Makalah
oleh:
NIM 1203060066
BANDUNG
2022
DAFTAR ISI
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................8
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................8
D. Manfaat Penulisan.....................................................................................................8
BAB II..................................................................................................................................9
PEMBAHASAN....................................................................................................................9
A. Menelusuri Perbedaan Pendapat Ulama Tentang Mathla'........................................9
B. Kesepakatan MABIMS Dalam Menetapkan Hisab Awal Bulan Ramadhan 2022......13
BAB III...............................................................................................................................16
PENUTUP..........................................................................................................................16
A. Kesimpulan..............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sebagai pengatur dan pembagi waktu. Terutama bagi umat Islam, kebutuhan akan
suatu kalender merupakan hal yang sangat urgen karena banyak ibadah umat
Islam yang terkait dengan waktu. Seperti ibadah haji, ibadah puasa Ramadan dan
sebagainya.
Allah swt. telah menjelaskan kepada manusia, bahwa Dialah Yang Maha
Pencipta dan Maha Pengatur alam semesta dan seisinya dengan sempurna dan
teratur, termasuk tentang waktu. Manusia dengan akal karunia-Nya telah mampu
mengetahui waktu, jam, hari, bulan dan tahun kemudian menyusunnya menjadi
ِ ص ْل ٰنهُ تَ ْف
ص ْياًل َّ َسا َب ۗ َو ُك َّل ش َْي ٍء ف
َ سنِيْنَ َوا ْل ِح
ِّ َولِتَ ْعلَ ُم ْوا َع َددَ ال
Artinya:
"Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran Kami),
kemudian Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang-
benderang, agar kamu (dapat) mencari karunia dari Tuhanmu, dan agar kamu
1
Hendro Setyanto, Membaca Langit, Al-Ghuraba, Jakarta Pusat, 2008, Hal. 7.
1
mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Dan segala sesuatu telah
Dalam ayat ini dapat difahami bahwa Allah menjadikan malam dan siang
menghapuskan tanda malam dengan menjadikan tanda siang itu terang benderang,
ayat ini dimaksudkan agar manuisa dapat mencari karunia Tuhannya, dan agar
perhitungan (waktu) yang saat ini lebih terkenal dengan sebutan kalender.
adalah siklus pergerakan dua benda langit yang sangat besar pengaruhnya pada
dari acuan dua benda langit tersebut terdapat tiga jenis penanggalan atau kalender
yang dipakai oleh umat manusia. Pertama, solar system (kalender syamsiah), yaitu
lunisolar, yaitu sistem penanggalan atau kalender lunar yang disesuaikan dengan
matahari.3
sedangkan kalender Hijriah dan Jawa merupakan sistem kalender lunar. Adapun
2
Departemen Agama RI, Al-Hikmah (Al-Qur’an dan Terjemahnhya), Diponegoro, Bandung, 2010,
Hal. 283.
3
Rohmat, Ilmu Falak II Penentuan Awal Bulan Qomariyah dan Syamsiyah, Seksi Penerbitan
Fakultas Syari’ah, Lampung, 2014, Hal. 1-2.
2
kalender lunisolar seperti kalender Imlek, Saka, Buddha, dan Yahudi. 4 Kalender
Hijriah atau Kamariah inilah yang kemudian dibutuhkan dan dipakai oleh umat
Islam untuk menentukan penetuan waktu seperti hari-hari besar Islam, dan acuan
ْس ا ْلبِ ُّر بِا َ نْ تَْأتُوا ا ْلبُيُ ْوتَ ِمن ِ يَسْــَئلُ ْونَكَ َع ِن ااْل َ ِهلَّ ِة ۗ قُ ْل ِه َي َم َوا قِيْتُ لِلنَّا
َ س َوا ْل َح ِّج ۗ َولَ ْي
َظُ ُه ْو ِرهَا َو ٰلـ ِكنَّ ا ْلبِ َّر َم ِن ات َّٰقى ۚ َوْأتُوا ا ْلبُيُ ْوتَ ِمنْ اَ ْب َوا بِ َها ۖ َوا تَّقُوا هّٰللا َ لَ َعلَّ ُک ْم تُ ْفلِ ُح ْون
Artinya:
Katakanlah, Itu adalah (penunjuk) waktu bagi manusia dan (ibadah) haji. Dan
pintunya dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung."5 (QS. Al-Baqarah
2: Ayat 189).
merupakan tanda bagi manusia untuk mengetahui waktu penunaian setiap urusan
keduniaan, sekaligus kompas dalam hal ibadah yaitu untuk mengetahui waktu-
waktu pelaksanaannya seperti ibadah puasa dan haji.6 Demikian pula dijelaskan
4
Rohmat, Ilmu Falak II Penentuan Awal Bulan Qomariyah dan Syamsiyah, Seksi Penerbitan
Fakultas Syari’ah, Lampung, 2014, Hal. 1-2.
5
Departemen Agama RI, Al-Hikmah (Al-Qur’an dan Terjemahnhya), Diponegoro, Bandung, 2010,
Hal. 29.
6
Kamran As’ad Irsyadi, Al-Qur’an dan Ilmu Astronomi, Cetakan I, Pustaka Azzam, Jakarta, 2004,
Hal. 61.
3
secara teologis bahwa perjalanan waktu di bumi ini ditandai dengan peredaran
“Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Nabi saw. Berpuasalah bila kalian
melihat bulan, dan berbukalah bila kalian melihat bulan, namun bila bulan itu
melihat kalian (oleh awan), maka sempernukanlah hitungan bulan Sya'ban itu
penentuan awal bulan Hijriah. Di mana berpangkal pada zahir hadis tersebut, para
pendapat.8
khususnya bulan Ramadan, Syawal dan Zulhijah disebabkan ada yang bersumber
pada perbedaan metode serta perbedaan sistem penentuannya, ada pula yang
7
Saufan Alfandi, Samudra Pilihan Hadits Shahih Bukhari, Sendang Ilmu, Solo, 2015, Hal. 162.
8
Ahmad Izzuddin, Ilmu Falaq Praktis, Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2012, Hal. 91-92.
4
Persoalan mathla' dalam penetapan awal bulan Hijriah juga terdapat
terbit bulan (ikhtilafu al-mathali) itu tidak menjadi soal atau tidak berlaku.
Artinya, bila ada satu orang di sebuah negeri melihat hilal, maka semua negeri
Islam di dunia ini wajib berpuasa dengan dasar rukyat orang itu. Hal ini
berdasarkan sabda Rasulullah saw. : "berpuasalah bila kalian melihat bulan, dan
berbukalah bila kalian melihat bulan". Ini adalah pernyataan yang bersifat umum
untuk seluruh umat Islam. Siapa saja di antara mereka, di mana saja tempatnya,
hilal, dan penduduk daerah lain sebagainya tidak melihatnya, bila dua daerah
tersebut berdekatan, maka hukumnya satu. Tetapi kalau munculnya berbeda, maka
ditetapkan pada 2021 lalu. Saat itu, MABIMS bersepakat mengubah kriteria
ketinggian hilal (bulan) dari 2 derajat, elongasi 3 derajat, dan umur bulan 8 jam
9
Sayyid Sabiq, Fiqhussunnah, Alih Bahasa Mahyuddin Syaf, Fikih Sunnah, Cetakan Pertama, Jilid 3,
Al-Ma’arif, Bandung, 1978, Hal. 207.
10
Maskur A.B., Afif Muhammad dan Idrus Al-Kaff, Fiqih Lima Madzhab, Lentera, Jakarta, 2011,
Hal. 198.
5
menjadi ketinggian hilal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat. Dia menjelaskan
kriteria MABIMS baru ini merupakan hasil Mazakarah Rukyah dan Takwim
Fikih Falak di Jakarta yang menghasilkan Rekomendasi Jakarta tahun 2017. Oleh
sidang isbat, yang menyatukan metode hisab dan rukyat. Dalam beberapa tahun
ini, kedua metode tersebut digunakan dalam menetapkan awal Ramadan dan Idul
Fitri yang sama. Namun untuk awal puasa Ramadan 2022 dan Idul Fitri
kemungkinan ada perbedaan. Hal ini terkait dengan perubahan penetapan kriteria
Artinya, penetapan Idul Fitri 1 Syawal 1443 H dengan metode hisab adalah pada
menetapkan Idul Fitri 2022 adalah pada Selasa (3/5/2022), berbeda satu hari
6
dengan metode hisab. Menurut Thomas, kriteria MABIMS didasarkan atas data
sesungguhnya sangat sulit dan berisiko terganggu faktor lain, misal cahaya senja
(syafak) yang lebih terang dari hilal. Tentunya, perbedaan awal Ramadan 2022
yang bisa saja muncul tak perlu dipermasalahkan. Puasa Ramadan dan Idul Fitri
1443 H/2022 tetap bisa dilakukan dengan penuh khidmat, saling menghormati,
mazhab tersebut dan kesepakatan MABIMS dalam menetapkan hisab awal bulan
11
Dikutip dari https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5999034/kapan-puasa-ramadhan-2022-
mungkin-ada-perbedaan-antara-hisab-dan-rukyat, diakses pada tanggal 1 Mei 2022, Pukul 01:04
WIB
7
B. Rumusan Masalah
ramadhan 2022?
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
8
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam hal perbedaan metode pada garis besarnya terdapat dua macam
metode awal awal bulan Hijriah. Pertama, metode rukyat, adalah usaha melihat
hilal dengan mata telanjang pada saat matahari terbenam pada tanggal 29 bulan
Hijriah. Jika hilal, maka malam itu dan keesokan harinya terlihat ditetapkan
sebagai tanggal satu bulan baru, sedangkan apabila hilal tidak berhasil dilihat,
maka tanggal satu bulan baru ditetapkan jatuh pada malam hari berikutnya,
(diistikmalkan). Kedua, metode hisab, adalah awal bulan Hijriah yang didasarkan
bulan baru itu ditentukan hanya oleh terjadinya ijtimak, sedangkan yang lain
mendasarkan pada terjadinya ijtimak dan posisi hilal. Kelompok yang berpegang
pada sistem ijtimak menetapkan jika ijtimak terjadi sebelum Matahari terbenam,
maka sejak baru sudah mulai Matahari terbenam itulah awal bulan masuk. Mereka
sama sekali tidak mempermasalahkan hilal dapat dirukyat atau tidak. Sedangkan
12
Rohmat, Ilmu Falak II Penentuan Awal Bulan Qomariyah dan Syamsiyah, Seksi Penerbitan
Fakultas Syari’ah, Lampung, 2014, Hal. 44-46.
9
kelompok yang berpegang pada terjadinya ijtimak dan posisi hilal menetapkan
jika pada saat Matahari terbenam setelah terjadinya ijtimak dan posisi hilal sudah
berada di atas ufuk, maka sejak Matahari terbenam itulah perhitungan bulan baru
dimulai.13
ada dua sistem yang berkembang dalam masyarakat, yaitu: pertama, sistem hisab,
pada sistem hisab ini, ada ahli hisab yang dalam menetapkan masuknya bulan
baru berpedoman kepada ijtima' qablal ghurub, wujudul hilal, dan imkanur
rukyat. Kedua, sistem rukyat, pada sistem rukyat ini dalam menetapkan tanggal
satu bulan Hijriah, khususnya yang berkaitan dengan ibadah, harus berdasarkan
rukyat. Hasil hisab menurut golongan ini merupakan alat bantu atau sarana untuk
melakukan rukyat. Maka rukyat harus didasarkan pada hasil hisab yang valid dan
adanya perbedaan metode dan adanya sistem atau aliran dalam penentuannya,
ini disebabkan karena ada yang berpedoman pada mathla' approach global,
mathla' approach parsial, dan ada yang berpedoman pada mathla' wilayatul
hukmi.
13
Jayusman, “Kajian Ilmu Falak Perbedaan Penentuan Awal Bulan Kanariah: Antara Khilafiah dan
Sains” Al-Maslahah Jurnal Ilmu Syari’ah, Vol. 11, No. 1, edisi April 2015, Hal. 18.
14
Jayusman, Ilmu Falak II: Fiqih Hisab Rukyah Penentuan Awal Bulan Kamariah, Fakultas Syari’ah
IAIN Raden Intan Lampung, Bandar Lampung, 2016, Hal. 108.
10
Mathla' approach global merupakan pendekatan filosofis yang
menyatakan bahwa tanggal satu bulan Ramadan, Syawal, dan Zulhijah harus jatuh
pada hari yang sama untuk seluruh penduduk bumi, sebagai salah satu lambang
kesatuan ummat Islam sedunia. Maksudnya bila ada orang yang berhasil melihat
hilal, di wilayah manapun dia melihatnya, maka hasil rukyatnya itu berlaku untuk
pendekatan filosofis yang menyatakan bahwa kesatuan umat Islam bukan hanya
permukaan planet Bumi, melainkan bisa diwujudkan dengan adanya rasa saling
menghargai di antara umat Islam. Maksudnya bila ada orang yang berhasil
melihat hilal pada suatu wilayah, maka hasil rukyatnya itu berlaku untuk wilayah
sebagai batasan dalam keberlakuan rukyat atau yang lebih dikenal dengan
seperti Mazhab Hanafi, Maliki, Hanbali dan Syafi'i. Mazhab Hanafi, Maliki, dan
15
Rohmat, Ilmu Falak II Penentuan Awal Bulan Qomariyah dan Syamsiyah, Seksi Penerbitan
Fakultas Syari’ah, Lampung, 2014, Hal. 56-57.
16
Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab dan Rukyat (telaah syari’ah, sains dan teknologi), Gema
Insani Press, Jakarta, 1996, Hal. 19.
11
Hanbali berpendapat bahwa perbedaan tempat terbit bulan (ikhtilafu al-mathali)
itu tidak menjadi soal atau tidak berlaku. Artinya, bila ada satu orang di sebuah
negeri melihat hilal, maka semua negeri Islam di dunia ini wajib berpuasa dengan
dasar rukyat orang itu. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw. : "berpuasalah
bila kalian melihat bulan, dan berbukalah bila kalian melihat bulan". Ini adalah
pernyataan yang bersifat umum untuk seluruh umat Islam. Siapa saja di antara
hilal, dan penduduk daerah lain sebagainya tidak melihatnya, bila dua daerah
tersebut berdekatan, maka hukumnya satu. Tetapi kalau munculnya berbeda, maka
Karena adanya perbedaan mathla' bulan di antara jarak yang jauh yang
menyatakan bahwa apabila hilal terlihat pada suatu negeri maka hukumnya hanya
berlaku bagi negeri yang terdekat dari negeri terlihatnya hilal yaitu sejarak
17
Sayyid Sabiq, Fiqhussunnah, Alih Bahasa Mahyuddin Syaf, Fikih Sunnah, Cetakan Pertama, Jilid
3, Al-Ma’arif, Bandung, 1978, Hal. 207.
18
Maskur A.B., Afif Muhammad dan Idrus Al-Kaff, Fiqih Lima Madzhab, Lentera, Jakarta, 2011,
Hal. 198.
19
Wahbah Al-zuhaily, Al fiqhul Al islamy Wa Adillatuhu, Juz II, Dar Al-Fikr, Damaskus, 1996, Hal.
605.
12
dibolehkannya qashar shalat (masafah al-qasr).20 Namun Wahbah Al Zuhaily
Syafi'iah yang membedakan jarak dekat dan jauh berdasarkan ukuran jarak qashar
mereka tidak diwajibkan berpuasa sebab rukyatul hilal selain dari wilayah
mereka.22
2022
2021 lalu. Saat itu, MABIMS bersepakat mengubah kriteria ketinggian hilal
(bulan) dari 2 derajat, elongasi 3 derajat, dan umur bulan 8 jam menjadi
ketinggian hilal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat. Dia menjelaskan kriteria
MABIMS baru ini merupakan hasil Mazakarah Rukyah dan Takwim Islam
20
Muhammad Ibn Muhammad Abi Hamid Al-Ghazali, Al-Wajiz Fi Fiqhi Madzhab Al-Imam Ay-
Syafi’I, Dar Al-Fikr, Beirut, 2004, Hal. 84.
21
Wahbah Al-zuhaily, Al fiqhul Al islamy Wa Adillatuhu, Juz II, Dar Al-Fikr, Damaskus, 1996, Hal.
38.
22
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Jilid I, Dar Al-Fath, Kairo, 1990, Hal. 307.
13
Falak di Jakarta yang menghasilkan Rekomendasi Jakarta tahun 2017. Oleh
sidang isbat, yang menyatukan metode hisab dan rukyat. Dalam beberapa tahun
ini, kedua metode tersebut digunakan dalam menetapkan awal Ramadan dan Idul
Fitri yang sama. Namun untuk awal puasa Ramadan 2022 dan Idul Fitri
kemungkinan ada perbedaan. Hal ini terkait dengan perubahan penetapan kriteria
Artinya, penetapan Idul Fitri 1 Syawal 1443 H dengan metode hisab adalah pada
menetapkan Idul Fitri 2022 adalah pada Selasa (3/5/2022), berbeda satu hari
dengan metode hisab. Menurut Thomas, kriteria MABIMS didasarkan atas data
sesungguhnya sangat sulit dan berisiko terganggu faktor lain, misal cahaya senja
14
(syafak) yang lebih terang dari hilal. Tentunya, perbedaan awal Ramadan 2022
yang bisa saja muncul tak perlu dipermasalahkan. Puasa Ramadan dan Idul Fitri
1443 H/2022 tetap bisa dilakukan dengan penuh khidmat, saling menghormati,
23
Dikutip dari https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5999034/kapan-puasa-ramadhan-2022-
mungkin-ada-perbedaan-antara-hisab-dan-rukyat, diakses pada tanggal 1 Mei 2022, Pukul 01:04
WIB
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
dua pendapat yaitu; Pertama pendapat mazhab Hanafi, Maliki, dan Hanbali yang
ketetapan yang dikeluarkan oleh MABIMS adalah terkait visibilitas hilal. Kriteria
visibilitas hilal MABIMS adalah ketinggian hilal minimal 2°, Jarak elongasi
minimal 3° dan umur bulan setelah ijtima’ lebih dari 8 jam. Kriteria inilah yang
digunakan dalam menentukan awal bulan dalam kalender hijriah versi MABIMS.
16
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Izzuddin, Ilmu Falaq Praktis, Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2012.
Bandung, 2010.
Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab dan Rukyat (telaah syari’ah, sains dan
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5999034/kapan-puasa-ramadhan-2022-
mungkin-ada-perbedaan-antara-hisab-dan-rukyat.
Jayusman, Ilmu Falak II: Fiqih Hisab Rukyah Penentuan Awal Bulan Kamariah,
Antara Khilafiah dan Sains” Al-Maslahah Jurnal Ilmu Syari’ah, Vol. 11, No. 1,
Maskur A.B., Afif Muhammad dan Idrus Al-Kaff, Fiqih Lima Madzhab, Lentera,
Jakarta, 2011.
17
Rohmat, Ilmu Falak II Penentuan Awal Bulan Qomariyah dan Syamsiyah, Seksi
Saufan Alfandi, Samudra Pilihan Hadits Shahih Bukhari, Sendang Ilmu, Solo,
2015.
Damaskus, 1996.
18