ل ل‬ ‫ُ ل‬ ‫ل‬
‫ِل لٱ لح لوجوووووووا‬ ‫ِللٱ ألووووووووفلٱ لٱ ل و لنوووووووةلٱ لٱ و و‬ ‫ووللٱ لٱ ‬ ‫يملٱ إونلٱ تسووو نلٱ تووو و لٱ لٱ قبو لٱ ‬ ‫لٱللموووو ُلٱ ‬
‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫‪ 18‬لٱ ‬
‫ل ‪22‬‬
‫جوا‬ ‫لل ولٱ هو لٱ ‬
‫ٌ لل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫وووةلٱ ل لومووونلٱ لض ل‬ ‫ل لل ٌ‬ ‫ل ل‬
‫وووووار‪,‬لٱ فقووووو لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫ووووواء‪,‬لٱ ولٱ نلةَغ ٌلٱ م‪,‬لٱ ِإَوظ له‬ ‫ٌلٱ ‬ ‫وووب لٱ ‪ :‬إوخف‬ ‫‪ 19‬لٱ أحك ُم لهووووالٱ ثَلث لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ل لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ُ‬ ‫ ِه‬ ‫ ِه‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ ِه ُ‬ ‫ل‬


‫ ِه‬ ‫لِللوواءولٱ ۦ لٱ ٱسو‬ ‫اءلٱ عونوو للٱ دلٱ لٱ ‬ ‫لإلخلٱ و لٱ فوو ُلٱ ‬
‫لٱ ‬

‫‪23‬‬
‫ووووووراءولٱ ۦ‬ ‫ووووووم لٱ هولٱ للشوووووووفوو لٱ لٱ ل ولقو‬ ‫و‬ ‫‪ 20‬لٱ فووٱلٱ لٱ ل‪:‬لٱ و‬
‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫يالٱ يلووووالٱ لفوووو لٱ ل‬ ‫ووووملٱ إة لَغ ًمووووالٱ لصووووغو ً‬ ‫لل‬ ‫ل‬


‫لٱس ولٱ ‬ ‫ل‬ ‫املٱ ب و ومثل لوهوووالٱ أ لٱ ‬
‫ت‬ ‫ان‪24:‬لٱ إوةغوووو ٌلٱ ‬ ‫‪ 21‬لٱ لٱلثل ِهوووو ولٱ ‬
‫ل‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫ ِه‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ ِه‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ ِه‬
‫ُ‬ ‫ل‬ ‫‪ 22‬لٱ لٱلثلال‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬

‫‪25‬‬
‫ولٱ مووونلٱ لٱ أحلٱ ووور لٱ لٱ ٱس ولٱ مو لٱ هوووالٱ شفلٱ وووولٱ يووووهلٱ ‬ ‫فلٱ لِلقويووووةلٱ ‬ ‫ارلٱ و لٱ ‬ ‫لإلظهووووو لٱ ‬ ‫وووووثلٱ و‬
‫لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل ل ل ل ل ل ل ‪ 26‬ل ل‬
‫لٱ ‬

‫حوووواةولٱ لٱ لٱ فوٱعلٱ ووووو ور و لٱ ۦ لٱ ‬ ‫وف لٱ ل لٱ وقور لٱ ب وو لٱ هووووالٱ ٱ وِلتلٱ وولٱ لٱ ‬ ‫‪ 23‬ٱلحذرلٱ لٱ لٱ لود لٱ لٱ ٱاٱلٱ لٱ ٱ لٱ فوا لٱ أنلٱ توخوت و لٱ ‬
‫ۡ‬ ‫َ ََ‬ ‫ۡ َ ُ ‪َ 27‬‬ ‫َ‬
‫عل لٱ ‬ ‫ِ‬ ‫ف‬
‫ِ‬ ‫ٱل‬ ‫م‬
‫ِ‬ ‫َل‬ ‫و‬ ‫[‬ ‫ل‬‫أ‬ ‫]‬ ‫م‬
‫ِ‬ ‫َل‬ ‫م‬ ‫َك‬ ‫ح‬ ‫أ‬
‫ار لهوووووا ‪,‬لٱ فلل ل‬ ‫ٱِل ُه لموووووا‪:‬لٱ إظ له ُ‬ ‫ُ ل‬ ‫ُ‬
‫ل ل ل ل ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫ووووور و لٱ ۦ‬ ‫و‬ ‫ع‬ ‫ت‬ ‫و‬ ‫لٱ ‬ ‫أ‬ ‫ۦ‬ ‫لٱ ‬ ‫و‬ ‫وور‬ ‫ح‬ ‫لل‬ ‫لٱ ‬‫لٱ ‬
‫وول‬ ‫ب‬ ‫ق‬ ‫لٱ ‬‫لٱ ‬
‫ن‬ ‫و‬ ‫وواِل‬ ‫ح‬ ‫لٱ ‬ ‫[‬ ‫ل‬
‫لٱ ‬ ‫‪ 24‬لٱ ل وووَل ولٱ ملٱ ]أ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ُ‬ ‫ل‬ ‫‪ 28‬ل ِه ل ل ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل ل‬


‫ل‬ ‫للٱ لربلوعلٱ لٱ موعلٱ لٱ عشوورةلٱ لٱ خوذلٱ لٱ عولم لٱ ‬
‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫لٱ ‬

‫ووه[لٱ ‬‫ووكلٱ ٱخوووفلٱ لٱ عقويمو لٱ ‬ ‫وونلٱ ]لبووو ولٱ لٱ حجو لٱ ‬ ‫ومو ولٱ ‬ ‫وهۥ‬ ‫‪ 25‬لٱ قب لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ل ل لل‬ ‫ل ل ً‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫لٱ ‬

‫ووووعۦ‪:‬‬ ‫‪ 26‬لٱ ثانوي وهمووووا‪:‬لٱ إوةَغمهووووالٱ فلٱ أربووووو ولٱ عۦ ٱعشووووورةلٱ لٱ أيضووووالٱ ‪,‬لٱ ٱرمزهووووالٱ ف ولٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ل‬ ‫ً‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ ً ‪ 29‬ل ُ‬ ‫ ِه‬ ‫ُ‬
‫لٱ ‬

‫شيفووووالٱ ل ولكوووورملٱ [‬
‫لٱ ‬

‫ووووءلٱ ظوووونلٱ لٱ زرلٱ لٱ و‬ ‫ضفلٱ لٱ ذالٱ ن وعملٱ لٱ ةعلٱ لٱ سو لٱ ‬ ‫صللٱ لٱ رۡحا لٱ تفزلٱ لٱ و‬ ‫‪ 27‬لٱ ]طوبلٱ لٱ ث لٱ ملٱ و‬
‫وووم لهالٱ لشمسو و ِه‬ ‫ ِه ُ‬ ‫ل‬ ‫ ِه ُ ل‬
‫ووويهلٱ ‬ ‫ووور لٱ لٱ لسو و‬
‫ل ‪31‬‬
‫وووم لهالٱ قمووووورو ِهيهلٱ ‪ 30‬لٱللووووَل للٱ ملٱ لِلخو‬ ‫ٱللٱ لسو و‬ ‫‪ 28‬لٱ لٱللووووَل للٱ ملٱ لِل لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫لٱ ‬

‫‪22‬‬
‫‪Dibaca qashr wujûban lil-wazn.‬‬
‫‪23‬‬
‫‪Dengan Fa sukun wujûban lil-wazn.‬‬
‫‪24‬‬
‫‪Huruf Ya di-hadzf wujûban lil-wazn.‬‬
‫‪25‬‬
‫‪Dengan Fa sukun wujûban lil-wazn.‬‬
‫‪26‬‬
‫‪Dibaca qashr wujûban lil-wazn.‬‬
‫‪27‬‬ ‫‪ُ Namun, menurut Adh-Dhabbâ’ yang‬‬
‫‪).‬ح ُملٱ ( ‪Sebagian naskah menggunakan mufrad‬‬
‫‪lebih tepat menggunakan jamak (lih. Minhatu Dzil Jalâl).‬‬
‫‪28‬‬
‫‪Bisa dibaca dengan Hamzah qath’ fathah atau kasrah.‬‬
‫‪29‬‬
‫‪Al-‘Allâmah Adh-Dhabbâ’ berkata dalam hâsyiyah-nya: “Dibaca dengan men-dhammah-‬‬
‫”‪kan Ra dan men-sukun-kan Ha.‬‬

‫‪28‬‬
‫‪Matn Manzhûmah Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah‬‬

‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫لل‬ ‫ل ِه ل‬


‫نو لٱ وو‪:‬لٱ ] لٱ قووللٱ لٱ لٱ نو للٱ عوملٱ [لٱ للٱ ٱ] لٱ قول للٱ نوا[لٱ للٱ ٱ]لتللٱ لو لٱ [‬
‫فلٱ لٱ ‬
‫و لٱ ‬ ‫نلٱ ِل للٱ ملٱ ف وعوووووللٱ لٱ ُمطلٱ ولقوووووا‬ ‫‪ 29‬لٱ ٱأظ وهوووور لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫َُۡ َ َ‬ ‫ََُۡ َ‬ ‫َۡ‬ ‫ۡ‬
‫لٱ ‬

‫ي لٱ ‬ ‫ي وٱلمتجان ِس ِ‬ ‫ارب ِ‬ ‫ي وٱلمتق ِ‬ ‫ِ ي ٱل ِمثل ِ‬


‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل ل‬ ‫ ِه ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫نلٱ فوي وه لمووووالٱ أ لحوووو لٱ ‬ ‫ووووانلٱ فووووٱل ومثَل ولٱ ‬ ‫ولٱ ‬ ‫اتلٱ لٱلل لمخوووارو ولٱ لٱ لتفووو لٱ حرف‬ ‫للصوووف ولٱ ‬ ‫فلٱ و‬ ‫‪ 30‬لٱ إونلٱ و لٱ ‬
‫لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ُ ل ِه‬ ‫ل ل ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫لل‬ ‫ً‬ ‫ل‬ ‫ل ُ ل ل‬


‫اتلٱ لخلٱ لٱ تو لٱ لو لٱ فوووالٱ لٱ يو لٱ لو لٱ قو لٱ بووووووا لٱ ‬ ‫للص لٱ فوو ولٱ ‬ ‫فلٱ و‬ ‫جوووالٱ ت لٱ قوووار لٱ بوووا لٱ ٱ و لٱ ‬ ‫ونوالٱ َمر لٱ ‬ ‫‪ 31‬لٱ ِإَونلٱ ي لٱ وو لٱ ‬
‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل ُ ل‬ ‫ل‬ ‫ ِه ل ل‬ ‫ُ ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫اتلٱ ُحقوقوووووا‬ ‫للصوووووف ولٱ ‬ ‫ٱنلٱ و‬ ‫ووووور لٱ لٱ ة لٱ ‬ ‫فلٱ َم‬ ‫و لٱ ‬ ‫ي‪32,‬لٱ أٱلٱ لٱ يل ونوووالٱ لتفقووووا‬ ‫‪ 32‬لٱ ُمتقووواروبل ولٱ ‬
‫لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬

‫يل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ ِه‬ ‫ل ِه ُ ُ ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ ِه‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬
‫ووووووووووم لٱ ‬
‫و‬ ‫يلٱ س‬ ‫كلٱ فٱلصووووووووووغو لٱ ‬ ‫وووملٱ إونلٱ سوووو نلٱ أٱ لٱ للٱ لٱ ‬ ‫وووي‪,‬لٱ ثو لٱ ‬ ‫‪ 33‬لٱ بوٱلمتجان وسو ولٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫ل لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ُ ُ‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ٌ‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ُ لُ‬ ‫ل ل ل‬ ‫ُ‬


‫لٱ ‬

‫ي‪,‬لٱ ٱلف لٱ هو لٱ مونلٱ ووو لٱ هلٱ لٱ ب ووٱللٱ و لٱ مو لٱ ثوووووللٱ ‬ ‫كوللٱ لٱ ك لٱ ب ووو لٱ ‬ ‫كلٱ فقووووللٱ ‪ :‬لٱ ‬ ‫فلٱ للٱ ‬ ‫وووانلٱ و لٱ ‬
‫‪ 34‬لٱ أٱلٱ لٱ حوووورو لٱ لٱ لحرفو ولٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫َّۡ‬ ‫ُ‬ ‫َ َ‬
‫لٱ ‬

‫أقسام ٱلم ِد لٱ ‬
‫لُ‬ ‫ً‬ ‫ل‬ ‫ل ِه ً‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ ِه‬ ‫ل ل‬ ‫ُّ ل‬
‫ِللٱ طبويعويوووووووالٱ ٱهوووووووو‬ ‫وووووووملٱ أٱ لٱ ‬ ‫ولٱ ‬ ‫ِلۥ ٱس‬ ‫و‬
‫ووووود‪:‬لٱ أصووووو و لٱ لٱ لٱ ٱلٱ فووووور لٱ لٱ لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫‪ 35‬لٱ لٱلل لم‬
‫للٱ ل ل ل ُّ ٌ ل ُ ل ل‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬

‫لل‬ ‫ُ ُ ُ ُ‬ ‫ُ‬ ‫لل‬ ‫ل‬ ‫ل‬


‫لحووورٱ لٱ لٱ لٱ توجلٱ وت لٱ لووووووبلٱ لٱ ‬ ‫سو لٱ بوووووبلٱ لٱ ٱِللٱ ب وودٱلٱ ن ووووو لٱ هولٱ لٱ ‬ ‫لَعلٱ لٱ ‬
‫فلٱ لٱ لووو لٱ هلٱ لٱ ‬ ‫اِللٱ لٱ توولٱ قوو لٱ ‬ ‫‪ 36‬لٱ لٱ مو لٱ ‬
‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫وووٱلطبوي و ِهلٱ لٱ يل وووونلٱ ‬ ‫ ِه‬ ‫ووودلٱ لمووودلٱ لٱ ف‬ ‫كووونلٱ لٱ لجوووا‪34‬لٱ لبع للٱ ‬ ‫ي‪33‬لٱ همزلٱ لٱ أٱلٱ لٱ ُس لٱ ‬ ‫حور لٱ لٱ غ ولٱ ‬ ‫‪ 37‬لٱ بللٱ لٱ أ ُّلٱ لٱ للٱ ‬
‫ل ل‬ ‫ُّ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫للٱ ل ‪ 35‬ل‬ ‫ُّ ل ُ ٌ ل ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫خوو ُلٱ ر‪:‬لٱ للفرعولٱ و لٱ ‬ ‫‪ 38‬لٱ لٱلِللٱ لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫عوو لٱ لٱ سوووببلٱ لٱ كهموووزلٱ لٱ أٱلٱ لٱ سوووكونلٱ لٱ مسوووج لٱ ‬


‫َل‬ ‫ىلٱ لٱ موولٱ قووو لٱ لٱ لٱ ‬
‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ٌ ل‬ ‫لل ل‬ ‫ُ ُ ُ‬


‫ل‬
‫ف‪:‬لٱ ]نوحويهوووا[‬ ‫ه لٱ و لٱ ‬ ‫ل ل ‪36‬‬ ‫ل‬
‫يهووووووا ومووونلٱ لفووو و لٱ ‪:‬لٱ ]ٱا لٱ [لٱ ٱ لٱ ‬ ‫ٱفوووووو ُلٱ هلٱ ثَللٱ ثووووووو لٱ ةلٱ ف وع للٱ ‬ ‫‪ 39‬لٱ حر لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫وووللٱ لألووووفلٱ ‪38‬لٱ يُلوووو ل ملٱ ل‬ ‫ل‬ ‫ٌ ل‬ ‫ل ٌ لل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل ل ُ ل ل ل ‪ 37‬ل ل ل‬
‫لٱ ‬

‫لٱ ‬ ‫حلٱ قبو لٱ ‬ ‫ط‪,‬لٱ ٱفووووت لٱ ‬ ‫اٱولٱ ضووملٱ لٱ ش لٱ ‬ ‫للٱ للو لٱ ‬ ‫للٱ للوا ‪,‬لٱ ٱقب لٱ ‬ ‫سلٱ قب لٱ ‬ ‫‪ 40‬لٱ ٱللك لٱ ‬

‫‪30‬‬
‫‪Dengan Mim sukun wujûban lil-wazn.‬‬
‫‪31‬‬
‫‪Dibaca dengan naql.‬‬
‫ُل‬
‫‪.‬مقارو لب ولٱ ‬
‫ي ‪Menurut Al-‘Allâmah Adh-Dhabbâ’ dibaca tanpa Ta lidh-dharûrah:‬‬
‫‪32‬‬

‫‪33‬‬
‫‪Bisa dibaca dengan dhammah dan kasrah.‬‬
‫‪34‬‬
‫‪Dibaca qashr wujûban lil-wazn.‬‬
‫‪35‬‬
‫‪Dibaca sukun lidh-dharûrah.‬‬
‫‪36‬‬
‫‪Dibaca dengan Ha sukun wujûban lil-wazn.‬‬
‫‪37‬‬
‫‪Dibaca qashr wujûban lil-wazn.‬‬
‫‪38‬‬
‫‪Dibaca dengan Lam sukun wujûban lil-wazn.‬‬

‫‪29‬‬
‫‪Muhammad Laili Al-Fadhli‬‬

‫ل ُ ُ‬ ‫ٌ ل‬
‫كلٱ أعل للٱ ونووووووا لٱ ‬ ‫للٱ لٱ ‬‫احلٱ قبلٱ ووووو لٱ ‬ ‫نلٱ لنوفولٱ و للٱ تووووو لٱ ‬ ‫اٱلٱ ُسكولٱ و للٱ نوووا‪ 40‬إ و ولٱ ‬ ‫نلٱ مون للٱ هووالٱ لللا‪39‬لٱ لٱ لٱ ٌلٱ ‬ ‫‪ 41‬لٱ لٱللل ويو ُلٱ ‬
‫ۡ ّ‬ ‫َ َ‬
‫أحَك ُم ٱل َم ِد لٱ ‬
‫ُّ‬ ‫ٌ ل‬ ‫ل لل ل‬ ‫ل‬
‫لللووو ُزٱملٱ لٱ ‬ ‫از‪,‬لٱ لٱ لٱ ‬ ‫وووو ُلٱ ‬
‫لۡل ل‬ ‫ه‪41:‬لٱ لل ُو ُجوووو ُ لٱ ‪,‬لٱ لٱ ل‬ ‫‪ 42‬لٱ ل ول للٱ مووو ولٱ دلٱ أحلٱ وووك ٌلٱ ملٱ ثَللٱ ثوووو لٱ ةلٱ لٱ توووو ُدٱملٱ لٱ لٱ للٱ ‬
‫ل‬ ‫ل ل ل‬ ‫ل‬
‫صووووللٱ ‪42‬لٱ لٱ يُو للٱ عووووودلٱ لٱ ‬ ‫فلٱ كوول لموووةلٱ ‪ ,‬لٱذالٱ ب و ُلٱ مو ِهت ولٱ ‬ ‫اءلٱ هملٱ وو ٌلٱ زلٱ لبعلٱ وو للٱ دلٱ للٱ موودلٱ لٱ و لٱ ‬ ‫جو لٱ ‬ ‫بلٱ إونلٱ لٱ ‬ ‫جوو ٌ لٱ ‬ ‫‪ 43‬لٱ ف لوا ولٱ ‬
‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ل‬
‫صوووووللٱ لٱ ‬ ‫هووووذالٱ لل ُلٱ موونف ولٱ ‬ ‫كلٱ لٱ ب ووو وك للٱ مووووةلٱ لٱ لٱ لٱ ‬ ‫صوووووللٱ لٱ لٱ ‬ ‫‪ 44‬لٱ لٱ لجالٱ ى ووو ٌلٱ زلٱ للٱ مودلٱ لٱ للٱ ٱلٱ قووصلٱ و ٌلٱ رلٱ إونلٱ لٱ فو ولٱ ‬
‫ل ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ً‬ ‫ُ‬ ‫ُّ ُ‬ ‫ل‬ ‫ُ ل‬
‫نۥ لٱ ‬ ‫ونلٱ نسلٱ وو لتعويووووو ُلٱ ‬ ‫ونۥ لٱ لٱق لٱ فووووالٱ ك للٱ توووعل ُلٱ موووو لٱ ‬ ‫كووو لٱ ‬ ‫للس لٱ ‬ ‫ضلٱ ‬ ‫عووو لر لٱ ‬ ‫للٱ ذالٱ إونلٱ للٱ ‬ ‫‪ 45‬لٱ لٱموثلٱ ووو لٱ ‬
‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل ل ‪ 43‬ل ل ُ ْ ل ل ً‬ ‫ل‬ ‫ُ ل ل‬ ‫ل ُ‬
‫خووووذا لٱ ‬ ‫يموو لٱ انوا[لٱ لٱ ‬ ‫وا[لٱ لٱ ٱ]إ و لٱ ‬ ‫كو]آم لٱ نوو لٱ ‬ ‫للموووو ولٱ دلٱ لٱذا لٱ لٱ بوودللٱ لٱ لٱ ‬ ‫عو لٱ لٱ للٱ ‬ ‫‪ 46‬لٱ أٱلٱ لٱ لٱ قووود للٱ وملٱ لل لهملٱ ووو لٱ زلٱ لٱ ‬
‫ل‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ل‬ ‫ُ ُ‬ ‫ُّ ُ‬ ‫ل‬
‫ِل لٱ ‬ ‫طوووووو لٱ ‬ ‫َللٱ لٱ لٱقلٱ و لٱ فووالٱ لٱ بلوعلٱ ووو للٱ دلٱ للٱ مووودلٱ لٱ ُلٱ ‬ ‫َل لٱ لٱصلٱ وو لٱ ‬ ‫صووووو لٱ ‬ ‫ونلٱ أ ولٱ ‬ ‫كووووو لٱ ‬ ‫للسوو لٱ ‬ ‫نلٱ لٱ ‬ ‫‪ 47‬لٱ لٱِلزو ٌلٱ ملٱ إ و ولٱ ‬
‫ۡ ّ َّ‬ ‫قس ُ‬ ‫َ َ‬
‫ام ٱل َم ِد ٱلَّل ِز ِم لٱ ‬ ‫أ‬
‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫‪45‬‬ ‫ل ‪44‬‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫فلٱ م لٱ عوووووهلٱ لٱ ‬ ‫حوووور و لٱ ‬ ‫ك‪ :‬لٱ كوول وموووىلٱ ٱ لٱ ‬ ‫املٱ ِلزو لٱ لٱ لٱ لودي ولٱ هووووملٱ لٱ أرب لٱ عووووةلٱ لٱ ٱت ول لٱ ‬ ‫سوووو لٱ ‬ ‫‪ 48‬لٱ أق لٱ ‬
‫ُ‬ ‫ٌ ُ ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل ِه‬ ‫ُ ل ِه ٌ‬ ‫ل ُ‬
‫ل لٱ ‬ ‫صوووووو لٱ ‬ ‫ل لٱ لٱ فوو للٱ هووووو وذ لٱ ه ولٱ أر لٱ بلوو للٱ عووووو لٱ ةلٱ لٱ تو لٱ فوو ِه لٱ ‬ ‫وووف‪,‬لٱ ُلٱ مو لٱ ثو لٱ قوووو لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫‪ 49‬لٱ ولُك لٱ هو للٱ مووا‪:‬لٱ موخوف‬
‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ل‬
‫حوور و لٱ لٱ لمدلٱ لٱ فهلٱ وو للٱ و‪46‬لٱ ِكو ومووىلٱ لٱ لٱلٱ قووووعلٱ لٱ ‬ ‫ووونلٱ ولٱ نلج للٱ تو للٱ مووعلٱ لٱ للٱ مووعلٱ لٱ للٱ ‬ ‫‪ 50‬لٱ لٱ فوإونلٱ لٱ ب ووو وك للٱ مووةلٱ لٱ ُسوك لٱ ‬
‫ل‬ ‫ُ ل‬ ‫ل‬
‫حور لٱ ف ووووىلٱ لٱ لٱ ب لووووو لدا لٱ ‬ ‫طووو ُلٱ هۥ‪47‬لٱ ف للٱ ‬ ‫جوووو لدا لٱ لٱلل للٱ مووو ُّلٱ دلٱ لٱس ُلٱ ‬ ‫لحوووو ُرٱ و لٱ لٱ ُٱ ولٱ ‬ ‫ثلٱ ُلٱ ‬ ‫فلٱ لٱ ثوووَل و ولٱ ‬ ‫‪ 51‬لٱ أٱلٱ لٱ و لٱ ‬
‫ل‬ ‫ٌ ُ ل ل‬ ‫ل ِه‬ ‫ُ‬ ‫ٌ‬ ‫ل ِه‬ ‫لُ‬
‫كلٱ إوذالٱ لٱ لوووووملٱ لٱ لٱ يُودغ للٱ مووووووا لٱ ‬ ‫فلٱ لٱ ‬ ‫للٱ إونلٱ لٱ أةغ للٱ ومووووا لٱ ُموخ لٱ فوووو لٱ ‬ ‫‪ 52‬لٱ ولُك لٱ هو للٱ مووووالٱ ُم لٱ ثو لٱ قوووو لٱ ‬

‫‪39‬‬
‫‪Dibaca qashr wujûban lil-wazn.‬‬
‫‪40‬‬
‫‪Asy-Syaikh Ayman Suwayd dan Dr. Asyraf Thal’at membolehkannya dengan membaca‬‬
‫ل ل‬
‫‪).‬سك لنا( ‪tanpa tasydid‬‬
‫‪41‬‬
‫‪Dibaca dengan Ha sukun wujûban lil-wazn.‬‬
‫‪42‬‬
‫‪Dibaca dengan Lam sukun lidh-dharûrah.‬‬
‫‪43‬‬
‫‪Dibaca dengan Lam sukun lidh-dharûrah.‬‬
‫ل‬
‫‪ (lih. Hidâyatul Muta’âl, hlm. 60).‬لٱذا للٱ ‪Dalam Syarh Asy-Syaikh Ahmad Ash-Shâfiy:‬‬
‫‪44‬‬

‫‪45‬‬
‫‪Bisa dibaca dengan Kaf kasrah dan fathah.‬‬
‫‪46‬‬
‫‪Dibaca dengan Ha sukun wujûban lil-wazn.‬‬
‫‪47‬‬
‫‪Juga bisa dibaca dengan nashb (Tha fathah), sebagai hâl atau khabar kâna (lih. Al-Ihkâm‬‬
‫‪hlm. 171).‬‬

‫‪30‬‬
‫‪Matn Manzhûmah Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah‬‬

‫ُُ ل ل‬ ‫ُّ ل‬ ‫ل‬ ‫ ِه‬


‫صووووووورلٱ لٱ ‬ ‫ح ل لٱ ‬ ‫وووووانلٱ لنلٱ و ل‬
‫ولٱ ولٱ ‬
‫ن‬ ‫فلٱ ث لم‬ ‫ُٱ ُجووووة لٱ ه‪,‬لٱ ٱ و لٱ ‬ ‫فلٱ أ ِهٱ لٱ للٱ ُّلٱ ‬
‫للسووووو لورلٱ لٱ ‬ ‫‪ 53‬لٱ لٱللووَلزو ُلٱ ملٱ للٱ ‬
‫لحوووور و لٱ ‬
‫ُ ل ل‬ ‫ل ل ُ ُ‬ ‫لل‬ ‫ل‬ ‫ل ل ُل ُ ُ‬
‫خووووصلٱ ‬ ‫وللٱ أ لٱ ‬‫ٱللطووو لٱ ‬ ‫نلٱ ُّلٱ ‬
‫نلٱ ذٱلٱ لٱج لهيلٱ وو ولٱ ‬ ‫ٱعيلٱ وو لٱ ‬ ‫حو ُرٱ لٱ لٱ ]كملٱ لٱ لع لسللٱ لٱ نقصلٱ [ لٱ ‬ ‫ُيموعهوالٱ لٱ ‬ ‫‪ 54‬لٱ ‬
‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل ل‬
‫لٱ فووو لم ُّد لٱ هُۥلٱ للٱ موووو ًدالٱ لطبويعو ًلٱ يووووا‪48‬لٱ أ لٱ ل وووووووفلٱ لٱ ‬ ‫ِللٱ أ لٱ ل وووفلٱ ‬ ‫لحور و لٱ لٱ لثلُّ و لٱ ‬
‫َلثلٱ لٱ ‬ ‫سو لويلٱ لٱ للٱ ‬ ‫لٱ للٱ موالٱ ولٱ ‬ ‫‪ 55‬لٱ ‬
‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل ل ً‬
‫صووووورلٱ لٱ ‬ ‫طوواهورلٱ [لٱ لٱ قوو ولٱ دلٱ لنل ل لٱ ‬ ‫حلٱ للٱ ‬
‫فلٱ لفلٱ وو و لٱ ‪:‬لٱ ] لٱ ‬ ‫و لٱ ‬ ‫للسوووو لورلٱ لٱ ‬ ‫فلٱ لٱ فووو لوات ولٱ وحلٱ ُّلٱ ‬ ‫ضووووالٱ و لٱ ‬ ‫لٱذا للٱ لٱ أي لٱ ‬ ‫‪ 56‬لٱ ‬
‫ل‬ ‫ل ل‬ ‫ ِه ل‬ ‫ل ل‬ ‫ل‬
‫ك‪[49‬لٱ ذالٱ لش لت للٱ هووورلٱ ‬ ‫يالٱ للٱ مونلٱ ق لطع لٱ ‬ ‫صللٱ و ُلٱ هلٱ ُس ل‬
‫ح ً‬ ‫] و‬ ‫شووورلٱ ‪ :‬لٱ ‬ ‫ع لٱ ‬ ‫حلٱ للر لٱ بلووعلٱ لٱ ‬ ‫لٱيلج للٱ مو ُلٱ علٱ للف لوالٱ ت ووو لٱ ‬ ‫‪ 57‬لٱ ‬
‫ل ل‬ ‫ل ل‬ ‫ ِه‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫َللٱ ت للٱ نووووووو و لٱ ‬
‫اه لٱ ‬ ‫عوووو لٱ لٱ ت للٱ موووووا وم لٱ هولٱ لٱ ب وووووو لٱ ‬ ‫للٱ ‬ ‫لَّوۦ لٱ ‬ ‫حملٱ ووووو ولٱ دلٱ لٱ ‬ ‫لنل ِهظلٱ ووو ُلٱ ملٱ بولٱ ل‬
‫و‬ ‫لٱلٱ تووو ِهلٱ ملٱ ذالٱ لٱ ‬ ‫‪ 58‬لٱ ‬
‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل ل‬ ‫ُ ِه ِه ل‬
‫ۡحووووو لدا لٱ ‬ ‫املٱ للنب وللٱ يوووواءولٱ لٱ أ للٱ ‬ ‫عووووو لٱ لٱ خ للٱ وتوووو ولٱ ‬ ‫للٱ ‬ ‫للسوووَل ُلٱ ملٱ ألٱ بلووووو لدا‬ ‫للصووَل لٱ ةُلٱ لٱ ِهلٱ ‬ ‫لٱ ثووو لٱ ملٱ لٱ ‬ ‫‪ 59‬لٱ ‬
‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫لُ ل‬ ‫لٱلِللٱ لٱ للٱ لٱ ِه‬
‫للٱ لسا ولٱ موووووووو ولٱ عۦ لٱ ‬ ‫ٱكووو ولٱ ‬‫للٱ لٱ قوووواروئلٱ لٱ لٱ ‬ ‫لٱ لٱ كوووو ولٱ ‬ ‫للٱ تالٱ ب وووووو ولٱ عۦ لٱ ‬ ‫بلٱ ٱ لٱ كو ولٱ ‬‫للصحلٱ ووووو ولٱ ‬ ‫و‬ ‫‪ 60‬لٱ ‬
‫ل ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل ُ‬
‫تارويخ للٱ هووا‪51:‬لٱ ]بُشلٱ ووو لر لٱ ل للٱ وموونلٱ ُيت وق ُن للٱ هووووا[ لٱ ‬ ‫نلُّوو لٱ لٱ ‬ ‫أب ليات للٱ هوووا‪50:‬لٱ ]ندلٱ لٱ لٱ بلو لدا[لٱ لٱ ل وو وذ لٱ ل لٱ ‬ ‫‪ 61‬لٱ ‬

‫‪Catatan:‬‬
‫‪Pada beberapa naskah, bait terakhir ini diletakkan pada bait ke-59,‬‬
‫‪sedangkan kebanyakan para peneliti menguatkan pendapat bahwa bait‬‬
‫‪tersebut memang bait terakhir (bait ke-61). Hal ini juga ditegaskan dalam‬‬
‫‪kitab Fathul Aqfâl, Mihatu Dzil Jalâl, dan Hidâyatul Muta’âl, dimana para syârih‬‬
‫‪meletakkan bait ini pada bagian terakhir kitab mereka.‬‬

‫لمد للٱ طبوي و لٱ ‪Menurut Dr. Asyraf Thal’at bisa dibaca dengan marfû’:‬‬
‫‪48‬‬

‫‪49‬‬
‫‪Dibaca dengan ‘Ain sukun wujûban lil-wazn.‬‬
‫ل ُ‬
‫‪.‬أب ليات ُلٱ ه ‪Dalam riwayat lain:‬‬
‫‪50‬‬

‫ل ُ‬
‫‪.‬تارويخ ُلٱ ه ‪Dalam riwayat lain:‬‬
‫‪51‬‬

‫‪31‬‬
Muhammad Laili Al-Fadhli

SANAD KAMI SAMPAI KEPADA


AL-IMÂM IBNUL JAZARIY 
Kami mempelajari Matn Manzhumah Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah
dari Ustadz Rendi Rustandi, S.Pd.I, yang merupakan guru pertama kami
dalam Tajwid Bersanad. Kami mendengar darinya Matn Al-Muqaddimah
serta mempelajari syarh-nya dari awal sampai akhir secara keseluruhan.
Selain itu, kami juga mendapatkan beberapa riwâyah dan ijâzah
dirâyah saat melanjutkan pembelajaran kepada:
1. Ustadz Iwan Gunawan, Lc. (Mudir Ma’had Zahratul Qur`ân Bandung).
Kami mengikuti pembelajaran Syarh Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah dari
beliau. Kami juga telah telah membacakan kepada beliau Matn Al-
Muqaddimah secara hafalan dalam sekali duduk. Setelah itu, beliau
menguji dirâyah kami untuk Syarh Al-Muqaddimah secara munâqasyah,
yang ditutup dengan pembacaan surat An-Naba secara hafalan.
Walhamdulillâh kami lulus dan telah mendapatkan ijâzah dirâyah
untuk mengajarkan Syarh Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah;
2. Talaqqiy dan musyâfahah kepada Asy-Syaikh ‘Abdul Karîm Al-Jazâ`iry
(Pimpinan Pon. Pes. Imam Abu Amr Ad-Dani Yogyakarta) Kami mengikuti
tahsîn juz 30 bersama beliau serta tahsîn Al-Qurân dari awal Al-
Fâtihah sampai awal-awal surat An-Nisâ secara tanâwub bersama
beberapa sahabat kami. Kami juga telah membacakan kepada beliau
Matn Al-Muqaddimah secara hafalan dalam sekali duduk dan beliau
kemudian memberikan ijâzah tertulis dengan sanad yang
bersambung sampai Al-Imâm Ibnul Jazariy;
3. Mempelajari Syarh Muqaddimah Jazariyyah, As-Salsabîlusy Syâfî, dan
ilmu Qirâât kepada Ustadz Muhammad Al-Farabi bin Asmar,
Lc. (Pemegang sanad 14 Qiraat dan termasuk salah satu yang
tertinggi di Indonesia), dan kami walhamdulillâh telah membacakan

32
Sanad Kami Sampai Kepada Al-Imâm Ibnul Jazariy

kepada beliau Matn Muqaddimah Jazariyyah secara hafalan dalam


sekali duduk dan lulus ujian dirâyah untuk Syarh Matn Al-
Muqaddimah Al-Jazariyyah melalui ujian tertulis dan ujian lisan;
4. Mempelajari Syarh Tuhfatul Athfâl, Syarh Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah,
dan Syarh dari beberapa Matn Tajwid yang lain kepada Asy-Syaikh
Mahmoud El-Said Âlu Zuraynah Al-Mishry, dan darinya kami
membacakan serta mendengar beberapa matn tajwid, seperti Al-
Muqaddimah Al-Jazariyyah, Tuhfatul Athfâl, Qashîdah Khâqâniyah,
Nûniyah As-Sakhâwî, Al-Mufîd, dan As-Salsabîl; serta mendengar Matn
Hadits Al-Arba’in An-Nawawiyah saat dibacakan kepada beliau; dan
mendengar Matn Al-Âjurumiyyah saat dibacakan kepada beliau.
Setelah itu, beliau memberikan ijâzah tertulis kepada kami untuk
seluruh matn tersebut dengan sanad yang bersambung kepada
penulisnya. Kepada beliau kami juga telah membaca Al-Qurân kâmilan
bit–tanâwub (30 juz bergiliran secara berkelompok) dan mendapat
ijâzah Qirâah wal Iqrâ (membaca dan mengajar) untuk Qirâah Al-
Imam ‘Âshim, dua riwayat: Al-Imâm Syu’bah dan Al-Imâm Hafsh.
5. Membaca dan mempelajari Al-Qurân secara praktik untuk dua
riwayat: Syu’bah dan Hafsh kepada Asy-Syaikh Bahâeldîn Soliman
Rashad Al-Mishriy melalui sambungan audio dan video call. Dari
beliau kami mendapatkan ijâzah Qirâah wal Iqrâ untuk dua riwayat:
Al-Imam Syu’bah dan Al-Imâm Hafsh, setelah membaca secara
kâmilan untuk dua riwayat tersebut. Beliau juga mengijâzahkan Matn
Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah dan Tuhfatul Athfâl.
Selain dari para Masyâyikh dan Asâtidzah yang telah disebutkan di
atas, maka kami juga telah mendengar (as-sama’) Matn Al-Muqaddimah Al-
Jazariyyah dan Tuhfatul Athfâl dari para Ulama Ahli Qiraat, seperti:
1. Fadhîlatusy Syaikh Muhammad bin Ibrâhîm bin Husain Al-Badawiy.
Darinya kami juga meriwayatkan Matn Tuhfatul Athfâl, sebagian Matn
Asy-Syâthibiy, dan sebagian Matn Thayyibah, dimana beliau meng-
ijâzahkan sisanya. Jalur sanad qirâât tertinggi beliau adalah melalui
Fadhilatusy Syaikh Al-Fâdhiliy ‘Aliy bin Abî Laylah yang merupakan
sanad qirâât tertinggi di dunia untuk saat ini.
2. Fadhîlatusy Syaikh Muhammad Ath-Thawwâb,

33
Muhammad Laili Al-Fadhli

3. Fadhîlatusy Syaikh Kurayyim Sa’id Râjih, darinya kami juga mendapat


ijâzah untuk Matn Manzhûmah Asy-Syâthibiyah. Beliau adalah seorang
ulama ahli qirâât senior di Syam dan merupakan salah satu
pemegang sanad qirâât tertinggi di dunia dalam sebagian jalurnya.
4. Fadhîlatusy Syaikh Ibrâhîm Al-Mu’allim. Beliau merupakan salah satu
murid Al-‘Allâmah As-Samannûdiy (salah seorang pakar dan mujaddid
ilmu qirâât kontemporer). Dari beliau, kami mendapatkan ijâzah
khâshshah untuk seluruh tulisan Al-‘Allâmah As-Samannûdiy.
5. Fadhîlatusy Syaikhah Tinâzhar An-Najûliy. Salah seorang syaikhah
senior di Mesir.
6. Fadhîlatusy Syaikh Hâmid Akram Al-Bukhâriy. Seorang muhaddits,
musnid, dan muqri`. Dari beliau kami mendengar Al-Muwaththa Al-Imâm
Malik, Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim, Syamail Muhammadiyah Al-
Imâm At-Tirmidzî, beberapa musalsal (bil awwaliyyah, bil mahabbah,
surat Ash-Shaff, dll), serta mendengar Matn Al-Muqaddimah Jazariyyah,
Athraf Syâthibiyah, Ad-Durrah, dan Ath-Thayyibah. Beliau kemudian
memberikan ijâzah ‘âmmah untuk seluruh periwayatan beliau, kecuali
Al-Qurân dan qirâât.
7. Fadhîlatusy Syaikh Muhammad Idrîs ‘Âshim As-Sindiy. Beliau berada
satu majlis dalam Majlis Sama’ Shahih Muslim, Asy-Syamâil, dan
pembacaan mutûn tajwid dan qiraat bersama Fadhîlatusy Syaikh
Hâmid Akram Al-Bukhâriy.
8. Fadhilatusy Syaikh As-Sayyid Qamaruddin Mahmûd Al-Qasimiy. Beliau
berada satu majlis dalam Majlis Sama’ Shahih Muslim, Asy-Syamâil, dan
pembacaan mutûn tajwid dan qiraat bersama Fadhîlatusy Syaikh
Hâmid Akram Al-Bukhâriy.
9. Fadhîlatusy Syaikh Abdul Fattâh Madkûr Bayumiy. Darinya, kami
mendengar Matn Salsabîlusy Syâfî dan Risâlah Qashril Munfashil
yang ditulis oleh Fadhîlatusy Syaikh ‘Utsmân Sulaymân Murâd (guru
Asy-Syaikh Abdul Fattâh Madkûr). Beliau juga memberikan ijâzah
untuk seluruh tulisan Asy-Syaikh ‘Utsmân Murâd sehingga untuk
kedua Matn ini, jarak kami dengan An-Nâzhim (penulisnya)
hanya satu orang saja.
10. Al-Ustadz Al-Musnid Rikrik Aulia Rahman As-Surianjiy Al-
Hanbaliy yang merupakan salah satu pemegang sanad tertinggi

34
Sanad Kami Sampai Kepada Al-Imâm Ibnul Jazariy

kepada Al-Imam Ibnul Jazariy dari jalur periwayatan Ahli Hadits,


dimana jaraknya dengan Ibnul Jazariy hanya 8 (delapan) orang saja.
Darinya kami juga telah mendengar beberapa kitab dan Matn seperti
Hadits Musalsal bil Awwaliyah, Musalsal bil Mahabbah, Musalsal Surat
Ash-Shaf, Musalsal Hanabilah, Tsulâtsiyyât Shahîh Al-Bukhârî, Al-Qawâidul
Arbâ’, Nawâqidhul Islâm, Al-Ushûl Ats-Tsalâtsah, Al-Arba’în An-
Nawawiyyah, Al-Aqîdah Ath-Thahâwiyah, Ushûlus Sunnah Al-Imâm Ahmad,
Ushûlus Sunnah Al-Humaydiy, Aqîdah Râziyayn, Safînatun Najâ, Matn Al-
Waraqât, Matn Nukhbatul Fikar, Matn Rahbiyah fil Farâidh, dan darinya
kami juga mendapatkan ijâzah ‘âmmah untuk seluruh periwayatan
beliau yang termaktub dalam Tsabat As-Surianjiyah.
11. KH. Muhammad Qudsi As-Sucî Al-Garutiy (Pembina Pon. Pes. Suci
Garut). Darinya kami juga membacakan Tuhfatul Athfâl, serta
mendengar Musalsal bil Awwaliyah, Musalsal Syâfi’iyyah, Awail Kutub
Sittah, Tsulâtsiyyât Shahîh Al-Bukhâriy, Arba’în Nawawiyyah, Ushûlus
Sunnah Al-Imâm Ahmad, Ushulus Sunnah Imam Humaydiy, Safînatun
Najâ, Muqaddimah Al-Âjurumiyyah, dan Matn Al-Waraqât. Kami juga
mendapatkan ijâzah ‘âmmah untuk meriwayatkan seluruh
periwayatan beliau.
12. KH. Ajengan Maman Manshûr (Pimpinan Pon. Pes. Al-Qurân Qiraatu
Sab’ah Al-Hidayah IV Bayongbong Garut). Kami membacakan matn Al-
Muqaddimah Al-Jazâriyyah dengan hafalan dalam sekali duduk saat
rihlah ke kediaman beliau di lingkungan Pon. Pes. Al-Hidayah IV. Kami
juga melakukan sedikit mudzâkarah untuk sebagian permasalahan
tajwîd dalam Al-Muqaddimah dan kami mendapatkan faidah yang
banyak dari rihlah tersebut. Beliau meriwayatkan dari Mama Kudang,
dari Mama Siraj, dengan sanadnya kepada Al-Imâm Ibnul Jazariy.
Adapun melalui ijâzah ‘âmmah kami meriwayatkannya dari para
masyâyikh, di antaranya:
13. Fadhîlatusy Syaikh ‘Aliy Muhammad Taufîq An-Nahâs. Salah seorang
pakar qirâât dan ahli riwâyah. Dari beliau kami juga mendapatkan
ijâzah muthlaqah untuk seluruh periwayatan beliau yang shahih.
14. Fadhilatusy Syaikh Abul Hajjâj Yûsuf Al-Ardaniy,
15. Fadhilatusy Syaikh Manshûr Banût Al-Lubnâniy,
16. Fadhilatusy Syaikh Walid bin Idrîs Al-Munîsiy,

35
Muhammad Laili Al-Fadhli

17. Fadhîlatusy Syaikh Hassan Ayyûb,


18. Fadhîlatusy Syaikh Hasan Haydar,
19. Fadhîlatusy Syaikh Hasan Mushfhafâ Al-Warrâqiy,
20. Fadhîlatusy Syaikh Ghulâmullâh Rahmatiy,
21. Fadhîlatusy Syaikh Hâfizh Tsânâ`ullâh Az-Zâhidiy,
22. Fadhîlatusy Syaikh Ahmad Hasan Syams,
23. Fadhîlatusy Syaikh Ghullâm Shamdâniy,
24. Fadhîlatusy Syaikh Yahyâ Al-Ghawtsâniy,
25. Fadhîlatusy Syaikh Al-Fâqih Qâsim Bahr,
26. Fadhîlatusy Syaikh Dr. Yûsuf Al-Mar’asyliy, dan para masyâyikh
lainnya.
Jalur periwayatan kami kepada Al-Imâm Ibnul Jazariy selain yang
disebutkan melalui jalur ijâzah ‘âmmah maka jumlahnya jauh lebih banyak
lagi, namun tidak mungkin kami sebutkan satu demi satu. Seluruhnya
dengan sanad yang shahih lagi mutawatir kepada Al-Imâm Ibnul Jazariy, baik
dari jalur Ahli Hadits atau dari jalur Ahli Qiraah. Semoga Allâh merahmati
dan meridhai seluruh guru-guru kami sampai kepada Al-Imâm Ibnul Jazariy.
Âmîn.
Dengan ini kami ijâzahkan Ustadz/ah:

__________________________________
yang telah menyimak matn ini, untuk meriwayatkan manzhûmah Al-
Muqaddimah beserta Syarh ini kepada siapapun yang berhak dari kalangan para
penuntut ilmu.
Berikut silsilah sanad untuk sebagian jalur periwayatan kami:1

1
Hanya ditampilkan sebagian saja

36
Sanad Kami Sampai Kepada Al-Imâm Ibnul Jazariy

Syamsuddîn Abul Khair Muhammad Ibnul Jazariy


Quraisy Al-Bashîr Asad Al-Umyuthiy

Al-Badr Al-Ghâziy Abul Jûd Muhammad As-Samadîsiy

An-Najm Al-Ghâziy 'Aliy Al-Maqdisiy

Ibrâhîm Al-Kurdiy 'Abdurrahmân Al-Yamaniy


Mushthâfâ
Rahmatiy Muhammad Al-Baqariy
Abdurrahmân Al-
Kuzbariy Ahmad Al-Baqariy
Muhammad Abun
Nashr Al-Khâthîb Abdurrahmân Al-Ujhuriy
Abdurrahman Al-
Habsyiy Ibrâhîm Al-'Ubaydiy
Rikrik Aulia Muhammad
Rahman
Ahmad Marzûqiy 'Aliy Al-Haddâdiy Salamûnah

Ahmad Al-Hulwâniy 'Abdullâh 'Abdul 'Azhîm Ahmad At-Tihâmiy

Muhammad Salîm Al-Fâdhilî 'Aliy Abî Muhammad Al-


'Abdul 'Aziz Kahîl
Al-Hulwâniy Laylah Mutawalliy

Muhammad Muhammad
Kurayyim Sa'id Abdurrahmân Asy-
'Ibrâhîm Al- Husayn Abdur
Râjih Sya'âr
Badawiy Rasûl
Muhammad
'Alî Muhammad
Ibrâhîm Ath-
Adh-Dhabbâ'
Thawwâb

'Abdul Fattâh
Madkûr Bayumiy

Abu Ezra Laili Al-Fadhli bin Zaenal 'Abidin bin Muhammad

37
‫‪Muhammad Laili Al-Fadhli‬‬

‫‪MATN AL-MUQADDIMAH‬‬
‫‪53‬‬ ‫الرمحَن َّ‬ ‫اَّللِ َّ‬‫َّ‬
‫يم‬‫ح ِ‬ ‫الر ِ‬ ‫ِ‬ ‫سم‬
‫بِ ِ‬
‫ ِه‬ ‫ُل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫ي للشوووواف و و لٱ ‬ ‫لۡلوووو لزرو ولٱ ‬ ‫ن ل‬ ‫اجلٱ عفوووو لٱ وولٱ لر لٱ لٱ لسووووا ولٱ م ولٱ عۦ ُم ِهموووو ُلٱ د بوووو ُلٱ ‬ ‫وللٱ لر و لٱ ‬ ‫ليقوووو لٱ ‬ ‫‪ 1‬لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬

‫وووووووووووط للٱ ف لٱ اهۥُ‬


‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫لل ل‬ ‫ُ‬ ‫ ِه ِه‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ ِه‬ ‫ل‬
‫لَعلٱ نبويوووووووووووو لٱ هوۦلٱ ٱمص‬ ‫لٱ ‬ ‫لَّۥ‬ ‫َّولٱ ٱصوووووووو لٱ لٱ لٱ ‬ ‫لحموووووووو لٱ دلٱ و لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫‪ 2‬لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬

‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ ِه‬ ‫ُل‬
‫آنلٱ موووووعلٱ لٱ ُموبوووووو لٱ هوۦ‬ ‫ئولٱ للقووووورلٱ ولٱ ‬ ‫ووووور لٱ ‬
‫و‬ ‫آِلولٱ ٱصوحوبووووووووو لٱ هوۦ ٱمق‬ ‫ُمومووووووودلٱ لٱ ٱ ولٱ ‬ ‫‪ 3‬لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ل ل ل‬ ‫لل ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُل‬ ‫ ِه ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬


‫لٱبعوووو لٱ دلٱ ‪:‬لٱ (إ و لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫‪55‬‬ ‫‪54‬‬
‫لَعلٱ قاروى وووووو لٱ هوۦلٱ أنلٱ يعلموووووهلٱ )‬ ‫فويموووووالٱ لٱ ‬ ‫نلٱ هووووو وذ لٱ ه ولٱ مقدوموووووهلٱ ‬ ‫‪ 4‬لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ل ِه ً ل ل ل‬ ‫ُ‬ ‫ُّ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ ِه‬ ‫ل‬ ‫ُ ُ‬ ‫ٌ لل‬ ‫ل‬
‫لٱ ‬

‫ِللٱ أنلٱ يعلمووووو لٱ ‬


‫وا‬ ‫ٱعلٱ أٱ لٱ ‬ ‫و‬
‫للٱ للشوووووور لٱ ‬ ‫بلٱ علووووي ولٱ ه لٱ مۥلٱ ُمتووووو لٱ مۥ قبووووو لٱ ‬ ‫جووووو لٱ ‬ ‫إذلٱ لٱ ٱا و‬ ‫‪ 5‬لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ُّ ل‬ ‫ل‬ ‫ْ‪ 56‬ل‬ ‫ل ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫لل‬


‫ُ‬ ‫ُ‬
‫لٱ ‬

‫اتۦ‬ ‫حلٱ لللغوووووو ولٱ ‬ ‫وا لٱ بوأفصوووووو ولٱ ‬ ‫اتۦلٱ ولللٱ فوظوووووو لٱ ‬ ‫ووووف ولٱ ‬ ‫للص لٱ ‬ ‫َمووووارو لٱ لٱ لحوووورٱ و لٱ لٱ ٱ و‬ ‫‪ 6‬لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل ‪57‬‬ ‫ُ‬ ‫ ِه‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ ِه‬ ‫ُل‬
‫لٱ ‬

‫فۦ‬ ‫فلٱ للمصوووواحولٱ و لٱ ‬ ‫لِليلٱ رسووووو لٱ م لٱ و لٱ ‬ ‫فۦ ٱمووووالٱ ولٱ ‬ ‫ُموووو وررويلٱ لتلجوويوووو ولٱ دلٱ ٱللمواق ووووو و لٱ ‬ ‫‪ 7‬لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫لل و ُ ل ل ل ُ‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ُ‬
‫لٱ ‬

‫كلٱ مقطووووعلٱ لٱ ٱمولٱ صووووللٱ لٱ بوهوووا ٱت وا لٱ ءلٱ أن و لٱ لٱ لووملٱ لٱ ت وونلٱ ت تووبلٱ ب ووو‪(:‬ه وا)‬ ‫موووونلٱ ولٱ ‬ ‫‪ 8‬لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫وووووَبل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل ل ِه‬ ‫لل ل ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫لل‬
‫لٱ ‬

‫لٱ ‬ ‫ووووونلٱ لختو‬ ‫ولٱ ‬ ‫لَعلٱ لِلويلٱ َيتووووووارلٱ هۥلٱ مو‬ ‫لٱ ‬ ‫َموووارو لٱ لٱ لحووورٱ و لٱ لٱ سوووبع لٱ ةلٱ عشوووورلٱ ‬ ‫‪ 9‬لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫لٱ ‬

‫‪53‬‬
‫‪Kebanyakan naskah tidak mencantumkan basmalah, di antara yang‬‬
‫‪mencantumkannya adalah Syaikhul Islâm Zakariyyâ Al-Anshâriy dalam Ad-Daqâ`iqul‬‬
‫‪Muhkamah.‬‬
‫‪54‬‬
‫‪Dalam naskah An-Nâzhim terdapat dua tanda baca pada huruf Dal: dhammah dan‬‬
‫ل‬
‫‪ُ (Al-Ihkâm Fî Dhabthil Muqaddimah wa Tuhfatil Athfâl hal. 67).‬مق ِهد لمهلٱ ‪fathah:‬‬
‫ ِه‬ ‫ل‬ ‫لل ل‬
‫‪ (Al-Ihkâm hal. 67).‬لَعلٱ للقارو و لٱ أن ُلٱ ي لعل لمهلٱ ‪Dalam riwayat Ibnul Hanbaliy:‬‬
‫‪55‬‬

‫ل ُ ْ‬
‫وا ‪Dalam riwayat Abdud Da`im Al-Azhariy:‬‬ ‫‪ (Ath-Thirâzâtul Mu’lamah hal. 85).‬ولن وطق لٱ ‬
‫‪56‬‬

‫‪57‬‬ ‫‪ُ (Al-Minahul Fikriyyah hal. 68).‬‬


‫”رس للٱ وم ‪Mullâ ‘Aliy Al-Qâriy: “Dengan Syin tasydid:‬‬

‫‪38‬‬
‫‪Matn Manzhûmah Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah‬‬

‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ُ ل‬ ‫ل ل ُ‬
‫ُحووووو ُرٱ لٱ لٱ لمووووودلٱ لٱ ل ول لهووووو لواءولٱ لٱ تنووووو لت و لٱ ‬ ‫لۡلوووو و لٱ ‪58‬لٱ لٱأخ لتاهوووالٱ لٱ و لٱ ‬
‫ه‬ ‫وفلٱ ل‬ ‫فوووأل لٱ ‬ ‫‪ 10‬لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫ل لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ٌ‬ ‫ل‬ ‫‪ 59‬ل‬ ‫ل‬ ‫ ِه‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ٌ‬ ‫ل‬ ‫صوىلٱ ل‬ ‫ل‬ ‫ ِه‬ ‫ُ‬
‫لٱ ‬

‫وووواءۥ)‬
‫لٱ ‬ ‫يلٱ ح‬ ‫ووووملٱ (ل ووسوووو وط لٱ هوۦ ‪:‬لٱ فوووووع لٱ ‬ ‫اءۥ) لٱ ث لٱ ‬ ‫لحللٱ و ولٱ ‪:‬لٱ هملٱ و لٱ زلٱ لٱ هووو لٱ ‬ ‫لٱ ثو لٱ ملٱ ( ولق لٱ ‬ ‫‪ 11‬لٱ ‬
‫ل لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل ُ‬ ‫ ِه‬ ‫ل ُ ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل ُ‬ ‫ل ل ُ ل ٌ ل ُل‬


‫ووملٱ (للووك لٱ ۥ‬ ‫ووانلٱ فووو لٱ )‪ ,‬ث لٱ ‬ ‫ويلٱ خوواؤها)‪ ,‬للٱ ٱ(للقووا لٱ ۥ‪ :‬أقصوووىلٱ للل وس ولٱ ‬ ‫(أةن لٱ اه‪ :‬غ لٱ ‬ ‫‪ 12‬لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ ِه‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل لُ‬
‫لٱ ‬

‫وووواة‪:‬لٱ مووووونلٱ لٱ حافتووووو لٱ هوۦلٱ إوذلٱ لٱ ٱ ولووووا‬ ‫لٱ ‬ ‫ويلٱ يوا (ٱللض‬ ‫الش لٱ ‬ ‫ويملٱ و‬ ‫ج لٱ ‬ ‫ل)‪ ,‬ٱللوسو لٱ لٱ ‪:‬لٱ ف و‬ ‫أسوف لٱ ‬ ‫‪ 13‬لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫للٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬

‫ُ لل ل‬ ‫ ِه ُ ل ل ل‬ ‫ل‬ ‫ل ل ُ ل ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬


‫اسلٱ ومووونلٱ لٱ أيسوووو لٱ رلٱ أٱلٱ لٱ يملٱ ناهوووا) (ٱللووووووَل لٱ م‪:‬لٱ أةناهووووووالٱ ل ومنت لٱ هاهووووووا)‬ ‫لِلۡض لٱ ‬ ‫‪ 14‬لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ُ‬ ‫ل ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ ِه‬ ‫ل‬ ‫ل ُ ْ‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل ُّ ُ‬
‫لٱ ‬

‫وووولۥ)‬
‫وا) (ٱللوووورا‪:‬لٱ يدانويوووو لٱ هوۦلٱ ل وظهوووورلٱ لٱ أةخ لٱ ‬ ‫تلٱ لجلٱ وعوول لٱ ‬ ‫ون‪:‬لٱ موونلٱ طرف و لٱ هوۦلٱ ُت لٱ ‬ ‫(ٱلنل لٱ ‬ ‫‪ 15‬لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ ِه‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ ِه‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ُ ل ِه ُ ل ل‬ ‫ ِه‬ ‫ل‬
‫لٱ ‬

‫يلٱ مسووت و نلٱ ‬ ‫وووهلٱ ٱموووونلٱ عليووالٱ لثلنايووا)‪( ,‬ٱللصووفو لٱ ‬ ‫اللٱ ٱتوووا‪ :‬مون لٱ ‬ ‫وواءلٱ ٱلدل لٱ ‬ ‫(ٱللطو لٱ ‬ ‫‪ 16‬لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ُ ل ِه ُ ل ل‬ ‫ل ِه‬ ‫ل‬ ‫ُّ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ ِه‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬
‫لٱ ‬

‫اللٱ ٱثووووووا‪:‬لٱ ل ولعليووووووا‬ ‫وووووواءلٱ ٱلِل لٱ ‬


‫لٱ ‬ ‫ووهلٱ ٱمووونلٱ فووو ولٱ لٱ لثلنايووالٱ للسووفلٱ لٱ ) (ٱللظ‬ ‫مون لٱ ‬ ‫‪ 17‬لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ ِه‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل ل‬ ‫ ِه ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل لل‬
‫لٱ ‬

‫ووعلٱ لطوورا و لٱ لٱ لثلنايووالٱ للمشووو ورفهلٱ )‬ ‫نلٱ للش لٱ فووهلٱ لٱ فٱلفووالٱ م لٱ ‬ ‫مونلٱ طرفيلٱ و وهما)‪( ,‬ٱموونلٱ بطلٱ و ولٱ ‬ ‫‪ 18‬لٱ ‬
‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل ُ‬ ‫ٌ ل‬ ‫ُ‬ ‫ ِه ل‬
‫ُلٱ ‬
‫وووووومۥ)‬ ‫لۡليشو‬ ‫وووووة‪:‬لٱ َم لر ُج لهووووووالٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫اءلٱ مووووي ُلٱ مۥ) ( لٱغ ِهنو‬ ‫اٱلٱ بلوووو ٌلٱ ‬ ‫وووو ُلٱ ‬ ‫ي‪:‬لٱ لل ل‬ ‫(ل ولشوووف لت ولٱ ‬ ‫‪ 19‬لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ ِه ُ‬ ‫ل‬ ‫للٌ‬ ‫ُ‬ ‫ٌ‬ ‫ُ ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫وورلٱ ٱرخ ٌ‬ ‫ل‬ ‫صوفاتهووالٱ جه ٌ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬
‫لٱ ‬

‫للضووووودلٱ قوووووللٱ ‬ ‫وولٱ مسوتوفوووللٱ لٱ منفوووووتوحلٱ مصووووومتةلٱ ٱ و‬ ‫و‬ ‫ولٱ ‬ ‫‪ 20‬لٱ ‬


‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ ل ل ُ ل‬ ‫ل‬ ‫ٌ ل ل‬ ‫ل ُ ُ ل ل ل ِه ُ ل‬


‫جوودلٱ قوو لٱ بل ووت)‬ ‫مهموسووها‪( :‬فحثووهلٱ شووخصلٱ سووكت) شوودويدها‪:‬لٱ لفوو لٱ (أ و‬ ‫‪ 21‬لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ ِه ل‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ ِه‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫لٱبو لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫صورلٱ لٱ ‬ ‫حو لٱ ‬ ‫ضغلٱ و لٱ لٱ لٱ ق وو لٱ )لٱ لٱ ‬ ‫صلٱ لٱ ‬‫ويلٱ روخووولٱ لٱ لٱ ٱللشوودوي ولٱ د‪:‬لٱ (ل ووونلٱ لٱ عموورلٱ ) ٱسبلٱ و لٱ علٱ عللٱ وولٱ ‪:‬لٱ (خ لٱ ‬ ‫‪ 22‬لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫ُ ل ل‬ ‫ُ ُ ُ‬ ‫ُ‬ ‫ ِه‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ٌ‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ٌ‬ ‫ل‬ ‫ل ل ُ‬
‫لٱ ‬

‫حورٱ لٱ لللٱ و لٱ موذ لٱ لو لٱ قوهلٱ لٱ ‬ ‫ب)‪:‬لٱ لللٱ و لٱ ‬ ‫لٱ (فورلٱ موون لٱ لٱ لو و‬ ‫اء)‪:‬لٱ مطلٱ و لٱ بو لٱ قوهلٱ لٱ ٱ لٱ ‬ ‫ظو لٱ ‬ ‫اءلٱ لٱ ‬ ‫طو لٱ ‬ ‫اةلٱ لٱ ‬ ‫ضو لٱ ‬ ‫اةلٱ لٱ ‬ ‫صو لٱ ‬ ‫(ٱ لٱ ‬ ‫‪23‬‬

‫لٱ جوود)‪ ,‬لٱللو لٱ ل وووووو ُلٱ ‬


‫ي‬ ‫وب ل‬ ‫وووي) قلللٱ و للٱ قو لٱ للووو ٌلٱ ة‪ُ ( :‬قط ُ‬ ‫ايلٱ وسو ُ‬ ‫لٱ ٱ لز ٌ‬ ‫ووواة ل‬ ‫ي لها‪:‬لٱ ( لصو ٌ‬ ‫لصووووفو ُ‬
‫‪ 24‬لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل ُ‬ ‫ل ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل ‪ 60‬ل ل‬


‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ٌ‬ ‫لٱ ٱيلو‬ ‫(ٱ ٌاٱ ل‬ ‫ل‬
‫لٱ ‬

‫وووووححالٱ ‬ ‫و‬ ‫لِلنوووووورا لٱ ص‬ ‫وووواءلٱ سووووكونا لٱ ٱلنفتوووووحا قبلهموووووا)‪,‬لٱ ٱ و‬ ‫‪ 25‬لٱ ‬


‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫لٱ ‬

‫ل ٌ‬
‫‪ (Al-Fushûlul Mu`ayyidah hal. 48).‬لول لجو و لٱ أل لٱ ‬
‫وف ‪Dalam riwayat Al-‘Allâmah Al-Mizziy:‬‬
‫‪58‬‬

‫‪59‬‬ ‫‪ (Al-Minah hal. 81).‬لٱ لما ل‬


‫لٱ لووس وط لٱ هو ‪ dan‬لٱمون للٱ ٱ لس وط لٱ هو ‪Menurut Al-Qâriy, dalam naskah lain tertulis:‬‬
‫ل‬
‫‪ (Al-Ihkâm hal. 78).‬لسك لنا ‪Menurut Al-Barnâbâdiy dengan fathah dan tanpa tasydid:‬‬
‫‪60‬‬

‫‪39‬‬
‫‪Muhammad Laili Al-Fadhli‬‬

‫ووواةا )لٱ لس ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ ِه ل‬ ‫لٱ ٱب لتكريوور ُ‬ ‫ ِه‬


‫وت وطللٱ ‬ ‫لٱ ولٱ ‬
‫ن‬ ‫وي)‪ ( ,‬لٱ ‬
‫ض‬ ‫للش ُلٱ ‬ ‫لٱ جعوووللٱ لٱللتفشلٱ ووى‪:‬لٱ ( و‬ ‫و و‬
‫للوورا) ل‬ ‫لٱ ٱ ِه‬ ‫لٱ (للووَل وم ل‬ ‫وف‬ ‫‪ 26‬لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ل لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل ل‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬


‫ُ‬ ‫ولٱ حووووت ٌملٱ ِلزو ُمۥ لموووونلٱ لووووملٱ ُيلووووووةولٱ ‪61‬لٱ للق‬ ‫ٱتلجويوووود ل‬ ‫وووذلٱ ب ِه‬ ‫لٱللخو‬
‫لٱ ‬

‫ووووومۥ‬ ‫وووورانلٱ آث‬ ‫و‬ ‫و‬ ‫‪ 27‬لٱ ‬


‫لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ ل‬ ‫ل‬ ‫ل ل ل‬ ‫لل‬ ‫ُ ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل ِه‬


‫لٱ ‬
‫وووووَل‬ ‫ِل ٱهكوووووذالٱ مونوووووهلٱ إولنوووووالٱ ٱص‬ ‫لٱ لإل لٱ لوووووهلٱ أنوووووز لٱ ‬ ‫ولنووووهلٱ لٱ ب ووووووهو و‬ ‫‪ 28‬لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ً‬ ‫ل‬ ‫ُ‬


‫لٱهووووولٱ أيضوووالٱ حولويووووةلٱ لتل ووووَلٱلٱ ة وۦ ٱزويووونووووووةلٱ للةاءولٱ ٱللووقووووووووووراءة وۦ‬
‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫لٱ ‬

‫‪ 29‬لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫ح ِهقهال‬ ‫ووووفةلٱ ل ل لهوووووا‪62‬لٱ لٱ ُمسووووو لت ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل ِه‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل ُ‬
‫لٱ ‬

‫وووو‪:‬لٱ إوعطووواءلٱ لحووورٱ و لٱ حقهوووا ومووووون و‬


‫لٱ صو‬ ‫ٱه لٱ ‬ ‫‪ 30‬لٱ ‬
‫للٱ ل ُّ ُ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل ِه‬ ‫ل‬ ‫ل‬


‫ورهوۦلٱ كوو وموثول ووووووهوۦ لٱ ‬ ‫ووظوي و‬ ‫لٱ فلٱ ن و‬ ‫لٱ لصلٱ وول ووووووووو لٱ هوۦ لٱ ٱلللوفوو و‬ ‫لٱ كو وللٱ ٱاحوووود و‬ ‫ٱرة لٱ ‬ ‫‪ 31‬لٱ ‬
‫ل ل‬ ‫ُّ‬ ‫ل ل ل ُّ‬ ‫ل‬ ‫ُ ل ِه ً ‪63‬‬
‫لٱ فلٱ انلُّطوووو و لٱ بوووووَللٱ ت لع ُّسو و لٱ ‬
‫وووف‬ ‫ووفلٱ بوووووٱللط وف و‬ ‫لٱ مووالٱ ت ل و‬ ‫ووي‬
‫ووَل لٱ مووونلٱ غ و‬ ‫مكم لٱ ‬ ‫‪ 32‬لٱ ‬
‫للٱ ل‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ ِه ل ل‬ ‫ل ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬


‫ووووووور لٱ بوفكووووووووهوۦ‬ ‫و‬ ‫ٱلووووسلٱ بينووووهلٱ ٱبووويلٱ تركوووووهوۦ إوِلروياضوووووووةلٱ لم‬ ‫‪ 33‬لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ل ل‬ ‫ل ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ ‪64‬‬


‫ل‬ ‫ل ً‬ ‫ُ‬
‫لٱ ‬

‫ل ل ل‬
‫ووووفۦ‬ ‫خوويملٱ لوفووو و لٱ للل و‬ ‫ٱحوواذورنلٱ تفوو و‬ ‫فووورقوقنلٱ مسوووتفوَللٱ موووونلٱ أحووور و لٱ ‬ ‫‪ 34‬لٱ ‬
‫لٱ ‬
‫ل‬ ‫ل‬ ‫ ِه‬ ‫ ِه ل ل ‪67‬‬ ‫ ِه ُ ‪ُ 66‬‬ ‫ل ‪65‬‬ ‫ل ُ ُ‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫للٱ ل ل ل‬
‫لٱ ‬

‫َّوﵤلٱ ﵥنلووووواﵤ‬ ‫لَّ ﵤ‪ ,‬ثوووووملٱ ِل لٱ م ‪:‬لٱ ﵥ و لٱ ‬ ‫وذﵤلٱ ﵥلٱ ا وهودونا ﵤ ﵥ لٱ ‬ ‫ٱهم لٱ ز‪ :‬ﵥلٱ احم لٱ دﵤلٱ ﵥأع لٱ ‬ ‫‪ 35‬لٱ ‬
‫لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫لل‬ ‫ل ل ل ِه‬ ‫ ِه‬ ‫ل للل‬
‫لٱ لَّوﵤلٱ ﵥٱِللٱ للضلٱ وﵤ لٱ ٱلل ومويملٱ موونلٱ ﵥموخومصةلٱ ﵤلٱ ٱ ومنلٱ ﵥمورضلٱ ﵤ لٱ ‬ ‫طفلٱ ﵤلٱ ﵥٱلَع لٱ ‬ ‫ﵥٱلتل لٱ ‬ ‫‪ 36‬لٱ ‬
‫ ِه‬ ‫وووودة و ل‬ ‫ ِه‬ ‫لل‬
‫وووورلٱ لِلوي‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫لٱ ٱ ل‬
‫لۡل‬ ‫لٱ للش‬
‫و‬ ‫لٱ لَع‬ ‫وووورَ‬ ‫و‬ ‫اء‪:‬لٱ ﵥبلر لٱ ﵤلٱ ﵥبلاطوللٱ ﵤلٱ ﵥب و وهمﵤلٱ ﵥب و ولٱ ذيﵤ لٱ لٱلح‬ ‫لٱ لب للٱ ‬ ‫‪ 37‬لٱ ‬
‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ ِه‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫بﵤلٱ ﵥ ِه‬ ‫ل‬


‫جﵤلٱ لٱ ﵥلللٱ فجلٱ ولٱ رۦﵤ‬ ‫حو ولٱ ‬ ‫للصَبلٱ وۦﵤ لٱ ﵥربولٱ ة و ولٱ نﵤلٱ ﵥلجلٱ ت لٱ ثتلٱ ﵤ لٱ لٱ ٱﵥ لٱ ‬ ‫لٱ كوو‪:‬ﵥ ُح ولٱ ‬ ‫لٱ لۡلي وم لٱ ‬ ‫فويهالٱ ٱ وف و‬
‫ل ل‬ ‫‪ 38‬لٱ ‬
‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل ل ل‬ ‫ل ُ‬ ‫ل لل‬ ‫ً ‪68‬‬ ‫ل ُل ل‬


‫ووووفلٱ َكنلٱ أبينوووووا‬ ‫لٱ فلٱ للوقو و‬ ‫ل‬ ‫ووووَل لٱ إونلٱ سوكنوووووا ِإَونلٱ ي ووووون و‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ مقلق‬ ‫لٱبليوووووم‬ ‫‪ 39‬لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫لٱ ‬

‫ح وحلٱ ‪Abdud Dâ`im mengatakan bahwa dalam naskah lain:‬‬ ‫ُ ل‬


‫‪ (Ath-Thirâzât hal. 129).‬يص و‬
‫‪61‬‬

‫‪Demikian yang diriwayatkan Al-Mizziy (Al-Fushûl hal. 79).‬‬


‫ل‬ ‫ُ‬
‫لٱ كلٱ صو فةلٱ ‪Dalam riwayat Al-Mizziy:‬‬
‫‪ (Al-Fushûl hal. 84).‬مون و‬
‫‪62‬‬

‫ُ ل ً‬
‫َل ‪Al-Qâriy mengatakan dengan Fathah atau Mim kasrah:‬‬
‫‪ (Al-Minah hal. 121).‬مك وم لٱ ‬
‫‪63‬‬

‫‪.‬م لونلٱ لح ُر و لٱ ‪Al-Qâriy (hal. 131) mengatakan dengan naql:‬‬


‫‪64‬‬

‫ل‬
‫‪ (Al-Ihkâm hal. 86).‬لهدونا ‪Dalam riwayat lain dengan me-washl-kan Hamzah:‬‬
‫‪65‬‬

‫ ِه‬
‫لَّ و ‪Dalam naskah An-Nâzhim dengan dhammah dan kasrah:‬‬
‫‪ (Al-Minah hal. 138).‬لٱ ‬
‫‪66‬‬

‫‪67‬‬
‫‪Al-Qâriy (hal. 138) mengatakan dengan Mim fathah atau dhammah.‬‬

‫‪40‬‬
‫‪Matn Manzhûmah Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah‬‬

‫ُ‬
‫وطوﵤلٱ ﵥيلسووقوﵤ‬ ‫يمﵤلٱ ﵥيلسو ُ‬ ‫وتقو ولٱ ‬ ‫وي‪:‬لٱ ﵥ ُمسو ل‬ ‫طتﵤلٱ ﵥلللٱ و لح ُّلٱ ۥﵤ لٱ لٱ وسو للٱ ‬ ‫ح ُ لٱ ‬ ‫صﵤلٱ ﵥأ ل ل‬
‫ح ل لٱ ‬ ‫حص ل‬ ‫اء‪ :‬لٱ ﵥ ل‬
‫حو للٱ ‬ ‫لٱ للٱ ‬
‫لٱ ‬
‫‪ 40‬لٱ ‬
‫ل ُ ل ل‬ ‫ل‬ ‫ل ل‬ ‫ُ‬ ‫ ِه ل ل‬
‫كو للٱ نوتلٱ لٱ ‬ ‫سو لٱ ‬
‫ثلٱ لٱ ‬
‫كوسلٱ وو ولٱ رلٱ حيلٱ و لٱ ‬ ‫ت لٱ كذا للٱ لٱ لبعلٱ وو للٱ دلٱ لللٱ و لٱ ‬ ‫سووووووو لر لٱ ‬ ‫كو ولٱ ‬ ‫اءلٱ إوذالٱ للٱ موالٱ لٱ ‬
‫لٱ لرلٱ ق ووو ولٱ لٱ للور لٱ ‬ ‫‪ 41‬لٱ ‬
‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل ل ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل ل ُ‬
‫َل لٱ ‬‫لو لستلٱ لٱ أصلٱ ووووو لٱ ‬ ‫كوسلٱ وو لرلٱ ةُلٱ لٱ ‬ ‫تلٱ للو لٱ ‬ ‫كو لٱ انو ولٱ ‬ ‫للٱ لحر و لٱ لٱ لستوعلٱ و لٱ ‬
‫َل لٱ أٱلٱ لٱ لٱ ‬ ‫إونلٱ لٱ لوملٱ لٱ ت لٱ ونلٱ مونلٱ قب ولٱ ‬ ‫‪ 42‬لٱ ‬
‫ُ‬ ‫ً ل ُ ل‬ ‫ل‬ ‫لل‬ ‫ل‬ ‫ل ُ ُ‬
‫يرالٱ إوذا لٱ لٱ توشووووووو ِهد لٱ ةۥ لٱ ‬ ‫وووور لٱ ‬
‫و‬ ‫لٱ ت‬ ‫وووف‬
‫و‬ ‫خ‬ ‫وجو ُلٱ دۥ لٱ ٱأ‬ ‫لٱ ف‪:‬لٱ ﵥف ور لٱ ﵤلٱ ل وكسلٱ ورلٱ يُ للٱ ‬ ‫لۡللوف و لٱ ‬ ‫ٱ‬ ‫‪ 43‬لٱ ‬
‫ ِه‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ ِه‬ ‫ ِه‬ ‫ل‬
‫لَّوﵤ لٱ ‬ ‫ووح للٱ ن‪69‬لٱ لٱ اٱلٱ ضوملٱ كو‪ :‬ﵥعب ُلٱ د‪70‬لٱ لٱ ‬ ‫لَّوﵤ لٱ لعونلٱ فت ولٱ ‬ ‫خو وملٱ للَل لملٱ ولٱ موووو ونلٱ لسلٱ ووو وملٱ ﵥ لٱ ‬ ‫لٱ لٱ فو ولٱ ‬ ‫‪ 44‬لٱ ‬
‫ل ل‬ ‫ل‬ ‫ل ل‬ ‫ل ل‬ ‫ل ل ل‬
‫الﵤلٱ للٱ ٱﵥلل لع لصاﵤ لٱ ‬ ‫صو لصا لٱ ل وِلطلٱ و لبا لٱ لٱ أقلٱ و لو لٱ لٱ لٱ نوحلٱ و ُلٱ و‪:‬لٱ ﵥق لٱ ‬ ‫لٱ ٱلخلٱ و ُ لٱ ‬
‫خو م ل‬ ‫لٱ لِلستوعلٱ وَلءولٱ ف ولٱ ‬ ‫و‬ ‫حور‬ ‫ٱ لٱ ‬ ‫‪ 45‬لٱ ‬
‫ل‬ ‫ل ُ ُّ‬ ‫لل ل ل ُ ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫فلٱ بوو‪:‬ﵥَنلق ملٱ ﵤلٱ لٱقعلٱ لٱ ‬ ‫ۡلوللٱ و لٱ ‬
‫طتﵤلٱ لٱ ٱل لٱ ‬ ‫ﵥبس لٱ ‬ ‫طتﵤ‪,‬لٱ لٱ مووعلٱ لٱ ‬ ‫ُ‬ ‫لٱبل و ولٱ ‬
‫يلٱ ل وإلطلٱ و لبا لٱ لٱ ولٱ مونلٱ ‪:‬لٱ ﵥأح لٱ ‬ ‫‪ 46‬لٱ ‬
‫ل‬ ‫ل ل‬ ‫ل ل ل ل ل ُ‬ ‫ل ل ُّ ُ‬
‫ل‬
‫تﵤلٱ لٱ ٱﵥللمغضو ولٱ ﵤلٱ موعلٱ ﵥضللنوواﵤ لٱ ‬ ‫ﵥأنعم لٱ ‬ ‫لٱ فلٱ ﵥ لج لعل للٱ نواﵤ لٱ ‬
‫ون و‬ ‫كو و‬ ‫لٱ للس لٱ ‬ ‫لٱلحلٱ و ورَلٱ لَع‬ ‫‪ 47‬لٱ ‬
‫ُم ُظ ً‬ ‫ل‬ ‫ل ل‬ ‫واح‪:‬لٱ ﵥ لُم ُذ ً‬ ‫ل‬
‫صﵤ لٱ ‬ ‫وراﵤلٱ ﵥ لع ل لٱ ‬ ‫خوو لٱ لشت و لبواهووهولٱ بووو‪:‬ﵥ لٱ ‬ ‫سﵤ لٱ ‬ ‫ٱراﵤلٱ ﵥ لع ل لٱ ‬ ‫لٱخل ووصلٱ لنفو لت للٱ ‬ ‫‪ 48‬لٱ ‬
‫ل‬ ‫ل ِه‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫فﵤلٱ ﵥف وتن لتواﵤ لٱ ‬ ‫كوو ملٱ ﵤلٱ للٱ ٱﵥت لت لو لٱ ‬ ‫شوور لٱ ‬ ‫كووو‪:‬ﵥ ولٱ ‬ ‫لٱ ٱبوو‪(:‬توووووا) لٱ ‬ ‫(َك ) ل‬ ‫وووودةًلٱ بوو‪:‬‬
‫اعلٱ ش ِه‬ ‫لٱ لر و‬ ‫‪ 49‬لٱ ‬
‫ل‬ ‫ ِه‬ ‫لٱ كووو‪:‬ﵥقُل ِه‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل ل‬ ‫ل ل ِه ل‬
‫لٱ ِلﵤ‪,‬لٱ لٱأبوونلٱ لٱ ‬ ‫لٱ ر ولٱ ﵤلٱ للٱ ٱ‪:‬ﵥبلل لٱ ‬ ‫أةغوووم‬ ‫لٱ سوكوووووونلٱ لٱ ‬ ‫جنوسلٱ إون‬ ‫ل‬
‫ٱأٱللٱ موثووللٱ ٱ و‬ ‫‪ 50‬لٱ ‬
‫ل ل‬ ‫ل ُ ُ ُ‬ ‫ُ ل‬ ‫ل ُ ْ ُ‬
‫ِللٱ تزوغلٱ لٱ لٱ قو لٱ لووو ل لٱ ﵤلٱ ﵥفل لت لٱ قووووملٱ ﵤ لٱ ‬
‫ﵥ لسبوحلٱ و ُلٱ هﵤلٱ ﵥ لٱ ‬ ‫فلٱ يلو ولٱ مﵤلٱ لمعلٱ لٱ ﵥقالولٱ الٱ لٱهملٱ ﵤلٱ للٱ ٱ‪:‬ﵥقللٱ لٱ ن لعملٱ ﵤ لٱ ‬
‫‪ 51‬لٱ ﵥ و لٱ ‬
‫ل‬ ‫ُ ُّ‬ ‫ ِه‬ ‫ل ل ل ل‬ ‫ل‬ ‫ ِه‬
‫جوى لٱ ‬ ‫لم لٱ ي وووزلٱ ولٱ موو لنلٱ (للووظاءولٱ )لٱ ‪,‬لٱ لٱ لٱ كو للٱ هووووا لٱ لٱ تو ولٱ ‬ ‫َمووو لر ولٱ ۦ لٱ ‬
‫لٱ ٱ لٱ ‬ ‫اة)لٱ بوٱسلٱ و لٱ ت ووطالة‬ ‫للٱ ٱ( لٱ ‬
‫للضوووو لٱ ‬ ‫‪ 52‬لٱ ‬
‫ ِه‬ ‫ل ل ل‬ ‫ل ل‬ ‫ل‬ ‫ُّ‬ ‫ُّ‬ ‫ ِه‬
‫نظرلٱ )لٱ (عظ لٱ م)لٱ (ظهلٱ ورولٱ )لٱ (لللف و لٱ ۦ) لٱ ‬ ‫(أيلٱ قو لٱ )لٱ لٱ ٱ(لٱ أ و‬ ‫ول)لٱ (للظه ولٱ ر)لٱ ( ُعظ ُلٱ م)لٱ (لح وف و لٱ ) لٱ ‬
‫ن) لٱ (ظ لٱ ‬
‫ف‪(:‬للظع ولٱ ‬
‫‪ 53‬لٱ و لٱ ‬
‫ل‬ ‫لٱ (ظف لٱ ر )لٱ ( ل‬ ‫ل ل ل ُ‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫لنت وظرلٱ )لٱ (ظ للٱ موووا) لٱ ‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬
‫و ولٱ ‬
‫ن‬ ‫(لغل )لٱ (ظَلم)‬ ‫)لٱ (ظل للٱ مووا) لٱ ‬ ‫اظ‪)71‬لٱ (كظم‬ ‫‪ 54‬لٱ (ظاهور)لٱ (لظى)لٱ (ش لو لٱ ‬
‫ل)لٱ لنل ِهحل ُ‬ ‫ل ِه‬ ‫ل ل‬ ‫ل ل‬
‫لٱ زخ ُر لٱ ( للٱ ‬ ‫وض للٱ ‬
‫ل‬
‫سووووو للٱ وا) لٱ ‬ ‫و‬ ‫ي)‪,‬لٱ (ظ لٱ ‬ ‫(ع و‬ ‫‪ 55‬لٱ (أظف لر)لٱ (ظ ًنا)لٱ كي لٱ ‬
‫فلٱ لجا‪,‬لٱ للٱ ٱ( وع )لٱ س لوو لٱ لٱ ‬
‫ُّ‬ ‫ُ‬ ‫ل ِه‬ ‫ل‬ ‫ْ‬ ‫ل ُّ‬
‫لٱ (نلو للٱ ظوووو لٱ لۥ) لٱ ‬ ‫كٱح وجلٱ وو ولٱ ر‪,‬لٱ (ظ لٱ لووت)لٱ ش للٱ عوو لرا لٱ ‬ ‫وا) لٱ ‬
‫ل ل ل ل‬
‫ت)لٱ (ظل ُلٱ توملٱ )لٱ لٱ لٱ ب وو ُرٱ لٱ (ظ لٱ لووو لٱ ‬
‫لٱ ٱ(ظللٱ و لٱ ‬ ‫‪ 56‬لٱ ‬

‫ل ً‬
‫وَل ‪Ibnun Nâzhim: Qaf kedua boleh dibaca fathah atau kasrah:‬‬ ‫‪ُ (Al-Hawâsyî hal. 143).‬مقلق لٱ ‬
‫‪68‬‬

‫ل ل‬ ‫ل‬
‫ح لنولٱ ‪ tapi cara membacanya di-naql menjadi:‬فتحلٱ لٱ أٱ ‪Aslinya:‬‬
‫‪ (Al-Ihkâm hal. 92).‬فت و‬
‫‪69‬‬

‫ل ل‬
‫‪.‬كو‪:‬عب للٱ د ‪Syaikhul Islâm (hal. 34) dan Al-Qâriy (hal. 156): boleh membaca dengan fathah:‬‬
‫‪70‬‬

‫ُ‬
‫اظ ‪Ibnun Nâzhim (hal. 178): boleh membaca dengan Syin kasrah:‬‬ ‫‪.‬ش لوو لٱ ‬
‫‪71‬‬

‫‪41‬‬
‫‪Muhammad Laili Al-Fadhli‬‬

‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل ل ً‬ ‫ُ‬ ‫ن)‪,‬لٱ ( لُم ُظ ً‬ ‫ل‬


‫ظووووو ولٱ رۦ‬ ‫لنل ِهوو لٱ ‬ ‫لٱ فوووظالٱ ‪,‬لٱ لٱَجويوو للٱ ع‪72‬لٱ لٱ لٱ ‬ ‫ظو ولٱ رۦ) لٱ لٱكنووت لٱ ‬ ‫للمح لت ولٱ ‬ ‫ورا)لٱ لم لعلٱ ( ُ‬ ‫( ليظلل للٱ ‬ ‫‪ 57‬لٱ ‬
‫ل ل ُ ل ِه ُ ل ُ ٌ ل‬ ‫ل ٌ ‪ 73‬ل ل ُ ل ل‬ ‫ ِه‬
‫اصووووو لرهلٱ لٱ ‬ ‫لٱ قوو ولٱ ‬ ‫اضوو لرهلٱ ) لٱ ٱ(للغيوو )لٱ ِللٱ للرعلٱ ودلٱ ٱ لٱ هووة لٱ ‬ ‫ٱللٱ (ن ولٱ ‬ ‫ل )لٱ (هللٱ )لٱ ٱأ لٱ ‬ ‫إوِللٱ بوو‪(:‬ٱي لٱ ‬ ‫‪ 58‬لٱ ‬
‫ل ُ‬ ‫ل‬ ‫ل ُّ ‪ 74‬ل ل‬ ‫ل ل ُّ ل‬
‫ام لٱ ‬ ‫لٱ سوووووووو و لٱ ‬ ‫لۡلووووَل للٱ ‬ ‫وي ولٱ ن‪)75‬لٱ لٱ ‬ ‫لٱ وفلٱ (ضون ولٱ ‬ ‫لٱ للط للٱ عووو ولٱ ‬
‫ام‬ ‫لَع ِه‬ ‫ض )لٱ ‬ ‫ح لٱ )لٱ ِللٱ (لح لٱ ‬ ‫ٱل(‬ ‫‪ 59‬لٱ ‬
‫ ِه‬ ‫ُّ‬ ‫ل ل ل ل‬ ‫ُ ل‬ ‫ل ل ل‬
‫نقووضلٱ ظهلٱ و لر للٱ ﵤ‪,‬لٱ ﵥ للٱ ي للٱ عوضلٱ للظا لٱ ل وووو ُلٱ مۥﵤ لٱ ‬ ‫ِإَون لٱ لٱ توووَلق للٱ يوووووالٱ لِلل للٱ يووووانلٱ ِلزو ُلٱ مۥ‪ :‬لٱ ﵥأ لٱ ‬ ‫‪ 60‬لٱ ‬
‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫تﵤلٱ لمعلٱ ﵥألفلض لٱ تُوو ُمۥﵤ لٱ لٱ ل‬
‫اهو ُلٱ هوملٱ ﵤلٱ ﵥ لعلي ولٱ هووو ُمۥﵤ لٱ ‬ ‫ج للٱ بو لٱ ‬ ‫و‬ ‫ﵥ‬ ‫لٱ ‬ ‫‪:‬‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ه‬ ‫ف‬ ‫و‬ ‫و‬ ‫لٱ ‬
‫ص‬ ‫ل‬
‫للٱ ٱﵥلض ُط ِهلٱ رﵤلٱ لمعلٱ ﵥ لٱعظ ل لٱ ‬ ‫‪ 61‬لٱ ‬
‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل ل ُ‬ ‫وة)لٱ موونلٱ نُون ل‬ ‫ُ ِه ل‬ ‫ل ل‬
‫ي) لٱ ‬ ‫لٱ موالٱ شوووووودوةا‪,‬لٱ للٱ ٱ(أخووووفو ل لٱ ‬ ‫لٱ ٱمووووونلٱ لٱ مويوووملٱ إوذا‬ ‫ون لٱ ‬ ‫ورلٱ للغ‬ ‫لٱ ٱ(أ و و‬ ‫ه‬ ‫و‬ ‫ظ‬ ‫‪ 62‬لٱ ‬
‫لل‬ ‫ل‬ ‫لٱ للمخووو ل‬ ‫لل‬ ‫يوووووملٱ إنلٱ تلووس ُ نلٱ ب ُغ ِهنوووة ل ل‬
‫وووللٱ للةا لٱ ‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫وتارولٱ موووونلٱ أ‬ ‫لٱ لَع ُ‬ ‫لٱ دل لٱ لٱ بلووواء‬ ‫و‬ ‫و‬
‫ل‬ ‫لل وم‬ ‫‪ 63‬لٱ ‬
‫ل لل ل ل ل ل ل‬ ‫ل‬ ‫ل ل‬
‫وووووف لٱ ‬
‫و لٱ ‬ ‫لٱ ٱفووالٱ أنلٱ تووخ لت‬ ‫وور و لٱ ۦ لٱ لٱلحوووذرلٱ دل لٱ ٱاٱلٱ ‬ ‫اِقلٱ للح ُ‬ ‫و‬ ‫وو‬ ‫ونود لٱ لٱ بل‬
‫ورن لها)لٱ ع ل‬ ‫ل‬ ‫ه‬
‫ٱ(أ و‬‫ظ‬ ‫‪ 64‬لٱ ‬
‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫لُ‬ ‫ل‬
‫ب)لٱ (إخ لٱ فوووا) لٱ ‬ ‫ام)لٱ ( لٱقل ٌ لٱ ‬ ‫غوو ٌلٱ ‬ ‫ار ولٱ ن)لٱ لٱ (لة لٱ ‬ ‫لٱ ٱنوووونلٱ يُلوووفوووىلٱ لٱ (إوظ لهوو ُلٱ ‬ ‫لٱ ُحو ُملٱ تنوووين‬ ‫‪ 65‬لٱ ‬
‫ل‬ ‫ ِه ل ُ‬ ‫ ِه‬ ‫ ِه‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫ِللٱ لٱ ب وو لٱ غو ِهلٱ نوووووةلٱ لٱ لٱ لوووووو وزملٱ لٱ ‬ ‫فلٱ (لِل ولٱ ملٱ للٱ ٱللووورا)لٱ لٱ ‬ ‫حل ولٱ )لٱ (أظ وهرلٱ )‪,‬لٱ ( للٱ ٱلةغوملٱ ) لٱ و لٱ ‬ ‫ندلٱ ( لحر و لٱ لٱ ل ل‬ ‫ف وع للٱ ‬ ‫‪ 66‬لٱ ‬
‫ْ‬ ‫ل لُ‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ ِه‬ ‫ُ‬ ‫ ِه‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل ل‬
‫ف‪:‬لٱ (يووووومونۥ) إوِللٱ ب و و لمووووةلٱ كووووو‪:‬ﵥةنيوووواﵤلٱ عنونو لٱ ‬
‫ووووا‬ ‫ُ‬ ‫لٱ ٱ(أةلٱ غوموووونلٱ بوغنووووةلٱ )لٱ و لٱ ‬ ‫‪ 67‬لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل ل‬ ‫ ِه‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل ل‬
‫خووووذا‬ ‫ووواِقلٱ لحوووورٱ و لٱ أ و‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ٱللقلوووبلٱ عونووودلٱ لِلوووالٱ بوغنوووةلٱ ‪ ,‬كوووذا ل وِلخفووووالٱ دل لٱ بو و‬ ‫ل‬ ‫‪ 68‬لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ل‬ ‫ٌ ل‬ ‫ل لل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ٌ لل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ٌ‬ ‫ُّ ل‬
‫ت ٱ(جووووائوز)لٱ ‪,‬لٱ ٱهووووولٱ ٱقصووووورلٱ ثبتووووا‬ ‫ٌ‬ ‫جوووووب)لٱ أ لٱ ‬ ‫ووووود‪:‬لٱ (ِلزوم)لٱ ٱ(ٱا و‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱللم‬
‫ل‬ ‫‪ 69‬لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫للٱ ل‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ُّ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ٌ‬
‫وللٱ يموووودلٱ ‬ ‫يلٱ ٱبوووووالط و‬ ‫كنلٱ حووووال و‬ ‫فووو(ِلزوم)‪ :‬إونلٱ جوواءلٱ بعوودلٱ حوور و لٱ موودلٱ سووووا و‬ ‫‪ 70‬لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ً‬ ‫ ِه‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل ل ل ل‬ ‫ٌ‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫صوووووَل)لٱ إونلٱ َجوعوووووالٱ ب و و لموووووةوۦ‬ ‫جووب)‪:‬لٱ إنلٱ جوواءلٱ قبووللٱ همووزلٱ ة وۦ (مت و‬ ‫ٱ(ٱا و‬ ‫‪ 71‬لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل ل‬ ‫ُ‬ ‫ُّ ُ ُ ل ً‬ ‫ل ل ل ل‬ ‫ل‬ ‫ٌ ل لل ُ ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬


‫لٱ ‬

‫وووووَل) أٱلٱ (عووورضلٱ للسوووكون)لٱ ٱقفوووالٱ مسوووج لٱ ‬


‫َل‬ ‫لٱ ‬ ‫ص‬‫تلٱ (منف و‬ ‫(ٱجووووووائ و لٱ ز)‪:‬لٱ إوذالٱ أ لٱ ‬ ‫‪ 72‬لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫لٱ ‬

‫ل ل‬
‫ويع ‪Menurut Al-Qâriy (hal. 189) dengan jarr lebih jelas dan tepat:‬‬
‫‪.‬ٱَج ولٱ ‬
‫‪72‬‬

‫‪ (Al-Ihkâm hal. 103).‬بوو‪ :‬لٱيللٱ ‪Pada sebagian naskah An-Nâzhim dengan kasrah:‬‬
‫‪73‬‬

‫‪74‬‬
‫ض ‪Menurut Al-Qâriy (hal. 191) dengan jarr (kasrah):‬‬ ‫لح و للٱ ِل ل‬
‫لٱ لح و لٱ ‬ ‫‪ .‬للٱ ٱ ل‬
‫ل‬
‫‪, namun para pe-syarh telah menerangkan riwayat‬ظن ويلٱ ‪Dalam naskah An-Nâzhim:‬‬
‫‪75‬‬

‫‪kedua lafazh ini. Adapun kebanyakan ulama kontemporer meriwayatkan dengan Dhad‬‬
‫‪untuk menunjukkan cara bacanya dalam riwayat Hafsh.‬‬

‫‪42‬‬
‫‪Matn Manzhûmah Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah‬‬

‫ُ‬
‫لٱ مع ورفووووةولٱ (لل ُوقووووو و لٱ ۦ)‬
‫ل ل‬
‫وووودلٱ مووووون‬ ‫ ِه‬ ‫لِلبُ‬ ‫وووورٱ و لٱ ۦ‬ ‫حو ُ‬ ‫ودلٱ تلوووووجوي ود ل لٱ ل ول ُ‬ ‫لٱبلعوووو ل‬
‫و‬ ‫‪ 73‬لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ٌ ل ل‬ ‫ً ل‬ ‫ل لل‬ ‫ُ ل‬ ‫ل‬ ‫ل ل ُ‬ ‫ل‬ ‫لٱ و‬


‫لٱ ‬

‫ووووة‪:‬لٱ (تووووام)لٱ ٱ(َك )لٱ ٱ(حسوووون)‬ ‫ثَلث لٱ ‬ ‫(لِلبتووووووداءو)‪,‬لٱ ٱهلٱ تقسوووووملٱ إوذنلٱ ‬ ‫‪ 74‬لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ل‬ ‫ً‬ ‫ل‬ ‫ٌ ل ل ل‬ ‫ل ل ُّ‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل ِه ل‬


‫لٱهلٱ ل وموووالٱ تو لٱ ‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫لٱ ‬

‫تعلووووو لٱ ‪-‬لٱ أٱلٱ َكنلٱ معووووونلٱ ‪ -‬فٱبتووووودوي‬ ‫ووم‪:‬لٱ فوووإونلٱ لوووملٱ يوجووو ولٱ دۦ‬ ‫‪ 75‬لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ ِه ُ ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫لل ً‬ ‫ل ل‬ ‫ُ‬ ‫ ِه‬ ‫ل‬
‫لٱ ‬

‫آليلٱ جوووووووووزلٱ لٱ لٱ فٱحسووووووونلٱ ‬ ‫ٱسلٱ ل ولٱ ‬ ‫ِللٱ رؤ لٱ ‬ ‫إ و لٱ ‬ ‫ف)‪,‬لٱ (ٱلفظا)‪:‬لٱ فوٱم لٱ نعنلٱ ‬ ‫ام)‪,‬لٱ ( لٱ فٱلك و لٱ ‬ ‫( لٱ فٱتل لٱ ‬ ‫‪ 76‬لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬

‫ووودا‪77‬لٱ لقبللووووهۥُ‬ ‫لٱ ٱيُبو ل‬ ‫وووط ًرا ل‬ ‫وووف‪76‬لٱ ُمضو ل‬ ‫يوقو لٱ ‬


‫ُ ل ُ‬ ‫ووويح)‪ ,‬لٱ لِلۥُ‬ ‫ٌ‬ ‫ل ِه ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل ل‬
‫وووم‪:‬لٱ (قب و‬ ‫ٱغووويلٱ موووالٱ ت لٱ ‬ ‫‪77‬‬
‫ل لٱ ل‬ ‫للٱ ل‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل ٌ ل‬ ‫ل‬ ‫‪78‬‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬
‫ِلۥلٱ سووووببلٱ ‬ ‫وووويلٱ لٱ مووووالٱ لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫املٱ غ‬ ‫ِللٱ حوووور لٱ ‬ ‫ٱ لٱ ‬ ‫آنلٱ ولٱ مونلٱ ٱقلٱ وفلٱ لٱ ٱجوبلٱ ‬ ‫فلٱ للقر ولٱ ‬ ‫سلٱ و لٱ ‬ ‫ٱلي لٱ ‬ ‫‪78‬‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬

‫لل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬
‫املٱ فويموووالٱ قووودلٱ لٱ أ لٱ ‬
‫ت‬ ‫و‬
‫لإلمووو لٱ ‬ ‫ف لٱ و‬
‫‪79‬‬
‫ووح و لٱ ‬
‫فلٱ للمصو لٱ ‬ ‫و لٱ ‬ ‫(تا)‬ ‫وصوللٱ )لٱ ٱ لٱ ‬ ‫طوعلٱ )لٱ ٱ(م لٱ ‬ ‫لٱلع ور لٱ لٱ ل وو(مقلٱ لٱ ‬ ‫‪79‬‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل‪ 80‬ل ل ل ل ِه‬ ‫ ِه‬ ‫ل‬ ‫ل‬


‫لموووووووعلٱ ‪:‬لٱ ﵥملجووووووو لٱ أ ﵤلٱ لٱ ٱﵥ لٱ ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫لٱ ‬

‫ِلﵤ‬ ‫ِللٱ إ و لٱ ‬
‫ِللٱ إ و لٱ ‬ ‫ِلﵤ‬ ‫فووٱقطعلٱ لٱ بوعشووو ولٱ رلٱ ِك لٱ ومووووواتلٱ ‪:‬لٱ ﵥأنلٱ لٱ ‬ ‫‪80‬‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ل ل ُ ُ ْ‬
‫لٱ ‬

‫ل ُ ْ لل‬ ‫ُ ل‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ُ ل ل‬ ‫ل ل‬ ‫ل‬


‫ور لٱ ﵤلٱ ﵥيلدلٱ خلنﵤلٱ ﵥتعل لٱ ‬ ‫ورك للٱ ‬
‫لٱ ‬

‫لَعﵤ لٱ ‬
‫والٱ لٱ ‬ ‫نﵤلٱ ﵥتش و‬ ‫يش و‬ ‫وة‪,‬لٱ ﵥ لٱ ‬
‫ِل‬ ‫واِنلٱ هوو لٱ ‬ ‫ووي‪,‬لٱ ث و لٱ ‬ ‫ٱاﵤلٱ ياس لٱ ‬ ‫ﵥٱتع لٱ بد لٱ ‬ ‫‪81‬‬
‫لٱ ‬
‫لٱ ل ِه ل ُ ُ ْ ل ل ُ ل‬
‫صووللٱ ‪,‬لٱ ﵥ لٱ لعوونلٱ ِهمووا‬ ‫ٱلرعوو ولٱ دلٱ للٱ ٱ(لللٱ لمف ُتوو للٱ ‬ ‫ب ِه‬ ‫ ِه‬
‫لٱ ‬

‫وح)لٱ و‬ ‫و‬ ‫ولﵤ‪,‬لٱ ﵥإونلٱ لٱ ماﵤ‪:‬‬ ‫ِللٱ أ لٱ ق لٱ ‬ ‫واﵤلٱ ﵥ لٱ ‬ ‫ول لٱ ‬ ‫ِللٱ يق لٱ ‬ ‫ﵥأنلٱ لٱ ‬ ‫‪82‬‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫ُلٱ ُ ْ‬
‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ل ل‬ ‫ُ ُ‬ ‫ل ُ ْ‬
‫ي‪,‬لٱ ﵥأملٱ لموونلٱ ﵤ‪:‬لٱ ﵥأ ِهس لسوواﵤ‬ ‫للم لنووافوقو لٱ ‬ ‫فلٱ ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ ِه‬
‫لٱ ‬

‫خلوو لٱ ‬ ‫والٱ ﵥمونلٱ لٱ ماﵤ‪:‬لٱ بورٱ لٱ لٱ ٱللنوسوا‬ ‫واﵤلٱ لقط لٱ ع لٱ ‬ ‫نه لٱ ‬ ‫‪83‬‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫ُلٱ ل‬
‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ُ ِه‬ ‫ل ُ ل ل‬ ‫ل ل ِه‬ ‫ل‬ ‫ل ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬


‫لٱ ‬

‫نلٱ موواﵤ‬ ‫وح‪,‬لٱ كسووولٱ لٱ رلٱ ﵥإ و لٱ ‬ ‫لٱ ٱﵥأنلٱ لوو ولٱ مﵤلٱ لللٱ مفتوو لٱ ‬ ‫ثلٱ موواﵤ‪:‬‬ ‫سالٱ ٱذوبوحلٱ ‪ ,‬ﵥحيو لٱ ‬ ‫للن و لٱ ‬ ‫تلٱ لٱ ‬ ‫ص لٱ ل ولٱ ‬ ‫ف و‬ ‫‪84‬‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫للٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل لل‬ ‫ل ل‬ ‫ُ ل ل‬ ‫ل ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل ُ ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬


‫لٱ ‬

‫اللٱ ٱنوووووللٱ لٱ ٱقعوووووا‬ ‫ِلنفووووو ولٱ ‬ ‫فلٱ ل لٱ ‬


‫ٱخلووووو لٱ ‬ ‫ونﵤلٱ معوا‬ ‫ع لٱ ‬ ‫وح)‪:‬لٱ ﵥيد لٱ ‬ ‫ام‪,‬لٱ (ٱللمف لٱ ت لٱ ‬ ‫ِلن لٱ ع لٱ ‬ ‫ل لٱ ‬ ‫‪85‬‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬

‫ل ل ل‬ ‫ل‬ ‫ُ ُّ ْ ل ل ُ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ل ل‬ ‫ل‬ ‫ل ُ‬


‫صوفلٱ ‪:‬‬ ‫للٱ و‬ ‫ل‬
‫ٱاﵤلٱ كذالٱ ﵥقللٱ لٱ بوئس لٱ ماﵤ‪,‬لٱ ٱللوصلٱ لٱ ‬ ‫ﵥرة لٱ ‬ ‫وهﵤ‪ ,‬ٱلختل ووووفلٱ ‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫كلٱ موووالٱ سوووأتل لٱ م لٱ ‬ ‫لٱ ٱﵥ ولٱ ‬ ‫‪86‬‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬

‫للُ‬
‫‪,‬للوقفلٱ ‪Dalam naskah An-Nâzhim:‬‬
‫‪76‬‬
‫‪namun para pe-syarh telah menjelaskan riwayat‬‬
‫‪keduanya (Al-Ihkâm hal. 115).‬‬
‫‪ (Al-Ihkâm hal. 115).‬لٱ ليب لدا ‪Sebagian ulama membacanya:‬‬
‫‪77‬‬

‫ل‬
‫‪ُ,‬يبلٱ ‪Dalam naskah An-Nâzhim:‬‬
‫‪78‬‬
‫‪ namun para pe-syarh telah menjelaskan riwayat‬و‬
‫‪keduanya (Al-Ihkâm hal. 115).‬‬
‫‪.‬مص لح و لٱ ‬
‫ف ‪Dalam riwayat Syaikhul Islâm dan Al-Qâriy tanpa Lam Ta’rîf:‬‬ ‫ُ‬
‫‪79‬‬

‫لمل لج لٱ أ و ‪Al-Qâriy (hal. 271) mengatakan boleh dibaca dengan fathah dan kasrah:‬‬
‫‪80‬‬

‫‪43‬‬
‫‪Muhammad Laili Al-Fadhli‬‬

‫ل ُ ْ‬ ‫لل‬ ‫ُ‬ ‫لل ْ‬ ‫لل‬


‫ٱحﵤلٱ ﵥأفض ُت ُلٱ مﵤلٱ ﵥلش لت لهتلٱ ﵤ ﵥيبل لٱ ‬
‫واﵤلٱ لم للٱ عووا لٱ ‬ ‫فلٱ للٱ موواﵤلٱ لق لط لعا‪ :‬لٱ ﵥأ و لٱ ‬
‫َتٱلٱ اﵤلٱ ﵥ و لٱ ‬ ‫ﵥخلفتُ ُم و لٱ ‬
‫ونﵤلٱ للٱ ٱﵥلش‬ ‫‪87‬‬
‫ل‬ ‫ُ ُ ل ل ‪ 82‬ل ل ل ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫صوووَللٱ ‬ ‫‪83‬‬
‫ووويلٱ هوووا لٱ و‬ ‫وووعرا ‪,‬لٱ ٱغ لٱ ‬ ‫يووول‪,‬لٱ ش لٱ ‬ ‫زن لٱ ‬ ‫لُك ت و‬ ‫ٱم‪ ,81‬و لٱ ‬ ‫نﵤ‪,‬لٱ لٱق لعووتلٱ ‪,‬لٱ ُر ٌلٱ ‬ ‫اِنلٱ ﵥ لٱ ف لعلوو للٱ ‬ ‫ثوو و لٱ ‬ ‫‪88‬‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ل لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ُّ‬ ‫ل‬ ‫ل ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬


‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ﵥفأي لن للٱ مواﵤلٱ كٱنلح ولٱ ‬
‫ ِه‬
‫لٱ ‬

‫‪84‬‬
‫صوووفلٱ لٱ ‬ ‫سووالٱ ٱ ولٱ ‬ ‫فلٱ للش لٱ عوورالٱ للحلٱ ووزا ولٱ لٱ ٱللن و لٱ ‬ ‫صللٱ ‪,‬لٱ لٱ ٱلٱ َمتل وفلٱ لٱ و لٱ ‬ ‫ل‪ :‬لٱ و‬ ‫‪89‬‬
‫ْ لل‬ ‫ل‬ ‫ل ل ل لُ ْ‬ ‫ل‬ ‫ُ ل ل ِه ل ل‬ ‫ل ِه‬
‫لَعﵤ‬ ‫واﵤلٱ ﵥتأ لسووولٱ لٱ الٱ لٱ ‬ ‫َللٱ ُتزن و لٱ ‬ ‫َن لم و للٱ عﵤ‪,‬لٱ ﵥكووي لٱ ‬ ‫وَلﵤ ﵥ لٱ ‬ ‫وة‪,‬لٱ ﵥألنلٱ َن لع لٱ ‬ ‫صوللٱ ‪:‬لٱ ﵥفإولملٱ ﵤلٱ لٱ هو لٱ ‬ ‫لٱ ولٱ ‬ ‫‪90‬‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل ل ُ‬ ‫ل ل ل ِه‬ ‫ل ِه ل ل‬ ‫ُ‬ ‫لل ل ل ل ٌ لل‬


‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫لحووجلٱ لٱ ﵥعليوو لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫لﵤ‪,‬لٱ ﵥيوولٱ لٱ ملٱ هوملٱ ﵤ‬ ‫اءﵤلٱ ﵥمنلٱ تو لٱ ‬ ‫ش لٱ ‬ ‫كلٱ حوور لٱ ﵤ‪,‬لٱ ٱقطعهووملٱ ﵥعنلٱ منلٱ ي لٱ ‬ ‫‪91‬‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ل ل ل ل ِه‬
‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل َٰٓ ُ ل‬ ‫ل‬


‫لٱ ‬

‫صووووللٱ ‪,‬لٱ ٱٱهوو لٱ ‬


‫وووَل‬ ‫املٱ و‬ ‫إلموووو ولٱ ‬ ‫فلٱ ل ولٱ ‬ ‫ووويﵤلٱ و لٱ ‬ ‫ِلﵤ ﵥُتوو لٱ ‬ ‫نﵤلٱ ﵥهؤ لٱ ‬ ‫ٱ‪ :‬ﵥ لٱ ما ولٱ للٱ هوذاﵤلٱ لٱ ٱﵥلِلوي لٱ ‬ ‫‪92‬‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل ل ل ل ‪ 85‬ل ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ل ل لُ‬
‫لٱ ‬

‫ولۦ‬ ‫ص و‬ ‫ِللٱ تف و‬ ‫ون‪:‬لٱ (للو)لٱ ٱ(يوو)لٱ ٱ(هوولٱ )لٱ لٱ ‬ ‫وولۦ كذالٱ م لٱ ‬ ‫صو و‬ ‫لٱ ٱﵥٱزنوهووومۥﵤلٱ لٱ ٱﵥَكلوهوووملٱ ﵤلٱ و‬ ‫‪93‬‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ ِه‬ ‫ُ‬ ‫ُّ‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫لٱ ‬

‫‪88‬‬ ‫‪87‬‬ ‫‪86‬‬


‫َك و لٱ لٱ لِل لٱ قووووورهلٱ لٱ ‬ ‫وة لٱ لٱ ‬ ‫ِلعلٱ وورا و لٱ لٱ رٱ لٱ لٱ لٱ هوو لٱ ‬ ‫ت ﵤلٱ للزخوور و لٱ لٱ بوٱتلووالٱ زبورهلٱ ل لٱ ‬ ‫ۡحو لٱ ‬ ‫ﵥٱر لٱ ‬ ‫‪94‬‬
‫لٱ ‬
‫ل‬ ‫ ِه‬ ‫ُ‬ ‫ل ً ل ل ٌ ُُ‬ ‫ل ل‬ ‫لٱ ل ُ ل ل ل ُ ل‬
‫لٱ ‬

‫ان‪:‬لٱ ﵥهووملٱ ﵤ لٱ ‬ ‫وةلٱ لثلووو ولٱ ‬ ‫ات‪,‬لٱ عقووو لٱ ‬ ‫وي لٱ ‬ ‫ثلٱ نوللٱ ‪,‬لٱ لٱ إ وبورهووملٱ لٱ موعا‪:‬لٱ أخ لٱ ‬ ‫َل لٱ ‬ ‫وها‪,‬لٱ ثوو لٱ ‬ ‫تﵤ لٱ ‬ ‫ﵥن وعم لٱ ‬ ‫‪95‬‬
‫لٱ ‬ ‫ُ لٱ ‬
‫ُّ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل ل ل‬ ‫ُّ‬ ‫ٌ ل‬ ‫ُ ُ ِه ل‬ ‫ل‬
‫لٱ ‬

‫وروۦ‬ ‫تﵤ‪:‬لٱ بوهووووالٱ ٱلنلوووو لٱ ‬ ‫ان‪,‬لٱ ﵥلعنوووو لٱ ‬ ‫وروۦ عوموووور لٱ ‬ ‫انلٱ ثوووو لٱ ملٱ فوووواطولٱ لٱ رلٱ كٱلطوووو لٱ ‬ ‫لٱ لقمووو لٱ ‬ ‫‪96‬‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫ل لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ُ ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل ل ل‬ ‫ُ ُ ل‬ ‫ٌ‬


‫ُ ‪89‬‬
‫للٱ ٱﵥلمرأ لٱ ‬ ‫ل‬
‫لٱ ‬

‫خوصلٱ ‬ ‫صيتلٱ ﵤ‪:‬لٱ ب و لٱ قودلٱ لٱ س ولٱ موعلٱ لٱ لٱ يو لٱ ‬ ‫يم‪ ,‬لٱ ﵥمع و‬ ‫انلٱ للقصوصلٱ ‪ُ ,‬ت ور لٱ ‬ ‫فلٱ عومر لٱ ‬ ‫تﵤ‪ :‬لٱ يوس لٱ ‬ ‫‪97‬‬

‫‪ُ (Al-Ihkâm hal. 123).‬رٱ لٱ ‪Sebagian membaca dengan jarr:‬‬


‫‪81‬‬

‫ُّ ل‬
‫‪, untuk menyesuaikan wazn. (Al-Ihkâm hal. 124).‬للظل لٱ ةو ‪Sebagian ulama membaca:‬‬
‫‪82‬‬

‫‪83‬‬
‫يلٱ ذوي ‪Dalam riwayat Ibnun Nâzhim dan Syaikhul Islâm:‬‬ ‫‪.‬ٱ لغ ل‬
‫ل‬
‫ُ ل‬
‫)‪َ (Al-Ihkâm hal. 125‬م لتلفلٱ ‪Dalam riwayat lain:‬‬
‫‪84‬‬

‫ل‬
‫‪ , namun naskah An-Nâzhim sebaliknya.‬لٱهولٱ ‪,‬لٱ لٱ ليولٱ ‪Kebanyakan pe-syarh meriwayatkan: ,‬‬
‫‪85‬‬

‫‪86‬‬
‫ت ‪Al-Qâriy (hal. 298) mengatakan boleh dengan dhammah dan fathah:‬‬ ‫‪.‬ٱ لر ل‬
‫ۡح ل لٱ ‬ ‫ل‬
‫ُ‬
‫‪ (Al-Ihkâm hal. 130).‬هوةو ‪Naskah An-Nâzhim dengan fathah dan bisa dibaca kasrah:‬‬
‫‪87‬‬

‫ل ل‬
‫‪َ (Al-Ihkâm hal. 130).‬ك لٱ ‪Dua dhabth dalam naskah An-Nâzhim, kasrah dan fathah:‬‬
‫‪88‬‬

‫ل‬
‫‪ُ.‬ت ور للٱ ‬
‫يم ‪Menurut Al-Qâriy (303) bisa dibaca fathah:‬‬
‫‪89‬‬

‫‪44‬‬
‫‪Matn Manzhûmah Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah‬‬

‫ل‬ ‫ل‬ ‫ًُ ل ل‬ ‫ل‬


‫غوا لٱ ف ووووووو ولٱ رۦ لٱ ‬ ‫حوووور ِو‪91‬لٱ لٱ ‬ ‫اللٱ لٱ للٱ ‬ ‫لُكلٱ لٱلِلنو لٱ فوو ولٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫ان‪,‬لٱ ﵥ ُس ِهنتلٱ ﵤ‪:‬لٱ فاط ولٱ ورۦ لٱ ‬
‫ُّ ل‬
‫لدلخ ولٱ ‬ ‫ت‪90‬ﵤ‪:‬لٱ ‬
‫ل ل ُ‬
‫ج لر لٱ ‬ ‫ﵥش‬ ‫‪98‬‬
‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ ِه ُ ل‬
‫تﵤلٱ للٱ ٱﵥِك لوموتلٱ ﵤ‬ ‫ﵥف وط لرتلٱ ﵤلٱ ﵥبلقو ِهيتلٱ ﵤلٱ للٱ ٱﵥلب للٱ ن ٌ لٱ ‬ ‫فلٱ لٱق لعوتلٱ ‬ ‫تﵤ‪:‬لٱ و لٱ ‬‫تلٱ عيلٱ ﵤ‪,‬لٱ ﵥ لج ِهنو ٌ لٱ ‬ ‫ﵥقور لٱ ‬ ‫‪99‬‬
‫لٱ ‬ ‫ل لٱ ل ل ل‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬

‫ُ‬ ‫ ِه‬ ‫ً‬ ‫لل‬ ‫ً‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل ُ ُّ‬ ‫ل‬
‫ووور لٱ ‬ ‫َجعوووالٱ ٱفووورلٱ ةالٱ فويووو لٱ هو)‪:‬لٱ بوٱتلووواءولٱ لٱ ع و‬ ‫كلٱ م والٱ لختلوووفلٱ ‬ ‫ِلع ورا و لٱ ‪,‬لٱ لٱ ٱ( لٱ ‬ ‫أٱس و لٱ لٱ ل لٱ ‬ ‫‪100‬‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬

‫ُ ل‬ ‫ٌ‬ ‫ل ل ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬


‫ووووللٱ يضووووملٱ ‬ ‫ولٱ ‬ ‫ووووونلٱ للفوع‬ ‫ل‬
‫وووووثلٱ م لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫نلٱ ثال‬ ‫إونلٱ َك لٱ ‬ ‫للٱ ولٱ مونلٱ ف وعوللٱ لٱ بوضووملٱ ‬ ‫للٱ ٱلبدألٱ لٱ بوهملٱ و ولٱ زلٱ للوصلٱ و ولٱ ‬
‫ل‬
‫‪101‬‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ُل‬ ‫ ِه ل‬ ‫ل ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل ل‬ ‫ُ ل ل ل‬


‫للٱ ٱلك وسلٱ هلٱ ح لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ف‪:‬‬ ‫لِلسوووما لٱ ءولٱ غووويلٱ و لٱ لٱ للوووَل ولٱ ملٱ كسوووورهالٱ ٱ و لٱ ‬ ‫‪92‬‬


‫ح‪,‬لٱ ٱ و لٱ ‬
‫ف‬ ‫اللٱ للكسوورولٱ لٱ لٱ ٱللفوت ولٱ ‬ ‫‪102‬‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬


‫للٱ ٱﵥلمووورأةلٱ ﵤلٱ لٱ ٱﵥلسوووملٱ ﵤلٱ مووو لٱ علٱ ﵥلثنتو ولٱ ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫‪ 103‬ﵥلبنلٱ ﵤلٱ لم للٱ علٱ (لب لنةولٱ )لٱ ﵥلملٱ ورولٱ لٱ ﵤلٱ للٱ ٱﵥلثن ولٱ ‬
‫لٱ ‬

‫وويﵤ‬ ‫يﵤ لٱ ‬
‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫للل‬ ‫ل ُ‬ ‫ل ل‬ ‫ ِه ل‬ ‫ل ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬


‫‪93‬‬
‫ضلٱ لحركوووووهلٱ ‬ ‫تلٱ فوووووبعلٱ لٱ ‬ ‫ِللٱ إوذالٱ رمووووو لٱ ‬ ‫ُ‬ ‫إ و لٱ ‬ ‫ح لركوووهلٱ ‬ ‫للٱ ل لٱ ‬
‫فلٱ ب و ووو ولٱ ‬ ‫لٱ لحووواذ لٱ ورولٱ لل لوقووو لٱ ‬ ‫‪104‬‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل ل‬ ‫ل‬ ‫ل ً ِه‬ ‫ل‬ ‫لل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫لٱ ‬

‫ ِه ل‬
‫فلٱ رفوووووعلٱ لٱ ٱضوووووملٱ ‬ ‫إوشوووووارلٱ ةلٱ بوالضووووو ولٱ ملٱ و لٱ ‬ ‫ِللٱ بوفوووووتلٱ حلٱ لٱ أٱلٱ لٱ بونصوووووبلٱ ‪,‬لٱ ٱأ وشوووووملٱ ‬ ‫إ و لٱ ‬ ‫‪105‬‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ل ل‬ ‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُل‬ ‫ل‬ ‫ ِه‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫‪94‬‬
‫نلٱ تقدومووووهلٱ ‬ ‫ووووونلٱ ل وقووووارو ولٱ لٱ للقوووورا ولٱ ‬ ‫و لٱ ‬ ‫م‬ ‫لٱقوودلٱ تقضوووىلٱ لٱ نظوو و للٱ لٱ ‪(:‬للمقدومووهلٱ )‬ ‫‪106‬‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ل ُ ‪95‬‬ ‫ووووَل لٱ ةُلٱ لبعووووو ُلٱ دلٱ لٱ ِه‬ ‫ل‬ ‫ُثووووو ِهلٱ ملٱ ِه‬ ‫امُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ ِه ل‬
‫للٱ ٱلحملٱ وووووو لٱ دلٱ و لٱ ‬ ‫ل‬
‫لٱ ‬

‫ووووَل لٱ م‬
‫لٱ ‬ ‫للسو‬ ‫لٱ ‬ ‫للصو‬ ‫َّولٱ لٱ لووووووهالٱ خولٱ ووووووت لٱ ‬ ‫‪107‬‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫للٱ ل‬
‫لٱ ‬

‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬


‫ل‬ ‫لٱصووووووح لٱ ب و لٱ هولٱ ٱتوووووواب و و لٱ لٱ مون‬ ‫ل‬ ‫ُ‬ ‫ ِه‬
‫لٱ ‬

‫‪96‬‬
‫اِلوۦ‬‫ووووووو ولٱ ‬ ‫وووووفلٱ ٱالٱ لوووووولٱ لٱ هوۦ‬
‫لٱ ‬ ‫بلٱ لللٱ مصط‬ ‫لَعلٱ لنلوووو و ولٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫‪108‬‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫ ِه ل‬ ‫ل ل ل‬ ‫ُ‬ ‫ٌ‬ ‫ل‬ ‫ل ل ُ‬


‫ ِه‬ ‫لمووونلٱ ُي و‬ ‫فلٱ لل لعوووودةلٱ ل‬ ‫ٌ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫لٱ ‬

‫نلٱ لتلجوويووو لٱ دلٱ لٱ يظفووورلٱ لٱ بوٱلرشووودلٱ ‬ ‫سووو ولٱ ‬ ‫أبياتهووووالٱ قووووا لٱ لٱ ٱزا لٱ لٱ و لٱ ‬ ‫‪109‬‬
‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬ ‫لٱ ‬
‫لٱ ‬

‫لٱ ‬

‫ل‬
‫‪, tapi naskah An-Nâzhim‬ش لج لر ل لٱ ‬
‫ت ‪Dalam Al-Ihkâm (hal. 135) menggunakan fathah:‬‬
‫‪90‬‬

‫‪menggunakan dhammah.‬‬
‫لُ‬
‫‪91‬‬
‫‪.‬ٱأخ لر لٱ ‪Dalam riwayat Al-Qâriy (hal.204):‬‬
‫ل‬
‫ي ‪Al-Qâriy (hal.310) mengatakan bahwa bisa dibaca dengan kasrah atau fathah:‬‬ ‫‪.‬غ للٱ ‬
‫‪92‬‬

‫ل ل‬
‫‪.‬ح لركهلٱ ‪Dalam riwayat Ibnun Nâzhim dan Syaikhul Islâm:‬‬
‫‪93‬‬

‫ل‬
‫‪.‬تق ُد لمهلٱ ‪Dalam Al-Ihkâm (hal. 140) disebutkan boleh dibaca dengan dhammah:‬‬
‫‪94‬‬

‫‪95‬‬
‫‪Ini merupakan bait terakhir An-Nâzhim, adapun dua bait berikutnya adalah tambahan‬‬
‫‪dan bukan termasuk dari Manzhûmah Al-Muqaddimah. Wallâhu a’lam. (Lih. Al-Ihkâm hal.‬‬
‫‪140-142).‬‬
‫‪96‬‬
‫‪Bait ke-108 ini menurut Syaikhul Islâm ditemukan pada sebagian naskah An-Nâzhim.‬‬
‫‪Namun kebanyakan ulama menilai bukan termasuk bait An-Nâzhim. Sedangkan bait ke-109‬‬
‫‪para ulama sepakat bukan termasuk bagian dari bait Al-Muqaddimah.‬‬

‫‪45‬‬
Muhammad Laili Al-Fadhli

Catatan tambahan:
Sebagian pen-syarh kontemporer menyusun bait-bait syair penutup
Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah dengan susunan sebagai berikut:
‫ل ل‬ ُ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل ل ِه‬ ‫ل‬
‫نلٱ تقد لوموووووهلٱ‬ ‫وووونلٱ ل وقوووووارو ولٱ لٱ للقووووورا ولٱ‬ ‫ومو و لٱ‬ ) ‫(لل ُمقد لومووهلٱ‬: ‫لٱقوودلٱ تقضوووىلٱ لٱ نظوو و للٱ لٱ‬ 106
‫لٱ‬ ‫لٱ‬ ‫لٱ‬
‫لٱ‬

‫ ِه ل‬ ‫ل ل ل‬ ُ ٌ ‫ل‬ ُ ‫ل ل‬
‫ ِه‬ ‫لمووونلٱ ُي و‬ ‫فلٱ لل لعوووودةلٱ ل‬ ٌ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫لٱ‬

‫نلٱ لتلجوويووو لٱ دلٱ يظفووورلٱ لٱ بوٱلرشووودلٱ‬ ‫سووو ولٱ‬ ‫أبياتهووووالٱ قووووا لٱ لٱ ٱزا لٱ لٱ و لٱ‬ 107
‫لٱ‬ ‫لٱ‬ ‫لٱ‬
‫لٱ‬

‫ل‬
ُ‫وووووَل لٱ م‬ ‫ ِه‬ ‫ل‬ ُ ‫ل‬ ُ ‫ل‬ ‫ ِه‬ ‫ ِه‬ ُ ُ‫ام‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ ِه ل‬
‫للٱ ٱلحملٱ وووووو لٱ دلٱ و لٱ‬ ‫ل‬
‫لٱ‬

‫لٱ‬ ‫وووووَل لٱ ةلٱ بعووووو لٱ دلٱ ٱللس‬


‫لٱ‬ ‫ثووووو لٱ ملٱ للص‬ ‫َّولٱ لٱ لووووووهالٱ خولٱ ووووووت لٱ‬ 108
‫لٱ‬ ‫لٱ‬
‫للٱ ل‬
‫لٱ‬

‫ل‬ ‫ل‬
‫ل‬ ‫لٱ لصوووووووح لٱ ب و لٱ هولٱ ٱتووووووواب و و لٱ لٱ مون‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ُ ‫ ِه‬
‫لٱ‬

‫اِلوۦ‬ ‫وووووووو ولٱ‬ ‫وووووفلٱ ٱالٱ لوووووولٱ لٱ هوۦ‬


‫لٱ‬ ‫بلٱ لللٱ مصط‬ ‫لَعلٱ لنلوووو و ولٱ‬ ‫لٱ‬ 109
‫لٱ‬ ‫لٱ‬ ‫لٱ‬
‫لٱ‬

‫لٱ‬

Penting untuk diketahui bahwa susunan di atas bukanlah berasal dari


An-Nâzhim, melainkan ijtihad sebagian ulama kontemporer untuk
menyesuaikan pesan penutup pada akhir bait ini. Urutan bait yang
disepakati para perawi terdahulu adalah sebagaimana yang telah kami
susun:
‫ل ل‬ ُ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل ل ِه‬ ‫ل‬
‫نلٱ تقد لوموووووهلٱ‬ ‫ومو و لٱ‬
‫وووونلٱ ل وقوووووارو ولٱ لٱ للقووووورا ولٱ‬ ) ‫(لل ُمقد لومووهلٱ‬: ‫لٱقوودلٱ تقضوووىلٱ لٱ نظوو و للٱ لٱ‬ 106
‫لٱ‬ ‫لٱ‬ ‫لٱ‬
‫لٱ‬

‫ل‬
ُ‫وووووَل لٱ م‬ ‫ ِه‬ ُ ‫ل‬ ُ ‫ل‬ ‫ ِه‬ ُ ُ‫ام‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ُ ِه ل‬
‫وووووَل لٱ ةلٱ بعووووو لٱ دلٱ لٱللس‬ ‫ثووووو ِهلٱ ملٱ للص‬ ‫للٱ ٱلحملٱ وووووو لٱ دلٱ و لٱ‬
‫ل‬
‫لٱ‬

‫لٱ‬ ‫لٱ‬ ‫َّولٱ لٱ لووووووهالٱ خولٱ ووووووت لٱ‬ 107


‫لٱ‬ ‫لٱ‬ ‫لٱ‬
‫لٱ‬

‫لٱ‬

Inilah akhir bait Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah, sebagaimana


diriwayatkan para ulama terdahulu, seperti Al-‘Allâmah Abul Fath Al-Mizziy
(salah seorang murid langsung Al-Imâm Ibnul Jazariy) dalam kitab beliau Al-
Fushûlul Mu`ayyidah Lil Wushûli Ilâ Syarhil Muqaddimah Al-Jazariyyah. Begitu
pula yang diriwayatkan oleh Syihâbuddîn Abû Bakr Ahmad bin Muhammad
bin Al-Jazariy (Ibnun Nâzhim, salah seorang putra Al-Imâm Ibnul Jazariy)
dalam Al-Hawâsyil Mufhimah Fî Syarhil Muqaddimah.
Mullâ ‘Aliy Al-Qâriy juga meriwayatkan dalam Al-Minahul Fikriyyah
hanya sampai dengan bait ke-107, lalu kemudian beliau menambahkan satu
bait setelahnya:
‫ُ ل ل‬ ‫لل‬
‫آِلولٱ لٱ لصووووووووووح لٱ ب وهوۦلٱ لللٱ طلٱ لهوووووووووواروي‬
‫لٱ و‬ ‫وووفلٱ لللٱ ُمخلٱ للٱ توارويلٱ‬
‫لٱ‬ ‫نل ِه و ولٱ‬
‫بلٱ لللٱ مصط‬ ‫لَعلٱ ل لٱ‬
‫لٱ‬ 108
‫لٱ‬ ‫لٱ‬
‫لٱ‬ ‫لٱ‬

Hal yang sama dilakukan oleh Abdud Dâ`im Al-Azhariy dengan


mencantumkan bait ini dalam Ath-Thirâzâtul Mu’lamah Fî Syarhil Muqaddimah.

46
Muhammad Laili Al-Fadhli

SUMBER RUJUKAN
Al-Anshâriy, Zakariya dan Khâlid Al-Azhariy. 2008. Jâmi’ Syurûh Al-Muqaddimah
Al-Jazariyyah Fii ‘Ilmit Tajwîd. Kairo: Dâr Ibnul Jawzi.
Al-Azhariy, Abdud Dâ`im. 2003. Ath-Thirâzâtul Mu’lamah Fî Syarhil
Muqaddimah. ‘Ammân: Dâr ‘Ammâr Lin Nasyr wat Tawzîgh.
Al-Jamzûriy, Sulaymân dan ‘Aliy Muhammad Adh-Dhabbâ’. 2008. Jâmi’ Syurûh
Tuhfatil Athfâl Fî ‘Ilmit Tajwîd (Fathul Aqfâl dan Minhatu Dzil Jalâl). Kairo:
Dâr Ibnul Jawzi.
Al-Mathîriy, Muhammad bin Falâh. 2008. Al-Ihkâm Fî Dhabthil Muqaddimah Al-
Jazariyyah wa Tuhfatil Athfâl. Kuwait: Qatha’ul Masâjid wa Wizâratul
Awqâf Wasy Syu`ûnil Islamiyyah.
Al-Mizziy, Abul Fath Muhammad bin Muhammad. 2005. Al-Fushûlul
Mu`ayyidah Lil Wushûli Ilâ Syarhil Muqaddimah Al-Jazariyyah. Kairo:
Maktabah Al-Awlâd Asy-Syaikh lit-Turâts.
Al-Qâriy, Mullâ ‘Aliy. 2012. Al-Minahul Fikriyyah Fî Syarhil Muqaddimah Al-
Jazariyyah. Damaskus: Dâr Al-Ghawtsâniy Lid Dirâsâtil Qurâniyyah.
Ash-Shâfiy, Ahmad bin Muqaybil Al-Mâlikiy. 2005. Hidâyatul Muta’âl Syarhi
Tuhfatil Athfâl. Al-Andalus Al-Haram: Muassasah Al-Qurthubah.
Asy-Syawbakiy, Muhammad Rafîq Mu`min. 2015. Aysârul Maqâl Fî Syarhi
Tuhfatil Athfâl. Ghazza: Al-Alukah.
Ibnun Nâzhim, Ahmad bin Muhammad bin Al-Jazariy. 2006. Al-Hawâsyi l-
Mufhimah Fî Syarhil Muqaddimah Al-Jazariyyah (t. Farghaliy Sayyid
‘Arabawiy). Kairo: Maktabah Al-Awlâd Asy-Syaikh lit-Turâts.
Mukhtâr, Abû Syâdiy Sayyid. 2007. Ithâful Bariyyah bidhabthi Matnay At-
Tuhfati wal Jazariyyah Ma’a Dzikril Wujûhil Mukhtalafi Fîhâ wa Ba’dhit
Tatimmâtil Mufîdah. Kairo: Maktabah At-Tabari.

47

Anda mungkin juga menyukai