Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fiqih adalah suatu sistem norma atau aturan yang mengatur hubungan manusia dengan
Allah, manusia dengan manusia, dan manusia dengan makhluk lainnya. Fiqih memberikan
pengetahuan tentang cara melaksanakan ibadah dan muamalah yang benar dan baik. Fiqih
diarahkan agar umat muslim mampu memahami pokok-pokok hukum dalam Islam serta tata cara
pelaksanaan sehingga mampu diaplikasikan dalam kehidupan untuk menjadi muslim yang taat
syariat Islam secara kaffah.
Dalam makalah ini akan dibahas beberapa produk fiqih, di antaranya adalah shalat, sujud
tilawah, sujud syukur, dan sujud sahwi. Sujud tilawah merupakan sujud yang dilakukan ketika
mendengar ayat sajdah pada Al-qur’an. Sujud syukur merupakan sujud yang dilakukan ketika
hendak mengungkapkan rasa syukur manusia kepada Allah. Dan puasa merupkan ibadah
menahan diri dari makan, minum, dan beberapa perbuatan yang dapat membatalkan puasa mulai
dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari shalat, sujud tilawah, sujud syukur, dan sujud syahwi?
2. Bagaimana hukum, syarat-syarat, dan rukun-rukun dari shalat, sujud tilawah, sujud
syukur, dan sujud sahwi?
3. Bagaimana tata cara dan ketentuan-ketentuan shalat, sujud tilawah, sujud syukur, dan
sujud sahwi?
C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian dari sujud tilawah, sujud syukur, dan puasa.
2. Untuk mengetahui hukum, syarat-syarat, dan rukun-rukun dari sujud tilawah, sujud
syukur, dan puasa.
3. Untuk memahami tata cara dan ketentuan-ketentuan sujud tilawah, sujud syukur, dan
puasa.

1
BAB II

SHALAT

1. Pengertian Sholat

Pengertian ‫ ;صالة‬sholat menurut bahsa adalah berdoa (memohon), pujian. menurut istilah
shalat adalah suatu perbuatan serta perkataan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan
salam sesuai dengan persyaratkan yang ada. Sedangkan pepengertia menurut syara’ sebagaimana
pendapat imam Rafi’i yaitu ucapan-ucapan yang dimulai dengan takbiratul dan ditutup dengan
salam. Sedangkan menurut ulama’ tasawuf shalat ialah mengahadapkan kalbu kepada Allah
SWT hingga menimbulkan rasa takut kepada-Nya serta kesempurnaan kekuasaanya,atau
menghadap kepada Allah dengan kalbu, bersikap khusyuk (konsentrasi penuh) dihadapan-Nya,
disertai dengan penghhayatan penuh takala berdzikir, berdo’a dan memujin-Nya.
Dalam ensiklopedi Indonesia DR. Harun Nasution mengaskan bahwa shalat mendidik
manusia untuk selalu merasakan kehadiran Allah b rsamanya. Dalam sholat seseorang
dianjurkan untuk selalu mengingat Allah dalam shalatnya, atau sekurang-kurangnya mengerti
dan meahami arti dari perkataan yang diucapkan dalam shalatnya tersebut.
Rosulullah SAW bersabda yang artinya: “Tatkala salah seorang diantara kalian sedang shalat,
sesungguhnya ia sedang bermunajat (berdialog) kepada Allah.(H.r. Bukhori muslim ).

2. Dasar Hukum Sholat

Dalil (dasar hukum) dalam Al-Qur’an tentang Sholat, Allah SWT berfirman :
1. QS. Al-Ankabut ayat 45;
َ ‫صلَوة‬ َّ ‫َاء َو ْال ُم ْنك ََر َوا َ ِقي ِْم ال‬
َّ ‫صلَوة َ ا َِّن ال‬ ِ ‫ت َ ْن َهى َع ِن ْالفَحْ ش‬
Artinya: “Kerjakanlah sholat sesungguhnya sholat itu bisa mencegah perbuatan keji dan
munkar.”
2. QS. Al-Baqarah ayat 43;
َّ ‫ار َكعُ ْوا َم َع‬
َ‫الرا ِك ِعيْن‬ َّ ‫صلَىةَ َوآت ُ ْو‬
ْ ‫الزكَوة ََو‬ َّ ‫َواَقِ ْي ُم ْو ال‬
Artinya: “Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang-orang yang
ruku’.”

2
3. QS. Al-Baqarah ayat 110;
َّ ‫صلَ ْوة َ َوآت ُ ْو‬
‫الزكَوة َ َو َمات ُ َق ِدِّ ُم ْوا لَ ْنفُ ِس ُك ْم ِ ِّم ْن َخ ْير ت َِجد ُْوهُ ِع ْند ُالل ِهط ا َِّن للاَ ِب َما‬ َّ ‫َوا َ ِق ْي ُم ْو ال‬
ِ َ‫ت َ ْع َملُ ْونَ ب‬
‫صيْر‬
Artinya : "Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat dan apa-apa yang kamu usahakan
dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan dapat pahalanya pada sisi Allah
sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan."

4. QS. An-Nuur ayat 56;


َ‫س ْو َل لَعَلَ ُك ْم ت ُ ْر َح ُم ْون‬ َّ ‫صالَة َ َوآت ُ ْو‬
َّ ‫الزكَوة َ َوا َ ِط ْيعُ ْو‬
ُ ‫االر‬ َّ ‫َواَقِ ْي ُم ْو ال‬
Artinya : "Dan kerjakanlah sholat, berikanlah zakat, dan taat kepada Rasul, agar supaya
kalian semua diberi rahmat."

3. Sejarah Sholat

Dalam ajaran Islam, sholat merupakan ibadah yang paling membedakan pemeluk agama ini
dengan agama lain. Seperti yang kerap diceritakan oleh para penceramah, perintah sholat
berawal dari perjalanan Nabi Muhammad SAW yang dikenal dengan sebutan Isra Mi'raj.
Masing-masing sholat memiliki sejarah sendiri. Berikut ini asal usul singkat sholat-sholat
tersebut, seperti dikutip dari buku Sejarah Ibadah yang ditulis oleh Syahruddin El Fikri.

1. Subuh
Sholat Subuh pertama kali dilaksanakan oleh Nabi Adam AS selepas diturunkan ke bumi.
Pemandangan yang dilihatnya pertama kali adalah kegelapan karena dimungkinkan
beliau pertama kali menjejak bumi pada malam hari. Ketika fajar telah nampak, nabi
pertama itu melakukan sholat dua rakaat.

Rakaat pertama merupakan tanda syukur karena telah lepas dari kegelapan malam
sedangkan rakaat kedua sebagai tanda syukur karena siang telah hadir.

3
2. Zuhur
Nabi Ibrahim AS merupakan orang pertama yang melakukan Sholat Zuhur. Kala beliau
telah mendapat seruan untuk menggantikan posisi putranya Ismail dengan seekor kibas
untuk disembelih, bertepatan dengan posisi matahari di atas kepala. Maka sebagai bentuk
syukur, beliau melakukan sujud sebanyak 4 rakaat.

Rakaat pertama untuk penebusan putranya. Rakaat kedua karena dibukanya dukacita
dirinya dan anaknya. Rakaat ketiga untuk memohon keridaan Allah. Rakaat keempat
karena korbannya diganti dengan kibas.

3. Asar
Pelaksanaan Sholat Asar pertama kali adalah sebagai bentuk syukur Nabi Yunus karena
telah keluar dari perut ikan paus yang telah menelannya. Ikan tersebut memuntahkan
Nabi Yunus di tepi pantai ketika waktu Asar tiba.

Rakaat pertama menyimbolkan kegelapan karena kesalahan. Rakaat untuk kegelapan dari
air laut. Rakaat ketiga menandakan kegelapan dari lokal. Sedangkan rakaat keempat
sebagai lambang kegelapan dalam perut ikan.

4. Magrib
Nabi Isa AS dibebaskan oleh Allah dari kejahilan kaumnya ketika matahari telah
terbenam. Maka sebagai bentuk syukurnya beliau beribadah tiga rakaat dan ini
menjadikannya orang pertama yang melaksanakan Sholat Magrib.

Rakaat pertama untuk menafikan Tuhan lain dan hanya meng-Esakan Allah. Rakaat
kedua untuk menghilangkan fitnah yang ditujukan pada ibunya mengenai kehamilan
tanpa suami. Sedangkan rakaat ketiga uuntuk meyakinkan kaumnya bahwa Tuhan
hanyalah Allah semata.

4
5. Isya
Nabi Musa AS adalah orang pertama yang mengerjakan Sholat Isya. Pelaksanaan sholat
ini didasari bebasnya dia dari perasaan dukacita ketika tersesat ingin keluar dari negeri
Madyan. Perasaan yang menyebabkan tak nyaman itu diluluhkan-Nya pada waktu Isya
akhir. Lalu bersembahyanglah Nabi Musa sebanyak 4 rakaat sebagai tanda syukurnya.

Rakaat awal melambangkan duka citanya pada istri. Rakaat kedua sebagai tanda duka
cita pada saudaranya Harun. Rakaat ketiga dan keempat sebagai tanda duka cita kepada
Firaun dan anaknya.

4. Hukum Meninggalkan Sholat

Ibnu Abbas, berkata, Maksud Hadist: “Aku dengar Rasulullah SAW bersabda:
“Awalnya orang yang meninggalkan solat itu, bukanlah dia termasuk golongan Islam.
Allah tidak terima tauhid dan imannya dan tidak ada faedah shodakah, puasa dan
syahadatnya”. Alhadist.

Dalam peristiwa Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW, bukan saja diperlihatkan tentang balasan
orang yang beramal baik, tetapi juga diperlihatkan balasan orang yang berbuat mungkar,
diantaranya siksaan bagi yang meninggalkan Sholat fardhu.

Mengenai balasan orang yang meninggalkan Sholat Fardu: “Rasulullah SAW,


diperlihatkan pada suatu kaum yang membenturkan kepala mereka pada batu, Setiap kali
benturan itu menyebabkan kepala pecah, kemudian ia kembali kepada keadaan semula
dan mereka tidak terus berhenti melakukannya. Lalu Rasulullah bertanya: “Siapakah ini
wahai Jibril”? Jibril menjawab: “Mereka ini orang yang berat kepalanya untuk
menunaikan Sholat fardhu”. (Riwayat Tabrani).

Orang yang meninggalkan Sholat akan dimasukkan ke dalam Neraka Saqor. Maksud Firman
Allah Ta’ala: “..Setelah melihat orang-orang yang bersalah itu, mereka berkata: “Apakah
yang menyebabkan kamu masuk ke dalam Neraka Saqor ?”. Orang-orang yang bersalah
itu menjawab: “kami termasuk dalam kumpulan orang-orang yang tidak mengerjakan
Sholat”

5
Saad bin Abi Waqas bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai orang yang melalaikan
Sholat, maka jawab Baginda SAW, “yaitu mengakhirkan waktu Sholat dari waktu asalnya
hingga sampai waktu Sholat lain. Mereka telah menyia-nyiakan dan melewatkan waktu Sholat,
maka mereka diancam dengan Neraka Wail”.

Ibn Abbas dan Said bin Al-Musaiyib turut menafsirkan hadist di atas “yaitu orang yang
melengah-lengahkan Sholat mereka sehingga sampai kepada waktu Sholat lain, maka bagi
pelakunya jika mereka tidak bertaubat Allah menjanjikan mereka Neraka Jahannam tempat
kembalinya”.

Maksud Hadist: “Siapa meninggalkan sholat dengan sengaja, maka sesungguhnya dia
telah kafir dengan nyata”.

Berdasarkan hadist ini, Sebagaian besar ulama (termasuk Imam Syafi’i) berfatwa: Tidak
wajib memandikan, mengkafankan dan mensholatkan jenazah seseorang yang meninggal dunia
dan mengaku Islam, tetapi tidak pernah mengerjakan sholat. Bahkan, ada yang mengatakan
haram mensholatkanya.

5. Waktu-waktu sholat

Kaum muslimin sepakat bahwa sholat lima waktu harus dikerjakan pada waktunya, dalilnya
adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

‫َت َعلَى ْال ُمؤْ ِمنِينَ ِكت َابًا َم ْوقُوتًا‬


ْ ‫ص َالة َ كَان‬
َّ ‫ِإ َّن ال‬

“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu/wajib yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman”. [ QS. An Nisa’ (4) : 103]

Berikut penjelasan waktu-waktu sholat.

6
a. Sholat Zhuhur

Secara bahasa Zhuhur berarti waktu Zawal yaitu waktu tergelincirnya matahari (waktu
matahari bergeser dari tengah-tengah langit) menuju arah tenggelamnya (barat).

Sholat zhuhur adalah sholat yang dikerjakan ketika waktu zhuhur telah masuk. Sholat
zhuhur disebut juga sholat Al Uulaa (‫ )األ ُ ْولَى‬karena sholat yang pertama kali dikerjakan
Nabishollallahu ‘alaihi was sallam bersama Jibril ‘Alaihis salam. Disebut juga sholat Al
Hijriyah (ُ‫)الحجْ ِر َية‬
ِ

Awal waktu zhuhur adalah ketika matahari telah bergeser dari tengah langit menuju arah
tenggelamnya (barat). Hal ini merupakan kesepakatan seluruh kaum muslimin, dalilnya
adalah hadits Nabi Shollallahu ‘alaihi was sallam dari sahabat ‘Abdullah bin
‘Amr rodhiyallahu ‘anhu,

‫ش ْمس َزالَت إذَا ال ُّظهْر َو ْقت‬ َّ ‫……ا ْلعَصْر يَحْ ضر لَ ْم َما كَطوله‬..
َّ ‫الرجل ظ ُّل َوكَانَ ال‬

“Waktu Sholat Zhuhur adalah ketika telah tergelincir matahari (menuju arah
tenggelamnya) hingga bayangan seseorang sebagaimana tingginya selama belum masuk
waktu ‘Ashar……….”.

Para ulama bersilisih pendapat mengenai akhir waktu zhuhur namun pendapat yang lebih
tepat dan ini adalah pendapat jumhur/mayoritas ulama adalah hingga panjang bayang-
bayang seseorang semisal dengan tingginya (masuknya waktu ‘ashar). Dalil pendapat ini
adalah hadits Nabi Shollallahu ‘alaihi was sallam dari sahabat ‘Abdullah bin
‘Amr rodhiyallahu ‘anhu di atas.

b. Sholat ‘Ashar

‘Ashar secara bahasa diartikan sebagai waktu sore hingga matahari memerah yaitu akhir
dari dalam sehari. Sholat ‘ashar adalah sholat ketika telah masuk waktu ‘ashar, sholat
‘ashar ini juga disebut sholat woshtho (‫س َطى‬
ْ ‫)الو‬.

7
Jika panjang bayangan sesuatu telah semisal dengan tingginya (menurut pendapat jumhur
ulama). Dalilnya adalah hadits Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam,

‫س‬ َّ ‫صفَ َّر ال‬


ُ ‫ش ْم‬ ْ ‫ص ُر َو َو ْقتُ ْال َع‬
ْ َ ‫ص ِر َما لَ ْم ت‬ ْ ‫طو ِل ِه َما لَ ْم َيحْ ض ُِر ْال َع‬
ُ ‫الر ُج ِل َك‬
َّ ‫س َو َكانَ ِظ ُّل‬ َّ ‫ت ال‬
ُ ‫ش ْم‬ ُّ ‫…… َو ْقتُ ال‬.
ِ َ‫ظ ْه ِر ِإذَا زَ ال‬

“Waktu Sholat Zhuhur adalah ketika telah tergelincir matahari (menuju arah
tenggelamnya) hingga bayangan seseorang sebagaimana tingginya selama belum masuk
waktu ‘ashar dan waktu ‘ashar masih tetap ada selama matahari belum
menguning………”.

c. Sholat Maghrib

Secara bahasa maghrib berarti waktu dan arah tempat tenggelamnya matahari. Sholat
maghrib adalah sholat yang dilaksanakan pada waktu tenggelamnya matahari. Awal
Waktu Sholat Maghrib, Kaum Muslimin sepakat awal waktu sholat maghrib adalah
ketika matahari telah tenggelam hingga matahari benar-benar tenggelam sempurna. Akhir
Waktu Sholat Maghrib

Para ulama berselisih pendapat mengenai akhir waktu maghrib. Pendapat pertama
mengatakan bahwa waktu maghrib hanya merupakan satu waktu saja yaitu sekadar waktu
yang diperlukan orang yang akan sholat untuk bersuci, menutup aurot, melakukan adzan,
iqomah dan melaksanakan sholat maghrib. Pendapat ini adalah pendapat Malikiyah, Al
Auza’i dan Imam Syafi’i. Dalil pendapat ini adalah hadits yang diriwayatkan dari Jabir
ketika Jibril mengajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam sholat,

َ ‫صلَّى ْال َم ْغ ِر‬


‫ب‬ َ َ‫ص ِِّل ف‬ ِ ‫س َو ْقتًا َو‬
َ َ‫احدًا لَ ْم يَ ُز ْل َع ْنهُ فَقَا َل قُ ْم ف‬ َّ ‫ت ال‬
ُ ‫ش ْم‬ ِ ‫…ث ُ َّم َجا َءهُ ِل ْل َم ْغ ِر‬..
ْ َ‫ب ِحينَ غَاب‬

“Kemudian Jibril mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi was sallam ketika matahari telah
tenggelam (sama dengan waktu ketika Jibril mengajarkan sholat kepada Nabi pada hari
sebelumnya) kemudian dia mengatakan, “Wahai Muhammad berdirilah laksanakanlah
sholat maghrib………..”.

8
Pendapat kedua mengatakan bahwa akhir waktu maghrib adalah ketika telah hilang sinar
merah ketika matahari tenggelam. Pendapat ini adalah pendapatnya Sufyan Ats Tsauri,
Imam Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur, Mahzab Hanafi serta sebahagian mazhab Syafi’i dan
inilah pendapat yang dinilai tepat oleh An Nawawi rohimahumullah. Dalilnya adalah
hadits ‘Abdullah bin ‘Amr rodhiyallahu ‘anhu,

َّ ‫ب ال‬
….‫شفَ ُق‬ ِ ‫صالَةِ ْال َم ْغ ِر‬
ِ ‫ب َما لَ ْم يَ ِغ‬ َ ُ‫…و ْقت‬..
َ

“Waktu sholat maghrib adalah selama belum hilang sinar merah ketika matahari
tenggelam”.

Pendapat inilah yang lebih tepat Allahu a’lam.’]

d. Sholat ‘Isya’

‘Isya’ adalah sebuah nama untuk saat awal langit mulai gelap (setelah maghrib) hingga
sepertiga malam yang awal. Sholat ‘isya’ disebut demikian karena dikerjakan pada waktu
tersebut. Awal Waktu Sholat ‘Isya’ Para ulama sepakat bahwa awal waktu sholat ‘isya’
adalah jika telah hilang sinar merah di langit. Akhir Waktu Sholat ‘Isya’ Para ulama’
berselisih pendapat mengenai akhir waktu sholat ‘isya’.

Pendapat pertama mengatakan bahwa akhir waktu sholat ‘isya’ adalah sepertiga malam.
Ini adalah pendapatnya Imam Syafi’i dalam al Qoul Jadid, Abu Hanifah dan pendapat
yang masyhur dalam mazhab Maliki. Dalilnya adalah hadits ketika Jibril mengimami
sholat Nabishallallahu ‘alaihi was sallam,

….‫ث اللَّ ْي ِل ْاأل َ َّو ُل‬


ُ ُ‫َب ثُل‬ ِ ‫…ث ُ َّم َجا َءهُ ِل ْل ِعش‬..
َ ‫َاء ِحينَ ذَه‬

“……Kemudian Jibril mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi was sallam untuk


melaksanakan sholat ‘ isya’ ketika sepertiga malam yang pertama………..”.

9
Pendapat kedua mengatakan bahwa akhir waktu sholat ‘isya’ adalah setengah malam.
Inilah pendapatnya Sufyan Ats Tsauri, Ibnul Mubarok, Ishaq, Abu Tsaur, Mazhab Hanafi
dan Ibnu Hazm rohimahumullah. Dalil pendapat ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh
‘Abdullah bin ‘Amr rodhiyallahu ‘anhu,

َ ‫ف اللَّ ْي ِل األ َ ْو‬


…‫س ِط‬ ِ ‫صالَةِ ْال ِعش‬
ْ ِ‫َاء إِلَى ن‬
ِ ‫ص‬ َ ُ‫… َو ْقت‬.

“Waktu sholat ‘isya’ adalah hingga setengah malam”.

Pendapat ketiga mengatakan bahwa akhir waktu sholat ‘isya’ adalah ketika terbit fajar
shodiq. Inilah pendapatnya ‘Atho’, ‘Ikrimah, Dawud Adz Dzohiri, salah satu riwayat dari
Ibnu Abbas, Abu Huroiroh dan Ibnul Mundzir Rohimahumullah. Dalilnya adalah hadits
yang diriwayatkan dari Abu Qotadah rodhiyallahu ‘anhu,

…‫صالَةِ األ ُ ْخ َرى‬


َّ ‫صالَةَ َحتَّى يَ ِجى َء َو ْقتُ ال‬ ُ ‫…إِنَّ َما الت َّ ْف ِري‬.
َ ُ‫ط َعلَى َم ْن لَ ْم ي‬
َّ ‫ص ِِّل ال‬

“Hanyalah orang-orang yang terlalu menganggap remeh agama adalah orang yang tidak
mengerjakan sholat hingga tiba waktu sholat lain”.

Pendapat yang tepat menurut Syaukani dalam masalah ini adalah akhir waktu sholat
‘isya’ yang terbaik adalah hingga setengah malam berdasarkan hadits ‘Abdullah bin
‘Amr sedangkan batas waktu bolehnya mengerjakan sholat ‘isya’ adalah hingga terbit
fajar berdasarkan hadits Abu Qotadah. Sedangkan pendapat yang dinilai lebih kuat
menurut Penulis Shahih Fiqh Sunnah adalah setengah malam jika hadits Anas adalah
hadits yang tidak shohih.

10
e. Sholat Shubuh/Fajar

Fajar secara bahasa berarti cahaya putih. Sholat fajar disebut juga sebagai sholat shubuh
dan sholat ghodah. Fajar ada dua jenis yaitu fajar pertama (fajar kadzib) yang merupakan
pancaran sinar putih yang mencuat ka atas kemudian hilang dan setelah itu langit kembali
gelap. Fajar kedua adalah fajar shodiq yang merupakan cahaya putih yang memanjang di
arah ufuk, cahaya ini akan terus menerus menjadi lebih terang hingga terbit matahari.

Awal Waktu Sholat Shubuh/Fajar, Para ulama sepakat bahwa awal waktu sholat fajar
dimulai sejak terbitnya fajar kedua/fajar shodiq. Akhir Waktu Sholat Shubuh/Fajar
Para ulama juga sepakat bahwa akhir waktu sholat fajar dimulai sejak terbitnya matahari.

6. Syarat Wajib Sholat

 Islam

 Baligh

 Berakal sehat

7. Syarat-syarat syah sholat:


 Beragama Islam
 Suci dari hadast dan najis seluruh anggota badan, pakaian dan tempat
 Sudah baligh. Tanda baligh bagi laki-laki antara lain mimpi basah, telah keluar jakun, dan
telah keluar mani. Bagi perempuan adalah mulai menstruasi atau haid
 Berakal
 Menutup aurat
 Menghadap kiblat. Dalam syarat ini ada dua pengecualian yaitu seorang yang sholat tidak
harus menghadap kiblat yaitu ketika saat berperang dan ketika naik kendaraan
 Telah masuk waktu sholat
.

11
8. Rukun Sholat
 Niat
 Berdiri bagi yang mampu
 Membaca takbiratul ikhram
 Membaca surat alfatihah
 Ruku’
 Tuma’ninah
 Bangun dari rukuk dan I’tidal
 Tuma’ninah di dalam I’tidal
 Sujud dua kali dalam masing-masing rkaat
 Thuma’ninah dalam sujud
 Duduk antara dua sujud
 Thuma’ninah dalam Duduk antara dua sujud
 Duduk yang terakhir
 Membaca tahhiyyat dalam duduk yang terakhir
 Membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW.
 Membaca salam yang pertama.
 Niat keluar sholat
 Tertib pada setiap rukun-rukunya.

12
9. Hal-hal yang Membatalkan Sholat
 Berbicara dengan sengaja kecuali bacaan sholat
 Bergerak tiga kali berturut-turut
 Adanya hadast kecil atau hadas besar
 Secara tiba-tgiba ada najis yang tidak dima’fu
 Terbukanya aurat secara sengaja
 Berubah niatnya, seperti iba-tiba berniat untuk keluar dari shalat
 Membelakangi kiblat
 Makan dan minum disengaja
 Tertawa terbahak-bahak
 Murtad yaitu putus keislamanya sebab perbuatan atau ucapan.

13
BAB III

MACAM-MACAM SUJUD

A. SUJUD TILAWAH
Tilawah artinya bacaan atau membaca. Jadi, sujud tilawah adalah sujud yang dilakukan
karena membaca atau dibacakan ayat sajdah.1 Sujud tilawah ini hukumnya sunah, tetapi
menurut ulama Hanafi hukumnya wajib. Maka -menurut pendapat pertama- sujud tilawah
sunnah dikerjakan oleh yang membaca atau mendengar ayat sajdah jika syarat-syarat yang
diperlukan telah terpenuhi. Adapun dalil tentang disyariatkannya sujud tilawah adalah
berikut.2
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ‫طانَ يَ ْب ِكى يَقولَ يَا َو ْي َلهَ – َوفِى ِر َوا َي ِة‬


َ ‫ش ْي‬ َّ ‫أَبِى إِذَا قَ َرَأ َ ا ْبنَ آ َد ََم ال‬
َ َ‫سجْ َد َةَ ف‬
َّ ‫س َج ََد ا ْعت َ َز ََل ال‬
َ‫سجو َِد فَأَبَ ْيت‬
ُّ ‫س َج ََد فَلَهَ ا ْل َجنَّةَ َوأ ِم ْرتَ ِبال‬ ُّ ‫ى النَّارَ ك َر ْيبَ َيا َو ْي ِلى – أ ِم ََر ا ْبنَ آ َد ََم بِال‬
َ َ‫سجو َِد ف‬ ََ ‫فَ ِل‬
“Jika anak Adam membaca ayat sajadah, lalu dia sujud, maka setan akan menjauhinya
sambil menangis. Setan pun akan berkata-kata: “Celaka aku. Anak Adam disuruh sujud,
dia pun bersujud, maka baginya surga. Sedangkan aku sendiri diperintahkan untuk sujud,
namun aku enggan, sehingga aku pantas mendapatkan neraka.” (HR. Muslim no. 81)

1. Syarat-syarat Sujud Tilawah


a. Di Luar Sholat
1) Bacaan tersebut disyariatkan.
2) Bacaan tersebut disengaja
3) Yang dibacanya adalah seluruh ayat sajdah
4) Tidak memisahkan antara bacaan (ayat sajdah) dan sujudnya dalam jangka waktu
yang lama.
5) Bacaan ayat itu berasal dari satu orang.
6) Disyaratkan seperti yang berlaku dalam sholat, yakni suci dari dua hadats,
menghadap kiblat, menutup aurat, tidak berbicara, dan sebagainya.

1
Ahmad Nawawi Sadili, Panduan Praktis dan Lengkap Shalat Fardhu dan Sunnah, (Jakarta: AMZAH, 2010), hlm.
212.
2
Abdul Qadir Ar-Rahbawi, Salat Empat Mazhab, (Jakarta: PT Mitra Kerjaya Indonesia, 1994), hlm.377.

14
b. Di Dalam Sholat
Jika seseorang melakukan sujud tilawah di dalam sholat, maka selain syarat-syarat
yang telah disebutkan di atas ditambah dengan dua syarat, yakni sebagai berikut:
1) Tidak menyengaja membaca ayat sajdah karena untuk melakukan sujud.
2) Yang melakukan sujud itu adalah orang yang membacanya. Namun, bagi seorang
makmum wajib mengikuti imam dalam sujud tilawah.3

2. Rukun Sujud Tilawah


a. Niat
b. Takbiratul ihram. Menurut ulama Syafi’iyah rukun, sedangkan menurut ulama lain
adalah sunnah.
c. Sujud satu kali, sebagaimana sujudnya sholat.
d. Duduk sesudahnya denga thuma’ninah tanpa tasyahud. Rukun ini menurut ulama
Hanabilah dan Syafi’iyah, sedangkan menurut ulama lainnya sunnah.
e. Mengucap salam sembari menoleh ke kanan. Sedangkan salam sembari menoleh ke
kiri adalah sunnah.4

3. Sunnah-sunnah Sujud Tilawah


a. Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram bagi ulama yang berpendapat bahwa
takbiratul ihram adalah rukun.
b. Takbir ketika bergerak menuju sujud dan ketika bangkit darinya.5
c. Membaca doa ketika sujud. Adapun doanya adalah sebagai berikut:
Dari ‘Aisyah, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa
membaca dalam sujud tilawah di malam hari beberapa kali bacaan:

َ‫ين‬ َ ْ‫ّللا أَح‬


َ ‫سنَ َْل َخا ِل ِق‬ َ َ‫ص َرهَ بِ َح ْوَِل َِه َوق َّو ِت َِه تَب‬
ََّ ََ‫ارك‬ َ َ‫س ْمعَهَ َوب‬
َ ‫ق‬ َ ‫ي ِللَّذِي َخ َلقَهَ َو‬
ََّ ‫ش‬ ََ ‫س َج ََد َوجْ ِه‬
َ

3
Ahmad Nawawi Sadili, Panduan Praktis dan Lengkap Shalat Fardhu dan Sunnah, (Jakarta: AMZAH, 2010), hlm.
213.
4
Ahmad Nawawi Sadili, Panduan Praktis dan Lengkap Shalat Fardhu dan Sunnah, (Jakarta: AMZAH, 2010), hlm.
214.
5
Abdul Qadir Ar-Rahbawi, Salat Empat Mazhab, (Jakarta: PT Mitra Kerjaya Indonesia, 1994), hlm.378.

15
“Wajahku bersujud kepada Penciptanya, yang Membentuknya, yang Membentuk
pendengaran dan penglihatannya. Maha Suci Allah Sebaik-baik Pencipta” (HR. Abu
Daud, Tirmidzi dan An Nasa-i)6
d. Salam yang kedua.
e. Jika ada orang yang membaca atau mendengar ayat sajdah tidak dapat melakukan sujud
tilawah karena udzur syar’i, atau ia sengaja tidak ingin melakukan sujud tilawah, maka
ia bisa membaca bacaan berikut sebanyak empat kali sebagai ganti dari sujud tilawah.
Bacaanya sebagai berikut: 7

َ‫لِل‬ ْ َ‫ّللا أ َ ْك َبرَ ل‬


ِ ّ ‫حو ََل َو َلَ ق َّوة اِلَّ ِبا‬ ََّ ‫ّللا ََو‬ ََِّ ِ َ‫ّللاِ ََو ا ْل َح ْمد‬
ََّ َّ‫لِل ََو َلَ اِلهََ ِإ َل‬ ََ ‫س ْب َح‬
ََّ ‫ان‬
4. Ayat-ayat Sajdah
a. (QS. Al-A’raf: 206)
b. (QS. Ar-Ra’d: 15)
c. (QS. An-Nahl: 49)
d. (QS. Al-Isra’: 107)
e. (QS. Maryam: 58)
f. (QS. Al-Hajj: 18)
g. (QS. Al-Hajj: 77)
h. (QS. Al-Furqon: 60)
i. (QS. An-Nahl: 25)
j. (QS. As-Sajdah: 15)
k. (QS. Shaad: 24)
l. (QS. Fushishillat: 37)
m. (QS. An-Najm: 62)
n. (QS. Al-Insyiqoq: 21)
o. (QS. Al-Alaq: 19)

6
Dr. Sa’id bin Ali bin Wahaf Al-Qathani, Panduan Shalat Sunah & Shalat Khusus, (Jakarta: Almahira, 2008), hlm.
157.
7
Buku 1 Ahmad Nawawi Sadili, Panduan Praktis dan Lengkap Shalat Fardhu dan Sunnah, (Jakarta: AMZAH, 2010),
hlm. 216.

16
B. SUJUD SYUKUR
Syukur artinya berterima kasih. Jadi, sujud syukur adalah sujud di luar sholat yang
dilakukan karena ungkapan rasa syukur atau terima kasih kepada Allah SWT. Sebab-sebab
sujud syukur antara lain adalah sebagai berikut:
 Kedatangan nikmat.
 Kemenangan atas musuh.
 Kedatangan seorang yang diharapkan
 Terhindar dari musibah dan bahaya.
 Melihat orang yang diuji dengan musuh dunia (seperti melihat orang yang buta,
pincang, gila).
 Melihat orang yang diuji dengan musibah akhirat seperti melihat orang-orang kafir yang
durhaka).8

Sujud syukur ini disunnahkan, sebagaimana yang pernah dicontohkan Rasulullah. Dari
Abu Bakar RA, “Bahwa Nabi SAW apabila datang kepadanya sesuatu yang
menggembirakan, beliau tersungkur sujud dan bersyukur kepada Allah SWT.” (HR. Ashabus
Sunan kecuali An-Nasa’i)9

Dari Abdurrahman bin Auf RA: Bahwa Rasulullah SAW sujud syukur kepada Allah,
ketika Jibril memberinya kabar gembira: ‘Bahwa barangsiapa yang bersholawat kepada
Nabi, maka Allah bersholawat kepadanya dan barangsiapa yang mendoakan keselamatan
bagi Nabi, maka Allah akan menyelamatkan dia.” (HR. Ahmad, Hakim, dan ia berkata shahih
atas syarat dari Asy-Syaikhani)10

Sementara itu, ulama berbeda pendapat tentang sujud syukur ini. Ulama Hanafiyah
mengatakan bahwa sujud syukur bisa diniatkan bergabung dengan sujud atau ruku’.
Sementara ulama Malikiyah mengatakan bahwa sujud syukur adalah makruh. Menurut

8
Ibid., hlm. 221.
9
Buku 4 Abdul Qadir Ar-Rahbawi, Panduan Lengkap Shalat Menurut Empat Madzhab, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2007), hlm. 373.
10
Ibid,. Hlm. 374.

17
mereka yang disunnahkan ketika mendapatkan kenikmatan atau berhasil menolak keburukan
adalah mengerjakan sholat dua raka’at.11

1. Syarat-syarat Sujud Syukur


Sujud syukur dapat dilakukan dengan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Islam
b. Berakal
c. Suci dari hadats
d. Menutup aurat
e. Menghadap kiblat12
2. Rukun Sujud Syukur
Adapun rukun sujud syukur adalah sebagai berikut:
a. Niat
b. Takbiratul ihram
c. Sujud satu kali sebagaimana sujudnya sholat
d. Duduk setelah sujud
e. Salam yang pertama13

11
Abdul Qadir Ar-Rahbawi, Fikih Shalat Empat Madzhab, (Jogjakarta: Hikam Pustaka, 2007), hlm.347.
12
Ahmad Nawawi Sadili, Panduan Praktis dan Lengkap Shalat Fardhu dan Sunnah, (Jakarta: AMZAH, 2010), hlm.
223.
13
Ibid,. Hlm. 223.

18
C. Sujud Sahwi

Pengertian Sujud Sahwi, Sujud Sahwi adalah sujud karena lupa, maksudnya: sujud dua
kali karena terlupa salah satu rukun shalat, baik kelebihan maupun kekurangan dalam
melaksanakannya.

Dari Abdullah bin Buhainah Al-Asdiy bahwasanya Rasulullah SAW pernah bangkit
berdiri dalam shalat Dhuhur padahal mestinya duduk (attahiyyat awwal), maka setelah selesai
shalat, dalam keadaan duduk sebelum salam beliau bersujud dua kali, dan beliau bertakbir pada
tiap-tiap sujud dan para makmum juga mengerjakan sebagaimana yang dikerjakan beliau untuk
mengganti duduk (attahiyyat) yang terlupa itu”. [HR. Muslim 1: 399].

Telah berkata Abu Hurairah, Rasulullah SAW pernah shalat ‘Ashar menjadi imam bagi
kami, lalu beliau salam setelah 2 raka’at, maka berdirilah (seorang shahabat yang panggilannya)
Dzul-yadain dan bertanya: “Ya Rasulullah ! Apakah shalat ini diqashar atau engkau lupa ?”

19
Rasulullah SAW menjawab, “Semua itu tidak terjadi”. Dia berkata: “Ya Rasulullah !
salah satu dari (dua) itu telah terjadi”. Lalu Rasulullah SAW menghadap kepada para shahabat
sambil bertanya, “Benarkah Dzulyadain ?”. Jawab para shahabat, “Betul, ya Rasulullah”.
Kemudian Rasulullah SAW menyempurnakan shalat yang kurang itu, lalu sujud dua kali dengan
duduk sesudah salam. [HR. Muslim 1: 404]

Dari ‘Imran bin Hushain bahwasanya Rasulullah SAW pernah shalat ‘Ashar lalu salam
pada raka’at ketiga, kemudian beliau masuk ke rumahnya. Maka seorang shahabat yang bernama
Khirbaq (yang panjang dua tangannya) memanggil Rasulullah SAW sambil menceritakan
kejadian itu, maka Rasulullah SAW keluar dengan marah sambil menyeret selendangnya hingga
sampai kepada orang banyak, lalu bertanya, “Betulkah orang ini ?” Para shahabat menjawab,
“Betul”. Kemudian Rasulullah SAW shalat satu raka’at, lalu salam, kemudian sujud (Sahwi) dua
kali kemudian salam (lagi). [HR. Muslim 1: 404]

Telah berkata Abdullah: Rasulullah SAW pernah shalat bersama kami lima raka’at.
Setelah selesai shalat, para shahabat berbisik-bisik diantara mereka. Maka Rasulullah SAW
bertanya, “Ada apa kalian ?”. Mereka menjawab, “Ya Rasulullah, apakah shalat ini ditambah ?”.
Rasulullah SAW menjawab, “Tidak”. Para shahabat berkata, “Sesungguhnya engkau telah shalat
lima raka’at”. Maka Nabi SAW berpaling, lalu sujud dua kali kemudian salam. [HR. Muslim 1:
402]

20
Rasulullah SAW bersabda:

Dan apabila seseorang diantara kalian syak (ragu-ragu) di dalam shalatnya, hendaklah ia
pilih yang mendekati benar, lalu ia sempurnakan menurut pilihan itu. Kemudian hendaklah ia
sujud dua kali. [HR. Muslim 1: 400]

Dari Abu Sa’id Al-Khudriy, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seseorang
diantara kalian syak (ragu-ragu) di dalam shalatnya, yaitu ia tidak tahu apakah ia telah shalat tiga
atau empat raka’at, maka hendaklah ia buang yang syak (ragu-ragu) dan kerjakan mana yang ia
yaqini, kemudian hendaklah ia sujud dua kali sebelum salam. [HR. Muslim 1: 400]

Keterangan:

Dari hadits-hadits di atas dapat diambil pengertian sebagai berikut:

1. Orang yang lupa tidak duduk Attahiyat Awwal, orang yang lupa pada raka’at kedua sudah
salam padahal masih ada satu atau dua raka’at lagi yang seharusnya ia sempurnakan, maupun
orang yang shalat kelebihan raka’at dari yang semestinya, maka orang tersebut supaya Sujud
Sahwi dua kali.
2. Sujud Sahwi itu memakai takbir
3. Sujud Sahwi itu bisa dilakukan sebelum salam maupun sesudah salam. Dan apabila
dikerjakan sesudah salam, maka setelah Sujud Sahwi lalu salam (lagi).
4. Kalau kita syak (ragu-ragu) tentang raka’at shalat, hendaklah kita ambil yang yaqin, lalu kita
sempurnakan
5. Tidak ada bacaan yang khusus untuk Sujud Sahwi ini.

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Shalat merupakan kewajiban setiap muslim, karena hal ini di syariatkan oleh Allah
SWT. Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai prakteknya, hal ini tidak menjadi masalah
karena di dalam al-qur'an sendiri tidak ada ayat yang menjelaskan secara terperinci mengenai
praktek shalat. Tugas dari seorang muslim hanyalah melaksanakan shalat dari mulai baligh
sampai napas terakhir, semua perbedaan mengenai praktek shalat semua pendapat bisa
dikatakan benar karena masing-masing memilki dasar dan pendapatnya masing-masing dan
tentunnya berdasarkan ijtihad yang panjang.

Setiap perintah Allah yang di berikan kepada kaum muslimin tentunya memiliki
paidah untuk kaum muslimin sendiri, seperti halnya umat islam di perintahkan untuk
melaksanakan shalat, dan beberapa acam sujud. Salah satu paidahnya yakni supaya umat
islam selalu mengingat tuhannya dan bisa meminta karunianya dan manfaat yang lainnya
yakni bisa mendapkan ampunan dari Allah SWT.

Demikian paparan yang dapat kami persembahkan menganai “sholat” dengan waktu
yang cukup singkat ini, semoga bermanfaat bagi kita semua baik di dunia maupun akherat
kelak, kami memohon maaf apbila dalam pemaparan yang kami sampaikan ini terdapat
banyak kesalahan dalam makalah ini, kami juga mengharapkan kritik dan sarann yang
sifatnya membangun untuk makalah-makalah kami selanjutnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Al-Hilali, Salim bin Id dan Hamid, Ali Hasan Abdul. 2007. Puasa Bersama Nabi. Jakarta Timur:
Darus Sunah Press.
Al-Zuhayly, Wahbah. 2005. Puasa dan Iktikaf Kajian Berbagai Mazhab. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Al-Qathani, Dr. Sa’id bin Ali bin Wahaf. 2008. Panduan Shalat Sunah & Shalat Khusus. Jakarta:
Almahira.
An-Nawawi, Imam. 2007. Raudhatuth-Thalibin. Jakarta Selatan: PustakaAzam Anggota IKAPI
DKI.

Ar-Rahbawi, Abdul Qadir. 1994. Salat Empat Mazhab. Jakarta: PT Mitra Kerjaya Indonesia.

Ar-Rahbawi, Abdul Qadir. 2007. Fikih Shalat Empat Madzhab. Jogjakarta: Hikam Pustaka.

Ar-Rahbawi, Abdul Qadir. 2007. Panduan Lengkap Shalat Menurut Empat Madzhab. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar.

23

Anda mungkin juga menyukai