Anda di halaman 1dari 106

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Dalam berbagai kitab fiqh, para ulama telah bersepakat bahwa

mengahadap kiblat adalah salah satu syarat sah shalat. Kiblat yang

dimaksud dalam hal ini adalah Kakbah (Baitullah) di Makkah. Kakbah ini

merupakan satu arah yang menyatukan arah segenap umat Islam dalam

melaksanakan shalat.1

Pada awal perkembangan Islam, penentuan arah kiblat tidak

menimbulkan masalah karena Rasulullah SAW. ada bersama-sama sahabat

dan baginda sendiri yang menunjukkan arah ke kiblat apabila berada di

luar kota Makkah. Walau bagaimanapun apabila para sahabat mulai

mengembara mengembangkan Islam, kaedah menentukan arah kiblat

menjadi semakin rumit. Mereka mulai merujuk pada kedudukan bintang-

bintang dan Matahari yang dapat memberi petunjuk arah kiblat. Kiblat

berdasarkan ijtihad para sahabat Rasulullah SAW. lebih dikenali sebagai

kiblah al-sahaba. Di tanah Arab, bintang utama yang dijadikan rujukan

dalam penentuan arah ialah bintang Qutbi (bintang Utara), yaitu satu-

satunya bintang yang menunjuk ke arah utara Bumi. Berpandukan kepada

bintang ini dan beberapa buruj bintang lain, arah kiblat dapat ditentukan

dengan mudah. Usaha untuk menentukan kiblat setepat mungkin adalah di

1
Achmad Jaelani dkk, Hisab Rukyat Menghadap Kiblat (Fiqh, Aplikasi Praktis, Fatwa
dan Software), Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2012, h. 1.

1
2

antara aktifitas yang dilakukan oleh ahli falak Islam. Berbagai kaedah

telah digunakan untuk menentukan arah kiblat.2

Mengetahui arah kiblat merupakan hal yang wajib bagi setiap umat

Islam, sebab dalam menjalankan ibadah shalat harus menghadap kiblat.

Kiblat adalah arah menuju Kakbah (Baitullah) melalui jalur paling

terdekat, dan menjadi keharusan bagi setiap orang muslim untuk

menghadap ke arah tersebut pada saat melaksanakan ibadah shalat, di

manapun berada di belahan dunia ini.3

Berdasarkan kitab fiqih Lima Mazhab karya Muhammad Jawad

Mughniyah, Imam Syafi’i dan sebagian kelompok dari Imamiyah

menjelaskan bahwa wajib menghadap Kakbah, baik bagi orang yang dekat

maupun orang yang jauh. Kalau dapat mengetahui arah Kakbah itu sendiri

secara tepat, maka ia harus menghadap ke arah tersebut. Tetapi sekiranya

jika tidak dapat memastikan arah Kakbah maka cukuplah dengan perkiraan

karena orang yang jauh mustahil untuk memastikan ke arah kiblat

(Kakbah) yang tepat dan pasti.4

Pada tahun 2010, umat Islam Indonesia digegerkan dengan adanya

isu pergeseran arah kiblat yang disebabkan oleh pergeseran lempengan

Bumi. Sampai-sampai Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa MUI

no. 03 tahun 2010 tentang kiblat Indonesia menghadap ke arah barat,

2
Baharrudin Zainal, Ilmu Falak Edisi Kedua, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
Pustaka, 2004, h. 112.
3
Slamet Hambali, Ilmu Falak 1, Semarang: Program Pacasarjana IAIN Walisongo, 2011,
h. 167.
4
Muhammad Jawad Mughniyah. Fiqih Lima Mazhab Ja’fari Hanafi Maliki Syafi’i
Hambali, Edisi Lengkap, Jakarta: Penerbit Lentera, cet ke-28, 2011, h. 77.
3

namun dalam jangka waktu yang dekat setelah dikeluarkan fatwa tersebut,

fatwa itu telah direvisi dengan fatwa MUI no. 05 tahun 2010 tentang arah

kiblat Indonesia menghadap ke arah barat laut.5

Sebenarnya Komisi Fatwa MUI ingin memberikan kemudahan

kepada masyarakat dalam menghadap kiblat. Menurut anggapan mereka,

mengukur kiblat itu sulit, sehingga dipilih pendapat yang mudah dalam

menghadap kiblat yaitu cukup menghadap arah barat laut. Padahal untuk

zaman sekarang tidak ada kesulitan dalam mengukur arah kiblat, apalagi

bila dilakukan oleh ahlinya. Bahkan metode yang sederhana juga dapat

dilakukan oleh setiap orang. Berbagai metode penentuan arah kiblat

menjadi lebih mudah dan canggih dengan keakuratan yang cukup tinggi.

Misal, bayang-bayang Matahari, rashdul kiblat, rubu’ mujayyab, kompas,

busur derajat, segitiga siku, theodolit dan GPS. Berbagai metode tersebut

telah dapat menentukan arah kiblat dengan sederhana dan akurat.

Fatwa MUI nomor 05 tahun 2010 tentang arah kiblat memuat

beberapa hal, yaitu: 1) Kiblat bagi orang yang shalat dan dapat melihat

Kakbah adalah menghadap ke bangunan Kakbah (‘ainul Kakbah), 2)

Kiblat bagi orang yang shalat dan tidak dapat melihat Kakbah adalah arah

Kakbah (jihat al-Kakbah), 3) Kiblat umat Islam Indonesia adalah

menghadap ke barat laut dengan posisi bervariasi sesuai dengan letak

kawasan masing-masing. Ditambah dengan rekomendasi “Bangunan

5
Achmad Jaelani dkk, Hisab Rukyat... , h. 237-238.
4

masjid/ mushola yang tidak tepat arah kiblat nya, perlu ditata ulang

shafnya tanpa membongkar bangunannya”.6

Persoalan apakah arah atau ‘ainul Kakbah yang harus dituju dalam

shalat sebenarnya sudah sangat tidak relevan saat ini, karena sudah banyak

alat yang bisa menunjukkan arah yang benar. Jika mau berpegang syathrah

berarti arah yang tentunya arah yang paralel dengan arah kiblat. Begitu

juga jika mau menggapai yang maksimal ‘ainul Kakbah sudah tidak ada

hambatan mewujudkannya, karena seperti Google Earth dan Qibla locator

bisa menunjukkan arah yang benar-benar akurat. Semua muslim

berkewajiban mencari arah yang benar bukan apriori dengan mengatakan

yang penting niat. Dengan demikian, jika masih mencari mudahnya

dengan mengatakan arah kiblat bukan titik Kakbah tentunya yang separalel

bukan secara serta merta ke Barat, karena barat jelas tidak ke Kakbah di

Makkah.7

Persoalan kiblat adalah persoalan azimuth, yakni kedudukan yang

dinyatakan dengan sudut terhadap suatu titik atau kutub yang tepat. Oleh

karena itu, A. Kadir berpendapat dalam penentuan arah kiblat lebih afdhal

menggunakan ilmu ukur sudut (geniometri), ketimbang kompas (magnet).

Graham Peacoch sebagaimana dikutip A. Kadir, berkata bahwa jarum

kompas selalu menunjuk ke utara atau selatan. Jarum kompas adalah

sebuah magnet. Jarum itu ditarik oleh kutub-kutub magnet Bumi.

Penunjukan jarum kompas/ jarum magnet tidaklah selalu mengarah ke titik

6
Achmad Jaelani dkk, Hisab Rukyat..., h. 118-119.
7
Achmad Jaelani dkk, Hisab Rukyat..., h. 150.
5

Utara Geografis (True North) pada suatu tempat. Hal ini disebabkan

berdasarkan teori dan praktik bahwa kutub-kutub magnet Bumi tidak

berimpit/ berada pada kutub-kutub Bumi (kutub-kutub geografis).8

Penentuan arah kiblat menggunakan bayangan Matahari

merupakan cara yang paling sederhana dan bebas hambatan. Penentuan

dengan kompas masih bisa diganggu oleh pengaruh medan magnet.

Dengan demikian arah mata angin yang ditetapkan berdasar jarum

kompas, belum tentu menentukan arah yang sebenarnya.9

Dengan menggunakan bayangan Matahari saat terjadi istiwa

a’dzam sebagai penentuan arah kiblat memang sangat efektif dan akurat

karena pada saat itu deklinasi Matahari berada tepat di atas Kakbah atau

deklinasi Matahari berhimpitan dengan lintang Kakbah. Namun, peristiwa

istiwa a’dzam tidak bisa terjadi setiap hari yang sesuai dengan keinginan

kita dalam melakukan pengecekan kiblat. Peristiwa yang hanya terjadi satu

tahun dua kali tersebut biasa disebut oleh ahli falak sebagai rashdul kiblat

tahunan.

Selain rashdul kiblat tahunan yang hanya bisa terjadi satu tahun

dua kali, juga terdapat rashdul kiblat harian. Rashdul kiblat harian secara

praktik untuk menentukan arah kiblat dengan menggunakan bayangan

Matahari sama seperti rashdul kiblat tahunan. Tapi, untuk mendapatkan

rashdul kiblat harian memerlukan proses perhitungan yang panjang untuk

8
A. Kadir, Formula Baru Ilmu Falak Panduan Lengkap dan Praktis, Jakarta: Amzah,
2012, h. 93-94.
9
Susiknan Azhari, Ilmu Falak Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern,
Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, cet. ke-II, 2007, h. 54.
6

mendapatkan waktu yang tepat saat azimut Matahari berhimpit dengan

azimut kiblat.

KH. Ahmad Ghozali berkata bahwa rashdul kiblat harian dapat

terjadi dua kali dalam sehari. Untuk mendapatkan dua kemungkinan

rashdul kiblat dalam sehari telah dipaparkan rumusnya dalam kitab Jami’

al-Adillah ila Ma’rifati Simt al-Qiblah. Namun, belum terdapat kriteria

tertentu yang digunakan untuk mendapatkan kemungkinan rashdul kiblat

dua kali dalam sehari untuk daerah yang berada di Indonesia.

Dikutip dari Purkon Nur Ramdhan bahwa untuk kota-kota di

Indonesia hanya bisa satu hari rashdul kiblat saja. Walaupun pada

kenyataanya dua kali sebab kemungkinan yang lainnya itu berada di

bawah ufuk (ghurub), sehingga tidak mungkin untuk bisa mengamati

rashdul kiblat dua kali di Indonesia.10

Dari berbagai alasan yang disebut sebelumnya, maka penulis

mencoba meneliti terkait Rashdul Kiblat Dua Kali dalam Sehari di

Indonesia (Studi Analisis Pemikiran KH. Ahmad Ghozali Muhammad

Fathullah dalam Kitab Jami’ al-Adillah Ila Ma’rifati Simt al-Qiblah).

10
Purkon Nur Ramdhan, Studi Analasis Metode Hisab Arah Kiblat KH. Ahmad Ghozali
dalam Kitab Irsyad al-Murid, Skripsi, Semarang: IAIN Walisongo, h. 82.
7

B. Rumusan Masalah.

Dari latar belakang tersebut di atas, maka penulis merumuskan

masalah yang terangkum dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana metode hisab rashdul kiblat dua kali dalam sehari KH.

Ahmad Ghozali Muhammad Fathullah dalam kitab Jami’ al-Adillah

ila Ma’rifati Simt al-Qiblah?

2. Bagaimana kriteria rashdul kiblat dua kali dalam sehari di Indonesia

menggunakan rumus rashdul kiblat dua kali dalam kitab Jami’ al-

Adillah ila Ma’rifati Simt al-Qiblah?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari skripsi ini adalah :

a) Untuk mengetahui model metode hisab rashdul kiblat dua kali dalam

sehari KH. Ahmad Ghozali Muhammad Fathullah dalam kitab Jami’

al Adillah ila Ma’rifati Simt al-Qiblah

b) Untuk mendapatkan kriteria rashdul kiblat dua kali dalam sehari di

Indonesia menggunakan rumus rashdul kiblat dua kali dalam kitab

Jami’ al-Adillah ila Ma’rifati Simt al-Qiblah

D. Telaah Pustaka.

Sejauh penulis ketahui belum ada penelitian yang membahas kitab

Jami’ al-Adillah karya KH. Ahmad Ghozali Muhammad Fathullah. Karena

kitab Jami’ al-Adillah terbilang karya terbaru dari KH. Ahmad Ghozali

yang membahas tentang penentuan arah kiblat, rashdul kiblat dan juga

disebutkan adanya kemungkinan terjadi rashdul kiblat dua kali. Meskipun


8

demikian, ada beberapa penelitian yang membahas objek yang sama

namun berbeda dalam fokus kajiannya.

Penelitian lain yang berkaitan dengan objek penelitian ini adalah

penelitian yang dilakukan oleh Purkon Nur Ramdhan dalam skripsinya

yang berjudul Studi Analisis Metode Hisab Arah Kiblat KH. Ahmad

Ghozali Dalam Kitab Irsyad al-Murid.11 Dalam skripsinya menyebutkan

rashdul kiblat terjadi dua kali dalam sehari itu berlaku bagi tempat yang

memiliki nilai azimuth mendekati 900 atau 2700, dan bisa berlaku ketika

deklinasi utara. Untuk di Indonesia bahwa tidak ada kemungkinan

terjadinya rashdul kiblat dua kali dalam sehari.

Disertasi Ahmad Izzuddin dengan judul Kajian Terhadap Metode-

metode Penentuan Arah Kiblat Dan Akurasinya.12 Disertasi tersebut

meneliti tentang beberapa metode penentuan arah kiblat yang ada di masa

sekarang. Dalam penelitiannya menerangkan aplikasi teori perhitungan

arah yang sesuai dengan definisi arah dalam penentuan arah menghadap

kiblat adalah arah yang memiliki acuan pada lingkaran besar (great circle)

yang dipakai dalam teori trigonometri bola dan teori geodesi, karena yang

dikehendaki dalam arah menghadap kiblat adalah arah menghadap, bukan

arah perjalanan bergerak menuju Makkah sebagaimana yang dihasilkan

oleh teori navigasi. Hasil terakhirnya adalah kerangka teoritik yang tepat

dan akurat dalam metode penentuan arah kiblat ialah teori geodesi karena

11
Purkon Nur Ramdhan, Studi Analisis Metode Hisab Arah Kiblat KH. Ahmad Ghozali
Dalam Kitab Irsyad al-Murid, Skripsi, Semarang: IAIN Walisongo, 2012.
12
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-metode Penentuan Arah Kiblat Dan
Akurasinya, Disertasi, Semarang: IAIN Walisongo, 2011.
9

mempertimbangkan bentuk Bumi yang sebenarnya dan teori trigonometri

bola dengan koreksi dari lintang geografik ke geosentris.

Moch. David dalam karyanya berusaha menganalisis metode

perhitungan arah kiblat yang dipakai oleh Saadoeddin Djambek dan

membandingkannya dengan software yang dikembangkan oleh

Kementerian Agama RI (winhisab 2010). Dalam kajian ini penulis hanya

sekedar menguji kelemahan dan kelebihan pemikiran Saadoeddin

Djambek terkait arah kiblat.13

Penulis juga menemukan jurnal fisika yang membahas terkait

penentuan arah kiblat yang ditulis oleh Moedji Raharto dan Dede Jaenal

Arifin Surya.14 Dalam penelitian menjelaskan penentuan arah kiblat

dengan menggunakan perhitungan trigonometri bola dan bayang-bayang

gnomon oleh Matahari. Bahwa telah disimpulkan dalam penelitian tersebut

menunjukkan hasil yang konsisten untuk arah kiblat di Masjid

Sabilussalihin, Buah Batu, Bandung dan arah kiblat di tujuh tempat di

Jawa Barat untuk sudut arah kiblat kota Bandung mempunyai Azimuth

295.1 derajat. Bahwa perhitungan tersebut mempunyai tingkat presisi yang

setara dalam penentuan arah kiblat.

Dari uraian tersebut jelaslah bahwa penelitian yang penulis lakukan

ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan tersebut terutama

13
Moch David, Metode penentuan Arah Kiblat Perspektif Saadoeddin Djambek (Kajian
Buku Arah Kiblat), Skripsi, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2012.
14
Moedji Raharto dan Dede Jaenal Arifin Surya, Telaah Penentuan Arah Kiblat dengan
Perhitungan Trigonometri Bola dan Bayang-Bayang Gnomon oleh Matahari, Jurnal Vol.11 (1)
p.23-29, Bandung: ITB, 2011, PDF.
10

terletak pada fokus penelitian ini yaitu studi analisis pemikiran KH.

Ahmad Ghozali Muhammad Fathullah dalam kitab Jami’ al-Adillah ila

Ma’rifati Simt al-Qiblah terkait tentang kemungkinan rashdul kiblat dua

kali dalam sehari di Indonesia.

E. Metode Penelitian.

Metode yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif karena teknis

penekanannya lebih menggunakan pada kajian dokumen atau teks15.

2. Sumber Data

Dalam hal ini sumber data primer16 diperoleh dari kitab Jami’ al-

Adillah ila Ma’rifati Simt al-Qiblah dan wawancara dengan KH.

Ahmad Ghozali Ahmad Fathullah. Sedangkan data sekunder17 yaitu

berupa buku-buku di antaranya buku "Ilmu Falak Arah Kiblat Setiap

Saat" karya Slamet Hambali, “Kajian Terhadap Metode-Metode

Penentuan Arah kiblat Dan Akurasinya” karya Ahmad Izzuddin, yang

membahas terkait metode-metode dalam penentuan arah kiblat. "Ilmu

Falak dalam Teori dan Praktek" karya Muhyiddin Khazin, yang

memuat data tentang rumusan perhitungan menentukan arah kiblat

15
V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian Lengkap, Praktis, dan Mudah Dipahami,
Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014, h. 23.
16
Data yang langsung dikumpukan oleh peneliti dari sumber pertamanya. Lihat Sumadi
Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, cet. ke-9, 1995, h.84.
17
Data sekunder biasanya tersusun dalam bentuk dokumen. Dalam hal ini peneliti tidak
banyak berbuat untuk menjamin mutunya. Dalam banyak hal peneliti akan harus menerima
menurut apa adanya. Lihat Sumadi Suryabata,Metodologi Peneletian...,h. 85.
11

serta data-data berupa lintang dan bujur yang diperlukan dalam

menganilis sumber data yang digunakan.

Skripsi Purkon Nur Ramdhan mengenai sistematika kitab Irsyad

al-Murid biografi KH. Ahmad Ghozali Muhammad Fathullah kepada

informan yaitu Ustad Ismal santri terdekat KH. Ahmad Ghozali.

Kamus yang berkaitan dengan kitab Jami’ al-Adillah, seperti kamus

Al-Munawir Kamus Arab-Indonesia karya Ahmad Warson Munawir,

"Kamus Ilmu Falak" karya Muhyiddin Khazin, "Ensiklopedi Hisab

Rukyah" karya Susiknan Azhari, dan lain sebagainya.

3. Metode Pengumpulan Data.

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini,

maka metode yang penulis pergunakan adalah metode studi dokumen

dan wawancara.18

a. Studi Dokumen

Sumber dokumen yang digunakan sebagai pengumpulan

data primer adalah kitab Jami’ al-Adillah ila Ma’rifati Simt al-

Qiblah. Pengumpulan data juga dilakukan dari data sekunder yang

berkaitan dengan penelitian ini melalui studi kepustakaan (buku-

buku dan karya ilmiah lainnya), melalui hasil-hasil pertemuan-

pertemuan ilmiah, maupun penelusuran yang ada di situs-situs

internet.

18
V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian..., h. 31-34.
12

b. Wawancara (interview)

Interview (wawancara) kepada KH. Ahmad Ghozali

Muhammad Fathullah selaku pengarang kitab Jami’ al-Adillah ila

ma’rifati Simt al-Qiblah sebagai data primer. Penulis juga

melakukan wawancara dengan Ahmad Su’udi selaku santri

terdekat KH. Ahmad Ghozali dan beberapa tokoh falak lainnya

sebagai data sekunder. Hal tersebut dilakukan dalam rangka

pengumpulan data dan informasi yang berkitan dengan penelitian

ini.

4. Metode Analisis Data.

Analisis yang digunakan penulis adalah teknik deskriptif analisis

(menjelaskan). Deskripsi, yaitu gambaran atau lukisan secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai metode data primer serta

fenomena atau hubungan antar fenomena yang diselidiki.19 Dengan

rujukan utama yaitu kitab Jami’ al-Adillah ila Ma’rifati Simt al-

Qiblah.

19
Pelaksanaan metode-metode deskriptif dalam pengertian lain tidak terbatas hanya
sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisa dan interpretasi tentang
arti data itu. Karena itulah maka dapat terjadi sebuah penyelidikan deskriptif membandingkan
persamaan dan perbedaan fenomena tertentu, lalu mengambil bentuk studi komparatif,
menetapkan hubungan dan kedudukan (status) dengan unsur yang lain. Lihat Winarno Surakhmad,
Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metoda, dan Teknik, Bandung: Tarsito, 1985, Edisi ke-7, h.
139-141. Lihat juga Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama,
Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya, cet. ke-II, 2003, h. 136-137.
13

F. Sistematika Penulisan

Secara garis besar, penulisan penelitian ini disusun per bab, yang

terdiri atas lima bab. Dalam setiap babnya terdapat sub-sub pembahasan,

dijelaskan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN.

Bab ini berisi tentang “Latar Belakang Masalah” penelitian ini

dilakukan. Kemudian mengemukakan “Tujuan Penelitian”, dan “Manfaat

Penelitian”. Berikutnya dibahas tentang “Permasalahan Penelitian” yang

berisi pembatasan masalah dan rumusan masalah. Selanjutnya

dikemukakan “Tinjauan Pustaka”. Metode penelitian juga dikemukakan

dalam bab ini, di mana dalam “Metode Penelitian” ini dijelaskan

bagaimana teknis/cara dan analisis yang dilakukan dalam penelitian.

Terakhir, dikemukakan tentang “Sistematika Penulisan”.

BAB II : FIQH ARAH KIBLAT DAN TEORI PENENTUANNYA.

Bab ini memaparkan kerangka teori landasan keilmuan, dengan

judul utama “fiqh Arah Kiblat dan Teori Penentuannya” yang di dalamnya

membahas tentang “Pengertian dan dasar hukum menghadap kiblat,

pendapat para ulama tentang menghadap kiblat, menjelaskan data yang

dibutuhkan saat menghitung arah kiblat dan rashdul kiblat, serta

menjelaskan teori yang digunakan dalam penentuan arah kiblat.

BAB III : METODE HISAB RASHDUL KIBLAT KH. AHMAD

GHOZALI DALAM KITAB JAMI’ Al-ADILLAH ILA MA’RIFATI SIMT

AL-QIBLAH.
14

Bab ini menerangkan metode hisab rashdul kiblat satu kali dan

rashdul kilbat dua kali dalam sehari di Indonesia. Dalam bab ini juga kami

paparkan beberapa kajian yang berkaitan dengan KH. Ahmad Ghozali

yang terangkum dalam Sosio-Biografinya dan juga memaparkan gambaran

sistematika dari magnum opusnya kitab Jami’ al-Adillah ila Ma’rifati Simt

al-Qiblah.

BAB IV : ANALISIS HISAB RASHDUL KIBLAT KH. AHMAD

GHOZALI JAMI’ Al-ADILLAH ILA MA’RIFATI SIMT AL-QIBLAH.

Bab ini merupakan pokok dari pembahasan penulisan penelitian

yang dilakukan, yakni meliputi analisis terhadap teori hisab yang

digunakan dalam kitab Jami’ al-Adillah, pengambilan data yang

digunakan, metode hisab azimuth kiblat dan rashdul kiblat dan analisis

kemungkinan terjadinya rashdul kiblat dua kali dalam sehari di Indonesia.

BAB V : PENUTUP.

Bab ini meliputi kesimpulan dan saran serta kata penutup.


BAB II

FIQH ARAH KIBLAT DAN TEORI PENENTUANNYA

A. Pengertian Kiblat

Kata kiblat berasal dari bahasa arab yakni ‫ قبلة‬bentukan mashdar

dari kata kerja ً‫ قَبَ َل ً–ًيَ ْقبِ ُل ً–ًقِ ْبلَة‬yang artinya secara bahasa adalah arah1,

hadapan, kiblat Kakbah2, dan menghadap sesuatu3. Sedangkan definisi

kiblat dalam kitab Jami’ al-Adillah ila Ma’rifati Simt al-Qiblah adalah.

‫ و عرفا خالء جيعل يف حائط حنو املسجد‬,‫هي لغة ما يقابل الشئ مطلقا‬
‫يف اجلانب الذي جلهة القبلة عالمة عليها وشرعا نفس الكعبة املشرفة‬
4
.‫املعلومة من الدين بالضرورة‬
Artinya: “Kiblat secara bahasa adalah sesuatu yang dihadapi secara
mutlak, dan menurut pandangan umumnya adalah lahan kosong
yang di bangun tembok sekeliling masjid untuk menjadi tanda arah
kiblat, definisi secara syara’ adalah Kakbah yang dimuliakan yang
telah diketahui agama secara dloruri (pasti).

Muhammad Ali as-Shobuni mengartikan kata “kiblat”

,‫ واصلها احلالة اليت يكون عليها املقابل‬,‫القبلة من املقابلة وهي املواجهة‬


5
.‫خصت باجلهة اليت يستقبلها االنسان يف الصالة‬ ّ ّ‫مث‬

1
Louis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughoh wa al-A’lam, Beirut: Darul Masyriq, 1986, h. 607.
2
Ahmad Warson Munawir, al-Munawir Kamus Arab-Indonesia, Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997, h. 1088.
3
Ahmad Ghozali Muhammad Fathullah. Irsyad al-Murid, Sampang: LAFAL (Lajnah
Falkiyah LanBulan), 2015, h. 10.
4
Ahmad Ghozali Muhammad fathullah. Jami’ al-Adillah ila Ma’rifati Simt al-Qiblah,
Sampang: LAFAL (Lajnah Falkiyah LanBulan), 2016, h. 50.
5
Muhammad Ali as-Shobuni, Rawa’i al-Bayan Tafsir Ayat al-Ahkam min al-Quran, Juz
1, Beirut: Mazra’ah Binayat al-Iman, cet. ke-1, h. 115.

15
16

Artinya: “al-qiblah” dari kata “muqabalah” yang artinya


berhadapan. Pada asalnya adalah keadaan seseorang yang
menghadap, kemudian dikhususkan dengan kata “jihat” yaitu arah
yakni arah menghadap bagi seseorang saat melakukan shalat.

David A King memberikan definisi kiblat yaitu kibla the direction

of mecca, towards which the worshipper must direct himself for prayer6

(arah kiblat di Makkah, arah yang mengharuskan orang-orang yang

beribadah menghadapkan dirinya untuk salat).

Secara terminologi, ada beberapa pendapat mengenai kata "kiblat"

tersebut. Baharuddin Zainal mendefinisikan dalam bukunya “Ilmu Falak”

bahwa arah kiblat merupakan arah ke Kakbah mengikuti jarak terdekat

bulatan besar glob Bumi.7 Lingkaran besar bola Bumi yang dilalui arah

kiblat dinamakan lingkaran arah kiblat. Lingkaran arah kiblat dapat

didefinisikan sebagai lingkaran besar bola Bumi yang melalui sumbu

kiblat. Sedangkan sumbu kiblat adalah sumbu bola Bumi yang melalui/

menghubungkan titik pusat Ka'bah dengan titik kebalikan Ka'bah.8

Susiknan Azhari memahami "kiblat" sebagai arah yang menghadap

oleh muslim ketika melaksanakan shalat, yakni arah menuju ke Kakbah di

Makkah.9 Muhyiddin khazin memberikan pengertian terkait kata kiblat

atau qiblat dalam kamus ilmu falak adalah arah Kakbah di Makkah yang

harus dituju oleh orang yang sedang melakukan shalat, sehingga semua

6
David A King, Astronomy In The Service of Islam, USA: Voriorum, 1984, h. 1.
7
Baharuddin Zainal, Ilmu Falak, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, Edisi ke-2,
2004, h. 111.
8
Slamet Hambali, "makalah Arah Kiblat Dalam Perspektif Nahdlatul Ulama,"
disampaikan pada seminar nasional Menggugat Fatwa MUI Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Arah
Kiblat, Semarang, 27 Mei 2010, h.2.
9
Susiknan Azhari, Ensiklopedia Hisab Rukyat,Yogyakarta: Pusataka Pelajar,2008,cet.
Ke-II, h. 174-175.
17

gerakan shalat, baik ketika beridiri, ruku’ maupun sujud senantiasa

berimpit dengan arah itu.10

Kiblat menurut Ahmad Izzuddin yaitu Kakbah atau paling tidak

Masjid al-Haram dengan mempertimbangkan posisi lintang bujur Kakbah.

Berdasar hal tersebut, Ia memberikan definisi menghadap kiblat dengan

menghadap ke arah Kakbah atau paling tidak menghadap ke Masjid al-

Haram dengan mempertimbangkan posisi arah dan posisi terdekat dihitung

dari daerah yang kita kehendaki.11

Arah di antara dua titik di permukaan Bumi secara matematis

adalah azimuthh yang mengikuti jarak terpendek di antara kedua titik

tersebut. Dengan demikian, arah kiblat adalah azimuth yang mengikuti

jarak terpendek antara Kakbah dan sebuah titik di permukaan Bumi.12

Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas

dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kiblat

adalah arah menuju Kakbah yang berada di Makkah bagi orang yang

melakukan shalat dan perbuatan yang diperkenankan untuk menghadap ke

Kakbah. Disebutnya sebagai kiblat karena orang yang shalat wajib untuk

menghadap kepadanya, dan Kakbah karena bentuknya yang kubus segi

empat.13

10
Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Jogjakarta: Buana Pustaka, cet. ke-1, 2005, h.
67.
11
Ahmad Izzuddin, Menentukan Arah Kiblat Praktis, Yogyakarta: Logung Pustaka, cet.
ke-I, 2010, hlm. 3.
12
Muh. Ma’rufin Sudibyo, Sang Nabi Pun Berputar, Solo: Tinta Medina, 2011, h. 115.
13
Ahmad Ghozali Muhammad Fathullah. Jami’ al-Adillah..., h. 50.
18

B. Dasar Hukum Menghadap Kiblat

1. Dasar Hukum dari al-Quran

a) QS. Al-Baqarah: 144

ِ ‫السماء فَلَن ولِّي ن‬


َ ‫اها فَ َوِّل َو ْج َه‬
‫ك‬ َ‫ض‬ َ َ َ ُ َ َّ ‫ك ِيف‬
َ ‫َّك قْب لَةً تَ ْر‬ َ ‫ب َو ْج ِه‬
َ ُّ‫قَ ْد نََرى تَ َقل‬
ِ َّ ِ ْ ‫َشطَْر الْ َم ْس ِج ِد‬
ُّ
َ ‫ث َما ُكنتُ ْم فَ َولواْ ُو ُج ِوَه ُك ْم َشطَْرهُ َوإ َّن الذ‬
‫ين‬ ُ ‫احلََرِام َو َحْي‬
‫احلَ ُّق ِمن َّرِِّّبِ ْم َوَما اللّهُ بِغَافِ ٍل َع َّما يَ ْع َملُو َن‬
ْ ُ‫اب لَيَ ْعلَ ُمو َن أَنَّه‬ ِ
َ َ‫أُْوتُواْ الْكت‬
Artinya: “Kami Melihat wajahmu (Muhammad) sering
menengadah ke langit, maka akan Kami Palingkan engkau
ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu
ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja engkau berada,
hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan sesungguhnya
orang-orang yang diberi Kitab (Taurat dan Injil) tahu,
bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan
mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka
kerjakan.”14 (QS. Al-Baqarah: 144)
Ayat di atas memerintahkan umat Muslim untuk

menghadap Kakbah secara tepat ketika melakukan shalat baik

yang melihat langsung maupun tidak langsung.15 Perintah

menghadap kiblat secara tersurat diperintahkan dengan teks ً ‫فو ّل‬

‫وجهك ًشطر ًالمسجد ًالحرام‬. Kata ً‫ فو ّل‬yang maknanya adalah

palingkanlah adalah fi’il amar yang maknanya perintah. Perintah

memalingkan dalam ayat tersebut maknanya adalah memalingkan

wajah dan anggota badan mengarah untuk menghadap ke kiblat.16

14
Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an..., h. 23.
15
Abdul Halim Hasan, Tafsir Al-Ahkam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, cet. ke-
I, ed. I, 2006, hlm. 18.
16
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap..., h. 121.
19

b) QS. Al-Baqarah: 149

ْ ‫ك َشطَْر الْ َم ْس ِج ِد‬


‫احلََرِام َوإِنَّهُ لَْل َح ُّق‬ َ ‫ت فَ َوِّل َو ْج َه‬ ُ ‫َوِم ْن َحْي‬
َ ‫ث َخَر ْج‬
‫ك َوَما اللّهُ بِغَافِ ٍل َع َّما تَ ْع َملُو َن‬
َ ِّ‫ِمن َّرب‬
Artinya: “Dan dari mana pun engkau (Muhammad) keluar,
hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram,
sesungguhnya itu benar-benar ketentuan dari Tuhan-mu.
Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.”17
(QS. Al-Baqarah: 149)
Ayat ini mengandung pengarahan untuk menghadap ke

Masjid al-Haram di mana saja Nabi berada keluar dan di mana

saja beliau berada disertai penegasan bahwa ketentuan ini benar-

benar dari Allah. Juga disertai ancaman halus agar tidak terjadi

kecenderungan untuk menyimpang dari kebenaran.18

Allah mengulangi perintah menghadap kiblat sekali lagi,

untuk menjelaskan bahwa menghadap kiblat adalah hal umum

(biasa) di segala zaman dan tempat. Menghadap Masjid al-Haram

adalah suatu syari’at yang umum di segala waktu dan tempat.

Engkau menghadap ke kiblat (Masjid al-Haram) adalah suatu

kebenaran yang sesuai dengan hikmat dan kemaslahatan yang

datang dari Tuhanmu.19

17
Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an..., h. 24.
18
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Dhilalil Qur’an, Juz I, Jakarta: Gema Insani, 2000, h. 165.
19
Tengku Muhammad Hasbi as-Sidiqy, Tafsir al-Qur’an al-Majid al-Nur, Jilid I, Jakarta:
PT. Cakrawala Surya Prima, 2011, h. 149.
20

c) QS. Al-Baqarah: 150

‫ث َما‬ ْ ‫ك َشطَْر الْ َم ْس ِج ِد‬


ُ ‫احلََرِام َو َحْي‬ َ ‫ت فَ َوِّل َو ْج َه‬ ُ ‫َوِم ْن َحْي‬
َ ‫ث َخَر ْج‬
ِ َّ ِ ِ ‫وه ُك ْم َشطَْرهُ لِئَالَّ يَ ُكو َن لِلن‬
َ ‫َّاس َعلَْي ُك ْم ُح َّجةٌ إالَّ الذ‬
‫ين‬ َ ‫ُكنتُ ْم فَ َولُّواْ ُو ُج‬
‫اخ َش ْوِِن َوألُِِتَّ نِ ْع َم ِيت َعلَْي ُك ْم َولَ َعلَّ ُك ْم‬ ِ
ْ ‫ظَلَ ُمواْ مْن ُه ْم فَالَ ََتْ َش ْوُه ْم َو‬
‫تَ ْهتَ ُدو َن‬
Artinya: “Dan dari mana pun engkau (Muhammad) keluar,
maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan
di mana saja kamu berada, maka hadapkanlah wajahmu ke
arah itu, agar tidak ada alasan bagi manusia (untuk
menentangmu), kecuali orang-orang yang zalim di antara
mereka. Janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi
takutlah kepada-Ku, agar Aku Sempurnakan nikmat-Ku
kepadamu, dan agar kamu mendapat petunjuk.”20 (QS. Al-
Baqarah: 150)

Dalam ayat-ayat tersebut firman Allah ً ‫فو ّل ًوجهك ًشطر‬

‫ المسجدًالحرام‬sampai tiga kali. Menurut Ibnu Abbas sebagaimana

dikutip Ibnu Katsir, pengulangan tersebut berfungsi sebagai

penegasan pentingnya menghadap kiblat (ta’kid). Sementara itu,

menurut Fakhruddin al-Razi sebagaimana dikutip Ibnu Katsir,

pengulangan tersebut menunjukkan fungsi yang berbeda-beda.

Pada surat al-Baqarah ayat 144, ungkapan tersebut ditujukan

kepada orang-orang yang dapat melihat Kakbah, sedangkan pada

surat al-Baqarah ayat 149, ungkapan tersebut ditujukan kepada

orang-orang yang berada di luar Masjid al-Haram. Sementara itu,

20
Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an..., h. 24.
21

pada surat al-Baqarah ayat 150, ungkapan tersebut ditujukan

kepada orang-orang yang berada di negeri-negeri yang jauh.21

2. Dasar Hukum dari Hadis


a) HR. Bukhori

‫حدثنا مسلم حدثنا هشام قال حدثنا حيي بن أيب كثري عن حممد بن‬
-‫صلى اهلل عليه وسلم‬- ‫عبد الرمحن عن جابر قال كان رسول اهلل‬
‫ فاءذا أراد الفريضة نزل‬,‫يصلي على راحلته حيث توجهت‬
22
.‫فاستقبل القبلة‬
Artinya: “Bercerita Muslim, bercerita Hisyam, bercerita
Yahya bin Abi Katsir dari Muhammad bin Abdurrahman
dari Jabir berkata: Ketika Rasulullah SAW shalat di atas
kendaraannya, beliau menghadap ke arah sekehendak
kendaraannya, dan ketika beliau hendak melakukan shalat
fardhu beliau turun kemudian menghadap kiblat.” (HR.
Bukhari).

Tegasnya hadis ini menyatakan, bahwa kita boleh salat

sunat di atas kendaraan di dalam perjalanan, walaupun kendaraan

itu menghadap kemana saja. Menurut suatu riwayat dari Ahmad,

Muslim dan al-Turmudzi menjelaskan bahwasannya pada suatu

hari Nabi SAW. sedang menuju ke Madinah dari Makkah dan

ketika itu menghadap ke arah depan binatang kendaraannya, maka

turunlah ayat: “Allah mempunyai masyriq dan maghrib. Maka

kemana saja kamu menghadapkan mukamu, itulah tempat yang

21
Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, Jilid I, Beirut: Dar al-Fikr, 1992, hlm. 243
22
Muhammad Bin Ismail Bin Ibrahim Bin Mughirah Al-Bukhari, Shahih Bukhari, Juz I,
Beirut: Dar al-Fikr, t.t, h. 82.
22

diridhoi Allah. (QS. 2: 115).23 Akan tetapi ketika hendak

melaksanakan shalat fardhu, Rasulullah SAW turun dari

kendaraan untuk menghadap kiblat menunjukkan bahwa

menghadap kiblat menjadi salah satu sarat sahnya shalat.

b) HR. Muslim

‫اد بْ ُن َسلَ َمةَ َع ْن‬ ُ َّ‫َحدَّثَنَا أَبُو بَ ْك ِر بْ ُن أَِِب َشْيبَةَ َحدَّثَنَا َعفَّا ُن َحدَّثَنَا َمح‬
ِ َ ‫َن رس‬ ٍ ِ‫ثَاب‬
‫صلِّى‬ َ ُ‫ َكا َن ي‬-‫صلى اهلل عليه وسلم‬-‫ول اللَّه‬ ُ َ َّ ‫س أ‬ ٍ َ‫ت َع ْن أَن‬
ِ َّ ‫ت الْم ْق ِد ِس فَن زلَت (قَ ْد نَرى تَ َقلُّب وج ِهك ِِف‬ ِ
َ ‫الس َماء فَلَنُ َولِّيَ ن‬
‫َّك‬ َ َْ َ َ ْ ََ َ ‫َْحن َوبَْي‬
ْ ‫ك َشطَْر الْ َم ْس ِج ِد‬
‫احلََرِام) فَ َمَّر َر ُج ٌل ِم ْن بَِِن‬ َ ‫اها فَ َوِّل َو ْج َه‬ َ‫ض‬
َ ‫قْب لَةً تَ ْر‬
ِ

‫صلَّ ْوا َرْك َعةً فَنَ َادى أَالَ إِ َّن‬ ِ ‫سلِمةَ وهم رُكوع ِِف‬
َ ‫صالَة الْ َف ْج ِر َوقَ ْد‬
َ ٌ ُ ْ َُ َ َ
24 ِ ِ ِ
.‫ت فَ َمالُوا َك َما ُه ْم َْحن َو الْقْب لَة‬ ْ َ‫الْقْب لَ َة قَ ْد ُح ِّول‬
Artinya: “Bercerita Abu Bakar bin Abi Syaibah, bercerita
Affan, bercerita Hammad bin Salamah, dari Tsabit dari
Anas: “Bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW (pada suatu
hari) sedang shalat dengan menghadap Baitul Maqdis,
kemudian turunlah ayat “Sesungguhnya Aku melihat
mukamu sering menengadah ke langit, maka sungguh kami
palingkan mukamu ke kiblat yang kamu kehendaki.
Palingkanlah mukamu ke arah Masjid al-Haram”.
Kemudian ada seseorang dari Bani Salamah bepergian,
menjumpai sekelompok sahabat sedang ruku’ pada shalat
fajar. Lalu ia menyeru, “Sesungguhnya kiblat telah
berubah.” Lalu mereka berpaling seperti kelompok nabi
yakni ke arah kiblat.” (HR. Muslim).

23
Teungku Muhammad Hasbi ash-Sidiqy, Koleksi Hadis-Hadis Hukum, Juz II,
Semarang: Pustaka Rizki Putra, cet. ke-2, 2001, h. 406.
24
Abu Al-Husain Muslim Bin Al-Hajjaj Bin Muslim Al-Qusyairy An-Naisabury, Shahih
Muslim, Juz. I, Beirut: Darul Kutubil ‘Ilmiyyah, t.t, h. 214-215.
23

Al-Hafiz dalam Fath al-Bari menjelaskan bahwa

penggantian kiblat itu diterima Nabi SAW. di kala salat zuhur.

Tersiarnya berita ke seluruh kota Madinah di kala telah masuk

waktu asar, dan sampainya berita itu ke Quba (suatu kampung

yang jauhnya 3 mil dari Madinah), adalah pada salat subuh

besoknya. Ubbad bin Basyar dari bani Salamah, yang

menyampaikan kepada penduduk Quba. Ubbad berkata kepada

mereka bahwannya ia telah salat beserta Nabi SAW. menghadap

ke arah Ka’bah, tidak lagi menghadap ke arah Bait al-Maqdis. Di

kala orang yang sedang salat itu, mendengar katanya,

berpalinglah mereka ke arah Ka’bah.25

c) HR. Tirmidzi

‫صوٍر َحدَّثَنَا َعْب ُد‬ ُ ‫ي َحدَّثَنَا الْ ُم َعلَّى بْ ُن َمْن‬ُّ ‫احلَ َس ُن بْ ُن بَ ْك ٍر الْ َم ْرَوِز‬
ْ ‫َحدَّثَنَا‬
ٍ ِ‫اللَّ ِه بن جع َف ٍر الْمخرِمي عن عثْما َن ب ِن ُحم َّم ٍد ْاألَخن ِسي عن سع‬
‫يد‬ َ ْ َ ِّ َ ْ َ ْ َ ُ ْ َ ُّ َ ْ َ ْ َ ُ ْ
ِ ِّ ‫الْ َم ْق ُُِب‬
‫ي‬َ ْ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم قَ َال َما ب‬ ِّ ِ‫ي َع ْن أَِيب ُهَريْ َرَة َع ْن الن‬
َ ‫َّب‬
26 ِ ِ ِ
ٌ‫الْ َم ْش ِرِق َوالْ َم ْغرب قْب لَة‬
Artinya: “bercerita Hasan bin Bakr al-Marwaziy, bercerita
al-Mu’alla bin Manshur, bercerita Abdullah bin Ja’far al-
Makhromy dari Utsman bin Muhammad al-Akhnasy dari
Said al-Maqbury dari Abi Hurairah dari Nabi SAW telah
bersabda: arah antara timur dan barat adalah kiblat.” (HR.
Tirmidzi)

25
Imam al-Hafiz Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari, Juz I, Beirut: Dar
al-Fikr, t.t, h. 506.
26
Muhammad bin Isa bin Sauroh bin Musa bin al-Dlohak at-Tirmidzi, Sunan at-
Tirmidzi, Juz II, Mauqi’ al-Islam, t.t, h. 75.
24

Secara jelas, hadis ini menunjukkan bahwa semua arah

antara timur dan barat adalah kiblat. Sebab, seandainya kewajiban

itu berupa menghadap ke bangunan Kakbah secara tepat, tentu

shalat jamaah dengan shaf yang panjang melewati garis yang

lurus ke Kakbah adalah tidak sah. Begitu pula dua orang yang

berjauhan jaraknya, kemudian shalat dengan menghadap pada

kiblat yang sama, maka shalatnya tidak sah, karena menghadap ke

bangunan Kakbah tidap dapat dilakukan oleh jamaah pada shaf

yang panjang.27

3. Pendapat Para Ulama tentang Kiblat

Pada awalnya, kiblat mengarah ke Baitul Maqdis atau Masjidil

Aqsa Jerussalem di Palestina. Namun, pada tahun 624 M ketika Nabi

Muhammad SAW hijrah ke Madinah, arah kiblat berpindah ke arah

Kakbah di Makkah hingga kini atas petunjuk wahyu dari Allah SWT.

Beberapa ulama berpendapat bahwa turunnya wahyu perpindahan

kiblat ini karena perselisihan Rasulullah SAW di Madinah.28

Semua ulama mazhab sepakat bahwa Kakbah adalah kiblat bagi

orang yang dekat dan dapat melihatnya. Tetapi mereka berbeda

pendapat tentang kiblat bagi orang yang jauh dan tidak dapat

melihatnya.29

27
Ali Mustafa Yaqub, Kiblat Antara Bangunan Dan Arah Ka’bah, Jakarta: Pustaka
Darus-Sunnah, 2010, h. 38.
28
Ahmad Izzan dan Iman Saifullah. Studi Ilmu Falak Cara Mudah Belajar Ilmu Falak,
Banten: Pustaka Aulia Media, cet ke-1, 2013, h. 98.
29
Muhammad Jawad Mughniyah. Fiqih Lima Mazhab Ja’fari Hanafi Maliki Syafi’i
Hambali, Edisi Lengkap, Jakarta: Penerbit Lentera, cet ke-28, 2011, h. 77.
25

Hanafi, Hanbali, Maliki dan sebagian kelompok dari Imamiyah:

kiblatnya orang yang jauh adalah arah dimana letaknya Kakbah

berada, bukan Kakbah itu sendiri.30 Menurut Imam Hanafi, kiblat

adalah ‘ain al-Ka’bah. Bagi yang berada di Makkah atau dekat dengan

Kakbah, maka sesungguhnya diwajibkanlah seseorang yang hendak

melaksanakan salat untuk menghadap ‘ain al-Ka’bah dengan yakin,

selagi itu memungkinkan. Akan tetapi, apabila hal tersebut tidak

memungkinkan, maka diwajibkan berijtihad untuk menghadap ke ‘ain al-

Ka’bah. Selama masih berada di Makkah, maka tidak diperkenankan

hanya menghadap jihat al-Ka’bah. Adapun apabila seseorang yang

bermukim jauh dari Makkah ia wajib menghadap kiblat dengan jihat al-

Ka’bah tanpa harus ke ‘ain al-Ka’bah.31 Pendapat Imam Hanafi tersebut

berdasar pada sabda Nabi SAW.

‫صوٍر َحدَّثَنَا َعْب ُد اللَّ ِه‬ ُ ‫ي َحدَّثَنَا الْ ُم َعلَّى بْ ُن َمْن‬ ُّ ‫احلَ َس ُن بْ ُن بَ ْك ٍر الْ َم ْرَوِز‬
ْ ‫َحدَّثَنَا‬
‫ي‬ ٍ ِ‫بن جع َف ٍر الْمخرِمي عن عثْما َن ب ِن ُحم َّم ٍد ْاألَخن ِسي عن سع‬
ِّ ‫يد الْ َم ْق ُُِب‬ َ ْ َ ِّ َ ْ َ ْ َ ُ ْ َ ُّ َ ْ َ ْ َ ُ ْ
‫ي الْ َم ْش ِرِق َوالْ َم ْغ ِر ِب‬ ِ
َ ْ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم قَ َال َما ب‬ َ ‫َّب‬ ِّ ِ‫َع ْن أَِيب ُهَريْ َرَة َع ْن الن‬
32 ِ
ٌ‫قْب لَة‬
Artinya: “bercerita Hasan bin Bakr al-Marwaziy, bercerita al-
Mu’alla bin Manshur, bercerita Abdullah bin Ja’far al-Makhromy
dari Utsman bin Muhammad al-Akhnasy dari Said al-Maqbury
dari Abi Hurairah dari Nabi SAW telah bersabda: arah antara
timur dan barat adalah kiblat.” (HR. Tirmidzi)

30
Muhammad Jawad Mughniyah. Fiqih Lima Mazhab…, h. 77.
31
Abdurrahman al Jaziri, Fiqh Madzahib al-Arba’ah Juz 1, Beirut: Dar Ihya’ al-Turats al-
Araby, 1699, h. 177.
32
Muhammad bin Isa bin Sauroh bin Musa bin al-Dlohak at-Tirmidzi, Sunan ..., h. 75.
26

Golongan Malikiyah dan Hanafiyah mendasari pendapat mereka

dengan Kitabullah, Sunnah Rasul-Nya, amalan Sahabat Nabi dan

secara akal fikiran.33Adapun dalil yang berasal dari Kitabullah yaitu

zhahir firman Allah “maka palingkanlah mukamu ke arah Masjidil

Haram” di situ Allah tidak berfirman “ke arah Kakbah”, maka barang

siapa telah menghadap sebuah sisi dari Masjidil Haram berarti ia telah

melaksanakan apa yang diperintahkan, baik pas ke arah ‘ainul Kakbah

atau tidak.34

a) Dalil yang bersumber dari sunnah Rasulnya ialah hadis yang

diriwayatkan oleh at-Tirmidzi.

‫صوٍر َحدَّثَنَا َعْب ُد اللَّ ِه‬ ُ ‫ي َحدَّثَنَا الْ ُم َعلَّى بْ ُن َمْن‬ ُّ ‫احلَ َس ُن بْ ُن بَ ْك ٍر الْ َم ْرَوِز‬
ْ ‫َحدَّثَنَا‬
‫ي‬ ٍ ِ‫بن جع َف ٍر الْمخرِمي عن عثْما َن ب ِن ُحم َّم ٍد ْاألَخن ِسي عن سع‬
ِّ ‫يد الْ َم ْق ُُِب‬ َ ْ َ ِّ َ ْ َ ْ َ ُ ْ َ ُّ َ ْ َ ْ َ ُ ْ
‫ي الْ َم ْش ِرِق َوالْ َم ْغ ِر ِب‬ ِ
َ ْ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم قَ َال َما ب‬ َ ‫َّب‬ ِّ ِ‫َع ْن أَِيب ُهَريْ َرَة َع ْن الن‬
35 ِ
ٌ‫قْب لَة‬
Artinya: “bercerita Hasan bin Bakr al-Marwaziy, bercerita al-
Mu’alla bin Manshur, bercerita Abdullah bin Ja’far al-Makhromy
dari Utsman bin Muhammad al-Akhnasy dari Said al-Maqbury
dari Abi Hurairah dari Nabi SAW telah bersabda: arah antara
timur dan barat adalah kiblat.” (HR. Tirmidzi)

b) Dalil yang bersumber dari amalan sahabat Nabi ialah, bahwa

jama’ah masjid Quba’ pada waktu shalat subuh di Madinah

menghadap ke arah Baitul Maqdis membelakangi Kakbah,

kemudian (di tengah-tengah shalat) diberitakan kepada mereka

33
Mu’ammal Hamidy dan Imron A. Manan, Terjemahan Tafsir Ayat Ahkam Ash-
Shobuni, Surabaya: PT. Bina Ilmu, cet. ke-1, 1983 h. 82.
34
Mu’ammal Hamidy dan Imron A. Manan, Terjemahan Tafsir Ayat Ahkam..., h. 82.
35
Muhammad bin Isa bin Sauroh bin Musa bin al-Dlohak at-Tirmidzi, Sunan..., h. 75.
27

bahwa kiblat telah dipindahkan ke arah Kakbah, lalu mereka

memutar arah di tengah-tengah shalat tanpa mencari petunjuk

arah, sedang Nabi SAW. tidak menegur mereka, dan (sejak itu)

disebutlah masjid tersebut sebagai Dzul Qiblatain (masjid dua

kiblat). Padahal mengetahui arah ainul Kakbah (yang tepat) tentu

diperlukan alat penunjuk arah (kompas), kemudian bagaimana

mereka (begitu saja memutar arah) di tengah-tengah shalat dalam

kegelapan malam?36

c) Dasar yang bersumber dari akal fikiran yaitu, bahwa

sesungguhnya begitu sulit mencari arah ainul Kakbah secara tepat

bagi orang yang dekat dari Makkah, maka bagimana gerangan

bagi mereka yang tinggal jauh di timur dan barat? Kalau

seandainya menghadap ainul Kakbah itu wajib, maka tak seorang

pun sah shalatnya, sebab bagi mereka yang jauh di timur dan di

barat mustahil dapat berdiri tepat mengena arah Kakbah yang

(hanya) dua puluh hasta lebih (lebarnya) itu, maka sudah pasti

bahwa sebagian mereka telah menghadap ke arah Kakbah tapi

tidak persis mengenai ainul Kakbah. Maka dilihat dari segi ini

jelaslah bahwa menghadap persis ke arah ainul Kakbah (tubuh

Kakbah) tidak wajib. Allah SWT berfirman: “Allah tidak

36
Mu’ammal Hamidy dan Imron A. Manan, Terjemahan Tafsir Ayat Ahkam..., h. 83.
28

membenai seseorang melainkan menurut kemampuannya.” (QS.

Al-Baqarah/2:285).37

Syafi’i dan sebagian kelompok dari Imamiyah: wajib menghadap

Kakbah itu sendiri, baik bagi orang yang dekat maupun bagi orang

yang jauh. Kalau dapat mengetahui arah Kakbah itu sendiri secara

pasti (tepat), maka ia harus menghadapinya ke arah tersebut. Tapi bila

tidak, maka cukup dengan perkiraan saja. Yang jelas bahwa orang

yang jauh pasti tidak dapat membuktikan kebenaran pendapat ini

dengan tepat, karena ia merupakan perintah yang mustahil untuk

dilakukannya selama bentuk Bumi ini bulat. Maka dari itu, kiblat bagi

orang yang jauh harus menghadap ke arahnya, bukan kepada Kakbah

itu sendiri.38

Sebagian ulama dari madzhab Hanbali berkata: keadaan orang-

orang dalam menghadap ke Kakbah terbagi menjadi empat, yaitu:39

1. Orang yang sangat yakin, yaitu orang yang melihat langsung

bangunan Kakbah, atau ia termasuk penduduk Makkah, aau ia

tinggal di Makkah tetapi berada di belakang penghalang buatan,

seperti pagar. Maka, kiblatnya adalah menghadap ke bangunan

Kakbah tersebut secara yakin. Demikian pula ketika ia shalat di

Masjid Nabawi, ia harus yakin bahwa kiblatnya adalah bangunan

Kakbah, karena ia sangat yakin bahwa kiblat di masjid Nabawi

benar.

37
Mu’ammal Hamidy dan Imron A. Manan, Terjemahan Tafsir Ayat Ahkam..., h. 83.
38
Muhammad Jawad Mughniyah. Fiqih Lima Mazhab..., h. 77.
39
Ali Mustafa Yaqub, Kiblat Antara..., h. 33-36.
29

2. Orang yang mengetahui arah Kakbah melalui kabar orang lain. Ia

berada di Makkah, namun bukan penduduk Makkah, dan ia tidak

dapat melihat Kakbah. Ia menemukan seorang yang memberitahu

kepadanya tentang arah Kakbah dengan penuh yakin atau

melihatnya langsung. Misalnya, ia tinggal di tempat yang

pandangannya terhalang dari bangunan Kakbah, kemudian ada

orang lain yang memberitahukan arah Kakbah itu kepadanya.

Atau ia adalah orang asing yang sedang singgah di Makkah,

kemudian penduduk Makkah memberitahukan arah Kakbah itu

kepadanya. Jika seorang yang mengetahui kiblat mengabarkan

kepadanya, baik orang tersebut berasal dari kalangan penduduk

Makkah atau bukan, maka ia harus mengikuti kabar yang

disampaikan, tanpa berijtihad untuk menentukannya.

Sebagaimana halnya seorang hakim saat menerima berkas

dakwaan dari orang yang dapat dipercaya, maka ia pun tidak

boleh berijtihad dalam menentukan status hukumnya.

3. Orang yang harus melakukan ijtihad dalam menentukan kiblat. Ia

adalah orang yang tidak sama kondisinya dengan dua jenis orang

di atas. Sementara ia memiliki beberapa tanda-tanda untuk

mengetahui kiblat itu.

4. Orang yang wajib bertaklid. Ia adalah orang buta dan orang yang

tidak memiliki kemampuan untuk berijtihad. Ia adalah orang yang


30

kondisinya berbeda dengan dua kondisi orang yang pertama.

Karenanya, ia harus taklid kepada para mujtahid.

Sayyid Muhammad Husain Thabathaba’i berpendapat bahwa bagi

orang yang tinggal jauh dari Kakbah, maka cukuplah baginya

menghadap ke arah yang dikatakan sebagai arah kiblat. Hal yang sama

berlaku untuk perbuatan-perbuatan yang harus dilaksanakan dengan

menghadap kiblat, seperti menyembelih binatang.40

C. Data Yang Diperlukan Dalam Azimut Kiblat Dan Rashdul Kiblat

Persoalan kiblat adalah persoalan azimuth, yaitu jarak dari titik

utara ke lingkaran vertikal melalui benda langit atau melalui sutau tempat

diukur sepanjang lingkarang horison menurut arah perputaran jarum jam.41

Dengan begini, persoalan arah kiblat erat kaitannya dengan letak

geografis suatu tempat, yakni berapa derajat jarak suatu tempat dari

khatulistiwa yang lebih dikenal dengan istilah lintang (φ) dan berapa

derajat letak suatu tempat dari garis bujur (λ) kota Makkah.42 Sedangkan

untuk menentukan rashdul kiblat membutuhkan nilai deklinasi, equation of

time, Universal Time, dan Zona waktu (time zone).

1. Lintang Tempat

Lintang tempat atau lintang geografi biasa disebutkan dalam

kitab-kitab falak dengan sebutan ‫عرض ًالبلد‬. Urdlul Balad yaitu jarak

sepanjang meridian Bumi yang diukur dari equator Bumi (katulistiwa)

40
Sayyid Muhammad Husain Thabathaba’i, Islamic An Overview, Terj, Ahsin
Mohammad, “Inilah Islam”, Jakarta: Pustaka Hidayah, cet. ke-1, t.t., h, 212.
41
A. Kadir, Formula Baru Ilmu Falak..., h. 93.
42
A. Jamil, Ilmu Falak (Teori dan Aplikasi), Jakarta: Amzah. 2011, h. 109.
31

sampai suatu tempat yang bersangkutan. Harga lintang tempat adalah

0o sampai 90o. Lintang tempat bagi tempat-tempat di belahan Bumi

utara bertanda positif (+) dan bagi tempat-tempat di belahan Bumi

selatan bertanda negatif (-). Dalam astronomi disebut latitude yang

biasanya digunakan lambang ϕ (baca: fi).43

Semakin jauh dari katulistiwa, lingkaran lintang itu semakin kecil.

Ketika berada di kutub, baik utara maupun selatan, lingkaran/ garis

lintang tersebut bahkan hanya berupa sebuah titik.44 Misal untuk kota

Semarang berada pada lintang -7o 00’, tanda (-) adalah menunjukkan

bahwa kota Semarang berada di selatan equator. Lintang utara misal

untuk Kakbah yakni berada di lintang + 21o 25’ 18.89” tanda (+)

menunjukkan bahwa Kakbah berada di sebelah utara equator. Lebih

jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.1 Latitude atau lintang geografis.45

43
Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu..., h. 4-5.
44
Ahmad Musonnif, Ilmu Falak Metode Hisab Awal Waktu Shalat, Arah Kiblat, Hisab
urfi Dan Hisab Hakiki Awal Bulan, Yogyakarta: Teras, 2011, h. 33.
45
https://geolounge.com/wp-content/uploads/2014/08/latitude.png, 26/05/2016, 19:20
WIB.
32

2. Bujur Tempat

Bujur tempat atau ‫ طول ًالبلد‬yaitu jarak sudut yang diukur sejajar

dengan equator Bumi yang dihitung dari garis bujur yang melewati

kota Greenwich sampai garis bujur yang melewati suatu tempat

tertentu. Dalam astronomi dikenal dengan nama longitude biasa

digunakan lambang λ (lambda). Harga thulul balad adalah 0o sampai

dengan 180o. Bagi tempat yang berada di sebelah barat Greenwich

disebut “Bujur Barat” dan bagi tempat-tempat yang berada di sebelah

timur Greenwich disebut “Bujur Timur”.46

Gambar 2.2 Longitude atau bujur geografis.47

0o sebagai bujur stanadar, sedangkan 180o sebagai batas tanggal

Internasional.48 Tanda (-) pada gembar di atas adalah menunjukkan

46
Muhyiddin Khazin, Kamus..., h. 84.
47
https://geolounge.com/wp-content/uploads/2014/08/latitude.png. 26/05/2016, 19:20
WIB.
48
A. Jamil, Ilmu Falak..., h. 10.
33

bahwa nilai bujur tersebut berada di sebelah barat kota Greenwich,

dan tanda (+) adalah bujur yang berada di sebelah timur kota

Greenwich.

3. Deklinasi

Deklinasi Matahari atau ‫ميل ًالشمس‬, adalah busur pada lingkaran

waktu yang diukur mulai dari titik perpotongan antara lingkaran

waktu dengan lingkaran equator ke arah utara atau selatan sampai ke

titik pusat benda langit.49

Gambar 2.3 Declination.50

Deklinasi sebelah utara equator dinyatakan positif dan diberi

tanda +, sedang deklinasi sebelah selatan equator dinyatakan negatif

dan diberi tanda -. Pada saat benda langit persis berada pada lingkaran

equator, maka deklinasinya sebesar 0 derajat. Harga deklinasi yang

terbesar yang dicapai oleh suatu benda langit adalah 90 derajat yaitu

manakala benda langit tersebut persis berada pada titik kutub langit.

49
Susiknan Azhari, Ensiklopedi…, h. 53.
50
http://stellarium.org/wikiimg/UserManual/cs_equ.png, 26/05/2016, 19:25 WIB.
34

Harga deklinasi terbesar yang dicapai oleh Matahari adalah hampir

mendekati 23o 30’ (atau tepatnya 23o 26’ 30”). 51

Deklinasi berubah sepanjang waktu selama satu tahun, tetapi pada

tanggal-tangal tertentu kira-kira sama. Dari tanggal 21 Maret hingga

23 September deklinasi Matahari positif (sebelah utara equator),

sedang dari tanggal 23 Spetember hingga 21 Maret, deklinasi

Matahari negatif (sebelah selatan equator). Pada 21 maret dan tanggal

23 September, Matahari berkedudukan di equator, oleh karena itu

deklinasinya 0o.52

Dengan demikian, pergerakan Matahari selam 6 bulan berada di

utara katulistiwa dan 6 nbulan di selatan katulistiwa. Tiga bulan

pertama Matahari bergerak dari katulistiwa ke arah utara dan selatan

sampai mencapai titik terjauh (tanggal 22 Juni untuk arah utara dan

tanggal 22 Desember untuk arah selatan), tiga bulan kedua Matahari

bergerak ari utara dan selatan menuju katulistiwa (tanggal 21 Maret

dan 23 September) dalam setiap tahun.53

Pada 21 Juni, Matahari mencapai harga deklinasinya yang

tertinggi di sebelah utara equator, yakni 23o 26’ 30” dan pada 22

Desember mencapai harga deklinasinya yang tertingi di selatan

equator, yakni -23o 26’ 30”.54

51
Susiknan Azhari, Ensiklopedi…, h. 53.
52
Susiknan Azhari, Ensiklopedi…, h. 54.
53
A. Jamil, Ilmu Falak (Teori & Aplikasi), Jakarta: AMZAH, 2011, h. 16.
54
Susiknan Azhari, Ensiklopedi…, h. 54
35

4. Equation of Time

Equation of time atau ً55‫ تعديلًاالوقات‬atau ‫ تعديلًالزمن‬atau ‫تعديلًالوقت‬

yaitu selisih waktu antara waktu Matahari hakiki dengan waktu

Matahari rata-rata. Dalam astronomi biasa disebut dengan equation of

time yang diartikan dengan “perata waktu”.56

Lintasan Bumi yang berbentuk ellips, menyebabkan jarak-jarak

Bumi Matahari selalu berubah-ubah, suatu ketika mencapai jarak

terdekat dengan Matahari (perihelium) dan pada saat yang lain

mencapai jarak terjauh (aphelium).57 Jarak yang berubah-ubah itu

menyebabkan perjalanan harian Matahari menjadi tidak tetap, pada

saat Bumi dekat dengan Matahari, putaran Matahari lebih cepat, dan

pada saat Bumi jauh dari Matahari, putaran Matahari nampak

lambat.58

Jean Meeus memberikan penjelasan terkait equation of time


“When the mean Sun crosses the observer’s meridian, it is mean
noon there. True noon is the instant when the true Sun crosses the
meridian. The equation of time is the difference between apparent
and mean time; or, in other words, it is the difference between the
hour agles of the tru Sun and the mean Sun.”59(Ketika Matahari
melintasi meridian pengamat, berarti terjadi siang. Sedangkan
keadaan tersebut disebut kulminasi atas yakni saat tertentu ketika
Matahari melintasi meridian atas. Equation of time adalah
perbedaan antara waktu tampak60 dan waktu rata-rata61, atau

55
Muhyiddin Khazin, Kamus…, h. 78.
56
Muhyiddin Khazin, Kamus..., h. 79.
57
Slamet Hambali, Ilmu Falak 1, Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo
Semarang, 2011, h. 91.
58
Slamet Hambali, Ilmu..., h. 92.
59
Jean Meeus, Astronomical Algorithms, Virginia: Willmann-Bell, 1991, h. 171.
60
Waktu tampak berdasarkan Gerak hakiki yaitu gerakan sebenarnya yang dimiliki
Matahari. Lihat Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak, Jawa Timur: Bismillah Publisher, 2012,
h. 212.
61
Waktu rata-rata berdasarkan Gerak semu Matahari yang ada dua yaitu harian (gerak
diurnal) dan tahunan (gerak annual). Lihat Slamet Hambali, Pengantar Ilmu..., h. 213-214.
36

dengan kata lain, adalah perbedaan antara sudut jam Matahari


hakiki dan Matahari rata-rata).

Selisih waktu antara Matahari mencapai titik kulminasi atas

sampai dengan kedudukan Matahari pada pukul 12.00 (waktu rata-

rata) disebut perata waktu (PW). Perata waktu positif (+) kalau saat

pukul 12.00 Matahari sudah melewati titik kulminasi atas, dan negatif

(-) kalau saat pukul 12.00 Matahari belum melewati titik kulminasi

atas.62

5. Universal Time (UT)

Waktu universal (UT) dikembangkan dari GMT pada tahun 1928

dengan pengertian bahwa hari Matahari berawal dan berakhir pada

tengah malam, saat mean Sun bekulminasi bawah pada meridian

Greenwich.63

Greenwich Mean Time (GMT) ekivalen dengan universal time

(UT). GMT merupakan sebutan 'awam' bagi standar waktu; sedangkan

UT lebih 'ilmiah'. Perbedaan antara UTC and UT adalah bahwa UTC

berbasis waktu atomik (yaitu TAI) sedangkan UT berbasis

pengamatan astronomis. Karena rotasi Bumi tidak seragam (terkadang

lebih pelan atau lebih cepat secara kompleks), maka perjalanan UT

juga tidak konsisten. 64

Variasi ini dapat berupa variasi musim dan variasi-variasi

periodik lainnya (variasi harian), perlambatan ataupun percepatan

62
Slamet Hambali, Ilmu..., h. 92.
63
Djawahir Fahrurrazi, Sistem Acuan Geodesik Dari Bigbang Sampai Kerangka Acuan
Terestrial, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2011, h. 132.
64
http://time.kim.lipi.go.id/ , 26/05/2016, 19:30 WIB.
37

yang berjangka waktu lama (sekular), serta fluktuasi-fluktuasi yang

tidak teratur sifatnya.65 Skala waktu UT yang dikoreksi untuk

mengkompensasi ketidakseragaman rotasi Bumi tersebut, dinotasikan

dengan UT1. Leap seconds diselipkan agar UTC66 selaras UT1 dengan

selisih tidak lebih dari 0.9 sekon.67

Di Indonesia sendiri, realisasi fisik dari UTC dikelola di

Laboratorium Standar Waktu & Frekuensi, Puslit KIM-LIPI,

dinotasikan sebagai UTC (KIM). Sistem time keeping yang dibangun,

didukung oleh beberapa Cesium Clocks, Hidrogen Maser dan GPS

Time Transfer System yang mengimplementasikan BIPM All-in View

dan Common View untuk menjamin UTC (KIM) mendekati UTC

dalam orde nanosecond. Masyarakat Indonesia dapat mensinkronkan

waktunya dengan waktu UTC (KIM) dengan menggunakan layanan

NTP (Network Time Protocol) atau dapat dilihat secara langsung di

http://time.kim.lipi.go.id.68

65
Hasanuddin Z. Abidin, Geodesi Satelit, Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2001, h. 55.
66
Coordinates Universal Time (UTC).
67
http://time.kim.lipi.go.id/ , 26/05/2016, 19:30 WIB.
68
http://blog.sivitas.lipi.go.id/blog.cgi?isiblog&1192001004&&&1036007925&&128219
1057&amoh001&1282190084&1, 26/05/2016, 19:30 WIB.
38

6. Zona Waktu (Time Zone)

Zona waktu atau ‫ الوقتًالدائر‬adalah waktu yang digunakan di suatu

daerah atau wilayah yang berpedoman pada bujur atau meridian

berkelipatan 15o.69 Zona waktu juga bisa disebut sebagai waktu sipil

karena konsepnya berdasarkan “zona”.70

Pembagian wilayah daerah kesatuan waktu pada dasarnya

berdasarkan pada kelipatan bujur tempat 15o (360o : 24 jam x 1o) yang

dihitung mulai bujur tempat yang melewati kota greenwich (λ= 0o).71

Gambar 2.4 Time Zone.72


Berdasarkan Keputusan Presiden RI (Soeharto) nomor 41 tahun

1987 tanggal 26 November 1987 (mencabut Kepres nomor 243 tahun

69
Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu…, h. 90.
70
Donald B. Thomson, Introduction To Geodetic Astronomy, Canada: Department of
Geodesy and Geomatics Engineering University of New Brunswick, 1997, h. 80.
71
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori Dan Praktik,Yogyakarta: Buana Pustaka,
cet. ke-3, t.t., h. 69.
72
http://www.statsagogo.com/timezone/timezone16.gif, 26/05/2016, 19:25.
39

1963 - Soekarno) wilayah Indonesia terbagi atas tiga daerah waktu,

yaitu:73

a. Waktu Indonesia Barat (WIB) yang berpedoman pada 105o BT

(GMT +7 jam), meliputi:

1) Seluruh Propinsi Daerah Tingkat 1 Sumatra.

2) Seluruh Propinsi Daerah Tingkat 1 Jawa dan Madura.

3) Seluruh Daerah Tingakt 1 Kalimantan Barat.

4) Propinsi Daerah Tingkat 1 Kalimantan Tengah.

b. Waktu Indonesia Tengah (WITA) yang berpedoman pada 120o

BT (GMT +8 jam), meliputi:

1) Propinsi Daerah Tingkat 1 Kalimantan Timur.

2) Propinsi Daerah Tingkat 1 Kalimantan Selatan.

3) Propinsi Daerah Tingkat 1 Bali.

4) Propinsi Daerah Tingkat 1 Nusa Tenggara Barat.

5) Propinsi Daerah Tingkat 1 Nusa Tenggara Timur.

6) Propinsi Daerah Tingkat 1 (Timor Timur).

7) Propinsi Daerah Tingkat 1 Sulawesi.

c. Waktu Indonesia Timur (WIT) yang berpedoman pada 135o BT

(GMT +9 jam), meliputi:

1) Propinsi Daerah Tingkat 1 Maluku.

2) Propinsi Daerah Tingkat 1 Irian Jaya.

73
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak…, h. 70.
40

D. Teori Penentuan Arah Kiblat

Ada tiga teori yang biasa digunakan dalam menentukan arah kiblat,

yaitu teori spherical trigonometri, geodesi, dan navigasi. Untuk penjelasan

terkait teori tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Teori Spherical Trigonometry (Trigonometri Bola)

Bola (sphere) adalah benda tiga dimensi yang unik, dimana jarak

antara setiap titik di permukaan bola dengan titik pusatnya selalu

sama. Permukaan bola itu berdimensi dua. Karena Bumi sangat mirip

dengan bola, maka cara menentukan arah dari satu tempat (misalnya

masjid) ke tempat lain (misalnya Kakbah) dapat dilakukan dengan

mengandaikan Bumi seperti bola. Posisi di permukaan Bumi seperti

posisi di permukaan bola.74

Trigonometry atau dalam bahasa Arab disebut dengan hisab al-

mutsallatsat adalah ilmu ukur segitiga bola. Di antara bagian-bagian

pentingnya adalah jaib = sinus, jaib at-tamam = cosinus, dhil =

tangen, dan dhil at-tamam = cotangen.75 Istilah trigonometri

digunakan untuk sebuah cabang ilmu matematika yang berhadapan

dengan sudut segitiga dan fungsi trigonometri seperti sinus, cosinus

dan tangen. Sedangkan bola yang dalam bahasa Inggris disebut sphere

didefinisikan sebagai permukaan dimana semua titik berjarak sama

dari sebuah titik pusat.76

74
Rinto Anugraha, Mekanika Benda Langit, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2012,
h. 31.
75
Susiknan Azhari, Ensiklopedi..., h. 78.
76
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap..., h. 89.
41

Embrio penggunaan trigonometri bola untuk penentuan kiblat

baru muncul sekitar abad ke-10 dan ke-11. Salah satu tokohnya adalah

Abu Raihan al-Biruni. Ia menguasai berbagai disiplin ilmu seperti

matematika, astronomi, meteorologi, geografi, sejarah, geodesi,

farmasi, fisika, dan sebagainya. Beberapa tulisan al-Biruni dalam

bidang astronomi yang telah memperkenalkan rumus azimut kiblat,

yaitu “pertanyaan dan jawaban mengenai metodika pemeriksaan

penentuan azimut kiblat”, dan “petunjuk tentang metode pemeriksaan

penentuan azimut kiblat”.77

Bila tiga buah lingkaran besar pada permukaan sebuah bola saling

berpotong-potongan, terjadilah sebuah segitiga bola. Ketiga titik

potong merupakan titik sudut A, B, C; besar masing-masing sudut

segitiga bola itupun dinamakan A, B dan C. Sisi-sinya dinamakan

berturut-turut dengan a, b dan c, yaitu yang berhadapan dengan sudut

A, B dan C. Untuk mencegah keragu-raguan, sisi itu biasanya diambil,

yang kurang dari seperdua lingkaran.78

Ilmu ukur segitiga bola mempersoalkan hubungan-hubungan di

antara unsur-unsur dalam segitiga bola. Hukum yang terpenting

adalah:79

a) Dalil sinus:

sin 𝑎 sin 𝑏 sin 𝑐


= =
sin 𝐴 sin 𝐵 sin 𝐶

77
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap..., h. 94.
78
Abd. Rachim, Ilmu Falak, Yogyakarta: Liberty, 1983, h. 63.
79
Abd. Rachim, Ilmu Falak,..., h. 63.
42

b) Dalil cosinus:

cos a = cos b cos c + sin b sin c cos A

cos b = cos c cos a + sin c sin a cos B

cos c = cos a cos b + sin a sin b cos C

2. Teori Geodesi

Definisi modern untuk ilmu Geodesi adalah seperti yang

dijabarkan oleh IAG (International Association of Geodesy)80 yaitu:81

geodesi adalah disiplin ilmu yang mempelajari tentang pengukuran

dan perepresentasian dari Bumi dan benda-benda langit lainnya,

termasuk medan gaya beratnya masing-masing, dalam ruang tiga

dimensi yang berubah dengan waktu.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI),82 definisi geodesi

adalah cabang dari geologi yang menyelidiki tentang ukuran dan

bangun Bumi. Geodesi juga didefinisikan sebagai ilmu mengukur

tanah.

Selain dari pengertian geodesi terdapat pula istilah Astronomi

Geodesi bertujuan menentukan posisi titik-titik awal di Bumi, yaitu

dengan menentukan arah vertikalnya, yang dinyatakan dengan

80
International Association of Geodesy (IAG) adalah organisasai ilmiah dalam bidang
geodesi. Lihat http://www.iag-aig.org/index.php?tpl=text&id_c=12&id_t=111, 29/05/2016, 16:20
WIB.
81
Hasanuddin Z. Abidin, Geodesi Satelit, Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2001, h. 1.
82
KBBI, Jakarta: PT Gramedia, 2008, h. 142.
43

komponen-komponen koordinat arah lintang (ϕ) dan bujur (λ), serta

pula bertujuan menentukan azimut suatu garis di permukaan Bumi.83

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa ilmu geodesi

memiliki kesamaan konsep dasar yakni ilmu ukur tentang Bumi juga

terkait benda langit lainnya. Kiblat yang mana telah dijelaskan pada

bab sebelumnya tentang pengertian kiblat yaitu terkait permasalahan

arah atau azimut, maka ilmu geodesi sangat tepat untuk bisa

digunakan dalam penentuan arah kiblat. Sehingga hal paling menarik

ketika kelimuan ini merupakan pendekatan dalam penentuan arah

kiblat adalah perbedaan bentuk permukaan Bumi tidak bulat seperti

bola, akan tetapi memakai pendekatan ellipsoid.84

Ilmu geodesi yang digunakan dalam penentuan arah kiblat adalah

rumus Vincenty. Rumus Vincenty memperhitungkan bentuk Bumi

yang lebih mendekati ellipsoid dibanding dengan pendekatan rumus

segitiga bola yang berasumsi Bumi berbentuk seperti bola, rumus

Vincenty merupakan rumus yang lebih akurat untuk menentukan arah

dan jarak, dibandingkan dengan ilmu ukur segitiga bola. Rumusnya

rumit dan punya tingkat ketelitian yang sangat tinggi hingga ordo

milimeter.85

83
K. J. Villanueva, Pengantar Ke Dalam Astronomi Geodesi, Bandung: Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan ITB, 1978, h. 2.
84
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap..., h. 109.
85
Siti Tatmainul Qulub, Analisis Metode Raṣd al-Qiblah dalam Teori Astronomi dan
Geodesi, Tesis, Semarang: IAIN Walisongo, 2013, h. 75. t.d.
44

3. Teori Navigasi

Sistem navigasi dalam penentuan arah pada dasarnya sudah

digunakan sejak lama. Salah satu alat navigasi konvensional yang

digunakan dalam penentuan arah adalah kompas magnetik. Kompas

magnetik merupakan salah satu teknologi navigasi yang paling

penting yang dihasilkan peradaban Islam.86

Navigasi merupakan seni dan ilmu perjalanan secara aman dan

efesien dari suatu tempat ke tempat lain. Navigasi (navigation) berasal

dari kata navis yang artinya kapal dan agire yang berarti pemandu.

Sehingga menurut orang dahulu navigasi diartikan sebagai seni dan

ilmu menuntun kapal laut dalam berlayar.87 Sekilas sejarah tentang

teori navigasi dalam penentuan arah kiblat ternyata memang pernah

dibahas pada masa lampau. Teori navigasi pada aplikasinya

merupakan teori yang digunakan untuk perjalanan menuju suatu

tempat.88

Contoh alat navigasi yang digunakan dalam pengukuran arah

kiblat adalah kompas. Penggunaan kompas sebagai alat bantu

pengukuran arah kiblat mulai berkembang pada 1300 TU, yang

dipelopori oleh Ibnu Sim’un, astronom dan muazin Mesir.

Selanjutnya, Ibnu Syatir mengembangkannya sebagai alat bantu

perhitungan waktu shalat, yang dikombinasikannya dengan jam

86
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap..., h. 117.
87
Muhammad Yunus Hutasuhut, Mengenal Dunia Penerbangan, Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana, 2005, h. 112.
88
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap..., h. 118.
45

Matahari (sundial). Di masa itu pula, navigator-navigator muslim

mengembangkan sistem mata angin sendiri, yang terdiri dari 32

arah.89

Selain kompas yang dapat digunakan untuk navigasi, rasi bintang

juga dapat di gunakan untuk menentukan arah. Khususnya rasi bintang

yang bisa menunjukkan arah utara adalah rasi bintang ursa major dan

ursa minor atau yang biasa dikenal dengan bintang kutub atau polaris,

atau dalam bahasa Jawa dikenal dengan istilah gubuk penceng.

Menentukan arah utara dengan cara menarik garis tubuh rasi ursa

major ke ujung ekor rasi ursa minor. Garis yang dibentuk itulah arah

utara.90 Dengan mengetahui arah utara maka dapat di tentukan pula

arah selatan, barat dan timur.

Selain rasi bintang ursa major dan ursa minor juga terdapat rasi

bintang yang langsung dapat digunakan untuk menentukan arah kiblat

yaitu rasi bintang orion. Pada rasi bintang ini terdapat tiga bintang

yang berderet yaitu mintaka, alnilam dan alnitak. Arah kiblat dapat

diketahui dengan mengunjurkan arah tiga bintang berderet tersebut ke

arah barat. Rasi orion akan berada di langit Indonesia ketika waktu

subuh pada bulan Juli. Kemudian akan kelihatan lebih awal pada

bulan Desember.91

89
Ma’rufin Sudibyo, Sang Nabi Pun Berputar, Solo: Tinta Medina, 2011, h. 179.
90
Slamet Hambali, Ilmu Falak 1, Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo,
2011, h. 228.
91
Slamet Hambali, Ilmu..., h. 229.
46

Alat navigasi seperti kompas dan rasi bintang di atas dalam

menentukan arah kiblat memiliki tingkat ke akurasian yang sangat

rendah. Sehingga lebih baik jika menginginkan hasil arah kiblat yang

akurat, lebih baik menggunakan alat modern dan memiliki tingkat

koreksi yang tinggi.

Ada beberapa istilah yang erat kaitannya dengan teori navigasi

yakni tentang navigasi loxodromix (mercator navigation) yang

memiliki arti harfiah jalur serong mengikuti arah yang tetap (misalnya

merujuk pada utara sebenarnya) sehingga di peta mercator (peta datar)

tampak jalurnya lurus, walau sebenarnya jalur di permukaan Bumi

melengkung. Cara ini digunakan pada navigasi karena mudah

mengikuti sudut arah yang tetap, walau jaraknya menjadi lebih jauh.92

Sedangkan navigasi ortodromic yang memiliki arti harfiah jalur

lurus mengikuti arah lurus di permukaan Bumi, walau sudut arahnya

(relatif terhadap garis bujur, selalu berubah) cara ini akan memperoleh

jarak terdekat. Dalam teori trigonometri bola, jalur ini mengikuti

lingkaran besar (lingkaran yang titik pusatnya di pusat bola).93

92
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap..., h. 118.
93
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap..., h.119.
BAB III

METODE HISAB RASHDUL KIBLAT KH. AHMAD GHOZALI DALAM

KITAB JAMI’ Al-ADILLAH ILA MA’RIFATI SIMT AL-QIBLAH.

A. Gambaran Umum Tentang Kitab Jami’ al-Adillah

1. Biografi Pengarang Kitab Jami’ al-Adillah

Nama lengkap pengarang kitab Jami’ al-Adillah adalah KH.

Ahmad Ghozali bin Muhammad bin Fathullah bin Sa'idah al-Samfani

al-Maduri. Beliau dilahirkan pada tanggal 07 bulan Januari tahun 1959

di Lanbulan desa Baturasang Kecamatan Tambelangan Sampang

Madura. Ayah beliau bernama KH. Muhammad Fathulloh, Ia

merupakan salah satu putra dari pasangan KH. Muhammad Fathullah

dan Ibu Nyai. Hj. Zainab Khoiruddin.

Ayahnya, Syaikhuna Allamah Syaikh Muhammad Fathulah yang

merupakan Muassis (perintis pertama) berdirinya Pondok Pesantren

Al-Mubarok LanBulan. Adapun silsilah beliau yang detail beliau

sebut semuanya dalam kitab karanganya " Tuhfatur Rowy ".1

Sejak kecil ia dididik oleh orangtuanya dengan ilmu agama,

sehingga KH. Ahmad Ghozali memiliki minat yang tinggi dalam

memperdalam ilmu agama. Sejak kecil ia selalu tekun belajar.

Walaupun ia pernah mengenyam pendidikan formal hingga kelas 3

1
Hasil wawancara dengan Ust. Su’udi selaku ketua LAFAL (Lajnah Falakiyah
LanBulan) pada tanggal 29 Maret 2016 di Pondok Pesantren Al-Mubarok LanBulan.

47
48

SD, tapi dia tetap melanjutkan pendidikan agamanya di Pondok

Pesantren Al-Mubarok Lanbulan yang diasuh oleh ayahnya sendiri.

Di pondok itulah ia menjadi santri yang taat dan patuh. Ia berguru

kepada KH. Muhammad Fathullah, selaku pengasuh Pondok

Pesantren Al-Mubarok yang juga merupakan ayahanda dari K.H.

Ahmad Ghazali. Ia juga pernah berguru kepada kedua kakaknya, KH.

Kurdi Muhammad (alm) dan KH. Barizi Muhammad.2

Karena rasa hausnya akan lautan ilmu, KH. Ahmad Ghozali

melanjutkan studinya ke Makkah al-Mukarromah kurang lebih selama

15 tahun tepatnya di Pondok Pesantren " As-Shulatiyah " selama tujuh

tahun. Di sana ia belajar pada para ulama yang otoritas keilmuannya

tidak diragukan lagi seperti Syaikh Isma'il Ustman Zain al-Yamany

Al-Makky3, Syaikh Abdullah Al-Lahjy, Syaikh Yasin bin Isa Al-

Fadany dan ulama'-ulama' lainnya.

KH. Ahmad Ghozali belajar ilmu falak kepada para guru besar,

seperti Syekh Mukhtaruddin al-Falimbani (alm) di Makkah, KH. Nasir

Syuja'i (alm) di Prajjen Sampang, KH. Kamil Hayyan (alm), KH.

Hasan Basri Sa'id (alm), kemudian pada KH. Zubair Bungah Gresik.4

2
Purkon Nur Ramdhan, Studi Analisis Hisab Arah Kiblat KH. Ahmad Ghozali dalam
Kitab Al-Irsyaad Al-Muriid, Skripsi, Semarang: IAIN Walisongo, 2012. h. 50. t.d
3
Syekh Ismail al-Yamani, termasuk salah satu ulama’ yang ‘Alim sekaligus ‘Allamah
pada zamannya. Kemasyhuran dan kebesarannya di mata para ulama begitu tinggi dan terkenal
sampai ke Mesir, Yaman, Malaysia, Brunei Darussalam dan Indonesia, sehingga tak ayal lagi
kalau banyak santri dan muridnya menjadi ulama’ besar, sebagai penerus perjuangannya yang
tidak lain hanya untuk Izz al-Islam Wa al-Muslimien. Salah satu muridnya yaitu Syekh Ahmad
Ghozali, Syekh Ahmad Kurdi dan Syekh Ahmad Barizi dari Sampang.
4
Purkon Nur Ramdhan, Studi Analisis Hisab Arah Kiblat KH. Ahmad Ghozali dalam
Kitab Al-Irsyaad Al-Muriid, Skripsi, Semarang: IAIN Walisongo, 2012. h. 52. t.d
49

Beliau menikah di tempat istrinya di Bangkalan, nama istri beliau

adalah Nyai Asma. Dari pernikahan tersebut beliau dikaruniai

sembilan putra dan putri, yaitu: 1. Nyai Nurul Basyiroh 2. Nyai

Afiyah 3. Lora Ali 4. Lora Yahya 5. Lora Salman 6. Lora Muhammad

7. Lora Kholil 8. Nyai Aisyah dan 9. Nyai Shofiyah.

Beliau seorang ulama’ Mutafannin yaitu menguasai dalam

berbagai bidang ilmu, terbukti dari banyak buah karya beliau. Di

antaranya yaitu:5

1. Software Falakiyah Pesantren

2. Kitab Al-Qaulul Mukhtashor, (18 Syawwal 1424 H/12 Desember

2003 M). (Ilmu Hadis)

3. Kitab Bughyatul Wildan, (Ahad Dzul Hijjah 1410 H). (Ilmu

Tajwid)

4. Kitab Tuhfatur Rowy (23 R. Tsany 1428 H/11 Mei 2007 M), Kitab

Tuhfatul Ariib (9 Sya’ban 1427 H/2 September 2006 M). (Ilmu

Sejarah)

5. Kitab Az-Zahrotul Wardiyah (Senen 15 J. Akhoroh 1409 H).

(Ilmu Faroid)

6. Kitab Al-Manhajus Sadid serta Syarahnya Kitab Al-Jauhirul

Farid (Jum’at 12 J. Ula 1435 H/13 Maret 2014 M). (Ilmu

Akhlaq)

7. Kitab Azharul Bustan (Sabtu R. Awal 1404 H). (Ilmu Fiqh)

5
Hasil wawancara dengan Ust. Su’udi selaku ketua LAFAL (Lajnah Falakiyah
LanBulan) pada tanggal 29 Maret 2016 di Pondok Pesantren Al-Mubarok LanBulan.
50

8. Kitab Majmu’ Fadlo’il (Do’a)

9. Kitab Bughyatul Ahbab (Do’a)

10. Kitab Irsyadul Ibad (Do’a)

11. Kitab Dla’ul Badr (Kamis 9 Sya’ban 1412 H). (Fatwa)

12. Kitab Irsyadul Muriid (Senin 7 Rojab 1425 H/23 Agustus 2004

M). (Ilmu Falak)

13. Kitab Tsamarotul Fikar (7 Shofar 1429 H/15 Februari 2008).

(Ilmu Falak)

14. Kitab Addurrul Aniiq (Ahad 27 Muharrom/25 Desember 2011

M). (Ilmu Falak)

15. Kitab Bulughul Wator (Selasa 21 R. Awal 1433 H/14 Februari

2012 M). (Ilmu Falak)

16. Kitab Bughyatur Rofiq (30 Juni 2007 M). (Ilmu Falak)

17. Kitab Faidlul Karim (Selasa Muharrom 1416 H/20 Juni 1995 M).

(Ilmu Fakak)

18. Kitab Taqyidatul Jaliyah. (Ilmu Falak)

19. Kitab Anfa'ul Wasilah (Ahad 14 Shofar 1425 H/4 April 2004 M).

(Ilmu Falak)

20. Maslakul Qoosid (Rabu 27 R. Awal 1435 H/29 Januari 2014 M).

(Ilmu Falak)

21. Jami’ al-Adillah (Jum’at 22 R. Awal 1435 H/23 Januari 2014 M).

(Ilmu Falak)

22. Kitab Nujumun Nayyiroh.


51

23. Kitab Annafahatur Rohmaniyah.

24. Kitab Arraudlotul Bahiyah fil Maqodiri Syar’iyah.

25. Kitab Al-Fawaqihus Syahiyah.

26. Kitab Zinatul Qola’id fil Fawa’idis Syawarid. Masih banyak lagi

kitab yang belum dicetak.

Beberapa kitab tersebut memiliki konsen pembahasan yang

berbeda serta menggunakan metode hisab yang berbeda pula, seperti

kitab Tsamarat al-Fikar. Kitab tersebut membahas tentang waktu

shalat, hilal, dan gerhana dengan metode hisab hakiki tahkiki.

Kitab Irsyad al-Murid disusun sebagai penyempurnaan dari kitab-

kitab sebelumnya. Karena buku (kitab) hisab KH. Ahmad Ghozali

yang terdahulu ternyata pada kenyataanya kurang presisi. Kitab-kitab

tersebut masih menggunakan sistem hisab hakiki takribi dan hakiki

tahkiki, seperti kitab Taqyidat al-Jaliyah, Faidl al-Karim, Bughyat al-

Rafiq, Anfa' al- Wasilah, Tsamarat al-Fikar.6

Kitab Jami’ al-Adillah merupakan kitab falak karya KH. Ahmad

Ghozali menerangkan terkait penentuan arah kiblat menggunakan

azimut dan rashdul kiblat. Di dalam kitab Jami’ al-Adillah tidak hanya

khusus tentang rumus-rumus perhitungan saja, melainkan kandungan

fiqh terkait yang berhubungan arah kiblat sangat dominan

pembahasannya.

6
Kitri Sulastri, Studi Analisis Hisab Awal Bulan Kamariah dalam Kitab Al- Irsyaad Al-
Muriid, Skripsi, Semarang: IAIN Walisongo, 2011. h. 47, t.d.
52

Dalam masyarakat, beliau dikenal sebagai figur yang mempunyai

karismatik tinggi karena selain beliau sebagai da'i juga sebagai

rujukan masyarakat dalam memecahkan masalah. Untuk jabatan yang

diamanahkan kepada beliau ialah sebagai penasehat LFNU PW

Jatim.7

2. Sistematika Kitab Jami’ al-Adillah

Kitab Jami’ al-Adillah selesai disusun oleh KH. Ahmad Ghozali

Muhhamad Fathullah yakni pada Jum’at 22 R. Awal 1435 H/ 23

Januari 2014 M. Namun belum diterbitkan karena belum dilakukan

tashih terhadap kitab Jami’ al-Adillah.

Sehingga kitab Jami’ al-Adillah yang dikaji oleh penulis sekarang

ini belum dilakukan tashih dan belum diterbitkan, namun sudah print

out untuk kalangan sendiri. Menurut penuturan langsung dari sang

pengarang yakni KH. Ahmad Ghozali Muhammad Fathullah bahwa

untuk rumus dan perhitungan dalam kitab Jami’ al-Adillah sudah

dilakukan tashih dan pengujian di lapangan.8

Kitab Jami’ al-Adillah disusun menggunakan bahasa arab dan

bahasa Indonesia karena supaya mudah dipahami oleh kalangan

pesantren dan umum. Susunan bahasa dalam kitab Jami’ al-Adillah

menggunakan bahasa yang sederhana dan kosa kata umum biasa

digunakan dalam kitab-kitab fiqh. Terkait bahasa Indonesia yang

7
Hasil wawancara dengan Ust. Su’udi selaku ketua LAFAL (Lajnah Falakiyah
LanBulan) pada tanggal 29 Maret 2016 di Pondok Pesantren Al-Mubarok LanBulan, Sampang,
Madura.
8
Hasil wawancara dengan KH. Ahmad Ghozali Muhammad Fathullah di PP. Al-
Mubarok LanBulan, Sampang, Madura. Tanggal 29 Maret 2016.
53

digunakan adalah untuk lebih menjelaskan maksud dari suatu kalimat

dan beberapa tabel.

Kitab Jami’ al-Adillah berbeda dengan kitab-kitab falak karangan

beliau yang sebelumnya. Menjadi perbedaan dengan kitab-kitab falak

sebelumnya adalah, kitab Jami’ al-Adillah memuat banyak

pembahasan tekait fiqh dan tarikh.

Dalam kitab Jami’ al-Adillah terdapat dua bagian, yakni bagian

lampiran dan bagian utama. Dalam kitab Jami’ al-Adillah berisikan:

A. Pendahuluan

B. Bagaian Pertama: Kakbah

1. Ciri-ciri dan sejarah Kakbah

2. Rukun dan bagian-bagian Kakbah

3. Makam

4. Pintu Kakbah

5. Mustajar

6. Tembok Kakbah dan talang air

7. Syadzarwan

8. Kelambu Kakbah

9. Tempat adonan bangunan dan ventilasi

10. Keutaman masuk Kakbah dan shalat di dalamnya

11. Sejarah shalat Rasulullah SAW. dan sahabat di dalam

Kakbah

12. Keutamaan tawaf di Baitullah


54

13. Keutamaan melihat Kakbah

C. Bagian Kedua: Kiblat

1. Pengertian kiblat

2. Hukum menghadap kiblat

3. Pengertian pelataran kiblat

4. Shalat menghadap pelataran Kakbah dan permukaannya

5. Shalat di bawah Kakbah dan didalamnya

6. Shalat menghadap Hijr Isma’il

7. Shalat berjamaah di dalam Kakbah

8. Sholat berjamaah di samping Kakbah

9. Menghadap kiblat dengan dada tidak dengan wajah

10. Hukum tidak menghadap kiblat dan kebolehannya

11. Menghadap kiblat, apakah tepat Kakbah atau arah Kakbah?

12. Kandungan hadis “‫”ما بين المغرب والمشرق قبلة‬

13. Urutan-urutan penentuan kiblat

14. Ijtihad dalam menentukan kiblat

15. Keraguan dalam menentukan kiblat dan meurbahnya

16. Perbedaan ijtihad dalam penetapan kiblat

17. Tidak mampu mengetahui kiblat dan taqlid kiblat

18. Taklid-nya orang yang tidak mampu dan buta

19. Menjelaskan kesalahan dalam kiblat

20. Menghadap kiblat selain shalat

21. Tidak menghadap kiblat pada selain shalat


55

22. Hukum mempelajari kiblat

23. Dalil-dalil kiblat

24. Bumi dan seisinya

25. Arah kiblat

D. Bagian Ketiga: Metode penentuan arah kiblat

1. Dua metode penentuan arah kiblat menggunakan segitiga

bola dengan menggambarkan Bumi bulat.

a) Metode pertama penentuan arah kiblat dengan rubu’

mujayyab (mujayyab) dan praktek

b) Metode kedua penentuan arah kiblat dengan alat hitung

(terdapat delapan model hisab)

2. Dua metode penentuan arah kiblat menggunakan segitiga

bola dengan menggambarkan Bumi bulat pipih

a) Metode pertama, tabel nilai radius equator dan flattening

ellipsoid

b) Contoh penentuan arah kiblat dengan cara Vincenti

c) Metode kedua

E. Bagian Keempat : Rahsdul Kiblat

1. Jam rashdul kiblat

2. Mengetahui jam rashdul kiblat dengan rubu’ mujayyab

3. Mengetahui jam rashdul kiblat satu kali dalam sehari

menggunakan alat hitung


56

4. Mengetahui jam rashdul kiblat kemungkinan dua kali dalam

sehari menggunakan alat hitung

F. Bagian Kelima : Arah kiblat menggunakan benda langit

1. Menentukan arah kiblat menggunakan arah bulan

2. Menentukan arah kiblat menggunakan arah planet Jupiter

3. Lampiran lampiran

B. Algoritma Hisab Rashdul Kiblat KH. Ahmad Ghozali Muhammad

Fathullah Dalam Kitab Jami’ al-Adillah

Sebelum menghitung dalam menemukan kemungkinan terjadinya

rashdul kibat satu kali dan dua kali dalam sehari di Indonesia. Terlebih

dahulu menentukan azimut kiblat tempat yang akan dihitung terjadinya

rashdul kiblat. Hisab azimut kiblat yang terdapat dalam kitab Jami’ al-

Adillah ila Ma’rifati Simt al-Qiblah ada dua model, yakni model spherical

trigonometri (trigonometri bola) dan model Vincenty.

1. Algoritma Hisab Azimut Kiblat Spherical Trigonometri

Untuk dapat menghitung azimut kiblat menggunakan rumus

spherical trigonometri (trigonometri bola) ada beberapa langkah yang

harus diketahui, sebagai berikut:9

1. Cari lintang tempat dengan tanda (-) jika berada di lintang selatan,

dan tanda (+) jika berada di lintang utara.

2. Cari bujur tempat dengan tanda (-) jika berada di bujur barat, dan

tanda (+) jika berada di bujur timur.

9
Ahmad Ghozali Muhammad fathullah. Jami’ al-Adillah ila Ma’rifati Simt al-Qiblah,
Sampang: LAFAL (Lajnah Falkiyah LanBulan), 2016, h. 98.
57

3. Lintang Kakbah 21o 25’ 18,89” (LU)

4. Bujur Kakbah 39o 49’ 46,27” (BT)

5. Carilah selisih antara bujur Kakbah dan bujur tempat (C)

menggunakan rumus berikut = (360 – λK + λ)

6. Carilah hasil 1 dengan rumus = Sin ϕK x cos ϕ

7. Carilah hasil 2 dengan rumus= cos ϕK x cos C x sin ϕ

8. Hasil 1 dikurangi dengan hasil 2 = Sin ϕK x cos ϕ - cos ϕK x cos

C x sin ϕ, maka hasilnya adalah mahfudz awal (x)

9. -cos ϕK x sin C, dan hasilnya disebut dengan mahfudz tsani (y)

10. Kemudian carilah nilai Q dengan rumus = tan-1(y/x).

11. Untuk mendapatkan nilai azimut kiblat menggunakan logika

berikut:

- Jika hasil mahfudz awal (x) negatif maka Q + 180.

- Jika mahfudz awal (x) positif dan mahfudz tsani (y) negatif

maka Q + 360.

12. Hasil azimut kiblat dihitung dari arah utara searah jarum jam.

Contoh hisab azimut kiblat menggunakan spherical

trigonometri untuk kota Semarang.

Data-data yang diperlukan:

a. Lintang geografis Semarang (ϕ) = -7o 00’ 00”

b. Bujur geografis Semarang (λ) = 110o 24’ 00”

c. Lintang geografis Kakbah (ϕk) = 21o 25’ 18.89”

d. Bujur geografis Kakbah (λk) = 39o 49’ 46,27


58

Aplikasi ke rumus.

C = 360 – λ k + λ = 70o 34’ 13.73”

x = sin ϕk cos ϕ – cos ϕk cos C sin ϕ = 0.400249

y = -cos ϕk sin C = -0.877902

Q = tan-1(y/x) = -65o 29’ 27.71”

Karena nilai x adalah (+) dan y (-) maka, -65o 29’ 27,71” +

360o = 294o 30’ 32.29”.

Azimut kiblat kota Semarang adalah 294o 30’ 32.29” dihitung

dari arah utara searah jarum jam (U-T-S-B).

2. Algoritma Hisab Azimut Kiblat Vincenty

Rumus Vincenty adalah rumus yang digunakan dalam ilmu

geodesi, namun dapat digunakan dalam perhitungan azimut kiblat

karena rumus Vincenty digunakan dalam menentukan jarak dan arah

suatu tempat di permukaan Bumi. Algoritma rumus Vincenty dalam

menentukan azimut kiblat sebagai berikut:10

1. Cari lintang tempat dengan tanda (-) jika berada di lintang selatan,

dan tanda (+) jika berada di lintang utara.

2. Cari bujur tempat dengan tanda (-) jika berada di bujur barat, dan

tanda (+) jika berada di bujur timur.

3. Lintang Kakbah 21o 25’ 18,89” (LU)

4. Bujur Kakbah 39o 49’ 46,27” (BT)

5. a = raduis equator = sumbu panjang pada ellipsoida (6378137)

10
Ahmad Ghozali, Jami’ al-Adillah..., h. 108-109.
59

6. b = radius pole = sumbu pendek pada ellipsoida menggunakan

rumus a(1-f) = 6356752.314

7. f = nilai penggepengan ellipsoid dengan menggunakan data WGS

84 (1/298.257223563) = 0.003352810665

8. Masukkan data-data tersebut kedalam rumus berikut.

U1 = tan-1[(1-f) tan ϕK]

U2 = tan-1[(1-f)tan ϕ]

L0 = λ – λK

cos σ = sin U1 sin U2 + cos U1 cos U2 cos L0

sin σ = √((cos U2 sin L0)2 + (cos U1 sin U2 – sin U1 cos U2 cos

L0)2)

σ = tan-1 (sin σ/ cos σ)

Jika nilai (cos σ) negatif maka hasil σ + 180 dan jika nilai (cos σ)

positif dan (sin σ) negatif maka σ + 360.

sin α = (cos U1 cos U2 sin L0) / sin α

cos2 α = 1 – sin α2

cos (2σm) = cos σ – (2 sin U1 sin U2) / cos2 α

C = (f/16) cos2 α [4 + f(4 – 3 cos2 α)]

L1 = L0 + (1 - C)f sin α(σ + C sin σ(cos(2σm) + C cos

σ (-1 + 2 cos(2σm)2)))

Ulangi perhitungan (L) sehinga mendapatkan selisih dengan nilai L

sebelumnya (0,0000000000).

Untuk selisih L gunakan rumus = abs(L terakhir – L sebelumnya)


60

9. Hitunglah nilai azimut kiblat tempat dan nilai azimut tempat dari

Kakbah menggunakan rumus berikut.

x = cos U1 sin U2 – sin U1 cos U2 cos L terakhir

y = cos U2 sin L terakhir

α1 =tan-1(y/x)

x = -sin U1 cos U2 + cos U1 sin U2 cos L terakhir

y = cos U1 sin L terakhir

α2 = tan-1(y/x)

Azimut tempat dari Kakbah, dari utara searah jarum jam = α1

Azimut Kakbah dari tempat, dari selatan searah jarum jam = α2

Azimut Kakbah dari tempat, dari utara searah jarum jam jika

hasilnya positif dan jika negatif maka sebaliknya = α2 – 180

Azimut Kakbah dari tempat, dari utara searah jarum jam = α2 – 180

+ 360

10. Hitunglah jarak antara tempat dan Kakbah menggunakan rumus

berikut.

u2 = cos2 α (a2 – b2)/b2

A = 1 + (u2/16384) (4096 + u2 (- 768 + u2(320 – 175 u2)))

B = (u2/1024)(256 + u2 (-128 + u2 (74 – 47 u2)))

Δσ = B sin σ (cos (2σm) + (1/4) B (cos σ (-1 + 2 cos (2σm)2) –

(1/6) B cos (2σm) (-3 + 4 sin σ2) (-3 + 4 cos (2σm)2)))

S (jarak dalam satuan meter) = b A ((σ x π / 180) – Δσ) (jarak

antara tempat dan Kakbah).


61

Contoh aplikasi perhitungan azimut kiblat menggunakan

rumus Vincenty untuk kota Semarang.

Data-data yang harus diketahui:

a. Lintang geografis Kakbah (ϕK) = 21o 25’ 18,89”

b. Bujur geografis Kakbah (λK) = 39o 49’ 46,27”

c. Lintang geografis tempat (ϕ) = -7o 00’ 00”

d. Bujur geografis tempat (λ) = 110o 24’ 00”

e. a (sumbu pajang pada ellipsoida) = 6378137

f. b (sumbu pendek pada ellipsoida) = a(1-f) = 6356752,314

g. f (nilai penggepengan Bumi) = 1/298,257223563

= 0,003352810665

h. U1 = tan-1[(1 - f)tan ϕK] = 21,35656982

i. U2 = tan-1[(1- f)tan ϕ] = -6,976762016

j. L0 = λ – λK = 70,57048056

k. Masukkan data-data tersebut ke dalam rumus berikut.

Rumus Hasil
COS σ sin U1 sin U2 + cos U1 cos U2 cos L0 0,263276260
√((cos U2 sin L0)2 + (cos U1 sin U2 –
SIN σ sin U1 cos U2 cos L0)2) 0,964720483
σ tan-1 (sin σ/ cos σ) 74,7354470
SIN α (cos U1 cos U2 sin L0) / sin α 0,903671839
1 – sin α2
COS 2α 0,183377207
COS (2 cos σ – (2 sin U1 sin U2) / cos α
2

σM) 0,745720845
(f/16) cos2 α [4 + f(4 – 3 cos2 α)]
C 0,000154152
L0 + (1 - C)f sin α(σ + C sin
σ(cos(2σm) + C cos σ (-1 + 2
L1 cos(2σm)2))) 70,7968825
62

COS σ sin U1 sin U2 + cos U1 cos U2 cos L0 0,259829023


√((cos U2 sin L0)2 + (cos U1 sin U2 –
SIN σ sin U1 cos U2 cos L0)2) 0,965654638
σ tan-1 (sin σ/ cos σ) 74,9400828
SIN α (cos U1 cos U2 sin L0) / sin α 0,904048929
COS 2α 1 – sin α2 0,182695534
COS (2 cos σ – (2 sin U1 sin U2) / cos2 α
σM) 0,744073705
C (f/16) cos2 α [4 + f(4 – 3 cos2 α)] 0,000153579
L0 + (1 - C)f sin α(σ + C sin
σ(cos(2σm) + C cos σ (-1 + 2
L2 cos(2σm)2))) 70,79759726
Selisish L Abs(L1-L2) 0,000714780

Rumus Hasil
sin U1 sin U2 + cos U1 cos U2 cos
COS σ L0 0,259818132
√((cos U2 sin L0)2 + (cos U1 sin U2
SIN σ – sin U1 cos U2 cos L0)2) 0,965657568
σ tan-1 (sin σ/ cos σ) 74,940729
SIN α (cos U1 cos U2 sin L0) / sin α 0,904050114
1 – sin α2
COS 2α 0,182693392
COS (2 cos σ – (2 sin U1 sin U2) / cos α
2

σM) 0,74406849
(f/16) cos2 α [4 + f(4 – 3 cos2 α)]
C 0,0001535771676
L0 + (1 - C)f sin α(σ + C sin
σ(cos(2σm) + C cos σ (-1 + 2
L3 cos(2σm)2))) 70,7975995
Abs(L2-L3) 2,2564183126E-
Selisish L 06

Rumus Hasil
COS σ sin U1 sin U2 + cos U1 cos U2 cos L0 0,259818097
√((cos U2 sin L0)2 + (cos U1 sin U2 –
SIN σ sin U1 cos U2 cos L0)2) 0,965657577
σ tan-1 (sin σ/ cos σ) 74,94073104
SIN α (cos U1 cos U2 sin L0) / sin α 0,904050118
1 – sin α2
COS 2α 0,182693385
COS (2 cos σ – (2 sin U1 sin U2) / cos2 α
σM) 0,744068475
63

(f/16) cos2 α [4 + f(4 – 3 cos2 α)]


C 0,000153577
L0 + (1 - C)f sin α(σ + C sin
σ(cos(2σm) + C cos σ (-1 + 2
L4 cos(2σm)2))) 70,79759952
Selisish L Abs(L3-L4) 7,12306E-09

Rumus Hasil
COS σ sin U1 sin U2 + cos U1 cos U2 cos L0 0,259818097
√((cos U2 sin L0)2 + (cos U1 sin U2 –
SIN σ sin U1 cos U2 cos L0)2) 0,965657577
σ tan-1 (sin σ/ cos σ) 74,94073104
SIN α (cos U1 cos U2 sin L0) / sin α 0,904050118
1 – sin α2
COS 2α 0,182693385
COS (2 cos σ – (2 sin U1 sin U2) / cos2 α
σM) 0,74406848
(f/16) cos2 α [4 + f(4 – 3 cos2 α)]
C 0,000153577
L0 + (1 - C)f sin α(σ + C sin
σ(cos(2σm) + C cos σ (-1 + 2
L5 cos(2σm)2))) 70,79759952
Selisish L Abs(L4-L5) 2,24957830E-11

Rumus Hasil
COS σ sin U1 sin U2 + cos U1 cos U2 cos L0 0,259818097
√((cos U2 sin L0)2 + (cos U1 sin U2 –
SIN σ sin U1 cos U2 cos L0)2) 0,965657577
σ tan-1 (sin σ/ cos σ) 74,94073104
SIN α (cos U1 cos U2 sin L0) / sin α 0,904050118
1 – sin α2
COS 2α 0,182693385
COS (2 cos σ – (2 sin U1 sin U2) / cos2 α
σM) 0,744068475
(f/16) cos2 α [4 + f(4 – 3 cos2 α)]
C 0,000153577
L0 + (1 - C)f sin α(σ + C sin
σ(cos(2σm) + C cos σ (-1 + 2
L6 cos(2σm)2))) 70,79759952
Selisish L Abs(L5-L6) 7,10543E-14
64

Untuk mendapatkan selisih L lebih teliti, maka diharuskan

untuk melanjutkan perhitungan menggunakan rumus di atas

sampai selisih L (0,00000000000000000).

l. Mencari nilai azimut tempat dan Kakbah.

Rumus Hasil
cos U1 x sin U2 + sin U1 x cos U2 x -
x cos L6 0,232017099
y Cos U1 x sin L6 0,937370056
α1 Tan-1(y/x) 103,9023881
-sin U1 x cos U2 + cos U1 x sin U2 x
x cos L6 -0,39868225
Cos U1 x sin L6
y 0,879515219
α2 Tan-1(y/x) 114,3846788
α2 – 180 -
65,61532119
α2 – 180 + 360 294,3846788

m. Menghitung jarak antara tempat dan Kakbah.

Rumus Hasil
U 2 Cos α (a – b )/ b2
2 2 2
0,001231261487
1 + (u2/16384)(4096 + u2 (-768 + u2
A (320 – 175 u2))) 1,000307744
(u2/1024)(256 + u2 (-128 + u2 (74 –
B 47 u2))) 0,0003076260060
B sin σ (cos (2σm) + (1/4) B (cos σ
(-1 + 2 cos (2σm)2) – 1/6 x B x cos
(2σm) (-3 + 4 sin σ2)(-3 + 4 cos
Δσ (2σm)2 ))) 0,0002210346480
b x A ((σ x π / 180)- Δσ)
S (M) 8315546,864847
S (M) / 1000
S (KM) 8315,546865
65

n. Kesimpulan

103°54'8,6'' U Azimuth Semarang dari Kakbah


294°23'4,84'' U-T-S-B Azimut Kakbah dari Semarang
114°23'4,84'' S-B Azimut Kakbah dari Semarang
-65°-36'-55,16'' U-B Azimut Kakbah dari Semarang
8315,546865 KM
Jarak antara Semarang dan Kakbah

3. Algoritma Rashdul Kiblat Satu Kali Dalam Sehari

Untuk dapat menghitung rashdul kiblat satu kali dalam sehari maka

harus memenuhi beberapa cara sebagai berikut:11

a. Cari lintang geografis tempat yang akan dihitung. Lintang bertanda

negatif (-) jika berada di lintang selatan, dan positif (+) jika berada

di lintang utara.

b. Cari bujur geografis tempat yang akan dihitung. Bujur bertanda

negatif (-) jika berada di bujur barat, dan bertanda positif (+) jika

berada di bujur timur.

c. Cari nilai Simt al-Qiblah (AQ). Menggunakan rumus AQ =

tan-1(y/x)12.

d. Cari zona waktu (TZ) untuk tempat yang akan dihitung jam rashdul

kiblatnya.

e. Mencari deklinasi Matahari (δ) pada jam (00.00) diambil dari

software Falakiyah Pesanten 1.5

11
Ahmad Ghozali, Jami’ al-Adillah..., h. 120.
12
Ahmad Ghozali, Jami’ al-Adillah..., h. 98.
66

f. Mencari equation of time (e) pada jam (00.00) diambil dari

software Falakiyah Pesantren 1.5

g. Mencari selisih (t) dan ketinggian Matahari (h), ada dua cara untuk

menghasilkan selisih dan ketinggian Matahari.

Cara yang pertama adalah:

- C = 90 – ϕ

- M1 = 90 – δ

- M2 = 90 – tan-1 (cos C tan AQ)

- M3 = cos-1 ((tan M1)-1 tan C cos M2)

- t = M3 – M2 (nilai harus mutlak)

- h = sin-1 (sin ϕ sin δ + cos ϕ cos δ cos t)

Cara yang kedua:

- ti = tan-1 ((tan ϕ)-1 cos AQ)

- M1 = sin-1 (cos ti sin δ / sin ϕ)

- h = ti +/- M1

Perhatikan nilai takdil irtifa’ (ti) dan mahfudz (M1).13

a) Jika (ti) bernilai negatif dan (M1) bernilai positif maka (M1 -

ti)

b) jika (ti) bernilai positif dan (M1) bernilai negatif maka (ti +

M1) dan ambillah nilai hasil dengan harga mutlak.

c) Jika (ti) dan (M1) negatif semua, maka (ti - M1) dan ambillah

sisa dengan harga mutlak.

13
Ahmad Ghozali, Jami’ al-Adillah..., h. 121.
67

d) Jika (ti) dan (M1) positif semua, maka (ti + M1)

- t = cos-1 ((sin h – sin ϕ sin δ) / (cos δ cos ϕ))

- h = harga mutlak

- Hitung jam rahsdul kiblat dengan rumus ini:

- BQ = (12 – e ) +/- t/15

- Perhatikan sudut penyempurna (C), (M1), dan simt al-qiblah

(AQ).14

a) Jika nilai (C) < (M1), dan (AQ) > 180. Maka rumus jam

rashdul kiblat (12- e) – t/15

b) Jika nilai (C) < (M1), dan (AQ) < 180. Maka rumus jam

rashdul kiblat (12 - e) – t/15

c) Jika keadaan tidak seperti yang disebutkan di atas maka rumus

jam rashdul kiblat adalah (12 - e) + t/15

- Hasil yang didapat dari bayangan kiblat (BQ) adalah local

mean time (LMT). Jika hendak merubah ke waktu setempat

maka menggunakan rumus:

LMT + ((TZ x 15) – λ) /15.

Contoh aplikasi perhitungan rashdul kiblat pada

tanggal 9 Januari 2016, di Semarang.

Data-data yang diperlukan:

a. AQ = 294o 30’ 32.29”

b. Lintang geografis Semarang (ϕ) = -7o 00’ 00”

14
Ahmad Ghozali, Jami’ al-Adillah..., h. 121.
68

c. Bujur geografis Semarang (λ) = 110o 24’ 00”

d. Lintang geografis Kakbah (ϕk) = 21o 25’ 18.89”

e. Bujur geografis Kakbah (λk) = 39o 49’ 46,27

f. TZ =7

g. Deklinasi (δ) jam (00.00), diambil dari software Falakiyah

Pesantren 1.5 = -22o 12’ 21.87”

h. Equation of time (e) jam (00.00), diambil dari software

Falakiyah Pesantren 1.5 = -0j 06m 40s

Cara pertama:

- C = 90 – ϕ = 97o 00’ 00”

- M1 = 90 – δ = 112o 12’ 21.87”

- M2 = 90 – tan-1 (cos C tan AQ) = 75o 02’ 03.67”

- M3 = cos-1 ((tan M1)-1 tan C cos M2) = 30o 50’ 41.76”

- t = M3 – M2 = 44o 11’ 21.91” (nilai harus mutlak)

- h = sin-1(sin ϕ sin δ + cos ϕ cos δ cos t) = 44o

49’ 36.99”

Cara ke dua:

- ti = tan-1((tan ϕ)-1 cos AQ) = -73o 30’ 43.64”

- M1 = sin-1(cos ti sin δ / sin ϕ) = 61o 39’ 39.41”

- h = M1 – ti (karena ti - dan M1 +) = 135o 10’ 23.05”

- t = cos-1((sin h – sin ϕ sin δ)/(cos δ cos ϕ) = 44o 11’

21.95”
69

Karena nilai C lebih sedikit dari M1 dan AQ Semarang

lebih banyak dari 180 maka menggunakan rumus:

- BQ = (12 – e) – t/15 = 9j 09m 54.54d LMT

= LMT + ((TZ x 15) – λ) /15 = 8j 48m 18.54d

WD/WIB

Jadi untuk rashdul kiblat di kota Semarang pada tanggal

9 Januari 2016 terjadi sebelum zawal pada jam 8:48:18.54

WIB.

4. Algoritma Rashdul Kiblat Dua Kali Dalam Sehari

Model perhitungan jam rashdul kiblat satu kali berbeda dengan

rashdul kiblat dua kali dalam sehari. Rashdul kiblat kemungkinan

terjadi dua kali dalam sehari yakni ketika Matahari searah dengan

kiblat, baik bayangan yang sejajar mengarah dari Kakbah ke suatu

tempat atau bayangan Matahari searah dengan kiblat yakni bayangan

yang searah dari suatu tempat menuju ke Kakbah.15

Di dalam rumus juga dilakukan dua kali perhitungan untuk

menambah ketelitian. Kemudian menghitung arah Matahari untuk

mengetahui apakah Matahari atau bayangan yang dihasilkan Matahari

sama dengan arah kiblat. Terkadang rashdul kiblat mungkin terjadi

pada dua waktu saat Matahari di atas ufuk dan di bawah ufuk. Dan

15
Ahmad Ghozali, Jami’ al-Adillah..., h. 122.
70

bahkan bisa terjadi dua waktu rashdul kiblat pada saat Matahari di atas

ufuk, dan bahkan tidak terjadi sama sekali.16

Contoh aplikasi perhitungan rashdul kiblat dua kali dalam

sehari pada tanggal 28 November 2016 di Merauke.

Mencari terlebih dahulu AQ di kota Merauke.

Data geografis:

Lintang tempat = 8o 30’ 00” LS

Bujur tempat = 140o 27’ 00” BT

C = 360 – λ k + λ = 100o 37’ 13.73”

x = sin ϕk cos ϕ – cos ϕk cos C sin ϕ = 0,33586138

y = -cos ϕk sin C = -0,91496916

Q = tan-1(y/x) = -69o 50’ 35.26”

Karena nilai x adalah (+) dan y (-) maka,

-69o 50’ 35.26”+ 360o = 290o 9' 24,74"

Data-data perhitungan rashdul kiblat dua kali:17

AQ Spherical = 290o 9' 24,74"

ϕ = 8o 30’ 00” LS

λ = 140o 27’ 00” BT

TZ =9

δ = -21° 20' 06,33'' pada jam 00:00 data dari

software Falakiyah Pesantren 1.5

16
Ahmad Ghozali, Jami’ al-Adillah..., h. 122.
17
Ahmad Ghozali, Jami’ al-Adillah..., h. 158.
71

e = 0j 12m 05d pada jam 00:00 data dari software

Falakiyah Pesantren 1.5

Proses perhitungan.

b = 90 - ϕ = 98o 30' 00"

a = 90 – δ = 111o 20' 6,33"

P = tan-1(cos b tan AQ)-1 = 68o 4' 0,73"

CP = cos-1((tan a)-1tan b cos P) = 12o 31' 27,88"

t1 = CP-P = -55o 32' 32,85"

t2 = -CP-P = -80o 35' 28,61"

w1 = 12 – e + t1/15+((TZ x 15) – λ) /15 = 7:43:56,81

w2 = 12 – e + t1/15+((TZ x 15) – λ) /15 = 6:3:45,09

Imkan pertama

Diulang dengan menurunkan deklinasi Matahari dan takdil

waktu pada jam w1 UT = 7:43:56,81 – TZ = 22o 43’ 56,81”

tanggal 27 November 2016.

δ = -21° 19' 33,08'' pada jam 22o 43’ 56” data dari software

Falakiyah Pesantren 1.5

e = 0j 12m 06d pada jam 22o 43’ 56” data dari software

Falakiyah Pesantren 1.5

a = 90 – δ = 111o 19' 33,08"

CP = cos-1 ((tan a)-1 tan b cos P) = 12o 38' 47,42"

t1 = CP – P = -55o 25' 13,31"

w1 = 12 – e + t1/15+((TZ x 15) – λ) /15 = 7:44:25 WD


72

h1 = sin-1(sin ϕ sin δ + cos ϕ cos δ cos t1)= 35o 12' 51,48”

x = sin δ cos ϕ – cos δ sin ϕ cos t1 = -0,281531755

y = -cos δ sin t1 = 0,766961884

Az1 = tan-1 (y/x) = 110o 9' 24,74"

Imkan kedua

Diulang dengan menurunkan deklinasi Matahari dan takdil

waktu pada jam w2 UT = 6:3:45,09 – TZ = 21o 3’ 45,09”

tanggal 27 November 2016.

δ = -21° 18' 49,19'' pada jam 21o 3’ 45” data dari software

Falakiyah Pesantren 1.5

e = 0j 12m 07d pada jam 21o 3’ 45” data dari software

Falakiyah Pesantren 1.5

a = 90 – δ = 111o 18' 49,19"

CP = cos-1 ((tan a)-1 tan b cos P) = 12o 48' 21,22"

t2 = CP – P = -80o 52' 21,94"

w2 = 12 – e + t1/15+((TZ x 15) – λ) /15 = 6:02:36 WD

h1 = sin-1(sin ϕ sin δ + cos ϕ cos δ cos t1)= 11o 31' 47,71"

x = sin δ cos ϕ – cos δ sin ϕ cos t1 = -0,33763798

y = -cos δ sin t1 = 0,91980907

Az1 = tan-1 (y/x) = 110o 9' 24,74"


73

Kesimpulan:

Jam bayang kiblat pada 28 November di Merauke Indonesia

terjadi dua kali yang sama-sama mungkin menggunakan azimut

kiblat spherical.

Waktu pertama:

Pukul = 6:02:36 WD/WIT

Tinggi Matahari = 11o 31' 47,71"

Azimut Matahari = 110o 9' 24,74"

Waktu kedua:

Pukul = 7:44:25 WD/WIT

Tinggi Matahari = 35o 12' 51,48”

Azimut Matahari = 110o 9' 24,74"


BAB IV

ANALISIS HISAB RASHDUL KIBLAT DUA KALI DALAM SEHARI

KH. AHMAD GHOZALI DALAM KITAB JAMI’ AL-ADILLAH ILA

MA’RIFATI SIMT AL-QIBLAH

A. Analisis Metode Hisab Rashdul Kiblat KH. Ahmad Ghozali dalam

Kitab Jami' al-Adillah ila Ma'rifati Simt al-Qiblah

1. Teori yang Digunakan

Metode hisab azimut kiblat KH. Ahmad Ghozali dalam Kitab

Jami’ al-Adillah ila Ma’rifati Simt al-Qiblah menggunakan teori

spherical trigonometri (trigonometri bola) dan teori vincenty1. Teori

spherical trigonometri berpangkal pada teori yang dikemukakan oleh

Copernicus2 (1473-1543) yakni teori Heliosentris.3 Sebelumnya pada

abad ke-13 sebelum Masehi (SM) sudah ada Filosof Yunani yang

bernama Aristarchus yang mengutarakan bahwa Bumi dan planet-

planet berputar mengelilingi Matahari, namun ketika itu Aristarchus

1
Teori Vincenty adalah teori geodetik yang menggunakan data-data bentuk Bumi asli
yakni ellipsoid. Penemu teori vincenty adalah T. Vincenty. Lihat T. Vincenty, Direct And Inverse
Solutions Of Geodesics On The Ellipsoid With Application Of Nested Equations, Survey review,
April 1975, Vol. XXIII, No. 176.
2
Pada tahun 1514 Copernicus mengusulkan model yang lebih sederhana terkait tatasurya,
namun modelnya tanpa nama karena takut dipersalahkan akibat menentang keyakinan yang ada.
Lihat Stephen W. Hawking, The Theory of Everything, Terj, Ikhlasul Adi Nugroho, “Teori Segala
Sesuatu”, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet. ke-3, 2007, h. 6.
3
Teori heliosentris merupakan teori yang menempatkan Matahari sebagai pusat tatasurya.
Lihat dalam Susiknan Azhari, Ilmu Falak "Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern",
Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, cet. ke-II, 2007, h.15-16.

74
75

baru sebatas hipotesa, belum dituangkan dalam bentuk karya tulis.4

Dalam perkembangannya, teori heliosentris dikembangkan dalam

Hukum Keppler5, yang menganggap bahwa bentuk lintasan orbit

Bumi adalah ellips dengan Matahari pada salah satu titik apinya.

Konsep segitiga bola merupakan piranti untuk menentukan posisi

benda langit di bola langit pada suatu permukaan di muka Bumi.

Demikian pula permasalahan arah dan jarak suatu tempat di muka

Bumipun dapat ditentukan oleh aplikasi segitiga bola, karena Bumi

dapat dianggap berbentuk bola.6

Teori Vincenty dibahas dalam ilmu geodesi digunakan untuk

menentukan arah dan jarak dari suatu tempat di atas permukaan Bumi

dengan tempat lain yang menggunakan model Bumi ellipsodal.7

Selain untuk ini, rumus Vincenty juga dapat digunakan dalam

penentuan arah kiblat karena memiliki kesamaan dalam konsep

dasarnya. Rumus Vincenty terbilang dalam teori yang paling akurat

4
Slamet Hambali, Astronomi Islam Dan Teori Heliocentris Nicolaus Copernicus, Jurnal
al-Ahkam Volume 23, No. 2, Semarang: IAIN Walisongo, Oktober 2013, h. 228, PDF.
5
Penemu hukum ini yaitu John Kepler. Lihat dalam P. Simamora, Ilmu Falak
(Kosmografi) “Teori, Perhitungan, Keterangan, dan Lukisan”, Jakarta: C.V Pedjuang Bangsa, cet.
Ke-XXX, 1985, h. 46. Lihat juga M.S.L. Toruan, Pokok-Pokok Ilmu Falak (kosmografi),
Semarang: Banteng Timur, cet ke- IV, tt., h. 104.
5
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana Pustaka,
cet. ke-3, t.t., h. 28.
6
Cecep Nurwendaya, Aplikasi Segitiga Bola Dalam Rumus-Rumus Hisab Rukyat,
disampaikan pada Kegiatan Peningkatan Tenaga Teknis Hisab Rukyat di Lingkungan PA
Direktorat Pranata dan Tata Laksana Perkara Perdata Agama Ditjen Badilag Mahkamah Agung-
RI, Bogor, 25 Juni 2008, PDF, h. 1.
7
Vincenty Solution Of Geodetics On The Ellipsoid, www.movable-
type.co.uk/scripts/latlong-vincenty.html , 22/05/2016, 16:30 WIB.
76

dan terbaru dalam menentukan arah kiblat karena tingkat ketelitian

dalam perhitungannya mencapai dalam ordomilimeter.8

Rumus Vincenty berangkat dari pemahaman bahwa secara tiga

dimensi bentuk Bumi sebenarnya tidak beraturan dengan benjolan-

benjolan di permukaannya. Bentuk Bumi ini disebut dengan geoid.

Geoid kemudian didekati lagi menjadi ellipsoid biaksial dimana

penampang ekuatorialnya berupa lingkaran dan penampang

meridiannya berupa ellips. Ellips atau ellipsoid merupakan pendekatan

bentuk Bumi yang sebenarnya. Rumus Vincenty ini memperhitungkan

sumbu panjang dan pendek Bumi (a, dan b), serta penggepengan

Bumi.9

2. Data yang Digunakan

Dalam perhitungan menetukan azimut kiblat dan rashdul kiblat

diperlukan beberapa data yang harus disiapkan. Data-data tersebut

sangat mempengaruhi pada hasil suatu hisab. Jika data yang digunakan

dalam suatu perhitungan adalah bukan data yang terpercaya dan

terbaru maka hasil dari perhitungan tersebut tidak bisa dipercaya juga.

Data-data perhitungan untuk menentukan azimut kiblat dan rashdul

kiblat dalam kitab Jami’ al- Adillah ila Ma’rifati Simt al-Qiblah karya

KH. Ahmad Ghozali adalah data-data yang terbaru. Disebut data

terbaru karena data-data yang digunakan dalam kitab Jami’ al-Adillah

digunakan pula dalam perhitungan kontemporer lainnya.

8
Siti Tatmainul Qulub, Analisis Metode Raṣd al-Qiblah dalam Teori Astronomi dan
Geodesi, Ringkasan tesis, Semarang: IAIN Walisongo, 2013, h. 27.
9
Siti Tatmainul Qulub, Analisis Metode..., h. 4.
77

Pengertian Kontemporer adalah hisab yang menggunakan data dan

model perhitungannya berdasar pada data-data astronomis modern,

sistem hisab ini menggunakan hasil penelitian terakhir dan

menggunakan matematika yang telah dikembangkan.10 Untuk

mendapatkan hasil yang memiliki tingkat akurasi tinggi harus

menggunakan data-data terpercaya dan terbaru.

Data lintang geografis Kakbah dan bujur geografis Kakbah dalam

kitab Jami’ al-Adillah menggunakan data lintang 21o 25’ 18,89” LU

dan bujur 39o 49’ 46,27” BT. Data lintang dan bujur Kakbah tersebut

langsung didapat sendiri oleh KH. Ahmad Ghozali saat berada di

dekat rukun Yamani menggunakan GPS (Global Positioning

System).11

Ada beberapa varian data lintang dan bujur geografis Kakbah, yaitu

sebagai berikut12

Tabel 4.1 beberapa daftar lintang dan bujur Kakbah.

No Nama Lintang (LU) Bujur (BT)

1 Atlas PR Bos 38 21o 31' 39o 58'

2 Mohammad Ilyas 21o 40o

3 Sa'aduddin Djambek (1) 21o 20' 39o 50'

10
Moh. Murtadho, Ilmu Falak Praktis, Malang: UIN-Malang Press, 2008, h. 227.
11
Hasil wawancara langsung dengan KH. Ahmad Ghozali Muhammad Fathullah via sms,
25 Mei 2016, 14:06 WIB.
12
Susiknan Azhari, Ilmu Falak..., h.206. Lihat Juga, Anisah Budiwati, Skripsi, Sistem
Hisab Arah Kiblat DR. Ing. Khafid Dalam Program Mawaqit, Semarang: IAIN WALISONGO,
2010, h.81. Lihat juga Purkon Nur Ramdhan, Studi Analisis Metode Hisab Arah Kiblat KH.
Ahmad Ghozali Dalam Kitab Irsyad al-Murid, Semarang: IAIN Walisongo, 2012, h. 71.
78

4 Sa'aduddin Djambek (2) 21o 25' 39o 50'

5 Nabhan Masputra 21o 25' 14.7" 39o 49' 40"

6 Ma'shum Bin Ali 21o 50' LU 40o 13'

7 Google Earth (1) 21o 25' 23.2" 39o 49' 34"

8 Google Earth (2) 21o 25' 21.4" 39o 49' 34.05"

9 Monzur Ahmed 21o 25' 18" 39o 49' 30"

10 Ali Alhadad 21o 25' 21.4" 39o 49' 38"

11 Gerhard Kaufmann 21o 25' 21.4" 39o 49' 34"

12 S. Kamal Abdali 21o 25' 24" 39o 24' 24"

13 Moh. Basil At-ta'i 21o 26' 39o 49'

14 Muhammad Odeh 21o 25' 22" 39o 49' 31"

15 Prof. Hasanuddin 21o 25' 22" 39o 49 '34.56"

16 Ahmad Izzuddin 21o 25' 21.17" 39o 49' 34.56"

17 Muhyiddin Khazin13 21o 25’ 25” 39o 49’ 39”

18 Slamet Hambali14 21o 25’ 21.04” 39o 49’ 34.33”

Kitab Jami’ al-Adillah juga menyediakan data-data koordinat

geografis kota-kota di Indonesia. Dengan tersedianya data-data

koordinat geografis dalam kitab Jami’ al-Adillah, maka memudahkan

untuk pembaca dalam mempelajari kitab Jami’ al-Adillah. Jika

13
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam..., h. 72.
14
Slamet Hambali, Ilmu Falak Arah Kiblat Setiap Saat, Semarang: Pustaka Ilmu, 2013, h.
14.
79

hendak mendapatkan data koordinat geografis tempat yang akan

dihitung sesuai dengan lapangan, maka data koordinat geografis

tempat tersebut didapat dengan cara menggunakan GPS (Global

Positioning System).

Untuk data lintang dan bujur kota-kota di Indonesia yang terlampir

di kitab Jami’ al-Adillah sama dengan tabel data lintang dan bujur

dalam buku “Ilmu Falak Dalam Teori Dan Praktik” yang disusun oleh

Muhyiddin Khazin, seperti data koordinat Semarang 07o 00’ LS dan

110o 24’ BT. 15


Sama halnya dalam kitab Jami’ al-Adillah data

koordinat Semarang 07o 00’ LS dan 110o 24’ BT.16

Kitab Jami’ al-Adillah memiliki kekhasan tersendiri dalam

menentukan deklinasi dan equation of time. Pembeda dan khas dari

perhitungan KH. Ahmad Ghozali adalah pengambilan data deklinasi

dan equation of time. Data deklinasi dan equation of time yang

digunakan dalam kitab Jami’ al-Adillah diambil langsung dari

shoftware Falakiyah Pesantren 1.5.

Shoftware Falakiyah Pesantren 1.5 adalah shoftware karya dari

KH. Ahmad Ghozali yang menyajikan data-data terkait ephemeris

Matahari dan Bulan, ephemeris planet, kiblat, waktu sholat, taqwim,

dan gerhana.

15
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak..., h. 273.
16
Ahmad Ghozali, Jami’ al-Adillah..., h. 153.
80

3. Analisis Metode Hisab Azimut Kiblat Dalam Kitab Jami' al-

Adillah ila Ma'rifati Simt al-Qiblah

Ada dua model rumus yang digunakan untuk menentukan azimut

kiblat dalam kitab Jami’ al-Adillah ila Ma’rifati Simt al-Qiblah.

Model yang pertama yaitu menggunakan rumus spherical

trigonometri (trigonometri bola) dan model yang kedua menggunakan

rumus Vincenty.

a) Rumus Spherical Trigonometri

Segitiga bola adalah segitiga di permukaan bola yang sisi-

sisinya merupakan bagian dari lingkaran besar. Berbeda dengan

segitiga linier atau segitiga biasa yang kita kenal, segitiga bola

memiliki tiga sudut dalam satuan derajat busur dan tiga sisi

berbentuk garis yang berdimensi panjang seperti meter atau

centimeter, sehingga segitiga bola seluruh elemennya hanya dalam

satuan derajat busur, karena hanya tiga sudut dan tiga sisi

berbentuk busur atau lengkungan bagian dari bola langit atau bola

Bumi. Lihat gambar berikut:17

Gambar 4.1 segitiga bola18

17
Cecep Nurwendaya, Aplikasi Segitiga Bola..., h. 1.
18
http://star-www.st-and.ac.uk/~fv/webnotes/chapter2.htm, 25/05/2016, 18:30 WIB.
81

Pada gambar 4.1, segitiga bola ABC menghubungkan antara

tiga titik A (Kakbah), titik B (lokasi) dan titik C (Kutub Utara).

Titik A (Kakbah) memiliki koordinat bujur Ba dan lintang La. Titik

B memiliki koordinat bujur Bb dan lintang Lb. Titik C memiliki

lintang 90 derajat. Busur a adalah panjang busur yang

menghubungkan titik B dan C. Busur b adalah panjang busur yang

menghubungkan titik A dan C. Busur c adalah panjang busur yang

menghubungkan titik A dan B. Sudut C tidak lain adalah selisih

antara bujur Ba dan bujur Bb. Jadi sudut C = Ba – Bb. Sementara

sudut B adalah arah menuju titik A (Kakbah). Jadi arah kiblat dari

titik B dapat diketahui dengan menentukan besar sudut B.19

Persamaan trigonometri yang digunakan adalah20:

Formula sinus:

sin 𝑎 sin 𝑏 sin 𝑐


= =
sin 𝐴 sin 𝐵 sin 𝐶

Formula cosinus:

cos 𝑎 = cos 𝑏 cos 𝑐 + sin 𝑏 sin 𝑐 cos 𝐴

cos 𝑏 = cos 𝑎 cos 𝑐 + sin 𝑎 sin 𝑐 cos 𝐵

cos 𝑐 = cos 𝑎 cos 𝑏 + sin 𝑎 sin 𝑏 cos 𝐶

Dalam kitab Jami’ al-Adillah ila Ma’rifati Simt al-Qiblah

untuk rumus menghitung azimut kiblat menggunakan rumus

sebagai berikut:

19
http://www.eramuslim.com/peradaban/ilmu-hisab/segitiga-bola-dan-arah
kiblat.htm#.V0WNaVLkLIU, 25/05/2016, 18:30 WIB.
20
K. J. Villanueva, Pengantar Ke Dalam Astronomi Geodesi, Bandung: Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan ITB, 1978, h. 18.
82

x = sin ϕk cos ϕ – cos ϕk cos C sin ϕ

y = -cos ϕk sin C

Q = tan-1(y/x)

Rumus tersebut sama dengan rumus dasar spherical

trigonometri (trigonometri bola). Walaupun tampak berbeda

dengan rumus arah kiblat yang biasa digunakan secara umum yaitu.

cotan A = tan ϕk cosϕx : sin C – sin ϕx : tan C21

Contoh perhitungan Azimut kiblat beberapa kota di Indonesia

menggunakan rumus spherical trigonometri. Terkait data koordinat

geografis menggunakan data lintang dan bujur yang terdapat di

kitab Jami’ al-Adillah dengan hasil sebagai berikut;

Tabel 4.2 beberapa hasil perhitungan azimut kiblat

trigonometri bola

Kota Lintang Bujur Az.Q Jarak


(KM)

Sabang 05o 54’ 95o 21’ 291°56'28,31'' 6214,166876

Banda Aceh 05o 35’ 95o 20’ 292°8'33,6'' 6225,685066

Baliage 03o 21’ 99o 02’ 292°50'14,8'' 6700,185018

Payakumbuh -00o 13’ 100o 37’ 294°18'17,62'' 7020,542891

Bengkulu -03o 48’ 102o 15’ 295°28'2,71'' 7353,331896

Batam 01o 02’ 104o 01’ 293°7'26'' 7311,184698

Jambi -01o 36’ 103o 35’ 294°16'36,87'' 7384,856371

21
Slamet Hambali, Ilmu Falak..., h. 35.
83

Palembang -02o 59’ 104o 47’ 294°33'2'' 7570,05053

Bandar -05o 26’ 105o 14’ 295°18'33,01'' 7730,336974


Lampung

Bangka -02o 00’ 106o 00’ 293°56'37,48'' 7648,478386

Jakarta -06o 10’ 106o 49’ 295°8'46,58'' 7923,758204

Banten -06o 03’ 106o 08’ 295°16'58,28'' 7849,79578

Bandung -06o 57’ 107o 37’ 295°10'39,26'' 8040,911931

Semarang -07o 00’ 110o 24’ 294°30'32,37'' 8322,34559

Yogyakarta -07o 48’ 110o 24’ 294°42'17,55'' 8359,428074

Gresik -07o 10’ 112o 40’ 294°2'3,08'' 8558,239891

Gorontalo 00o 34’ 123o 05’ 291°29'55,12'' 9296,721106

Manado 01o 33’ 124o 53’ 291°22'16,77'' 9443,216765

Morotai 02o 10’ 128o 10’ 291°21'42'' 9758,438976

Ambon -03o 42’ 128o 47’ 291°26'35,02'' 10060,89947

Merauke -08o 30’ 140o 27’ 290°9'24,74'' 11457,52749

Hasil perhitungan menggunakan program excel 2013 yang

telah dibuat sendiri oleh penulis, agar mempermudah dalam input

data dan tingkat akurasi hitung yang tinggi. Mendapatkan jarak

antara Kakbah dengan tempat menggunakan rumus sederhana yang

mengasumsikan bahwa Bumi berbentuk bola.22

22
Rinto Anugraha, Mekanika Benda Langit, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2012,
h. 30.
84

a. Sudut antara kedua tempat tersebut adalah d

b. cos(d) = sin(L1)*sin(L2) + cos(L1)*cos(L2)*cos(B1 – B2)

c. Jika sudut (d) dalam radian, maka jarak kedua tempat adalah s

kilometer, yaitu s = 6378,137*d [km]

d. Jika sudut (d) dalam derajat, maka jarak kedua tempat adalah s

kilometer, yaitu s = 6378,137*pi*d/180 [km] dimana pi =

3,14159265359. Perlu diingat, 1 radian = 180/pi = 57.2957795

derajat.

e. L1 dan B1 adalah koordinat geografis Kakbah

f. L2 dan B2 adalah koordinat geografis Kakbah.

Sebagai catatan rumus jarak yang digunakan di atas digunakan

untuk dua tempat yang terletak di permukaan Bumi (ketinggian = 0

dari permukaan laut).23 Tentu saja dalam realitanya, menggunakan

ketinggian tertentu di atas permukaan laut.

b) Rumus Vincenty

Secara umum bentuk Bumi mendekati bola dengan jari-jari

sekitar 6378 km. Bentuk Bumi secara matematis mendekati

ellipsoid baksial dimana penampang meridiannya berupa ellips.

Pada gambar di bawah, Bumi diwakili dengan geoid global, dimana

geoid sendiri adalah bidang ekuipotensial gaya berat Bumi yang

mendekati muka laut rata-rata secara global.24

23
Rinto Anugraha, Mekanika..., h. 32.
24
Hasanuddin Z. Abidin, Geodesi Satelit, Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2001, h. 16-17.
85

Gambar 4.2 bentuk Bumi Geoid25

Berkaitan dengan ukuran ellipsoid yang digunakan untuk

mempresentasikan Bumi, sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi dari pengamatan Bumi, telah dikenal

beberapa ellipsoid referensi, seperti yang ditunjukkan pada tabel

4.3 berikut. Pada tabel ini a dan b adalah panjang dari sumbu

panjang dan sumbu pendek ellipsoid, dan f adalah penggepengan

dari ellipsoid, yang dihitung dari a dan b sebagai berikut:26

𝑓 = (𝑎 − 𝑏)/𝑎

a adalah sumbu panjang ellipsoid, b adalah sumbu pendek

ellipsoid, dan f adalah penggepengannya. Ellipsoid yang

mempunyai ukuran dan bentuk tertentu untuk hitungan geodesi dan

sebagai permukaan rujukan dinamakan ellipsoid referensi. Ada

banyak sekali ellipsoid referensi, mulai dari Airy, Bessel, hingga

25
Gambar diakses dari www.bakosurtanal.go.id/assets/Uploads/produk/v.jpg,
23/05/2016, 19:20 WIB.
26
Hasanuddin Z. Abidin, Geodesi..., h. 17.
86

WGS 84. Paling umum digunakan adalah WGS 84 (World

Geodetic System 1984).27

Tabel 4.3 beberapa ellipsoid referensi28

Nama a (m) b (m) 1/f

GRS-67 6 378 160 6 356 774.719 298.247167

Everest 6 377 276 6 356 075 300.802

Bessel 6 377 397 6 356 618 294.153

Helmert 6 378 200 6 356 818 298.300

Hayford 6 378 388 6 356 912 297.000

NAD-27 6 378 206.4 6 356 912 294.9786982

Krassovsky 6 378 245 6 356 863 298.300

Hough 6 378 270 6 356 794 297

Fishcer 6 378 155 6 356 773 298.3

IUGG 6 378 160 6 356 775 298.247

S. American 6 378 160 6 356 774 298.25

Smithsonian 6 378 140 6 356 755 298.256

GEM-10B 6 378 138 6 356 753 298.257222101

GEM-T3 6 378 137 6 356 752 298.257

27
https://tujuhmei.wordpress.com/2012/09/10/geometri-Bumi, 24/05/2016, 14:20 WIB.
28
Hasanuddin Z. Abidin, Geodesi..., h. 18. Lihat juga Vincenty Solution Of Geodetics On
The Ellipsoid, www.movable-type.co.uk/scripts/latlong-vincenty.html , 22/05/2016,
16:30
87

Clarke
6 378 249.145 6 356 514.86955 293.465
mod.1880

GRS-80 6 378 137 6 356 752.314140 298.257222101

Airy 1830 6 377 563.396 6 356 256.909 299.3249646

Internat’l
6 378 388 6 356 911.946 297
1924

WGS-66 6 378 145 6 356 760 298.25

WGS-72 6 378 135 6 356 751 298.26

WGS-84 6 378 137 6 356 752.314245 298.257223563

International 6 378 137 6 356 752 298.257

PZ-90 6 378 136 6 356 751 298.257839303

Dari tabel 4.3 terlihat bahwa secara umum untuk ellipsoid

referensi yang mempresentasikan Bumi, a = 6378 km, b = 6357

km, dan f = 1/298.29

Gambar 4.3 bentuk Bumi ellipsoida30


29
Hasanuddin Z. Abidin, Geodesi..., h. 17.
88

Dalam rumus Vincenty ada beberapa nutasi yang harus dipahami:31

a, b = jari-jari panjang dan jari-jari pendek ellipsoid.

f = penggepengan, f = (a – b) / a

 = lintang geodetik, bernilai positif bila di utara khatulistiwa,

dan bernilai negatif bila di selatan khatulistiwa.

L = perbedaan garis bujur, bernilai positif bila di timur

s = panjang geodesic

1, 2 = azimuth geodesi, dihitung dari utara dari posisi 1 ke

posisi 2

 = azimuth geodesi di equator

u2 = cos2 α(a2 - b2)/b2

U = lintang reduksi, didefinisikan dengan tan U = (1 – f) tan 

 = perbedaan garis bujur pada bola tambahan

 = jarak sudut posisi 1 ke posisi 2 pada bola

1 = jarak sudut pada bola dari khatulistiwa ke posisi 1

m = jarak sudut pada bola dari ekuator ke titik tengah garis

Nutasi tersebut akan dimasukkan dalam rumus dalam

menentukan azimut dan jarak. Untuk rumus Vincenty yang sudah

30
https://belajargeomatika.wordpress.com/2011/01/17/model-matematika-Bumi/,
25/05/2016, 18:30 WIB.
31
T. Vincenty, Direct And Inverse Solutions Of Geodesics On The Ellipsoid With
Application Of Nested Equations, Survey review, April 1975, Vol. XXIII, No. 176.
89

dimodifikasi oleh KH. Ahmad Ghozali dalam kitab Jami’ al-

Adillah ila Ma’rifati Simt al-Qiblah sebagai berikut:32

U1 = tan-1[(1-f) tan ϕK]

U2 = tan-1[(1-f)tan ϕ]

L0 = λ – λK

cos σ = sin U1 sin U2 + cos U1 cos U2 cos L0

sin σ = √((cos U2 sin L0)2 + (cos U1 sin U2 – sin U1 cos U2 cos

L0)2)

σ = tan-1 (sin σ/ cos σ)

Jika nilai (cos σ) negatif maka hasil σ + 180 dan jika nilai

(cos σ) positif dan (sin σ) negatif maka σ + 360.

sin α = (cos U1 cos U2 sin L0) / sin α

cos2 α = 1 – sin α2

cos (2σm) = cos σ – (2 sin U1 sin U2) / cos2 α

C = (f/16) cos2 α [4 + f(4 – 3 cos2 α)]

L1 = L0 + (1 - C)f sin α(σ + C sin σ(cos(2σm) + C cos

σ (-1 + 2 cos(2σm)2)))

Rumus untuk menghitung azimut tempat dan azimut Kakbah.

x = cos U1 sin U2 – sin U1 cos U2 cos L terakhir

y = cos U2 sin L terakhir

32
Ahmad Ghozali, Jami’ al-Adillah..., h. 108-109.
90

α1 =tan-1(y/x)

x = -sin U1 cos U2 + cos U1 sin U2 cos L terakhir

y = cos U1 sin L terakhir

α2 = tan-1(y/x)

Rumus untuk menghitung jarak antara tempat dan Kakbah.

u2 = cos2 α (a2 – b2)/b2

A = 1 + (u2/16384) (4096 + u2 (- 768 + u2(320 – 175

u2)))

B = (u2/1024)(256 + u2 (-128 + u2 (74 – 47 u2)))

Δσ = B sin σ (cos (2σm) + (1/4) B (cos σ (-1 + 2 cos

(2σm)2) – (1/6) B cos (2σm) (-3 + 4 sin σ2) (-3 +

4 cos (2σm)2)))

S (jarak dalam satuan meter) = b A ((σ x π / 180) – Δσ)

Contoh perhitungan Azimut kiblat beberapa kota di Indonesia

menggunakan rumus Vincenty yang sudah dimasukkan dalam

program excel 2013 oleh penulis, dengan data koordinat geografis

menggunakan data lintang dan bujur kota-kota di Indonesia yang

terdapat di kitab Jami’ al-Adillah. Hasil perhitungan sebagai

berikut;

Tabel 4.4 beberapa hasil perhitungan azimut kiblat Vincenty

Kota Lintang Bujur Az.Q Jarak (KM)

Sabang 05o 54’ 95o 21’ 291°50'58,5'' 6212,403818

Banda Aceh 05o 35’ 95o 20’ 292°2'57,44'' 6223,781118


91

Baliage 03o 21’ 99o 02’ 292°44'19,32'' 6697,537683

Payakumbuh -00o 13’ 100o 37’ 294°11'30,87'' 7016,294618

Bengkulu -03o 48’ 102o 15’ 295°20'31,29'' 7347,372052

Batam 01o 02’ 104o 01’ 293°1'20,49'' 7307,832347

Jambi -01o 36’ 103o 35’ 294°9'46,49'' 7380,176526

Palembang -02o 59’ 104o 47’ 294°25'57,92'' 7564,775503

Bandar -05o 26’ 105o 14’ 295°10'56,65'' 7723,819005


Lampung

Bangka -02o 00’ 106o 00’ 293°49'55,5'' 7643,814064

Jakarta -06o 10’ 106o 49’ 295°1'9,57'' 7917,018797

Banten -06o 03’ 106o 08’ 295°9'18,84'' 7843,044716

Bandung -06o 57’ 107o 37’ 295°2'56,47'' 8033,8413

Semarang -07o 00’ 110o 24’ 294°23'4,84'' 8315,546865

Yogyakarta -07o 48’ 110o 24’ 294°34'39,51'' 8352,210432

Gresik -07o 10’ 112o 40’ 293°54'46,12'' 8551,587061

Gorontalo 00o 34’ 123o 05’ 291°25'30,15'' 9294,386509

Manado 01o 33’ 124o 53’ 291°18'17,26'' 9441,363401

Morotai 02o 10’ 128o 10’ 291°18'11,04'' 9756,968592

Ambon -03o 42’ 128o 47’ 291°21'38,42'' 10057,12043

Merauke -08o 30’ 140o 27’ 290°4'26,5'' 11452,49006


92

Jarak antara Kakbah dan Indonesia berkisar 6000-an KM

(Sabang) dan 11000-an KM (Merauke). Jauhnya jarak ini

bermakna bahwa jika arah kiblat kita melenceng 1 derajat saja dari

arah yang benar, maka penyimpangannya sangat besar dari Kakbah

itu sendiri. Jika jarak yang terpisah adalah 8000 km, maka

penyimpangan arah kiblat 1 derajat memberikan penyimpangan

posisi kiblat dari Kakbah sebesar 8000 x 1 x pi/180 atau sekitar

140 km dari Kakbah.33

4. Analisis Metode Rashdul Kiblat Dalam Kitab Jami' al-Adillah ila

Ma'rifati Simt al-Qiblah

Kitab Jami’ al-Adillah menyajikan dua metode penentuan rashdul

kiblat. Metode yang pertama yaitu rumus menentukan jam rashdul

kiblat kemungkinan satu kali terjadi. Yang kedua adalah rumus

menentukan jam rashdul kiblat kemungkinan dua kali.

a) Rumus Menentukan Jam Rashdul Kiblat Satu Kali

Rashdul kiblat tidak hanya dapat terjadi satu tahun dua kali

yakni ketika deklinasi berhimpit dengan lintang Kakbah yang

disebut sebagai rashdul kiblat tahunan. Untuk hari yang selain

hari terjadinya peristiwa rashdul kiblat tahunan juga dapat

ditentukan kapan terjadinya jam rashdul kiblat yang disebut

sebagai rashdul kiblat harian.

33
Rinto Anugraha, Mekanika..., h. 32.
93

KH. Ahmad Ghozali telah memberikan rumus perhitungan

rashdul kiblat harian dalam kitab Jami’ al-Adillah, khususnya

rashdul kiblat untuk satu kali kemungkinan terjadi. Rumus

rashdul kiblat satu kali kemungkinan dalam kitab Jami’ al-Adillah

tidak jauh berbeda dengan rumus-rumus rashdul kiblat harian

yang terdapat dalam buku-buku ilmu falak versi bahasa Indonesia

hanya saja rumus rashdul kiblat KH. Ahmad Ghozali dalam kitab

Jami’ al-Adillah dilakukan beberapa modifikasi dan

penyederhanaan.

Ada hal yang menjadi pembeda dalam rumus menentukan

jam rashdul kiblat satu kali kemungkinan milik KH. Ahmad

Ghozali adalah pengambilan data deklinasi dan data equation of

time. Pengambilan data deklinasi dan equation of time untuk

rumus rashdul kiblat diambil langsung dari shoftware Falakiyah

Pesantren 1.5.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya shoftware

Falakiyah Pesantren 1.5 adalah salah satu karya dari KH. Ahmad

Ghozali. Data deklinasi dan equation of time yang diambil dari

shoftware Falakiyah Pesantren 1.5 adalah data deklinasi dan

equation of time tiap jam bahkan sampai ke detik menggunakan

waktu UT universal time.


94

b) Rumus Menentukan Jam Rashdul Kiblat dua kali dalam sehari

Salah satu hal yang menjadi istimewa dan pembeda kitab

Jami’al-Adillah dengan kitab falak karya beliau sebelumnya

adalah perihal rumus menentukan rashdul kiblat kemungkina dua

kali terjadi dalam sehari. Dalam kitab Irsyad al-Murid pula telah

di sajikan rumus rashdul kiblat dua kali kemungkinan, namun

tidak ada pengulangan untuk koreksi deklinasi dan equation of

time tiap jam pada saat kemungkinan terjadi rashdul kiblat.

Koreksi yang dilakukan dalam rumus rashdul kiblat dua kali

kemungkinan terjadi dalam kitab Jami’ al-Adillah adalah koreksi

untuk waktu terjadinya rashdul kiblat. Dengan adanya koreksi

pada tiap jam terjadinya rashdul kiblat dapat disimpulkan bahwa

rumus perhitungan rashdul kiblat kemungkinan dua kali terjadi

dalam kitab Jami’ al-Adillah lebih teliti.

Rumus rashdul kiblat kemungkinan dua kali terjadi dalam

kitab Jami’ al-Adillah juga menggunakan data deklinasi dan

equation of time yang di dapat dari shoftware Falakiyah Pesantren

1.5. Untuk aplikasi rumus rashdul kiblat kemungkinan dua kali

terjadi dalam sehari berlaku bagi semua daerah di Dunia.


95

B. Analisis Kemungkinan Terjadi Dua Kali Rashdul Kiblat Dalam

Sehari di Indonesia.

Purkon Nur Ramdhan dalam skripsi “Studi Analisis Metode Hisab

Arah Kiblat KH. Ahmad Ghozali Dalam Kitab Irsyad al-Murid”

menyinggung terkait rashdul kiblat dua kali dalam sehari menggunakan

rumus dalam kitab Irsyad al-Murid. Hasil dari perhitungannya adalah

untuk kota-kota di Indonesia hanya bisa terjadi satu kali rashdul kiblat

dalam sehari. Walaupun pada kenyataanya dua kali sebab kemungkinan

yang lainnya itu berada di bawah ufuk (ghurub), sehingga tidak mungkin

untuk bisa mengamati rashdul kiblat dua kali di Indonesia.34

AR Sugeng Riyadi35 memberikan komentar untuk kemungkinan

terjadi dua kali rashdul kiblat dalam sehari di Indonesia bahwasanya bisa

dua kali. Namun yang sekali kita bisa melihat dan yang ke dua kita tidak

bisa melihat karena Matahari di bawah ufuk. Misal, tanggal 28 Mei 2016

posisi Matahari akan sama azimutnya dengan azimut kiblat di Solo pada

pukul 16:20 WIB. Lalu pada pukul 20:56 WIB posisi Matahari akan punya

nilai azimut sama, namun posisinya di bawah ufuk karena malam hari.

Untuk kasus pada tanggal 16 Juli 2016 juga begitu, pada tanggal tersebut

rashdul pertama terjadi pukul 16:24 WIB dan yang ke dua pukul 21:10

WIB.

34
Purkon Nur Ramdhan, Skripsi, Studi Analisis Metode Hisab Arah Kiblat KH. Ahmad
Ghozali Dalam Kitab Irsyad al-Murid, Semarang: IAIN Walisongo, 2012, h. 82. T.d.
35
Wawancara dengan AR Sugeng Riyadi (Pakar Fisika) via facebook pada hari Rabu
tanggal 18 Mei 2016 pukul 12:56 WIB.
96

Berbeda dengan jawaban yang diberikan oleh Mutoha

Arkanuddin36 bahwasanya di Indonesia dapat terjadi dua kali rashdul

kiblat dalam sehari, namun untuk daerah tertentu dan dengan syarat.

Syarat tersebut adalah sudut kiblatnya (B – U) lebih kecil dari deklinasi

maksimum Matahari (23,5 derajat). Syarat lainnya yaitu azimut Matahari

saat sunset atau sunrise lebih besar dari sudut kiblat. Misal, untuk Banda

Aceh pada tanggal 3 Juni 2016 terjadi dua kali rashdul kiblat. Rashdul

kiblat yang pertama terjadi pukul 16:57 WIB dan yang ke dua terjadi

pukul 18:30 WIB. Setelah dibuktikan oleh penulis melalui perhitungan

waktu sholat yang telah diprogram dalam excel oleh Rinto Anugraha

untuk dapat menemukan jam Matahari terbenam di Banda Aceh pada

tanggal 3 Juni 2016 adalah 18:50:11 WIB. Jadi untuk rashdul kiblat dua

kali di Banda Aceh pada tanggal 3 Juni 2016 bisa diamati jika langit sore

hari cerah dan tidak terganggu awan.

Rashdul kiblat dua kali dalam sehari di Indonesia bisa

dimungkinkan dapat terjadi dengan keadaan Matahari saat jam rashdul

kiblat berada di atas ufuk. Tidak bisa disebut sebagai rashdul kiblat jika

Matahari berada di bawah ufuk, karena cahaya Matahari adalah hal utama

yang harus ada untuk bisa menghasilkan bayangan. Seperti yang telah

diterangkan oleh Mutoha Arkanuddin dan dibuktikan dengan hasil

perhitungan di Banda Aceh yang menghasilkan bahwa dapat terjadi

36
Wawancara dengan Mutoha Arkanuddin via facebook pada hari Rabu tanggal 18 Mei
2016 pukul 13:16 WIB.
97

rashdul kiblat dua kali. Namun, dengan catatan bahwa rashdul kiblat dua

kali dalam sehari di Indonesia hanya terjadi di daerah-daerah tertentu saja.

Untuk menganalisis kemungkinan terjadi rashdul kiblat dua kali di

Indonesia penulis memaparkan hasil perhitungan menggunakan rumus

rashdul kiblat dua kali kemungkinan dalam sehari yang terdapat dalam

kitab Jami’ al-Adillah ila Ma’rifati Simt al-Qiblah dan telah dijelaskan

algoritma perhitungannya di dalam BAB III. Rumus tersebut sudah penulis

susun dalam program Microsoft Excel agar lebih memudahkan input data

dan untuk mendapatkan hasil dengan ketelitian hitung akurasi tinggi.

Terkait pengambilan data lintang dan bujur tempat menggunakan tabel

data lintang dan bujur dari kitab Jami’ al-Adillah. Daftar hasil hitung

untuk kemungkinan rashdul kiblat dua kali dalam sehari di Indonesia

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5 beberapa hasil perhitungan rashdul kiblat dua kali

Nama TZ Tgl Dek. RQ1 RQ2 Tinggi Az Matahari


Kota 00:00 UT Matahari

Banda 7 1/6/2016 22° 04' 16:44:09 18:40:52 1°6'21,26'' 292°8'33,6''


Aceh 44,46''

Banda 7 6/6/2016 22° 40' 17:22:17 18:04:33 9°43'17,32''


Aceh 10,86''

Sabang 7 30/5/2016 21° 47' 16:33:35 18:43:42 0°27'28,65'' 291°56'28,31''


51,32''

Sabang 7 1/6/2016 22° 04' 16:45:58 18:31:59 3°15'40''


44,46''

Sabang 7 5/6/2016 22° 33' 17:20:34 17:58:44 11°6'52,64''


52,67''

Langsa 7 19/5/2016 19° 48' 15:17:26 18:34:14 0°39'17,87'' 290°2'31,56''


40,25''
98

Langsa 7 20/5/2016 20° 01' 15:23:20 18:28:28 2°2'23,89''


16,46''

Langsa 7 21/5/2016 20° 13' 15:29:28 18:22:30 3°28'16,7''


32,12''

Langsa 7 25/5/2016 20° 59' 15:57:26 17:55:17 9°57'24,47''


04,72''

Langsa 7 27/5/2016 21° 19' 16:15:49 17:37:23 14°11'50,93''


41,86''

Langsa 7 28/5/2016 21° 29' 16:28:18 17:25:07 17°4'45,64''


27,38''

Tapak Tuan 7 12/6/2016 23° 09' 17:27:15 18:34:05 0°40'53,28'' 293°11'18,06''


34,93''

Tapak Tuan 7 13/6/2016 23° 13' 17:31:45 18:29:46 1°41'45,5''


03,69''

Tapak Tuan 7 14/6/2016 23° 16' 17:36:31 18:25:28 2°43’54,69''


07,86''

Tapak Tuan 7 15/6/2016 23° 18' 17:41:25 18:21:01 3°48'13,1''


47,37''

Tapak Tuan 7 16/6/2016 23° 21' 17:46:37 18:16:15 4°56'43,38''


02,18''

Tapan Tuan 7 17/6/2016 23° 22' 17:52:38 18:10:42 6°16'13,84''


52,24''

Nunukan 8 25/5/2016 20° 59' 16:38:48 18:08:52 0°52'11,79'' 291°3'7,83''


04,72''

Nunukan 8 26/5/2016 21° 09' 16:50:48 17:57:04 3°39'13,88''


34,23''

Nunukan 8 27/5/2016 21° 19' 17:09:46 17:38:04 8°6'43,15''


41,86''

Kupang 8 3/12/2016 -22° 07' 5:25:31 8:52:39 1°33'41,74'' 112°11'12,58''


21,55''

Kupang 8 5/12/2016 -22° 23' 5:32:50 8:47:00 3°5'38,18''


18,25''
99

Kupang 8 9/1/2017 -22° 06' 5:42:54 9:10:40 1°36'3,24''


04,35''

Kupang 8 10/1/2017 -21° 57' 5:39:55 9:14:28 0°48'37,3''


21,22''

Kupang 8 11/1/2017 -21° 48' 5:36:56 9:18:18 0°0'17,48''


12,41''

Dompu 8 10/12/201 -22° 55' 5:48:08 8:42:35 0°51'24,23'' 113°2'57,21''


6 28,41''

Dompu 8 12/12/201 -23° 05' 5:53:43 8:38:52 1°56'45,09''


6 11,42''

Dompu 8 13/12/201 -23° 09' 5:56:17 8:37:16 2°25'57,07''


6 21,77''

Dompu 8 14/12/201 -23° 13' 5:58:42 8:35:53 2°52'34,68''


6 04,49''

Dompu 8 15/12/201 -23° 16' 6:00:52 8:34:38 3°16'26,32''


6 19,47''

Dompu 8 16/12/201 -23° 19' 6:02:51 8:33:39 3°37'20,49''


6 06,62''

Dompu 8 17/12/201 -23° 21' 6:04:37 8:32:53 3°55'6,13''


6 25,81''

Dompu 8 18/12/201 -23° 23' 6:06:10 8:32:22 4°9'33,22''


6 16,97''

Dompu 8 19/12/201 -23° 24' 6:07:25 8:32:05 4°20'32,98''


6 40,01''

Dompu 8 20/12/201 -23° 25' 6:08:29 8:32:05 4°27'58,47''


6 34,89''

Dompu 8 22/12/201 -23° 25' 6:09:44 8:32:52 4°31'49,3''


6 59,96''
100

Dompu 8 30/12/201 -23° 08' 6:04:43 8:45:58 2°27'11,65''


6 52,84''

Dompu 8 2/1/2017 -22° 54' 5:59:23 8:54:14 0°53'1,39''


47,10''

Dompu 8 3/1/2017 -22° 49' 5:57:19 8:57:14 0°17'21,61''


10,25''

Merauke 9 21/11/201 -19° 57' 5:11:24 8:31:19 0°-2'-51,35'' 110°9'24,74''


6 11,87''

Merauke 9 22/11/201 -20° 10' 5:17:37 8:25:35 1°22'40,54''


6 10,71''

Merauke 9 23/11/201 -20° 22' 5:24:08 8:19:42 2°51'1,36''


6 47,39''

Merauke 9 30/11/201 -21° 40' 6:26:00 7:22:30 16°49'9,14''


6 15,02''

Ambon 9 28/11/201 -21° 20' 6:02:07 7:37:25 -1°7'42,77'' 111°26'35,02''


6 06,33''

Ambon 9 29/11/201 -21° 30' 6:13:20 7:26:56 1°24'32,81''


6 22,91''

Ambon 9 30/11/201 -21° 40' 6:28:46 7:12:16 4°54'59,4''


6 15,02''

Jayapura 9 1/6/2016 22° 04' 16:41:35 17:40:17 0°-12'39,48'' Tidak terjadi


44,46''

Jayapura 9 2/6/2016 22° 12' 16:57:22 17:24:40 3°26'12,46'' 292°9'32,69''


36,52'

Dari pemaparan tabel hasil di atas, bahwasanya di Indonesia bisa

terjadi dua kali rashdul kiblat dalam sehari dan bisa diamati dengan

kondisi keadaan langit yang cerah dan benda yang berdiri tegak lurus tidak

terhalangi oleh sesuatu yang menghalangi sinar Matahari sehingga bisa


101

menghasilkan bayangan yang mengarah ke kiblat. Dengan melakukan

beberapa kali perhitungan dan mencari kemungkinan rashdul kiblat dua

kali dalam sehari di tiap daerah di Indonesia, telah didapatkan bahwa

rashdul kiblat dua kali di Indonesia tidak bisa terjadi untuk semua daerah

di Indonesia.

Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan penulis di atas,

bahwasanya dua kali rashdul kiblat dalam sehari di Indonesia hanya bisa

terjadi di daerah-daerah tertentu saja yang memiliki nilai azimut 290o

sampai dengan 293o dengan kriteria sebagai berikut:

Zona waktu 7: Rashdul kiblat dua kali dalam sehari terjadi jika

a. Az 290, maka nilai deklinasi antara 19° 48' 40,25'' dan 21° 29'

27,38''

b. Az 291o, maka nilai Deklinasi antara 21° 47' 51,32'' dan 22°

33' 52,67''

c. Az 292o, maka nilai deklinasi antara 22° 04' 44,46'' dan 22° 40'

10,86''

d. Az 293o, maka nilai deklinasi antara 23° 09' 34,93'' dan 23° 22'

52,24''

Zona waktu 8: Rashdul kiblat dua kali dalam sehari terjadi jika

a. Az 291o, maka nilai deklinasi 20° 59' 04,72'' dan 21° 19'

41,86''. (untuk LS Zona waktu 8 tidak terjadi rashdul )

b. Az 292o, maka nilai deklinasi antara -22° 07' 21,55'' dan -22°
06' 04,35”
102

c. Az 293o, maka nilai deklinasi antara -22° 55' 28,41'' dan -23°
05' 11,42''
Zona waktu 9: Rashdul kiblat dua kali dalam sehari terjadi jika

a. Az 290o, maka nilai deklinasi antara -20° 10' 10,71'' dan -21°

40' 15,02''

b. Az 291o, maka nilai Deklinasi antara -21° 40' 15,02'' dan -21°

30' 22,91''

c. Az 292o, maka nilai deklinasi Matahari sekitar 22° 12' 36,52”

Daerah-daerah di Indonesia yang memasuki pada kriteria di atas

terdapat kemungkinan untuk terjadi rashdul kiblat dua kali dalam sehari.

Karena nilai deklinasi Matahari yang tidak selalu sama pada tiap

tanggalnya dan tiap tahunnya maka harus teliti menggunakan data

deklinasi dan equation of time dalam perhitungan rashdul kiblat untuk

mendapatkan hasil yang akurat.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan yang telah penulis lakukan di atas terkait

rashdul kiblat dua kali dalam sehari dan analisis kemungkinan terjadinya

dua kali rashdul kiblat dalam sehari di Indonesia menggunakan rumus

rashdul kiblat dua kali yang terdapat dalam kitab Jami’ al-Adillah ila

Ma’rifati Simt al-Qiblah karya KH. Ahmad Ghozali, maka dapat diambil

sebuah kesimpulan dari pokok-pokok permasalahan yang penulis angkat

sebagai berikut:

1. Metode hisab azimut kiblat dan rashdul kiblat dua kali dalam sehari

dalam kitab Jami’ al-Adillah ila Ma’rifati Simt al-Qiblah karya KH.

Ahmad Ghozali termasuk dalam hisab kontemporer karena data yang

digunakan dalam perhitungan menggunakan data-data kontemporer,

seperti pengambilan data lintang Kakbah dan bujur Kakbah yang

digunakan dalam kitab Jami’ al-Adillah yang langsung didapat KH.

Ahmad Ghozali saat berada di samping rukun Yamani menggunakan

GPS (Global Positioning System). Rumus azimut kiblat dalam kitab

Jami’al-Adillah menggunakan dua model yaitu spherical trigonometri

dan Vincenty. Kedua metode tersebut memiliki tingkat akurasi yang

tinggi sehingga dalam rumus Vincenty tingkat ketelitian sampai ordo

103
104

milimeter. Spesifik dalam perhitungan rashdul kiblat dua kali adalah

pengambilan data deklinasi dan equation of time dari software

Falakiyah Pesantren karya KH. Ahmad Ghozali.

2. Hasil dari proses perhitungan untuk mendapatkan kemungkinan terjadi

dua kali rashdul kiblat dalam sehari di Indonesia. Dalam hal ini

dilakukan beberapa kali perhitungan pada tanggal yang berbeda dan

zona waktu yang berbeda untuk mendapatkan kriteria kemungkinan

terjadinya rashdul kiblat dua kali dalam sehari di Indonesia. Hasil

menunjukkan bahwa daerah-daerah tertentu di Indonesia bisa terjadi

dua kali rashdul kiblat dalam sehari dengan kriteria sebagai berikut:

Zona waktu 7: Rashdul kiblat dua kali dalam sehari terjadi jika

a. Az 290, maka nilai deklinasi antara 19° 48' 40,25'' dan 21° 29'

27,38''

b. Az 291o, maka nilai Deklinasi antara 21° 47' 51,32'' dan 22° 33'

52,67''

c. Az 292o, maka nilai deklinasi antara 22° 04' 44,46'' dan 22° 40'

10,86''

d. Az 293o, maka nilai deklinasi antara 23° 09' 34,93'' dan 23° 22'

52,24''

Zona waktu 8: Rashdul kiblat dua kali dalam sehari terjadi jika

a. Az 291o, maka nilai deklinasi 20° 59' 04,72'' dan 21° 19' 41,86''.

(untuk LS Zona waktu 8 tidak terjadi rashdul )


105

b. Az 292o, maka nilai deklinasi antara -22° 07' 21,55'' dan -22° 06'

04,35”

c. Az 293o, maka nilai deklinasi antara -22° 55' 28,41'' dan -23° 05'

11,42''

Zona waktu 9: Rashdul kiblat dua kali dalam sehari terjadi jika

a. Az 290o, maka nilai deklinasi antara -20° 10' 10,71'' dan -21° 40'

15,02''

b. Az 291o, maka nilai Deklinasi antara -21° 40' 15,02'' dan -21° 30'

22,91''

c. Az 292o, maka nilai deklinasi Matahari sekitar 22° 12' 36,52”

B. Saran

1. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh penulis terkait kemungkinan

dua kali rashdul kiblat di Indonesia, bahwasanya masih ada peluang

untuk dilakukan penelitian ulang terkait kriteria kemungkinan dua kali

rashdul kiblat dalam sehari secara global menggunakan data azimut

kiblat geodetik.

2. Kepada KH. Ahmad Ghozali sebagai penulis kitab Jami’ al-Adillah

ila Ma’rifati Simt al-Qiblah akan lebih sempurna jika di dalam kitab

ada pembahasan terkait software Falakiyah Pesantren dan tersedia CD

untuk software tersebut.


106

C. Penutup

Segala puji bagi Allah SWT yang menguasai semesta alam, telah

melimpahkan rahmat kesehatan dan karunia kepada penulis sehingga

mampu untuk terus menuntut ilmu dengan melakukan penelitian terkait

tugas akhir kuliah. Meskipun dalam pengerjaannya penulis telah berupaya

dengan optimal, akan tetapi masih ada kekurangan dan kelemahan di

dalamnya, baik dari satu sisi atau berbagai sisi, karena hanya Allah lah Maha

sempurna. Penulis berdoa semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

khususnya bagi penulis dan umumnya pembaca semua.

Kritik dan saran yang konstruktif sangatlah penulis harapkan untuk

kemanfaatan ilmu dan pembelajaran agar menjadi lebih baik. Semoga ridho

Allah SWT senantiasa menyertai kita semua. Amin.

Wallahu a’lam bi al-shawab.

Anda mungkin juga menyukai