2. Sebutlah salah satu ayat al-quran yang menyatakan perintah melakukan shalat lima
waktu!
Jawaban :
Artinya:
Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula
shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (Q.S. Al-Isra ayat 78)
Dhuhur dimulai sejak tergelincirnya Matahari, Dimana untuk akhir waktu Zuhur menurut
jumhurul fuqoha adalah ketika panjang bayangan suatu benda sama dengan tinggi benda.
Ashar Awal waktu Asar dimulai ketika berakhirnya waktu Zuhur. jumhur ulama
berpendapat bahwa awal waktu Asar adalah ketika panjang bayangan suatu benda sepanjang
benda tersebut.
Maghrib Fuqoha‟ sepakat bahwa permulaan waktu Magrib ketika tenggelamnya Matahari.
Isya Fuqoha‟ telah sepakat bahwa permulaan waktu Isya dimulai ketika lenyapnya syafaq
(mega)
Shubuh Fuqoha‟ telah sepakat bahwa permulaan waktu salat Subuh adalah ketika terbitnya
fajar shadiq. Fajar Shadiq adalah fajar atau cahaya Matahari yang lebih dahulu terlihat
sebelum Mataharinya terbit yang tampak kelihatan di ufuk timur.
Jawaban :
Imam Nawawi Berkata : tidak boleh membuat-buat doa yang tidak ma’tsur (bukan
dari al-Qur’an dan Sunnah), kemudian diucapkan dalam bahasa asing (bukan Arab), tidak ada
perbedaan pendapat dalam masalah ini, shakat menjadi batal disebabkan perbuatan tersebut.
5. Jika berbenturan antara shalat sunnat atau shalat sunnat ba’diyah dengan shalat
jenazah, manakah yang lebih didahulukan?
Jawaban :
Lebih didahulukan shalat jenazah, jika ada seseorang akan melaksanakan shalat sunat
rawatib ba’diyah dhuhur, kemudian ada shalat janazah, maka shalat jenazah lebih
didahulukan daripada shalat sunnat rawatib, karena shalat rawatib itu bisa dilaksanakan
setelahnya, sedangkan shalat jenazah mesti disegerakan pelaksanaannya.
Menahan diri dari hal hal yang membatalkannya dengan niat yang dilakukan oleh orang yang
bersangkutan pada siang hari, mulai terbit fajar sampai terbenam matahari.
dengan puasanya, akan diberi pahala yang luas dan tak terbatas.
Dengan puasa, dia akan memperoleh ridha Allah swt., dan berhak memasuki surga
dari pintu khusus orang-orang berpuasa, namanya Ar-Rayyan.
Puasa juga akan menjauhkan dirinya dari siksaan yang disebabkan oleh kemaksiatan
yang dilakukannya.
Puasa merupakan tebusan (kafarat) bagi dosa dari satu tahun ke tahun berikutnya.
Puasa mendidik seseorang untuk bersikap jujur dan merasa diawasi oleh Allah swt.,
baik dalam kesendirian maupun keramaian.
Puasa dapat menguatkan kemauan, mempertajam kehendak, mendidik kesabaran,
membantu menjernihkan akal, meyelamatkan pikiran, dan mengilhami ide-ide yang
cemerlang.
Puasa juga mengajarkan sikap disiplin dan ketepatan, menimbulkan rasa solidaritas
di kalangan umat Islam, menumbuhkan naluri kasih saying, ukhwah, dan
persaudaraan sesama umat Islam.
Menurut jumhur (mayoritas ulama) yaitu Imam Abu Hanifah, Malik, Asy Syafi’i, berbekam
tidaklah membatalkan puasa. Pendapat ini juga dipilih oleh Ibnu Mas’ud, Ibnu ‘Umar, Ibnu
‘Abbas, Anas bin Malik, Abu Sa’id Al Khudri dan sebagian ulama salaf’
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, dia bercerita, awal dimakruhkannya bekam bagi
orang yang berpuasa adalah ketika Ja’far bin Abi Thalib berbekam sedang dia dalam keadaan
berpuasa, lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berpapasan dengannya, beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Kedua orang ini telah batal puasanya”. Setelah itu
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan keringan berbekam bagi orang yang berpuasa.
Sementara Anas sendiri pun pernah berbekam ketika dia dalam keadaan berpuasa.