Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MEMBUAT JADWAL IMSAKIYAH


(KOTA SEMARANG)
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Falak III
Dosen Pengampu: Drs. H. Slamet Hambali, M.Si.

Disusun Oleh :
Niken Prastyorini 1702046101

PROGRAM STUDI ILMU FALAK


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perkembangannya, ilmu falak selalu dibutuhkan dalam hal
ibadah, mulai dari penentuan arah kiblat hingga jadwal salatnya. Namun di
era modern ini, tidak semua takmir masjid ataupun musala mengetahui
bagaimana cara menentukan keduanya. Tak jarang dari takmir masjid
meminta bantuan kepada para ahli falak untuk mengecek arah kiblat dari
masijd tersebut.
Selain arah kiblat, dalam ilmu falak diajarkan pula bagaimana
menentukan awal waktu salat. Dimana penentuan awal waktu salat ini
merupakan hal yang krusial, karena sangat diperlukan untuk mengetahui
kapan masuk waktu salat. Dengan ilmu falak, ini akan mempermudah
setiap akan menentukan awal waktu salat.
Sekiranya tidak menggunakan ilmu falak dan astronomi, maka sudah
barang tentu umat Islam akan banyak mengalami kesulitan, setiap saat
akan melakukan Salat Asar misalnya, setiap itu pula harus keluar rumah
sambil membawa tongkat untuk diukur tinggi bayang-bayangnya. Setiap
kali akan Salat Maghrib, maka setiap kali itu pula berusaha melihat apakah
matahari sudah terbenam atau belum. Demikian pula seterusnya setiap kali
akan Salat Isya, Subuh dan Zuhur, setiap itu pula harus melihat awan, fajar
dan matahari sebagai yang dijadikan al-sabab untuk datang atau
berakhirnya waktu Salat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan awal waktu salat?
2. Mengapa memilih Kota Semarang sebagai markaz perhitungan jadwal
imsakiyah?
3. Bagaimana perhitungan jadwal imsakiyah?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Awal Waktu Salat


Salat menurut bahasa berasal dari Shala-yushali-Shalaatan yang
mempunyai arti doa. Dalam kamus besar bahasa indonesia juga dijelaskan
bahwa salat berarti doa kepada Allah Swt. Dalam Islam, salat menempati
bagian yang penting dalam kehidupan seorang muslim, sebagai perjalanan
spiritual menuju Allah Swt yang ia lakukan pada waktu-waktu tertentu setiap
harinya.
Dalam Al-quran disebutkan adanya perintah Allah untuk melaksanakan
salat bagi umat-umat sebelum Nabi Muhammad. Salat dalam Islam pun telah
dilakukan sejak awal diutusnya Nabi Muhammad, dan baru diwajibkan salat
lima waktu setelah terjadinya peristiwa Isra’dan Mi’raj pada bulan Rajab tahun
ke-11 kenabian. Sedangkan penentuan waktu salat merupakan bagian dari ilmu
falak yang perhitungannya ditetapkan berdasarkan garis edar Matahari atau
penelitian posisi Matahari terhadap Bumi.1
Dalam tafsir al-Maraghi dijelaskan tentang alasan ditetapkannya waktu
salat, di antaranya karena biasanya suatu perkara yang tidak mempunyai
waktu-waktu tertentu tidak diperhatikan oleh banyak orang. Di samping itu,
dzikir yang mendidik jiwa ini mengandung pendidikan amaliah bagi umat
Islam karena mereka melaksanakan amalan-amalannya di dalam waktu-waktu
tertentu. Oleh karena itu, barang siapa yang melalaikan salat 5 waktu maka dia
akan lupa kepada Rabb nya dan tenggelam pada lautan kelalaian. Berbeda
dengan orang yang beriman kuat dan hatinya bersih, tidak cukup dengan
berdzikir dan bermunajat kepada Allah dalam waktu yang sedikit, akan tetapi
ia menambahnya dengan salat-salat nafilah.2

1
Encup Spriatna, Hisab Rukyat & Aplikasinya, Bandung: PT. Rafika Aditama, 2007, hlm.
15.
2
Ahmad Mushtafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Semarang : Toha Putra, 1986.
Dijelaskan dalam Al-quran surat An-Nisa ayat 1033:

ِ
ً ُ‫اذ ُك ُر وا اللَّ هَ ق يَ ًام ا َو ُق ع‬
‫ود ا َو َع لَ ٰى‬ ْ َ‫الص اَل َة ف‬ َّ ‫ض ْي تُ ُم‬ َ َ‫فَ ِإ َذ ا ق‬
َ‫الص اَل ة‬ َّ ‫يم وا الصَّ اَل ةَ ۚ ِإ َّن‬ ِ‫ج ن وبِ ُك م ۚ فَ ِإ ذَ ا اطْ م ْأ َن ْن ت م فَ َأق‬
ُ ُْ َ ْ ُُ
‫ني كِ تَ ابًا َم ْو قُوتً ا‬ ِِ
َ ‫ت َع لَ ى الْ ُم ْؤ م ن‬ْ َ‫َك ان‬
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di
waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu
telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa).
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman.”

Firman Allah dalam surat Hūd ayat 114:

ِ َ‫ار و ز لَ ًف ا ِم ن اللَّ ي ِل ۚ ِإ َّن ا حْل س ن‬


‫ات‬ ِ ‫ه‬ ‫الن‬
َّ ِ
‫يَف‬ ‫ر‬ ‫ط‬
َ ‫ة‬
َ ‫اَل‬ ‫الص‬
َّ ‫م‬ِ ِ‫و َأق‬
ََ ْ َ ُ َ َ َ َ
َّ ِ‫ك ِذ ْك ر ٰى ل‬
َ‫لذ اكِ ِر ين‬ َ
ِ‫ات ۚ َٰذ ل‬ ِ ِّ‫الس ي‬
‫َئ‬ َّ ‫ه‬ِ ‫ي ْذ‬
َ ‫ُ نْب‬
َ
“Dan dirikanlah salat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan
pada bagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan
yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah
peringatan bagi orang-orang yang ingat.”
Wahbah al-Zuhaili menafsirkan bahwa ayat ini berkaitan dengan waktu
salat bagi umat Islam. Terdapat arti kedua tepi siang, menurut Wahbah al-
Zuhaili makna kata ini mengandung waktu salat yang berada di kedua tepi
siang, yaitu pagi dan sore. Pada kedua tepi siang ini terdapat tiga waktu salat
yaitu salat Subuh, Zuhur, dan Asar. Subuh dilaksanakan sebelum terbit
matahari, Zuhur dilaksanakan ketika matahari berada di tengah-tengah hari,
dan Asar dilaksanakan pada waktu sore sebelum matahari terbenam. Lafadz
yang kedua yang mengisyaratkan waktu salat adalah permulaan daripada
malam hari. Waktu malam dimulai dengan terbenamnya matahari, dan pada
lafadz ini terdapat dua waktu salat yaitu salat Magrib dan Isya. Magrib
dilaksanakan sesaat setelah matahari terbenam dan Isya dilaksanakan pada saat
matahari menjauh dari langit barat yang ditandai dengan hilangnya mega
merah.4
3
Al-quran digital
4
Encep Abdul Rojak dkk, KOREKSI KETINGGIAN TEMPAT TERHADAP FIKIH
WAKTU SALAT: Analisis Jadwal Waktu Salat Kota Bandung, AL-AHKAM Volume 27, Nomor
B. Pemilihan Kota Semarang sebagai Markaz Perhitungan
Kota semarang adalah salah satu kota besar di Indonesia yang merupakan
ibukota dari Provinsi Jawa Tengah. Dengan tingkat kepadatan penduduk
sekitar 4.253 per meter persegi, kota semarang menjadi salah satu kota yang
padat penduduk. Banyak juga masjid-masjid dan musala yang membutuhkan
jadwal imsakiyah ini. Di samping itu, pemilihan Kota Semarang ini juga
karena domisili dari praktisi berada di Kota Semarang.
C. Perhitungan
Cara membuat jadwal imsakiyah Kota Semarang
1. Menghitung hilal awal bulan kamariyah
2. Menghitung awal waktu salat
3. Membuat desain jadwal imsakiyah
Data koordinat Kota Semarang
a. Lintang tempat (φx) : -6˚ 5’ – (-7˚) 10’
b. Bujur tempat () : 109˚ 35’ - 110˚ 50’ BT
c. Tinggi tempat : 2 meter di bawah permukaan laut – 340 meter di
atas permukaan langit
Luas Kota Semarang adalah 392 km2 dengan tingkat kepadatan penduduk
4.253 per meter persegi
1. Menghitung hilal awal bulan kamariyah
Data yang digunakan
Lintang (φ) : -7˚ 0’
Bujur (λ) : 110˚ 12’ 30”
Tinggi tempat : 171 m

Data ephemeris
Hasil perhitungan hilal tanggal 23 April 2020 M/ 29 Sya’ban 1441 H
untuk Kota Semarang adalah sebagai berikut:
Ijtima’ : 9:29:12,23 WIB

2, Oktober 2017, hlm. 246


Ghurub : 17:36:5,38 WIB
Umur hilal : 8j 6m 53,15d
Tinggi hilal : 4˚ 13’ 57,82” di atas ufuk
Arah matahari : 12˚ 42’ 23,96” BU
Arah hilal : 10˚ 45’ 13,68” BU
Posisi hilal : -1˚ 57’ 10,28” (di selatan Matahari)
Elongasi : 4˚ 39’ 38,74”
Karena hasil yang diperoleh telah memenuhi kriteria MABIMS, maka
tanggal 24 April 2020 bertepatan dengan tanggal 1 Ramadhan 1441 H.
2. Menghitung awal waktu salat
Data yang diperlukan
Lintang tempat(φ) : 7˚ 0’ LS
Bujur tempat (λ) : 110˚ 12’ 30” BT
Tinggi tempat : 171 m
Deklinasi Matahari (δ): 13˚ 00’ 46”
Perata waktu(е) : 0j 1m 54d
Kerendahan ufuk : 0˚ 1,176’ x √171 = 0˚ 23’ 0,9”
3. Membuat desain jadwal imsakiyah
a. Dzuhur = pk.12 waktu hakiki (WH)
WIB = WH – e + (λd – λx) : 15
= 12 – 0j 1m 54d + (105 - 110˚ 12’ 30”): 15
= 11 : 37 : 16 (+ihtiyath 3 menit)
b. Ashar
1) Zm (jaral zenith) = δm – φx
= 13˚ 00’ 46” – (-7˚ 0’)
= 20˚ 0’ 46”

2) Ha (Tinggi matahari pada awal ashar)


Cotan ha = tan zm + 1
= tan 20˚ 0’ 46” + 1
Ha = 36˚ 14’ 31,53”
3) To (sudut waktu pada awal ashar)
Cos to = sin ha : cos φx : cos δm – tan φx x tan δm
= sin 36˚ 14’ 31,53” : cos -7˚ 0’ : cos 13˚ 00’
46” – tan -7˚ 0’ x tan 13˚ 00’ 46”
= 50˚ 13’ 46,42” : 15
To = 3j 20m 55,09d
4) Awal waktu Ashar
= pk. 12 + (3j 20m 55,09d)
= 15 : 20: 55,09 - 0˚ 22’ 44”
= 14 : 58 : 11,09 (+ihtiyat 2 menit)
c. Maghrib
1) Ho saat terbit/terbenam = -1˚ 13’ 0,9”
2) To (sudut waktu saat awal maghrib)
Cos to = sin ho : cos φx : cos δm – tan φx x tan δm
= sin -1˚ 13’ 0,9” : cos -7˚ 0’ : cos 13˚ 00’ 46” – tan
-7˚ 0’ x tan 13˚ 00’ 46”
= 89˚ 37’ 23,76” : 15
To = 5j 58m 29,58d
3) Awal waktu shalat = pk.12 + 5j 58m 29,58d
=17 : 58 : 29,58 - 0˚ 22’ 44”
=17 : 35 : 45,58 (+ ihtiyat 2 menit)
d. Isya
1) Ho untuk awal isya = -17˚ + (-1˚ 13’ 0,9”)
= -18˚ 13’ 0,9”
2) To awal isya
Cos to = sin ho : cos φx : cos δm – tan φx x tan δm
= sin -18˚ 13’ 0,9” : cos -7˚ 0’ : cos 13˚ 00’
46” – tan -7˚ 0’ x tan 13˚ 00’ 46”
= 107˚ 9’ 3,1” : 15
To = 7j 8m 36,21d
3) Awal waktu Isya = pk. 12 + 7j 8m 36,21d
= 19 : 8 : 36,21 - 0˚ 22’ 44”
= 18 : 45 : 52,21 (+ihtiyat 2 menit)
e. Subuh
1) Ho awal subuh = -19˚ + (-1˚ 13’ 0,9”)
= -20˚ 13’ 0,9”
2) To awal waktu subuh
Cos to = sin ho : cos φx : cos δm – tan φx x tan δm
= sin -20˚ 13’ 0,9” : cos -7˚ 0’ : cos 13˚ 00’
46” – tan -7˚ 0’ x tan 13˚ 00’ 46”
= -109˚ 12’ 22,8” : 15
To = -7j 16m 49,52d
3) Awal waktu subuh = pk. 12 + (-7j 16m 49,52d)
= 4 : 43 : 10,48 - 0˚ 22’ 44”
= 4 : 20 : 26,48 WIB (+ ihtiyat 2 menit)
f. Terbit
1) Ho terbit = -1˚ 13’ 0,9”
2) To saat terbit
Cos to = sin ho : cos φx : cos δm – tan φx x tan δm
= sin -1˚ 13’ 0,9” : cos -7˚ 0’ : cos 13˚ 00’
46” – tan -7˚ 0’ x tan 13˚ 00’ 46”
= -89˚ 37’ 56,84” : 15
To = -5j 58m 31,79d
3) Awal waktu terbit = pk. 12 + (-5j 58m 31,79d)
= 6 : 1 : 28,21 - 0˚ 22’ 44”
= 5 : 38 : 44,21 (-ihtiyat 2 menit)

g. Dhuha
1) Ho saat dhuha = +4˚ 30’
2) To saat dhuha
Cos to = sin ho : cos φx : cos δm – tan φx x tan δm
= sin 4˚ 30’ : cos -7˚ 0’ : cos 13˚ 00’ 46” –
tan -7˚ 0’ x tan 13˚ 00’ 46”
= -83˚ 42’ 47,03” : 15
To = -5j 34m 51,14d
3) Awal waktu dhuha = pk. 12 + (-5j 34m 51,14d)
= 6 : 25 : 88,6 - 0˚ 22’ 44”
= 6 : 3 : 44,6
Setelah perhitungan awal waktu salat selesai selama satu bulan Ramadhan
(bisa juga menggunakan program yang dibuat menggunakan Microsoft
Excel untuk mempermudah), selanjutnya kita desain menggunakan
aplikasi-aplikasi yang bisa kita gunakan, diantaranya Corel Draw,
Photoshop, dan lain lain. Ada juga aplikasi berbasis android yang bisa kita
gunakan seperti pixellab.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seiring berkembangnya zaman, ilmu pengetahuan terus berkembang, termasuk
ilmu falak. Dengan perhitungan yang dipelajari dalam ilmu Falak, kita dapat
dengan mudah menentukan awal waktu salat melalui peredaran matahari.
Dengan data-data yang sudah dihitung sebelumnya, mempermudah kita dalam
perhitungan. Pelaksanaan ibadah akan lebih mudah.
B. Saran
Dalam menghitung awal waktu salat dibutuhkan ketelitian, hendaknya praktisi-
praktisi lebih teliti lagi dalam menghitung untuk pembuatan jadwal imsakiyah.
DAFTAR PUSTAKA

Spriatna, Encup. 2007. Hisab Rukyat & Aplikasinya. Bandung: PT. Rafika
Aditama

Al-Maraghi, Ahmad Mushtafa. 1986. Tafsir Al-Maraghi. Semarang : Toha Putra.


Rojak, Encep Abdul dkk. 2017. KOREKSI KETINGGIAN TEMPAT
TERHADAP FIKIH WAKTU SALAT: Analisis Jadwal Waktu Salat Kota
Bandung, AL-AHKAM Volume 27, Nomor 2.
Al-quran digital

Anda mungkin juga menyukai