Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Quran adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad

SAW, sebagai salah satu rahmat yang tidak ada taranya bagi alam semesta. Di dalamnya

terkumpul Wahyu Ilahi yang menjadi petunjuk, pedoman dan pelajaran bagi siapa yang

mempercayai serta mengamalkannya.

Al-Quran itu adalah Kitab Suci yang isinya mencakup segala pokok-pokok

syariat yang terdapat di dalam Kitab-kitab Suci yang diturunkan sebelumnya. Karena itu,

setiap orang yang mempercayai Al-Quran, akan bertambah cinta kepadanya, cinta untuk

membacanya, untuk mempelajari dan memahaminya serta untuk mengamalkan dan

mengajarkannya sampai merata rahmatnya dirasai dan dikecap oleh penghuni alam

semesta.

Setiap Mumin harus yakin, bahwa membaca Al-Quran saja sudah termasuk

amal yang sangat mulia dan akan mendapat pahala yang berlipat ganda. Sebab, yang

dibacanya itu adalah Kitab Suci Ilahi. Al-Quran adalah bacaan yang paling baik bagi

seorang Mumin. Baik dikala senang maupun susah, di kala gembira ataupun sedih.

Malahan membaca Al-Quran itu bukan saja menjadi amal dan ibadah, tetapi juga

menjadi obat dan penawar bagi orang yang gelisah jiwanya.

Oleh karena itu, kita mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap Al-

Quran. Di antara kewajiban dan tanggung jawab itu ialah mempelajarinya dan

mengajarkannya. Belajar dan mengajarkan Al-Quran adalah kewajiban suci dan mulia.

Rasulullah s.a.w. telah mengatakan:Yang sebaik-baik kamu ialah orang yang

mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya. Dalam hadits lain Rasulullah


mengatakan:Sesungguhnya seseorang yang berpagi-pagi pergi mempelajari ayat-ayat

dalam Kitabullah lebih baik yang seperti itu daripada mengerjakan sembahyang sunat

100 rakaat. Dari hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas , Rasululah juga

mengatakan :Siapa-siapa yang mempelajari Kitabullah, kemudian diamalkannya isi

yang terkandung di dalamnya, Allah akan menunjukinya dari kesesatan dan akan

dipeliharanya pada hari kiamat dari siksa yang berat"

Artinya:Wahai orang yang berselimut (Muhammad)! Bangunlah (untuk salat) pada

malam hari, kecuali sebagian kecil, (yaitu) separuhnya atau kurang sedikit dari itu, atau

lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan. (Q.S. Al-

Muzammil: 1-4)

Artinya: Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad)

dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan

mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari

ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S.Al-Ankabut: 45)

Jadi, belajar Al-Quran itu merupakan kewajiban yang utama bagi setiap mumin ,

begitu juga mengajarkannya.

Fenomena yang terjadi di masyarakat saat ini, terutama di rumah-rumah keluarga

muslim justru semakin sepi dari bacaan ayat-ayat suci Al-Qur`an. Hal ini akibat
perkembangan zaman dengan munculnya berbagai produk sains dan teknologi serta

derasnya arus budaya asing yang semakin menggeser minat untuk belajar membaca Al-

Qur`an sehingga banyak anggota keluarga tidak bisa membaca Al-Quran bahkan sudah

malas untuk belajar. Pada akhirnya kebiasaan membaca Al-Qur`an sudah mulai langka di

tengah-tengah masyarakat muslim di Indonesia. Suara-suara bacaan ayat-ayat suci yang

biasa kita dengar setiap hari khususnya di petang hari kini digeser dengan suara-suara

radio, TV, Tape recorder, karaoke, dan lain-lain.

Kondisi masyarakat seperti ini sangat memprihatinkan belum lagi masalah akhlak,

akidah dan pelaksanaan ibadah yang semakin hari semakin jauh dari tuntunan Rasulullah

saw. Oleh karena itu, dalam mengatasi hal tersebut kerjasama dari semua pihak agar

animo masyarakat untuk belajar sekaligus mengembalikan kebiasaan membaca Al-

Qur`an di rumah-rumah kaum muslimin dan membekalinya dengan nilai-nilai Islam

sangat diperlukan, sehingga dengan sendirinya akan terbentuk lingkungan yang qur`ani.

Rachanda Ambya Abu Fathin, lahir di Cirebon-Jawa Barat pada tanggal 12

Muharam 1402 H/10 November 1981. Anak ke-9 dari pasangan Kaspadi (Alm.) dan

Kastinah, menempuh pendidikan dasar umum dan agama hingga tingkat menengah atas

di Cirebon dari tahun 1987 s.d 1999, kemudian melanjutkan study pada jurusan Pend.

Matematika di UPI Bandung dan Pendidikan Agama Islam di Institut Agama Islam Al-

Aqidah Jakarta. Saat ini ia sedang menyelesaikan program pascasarjananya di UIN Sunan

Gunung Djati Bandung pada program study Ilmu AL-Quran dan Tafsir.

Ustadz muda yang merupakan suami dari Heny Juhaeny, S.Pd, Al-Hafidzah ini, memiliki

pengalaman mengajar Al-Quran selama hampir 15 tahun di banyak tempat dan lembaga
Al-quran seperti Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung (2001-2003), LTQ Jendela

Hati (2003-2007), LTQ Habiburrahman PTDI (2004-2005), Markaz Alquran Jakarta

(2006), Rumah Quran Salman ITB (2006), Institut Ulumul Quran Bandung (2007-

2009). Selain itu, ia pun aktif sebagai Pembina Rumah Belajar Quran Metode Al-Bana,

dan salah satu Pimpinan di PT. Cordoba Training Center.1

Selama hampir 5 tahun terakhir, masyarakat Kota Bandung khususnya serta Jawa

Barat pada umumnya, telah mengenal Ayah dari Muhammad Fathin & Naura Adzkiya ini

sebagai pengasuh program belajar Alquran di MQTV dalam acara Metode Al-Bana yang

ditayangkan setiap hari Senin & Rabu Pkl. 16.00-17.00 WIB (LIVE).

Berangkat dari pengalaman mengajar Al-Quran dan riset yang dilakukan oleh

penulis buku best seller Metode Al-Bana ini, lahirlah sebuah terobosan baru yang cukup

revolusioner, yaitu solusi mudah belajar membaca Al-Quran Sistem 3 Hari. Mudah-

mudahan dengan terobosannya ini, semakin bertambah banyak umat Islam yang

merasakan kemudahan belajar membaca Al-Quran.

Pembelajarannya benar-benar dari nol, hari pertama kita sama-sama belajar

huruf. Kita gunakan pendekatan dengan cerita. Misal, hurufnya ini kita gunakan dengan

cerita. Setelah mereka hafal, kemudian kita melakukan dengan magic song. Jadi, belajar

hurufnya dengan nyanyian diiringi gendang sebagai media saja. Nanti kita kelompokkan

dan mereka membaca secara serentak," papar Ahmad, saat ditemui INILAH di Jalan

Cilaki 41, Kota Bandung, Kamis (25/6).

1
Memasuki hari kedua, siswa-siswa itu akan belajar mengenal tanda baca yang

meliputi tanda vokal. Misalnya, bagaimana cara memanjakan bacaan, belajar tanwin,

mematikan bacaan, dan bagaimana cara menggandakannya. Sementara di hari ketiga,

para siswa mulai praktik baca Al-Quran mulai dari Juz 30 dan Juz satu. "Insya Allah

mereka bisa 95%," ucapnya. Setelah menuntaskan kewajibannya selama tiga hari penuh,

selanjutnya pihak lembaga akan memberikan program yang diberi nama 175. Maksud

dari program ini adalah, meski belajar di rumah, setiap harinya peserta atau siswa ini

harus belajar membaca Al-Quran minimal lima halaman." Jadi 175 ini maksudnya, satu

minggu selama 7 hari mereka belajar. Biasanya selama empat bulan juga mereka sudah

hatam Alquran," ucapnya.

Ahmad menyebut, metode Cordobana adalah pengembangan dari metode Al

Bana. metode Al Bana sendiri dikenalkan pada 2008 di Kota Bandung. Dikarenakan

banyaknya kebutuhan masyarakat untuk belajar Al-Quran semakin banyak, maka

pihaknya membuat metode Cordobana. "Menurut saya metode Cordobana ini pertama

kali di Indonesia dan pertamanya ada di Kota Bandung," katanya.

Ahmad menilai, sajauh ini ketertarikan masyarakat dalam membaca Al-Quran

masih sangat minim. Bahkan, menurut data yang tercatat di Departemen Agama, hampir

dengan 60% sampai 70% masyarakat yang beragama Islam di Indonesia masih belum

bisa membaca Al-Quran. "Mudah-mudahan warga Kota Bandung tidak buta huruf,

minimal mereka bisa baca Alquran dengan baik dan benar," pungkasnya. (rey)2

2
http://www.inilahkoran.com/berita/edukasi/44063/akademi-cordoba-indonesia-mudahkan-masyarakat-belajar-
alquran, pada tanggal 18 April 2017 20:23
B. Awal Mula dinamai Cordobana

Setelah saya mencari-cari tentang sejarah Cordobana saya tidak menemukannya.

Namun, saya mendapatkan keterangan bahwa merode cordobana ini ada trainingnya dan

ada juga Rumah Ngaji di Komplek Surapati Core Blok B-21, Kota Bandung.3 Selain itu,

metode cordobana ini merupakan metode yang dibuat oleh Akademi Cordobana

Indonesia (ACI), dengan pendidikan yang difokuskan kepada pendidikan membaca Al-

Quran kemudian menggunakan lagu-lagu yang memudahkan para peserta dalam

menghafal huruf, dan hukum-hukum bacaan dalam Al-Quran.

C. Materi Cordobana

Pada hari pertama dalam meteode cordobana materi pelajaran I yang

disampaikannya adalah mengahafal dan menguasai huruf bagian I, yaitu huruf ,,,

,,,,,,,,,,,,. Kemudian huruf hijaiyah tersebut dikelompokkan

ke dalam beberapa kelompok huruf, di antaranya; kelompok huruf Ka-Ta-Ba-Na ,,

,. Kelompok huruf Wa-Fa-Ka-Ya , , ,. Lalu, setelah membaca kelompok

huruf tersebut, ada latihan dengan cara menebalkan sambil menghafal, menulis ulang

sambil menghafal, dan yang terakhir latihan melancarkan. Dalam materi pelajaran II

materi yang disampaikannya adalah menghafal dan menguasai huruf bagian II, yaitu

huruf , , , , , , , , , , , , , , ,. seperti materi pelajaran I,

kemudian huruf hijaiyah tersebut dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok huruf,

yaitu kelompok huruf Da-Dza-Ra-Za , , ,. Kelompok huruf yang kedua yaitu

3
cordobana.com, pada tanggal 19 April 2017 20:23
kelompok huruf Sa-Sya-Sha-Dha , , ,. Dalam materi pelajaran ke II ini

langkah selanjutnya adalah latihan menebalkan sambil mengahafal, dan menulis ulang

sambl menghafal. Kemudian melanjutkan ke kelompok huruf selanjutnya, yaitu

kelompok huruf Ha-Kha-A-Gha ,,,. Lalu kelompok huruf A-Tsa-Ha-Dzo ,,

,. Sama seperti sebelumnya, yaitu latihan menebalkan sambil mengahafal, menulis

ulang sambil mengahfal, dan latihan melancarkan. Langkah berikutnya membedakan

bunyi huruf seperti; & , & , dan sebagainya. Kemudian mengahafal huruf

berdasarkan Abjad Arab dari A sampai Ya. Meteri pelajaran ke III adalah diperkenalkan

dengan tanda vocal dalam Al-Quran. Tanda vocal Fathah, Kasrah, dan Dhomah.

Langkah yang terakhir di hari pertama dalam materi pelajaran ke III adalah membaca dan

mengahafalkan huruf bertanda vocal kemudian latihan melancarkan bacaan.

Pada hari kedua dalam Metode Qordobana ini terdapat 5 pelajaran dan diantara

pelajaran-pelajaran itu ada poin-poinnya. Langsung saja pelajaran pertama menyangkut

bacaan panjang 2 harakat, Disini dijelaskan seperti dalam hukum mad thabii Fathah

bertemu Alif, Kasrah bertemu Ya Mati, dan Dammah bertemu Wau Mati. kemudia

Fathah berdiri, Kasrah berdiri, dan Dammah berdiri, itu semua dibaca dengan

dipanjangkan suara 2 harakat (suara Di-ayun). diantara poinnya yaitu membaca huruf

bertanda panjang, latihan memanjangkan huruf pertama, latihan memanjangkan huruf

kedua, latihan memanjangkan huruf ketiga, latihan memanjangkan huruf pertama dan

ketiga, latihan melancarkan, setelah itu selanjutnya pelajaran kedua adalah mengenal

akhiran N atau tanwin disini dijelaskan Fathatain dibaca AN, Kasratain dibaca IN,

dan Dammatain dibaca UN. diantara poinnya yaitu membaca huruf berakhiran tanwin,
latihan melancarkan, kemudian pelajaran ketiga, huruf mati (bertanda sukun) disini

dijelaskan tentang Sukun menghilangkan bunyi vokal, Aba, Ab. Poinnya yaitu membaca

huruf mati (bertanda sukun), latihan melancarkan. Lalu pelajaran keempat huruf liin

(diftong), disini dijelaskan Fathah bertemu Wau Mati (dibaca AU), Fathah bertemu Ya

Mati (dibaca AI). poinnya membaca huruf liin (diftong), latihan melancarkan. Dan

pelajaran yang terakhir pelajaran kelima membaca huruf bertanda tasydid disini

dijelaskan apabila tertulisnya Abba maka cara bacanya Ab-ba (matikan lalu hidupkan).

poinnya yaitu membaca huruf bertanda tasydid, dan latihan melancarkan.

Pada hari ketiga ada materi Pengantar Pra Al-Quran. Pada Pra Al-Quran 1

terdapat materi Cara mewaqafkan (menghentikan bacaan). Pra Al-Quran 1 ini

diperkenalkan beberapa tanda waqaf, setelah diperkanalkan tanda waqaf ada Latihan

Melancarkan. Pra Al-Quran 2 diperkenalkan Cara Membaca Lafazh Allah, dalam ilmu

tajwid disebut Lam Jalalah. Setalah itu ada Latihan Membaca AL-Quran. Selanjutnya,

ada Materi Tambahan yaitu, Ragam Penulisan Huruf.

D. Langkah-langkah Pengajaran

E. Kekurangan dan Kelebihan Metode Cordobana

Anda mungkin juga menyukai